BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas berbahasa merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan bahasa tidak hanya sekedar ucapan melainkan merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat. Melalui bahasa seseorang dapat mengungkapkan pendapat, pemikiran, atau perasaannya. Bahasa juga berfungsi untuk menjalin kontak dan menjaga hubungan sosial serta dapat digunakan untuk menyampaikan dan memperoleh informasi. Besarnya peran bahasa dalam kehidupan menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu materi pembelajaran wajib yang diberikan di seluruh jenjang pendidikan. Alasan pentingnya belajar bahasa Indonesia menurut Pamungkas (2012: 24) yaitu bahasa mampu menunjukkan karakter bangsa. Bangsa Indonesia makin bermartabat apabila masyarakatnya mampu berbahasa dengan baik, bangga terhadap bahasanya, serta selalu menggunakan bahasa dengan santun. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar meliputi empat keterampilan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Zulela (2012: 5) keterampilan berbahasa dan bersastra meliputi empat komponen yaitu keterampilan menyimak (mendengar), keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada waktu peserta didik mendengarkan keterangan guru (keterampilan menyimak), ada peserta didik mencatat apa dianggapnya penting (keterampilan menulis) kemudian peserta didik membaca hasil tulisannya (keterampilan membaca) kemudian ada peserta didik yang bertanya tentang hal yang belum dipahaminya (keterampilan berbicara). Pada contoh kegiatan di atas dapat diketahui bahwa keempat aspek pembelajaran bahasa Indonesia tersebut saling berhubungan erat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia tidak mungkin guru hanya melatih satu komponen saja namun karena materi pembelajaran bahasa itu meliputi empat aspek, maka dalam pembelajaran bahasa ada pemfokusan dari aspek-aspek tersebut. Ada pembelajaran dengan fokus berbahasa dan pembelajaran dengan fokus sastra (Solchan, 2014:7.5). 1 2 Pembelajaran berfokus bahasa meliputi menyimak, berbicara, mendengarkan, dan menulis. Keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di Sekolah Dasar banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Kusumaningsih, dkk. (2013: 66) yang menyatakan bahwa keterampialn menulis sangat penting bagi peserta didik. Pengertian menulis menurut Rukayah (2013:6) adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir. Menulis tidak hanya sekedar menuliskan sebuah tulisan melainkan ada banyak manfaat yang terkandung di dalamnya yaitu peningkatan kecerdasan, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas), penumbuhan keberanian, dan pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi Dalman (2015: 6). Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting untuk dikuasai peserta didik di jenjang pendidikan manapun. Keterampilan menulis dapat diartikan sebagai kemampuan penulis dalam mengungkapkan pikiran, pengalaman, dan perasaan melalui bahasa tulis sehingga dipahami oleh pembaca. Keterampilan menulis karangan dapat dikategorikan menjadi lima macam yaitu keterampilan menulis narasi, deskripsi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Narasi adalah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian. Tulisan narasi biasanya dalam bentuk fiksi seperti novel, cerpen, dongeng, dan sebagainya (Zainurrahman, 2011: 37). Narasi dibedakan menjadi dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris (narasi faktual) menurut Dalman (2015: 111) adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Narasi sugestif (narasi artistik) merupakan suatu kejadian atau peristiwa atas tindakan atau perbuatan para tokohnya dapat merangsang daya khayal para pembaca sehingga pembaca merasa ditengah-tengah kejadian atau peristiwa yang dialami para tokoh (Keraf, 2003: 138). Berdasarkan observasi dan hasil wawancara terhadap Ibu Iin Chrisna, S.Pd SD, guru kelas IV SD Negeri Serengan 2 Surakarta (lampiran 4 halaman 151) yang dilaksanakan pada Sabtu, 5 Desember 2015 dapat disimpulkan bahwa bahasa 3 Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diangggap sulit bagi peserta didik khususnya jika peserta didik ditugaskan untuk menulis karangan seperti karangan narasi. Beberapa kesulitan dalam menulis karangan narasi yang dialami peserta didik SD Negeri Serengan 2 Surakarta yaitu peserta didik mengalami kesulitan dalam menuliskan suatu cerita secara kronologis atau runtut. Fakta rendahnya keterampilan menulis narasi diperkuat dengan data hasil nilai uji pratindakan yang dilakukan di SDN Serengan 2 Surakarta pada Senin, 07 Desember 2015. Hasil uji pratindakan menunjukkan bahwa keterampilan menulis narasi pada peserta didik kelas IV masih rendah. Dari 31 peserta didik terdapat 7 peserta didik yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu >75 atau sekitar 22,5% sedangkan peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sejumlah 24 peserta didik atau 77,5% dengan rata-rata kelas 63,79 (lampiran 12 halaman 174). Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan belum berhasil sehingga pembelajaran ini perlu ditingkatkan. Apabila rendahnya hasil keterampilan menulis narasi tidak segera diatasi maka akan menyebabkan peserta didik kesulitan dalam menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis. Kenyataan di SD Negeri Serengan 2 Surakarta menunjukkan bahwa faktor penyebab rendahnya keterampilan menulis narasi pada peserta didik kelas IV SD Negeri Serengan 2 yaitu guru kurang memberikan inovasi dalam penggunaan media pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru menggunakan media gambar yang tersedia dalam buku dan penggunaannya belum dimanfaatkan secara optimal. Saat pembelajaran peserta didik menjadi pasif dan ramai dalam pembelajaran sehingga saat ditugaskan untuk menulis karangan narasi peserta didik mengalami kesulitan untuk menuliskan karangan narasi. Banyak peserta didik yang masih belum mampu menulis secara runtut sehingga hasil tulisan peserta didik sulit dipahami. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam pembelajarann berupa penggunaan media pembelajaran interaktif yang akan membuat peserta didik tertarik dan antusias dalam pembelajaran menulis narasi. 4 Solusi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan menulis narasi yakni dengan menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan menarik dan sesuai dengan keadaan peserta didik. Prinsip penggunaan media menurut (Sanjaya, 2010 : 224) yaitu pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas, pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar peserta didik, penggunaan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas, dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran. Penggunaan media yang inovatif dan menarik maka akan tercipta pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan keterampilan menulis narasi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan prinsip penggunaan media adalah media Pop Up Book. Media Pop Up Book merupakan suatu bentuk figur tiga dimensi yang terletak pada gambar yang muncul dari halaman buku (Van Dyk, 2010: 19). Pop Up Book ini mempunyai sampul hard cover atau buku yang bersampul keras. Buku ini dapat membuat anak-anak tertarik karena adanya efek timbul pada buku tersebut. Dengan adanya gambar timbul, pembelajaran akan terlihat lebih menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat mengembangkan imajinasinya dalam menulis karangan narasi. Sejalan dengan pemikiran di atas Safitri & Suparkun (2014: 4) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa penggunaan media Pop Up Book dapat menstimulasi keterampilan menulis narasi sebagai upaya mengoptimalkan keterampilan berbahasa dalam proses pembelajaran. Media Pop Up Book pernah diteliti oleh Setyawan (2010) dengan judul “Penerapan Pop Up Book untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Peserta didik Kelas II SDN Wonoharjo Kemusu Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media Pop Up Book dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas II Up Book serta dapat digunakan sebagai media pembelajaran berbahasa yang menarik bagi peserta didik. 5 Menurut Rahmawati (mengutip dari pendapat Bluemel dan Taylor, 2012: 23), menyebutkan beberapa kegunaan media Pop Up Book adalah untuk menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku dan membaca, dapat menjembatani situasi kehidupan nyata dan simbol yang mewakilinya, dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, dapat membantu anak menangkap makna melalui perwakilan gambar yang menarik (2014: 4). Dengan demikian, penerapan media Pop Up Book dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi pada peserta didik kelas IV SD Negeri Serengan 2 Surakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang keterampilan menulis narasi melalui media Pop Up Book. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi melalui Media Pop Up Book pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri Serengan 2 Surakarta Tahun 2015/2016.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah penggunaan media Pop Up Book dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada peserta didik kelas IV SD Negeri Serengan 2 Surakarta tahun 2015/2016?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book pada peserta didik kelas IV SD Negeri Serengan 2 Surakarta tahun 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalam penelitian ini. Manfaat penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Memberikan sumbangan teoretis tentang peningkatan keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book. 6 b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya dalam peningkatan keterampilan menulis narasi pada peserta didik kelas IV SD Negeri Serengan 2 Surakarta. c. Sebagai bahan pertimbangan selanjutnya tentang peningkatan keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book. 2. Manfaat praktis a. Bagi Peserta didik 1) Meningkatnya keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book. 2) Meningkatnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book. 3) Meningkatnya motivasi peserta didik untuk yang inovatif mengembangan keterampilan menulis narasi. b. Bagu Guru 1) Mengembangkan pembelajaran dan kreatif menggunakan media Pop Up Book dalam pembelajaran menulis narasi. 2) Meningkatnya profesionalisme guru dalam pembelajaran menulis narasi. 3) Meningkatnya motivasi guru dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book. 4) Bertambahnya pengalaman guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis narasi. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan masukan kepada sekolah dalam usaha perbaikan seperti pengadaan media, fasilitas, dan sarana pendukung kegiatan pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah. 2) Meningkatnya keberhasilan dan perbaikan proses pembelajaran di sekolah yaitu terkait pembelajaran keterampilan menulis narasi melalui penggunaan media Pop Up Book. 7