14 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembahasan Tentang Strategi 1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat perang, angkatan darat atau laut.1 Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seorang pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson yang dikutip oleh Muhibbin Syah penulis buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengartikan “strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.”2 Sedangkan Wiranataputra yang dikutip oleh Muhibbin Syah penulis buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengartikan bahwa Strategi pembelajaran menurut merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan 1 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.2 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1995), hal.214 14 15 belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pegajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.3 Menurut Kemp yang dikutip Wina Sanjaya penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menjelaskan bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.” Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa “strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.”4 Sedangkan strategi pembelajaran Agama Islam adalah cara suatu strategi atau cara yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan bahan-bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. Abu Ahmadi, dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Mengidentifakasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi pertubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 3 Ibid., hal.6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2010), hal.126 4 16 c. Memilih dan menetapkan prosedur metode dan teknik belajar mengajaryang diharapkan paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam kegiatan belajar. d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik demi penyempurnaan sistem Intriksional yang besangkutan secara keseluruhan.5 2. Klasifikasi Strategi Pembelajaran Klasifikasi strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam setiap strategi pembelajaran. Berikut ini dipaparkan komponen-komponen yang terdapat dalam proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Gulo yang dikutip Iskandarwassid, penulis buku Strategi Pembelajaran Bahasa: a. Tujuan Pengajaran Dalam proses pembelajaran dikenal dua macam tujuan pengajaran, yaitu tujuan intruksional (intructional effect) dan tujuan iringan (nurturant effect). Tujuan intruksional dinyatakan secara eksplisit dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran), sedangkan tujuan iringan tidak terdapat dalam GBPP, tetapi bergantung pada pengajar dalam mengajar dalam merancang strategi pembelajaran. Tujuan pengajaran yang berbeda mengharuskan pengajar memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Tujuan pengajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada dimensi kognitif. Tujuan pengajaran merupakan faktor atau acuan yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. b. Pengajar Setiap pengajar dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan sebagai pengajar yang profesional dalam bidangnya. Wawasan kependidikan pengajar pada hakikatnya menunjuk pada cara seorang pengajar melihat dirinya dan tugas-tugasnya yang bersumber pada pandangan hidup yang dimilikinya.6 5 6 Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hal.12 Ibid., hal.23 17 c. d. e. f. g. Adanya perbedaan dalam memilih stretegi pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang pengajara yang satu dengan yang lain pada tahap program, disebabkan oleh adanya perbedaan, pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup, dan wawasan masing-masing. Peserta didik Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat adalah peserta didik. Hal ini disebabkan adanya perbedaan latar belakang dari masing-masing peserta didik, seperti lingkunganbudaya, gaya belajar, keadaan ekonomi dan tingkat kecerdasan. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasi ini di dalam kelas. Materi pelajaran Komponen ini merupakan salah satu masukan yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan informal. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih elevan dan aktual. Metode pengajaran Adanya berbagai metode pengajaran perlu dipertimbangkan dalam strategi pembelajaran. Ini perlu karena pemakaian suatu metode akan mempengaruhi bentuk strategi pembelajaran.7 Media pengajaran Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh pengajar. Media pengajaran yang tersedia akan berpengaruh pada pemilihan strategi pembelajaran. Faktor administrasi dan finansial Faktor-faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi pembelajaran adalah segi administrasi dan finansial, seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar. Pada intinya sarana dan prasarana harus menjadi faktor penunjang yang benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung.8 3. Jenis Strategi Pembelajaran Menurut Gulo yang dikutip Iskandarwassid penulis buku Strategi Pembelajaran Bahasa bahwa: 7 8 Ibid., hal.24 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa., hal.22 18 Seorang pengajar yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa menerima pelajaran, apa makna belajar bagi peserta didik, dan kemampuan apa yang ada pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengajar harus memilih strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis strategi pembelajaran berdasarkan klasifikasinya: a. Strategi pembelajaran berdasarkan penekanan komponen dalam program pengajaran 1) Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar Ada yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian demikian, tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri. Belajar dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima informasi dari pengajar sehingga dalam aktivitas pembelajaran peserta didik cenderung menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajaran ini disebut teacher centre strategies. Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik ceramah, teknik team teaching, teknik sumbang saran, teknik demonstrasi, dan teknik antar disiplin. 19 2) Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran ini pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator. Pengajar membantu peserta didik untuk memngembangkan dirinya secara utuh sehingga pengajar harus mengenal potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dikembangkan. Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik inkuiri, teknik satuan pengajar (unit teaching), teknik advokasi, teknik diskusi, teknik kerja kelompok, teknik penemuan (discovery), teknik eksperimen, teknik kerja lapangan, teknik sosio drama, teknik nondirektif, dan teknik penyajian kasus.9 3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran, atau yang disebut dengan material center strategies bertitik tolak dari pendapat yang mengemukakan bahwa belajar adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini, strategi pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran. Menurut Gulo dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal. Pertama, kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan efektif dan keteramplan kurang 9 Ibid., hal.28 20 mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Kedua, materi pelajaran yang disampaikan dikelas, dan yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang dengan pesatnya perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran adalah tutorial, teknik, teknik modular, dan teknik pengajaran terpadu (antar disiplin), teknik secara kasuistik, teknik kerja lapangan, teknik kerja lapangan, teknik eksperimen, dan teknik demonstrasi. b. Strategi pembelajaran berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau materi 1) Strategi pembelajaran ekspositoris Strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan atau penyajian verbal. Strategi pembelajaran ini menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.10 Roy Killen yang dikutip Wina Sanjaya, penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan “menanamkan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Karena 10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2010), hal.179 21 dalam strategi ini pembelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk”. Pengajar mengolah materi secara tuntas sebelum disampaikan dikelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta didik secara langsung. Dalam strategi ini pengajar berperan sangat dominan, sedangkan peserta didik berperan sangat pasif atau menerima saja. Teknik penyajian penyajian yang paralel dengan strategi ini adalah teknik ceramah, teknik diskusi, teknik interaksi masa, teknik antar disiplin, teknik simulasi, teknik demonstrasi dan teknik team teaching. 2) Strategi pembelajaran heuristik atau kuriorstik Strategi pembelajaran heruistik adalah strategi pembelajaran yang bertolak belakang dengan strategi pembelajaran ekspositoris karena dalam strategi ini peserta didik diberi kesempatan untuk berperan dominan dalam proses pembelajaran. Strategi ini menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik mencari 22 dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah inkuiri, pemecahan masalah (problem solving), eksperimen, penemuan (discovery), teknik nondirektif, penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan. c. Strategi pembelajaran berdasarkan pengolahan pesan atau materi 1) Strategi pembelajaran deduksi Strategi pembelajaran deduksi pesan dioleh mulai dari hal umum kepada hal yang khusus, dari hal-hal yang abstrak kepada halhal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada contohcontoh yang konkret, dari sebuah premis menuju kesimpulan yang logis. Langkah-langkah dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap. Pertama, pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan. Kedua, pengajar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Ketiga, pengajar memberikan contoh dan membuktikannya kepada peserta didik. Misalnya bila diambil contoh untuk pengajaran tentang kalimat tunggal, maka pengajar memulai dengan definisi kalimat tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan dengan penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal. Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi pembelajaran deduktif adalah teknik ceramah. 23 2) Strategi pembelajaran induksi Strategi pembelajaran induksi adalah pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju generalisasi, dari pengalaman- pengalaman empiris yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum. Menurut Kenneth B. Anderson yang dikutip oleh Iskandarwassid penulis buku Strategi Pembelajaran Bahasa bahwa: Ada beberapa langkah untuk menentukan strategi pembelajaran induksi. Pertama, pengajar memilih bagian dari pengetahuan, aturan umum, prinsip, konsep, dst. yang akan diajarkan. Kedua, pengajar menyajikan contoh-contoh spesifik untuk dijadikan bagian penyusunan hipotesis. Ketiga, bukti-bukti disajikan dengan maksud membenarkan atau menyangkal berbagai hipotesis tersebut. Keempat, menyimpulkan bukti dan contohcontoh tersebut. Pengajar terlebih dahulu memberikan contohcontoh kalimat tunggal, kemudian dijelaskan ciri-ciri kalimat tunggal sehingga peserta didik dapat mendefinisikan sendiri tentang kalimat tunggal.11 Teknik penyajian yang paralel dengan teknik ini adalah teknik penemuan (discovery), teknik satuan pengajar (unit teaching), teknik penyajian secara kasus, dan teknik nondirektif. d. Strategi pembelajaran berdasarkan cara memproses penemuan 1) Strategi pembelajaran ekspositoris Strategi pembelajaran ekspositoris merupakan strategi berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau penjelasan (presentasi) verbal. Pengajar mengolah secara tuntas pesan 11 atau materi sebelum disampaikan Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa.,hal.32 dikelas. Strategi 24 pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponenkomponen pembentuk sistem intsruksional mengarah pada tersampaikannya isi pelajaran (informasi) kepada peserta didik secara langsung. 2) Strategi pembelajaran discovery Roestiyah mengemukakan bahwa discovery (penemuan) adalah proses mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan sebuah konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, dan membuat kesimpulan. Yang tergolong ke dalam konsep misalnya, segitiga, panas, demokrasi. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip, misalnya, logam bila dipanaskan akan mengembang. Dalam strategi ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri. Pengajar hanya membimbing dan memberikan instruksi (petunjuk). Dalam strategi discovery pengajar harus berusaha meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi discovery dapat membantu peserta didik untuk memperoleh berbagai peningkatan: a) Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif; b) Memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat individual sehingga dapat kokoh tersimpan dalam jiwa peserta didik; 25 c) Membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik; d) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing; e) Memperkuat dan menambah kepercayaan diri peserta didik dengan proses penemuannya.12 Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Menurut Rowntree yang dikutip oleh Wina Sanjaya penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, mengatakan bahwa: Pengelompokan strategi terbagi menjadi tiga yaitu: strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning, strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning. Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada peserta didik dalam bentuk jadi dan peserta didik dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Dikatakan strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada peserta didik, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban peserta didik adalah menguasainya secara penuh. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.13 Berbeda dengan pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa 12 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa., hal.33 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2010), hal.128 13 26 dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individu. Setiap individu di anggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja, sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.14 Wina Sanjaya menambahkan jenis strategi pembelajaran yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan yaitu: Strategi pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa.15 B. Perbedaan Strategi, Metode Dan Teknik Pada berbagai situasi pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan,atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan 14 15 Ibid., hal.129 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran .., hal.196 27 secara bergantian walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki satu perbedaan dengan yang lainnya. Metode pembelajaran di definisikan sebagai cara yang digunakan guru,yang dalam menggunakan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan yang bersifat implementatif. Dengan kata lain, metode yang dipilih oleh masingmasing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Apabila dikaji kembali, definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagaimana telah diuraikan terdahulu, maka jelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut, dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik dihadapi dalam rangkamencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan yang kemudian 28 diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung.16 Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan metode. Ini berarti, metode yang digunakan untuk merealisasaikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk untuk melaksanakan strategi. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen yang dikutip Wina Sanjaya penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan mengemukakan misalnya, mencatat ada dua 16 Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. (Bandung: Yrama Widya, 2013), hal.71 29 pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approached) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approached). pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif, atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery, dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Padahal metode dan teknik pembelajaran dalam suatu hal yang berbeda. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah yang ingin di capai. Atau bisa disebut sebagai jalan yang dilakukan seseorang untuk mengimplementasikan suatu metode. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan sebagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan 30 dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya. C. Pembahasan Tentang Guru 1. Pengertian Guru Menurut Zakiyah Darajat, yang dikutip oleh Muhamad Nurdin,penulis buku Kiat Menjadi Guru Profesional “guru adalah pendidik professional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab dan pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua.” Sedangkan menurut Poerwadarmita, “guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dilihat dari pengertian diatas mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik muridnya.” Sehubungan dengan hal itu, Muhibin Syah mengemukakan bahwa guru dalam bahasa arab disebut “mu’alim” dan dalam bahasa inggris disebut “teacher”, yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.17 Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam 17 hal.127 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 31 memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Disamping itu, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 164: “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS: Al-Imran ayat 164)18 Dari ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa tugas Rasulullah selain sebagai Nabi, juga sebagai pendidik (guru). Oleh karena itu, tugas utama guru menurut ayat tersebut adalah: a. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada fitrah. b. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum Muslim agar mereka merealisasikannya dalam tingkat laku kehidupan. Jadi, jelas bahwa tugas guru dalam Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm dragger (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat. 18 Departemen Agama RI, Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an (Bandung:CV Penerbit JArt,2004), hal.72 32 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan perjabatan. 2. Tugas dan Peran Guru Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tuga guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan 33 pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.19 Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.20 Oleh karena itu, guru dituntut memahami berbagai strategi pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan.21 Menurut Suparlan yang dikutip oleh Ngainun Naim, penulis buku Menjadi Guru Inspiratif menyebut “peran dan fungsi guru secara anonim dengan EMASLIMDEF (Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator, Dinamisator, Evaluator, Fasilitator).”22 19 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiona. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2000), hal.7 20 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005), hal.21 Akhmad Muhaimin, Menjadi Guru Favorit. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2013), hal.19 22 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009), hal.33 21 34 Akronim E Peran Educator M Manager A Administrator S Supervisor L Leader I Inovator M Motivator D Dinamisator E Evaluator F Fasilitator 3. Syarat Guru dalam Islam Fungsi Mengembangkan kepribadian Membimbing Membina budi pekerti Memberikan pengarahan Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku Membuat daftar presensi Membuat daftar penilaian Melaksanakan teknis administrasi sekolah Memantau Menilai Memberikan bimbingan teknis Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus mengikuti secara kaku ketentuan dan perundangundangan yang berlaku Melakukan kegiatan kreatif Menemukan strategi, metode, caracara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar lebih giat Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta didik Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajarana yang kondusif Menyusun instrumen penilaian Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian Menilai pekerjaan siswa Memberikan bantuan teknis, arahan, dan petunjuk kepada peserta didik 35 Untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah seperti yang dibayangkan orang selama ini. Mereka menganggap hanya dengan pegang kapur dan membaca buku pelajaran, maka cukup bagi mereka untuk berprofesi sebagai guru. Ternyata untuk menjadi guru yang professional tidak mudah, harus memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui seluk beluk teori pendidikan. Menurut Muhamad Nurdin, dalam bukunya yang berjudul Kiat Menjadi Guru Profesional, supaya tercapai tujuan pendidikan, maka seorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah:23 a. Syarat syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat diandalkan) b. Syarat ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni) c. Syarat idhofiyah (mengetahui, menghayati, dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan). Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman. 4. Kedudukan Guru dalam Islam 23 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi…, hal.129 36 Guru sebagai social worker (pekerja sosial) yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun, kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Berbeda bila dibandingkan dengan penghargaan mereka terhadap profesi lain, seperti dokter, pengacara, insinyur, dan yang seterusnya. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap guru, menurut Nana Sudjana, yang dikutip Muhamad Nurdin, penulis buku Kiat Menjadi Guru Profesional, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:24 a. Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan, walaupun tidak mengerti didaktik-metodik. b. Kekurangan tenaga guru di daerah tepencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan professional untuk menjadi guru. c. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya sendiri, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebut. Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan yang tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena guru adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan. Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu ilmu kepada orang lain adalah suatu pengalamaman yang paling dihargai dalam Islam. Sebenarnya, tingginya kedudukan guru dalam Islam 24 Ibid., hal.156 37 merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan ilmu pengetahuan, dan pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Yang belajar adalah calon pemimpin masa depan, dan yang mengajar adalah guru. Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat di pesantrenpesantren yang tersebar luas di Nusantara ini. Ada penyebab yang khas mengapa orang begitu terhipnotis untuk menghargai guru, yaitu karena adanya pandangan dalam Islam bahwa ilmu itu sumbernya dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat:32 Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS: AlBaqoroh:32)25 Kedudukan guru dalam Islam memang berbeda dengan kedudukan guru di dunia Barat. Perbedaan ini jelas karena di Barat tidak memiliki nilai kelangitan. Hubungan guru dengan anak didik juga berbeda. Namun ternyata dalam sejarahnya, kedudukan guru sedikit demi sedikit mulai berubah. Pada saat nilai-nilai ekonomi mulai masuk, maka yang terjadi sekarang adalah: a. Kedudukan guru dalam Islam mulai merosot 25 Departemen Agama RI, Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an (Bandung:CV Penerbit JArt,2004), hal.7 38 b. Hubungan guru dan murid kurang bernilai kelangitan, sehingga penghargaan (penghormatan) murid terhadap guru semakin menurun. c. “Harga” karya mengajar semakin tinggi. D. Pembahasan Tentang Kesulitan Belajar Siswa 1. Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Dalam kurikulum pendidikan dijelaskan bahwa kesulitan belajar merupakan terjemahan Bahasa Inggris “learning Disability” yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan “kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah learnig difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya.26 Kesulitan belajar terdiri dari dua kata, yaitu kesulitan dan belajar. Sebelum dikemukakan makna kesulitan belajar perlu dijelaskan pengertian belajar dan kesulitan belajar itu sendiri. Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati Mahmud menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. 26 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Anak,(Yogyakarta:Javalitera,2012), hal.12 39 Dari pengertian tersebut maka seseorang dikatakan telah belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tertentu. Dengan kata lain, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui proses tertentu. Namun demikian, tidak semua perubahan tingkah laku itu disebabkan oleh hasil belajar, tetapi juga disebabkan oleh proses alamiah atau keadaan sementara pada diri seseorang. Sedangkan, kesulitan berarti kesukaran, kesusahan, keadaan, atau sesuatu yang sulit. Kesulitan merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk mengatasi gangguan tersebut. Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah yang memiliki gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau menghitung. Selain itu, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatanhambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar. 40 Berikut ini beberapa definisi mengenai kesulitan belajar yang dijelaskan dalam kurikulum pendidikan nasional. a. Hammill Kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsic yang diduga karena adanya disfungsi system syaraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai. b. ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning Dissabilities) Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan kemampuan mengintregasikan dan kemampuan bahasa verbal atau non verbal. Individu berkesulitan belajar memiliki intelegensi tergolong rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka tidak memiliki gangguan system sensoris. c. NJCLD (National Joint Committee Learning Disabilities) Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Menurut beberapa pakar pendidikan, seperti Dalyono menjelaskan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Sedangkan menurut Sabri, kesulitan belajar identic dengan kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di Sekolah. Burton mengatakan, siswa diduga mengalami kesulitan belajar apabila tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan belajardalam waktu tertentu27. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otak. Kesulitan belajar bukan disebabkan oleh faktor eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas belajar, dan lainlain. 27 Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Anak. ,(Yogyakarta:Javalitera,2012), hal.14 41 Selain itu Burton mengidentifikasikan seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton sebagai berikut: 1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). 2) siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya . 3) siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan. 4) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya.28 Dari keempat definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat perkembangannya). 28 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hal.308 42 Oleh karena itulah anak yang mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga ia akan malas dalam belajar. Selain itu anak tidak dapat menguasai materi, bahkan menghindari pelajaran, mengabaikan tugastugas yang diberikan guru, sehingga terjadi penurunan nilai belajar dan prestasi belajar menjadi rendah. 2. Jenis-jenis Kesulitan Belajar Menurut Derek Wood dalam bukunya Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, kesulitan belajar dapat dibagi menjadi tiga kategori besar yaitu: a. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa Ciri-ciri spesifikasinya adalah sebagai berikut: 1) Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa 2) Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan melalui bahasa yang baik dan benar 3) Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa b. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 1) Keterlambatan dalam hal membaca 2) Keterlambatan dalam hal menulis 3) Keterlambatan dalam hal berhitung c. Kesulitan dalam memusatkan perhatian Anak-anak maupun orang dewasa yang menderita kesulitan dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan. Kendati demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian pada suatu perhatian itu dengan segera mudah buyar kembali. Kesulitan dalam memusatkan perhatian, baik yang disertai sikap hiperaktif ataupun tidak, tidak dianggap sebagai kesulitan belajar. Kendati demikian, kesulitan dalam memusatkan perhatian dapat mempengaruhi performa akademis seseorang secara serius, dimana gangguan ini kerap menyertai kelemahan dalam kemampuan akademis.29 Siswa dengan berbagai perilaku dan karakteristiknya yang unik pasti akan dijumpai oleh seorang guru dalam melaksanakan proses 29 Derek Wood, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. (Jogjakarta: Kata Hati, 2007), hal.30 43 pembelajaran yang dilakukannya. Contohnya ada siswa yang sangat aktif, rajin mencatat, rajin mengerjakan tugas, sering bertanya, dan sebagainya. Namun, guru juga kadang menemui siswa yang sangat pasif, tidak pernah mengumpulkan tugas, membolos, dan bentuk perilaku lainnya seperti diam saja ketika ditanya oleh guru dan nilainya selalu rendah. Mengenali siswa yang mengalami kesulitan belajar merupakan kegiatan yang sangat rumit. Kesulitan belajar sulit diidentifikasikan secara pasti dengan kasat mata karena meliputi banyak jenisnya, banyak kemungkinan faktor penyebabnya, banyak jenis gejala, serta kemungkinan penangananya. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Blasic & Jones yang dikutip Muhammad Irham, penulis buku Psikologi Pendidikan bahwa: Karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat ditunjukan melalui beberapa karakteristiknya yang berupa kebiasaan atau behavioral dalam keseharian, cara bicara dan cara berbahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar yang dicapainya. Artinya, kecenderungan siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat terlihat dari kemampuan-kemampuan berpikir secara kognitif, sikap keseharian selama disekolah, dan keterampilan atau perilaku dalam mengikuti aktivitas belajar dan pembelajaran.30 Sumardi Suryabrata yang dikutip Muhammad Irham, penulis buku Psikologi Pendidikan menjelaskan bahwa peserta didik yang memiliki kesulitan belajar dapat diketahui dari kriteria atau indikator-indikator terjadinya kesulitan belajar pada siswa: a. Grade Level, yaitu apabila siswa tidak naik kelas sampai dua kali secara berturut-turut pada satu kelas yang sama 30 Muhammad Irham, Psikologi Pendidikan. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2013), hal.261 44 b. Age Level, yaitu terjadi apabila umur siswa tidak sesuai dengan tingkat kelas pada umumnya c. Inteligensi Level, yaitu terjadi pada siswa yang under achiever, artinya secara potensi siswa yang bersangkutan baik, namun dalam kenyataanya hasil belajarnya selalu berada dibawah potensi yang seharusnya dapat dicapai. d. General Level, yaitu terjadi pada siswa yang secara umum dapat menguasai hampir seluruh mata pelajaran dengan nilai yang baik, namun terdapat kelemahan pada salah satu atau lebih mata pelajaran dengan nilai yang baik, namun terdapat kelemahan pada salah satu mata pelajaran atau lebih mata pelajaran dengan nilai yang sangat rendah jauh dibawah batas lulus. Abu ahmadi dan Widodo Supriono, yang dikutip Muhammad Irham, penulis buku Psikologi Pendidikan, berpendapat bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala-gejala, sebagai berikut: a. Menunjukan prestasi belajar yang rendah atau berada dibawah rata-rata yang dicapai oleh siswa lain dalam kelasnya. b. Hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. c. Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. d. Siswa menunjukan sikap yang tidak atau kurang wajar selama proses pembelajaran, misalnya membolos, sering tidak masuk pada mata pelajaran tertentu, dan sebagainya. e. Menunjukan perilaku menyimpang. Misalnya, suka membolos, tidak mengerjakan tugas-tugas, tidak mau bekerja sama dengan temannya, terisolasi, dan sebagainya. f. Emosional. Misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung, rendah diri, dan sebagainya. 3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Fenomena kesulitan belajar seorang anak biasanya nampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) anak seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan gemar membolos. 45 Pada dasarnya bila kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber kepada berlangsungnya komponen-komponen proses belajar mengajar yang berpengaruh sendiri. Variabel atas yang mempengaruhi proses belajar mengajar menurut Loree yang dikutip Abin Syamsudin Makmun, penulis buku Psikologi Kependidikan terdiri dari: a. Stimulus Variables, mencakup: 1) Learning exsperince variables, antara lain mengenai: a) Method variables, yang antara lain menyangkut: (1) Kuat lemahnya motivasi untuk belajar (2) Intensif tidaknya bimbingan guru (3) Ada tidaknya kesempatan berlatih atau berpraktik (4) ada tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement b) Task variables yang mencangkup: (1) Menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan (2) Bermakna tidaknya apa yang dipelajari dan dilakukannya (3) Sesuai tidaknya, panjang, atau luasnya serta tingkat kesukaran apa yang harus dipelajari dan dikerjakan 2) Evironmental variables, menyangkut iklim belajar yang bergantung pada faktor-fakor: a) Tersedia tidaknya tempat atau ruangan (space) yang memadai. b) Cukup tidaknya waktu, serta tepat tidaknya penggunaan waktu tersebut untuk waktu belajar. c) Tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai. d) Harmonis tidaknya hubungan manusiawi baik di sekolah, di rumah maupun di lngkungan masyarakat yang lebih luas. b. Organismic Variables yang mencangkup: 1) Characteristic of the learners, antara lain tingkatan inteligensi, usia dan taraf kematangan untuk belajar. Dengan demikian, kelemahan sering disebabkan oleh: a) Kurangnya kemampuan dan keterampilan kognitif. b) Terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan informasi c) Kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/aspirasi 2) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta antara inteligensi, persepsi, motivasi, dorongan, lapar,takut, cemas, kesepian konflik, tekanan batin, dan sebagainya turut berperan pula dalam proses berperilaku termasuk perilaku belajar. c. Response Variables, sebagaimana kita kelompokkan berdasarkan tujuan-tujuan pendidikan yaitu: 1) Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan pemecahan masalah 46 2) Tujuan-tujuan efektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dari apresiasi 3) Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain: a) Keterampilan psikomorik, seperti menulis, mengetik, kegiatan pendidikan jasmani atau olahraga, melukis, dan sebagainya. b) Kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dan sebagainya. c) Kebiasaan-kebiasaan berupa kebiasaan hidup sehat, keamanan, kebersihan, keberanian disertai kesopanan, ketegasan, ketekunan, kejujuran, kerrapian, keserasian, dan sebagainya.31 Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas dimata orang tua dalam kehidupannya: a. Out of Law (Tidak taat aturan), seperti susah belajar, susah menjalankan perintah, dan sebagainya b. Bad Habit (Kebiasaan jelek) misalnya, suka jajan, merengek, suka ngambek, dan lain-lain c. Maladjustment (Penyimpangan perilaku) d. Pause Playing Delay (Masa bermain yang tertunda) Berikut faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar seseorang:32 a. Daya ingat rendah b. Terganggunya alat-alat indra c. Usia anak d. Jenis kelamin e. Kebiasaan belajar/rutinitas f. Tingkat kecerdasan (intelegensi) 31 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), hal.325 32 Ibid…, hal.18 47 g. Minat h. Emosi (perasaan) i. Motivasi atau cita-cita j. Sikap dan perilaku k. Konsentrasi belajar l. Kemampuan untuk hasil belajar m. Rasa percaya diri n. Kematangan atau persiapan o. Kelelahan Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar anak. Faktor eksternal ini meliputi 3 hal: a. Faktor keluarga Dalam lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan atau hasil belajar pada anak antara lain: 1) Cara mendidik anak 2) Relasi antar anggota keluarga 3) Suasana rumah 4) Keadaan ekonomi keluarga 5) Pengertian orang tua 6) Latar belakang kebudayaan 48 b. Faktor sekolah Sekolah merupakan tempat belajar anak setelah keluarga dan masyarakat sekitar. Faktor lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar anak, antara lain: 1) Guru 2) Metode mengajar 3) Instrument/fasilitas 4) Kurikulum sekolah 5) Relasi guru dengan anak 6) Relasi antar anak 7) Disiplin Sekolah 8) Pelajaran dan waktu 9) Standar pelajaran c. Faktor masyarakat Selain dalam keluarga dan sekolah, anak juga berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara lain: 1) Kegiatan anak dalam masyarakat 2) Teman bergaul 3) Bentuk kehidupan dalam masyarakat Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktorfaktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah 49 sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas: a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis. c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika. Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.33 4. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar Sebelum pilihan langkah tertentu diambil guru seharusnya terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting seperti, pertama, menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar tentang kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. Adakalanya bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri, adakalanya bidang kecakapan yang bisa ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua, adakalanya bidang kecakapan yang tidak dapat 33 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2006), hal.184 50 ditangani baik oleh guru maupun orang tua. Ketiga, menyusun program perbaikan, khususnya program remidial teaching. Keempat, yaitu melaksanakan program perbaikan. Oleh karena kesulitan belajar sswa biasanya terkait dengan banyak faktor, maka alternatif solusinya pun biasanya akan melibatkan banyak komponen, artinya komponen guru saja belum memungkinkan untuk memberikan solusi secara tuntas. Oleh karena itu sangat bijaksana apabila guru termasuk guru agama atau guru-guru pendidikan agama islam, dalam memberikan solusi terhadap kesulitan belajar siswa selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait. Guru termasuk guru pendidikan agama islam terlebih dahulu melihat jenis kesulitan belajar siswa, lalu menentukan pihak mana yang mungkin bisa dilibatkan, baru mengambil langkah penyelesaiannya. Dengan perkataan lain, dalam menyelesaikan kesulitan belajar siswa, melalui proses yang tidak boleh dianggap sederhana.34 Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu: a. Pengumpulan data Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang bermasalah. Teknik 34 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Raja Grafino Persada, 2006), hal.148 51 interview (wawancara) ataupun teknik dokumentasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data. b. Pengolahan data Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah identifikasi kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan. c. Diagnosis Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut: 1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik. 2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik. 3) Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik. 52 d. Prognosis Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang haus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. e. Treatment Treatmen adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. f. Evaluasi Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatmen yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali.35 E. Pembahasan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarih, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti “keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa 35 Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta,2002), hal.220 53 yang masih ada”.36 Sejarah dalam dunia Barat disebut histoire (Perancis), historie (Belanda), dan history (Inggris), berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu. Dari pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa arti sejarah adalah peristiwa atau kejadian masa lampau pada diri individu dan masyarakat untuk mencapai kebenaran suatu penjelasan tentang sebab-sebab dan asalusul segala sesuatu, suatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa itu bisa terjadi. Dari segala kejadian masa lampau tersebut kiranya dapat diambil suatu pelajaran yang mengantarkan manusia memperluas ilmu pengetahuan guna menumbuh kembangkan ketaqwaan kepada Allah Swt sebagai syarat mutlaq dalam mencapai kebahagiaan hidup duniawi sekaligus ukhhrawi. Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”. Kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.37 Sejarah kebudayaan Islam adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Muhaimin mengatakan, …“Dalam mata pelajaran sejarah 36 Zuhairini, Sejarah Pendidikan…, hal.1 Muhammad Haidir Junaidi, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, online, http://muhammad-haidir.blogspot.com/2013/04/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam.html/, diakses 22 April 2015. Jam 09.00 37 54 kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari masa ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupan yang dilandasi oleh akidah”.38 2. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam Al-Qur’an bahkan tidak hanya memerintahkan umatnya untuk memperhatikan perkembangan sejarah manusia, tetapi Al-Qur’an juga menyajikan banyak kisah. Sebagian ulama bahkan ada yang berpendapat bahwa dua pertiga isi Al-Qur’an itu adalah kisah sejarah. Dalam kitab Mańa al-Qaţţan dijelaskan bahwa kisah dalam Al-Qur’an terbagi menjadi tiga macam antara lain sebagai berikut : a. Kisah para nabi yang berisi usaha, fase-fase perkembangan dakwah mereka, dan sikap orang-orang yang menentang para nabi. Adapun yang termasuk yang termasuk ke dalam jenis kisah tersebut di antaranya adalah kisah nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Ishak, Ismail, Musa, Harun, Isa dan Muhammad saw. b. Kisah orang-orang terdahulu yang termasuk ke dalam katagori nabi. Adapun yang termasuk ke dalam jenis kisah tersebut seperti kisah Talut, Jalut, dua orang putera nabi Adam, Ashab al Kahfi (penghuni gua), Zulkarnaen, Qarun, Firaun, Maryam, dan keluarga Imran. c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Nabi Muhammad saw. seperti peristiwa Perang Badar, Perang 38 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2005), hal. 1-3. 55 Uhud, Perang Ahzab, Perang Hunain, Perang Tabuk, peristiwa hijrah, dan peristiwa Isra mi’raj Kisah-kisah ini dipaparkan dengan tujuan agar umat manusia mengambil i’tibar (pelajaran) darinya. Allah berfirman sebagai berikut: Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu Muhammad, agar dengan kisah ini kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran ini Telah datang kepadamu kebenaran nasehat dan peringatan dan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud [11]: 120).39 Dari penjelasan ayat tersebut jelaslah bagaimana Islam mengajarkan pentingnya mempelajari sejarah, maka jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jadi, tujuan dan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam adalah sebagai berikut. a. Memperoleh pengalaman mengenai peristiwa-peristiwa sejarah kebudayaan Islam di masa lalu baik pengalaman positif maupun pengalaman negatif yang dapat dijadikan hikmah agar kesalahankesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali. b. Mengetahui teori-teori sejarah kebudayaan Islam yang berlaku agar kemudian dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam mengatasi berbagai persoalan hidup di masa kini dan masa yang akan datang. 39 Departemen Agama RI, Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an (Bandung:CV Penerbit JArt,2004), hal.236 56 c. Menumbuhkan kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang ke depan yang lebih luas serta bertindak lebih arif dan bijaksana.40 Fungsi mempelajari sejarah kebudayaan ada tiga, yaitu sebagai berikut: a. Fungsi edukatif Melalui sejarah peserta didik ditanamkan menegakkan nilai, prinsip, sikap, hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari b. Fungsi keilmuan Peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya. c. Fungsi transformasi Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat Selain fungsi di atas ada beberapa fungsi mempelajari mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah: 1) Pengenalan peristiwa-peristiwa penting dalam rekam jejak Rasulullah SAW dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an sekaligus pilihan strategi dakwah yang dilakukan. 2) Membawa keterlibatan siswa secara emosional pada peristiwaperistiwa historis, khususnya pada konsistensi para tokoh Islam di 40 https://apachemask.wordpress.com/2011/01/04/manfaat-mempelajari-sejarahkebudayaan-islam/ Diakses 07 april 2016 jam 09.08 57 dalam memperjuangkan prinsip-prinsip ajaran Islam dengan tantangan dan rintangan dari internal maupun eksternal umat Islam. 3) Melanjutkan tradisi keilmuan para tokoh Islam dengan segala kreativitas yang dihasilkannya dengan tetap kritis atas semuanya. 4) Memberikan apresiasi yang proporsional terhadap ide, gagasan dan karya yang dihasilkan oleh ulama terdahulu, sehingga tidak terjebak pada romantisme masa lalu yang tidak fungsional untuk menyelesaikan problematika kontemporer umat Islam saat ini. 5) Merefleksikan proses masuknya Islam di Indonesia dengan kecemerlangan para ulama yang membawanya sehingga dengan cepat Islam masuk ke Indonesia tanpa kekerasan dan menarik ibrah dari proses ini. 3. Pentingnya Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam Adapun pentingnya mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam secara garis besar diataranya: a. Untuk melestarikan Identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu bagi kelangsungan hidupnya b. Sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan tauladan dari contoh di masa lampau sehingga sejarah memberikan asas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup c. Sejarah berfungsi sebagai sarana pemahaman mengenai hidup dan mati 58 4. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Selama ini seringkali SKI hanya dipahami sebagai sejarah kebudayaan Islam (history of Islamic culture). Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan (history of Islam and Islamic culture). Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam Islam. Aktor sejarah yang diangkat tidak hanya Nabi, sahabat dan raja, tetapi akan dilengkapi ulama, intelektual dan filosof. Faktor-faktor sosial dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang SKI. Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan periode sejarah yang ada sebagai berikut : . a. Di tingkat MI dikaji tentang sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah saw. dan al-Khulafa' ar-Rasyidin. b. Di tingkat MTs dikaji tentang Dinasti Umayah, Abbasiyah dan al Ayubiyah. c. Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradaban Islam di Andalusia, gerakan pembaharuan di dunia Islam dan perkembangan Islam di Indonesia.41 41 08.30 Agus Hadi, “Ski MTsn”, onle, http://skimtsn.blogspot.com/, diakses 18 April 2016. Jam 59 5. Materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs a. Kelas VII Semester 1 1) BAB. Memahami sejarah kebudayaan Islam Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarih, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti “keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”.42 Sejarah dalam dunia Barat disebut histoire (Perancis), historie (Belanda), dan history (Inggris), berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu. Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”. Kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan. Sejarah kebudayaan Islam adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Muhaimin mengatakan, …“Dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari 42 Zuhairini, Sejarah Pendidikan…, hal.1 60 masa ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupan yang dilandasi oleh akidah”. 2) BAB. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah Sebelum islam datang di tanah arab, sebenarnya masyarakat arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan tertentu yang dikenal dengan Paganisme, mereka mengingkari adanya Tuhan, tetapi umumnya mereka menggunakan perantara patung-patung atau berhala untuk menyembah Tuhan mereka. Dalam kondisi masyarakat yang semacam ini itulah Nabi Muhammad SAW diturunkan. Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah ibn Abdul Muththalib. Sedangkan ibunya Aminah Binti Wahab. Dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 20 Agustus tahun 570M. Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah SWT untuk mendakwahkan Islam kepada manusia. Untuk mendakwahkan Islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan dangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup jelas dan tegas. Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini dapat menerima ajakan tersebut. Pada tahap rahasia ini selama kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang masuk Islam. Mereka yang mula-mula masuk Islam, dalam sejarah dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalan”. Kelompok pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan 61 berpusat dirumah Arqam bin Arqam, yang kemudian tempat ini dikenal dengan nama dar al-Arqam. Dalam tahap berikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada anak-cucu keturunan Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Hal ini dilakukan Nabi setelah adanya perintah Allah SWT dalam surah al-Syu’ara ayat 214-216. Lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah SWT dalam surat al-Hijr ayat 94-95. Maka sasaran dakwah Nabi adalah masyarakat Makkah (Quraisy) secara umum dan lebih luas dan lebih terang-terangan. Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam secara terang-terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak kaum musyrikin Quraisy. Reaksi tersebut pada mulanya masih bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi meninggalkan tugasnya menyampaikan Islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan tersebut, dengan mengatakan: “Aku datang kepada kalian bukanlah untuk mendapatkan harta, pangkat, dan kedudukan. Allah SWT mengutus aku kepada kalian untuk menjadi rasulnya”. Hari demi hari, reaksi makin bertambah keras. Orang-orang musyrik Quraisy mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan kepada pengikut-pengikut Islam, yang waktu itu jumlahnya masih sangat sedikit. Juga terjadi pemboikotan, semacam embargo terhadap orang-orang Islam dan Nabi Muhammad SAW. Bahkan 62 pemboikotan ini ditujukan kepada keluarga Bani Hasyim dan Bani Abul Muthalib, yang selalu melindungi Nabi Muhammad SAW. Pemboikotan ini berlangsung selama kurang lebih 3 tahun. Pemboikotan ini dapat dipandang sebagai upaya kafir Quraisy untuk melumpuhkan kekuatan kelompok orang-orang Islam. Karena tantangan yang dihadapi umat Islam begitu berat maka Rasulullah kemudian memerintahkan kepada para sahabat untuk berhijrah ke Habsyah, untuk sekedar mencari tempat perlindungan. Tindakan ini dimaksudkan Nabi, disamping untuk memperluas wilayah dakwah, juga mengisyaratkan ketidakberdayaan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan terhadap kafir Quraisy. Ini merupakan hijrah yang pertama yang dilakukan oleh umat Islam. Selama kurang lebih tiga belas tahun, Nabi telah berjuang dengan gigih. Namun ia belum berhasilmenciptakan suatu komunitas yang tauhidi yang sikap dan tindakannya sesuai dengan pesan dan ajaran tauhid sebagaimana yang dicita-citakan, sebaliknya ia mendapat tantangan yang berat, oleh sebab itu selama di Makkah eksistensi kerasulannya baru tampak pada dimensi kepemimpinan agama, sampai dengan hijrahnya ke Madinah dengan membawa perubahan-perubahan besar terhadap tatanan sosial masyarakatnya yang kelak dikenal dengan negara Madinah. 63 Peristiwa hijrah ini juga tidak bisa dilepaskan dari pertemuan Nabi SAW dengan beberapa orang penduduk Yastrib yang berkunjung ke Makkah pada tahun 621 M, pertemuan ini berhasilmencapai kesepakatan menyatakan diri masuk Islam dan berjanji untuk mematuhisegala ajaran Islam yang disebut sebagai bai’ah sughra. Ini bai’ah yang pertama yang dilakukan oleh penduduk Yastrib kepada Rasulullah. 3) BAB. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah Sebagaimana sudah dijelaskan dibagian terdahulu bahwa sebelum Rasulullah hijrah ke madinah, didahului oleh dua peristiwa yaitu bai’ah aqabah sughra (pertama) pada tahun 621M dan bai’ah aqabah kubra (kedua) pada tahun 622 M. Adanya bai’ah ini juga tidak lepas dari usaha Rasulullah untuk menyampaikan ajarannya kepada sebagian peziarah dan pedagang dari kota Yastrib yang melaksanakan ibadah haji. Isi bai’at itu antara lain mengikrarkan keimanan kepada Allah dan Rasulnya Muhammad, amar ma’ruf nahyi munkar, dan kepatuhan kepada beliau pemimpin mereka. Nabi juga berjanji akan berjuang bersama mereka baik dalam peperangan maupun perdamaian. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada tanggal 27 September 822 M bertepatan dengan hari senin tanggal 12 Rabiul awal, yang kemudian oleh khalifah Umar bin Khattab ditetapkan sebagai tahun 64 pertama hijrah. Sebelum sampai ke Madinah, Nabi singgah di Qubah dan mendirikan Masjid yang pertama dalam sejarah Islam, di daerah itu. Kemudian melakukan sholat jum’at di masjid itu. Rasulullah menyampaikan khutbah jum’at pertama yang berisikan tahmid, shalawat dan salam, pesan bertakwa, dan do’a kesejahteraan bagi kaum muslimin. Selanjutnya dalam sejarah Islam, penduduk Madinah yang menyambut kedatangan Rasulullah bersama sahabat ini mendapat julukan kaum Anshar, karena prestasi dan jasanya yang besar terhadap Islam. Setelah Rasulullah membangun Masjid sebagai sarana untuk mempersaudarakan kaum muslimin di kota Madinah, selanjutnya Rasulullah juga melakukan pembangunan sosial, ekonomi dan politik negara Madinah. Selama Nabi sebagai kepala negara Madinah, beliau melakukan kebijakan satu sama lain memiliki kaitan antara lain: pertama, itensifikasi pemantapan sosio ekonomi politik. Oleh sebab itu ayat-ayat al-qur’an pada periode Madinah ini diturunkan terutama ditujukan untuk pembinaan hukum, dan Rasulullah menjelaskan ayat-ayat yang belum jelas dan terperinci itu dengan perbuatan-perbuatan beliau, seperti sistem syura dalam politik, persamaan derajat antar sesama, perbedaan antara taqwa dan amal shaleh, diperintahkannya zakat dan sedekah untuk pemerataan ekonomi disamping ditegaskan hukum riba, juga diberlakukannya 65 razia terhadap kabilah perniagaan Quraisy dijalur perdagangan menuju pasar-pasar wilayah utara. Dalam periode Madinah inilah Rasulullah benar-benar dapat membina masyarakat yang kondusif, sehingga dibawah kepemimpinan Rasulullah, Madinah menjadi wilayah yang diperhitungkan. Ajakan masuk Islam kepada pemimpin-pemimpin dunia melalui surat yang dikirimkan merupakan langkah politis yang sangat berani. Kemampuannya dalam mempersatukan umat Islam dengan kebinekaan kabilah dan suku, serta mempersaudarakannya adalah sebagai bukti misi risallah yang dibawanya berdimensi religius dan sosial dan politik. b. Semester 2 1) BAB. Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin a) Abu Bakar as-Sidiq Sebenarnya sejak awal, baik kelompok Muhajirin maupun kelompok Anshar menginginkan jabatan khalifah ini, mereka mengajukan argumen yang dapat memperkuat posisi tuntutan mereka tersebut. Golongan Anshor dan suku Khazraj, misalnya, mengajukan Sa’ad bin Ubadah, tokoh ini tercatat sebagai orang yang tidak pernah menyatakan bai’ahnya kepada Abu Bakar dan Umar sampai akhir hayatnya sebagai calon khalifah. Abu Bakar (kelompok Muhajirin) pada awalnya 66 mengajukan Umar bin Khatab dan Sa’d ibn Ubadah sebagai calon khalifah. Akhirnya lewat proses perdebatan yang panjang terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifahnya. Di samping karena kestabilitas politiklah yang turut melatarbelakangi terpilihnya tokoh Abu Bakar sebagai khalifah. Diantara faktor yang mendukung terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah adalah orang yang menggantikan Rasul sebagai imam shalat ketika Rasululah sakit, dia juga orang yang menemani Rasulullah saat hijrah, dan dia adalah sahabat senior yang awal memeluk Islam. Maka sejak saat itu Abu Bakar sebagai khalifah umat Islam. Ia disebut sebagai khalifat al-rasulillah, yang berarti pengganti Rasulullah. Yang membedakannya dengan Rasul adalah kalau Rasulullah itu memiliki otoritas sebagai pemimpin agama dan negara, tetapi Abu Bakar hanya memiliki otoritas kenegaraan saja, karena memang Abu Bakar bukan sebagai Nabi. Pada saat Abu Bakar sebagai kepala negara, ia mendapatkan tugas berat yang perlu penyelesaian. Di antara permasalahan yang muncul selama dia menjabat sebagai khalifah antara lain adalah munculnya nabi-nabi palsu, orangorang yang tidak mau membayar zakat, juga orang-orang yang murtad, keluar dari Islam. 67 Selain Abu Bakar dituntut untuk menyelesaikan urusan dalam negeri, ia juga dituntut untuk menyelesaikan yang lainnya. Masalah tersebut antara lain bahwa dia juga harus mewaspadai ancaman yang mungkin datang dari dua negara adikuasa, yaitu bizantium dan persia. Karenanya, disamping harus menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri tersebut, Abu Bakar juga harus memikirkan rencana untuk mempertahankan wilayah Islam dari serbuan dan intervensi karena negara adi kuasa tersebut. b) Umar Ibn al-Khathab Pada saat Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan dikalangan umat Islam. Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya khalifah Khalifati Rasulillah, artinya pengganti dari pengganti Rasulullah.umar juga memperkenalkan istilah Amir alMukminin kepada umat Islam. Seperti sebagian orang Arab, Umar ibn al-Khaththab memiliki nama kunya, Abu Hafs. Kunya ini merupakan pemberian Nabi untuk memuji sikap tegas dan kekerasannya 68 dalam melaksanakan prinsip keislaman, ciri dari watak seorang pemimpin sejati. Di samping itu ia adalah orang yang mempunyai keinginan kuat, rasa keadilan yang keras, kesetiaan yang kukuh dan mempunyai bakat yang luar biasa untuk menjalankan pemerintahan. c) Usman Ibn Affan Setelah Umar ibn Khaththab meninggal, Usman ibn Affan menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah umat Islam berdasarkan musyawarah sejumlah sahabat senior. Usman ibn Affan lahir pada tahun 576 M. Kepribadian Usman itu sangat baik. Dia terkenal sebagai sahabat yang sangat taat beribadah. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Hajr bahwa ia selalu bangun tengah malam untuk melakukan shalat tahajud, puasa sepanjang hari kecuali pada hari-hari terlarang dan pergi haji setiap tahun. Ia juga sangat pemalu dan terkenal jujur. Usman juga terkenal sangat lunak, pemaaf, murah hati, terlalu percaya, dan mudah tergetar hatinya, melihat kesulian orang lain, terutama keluarganyya, kepekaan sosialnya sangat tinggi. d) Ali Ibn Abi Thalib Sepeninggalan Usman ibn Affan, masyarakat beramairamai membai’at Ali ibn Abi Thalib. Ali memerintah selama 4 tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai 69 pergolakan. Hampir tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah ia menjabat sebagai khalifah, Ali ibn Abi Thalib memecat para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana yang telah diterapkan Umar. 2) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Bani Umaiyah Salah satu dinasti penting yang ikut mewarnai sejarah peradaban Islam adalah Dinasti Umayah. Dinasti ini berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari satu abad tetapi capaian ekspansi sangat luas. Pembentukan dinasti umayah tidak bisa dilepaskan dari sosok Muawiyah ibn Abi sofyan. Ia memeluk agama Islam pada usia yang masih muda, jauh sebelum keluarga Abu Sofyan lainnya memeluk agama Islam. Mu’awiyah lahir empat tahun menjelang Muhammad diangkat menjadi Rasul, ada juga yang mengatakan dua tahun sebelum Rasul diangkat atau 15 tahun sebelum hijrah. Mu’awiyah termasuk sahabat dekat dengan Rasulullah. 70 Mu’awiyah mendapat kepercayaan dari Rasul untuk menulis Al-Qur’an dan pernah ikut bersama Rasul hijrah ke Madinah. Kesetiaan yang diperlihatkan oleh Mu’awiyah terhadap Islam, adalah siap mempertaruhkan nyawanya di beberapa medan pertempuran dan bahkan dengan ayahnya sendiri, yaitu pada saat penaklukan Makkah. c. Kelas VIII Semester 1 1) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Bani Abbasiyah Berdirinya dinasti Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari munculnya berbagai masalah di periode-periode terakhir dinasti Umayah. Masalah-masalah tersebut kemudian bertemu dengan beberapa kepentingan yang satu sama lain memiliki keterkaitan. Ketidakpuasan di sana-sini yang ditampakkan lewat berbagai macam pemberontakan jelas menjadi pekerjaan rumah yang cukup serius bagi kelangsungan hidup dinasti Umayah, yang kemudian menjadi momentum yang tepat untuk menjatuhkan dinasti umayah yang dimotori oleh Abu al-Abbas al-Safah. Meskipun dalam perjalanan dinasti Umayah banyak menorehkan prestasi bagus terutama dalam kaitannya dengan perluasan wilayah, tetapi sesungguhnya sejak awal berdirinya dinasti ini, mulai dari khalifah pertama yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan sampai khalifah terakhir, Marwan bin Muhammad, Daulah bani 71 Umayah terkadang berjalan atas landasan kekerasan, bahkan mempergunakan segala kesempatan, sekalipun kesempatan jahat untuk memperbesar kekuasaan. Menjelek-jelekkan Ali bin Abi Thalib dalam tiap khutbah Jum’at adalah contoh yang nyata terjadi. d. Semester 2 1) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah Keruntuhan Dinasti Fatimiyah pada masa khalifah Al-Adid Bilah pada tahun 567H / 1171M. Khalifah terakhir berada dalam kondisi yang sudah lemah karena serbuan pasukan salib, konflik interen pemerintahan dan melanda paceklik atau paceklik selama tujuh tahun di wilayah kekuasaan Dinasti tersebut. Dalam keadaan yang demikian datanglah panglima Syirkuh beserta Shalahuddin AlAyyubi yang ditugaskan oleh Nuruddin Zangi. Ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat tugas dari Nuruddin Zangi. Untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir. Perdana Menteri Syawar yang dikudetaoleh Dirgham meminta bantuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk mengalahkan Dirgham. Dengan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir. Dirgham akhirnya dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan ia kembali menduduki jabatan perdana menteri pada tahun 1164M. Tiga tahun kemudian Shalahuddin menyertai pamannya ke Mesir. Kali ini akan memberantas Syawar yang dulunya pernah 72 ditolongnya yang bersekutu dengan Ammauri, seorang panglima tentara salib. Hal ini dilakukan oleh shalahuddin karena Syawar sangat membahayakan kepentingan kaum muslimin. Akhirnya, Shalahuddin dapat mengalahkan Syawar dan Ammauri. Pada tahun 1169 M, tentara salib yang dipimpin Ammauri menyerang Mesir yang bermaksud menguasai Mesir. Khalifah Fatimiyah, Al-Adid meminta bantuan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh untuk mempertahankan Mesir. Ammauri kali ini berhasil dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh. Keberhasilan ini menimbulkan kebencian Syawar yaitu perdana menteri Fatimiyah. Syawar berencana membunuh Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh namun ia gagal, bahkan Syawar ditangkap dan dihukum mati atas khalifah Al-Adid. e. Kelas IX Semester 1 1) BAB. Memahami perkembangan Islam di Indonesia Seorang profesor bahasa Melayu di Univesitas Leiden, Belanda. Dia mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia bukan berasal dari Arab atau persia secara langsung, tetapi berasal dari india, terutama dari pantai barat, dari Gujarat dan Malabar. Teori tesebut kemudian direvisi oleh C. Snouck Hurgronje. Menurut nya Islam yang tersebar di Hindia Belanda (Indonesia) berasal dari wilayah Malabar dan Coromandel, kota-kota pelabuhan di India selatan, setelah Islam berpijak kuat di wilayah tersebut. 73 Pendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India juga dikemukakan oleh J.P. Moquette. Moquette berkesimpulan bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah Gujarat, India. Pendapat ini didasarkan pada pengamatan Moquette terhadap bentuk batu nisan di Pasai yang berangka 17 Dzulhijah 831 H./27 September 1428. Dia juga mengamati bentuk batu nisan pada makam Maulana Malik Ibrahim (w.822 H/1419) di Gresik, Jawa Timur. Ternyata bentuk batu nisan dikedua tempat tersebut sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat di pesisir selatan India. Berbeda dengan pendapat S.Q Fatimi yang sama-sama mengikuti “teori batu nisan”. Menurut Fatimi, batu nisan Malik alShalih di Pasai berbeda jauh dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat dan batu-batu nisan lain di Nusantara. Fatimi berpendapat bahwa bentuk dan gaya batu nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang terdapat di Bengal (kini Bangladesh).43 f. Semester 2 1) BAB. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Keberhasilan penyebaran Islam di Nusantara tidak dapat dipisahkan dari peranan wali sanga. Ketika menyiarkan Islam para wali sanga menggunakan berbagai bentuk kesenian tradisional masyarakat setempat dengan cara menyisipkan 43 Nor Huda, Islam Nusantara. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group,2007), hal.34 74 nilai-nilai islam ke dalam kesenian tersebut. Upaya para wali sanga tersebut diterima baik oleh masyarakat, mereka tidak merasa asing karena budaya asli mereka tidak dihapus. Lambat laun seni budaya local tersebut berubah menjadi seni budaya local yang bernuansa Islam. Makna dari seni budaya local sebagai tradisi Islam adalah semua budaya yang berada dn berkembang di wilayah Indonesia yang dijadikan tradisi Islam karena sudah dipengaruhi oleh ajaranajaran Islam. Seni budaya local yang sudah dipengaruhi ajaran Islam banyak jenisnya ada yang berupa kesenian, upacara adat dan seni bangunan. Ketiga kelompok tersebut menggambarkan suatu budaya yang menjadi cirri khas dari setiap budaya mereka. F. Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Ada beberapa karakteristik anak dalam proses pembelajaran di antaranya anak yang tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah menerima materi pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak genius. Karena cepatnya dalam belajar, maka golongan ini mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah 75 menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk membantu mereka ialah dengan menempatkan pada kelompok khusus atau diberikan tugas-tugas tambahan. Sebaliknya, dari anak yang tergolong cepat, anak golongan lambat ini lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari kecerdasannya, pada umumnya anak golongan lambat belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain melalui penempatan pada kelaskelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program pengajaran remidial. Selanjutnya adalah anak kreatif. Anak kreatif ini umumnya anak dari golongan cepat, tapi banyak pula dari golongan normal. Anak golongan ini menunjukan kreativitas, dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Mereka selalu ingin memecahkan persoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang destruktif di samping konstruktif, lebih senang bekerja sendiri, percaya pada diri sendiri, dan sebagainya. Dalam kegiatan belajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah.sekolah perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak golongan kreatif. 76 Adanya beberapa jenis sifat murid tersebut dapat mempengaruhi proses belajar dan dapat menimbulkan beberapa akibat tertentu di antaranya adalah: 1. Anak drop out (gagal) 2. Berprestasi kurang (underachiever)44 Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu: 1. Pengumpulan data Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang bermasalah. Teknik interview (wawancara) ataupun teknik dokumentasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data. 2. Pengolahan data Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah identifikasi kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan. 44 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar. (Jakarta:PT Rineka Cipta,2004), hal.103 77 3. Diagnosis Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut: a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik. b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik. c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik. 4. Prognosis Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang haus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. 5. Treatment Treatmen adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. 6. Evaluasi Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatmen yang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak 78 dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali.45 G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Erna Yunita dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MTs Sultan Agung Jabal Sari Tulungagung”. Dalam skripsi tersebut telah disimpulkan bahwa penggunaan strategi oleh guru yaitu dengan dialog Guru dan anak didik serta dengan hyperterapi yang bekerja sama dengan lembaga psikologi “Alfa Tetha”. 2. Putri Tunggal Dewi dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Karangrejo”. Untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, guru MTsN Karangrejo memilih menggunakan teknik humoris di tengahtengah menyampaikan materi. Selain dengan menggunakan tehnik humoris di tengah-tengah menyampaikan materi upaya yang dilakukan guru MTsN Karangrejo dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah dengan memberikan motivasi Program remidial juga di jadikan salah satu upaya yang digunakan guru MTsN Karangrejo dalam mengatasi kesulitan 45 Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta:Rineka Cipta,2002), hal.220 79 belajar siswa, upaya ini di sampaikan oleh Bapak Winarto, program remidial itu wajib di lakukan oleh setiap guru. Dari penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Strategi Guru untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa harus adanya seorang guru yang harus berperan aktif dalam mengajarkan anak didiknya dengan menggunakan strategi yang sesuai, peran orang tua yang harus memantau anaknya untuk melaksanakan ibadah. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, peneliti termotivasi untuk melaksanakan penelitiaan yang berjudul “Strategi Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan”. Adapun fokus penelitiannya: 1. Bagaimana perencanaan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan? 2. Bagaimana pelaksanaan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan? 3. Bagaimana evaluasi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan? Berikut adalah perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang peneliti lakukan: 1. Lokasi penelitian yang berbeda 80 2. Rumusan masalah yang digunakan berbeda 3. Tingkat kesulitan belajar yang berbeda. 4. Hasil penelitian yang berbeda H. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori, yang dikonstruksi sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.46 Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran SKI. Memerlukan sebuah skema untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Paradigma penelitian Perencanaan Strategi Guru Pelaksanaan Evaluasi Pola strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa maa pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di uraikan dalam paradigma penelitian 46 Sambas Ali M pada http://sambasalim.com/metode-penelitian/paradigma-penelitian.html, diakses 07 April 2016. 10:07 81 dapat dijelaskan sebagai berikut: strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran SKI di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan dikembangkan dari kajian teori. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dimaksimalkan agar siswa dapat menyerap pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Dalam membuat sebuah strategi dibutuhkan sebuah perencanaan agar ketika strategi diterapkan di dalam kelas dapat dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang sesuai dengan perencananaan yang telah dibuat oleh seorang guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dengan sebaik mungkin harus membuat pembelajaran semenarik mungkin sehingga siswa dengan mudah akan menyerap pelajaran dengan baik, terutama dalam pembelajaran SKI. Selain itu siswa juga tidak mudah lupa dengan apa yang baru saja dipelajari.