BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berfokus pada motif dan pemenuhan kepuasan mahasiswa dalam penggunaan website UNS berhubungan dengan bagaimana mahasiswa menjadikan media website sebagai salah satu sumber informasi dalam memenuhi kebutuhannya diantara sumber-sumber informasi lain yang ada di UNS. Beberapa kajian teori terkait dalam konteks penelitian ini diterangkan sebagai berikut: 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi menurut Devito dalam Effendy (2006:5) kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, merupakan yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari gangguangangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi antar manusia dapat terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Artinya, komunikasi dapat terlaksana jika didukung oleh adanya pesan, media, penerima, dan efek (Cangara, 2005: 21). Menurut Lasswell, cara terbaik dalam menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What in Which Channel To Whom What Effect (siapa mengatakan melalui saluran kepada siapa dan efek apa). Jawaban dari paradigma Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi: komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Cangara, 2005: 40). Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Who: komunikator, orang yang menyampaikan pesan b. Says What: pesan, pernyataaan yang didukung oleh lambang-lambang. Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan 10 11 cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya biasanya berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. c. In Which Channel: media, sarana atau alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. d. To Whom: komunikan; orang yang menerima pesan. Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa terdiri dari dari satu orang atau lebih, biasa dalam bentuk kelompok, organisasi atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran. e. With What Effect: efek, dampak dari pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi. De Fluer dalam Cangara (2005:25) menyatakan bahwa pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Pengaruh biasa juga diartikan perubahan atau tindakan seseorang sebagai akibat penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan. Unsur komunikasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah mahasiswa sebagai penerima informasi/komunikan. Dalam memenuhi kebutuhan informasi, mahasiswa memiliki kemampuan secara aktif untuk memilih sumber informasi yang ada di UNS. Beberapa sumber informasi yang ada diantaranya adalah selebaran informasi yang ditempel di papan pengumuman di masing-masng fakultas, spanduk, baliho, kontak UNS, website UNS ataupun informasi langsung dari petugas administrasi. Website UNS merupakan salah satu sumber informasi yang banyak digunakan oleh mahasiswa. Hal ini terlihat dalam perangkingan webometrics yang semakin meningkat dari beberapa periode. Penelitian terhadap motivasi mahasiswa dalam penggunaan website penting bagi pengelola untuk dapat memetakan menu/tampilan yang menjadi prioritas dalam pengelolaan website ke depan. 12 ` 2. Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi menunjuk kepada hasil yang diinginkan oleh pelaku komunikasi. Seperti yang disebutkan sebelumnya di latar belakang masalah, tujuan sentral komunikasi menurut Pace, Peterson dan Burnett dalam Effendy (2006:32) terdiri dari tiga yaitu to secure understanding, to establish acceptance dan to motivate action. To secure understanding berarti komunikan mengerti terhadap pesan yang diterimanya. Apabila komunikan telah mengerti, maka diharapkan komunikan akan bersedia menerima pesan yang telah disampaikannya (to establish acceptance). Selanjutnya, informasi yang diterima akan memberikan motivasi komunikan untuk melakukan tindakan (to motivate action). Dalam pandangan lain, Wilbur Scramm dalam Fajar (2009:61) melihat tujuan komunikasi dari dua perspektif kepentingan yaitu kepentingan komunikator/pengirim dan kepentingan komunikan/penerima. Dari sudut komunikator, komunikasi memiliki tujuan untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mengajurkan suatu tindakan. Sedangkan dari sudut kepentingan komunikan, komunikasi memiliki tujuan untuk memahami informasi, mempelajari, menikmati dan menerima atau menolak anjuran. Website sebagai salah satu bentuk media layanan informasi mengkomunikasikan berbagai program, aktivitas, keunggulan, informasi akademik dan informasi lainnya di UNS kepada pengguna, khususnya mahasiswa. Melalui media website ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami informasi yang telah dipublikasikan. Setelah informasi tersebut dapat diterima oleh mahasiswa dapat diterima sebagai bagian pengetahuan untuk melakukan aktifitas akademiknya.Tujuan akhir atas komunikasi ini adalah untuk memotivasi mahasiswa melakukan tindakan, misalnya melakukan perencanaan terhadap akademiknya atau memproses administrasi akademik. 13 3. Komunikasi Massa Media website, khususnya website pendidikan merupakan salah satu bentuk media massa karena informasi yang dipublikasikan dapat diakses oleh pengguna secara luas. Meskipun demikian konteks media massa website tidak seperti halnya media massa pada umumnya, karena media ini lebih bersifat informasional dan promosional. Definisi komunikasi massa pada umumnya lebih menyoroti pada media cetak dan elektronik. Ardianto and Lukiati (2007:7) mendefinisikan komunikasi massa sebagai proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Demikian pula, Mulyana (2007:83) menyatakan bahwa komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Meskipun khalayak ada kalanya menyampaikan pesan kepada lembaga (dalam bentuk saran-saran yang sering tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang menentukan agendanya. Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa. Komunikasi massa menurut Arifin (2003:30) ialah komunikasi yang isinya bersifat umum atau terbuka (bukan rahasia atau bukan masalah pribadi), sehingga mencakup baik komunikasi dengan menggunakan media massa, maupun komunikasi dengan langsung (retorika dan pembicaraan di tempat umum). 14 Ardianto dan Lukiati (2007:7) menyebutkan ada beberapa karakteristik komunikasi massa yaitu: a. Komunikator terlembagakan Komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks b. Pesan bersifat umum Tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonym), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda. d. Media massa menimbulkan keserempakan Jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas satu. e. Komunikasi menggunakan isi daripada hubungan Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi dan pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f. Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikator aktif menyampaikan pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar persona. g. Stimulasi alat indera “terbatas” Stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. h. Umpan balik tertunda Feedback atau umpan balik merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. 15 4. Website dan Media Baru Website dapat dikategorikan sebagai media baru. Mc Quail (2011:148) mendefinisikan media baru (new media) sebagai perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain baru dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Komunikasi massa bukanlah proses yang terbatas pada media massa, teknologi media juga membawa aktifitas komunikasi massa. Beberapa bentuk aktifitas kolektif bersama dalam media baru yaitu berita daring, iklan, aplikasi penyiaran (termasuk mengunduh musik, dan lain-lain), forum dan aktifitas diskusi, World Wide Web (WWW), pencarian informasi, dan potensi pembentukan komunitas tertentu. Poster dalam Mc Quail (2011:151) menjelaskan perbedaan media baru dengan media lama yaitu bahwa media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinkan terjadinya percakapan antar-banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, menganggu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan, menyediakan kontak global secara instan dan memasukkan subyek modern ke dalam mesin yang berjaringan. Lebih singkat Livingstone dalam Mc Quail menulis: “apa yang baru mengenai internet barangkali adalah kombinasi dari interaktivitas dengan ciri yang inovatif bagi komunikasi massa-jenis konten tidak terbatas, jangkauan khalayak, sifat global dari komunikasi”. Beberapa ciri media baru menurut Mc Quail (2011:151) yaitu: pertama, tidak hanya berkaitan dengan produksi dan distribusi pesan, tetapi juga disetarakan dengan pengolahan, pertukaran, dan penyimpanan. Kedua, media baru merupakan lembaga komunikasi publik dan privat, dan diatur (atau tidak) dengan layak. Ketiga, kinerja mereka tidak seteratur sebagaimana media massa yang professional dan birokratis. Karakteristik kunci untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna: a. Interaktifitas: sebagaimana ditunjukkan oleh rasio respons atau inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap ‘penawaran’ sumber atau pengirim. 16 b. Kehadiran sosial (atau sosiabilitas): dialami oleh pengguna, berarti kontak personal dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media. c. Kekayaaan media (media richness): jangkauan dimana media dapat menjembatani kerangka referensi yang berbeda, mengurangi ambiguitas, memberikan lebih banyak petunjuk, melibatkan lebih banyak indra, dan lebih personal. d. Otonomi (autonomy): derajat dimana seorang pengguna merasakan kendali atas konten dan penggunaan, mandiri dari sumber. e. Unsur bermain-main (playfulness): kegunaaan untuk hiburan dan kesenangan, sebagai lawan dari fungsi dan alat. f. Privasi (Privacy): berhubungan dengan kegunaan media dan /atau konten tertentu. g. Personalisasi (personalization): derajat dimana konten dan penggunaan menjadi personal dan unik. Kemunculan media baru turut andil memberikan perubahan pola komunikasi masyarakat. Media baru, dalam hal ini internet sedikit banyak mempengaruhi cara individu berkomunikasi dengan individu lainnya. Demikian pula pola komunikasi yang berada di UNS, sebelum munculnya website sebagai sumber informasi, penyampaian informasi dilakukan melalui selebaran pengumuman, buletin, baliho ataupun informasi langsung melalui tenaga administrasi. Keberadaan website UNS berkembang sangat cepat, informasi lebih mudah diakses oleh mahasiswa dalam waktu yang singkat dan bersamaan. 5. Teori Uses and Gratification Teori Uses and Gratification berfokus pada bagaimana individu menggunakan media dan mengapa mereka menggunakannya (Vivian, 2008: 475). Disini, audiens dianggap sebagai audiens yang aktif dan diarahkan oleh tujuan. Audiens sangat bertanggung jawab dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam pandangan ini media dianggap sebagai satu-satunya faktor yang mendukung bagaimana kebutuhan terpenuhi, dan audien diangap sebagai perantara yang besar, mereka tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut (Littlejohn dan Karen, 17 2011:351). Teori ini berpandangan bahwa media massa tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Inti dari teori ini adalah khalayak pada dasarnya mengunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu (Kriyantono, 2006:204). Para sarjana komunikasi mengidentifikasi alasan yang beragam mengapa orang menggunakan media, diantaranya adalah untuk mengawasi, sosialisasi dan diversi (Vivian, 2008: 475). Fungsi mengawasi berarti bahwa media memberikan informasi tentang apa yang terjadi. Orang membutuhkan informasi yang reliabel tentang lingkungan sekitar. Fungsi sosialisasi berarti bahwa orang selau mencari informasi yang bisa membantu mereka untuk dapat diterima di tengah-tengah orang lain. Fungsi diversi berarti orang selalu mencari hal-hal yang menyenangkan bagi dirinya. Katz dkk (1973) mengusulkan suatu “model manfaat dan gratifikasi”, yang mencakup unsur-unsur berikut: 1. Audien dipandang bersikap aktif, artinya peranan penting manfaat media massa diasumsikan berorientasi pada sasaran. 2. Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif pengaitan antara gratifikasi kebutuhan dan pilihan media yan terletak pada audien 3. Media bersaing dengan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang lain. Demikian pula Mc Quail dkk dalam Severin dan James (2011:356) menggolongkan beberapa kategori kebutuhan (motif) masyarakat terhadap media, yaitu: 1. Pengalihan: pelarian dari rutinitas dan masalah, pelepasan emosi. 2. Hubungan personal: manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan. 3. Identitas pribadi atau psikologi individu: penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman-diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya. 4. Pengawasan: informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu. Katz dkk (1973) memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan (atau memutuskan 18 hubungan) dengan yang lain. Para peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil (sebagian besar spekulatif) dari literatur tentang fungsifungsi sosial dan psikologis media massa kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori: 1. Kebutuhan kognitif : memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman 2. Kebutuhan afektif : emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis 3. Kebutuhan integratif personal: memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status 4. Kebutuhan integratif sosial: mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya 5. Kebutuhan pelepasan ketegangan: pelarian dan pengalihan Dimulai pada tahun 1940-an banyak sarjana komunikasi bergeser dari kajian media ke kajian atas audien media. Para sarjana ini berasumsi bahwa individu menggunakan media untuk memenuhi atau memuaskan (gratify) kebutuhan mereka. Para sarjana ini menggunakan teori-teori ilmu sosial tentang mengapa orang termotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu berdasarkan kebutuhan dan keinginannya. Para sarjana ini mengidentifkasi lusinan alasan mengapa orang menggunakan media, diantaranya adalah untuk mengawasi, sosialisasi dan diversi. Beberapa model teori uses and gratification (Aan, 2013:78-82) adalah: Pertama, model Uses and Gratification dari Katz, Blumller dan Gurevitch. Model ini menekankan pentingnya faktor-faktor psikologi dan sosial yang menjadi sebab munculnya kebutuhan penggunaan media massa dari seseorang, dan menghadirkan akumulasi kebutuhan media massa dari suatu masyarakat tertentu. Kedua, model Uses and Gratification dari Levy dan Windahl. Model ini berasumsi bahwa khalayak itu aktif. Aktifitas-aktifitas masyarakat dalam masing-masing tingkatannya akan menentukan kebutuhan mereka dalam menggunakan media massa. Tahapan aktifitas tersebut yaitu pra-aktifitas, selama aktifitas, dan pasca-aktiftas. Model ini menekankan pada proses waktu (sebelum-selama-sesudah). 19 Ketiga, model Uses and Gratification dari Palmgreen. Model ini mendasarkan atas fakta-fakta terdahulu bahwa model-model sebelumnya belum dapat mengukur perbedaan antara apa yang dicari oleh khalayak dengan apa yang peroleh selama menggunakan media. Palmgreen menciptakan model yang dapat mengukur kesenjangan (diskrepansi) antara kepuasan yang dicari (GS), dengan kepuasan yang diperoleh setelah menggunakan media (GO). Dalam model Palmgreen di atas diperlihatkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara kepuasan yang dicari dengan kepuasan yang diperoleh diantara khalayak yang satu dengan lainnya, dapat menggambarkan tentang khalayak fanatik pengguna media dan khalayak mana yang tidak fanatik menggunakan media tertentu. Model GS dan GO ini didasarkan pada teori nilai dan harapan (expectancy value theory) yang menganggap bahwa individu memiliki kebutuhan yang didasarkan pada orientasi dan nilai-nilai yang mereka harapkan. Teori Palmgreen dapat digunakan mengukur tingkat kepuasan yaitu dengan mengukur kesenjangan kepuasan antara gratification sought dengan gratification obtained. Pengukuran ini merupakan pengembangan dari teori expectancy values (nilai pengharapan). Menurut teori expectancy values, invidu/khalayak mengarahkan diri pada media berdasarkan atas kepercayaan dan evaluasi-evaluasi tentang konten media tersebut. Keempat, model Uses and Gratification Rosengreen yang melihat bahwa model-model terdahulu masih terpisah, belum dapat menganalis secara menyeluruh tentang penggunaan media massa. Rosengreen menggunakan model yang lebih komprehensif dan holistik dengan 11 variabel riset yang menggambarkan sejauhmana individu menggunakan media massa dalam memenuhi kebutuhannya. Kesebelas variabel itu adalah: struktur sosial dan kultural; struktur media dan struktur teknologi; media content; habitual media behavior; belief and expectation; felt needs; salient values and attitudes; gratification sought; communicative behaviour; effects; dan karakteristik individu-individu Dari empat model di atas, model uses and gratification dari Katz adalah yang paling sesuai diterapkan dalam penelitian ini. Seperti halnya dalam teori uses and gratification, maka dalam penelitian ini, mahasiswa dalam 20 menggunakan media website UNS dipengaruhi oleh motif dan faktor psikologis tertentu. Website UNS merupakan salah satu bentuk web pendidikan sehingga penulis berpendapat bahwa hanya motif kognitif dan adanya rasa kepercayaan yang mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk mengaksesnya. Model ini juga memungkinkan peneliti untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap website UNS. Berdasarkan teori tersebut, maka dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa ketika mahasiswa UNS mempercayai bahwa website UNS dapat memberikan kebutuhan kognitif mahasiswa untuk memperoleh berbagai informasi, maka mahasiswa akan memilih media tersebut sebagai sumber informasi. Setelah mahasiswa menggunakan website UNS dan melakukan evaluasi dengan hasil bahwa website tersebut mudah diakses dan menyediakan kebutuhan mahasiswa dalam memperoleh informasi, maka website UNS akan dipilih mahasiswa sebagai sumber informasi untuk memperoleh kepuasan informasi. Sebaliknya, jika website tidak menyediakan kebutuhan informasi yang diinginkan oleh mahasiswa atau mengalami kesulitan dalam mengaksesnya, maka mahasiswa kemungkinan tidak menjadikan website sebagai sumber informasi dan akan mencari alternatif sumber lain, misalnya melalui informasi yang ditempel di papan pengumuman atau bertanya langsung kepada staf administrasi. 6. Kepercayaan Kepercayaan merupakan salah satu bagian dari ciri psikologis seseorang dalam usaha memenuhi keinginannya untuk mengakses media online. Kepercayaan terhadap media biasanya mengacu pada keyakinan seseorang akan kelengkapan, keterbaruan dan keakuratan media. Katz (1973) menggolongkan variabel ini ke dalam bentuk motif integratif personal. Kepercayaan ini penting untuk menentukan kapan kepercayaan dibenarkan dan sering dipandang sebagai pendahulu untuk percaya terhadap sebuah layanan informasi serta dapat menetapkan sesuatu terhadap media tertentu. sebagai dapat dipercaya tanpa interaksi sebelumnya 21 Dalam kaitannya dengan website UNS maka kepercayaan ini meliputi sejauhmana pengguna meyakini bahwa website UNS merupakan salah satu sumber informasi yang lebih mampu memberikan informasi lengkap dari pada sumber informasi lainnya dan juga keyakinan pengguna akan kebaruan dan keakuratan informasi yang diterima. 7. Kepuasan Pengguna Kepuasan pengguna dalam hal layanan informasi merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan dengan memberikan kepuasan kepada pengguna layanan, citra perguruan tinggi akan semakin meningkat dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. Cutler & Danowski dalam Stafford dan Royne (2001) melihat kepuasan terhadap media berhubungan dengan kepuasan terhadap konten media yang meliputi penggunaan pesan dilakukan oleh media, dan kepuasan proses akses terhadap media berkaitan dengan kenikmatan tindakan atau kemudahan menggunakan media. Setiap orang selalu ingin mendapatkan kepuasan dalam layanan yang diperolehnya. Dalam hubungannya dengan media, Pace dan Don (2001:165) mendefinisikan kepuasan khalayak sebagai suatu keadaan yang nyaman dengan pesan-pesan, media dan hubungan yang terjadi. B. Penelitian Terdahulu Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh antara motif kognitif dan kepercayaan terhadap kepuasan mahasiswa melalui penggunaan website UNS. Topik ini menarik untuk diteliti karena belum ada penelitian terhadap website UNS yang berfokus pada motif dan kepercayaan mahasiswa dalam penggunaan website UNS. Beberapa penelitian yang dilakukan biasanya lebih kepada kualitas website yang meliputi usability, kualitas informasi dan layanan interaksi. Lima penelitian sejenis, penulis anggap relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Jimenez dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul A Vision of Uses and Gratifications Applied to The Study of Internet Use by Adolescents menyimpulkan bahwa remaja cenderung fokus menggunakan internet ke arah 22 hiburan audiovisual, sementara sebagian besar remaja muda fokus pada permainan. Remaja perempuan menggunakan internet untuk mencari informasi dan untuk berkomunikasi dengan teman-teman, sedangkan laki-laki remaja cenderung lebih pada kegiatan yang melibatkan mencari hubungan baru, kegiatan ekonomi, dan permainan. Survei dilakukan terhadap 397 siswa pendidikan menengah di Madrid (Spanyol) untuk mengkaji pemenuhan kepuasan pengguna internet dan hubungannya dengan variabel yang berkaitan dengan karakteristik remaja, konteks keluarga dan dengan waktu online. Sangwan (2005) dalam penelitian yang berjudul Virtual Community Success: a Uses and Gratifications Perspective mengidentifikasi tiga hal yang memotivasi pengguna untuk mengkonsumsi komunitas virtual yaitu fungsional, emosi dan kontekstual. Pemenuhan kebutuhan fungsional adalah motivasi utama untuk anggota. Kegunaan fungsional adalah kebutuhan atas kualitas dan kuantitas konten yang diterima dan diproses oleh anggota untuk memenuhi kebutuhan khususnya. Kebutuhan emosi berhubungan dengan interaksi sosial, dan ekspresi diri melalui akuisisi dan penyebaran. Kebutuhan kontekstual berkaitan dengan harapan dan pengalaman khusus pengguna yang memfasilitasi dan meningkatkan partisipasi anggota melalui tindakan-tindakan yang berorientasi-tujuan (hiburan). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kebutuhan informasi paling signifikan berkorelasi dengan kepuasan anggota yang menyiratkan pentingnya kualitas konten untuk kepuasan kebutuhan ini. Sedangkan interaksi sosial online berhubungan negatif dengan kepuasan anggota. Hasil lain pada penggunaan pribadi dan ekspresi diri menunjukkan bahwa ada kepuasan pribadi ketika anggota berbagi informasi. Kendhita dkk (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Situs Cisral sebagai Media Informasi Pembaca di Perpustakaan Unpad menyimpulkan bahwa saat pengguna mengakses Situs Cisral maka motif kognitif, diversi dan identitas personal semuanya terpenuhi. Cox-Otto (2003) dalam tesisnya yang berjudul Adolescent’s Uses and Gratifications of the Internet and the Interplay of Involvement and Gratification Matching menghasilkan kesimpulan bahwa website berbasis sosial menawarkan (gratifikasi yang ditawarkan) dan memberikan (gratifikasi yang diperoleh) gratifikasi sosial dan informasi. Website berbasis informasi kaya akan informasi 23 sementara dianggap kurang menghibur dan memuaskan secara sosial. Ada pengaruh dari kesesuaian antara kepuasan yang ditawarkan dengan kepuasan yang dicari (kesesuaian kepuasan) terhadap sikap kepada topik, pesan, pengalaman media, dan media. Kepuasan hiburan memoderasi proses kesesuaian kepuasan dengan meningkatkan tingkat keterlibatan dan perhatian website. Populasi penelitian berjumlah 1560 dari siswa sekolah tinggi di Wisconsin, sebuah negara bagian di Amerika Serikat. Akan tetapi, 555 diantaranya dihilangkan dari penelitian ini karena mereka berusia kurang dari 16 tahun, sehingga sampel yang digunakan sejumlah 1005. Penelitian yang berhubungan dengan kepercayaan pengguna website komersial yaitu yang dilakukan Siagian dan Edwin (2014). Penelitian berfokus pada fenomena penggunaan toko online dengan kesimpulan yang dihasilkan bahwa kepercayaan berhubungan dengan loyalitas pengguna. Dalam hal ini, pengguna yang mempercayai toko online dalam memenuhi kebutuhannya akan sering melakukan kunjungan kembali terhadap website tersebut. C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara dua variabel eksogen yaitu motif kognitif dan kepercayaan dengan dua variabel endogen yaitu penggunaan dan kepuasan, variabel penggunaan juga sebagai intervening. Untuk mencari pengaruh antar variabel (motif kognitif dan kepercayaan dengan penggunaan website; penggunaan website dengan kepuasan mahasiswa) tersebut digunakan teknik analisis jalur. Kerangka berpikir penelitian seperti yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut: Motif Kognitif (X1) Penggunaan Kepuasan Mhs (Y1) (Y2) Kepercayaan (X2) Gambar 1. Kerangka Berpikir 24 Setiap variabel dapat mempengaruhi variabel yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel motif kognitif dapat secara langsung mempengaruhi kepuasan, demikian pula dengan variabel kepercayaan dapat secara langsung mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Motif kognitif secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa melalui penggunaan website. Demikian juga dengan variabel kepercayaan dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepuasan mahasiswa melalui penggunaan website. Penggunaan website UNS oleh mahasiswa didorong oleh adanya motif kognitif sebagaimana hasil penelitian Kendhita dkk (2012) menyimpulkan bahwa salah satu motif yang mendorong mahasiswa menggunakan website adalah karena adanya motif kognitif, yaitu keinginan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi. Motif kognitif mahasiswa berkorelasi dengan penggunaan website UNS dan pemenuhan kepuasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sangwan (2005) yang menyimpulkan bahwa kebutuhan informasi (fungsional) paling signifikan berkorelasi kepuasan pengguna yang menyiratkan pentingnya kualitas konten untuk kepuasan kebutuhan ini. Website UNS merupakan media yang kaya informasi sehingga motif kognitif mahasiswa terhadap media website UNS sesuai dengan yang diperoleh mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cox-Otto (2003) menghasilkan kesimpulan bahwa website berbasis informasi kaya akan informasi dan memuaskan secara kognitif. Website tersebut yang lebih mengutamakan informasi dianggap kurang menghibur bagi penggunanya. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. penelitian (Sugiyono, 2009:159). Berdasarkan kerangka berpikir penelitian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1 : Motif kognitif memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan mahasiswa mengakses website. Hipotesis 2 : Motif kognitif memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kepuasan mahasiswa mengakses website melalui penggunaan. 25 Hipotesis 3 : Kepercayaan memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan mahasiswa mengakses website. Hipotesis 4 : Kepercayaan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kepuasan mahasiswa mengakses website melalui penggunaan.