BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil. Disamping itu tanah berfungsi sebagai pendukung fondasi dari bangunan. Seorang ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser, kapasitas daya dukung terhadap beban, dan lain-lain (Das, 1988). Beberapa wilayah Indonesia diliputi oleh tanah lempung dengan pengembangan yang cukup besar (plastisitas tinggi), volumenya akan berubah (mengembang) bila kadar air bertambah (berubah). Volumenya akan membesar dalam kondisi basah dan akan menyusut bila dalam kondisi kering. Sifat ini menyebabkan kerusakan pada konstruksi-konstruksi bangunan, khususnya pada bagian fondasi yang merupakan konstruksi pada bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah. Fondasi ini berfungsi untuk mendistribusikan beban bangunan langsung ke tanah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh adanya penambahan volume tanah yang disebabkan bertambahnya volume air tanah yang biasanya terjadi hanya di satu titik pada bagian fondasi. Upaya stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara mekanis, termal, geosintetik dan kimia dengan kapur, semen atau bahan lainnya. Penggunaan semen sebagai bahan stabilisasi banyak disukai karena mudah didapat dengan harga relatif murah. Kezdi (1979) melaporkan bahwa dengan menambah semen baik ke dalam tanah lempung maupun ke dalam tanah pasir akan meningkatkan kepadatan maksimum tanah tersebut sebesar kurang lebih 10%. Stabilisasi tanah dapat dilakukan secara mekanis maupun menggunakan bahan-bahan aditif (zat kimia). Secara mekanis stabilisasi tanah dilakukan dengan mengatur gradasi butiran tanah kemudian dilakukan dengan menambah bahan aditif kemudian dilakukan pemadatan. Surakarta adalah salah satu kota yang memiliki perkembangan infrastruktur yang tinggi. Tingginya perkembangan infrastruktur menyebabkan pemanfaatan lokasi yang memiliki karakteristik tanah lempung plastisitas tinggi tidak dapat dihindari. Tanah dengan kadar air tinggi berpotensi menjadi tanah yang bermasalah, karena ini memiliki kekuatan yang rendah dan penurunan yang tinggi (Sasanian dkk, 2011). Sehingga tanah seperti ini kurang baik untuk dasar fondasi bangunan sipil, karena dapat menimbulkan penurunan fondasi, penurunan tanah, menimbulkan crack, gerakan dinding penahan tanah dan keruntuhan lereng. Untuk memperbaiki karakteristik tanah ini dapat dilakukan upaya stabilisasi. Upaya stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara mekanis, termal, geosintetik dan kimia dengan kapur, semen atau bahan lainnya. Untuk meningkatkan kekakuan, kekuatan dan mengubah indeks propertis tanah pada tanah lempung plastisitas tinggi dapat dilakukan upaya stabilisasi tanah dengan penambahan semen ke dalam tanah (Nagaraj dkk, 2001). Lempung dengan kadar air disekitar batas cair atau dengan nilai Likuiditas Indeks (LI) 0 mempunyai kekuatan yang rendah, bahkan mempunyai kegetasan yang sangat tinggi. Sehingga lempung pada kadar air ini perlu dilakukan stabilisasi untuk meningkatkan kekuatannya. Pada lempung dengan kadar air rendah struktur semen akan bereaksisignifikan untuk mengubah karakteristik mekanik lempung karena proses hidrasi (Sasanian dkk, 2011). Pemilihan bahan stabilisasi dilakukan berdasarkan beberapa faktor, yaitu peningkatan kekuatan dan kekakuan, tersedianya bahan, kemudahan pelaksanaan, daya tahan hasil stabilitas dan biaya (Ismail dkk, 2002). Semen Portland sering digunakan pada stabilisasi tanah karena kemudahan untuk mendapatkan, efisien dalam pelaksanaan, harga relatif murah dan mudah dalam penyimpanan (Bergado dkk, 1996). Seperti halnya dengan pembuatan beton, pada penambahan semen perlu diatur Faktor Air Semen (FAS). Penggunaan FAS yang kurang dari nilai optimumnya dapat mengurangi kemudahan dalam pekerjaannya. Disisi lain, terjadi penyusutan lebih besar dan menurunnya kekuatan akan terjadi ketika FAS yang digunakan lebih dari nilai optimumnya (Omotola dkk, 2011). Meski pun telah ada beberapa penelitian tentang stabilisasi tanah lempung, tetapi masih sedikit sekali studi tentang peningkatan kekuatan dengan stabilisasi tanah menggunakan tanah lempung plastisitas tinggi daerah Sukoharjo. Maka perlu dilakukan penelitian tentang stabilisasi menggunakan tanah lempung plastisitas tinggi daerah Sukoharjo guna memperbanyak referensi bagi para praktisi. Pengujian pada pengujian ini berfokus pada stabilisasi tanah menggunakan semen dengan mengondisikan tanah pada kondisi LI = 0 dan LI = 0.25. Variasi yang digunakan meliputi variasi proporsi semen-tanah (3 variasi) dengan variasi FAS (4 variasi) dan variasi masa perawatan (4 variasi) pada keadaan tak-terendam maupun terendam. Kemudian dilakukan pengujian Unconfined Compressive Strength (UCS) untuk mengetahui kuat tekan dari hasil stabilisasi. Hasil dari studi ini diharapkan memberi solusi untuk memperbaiki kekuatan dan karakteristik terhadap daya dukung tanah lempung plastisitas tinggi daerah Sukoharjo, Wilayah Solo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : 1. Mengetahui proporsi campuran untuk mendapatkan kualitas baik pada stabilisasi tanah lempung plastisitas tinggi pada kadar air LI = 0 dan LI = 0.25 dengan menggunakan semen Portland, berdasarkan Unconfined Compesion Strength Test. 2. Mengetahui tren nilai kuat tekan menggunakan grafik hubungan antara proporsi semen, faktor air semen, dan masa perawatannya pada kondisi unsoaked dan soaked. 1.3 Batasan Masalah Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut: 1. Sampel tanah terganggu (disturbed samples) yang digunakan merupakan tanah lempung plastisitas tinggi dari daerah Sukoharjo yang diambil pada kedalaman sekitar 1,00 meter. 2. Sampel Tanah yang dipilih adalah tanah lempung plastisitas tinggi (clay high) memiliki plastic limit (PL) lebih besar dari 17% dan kadar air LI = 0 danLI = 0,25. Semen yang digunakan untuk stabilisasi adalah semen OPC (Ordinary Portland Cement). 3. Proporsi mix design menggunakan variasi proporsi semen 5%, 10% dan 15% dari berat tanah basah pada kondisi LI = 0 dan LI = 0.25. 4. Variasi FAS 20%, 25%, 30% dan 35% dari berat semen kering. 5. Zat cair yang digunakan untuk curing sampel adalah air normal. 6. Pengujian pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Unconfined Compression Strength Test (UCST) di laboratorium. Pengujian UCS dilakukan pada keadaan takterendam (unsoaked) dan terendam (soaked) berdasarkan masa perawatan 0, 3, 7 dan 14 hari. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh semen terhadap tanah lempung plastisitas tinggi pada kadar air LI = 0 dan LI = 0.25,dengan variasi semen, FAS, dan curing time. 2. Membuat grafik hubungan antara kuat tekan silinder dengan proporsi semen, faktor air semen, dan masa perawatannya. 3. Mencari proporsi FAS pada stabilisasi tanah menggunakan semen untuk mendapatkan kuat tekan tanah tertinggi.