klasifikasi sel kanker rahim berdasarkan intensitas cahaya tampak

advertisement
KLASIFIKASI SEL KANKER RAHIM BERDASARKAN
INTENSITAS CAHAYA TAMPAK DAN INFRAMERAH
DEKAT DENGAN ANALISIS DISKRIMINAN
AL-HASNA SOFIAN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Klasifikasi Sel Kanker
Rahim Berdasarkan Intensitas Cahaya Tampak dan Inframerah Dekat dengan
Analisis Diskriminan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
.
Bogor, Desember 2014
Al- Hasna Sofian
NIM G44096038
ABSTRAK
AL-HASNA SOFIAN. Klasifikasi Sel Kanker Rahim Berdasarkan Intensitas
Cahaya Tampak dan Inframerah Dekat dengan Analisis Diskriminan. Dibimbing
oleh RUDI HERYANTO dan ARYO TEDJO.
Deteksi dini kanker serviks
memperbesar peluang penyembuhan.
Penggunaan alat bantu diagnosis kanker dapat menolong mempercepat proses
deteksi dini tersebut. Penelitian ini menggunakan fotometer dengan lampu diode
pemancar sinar merah dan biru sebagai sumber sinar tampak (Vis) serta lampu
inframerah dekat (NIR) sumber sinar untuk mencirikan sel kanker neoplasia
antarepitel serviks (CIN). Nisbah sinyal Vis dan NIR digunakan untuk
membedakan sel normal dengan 3 stadium sel kanker (CIN) menggunakan
analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah intensitas Vis
dengan NIR pada sel normal lebih kecil dibandingkan dengan sel kanker. Analisis
diskriminan menghasilkan 2 fungsi yang dapat digunakan untuk mengelompokkan
3 stadium sel kanker (CIN) dan membedakannya dengan sel normal.
Kata kunci: analisis diskriminan, fotometer, kanker rahim.
ABSTRACT
AL-HASNA SOFIAN. Classification of Cervical Cancer Cells Based on Ratio of
Visible and Near Infrared Light Intensity by Using Discriminant Analysis.
Supervised by RUDI HERYANTO and ARYO TEDJO.
Early detection of cervical cancer will provide greater opportunities to
recovery. Diagnostic tools can fasten the early detection process. This study used
a photometer with red and blue light emitting diode as the visible (Vis) light
source and infared lamp as the near infrared (NIR) light source, as the diagnostic
tools of Cervical Interepithel Neoplasial (CIN). Vis to NIR signal ratio was used
to distinguish between normal cells and 3 stadia of cancer cells by using
discriminant analysis. The results showed that the intensity ratio of Vis to NIR in
normal cells were lower than that in cancer cells. The discriminant analysis
resulted 2 functions that can be used to classify 3 stadia of CIN cancer cells and
distinguish them from normal cells.
Keywords: cervical cancer, discriminant analysis, photometer.
KLASIFIKASI SEL KANKER RAHIM BERDASARKAN
INTENSITAS CAHAYA TAMPAK DAN INFRAMERAH
DEKAT DENGAN ANALISIS DISKRIMINAN
AL-HASNA SOFIAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah dengan judul “Klasifikasi Sel Kanker
Rahim Berdasarkan Intensitas Cahaya Tampak dan Inframerah Dekat dengan
Analisis Diskriminan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudy Heryanto SSi, MSi,
selaku pembimbing pertama dan Bapak Aryo Tedjo SSi, MSi, selaku pembimbing
ke dua yang telah sabar memberikan arahan, masukan, semangat, dan motivasi
selama penulis melaksanakan penelitian dan menyusun karya ilmiah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu serta keluarga yang selalu
mendoakan dan memberikan kasih sayang serta dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf Laboratorium
Farmakologi, Fakultas Ilmu Kedokteran, Universitas Indonesia (UI), Dr Drs
Kusmardi, MS dan staf Laboratorium Fisika, Fakultas Kedokteran UI, Bapak
Agus yang telah memberikan fasilitas dan membantu, serta memberikan ilmunya
kepada saya. Ucapan terima kasih saya sampaikan pula untuk teman-teman saya
Irma, Fitri, Dian, dan Diah yang telah memberikan semangat dan masukan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Bogor, Desember 2014
Al-Hasna Sofian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Sampel Menggunakan Fotometer Jinjing
Hasil Pengelompokan Data dan Pemilihan Data Menggunakan Kluster
Hasil Pembentukan Model Kanker Serviks Menggunakan Analisis
Diskriminan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
vii
vii
1
2
2
2
3
4
7
8
10
10
10
11
12
16
DAFTAR TABEL
1 Hasil pengukuran intensitas jaringan neoplasia antarepital serviks (CIN) dan
normal dengan sumber sinar tampak (Vis) dan inframerah dekat (NIR)
2 Nisbah intensitas jaringan CIN dan normal
3 Uji kesetaraan antarkelompok pada 2 peubah nisbah intensitas Vis/NIR
4 Tetapan fungsi hasil analisis diskriminan kanker (CIN) dan normal
5
5
8
9
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Fotometer (a) dan sumber sinar tampak atau NIR (b)
Sampel jaringan neoplasia antarepitel serviks (CIN) berupa blok parafin
Instrumen fotometer
Spektrum serapan oksihemoglobin (HbO2) dan deoksihemoglobin (Hb)
pada daerah inframerah dekat (NIR)
5 Dendrogram kluster nisbah intensitas CIN dan normal
6 Hasil analisis diskriminan CIN 1, CIN 2, CIN3, dan normal
2
4
6
7
8
9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian
2 Peta teritorial jaringan neoplasia antarepitel serviks (CIN) dan normal
hasil analisis diskriminan
3 Uji kesetaraan antarkelompok nisbah intensitas Vis/NIR jaringan
neoplasia antarepitel serviks (CIN) dan normal
4 Tabel Wilk's lamda
5 Menguji perbedaan antarkelompok
6 Koefisien peubah dalam fungsi diskriminan 1 dan 2
7 Fungsi kelompok sentroid
8 Hasil klasifikasi analisis diskriminan jaringan neoplasia antarepitel
serviks (CIN) dan normal
12
13
14
14
14
14
14
15
PENDAHULUAN
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia (human
papilloma virus, HPV) yang menyebabkan metabolisme sel menjadi tidak normal
(Andrijono 2007). Sel normal berubah menjadi sel abnormal, yang lazim disebut
sebagai pra-kanker. Perubahan awal pra-kanker pada permukaan sel disebut
displasia atau lesi intraepitel skuamosa (Novel et al. 2009). Terdapat lebih dari
440 juta individu terinfeksi oleh HPV, dan kanker serviks menempati urutan
pertama sebagai penyebab kematian pada wanita di Indonesia (Rosilawati et al.
2007). Faktor lain yang dapat menyebabkan kanker antara lain usia, pernikahan
usia dini, sering berganti pasangan, dan kebiasaan merokok, baik pasif maupun
aktif (Melva 2008)
Umumnya penderita kanker baru mengetahui memiliki kanker setelah
tampak tanda atau gejala, dan tidak jarang ketika kanker telah berada pada
stadium lanjut. Deteksi dini kanker dapat membantu penyembuhan kanker lebih
cepat. Berdasarkan hasil deteksi dini, perawatan yang sesuai dapat lebih cepat
diberikan, sehingga kemungkinan kanker dapat disembuhkan menjadi lebih besar.
Menurut Novel et al. (2009), kanker serviks dapat dicegah dengan 2 cara, yakni
dengan pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer dilakukan melalui
vaksinasi untuk mencegah terjadinya infeksi kanker serviks, sementara
pencegahan sekunder dilakukan dengan metode Pap Smear, kolkopsi, pendeteksi
DNA virus menggunakan PCR, dan metode Hybrid Capture-II (Andrijono 2010).
Proses deteksi dini kanker serviks dilakukan dengan melalui beberapa
proses. Setelah didiagnosis terdapat kanker, dilakukan biopsi, yakni pengambilan
jaringan terduga kanker atau terinfeksi kanker. Hasil biopsi tersebut selanjutnya
dianalisis secara histopatologi. Proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup
lama dan juga keahlian khusus, sehingga penggunaan metode lain atau metode
alternatif yang lebih mudah sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses
pencegahan dan penyembuhan pasien.
Zain et al. (2007) meneliti suatu metode deteksi dini kanker berdasarkan
analisis sifat optis antara jaringan normal dan kanker dengan menggunakan alat
fotometer. Sampel yang digunakan berupa jaringan beku hasil biopsi dari tumor
kelenjar susu (adenokarsinoma) mencit GR yang ditransplatasi adenokarsinoma,
dan kultur lestari sel SM 1 (sel karsinoma payudara manusia) yang semuanya
telah diperiksa secara histopatologi. Diode pemancar sinar (LED) merah, hijau,
dan biru digunakan sebagai sumber sinar tampak. Intensitas sinar lampu LED
yang dipantulkan oleh jaringan dan diterima oleh detektor resistor diode cahaya
(LDR), diolah menggunakan analisis multivariat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa adenokarsinoma (kanker) terbedakan secara nyata dari
jaringan normal di sekitarnya, baik pada sampel jaringan maupun pada sampel
hewan percobaan, dengan penggunaan sumber sinar LED biru dan hijau. Sumber
sinar LED merah tidak dapat membedakan kedua sampel tersebut secara nyata,
kecuali apabila LED biru dan merah digunakan secara bersamaan.
Penelitian ini bertujuan mendiskriminasikan jaringan kanker neoplasia
antarepitel serviks (cervical interepithelial neoplasias, CIN) yang terbagi dalam 4
kelompok, yaitu CIN 1, CIN 2, CIN 3, dan normal. Sampel yang digunakan
merupakan hasil biopsi dari Divisi Patologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
2
(RSCM), berupa blok parafin. Sampel tersebut diukur dengan fotometer jinjing
dengan sumber sinar tampak (LED merah dan biru) serta inframerah dekat (NIR).
Sumber sinar dari lampu akan dipantulkan oleh jaringan kanker maupun normal,
lalu diserap oleh detektor LDR dan selanjutnya diubah menjadi beda tegangan
listrik yang menunjukkan intensitas jaringan tersebut. Data yang diperoleh
selanjutnya diolah secara kemometrika dengan analisis diskriminan (discriminant
analysis) untuk mengelompokkan jaringan kanker sesuai dengan kelompok yang
diinginkan, menggunakan perangkat lunak (software) Minitab 16 dan SPSS 15.
METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah fotometer jinjing, adaptor, kamera digital,
serta perangkat lunak Minitab 16 dan SPSS 15. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain, spesimen blok parafin, kertas foto, dan alkohol 70%.
.
Metode Penelitian
Keterangan Sampel
Sampel yang digunakan berupa 140 blok parafin dari Divisi Patologi,
RSCM. Sampel merupakan hasil biopsi jaringan di sekitar jaringan kanker yang
dilakukan secara histopatologi. Sampel merupakan jaringan kanker jenis CIN
stadium 1, 2, dan 3, serta jaringan sel normal.
Prosedur Penggunaan Alat Fotometer Jinjing
Fotometer (Gambar 1a) dihubungkan dengan adaptor sebagai penurun
tegangan dari sumber listrik, lalu dinyalakan. Intensitas awal diukur dengan
meletakkan sumber sinar pada kertas foto (area berwarna putih) sebagai kontrol.
Sumber sinar kemudian dipancarkan tegak lurus (90 ) dengan permukaan
berwarna hitam. Perbedaan intensitas sinar pantul antara permukaan putih dan
hitam diperiksa. Apabila tidak ada perbedaan, maka nilai intensitas awal
dinaikkan. Intensitas yang sudah ditetapkan untuk sumber sinar tertentu
digunakan untuk pengukuran setiap sampel.
a
b
Gambar 1 Fotometer (a) dan sumber sinar tampak atau NIR (b)
3
Pengukuran Sampel
Sumber sinar yang digunakan adalah LED merah, LED biru, dan NIR
(Gambar 1b). Sumber sinar ditembakkan tegak lurus (90 ) dengan permukaan
parafin yang memiliki jaringan kanker, secara acak sebanyak 10 kali untuk setiap
sampel. Setiap pergantian sampel, intensitas awal diukur kembali. Sampel
jaringan akan memantulkan sinar dari sumber sinar (reflektans). Sinar pantulan
akan ditangkap oleh detektor LDR, menghasilkan intensitas jaringan yang
kemudian diubah menjadi beda tegangan listrik. Voltmeter akan mendeteksi beda
tegangan listrik yang dihasilkan, dan menghasilkan nilai intensitas dalam satuan
milivolt (mV).
Pengumpulan Data
Data yang terkumpul berupa intensitas sinar pantulan yang dihasilkan oleh
sampel jaringan kanker CIN stadium 1, 2, dan 3, serta jaringan normal ketika
menerima sinar dari sumber sinar lampu LED merah, biru, dan NIR. Data tersebut
kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel menggunakan Microsoft Excel 2007:
Sinar
CIN 1
CIN 2
CIN 3
LED Merah (mV)
.....
.....
.....
LED NIR (mV)
LED Biru (mV)
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Pengolahan Data
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan metode
diskriminan dengan perangkat lunak SPSS 15. Persamaan pola akan dihasilkan
untuk setiap kelompok data dan dibandingkan satu sama lain. Berdasarkan pola
tersebut, data dapat dikelompokkan sesuai yang diinginkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prinsip penelitian ini ialah adanya perbedaan intensitas sinar pantulan yang
bermakna antara jaringan kanker dan jaringan normal, ketika disinari dengan alat
fotometer sederhana. Intensitas tersebut terukur oleh alat multimeter sebagai beda
tegangan listrik dalam satuan milivolt (mV). Data intensitas sampel
dikelompokkan menggunakan analisis kluster, lalu dipilih data untuk digunakan
dalam analisis diskriminan. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model
perhitungan yang paling baik dari alat fotometer yang digunakan, untuk
mempermudah dokter dalam mendiagnosis secara lebih tepat dan jelas, pasien
yang diduga memiliki kanker.
Neoplasia antarepitel serviks (CIN) merupakan tahapan awal perubahan sel
normal menjadi kanker serviks atau lazim disebut sebagai lesi prakanker (lesi
intraepitel serviks). Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker diawali
dengan perubahan menjadi CIN I (stadium 1), yang dapat berkembang menjadi
CIN II (stadium 2), kemudian CIN III (stadium 3), dan berkembang menjadi
karsinoma serviks (kanker). CIN I dikategorikan sebagai prakanker terendah,
4
karena hanya 12% yang dapat berkembang menjadi kanker, sedangkan CIN II dan
CIN III berisiko lebih tinggi menjadi kanker bila tidak diobati (Andrijono 2010).
Sampel berupa blok parafin dari hasil biopsi yang diduga terdapat jaringan
kanker (CIN) (Gambar 2) dikelompokkan menjadi CIN 1, CIN 2, CIN 3, dan
normal. Daerah atau area berwarna kecokelatan merupakan daerah yang diukur
dengan menembakkan sumber sinar secara tegak lurus (90 ). Alur penelitian dapat
dilihat pada lampiran 1.
Gambar 2
Sampel jaringan neoplasia antarepitel serviks (CIN) berupa blok
parafin
Sinar yang dipantulkan oleh jaringan kanker maupun normal (reflektans)
ditangkap oleh detektor LDR atau fotodiode untuk diubah menjadi beda tegangan.
Nilai beda tegangan tersebut dicatat dan selanjutnya ditampilkan dalam bentuk
tabel dengan menggunakan Excel. Setiap pengukuran didahului dengan kalibrasi
alat fotometer menggunakan kontrol hitam dan putih berupa kertas foto untuk
standar putih dan karton hitam untuk standar hitam. Hasil pengukuran sampel
menggunakan sinar tampak (merah dan biru) disebut sebagai nilai intensitas
tampak (visible/Vis) dan pengukuran dengan sinar inframerah dekat sebagai
intensitas inframerah dekat (NIR).
Hasil Analisis Sampel Menggunakan Fotometer Jinjing
Setiap sampel disinari dengan 3 sumber sinar masing-masing sebanyak 10
kali yang dilakukan secara acak (menyebar) pada area berwarna cokelat (area
terduga). Hasil pengukuran intensitas radiasi sinar pantulan dari jaringan kanker
maupun normal setelah diubah menjadi beda tegangan ditunjukkan pada Tabel 1.
Nilai kontrol merupakan hasil pengukuran pada blok parafin tanpa jaringan, yang
digunakan sebagai pembanding dan angka dasar. Nilai intensitas tampak (IVis)
kemudian dibagi dengan nilai intensitas NIR (INIR), sehingga diperoleh nisbah
intensitas Vis/NIR untuk tiap sumber sinar (Tabel 2). Nisbah ini, yang
menggambarkan intensitas sampel uji untuk setiap sumber sinar, selanjutnya akan
dimasukkan ke dalam analisis pengolahan data menggunakan diskriminan.
5
Tabel 1
CIN 1
CIN 2
CIN 3
Normal
CIN 1
CIN 2
CIN 3
Normal
Hasil pengukuran intensitas jaringan neoplasia antarepitel serviks
(CIN) dan normal dengan sumber sinar tampak (Vis) dan inframerah
dekat (NIR)
Sinar
Biru (mV)
Merah (mV)
NIR (mV)
Kontrol
1999
1999
1999
001
1987.6
1918.9
1922.4
002
1987.3
1921.3
1926.8
003
1979.7
1922.4
1927.5
...
...
...
...
052
1924.9
1920.7
1934.6
001
1988.2
1924.3
1929.6
002
1980.1
1923.8
1927.8
003
1977.3
1921.7
1924.4
...
...
...
...
047
1928.3
1926.2
1938.8
001
1977.0
1921.8
1929.8
002
1978.4
1920.1
1927.6
003
1979.7
1940.2
1933.6
...
...
...
...
029
1929.6
1924.9
1942.3
001
1979.2
1922.9
1919.2
002
1978.7
1921.5
1923.7
003
1988.0
1917.9
1920.5
...
...
...
...
012
1984.0
1925.6
1932.5
Tabel 2 Nisbah intensitas jaringan CIN dan normal
Sinar
Biru/NIR (mV)
Merah/NIR (mV)
001
1.0339
0.9982
002
1.0314
0.9972
003
1.0271
0.9974
...
...
...
052
0.9941
0.9928
001
1.0304
0.9973
002
1.0271
0.9979
003
1.0275
0.9986
...
...
...
047
0.9946
0.9935
001
1.0197
0.9959
002
1.0264
0.9961
003
1.0238
1.0034
...
...
...
029
0.9935
0.9901
001
1.0313
1.0019
002
1.0286
0.9988
003
1.0352
0.9986
...
...
...
012
1.0266
0.9964
6
Dalam alat fotometer (Gambar 3), cahaya ditembakkan ke arah sampel
melalui pembagi sinar. Pantulan yang melalui pembagi sinar kemudian ditangkap
oleh detektor. Detektor LDR digunakan karena memiliki spektrum yang luas,
sehingga dapat menangkap semua cahaya yang dipantulkan oleh sampel pada
daerah spektrum sinar tampak, sedangkan fotodiode digunakan karena sebagian
jaringan yang menyerap sinar berada pada kedalaman tertentu sehingga sinar yang
dipantulkan berada pada daerah inframerah (Zain et al. 2007). Sinar dipantulkan
oleh permukaan benda (sampel) tanpa mengalami perubahan panjang gelombang.
Sudut datang bisa sama dengan sudut pantul (reflektans spekular), tetapi bisa tidak
sama (reflektans difusi). Sinar yang menuju sampel dapat diserap, diteruskan, atau
dipantulkan (Novianty 2008).
Sensor
cermin
Cermin
Pembagi
sinar
Gambar 3 Instrumen fotometer (Zain et al. 2007)
Kanker menyebabkan kerusakan pada komposisi atau susunan jaringan
normal, seperti mengubah ukuran inti sel maupun DNA (Mirabal et al. 2002).
Reflektans yang dihasilkan oleh sel kanker lebih rendah dibandingkan dengan sel
normal pada daerah tampak, tetapi lebih tinggi pada daerah inframerah. Oleh
karena itu, nisbah intensitas Vis dan NIR akan dapat membedakan sel kanker
dengan sel normal. Perbedaan jumlah serapan di setiap panjang gelombang
disebabkan
oleh
perubahan
jumlah
oksihemoglobin
(HbO2)
dan
deoksihemoglobin (Hb) dalam jaringan. Jaringan kanker umumnya mengalami
hipoksia, yakni penurunan jumlah oksihemoglobin dalam jaringan, sehingga
meningkatkan jumlah deoksihemoglobin. HbO2 lebih tinggi serapannya pada
daerah NIR dibandingkan dengan Hb, sementara pada panjang gelombang Vis,
Hb lebih tinggi serapannya daripada HbO2 (Gambar 4). HbO2 dan Hb
bertanggung jawab atas pengangkutan oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2)
dalam tubuh manusia (Bakker et al. 2012).
7
Gambar 4 Spektrum serapan oksihemoglobin (HbO2) dan deoksihemoglobin
(Hb) pada daerah inframerah dekat (NIR) (Bakker et al. 2012)
Hasil Pengelompokan dan Pemilihan Data Menggunakan Analisis Kluster
Analisis kluster merupakan salah satu analisis multivariat. Multivariat
maknanya ada lebih dari 1 peubah yang dianggap khas dan digunakan untuk
membandingkan sebuah objek dengan objek yang lain. Tujuan utama analisis
kluster adalah mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan atau kemiripan
peubah khas yang dimiliki (Simamora 2005).
Jumlah sampel yang diukur untuk setiap kelompok berbeda-beda, yakni 52
sampel CIN 1, 47 sampel CIN 2, 29 sampel CIN 3, dan 12 sampel normal. Total
sampel yang cukup banyak, yakni 140 sampel dan keberagaman jumlah sampel
untuk setiap kelompok memungkinkan hasil yang kurang baik akibat galat
pengukuran yang semakin besar. Data yang memiliki kemiripan akan
terkelompokkan ke dalam satu kluster (grup) dan berbeda dengan data dalam
kluster yang lain (Alfina et al. 2012). Proses klusterisasi dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak Minitab 16.
Klusterisasi dilakukan dengan membuat kelompok baru, yakni kelompok 1
(normal), 2 (CIN 1), 3 (CIN 2), dan 4 (CIN 3). Hasilnya ternyata menunjukkan
bahwa sampel CIN 1, 2, dan 3 terkelompok pada kluster 2, 3, dan 4. Hanya
sampel jaringan normal yang seluruhnya tergabung dalam kluster 1. Proses
klusterisasi dilakukan dalam 2 tahapan. Pada tahap pertama, semua data (140
data) diklusterkan dan didapatkan 2 nilai pencilan yang kemudian dihilangkan
pada proses klusterisasi tahap kedua (Gambar 5). Data pencilan merupakan data
yang terkelompokkan dalam kluster paling kecil. Untuk analisis diskriminasi
selanjutnya dipilih 8 data dari tiap kelompok CIN 1, 2, dan 3 hasil klusterisasi.
Hal ini dilakukan untuk meratakan jumlah data yang akan dianalisis.
8
Dendrogram
Ward Linkage; Euclidean Distance
Similarity
-1658,66
-1072,44
-486,22
100,00
152253359495600545579855901643100248422705078161313606880032239236795679666171571777134736120122586526312179119693023845938247831296065341528568304128128871186203648118927129134822934223213552637838974253531291433387090702744713415264649318540447292739976134810060809
1
11 1
1
1 111 11 1 11
11 1 11 1 1 1
1 1 1 11111 11 1
1
1 1111
Observations
Gambar 5
Dendrogram kluster nisbah intensitas CIN (hijau, biru, kuning) dan
normal (merah)
Hasil Pembentukan Model Kanker Serviks Menggunakan Analisis
Diskriminan
Analisis diskriminan merupakan proses analisis yang bertujuan memahami
perbedaan kelompok dan meramalkan peluang suatu objek akan masuk ke dalam
kelompok tertentu berdasarkan pada beberapa peubah bebas yang datanya
berskala selang atau nisbah (Simamora 2005). Analisis diskriminan mirip regresi
linear berganda (multivariable regression), tetapi analisis ini dipakai apabila
peubah bebasnya berupa kategoris (ordinal atau nominal) dan peubah bebasnya
menggunakan skala metrik (selang dan nisbah) (Simamora 2005). Penelitian yang
dilakukan berdasarkan pada nisbah intensitas antara Vis dan NIR maka
penggunaan analisis diskriminan sangat sesuai. Dalam penelitian ini, analisis
diskriminan digunakan untuk mengklasifikasi jaringan kanker berdasarkan kriteria
jumlah peubah bebas. Peubah bebas yang digunakan adalah variasi menggunakan
2 macam sinar LED (merah dan biru) dan NIR.
Penggunaan analisis diskriminan mengharapkan adanya homogenitas yang
tinggi dalam kelompok serta heterogenitas antarkelompok yang juga tinggi. Tabel
3 menunjukkan apakah ada perbedaan yang signifikan antarkelompok untuk setiap
peubah, dengan melihat nilai Sig. untuk uji F. Data untuk setiap kelompok dapat
terbedakan secara signifikan (nyata) jika nilai Sig. < 0.005.
Tabel 3 Uji kesetaraan antarkelompok pada 2 peubah nisbah intensitas Vis/NIR
Peubah
Wilks' Lambda
F
Sig.
Nisbah merah/NIR
0.203
36.627
0.000
Nisbah biru/NIR
0.022
420.559
0.000
Pengelompokan (klasifikasi) sampel dapat dilihat dari terbentuknya daerahdaerah yang menunjukkan wilayah (teritorial) untuk setiap kelompok sampel.
Gambar 6 menunjukkan keterpisahan lokasi antara jaringan normal dan jaringan
CIN. Jaringan normal terpisah jauh dengan 3 jaringan lainnya yang berarti bahwa
9
proses diskriminasi berhasil dilakukan. Posisi maupun lokasi teritorial jaringan
dapat dilihat dengan lebih jelas pada peta teritorial yang lebih lengkap (Lampiran
2). Pada peta teritorial tersebut, sumbu x merupakan fungsi diskriminan 1 dan
sumbu y merupakan fungsi diskriminan 2. Tahap proses mendapatkan peta
teritorial tersebut diberikan pada lampiran 3-7.
Fungsi Kanonik Diskriminan
kelompok sentroid
Fungsi 2
Fungsi 1
Gambar 5 Hasil analisis diskriminan (CIN 1 ( ), CIN 2 ( ), CIN 3 (x), dan
normal ( )
Tabel 4 Tetapan fungsi hasil analisis diskriminan kanker (CIN) dan normal
Fungsi
1
2
Nisbah Merah
-12.202
408.597
Nisbah Biru
481.248
-107.537
Tetapan
-478.212
-298.074
Analisis diskriminan yang dilakukan menghasilkan 2 fungsi diskriminan
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Fungsi diskriminan 1
Z Score_1 = -478.212 – (12.202 nisbah merah) + (481.248 nisbah biru)
Fungsi diskriminan 2
Z Score_2 = -289.074 + (408.597 nisbah merah) – (107.537 nisbah biru)
Dari fungsi diskriminan yang dihasilkan, dapat diketahui ketepatan klasifikasi
atau presentase galat klasifikasinya (Lampiran 8). Lampiran tersebut menjelaskan
bahwa kumpulan data jaringan normal terkelompok sesuai dengan prediksi
klasifikasi yang diharapkan yakni sebesar 100 %. Demikian pula halnya dengan
Kelompok data CIN 1 (n = 8) dan CIN 3 (n = 8). Sementara CIN 2 (n = 8) hanya
sebesar 75% data yang terkelompok sesuai dengan prediksi klasifikasi, sedangkan
10
25% lainnya masuk ke dalam kelompok CIN 3. Adanya beberapa data CIN 2 yang
terkelompok ke dalam CIN 3 ini menunjukan bahwa CIN 2 lebih memiliki
kemiripan dengan CIN 3.
Fungsi diskriminan yang dihasilkan dapat digunakan untuk
mengelompokkan sampel yang belum diketahui. Hal ini terbukti dari ketepatan
hasil diskriminasi yang mencapai 93.8%, artinya fungsi diskriminan tersebut
cukup sahih untuk digunakan mengelompokkan sampel sebagai jaringan kanker
CIN 1, CIN 2, CIN 3, dan normal, karena mendekati ketepatan 100%. Penggunaan
fungsi diskriminan untuk mengelompokan sampel yang belum diketahui diawali
dengan mengukur intensitas sampel menggunakan fotometer dengan sumber sinar
Vis dan NIR, kemudian nisbah intensitas Vis dengan NIR ditentukan sebagai
intensitas sampel. Intensitas sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam fungsi
diskriminan 1 dan 2, berturut-turut sebagai sumbu x dan sumbu y. Nilai sumbu x
dan y selanjutnya di alirkan pada peta teritorial (Lampiran 2), sehingga akan
diketahui apakah sampel yang diukur tergolong sebagai jenis kanker atau jaringan
normal berdasarkan titik sampel pada peta teritorial tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan LED biru dan merah sebagai sumber sinar tampak serta lampu
inframerah sebagai sumber sinar NIR dapat membedakan sel kanker berdasarkan
stadium dan sel normal dengan menggunakan analisis diskriminan. Ketepatan 2
fungsi diskriminan yang didapatkan sebesar 93.8% dalam mengelompokkan sel
kanker berdasarkan stadium dan sel normalnya.
Saran
Proses pengukuran sebaiknya dilakukan di ruangan yang benar-benar gelap.
Pengembangan bentuk alat disarankan untuk memisahkan voltmeter dengan
sumber sinar. Penggunaan variasi sumber sinar yang lebih banyak dan
penggunaan filter yang sesuai disarankan untuk pengembangan hasil yang lebih
baik dalam klasifikasi kanker.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alfina T, Santosa B, Barakban AR. 2012. Analisa perbandingan metode
hierarchical clustering, K-Means dan gabungan keduanya dalam cluster
data; studi kasus problem kerja praktek Jurusan Teknik Industri ITS. Jurnal
Teknik ITS 1(2):521-525.
Andrijono. 2010. Kanker Serviks. Ed ke-3. Jakarta (ID): Divisi Onkologi UI.
Andrijono. 2007. Vaksinasi HPV merupakan pencegahan primer kanker serviks.
Maj. Kedokteran Indones. 57 (5):153-158.
Bakker A, Smith B, Ainslie P, Smith K. 2012. Near infrared spectroscopy applied
aspects of utrasonography in human. Di dalam: Ainslie P, editor.
Ultrasonography in Human [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui] Bogor (ID): Loji. hlm 65-88; [diunduh 2014 Des 1]. Tersedia
pada:
http://www.intechopen.com/books/applied-aspects-of-ultrasono
graphy-in-humans/near-infrared-spectroscopy.
Melva. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita yang datang berobat di RSUP H. Adam Malik tahun 2008 [tesis].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Mirabal NY, Chang SK, Atkinson EN, Malpica A, Follen M, Kortum RR. 2002.
Reflectance spectroscopy for in vivo detection of cervical precancer. Biomed
Opt. 7(4):587-594.
Novianty I. 2008. Analisa spektroskopi reflektans Vis-NIR untuk mengetahui
proses pematangan buah stroberi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Novel SS, Safitri R, Nuswantara S. 2009. Aplikasi Hybrid Capture II System
dalam deteksi dini kanker serviks. CDK. 36 (1): 167-169.
Rosilawati ML, Bela B, Indarti J. 2007. Deteksi human papilloma virus (HPV)
tipe 16 dan tipe 18 dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan
hibridisasi dot lot dangan pelacak DNA berlabel biotin. Maj Obstet Ginekol
Indones. 31(4):218-251.
Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka.
12
LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Sampel CIN 1, CIN
2, CIN 3, dan
normal
Pengukuran sampel
menggunakan fotometer
Pengumpulan data
Klusterisasi data
menggunakan Minitab 16
Analisis diskriminan
menggunakan SPSS 15
Pemilihan data kluster
perkelompok
Model
fungsi diskrimanan
13
Lampiran 2
Peta teritorial jaringan neoplasia antarepitel serviks (CIN) dan
normal hasil analisis diskriminan
Keterangan: Fungsi diskriminan 1 = sumbu-x
Fungsi diskriminan 2 = sumbu-y
14
Lampiran 3
Nisbah merah
Nisbah biru
Uji kesetaraan antarkelompok nisbah intensitas Vis/NIR jaringan
neoplasia antarepitel serviks (CIN) dan normal
Wilks'
Lambda
0.203
0.022
F
df1
df2
Sig.
36.627
420.559
3
3
28
28
0.000
0.000
Lampiran 4 Tabel Wilks’ lambda
Fungsi yang
diuji
Wilks' Lambda Chi-square
1–2
0.008
136.767
2
0.349
29.506
Fungsi
1
2
df
6
2
Sig.
0.000
0.000
Lampiran 5 Menguji perbedaan antarkelompok
Eigen nilai
% Keragaman % Kumulatif Kolerasi Kanonis
a
45.098
96.0
96.0
0.989
a
1.868
4.0
100.0
0.807
Lampiran 6 Koefisien peubah dalam fungsi diskriminan 1 dan 2
Fungsi
1
2
Nisbah merah
-12.202
408.597
Nisbah biru
481.248 -107.537
Tetapan
-478.212 -298.074
Lampiran 7 Fungsi kelompok sentroid
Fungsi
Kelompok
1
2
1
-10.768
6.436
2
3.279
2.041
3
4
2.498
4.991
-1.402
-0.640
15
Lampiran 8
Hasil klasifikasi analisis diskriminan jaringan neoplasia antarepitel
serviks (CIN) dan normal
Prediksi Jumlah Anggota
Kelompok
1
2
3
4
Total
Asli
Jumlah
1
8
0
0
0
8
2
0
6
2
0
8
3
0
0
8
0
8
4
0
0
0
8
8
%
1
100.0
0
0
0
100.0
2
0
75.0
25.0
0
100.0
3
0
0
100.0
0
100.0
4
0
0
0
100.0
100.0
Hasil validasi Jumlah
1
8
0
0
0
8
silang
2
0
6
2
0
8
3
0
0
8
0
8
4
0
0
1
7
8
%
1
100.0
0
0
0
100.0
2
0
75.0
25.0
0
100.0
3
0
0
100.0
0
100.0
4
0
0
12.5
87.5
100.0
a. Validasi silang setiap kasus dikelompokkan dengan menggunakan fungsi-fungsi yang
diturunkan dari semua kasus selain kasus tersebut.
b. 93.8% Pengelompokan awal terkelompokan dengan benar
c. 90.6% Pengelompokan hasil validasi silang terkelompokan dengan benar
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 31 Oktober 1989. Penulis
merupakan putri kedua dari pasangan H. Sofian Rahmat Hidayat SPd. dan
Metrawati Ramli SPd. Tahun 2006 penulis lulus dari SMU Insan Kamil Bogor
dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Diploma IPB melalui Tes
Mandiri dan masuk sebagai mahasiswa Program Keahlian Analisis Kimia. Tahun
2009 penulis lulus dari Program Diploma IPB dan melanjutkan pendidikan S1
melalui Program S1 Penyelenggaraan Khusus Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Selama perkuliahan di Diploma IPB, penulis melaksanakan praktik kerja
lapangan di PT Novell Parmaceutical Laboratories dengan judul laporan Uji
Stabilitas Penyimpanan Selama 24 Bulan Terhadap Sediaan Tablet Meloxicam.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Fisik di Program Diploma IPB.
Download