1 PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan. Pangan memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, kegiatan fisik dan fungsi dasar tubuh lainnya. Fungsi yang beragam itu dimungkinkan oleh peranan zat gizi yang terkandung dalam pangan. Semua makanan mengandung satu atau lebih zat gizi tersebut dalam jumlah yang beragam. Setiap jenis zat gizi mempunyai fungsinya masing-masing. Menurut Reni (2010), rendahnya konsumsi pangan bergizi masyarakat di Indonesia sangat memprihatinkan, hal ini dibuktikan dari jumlah anak yang kekurangan gizi di Indonesia mencapai 17,2% pada tahun 2009. Unsur mineral merupakan salah satu komponen zat gizi penting yang sangat diperlukan oleh tubuh disamping karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh. Mineral merupakan zat gizi yang dikenal sebagai unsur hara atau zat anorganik atau kadar abu. Pemenuhan kebutuhan mineral pada manusia dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi bahan pangan baik yang berasal dari tumbuhan (mineral nabati) maupun hewan (mineral hewani). Sumber mineral terbaik berasal dari pangan hewani, terutama hewan laut. Pada makanan nabati jumlah ketersediaan biologisnya lebih sedikit, hal ini disebabkan adanya bahan pengikat mineral seperti (Almatsier 2003). serat yang dapat mengganggu penyerapan mineral Kekurangan mineral dalam tubuh dapat mengakibatkan anemia, kurangnya nafsu makan, lemah, letih dan lesu. Keong matah merah (Cerithidea obtusa) mengandung nilai gizi yang tinggi dan sejak zaman dahulu kala, ahli pengobatan tradisional atau sinshe telah memanfaatkan keong tersebut sebagai alternatif pengobatan kanker. Ekstrak keong matah merah dapat berfungsi sebagai zat antiangiogenesis. Kandungan gizi keong matah merah juga baik untuk dikonsumsi secara langsung karena mengandung 11,8% protein dan 4,5% kadar abu (Purwaningsih 2006). Tingginya nilai gizi mineral (kadar abu) keong matah merah dapat dijadikan sumber mineral pangan hewani dalam tubuh. Kandungan mineral dapat dimanfaatkan dengan sempurna jika bioavailabilitasnya tinggi, yaitu bila mineral tersebut dapat digunakan sepenuhnya oleh tubuh. Mineral akan bersifat bioavailable apabila mineral tersebut dalam bentuk mineral terlarut, namun tidak semua mineral terlarut bersifat bioavailable, sehingga kondisi mineral terlarut diperlukan untuk memudahkan dalam proses penyerapan mineral (Watzke 1998). Proses pengolahan sangat berpengaruh terhadap kelarutan mineral dan gizi bahan pangan karena terjadi kerusakan bahan pangan oleh panas yang berakibat menurunnya nilai gizi sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh metode pengolahan tersebut. 2.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah menentukan jumlah mineral makro dan mineral mikro pada keong matah merah. 1.2.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a) Menganalisis pengaruh pengolahan terhadap kandungan mineral dan kehilangan mineral keong matah merah. b) Menganalisis kelarutan mineral (natrium, kalsium, fosfor dan magnesium) akibat proses pengolahan pada keong matah merah. c) Menentukan metode pengolahan terbaik yang memberikan kehilangan mineral terendah dan kelarutan mineral tertinggi pada keong matah merah.