617 Ind r KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN Jalan H.R. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950 Telepon : (021) 5201590 (Hunting) Faximile : (021) 5261814, 5203872 Surat Elektronik : [email protected], seyanmed(adepkes.go.id, mailing list: [email protected] KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN NOMOR : HK.02 . 04/II/1180/2012HK TENTANG RENCANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. b. bahwa upaya kesehatan gigi dan mulutdi Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan serta penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan, dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih dirasa kurang. c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu perencanaan program kesehatan gigi dan mulut sebagai pedoman dan acuan pembangunan kesehatan gigi dan mulut serta rujukan bagi pemerintah daerah serta pihakterkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c perlu menetapkan Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan i Mulut dengan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Mengingat 1. Undang- Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Tambahan Lembar Negera Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125); 3. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Tambahan Lembar Negera Republik Indonesia Nomor 5038); 4. Undang - Undang Rl Nomor36Tahun 2009,tentang Kesehatan (Tambahan Lembar Negera Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741/ Menkes/ Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota; 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 2052/ Menkes / Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/ Menkes /SK/11/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat; 9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 374/ Menkes/ SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional; R 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1144/ Menkes/ Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan; 11. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 021/ Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 - 2014. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN TENTANG RENCANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT KESATU Berlakunya Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut dalam rangka mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya. KEDUA Buku ini diharapkan, dapat dijadikan rujukan bagi pelaksana baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. KETIGA Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, akan ditinjau kembali dan disempurnakan apabila dipandang perlu. KEEMPAT Keputusan ini berlaku sejaktanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : JAKARTA : 29 Juni 2012 Pada tanggal DIREKTUR JENDERAL SUPRIYANTORO NIP 195408112010061001 III KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan rahmat-Nya telah di tetapkan Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut untuk menjadi acuan bagi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di seluruh Indonesia. Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ini disusun setelah mendapat asupan dari lintas sektor, lintas program Pusat dan Daerah serta institusi Pendidikan melalui pertemuan dan diskusi. Dengan Perencanaan Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ini, diharapkan sebagai acuan untuk melaksanakan upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yang lebih terstruktur dan tersistem melalui komitmen yang kuat dari para pakar, akademisi serta stakeholder terkait sehingga tercapai pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Pedoman ini akan dievaluasi dan diperbaiki secara berkala dan akan diperbaiki bila ditemukan hal-hal yang dianggap sudah tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada semua pihak atas perhatian, bantuan dan masukan serta kontribusinya dalam penyusunanan perencanaan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut ini. Jakarta, November 2012 Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar dr. H.R. Dedi Kuswenda, M.Kes v SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN Dengan m gucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia da rahmat - Nya yang telah diberikan , sehingga tersusunnya Buku Rencana P ogram Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut. Program a alah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau Iebih kegiatan ang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/Iembaga atau masyaraka yang dikordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasar n dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran. Tujuan ya g ingin dicapai pada rencana program merupakan penjabaran ser ngkaian program dan kegiatan , sebagai bagian dari pencapaian sa ran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tin akan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumber daya m nusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, Jana, atau ko binasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebaga masukan (input) untuk menghasilkan keluaran ( output) dalam bentuk b rang/jasa. Penyusuna buku ini didasarkan pada Rencana Kerja Pemerintah ( RKP) dan Ren na Kerjadan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga ( RKA-KL ) serta R ncana Strategis Kementerian Kesehatan ( Renstra). Saya meny mbut balk dengan telah tersusunnya Buku Rencana Program Pelay nan Kesehatan Gigi dan Mulut dan menyampaikan penghargaan se to ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi to hadap penyusunan buku ini. Jakarta , November 2012 Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan dr. Supriyantoro , Sp. P, MARS vi DAFTAR ISI i S.K. DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN NOMOR : HK.02 . 04/II/1180 /2012 TENTANG RENCANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT KATA PENGANTAR vii SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN vi DAFTAR ISI vii BAB.I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 3 1.3. Dasar Hukum 3 BAB.II. ANALISA SITUASI DAN KECENDERUNGAN 5 11.1. Kondisi Saat ini dan Permasalahannya 5 11.2. Lingkungan Strategis 13 11.3. Kecenderungan 14 11.4. Keadaan dan Masalah 15 11.5. Isu Strategis 18 BAB.III. VISI , MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI 20 111.1. Visi 20 111.2. Misi 20 111.3. 111.4 Tujuan 20 Sasaran 21 vii 111.5. 111.6. St K ategi bijakan 21 22 BAB.IV. PROGI AM- PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN 23 GIGI DA N MULUT 1. Pr mosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 23 2. Program Fluoridasi 23 3. U aya Kesehatan Gigi Masyarakat 24 4. U aya Kesehatan Perorangan 24 5. Program Pengawasan Obat dan Bahan 25 Ke okteran Gigi 6. Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan 26 7. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen 27 Pe bangunan Kesehatan 8. Monitoring dan Evaluasi 27 9. Bi bingan Teknis / Supervisi 27 10. Pr gram Unggulan 28 BAB.V. PENYE ENGGARAAN DAN PENILAIAN 35 V.I. Pe yelenggaraan 35 V.2. Pe ilaian BAB.VI . PENUTUP viii 35 36 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28 H angka (1) mengamanahkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan Iingkungan hidup yang balk dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, serta pasal 34 angka (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, mengamanahkan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang disertai oleh peningkatan pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerja sama lintas sektor. Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan. Pelaksanaan kewenangan wajib bagi pemerintahan daerah baik di provinsi, kabupaten/kota yang tertuang pada Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah 1 Kabupaten/Kot dinyatakan pada pasal 7 bahwa urusan wajib adalah urusan pemeri tahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayan n dasar. Pada penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007, ahwa kewenangan bidang kesehatan untuk pencegahan dan pemberan san penyakit yang menjadi tanggungjawab daerah yaitu penyeleng araan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular tertent pada skala provinsi, kabupaten/kota. Organisasi perangkat daerah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah no or 41 tahun 2007, pasal 19 dinyatakan bahwa besaran organisasi pera gkat daerah ditetapkan berdasarkan variable jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), inas yang akan terbentuk terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling ban ak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan asing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi. Dalam and ng - undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan di pasal 93 disebut an bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelih ra dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk eningkatan kesehatan gigi, penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi da pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/ata masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesina bungan. Dan pasal 94 dijelaskan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pel yanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau leh masyarakat. Dalam kons dtusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis bahwa " ealth is a fundamental human right", yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan se at sebagai investasi. Kesehatan gi merupakan bagian intergral dari kesehatan secara keseluruhan yan dapat mempengaruhi kualitas hidup. Prevalensi karies 2 gigi dan penyakit periodontal tinggi di masyarakat dan hasil penelitian menunjukkan karies gigi mempunyai dampak yang luas, yaitu gangguan pada kualitas hidup antara lain keterbatasan fungsi, disabilitas fisik, ketidak nyamanan psikis dan disabilty psikis. WHO pada tahun 2003 telah membuat acuan Global Goals for Oral Health 2020, yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan pada upaya promotif dan mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut dengan diagnosa dini, pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Disamping itu, pada The Sixtieth World Health Assembly (WHA60) tahun 2007 disusun Resolusi WHA 60.17 tentang kesehatan gigi dan mulut yaitu: Rencana aksi promosi kesehatan dan pencegahan penyakit terintegrasi. Dengan adanya kebijakan pelayanan dibidang kesehatan gigi dan mulut, maka perlu ada langkah-langkah selanjutnya yang lebih terstruktur dan tersistem melalui komitmen yang kuat dari para pakar, akademisi serta stakeholder terkait dalam menyusunan suatu rencana strategi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, yang dapat dijadikan rujukan bagi pelaksana baik di pusat, provinsi dan kabupaten/kota. 1.2 Tujuan: Tersusunnya perencanaan program kesehatan gigi dan mulut tahun 2011 - 2025 sebagai pedoman dan acuan pembangunan kesehatan gigi mulut serta rujukan bagi pemerintah daerah serta pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. 1.3 Dasar Hukum 1. Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang RI nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 3 3. Undang-Un Pang RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 4. Undang-Un ang RI nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. 5. Undang-Urn ang RI nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangun an Jangka Panjang Nasional. 4 BAB II ANALISA SITUASI DAN KECENDERUNGANNYA 11.1 KONDISI SAAT INI DAN PERMASALAHANNYA Berdasarkan Profit Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, penyakit jaringan pulpa dan periapikal termasuk sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawatjalan di rumah sakit umum di seluruh Indonesia, maka dapat dinilai bahwa besarnya masalah penyakit gigi dan mulut tidak hanya merupakan masalah kesehatan masyarakat tetapi menjadi masalah sosial. Walaupun tidak menyebabkan kematian Iangsung, penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor risiko penyakit lain, sebagai fokal infeksi misalnya tonsilitis, faringitis, otitis media, bakteremia, toksemia, berat bayi lahir rendah (BBLR), diabetes melitus, penyakit jantung dan penyakit sistemik lainnya. Di samping itu, penyakit HIV/AIDS dan penyakit sistemik lain juga dapat bermanifestasi di dalam mulut. Penyakit gigi dan mulut berpotensi menimbulkan gangguan bagi berbagai profesi seperti kedirgantaraan, barotaksis dan lain-lain sehingga dapat menutup peluang untuk pekerjaan tertentu misalnya untuk menjadi anggota TNI. Upaya kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat pemeliharaan, peningkatan, dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih dirasa kurang. 1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut ke dua terbanyak diderita masyarakat ± 70%, dan sebesar ± 4-5% penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang dapat menyebabkan gigi goyang dan lepas, saat ini paling banyak di temukan pada usia muda. Salah satu faktor etiologinya adalah karang gigi dijumpai pada 46,2% penduduk dan prevalensinya pada penduduk desa lebih tinggi dari pada di kota, desa 48,9% dan di kota 42.5%. 5 Hasil Riset esehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan penduduk Indonesia y ng menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi dan mulut hanya 23%, dan diantara mereka yang menyadari hal itu, hanya 30% yang mene ma perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional gigi. Ini ber rti effective demand (keinginan dan kemampuan untuk mendapat elayanan) untuk berobat gigi sangat rendah, yaitu hanya 7%. Darijur-r Iah tersebut, persentase penduduk menerima perawatan untuk pena balan/pencabutan/bedah gigi rata-rata sebesar 38,5 %, pemasanga gigi lepasan/tiruan sebesar 4,6 %, konseling perawatan/ kebersihan igi rata-rata sebesar 13,3 %. Pada kelom ok penduduk usia 12 tahun, prevalensi karies aktif (karies yang belum ditangani) adalah 43,4% dan yang pernah mengalami karies sebe r 67,2%. Index DMF- mencapai rata-rata 4,85 ini berarti jumlah kerusakan gigi rata-rat perorang adalah Iebih dari 5 gigi. Pada kelompok usia 12 -18 tah n Performance Treatment Index atau motivasi seseorang untuk men mpatkan gigi yang karies sangat rendah yaitu sekitar 1,6% sedan kan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerluka penumpatan dan atau pencabutan (Required Treatment Index) pads elompok usia ini sebesar 25,2%. Indeks DMF-T: Provinsi,RISKESDAS 2007 DMF - T Sangat rendah (0,8-1,1) Rendah (1 2 - 26) Sedang f2 7 - 4 4) TrYggo (>4 S 6 Pergeseran demografik seperti meningkatnya jumlah usia lanjut akan memberi dampak pada peningkatan kuantitas masyarakat yang memerlukan rehabilitasi fungsi kunyah clan memerlukan perawatan penyembuhan yang sangat kompleks. 2. Status Kesehatan Gigi Indonesia Diantara Negara - negara ASEAN `..v DENTAL CAS 11 ji OOUNTRIES (SOURCE f a FE RENCE No COUNTRIES Population Per Capita dmft DMFT GDP (US$ ) ( 6 years ) ( 12 years) (ASEAN ) ( MILLION ) 1. 2. 4.8 Brunei Darussalam 0.35 18,000 7.1 Philippines 75.3 2460 NA 4-6 8.28 4.4- 3. Laos 5.5 350 4. Thailand 62 1850 5.5 3.9 5. Cambodia 12 300 9.7 3.2 NA NA NA 2.2 24. 5 3386 4.1 1.9 6. Indonesia (1995) 7. Malaysia 8. Singapore 4.1 NA NA 1.0 Myanmar 51.4 320 4.2 0.8 9. Formulating Oral Health Strategy for South-East Asia Tabel . Select Oral Health Indicator in the Countries of SEA Region Caries free at age 6 (%) DMFT at age 12 (%) Bangladesh India * Indonesia NR 48.1 14 2.2 1.8 Maldives NR Myanmar Nepal Sri Lanka Thailand NR 42.5 37.7 Timor-Leste Country Untreated decay at age 12 CPI Score 3 CPI Score 4 3544 yrs NR 3544 yrs NR 7.8 6574 yrs NR 18.1 NR 11.6 NR 6574 yrs NR 21.4 NR NR NR NR NR NR NR 25.6 85.7 2 .4 43.8 14.6 54.2 22.1 NR 34.3 16.0 15.5 1. 6 21.6 2.3 15. 4 42.8 3.8 19.4** NR 0.5 0.9 1.6 28 1.8 66.3 22.5 28.4 28.4 0.9 NR NR 94.4 29.8 Edentulousness (%) 35-44 65-74 yrs yrs Mean no. of missing NR teeth 0.5 0.4 NR 17.6 23.6 NR NR NR 2.9 NR NR 68.8 NR NR 0.1 NR NR NR 21.8 10.5 0.8 5.7 3.9 14.4 0.6 25 0.4 NR NR NR 7 CPI - Community Periodontal Index; CPI score 3 - pockets 4-5 mm; CPI score - pockets 6 mm or more; DMFT - Decayed, Missing and Filled Teet ; NR - not reported (data not available) Source : in rmation provided by the national focal points attending the consultation; * for I dia : R K Bali, V B Mathur, P P Talwar, B Channa. National 0 al Health Survey and Fluoride Mapping 2002 - 2003. D ntal Council of India, 2004 ** - for Thailand : Caries free at age 5 Sumb r :Report of a Regional ConsultationChiang Mai, Thailand, 28-31 ctober 2008 3. Upaya Pela anan Kesehatan Gigi a) Upaya Pelayanan kesehatan gigi dilaksanakan balk oleh pemer ntah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi yang d laksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pende atan level of care (kebijakan WHO) yang meliputi tindak n promotif, preventif, deteksi dini, kuratif dan rehabil tatif yaitu merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan denga sumber daya yang ada. Pende atan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan gigi dil kukan dengan pendekatan Basic Package of Oral Care (BPOC) atau Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskes as, yang terdiri dari: Perawatan Kegawat daruratan Gigi dan M lut (Oral Urgent Treatment (OUT), Tersedianya Pasta Gigi yang m ngandung fluoride dengan harga terjangkau (Affordable Fluoride Toothpaste (AFT) dan Penambalan gigi dengan invasi minim I (tanpa bur) /Atraumatic Restorative Treatment (ART). b) Pada hun 2003, WHO Global Oral Health Programme memfo mulasikan kebijakan dan aksi-aksi yang dibutuhkan guns eningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Strategi yang ditetap an adalah bahwa pencegahan penyakit gigi dan mulut 8 harus diintegrasikan dengan pencegahan penyakit kronis dan promosi kesehatan umum karena resiko kesehatan yang sating berhubungan. World Health Assembly (WHA) dan Executive Board (EB) merupakan badan tertinggi pada WHO dan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun, kesehatan gigi dan mulut dibahas oleh kedua badan tersebut yaitu pada tahun 2007. Pada EB 120 dan WHA 60, negara-negara anggota menyepakati suatu rencana aksi kesehatan gigi dan mulut dan mengintegrasikannya dengan pencegahan penyakit, dengan demikian hal ini mengesahkan pendekatan Program Kesehatan Gigi dan Mulut. Kebijakan tersebut membentuk landasan bagi pengembangan atau penyesuaian program kesehatan gigi dan mulut pada tingkat nasional di kemudian hari. World Congress on Preventive Dentistry (WCPD) ke 8 diadakan pada bulan September 2005 di Liverpool, Inggris. Partisipan dari 43 negara membahas mengenai pencegahan penyakit gigi dan mulut yang merupakan permasalahan besar bagi seluruh populasi di dunia. Untungnya, penyakit gigi dan mulut dapat dicegah dan dapat diperbaiki apabila dilakukan suatu program kesehatan masyarakat yang tepat. Partisipan kongres juga menekankan bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesehatan secara umum, kesejahteraan dan juga merupakan hak asasi manusia. Para partisipan menegaskan komitmen mereka untuk mendukung seluruh program yang dilaksanakan oleh otoritas kesehatan nasional dan internasional, institusi penelitian, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok masyarakat dalam upaya promosi kesehatan serta pencegahan penyakit gigi dan mulut. c) Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga sebagai model pendekatan baru dalam pelayanan kesehatan gigi masyarakat. d) Aktifitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas dan Rumah Sakit berjalan dengan perencanaan yang berbeda-beda di masing-masing daerah. 9 4. Sarana PeI yanan Jumlah sar na pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum memadai. Data terakhir berdasarkan hasil Rifaskes tahun 2011 menunjukk n: • Persen ase Puskesmas yang mempunyai 60 - 79 persen jenis alat p iklinik gigi yang di gunakan adalah 33,8 persen. • Persen ase Puskesmas yang mempunyai 40 - 59 persen jenis alat p iklinik gigi adalah 23,5 persen • Persen ase Puskesmas yang mempunyai 20 - 39 persen jenis alat po iklinik gigi adalah 7,8 persen • Persentase Puskesmas yang mempunyai kurang dari 20 persen jenis alt poliklinik gigi adalah 19 persen 5. Sumber Dana a. Sumbe Daya Manusia • H sil rekapitulasi tenaga dokter gigi/dokter gigi spesialis se ak 2005 sampai September 2012 oleh Konsil Kedokteran Gi i Indonesia yaitu 22.941 dokter gigi dan 1.924 dokter sp sialis (KKI, 2012). • Ra io dokter gigi saat ini 8 : 100.000 penduduk, menurut Ke enterian Kesehatan 11 : 100.000 penduduk (target 20 0), sedangkan rasio ideal dokter gigi di luar negeri yaitu 1 5.000 penduduk. Untuk dokter gigi spesialis saat ini 1 : 154.000 penduduk sedangkan rasio ideal di luar negeri (n gara-negara maju) 1 : 20.000 penduduk. • Ju lah perawat gigi yang tercatat di Persatuan Perawat Gigi In onesia (PPGI) sebanyak 15.129 orang (PPGI, 2009). • Ra io perawat gigi terhadap jumlah penduduk adalah 1 : 3.000, sedangkan target 2010 perawat gigi per 100.000 pe duduk 1 perawat gigi 16.000 penduduk • Ju lah tehnisi gigi yang tercatatat di Persatuan Teknisi Gigi Indonesia (PTGI) berjumlah sebanyak 3.423. (PTGI, 2009) 10 Berdasarkan hasil Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011, Dokter Gigi bekerja di Puskesmas , yang dikaji dari 8980 Puskesmas terdapat 60,6 persen Puskesmas memiliki tenaga Dokter Gigi, dan masih terdapat 39,4 persen Puskesmas yang tidak memiliki tenaga Dokter Gigi. Sementara untuk keberadaan perawat gigi, jumlahnya adalah 9599 orang dari 8980 puskesmas. Secara nasional, ada 48 , 2 persen dari Puskesmas yang ada dokter gigi dan perawat gigi, dan 17 , 6 persen Puskesmas yang tidak ada kedua tenaga ini; selebihnya adalah variasi dari 12,4 persen Puskesmas ada dokter gigi, tapi tidak ada perawat gigi, serta 21, 8 persen Puskesmas ada perawat gigi, tapi tidak ada dokter gigi b. Sumber daya Obat dan Bahan Kedokteran Gigi Obat, bahan dan instrumen kedokteran gigi hampir semuanya masih diimport dan dipasok oleh agen penjualan / pebisnis swasta. Variasi jenis dan mutu obat, bahan dan instrumen kedokteran gigi sangat tergantung pada minat dental depot sehingga harus dilakukan standarisasi dan berada di bawah pengawasan Badan POM serta Kementerian Kesehatan ( Ditjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan). c. Pemberdayaan Masyarakat Upaya kesehatan gigi dan mulut berbasis masyarakat (UKBM), antara lain: • Bahwa sudah 56,7 % Puskesmas di Indonesia (Rifaskes, 2011) yang sudah melaksanakan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) • Sedangkan untuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) 86% Puskesmas di Indonesia sudah melaksanakannya. (Rifaskes, 2011) 11 6. Manajeme Kesehatan Gigi dan Mulut a. Pada t hun 2011 terjadi berubahan struktur organisasi melalui 5K M nkes No. 1144 tentang Organisasi dan Tatalaksana diman program kesehatan gigi dan mulut di bawah subdit Bina Pelaya an Kesehatan Gigi dan Mulut pada Direktorat Bina Upaya Keseh an Dasar. b. Damp k pengkoordinasian yang tidak jelas menyebabkan perenc naan program pelayanan kesehatan gigi tidak lagi tercan m pada Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2010 - 2014 demikian pula program Upaya Kesehatan Perorangan c. Kerjas ma lintas program dan lintas sektor dalam program keseha an gigi belum dilibatkan oleh program kesehatan lainnya. d. Man 'emen kesehatan gigi dan mulut sangat ditentukan antara ain oleh tersedianya data dan informasi, dukungan ilmu penget huan dan teknologi kesehatan gigi serta administrasi keseha an gigi. Selama ini sistem informasi kesehatan gigi dan mulut erupakan bagian integral dari manajemen Puskesmas (SIMP ), sistem informasi di rumah sakit (SP2RS) dan sistem surveil ns (SKRT, SURKESNAS). Dengan adanya otonomi daerah yang membuat struktur organisasi yang berbeda-beda khusus ya dalam hal pelaporan sehingga data kesehatan gigi dan m lut tidak tersedia dengan sempurna, ini terlihat pada Profit esehatan Indonesia masih banyak laporan dari flap provins di Indonesia yang tidak ada catatan masalah kesehatan gigi bail. dari puskesmas, rumah sakit maupun usaha kesehatan gigi se olah, sehingga keadaan kesehatan gigi di Indonesia belum apat digambarkan secara utuh. 7. Pembiayaa a. Anggar n pembinaan program kesehatan gigi di provinsi dan kab/ko sulit diperoleh karena usulan anggaran diprioritaskan dengan perencanaan yang sudah tertulis pada renstra Kemen rian Kesehatan 12 b. Kebutuhan biaya untuk pelayanan kesehatan gigi cenderung semakin besar oleh karena pelayanan promotif dan preventif tidak dilakukan secara maksimal, sehingga mengakibatkan pelayanan kuratif semakin meningkat dan kebutuhan biaya pelayanan tersebut menjadi semakin mahal. 11.2 Lingkungan Strategis 1. Lingkungan Internal Visi Kementerian Kesehatan adalah masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Guna mewujudkan Visi tersebut, Kementerian Kesehatan telah menetapkan pula nilai-nilai yang harus dianut, yakni :Pro rakyat, Inklusif, Responsif, Efektif dan Bersih. Adapun strategi utama yang dipakai untuk mencapai visi dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan tersebut adalah : - Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkeadilan 2. Lingkungan External WHO pada tahun 2003 telah membuat acuan Global Goals for oral Health 2020, dimana targetnya adalah meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan pada upaya promotif dan mengurangi dampak penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut dengan diagnosa dini, pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. 13 Berdasarka The Sixtieth World Health Assembly (WHA-60) tahun 200 , kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari keseh tan manusia seutuhnya. Terdapat 19 resolusi yang menyangku aspek kesehatan, diantaranya Resolusi WHA 60.17 tentang 0 / Health: action plan for promotion and integrated disease prevention. Berdasarkan resolusi WHA 60.17 tersebut, Sidang WH ke-60 meminta kepada negara-negara anggota untuk: (a) menjam n bahwa kesehatan gigi dan mulut terintegrasi ke dalam upaya-upay pencegahan dan pengobatan penyakit tidak menular, penyakit m nular dan kesehatan ibu dan anak; (b) menjamin bahwa kebijakan asional didasarkan pada evidence based approach; (c) mengu ayakan agar kesehatan gigi dan mulut terintegrasi ke dalam kera gka primary health care; (d) mengupayakan program fluoridasi; e) menjamin kesehatan kanker mulut terintegrasi dengan pro ram penanggulangan kanker; (f) menjamin bahwa upaya pencegaha kesehatan gigi dan mulut terintegrasi dengan program HIV/AIDS; g) memperkuat upaya promosi; (h) meningkatkan kemampua petugas kesehatan gigi, miliputi dokter gigi dan perawat gigi; (i) m ngintegrasikan sistim informasi kesehatan gigi dan mulut keda am surveilans kesehatan; j) memperkuat upaya-upaya pengemban an riset kesehatan gigi dan mulut; (k) meningkatkan penyediaan anggaran untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit-pe yakit gigi dan mulut; dan (I) memperkuat kemitraan antar stake olders. Oral Health South East Asean Region Strategies (WHO 2007) bertujuan eningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta system pelayanan sehatan gigi dan mulut yang lebih baik pada populasi di Negara-regara SEARO. Dimana salah satu strateginya adalah mengemba gkan Kebijakan Nasional kesehatan gigi dan mulut. 11.3 Kecenderu an • Penyak gigi dan mulut saat ini tidak terbatas pada penyakit karies an jaringan penyangga gigi, tetapi lebih berkembang menjad masaiah sistem stomatognatik, facial pain, celah bibir dan Iat-langit, penyakit-penyakit mulut (sariawan, jamur, dll), 14 serta penyakit dan kelainan yang dapat timbul pada mulut dan rongga mulut. • Penyakit gigi dan mulut merupakan faktor resiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, sistem pernapasan, diabetes, kanker, diet yang tidak sehat (unhealthy diet), penggunaan tembakau, penggunaan alkohol, dan kebersihan mulut yang buruk. • Kelainan / kerusakan akibat trauma pads jaringan gigi dan mulut semakin meningkat • Penyakit yang ditularkan melalui darah seperti HIV/AIDS dan hepatitis meningkat. • Meningkatnya jumlah usia lanjut karena umur harapan hidup meningkat memerlukan rehabilitasi fungsi kunyah dan memerlukan perawatan penyembuhan yang sangat kompleks. • Pentingnya keadaan gigi geligi seseorang sebagai identitas. • Peran dokter gigi ke depan dapat mendorong kemitraan unsur terkait, termasuk masyarakat dan badan usaha di bidang kesehatan gigi dan mulut. Di samping itu akan memacu pelayanan holistik komprehensif, pendidikan dan riset, termasuk penyediaan alat kesehatan gigi dan mulut, obat, bahan dan komoditas yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut. 11.4 Keadaan Dan Masalah Dalam rangka menetapkan langkah - langkah , perlu dianalisa secara eksternal dan internal melalui pendekatan SWOT. Kekuatan: Tersedianya kebijakan, perundangan, peraturan daerah dan regulasi pendukung termasuk standar pelayanan. Tersedianya sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar di Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan gigi dan mulut rujukan. 15 Tersed anya sumber daya dokter gigi, perawat gigi dan tekniker gigi ya g dihasilkan oleh institusi pendidikan kedokteran gigi dan p ndidikan setingkat Diploma III dan Diploma IV (perawat gigi da tekniker gigi). - Telah gerjalannya program pelayanan kesehatan gigi dasar dan rujuka , program UKGS dan UKGMD Adany kerjasama antara institusi pelayanan kesehatan gigi dan m lut, institusi pendidikan kedokteran gigi, ikatan profesi kedokt ran gigi, konsil kedokteran/kedokteran gigi, asosiasi pendid kan kedokteran gigi Indonesia, asosiasi rumah sakit gigi dan m lut Indonesia. Kerjas ma yang balk berdasarkan integrasi program. Adany kerjasama dengan organisasi LSM/profesi secara intern ional/nasional. Kelemahan Penda aan yang tidak memadai, karena pendanaan yang ada masuk alam program prioritas yang didasarkan pada indikator yang i gin dicapai pada pembangunan kesehatan seperti menur nkan AKI, AKB, peningkatan umur harapan hidup, serta menur nkan gizi kurang. Pelaya an kesehatan gigi dan mulut tidak tercantum dalam stands pelayanan minimal bidang kesehatan sehingga dukungan Jana, s rana dan prasarana kurang. Belum ersedianya rencana induk pembangunan kesehatan gigi dan m lut di tingkat nasional (Master Plan Kesehatan Gigi dan Mulut) ang akan menjadi acuan bagi daerah dalam penyusunan rencan kerja program kesehatan gigi dan mulut. Belum ersedianya sistem informasi kesehatan gigi dan mulut sehing a sistem pencatatan dan pelaporan data kesehatan gigi dan m lut termasuk survei data dasar kesehatan gigi dan mulut belum isa dikelola. Desentralisasi menyebabkan pencatatan dan pe poran tidak Iengkap dan tidak berkesinambungan. 16 Kebiasaan menyikat gigi tidak tercantum dalam indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jumlah doktergigi belum merata sesuai dengan rasio kebutuhan ideal masyarakat. Penyebaran dan rasio tenaga kesehatan gigi dan mulut juga menunjukkkan adanya disparitas antar puskesmas di kawasan Indonesia bagian barat dan timur. Kerjasama lintas sektor dan lintas program masih Iemah. Belum semua sarana pelayanan kesehatan teridentifikasi dan terakreditasi. Peluang: - Adanya desentralisasi/otonomi daerah yang memberikan kesempatan kepada setiap wilayah kabupaten/kota dalam mengembangkan program-program pembangunan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan oral health need assessment. - Perkembangan teknologi dan riset di bidang kedokteran gigi dapat dipadukan kedalam program pembangunan kesehatan lain yang ada. - Peningkatan tingkat pendidikan masyarakat yang ditunjukkan dengan data persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. - Peran serta aktif dari sektor swasta dalam penyelenggaraan pelayanan, pembiayaan dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut Perkembangan infrastruktur komunikasi dan informasi yang dapat dlihat dari pesatnya peningkatan kuantitas Berta kualitas sarana komunikasi dan penyampaian informasi seperti jaringan internet dan jaringan komputer perkantoran yang terintegrasi. Pertumbuhan sumber-sumber pembiayaan kesehatan baik yang bersumber dari anggaran pemerintah, bantuan luar negeri maupun sumber pembiayaan dari sektor swasta dan masyarakat 17 Adany kebutuhan masyarakat terhadap perawatan yang bersifa kosmetik terutama di kota besar. Kemaj an teknologi dibidang kedokteran gigi Desen ralisasi, daerah masih memerlukan program kesehatan gigi da mulut. Keseh an gigi dan mulut merupakan salah satu persyaratan penge bangan karier tertentu. Keseh an gigi dan mulut sangat mempengaruhi produktivitas. Kebut han akan pelayanan kesehatan gigi oleh masyarakat. Dukuntan lintas program/lintas sektor, swasta. Termasuk badanbadan Internasional (FDI, IADR, WHO, GIZ) Ancaman: - Menurinnya daya bell masyarakat. - Masuk ya sarana pelayanan dan tenaga kesehatan asing sebagai damps globalisasi. - Pertan-bahan jumlah dan sebaran tukang gigi yang semakin merugi an masyarakat dalam hal kesehatan gigi dan mulut - Peran erta semu masyarakat dapat dilihat dari jumlah drop out ka er kesehatan yang masih terus terjadi. Di samping itu peran erta masyarakat dapat terjadi bukan karena dorongan kebutu an untuk berperan serta aktif untuk kepentingan masya kat itu sendiri, tetapi seringkali lebih disebabkan adanya keterp ksaan atau adanya harapan akan adanya imbalan secara materi. 11.5 ISU STRATEGIS 1. Terbat nya ketersediaan Iayanan kesehatan, pemerataan sarana an tenaga kesehatan gigi. 2. Penuru an penyakit dan kelainan gigi dan mulut masyarakat masih j uh dari harapan. 18 3. Masih tingginya biaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta kurangnya dana pengelolaan dan pembiayaan program 4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan gigi dan mulut. 5. Teknologi kedokteran gigi yang semakin berkembang 19 BAB III VIII, MISI, TUJUAN , SASARAN DAN STRATEGI 111.1 Visi Mewujudk n masyarakat yang mandiri untuk memelihara kesehatan gigi dan m lut dalam rangka mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-tingginya 111.2 Misi 1. Mendi ik masyarakat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut ecara mandiri dengan membudayakan perilaku hidup bersih an sehat (PHBS). 2. Memb rikan pelayanan kesehatan gigi profesional yang kompr hensif, terpadu, bermutu dan terjangkau 3. Melak nakan manajemen kesehatan gigi dan mulut yang efisien an efektif 4. Memb rdayakan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan gigi da mulut 5. Mend rong pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana dan penda aan untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut 6. Mend rong terlaksananya penelitian dan pengembangan pelaya an kesehatan gigi dan mulut 7. Mend ong kerjasama lintas program dan lintas sektor baik nasionil maupun internasional 111.3 Tujuan 1. Terwuj dnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut profesional, kompr hensif dan terpadu sesuai standar dan etika profesi 2. Menin katnya manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang e ktif dan efisien 20 3. Meningkatnya sumber daya manusia yang berkualitas. 4. Meningkatnya peran serta pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana, dan alat dana 5. Meningkatnya kemandirian pelayanan kesehatan dalam dan meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut 6. Meningkatnya pengembangan pelaksanaan penelitian dalam bidang kesehatan gigi dan mulut 7. Terciptanya kerjasama lintas program dan lintas sektor baik nasional maupun internasional 8. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut 111.4 Sasaran 1. Pemangku kepentingan dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat 2. Kualitas Sumber Daya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 3. Kualitas pelayanan kesehatan gigi secara bermakna di Institusi pelayanan kesehatan 4. FasilitasPelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 5. Kesadaran Masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut 6. Jejaring kesehatan gigi dan mulut 111.5 Strategi 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut profesional yang komprehensif, terpadu, bermutu dan terjangkau. 2. Meningkatkan peran serta organisasi profesi dan institusi pendidikan dalam upaya kesehatan gigi dan mulut. 3. Mengembangkan tenaga kesehatan gigi melalui pendidikan dan pelatihan tambahan balk ketrampilan maupun manajemen. 21 4. Memb ^rdayakan masyarakat serta tenaga kesehatan melalui UKGM dan UKGS 5. Mende rong pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana dan dana yang endukung pelayanan kesehatan gigi dan mulut 6. Menge bangkan dan mengoptimalkan sistem informasi keseha an gigi dan mulut mencakup penelitian dan penger bangan pelayanan kesehatan gigi dan mulut 111.6 Kebijakan 1. Pembir iaan dalam hal pencegahan, pengendalian,dan penurunan p reva l e nsi penyakit gigi dan mulut (integrated health approach) 2. Pembe ,dayaan masyarakat dan mengembangkan kemitraan dengar pihak-pihak terkait 3. Peningl atan manajemen kesehatan gigi dan mulut terpadu: lembag a, payung hukum, standar sumber daya, sarana prasara na, pembiayaan. 4. Adany sistem informasi, surveilans, monitoring laporan fasilitas dan Pe ayanan kesehatan, serta penelitian kesehatan gigi dan mulut aikyang dilaksanakan pemerintah maupun swasta 22 BAB IV PROGRAM - PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan pendekatan terintegrasi dengan program kesehatan Iainnya dengan memperhatikan, kegiatan serta sasaran yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan. Dan telah tertuang dalam Rencana Strategi Kementerian Kesehatan. Program, kegiatan dan sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan melalui: 1. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat a) Mengintegrasikan promosi kesehatan gigi dan mulut kedalam program perilaku hidup bersih dan sehat. b) Membuat media promosi yang inovatif dan efektif, baik melalui media cetak, media elektronik dan secara langsung pada semua kelompok umur pada masyarakat seperti mencetak leaflet, poster, CD, lembar balik, serta dialog interaktif di TV, radio, tayangan pendek, dll c) Melakukan pendidikan tentang pentingnya perawatan gigi dan mulut yang teratur oleh tenaga kesehatan gigi baik secara individu maupun masyarakat. 2. Program Fluoridasi a) Kadar fluor dalam air minum yang dikonsumsi di seluruh provinsi di Indonesia b) Kadarfluor didalam berbagai pasta gigi yang beredar di Indonesia c) Program fluoridasi air minum, garam, susu, dll. d) Program kumur-kumur fluor pada murid-murid sekolah dasar (U KG S) e) Program topikal aplikasi fluor secara individual 23 f) Progra pemberian tablet fluor pada beberapa sekolah dasar di daerah yang resiko kariesnya tinggi 3. Upaya Kese atan Gigi Masyarakat a) Penyu nan Pedoman Promotif - Preventif dengan pendekatan UKGM b) Penyu nan Pedoman Pembinaan kesehatan Gigi melalui Desa siaga c) Penyu nan Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga serf Ib hamil dan balita. d) Penyus nan Lembar Balik penyuluhan kesehatan gigi e) Penyus nan Buku Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di Taman Kanak- anak f) Penyu an Buku Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dan UKGS Inovatif g) Penyus nan Buku pendidikan kesehatan gigi dan mulut remaja h) Penyus nan Buku Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Lanjut n i) Penyus nan Pedoman pencegahan karies gigi berupa brosur, poster, leaflet, flyer, booklet, modul pelatihan kader/gigi j) Penyus nan materi kesehatan gigi untuk RS/PKMRS k) Penyus nan Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga serf Ian is 4. Upaya Kese atan Perorangan a) Kebija n Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga b) Pedom i n Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga c) Stands Perizinan Praktek Dokter Gigi Keluarga d) Pedom n Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskes as dengan Model Basic Package Oral Care e) Pedom n Upaya Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas 24 f) Penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan Gigi di Puskesmas Perkotaan g) Penerapan metode Atraumatic Restoration Treatment (ART) h) Pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulutdi RSU Pemerintah/ Swasta/RS Khusus. i) Pedoman rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut j) Pedoman integrasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. k) Pedoman peningkatan mutu pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dan Rumah sakit. I) Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Gigi m) Modul Pelatihan Identifikasi Lesi Rongga Mulut dan Penatalaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada ODHA bagi Tenaga Kesehatan Gigi di Fasilitas Gigi. n) Tata cara kerja pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas o) Pelaksanaan Angka Kredit Jabatan Dokter Gigi/Perawat Gigi. p) Panduan pendayagunaan dokter gigi spesialis. 5. Program Pengawasan Obat dan Bahan Kedokteran Gigi a) Pedoman standar bahan dan alat kedokteran gigi (RS / Puskesmas) b) Penyusunan standar obat kesehatan gigi essensial (DOEN) c) Formularium Obat dan bahan kedokteran gigi di RS Indonesia d) Pedoman bahan /obat tradisional dibidang kesehatan gigi dan mulut e) Pedoman Pemakaian antibiotik di Bidang Kedokteran Gigi 25 6. Program P ngembangan Sumber Daya Kesehatan: a) Intern a l • P nyusunan modul pelatihan teknis • P nyusunan modul TOT • P doman dan pelaksanaan evaluasi penerapan metode ART • E% aluasi peralatan di Puskesmas b) Lintas rogram • K rjasama dengan Pusdatin dalam penyusunan profil k sehatan gigi dan mulut • K rjasama dengan badan Litbangkes Kementerian K sehatan dalam survei epidemiologi penyakit gigi dan m lut. • P latihan/TOT Tenaga Kesehatan/Pemegang Program • U kualitas kandungan fluor dalam pasta gigi, air minum, dl. • E luasi peralatan di Rumah Sakit Pemerintah/Swasta c) Lintas ektor • K rjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional • K rjasama dengan seluruh Kementerian dalam upaya p layanan kesehatan gigi dan mulut (poli gigi) • K rjasama dengan swasta • K rjasama dengan tim penggerak PKK • K rjasama dengan FKG/CHS/profesi • K jasama dengan dunia usaha untuk pengadaan ART, pasta fl or generik, sikat gigi generik, dan bahan lainnya. 26 7. Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan: a) Tersusunnya rencana kegiatan lima tahun kesehatan gigi dan m ulut b) Tersusunnya laporan akuntabilitas kinerja tahunan kesehatan gigi dan mulut c) Kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan instansi, unit dan pihak lain yang terkait secara nasional dan Internasional. 8. Monitoring dan Evaluasi: a) Kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan usia anak sekolah b) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas c) Upaya kesehatan gigi di UKGM d) Pelayanan kesehatan gigi rujukan dan integrasi e) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit f) Penyusunan website kesehatan gigi dan mulut sebagai wahana interaksi , inter relasi dan interdependensi dengan masyarakat, profesi , dunia usaha serta pihak lain yang berkepentingan untuk peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut. 9. Bimbingan Teknis/Supervisi: a) Pembinaan program kesehatan gigi dan mulut di Dinas Kesehatan P rovi n s i/ Ka b u pate n/ Kota b) Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi puskesmas dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. c) Peningkatan kinerja melalui peningkatan mutu SDM dan suasana/budaya kerja. d) Pembinaan profesi tenaga kesehatan gigi 27 10. Program U ggulan: Program a ti tembakau di klinik gigi, screening kanker mulut, pengendali in gula di sekolah. a. Progra Kebijakan Kesehatan, Pembiayaan, dan Hukum Keseh tan. 1) T rsusunnya rencana kegiatan lima tahunan (propenas) dan re cana kerja tahunan (Repeta) kesehatan gigi dan mulut. 2) T susunnya laporan akuntabilitas kinerja tahunan k ehatan gigi dan mulut 3) L alisasi Produk-produk Bidang kesehatan Gigi dan Mulut. b. Program Perbaikan Gizi. 1) K giatan kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan anak u a sekolah 2) P nyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatan gigi dan m lut keluarga serf ibu hamil dan balita 3) P nyusunan pedoman pembinaan kesehatan gigi melalui p lides 4) P rlindungan kesehatan gigi anak dengan sikat gigi sesudah m kan. c. Progra Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) sejak usia di iii 1) P yusunan buku pendidikan kesehatan gigi remaja 2) P yusunan lembar balik penyuluhan kesehatan gigi 3) P yusunan standar pelayanan kesehatan gigi bagi anak b rkebutuhan khusus 4) P yusunan mated kesehatan gigi dan mulut untuk RS 5) P yusunan pedoman standar peralatan kedokteran gigi RS d. Progra Lingkungan Pemakaian air, dan udara sehat. 1) Pe oman pelaksanaan higienis klinik gigi di Ingkungan ke ja. 28 e. Program kesehatan keluarga 1) Penyusunan pedoman promotif-pereventif dengan pendekatan UKGM dan UKGM inovatif 2) Penggunaan pedoman pembinaan kesehatan gigi dan mulut melalui desa siaga 3) Penyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatan gigi keluarga serf lansia. 4) Penyusunan pedoman pencegahan penyakit gigi, berupa brosur, leaflet, booklet. 5) Modul pelatihan kesehatan gigi bagi kader/guru. f. Program pencegahan kecelakaan dan rudapaksa termasuk keselamatan lalu lintas. 1) Melakukan penelitian pengaruh sakit gigi terhadap kecelakaan lalu lintas. g. Program integrasi dengan penyakit tidak menular (PTM) 1) Program anti tembakau di klinik Gigi 2) Program Pengendalian Gula 3) Program skreening kanker mulut 4) Program Pengendalian konsumsi alkohol berhubungan dengan penyakit gigi dan mulut 5) Penyusunan Pengendalian faktor-faktor resiko penyakit gigi dan mulut dalam upaya meningkatkan kualitas hidup. Faktor Penentu Keberhasilan • Untuk terwujudnya visi, misi melalu strategi yang telah ditetapkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor penentu keberhasilan (Critical succsess factor) sebagai berikut: 1. Melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan peyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut: 29 a. Adany Norma, Standar, Pedoman clan Kriteria untuk pembinaan clan p ngawasan penyelenggaraan upaya kesehatan gigi clan mulut. b. Pembiaan (bimbingan teknis) atau Supervisi, Monitoring clan Evaluari. • Meningkat n koordinasi dan keterpaduan dalam penyebarluasan dan penera an paradigma sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut baik secara intern kesehatan maupun ekstern atau pihak lain yang terkait, mel lui: a. Adany forum komunikasi / temu karya lintas program/lintas sektor erkait b. Adany pedoman pelaksanaan upaya promotif - preventif terpad . c. Adany modul pelatihan terpadu upaya promotif-preventif TOT d. Kerjasa a dengan lintas program/lintas sektor terkait. • Meningkatk n profesionalisme tenaga kesehatan gigi dalam bidang ma ajemen, ilmu dan teknologi serta etika profesi dalam penyelengg raan upaya kesehatan gigi dan mulut dan program pokok serta program unggulan kesehatan dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010, melalui: 1) Pelatih n tenaga kesehatan gigi sesuai dengan perkembangan IPTEK k ususnya dalam pengembangan teknologi tepat guna. 2) Pelatih n bidang manajemen kesehatan bagi tenaga kesehatan gigi 3) Penyus nan modul-modul pelatihan bagi tenaga kesehatan gigi. • Melakukan erjasama lintas program/lintas sektor termasuk dengan profesi, per uruan tinggi, dan dunia usaha serta masyrakat secara nasional, re ional dan internasional, dalam upaya: 1) Pening atan upaya promotif - preventif yang didukung oleh produk i pasta dan sikat gigi. 30 2) Pendayagunaan dan pembinaan tenaga kesehatan gigi/spesialis bersama - sama organisasi profesi dan FKG. 3) Penyelarasan kegiatan / program kesehatan gigi dengan kegiatan negara lain/organisasi dunia. • Melengkapifasilitaskerja baiksecarateknis , dalam rangka peningkatan kinerja , melalui: 1) Peningkatan sarana, prasarana di lingkungan kerja 2) Peningkatan sumber daya dalam mendukung peningkatan kinerja di sarana kesehatan. Program , kegiatan serta sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan melalui : SASARAN • Meningkatnya kualitas pelayanan INDIKATOR • Ratio tambal : cabut = 1: 1 • Status kesgilut: KEBIJAKAN PROGRAM • MANAJEMEN KESGILUT TERPADU : UPAYA KESEHATAN PERORANGAN kesehatan • Prevalensi LEMBAGA, gigi secara bermakna di Institusi pelayanan karies pada 6 tahun 60 % • Prevalensi karies pada PAYUNG HUKUM, STANDAR SUMBER DAYA, kesehatan usia 18th 50% • Prevalensi SARANA PRASARANA, karies aktif 30 KEGIATAN • Pelayanan Kes di Puskesmas • Pelayanan Kes di Rumah Sakit • Pelayanan Kes di RSGM • Dokter Gigi Keluarga PEMBIAYAAN • Prevalensi caries pada bumil 50 % • 20 gigi berfungsi pada usia 35-44 tahun • 20 gigi berfungsi usia > 65 tahun 31 I DIKATOR SASARAN • Terwujudnya jejaring KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN PENGUATAN SISTIM kesehatan gigi dan mulut INFORMASI, SURVEILANS, MONITORING : LAPORAN FASILITAS KESEHATAN, SWASTA DAN LITBANGKESGI LUT • Meningkatnya • Ra o drg : Kualitas pe uduk Sumber Daya • Ra o drg Pelayanan sp ialis : Kesehatan pe uduk Gigi dan • Ra i o drg Mulut :pu kesmas • Ra t o prg : pe uduk • SUMBERDAYA KESEHATAN • Pelatihan teknis dan Pendidikan berkelanjutan • Penyusunan modul TOT • OBAT DAN • Formularium PERBEKALAN KESEHATAN • Rat o prg : Obat/bahan untuk kesehatan gigi-mulut • Bahan/obat tradisional dibidang pu s esmas kesehatan gigi-mulut • Standar peralatan kedokteran gigi • Penapisan bahan obat dan alat kedokteran gigi • Meratanya KEBIJAKAN Pelayanan DAN Kesehatan Gigi dan Mulut MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN • Meningkatnya • % urid yg Kesadaran sud h dilakukan Masyarakat fiss re akan sea nt/protective Kesehatan •% gigi dan mulut perl perawatan • % urid yang sel ai urid yang per, watan • % s at gigi ma 1 kl • 800 me 32 a t di sekolah ulan apras yang apat yangilut PEMBERDAYAA N MASYARAKAT DAN KEMITRAAN • Standar bahan dan obat di pelayanan gigi-mulut • Rencana kegiatan lima tahun kes • Mengintegrasikan PROMOSI KESEHATAN promosi kesehatan DAN gigi dan mulut PEMBERDAYAAN kedalam program MASYARAKAT prilaku hidup bersih dan sehat. SASARAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN •Promosi gaya hidup • 80% SDIMI sehat dan mengurangi mendapat faktor resiko penyakit gigi dan mulut (yang disebabkan oleh • yangilut • 80% Usila mendapat prilaku, status sosial • yangilut ekonomi, keturunan dll •Promosi media audiovisual: leaflet, • 80% Ibu hamil • mendapat yangilut poster, mis; hubungan penyakit periodontal dengan diabetes, kanker mulut, faktor UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT resiko tembakau dll •Program Kesehatan gigi dan mulut di Sekolah (anak prasekolah, anak sekolah, remaja) •Program Kes di masyarakat: • Wanita hamil • Balita • Usia lanjut • Terlindunginya • % Drg yang melakukan UP masyakat dibidang • CBL yang kesehatan gigi dan mulut PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, PENURUNAN ditangani 100% • %Bayi Baru lahir PREVALENSI PENYAKIT GIG[ dgn CBL • % penderita CBL • % Penderita ODHA yg MULUT (PROGRAM UPAYA KESEHATAN? • LINGKUNGAN SEHAT • Tersedianya air bersih dan fasilitas sanitasi • Program fluoridasi air minum • PENCEGAHAN DAN PEMBERANTA SAN PENYAKIT Kontrol Infeksi Penyakit Gigi dan Mulut Pengendalian Faktor- mempunyai STATUS faktor Resiko penyakit manifestasi di RM KESGILUT DAN FAKTOR RISIKO - INTEGRATED gigi dan mulut Penatalaksanaan Penyakit Menular HEALTH yang bermanifestasi APPROACH) dirongga mulut. Penatalaksanaan penyakit kronis (jantung, diabetes, paru-paru, ginjal, dan lain lain) yang berhubungan dengan penyakit gigi dan mulut 33 SASARAN I DIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN Penatalaksanaan Oral Cancer dan lesi di mukosa mulut di Pelayanan kesehatan gigi. Program pencegahan penyakit gigi dan mulut yang berkaitan dengan HIV dan AIDS Surveilance Kesehatan Gigi dan Mulut • PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT • PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 34 Pola Makan yang baik untuk memelihara kesehatan gigi can mulut. Pengembangan Teknologi Tepat guna BAB V PENYELENGGARAAN DAN PENILAIAN V.1 Penyelenggaraan 1. Penyelenggara adalah semua unit struktural Kementerian Kesehatan, termasuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Penyelenggara Kebijakan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut memerlukan komitmen yang tinggi dan dukungan serta kerjasama yang baik antara para pelakunya, yang ditunjang oleh tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance). 2. Penyelengaraan Kebijakan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulutdilakukan melalui sikius perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban. 3. Dalam pelaksanaan program-program pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan akan mengutamakan kegiatan pembangunan kesehatan pada upaya kesehatan promotif dan preventif, yang dilaksanakan secara serasi dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. V.2 Penilaian 1. PenilaianKebijakanPelayananKesehatangigidanmulutbertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. 2. Agar penilaian Kebijakan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu dikembangkan sistem pelaporan pelaksanaan, yang dipadukan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan. Untuk mengetahui keberhasilan program di dalam rencana strategi pelayanan kesehatan gigi diperlukan penyelenggaraan dan penilaian. Sebagai alat ukur dalam proses pengawasan, pengendalian dan penilaian digunakan berbagai indikator kinerja yang diuraikan secara terperinci. 35 BAB VI PENUTUP Kebijakan elayanan Kesehatan gigi dan mulut dibuat dalam rangka menunjang ter painya tujuan yang ingin dicapai pada Rencana Strategi Kementerian Ke ehatan, serta untuk dapat menjawab dan memfokuskan upaya Kement rian Kesehatan terhadap tantangan pembangunan kesehatan yang akin kompleks. Kebijakan elayanan kesehatan gigi dan mulut ini, diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya kesehata gigi dan mulut dalam kurun waktu lima tahunan bagi pusat dan daer h, serta dapat mendorong dalam pelaksanaan kebijakan desentralisasi bi ang kesehatan di daerah. Kebijakan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut i i disusun sedemikian rupa sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur d in dipergunakan sebagai bahan penyusunan rencana program dan ke iatan selanjutnya. Kepada se ua pihak yang terlibat dalam penyusunan Kebijakan Pelayanan Kese atan gigi dan mulut ini diucapkan penghargaan yang setinggi-tinggin a dan semoga upaya yang akan dilaksanakan dapat Iebih terarah, fokus clan terukur. Selanjutny Kebijakan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut ini hanya dapat dilaksana an dan tercapai tujuannya, bila dengan dedikasi dan kerja keras, terutama semua aparatur kesehatan di lingkungan pusat, provinsi dan kabupaten/ ota dan membawa manfaat bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. 36