1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan bahasa dan manusia merupakan suatu hal yang tak bisa lepas dari kehidupan sosial di masyarakat. Bahasa sebagai sarana interaksi sosial dalam aspek-aspek kemasyarakatan. Bahasa berperan sebagai piranti komunikasi dan interaksi para pemakainya. Para pemakai bahasa menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal di dalam komunikasi, sangat mustahil bilamana bahasa tidak dipergunakan secara optimal dalam kerangka komunikasi. Dalam komunikasi verbal tersebut, seringkali partisipan mengidentifikasi individu satu dengan individu lainnya melalui suatu label baik itu berupa kata, frasa atau kalimat. Labeling atau naming menurut Barker dalam Mulyana (2005), berarti penaaman atau penjulukan yang merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi tetapi, tidak semua labeling yang diucapkan oleh partisipan termasuk dalam entitas kebahasaan. Dari sekian banyak labeling yang diucapkan oleh partisipan dalam kehidupan sehari-hari yang merujuk pada entitas kebahasaan yakni social labeling. Dalam entitas kebahasaan, social labeling hadir dalam suatu praktik sosial pemakainya, ‘’social labeling practices offer a window on the construction of gendered identities and social relations in social practice’’ berarti social labeling mengkaji pelibatan ranah sosial yang termasuk di dalamnya identitas 1 2 jender dan relasi sosial partisipan (McConnell-Ginet, 2003:69). Menurut McConnell-Ginet dan Eckert (2003), adanya kaitan identitas jender dengan social labeling merupakan bentuk pengaturan nyata dalam mengkategorikan setiap individu di dalam sebuah wadah masyarakat tutur yang korelasinya erat terhadap hubungan antar individu itu sendiri. Menurutnya, hal itu berasal dari pola perilaku dan sifat dari setiap individu, ‘’sets of real people to categorize of people, from real behaviour to pattern of behaviour-and from patterns the behaviour of sets of people to generalizations about the underlying character and dispositions of those people and the categories we assign them’’ (McConnel-Ginet dan Eckert, 2003:80). pandangan di atas, membuktikan bahwa social labeling merupakan bentuk kategorisasi dari setiap individu yang hadir dalam ranah sosial di masyarakat. Berkaitan dengan pelibatan ranah sosial seperti yang diungkapkan oleh McConnell-Ginet dan Eckert (2003), para pakar bahasa lainnya dalam Lucas (2004:73) menganalisis salah satu kategori sosial yang kaitannya dengan studi empiris variasi bahasa. Kategori sosial tersebut adalah jender yang dipandang sebagai konstruksi sosial yakni sebagai identitas sosial para pemakaianya yang berinteraksi dengan berbagai aspek sosial lainnya. Sebagaimana pandangan Coupland (2007:48-49) yang berpendapat bahwa jender menjadi tema inti dari para peneliti variasi bahasa menurutnya, jender merupakan dimensi atau elemen sosial dari struktur sosiolinguistik. Elemen atau dimensi sosial tersebut dipandang sebagai identitas sosial yang berhubungan dengan aspek-aspek sosial lainnya yang korelasinya erat terhadap relasi partisipan dalam situasi tertentu, ‘’Rather as in other disiplines, gender is viewed as a social construct that interact other aspect 3 of personal identity in particular situation‘’ (Milroy, 1987b, Bucholtz, 1999:Eckert&McConell-Ginet, 1999; Eckert:2000) dalam Lucas (2004:73). Berkenaan dengan hal tersebut, social labeling hadir dalam dimensi sosial masyarakat tutur yang berdasarkan pada variasi bahasa dalam studi sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik. Sosiolingustik merupakan cabang ilmu yang mempelajari kondisi sosial yang bersinggungan dalam masyarakat dengan bahasa sebagai kaitannya. Adapun J.A Fishman dalam Chaer (2004) yang berpendapat bahwa sosiolinguistik adalah studi tentang ciri khas variasi bahasa, karakteristik fungsi-fungsi variasi bahasa serta pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam suatu masyarakat tutur. Pandangan tersebut dinyatakan pula oleh pendapat Eckert dalam Coupland (2007:50) yang menyatakan bahwa, ‘’Both individual and group identities are in continual construction, continual change, continual refinement,’’ Eckert, (2000:43) berarti, pemakai bahasa tidak hanya menimbulkan gejala individual akan tetapi gejala sosial dari penutur itu sendiri, sehingga melatarbelakangi adanya variasi bahasa dari setiap kelompok tersebut. Menurut Pateda (1987:53-56), variasi bahasa dilihat dari segi tempat, waktu, pemakai, pemakaianya, situasi dan status. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan variasi bahasa berdasarkan segi pemakai yang menitikberatkan pada status sosial yakni, menunjuk pada penggunaan social labeling dalam suatu masyarakat tutur. Sebagaimana yang dinyatakan Platt dalam Siregar (1988:54) bahwa, status sosial penutur erat ka- 4 itannya dengan dimensi sosial yakni identitas sosial yang mempengaruhi bahasa di dalam masyarakat multilingual. Dimensi ini mencakup kesukaran umur, jenis kelamin, tingkat dan sarana pendidikan dan latar sosial ekonomi. Erat kaitannya dengan identitas sosial dalam ‘predicative labels’, partisipan mengevaluasi objek ataupun memberikan penamaan sesuai dengan kategorisasi yang berasal dari identitas sosial penutur. Sebagai contoh salah satu tipe predicative labels misalnya, pendeskripsian pola perilaku negatif yang dinilai oleh lawan tuturnya dalam kalimat 1) No one paying attention to her at the party because she’s a fairy arrogant; kalimat itu menunjukan bahwa kelas sosial berpengaruh pada perilaku seseorang. Contoh tersebut menggambarkan latar sosial objek sebagai perempuan kaya raya yang enggan bergaul dengan orang biasa. Kalimat di atas, termasuk dalam tipe predicative negative characterization label. Hal itu menunjukan penggunaan social labeling dalam masyarakat tutur erat kaitannya dengan latar sosial partisipan termasuk ke dalam dimensi sosial yang terdapat dalam variasi bahasa yakni, faktor eksternal dihubungkan dengan umur, ras, jender, kelas sosial dan sebagainya. Dalam empty labels, partisipan seringkali mengidentifikasi objek ataupun memberikan penamaan sesuai kelas sosial di masyarakat, salah satunya melalui ‘address form’ yaitu, karakteristik dari ‘empty labels’ yang terdapat dalam social labeling. Hal tersebut menunjukan kaitannya dengan penggunaan social labeling yakni, kelas sosial dan status sosial di dalam masyarakat tutur yang termasuk ke dalam variasi bahasa. Sebagai contoh, salah satu tipe empty labels yaitu, penggunaan address form dalam ranah ke- 5 masyarakatan yang hubungannya dengan profesi pekerjaan, 2) pemakaian gelar jabatan atau bare title: ‘’professor’’ dalam kalimat Lice said he’d talked with the professor about century French literature major. Kalimat tersebut menunjukan adanya status dan kelas sosial seseorang dalam masyarakat dilihat dari segi jabatan dengan penggunaan social labeling yang termasuk dalam tipe empty label more general addressing atau tipe umum yang digunakan penutur pada lawan tuturnya dalam ranah sosial. Adapun contoh lainnya dengan pelibatan ranah sosial dalam lingkungan pendidikan sebagai contoh, pemendekan nama inisial atau title initial of the surname is shortening Mrs. Oneil menjadi Mrs. O dalam kalimat 3) They’ll appreciate us Mrs. 0 this will be so cool for the documentary! pemakaian social labeling yang diungkapkan oleh seorang murid taman kanak-kanak pada gurunya itu menunjukan adanya status sosial bahwa guru tersebut dihormati dari segi umur dan jabatan tetapi, jarak kedekatan mempengaruhi keduanya. Kalimat tersebut termasuk dalam tipe empty label particular addressing atau tipe label yang digunakan secara khusus pada partisipan tertentu baik dengan tingkat kedekatan rendah atau tinggi. Selain itu, empty labels dapat diikuti pula oleh kata sapaan misalnya, pemakaian kata Man dalam kalimat 4) Hay man, say hello to me pearl!, (Spongebob Squirepants). Pelibatan ranah sosial dalam empty labels tersebut berkaitan dengan interaksi antar partisipan. Coupland (2007:54) berpendapat bahwa pengaruh variasi bahasa erat kaitanya terhadap pemilihan bahasa antar individu, ‘’influential approach to languange variation thought no to accent or dialect variation, explained linguistics ‘choices’ in terms of speaker-listener relationship’’, bahasa antar inividu 6 tersebut berkaitan dengan relasi diantara partisipan atau dinamakan dengan ‘’form of address’’ (Brown and Ford 1961; Ervin-Tripp 1973). Berdasarkan pandangan tersebut, penggunaan social labeling yang berdasarkan pada variasi bahasa dari segi pemakai dapat menunjukan kaitannya dengan komponen-komponen yang terdapat dalam dimensi sosial. Penggunaan social labeling tidak terlepas dari konteks yang menyertainya. Konteks bukan hanya kesesuaian struktur gramatikal yang dapat diketahui unsurnya akan tetapi, juga kemampuan partisipan untuk menginterpretasikan kalimat yang diujarkan sesuai konteksnya. Dalam penelitian ini, konteks erat kaitannya dengan penentuan analisis dimensi sosial untuk mendukung dan menambah kejelasan informasi dalam kerangka social labeling yang terjadi dalam suatu peristiwa tutur. Demikian pula, prinsip-prinsip yang berlaku di peristiwa tutur tersebut berlaku secara variatif dalam situasi sosial yang berbeda dan dalam kelas sosial serta status-status sosial yang berbeda pula. Maka dalam penelitian ini, penulis mengkaji permasalahan social labeling dari segi konstruksi sosial yang terletak dalam individu ataupun komunitas sosial yang menggunakan bahasa sebagai kaitannya sebagai contoh 5) pemakaian address form ‘special nickname’ dalam suatu komunitas melalui frasa a diary queen dalam kalimat Look a diary queen! I’d leave this behind, kalimat tersebut termasuk dalam tipe empty label particular addressing. Kalimat itu menggambarkan bentuk penamaan dari setiap anggota kelompok atau anggota baru dalam suatu kelompok sosial di masyarakat dengan jarak yang mempengaruhinya. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengidentifikasi dimensi sosial 7 dengan melibatkan keadaan-keadaan yang terkait dengan kondisi masyarakat tutur. Pandangan di atas menjadi tolak ukur penulis dalam mengkaji social labeling berdasarkan studi sosiolinguistik. Pemakaian social labeling dapat dianalisis melalui tipe dan karakteristik yang terdapat dalam social labeling. Tipe dan karakteristik tersebut mampu menunjukkan indikasi tentang bagaimana penerapan social labeling digunakan dalam suatu masyarakat tutur. Di samping itu, analisis mengenai dimensi sosial mampu menunjukan gambaran tentang komponen sosial yang mendominasinya dari suatu kondisi partisipan. Keadaan itulah yang menjadi acuan penulis dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan partisipan berdasarkan kajian sosiolinguistik. 1.2 Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang akan di identifikasi adalah sebagai berikut, 1. Tipe apa sajakah yang ditemukan dalam lima novel karya Robin Palmer? Apa karakteristik dari tipe label tersebut? 2. Dimensi sosial apakah yang paling mendominasi pemakaian social label ing dalam lima novel karya Robin Palmer? 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, data yang akan dibahas sesuai dengan kajiannya yaitu kajian sosiolinguistik. Penulis membatasi permasalahan pada skripsi ini agar bahasan tidak kabur dan meluas sehingga, bahasan berkisar dalam social 8 labeling yang hanya berdasarkan pada teori tunggal Sally McConnel-Ginet: (2003), tipe social labeling yang terdiri dari empty labels dan predicative labels. Pada penelitian ini, penulis memfokuskan pada tipe predicative labels yang hanya terdiri dari empat tipe mengingat tiga tipe lainnya berkaitan dengan disiplin ilmu feminimitas, makna implisit dan penegasan jender. Penulis menilai bahasan tersebut akan meluas khususnya berkaitan dengan social labeling yang ditinjau dari segi sosiolinguistik. Dalam penelitian ini, penulis hanya menganalisis dua tipe predicative labels yaitu, negative characterization label dan rejection of the label. Selain itu, teori dimensi sosial Janet Holmes (2001) hanya difokuskan pada salah satu komponen yang mendominasinya. Dalam pengumpulan data, dari kelima novel karya Robin Palmer penulis mengambil tiga puluh lima data dengan menggunakan teknik random atau acak mengingat data yang dihasilkan harus bervariasi. Masalah yang akan diteliti sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu, ‘’Pemakaian Social Labeling Pada Lima Novel Karya Robin Palmer: Kajian Sosiolinguistik’’. 1.4 Landasan Teori Teori yang digunakan penulis dalam menglasifikasi dan menganalisis data ini yaitu teori sosiolinguistik oleh Holmes (2001:11), J.A Fishman dalam Chaer (2004), Meyerhoff (2006), Lucas (2004), variasi bahasa oleh Nancy dalam Chaer (2004), Chambers dalam Coupland (2007), Coupland (2007), Hudson (1996), Pateda (1987), Chaer dan Agustina (2004), Maryono (1996), labeling oleh Sujono (1994), Nitibaskara (1994), social labeling oleh 9 McConnell-Ginet (2003), social labels oleh Dominiguez (1986), teori reference oleh Tanya Stivers et al (2007), teori term of address oleh Dickey (1996), Parkinson dalam Xizhen (2008), teori dimensi sosial oleh Janet Holmes (2001), teori konteks oleh Dash (2008), Verschueren dalam Dash (2008), Johansen (2002). 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi tipe social labeling yang terdapat dalam lima novel karya Robin palmer beserta karakteristiknya. 2. Mendeskripsikan dimensi sosial yang menyertai karakter lainnya untuk mengetahui hubungan antar partisipan yang terdapat dalam lima novel karya Robin Palmer. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, khususnya dari segi tinjau studi sosiolinguistik bahwa pemakaian social labeling dapat dianalisis pada interaksi sosial melalui tinjauan kebahasaan dengan memperhatikan dimensi-dimensi kemasyarakatan dan konteks sosial yang menyertainya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini memudahkan partisipan dalam mengenali social labeling ya- 10 ng berasal dari variasi bahasa sehingga dapat dijadikan bahan acuan dalam berkomunikasi khususnya, memahami penerapan social labeling dalam kehidupan sehari-hari. 1.6 Objek dan Metode Penelitian Adapun objek penelitian pada skripsi ini, yaitu pemakaian social labeling yang terdapat dalam beberapa novel karya Robin Palmer yang berjudul Geek Charming, Wicked Jealous, Little Miss Red, Cindy Ella, Lucy Parker: Girl vs Superstar. Pemakaian social labeling banyak digunakan dalam karya sastra salah satunya adalah novel. Lima novel karya Robin Palmer yang berjudul Geek Charming, Wicked Jealous, Little Miss Red, Cindy Ella dan Lucy Parker: Girl vs Superstar merupakan novel yang dijadikan penulis untuk dijadikan sumber data pada penelitian ini. Dalam kelima novel tersebut pemakaia social labeling umumnya banyak dituturkan oleh karakter utama. Salah satu sinopsis novel yang berjudul Geek Charming banyak dituturkan oleh karakter utama bernama Dylan Schoenfield gadis angkuh, kaya dan egois berumur 16 tahun yang bersekolah di Woodland Academy. Dylan memiliki pacar populer bernama Asher, ia bertekad untuk memenangkan gelar ‘’Blossom-Queen’’. Dalam novel tersebut, diceritakan bahwa kehadiran Josh Rosen seorang pecandu film cupu yang mempunyai tekad sama yakni, ingin memenangkan kontes film festival Puget dengan mengangkat topik tentang popularitas yaitu, mengangkat cerita tentang Dylan. Penampilan Josh Rosen yang kuno menjadikan sang diva ‘’Dylan’’ dan karakter lainnya selalu memberikan label kepada Josh. 11 Penulis mengumpulkan data mengenai social labeling dalam lima novel karya Robin Palmer, mengidentifikasi tipe dan karakteristik social labeling dan mengklasifikasikan tipe dan karakteristik dari tipe social labeling tersebut. Kemudian, penulis menganalisis dimensi sosial yang terdapat pada social labeling. Oleh karena itu, penulis tertarik dan mengangkat sumber data ini sebagai bahan penelitian. Langkah-langkah untuk memperoleh data penelitian adalah sebagai berikut: (1) penulis mengumpulkan beberapa data dengan mengambil beberapa percakapan dalam lima novel karya Robin Palmer dilakukan dengan teknik random, (2) penulis mengklasifikasi data sesuai dengan bahasannya yaitu pemakaian social labeling pada lima novel karya Robin Palmer. Dalam proses ini penulis mengklasifikasikan kelima novel tersebut berdasarkan tahun terbit novel diantaranya: I. Cindy Ella disingkat menjadi CE, II.Geek Charming disingkat menjadi GC, III. Little Miss Red disingkat menjadi LMR, IV. Lucy Parker Girl vs Superstar disingkat menjadi LC, V. Wicked Jealous disingkat menjadi WJ. (3) setelah proses klasifikasi penulis menganalisis data berdasarkan tipe dan karakteristik dari predicative labels dan empty labels, (4) penulis menganalisis dari segi dimensi sosialnya berdasarkan faktor manakah yang lebih dominan dalam lima novel karya Robin Palmer. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif kualitatif yaitu, suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Metode yang mendeskripsikan suatu keadaan secara apa adanya 12 menjelaskan data atau kejadian dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati: Bodgan dan Taylor, (1975) dalam Moleong (2010). 1.7 Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab yang dimulai dari bab pertama adalah pendahuluan yang terbagi atas beberapa subbab yaitu, mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua merupakan landasan teori yang terdiri atas beberapa subbab referensi yaitu, teori sosiolinguistik oleh J.A Fishman dalam Chaer (2004), teori variasi bahasa oleh Pateda (1987:53-56), teori social labeling oleh McConnell-Ginet (2003), teori faktor sosial dan dimensi sosial oleh Holmes (2001), teori konteks oleh Dash (2008). Bab ketiga merupakan analisis tentang percakapan yang ada dalam lima novel karya Robin Palmer yang mengandung pemakaian social labeling. Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu, tipe predicative labels dan empty label labels beserta karakteristiknya dan komponen dimensi sosial yang paling mendominasi dalam penggunaan social labeling terhadap lima novel karya Robin Palmer. Bab keempat terdiri dari dua subbab yaitu, simpulan dan saran yang merupakan hasil analisis bab tiga.