ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN H34086012 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 RINGKASAN AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki kinerja yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat dihitung dan dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Perusahaan agribisnis akan menghadapi tiga kemungkinan saat initial public offering. Pertama out performed, keadaan tersebut terjadi jika harga saham setelah initial public offering lebih baik dari harga perdananya. Kedua under performed, keadaan tersebut terjadi ketika harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya. Ketiga balance performance, terjadi jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia, (2) menganalisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia, dan (3) menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis. Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia, Jalan Jenderal Soedirman Kav. 52-53 Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama bulan September hingga Desember 2010. Sampel yang didapat pada penelitian ini berjumlah 11 perusahaan agribisnis yang initial public offering pada tahun 2000 hingga 2008. Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000 hingga 2008 berjumlah 11 perusahaan. Perusahaan tersebut antara lain PT Bisi International Tbk, PT Malindo Feedmill Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Gozco Plantations Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, PT FKS Multi Agro Tbk, dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Proses initial public offering perusahaan agribisnis tidak berbeda dengan initial public offering perusahaan sektor lainnya. Tahap initial public offering terdiri dari rencana go public, persiapan menuju go public, pelaksanaan go public, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public. Berdasarkan sub sistemnya, perusahaan yang memiliki initial return paling tinggi saat initial public offering pada sub sistem hulu, on-farm dan hilir adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Initial return yang diperoleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dipengaruhi oleh Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah. Initial return PT Central Proteinaprima Tbk dipengaruhi oleh ukuran perusahaan yang besar, Return on Equity yang tinggi, dan umur perusahaan yang sudah tua. Initial return PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dipengaruhi oleh persentase saham yang ditawarkan ke publik sangat besar. Secara keseluruhan, perusahaan agribisnis yang memiliki initial return yang tertinggi adalah PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Initial return yang diperoleh perusahaan pada saat melakukan initial public offering dapat menunjukan seberapa besar saham perusahaan diminati oleh investor. Tingginya initial return pada penutupan hari pertama dapat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan sebelum melakukan initial public offering dan penilaian investor tentang prospek perusahaan agribisnis tersebut selanjutnya. iii ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA AZRUL REZA RIFQI AMIRUDDIN H34086012 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 Judul Skripsi : Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia Nama : Azrul Reza Rifqi Amiruddin NIM : H34086012 Disetujui, Pembimbing, Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus : PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2011 Azrul Reza Rifqi Amiruddin H34086012 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sengkang (Sulawesi Selatan) pada tanggal 1 Pebruari 1987. Penulis adalah anak ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Amiruddin Abu dan Ibunda Hajrah Amiruddin. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 7 Kuningan (Jawa Barat) pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP Negeri 4 Kuningan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 2 Kuningan diselesaikan pada tahun 2005. Setelah lulus SMA, penulis diterima di Program Keahlian Ekowisata, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur reguler dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus dari Program Diploma Institut Pertanian Bogor, penulis melanjutkan pendidikan pada tingkat sarjana. Penulis diterima pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui seleksi penerimaan mahasiswa pada tahun 2008. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki kinerja yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja saham perusahaan agribisnis pada saat perusahaan tersebut initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, untuk menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis. Penulis berharap agar skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bogor, Januari 2011 Azrul Reza Rifqi Amiruddin UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Muhammad Firdaus, PhD dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS yang telah menjadi dosen evaluator kolokium dan seluruh dosen serta staf Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus. 4. Orangtua dan kakak tercinta untuk setiap dukungan yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Dwiyanto Sastrajendra yang telah menjadi pembahas seminar. 6. Pihak Bursa Efek Indonesia dan pengelola Pojok BEI STIE Kesatuan Bogor atas kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Teman satu bimbingan Alfera Yusiana, teman-teman Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus seperti Hamdani, Afrilyadi E. Wibowo, M. Reza Ilhami, Lillah Wedelia, Hafiz Muadz dan seluruh teman angkatan 5 atas semangat dan bantuan selama penelitian hingga penulisan skripsi selesai, serta terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Bogor, Januari 2011 Azrul Reza Rifqi Amiruddin DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi I PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 1 1 6 8 9 II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 10 III KERANGKA PEMIKIRAN ......................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................................... 3.1.1 Struktur Modal ................................................................. 3.1.2 Initial Public Offering ...................................................... 3.1.3 Manfaat dan Konsekuensi Go Public ................................ 3.1.4 Kinerja Keuangan ............................................................ 3.1.5 Bursa Efek ....................................................................... 3.1.6 Pengertian Saham............................................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 15 15 15 16 24 28 30 31 33 IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................... 4.2 Data dan Instrumentasi .............................................................. 4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 4.4 Metode Pengolahan Data ........................................................... 36 36 36 36 37 V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 5.1 Sejarah Pasar Modal Indonesia .................................................. 5.2 Instrumen Pasar Modal .............................................................. 5.3 Sektor Perusahaan di Bursa Efek Indonesia................................ 5.4 Profil Perusahaan Agribisnis ...................................................... 5.4.1 PT Bisi International Tbk ................................................. 5.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk ................................................ 5.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk ................................. 5.4.4 PT Gozco Plantations Tbk ................................................ 5.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk .................................................. 5.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk .......................................... 5.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk .......................................... 5.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ............................. 5.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk .................. 5.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk ................................................ 5.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk .................................... 39 39 40 43 43 43 44 44 44 45 46 46 47 47 48 48 VI ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS ................ 6.1 Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis ................................... 6.2 Analisis Kinerja Initial Public Offering Perusahaan Sampel....... 6.2.1 PT Bisi International Tbk ................................................. 6.2.2 PT Malindo Feedmill Tbk ................................................ 6.2.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk ................................. 6.2.4 PT Gozco Plantations Tbk ................................................ 6.2.5 PT Sampoerna Agro Tbk .................................................. 6.2.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk .......................................... 6.2.7 PT Central Proteinaprima Tbk .......................................... 6.2.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ............................. 6.2.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk .................. 6.2.10 PT FKS Multi Agro Tbk ................................................ 6.2.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk .................................... 6.3 Kinerja Initial Public Offering Sektor Agribisnis ....................... 6.4 Kinerja Perusahaan Agribisnis setelah Initial Public Offering .... 6.4.1 PT Bisi International Tbk ................................................. 6.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk ................................................ 6.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk ................................. 6.4.4 PT Gozco Plantations Tbk ................................................ 6.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk .................................................. 6.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk .......................................... 6.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk .......................................... 6.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ............................. 6.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk .................. 6.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk ................................................ 6.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk .................................... 49 49 50 50 53 56 59 62 65 68 71 73 76 79 82 85 85 86 88 90 91 93 95 96 97 99 101 VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 7.1 Kesimpulan ............................................................................... 7.2 Saran ......................................................................................... 103 103 104 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 105 xi DAFTAR TABEL Nomor 1. Halaman Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham PT Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009 ......................................... 2 2. Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor ..................................................... 5 3. Nama Emiten dan Sub Sektor Pertanian .............................................. 6 4. Daftar Emiten Agribisnis yang Initial Public Offering Tahun 2000-2008 ............................................................................................ 37 Perusahaan Agribisnis yang melakukan Initial Public Offering Tahun 2000-2008 ................................................................................. 49 6. Sub Sektor dan Sub Sistem Agribisnis dari Perusahaan Agribisnis ....... 50 7. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006 ............ 52 8. Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006............ 53 9. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 ........... 55 10. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 ........... 56 11. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2001-2003 ................................................................................. 58 12. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2001-2003 ................................................................................. 59 13. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 ........... 61 14. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 .......... 62 15. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 ............. 63 16. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 ............ 64 17. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 ..... 66 18. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 ..... 67 19. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 ..... 69 20. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 .... 70 21. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 1999-2001 ................................................................................. 72 22. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 1999-2001 ................................................................................. 73 23. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 1997-1999 ................................................................................. 75 5. 24. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 1997-1999 ................................................................................. 76 25. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001.............. 78 26. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001 ............. 79 27. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 1998-2000 ................................................................................. 80 28. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 1998-2000 ................................................................................. 81 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor 1. Halaman Jadwal Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.2……………………………………………………………. 24 2. Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………………… 35 3. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007-30 September 2010……………………………………………. 85 Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007-30 September 2010……………………………………………. 86 Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006-30 September 2010……………………………………………. 87 Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006-30 September 2010…………………………………………… 88 Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010…………………………………………………... 89 Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010…………………………………………………... 90 Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010…………………………………………………. 90 Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010…………………………………………………. 91 Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September 2010…………………………………………... 92 Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007-30 September 2010…………………………………………… 93 Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September 2010…………………………………… 94 Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September 2010…………………………………… 94 Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September 2010…………………………………… 95 Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September 2010…………………………………… 96 Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005…………………………………………………... 96 Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005…………………………………………………... 97 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010……………………………………... 98 Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010………………………………………….. 99 Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002-30 Juni 2010………………………………………………….. 100 Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002-30 Juni 2010………………………………………………….. 100 Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30 Sepember 2010…………………………………………… 101 Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30 Sepember 2010…………………………………………… 102 xv DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. 2. 3. Halaman Perusahaan Agribisnis yang Melakukan initial Public Offering Tahun 2000-2008 ............................................................................ 108 Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering Tahun 2000-2008 ............................................................................ 109 Harga Penawaran dan Harga Penutupan........................................... 110 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal dapat menjadi sarana alternatif dalam kegiatan investasi selain menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Pasar modal merupakan pasar berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Instrumen jangka panjang yang diperdagangkan di pasar modal berupa surat utang, ekuiti, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya1. Dalam perekonomian modern, pasar modal di suatu negara seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan perekonomian negara tersebut. Proses transaksi komoditi modal berlangsung di sebuah pasar khusus yang disebut dengan bursa efek. Bursa efek berperan sebagai tempat bertemunya pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana dan produk yang diperdagangkan di tempat tersebut berupa surat-surat berharga (efek). Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah tempat resmi untuk melakukan perdagangan efek di Indonesia. BEI terbentuk pada tahun 2007 dan merupakan penggabungan dari dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik dan menjanjikan. Hal tersebut terlihat dari membaiknya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak tahun 1997 hingga 2009. Meskipun nilai IHSG cenderung berfluktuatif pada tahun 1997 hingga 2009 tapi terjadi trend peningkatan pada nilai IHSG tersebut. Pada tahun 1997 hingga 2003, nilai IHSG masih berada pada kisaran di bawah 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan nilai IHSG sebesar 691,895 poin dan terendah pada tahun 2001 dengan nilai IHSG sebesar 392,036 poin. Pada tahun 2004 hingga 2009 nilai IHSG menembus angka di atas 1000 poin dimana nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai IHSG sebesar 2.745,826 poin dan terendah pada tahun 2004 dengan nilai IHSG sebesar 1.000,233 poin. Secara keseluruhan nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai 2.745,826 poin dan terendah pada tahun 2001 dengan nilai 392,036 poin. Trend nilai IHSG yang meningkat pada 1 Bursa Efek Indonesia. 2010. Mengenal Pasar Modal http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/MengenalPasarModal/tabid/137/lang/idID/language/id ID/Default.aspx [16 Juni 2010] tahun 1997 hingga 2009 juga diikuti dengan trend peningkatan jumlah perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1997 hingga 2000 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia masih berada di bawah 300 perusahaan sedangkan pada tahun 2001 hingga 2009 jumlah perusahaan berada di atas 300 perusahaan. Jumlah perusahaan terbanyak yang go public terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 402 perusahaan sedangkan jumlah perusahaan go public paling sedikit terjadi pada tahun 1999 yaitu sebanyak 277 perusahaan (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Jumlah Emiten dan Indeks Harga Saham Gabungan PT Bursa Efek Indonesia Tahun 1997-2009 Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Emiten 282 288 277 287 316 331 333 331 336 344 383 396 402 Indeks Harga Saham Gabungan 401,712 398,038 676,919 416,321 392,036 424,945 691,895 1.000,233 1.162,635 1.805,523 2.745,826 1.355,408 2.534,356 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Jumlah perusahaan yang memperoleh pernyataan efektif untuk menawarkan saham kepada masyarakat umum sampai dengan tahun 2009 sebanyak 402 emiten. Perusahaan tersebut terbagi menjadi sembilan sektor perusahaan diantaranya pertanian (3,73%), pertambangan (5,72%), industri dasar (13,93%), aneka industri (11,19%), barang konsumsi (8,21%), property (11,44%), infrastruktur (6,97%), keuangan (17,16%), dan perdagangan (21,64%). Setiap perusahaan yang masih tertutup dapat memutuskan untuk melakukan go public dengan menjual saham perusahaannya kepada masyarakat (investor) melalui pasar modal. Saham yang dijual kepada masyarakat tersebut merupakan saham perdana. Proses dalam penjualan saham pertama kalinya tersebut disebut dengan penawaran umum perdana (initial public offering). Perusahaan yang melakukan initial public offering secara otomatis akan berubah status perusahaannya menjadi perusahaan terbuka dimana saham perusahaan 2 sekarang tidak hanya dimiliki pemilik lama tetapi juga oleh publik (investor). Perusahaan yang melakukan initial public offering akan memperoleh banyak manfaat dengan menjadi perusahaan terbuka salah satunya yaitu memperoleh sumber pendanaan baru. Sumber pendanaan baru tersebut, dapat digunakan perusahaan untuk memperbaiki struktur modal perusahaan, kemudian untuk mempermudah perusahaan dalam melakukan perluasan perusahaan dan untuk mengurangi beban utang perusahaan. Pada perusahaan yang bergerak di sektor agribisnis, penawaran perdana tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan pengembangan teknologi di bidang agribisnis. Dengan pengembangan teknologi tersebut akan meningkatkan produksi perusahaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang meningkat pula. Selain perusahaan, manfaat penawaran umum tersebut dapat pula dirasakan oleh masyarakat umum (investor) yaitu dengan memiliki kesempatan untuk turut serta dalam kepemilikan saham perusahaan (Febriana, 2004). Perusahaan agribisnis yang memutuskan melakukan initial public offering harus membuat suatu prospektus. Prospektus merupakan informasi tertulis yang berhubungan dengan penawaran umum dan bertujuan agar pihak lain membeli efek yang ditawarkan. Dalam prospektus terdapat banyak informasi yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang melakukan penawaran umum. Informasi dalam prospektus dapat membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan perusahaan (Kim et al 1993, diacu dalam Umbara 2008) Harga saham pada saat initial public offering ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi (underwriter). Peran penjamin emisi pada pasar perdana selain menentukan harga saham juga melaksanakan penjualan saham kepada calon investor. Namun, perusahaan emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan membuka penawaran harga yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan perusahaan menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sedangkan underwriter berusaha untuk meminimalkan resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham-saham yang ditawarkan. Cara yang dilakukan underwriter untuk mencegah saham-saham emiten tidak laku adalah dengan melakukan perundingan 3 dengan emiten agar saham yang dijual tidak terlalu tinggi. Investor menginginkan harga saham yang wajar dan berkualitas. Jika harga saham pada pasar perdana lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan terjadi turunnya harga saham (underpricing) (Umbara, 2008). Underpricing merupakan kejadian yang sering terjadi pada saat suatu perusahaan melakukan initial public offering. Terjadinya underpricing mengakibatkan perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan karena dana yang diperoleh dari proses initial public offering tidak maksimal dan cenderung dapat merugikan perusahaan. Penyebab terjadinya underpricing yaitu adanya kondisi asimetri dimana penjamin emisi memiliki informasi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pihak perusahaan emiten sehingga penjamin emisi menggunakan ketidaktahuan perusahaan emiten tersebut untuk memperkecil resiko. Sebaliknya, jika harga saham pada pasar perdana lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder, maka akan terjadi peningkatan harga saham. Tingginya harga saham yang dapat ditawarkan perusahaan agribisnis pada saat initial public offering mengakibatkan perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal tersebut menunjukkan berhasilnya perusahaan agribisnis tersebut dalam melakukan initial public offering. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 telah mengakibatkan beberapa sektor usaha di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) menjadi terpuruk. Keterpurukan tersebut terjadi pada beberapa sektor diantaranya pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate, keuangan, dan perdagangan. Perusahaan yang memiliki indeks harga saham paling kecil adalah indeks harga saham pada sektor properti dan real estate. Indeks harga saham sektor tersebut pada tahun 1998 tercatat sebesar 27,42 poin. Sedangkan perusahaan yang memiliki indeks harga saham tertinggi pada tahun 1998 adalah indeks harga saham pada sektor pertanian. Indeks harga saham sektor pertanian pada tahun 1998 tercatat sebesar 371,82 poin. Pada tahun 2008 ketika terjadi krisis ekonomi global indeks harga saham sektor pertanian, aneka industri, pertambangan, properti dan real estate, keuangan, dan perdagangan mengalami penurunan. Sektor pertambangan merupakan sektor yang mengalami penurunan indeks harga saham paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada 4 tahun 2008, sektor pertanian memiliki nilai indeks harga saham paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 918,77 poin. Sektor yang paling rendah nilai indeks harga sahamnya yaitu sektor properti dan real estate. Indeks harga saham sektor tersebut pada tahun 2008 sebesar 103,49 poin (Tabel 2). Tabel 2. Pergerakan Indeks Sejumlah Sektor Tahun Sektor Properti Pertamba dan Real ngan Estate 173,92 72,00 Pertanian Aneka Industri Keuangan Perdagan gan 1997 397,16 95,01 64,57 69,98 1998 371,82 82,31 152,14 27,42 45,76 61,08 1999 278,52 134,88 182,19 55,81 58,00 202,64 2000 176,18 95,23 129,67 27,86 36,69 130,62 2001 119,05 73,48 118,84 26,97 36,69 111,28 2002 144,36 88,13 94,87 24,33 51,03 107,61 2003 182,83 124,59 332,62 42,11 78,84 142,10 2004 304,66 192,01 491,16 68,22 133,72 171,14 2005 493,45 204,67 604,57 64,12 131,48 196,18 2006 1.218,45 284,12 933,21 122,92 206,57 275,08 2007 2.754,76 477,35 3.270,09 251,82 260,57 392,24 2008 918,77 214,94 877,68 103,49 176,33 148,33 2009 1.753,09 601,47 2.203,48 146,80 301,42 275,76 Sumber: Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Penelitian yang dilakukan oleh Saptono (2005), diacu dalam Ongkowijoyo (2008) yang menguji tentang peranan sektor agribisnis termasuk di dalamnya sektor pertanian di Bursa Efek Jakarta pada masa krisis moneter membuktikan bahwa selama masa krisis dan pemulihan (recovery), kinerja saham-saham agribisnis menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasar saham secara umum. Kinerja saham-saham tersebut relatif stabil dan tidak terjadi perbedaan yang signifikan baik pada masa pra krisis, krisis sampai dengan masa pemulihan. Pada tahun 2009 tercatat 15 perusahaan yang termasuk kedalam sektor pertanian dan terbagi menjadi beberapa sub sektor diantaranya tanaman pangan, perkebunan, peternakan perikanan dan lainnya (Tabel 3). 5 Tabel 3. Nama Emiten dan Sub Sektor Sektor Petanian No 1 2 Sub Sektor Tanaman pangan Perkebunan 3 Peternakan 4 Perikanan 5 Lainnya Nama Emiten Bisi International Tbk Astra Agro Lestari Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk BW Plantation Tbk Gozco Plantations Tbk PP London Sumatera Tbk Sampoerna Agro Tbk SMART Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Cipendawa Tbk Multibreeder Adirama Ind. Tbk Central Proteinaprima Tbk Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Inti Agri Resources Tbk Bumi Teknokultura Unggul Tbk Sumber: IDX Statistics, 2009 1.2 Perumusan Masalah Pasar modal di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan dan banyaknya perusahaan tertutup yang go public dengan melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang melakukan initial public offering dibagi ke dalam sepuluh sektor perusahaan sesuai dengan bidang usahanya. Meskipun secara keseluruhan nilai Indeks Harga Saham Gabungan bergerak naik dan jumlah perusahaan yang melakukan go public mengalami peningkatan dalam jumlah tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan pergerakan indeks harga saham yang positif di sejumlah sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki indeks harga saham yang relatif stabil dan hanya mengalami sedikit penurunan pada saat terjadi krisis moneter Indonesia tahun 1998 akan tetapi pada saat krisis global tahun 2008 mengalami penurunan yang tajam dan kembali menguat pada tahun 2009. Hal tersebut terjadi karena perusahaan yang mengandalkan ekspor mengalami pelemahan ekspor, baik harga maupun permintaan. Salah satu komoditi yang mengalami penurunan ekspor tersebut adalah minyak sawit mentah (CPO)2. 2 Alisjahbana AS. 23 Oktober 2008. Menyikapi Krisis http://news.okezone.com/read/2008/10/23/58/156695/menyikapi-krisis-global [23 2011] Global. Januari 6 Perusahaan agribisnis khususnya di sektor pertanian yang telah melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan saham sektor tersebut belum mampu berperan lebih dalam membantu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks harga saham pada sektor pertanian saat ini masih ditopang oleh perusahaan pada sub sektor perkebunan terutama oleh perusahaan penghasil minyak sawit mentah. Hal tersebut mengakibatkan saham perusahaan pada sub sektor tersebut lebih diminati oleh investor karena dapat memberikan keuntungan yang besar. Kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering berbeda. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan yaitu dengan menganalisa kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan dapat dianalisa dengan menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan yang dapat dihitung dan dianalisa untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Pada saat initial public offering, perusahaan agribisnis akan memperoleh initial return. Initial return tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur kinerja initial public offering perusahaan. Initial return merupakan return hari pertama perusahaan setelah initial public offering. Setiap perusahaan termasuk perusahaan agribisnis akan memiliki initial return yang berbeda pada saat melakukan initial public offering. Perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi tiga kemungkinan, yaitu out performed, balance performed, dan under performed3. Keadaan out performed terjadi jika harga saham setelah initial public offering lebih baik dari harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk dimana harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 1.150 per lembar saham dan pada saat penutupan hari pertama naik menjadi Rp 1.850 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan perusahaan memperoleh initial return sebesar 60,8%. Keadaan out performed lebih sering terjadi pada perusahaan yang baru melakukan initial public offering dan pada umumnya harga saham yang menghasilkan return tinggi hanya terjadi pada tahun pertama perusahaan 3 Wahyudi S. 9 Juni 2003. Pengukuran Return http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/09/eko9.htm [6 Januari 2011] Saham IPO. 7 melakukan initial public offering, tetapi makin lama return tersebut akan mulai berkurang. Keadaan sebaliknya yaitu under performed, keadaan tersebut terjadi ketika harga saham setelah initial public offering lebih rendah dari harga perdananya. Hal tersebut terjadi pada PT Indofarma Tbk dimana harga saham perdana perusahaan tersebut ditawarkan sebesar Rp 250 dan pada saat penutupan harga saham turun menjadi Rp 230. Penurunan tersebut menunjukan perusahaan menghasilkan initial return yang bernilai negatif yaitu sebesar -8%. Nilai initial return perusahaan yang bernilai negatif tersebut berpengaruh terhadap kinerja harga saham PT Indofarma Tbk yang terus megalami penurunan setelah initial public offering. Perusahaan yang berada pada keadaan under performed akan mengalami masa sulit pada awal go public karena harga saham sangat sulit untuk naik melewati harga initial public offering. Keadaan yang jarang terjadi pada perusahaan yang Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia yaitu balance performance. Balance performed terjadi jika harga saham setelah melakukan initial public offering tidak mengalami perubahan. Kondisi balance performed hanya terjadi pada hari-hari awal perusahaan setelah initial public offering dan setelah itu akan terjadi kenaikan atau penurunan harga saham. Hal tersebut terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk dimana harga Initial Public Offering perusahaan tersebut tidak mengalami perubahaan pada hari pertama penawaran. Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan mengenai analisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di bursa efek indonesia. Pertanyaan yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Berdasarkan uraian perumusan permasalahan, tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan proses initial public offering perusahaan sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia. 8 2) Menganalisis kinerja perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia. 3) Menganalisis initial return sebagai indikator kinerja saham sektor agribisnis. 1.4 Manfaat Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1) Bagi perusahaan agribisnis, sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di bursa efek Indonesia sehingga harga initial public offering perusahaan agribisnis tidak jatuh. 2) Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pembelian saham pada perusahaan sektor agribisnis. 3) Bagi penelitian lanjutan, sebagai referensi untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang menentukan kinerja initial public offering saham sektor agribisnis di Bursa Efek Indonesia. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap perusahaan memerlukan modal untuk menjalankan proses operasional perusahaannya tidak terkecuali perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis. Namun, setiap perusahaan termasuk perusahaan sektor agribisnis sering mengalami masalah dalam memperoleh modal tersebut sehingga pemilik perusahaan tidak mampu untuk mengembangkan perusahaannya baik dari sisi sumberdaya maupun teknologi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh perusahaan agribisnis untuk memperoleh sumber modal selain mengandalkan hasil produksi perusahaan yaitu dengan cara menjual surat berharga perusahaan kepada investor salah satunya yaitu menjual saham di pasar modal. Perusahaan agribisnis yang akan menjual sahamnya kepada investor umum harus merubah status perusahaannya terlebih dahulu dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka (go public). Perusahaan agribisnis yang telah go public akan terbantu dalam memperoleh sumber pendanaan baru sehingga pemilik perusahaan dapat lebih mengembangkan perusahaannya dari berbagai aspek seperti pengembangan teknologi dan sumber daya. Pada perusahaan agribisnis pengembangan teknologi dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi perusahaan sehingga perusahaan agribisnis tersebut dapat meningkatkan keuntungannya dan memperluas jangkauan usahanya. Setiap perusahaan yang baru pertama kali melakukan go public akan melalui proses yang disebut dengan penawaran umum perdana (initial public offering) di pasar modal. Pada proses tersebut perusahaan menawarkan saham perdananya kepada investor. Jumlah saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik disesuaikan berdasarkan kesepakatan pimpinan di perusahaan tersebut, sedangkan untuk harga saham yang ditawarkan pada saat initial public offering diperoleh dari kesepakatan antara perusahaan dan penjamin emisi. Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering akan mendapatkan return dari aktivitasnya tersebut. Initial public offering return merupakan salah satu daya tarik pada setiap pasar modal karena initial public offering memiliki porsi terbesar dalam investasi, rata-rata tingkat pengembalian cukup tinggi dan keuntungan yang diperoleh perusahaan berupa initial return tersebut tidak terkena pajak. Meskipun initial public offering tersebut menjanjikan keuntungan yang besar, tapi tetap memiliki risiko kerugian. Kerugian terjadi pada saat harga pada saat penawaran perdana mengalami penurunan dimana harga penutupan pada hari pertama initial public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penarwarannya kepada publik. Hal tersebut dapat berdampak pada turunnya nilai initial return dari perusahaan sehingga kejadian tersebut menunjukan kinerja initial public offering dari perusahaan agribisnis tersebut rendah. Penyebab terjadinya penurunan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Topik mengenai kinerja initial public offering diangkat dalam penelitian Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006). Ketiga penelitian tersebut menetapkan bahwa initial return yang diperoleh perusahaan pada hari pertama initial public offering sebagai tolak ukur dalam menentukan kinerja initial public offering. Initial return tersebut merupakan persentase dari selisih harga saham pada penutupan hari pertama dengan harga penawaran perdana. Perusahaan yang memiliki initial return yang bernilai positif menunjukan perusahaan tersebut berhasil dalam melakukan initial public offering dengan banyaknya jumlah saham yang dibeli oleh investor, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai initial return negatif menunjukan perusahaan tersebut gagal dalam melakukan initial public offering karena harga saham turun karena hanya sedikit saham yang dapat dijual kepada investor. Perusahaan yang sukses dalam melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut sangat baik dalam menawarkan saham perdana perusahaan tersebut kepada publik karena harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga penawaran perdana. Pada kondisi tersebut perusahaan memperoleh keuntungan maksimal sehingga dengan keuntungan tersebut perusahaan dapat lebih mengembankan usahanya. Kondisi sebaliknya, perusahaan yang gagal melakukan initial public offering menandakan kinerja dari perusahaan tersebut kurang baik dalam melakukan penawaran saham perdana sehingga perusahaan tidak dapat meraih keuntungan yang diharapakan. Pada kondisi tersebut harga saham pada penutupan di hari pertama initial public offering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga penawaran. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya investor yang membeli saham perusahaan tersebut. 11 Selain initial return terdapat juga istilah return yang dapat dijadikan sebagai pengukur kinerja saham suatu perusahaan. Return dan initial return memiliki pengertian yang sama yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah melakukan perdagangan. Istilah initial return muncul pada saat perusahaan baru telah melakukan initial public offering. Sedangkan return merupakan pengembalian pada perusahaan yang melakukan perdagangan di bursa efek dan merupakan perusahaan lama. Return diperoleh dari selisih harga saham penutupan pada periode saat ini dengan harga saham penutupan pada periode sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Zumaili (2005) menggunakan return dalam menetukan kinerja suatu perusahaan agribisnis peternakan pada periode Januari 2003-Desember 2003. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perusahaan peternakan yang memperoleh return negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan tersebut masih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) menggunakan beberapa variabel yang sama untuk mengetahui variabel apa yang menentukan kinerja dari initial return dari suatu perusahaan. Beberapa variabel yang sama tersebut diantaranya ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Variabel yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan Iman (2008) dalam menetukan kinerja saham pada perusahaan agribisnis sektor peternakan. Variabel ukuran perusahaan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi calon investor dalam membeli saham suatu perusahaan. Perusahaan yang besar biasanya telah banyak dikenal oleh calon investor sehingga calon investor dapat lebih mudah dalam memperoleh informasi mengenai kondisi perusahaan. Selain itu, perusahaan besar juga memiliki prospek kedepan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Variabel umur perusahaan menunjukkan sudah berapa lama perusahaan tersebut telah beroperasi. Perusahaan yang telah berdiri sejak lama telah memiliki banyak pengalaman bersaing di pasar. Umur perusahaan yang lama tersebut juga menunjukan kemampuan bertahan perusahaan yang tinggi di pasar. Kemampuan perusahaan bertahan lama di pasar tersebut dapat meningkatkan kepercayaan calon investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Variabel rasio utang merupakan perbandingan antara jumlah kewajiban perusahaan dengan 12 jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Bagi calon investor, informasi mengenai rasio utang tersebut dapat memberikan gambaran mengenai besarnya penggunaan kewajiban yang digunakan perusahaan untuk membiayai aktiva yang dimiliki perusahaan. Nilai rasio utang yang tinggi menunjukkan semakin besar penggunaan kewajiban untuk membiayai aktiva perusahaan sehingga perusahaan memiliki risiko gagal yang besar dalam mengembalikan pinjaman. Selain variabel-variabel tersebut, Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) juga mengukur variabel offering price. Variabel offering price merupakan porsi saham yang akan diberikan perusahaan kepada publik. Semakin besar porsi saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan memperoleh keuntungan pada saat melakukan initial public offering. Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) juga mengukur Return on Asset sebagai indikator penentu kinerja initial return perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Return on Asset perusahaan yang tinggi menunjukkan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan dari segi penggunaan asset. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006), analisis data yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar initial return dan variabel-variabel penentu kinerja perusahaan pada saat initial public offering yaitu dengan menggunakan analsis regresi berganda. Analisis regresi berganda tersebut digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independent (variabel bebas) terhadap variabel dependent (terikat). Pada ketiga penelitan tersebut, variabel dependent yaitu initial return sedangkan variabel independent terdiri dari ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio utang. Meskipun menggunakan metode analisis yang sama dan memiliki beberapa variabel yang sama tetapi hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut menunjukan hasil yang berbeda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) diperoleh bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil yang berbeda didapatkan oleh Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005), 13 dimana terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap initial return. Variabel dependent lainnya yaitu umur perusahaan Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) pada penelitiannya tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara umur perusahaan dengan initial return. Pada penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) diperoleh hasil yang sama yaitu variabel rasio utang perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap initial return. Variabel offering price yang diteliti Durukan (2002) dan Juma’atin (2006) menghasilkan hasil yang berbeda dimana pada penelitian Durukan (2002) offering price berpengaruh signifikan terhadap initial return sedangkan penelitian Juma’atin (2006) menunjukan hasil yang sebaliknya. Sedangkan Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) serta Juma’atin (2006) yang meneliti variabel Return on Asset tidak menemukan pengaruh signifikan antara initial return dan Return on Asset. Perbedaan hasil yang diperoleh dari ketiga penelitian tersebut dapat terjadi karena ketiga penelitian tersebut berlokasi di negara yang berbeda, dimana setiap negara memiliki kebijakan, aturan dan kondisi perekonomian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Durukan (2002) berlokasi di Istambul Stock Exchange, Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005) berlokasi di Thailand Stock Exchange sedangkan Juma’atin (2006) dan Iman (2008) di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia). Selain itu periode pengambilan sampel juga dapat mempengaruhi hasil akhir dari penelitian. Berdasarkan studi yang dilakukan Durukan (2002), Chiraphadhanakul dan Gunawardana (2005), Zumaili (2005), Juma’atin (2006) dan Iman (2008) terdapat perbedaan kajian dan periode penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kajian yang dilakukan peneliti yaitu mengenai kinerja perusahaan agribisnis pada saat initial public offering di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, periode waktu sampel yang digunakan peneliti yaitu selama sembilan tahun. Penggunaan periode sampel penelitian yang panjang diharapkan mampu menggambarkan bagaimana kinerja saham perusahaan sektor agribisnis pada saat initial public offering. 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Struktur Modal Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan struktur modal optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan (Harmono, 2009). Menurut Van Horne (1980) diacu dalam Harmono (2009) asumsi yang dibutuhkan untuk menganalisis teori struktur modal adalah: 1) Tidak ada pajak pendapatan, dan asumsi ini pada akhirnya dalam aplikasi dapat diabaikan. 2) Perubahan rasio utang terhadap modal disebabkan oleh penerbitan surat utang yang digunakan untuk membeli saham, dan sebaliknya menerbitkan saham untuk membayar utang dan tidak ada biaya transaksi. 3) Perusahaan menetapkan kebijakan dividen sebesar 100 persen dari laba dibagikan sebagai dividen. 4) Tingkat subjektivitas probabilitas prediksi para investor di pasar terhadap tingkat laba operasi perusahaan yang akan datang adalah sama. 5) Tingkat laba operasi perusahaan diprediksi konstan. Nilai prediksi distribusi probabilitas laba operasi prediksi selama periode yang akan datang sama dengan nilai laba operasi sekarang. Berdasarkan asumsi tersebut dapat ditentukan persamaan berikut (Harmono, 2009): ki ke Dimana: Ki = biaya utang Ke = biaya modal sendiri Tingkat rate of return yang dikehendaki para investor adalah laba diprediksi konstan dan laba 100 persen dibagikan sebagai dividen, bisa dihitung melalui rumus dividend pay out ratio, yaitu laba atau harga saham, kemudian rasio laba atau harga saham dapat merefleksikan tarif keuntungan pasar yang menyamakan nilai sekarang prediksi dividen yang akan datang dengan nilai sekarang harga pasar saham. Namun, tarif keuntungan pasar (discount rate of market) pasar ini tidak serta merta dapat digeneralisir sebagai besarnya biaya modal. Dasar pertimbangan yang terakhir adalah: ko Dalam hal ini, V= B+S, dan Ko adalah kapitalisasi biaya modal perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian dapat diperoleh rata-rata tertimbang biaya modal (Weight Average Cost of Capital/WACC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut: ko 3.1.2 Initial Public Offering Pasar Perdana merupakan tempat diperdagangkannya efek (surat berharga) untuk pertama kalinya, sebelum dicatatkan di Bursa Efek. Di Pasar tersebut terjadi penawaran saham dan efek lainnya antara pihak penjamin emisi (underwriter) melalui perantara pedagang efek (broker-dealer) yang bertindak sebagai agen penjual saham kepada investor. Proses transaksi tersebut disebut dengan penawaran umum perdana (Initial Public Offering). Initial Public Offering terjadi ketika saham perusahaan dijual kepada masyarakat umum untuk pertama kali, dengan harapan bahwa pasar akan berkembang (Ritter, 1998; Samsul, 2006). Menurut Samsul (2006) initial public offering membutuhkan beberapa tahapan, diantaranya: 1) Rencana go public Rencana go public membutuhkan waktu yang cukup berkaitan dengan kondisi internal perusahaan seperti: a) Rapat umum pemegang saham, dewan direksi, dan dewan komisaris Rapat gabungan ini membahas alasan go public, jumlah dana yang dibutuhkan, dan penerbitan saham atau obligasi. Perusahaan berniat 16 untuk go public karena meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah mesin baru sebagai perluasan, inovasi produk baru dalam upaya diversifikasi, membayar utang untuk memperbaiki struktur modal dan memperluas jaringan pemasaran. Jumlah dana yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kebutuhan sebenarnya dan bukan menarik dana sebesar-besarnya dari masyarakat. Kebutuhan dana harus realistis karena akan dicantumkan dalam buku Prospektus yang dibagikan kepada para calon investor. Penggunaan dana yang diperoleh dari emisi efek wajib dilaporkan kepada Bapepam sehingga calon emiten harus bertindak jujur. Penggunaan dana juga akan dicantumkan dalam laporan keuangan yang telah diaudit, sehingga masyarakat investor penyimpangan, akan organisasi mengetahuinya masyarakat dan apabila investor terjadi akan mempertanyakannya. Apabila calon emiten mengalami kesulitan menghitung dana yang dibutuhkan maka mereka dapat meminta bantuan jasa financial advicer, kantor konsultan manajemen keuangan, atau konsultan go public. b) Kesiapan mental personel Personel dari semua lapisan manajemen harus siap secara mental menghadapi perubahan atau kejadian yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Sebelum go public perusahaan tidak pernah dikritik oleh wartawan tetapi setelah go public kritikan tajam dapat saja muncul dalam berita surat kabar. Banyak kewajiban yang harus dilaksanakan oleh emiten setelah perusahaan go public, seperti kewajiban melaporkan secara rutin dan insidentil atas suatu peristiwa penting yang apabila tidak dilaksanakan emiten akan terkena sanksi denda atau sanksi pidana. c) Perbaikan organisasi Organisasi perusahaan yang ada sebelum go public harus disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di pasar modal. Misalnya kewajiban mengelola perusahaan secara baik atau disebut good corporate governance yang tercermin dari kewajiban mengangkat komisaris independen, kewajiban membentuk komite audit, dan 17 kewajiban mengangkat corporate secretary. Prosedur pengangkatan komisaris independen dan corporate secretary sera kualifikasi persyaraan personel telah diatur oleh Bapepam atau bursa efek, demikian juga dengan pembentukan komite audit. Komisaris independen adalah anggota komisaris yang tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan anggota komisaris lainnya, anggota dewan direksi dan pemegang saham pengendali. Komisaris independen berjumlah proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh non pemegang saham pengendali. Ketentuannya adalah jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya harus 30 persen dari seluruh anggota komisaris. Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam mengelola perusahaan tercatat. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang, dimana seorang diantaranya merupakan komisaris independen tercatat yang merangkap sekaligus menjadi ketua komite audit, sedangkan dua anggota lain merupakan pihak eksternal yang independen dan salah satu diantaranya harus memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan atau keuangan. Sedangkan Sekertaris perusahaan adalah direktur atau pejabat perusahaan tercatat yang melaksanakan fungsi sekertaris sesuai dengan tercantum dalam peraturan Bapepam nomor IX.I.4 tentang pembentukan sekertaris perusahaan. d) Perbaikan sistem informasi Perbaikan sistem meliputi keberadaan sistem akuntansi keuangan yang mengacu pada Standard Akuntansi Keuangan dan Ikatan Akuntan Indonesia, sistem laporan tahunan yang memasukan standard tambahan dari bursa efek seperti hasil kerja dari komite audit dan sistem akuntansi manajemen yang dapat menghitung laba ekonomis yang akan digunakan sebagai dasar menentukan jumlah dividen tunai yang harus dibagikan. 18 e) Perbaikan aspek hukum Pada umumnya emiten berasal dari perusahaan keluarga walaupun berbadan hukum perseroan terbatas. Perusahaan keluarga semacam ini desebut dengan perseroan terbatas tertutup. Go public berarti perseroan tertutup tersebut harus berubah menjadi perusahaan terbuka. Dalam perseroan terbuka tersebut tersangkut kepentingan masyarakat umum yang harus dilindungi maka status kepemilikan asset tetap harus jelas. Sebelum go public perusahaan harus mengubah kepemilikan asset dari atas nama keluarga menjadi atas nama perusahaan. f) Perbaikan struktur permodalan g) Persiapan dokumen Sebelum persiapan menuju go public dimulai, yaitu penunjukan lembaga penunjang dan lembaga profesi, semua dokumen yang dibutuhkan oleh lembaga tersebut harus disediakan. Pihak yang terlibat dalam proses go public ini adalah: penjamin emisi, akuntan publik, notaris konsultan hukum dan perusahaan penilai serta pihak yang berkompeten lainnya. Dokumen yang dibutuhkan antara lain: laporan keuangan yang telah diaudit, proyeksi laporan keuangan, bukti kepemilikan aktivatetap dan aktiva bergerak, anggaran dasar perseroan, perjanjian notariil atau yang di bawah tangan, polis asuransi, peraturan perusahaan, pajak-pajak, perkara pengadilan dan lainnya. Sementara dokumen riil yang dibutuhkan tercantum dalam peraturan pencatatan bursa efek yang selalu diperbaharui. 2) Persiapan Menuju Go public Persiapan menuju go public meliputi penunjukkan lembaga penunjang dan lembaga profesi, uji tuntas (due diligence) dengan penjamin pelaksana emisi/profesi, pernyataan pendaftaran ke Bapepam, dan Public expose. a) Penunjukan lembaga penunjang dan lembaga profesi Setelah rencana go public diselesaikan maka calon emiten akan menunjuk perusahaan penjamin emisi efek, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai yang terdaftar di Bapepam. Emiten akan melakukan pembicaraan dengan setiap lembaga profesi dan 19 pembicaraan tersebut akan menghasilkan kelengkapan dokumen yang dibutuhkan dalam proses berikutnya. Penjamin emisi akan bertidak sebagai coordinator dalam kegiatan menentukan komitmen sesuai kondisi pasar, rapat-rapat teknis, pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, public expose, persiapan prospectus dan penawaran resmi. Calon emiten tidak dapat menjual sendiri sahamnya kepada masyarakat secara langsung tetapi diserahkan kepada penjamin emisi. b) Due Diligence Meeting Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kekuatan pasar, emiten memerlukan due diligence meeting yang dikoordinasikan oleh underwriter, yaitu pertemuan antara emiten, underwriter, dan lembaga profesi lainnya di satu sisi dengan para pialang dan para analis keuangan serta investor kelembagaan di sisi lainnya. Pada kesempatan tersebut pialang akan menanyakan keadaan keuangan perusahaan dan prospek serta tujuan penggunaan dana hasil emisi tersebut. Calon emiten harus hati-hati dalam menjelaskan prospek perusahaannya karena para investor dapat mengklaim apabila terjadi perbedaan negatif yang besar pada saat realisasinya. c) Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam Pernyataan pendaftaran adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada Bapepam oleh emiten dalam rangka penawaran umum atau perusahaan publik. Emiten mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, kemudian menunggu tanggapan dari Bapepam. Apabila Bapepam meminta data tambahan, emiten wajib memenuhinya. Bapepam akan mengeluarkan pernyataan efektif atas pernyataan pendaftaran setelah emiten memenuhi permintaan data tambahan tersebut. Apabila dalam waktu tertentu, misalnya 45 hari setelah tanggal pernyataan pendaftaran diajukan atau setelah tanggal penyerahan data tambahan dimaksud berlalu dan Bapepam belum memberikan pernyataan efektif, berarti pernyataan efektif tersebut berlaku secara otomatis. 20 d) Public Expose dan Road Show Setelah pernyataan efektif berlaku, sering kali diadakan persiapan untuk melakukan public expose dan road show. Public expose dan road show bukan merupakan suatu kewajiban formal, tetapi merupakan upaya sendiri oleh emiten yang menjual saham dengan nilai kapitalisasi sangat besar sehingga perlu mengundang calon investor. Agar calon investor memenuhi undangan mereka, calon emiten akan memberikan hadiah sebelum memasuki ruangan. 3) Pelaksanaan Go Public Kegiatan pelaksanaan go public meliputi: a) Penyerahan dokumen ke Bapepam b) Tanggapan Bapepam c) Perbaikan dokumen pernyataan pendaftaran d) Mini expose di Bapepam e) Penentuan harga perdana f) Sindikasi dan perjanjian penjaminan emisi 4) Penawaran Umum Penawaran umum atau sering pula disebut Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut: a) Periode pasar perdana yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk b) Penjatahan saham yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia c) Pencatatan efek di bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa. Proses Penawaran Umum saham dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan berikut: 21 a) Tahap Persiapan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum. Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu: i) Penjamin emisi (underwriter), merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan penjamin emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan. ii) Akuntan publik (Auditor Independen), bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. iii) Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut; iv) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). v) Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen rapat. b) Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada BAPEPAM-LK hingga BAPEPAM-LK menyatakan pernyataan pendaftaran menjadi efektif. c) Tahap Penawaran Saham Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu ini emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa Penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja. 22 d) Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. e) Kewajiban Emiten setelah Go Public Pemilik lama perusahaan sebagai pemegang saham sendiri pada awal setelah go public masih menjadi mayoritas. Dengan berjalannya waktu pemegang saham pendiri akan melepaskan lebih banyak sahamnya kepada masyarakat umum. Walaupun masyarakat merupakan pemegang saham minoritas, kepentingannya harus dijaga oleh pemegang saham mayoritas. Pemegang saham mayoritas harus menjaga kepercayaan yang sudah diberikan oleh pemegang saham minoritas dengan cara: i) Tidak melakukan tindakan yang menjatuhkan harga saham di pasar ii) Selalu member informasi secepat mungkin kepada investor. iii) Tidak melakukan penipuan harga dalam transaksi internal yang mengandung conflict of interest iv) Menyampaikan laporan keuangan yang sudah diaudit (short form report) langsung ke alamat pemegang saham v) Menyampaikan laporan berkala yang sudah diwajibkan oleh Bapepam/Bursa vi) Menyampaikan laporan insidentil atas suatu peristiwa yang terjadi dan dapat mempengaruhi harga saham di pasar. 23 Efektif PP Pengumuman PR Laporan Keuangan Perubahan / Keterangan Tambahan PR Pencatatan & Laporan Penjatahan ke BAPEPAM Penjatahan Refund & Distribusi Efek Masa Penawaran Umum Red Herring ≤ 2 HK ≤ 2 HK ≤ 2 HK ≥ 3 HK ≤ 3 HK ≤ 5 HK 180 Hari ≤ 15 Hari Keterangan: HK PP PR = Hari Kerja = Pernyataan Pendaftaran = Prospektus Ringkas Gambar 1. Jadwal Penawaran Umum sesuai dengan Peraturan BAPEPAM No.IX.A.2 Sumber: Panduan Go Public Bursa Efek Jakarta (2007) 3.1.3 Manfaat dan konsekuensi Go Public Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh otoritas Bursa Efek Indonesia, dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan, di antaranya: 1) Memperoleh Sumber Pendanaan Baru Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik kendala pendanaan tersebut akan lebih mudah diselesaikan, yaitu: a) Perolehan dana melalui hasil penjualan saham kepada publik. Dengan cara ini, perusahaan dapat memperoleh dana dalam jumlah yang besar dan diterima sekaligus dengan cost of fund yang relatif lebih kecil dibandingkan perolehan dana melalui perbankan. Selain itu di masa mendatang, dengan telah menjadi perusahaan publik, perusahaan juga dapat melakukan secondary offering, tanpa batas. b) Mempermudah akses kepada perbankan. Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, kalangan perbankan 24 akan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan. Hal tersebut tidak berlebihan mengingat setiap saat perbankan dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi yang diumumkan perusahaan melalui Bursa. Dengan kondisi demikian, tidak hanya proses pemberian pinjaman baru akan lebih mudah dibandingkan pemberian pinjaman kepada perusahaan yang belum dikenal, namun tingkat bunga yang dikenakan juga mungkin akan lebih rendah mengingat credit risk perusahaan terbuka relatif lebih kecil dibandingkan credit risk pada perusahaan tertutup; c) Mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui penerbitan surat hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Umumnya pembeli surat hutang tentunya akan lebih menyukai jika perusahaan yang menerbitkan surat hutang tersebut sudah menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik, citra dan nama perusahaan dengan status Tbk (Terbuka) akan lebih dikenal di komunitas keuangan. Kondisi demikian umumnya tidak hanya akan sangat membantu mempermudah penerbitan surat hutang, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk menerbitkan surat hutang dengan tingkat bunga yang lebih bersaing karena tingkat kepercayaan pasar terhadap bond issuer yang sudah go public lebih tinggi dibandingkan bond issuer yang belum go public. 2) Memberikan Competitive Advantage untuk Pengembangan Usaha Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang, yaitu antara lain: a) Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesempatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pembeli (buyer) untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, hubungan yang akan terjadi tidak hanya sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih 25 tinggi untuk turut serta membantu pengembangan perusahaan di masa depan b) Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat selalu meningkatkan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal pelayanan kepada pelanggan ataupun kepada para stakeholders lainnya, sistem pelaporan, dan aspek pengawasan. Dengan demikian akan tercipta suatu kondisi yang senantiasa memacu perusahaan dan seluruh karyawannya untuk dapat selalu memberikan hasil yang terbaik kepada para stakeholdersnya. Bila kondisi ini tercapai, maka perusahaan dari waktu ke waktu akan menjadi lebih baik dalam menyajikan produknya sehingga akan membuka peluang untuk pengembangan operasi selanjutnya. Banyak perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dalam waktu yang sangat panjang dengan menjadi perusahaan publik. 3) Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan pembiyaan melalui penerbitan saham baru. Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di bursa memiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersebut. 4) Peningkatan Kemampuan Going Concern Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di antara para pemegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan di bidang usahanya. 26 5) Meningkatkan Citra Perusahaan Dengan go public suatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak perusahaan yang berskala kecil menengah karena dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara dengan banyak perusahaan besar yang telah memiliki skala bisnis yang besar dan pengalaman historis yang lama. 6) Meningkatkan Nilai Perusahaan Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Konsekuensi yang dihadapi perusahaan yang go public diantaranya: 1) Berbagi Kepemilikan Hal ini dapat diartikan bahwa prosentase kepemilikan akan berkurang. Banyak perusahaan yang hendak go public merasa enggan karena khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual kepada publik melalui proses Penawaran Umum (Initial Public Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat mempertahankan kendali perusahaan. 2) Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena cukup banyak pihak profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membantu. 27 3.1.4 Kinerja Keuangan Menurut Syamsuddin (2004), terdapat beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Data pokok sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan rugi-laba dan neraca perusahaan. Kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Rasio keuangan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu 1) Rasio likuiditas dan aktivitas, Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenan dengan keadaan seluruh keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Terdapat tiga cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas diantaranya: a) Net working capital, cara ini digunakan untuk menghitung kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. b) Current ratio, cara ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. c) Acid test ratio, cara ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang lebih likuid. 2) Utang Jumlah utang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Modal pinjaman dapat berupa utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Pada umumnya perusahaan memiliki pinjaman jangka panjang yang lebih besar dibandingkan dengan pinjaman jangka pendek. Pengukuran tingkat utang didasarkan pada 28 data yang berasal dari neraca perusahaan. Rasio yang digunakan pada pengukuran ini yaitu, a) Debt ratio, cara ini digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. b) The debt equity ratio, cara ini digunakan untuk menghitung perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. c) The debt to total capitalization, cara ini digunakan untuk mengukur beberapa bagian utang jangka panjang yang terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan. 3) Profitabilitas Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan di mana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Rasio yang digunakan pada pengukuran ini yaitu, a) Gross profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan tingkat laba kotor dengan volume penjualan. b) Operating profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan tingkat laba operasi dengan volume penjualan. c) Net profit margin, cara ini digunakan untuk membandingkan laba bersih sesudah pajak dengan volume penjualan. d) Total assets turn over, cara ini digunakan untuk mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan volume penjualan. e) Return on investment/assets, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. f) Return on equity, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. g) Return on common stock, cara ini digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bagi pemegang saham biasa. 29 h) Earning per share, cara ini digunakan untuk mengukur jumlah pendapatan per lembar saham biasa. i) Dividend per share, cara ini digunakan untuk menghitung jumlah pendapatan yang dibagikan (dalam bentuk dividen) untuk setiap lembar saham biasa. j) Book value per share, cara ini digunakan untuk menghitung nilai atau harga buku saham biasa yang beredar. Langkah awal dan yang terpenting agar mendapatkan saham yang menguntungkan adalah mengetahui kinerja perusahaan. Dengan mengetahui kinerja perusahaan penerbit saham (emiten) dapat dianalisa kemampuan emiten memberikan pendapatan bagi pemegang sahamnya. Salah satu cara popular untuk mengetahui kinerja emiten adalah menganalisa rasio keuangan (Sulistyastuti, 2002). Menurut Samsul (2006) rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitbilitas. Apabila ingin menetahui kekuatan manajemen maka rasio likuiditas (Cash Ratio, Acid Test Ratio, dan Current Ratio), rasio aktivitas (Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan) dan rasio solvabilitas (Debt to Equity, Long term Debt to Equity, dan Debt to Total Assets) harus dianalisis sedangkan jika ingin menilai kinerja perusahaan maka rasio profitabilitas (Return on Equity, Return on Assets, dan Return on Investment) harus diperhatikan. Selain menganalisis rasio keuangan, pengukuran kinerja saham juga dapat dianalisis melalui beberapa metode sesuai dengan keperluan analisis seperti Earning per Share (EPS), dividend yield, Price Earning Ratio dan Dividend Discount Model. EPS merupakan metode pengukuran kinerja saham yang paling sederhana. EPS menceminkan pendapatan per lembar saham yang diperoleh dari laba bersih setelah pajak dibagi jumlah saham yang diterbitkan (Sulistyastuti, 2002). 3.1.5 Bursa Efek Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh otoritas Bursa Efek Indonesia, Bursa efek adalah pihak ynag menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek. Bursa efek sebenarnya sama dengan pasar-pasar lainnya yaitu tempat dimana bertemunya 30 penjual dan pembeli. Hanya saja, di bursa efek yang diperdagangkan adalah efekefek (surat berharga). Pemegang saham dari bursa efek adalah para pialang (broker) anggota bursa efek bersangkutan yang telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek. Bursa efek memiliki peran yaitu: 1) Menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator) 2) Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa 3) Mengupayakan likuiditas instrument 4) Mencegah praktik-praktik yang dilarang di bursa (kolusi, pembetukan harga yang tidak wajar, insider trading, dsb) 5) Meyebarluaskan informasi bursa (transparansi) 6) Menciptakan instrumen dan jasa baru Selain memiliki peran, bursa efek juga memiliki kewajiban yaitu: 1) Menyerahkan laporan kegiatannya kepada BAPEPAM-LK 2) Menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan, perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian transaksi bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan bursa 3) Memiliki satuan pemeriksa 3.1.6 Pengertian Saham Investasi yang paling banyak dikenal dan dipilih oleh para investor karena memberikan banyak keuntungan adalah saham. Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemegang saham memiliki hak pengakuan untuk memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan sesuai dengan proporsi modal yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut (Puspopranoto, 2004). Menurut buku Panduan Go Public yang di terbitkan pada tahun 2007 oleh otoritas Bursa Efek Indonesia, terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham antara lain: 1) Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Dividen tersebut diberikan perusahaan setelah tercapai persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Pemodal harus memegang saham dalam kurun waktu yang relatif lama hingga pemegang saham tersebut diakui sebagai pemegang saham yang 31 berhak mendapatkan dividen. Dividen yang diterima pemegang saham dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai diberikan kepada setiap pemegang saham berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Sedangkan dividen saham diberikan kepada setiap pemegang saham dalam bentuk sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2) Capital Gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual. Perusahaan memperoleh capital gain pada saat harga jual lebih tinggi dari pada harga beli. Capital gain tersebut terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Selain menguntungkan, saham sebagai instrument investasi juga memiliki risiko, antara lain: 1) Capital Loss, yaitu kebalikan dari capital gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual. Capital loss terjadi pada kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. 2) Risiko Likuidasi, terjadi pada saat perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut atau perusahaan tersebut dibubarkan. Hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi. Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Risiko yang terberat terjadi jika tidak terdapat kekayaan perusahaan, pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Menurut Puspopranoto (2004), para pemegang saham mempunyai hak untuk memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan sesuai dengan besar modal yang ditanamkan pada perusahaan. Saham dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) Saham biasa, merupakan pengakuan kepemilikan dasar atas suatu perusahaan. Pemegang saham memiliki satu suara per satu saham dalam penentuan suatu keputusan yang penting seperti perubahan anggaran dasar dan pemilihan dewan direktur. Pembayaran keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham disebut dividen. Dividen saham biasa tidak dijamin dan sebuah 32 perusahaan tidak menjadi default (ingkat janji) jika tidak ada pembayaran dividen. Dividen terkena pajak dua kali, sekali ketika perusahaan membayar pajak penghasilan dan yang kedua ketika investor membayar pajak pribadi. 2) Saham preferen, merupakan pengakuan kepemilikan dasar atas suatu perusahaan dengan ciri-ciri dividen tunai dijamin, dividen tidak meningkat jika keuntungan perusahaan meningkat, pemegang saham preferen memperoleh prioritas pertama dalam pembagian dividen sebelum dividen dibagikan kepada para pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara dalam operasi perusahaan kecuali perusahaan menunggak dalam pembayaran dividen. Saham preferen kebanyakan bersifat kumulatif dengan tuntutan bahwa jika ada dividen yang tidak terbayar maka dividen tersebut harus dibayarkan terlebih dahulu sebelum dividen untuk saham biasa dibayarkan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi berbagai instrumen keuangan jangka panjang, salah satu bentuknya yaitu saham. Pasar modal dapat menjadi sumber pendanaan alternatif bagi perusahaan agribisnis. Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik sehingga banyak perusahaan tidak terkecuali perusahaan pada sektor agribisnis yang memanfaatkan pasar modal. Perusahaan agribisnis yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan alternatif tersebut tersebar pada tiga sub sistem yaitu perusahaan sektor agribisnis sub sistem hulu, on farm, dan hilir. Bursa Efek Indonesia merupakan tempat berlangsungnya transaksi antara perusahaan dan calon investor. Perusahaan agribisnis yang akan bergabung ke dalam pasar modal harus go public terlebih dahulu dan menjual saham perusahaan kepada masyarakat (investor) melalui proses initial public offering. Perusahaan yang akan melakukan initial public offering menetapkan harga saham perdana tersebut berdasarkan kesepakatan dengan pihak penjamin emisi (underwriter). Selain bertindak sebagai penentu harga underwriter juga berperan dalam menjual saham perusahaan kepada investor. Permasalahan yang sering dialami oleh sebagian perusahan tidak terkecuali perusahaan agribisnis pada saat melakukan initial public offering yaitu turunnya harga saham di pasar perdana. Hal tersebut dapat mengakibatkan 33 perusahaan tidak memperoleh dana yang maksimal sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan. Tahap pertama dari penelitian ini adalah dengan menganalisis indikator yang dapat mempengaruhi initial return dari perusahaan agribisnis pada saat initial public offering. Indikator-indikator tersebut diantaranya reputasi penjamin emisi (underwriter), umur perusahaan, ukuran perusahaan, debt to assets ratio, debt to equity ratio, return on asset, return on equity dan offering public. Indikator tersebut merupakan ukuran yang dijadikan acuan untuk mengetahui kinerja initial public offering suatu perusahaan. Indikator tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para calon investor sebelum membeli saham suatu perusahaan yang akan melakukan initial public offering. Tahap kedua adalah dengan menghitung dan menganalisis initial return dari perusahaan agribisnis (sub sistem hulu, on farm dan hilir) yang melakukan initial public offering. Initial return merupakan return awal pada saat perusahaan melakukan initial public offering. Initial return tersebut dapat menjadi tolak ukur dalam melihat kinerja dari harga initial public offering perusahaan. Initial return diperoleh dari selisih harga penutupan hari pertama initial public offering dengan harga penawaran perdananya. Tingginya nilai initial return dari suatu perusahaan menunjukan perusahaan tersebut mampu memperoleh keuntungan pada hari pertama penawaran perdana. Apabila initial return dari perusahaan bernilai kecil dan negatif menunjukan turunnya harga penawaran perdana perusahaan yang berakibat perusahaan mengalami kerugian. Tahap terakhir adalah menentukan indikator yang menentukan kinerja initial public offering perusahaan agribisnis. Analisis data yang digunakan yaitu dengan cara mendeskripsikan gambaran tentang kinerja perusahaan agribisnis sebelum perusahaan-perusahaan tersebut melakukan initial public offering selama tiga tahun. Selain itu, memberikan rekomendasi kepada perusahaan agribisnis yang akan melakukan initial public offering. Secara ringkas kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. 34 Pasar modal menjadi sumber pendanaan alternatif bagi perusahaan agribisnis Pasar modal di Indonesia memiliki prospek yang sangat baik sehingga banyak perusahaan termasuk perusahaan pada sektor agribisnis yang go public dan mencatat nama perusahaan di Bursa Efek Indonesia Perusahaan sektor agribisnis Sub Sistem Hulu ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· Perusahaan sektor agribisnis Sub Sistem on farm Perusahaan sektor agribisnis Sub Sistem Hilir Reputasi penjamin emisi (underwriter) Umur perusahaan Ukuran perusahaan Debt to Assets Ratio (DAR) Debt to Equity Ratio (DER) Return on Asset (ROA) Return on Equity (ROE) Offering Public Initial Public Offering Kinerja perusahaan sektor agribisnis pada saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia Rekomendasi untuk calon investor dan perusahaan agribisnis yang akan Initial Public Offering Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian 35 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jalan Jenderal Soedirman Kav. 52-53 Jakarta. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan BEI merupakan lembaga resmi yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dalam bertransaksi antara investor dan emiten secara langsung atau melalui perantara. Penelitian ini dilakukan selama bulan September sampai dengan bulan Desember 2010. 4.2 Data dan Instrumentasi Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder khusus untuk perusahaan sektor agribisnis. Data penelitian ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia di Jakarta dengan periode tahun 2000 hingga 2008. Data yang digunakan berupa: 1) Data penawaran perdana, harga saham pembukaan dan penutupan pada saat emiten agribisnis melakukan initial public offering tahun 2000 hingga 2008. 2) Laporan keuangan perusahaan sektor agribisnis selama tiga tahun sebelum melakukan initial public offering. 3) Laporan keuangan perusahaan sektor agribisnis setelah melakukan initial public offering 4) Data perusahaan penjamin emisi (underwriter) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4.3 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode sensus. Penarikan sampel dalam penelitian ini dipilih secara sengaja dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya: 1) Perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering pada periode tahun 2000 hingga 2008. 2) Perusahaan agribisnis yang melakukan penghapusan pencatatan (delisting) di bursa efek tidak dimasukan kedalam sampel. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2000 hingga 2008. Pada periode tersebut, perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering sebanyak 11 perusahaan (Tabel 4). Tabel 4. Daftar Emiten Agribisnis yang Initial Public Offering pada tahun 2000-2008 No Kode Emiten Nama Perusahaan Tanggal IPO 1 BISI Bisi International Tbk 28 Mei 2007 2 MAIN Malindo Feedmill Tbk 10 Februari 2006 3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk 14 Mei 2004 4 GZCO Gozco Plantations Tbk 15 Mei 2008 5 SGRO Sampoerna Agro Tbk 18 Juni 2007 6 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk 14 Februari 2000 7 CPRO Central Proteinaprima Tbk 28 Nopember 2006 8 ATPK Anugerah Tambak Perkasindo Tbk 17 April 2001 9 DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk 24 Maret 2000 10 FISH FKS Multi Agro Tbk 18 Januari 2002 11 WAPO Wahana Phonix Mandiri Tbk 22 Juni 2001 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 4.4 Analisis Data Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja initial public offering perusahaan agribisnis yaitu, 1) Initial return Initial return merupakan persentase keuntungan saham dari selisih harga penawaran perdana dengan harga penutupan pada hari pertama initial public offering (Durukan, 2002). 2) Reputasi Penjamin Emisi (underwriter) Reputasi underwriter, diukur dengan memberi nilai 1 untuk penjamin emisi yang masuk ke dalam top 10 dalam top 20 active brokerage houses in total frequency di Bursa Efek Indonesia. Nilai 0 untuk penjamin emisi yang tidak masuk top 10. 3) Umur perusahaan Umur perusahaan dihitung mulai perusahaan didirikan berdasarkan akte pendirian perusahaan sampai perusahaan melakukan initial public offering. 37 4) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aktiva perusahaan. Semakin besar total total aktiva perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan. 5) Debt to Assets Ratio (DAR) Debt to Assets Ratio merupakan pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang bersal dari kreditor (Samsul, 2006). 6) Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan pengukuran yang menghitung perbandingan antara utang perusahaan dengan modal sendiri (Samsul, 2006). 7) Return on Asset (ROA) Return on Asset merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang tertanam di perusahaan. Laba bersih yang digunakan adalah laba bersih setelah bunga dan pajak (Syamsuddin, 2004). 8) Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan pengukuran laba bersih perusahaan setelah bunga dan pajak atas modal yang diinvestasikan dalam perusahaan (Syamsuddin, 2004). 9) Offering Public Offering Public merupakan bagian saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik. Rasio tersebut diukur dari total saham yang ditawarkan perusahaan kepada publik. 38 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Pasar Modal Indonesia Secara historis, pasar modal sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal pertama tersebut diberi nama Vereniging Voor De Effecten. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Pada tahun 1914 hingga 1918 bursa efek di Batavia ditutup karena terjadi Perang Dunia I dan dibuka kembali pada tahun 1925. Pembukaan bursa efek di Batavia tersebut juga diikuti dengan pembukaan bursa efek baru di dua kota yaitu bursa efek di Semarang dan Surabaya. Bursa efek di Semarang dan Surabaya tidak bertahan lama, pada awal tahun 1939 kedua bursa efek tersebut ditutup karena adanya isu politik dan terjadinya Perang Dunia II. Perang Dunia II juga memaksa kegiatan di bursa efek Batavia ditutup kembali pada tahun 1942 hingga 1952. Setelah Perang Dunia II berakhir, pemerintah melakukan program nasionalisasi terhadap perusahaanperusahaan milik Belanda. Hal tersebut membuat bursa efek menjadi semakin tidak aktif sehingga perdagangan di bursa efek tersebut menjadi vakum dari tahun 1952 hingga 1977. Pada 10 Agustus 1977, bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa efek tersebut diberi nama Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pembukaan tersebut didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia nomor 52/1976 dan dilanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan. Kegiatan di BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal pembukaan Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Agustus ditetapkan menjadi hari ulang tahun pasar modal dan selalu diperingati setiap tahun oleh pelaku pasar modal. Pengaktifan kembali pasar modal tersebut juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Perdagangan di bursa efek sangat lesu sejak dibuka kembali pada tahun 1977 hingga 1987. Jumlah emiten pada tahun 1987 hanya mencapai 24 perusahaan. Sedikitnya jumlah emiten pada saat itu disebabkan oleh penentuan harga perdana harus mendapat persetujuan dari Bapepam, calon emiten harus untung dan membagi dividen selama lima tahun berturut-turut, fluktuasi harga saham dibatasi empat persen per hari, bunga deposito dibebaskan dari pajak dan investor asing tidak diperbolehkan melakukan investasi di pasar modal. Pada tahun 1987 aktivitas perdagangan di bursa efek mulai meningkat. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Selain itu, pada 1988 paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan dan pintu BEJ sudah terbuka untuk asing. Setahun kemudian, pada 1989 pemerintah membuka Bursa Paralel Indonesia. Bursa tersebut merupakan bursa yang ditujukan untuk perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk terdaftar di bursa utama. Pada tahun yang sama Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta mengalami swastanisasi pada 13 Juli 1992. Tanggal tersebut juga dijadikan sebagai hari ulang tahun Bursa Efek Jakarta. Selain itu, Bapepam juga berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Peningkatan aktivitas transaksi perdagangan membuat pengelola Bursa Efek Jakarta membuat suatu sistem otomasi perdagangan. Sistem otomasi tersebut beroperasi pada 22 Mei 1995 dan diberi nama sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). Pada tahun yang sama Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. Untuk memudahkan transaksi perdagangan BEJ mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) di tahun 2002. Pada tahun 2007 dibuat suatu kebijakan dengan melakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penggabungan tersebut merubah nama kedua bursa efek tersebut menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga lebih mengefektifkan aktivitas perdagangan. Penggabungan tersebut menghasilkan banyak inovasi baru untuk melakukan aktivitas perdagangan. 5.2 Instrumen di Pasar Modal Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek. Efek yang berupa surat berharga tersebut berupa saham, obligasi, derivatif dan reksadana. 40 1) Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham. 2) Obligasi Obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas tiga tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 atau 6 bulan sekali. Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima kupon dan pokok obligasi. Surat Utang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari : a) Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional termasuk BUMN dan BUMD. b) Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). c) Sukuk Korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan Bapepam&LK Np. IX.A.13 tentang Efek Syariah. Pendapatan Sukuk Korporasi berdasrkan Akadakad yang tertuang dalam ketentuan Bapepam&LK tentang Akad-akad Efek Syariah. d) Surat Berharga Syariah Negara/SBSN atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah 41 Islam sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). e) Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan Underlying Aset sebagai dasar penerbitan. 3) Reksa dana Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. terdapat tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, adanya dana dari masyarakat pemodal, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. 4) Derivatif Efek derivatif merupakan efek turunan dari efek utama baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari efek utama maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain tersebut disebut sebagai underlying assets. Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara dua atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual 42 dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada dispot market. Derivatif yang terdapat di Bursa Efek Indonesia adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya. Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka miliki. 5.3 Sektor Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dibagi kedalam sembilan sektor. Sembilan sektor tersebut diantaranya pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, industri barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan dan perdagangan. Sektor-sektor tersebut kembali dibagi menjadi ke dalam beberapa sub sektor. Perusahaan-perusahaan akan ditempatkan secara khusus di sebuah sub sektor yang disesuaikan dengan bidang usaha yang dijalankanya. 5.4 Profil Perusahaan Agribisnis 5.4.1 PT Bisi International Tbk PT BISI International Tbk yang didirikan pada tahun 1983, merupakan perusahaan penghasil benih hibrida terbesar di Indonesia untuk komoditas jagung, padi, buah-buahan serta sayuran, sekaligus salah satu penghasil utama pestisida di Indonesia serta pemasar berbagai jenis pupuk. Kantor pusat Perseroan berada di Sidoarjo, Jawa Timur. Sementara pusat pengolahannya berlokasi di Desa Sumber Agung, Kediri, Jawa Timur. Pada 1 Januari 2007 PT BISI International Tbk memutuskan untuk go public di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan tersebut melakukan initial public offering dengan melepaskan 900 juta lembar saham kepada masyarakat. Setiap saham ditawar dengan harga penawaran sebesar Rp200 setiap saham. 43 5.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk PT Malindo Feedmill Tbk didirikan pada tahun 1997 dengan nama PT Gymtech Feedmill Indonesia. Perusahaan secara hukum telah berubah namanya menjadi PT Malindo Feedmill pada tahun 2000 dan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini. PT Malindo Feedmill Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras pedaging komersial, pakan ternak ayam ras petelur, dan anak ayam berusia satu hari (DOC). Perusahaan juga telah melakukan investasi di beberapa anak perusahaan yang memproduksi dan memasarkan parent stock DOC, Commercial DOC dan ayam ras pedaging. Perusahaan berkantor pusat di Duta Mas Fatmawati No.39 Jakarta. Perusahaan mempunyai pabrik pakan ternak yang berlokasi di Cakung (Jakarta Timur) dan Gresik (Jawa Timur), peternakan yang berada di Purwakarta (Jawa Barat), Wonosari-Gunung Kidul (Yogyakarta), Probolinggo dan Lumajang (Jawa Timur) serta melalui anak perusahaannya, peternakan Parent Stock (PS) yang berlokasi di Cikaum (Jawa Barat) dan Majalengka (Jawa Barat) dan peternakan ayam ras pedaging di Bandung, Bogor, Sukabumi dan Serang. Pada 10 Februari 2006 perusahaan memutuskan untuk go public dan harga saham yang ditawarkan pada saat initial public offering sebesar Rp 880 per lembar sahamnya. 5.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk didirikan pada 6 juni 2001, merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan utama perusahaan terkait dengan bioteknologi dan pertanian, kehutanan, agribisnis, peternakan, farmasi, unggas dan pengolahan telur. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berdomisili dan beroprerasi di Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki kantor pusat di Cikupa Tangerang Banten. Saat ini perusahaan tersebut mempekerjakan sekitar 315 pekerja. Pada 14 Mei 2004, perusahaan tersebut memutuskan go public dan membuka penawaran perdana sebesar Rp 125 per lembar saham. 5.4.4 PT Gozco Plantations Tbk PT Gozco Plantations Tbk adalah produsen kelapa sawit yang berbasis di Indonesia. Perusahaan tersebut berdiri pada 10 Agustus 2001. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang perdagangan dan pengolahan inti sawit, minyak kelapa dan 44 minyak sawit mentah. Perusahaan memiliki anak perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit seperti PT Suryabumi Agrolanggeng, PT Golden Blossom Sumatera, PT Cahya Vidi Abadi, PT Pemdas Agro Citra Buana, PT Mulia Agro Persada, PT Pemdas Agroasia Makmur Lestari, PT Telaga Sari Persada, PT Perkebunan Siberut Wahana Golden, Siberut Pratama Perkebunan PT Golden, PT Mentawai Siberut Golden Plantation, PT Perkebunan Golden Mentawai Pratama dan PT Mulia Agrotama Lintas. Perusahaan memiliki beberapa area perkebunan. Perkebunan tersebut berlokasi di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hingga 31 Desember 2009, perusahaan telah memiliki total 27.085 ha lahan yang ditanami. Untuk mengembangkan perusahaan, PT Gozco Plantations Tbk melakukan go public dan secara resmi perusahaan tersebut mulai mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia pada 15 Mei 2008 dengan harga saham penawaran perdana sebesar Rp 225 per lembar saham. 5.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk PT Sampoerna Agro Tbk berdiri pada 7 Juni 1993. Perusahaan tersebut awalnya menjalankan perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera Selatan. Saat ini, PT Sampoerna Agro Tbk bersama dengan anak-anak perusahaannya adalah salah satu produsen terbesar kelapa sawit dan inti sawit di Indonesia. Perseroan juga merupakan satu dari sedikit produsen kecambah kelapa sawit yang menerima izin dari Menteri Pertanian Republik Indonesia untuk memproduksi dan menjual kecambah kelapa sawit kepada pihak ketiga. Untuk pengembangan usaha, perusahaan tersebut memutuskan untuk go public di pasar modal. Perusahaan tersebut secara resmi mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia pada 18 Juni 2007 dengan harga penawaran perdana sebesar Rp 2.340 per lembar saham. Pada tanggal 31 Desember 2009, kebun inti dan plasma Perseroan yang berada di wilayah Sumatera sebesar 57.547 ha tanaman menghasilkan dan 17.196 ha tanaman belum menghasilkan. Sedangkan perkebunan Perseroan di wilayah Kalimantan termasuk kebun dengan pola kemitraan, terdiri dari sekitar 12.604 ha tanaman menghasilkan dan 7.320 ha tanaman belum menghasilkan. Dalam kata lain, Perseroan mengelola kebun inti sekitar 50.768 ha sementara kebun plasma dan kemitraan sekitar 43.898 ha. Perseroan memiliki sekitar 112.481 ha Hak Guna 45 Usaha dan 109.363 ha izin lokasi untuk dikembangkan. Perseroan memiliki lima Pabrik Kelapa Sawit (PKS), empat diantaranya berlokasi di Sumatera dan satu berada di Kalimantan. PKS di Sumatera memiliki kapasitas produksi 320 ton tandan buah segar (TBS) per jam, sedangkan PKS di Kalimantan memiliki kapasitas produksi 75 ton TBS per jam. Satu PKS tambahan berkapasitas 60 ton TBS per jam yang berlokasi di Sumatera akan memulai operasi pada paruh pertama tahun 2010. 5.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk adalah sebuah perusahaan yang berkedudukan di Indonesia. Perusahaan tersebut berdiri pada 22 Desember 1973 dan mulai bergabung di Bursa Efek Indonesia pada 14 Februari 2000 dengan harga penawaran perdana sebesar Rp 2.200 per lembar saham. Perusahaan tersebut memiliki bidang usaha dalam pembuatan dan distribusi produk konsumen berbasis pertanian. Perusahaan ini menawarkan minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan sabun. Produk-produknya dipasarkan baik di pasar domestik dan internasional. Perusahaan juga bergerak di bidang perkebunan dan bisnis real estate. Perusahaan tersebut mengoperasikan tiga perkebunan, bank tanah lebih dari 50.000 ha di Lampung, 30.000 ha di Palembang, dan 10.000 ha di Pontianak. Lahan tersebut digunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Pada tanggal 31 Desember 2009, perusahaan telah memiliki beberapa anak perusahaan perseroan seperti PT Bumi Sentosa Abadi, PT Bangun Nusa Indah Lampung, PT Budi Dwiyasa Perkasa, PT Adikarya Gemilang, PT Bangun Tatalampung Asri, PT Budinusa Ciptawahana, PT Agro Bumi Mas, PT Mulya Mandra Mukti, PT Bumi Perkasa Gemilang dan PT Abadi Mulia Sentosa. 5.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk PT Central Proteinaprima Tbk didirikan pada tahun 1980 dan merupakan salah satu produsen dan pengolah udang terintegrasi terbesar di dunia. Perusahaan tersebut merupakan pemimpin pasar Indonesia dalam produksi benur, pakan udang dan pakan ikan. Produk yang dihasilkan meliputi udang beku, pakan udang, benur dan probiotik. Perusahaan tersebut memiliki lebih dari 70.000 ha lahan tambak udang dan dibudidayakan di tiga lokasi yaitu PT Centralpertiwi Bahari, 46 PT Aruna Wijaya Sakti, dan PT Wachyuni Mandira. PT Central Proteinaprima Tbk memproduksi udang bermutu tinggi dengan menjamin rekam jejak produk melalui pembudidayaan bibit udang yang bebas penyakit, memproduksi pakan udang bermutu, memanen, mengolah, menyimpan dalam cold storage, dan mengekspor produk-produk yang berkualitas. PT Central Proteinaprima Tbk bergabung di Bursa Efek Indonesia pada 28 November 2006 dengan harga penawaran perdana sebesar Rp 110 per lembar saham. 5.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk didirikan pada 12 Januari 1988 dengan bidang usaha budidaya udang. Perusahaan tersebut memiliki lokasi usaha di Deli Serdang Sumatera utara. Perseroan tersebut menerapkan sistem corp rotation dan penggunaan ikan dalam membersihkan saluran air dan kolam tambak. Sistem yang ramah lingkungan tersebut dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kuantitas hasil panen. Pada tahun 2002 hasil panen perusahaan tersebut mencapai 616 ton. PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pertama kali mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia pada 17 April 2002 dengan melakukan penawaran perdana saham dengan harga Rp 300 per lembar saham. 5.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk adalah sebuah perusahaan yang berbasis maritim di Indonesia. Perusahaan berdiri di Jakarta pada 2 Oktober 1973. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang perikanan, termasuk penangkapan, pengolahan, penjualan dan bisnis lain yang terkait dengan industri perikanan. Produk ikan yang diproduksi meliputi produk ikan kakap, malabar snapper, grouper, kaisar, baramundi, kingfish, tuna, ikan parrot, golden threadfin, red mullet dan silver jobfish. Perusahaan tersebut mengoperasikan fasilitas produksi di Jakarta dan memiliki dua cabang di Kendari dan Kupang, Indonesia. Pada 24 Maret 2000, perusahaan mencatatkan nama di Bursa Efek Indonesia dengan menawarkan saham perdana sebesar Rp 900 per lembar saham. 47 5.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk PT FKS Multi Agro Tbk adalah sebuah perusahaan yang berbasis maritim Indonesia. Perusahaan berdiri pada 27 Juni 1992 dan memulai operasi komersialnya pada tahun 1993. Perusahaan tersebut beraktivitas pada bidang perikanan industri, yang meliputi tepung ikan, minyak ikan, dan ikan beku; makan protein hewani, yang mencakup makan bulu, unggas tepung daging dan tepung daging dan tulang; makan minyak biji, yang meliputi bungkil kedelai, tepung perkosaan benih dan tanah makan kacang, dan jagung dan produk, termasuk jagung dan tepung jagung gluten. Hasil produksi perusahaan dijual ke pasar domestik dan internasional, termasuk negara-negara Asia lainnya. Perusahaan mengoperasikan fasilitas produksi di Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Kapasitas pengolahan ikan mentah pada pabrik tersebut mencapai 500 ton metrik per hari. PT FKS Multi Agro Tbk listing di Bursa Efek Indonesia pada 18 Januari 2002 dengan penawarkan saham perdana seharga Rp 125 per lembar saham. 5.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk PT Wahana Phonix Mandiri Tbk adalah perusahaan Indonesia yang berbasis agribisnis. Perusahaan yang didirikan pada 7 Agustus 1993 tersebut bergerak dalam bidang usaha penyediaan produk-produk pertanian dan maritim, perdagangan umum dan industri transportasi. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk memiliki anak perusahaan perseroan yaitu PT Phonix Mas Persada. Perusahaan tersebut mengoperasikan fasilitas produksi di Mataram dan bergerak dalam bidang penyediaan kacang mete, rumput laut dan produk pertanian dan maritim terkait. Kapasitas produksi perusahaan tersebut sebesar 400 ton kacang mete per tahun dan 300 ton rumput laut per tahun. Hasil dari produksi dari perusahaan tersebut sebagian besar diekspor ke India, produsen kacang mete utama dunia. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk listing di Bursa Efek Indonesia pada 22 Juni 2001 dengan harga initial public offering Rp 175 per lembar saham. 48 VI. ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN AGRIBISNIS 6.1 Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis Perusahaan-perusahaan tertutup dapat merubah status perusahaannya menjadi perusahaan terbuka dengan cara menjual saham perusahaan kepada publik di pasar modal. Perusahaan tertutup tersebut terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal. Setelah persyaratan untuk menjadi perusahaan terbuka dinyatakan efektif maka perusahaan dapat melakukan initial public offering (penawaran saham perdana) kepada publik. Setiap perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan dikelompokkan ke dalam beberapa sektor sesuai dengan bidang usahanya. Sektor-sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia antara lain pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, barang konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, dan perdagangan. Pada penelitian ini, perusahaan yang menjadi sampel yaitu perusahaan emiten yang bergerak di bidang agribisnis. Perusahaan-perusahaan agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebar di beberapa sektor. Hasil identifikasi terhadap seluruh sektor diperoleh 11 perusahaan emiten yang masuk ke dalam kelompok perusahaan agribisnis. Perusahaan-perusahaan agribisnis tersebut melakukan initial public offering pada tahun 2000 hingga 2008. (Tabel 5) Tabel 5. Perusahaan Agribisnis yang melakukan Initial Public Offering Tahun 2000-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kode BISI MAIN BTEK GZCO SGRO TBLA CPRO ATPK DSFI FISH WAPO Nama Perusahaan Bisi International Tbk Malindo Feedmill Tbk Bumi Teknokultura Unggul Tbk Gozco Plantations Tbk Sampoerna Agro Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Central Proteinaprima Tbk Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Dharma Samudera Fishing Industries Tbk FKS Multi Agro Tbk Wahana Phonix Mandiri Tbk Harga Penawaran Rp 200 Rp 800 Rp 125 Rp 225 Rp 2340 Rp 2200 Rp 110 Rp 300 Rp 900 Rp 125 Rp 175 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Perusahaan agribisnis yang teridentifikasi dibagi ke dalam tiga sub sistem agribisnis yaitu sub sistem agribisnis hulu, on farm, dan sub sistem agribisnis hilir. Perusahaan-perusahaan agribisnis tersebut bergerak pada berbagai bidang usaha seperti tanaman pangan, pakan ternak, perkebunan, perikanan dan perdagangan. (Tabel 6) Tabel 6. Sub Sektor dan Sub Sistem Agribisnis dari Perusahaan Agribisnis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Perusahaan Bisi International Tbk Malindo Feedmill Tbk Bumi Teknokultura Unggul Tbk Gozco Plantations Tbk Sampoerna Agro Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Central Proteinaprima Tbk Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Dharma Samudera Fishing Industries Tbk FKS Multi Agro Tbk Wahana Phonix Mandiri Tbk Sub sektor Tanaman pangan Pakan Ternak Pertanian lainnya Perkebunan Perkebunan Perkebunan Perikanan Perikanan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Sub Sistem Agribisnis Hulu Hulu Hulu on farm on farm on farm on farm on farm Hilir Hilir Hilir Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.2 Analisis Kinerja Initial Public Offering Perusahaan Sampel 6.2.1 PT Bisi International Tbk PT Bisi International Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tanaman pangan. Perusahaan tersebut memproduksi bibit untuk komoditas jagung, padi, buah-buahan dan sayuran. PT Bisi International Tbk berdiri pada 1 Januari 1983 dan mencatatkan sahamnya di bursa efek pada 28 Mei 2007. Pada saat melakukan initial public offering, PT Bisi International Tbk dibantu oleh sebuah perusahaan penjamin emisi yaitu PT Indo Premier Securities. Perusahaan penjamin emisi tersebut tidak termasuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi yang paling aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Perusahaan tersebut pada tahun 2007 hanya melakukan perdagangan sebanyak 287.515 kali dan menempatkan perusahaan tersebut pada urutan ke 25 berdasarkan total frekuensi perdagangan. Pada saat PT Bisi International Tbk melakukan initial public offering, harga yang ditawarkan perusahaan tersebut sebesar Rp 200 per lembar saham dan jumlah saham yang ditawarkan perusahaan ke publik mencapai 900 juta lembar saham atau sebesar 30 persen dari total saham perusahaan. Harga initial public offering yang dibuka tersebut merupakan harga yang ditentukan berdasarkan 50 kesepakatan antara perusahaan emiten dan perusahaan penjamin emisi. Pada hari pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Bisi International Tbk berhasil naik dan pada penutupan hari pertama harga saham perusahaan tersebut ditutup pada harga Rp 310 per lembar saham. Kenaikan harga pada penutupan tersebut menunjukan perusahaan memperoleh initial return positif sebesar 55 persen. Kenaikan tersebut juga dapat menunjukan keberhasilan perusahaan dalam melakukan initial public offering karena calon investor banyak yang tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga naik dan perusahaan memperoleh keuntungan sebesar 55 persen. Perusahaan yang memutuskan untuk go public akan memperoleh keuntungan dari keputusannya tersebut. Salah satu keuntungan yang didapat ketika perusahaan sudah go public yaitu tersedianya sumber pendanaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja dari operasional perusahaan. Sebelum melakukan initial public offering kinerja keuangan pada neraca konsolidasi PT Bisi International Tbk selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, PT Bisi International Tbk memiliki total aktiva sebesar 262,6 milyar rupiah dan meningkat menjadi 343,9 milyar rupiah pada tahun 2005. Pada tahun berikutnya di tahun 2006, total aktiva PT Bisi International Tbk kembali meningkat menjadi 534,2 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut disebabkan karena bisnis perusahaan mengalami perkembangan sebelum melakukan initial public offering. Peningkatan total aktiva PT Bisi International Tbk juga diikuti oleh peningkatan jumlah kewajibannya. Pada tahun 2004 tercatat perusahaan memiliki jumlah kewajiban sebesar 124,3 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 149,6 milyar rupiah. Jumlah kewajiban tersebut kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi 268,8 milyar rupiah. Jumlah kewajiban yang meningkat menunjukan bahwa perusahaan memiliki utang yang terus meningkat. Pada tahun 2004, total ekuitas PT Bisi International Tbk tercatat sebesar 109,03 milyar rupiah dan meningkat pada 2005 menjadi 156,01 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2006, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 217,5 milyar rupiah. Total ekuitas yang terus meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. 51 Sebelum melakukan initial public offering, PT Bisi International Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2004, PT Bisi International Tbk memperoleh laba bersih sebesar 25,2 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2005 menjadi 46,9 milyar rupiah. Laba bersih PT Bisi International Tbk kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi 60,7 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha perusahaan (Tabel 7). Tabel 7. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2006 534.262.000.000 268.873.000.000 217.513.000.000 60.737.000.000 Tahun 2005 343.943.000.000 149.633.000.000 156.011.000.000 46.974.000.000 2004 262.618.000.000 124.332.000.000 109.037.000.000 25.263.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT Bisi International Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2004 sebesar 114,03 dan 47,34 persen. Nilai DER sebesar 114,03 persen menunjukan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 114,03 dan nilai DAR 47,34 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 47,34 persen. Pada tahun 2005, DER PT Bisi International Tbk turun menjadi 95,91 persen dan kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi 50,33 persen. Nilai DAR PT Bisi International Tbk pada tahun 2005 juga mengalami penurunan menjadi 95,91 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali naik pada tahun 2006 dimana nilai DAR naik menjadi 123,61 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Bisi International Tbk pada tahun 2004 bernilai 9,62 persen. ROA sebesar 9,62 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 9,62 persen dari total aktiva. Pada tahun 2005 nilai ROA PT Bisi International Tbk meningkat menjadi 13,66 persen dan kembali turun pada tahun 2006 menjadi 11,37 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula 52 posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Bisi International Tbk pada tahun 2004 bernilai 23,17 persen. ROE sebesar 23,17 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan sebesar 23,17 persen. Pada tahun 2005, ROE PT Bisi International Tbk bernilai 30,11 persen dan pada tahun 2006 nilai ROE tersebut turun menjadi 27,92 persen. Nilai ROE yang tinggi menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan mengakibatkan kenaikan harga saham (Tabel 8). Tabel 8.Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2004-2006 Uraian 2006 DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) 50,33 123,61 11,37 27,92 Tahun 2005 2004 43,51 95,91 13,66 30,11 47,34 114,03 9,62 23,17 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT Bisi International Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 55 persen. Perusahaan tersebut berhasil memperoleh initial return sebesar 55 persen meskipun tidak menggunakan jasa penjamin emisi yang memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia. Initial return perusahaan tersebut juga tidak terpengaruh nilai DAR dan DER yang tinggi. Selain itu, initial return tersebut juga tidak dipengaruhi oleh ROA yang rendah. Initial return PT Bisi International Tbk dipengaruhi oleh umur perusahaan yang sudah tua, total aktiva yang tinggi, nilai ROE yang tinggi dan persentase saham yang dijual ke publik besar. 6.2.2 PT Malindo Feedmill Tbk PT Malindo Feedmill Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak. Perusahaan tersebut memproduksi dan menjual pakan ternak, khususnya pakan ternak ayam ras pedaging induk, pakan ternak ayam ras pedaging komersial, pakan ternak ayam ras petelur, dan anak ayam berusia satu hari (DOC). PT Malindo Feedmill Tbk berdiri pada 10 Juni 1997 dengan nama PT Gymtech Feedmill Indonesia dan bergabung di bursa efek pada 10 Februari 2006. PT Malindo Feedmill Tbk dibantu oleh sebuah perusahaan penjamin emisi pada saat melakukan initial public offering yaitu PT CIMB-GK Securities Indonesia. Perusahaan penjamin emisi tersebut termasuk ke dalam 10 besar perusahaan 53 penjamin emisi yang paling aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Pada tahun 2006, perusahaan penjamin emisi tersebut melakukan perdagangan sebanyak 254.310 kali dan menempati peringkat ke 6 berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Malindo Feedmill Tbk dan perusahaan penjamin emisi menetapkan harga penawaran perdana saham perusahaan tersebut sebesar Rp 880 per lembar saham dan jumlah saham yang ditawarkan PT Malindo Feedmill Tbk sebesar 61 juta lembar saham atau sebesar 17,99 persen dari total saham perusahaan. Pada hari pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Malindo Feedmill Tbk berhasil naik dan pada penutupan hari pertama harga saham perusahaan tersebut ditutup pada harga Rp 1.130 per lembar saham. Pada hari pertama tersebut PT Malindo Feedmill Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 28,41 persen. Kenaikan tersebut menunjukan keberhasilan perusahaan dalam melakukan initial public offering karena banyak investor yang membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham meningkat. Sebelum melakukan initial public offering neraca konsolidasi PT Malindo Feedmill Tbk selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2003, PT Malindo Feedmill Tbk memiliki total aktiva sebesar 192,7 milyar rupiah dan naik menjadi 239,3 milyar rupiah pada tahun 2004. Pada tahun berikutnya di tahun 2005, total aktiva PT Malindo Feedmill Tbk kembali meningkat menjadi 314,02 milyar rupiah. Meningkatnya total aktiva PT Malindo Feedmill Tbk disebabkan oleh berkembangnya bisnis perusahaan. Akibat meningkatnya total aktiva, total kewajiban PT Malindo Feedmill Tbk juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2003 PT Malindo Feedmill Tbk memiliki jumlah kewajiban sebesar 153,1 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 194,9 milyar rupiah. Jumlah kewajiban kembali meningkat pada tahun 2005 menjadi 208,3 milyar rupiah. Jumlah kewajiban yang terus meningkat menunjukan terjadinya kenaikan jumlah utang perusahaan yang harus dibayarkan. Pada tahun 2003, total ekuitas PT Malindo Feedmill Tbk tercatat sebesar 39,5 milyar rupiah dan meningkat pada 2004 menjadi 44,3 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2005, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 105,7 milyar rupiah. Total ekuitas yang terus meningkat terjadi karena meningkatnya laba perusahaan. 54 PT Malindo Feedmill Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih sebelum perusahaan tersebut initial public offering. Pada tahun 2003, PT Malindo Feedmill Tbk memperoleh laba bersih sebesar 6,2 milyar rupiah dan turun pada tahun 2004 menjadi 4,8 milyar rupiah. Laba bersih PT Malindo Feedmill Tbk berhasil naik kembali pada tahun 2005 menjadi 47,05 milyar rupiah. Laba bersih yang meningkat tersebut menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 9). Tabel 9. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2005 314.028.000.000 208.304.000.000 105.724.000.000 47.058.000.000 Tahun 2004 239.342.000.000 194.958.000.000 44.384.000.000 4.860.000.000 2003 192.721.000.000 153.197.000.000 39.524.000.000 6.219.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2003 bernilai 387,6 dan 79,4 persen. Nilai DER sebesar 387,6 persen menunjukan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 387,6 dan nilai DAR 79,4 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 79,4 persen. Pada tahun 2004, DER PT Malindo Feedmill Tbk naik menjadi 439,25 persen dan turun pada tahun 2005 menjadi 197,03 persen. Nilai DAR PT Malindo Feedmill Tbk pada tahun 2004 mengalami meningkat menjadi 81,46 persen. Hal tersebut terjadi karena aktiva yang dibiayai oleh utang perusahaan naik pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 2005 dimana nilai DAR turun menjadi 66,33 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Malindo Feedmill Tbk pada tahun 2003 bernilai 3,23 persen. ROA sebesar 3,23 persen menunjukan bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 3,23 persen dari total aktiva. Pada tahun 2004 nilai ROA PT Malindo Feedmill Tbk turun menjadi 2,03 persen dan naik pada tahun 2005 menjadi 14,99 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi 55 penggunaan asset. ROE PT Malindo Feedmill Tbk pada tahun 2003 bernilai 15,73 persen. ROE sebesar 15,73 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 15,73 persen. Pada tahun 2004, ROE PT Malindo Feedmill Tbk turun menjadi 10,95 persen dan pada tahun 2005 nilai ROE tersebut naik menjadi 44,51 persen. Nilai ROE yang meningkat menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan mengakibatkan harga saham naik (Tabel 10). Tabel 10. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2003-2005 Uraian DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) Tahun 2004 2005 66,33 197,03 14,99 44,51 81,46 439,25 2,03 10,95 2003 79,49 387,60 3,23 15,73 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering yang dilakukan PT Malindo Feedmill Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 28 persen. Initial return tersebut tidak dipengaruhi oleh ROA yang rendah, umur perusahaan yang masih muda dan persentase saham yang ditawarkan ke publik sedikit. Jumlah saham PT Malindo Feedmill Tbk yang ditawarkan ke publik berjumlah 17,99 persen. Hal tersebut membuat calon investor memiliki peluang yang kecil untuk mendapatkan saham perusahaan tersebut. Selain itu, nilai DAR dan DER yang tinggi tidak mempengaruhi initial return PT Malindo Feedmill Tbk. Initial return PT Malindo Feedmill Tbk dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang memiliki reputasi, ROE yang tinggi dan total aktiva yang tinggi. 6.2.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang bioteknologi pertanian khususnya jenis tanaman hutan. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berdiri pada 6 Juni 2001 dan mulai bergabung di bursa efek pada 14 Mei 2004. Pada saat melakukan initial public offering PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dibantu oleh dua perusahaan penjamin emisi yaitu PT Inovasi Utama Sekurindo dan PT Meridian Capital Indonesia. Dua perusahaan penjamin emisi tersebut tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin 56 emisi terbaik yang aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Pada saat PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk melakukan initial public offering, kedua perusahaan penjamin emisi tersebut berada pada peringkat diluar 50 besar penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. Pada saat initial public offering, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk menetapkan harga penawaran perdana saham sebesar Rp 125 per lembar saham. Total saham yang ditawarkan kepada publik yaitu sebesar 120 juta lembar saham atau 13,04 persen dari seluruh saham perusahaan. Pada hari pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berhasil ditutup naik pada harga Rp 210 per lembar saham. Pada hari pertama tersebut PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 68 persen. Kenaikan tersebut menunjukan banyak investor yang membeli saham perusahaan tersebut pada saat initial public offering sehingga saham perusahaan mengalami kenaikan. Pada tahun 2001, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk memiliki total aktiva sebesar 1,8 milyar rupiah dan turun menjadi 1,7 milyar rupiah pada tahun 2002. Pada tahun berikutnya di tahun 2003, total aktiva PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk naik menjadi 80,1 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan bisnis perusahaan mengalami peningkatan sebelum melakukan initial public offering. Peningkatan total aktiva PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk tidak diikuti oleh naiknya jumlah kewajiban perusahaan. Pada tahun 2001 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 551,4 juta rupiah dan naik pada tahun 2002 menjadi 822,4 juta rupiah. Jumlah kewajiban tersebut turun pada tahun 2003 menjadi 290,5 juta rupiah. Turunnya total kewajiban PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk menunjukan perusahaan mengurangi jumlah utang dalam menjalankan bisnisnya. Pada tahun 2001, total ekuitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk tercatat sebesar 1,2 milyar rupiah dan turun pada 2002 menjadi 822,4 juta rupiah. Kemudian pada tahun 2003, total ekuitas tersebut meningkat menjadi 79,8 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat pada tahun 2003 menunjukan bahwa laba perusahaan mengalami kenaikan. Sebelum melakukan initial public offering, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk mengalami kerugian pada tahun 2001 dan 2002. Pada tahun 2001 PT Bumi 57 Teknokultura Unggul Tbk mengalami kerugian sebesar 226,1 juta rupiah dan pada tahun 2002 perusahaan juga mengalami kerugian sebesar 326,07 juta rupiah. Pada tahun 2003, keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk mengalami perbaikan dengan berhasil memperoleh laba bersih sebesar 446,4 juta rupiah. Laba bersih yang naik tersebut menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 11). Tabel 11. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 20012003 Tahun Uraian 2003 2002 2001 Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 80.184.773.290 290.517.052 79.894.256.238 446.483.208 1.770.249.924 822.476.894 947.773.030 -326.077.794 1.825.309.371 551.458.547 1.273.850.824 -226.149.176 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2001 bernilai 43,29 dan 30,21 persen. Nilai DER sebesar 43,29 persen menunjukan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 43,29 dan nilai DAR 30,21 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 30,21 persen. Pada tahun 2002, DER PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk naik menjadi 86,78 persen dan turun pada tahun 2003 menjadi 0,36 persen. Nilai DAR PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2002 mengalami kenaikan menjadi 46,46 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang naik pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 2003 dimana nilai DAR turun menjadi 0,36 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2001 dan 2002 bernilai -12,39 dan -18,42 persen. ROA bernilai negatif tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dalam menjalankan bisnis. Pada tahun 2003 nilai ROA PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk meningkat menjadi 0,56 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk pada tahun 2001 58 dan 2002 bernilai -17,75 dan -34,40 persen. Pada tahun 2003 ROE PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk bernilai 0,56 persen. Nilai ROE yang tinggi menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan mengakibatkan harga saham perusahaan naik (Tabel 12). Tabel 12. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 20012003 Tahun Uraian 2003 2002 2001 DAR (%) 0,36 46,46 30,21 DER (%) 0,36 86,78 43,29 ROA (%) 0,56 -18,42 -12,39 ROE (%) 0,56 -34,40 -17,75 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering yang dilakukan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 68 persen. Perusahaan tersebut berhasil memperoleh initial return sebesar 68 persen tanpa menggunakan jasa penjamin emisi yang memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia berdasarkan total frekuensi perdagangan. Initial return PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk tersebut tidak dipengaruhi oleh nilai ROA dan ROE yang kecil. Selain itu, umur perusahaan yang masih muda, total aktiva yang rendah dan persentase saham yang ditawarkan ke publik sedikit tidak mempengaruhi nilai initial return PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Initial return PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dipengaruhi oleh nilai DAR dan DER yang rendah. 6.2.4 PT Gozco Plantations Tbk PT Gozco Plantations Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan dan pengolahan inti sawit, minyak kelapa dan minyak sawit mentah. PT Gozco Plantations Tbk berdiri pada 10 Agustus 2001 dan bergabung di bursa efek pada 14 Mei 2008. Initial public offering PT Gozco Plantations Tbk dibantu oleh dua perusahaan penjamin emisi yaitu PT CLSA Indonesia dan PT Semesta Indovest. Kedua perusahaan penjamin emisi tersebut tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi terbaik yang aktif berdasarkan frekuensi perdagangan. Pada tahun pertama PT Gozco Plantations Tbk melakukan initial public offering, PT CLSA Indonesia berada pada peringkat 12 dengan frekuensi perdagangan sebanyak 39.649 kali. Sedangkan PT Semesta Indovest berada pada peringkat 33 dengan frekuensi perdagangan sebanyak 15.695 kali. 59 Harga initial public offering PT Gozco Plantations Tbk ditetapkan sebesar Rp 225 per lembar saham. Jumlah saham yang ditawarkan pada hari pertama tersebut mencapai 1,5 milyar lembar saham atau 30 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil kesepakatan antara PT Gozco Plantations Tbk dan penjamin emisi. Pada hari pertama melakukan initial public offering, harga saham PT Gozco Plantations Tbk berhasil ditutup naik pada ke Rp 275 per lembar saham. Pada hari pertama initial public offering tersebut PT Gozco Plantations Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 22,22 persen. Kenaikan harga saham tersebut menunjukan banyak investor yang tertarik membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham perusahaan tersebut dapat naik. Pada tahun 2005, PT Gozco Plantations Tbk memiliki total aktiva sebesar 387,6 milyar rupiah dan naik menjadi 433,6 milyar rupiah pada tahun 2006. Pada tahun berikutnya di tahun 2007, total aktiva PT Gozco Plantations Tbk kembali naik menjadi 1,01 triliun rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan perusahaan berhasil dalam mengembangkan bisnis perusahaan. Jumlah kewajiban PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2005 tercatat berjumlah 558,5 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 611,2 milyar rupiah. Jumlah kewajiban tersebut turun pada tahun 2007 menjadi 480,6 milyar rupiah. Jumlah kewajiban yang meningkat menunjukan bahwa perusahaan banyak menggunakan utang untuk menjalankan kegiatan bisnis perusahaan dan turunnya jumlah kewajiban perusahaan pada tahun 2007 menunjukan perusahaan telah mengurangi dana yang berasal dari pinjaman. Pada tahun 2005, total ekuitas PT Gozco Plantations Tbk tercatat sebesar -173,7 milyar rupiah dan turun pada 2006 menjadi -193,9 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2007, total ekuitas perusahaan meningkat menjadi 28,8 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. Sebelum melakukan initial public offering, PT Gozco Plantations Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2005, PT Gozco Plantations Tbk mengalami kerugian sebesar 63 milyar rupiah dan pada tahun 2005 PT Gozco Plantations Tbk masih mengalami kerugian 60 sebesar 23,1 milyar rupiah. PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2007 berhasil memperoleh laba bersih sebesar 25,8 milyar rupiah. Laba bersih yang terus membaik menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 13). Tabel 13. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2007 1.018.105.800.000 480.628.000.000 506.317.200.000 25.803.100.000 Tahun 2006 433.698.100.000 611.248.200.000 -193.964.500.000 -23.194.600.000 2005 387.697.600.000 558.520.300.000 -173.732.300.000 -63.004.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 2005 bernilai 321,48 dan 144,06 persen. Nilai DER sebesar -321,48 persen menunjukan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah -321,48 dan nilai DAR 144,06 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 114,06 persen. Pada tahun 2006, DER PT Gozco Plantations Tbk naik menjadi 315,13 persen dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 94,93 persen. Nilai DAR PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2006 turun menjadi 140,94 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali turun pada tahun 2007 dimana nilai DAR turun menjadi 47,21 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2005 bernilai -16,25 persen. ROA sebesar -16,25 persen menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian sebesar 16,25 persen dari total aktiva. Pada tahun 2006 nilai ROA PT Gozco Plantations Tbk naik menjadi -5,35 persen dan kembali naik pada tahun 2007 menjadi 2,53 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Gozco Plantations Tbk pada tahun 2005 bernilai 36,26 persen. ROE sebesar 36,26 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 36,26 persen. Pada tahun 2006, ROE PT Gozco Plantations Tbk bernilai 11,96 persen 61 dan pada tahun 2007 nilai ROE tersebut turun kembali menjadi 5,10 persen. Nilai ROE yang turun menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang rendah akibat turunnya harga saham perusahaan (Tabel 14). Tabel 14. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2005-2007 Tahun Uraian 2007 2006 2005 DAR (%) 47,21 140,94 144,06 DER (%) 94,93 -315,13 -321,48 ROA (%) 2,53 -5,35 -16,25 ROE (%) 5,10 11,96 36,26 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT Gozco Plantations Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 22,22 persen. Initial return PT Gozco Plantations Tbk tersebut dipengaruhi oleh total aktiva perusahaan yang tinggi dan jumlah saham yang ditawarkan perusahaan ke publik sangat besar. Initial return PT Gozco Plantations Tbk tidak dipengaruhi oleh penggunakan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, umur perusahaan yang masih muda, ROA dan ROE yang rendah. Selain itu, initial return tidak dipengaruhi oleh nilai DAR dan DER yang tinggi. 6.2.5 PT Sampoerna Agro Tbk PT Sampoerna Agro Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produsen kelapa sawit dan inti sawit di Indonesia. Selain itu, perusahaan tersebut juga memproduksi dan menjual kecambah kelapa sawit kepada pihak ketiga. PT Sampoerna Agro Tbk berdiri sejak 7 Juni 1993 dan bergabung di bursa efek pada 18 Juni 2007. Initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk dibantu oleh sebuah perusahaan penjamin emisi yaitu PT Danareksa Sekuritas. Perusahaan penjamin emisi tersebut masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi yang aktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. Pada tahun pertama PT Sampoerna Agro Tbk initial public offering, PT Danareksa Sekuritas berada di peringkat ke-4 dengan frekuensi perdagangan sebanyak 923.559 kali. Harga initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk pada hari pertama ditetapkan sebesar Rp 2.340 per lembar saham. Jumlah saham yang ditawarkan PT Sampoerna Agro Tbk mencapai 461,35 juta lembar saham atau 24,4 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut 62 merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Sampoerna Agro Tbk dan penjamin emisi. Harga initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk pada hari pertama berhasil ditutup naik pada Rp 2.525 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukkan saham PT Sampoerna Agro Tbk sangat diminati oleh investor sehingga saham perusahaan mengalami kenaikan. Hari pertama initial public offering PT Sampoerna Agro Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 7,9 persen. Pada tahun 2004, PT Sampoerna Agro Tbk memiliki total aktiva sebesar 635,6 milyar rupiah dan meningkat menjadi 655,1 milyar rupiah pada tahun 2005. Pada tahun berikutnya di tahun 2006, total aktiva PT Sampoerna Agro Tbk turun menjadi 615,4 milyar rupiah.. Pada tahun 2004 tercatat PT Sampoerna Agro Tbk memiliki jumlah kewajiban sebesar 398,8 milyar rupiah dan turun pada tahun 2005 menjadi 356,4 milyar rupiah. Jumlah kewajiban tersebut kembali turun pada tahun 2006 menjadi 203,6 milyar rupiah. Jumlah kewajiban yang turun menunjukkan bahwa perusahaan meminimalkan pinjaman yang berasal dari luar perusahaan dalam menjalankan bisnis perusahaan. Pada tahun 2004, total ekuitas PT Sampoerna Agro Tbk tercatat sebesar 234,7 milyar rupiah dan meningkat pada 2005 menjadi 296,09 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2006, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 408,2 milyar rupiah. Total ekuitas yang terus meningkat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laba perusahaan yang berasal dari bisnis perusahaan. Pada tahun 2004, PT Sampoerna Agro Tbk memperoleh laba bersih sebesar 105,7 milyar rupiah dan turun pada tahun 2005 menjadi 61,3 milyar rupiah. Laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk kembali meningkat pada tahun 2006 menjadi 112,6 milyar rupiah. Laba bersih yang meningkat menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 15). Tabel 15. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2006 615.444.000.000 203.670.000.000 408.247.000.000 112.671.000.000 Tahun 2005 655.144.000.000 356.430.000.000 296.096.000.000 61.310.000.000 2004 635.658.000.000 398.840.000.000 234.787.000.000 105.706.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 63 Nilai rasio solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) PT Sampoerna Agro Tbk pada tahun 2004 sebesar 169,87 dan 62,74 persen. Nilai DER sebesar 169,87 persen menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 169,87 dan nilai DAR 62,74 persen menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 62,74 persen. Pada tahun 2005, DER PT Sampoerna Agro Tbk turun menjadi 120,38 persen dan kembali turun pada tahun 2006 menjadi 49,89 persen. Nilai DAR PT Sampoerna Agro Tbk pada tahun 2005 juga mengalami penurunan menjadi 54,40 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali turun pada tahun 2006 dimana nilai DAR turun menjadi 33,09 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Sampoerna Agro Tbk pada tahun 2004 bernilai 16,63 persen. ROA sebesar 16,63 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 16,63 persen dari total aktiva. Pada tahun 2005 nilai ROA PT Sampoerna Agro Tbk turun menjadi 9,36 persen dan naik pada tahun 2006 menjadi 18,31 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Sampoerna Agro Tbk pada tahun 2004 bernilai 45,02 persen. ROE sebesar 45,02 persen tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 45,02 persen. Pada tahun 2005 ROE PT Sampoerna Agro Tbk bernilai 20,71 persen dan pada tahun 2006 nilai ROE tersebut naik menjadi 27,60 persen. Nilai ROE yang naik menunjukkan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi akibat dari kenaikan harga saham perusahaan (Tabel 16). Tabel 16. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2004-2006 Uraian DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) Tahun 2005 2006 33,09 49,89 18,31 27,60 2004 54,40 120,38 9,36 20,71 62,74 169,87 16,63 45,02 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 64 Initial public offering yang dilakukan PT Sampoerna Agro Tbk memperoleh initial return sebesar 7,9 persen. Initial return tersebut tidak dipengaruhi oleh nilai DAR dan DER yang tinggi. Initial return PT Sampoerna Agro Tbk dipengaruhi oleh penggunaan penjamin emisi yang memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, total aktiva perusahaan yang tinggi, ROA yang tinggi, ROE yang tinggi, umur perusahaan yang sudah tua dan persentase saham yang ditawarkan oleh perusahaan cukup besar. 6.2.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk PT Tunas Baru Lampung Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan dan distribusi produk konsumen berbasis pertanian. Perusahaan tersebut menawarkan minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, minyak kelapa mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan sabun. PT Tunas Baru Lampung Tbk berdiri sejak 22 Desember 1973 dan bergabung di bursa efek pada 14 Februari 2000. Initial public offering PT Tunas Baru Lampung Tbk dibantu oleh tiga perusahaan penjamin emisi yaitu PT BNI Securities, PT Mandiri Sekuritas, dan PT CIMB Niaga Securities. Ketiga perusahaan penjamin emisi tersebut tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT BNI Securities, PT Mandiri Sekuritas, dan PT CIMB Niaga Securities hanya berada di peringkat 50 besar perusahaan berdasarkan total frekuensi perdagangan. Harga initial public offering PT Tunas Baru Lampung Tbk pada hari pertama ditetapkan sebesar Rp 2.200 per lembar saham. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan pada hari pertama tersebut mencapai 140,3 juta lembar saham atau 41,24 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Tunas Baru Lampung Tbk dan ketiga penjamin emisinya. Harga initial public offering PT Tunas Baru Lampung Tbk pada hari pertama initial public offering berhasil ditutup naik ke Rp 2.400 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT Tunas Baru Lampung Tbk diminati oleh investor. Hari pertama initial public offering PT Tunas Baru Lampung Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 9,09 persen. 65 Pada tahun 1997, PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki total aktiva sebesar 441,8 milyar rupiah dan meningkat menjadi 623,8 milyar rupiah pada tahun 1998. Pada tahun berikutnya di tahun 1999, total aktiva PT Tunas Baru Lampung Tbk turun menjadi 620,4 milyar rupiah. Total aktiva yang meningkat menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan bisnis. Pada tahun 1997 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 362,8 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1998 menjadi 623,8 milyar rupiah. Hal tersebut terjadi karena perusahaan meningkatnya jumlah utang perusahaan. Jumlah kewajiban turun pada tahun 1999 menjadi 485,6 milyar rupiah. Hal tersebut terjadi karena perusahaan mengurangi penggunaan utang dalam menjalankan bisnis perusahaan. Jumlah ekuitas perusahaan mengalami peningkatan sebelum initial public offering. Pada tahun 1997, total ekuitas PT Tunas Baru Lampung Tbk tercatat sebesar 78,9 milyar rupiah dan meningkat pada 1998 menjadi 96,6 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 1999, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 134,3 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat menunjukkan terjadi kenaikan laba perusahaan yang berasal dari bisnis perusahaan. Sebelum melakukan initial public offering, PT Tunas Baru Lampung Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 1997, PT Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh laba bersih sebesar 15,9 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1998 menjadi 18 milyar rupiah. Laba bersih PT Tunas Baru Lampung Tbk kembali meningkat pada tahun 1999 menjadi 37,7 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 17). Tabel 17. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 1999 620.442.000.000 485.650.000.000 134.350.000.000 37.730.000.000 Tahun 1998 623.805.000.000 526.738.000.000 96.620.000.000 18.073.000.000 1997 441.869.000.000 362.865.000.000 78.997.000.000 15.940.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 1997 bernilai 459,34 dan 82,12 persen. Nilai DER sebesar 459,34 persen menunjukkan 66 bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 459,34 dan nilai DAR 82,12 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 82,12 persen. Pada tahun 1998, DER PT Tunas Baru Lampung Tbk naik menjadi 545,16 persen dan turun pada tahun 1999 menjadi 361,48 persen. Nilai DAR PT Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 1998 juga naik menjadi 84,44 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang naik pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 1999 dimana nilai DAR turun menjadi 78,27 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 1997 bernilai 3,61 persen. ROA sebesar 3,61 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan sebesar 3,61 persen dari total aktiva. Pada tahun 1998 nilai ROA PT Tunas Baru Lampung Tbk turun menjadi 2,90 persen dan kembali naik pada tahun 1999 menjadi 6,08 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Tunas Baru Lampung Tbk pada tahun 1997 bernilai 20,18 persen. ROE sebesar 20,18 persen menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 20,18 persen. Pada tahun 1998 ROE PT Tunas Baru Lampung Tbk bernilai 18,71 persen dan pada tahun 1999 nilai ROE tersebut naik menjadi 28,08 persen. Nilai ROE yang tinggi menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE juga akan menyebabkan naiknya harga saham perusahaan (Tabel 18). Tabel 18. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 1997-1999 Uraian DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) 1999 78,27 361,48 6,08 28,08 Tahun 1998 84,44 545,16 2,90 18,71 1997 82,12 459,34 3,61 20,18 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering yang dilakukan PT Tunas Baru Lampung Tbk memperoleh initial return sebesar 9,09 persen. Initial return tersebut dipengaruhi oleh total aktiva yang besar, nilai ROE yang tinggi, persentase saham yang 67 ditawarkan perusahaan sangat besar dan umur perusahaan yang sudah tua. Initial return PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak dipengaruhi oleh penggunaan penjamin emisi yang tidak memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, nilai ROA yang rendah, dan nilai DAR serta DER yang tinggi. 6.2.7 PT Central Proteinaprima Tbk PT Central Proteinaprima Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi dan pengolahan udang. Perusahaan tersebut menghasilkan udang beku, pakan udang, benur dan probiotik. PT Central Proteinaprima Tbk berdiri sejak tahun 1980 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 28 November 2006. PT Central Proteinaprima Tbk menunjuk sebuah penjamin emisi untuk membantu dalam initial public offering. Perusahaan penjamin emisi tersebut adalah PT Danatama Makmur. Perusahaan penjamin emisi tersebut tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Danatama Makmur berada di luar peringkat 50 besar perusahaan berdasarkan total frekuensi perdagangan. Harga initial public offering PT Central Proteinaprima Tbk pada hari pertama ditawarkan sebesar Rp 110 per lembar saham. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan pada hari pertama tersebut mencapai 3 milyar lembar saham atau 16,38 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Central Proteinaprima Tbk dan PT Danatama Makmur. Harga initial public offering PT Central Proteinaprima Tbk pada hari pertama initial public offering berhasil ditutup naik menjadi Rp 185 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT Central Proteinaprima Tbk diminati oleh investor. Pada hari pertama initial public offering PT Central Proteinaprima Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 68,18 persen. Pada tahun 2003, PT Central Proteinaprima Tbk memiliki total aktiva sebesar 2,09 triliun rupiah dan meningkat menjadi 2,2 triliun rupiah pada tahun 2004. Pada tahun berikutnya di tahun 2005, total aktiva PT Central Proteinaprima Tbk kembali meningkat menjadi 2,4 triliun rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan bisnis sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun 2003 tercatat PT 68 Central Proteinaprima Tbk memiliki total kewajiban berjumlah 1,7 triliun rupiah dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 1,8 triliun rupiah. Total kewajiban tersebut turun pada tahun 2005 menjadi 1,3 triliun rupiah. Total kewajiban yang turun menunjukkan bahwa perusahaan mengurangi pinjaman dari pihak luar dalam menjalankan usaha. Pada tahun 2003, total ekuitas PT Central Proteinaprima Tbk tercatat sebesar 294,9 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 422,7 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2005, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 1,1 triliun rupiah. Total ekuitas yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. Sebelum melakukan initial public offering, laba bersih PT Central Proteinaprima Tbk mengalami kenaikan selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2003, PT Central Proteinaprima Tbk memperoleh laba bersih sebesar 58,1 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 112,9 milyar rupiah. Laba bersih PT Central Proteinaprima Tbk kembali meningkat pada tahun 2005 menjadi 201,1 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 19). Tabel 19. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2005 2.498.007.000.000 1.336.070.000.000 1.154.605.000.000 201.148.000.000 Tahun 2004 2.268.694.000.000 1.828.985.000.000 422.736.000.000 122.904.000.000 2003 2.098.944.000.000 1.787.003.000.000 294.979.000.000 58.198.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2003 sebesar 605,81 dan 85,14 persen. Nilai DER sebesar 605,81 persen menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 605,81 dan nilai DAR 85,14 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 84,14 persen. Pada tahun 2004, DER PT Central Proteinaprima Tbk turun menjadi 432,65 persen dan kembali turun pada tahun 2005 menjadi 115,72 persen. Nilai DAR PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2004 juga mengalami penurunan menjadi 80,62 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva yang dibiayai oleh 69 utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali turun pada tahun 2005 dimana nilai DAR turun menjadi 53,49 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2003 bernilai 2,77 persen. ROA sebesar 2,77 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 2,77 persen dari total aktiva. Pada tahun 2004 nilai ROA PT Central Proteinaprima Tbk meningkat menjadi 5,42 persen dan kembali naik pada tahun 2005 menjadi 8,05 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Central Proteinaprima Tbk pada tahun 2003 bernilai 19,73 persen. ROE sebesar 19,73 persen tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 19,73 persen. Pada tahun 2004 ROE PT Central Proteinaprima Tbk bernilai 29,07 persen dan pada tahun 2005 nilai ROE tersebut turun menjadi 17,42 persen. Nilai ROE yang turun mengakibatkan harga saham turun dan dividen yang akan diterima investor juga turun (Tabel 20). Tabel 20. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2003-2005 Tahun Uraian 2005 2004 2003 DAR (%) 53,49 80,62 85,14 DER (%) 115,72 432,65 605,81 ROA (%) 8,05 5,42 2,77 ROE (%) 17,42 29,07 19,73 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT Central Proteinaprima Tbk memperoleh initial return sebesar 68,18 persen. Initial return perusahaan tersebut tidak dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, ROA yang rendah, DAR yang tinggi, DER yang tinggi, persentase saham yang ditawarkan ke publik kecil. Initial return PT Central Proteinaprima Tbk dipengaruhi oleh total aktiva yang tinggi, ROE yang tinggi, dan umur perusahaan yang sudah tua. 70 6.2.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha budidaya udang. PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk berdiri pada 12 Januari 1988 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 4 April 2002. PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk menunjuk PT Usaha Bersama Sekuritas untuk membantu perusahaan dalam melakukan initial public offering. PT Usaha Bersama Sekuritas tidak masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan frekuensi perdagangan. PT Usaha Bersama Sekuritas berada di peringkat 17 besar perusahaan berdasarkan total frekuensi perdagangan. Total transaksi yang dilakukan perusahaan tersebut sebanyak 81.304 kali. Harga initial public offering PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada hari pertama sebesar Rp 300 per lembar saham. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan perusahaan tersebut sebesar 135,4 juta lembar saham atau 33 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk dan perusahaan penjamin emisi. Harga initial public offering PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada hari pertama initial public offering berada pada harga Rp 365 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk diminati oleh investor. Initial return yang diperoleh PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada penawaran hari pertama tersebut sebesar 21,67 persen. Pada tahun 1999, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memiliki total aktiva sebesar 59,1 milyar rupiah dan turun menjadi 58,3 milyar rupiah pada tahun 2000. Pada tahun berikutnya di tahun 2001, total aktiva PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk kembali naik menjadi 63,7 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan bisnisnya sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun 1999 tercatat PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memiliki total kewajiban sebesar 60,4 milyar rupiah dan turun pada tahun 2000 menjadi 2,8 milyar rupiah. Hal tersebut terjadi karena perusahaan mengurangi penggunaan utang dalam menjalankan bisnisnya. Total kewajiban kembali meningkat pada tahun 2001 menjadi 7,2 milyar rupiah. Hal tersebut terjadi karena perusahaan kembali 71 meningkatkan jumlah pinjaman yang berasal dari pihak luar. Pada tahun 1999, total ekuitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk tercatat sebesar -1,2 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 55,4 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2001, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 56,4 milyar rupiah. Total ekuitas yang terus meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. Pada tahun 1999, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memperoleh laba bersih sebesar 52,2 juta rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 2,7 milyar rupiah. Laba bersih PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk turun pada tahun 2001 menjadi 994,8 juta rupiah. Laba bersih yang turun tersebut menunjukan perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan beban usaha (Tabel 21). Tabel 21. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 19992001 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2001 63.759.320.000 7.269.564.000 56.489.756.000 994.812.000 Tahun 2000 58.323.497.000 2.828.553.000 55.494.944.000 2.749.400.000 1999 59.152.772.000 60.407.227.000 -1.254.455.000 52.256.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada tahun 1999 bernilai -4815,42 dan 102,12 persen. Nilai DER sebesar -4815,42 persen menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 4815,42 dan nilai DAR 102,12 persen menunjukkan bahwa total aktiva yang dibiayai utang sebesar 102,12 persen. Pada tahun 2000, DER PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk naik menjadi 5,1 persen dan meningkat pada tahun 2001 menjadi 12,87 persen. Nilai DAR PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 4,85 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali naik pada tahun 2001 dimana nilai DAR naik menjadi 11,4 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Anugerah Tambak 72 Perkasindo Tbk pada tahun 1999 bernilai 0,09 persen. ROA sebesar 0,09 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 0,09 persen dari total aktiva. Pada tahun 2000 nilai ROA PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk meningkat menjadi 4,71 persen dan turun pada tahun 2001 menjadi 1,56 persen. ROA yang turun menunjukan turunnya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. ROE PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk pada tahun 1999 bernilai -4,17 persen. ROE sebesar -4,17 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar -4,17 persen. Pada tahun 2000 ROE PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk bernilai 4,95 persen dan pada tahun 2001 nilai ROE tersebut turun menjadi 1,76 persen. Nilai ROE yang turun menunjukkan harga saham turun dan dividen yang akan diterima investor juga akan turun (Tabel 22). Tabel 22 Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 19992001 Uraian DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) Tahun 2000 2001 11,40 12,87 1,56 1,76 1999 4,85 5,10 4,71 4,95 102,12 -4815,42 0,09 -4,17 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 21,67 persen. Initial return perusahaan tersebut tidak dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki reputasi di Bursa Efek Indonesia, total aktiva yang rendah, ROA dan ROE yang rendah, DAR dan DER yang tinggi. Initial return PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk dipengaruhi oleh persentase saham yang ditawarkan ke publik besar dan umur perusahaan yang sudah tua. 6.2.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, termasuk penangkapan, pengolahan, penjualan dan bisnis lain yang terkait dengan industri perikanan. PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk berdiri pada 2 Oktober 1973 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 24 Maret 2000. PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk menunjuk PT Trimegah Securities Tbk untuk membantu perusahaan dalam melakukan initial 73 public offering. PT Trimegah Securities Tbk termasuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Trimegah Securities Tbk berada di peringkat pertama perusahaan yang aktif berdasarkan total frekuensi perdagangan dengan total frekuensi perdagangan 433.765 kali. Harga initial public offering PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada hari pertama sebesar Rp 900 per lembar saham. Total saham yang ditawarkan perusahaan tersebut sebesar 50 juta lembar saham atau 28,57 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk dan perusahaan penjamin emisi. Harga initial public offering PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada hari pertama initial public offering ditutup pada harga Rp 1.150 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk diminati oleh banyak investor. Initial return yang diperoleh PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada penawaran hari pertama tersebut sebesar 27,78 persen. Pada tahun 1997, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memiliki total aktiva berjumlah 78,8 milyar rupiah dan meningkat menjadi 85,4 milyar rupiah pada tahun 1998. Pada tahun berikutnya di tahun 1999, total aktiva PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk kembali meningkat menjadi 103,9 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan perusahaan mengalami perkembangan yang berdampak dengan meningkatnya jumlah asset perusahaan sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun 1997 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 61,5 milyar rupiah dan turun pada tahun 1998 menjadi 53,3 milyar rupiah. Jumlah kewajiban tersebut meningkat pada tahun 1999 menjadi 69,9 milyar rupiah. Total kewajiban yang meningkat menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang meningkat pada pihak luar. Pada tahun 1997, total ekuitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk tercatat sebesar 15,3 milyar rupiah dan meningkat pada 1998 menjadi 32,06 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 1999, total ekuitas perusahaan tersebut kembali meningkat menjadi 33,9 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat 74 dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. Pada tahun 1997, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memperoleh laba bersih sebesar 4,5 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1998 menjadi 12,9 milyar rupiah. Laba bersih PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk turun pada tahun 1999 menjadi 1,9 milyar rupiah. Laba bersih yang turun menunjukan perusahaan memiliki pendapatan yang kecil dan beban usaha yang tinggi (Tabel 23). Tabel 23. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 1997-1999 Tahun Uraian 1999 1998 1997 Total Aktiva (Rp) 103.960.000.000 85.443.000.000 76.851.000.000 Total Kewajiban (Rp) 69.962.000.000 53.381.000.000 61.541.000.000 Total Ekuitas (Rp) 33.998.000.000 32.062.000.000 15.310.000.000 Laba Bersih (Rp) 1.936.000.000 12.901.000.000 4.542.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 1997 sebesar 401,97 dan 80,08 persen. Nilai DER sebesar 401,97 persen menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 401,97 dan nilai DAR 80,08 persen menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 80,08 persen. Pada tahun 1998, DER PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk turun menjadi 166,49 persen dan naik pada tahun 1999 menjadi 205,78 persen. Nilai DAR PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada tahun 1998 mengalami penurunan menjadi 62,48 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali naik pada tahun 1999 dimana nilai DAR naik menjadi 67,30 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada tahun 1997 bernilai 5,91 persen. ROA sebesar 5,91 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 5,91 persen dari total aktiva. Pada tahun 1998 nilai ROA PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk meningkat menjadi 15,10 persen dan turun pada tahun 75 1999 menjadi 1,86 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk pada tahun 1997 bernilai 29,67 persen. ROE sebesar 29,67 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 29,67 persen. Pada tahun 1998 ROE PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk bernilai 40,24 persen dan pada tahun 1999 nilai ROE tersebut turun menjadi 5,69 persen. Nilai ROE yang tinggi menunjukan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham (Tabel 24). Tabel 24. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 1997-1999 Uraian Tahun 1998 1999 DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) 67,30 205,78 1,86 5,69 62,48 166,49 15,10 40,24 1997 80,08 401,97 5,91 29,67 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memperoleh initial return 28 persen. Initial return perusahaan tersebut dipengaruhi oleh penggunaan penjamin emisi yang memiliki reputasi, total aktiva yang tinggi, umur perusahaan yang sudah tua dan persentase saham yang ditawarkan perusahaan besar. Initial return PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk tidak dipengaruhi oleh nilai DAR yang tinggi, DER yang tinggi, ROA yang rendah dan ROE yang rendah. 6.2.10 PT FKS Multi Agro Tbk PT FKS Multi Agro Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perikanan industri, makan protein hewani, dan makan minyak biji. PT FKS Multi Agro Tbk berdiri pada 27 Juni 1992 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 18 Januari 2002. PT FKS Multi Agro Tbk menunjuk PT Bhakti Capital Indonesia Tbk untuk membantu perusahaan dalam initial public offering. PT Bhakti Capital Indonesia Tbk masuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Bhakti Capital Indonesia Tbk berada di peringkat 9 perusahaan yang aktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. 76 Frekuensi perdagang yang dilakukan PT Bhakti Capital Indonesia Tbk sebanyak 132.818 kali. Harga initial public offering PT FKS Multi Agro Tbk pada hari pertama sebesar Rp 125 per lembar saham. Total saham yang ditawarkan perusahaan sebesar 80 juta lembar saham atau 16,67 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT FKS Multi Agro Tbk dan perusahaan penjamin emisi. Harga initial public offering PT FKS Multi Agro Tbk pada penutupan hari pertama initial public offering berada pada harga Rp 160 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT FKS Multi Agro Tbk diminati oleh investor sehingga harga saham mengalami kenaikan. Initial return yang diperoleh PT FKS Multi Agro Tbk pada penawaran hari pertama tersebut sebesar 28 persen. Pada tahun 1999, PT FKS Multi Agro Tbk memiliki total aktiva sebesar 12,4 milyar rupiah dan meningkat menjadi 43,1 milyar rupiah pada tahun 2000. Pada tahun berikutnya di tahun 2001, total aktiva PT FKS Multi Agro Tbk turun menjadi 42,1 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan perusahaan mengalami perkembangan dalam menjalankan bisnis sehingga dapat meningkatkan jumlah asset sebelum perusahaan tersebut initial public offering. Pada tahun 1999 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 3,04 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 15,2 milyar rupiah. Jumlah kewajiban turun pada tahun 2001 menjadi 1,3 milyar rupiah. Total kewajiban yang turun menunjukan bahwa perusahaan mengurangi jumlah utang perusahaan yang berasal dari pihak luar. Pada tahun 1999, total ekuitas PT FKS Multi Agro Tbk tercatat sebesar 9,4 milyar rupiah dan meningkat pada 2000 menjadi 27,9 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2001, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 40,7 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan. Sebelum melakukan initial public offering, PT FKS Multi Agro Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 1999, PT FKS Multi Agro Tbk memperoleh laba bersih sebesar 101,7 juta rupiah dan meningkat pada tahun 2000 menjadi 430,04 juta rupiah. Laba bersih PT FKS Multi Agro Tbk kembali meningkat pada tahun 2001 menjadi 884,2 juta rupiah. Laba bersih yang 77 meningkat menunjukan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 25). Tabel 25. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2001 42.101.970.000 1.381.280.000 40.720.690.000 884.260.000 Tahun 2000 43.150.710.000 15.214.270.000 27.936.440.000 430.040.000 1999 12.455.840.000 3.049.440.000 9.406.400.000 101.740.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) pada tahun 1999 sebesar 32,42 dan 24,48 persen. Nilai DER sebesar 32,42 persen menunjukkan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 32,42 dan nilai DAR 24,48 persen menunjukkan bahwa total aktiva yang dibiayai utang sebesar 24,48 persen. Pada tahun 2000, DER PT FKS Multi Agro Tbk naik menjadi 54,46 persen dan turun pada tahun 2001 menjadi 3,39 persen. Nilai DAR PT FKS Multi Agro Tbk pada tahun 2000 mengalami kenaikan menjadi 35,26 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang naik pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang turun pada tahun 2001 dimana nilai DAR turun menjadi 3,39 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat diketahui dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT FKS Multi Agro Tbk pada tahun 1999 bernilai 0,82 persen. ROA sebesar 0,82 persen berarti laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 0,82 persen dari total aktiva. Pada tahun 2000 nilai ROA PT FKS Multi Agro Tbk meningkat menjadi 1,00 persen dan kembali naik pada tahun 2001 menjadi 2,1 persen. ROA yang meningkat menunjukan naiknya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. ROE PT FKS Multi Agro Tbk pada tahun 1999 bernilai 1,08 persen. ROE sebesar 1,08 persen tersebut menunjukkan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan adalah sebesar 1,08 persen. Pada tahun 2000 ROE PT FKS Multi Agro Tbk bernilai 1,54 persen dan pada tahun 2001 nilai ROE tersebut naik kembali menjadi 2,17 persen. Nilai ROE yang naik 78 menunjukkan para pemegang saham akan memperoleh kenaikan dividen yang diakibatkan oleh naiknya harga saham perusahaan (Tabel 26). Tabel 26. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 1999-2001 Uraian DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) Tahun 2000 2001 3,28 3,39 2,10 2,17 1999 35,26 54,46 1,00 1,54 24,48 32,42 0,82 1,08 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT FKS Multi Agro Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 28 persen. Initial return tersebut dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang memiliki reputasi, umur perusahaan yang sudah tua, dan nilai DAR serta DER yang rendah. Initial return PT FKS Multi Agro Tbk tidak dipengaruhi oleh total aktiva yang rendah, ROA dan ROE yang rendah, serta persentase jumlah saham yang ditawarkan ke publik yang sedikit. 6.2.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk PT Wahana Phonix Mandiri Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha penyediaan produk-produk pertanian dan maritim, perdagangan umum dan industri transportasi. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk berdiri pada 7 Agustus 1993 dan mencatatkan namanya di bursa efek pada 22 Juni 2001. PT Wahana Phonix Mandiri Tbk menunjuk PT Pridana Futura Centra Investama untuk membantu perusahaan dalam initial public offering. PT Pridana Futura Centra Investama tidak termasuk ke dalam 10 besar perusahaan penjamin emisi teraktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. PT Pridana Futura Centra Investama berada di luar peringkat 50 besar perusahaan yang aktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. Harga initial public offering PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada hari pertama sebesar Rp 175 per lembar saham. Total saham yang ditawarkan perusahaan sebesar 200 juta lembar saham atau 38,46 persen dari total saham perusahaan. Penetapan harga penawaran perdana saham tersebut merupakan hasil dari kesepakatan antara PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dan perusahaan penjamin emisi. Harga initial public offering PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada penutupan hari pertama initial public offering berada pada harga Rp 505 per lembar saham. Kenaikan tersebut menunjukan saham PT Wahana Phonix Mandiri 79 Tbk banyak diminati oleh investor. Initial return yang diperoleh PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada penawaran hari pertama tersebut sebesar 188,5 persen. Pada tahun 1998, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk memiliki total aktiva sebesar 7,8 milyar rupiah dan meningkat menjadi 13,5 milyar rupiah pada tahun 1999. Pada tahun berikutnya di tahun 2000, total aktiva PT Wahana Phonix Mandiri Tbk kembali meningkat menjadi 61,1 milyar rupiah. Peningkatan total aktiva tersebut menunjukan perusahaan mengalai perkembangan dalam bisnis sehingga dapat meningkatkan jumlah asset perusahaan sebelum melakukan initial public offering. Pada tahun 1998 tercatat perusahaan memiliki total kewajiban sebesar 7,1 milyar rupiah dan meningkat pada tahun 1999 menjadi 11,7 milyar rupiah. Total kewajiban tersebut kembali meningkat pada tahun 2000 menjadi 37,9 milyar rupiah. Total kewajiban yang meningkat menunjukkan bahwa perusahaan meningkatkan jumlah utang dalam menjalankan bisnisnya. Pada tahun 1998, total ekuitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk tercatat sebesar 733 juta rupiah dan meningkat pada 1999 menjadi 1,78 milyar rupiah. Kemudian pada tahun 2000, total ekuitas tersebut kembali meningkat menjadi 37,9 milyar rupiah. Total ekuitas yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan laba perusahaan yang berasal dari usaha perusahaan.. Sebelum initial public offering, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk berhasil meningkatkan jumlah laba bersih selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 1998, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk memperoleh laba bersih sebesar 331 juta rupiah dan meningkat pada tahun 1999 menjadi 1,05 milyar rupiah. Laba bersih PT Wahana Phonix Mandiri Tbk kembali meningkat pada tahun 2000 menjadi 4,2 milyar rupiah. Laba bersih yang terus meningkat menunjukkan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan dan mengurangi beban usaha (Tabel 27). Tabel 27. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 1998-2000 Uraian Total Aktiva (Rp) Total Kewajiban (Rp) Total Ekuitas (Rp) Laba Bersih (Rp) 2000 61.148.000.000 22.994.000.000 37.933.000.000 4.298.000.000 Tahun 1999 13.537.000.000 11.752.000.000 1.785.000.000 1.051.000.000 1998 7.899.000.000 7.166.000.000 733.000.000 331.000.000 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Nilai rasio solvabilitas seperti Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Assets Ratio (DAR) PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun 1998 80 tercatat sebesar 977,63 dan 90,72 persen. Nilai DER sebesar 977,63 persen menunjukan bahwa perbandingan antara kewajiban dan modal sendiri adalah 977,63 dan nilai DAR 90,72 persen menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai utang sebesar 90,72 persen. Pada tahun 1999, DER PT Wahana Phonix Mandiri Tbk turun menjadi 658,38 persen dan kembali turun pada tahun 2000 menjadi 60,62 persen. Nilai DAR PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun 1999 juga mengalami penurunan menjadi 86,81 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa aktiva yang dibiayai oleh utang turun pada tahun tersebut. Total aktiva yang dibiayai utang kembali turun pada tahun 2000 dimana nilai DAR turun menjadi 37,6 persen. Selain rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan juga dapat dihitung dengan menghitung nilai rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun 1998 bernilai 4,19 persen. ROA sebesar 4,19 persen berarti bahwa laba bersih yag diperoleh perusahaan adalah sebesar 4,19 persen dari total aktiva. Pada tahun 1999 nilai ROA PT Wahana Phonix Mandiri Tbk meningkat menjadi 7,76 persen dan kembali turun pada tahun 2000 menjadi 7,03 persen. ROA yang turun menunjukan turunnya tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan. ROE PT Wahana Phonix Mandiri Tbk pada tahun 1998 bernilai 45,16 persen. ROE sebesar 45,16 persen tersebut menunjukan bahwa tingkat return yang diperoleh perusahaan atas modal yang diinvestasikan sebesar 45,16 persen. Pada tahun 1999 ROE PT Wahana Phonix Mandiri Tbk bernilai 58,88 persen dan pada tahun 2000 nilai ROE tersebut turun menjadi 11,33 persen. Nilai ROE yang tinggi menunjukkan para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham (Tabel 28). Tabel 28. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 1998-2000 Uraian DAR (%) DER (%) ROA (%) ROE (%) 2000 37,60 60,62 7,03 11,33 Tahun 1999 86,81 658,38 7,76 58,88 1998 90,72 977,63 4,19 45,16 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 Initial public offering PT Wahana Phonix Mandiri Tbk berhasil memperoleh initial return sebesar 189 persen. Initial return perusahaan tersebut tidak dipengaruhi oleh penggunaan jasa penjamin emisi yang tidak memiliki 81 reputasi di Bursa Efek Indonesia, total aktiva yang rendah, umur perusahaan yang masih muda, nilai DAR dan DER yang tinggi, nilai ROA dan ROE yang rendah. Initial return PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dipengaruhi oleh persentase saham yang ditawarkan ke publik besar. 6.3 Kinerja Initial Public Offering Sektor Agribisnis Sebelas perusahaan agribisnis yang melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia periode 2000 hingga 2008, terdapat satu perusahaan yang memiliki nilai initial return lebih dari seratus persen, yaitu PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Perusahaan tersebut memiliki nilai initial return 189 persen. Nilai initial return yang tinggi menunjukkan harga saham perusahaan agribisnis tersebut pada saat perdagangan mengalami peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga initial public offering. Initial return yang tinggi memperlihakan bahwa perusahaan berhasil dalam melakukan initial public offering pada hari pertama dengan memperoleh keuntungan yang besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada PT Sampoerna Agro Tbk dan PT Tunas Baru Lampung Tbk, kedua perusahaan tersebut hanya memperoleh initial return sebesar 8 dan 9 persen. Sebelum melakukan initial public offering, perusahaan agribisnis terlebih dahulu akan menunjuk sebuah perusahaan penjamin emisi (underwriter) untuk membantu perusahaan dalam menawarkan saham perdananya ke publik. Perusahaan agribisnis yang akan initial public offering dapat menunjuk secara bebas underwriter sesuai dengan kriteria yang diterapkan perusahaan tersebut. Underwriter yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki reputasi yang berbeda. Reputasi underwriter dapat dinilai dari peringkat berdasarkan jumlah nilai perdagangan dan jumlah frekuensi perdagangan yang dilakukan. Pada penelitian ini, underwriter yang memiliki reputasi yang baik yaitu underwriter yang masuk kedalam sepuluh besar underwriter paling aktif berdasarkan total frekuensi perdagangan. Terdapat empat perusahaan menggunakan jasa penjamin emisi yang memiliki reputasi baik dan tidak ada perusahaan yang memiliki nilai initial return yang tinggi. Perusahaan yang tidak menggunakan jasa penjamin emisi yang beputasi berjumlah tujuh perusahaan dan terdapat empat perusahaan yang memiliki initial return tinggi. Perusahaan tersebut diantaranya seperti PT 82 Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Wahana Phonix Mandiri Tbk, PT Bisi International Tbk, dan PT Central Proteinaprima Tbk. Perusahaan agribisnis yang initial public offering pada 2000 hingga 2008 rata-rata telah berdiri sejak lama. Terdapat tujuh perusahaan yang telah berumur sama atau lebih dari sepuluh tahun ketika melakukan initial public offering. Perusahaan tersebut diantaranya PT Bisi International Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, Tunas Baru Lampung Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, dan PT FKS Multi Agro Tbk. Sedangkan terdapat empat perusahaan yang berumur di bawah sepuluh tahun ketika melakukan initial public offering. Perusahaan tersebut diantaranyaPT Malindo Feedmill Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Gozco Plantations Tbk, dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Perusahaan yang berumur di atas sepuluh tahun yang memiliki initial return tinggi berjumlah dua perusahaan dan perusahaan yang berumur di bawah sepuluh tahun berjumlah dua perusahaan. Namun, perusahaan yang memiliki initial return paling tinggi berasal dari perusahaan yang berumur di bawah sepuluh tahun. Perusahaan tersebut adalah PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Ukuran perusahaan yang initial public offering pada 2000 hingga 2008 diukur berdasarkan total aktivanya. PT Central Proteinaprima Tbk merupakan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang paling besar dari sebelas perusahaan yang ada. Total aktiva perusahaan tersebut pada saat melakukan initial public offering tercatat sebesar 2,4 triliun rupiah. Total aktiva yang tinggi menunjukan perusahaan tersebut mampu menghasilkan total penjualan yang sangat tinggi. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang paling kecil yaitu PT FKS Multi Agro Tbk dengan total aktiva perusahaan sebesar 42,1 milyar rupiah. Perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar memperoleh initial return lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki ukuran lebih kecil. Setiap perusahaan membutuhkan dana dari sumber lain seperti pinjaman dari pihak lain untuk membiayai operasional perusahaan. Debt to Total Assets Ratio (DAR) merupakan perbandingan antara total utang terhadap jumlah aktiva perusahaan. Semakin tinggi DAR maka besar resiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Perusahaan yang memiliki DAR tertinggi adalah PT Tunas Baru 83 Lampung dengan nilai initial return 9 persen sedangkan perusahaan yang memiliki DAR terendah adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dengan initial return 68 persen. Debt To Equity Ratio (DER) menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu perbandingan antara utang terhadap modal sendiri. Semakin kecil DER maka struktur modal perusahaan semakin baik. Perusahaan yang memiliki DER tertinggi adalah PT Tunas Baru Lampung dengan nilai initial return 9 persen sedangkan perusahaan yang memiliki DAR terendah adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dengan initial return 68 persen. Dari 11 perusahaan agribisnis yang diteliti, terdapat satu perusahaan yang memiliki nilai Return on Assets (ROA) paling tinggi. Perusahaan yang memiliki ROA tertinggi yaitu PT Sampoerna Agro Tbk dan perusahaan yang memiliki ROA terendah yaitu PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Nilai ROA yang tinggi menunjukan tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tinggi dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Perusahaan dengan ROA tertinggi tersebut memiliki nilai initial return sebesar 9 persen sedangkan perusahaan dengan ROA terendah memiliki initial return sebesar 68 persen. Return on Equity (ROE) bertujuan untuk menggambarkan seberapa besar kemampuan pendapatan bersih perusahaan yang dapat diperoleh para pemegang saham atas modal yang disetor. ROE yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada pemegang saham. Terdapat empat perusahaan yang memiliki ROE tinggi diantaranya PT Malindo Feedmill Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk, PT Bisi International Tbk, dan PT Sampoerna Agro Tbk. Sedangkan perusahaan yang memiliki ROE paling rendah yaitu PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Pada perusahaan dengan ROE tinggi hanya terdapat satu perusahaan yang memiliki nilai initial return yang tinggi sedangkan perusahaan dengan ROE rendah memiliki initial return yang tinggi. Jumlah saham yang dilepaskan perusahaan agribisnis pada saat initial public offering beragam sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan agribisnis yang paling besar menawarkan saham perusahaannya adalah PT Tunas Baru Lampung Tbk. Perusahaan tersebut menawarkan 41,24 persen saham perusahaan ke publik. Meskipun jumlah saham yang ditawarkan besar tapi initial 84 return perusahaan agribisnis tersebut kecil. Perusahaan agribisnis yang menawarkan saham perusahaan paling sedikit yaitu PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Perusahaan tersebut hanya menawarkan saham sebesar 13,04 persen dari total saham perusahaan. Meskipun perusahaan tersebut menawarkan saham dengan jumlah yang sedikit, perusahaan tersebut dapat memperoleh initial return yang tinggi. 6.4 Kinerja Perusahaan Agribisnis setelah Initial Public Offering 6.4.1 PT Bisi International Tbk Neraca keuangan PT Bisi International Tbk setelah go public pada tahun 2007 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2008, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban, total ekuitas dan laba bersih perusahaan. Total aktiva perusahaan menjadi variabel yang paling meningkat jumlahnya. Hal sebaliknya terjadi pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan total aktiva, total kewajiban dan laba bersih. Laba bersih perusahaan merupakan variabel yang turun sangat besar. Hal tersebut terjadi karena pendapatan PT Bisi International Tbk juga turun pada tahun tersebut. Hingga 30 September 2010, neraca keuangan PT Bisi International Tbk kembali membaik dengan meningkatnya total aktiva, ekuitas dan laba bersih sedangkan total kewajiban perusahaan mengalami penurunan (Gambar 3). Gambar 3. Neraca Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Bisi International Tbk setelah melakukan go public cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio 85 profitabilitas dan solvabilitas PT Bisi International Tbk. Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT Bisi International Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) meningkat. Sebaliknya pada tahun 2009, ROA dan ROE PT Bisi International Tbk turun drastis melewati nilai ROA dan ROE perusahaan pada saat tahun pertama go public. Hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Bisi International Tbk kembali membaik dengan meningkatnya ROA dan ROE tersebut. Hal tersebut menunjukkan perusahaan memperoleh keuntungan usaha karena harga saham perusahaan naik. Pada tahun 2008, rasio solvabilitas PT Bisi International Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, DAR dan DER PT Bisi International Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Hingga 30 September 2010, DAR dan DER perusahaan tersebut kembali turun. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT Bisi International Tbk mengurangi penggunaan utang dalam membiayai aktiva dan modal perusahaan (Gambar 4). Gambar 4. Kinerja Keuangan PT Bisi International Tbk Tahun 2007- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.2 PT Malindo Feedmill Tbk Neraca keuangan PT Malindo Feedmill Tbk setelah go public pada tahun 2006 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban, dan total ekuitas perusahaan. Hal berbeda terjadi pada tahun 2008 dimana terjadi penurunan total ekuitas dan laba bersih sedangkan total aktiva dan total kewajiban perusahaan terus meningkat. 86 Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, neraca keuangan PT Malindo Feedmill Tbk membaik dengan meningkatnya total aktiva, ekuitas dan laba bersih sedangkan total kewajiban perusahaan mengalami penurunan (Gambar 5). Gambar 5. Neraca Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Malindo Feedmill Tbk setelah melakukan go public cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang tidak stabil. Pada tahun 2007, rasio profitabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) turun. Hal tersebut menunjukkan perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2008, ROA PT Malindo Feedmill Tbk kembali turun sedangkan ROE perusahaan mengalami peningkatan. Nilai ROA dan ROE PT Malindo Feedmill Tbk meningkat pada tahun 2009. Hingga 30 September 2010, ROA PT Malindo Feedmill Tbk meningkat sedangkan sedangkan ROE perusahaan turun. Pada tahun 2007 hingga 2008, rasio solvabilitas PT Malindo Feedmill Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, DAR dan DER PT Malindo Feedmill Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah utang PT Malindo Feedmill Tbk mulai berkurang untuk membiayai aktiva dan modal (Gambar 6). 87 Gambar 6. Kinerja Keuangan PT Malindo Feedmill Tbk Tahun 2006- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.3 PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Neraca keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk setelah go public pada tahun 2004 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2005 hingga 2006, terjadi penurunan total aktiva, total ekuitas dan laba bersih perusahaan. Hal berbeda terjadi pada total kewajiban yang terus meningkat pada tahun tersebut. Pada tahun 2007 total aktiva, ekuitas dan laba bersih perusahaan mengalami peningkatan sedangkan total kewajiban turun hingga tahun 2008. Pada tahun 2008 hingga 2010, kondisi keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk kurang baik karena total aktiva dan ekuitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terus turun. Selain itu, total kewajiban perusahaan pada tahun 2009 hingga 2010 terus meningkat dan kerugian perusahaan dapat dikurangi pada tahun 2009 hingga 2010 (Gambar 7). 88 Gambar 7. Neraca Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk setelah melakukan go public berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Pada tahun 2005 hingga 2010, rasio profitabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) kurang baik karena nilai ROA dan ROE perusahaan tersebut negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2005 hingga 2006, rasio solvabilitas PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) kurang baik karena mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 hingga 2008, DAR dan DER PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk membaik dengan turunnya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 hingga 2010, DAR dan DER perusahaan kembali kurang baik karena naiknya nilai kedua variabel tersebut (Gambar 8). 89 Gambar 8. Kinerja Keuangan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk Tahun 2004- 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.4 PT Gozco Plantations Tbk Neraca keuangan PT Gozco Plantations Tbk setelah go public pada tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia meningkat kecuali ekuitas dan laba bersih yang berfluktuatif. Pada tahun 2009, terjadi peningkatan total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba bersih perusahaan. Hingga 30 Juni 2010, terjadi peningkatan pada total aktiva dan total kewajiban perusahaan sedangkan ekuitas dan laba bersih turun. Laba bersih yang turun disebabkan oleh turunnya pendapatan perusahaan sedangkan penurunan ekuitas disebabkan oleh turunnya laba perusahaan (Gambar 9). Gambar 9. Neraca Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 90 Kinerja keuangan PT Gozco Plantations Tbk setelah melakukan go public cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk. Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT Gozco Plantations Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) mengalami peningkatan. Hingga 30 Juni 2010, ROA dan ROE PT Gozco Plantations Tbk menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2009 hingga 30 Juni 2010, rasio solvabilitas PT Gozco Plantations Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa utang perusahaan yang digunakan untuk membiayai aktiva dan modal meningkat (Gambar 10). Gambar 10. Kinerja Keuangan PT Gozco Plantations Tbk Tahun 2008- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.5 PT Sampoerna Agro Tbk Neraca keuangan PT Sampoerna Agro Tbk setelah go public pada tahun 2007 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2007 hingga 30 September 2010, terjadi peningkatan total aktiva dan total ekuitas perusahaan. Hal berbeda terjadi pada total kewajiban dan laba bersih yang cenderung berfluktuatif pada tahun tersebut. Pada tahun 2008 hingga 2009, total kewajiban perusahaan turun dan meningkat pada tahun selanjutnya. Pada tahun 2008 laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk meningkat dan kemudian turun pada tahun 2009 hingga 30 September 2010 (Gambar 11). 91 Gambar 11. Neraca Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Sampoerna Agro Tbk setelah melakukan go public cenderung berfluktuatif. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk. Pada tahun 2008, rasio profitabilitas PT Sampoerna Agro Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) meningkat. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Sampoerna Agro Tbk kurang baik karena mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena laba usaha perusahaan turun. Pada tahun 2008 hingga 2009, rasio solvabilitas PT Sampoerna Agro Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami penurunan. Sedangkan hingga 30 September 2010, tercatat DAR dan DER PT Sampoerna Agro Tbk memiliki kinerja yang kurang baik dengan naiknya nilai DAR dan DER perusahaan tersebut (Gambar 12). 92 Gambar 12. Kinerja Keuangan PT Sampoerna Agro Tbk Tahun 2007- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.6 PT Tunas Baru Lampung Tbk Neraca keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah go public pada tahun 2000 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2001 hingga 30 September 2010, terjadi trend peningkatan pada total aktiva, total kewajiban, dan ekuitas perusahaan. Pada tahun 2009, total aktiva dan total kewajiban PT Tunas Baru Lampung Tbk turun dan pada tahun selanjutnya total aktiva dan kewajiban kembali meningkat. Pada tahun 2008, terjadi penurunan total ekuitas perusahaan dan pada tahun selanjutnya ekuitas PT Tunas Baru Lampung Tbk kembali meningkat. Hal berbeda terjadi pada laba bersih dimana jumlahnya cenderung berfluktuatif. Laba bersih terbesar yang diperoleh PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2010 sedangkan laba bersih terendah terjadi pada tahun 2001 (Gambar 13). 93 Gambar 13. Neraca Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas yang rendah dan solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang tinggi. Pada tahun 2009, rasio profitabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) memperoleh nilai tertinggi. Pada tahun 2008, rasio solvabilitas PT Tunas Baru Lampung Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memperoleh nilai tertinggi setelah perusahaan tersebut go public (Gambar 14). Gambar 14. Kinerja Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk Tahun 2000- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 94 6.4.7 PT Central Proteinaprima Tbk Neraca keuangan PT Central Proteinaprima Tbk setelah go public pada tahun 2006 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba bersih perusahaan mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, neraca keuangan membaik dengan meningkatnya total aktiva dan ekuitas serta turunnya total kewajiban hingga tahun 2009. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010 total aktiva dan ekuitas mengalami penurunan sedangkan terjadi kenaikan total kewajiban hingga 30 September 2010. PT Central Proteinaprima Tbk mengalami kerugian pada tahun 2008 hingga 30 September 2010 (Gambar 15). Gambar 15. Neraca Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Central Proteinaprima Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan rasio profitabilitas yang rendah dan solvabilitas PT Central Proteinaprima Tbk yang tinggi. Pada tahun 2007, rasio profitabilitas PT Central Proteinaprima Tbk seperti Return on Asset (ROA) mengalami penurunan dan Return on Equity (ROE) mengalami kenaikan. Pada tahun 2008 hingga 30 September 2010, ROA dan ROE PT Central Proteinaprima Tbk kurang baik karena bernilai negatif. Pada tahun 2007, rasio solvabilitas PT Central Proteinaprima Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2008, DAR dan DER PT Central Proteinaprima Tbk membaik dengan turunnya nilai 95 DAR dan DER perusahaan tersebut. Pada tahun 2009 hingga 30 September 2010, DAR dan DER kembali kurang baik dengan meningkatnya nilai kedua variabel tersebut (Gambar 16). Gambar 16. Kinerja Keuangan PT Central Proteinaprima Tbk Tahun 2006- 30 September 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.8 PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Neraca keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk setelah go public pada tahun 2002 di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2003 hingga 2005, terjadi penurunan total aktiva, total kewajiban, ekuitas dan laba perusahaan. Pada tahun 2003, PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk memperoleh laba bersih terkecil setelah melakukan go public (Gambar 13). Gambar 17. Neraca Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 96 Kinerja keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk setelah melakukan go public cenderung baik dalam penggunaan kewajiban tapi tidak untuk perolehan laba bersih. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk. Pada tahun 2003 hingga 2005, rasio profitabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) bernilai negatif. Hal tersebut menunjukkan perusahaan mengalami kerugian usaha karena harga saham perusahaan turun. Pada tahun 2003 hingga 2005, rasio solvabilitas PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memengalami penurunan setelah perusahaan tersebut go public. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengurangi utang dalam membiayai aktiva dan modal (Gambar 14). Gambar 18. Kinerja Keuangan PT Anugerah Tambak Perkasindo Tbk Tahun 2002- 2005 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.9 PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Neraca keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk setelah go public pada tahun 2000 di Bursa Efek Indonesia cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2007, total aktiva dan ekuitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk memperoleh jumlah tertinggi selama menjadi perusahaan terbuka. Pada tahun 2009 hingga 30 Juni 2010 menjadi tahun PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk mengalami nilai total aktiva dan ekuitas terendah selama menjadi perusahaan terbuka. Total kewajiban PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk mengalami trend peningkatan selama perusahaan menjadi perusahaan terbuka. 97 Selama menjadi perusahaan terbuka, PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk selalu mengalami kerugian, dan laba bersih tertinggi diperoleh pada tahun 2000 dan mengalami kerugian paling besar pada tahun 2009 (Gambar 19). Gambar 19. Neraca Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. Selama menjadi perusahaan terbuka, rasio profitabilitas PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) selalu bernilai kecil dan negatif. Sedangkan DAR dan DER PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, memiliki nilai yang besar dan berada diatas nilai ROA dan ROE. Hal tersebut menunjukan kinerja keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk kurang baik karena perusahaan mengalami penurunan total aktiva, ekuitas, dan laba bersih serta perusahaan menggunakan utang untuk membiayai aktiva dan modal (Gambar 20). 98 Gambar 20. Kinerja Keuangan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Tahun 2000- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 6.4.10 PT FKS Multi Agro Tbk Neraca keuangan PT FKS Multi Agro Tbk setelah go public pada tahun 2002 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2002 hingga 30 Juni 2010, terjadi trend peningkatan pada total aktiva, total kewajiban, ekuitas, dan laba bersih perusahaan. Pada tahun 2003, total aktiva dan total kewajiban PT FKS Multi Agro Tbk sempat turun dan pada tahun selanjutnya total aktiva dan kewajiban kembali meningkat. Pada tahun 2008, kembali terjadi penurunan total aktiva dan kewajiban perusahaan dan tahun selanjutnya kembali meningkat. Ekuitas PT FKS Multi Agro Tbk terus meningkat setelah perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Hal berbeda terjadi pada laba bersih PT FKS Multi Agro Tbk dimana jumlahnya cenderung berfluktuatif. Laba bersih tertinggi yang diperoleh PT FKS Multi Agro Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2009 sedangkan laba bersih terendah terjadi pada tahun 2004 (Gambar 21). 99 Gambar 21. Neraca Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT FKS Multi Agro Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan rasio profitabilitas yang rendah dan solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk yang tinggi. Rasio profitabilitas PT FKS Multi Agro Tbk pada tahun 2003 seperti Return on Asset (ROA) memperoleh nilai tertinggi selama perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Sedangkan Return on Equity (ROE) memperoleh nilai tertinggi pada tahun 2007. Pada tahun 2007, rasio solvabilitas PT FKS Multi Agro Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) memperoleh nilai tertinggi setelah perusahaan tersebut go public (Gambar 22). Gambar 22. Kinerja Keuangan PT FKS Multi Agro Tbk Tahun 2002- 30 Juni 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 100 6.4.11 PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Neraca keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah go public pada tahun 2001 di Bursa Efek Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2002 hingga 30 September 2010, total aktiva, total kewajiban, dan ekuitas perusahaan terus mengalami peningkatan. Hal berbeda terjadi pada laba bersih PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dimana jumlahnya cenderung mengalami penurunan. Laba bersih terbesar yang diperoleh PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah go public terjadi pada tahun 2001 (Gambar 23). Gambar 23. Neraca Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30 Sepember 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) Kinerja keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk setelah melakukan go public kurang baik. Hal tersebut terlihat dengan pergerakan rasio profitabilitas dan solvabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Rasio profitabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena laba bersih perusahaan mengalami penurunan. Sedangkan rasio solvabilitas PT Wahana Phonix Mandiri Tbk yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kewajiban dalam membiayai aktiva dan modal meningkat (Gambar 24). 101 Gambar 24. Kinerja Keuangan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk Tahun 2001- 30 Sepember 2010 Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 102 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses initial public offering perusahaan agribisnis di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja perusahaan agribisnis saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2000 hingga 2008. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh bahwa proses initial public offering perusahaan agribisnis tidak berbeda dengan initial public offering perusahaan sektor lainnya. Setiap perusahaan akan melewati beberapa tahap pada saat initial public offering. Tahapan tersebut terdiri dari rencana go public, persiapan menuju go public, pelaksanaan go public, penawaran umum, dan kewajiban emiten setelah go public. Kinerja perusahaan agribisnis saat melakukan initial public offering di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2000 hingga 2008 menunjukan hasil yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena bidang usaha perusahaan tersebut berbeda. Berdasarkan sub sektornya, perusahaan agribisnis yang memiliki initial return paling tinggi pada sub sektor hulu, on-farm dan hilir adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Central Proteinaprima Tbk dan PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Initial return tinggi yang diperoleh PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk dipengaruhi oleh Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah. Initial return PT Central Proteinaprima Tbk dipengaruhi oleh ukuran perusahaan yang besar, Return on Equity yang tinggi, dan umur perusahaan yang sudah tua. Initial return PT Wahana Phonix Mandiri Tbk dipengaruhi oleh persentase saham yang ditawarkan ke publik sangat besar. Secara keseluruhan, perusahaan agribisnis yang memiliki initial return yang tertinggi adalah PT Wahana Phonix Mandiri Tbk. Initial return yang diperoleh perusahaan pada saat melakukan initial public offering dapat menunjukan seberapa besar saham perusahaan diminati oleh investor. Tingginya initial return pada penutupan hari pertama dapat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan sebelum melakukan initial public offering. Rendahnya initial return dapat terjadi karena tingginya harga saat initial public offering sehingga saham tidak banyak dibeli calon investor. Hal berbeda dapat terjadi jika perusahaan tersebut menjual harga initial public offering rendah. Selain faktor harga saham perdana, calon investor akan membeli saham tersebut jika perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dan prospek yang bagus. 7.2 Saran Bagi calon investor, sebelum memulai berinvestasi pada perusahaan agribisnis yang akan initial public offering, calon investor sebaiknya melihat bidang usaha yang dijalankan oleh perusahaan agribisnis tersebut. Setelah melihat bidang usaha, calon investor memeriksa laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut sebelum melakukan initial public offering. Perusahaan yang memiliki kinerja baik yaitu perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar, nilai Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah serta nilai Return On Asset dan Return on Equity yang tinggi. Bagi perusahaan agribisnis, sebelum melakukan initial public offering sebaiknya memperbaiki kinerja keuangan perusahaan dengan meningkatkan total aktiva perusahaan, modal sendiri, laba bersih dan mengurangi jumlah utang perusahaan. Hal tersebut akan membantu dalam memperbaiki rasio-rasio keuangan yang menjadi ukuran kinerja perusahaan seperti Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Return on Equity. Nilai rasio yang baik akan banyak menarik calon investor untuk membeli saham perusahaan agribisnis tersebut sehingga initial return yang tinggi pada saat initial public offering dapat tercapai. 104 DAFTAR PUSTAKA [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2009. IDX Statistics 2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia 2010. Jakarta: Bursa Efek Indonesia [BEJ] Bursa Efek Jakarta. 2007. Panduan Go Public. Jakarta: Bursa Efek Jakarta Chiraphadhanakul V, Gunawardana KD. 2005. The factors affecting on IPO return in Thai Stock Market. Proceedings of the International Conference on Computer and Industrial Management. Durukan MB. 2002. The Relationship Between IPO Returns and Factors Influencing IPO Performance: Case of Istambul Stock Exchange, Managerial Finance 28: 18-38 Febriana D. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham Perusahaan Go Public di BEJ (2000-2002) [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorehard. Jakarta. Bumi Aksara Iman GM. 2008. Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan di PT Bursa Efek Indonesia (periode Januari 2003-Desember 2007) [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Juma’atin D. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Initial Return dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta [skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia Ongkowijaya I. 2008. Analisis Faktor - faktor yang Mempengaruhi Kinerja Jangka Panjang Saham - saham Agribisnis Pasca IPO 2000 – 2005 [tesis]. Bogor: Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor. Puspopranoto S. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori, dan Realita. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia Ritter JR. 1998. Initial Public Offerings. Contemporary Finance Digest Vol. 2, No. 1 (Spring 1998), pp. 5-30 Samsul M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya. Penerbit Erlangga Sulistyastuti DR. 2002. Saham dan Obligasi: Ringkasan Teori dan Soal Jawab. Yogyakarta. Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta Syamsuddin L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Umbara CA. 2008. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Pada Saat Initial Public Offerings [skripsi]. Semarang: Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Zumaili S. 2008. Analisis Saham Sub Sektor Peternakan dan Pakan Ternak di PT Bursa Efek Jakarta (periode Januari 2003-Desember 2003) [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. 106 LAMPIRAN Lampiran 1. Perusahaan Agribisnis yang Melakukan initial Public Offering Tahun 2000-2008 1 Bisi International Tbk Kode Berdiri Emiten BISI 1 Janurai 1983 2 Gozco Plantations Tbk GZCO No Nama Perusahaan 10 Agustus 2001 Listing Underwriter 28 Mei 2007 PT Indopremir Securities 15 Mei 2008 PT CLSA Indonesia PT Semesta Indovest 3 Sampoerna Agro Tbk SGRO 7 Juni 1993 18 Juni 2007 PT Danareksa Sekuritas 4 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA 22 Desember 1973 14 Februari 2000 PT BNI Securities PT Mandiri Sekuritas PT CIMB Niaga Securities 5 Central Proteinaprima Tbk CPRO 30 April 1980 28 Nopember 2006 PT Danatama Makmur 6 Dharma Samudera Fishing Industries Tbk DSFI 2 Oktober 1973 24 Maret 2000 PT Trimegah Securities Tbk 8 Bumi Teknokultura Unggul Tbk BTEK 6 Juni 2001 14 Mei 2004 PT Inovasi Utama Sekurindo PT Meridian Capital Indonesia 9 Malindo Feedmill Tbk MAIN 10 Juni 1997 10 Februari 2006 PT CIMB-GK Securities Indonesia 10 Anugerah Tambak Perkasindo Tbk ATPK 12 Januari 1988 4 April 2002 11 FKS Multi Agro Tbk FISH 27 Juni 1992 18 Januari 2002 PT Usaha Bersama Sekuritas PT Bhakti Capital Indonesia Tbk 12 Wahana Phonix Mandiri Tbk WAPO 7 Agustus 1993 22 Juni 2001 PT Pridana Futura Centra Investama Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (diolah) 108 Lampiran 2. Kinerja Perusahaan Agribisnis Pada Saat Initial Public Offering Tahun 2000-2008 Kode Ukuran Perusahaan DAR DER ROA ROE IR Emiten (Rp) (%) (%) (%) (%) 0,22 63.759.320.000 11,40 12,87 1,56 1,76 ATPK 0,09 620.442.000.000 78,27 361,48 6,08 28,08 TBLA 0,28 42.101.970.000 3,28 3,39 2,10 2,17 FISH 0,68 80.184.773.290 0,36 0,36 0,56 0,56 BTEK 1,89 61.148.000.000 37,60 60,62 7,03 11,33 WAPO 0,28 103.960.000.000 67,30 205,78 1,86 5,69 DSFI 0,55 534.262.000.000 50,33 123,61 11,37 27,92 BISI 0,22 1.018.105.800.000 47,21 94,93 2,53 5,10 GZCO 0,28 314.028.000.000 66,33 197,03 14,99 44,51 MAIN 0,08 615.444.000.000 33,09 49,89 18,31 27,60 SGRO 0,68 2.498.007.000.000 53,49 115,72 8,05 17,42 CPRO OP Umur (%) (tahun) 33,00 14 41,24 27 16,67 10 13,04 3 38,46 8 28,57 27 30,00 24 30,00 7 17,99 9 24,41 14 16,38 26 Under writer 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 109 Lampiran 3. Harga Penawaran dan Harga Penutupan IPO Price (Rp) 200 Closing price (Rp) 310 Gozco Plantations Tbk 225 275 Sampoerna Agro Tbk 2340 2525 Tunas Baru Lampung Tbk 2200 2400 Central Proteinaprima Tbk 110 185 Dharma Samudera Fishing Industries Tbk 900 1150 Bumi Teknokultura Unggul Tbk 125 210 Malindo Feedmill Tbk 880 1130 Anugerah Tambak Perkasindo Tbk 300 365 FKS Multi Agro Tbk 125 160 Wahana Phonix Mandiri Tbk 175 505 Nama Emiten Bisi International Tbk 110