PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, KOMPETENSI PROFESIONAL, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU Budi Hartana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana email : [email protected] ABSTRACT Research was conducted to analyze the influence of pedagogical competency, professional competency and work motivation on teacher performance. The experiment was conducted at Government High School (SMAN) 87 Jakarta, involving 48 teachers as respondents. Primary data was collected using a questionnaire, which was filled by the respondents self-rating Likert scale. Multiple regression model was used to analyze the data. Regression analysis showed the determination coefficient of 94.1 %, indicated that variable pedagogic competency, professional competency and work motivation can explain 94.1 % variation in teacher performance, while 5.9 % is explained by variables outside research. The results of hypothesis testing showed that pedagogical competency, professional competency, and work motivation positively and significantly affected the teacher performance. Results of correlation analysis between dimensions variable indicates that the dimension that the most strongly affect the performance of teachers is pedagogical competency and work motivasi. Key words : Paedagogic Competency, Profesional Competency, Motivation and Performance ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik kompetensi profesional dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 87 Jakarta, dengan melibatkan 48 guru sebagai responden. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yang di isi secara self-rating oleh responden dengan skala Likert. Model regresi berganda digunakan untuk menganalisis data. Hasil analisis regresi menunjukkan besaran koefisien determinasi sebesar 94,1 % , berarti variable kompetensi pedagogic, kompetensi professional dan motivasi kerja dapat menjelaskan 94,1% variasi kinerja guru, sedangkan 5,9% dijelaskan oleh variable di luar penelitian. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi professional, kompetensi pedagogik dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hasil analisis korelasi antar dimensi variable menunjukkan bahwa dimensi yang paling kuat mempengaruhi kinerja guru adalah kompetensi pedagogik dan motivasi kerja. Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional , Motivasi dan Kinerja PENDAHULUAN Realita sosial yang dihadapi Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional adalah mutu pendidikan masih memprihatinkan. Berdasarkan data daya saing Indonesia menurut World Economic Forum, 2007-2008, berada pada level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing negaranegara ASEAN seperti Malaysia, yang berada di urutan ke 21 dan Singapura di urutan 7. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara. The United Nations Development Programme ( UNDP ) tahun 2011 juga telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124, pada tahun 2012 dari 180 negara. Data Education For All (EFA) Global Monitoring Report (GMR)tahun 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Menurut survey Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke12 dari 12 negara di Asia (Setya, 2012). Rendahnya prestasi belajar juga di alami di SMA Negeri 87 Jakarta, faktanya masih ada siswa pada saat dilakukan evaluasi sumatif, hasilnya masih ada beberapa mata pelajaran dengan ratarata nilai masih dibawah Standar Ketuntasan 147 148 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 Minimal (SKM) yaitu 75, Sehingga harus dilakukan evaluasi ulang (remedial) dan siswa terlebih dahulu diberikan pengayaan dengan cara mengulangi materi yang sudah diujikan. Indikator ini ditunjukkan pada hasil perolehan nilai ulangan semester dari tahun 2010/2011, 2011/2012. Indikator lain yaitu nilai ujian nasional belum menunjukkan prestasi yang lebih baik, terbukti perolehan nilai pada tiga tahun terakhir 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012, masih belum menunjukkan peningkatan secara konsisten, bahkan masih ada yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 7,5. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar, namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan kualitan pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan profesional dalam kinerjanya. Realitas sehari-hari masih ditemukan adanya kinerja guru yang kurang maksimal, antara lain : 1) pembuatan rancangan kegiatan pembelajaran belum optimal, bahkan hanya copy paste perangkat tahun lalu dengan mengganti tahunnya, 2) kurangnya kemampuan guru menciptakan pembelajaran yang variatif, 3) masih banyaknya siswa yang tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru sehingga mereka tidak menyerap pelajaran yang didapat, 4) masih ada guru yang meninggalkan jam pelajaran, 5) dan masih ditemukan adanya siswa yang nilai ujian akhir nasional dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) yaitu 7,5. Kinerja guru akan dapat terwujud dengan baik, jika didukung oleh kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional seorang guru yang memadai. Untuk mencapai kinerja guru yang tinggi, juga diperlukan adanya motivasi dari guru untuk meningkatkan kinerjanya secara utuh. Menurut Purwanto (2006) motivasi merupakan kekuatan pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu kegitan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata. Semakin tinggi motivasi seseorang maka semakin tinggi pula kinerjanya. Aspek-aspek motivasi mencakup kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan dan kebutuhan untuk berafiliasi. Kemampuan dan motivasi yang tinggi didasarkan pada keinginan yang kuat dari setiap guru akan mampu mewujudkan atau menghasilkan suatu kinerja yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat diteliti adalah : 1) Apakah kompetensi pedagogik berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Negeri 87 Jakarta? 2) Apakah kompetensi profesional berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Negeri 87 Jakarta ? 3) Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Negeri 87 Jakarta?, dan 4) Apakah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan motivasi kerja secara bersamasama berpengaruh terhadap kinerja guru SMA Negeri 87 Jakarta? Tujuan penelitian adalah : 1) Menganalisis pengaruh kompetensi pedagogikterhadap kinerja guru di SMA Negeri 87 Jakarta. 2) Menganalisis pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja guru di SMA Negeri 87 Jakarta. 3) Menganalisis pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMA Negeri 87 Jakarta. 4) Menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan motivasi kerja,secara bersamasamaterhadap kinerja guru di SMA Negeri 87 Jakarta. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kinerja Menurut Amstrong dan Baron (1963) dalam Wibisono (2007:2) unjuk kerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Kinerja atau unjuk kerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya. Menurut Hasibuan (2003:34) “Kinerja sebagai suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu” Menurut Mathis dan Jackson (2001 : 82) banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja, antara lain : 1) kemampuan, 2) motivasi, 3) dukungan Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan 5) hubungan mereka dengan organisasi. Kinerja seorang guru dikatakan baik jika guru telah melakukan unsur-unsur yang terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur, dan objektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Membahas masalah kualitas dari kinerja guru tidak terlepas dari pencapaian hasil belajar. Hal ini karena kinerja guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Dimensi Kinerja Guru Madjid (2008:91) bahwa dimensi kinerja guru meliputi (1) merencanakan pembelajaran,(2)melaksanakanpembelajaran, dan (3) mengevaluasi pembelajaran. 1. Merencanakan pembelajaran Menurut Hunt (1999:24) dalam Madjid (2008:94) untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik antara lain : mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai cara digunakan dalam perencanaan pembelajaran yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam persiapan mengajar menurut Mulyasa (2007:94) , yaitu (a) Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas, (b) Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, (c) Kegiatankegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah 149 ditetapkan, (d) Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya, dan (e) Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class. 2. Melaksanakan pembelajaran a. Membuka pelajaran Menurut Madjid (2008:104) membuka pelajaran dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan dua cara: (1) melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan tidak mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa, (2) menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa, (3) menciptakan suasana pembelajaran demokratis melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk kreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya. b. Menyampaikan Materi Pelajaran Menurut Madjid (2008:104) adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. Kegiatan inti mencakup, (1) Penyampaian tujuan pembelajaran,(2) penyampaian materi/bahan ajar dengan menggunakan pendekatan, metode, sarana dan alat/media yang sesuai, (3) pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa, dan (4) melakukan pemeriksaan/pengecekan mengenai pemahaman siswa. Rambu-rambu dalam menyampaikan pelajaran menurut Usman (2008:122) yaitu : (1) bahan yang disampaikan benar, tidak menyimpang, (2) penyampaian lancar dan tidak tersendat-sendat, 150 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 (3) penyampaian sistematis, (4) bahasa jelas dan benar serta mudah dimengerti oleh siswa, (5) memberi contoh tepat. Penyampaian materi pembelajaran tidak terlepas dari pengelolaan kelas. didik. Kompetensi pedagogik dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. c. Menutup Pengajaran Menurut Madjid (2008:105) meliputi: (1) melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penilaian, (2) melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan di antaranya memberi tugas atau latihan-latihan, menugaskan mempelajari materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi/bimbingan belajar, (3) mengakhiri proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu materi pokok yang kan dibahas pada pelajaran berikutnya. Selain itu, salah satu cara penutup pelajaran adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan kunci kepada siswa, lalu menyimpukan hasil jawaban siswa. Usaha menutup pelajaran, maksudnya untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang akan dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. 1. Kompetensi Menyusun Rencana pembelajaran. Menurut Depdiknas (2004:9) Kemampuan merencanakan pembelajaran : Kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi : 1. mampu mendeskripsikan tujuan 2. mampu memilih materi 3. mampu mengorganisir materi 4. mampu menentukan metode/strategi pembelajaran 5. mampu menentukan sumber belajar/media/ alat peraga pembelajaran, 6. mampu menyusun perangkat penilaian 7. mampu menentukan teknik penilaian 8. mampu mengalokasikan waktu. 3. Mengevaluasi Pembelajaran Evaluasi dapat digunakan untuk memperoleh balikan atau feedback yang dipakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran, atau untuk menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Guru menilai sampai manakah pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami hasil belajar. Menurut Usman (2008:126) : dalam melakukan penialaian guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) jenis penilaian sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan, (2) sesuai demgan tujuan, (3) sesuai dengan bahan pelajaran, (4) hasilnya dapat ditafsirkan. Kompetensi Pedagogik. Dalam Undang - undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta 2. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahapan pelaksanaan program yang telah disusun dan direncanakan. Kemampuan yang dituntut dalam kegiatan belajar mengajar menurut Depdiknas (2004:9) mengemukakan bahwa kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi : (1) membuka pelajaran,(2) menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, (12) menggunakan waktu. 3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian. Menurut Wirawan (2002:22) evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan.Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Kompetensi Profesional Depdiknas (2004) tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Depdiknas (2004:9) Kompetensi profesional meliputi 1) pengembangan profesi, 2) pemahaman wawasan, 3) dan penguasaan bahan kajian akademik. Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalih bahasakan buku pelajaran/karya ilmah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis diktat, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah, (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Motivasi Kerja Menurut Purwanto (2006:71) motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Hasibuan(2001:10) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya 151 untuk mencapai kepuasan. Kerja adalah: (1) aktifitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia, (2) kerja memberikan status dan mengikat kepada individu lain dan masyarakat, jadi motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Teori Motivasi Prestasi (Achievement Motivation Theory) Teori Motivasi Prestasi (Achievement MotivationTheory) yang dikembangkan oleh McClelland dari Universitas Harvard Amerika Serikat beserta timnya. Menurut McClelland dalam Hasibuan (2001:111) menggolongkan kebutuhan manusia menjadi tiga jenis yaitu need for achievment (nAch) , need for power (nPow), dan need for affiliation (nAff). a. Kebutuhan akan prestasi (need for achievment) Need for Achievement (nAch) diartikan kebutuhan akan seseorang untuk mengejar dan mencapai tujuan yang lebih baik. Kebutuhan berprestasi merupakan motivasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam hubungannya dengan teroi Maslow, berarti motivasi ini terkait dengan kebutuhan pada urutan yang tinggi, terutama kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan akan status dan kekuasaan. Kebutuhan ini memerlukan dan mengharuskan seseorang pekerja melakukan kegiatan belajar, agar menguasai keterampilan/keahlian yang memungkinkan seorang pekerja mencapai prestasi. b. Kebutuhan akan kekuasaan (Need for power) Menurut Hasibuan (2001:113) Need for power (nPow) Diartikan sebagai kebutuhan seseorang untuk menguasai orang lain. Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang karyawan. Karena itu nPow ini yang merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan. c. Kebutuhan akan afiliasi (Need for affiliation) Menurut Hasibuan (2001:113) (Need for affiliation) Diartikan sebagai kebutuhan seseorang untuk mengadakan hubungan erat 152 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 dan saling menyenangkan dengan orang lain. Hasibuan Need for affiliation merupakan daya penggerak yang akan memotivasi semangat kerja seorang karyawan. Kebutuhan itu meliputi (1) kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia hidup dan bekerja (sense of belonging), (2) kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of important), (3) kebutuhan akan perasaan maju dan gagal (Sense of achievement),dan (4) kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation). Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan kinerja guru yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan pengaruh kompetensi dan motivasi guru. Arafat (2009) menyatakan bahwa motivasi berprestasi dan kreatifitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru IPA. Kustiyani (2007) menghasilkan kesimpulan bahwa persepsi guru terhadap kepala sekolah dan motivasi berprestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hermawan (2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepemimpinan situasional dan motivasi terhadap kinerja baik secara parsiaI ataupun simultan, sementara Muis (2008) juga menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan antarakepemimpinan situasional dan motivasi terhadap kinerja baik secara parsiaI ataupun simultan. Winarti (2010) menghasilkan kesimpulan terdapat pengaruh yang positif kompetensi dan motifasi kerja terhdap kinerja guru. Syafiudin (2011) menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan kompetensi profesional dan motivasi terhadap kinerja baik secara parsiaI ataupun simultan. Rerangka Pemikiran dan Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu tersebut, maka disusun rerangka pemikiran sebagaimana Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 maka diduga kompetensi pedagogic, kompetensi professional, dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Gambar 1. Rerangka pemikiran Adapun hipotesis penelitian adalah : 1. Kompetensi Pedagogik berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 87 Jakarta. 2. Kompetensi Profesional berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 87 Jakarta. 3. Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 87 Jakarta. 4. Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Motivasi kerja secara bersama-sama, berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 87 Jakarta. Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru METODE PENELITIAN Obyek penelitian di SMA Negeri 87 Jakarta Selatan, yang berlokasi di Jl. Mawar II, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan kausalitas yakni meneliti pengaruh kompetensi profesional dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004:89-90). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus, mengingat jumlah populasi hanya 48 guru. Data dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah data yang deperoleh langsung dari sumber penelitian, hasil jawaban kuesioner yang diedarkan kepada responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berbentuk kuesioner, dengan pengukuran menggunakan skala Likert, katagori jawaban terdiri atas 5 tingkatan. Menurut Malhotra (2005:278) skala Likert dalam penelitian keperilakuan termasuk skala interval. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti hal yang akan diteliti. Untuk menyatakan butir valid atau tidak valid digunakan ketentuan Corrected Item-Total Correlation (CITC) atau disingkat dengan r (koefien korelasi), Jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid, (Sugiyono, 2008:23). Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila dipergunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Uji realibilitas terhadap kuesioner ini menggunakan uji Cronbach Alpha, dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal, bila memiliki koefisien keandalan atau Alpha > 0.7. 153 Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengumpulan,berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov dalam SPSS 18.0.Distribusi data dikatakan normal jika nilai sig KS > 0,05. Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel independen. Uji multikolinieraitas dihitung berdasarkan hasil tabel coefficients, dapat dilihat pada output Coefficients model. Variabel penelitian dikatakan tidak memiliki gejala multikolinieritas jika nilai VIF < 10. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, variance tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika pengamatannya berbeda maka disebut Heteroskedastisitas model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Regresi linier berganda didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal dua variabel bebas atau lebih dengan variabel terikat. Persamaan umum regresi linier berganda adalah: Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e Y = K inerja Guru X1 = Kompetensi pedagogik a = Konstanta X2 = Kompetensi Profesional b = Koefisien regresi X3 = Motivasi Kerja e = Standar error Untuk mengukur seberapa besar variabel-variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, digunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien ini menunjukkan proporsi variabilitas total pada variabel terikat yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2 berada pada interval 0 ≤ R2 ≤ 1. Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara partial terhadap variabel terikat, pembuktian dilakukan dengan uji t, yaitu dengan membandingkan antara nilai thitung masing-masing variabel bebas dengan ttabel (nilai kritis dengan tingkat signifikansi 5%). 154 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 Keputusan : • Jika thitung > ttabel : H0 ditolak dan Ha diterima (terdapat pengaruh). • Jika thitung < ttabel : H0 diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat pengaruh Untuk menguji apakah variabelvariabel independen secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dilakukan dengan menggunakan uji F, yaitu membandingkan antara nilai Ftabel (a=5%) dengan nilai Fhitung. • Jika Fhitung > Ftabel dan Sig (p) < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima (terdapat pengaruh) • Jika Fhitung < Ftabel dan Sig (p) > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak terdapat pengaruh) HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah SMA Negeri 87 Jakarta SMA Negeri 87 Jakarta berdiri sejak tanggal 21 Juni 1986 yang status awalnya diperuntukkan SLTP Negeri. SMA Negeri 87 Jakarta berlokasi di Jalan Kesadaran Ulujami Raya Pesanggrahan Jakarta Selatan. Jumlah rombongan belajar pada Tahun Pelajaran 1986/1987 ada 5 kelas I. Tahun Pelajaran 1987/1988 menerima siswa kelas I tetap 5 kelas, untuk kenaikan kelas II membukan jurusan A1(Ilmu-ilmu Fisika), A2(Ilmuilmu Biologi) dan A3 (Ilmu-ilmu Sosial). Tahun 2004 mulai diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kopetensi, dan nama untuk kelas I, II, III SMA menjadi kelas X, XI dan XII, jurusan untuk kelas XI maupun XII ada 2 jurusan, yaitu program IPA (Ilmu-ilmu Alam) dan program IPS ( Ilmu-ilmu Sosial). SMA Negeri 87 Jakarta sudah melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya di gedung baru Jalan Mawar II Rempoa Raya Jakarta Selatan. Karakteristik Responden Hasil olah data deskriptif frekuensi untuk karakteristik responden memberikan suatu gambaran dari responden yang menjadi sampel dan menjawab kuisioner. Karakteristik responden berisi gambaran tentang ; Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan terakhir, Kepangkatan dan Masa kerja. Karakteristik Responden disajikan pada tabel 5.1. berikut ini : Tabel 1. Karakteristik Responden No 1. Variabel Jenis Kelamin 2. Usia 3. Pendidikan Terakhir Jawaban Laki-Laki Perempuan Total 20 - 30 th 31 - 45 th 46 - 55 th Di atas 55 th Total S1 S2 S3 Total Jumlah 23 25 48 4 15 25 4 48 36 11 1 48 Presentasi 47.9 52.1 100 8,3 31,3 52,1 8,3 100 75 22.9 2.1 100 Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru 155 Tabel 1. Karakteristik Responden (Lanjutan) 4. Kepangkatan 5 Masa Kerja IV/b IV/c IV/a III/d III/c III/b III/a Honorer 1 - 10 th Total 21 - 30 th > 30 th Total 1 1 31 1 3 11 6 48 24 2 48 2.1 2.1 64,6 2,1 0 0 6,3 22,9 12.5 100 50 4.2 100 Sumber : Data Penelitian Diolah (2013) Uji Instrumen Penelitian Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kompetensi Pedagogik (X1) Hasil perhitungan korelasi sebagaimana Tabel 2. Tabel 2. Validitas Butir Pertanyaan Kompetensi Pedagogik Pertanyaan r tabel ValiditaS Q1 Corrected Item-Total Correlation 0.898 0,286 Valid Q2 0.934 0,286 Valid Q3 0.842 0,286 Valid Q4 0.912 0,286 Valid Q5 0.913 0,286 Valid Q6 0.902 0,286 Valid Pada Tabel 2, menujukkan bahwa tidak satupun butir pertanyaan dikesampingkan dengan demikian seluruh 6 butir pernyataan adalah valid. Uji statistik reliabilitas pada tabel 5.3, menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha, 0,953 dengan demikian seluruh 6 Cronbach Alpha Reliabilitas 0.953 Reliabel butir pernyataan adalah reliable, karena nilai Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran Kompetensi Pedagogik mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik. 156 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 Uji validitas dan reliabilitas instrumen Kompetensi Profesional (X2) Tabel 3. Validitas Butir Pertanyaan Kompetensi Profesional Pertanyaan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Corrected Item-Total Correlation 0.708 0.829 0.693 0.817 0.722 0.724 0.721 0.648 0.829 0.775 r tabel ValiditaS 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Hasil olah data uji statistik validitas pada Tabel 3, menunjukkan bahwa tidak satupun butir pertanyaan dikesampingkan dengan demikian seluruh 10 butir pernyataan adalah valid. Uji statistik reliabilitas pada tabel 5.9, menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha, 0,907 dengan demikian seluruh 10 Cronbach Alpha Reliabilitas 0.907 Reliabel butir pernyataan adalah reliable, karena nilai Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran Kompetensi Profesional mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik. Uji validitas dan reliabilitas instrumen Motivasi Kerja(X3) Tabel 4. Validitas Butir Pertanyaan Motivasi Kerja Pertanyaan Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Corrected Item-Total Correlation 0.684 0.663 0.761 0.799 0.737 0.761 0.704 0.729 0.661 0.854 r tabel ValiditaS 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Hasil olah data uji statistik validitas pada Tabel 4, menunjukkan bahwa tidak satupun butir pertanyaan dikesampingkan dengan demikian seluruh 10 butir pernyataan adalah valid. Uji statistik reliabilitas pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Cronbach Alpha Reliabilitas 0.898 Reliabel Alpha, 0,898 dengan demikian seluruh 10 butir pernyataan adalah reliabel, karena nilai Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran motivasi kerja mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru 157 Uji validitas dan reliabilitas instrument Kinerja guru (Y) Tabel 5. Validitas Butir Pertanyaan Kinerja Guru Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation r tabel ValiditaS Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 0.65 0.934 0.855 0.724 0.842 0.684 0.605 0.892 0.852 0.706 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 0,286 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 0.751 0.639 Hasil olah data uji statistik validitas pada Tabel 5., menunjukkan bahwa tidak satupun butir pertanyaan dikesampingkan dengan demikian seluruh 12 butir pernyataan adalah valid. Uji statistic reliabilitas pada tabel 5.9 memperlihatkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha, 0, 932 dengan demikian seluruh 12 Cronbach Alpha Reliabilitas 0.932 Reliabel butir pernyataan adalah reliable, karena nilai Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal 0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran kinerja guru mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Gambar 2. Uji Normalitas 158 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 Normal probability plot pada gambar 2 terlihat bahwa titik-titik data membentuk pola linier sehingga dianggap konsisten dengan distribusi normal. Uji Multikolinieritas Tabel 6 Uji Multikolinieritas Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 2.360 1.217 K o m p e t e n s i .674 .122 .430 Pedagogik K o m p e t e n s i .246 .111 .208 Profesional Tabel 6, menunjukkan bahwa semua nilai pada kolomVIF lebih kecil dari 10. Berdasarkan Gozalli (2005: 116) jika nilai VIF kurang dari 10 berarti tidak terjadi Collinearity Statistics t 1.939 5.527 Sig. .059 .000 Tolerance VIF .222 4.500 2.212 .032 .152 6.559 multikolinier, berarti model penelitian memenuhi asumsi bahwa variable independen tidak ada multikolinier. Uji Heteroskedastisitas Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas Gambar 3., menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, karena titiktitik yang ada menyebar secara acak, tidak membentuk pola yang jelas. sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui dan menghitung nilai koefisien korelasi berganda digunakan uji F. Untuk pengujian dan analisis data menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 18.0. Tabel 7 Uji F Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dan Motivasi kerja, secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru Model ANOVA Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3474.874 3 1158.291 232.671 .000* Residual 219.042 44 4.978 Total 3693.917 47 a. Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional b. Dependent Variable: Kinerja Guru Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Tabel 7. Model ANOVA atau F test menunjukkan, bahwa variabel independen bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen sangat signifikan, dengan nilaiuji F 159 = 232.671 untuk derajat kebebasan k = 3 dan n – k – 1 = 48 – 3 – 1 = 44 dan P-value = 0.000, lebih kecil dari α = 0.05. Tabel 8. Uji R Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, dan Motivasi kerja, secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru Model Summary( b) Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .970a .941 .937 2.231 a. Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional Sumber : Hasil Olah Data dengan SPSS 18.0 Tabel 8, menunjukkan bahwa nilai R=0,970 sedangkan koefisien determinasi R2= 0,941, hal ini menunjukkan Indeks determinasi, yaitu presentasi yang menyumbangkan pengaruh kompetensi pedagogik, profesional dan motivasi masing-masing terhadap kinerja. Nilai R2 (R Square) = 0.941 menunjukkan bahwa 94,1% dari variance Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan Motivasi kerja, dapat menyumbangkan perubahan dalam variabel Kinerja guru. Sisanya 5.9 % dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pengaruh parsial dari variable-variabel kompetensi pedagogil, kompetensi professional dan motivasi kerja terhadap kinerja guru menggunakan kriteri Uji t. Apabila nilai t hitung lebih besar dari 1,96 atau pada tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dikatakan bahwa variable independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Tabel 9. Hasil Koefisien Regresi berganda Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 2.360 1.217 K o m p e t e n s i .674 .122 .430 Pedagogik K o m p e t e n s i .246 .111 .208 Profesional Motivasi kerja .446 .124 .372 a. Dependent Variable: Kinerja Guru Model Sumber : Hasil Olah Data dengan SPSS 18.0 Table 9., menunjukkan bahwa t hitung untuk variable kompetensi pedagogic adalah sebesar 5.527 dan sig (p) 0,00< 0,05. Berarti kompetensi pedagogik (X1) berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Y). Artinya bahwa faktor kompetensi pedagogik yang dimiliki Guru SMA Negeri 87 akan mampu meningkatkan kinerjanya. Nilai t hitung variable kompetensi professional adalah t Sig. 1.939 5.527 .059 .000 2.212 .032 3.605 .001 sebesar 2.212 dan sig (p) 0,032< 0,05. Berarti terdapat pengaruh positif signifikan kompetensi profesional (X2) terhadap kinerja guru (Y). Peningkatan kompetensi professional akan meningkatkan kinerja guru. Nilai t hitung untuk variable motivasi adalah sebesar 3.605 dan sig (p) 0,001 < 0,05. Artinya terdapat pengaruh positif signifikan motivasi kerja (X3) terhadap kinerja guru (Y). Analisis Korelasi antar Dimensi (Matric Correlation) 160 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 Matrik korelasi antar dimensi dependen dengan independen digunakan untuk meneliti pengaruh mana yang paling kuat untuk dimensi dari variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 10. Matrik Korelasi antar Dimensi Variabel Penelitian Y11 Y12 Y13 X11 X12 X13 0.918 0.827 0.877 0.894 0.814 0.873 0.757 0.790 0.804 X21 X22 X23 0.814 0.869 0.770 0.753 0.870 0.806 0.730 0.744 0.664 X31 X32 X31 0.863 0.784 0.866 0.920 0.799 0.801 0.805 0.743 0.909 Kinerja Guru (Y) Kompetensi Pedagogik (X1) Merencanakan Program Pembelajaran X1 Mengelola proses belajar mengajar Melaksakan penilaian Kompetensi Profesional (X2) Kemampuan penguasaan materi pelajaran Kemampuan pengembangan profesi X2 Pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan Motivasi kerja (X3) Kebutuhan prestasi X3 Kebutuhan kekuasaan Kebutuhan afiliasi Berdasarkan korelasi antara dimensi sebagaimana Tabel 5.10 menunjukkan bahwa : 1) Untuk variabel Kompetensi Pedagogik, dimensi yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi Merencanakan Program Pembelajaran (X11) terhadap Dimensi Merencanakan pembelajaran (Y11) pada variabel Kinerja karena memiliki memiliki nilai koefisien = 0.918. 2) Untuk variable Kompetensi Profesional, dimensi yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi Kemampuan pengembangan profesi (X22) terhadap Dimensi Melaksanakan pembelajaran (Y12) pada variabel Kinerja karena memiliki memiliki nilai koefisien = 0.870. 3) Untuk variable Motivasi kerja, dimensi yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi Kebutuhan prestasi (X31) terhadap Dimensi Melaksanakan pembelajaran (Y12) pada variabel Kinerja karena memiliki nilai koefisien = 0.920. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kompetensi Pedagogik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru artinya perubahan nilai Kompetensi pedagogik mempunyai pengaruh searah terhadap perubahan kinerja guru atau dengan kata lain apabila Kompetensi pedagogikmeningkat, maka akan terjadi peningkatan kinerja guru dan secara statistik memiliki pengaruh yang signifikan. 2. Kompetensi Profesional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru artinya perubahan nilai kompetensi profesional mempunyai pengaruh searah terhadap perubahan kinerja guru, semakin tinggi kompetensi profesional guru akan diikuti dengan peningkatan kinerja guru atau dengan kata lain apabila kompetensi profesional baik maka akan terjadi peningkatan kinerja guru. 3. Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru artinya perubahan nilai motivasi kerja mempunyai pengaruh searah terhadap perubahan kinerja guru, Semakin tinggi motivasi kerja guru akan diikuti dengan peningkatan kinerja guru, dengan kata lain apabila motivasi kerja meningkat maka akan terjadi peningkatan kinerja guru dan secara statistik memiliki pengaruh yang signifikan. Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru 4. Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru itu artinya Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional dan motivasi kerja harus lebih diperhatikan dan ditingkatkan oleh pihak sekolah agar bisa meningkatkan kinerja para guru. Saran 1. Untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi professional, dan motivasi kerja guru. 2. Penelitian lanjutan dengan menggunakan kompetensi guru secara lengkap (kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian). Hal ini agar kinerja guru dapat digambarkan secara komprehenship dipengaruhi kompetensinya. 161 Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia; Dasar Kunci Keberhasilan.Haji Mas Agung. Jakarta. Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Pustaka.Jakarta. Madjid, Abdul.2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Malhotra. 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. PT Index. Jakarta. Mangkunegara. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perusahaan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Karakteristik dan Implementasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. DAFTAR PUSTAKA Cornelius. 2008. SPSS 18 Analisis data Statistik .C.Vandi. Yogyakarta. -------- Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikat Guru. Rosda Karya. Bandung. Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Purwanto M, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Depdiknas. 2004. Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pusat Data dan Informasi Pendidikan, BalitbangDepdiknas. Jakarta Prayitno. 2008. Pengukuran Instrumen Penelitian. Alfabeta. Bandung. Depdiknas. 2004. Badan Akreditasi Sekolah Nasional. Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang-Depdiknas. Jakarta. ---------2005.Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.Citra Umbara. Bandung Gozalli. 2005. Pengukuran Instrumen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Robbins, Stephen. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep Kontraversi dan Aplikasi. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka. PT. Prenhallindo. Jakarta. Sagala, Saeful. 2008 Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membentu memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Alfabeta. Bandung. Sadarmayanti. 2001. Tata Kerja dan Produktifitas Kerja. PT Mandar Maju. Jakarta. Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Penerbit Alpha Beta. Bandung. 162 Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162 Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru profesional. Penerbit Rosdakarya. Bandung. Wirawan. 2002. Profesi dan Standart Evaluasi. Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press. Jakarta. Wibisono. 2007. Perilaku Organisasi. Alfabeta. Bandung. -oOo-