Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene pada Siswa-siswi

advertisement
PEMBELAJARAN POLA RITME LEKU SENE
PADA SISWA-SISWI KELAS IX SMPK ST. YOSEF NOEMUTI
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
MELALUI METODE MENIRU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MAKSIMILIAN KESA
NO. REG: 171 10 037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2014
i
ii
iii
MOTTO
Menabur dengan air mata
Menuai dengan sukacita
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahakan untuk
kedua orang tua ku tercinta;
Bapa Aloysius Kesa dan Mama anastasia Selan,
Kakak Yanuarius Kesa, Kakak Iron Ulan,
Adik Fransiskus Kesa, Adik Redegundis Kesa,
Ponaanku tersayang Ayrin Kesa
dan Eyrin Kesa.
Kekasih tercinta Jose Manuel Mendonca De Araujo
yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan
pendidikan saya
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene pada Siswa-siswi Kelas IX SMPK
St.Yosef Noemuti Melalui Metode Meniru”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, banyak mengalami
hambatan. Namun berkat bantuan dan pemikiran serta dukungan dari berbagai pihak,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis
menyampaikan limpah terima kasih dan kepada:
1. Rektor UNWIRA, Pater Yulius Yasinto, SVD, M.A., M.Sc. yang telah dengan
bijaksana memimpin lembaga ini.
2. Dekan FKIP Unwira Kupang, Bapak Drs. Alfons Bunga Naen, M.Pd. yang
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sendratasik Unwira Kupang, Bapak Melkior
Kian S.Sn., M.Sn. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama
menimba ilmu di Program Studi ini.
4. Bapak Drs. Agustinus Beda Ama, S.Sn., M.Si, selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Flora Ceunfin, S.Sn., M.Sn, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
6. Penguji I, Pater Yohanes Don Bosko Bakok,SVD, S.Sn., M.Sn yang telah
memberikan masukan demi penyempurnaan penulisan ini.
7. Penguji II, Bapak Melkior Kian S.Sn., M.Sn yang telah memberikan masukan
demi penyempurnaan penulisan ini.
8. Penguji III, Bapak Drs.Agustinus Beda Ama S.Sn., M.Si yang telah memberikan
masukan demi penyempurnaan tulisan ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Sendratasik yang telah mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepala SMPK St. Yosef Noemuti yang telah memberikan ruang dan tempat bagi
penulis untuk melaksanakan penelitian.
11. Para guru SMPK St.Yosef Noemuti yang dengan senang hati dan tulus membantu
saya selama masa penelitian.
12. Siswa-siswi SMPK St.Yosef Noemuti, khususnya kelas IX yang telah
berpartisipasi.
13. Kedua Orang tuaku tercinta, Bapa Aloysius Kesa dan Mama Anastasia Selan,
untuk doa, cinta dan kasih sayang yang tak berujung sehingga penulis dapat
melalui sebuah perjalanan menuju asa dan cita-cita.
14. Kakak adikku yang selalu dengan setia menanti keberhasilanku dan senantiasa
memberikan motivasi: Kakak Anis, Siska, Arry, Iron, Fren, Sema, serta ponaanku
Ayrin dan Eyrin.
vii
15. Teman-teman seangkatan 2010(BS10) yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung
peneliti
dalam
menyelesaikan
skripsi
ini,
serta
warga
HIMPROSMUS yang masih berjuang sampai saat ini.
16. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya Tuhan Yang Maha
Kuasa selalu menaungi perjalanan hidup, semoga jasa dan kebaikan mendapat
imbalan dari-Nya.
Akhirnya dengan rendah hati Penulis mempersembahkan tulisan ini, semoga
bermanfaat bagi para pembaca.
Kupang, November 2014
Penulis
viii
PEMBELAJARAN POLA RITME LEKU SENE PADA SISWA-SISWI KELAS
IX SMPK ST. YOSEF NOEMUTI MELALUI METODE MENIRU
ABSTRAK
Oleh: MAKSIMILIAN KESA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya memperkenalkan Leku Sene
yang menjadi salah satu seni etnik dari suku Dawan, tepatnya di Kabupaten Timor
Tengah Utara, lebih khusus lagi di Kecamatan Noemuti, kepada siswa-siswi kelas IX
yang dalam kurikulumnya memberi ruang bagi pembelajaran tentang seni budaya.
Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini yakni bagaimana proses
memperkenalkan pukulan/pola ritme Leku Sene kepada siswa-siswi kelas IX SMPK
St. Yosef Noemuti melalui pendekatan meniru dan apa kesulitan atau kendala siswa
dalam mempelajari pola ritme Leku Sene dan bagaimana upaya mengatasinya.
Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan proses guru
memperkenalkan ragam pukulan Leku Sene kepada siswa-siswi, mengetahui
kesulitan/kendala siswa dalam mempelajari pola ritme Leku Sene dan bagaimana
upaya/solusi untuk menjawabi permasalahan tersebut.
Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan metode tindakan kelas. Data-data
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi audio visual untuk diolah
dan dianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam memperkenalkan
pola ritme Leku Sene kepada siswa-siswi kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti
dilakukan melalui langkah-langkah yang meliputi: guru menginformasikan ragam
pukulan Leku Sene yang terdiri dari tiga ragam pukulan dengan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda. Selanjutnya guru mermberikan contoh ragam pukulan pertama yaitu
pada gong pertama (ki ko) untuk ditiru siswa secara perorangan di bawah bimbingan
guru sampai mereka menguasai pola ritmenya. Langkah berikutnya guru
memperkenalkan pola ritme kedua yaitu pada gong kedua (to to’o), setelah itu pola
ritme ketiga yaitu pada gong ketiga (kbolo), dan yang berikutnya adalah pola ritme
gendang.
Proses ini dilakukan berulang-ulang dan siswa yang kesulitan dibantu dan
diarahkan guru melalui contoh dengan lebih pelan sampai mereka menguasai pukulan
atau pola ritmenya walaupun masih belum sempurna.
Setelah setiap siswa menguasai semua pola ritme tersebut di atas, mereka lalu
digabungkan untuk menabuh bersama.
Kata Kunci: pembelajaran, pola ritme, Leku Sene, pendekatan meniru, tindakan
kelas
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
LEMBARAN PERSETUJUAN .............................................................
ii
LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................
iii
MOTTO .....................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN......................................................................................
v
KATA PENGANTAR...............................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................
ix
DAFTAR ISI..............................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
5
D. Manfaat Penulisan .......................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Pembelajaran .................................................................
6
1. Pengertian Pembelajaran. .....................................................
6
2. Ciri-ciri Belajar.....................................................................
7
3. Proses Belajar .......................................................................
9
B. Pengertian Model Pembelajaran ..................................................
10
C. Musik Pengiring...........................................................................
12
D. Ritme............................................................................................
15
x
E. Birama/Metrum/Pola Ketuk .........................................................
15
F. Notasi............................................................................................
16
G. Harmoni .......................................................................................
17
H. Bentuk Not dan Nilai Not ............................................................
17
I . Leku Sene......................................................................................
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................
20
3.2 Metode Penelitian ......................................................................
20
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................
21
3.4 Teknik Pengumpulan Data .........................................................
21
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................
22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPK St. Yosef Noemuti ................................
24
B. Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene...............................................
25
1. Siklus 1............................................................................................
25
2. Siklus 2............................................................................................
36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
43
B. Saran................................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
45
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
xii
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesenian merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah
Menengah Pertama. Kesenian pada jenjang SMP yang menitikberatkan pada
kemampuan keterampilan dasar musik(sebagai cara untuk mendapatkan
pengalaman langsung tentang estetika dan etika seni). Peranan guru musik adalah
menciptakan kondisi musikal yang kondusif, sehingga siswa dapat mengalami
dan memahami suatu karya cipta musik sepenuhnya.
Di kalangan siswa terdapat kecenderungan, bahwa mata pelajaran ini
kurang diminati. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran ini, disebabkan
karena kurangnya upaya guru untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa.
Dalam bidang seni ketersediaan fasilitas merupakan tuntutan yang tidak
bisa dihindari. Fasilitas yang dimaksudkan di sini adalah ketersediaan ruang
tempat melaksanakan proses pembelajaran, waktu yang dialokasikan secara
khusus, dan peralatan seperti alat musik. Dilain pihak ketersediaan sumber daya
manusia berupa guru dan atau pelatih seni merupakan faktor penentu berjalan
tidaknya suatu program kegiatan seni, baik yang dilaksanakan di kelas sebagai
bagian dari materi mata pelajaran Seni Budaya, maupun materi untuk kegiatan
pengembangan diri yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam hubungan dengan materi ajar, seorang guru yang bertindak sebagai
pengelola pelajaran seni hendaknya memahami secara benar materi yang hendak
1
diajarkannya. Materi yang dijadikan sebagai bahan ajar hendaknya dapat
memberikan nilai tambah terhadap kemampuan para siswa baik dalam rangka
memperluas
wawasan
mengenai
keragaman
karya
seni,
unsur-unsur
keindahannya, maupun dalam rangka memperkenalkan secara mendalam nilainilai yang berada di balik kesenian tersebut terkait dengan konteks kehidupan
masyarakat pendukungnya.
Salah satu materi pokok yang tertuang dalam kurikulum tingkat sekolah
menengah pertama pada mata pelajaran Seni Budaya adalah musik. Guru selaku
pengelola mata pelajaran ini diberikan kesempatan mengembangkan materi
ajarnya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, dalam hal ini
materi yang dipilih diambil dari berbagai jenis musik salah satunya adalah musik
tradisional.
Musik daerah atau musik tradisional merupakan musik yang ada di
lingkungan sekitar yang dapat diajarkan kepada siswa. Materi ini tentu sudah
dipertimbangkan memiliki unsur keindahan yang harus dimengerti sebagai
kekayaan dan keunikan suatu budaya tertentu di samping itu mengandung nilainilai yang berguna bagi masyarakat pemiliknya. Jadi semua karya musik daerah
atau musik tradisional memiliki peluang untuk diajarkan di sekolah.
Dalam hubungan dengan penulisan ini peneliti akan memfokuskan pada
musik daerah Leku Sene, salah satu musik tradisional dari daerah Timor Tengah
Utara yang oleh masyarakat pemiliknya difungsikan sebagai musik pengiring tari
2
dalam acara penjemputan tamu, perarakan patung, syukuran nikah, dan acaraacara gembira lainnya
Leku Sene berasal dari kata leuk yang berarti ‘pukul’ dan sene yang berarti
‘gong’. Jadi leku sene berarti gong yang dipukul. Kata leku merupakan kata kerja
yang memiliki arti memukul banyak benda. Sedangkan kata leuk sudah, memiliki
arti sendiri yaitu memukul gong. Oleh karena itu kata leku harus ditambahkan
kata sene sehingga artinya jelas kalau yang dipukul itu adalah gong.
Kata leuk merupakan ajakan misalnya, aim het leuk (mari menabuh), jadi
dengan sendirinya kata leuk sudah memiliki arti menabuh gong tanpa harus
ditambahkan kata sene.
Dalam acara-acara syukuran, yang selalu berpartisipasi mendukung dan
meramaikan upacara syukuran tersebut dalam hal ini yang selalu memainkan alat
musik leku sene adalah para orang tua sedangkan anak-anak muda tidak terlalu
berminat dengan Leku Sene.
Sebagai materi ajar, dalam penerapan di kelas diperlukan sebuah model
pembelajaran yang cocok sehingga Leku Sene cepat dipahami dan dikuasai oleh
para siswa di kelas. Metode pembelajaran yang digunakan guru sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajarannya. Siswa yang
berasal dari daerah lain, yang bukan dari Timor Tengah Utara, memiliki tingkat
kesulitan yang cukup tinggi dalam mempelajari pukulan Leku Sene, maka
diperlukan model pembelajaran yang tepat.
3
Mempertimbangkan hal ini maka model pembelajaran yang digunakan
dalam kaitan dengan materi ini adalah model pembelajaran meniru. Model
pembelajaran meniru dimaksudkan agar siswa dapat belajar melakukan pukulan
Leku Sene, sehingga mereka pun dapat dengan cepat menguasainya. Hal ini
mendorong peneliti untuk mengamati sejauh mana pola ritme Leku Sene dapat
dikuasai para siswa melalui model pembelajaran meniru.
Sekolah yang akan menjadi tempat pelaksanaan penelitian ini yakni SMPK St.
Yosef Noemuti Kabupaten TTU.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas mengenai ”PEMBELAJARAN
POLA
RITME
LEKU SENE PADA SISWA-SISWI KELAS IX SMPK ST. YOSEF
NOEMUTI MELALUI METODE MENIRU”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni:
a. Bagaimana proses guru memperkenalkan pukulan Leku Sene pada siswasiswi kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti melalui model pembelajaran
meniru?
b. Apa kesulitan atau kendala siswa-siswi dalam mempelajari pukulan Leku
Sene?
c. Apa solusi untuk menjawabi permasalah di atas?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yakni
a. Mendeskripsikan proses guru memperkenalkan pola ritme Leku Sene kepada
siswa-siswi kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti melalui pendekatan meniru.
b. Mengetahui kesulitan atau kendala siswa dalam mempelajari pukulan Leku
Sene.
c. Menemukan solusi untuk menjawabi permasalaha-permasalahan diatas.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi para pembaca
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode pengajaran yang tepat
dalam mempelajari pola ritme Leku Sene, di samping itu penulis berupaya
meningkatkan minat para siswa terhadap musik tradisional atau musik daerah
dalam hal ini Leku Sene.
2. Bagi para pengajar musik
Para pendidik di bidang musik diharapkan dapat memahami secara baik musik
tradisional atau musik daerah, mengenal dan memahami metode pengajaran
yang tepat untuk mengajarkan musik tradisional.
3. Bagi peneliti
Tulisan ini berguna bagi peneliti dalam mendalami suatu model pembelajaran.
5
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan salah satu proses
yang mengarah pada suatu
proses tujuan yaitu perubahan ke arah yang lebih baik. Secara psikologis,
perubahan yang diperlihatkan individu
biasanya berbentuk tingkah laku
sebagai akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya melalui suatu
proses yang mengarah ke suatu tujuan. Perubahan tingkah laku merupakan
cermin dari perubahan dalam segi pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang
diserapnya melalui proses belajar yang dilalui. Kemampuan yang dimiliki
individu yang belajar biasanya berawal dari pemahaman secara kognitif
kemudian dipraktikkan (segi psikomotorik) dan pada bidang tertentu seperti
seni seni musik akan muncullah kemampuan dalam segi rasa (afeksi).
Para
ahli
telah
mendefenisikan
pengertian
belajar
menurut
pandangannya berdasarkan apa yang dipahaminya. Syah Muhibbin (1999:9)
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adalah suatu proses adaptasi
dari penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Chaplin
membatasi belajar dengan dua macam rumusan yaitu:
a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai akibat latihan pengalaman.
6
b. Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai adanya latihan
khusus.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang
mengakibatkan adanya perubahan relatif menetap sebagai akibat dan
pengalaman yang juga merupakan proses belajar.
Menurut Said (1989:23), belajar diartikan sebagai perubahan relatif
menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan dan
pengalaman. Sedangkan menurut I. L Montada, belajar adalah perubahan yang
relatif permanen dalam perilaku berdasarkan pengalaman sebelumnya. Itu pun
kalau perubahan tingkah laku tidak dapat disebabkan oleh penyakit,
pematangan, keletihan, pengaruh motivasi dan lain-lain.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah perubahanperubahan yang terjadi di dalam diri manusia karena adanya pengalaman dan
ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang.
2. Ciri-ciri Belajar
William Burton menguraikan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampui.
b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.
c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
7
d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid itu sendiri
yang mendorong motivasi yang kontinu.
e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
f. Proses belajar dan hasil usaha secara material dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman individual di kalangan murid-murid.
g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diinginkan dengan kematangan murid.
h. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
k. Proses belajar secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan
membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
l. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
m. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberikan kepada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
n. Hasil-hasil dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman
yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
8
p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.
3. Proses Belajar
Dalam proses belajar ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan
yaitu sebagai berikut :
a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan
banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,
berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya. Maupun kegiatan-kegiatan
lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan,
dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan
diadakan ulangan secara kontinu dibawah kondisi yang serasi, sehingga
penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.
b. Belajar merupakan latihan melalui learning, recalling, reviewing agar
pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum
dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
c. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil bila siswa merasa
berhasil dan mendapat kepuasannya. Berhasil hendaknya dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan.
d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong
belajar lebih, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustrasi.
9
e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan,
sehingga menjadi suatu kesatuan pengalaman.
f. Pengalaman masa lampau(bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang
telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.
Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalamanpengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.
g. Faktor persiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan melakukan
kegiatan belajar dengan lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini
erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan dan
tugas-tugas perkembangan.
B. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joice(dalam Trianto, 207:5) model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Bertolak dari
model pembelajaran inilah guru lalu mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Demikian pula Soekamto dkk
(dalam Trianto, 2007:5) mengatakan bahwa maksud dari model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
10
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Istilah model pembelajaran, menurut Arends(dalam Trianto, 2007:6),
diartikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,
sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu prosedur kegiatan yang hendaknya dipikirkan dengan matang
melalui perencanaan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas melalui
pendekatan tertentu dengan mempertimbangkan aspek karakteristik materi,
strategi, metode, lingkungan dan sistem pengelolaannya.
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran meniru.
Metode meniru adalah metode di mana guru memberikan contoh dan siswa
meniru atau mengikuti. Dengan metode meniru peserta didik terlatih untuk
berinisiatif dan
kreatif. Karena pada saat guru memberi contoh, siswa akan
berusaha dan konsentrasi memperhatikan serta memahami dan menangkap apa
yang diberikan guru sehingga siswa dapat meniru/mengikuti dengan baik.
Metode ini juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam
kegiatan pembelajaran sehingga bukan hanya guru yang mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran di kelas.
C. Musik Pengiring
11
Musik pengiring adalah alat yang digunakan untuk mengiringi suatu
tarian. Bentuk musik pengiring tari disesuaikan dengan dari mana tarian tersebut
tumbuh dan berkembang. Musik pengiring tari mempunyai perbedaan sesuai
dengan proses penciptaannya.
Musik atau iringan tari tradisional kerakyatan disesuaikan dengan budaya
daerah setempat. Contohnya tari Tari Tarawangsa diringi musik Tarawangsa,
siter dan kecapi.Tari tradisional klasik Jawa dan Bali diiringi dengan seperangkat
gamelan lengkap berlaras pelog atau slendro. Begitu pula dengan tarian Bso’ot
diiringi dengan Leku Sene.
Sedangkan musik pengiring tari kreasi merupakan perpaduan aneka ragam
alat musik yang disesuaikan dengan bentuk gerak tarinya. Musik pengiring dapat
mengatur tempo dalam satu gerakan, memberikan suasana dalam tarian baik
suasana sedih, gembira, tegang ataupun marah. Oha Graha(1997: 44)
mengungkapkan beberapa fungsi musik dalam tari diantaranya adalah :
1.
Memberi irama (membantu mengatur waktu )
Kita kenal bahwa tari itu terdiri dari gerak-gerak yang berirama, mengatur
atau menentukan irama. Sangat sulit menari tanpa musik di mana irama dalam
tari yaitu pengatur waktu(tempo) cepat dan lambatnya dari suatu rangkaian
gerak, dan perlu saling mengisi dan saling mengiringi.
2. Memberi ilustrasi atau gambaran suasana.
12
Dalam tari, suasana atau ilustrasi sangat erat hubungannya dengan watak
penari terutama pada tari tradisional yang sangat memerlukan berbagai
suasana.
3. Membantu mempertegas ekspresi gerak.
Dalam tarian sudah tentu ada aksen-aksen gerak yang diatur oleh tenaga.
Mempertegas ekspresi gerak akan lebih sempurna diiringi atau dipertegas oleh
hentakan instrumen musik sebagai pengiring tari.
4. Rangsangan bagi penari
Elemen dasar dari tari adalah gerak dan ritme, sedangkan elemen dasar dari
musik adalah nada, ritme, dan melodi. Sejak zaman prasejarah sampai
sekarang dapat dikatakan di mana ada tari di situ pasti ada musik. Musik
dalam tari bukan hanya sekedar pengiring, tetapi musik adalah partner yang
tidak boleh ditinggalkan. Musik dapat memberikan suatu irama yang selaras
sehingga dapat membantu mengatur ritme atau hitungan dan dapat juga
memberikan gambaran dalam ekspresi suatu gerak(Soedarsono, 1997:46)
Musik daerah adalah suatu bentuk karya seni yang menggunakan medium
suara atau bunyi-bunyian, yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat
yang sesuai dengan aturan-aturan daerah setempat. Musik daerah merupakan
warisan leluhur sehingga tidak diketahui siapa pencetusnya dan tidak
menonjolkan sikap perorangan karena musik daerah adalah milik suatu
golongan suku bangsa.
13
Musik daerah pada umumnya memiliki arti dan fungsi yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat. Fungsi musik daerah antara lain:
1.
Sebagai sarana upacara adat
Di beberapa daerah tertentu, musik dianggap memiliki kekuatan magis yang
tidak dapat dideskripsikan. Karena itu seringkali musik daerah mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam suatu upacara adat seperti pada upacara
Merapu di Sumba.
2. Sebagai pengiring tari
Musik daerah mempunyai fungsi utama yaitu untuk mengiringi tari-tari daerah
atau lagu-lagu daerah.
3. Medium komunikasi
Sarana komunikasi dengan musik dapat dilihat, misalnya, pada saat bulan
Ramadhan dan saat siskamling, di mana alat musik kentongan ditabuh untuk
membangunkan warga untuk bangun sahur atau untuk berwaspada.
4. Media bermain
Lagu-lagu daerah yang biasa diiringi dengan musik daerah biasanya dijadikan
media bermain baagi anak-anak daerah, misalnya, lagu Cublak-cublak
Suweng (Jawa Tengah).Sarana (media) penerangan.
5. Iringan pertunjukan.
D. Ritme
Ritme adalah aliran bunyi dalam waktu. Keindahan irama akan lebih terasa
karena adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan bunyi. Ritme merupakan
14
aliran ketukan dasar yang teratur mengikuti beberapa variasi gerak melodi.
Ritme dapat kita rasakan dengan cara mendengarkan sebuah lagu secara
berulang-ulang. Pola irama pada musik dapat membedakan perasaan tertentu
karena pada hakikatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan dan
erat hubungannya dengan gerak fisik. Ritme sederhana apabila kita dengarkan
berulang-ulang akan membawa efek hipnotis. Dengan efek tersebut, ritme
dianggap sebagai detak jantung musik, sedangkan ketukan menandakan adanya
kehidupan dalam musik.
Menurut Ensiklopedi musik, ritme adalah suatu pengertian khas, kerangka
musik yang berkaitan dengan alunan, birama atau hitungan yang tepat sesuai
dengan metrum, lalu berlangsung secara teratur sejak hitungan pertama.
E. Birama/Metrum/Pola Ketuk
Birama adalah suatu tanda untuk menunjukkan jumlah ketukan dalam satu ruas
birama. Satu ruas birama ditunjukkan oleh batas-batas garis vertikal yang
disebut ruas birama.
Metrum merupakan ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang
tekanan suku kata di setiap baris, pergantian naik-turun suara secara teratur,
dengan pembagian suku kata yang ditentukan oleh golongan sintaksis.
Sebuah lagu dibangun dalam pola metrum tertentu, misalnya pola dua-ketuk,
tiga-ketuk, dan empat-ketuk, baik yang sederhana(simple meter) maupun yang
bersusun atau majemuk(compound meter). Pola metrum sederhana memiliki
satuan not yang nilainya ‘habis dibagi dua’ sedangkan pola bersusun/majemuk
15
memiliki satuan not yang nilainya ‘tidak habis dibagi dua’. Lagu berpola duaketuk(2/8, 2/4, 2/2), artinya setiap birama terdiri dari dua ketukan. Seperti pada
lagu Kebun ku dan Paman Tukang Kayu. Lagu berpola tiga-ketuk(3/8, 3/4,
3/2), artinya setiap birama terdiri dari tiga ketukan. Seperti pada lagu Amelia
Gadis Cilik dan Burung Tantina. Lagu berpola empat-ketuk(4/8, 4/4, 4/2),
artinya setiap birama terdiri dari empat ketukan. Seperti pada lagu Bintang
Kecil dan Garuda Pancasila.
F. Notasi
Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi
balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu digambarkan
secara horisontal.
Musik adalah perpaduan keseimbangan antara unsur-unsur musik. Unsur-unsur
musik di antaranya suara, nada, ritme, melodi, harmoni, tempo, dinamika dan
notasi.
Musik menjadi bagian alami dari kehidupan. Contoh: dalam dekapan seorang
ibu, anak mendengar suara ibu melantunkan senandung yang akhirnya
membuat lelap tidurnya.
G. Harmoni
Harmoni secara umum dikatakan terbentuk dari dua nada atau lebih dengan
tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi
bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan. Harmoni yang terdiri dari tiga
atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akor.
16
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa musik
adalah suatu komposisi suara yang mempunyai kesatuan atau keseimbangan
atau bunyi yang indah, bermakna, dapat dinikmati, dimengerti dan dapat
diperdengarkan dalam periode waktu tertentu karena memiliki keteraturan atau
hukum tertentu.
H. Bentuk Not dan Nilai Not
Suatu lagu dapat dinyanyikan atau dimainkan berawal dari kegiatan membaca.
Dalam bidang musik nada atau not yang dibaca bentuknya berupa balok dan
angka. Umumnya ketika bernyanyi simbol yang digunakan yakni berupa angka
sedangkan ketika bermain musik simbol yang digunakan yakni berupa
balok(not balok).
Ciri dari masing-masing simbol tersebut yakni:
Bentuk not angka tidak ditulis pada sangkar nada tetapi ditullis secara biasa,
dengan nama not, bentuk not, tanda diam, dan nilai not dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Nama Not
Bentuk Not
Tanda Diam
Nilai Not
Not Penuh
1 .
.
.
0 0
4 ketuk
Not Setengah
1 .
1
.
0 0
2 ketuk
Not Seperempat
1
0
1 ketuk
Not Seperdelapan
1
0
½ ketuk
Not Seperenambelas
1 1 1
1
0
17
0 0
¼ ketuk
I.
Leku Sene
Gong
merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa
Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan atau dari besi. Biasanya
gong digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi
tarian dalam menyambut tamu dan sebagainya. Secara umum musik daerah
adalah musik tradisional. Setiap etnik mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah gong, ukurannya, penglarasnya, irama gong dan cara
memainkannya.
Leku Sene merupakan alat musik dari Timor Tengah Utara. Gong yang digunakan
umumnya berjumlah 5 buah. Nama-nama gong yaitu, 2 buah gong yang paling
kecil dinamakan ki ko yang dimainkan bersamaan oleh satu orang. Kbolo yaitu 2
buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat oleh satu orang. To
to’o yaitu 1 buah gong yang dimainkan oleh satu orang. Ritme bunyi tiga jenis
gong, to to’o, kiko, kbolo yang ditabuh bersama menghasilkan irama yang merdu.
Perpaduan antara irama tabuhan gong dan genderang serta gerak tari para penari
menghasilkan harmoni indah, ditambah bunyi giring-giring yang terikat pada kaki
penari menimbulkan kesan riang gembira.
Leku Sene dan bso’ot yang merupakan tradisi penyambutan para Meo(ksatria) dari
medan perang itu, tetap dipelihara atoin meto(orang Dawan). Dewasa ini, paduan
tabuhan gong serta tarian pedang tersebut tidak lagi dihelat untuk menyambut
para Meo yang kembali dari medan perang, tetapi untuk menyambut tamu yang
datang berkunjung, baik para pejabat pemerintahan maupun orang-orang penting
18
lainnya. Para tamu yang datang terlebih dahulu diterima para tetuah, tokoh
masyarakat, atau pejabat adat dengan tuturan adat (natoni), kemudian para
perempuan mulai menabuh gong. Sementara para penari lelaki mulai
menghentak-hentakkan kaki seirama dengan tabuhan gong. Pedang yang ada di
tangan pun dihunus sebagai penghormatan kepada tetamu yang datang. Dengan
Leku Sene dan bso’ot, atoin meto mengungkapkan penghormatan dan
kegembiraan terhadap para tamu yang datang.
Leku Sene merupakan musik pengiring tarian. Tarian yang diiringi oleh Leku Sene
dinamakan tarian Bso’ot.
Leku Sene adalah musik pengiring tari untuk acara penjemputan tamu, syukuran
pentabisan imam baru, penyambutan Patung Bunda Maria, dan acara syukuran
lainnya.
Bso’ot juga sering dipentaskan oleh para kaum muda, dalam hal ini para siswa
dari tingkat sekolah dasar(SD), sekolah menengah pertama(SMP) dan sekolah
menengah atas(SMA), pada saat ujian akhir sekolah pada mata pelajaran Seni
Budaya. Tapi hanya ibu-ibu yang memainkan Leku Sene.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Seluruh data dari hasil wawancara, observasi, test dan demonstrasi
disajikan menggunakan jenis PTK(Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Maksudnya adalah melaksanakan tindakan kelas dengan
menggunakan dua siklus kemudian melaporkan hasil penelitian itu dengan
memaparkan apa yang terjadi. Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan persiapan
penelitian,
implementasi,
evaluasi
dan
refleksi.
Tahap
pertama
guru
melaksanakan penelitian perlu menimbang-nimbang, lalu merumuskan masalah
yang dihadapi. Tahap kedua peneliti menemukan faktor-faktor yang berkaitan
dengan terjadinya masalah. Tahap ketiga mencari cara mengatasi masalah atau
melaksanakan tindakan kelas. Tahap keempat mengamati dampak yang muncul
setelah menerapkan cara yang dipilih. Tahap kelima adalah evaluasi terhadap
tindakan kelas bahwa suatu cara belum tentu dampak yang terjadi sesuai harapan.
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apa memang sudah terjadi
perbaikan sesuai yang diharapkan.
20
3.2 Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan penulis untuk mengetahui informasi yang
dibutuhkan. Metode penelitian yang baik dan benar sangat menentukan hasil
penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat atau lokasi di SMPK St. Yosef Noemuti,
Kabupaten Timor Tengah Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester
ganjil antara bulan Agustus sampai Oktober 2014.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Studi Pustaka
Tujuan studi pustaka adalah untuk memperoleh referensi yang dibutuhkan
dalam proses pengerjaan suatu kegiatan dan metode untuk menyelesaikan
tugas akhir. Dalam studi pustaka ini peneliti memperoleh berbagai informasi
dari berbagai suber lainnya dan internet(http//google.com.)
2. Studi Lapangan
Dalam studi lapangan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:
21
a. Teknik Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Teknik wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan kepada
siswa yang memperoleh materi model pembelajaran Seni Budaya.
Teknik wawancara ini dilakukan untuk dapat mengangkat data-data
tentang model pembelajaran seni budaya, kelebihan dan kendala-kendala
yang dihadapi di lapangan.
b. Teknik Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan proses yang kompleks.
Teknik observasi dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan proses
pembelajaran. Jenis observasi yang dilaksanakan adalah observasi
eksperimental ialah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang
disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap proses pembuktian yang didasarkan atas
jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran atau
arkeologis. Dokumentasi adalah
teknik pengumpulan data yang
bermanfaat bagi penulis untuk menunjukkan bukti penelitian yang
dilakukan oleh peneliti guna mendukung data yang telah diperoleh
melalui wawancara dan observasi. Data yang didokumentasikan meliputi
proses pertunjukan leku sene kreasi. Teknik ini digunakan untuk
22
merangkum atau menyimpan data-data yang valid, baik melalui
pemotretan(image) maupun pengambilan video, rekaman audio.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan test proses analisisnya
berlangsung selama penelitian yang ditempuh melalui serangkaian proses
kegiatan secara bersamaan yaitu, dengan cara direduksi (disederhanakan),
diklasifikasikan (dikelompokkan), diinterpretasi dan dideskripsikan secara
sistematis dan selanjutnya disimpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan
penelitian atau skripsi.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMPK St. Yosef Noemuti
SMPK St. Yosef Noemuti merupakan sekolah swasta yang terletak di
RT/RW: 04/02, Kelurahan Noemuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah
Utara. Sekolah ini didirikan pada tanggal 11 Juli 1977. Tanggal SK izin operasional
yaitu 1 Januari 1977 dan terakreditasi pada tanggal 27 Desember 2004. Status
Kepemilikan Sekolah yaitu Yayasan. Jumlah siswa-siswi nya yaitu 280 orang..
Jumlah siswa laki-laki 131 dan 149 jadi jumlah siswa seluruhnya dalam tahun ajaran
2014/2015 adalah 280 orang. Keadaan guru dan pegawainya yaitu: jumlah Guru
Negeri yang dipekerjakan 6 orang, Guru tetap Yayasan 10 orang, Guru kontrak 2
orang, Pegawai tetap Yayasan 2 orang. Jadi jumlah keseluruhan Guru dan Pegawai di
SMPK St.Yosef Noemuti yaitu: 19 orang.
Keadaan Ruangan sekolah yaitu: gedung sekolah 5 buah, ruang kantor 1 buah,
ruang kelas 12 buah, ruang guru 1 buah, WC 4 buah, ruang perpustakaan 1 buah jadi
jumah ruangan seluruhnya yaitu 24 ruangan.
24
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene
Dalam usaha untuk memperkenalkan pola ritme Leku Sene yang berasal dari
suku Dawan, tepatnya di Timor Tengah Utara (TTU), peneliti akan bertindak
sebagai guru,akan mengajarkan materi ini.Materi yang diajarkan disesuaikan
pula dengan standar kompetensi yang ada pada kurikulum Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama yakni Mengekspresikan diri melalui karya seni musik, lebih
khusus lagi musik daerah atau tradisional.
Sesuai dengan luasnya bahan dan kedalaman materi ajar yang diharapkan dapat
diserap dengan baik oleh siswa-siswi maka direncanakan materi ini diajarkan
dalam dua siklus. Masing-masing siklus dijalankan dalam empat tahapan yakni
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap refleksi.
a. Siklus 1
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang dilakukan guru meliputi; persiapan materi
pelajaran, rencana pelajaran dan strategi yang ditempuh dalam mengajar. Persiapan
materi sangat penting karena dengan menguasai materi secara baik guru akan
membimbing siswa secara baik, lebih percaya diri dalam mengajar di depan kelas,
dan proses pembelajaranpun akan berjalan lancar. Di sisi lain persiapan dalam bentuk
perangkat administrasi pengajaran berupa RPP.
25
2) Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama ini difokuskan pada pengenalan ragam pukulan/pola ritme Leku
Sene dari ragam pertama, ragam kedua, ragam ketiga serta pola ritme gendangnya.
Mengingat materi yang diajarkan 95% merupakan materi praktek maka setelah guru
memberikan materi yang bersifat teori dalam kelas, dan hal-hal yang berkaitan
dengan materi yang akan dipraktekkan, guru lalu mengajak siswa dan mengarahkan
mereka menuju ke ruangan praktek untuk latihan. Penyajian materi tentang pola
ritme Leku Sene dijalankan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
Tahap pertama
Pada tahap ini guru memberikan materi yang bersifat teoritis yakni tentang asal-usul
Leku Sene yang berasal dari daerah Dawan tepatnya di Timor Tengah Utara, juga
dijelaskan tentang pola ritme Leku Sene yang terdiri dari tiga ragam pukulan. Leku
Sene merupakan alat musik tradisional dari daerah Dawan yang terdiri dari lima buah
gong. Dua buah gong yang ukurannya lebih kecil yang biasa disebut dengan Ki Ko
merupakan sepasang gong yang dimainkan bersamaan oleh satu orang. To to’o yaitu
satu buah gong yang dimainkan oleh satu orang dan yang berikutnya adalah dua buah
gong yang ukurannya lebih besar yang biasa disebut Kbolo merupakan sepasang gong
yang dimainkan oleh satu orang juga. Sedangkan gendang dimainkan oleh dua
sampai empat orang secara bergantian. Dari ketiga jenis gong ini masing-masing
gong memiliki satu pola ritme. Tabuhan ketiga jenis gong ini akan menghasilkan
harmoni yang indah apabila dipadukan lagi dengan tabuhan genderang/gendang.
26
Urutan permainan leku Sene yaitu Ki Ko dimainkan terlebih dahulu empat birama lalu
diikuti oleh To to’o, dan seterusnya setelah empat birama. Berikutnya adalah Kbolo
dan yang terakhir adalah genderang/gendang. Dalam permainan Leku Sene, posisi
para pemain disesuaikan dengan situasi tempat, waktu, dan acaranya.
Apabila Leku Sene dimainkan pada acara penjemputan tamu maka posisi para pemain
berdiri dan akan menabuh sambil berjalan karena gong dan gendangnya digantung
pada sebatang kayu yang dipikul oleh dua orang yang berjalan mendahului tamu.
Sedangkan apabila Leku Sene dimainkan pada acara nikah atau acara syukuran
lainnya maka posisi pemainnya duduk di kursi karena gongnya di gantung pada
tempat gong yang sudah disiapkan secara baik, begitu pula dengan penabuh gendang
juga dalam posisi duduk karena gendangnya diletakkan di tanah.
Gambar. Guru memberikan materi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Leku Sene
27
Gambar. Guru sedang menanyakan siswa yang berminat dengan Leku Sene
Tahap kedua (Tahap pengenalan pola ritme)
Dalam tahap ini guru mengawali dengan menunjukkan cara
menempatan posisi gong yang benar dan posisi tangan saat memegang
gong. Selanjutnya guru memberikan contoh pukulan/pola ritme
pertama yaitu pada gong pertama (Ki Ko). Pukulan ini diulang secara
terus-menerus, sambil diperhatikan oleh siswa yang duduk di tempat
duduknya masing -masing dan ada juga yang diminta oleh guru untuk
memperhatikan dari jarak yang lebih dekat yaitu berdiri di dekat guru
saat guru memberikan contoh.
28
Gambar. Guru menunjukkan cara
penempatan posisi gong yang benar
Gambar. Guru mencotohkaan posisi tangan saat memegang gong
Setelah memberikan contoh lalu guru menentukan salah satu anak yang terlihat
tertarik untuk segera mempraktekkan ragam pola ritme/pukulan yang dicontohkan
29
guru. Ini dilakukan beberapa kali sampai mereka benar-benar mengerti dan terampil
menjalaninya.
Gambar. Seorang siswa mempraktekkan pukulan yang sudah dicontohkan guru
sebelumnya.
Dengan keberhasilan salah satu siswa guru lalu memanggil siswa yang lain untuk
dilatih dengan didampingi guru dan siswa yang telah dilatih sebelumnya. Masingmasing mereka melakukan latihan secara bergantian. Dalam latihan ini siswa laki-laki
terlihat kaku maka proses latihannya membutuhkan waktu yang lebih banyak karena
sering melakukan kesalahan. Kepada mereka guru lalu memberikan contoh lagi dan
dilakukan dengan tempo yang lebih lambat sehingga siswa pun mengerti. Walaupun
demikian mereka masih saja melakukan kesalahan karena tidak konsentrasi dan tidak
serius dalam menjalankan ragam pukulan ini. Guru lalu mengingatkan mereka untuk
melakukan latihan secara baik dan lebih konsentrasi.
30
Berikutnya siswa diperkenalkan pola ritme yang kedua yaitu pada gong yang
kedua(To to’o), setelah itu diperkenalkan dengan pola ritme yang ketiga yaitu pada
gong yang ketiga(Kbolo) dan yang terakhir adalah genderang/gendang. Semua pola
ritme diperkenalkan dengan cara yang sama yaitu guru memberikan contoh terlebih
dahulu dan itu dilakukan beberapa kali sampai siswa dapat meniru dengan baik.
Setelah melakukan latihan dan semakin menguasai pola ritme/pukulannya, mereka
lalu digabungkan untuk berlatih bersama. Proses ini setidaknya dapat menolong
sesama teman dalam kelas untuk menyesuaikan ragam pukulan yang masih dianggap
baru oleh beberapa siswa.
Gambar. Pola Ritme To To’o
Gambar. Pola Ritme Kbolo
31
Gambar. Pola Ritme Gendang
c. Tahap evaluasi
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan guru adalah melakukan bobot terhadap
aktivitas siswa berdasarkan hasil pengamatan berupa angka-angka sesuai dengan
kategori yang diamati.
Tabel kategori aspek yang dinilai
Kategori
Aspek yang dinilai
Pengamatan
1
Memahami pukulan atau pola ritme pertama, kedua,
ketiga dan pukulan genderang
2
Meniru pukulan/pola ritme secara tepat
3
Meniru pukulan/pola ritme sesuai tempo yang telah
ditetapkan
32
Daftar Hasil Penilaian Siklus 1
Mata Pelajaran
: Seni Budaya
Kelas / Semester
: 1X B / ganjil
No
Nama Siswa
Aspek yang dinilai Jumlah
1
2
3
Rerata
1
Adriana Mariana Kosat
71
70
70
212
71
2
Alexander Alvardo Satban
68
67
65
200
66
3
Archangela Chiriani Lae
73
72
69
214
71
4
Arisandy Ufi
76
74
71
221
73
5
Blasius Ukat
69
67
66
202
67
6
Donasita Mariana Berek Mau
73
70
68
211
70
7
Emanuel Sanito Tafaib
65
65
64
194
64
8
Florianus Antoin Funan
68
67
65
200
66
9
Hieronimus Antoin Metkono
65
66
65
196
65
10
Hildagunda Anung
72
70
68
210
70
11
Inosensius banusu
69
69
66
204
68
12
Klemensia Bana
75
74
70
219
73
13
Krispinus raynoldus Nahas
68
67
65
200
66
14
Maria Goreti Subani
72
70
68
210
70
33
15
Maria Kristina M. Barkanis
70
75
75
220
73
16
Maria Magdalena Lae
75
74
70
219
73
17
Maria Religinda Maniuk To
74
74
70
218
72
18
Nofentus Nahas
66
66
65
197
65
19
Redegundis Kesa
75
74
70
219
73
20
Thomas Aquino Riberu
69
67
66
202
67
21
Venidora Naben
74
70
75
219
73
22
Wendelina Krisandi M. Meol
74
70
75
219
73
23
Yanuarius Mosa
65
65
64
194
64
24
Yohanes Berch. Maslin Fios
65
66
65
196
65
Rerata
69
 Dalam aspek yang nampak, diberi nilai dengan rentangan nilai sebagai berikut
:
60 – 70
= Kurang
71 – 80
= Cukup
81 – 90
= Baik
90 – 100
= Sangat Baik
 Untuk mengetahui nilai rata – rata siswa digunakan rumus (Model Penilaian
Kelas) :
Jumlah skor yang diperoleh X 100
34
Kedua aspek yang dinilai
 Untuk mengetahui nilai rata – rata kelas digunakan (Model Penilaian kelas) :
Nilai = Jumlah skor yang diperoleh X 100
Jumlah siswa
 Untuk mengetahui presentase kemampuan siswa digunakan rumus (Model
Penilaian Kelas) :
Siswa = Jumlah siswa yang berhasil X 100 %
Jumlah seluruh siswa
Dari tabel di atas kelihatan bahwa, kemampuan siswa dalam
mempelajari pola ritme Leku Sene secara umum(rerata kelas) belum
maksimal. Karena kemampuan siswa dalam melakukan pukulan/pola ritme
Leku Sene secara umum hanya mencapai angka 69, sementara KKM(Kriteria
Ketuntasan Minimum)70. Perincian perolehan nilai sebagai berikut: 11 siswa
memperoleh rentangan nilai 60 -70(Kurang), dan 13 siswa memperoleh
rentangan nilai 71-74(Cukup).
Dengan hasil pembelajaran diatas dan dikaitkan dengan KKM untuk kelas ini
perlu dilakukan pembelajaran pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir pelajaran dengan cara melihat kembali
seluruh kegiatan pembelajaran. Hasil refleksi menunjukkan bahwa :
35
a) Pada saat penyampaian materi teori berkenaan dengan ragam pola
ritme Leku Sene, sebagian siswa kurang memperhatikan dan kurang
menyerap pelajaran dengan baik. Diketemukan dalam kegiatan ini ada
beberapa siswa yang masih kurang bergairah dan belum fokus
memperhatikan upaya yang dilakukan guru dalam memberi pelajaran
dan contoh pukulan/ pola ritme leku sene. Hal ini menjadi perhatian
guru pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikut, sehingga
mereka dapat terlihat aktif mengikuti proses kegiatan pembelajaran
pola ritme Leku Sene dengan lebih baik dan dapat memahami pola
ritme ini.
b) Bagi siswa yang belum terlalu menguasai pukulan/pola ritmenya maka
akan disediakan waktu yang lebih banyak untuk melakukan latihan.
2. Siklus 2(Pertemuan 2)
a. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang dilakukan guru meliputi; persiapan materi
pelajaran, rencana pelajaran dan strategi yang ditempuh dalam mengajar. Persiapan
diarahkan pada penyusunan strategi agar siswa menguasai secara baik ragam pola
ritme yang telah dikenal pada pertemuan sebelumnya. Di sisi lain persiapan dalam
bentuk perangkat administrasi pengajaran berupa RPP dan lembaran pengamatan juga
dilakukan untuk diisi oleh rekan guru yang diminta kesediaan untuk mencatat
berbagai kejadian dalam proses pelajaran berlangsung.
b. Tahap Pelaksanaan
36
Pertemuan kedua difokuskan pada pemantaban semua pola ritme. Agar proses ini
berjalan baik guru dan siswa mempersiapkan siswa menuju ke ruangan praktik.
Proses pembelajaran dilakukan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Tahap pertama
Sebagaimana pada pertemuan pertama siswa laki-laki sebagian besar belum aktif dan
cenderung tidak tertarik pada pembelajaran pola ritme Leku Sene maka pada
pertemuan ini guru terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada mereka untuk
berlatih terlebih dahulu bersama guru. Guru memulai dengan memberikan penjelasan
tentang ragam pola ritme sambil mempraktekannya. Siswa memperhatikan
selanjutnya meniru mengikuti contoh dari guru. Mereka berlatih berulang-ulang
sehingga siswa yang tadinya belum bisa melakukan dengan tepat dapat
menyesuaikan.
Setelah siswa laki-laki dilatih, giliran berikutnya kelompok perempuan dilatih pola
ritme yang pertama, kedua, ketiga dan pola ritme genderang. Proses pelatihan semua
ragam pola ritme pada kelompok perempuan ini lebih lancar dan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga menjadi lebih terampil dan menguasai dengan baik.
Berdasarkan pengamatan dapat dinilai bahwa kelompok perempuan telah menguasai
semua pola ritme dengan baik. Kemampuan menyesuaikan(meniru) pukulan gong
lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
2) Tahap kedua
Pada tahap ini tiga jenis gong yaitu Ki Ko, To To’o, Kbolo serta gendang
digabungkan. Gong pertama(Ki Ko) dimainkan terlebih dahulu, diikuti dengan gong
37
kedua(To To’o), setelah itu gong ketiga (Kbolo) dan yang terakhir diikuti
Genderang/gendang. Guru lalu mengingatkan mereka untuk menjaga keharmonisan
pukulan, dan temponya harus selalu di jaga agar tidak mengganggu jalannya
permainan Leku Sene.
4. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan guru adalah melakukan bobot terhadap
aktivitas siswa berdasarkan hasil pengamatan berupa angka-angka
kategori yang diamati.
Tabel kategori aspek yang dinilai
Kategori
Aspek yang dinilai
Pengamatan
1
2
3
Ketepatan memperagakan pukulan/pola ritme
Leku Sene
Ketepatan memperagakan pukulan/pola ritme
gendang/genderang
Kemampuan menjaga kekompakkan dan
menyesuaikan tempo serta irama dalam
mewujudkan permainan Leku Sene sebagai
musik daerah/tradisional daerah dawan
khususnya di Timor tengah Utara
Daftar Hasil Penilaian Siklus 2
Mata Pelajaran
: Seni Budaya
38
sesuai
Kelas / Semester
No
: 1X B / ganjil
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
1
2
3
Jumlah
Rerata
1
Adriana Mariana Kosat
75
85
87
251
83
2
Alexander Alvardo Satban
80
75
80
238
78
3
Archangela Chiriani Lae
80
80
85
245
81
4
Arisandy Ufi
80
85
80
245
81
5
Blasius Ukat
75
79
80
234
78
6
Donasita Maria Mau
87
83
80
250
83
7
Emanuel Sanito Tafaib
75
80
79
234
78
8
Florianus Antoin Funan
73
s75
75
223
74
9
Hieronimu Metkono
77
73
75
225
75
10
Hildagunda Anung
73
75
75
223
74
11
Inosensius banusu
75
75
75
217
75
12
Klemensia Bana
87
87
85
259
86
13
Krispinus raynoldus Nahas
77
75
73
225
75
14
Maria Goreti Subani
85
87
87
259
86
15
Maria Kristin Barkanis
85
79
80
224
81
16
Maria Magdalena Lae
85
87
85
257
85
39
17
Maria Religinda To
87
85
85
257
85
18
Nofentus Nahas
80
75
80
235
78
19
Redegundis Kesa
70
73
75
218
72
20
Thomas Aquino Riberu
70
75
73
218
72
21
Venidora Naben
73
71
75
219
73
22
Wendelina Krisandi Meol
85
85
87
257
85
23
Yanuarius Mosa
71
70
73
214
71
24
Yohanes Berchmans Fios
70
73
73
216
72
Rata-rata
78
 Dalam aspek yang nampak, diberi nilai dengan rentangan nilai sebagai berikut
:
60 – 70 = Kurang
71 – 80 = Cukup
81 – 90 = Baik
90 – 100 = Sangat Baik
 Untuk mengetahui nilai rata – rata siswa digunakan rumus (Model penilaian
kelas) :
Nilai = Jumlah skor yang diperoleh X 100
40
Kedua aspek yang dinilai
 Untuk mengetahui nilai rata – rata kelas digunakan (Model penilaian kelas) :
Nilai = Jumlah skor yang diperoleh X 100
Jumlah siswa
 Untuk mengetahui presentase kemampuan siswa digunakan rumus (model
penilaian kelas) :
Siswa = Jumlah siswa yang berhasil X 100 %
Jumlah seluruh siswa
Dari tabel di atas kelihatan bahwa, tingkat kemampuan siswa dalam
mempelajari pola ritme Leku Sene secara umum(rata-rata kelas) mengalami
peningkatan menjadi 78. Dengan perincian 10 siswa termasuk kategori baik
dengan rentang nilai 81-90, dan 14 siswa termasuk kategori cukup baik
dengan rentang nilai 71-80(cukup). Rata-rata kelas telah melampaui KKM.
4). Refleksi
Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus kedua ini maka dapat dikatakan
bahwa sebagian siswa telah menguasai pola ritme ini. Setengah dari siswasiswi kelas IX B telah menikmati ragam pukulan/pola ritme Leku Sene.
BAB V
PENUTUP
41
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran pola ritme Leku Sene dilakukan melalui langkah- langkah
sebagai berikut :
1.
Pembelajaran pola ritme Leku Sene diawali dengan informasi awal mengenai
asal mula Leku Sene yakni dari daerah Timor khususnya di Timor Tengah
Utara.
2.
Proses pembelajaran untuk materi praktek selalu diawali dengan pemberian
contoh oleh guru selanjutnya ditiru oleh siswa.
3.
Guru memberdayakan siswa yang memiliki daya tarik terhadap materi
sebagai contoh untuk dilatih terlebih dahulu sehingga memberikan daya tarik
siswa lainnya untuk ikut terlibat dan meniru temannya tersebut.
4.
Guru selalu memberikan contoh dan mendampingi siswa ketika latihan
bersama dan membenarkan pukulan siswa melalui latihan yang berulangulang meskipun siswa laki-laki masih melakukan kesalahan.
5.
Bagi siswa laki-laki yang mengalami kesulitan meniru diberikan waktu yang
lebih banyak dalam berlatih sehingga mereka bisa mengikuti dan semakin
menguasai pola ritmenya.
B. Saran
42
Melalui kegiatan penelitian dengan judul pembelajaran pola ritme Leku Sene pada
siswa-siswi kelas IX SMPK St. Yosef Noemuti, peneliti mendapatkan banyak
pengalaman yang berguna.
Melalui kesempatan ini peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut :
 Seni tradisi hendaknya dapat dimanfaatkan untuk menjadi materi ajar pada
sekolah-sekolah menengah sehingga siswa-siswinya dapat sedini mungkin
mengenal karya seni daerah yang tentunya memiliki banyak nilai didalamnya.
 Sekolah hendaknya membuka ruang untuk pelestarian seni tradisi sebagai
kekayaan budaya.
DAFTAR PUSTAKA
43
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Bina Aksara
Amarin, Tatang, M.1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Baneo, Pono. 2003. Kamus Mussik. Jogyakarta: Kanisius
Hadi Sunarko, Djarmono dan Sukotjo. 1990. Seni Musik 1. Kalten:
Penerbit Intan Pariwara
Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit CV Alfabeta
Nursantara, Yayat.2007. Seni Budaya Untuk SMA Kelas X. Ciracas, Jakarta:
Penerbit Erlangga
Oha Graha. 1997. Fungsi Musik dalam Tari. Jakarta: Duta Graha Pustaka
Syawir. 2006. Pengertian Seni Secara Umum dan Sejarahnya. Jakarta:
Duta Graha
Said. 1989. Model-model Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Bagi pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Sumber Internet:
http://endinesianet/email: sawir@endonesia net. Diakses tanggal 14 Juli 2014
http://www.scribd.com/doc/48571993/PTK-SENI-BUDAYA. Diakses tanggal 23
September 2014
44
http://maknaih.wordpress.com. Diakses pada 28 September 2014.
http://folklorindonesia.wordpress.com. Diakses pada 28 September 2014.
http://Inna092blogspotcom.Blogspot.com. Diakses pada 28 September 2014.
LAMPIRAN
45
46
47
48
49
Gambaran Umum SMPK St. Yosef Noemuti
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah
: SMPK st. Yosef Noemuti
NPSN / NSS
: 50306152 / 202240407022
Jenjang Pendidikan
: SMP
Status Sekolah
: Swasta
50
2. Lokasi Sekolah
Alamat
: Noemuti
RT / RW
: 04 / 02
Desa / Kel.
: Noemuti
Kode Pos
: 85651
Kecamatan
: Noemuti
Lintang / Bujur
: 9.400000 / 124. 280000
3. Data Pelengkap Sekolah
Kebutuhan Khusus
:-
SK. Pendirian Sekolah
: 57
Tgl. SK. Pendirian
: 1977 – 07 – 11
Status Kepemilikan
: Yayasan
SK.Izin Operasional
: 6422/D/1/77
Tgl. SK Izin Operasional
: 1977 – 01 – 01
SK. Akreditasi
: 2403 DP 747204
Tgl. SK Akreditasi
: 2004 – 12 – 27
No. Rekening BOS
: 007.02.01. 855471 – 3
4. Kontak Sekolah
No. Telpon
: 085239307121
Email
: [email protected]
51
5. Data Periodik
.
Kategori Wilayah
: Wilayah Terpencil, Wilayah Perbatasan.
Daya Listrik
: 2200
Sertifikat ISO
: 9001 : 2000
KEADAAN KELAS DAN MURID :
Murid
No
Kelas
Jumlah Yg
Jumlah
mengulang
Kelas
L
P
Jmlh
L
P
Jmlh
1
VIIA
1 ( satu )
10
14
24
-
-
-
2
VIIB
1 ( satu )
11
17
28
-
-
-
3
VIIC
1 ( satu )
10
17
27
-
-
-
4
VIIIA
1 ( satu )
13
14
27
5
VIIIB
1 ( satu )
12
14
26
-
-
-
6
VIIIC
1 ( satu )
12
15
27
-
-
-
7
IXA
1 ( satu )
12
12
24
-
-
-
8
IXB
1 ( satu )
12
12
24
9
IXC
1 ( satu )
13
11
24
-
-
-
10
IXD
1 ( satu )
13
12
25
-
-
-
52
11
IXE
Jumlah
1 ( satu )
13
11
24
-
-
-
XI
131
149
280
-
-
-
(Sebelas )
ASAL MURID KELAS I TAHUN PELAJARAN 2013/2014:
Tetap
Madrasah
Sekolah
Kelas
Total
Dasar
L
P
Jlh
L
P
Jlh
L
P
Jlh L
P
Jlh L
P
Jlh
39
44
83
-
-
-
39
44
83
-
-
44
83
-
39
PENERIMAAN MURID BARU (PMB) TAHUN PELAJARAN 2013/2014:
Terdaftar
Diterima
Ditolak
Ket
L
P
Jlh
L
P
Jlh
L
P
Jlh
33
50
83
33
50
83
-
-
-
KEADAAN MURID MENURUT AGAMA
N
o
Kls
Islam
Protestan
Katolik
L P Jl
L P Jl
L
h
h
53
P
Jlh
Hindu
Budha
L P Jl
L P Jl
h
h
1
VIIA
-
-
-
-
-
-
10
14
24
-
-
-
-
-
-
2
VIIB
-
-
-
-
-
-
11
17
28
-
-
-
-
-
-
3
VIIC
-
-
-
-
-
-
10
17
27
-
-
-
-
-
-
4
VIII
-
-
-
2
-
2
11
14
25
5
VIIIB -
-
-
-
-
-
12
14
26
-
-
-
-
-
-
6
VIIIC -
-
-
1
-
1
11
15
26
-
-
-
-
-
-
7
IXA
-
-
-
-
-
-
12
12
24
-
-
-
-
-
-
8
IXB
-
-
-
1
-
1
11
12
23
8
IXC
-
-
-
-
-
-
13
11
24
-
-
-
-
-
-
9
IXD
-
-
-
-
1 1
13
11
24
-
-
-
-
-
-
10
IXE
-
-
-
-
1 1
13
10
23
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
2 6
12
15
27
-
-
-
-
-
-
9
0
5
A
Jumlah
KEADAAN GURU DAN PEGAWAI :
No
Status Guru dan Pegawai
Jumlah
L
54
P
Ket.
Jlh
1
Guru Negeri yang dipekerjakan
2
4
6
2
Guru Tetap Yayasan yg
7
3
10
3
dipekerjakan
-
-
-
4
Guru Tidak Tetap
-
1
1
5
Guru Kontrak
-
-
-
6
Pegawai Negeri yang
-
2
2
9
11
19
dipekerjakan
Pegawai Tetap Yayasan yg
dipekerjakan
Jumlah
KEADAAN GEDUNG,RUANG GURU,PERPUSTAKAAN,KANTOR,RUANG
KETRAMPILAN:
No
Jenis Barang
Jumlah
Ukuran
Satuan Ukuran
1
Gedung sekolah
5 buah
10 x 8 m
80 m2
16 x 17 m
336 m2
12 x 9 m
108 m2
2
Ruang Kantor
1 buah
2x8m
16 m2
3
Ruang Kelas
12 buah
8x8m
64 m2
55
Ket
4
Ruang Guru
1 buah
10 x 8 m
80 m2
5
WC
4 buah
2x1m
2 m2
6
Ruang
1 buah
15 x 9
135 m2
24
10
20
Perpustakaan
Jumlah
PERALATAN SEKOLAH:
No
Jenis Barang/Alat
Jumlah
Keadaan
Ket
Baik
Rusak
1
Personal Computer
17
√
-
2
Meja Guru dan Tata
22
√
-
Usaha
3
Kursi
22
√
-
4
Tempat duduk Murid
257
√
-
5
Lemari buku
11
√
-
6
Papan tulis
12
√
-
7
Peta Indonesia
4
√
-
8
Papan Absensi Kelas
12
√
-
9
Meja Siswa
245
√
-
10
Gambar Lambang Negara 15
√
-
11
Salib Tuhan Yesus
√
-
11
56
12
Gambar Presiden dan
16
√
-
Wapres
13
Gambar Pahlawan
10
√
-
14
Standar
11
√
-
15
Pot Bunga
20
√
-
16
Taplak Meja
25
√
-
17
Hiasan Dinding
4
√
-
18
Tulisan 5 T
12
√
-
19
Tulisan 5 K
12
√
-
20
Mesin Jahit
2
√
-
21
Tape Recorder
1
√
-
22
Gitar Style (Listrik)
1 set
-
√
23
Gitar Akustik
2
-
√
24
Casio
1
-
√
25
Suling Recorder
20
√
-
PERALATAN KANTOR:
No
Jenis Barang/Alat
Jumlah
Keadaan
Ket
Baik
Rusak
1
Personal Computer
3
√
-
2
Meja Kepala Sekolah
1
√
-
57
3
Kursi Kepala Sekolah
1
√
-
4
Meja Tata Usaha
1
√
-
5
Meja Bendahara
1
√
-
6
Kursi Bendahara
1
√
-
7
Mesin hitung/kalkulator
-
-
-
8
Mesin ketik besar
1
-
-
9
Mesin ketik kecil
1
√
-
10
Mesin ketik sedang
1
-
-
11
Stencil sheet sederhana
1
-
-
12
Stencil sheet sederhana
1
-
-
13
Rool sheet
1
√
-
14
Gunting
1
√
-
15
Peralatan kantor lain
4
√
-
16
Lemari Tata Usaha
2
√
-
17
Lemari Kepala Sekolah
3
√
-
18
Lemari Guru
7
√
-
19
Lemari PKK
1
√
-
20
Papan dan kelulusan UAN
1
√
-
21
Papan data siswa
1
√
-
22
Papan data Guru dan
1
√
-
Pegawai
58
23
Meja tamu kepala sekolah
2
√
-
24
Kursi tamu
1 set
√
-
25
Kursi Tata Usaha
2
√
-
.
PERALATAN OLAHRAGA:
No
Jenis Barang/Alat
Jumlah
Keadaan
Ket
Baik
Rusak
-
1
Bola kaki
2
√
2
Bola volley
3
√
3
Raket
4
√
4
Meja Pingpong
2
-
5
Bad Pingpong
4
-
6
Tiang lompat tinggi
1
√
-
7
Net pingpong
2
-
√
8
Peluru
2
√
9
Lembing
4
√
10
Cakram
2
√
11
Catur
2
√
59
-
-
USAHA EKONOMI ( KOPERASI ) DAN KESEHATAN SEKOLAH:
No
Jenis Barang/Alat
Jumlah
Keadaan
Ket
Baik
Rusak
1.
Kalkulator
1
√
-
2.
Kotak P3K
1
-
-
3.
Timbangan
-
-
-
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah
: SMPK St. Yosef Noemuti
Mata Pelajaran
: Seni Budaya / Seni Musik
Kelas / Semester
: 1X / Ganjil
Standar kompetensi
: Mengekspresikan Diri Melalui Karya Seni Musik Daerah /
Tradisional (Leku Sene)
Kompetensi dasar
: Mengekspresikan cara memperagakan pukulan / pola ritme
Leku Sene
Alokasi Waktu
: 2 X Pertemuan
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu :
60
1. Memahami karya seni musik daerah/tradisional (Leku Sene)
2. Mempelajari pukulan/pola ritme
Karakter siswa yang diharapkan :
 Ketelitian
 Kerja sama
 Percaya diri
 Kecintaan
B.
Materi Pembelajaran
 Musik daerah leku Sene
 Ragam pola ritme Leku Sene
C.
Metode Pembelajaran
Kualitatif dengan model pendekatan meniru
D.
Langkah – Langkah kegiatan
Pertemuan pertama dan kedua :
a) Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan motivasi: Tanya jawab berbagai hal yang
terkait dengan siswa, motivasi, persepsi dan apresiasi
b) Kegiatan Inti

Menjelaskan pengertian Leku Sene
61

Memberikan contoh pukulan/pola ritme Leku
Sene.

Memfasilitasi siswa untuk dapat meniru dan
memperagakan pukulan Leku Sene yang
dicontohkan oleh guru.
c) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru :
 Menuntun peserta didik melakukan praktek
pukulan Leku Sene.
 Melakukan penilaian dan/refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram.
E.
F.
Alamat dan Sumber Belajar

Guru / Model

Diskripsi Musik daerah setempat
Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Kategori
Aspek yang dinilai
pengam
62
atan
1
Memahami pukulan/pola ritme pertama, kedua,
ketiga dan pola ritme gendang
2
Meniru pukulan / pola ritme secara tepat
3
Meniru pukulan atau pola ritme sesuai tempo yang
telah ditetapkan
Mengetahui
Noemuti, Oktober 2014
Kepala Sekolah SMPK St.Yosef Noemuti
Guru Kelas
(Klemens B. Musu, S. Pd)
(Maksimilian Kesa)
NIP. 19770418200604 1 021
63
PERSONIL PENELITIAN
Personil penelitian terdiri dari :
1. Peneliti
: Maksimilian Kesa
No. Reg
: 171 10 037
Semester
: IX
Jurusan / Prodi
: Bahasa Dan Seni / Sendratasik
Fakultas
: Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
2. Dosen Pembimbing I
: Drs. Agustinus Beda Ama S.Sn., M.Si
Jabatan
: Dosen Program Studi Pendidikan
Sendratasik
Alamat
: Unwira Kupang
3. Dosen Pembimbing II
: Flora Ceunfin S.Sn., M.Sn
Jabatan
:Dosen
Program Studi Pendidikan
Sendratasik
Alamat
: Unwira Kupang
64
Download