PENGARUH PENAMBAHAN MATOS DAN SEMEN PADA

advertisement
PENGARUH PENAMBAHAN MATOS DAN SEMEN PADA PERILAKU KONSOLIDASI
TANAH LEMPUNG
Abstrak:Tanah lempung merupakan jenis tanah yang memiliki sifat yang kurang menguntungkan jika
dijadikan tanah pendukung suatu konstruksi bangunan karena memiliki daya dukung rendah, plastisitas dan
kembang susut yang tinggi. Dalam penelitian ini, matos digunakan sebagai material tambahan pada tanah
lempung Padang Sambian yang sebelumnya telah dicampur dengan 1% semen, dengan komposisi
penambahan matos sebesar 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan matos dan semen akan menyebabkan
meningkatnya berat jenis tanah dan berat volume kering cenderung meningkat mencapai kondisi mak pada
persentase 15% matos dengan nilai 1,312 gr/cm³ dari nilai 1,126 gr/cm³. Kadar air optimum (Wopt)
cenderung menurun dan mencapai Wopt 36,717% pada persentase 15% dari nilai 39,000%. Nilai indeks
pemampatan (Cc) terendah dengan nilai 0,18702 terjadi pada persentase 15% penambahan matos.Ini berarti
indeks pemampatan (Cc) mengalami penurunan 37% dari nilai Cc (0,29598 hingga 0,18702).Sedangkan nilai
koefisien konsolidasi (Cv) yang terbesar terjadi pada 15% penambahan matos.Ini berarti terjadi peningkatan
30% dari nilai Cv (0.0190 hingga 0.02715) cm²/dt.
Penambahan matos dapat mempercepat waktu penurunan pada tanah lempung yang telah dicampur
dengan 1% semen dengan kurun waktu tercepat pada penambahan 15% dengan kurun waktu 0,16 tahun dari
sebelumnya 0,23 tahun.
Kata kunci : Tanah lempung, matos, semen, sifat fisik dan mekanik, waktu penurunan
Trade Off,Acceleration, Increase the hours of work
PENDAHULUAN
Tanah lempung merupakan jenis tanah yang
memiliki sifat yang kurang menguntungkan jika
dijadikan tanah pendukung suatu konstruksi bangunan
karena memiliki daya dukung rendah, plastisitas dan
juga ada yang memiliki kembang susut yang tinggi.
Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan perbaikan pada
kondisi tanah lempung dengan meningkatkan kualitas
tanah baik secara fisik, kimiawi, maupun mekanis
diharapkan dapat mengatasi kadar air yang cukup tinggi
sebagai akibat dari pergantian musim. Dalam penelitian
ini, matos digunakan sebagai material tambahan pada
tanah lempung yang sebelumnya telah dicampur dengan
1% semen terhadap berat tanah lempung.
Pencampuan tanah lempung, semen dan matos,
diharapkan dapat mengurangi plastisitas tanah lempung.
Selanjutnya, semen yang memiliki sifat mengikat tanah
dan mengering karena reaksi dehidrasi air dan dengan
dicampur matos reaksi tersebut akan muncul kristal kristal diantara campuran semen yang mengikat partikel
tanah, sehingga dapat menjaga agar kadar air yang
terkandung di dalam tanah lempung agar tidak
berlebihan yang dapat menyebabkan pengembangan
(swelling), serta dapat mempercepat laju konsolidasi
dan untuk mengetahui besar penurunan dan waktu
terjadinya konsolidasi pada tanah lempung tersebut.
Apabila lama dan besarnya penurunan dapat
diperkirakan sejak awal, maka kerugian yang
ditimbulkan oleh terjadinya penurunan dapat ditekan
sekecil mungkin. Hal ini berarti pula akibat-akibat
buruk yang mungkin terjadi pada konstruksi diatasnya
dapat dihindarkan.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana sifat – sifat fisik dari tanah lempung.
2. Berapa besar pengaruh penambahan matos terhadap
indek pemampatan (Cc) dan koefisien konsolidasi
(Cv) tanah lempung yang dicampur dengan
1%semen.
3. Bagaimana pengaruh penambahan prosentase matos
terhadap waktu penurunan yang terjadi pada tanah
lempung yang dicampur dengan 1%semen.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dimaksud disini adalah :
1. Untuk mengetahui sifat – sifat fisik dari tanah
lempung.
2. Untuk mendapatkan indeks pemampatan (Cc) dan
koefisien konsolidasi (Cv),
3. Untuk mengetahui persentase matos yang optimum
terhadap waktu penurunan dan besarnya penurunan
pada tanah lempung yang dicampur dengan
1%semen.
MATERI DAN METODE
Pengertian Tanah
Tanah dapat didefinisikan sebagai mineral yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat
yang tidak tersementasi satu sama lain dan dari bahanbahan organik yang telah melapuk (partikel padat)
disertai zat cair dan gas yang mengisi rongga-rongga
kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das ,
1988).
Lempung dan Mineral Penyusunnya
Mineral lempung merupakan senyawa aluminium
silikat
yang
kompleks.Jika
ditinjau
dari
mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai
mineral penyusun, antara lain mineral lempung
(kaolinite, montmorillonite dan illite group) dan
mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai
dengan batasan yang ada (mika group, serpentinite
group).
Pengertian Tanah Lempung
Tanah lempung adalah tanah yang memiliki sifat
yang kurang menguntungkan jika dijadikan tanah
pendukung suatu konstruksi bangunan karena memiliki
daya dukung rendah, plastisitas dan juga ada yang
memiliki kembang susut yang tinggi.
Sifat Fisik Tanah Lempung
Sifat fisik tanah berhubungan dengan tampilan dan
ciri umum tanah. Sifat fisik tanah lempung dapat
diketahui dengan melihat beberapa keadaan yaitu:
1. Ukuran butiran. Tanah lempung memiliki ukuran
butir lebih kecil dari 0,002 mm
2. Kadar air dihitung sebagai berikut :
π‘Š
w = 𝑀 x 100% ……………….…………….. (1)
π‘Šπ‘ 
dimana :
w = kadar air ; Ww = berat air
Ws = berat tanah kering
3. Berat jenis tanah dapat dihitung sebagai berikut :
𝛾
Gs = 𝑠 ............................................................. (2)
𝛾𝑀
dimana :
𝛾𝑠 = berat volume butiran
𝛾𝑀 = berat volume air
4. Batas cairdapat dihitung sebagai berikut :
𝑁 0,121
𝐿𝐿 = π‘Šπ‘
................................................ (3)
25
dimana : Wc = kadar air close
𝑁 = jumlah pukulan pada Wc
5. Indeks plastisitasdapat dihitung sebagai berikut :
IP = 𝐿𝐿 − 𝑃𝐿
................................................. (4)
dimana : LL = batas cair;
PL= batas plastis
IP = indeks platisitas
6. Batas susut dapat dihitung sebagai berikut :
𝑉 −𝑉
SL= 𝑀 − 1 2 ................................................. (5)
π‘Š
dimana : W = berat kering tanah; plastis
𝑉 = volume tanah basah
Sifat Mekanik Tanah Lempung
Sifat mekanik tanah lempung adalah sifat-sifat tanah
yang mengalami perubahan setelah diberikan gayagaya tambahan atau pembebanan dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah.Sifat mekanik tanah
dapat diketahui dengan melakukan pengujian
pemadatan standar, dan pengujian kuat tekan bebas.
Dari pengujian pemadatan standar didapat :
1. Kadar air
2. Berat volume basah tanah (γb) dengan persamaan:
π‘Š
γb =
................................................................ (6)
𝑉
dimana : W = berat tanah yang dipadatkan
V = volume cetakan
3. Berat volume kering tanah (γd), dihitung dengan
persamaan:
γb
γd =
(7)
1+𝑀
dimana : w = kadar air
4. Berat volume pada kondisi ZAV (γzav), dihitung
dengan persamaan :
Gs . γ w
γzav =
......................................................... (8)
1+ 𝑒
dimana : e = angka pori; Gs = berat jenis tanah
γw = berat volume air
sampel sampel tanah terganggu yang dicampur dengan
15% pasir, selanjutnya ditambahkan abu sekam padi
dengan persentase penambahan yaitu sebesar 0%, 5%,
10%, 15%, 20% dan 25% dari berat kering tanah
ekspansif.
Matos
Matos berbentuk material serbuk.Komposisi Matos
terdiri dari logam dan garam mineral anorganik dan
lain-lain, bersumber dari air laut, aman untuk makhluk
hidup dan ramah lingkungan. Matos merupakan zat
aditif yang ditambahkan dalam stabilisasi tanah-semen
Identifikasi Masalah
Semen
Semen adalah bahan ikat hidrolis (menghisap atau
membutuhkan air), yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat kalsium
yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan tambah.
Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume
secara perlahan-lahan pada tanah jenuh sempurna dengan
permeabilitas rendah akibat pengaliran sebagian air pori.
Konsolidasi memiliki beberapa parameter, yaitu :
1. Koefisien konsolidasi (Cv) yaitu koefisien yang
menentukan kecepatan pengaliran air pada arah vertikal
dalam tanah. Cv dapat dihitung dengan rumus
Tv . H2
Cv =
𝑑
dimana :
...................................................... (9)
Tv = Faktor waktu tergantung dari
derajat konsolidasi
t = Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai derajat konsolidasi U%
H = Jarak lintasan air
2. Waktu konsolidasi (t) adalah waktu yang diperlukan
oleh tanah untuk proses konsolidasi. Waktu konsolidasi
didapat dengan persamaan :
T . H2
t= v
....................................................... (10)
𝐢𝑣
3. Tekanan prakonsolidasi (P’c) merupakan tekanan
yang pernah bekerja pada tanah lempung di masa lalu
4. Angka pori (e) didefinisikan sebagai perbandingan
antara besarnya volume ruang kosong dengan volume
butir padat
5. Indeks permeabilitas (k) menunjukkan kemampuan
tanah untuk mengalirkan air. Indeks permeabilitas
didapat dengan persamaan :
k = Cv . mv . γw ............................................... (11)
6. Indeks pemadatan (Cc) menunjukkan kemampuan
tanah untuk dipadatkan
Persiapan Benda Uji
Benda uji dibedakan benjadi 2, yaitu sampel tanah
tidak terganggu yang diambil di Desa Padang, Bali, dan
Kerangka Analisis
Dalam penelitian ini, dilakukan sejumlah
pengujian sesuai dengan kerangka analisis berikut ini
Mulai
Studi Literatur
Pemilihan Lokasi
Pengambilan Sampel Tanah
Tidak Terganggu (Undisturbed)
Pemeriksaan Kadar Air
Terganggu
(Disturbed)
Pemeriksaan
Batas - batas
Atterberg
Dicampur 1% semen,
selanjutnya ditambahkan
matos dengan persentase
0%, 5%, 10%, 15% dan
20%.
· Pemeriksaan Berat Jenis
· Tes Pemadatan Standar
· Konsolidasi
Hasil tes dan analisa
Kesimpulan
Gambar 1 Kerangka analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air
Penelitian kadar air tanah asli dilakukan dengan
menggunakan tiga buah sampel tanah tidak terganggu
(undisturbed sample) pada kedalaman 1,5 m. Dan hasil
penelitian didapat data kadar air tanah asli seperti Tabel
1 berikut ini
Tabel 1 Hasil penelitian kadar air
Sampel
Nilai Kadar Air (%)
Br. Uma Klungkung
42.840
Br. Batu Kandik
43.254
Br. Pagutan
41.522
Berat Jenis
Dari pengujian berat jenis, didapat nilai berat jenis
tanah lempung Padang Sambian sebesar 2,435.Selain
itu, penelitian berat jenis juga dilakukan pada sampel
tanah lempung terganggu (disturbed sample) yang telah
ditambah dengan 1% semen, dalam kondisi tanpa
maupun setelah penambahan matos dengan persentase
penambahan matos sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20%
dari berat kering tanah lempung. Rangkuman data hasil
penelitian berat jenis sampel dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini:
2,59
Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan matos
menyebabkan berat jenis tanah lempung yang dicampur
dengan 1% semen mengalami kenaikan.Kenaikan
tersebut terjadi karena berat jenis matos lebih besar dari
berat jenis tanah lempung Padang Sambian.
Analisa Gradasi Butiran
Rangkuman data hasil penelitian gradasi butiran
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Keterangan
Tanah Lempung
(%)
Lolos ayakan No.10 (2 mm)
Lolos ayakan No.20 (0,85 mm)
Lolos ayakan No.40 (0,425 mm)
Lolos ayakan No.60 (0,250 mm)
Lolos ayakan No.100 (0,150 mm)
Lolos ayakan No.200 (0,075 mm)
Diameter butir yang lebih kecil dari
0,002 mm sampai 0,001 mm yang
termasuk lempung.
Diameter butir yang lolos saringan
sampai dengan 0,002 mm yang
termasuk lanau
100.00
96.88
93.75
87.50
81.25
78.13
44.84
0
Dari Tabel 3, dapat dilihat persentase masing –
masing penyusun tanah yaitu : lempung (44,84%),
lanau (33,29%), pasir (21,87%)
Batas Konsistensi
Rangkuman hasil penelitian batas – batas Atterberg
pada tanah lempung Padang Sambian dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4 Hasil pengujian batas konsistensi tanah
lempung Padang Sambian
Batas Konsistensi
Tanah Lempung Padang
Sambian (%)
LL (%)
59,462
PL (%)
29,688
SL (%)
22,207
IP (%)
29,774
Dari penelitian batas – batas atterberg, diperoleh
nilai batas cair (LL) tanah lempung padang Sambian :
59,46% ini termasuk tinggi berarti dasarnya memiliki
sifat-sifat teknis yang buruk. Nilai batas plastis (PL) :
29,68% berarti bersifat plastis karena nilai kadar air :
42.54% berada antara nilai batas plastis : 29,69% dan
batas cair : 59,46%. Nilai batas susut (SL) : 22,21%.
Indeks Plastisitas (IP) : 29,77% sehingga dikatagorikan
sebagai tanah lempung yang memiliki plastisitas tinggi.
Rangkuman hasil uji pemadatan standar ditampilkan pada
Tabel 5, Gambar 3 dan Gambar 4berikut :
Tabel 5 Hasil pengujian pemadatan standar
Persentase Penambahan
γd maks
Matos pada Tanah
Wopt (%)
(gr/cm3)
Lempung + 1% Semen
0
38,067
1,255
5
37,167
1,273
10
36,917
1,292
15
36,717
1,312
20
37,333
1,288
Kadar Air Optimum
20
Pemadatan Tanah
Pada tanah lempung Padang Sambian yang terganggu
didapat kadar air optimum sebesar 39,0% dan kepadatan
maksimum sebesar 1,126 gr/cm3. Selain itu, penelitian
pemadatan ini juga dilakukan terhadap tanah lempung
Padang Sambian yang terganggu (disturbed) ditambah
dengan 1% semen yang dicampur matos dengan
persentase yaitu: 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.
40
39
38
37
36
35
Tanah Disturb
0
5
10
15
20
Kadar Matos (%)
Gambar 2 Grafik penambahan matosdan semen
terhadap Wopt tanah Padang Sambian yang
telah dicampur dengan 1% semen.
Berat Volume Kering
Tabel 2 Hasil penelitian berat jenis
Matos (%)
Parameter
Tanah
Lempung + 1%
0
5
10
15
Semen
Berat Jenis
2,48 2,49 2,51 2,54
1.35
1.3
1.25
1.2
1.15
1.1
1.05
1
Tanah Disturb
0
5
10
Kadar Matos (%)
15
20
Gambar 3 Grafik penambahan matos dan semen
terhadap γd maksimum tanah Padang
Sambian yang telah dicampur dengan 1%
semen.
Dari Tabel terlihat bahwa semakin tinggi kadar
matos pada tanah maka berat volume kering (γd)
cenderung meningkat dan kadar air optimumnya
(Wopt) cenderung menurun. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan5% - 15% persentase matos akan
menambah kepadatan tanah karena pori-pori yang ada
diisi oleh campuran matos. Tetapi pada persentase 20%
Koefisien Konsolidasi (Cv)
Nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang didapat pada
tanah lempung terganggu sebesar 0,019. Selain itu, nilai
koefisien konsolidasi (Cv) pada tanah lempung yang
dicampur 1% semen, yang selanjutnya ditambah matos
dengan kadar 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%, dapat
dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Nilai koefisien konsolidasi (Cv)
Persentase Penambahan Matos pada
Cv
Tanah Lempung + 1% Semen
0
0,02372
5
0,02480
10
0,02559
15
0,02715
20
0,02430
Dari tabel, terlihat bahwa semakin tinggi presentase
matos, maka koefisien konsolidasi (Cv) semakin
besar.Koefisien konsolidasi (Cv) terbesar terjadi pada
persentase 15% matos. Ini berarti presentase tersebut
matos membentuk kepadatan maksimum dengan
volume pori kecil. Pada persentase 20% matos,
koefisien konsolidasi (Cv) kembali mengecil,
disebabkan karena volume bertambah besar akibat
penambahan matos sehingga kepadatan tanah kembali
menurun.
Waktu Penurunan (t)
Perhitungan waktu penurunan (t) pada masing –
masing sampel didapat dengan menggunakan nilai Cv
dari metode akar waktu dengan tebal lempung di
lapangan adalah 4 m dan lapisan tanah tersebut adalah
tanah lempung, dan tanah padas. Waktu penurunan
yang terjadi pada tanah lempung teganggu didapat t90
0,23 tahun, dan pada tanah lempung terganggu yang
dicampur dengan 1% semen yang dicampur matos
dengan persentase yaitu: 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%
dapat dilihat pada Tabel 7dan Gambar 4 berikut ini:
Tabel 7 Waktu penurunan
Persentase Penambahan Matos pada
t90 (tahun)
Tanah Lempung + 1% Semen
0
0,19
5
0,18
10
0,17
15
0,16
20
0,18
Pengaruh penambahan matos terhadap waktu
penurunan tanah lempung yang dicampur dengan 1%
semen dari berat kering tanah tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4berikut :
Waktu Penunuran (tahun)
matos akan terjadi sebaliknya, dimana berat volume
kering mengalami penurunan dan kadar air optimum
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena matos
pada saat pencampuran bersama semen terjadi
penyesuaian-penyesuaian terhadap buti-butir tanah
yang ditandai dengan semakin bertambahnya volume
pori diakibatkan dari penambahan matos dan semen
yang sudah melebihi kepadatan optimumnya sehingga
berat volume kering tanah mengalami penurunan yang
menyebabkan penurunan pada kepadatan itu sendiri.
0.25
0.23
0.21
0.19
0.17
0.15
Tanah Disturb
0
5
10
15
Kadar Matos (%)
20
Gambar 4 Grafik pengaruh penambahan matos terhadap
waktu penurunan tanah Padang Sambian
yang telah dicampur dengan 1% semen
Koefisien Permeabilitas (k)
Nilai koefisien permeabilitas (k) yang didapat pada
tanah lempung terganggu sebesar 0,0037 cm/dt. Selain
itu, nilai koefisien permeabilitas (k) pada tanah
lempung terganggu yang dicampur 1% semen yang
dicampur matos dengan persentase yaitu: 0%, 5%, 10%,
15%, dan 20%, yang dapat dilihat pada Tabel 8 berikut
ini :
Tabel 8 Nilai koefisien permeabilitas (k)
Persentase Penambahan Matos
k (cm/dt)
pada Tanah Lempung + 1% Semen
0
0,00418
5
0,00423
10
0,00430
15
0,00434
20
0,00406
Dari Tabel 8 terlihat bahwa semakin banyak matos
yang ditambahkan pada tanah lempung yang telah
dicampur dengan 1% semen, maka nilai koefisien
permeabilitas (k) juga semakin bertambah. Nilai
koefisien permeabilitas tertinggi didapat dengan
menambahkan matos sebanyak 15% sehingga menjadi
4,347 x 10-3 cm/dt. Semakin tinggi nilai koefisien
permeabilitas, maka makin mudah tanah tersebut
mengalirkan air, sehingga proses konsolidasi
berlangsung relatif lebih cepat.
Angka Pori
Angka pori (e) yang didapat pada tanah lempung
terganggu sebesar 0,7788. Selain itu, nilai angka pori
(e) pada tanah lempung terganggu yang dicampur 1%
semen yang dicampur matos dengan persentase yaitu: 0%,
5%, 10%, 15%, dan 20%, yang dapat dilihat pada Tabel
9 berikut :
Tabel 9 Nilai angka pori
Persentase Penambahan Matos
pada Tanah Lempung + 1% Semen
0
5
10
15
20
e
0,77763
0,76468
0,61211
0,55581
0,59214
Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin banyak
matos yang ditambahkan pada tanah lempung yang
telah dicampur dengan 1% semen, maka nilai angka
pori tanah tersebut juga semakin menurun. Nilai
koefisien permeabilitas terendah didapat dengan
menambahkan matos dan semen sehingga angka
porinya menjadi 0,55581. Hal ini menunjukkan bahwa
matos dapat mengisi pori tanah lempung yang telah
dicampur dengan 1% semen, sehingga semakin banyak
matos maka semakin padat tanah lempung tersebut.
Tekanan Prakonsolidasi (P’c)
Nilai tekanan prakonsolidasi yang didapat pada tanah
lempung tidak terganggu yaitu sebesar 0,82 kgf/cm2.
Selain itu, nilai tekanan prakonsolidasi (P’c) pada
tanah lempung terganggu yang dicampur 1% semen
yang dicampur matos dengan persentase yaitu: 0%, 5%,
10%, 15%, dan 20%, yang dapat dilihat pada Tabel 9
berikut ini :
Tabel 9 Nilai tekanan prakonsolidasi
Persentase Penambahan Matos
P’c
pada Tanah Lempung + 1% Semen (kgf/cm2)
0
0,89
5
0,93
10
1,14
15
1,15
20
1,13
Tabel 9menunjukkan bahwa nilai tekanan
prakonsolidasi (P’c) yang didapat dari grafik hubungan
tekanan dengan angka pori dalam skala logaritma
mengalami penambahan saat matos sebanyak 15% dan
menurun pada penambahan 20%. Hal ini dikarenakan
semakin banyak penambahan matos maka makin kecil
kepadatan (γd) tanah lempung sehingga tegangan yang
diberikan kepada sampel tanah tersebut sebelum
dilakukan pengujian konsolidasi juga semakin
mengecil.
Indeks Pemampatan (Cc)
Nilai indeks pemampatan (Cc) yang didapat pada
tanah lempung terganggu yaitu sebesar 0,2989. Selain
itu, nilai indeks pemampatan pada tanah lempung
terganggu yang dicampur % semen yang dicampur
matos dengan persentase yaitu: 0%, 5%, 10%, 15%, dan
20%, yang dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini :
Tabel 10 Nilai indeks pemampatan (Cc)
Persentase Penambahan Matos
Cc
pada Tanah Lempung + 1% Semen
0
0,29598
5
0,25557
10
0,23464
15
0,18702
20
0,21714
Tabel 10 dan Gambar 4.11menunjukkan bahwa
semakin banyak penambahan matos, maka indeks
pemampatan pada tanah lempung menurun hingga
menjadi 0,18702 pada penambahan 15% matos dan
naik pada penambahan 20%. Penambahan matos
mengakibatkan tanah memiliki kepadatan yang semakin
menurun sehingga ikatan antar partikelnya makin
renggang, hal ini menyebabkan tanah lempung mudah
dimampatkan sehingga penurunan yang terjadi pada
tanah tersebut semakin bertambah besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap penambahan abu sekam padi pada tanah
lempung yang dicampur dengan 15% pasir, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari penelitian batas – batas atterberg, diperoleh
nilai batas cair (LL) tanah lempung padang Sambian
: 59,462% ini termasuk tinggi berarti dasarnya
memiliki sifat-sifat teknis yang buruk. Nilai batas
plastis (PL) : 29,688% berarti bersifat plastis karena
nilai kadar air : 42.536% berada antara nilai batas
plastis : 29,688% dan batas cair : 59,462%. Nilai
batas susut (SL) : 22,207%. Indeks Plastisitas (IP) :
29,774% sehingga dikatagorikan sebagai tanah
lempung yang memiliki plastisitas tinggi.
2. Hasil penelitian di laboratorium tentang pengaruh
penambahan matos dan 1% semen di tanah lempung
sebagai berikut;
- Nilai indeks pemampatan (Cc) rata-rata tanah
lempung yang tidak dicampur dengan matos =
0,2989 sedangkan untuk tanah lempung yang
dicampur dengan semen dan matos indeks
pemampatan maksimum terjadi pada persentase
15% matos dengan rata-rata = 0,1870.
- Nilai koefisien konsolidasi (Cv) rata-rata untuk
tanah lempung yang dicampur semen dan matos
= 1,900.10¯²cm²/dt. Sedangkan untuk tanah
lempung yang dicampur semen dan matos
koefisien konsolidasi (Cv) yang maksimum
terjadi pada persentase 15% serat serabut kelapa
dengan rata-rata = 2,715.10¯²cm²/dt.
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pengaruh
penambahan semen dan matos untuk tanah
lempung adalah:
- Penambahan semen dan matos sebesar 15%
dapat memperkecil indeks pemampatan (Cc)
kurang lebih 37%.
- Penambahan semen dan matos sebesar 15%
dapat memperbesar koefisiensi konsolidasi (Cv)
kurang lebih 30%.
3. Dari penambahan semen dan matos sebesar 15%
dapat memperkecil terjadinya penurunan dan
mempercepat waktu penurunan (t) sehingga waktu
yang diperlukan menjadi lebih singkat.
Saran
Perlu adanya pemakaian secara luas semen dan
matos
sebagai
alternatif
untuk
memperbaiki
karakterisktik tanah lempung dan juga dapat
memperbaiki parameter-parameter konsolidasi menjadi
lebih baik dan perlu adanya penelitian lebih lanjut
terhadap semen dan matos untuk perbaikan tanah bila
ditinjau terhadap aplikasi di lapangan dan ditinjau dari
segi ekonomisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990.Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Laboratorium Mekanika Tanah Bagian sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Bowles, J.E 1991..Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta.
Center, Fisika Study. 2013. Mencari Dimensi.
http://fisikastudycenter.com/fisika-x-sma/1mencari-dimensi
Das, B. M, Endah, N danIndra Surya, B. M.
1998.Mekanika Tanah( Prinsip - prinsip Rekayasa
Geoteknis ), Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Eka, D. 2014.Berat Jenis dan Massa Jenis.
http://puteka85.blogspot.com/2014/03/berat-jenisdan-massa-jenis.html
Engineering, Civil. 2010. Materi Mekanika Tanah 1.
http://fyyfaacivil.blogspot.com/p/materi-mekanikatanah-1.html
Ersa, Savira. 2007. Konsolidasi.
http://www.scribd.com/saviraersa/d/30400165Konsolidasi
Falah, Saiful. 2012. Tanya Jawab Seputaran Tanah.
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=2
0121102171130AAVwQWa
Frick Heinz, Koesmartadai C H,1990. Ilmu Badan
Bangunan, Kanisius, Yogyakarta.
Gunadarma. 2010. Konsolidasi dan Penurunan,
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mekanik
a_tanah_lanjut/bab2_konsolidasidanpenurunan.pdf
Hardiyanto,H.C 1994. Mekanika Tanah 2, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Herman. 2010. Bahan Ajar - Mekanika Tanah II.
http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Herman/K
onsolidasi%20lanjutan.pdf
Muhtadi, A. 2011.Sondir dan boring.
http://adhimuhtadi.dosen.narotama.ac.id/files/2011/
04/11_sondir_boring.pdf
Primainti. 2013. Matos.
http://primainti.co.id/pm/matos.htm
Redana, I W. 2010. Mekanika Tanah, Udayana
University Press, Denpasar.
Santoro, S. 2009. Laporan Pratikum Mekanika Tanah,
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
Simatupang, Pintor Tua. 2009. Konsolidasi pada
Tanah, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana.
Sri Indrawati, N N. 2013. Pengaruh Penambahan Abu
Sekam Padi dan Pasir Terhadap Daya Dukung
Tanah Ekspansif, Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.
Wardana, IGN, 2002. Mekanika Tanah, Program Studi
Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana,
Denpasar.
Watukali Capita, PT. 2011. Matos Book.
http://www.scribd.com/doc/46308258/Matos-Book
Watukali Capita, PT. 2011. Uji Coba Matos.
http://www.scribd.com/doc/56621112/Sop-Matos-ujiCoba
Wesley, L.D. 1997. Mekanika Tanah, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Dukung Tanah Ekspansif, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran
Trisnayani, N, 2008.Pengaruh Penambahan Abu Sekam
Padi dan Kapur terhadap Potensi Kembang Susut
Tanah Ekspansif, Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit
Jimbaran.
Wesley, L. D, 1977, Mekanika Tanah, Cetakan IV,
Badan Penerbit Percetakan Umum, Jakarta
Download