pengujian parameter permintaan uang

advertisement
PENGUJIAN STABILITAS PARAMETER
PERMINTAAN UANG DI INDONESIA
TESTING FOR THE STABILITY OF
MONEY DEMAND PARAMETERS IN INDONESIA
Aliasuddin
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
ABSTRACT
The aim of this study is to test the stability of money demand parameters in Indonesia
before and in the crisis periods. The study uses monthly data for the period 1990.1–
2001.12. According to the crisis period, the data are devided into two periods, 1990.1–
1997.12 and 1998.1–2001.12. The Chow test is utilized to test the parameter stability.
Based on the results, the parameter stability does not hold over the period of the study.
This means that everyone is very sensitive to any economic shock such as economic
crisis. The government has to protect the price level in onder to maintain the economic
stability.
Keywords: money demand, parameter stability, crisis
PENDAHULUAN
Permintaan uang merupakan salah satu isu sentral dalam ekonomi moneter yang
dibuktikan dari banyaknya kajian tentang permintaan uang ini. Kajian tersebut dilakukan
oleh kedua kelompok utama aliran dalam ilmu ekonomi yaitu kelompok moneteris dan
strukturalis. Kedua kelompok tersebut berusaha memperbahurui teori permintaan uang
dengan mengajukan berbagai dalil teoritis dan bukti empiris.
Perkembangan kajian
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
permintaan uang terus mengalami kemajuan terbukti dengan banyaknya model
permintaan uang yang ada dewasa ini.
Kajian permintaan uang tidak berhenti seiring dengan kemajuan model estimasi
yang banyak membantu perkembangan teori permintaan uang. Kajian empiris tersebut
dilakukan di banyak negara baik negara maju maupun negara berkembang. Model yang
digunakan pun sangat variatif dari yang paling sederhana sampai pada model yang
canggih seperti model permintaan uang nonlinear dengan memasukkan berbagai
pendekatan.
Tidak ketinggalan pula para ekonom berusaha memadukan teori permintaan uang
tersebut dengan berbagai model ekonometrika.
Salah satu model estimasi yang
digunakan dalam permintaan uang adalah pengujian stabilitas parameter permintaan
uang. Kestabilan parameter ini sangat penting karena perbedaan perilaku permintaan
uang mempunyai konsekuensi tersendiri terhadap berbagai alternatif kebijakan yang
dapat dilakukan oleh pembuat kebijakan (Wijaya, 1992).
Penelitian tentang permintaan uang telah dilakukan di banyak negara termasuk
Indonesia. Harun (1985) misalnya melakukan penelitian permintaan uang di Indonesia
dengan menggunakan data kuartalan. Puteh (1996) juga menggunakan data kuartalan
dalam mengestimasi faktor dominan yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia.
Masih banyak studi lain seperti studi yang dilakukan oleh Aghevli (1977), Parikh et.al.
(1985), Gupta dan Moazzami (1989), Boediono (1985), Insukindro and Sugiyanto (1987),
Kiranajaya (1990), dan Insukindro (1992). Selain itu, ada pula kajian sama tentang
permintaan uang seperti yang dilakukan oleh Soto dan Tapia (2001), Sriram (1999),
Gillman dan Labus (2001), dan Cuthbertson dan Bredin (2001).
Semua penelitian
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
tersebut membahas permintaan uang dengan berbagai model tetapi tetap mengestimasi
permintaan uang dan tidak menguji kestabilan parameter permintaan uang.
Sementara itu, ada juga kajian empiris tentang stabilitas permintaan uang. Bruner
dan Meltzer (1963) misalnya melakukan pengujian terhadap kestabilan fungsi permintaan
uang pada tahun 1930–an.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa fungsi
permintaan uang pada periode tersebut tidak stabil.
Heller dan Khan (1979) juga
memperoleh hasil yang sama seperti kajian Bruner dan Meltzer.
Spencer (1985) juga melakukan penelitian tentang stabilitas parameter permintaan
uang di Malaysia.
Mereka menggunakan data kuartalan selama tahun 1967–1981.
Kajian tersebut menggunakan data uang dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2),
pendapatan (PDRB), tingkat bunga dan jumlah kantor bank, namun dalam penelitian ini
jumlah kantor bank tidak mungkin digunakan karena data tersebut relatif tidak berubah
dalam jangka pendek. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa koefisien parameter
permintaan uang M1 tidak stabil karena penambahan jumlah kantor bank telah
menyebabkan kenaikan elastisitas permintaan uang sedangkan elastisitas tingkat bunga
mengalami penurunan.
Effendi dan Aliasuddin (1998) telah melakukan kajian empiris tentang stabilitas
permintaan uang di Indonesia dengan menggunakan data tahunan dari tahun 1971 hingga
1996. Hasilnya, parameter permintan uang pada periode tersebut stabil. Namun, kajian
tersebut kurang konsisten dengan nilai elastisitas yang saling berbeda-beda untuk masingmasing periode penelitian.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya
pelanggaran asumsi klasik dalam model estimasi yang digunakan seperti adanya
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
multikolinearitas yang sangat tinggi antar-variabel bebas dan juga kemungkinan
terjadinya varians yang tidak konsisten.
Meskipun banyak kajian yang dilakukan tentang permintaan uang dan kestabilan
parameter permintaan uang, namun data yang digunakan kebanyakan adalah data tahunan
sehingga analisis mendalam tentang permintaan uang relatif kurang memadai. Namun,
dalam penelitian selalu ada jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut seperti
misalnya dengan cara mencari data alternatif sebagai proksi. Penggunaan data proksi
sangat banyak dilakukan oleh pada peneliti terutama sekali di negara maju. Usaha seperti
itu telah dilakukan oleh Aliasuddin (2002).
Aliasuddin (2002) berusaha menggunakan data alternatif sebagai salah satu cara
untuk mengatasi keterbatasan data. Aliasuddin melakukan penelitian tentang permintaan
uang di Indonesia dengan menggunakan data bulanan. Hasil penelitian tersebut relatif
lebih baik dibandingkan dengan kajian terdahulu yang menggunakan data tahunan dan
kuartalan.
Berdasarkan data alternatif yang mempunyai hasil terbaik tersebut maka
penelitian ini juga menggunakan data bulanan dalam menguji kestabilan parameter
permintaan uang di Indonesia terutama sekali pada masa sebelum dan semasa krisis
melanda Indonesia. Kajian empiris tentang kestabilan parameter semasa krisis ini sangat
baik karena dari kajian tersebut dapat dianalisis bagaimana tingkah laku masyarakat
dalam mengantisipasi goncangan (shocks) dalam perekonomian, terutama sekali dalam
permintaan uang.
Aliasuddin (1999) telah mengkaji dampak krisis terhadap permintaan uang di
Indonesia. Hasilnya, krisis ekonomi mempunyai dampak negatif terhadap permintaan
uang kartal. Sedangkan permintaan uang lainnya mempunyai pengaruh positif. Hasil
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
tersebut bermakna bahwa krisis mempunyai dampak pada peningkatan permintaan uang
di Indonesia. Kajian tersebut hanya melihat dampak krisis terhadap permintaan uang,
sedangkan pengujian kestabilan parameter permintaan uang tidak dilakukan, sehingga
analisis komprehensif tidak diperoleh dari studi tersebut. Berdasarkan pada keadaan ini
maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji kestabilan parameter permintaan uang di
Indonesia sebelum dan sesudah krisis. Tujuannya, agar dapat diketahui tingkah laku
masyarakat dalam merespon setiap goncangan (shock) terhadap permintaan uang. Sesuai
dengan tingkah laku tersebut, pemerintah dapat melakukan berbagai kebijakan alternatif
yang efektif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia
berbagai penerbitan. Data yang digunakan adalah jumlah uang beredar sebagai pengganti
permintaan uang karena diasumsikan terjadi keseimbangan permintaan dan penawaran
uang. Jumlah uang dalam penelitian ini adalah jumlah uang dalam arti sempit (M1) dan
dalam arti luas (M2). Selanjutnya, digunakan pula data tingkat bunga sesuai dengan teori
permintaan uang. Sementara itu, data pendapatan digunakan indeks harga perdagangan
besar (IHPB) sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Aliasuddin (2002). Selanjutnya,
Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk mewakili tingkat harga, sedangkan
inflasi dihitung dari IHK. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung tingkat bunga
riil.
Periode penelitian ini dimulai dari bulan Januari 1990 hingga Desember 2001.
Dengan demikian, jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebanyak 144
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
sampel.
Karena penelitian ini ingin menguji kestabilan parameter permintaan uang
sebelum dan selama krisis maka sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, sesuai
dengan periode tersebut. Sesuai dengan kondisi yang ada, krisis sudah mulai melanda
Asia pada Juli 1997, tetapi Indonesia mengalami krisis tersebut sejak Januari 1998.
Dengan demikian maka pembagian waktu ini yaitu sebelum krisis dimulai dari Januari
1990 hingga Desember 1997, sedangkan masa krisis yaitu dari Januari 1998 hingga
Desember 2001 karena keadaan perekonomian Indonesia relatif belum mengalami
perbaikan hingga tahun 2002 ini.
Spesifikasi model permintaan uang dalam penelitian ini sesuai dengan teori
permintaan uang standar seperti yang dikemukakan oleh Keynes. Spesifikasi model
tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut:
M d    Y j  i j  Pj  
(1)
di mana Md adalah permintaan uang, Y adalah pendapatan, i adalah tingkat bunga
nominal, P adalah tingkat harga, ε adalah residual (error term). Persamaan permintaan
uang seperti pada persamaan (1) merupakan permintaan uang nominal.
Sedangkan
permintaan uang riil dinyatakan dalam persamaan berikut:
m d    y j  r j  
(2)
di mana md adalah permintaan uang riil yang dinyatakan dengan Md/P, y adalah
pendapatan riil yang diperoleh dari Y/P, sedangkan r merupakan selisih tingkat bunga
nominal dan inflasi. Selanjutnya dilakukan pula estimasi elastisitas permintaan uang agar
analisis menjadi lebih komprehensif. Untuk maksud tersebut, semua variabel diubah
menjadi data logaritma alamiah kecuali tingkat bunga karena dalam persentase. Fungsi
permintaan tersebut dinyatakan dalam persamaan (3).
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
ln M d     ln Y j  i j   ln Pj  
(3)
di mana μ adalah error term. Sedangkan nama variabel lainnya sama seperti terdahulu.
Estimasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan OLS dengan Shazam (Wistler
et.al, 2001). Pengujian terhadap kestabilan parameter permintaan uang dilakukan dengan
menggunakan uji Chow. Uji Chow dirumuskan sebagai berikut (Greene, 1997):
CT 
( SSE  SSE1  SEE 2) / K
( SSE1  SSE 2) /( N1  N 2  2 K )
(4)
di mana CT adalah statistik uji Chow, SSE1 dan SSE2 adalah sum of squared errors dari
penggalan sampel periode pertama dan kedua, N adalah jumlah seluruh sampel, K adalah
jumlah parameter estimasi, N1 dan N2 adalah jumlah sampel pada masing-masing periode,
SSE adalah sum of squared errors pada semua sampel. Jika nilai CT lebih kecil dari nilai
kritikal F ( K , N1  N 2 2 K ) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan parameter
permintaan uang.
Dengan kata lain bawa parameter permintaan uang stabil selama
periode penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Estimasi dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, estimasi seluruh periode penelitian
dengan enam buah fungsi permintaan uang yaitu permintaan uang riil, permintaan uang
nominal, dan elastisitas permintaan uang masing-masing sebanyak tiga fungsi untuk M1
dan M2. Kedua dan ketiga dilakukan masing-masing untuk periode sebelum dan semasa
krisis melanda Indonesia. Estimasi tersebut juga dilakukan terhadap enam persamaan
sebagaimana yang dilakukan pada periode lengkap. Hasil estimasi untuk periode lengkap
disajikan di Tabel 1 hingga 3.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Tabel 1 dengan jelas memperlihatkan bahwa semua variabel estimasi mempunyai
signifikansi yang cukup baik dan koefisiennya juga mempunyai tanda yang sesuai dengan
teori. Pendapatan riil mempunyai tanda positif sesuai dengan teori dan signifikansinya
sebesar 99 persen baik pada permintaan M1 maupun M2 dalam nilai riil. Selanjutnya
tingkat bunga riil juga signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen untuk kedua jenis
uang tersebut dan koefisien tersebut juga signifikan secara teori karena koefisien tersebut
mempunyai tanda negatif. Secara keseluruhan model ini sangat baik digunakan sebagai
model estimasi. Bahkan hasil ini lebih baik dibandingkan dengan hasil studi terdahulu
yang menggunakan data tahunan dan kuartalan.
Tabel 1. Hasil Estimasi Permintaan Uang Riil
Variabel
r
y
Konstanta
R2
2
R
F-hit
DW
Permintaan Uang (M1)
Koefisien
t-rasio
P-Value
-2,35
-2,061
0,041
342,48
8,187
0,000
-86,98
-1,288
0,200
0,3673
0,3584
311,2130
0,0858
Permintaan Uang (M2)
Koefisien
t-rasio
P-Value
-14,07
-2,101
0,037
1932,60
7,959
0,000
-849,01
-2,204
0,029
0,3406
0,3312
36,412
0,1633
Selanjutnya, Tabel 2 memperlihatkan hasil estimasi terhadap permintaan uang
nominal. Seperti pada hasil estimasi di Tabel 1, semua variabel dalam model ini sangat
signifikan baik secara statistik maupun secara teori. Hal yang sama juga diperlihatkan
oleh hasil estimasi elastisitas permintaan uang seperti yang ditampilkan di Tabel 3.
Pendapatan mempunyai koefisien yang elastis baik untuk M1 maupun M2, sedangkan
tingkat bunga dan harga semuanya tidak elastis.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Tabel 2. Hasil Estimasi Permintaan Uang Nominal
Variabel
P
i
Y
Konstanta
R2
2
R
F-hit
DW
Permintaan Uang (M1)
Koefisien
t-rasio
p-value
131,42
3,041
0,003
-280,41
-2,123
0,035
471,55
20,380
0,000
-68324
-9,914
0,000
0,8398
0,8364
244,7160
0,2925
Permintaan Uang (M2)
Koefisien
t-rasio
p-value
671,43
2,618
0,010
-1825,50
-2,329
0,021
2558,00
18,630
0,000
-4075160
-9,964
0,000
0,8130
0,8090
202,886
0,4735
Dengan demikian, kenaikan pendapatan akan banyak berakibat pada permintaan
uang, sedangkan kenaikan harga tidak diikuti oleh permintaan uang yang secara
proporsional. Hasil ini tidak sesuai dengan teori kuantitas uang yang menyatakan bahwa
kenaikan harga akan diiringi oleh kenaikan permintaan uang secara proporsional untuk
menjaga pola pengeluaran yang telah dilakukan selama ini.
Tabel 3. Estimasi Elastisitas Permintaan Uang
Variabel
lnY
i
LnP
Konstanta
R2
2
R
F-hit
DW
Permintaan Uang (M1)
Koefisien
t-rasio
p-value
1,3768
14,350
0,000
-0,0052
-2,097
0,038
0,2755
4,103
0,000
2,0570
3,924
0,000
0,7000
0,6935
108,8710
0,2949
Permintaan Uang (M2)
Koefisien
t-rasio
p-value
1,6845
9,017
0,000
-0,1208
-2,495
0,014
0,3179
2,394
0,018
1,7233
1,705
0,090
0,4595
0,4479
39,6730
1,4173
Hasil estimasi untuk periode sebelum krisis (Periode I) dan semasa krisis (Periode
II) disajikan di Tabel 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa permintaan
uang nominal mempunyai koefisien yang tidak signifikan secara statistik untuk variabel
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
harga. Pada periode II, koefisien harga tidak signifikan baik untuk M1 maupun M2,
tetapi koefisien tersebut mempunyai tanda yang sesuai dengan teori.
Keadaan ini
disebabkan oleh rendahnya sensitifitas masyarakat terhadap harga dalam jangka pendek.
Kenaikan harga tidak serta merta mendapat tanggapan dari masyarakat karena
masyarakat perlu melakukan penyesuaian tertentu terhadap keadaan terbaru yang
dihadapi oleh masyarakat. Namun, dalam jangka panjang masyarakat berusaha untuk
melakukan penyesuaian tertentu terhadap kenaikan harga tersebut. Selanjutnya, penyebab
lain ketidaksignifikanan koefisien harga adalah adanya heteroskedastisitas pada data M1
dan M2 karena data tersebut merupakan data kumulatif sehingga mempunyai potensi
yang sangat besar sebagai penyebab heteroskedastisitas dalam model estimasi tersebut.
Hal ini dibuktikan oleh hasil estimasi pada periode penuh yang lebih baik di mana
koefisien harga sangat signifikan baik secara teori maupun secara statistik. Penyebab
lainnya adalah serial korelasi yang dibuktikan oleh nilai DW yang kurang baik pada
model permintaan uang riil dan nominal. Serial korelasi ini mengalami penurunan setelah
data dijadikan dalam nilai logaritma alamiah, di mana nilai DW meningkat menuju dua
terutama untuk M2 pada periode I dan II.
Kedua pelanggaran asumsi klasik yang
terdapat pada periode II tersebut mempengaruhi hasil estimasi karena jumlah sampelnya
relatif lebih sedikit dibandingkan dengan hasil estimasi periode penuh dan periode I.
Namun, secara keseluruhan model estimasi pada periode I dan II relatif cukup baik
karena hanya satu variabel saja yang tidak signifikan secara statistik tetapi masih
signifikan secara teori. Dengan demikian model ini masih sangat layak untuk digunakan
dalam menguji kestabilan parameter permintaan uang sebelum dan semasa krisis.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Dari hasil estimasi untuk semua fungsi diperoleh nilai-nilai SSE, SSE1 dan SSE2
baik untuk M1 maupun M2 seperti yang disajikan di Tabel 5. Persamaan (4) digunakan
untuk menghitung nilai statistik CT. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil bahwa
nilai statistik CT jauh lebih besar dari F tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa parameter permintaan uang tidak stabil sebelum dan semasa krisis.
Tabel 5. Pengujian Stabilitas Parameter Permintaan Uang
Permintaan
Uang
Riil
Nominal
Elastisitas
Sampel
Jenis
Uang
M1
M2
M1
M2
M1
M2
SSE
SSE1
SSE2
(Jutaan)
(Jutaan)
(Jutaan)
3,2393
0,17949
0,22208
112,45
6,3574
6,0411
46584
7858,4
3302,8
1640700
232840
104130
0,000018823 0,0000068212 0,0000001885
0,000073635 0,000048937 0,0000046303
144
96
48
Nilai
F
CT
Tabel
371,20
2,60
325,06
107,91
131,55
2,37
57,30
16,68
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sangat merasakan dampak krisis yang
melanda Indonesia selama ini. Hasil penelitian ini sama dengan hasil yang dilakukan
oleh Aliasuddin (1999).
Padahal hasil studi Effendi dan Aliasuddin (1998) telah
membuktikan bahwa parameter permintaan uang sangat stabil selama periode penelitian
tersebut yaitu periode sebelum terjadi krisis ekonomi melanda Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat sangat merasakan krisis
terbukti dari ketidakstabilan parameter permintaan uang sebelum dan semasa krisis. Hal
ini sangat beralasan karena semasa krisis terjadi kenaikan harga yang relatif tinggi
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
sehingga dibutuhkan uang yang lebih besar untuk mengimbangi kenaikan harga tersebut
sekaligus mempertahankan pola pengeluaran yang ada selama ini. penambahan uang
dibutuhkan agar tingkat kesejahteraan tidak menurun atau setidaknya sama seperti
sebelum terjadi goncangan ekonomi. Hasil studi ini sesuai dengan hasil studi terdahulu
yang dilakukan oleh Aliasuddin (1999).
Saran
Pemerintah harus menjaga kestabilan jumlah uang beredar agar tidak terjadi
kenaikan harga yang sangat tinggi.
Kenaikan harga berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat. Kenaikan harga berakibat pada penurunan tingkat pendapatan
riil masyarakat yang sekaligus juga menggambarkan tingkat kesejahteraan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aliasuddin. 1999. Analisis Dampak Krisis Terhadap Permintaan Uang di Indonesia.
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
............. 2002. Permintaan Uang di Indonesia: Pendekatan Data Bulanan. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, 1,1, 53–66.
BI. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta: BI (beberapa penerbitan).
Boediono. 1985. The Demand for Money in Indonesia: 1975–1984. Bulletin of
Indonesian Economic Studies, 21, 74–94.
Bruner, K. and A.H. Meltzer. 1963. Predicting Velocity: Implication for Theory and
Policy. Journal of Finance, 18, 319–354.
Cuthbertson, K. and D. Bredin. 2001. Money Demand in the Czech Republic Since
Transition. Central Bank of Ireland Technical Paper No. 3/RT/01.
Effendi, R. dan Aliasuddin. 1998. Kestabilan Parameter Permintaan Uang di Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1, 1, 48–55.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Gillman, M. and M. Labus. 2001. Money Demand in a High Inflation Period:
Yugoslavia. Central European University Working Paper.
Greene, W.H. 1997. Econometric Analysis. Third Edition. International Edition. New
York: Prentice–Hall, Inc.
Gupta, K.L. and B. Moazzami. 1989. Demand for Money in Asia. Economic Modelling.
6, 467 – 473.
Harun, S. 1985. Demand for Real Money Balances in Indonesia 1968.4–1980.4.
Unpublished Thesis. Nashville, Tennessee.
Heller, H. and M.S. Khan. 1979. The Demand for Money and the Term Structure of
Interest Rate. Journal of Political Economy, 87, 109–129.
Insukindro, dan C. Sugiyanto. 1987. Pasar Modal, Deregulasi Perbankan dan Permintaan
Uang di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2, 15–30.
Insukindro. 1992. Dynamic Specification of Demand for Money: A Survey of Recent
Development. Jurnal Ekonomi Indonesia, 1, 8–23.
Kiranajaya, W. 1990. Seleksi Model Permintaan Uang di Indonesia: 1973 – 1987. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis di Indonesia, 2, 37-48.
Nasution, A. 1983. Financial Institution and Policies in Indonesia. Singapore: Institute of
Southeast Asia Studies.
Parikh, A., A. Booth, and R.M. Sundrum. 1985. An Econometric Model of Monetary
Sector of the Indonesian Economy. Journal of Development Studies, 21, 406–421.
Puteh, A. 1996. Faktor-faktor Dominan yang Mempengaruhi Permintaan Uang di
Indonesia (1980–1992). Tesis Tidak Dipublikasikan. Banda Aceh: Program
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Soto, R. and M. Tapia. 2001. Seasonal Cointegration and the Stability of the Demand for
Money. Central Bank of Chile Working Paper No. 103.
Spencer, D.E. 1985. Financial Development and the Demand for Money. Jurnal Ekonomi
Malaysia, 11, 5–18.
Sriram, S. 1999. Survey on the Literature on Demand for Money: Theoretical and
Empirical Work with Special Reference to Error-Correction Model. IMF Working
Paper No. 64.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Whistler, D., K.J. White, S.D. Wong, and D. Bates. Shazam: The Econometrics Computer
Program, Version 9, User’s Reference Manual. Canada: Nortwest Econometrics,
Ltd.
Wijaya, F. 1992. Penawaran dan Permintaan Uang: Formulasi, Mekanisme, dan Estimasi,
dalam Wijaya, F. dan S. Hadiwegono (Eds.): Untaian Ekonomi Moneter dan
Perbankan: Bacaan Pilihan. Yogyakarta: BPFE. 109–129.
Mon Mata: Jurnal Ilmu–Ilmu Sosial Bidang Ekonomi, Vol. 5, No. 2, 2003, hal. 124–134.
Download