vi. analisis aspek-aspek non finansial

advertisement
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL
6.1. Aspek Pasar
Pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran dari suatu
produk. Menurut Umar (2007), pasar merupakan suatu sekelompok orang yang
diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian
terbentuk harga. Analisis terhadap aspek pasar pada Usaha pembenihan dan
pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada dapat dilihat
melalui dari potensi pasar yang meliputi permintaan dan penawaran dari benih
ikan lele dan ikan lele konsumsi, serta pemasaran benih ikan lele dan ikan lele
konsumsi yang meliputi strategi pemasaran (bauran pemasaran), saluran
pemasaran dan market share dari Perusahaan Parakbada.
6.1.1. Potensi Pasar
Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele memiliki potensi pasar yang
tinggi. Permintaan benih ikan lele berasal dari pembudidaya ikan lele yang
bergerak di pembesaran ikan lele. Permintaan benih ikan lele dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Namun penawaran terhadap ikan lele konsumsi yang ada
tidak mencukupi permintaan yang ada khususnya pada Provinsi Jawa Barat.
Permintaan ikan lele konsumsi berasal dari para pedagang kaki lima yang
menyediakan menu utama ikan lele. Pedagang kaki lima yang menyediakan menu
lele sangat banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan. Selain itu, banyak rumah
makan lele yang diwaralabakan dimana pasar yang dituju ialah kalangan
menengah keatas. Permintaan ikan lele juga berasal dari tempat pemancingan dan
supermarket. Jadi jumlah kebutuhan ikan lele saat ini sangat besar.
Menurut data Dinas Peternakan dan Kelautan Kabupaten Bogor , produksi
benih lele pada tahun 2009 sebesar 62.020.270 ekor benih lele, tahun 2010
mencapai 81.063.793 ekor benih lele. Produksi benih ikan lele tersebut mengalami
peningkatan sebesar 30,71 persen dari tahun 2009 ke tahun 2010. Produksi ikan
lele konsumsi pada tahun 2010 sebesar 24.884,52 ton. Produksi tersebut
mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2009 dan 2008 yakni 18.315,02
ton dan 9.738,17 ton. Dari data produksi tersebut dapat diketahui bahwa
38
permintaan akan lele konsumsi dari tahun ke tahun memiliki trend yang terus
meningkat, sehingga permintaan akan ikan lele semakin tinggi.
Para ahli telah memproyeksikan kebutuhan larva atau benih lele dan lele
konsumsi di masa mendatang. Khairuman dan Khairul Amri (2009) telah
memproyeksikan kebutuhan akan benih ikan lele dan ikan lele konsumsi dari
tahun 2011 sampai tahun 2014 di wilayah Jawa Barat. Proyeksi kebutuhan benih
lele dan lele konsumsi tersebut dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Perkiraan Kebutuhan Larva (Benih), Produksi Lele Konsumsi dan Induk
Lele di Jawa Barat Tahun 2011-2014
Kebutuhan
Proyeksi Produksi Lele Kebutuhan Larva
Induk
No. Tahun
Konsumsi (Ton)
(ekor)
(Paket*)
1
2011
1.416
73.200
1.700.000.000
2
2012
1.915
99.000
2.299.000.000
3
2013
2.593
134.000
3.112.000.000
4
2014
3.483
180.000
4.180.000.000
*) 1 Paket = 15 ekor induk
Sumber: Kharuman dan Khairul Amri (2009)
Berdasarkan Tabel 7 mengenai perkiraan kebutuhan larva ataupun
produksi lele konsumsi, pada tahun 2011 sampai 2014 akan terjadi peningkatan
kebutuhan larva atau benih lele dan ikan lele konsumsi di wilayah Jawa Barat.
Peningkatan ini menandakan bahwa terjadi peningkatan permintaan di pasar,
khususnya wilayah Jawa Barat, sehingga Perusahaan Parakbada memiliki peluang
yang sangat baik di masa mendatang karena terdapat peningkatan permintaan
terkait dengan proyeksi tersebut.
Selain itu, Prasetya WB (2011) menyatakan kebutuhan (permintaan) ikan
lele konsumsi di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok mencapai 60 ton per
hari, sedangkan kebutuhan ikan lele konsumsi di Bogor mencapai 30 ton per hari
hanya bisa dipenuhi setengahnya. Dari data kebutuhan ikan lele konsumsi
tersebut, maka permintaan akan ikan lele konsumsi jelas adanya dan memiliki
peluang besar untuk mengusahakan pembenihan dan pembesaran ikan lele.
Saat ini Perusahaan Parakbada belum bisa memenuhi permintaan benih
ikan lele ataupun ikan lele konsumsi yang diminta oleh pembeli yang datang ke
perusahaan. Perusahaan Parakbada hanya bisa memenuhi permintaan benih ikan
39
lele sebesar 50 persen dan 30 persen ikan lele konsumsi dari total permintaan dari
pembelinya.
Penawaran benih ikan lele oleh perusahaan Parakbada ialah sebesar 20.000
sampai 28.800 ekor benih ikan lele untuk setiap minggunya, dimana angka
tersebut merupakan angka rata-rata selama perusahaan melakukan pembenihan
ikan lele. Untuk ikan lele konsumsi, perusahaan menghasilkan sekitar 6 kuintal
ikan lele konsumsi. Angka tersebut didapat dari hasil produksi yang dilakukan
oleh perusahaan, dimana perusahaan baru melakukan satu kali produksi (Data
Primer 2011).
Perusahaan Parakbada memiliki potensi yang sangat besar, karena
penerimaan yang di pasar lebih besar dibanding dengan penawaran, sehingga
usaha yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan layak untuk dilakukan.
6.1.2. Strategi Pemasaran
Pada analisis strategi pemasaran ini akan dibahas mengenai bauran
pemasaran, yakni produk, harga, promosi, dan distribusi.
a.
Produk
Perusahaan Parakbada merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang. Produk yang dihasilkan
adalah benih ikan lele dan ikan lele konsumsi. Kelebihan dari benih ikan lele dan
ikan lele konsumsi yang dihasilkan Perusahaan Parakbada dibandingkan dengan
perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama adalah Perusahaan Parakbada
tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses produksinya, sehingga benih
ikan lele ataupun ikan lele konsumsi yang dihasilkan Perusahaan Parakbada
“organik”.
b.
Harga
Perusahaan Parakbada merupakan price taker dalam menentukan harga
dari benih ikan lele dan ikan lele konsumsi. Perusahaan parakbada menjual benih
ikan lele secara langsung kepada pembudidaya-pembudidaya ikan lele yang
bergerak dipembesaran ikan lele. Benih ikan lele yang dihasilkan dijual dengan
harga Rp 200,00 per ekor (benih ikan lele ukuran 5-7 cm). Selain menjual ke
pembudidaya, Perusahaan Parakbada juga menjual benih ikan lele (ukuran 5-7
40
cm) ke Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya Kita” yang berada di
Gadog, Bogor. Perusahaan Parakbada menjual benih ikan lele ke “Cahaya Kita”
Perusahaan Parakbada menjual benih ikan lele ke “Cahaya Kita” ketika
Perusahaan Parakbada mengalami kelebihan benih ikan lele atau benih ikan lele
yang belum terjual. Ikan lele konsumsi dijual dengan harga Rp 11.000,00 per
kilogram (1 kilogram ikan lele konsumsi berisi 6-10 ekor ikan lele konsumsi)
c.
Promosi
Perusahaan Parakbada tidak melakukan promosi secara khusus dalam
melakukan pemasaran benih ikan lele maupun ikan lele konsumsi yang
dihasilkannya. Promosi hanya dilakukan melalui mulut ke mulut. Perusahaan
Parakbada menjual benih ikan lele dan ikan lele konsumsi kepada pembudidayapembudidaya ikan lele Sangkuriang yang bergerak di usaha pembesaran ikan lele
Sangkuriang dan ke pusat budidaya ikan lele Sangkuriang “Cahaya Kita” yang
terletak di Gadog, Bogor.
d.
Distribusi
Perusahaan Parakbada tidak melakukan distribusi secara khusus, karena
pembeli langsung datang ke lokasi usaha Perusahaan Parakbada. Pembeli berasal
dari daerah Bogor, Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya. Pembeli benih ikan lele
ataupun ikan lele konsumsi mendatangi tempat usaha (Perusahaan parakbada)
secara langsung. Hal ini bertujuan agar pembeli dapat langsung melihat kondisi
benih ikan lele ataupun ikan lele konsumsi yang dibeli dan untuk memperkecil
biaya pemasaran. Cara pembayaran yang dilakukan adalah dengan cara
pembayaran tunai atau cash. Untuk lebih jelas mengenai saluran pemasaran
Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Gambar 3.
Pusat Budidaya Ikan
Lele Sangkuriang
“Cahaya Kita” Gadog
Pembudidaya ikan lele
sangkuriang
Perusahaan Parakbada
Pembudidaya ikan lele
Sangkuriang
Gambar 3. Saluran Pemasaran Benih Ikan Lele
41
Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa terdapat dua saluran
pemasaran benih ikan lele yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada. Saluran
pertama, Perusahaan menjual benih ikan lele ukuran 5-7 cm per ekor ke Pusat
Budidaya Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya Kita” dengan volume penjualan sekitar
20 persen dari hasil satu kali produksi benih ikan lele. Saluran kedua, Perusahaan
menjual benih ikan lele ukuran 5-7 cm ke pembudidaya-pembudidaya ikan lele
yang bergerak dipembesaran ikan lele Sangkuriang. Volume yang biasa dijual ke
pembudidaya-pembudidaya ini sekitar 80 persen dari hasil satu kali produksi.
Supplier
Perusahaan Parakbada
Pusat Budidaya Ikan
Lele Sangkuriang
“Cahaya Kita” Gadog
Restoran
Konsumen akhir
Gambar 4. Saluran Pemasaran Ikan Lele Konsumsi
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilketahui bahwa terdapat tiga saluran
pemasaran yang dilakukan Perusahaan Parakbada dalam menjual ikan lele
konsumsi. saluran pertama, Perusahaan menjual ikan lele konsumsi ke supplier
dengan volume penjualan sekitar 35 persen dari hasil satu kali panen. Saluran
kedua, Perusahaan Parakbada menjual ikan lele konsumsi ke “Cahaya Kita”
dengan volume penjualan sekitar 60 persen dari hasil satu kali panen. Saluran
ketiga, Perusahaan Parakbada menjual ikan lele konsumsi ke konsumen akhir
dengan volume penjualan sekitar 5 persen dari hasil satu kali panen.
Perusahaan telah memiliki strategi pemasaran meliputi produk, harga,
promosi dan distribusi. Strategi pemasaran yang diterapkan baik dari harga,
produk, promosi, dan distribusi tersebut menjadikan produk yang dihasilkan
Perusahaan Parakbada dapat diterima dan bersaing di pasar, sehingga analisis
terhadap strategi pemasaran terhadap usaha yang dijalankan Perusahaan
Parakbada layak.
42
6.1.3. Market Share
Market share atau lebih dikenal dengan pangsa pasar merupakan besarnya
pasar yang bisa dikuasai oleh perusahaan. Market share ini menunjukkan seberapa
luas atau besar pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan.
Market share dari Perusahaan parakbada terhadap wilayah Kabupaten
Bogor adalah sebesar 1,279 persen untuk benih ikan lele dan 0,087 persen untuk
ikan lele konsumsi. Market Share tersebut diperoleh dari perbandingan antara
proyeksi penawaran Perusahaan Parakbada terhadap proyeksi penawaran industri.
Perhitungan market share Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perhitungan Market Share Perusahaan Parakbada terhadap Kabupaten
Bogor
Proyeksi
Kabupaten
Market
No
Uraian
Perusahaan
Bogor**
Share (%)
Parakbada*
Benih Ikan Lele
1
1.036.800
81.063.793
1,279
(Ekor)
Ikan Lele Konsumsi
2
21.600
24.884.520
0,087
(Kg)
*) Proyeksi penawaran Perusahaan Parakbada
**) Produksi Kabupaten Bogor 2010
Sumber: Data Primer (diolah 2012)
Dilihat dari market share, usaha yang dijalankan Perusahaan Parakbada
layak. Karena market share perusahaan bernilai positif atau lebih besar dari nol,
sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk memperluas pangsa pasarnya.
6.2. Aspek Teknis
Pada aspek teknis ini akan membahas mengenai lokasi usaha, layout tempat
usaha, proses produksi, dan hasil analisis aspek teknis. Adapun pembahasan
mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut.
6.2.1. Lokasi Usaha
Perusahaan Parakbada terletak di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor
Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Batas wilayah Kelurahan Katulampa sebelah
utara ialah Kampung Cimahpar, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
43
Tajur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Baranangsiang dan sebelah
timur berbatasan dengan Desa Sukaraja.
Dalam menjalankan usaha, terdapat banyak pertimbangan penting dalam
pemilihan lokasi. Adapun pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan lokasi
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Tenaga Listrik dan Sumber Air
Tenaga listrik yang digunakan oleh Perusahaan Parakbada merupakan
listrik yang berasal dari PLN dengan daya listrik sebesar 2.200 Watt. Tenaga
listrik ini digunakan untuk mempompa air dari sumur yang akan dialirkan ke
dalam kolam-kolam, menyedot air dari kolam, dan penerangan. Perusahaan
Parakbada mendapatkan air dengan volume dan kualitas yang baik untuk proses
produksi. Air yang digunakan berasal dari sumur yang ada di dalam lokasi
perusahaan.
2.
Ketersediaan Bahan Baku
Perusahaan Parakbada mendapatkan bahan baku utama pada usaha
pembenihan ikan lele berupa indukan ikan lele Sangkuriang induk berasal dari
Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya Kita” yang terletak di daerah
Gadog, Bogor. Perusahaan Parakbada membeli Indukan dengan harga Rp
50.000,00 per ekor indukan lele Sangkuriang. Pada usaha pembesaran ikan lele,
bahan baku berupa benih ikan lele ukuran 5-7 cm yang berasal dari usaha
pembenihan ikan lele yang dijalankan Perusahaan Parakbada sendiri.
Bahan baku lain seperti pakan, Perusahaan Parakbada membelinya dari
pedagang pakan ikan yang ada di Pasar Sukasari, Bogor (Gambar 5). Ibu Susy
selaku pengelola Perusahaan Parakbada berlangganan membeli pakan benih ikan
lele ataupun ikan lele konsumsi di kios pakan milik Bapak Erwin yang terletak di
Pasar Sukasari. Jarak Pasar Sukasari tidak terlalu jauh dari lokasi perusahaan
yakni sekitar 3 km. Waktu yang diperlukan untuk menuju ke Pasar Sukasari
adalah kurang lebih 15 menit. Frekuensi pembelian pakan ini dilakukan oleh Ibu
Susy sebanyak dua kali dalam seminggu.
44
Gambar 5. Kios Penjual Pakan Ikan Lele, Pasar Sukasari
Pada segmen pembenihan ikan lele, pakan yang diperlukan oleh
Perusahaan Parakbada untuk produksi benih ikan lele ukuran 5-7 cm adalah
cacing sutera, Fengli, PF 1000, Pelet L1 dan 781polos. Komposisi dari pakan
pembenihan ikan lele (Fengli, PF1000, dan 781polos) dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Komposisi Pakan Pembenihan Ikan Lele (Fengli, PF1000, dan 781polos)
Kandungan (%)
Jenis
No
Pakan
Protein Lemak Serat Kasar
Abu
Kadar Air
1 Fengli
40
5
3
16
11
2 PF1000
39-41
5
6
6
10
3 781polos
31
5
(-) Data tidak diketahui
Sumber: Observasi Lapang (2012)
Cacing sutera merupakan pakan yang diberikan untuk benih ikan lele yang
berumur 4 hari sampai 14 hari. Pada satu kali proses pembenihan diperlukan
cacing sutera sebanyak 50 takar cacing sutera. Harga cacing sutera adalah Rp
7.000,00 per takar. Fengli merupakan jenis pakan ikan lele berbentuk bubuk yang
diberikan kepada benih ikan lele yang berumur 15 hari sampai 25 hari. Kebutuhan
Fengli dalam satu kali proses pembenihan sebanyak 5 kilogram dengan harga Rp
13.500,00 per kilogram. Pakan PF1000 merupakan jenis pakan yang diberikan
kepada benih ikan lele yang berumur 26 hari sampai 37 hari. Pakan PF1000 yang
dibutuhkan adalah sebanyak 10 kilogram dengan harga Rp 11.500,00 per
kilogram. Pakan jenis pelet L1 merupakan pakan apung yang diberikan kepada
benih yang berumur 38 hari sampai 45 hari atau sampai benih dipanen. Kebutuhan
pakan L1 ini sebanyak 5 kilogram dengan harga Rp 6.000,00 per kilogram. Pakan
781polos merupakan pakan yang hanya diberikan untuk pemeliharaan indukan
45
lele Sangkuriang. Dalam waktu satu minggu, indukan lele Sangkuriang
menghabiskan pakan 781polos sebanyak 1,5 kilogram dengan harga Rp 8.500 per
kilogram. Adapun kebutuhan pakan benih lele yang dibutuhkan oleh Perusahaan
Parakbada untuk segmen pembenihan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kebutuhan Pakan untuk Segmen Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di
Perusahaan Parakbada dalam Satu Kali Proses Pembenihan
Harga per satuan
Total
No
Jenis Pakan
Jumlah Satuan
(Rp)
(Rp)
1
Cacing Sutera
50
Takar
7.000
350.000
2
Fengli
5 Kilogram
13.500
67.500
3
PF1000
10 Kilogram
11.500
115.000
4
Pakan L1
5 Kilogram
6.000
30.000
Total
562.500
Sumber: Data Primer (diolah 2012)
Pada segmen pembesaran ikan lele, pakan yang diperlukan oleh
Perusahaan Parakbada untuk produksi ikan lele konsumsi adalah pelet apung
(Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan pelet tenggelam, dimana Perusahaan Parakbada
memiliki 10 kolam pembesaran. Pelet apung merupakan pelet yang digunakan
pada pemeliharaan ikan lele konsumsi, sedangkan pelet tenggelam merupakan
pelet yang digunakan untuk masa pembobotan ikan lele konsumsi. Komposisi dari
pelet apung dan pelet tenggelam dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Pelet Apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan Pelet
Tenggelam
Kandungan (%)
No
Jenis Pakan
Protein
Lemak
Serat Kasar Kadar Air
1 Pelet L1
33
2 Pelet L2
25
3 Pelet L3
14-16
8
10
12
4 Pelet Tenggelam
27
6
7
12
(-) Data tidak diketahui
Sumber: Observasi Lapang (2012)
Pelet apung bersifat mengapung yang berfungsi untuk masa pertumbuhan
benih ikan lele dari ukuran 5-7 cm menjadi ikan lele konsumsi. Pelet apung yang
terdiri atas pelet L1, pelet L2, dan pelet L3. Pelet L1 merupakan pelet yang
berdiameter 1 mm. Pelet L1 diberikan kepada benih ikan lele yang siap dibesarkan
(ukuran 5-7 cm) dengan umur 1 hari sampai 7 hari semenjak benih ikan lele
46
tersebut dimasukkan ke dalam kolam pembesaran dengan jumlah sebanyak 15
kilogram. Pelet L2 merupakan pelet yang berdiameter 2 mm. Pelet L2 tersebut
diberikan kepada ikan lele yang berumur 8 hari sampai 21 hari dengan jumlah
sebanyak 25 kilogram. Pelet L3 adalah pelet yang berdiameter 3 mm. Pelet L3 ini
diberikan kepada ikan lele yang berumur 22 hari sampai 42 hari (6 minggu)
dengan jumlah 110 kilogram. Setelah ikan lele berumur 6 minggu, maka pakan
yang diberikan adalah pakan tenggelam. pakan ini diberikan sampai ikan lele
dipanen (ikan lele konsumsi). Pakan tenggelam yang diberikan adalah sebanyak
350 kilogram. Adapun kebutuhan pakan ikan lele konsumsi yang dibutuhkan oleh
Perusahaan Parakbada untuk segmen pembesaran ikan lele konsumsi dalam 10
kolam dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kebutuhan Pakan untuk Segmen Pembesaran Ikan Lele Konsumsi di
Perusahaan Parakbada dalam Satu Kali Proses Pembesaran (1 kolam)
Harga per
Total (Rp)
No
Jenis Pakan
Jumlah Satuan
satuan (Rp)
1
Pelet L1
15 Kilogram
6.000
90.000
2
Pelet L2
25 Kilogram
7.000
175.000
3
Pelet L3
110 Kilogram
8.500
935.000
4
Pelet tenggelam
350 Kilogram
5.000 1.750.000
Total
500 Kilogram
2.950.000
Sumber: Data primer (diolah 2012)
3.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Perusahaan Parakbada dikelola oleh seorang leader atau penanggungjawab
lapangan yakni Ibu Susy dan dua orang karyawan tetap bagian produksi. Satu
tenaga kerja (Mang Lim) yang khusus bekerja dibagian pembenihan ikan lele dan
satu tenaga kerja (Andri) yang bekerja dibagian pembesaran ikan lele. Kedua
karyawan tersebut didapat dari Kampung Pangulakan (Kampung yang terdapat di
sekitar Kelurahan Katulampa). Mang Lim yang bekerja dibagian pembenihan ikan
lele mendapatkan gaji sebesar Rp 1.200.000,00 per bulan, sedangkan Andri yang
bekerja dibagian pembesaran ikan lele mendapatkan gaji sebesar Rp 800.000,00
per bulan. Gaji yang diterima Mang Lim lebih tinggi dibanding gaji yang diterima
oleh Andri. Hal ini dikarenakan tanggungjawab bekerja dibagian pembenihan ikan
lele lebih sulit dibanding bekerja dibagian pembesaran ikan lele. Dua karyawan
yang ada di Perusahaan Parakbada ini tidak mengalami kesulitan dalam
47
menjalankan tugasnya, karena karyawan-karyawan ini diberi pelatihan atau
pendidikan mengenai pembenihan dan pembesaran ikan lele oleh Ibu Susy.
4.
Perlengkapan yang dimiliki
Perlengkapan yang dimiliki Perusahaan Parakbada untuk menjalankan
usahanya adalah 65 buah kolam yang terdiri atas 5 kolam pemijahan masingmasing berukuran 2 x 4 meter, 38 kolam penetasan masing-masing berukuran 2 x
4 meter, 3 kolam indukan masing-masing berukuran 2 x 5 meter, 1 kolam
pemeliharaan calon indukan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 8 kolam sortir
masing-masing berukuran 2 x 4 meter dan 10 kolam pembesaran masing-masing
berukuran 4 x 5 meter (Tabel 13). Selain itu, terdapat peralatan penunjang lainnya
seperti mesing penyedot, pompa air, jaring, sodet, serokan, kakaban, bak sortir,
ember, jurigen, paranet, sodet, selang, dan lainnya.
Tabel 13. Jenis, Ukuran, dan Jumlah Kolam yang dimiliki Perusahaan Parakbada
No
Nama Kolam
Ukuran
Satuan
Jumlah
1
Kolam pemijahan
2x4
Meter
5
2
Kolam penetasan
2x4
Meter
38
3
Kolam indukan
2x5
Meter
3
4
Kolam
pemeliharaan
calon
2x4
Meter
1
indukan
5
Kolam Sortir
2x4
Meter
8
6
Kolam pembesaran
4x5
Meter
10
Total
65
Sumber: Observasi Lapang (diolah 2011)
5.
Letak Pasar yang dituju
Dalam memasarkan produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Parakbada ini
sudah jelas, yakni untuk benih ikan lele dipasarkan ke pembudidaya pembesaran
ikan lele Sangkuriang atau ke Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya
Kita”. Ikan lele ukuran konsumsi dipasarkan ke supplier atau ke Pusat Budidaya
Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya Kita”. Pembeli biasanya langsung datang ke
perusahaan untuk memesan dan membeli benih. Pembeli berasal dari daerah
Bogor, Jakarta, dan sekitarnya.
48
6.
Fasilitas Transportasi
Lokasi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang oleh
Perusahaan Parakbada ini terletak di daerah Kelurahan Katulampa, Kecamatan
Bogor timur, Kota Bogor. Kelurahan tersebut telah memiliki fasilitas jalan aspal
uantuk mempermudah jalannya transportasi. Alat transportasi yang dimiliki
perusahaan adalah motor. Alat tersebut digunakan oleh pengelola untuk
pembelian pakan, arang, kotoran kambing, dan input lainnya. Selain itu,
Kelurahan Katulampa juga terjangkau oleh angkutan umum (angot) dan tersedia
ojek.
7.
Sikap Masyarakat
Sikap masyarakat sangat terbuka dengan adanya kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Perusahaan Parakbada. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak
merugikan masyarakat sekitar.
6.2.2. Layout Tempat Usaha
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimilki. Layout tersebut terdiri dari penentuan letak kolam
pada lahan berukuran 1800 m2, saung jaga (terbuat dari bambu) berukuran 3 x 3
meter, mess karyawan berukuran 3 x 4 meter, gudang penyimpanan berukuran 3 x
8 meter yang digunakan untuk tempat menyimpan pakan dan peralatan-peralatan
pembenihan dan pembesaran ikan lele. Perusahaan Parakbada memiliki 65 buah
kolam yang terdiri atas 5 kolam pemijahan masing-masing berukuran 2 x 4 meter,
38 kolam penetasan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 3 kolam indukan
masing-masing berukuran 2 x 5 meter, 1 kolam pemeliharaan calon indukan
masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 8 kolam sortir masing-masing berukuran 2
x 4 meter dan 10 kolam pembesaran masing-masing berukuran 4 x 5 meter.
Layout tempat usaha pada Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Lampiran 1.
6.2.3. Skala Usaha
Skala usaha Perusahaan Parakbada tergolong kecil, karena pendapatan
yang diperoleh oleh Perusahaan Parakbada kurang dari Rp 200.000.000,00. Hal
ini sesuai dengan kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yakni : (a) Memiliki kekayaan bersih
49
paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta), tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, (b) memiliki hasil penjualan tahunan, paling banyak Rp 1
M, (c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI), (d) Berdiri sendiri, tidak memiliki
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi,
dan (e) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau
badan usaha berbadan hukum dalam bentuk koperasi.
6.2.4. Proses Produksi Ikan Lele Sangkuriang
Produksi
merupakan
suatu
kegiatan
dalam
suatu
usaha
untuk
menghasilkan output dari beberapa input yang digunakan. Adapun alur proses
produksi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di Perusahaan
Parakbada ialah sebagai berikut.
6.2.4.1. Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
Usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang merupakan kegiatan yang
menghasilkan benih ikan lele (ukuran 5-7 cm) melalui proses pemijahan. Adapun
tahapan pembenihan ikan lele Sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 6.
Persiapan Pembenihan
Pemijahan Lele
Penetasan Telur
Penen Benih
Penyortiran
Pemeliharaan Benih
Gambar 6. Proses Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang
a.
Persiapan Pembenihan Ikan Lele
Perusahaan Parakbada membeli indukan ikan lele Sangkuriang di Pusat
Budidaya Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya Kita” yang terletak di Gadog, Bogor,
dengan harga Rp 50.000,00 per ekor. Saat ini Perusahaan Parakbada memiliki 60
ekor indukan ikan lele Sangkuriang yang terdiri atas 20 indukan betina dan 40
indukan jantan. Setelah perusahaan memiliki indukan ikan lele, maka proses
selanjutnya adalah pemeliharaan indukan ikan lele. Pemeliharaan indukan ikan
lele dilakukan di dalam kolam pemeliharaan indukan ikan lele yang berukuran 2 x
50
5 meter, ketinggian kolam 1,5 meter dengan kedalaman air sekitar 50-60 cm.
Pemeliharaan yang dilakukan mencakup pemberian pakan. Jenis pakan yang
diberikan untuk induk ikan lele adalah pakan 781polos. Pemberian pakan
dilakukan satu hari sekali sebanyak 2 takar (1 takar = 1 gelas). Dalam seminggu
Perusahaan Parakbada memerlukan jenis pakan tersebut sebanyak 1,5 kilogram
dengan harga Rp 8.500,00.
Gambar 7. Indukan Lele Sangkuriang Perusahaan Parakbada
Gambar 7 merupakan contoh gambar indukan lele Sangkuriang yang
dimiliki Perusahaan Parakbada.
Ciri-ciri indukan jantan yang siap untuk
dipijahkan antara lain alat kelamin panjang, terlihat jelas, dan berwarna merah
(merah jambu), sedangkan ciri-ciri indukan betina yang siap untuk dipijahkan
yakni perut membesar, lubang kelamin bulat, dan berwarna merah (merah jambu).
Dalam proses satu kali pemijahan ikan lele (pembenihan ikan lele), Perusahaan
Parakbada menggunakan indukan ikan lele dengan kombinasi 2 banding 4, yakni
dua ekor indukan betina dan empat ekor indukan jantan. Dengan menggunakan
kombinasi 2 banding 4 tersebut didapatkan benih ikan lele sebanyak 28.800 ekor
benih ikan lele.
b. Pemijahan Ikan Lele
Pemijahan yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada ialah dengan
teknik alami atau tradisional. Dalam wawancara, penanggungjawab beralasan
bahwa teknik alami lebih hemat biaya, mudah dilakukan, dan benih yang
dihasilkan melalui teknik alami ini lebih unggul dan tahan terhadap penyakit jika
dibanding dengan teknik pemijahan buatan (suntik).
51
Perusahaan Parakbada memiliki 5 kolam pemijahan. Lima kolam
pemijahan ini tidak digunakan secara bersamaan, namun digunakan secara
bergantian sesuai dengan pola pemijahan yang dilakukan oleh Perusahaan
Parakbada (Lampiran 2). Dalam kegiatan pemijahan dengan menggunakan 1
kolam, Perusahaan Parakbada menggunakan kolam pemijahan berukuran 2 x 4
meter dengan ketinggian kolam 1 meter, dan ketinggian air sekitar 25-30 cm. Air
yang digunakan dalam kolam pemijahan merupakan air baru yang bersih, bening,
dan terhindar dari zat-zat kimia berbahaya. Kemudian dipersiapkan kakaban
(Tempat menempelnya telur ikan lele hasil pemijahan, terbuat dari ijuk) dengan
jumlah 14 buah kakaban dalam satu kolam dengan ukuran tersebut. Ukuran
kakaban yang digunakan ialah panjang 1,5 meter dengan lebar sekitar 50 cm.
Pada pemasangan kakaban, diusahakan tidak ada celah kosong dianatara
kakaban agar semua telur yang dikeluarkan oleh indukan betina menempel semua
pada kakaban. Induk yang sudah dipilih atau diseleksi dipindahkan dari kolam
pemeliharaan induk ke kolam pemijahan. Pemindahan ini dilakukan pada sore hari
sekitar pukul 16.00 WIB.
Perusahaan Parakbada menggunakan kombinasi indukan ikan lele 2
banding 4, yakni dua ekor jantan dan empat ekor betina dalam satu kali siklus
pemijahan. Indukan yang sudah dipindahkan ke kolam pemijahan, dibiarkan
sekitar satu hari satu malam, karena lele akan bertelur pada saat malam hari.
Setelah selesai pemijahan, maka indukan lele dapat diambil kembali keesokan
harinya, pada sore hari sekitar pukup 16.00 WIB dan diletakkan pada kolam
pemeliharaan induk. Induk yang sudah dipijahkan dapat digunakan kembali
setelah 40 hari istirahat. Pada satu kali siklus pemijahan dalam satu kolam, telur
yang menempel pada kakaban (14 kakaban) dapat dibagi pada 7 kolam penetasan
telur. Keberhasilan kegiatan pemijahan ini tergantung dari kondisi kesiapan
indukan yang akan dipijahkan dan keadaan sekitar seperti cuaca yang mendukung.
Proses pemijahan ini dapat dilihat pada Gambar 8.
52
Gambar 8. Proses Pemijahan Ikan Lele Perusahaan Parakbada
c.
Penetasan Telur Ikan Lele
Kakaban yang sudah ditempeli telur pada pemijahan kemudian
dipindahkan ke kolam penetasan. Perusahaan Parakbada memiliki 38 kolam
penetasan, namun dalam satu kali siklus pemijahan (satu kali pemijahan) kolam
penetassan yang digunakan sebanyak 7 kolam. Kegiatan penetasan telur ini
mencakup persiapan kolam penetasan, penetasan, dan pemeliharaan larva hingga
menjadi benih ikan lele.
Satu kolam penetasan berukuran 2 x 4 meter, ketinggian sekitar 50 cm,
dengan ketinggian air sekitar 10-20 cm. Air yang digunakan merupakan air yang
bersih dan bebas dari zat-zat kimia yang berbahaya. Pengisian air ini dilakukan
sehari sebelum pemijahan dilakukan. Hal ini terkait dengan pemberian perilaku
khusus terhadap kolam penetasan sebelum kolam tersebut digunakan. Pemberian
perilaku khusus ini adalah pemberian ramuan herbal (berwarna hijau) sebanyak 4
sendok makan. Ramuan herbal ini dibuat khusus yang bertujuan menciptakan
suhu yang ideal untuk penetasasan telur dan mempertahankan pH air kolam.
Ramuan herbal ini diperoleh dari Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang “Cahaya
Kita” secara gratis. Setelah kakaban dipenuhi telur, maka kakaban tersebut
dipindah ke kolam penetasan yang telah disiapkan sebelumnya. Telur yang
menempel pada kakaban, memerlukan waktu kurang lebih satu hari satu malam
untuk menetas semenjak telur tersebut menempel pada kakaban saat kegiatan
pemijahan.
d. Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan telur ikan lele yang telah menetas ini mencakup pemberian
pakan. Pemberian pakan dilakukan pada hari keempat setelah telur menetas
53
sampai hari ke-13. Jenis pakan diberikan adalah cacing sutera. Pemberian pakan
berupa cacing sutera ini dilakukan satu kali dalam 14 hari. Pemberian pakan mulai
dari hari keempat sampai hari ke-14 tersebut membutuhkan 50 takar cacing sutera.
Pada hari ke-15, pemberian jenis pakan diganti menjadi pakan Fengli,
yakni pakan benih ikan lele yang berbentuk bubuk. Pada hari ke-15 tersebut,
ukuran benih sekitar 2-3 cm. Dalam satu hari, pemberian pakan ini 3 kali. Satu
kali pemberian pakan Fengli membutuhkan 2 takar Fengli (1 takar = 1 gelas).
Dalam satu kali periode, dapat menghasbiskan 5 kilogram pakan Fengli.
Pemberian pakan kilogram Fengli tersebut digunakan untuk benih ikan lele yang
tersebar pada 6 kolam penetasan selama 2 minggu (hari ke-15 sampai hari ke 25).
Setelah 14 hari semenjak menetas, kakaban kemudian diangkat dari kolam
penetasan tersebut.
Pada hari ke-26, pemberian pakan diganti dengan pakan jenis PF1000
(kadar protein 39-41 persen), dimana pada hari ke-26 tersebut benih ikan lele telah
berukuran 4-6 cm. pemberian pakan PF1000 dilakukan tiga kali dalam sehari.
Dalam satu kali pemberian pakan membutuhkan 3 takar PF1000 (1 takar = 1
gelas). Pemberian PF1000 ini dilakukan selama 2 minggu atau dari hari ke-26
sampai hari ke-37. Dalam waktu 2 minggu tersebut menghabiskan PF1000
sebanyak 10 kilogram.
Pada hari ke-38, pemberian pakan diganti dengan pakan jenis L1, yakni
pakan yang berdiameter 1 mm. Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali sehari,
dimana 1 kali pemberian pakan sebanyak 2 takar (1 takar = 1 gelas). Pemberian
pakan L1 ini sampai benih ikan lele berumur 45 hari (1,5 bulan), yakni benih ikan
lele telah berukuran 5-7 cm (siap panen).
e.
Penyortiran Benih Ikan Lele
Penyortiran benih ikan lele merupakan kegiatan menyeleksi benih sesuai
dengan ukuran yang diharapkan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengelompokkan
benih pada ukuran-ukurannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah sifat kanibal
pada lele (lele berukuran lebih besar akan memakan lele yang berukuran lebih
kecil). Penyortiran benih yang dilakukan seminggu sekali, bertujuan untuk
mengelompokkan benih sesuai dengan ukuranseperti ukuran 2-3 cm, 4-6 cm, dan
5-7 cm (benih ikan lele siap panen). Proses sortir ini dapat dilihat pada Gambar 9.
54
Gambar 9. Penyortiran Benih Ikan Lele Perusahaan Parakbada
f.
Panen Benih Ikan Lele
Panen benih ikan lele dilakukan pada hari ke-45 setelah benih menetas
atau benih ikan lele telah berukuran 5-7 cm. Tahap pemanenan benih ikan lele
yakni (1) mengisi jurigen dengan air kolam pemeliharaan benih ikan lele, (2)
menyerok benih ikan lele kemudian diletakkan didalam jurigen. Pada satu kali
siklus pemijahan (1,5 bulan), Perusahaan Parakbada mendapatkan benih ikan lele
antara 25.000 sampai 28.800 ekor benih ikan lele. Pada 1 periode (3 bulan),
Perusahaan melakukan proses pemijahan ikan lele sebanyak 10 kali (Lampiran 2).
6.2.4.2. Pembesaran Ikan Lele
Pembesaran ikan lele Sangkuriang merupakan kegiatan usaha atau bisnis
membesarkan benih ikan lele Sangkuriang mencapai ukuran konsumsi kemudian
menjualnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan lele konsumsi ini
adalah 2,5 bulan sampai 3 bulan (Lampiran 3). Ukuran ikan lele konsumsi yakni
6-10 ekor per kilogram. Adapun tahapan pembesaran ikan lele dapat dilihat pada
gambar 10.
Persiapan Kolam
Penebaran Benih
Pemeliharaan Lele
Pengemasan Lele
Pemanenan Lele
Gambar 10. Proses Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
55
a.
Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan dalam pembesaran ikan lele oleh Perusahaan
Parakbada ialah kolam dari terpal yang berukuran 4 x 5 meter sebanyak 10 kolam,
dengan ketinngian satu meter. Air yang digunakan merupakan air yang bersih dan
bebas dari zat-zat berbahaya. Kedalaman air setinggi 50 cm. Setelah dilakukan
pengisian air, maka selanjutnya adalah pemupukan. Pemupukan ini dilakukan
dengan menggunakan kotoran kambing dengan dosis 1,5 kilogram per m2. Jadi
untuk 1 kolam pembesaran ukuran kolam 4 x 5 meter dibutuhkan kotoran
kambing sebanyak 30 kilogram. Harga kotoran kambing sebesar Rp 5.000,00 per
kilogram, sehingga dibutuhkan 30 kilogram kotoran kambing x 10 kolam x Rp
5.000,00 per kilogram = Rp 1.500.000,00.
Pemupukan dengan kotoran kambing tersebut dilakukan dengan cara
memasukkan kotoran kambing ke dalam karung, kemudian memasukkannya ke
dalam kolam selama delapan hari. Pemupukan ini dilakukan dengan tujuan untuk
menciptakan pH air kolam yang sesuai dengan kebutuhan ikan lele, yakni 7-7.
Kemudian memasukkan 4 sendok makan ramuan herbal. Ramuan herbal ini
diperoleh Perusahaan Parakbada dari Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang
“Cahaya Kita” secara gratis. Ramuan herbal ini bersifat rahasia, sehingga tidak
dapat diketahui komposisi yang terkandung di dalamnya. Pemberian ramuan
herbal bertujuan untuk menetralkan air dari racun berbahaya, menyeimbangkan
pH dan suhu air. Setelah delapan hari, karung berisi kotoran kambing tersebut
diangkat. Pada hari ke-10 benih ditebar ke dalam kolam tersebut.
b. Penebaran Benih Ikan Lele
Benih ikan lele yang ditebar akan menentukan hasil akhir. Penebaran
benih ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada adalah sekitar 100-120
ekor benih ikan lele per m2. Dengan kolam pembesaran ikan lele pada Perusahaan
Parakbada yang berukuran 4 x 5 meter, pengelola perusahaan menebar benih
sebanyak 5.000 ekor benih ikan lele berukuran 5-7 cm untuk satu kolam.
Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
c.
Pemeliharaan Ikan Lele
Pemeliharaan ikan lele mencakup pemberian pakan yang rutin. Pada
Usaha pembesaran ikan lele Perusahaan Parakbada, kolam pembesaran yang
56
dimiliki adalah sebanyak 10 kolam. Masing-masing kolam berukuran 4 x 5 meter.
Dalam sekali kegiatan pembesaran dengan ukuran kolam tersebut, dibutuhkan
benih ikan berukuran 5-7 cm sebanyak 5.000 ekor benih, sehingga untuk 10
kolam dibutuhkan 50.000 ekor benih. Pakan yang diberikan pada kegiatan
pembesaran ikan lele terdiri atas pelet apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan
pelet tenggelam. pelet apung digunakan untuk masa pertumbuhan ikan lele,
sedangkan pelet tenggelam digunakan untuk masa pembobotan ikan lele hingga
mencapai ikan lele ukuran konsumsi.
Satu kolam pembesaran ikan lele dengan benih ikan lele yang ditebar
sebanyak 5.000 ekor dibutuhkan pakan sebanyak 500 kilogram selama proses
pembesaran. Pakan sebanyak 500 kilogram tersebut terdiri dari Pelet L1 sebanyak
15 kilogram, Pelet L2 sebanyak 25 kilogram, Pelet L3 sebanyak 110 kilogram,
dan 350 kilogram pelet tenggelam. Pelet L1 diberikan pada benih ikan lele pada
hari pertama semenjak benih tersebut ditebar di kolam pembesaran ikan lele.
Pemberian pakan L1 dilakukan dari hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke-8
sampai hari ke-21 diberikan pakan Pelet L2. Pada hari ke-22 sampai hari ke-42
diberikan pakan Pelet L3. Pada hari ke-43 sampai tiba masa panen diberikan
pakan pelet tenggelam. Frekusensi pemberian pakan adalah 3 kali dalam satu hari.
Pada satu kali pemberian pakan diperlukan 2-3 takar pakan.
d. Pemanenan Lele
Pemanenan dilakukan pada ikan lele yang telah berumur 2,5 sampai 3
bulan semenjak benih ikan lele dimasukkan dalam kolam pembesaran. Pada saat
panen, dilakukan penyortiran kembali. Hal ini terkait dengan pasar yang ada.
Untuk pasar warung tenda, maka penyortiran akan dilakukan untuk ukuran lele
konsumsi 6-10 ekor lele per kilogram. Namun untuk pemancingan akan disortir
lele ukuran tiga ekor per kilogramnya.
Gambar 11. Proses Pemanenan Ikan Lele Konsumsi
57
e.
Pengemasan (Packing)
Pada kegiatan pengemasan, Perusahaan Parakbada tidak melakukan
pengemasan. Perusahaan Parakbada hanya memanen ikan lele konsumsi
kemudian meletakkan ikan lele konsumsi tersebut ke dalam jurigen. Mayoritas
pembeli ikan lele konsumsi di Perusahaan Parakbada membawa jurigen masingmasing, sehingga pihak Perusahaan Parakbada hanya berperan memindahkan ikan
lele konsumsi dari kolam pembesaran ikan lele ke dalam jurigen.
6.2.5 Hasil Analisis Aspek Teknis
Pada setiap kriteria aspek teknis secara keseluruhan tidak terdapat
kendala atau permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Pemilihan lokasi
usaha (lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, perlengkapan, letak pasar yang
dituju, fasilitas transportasi, dan sikap masyarakat), layout, skala usaha, proses
produksi, mampu menghasilkan produk secara optimal, sehingga secara teknis
Perusahaan Parakbada layak untuk dijalankan.
6.3. Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk
kelayakan usaha. Suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa
didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, maka risiko usaha
mengalami kerugian menjadi tinggi (Kasmir dan Jakfar 2009). Pengkajian pada
aspek manajemen meliputi struktur organisasi dan pembagian kerja (job
descrption).
Struktur organisasi yang ada di Perusahaan Parakbada cukup terorganisir
dengan baik, sehingga ada pembagian tugas dan fungsi yang tepat untuk
menjamin sebuah perusahaan dapat melaksanakan proses kegiatan uasahanya.
Setiap bagian bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas masing-masing,
sehingga semua proses pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang yang
dijalankan oleh Perusahaan Parakbada dapat berlangsung dengan baik. Sturktur
organisasi Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Gambar 12. 58
Investor Pasif
terdiri atas:
Bp. Amruh & Bp. Faizal
Investor Aktif
terdiri atas:
Ibu Susy, Bp. Fauzi, & Bp. Yos
Pemimpin
Ibu Susy
Bag.Pembenihan
(Mang Lim)
Bag.
Pembesaran
(Andri)
Gambar 12. Struktur Organisasi Perusahaan Parakbada
Perusahaan Parakbada terbentuk atas investor pasif dan investor aktif.
Investor pasif adalah investor yang hanya menanamkan modal di Perusahaan
Parakbada (tidak mengelola perusahaan). Investor pasif ini terdiri atas Bapak
Amruh dan Bapak Faisal. Investor aktif adalah investor yang menanamkan modal
sekaligus mengelola Perusahaan Parakbada. Investor aktif ini terdiri atas Ibu Susy,
Bapak Fauzi, dan Bapak Yos. Dua kelompok investor tersebut memilih Ibu Susy
sebagai Pemimpin Perusahaan Parakbada, sehingga Ibu Susy mempunyai
tanggung jawab untuk mengurus dan mengelola perusahaan.
Ibu Susy membawahi dua karyawan teknis, yaitu satu karyawan bagian
pembenihan ikan lele (Mang Lim) dan satu karyawan bagian pembesaran (Andri).
Kedua karyawan tersebut berasal dari Kampung Pengulakan (kampung sekitar
Kelurahan Katulampa). Mang Lim mendapatkan gaji sebesar Rp 1.200.000,00 per
bulan, sedangkan Andri mendapatkan gaji sebesar Rp 800.000,00 per bulan. Gaji
untuk karyawan pada Usaha pembenihan lebih tinggi dibanding dengan gaji
karyawan pada Usaha pembesaran ikan lele. Hal ini dikarenakan pekerjaan pada
Usaha pembenihan lebih sulit dibanding dengan pekerjaan yang ada di Usaha
pembesaran. Pembagian keuntungan (laba) yang diperoleh dari usaha pembenihan
dan pembesaran ikan lele adalah 30 persen untuk investor pasif, 30 persen untuk
investor aktif, 10 persen untuk karyawan, dan 30 persen sisanya untuk investor
aktif yang dibagi sesuai dengan keaktifan mengelola perusahaan.
59
Berdasarkan anaslisis Aspek Manajemen, Perusahaan Parakbada layak
untuk menjalankan usahanya. Karena telah memiliki struktur organisasi yang jelas
dan masing-masing komponen struktur menjalankan tugas sesuai kewajibannya.
6.4. Aspek Hukum
Aspek Hukum adalah aspek yang membahas mengenai legalitas dari
suatu usaha. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan,
kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan
Jakfar 2009). Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan
hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan.
Perusahaan Parakbada belum memiliki bentuk badan hukum usaha. Hal
ini dikarenakan skala usaha yang dijalankan Perusahaan Parakbada masih
tergolong skala kecil. Namun pengelola perusahaan sudah mendapatkan izin dari
Ketua RT (Rukun Tetangga) setermpat. Seharusnya pengelola Perusahaan
Parakbada mengurus bentuk badan hukum usahanya menjadi bentuk badan hukum
CV. Bentuk badan hukum usaha CV sangat sesuai dengan struktur organisasi
usahanya, karena syarat badan hukum usaha CV yakni terdapat sekutu aktif
(orang yang memberikan modalnya serta terlibat kedalam pelaksanaan kegiatan
usaha) dan sekutu pasif (orang yang hanya memberikan modal tanpa ikut serta
dalam pelaksanaan kegiatan usaha). Dari hasil analisis Aspek Hukum, Perusahaan
Parakbada belum bisa dikatakan layak. Karena perusahaan belum memiliki badan
hukum yang jelas ataupun izin usaha seperti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
dan dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). Badan hukum hukum ini penting karena
terkait dengan legalitas dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
6.5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang Perusahaan
Parkbada terletak di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor
ini tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal
ini terkait dengan Perusahaan Parakbada tidak menghasilkan limbah yang
berakibat buruk bagi lingkungan.
60
Usaha pembenihan dan pembesaran ikan Lele ini memberikan dampak
positif terhadap masyarakat sekitar, karena usaha tersebut menyerap tenaga kerja
yang dibutuhkan oleh perusahaan, seperti pada saat pembangunan usaha dimana
perusahaan membutuhkan tenaga kerja untuk pembuatan bangunan (mess
karyawan, dan lainnya). Selain itu, perusahaan juga menyerap tenaga kerja dalam
kegiatan usaha yang dilakukan yakni dua orang karyawan. Dengan adanya
penyerapan dua tenaga kerja tersebut, maka Perusahaan Parakbada membantu
dalam meningkatkan pendapatan keluarga di dua karyawan tersebut Penyerapan
tenaga kerja di Perusahaan Parkbada tidak mempermasalahkan tingkat
pendidikan, akan tetapi kemauan dan kerja keras pekerja unguk belajar dan jujur
terhadap perusahaan.
Berdasarkan
analisis
tersebut,
Perusahaan
Parakbada
layak
untuk
menjalankan kegiatan usaha yang dilakukannya. Karena Perusahaan Parakbada
dalam proses produksinya tidak menghasilkan limbah yang membahayakan
lingkungan, sebaliknya perusahaan dapat membantu menaikkan taraf hidup
ekonomi dari kedua pekerjanya.
61
Download