BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teoritis
1. Hakekat Maze
Maze merupakan game sederhana yang bertujuan menentukan jalur yang tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan
jalur pada bagian-bagian maze berupa kotak-kotak yang dilewati untuk tiap baris atau tiap
kolom. (Kurniawan, 2010:iii )
Irawan (2009:2) mengatakan bahwa terdapat beberapa bentuk maze seperti maze untuk
anak-anak seperti berbentuk lingkaran, mencari jejak rumah, menemukan jalan keluar untuk ke
sekolah dan lain-lain.
Bentuk-bentuk maze untuk anak TK yang akan digunakan dalam
penelitian ini dapat dlihat pada lampiran.
Istiaty (2006:12) mengemukakan bahwa permainan mencari jejak atau maze adalah
usaha melakukan penemuan artinya permainan dapat menghasilkan ciptaan baru anak dalam usia
berapapun, di mana saat ikut dalam suatu permainan sedang menciptakan sesuatu yang baru,
sesuatu yang berlum pernah dilakukan sebelumnya. Permainan maze adalah permainan edukatif
dengan jalan sempit yang berliku dan berbelok dan kadang kala merupakan jalan buntu ataupun
jalan yang mempunyai halangan, dapat juga dikatakan permainan mencari jalan keluar kemudian
bagaimana anak bisa menemukan jalan keluarnya.
Depdiknas (2006:2) menjelaskan pengertian maze adalah mencari jejak yaitu suatu
kegiatan untuk mencari, menelusuri dan memilih jalan menuju tempat yang ditentukan dengan
memakai media tertentu. Kegiatan ini digemari
anak-anak karena dapat memberikan nilai positif
7
dalam pengembangan daya pikir dan kecermatan serta keterampilan.
2. Manfaat Kegiatan Maze pada Anak TK
Ada beberapa manfaat maze pada anak TK. Menurut Vigotsky (2005:24) bahwa
manfaat maze diantaranya adalah:
a. Sebagai alat dan fasilitas belajar untuk menstimulasi intelegensia logika matematika dan
menstimulasi intelegensi spasial yang bertujuan untuk mengembangkan teknik dan
meterial anak.
b. Mengembangkan daya imajinasi anak.
c. Melatih kecermatan anak dalam belajar problem solving
d. Melatih konsentrasi serta motorik halus
e. Mengembangkan kemampuan berfikir logis, dan
f. Melatih fungsi panca indra
3. Cara Membuat Maze
Beberapa tahap pembuatan maze untuk anak TK yakni menyiapkan bahan, menyiapkan
alat, membuat desain atau sketsa dan melaksanakan pembuatannya (Badru, 2007:6.1) bahwa.
Selain itu para guru TK yang ingin membuat maze yang kreatif dan inovatif haruslah mengetahui
syarat-syarat pembuatan maze. Terdapat tiga macam syarat dalam pembuatan maze menurut
Badru (2007: 6.22) yakni syarat edukatif, syarat teknis, syarat estetika.
a. Syarat edukatif yakni pembuatan maze disesuaikan dan dengan memperhatikan program
kegiatan pembelajaran atau kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan proses
pembelajaran.
b. Syarat teknis yakni maze dirancang sesuai
6 dengan tujuan dan fungsi sarana, serta sebaiknya
multiguna agar banyak aspek perkembangan anak yang ditingkat. Sebaiknya maze dibuat
dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau dari
bahan bekas/sisa serta aman dan tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan anak
seperti tajam dan beracun. Maze yang baik hendaknya awet, kuat dan tahan lama, mudah
digunakan, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi serta dapat
digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.
c. Syarat estetika meliputi beberapa hal yakni bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak),
keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil), warna (kombinasi warna) serasi dan
menarik.
Berdasarkan tahap-tahap dan syarat-syarat pembuatan maze yang telah dipaparkan maka
guru dan anak-anak dapat merancang dan membuat sebuah alat permainan maze. Menurut Badru
(2007:6.7) bahwa cara mengerjakan maze dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut.
a.
Bahan dan Alat Pembuatan Maze yakni gunting kertas, pensil, penggaris, tutup kotak kertas
HVS bekas, 4 lembar kertas HVS berwarna ukuran folio/ kertas manila, perekat/lem, 10
pipet/ sedutan minuman yang bekas, 1 buah kelereng kecil/ bola-bola parfum bekas
diameter 0,5 cm.
b.
Cara Pembuatan Maze yakni gambarlah sebuah jalan utama di kertas HVS putih dari secara
horizontal. Lebar jalan 2 cm kemudian gambarlah beberapa persegi panjang di luar jalan
utama sehingga terbentuk beberapa jalan buntu. Setelah itu guntinglah pipet bekas sesuai
panjag gambar jalan utama dan jalan-jalan buntu yang telah dibuat. Pipet berfungsi untuk
menjadi trotoar jalan/ pembatas. Tempel bagian luar dan dalam tutup kotak kertas HVS
bekas dengan kertas manila. Tempelkan Kertas HVS berwarna yang telah digambari jalan
utama dan jalan-jalan buntu pada bagian dalam tutup kotak kertas HVS bekas dan
tempelkan pipet yang telah digunting pada garis-garis jalan yang telah digambar di kertas
HVS berwarna dengan menggunakan perekat. Lubangi kotak pada ujung jalan utama untuk
jalan keluar.
4. Metode Proyek
a. Pengertian Metode Proyek
Metode proyek adalah salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan
anak memecahkan masalah yang dialami anak sehari-hari, metode yang cocok bagi
pengembangan dimensi kognitif, sosial, motoroik, kreatif dan emosional anak. Sedangkan
menurut Bossing (dalam Moeslichatoen, 1999:139) metode proyek merupakan salah satu cara
memecahkan masalah yang diterapkan secara luas dalam setiap pemecahan masalah yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut Ahmad (Slameto, 2003:47) mengatakan bahwa metode proyek adalah suatu
metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan
suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek adalah salah
satu metode pembelajaran yang menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari, penggunaan
metode proyek juga dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada
anak.
b. Karakteristik Metode Proyek
Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan
menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara kelompok.
Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep ”learning by doing” yakni
proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan
tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan
yang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai tujuan (Moeslichatoen, 2004:137).
Setiap metode memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan
perencanaan pembelajarannya. Dilihat dari metode yang berbeda-beda, maka karakteristik
metode proyek untuk anak usia Taman Kanak-Kanak sangat bervariasi. Katz dan Chard (1999:3)
mengungkapkan bahwa metode proyek sebagai sebuah pendekatan dalam pendidikan anak usia
dini merupakan sebuah cara pembelajaran dan pengajaran.
Metode proyek memiliki beberapa karakteristik yakni pendekatan proyek menekankan
pada peran guru dalam mendorong anak-anak untuk berinteraksi dengan orang lain, benda-benda
dan lingkungan sekitar mereka sehingga anak dapat menyadari bahwa ia dan lingkungan di
sekitarnya memiliki makna dan hubungan. Selain itu, pendekatan proyek juga sangat
menekankan pada partisipasi aktif anak dalam pembelajaran. Adapun topik-topik pembelajaran
dalam pendekatan proyek biasanya diambil dari lingkungan terdekat mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik
pendekatan metode proyek adalah sebagai berikut (a) pendekatan proyek lebih menekankan pada
peran guru dalam mendorong anak-anak untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan sekitar anak, (b) pendekatan proyek menekankan pada partisipasi aktif anak dalam
proses pembelajaran, (c) topik-topik pembelajaran dalam pendekatan proyek diambil dari
lingkungan sekitar anak atau dari kehidupan keseharian anak.
c. Tujuan dan Manfaat Metode Proyek Bagi Anak TK
Setiap metode pembelajaran mempunyai tujuan masing-masing yang ingin dicapai oleh
setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Katz dan Chard (1999:3) mengemukakan
bahwa tujuan umum dari pendekatan proyek adalah melatih daya pikir anak dalam kehidupan
keseharian mereka, tidap hanya berupa pengetahuan dan keterampilan namun juga meliputi
sensitifitas estetika, emosi dan moral.
Adapun lima tujuan utama dalam pendekatan proyek seperti yang direkomendasikan
oleh Katz dan Chard (1999:4) untuk digabungkan dalam kurikulum pendidikan anak usia dini
antara lain:
1) Mengembangkan kemampuan intelektual dan daya pikir
Pendekatan proyek tidak mengacu pada sistem pembelajaran akademik ataupun sistem
pembelajaran tradisional yang selama ini dianut oleh masyarakat. Pendekatan proyek
lebih mengacu pada kurikulum yang sesuai dengan perkembangan anak yang memiliki
fokus utama pada tujuan pengembangan intelektual. Dalam pendekatan proyek ini, daya
pikir anak ditingkatkan dengan cara meningkatkan pemahaman anak melalui pengalaman
langsung dan pemanfaatan lingkungan sekitar anak. Pada prinsipnya, aktivitas dalam
pendekatan proyek bertujuan meningkatkan kemampuan intelektual anak.
2) Keseimbangan aktifitas
Katz dan Chard (1999:5) mengungkapkan bahwa pembelajaran proyek dapat
menstimulasi keterampilan-keterampilan penting yang dibutuhkan anak dan membantu
anak untuk menguasainya. Pembelajaran proyek melengkapi dan meningkatkan proses
pembelajaran anak melalui permainan spontanitas yang lebih baik dari pengajaran
sistematik. Selama ini banyak orang tua dan guru menekankan pengajaran akademik
dengan mengorbankan spontanitas anak dan aspek-aspek kreatif dalam kurikulum. Dalam
sudut pandang pembelajaran dan perkembangan anak, pendekatan proyek dapat
menyeimbangkan aktivitas anak yang selama ini lebih banyak diberikan pengajaran
secara formal.
3) Menciptakan sekolah sebagai keseharian hidup
Salah satu tujuan dari pendekatan proyek untuk anak-anak dan orang dewasa adalah
memandang sekolah sebagai keseharian hidup. Dimana pengalaman sekolah anak-anak
merupakan sesuatu yang nyata, pengalaman kehidupan sehari-hari. Keseharian anak di
sekolah haruslah memberikan manfaat pada tingkat konsentrasi, tantangan dan
keterlibatan anak di dalamnya. Pendekatan proyek dirancang untuk memberikan
kebebasan pada anak untuk berpikir dan mengemukakann pendapatnya.
4) Meningkatkan etos komunitas di kelas
Pengalaman anak-anak di dalam kelas dan menyadari bahwa dirinya dan anggota kelas
merupakan sebuah komunitas adalah salah satu tujuan dari pendekatan proyek. Etos
komunitas diciptakan ketika semua anak-anak terdorong untuk berkontribusi dalam
kelompok kelas, walaupun mereka melakukannya dalam berbagai cara. Pendekatan
proyek dapat memberikan kesempatan pada anak untuk meningkatkan etos kooperatif
menjadi lebih baik.
5) Memandang mengajar sebagai suatu tantangan
Tujuan lain dari pendekatan proyek yaitu guru dapat memandang pekerjaan mereka
sebagai suatu tantangan. Dalam berbagai kondisi, pendekatan proyek diharapkan dapat
meningkatkan minat guru dalam mengajar. Guru haruslah memandang berbagai situasi
sebagai suatu hal yang positif dan sebagai sebuah tantangan. Disini guru berpikir untuk
memikirkan solusi kreatif dan konstruktif.
Menurut Semiawan (1997:37) bahwa metode proyek bertujuan untuk memantapkan
pengetahuan yang dimiliki warga belajar, dan memungkinkan juga warga belajar memperluas
wawasan pengetahuannya dari suatu mata pelajaran tertentu, dan pengetahuan yang diperoleh
warga belajar menjadi lebih berarti dan kegiatan belajar mengajar akan menjadi lebih menarik,
karena pengetahuan bermanfaat baginya untuk mengapresiasikan lingkungannya, memahami
serta memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari kegiatan metode proyek adalah untuk melatih anak memperoleh
keterampilan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari baik secara mandiri maupun dalam
kelompok, keterampilan bekerja secara terpadu untuk mencapai tujuan kelompok, keterampilan
bekerja sama secara harmonis, bekerja secara tuntas (Moeslichatoen, 2004:146).
Dalam kegiatan metode proyek memungkinkan penyaluran minat anak sehingga anak
lebih terdiring untuk belajar. Dengan metode proyek, anak dilatih menelaah dan memandang
suatu materi pelajaran dalam konteks yang lebih luas. Kegiatan proses belajar mengajar menjadi
lebih bervariasi dan lebih sering melibatkan anak dalam proses belajar mengajar.
Manfaat dari pendekatan proyek dijelaskan oleh Katz dan Chard dalam Wortham
(2006:71) yakni pendekatan proyek melibatkan perolehan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perasaan. Hal-hal tersebut dapat menciptakan situasi pembelajaran yang kaya akan interaksi dan
percakapan mengenai topik-topik yang berada di lingkungan sekitar anak.
Pendekatan proyek juga dapat menciptakan aktivitas yang dapat berkontribusi pada
pekerjaan dan keberlangsungan kelompok, hal tersebut tidak mengenal tingkat perbedaan
kemampuan yang dimiliki anak. Bekerja sama dalam pembelajaran proyek dapat menciptakan
situasi dan kegiatan yang dapat memperkuat keterampilan sosial. Hal tersebut dikarenakan topiktopik dalam pendekatan proyek sangat akrab dengan kehidupan anak sehari-hari sehingga anak
tertarik untuk mempelajarinya, pengetahuan tentang budaya nyata sangat relevan untuk anak-
anak. Selain itu pendekatan proyek juga memberikan tantangan untuk guru dalam mengajar
secara profesional dan meningkatkan dalam bekerja.
Moeslichatoen (2004:137) mengemukakan bahwa perkembangan suatu metode terletak
pada kekuatannya dalam memotivasi anak. Metode proyek merupakan salah satu metode untuk
memberikan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah yang memiliki nilai praktis yang
sangat penting bagi perkembangan pribadi yang sehat dan realistik. Pribadi yang sehat adalah
pribadi yang memiliki ciri-ciri sikap kemandirian, percaya diri, dapat menyesuaikan diri, dapat
mengembangkan hubungan antar pribadi yang saling memberi dan menerima, serta mau
menerima kenyataan dan mengakui bahwa dirinya berbeda dengan anak lain.
Lebih lanjut Moeslichatoen (2004:142) mengatakan bahwa manfaat metode proyek
adalah bila dipergunakan secara tepat dapat memperluas wawasan anak tentang segi-segi
kehidupan dalam keluarga, sekolah, masyarakat. Anak memperoleh pemahaman yang utuh
tentang bagaimana memecahkan masalah tertentu yang memerlukan kerja sama dengan anak lain
secara terpadu, anak memperoleh pengalaman belajar dalam pengembangan sikap dalam
kegiatan bekerja dengan anak lain. Sikap positif itu antara lain sikap mandiri, penyesuaian diri,
tanggung jawab, tenggang rasa, saling membantu dan sebagainya.
Pada dasarnya manfaat metode proyek bagi anak Taman Kanak-Kanak yaitu anak
mendapatkan pengalaman secara utuh, karena dalam kegiatannya anak terlibat langsung,
sehingga anak dapat memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya dan secara tidak
langsung anak mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang menjadi
tugasnya dalam kelompok.
Metode proyek dapat membangkitkan kegiatan mental yang mendorong anak dapat
menghilangkan ketegangan atau keadaan yang mengganggu dengan menggunakan cara-cara
yang sudah dikuasai untuk diterapkan dalam situasi sekarang untuk menghilangkan ketegangan
itu secara kreatif (Moeslichatoen, 2004:142).
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Proyek
Menurut Nurlaily (2006:51) metode proyek ini mempunyai kelebihan yaitu (a) anakanak kerja sendiri dalam ruangan sekolah, (b) mendekatkan kehidupan anak di sekolah dengan
kehidupan dalam masyarakat, (c) mengubah keadaan statis menjadi dinamis, (d) anak-anak
belajar sungguh-sungguh dan bekerja sama, (e) anak-anak bertanggung jawab penuh pada
pekerjaannya.
Segala sesutu tidak terlepas dari kekurangan, adapun yang menjadi kekurangan dari
penerapan metode proyek adalah: (a) tiap mata pelajaran mempunyai kesulitan sendiri, hal mana
tidak dapat dipenuhi dalam proyek total, (b) segala sesuatu menjadi sangat luas, (c) sukar untuk
memilih proyek-proyek yang sangat tepat, (d) hasilnya tergantung pada kecakapan guru untuk
menyelenggarakan sesuatu, (e) menyiapkan tugas bukan suatu pekerjaan yang mudah, (f)
sulitnya mencari sumber-sumber (Nurlaily, 2006:51).
e. Tahapan-Tahapan Metode Proyek
Menurut Cak Heppy (2010:3) bahwa tahapan-tahapan metode proyek meliputi tahapan
perencanaan, pelaksanaan, tindak lanjut, penilaian.
1) Tahap perencanaan
Pada tahap ini guru membuat perencanaan seperti biasa yang dilakukannya
perbedaannya hanyalah bahwa proses belajar mengajar dengan metode proses proyek,
guru mencoba menaikkan pokok bahasan dari suatu mata pelajaran tertentu dengan
pokok bahasan dari mata pelajaran lain. Secara berurutan tahap perencanaan itu meliputi
langkah- langkah sebagai berikut:
a) Mempelajari pokok bahasan dalam GBPP dari mata pelajaran yang menjadi tema dari
proyek tersebut.
b) Membuat diagram kaitan antara tema dengan pokok bahasan dari mata pelajaran lain
(untuk itu perlu dipelajari GBPP mata pelajaran lain).
c) Merumuskan tujuan pelajaran dengan menggunakan metode proyek tersebut.
d) Menentukan materi pelajaran dari pokok bahasan masing- masing mata pelajaran
yang dikaitkan dengan tema proyek.
e) Menentukan langkah- langkah dalam kegiatan belajar- mengajar, termasuk metode
dan pendekatannya.
f) Merencanakan organisasi kelas sesuai dengan kegiatan belajar- mengajar (misalnya
bekerja dalam kelompok).
g) Bila dalam langkah kegiatan itu ada kunjungan kesitus sejarah atau musium, maka
diadakan perencanaan untuk hal tersebut (misalnya mengadakan peninjauan lebih
dulu kesitus sejarah atau musium).
h) Menyiapkan format- format pengamatan untuk siswa.
i) Merencanakan kegiatan- kegiatan tidak lanjut.
j) Menyiapkan penilaian kegiatan belajar- mengajar.
2) Tahap pelaksanaan.
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tahap pelaksanaan antara lain:
a) Guru mengemukakan tema pokok
b) Guru mengajak peserta didik menelaah kemungkinan untuk mengkaitkan tema
dengan berbagai bidang studi
c) Guru berperan sebagai pembimbing dan pengatur jalannya diskusi
d) Sesudah pengkaitan tema dengan bidang studi yang lain terbentuk, guru membagi
kelas dalam beberapa kelompok sebanyak bidang studi yang ada (terkait)
e) Setiap kelompok merencanakan bagaimana melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan materi yang telah dikaitkan dengan tema.
f) Guru memberi tahukan hal- hal yang penting apa yang perlu diamati oleh peserta
didik.
g) Data informasi yang terkumpul di diskusikan, di olah dan di tulis serta siap untuk
dilaporkan.
h) Sesudah siap untuk melaporkan, maka guru atau peserta didik memimpin pelaporan.
Siswa yang lain memberi komentar atau saran dan dicatat oleh anggota kelompok
yang sedang melaporkan. Guru kadang- kadang memberi saran apabila diskusi
kurang lancar.
i) Berdasarkan komentar atau saran maka kelompok mendiskusikan dan bersikap
sepakat untuk menambah atau mengurangi dan menyempurnakan laporan.
j) Suatu hal yang penting, bahwa guru harus membantu para peserta didik dalam
memahimi hubungan tema dengan bidang studi yang lain.
3) Tahap tindak lanjut
Untuk memantapkan hasil kegiatan belajar yang baik untuk diterapkan adalah pameran.
Pameran dapat berkisar antara pameran sederhana sampai pameran yang lebih luas.
Materi pameran dapat menjadi sumber bagi pelajaran lainnya.
4) Tahap penilaian
Kegiatan pada tahap terakhir pelaksanaan metode proyek adalah penilaian terhadap
semua kegiatan yang telah dilakukan. Tujuan penilaian adalah dalam rangka untuk
memperbaiki proses belajar- mengajar dengan metode proyek ini. Selain itu penilaian
dimaksudkan untuk mengetahui apa yang telah dipelajari peserta didik dan apakah sikapsikap dan keterampilan tertentuj telah dimiliki oleh peserta didik.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Mengerjakan Maze Melalui Metode
Proyek Pada Anak Kelompok B di TK Cempaka Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango”
yang akan dilakukan oleh peneliti relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Warni
Hubu (2008) dengan judul penelitian “Upaya Melatih Kemampuan Anak Kelompok B
Mengerjakan Maze Melalui Metode Proyek di TK Kuntum Mekar Kecamatan Kabila Kabupaten
Bone Bolango”
Dari hasil penelitian Warni Hubu (2008) disimpulkan bahwa penggunaan metode
proyek secara umum mampu melatih dan meningkatkan kemampuan mengerjakan maze
khususnya pada anak kelompok B di TK Kuntum Mekar Kecamatan Kabila Kabupaten Bone
Bolango. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 orang anak yang memiliki kemampuan
baik dalam mengerjakan maze pada tindakan kelas siklus I berjumlah 21 anak (70%) sedangkan
pada siklus kedua terjadi peningkatan lagi menjadi 27 orang anak (90%).
Persamaan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti dengan yang pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya adalah pada masalah peningkatan kemampuan mengerjakan maze dan
metode yang digunakan yakni metode proyek. Namun pada penelitian ini, peneliti cenderung
mengkaji tentang kemampuan membuat maze sesuai syarat edukatif dan kemampuan membuat
maze sesuai syarat teknis.
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori sebelumnya maka hipotesis yang dapat diajukan yakni “Jika
guru menerapkan metode proyek dalam pembelajaran maka kemampuan mengerjakan maze pada
anak kelompok B di Cempaka Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan”.
D.
Indikator Kinerja
Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah kemampuan
mengerjakan maze pada anak kelompok B TK Cempaka Kecamatan Kabila Kabupaten Bone
Bolango dapat meningkat dari 7 orang (35%) menjadi 16 orang (80%).
Download