Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di

advertisement
Bab 3
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
Terciptanya SDM yang berkualitas secara ilmiah telah
dibuktikan berkaitan dengan kecukupan gizi sejak awal periode
kehidupan manusia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan peran
penting zat gizi mikro seperti iodium, seng, zat besi, serta mineral
kelumit lainnya dalam perkembangan otak atau kecerdasan manusia.
Seorang anak yang pada masa bayinya kekurangan iodium akan
mengalami defisit IQ point sebesar 10-15, retardasi mental dan kretin.
Keadaan yang buruk juga dapat dihasilkan dari defisiensi mineral seng
dan zat besi. Akibat defisiensi gizi tersebut sering menimbulkan
dampak yang ireversible (tidak dapat dipulihkan). Pada keadaan gizi
yang demikian sama artinya seorang anak memiliki keterbatasan
genetik. Suatu keadaan yang seharusnya dapat dikendalikan dengan
asupan gizi yang cukup (Soekirman, 2005).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tercukupinya
kebutuhan gizi dalam fase awal daur kehidupan manusia merupakan
prasyarat terbentuknya SDM yang sehat, cerdas dan berkualitas. Pada
fase awal kehidupan ini, bayi dengan keterbatasan kemampuan untuk
mencerna makanan bergizi harus mendapat asuhan gizi yang baik.
Namun dibalik kelemahan pencernaannya, Tuhan telah menciptakan
suatu keajaiban luar biasa untuk bayi, yaitu air susu ibu (ASI).
ASI terbukti merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
Kandungan gizinya yang lengkap mampu mencukupi kebutuhan gizi
bagi bayi dengan seimbang. Beberapa masalah gizi seperti kekurangan
mineral kelumit sebagaimana tampak pada uraian di atas dapat
dipenuhi dari ASI. Hal ini berarti bahwa ASI merupakan modal
penting dalam pembangunan SDM berkualitas.
29
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
ASI Ditinjau dari Aspek Gizi
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan
makanan alamiah yang sempurna. ASI adalah makanan utama dan
terbaik untuk bayi, dikarenakan ASI mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan oleh bayi sampai umur 6 bulan. Pada bayi usia 0-6 bulan,
ASI merupakan alternatif terbaik karena sistem pencernaan bayi
belum mampu menerima makanan lain selain ASI (Arisman, 2004).
Nilai Gizi ASI
Keunggulan dan keistimewaan ASI sebagai nutrisi untuk bayi
sudah tidak diragukan lagi. ASI memiliki nilai nutrisi yang lebih
unggul jika dibanding nutrisi lain untuk bayi. Oleh karena itu,
diharapkan para ibu akan lebih percaya diri dalam memberikan ASI
kepada bayinya.
Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung
komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien
adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah
vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90% terdiri dari air. Volume
dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari
kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat
pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI
pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada
setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi
antara hari pertama dampai kelima dalam menyusui, kaya akan zat gizi
terutama protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa).
ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan
(prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa
dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup
bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat
seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun kadar
30
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
protein, laktosa, dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali
periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk
setiap waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml
dengan rerata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal
dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai
jumlah hanya 100-200 ml per hari (Roesli, 2005).
Perbandingan Komposisi ASI dengan Susu Formula
ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air
walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas.
Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu
formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula.
ASI mengandung zat-zat gizi sebagai berikut:
Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi
sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang
terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang
ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Namun demikian angka
kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa
(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI.
Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding
laktosa susu sapi atau susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa
pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati
masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil (Arisman, 2004).
Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI
31
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI
lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh
usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein
casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Di samping itu, beta
laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di
protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta laktoglobulin ini
merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi (Roesli,
2005).
Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi yang
terlihat dari profil asam amino. ASI mempunyai jenis asam amino yang
lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah
asam amino taurin; asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah
sedikit pada susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada
perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah
cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang (Roesli,
2005).
ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis
senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen,
karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai
zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Nukleotida ini mempunyai peran
dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang
pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan
besi dan daya tahan tubuh (Roesli, 2005).
Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi
dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Terdapat
beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI
dan susu sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 yang
berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI
(Roesli, 2005). Di samping itu ASI juga mengandung banyak asam
lemak rantai panjang di antaranya asam dokosaheksanoat (DHA) dan
32
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan
jaringan saraf dan retina mata (Muchtadi, 1996).
Susu sapi tidak mengadung kedua komponen ini, oleh karena
itu hampir terhadap semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA
ini. ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang
dibanding susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh.
Seperti kita ketahui konsumsi asam lemah jenuh dalam jumlah banyak
dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Karnitin
Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan
energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu
pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih
tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula (Muchtadi, 1996).
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang
berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempat kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI
berisiko untuk terjadi perdarahan, walapun angka kejadian perdarahan
ini kecil. Oleh karena itu pada bayi baru lahir perlu diberikan vitamin
K yang umumnya dalam bentuk suntikan (Muchtadi, 1996; Arisman,
2004).
Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit
vitamin D. Hal ini tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur
bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D
yang berasal dari sinar matahari. Sehingga pemberian ASI eksklusif
ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar matahari pagi
akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin D (Muchtadi, 1996; Arisman, 2004).
33
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan
dinding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan
terjadinya kekurangan darah (anemia hemolitik). Keuntungan ASI
adalah kandungan vitamin E nya tinggi terutama pada kolostrum dan
ASI transisi awal (Roesli, 2005).
Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga
berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan
pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin
A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu
yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik (Arisman, 2004).
Vitamin yang Larut dalam Air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B,
asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi
ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin
B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi kadar vitamin B6, B12 dan
asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Vitamin B6
dibutuhkan pada tahap awal perkembangan sistim syaraf, maka pada
ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk
vitamin B12 cukup didapat dari makanan sehari-hari, kecuali ibu
menyusui yang vegetarian (Muchtadi, 1996; Arisman, 2004).
Mineral
Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan
lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat di
dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah
kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan
rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Walaupun
kadar kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, tapi tingkat penye-
34
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
rapannya lebih besar. Penyerapan kalsium ini dipengaruhi oleh kadar
fosfor, magnesium, vitamin D dan lemak. Perbedaan kadar mineral dan
jenis lemak diatas yang menyebabkan perbedaan tingkat penyerapan.
Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak
ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan bayi
yang mendapat ASI (Muchtadi, 1996; Arisman, 2004).
Kandungan zat besi baik di dalam ASI maupun susu formula
keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat ASI
mempunyai risiko yang lebih kecil utnuk mengalami kekurangan zat
besi dibanding dengan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini
disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap,
yaitu 20–50% dibandingkan hanya 4–7% pada susu formula (Muchtadi,
1996; Arisman, 2004).
Mineral seng dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan
mineral yang banyak membantu berbagai proses metabolisme di dalam
tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan mineral
ini adalah acrodermatitis enterophatica dengan gejala kemerahan di
kulit, diare kronis, gelisah dan gagal tumbuh. Kadar seng ASI menurun
cepat dalam waktu 3 bulan menyusui. Seperti halnya zat besi
kandungan mineral seng ASI juga lebih rendah dari susu formula,
tetapi tingkat penyerapan lebih baik. Penyerapan zinc terdapat di
dalam ASI, susu sapi dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50% dan
27-32%. Mineral yang juga tinggi kadarnya dalam ASI dibandingkan
susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan cepat (Arisman, 2004).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pengertian IMD
WHO dan UNICEF telah memperbaharui protokol evidence
based tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan
bahwa: pertama, bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit
dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
35
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
Kedua, bayi juga harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu
dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
memberi bantuan jika diperlukan. Ketiga, menunda semua prosedur
lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi
menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti: memandikan,
menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara eksklusif (JNPK-KR, 2007; Roesli, 2007).
Proses Inisiasi Menyusu Dini dilakukan dengan prosedur :
segera setelah bayi lahir setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi
tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya satu jam
bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang
bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ibu diberi dukungan
untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila
diperlukan (JNPK-KR, 2007; Roesli, 2007).
Manfaat IMD
Bagi Interaksi antara Bayi dan Ibu
Keuntungan kontak kulit dengan kulit un tuk bayi
adalah pertama, m engoptimalkan keadaan hormonal ibu dan bayi,
kedua kontak memastikan perilaku optimum menyusu berdasarkan
insting. Selain itu diperkirakan dapat membantu menstabilkan
pernapasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau
mempunyai pola tidur yang lebih baik, mendorong ketrampilan bayi
untuk menyusu yang lebih cepat dan efektif, meningkatkan kenaikan
berat badan (kembali ke berat lahirnya dengan lebih cepat),
meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi, tidak terlalu banyak
menangis selama satu jam pertama, menjaga kolonisasi kuman yang
aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan
terhadap infeksi, bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan
mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus bayi baru
36
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
lahir, kadar gula dan biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam
pertama hidupnya (JNPK-KR, 2007; Roesli, 2007).
Adapun keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
adalah pertama, merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada Ibu.
Oksitosin berperan membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan
pasca persalinan lebih rendah. Selain itu oksitosin juga merangsang
pengeluaran kolostrum, serta penting untuk kedekatan hubungan
ibu dan bayi, dan ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada
saat plasenta lahir dan prosedur pasca perlainan lainnya. Sementara
itu prolaktin berfungsi untuk meningkatkan produksi ASI,
membantu ibu mengatasi stress, mendorong ibu untuk tidur dan
relaksasi setelah bayi selesai menyusu, serta menunda ovulasi
(JNPK-KR, 2007; Roesli, 2007).
Bagi Bayi
Keuntungan IMD pada bayi adalah bayi akan mendapatkan
makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum segera
keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Selain itu akan
memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi,
meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan
hisap, telan dan napas, meningkatan jalinan kasih sayang ibu-bayi,
mencegah kehilangan panas, merangsang kolostrum segera keluar
(JNPK-KR, 2007; Roesli, 2007).
Bagi Ibu
Bagi ibu maka IMD akan merangsang produksi oksitosin dan
prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, dan
meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi (JNPK-KR, 2007). Selain
keuntungan di atas, memulai menyusu dini juga dapat mengurangi
prosentase kematian bayi berusia 28 hari ke bawah, meningkatkan
keberhasilan menyusui secara eksklusif dan meningkatkan
lamanya bayi disusui, merangsang produksi susu, memperkuat refleks
menghisap bayi (JNPK-KR, 2007; Roesli, 2007).
37
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
ASI Eksklusif
Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air
putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2005). Para ahli
menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi
hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kelahirannya (Roesli,
2005). ASI eksklusif dianjurkan sampai 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi (Arisman, 2004).
Manfaat ASI Eksklusif bagi Bayi
Sebagai Sumber Gizi
Dibandingkan dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akan zat
gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan
persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata
melampaui kebutuhan orang dewasa, hampir dua kali lipat (Arisman,
2004). Walaupun demikian menurut Roesli (2005) ASI merupakan
sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Dengan tata laksana
menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tubuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi
Telah diketahui sejak lama bahwa bayi yang disusui oleh ibu
lebih terjaga dari penyakit infeksi, terutama diare, dan mempunyai
kemungkinan untuk hidup lebih baik dibandingkan dengan bayi yang
diberi susu botol (Muchtadi, 1996). ASI adalah imunisasi pertama bagi
bayi yang akan dilindungi terhadap diare, infeksi telinga dan dada serta
masalah kesehatan lainnya. Daya perlindungan tersebut akan menjadi
sangat besar apabila kepada bayi sampai dengan usia 4 bulan hanya
diberikan ASI saja dan masih tetap dilanjutkan pemberian air susu
tersebut sampai dengan bayi usia 2 tahun (Arisman, 2004).
38
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
ASI mengandung imunoglobulin, fagosit, limfosit, enzim-enzim
seperti lisosom, dan banyak zat lain melindungi bayi terhadap infeksi,
seperti halnya sel tubuh, antibodi, hormon dan zat penting lainnya.
Meskipun pabrik susu telah menambahkan beberapa zat pada sejumlah
merek susu formula, zat tersebut bukan berasal dari manusia, sehingga
tidak identik (Roesli, 2007).
Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan
melindungi bayi dari penyakit diare. Dalam penelitian di Brasil Selatan,
bayi yang tidak diberi ASI mempuyai kemungkinan meninggal karena
diare 14,2 kali lebih banyak dari pada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan
menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga,
batuk, pilek, dan penyakit alergi (Roesli, 2005). Adapun menurut
Welford (2001), sebuah riset terhadap sejumlah bayi dari lingkungan
yang berbeda, termasuk kota-kota industri barat, menunjukkan bahwa
bayi yang diberi ASI lebih jarang terserang Gastroenteritis (radang
usus), infeksi pernapasan, infeksi telinga, infeksi saluran kemih, alergi,
asma, dan eksim.
Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi
terhadap penyakit infeksi terutama diare dan mempunyai kesempatan
hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi-bayi yang diberikan susu
botol. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI memberikan
keunggulan-keunggulan seperti ASI bersih atau bebas kontaminasi,
immunoglobulin, laktoferin, lysosim, sel darah putih, dan faktor
bifidus (Arisman, 2004).
Meningkatkan Kecerdasan
Hasil penelitian Roesli (2005) terhadap 300 bayi premature
membuktikan bahwa bayi -bayi premature yang diberi ASI eksklusif
mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih
tinggi) dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Bayi yang
diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ
12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi lahir tidak
diberi ASI eksklusif (Roesli, 2000).
39
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
Interaksi ibu-ibu dan kandungan nilai gizi ASI yang
dibutuhkan untuk perkembangan syaraf otak dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang
diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan,
4-6 point lebih tinggi pada bayi usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi
pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI
(Elizabeth, 2010; Soekirman, 2005).
Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang
Salah satu kelebihan pemberian ASI adalah rasa kasih sayang.
Dengan menyusui, kasih sayang ibu tercurah kepada bayinya. Anak
merasakan juga kehangatan ibunya. Anak merasa terlindung dalam
dekapan ibunya. Mendengar langsung degup jantung ibunya.
Merasakan sentuhan dengan tubuh ibunya semua ini tak diperoleh
anak dari susu botolnya (Nadesul, 2002).
Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact) dan mencium
aroma yang khas antara ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas
karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan tubuh ibu
dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang sudah dikenal sejak
bayi masih dalam rahim (Arisman, 2004).
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu
akan merasakan kasih sayang ibunya. Perasaan terlindung dan kasih
sayang inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik (Roesli, 2005).
Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu
Mengurangi Perdarahan Setelah Melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka
kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum)
akan berkurang. Ini terjadi karena pada ibu menyusui terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontriksi atau
40
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat
berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang
melahirkan (Roesli, 2005).
Kontrasepsi Alami
Pemberian ASI secara eksklusif juga bisa menjadi salah satu
langkah ber-KB dengan Metoda Amenore Laktasi (MAL). Menurut
Roesli (2005), menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman,
murah, dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan
belum haid 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.
Arisman (2004) juga berpendapat sama bahwa dengan
menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara
yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi (MAL). MAL harus
memenuhi tiga kriteria yaitu tidak haid, menyusui secara eksklusif, dan
umur bayi kurang dari 6 bulan.
Jika seorang ibu tidak berkenan menggunakan alat kontrasepsi
artifisial, pemberian ASI dapat menjadi alternatif kontrasepsi, namun
dengan syarat bahwa bayi hanya diberi ASI. Pemberian ASI secara
eksklusif akan merangsang sekresi hormon prolaktin dan oksitoksin.
Hormon prolaktin berkemampuan menekan ovulasi (menghambat
kegiatan ovarium melalui penghambatan LH (Luteinizing Hormone)
sembari mengganggu sekresi GRNH (Gonadotropin Releasing
Hormone) dan oksitoksin berfungsi memicu dan memacu involusi
uterus). Namun demikian, ibu harus tetap berhati–hati, karena
kontrasepsi dengan cara ini tidak 100% efektif. Jika ibu memberikan
ASI secara eksklusif, daya lindung hanya 98%, dan ini efektif jika haid
tidak terjadi (Arisman, 2004).
Mengurangi Terjadinya Kanker
Menyusui mempunyai efek hormonal pada tubuh dan memberi
perlindungan dari kondisi tertentu dalam kehidupan selanjutnya.
41
Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas
(Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah)
Tidak menyusui dalam waktu yang lama, dapat berarti kadar hormon
optimal tidak tercapai sehingga membuat wanita lebih rentan terhadap
penyakit. Sedangkan wanita menyusui lebih jarang terkena kanker
payudara pramenopouse. Mereka juga lebih jarang terkena kanker
ovarium, dan lebih jarang menderita patah tulang pada usia paruh baya
dan lanjut (umumnya terjadi akibat osteoporosis, penyakit tulang pada
usia lanjut) (Welford, 2001).
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya
kemungkinan terjadinya kanker payudara dan indung telur berkurang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua
wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25% (Roesli, 2005).
Penelitian di negara–negara industri memperlihatkan tidak
adanya perbedaan dalam jumlah penderita kanker payudara antara
ibu–ibu yang menyusui dan yang tidak menyusui bayinya. Tetapi di
negara–negara berkembang dimana masa menyusui lebih lama, kasus
kanker payudara lebih sedikit terjadi (Muchtadi, 1996).
IMD dan ASI Eksklusif sebagai Investasi Jangka Panjang
Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas
Dalam pembangunan, SDM berkualitas dari suatu bangsa
diperoleh melalui upaya yang berlangsung secara terus menerus.
Perubahan SDM dari kurang berkualitas menjadi lebih berkualitas
tersebut, dapat terbentuk dengan sendirinya (self-sustaining proces),
atau bisa juga dengan pengaruh atau arahan dari pemerintah (Effendi,
2002). Namun demikian, pemerintah dalam hal ini harus menjadi
aktor penentu melalui kesanggupannya dalam membuat regulasi
tentang pembangunan SDM. Hal ini dimaksudkan agar SDM yang
terbentuk sebagian besar merupakan hasil dari proses pembangunan,
dan bukan hasil dari suatu ketidaksengajaan.
42
Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Sebagai
Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia
Fakta bahwa pemberian ASI secara eksklusif mempunyai
dampak positif terhadap kesehatan dan kecerdasan anak telah
mendorong munculnya pasal tentang ASI eksklusif dalam UU
kesehatan No. 36 Tahun 2009. Pada pasal 128 ayat 1 undang-undang
tersebut, disebutkan adanya hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif,
yaitu “Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”.
Pemberian ASI merupakan salah satu investasi gizi yang
potensial. Laporan Bank Dunia yang dikutip Soekirman (2005)
dinyatakan bahwa perbaikan gizi (salah satunya melalaui pemberian
ASI secara eksklusif) merupakan suatu investasi yang sangat
menguntungkan. Setidaknya terdapat tiga alasan suatu negara perlu
melakukan intervensi ini. Pertama, perbaikan gizi, termasuk
pemberian ASI memiliki keuntungan ekonomi (economic returns)
yang tinggi. ASI merupakan makanan dengan nilai gizi dan nilai cerna
yang terbaik bagi bayi. Selain itu ASI juga lebih murah dibandingkan
dengan susu formula. Kedua, intervensi gizi melalui pemberian ASI
secara tidak langsung terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, pemberian ASI membantu menurunkan angka kesakitan, dan
pengurangan biaya pengobatan. Keadaan sebaliknya, yaitu penggunaan
susu formula yang tidak diikuti dengan standart higiene personal yang
memadai bahkan terbukti meningkatkan risiko kesakitan akibat diare.
Dalam perspektif pembangunan nasional, IMD dan ASI eksklusif
merupakan salah satu aspek penting untuk tercapainya tujuan nasional
mencerdaskan kehidupan bangsa.
43
Download