2.2. Penyakit Tidak Menular 2.2.1. Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah 2.2.1.1. Angina Pektoris a. Pengertian, Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko Pengertian Angina pektoris merupakan salah satu penyakit jantung dengan gejala keluhan rasa nyeri/tidak enak di daerah dada / leher jantung atau substernal (chest dischomfort), dapat pula menjalar sampai leher dan tangan kiri, karena kurangnya penyediaan oksigen bagi jaringan otot jantung /miokardium (myocard hypoxaemia) terutama dipacu oleh kegiatan jasmani, stress, tirotoksis, hipertensi atau bila aliran darah koroner berkurang. Keadaan ini akan mereda bila istirahat atau makan nitrat sublingual. Secara klinis dibagi menjadi : 1) Exertional angina (stable angina) : terjadi setelah kegiatan jasmani. 2) Prinzmetal (variant angina) : hanya muncul waktu istirahat, terutama pagi/subuh. 3) Variable threshold angina : terjadi bila ada pergerakan pembuluh darah, dapat muncul sewaktu istirahat. 4) Unsable angina : bila nyeri meningkat walaupun kegiatan jasmani minim bahkan waktu istirahat, berlangusng lama dan respon kurang terhadap pengobatan. 5) Angina Equivalent : sesak nafas, gangguan irama. Tanda dan Gejala 1) Nyeri dada (chest pain) : rasa sakit/tidak enak (tertekan , terhimpit, tercekik, rasa panas/terbakar) di dada selama 1-5 menit, tetapi dapat pula sampai 15-20 menit 2) Lokasi sakit umumnya mulai pada bagian belakang tulang dada kiri 3) Rasa sakit bisa menjalar ke bagian bawah lengan atas dan dapat menjalar ke atas bahu , ke leher atau rahang bawah, ada pula yang dijumpai sampai ke lengan kanan. II - 140 4) Rasa tidak enak bisa dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di daerah apeks kordis, hampir tidak pernah di bawah pusat. 5) Rasa nyeri dapat disertai salah satu atau beberapa gejala antara lain berkeringat dingin, mual, muntah, lemas , berdebar dan rasa mau pingsan (fainting). 6) Biasanya angina timbul saat melakukan kegiatan fisik (angina stabil). Serangan ini akan hilang bila penderita menghentikan kegiatan fisik dan beristirahat. 7) Sifat nyeri konstan, bila terjadi perubahan nyeri lebih hebat, ambang serangan menurun, serangan datang saat bangun tidur harus diwaspadai sebagai tanda prainfark (angina tidak stabil). 8) Riwayat angina / operasi by pass / sakit jantung. Faktor Risiko 1) Faktor risiko alamiah yang tidak dapat diubah : umur, jenis kelamin, ras, anatomi pembuluh koroner, riwayat keluarga 2) Faktor penting yang dapat diperbaiki : Hipertensi, obesitas, kolesterol, merokok, kencing manis, kelainan gambaran jantung (EKG) , stress, pola makan yang tidak sehat, gaya hidup (life style), fraksi lemak (TG, LDL,VLDL), kurang olah raga Dari dua kategori faktor risiko dibagi menjadi faktor risiko mayor dan minor a) Faktor risiko mayor meliputi : Hipertensi. Hiperkolesterolemi (kolesterol dalam darah tinggi). Merokok. Dari ketiga faktor risiko utama tersebut apabila : - Terkena satu faktor risiko maka insiden PJK meningkat 2-4 kali. - Kombinasi 2 faktor risiko insiden meningkatkan PJK 9 kali. - Kombinasi ketiganya PJK meningkat 16 kali. b) Faktor risiko minor meliputi : Diabetes Mellitus , usia, stress, jenis kelamin, kurang olah raga, kegemukan, pil KB (jangka II - 141 panjang 12 tahun), kebiasan makan tidak sehat, genetik (keturunan) b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Posbindu kit 2) Sarana penyuluhan 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, juklak / juknis tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular ( Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan primordardial : pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap PJK pada individu atau populasi sehat yang belum tampak. Faktor yang jadi risiko PJK atau yang belum terpapar agar tidak sakit. 2) Pencegahan primer : upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita, dilakukan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor risiko tinggi. 3) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah PJK yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara : a) Perubahan pola hidup. b) Kepatuhan berobat. c) Mempertahankan nilai prognosis yang lebih baik. 4) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosa 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis 2) Pemeriksaan fisik : a) Umumnya normal , pada waktu serangan denyut jantung bertambah, tekanan darah biasanya meningkat dan di daerah prekardium pukulan jantung terasa keras. b) Bisa ditemui tanda dari faktor risiko misalnya hipertensi , obesitas, diabetes mellitus, dislipedemi, tirotoksis, dll II - 142 c) Pada auskultasi suara jantung bisa terdengar jauh, bising sistolik terdengar pada pertengahan atau akhir sistolik dan terdengar bunyi keempat gallop, ronchi basah sedang. 3) Pemeriksaan penunjang a) EKG istirahat umumnya normal, perlu dibuat EKG serial terutama saat serangan / nyeri. b) Pada saat serangan /nyeri terdapat tanda-tanda iskemik miokard atau elevasi segmen ST depresi, inverted T atau T positif tinggi. c) Uji latih jantung dengan pembebanan (ULJB) Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang tidak mengkhawatirkan atau dalam batas normal namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. Diagnosa Differensial 1) IMA 2) Nyeri Muskuloskeletal 3) Gangguan gastrointestenal 4) Pneumonia , emboli paru, pleuritas, prolap katup mitral 5) Psikogenik II - 143 Alur proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): - ULJB - EKG Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Tirah Baring total - Diet Jantung - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Medikamentosa: - Aspirin kunyah 160-325 mg - Kalsium antagonis - Nitrat sublingual - Beta Bloker - Diazepam bila gelisah - Angina tidak terkontrol Hasil Terapi Angina terontrol Rujuk ke Rumah sakit *) bila memungkinkan Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya faktor risiko Angina Pektoris e. Outcome Menurunnya prevalens dan insidens Angina Pektoris 2.2.1.2. Infark Miokard Akut a. Pengertian, Tanda & Gejala, Faktor Risiko Pengertian Infark Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu penyakit jantung yang terjadi akibat oklusi atau sumbatan akut pada pembuluh II - 144 darah koroner yang menyebabkan suplai darah sangat kurang sehingga terjadi nekrosis miokant (kematian otot jantung). Tanda dan Gejala Keluhan nyeri substermal, dapat juga prekardial atau epigastrium yang sifanya seperti tertekan benda berat, ditusuk-tusuk, rasa panas yang sukar diuraikan, disertai dengan mual/muntah, lemah, berkeringat dan palpitasi. Sesak nafas, rasa sakit menjalar ke lengan kiri, ke leher sampai rasa tercekik yang lebih dari 20 menit yang tidak segera hilang dengan istirahat atau nitrat sub lingual. Faktor Risiko 1) Faktor alamiah yang tidak dapat diubah meliputi : umur, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit keluarga, anatomi pembuluh koroner, metabolisme 2) Faktor penting yang dapat diperbaiki : Hipertensi, obesitas, kolesterol, merokok, kencing manis, kelainan gambaran jantung (EKG), stress, pola makan yang tidak sehat, gaya hidup, fraksi lemak (TG, LDL, VLDL) kurang olah raga 3) Faktor risiko pencetus : Infeksi /inflamasi Stress psikis /fisik Bedah Dari dua kategori faktor risiko dibagi menjadi faktor risiko mayor dan minor. a) Faktor risiko mayor meliputi : Hipertensi Hiperkolesterolemi (kolesterol dalam darah tinggi). Merokok. Dari ketiga faktor risiko utama tersebut apabila : - Terkena satu faktor risiko maka insiden PJK meningkat 2-4 kali - Kombinasi 2 faktor risiko insiden meningkatkan PJK 9 kali II - 145 - Kombinasi ketiganya PJK meningkat 16 kali b) Faktor risiko minor meliputi : Diabetes Mellitus , usia, stress, jenis kelamin, kurang olah raga, kegemukan, pil KB (jangka panjang 12 tahun), kebiasan makan tidak sehat, genetik (keturunan). b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) EKG 2) Sarana penyuluhan 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan Primordial Pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap PJK pada individu/populasi yang belum tampak faktor yang menjadi risiko PJK (sehat) atau yang belum terpapar agar tidak sakit. 2) Pencegahan Primer Upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita , dilakukan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor risiko PJK pada kelompok risiko tinggi. 3) Pencegahan Sekunder Upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara : Perubahan pola hidup terhadap faktor yang dapat dikendalikan. Kepatuhan berobat. Pertahankan nilai prognosis yang lebih baik. 4) Pencegahan Tersier Upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. II - 146 Diagnosis 1) Anamnesa 2) Pemeriksaan Fisik a) Penderita nampak gelisah dan cemas, keringat dingin, hipotensi, nadi permulaan lambat, kemudian agak cepat. b) Aritmia jantung. c) Terdapat tanda-tanda syok (akral dingin, lembab, sianosis, penurunan tensi , takikardi / bradikardi, dll). d) Pada auskultasi didapati bunyi jantung terdengar jauh dan lemah, sering terdengar gallop protodiastolik gallop atau gallop presistolik. 3) Pemeriksaan Penunjang a) Creatine Kinase (CK) atau Creatine Phospho kinase (CPK) / CK-MB, kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama (± 6 jam sesudah serangan ) dan sudah kembali normal pada hari ketiga. b) Lactase De Hidrogenesa (LDH), normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim biasanya setelah 48 jam dan akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12. c) Serum Glutamic Oxala –acetate Transaminase (SGOT) normal kurang 12 mU/ml, kadar enzim baru naik pada 12-48 jam setelah serangan dan akan kembali normal pada hari ke 4 sampai ke 7 atau pemeriksaan AST (Aspartat Amino Trassferase.) d) Pemeriksaan lainnya ditemukan peningkatan LED, leukositosis ringan dan kadang hiperglikemia ringan. e) EKG Elevasi segmen ST konveks (terutama) atau justru depresi yang konveks dan diikuti gelombang T yang negative dan simterik. Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah II - 147 Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang tidak mengkhawatirkan atau dalam batas normal namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi. Hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): - Creatine kinase/creatine - Phospho Kinase/CK-MB - Lactase De Hidrogenase - SGOT - EKG Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Medikamentosa: - Ektra systole : bolus lidokain 50 mg i.v - Bradikardi : atropin sulfat ½ mg. i.v - Syok : kortikosteroid (dezamethason) - Dekompensasio kordis digoksin 1.v 1-2 ml - Cardiac arrest : resuasitasi kardo pulmoner - Jika ada berikan oksigen Non Medikamentosa : - Tirah Baring total - Kurangi/hilangkan rasa sakit - Kurangi kerja jantung - Cegah perjalanan infark agar tidak komplikasi: dekomp,kordis,aretmia, syok,dll - Diet Jantung - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan IMA tidak terkontrol Hasil Terapi IMA tercontrol Rujuk ke Rumah sakit *) bila memungkinkan Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala II - 148 Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya faktor risiko Infark Miokard Akut e. Outcome Menurunnya prevalense dan insidens Infark Miokard Akut 2.2.1.3. Dekompensasio kordis a. Pengertian, tanda dan gejala, faktor risiko Pengertian Dekompensasio kordis atau yang sering disebut gagal jantung merupakan sindrom klinis komplek yang timbul akibat kelainan struktur atau fungsi jantung sehingga mengganggu kemampuan pengisian maupun pengosongan ventrikel disertai respon hemodinamik, renak dan neurohumoral yang khas. Tanda dan gejala Sesak nafas dyspnoe deffort, paxysmal nocturnal dyspnoe dan ortopnoe. Pernafasan cheyne stokes, batuk kemungkinan hemoptu warna merah muda dengan riak encer berbuih (frothy sputum), pingsan, nyeri dada, gangguan gastrointestinal berupa anoreksia dan rasa kembung/cepat kenyang, bengkak pada kedua kaki, nyeri epigastrium/perempat perut kanan atas. Faktor Risiko 1) Faktor presipitasi misalnya, infark miokard, kelainan katup jantung, infeksi (terutama infeksi saluran pernafasan), infark paru, aritmia (misalnya fibrilasi atrium), terhentinya pengobatan jantung, kelelahan, makan garam yang berlebihan, anemia. 2) Faktor di luar jantung (ekstra kardial) misalnya anemia, hipertensi, tirotoksikosi, milsedema, fistulabarterio – venousa polisitemia vera. b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) EKG 2) Sarana penyuluhan II - 149 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, Penyakit juklak / juknis tentang Pengendalian Tidak Menular ( Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan Primordial Pencegahan munculnya faktor predisposisi pada individu/populasi yang belum tampak faktor yang menjadi risiko Dekompensasio Kordis (sehat) atau yang belum terpapar agar tidak sakit. 2) Pencegahan Primer Upaya awal pencegahan seseorang menderita , sebelum Dekompensasio Kordis dilakukan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor risiko Dekompensasio Kordis pada kelompok risiko tinggi. 3) Pencegahan Sekunder Upaya mencegah keadaan Dekompensasio kordis yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara : a) Perubahan pola hidup terhadap faktor yang dapat dikendalikan. b) Kepatuhan berobat. c) Pertahankan nilai prognosis yang lebih baik. 4) Pencegahan Tersier Upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosis 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala klinis dan faktor risiko pencetus 2) Pemeriksaan fisik Auskultasi didapati ronchi basah halus tidak nyaring di daerah basal paru, efusi pleura, kelainan jantung seperti pembesaran, gallop, bising, takikardi, oedem pada pergelangan kaki yang II - 150 bersifat pitting, asites, tekanan vena jugularis meninggi, hepato jugularis refluks, pulsasi positif. Pembesaran hati yang mula-mula; lunak tepi tajam, nyeri tekan lama kelamaan menjadi keras , tumpul , tidak nyeri tekan. 3) Pemeriksaan Penunjang a) Rontgen : Hill membesar dan di paru terlihat bayangan garis lebih banyak dari biasa serta jantung membesar ( CTR > 50%) , bisa tampak efusi pleura. b) Gangguan fungsi hati tapi perbandingan albumin-globulin tetap 2. c) Dapat terjadi gangguan ginjal : albuminuria (1+), silinder hialin granuler, kadar ureum meninggi (60-100/mg%), kreatin< oliguria, nokturia. d) Dapat terjadi hipnatremia , hipokalemia dan hipokloremia. Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang tidak mengkhawatirkan atau dalam batas normal namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang menunjukan nilai di atas batas normal, mengkhawatirkan. II - 151 dengan keadaan fisik yang Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang *): - Rontgen - Laboratorium : Darah rutin, Fungsi Hati, Fungsi Ginjal Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Tirah baring total - Istirahat : akut dengan bed – rest, ortopnoe tidr bantal tinggi - Tenangkan penderita - Batasi aktivitas fisik - Diet lunak rendah garam - Pengendalian Faktor Riisko - Promosi kesehatan Medikamentosa: - - - Furosemid tablet 1-2 x 40 mg Bila hipokalemi : KLI 1-3 x 500 mg/hari oral secara oral Takikardi : digoksin 0,25 mg/hari, hatihati bila diberikan terdapat hipokalemia Udem paru akut wheezing : aminafilin 240 mg dalam 10 cc suntikan perlahan i.v Oksigen 3-4 liter/menit *) bila memungkinkan Hasil terapi Dekom tidak terkontrol Dekom terkontrol : Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Rujuk ke Rumah Sakit Rehabilitasi/Preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya faktor risiko Dekompensasio kordis e. Outcome Menurunnya prevalensi dan insidens kasus baru Dekompensasio Kordis II - 152 2.2.2. Penyakit Kanker 2.2.2.1. Kanker Bronchus Dan Paru a. Pengertian, Tanda & Gejala, Faktor Risiko Pengertian Kanker Bronchus dan Paru adalah tumor primer ganas dari bronchus yang disebut juga sebagai karsinoma brokogenik, dan popular disebut kanker paru. Gejala 1) Batuk berdahak 2) Hemoptisis 3) Suara jadi parau 4) Berat badan merosot 5) Sesak dan stridor b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Rontgen 2) Bahan pemeriksaan laboratorium 3) Sarana penyuluhan 4) Formulir pencatatan dan pelaporan 5) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit Menular ( Kanker) c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat 2) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah kanker hati yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara perubahan pola hidup. 3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosis 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala berdasarkan keluhan sesuai gejala. 2) Pemeriksaan fisik : Pada auskultasi ditemukan wheezing II - 153 dan tanda klinis 3) Pemeriksaan penunjang a) Foto thoraks b) Sitologi sputum Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya nilai mengkhawatirkan atau hasil atau pemeriksaan dalam batas yang normal, tidak namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. Komplikasi 1) Pneumoni pada sisi yang kena 2) Abses paru distal dari karsinoma 3) Efusi pleura 4) Pneumothoraks 5) Emboli paru 6) Gagal nafas II - 154 Alur proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): - Foto Thoraks - Sitologi Sputum Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Rehabilitasi medis - Psikoterapi Medikamentosa: - Robaransia Hasil Terapi IMA tidak terkontrol Kondisi penderita terkontrol Rujuk ke Rumah sakit Ket : *) bila memungkinkan Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala d. Output Terkendalinya faktor risiko kanker bronchus dan paru e. Outcome 1) Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Bronchus dan Paru 2) Menurunnya angka kematian akibat Kanker Bronchus dan Paru II - 155 2.2.2.2. Kanker Hati a. Pengertian, Tanda dan Gejala, Faktor Risiko Pengertian Kanker hati adalah rusaknya sel jaringan hati yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal jaringan Tanda dan Gejala 1) anorexia, mual 2) berat badan menurun 3) malaise kadang demam disertai menggigil 4) kadang terdapat keluhan nyeri pada perut kanan atas 5) rasa penuh perut kanan atas 6) sering rasa mules dan kembung 7) impoten, libido menurun 8) kalau berlanjut terjadi hematemesis, melena 9) amenore 10) mungkin ada riwayat hepatitis kronis atau serosis Faktor Risiko 1) Hepatitis virus terutama HCV 2) Hepatitis kronis karena HBV, HCV dan HDV, hepatitis autoimun, hepatitis karena obat (INH, methyildopa), penyakit Wilson, defisiensi α1-antitripsin dan hemokromatis 3) Hepatitis kronis persisten 4) Hepatitis kronis aktif b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Reagen bahan pemeriksaan lab 2) Sarana penyuluhan 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit Menular ( Kanker) c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat II - 156 2) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah kanker hati yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara perubahan pola hidup. 3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosa 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis berdasarkan keluhan pada gejala. 2) Pemeriksaan fisik : a) Sclera ikterik. b) Hepatomegali : konsisten keras, permukaan tidak rata, sering tidak nyeri tekan. c) Ada bising hepar. 3) Pemeriksaan penunjang a) Gamma GT naik. b) Serum alfa-feto protein 15µg/ml. c) Hiperkolesterolemi. d) Bilirubin total naik. e) USC ada gambaran lesi atau difus Serum alfa-feto protein Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya nilai mengkhawatirkan atau hasil atau pemeriksaan dalam batas yang normal, tidak namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. II - 157 Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): - Gamma GT naik - Serum alfa-feto protein≥ 15 ug/ml - Hiperkolesterolemi - Bilirubin total naik - USG ada gambaran lesi/difus Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Rehabilitas medis - Psikoterapi Medikamentosa: Robaransia Rujuk ke Rumah sakit Kondisi tidak terkontrol Hasil Terapi Kondisi penderita terkontrol: Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Ket: *) bila memungkinkan Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya faktor risiko Kanker Hati e. Outcome Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Hati Menurunnya angka kematian akibat kanker hati II - 158 2.2.2.3. Kanker Payudara a. Pengertian,Tanda & Gejala, Faktor Risiko Pengertian Kanker payudara terjadi akibat metastase atau penyebaran sel kanker pada jaringan payudara dengan lokasi tumor 50% terdapat pada kuadran atas lateral, 10% kuadran bawah lateral, 20 % kuadran tengah dan 20% pada bagian medial payudara. Gejala 1) keluhan ada benjolan pada payudara 2) keluhan rasa terbakar pada payudara dalam waktu relative lama 3) keluhan gatal dan sakit seputar putting payudara 4) rasa sakit payudara berkepanjangan meski lewat masa haid Faktor Risiko 1) Faktor alamiah yang tidak dapat diubah : Usia 40 - 65 th, keturunan, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga 2) Faktor risiko yang bisa diubah : a) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet - Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menoupause - Peningkatan tinggi badan - Diet ala barat (western style) - Minuman beralkohol - Makanan berlemak/mengandung lemak dan kolesterol - Makanan banyak mengandung zat adiktif/karsinogenik b) Hormon dan faktor risiko reproduksi - Menarche (haid pertama) pada usia muda kurang dari 12 tahun - Usia lebih tua pada saat melahirkan anak pertama - Nulipara - Usia lebih tua saat menopause - Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama - Infertilitas - Tidak menyusui II - 159 c) Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara d) Status sosial ekonomi e) Status perkawinan ( risiko tidak kawin lebih besar) f) Tempat tinggal ( perkotaan lebih besar) g) Ras (kulit putih lebih berisiko) h) Pernah menderita kanker payudara i) Riwayat adanya penyakit tumor jinak b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Mammografi 2) Sarana penyuluhan 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang penanggulangan c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat terutama peningkatan konsumsi serat, konsumsi buah dan sayur , melakukan pemeriksaan payudara sendiri. 2) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah kanker payudara yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara perubahan pola hidup yang lebih sehat , melakukan pemeriksaan payudara sendiri. 3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosis 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis berdasarkan keluhan sesuai gejala. 2) Pemeriksaan fisik : a) Perubahan bentuk dan ukuran payudara. b) Ada secret/cairan abnormal dari putting payudara. c) Putting payudara masuk ke dalam, tidak menonjol seperti umumnya. d) Bengkak dan ada ruam kemerahan. e) Putting yang terlihat rusak. II - 160 f) Pori-pori seputar payudara membesar seperti kulit jeruk. 3) Pemeriksaan penunjang a) Mammografi - Dianjurkan untuk wanita umur ≥ 50 tahun ke atas. - Wanita 35 – 39 tahun yang memiliki riwayat kanker payudara/hasil pemeriksaan abnormal. - Wanita 40 – 49 tahun jika memiliki pemeriksaan fisik abnormal, riwayat sebelumnya pernah menderita kanker, riwayat keluarga ibu atau saudara menderita kanker. b) Foto Rontgen - Paru : coin lesion, efusi pleura - Tulang : osteolitik, fraktur Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya nilai mengkhawatirkan atau hasil atau pemeriksaan dalam batas yang normal, tidak namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. II - 161 Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): Anjurkan untuk melakukan pemeriksaan mammografi Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Rehabilitas medis - Psikoterapi Medikamentosa: Robaransia Rujuk ke Rumah sakit Kondisi tidak terkontrol Hasil Terapi Kondisi penderita terkontrol: Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Ket: *) bila memungkinkan Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala d. Output Terkendalinya faktor risiko Kanker Payudara e. Outcome Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Payudara Menurunnya angka kematian akibat kanker payudara II - 162 2.2.2.4. Kanker Leher Rahim a. Pengertian, Tanda & Gejala, Diagnosa Dan Faktor Risiko Pengertian Kanker leher rahim terjadi karena adanya metastase/penyebaran sel kanker pada jaringan serviks uteri /leher rahim. Karsinoma ini merupakan tumor ganas ginekologi yang paling sering dijumpai. Gejala 1) Pada awal penyakit umumnya tanpa gejala 2) Cairan berbau busuk dari vagina 3) Perdarahan sentuh 4) Nyeri daerah panggul 5) Adanya perdarahan campur air seni atau lewat anus Faktor Risiko 1) Faktor alamiah yang tidak dapat diubah : jenis kelamin (wanita terutama usia 35-60 tahun), keturunan (ibu/saudara perempuan mengidap kanker leher rahim) 2) Faktor risiko yang bisa diubah : a) Kegiatan seksual dimulai usia < 20 tahun b) Banyak pasangan seksual c) Paparan terhadap IMS d) Tes pap sebelumnya yang abnormal e) Wanita perokok f) Penurunan kekebalan tubuh kortikosteroid kronis) g) Multiparietas (sering melahirkan) h) Higiene genitalia kurang baik i) Pengaruh zat-zat karsinogenik b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Pemeriksaan dengan metode IVA 2) Papsmear 3) Servikografi 4) Kolposkopi 5) Sarana penyuluhan II - 163 (HIV/AIDS, penggunaan 6) Formulir pencatatan dan pelaporan 7) Buku pedoman, juklak/juknis tentang penanggulangan c. Proses Pencegahan 1) Pencegahan primer : vaksinasi sebelum melakukan kegiatan seksual, melakukan kegiatan seksual hanya dengan pasangan, menjaga kebersihan genitalia, tidak merokok. 2) Pencegahan sekunder : mengidentifikasi mereka yang mengalami lesi pra kanker dan mudah diobati dan memberi pengobatan berbiaya rendah bagi mereka sebelum lesi berkembang menjadi kanker. 3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosa 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis berdasarkan keluhan sesuai gejala. 2) Pemeriksaan fisik : inspekulo 3) Pemeriksaan penunjang - Pemeriksaan sitologi - Pemeriksaan dengan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya nilai mengkhawatirkan atau hasil atau pemeriksaan dalam batas yang normal, tidak namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. II - 164 Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): - Papnikulo/Pap Smear - IVAA/IVA - Downstaging Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Rehabilitas medis - Psikoterapi Medikamentosa: Robaransia Rujuk ke Rumah sakit Kondisi tidak terkontrol Hasil Terapi Kondisi penderita terkontrol: Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Ket: *) bila memungkinkan Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya faktor risiko Kanker Servic e. Outcome 1) Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Servic 2) Menurunnya angka kematian akibat Kanker Servic II - 165 2.2.3. Penyakit Diabetes Mellitus Dan Penyakit Metabolik 2.2.3.1. Diabetes Mellitus a. Pengertian,Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun degeneratif yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula di dalam darah yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar pankreas sebagai penghasil hormon insulin sehingga terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dapat menimbulkan berbagai keluhan serta komplikasi. Pada DM tipe 1, pankreas tidak bisa menghasilkan insulin secara absolute sehingga seumur hidup tergantung insulin dari luar, kebanyakan terjadi pada usia <40 tahun dan kasus di dunia hanya 10% dari populasi penderita DM. Pada DM tipe II, pankreas masih bisa menghasilkan insulin secara relatif kebanyakan terjadi pada usia > 40 tahun, kasus di dunia 90% dari populasi DM dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berimbas pada gaya hidup. Gejala 1) Poliura, polidipsi, polifagia. 2) Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. 3) Keluhan lain : lemas, kesemutan, rasa baal, gatal anggota badan, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritas vaginae, bisul hilang timbul. 4) Pada keadaan lanjut mungkin terjadi gangguan mirovaskuler (pandangan kabur, luka sulit sembuh, kemampuan seksual menurun). Faktor risiko Beberapa faktor risiko DM sebagai berikut: 1) Pola makan yang tidak seimbang 2) Riwayat keluarga DM dalam garis keturunan 3) Kurang olah raga 4) Umur lebih dari 45 tahun II - 166 5) Berat Badan lebih : BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2 6) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl atau triglisrida ≥ 250 mg/dl 7) Hipertensi ( > 140/90 mmHg) 8) Infeksi virus, keracunan 9) Kehamilan dengan berat bayi lahir > 4 kg 10) Kehamilan dengan hiperglikemi/kadar gula meningkat 11) Gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah 12) Riwayat abortus berulang, eklampsi, bayi lahir mati b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Posbindu kit 2) Sarana penyuluhan 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular. c. Proses Pencegahan 3) Pencegahan Primer a) Merupakan cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat b) Bertujuan untuk mencegah hiperglikemia pada individu/populasi yang berisiko tetapi belum sakit dengan cara: - Makan seimbang :karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%, yang disesuaikan dengan proses pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, kegiatan jasmani. - Olah raga teratur , 3-4 kali seminggu selama 30 menit, sifat continus, ritmik, interval, progresif, endurance, target mencapai zone sasaran sebesar 75-85% dari nadi maksimal yatu 220 dikurangi umur - Jaga berat badan 4) Pencegahan Sekunder II - 167 a) Sasaran : penderita tanpa penyulit b) Bertujuan untuk mencegah dan menghambat penyulit DM dan deteksi dini komplikasi kronik c) Agar tidak terjadi komplikasi, bila ada komplikasi masih reversible d) Promosi kesehatan 5) Pencegahan Tersier a) Dilakukan untuk semua penderita DM yang menderita komplikasi kronik b) Mencegah komplikasi c) Mencegah progresi dari komplikasi agar tidak terjadi kegagalan organ d) Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan Diagnosa Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Anamnesa mengacu pada gejala-gejala tersebut diatas 2) Pemeriksaan fisik : didapatkan tanda-tanda sesuai komplikasi yang timbul 3) Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan kadar gula dalam darah Bukan DM Belum Pasti Sewaktu Vena :<110 110-199 (mg/dl) Kapiler : <90 90-199 Puasa Vena < 110 110-199 (mg/dl) Kapiler < 90 90-199 b) Pemeriksaan urin tidak dianjurkan karena DM >200 >200 >126 > 110 sensitivitasnya rendah. Nilai positif minimal 200 mg/dl. Tetapi untuk puskesmas masih dapat dipergunakan sebagai skreening Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukan adanya nilai atau hasil II - 168 pemeriksaan yang tidak mengkhawatirkan atau dalam batas normal, namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi. Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan Alur proses Penatalaksanaan DM di Puskesmas Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): - Gula darah - Urin Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Dietetik Medikamentosa: - Klorpropamid 1 x 0,1 – 0,5 gr/hari, setengah jam sebelum makan - Glibenklamid : 2-3 x 5-15 mg/hari - Methformin 2-3 x 0.5 – 2 gr/hr - Glipizid 1-2 x 5-20 mg, 1-2 jam sebelum makan - Gliklazid 1-2 x 30-20 mg/hari, sebelum makan - Glimepirid 1 x 0,5-6 mg, sebelum makan - Acarbose 3 x 100-300 mg, bersama suapan pertama IMA tidak terkontrol Hasil Terapi DM tercontrol Rujuk ke Rumah sakit *) bila memungkinkan Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala II - 169 d. Output Terkendalinya faktor risiko DM e. Outcome 1) Menurunnya prevalens dan insiden DM 2) Menurunnya angka kematian akibat DM 2.2.3.2. Hipertensi Essential / Primer a. Pengertian, Gejala Dan Faktor Risiko Pengertian Hipertensi merupakan gejala penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang yang dapat merusak organ-organ target tertentu seperti otak, ginjal , retina , jantung, pembesaran ventrikel kiri/bilik kiri, gagal jantung kronik, kerusakan retina mata/kebutaan. Gejala Pusing, sakit kepala, migren, rasa berat ditengkuk, susah tidur, kunang-kunang, mudah marah, rasa lelah, palpitasi, nokturia, epistaksis, gelisah, muka merah. Diagnosa 1) Anamnesa. 2) Pemeriksaan fisik. Dilakukan dengan mengukur tekanan darah pada kedua lengan sebanyak dua kali atau lebih dengan interval waktu 1-2 minggu. Klasifikasi Normal Pre Hipertensi Hipertensi tk.I Hipertensi tk II sistolik <120 120-139 140-159 ≥ 160 dan atau atau atau Diastolik < 80 80-89 90-99 ≥ 100 3) Pemeriksaan Penunjang EKG, urynaliss, kadar gula dalam darah. Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identiifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang II - 170 menunjukan adanya nilai atau hasil dalam batas normal , namun menunjukan gejala dini penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai diatas batas normal dengan kondisi fisik yang mengkhawatirkan Faktor risiko 1) Umur : >40 tahun 2) Ras : kulit hitam lebih berisiko dibanding kulit putih 3) Genetik 4) Berat Badan Lahir Rendah 5) Urban/rural : Kota > desa 6) Geografis : Pantai > pegunungan 7) Jenis kelamin : Wanita > laki-laki 8) Kegemukan : Gemuk > kurus 9) Stress : type A > B 10) Makanan : Tinggi garam, tinggi lemak 11) Minuman : Minuman yang beralkohol atau sodium 12) Kopi : Belum terbukti 13) Rokok : Perokok (termasuk perokok pasif) > tidak merokok 14) Diabetes Mellitus 15) Kontrasepsi hormonal : risiko meningkat dengan lamanya waktu pemakaian (± 2 tahun berturut-turut) b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Tensimeter 2) Sarana penyuluhan 3) Formulir pencatatan dan pelaporan 4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang pengendalian Penyakit Tidak Menular c. Proses Pencegahan 1) Turunkan berat badan pada obesitas 2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT) II - 171 3) Hentikan konsumsi alkohol 4) Hentikan merokok dan olah raga teratur 5) Pola makan yang sehat. 6) Istirahat cukup dan hindari stress. 7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah.) 8) Bagi penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi hendaknya hati-hati terhadap makanan yang memicu timbulnya hipertensi. Alur penatalaksanaan Hipertensi di Puskesmas Anamnesa Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Dietetik Risiko Rendah Risiko Tinggi Medikamentosa: - Hipertensi Ringan sd sedang : atasi dengan pola hidup seimbang - Hiprtensi Tingkat I - Hidroklorotiazid (HCT) 12.5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari - Propanolol 2 x 20-40 mg sehari - Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari - Nifedin Long Acting 1 x 20-60 mg - Tensigard 3 x 1 tablet - Amlodipine 1 x 5-10 mg - Diltiazem ( 3 x 30-60 mg/hari) - Methyldopa - Hipertensi Stage II - Kombinasi HCT + propanolol atau HCT + kaptopril, atau ditambah metildopa 2 x 125-250 mg - Hipertensi dengan asthma bronkila jangan diberi beta bloker - Bila ada penyulit/hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit Hasil Terapi Hipetensi tidak terkontrol Rujuk ke Rumah sakit Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat Hipertensi tercontrol Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat II - 172 d. Output Terkendalinya faktor risiko Hipertensi e. Outcome Menurunnya prevalens dan insiden hipertensi 2.2.3.3. S T R O K E a. Pengertian Dan Faktor Risiko Pengertian Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis, baik vokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Kelainan saraf yang ada sesuai dengan daerah atau bagian mana dari otak yang terganggu. Ini berarti bahwa manifestasi klinis dari stroke tidak hanya berupa hemiparesis atau hemiplegi saja, melainkan juga bisa dalam bentuk yang lain . Ada 2 jenis stroke yaitu : 1) Stroke non Haemoragik (infark serebri) Secara klinis : TIA, RINd, SIE, Complete Stroke Secara kausal : Stroke Trombotik, Stroke emboli/non trombotik 2) Stroke Haemoragik a) Perdarahan Sub Dural (PSD) b) Perdarahan Sub Arachnoid (PSA) c) Perdarahan Intra Cerebral (PIS) b. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Posbindu Kit ( body fat analyzer, tensimeter, pemeriksaan gula darah,pemeriksaan kolesterol) 2) EKG 3) Reagen untuk pemeriksaan lab. 4) Sarana penyuluhan. 5) Formulir pencatatan dan pelaporan. II - 173 6) Buku pedoman, juklak/juknis tentang pengendalian Penyakit Tidak Menular (stroke). c. Proses Pencegahan 1) Menghindari rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebih, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. 2) Mengurangi kolesteroal, lemak dalam makanan. 3) Mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit vaskuler aterioskerotik lainnya. 4) Menganjurkan konsumsi gizi seimbang, vitamin dan olah raga. Diagnosa Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan : 1) Temuan klinik Anamnesa berdasarkan temuan klinis Membedakan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik berdasarkan gejala dan tanda klinis Gejala & tanda Sroke Hemoragik Onset/awitan Saat onset Peringatan Nyeri kepala Kejang Muntah Penurunan kesadaran Bradikardi Udem papil Kuduk Tanda kering, brudzinski Mendadak Sedang aktif +++ + + +++ Sroke Non Hemoragik Mendadak istirahat + ± ± ++ (dari awal) Sering + + ++ ± (hari ke 4) - 2) Skoring. Anamnesa berdasarkan scoring II - 174 Membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik berdasarkan siriraj stroke score (SSS). Gejala/tanda Kesadaran Penilaian (0) komposmentis (1) mengantuk (2) semi koma /koma (0) tidak (1) ya (0) tidak (1) ya Diastolik (0) tidak (1) ya Muntah Nyeri Kepala Tekanan Darah Aterma : a. DM b. Angina Pektoris c. Klaudikasio intermiten Konstante Hasil SSS Catatan : 1. SSS > 1 = Stroke Hemoragik 2.SSS<1 = Stroke Non Hemoragik Indeks Skore + X 2,5 X 2,5 + X2 + X 10% X (-3) -12 -12 3) Pemeriksaan Penunjang a) Darah : Rutin, hematokrit, waktu perdarahan dan pembekuan, gula darah I/II, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserid, asam urat, ureum, kreatinin, elektrolit. b) X-Foto Thoraks : Besar jantung, penyakit paru. c) EKG : fibrilasi atrium< iskemik/infark jantung. Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Anamnesa, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang menunjukkan nilai atau hasil pemeriksaan yang tidak mengkhatirkan atau dalam batas normal, namun menunjukkan gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. II - 175 Alur Proses Penatalaksnaan Stroke di Puskesmas Anamnesa Pemeriksaan Penunjang *) - Darah lengkap - EKG : Fibrilasi atrium iskemik/infar jantung Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan - Dietetik Medikamentosa: Tindakan 5 B ( Brain, Breathing, Blood< Bowel, Bladder) : - Posisi kepala 20-30 , posisi lateral dekubitus kiri bila disertai muntah - Bebaskan jalan nafas dan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 1-2 l/menit - Kosongkan kandung kemih dengan katerisassi - Kendalikan tekanan darah - Koreksi hiperglikemia atau hipoglikemi - Suhu tubuh dipertahankan normal - Nutrisi per oral, gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun, pasang pipa nasogastrik - Infus cairan kristaloid atau keloid, hindari kandungan glukose murni atau hipotonik Bila terjadi akut iskemik stroke Rujuk dengan 5 No : 1. No Antihypertensives 2. No diuretic 3. No dexamethasone 4. No Glucose Infusion 5. No Anticoagulant ( setelah 4 jam sejak awitan stroke) Ket; *) Bila memungkinkan Stroke tidak terkontrol Hasil Terapi Stroke terkontrol Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala II - 176 Rujuk ke Rumah sakit Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya faktor risiko Stroke. e. Outcome 1) Menurunnya prevalens dan insiden stroke. 2) Menurunnya angka kematian akibat stroke. 2.2.4. Penyakit Kronik Dan Degeneratif Lainnya 2.2.4.1. Asma Bronkiale a. Pengertian, Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko Pengertian Asma bronkiale terjadi akibat penyempitan jalan nafas yang reversible dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus, akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan. Gejala 1) Sesak nafas yang khas disertai suara mengi (wheezing). 2) Batuk produktif. 3) Dada terasa terikat datang tiba-tiba, terutama oleh suatu faktor pencetus (trigger). 4) Di luar serangan keluhan hilang. 5) Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot bantu pernafasan dan sianosis yang sering disebut dengan Status asmatikus dan dapat berakibat fatal. Faktor Risiko Serangan asma bronkhilae sering dicetuskan oleh ISPA, merokok, tekanan emosi, aktifitas fisik dan rangsangan yang bersifat antigen/allergen antara lain : 1) Inhalan yang masuk ke tubuh melalui alat pernafasan misalnya debu, rumah, serpih kulit dari binatang piaraan, spora jamur. 2) Ingestans yang masuk badan melalui mulut biasanya berupa makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll. II - 177 3) Kontaktan yang masuk badan melalui kontak kulit seperti obat-obatan bentuk salep, berbagai logam bentuk perhiasan, jam tangan dll. 8) Input Tambahan Alat dan bahan : 1) Spirometri. 2) Peakflow. 3) Sarana penyuluhan. 4) Formulir pencatatan dan pelaporan. 5) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Asma Bronkiale). 9) Proses Pencegahan 1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat 2) Pencegahan sekunder : a) Melindungi dari faktor meteorologi misalnya polusi udara, perubahan hawa mendadak dan kelembaban udara. b) Memperbaiki lingkungan rumah terutama keadaaan tempat tidur. c) Dianjurkan penderita sebaiknya tidak merokok karena merangsang bronkus dan mengurangi daya tahan terhadap kuman. d) Latihan pernafasan untuk memperbaiki ventilasi pernafasan. 3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosis 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis Berdasarkan keluhan sesuai gejala. 2) Pemeriksaan fisik : a) Pada auskultasi ditemukan wheezing atau mengi dan ekspirasi memanjang. b) Tarikan otot dada terlihat sangat kuat dan otot pernafasan membesar. c) Udara pernafasan menurun (suara nafas menurun). II - 178 3) Pemeriksaan penunjang. a) Dalam sputum ditemukan : - Spiral curchmann(cetakan mucus dalam saluran napas kecil). - Kirstal charcot-leyden (Kristal ramboid memanjang dan sitoplasma eosinofil). b) Spirometri. c) Pemantaun arus puncak ekspirasi. d) Tes nebulasi B-2 agonis. e) Tes provokasi bronkus. f) Tes tusuk kulit. g) Kadar Ig E. Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi factor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya nilai atau mengkhawatirkan hasil atau pemeriksaan dalam batas yang normal, tidak namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. Diagnosa Differensial 1) PPOM (Penyakit Paru Obsruktif menahun). 2) Payah jantung kongestif. 3) Bronkiektasis. 4) Tuberkulosa. II - 179 Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): Sputum, spirometri, pemantauan arus puncak, ekspirasi, tes nebulasi b-2 agonis. Tes provokasi bronkus, tes tusuk kulit, kadar Ig E Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Tinggi Risiko Rendah Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan dalam pengendalian factor risiko - Dietetik Tindakan Pra Rujukan Medikamentosa: - Robaransia Asma Bronhitis tidak terkontrol Hasil Terapi Kondisi penderita terkontrol Rujuk ke Rumah sakit Ket : *) bila memungkinkan Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat d. Output Terkendalinya factor risiko Asma Bronkhiale e. Outcome 1) Menurunnya prevalensi dan insiden asma bronkhiale. 2) Menurunnya angka kematian akibat asma bronkhiale II - 180 2.2.4.2. Penyakit Paru Obstrukstif Kronis a. Pengertian, Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko Pengertian Penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan bersifat reversible sebagian dan progresif yang berhubungan dengan respon inflamasi abnormal dari paru terhadap paparan partikel atau gas berbahaya. Gejala a. Batuk kronis disertai produksi sputum (> 3 minggu.) b. Sesak nafas menetap semakin lama semakin berat (progresif dan persisten). Faktor Risiko 1) Perokok aktif/pasif. 2) Debu dan bahan kimia. 3) Polusi udara di dalam atau di luar ruangan. 4) Infeksi saluran nafas terutama waktu anak-anak. 5) Usia, genetik, jenis kelamin, ras. 6) Defiensi alpha-1 antitripsin. 7) Alergi dan autoimunitas. a. Input Tambahan Alat dan bahan : 1) EKG. 2) Rontgen. 3) Spirometri. 4) Reagen pemeriksaan Hb, Hematokrit, dll. b. Proses Pencegahan 1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat terutama peningkatan konsumsi serat, konsumsi buah dan sayur, melakukan pemeriksaan payudara sendiri. 2) Pencegahan sekunder : 1. Mengendalikan dan menghindari faktor risiko : - Menghentikan rokok mutlak harus dilakukan. - Menghindari kontak dengan infeksi respiratorik atau flu. II - 181 - Menghindari polusi udara atau lingkungan kerja. - Diet dengan intake air yang cukup dan nutrisi yang baik. 2. Rehabilitasi medik : latihan fisik, konseling nutrisi Bertujuan untuk melatih penderita tehnis pernafasan yang baik, melatih mengeluarkan lendir, melatih menyesuaikan kemampuan pernafasan dengan kegiatan sehari-hari. Anjurkan bernafas dalam dengan otot-otot lemas untuk membuka bagian kurang ventilasi dan memperpanjang waktu ekspirasi dengan cara mengeluarkan napas melalui mulut setengah tertutup (pursedlips). Psikoterapi harus dipertimbangkan pada penderita dengan gagguan mental, sering pada penderita dengan sesak nafas yang menetap sehingga timbul depresi psikis. c. Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Diagnosis 1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis berdasarkan keluhan sesuai gejala. 2) Pemeriksaan fisik : a) Bentuk dada : emfisemathous b) Palpasi : dalam batas normal. c) Perkusi : hipersonor. d) Auskultasi : wheezing dan eksperium diperpanjang. 3) Pemeriksaan penunjang a) Hemoglobin : normal/meningkat. b) Hematokrit : normal/meningkat. c) Kultur dan pengecatan sputum. d) EKG. e) APE (Arus Puncak Ekspirasi) variabilitas lebih dari 15%. f) X-Fotothorax. g) Spirometri - Forcep Fital capacity (FVC) - FEV1 (Forcep Expiratory Volume in One Secind) II - 182 - FEV1/FVC ratio kurang dari 70% prediksi (normal lebih dari 70%) Kriteria Risiko 1) Risiko Rendah Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya nilai atau mengkhawatirkan hasil atau pemeriksaan dalam batas yang tidak normal, namun menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut. 2) Risiko Tinggi Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan. Alur Proses Anamnesa Pemeriksaan penunjang*): Haemoglobin, hematokrit, kultur, dan pengecatan sputum, EKG, APE variabilitas lebih dari 15% rontgen thoraks, spirometri Pemeriksaan Fisik Identifikasi Faktor Risiko Risiko Rendah Risiko Tinggi Non Medikamentosa : - Pengendalian faktor risiko - Promosi kesehatan dalam pengendalian factor risiko - Rehabilitasi Medik - Psikoterapi Medikamentosa: - Roboransia PPOM tidak terkontrol Hasil Terapi Rujuk ke Rumah sakit Kondisi penderita terkontrol Kendalikan faktor risiko dengan berpola hidup sehat Teruskan pengobatan Evaluasi berkala Ket : *) bila memungkinkan Rehabilitasi/preventif Berpola hidup sehat II - 183 c. Output Terkendalinya faktor risiko Asma Bronkhiale. d. Outcome Menurunnya prevalensi dan insiden Asma Bronkhiale. Menurunnya angka kematian akibat Asma Bronkhiale. 2.2.5. Gangguan Akibat Kecelakaan Dan Cidera a. Pengertian Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak terduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan / atau kerugian harta benda. Faktor Risiko Tiga faktor utama penyebab kecelakaan yaitu manusia, kendaraan, lingkungan fisik dan social ekonomi. Modifikasi dari Haddon’s Matrix Tahap Manusia Pra Apakah Kecelakaan manusia lebih rentan atau tidak terhadap Faktor Risiko Saat Apakah kecelakaan manusia dapat menerima benturan akibat kecelakaan Pasca Bagaimana Kecelakaan tingkat keparahan cidera akibat kecelakaan Kendaran Apakah kendaraan laik jalan Lingkungan Fisik Apakah lingkungan berbahaya Lingkungan Sosial Ekonomi Apakah social ekonomi menambah risiko Apakah kendaraan bisa memberikan perlindungan Apakah lingkungan berperan terjadinya cidera Apakah sosial ekonomi berperan terjadinya cidera Apakah kondisi kendaraan berperan terhadap keparahan cidera akibat kecelakaan Apakah lingkungan menambah keparahan cidera akibat kecelakaan Apakah sosial ekonomi mendukung terhadap pemulihan cidera II - 184 Dalam kecelakaan lalu lintas terdapat faktor risiko yang merupakan fungsi dari empat elemen, yaitu : 1) Elemen pertama : exposure yaitu jumlah pergerakan atau perjalanan dalam sistem populasi. 2) Elemen kedua : probabilitas / kemungkinan tabrakan. 3) Elemen ketiga : probabilitas / kemungkinan cidera. 4) Elemen keempat : dampak dari cidera. Secara rinci keempat elemen dari faktor risiko KLL tersebut dapat digambarkan sbb: 1) Faktor yang mempengaruhi Exposure : faktor ekonomi, demografi, lama perjalanan, kecepatan tinggi, perhatian yang kurang. 2) Faktor yang mempengaruhi probabilitas/kemungkinan tabrakan: melebihi batas kecepatan, penggunaan alkohol/obatobatan, kelelahan, usia terlalu tua/muda, kegelapan, cara mengendara, gangguan jarak pandang. 3) Faktor risiko yang mempengaruhi probabilitas cidera/keparahan tabrakan: faktor toleransi manusia, kecepatan melebihi batas, pengguna alat keselamatan, desain kendaraan, pemakaian alhohol dan obat-obatan. 4) Faktor yang mempengaruhi dampak dari cidera: keterlambatan dalam deteksi tabrakan, adanya api yang menyertai tabrakan, kebocoran gas yang berbahaya, pemakaian alkohol dan obatobatan, kesulitan dalam evakuasi, salah perlakuan pra RS, salah perlakuan di UGD. ”RISIKO” akan semakin besar sebagai akibat berbagai faktor termasuk: 1) Kesalahan manusia ( Human error) dalam sistem lalu lintas. 2) Besar dan sifat energi kinetik yang mengenai korban. 3) Toleransi individual terhadap dampak tabrakan. 4) Kwalitas dan ketersediaan pelayanan gawat darurat dan penanganan trauma akut. Faktor Risiko Tindak kekerasan dan Cidera 1) Faktor risiko individu : penyalahgunaan alkohol dan NAPZA. II - 185 2) Faktor risiko keluarga : kekerasan oleh pasangan. 3) Faktor risiko komunitas : perdagangan obat terlarang. 4) Faktor risiko lingkungan sosial : lemahnya penegakan hukum. Faktor Risiko jatuh 1) Umur : anak-anak dan usia lanjut berresiko tinggi untuk cidera. 2) Jenis kelamin: laki-laki lebih tinggi resikonya karena perilaku dan lingkungan kerja yang berbahaya. 3) Faktor risiko lainnya : alkohol dan zat yang memabukkan. b. Input Tambahan Alat : 1) Trauma Kit, Alkohol Test, Amfetamin Test, Tensimeter, Alat pemeriksaan gula darah. 2) Sarana penyuluhan. 3) Formulir pencatatan dan pelaporan. 4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang penanggulangan Gangguan Kecelakaan Dan Tindak Kekerasan. c. Proses Pencegahan Upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas jalan pada : 1) Faktor Manusia : peningkatan berperilaku sehat di jalan melalui edukasi,sosialisasi dan kampanye yang meliputi : a) Memberikan sanksi bagi pengemudi yang terdeteksi adanya alkohol. b) Larangan mengemudi kendaraan saat dalam pengaruh obat. c) Pengaturan jam kerja dan lama mengemudi. d) Penggunaan sabuk keselamatan dan kursi pada bayi dan anak-anak. e) Penggunaan alat pelindung. f) Kondisi kesehatan seseorang : untuk penderita jantung, penderita Hipertensi,penderita DM. 2) Faktor Kendaraan dan lingkungan Fisik Desain sistem lalu lintas jalan untuk keamanan, mengelola pajanan risiko,menyediakan akses yang efisien dalam hal jarak II - 186 tempuh, kecepatan dan keamanan, memilih alat transpotasi yang memiliki faktor risiko rendah,membatasi kecepatan. 3) Faktor Sosial Peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat di jalan. Pendidikan berlalu lintas sejak dini, batasan usia berkendaraan, pembatasan kecepatan kendaraan, perilaku aman bagi pejalan kaki. 4) Pelayanan Kesehatan Penanganan di masyarakat atau pra rumah sakit dan UGD. Memberikan pelatihan untuk masyarakat cara pertolongan pertama yang benar, menyiapkan nomor telepon yang dapat dihubungi, membuat standar untuk pertolongan, pengaturan kompetensi petugas termasuk pelatihan trauma, memenuhi peralatan kebutuhan medis. Dalam proses dilaksanakan deteksi dini yang dilakukan pada pengemudi antara lain dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar alkohol dalam udara pernafasan dan kadar amfetamin dalam urin pengemudi secara simultan. Tekanan darah, konsumsi alkohol dan amfetamin menjadi faktor risiko kecelakaan lau lintas jalan. 1) Pemeriksaan amfetamin Mengambil urine dari pengemudi yang telah tersedia dan meneteskan ke bagian strip amfetamin sampai garis indikator yang muncul. Hasil pemeriksaan : negatif : muncul dua strip. Positip : muncul satu strip. 2) Pemeriksaan alkohol Mode aktif Dengan menggunakan mouth piece pada alat, pastikan mouth piece bersih terpasang dan menempel pada bibir.Tiup dengan kuat dan cepat selama 5 detik,hasil ditampilkan dalam 15 detik. Hasil pemeriksaan : Negatif Positif II - 187 : 0,00 mg/l : > 0,00 mg/l 3) Pengukuran tekanan darah Tekanan darah diukur dalam posisi duduk atau berbaring, manset dipasang pada lengan atas sambil mendengarkan denyut nadi. Baca tekanan sistole dan diastole. Deteksi dini tindak kekerasan pada perempuan meliputi kekerasan fisik, emosional, psikis dan sosial ekonomi. Deteksi dini cidera dan kekerasan, ruang lingkup meliputi kecelakaan transportasi darat, jatuh, terkena benda tajam, terbakar, gigitan hewan. d. Output Terkendalinya faktor risiko gangguan akibat kecelakaan dan cidera. e. Outcome Menurunnya prevalensi dan insidens gangguan akibat kecelakaan dan cidera. II - 188