UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OPTIMASI

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OPTIMASI DAYA DAN WAKTU IRADIASI MICROWAVE PADA
REAKSI KONDENSASI SENYAWA ETIL p-METOKSISINAMAT
DENGAN ASETON
SKRIPSI
GHILMAN DHARMAWAN
NIM: 1112102000088
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OPTIMASI DAYA DAN WAKTU IRADIASI MICROWAVE
PADA REAKSI KONDENSASI SENYAWA ETIL pMETOKSISINAMAT DENGAN ASETON
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
GHILMAN DHARMAWAN
NIM: 1112102000088
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
AGUSTUS 2016
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri,
Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Nama
: Ghilman Dharmawan
NIM
: 1112102000088
Tanda Tangan
:
Tanggal
: Agustus 2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
NIM
Program Studi
Judul Proposal
: Ghilman Dharmawan
: 1112102000088
: Strata-1Farmasi
: Optimasi Daya dan Waktu Iradiasi Microwave pada
Reaksi Kondensasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
dengan Aseton
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Ismarni Komala Ph.D., Apt.
NIP. 197806302006042001
Dr. Nurmeilis M. Si., Apt.
NIP. 197404302005012003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmeilis M. Si., Apt.
NIP. 197404302005012003
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama
: Ghilman Dharmawan
NIM
: 1112102000088
Program Studi
: Strata-1 Farmasi
Judul Skripsi
: Optimasi Daya dan Waktu Iradiasi Microwave pada
Reaksi Kondensasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
dengan Aseton
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1
: Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt.
(
)
Pembimbing 2
: Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt.
(
)
Penguji 1
: Lina Elfita, M.Si., Apt.
(
)
Penguji 2
: Putri Amelia, M.Farm., Apt.
(
)
Ditetapkan di
: Ciputat
Tanggal
: Agustus 2016
iv
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul Skripsi
: Ghilman Dharmawan
: Strata-1 Farmasi
: Optimasi Daya dan Waktu Iradiasi Microwave Reaksi
Kondensasi Senyawa Etil p-metoksisinamat dengan
Aseton
Etil p-metoksisinamat (EPMS) diisolasi dari kencur (Kaemferia galanga Linn.)
melaui maserasi menggunakan n-heksan menghasilkan rendemen sebesar 5,1%.
EPMS merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas
antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal daya dan
waktu iradiasi microwave pada reaksi kondensasi EPMS dengan aseton. Reaksi
kondensasi EPMS dilakukan melaui 3 tahap. Pertama, hidrolisis EPMS dengan
katalis basa menghasilkan asam p-metoksisinamat (APMS) dengan rendemen
82.3%. Kedua, oksidasi APMS menggunakan kalsium nitrat menghasilkan 4metoksi benzaldehid dengan rendemen 7,9%. Ketiga, kondensasi 4-metoksi
benzaldehid dengan aseton menghasilkan 4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one
dengan rendemen 67,33%. Kondisi iradiasi microwave yang optimal pada reaksi
kondensasi EPMS didapatkan pada daya 600 W dan selama 20 menit.
Kata Kunci
: Etil p-metoksisinamat,
optimasi, aseton
v
kondensasi,
hidrolisis,
oksidasi,
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Ghilman Dharmawan
: Bachelor of Pharmacy
: Optimization of power and time of microwave iradiation
for Condensation Reaction Ethyl p-methoxycinnamate
with Aceton
Ethyl p-methoxycinnamate (EPMC) isolated from kencur (Kaemferia galanga
Linn.) by maseration using n-hexane with 5.1 % yield. EPMS is secondary
metabolites which have anti-inflamatory activity. This study aims to determine the
optimal condition of power and time of microwave iradiation for condensation
reaction ethyl p-methoxycinnamate with aceton. EPMS condensation reaction is
done through three stages. First, base catalized hydrolysis produces pmethoxycinnamic acid (PMCA) in 82.3% yield. Second, PMCA oxidation using
calcium nitrate produces 4-methoxy benzaldehid in 7.9% yield. Third,
condensation 4-metoksi benzaldehid using aceton produces 4-(4methoxyphenyl)but-3-en-2-one in 67.33% yield. Conditions of microwave
irradiation are optimal for condentation reaction EPMS with aceton obtained at
the power of 600 W and for 20 minutes.
Keywords
: Ethyl p-methoxycinnamate, condentation, hydrolysis,
oxidation, optimization, aceton.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan
segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Optimasi Daya dan Waktu Iradiasi Microwave Reaksi
Kondensasi Senyawa Etil p-metoksisinamat dengan Aseton”. Shalawat dan salam
senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, teladan bagi
umat manusia dalam menjalani kehidupan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir
guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selesainya penelitian ini dan panyusunan skripsi in tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya, khususnya
kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Ismiarni Komala, Ph.D., Apt. Sebagai Pembimbing I dan Ibu Dr.
Nurmeilis, M.Si., Apt. sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,
nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi.
3.
Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4.
Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Univesitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, atas
ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.
5.
Kedua orang tua, ayahanda Ruswan dan Ibunda Nurul Khotimah yang selalu
memberikan kasih sayang, doa yang tak pernah teputus dan dukungan baik
moril maupun materil. Tak ada satu hal pun di dunia ini yang dapat membalas
semua kebaikan, cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan.
vii
6.
Kepada adikku tercinta, Naufal Dharmawan yang selalu memberikan
semangat dan doa hingga penelitian ini berjalan dengan lancar.
7.
Teman-teman “Kingdom EPMS” seperjuangan Beny, Thantowi, Nufus,
Mutia, Conny, Nita, Rifatul, Windi, Ani, dan Elsa yang telah banyak memberi
bantuan baik tenaga, waktu dan semangat.
8.
Teman-teman “Kontrakan Ceria” Okin, Thantowi, Adia, Galih, Boy, Santo,
Ivan, Gunawan, Irham, dan Brendi yang senantiasa memberi motivasi
tersendiri untuk menyelesaikan skripsi ini.
9.
Anis Khilyatul Auliya yang menjadi teman berbagi suka, duka, dan semangat
selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
10. Dan tak lupa teman-teman Program Studi Farmasi Angkatan 2012 yang telah
memberi
semangat,
kerja
sama
dan
kebersamaan
dalam
berjuang
menyelesaikan skripsi ini.
11. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya, dan ilmu kefarmasian pada khususnya. Akhir kata,
penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu penulisan dalam penelitian ini.
Ciputat,
Agustus 2016
Penulis
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta,saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Ghilman Dharmawan
NIM
: 1112102000088
Program Studi
: Strata-1 Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul:
OPTIMASI DAYA DAN WAKTU IRADIASI MICROWAVE REAKSI
KONDENSASI SENYAWA ETIL P-METOKSISINAMAT DENGAN
ASETON
Untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain, yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya:
Dibuat di
: Ciputat
Pada Tanggal
: Agustus 2016
Yang Menyatakan:
(Ghilman Dharmawan)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1. Tumbuhan Kencur ..................................................................................... 4
2.1.1. Klasifikasi ........................................................................................... 4
2.1.2. Kandungan Kimia Kaemferia galanga Linn ...................................... 5
2.2. Senyawa Etil p-metoksisinamat (EPMS)................................................... 5
2.3. Aseton ........................................................................................................ 7
2.4. Natriun Hidroksida .................................................................................... 7
2.5. Reaksi Kondensasi ..................................................................................... 8
2.6. Iradiasi Microwave .................................................................................... 8
2.6.1. Mekanisme Reaksi Secara Polarisasi Dipolar dalam Iradiasi Microwave
............................................................................................................ 9
2.6.2. Mekanisme Reaksi Secara Konduksi dalam Iradiasi Microwave.... 9
2.6.3. Pengaruh Iradiasi Microwave terhadap Laju Reaksi ......................... 10
2.7. Identifikasi ................................................................................................. 10
2.7.1. Kromatografi ...................................................................................... 10
a. Kromatografi Lapis Tipis ................................................................... 11
b. Kromatografi Kolom .......................................................................... 12
c. Kromatografi Gas ............................................................................... 13
2.7.2. Spektrofotometri ................................................................................. 14
a. Spektrofotometri UV-VIS............................................................... 14
b. Spektrofotometri FTIR (Fourier Transform Infra Red) .................. 15
c. Spektrofotometri Resonansi Magnetik ........................................... 16
x
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................
3.1. Tempat dan waktu penelitian .....................................................................
3.1.1. Tempat ................................................................................................
3.1.2. Waktu .................................................................................................
3.2. Alat dan Bahan ..........................................................................................
3.2.1. Alat .....................................................................................................
3.2.2. Bahan ..................................................................................................
3.3. Prosedur Penelitian ....................................................................................
3.3.1. Preparasi Sampel ................................................................................
a. Pengambilan Sampel ..........................................................................
b. Determinasi Tumbuhan ......................................................................
c. Penyiapan Bahan untuk Ekstraksi ......................................................
d. Isolasi Etil p-metoksisinamat .............................................................
3.3.2. Modifikasi Senyawa Etil p-metoksisinamat .......................................
a. Hidrolisis Etil p-metoksisinamat ........................................................
b. Pembentukan senyawa Aldehid melalui reaksi Oksidasi ...................
c. Reaksi Kondensasi Senyawa Aldehid ................................................
3.3.3. Pemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif ....................
a. Pembuatan Plat KLT Preparatif ..........................................................
b. Pemurnian Senyawa Hasil Reaksi ......................................................
3.3.4. Identifikasi Senyawa...........................................................................
a. Identifikasi Organoleptis ....................................................................
b. Pengukuran Titik Leleh ......................................................................
c. Identifikasi Senyawa Menggunakan GCMS ......................................
d. Identifikasi Senyawa Menggunakan 1H-NMR ...................................
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
4.1. Tumbuhan Kencur .....................................................................................
4.1.1. Hasil Determinasi ...............................................................................
4.1.2. Pembuatan Serbuk Simplisia ..............................................................
4.1.3. Isolasi Senyawa Etil p-metoksisinamat ..............................................
4.2. Modifikasi Struktur Etil p-metoksisinamat ...............................................
4.2.1. Reaksi Hidrolisis Etil p-metoksisinmat ..............................................
4.2.2. Pembentukan Senyawa Aldehid melalui Oksidari Alkena .................
4.2.3. Reaksi Kondensasi Senyawa Akdehid Hasil Oksidasi .......................
4.3. Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi ......................................................
4.3.1. Senyawa Hasil Hidroisis Etil p-metoksisinamat ................................
4.3.2. Senyawa Aldehid ................................................................................
4.3.3. Senyawa Hasil Kondensasi .................................................................
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
5.1. Kesimpulan ...............................................................................................
5.2. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................
xi
18
18
18
18
18
18
18
19
19
19
19
19
19
20
20
20
21
22
22
22
22
22
22
22
23
24
24
24
24
25
26
26
28
29
31
31
32
34
39
39
39
40
44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Rimpang Kencur ....................................................................... 4
Etil p-metoksisinamat................................................................ 5
Jalur asam sikimat dalam biosintesa fenil propanoid untuk
menghasilkan etil p-metoksisinamat ......................................... 6
Atom hidrogen alfa pada aseton ................................................ 7
Reaksi umum kondensasi aldol ................................................. 8
Peegerakan molekul dipolar teradiasi microwave ..................... 9
Skema kromatografi lapis tipis.................................................. 12
Rimpang kencur ....................................................................... 24
Serbuk kering simplisia kencur ................................................. 25
KLT senyawa etil p-metoksisinamat......................................... 26
Mekanisme reaksi hidrolisis EPMS .......................................... 27
Pola spot KLT hasil reaksi hidrolisis ........................................ 27
Mekanisme reaksi oksidasi alkena ............................................ 28
Optimasi waktu reaksi kondensasi ............................................ 29
Mekanisme reaksi kondensasi ................................................... 30
Identifikasi senyawa modifikasi dengan KLT .......................... 31
Fragmentasi MS senyawa hasil hidrolisis ................................. 32
Struktur asam p-metoksisinamat .............................................. 32
Pola KLT senyawa aldehid hasil reaksi nitrasi APMS ............ 33
Fragmentasi MS senyawa 4-metoksi benzaldehid ................... 34
Fragmentasi massa GCMS senyawa hasil kondensasi .............. 34
Spektrum GCMS senyawa hasil kondensasi ............................. 35
Fragmentasi MS senyawa hasil kondensasi .............................. 35
(a) Etil p-metoksisinamat .......................................................... 36
(b) 4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one ................................... 36
Spektrum 1H-NMR senyawa hasil kondensasi ......................... 37
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Kondisi optimasi reaksi kondensasi ............................................... 21
Data pergeseran kimia (δ) spektrum 1H-NMR senyawa A (CDCl3,
500 MHz) ....................................................................................... 36
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Kerangka Penelitian.....................................................................
Determinasi Tanaman Kencur .....................................................
Skema Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur ................................
Skema Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi............................
Alur Kerja Reaksi Kondensasi ....................................................
Alat dan Bahan Penelitian ...........................................................
Perhitungan Reaksi ......................................................................
Gambar Senyawa .........................................................................
Spektrum GCMS Asam p-metoksisinamat .................................
Spektrum GCMS Senyawa Aldehid ............................................
Spektrum GCMS Senyawa Hasil Kondensasi .............................
Spektrum 1H NMR Senyawa Hasil Kondensasi ..........................
xiv
44
45
46
47
48
59
52
54
55
56
57
58
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki
kekayaan alam melimpah meliputi berbagai jenis tumbuhan dan sumber daya
alam lain. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 sampai dengan 150 famili
tumbuh-tumbuhan, dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai
potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, tanaman buah-buahan,
tanaman rempah-rempah dan tanaman obat-obatan (Nasution, 1992).
Kencur (Kaemferia galanga L.) merupakan salah satu tumbuhan yang
dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai nilai
ekonomis cukup tinggi (Rostiana et al., 2003). Kencur termasuk ke dalam
family Zingiberaceae dan merupakan tanaman asli india yang penyebarannya
sudah mamasuki kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Rimpang
Kencur secara empiris telah dimanfaatkan dalam mengobati berbagai
penyakit seperti radang lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi,
masuk angin, sakit kepala, batuk, memperlancar haid, mata pegal, keseleo,
diare, menghilangkan darah kotor dan mengusir lelah (Al-Fattah, 2011).
Aroonrerk dan Kamkaen (2009) melaporkan bahwa efek anti-inflamasi
dengan penghambatan IL-6 diproduksi oleh tanaman ini. Selain itu, efek
farmakologi lain seperti relaksan otot polos dan vasorelaksan juga dilaporkan
(Mustafa et al., 1996; Othman et al., 2006). Minyak atsiri yang diperoleh dari
tanaman ini memiliki aktivitas terhadap bakteri dan fungi (Tewtrakul et al.,
2005).
Etil
p-metoksisinamat
merupakan
senyawa
metabolit
sekunder
terbanyak yang dihasilkan oleh tanaman kencur. Menurut Umar et.al. (2012)
kandungan dari ekstrak Kaemferia galanga L. diantaranya adalah etil pmetoksisinamat (80,05%), β-sitosterol (9,88%), asam propionat (4,71%),
pentadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81%), dan 1,21-docosadiene
(1,47%).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Etil p-metoksisinamat berperan penting terhadap aktivitas antiinflamasi
yang dimiliki oleh tanaman kencur. Dalam studi in vitro, etil pmetoksisinamat secara non-selektif mampu menghambat aktivitas COX-1 dan
COX-2, dengan masing-masing nilai IC50 1,12 µM dan 0,83 µM. Hasil ini
memvalidasi
aktivitas
antiinflamasi
kencur
yang
dihasilkan
oleh
penghambatan COX-1 dan COX-2 (Umar et al., 2012).
Modifikasi etil p-metoksisinamat dewasa ini mulai menjadi perhatian
para ahli kimia medisinal (Mufidah, 2014). Modifikasi struktur dari etil pmetoksisinamat yang telah dilakukan antara lain melalui proses amidasi,
hidrolisis, transesterifikasi, degradasi sinamat, reduksi, amidasi dengan
dietanolamin, sintesis menjadi turunan thiourea, sintesis menjadi pmetoksistiril keton, serta dimetilasi (Riyanto, 1986; Barus, 2009; Bangun,
2011; Ekowati, 2012; Hadi, 2014; Mufidah, 2014; Omar et al, 2014).
Untuk memperkaya referensi mengenai modifikasi struktur senyawa etil
p-metoksisinamat, maka dilakukan penelitian mengenai optimasi pengaruh
perbedaan daya dan lama waktu iradiasi micowave pada reaksi kondensasi
senyawa tersebut.
Pada hubungan struktur aktivitas AINS turunan asam arilasetat,
dinyatakan
bahwa
pengurangan
atau
penambahan
atom
C
dapat
mempengaruhi aktivitas antiinflamasi (Siswandono, 2000). Menurut Mufidah
(2014) perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang bagaimana efek
antiinflamasi ketika dilakukan penambahan C pada gugus ester untuk
mengeksplorasi lebih dalam tentang efektifitas gugus ester pada aktivitas
antiinflamasi. Berdasarkan hal tersebut, ada potensi besar ketika dilakukan
modifikasi atom C pada gugus ester etil p-metoksisinamat dalam aktivitas
senyawa tersebut sebagai antiinflamasi.
Reaksi kondensasi dilakukan dengan bantuan iradiasi microwave.
Reaksi dengan bantuan iradiasi microwave ini memiliki kelebihan seperti
produk yang lebih bersih dengan waktu reaksi yang cepat dan hasil yang lebih
baik daripada metode konvensional (Bhuiyan, 2011). Selain itu, jumlah
pelarut, produk dan reagen dapat diminimalisir dengan bantuan pemanasan
microwave. Keuntungan tersebut dianggap berasal dari efek termal dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
tergantung pada bebrapa faktor (tekanan, suhu, waktu, dan pelarut yang
digunakan) (Koca et al, 2015). Berdasarkan faktor-faktor tersebut, proses
optimasi dirasa perlu untuk menentukan kondisi yang sesuai untuk reaksi
kondesasi senyawa etil p-metoksisinamat melaui iradiasi microwave.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi optimal daya dan waktu iradiasi microwave kondensasi
senyawa etil p-metoksisinamat dengan aseton?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Melakukan optimasi reaksi kondensasi senyawa etil p-metoksisinamat
dengan aseton melalui reaksi iradiasi microwave.
b. Melakukan purifikasi senyawa hasil modifikasi etil p-metoksisinamat
melaui reaksi kondensasi dengan aseton.
c. Melakukan
elusidasi
struktur
senyawa
hasil
modifikasi
etil
p-
metoksisinamat melaui reaksi kondensasi dengan aseton.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru mengenai
proses modifikasi senyawa etil p-metoksisinamat melalui reaksi kondensasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Kencur
Kencur (Kaemferia galanga Linn.) sudah sejak lama dikenal dan
ditanam di Indonesia. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah Asia
Tropika. Sebagian kalangan menduga bahwa asal usul kencur adalah dari
kawasan Indo-Malaysia. Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa
keluarga Zingiberaceae ini merupakan salah satu jenis temu-temuan yang
dipakai dalam obat tradisional (Rukmana, 1994).
Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan
tanah, panjang daun 10-12 cm dengan lebar 8-10 cm berdaging agak tebal,
mudah patah, berbentuk elips, melebar atau bundar (Backer C.A., 1986).
Rimpangnya kokoh bercabang banyak, rapat seperti umbi, tidak berserat dan
berdiameter sampai 1,5 cm, kulit rimpang berwarna cokelat mengkilap, licin
dan tipis sedangkan bagian dalam berwarna putih berair dengan aroma yang
tajam (Afriastini, 2002).
Gambar 2.1 Rimpang Kencur
(Sumber: Koleksi pribadi)
2.1.1 Klasifikasi (USDA)
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Traecheobionta
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
Kelas
: Liliopsida
Sub Kelas
: Commenlinidae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Kaemferia
Species
: Kaemferia galanga Linn.
2.1.2 Kandungan Kimia Kaemferia galanga Linn.
Kaemferia galanga Linn. Mempunyai kandungan kimia salah
satunya minyak atsiri, yang terdiri atas etil p-metoksisinamat (80,05%),
beta-sitosterol (9,88%), asam propionat (4,71%), pentadekan (2,08%),
asam tridekanoat (1,81%) dan 1,21-docosadiene (1,47%) (Umar et al.
2012). Selain itu pada penelitian Tewtrakul et al. juga disebutkan bahwa
terdapat kandungan α-pinen, kamphen, karvon, benzen, eukliptol,
borneol dan metil sinamat.
2.2. Senyawa Etil p-metoksisinamat (EPMS)
Asam sinamat memiliki berbagai aktivitas biologis, antara lain
antibakteri, anestetik, antiinflamasi, antispasmodik, antimutagenik, fungisida,
herbisida serta penghambat enzim tirokinase. Salah satu turunan asam
sinamat yang terdapat di alam ialah etil p-metoksisinamat yang terdapat
dalam rimpang kencur (Kaemferia galanga) (Hartanti dan Setiawan, 2009).
Gambar 2.2 etil p-metoksisinamat (PubChem)
Etil
p-metoksisinamat
termasuk
kedalam
senyawa
ester
yang
mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat non polar dan
juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai
variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksan (Barus,
2009).
Etil p-metoksisinamat merupakan turunan sinamat yang biosintesanya
termasuk jalur sikimat. Pembentukan asam sikimat dimulai dengan
kondensasi
aldol
antara
suatu
tetrosa,
yakni
eritrosa
dan
asam
fosfoenolpiruvat. Pada kondensasi ini, gugus metilen C=CH2 dari asam
fosfoenolpiruvat berlaku sebagai nukleofil dan beradiasi dengan gugus
karbonil C=O dari eritrosa, menghasilkan suatu gula yang terdiri dari 7 atom
karbon. Selanjutnya, reaksi yang analog (intramolekuler) menghasilkan 5dehidrokuinat yang mempunyai lingkar sikloheksana, yang kemudian diubah
menjadi asam sikimat. Reaksi pararel yang sejenis terhadap tirosin yang
mempunyai tingkat oksidasi yang lebih tinggi menghasilkan asam p-kumarat.
(Bangun, 2011).
Gambar 2.3 Jalur asam sikimat dalam biosintesa fenil propanoid untuk
menghasilkan etil p-metoksisinamat (Bangun, 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.3. Aseton
Rumus molekul
: C3H6O
Berat molekul
: 58.08 gram/mol
Titik didih pada 760 mmHg
: 56,05 oC
Titik beku
: -94,7 oC
Densitas pada 20 oC
: 0,7845 g/ml
Viskositas pada 20 oC
: 0,32 cP
Kelarutan
: Larut dalam benzena, air, alkohol,
kloroform.
Aseton memiliki 6 hidrogen yang berposisi α. Hidrogen yang berposisi
α mudah disingkirkan oleh suatu basa kuat sehingga membentuk ion enolat
yang stabil karena pengaruh resonansi. Ion enolat ini dapat digunakan sebagai
nukleofil dalam reaksi organik (Setiadi, 2008).
Gambar 2.4 Atom hidrogen alfa pada aseton
2.4. Natrium Hidroksida
Sifat fisika kimia natrium hidroksida (PubChem) :
Rumus molekul
: NaOH
Berat molekul
: 39,992509 g/mol
Organoleptis
: Padatan putih, bersifat higroskopik
Titik didih
: 1388 oC
Titik leleh
: 323 oC
Kelarutan
: Larut dalam alkohol, air dan gliserol
Stabilitas
: Mudah teroksidasi ketika terpapar karbon
dioksida di udara
Natrium hidroksida (NaOH) sebagai basa lemah digunakan dalam
reaksi kondensasi claisen sebagai katalis. Basa akan membantu pembentukan
enolat dari suatu karbonil.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
2.5. Reaksi Kondensasi
Reaksi kondensasi karbonil adalah salah satu dari reaksi yang paling
banyak diterapkan dalam kimia organik. Reaksi ini dapat digunakan pada
segala macam senyawa karbonil, termasuk aldehida, keton, ester, amida, ester
thiol, dan nitril (Daley, 2005).
Dalam reaksi kondensasi, dua atau kadang lebih senyawa bergabung
membentuk senyawa baru (Daley, 2005). Manfaat besar dari kondensasi
karbonil adalah bahwa mereka adalah salah satu metode umum untuk
membentuk ikatan antar atom karbon, dan memungkinkan untuk membentuk
senyawa yang lebih besar (McMurry, 2008).
Salah satu metode kondensasi yang sering digunakan adalah metode
kondensasi aldol. Dalam sebuah kondensasi aldol, reaksi suatu enol dan
enolat dari aldehida atau keton bereaksi dengan aldehida atau keton kedua
membentuk ikatan karbon-karbon baru. Reaksi aldol membutuhkan sebuah
aldehid atau keton yang mengandung setidaknya satu α-hidrogen. Atom αhidrogen dibutuhkan untuk pembentukan gugus enol dan enolat (Jones,
2010).
Dalam reaksi yang dikatalisasi oleh basa, atom α-hidrogen yang bersifat
asam akan terdeprotonisasi oleh basa membentuk enolat. Enolat bersifat
nukleofilik akan bereaksi dengan karbonil yang bersifat elektrofilik dari
aldehida atau keton.
Gambar 2.5 Reaksi umum kondensasi aldol (Jones, 2010)
2.6. Iradiasi Microwave
Gelombang mikro adalah radiasi elektromagnetik yang terletak
diantara frekuensi radiasi inframerah dan radio, dengan panjang gelombang
mulai dari 1 mm hingga 1 m, frekuensinya mulai dari 300 MHz hingga 300
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
GHz (Bogdal, 2005; Loupy, 2006). Radiasi gelombang mikro merupakan
radiasi nonionisasi yang dapat memutuskan suatu ikatan sehingga
mengasilkan energi yang dimanifestasikan dalam bentuk panas melalui
interaksi antara zat dengan medium. Energi tersebut direfleksikan,
ditransmisikan atau diabsorbsikan (Varma, 2011).
2.6.1. Mekanisme Reaksi Secara Polarisasi Dipolar dalam Iradiasi
Microwave
Prinsip dari mekanisme ini adalah terjadinya polarisasi dipolar
sebagai akibat adanya interaksi dipol-dipol antara molekul-molekul polar
ketika diradiasikan dengan microwave. Dipol tersebut sangat sensitif
terhadap medan listrik yang berasal dari luar sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya rotasi pada molekul tersebut sehingga
menghasilkan sejumlah energi (Lidstrom et al, 2001). Energi yang
dihasilkan pada proses tersebut adalah energi kalor sehingga hal tersebut
dikenal dengan istilah efek termal (pemanasan dielektrik) (Perreux,
2001). Ilustrasi pergerakan molekul dalam mekanisme polarisasi dipolar
saat diberi radiasi microwave dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Pergerakan molekul dipolar teradiasi microwave
(Kingdom, 1998)
Molekul-molekul yang dapat dipanaskan dengan gelombang micro
adalah molekul-molekul yang bersifat polar, karena pada molekulmolekul yang bersifat non-polar tidak akan terjadi interaksi dipol-dipol
antara molekulnya. Molekul-molekul non-polar tersebut bersifat inert
terhadap gelombang mikro dielektrik (Perreux, 2001).
2.6.2. Mekanisme Reaksi Secara Konduksi dalam Iradiasi Microwave
Mekanisme secara konduksi dapat terjadi pada larutan-larutan yang
mengandung ion. Bila suatu larutan mengandung suatu partikel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
bermuatan atau ion yang berkaitan dengan suatu medan listrik maka ionion tersebut akan bergerak. Pergerakan tersebut akan menyebabkan
terjadinya peningkatan kecepatan dari tumbukan antar molekul sehingga
akan merubah energi kinetik menjadi energi kalor (Kingston, 1988).
2.6.3. Pengaruh Iradiasi Microwave terhadap Laju Reaksi
Ketergantungan konstanta laju reaksi (k) terhadap suhu dapat
dinyatakan dengan persamaan Arrhenius:
K= Ae-Ea/RT
Ea adalah energi aktivasi dari suatu reaksi (dalam kiloJoule per
mol), R adalah konstanta gas (8,314 J/Kmol), T adalah suhu mutlak, dan
e adalah basis dari skala logaritma. Besaran A menyatakan frekuensi
tumbukan dan dinamakan faktor frekuensi. Faktor ini dapat dianggap
sebagai konstanta untuk sistem reaksi tertentudalam kisaran suhu yang
cukup (Chang, 2005).
Microwave dapat menginduksi kenaikan vibrasi suatu molekul
sehingga berpengaruh terhadap faktor A pada persaman diatas
(Lindstrom et al, 2001). Kenaikan nilai A akibat kenaikan vibrasi suatu
molekul berbanding lurus dengan nilai K, sehingga K pun juga
meningkat (Reza, 2015). Kenaikan nilai K berarti bahwa laju reaksi
mengalami peningkatan.
2.7. Identifikasi
2.7.1. Kromatografi
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan
paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat
dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik analisis kualitatif atau
kuantitatif. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang
menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase)
(Gandjar dan Rohman, 2007).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat terbagi
atas: kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi cair
kinerja tinggi, dan kromatografi gas (Gandjar dan Rohman, 2007).
a. Kromatografi Lapis Tipis
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis
tipis adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis obat di
laboratorium farmasi, metode ini hanya memerlukan investasi kecil
untuk perlengkapan dan menggunakan waktu yang singkat untuk
analisis (15-60 menit), memerlukan jumlah cuplikan yang sangat
sedikit (kira-kira 0,1 g) (Stahl Egon dalam Khirunni’mah, 2012).
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap
berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin
kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi
dan resolusinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih
sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya
sebentar. Sistem yang paling sederhana adalah campuran dua pelarut
organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Menurut Farmakope Indonesia IV, tatalaksana identifikasi
senyawa dengan KLT adalah sebagai berikut: totolkan larutan uji dan
larutan baku menurut cara yang tertera pada masing-masing
monografi dengan jarak antara lebih kurang 1,5 cm dan lebih kurang 2
cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering (tepi bawah
lempeng adalah bagian lempeng yang pertama kali dilalui oleh alat
saat membuat lapisan pada waktu melapiskan zat penjerap). Beri tanda
pada jarak 10 hingga 15 cm diatas titik penotolan. Tempatkan
lempeng pada rak penyangga hingga tempat penotolan terletak di
sebelah bawah, dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
Pelarut dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap
tetapi titik penotolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup bejana
pada tempatnya dan biarkan sistem hingga pelarut merambat 10 cm
hingga 15 cm di atas titik penotolan, umumnya diperlukan waktu lebih
kurang 15 menit hingga 1 jam. Keluarkan lempeng dari bejana di
udara dan amati bercak mula-mula dengan cahaya ultraviolet
gelombang pendek (254 nm) dan kemudian dengan cahaya ultraviolet
gelombang panjang (365 nm). Ukur dan catat jarak tiap bercak yang
diamati. Tentukan harga Rf untuk bercak utama. Jika diperlukan,
semprot bercak dengan pereaksi tertentu, amati dan bandingkan
kromatogram zat uji dengan kromatogram baku pembanding
(Deparemen Kesehatan, 1995).
Gambar 2.7 Skema Kromatografi Lapis Tipis (Mufidah, 2014)
b. Kromatografi Kolom
Alat-alat yang diperlukan untuk kromatografi kolom sangat
sederhana, terdiri dari tabung kromatografi dan sebuah batang
pemampat yang diperlukan untuk memadatkan wol kaca atau kapas
pada dasar tabung jika diperlukan, serta untuk memadatkan zat
penjerap atau campuran zat penjerap dan air secara merata di dalam
tabung. Kadang-kadang digunakan cakram kaca berpori yag melekat
pada dasar tabung untuk menyangga isinya. Tabung berbentuk silinder
dan terbuat dari kaca, kecuali bila dalam monografi, disebutkan
terbuat dari bahan lain. Sebuah tabung mengalir dengan diameter yang
lebih kecil untuk mengeluarkan cairan yang menyatu dengan tabung
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
atau disambung melalui sambungan anti bocor pada ujung bawah
tabung utama (Departemen kesehatan, 1995).
Ukuran kolom bervariasi; kolom yang umum digunakan dalam
analisis farmasi mempunyai diameter dalam antara 150 mm hingga
400 mm, tidak termasuk tabung pengalir. Tabung pengalir, umumnya
berdiameter dalam antara 3 mm hingga 6 mm, dapat dilengkapi
dengan sebuah kran untuk mengatur laju aliran elarut yang melalui
kolom dengan teliti. Batang pemampat merupakan suatu batang
silinder, melekat kuat pada sebuah tangkai yang terbuat dari plastik,
kaca, baja tahan karat, atau alumunium, kecuali bila dinyatakan lain
dalam monografi. Tangkai batang pemampat biasanya mempunyai
diameter yang lebih kecil dari kolom dan panjang minimal 5 cm
melebihi panjang efektif kolom, batang mempunyai diameter lebih
kurang 1 mm lebih kecil dari diameter dalam kolom (Departemen
kesehatan, 1995).
Zat penjerap atau fase diam (bisa berupa alumuniom oksida
yang telah diaktifkan, silika gel, tanah diatome terkalsinasi, atau tanah
silika yang dimurnikan untuk kromatografi) dalam keadaan kering
atau dalam campuran dengan air, dimampatkan ke dalam tabung
kromatografi kaca atau kuarsa. Zat uji yang dilarutkan dalam sejumlah
kecil pelarut, dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke
dalam zat penjerap. Zat berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara
kuantitatif oleh bahan penjerap berupa pita sempit pada permukaan
atas kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui kolom,
oleh gaya gravitasi atau dengan memberikan tekanan, masing-masing
zat bergerak turun dalam kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga
terjadi
pemisahan
yang
diperoleh
kromatogram
(Departemen
kesehatan, 1995).
c. Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan senyawasenyawa yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan
yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya senyawa
akan terelusi berdasarkan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi
khusus antara senyawa dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas
akan mengelusi senyawa dari ujung kolom untuk meghantarkannya ke
detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran
50-300 oC) bertujuan untuk menjamin bahwa senyawa akan menguap
dan karenanya akan cepat terelusi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita
dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap mempunyai viskositas
yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas dan
cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan
sensitivitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah
teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap (Khopkar, 2003).
2.7.2. Spektrofotometri
a. Spektrofotometri UV-VIS
Spektroskopi UV umumnya mengacu pada transisi elektronik
yang terjadi di wilayah spektrum elektromagnetik (λ di kisaran 200 –
380 nm) yang dapat diakses dengan spektrometer UV standard.
Transisi elektronik juga bertanggung jawab untuk penyerapan pada
wilayah visual (λ di kisaran 380 – 800 nm). Spektrum UV digunakan
untuk penentuan struktur yang diperoleh daam larutan (Field, 2007).
Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan
pada
hubungan
antara
berkas
radiasi
elektromagnetik
yang
ditransmisikan atau yang diabsorbsi dengan tebalnya cuplikan dengan
dari komponen penyerap. Hubungan tersebut dinyatakan dalam
hukum Lambert-Beer (Sastroamidjojo, 1985) :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
A=a.b.c
Keterangan:
a = Daya Serap ;
b = Tebal Kuvet ;
c = Konsentrasi larutan ;
A = Serapan
b. Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red)
Spektrofotometri Infra Merah merupakan alat untuk merekam
spektrum di daerah inframerah yang terdiri dari suatu sistem optik
dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik di daerah
4000 cm-1 hingga 625 cm-1 (lebih kurang 2,5 µm hinga 16 µm) dan
suatu metode untuk mengukur perbandingan intensitas perbandingan
cahaya yang ditransmisikan cahaya datang. Spektrum IR digunakan
untuk mengidentifikasi gugus fungsi (Departemen Kesehatan, 1995).
Spektroskopi FTIR memiliki banyak keunggulan dibanding
spektroskopi inframerah diantaranya yaitu lebih cepat karena
pengukuran dilakukan secara serentak (simultan), serta mekanik optik
lebih sederhana dengan sedikit komponen yang bergerak (Suseno dan
Firdausi, 2008).
Jika sinar inframerah dilewatkan melalui sampel senyawa
organik, maka terdapat sejumlah frekuensi yang diserap dan ada yang
diteruskan atau ditransmisikan tanpa diserap. Serapan cahaya oleh
molekul tergantung pada struktur elektronik dari molekul tersebut.
Molekul yang menyerap energi tersebut terjadi perubahan energi
vibrasi dan perubahan pada tingkat energi rotasi. Pada suhu kamar,
molekul senyawa organik dalam keadaan diam, setiap ikatan
mempunyai frekuensi yang karakteristik untuk terjadi vibrasi ulur
(streching vibration) dan vibrasi tekuk (bending vibration) dimana
sinar inframerah dapat diserap pada frekuensi tersebut (Suseno dan
Firdausi, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
c. Spektrofotometri Resonansi Magnetik
Spektrometri
Resonansi
Magnetik
Inti
(NuclearMagnetik
Resonance) NMR merupakan alat yang berguna pada penentuan
struktur molekul organik. Teknik ini memberikan informasi mengenai
berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul. Struktur NMR
memberikan informasi megenai lingkungan kimia atom hidrogen,
jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan
yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen (Cresswell and
Campbell, 1982).
Spektrum NMR biasanya ditentukan dari larutan substansi yang
akan dianalisis. Untuk itu pelarut yang digunakan tidak boleh
mengandung atom hidrogen karena akan mengganggu puncak
spektrum. Ada dua cara untuk mencegah gangguan oleh pelarut. Kit
dapat menggunakan pelarut seperti tetraklormetana, CCl4 yang tidak
mengandung hidrogen atau pelarut yang atom hidrogennya telah
diganti dengan isotopnya yaitu deuterium, sebagai contoh CDCl3.
Atom-atom deuterium mempunai sifat magnetik yang sedikit berbeda
dengan hidrogen, sehingga mereka akan menghasilkan puncak pada
area spektrum berbeda (Sudjadi, 1983).
Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen sebagai
berikut (Willard et al., 1988) :
1. Magnet
Merupakan suatu alat tambahan yang berguna untuk menstabilkan
medan magnet.
2. Probe sampel
Tempat meletakkan sampel dan temat terjadinya resonansi.
3. Sumber dan detektor radiasi radioaktif
Merekam perubahan magnetisasi sampel dan peluruhannya yang
disebabkan oleh pengaruh waktu.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
4. Rekorder data
Memberikan infirmasi berupa sinyal yang dikirim ke suatu komputer
untuk diproses, diakumulasi lalu ditransformasikan secara otomatis
(Atta-ur-Rahman, 1986, Willard et al., 1988).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1.
Tempat
Penelitian optimasi metode reaksi kondensasi senyawa etil pmetoksisinamat dengan aseton melalui reaksi iradiasi microwave
dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Farmakognosi
dan Fitokimia, Laboratorium Kimia Obat, dan Laboratorium Analisa
Obat dan Pangan Halal, Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
3.1.2.
Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan November 2015 sampai dengan
Agustus 2016.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1.
Alat
Spektrofotometri 1H-NMR dan 13C-NMR (500 MHz, JEOL),
spektrofotometer UV-VIS (HITACHI), vacuum rotary evaporator (SB1000 Eyela), digital water bath (SB-100 Eyela), spektrofotometri IR
(SHIMADZU),
GCMS
(AGILENT
TECHNOLOGIES),
lemari
pendingin, plat alumunium TLC silica gel 60 F254 (Merck), timbangan
analitik, statif, labu reaksi, corong, erlenmayer, labu nasu flask, gelas
piala, rak, tabung reaksi, corong pisah, chamber KLT, termometer,
blender, pipet eppendorf, mikropipet, batang pengaduk, pinset,
pengaduk magnetik, kertas saring, kapas, alumunium foil, vial, botol,
pH meter.
3.2.2.
Bahan
Senyawa
etil
p-metoksisinamat,
aseton
(Merck),
natriun
hidroksida (Merck), Silica gel 60, Silica gel GF254 (Merck). Pelarut dan
bahan pembantu lain seperti aquades, metanol, etanol, etil-asetat, nheksan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1.
Preparasi Sampel
a.
Pengambilan Sampel
Sampel kencur diperoleh dari kebun Balitro (Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat) di wilayah Bogor, Jawa Barat pada
bulan November 2015.
b. Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan kencur (Kaemferia galangan L.)
dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Bogor.
c.
Penyiapan Bahan untuk Ekstraksi
Sebanyak 55 Kg kencur dibersihkan, dicuci dengan air
mengalir, kemudian dirajang sekitar 2-3 mm. Kencur yang telah
dirajang dijemur tanpa terkena sinar matahari. Setelah kencur yang
dijemur berwarna cokelat muda lalu dihaluskan menggunakan
blender (Barus, 2009).
d. Isolasi Etil p-metoksisinamat
Serbuk simplisia kencur dimaserasi dengan menggunakan
pelarut n-heksan yang telah didestilasi dengan waktu perendaman 5
hari sambil sesekali dilakukan pengocokan. Setelah 5 hari disaring
sehingga diperoleh ampas dan filtrat. Ampas dilakukan maserasi
ulang sebanyak 4 kali hingga hasil maserasi menunjukkan warna
hampir menyerupai jernih. Seluruh filtrat hasil maserasi dipekatkan
dengan vacuum rotary evaporator. Filtrat pekat ini akan
mengendap pada suhu kamar sampai terbentuk kristal (Mufidah,
2014).
Kristal yang terbentuk pada filtrat dipisahkan dengan
penyimpanan. Kristal yang diperoleh dimurnikan menggunakan nheksan dan rekristalisasi dengan cara melarutkan kristal dalam nheksan dan beberapa tetes metanol dan kemudian dibiarkan pada
suhu kamar sehingga terbentuk kristal kembali. Kristal dipisahkan
dengan pengotornya menggunakan teknik penyaringan. Kristal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
murni dilarutkan dalam etil asetat dan dicek menggunakan KLT
dengan eluen n-heksan : etil asetat 9:1. Lalu dilakukan identifikasi
terhadap kristal yang didapat (Mufidah, 2014).
Penghitungan rendemen kristal:
% rendemen =
3.3.2.
x 100%
Modifikasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
a.
Hidrolisis Etil p-metoksisinamat
Metode hidrolisis etil p-metoksisinamat mengacu pada cara
kerja yang telah dilakukan oleh mufidah (2014) dengan modifikasi.
Sebanyak 1,5 g (0,0375 mol) NaOH dilarutkan dengan 100 mL
etanol p.a dalam gelas kimia dengan pengadukan menggunakan
pengaduk magnetik sambil dipanaskan di atas hot plate dengan
suhu 60-70 oC. Kemudian ditambahkan senyawa EPMS sebanyak 5
g (0,024 mol) ke dalamnya. Proses hidrolisis dilakukan selama 5
jam
(Aulia,
2015).
Pengecekan
reaksi
dilakukan
dengan
menggunakan KLT dengan eluen heksan-etil asetat (4:1). Hasil
reaksi dilarutkan dengan 200 mL aquades hingga larut sempurna,
kemudian ditambahkan 15% HCl untuk membentuk endapan
hingga pH filtrat mencapai 4. Setelah itu dilakukan pensyaringan
dengan kertas saring untuk mendapatkan endapan/residu tersebut.
Residu yang didapatkan merupakan hasil hidrolisis yang kemudian
dikeringanginkan.
b. Pembentukan senyawa aldehid melalui reaksi oksidasi
Asam
p-metoksisinmat
(APMS)
sebanyak
2
gram
ditambahkan 5 gram Ca(NO3)2 dan asam asetat glasial sebanyak 10
mL. Kocok-kocok sampai APMS larut dalam asam asetat glasial.
Campuran diiradiasi menggunakan microwave 300 watt selama 2
menit. Setelah reaksi dilakukan, sesegera mungkin dicampurkan ke
dalam aquades dingin dan disimpan dalam refigerator. Campuran
reaksi kemudian dipartisi menggunakan n-heksan ± 30 mL.
Lapisan n-heksan kemudian dievaporasi. Didapatkan hasil reaksi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
berupa minyak berwarna kuning. Hasil reaksi tersebut dicek
dengan KLT (Bose, 2006).
c. Reaksi Kondensasi Senyawa Aldehid
Aseton (10 mmol) dan senyawa aldehid (10 mmol)
ditambahkan dalam 50 mL larutan NaOH 5%. Campuran tersebut
ditempatkan dalam microwave yang berada di samping wadah yang
berisi es. Campuran tersebut diiradiasi menggunakan microwave
dengan kondisi daya dan waktu yang bervariasi seperti pada tabel
3.1, dengan setiap interval 10 detik dimasukkan dalam wadah es
dan kembali diiradiasi. Campuran dinetralisasi menggunakan HCl
dingin
(Shakil,
2010).
Selanjutnya
dipartisi
menggunakan
campuran aquades : etil asetat (1:1). Fase etil asetat diuapkan dan
kemudian hasil reaksi dicek menggunakan KLT.
Tabel 3.1 Kondisi Optimasi Reaksi Kondensasi
Kondisi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Daya
300 W
450 W
600 W
Waktu
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
Hasil reaksi kemudian dipartisi menggunakan aquades dan
etil asetat dengan perbandingan 1:1. Campuran tersebut akan
membentuk 2 fase yaitu fase etil asetat (atas) dan fase aquades
(bawah). Lapisan etil asetat diuapkan lalu dimurnikan dengan KLT
preparatif.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
3.3.3.
Pemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
a. Pembuatan plat KLT preparatif
Sebanyak 5 g silika GF 254 dilarutkan dalam 11 ml aquades.
Aduk sebesar hingga campuran menjadi homogen. Tuang diatas plat
kaca 10x10 cm hingga merata. Dikeringkan selama 120 menit pada
suhu ruang, kemudian diaktivasi dengan pemanasan 120oC selama
60 menit di dalam oven (Merck).
b. Pemurnian Senyawa Hasil Reaksi
Larutkan senyawa hasil modifikasi dalam etil asetat. Buat
batas atas dan batas bawah selebar 1 cm pada bagian atas dan bawah
plat KLT. Totolkan senyawa hasil modifikasi menggunakan pipa
kapiler sepanjang batas bawah plat KLT. Elusi menggunakan
campuran n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 4:1. Hasil
elusi dapat dilihat dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254
nm. Pisahkan pita hasil elusi, selanjutnya dipartisi menggunakan etil
asetat dan diuapkan.
3.3.4.
Identifikasi Senyawa
a. Identifikasi Organoleptis
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi diidentifikasi
warna, bentuk dan juga bau.
b. Pengukuran Titik Leleh
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi diidentifikasi titik
lelehnya menggunakan alat apparatus melting point.
c. Identifikasi Senyawa Menggunakan GCMS
Kolom yang digunakan adalah HP-5MS (30m x 0,25 mm ID x
0,25 µm); suhu awal 70 oC selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285
o
C. Kecepatan aliran 1,2 mL/min dengan split 1:100. Parameter
scanning dilakukan dari massa paling rendah yakni 35 sampai paling
tinggi 550 (Umar et al, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
d. Identifikasi Senyawa Menggunakan 1H-NMR dan 13C-NMR
Sedikit sampel padat (kira-kira 10 mg), kemudian dilarutkan
dalam pelarut kloroform bebas proton (khusus NMR), setelah
dilarutkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung khusus NMR
untuk dianalisis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan optimasi daya dan waktu iradiasi microwave
pada reaksi kondensasi senyawa etil p-metoksisinamat dengan aseton. Tujuan
penelitian ini yaitu melakukan optimasi metode reaksi, melakukan purifikasi
senyawa, dan melakukan elusidasi struktur modifikasi senyawa etil pmetoksisinamat.
4.1
Hasil Isolasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
4.1.1 Hasil Determinasi
Gambar 4.1 Rimpang Kencur
(Sumber: Koleksi pribadi)
Untuk memastikan kebenaran tumbuhan yang digunakan dalam
penelitian ini, maka dilakukan determinasi di Pusat Penelitian Biologi
LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel
meupakan spesies tanaman Kaemferia galanga L. Sertifikat hasil
determinasi dapat dilihat pada lampiran 2.
4.1.2 Pembuatan Serbuk Simplisia
Rimpang kencur diperoleh dari kebun Balitro (Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat) sebanyak 55 Kg. Setelah melalui rangkaian
proses pembuatan simplisia (lampiran 3) diperoleh serbuk simplisia
kencur sebanyak 7,97 Kg. Serbuk simplisia yang diperoleh berwarna
kecokelatan (Gambar 4.2)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
Gambar 4.2 Serbuk kering simplisia kencur (Kaemferia galanga L.)
(Sumber: Koleksi pribadi)
4.1.3 Isolasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
Isolasi senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan dalam berbagai
tahapan (lampiran 3). Mulai dari preparasi simplisia rimpang kencur
sebanyak 55 Kg hingga menjadi serbuk simplisia sebanyak 7,97 Kg,
ekstraksi menggunakan metode maserasi serbuk simplisia dengan nheksan, kemudian dievaporasi menggunakan vaccum rotary evaporator
dengan suhu pemanasan 45-50oC dan selanjutnya dilakukan rekristalisasi
menggunakan n-heksan dan metanol.
Proses rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan kristal etil pmetoksisinamat dalam pelarut n-heksan dan metanol secara bergantian.
Kristal etil p-metoksisinamat yang didapatkan sebanyak 409.5 gram.
Kristal yang didapat berwarna putih kemudian dilakukan identifikasi
menggunakan KLT. Eluen yang digunakan pada saat KLT adalah nheksan : etil asetat dengan perbandingan 4:1, didapatkan nilai Rf =
0,5625 seperti pada gambar 4.3.
Nilai persentase rendemen kristal:
% rendemen =
x 100 % = 5,1 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Gambar 4.3 KLT senyawa etil p-metoksisinamat
4.2
Modifikasi Struktur Etil p-metoksisinamat
Pada percobaan pendahuluan, reaksi kondensasi dilakukan langsung
pada senyawa etil p-metoksisinamat (EPMS) dengan berbagai kondisi.
Senyawa yang dihasilkan mayoritas terjadi self kondensasi antara aseton
dengan aseton, dan tidak terbentuk reaksi antara EPMS dengan aseton.
Berdasarkan percobaan pendahuluan tersebut, maka senyawa EPMS diubah
menjadi bentuk aldehid terlebih dahulu sehingga diharapkan lebih reaktif
dengan senyawa aseton. Untuk mendapatkan senyawa aldehid dari EPMS,
dilakukan 2 tahapan reaksi yaitu hidrolisis dan oksidasi.
4.2.1 Reaksi Hidrolisis Etil p-metoksisinamat
Reaksi hidrolisis dilakukan dengan NaOH sebagai katalis basa dan
etanol p.a sebagai pelarut. Mekanisme reaksi hidrolisis diinisiasi oleh
protonasi pada karbonil oksigen. Protonasi menyebabkan keadaan
terpolarisasi pada gugus karbonil melepaskan proton dari karbon
sehingga bersifat lebih elektrofolik dan akan menerima penambahan
nukleofilik OH (Larson dan Weber, 1994).
Etanol
NaOH
Stirrer 5 jam
Suhu 60 oC
HCl
NaOH
H2O
Gambar 4.4 Mekanisme Reaksi Hidrolisis EPMS
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Proses hidrolisis dilakukan menggunakan metode penelitian Aulia
(2015). NaOH sebanyak 1,5 gram (0,0375 mol) dilarutkan dengan 100
mL etanol pro analisys hingga larut sempurna dengan menggunakan
bantuan magnetic stirrer di atas hot plate, kemudian ditambahkan EPMS
sebanyak 5 gram (0,024 mol). Campuran tersebut selanjutnya dipanaskan
pada suhu 60oC selama 5 jam sampai terbentuk koloid. Hasil reaksi
dimonitor setiap selang waktu 15 menit sampai terbentuk spot asam pmetoksisinamat (APMS) dan tidak ada lagi spot EPMS yang tersisa
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis seperti yang trlihat pada
gambar berikut.
EPMS
APMS
Gambar 4.5 Pola Spot KLT Hasil Reaksi Hidrolisis
Keterangan: 1) EPMS ; 2) APMS
Ketika reaksi ini selesai, dilakukan filtrasi dan pencucian dengan
aquades. Filtrat yang diperoleh memiliki pH basa yakni 13 kemudian
ditambahkan HCl 15% untuk mengikat Na+ sehingga terbentuklah
endapan putih berupa hasil hidrolisis sampai pH 4 atau tidak lagi
terbentuk endapan. Residu yang didapat kembali dicuci dengan aquades
untuk menghilangkan garam yang terbentuk kemudian dikeringanginkan
(Mufidah, 2014). Residu yang didapatkan berwarna putih (lihat lampiran
8).
Bobot rendemen asam p-metoksisinamat yang didapatkan sebesar
4.115 mg, berikut hasil perhitungan % rendemen senyawa APMS:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
% Rendemen Hidrolisis =
x 100%
= 82,3 %
4.2.2 Pembentukan Senyawa Aldehid Melalui Oksidasi Alkena
Oksidasi merupakan suatu
reaksi penambahan unsur oksigen
terhadap suatu senyawa. Reaksi oksidasi pada rantai alkena disertai
dengan pelepasan rantai rangkap pada senyawa tersebut. Reaksi oksidasi
alkena
dilakukan
pada
senyawa
asam
p-metoksisinamat
untuk
membentuk senyawa aldehid. Reaksi oksidasi akan terjadi jika senyawa
ditambahkan dengan suatu oksidator. Oksidator yang digunakan pada
reaksi kali ini yaitu kalsium nitrat (Ca(NO3)2) yang bersifat oksidator
kuat.
+ Ca(NO3)2
Gambar 4.6 Mekanisme reaksi oksidasi alkena
Reaksi oksidasi alkena ini dilakukan menggunakan prosedur reaksi
nitrasi senyawa asam p-metoksisinamat. Reaksi dilakukan menggunakan
iradiasi microwave 300 W selama 2 menit. Senyawa yang telah diiradiasi
ditambah dengan aquades dingin untuk menurunkan suhu dan menjaga
agar senyawa aldehid tetap stabil (Bose, 2006). Selanjutnya campuran
tersebut di partisi menggunakan n-heksan dan dievaporasi menggunakan
vacuum rotary evaporator.
Dikarenakan bukan prosedur reaksi major, maka persentase
rendemen yang didapatkan kecil. Bobot rendemen senyawa 4-metoksi
benzaldehid yang didapatkan sebesar 158 mg, berikut hasil perhitungan
% rendemen senyawa 4-metoksi benzaldehid.
% Rendemen Hidrolisis =
x 100%
= 7,9 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
4.2.3 Reaksi Kondensasi Senyawa Aldehid Hasil Oksidasi
Reaksi kondensasi merupakan reaksi penggabungan 2 senyawa
menjadi senyawa yang lebih besar. Reaksi kondensasi dilakukan pada
senyawa 4-metoksi benzaldehid yang didapat dari reaksi sebelumnya
dengan senyawa aseton. Basa yang digunakan sebagai katalis reaksi
kondensasi yaitu senyawa natrium hidroksida (NaOH).
Senyawa 4-metoksi benzaldehid sebanyak 60 mg (0,44 mmol)
dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 33,310 µL
(0,44 mmol) aseton dan 1,1 mL NaOH 10%. Campuran beberapa
senyawa tersebut dihomogenisasi menggunakan vorteks. Campuran yang
telah homogen tersebut ditempatkan dalam microwave yang berada di
samping wadah berisi es. Campuran tersebut diiradiasi pada daya 600 W
selama 20 menit (berdasarkan optimasi pada gambar 4.7), dengan setiap
interval 10 detik dimasukkan dalam wadah es dan kembali diiradiasi.
Pemilihan daya dan waktu tersebut dirasa optimal dikarenakan pada daya
dan waktu tersebut senyawa hasil kondensasi sudah terbentuk, namun
pada daya dan waktu lebih dari itu ada kemungkinan senyawa masih
terbentuk. Kemudian fungsi pendinginan pada interval 10 detik pada saat
reaksi yaitu untuk menjaga agar senyawa aldehid yang digunakan tetap
stabil. Campuran dinetralisasi menggunakan HCl dan selanjutnya
dipartisi menggunakan campuran etil asetat dan n-heksan dengan
perbandingan 1:1. Fase etil asetat dipisahkan dan diuapkan.
10
15’ 20’
(a)
Ald
5’
10 15’ 20’
5’
(b)
10
15’ 20’
(c)
Gambar 4.7 Optimasi waktu reaksi kondensasi
Keterangan: (a) 300 W (b) 450 W (c) 600 W
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Mekanisme reaksi kondensasi (gambar 4.8) diawali dengan
pembentukan enolat ion dari aseton yang dikatalisasi oleh NaOH. Aseton
akan melepaskan 1 atom α-hidrogen sehingga terjadi resonansi seperti
pada gambar. Enolat ion dari aseton yang bersifat nukleofil akan bereaksi
dengan senyawa 4-metoksi benzaldehid sehingga membentuk senyawa 4hydroxy-4-(4-methoxyphenyl)butan-2-one. Akibat dari penambahan
asam klorida (HCl) berlebih dalam proses ekstraksi, senyawa tersebut
mengalami dehidrasi sehingga melepaskan senyawa H2O dan membentuk
senyawa hasil berupa senyawa 4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one atau
dengan nama lain p-metoksibenzaldehid.
NaOH
Aseton
Ion Enolat
+
H
4-metoksi benzaldehid
+HCl berlebih
4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one
4-hydroxy-4-(4-methoxyphenyl)butan-2-one
Gambar 4.8 Mekanisme reaksi kondensasi
Bobot rendemen senyawa 4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one
yang didapatkan sebesar 40,4 mg, berikut hasil perhitungan %
rendemen senyawa tersebut:
% Rendemen senyawa hasil =
x 100%
= 67,33 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
4.3
Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi
Identifikasi senyawa hasil modifikasi yang paling mudah adalah
membandingkan nilai Rf seluruh senyawa yang di KLT menggunakan eluen
heksan : etil asetat dengan perbandingan 4:1. Nilai Rf yang didapat adalah
sebagai berikut:
Etil p-metoksisinamat
: 0,5625
Asam p-metoksisinamat
: 0,0875
Senyawa aldehid
: 0,4750
Senyawa hasil kondensasi
: 0,3250
N-Heksan : Etil Asetat (4:1)
1
2
3
4
Gambar 4.9 Identifikasi senyawa modifikasi dengan KLT
Keterangan: 1) EPMS; 2) APMS; 3) Aldehid; 4) Hasil kondensasi
4.3.1 Senyawa Hasil Hidrolisis Etil p-metoksisinamat
Senyawa
hasil
hidrolisis
etil
p-metoksisinamat
memiliki
karakteristik sebagai berikut:

Warna
: Putih

Bau
: Tidak berbau

Bentuk
: Serbuk
Senyawa hasil hidrolisis dilakukan elusidasi struktur dengan
analisa menggunakan instrumen GCMS. Analisa hanya dilakukan dengan
GCMS karena senyawa asam p-metoksisinamat merupakan senyawa
antara dalam proses modifikasi struktur EPMS melalui reaksi kondensasi.
Interpretasi
data
GCMS
pada
senyawa
hasil
hidrolisis
menunjukkan bahawa senyawa hasil hidrolisis muncul pada waktu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
retensi 9,637 yang memiliki berat molekul 178,0 dengan pola
fragmentasi massa pada 161; 131; 117; 89; 77 dan 63 (Gambar 4.10)
-OH
M: 178,0
M/Z: 160
-CO
-OCH3
M/Z: 77
-
M/Z: 107
M/Z: 133
Gambar 4.10 Fragmentasi MS senyawa hasil hidrolisis
Berdasarkan berbagai data identifikasi organoleptis, KLT, dan
GCMS terhadap senyawa hasil hidrolisis yang telah dilakukan diatas
dapat diketahui bahwa reaksi hidrolisis telah berhasil dilakukan untuk
merubah gugus etil p-metoksisinamat menjadi gugus asam pmetoksisinamat.
Gambar 4.11 Struktur asam p-metoksisinamat
4.3.2 Senyawa Aldehid
Senyawa hasil oksidasi yang merupakan senyawa aldehid memiliki
karakteristik organoleptis sebagai berikut:
 Warna
: Kuning
 Bau
: Tidak berbau
 Bentuk
: Kristal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Hasil reaksi oksidasi terdiri dari beberapa senyawa. Salah satu
senyawa yang dihasilkan yaitu 4-metoksi benzaldehid dengan persentase
rendemen sebanyak 7,9%. Identifikasi senyawa 4-metoksi benzaldehid
yang merupakan turunan dari senyawa etil p-metoksisinamat dilakukan
menggunakan kromatografi lapis tipis dan GCMS.
1
2
Gambar 4.12 Pola KLT senyawa aldehid hasil reaksi oksidasi
APMS
Keterangan: 1) APMS; 2) 4-metoksi benzaldehid
Berdasarkan pola KLT yang terbentuk (gambar 4.12), didapatkan
nilai Rf senyawa APMS sebesar 0,0875 dan nilai Rf senyawa 4-metoksi
benzaldehid sebesar 0,4750. Analisa senyawa 4-metoksi benzaldehid
yang dilakukan menggunakan instrumen GCMS menunjukkan bahwa
senyawa hasil reaksi muncul pada waktu retensi 6,657 menit yang
memiliki berat molekul (BM) 135,0 serta fragmentasi massa pada 107;
92; dan 77. Berikut fragmentasi senyawa 4-metoksi benzaldehid:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
-COH
-CH3
M/Z: 135
M/Z: 92
M/Z: 107
-O
M/Z: 77
Gambar 4.13 Fragmentasi MS senyawa 4-metoksi benzaldehid
4.3.3 Senyawa Hasil Kondensasi
Senyawa hasil kondensasi 4-metoksi benzaldehid dengan aseton
memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Warna : Merah kehitaman
 Bau
: Tidak berbau
 Bentuk : Serbuk
Pengkuran titik leleh dilakukan menggunakan alat melting point.
Rentang titik leleh senyawa hasil kondensasi 4-metoksi benzaldehid
dengan aseton ada pada 75-78 oC.
Identifikasi selanjutnya dilakukan menggunakan instrumen GCMS
1
dan H-NMR. Hasil interpretasi GCMS menunjukkan bahwa senyawa
hasil kondensasi muncul pada waktu retensi 9,283 dan memiliki berat
molekul 176 dengan fragmentasi massa pada 161, 133, 103, dan 77 (lihat
Gambar 4.14). Adapun fragmentasi massa tersebut adalah sebagai
berikut:
M/Z: 176
M/Z: 77
M/Z: 161
M/Z: 103
M/Z: 133
Gambar 4.14 Fragmentasi massa GCMS senyawa hasil kondensasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Gambar 4.15 Spektrum GCMS senyawa hasil kondensasi
Gambar 4.16 Fragmentasi MS senyawa hasil kondensasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Data analisa dan interpretasi GCMS selanjutnya dikonfirmasi
dengan analisa
1
H-NMR. Interpretasi analisa NMR berupa nilai
pergeseran kimia (δ) dalam satuan ppm (Pavia et al, 2008). Adapun hasil
analisis senyawa hasil kondensasi dengan
1
H-NMR (Lampiran 12)
ditunjukkan pada tabel 4.1 dengan panduan gambar 4.17
(a)
(b)
Gambar 4.17 (a) Etil p-metoksisinamat (b) 4-(4methoxyphenyl)but-3-en-2-one
Tabel 4.1 Data pergeseran kimia (δ) spektrum 1H-NMR senyawa A
(CDCl3, 500 MHz)
Senyawa Hasil Kondensasi
Posisi
13
2
3
5&9
6&8
11
Pergeseran Kimia (δ,
ppm)
2,36 (s, 3H)
6,61 (d, 1H, J=16,0)
8,04 (d, 1H, J=16,0)
6,93 (d, 2H, J=9,35)
7,49 (d, 2H, J=11,02)
3,85 (s, 3H)
Etil p-metoksisinamat (Mufidah,
2014)
Pergeseran Kimia ((δ,
Posisi
ppm)
15
1,33 (t, 3H, J=7,15)
14
4,25 (q, 2H, J=7,15)
2
6,31 (d, 1H, J=15,6)
3
7,65 (d, 1H, J=16,25)
5&9
6,90 (d, 2H, J=9,05)
6&8
7,47 (d, 2H, J=8,45)
11
3,82 (s, 3H)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Gambar 4.18 Spektrum 1H-NMR senyawa hasil kondensasi
Berdasarkan data 1H NMR pada tabel diatas, pergeseran kimia
1,33 ppm dan 4,25 ppm pada senyawa EPMS sudah tidak muncul pada
data senyawa hasil kondensasi, hal tersebut menandakan senyawa hasil
kondensasi sudah tidak memiliki gugus ester. Kemudian pada pergeseran
kimia pada 2,36 ppm berbentuk singlet menunjukkan gugus metil
pengganti gugus ester pada EPMS. Pada pergeseran kimia 6,61 ppm dan
8,04 ppm berbentuk doublet dengan rentang konstanta kopling (J) 16,1
dan 15,9 Hz. Suatu puncak dengan konstanta kopling (J) 11-18 Hz dapat
mengindikasikan bahwa proton tersebut memiliki konfigurasi trans
(Pavia et al, 2008). Kemudian pada pergeseran kimia 6,93 ppm – 7,49
ppm (4H) merupakan proton-proton dari benzen dengan dua substitusi.
Pola sinyal ini menunjukkan 2 proton ekivalen terkopling secara orto
dengan 2 proton ekivalen lainnya, yang kemudian menunjukkan bahwa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
sinyal ini adalah sinyal dari H 5/9 dan H6/8. Kemudian pada pegeseran
kimia 3,85 ppm berbentuk singlet dengan integrasi 3 proton. Sinyal ini
menunjukkan gugus CH3 yang berikatan dengan oksigen (-OCH3;
metoksi) sehingga pergeseran yang terbentuk lebih downfield.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Kondisi daya dan waktu yang optimal iradiasi microwave pada
kondensasi senyawa etil p-metoksisinamat dengan aseton yaitu 600 W
selama 20 menit.
2. Kondensasi senyawa etil p-metoksisinamat dengan aseton melaui reaksi
iradiasi microwave menghasilkan senyawa 4-(4-methoxyphenyl)but-3en-2-one.
5.2
Saran
Perlu dilakukan uji antiinflamasi secara in vitro dan in vivo terhadap
senyawa
4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one
dibandingkan
dengan
senyawa etil p-metoksisinamat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
DAFTAR PUSTAKA
Afriastini, J.J., 2002. Bertanam Kencur.Edisi Revisi. Penerbit Penebar Swadaya.
Hal. 1-33.
Al-Fattah, Muhammad Hatta. 2011. Mukjizat Pengobatan Herbal dalam AlQur’an Mirqat: Jakarta.
Aroonerk, N. Dan Kamkaen, N. 2009. Anti-Inflamatory activity of Quercus
infectora, Glyrriza uralentis, Kaemferia galanga, dan Captis chinensis, the
main component of thai herbal remedies for ophthous ulcer. Journal of
Health Research. 23 (1). 17-22.
Backer. C. A. R. C. B. Van der Briak. 1986. “Flora Of Java”. Vol 2 Walters
Noordhoff. N. V. Groningen. P. 33
Bangun,
Robijanto.
2011.
Semi
Sintesis
N,N-Bis(2-Hidroksietil)-3-(4-
Metoksifenil) Akrilamida dari Etil P-Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang
Kencur (Kaempferia Galanga, L) melalui Amidasi dengan Dietanolamin.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur
(Kaempferia galanga, Linn). Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Bhuiyan., Hossain, Mahmud and Al-Amin, M. 2011. Microwave-assisted Efficient
Synthesis of Chalcones as Probes for Antimicrobial Activities. Chemistry
Journal. 3(2) : 2465 – 2479.
Chandra, Sangita. 2012. Evaluation of in vitro anti-inflammatory activity of coffe
againts the denaturation of protein. Asian Pasific Journal of Tropical
Biomedicine S178S180.
Cresswell, C. J. Runquis dan Campbell. 1982. Analisis Spektrum Senyawa
Organik. Edisi kedua. Bandung: Penerbit ITB.
Daley, Richard F. dan Sally J. Daley. 2005. Organic Chemistry Chapter 20
Carbnyl Condensation Reaction.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
Ekowati, J,; Tejo, B. A.; Sasaki, S.; Highasiyama, K.; Sukardiman; Siswandono;
Budiati, T. 2012. Structure Modification of Ethyl p- Methoxycinnamate and
Their Bioassay as Chemopreventive Agent Against Mice’s Fibrosarcoma.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(3).
Gandjar, G.H., dan Rohman, A., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Hadi, Qudsi. 2014. Modifikasi Sttruktur Senyawa Etil p-Metoksisinamat yang
Diisolasi dari Kencur (Kaemferia Galanga L.) dengan Metode Reaksi
Reduksi dan Uji Aktivitas Antiinflamasinya secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta.
Hartanti, Lanny dan Setiawan, Henry K. 2009. Daya Hambat Beberapa Turunan
Asam Sinamat SintetikTerhadap Enzim Tirosinase. Indo. J. Chem. 9(1).
Katzung, G.B. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 6. Salemba Medika.
Jakarta.
Khopkar, S. M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta, UI-Press.
Koca, Murat; Ali S. Erturk; Adil Umaz. 2015. Microwave-assisted intermolecular
aldol condensation: efficient one-step synthesis of 3-acetyl isocoumarin and
optimization of different reaction conditions. Arabian Journal of Chemistry.
McMurry, John. 2008. Organic Chemistry. Thomson Higher Education. Belmont:
USA.
Mufidah, Syarifatul. 2014. Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat
yang
Diisolasi
dari
kencur
(Kaemferia
galanga
Linn.)
Melalui
Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Mustafa, M., Mustafa, A.M. and Hoshum, S. 1996. Vasorelaxant effect of the
chloroform extract of Kaemferia galanga Linn on smooth muscle of the rat
aorta. Asia Pasific Journal of Pharmacology. 11 (3-4). 97-101.
Nasution, R.E. 1992. Prosiding Seminar dan Loka Karya Nasional Etnobotani,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI-LIPI. Perpustakaan Nasional
RI. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Omar, M. N.; Hasali, N. H. M.; Alfarra, H. Y.; Yarmo, M. A., Zuberdi, A. M.
2014. Antimicrobial activity and microbial transformation of ethyl pmethoxycinnamate extracted from Kaemferia galanga. Orient. J. Chem. 30
(3).
Opie EL. On The Relation of Necrosis and Inflamation to Denaturation of
Proteins. J Exp Med. 1961; 115; 597-608. [PMCID: PMC2137504]
[PubMed: 14482110].
Othman, R., Ibrahim, H., Mohd, M.A., Mustafa, M.R., and Awang K. 2006.
Bioassay-guided Isolation of vasorelaxant active compound from Kaemferia
galanga L., Phytomedicine. 13, 61-66.
Oyedapo, O. O.; B.A Akimpeu, K.F. Akinwunmi; M.O Adeyika; F.O Sipeolu.
2010. Red Blood Cell Membrane Stabilizing Potential of Extract of Lantana
camara and Its Fractions. International Journal of Plant Physiology and
BioChemistry Vol. 2(4) 46-51.
Pubchem. Akses online via http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/ (diakses pada
tanggal 20 Februari 2016).
Riyanto, Sugeng. 1986. Transformasi Etil p-Metoksisinamat yang berasal dari
Kaemferia galanga Linn. Menjadi p-Metoksistiril Metil Keton. Tesis.
Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung. Bandung
Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Cetakan ke-13.
Rostiana, O., Rosita SMD, W. Haryudin, Supriadi dan S. Aisyah, 2003. Status
pemuliaan tanaman kencur. Status Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Vol XV. No 2. Hal.
25-37.
Sastroamidjojo, Hardjono. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Sen, S. et al. 2010. Analgesic and Anti-inflamantory Herbs: A Potential Source of
Modern Medicine. IJPSR, 2010; Vol. 1 (11): 32-44 ISSN: 0975-8232.
Setiadi, Irwan Muhammad. 2008. Sintesis Maltovanilat melalui Mekanisme
Steglich menggunakan Pelarut Aseton. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok.
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal. Surabaya:
Airlangga University Press.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Fakultas Farmasi UGM.
Bandung: Ghalia Indonesia,
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Institut
Teknologi Bandung.
Tewtrakul, Supinya; Supreeya Yuenyongsawad; Sopa Kummee; Latthya
Atsawajaruwan. 2005. Chemical Components and Biological Activities of
Volatile Oil of Kaemferia galanga Linn. Songklanakrin J. Sci. Technol Vol.
27 (Suppl. 2): Thai Herbs.
Umar, Muhammmad I; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Item J. Atangwho
1; Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2012. Bioactivity-Guided
Isolation of Ethyl p-methoxycinnamate, an Anti-inflamatory Constituent,
from Kaemferia galanga L. Extract. Molecules, 17, 8720-8734.
Umapathy E, Ndebia EJ, Meeme A, Adam B, Menziwa P, Nkeh-Chungag BN, et
al. An Experimental Evaluation of Albuca Setosa Aqueous Extract on
Membrane Stabilization, Protein Denaturation and White Blood Cell
Migration During Acute Inflammation. J Med Plant Res. 2010; 4: 789-795.
Willard, Hobart H.; Lynne L. Merritt, Jr.; John A. Dean; Frank A. Settle, Jr. 1988.
Instrumental Methods of Analysis Seventh Edition. Wadsworth Publishing
Company. California.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
Lampiran 1. Kerangka Penelitian
Isolasi Senyawa Etil p-metoksisinamat
dari Rimpang Kencur
Senyawa Etil p-metoksisinamat
Hidrolisis
Asam p-metoksisinamat
Oksidasi
Senyawa Aldehid
Kondensasi
Senyawa
Pemurnian Senyawa
Identifikasi Struktur Senyawa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Lampiran 2. Determinasi Tanaman Kencur
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Lampiran 3. Skema Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur
Rimpang Kencur
 Dibersihkan
 Dirajang
 Dikeringkan
 Diblender
Serbuk Simplisia
Maserasi menggunakan n-heksan
Ekstrak Kencur
Dievaporasi
Kristal
Rekristalisasi menggunakan
n-heksan dan metanol
Kristal EPMS murni
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Lampiran 4. Skema Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi
Senyawa Hasil Modifikasi
Kromatografi Lapis Tipis
KLT Preparatif
Identifikasi menggunakan
Instrumen
Spektrofotometri IR
GCMS
1
H-NMR & 13C-NMR
Analisis Data dan Elusidasi Struktur
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 5. Alur Kerja Reaksi Kondensasi
60 mg 4-metoksi benzaldehid
+ 33,3 µL Aseton + 1,1 mL
NaOH 10% dimasukkan
dalam tabung reaksi bertutup
Homogenkan menggunakan
vorteks
Iradiasi dengan variasi daya
&waktu
Masukkan dalam microwave
yang berada di samping wadah
berisi es
10 “
10 “
Masukkan dalam
wadah berisi es
ditambahkan HCl dan dipartisi
dengan campuran aquades :
etil asetat (1:1)
Ambil fase etil asetat dan
selanjutnya diuapkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Lampiran 6. Alat dan Bahan Penelitian
Gambar 1.
NaOH
Gambar 2.
HCl
Gambar 3.
Kalsium Nitrat Tetra-Asetat
Gambar 4.
Asam Asetat
Gambar 5.
Aseton
Gambar 6.
Alat Melting Point
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Gambar 7.
Microwave
1
2
5
4
3
Gambar 8.
GCMS
Ket: 1) Injektor; 2) Tempat sampel; 3) Oven dan kolom; 4) Detektor; 5) Display
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Gambar 7.
NMR
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 7. Perhitungan Reaksi
1. Perhitungan Bahan untuk Reaksi Hidrolisis
a. Etil p-metoksisinamat


Terpakai
= 5,00 g
BM
= 206,24 g/mol
Mol
=
=
= 0,024 mol
b. NaOH

BM
= 40 g/mol

Mol
= 1,5 x 0,024
= 0,036 mol

Massa (g)
= mol x BM
= 0,036 x 40
= 1,44 g, terpakai 1,5 gram
2. Perhitungan Bahan untuk Reaksi Oksidasi
a. Asam p-metoksisinamat


Terpakai
= 2,00 g
BM
= 178 g/mol
Mol
=
=
= 0,011 mol
b. Kalsium nitrat tetra-hidrat (Ca(NO3)2)


Terpakai
= 5,00 g
BM
= 236,15 g/mol
Mol
=
= 0,021 mol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
c. Asam Asetat Glasial (CH3COOH)

Terpakai
= 10 mL
BM
= 60,05 g/mol

ρ
= 1,05 g/mL

Massa
= Volume x ρ = 10 mL x 1,05 g/mL = 10,5 g

Mol
=
=
= 0,175 mol
3. Perhitungan Bahan untuk Reaksi Kondensasi
a. Senyawa Aldehid Hasil Oksidasi


Massa
= 60 mg
BM
= 136 g/mol
Mol
=
=
= 0,00044 mol
= 0,44 mmol
b. Aseton


Mol
= 0,44 mmol
BM
= 58,07 g/mol
ρ
= 0,79 g/mL
Massa
= mol x BM
= 0,44 mmol x 58,07 g/mol
= 0,0256 g

Volume
=
=
= ± 0,033 mL
= ± 33 µL
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 8. Gambar Senyawa
Gambar 1.
Etil p-metoksisinamat
Gambar 2.
Asam p-metoksisinamat
Gambar 3.
4-metoksi benzaldehid
Gambar 4.
4-(4-methoxyphenyl)but-3-en-2-one
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 9. Spektrum GCMS Asam p-metoksisinamat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Lampiran 10. Spektrum GCMS Senyawa Aldehid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Lampiran 11. Spektrum GCMS Senyawa Hasil Kondensasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Lampiran 12. Spektrum 1H NMR Senyawa Hasil Kondensasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
(Lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download