model pelatihan untuk mengembangkan kompetensi kepribadian

advertisement
DESAIN PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN GURU BERKELANJUTAN BERBASIS E-LEARNING
(Suatu Tinjauan Teoretik)
Mawardi
[email protected]
Program Studi PGSD – FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Tulisan ini berisi deskripsi teoretik tentang desain pengembangan
keprofesian guru berkelanjutan (PKB) berbasis e-Learning. Model desain
PKB ini sebagai alternatif jawaban atas persoalan kondisi empirik
kompetensi guru yang masih memprihatinkan. Langkah-langkah model
desain pengembangan keprofesian guru berkelanjutan (PKB) berbasis eLearning secara siklik mencakup: a)analisis defisit kompetensi pedagogik
dan profesional sebagai kebutuhan pelatihan; b) menetapkan tujuan
pelatihan, pengembangan materi pokok dan instrumen evaluasi yang
dituangkan dalam silabus dan lesson plan, c)penyusunan panduan umum,
panduan fasilitator, panduan guru sebagai peserta pelatihan dan diktat
pelatihan, d) merancang strategi pelatihan berbasis belajar aktif, dan e)
merancang dan melakukan evaluasi pelatihan dalam bentuk refleksi diri,
sharing pengalaman dan tes akhir.
Kata kunci: desain, pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB),
e-Learning
PENDAHULUAN
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDM-PMP, 2012), menyatakan bahwa salah satu
kelemahan dalam pembinaan dan pengembangan profesi guru adalah proses pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang belum berjalan dengan baik. Hasil Uji Kompetensi Awal guru
pra-PLPG menunjukkan bahwa kualitas guru masih di bawah standar, kemampuan guru
masih di bawah rata-rata 60% (Kompas, 1 Mei 2012).
Landasan legal formal pengembangan SDM guru adalah Undang-undang No.14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Pasal 10 ayat (1) UU tersebut menyatakan bahwa kompetensi
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Lebih lanjut empat
kompetensi ini dijabarkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Landasan operasional
peningkatan kompetensi guru tersebut adalah Permennegpan & Rb No 19 Tahun 2009,
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dalam Permen tersebut secara jelas
dinyatakan bahwa guru berkewajiban melakukan pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan.
Berbagai upaya peningkatan kompetensi guru telah dilakukan, antara lain melalui
pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) maupun pendidikan profesi guru (PPG). Namun
hasilnya belum memberikan dampak yang signifikan. Temuan berbagai penelitian berikut
membuktikan bahwa dampak PLPG dan PPG belum mampu meningkatkan mutu guru.
Penelitian Baedhowi dan Hartoyo (2009), menemukan motivasi guru untuk segera ikut
sertifikasi bukanlah untuk meningkatkan profesionalisme atau kompetensi mereka, tetapi
terkesan semata-mata untuk mendapatkan tambahan penghasilan melalui tunjuangan profesi.
Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas melakukan penelitian di Provinsi Sumatera
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat tahun 2008
menemukan bahwa PLPG belum mampu meningkatkan kompetensi guru secara signifikan.
Kajian tersebut menemukan bahwa alasan guru mengikuti sertifikasi, antara lain, agar
mendapat tunjangan profesi, segera mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidup,
tunjangan untuk biaya kuliah, biaya pendidikan anak, merenovasi rumah, dan membayar
utang.
Tantangan terberat bagi pengembangan kompetensi guru SD berkaitan dengan waktu
yang tersedia untuk mengikuti diklat, sumber-sumber bahan, media media dan sistem
penilaian yang obyektif untuk mengukur dan menilai kompetensi yang telah dikuasainya.
Tuntutan beban kerja guru SD sebagai guru kelas yang harus mengajar semua matapelajaran
menyita waktu yang banyak. Akibatnya hanya tersedia waktu sedikit untuk mengerjakan
tugas-tugas diklat. Kebiasaan guru SD yang relatif jarang mengakses sumber-sumber belajar,
baik cetak maupun elektronik akan menyulitkan guru untuk secara mandiri mendapatkan dan
meng-update bahan diklat. Untuk mengatasi berbagai persoalan mengenai rendahnya
kompetensi guru SD ini, diduga tepat dilakukan dengan menggunakan model pengembangan
keprofesian berkelanjutan berbasis e-Learning.
Berbagai penelitian tentang pelatihan guru berbasis e-Learning memberikan bukti
empirik bahwa model pelatihan guru dengan media komputer dan internet ini sangat potensial
untuk dikembangkan. Penelitian tersebut diantaranya: a) Usta (2011) melakukan penelitian
kuantitatif berjudul The Examination Of Online Self-Regulated Learning Skills In Web-Based
Learning Environments In Terms Of Different Variables. Penelitian ini menemukan bahwa :
1) Ada hubungan positif dan signifikan (r = 0,207) antara skor total keterampilan belajar
mandiri secara online dengan skor total sikap terhadap internet, 2) Terdapat perbedaan
signifikan antara skor total sikap terhadap internet dan tingkat keterampilan belajar mandiri
secara online (t(2-167) =-2,228; p<,05). b) Penelitian tentang uji kompetensi mengajar para
guru sekolah dasar dan menengah di Johor Bahru Malaysia telah dilakukan oleh Hamdan,
Ghafar & Hwa Li (2010). Penelitian menemukan: 1) bahwa ada hubungan yang signifikan
antara gender dan kompetensi mengajar, 2) di mana perempuan memiliki nilai rata-rata lebih
tinggi dari responden laki-laki (α = 0.025). 3) Tidak ada hubungan antara kompetensi etnis
dan pengajaran. 4) Tidak ada hubungan antara kompetensi mengajar dan pengalaman
mengajar. 5) Tidak ada hubungan antara kompetensi mengajar dan kualifikasi akademik.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Model Pelatihan
Snelbecker (1974:32) menyatakan : “A model is a concretization of a theory which is
meant to be analogous to or representative of the processes and variables involved in the
theory”. Sedangkan Sedangkan Joh J.O.I Ihalaw (2004:123) menyatakan bahwa model
hakikatnya sama dengan teori, yaitu sistem dalil-dalil atau sebuah rangkaian terpadu dari
dalil-dalil. Lebih lanjut dijelaskan bahwa model berbeda dari teori ditijau dari aras
abstraksinya. Sebuah model dibangun dari serangkaian dalil-dalil aras abstraksi rendah
(sehingga lebih konkrit); sedangkan teori dibangun dari serangkaian dalil-dalil aras abstraksi
tinggi.Joyce, Weil & Calhoun (2011), dalam terminologi yang lebih spesifik (model
pembelajaran) memberikan batasan bahwa model adalah seperangkat komponen yang saling
terkait diatur dalam urutan yang memberikan pedoman untuk mewujudkan tujuan tertentu.
Sejalan dengan pandangan Joh J.O.I Ihalaw (2004:123) Snelbecker (1974:32), dan
Joyce, Weil & Calhoun (2011), maka model dalam tulisan ini hakikatnya merupakan
konkretisasi teori yang dipakai untuk menggambarkan proses-proses dan variabel-variabel
yang terdapat dalam teori pelatihan berbasis e-learning, yaitu : 1) komponen konsep
(construct) pelatihan berbasis e-learning, berupa definisi dalam wujud bahasa ilmiah yang
menggambarkan teori pelatihan dan e-learning; 2) prosedur, yaitu langkah-langkah yang
harus dilakukan menuju ke tujuan yang ditetapkan; dan 3) tujuan; berupa penguasaan
kompetensi teknis tertentu.
Pelatihan merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan secara
terus menerus dalam rangka pembinaan ketenagaan suatu organisasi. Program pelatihan tidak
hanya penting bagi individu, tetapi juga lembaga atau organisasi dan hubungan manusiawi
dalam kelompok kerja. Pelatihan merupakan upaya investasi sumber daya manusia dalam
sebuah lembaga.
Menurut Mangkuprawira (2004) pelatihan merupakan proses mengajarkan
pengetahuan dan keterampilan dan sikap tertentu tertentu agar pegawai semakin terampil dan
mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Menurut Mondy (2008) pelatihan
adalah aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk memberi para pembelajar pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini. Sedangkan Mathis and
Jackson (2006) menyatakan bahwa, pelatihan (training) adalah sebuah proses dimana orang
mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional.
Armstrong (2009:67): Pelatihan adalah modifikasi perilaku sistematis melalui pembelajaran,
yang terjadi sebagai hasil dari pendidikan, pengembangan pembelajaran, dan pengalaman
yang direncanakan.Noe (2010:351) pelatihan merupakan upaya yang direncanakan oleh suatu
lembaga pendidikan untuk mempermudah pembelajaran tentang kompetensi-kompetensi
yang berkaitan dengan pekerjaan, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan
perilaku.
Mengacu pendapat Noe (2010:351) , pelatihan guru adalah upaya yang direncanakan
untuk meningkatkan penguasaan kompetensi guru yaitu penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Pelatihan bagi guru
bertujuan agar guru: (1) mampu memperbaiki kinerjanya. Guru yang memiliki kinerja kurang
atau tidak memuaskan dapat disebabkan kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
terhadap bidang pekerjaannya; (2) dapat memuthakhirkan keahliannya sejalan dengan
kemajuan teknologi dan dapat menerapkannya dalam dalam pekerjaan sehari-hari; (3)
membekali guru baru agar kompeten dalam pekerjaan, karena seringkali guru baru tidak
menguasai keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas-tugasnya;
(4) membantu memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam menjalankan tugasnya,
sehingga program pelatihan hendaknya dilandasi pada kebutuhan guru; (5) mengembangkan
karier guru.
Langkah-langkah pelatihan menurut Pont (dalam Haris Mudjiman.2011) merupakan
sebuah siklus kegiatan berkelanjutan yang terdiri dari : 1) analisis kebutuhan pelatihan, 2)
perencanaan program pelatihan, 3) penyusunan bahan pelatihan, 4) pelaksanaan pelatihan,
dan 5) penilaian pelatihan. Secara skematis siklus pelatihan tersebut dapat dilihat dalam
gambar berikut.
1.
Analisis
Kebutuhan
Pelatihan
5.
Penilaian
Pelatihan
4.
Pelaksanaan
Pelatihan
2.
Perencanaan
Program
Pelatihan
3.
Penyusunan
Bahan
Pelatihan
Gambar 1. Siklus pelatihan (Haris Mudjiman.2011)
Hakikat Kompetensi Guru SD
Sofo (1999) mengemukakan “A competency is composed of skill, knowledge, and
attitude, but in particular the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to
the standard of performance required in employment”.
Dengan demikian kompetensi guru pada hakikatnya sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam
menjalankan profesinya sebagai guru kelas pada jenjang sekolah dasar (SD).
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat
(1) kompetensi guru meliputi kompetensi : a) pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c)
kompetensi sosial, dan d) kompetensi profesional. Depdiknas (2004) menyebut kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif,
dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Anwar (2004) mengemukakan
kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Kompetensi profesional
adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam” (Undang-
undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Diantara empat kompetensi tersebut,
kompetensi yang langsung menjadi substansi materi pelatihan adalah kompetensi pedagogik
dan profesional. Peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional dirancang sebagai
dampak instruksional pelatihan. Sedangkan pencapaian kompetensi kepribadian dan sosial
diharapkan sebagai dampak pengiring pelatihan, meskipun tidak masuk sebagai materi
pelatihan.
Rumusan Kompetensi Guru SD
Tabel 1 dan 2 berikut memaparkan isi standar kompetensi pedagogik dan profesional guru
kelas yang tercantum dalam Permendiknas No. 16/2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Guru.
Tabel 1.
Kompetensi Pedagodik Guru SD
No
Kompetensi Pedagodik
1
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Melakukan tindakan reflektif (PTK) untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 2.
Kompetensi Profesional Guru SD
No
Kompetensi Pedagodik
1
Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap,
nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
5
6
7
melakukan tindakan reflektif.
8
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Pengembangan Keprofesian Guru Berkelanjutan (PKB)
Berdasarkan Permenegpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 19 Tahun 2009, yang
dimaksud dengan
pengembangan keprofesian
berkelanjutan(PKB) adalah
pengembangan pengembangan kompetensi guru
yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. PKB merupakan
salah satu komponen pada unsur utama yang kegiatannya diberikan angka kredit.
Sedangkan, unsur utama yang lain, sebagaimana dijelaskan pada bab V pasal 11, adalah:
(a) Pendidikan, (b) Pembelajaran / Bimbingan dan (c) Penunjang. Unsur kegiatan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) terdiri dari tiga macam kegiatan seperti
dalam Tabel 3.
Tabel 3
Komponen Kegitan PKB
No
Komponen Kegiatan
PKB
1
Pengembangan
Diri
2
Publikasi
Ilmiah
3
Karya Inovatif
Unsur Kegiatan PKB
a. mengikuti diklat fungsional
b. melaksanakan kegiatan kolektif guru
a. membuat publikasi ilmiah atas hasil
penelitian
b. membuat publikasi buku
a. menemukan teknologi tepat guna
b. menemukan/menciptakan karya seni
c. membuat/memodifikasi alat pelajaran
d. mengikuti pengembangan
penyusunan standar, pedoman, soal dan
sejenisnya
PKB merupakan
kegiatan pengembangan guru yang tujuan umum untuk
meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Sedangkan tujuan khusus PKB adalah sebagai berikut. a) Memfasiltasi
guru untuk
mencapai
standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan; b)
Memfasilitasi guru untuk terus memutakhirkan kompetensi yang mereka miliki sekarang
dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya; c) Memotivasi
guru-guru untuk tetap memiliki
komitmen melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional; d) Mengangkat citra, harkat, martabat profesi
guru, rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru.
Manfaat
PKB yang terstruktur, sistematik dan memenuhi kebutuhan
peningkatan profesionalan guru adalah sebagai berikut. PKB memberikan jaminan
kepada guru untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kepribadian
yang kuat sesuai dengan profesinya yang bermartabat, terlindungi, sejahtera, dan
profesional agar mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam
kehidupan abad 21 selama karirnya. Bagi sekolah, PKB memberikan jaminan terwujudnya
sekolah/madrasah sebagai sebuah organisasi
pembelajaran yang efektif dalam
rangka meningkatkan
kompetensi,
motivasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen
pengabdian guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta
didik.
E-Learning
E-learning sering disepadankan dengan istilah :1) online learning (belajar online), 2)
internet learning (belajar melalui internet), 3) distributed learning (belajar secara
terdistribusi), 4) networked learning (belajar secara berjaringan), 5) telelearning (belajar
jarak jauh), 6) virtual learning (belajar secara maya), 7) computer-assistedlearning (belajar
berbantuan komputer), 8) web-based learning (belajar berbasis web), serta 9) distance
learning (belajar jarak jauh). Dengan demikian terdapat beragam batasan atau definisi tentang
e-learning, sehingga tidak memungkinkan memberikan batasan yang berlaku umum. Para
ahli mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. Namun ada persamaannya, yaitu
semua mengacu pada teknologi komputer, intranet dan internet sebagai media pembelajaran.
Menurut Clark & Mayer (2008:10),
e-learning adalah pembelajaran yang
disampaikan melalui komputer, baik menggunakan CD‐ROM, internet ataupun intranet
dengan berbagai spesifikasi (features): 1) berisi materi yang relevan dengan tujuan
pembelajaran, 2) menggunakan metode pembelajaran seperti penggunaan contoh dan latihan
untuk membantu mahasiswa (learners) belajar, 3) menggunakan elemen media seperti teks,
gambar dan suara untuk menyampaikan pesan pembelajaran, 4) berupa pembelajaran
terbimbing maupun mandiri, dan 5) dikembangkan untuk mencapai tujuan belajar individu
yang berguna bagi peningkatan kinerja institusi.” Lebih lanjut Clark & Mayer menjelaskan
bahwa dari difinisi e-learning ini nampak adanya penekanan pada tiga elemen, yaitu what,
how dan why e-learning Tabel 2.4.)
Tabel 4
Tiga elemen e-learning: what, how dan why e-learning
Elemen
What
Penjelasan
Isinya berupa materi pembelajaran (informasi) dan metode
pembelajaran berupa strategi instruksional yang membantu
siswa/mahasiswa mempelajari isi pembelajaran.
How
Berkaitan dengan bagaimana informasi itu disampaikan;
misalnya dalam bentuk kata-kata yang disuarakan(spoken),
bentuk teks dan gambar (ilustrasi, foto, animasi,maupun
video). format “tidak sewaktu” (asynchronous) agar siswa
dapat belajar mandiri secara individual. asynchronous
dirancang untuk pembelajaran kolaboratif
menggunakantoolswikis, discussion boards, e-mail, chat,
forum,dan lain lain.
Why
Mengapa e-learning dilakukan ? e-learning dapat membantu
siswa/mahasiswa mencapai tujuan belajar
Dalam tabel di atas nampak bahwa kata “e” dalam e-learning mengacu pada elemen
“how”:dimana materi pembelajaran dikemas secara digital sehingga dapat diakses
menggunakan perangkat komputer dan disimpan dalam format file elektronik. Kata
“learning” dalam e-learning mengacu pada elemen “what”: dimana pembelajaran berisi
materi dan metode pembelajaran yang dapat membantu learnersdalam belajar. Sedangkan
elemen “why” berkaitan dengan tujuan e-learning, yaitu membantu learners mencapai
tujuan.
Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar
asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya. Seangkan Smaldino (2005), mengatakan bahwa e-learning
adalah penyampaian konten pembelajaran atau pengalaman belajar secara elektronik
mengunakan komputer dan media berbasis computer. E-learning tidak sekedar meng-upload
bahan ajar ke internet atau membaca konten pembelajaran dari internet, tetapi lebih
merupakan rekontektualisasi dan rekonseptualisasi proses pembelajaran ke dalam paradigma
baru, pedagogi digital. Pradigma ini memiliki implikasi pada perubahan kultur pembelajaran
konvensional ke kultur e-learning.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi
internet untuk mengirimkan konten pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan.Uraian di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-learning adalah
pemanfaatan teknologi internet. E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional
yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning
dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan
konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti,
melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional.
Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut: 1) elearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara
online; 2) e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional, sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi; dan 3)
e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi
pendidikan. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara
penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya
belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang
lebih baik.
Model Desain Pelatihan Guru SD Berbasis e-Learning
Mengacu pada hakikat model, rancangan pelatihan yang dikembangkan oleh Haris
Mudjiman (2011:198) dan diintegrasikan ke dalam teknologi penyampaian pembelajaran
berbasis e-Learning, dilakukan pengintegrasian konten pelatihan PKB, strategi belajar aktif
dan komponen teknologi pelatihan berbasis e-Learning. Gambaran integrasi ketiga komponen
tersebut dipaparkan dalam Gambar 2.
Content : Learning
Interaction : Learning
Object Materials
Strategy
menggunakan strategi
(LOM) PKB
1. Silabus
belajar Aktif:
Pelatihan PKB
2. Teks Materi
Guru berbasis
pelatihan
1. Eksplorasi
e-Learning
a. Materi
2. Problem solving
Kompetensi
3. Project
pedagogik
4. Diskusi
b. Kompetensi
5. Kolaborasi
profesional
3. Konten
multimedia&
Hypermedia
Delivery system technology : asynchronous
Web–based Instruction menggunakan LCMS dng
fitur : 1) sources, 2) forum, 3) activities, 4)
asignment, 5) chat, dan 6) quiz
Gambar 2. Integrasi konten PKB, strategi pelatihan dan teknologi e-Learning
Dari Gambar 2 terlihat bahwa konten pelatihan PKB dituangkan dalam
Learning Object Material (LOM), strategi belajar aktif kolaboratif melalui
eksplorasi materi, pemecahan masalah, inkuiri, diskusi dan mengerjakan project.
Teknologi penyampaian pembelajaran menggunakan LCMS dengan berbagai fitur,
diantaranya forum, chat, activities, assignment dan quiz. Berdasarkan integrasi ketiga
komponen tersebut, kemudian dikembangkan langkah-langkah desain pelatihan PKB
berbasis e-Learning model desain seperti dalam Gambar 3.
Langkah-langkah desain pelatihan PKB mencakup: a) analisis defisit
kompetensi pedagogik dan profesional sebagai kebutuhan pelatihan; b) menetapkan
tujuan pelatihan, pengembangan materi pokok dan instrumen evaluasi yang
dituangkan dalam silabus dan lesson plan, c) penyusunan panduan umum, panduan
fasilitator, panduan guru sebagai peserta pelatihan dan diktat pelatihan, d) merancang
strategi pelatihan berbasis belajar aktif, dan e) merancang dan melakukan evaluasi
pelatihan dalam bentuk refleksi diri, sharing pengalaman dan tes akhir.
Langkah analisis defisit kompetensi pedagogik dan profesional sebagai
kebutuhan pelatihan dapat dilakukan dengan analisis awal-akhir (front-end analysis).
Secara garis besar proses front-end analysis terdiri dari: analisis kinerja (performance
analysis), analisis kebutuhan (need assessment), dan analisis pekerjaan (job analysis)
untuk program pelatihan tertentu. Analisis kinerja dilakukan untuk melihat kinerja
proses dan hasil belajarpeserta pelatihan. Apakah sudah sesuai ataukah masih ada
yang belum tercapai. Kondisi ini kemudian dilanjutkan dengan analisis kebutuhan
pelatihan. Melalui analisis kebutuhan ini, dapat diketahui dengan pasti kesenjangan
pelatihan sebagai kebutuhan sekaligus permasalahan yang harus dipecahkan.
Dalam langkah pertama ini dilakukan juga analisis pelatihan, yaitu analisis
terhadap tujuan pelatihan dan analisis
kompetensi-kompetensi aras bawah
(subordinate skills) yang harus dikuasai peseta untuk mencapai tujuan pelatihan.
Analisis pelatihan merupakan suatu prosedur yang akan dikenakan pada rumusan
tujuan pembelajaran umum, dengan mengidentifikasi langkah-langkah yang relevan
untuk mencapai tujuan. Sedangkan analisis kompetensi aras bawah (subordinate
skills) adalah mengidentifikasi serangkaian kompetensi yang harus dikuasai terlebih
dahulu sebelum menguasai kompetensi yang lebih tinggi arasnya.
Kegiatan analisis pelatihan dan analisis kompetensi aras bawah dilakukan
dengan memerinci tujuan pembelajaran menjadi sub-sub tujuan secara detail,
sehingga nampak sekelompok kompetensi-kompetensi aras bawah untuk masingmasing rumusan tujuan pembelajaran. Sekaligus nampak langkah-langkah yang
relevan untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian akan ditemukan kategori
tugas/kompetensi dan kategori materi apa yang terkandung dalam setiap indikator
untuk masing-masing tujuanpelatihan.
Dalam kaitan dengan analisis kompetensi aras bawah ini, Dick, Carey & Carey
(2009: 40-44) merujuk pandangan Gagne tentang domain tujuan pelatihan dan
Benyamin Bloom tentang taksonomi tujuan pelatihan. Menurut Gagne, tujuan
pelatihan dapat dikelompokkan menjadi lima domain, yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan psikomotorik, sikap dan strategi kognitif.
Berikut penjelasan masing-masing domain.
1) Informasi verbal adalah domain tujuan pembelajaran yang tidak menuntut
kompetensi berpikir aras tinggi. Mahasiswa hanya perlu merespon dengan
pernyataan verbal yang selama ini diingatnya, tanpa harus berpikir untuk
memecahkan masalah.
2) Keterampilan intelektual merupakan domain tujuan pembelajaran yang
memerlukan penggunaan keterampilan menalar untuk memecahkan masalah.
3) Keterampilan psikomotorik merupakan domain tujuan pembelajaran yang
memerlukan kompetensi fisik untuk melakukan tindakan tertentu.
4) Sikap merupakan domain tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan
kecendrungan seseorang untuk bertindak. Berbeda karakteristiknya dengan
domain yang lain, domain sikap ini pencapaiannya membutuhkan waktu yang
relatif lama, bukan pada proses atau akhir pembelajaran.
5) Strategi kognitif merupakan domain tujuan pembelajaran yang berkaitan
dengan kompetensi bagaimana mengingat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan menerapkan infromasi baru.
Domain tujuan pembelajaran Gagne tersebut paralel dengan taksonomi tujuan
pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom. Domain kognitif: mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta paralel
dengan informasi verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif. Domain
Psikomotorik paralel dengan ketarmpilan motorik, serta domain afektif paralel dengan
sikap.
Langkah menetapkan tujuan pelatihan, pengembangan materi pokok dan
instrumen evaluasi yang dituangkan dalam silabus dan lesson plan dilakukan setelah
analisis tujuan telah selesai. Berdasarkan hasil analisis pelatihan, maka dirumuskan
tujuan pembelajaran khusus yang menjadi gambaran perilaku peserta dalam
mengikuti pelatihan. Tujuan pembelajaran khusus ini hakikatnya adalah kompetensikompetensi antara atau subordidate skills dalam rangka mencapai kompetensi utama
(Tujuan Umum). Setelah tujuan khusus ditetapkan, selanjutnya dikembangkan
instrumen evaluasi dan materi pelatihan (Learning Object Materials/LOM).
Gambar 3. Model desain pelatihan PKB
Langkah penyusunan panduan umum, panduan fasilitator, panduan guru sebagai
peserta pelatihan dan diktat pelatihan dilakukan dalam rangka memberikan gambaran
sekaligus pedoman pelaksanaan pelatihan. Panduan umum berisi gambaran umum tentang
pelatihan PKB berbasis e-Learning, berisi tujuan, portal pelatihan e-Learning dan gambaran
umum pelaksanaan pelatihan. Panduan fasilitator berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh
fasilitator dalam memandu peserta melaksanakan pelatihan secara online. Panduan guru
sebagai peserta berisi panduan untuk mengakses portal pelatihan, mengunduh materi,
mengerjakan tugas, mengirim message, melakukan chatting dan mengerjakan tes online.
Penyusunan diktat dilakukan dengan menguraikan pokok-pokok materi yang telah dirancang
di dalam LOM.
Langkah merancang strategi pelatihan berbasis belajar aktif dilakukan sesuai
karakteristik materi dan tujuan yang ditetapkan. Strategi pembelajaran yang dipilih adalah
strategi pembelajaran aktif yang mampu mentransformasi dan mengakuisisi pengetahuan
dalam rangka mencapai kompetensi utama. Strategi pembelajaran PAKEM diyakini mampu
membantu peserta pelatihan mengintegrasikan pengetahuan baru kedalam struktur
kognitifnya. Dalam hal ini bisa dikembangkan strategi pembelajaran problem-based learning,
diskusi melalui forum diskusi via LCMS, dan project.
Langkah merancang evaluasi pelatihan dilakukan dalam bentuk refleksi diri, sharing
pengalaman dan tes akhir. Setelah draft rancangan tentang program pelatihan selesai
dikembangkan, maka evaluasi ini berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data kekuatan
dan kelemahan program pembelajaran yang telah dirancang. Evaluasi formatif hakikatnya
adalah refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Apakah
kompetensi-kompetensi antara (KA) telah tercapai atau belum. Hasil refleksi akan
memberikan gambaran untuk melakukan perbaikan proses pembelajarannya melalui beberapa
siklus. Sharing pengalaman juga bisa dipakai sebagai sarana evaluasi teman sejawat.
Sedangkan tes akhir dikembangkan berdasarkan indikator kompetensi yang belum dikuasai
peserta. Pelaksanaan tes akhir dilakukan secara online.
PENUTUP
Berdasarkan uraian tentang orientasi teoretik tentang desain pengembangan
keprofesian berkelanjutan, dapat disampaikan catatan penutup berikut:
1. Langkah-langkah model desain pengembangan keprofesian guru berkelanjutan (PKB)
berbasis e-Learning secara siklik mencakup: a) analisis defisit kompetensi pedagogik
dan profesional sebagai kebutuhan pelatihan; b) menetapkan tujuan pelatihan,
pengembangan materi pokok dan instrumen evaluasi yang dituangkan dalam silabus
dan lesson plan, c)penyusunan panduan umum, panduan fasilitator, panduan guru
sebagai peserta pelatihan dan diktat pelatihan, d) merancang strategi pelatihan
berbasis belajar aktif, dan e) merancang dan melakukan evaluasi pelatihan dalam
bentuk refleksi diri, sharing pengalaman dan tes akhir.
2. Pengembangan kompetensi guru SD merupakan bagian dari pengembangan
keprofesian berkelanjutan.
3.
4.
5.
6.
Pengembangan kompetensi guru SD diyakini lebih efektif dilakukan bersamaan
dengan kegiatan menjalankan profesi keguruannya sehari-hari, melalui model in the
job training
Mengacu pendapat Noe (2010:351) pelatihan merupakan upaya yang direncanakan
oleh suatu lembaga pendidikan untuk mempermudah pembelajaran tentang
kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan pekerjaan, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku.
Guru SD merupakan profesi yang cukup berat beban mengajarnya (24 jam/minggu),
maka model belajar yang memungkinkan guru mengembangkan kompetensinya
adalah model belajar mandiri menggunakan portal e-Learning.
Melalui pelatihan PKB berbasis e-Learning, guru mengasah kompetensinya secara
aktif dengan mengeksplorasi materi pelatihan secara konsisten, persisten dan
mengarah pada pada tujuan yang ingin dicapai dan kemudian mengelaborasi dengan
mengerjakan tugas-tugas mandiri maupun kelompok, akan meningkatkan kompetensi
guru tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, R. Colvin & Mayer, Richard E. (2008). E-Learning and the science of instruction
(second edition). San Francisco : Pfeiffer.
Dick, Walter; Carey, Lou & Carey, James .O. (2009). The systematic design of
instruction,(seventh edition).Upper Saddle River, N.J: Pearson Education, Inc.
HarisMudjiman. 2011. Manajemen Pelatihan berbasis Belajarmandiri.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
HarisMudjiman.
2011.
BelajarMandiri:
PembekalandanPenerapan.
Surakarta:
UniversitasSebelasMaret Press.
John J.O.I. Ihalaw. 2005. BangunanTeori: EdisiketigaMilenium. Salatiga :SatyaWacana
University Press.
Noe, Raymond. A. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia Mencapai Keunggulan
Bersaing.NY: McGraw-Hill
Prinandita (2011). Pengaruh Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Lulusandi SD
Negeri Rayon IV Kecamatan Ilir Barat I Palembang. JurnalEdukasional. Vol. 2.N0
3.Sabtu 10 Maret 2012
Song and Hill.(2007). A Conceptual Model for Under Standing Self-Directed Learning in
Online Environments.Journal of Interactive Online Learning,Volume 6, Number 1.
University of Georgia
Suyanto . 2001. Profesionalisme guru :Sebuahtantangan. Jakarta :MutiaraSumberWidya,
Usta, Ertuğrul. (2011). The Examination Of Online Self-Regulated Learning Skills In WebBased Learning Environments In Terms Of Different Variables. TOJET: The Turkish
online journal of educational technology – July 2011, volume 10 Issue 3..
Snelbecker. E. Glenn. 1974. Learning Theory, Instructional Theory and Psychoeducational
Design. New York: McGraw-Hill.
Sofo. Francesco, (1999). Human Resource Development, Perspective, Roles and Practice
Choice. NWS: Business and Professional Publishing Warriewood.
---------(2005).Undang-Undang RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen .Jakarta:
Depdiknas.
---------(2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Guru.Jakarta: Depdiknas.
----------2008. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta:Setneg.
----------2009. Permennegpan dan RB No. 19 tahun 2009. Jakarta:Setneg
.............Harian Kompas, 01 Mei 2012
Download