AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 14: Akuntansi Sharf – Wadiah Wakalah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA AKAD SHARF TUKAR MENUKAR VALAS 2 Definisi Sharf Bahasa: penambahan, penukaran, transaksi jual beli. penghindaran, atau Terminologi: transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang, dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis. SKEMA SHARF Sumber: Nurhayati&Wasilah (2011) RUKUN SHARF’ 1. Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual, harus cakap hukum dan baligh 2. Obyek Akad berupa mata uang 3. Ijab kabul/ serah terima SUMBER HUKUM ”Transaksi pertukaran emas dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, korma dengan korma harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan garam harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, “ (HR Muslim) ”Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai)” (HR Muslim) FUNGSI UANG DALAM ISLAM Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan komoditas. Apabila uang dapat ”bertambah” tanpa didayagunakan, maka tambahan itu adalah riba. Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan apabila didayagunakan atau diinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya. JENIS TRANSAKSI VALAS Transaksi ”Spot” Transaksi pembelian dan penjualan valas serta penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari. Transaksi ini dibolehkan secara syari’ah. Transaksi ”Forward” Transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syari’ah. Transaksi ”Swap” Kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga forward. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syari’ah. Transaksi ”option” Kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu. Hukumnya haram karena ada unsur judi. TRANSAKSI VALAS SESUAI SYARIAH o Transaksi tunai o tidak untuk tujuan spekulasi o boleh menyimpan valas untuk kebutuhan transaksi dimasa mendatang KETENTUAN SYARIAH : OBYEK AKAD 1. Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak. 2. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual, sebelum keduanya berpisah. 3. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang itu berbeda. 4. Tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli. 5. Tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling dipertukarkan, dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 X 24 jam AKUNTANSI - SHARF Dr. Kas (₤) Cr. Kas (Rp) Saat dijual : Dr. Kas (Rp) Dr. Kerugian* Cr. Keuntungan** Cr. Kas (₤) xxx xxx xxx xxx xxx xxx *jika harga beli valas lebih besar dari pada harga jual **jika harga beli valas lebih kecil dari pada harga jual AKAD WADIAH Definisi Akad Wadiah Merupakan akad sosial (tabarru’) dengan menitipkan suatu barang kepada pihak lain untuk menjaga barang tersebut, dimana pihak penitip dapat meminta kembali barang titipannya sewaktu-waktu. Sepanjang pihak yang dititipi telah menjaga amanah, maka tidak bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan barang tersebut Rukun Wadiah 1. Pelaku adalah orang yang baligh, berakal dan rasyid (berpikiran matang) 2. Obyek Wadiah 3. Ijab Kabul No Piutang (Dain) 1 Penghutang (bank) sepenuhnya dibenarkan untuk menggunakan uang piutangnya, baik dengan dibelanjakan atau dihibahkan atau dihutangkan kembali kepada orang lain. 2 3 4 5 6 7 Bila uang atau barang rusak atau hilang, setelah akad piutang terjadi, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab penghutang (bank). Piutang adalah akad yang mengikat, sehingga tidak dibenarkan bagi pemberi piutang untuk menarik kembali uangnya kecuali setelah jatuh tempo atau atas izin penghutang. Tabungan/Titipan/Simpanan (Wadi’ah) Penyimpan, tidak dibenarkan untuk menggunakan uang atau barang yang disimpankan kepadanya, kecuali atas seizin pemilik uang / barang. Bila ia menggunakannya, maka ia telah berkhianat, dan berkewajiban mengganti barang tersebut bila terjadi kerusakan. Kerusakan yang tidak disengaja, atau tanpa ada kelalaian dari penerima titipan, maka ia tidak bertanggung jawab untuk menggantinya atasnya. Penyimpan, berhak mengambil barang simpanannya kapanpun, walau sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, asalkan tidak menyusahkan penyimpan. Piutang vs Wadiah Mustahil ada orang yang siap menjadi penyimpan Diharamkan bagi pemberi piutang barang atau uang, bila pemilik barang untuk mensyaratkan keuntungan mensyaratkan agar ia memberi keuntungan kepada dalam wujud apapun atas penghutang. pemilik barang. Padahal penyimpan tidak dibenarkan untuk menggunakan barang simpanan. Bila penyimpan memungut upah atas simpanan, maka akadnya secara otomatis berubah menjadi Penghutang (bank) tidak dibenarkan akad sewa-menyewa atau jual beli jasa. Hal ini sama sekali untuk memungut upah akan menimbulkan konsekuensi hukum yang dari pemberi piutang, karena itu berbeda dengan akad simpanan yaitu penyimpan termasuk tindak kezhaliman. berkewajiban untuk memberikan dhamaan (jaminan) bila terjadi kerusakan. Selain itu ia telah berlaku khianat dan berdosa. Tujuan piutang adalah untuk memenuhi kebutuhan orang yang Tujuan akad penitipan ialah untuk menolong berhutang. Sehingga yang pemilik barang, sehingga yang diuntungkan diuntungkan biasanya adalah biasanya adalah pemilik barang. penghutang. Kepemilikian barang atau uang telah Kepemilikan barang tidak pernah berpindah tangan berpindah tangan menjadi milik Sumber: Badri (2010) menjadi milik penyimpan penghutang 9/93-116). Jenis Akad Wadiah • Dimana barang yang dititipkan tidak boleh didayagunakan • Tanggung jawab barang ada ditangan pemilik barang Amanah • Barang titipan diperbolehkan untuk didayagunakan namun pemilik dapat mengambil sewaktuwaktu • Keuntungan hasil daya guna tidak wajib didistribusikan Yad Dhamanah SKEMA WADIAH AL AMANAH Sumber: Nurhayati&Wasilah (2013) SKEMA WADIAH YADHAMANAH Sumber: Nurhayati&Wasilah (2013) Kapankah Wadiah Berakhir…? penitip tidak kunjung datang untuk mengambil barangnya dan ia tidak diketahui keberadaan dan keadaannya, atau tidak diketahui ahli warisnya, maka pihak yang dititipi dibolehkan untuk menginfakkan barang tersebut Akuntansi - Wadiah Pemilik Barang Pihak Dititipi Penyerahan Barang Tidak ada jurnal, hanya bukti penerimaan barang Pennerimaan Barang Tidak ada jurnal, hanya bukti penerimaan barang Memberikan Ujrah/Biaya Penitipan Dr. Beban Wadiah xxx Cr. Kas xxx Menerima Ujrah/Biaya Penitipan Dr. Kas xxx Cr. Pend.Wadiah xxx AKAD WAKALAH Akad Wakalah Merupakan suatu akad berupa pelimpahan suatu kewenangan dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan Dengan demikian segala sesuatu yang boleh bagi seseorang untuk dikerjakan sendiri, maka boleh baginya untuk mewakilkannya atau ia yang mewakili. Sifat Wakalah • Pada dasarnya akad wakalah merupakan bagian dari transaksi yang tidak mengikat dua pihak yang mengadakan transaksi. (Munandar,2012) • Namun demikian Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. (Fatwa DSN MUI No 10 Tahun 2000) Implementasi Wakalah dalam LKS 1. 2. 3. 4. 5. Murabahah Asuransi Syariah Reksadana Syariah L/C Impor dan Ekspor Jasa pembayaran,dll Sumber: www.ekonomikeadilan.com Rukun Wakalah 1. Pelaku i. Yang Mewakilkan (Muwakkil) a. Pemilik Sah Obyek b. Mukallaf atau anak mummayiz (sudah dapat membedakan) ii. Yang mewakili (wakil) cakap hukum, amanah dan dapat mengerjakan tugas mewakili 2. Obyek /Hal yang diwakili 3. Ijab Kabul Akuntansi Wakalah - Ujrah Muwakkil Db.Beban Wakalah Cr.Kas xxx xxx Wakil Db. Kas xxx Cr. Pendapatan Wakalah xxx AKAD QARDH 29 Al Qardh Fatwa DSN No 19 Tahun 2001 suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah Definisi Merupakan akad pinjam meminjam dana (utang –piutang) tanpa mensyaratkan adanya tambahan apapun. Pihak debitur hanya membayarkan sejumlah terutang kepada kreditur. Dalam implementasi perbankan: 1. Al Qardh 2. Al Qardhul Hasan 31 Ketentuan Al Qardh Fatwa DSN No 19 Tahun 2001 1. Biaya administrasi ditanggung peminjam (nasabah) 2. LKS dapat meminta jaminan 3. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad. 4. Sanksi: ▫ Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah yang enggan bayar tidak terbatas penjualan barang jaminan. ▫ Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh 32 Sumber Dana Al Qardh (Fatwa DSN No 19/2001) 1. Bagian modal LKS; 2. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan 3. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS. 33 Perkembangan Al Qardh: No: 79/DSN-MUI/III/2011 Tentang Qardh Dengan Menggunakan Dana Nasabah • Akad Qardh yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial, bukan sebagai sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain dalam produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan; TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN DANA NASABAH • Akad Qardh yang dilakukan sebagai sarana atau kelengkapan bagi transaksi lain yang menggunakan akad-akad mu’awadhah (pertukaran dan dapat bersifat komersial) dalam produk yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. BOLEH MENGGUNAKAN DANA NASABAH 34 Perkembangan Al Qardh: No: 79/DSN-MUI/III/2011 Tentang Qardh Dengan Menggunakan Dana Nasabah • Fatwa DSN-MUI Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas; • Fatwa DSN-MUI Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah; • Fatwa DSN-MUI Nomor: 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Utang; • Fatwa DSN-MUI Nomor: 42/DSN-MUI/V/2004 tentang Syariah Charge Card; • Fatwa DSN-MUI Nomor: 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah Card; • Fatwa DSN-MUI Nomor: 67/DSN-MUI/III/2008 tentang Anjak Piutang Syariah 35 Perkembangan Al Qardh: No: 79/DSN-MUI/III/2011 Tentang Qardh Dengan Menggunakan Dana Nasabah Sumber: BI,2013 36 Komposisi Pembiayaan BPRS Sumber: BI,2013 AKUNTANSI KREDITUR Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal Dr. Dana Kebajikan - Kas Cr. Dana kebajikan – Infaq/sedekah/hasil wakaf Penerimaan dana berasal dari denda dan pendapatan non halal Dr. Dana Kebajikan- Kas Cr. Dana kebajikan –Denda/Pendapatan Non Halal Alokasi ke Qordhul Hasan Dr. Dana Kebajikan – Dana kebajikan produktif Cr. Dana Kebajikan - Kas Pengembalian Pinjaman {{ Dr. Dana Kebajikan -Kas Cr. Dana Kebajikan- Dana Kebajikan Produktif AKUNTANSI DEBITUR Saat menerima uang pinjaman, dicatat: Dr. Kas xxx Cr. Utang xxx Saat pelunasan, dicatat: Dr. Utang xxx Cr. Kas xxx