14 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembahasan Tentang Strategi 1

advertisement
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembahasan Tentang Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang
atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah
suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara
mengatur posisi atau siasat perang, angkatan darat atau laut.1
Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa
Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seorang pakar
psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson yang dikutip oleh
Muhibbin Syah penulis buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru mengartikan “strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk
tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai
tujuan tertentu.”2
Sedangkan Wiranataputra yang dikutip oleh Muhibbin Syah
penulis buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengartikan
bahwa
Strategi pembelajaran menurut merupakan kerangka konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematik
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
1
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hal.2
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,1995), hal.214
14
15
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan
pengajaran dan para pegajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.3
Menurut Kemp yang dikutip Wina Sanjaya penulis buku Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menjelaskan bahwa
“strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.” Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey juga
menyebutkan bahwa “strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa.”4
Sedangkan strategi pembelajaran Agama Islam adalah cara suatu
strategi atau cara yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum
dari suatu set bahan pembelajaran agama dan prosedur-prosedur yang akan
digunakan bersama-sama dengan bahan bahan-bahan tersebut untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan
efesien. Abu Ahmadi, dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar ada empat
strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Mengidentifakasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
pertubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3
Ibid., hal.6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana, 2010), hal.126
4
16
c. Memilih dan menetapkan prosedur metode dan teknik belajar
mengajaryang diharapkan paling tepat dan efektif sehingga
dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam kegiatan belajar.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik
demi penyempurnaan sistem Intriksional yang besangkutan
secara keseluruhan.5
2. Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi
pembelajaran berdasarkan segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam
setiap strategi pembelajaran. Berikut ini dipaparkan komponen-komponen
yang terdapat dalam proses pembelajaran yang dikemukakan oleh Gulo
yang dikutip Iskandarwassid, penulis buku Strategi Pembelajaran Bahasa:
a. Tujuan Pengajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal dua macam tujuan
pengajaran, yaitu tujuan intruksional (intructional effect) dan
tujuan iringan (nurturant effect). Tujuan intruksional dinyatakan
secara eksplisit dalam GBPP (Garis-garis Besar Program
Pengajaran), sedangkan tujuan iringan tidak terdapat dalam
GBPP, tetapi bergantung pada pengajar dalam mengajar dalam
merancang strategi pembelajaran. Tujuan pengajaran yang
berbeda mengharuskan pengajar memilih dan menentukan
strategi pembelajaran yang berbeda pula. Tujuan pengajaran
yang berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan
dapat dicapai dengan strategi pembelajaran yang berorientasi
pada dimensi kognitif. Tujuan pengajaran merupakan faktor atau
acuan yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi
pembelajaran.
b. Pengajar
Setiap pengajar dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan
sebagai pengajar yang profesional dalam bidangnya. Wawasan
kependidikan pengajar pada hakikatnya menunjuk pada cara
seorang pengajar melihat dirinya dan tugas-tugasnya yang
bersumber pada pandangan hidup yang dimilikinya.6
5
6
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hal.12
Ibid., hal.23
17
c.
d.
e.
f.
g.
Adanya perbedaan dalam memilih stretegi pembelajaran yang
akan digunakan oleh seorang pengajara yang satu dengan yang
lain pada tahap program, disebabkan oleh adanya perbedaan,
pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran,
gaya mengajar, pandangan hidup, dan wawasan masing-masing.
Peserta didik
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan
menentukan strategi pembelajaran yang tepat adalah peserta
didik. Hal ini disebabkan adanya perbedaan latar belakang dari
masing-masing peserta didik, seperti lingkunganbudaya, gaya
belajar, keadaan ekonomi dan tingkat kecerdasan. Makin tinggi
kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau
variasi ini di dalam kelas.
Materi pelajaran
Komponen ini merupakan salah satu masukan yang harus
dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Materi
pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan informal.
Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar
pengajaran lebih elevan dan aktual.
Metode pengajaran
Adanya berbagai metode pengajaran perlu dipertimbangkan
dalam strategi pembelajaran. Ini perlu karena pemakaian suatu
metode akan mempengaruhi bentuk strategi pembelajaran.7
Media pengajaran
Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih
atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan
keefektifan media yang digunakan oleh pengajar. Media
pengajaran yang tersedia akan berpengaruh pada pemilihan
strategi pembelajaran.
Faktor administrasi dan finansial
Faktor-faktor yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan
strategi pembelajaran adalah segi administrasi dan finansial,
seperti jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar. Pada
intinya sarana dan prasarana harus menjadi faktor penunjang
yang benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran
berlangsung.8
3. Jenis Strategi Pembelajaran
Menurut Gulo yang dikutip Iskandarwassid penulis buku Strategi
Pembelajaran Bahasa bahwa:
7
8
Ibid., hal.24
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa., hal.22
18
Seorang pengajar yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang
siapa menerima pelajaran, apa makna belajar bagi peserta didik,
dan kemampuan apa yang ada pada peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Pengajar harus memilih strategi pembelajaran yang tepat agar
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, serta mencapai tujuan
yang diharapkan.
Berikut ini dijelaskan jenis-jenis strategi pembelajaran berdasarkan
klasifikasinya:
a. Strategi pembelajaran berdasarkan penekanan komponen dalam
program pengajaran
1) Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar
Ada
yang
berpendapat
bahwa
mengajar
adalah
menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian
demikian, tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu
sendiri. Belajar dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima
informasi dari pengajar sehingga dalam aktivitas pembelajaran
peserta didik cenderung menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang
berpusat pada pengajaran ini disebut teacher centre strategies.
Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi
pembelajaran ini adalah teknik ceramah, teknik team teaching,
teknik sumbang saran, teknik demonstrasi, dan teknik antar disiplin.
19
2) Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
adalah strategi pembelajaran yang kesempatan seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran ini pengajar berperan
sebagai fasilitator dan motivator. Pengajar membantu peserta didik
untuk memngembangkan dirinya secara utuh sehingga pengajar
harus mengenal potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk
dikembangkan.
Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran
ini adalah teknik inkuiri, teknik satuan pengajar (unit teaching),
teknik advokasi, teknik diskusi, teknik kerja kelompok, teknik
penemuan (discovery), teknik eksperimen, teknik kerja lapangan,
teknik sosio drama, teknik nondirektif, dan teknik penyajian kasus.9
3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran
Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran,
atau yang disebut dengan material center strategies bertitik tolak
dari pendapat yang mengemukakan bahwa belajar adalah usaha
untuk memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini, strategi
pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran. Menurut Gulo dalam
strategi ini perlu diperhatikan dua hal. Pertama, kecenderungan pada
dominasi kognitif dimana pendidikan efektif dan keteramplan kurang
9
Ibid., hal.28
20
mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan
kualitas
manusia seutuhnya.
Kedua, materi pelajaran
yang
disampaikan dikelas, dan yang dimuat dalam buku teks, akan makin
usang
dengan
pesatnya
perkembangan
dalam
bidang
ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran
yang berpusat pada materi pengajaran adalah tutorial, teknik, teknik
modular, dan teknik pengajaran terpadu (antar disiplin), teknik
secara kasuistik, teknik kerja lapangan, teknik kerja lapangan, teknik
eksperimen, dan teknik demonstrasi.
b. Strategi pembelajaran berdasarkan kegiatan pengolahan pesan atau
materi
1) Strategi pembelajaran ekspositoris
Strategi
pembelajaran
ekspositoris
merupakan
strategi
berbentuk penguraian, baik berupa bahan tertulis maupun penjelasan
atau penyajian verbal. Strategi pembelajaran ini menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal.10 Roy Killen yang dikutip Wina
Sanjaya, penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan “menanamkan strategi ekspositori ini dengan
istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Karena
10
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana, 2010), hal.179
21
dalam strategi ini pembelajaran disampaikan langsung oleh guru.
Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran
seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan
istilah strategi “chalk and talk”.
Pengajar
mengolah
materi
secara
tuntas
sebelum
disampaikan dikelas. Strategi pembelajaran ini menyiasati agar
semua
aspek
dari
komponen-komponen
pembentuk
sistem
intruksional mengarah pada sampainya isi pelajaran kepada peserta
didik secara langsung. Dalam strategi ini pengajar berperan sangat
dominan, sedangkan peserta didik berperan sangat pasif atau
menerima saja.
Teknik penyajian penyajian yang paralel dengan strategi ini
adalah teknik ceramah, teknik diskusi, teknik interaksi masa, teknik
antar disiplin, teknik simulasi, teknik demonstrasi dan teknik team
teaching.
2) Strategi pembelajaran heuristik atau kuriorstik
Strategi pembelajaran heruistik adalah strategi pembelajaran
yang bertolak belakang dengan strategi pembelajaran ekspositoris
karena dalam strategi ini peserta didik diberi kesempatan untuk
berperan dominan dalam proses pembelajaran. Strategi ini
menyiasati
agar
aspek-aspek
komponen
pembentuk
sistem
instruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik mencari
22
dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka
butuhkan.
Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran
ini
adalah
inkuiri,
pemecahan
masalah
(problem
solving),
eksperimen, penemuan (discovery), teknik nondirektif, penyajian
secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan.
c. Strategi pembelajaran berdasarkan pengolahan pesan atau materi
1) Strategi pembelajaran deduksi
Strategi pembelajaran deduksi pesan dioleh mulai dari hal
umum kepada hal yang khusus, dari hal-hal yang abstrak kepada halhal yang nyata, dari konsep-konsep yang abstrak kepada contohcontoh yang konkret, dari sebuah premis menuju kesimpulan yang
logis. Langkah-langkah dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap.
Pertama, pengajar memilih pengetahuan untuk diajarkan. Kedua,
pengajar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Ketiga,
pengajar memberikan contoh dan membuktikannya kepada peserta
didik. Misalnya bila diambil contoh untuk pengajaran tentang
kalimat tunggal, maka pengajar memulai dengan definisi kalimat
tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan dengan
penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal.
Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi
pembelajaran deduktif adalah teknik ceramah.
23
2) Strategi pembelajaran induksi
Strategi pembelajaran induksi adalah pengolahan pesan yang
dimulai dari hal-hal yang khusus, dari peristiwa-peristiwa yang
bersifat
individual
menuju
generalisasi,
dari
pengalaman-
pengalaman empiris yang individual menuju kepada konsep yang
bersifat umum. Menurut Kenneth B. Anderson yang dikutip oleh
Iskandarwassid penulis buku Strategi Pembelajaran Bahasa bahwa:
Ada beberapa langkah untuk menentukan strategi pembelajaran
induksi. Pertama, pengajar memilih bagian dari pengetahuan,
aturan umum, prinsip, konsep, dst. yang akan diajarkan. Kedua,
pengajar menyajikan contoh-contoh spesifik untuk dijadikan
bagian penyusunan hipotesis. Ketiga, bukti-bukti disajikan
dengan maksud membenarkan atau menyangkal berbagai
hipotesis tersebut. Keempat, menyimpulkan bukti dan contohcontoh tersebut. Pengajar terlebih dahulu memberikan contohcontoh kalimat tunggal, kemudian dijelaskan ciri-ciri kalimat
tunggal sehingga peserta didik dapat mendefinisikan sendiri
tentang kalimat tunggal.11
Teknik penyajian yang paralel dengan teknik ini adalah
teknik penemuan (discovery), teknik satuan pengajar (unit teaching),
teknik penyajian secara kasus, dan teknik nondirektif.
d. Strategi pembelajaran berdasarkan cara memproses penemuan
1) Strategi pembelajaran ekspositoris
Strategi
pembelajaran
ekspositoris
merupakan
strategi
berbentuk penguraian yang dapat berupa bahan tertulis atau
penjelasan (presentasi) verbal. Pengajar mengolah secara tuntas
pesan
11
atau
materi
sebelum
disampaikan
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa.,hal.32
dikelas.
Strategi
24
pembelajaran ini menyiasati agar semua aspek dari komponenkomponen
pembentuk
sistem
intsruksional
mengarah
pada
tersampaikannya isi pelajaran (informasi) kepada peserta didik
secara langsung.
2) Strategi pembelajaran discovery
Roestiyah mengemukakan bahwa discovery (penemuan)
adalah proses mental peserta didik yang mampu mengasimilasikan
sebuah konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental
tersebut
antara
lain
ialah
mengamati,
mencerna,
mengerti,
menggolong-golongkan, dan membuat kesimpulan. Yang tergolong
ke dalam konsep misalnya, segitiga, panas, demokrasi. Sedangkan
yang dimaksud dengan prinsip, misalnya, logam bila dipanaskan
akan mengembang.
Dalam strategi ini peserta didik dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental itu sendiri. Pengajar hanya
membimbing dan memberikan instruksi (petunjuk). Dalam strategi
discovery pengajar harus berusaha meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam proses pembelajaran. Strategi
discovery dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh berbagai peningkatan:
a) Mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif;
b) Memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat individual
sehingga dapat kokoh tersimpan dalam jiwa peserta didik;
25
c) Membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik;
d) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing;
e) Memperkuat dan menambah kepercayaan diri peserta didik
dengan proses penemuannya.12
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan.
Menurut Rowntree yang dikutip oleh Wina Sanjaya penulis buku
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
mengatakan bahwa:
Pengelompokan strategi terbagi menjadi tiga yaitu: strategi
penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning,
strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual atau groups-individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada
peserta didik dalam bentuk jadi dan peserta didik dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan
strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Dikatakan
strategi pembelajaran langsung karena dalam strategi ini, materi
pelajaran disajikan begitu saja kepada peserta didik, siswa tidak
dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban peserta didik adalah
menguasainya secara penuh.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri.
Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa
sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya
didesain belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini
adalah belajar melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset
audio.13
Berbeda
dengan
pembelajaran
individual,
belajar
kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh
seorang atau beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa
12
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa., hal.33
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana, 2010), hal.128
13
26
dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal,
atau bisa juga
peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok
semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan
kecepatan belajar individu. Setiap individu di anggap sama. Oleh
karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang
memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang
mempunyai kemampuan biasa-biasa saja, sebaliknya siswa yang
mempunyai kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi.14
Wina Sanjaya menambahkan jenis strategi pembelajaran
yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan yaitu:
Strategi pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara
kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru
dan siswa.15
B. Perbedaan Strategi, Metode Dan Teknik
Pada berbagai situasi pembelajaran seringkali digunakan berbagai
istilah
yang pada dasarnya dimaksudkan
untuk menjelaskan cara,
tahapan,atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan
14
15
Ibid., hal.129
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran .., hal.196
27
secara bergantian walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki
satu perbedaan dengan yang lainnya.
Metode pembelajaran di definisikan sebagai cara yang digunakan
guru,yang dalam menggunakan fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat procedural, yaitu
berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan yang
bersifat implementatif. Dengan kata lain, metode yang dipilih oleh masingmasing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
Apabila dikaji kembali, definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh
beberapa ahli sebagaimana telah diuraikan terdahulu, maka jelas disebutkan
bahwa
strategi
pembelajaran
harus
mengandung
penjelasan
tentang
metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang
lebih luas dari metode dan teknik. Artinya metode/prosedur dan teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran. Pemilihan tersebut, dilakukan dengan mempertimbangkan
situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik
dihadapi dalam rangkamencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan
antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai
suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran,
pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan yang kemudian
28
diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses
pembelajaran berlangsung.16
Upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini
yang dinamakan metode. Ini berarti, metode yang digunakan untuk
merealisasaikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi
satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, untuk
melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus
tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karenanya,
strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan
untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan
untuk untuk melaksanakan strategi.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi
maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karenanya, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen yang
dikutip Wina Sanjaya penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan mengemukakan misalnya, mencatat ada dua
16
Zainal Aqib, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. (Bandung:
Yrama Widya, 2013), hal.71
29
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher centered approached) dan pendekatan yang berpusat pada siswa
(student centered approached). pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif, atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada siswa
menurunkan strategi pembelajaran discovery, dan inkuiri serta strategi
pembelajaran induktif.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga
istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik
mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode
pembelajaran. Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan
metode pembelajaran. Padahal metode dan teknik pembelajaran dalam suatu
hal yang berbeda. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh
guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah yang ingin di capai.
Atau bisa disebut sebagai jalan yang dilakukan seseorang untuk
mengimplementasikan suatu metode. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang
dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
sebagai
metode
pembelajaran.
Dalam
upaya
menjalankan
metode
pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan
30
dengan metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang
mungkin berbeda antara guru yang satu dengan yang lainnya.
C. Pembahasan Tentang Guru
1. Pengertian Guru
Menurut
Zakiyah
Darajat,
yang
dikutip
oleh
Muhamad
Nurdin,penulis buku Kiat Menjadi Guru Profesional “guru adalah pendidik
professional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima
dan memikul sebagian tanggung jawab dan pendidikan yang terpikul
dipundak para orang tua.” Sedangkan menurut Poerwadarmita, “guru
adalah orang yang kerjanya mengajar. Dilihat dari pengertian diatas
mengajar merupakan tugas pokok seorang guru dalam mendidik
muridnya.” Sehubungan dengan hal itu, Muhibin Syah mengemukakan
bahwa guru dalam bahasa arab disebut “mu’alim”
dan dalam bahasa
inggris disebut “teacher”, yakni seorang yang pekerjaannya mengajar.17
Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik
potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga
berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam
17
hal.127
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
31
memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Disamping itu, ia mampu
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 164:
             
           
“Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab
dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS: Al-Imran ayat
164)18
Dari ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan yang utama bahwa tugas
Rasulullah selain sebagai Nabi, juga sebagai pendidik (guru). Oleh karena
itu, tugas utama guru menurut ayat tersebut adalah:
a. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa
kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri
agar tetap berada fitrah.
b. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada
akal dan hati kaum Muslim agar mereka merealisasikannya dalam
tingkat laku kehidupan.
Jadi, jelas bahwa tugas guru dalam Islam tidak hanya mengajar
dalam kelas, tetapi juga sebagai norm dragger (pembawa norma) agama di
tengah-tengah masyarakat.
18
Departemen Agama RI, Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an (Bandung:CV Penerbit JArt,2004), hal.72
32
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai
guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum
dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat
khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul
seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan
tertentu atau pendidikan perjabatan.
2. Tugas dan Peran Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun
diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat
tiga jenis tuga guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan,
dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Bila guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan
33
pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu
kepada para siswanya.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat
dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh
ilmu
pengetahuan.
Ini
berarti
guru
berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang berdasarkan Pancasila.19
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian
informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan
zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta
didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka
dalam menghadapi kesulitan belajar.20
Oleh karena itu, guru dituntut memahami berbagai strategi
pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara
optimal.
Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah
mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak
didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik
dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap
menghadapi segala tantangan di masa depan.21
Menurut Suparlan yang dikutip oleh Ngainun Naim, penulis buku
Menjadi Guru Inspiratif menyebut “peran dan fungsi guru secara anonim
dengan EMASLIMDEF (Educator, Manager, Administrator, Supervisor,
Leader, Inovator, Motivator, Dinamisator, Evaluator, Fasilitator).”22
19
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesiona. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2000),
hal.7
20
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005), hal.21
Akhmad Muhaimin, Menjadi Guru Favorit. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2013), hal.19
22
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009), hal.33
21
34
Akronim
E
Peran
Educator
M
Manager
A
Administrator
S
Supervisor
L
Leader
I
Inovator
M
Motivator
D
Dinamisator
E
Evaluator
F
Fasilitator
3. Syarat Guru dalam Islam
Fungsi
 Mengembangkan kepribadian
 Membimbing
 Membina budi pekerti
 Memberikan pengarahan
 Mengawal pelaksanaan tugas dan
fungsi berdasarkan ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku
 Membuat daftar presensi
 Membuat daftar penilaian
 Melaksanakan teknis administrasi
sekolah
 Memantau
 Menilai
 Memberikan bimbingan teknis
 Mengawal pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi tanpa harus mengikuti
secara kaku ketentuan dan perundangundangan yang berlaku
 Melakukan kegiatan kreatif
 Menemukan strategi, metode, caracara, atau konsep-konsep yang baru
dalam pengajaran
 Memberikan dorongan kepada siswa
untuk belajar lebih giat
 Memberikan tugas kepada siswa sesuai
dengan kemampuan dan perbedaan
individual peserta didik
 Memberikan dorongan kepada siswa
dengan cara menciptakan suasana
lingkungan
pembelajarana
yang
kondusif
 Menyusun instrumen penilaian
 Melaksanakan
penilaian
dalam
berbagai bentuk dan jenis penilaian
 Menilai pekerjaan siswa
 Memberikan bantuan teknis, arahan,
dan petunjuk kepada peserta didik
35
Untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah seperti yang
dibayangkan orang selama ini. Mereka menganggap hanya dengan pegang
kapur dan membaca buku pelajaran, maka cukup bagi mereka untuk
berprofesi sebagai guru. Ternyata untuk menjadi guru yang professional
tidak mudah, harus memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui
seluk beluk teori pendidikan.
Menurut Muhamad Nurdin, dalam bukunya yang berjudul Kiat
Menjadi Guru Profesional, supaya tercapai tujuan pendidikan, maka
seorang guru harus memiliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok yang
dimaksud adalah:23
a. Syarat syakhsiyah (memiliki kepribadian yang dapat
diandalkan)
b. Syarat ilmiah (memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni)
c. Syarat idhofiyah (mengetahui, menghayati, dan menyelami
manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya
untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan).
Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional
membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan
misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan
nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat
menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi
ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan
perkembangan zaman.
4. Kedudukan Guru dalam Islam
23
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi…, hal.129
36
Guru sebagai social worker (pekerja sosial) yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Namun, kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang
dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Berbeda bila
dibandingkan dengan penghargaan mereka terhadap profesi lain, seperti
dokter, pengacara, insinyur, dan yang seterusnya.
Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap guru, menurut Nana
Sudjana, yang dikutip Muhamad Nurdin, penulis buku Kiat Menjadi Guru
Profesional, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:24
a. Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun dapat
menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan, walaupun tidak
mengerti didaktik-metodik.
b. Kekurangan tenaga guru di daerah tepencil memberikan peluang
untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai
kewenangan professional untuk menjadi guru.
c. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya
sendiri, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebut.
Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan
yang tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga
menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan
Rasul. Mengapa demikian? Karena guru adalah bapak ruhani (spiritual
father) bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu
pengetahuan.
Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu
mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu
ilmu kepada orang lain adalah suatu pengalamaman yang paling dihargai
dalam Islam. Sebenarnya, tingginya kedudukan guru dalam Islam
24
Ibid., hal.156
37
merupakan realisasi dari ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan ilmu
pengetahuan, dan pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar. Yang
belajar adalah calon pemimpin masa depan, dan yang mengajar adalah
guru.
Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan
secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat di pesantrenpesantren yang tersebar luas di Nusantara ini. Ada penyebab yang khas
mengapa orang begitu terhipnotis untuk menghargai guru, yaitu karena
adanya pandangan dalam Islam bahwa ilmu itu sumbernya dari Tuhan.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat:32
             
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS: AlBaqoroh:32)25
Kedudukan guru dalam Islam memang berbeda dengan kedudukan
guru di dunia Barat. Perbedaan ini jelas karena di Barat tidak memiliki
nilai kelangitan. Hubungan guru dengan anak didik juga berbeda. Namun
ternyata dalam sejarahnya, kedudukan guru sedikit demi sedikit mulai
berubah. Pada saat nilai-nilai ekonomi mulai masuk, maka yang terjadi
sekarang adalah:
a. Kedudukan guru dalam Islam mulai merosot
25
Departemen Agama RI, Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an (Bandung:CV Penerbit JArt,2004), hal.7
38
b. Hubungan guru dan murid kurang bernilai kelangitan, sehingga
penghargaan (penghormatan) murid terhadap guru semakin menurun.
c. “Harga” karya mengajar semakin tinggi.
D. Pembahasan Tentang Kesulitan Belajar Siswa
1. Pengertian Kesulitan Belajar Siswa
Dalam kurikulum pendidikan dijelaskan bahwa kesulitan belajar
merupakan terjemahan Bahasa Inggris “learning Disability” yang berarti
ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan “kesulitan” untuk
memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk
belajar. Istilah lain learning disabilities adalah learnig difficulties dan
learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian
yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih
bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih
menggambarkan kondisi faktualnya.26
Kesulitan belajar terdiri dari dua kata, yaitu kesulitan dan belajar.
Sebelum dikemukakan makna kesulitan belajar perlu dijelaskan pengertian
belajar dan kesulitan belajar itu sendiri. Menurut seorang ahli pendidikan,
Dimyati Mahmud menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan
dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga
ditekankan pada pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak.
26
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Anak,(Yogyakarta:Javalitera,2012), hal.12
39
Dari pengertian tersebut maka seseorang dikatakan telah belajar
apabila pada dirinya terjadi perubahan tertentu. Dengan kata lain, belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui
proses tertentu. Namun demikian, tidak semua perubahan tingkah laku itu
disebabkan oleh hasil belajar, tetapi juga disebabkan oleh proses alamiah
atau keadaan sementara pada diri seseorang.
Sedangkan, kesulitan berarti kesukaran, kesusahan, keadaan, atau
sesuatu
yang
sulit.
Kesulitan
merupakan
suatu
kondisi
yang
memperlihatkan ciri-ciri hambatan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan
sehingga diperlukan usaha yang lebih baik untuk mengatasi gangguan
tersebut.
Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah yang memiliki
gangguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman
penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin
menampakan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
menghitung.
Selain itu, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana
kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar
yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan. Proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatanhambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
40
Berikut ini beberapa definisi mengenai kesulitan belajar yang
dijelaskan dalam kurikulum pendidikan nasional.
a. Hammill
Kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam
aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar,
dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsic
yang diduga karena adanya disfungsi system syaraf pusat. Kesulitan
belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya
gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh
lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang
tidak sesuai.
b. ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning
Dissabilities)
Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga
bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan
kemampuan mengintregasikan dan kemampuan bahasa verbal atau non
verbal. Individu berkesulitan belajar memiliki intelegensi tergolong
rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka tidak
memiliki gangguan system sensoris.
c. NJCLD (National Joint Committee Learning Disabilities)
Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan
dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung. Menurut
beberapa pakar pendidikan, seperti Dalyono menjelaskan bahwa
kesulitan belajar merupakan suatu keadaan yang menyebabkan siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Sedangkan menurut Sabri,
kesulitan belajar identic dengan kesukaran siswa dalam menerima atau
menyerap pelajaran di Sekolah. Burton mengatakan, siswa diduga
mengalami kesulitan belajar apabila tidak dapat mencapai ukuran
tingkat keberhasilan belajardalam waktu tertentu27.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca,
menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu
disfungsi minimal otak. Kesulitan belajar bukan disebabkan oleh faktor
eksternal berupa lingkungan, sosial, budaya, fasilitas belajar, dan lainlain.
27
Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar Anak. ,(Yogyakarta:Javalitera,2012), hal.14
41
Selain itu Burton mengidentifikasikan seorang siswa kasus dapat
dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang
bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton
sebagai berikut:
1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau
tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pelajaran
tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru
(criterion referenced).
2) siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat
mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya .
3) siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat
mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian
sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern)
pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan.
4) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan
sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada
tingkat pelajaran berikutnya.28
Dari keempat definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa
seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang
bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar
tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang
dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan
dalam
program
pelajaran
time
allowed
dan
atau
tingkat
perkembangannya).
28
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1996), hal.308
42
Oleh karena itulah anak yang mengalami kesulitan belajar, akan
sukar dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru sehingga ia akan malas dalam belajar. Selain itu anak tidak dapat
menguasai materi, bahkan menghindari pelajaran, mengabaikan tugastugas yang diberikan guru, sehingga terjadi penurunan nilai belajar dan
prestasi belajar menjadi rendah.
2. Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Menurut Derek Wood dalam bukunya Kiat Mengatasi Gangguan Belajar,
kesulitan belajar dapat dibagi menjadi tiga kategori besar yaitu:
a. Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
Ciri-ciri spesifikasinya adalah sebagai berikut:
1) Keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa
2) Keterlambatan dalam hal mengekspresikan pikiran atau gagasan
melalui bahasa yang baik dan benar
3) Keterlambatan dalam hal pemahaman bahasa
b. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Keterlambatan dalam hal membaca
2) Keterlambatan dalam hal menulis
3) Keterlambatan dalam hal berhitung
c. Kesulitan dalam memusatkan perhatian
Anak-anak maupun orang dewasa yang menderita kesulitan dalam
memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan.
Kendati demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian
pada suatu perhatian itu dengan segera mudah buyar kembali.
Kesulitan dalam memusatkan perhatian, baik yang disertai sikap
hiperaktif ataupun tidak, tidak dianggap sebagai kesulitan belajar.
Kendati demikian, kesulitan dalam memusatkan perhatian dapat
mempengaruhi performa akademis seseorang secara serius, dimana
gangguan ini kerap menyertai kelemahan dalam kemampuan
akademis.29
Siswa dengan berbagai perilaku dan karakteristiknya yang unik
pasti akan dijumpai oleh seorang guru dalam melaksanakan proses
29
Derek Wood, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. (Jogjakarta: Kata Hati, 2007), hal.30
43
pembelajaran yang dilakukannya. Contohnya ada siswa yang sangat aktif,
rajin mencatat, rajin mengerjakan tugas, sering bertanya, dan sebagainya.
Namun, guru juga kadang menemui siswa yang sangat pasif, tidak pernah
mengumpulkan tugas, membolos, dan bentuk perilaku lainnya seperti diam
saja ketika ditanya oleh guru dan nilainya selalu rendah.
Mengenali siswa yang mengalami kesulitan belajar merupakan
kegiatan yang sangat rumit. Kesulitan belajar sulit diidentifikasikan secara
pasti dengan kasat mata karena meliputi banyak jenisnya, banyak
kemungkinan faktor penyebabnya, banyak jenis gejala, serta kemungkinan
penangananya. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Blasic &
Jones yang dikutip Muhammad Irham, penulis buku Psikologi Pendidikan
bahwa:
Karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat
ditunjukan melalui beberapa karakteristiknya yang berupa
kebiasaan atau behavioral dalam keseharian, cara bicara dan cara
berbahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar yang
dicapainya. Artinya, kecenderungan siswa yang mengalami
kesulitan belajar dapat terlihat dari kemampuan-kemampuan
berpikir secara kognitif, sikap keseharian selama disekolah, dan
keterampilan atau perilaku dalam mengikuti aktivitas belajar dan
pembelajaran.30
Sumardi Suryabrata yang dikutip Muhammad Irham, penulis buku
Psikologi Pendidikan menjelaskan bahwa peserta didik yang memiliki
kesulitan belajar dapat diketahui dari kriteria atau indikator-indikator
terjadinya kesulitan belajar pada siswa:
a. Grade Level, yaitu apabila siswa tidak naik kelas sampai dua kali
secara berturut-turut pada satu kelas yang sama
30
Muhammad Irham, Psikologi Pendidikan. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2013), hal.261
44
b. Age Level, yaitu terjadi apabila umur siswa tidak sesuai dengan
tingkat kelas pada umumnya
c. Inteligensi Level, yaitu terjadi pada siswa yang under achiever,
artinya secara potensi siswa yang bersangkutan baik, namun
dalam kenyataanya hasil belajarnya selalu berada dibawah potensi
yang seharusnya dapat dicapai.
d. General Level, yaitu terjadi pada siswa yang secara umum dapat
menguasai hampir seluruh mata pelajaran dengan nilai yang baik,
namun terdapat kelemahan pada salah satu atau lebih mata
pelajaran dengan nilai yang baik, namun terdapat kelemahan pada
salah satu mata pelajaran atau lebih mata pelajaran dengan nilai
yang sangat rendah jauh dibawah batas lulus.
Abu ahmadi dan Widodo Supriono, yang dikutip Muhammad
Irham, penulis buku Psikologi Pendidikan, berpendapat bahwa siswa yang
mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala-gejala, sebagai
berikut:
a. Menunjukan prestasi belajar yang rendah atau berada dibawah rata-rata
yang dicapai oleh siswa lain dalam kelasnya.
b. Hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh tidak seimbang
dengan usaha yang dilakukan.
c. Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
d. Siswa menunjukan sikap yang tidak atau kurang wajar selama proses
pembelajaran, misalnya membolos, sering tidak masuk pada mata
pelajaran tertentu, dan sebagainya.
e. Menunjukan perilaku menyimpang. Misalnya, suka membolos, tidak
mengerjakan tugas-tugas, tidak mau bekerja sama dengan temannya,
terisolasi, dan sebagainya.
f. Emosional. Misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung,
rendah diri, dan sebagainya.
3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang anak biasanya nampak jelas
dari menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan
belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
(misbehavior) anak seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, mengusik
teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan gemar membolos.
45
Pada dasarnya bila kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan
bersumber
kepada
berlangsungnya
komponen-komponen
proses
belajar
mengajar
yang
berpengaruh
sendiri.
Variabel
atas
yang
mempengaruhi proses belajar mengajar menurut Loree yang dikutip Abin
Syamsudin Makmun, penulis buku Psikologi Kependidikan terdiri dari:
a. Stimulus Variables, mencakup:
1) Learning exsperince variables, antara lain mengenai:
a) Method variables, yang antara lain menyangkut:
(1) Kuat lemahnya motivasi untuk belajar
(2) Intensif tidaknya bimbingan guru
(3) Ada tidaknya kesempatan berlatih atau berpraktik
(4) ada tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement
b) Task variables yang mencangkup:
(1) Menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan
(2) Bermakna tidaknya apa yang dipelajari dan dilakukannya
(3) Sesuai tidaknya, panjang, atau luasnya serta tingkat
kesukaran apa yang harus dipelajari dan dikerjakan
2) Evironmental variables, menyangkut iklim belajar yang bergantung
pada faktor-fakor:
a) Tersedia tidaknya tempat atau ruangan (space) yang memadai.
b) Cukup tidaknya waktu, serta tepat tidaknya penggunaan waktu
tersebut untuk waktu belajar.
c) Tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai.
d) Harmonis tidaknya hubungan manusiawi baik di sekolah, di
rumah maupun di lngkungan masyarakat yang lebih luas.
b. Organismic Variables yang mencangkup:
1) Characteristic of the learners, antara lain tingkatan inteligensi, usia
dan taraf kematangan untuk belajar. Dengan demikian, kelemahan
sering disebabkan oleh:
a) Kurangnya kemampuan dan keterampilan kognitif.
b) Terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan
informasi
c) Kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/aspirasi
2) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta
antara inteligensi, persepsi, motivasi, dorongan, lapar,takut, cemas,
kesepian konflik, tekanan batin, dan sebagainya turut berperan pula
dalam proses berperilaku termasuk perilaku belajar.
c. Response Variables, sebagaimana kita kelompokkan berdasarkan
tujuan-tujuan pendidikan yaitu:
1) Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep,
keterampilan pemecahan masalah
46
2) Tujuan-tujuan efektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dari
apresiasi
3) Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain:
a) Keterampilan psikomorik, seperti menulis, mengetik, kegiatan
pendidikan jasmani atau olahraga, melukis, dan sebagainya.
b) Kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan,
berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan, dan sebagainya.
c) Kebiasaan-kebiasaan berupa kebiasaan hidup sehat, keamanan,
kebersihan, keberanian disertai kesopanan, ketegasan, ketekunan,
kejujuran, kerrapian, keserasian, dan sebagainya.31
Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak
jelas dimata orang tua dalam kehidupannya:
a. Out of Law (Tidak taat aturan), seperti susah belajar, susah
menjalankan perintah, dan sebagainya
b. Bad Habit (Kebiasaan jelek) misalnya, suka jajan, merengek, suka
ngambek, dan lain-lain
c. Maladjustment (Penyimpangan perilaku)
d. Pause Playing Delay (Masa bermain yang tertunda)
Berikut
faktor
internal
yang
mempengaruhi
hasil
belajar
seseorang:32
a. Daya ingat rendah
b. Terganggunya alat-alat indra
c. Usia anak
d. Jenis kelamin
e. Kebiasaan belajar/rutinitas
f. Tingkat kecerdasan (intelegensi)
31
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1996), hal.325
32
Ibid…, hal.18
47
g. Minat
h. Emosi (perasaan)
i. Motivasi atau cita-cita
j. Sikap dan perilaku
k. Konsentrasi belajar
l. Kemampuan untuk hasil belajar
m. Rasa percaya diri
n. Kematangan atau persiapan
o. Kelelahan
Faktor eksternal adalah yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
di sekitar anak. Faktor eksternal ini meliputi 3 hal:
a. Faktor keluarga
Dalam lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi tingkat
kecerdasan atau hasil belajar pada anak antara lain:
1) Cara mendidik anak
2) Relasi antar anggota keluarga
3) Suasana rumah
4) Keadaan ekonomi keluarga
5) Pengertian orang tua
6) Latar belakang kebudayaan
48
b. Faktor sekolah
Sekolah merupakan tempat belajar anak setelah keluarga dan
masyarakat
sekitar.
Faktor
lingkungan
sekolah
yang
dapat
mempengaruhi kesulitan belajar anak, antara lain:
1) Guru
2) Metode mengajar
3) Instrument/fasilitas
4) Kurikulum sekolah
5) Relasi guru dengan anak
6) Relasi antar anak
7) Disiplin Sekolah
8) Pelajaran dan waktu
9) Standar pelajaran
c. Faktor masyarakat
Selain dalam keluarga dan sekolah, anak juga berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan masyarakat yang dapat
mempengaruhi hasil belajar antara lain:
1) Kegiatan anak dalam masyarakat
2) Teman bergaul
3) Bentuk kehidupan dalam masyarakat
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktorfaktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara
faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah
49
sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar).
Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca
b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas
secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di
antaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya,
kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan
ringan pada otak.33
4. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Sebelum pilihan langkah tertentu diambil guru seharusnya terlebih
dahulu
melakukan
beberapa
langkah
penting
seperti,
pertama,
menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan
hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar
tentang kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasi
dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
Adakalanya bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru
sendiri, adakalanya bidang kecakapan yang bisa ditangani oleh guru
dengan bantuan orang tua, adakalanya bidang kecakapan yang tidak dapat
33
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2006), hal.184
50
ditangani baik oleh guru maupun orang tua. Ketiga, menyusun program
perbaikan, khususnya program remidial teaching. Keempat, yaitu
melaksanakan program perbaikan.
Oleh karena kesulitan belajar sswa biasanya terkait dengan banyak
faktor, maka alternatif solusinya pun biasanya akan melibatkan banyak
komponen, artinya komponen guru saja belum memungkinkan untuk
memberikan solusi secara tuntas. Oleh karena itu sangat bijaksana apabila
guru termasuk guru agama atau guru-guru pendidikan agama islam, dalam
memberikan solusi terhadap kesulitan belajar siswa selalu berkoordinasi
dengan berbagai pihak terkait. Guru termasuk guru pendidikan agama
islam terlebih dahulu melihat jenis kesulitan belajar siswa, lalu
menentukan pihak mana yang mungkin bisa dilibatkan, baru mengambil
langkah penyelesaiannya. Dengan perkataan lain, dalam menyelesaikan
kesulitan belajar siswa, melalui proses yang tidak boleh dianggap
sederhana.34
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha
mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam
tahap, yaitu:
a. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan
banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan
pengamatan langsung terhadap obyek yang bermasalah. Teknik
34
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Raja Grafino
Persada, 2006), hal.148
51
interview (wawancara) ataupun teknik dokumentasi dapat dipakai
untuk mengumpulkan data.
b. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah
secara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik
jelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih
mentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang
dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah identifikasi
kasus, membandingkan antar kasus, membandingkan dengan hasil tes,
dan menarik kesimpulan.
c. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari
pengolahan data. Tentu saja keputusan diambil itu setelah dilakukan
analisis terhadap data yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:
1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat
dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber
penyebab kesulitan belajar anak didik.
3) Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
52
d. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar
pijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan
penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang
haus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan
belajar.
e. Treatment
Treatmen adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah
pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan
belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap
prognosis.
f. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatmen yang
telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak
dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau
gagal sama sekali.35
E. Pembahasan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarih, yang menurut bahasa
berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti “keterangan yang
telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa
35
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta,2002), hal.220
53
yang masih ada”.36 Sejarah dalam dunia Barat disebut histoire (Perancis),
historie (Belanda), dan history (Inggris), berasal dari bahasa Yunani,
istoria yang berarti ilmu.
Dari pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa arti sejarah adalah
peristiwa atau kejadian masa lampau pada diri individu dan masyarakat
untuk mencapai kebenaran suatu penjelasan tentang sebab-sebab dan asalusul segala sesuatu, suatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana
dan mengapa peristiwa-peristiwa itu bisa terjadi. Dari segala kejadian
masa lampau tersebut kiranya dapat diambil suatu pelajaran yang
mengantarkan manusia memperluas ilmu pengetahuan guna menumbuh
kembangkan ketaqwaan kepada Allah Swt sebagai syarat mutlaq dalam
mencapai kebahagiaan hidup duniawi sekaligus ukhhrawi.
Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”.
Kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah upaya
untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik
dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.37
Sejarah kebudayaan Islam adalah studi tentang riwayat hidup
Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang
diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari
tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial. Muhaimin mengatakan, …“Dalam mata pelajaran sejarah
36
Zuhairini, Sejarah Pendidikan…, hal.1
Muhammad Haidir Junaidi, “Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam”, online,
http://muhammad-haidir.blogspot.com/2013/04/pengertian-sejarah-kebudayaan-islam.html/,
diakses 22 April 2015. Jam 09.00
37
54
kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia
Muslim dari masa ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta
dalam mengembangkan system kehidupan yang dilandasi oleh akidah”.38
2. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Al-Qur’an bahkan tidak hanya memerintahkan umatnya untuk
memperhatikan perkembangan sejarah manusia, tetapi Al-Qur’an juga
menyajikan banyak kisah. Sebagian ulama bahkan ada yang berpendapat
bahwa dua pertiga isi Al-Qur’an itu adalah kisah sejarah. Dalam kitab
Mańa al-Qaţţan dijelaskan bahwa kisah dalam Al-Qur’an terbagi menjadi
tiga macam antara lain sebagai berikut :
a. Kisah para nabi yang berisi usaha, fase-fase perkembangan dakwah
mereka, dan sikap orang-orang yang menentang para nabi. Adapun
yang termasuk yang termasuk ke dalam jenis kisah tersebut di
antaranya adalah kisah nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Ishak, Ismail, Musa,
Harun, Isa dan Muhammad saw.
b. Kisah orang-orang terdahulu yang termasuk ke dalam katagori nabi.
Adapun yang termasuk ke dalam jenis kisah tersebut seperti kisah
Talut, Jalut, dua orang putera nabi Adam, Ashab al Kahfi (penghuni
gua), Zulkarnaen, Qarun, Firaun, Maryam, dan keluarga Imran.
c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi
di masa Nabi Muhammad saw. seperti peristiwa Perang Badar, Perang
38
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada,2005), hal. 1-3.
55
Uhud, Perang Ahzab, Perang Hunain, Perang Tabuk, peristiwa hijrah,
dan peristiwa Isra mi’raj
Kisah-kisah ini dipaparkan dengan tujuan agar umat manusia
mengambil i’tibar (pelajaran) darinya. Allah berfirman sebagai berikut:
             
    
Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu Muhammad, agar
dengan kisah ini kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan
kepadamu (segala) kebenaran ini Telah datang kepadamu kebenaran
nasehat dan peringatan dan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud
[11]: 120).39
Dari
penjelasan
ayat
tersebut
jelaslah
bagaimana
Islam
mengajarkan pentingnya mempelajari sejarah, maka jangan sekali-kali
melupakan sejarah. Jadi, tujuan dan manfaat mempelajari sejarah
kebudayaan Islam adalah sebagai berikut.
a. Memperoleh
pengalaman
mengenai
peristiwa-peristiwa
sejarah
kebudayaan Islam di masa lalu baik pengalaman positif maupun
pengalaman negatif yang dapat dijadikan hikmah agar kesalahankesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali.
b. Mengetahui teori-teori sejarah kebudayaan Islam yang berlaku agar
kemudian dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam mengatasi berbagai
persoalan hidup di masa kini dan masa yang akan datang.
39
Departemen Agama RI, Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an (Bandung:CV Penerbit JArt,2004), hal.236
56
c. Menumbuhkan kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang ke depan
yang lebih luas serta bertindak lebih arif dan bijaksana.40
Fungsi mempelajari sejarah kebudayaan ada tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Fungsi edukatif
Melalui sejarah peserta didik ditanamkan menegakkan nilai, prinsip,
sikap, hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari
b. Fungsi keilmuan
Peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa
lalu Islam dan kebudayaannya.
c. Fungsi transformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang
sangat penting dalam
rancang transformasi masyarakat
Selain fungsi di atas ada beberapa fungsi mempelajari mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah:
1) Pengenalan peristiwa-peristiwa penting dalam rekam jejak
Rasulullah SAW dalam mengimplementasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an sekaligus pilihan strategi dakwah
yang dilakukan.
2) Membawa keterlibatan siswa secara emosional pada peristiwaperistiwa historis, khususnya pada konsistensi para tokoh Islam di
40
https://apachemask.wordpress.com/2011/01/04/manfaat-mempelajari-sejarahkebudayaan-islam/ Diakses 07 april 2016 jam 09.08
57
dalam memperjuangkan prinsip-prinsip ajaran Islam dengan
tantangan dan rintangan dari internal maupun eksternal umat Islam.
3) Melanjutkan tradisi keilmuan para tokoh Islam dengan segala
kreativitas yang dihasilkannya dengan tetap kritis atas semuanya.
4) Memberikan apresiasi yang proporsional terhadap ide, gagasan dan
karya yang dihasilkan oleh ulama terdahulu, sehingga tidak
terjebak pada romantisme masa lalu yang tidak fungsional untuk
menyelesaikan problematika kontemporer umat Islam saat ini.
5) Merefleksikan proses masuknya Islam di Indonesia dengan
kecemerlangan para ulama yang membawanya sehingga dengan
cepat Islam masuk ke Indonesia tanpa kekerasan dan menarik ibrah
dari proses ini.
3. Pentingnya Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Adapun pentingnya mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam secara
garis besar diataranya:
a. Untuk melestarikan Identitas kelompok dan memperkuat daya tahan
kelompok itu bagi kelangsungan hidupnya
b. Sejarah berguna sebagai pengambilan pelajaran dan tauladan dari
contoh di masa lampau sehingga sejarah memberikan asas manfaat
secara lebih khusus demi kelangsungan hidup
c. Sejarah berfungsi sebagai sarana pemahaman mengenai hidup dan mati
58
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Selama ini seringkali SKI hanya dipahami sebagai sejarah
kebudayaan Islam (history of Islamic culture). Dalam kurikulum ini SKI
dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan (history of
Islam and Islamic culture). Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja
menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan
diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam
Islam. Aktor sejarah yang diangkat tidak hanya Nabi, sahabat dan raja,
tetapi akan dilengkapi ulama, intelektual dan filosof. Faktor-faktor sosial
dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang
SKI.
Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa
dan periode sejarah yang ada sebagai berikut :
.
a. Di tingkat MI dikaji tentang sejarah Arab pra Islam, sejarah
Rasulullah saw. dan al-Khulafa' ar-Rasyidin.
b. Di tingkat MTs dikaji tentang Dinasti Umayah, Abbasiyah dan al
Ayubiyah.
c. Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradaban Islam di Andalusia,
gerakan pembaharuan di dunia Islam dan perkembangan Islam di
Indonesia.41
41
08.30
Agus Hadi, “Ski MTsn”, onle, http://skimtsn.blogspot.com/, diakses 18 April 2016. Jam
59
5. Materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs
a. Kelas VII Semester 1
1) BAB. Memahami sejarah kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam bahasa arab disebut tarih, yang menurut
bahasa berarti ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti
“keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang
telah lampau atau pada masa yang masih ada”.42 Sejarah dalam
dunia Barat disebut histoire (Perancis), historie (Belanda), dan
history (Inggris), berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti
ilmu.
Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”.
Kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah
upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar
menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan
kehidupan.
Sejarah kebudayaan Islam adalah studi tentang riwayat
hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi
petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh
teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik
dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Muhaimin
mengatakan, …“Dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam
merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari
42
Zuhairini, Sejarah Pendidikan…, hal.1
60
masa ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam
mengembangkan system kehidupan yang dilandasi oleh akidah”.
2) BAB. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Mekkah
Sebelum islam datang di tanah arab, sebenarnya masyarakat
arab bukan tidak berkeyakinan, mereka sudah memiliki keyakinan
tertentu yang dikenal dengan Paganisme, mereka mengingkari
adanya Tuhan, tetapi umumnya mereka menggunakan perantara
patung-patung atau berhala untuk menyembah Tuhan mereka.
Dalam kondisi masyarakat yang semacam ini itulah Nabi
Muhammad SAW diturunkan. Ayah Nabi Muhammad SAW
bernama Abdullah ibn Abdul Muththalib. Sedangkan ibunya
Aminah Binti Wahab. Dilahirkan di kota Makkah pada tanggal 20
Agustus tahun 570M.
Nabi Muhammad diperintahkan oleh Allah SWT untuk
mendakwahkan Islam kepada manusia. Untuk mendakwahkan
Islam itu Nabi melakukannya dengan sembunyi-sembunyi dan
dangat berhati-hati, walaupun perintah ini cukup jelas dan tegas.
Dakwah Nabi hanya ditujukan kepada orang-orang tertentu yang
diyakini dapat menerima ajakan tersebut. Pada tahap rahasia ini
selama kurang lebih 3 tahun, hanya beberapa orang saja yang
masuk Islam. Mereka yang mula-mula masuk Islam, dalam sejarah
dikenal dengan sebutan “al-sabiqun al-awwalan”. Kelompok
pertama ini, bersama-sama dengan Nabi, melakukan kegiatan
61
berpusat dirumah Arqam bin Arqam, yang kemudian tempat ini
dikenal dengan nama dar al-Arqam.
Dalam tahap berikutnya, dakwah Nabi ditujukan kepada
anak-cucu keturunan Abdul Muthalib. Dengan demikian, sasaran
dakwah sudah lebih luas dan terbuka. Hal ini dilakukan Nabi
setelah adanya perintah Allah SWT dalam surah al-Syu’ara ayat
214-216. Lebih luas lagi setelah turunnya perintah Allah SWT
dalam surat al-Hijr ayat 94-95. Maka sasaran dakwah Nabi adalah
masyarakat Makkah (Quraisy) secara umum dan lebih luas dan
lebih terang-terangan.
Upaya Rasulullah dalam rangka mendakwahkan Islam
secara terang-terangan ini kemudian mendapat reaksi dari pihak
kaum musyrikin Quraisy. Reaksi tersebut pada mulanya masih
bersifat bujukan dan rayuan, agar Nabi meninggalkan tugasnya
menyampaikan Islam. Namun dengan tegas Nabi menepis bujukan
tersebut, dengan mengatakan: “Aku datang kepada kalian bukanlah
untuk mendapatkan harta, pangkat, dan kedudukan. Allah SWT
mengutus aku kepada kalian untuk menjadi rasulnya”.
Hari demi hari, reaksi makin bertambah keras. Orang-orang
musyrik Quraisy mulai melakukan penganiayaan dan penyiksaan
kepada pengikut-pengikut Islam, yang waktu itu jumlahnya masih
sangat sedikit. Juga terjadi pemboikotan, semacam embargo
terhadap orang-orang Islam dan Nabi Muhammad SAW. Bahkan
62
pemboikotan ini ditujukan kepada keluarga Bani Hasyim dan Bani
Abul Muthalib, yang selalu melindungi Nabi Muhammad SAW.
Pemboikotan ini berlangsung selama kurang lebih 3 tahun.
Pemboikotan ini dapat dipandang sebagai upaya kafir Quraisy
untuk melumpuhkan kekuatan kelompok orang-orang Islam.
Karena tantangan yang dihadapi umat Islam begitu berat
maka Rasulullah kemudian memerintahkan kepada para sahabat
untuk berhijrah ke Habsyah, untuk sekedar mencari tempat
perlindungan. Tindakan ini dimaksudkan Nabi, disamping untuk
memperluas
wilayah
dakwah,
juga
mengisyaratkan
ketidakberdayaan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan
terhadap kafir Quraisy. Ini merupakan hijrah yang pertama yang
dilakukan oleh umat Islam.
Selama kurang lebih tiga belas tahun, Nabi telah berjuang
dengan gigih. Namun ia belum berhasilmenciptakan suatu
komunitas yang tauhidi yang sikap dan tindakannya sesuai dengan
pesan dan ajaran tauhid sebagaimana yang dicita-citakan,
sebaliknya ia mendapat tantangan yang berat, oleh sebab itu selama
di Makkah eksistensi kerasulannya baru tampak pada dimensi
kepemimpinan agama, sampai dengan hijrahnya ke Madinah
dengan membawa perubahan-perubahan besar terhadap tatanan
sosial masyarakatnya yang kelak dikenal dengan negara Madinah.
63
Peristiwa hijrah ini juga tidak bisa dilepaskan dari
pertemuan Nabi SAW dengan beberapa orang penduduk Yastrib
yang berkunjung ke Makkah pada tahun 621 M, pertemuan ini
berhasilmencapai kesepakatan menyatakan diri masuk Islam dan
berjanji untuk mematuhisegala ajaran Islam yang disebut sebagai
bai’ah sughra. Ini bai’ah yang pertama yang dilakukan oleh
penduduk Yastrib kepada Rasulullah.
3) BAB. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah
Sebagaimana sudah dijelaskan dibagian terdahulu bahwa
sebelum Rasulullah hijrah ke madinah, didahului oleh dua
peristiwa yaitu bai’ah aqabah sughra (pertama) pada tahun 621M
dan bai’ah aqabah kubra (kedua) pada tahun 622 M. Adanya
bai’ah ini juga tidak lepas dari usaha Rasulullah untuk
menyampaikan ajarannya kepada sebagian peziarah dan pedagang
dari kota Yastrib yang melaksanakan ibadah haji. Isi bai’at itu
antara lain mengikrarkan keimanan kepada Allah dan Rasulnya
Muhammad, amar ma’ruf nahyi munkar, dan kepatuhan kepada
beliau pemimpin mereka. Nabi juga berjanji akan berjuang bersama
mereka baik dalam peperangan maupun perdamaian.
Dalam perjalanan hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad
SAW tiba di Madinah pada tanggal 27 September 822 M
bertepatan dengan hari senin tanggal 12 Rabiul awal, yang
kemudian oleh khalifah Umar bin Khattab ditetapkan sebagai tahun
64
pertama hijrah. Sebelum sampai ke Madinah, Nabi singgah di
Qubah dan mendirikan Masjid yang pertama dalam sejarah Islam,
di daerah itu. Kemudian melakukan sholat jum’at di masjid itu.
Rasulullah menyampaikan khutbah jum’at pertama yang berisikan
tahmid,
shalawat
dan
salam,
pesan
bertakwa,
dan
do’a
kesejahteraan bagi kaum muslimin.
Selanjutnya dalam sejarah Islam, penduduk Madinah yang
menyambut kedatangan Rasulullah bersama sahabat ini mendapat
julukan kaum Anshar, karena prestasi dan jasanya yang besar
terhadap Islam. Setelah Rasulullah membangun Masjid sebagai
sarana untuk mempersaudarakan kaum muslimin di kota Madinah,
selanjutnya Rasulullah juga melakukan pembangunan sosial,
ekonomi dan politik negara Madinah.
Selama Nabi sebagai kepala negara Madinah, beliau
melakukan kebijakan satu sama lain memiliki kaitan antara lain:
pertama, itensifikasi pemantapan sosio ekonomi politik. Oleh sebab
itu ayat-ayat al-qur’an pada periode Madinah ini diturunkan
terutama ditujukan untuk pembinaan hukum, dan Rasulullah
menjelaskan ayat-ayat yang belum jelas dan terperinci itu dengan
perbuatan-perbuatan beliau, seperti sistem syura dalam politik,
persamaan derajat antar sesama, perbedaan antara taqwa dan amal
shaleh, diperintahkannya zakat dan sedekah untuk pemerataan
ekonomi disamping ditegaskan hukum riba, juga diberlakukannya
65
razia terhadap kabilah perniagaan Quraisy dijalur perdagangan
menuju pasar-pasar wilayah utara.
Dalam periode Madinah inilah Rasulullah benar-benar
dapat membina masyarakat yang kondusif, sehingga dibawah
kepemimpinan Rasulullah, Madinah menjadi wilayah yang
diperhitungkan. Ajakan masuk Islam kepada pemimpin-pemimpin
dunia melalui surat yang dikirimkan merupakan langkah politis
yang sangat berani. Kemampuannya dalam mempersatukan umat
Islam
dengan
kebinekaan
kabilah
dan
suku,
serta
mempersaudarakannya adalah sebagai bukti misi risallah yang
dibawanya berdimensi religius dan sosial dan politik.
b. Semester 2
1) BAB. Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa
Khulafaurrasyidin
a) Abu Bakar as-Sidiq
Sebenarnya sejak awal, baik kelompok Muhajirin
maupun kelompok Anshar menginginkan jabatan khalifah ini,
mereka mengajukan argumen yang dapat memperkuat posisi
tuntutan mereka tersebut. Golongan Anshor dan suku Khazraj,
misalnya, mengajukan Sa’ad bin Ubadah, tokoh ini tercatat
sebagai orang yang tidak pernah menyatakan bai’ahnya kepada
Abu Bakar dan Umar sampai akhir hayatnya sebagai calon
khalifah. Abu Bakar (kelompok Muhajirin) pada awalnya
66
mengajukan Umar bin Khatab dan Sa’d ibn Ubadah sebagai
calon khalifah. Akhirnya lewat proses perdebatan yang
panjang terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifahnya. Di
samping
karena
kestabilitas
politiklah
yang
turut
melatarbelakangi terpilihnya tokoh Abu Bakar sebagai
khalifah. Diantara faktor yang mendukung terpilihnya Abu
Bakar sebagai khalifah adalah orang yang menggantikan Rasul
sebagai imam shalat ketika Rasululah sakit, dia juga orang
yang menemani Rasulullah saat hijrah, dan dia adalah sahabat
senior yang awal memeluk Islam.
Maka sejak saat itu Abu Bakar sebagai khalifah umat
Islam. Ia disebut sebagai khalifat al-rasulillah, yang berarti
pengganti Rasulullah. Yang membedakannya dengan Rasul
adalah kalau Rasulullah itu memiliki otoritas sebagai
pemimpin agama dan negara, tetapi Abu Bakar hanya memiliki
otoritas kenegaraan saja, karena memang Abu Bakar bukan
sebagai Nabi.
Pada saat Abu Bakar sebagai kepala negara, ia
mendapatkan tugas berat yang perlu penyelesaian. Di antara
permasalahan yang muncul selama dia menjabat sebagai
khalifah antara lain adalah munculnya nabi-nabi palsu, orangorang yang tidak mau membayar zakat, juga orang-orang yang
murtad, keluar dari Islam.
67
Selain Abu Bakar dituntut untuk menyelesaikan urusan
dalam negeri, ia juga dituntut untuk menyelesaikan yang
lainnya. Masalah tersebut antara lain bahwa dia juga harus
mewaspadai ancaman yang mungkin datang dari dua negara
adikuasa, yaitu bizantium dan persia. Karenanya, disamping
harus menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri tersebut,
Abu
Bakar
juga
harus
memikirkan
rencana
untuk
mempertahankan wilayah Islam dari serbuan dan intervensi
karena negara adi kuasa tersebut.
b) Umar Ibn al-Khathab
Pada saat Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah
dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,
kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan
maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan
dan perpecahan dikalangan umat Islam. Kebijakan Abu Bakar
tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara
beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya
khalifah Khalifati Rasulillah, artinya pengganti dari pengganti
Rasulullah.umar juga memperkenalkan istilah Amir alMukminin kepada umat Islam.
Seperti sebagian orang Arab, Umar ibn al-Khaththab
memiliki nama kunya, Abu Hafs. Kunya ini merupakan
pemberian Nabi untuk memuji sikap tegas dan kekerasannya
68
dalam melaksanakan prinsip keislaman, ciri dari watak seorang
pemimpin sejati. Di samping itu ia adalah orang yang
mempunyai keinginan kuat, rasa keadilan yang keras,
kesetiaan yang kukuh dan mempunyai bakat yang luar biasa
untuk menjalankan pemerintahan.
c) Usman Ibn Affan
Setelah Umar ibn Khaththab meninggal, Usman ibn
Affan menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah umat
Islam berdasarkan musyawarah sejumlah sahabat senior.
Usman ibn Affan lahir pada tahun 576 M.
Kepribadian Usman itu sangat baik. Dia terkenal
sebagai sahabat yang sangat taat beribadah. Sebagaimana
dikatakan oleh Ibn Hajr bahwa ia selalu bangun tengah malam
untuk melakukan shalat tahajud, puasa sepanjang hari kecuali
pada hari-hari terlarang dan pergi haji setiap tahun. Ia juga
sangat pemalu dan terkenal jujur. Usman juga terkenal sangat
lunak, pemaaf, murah hati, terlalu percaya, dan mudah tergetar
hatinya, melihat kesulian orang lain, terutama keluarganyya,
kepekaan sosialnya sangat tinggi.
d) Ali Ibn Abi Thalib
Sepeninggalan Usman ibn Affan, masyarakat beramairamai membai’at Ali ibn Abi Thalib. Ali memerintah selama 4
tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai
69
pergolakan. Hampir tidak ada masa sedikit pun dalam
pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah ia
menjabat sebagai khalifah, Ali ibn Abi Thalib memecat para
gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran
mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
oleh Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi
pajak
tahunan
diantara
orang-orang
Islam
sebagaimana yang telah diterapkan Umar.
2) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Bani
Umaiyah
Salah satu dinasti penting yang ikut mewarnai sejarah
peradaban Islam adalah Dinasti Umayah. Dinasti ini berdiri pada
tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari satu abad
tetapi capaian ekspansi sangat luas. Pembentukan dinasti umayah
tidak bisa dilepaskan dari sosok Muawiyah ibn Abi sofyan. Ia
memeluk agama Islam pada usia yang masih muda, jauh sebelum
keluarga Abu Sofyan lainnya memeluk agama Islam. Mu’awiyah
lahir empat tahun menjelang Muhammad diangkat menjadi Rasul,
ada juga yang mengatakan dua tahun sebelum Rasul diangkat atau
15 tahun sebelum hijrah. Mu’awiyah termasuk sahabat dekat
dengan Rasulullah.
70
Mu’awiyah mendapat kepercayaan dari Rasul untuk
menulis Al-Qur’an dan pernah ikut bersama Rasul hijrah ke
Madinah. Kesetiaan yang diperlihatkan oleh Mu’awiyah terhadap
Islam, adalah siap mempertaruhkan nyawanya di beberapa medan
pertempuran dan bahkan dengan ayahnya sendiri, yaitu pada saat
penaklukan Makkah.
c. Kelas VIII Semester 1
1) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa Bani
Abbasiyah
Berdirinya dinasti Abbasiyah tidak bisa dilepaskan dari
munculnya berbagai masalah di periode-periode terakhir dinasti
Umayah. Masalah-masalah tersebut kemudian bertemu dengan
beberapa kepentingan yang satu sama lain memiliki keterkaitan.
Ketidakpuasan di sana-sini yang ditampakkan lewat berbagai macam
pemberontakan jelas menjadi pekerjaan rumah yang cukup serius
bagi kelangsungan hidup dinasti Umayah, yang kemudian menjadi
momentum yang tepat untuk menjatuhkan dinasti umayah yang
dimotori oleh Abu al-Abbas al-Safah.
Meskipun
dalam
perjalanan
dinasti
Umayah
banyak
menorehkan prestasi bagus terutama dalam kaitannya dengan
perluasan wilayah, tetapi sesungguhnya sejak awal berdirinya dinasti
ini, mulai dari khalifah pertama yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan
sampai khalifah terakhir, Marwan bin Muhammad, Daulah bani
71
Umayah terkadang berjalan atas landasan kekerasan, bahkan
mempergunakan segala kesempatan, sekalipun kesempatan jahat
untuk memperbesar kekuasaan. Menjelek-jelekkan Ali bin Abi
Thalib dalam tiap khutbah Jum’at adalah contoh yang nyata terjadi.
d. Semester 2
1) BAB. Memahami perkembangan masyarakat Islam pada masa
Dinasti Al Ayyubiyah
Keruntuhan Dinasti Fatimiyah pada masa khalifah Al-Adid
Bilah pada tahun 567H / 1171M. Khalifah terakhir berada dalam
kondisi yang sudah lemah karena serbuan pasukan salib, konflik
interen pemerintahan dan melanda paceklik atau paceklik selama
tujuh tahun di wilayah kekuasaan Dinasti tersebut. Dalam keadaan
yang demikian datanglah panglima Syirkuh beserta Shalahuddin AlAyyubi yang ditugaskan oleh Nuruddin Zangi.
Ia
mendampingi
pamannya
Asaduddin
Syirkuh
yang
mendapat tugas dari Nuruddin Zangi. Untuk membantu Bani
Fatimiyah di Mesir. Perdana Menteri Syawar yang dikudetaoleh
Dirgham meminta bantuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk
mengalahkan Dirgham. Dengan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir.
Dirgham akhirnya dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan ia
kembali menduduki jabatan perdana menteri pada tahun 1164M.
Tiga tahun kemudian Shalahuddin menyertai pamannya ke
Mesir. Kali ini akan memberantas Syawar yang dulunya pernah
72
ditolongnya yang bersekutu dengan Ammauri, seorang panglima
tentara salib. Hal ini dilakukan oleh shalahuddin karena Syawar
sangat membahayakan kepentingan kaum muslimin. Akhirnya,
Shalahuddin dapat mengalahkan Syawar dan Ammauri.
Pada tahun 1169 M, tentara salib yang dipimpin Ammauri
menyerang Mesir yang bermaksud menguasai Mesir. Khalifah
Fatimiyah, Al-Adid meminta bantuan Shalahuddin dan Asaduddin
Syirkuh untuk mempertahankan Mesir. Ammauri kali ini berhasil
dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh.
Keberhasilan ini menimbulkan kebencian Syawar yaitu perdana
menteri Fatimiyah. Syawar berencana membunuh Shalahuddin dan
Asaduddin Syirkuh namun ia gagal, bahkan Syawar ditangkap dan
dihukum mati atas khalifah Al-Adid.
e. Kelas IX Semester 1
1) BAB. Memahami perkembangan Islam di Indonesia
Seorang profesor bahasa Melayu di Univesitas Leiden,
Belanda. Dia mengatakan bahwa Islam datang ke Indonesia bukan
berasal dari Arab atau persia secara langsung, tetapi berasal dari
india, terutama dari pantai barat, dari Gujarat dan Malabar. Teori
tesebut kemudian direvisi oleh C. Snouck Hurgronje. Menurut nya
Islam yang tersebar di Hindia Belanda (Indonesia) berasal dari
wilayah Malabar dan Coromandel, kota-kota pelabuhan di India
selatan, setelah Islam berpijak kuat di wilayah tersebut.
73
Pendapat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak
Benua India juga dikemukakan oleh J.P. Moquette. Moquette
berkesimpulan bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah
Gujarat, India. Pendapat ini didasarkan pada pengamatan Moquette
terhadap bentuk batu nisan di Pasai yang berangka 17 Dzulhijah
831 H./27 September 1428. Dia juga mengamati bentuk batu nisan
pada makam Maulana Malik Ibrahim (w.822 H/1419) di Gresik,
Jawa Timur. Ternyata bentuk batu nisan dikedua tempat tersebut
sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat di pesisir selatan India.
Berbeda dengan pendapat S.Q Fatimi yang sama-sama
mengikuti “teori batu nisan”. Menurut Fatimi, batu nisan Malik alShalih di Pasai berbeda jauh dengan batu nisan yang terdapat di
Gujarat dan batu-batu nisan lain di Nusantara. Fatimi berpendapat
bahwa bentuk dan gaya batu nisan itu justru mirip dengan batu
nisan yang terdapat di Bengal (kini Bangladesh).43
f. Semester 2
1) BAB. Memahami sejarah tradisi Islam Nusantara
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Keberhasilan penyebaran Islam di
Nusantara tidak dapat dipisahkan dari peranan wali sanga. Ketika
menyiarkan Islam para wali sanga menggunakan berbagai bentuk
kesenian tradisional masyarakat setempat dengan cara menyisipkan
43
Nor Huda, Islam Nusantara. (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media Group,2007), hal.34
74
nilai-nilai islam ke dalam kesenian tersebut. Upaya para wali sanga
tersebut diterima baik oleh masyarakat, mereka tidak merasa asing
karena budaya asli mereka tidak dihapus. Lambat laun seni budaya
local tersebut berubah menjadi seni budaya local yang bernuansa
Islam.
Makna dari seni budaya local sebagai tradisi Islam adalah
semua budaya yang berada dn berkembang di wilayah Indonesia
yang dijadikan tradisi Islam karena sudah dipengaruhi oleh ajaranajaran Islam. Seni budaya local yang sudah dipengaruhi ajaran
Islam banyak jenisnya ada yang berupa kesenian, upacara adat dan
seni bangunan. Ketiga kelompok tersebut menggambarkan suatu
budaya yang menjadi cirri khas dari setiap budaya mereka.
F. Strategi Guru dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI)
Ada beberapa karakteristik anak dalam proses pembelajaran di
antaranya anak yang tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat
menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu yang lebih cepat dari yang
diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan
suatu masalah karena lebih mudah menerima materi pelajaran. Dilihat dari
tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini memiliki tingkat kecerdasan
di atas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak genius. Karena
cepatnya dalam belajar, maka golongan ini mengalami kesulitan dalam
penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah
75
menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk membantu mereka
ialah dengan menempatkan pada kelompok khusus atau diberikan tugas-tugas
tambahan.
Sebaliknya, dari anak yang tergolong cepat, anak golongan lambat ini
lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang
diperkirakan anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak golongan ini
sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal
kelas. Dilihat dari kecerdasannya, pada umumnya anak golongan lambat
belajar, memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini
memerlukan perhatian khusus, antara lain melalui penempatan pada kelaskelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program pengajaran
remidial.
Selanjutnya adalah anak kreatif. Anak kreatif ini umumnya anak dari
golongan cepat, tapi banyak pula dari golongan normal. Anak golongan ini
menunjukan kreativitas, dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Mereka selalu
ingin memecahkan persoalan, berani menanggung resiko yang sulit sekalipun,
kadang-kadang destruktif di samping konstruktif, lebih senang bekerja
sendiri, percaya pada diri sendiri, dan sebagainya.
Dalam kegiatan belajar anak golongan kreatif lebih mampu
menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah.sekolah
perlu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak golongan
kreatif.
76
Adanya beberapa jenis sifat murid tersebut dapat mempengaruhi
proses belajar dan dapat menimbulkan beberapa akibat tertentu di antaranya
adalah:
1. Anak drop out (gagal)
2. Berprestasi kurang (underachiever)44
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi
kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak
informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan
langsung terhadap obyek yang bermasalah. Teknik interview (wawancara)
ataupun teknik dokumentasi dapat dipakai untuk mengumpulkan data.
2. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara
cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik jelas tidak
dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masih mentah, belum
dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam
rangka pengolahan data adalah identifikasi kasus, membandingkan antar
kasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik kesimpulan.
44
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar. (Jakarta:PT Rineka Cipta,2004), hal.103
77
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan
data. Tentu saja keputusan diambil itu setelah dilakukan analisis terhadap
data yang diolah itu. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan
ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
4. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan
dalam
kegiatan
prognosis.
Dalam
prognosis
dilakukan
kegiatan
penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang haus
diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5. Treatment
Treatmen adalah perlakuan. Perlakuan di sini dimaksudkan adalah
pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar
sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis.
6. Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatmen yang
telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak
78
dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal
sama sekali.45
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Erna Yunita dalam skripsinya yang berjudul “Strategi Guru Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Di MTs Sultan Agung Jabal Sari Tulungagung”.
Dalam skripsi tersebut telah disimpulkan bahwa penggunaan strategi oleh
guru yaitu dengan dialog Guru dan anak didik serta dengan hyperterapi
yang bekerja sama dengan lembaga psikologi “Alfa Tetha”.
2. Putri Tunggal Dewi dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Guru Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Karangrejo”.
Untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, guru
MTsN Karangrejo memilih menggunakan teknik humoris di tengahtengah menyampaikan materi. Selain dengan menggunakan tehnik
humoris di tengah-tengah menyampaikan materi upaya yang dilakukan
guru MTsN Karangrejo dalam mengatasi kesulitan belajar siswa adalah
dengan memberikan motivasi Program remidial juga di jadikan salah satu
upaya yang digunakan guru MTsN Karangrejo dalam mengatasi kesulitan
45
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta:Rineka Cipta,2002), hal.220
79
belajar siswa, upaya ini di sampaikan oleh Bapak Winarto, program
remidial itu wajib di lakukan oleh setiap guru.
Dari penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
Strategi Guru untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa harus adanya seorang
guru yang harus berperan aktif dalam mengajarkan anak didiknya dengan
menggunakan strategi yang sesuai, peran orang tua yang harus memantau
anaknya untuk melaksanakan ibadah.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, peneliti termotivasi untuk
melaksanakan penelitiaan yang berjudul “Strategi Guru Dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MTs
Ma’arif Sudimoro Pacitan”.
Adapun fokus penelitiannya:
1. Bagaimana perencanaan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Ma’arif Sudimoro
Pacitan?
2. Bagaimana pelaksanaan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Ma’arif Sudimoro
Pacitan?
3. Bagaimana evaluasi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan?
Berikut adalah perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang
peneliti lakukan:
1. Lokasi penelitian yang berbeda
80
2. Rumusan masalah yang digunakan berbeda
3. Tingkat kesulitan belajar yang berbeda.
4. Hasil penelitian yang berbeda
H. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori, yang dikonstruksi sebagai suatu
pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi
pokok persoalan yang semestinya dipelajari.46
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui strategi guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa mata pelajaran SKI. Memerlukan sebuah
skema untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Paradigma penelitian
Perencanaan
Strategi Guru
Pelaksanaan
Evaluasi
Pola strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa maa
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di uraikan dalam paradigma penelitian
46
Sambas Ali M pada http://sambasalim.com/metode-penelitian/paradigma-penelitian.html,
diakses 07 April 2016. 10:07
81
dapat dijelaskan sebagai berikut: strategi guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa mata pelajaran SKI di MTs Ma’arif Sudimoro Pacitan
dikembangkan dari kajian teori. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa dimaksimalkan agar siswa dapat menyerap pelajaran yang telah
dijelaskan oleh guru. Dalam membuat sebuah strategi dibutuhkan sebuah
perencanaan agar ketika strategi diterapkan di dalam kelas dapat dilaksanakan
dengan baik dan memperoleh hasil yang sesuai dengan perencananaan yang
telah dibuat oleh seorang guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dengan
sebaik mungkin harus membuat pembelajaran semenarik mungkin sehingga
siswa dengan mudah akan menyerap pelajaran dengan baik, terutama dalam
pembelajaran SKI. Selain itu siswa juga tidak mudah lupa dengan apa yang
baru saja dipelajari.
Download