SENI MUSIK ISLAMI - Ejournal Kopertais IV

advertisement
SENI MUSIK ISLAMI
(Cara Memahami Seni Musik Seyyed Hossein Nasr)
Oleh: Agus Setyawan, M.S.I1
Abstrak: Modern world of problems growing spirituality devastation. The pain of the human
experience, because what they want with modernity was not as expected. Spirituality should
always lost the character of the man. This also happens in the field of music. Perform music
exclusively the needs of the inner dimension sajatanpa care market and soul. Nasr offer
solutions to the idea of Islamic art to give back or often the spiritual art, he exclaims. In
connection with the music at the mention of the concept of spiritual music, she received the
soul and intelligence method Sufis Sufism.
Key words: seni, music, spiritual. tasawuf
A. Pendahuluan
Kegembiraan menyambut datangnya renaissance2ternyata sekarang mulai meredup.
Revolusi industri di Inggris pada abad ke 18 mulai menuai dampaknya. Dunia modern
berkembang dengan sangat cepat hingga terkadang manusia sendiri terperanjat karena
arus deras modernisasi di semua aspek. Teknologi berkembang dengan bebasnya. Ilmu
pengetahuan semakin berkembang pesat dengan ditemukannya mesin, komputer dan
teknologi canggih yang mendukungnya. Yang efeknya orang semakin tersekularisasi3 dan
menjauh dari dimensi spiritualitas.4
Dampak semakin gersangnya spiritualitas sampai juga pada wilayah dunia seni 5 .
Jarang sekali diskusi tentang seni dilakukan, tetapi semua orang di dunia ini sebenarnya
1
Adalah Dosen Fakultas Dakwah IAI Sunan Giri Ponorogo
Kata ini berasal dari bahasa Latin “re” dan “nasci” yang berarti “lahir kembali”. Istilah ini sering
digunakan untuk menunjukkan periodesasi kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, lebih khusus lagi di
Italia, sepanjang abad ke 15 dan ke 16. Sebelum masa ini sering disebut abad Pertengahan terjadi kungkungan
Gereja atas akal, sehingga saint sulit berkembang. Pada abad ke 19, renaissance dipandang sebagai abad
kebangkitan seni dan sastra. Jules Michelet, sejarawan Prancis mengatakan bahwa abad penemuan penemuan
manusia dan dunia, yang lebih dari sekedar kebangkitan peradaban modern. Akan tetapi ciri utama masa ini
adalah humanism, individualism, lepas dari agama, empirisme, dan rasionaisme. Hal ini sama dengan ciri
filsafat pada zaman ini. Lebih jelas lihat elaborasinya dalam Ahmad Tafsir, Filsafat Umum:Akal dan Hati Sejak
Thales Sampai Capra (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013), 124-127.
3
Sekularisasi adalah hal usaha merampas milik gereja; penduniawian; hal menduniawi hal-hal yang selama
ini terkait oleh unsur-unsur kerohanian. Lihat Pius A. Partanto dan M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer,
(Surabaya: Penerbit Arkola, tt), 38.
4
Nasr mengatakan bahwa manusia yang kehilangan horizon spiritualitasnya adalah manusia yang hidup di
pinggir (periphery atau rim) dan lupa akan pusatnya (centre atau axis) dari lingkaran existensi kehidupannya.
Lihat Seyyed Hossein Nasr, Islam and The Plight of Modern Man, (London: Longman, 1975), 4.
5
Pengertian tentang apa itu seni bayak sekali dilontarkan salah satunya definisi yang diberikan Briks, yaitu:
“Art, in a wide sense, is the spirit of Man. It includes the graphic imaginative expression of object (and thought
about object) as in sculpture, painting and drawing. But imagination also finds expression in the arts of musik,
drama, dancing, poetry nd architecture, and the list of subjects could be extended.” Artinya: Seni, dalam suatu
makna yang luas, adalah penggunaan budi pikiran untuk menghasilkan karya yang menyenangkan bagi roh
Manusia. Ini meliputi pengungkapan yang khayali yang jelas mengenai benda-benda (atau pikiran tentang
benda-benda) seperti dalam pahatan, lukisan dan gambar. Tetapi khayalan juga memperoleh pengungkapan
2
tidak dapat lepas dari hal itu. Modernitas6 sedikit banyak telah mengikis existensi seni.
Jacob Sumarjo mengatakan bahwa seni memiliki kedudukan sama dengan agama dan
filsafat yang sama-sama merupakan lembaga kebenaran yang bertujuan menjadi media
manusia untuk menjangkau dunia Atas yang bersifat spiritual dan rohaniah.7
Kebutuhan hasil karya seni oleh manusia seperti kebutuhan akan makanan. Salah
satunya adalah seni musik. Jenis seni ini merupakan jenis seni yang paling mudah
dinikmati oleh siapapun, dan dapat dikatakan jenis seni yang setiap hari dinikmati oleh
manusia di seluruh dunia. Inilah uniknya seni musik dibanding seni yang lain. Dari anakanak sampai sampai para orang tua pun menyukainya. Pelajaran pertama anak-anak di
PAUD misalnya adalah menyanyi sambil bermain. 8 Seni musik menurut Al Baghdadi,
merupakan seni yang berhubungan dengan irama-irama yang keluar dari alat-alat musik9.
Selain seni musik masih banyak lagi wujud-wujud fisik hasil karya seni, misalnya seni
arsitektur, seni rupa, seni tari dan masih banyak lagi.
Seiring dengan perkembangan jaman modern, alat-alat musik pun juga sangat
beraneka ragam. Aliran dalam seni musik juga banyak sekali jumlahnya. Mengenali
aliran musik sangat mudah saja, tinggal dilihat cara memainkannya. Misalkan musik rock,
dapat dipahami dari namanya, musik jenis ini cenderung keras dan seperti orang marahmarah, emosional dan radikal. Musik dangdut dengan gendang dan membuat orang
bergoyang. Dan masih banyak lagi. Setiap musik memiliki ciri khas masing-masing.
Dapat dilihat, ternyata seni musik menjadi bagian kehidupan modern dimanapun di
dunia ini. Muncul banyak artis yang berlatar belakang suara merdu, kemudian dibantu
dengan publikasi media yang cepat hingga melambungkan namanya dan segala yang
dalam seni-seni musik, drama, tari, sajak dan arsitektur dan daftar hal itu dapat diperpanjang. Lihat The Liang
Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: PUBIB, 2005), 13, yang dikutib dari buku S. Graham
Brade-Birks, Concise Encyclopedia of General Knowladge, (London: English University Press, 1956), 49-50.
6
Modernitas memiliki ciri bahwa masyarakat pada masa ini cenderung pola pikirnya didominasi oleh cara
positivistic, yaitu abad yang ditandai dengan peranan yang sangat menentukan dari pikiran pikiran ilmiah atau
disebut dengan ilmu pngetahuan modern. Lihat Koento Wibisono, Arti Perkembangan Menurut Filsafat
Positivisme Auguste Comte (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983), 1; Aliran filsafatnya sering
disebut positivisme yaitu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognisi dari studi filosofis atau metafisik. Lihat Loren Bagus, Kamus
Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), 858.
7
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung: Penerbit ITB, 2000), 8.
8
Bisa dilihat misalnya dalam Kurikulum PAUD 2013 yang menginginkan ketrampilan yang didapat para
peserta didik dalam kemampuan berfikir, berkomunikasi dan bertindak yang produktif dan kreatif melalui
bahasa, musik dan karya gerak sederhana. http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/2264, yang di upload
tanggal 03 Juni 2014. Di download hari Senin, 22 September 2014.
9
Lebih lanjut dia jelaskan bahwa seni musik dan seni vocal memiliki perbedaan. Seni musik berasal dari
suara suara alat musik, sedangkan seni vocal berasal dari suara oral. Antara keduanya seringkali disatukan
dalam sebuah seni lagu. Pada hakekatnya keduanya sama, yaitu seni berasal dari suara-suara, baik alat musik
ataupun oral. Lihat Abdurrahman Al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam (Jakarta: Gema Insani, 1991), 13
menjadi ciri khasnya. Setelah namanya dipuji lewat kemerduan suaranya, kemudian gaya
hidup yang ada pada dirinya dijadikan trend para penikmat suaranya. Sebagai contoh
banyak orang membincangkan Lady Gaga dengan segala kontroversialnya, mulai dari
cara berpakaian sampai kehidupan sehari-harinya. Tidak dapat dihindari juga banyak
orang yang mencoba meniru trend yang dia buat, tanpa tahu makna dan manfaatnya.
Mereka beralasan seni adalah “kebebasan” 10 dan “tidak ada kepentingan” 11 apapun
didalamnya.
Kegelisahan di atas pun juga memasuki dunia Islam dengan kebutuhan dalam
mengembangkan Islam, salah satunya lewat dakwah Islamiyah. Musik juga tidak bisa
lepas sedikitpun dari urat nadi orang Islam di penjuru dunia. Banyak ulama yang merasa
“galau” dengan keadaan modernitas yang seperti di atas. Eksistensi seni pun mulai
didiskusikan lagi, termasuk seni musik. Sejak dulu seni musik telah menjadi media
dakwah dalam agama Islam. 12 Selain itu musik menjadi hal yang sangat urgen dalam
upacara-upacara semacam pernikahan, keagamaan bahkan perang 13 . Dengan kata lain
dunia Islam tidak dapat dipisahkan dengan kenyataan dan kebutuhan akan seni musik ini.
Seyyed Hossein Nasr sebagai pemikir posmodernis, neo-modernis atauneosufisme14 atau juga dalam alasan tertentu juga bisa dikategorikan pada model berfkir neo-
10
Victor Cousin (1792-1867 M) membuat sebuat istilah l’art pour l’art atau “seni untuk seni”. Jargon ini
dibuat oleh para penganut ajaran otonomi seni yang kemudian menjadi sebuahpandangan hidup dan sebuah
aliran aestheticism. Lihat Gie, Filsafat Seni…, 37.
11
Istilah ini sering disebut dengan “disinterestedness” yaitu karya seni beas dari kungkungan ruang dan
waktu tertenu, atau konteks dan pengaruh tertentu, sehingga karya seni menmukan nilai universalnya melampaui
batas batas yang ada dan abadi. Lihat Sumardjo, Filsafat Seni…, 47, 93.
12
Sebagai contoh di tanah Jawa terdapat seorang Sunan yang diberi panggilan seperti alat musik yang
beliau buat dan sangat mahir memainknnya, yaitu Kanjeng Sunan Bonang (1465-1525 M). Nama sebenarnya
adalah Raden Mulana Makhdum Ibrahim yang lahir di desa Bonang di Kabupaten Rembang. Selanjutnya
menciptakan alat musik “bonang” merupakan jenis alat musik yang dipukul untuk membunyikannya,
berbentuk seperti gong tapi lebih kecil, merupakan alat musik khas Jawa. Boaing berukuran sedang dan beroktaf
tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-instrumen pembuka dalam Ansambel. Khususnya dalam
teknik abuhn pipilan, pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun
lagu instrumen-instrumen lainnya. Lihat http://id.wilkipedia.org/wiki/Bonang_Barung; Juga lihat di
http://id.wilkipedia.org/wiki/Sunan_Bonang.
13
Nyanyian dan musik untuk mengiringi perang pertama kali, menurut Nasr, diciptakan oleh Dinasti
Ottoman yang kemudian ditiru oleh bangsa Eropa. Lihat Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, terj.
Sutedjo, (Bandung: Mizan, 1994), 165-167.
14
Azra menyatakan bahwa pengkategorian ini berdasarkan beberapa asusmsi. Dikatakan posmodernis
karena ia banyak mengkritik pemikir-pemikir modernis Islam sendiri seperti Abduh, Al-Afghani, Amir Ali dan
Ahmad Khan sebagai pengemban budaya Barat dan sekulerismenya. Atau juga disebut pemikir yang neomodernis karena ia adalah pengkritik Barat dengan segala aspeknya, dan menampilkan kembali warisan
pemikiran Islam sebagai solusi atas modernitas yang dimotori Barat tersebut. Juga sebagai neo-sufisme dengan
bukti sebagai seorang pemikir sufi yag menerima pluralism dan perenialisme sebagai wujud nyata pemikiran
sufinya, disamping sebagai sufi yang sebenarnya yang selalu menginginkan penggalian yang sedalam-dalamnya
atas spiritualitas dan makna batin Islam. Lihat Azyumardi Azra, “Memperkenalkan Pemikiran Hossein Nasr”,
dalam Seminar Sehari: Spiritualitas, Krisis Dunia Modern dan Agama Masa Depan (Jakarta: Paramadina,
1993), 35.
tradisionalis 15 Islam adalah salah satu dari sekian banyak pemikir Islam yang merasa
terusik dengan fenomena ini. Nasr dengan konsisten mengkritik modernitas dengan
mengetengahkan kembali pemikiran tradisionalisme Islam di tengah tengah dunia
modern. Tradisionalisme 16 menjadi tawaran solusi terhadap masalah-masalah orang
modern dengan mengajak kembali kepada dimensi spiritualitas, atau mengajak dari
periphery atau rim menuju centre atau axis kehidupan.
Cara menuju centre atau axis yang ditawarkan Nasr adalah menggunakan metode
penapakan jalan spiritual sufistik, mulai dari lingkar syari’ah melewati jalan-jalan
thariqah menuju pusat haqiqah.17
thariqah
haqiqah
Syari’ah
h
Cara ini merupakan ciri khas kaum sufi dalam meakukan perenungan dan perjalanan
spiritual. Lingkar syari’ahadalah lingkaran dimana manusia dibatasi oleh lingkaran ajaran
ke-Ilahian yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Ini dimaksudkan sebagai batas
tindakan unsur kehewanan (nafsu hayawaniyah) yang ada pada diri manusia agar manusia
tidak tergelincir pada dunia kehewanan yang cenderung merusak dan tanpa norma.
Hewan tidak memiliki akal fikiran dan hati seperti manusia. Sehingga dia tidak
mendapatkan beban tanggung jawab memimpin dunia ini, sehingga wajar jika tidak akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan.
15
Penulis memberikan peristilahan dan pengkategorian lain yang sejajar maknanya dengan istilah yang
diberikan Azra, dengan istilah neo-tradisionalis dimana berarti sebagai pemikir yang menganut tradisionalisme
berfikir model baru; atau pembaharu tradisionalisme Islam. Lihat Partanto, Kamus…, 517, 756.
16
Nasr mendefinisikan istilah “tradisional” dalam setiap pernyataannya adalah bahwa secara teknis ia
berarti kesejatian-kesejatian, prinsip-prinsip dari Yang Asal Ilahi (The Devine Origine) yang diwahyukan atau
dibeberkan kepada manusia, dan sebenarnya, ke seluruh kosmis melalui berbagai figure yang dipilih, seperti
para Rasul, Nabi-Nabi, Avatar, Logos, atau figure yang lain…dalam pengertian universal tradisi merupakan
cakupan prinsip-prinsip yang mengikat manusia dengan langit, yaitu agama…tradisi sebagaimana juga agama
terdiri dari dua unsure utama, yaitu kesejatian (truth) dan kehadiran (presence)…tradisi selalu terkait dengan
unsur-unsurnya, berupa wahyu, agama, yang sacral, ide-ide ortodoksi, otoritas, kontinuitas, regularitas
transformasi kesejatian, dengan kehidupan eksoterik, esoterik dan spiritualitas, juga dengan sain dan seni. Lihat
Seyyed Hossein Nasr, “Tentang Tradisi” dalam Perenialisme: Melacak Jejak Filsafat Abadi, (ed.) Ahmad
Norma Permata (Yogyakarta: Tiara Wacana,1996), 146-147.
17
Seyyed Hossein Nasr, Islam Antara Cita dan Fakta, terj. Abdurrahman Wahid dan Hasyim Wahid
(Yogyakarta: Pusaka, 2001), 92.
Jalan thariqat memiliki makna bahwa cara melakukan perenungan akan pusat
segala sesuatu. Jalan atau cara ini memiliki banyak varian18 yang – diantaranya - disebut
berdasarkan nama-nama para mursyidnya, yang merupakan kumpulan bimbingan cara
melakukan perjalanan spiritual untuk menuju kepada Yang Satu sebagai pusat segala
yang banyak.
Sedangkan titik pusat haqiqat merupakan pusat dan akhir perjalanan penapakan
jalan spiritual (riyadhah) yang didalamnya terdapat kesejatian-kesejatian, Realitas Mutlak
dan pusat segala sesuatu, baik mikro kosmos dan makro kosmos. Jika dalam penapakan
jalan spiritual di atas dilakukan dengan benar, maka para penapaknya (salik)akan
menemukan Keesaan dan Kebenaran Mutlak (al-haq).
Seni musik merupakan bentuk wujud material suatu keindahan pada wilayah
syari’ah yang harus dipahami hakekatnya. Suara harmonis yang dihasilkan merupakan
bentuk material dari keindahan yang dibaliknya ada hakekat keindahan sebenarnya.
Keindahan Mutlak ada di balik keindahan suara-suara dari alat-alat musik yang
dimainkan. Lantas bagaimana ini bisa dipahami oleh manusia modern? Orang modern –
trendnya - tidak memikirkan sampai ke situ.
Kegelisahan Nasr banyak dituangkan dalam banyak tulisan, dintaranya adalah
berjudul Man and Nature: The Spirit Crisis of Modern Man yang terbit di London tahun
1967 yang banyak memberikan kritik terhadap kegersangan spiritual orang modern. Ada
juga yang satu bukunya yang memberikan solusi kepada orang modern agar tidak
semakin tergelincir ke dalam modernitas dengan judul Islam and The Plight of Modern
Man yang terbit di London tahun 1975. Dan kegelisahan Nasr mengenai keadaan dunia
seni modern dituangkan dalam sebuah buku berjudul Islamic Art and Spirituality yang
terbit di Suffolk tahun 1987.
Buku yang terakhir merupakan kumpulan kegelisahan yang mengerucut pada tematema dan sendi-sendi masyarakat modern, termasuk pada tema spisifik tentang fenomena
dunia seni modern. Nasr menganggap bahwa pembicaraan mengenai modernisasi seni
penting diketengahkan karena seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,
termasuk orang-orang Islam sendiri.
18
Setidaknya terdapat 45 thariqah Mu’tabarah dalam lingkungan Nahdlatul Ulama. Menurut KH. Aziz
Masyhuri bahwa ke-mu’tabarah-an sebuah thariqah adalah dapat dilihat dari sanad para Mursyid-nya yang
muttasil kepada Rasulullah SAW. Lebih jelas kunjungi http://tarekataulia.blogspot.com/2013/10/45-thariqahmutabarah-di-lingkungan.html , di download hari Selasa, 23 September 2014.
B. Konsep Seni Musik Islami: Epistemologi Seni Musik Nasr
1. Seni dan Keindahan
Teori seni yang paling tua adalah dari Plato, yang disebut teori metafisis. Teori
ini bermula dari corak filsafat Plato yang idealis. Menurutnya, bentuk-bentuk karya
seni tidak lain adalah sebuah manifestasi atau cerminan dari bentuk-bentuk abadi di
dunia ide. Bahkan Palto mengatakan bahwa seorang seniman itu hanyalah seorang
peniru (mimesis) dari bentuk-bentuk material duniawi, yang pada hal bentuk bentuk
itu sebenarnya adalah cerminan dari bentuk sempurna di dunia Ide.19 Sehingga dengan
ini Plato mengkategorikan seorang seniman pada wilayah yang rendah, dan tidak
layak memimpin sebuah bangsa, karena dianggap hanya peniru bentuk-bentuk yang
nampak pada alam dunia yang rendah ini.
Dalam filsafat terdapat cabang kefilsafatan yang khusus mendiskusikan tentang
keindahan, yaitu disebut estetika.20 Hasil karya seni sebagai bentuk dari keindahan
merupakan sesuatu yang indah serta nampak dan bisa dinikmati dengan panca indera.
Keindahan sendiri merupakan sebuah sifat yang menunjukkan eksistensi dari suatu
fenomena luar biasa yang membuat hati merasa suka dan cinta.21
Seni telah dikenal oleh manusia sejak jaman purba. Manusia purba yang dinilai
masih memiliki peradaban yang rendah ternyata telah memiliki hsil karya seni yang
indah dn menakjubkan. Lukisan-lukisan gua yang terdapat di situs-situs purbakala
keindahannya masih bisa dinikmati sampai sekarang. Bahkan tidak kalah indahnya
dengan karya seni orang-orang modern. Teknologi pembuatan candi di Jawa, pyramid
di Mesir dan punden berundak dari suku Inka sampai sekarang masih menimbulkan
pertanyaan yang belum bisa dijawab secara tuntas. Keindahan bangunan tersebut
masih mencengangkan setiap yang melihatnya.
Hasil karya seni dengan demikian tidak dipengaruhi seberapa modern
peradaban, melainkan dipengaruhi seberapa olah rasa dan olah karsa yang mendalam
19
Lihat Gie, Filsafat…, 21. Menurut Plato yang dimaksud reality (kenyataan) adalah kebenaran mutlak
yang abadi dan takbisa rusak pada dunia Ilahi atau Ide, sedangkan appearance (kenampakan) adalah sebuah
bentuk material duniawi yang tidak abadi. Sebagai cerminan dari yang abadi.
20
Menurut Sachari bahwa konsep tentang pegertian atas estetika terus bergeser. Pada era kontemporer
sekarang “estetika” tidak hanya dimaknai sebagai hal yang berhubungan dengan sesuatu yang indh, cantik dan
gaya seni, melainkan bergeser pada wilayah makna dan aksi mental. Lihat selengkapnya pad Agus Sachari,
Estetika: Makna, Simbol dan Daya (Bandung: Penerbit ITB, 2002), 2-3. Jika dilihat dari asal katanya, Estetika
berasal dari bahasa Yunani kuno “aistheton” yang berarti “kemampuan melihat lewat penginderaan”. Tujuan
“estetika”adalah “keindahan” sedangkan tujuan dari “logika” adalah “kebenaran”. Lihat Sumardjo, Filsafat
Seni, 24-25.
21
Setidaknya ada lima (5) obyek kajian dari estetika, yaitu menckup fenomena alam, karya seni, karya
desain, filsafat seni dan proses kreatif (pengalaman estetis). Lihat Ibid; 4.
dari kedalaman intelektual sang pembuatnya. Bahkan keindahan telah dipahami
manusia sejak dia lahir ke dunia ini. Anak-anak bahkan sudah mampu membedakan
warna-warna, dan dapat memilih warna mana yang ia suka. Selain itu anak-anak juga
sudah paham menyanyi dan memainkan suara-suara yang diharmonisasi oleh diri
mereka seiring dengan kemampuan berfikir dan inteleknya.
Keindahan bersifat universal, yang bentuknya menyebar ke segala penjuru alam
semesta yang melekat pada bentuk-bentuk tertentu yang dapat diketahui dengan panca
indera, dan dirasakan dengan hati dan jiwa.
Alloh SWT juga memiliki satu sifat Al-Jamalyang juga berarti “Yang Maha
Indah”. Sifat ini memancar ke alam semesta beserta isinya yang juga memiliki daya
keindahan yang berbeda-beda. Dalam ilmu tasawuf pancaran keindahan ini disebut
tajallidari Alloh SWT atas semua makhluknya. Setiap makhluk yang ada di dunia ini
memiliki keindahan masing-masing. Keindahan dapat dilihat dan dirasakan dengan
panca indera dan intellectus-spiritualitas yang mendalam.22
Panca indera memberikan informasi dan gambaran keindahan secara material,
baik yang berupa bentuk, suara, warna dan gerak.Keindahan dalam bentuk misalnya
dapat dilihat pada bentuk-bentuk bangunan atau susunan material yang tertata
sedemikian rupa sehingga memberikan sebuah kesan yang luar biasa dalam hati.
Misalnya sebuah bangunan masjid yang sangat megah dengan arsitektur tertentu,
misalnya masjid Nabawi di Makkah atau masjid Demak. Setiap orang yang pertama
kali melihat pasti akan tekejut atau takjub jika melihatnya langsung. Keindahan yang
disaksikan bisa dari segi bentuknya yang besar dan susunan materialnya yang rumit
sehingga membentuk sebuah bentuk tertentu yang menimbulkan ketakjuban bagi yang
menyaksikannya.
Keindahan suara dapat ditangkap dengan pendengaran yang berupa harmonisasi
nada-nada pada suara. Dan suara-suara bersumber dari berbagai macam sumber suara.
Keindahan nyanyian berasal dari suara oral manusia atau hewan. Selain itu suara juga
bisa berasal dari benda-benda tertentu, yang menghasilkan suara-suara akustik, atau
juga dari alat-alat musik yang menghasilkan keindahan suara, yang kemudian
tersusun secara dinamis, yang menghasilkan harmonisasi suara yang menyentuh
kalbu. Bahkan kebanyakan ritual peribadatan selalu dibantu dengan iringan suara dan
22
Al-Ghazali mengatakan dalam Kimiya-I Sahadah bahwa “Keindahan bentuk luar yang dilihat oleh mata
telanjang dapat dialami bahkan oleh anak-anak dan binatang…sedangkan keindahan bentuk dalam hanya dapat
ditangkap oleh mata hati dan cahaya visi dalam manusia”. Lihat Zainal Arifin Thoha, Eksotisme Seni Budya
Islam (Yogyakarta: Bukulaela, 2002), 143.
musik dari alat musik tertentu.Harmonisasi suara menghasilkan irama yang mengalun
serta mengalir dari hulu ke hilir dalam ruang suara. Aliran nada-nada yang harmonis
menjadi sebuah dimensi penuh warna suara. Semacam dunia indah penuh dendang.
Selain itu warna-warna yang disusun secara harmonis juga akan memberikan
keindahan dalam dalam seni rupa. Pencampuran warna-warna yang divisualisasikan
ke dalam sebuah media akan menampilkan dunia warna yang menakjubkan. Seni
lukis dan lukisan-lukisan yang dihasilkan dunia baru dalam warna dimana
menggambarkan sebuah dunia visual tertentu yang membuat penikmatnya memasuki
dunia visualisasi tersebut. Keharmonisan warna-warna ini tentu dihasilkan dengan
olah rasa dan karsa pelukis yang merupakan curahan keindahan dunia spiritual sang
pelukis.
Karya-karya seni merupakan salah satu sumber keindahan, disamping
keindahan-keindahan alami yang tersirat dalam alam semesta dari pancaran keindahan
Ilahi. Manusia diberikan jiwa dan raga oleh Alloh SWT sebagai pemancar keindahanNya di dunia ini. Sehingga kesenian apapun sebenarnya jika direnungkan dengan
mendalam akan membimbing sang penikmat seni menuju sebuah dunia keindahan
yang penuh ke-Jamal-an, dan pada akhirnya ketemu yang Maha Indah.
2. Hakekat Musik
Salah satu hasil karya seni adalah seni musik. Bentuk material dari seni ini
adalah berupa alunan suara-suara yang tertata sedemikian rupa dan harmonis.23 Musik
sering kali berkolaborasi dengan menyanyi. Dan pada dasarnya memiliki kesamaan
berupa keindahan yang berasal dari suara. Musik dihasilkan dari alat-alat musik
sedangkan nyanyian dari pita suara yang dikeluarkan dengan cara oral. Musikdan
nyanyian hanya dapat didengar dengan telinga. Dengan demikian materi seni musik
berbentuk suara.
Menurut Nasr, musik berfungsi sebagai:
Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dari beban kemanusiaan
(basyariyat), dan menghibur tabiat manusia. Musik merupakan stimulan untuk
melihat rahasia ketuhanan (asrar-i rabbani). Bagi sebagian orang musik adalah
godaan karena ketidaksempurnaan mereka. Bagi yang lain, yang telah mencapai
kesempurnaan, musik sebagai peringatan (ibrat). Musik tidak diperuntukkan
bagi mereka yang masih berada pada tingkatan dasar, apalagi yang hatinya telah
beku, karena akan mengakibatkan mereka hancur. Namun, bagi yang hatinya
gembira, tak peduli apakah dia berhasil atau gagal menemukan jiwa, perlu
23
Lihat Al-Baghdadi, Seni, 13.
mendengarkan musik. Karena dalam musik terdapat ratusan ribu kegembiraan,
yang salah satunya dapat membantu seseorang melintasi ribuan tahun perjalanan
untuk mencapai makrifat yang tidak dapat dicapai ahli makrifat melalui berbagai
jenis ibadah lainnya.24
Dari fungsi seni yang disampaikan Nasr di atas terlihat bahwa seni selalu
dikaitkan dengan jiwa. Material suara seni merupakan bentuk atau form yang hanya
sebagai lantaran untuk mendapatkan sebuah alam ruhaniah di balik alam jasmaniah.
Jiwa menjadi tentram jika jasmaniah kita terstimulasi oleh alunan musik. Musik
merupakan salah satu pintu masuk ke alam ketuhanan.
Akan tetapi seni tidak akan menemui fungsinya tersebut manakala sang
pendengar tidak berada pada tingkatan kematangan jiwa. Kondisi spiritualitas,
intellectusdan tingkatan ruhani sangat menetukan. Di dalam musik mengandung unsur
kegembiraan yang tiada taranya, sehingga hanya orang yang gembira saja yang bisa
mendapatkan kegembiraan dari musik. Dengan kata lain, orang yang hatinya sedang
sedih dan dalam kondisi hati yang gelap tidak akan mendapat kegembiraan musik
tersebut. Unsur dalam dari musik tidak akan didapatkan.
Selain itu musik sebagai salah satu alat bantu utama menuju dunia spiritual.
Setiap agama bahkan selalu memiliki cara melakukan ekspresi spiritualnya dengan
bantuan suara-suara dari alat musik. Seperti lonceng pada liturgis agama Hindu,
musik dan nyanyian ruhani di agama Nasrani, bahkan di Islam sendiri ada seni musik
dan tari dalam seni sama’dari tariqat Maulawiyah. Bahkan dalam Islam sendiri
banyak aliran musik islami, semisal gambus, qasidah, hadrah, marawis, terbangan
dan lain sebagainya. Tentu fenomena ini ada alasan yang bisa menjelaskannya.
Nasr menyebutkan di atas bahwa dengan musik bisa mengirim sang salik
melampaui perjalanan ribuan tahun perjalanan spiritual. Maksudnya adalah dalam
melakukan perjalanan spiritual seseorang terkadang mengalami hambatan-hambatan,
salah satunya adalah hambatan dalam berkontemplasi dan berdzikir dalam rangka
mendekatkan diri dengan Sang Khaliq. Dalam mendapatkan tingkatan haqiqat yang
sempurna sulit didapat dengan riyadhah biasa. Perlu adanya bantuan perenungan agar
lebih cepat sampai pada dimensi tertentu tingkatan kontemplasi. Dan musik
merupakan salah satu alat bantu yang sangat penting. Alunan suara-suara nada yang
harmonis memberikan ketentraman jiwa yang selanjutnya memberikan efek
24
Nasr, Spiritualitas, 169.
konsentrasi pada otak kanan dan khususnya otak kiri yang lebih focus. Dengan
demikian akan mengantar jiwa naik ke level yang tinggi.
Selanjutnya Nasr membagi bentuk seni berdasarkan fungsinya menjadi dua
kelompok; pertama, disebut seni suci yaitu seni yang berfungsi sacramental, dan
seperti agama itu sendiri, sekaligus sebagai kebenaran dan kehadiran; kedua, disebut
seni tradisional yaitu seni yang berfungsi sebagai dasar dan saluran bagi pengetahuan
dan keanggunan karakter suci. 25 Jenis seni yang pertama menggambarkan pada
hubungan yang langsung sebuah seni dengan kegiatan liturgy keagamaan. Seperti
misalnya kaligrafi, seni qira‟at Al-Qur‟an dan lain lain. Sedangkan bentuk yang ke
dua adalah seni yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan keagamaan.
Misalnya seni membuat pedang atau gerabah yang mengandung makna filosofis
tertentu.
Musik sendiri sering langsung berhubungan dengan kegiatan keagamaan,
misalnya dalam iringan tari sama’dalam thariqat Maulawiyah. Atau misalnya di
agama Hindu lonceng kecil selalu dibunyikan mengiringi puji-pujian jamaa‟ah kepada
Tuhannya. Dengan demikian seni musik dalam konteks tertentu juga masuk dalam
kategori seni suci. Nasr menyebut musik dalam kategori seni suci dengan istilah seni
musik spiritual, yang dibaginya ke dalam tiga macam peruntukan; pertama,yang
diperuntukkan bagi kaum awam, kedua,bagi kaum elit (khawash), ketiga, bagi kaum
elitnya elit (khawash al-khawash). Kaum awam mendengarkan dengan “sifat dasar”
yaitu sifat ketidaksempurnaan sebagian besar dari manusia yang dikuasai hawa nafsu
(thabi’at) dan sifat primordial (fitrah) yang terdapat juga di dalam hati setiap orang,
akan tetapi tersembunyi dan biasanya diselubungi oleh kelalaian-kelalaian,
kebodohan, dan hawa nafsu atau thabi’at menurut terminology kaum sufi, dan itu
adalah kemiskinan. 26 Kaum elit mendengar dengan hati, dan itu berada dalam
pencarian. 27 Kalangan elitnya elit mendengar dengan jiwa, dan itu berada dalam
cinta. 28 Ditegaskan oleh Nasr bahwa Islam melarang profanisasi musik sehingga
mengabaikan dimensi esoteric seni musik 29 . Sehingga musik harus dibatasi oleh
25
Lihat Sayyed Hossein Nasr, Inteligensi dan Spiritualitas Agama Agama , ter. Suharsono dkk., (Jakarta:
Inisiasi Press, 2004), 267-268.
26
Nasr, Spiritualitas…, 174.
27
Ibid.
28
Ibid.
29
Ibid., 175. Istilah ini sering dipakai dalam filsafat perenialisme. Ada dua wilayah besar yang ada dalam
dimensi hakekat. Pertama adalah wilayah eksoteric yaitu wilayah lahiriah yang mempunyai bentuk material
bermacam-macam, kedua, adalah wilayah esoteric yaitu wilayah batiniah yang memiliki persatuan bentuk yang
peraturan yang membatasi dari pembangkitan nafsu-nafsu hewani, secara esoteric
musik menjadi sarana untuk mengubah perasaan dan jiwa.30
Universal, sacret, transenden
Esoteric
-------------------------Eksoteric
partial, profan, imanen
Dalam dunia universal terdapat kesejatian yang sebenarnya. Bentuk-bentuk di
dunia eksoteric melebur menjadi satu bentuk universal yang menjadi pusat muara
segala yang profane. Menurut Nasr seni musik spiritual berasal dari kesunyian dan
bahkan, akar dari setiap nada-nada berasal dari dasar dunia kesunyian yang sangat
luas,sebuah dunia yang berada di balik setiap nada, sekalipun seluruh dunia nada
memperoleh eksistensinya dari kekuatan yang memberinya kehidupan.31 Lebih dalam
lagi, Nasr mengatakan bahwa kehidupan manusia di dunia ini berada diantara dua
dunia kesunyian, yaitu diantara dunia sebelum lahir (alam ruh) dan dunia kematian
(alam kubur). Alam dunia adalah alam kegaduhan sekejab seperti tangisan mendadak
sekejab memecah kesunyian abadi sekedar untuk bersatu dengannya, dan kegaduhan
ini akan berarti jika dijadikan nyanyian yang memikat dimensi batin manusia. 32 Dan
kesunyian itu adalah Wujud murni dari musik abadi yang merupakan refleksi dari
dunia transenden.33
Dengan demikian alunan musik sejati adalah kesunyian dan keheningan yang
merupakan hakekat dari segala suara dan nada. Kesunyian dan keheningan merupakan
puncak kontemplasi dan merupakan tempat berlabuhnya jiwa. Musik spiritual, atau
musik suci membimbing para pendengarnya menuju dunia hening ini. Sebuah dunia
yang menenteramkan, yang memberikan kedamaian, bebas dari kegalauan, bebas dari
nafsu-nafsu yang membuat orang gersang spiritualnya. Sebagai solusi bagi orangorang modern yang cenderung teralienasi dari centreatau axis-nya dan terpental di
wilayah pheriperi-nya dengan nada-nada yang terlepas dari akarnya.
universal. Lihat Huston Smith, “Filsafat Perennial, tradisi Primordial” dalam Perennialisme: Melacak Jejak
Filsafat Abadi (ed.) Ahmad Norma Permata, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), 113.
30
Nasr, Spiritualitas…, 175.
31
Ibid., 177.
32
Ibid.
33
Ibid.
C. Perkembangan Seni Musik Islami dan Aplikasinya di Era Sekarang
Masa modern seperti sekarang dengan teknologi dan ilmu pengetahuannya telah
banyak memberikan manfaat bagi manusia. Semua menjadi mudah serta manusia bebas
mengeksplorasi kehausan akademis demi mendapatkan penemuan penemuan baru dalam
iptek. Selain itu system dalam kehidupan bermasyarakat sedikit banyak juga mengalami
pengaruh modernitas. Yang semula membutuhkan banyak orang, dengan iptek bisa jadi
tidak membutuhkan banyak orang dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan berat. Atau yang
semula merupakan pekerjaan yang sacral, kemudian termodernisasi menjadi tidak sacral.
Tradisi dianggap tidak sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga pada konteks
tertentu ditinggalkan begitu saja tanpa dipahami lebih mendalam.
Anak kandung dari modernisme adalah sekularisasi atas ajaran-ajaran agama yang
pada akhirnya mengecilkan fungsi jiwa. Spiritualitas menjadi terpinggirkan karena
dianggap sebagai tak berpijak pada iptek. Sementara itu agama dipisahkan dari system
kenegaraan, karena dibeberapa hal dianggap menjadi sumber penindasan. 34 Sehingga
dapat dipastikan bahwa ajaran agama yang memiliki ajaran spiritual menjadi kebutuhan
privat masing-masing individu, dan tidak diperlukan dalam kehidupan sosial kenegaraan.
Dampak nyatanya adalah juga semakin bebasnya aliran-aliran seni modern yang
menginginkan kebebasan dan lepas dari kungkungan tradisi-spiritual sebuah agama
manapun. Padahal, menurut Qardhawi, bahwa jika spirit seni adalah rasa keindahan dan
ekspresinya, maka ketahuilah bahwa Islam – sebagai agama yang paling agung – telah
menanamkan kecintaan dan rasa keindahan itu dalam lubuk hati yang paling dalam pada
diri setiap muslim.35 Sehingga bagi seorang yang beragama, khususnya beragama Islam,
maka seni tidak bisa lepas dari spirit keindahan yang juga bersumber kepada ajaran-ajaran
Islam. Dan inilah yang mungkin dimaksud oleh Nasr seni Islami.
Seni-seni yang bercorak Islami mengahadapi tantangan yang cukup berat pada
konteks ini, khususnya seni musik. Modernitas memberikan lokus bebas nilai terhadap
musik. Aliran musik muncul dengan berbagai macam bentuknya. Dalam bentuk
materialnya mulai yang slow sampai yang paling keras. Ada yang paling keras namanya
34
Rumadi, Masyarakat Post-Teologi:Wajah Baru Agama dan Demokrasi Indonesia, (Bekasi:PT. Gugus
Press, 2002), 23.
35
Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, ter. Wahid Ahmadi dkk, (Solo: Intermedia, 1998), 13.
musik rock, kemudian yang bercorak tradisional ada musikkoplo36dangdut dan lain lain.
Disamping itu juga masih ada yang mempertahankan seni-seni musik spiritual, atau
bahkan mencampur nuansa modern dengan nuansa religi, semacam musik qasidah atau
pop religi. Bahkan ada yang beraliran dangdut koploreligi.
Seni musik islami atau seni musik spiritual tidak banyak dikenal, bahkan
dikalangan umat Islam sendiri. Misalnya – seperti yang dicontohkan Nasr – adalah seni
sufi sama’ seperti yang disebutkan di atas pada masa sekarang sudah tidak begitu terlihat.
Bahkan akhir-akhir ini ada jamaah dzikir dengan shalawat yang menamakan diri sebagai
jamaah Mafia Shalawat 37 yang mencoba menampilkan tarian sufi ini dengan cara
berbeda. Tarian yang dtunjukkan dengan kostumnya memang sama persis dengan cara
menari dari thariqat Maulawiyah. Akan tetapi iringan musiknya tidak memperlihatkan
corak sebagaimana musik aslinya yang menggunakan irama bas dari rebana-rebana khas
Persia. Alat musik yang dipakai sama sekali baru dan modern. Rebana dipakai sebagai
pelengkap saja dan bukan merupakan alat inti. Bahkan rebana mungkin bisa saja diganti
dengan suara organ yang ada.
Agaknya, jamaah ini ingin menampilkan sebuah seni musik spiritual sebagai mana
dia menyebutnya tarian yang mirip tari sama’ tersebut sebagai tarian sufi. Akan tetapi
usaha ini belum mampu menyentuh inti dari ajaran dan makna dari tarian sama’ tersebut.
Secara material gerakan sudah sama, tetapi belum mampu menampilkan inti ajarannya.
Belum lagi irama musiknya sama sekali tidak masuk dalam kategori yang tradisional
sebagaimana aslinya. Sejatinya, antara musik dan tarian merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Pencampuran modern dan tradisional dalam sebuah seni spiritual
menimbulkan „rasa” yang berbeda dalam qalbu.
Musik dan tarian sebagai bentuk material merupakan satu kesatuan material yang
merupakan pintu masuk ke gerbang Wujud abadi musik berupa dunia “Kesunyian
36
Corak musik ini didominasi oleh suara gendang atau ketipung dengan sedikit mirip musik jaipong dari
Jawa Barat. Biasanya bagi yang mendengarkannya akan segera ikut bergoyang dan berjoget mengikuti alunan
suara gendang tersebut. Tidak sedikit dalam berjoget saling bersenggolan dan pada akhirnya saling berkelahi.
37
Jamaah Mafia Shalawat kebanyakan adalah dari kalangan pemuda dan pemudi. Jamaah ini dipimpin
guru spiritual bernama Gus Ali “Gondrong” dari Semarang, kegiatan jamaah ini biasanya dilakukan ditanah
lapang dengan menggunakan panggung sebagai tempat alat musik, penyanyi dan penarinya. Disela-sela
memainkan beberapa lagu Shalawat yang berisi puji-pujian kepada Rasullullah SAW, Gus Ali memberikan
tausiah berupa nasehat-nasehat yang baik untuk semua jamaah yang hadir di lokasi tersebut. Biasanya dihadiri
ratusan bahkan ribuan orang dari berbagai kalangan, khususnya kalangan pemuda dan pemudi. Di awal-awal
kegiatan jamaah ini bisa sampai jam 03.00 dini hari. Belakangan banyak komplain dari orang tua santri,
sehingga waktu kegiatan lebih diperpendek, sampai sekitar jam 24.00 WIB setiap kegiatan. Ciri khas baju yang
mereka pakai adalah berwarna hitam, mengikuti warna jubbah Gus Ali. Kebanyakan dibuat dalam bentuk Tshirt. Para jamaah ikut mendendangkan shalawat yang dialunkan oleh penyanyi yang diiringi musik semacam
gambus campuran, sambil menggoyang-goyangkan bendera Mafia Shalawat, merah putih dan kain segi tiga
berwarna warni.
Abadi”. Sehingga tidak sekedar membuat sebuah material musik, tetapi harus didasari
dari olah rasa dari intektual yang dalam. Juga harus dilandasi dengan hati dan segenap
jiwa yang memberikan kehidupan spiritual, agar tidak gersang hakekat. Seperti
diibaratkan oleh Nasr di atas, bahwa dunia ini ibarat sebuah musik yang memiliki
kegaduhan paling tinggi, yang keberadaannya hanyalah sekejab yang memecahkan akar
dari nada-nada musik yaitu kesunyian abadi sehinggamusik yang diciptakan seharusnya
memberikan aliran yang membawa pendengarnya dan pengalunnya kembali menyatu
dengan kesunyian. Dan hal ini hanya mampu dilakukan jika seseorang telah melakukan
jalan tasawuf.
Kembali ke corak musik yang ada sekarang, misalnya gaya bermusik jamaah Mafia
Shalawat, sebenarnya telah memberikan kontribusi kepada mulai diketengahkannnya lagi
dimensi-dimensi spiritual sebuah musik, yang tidak sekedar bernyanyi dan bermusik ria,
tetapi dicoba diberi sentuhan awal dalam nuansa tasawuf. Tariannya memberikan corak
khas tasawuf, walaupun musiknya belum. Dengan demikian sebenarnya telah ada upaya
menjembatani musik modern untuk mengarah ke musik spiritual. Jika hal ini benar, maka
seharusnya ada kegiatan tambahan berikutnya yang memfokuskan diri memperdalam
dengan sesungguhnya untuk total masuk kepada nyanyian dan tarian sufi dari thariqat
Maulawiyah tersebut. Kegiatan tersebut hendaknya dilakukan dengan lebih privat seperti
thariqat-thariqat lainnya, memiliki metodologi penapakan jalan spiritualitas yang jelas.
Setiap jenjang penapakan spiritual dijelaskan oleh sang mursid supaya tidak terjadi
“ketergelinciran” jalan menuju hakekat.
Kegiatan ini bisa dilakukan untuk kalangan santri dengn kemampuan pemahaman
tertentu, yang kemudian diajak menapaki jalan-jalan spiritual (riyadhah) sesuai
thariqatnya tersebut. Tidak dilakukan diwilayah publik dahulu. Cukup dilakukan di
majlis-majlis tertentu. Dengan demikian akan didapatkan pemahaman yang utuh
mengenai dunia hakekat musik sebagaimana yang diajarkan para sufi.
Pada konteks yang lain sebenarnya masih banyak kita lihat bagaimana
rebana38dimainkan dalam acara-acara kegiatan keislaman. Mulai dari hadrah, qasidah dan
yang sekarang mulai trend adalah seni rebana Al-Banjari. Jenis musik ini cenderung
dianggap paling islami pada saat ini. Bahkan dalam kegiatan jamaah Al-Khitmah39 yang
38
Pemakaian alat musik rebana kebanyakan ulama fiqh menghukumi mubah sebagaimana hukum
asalnya. Lihat Qardhawi, Islam…, 82.
39
Jamaah Al-Khitmah lebih menekankan pada dzikirnya. Kegiatannya dilakukan biasanya ditempattempat terlindung, seperti masjid dan aula-aula. Jika dilakukan ditanah lapang biasanya dipakai tenda sebagai
pelindung. Kebanyakan jamaah dari kalangan dewasa. Untuk konteks Kab. Ponorogo dipimpin oleh Gus
sekarang terus berkembang, didalam wiridnya yang menjelang akhir proses dilantunkan
beberapa puji-pujian yang diiringi dengan bunyi rebana Al-Banjari. Saat dimainkan, alat
musik ini memberikan nuansa khitmat tertentu, sembari setiap jamaah diolesi minyak
wangi sebagai simbol kesucian jiwa dan raganya. Alunan irama Al-Banjari ini
membimbing jamaah memasuki dunia nubuwwah saat dilantunkan syair mengenai
keagungan rasul. Akan tetapi dalam konteks jamaah Al-Khitmah di atas belum secara
total menggunakan media musik untuk menuju alam Kesunyian. Irama yang dipakai
masih menitikberatkan pada alunan suara oral dalam berdzikir. Tetapi, agaknya lebih
dekat dengan nuansa musik spiritual.
Selain kedua contoh di atas sebenarnya masih banyak lagi seni tradisional – yang
menurut penulis – bisa dikatgorikan ke dalam seni suci, misalnya seni terbangan dan
slawatan 40 yang memberikan nuansa religius lebih kental. Terutama bagi penapak
spiritual dari kalangan orang Jawa. Corak suara alat musikterbang bernada bass yang bila
didengarkan dengan seksama memberikan
sentuhan
yang
andhap asor
atau
lowprofilebagi sang pendengar. Membawa ke dunia yang khusyuk dan nuansa kehambaan
pada Sang Khaliq.
Akan tetapi seni musik yang seperti di atas semakin terpinggirkan, diganti posisi
musik-musik modern yang kian liar dan gersang. Alunan musik rock yang
menggambarkan pemberontakan atas realitas semakin disukai. Atau musik-musik yang
merangsang goyangan erotis dan membuat orang terlena ke alam rendah semakin
digemari. Musik hanya sebatas sebagai bahan komoditas yang diperjualbelikan
berdasarkan kebutuhan pasar belaka. Musik diciptakan semata-mata untuk hiburan saja,
tanpa mempedulikan nilai yang harus dibawanya.
Dengan adanya fenomena di atas, musik spiritual Nasr menjadi solusi penting pada
saat sekarang. Bukan sekedar seperti yang sekarang telah terjadi, yaitu islamisasi seni41,
tapi seni islami yang bernuansa spiritual harus diketengahkan kembali. Dan seni spiritual
berada pada inti dari setiap seni tradisional. Termasuk seni musik.
Nugroho dari Malang. Selalu memakai baju koko putih dan penutup kepala berwarna putih juga.Kegiatannya
dilakukan malam dan siang hari, sesua dengan situasi.
40
Seni ini dimainkan oleh beberapa orang yang sudah dewasa, yang melantunkan nyanyian tauhid dalam
bahasa Arab, yang kemudian dijabarkan dengan nyanyian juga dengan bahasa Jawa. Diiringi dengan alat
musikterbang yaitu semacam rebana, tetapi berukuran lebih besar berdiameter sekitar 40 cm bagi yang terkecil,
dan yang besar bisa sampai berdiameter 60 cm. Seni ini sudah sangat sulit ditemukan. Di Ponorogo, sejauh yang
penulis ketahui, masih ada di daerah Ponorogo bagian Barat, misalnya di Kec. Jambon, Desa Blembem.
41
Sekarang banyak terlihat fenomena islamisasi seni. Contohnya adalah pernah terjadi di Ponorogo tari
reog dilakukan para santri PP. Arrisalah dengan memakai pakaian muslim. Atau juga acara-acara di televisi
disisipi ceramah-ceramah keagamaan.
Daftar Pustaka
Abdurrahman Al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam (Jakarta: Gema Insani, 1991)
Agus Sachari, Estetika: Makna, Simbol dan Daya (Bandung: Penerbit ITB, 2002)
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum:Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2013)
Azyumardi Azra, “Memperkenalkan Pemikiran Hossein Nasr”, dalam Seminar Sehari:
Spiritualitas, Krisis Dunia Modern dan Agama Masa Depan (Jakarta: Paramadina,
1993)
Huston Smith, “Filsafat Perennial, tradisi Primordial” dalam Perennialisme: Melacak Jejak
Filsafat Abadi (ed.) Ahmad Norma Permata, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996)
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/2264
http://id.wilkipedia.org/wiki/Bonang_Barung
http://id.wilkipedia.org/wiki/Sunan_Bonang
http://tarekataulia.blogspot.com/2013/10/45-thariqah-mutabarah-di-lingkungan.html
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, (Bandung: Penerbit ITB, 2000)
Koento Wibisono, Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983)
Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000)
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Arkola,
tt)
Rumadi, Masyarakat Post-Teologi: Wajah Baru Agama dan Demokrasi Indonesia,
(Bekasi:PT. Gugus Press, 2002)
Seyyed Hossein Nasr, Islam and The Plight of Modern Man, (London: Longman, 1975)
---------------------------, Spiritualitas dan Seni Islam, terj. Sutedjo, (Bandung: Mizan, 1994)
---------------------------, “Tentang Tradisi” dalam Perenialisme: Melacak Jejak Filsafat Abadi,
(ed.) Ahmad Norma Permata (Yogyakarta: Tiara Wacana,1996)
---------------------------, Islam Antara Cita dan Fakta, terj. Abdurrahman Wahid dan Hasyim
Wahid (Yogyakarta: Pusaka, 2001),
---------------------------, Inteligensi dan Spiritualitas Agama Agama , ter. Suharsono dkk.,
(Jakarta: Inisiasi Press, 2004)
The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: PUBIB, 2005)
Yusuf Qardhawi, Islam Bicara Seni, ter. Wahid Ahmadi dkk, (Solo: Intermedia, 1998)
Zainal Arifin Thoha, Eksotisme Seni Budya Islam (Yogyakarta: Bukulaela, 2002)
Download