II - 140 2.2. Penyakit Tidak Menular 2.2.1. Penyakit Jantung Dan

advertisement
2.2. Penyakit Tidak Menular
2.2.1. Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah
2.2.1.1. Angina Pektoris
a. Pengertian, Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Angina pektoris merupakan salah satu penyakit jantung dengan
gejala keluhan rasa nyeri/tidak enak di daerah dada / leher jantung
atau substernal (chest dischomfort), dapat pula menjalar sampai
leher dan tangan kiri, karena kurangnya penyediaan oksigen bagi
jaringan otot jantung /miokardium (myocard hypoxaemia) terutama
dipacu oleh kegiatan jasmani, stress, tirotoksis, hipertensi atau bila
aliran darah koroner berkurang. Keadaan ini akan mereda bila
istirahat atau makan nitrat sublingual.
Secara klinis dibagi menjadi :
1) Exertional angina (stable angina) : terjadi setelah kegiatan
jasmani.
2) Prinzmetal (variant angina) : hanya muncul waktu istirahat,
terutama pagi/subuh.
3) Variable
threshold
angina
:
terjadi
bila
ada
pergerakan
pembuluh darah, dapat muncul sewaktu istirahat.
4) Unsable angina : bila nyeri meningkat walaupun kegiatan
jasmani minim bahkan waktu istirahat, berlangusng lama dan
respon kurang terhadap pengobatan.
5) Angina Equivalent : sesak nafas, gangguan irama.
Tanda dan Gejala
1) Nyeri dada (chest pain) : rasa sakit/tidak enak (tertekan ,
terhimpit, tercekik, rasa panas/terbakar) di dada selama 1-5
menit, tetapi dapat pula sampai 15-20 menit
2) Lokasi sakit umumnya mulai pada bagian belakang tulang dada
kiri
3) Rasa sakit bisa menjalar ke bagian bawah lengan atas dan
dapat menjalar ke atas bahu , ke leher atau rahang bawah, ada
pula yang dijumpai sampai ke lengan kanan.
II - 140
4) Rasa tidak enak bisa dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa
di daerah apeks kordis, hampir tidak pernah di bawah pusat.
5) Rasa nyeri dapat disertai salah satu atau beberapa gejala antara
lain berkeringat dingin, mual, muntah, lemas , berdebar dan
rasa mau pingsan (fainting).
6) Biasanya angina timbul saat melakukan kegiatan fisik (angina
stabil). Serangan ini akan hilang bila penderita menghentikan
kegiatan fisik dan beristirahat.
7) Sifat nyeri konstan, bila terjadi perubahan nyeri lebih hebat,
ambang serangan menurun, serangan datang saat bangun tidur
harus diwaspadai sebagai tanda prainfark (angina tidak stabil).
8) Riwayat angina / operasi by pass / sakit jantung.
Faktor Risiko
1) Faktor risiko alamiah yang tidak dapat diubah : umur, jenis
kelamin, ras, anatomi pembuluh koroner, riwayat keluarga
2) Faktor penting yang dapat diperbaiki :
Hipertensi,
obesitas,
kolesterol,
merokok,
kencing
manis,
kelainan gambaran jantung (EKG) , stress, pola makan yang
tidak sehat, gaya hidup (life style), fraksi lemak (TG, LDL,VLDL),
kurang olah raga
Dari dua kategori faktor risiko dibagi menjadi faktor risiko
mayor dan minor
a) Faktor risiko mayor meliputi :
 Hipertensi.
 Hiperkolesterolemi (kolesterol dalam darah tinggi).
 Merokok.
Dari ketiga faktor risiko utama tersebut apabila :
- Terkena satu faktor risiko maka insiden PJK meningkat 2-4
kali.
- Kombinasi 2 faktor risiko insiden meningkatkan PJK 9 kali.
- Kombinasi ketiganya PJK meningkat 16 kali.
b) Faktor risiko minor meliputi : Diabetes Mellitus , usia, stress,
jenis kelamin, kurang olah raga, kegemukan, pil KB (jangka
II - 141
panjang 12 tahun), kebiasan makan tidak sehat, genetik
(keturunan)
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Posbindu kit
2) Sarana penyuluhan
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku pedoman, juklak / juknis tentang Pengendalian Penyakit
Tidak Menular ( Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah)
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan
primordardial
:
pencegahan
munculnya
faktor
predisposisi terhadap PJK pada individu atau populasi sehat yang
belum tampak. Faktor yang jadi risiko PJK atau yang belum
terpapar agar tidak sakit.
2) Pencegahan primer : upaya awal pencegahan PJK sebelum
seseorang menderita, dilakukan pendekatan komunitas berupa
penyuluhan faktor risiko tinggi.
3) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah PJK yang sudah
pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat
dengan cara :
a) Perubahan pola hidup.
b) Kepatuhan berobat.
c) Mempertahankan nilai prognosis yang lebih baik.
4) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian.
Diagnosa
1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis
2) Pemeriksaan fisik :
a) Umumnya normal , pada waktu serangan denyut jantung
bertambah, tekanan darah biasanya meningkat dan di daerah
prekardium pukulan jantung terasa keras.
b) Bisa ditemui tanda dari faktor risiko misalnya hipertensi ,
obesitas, diabetes mellitus, dislipedemi, tirotoksis, dll
II - 142
c) Pada auskultasi suara jantung bisa terdengar jauh, bising
sistolik terdengar pada pertengahan atau akhir sistolik dan
terdengar bunyi keempat gallop, ronchi basah sedang.
3) Pemeriksaan penunjang
a) EKG istirahat umumnya normal, perlu dibuat EKG serial
terutama saat serangan / nyeri.
b) Pada saat serangan /nyeri terdapat tanda-tanda iskemik
miokard atau elevasi segmen ST depresi, inverted T atau T
positif tinggi.
c) Uji latih jantung dengan pembebanan (ULJB)
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
pemeriksaan penunjang
tidak mengkhawatirkan atau dalam
batas normal namun menunjukkan adanya gejala dini dari
penyakit tersebut
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor
risiko dan pemeriksaan penunjang
menunjukan nilai di atas
batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
Diagnosa Differensial
1) IMA
2) Nyeri Muskuloskeletal
3) Gangguan gastrointestenal
4) Pneumonia , emboli paru, pleuritas, prolap katup mitral
5) Psikogenik
II - 143
Alur proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
- ULJB
- EKG
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Tirah Baring total
- Diet Jantung
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
-
Medikamentosa:
- Aspirin kunyah 160-325 mg
- Kalsium antagonis
- Nitrat sublingual
- Beta Bloker
- Diazepam bila gelisah
-
Angina tidak
terkontrol
Hasil Terapi
Angina terontrol
Rujuk ke Rumah
sakit
*) bila memungkinkan
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Angina Pektoris
e. Outcome
Menurunnya prevalens dan insidens Angina Pektoris
2.2.1.2. Infark Miokard Akut
a. Pengertian, Tanda & Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu penyakit jantung
yang terjadi akibat oklusi atau sumbatan akut pada pembuluh
II - 144
darah koroner yang menyebabkan suplai darah sangat kurang
sehingga terjadi nekrosis miokant (kematian otot jantung).
Tanda dan Gejala
Keluhan nyeri substermal, dapat juga prekardial atau epigastrium
yang sifanya seperti tertekan benda berat, ditusuk-tusuk, rasa
panas yang sukar diuraikan, disertai dengan mual/muntah,
lemah, berkeringat dan palpitasi. Sesak nafas, rasa sakit menjalar
ke lengan kiri, ke leher sampai rasa tercekik yang lebih dari 20
menit yang tidak segera hilang dengan istirahat atau nitrat sub
lingual.
Faktor Risiko
1) Faktor alamiah yang tidak dapat diubah meliputi : umur,
jenis kelamin, ras, riwayat penyakit keluarga, anatomi
pembuluh koroner, metabolisme
2) Faktor penting yang dapat diperbaiki :
Hipertensi, obesitas, kolesterol, merokok, kencing manis,
kelainan gambaran jantung (EKG), stress, pola makan yang
tidak sehat, gaya hidup, fraksi lemak (TG, LDL, VLDL) kurang
olah raga
3) Faktor risiko pencetus :
 Infeksi /inflamasi
 Stress psikis /fisik
 Bedah
Dari dua kategori faktor risiko dibagi menjadi faktor risiko
mayor dan minor.
a) Faktor risiko mayor meliputi :

Hipertensi

Hiperkolesterolemi (kolesterol dalam darah tinggi).

Merokok.
Dari ketiga faktor risiko utama tersebut apabila :
-
Terkena
satu
faktor
risiko
maka
insiden
PJK
meningkat 2-4 kali
-
Kombinasi 2 faktor risiko insiden meningkatkan PJK 9
kali
II - 145
-
Kombinasi ketiganya PJK meningkat 16 kali
b) Faktor risiko minor meliputi : Diabetes Mellitus , usia,
stress, jenis kelamin, kurang olah raga, kegemukan, pil
KB (jangka panjang 12 tahun), kebiasan makan tidak
sehat, genetik (keturunan).
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) EKG
2) Sarana penyuluhan
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku
pedoman,
juklak/juknis
tentang
Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah)
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap PJK
pada individu/populasi yang belum tampak faktor yang
menjadi risiko PJK (sehat) atau yang belum terpapar agar
tidak sakit.
2) Pencegahan Primer
Upaya awal pencegahan PJK sebelum seseorang menderita ,
dilakukan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor
risiko PJK pada kelompok risiko tinggi.
3) Pencegahan Sekunder
Upaya mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi
agar tidak berulang atau menjadi lebih berat dengan cara :

Perubahan
pola
hidup
terhadap
faktor
yang
dapat
dikendalikan.

Kepatuhan berobat.

Pertahankan nilai prognosis yang lebih baik.
4) Pencegahan Tersier
Upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
berat atau kematian.
II - 146
Diagnosis
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan Fisik
a) Penderita nampak gelisah dan cemas, keringat dingin,
hipotensi, nadi permulaan lambat, kemudian agak cepat.
b) Aritmia jantung.
c) Terdapat
tanda-tanda
syok
(akral
dingin,
lembab,
sianosis, penurunan tensi , takikardi / bradikardi, dll).
d) Pada auskultasi didapati bunyi jantung terdengar jauh
dan lemah, sering terdengar gallop protodiastolik gallop
atau gallop presistolik.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Creatine Kinase (CK) atau Creatine Phospho kinase (CPK)
/ CK-MB, kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama
(± 6 jam sesudah serangan ) dan sudah kembali normal
pada hari ketiga.
b) Lactase De Hidrogenesa (LDH), normal kurang dari 195
mU/ml. Kadar enzim biasanya setelah 48 jam dan akan
kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12.
c) Serum Glutamic Oxala –acetate Transaminase (SGOT)
normal kurang 12 mU/ml, kadar enzim baru naik pada
12-48 jam setelah serangan dan akan kembali normal
pada hari ke 4 sampai ke 7 atau pemeriksaan AST
(Aspartat Amino Trassferase.)
d) Pemeriksaan
lainnya
ditemukan
peningkatan
LED,
leukositosis ringan dan kadang hiperglikemia ringan.
e) EKG
Elevasi segmen ST konveks (terutama) atau justru
depresi yang konveks dan diikuti gelombang T yang
negative dan simterik.
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
II - 147
Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko
dan pemeriksaan penunjang tidak mengkhawatirkan atau
dalam batas normal namun menunjukkan adanya gejala dini
dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi.
Hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi
faktor risiko dan pemeriksaan penunjang menunjukan nilai
di
atas
batas
normal,
dengan
keadaan
fisik
yang
mengkhawatirkan.
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
- Creatine kinase/creatine
- Phospho Kinase/CK-MB
- Lactase De Hidrogenase
- SGOT
- EKG
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Medikamentosa:
- Ektra systole : bolus lidokain 50 mg
i.v
- Bradikardi : atropin sulfat ½ mg. i.v
- Syok : kortikosteroid (dezamethason)
- Dekompensasio kordis digoksin 1.v
1-2 ml
- Cardiac arrest : resuasitasi kardo
pulmoner
- Jika ada berikan oksigen
Non Medikamentosa :
- Tirah Baring total
- Kurangi/hilangkan rasa sakit
- Kurangi kerja jantung
- Cegah perjalanan infark agar
tidak komplikasi:
dekomp,kordis,aretmia, syok,dll
- Diet Jantung
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
IMA tidak
terkontrol
Hasil Terapi
IMA tercontrol
Rujuk ke Rumah
sakit
*) bila memungkinkan
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
II - 148
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Infark Miokard Akut
e. Outcome
Menurunnya prevalense dan insidens Infark Miokard Akut
2.2.1.3. Dekompensasio kordis
a. Pengertian, tanda dan gejala, faktor risiko
Pengertian
Dekompensasio kordis atau yang sering disebut gagal jantung
merupakan sindrom klinis komplek yang timbul akibat kelainan
struktur atau fungsi jantung sehingga mengganggu kemampuan
pengisian
maupun
pengosongan
ventrikel
disertai
respon
hemodinamik, renak dan neurohumoral yang khas.
Tanda dan gejala
Sesak nafas dyspnoe deffort, paxysmal nocturnal dyspnoe dan
ortopnoe.
Pernafasan
cheyne
stokes,
batuk
kemungkinan
hemoptu warna merah muda dengan riak encer berbuih (frothy
sputum), pingsan, nyeri dada, gangguan gastrointestinal berupa
anoreksia dan rasa kembung/cepat kenyang, bengkak pada kedua
kaki, nyeri epigastrium/perempat perut kanan atas.
Faktor Risiko
1) Faktor presipitasi misalnya, infark miokard, kelainan katup
jantung, infeksi (terutama infeksi saluran pernafasan), infark
paru,
aritmia
(misalnya
fibrilasi
atrium),
terhentinya
pengobatan jantung, kelelahan, makan garam yang berlebihan,
anemia.
2) Faktor di luar jantung (ekstra kardial) misalnya anemia,
hipertensi, tirotoksikosi, milsedema, fistulabarterio – venousa
polisitemia vera.
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) EKG
2) Sarana penyuluhan
II - 149
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku
pedoman,
Penyakit
juklak / juknis
tentang
Pengendalian
Tidak Menular ( Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah)
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan Primordial
Pencegahan
munculnya
faktor
predisposisi
pada
individu/populasi yang belum tampak faktor yang menjadi
risiko Dekompensasio Kordis (sehat) atau yang belum terpapar
agar tidak sakit.
2) Pencegahan Primer
Upaya awal pencegahan
seseorang
menderita
,
sebelum Dekompensasio Kordis
dilakukan
pendekatan
komunitas
berupa penyuluhan faktor risiko Dekompensasio Kordis pada
kelompok risiko tinggi.
3) Pencegahan Sekunder
Upaya mencegah keadaan Dekompensasio kordis yang sudah
pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi lebih berat
dengan cara :
a) Perubahan
pola
hidup
terhadap
faktor
yang
dapat
dikendalikan.
b) Kepatuhan berobat.
c) Pertahankan nilai prognosis yang lebih baik.
4) Pencegahan Tersier
Upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
atau kematian.
Diagnosis
1) Anamnesa untuk mengetahui gejala klinis dan faktor risiko
pencetus
2) Pemeriksaan fisik
Auskultasi didapati ronchi basah halus tidak nyaring di daerah
basal paru, efusi pleura, kelainan jantung seperti pembesaran,
gallop, bising, takikardi, oedem pada pergelangan kaki yang
II - 150
bersifat pitting, asites, tekanan vena jugularis meninggi, hepato
jugularis refluks, pulsasi positif.
Pembesaran hati yang mula-mula; lunak tepi tajam, nyeri
tekan lama kelamaan menjadi keras , tumpul , tidak nyeri
tekan.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Rontgen : Hill membesar dan di paru terlihat bayangan
garis lebih banyak dari biasa serta jantung membesar ( CTR
> 50%) , bisa tampak efusi pleura.
b) Gangguan fungsi hati tapi perbandingan albumin-globulin
tetap 2.
c) Dapat terjadi gangguan ginjal : albuminuria (1+), silinder
hialin granuler, kadar ureum meninggi (60-100/mg%),
kreatin< oliguria, nokturia.
d) Dapat terjadi hipnatremia , hipokalemia dan hipokloremia.
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko
dan pemeriksaan penunjang
tidak mengkhawatirkan atau
dalam batas normal namun menunjukkan adanya gejala dini
dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi
faktor risiko dan pemeriksaan penunjang menunjukan nilai di
atas
batas
normal,
mengkhawatirkan.
II - 151
dengan
keadaan
fisik
yang
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang *):
- Rontgen
- Laboratorium : Darah rutin,
Fungsi Hati, Fungsi Ginjal
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Tirah baring total
- Istirahat : akut dengan bed –
rest, ortopnoe tidr bantal tinggi
- Tenangkan penderita
- Batasi aktivitas fisik
- Diet lunak rendah garam
- Pengendalian Faktor Riisko
- Promosi kesehatan
Medikamentosa:
-
-
-
Furosemid tablet 1-2 x 40 mg
Bila hipokalemi : KLI 1-3 x 500 mg/hari
oral secara oral
Takikardi : digoksin 0,25 mg/hari, hatihati bila diberikan terdapat
hipokalemia
Udem paru akut wheezing : aminafilin
240 mg dalam 10 cc suntikan perlahan
i.v
Oksigen 3-4 liter/menit
*) bila memungkinkan
Hasil terapi
Dekom tidak terkontrol
Dekom terkontrol :
Kendalikan faktor risiko
dengan berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Rujuk ke Rumah Sakit
Rehabilitasi/Preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Dekompensasio kordis
e. Outcome
Menurunnya prevalensi dan insidens kasus baru Dekompensasio
Kordis
II - 152
2.2.2. Penyakit Kanker
2.2.2.1. Kanker Bronchus Dan Paru
a. Pengertian, Tanda & Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Kanker Bronchus dan Paru adalah tumor primer ganas dari
bronchus yang disebut juga sebagai karsinoma brokogenik, dan
popular disebut kanker paru.
Gejala
1) Batuk berdahak
2) Hemoptisis
3) Suara jadi parau
4) Berat badan merosot
5) Sesak dan stridor
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Rontgen
2) Bahan pemeriksaan laboratorium
3) Sarana penyuluhan
4) Formulir pencatatan dan pelaporan
5) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit
Menular ( Kanker)
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat
2) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah kanker hati
yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi
lebih berat dengan cara perubahan pola hidup.
3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian.
Diagnosis
1) Anamnesa
untuk
mengetahui
gejala
berdasarkan keluhan sesuai gejala.
2) Pemeriksaan fisik :
Pada auskultasi ditemukan wheezing
II - 153
dan
tanda
klinis
3) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thoraks
b) Sitologi sputum
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan
adanya
nilai
mengkhawatirkan
atau
hasil
atau
pemeriksaan
dalam
batas
yang
normal,
tidak
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal,
dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
Komplikasi
1) Pneumoni pada sisi yang kena
2) Abses paru distal dari karsinoma
3) Efusi pleura
4) Pneumothoraks
5) Emboli paru
6) Gagal nafas
II - 154
Alur proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
- Foto Thoraks
- Sitologi Sputum
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Rehabilitasi medis
- Psikoterapi
Medikamentosa:
- Robaransia
Hasil Terapi
IMA tidak
terkontrol
Kondisi penderita
terkontrol
Rujuk ke Rumah
sakit
Ket : *) bila memungkinkan
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
d. Output
Terkendalinya faktor risiko kanker bronchus dan paru
e. Outcome
1) Menurunnya prevalensi dan insiden
Kanker Bronchus dan
Paru
2) Menurunnya angka kematian akibat Kanker Bronchus dan
Paru
II - 155
2.2.2.2. Kanker Hati
a. Pengertian, Tanda dan Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Kanker hati adalah rusaknya sel jaringan hati yang disebabkan
oleh pertumbuhan abnormal jaringan
Tanda dan Gejala
1) anorexia, mual
2) berat badan menurun
3) malaise kadang demam disertai menggigil
4) kadang terdapat keluhan nyeri pada perut kanan atas
5) rasa penuh perut kanan atas
6) sering rasa mules dan kembung
7) impoten, libido menurun
8) kalau berlanjut terjadi hematemesis, melena
9) amenore
10) mungkin ada riwayat hepatitis kronis atau serosis
Faktor Risiko
1) Hepatitis virus terutama HCV
2) Hepatitis kronis karena HBV, HCV dan HDV, hepatitis
autoimun, hepatitis karena obat (INH, methyildopa), penyakit
Wilson, defisiensi α1-antitripsin dan hemokromatis
3) Hepatitis kronis persisten
4) Hepatitis kronis aktif
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1)
Reagen bahan pemeriksaan lab
2) Sarana penyuluhan
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit
Menular ( Kanker)
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat
II - 156
2) Pencegahan sekunder : Upaya untuk mencegah kanker hati
yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau menjadi
lebih berat dengan cara perubahan pola hidup.
3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian.
Diagnosa
1) Anamnesa
untuk
mengetahui
gejala
dan
tanda
klinis
berdasarkan keluhan pada gejala.
2) Pemeriksaan fisik :
a) Sclera ikterik.
b) Hepatomegali : konsisten keras, permukaan tidak rata,
sering tidak nyeri tekan.
c) Ada bising hepar.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Gamma GT naik.
b) Serum alfa-feto protein 15µg/ml.
c) Hiperkolesterolemi.
d) Bilirubin total naik.
e) USC ada gambaran lesi atau difus Serum alfa-feto protein
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan
adanya
nilai
mengkhawatirkan
atau
hasil
atau
pemeriksaan
dalam
batas
yang
normal,
tidak
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal,
dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
II - 157
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
- Gamma GT naik
- Serum alfa-feto protein≥ 15
ug/ml
- Hiperkolesterolemi
- Bilirubin total naik
- USG ada gambaran lesi/difus
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Rehabilitas medis
- Psikoterapi
Medikamentosa:
Robaransia
Rujuk ke Rumah
sakit
Kondisi tidak
terkontrol
Hasil Terapi
Kondisi penderita terkontrol:
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Ket: *) bila memungkinkan
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Kanker Hati
e. Outcome
Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Hati
Menurunnya angka kematian akibat kanker hati
II - 158
2.2.2.3. Kanker Payudara
a. Pengertian,Tanda & Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Kanker payudara terjadi akibat metastase atau penyebaran sel
kanker pada jaringan payudara dengan lokasi tumor 50% terdapat
pada kuadran atas lateral, 10% kuadran bawah lateral, 20 %
kuadran tengah dan 20% pada bagian medial payudara.
Gejala
1) keluhan ada benjolan pada payudara
2) keluhan rasa terbakar pada payudara dalam waktu relative
lama
3) keluhan gatal dan sakit seputar putting payudara
4) rasa sakit payudara berkepanjangan meski lewat masa haid
Faktor Risiko
1) Faktor alamiah yang tidak dapat diubah : Usia 40 - 65 th,
keturunan, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga
2) Faktor risiko yang bisa diubah :
a) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet
-
Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat
pasca menoupause
-
Peningkatan tinggi badan
-
Diet ala barat (western style)
-
Minuman beralkohol
-
Makanan berlemak/mengandung lemak dan kolesterol
-
Makanan banyak mengandung zat adiktif/karsinogenik
b) Hormon dan faktor risiko reproduksi
-
Menarche (haid pertama) pada usia muda kurang dari
12 tahun
-
Usia lebih tua pada saat melahirkan anak pertama
-
Nulipara
-
Usia lebih tua saat menopause
-
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama
-
Infertilitas
-
Tidak menyusui
II - 159
c) Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara
d) Status sosial ekonomi
e) Status perkawinan ( risiko tidak kawin lebih besar)
f) Tempat tinggal ( perkotaan lebih besar)
g) Ras (kulit putih lebih berisiko)
h) Pernah menderita kanker payudara
i) Riwayat adanya penyakit tumor jinak
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Mammografi
2) Sarana penyuluhan
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang penanggulangan
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat
terutama
peningkatan konsumsi serat, konsumsi buah dan sayur ,
melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
2) Pencegahan
sekunder
:
Upaya
untuk
mencegah
kanker
payudara yang sudah pernah terjadi agar tidak berulang atau
menjadi lebih berat dengan cara perubahan pola hidup yang
lebih sehat , melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian.
Diagnosis
1) Anamnesa
untuk
mengetahui
gejala
dan
tanda
klinis
berdasarkan keluhan sesuai gejala.
2) Pemeriksaan fisik :
a) Perubahan bentuk dan ukuran payudara.
b) Ada secret/cairan abnormal dari putting payudara.
c) Putting payudara masuk ke dalam, tidak menonjol seperti
umumnya.
d) Bengkak dan ada ruam kemerahan.
e) Putting yang terlihat rusak.
II - 160
f) Pori-pori seputar payudara membesar seperti kulit jeruk.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Mammografi
-
Dianjurkan untuk wanita umur ≥ 50 tahun ke atas.
-
Wanita 35 – 39 tahun yang memiliki riwayat kanker
payudara/hasil pemeriksaan abnormal.
-
Wanita 40 – 49 tahun jika memiliki pemeriksaan fisik
abnormal, riwayat sebelumnya pernah menderita kanker,
riwayat keluarga ibu atau saudara menderita kanker.
b) Foto Rontgen
-
Paru : coin lesion, efusi pleura
-
Tulang : osteolitik, fraktur
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan
adanya
nilai
mengkhawatirkan
atau
hasil
atau
pemeriksaan
dalam
batas
yang
normal,
tidak
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal,
dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
II - 161
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
Anjurkan untuk melakukan
pemeriksaan mammografi
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Rehabilitas medis
- Psikoterapi
Medikamentosa:
Robaransia
Rujuk ke Rumah
sakit
Kondisi tidak
terkontrol
Hasil Terapi
Kondisi penderita terkontrol:
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Ket: *) bila memungkinkan
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Kanker Payudara
e. Outcome
Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Payudara
Menurunnya angka kematian akibat kanker payudara
II - 162
2.2.2.4. Kanker Leher Rahim
a. Pengertian, Tanda & Gejala, Diagnosa Dan Faktor Risiko
Pengertian
Kanker leher rahim terjadi karena adanya metastase/penyebaran
sel kanker pada jaringan serviks uteri /leher rahim. Karsinoma ini
merupakan tumor ganas ginekologi yang paling sering dijumpai.
Gejala
1) Pada awal penyakit umumnya tanpa gejala
2) Cairan berbau busuk dari vagina
3) Perdarahan sentuh
4) Nyeri daerah panggul
5) Adanya perdarahan campur air seni atau lewat anus
Faktor Risiko
1) Faktor alamiah yang tidak dapat diubah : jenis kelamin (wanita
terutama
usia
35-60
tahun),
keturunan
(ibu/saudara
perempuan mengidap kanker leher rahim)
2) Faktor risiko yang bisa diubah :
a) Kegiatan seksual dimulai usia < 20 tahun
b) Banyak pasangan seksual
c) Paparan terhadap IMS
d) Tes pap sebelumnya yang abnormal
e) Wanita perokok
f) Penurunan
kekebalan
tubuh
kortikosteroid kronis)
g) Multiparietas (sering melahirkan)
h) Higiene genitalia kurang baik
i) Pengaruh zat-zat karsinogenik
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Pemeriksaan dengan metode IVA
2) Papsmear
3) Servikografi
4) Kolposkopi
5) Sarana penyuluhan
II - 163
(HIV/AIDS,
penggunaan
6) Formulir pencatatan dan pelaporan
7) Buku pedoman, juklak/juknis tentang penanggulangan
c. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan primer : vaksinasi sebelum melakukan kegiatan
seksual, melakukan kegiatan seksual hanya dengan pasangan,
menjaga kebersihan genitalia, tidak merokok.
2) Pencegahan
sekunder
:
mengidentifikasi
mereka
yang
mengalami lesi pra kanker dan mudah diobati dan memberi
pengobatan
berbiaya
rendah
bagi
mereka
sebelum
lesi
berkembang menjadi kanker.
3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian.
Diagnosa
1) Anamnesa
untuk
mengetahui
gejala
dan
tanda
klinis
berdasarkan keluhan sesuai gejala.
2) Pemeriksaan fisik : inspekulo
3) Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan sitologi
-
Pemeriksaan dengan Inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA).
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan
adanya
nilai
mengkhawatirkan
atau
hasil
atau
pemeriksaan
dalam
batas
yang
normal,
tidak
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal,
dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
II - 164
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
- Papnikulo/Pap Smear
- IVAA/IVA
- Downstaging
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Rehabilitas medis
- Psikoterapi
Medikamentosa:
Robaransia
Rujuk ke Rumah
sakit
Kondisi tidak
terkontrol
Hasil Terapi
Kondisi penderita terkontrol:
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Ket: *) bila memungkinkan
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Kanker Servic
e. Outcome
1) Menurunnya prevalensi dan insiden Kanker Servic
2) Menurunnya angka kematian akibat Kanker Servic
II - 165
2.2.3. Penyakit Diabetes Mellitus Dan Penyakit Metabolik
2.2.3.1. Diabetes Mellitus
a. Pengertian,Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun degeneratif
yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula di dalam darah
yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar pankreas
sebagai
penghasil hormon insulin sehingga terjadi gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang dapat menimbulkan berbagai
keluhan serta komplikasi.
Pada DM tipe 1, pankreas tidak bisa menghasilkan insulin secara
absolute sehingga seumur hidup tergantung insulin dari luar,
kebanyakan terjadi pada usia <40 tahun dan kasus di dunia
hanya 10% dari populasi penderita DM.
Pada DM tipe II, pankreas masih bisa menghasilkan insulin secara
relatif kebanyakan terjadi pada usia > 40 tahun, kasus di dunia
90% dari populasi DM dan sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang berimbas pada gaya hidup.
Gejala
1) Poliura, polidipsi, polifagia.
2) Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
3) Keluhan lain : lemas, kesemutan, rasa baal, gatal anggota
badan, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritas
vaginae, bisul hilang timbul.
4) Pada keadaan lanjut mungkin terjadi gangguan mirovaskuler
(pandangan kabur, luka sulit sembuh, kemampuan seksual
menurun).
Faktor risiko
Beberapa faktor risiko DM sebagai berikut:
1) Pola makan yang tidak seimbang
2) Riwayat keluarga DM dalam garis keturunan
3) Kurang olah raga
4) Umur lebih dari 45 tahun
II - 166
5) Berat Badan lebih : BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23
kg/m2
6) Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl atau triglisrida ≥ 250 mg/dl
7) Hipertensi ( > 140/90 mmHg)
8) Infeksi virus, keracunan
9) Kehamilan dengan berat bayi lahir > 4 kg
10)
Kehamilan dengan hiperglikemi/kadar gula meningkat
11)
Gangguan toleransi glukosa, lemak dalam darah
12)
Riwayat abortus berulang, eklampsi, bayi lahir mati
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Posbindu kit
2) Sarana penyuluhan
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit
Tidak Menular.
c. Proses
Pencegahan
3) Pencegahan Primer
a) Merupakan cara yang paling sulit karena sasarannya orang
sehat
b) Bertujuan
untuk
mencegah
hiperglikemia
pada
individu/populasi yang berisiko tetapi belum sakit dengan
cara:
- Makan seimbang :karbohidrat 60-70%, protein 10-15%,
lemak
20-25%,
yang
disesuaikan
dengan
proses
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, kegiatan
jasmani.
- Olah raga teratur , 3-4 kali seminggu selama 30 menit, sifat
continus,
ritmik,
interval,
progresif,
endurance,
target
mencapai zone sasaran sebesar 75-85% dari nadi maksimal
yatu 220 dikurangi umur
- Jaga berat badan
4) Pencegahan Sekunder
II - 167
a) Sasaran : penderita tanpa penyulit
b) Bertujuan untuk mencegah dan menghambat penyulit DM
dan deteksi dini komplikasi kronik
c) Agar tidak terjadi komplikasi, bila
ada komplikasi masih
reversible
d) Promosi kesehatan
5) Pencegahan Tersier
a) Dilakukan untuk semua penderita DM yang menderita
komplikasi kronik
b) Mencegah komplikasi
c) Mencegah
progresi
dari
komplikasi
agar
tidak
terjadi
kegagalan organ
d) Mencegah kecacatan akibat komplikasi yang ditimbulkan
Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1) Anamnesa mengacu pada gejala-gejala tersebut diatas
2) Pemeriksaan fisik : didapatkan tanda-tanda sesuai komplikasi
yang timbul
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan kadar gula dalam darah
Bukan DM
Belum Pasti
Sewaktu
Vena :<110
110-199
(mg/dl)
Kapiler : <90
90-199
Puasa
Vena < 110
110-199
(mg/dl)
Kapiler < 90
90-199
b) Pemeriksaan urin tidak dianjurkan karena
DM
>200
>200
>126
> 110
sensitivitasnya
rendah. Nilai positif minimal 200 mg/dl. Tetapi untuk
puskesmas masih dapat dipergunakan sebagai skreening
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukan
adanya
nilai
atau
hasil
II - 168
pemeriksaan
yang
tidak
mengkhawatirkan
atau
dalam
batas
normal,
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukan nilai di atas
batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan
Alur proses Penatalaksanaan DM di Puskesmas
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
- Gula darah
- Urin
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Dietetik
Medikamentosa:
- Klorpropamid 1 x 0,1 – 0,5 gr/hari,
setengah jam sebelum makan
- Glibenklamid : 2-3 x 5-15 mg/hari
- Methformin 2-3 x 0.5 – 2 gr/hr
- Glipizid 1-2 x 5-20 mg, 1-2 jam
sebelum makan
- Gliklazid 1-2 x 30-20 mg/hari,
sebelum makan
- Glimepirid 1 x 0,5-6 mg, sebelum
makan
- Acarbose 3 x 100-300 mg, bersama
suapan pertama
IMA tidak
terkontrol
Hasil Terapi
DM tercontrol
Rujuk ke Rumah
sakit
*) bila memungkinkan
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
II - 169
d. Output
Terkendalinya faktor risiko DM
e. Outcome
1) Menurunnya prevalens dan insiden DM
2) Menurunnya angka kematian akibat DM
2.2.3.2. Hipertensi Essential / Primer
a. Pengertian, Gejala Dan Faktor Risiko
Pengertian
Hipertensi merupakan gejala penyakit yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang yang dapat
merusak organ-organ target tertentu seperti otak, ginjal , retina ,
jantung, pembesaran ventrikel kiri/bilik kiri, gagal jantung kronik,
kerusakan retina mata/kebutaan.
Gejala
Pusing, sakit kepala, migren, rasa berat ditengkuk, susah tidur,
kunang-kunang, mudah marah, rasa lelah, palpitasi, nokturia,
epistaksis, gelisah, muka merah.
Diagnosa
1) Anamnesa.
2) Pemeriksaan fisik.
Dilakukan dengan mengukur tekanan darah pada kedua
lengan sebanyak dua kali atau lebih dengan interval waktu 1-2
minggu.
Klasifikasi
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi tk.I
Hipertensi tk II
sistolik
<120
120-139
140-159
≥ 160
dan
atau
atau
atau
Diastolik
< 80
80-89
90-99
≥ 100
3) Pemeriksaan Penunjang
EKG, urynaliss, kadar gula dalam darah.
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, identiifikasi faktor
risiko dan kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang
II - 170
menunjukan adanya nilai atau hasil dalam batas normal ,
namun menunjukan gejala dini penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai diatas batas normal
dengan kondisi fisik yang mengkhawatirkan
Faktor risiko
1) Umur
: >40 tahun
2) Ras
: kulit hitam lebih berisiko dibanding kulit putih
3) Genetik
4) Berat Badan Lahir Rendah
5) Urban/rural
: Kota > desa
6) Geografis
: Pantai > pegunungan
7) Jenis kelamin : Wanita > laki-laki
8) Kegemukan
: Gemuk > kurus
9) Stress
: type A > B
10) Makanan
: Tinggi garam, tinggi lemak
11) Minuman
: Minuman yang beralkohol atau sodium
12) Kopi
: Belum terbukti
13) Rokok
: Perokok (termasuk perokok pasif) > tidak
merokok
14) Diabetes Mellitus
15) Kontrasepsi hormonal : risiko meningkat dengan lamanya
waktu pemakaian (± 2 tahun berturut-turut)
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Tensimeter
2) Sarana penyuluhan
3) Formulir pencatatan dan pelaporan
4) Buku pedoman, juklak/juknis tentang pengendalian Penyakit
Tidak Menular
c. Proses
Pencegahan
1) Turunkan berat badan pada obesitas
2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT)
II - 171
3) Hentikan konsumsi alkohol
4) Hentikan merokok dan olah raga teratur
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah.)
8) Bagi penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi
hendaknya
hati-hati
terhadap
makanan
yang
memicu timbulnya hipertensi.
Alur penatalaksanaan Hipertensi di Puskesmas
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Dietetik
Risiko Rendah
Risiko Tinggi
Medikamentosa:
- Hipertensi Ringan sd sedang : atasi dengan pola hidup seimbang
- Hiprtensi Tingkat I
- Hidroklorotiazid (HCT) 12.5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
- Propanolol 2 x 20-40 mg sehari
- Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
- Nifedin Long Acting 1 x 20-60 mg
- Tensigard 3 x 1 tablet
- Amlodipine 1 x 5-10 mg
- Diltiazem ( 3 x 30-60 mg/hari)
- Methyldopa
- Hipertensi Stage II
- Kombinasi HCT + propanolol atau HCT + kaptopril, atau ditambah
metildopa 2 x 125-250 mg
- Hipertensi dengan asthma bronkila jangan diberi beta bloker
- Bila ada penyulit/hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit
Hasil Terapi
Hipetensi tidak
terkontrol
Rujuk ke Rumah
sakit
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
Hipertensi tercontrol
Kendalikan faktor risiko
dengan berpola hidup sehat
II - 172
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Hipertensi
e. Outcome
Menurunnya prevalens dan insiden hipertensi
2.2.3.3. S T R O K E
a. Pengertian Dan Faktor Risiko
Pengertian
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis, baik vokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak. Kelainan saraf yang ada sesuai dengan daerah atau
bagian mana dari otak yang terganggu. Ini berarti bahwa
manifestasi klinis dari stroke tidak hanya berupa hemiparesis atau
hemiplegi saja, melainkan juga bisa dalam bentuk yang lain .
Ada 2 jenis stroke yaitu :
1) Stroke non Haemoragik (infark serebri)
Secara klinis : TIA, RINd, SIE, Complete Stroke
Secara kausal : Stroke Trombotik, Stroke emboli/non trombotik
2) Stroke Haemoragik
a) Perdarahan Sub Dural (PSD)
b) Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
c) Perdarahan Intra Cerebral (PIS)
b. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Posbindu Kit ( body fat analyzer, tensimeter, pemeriksaan gula
darah,pemeriksaan kolesterol)
2) EKG
3) Reagen untuk pemeriksaan lab.
4) Sarana penyuluhan.
5) Formulir pencatatan dan pelaporan.
II - 173
6) Buku pedoman, juklak/juknis tentang pengendalian Penyakit
Tidak Menular (stroke).
c. Proses
Pencegahan
1) Menghindari rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi
garam berlebih, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan
sejenisnya.
2) Mengurangi kolesteroal, lemak dalam makanan.
3) Mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
penyakit vaskuler aterioskerotik lainnya.
4) Menganjurkan konsumsi gizi seimbang, vitamin dan olah raga.
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan :
1) Temuan klinik
Anamnesa berdasarkan temuan klinis
Membedakan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
berdasarkan gejala dan tanda klinis
Gejala & tanda
Sroke Hemoragik
Onset/awitan
Saat onset
Peringatan
Nyeri kepala
Kejang
Muntah
Penurunan
kesadaran
Bradikardi
Udem papil
Kuduk
Tanda
kering,
brudzinski
Mendadak
Sedang aktif
+++
+
+
+++
Sroke Non
Hemoragik
Mendadak
istirahat
+
±
±
++ (dari awal)
Sering +
+
++
± (hari ke 4)
-
2) Skoring.
Anamnesa berdasarkan scoring
II - 174
Membedakan
stroke
hemoragik
dan
non
hemoragik
berdasarkan siriraj stroke score (SSS).
Gejala/tanda
Kesadaran
Penilaian
(0)
komposmentis
(1) mengantuk
(2) semi koma
/koma
(0) tidak
(1) ya
(0) tidak
(1) ya
Diastolik
(0) tidak
(1) ya
Muntah
Nyeri Kepala
Tekanan Darah
Aterma :
a. DM
b. Angina Pektoris
c. Klaudikasio intermiten
Konstante
Hasil SSS
Catatan : 1. SSS > 1 = Stroke Hemoragik
2.SSS<1 = Stroke Non Hemoragik
Indeks Skore
+
X 2,5
X 2,5
+
X2
+
X 10%
X (-3)
-12
-12
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Darah
:
Rutin,
hematokrit,
waktu
perdarahan
dan
pembekuan, gula darah I/II, kolesterol total, HDL, LDL,
trigliserid, asam urat, ureum, kreatinin, elektrolit.
b) X-Foto Thoraks : Besar jantung, penyakit paru.
c) EKG : fibrilasi atrium< iskemik/infark jantung.
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Anamnesa, identifikasi faktor risiko dan pemeriksaan penunjang
menunjukkan
nilai
atau
hasil
pemeriksaan
yang
tidak
mengkhatirkan atau dalam batas normal, namun menunjukkan
gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan nilai di atas
batas normal, dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
II - 175
Alur Proses Penatalaksnaan Stroke di Puskesmas
Anamnesa
Pemeriksaan Penunjang *)
- Darah lengkap
- EKG : Fibrilasi atrium
iskemik/infar jantung
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan
- Dietetik
Medikamentosa:
Tindakan 5 B ( Brain, Breathing, Blood<
Bowel, Bladder) :
- Posisi kepala 20-30 , posisi lateral
dekubitus kiri bila disertai muntah
- Bebaskan jalan nafas dan ventilasi
adekuat, bila perlu berikan oksigen 1-2
l/menit
- Kosongkan kandung kemih dengan
katerisassi
- Kendalikan tekanan darah
- Koreksi hiperglikemia atau hipoglikemi
- Suhu tubuh dipertahankan normal
- Nutrisi per oral, gangguan menelan
atau penderita dengan kesadaran
menurun, pasang pipa nasogastrik
- Infus cairan kristaloid atau keloid,
hindari kandungan glukose murni atau
hipotonik
Bila terjadi akut iskemik stroke Rujuk
dengan 5 No :
1. No Antihypertensives
2. No diuretic
3. No dexamethasone
4. No Glucose Infusion
5. No Anticoagulant ( setelah 4 jam
sejak awitan stroke)
Ket; *) Bila memungkinkan
Stroke tidak
terkontrol
Hasil Terapi
Stroke terkontrol
Kendalikan faktor risiko
dengan berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
II - 176
Rujuk ke Rumah
sakit
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya faktor risiko Stroke.
e. Outcome
1) Menurunnya prevalens dan insiden stroke.
2) Menurunnya angka kematian akibat stroke.
2.2.4. Penyakit Kronik Dan Degeneratif Lainnya
2.2.4.1. Asma Bronkiale
a. Pengertian, Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Asma bronkiale terjadi akibat penyempitan jalan nafas yang
reversible dalam waktu singkat oleh karena mukus kental, spasme
dan edema mukosa serta deskuamasi epitel bronkus/bronkeolus,
akibat inflamasi eosinofilik dengan kepekaan yang berlebihan.
Gejala
1) Sesak nafas yang khas disertai suara mengi (wheezing).
2) Batuk produktif.
3) Dada terasa terikat datang tiba-tiba, terutama oleh suatu
faktor pencetus (trigger).
4) Di luar serangan keluhan hilang.
5) Keadaan sesak hebat yang ditandai dengan giatnya otot-otot
bantu pernafasan dan sianosis yang sering disebut dengan
Status asmatikus dan dapat berakibat fatal.
Faktor Risiko
Serangan asma bronkhilae sering dicetuskan oleh ISPA, merokok,
tekanan emosi, aktifitas fisik dan rangsangan yang bersifat
antigen/allergen antara lain :
1) Inhalan yang masuk ke tubuh melalui alat pernafasan
misalnya debu, rumah, serpih kulit dari binatang piaraan,
spora jamur.
2) Ingestans yang masuk badan melalui mulut biasanya berupa
makanan seperti susu, telur, ikan-ikanan, obat-obatan dll.
II - 177
3) Kontaktan yang masuk badan melalui kontak kulit seperti
obat-obatan bentuk salep, berbagai logam bentuk perhiasan,
jam tangan dll.
8) Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) Spirometri.
2) Peakflow.
3) Sarana penyuluhan.
4) Formulir pencatatan dan pelaporan.
5) Buku pedoman, juklak/juknis tentang Pengendalian Penyakit
Tidak Menular (Asma Bronkiale).
9) Proses
Pencegahan
1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat
2) Pencegahan sekunder :
a) Melindungi dari faktor meteorologi misalnya polusi udara,
perubahan hawa mendadak dan kelembaban udara.
b) Memperbaiki lingkungan rumah terutama keadaaan tempat
tidur.
c) Dianjurkan penderita sebaiknya tidak merokok karena
merangsang bronkus dan mengurangi daya tahan terhadap
kuman.
d) Latihan pernafasan untuk memperbaiki ventilasi pernafasan.
3) Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian.
Diagnosis
1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis
Berdasarkan keluhan sesuai gejala.
2) Pemeriksaan fisik :
a) Pada auskultasi ditemukan wheezing atau mengi dan
ekspirasi memanjang.
b) Tarikan otot dada terlihat sangat kuat dan otot pernafasan
membesar.
c) Udara pernafasan menurun (suara nafas menurun).
II - 178
3) Pemeriksaan penunjang.
a) Dalam sputum ditemukan :
-
Spiral curchmann(cetakan mucus dalam saluran napas
kecil).
-
Kirstal charcot-leyden (Kristal ramboid memanjang dan
sitoplasma eosinofil).
b) Spirometri.
c) Pemantaun arus puncak ekspirasi.
d) Tes nebulasi B-2 agonis.
e) Tes provokasi bronkus.
f) Tes tusuk kulit.
g) Kadar Ig E.
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi factor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan
adanya
nilai
atau
mengkhawatirkan
hasil
atau
pemeriksaan
dalam
batas
yang
normal,
tidak
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal,
dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
Diagnosa Differensial
1) PPOM (Penyakit Paru Obsruktif menahun).
2) Payah jantung kongestif.
3) Bronkiektasis.
4) Tuberkulosa.
II - 179
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
Sputum, spirometri, pemantauan
arus puncak, ekspirasi, tes nebulasi
b-2 agonis. Tes provokasi bronkus,
tes tusuk kulit, kadar Ig E
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan dalam
pengendalian factor
risiko
- Dietetik
Tindakan Pra Rujukan
Medikamentosa:
- Robaransia
Asma Bronhitis
tidak terkontrol
Hasil Terapi
Kondisi penderita
terkontrol
Rujuk ke Rumah
sakit
Ket : *) bila memungkinkan
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
d. Output
Terkendalinya factor risiko Asma Bronkhiale
e. Outcome
1) Menurunnya prevalensi dan insiden asma bronkhiale.
2) Menurunnya angka kematian akibat asma bronkhiale
II - 180
2.2.4.2. Penyakit Paru Obstrukstif Kronis
a. Pengertian, Tanda Dan Gejala, Faktor Risiko
Pengertian
Penyakit yang ditandai adanya hambatan aliran pernafasan
bersifat reversible sebagian dan progresif yang berhubungan
dengan respon inflamasi abnormal dari paru terhadap paparan
partikel atau gas berbahaya.
Gejala
a. Batuk kronis disertai produksi sputum (> 3 minggu.)
b. Sesak nafas menetap semakin lama semakin berat (progresif
dan persisten).
Faktor Risiko
1) Perokok aktif/pasif.
2) Debu dan bahan kimia.
3) Polusi udara di dalam atau di luar ruangan.
4) Infeksi saluran nafas terutama waktu anak-anak.
5) Usia, genetik, jenis kelamin, ras.
6) Defiensi alpha-1 antitripsin.
7) Alergi dan autoimunitas.
a. Input Tambahan
Alat dan bahan :
1) EKG.
2) Rontgen.
3) Spirometri.
4) Reagen pemeriksaan Hb, Hematokrit, dll.
b. Proses
Pencegahan
1) Pencegahan primer : berperilaku hidup sehat
terutama
peningkatan konsumsi serat, konsumsi buah dan sayur,
melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
2) Pencegahan sekunder :
1. Mengendalikan dan menghindari faktor risiko :
-
Menghentikan rokok mutlak harus dilakukan.
-
Menghindari kontak dengan infeksi respiratorik atau flu.
II - 181
-
Menghindari polusi udara atau lingkungan kerja.
-
Diet dengan intake air yang cukup dan nutrisi yang baik.
2. Rehabilitasi medik : latihan fisik, konseling nutrisi
Bertujuan untuk melatih penderita tehnis pernafasan yang
baik, melatih mengeluarkan lendir, melatih menyesuaikan
kemampuan
pernafasan
dengan
kegiatan
sehari-hari.
Anjurkan bernafas dalam dengan otot-otot lemas untuk
membuka bagian kurang ventilasi dan memperpanjang
waktu ekspirasi dengan cara mengeluarkan napas melalui
mulut setengah tertutup (pursedlips).
Psikoterapi harus dipertimbangkan pada penderita dengan
gagguan mental, sering pada penderita dengan sesak nafas
yang menetap sehingga timbul depresi psikis.
c. Pencegahan tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian.
Diagnosis
1) Anamnesa untuk mengetahui gejala dan tanda klinis
berdasarkan keluhan sesuai gejala.
2) Pemeriksaan fisik :
a) Bentuk dada : emfisemathous
b) Palpasi : dalam batas normal.
c) Perkusi : hipersonor.
d) Auskultasi : wheezing dan eksperium diperpanjang.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Hemoglobin : normal/meningkat.
b) Hematokrit : normal/meningkat.
c) Kultur dan pengecatan sputum.
d) EKG.
e) APE (Arus Puncak Ekspirasi) variabilitas lebih dari 15%.
f) X-Fotothorax.
g) Spirometri
-
Forcep Fital capacity (FVC)
-
FEV1 (Forcep Expiratory Volume in One Secind)
II - 182
-
FEV1/FVC ratio kurang dari 70% prediksi (normal lebih
dari 70%)
Kriteria Risiko
1) Risiko Rendah
Yang masuk pada kelompok risiko rendah apabila mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik, identifikasi faktor risiko dan
kalau memungkinkan pemeriksaan penunjang menunjukkan
adanya
nilai
atau
mengkhawatirkan
hasil
atau
pemeriksaan
dalam
batas
yang
tidak
normal,
namun
menunjukkan adanya gejala dini dari penyakit tersebut.
2) Risiko Tinggi
Hasil pemeriksaan menunjukan nilai di atas batas normal,
dengan keadaan fisik yang mengkhawatirkan.
Alur Proses
Anamnesa
Pemeriksaan penunjang*):
Haemoglobin, hematokrit, kultur,
dan pengecatan sputum, EKG, APE
variabilitas lebih dari 15% rontgen
thoraks, spirometri
Pemeriksaan Fisik
Identifikasi Faktor Risiko
Risiko Rendah
Risiko Tinggi
Non Medikamentosa :
- Pengendalian faktor risiko
- Promosi kesehatan dalam
pengendalian factor risiko
- Rehabilitasi Medik
- Psikoterapi
Medikamentosa:
- Roboransia
PPOM tidak
terkontrol
Hasil Terapi
Rujuk ke Rumah
sakit
Kondisi penderita
terkontrol
Kendalikan faktor risiko dengan
berpola hidup sehat
Teruskan pengobatan
Evaluasi berkala
Ket : *) bila memungkinkan
Rehabilitasi/preventif
Berpola hidup sehat
II - 183
c. Output
Terkendalinya faktor risiko Asma Bronkhiale.
d. Outcome
Menurunnya prevalensi dan insiden Asma Bronkhiale.
Menurunnya angka kematian akibat Asma Bronkhiale.
2.2.5. Gangguan Akibat Kecelakaan Dan Cidera
a. Pengertian
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
terduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan /
atau kerugian harta benda.
Faktor Risiko
Tiga faktor utama penyebab kecelakaan yaitu manusia, kendaraan,
lingkungan fisik dan social ekonomi.
Modifikasi dari Haddon’s Matrix
Tahap
Manusia
Pra
Apakah
Kecelakaan manusia lebih
rentan
atau
tidak terhadap
Faktor Risiko
Saat
Apakah
kecelakaan manusia dapat
menerima
benturan
akibat
kecelakaan
Pasca
Bagaimana
Kecelakaan tingkat
keparahan
cidera akibat
kecelakaan
Kendaran
Apakah
kendaraan
laik jalan
Lingkungan
Fisik
Apakah
lingkungan
berbahaya
Lingkungan
Sosial Ekonomi
Apakah social
ekonomi
menambah
risiko
Apakah
kendaraan
bisa
memberikan
perlindungan
Apakah
lingkungan
berperan
terjadinya
cidera
Apakah sosial
ekonomi
berperan
terjadinya
cidera
Apakah
kondisi
kendaraan
berperan
terhadap
keparahan
cidera akibat
kecelakaan
Apakah
lingkungan
menambah
keparahan
cidera
akibat
kecelakaan
Apakah sosial
ekonomi
mendukung
terhadap
pemulihan
cidera
II - 184
Dalam kecelakaan lalu lintas terdapat faktor risiko yang merupakan
fungsi dari empat elemen, yaitu :
1) Elemen pertama : exposure yaitu jumlah pergerakan atau
perjalanan dalam sistem populasi.
2) Elemen kedua : probabilitas / kemungkinan tabrakan.
3) Elemen ketiga
: probabilitas / kemungkinan cidera.
4) Elemen keempat : dampak dari cidera.
Secara rinci keempat elemen dari faktor risiko KLL tersebut dapat
digambarkan sbb:
1) Faktor yang mempengaruhi Exposure
:
faktor
ekonomi,
demografi, lama perjalanan, kecepatan tinggi, perhatian yang
kurang.
2) Faktor
yang
mempengaruhi
probabilitas/kemungkinan
tabrakan: melebihi batas kecepatan, penggunaan alkohol/obatobatan, kelelahan, usia terlalu tua/muda, kegelapan, cara
mengendara, gangguan jarak pandang.
3) Faktor risiko yang mempengaruhi probabilitas cidera/keparahan
tabrakan: faktor toleransi manusia, kecepatan melebihi batas,
pengguna alat keselamatan, desain
kendaraan, pemakaian
alhohol dan obat-obatan.
4) Faktor yang mempengaruhi dampak dari cidera: keterlambatan
dalam deteksi tabrakan, adanya api yang menyertai tabrakan,
kebocoran gas yang berbahaya, pemakaian alkohol dan obatobatan, kesulitan dalam evakuasi, salah perlakuan pra RS, salah
perlakuan di UGD.
”RISIKO” akan semakin besar sebagai akibat berbagai faktor
termasuk:
1) Kesalahan manusia ( Human error) dalam sistem lalu lintas.
2) Besar dan sifat energi kinetik yang mengenai korban.
3) Toleransi individual terhadap dampak tabrakan.
4) Kwalitas
dan
ketersediaan
pelayanan
gawat
darurat
dan
penanganan trauma akut.
Faktor Risiko Tindak kekerasan dan Cidera
1) Faktor risiko individu : penyalahgunaan alkohol dan NAPZA.
II - 185
2) Faktor risiko keluarga : kekerasan oleh pasangan.
3) Faktor risiko komunitas : perdagangan obat terlarang.
4) Faktor risiko lingkungan sosial : lemahnya penegakan hukum.
Faktor Risiko jatuh
1) Umur : anak-anak dan usia lanjut berresiko tinggi untuk cidera.
2) Jenis kelamin: laki-laki lebih tinggi resikonya karena perilaku
dan lingkungan kerja yang berbahaya.
3) Faktor risiko lainnya : alkohol dan zat yang memabukkan.
b. Input Tambahan
Alat :
1) Trauma Kit, Alkohol Test, Amfetamin Test, Tensimeter, Alat
pemeriksaan gula darah.
2) Sarana penyuluhan.
3) Formulir pencatatan dan pelaporan.
4) Buku
pedoman,
juklak/juknis
tentang
penanggulangan
Gangguan Kecelakaan Dan Tindak Kekerasan.
c. Proses
Pencegahan
Upaya pengendalian faktor risiko kecelakaan lalu lintas jalan pada :
1) Faktor Manusia : peningkatan berperilaku sehat di jalan melalui
edukasi,sosialisasi dan kampanye yang meliputi :
a) Memberikan sanksi bagi pengemudi yang terdeteksi adanya
alkohol.
b) Larangan mengemudi kendaraan saat dalam pengaruh obat.
c) Pengaturan jam kerja dan lama mengemudi.
d) Penggunaan sabuk keselamatan dan kursi pada bayi dan
anak-anak.
e) Penggunaan alat pelindung.
f)
Kondisi kesehatan seseorang : untuk penderita jantung,
penderita Hipertensi,penderita DM.
2) Faktor Kendaraan dan lingkungan Fisik
Desain sistem lalu lintas jalan untuk keamanan, mengelola
pajanan risiko,menyediakan akses yang efisien dalam hal jarak
II - 186
tempuh, kecepatan dan keamanan, memilih alat transpotasi
yang memiliki faktor risiko rendah,membatasi kecepatan.
3) Faktor Sosial
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat di
jalan.
Pendidikan berlalu lintas sejak dini, batasan usia berkendaraan,
pembatasan kecepatan kendaraan, perilaku aman bagi pejalan
kaki.
4) Pelayanan Kesehatan
Penanganan di masyarakat atau pra rumah sakit dan UGD.
Memberikan pelatihan untuk masyarakat cara pertolongan
pertama yang benar, menyiapkan nomor telepon yang dapat
dihubungi, membuat standar untuk pertolongan, pengaturan
kompetensi petugas termasuk pelatihan trauma, memenuhi
peralatan kebutuhan medis.
Dalam proses dilaksanakan deteksi dini yang dilakukan pada
pengemudi antara lain dengan melakukan pemeriksaan tekanan
darah, pemeriksaan kadar alkohol dalam udara pernafasan dan
kadar amfetamin dalam urin pengemudi secara simultan. Tekanan
darah, konsumsi alkohol dan amfetamin menjadi faktor risiko
kecelakaan lau lintas jalan.
1) Pemeriksaan amfetamin
Mengambil urine dari pengemudi yang telah tersedia dan
meneteskan ke bagian strip amfetamin sampai garis indikator
yang muncul.
Hasil pemeriksaan :
negatif : muncul dua strip.
Positip : muncul satu strip.
2) Pemeriksaan alkohol
Mode aktif
Dengan menggunakan mouth piece pada alat, pastikan mouth
piece bersih terpasang dan menempel pada bibir.Tiup dengan
kuat dan cepat selama 5 detik,hasil ditampilkan dalam 15 detik.
Hasil pemeriksaan
: Negatif
Positif
II - 187
: 0,00 mg/l
: > 0,00 mg/l
3) Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah diukur dalam posisi duduk atau berbaring,
manset dipasang pada lengan atas sambil mendengarkan
denyut nadi. Baca tekanan sistole dan diastole.
Deteksi
dini
tindak
kekerasan
pada
perempuan
meliputi
kekerasan fisik, emosional, psikis dan sosial ekonomi.
Deteksi dini cidera dan kekerasan, ruang lingkup meliputi
kecelakaan transportasi darat, jatuh, terkena benda tajam,
terbakar, gigitan hewan.
d. Output
Terkendalinya faktor risiko gangguan akibat kecelakaan dan cidera.
e. Outcome
Menurunnya prevalensi dan insidens gangguan akibat kecelakaan
dan cidera.
II - 188
Download