PEMBELAJARAN POLA RITME LEKU SENE PADA SISWA-SISWI KELAS IX SMPK ST. YOSEF NOEMUTI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA MELALUI METODE MENIRU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: MAKSIMILIAN KESA NO. REG: 171 10 037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENDRATASIK JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2014 i ii iii MOTTO Menabur dengan air mata Menuai dengan sukacita iv PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahakan untuk kedua orang tua ku tercinta; Bapa Aloysius Kesa dan Mama anastasia Selan, Kakak Yanuarius Kesa, Kakak Iron Ulan, Adik Fransiskus Kesa, Adik Redegundis Kesa, Ponaanku tersayang Ayrin Kesa dan Eyrin Kesa. Kekasih tercinta Jose Manuel Mendonca De Araujo yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan pendidikan saya v KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene pada Siswa-siswi Kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti Melalui Metode Meniru”. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, banyak mengalami hambatan. Namun berkat bantuan dan pemikiran serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis menyampaikan limpah terima kasih dan kepada: 1. Rektor UNWIRA, Pater Yulius Yasinto, SVD, M.A., M.Sc. yang telah dengan bijaksana memimpin lembaga ini. 2. Dekan FKIP Unwira Kupang, Bapak Drs. Alfons Bunga Naen, M.Pd. yang mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Sendratasik Unwira Kupang, Bapak Melkior Kian S.Sn., M.Sn. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menimba ilmu di Program Studi ini. 4. Bapak Drs. Agustinus Beda Ama, S.Sn., M.Si, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Flora Ceunfin, S.Sn., M.Sn, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. vi 6. Penguji I, Pater Yohanes Don Bosko Bakok,SVD, S.Sn., M.Sn yang telah memberikan masukan demi penyempurnaan penulisan ini. 7. Penguji II, Bapak Melkior Kian S.Sn., M.Sn yang telah memberikan masukan demi penyempurnaan penulisan ini. 8. Penguji III, Bapak Drs.Agustinus Beda Ama S.Sn., M.Si yang telah memberikan masukan demi penyempurnaan tulisan ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen Sendratasik yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kepala SMPK St. Yosef Noemuti yang telah memberikan ruang dan tempat bagi penulis untuk melaksanakan penelitian. 11. Para guru SMPK St.Yosef Noemuti yang dengan senang hati dan tulus membantu saya selama masa penelitian. 12. Siswa-siswi SMPK St.Yosef Noemuti, khususnya kelas IX yang telah berpartisipasi. 13. Kedua Orang tuaku tercinta, Bapa Aloysius Kesa dan Mama Anastasia Selan, untuk doa, cinta dan kasih sayang yang tak berujung sehingga penulis dapat melalui sebuah perjalanan menuju asa dan cita-cita. 14. Kakak adikku yang selalu dengan setia menanti keberhasilanku dan senantiasa memberikan motivasi: Kakak Anis, Siska, Arry, Iron, Fren, Sema, serta ponaanku Ayrin dan Eyrin. vii 15. Teman-teman seangkatan 2010(BS10) yang dengan caranya masing-masing telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, serta warga HIMPROSMUS yang masih berjuang sampai saat ini. 16. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu menaungi perjalanan hidup, semoga jasa dan kebaikan mendapat imbalan dari-Nya. Akhirnya dengan rendah hati Penulis mempersembahkan tulisan ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca. Kupang, November 2014 Penulis viii PEMBELAJARAN POLA RITME LEKU SENE PADA SISWA-SISWI KELAS IX SMPK ST. YOSEF NOEMUTI MELALUI METODE MENIRU ABSTRAK Oleh: MAKSIMILIAN KESA Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya memperkenalkan Leku Sene yang menjadi salah satu seni etnik dari suku Dawan, tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Utara, lebih khusus lagi di Kecamatan Noemuti, kepada siswa-siswi kelas IX yang dalam kurikulumnya memberi ruang bagi pembelajaran tentang seni budaya. Permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini yakni bagaimana proses memperkenalkan pukulan/pola ritme Leku Sene kepada siswa-siswi kelas IX SMPK St. Yosef Noemuti melalui pendekatan meniru dan apa kesulitan atau kendala siswa dalam mempelajari pola ritme Leku Sene dan bagaimana upaya mengatasinya. Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan proses guru memperkenalkan ragam pukulan Leku Sene kepada siswa-siswi, mengetahui kesulitan/kendala siswa dalam mempelajari pola ritme Leku Sene dan bagaimana upaya/solusi untuk menjawabi permasalahan tersebut. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan metode tindakan kelas. Data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi audio visual untuk diolah dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan guru dalam memperkenalkan pola ritme Leku Sene kepada siswa-siswi kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti dilakukan melalui langkah-langkah yang meliputi: guru menginformasikan ragam pukulan Leku Sene yang terdiri dari tiga ragam pukulan dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Selanjutnya guru mermberikan contoh ragam pukulan pertama yaitu pada gong pertama (ki ko) untuk ditiru siswa secara perorangan di bawah bimbingan guru sampai mereka menguasai pola ritmenya. Langkah berikutnya guru memperkenalkan pola ritme kedua yaitu pada gong kedua (to to’o), setelah itu pola ritme ketiga yaitu pada gong ketiga (kbolo), dan yang berikutnya adalah pola ritme gendang. Proses ini dilakukan berulang-ulang dan siswa yang kesulitan dibantu dan diarahkan guru melalui contoh dengan lebih pelan sampai mereka menguasai pukulan atau pola ritmenya walaupun masih belum sempurna. Setelah setiap siswa menguasai semua pola ritme tersebut di atas, mereka lalu digabungkan untuk menabuh bersama. Kata Kunci: pembelajaran, pola ritme, Leku Sene, pendekatan meniru, tindakan kelas ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................. i LEMBARAN PERSETUJUAN ............................................................. ii LEMBARAN PENGESAHAN................................................................. iii MOTTO ..................................................................................................... iv PERSEMBAHAN...................................................................................... v KATA PENGANTAR............................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................. ix DAFTAR ISI.............................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 5 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Konsep Pembelajaran ................................................................. 6 1. Pengertian Pembelajaran. ..................................................... 6 2. Ciri-ciri Belajar..................................................................... 7 3. Proses Belajar ....................................................................... 9 B. Pengertian Model Pembelajaran .................................................. 10 C. Musik Pengiring........................................................................... 12 D. Ritme............................................................................................ 15 x E. Birama/Metrum/Pola Ketuk ......................................................... 15 F. Notasi............................................................................................ 16 G. Harmoni ....................................................................................... 17 H. Bentuk Not dan Nilai Not ............................................................ 17 I . Leku Sene...................................................................................... 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian................................................................. 20 3.2 Metode Penelitian ...................................................................... 20 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 21 3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 21 3.5 Teknik Analisis Data .................................................................. 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMPK St. Yosef Noemuti ................................ 24 B. Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene............................................... 25 1. Siklus 1............................................................................................ 25 2. Siklus 2............................................................................................ 36 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 43 B. Saran................................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45 LAMPIRAN-LAMPIRAN xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Menengah Pertama. Kesenian pada jenjang SMP yang menitikberatkan pada kemampuan keterampilan dasar musik(sebagai cara untuk mendapatkan pengalaman langsung tentang estetika dan etika seni). Peranan guru musik adalah menciptakan kondisi musikal yang kondusif, sehingga siswa dapat mengalami dan memahami suatu karya cipta musik sepenuhnya. Di kalangan siswa terdapat kecenderungan, bahwa mata pelajaran ini kurang diminati. Kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran ini, disebabkan karena kurangnya upaya guru untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa. Dalam bidang seni ketersediaan fasilitas merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindari. Fasilitas yang dimaksudkan di sini adalah ketersediaan ruang tempat melaksanakan proses pembelajaran, waktu yang dialokasikan secara khusus, dan peralatan seperti alat musik. Dilain pihak ketersediaan sumber daya manusia berupa guru dan atau pelatih seni merupakan faktor penentu berjalan tidaknya suatu program kegiatan seni, baik yang dilaksanakan di kelas sebagai bagian dari materi mata pelajaran Seni Budaya, maupun materi untuk kegiatan pengembangan diri yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler. Dalam hubungan dengan materi ajar, seorang guru yang bertindak sebagai pengelola pelajaran seni hendaknya memahami secara benar materi yang hendak 1 diajarkannya. Materi yang dijadikan sebagai bahan ajar hendaknya dapat memberikan nilai tambah terhadap kemampuan para siswa baik dalam rangka memperluas wawasan mengenai keragaman karya seni, unsur-unsur keindahannya, maupun dalam rangka memperkenalkan secara mendalam nilainilai yang berada di balik kesenian tersebut terkait dengan konteks kehidupan masyarakat pendukungnya. Salah satu materi pokok yang tertuang dalam kurikulum tingkat sekolah menengah pertama pada mata pelajaran Seni Budaya adalah musik. Guru selaku pengelola mata pelajaran ini diberikan kesempatan mengembangkan materi ajarnya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, dalam hal ini materi yang dipilih diambil dari berbagai jenis musik salah satunya adalah musik tradisional. Musik daerah atau musik tradisional merupakan musik yang ada di lingkungan sekitar yang dapat diajarkan kepada siswa. Materi ini tentu sudah dipertimbangkan memiliki unsur keindahan yang harus dimengerti sebagai kekayaan dan keunikan suatu budaya tertentu di samping itu mengandung nilainilai yang berguna bagi masyarakat pemiliknya. Jadi semua karya musik daerah atau musik tradisional memiliki peluang untuk diajarkan di sekolah. Dalam hubungan dengan penulisan ini peneliti akan memfokuskan pada musik daerah Leku Sene, salah satu musik tradisional dari daerah Timor Tengah Utara yang oleh masyarakat pemiliknya difungsikan sebagai musik pengiring tari 2 dalam acara penjemputan tamu, perarakan patung, syukuran nikah, dan acaraacara gembira lainnya Leku Sene berasal dari kata leuk yang berarti ‘pukul’ dan sene yang berarti ‘gong’. Jadi leku sene berarti gong yang dipukul. Kata leku merupakan kata kerja yang memiliki arti memukul banyak benda. Sedangkan kata leuk sudah, memiliki arti sendiri yaitu memukul gong. Oleh karena itu kata leku harus ditambahkan kata sene sehingga artinya jelas kalau yang dipukul itu adalah gong. Kata leuk merupakan ajakan misalnya, aim het leuk (mari menabuh), jadi dengan sendirinya kata leuk sudah memiliki arti menabuh gong tanpa harus ditambahkan kata sene. Dalam acara-acara syukuran, yang selalu berpartisipasi mendukung dan meramaikan upacara syukuran tersebut dalam hal ini yang selalu memainkan alat musik leku sene adalah para orang tua sedangkan anak-anak muda tidak terlalu berminat dengan Leku Sene. Sebagai materi ajar, dalam penerapan di kelas diperlukan sebuah model pembelajaran yang cocok sehingga Leku Sene cepat dipahami dan dikuasai oleh para siswa di kelas. Metode pembelajaran yang digunakan guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi pelajarannya. Siswa yang berasal dari daerah lain, yang bukan dari Timor Tengah Utara, memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam mempelajari pukulan Leku Sene, maka diperlukan model pembelajaran yang tepat. 3 Mempertimbangkan hal ini maka model pembelajaran yang digunakan dalam kaitan dengan materi ini adalah model pembelajaran meniru. Model pembelajaran meniru dimaksudkan agar siswa dapat belajar melakukan pukulan Leku Sene, sehingga mereka pun dapat dengan cepat menguasainya. Hal ini mendorong peneliti untuk mengamati sejauh mana pola ritme Leku Sene dapat dikuasai para siswa melalui model pembelajaran meniru. Sekolah yang akan menjadi tempat pelaksanaan penelitian ini yakni SMPK St. Yosef Noemuti Kabupaten TTU. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas mengenai ”PEMBELAJARAN POLA RITME LEKU SENE PADA SISWA-SISWI KELAS IX SMPK ST. YOSEF NOEMUTI MELALUI METODE MENIRU”. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yakni: a. Bagaimana proses guru memperkenalkan pukulan Leku Sene pada siswasiswi kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti melalui model pembelajaran meniru? b. Apa kesulitan atau kendala siswa-siswi dalam mempelajari pukulan Leku Sene? c. Apa solusi untuk menjawabi permasalah di atas? 4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yakni a. Mendeskripsikan proses guru memperkenalkan pola ritme Leku Sene kepada siswa-siswi kelas IX SMPK St.Yosef Noemuti melalui pendekatan meniru. b. Mengetahui kesulitan atau kendala siswa dalam mempelajari pukulan Leku Sene. c. Menemukan solusi untuk menjawabi permasalaha-permasalahan diatas. 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi para pembaca Penelitian ini bertujuan untuk menemukan metode pengajaran yang tepat dalam mempelajari pola ritme Leku Sene, di samping itu penulis berupaya meningkatkan minat para siswa terhadap musik tradisional atau musik daerah dalam hal ini Leku Sene. 2. Bagi para pengajar musik Para pendidik di bidang musik diharapkan dapat memahami secara baik musik tradisional atau musik daerah, mengenal dan memahami metode pengajaran yang tepat untuk mengajarkan musik tradisional. 3. Bagi peneliti Tulisan ini berguna bagi peneliti dalam mendalami suatu model pembelajaran. 5 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Konsep Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Belajar merupakan salah satu proses yang mengarah pada suatu proses tujuan yaitu perubahan ke arah yang lebih baik. Secara psikologis, perubahan yang diperlihatkan individu biasanya berbentuk tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya melalui suatu proses yang mengarah ke suatu tujuan. Perubahan tingkah laku merupakan cermin dari perubahan dalam segi pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang diserapnya melalui proses belajar yang dilalui. Kemampuan yang dimiliki individu yang belajar biasanya berawal dari pemahaman secara kognitif kemudian dipraktikkan (segi psikomotorik) dan pada bidang tertentu seperti seni seni musik akan muncullah kemampuan dalam segi rasa (afeksi). Para ahli telah mendefenisikan pengertian belajar menurut pandangannya berdasarkan apa yang dipahaminya. Syah Muhibbin (1999:9) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adalah suatu proses adaptasi dari penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Chaplin membatasi belajar dengan dua macam rumusan yaitu: a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan pengalaman. 6 b. Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai adanya latihan khusus. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang mengakibatkan adanya perubahan relatif menetap sebagai akibat dan pengalaman yang juga merupakan proses belajar. Menurut Said (1989:23), belajar diartikan sebagai perubahan relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan dan pengalaman. Sedangkan menurut I. L Montada, belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku berdasarkan pengalaman sebelumnya. Itu pun kalau perubahan tingkah laku tidak dapat disebabkan oleh penyakit, pematangan, keletihan, pengaruh motivasi dan lain-lain. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah perubahanperubahan yang terjadi di dalam diri manusia karena adanya pengalaman dan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang. 2. Ciri-ciri Belajar William Burton menguraikan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampui. b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu. c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 7 d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid itu sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha secara material dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individual di kalangan murid-murid. g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan dengan kematangan murid. h. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. k. Proses belajar secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. l. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. m. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberikan kepada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. n. Hasil-hasil dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. 8 p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis. 3. Proses Belajar Dalam proses belajar ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan yaitu sebagai berikut : a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya. Maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap. b. Belajar merupakan latihan melalui learning, recalling, reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. c. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil bila siswa merasa berhasil dan mendapat kepuasannya. Berhasil hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustrasi. 9 e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi suatu kesatuan pengalaman. f. Pengalaman masa lampau(bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalamanpengalaman baru dan pengertian-pengertian baru. g. Faktor persiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan melakukan kegiatan belajar dengan lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan. B. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Joice(dalam Trianto, 207:5) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Bertolak dari model pembelajaran inilah guru lalu mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Demikian pula Soekamto dkk (dalam Trianto, 2007:5) mengatakan bahwa maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, 10 dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Istilah model pembelajaran, menurut Arends(dalam Trianto, 2007:6), diartikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu prosedur kegiatan yang hendaknya dipikirkan dengan matang melalui perencanaan untuk dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas melalui pendekatan tertentu dengan mempertimbangkan aspek karakteristik materi, strategi, metode, lingkungan dan sistem pengelolaannya. Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran meniru. Metode meniru adalah metode di mana guru memberikan contoh dan siswa meniru atau mengikuti. Dengan metode meniru peserta didik terlatih untuk berinisiatif dan kreatif. Karena pada saat guru memberi contoh, siswa akan berusaha dan konsentrasi memperhatikan serta memahami dan menangkap apa yang diberikan guru sehingga siswa dapat meniru/mengikuti dengan baik. Metode ini juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga bukan hanya guru yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. C. Musik Pengiring 11 Musik pengiring adalah alat yang digunakan untuk mengiringi suatu tarian. Bentuk musik pengiring tari disesuaikan dengan dari mana tarian tersebut tumbuh dan berkembang. Musik pengiring tari mempunyai perbedaan sesuai dengan proses penciptaannya. Musik atau iringan tari tradisional kerakyatan disesuaikan dengan budaya daerah setempat. Contohnya tari Tari Tarawangsa diringi musik Tarawangsa, siter dan kecapi.Tari tradisional klasik Jawa dan Bali diiringi dengan seperangkat gamelan lengkap berlaras pelog atau slendro. Begitu pula dengan tarian Bso’ot diiringi dengan Leku Sene. Sedangkan musik pengiring tari kreasi merupakan perpaduan aneka ragam alat musik yang disesuaikan dengan bentuk gerak tarinya. Musik pengiring dapat mengatur tempo dalam satu gerakan, memberikan suasana dalam tarian baik suasana sedih, gembira, tegang ataupun marah. Oha Graha(1997: 44) mengungkapkan beberapa fungsi musik dalam tari diantaranya adalah : 1. Memberi irama (membantu mengatur waktu ) Kita kenal bahwa tari itu terdiri dari gerak-gerak yang berirama, mengatur atau menentukan irama. Sangat sulit menari tanpa musik di mana irama dalam tari yaitu pengatur waktu(tempo) cepat dan lambatnya dari suatu rangkaian gerak, dan perlu saling mengisi dan saling mengiringi. 2. Memberi ilustrasi atau gambaran suasana. 12 Dalam tari, suasana atau ilustrasi sangat erat hubungannya dengan watak penari terutama pada tari tradisional yang sangat memerlukan berbagai suasana. 3. Membantu mempertegas ekspresi gerak. Dalam tarian sudah tentu ada aksen-aksen gerak yang diatur oleh tenaga. Mempertegas ekspresi gerak akan lebih sempurna diiringi atau dipertegas oleh hentakan instrumen musik sebagai pengiring tari. 4. Rangsangan bagi penari Elemen dasar dari tari adalah gerak dan ritme, sedangkan elemen dasar dari musik adalah nada, ritme, dan melodi. Sejak zaman prasejarah sampai sekarang dapat dikatakan di mana ada tari di situ pasti ada musik. Musik dalam tari bukan hanya sekedar pengiring, tetapi musik adalah partner yang tidak boleh ditinggalkan. Musik dapat memberikan suatu irama yang selaras sehingga dapat membantu mengatur ritme atau hitungan dan dapat juga memberikan gambaran dalam ekspresi suatu gerak(Soedarsono, 1997:46) Musik daerah adalah suatu bentuk karya seni yang menggunakan medium suara atau bunyi-bunyian, yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat yang sesuai dengan aturan-aturan daerah setempat. Musik daerah merupakan warisan leluhur sehingga tidak diketahui siapa pencetusnya dan tidak menonjolkan sikap perorangan karena musik daerah adalah milik suatu golongan suku bangsa. 13 Musik daerah pada umumnya memiliki arti dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi musik daerah antara lain: 1. Sebagai sarana upacara adat Di beberapa daerah tertentu, musik dianggap memiliki kekuatan magis yang tidak dapat dideskripsikan. Karena itu seringkali musik daerah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu upacara adat seperti pada upacara Merapu di Sumba. 2. Sebagai pengiring tari Musik daerah mempunyai fungsi utama yaitu untuk mengiringi tari-tari daerah atau lagu-lagu daerah. 3. Medium komunikasi Sarana komunikasi dengan musik dapat dilihat, misalnya, pada saat bulan Ramadhan dan saat siskamling, di mana alat musik kentongan ditabuh untuk membangunkan warga untuk bangun sahur atau untuk berwaspada. 4. Media bermain Lagu-lagu daerah yang biasa diiringi dengan musik daerah biasanya dijadikan media bermain baagi anak-anak daerah, misalnya, lagu Cublak-cublak Suweng (Jawa Tengah).Sarana (media) penerangan. 5. Iringan pertunjukan. D. Ritme Ritme adalah aliran bunyi dalam waktu. Keindahan irama akan lebih terasa karena adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan bunyi. Ritme merupakan 14 aliran ketukan dasar yang teratur mengikuti beberapa variasi gerak melodi. Ritme dapat kita rasakan dengan cara mendengarkan sebuah lagu secara berulang-ulang. Pola irama pada musik dapat membedakan perasaan tertentu karena pada hakikatnya irama adalah gerak yang menggerakkan perasaan dan erat hubungannya dengan gerak fisik. Ritme sederhana apabila kita dengarkan berulang-ulang akan membawa efek hipnotis. Dengan efek tersebut, ritme dianggap sebagai detak jantung musik, sedangkan ketukan menandakan adanya kehidupan dalam musik. Menurut Ensiklopedi musik, ritme adalah suatu pengertian khas, kerangka musik yang berkaitan dengan alunan, birama atau hitungan yang tepat sesuai dengan metrum, lalu berlangsung secara teratur sejak hitungan pertama. E. Birama/Metrum/Pola Ketuk Birama adalah suatu tanda untuk menunjukkan jumlah ketukan dalam satu ruas birama. Satu ruas birama ditunjukkan oleh batas-batas garis vertikal yang disebut ruas birama. Metrum merupakan ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata di setiap baris, pergantian naik-turun suara secara teratur, dengan pembagian suku kata yang ditentukan oleh golongan sintaksis. Sebuah lagu dibangun dalam pola metrum tertentu, misalnya pola dua-ketuk, tiga-ketuk, dan empat-ketuk, baik yang sederhana(simple meter) maupun yang bersusun atau majemuk(compound meter). Pola metrum sederhana memiliki satuan not yang nilainya ‘habis dibagi dua’ sedangkan pola bersusun/majemuk 15 memiliki satuan not yang nilainya ‘tidak habis dibagi dua’. Lagu berpola duaketuk(2/8, 2/4, 2/2), artinya setiap birama terdiri dari dua ketukan. Seperti pada lagu Kebun ku dan Paman Tukang Kayu. Lagu berpola tiga-ketuk(3/8, 3/4, 3/2), artinya setiap birama terdiri dari tiga ketukan. Seperti pada lagu Amelia Gadis Cilik dan Burung Tantina. Lagu berpola empat-ketuk(4/8, 4/4, 4/2), artinya setiap birama terdiri dari empat ketukan. Seperti pada lagu Bintang Kecil dan Garuda Pancasila. F. Notasi Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu digambarkan secara horisontal. Musik adalah perpaduan keseimbangan antara unsur-unsur musik. Unsur-unsur musik di antaranya suara, nada, ritme, melodi, harmoni, tempo, dinamika dan notasi. Musik menjadi bagian alami dari kehidupan. Contoh: dalam dekapan seorang ibu, anak mendengar suara ibu melantunkan senandung yang akhirnya membuat lelap tidurnya. G. Harmoni Harmoni secara umum dikatakan terbentuk dari dua nada atau lebih dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga dapat terjadi bila nada-nada tersebut dibunyikan berurutan. Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akor. 16 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah suatu komposisi suara yang mempunyai kesatuan atau keseimbangan atau bunyi yang indah, bermakna, dapat dinikmati, dimengerti dan dapat diperdengarkan dalam periode waktu tertentu karena memiliki keteraturan atau hukum tertentu. H. Bentuk Not dan Nilai Not Suatu lagu dapat dinyanyikan atau dimainkan berawal dari kegiatan membaca. Dalam bidang musik nada atau not yang dibaca bentuknya berupa balok dan angka. Umumnya ketika bernyanyi simbol yang digunakan yakni berupa angka sedangkan ketika bermain musik simbol yang digunakan yakni berupa balok(not balok). Ciri dari masing-masing simbol tersebut yakni: Bentuk not angka tidak ditulis pada sangkar nada tetapi ditullis secara biasa, dengan nama not, bentuk not, tanda diam, dan nilai not dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Nama Not Bentuk Not Tanda Diam Nilai Not Not Penuh 1 . . . 0 0 4 ketuk Not Setengah 1 . 1 . 0 0 2 ketuk Not Seperempat 1 0 1 ketuk Not Seperdelapan 1 0 ½ ketuk Not Seperenambelas 1 1 1 1 0 17 0 0 ¼ ketuk I. Leku Sene Gong merupakan alat musik yang umum terdapat pada masyarakat Nusa Tenggara Timur yang terbuat dari tembaga, kuningan atau dari besi. Biasanya gong digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk pesta adat, mengiringi tarian dalam menyambut tamu dan sebagainya. Secara umum musik daerah adalah musik tradisional. Setiap etnik mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gong, ukurannya, penglarasnya, irama gong dan cara memainkannya. Leku Sene merupakan alat musik dari Timor Tengah Utara. Gong yang digunakan umumnya berjumlah 5 buah. Nama-nama gong yaitu, 2 buah gong yang paling kecil dinamakan ki ko yang dimainkan bersamaan oleh satu orang. Kbolo yaitu 2 buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat oleh satu orang. To to’o yaitu 1 buah gong yang dimainkan oleh satu orang. Ritme bunyi tiga jenis gong, to to’o, kiko, kbolo yang ditabuh bersama menghasilkan irama yang merdu. Perpaduan antara irama tabuhan gong dan genderang serta gerak tari para penari menghasilkan harmoni indah, ditambah bunyi giring-giring yang terikat pada kaki penari menimbulkan kesan riang gembira. Leku Sene dan bso’ot yang merupakan tradisi penyambutan para Meo(ksatria) dari medan perang itu, tetap dipelihara atoin meto(orang Dawan). Dewasa ini, paduan tabuhan gong serta tarian pedang tersebut tidak lagi dihelat untuk menyambut para Meo yang kembali dari medan perang, tetapi untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, baik para pejabat pemerintahan maupun orang-orang penting 18 lainnya. Para tamu yang datang terlebih dahulu diterima para tetuah, tokoh masyarakat, atau pejabat adat dengan tuturan adat (natoni), kemudian para perempuan mulai menabuh gong. Sementara para penari lelaki mulai menghentak-hentakkan kaki seirama dengan tabuhan gong. Pedang yang ada di tangan pun dihunus sebagai penghormatan kepada tetamu yang datang. Dengan Leku Sene dan bso’ot, atoin meto mengungkapkan penghormatan dan kegembiraan terhadap para tamu yang datang. Leku Sene merupakan musik pengiring tarian. Tarian yang diiringi oleh Leku Sene dinamakan tarian Bso’ot. Leku Sene adalah musik pengiring tari untuk acara penjemputan tamu, syukuran pentabisan imam baru, penyambutan Patung Bunda Maria, dan acara syukuran lainnya. Bso’ot juga sering dipentaskan oleh para kaum muda, dalam hal ini para siswa dari tingkat sekolah dasar(SD), sekolah menengah pertama(SMP) dan sekolah menengah atas(SMA), pada saat ujian akhir sekolah pada mata pelajaran Seni Budaya. Tapi hanya ibu-ibu yang memainkan Leku Sene. 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Seluruh data dari hasil wawancara, observasi, test dan demonstrasi disajikan menggunakan jenis PTK(Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Maksudnya adalah melaksanakan tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus kemudian melaporkan hasil penelitian itu dengan memaparkan apa yang terjadi. Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan persiapan penelitian, implementasi, evaluasi dan refleksi. Tahap pertama guru melaksanakan penelitian perlu menimbang-nimbang, lalu merumuskan masalah yang dihadapi. Tahap kedua peneliti menemukan faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya masalah. Tahap ketiga mencari cara mengatasi masalah atau melaksanakan tindakan kelas. Tahap keempat mengamati dampak yang muncul setelah menerapkan cara yang dipilih. Tahap kelima adalah evaluasi terhadap tindakan kelas bahwa suatu cara belum tentu dampak yang terjadi sesuai harapan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat apa memang sudah terjadi perbaikan sesuai yang diharapkan. 20 3.2 Metode Penelitian Metode adalah cara yang digunakan penulis untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan. Metode penelitian yang baik dan benar sangat menentukan hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat atau lokasi di SMPK St. Yosef Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil antara bulan Agustus sampai Oktober 2014. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan metode sebagai berikut: 1. Studi Pustaka Tujuan studi pustaka adalah untuk memperoleh referensi yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan suatu kegiatan dan metode untuk menyelesaikan tugas akhir. Dalam studi pustaka ini peneliti memperoleh berbagai informasi dari berbagai suber lainnya dan internet(http//google.com.) 2. Studi Lapangan Dalam studi lapangan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: 21 a. Teknik Wawancara Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Teknik wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan kepada siswa yang memperoleh materi model pembelajaran Seni Budaya. Teknik wawancara ini dilakukan untuk dapat mengangkat data-data tentang model pembelajaran seni budaya, kelebihan dan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan. b. Teknik Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan proses yang kompleks. Teknik observasi dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran. Jenis observasi yang dilaksanakan adalah observasi eksperimental ialah observasi yang dilakukan terhadap situasi yang disiapkan sedemikian rupa untuk meneliti sesuatu yang dicobakan. c. Teknik Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran atau arkeologis. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bermanfaat bagi penulis untuk menunjukkan bukti penelitian yang dilakukan oleh peneliti guna mendukung data yang telah diperoleh melalui wawancara dan observasi. Data yang didokumentasikan meliputi proses pertunjukan leku sene kreasi. Teknik ini digunakan untuk 22 merangkum atau menyimpan data-data yang valid, baik melalui pemotretan(image) maupun pengambilan video, rekaman audio. 3.5 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan test proses analisisnya berlangsung selama penelitian yang ditempuh melalui serangkaian proses kegiatan secara bersamaan yaitu, dengan cara direduksi (disederhanakan), diklasifikasikan (dikelompokkan), diinterpretasi dan dideskripsikan secara sistematis dan selanjutnya disimpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan penelitian atau skripsi. 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMPK St. Yosef Noemuti SMPK St. Yosef Noemuti merupakan sekolah swasta yang terletak di RT/RW: 04/02, Kelurahan Noemuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara. Sekolah ini didirikan pada tanggal 11 Juli 1977. Tanggal SK izin operasional yaitu 1 Januari 1977 dan terakreditasi pada tanggal 27 Desember 2004. Status Kepemilikan Sekolah yaitu Yayasan. Jumlah siswa-siswi nya yaitu 280 orang.. Jumlah siswa laki-laki 131 dan 149 jadi jumlah siswa seluruhnya dalam tahun ajaran 2014/2015 adalah 280 orang. Keadaan guru dan pegawainya yaitu: jumlah Guru Negeri yang dipekerjakan 6 orang, Guru tetap Yayasan 10 orang, Guru kontrak 2 orang, Pegawai tetap Yayasan 2 orang. Jadi jumlah keseluruhan Guru dan Pegawai di SMPK St.Yosef Noemuti yaitu: 19 orang. Keadaan Ruangan sekolah yaitu: gedung sekolah 5 buah, ruang kantor 1 buah, ruang kelas 12 buah, ruang guru 1 buah, WC 4 buah, ruang perpustakaan 1 buah jadi jumah ruangan seluruhnya yaitu 24 ruangan. 24 B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pembelajaran Pola Ritme Leku Sene Dalam usaha untuk memperkenalkan pola ritme Leku Sene yang berasal dari suku Dawan, tepatnya di Timor Tengah Utara (TTU), peneliti akan bertindak sebagai guru,akan mengajarkan materi ini.Materi yang diajarkan disesuaikan pula dengan standar kompetensi yang ada pada kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yakni Mengekspresikan diri melalui karya seni musik, lebih khusus lagi musik daerah atau tradisional. Sesuai dengan luasnya bahan dan kedalaman materi ajar yang diharapkan dapat diserap dengan baik oleh siswa-siswi maka direncanakan materi ini diajarkan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dijalankan dalam empat tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap refleksi. a. Siklus 1 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang dilakukan guru meliputi; persiapan materi pelajaran, rencana pelajaran dan strategi yang ditempuh dalam mengajar. Persiapan materi sangat penting karena dengan menguasai materi secara baik guru akan membimbing siswa secara baik, lebih percaya diri dalam mengajar di depan kelas, dan proses pembelajaranpun akan berjalan lancar. Di sisi lain persiapan dalam bentuk perangkat administrasi pengajaran berupa RPP. 25 2) Tahap Pelaksanaan Pertemuan pertama ini difokuskan pada pengenalan ragam pukulan/pola ritme Leku Sene dari ragam pertama, ragam kedua, ragam ketiga serta pola ritme gendangnya. Mengingat materi yang diajarkan 95% merupakan materi praktek maka setelah guru memberikan materi yang bersifat teori dalam kelas, dan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan dipraktekkan, guru lalu mengajak siswa dan mengarahkan mereka menuju ke ruangan praktek untuk latihan. Penyajian materi tentang pola ritme Leku Sene dijalankan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : Tahap pertama Pada tahap ini guru memberikan materi yang bersifat teoritis yakni tentang asal-usul Leku Sene yang berasal dari daerah Dawan tepatnya di Timor Tengah Utara, juga dijelaskan tentang pola ritme Leku Sene yang terdiri dari tiga ragam pukulan. Leku Sene merupakan alat musik tradisional dari daerah Dawan yang terdiri dari lima buah gong. Dua buah gong yang ukurannya lebih kecil yang biasa disebut dengan Ki Ko merupakan sepasang gong yang dimainkan bersamaan oleh satu orang. To to’o yaitu satu buah gong yang dimainkan oleh satu orang dan yang berikutnya adalah dua buah gong yang ukurannya lebih besar yang biasa disebut Kbolo merupakan sepasang gong yang dimainkan oleh satu orang juga. Sedangkan gendang dimainkan oleh dua sampai empat orang secara bergantian. Dari ketiga jenis gong ini masing-masing gong memiliki satu pola ritme. Tabuhan ketiga jenis gong ini akan menghasilkan harmoni yang indah apabila dipadukan lagi dengan tabuhan genderang/gendang. 26 Urutan permainan leku Sene yaitu Ki Ko dimainkan terlebih dahulu empat birama lalu diikuti oleh To to’o, dan seterusnya setelah empat birama. Berikutnya adalah Kbolo dan yang terakhir adalah genderang/gendang. Dalam permainan Leku Sene, posisi para pemain disesuaikan dengan situasi tempat, waktu, dan acaranya. Apabila Leku Sene dimainkan pada acara penjemputan tamu maka posisi para pemain berdiri dan akan menabuh sambil berjalan karena gong dan gendangnya digantung pada sebatang kayu yang dipikul oleh dua orang yang berjalan mendahului tamu. Sedangkan apabila Leku Sene dimainkan pada acara nikah atau acara syukuran lainnya maka posisi pemainnya duduk di kursi karena gongnya di gantung pada tempat gong yang sudah disiapkan secara baik, begitu pula dengan penabuh gendang juga dalam posisi duduk karena gendangnya diletakkan di tanah. Gambar. Guru memberikan materi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Leku Sene 27 Gambar. Guru sedang menanyakan siswa yang berminat dengan Leku Sene Tahap kedua (Tahap pengenalan pola ritme) Dalam tahap ini guru mengawali dengan menunjukkan cara menempatan posisi gong yang benar dan posisi tangan saat memegang gong. Selanjutnya guru memberikan contoh pukulan/pola ritme pertama yaitu pada gong pertama (Ki Ko). Pukulan ini diulang secara terus-menerus, sambil diperhatikan oleh siswa yang duduk di tempat duduknya masing -masing dan ada juga yang diminta oleh guru untuk memperhatikan dari jarak yang lebih dekat yaitu berdiri di dekat guru saat guru memberikan contoh. 28 Gambar. Guru menunjukkan cara penempatan posisi gong yang benar Gambar. Guru mencotohkaan posisi tangan saat memegang gong Setelah memberikan contoh lalu guru menentukan salah satu anak yang terlihat tertarik untuk segera mempraktekkan ragam pola ritme/pukulan yang dicontohkan 29 guru. Ini dilakukan beberapa kali sampai mereka benar-benar mengerti dan terampil menjalaninya. Gambar. Seorang siswa mempraktekkan pukulan yang sudah dicontohkan guru sebelumnya. Dengan keberhasilan salah satu siswa guru lalu memanggil siswa yang lain untuk dilatih dengan didampingi guru dan siswa yang telah dilatih sebelumnya. Masingmasing mereka melakukan latihan secara bergantian. Dalam latihan ini siswa laki-laki terlihat kaku maka proses latihannya membutuhkan waktu yang lebih banyak karena sering melakukan kesalahan. Kepada mereka guru lalu memberikan contoh lagi dan dilakukan dengan tempo yang lebih lambat sehingga siswa pun mengerti. Walaupun demikian mereka masih saja melakukan kesalahan karena tidak konsentrasi dan tidak serius dalam menjalankan ragam pukulan ini. Guru lalu mengingatkan mereka untuk melakukan latihan secara baik dan lebih konsentrasi. 30 Berikutnya siswa diperkenalkan pola ritme yang kedua yaitu pada gong yang kedua(To to’o), setelah itu diperkenalkan dengan pola ritme yang ketiga yaitu pada gong yang ketiga(Kbolo) dan yang terakhir adalah genderang/gendang. Semua pola ritme diperkenalkan dengan cara yang sama yaitu guru memberikan contoh terlebih dahulu dan itu dilakukan beberapa kali sampai siswa dapat meniru dengan baik. Setelah melakukan latihan dan semakin menguasai pola ritme/pukulannya, mereka lalu digabungkan untuk berlatih bersama. Proses ini setidaknya dapat menolong sesama teman dalam kelas untuk menyesuaikan ragam pukulan yang masih dianggap baru oleh beberapa siswa. Gambar. Pola Ritme To To’o Gambar. Pola Ritme Kbolo 31 Gambar. Pola Ritme Gendang c. Tahap evaluasi Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan guru adalah melakukan bobot terhadap aktivitas siswa berdasarkan hasil pengamatan berupa angka-angka sesuai dengan kategori yang diamati. Tabel kategori aspek yang dinilai Kategori Aspek yang dinilai Pengamatan 1 Memahami pukulan atau pola ritme pertama, kedua, ketiga dan pukulan genderang 2 Meniru pukulan/pola ritme secara tepat 3 Meniru pukulan/pola ritme sesuai tempo yang telah ditetapkan 32 Daftar Hasil Penilaian Siklus 1 Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas / Semester : 1X B / ganjil No Nama Siswa Aspek yang dinilai Jumlah 1 2 3 Rerata 1 Adriana Mariana Kosat 71 70 70 212 71 2 Alexander Alvardo Satban 68 67 65 200 66 3 Archangela Chiriani Lae 73 72 69 214 71 4 Arisandy Ufi 76 74 71 221 73 5 Blasius Ukat 69 67 66 202 67 6 Donasita Mariana Berek Mau 73 70 68 211 70 7 Emanuel Sanito Tafaib 65 65 64 194 64 8 Florianus Antoin Funan 68 67 65 200 66 9 Hieronimus Antoin Metkono 65 66 65 196 65 10 Hildagunda Anung 72 70 68 210 70 11 Inosensius banusu 69 69 66 204 68 12 Klemensia Bana 75 74 70 219 73 13 Krispinus raynoldus Nahas 68 67 65 200 66 14 Maria Goreti Subani 72 70 68 210 70 33 15 Maria Kristina M. Barkanis 70 75 75 220 73 16 Maria Magdalena Lae 75 74 70 219 73 17 Maria Religinda Maniuk To 74 74 70 218 72 18 Nofentus Nahas 66 66 65 197 65 19 Redegundis Kesa 75 74 70 219 73 20 Thomas Aquino Riberu 69 67 66 202 67 21 Venidora Naben 74 70 75 219 73 22 Wendelina Krisandi M. Meol 74 70 75 219 73 23 Yanuarius Mosa 65 65 64 194 64 24 Yohanes Berch. Maslin Fios 65 66 65 196 65 Rerata 69 Dalam aspek yang nampak, diberi nilai dengan rentangan nilai sebagai berikut : 60 – 70 = Kurang 71 – 80 = Cukup 81 – 90 = Baik 90 – 100 = Sangat Baik Untuk mengetahui nilai rata – rata siswa digunakan rumus (Model Penilaian Kelas) : Jumlah skor yang diperoleh X 100 34 Kedua aspek yang dinilai Untuk mengetahui nilai rata – rata kelas digunakan (Model Penilaian kelas) : Nilai = Jumlah skor yang diperoleh X 100 Jumlah siswa Untuk mengetahui presentase kemampuan siswa digunakan rumus (Model Penilaian Kelas) : Siswa = Jumlah siswa yang berhasil X 100 % Jumlah seluruh siswa Dari tabel di atas kelihatan bahwa, kemampuan siswa dalam mempelajari pola ritme Leku Sene secara umum(rerata kelas) belum maksimal. Karena kemampuan siswa dalam melakukan pukulan/pola ritme Leku Sene secara umum hanya mencapai angka 69, sementara KKM(Kriteria Ketuntasan Minimum)70. Perincian perolehan nilai sebagai berikut: 11 siswa memperoleh rentangan nilai 60 -70(Kurang), dan 13 siswa memperoleh rentangan nilai 71-74(Cukup). Dengan hasil pembelajaran diatas dan dikaitkan dengan KKM untuk kelas ini perlu dilakukan pembelajaran pada siklus berikutnya. d. Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir pelajaran dengan cara melihat kembali seluruh kegiatan pembelajaran. Hasil refleksi menunjukkan bahwa : 35 a) Pada saat penyampaian materi teori berkenaan dengan ragam pola ritme Leku Sene, sebagian siswa kurang memperhatikan dan kurang menyerap pelajaran dengan baik. Diketemukan dalam kegiatan ini ada beberapa siswa yang masih kurang bergairah dan belum fokus memperhatikan upaya yang dilakukan guru dalam memberi pelajaran dan contoh pukulan/ pola ritme leku sene. Hal ini menjadi perhatian guru pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikut, sehingga mereka dapat terlihat aktif mengikuti proses kegiatan pembelajaran pola ritme Leku Sene dengan lebih baik dan dapat memahami pola ritme ini. b) Bagi siswa yang belum terlalu menguasai pukulan/pola ritmenya maka akan disediakan waktu yang lebih banyak untuk melakukan latihan. 2. Siklus 2(Pertemuan 2) a. Tahap perencanaan Pada tahap perencanaan ini hal-hal yang dilakukan guru meliputi; persiapan materi pelajaran, rencana pelajaran dan strategi yang ditempuh dalam mengajar. Persiapan diarahkan pada penyusunan strategi agar siswa menguasai secara baik ragam pola ritme yang telah dikenal pada pertemuan sebelumnya. Di sisi lain persiapan dalam bentuk perangkat administrasi pengajaran berupa RPP dan lembaran pengamatan juga dilakukan untuk diisi oleh rekan guru yang diminta kesediaan untuk mencatat berbagai kejadian dalam proses pelajaran berlangsung. b. Tahap Pelaksanaan 36 Pertemuan kedua difokuskan pada pemantaban semua pola ritme. Agar proses ini berjalan baik guru dan siswa mempersiapkan siswa menuju ke ruangan praktik. Proses pembelajaran dilakukan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) Tahap pertama Sebagaimana pada pertemuan pertama siswa laki-laki sebagian besar belum aktif dan cenderung tidak tertarik pada pembelajaran pola ritme Leku Sene maka pada pertemuan ini guru terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada mereka untuk berlatih terlebih dahulu bersama guru. Guru memulai dengan memberikan penjelasan tentang ragam pola ritme sambil mempraktekannya. Siswa memperhatikan selanjutnya meniru mengikuti contoh dari guru. Mereka berlatih berulang-ulang sehingga siswa yang tadinya belum bisa melakukan dengan tepat dapat menyesuaikan. Setelah siswa laki-laki dilatih, giliran berikutnya kelompok perempuan dilatih pola ritme yang pertama, kedua, ketiga dan pola ritme genderang. Proses pelatihan semua ragam pola ritme pada kelompok perempuan ini lebih lancar dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi lebih terampil dan menguasai dengan baik. Berdasarkan pengamatan dapat dinilai bahwa kelompok perempuan telah menguasai semua pola ritme dengan baik. Kemampuan menyesuaikan(meniru) pukulan gong lebih tinggi dibandingkan laki-laki. 2) Tahap kedua Pada tahap ini tiga jenis gong yaitu Ki Ko, To To’o, Kbolo serta gendang digabungkan. Gong pertama(Ki Ko) dimainkan terlebih dahulu, diikuti dengan gong 37 kedua(To To’o), setelah itu gong ketiga (Kbolo) dan yang terakhir diikuti Genderang/gendang. Guru lalu mengingatkan mereka untuk menjaga keharmonisan pukulan, dan temponya harus selalu di jaga agar tidak mengganggu jalannya permainan Leku Sene. 4. Tahap Evaluasi Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan guru adalah melakukan bobot terhadap aktivitas siswa berdasarkan hasil pengamatan berupa angka-angka kategori yang diamati. Tabel kategori aspek yang dinilai Kategori Aspek yang dinilai Pengamatan 1 2 3 Ketepatan memperagakan pukulan/pola ritme Leku Sene Ketepatan memperagakan pukulan/pola ritme gendang/genderang Kemampuan menjaga kekompakkan dan menyesuaikan tempo serta irama dalam mewujudkan permainan Leku Sene sebagai musik daerah/tradisional daerah dawan khususnya di Timor tengah Utara Daftar Hasil Penilaian Siklus 2 Mata Pelajaran : Seni Budaya 38 sesuai Kelas / Semester No : 1X B / ganjil Nama Siswa Aspek yang dinilai 1 2 3 Jumlah Rerata 1 Adriana Mariana Kosat 75 85 87 251 83 2 Alexander Alvardo Satban 80 75 80 238 78 3 Archangela Chiriani Lae 80 80 85 245 81 4 Arisandy Ufi 80 85 80 245 81 5 Blasius Ukat 75 79 80 234 78 6 Donasita Maria Mau 87 83 80 250 83 7 Emanuel Sanito Tafaib 75 80 79 234 78 8 Florianus Antoin Funan 73 s75 75 223 74 9 Hieronimu Metkono 77 73 75 225 75 10 Hildagunda Anung 73 75 75 223 74 11 Inosensius banusu 75 75 75 217 75 12 Klemensia Bana 87 87 85 259 86 13 Krispinus raynoldus Nahas 77 75 73 225 75 14 Maria Goreti Subani 85 87 87 259 86 15 Maria Kristin Barkanis 85 79 80 224 81 16 Maria Magdalena Lae 85 87 85 257 85 39 17 Maria Religinda To 87 85 85 257 85 18 Nofentus Nahas 80 75 80 235 78 19 Redegundis Kesa 70 73 75 218 72 20 Thomas Aquino Riberu 70 75 73 218 72 21 Venidora Naben 73 71 75 219 73 22 Wendelina Krisandi Meol 85 85 87 257 85 23 Yanuarius Mosa 71 70 73 214 71 24 Yohanes Berchmans Fios 70 73 73 216 72 Rata-rata 78 Dalam aspek yang nampak, diberi nilai dengan rentangan nilai sebagai berikut : 60 – 70 = Kurang 71 – 80 = Cukup 81 – 90 = Baik 90 – 100 = Sangat Baik Untuk mengetahui nilai rata – rata siswa digunakan rumus (Model penilaian kelas) : Nilai = Jumlah skor yang diperoleh X 100 40 Kedua aspek yang dinilai Untuk mengetahui nilai rata – rata kelas digunakan (Model penilaian kelas) : Nilai = Jumlah skor yang diperoleh X 100 Jumlah siswa Untuk mengetahui presentase kemampuan siswa digunakan rumus (model penilaian kelas) : Siswa = Jumlah siswa yang berhasil X 100 % Jumlah seluruh siswa Dari tabel di atas kelihatan bahwa, tingkat kemampuan siswa dalam mempelajari pola ritme Leku Sene secara umum(rata-rata kelas) mengalami peningkatan menjadi 78. Dengan perincian 10 siswa termasuk kategori baik dengan rentang nilai 81-90, dan 14 siswa termasuk kategori cukup baik dengan rentang nilai 71-80(cukup). Rata-rata kelas telah melampaui KKM. 4). Refleksi Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus kedua ini maka dapat dikatakan bahwa sebagian siswa telah menguasai pola ritme ini. Setengah dari siswasiswi kelas IX B telah menikmati ragam pukulan/pola ritme Leku Sene. BAB V PENUTUP 41 A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pola ritme Leku Sene dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut : 1. Pembelajaran pola ritme Leku Sene diawali dengan informasi awal mengenai asal mula Leku Sene yakni dari daerah Timor khususnya di Timor Tengah Utara. 2. Proses pembelajaran untuk materi praktek selalu diawali dengan pemberian contoh oleh guru selanjutnya ditiru oleh siswa. 3. Guru memberdayakan siswa yang memiliki daya tarik terhadap materi sebagai contoh untuk dilatih terlebih dahulu sehingga memberikan daya tarik siswa lainnya untuk ikut terlibat dan meniru temannya tersebut. 4. Guru selalu memberikan contoh dan mendampingi siswa ketika latihan bersama dan membenarkan pukulan siswa melalui latihan yang berulangulang meskipun siswa laki-laki masih melakukan kesalahan. 5. Bagi siswa laki-laki yang mengalami kesulitan meniru diberikan waktu yang lebih banyak dalam berlatih sehingga mereka bisa mengikuti dan semakin menguasai pola ritmenya. B. Saran 42 Melalui kegiatan penelitian dengan judul pembelajaran pola ritme Leku Sene pada siswa-siswi kelas IX SMPK St. Yosef Noemuti, peneliti mendapatkan banyak pengalaman yang berguna. Melalui kesempatan ini peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut : Seni tradisi hendaknya dapat dimanfaatkan untuk menjadi materi ajar pada sekolah-sekolah menengah sehingga siswa-siswinya dapat sedini mungkin mengenal karya seni daerah yang tentunya memiliki banyak nilai didalamnya. Sekolah hendaknya membuka ruang untuk pelestarian seni tradisi sebagai kekayaan budaya. DAFTAR PUSTAKA 43 Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara Amarin, Tatang, M.1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Baneo, Pono. 2003. Kamus Mussik. Jogyakarta: Kanisius Hadi Sunarko, Djarmono dan Sukotjo. 1990. Seni Musik 1. Kalten: Penerbit Intan Pariwara Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit CV Alfabeta Nursantara, Yayat.2007. Seni Budaya Untuk SMA Kelas X. Ciracas, Jakarta: Penerbit Erlangga Oha Graha. 1997. Fungsi Musik dalam Tari. Jakarta: Duta Graha Pustaka Syawir. 2006. Pengertian Seni Secara Umum dan Sejarahnya. Jakarta: Duta Graha Said. 1989. Model-model Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Bagi pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenada Media Group Sumber Internet: http://endinesianet/email: sawir@endonesia net. Diakses tanggal 14 Juli 2014 http://www.scribd.com/doc/48571993/PTK-SENI-BUDAYA. Diakses tanggal 23 September 2014 44 http://maknaih.wordpress.com. Diakses pada 28 September 2014. http://folklorindonesia.wordpress.com. Diakses pada 28 September 2014. http://Inna092blogspotcom.Blogspot.com. Diakses pada 28 September 2014. LAMPIRAN 45 46 47 48 49 Gambaran Umum SMPK St. Yosef Noemuti 1. Identitas Sekolah Nama Sekolah : SMPK st. Yosef Noemuti NPSN / NSS : 50306152 / 202240407022 Jenjang Pendidikan : SMP Status Sekolah : Swasta 50 2. Lokasi Sekolah Alamat : Noemuti RT / RW : 04 / 02 Desa / Kel. : Noemuti Kode Pos : 85651 Kecamatan : Noemuti Lintang / Bujur : 9.400000 / 124. 280000 3. Data Pelengkap Sekolah Kebutuhan Khusus :- SK. Pendirian Sekolah : 57 Tgl. SK. Pendirian : 1977 – 07 – 11 Status Kepemilikan : Yayasan SK.Izin Operasional : 6422/D/1/77 Tgl. SK Izin Operasional : 1977 – 01 – 01 SK. Akreditasi : 2403 DP 747204 Tgl. SK Akreditasi : 2004 – 12 – 27 No. Rekening BOS : 007.02.01. 855471 – 3 4. Kontak Sekolah No. Telpon : 085239307121 Email : [email protected] 51 5. Data Periodik . Kategori Wilayah : Wilayah Terpencil, Wilayah Perbatasan. Daya Listrik : 2200 Sertifikat ISO : 9001 : 2000 KEADAAN KELAS DAN MURID : Murid No Kelas Jumlah Yg Jumlah mengulang Kelas L P Jmlh L P Jmlh 1 VIIA 1 ( satu ) 10 14 24 - - - 2 VIIB 1 ( satu ) 11 17 28 - - - 3 VIIC 1 ( satu ) 10 17 27 - - - 4 VIIIA 1 ( satu ) 13 14 27 5 VIIIB 1 ( satu ) 12 14 26 - - - 6 VIIIC 1 ( satu ) 12 15 27 - - - 7 IXA 1 ( satu ) 12 12 24 - - - 8 IXB 1 ( satu ) 12 12 24 9 IXC 1 ( satu ) 13 11 24 - - - 10 IXD 1 ( satu ) 13 12 25 - - - 52 11 IXE Jumlah 1 ( satu ) 13 11 24 - - - XI 131 149 280 - - - (Sebelas ) ASAL MURID KELAS I TAHUN PELAJARAN 2013/2014: Tetap Madrasah Sekolah Kelas Total Dasar L P Jlh L P Jlh L P Jlh L P Jlh L P Jlh 39 44 83 - - - 39 44 83 - - 44 83 - 39 PENERIMAAN MURID BARU (PMB) TAHUN PELAJARAN 2013/2014: Terdaftar Diterima Ditolak Ket L P Jlh L P Jlh L P Jlh 33 50 83 33 50 83 - - - KEADAAN MURID MENURUT AGAMA N o Kls Islam Protestan Katolik L P Jl L P Jl L h h 53 P Jlh Hindu Budha L P Jl L P Jl h h 1 VIIA - - - - - - 10 14 24 - - - - - - 2 VIIB - - - - - - 11 17 28 - - - - - - 3 VIIC - - - - - - 10 17 27 - - - - - - 4 VIII - - - 2 - 2 11 14 25 5 VIIIB - - - - - - 12 14 26 - - - - - - 6 VIIIC - - - 1 - 1 11 15 26 - - - - - - 7 IXA - - - - - - 12 12 24 - - - - - - 8 IXB - - - 1 - 1 11 12 23 8 IXC - - - - - - 13 11 24 - - - - - - 9 IXD - - - - 1 1 13 11 24 - - - - - - 10 IXE - - - - 1 1 13 10 23 - - - - - - - - - 4 2 6 12 15 27 - - - - - - 9 0 5 A Jumlah KEADAAN GURU DAN PEGAWAI : No Status Guru dan Pegawai Jumlah L 54 P Ket. Jlh 1 Guru Negeri yang dipekerjakan 2 4 6 2 Guru Tetap Yayasan yg 7 3 10 3 dipekerjakan - - - 4 Guru Tidak Tetap - 1 1 5 Guru Kontrak - - - 6 Pegawai Negeri yang - 2 2 9 11 19 dipekerjakan Pegawai Tetap Yayasan yg dipekerjakan Jumlah KEADAAN GEDUNG,RUANG GURU,PERPUSTAKAAN,KANTOR,RUANG KETRAMPILAN: No Jenis Barang Jumlah Ukuran Satuan Ukuran 1 Gedung sekolah 5 buah 10 x 8 m 80 m2 16 x 17 m 336 m2 12 x 9 m 108 m2 2 Ruang Kantor 1 buah 2x8m 16 m2 3 Ruang Kelas 12 buah 8x8m 64 m2 55 Ket 4 Ruang Guru 1 buah 10 x 8 m 80 m2 5 WC 4 buah 2x1m 2 m2 6 Ruang 1 buah 15 x 9 135 m2 24 10 20 Perpustakaan Jumlah PERALATAN SEKOLAH: No Jenis Barang/Alat Jumlah Keadaan Ket Baik Rusak 1 Personal Computer 17 √ - 2 Meja Guru dan Tata 22 √ - Usaha 3 Kursi 22 √ - 4 Tempat duduk Murid 257 √ - 5 Lemari buku 11 √ - 6 Papan tulis 12 √ - 7 Peta Indonesia 4 √ - 8 Papan Absensi Kelas 12 √ - 9 Meja Siswa 245 √ - 10 Gambar Lambang Negara 15 √ - 11 Salib Tuhan Yesus √ - 11 56 12 Gambar Presiden dan 16 √ - Wapres 13 Gambar Pahlawan 10 √ - 14 Standar 11 √ - 15 Pot Bunga 20 √ - 16 Taplak Meja 25 √ - 17 Hiasan Dinding 4 √ - 18 Tulisan 5 T 12 √ - 19 Tulisan 5 K 12 √ - 20 Mesin Jahit 2 √ - 21 Tape Recorder 1 √ - 22 Gitar Style (Listrik) 1 set - √ 23 Gitar Akustik 2 - √ 24 Casio 1 - √ 25 Suling Recorder 20 √ - PERALATAN KANTOR: No Jenis Barang/Alat Jumlah Keadaan Ket Baik Rusak 1 Personal Computer 3 √ - 2 Meja Kepala Sekolah 1 √ - 57 3 Kursi Kepala Sekolah 1 √ - 4 Meja Tata Usaha 1 √ - 5 Meja Bendahara 1 √ - 6 Kursi Bendahara 1 √ - 7 Mesin hitung/kalkulator - - - 8 Mesin ketik besar 1 - - 9 Mesin ketik kecil 1 √ - 10 Mesin ketik sedang 1 - - 11 Stencil sheet sederhana 1 - - 12 Stencil sheet sederhana 1 - - 13 Rool sheet 1 √ - 14 Gunting 1 √ - 15 Peralatan kantor lain 4 √ - 16 Lemari Tata Usaha 2 √ - 17 Lemari Kepala Sekolah 3 √ - 18 Lemari Guru 7 √ - 19 Lemari PKK 1 √ - 20 Papan dan kelulusan UAN 1 √ - 21 Papan data siswa 1 √ - 22 Papan data Guru dan 1 √ - Pegawai 58 23 Meja tamu kepala sekolah 2 √ - 24 Kursi tamu 1 set √ - 25 Kursi Tata Usaha 2 √ - . PERALATAN OLAHRAGA: No Jenis Barang/Alat Jumlah Keadaan Ket Baik Rusak - 1 Bola kaki 2 √ 2 Bola volley 3 √ 3 Raket 4 √ 4 Meja Pingpong 2 - 5 Bad Pingpong 4 - 6 Tiang lompat tinggi 1 √ - 7 Net pingpong 2 - √ 8 Peluru 2 √ 9 Lembing 4 √ 10 Cakram 2 √ 11 Catur 2 √ 59 - - USAHA EKONOMI ( KOPERASI ) DAN KESEHATAN SEKOLAH: No Jenis Barang/Alat Jumlah Keadaan Ket Baik Rusak 1. Kalkulator 1 √ - 2. Kotak P3K 1 - - 3. Timbangan - - - RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMPK St. Yosef Noemuti Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Musik Kelas / Semester : 1X / Ganjil Standar kompetensi : Mengekspresikan Diri Melalui Karya Seni Musik Daerah / Tradisional (Leku Sene) Kompetensi dasar : Mengekspresikan cara memperagakan pukulan / pola ritme Leku Sene Alokasi Waktu : 2 X Pertemuan A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu : 60 1. Memahami karya seni musik daerah/tradisional (Leku Sene) 2. Mempelajari pukulan/pola ritme Karakter siswa yang diharapkan : Ketelitian Kerja sama Percaya diri Kecintaan B. Materi Pembelajaran Musik daerah leku Sene Ragam pola ritme Leku Sene C. Metode Pembelajaran Kualitatif dengan model pendekatan meniru D. Langkah – Langkah kegiatan Pertemuan pertama dan kedua : a) Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan motivasi: Tanya jawab berbagai hal yang terkait dengan siswa, motivasi, persepsi dan apresiasi b) Kegiatan Inti Menjelaskan pengertian Leku Sene 61 Memberikan contoh pukulan/pola ritme Leku Sene. Memfasilitasi siswa untuk dapat meniru dan memperagakan pukulan Leku Sene yang dicontohkan oleh guru. c) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru : Menuntun peserta didik melakukan praktek pukulan Leku Sene. Melakukan penilaian dan/refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram. E. F. Alamat dan Sumber Belajar Guru / Model Diskripsi Musik daerah setempat Penilaian Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Kategori Aspek yang dinilai pengam 62 atan 1 Memahami pukulan/pola ritme pertama, kedua, ketiga dan pola ritme gendang 2 Meniru pukulan / pola ritme secara tepat 3 Meniru pukulan atau pola ritme sesuai tempo yang telah ditetapkan Mengetahui Noemuti, Oktober 2014 Kepala Sekolah SMPK St.Yosef Noemuti Guru Kelas (Klemens B. Musu, S. Pd) (Maksimilian Kesa) NIP. 19770418200604 1 021 63 PERSONIL PENELITIAN Personil penelitian terdiri dari : 1. Peneliti : Maksimilian Kesa No. Reg : 171 10 037 Semester : IX Jurusan / Prodi : Bahasa Dan Seni / Sendratasik Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan 2. Dosen Pembimbing I : Drs. Agustinus Beda Ama S.Sn., M.Si Jabatan : Dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik Alamat : Unwira Kupang 3. Dosen Pembimbing II : Flora Ceunfin S.Sn., M.Sn Jabatan :Dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik Alamat : Unwira Kupang 64