pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan

advertisement
PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK, KOMPETENSI
PROFESIONAL, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU
Budi Hartana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana
email : [email protected]
ABSTRACT
Research was conducted to analyze the influence of pedagogical competency, professional competency and work
motivation on teacher performance. The experiment was conducted at Government High School (SMAN) 87 Jakarta,
involving 48 teachers as respondents. Primary data was collected using a questionnaire, which was filled by the
respondents self-rating Likert scale. Multiple regression model was used to analyze the data. Regression analysis showed
the determination coefficient of 94.1 %, indicated that variable pedagogic competency, professional competency and
work motivation can explain 94.1 % variation in teacher performance, while 5.9 % is explained by variables outside
research. The results of hypothesis testing showed that pedagogical competency, professional competency, and work
motivation positively and significantly affected the teacher performance. Results of correlation analysis between
dimensions variable indicates that the dimension that the most strongly affect the performance of teachers is pedagogical
competency and work motivasi.
Key words : Paedagogic Competency, Profesional Competency, Motivation and Performance
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik kompetensi profesional dan motivasi
kerja terhadap kinerja guru. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 87 Jakarta, dengan
melibatkan 48 guru sebagai responden. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, yang di isi secara
self-rating oleh responden dengan skala Likert. Model regresi berganda digunakan untuk menganalisis data. Hasil
analisis regresi menunjukkan besaran koefisien determinasi sebesar 94,1 % , berarti variable kompetensi pedagogic,
kompetensi professional dan motivasi kerja dapat menjelaskan 94,1% variasi kinerja guru, sedangkan 5,9% dijelaskan
oleh variable di luar penelitian. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi professional, kompetensi
pedagogik dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hasil analisis korelasi antar
dimensi variable menunjukkan bahwa dimensi yang paling kuat mempengaruhi kinerja guru adalah kompetensi
pedagogik dan motivasi kerja.
Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional , Motivasi dan Kinerja
PENDAHULUAN
Realita sosial yang dihadapi Pemerintah
Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional adalah mutu pendidikan masih
memprihatinkan. Berdasarkan data daya saing
Indonesia menurut World Economic Forum,
2007-2008, berada pada level 54 dari 131 negara.
Jauh di bawah peringkat daya saing negaranegara ASEAN seperti Malaysia, yang berada
di urutan ke 21 dan Singapura di urutan 7. Data
Education Development Index (EDI) Indonesia,
pada 2011 Indonesia berada di peringkat
ke-69 dari 127 negara. The United Nations
Development Programme ( UNDP ) tahun 2011
juga telah melaporkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM ) atau Human Development
Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan
dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat
124, pada tahun 2012 dari 180 negara. Data
Education For All (EFA) Global Monitoring
Report (GMR)tahun 2012 yang dikeluarkan
oleh UNESCO, pendidikan Indonesia berada
di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh
dunia dari 120 negara. Menurut survey Political
and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke12 dari 12 negara di Asia (Setya, 2012).
Rendahnya prestasi belajar juga di alami di
SMA Negeri 87 Jakarta, faktanya masih ada siswa
pada saat dilakukan evaluasi sumatif, hasilnya
masih ada beberapa mata pelajaran dengan ratarata nilai masih dibawah Standar Ketuntasan
147
148
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
Minimal (SKM) yaitu 75, Sehingga harus
dilakukan evaluasi ulang (remedial) dan siswa
terlebih dahulu diberikan pengayaan dengan
cara mengulangi materi yang sudah diujikan.
Indikator ini ditunjukkan pada hasil perolehan
nilai ulangan semester dari tahun 2010/2011,
2011/2012. Indikator lain yaitu nilai ujian
nasional belum menunjukkan prestasi yang lebih
baik, terbukti perolehan nilai pada tiga tahun
terakhir 2009/2010, 2010/2011, 2011/2012,
masih belum menunjukkan peningkatan secara
konsisten, bahkan masih ada yang dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
7,5. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
sangat ditentukan kesiapan guru dalam
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan
belajar mengajar, namun demikian posisi
strategis guru untuk meningkatkan kualitan
pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan
profesional dalam kinerjanya.
Realitas sehari-hari masih ditemukan
adanya kinerja guru yang kurang maksimal,
antara lain : 1) pembuatan rancangan
kegiatan pembelajaran belum optimal,
bahkan hanya copy paste perangkat tahun lalu
dengan mengganti tahunnya, 2) kurangnya
kemampuan guru menciptakan pembelajaran
yang variatif, 3) masih banyaknya siswa yang
tidak memperhatikan apa yang dijelaskan
oleh guru sehingga mereka tidak menyerap
pelajaran yang didapat, 4) masih ada guru yang
meninggalkan jam pelajaran, 5) dan masih
ditemukan adanya siswa yang nilai ujian akhir
nasional dibawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal(KKM) yaitu 7,5.
Kinerja guru akan dapat terwujud
dengan baik, jika didukung oleh kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional seorang
guru yang memadai. Untuk mencapai kinerja
guru yang tinggi, juga diperlukan adanya
motivasi dari guru untuk meningkatkan
kinerjanya secara utuh. Menurut Purwanto
(2006) motivasi merupakan kekuatan
pendorong bagi seseorang untuk melakukan
suatu kegitan yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan nyata. Semakin tinggi motivasi
seseorang maka semakin tinggi pula kinerjanya.
Aspek-aspek motivasi mencakup kebutuhan
akan prestasi, kebutuhan akan kekuasaan dan
kebutuhan untuk berafiliasi. Kemampuan
dan motivasi yang tinggi didasarkan pada
keinginan yang kuat dari setiap guru akan
mampu mewujudkan atau menghasilkan suatu
kinerja yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah,
dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
dapat diteliti adalah : 1) Apakah kompetensi
pedagogik berpengaruh terhadap kinerja
guru SMA Negeri 87 Jakarta? 2) Apakah
kompetensi profesional berpengaruh terhadap
kinerja guru SMA Negeri 87 Jakarta ? 3)
Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap
kinerja guru SMA Negeri 87 Jakarta?, dan 4)
Apakah kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan motivasi kerja secara bersamasama berpengaruh terhadap kinerja guru SMA
Negeri 87 Jakarta?
Tujuan penelitian adalah : 1)
Menganalisis
pengaruh
kompetensi
pedagogikterhadap kinerja guru di SMA
Negeri 87 Jakarta. 2) Menganalisis pengaruh
kompetensi profesional terhadap kinerja guru
di SMA Negeri 87 Jakarta. 3) Menganalisis
pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru
di SMA Negeri 87 Jakarta. 4) Menganalisis
pengaruh kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional dan motivasi kerja,secara bersamasamaterhadap kinerja guru di SMA Negeri 87
Jakarta.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kinerja
Menurut Amstrong dan Baron
(1963) dalam Wibisono (2007:2) unjuk kerja
merupakan prilaku nyata yang ditampilkan
sesuai dengan perannya dalam organisasi.
Kinerja atau unjuk kerja pegawai merupakan
suatu hal yang sangat penting dalam usaha
organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga
berbagai kegiatan harus dilakukan organisasi
untuk meningkatkannya.
Menurut Hasibuan (2003:34) “Kinerja
sebagai suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
serta waktu” Menurut Mathis dan Jackson
(2001 : 82) banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja dari individu tenaga kerja, antara lain
: 1) kemampuan, 2) motivasi, 3) dukungan
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
yang diterima, 4) keberadaan pekerjaan yang
mereka lakukan dan 5) hubungan mereka
dengan organisasi.
Kinerja seorang guru dikatakan baik
jika guru telah melakukan unsur-unsur yang
terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang
tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan
mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan
dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas
dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama
dengan semua warga sekolah, kepemimpinan
yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang
baik, jujur, dan objektif dalam membimbing
siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya.
Membahas masalah kualitas dari kinerja guru
tidak terlepas dari pencapaian hasil belajar.
Hal ini karena kinerja guru sangat menentukan
keberhasilan proses belajar yang efektif dan
efisien sehingga tujuan pendidikan dapat
tercapai.
Dimensi Kinerja Guru
Madjid (2008:91) bahwa dimensi
kinerja guru meliputi (1) merencanakan
pembelajaran,(2)melaksanakanpembelajaran,
dan (3) mengevaluasi pembelajaran.
1. Merencanakan pembelajaran
Menurut Hunt (1999:24) dalam Madjid
(2008:94) untuk membuat perencanaan
yang baik dan dapat menyelenggarakan
proses pembelajaran yang ideal, setiap guru
harus mengetahui unsur-unsur perencanaan
pembelajaran yang baik antara lain :
mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan
yang hendak dicapai, berbagai cara digunakan
dalam perencanaan pembelajaran yang relevan
digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria
evaluasi.
Beberapa
prinsip
yang
harus
diperhatikan dalam persiapan mengajar
menurut Mulyasa (2007:94) , yaitu (a) Rumusan
kompetensi dalam persiapan mengajar harus
jelas, (b) Persiapan mengajar harus sederhana
dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik, (c) Kegiatankegiatan yang disusun dan dikembangkan
dalam persiapan mengajar harus menunjang
dan sesuai dengan kompetensi yang telah
149
ditetapkan, (d) Persiapan mengajar yang
dikembangkan harus utuh dan menyeluruh,
serta jelas pencapaiannya, dan (e) Harus ada
koordinasi antara komponen pelaksana program
sekolah, terutama apabila pembelajaran
dilaksanakan secara tim (team teaching) atau
moving class.
2. Melaksanakan pembelajaran
a. Membuka pelajaran
Menurut Madjid (2008:104) membuka
pelajaran dimaksudkan untuk memberikan
motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian,
dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa
berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan
dengan dua cara: (1) melaksanakan apersepsi
atau penilaian kemampuan awal. Kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang
guru perlu menghubungkan materi pelajaran
yang telah dimiliki siswa dengan materi yang
akan dipelajari dan tidak mengesampingkan
motivasi belajar terhadap siswa, (2) menciptakan
kondisi awal pembelajaran melalui upaya
menciptakan semangat dan kesiapan belajar
melalui bimbingan guru kepada siswa, (3)
menciptakan suasana pembelajaran demokratis
melalui cara dan teknik yang digunakan guru
dalam mendorong siswa untuk kreatif dalam
belajar dan mengembangkan keunggulan yang
dimilikinya.
b. Menyampaikan Materi Pelajaran
Menurut Madjid (2008:104) adalah
kegiatan
utama
untuk
menanamkan,
mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berkaitan dengan bahan kajian
yang bersangkutan. Kegiatan inti mencakup,
(1) Penyampaian tujuan pembelajaran,(2)
penyampaian materi/bahan ajar dengan
menggunakan pendekatan, metode, sarana
dan alat/media yang sesuai, (3) pemberian
bimbingan bagi pemahaman siswa, dan
(4) melakukan pemeriksaan/pengecekan
mengenai pemahaman siswa. Rambu-rambu
dalam menyampaikan pelajaran menurut
Usman (2008:122) yaitu : (1) bahan yang
disampaikan benar, tidak menyimpang, (2)
penyampaian lancar dan tidak tersendat-sendat,
150
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
(3) penyampaian sistematis, (4) bahasa jelas
dan benar serta mudah dimengerti oleh siswa,
(5) memberi contoh tepat. Penyampaian materi
pembelajaran tidak terlepas dari pengelolaan
kelas.
didik. Kompetensi pedagogik dapat dilihat dari
kemampuan merencanakan program belajar
mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi
atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
c. Menutup Pengajaran
Menurut Madjid (2008:105) meliputi:
(1) melaksanakan penilaian akhir dan
mengkaji hasil penilaian, (2) melaksanakan
kegiatan tindak lanjut dengan alternatif
kegiatan di antaranya memberi tugas atau
latihan-latihan, menugaskan mempelajari
materi pelajaran tertentu, dan memberikan
motivasi/bimbingan belajar, (3) mengakhiri
proses pembelajaran dengan menjelaskan atau
memberi tahu materi pokok yang kan dibahas
pada pelajaran berikutnya. Selain itu, salah
satu cara penutup pelajaran adalah dengan
memberikan beberapa pertanyaan kunci kepada
siswa, lalu menyimpukan hasil jawaban siswa.
Usaha menutup pelajaran, maksudnya untuk
memberi gambaran menyeluruh tentang apa
yang akan dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan
guru dalam proses belajar mengajar.
1. Kompetensi
Menyusun
Rencana
pembelajaran.
Menurut
Depdiknas
(2004:9)
Kemampuan merencanakan pembelajaran :
Kompetensi penyusunan rencana pembelajaran
meliputi :
1. mampu mendeskripsikan tujuan
2. mampu memilih materi
3. mampu mengorganisir materi
4. mampu
menentukan
metode/strategi
pembelajaran
5. mampu menentukan sumber belajar/media/
alat peraga pembelajaran,
6. mampu menyusun perangkat penilaian
7. mampu menentukan teknik penilaian
8. mampu mengalokasikan waktu.
3. Mengevaluasi Pembelajaran
Evaluasi dapat digunakan untuk
memperoleh balikan atau feedback yang
dipakai untuk memperbaiki dan merevisi
bahan atau metode pengajaran, atau untuk
menyesuaikan bahan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Guru menilai sampai
manakah pengetahuan yang diperoleh dan
transformasi dapat dimanfaatkan untuk
memahami hasil belajar.
Menurut
Usman
(2008:126)
:
dalam melakukan penialaian guru perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1)
jenis penilaian sesuai dengan kegiatan belajar
mengajar yang telah diberikan, (2) sesuai
demgan tujuan, (3) sesuai dengan bahan
pelajaran, (4) hasilnya dapat ditafsirkan.
Kompetensi Pedagogik.
Dalam Undang - undang No.14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
bahwa
kompetensi
pedagogik
adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta
2. Kompetensi Melaksanakan Proses
Belajar Mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar
merupakan tahapan pelaksanaan program yang
telah disusun dan direncanakan. Kemampuan
yang dituntut dalam kegiatan belajar mengajar
menurut Depdiknas (2004:9) mengemukakan
bahwa kompetensi melaksanakan proses
belajar mengajar meliputi :
(1) membuka pelajaran,(2) menyajikan materi,
(3) menggunakan media dan metode, (4)
menggunakan alat peraga, (5) menggunakan
bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi
siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8)
berinteraksi dengan siswa secara komunikatif,
(9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan
umpan balik, (11) melaksanakan penilaian,
(12) menggunakan waktu.
3. Kompetensi Melaksanakan Penilaian.
Menurut Wirawan (2002:22) evaluasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik
akan menyebarkan pemahaman dan perbaikan
pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah
akan merugikan pendidikan.Tujuan utama
melaksanakan evaluasi dalam proses belajar
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
mengajar adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian
tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak
lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan
dilaksanakan.
Kompetensi Profesional
Depdiknas (2004) tentang Standar
Nasional Pendidikan, kompetensi profesional
merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/
koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar
yang ada dalam kurikulum sekolah; (c)
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
(d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara
profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
Depdiknas
(2004:9)
Kompetensi
profesional meliputi 1) pengembangan profesi,
2) pemahaman wawasan, 3) dan penguasaan
bahan kajian akademik. Pengembangan
profesi meliputi (1) mengikuti informasi
perkembangan IPTEK yang mendukung
profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2)
mengalih bahasakan buku pelajaran/karya
ilmah, (3) mengembangkan berbagai model
pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis
diktat, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis
modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan
penelitian ilmiah, (10) menemukan teknologi
tepat guna, (11) membuat alat peraga/media,
(12) menciptakan karya seni (13) mengikuti
pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti
pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum.
Motivasi Kerja
Menurut Purwanto (2006:71) motivasi
adalah pendorong suatu usaha yang disadari
untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang
agar ia tergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu. Menurut Hasibuan(2001:10)
motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang,
agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif
dan terintegrasi dengan segala daya upaya
151
untuk mencapai kepuasan. Kerja adalah: (1)
aktifitas dasar dan dijadikan bagian esensial
dari kehidupan manusia, (2) kerja memberikan
status dan mengikat kepada individu lain dan
masyarakat, jadi motivasi kerja adalah suatu
yang menimbulkan semangat atau dorongan
kerja.
Teori Motivasi Prestasi (Achievement
Motivation Theory)
Teori Motivasi Prestasi (Achievement
MotivationTheory) yang dikembangkan oleh
McClelland dari Universitas Harvard Amerika
Serikat beserta timnya. Menurut McClelland
dalam Hasibuan (2001:111) menggolongkan
kebutuhan manusia menjadi tiga jenis yaitu
need for achievment (nAch) , need for power
(nPow), dan need for affiliation (nAff).
a. Kebutuhan akan prestasi (need for
achievment)
Need for Achievement (nAch) diartikan
kebutuhan akan seseorang untuk mengejar dan
mencapai tujuan yang lebih baik. Kebutuhan
berprestasi
merupakan motivasi dalam
pelaksanaan pekerjaan. Dalam hubungannya
dengan teroi Maslow, berarti motivasi ini
terkait dengan kebutuhan pada urutan yang
tinggi, terutama kebutuhan aktualisasi diri
dan kebutuhan akan status dan kekuasaan.
Kebutuhan ini memerlukan dan mengharuskan
seseorang pekerja melakukan kegiatan belajar,
agar menguasai keterampilan/keahlian yang
memungkinkan seorang pekerja mencapai
prestasi.
b. Kebutuhan akan kekuasaan (Need for
power)
Menurut
Hasibuan
(2001:113)
Need for power (nPow) Diartikan sebagai
kebutuhan seseorang untuk menguasai orang
lain. Kebutuhan akan kekuasaan merupakan
daya penggerak yang memotivasi semangat
kerja seorang karyawan. Karena itu nPow
ini yang merangsang dan memotivasi gairah
kerja seseorang serta mengerahkan semua
kemampuan demi mencapai kekuasaan.
c. Kebutuhan akan afiliasi (Need for
affiliation)
Menurut Hasibuan (2001:113) (Need
for affiliation) Diartikan sebagai kebutuhan
seseorang untuk mengadakan hubungan erat
152
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
dan saling menyenangkan dengan orang lain.
Hasibuan Need for affiliation merupakan daya
penggerak yang akan memotivasi semangat
kerja seorang karyawan. Kebutuhan itu
meliputi (1) kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain dilingkungan ia hidup dan
bekerja (sense of belonging), (2) kebutuhan
akan perasaan dihormati, karena setiap manusia
merasa dirinya penting (sense of important),
(3) kebutuhan akan perasaan maju dan gagal
(Sense of achievement),dan (4) kebutuhan akan
perasaan ikut serta (sense of participation).
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu terkait
dengan kinerja guru yang telah dilakukan
menghasilkan
kesimpulan
pengaruh
kompetensi dan motivasi guru. Arafat (2009)
menyatakan bahwa motivasi berprestasi dan
kreatifitas mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru IPA. Kustiyani
(2007) menghasilkan kesimpulan bahwa
persepsi guru terhadap kepala sekolah dan
motivasi berprestasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru. Hermawan
(2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara kepemimpinan
situasional dan motivasi terhadap kinerja baik
secara parsiaI ataupun simultan, sementara
Muis (2008) juga menemukan adanya pengaruh
positif dan signifikan antarakepemimpinan
situasional dan motivasi terhadap kinerja
baik secara parsiaI ataupun simultan. Winarti
(2010) menghasilkan kesimpulan terdapat
pengaruh yang positif kompetensi dan motifasi
kerja terhdap kinerja guru. Syafiudin (2011)
menemukan adanya pengaruh positif dan
signifikan kompetensi profesional dan motivasi
terhadap kinerja baik secara parsiaI ataupun
simultan.
Rerangka Pemikiran dan Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan
penelitian terdahulu tersebut, maka disusun
rerangka pemikiran sebagaimana Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 maka diduga kompetensi
pedagogic, kompetensi professional, dan
motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru.
Gambar 1. Rerangka pemikiran
Adapun hipotesis penelitian adalah :
1. Kompetensi
Pedagogik
berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja Guru SMA
Negeri 87 Jakarta.
2. Kompetensi Profesional berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja Guru SMA
Negeri 87 Jakarta.
3. Motivasi kerja berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 87
Jakarta.
4. Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Profesional dan Motivasi kerja secara
bersama-sama, berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 87
Jakarta.
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian di SMA Negeri 87
Jakarta Selatan, yang berlokasi di Jl. Mawar II,
Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan
Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.
Penelitian menggunakan metode survei dengan
pendekatan kausalitas yakni meneliti pengaruh
kompetensi profesional dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru.
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2004:89-90). Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode sensus, mengingat jumlah
populasi hanya 48 guru. Data dalam penelitian
ini menggunakan data primer. Data primer
adalah data yang deperoleh langsung dari
sumber penelitian, hasil jawaban kuesioner
yang diedarkan kepada responden.
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah berbentuk
kuesioner, dengan pengukuran menggunakan
skala Likert, katagori jawaban terdiri atas 5
tingkatan. Menurut Malhotra (2005:278) skala
Likert dalam penelitian keperilakuan termasuk
skala interval.
Uji validitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah item-item yang tersaji
dalam
kuesioner
benar-benar
mampu
mengungkapkan dengan pasti hal yang akan
diteliti. Untuk menyatakan butir valid atau
tidak valid digunakan ketentuan Corrected
Item-Total Correlation (CITC) atau disingkat
dengan r (koefien korelasi), Jika r hitung >
r tabel, maka dinyatakan valid, (Sugiyono,
2008:23). Uji reabilitas dimaksudkan untuk
mengetahui adanya konsistensi alat ukur
dalam penggunaannya, alat ukur tersebut
mempunyai hasil yang konsisten apabila
dipergunakan berkali-kali pada waktu yang
berbeda. Uji realibilitas terhadap kuesioner
ini menggunakan uji Cronbach Alpha, dimana
suatu instrumen dapat dikatakan handal, bila
memiliki koefisien keandalan atau Alpha >
0.7.
153
Uji
normalitas
bertujuan
untuk mengetahui apakah data hasil
pengumpulan,berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan
analisis Kolmogorov Smirnov dalam SPSS
18.0.Distribusi data dikatakan normal jika nilai
sig KS > 0,05. Uji multikolinearitas dimaksudkan
untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar
variabel independen. Uji multikolinieraitas
dihitung berdasarkan hasil tabel coefficients,
dapat dilihat pada output Coefficients model.
Variabel penelitian dikatakan tidak memiliki
gejala multikolinieritas jika nilai VIF < 10. Uji
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidak
variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain, variance tetap maka disebut
homoskedastisitas, dan jika pengamatannya
berbeda maka disebut Heteroskedastisitas
model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi Heteroskedastisitas.
Regresi linier berganda didasarkan pada
hubungan fungsional atau kausal dua variabel
bebas atau lebih dengan variabel terikat.
Persamaan umum regresi linier berganda
adalah:
Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e
Y = K inerja Guru X1 = Kompetensi pedagogik
a = Konstanta X2 = Kompetensi Profesional
b = Koefisien regresi
X3 = Motivasi Kerja
e = Standar error
Untuk mengukur seberapa besar
variabel-variabel bebas dapat menjelaskan
variabel
terikat,
digunakan
koefisien
determinasi (R2). Koefisien ini menunjukkan
proporsi variabilitas total pada variabel terikat
yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2
berada pada interval 0 ≤ R2 ≤ 1.
Untuk melihat pengaruh variabel
bebas secara partial terhadap variabel terikat,
pembuktian dilakukan dengan uji t, yaitu
dengan membandingkan antara nilai thitung
masing-masing variabel bebas dengan ttabel
(nilai kritis dengan tingkat signifikansi 5%).
154
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
Keputusan :
• Jika thitung > ttabel : H0 ditolak dan Ha
diterima (terdapat pengaruh).
• Jika thitung < ttabel : H0 diterima dan Ha
ditolak (tidak terdapat pengaruh
Untuk menguji apakah variabelvariabel independen secara bersama-sama
atau
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap variabel dependen dilakukan dengan
menggunakan uji F, yaitu membandingkan
antara nilai Ftabel (a=5%) dengan nilai
Fhitung.
• Jika Fhitung > Ftabel dan Sig (p) <
0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
(terdapat pengaruh)
• Jika Fhitung < Ftabel dan Sig (p) > 0.05
maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak
terdapat pengaruh)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah SMA Negeri 87 Jakarta
SMA Negeri 87 Jakarta berdiri sejak
tanggal 21 Juni 1986 yang status awalnya
diperuntukkan SLTP Negeri. SMA Negeri 87
Jakarta berlokasi di Jalan Kesadaran Ulujami
Raya Pesanggrahan Jakarta Selatan. Jumlah
rombongan belajar pada Tahun Pelajaran
1986/1987 ada 5 kelas I. Tahun Pelajaran
1987/1988 menerima siswa kelas I tetap 5
kelas, untuk kenaikan kelas II membukan
jurusan A1(Ilmu-ilmu Fisika), A2(Ilmuilmu
Biologi) dan A3 (Ilmu-ilmu Sosial).
Tahun 2004 mulai diberlakukannya
Kurikulum Berbasis Kopetensi, dan nama
untuk kelas I, II, III SMA menjadi kelas X, XI
dan XII, jurusan untuk kelas XI maupun XII
ada 2 jurusan, yaitu program IPA (Ilmu-ilmu
Alam) dan program IPS ( Ilmu-ilmu Sosial).
SMA Negeri 87 Jakarta sudah melaksanakan
kegiatan belajar mengajarnya di gedung baru
Jalan Mawar II Rempoa Raya Jakarta Selatan.
Karakteristik Responden
Hasil olah data deskriptif frekuensi
untuk karakteristik responden memberikan
suatu gambaran dari responden yang menjadi
sampel dan menjawab kuisioner. Karakteristik
responden berisi gambaran tentang ;
Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan terakhir,
Kepangkatan dan Masa kerja. Karakteristik
Responden disajikan pada tabel 5.1. berikut
ini :
Tabel 1. Karakteristik Responden
No
1.
Variabel
Jenis Kelamin
2.
Usia
3.
Pendidikan Terakhir
Jawaban
Laki-Laki
Perempuan
Total
20 - 30 th
31 - 45 th
46 - 55 th
Di atas 55 th
Total
S1
S2
S3
Total
Jumlah
23
25
48
4
15
25
4
48
36
11
1
48
Presentasi
47.9
52.1
100
8,3
31,3
52,1
8,3
100
75
22.9
2.1
100
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
155
Tabel 1. Karakteristik Responden (Lanjutan)
4.
Kepangkatan
5
Masa Kerja
IV/b
IV/c
IV/a
III/d
III/c
III/b
III/a
Honorer
1 - 10 th
Total
21 - 30 th
> 30 th
Total
1
1
31
1
3
11
6
48
24
2
48
2.1
2.1
64,6
2,1
0
0
6,3
22,9
12.5
100
50
4.2
100
Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
Uji Instrumen Penelitian
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kompetensi Pedagogik (X1)
Hasil perhitungan korelasi sebagaimana Tabel
2.
Tabel 2. Validitas Butir Pertanyaan Kompetensi Pedagogik
Pertanyaan
r tabel
ValiditaS
Q1
Corrected Item-Total
Correlation
0.898
0,286
Valid
Q2
0.934
0,286
Valid
Q3
0.842
0,286
Valid
Q4
0.912
0,286
Valid
Q5
0.913
0,286
Valid
Q6
0.902
0,286
Valid
Pada Tabel 2, menujukkan bahwa tidak
satupun butir pertanyaan dikesampingkan
dengan demikian seluruh 6 butir pernyataan
adalah valid. Uji statistik reliabilitas pada tabel
5.3, menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
Alpha, 0,953 dengan demikian seluruh 6
Cronbach
Alpha
Reliabilitas
0.953
Reliabel
butir pernyataan adalah reliable, karena nilai
Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal
0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa
skala pengukuran Kompetensi Pedagogik
mempunyai validitas dan reliabilitas yang
baik.
156
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
Uji validitas dan reliabilitas instrumen Kompetensi Profesional (X2)
Tabel 3. Validitas Butir Pertanyaan Kompetensi Profesional
Pertanyaan
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Corrected
Item-Total
Correlation
0.708
0.829
0.693
0.817
0.722
0.724
0.721
0.648
0.829
0.775
r tabel
ValiditaS
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Hasil olah data uji statistik validitas
pada Tabel 3, menunjukkan bahwa tidak
satupun butir pertanyaan dikesampingkan
dengan demikian seluruh 10 butir pernyataan
adalah valid. Uji statistik reliabilitas pada
tabel 5.9, menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
Alpha, 0,907 dengan demikian seluruh 10
Cronbach
Alpha
Reliabilitas
0.907
Reliabel
butir pernyataan adalah reliable, karena nilai
Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal
0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa
skala pengukuran Kompetensi Profesional
mempunyai validitas dan reliabilitas yang
baik.
Uji validitas dan reliabilitas instrumen Motivasi Kerja(X3)
Tabel 4. Validitas Butir Pertanyaan Motivasi Kerja
Pertanyaan
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Corrected
Item-Total
Correlation
0.684
0.663
0.761
0.799
0.737
0.761
0.704
0.729
0.661
0.854
r tabel
ValiditaS
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Hasil olah data uji statistik validitas
pada Tabel 4, menunjukkan bahwa tidak
satupun butir pertanyaan dikesampingkan
dengan demikian seluruh 10 butir pernyataan
adalah valid. Uji statistik reliabilitas pada
tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
Cronbach
Alpha
Reliabilitas
0.898
Reliabel
Alpha, 0,898 dengan demikian seluruh 10
butir pernyataan adalah reliabel, karena nilai
Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal
0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa
skala pengukuran motivasi kerja mempunyai
validitas dan reliabilitas yang baik
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
157
Uji validitas dan reliabilitas instrument Kinerja guru (Y)
Tabel 5. Validitas Butir Pertanyaan Kinerja Guru
Pertanyaan
Corrected
Item-Total
Correlation
r tabel
ValiditaS
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
0.65
0.934
0.855
0.724
0.842
0.684
0.605
0.892
0.852
0.706
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
0,286
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.751
0.639
Hasil olah data uji statistik validitas
pada Tabel 5., menunjukkan bahwa tidak
satupun butir pertanyaan dikesampingkan
dengan demikian seluruh 12 butir pernyataan
adalah valid. Uji statistic reliabilitas pada tabel
5.9 memperlihatkan bahwa nilai Cronbach’s
Alpha, 0, 932 dengan demikian seluruh 12
Cronbach
Alpha
Reliabilitas
0.932
Reliabel
butir pernyataan adalah reliable, karena nilai
Cronbach’s Alpha berada diatas batas minimal
0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa skala
pengukuran kinerja guru mempunyai validitas
dan reliabilitas yang baik.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Gambar 2. Uji Normalitas
158
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
Normal probability plot pada gambar 2
terlihat bahwa titik-titik data membentuk pola
linier sehingga dianggap konsisten dengan
distribusi normal.
Uji Multikolinieritas
Tabel 6 Uji Multikolinieritas
Model
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
2.360
1.217
K o m p e t e n s i .674
.122
.430
Pedagogik
K o m p e t e n s i .246
.111
.208
Profesional
Tabel 6, menunjukkan bahwa semua
nilai pada kolomVIF lebih kecil dari 10.
Berdasarkan Gozalli (2005: 116) jika nilai
VIF kurang dari 10 berarti tidak terjadi
Collinearity Statistics
t
1.939
5.527
Sig.
.059
.000
Tolerance
VIF
.222
4.500
2.212
.032
.152
6.559
multikolinier, berarti model penelitian
memenuhi asumsi bahwa variable independen
tidak ada multikolinier.
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 3.,
menunjukkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas, karena titiktitik yang ada menyebar secara acak, tidak
membentuk pola yang jelas. sehingga dapat
dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.
Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui dan menghitung
nilai koefisien korelasi berganda digunakan
uji F. Untuk pengujian dan analisis data
menggunakan alat bantu SPSS (Statistical
Package for Social Sciences) versi 18.0.
Tabel 7 Uji F Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional,
dan Motivasi kerja, secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru
Model ANOVA
Model Sum of Squares
Df Mean Square F
Sig.
1
Regression 3474.874
3 1158.291
232.671
.000*
Residual
219.042
44 4.978
Total
3693.917
47
a. Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional
b. Dependent Variable: Kinerja Guru
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
Tabel 7. Model ANOVA atau F test
menunjukkan, bahwa variabel independen
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen sangat signifikan, dengan nilaiuji F
159
= 232.671 untuk derajat kebebasan k = 3 dan
n – k – 1 = 48 – 3 – 1 = 44 dan P-value = 0.000,
lebih kecil dari α = 0.05.
Tabel 8. Uji R Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional,
dan Motivasi kerja, secara bersama-sama terhadap Kinerja Guru
Model Summary( b)
Model
R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1
.970a
.941
.937
2.231
a. Predictors: (Constant), Motivasi kerja, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional
Sumber : Hasil Olah Data dengan SPSS 18.0
Tabel 8, menunjukkan bahwa nilai
R=0,970 sedangkan koefisien determinasi R2=
0,941, hal ini menunjukkan Indeks determinasi,
yaitu presentasi yang menyumbangkan
pengaruh kompetensi pedagogik, profesional
dan motivasi masing-masing terhadap kinerja.
Nilai R2 (R Square) = 0.941 menunjukkan
bahwa 94,1% dari variance Kompetensi
Pedagogik, Kompetensi Profesional dan
Motivasi kerja,
dapat menyumbangkan
perubahan dalam variabel Kinerja guru.
Sisanya 5.9 % dipengaruhi oleh variabel lain.
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pengaruh parsial
dari variable-variabel kompetensi pedagogil,
kompetensi professional dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru menggunakan kriteri
Uji t. Apabila nilai t hitung lebih besar dari
1,96 atau pada tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka dikatakan bahwa variable
independen berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru.
Tabel 9. Hasil Koefisien Regresi berganda
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
2.360
1.217
K o m p e t e n s i .674
.122
.430
Pedagogik
K o m p e t e n s i .246
.111
.208
Profesional
Motivasi kerja
.446
.124
.372
a. Dependent Variable: Kinerja Guru
Model
Sumber : Hasil Olah Data dengan SPSS 18.0
Table 9., menunjukkan bahwa t hitung
untuk variable kompetensi pedagogic adalah
sebesar 5.527 dan sig (p) 0,00< 0,05. Berarti
kompetensi pedagogik (X1) berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru (Y). Artinya
bahwa faktor kompetensi pedagogik yang
dimiliki Guru SMA Negeri 87 akan mampu
meningkatkan kinerjanya. Nilai t hitung
variable kompetensi professional adalah
t
Sig.
1.939
5.527
.059
.000
2.212
.032
3.605
.001
sebesar 2.212 dan sig (p) 0,032< 0,05. Berarti
terdapat pengaruh positif signifikan kompetensi
profesional (X2) terhadap kinerja guru (Y).
Peningkatan kompetensi professional akan
meningkatkan kinerja guru. Nilai t hitung
untuk variable motivasi adalah sebesar 3.605
dan sig (p) 0,001 < 0,05. Artinya terdapat
pengaruh positif signifikan motivasi kerja (X3)
terhadap kinerja guru (Y).
Analisis Korelasi antar Dimensi (Matric
Correlation)
160
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
Matrik korelasi antar dimensi dependen
dengan independen digunakan untuk meneliti
pengaruh mana yang paling kuat untuk dimensi
dari variabel independen terhadap variabel
dependen.
Tabel 10. Matrik Korelasi antar Dimensi Variabel Penelitian
Y11
Y12
Y13
X11
X12
X13
0.918
0.827
0.877
0.894
0.814
0.873
0.757
0.790
0.804
X21
X22
X23
0.814
0.869
0.770
0.753
0.870
0.806
0.730
0.744
0.664
X31
X32
X31
0.863
0.784
0.866
0.920
0.799
0.801
0.805
0.743
0.909
Kinerja Guru (Y)
Kompetensi Pedagogik (X1)
Merencanakan Program Pembelajaran
X1
Mengelola proses belajar mengajar
Melaksakan penilaian
Kompetensi Profesional (X2)
Kemampuan penguasaan materi pelajaran
Kemampuan pengembangan profesi
X2
Pemahaman terhadap wawasan dan landasan
pendidikan
Motivasi kerja (X3)
Kebutuhan prestasi
X3
Kebutuhan kekuasaan
Kebutuhan afiliasi
Berdasarkan korelasi antara dimensi
sebagaimana Tabel 5.10 menunjukkan bahwa : 1)
Untuk variabel Kompetensi Pedagogik, dimensi
yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi
Merencanakan Program Pembelajaran (X11)
terhadap Dimensi Merencanakan pembelajaran
(Y11) pada variabel Kinerja karena memiliki
memiliki nilai koefisien = 0.918. 2) Untuk
variable Kompetensi Profesional, dimensi
yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi
Kemampuan pengembangan profesi (X22)
terhadap Dimensi Melaksanakan pembelajaran
(Y12) pada variabel Kinerja karena memiliki
memiliki nilai koefisien = 0.870. 3) Untuk
variable Motivasi kerja, dimensi yang paling
kuat hubungannya adalah Dimensi Kebutuhan
prestasi (X31) terhadap Dimensi Melaksanakan
pembelajaran (Y12) pada variabel Kinerja
karena memiliki nilai koefisien = 0.920.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kompetensi Pedagogik berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja guru artinya
perubahan nilai Kompetensi pedagogik
mempunyai pengaruh searah terhadap
perubahan kinerja guru atau dengan kata lain
apabila Kompetensi pedagogikmeningkat,
maka akan terjadi peningkatan kinerja guru
dan secara statistik memiliki pengaruh
yang signifikan.
2. Kompetensi Profesional berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
guru artinya perubahan nilai kompetensi
profesional mempunyai pengaruh searah
terhadap perubahan kinerja guru, semakin
tinggi kompetensi profesional guru akan
diikuti dengan peningkatan kinerja guru
atau dengan kata lain apabila kompetensi
profesional baik maka akan terjadi
peningkatan kinerja guru.
3. Motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru artinya
perubahan nilai motivasi kerja mempunyai
pengaruh searah terhadap perubahan kinerja
guru, Semakin tinggi motivasi kerja guru
akan diikuti dengan peningkatan kinerja
guru, dengan kata lain apabila motivasi kerja
meningkat maka akan terjadi peningkatan
kinerja guru dan secara statistik memiliki
pengaruh yang signifikan.
Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
4. Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Profesional dan motivasi kerja secara
bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja guru itu artinya
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Profesional dan motivasi kerja harus lebih
diperhatikan dan ditingkatkan oleh pihak
sekolah agar bisa meningkatkan kinerja
para guru.
Saran
1. Untuk meningkatkan kinerja guru
dapat dilakukan dengan meningkatkan
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
professional, dan motivasi kerja guru.
2. Penelitian lanjutan dengan menggunakan
kompetensi
guru
secara
lengkap
(kompetensi
pedagogik,
kompetensi
profesional, kompetensi sosial dan
kompetensi
kepribadian).
Hal
ini
agar kinerja guru dapat digambarkan
secara
komprehenship
dipengaruhi
kompetensinya.
161
Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia; Dasar Kunci
Keberhasilan.Haji Mas Agung. Jakarta.
Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi
KTSP dan Sukses Sertifikasi Guru. Raja
Grafindo Pustaka.Jakarta.
Madjid,
Abdul.2008.
Perencanaan
Pembelajaran
Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru.PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Malhotra. 2005. Riset Pemasaran Pendekatan
Terapan. PT Index. Jakarta.
Mangkunegara. 2007. Manajemen Sumber
Daya Manusia dan Perusahaan. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Mulyasa.
2003.
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi:
Karakteristik
dan
Implementasi. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Cornelius. 2008. SPSS 18 Analisis data Statistik
.C.Vandi. Yogyakarta.
-------- Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan
Sertifikat Guru. Rosda Karya. Bandung.
Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Rineka Cipta. Jakarta.
Purwanto M, Ngalim. 2006.
Psikologi
Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2004. Penjelasan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Pusat Data
dan Informasi Pendidikan, BalitbangDepdiknas. Jakarta
Prayitno. 2008.
Pengukuran Instrumen
Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Depdiknas. 2004. Badan Akreditasi Sekolah
Nasional. Pusat Data dan Informasi
Pendidikan,
Balitbang-Depdiknas.
Jakarta.
---------2005.Undang-undang RI No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen.Citra
Umbara. Bandung
Gozalli. 2005. Pengukuran Instrumen
Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Robbins, Stephen. 2001. Perilaku Organisasi:
Konsep Kontraversi dan Aplikasi.
Terjemahan Hadyana Pujaatmaka. PT.
Prenhallindo. Jakarta.
Sagala, Saeful. 2008 Konsep dan Makna
Pembelajaran
untuk
membentu
memecahkan Problematika Belajar dan
Mengajar. Alfabeta. Bandung.
Sadarmayanti. 2001. Tata Kerja dan
Produktifitas Kerja. PT Mandar Maju.
Jakarta.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif.
Penerbit Alpha Beta. Bandung.
162
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm 147 - 162
Usman, Moh. Uzer. 2008. Menjadi Guru
profesional.
Penerbit
Rosdakarya.
Bandung.
Wirawan. 2002. Profesi dan Standart Evaluasi.
Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA
Press. Jakarta.
Wibisono. 2007. Perilaku Organisasi. Alfabeta.
Bandung.
-oOo-
Download