BAB I PANCASILA A. Pengertian tentang Istilah Pancasila Apakah

advertisement
BAB I
PANCASILA
A. Pengertian tentang Istilah Pancasila
Apakah Pancasila itu?
Pertanyaan tersebut biasanya dapat dijawab secara trasionil dengan mudah
terlebih di zaman indoktrinasi orde lama. Terdapat beberapa arti Pancasila,
antara lain yaitu:
1. Pancasila adalah dasar atau ideology Negara RI
2. Pancasila adalah suatu “way of life”, kepribadian bangsa Indonesia,
Weltanschauung atau Lebensanschauung bangsa Indonesia.
3. Pancasila adalah sublimasi atau peningkatan dari Declaration of
Independence dari Amerika dan Manifesto Komunis dari Rusia dan
bersifat universal.
B. Hakikat Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memiliki
pengertian-pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar
Negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan
Negara, sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat
berbagai macam terminologi yang harus dideskripsikan secara objektif. Selain
itu, Pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami secara
kronologis.
Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik
menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila
tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :
Pengertian Pancasila secara etimologis
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
1
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta
dari India (bahasa kasta Brahmana). Adapun bahasa rakyat biasa
adalah bahasa Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa
Sansekerta perkataan “Pancasila” memiliki dua macam arti secara
leksikal yaitu : “panca” artinya “lima” “syila” vokal i pendek artinya
“batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syiila” vokal i pendek artinya
“peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia, terutama bahasa
Jawa, diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas.
Oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan
adalah istilah “Panca Syila” dengan vokal i pendek yang memiliki
makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang
memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf
Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.
Perkataan Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan
Budha di India pada kitab Suci Tri Pitaka yang terdiri dari 3 macam
buku besar : Suttha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitka. Ajaranajaran moral yang terdapat dalam agama Budha:

Dasasyiila

Saptasyiila

Pancasyiila
Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan 5 aturan
(larangan)
atau
five
moral
principtes
Pancasila
berisi
5
larangan/pantangan itu menurut isi lengkapnya :
1. Panati pada veramani sikhapadam sama diyani artinya
“jangan mencabut nyawa makhluk hidup atau dilarang
membunuh.
2. Dinna dana Veramani shikapadam samadiyani artinya
“janganlah
mengambil
barang
yang
tiak
diberikan”maksudnya dilarang mencuri.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
2
3. Kemashu Micchacara Veramani shikapadam samadiyani
artinya janganlah berhubungan kelamin, yang maksudnya
dilarang berzina.
4. Musawada veramani sikapadam samadiyani, artinya
janganlah berkata palsu atau dilarang berdusta.
5. Sura meraya masjja Pamada Tikana veramani, artinya
jangan meminum minuman yang menghilangkan pikiran,
yang maksud dilarang minum –minuman keras (Zainal
Abidin, 1958 : 361)
Perkataan
Pancasila
ditemukan
dalam
keropak
Negara
kertagama, yang berupa kakawin (syair pujian) dalam pujangga Istana
bernama Empu Prapanca pada tahun 1365 kita temukan dalam surga
53 bait ke dua.
Setelah majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke
seluruh Indonesia maka sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha
(Pancasila) masih dikenal dalam masyarakat Jawa yang disebut dengan
5 larangan/Lima pertentangan “moralitas, Yaitu dilarang:
1. Mateni artinya membunuh
2. Maling artinya mencur
3. Madon artinya berzina
4. Mabok, meminum-minuman keras atau menghisap candu
5. Main artinya berjudi.
Pengertian Pancasila secara Historis
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang
BPUPKI I, dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah,
khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah
tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang akan
dibentuk. Kemudian tampillah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno. Adapun
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
3
secara terminology histories, proses perumusan Pancasila adalah
sebagai berikut :
a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945).
Lima Asas dasar negara Indonesia Merdeka :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Rancangan UUD tersebut tercantum 5 asas dasar negara yang
rumusannya :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945).
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno
berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar
negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila”
yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari
salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak
disebutkan namanya. Kelima asas dasar negara Indonesia tersebut
adalah:
1. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau perikemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
4
Selanjutnya kalau menyusulkan bahwa 5 sila tersebut dapat diperas
menjadi “Tri Sila”
1. Sosio Nasional yaitu “Nasionalisme dan Internasionalisme.
2. Sosio Demokrasi yaitu “Demokrasi dengan kesejahteraan
rakyat”
3. Ketuhanan YME
Diperas lagi menjadi “Eka Sila” atau satu sila yang intinya adalah
“gotong-royong”
c. Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Rumusan Pancasila :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus
1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan
UUD 1945 di mana di dalamnya termuat isi rumusan lima prinsip
sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia
dan merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan
UUD
1945
tidak
termuat
istilah
“Pancasila”,
namun
yang
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan
istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis
terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara,
yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
5
Pengertian Pancasila secara Terminologis
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah
melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat
perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang
merdeka, maka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
segera mengadakan sidang. Sidang tanggal 18 Agustus 1945 telah
berhasil mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia yang dikenal
dengan UUD 1945. Adapun UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu
Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37
pasal, 1 aturan Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1 Aturan
Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia terdapat pula
rumusan-rumusan pancasila sebagai berikut :
a. Dalam konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)
Berlaku tanggal 29 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950,
tercantum rumusan Pancasila sbb.
1. Ketuhanan YME
2. Pri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
b. Dalam UUD (undang-undang dasar sementara 1950)
Undang-undang Dasar 1950, berlaku mulai tanggal 17 Agustus
1950 sampai dengan 5 Juli 1959, rumusan Pancasila yang
tercantum dalam konstitusi RIS sbb :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
6
5. Keadilan Sosial.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat
alinea tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan¬/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai
dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang
mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
7
BAB II
KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN PERANAN PANCASILA
Bangsa Indonesia berkeyakinan, bahwa Pancasila yang sekarang menjadi
dasar dan falsafah Negara, pandangan hidup, dan jiwa bangsa merupakan
kebudayaan bangsa Indonesia yang telah menjadi system nilai selama berabadabad.
Pancasila bukanlah sublimasi atau penarikan keatas (hogere optrekking)
dari Declaration of Independence (Amerika Serikar). Manifesto Komunis, atau
paham lain yang ada di dunia. Pancasila tidak bersumber dari berbagai paham
tersebut, meskipun diakui terbentuknya dasar Negara Pancasila memang
menghadapi pengaruh berbagai macam ideologi pada saat itu.
Mengenai kedudukan Pancasila menurut Notonegoro, bahwa diantara
unsur-unsur pokok kaidah Negara yang fundamental, asas kerohanian Pancasila
mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum bangsa
Indonesia. Selanjutnya juga dikatakan bahwa norma hukum yang pokok yang
disebut pokok kaidah fundamental daripada Negara itu dalam hukum mempunyai
hakikat dan kedudukan yang tetap, kuat, dan tak berubah bagi Negara yang
dibentuk, dengan kata lain dengan jalan hukum tidak bisa diubah.
Fungsi dan kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah Negara yang
fundamental dikatakan penting karena UUD, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis harus bersumber dan berada dibawah pokok kaidah Negara yang
fundamental itu.
Berbicara tentang fungsi Pancasila yang perlu mendapat perhatian adalah
apa yang merupakan fungsi pokok Pancasila itu. Menurut Darji Darmodiharjo,
dkk., bahwa penentuan mengenai apa yang menjadi fungsi pokok ini sangat
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
8
penting karena banyak sekali penyebutan tentang Pancasila yang sekaligus
mengandung pengertian Pokoknya. Kaburnya pengertian pokok membawa akibat
kaburnya fungsi pokok, dan akibat selanjutnya Pancasila tidak dapat mencapai
tujuan untuk apa Pancasila itu dirumuskan.
Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar Negara sesuai dengan
pembukaan UUD 1945, dan hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum, atau sebagai sumber tertib hukum sebagaimana yang tertuang dalam
Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 jo Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978. Pengertian demikian adalah pengertian
Pancasila bersifat yuridis-ketatanegaraan.
Pengertian Pancasila yang bersifat sosiologis adalah didalam fungsinya
sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya, sedangkan pengertian
yang bersifat etis dan filosofis adalah didalam fungsinya sebagai pengatur tingkah
laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran. Terakhir Pancasila disebut
philosophical way of thinking atau philosophical system dapat dianalisis dan
dibicarakan secara mendalam karena orang akan berbicara secara filosofis tidak
akan henti-hentinya, ia selalu mencari dan mencari tentang kebenaran itu. Namun
harus disadari bahwa kebenaran yang dapat dicapai manusia adalah kebenaran
yang bersifat relativ, tidak absolut. Karena kebenaran yang absolut adalah
kebenaran yang datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu dalam
mencari kebenaran Pancasila sebagai philosophical way of thinking tidaklah perlu
sampai menimbulkan pertentangan dan persengketaan apalagi perpecahan.
Fungsi pokok Pancasila memiliki kedudukan istimewa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup dilihat dari
kedudukannya yang tinggi, yakni sebagai cita-cita dan pandangan bangsa dan
Negara RI. Dilihat dari fungsinya, Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai
dasar Negara RI.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
9
Peranan Pancasila terus berkembang dengan tuntutan zaman, itulah
sebabnya Pancasila memiliki berbagai predikat sebagai sebutan nama yang
menggambarkan fungsi dan peranannya, disamping sebagai dasar Negara,
ideologi dan pandangan hidup.
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang dijelaskan
dalam teori von savigny, bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya
masing-masing yang disebut jiwa bangsa (volkgeist). Pancasila sebagai
jiwa bangsa lahir bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia yaitu zaman
sriwijaya - majapahit. Hal ini diperkuat oleh pendapat AG.Pringgodigdo,
bahwa pada tanggal 1 Juni 1945 adalah hari lahir istilah Pancasila,
sedangkan Pancasila itu sendiri telah ada sejak dahulu kala bersamaan
dengan adanya bangsa Indonesia.
Dalam arti yang lebih konkrit pancasila sebagai jiwa bangsa
Indonesia berfungsi dan memberikan peran dalam memberikan gerak atau
dinamika serta membimbing kearah tujuan untuk mewujudkan masyarakat
Pancasila.
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Dilihat dari segi materialnya, pancasila digali dari pandangan hidup
bangsa Indonesia yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Sehingga dapat dikatakan bahwa materi Pancasila adalah asli milik bangsa
dan merupakan kebanggaan bagi suatu bangsa yang patriotik.
Jiwa bangsa Indonesia memiliki arti statis dan mempunyai arti
dinamis. Jiwa ini keluar diwujudkan dalam sikap mental dan tingkah laku
serta perbuatan bangsa Indonesia mempunyai ciri-ciri khas, artinya dapat
dibedakan dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas inilah yang disebut
kepribadian, yaitu kepribadian bangsa Indonesia adalah pancasila.
Dengan demikian pancasila sebagai kepribadian bangsa, berperan
dan berfungsi dalam menunjukkan adanya kepribadian bangsa Indonesia
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
10
yang khas yang dapat dibedakan dengan bangsa-bangsa lain yaitu berupa
sikap dan tingkah lakuserta perbuatannya yang senantiasa selaras serasi,
dan seimbang sesuai dengan penghayatan dan pengamalan sila-sila
pancasila secara bulat dan utuh.
3. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum atau Sumber Tertib
Hukum
Untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan Negara diperlukan
peraturan perundang-undangan. Semua peraturan perundang-undangan itu
harus bersumber pada nilai-nilai luhur pilihan bangsa yang telah disepakati
dan dirumuskan secara konstitusional. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai
luhur ini termanifestasi dalam pancasila yang secara konstitusional
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 aline keempat.
Ketentuan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
sebagaimana dituangkan dalam Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 jo
Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978.
Menurut ketentuan tersebut, yang disebut sebagai sumber dari segala
sumber hukum adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita hukum, serta
cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari bangsa dan
rakyar Indonesia.
Meliputi cita-cita kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial, citacita politik mengenai sifat, bentuk, dan tujuan Negara cita-cita moral
mengenai
kehidupan
kemasyarakatan
dan
keagamaan
sebagai
pengejawantahan budi nurani manusia.
4. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa muncul dalam pidato
kenegaraan presiden Soeharto didepan sidang DPRGR pada tanggal 16
Agustus 1967. Pada pidato tersebut dinyatakan bahwa Pancasila adalah
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
11
perjanjian luhur seluruh rakyat Indonesia yang harus selalu dibela selamalamanya.
Sesuai sejarah ketatanegaraan, pada saat bangsa Indonesia
mendirikan Negara (Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945), bangsa
Indonesia belum memiliki UUD Negara yang tertulis. Baru keesokan
harinya tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mensyahkan UUD 1945 yang
terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh. Pada Pembukaan UUD 1945
inilah terdapat rumusan pancasila yang perumusannya dilakukan oleh
BPPK.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
12
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
A. Pancasila Secara Hakikat
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat
dapat dilakukan
dengan cara deduktif dan induktif.
a. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya
secara
sistematis
menjadi
keutuhan
pandangan
yang
komprehensif.
b. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem
filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara silasila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling
mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri,
dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh
bangsa Indonesia.
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang
berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme,
rasionalisme, liberalisme, komunisme
dan sebagainya. Ciri sistem Filsafat
Pancasila itu antara lain:
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
13
a. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
b. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila
3, 4 dan 5;

Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila
4, 5;

Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai
sila 5;

Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:

Tuhan, yaitu sebagai kausa prima

Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-
konsep kebenaran Pancasila yang bukan
saja ditujukan pada bangsa
Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat
meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan. Oleh karena
itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis
Pancasila dan Aksiologis Pancasila.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
14
a. Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat
sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu
itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai
wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu,
sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya.
Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan
keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas
yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis. Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia,
yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena
itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari
sila-sila Pancasila adalah manusia.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan,
yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan
sosial pada
hakikatnya adalah manusia.
Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk
pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila
pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat
Notonagoro, 1975: 53).
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
15
Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila
adalah berupa hubungan sebab-akibat:

Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia,
satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.

Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan
adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.
b. Landasan Epistemologis Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti
sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan
validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau
teori terjadinya ilmu atau science of science.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:

Tentang sumber pengetahuan manusia;

Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakikat
Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu
belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu
Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya
sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
16
berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila
sebagai suatu obyek pengetahuan
pada
hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber
pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilainilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
merupakan kausa materialis Pancasila. Tentang susunan Pancasila sebagai
suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat
formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti
dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah
bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.
Sifat
hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak
Pancasila, di mana sila
dalam susunan
pertama Pancasila mendasari dan menjiwai
keempat sila lainnya, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari serta
menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai
sila pertama dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan
kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga,
serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasari dan dijiwai
sila pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis baik yang
menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Susunan
isi arti Pancasila
meliputi tiga hal, yaitu:

Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila
Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga merupakan
pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan
tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis dalam
berbagai bidang kehidupan konkrit.

Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama
dalam tertib hukum Indonesia.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
17

Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi arti
Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga memiliki sifat khhusus konkrit serta dinamis (lihat
Notonagoro, 1975: 36-40)
Menurut
Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu
hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri
atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis anorganis,
vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak
yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang
melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris,
reseptif, kritis dan kreatif. Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu
meresapkan pengetahuan dan menstranformasikan pengetahuan dalam
demontrasi, imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan
ilham.
Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran
pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.

Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama
Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu
yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang
tinggi.
Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupapakan
suatu sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu
akal, rasa dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang
tinggi. Selanjutnya
dalam sila ketiga, keempat, dan kelima,
maka
epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
18
kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada
hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka
moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup
manusia.
c. Landasan Aksiologis Pancasila
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan
dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila
mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori
nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang
diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika
suatu nilai.
Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya
kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang
sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau
“kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga
mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Nilai adalah suatu
kemampuan yang dipercayai yang
ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada berbagai
macam teori tentang nilai.
A. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat
dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
19
Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang
mengenakkan
dan
nilai
yang
tidak
mengenakkan,
yang
menyebabkan orang senang atau menderita.
Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang
penting
dalam
kehidupan,
seperti
kesejahteraan,
keadilan,
kesegaran.
Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan
jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya,
keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
filsafat.
Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai
yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari
nilai-nilai pribadi. (Driyarkara, 1978)
B. Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan
kelompok:
Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi
semua benda yang dapat dibeli.
Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan.
Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang
dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan
manusia.
Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial
yang diinginkan.
Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran.
Nilai-nilai keagamaan.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
20
C. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu:
Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
yang dapat dibedakan menjadi empat macam:
o Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)
manusia.
o Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur
perasaan (aesthetis, rasa) manusia.
o Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak (will, karsa) manusia.
o Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan
mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai,
yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,
dan nilai keadilan.
Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam
peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
21
Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbansa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung
nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa
yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan
penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan
sifat khas sebagai Manusia Indonesia.
B. Pancasila sebagai Dasar Filsafat atau Ideologi Negara Republik Indonesia
Jika diterapkan rumusan Pancasila dengan definisi-definisi filsafat maka
Pancasila merupakan hasil usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari
kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menganggap sebagai suatu
kesungguhan yang digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu. Hasil
usaha pemikiran manusia Indonesia yang sungguh-sungguh secara sistematis
dan radikal itu kemudian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat
yang mengandung satu pemikiran yang bermakna dan bulat untuk dijadikan
dasar, azas dan pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam
rangka perumhan satu Negara Indonesia merdeka, yang diberi nama
Pancasila.
Pancasila itu adalah suatu jenis filsafat baru di dunia ini dalam abad
ke-XX, mungkin menjadi pandangan seseorang (konseptor) atau sekelompok
manusia atau menjadi pilihan dasar hidup bersama (Weltanschaung).
Rumusan Pancasila itu kemudian diberi status (kedudukan) yang tegas
dan jelas, yaitu diletakkan dalam kalimat Pembukaan UUD RI, maka filsafat
Pancasila iti berfungsi sebagai Dasar Negara RI yang diterima dan didukung
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
22
oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia. Dengan demikian isi
rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat
merupakan Dasar Hukum, Dasar Moral, kaidah fundamental bagi
perikehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke
daerah-daerah.
Itulah pengertian Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Republik
Indonesia yang secara yuridis/konstitusionil resmi berlaku dan mengikat bagi
seluruh bangsa/warganegara RI.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
23
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Setiap negara harus mempunyai dasar negara. Dasar negara merupakan
fundamen atau pondasi dari bangunan negara. Kuatnya fundamen negara akan
menguatkan berdirinya negara itu. Kerapuhan fundamen suatu negara, beraikbat
lemahnya negara tersebut. Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila sering
disebut sebagai dasar falsafah negara (filosofische gronslag dari negara), Staats
fundamentele norm, weltanschauung dan juga diartikan sebagai ideologi negara
(staatsidee).
Negara kita Indonesia. Dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan
bernegara ini dilandasi oleh filsafat atau ideologi Pancasila. Fundamen negara ini
harus tetap kuat dan kokoh serta tidak mungkin diubah. Mengubah fundamen,
dasar, atau ideologi berarti mengubah eksistensi dan sifat Negara. Keutuhan
negara dan bangsa bertolak dari sudut kuat atau lemahnya bangsa itu berpegang
kepada dasar negaranya.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yaitu Pancasila sebagai dasar
dari penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi negara Republik Indonesia.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara seperti tersebut di atas, sesuai dengan
apa yang tersurat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia 4 antara
lain menegaskan: “….., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalm permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Dengan kedudukan yang istimewa tersebut, selanjutnya dalam proses
penyelenggaraan kehidupan bernegara memiliki fungsi yang kuat pula. Pasalpasal Undang-Undang Dasar 1945 menggariskan ketentuan-ketentuan yang
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
24
menunjukkan fungsi pancasila dalam proses penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Berikut ini dikemukakan ketentuan-ketentuan yang menunujukkan fungsi
dari masing-masing sila Pancasila dalam proses penyelenggaraan kehidupan
bernegara. Ketentuan-ketentuan yang menunjukkan:
1. Fungsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu: kehidupan bernegara bagi
Negara Republik Indonesia berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama serta untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannnya, negara menghendaki adanya
toleransi dari masing-masing pemeluk agama dan aliran kepercayaan yang ada
serta diakui eksistensinya di Indonesia, negara Indonesia memberikan hak dan
kebebasan setiap warga negara terhadap agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
2. Fungsi sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, antara lain : pengakuan
negara terhadap hak bagi setiap bangsa untuk menentukan nasib sendiri,
negara menghendaki agar manusia Indonesia tidak memeperlakukan sesama
manusia dengan cara sewenang-wenang sebagai manifestasi sifat bangsa yang
berbudaya tinggi, pengakuan negara terhadap hak perlakuan sama dan
sederajat bagi setiap manusia, jaminan kedudukan yang sama dalam hukum
dan
pemerintahan
serta
kewajiban
menjunjung
tinggi
hukum
dan
pemerintahan yang ada bagi setiap warga negara.
3. Fungsi sila Persatuan Indonesia, yaitu: perlindungan negara terhadp segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, negara mengatasi segala paham golongan dan segala paham
perseorangan, serta pengakuan negara terhadap keBhineka-Tunggal-Ikaan dari
bangsa Indonesia dan kehidupannya.
4. Fungsi sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarata perwakilan, yaitu: penerapan kedaulatan dalam negara
Indonesia yang berada di tangan rakyat dan dilakukan oleh MPR, penerapan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
25
azas musyawarah dan mufakat dalam pengambilan segala keputusan dalam
negara Indonesia, dan baru menggunakan pungutan suara terbanyak bila hal
tersebut tidak dapat dilaksanakan, jaminan bahwa seluruh warga negara dapat
memperoleh keadlan yang sama sebagai formulasi negara hukum dan bukan
berdasarkan kekuasaan belaka, serta penyelenggaraan kehidupan bernegara
yang didasarkan atas konstitusi dan tidak bersifat absolut.
5. Fungsi sila Keadlan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, antara lain: negara
menghendaki
agar
perekonomian
Indonesia
berdasarkan
atas
azas
kekeluaraan, penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
serta menguasai hajat hidup orang banyak oleh negara, negara menghendaki
agar kekayaan alam yang terdapat di atas dan di dalam bumi dan air Indonesia
dipergunakan untuk kemakmuran rakyat banyak, negara menghendaki agar
setiap warga negara Indonesia mendapat perlakuan yang adil di segala bidang
kehidupan, baik material maupun spiritual, negara menghendaki agar setiap
warga negara Indonesia memperoleh pengajaran secara maksimal, negara
Republik Iindonesia mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang pelaksanaannya ditur berdasarkan Undang-Undang,
pencanangan bahwa pemerataan pendidikan agar dapat dinikmati seluruh
warga negara Indonesia menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat dan keluarga, dan negara berusaha membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era
reformasi sekarang. Pada bulan Juni 1945, lahirlah sebuah konsepsi
kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya
Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa
selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,
juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
26
jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik
Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,
terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi
dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968
adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir
Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat
bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham
lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu
terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan
ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak
beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan
dan berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa
Indonesia yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena
bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa
Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
27
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah
negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan
muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea
keempat Pembukaan
UUD 1945
dan sebagaimana
tertuang dalam
Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI
atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan
No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR
No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai
dasar negara (philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila yang
terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan
sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat
dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang
merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak
untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari
sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan
konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
Maka Pancasila merupakanintelligent choice karena mengatasi
keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
28
menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi merangkum semuanya
dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka
“Bhinneka Tunggal Ika”.
Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika
kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan
sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas
aliran pikiran Negara (Staatside) integralistik … Negara tidak mempersatukan
diri dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga tidak
mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan mengatasi
segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala
lapisan rakyatnya …”
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti
bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam
seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30)
menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang didirikan,
dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia
(kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak
sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya
lahir batin selengkap mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa
(keadilan sosial).”
Pandangan tersebut melukiskan Pancasila secara integral (utuh dan
menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang kokoh terhadap negara yang
didirikan di atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk
melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga
bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu
merupakan kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis,
manusia adalah manusia sesuai dengan principium identatis-nya.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
29
Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan
ditegaskan keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12
Tahun 1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas)
memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain
sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan
mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena
itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh,
yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam
kesatuan yang utuh dan bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila
kehilangan esensinya sebagai dasar negara.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu
kesatuan yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak
dapat diantitesiskan satu sama lain. Prof. Notonagoro melukiskan sifat
hirarkis-piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan Yang
Mahaesa” sebagai basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat
sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila “Ketuhanan Yang Mahaesa”. Secara
tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada
Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan
lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari
sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar
negara sesungguhnya berisi:
1. Ketuhanan yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab,
yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa,
yang ber-Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
30
3. Persatuan Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang berKemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan berKeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/ perwakilan, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang
ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Persatuan Indonesia,
dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang ber-Ketuhanan yang
mahaesa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berPersatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Isi Pembukaan UUD 1945 adalah nilai-nilai luhur yang universal sehingga
Pancasila di dalamnya merupakan dasar yang kekal dan abadi bagi kehidupan
bangsa. Gagasan vital yang menjadi isi Pancasila sebagai dasar negara
merupakan jawaban kepribadian bangsa sehingga dalam kualitas awalnya
Pancasila merupakan dasar negara, tetapi dalam perkembngannya menjadi
ideologi dari berbagai kegiatan yang berimplikasi positif atau negatif.
Pancasila bertolak belakang dengan kapitalisme ataupun komunisme.
Pancasila justru merombak realitas keterbelakangan yang diwariskan Belanda
dan Jepang untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pancasila sudah
berkembang menjadi berbagai tahap semenjak ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, yaitu :
1. Tahun 1945-1948 merupakan tahap politis.
Orientasi Pancasila diarahkan pada Aand character building.
Semangat persatuan dikobarkan demi keselamatan NKRI terutama untuk
menanggulangi ancaman dalam negeri dan luar negeri. Di dalam tahap
dengan atmosfer politis dominan, perlu upaya memugar Pancasila sebagai
dasar negara secara ilmiah filsafati. Pancasila mampu dijadikan pangkal
sudut pandangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dalam
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
31
karya-karyanya
ditunjukkan
segi
ontologik,
epismologik
dan
aksiologiknya sebagai raison d’etre bagi Pancasila (Notonagoro, 1950)
Resonansi Pancasila yang tidak bisa diubah siapapun tecantum
pada Tap MPRS No. XX/MPRS/1966. Dengan keberhasilan menjadikan
“Pancasila sebagai asas tunggal”, maka dapatlah dinyatakan bahwa
persatuan dan kesatuan nasional sebagai suatu state building.
2. Tahun 1969-1994 merupakan tahap pembangunan ekonomi
Sebagai upaya mengisi kemerdekaan melalui Pembangunan Jangka
Panjang Pertama (PJP I). Orientasinya diarahkan pada ekonomi, tetapi
cenderung ekonomi menjadi “ideologi”
Secara politis pada tahap ini bahaya yang dihadapi tidak sekedar
bahaya latent sisa G 30S/PKI, tetapi efek PJP 1 yang menimbulkan
ketidakmerataan pembangunan dan sikap konsumerisme. Hal ini
menimbulkan kesenjangan sosial yang mengancam pada disintegrasi
bangsa.
Distorsi di berbagai bidang kehidupan perlu diantisipasi dengan
tepat tanpa perlu mengorbankan persatuan dan kesatuan nasional.
Tantangan
memang
trerarahkan
oleh
Orde
Baru,
sejauh
mana
pelakasanaan “Pancasila secara murni dan konsekuen” harus ditunjukkan.
Komunisme telah runtuh karena adanya krisis ekonomi negara
“ibu” yaitu Uni Sovyet dan ditumpasnya harkat dan martabat manusia
beserta hak-hak asasinya sehingga perlahan komunisme membunuh
dirinya sendiri. Negara-negara satelit mulai memisahkan diri untuk
mencoba paham demokrasi yang baru. Namun, kapitalisme yang dimotori
Amerika Serikat semakin meluas seolah menjadi penguasa tunggal. Oleh
karena itu, Pancasila sebagai dasar negara tidak hanya sekedar dihantui
oleh bahaya subversinya komunis, melainkan juga harus berhadapan
dengan gelombang aneksasinya kapitalisme.
3. Tahun 1995-2020 merupakan tahap “repostioning” Pancasila.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
32
Dunia kini sedang dihadapkan pada gelombang perubahan yang
cepat sebagai implikasi arus globalisasi.
Globalisasi
sebagai
suatu
proses
pada
hakikatnaya
telah
berlangsung jauh sebelum abad ke-20 sekarang, yaitu secara bertahap,
berawal “embrionial” di abad 15 ditandai dengan munculnyanegara-negara
kebangsaan, munculnya gagasan kebebasan individu yang dipacu jiwa
renaissance dan aufklarung.
Hakikat
globalisasi
sebagai
suatu
kenyataan
subyektif
menunjukkan suatu proses dalam kesadran manusia yang melihat dirinya
sebagai partisipan dalam masyarakat dunia yang semakin menyatu,
sedangkana
kenyataan
obyektif
globlaisasi
merupakan
proses
menyempitnya ruang dan waktu, “menciutnya” dunia yang berkembang
dalam kondisi penuh paradoks.
Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, keurgensian
Pancasila sebagai dasar negara semakin dibutuhkan. Pancasila dengan sifat
keterbukaanya melalui tafsir-tafsir baru kita jadikan pengawal dan
pemandu kita dalam menghadapi situasi yang serba tidak pasti. Pancasila
mengandung komitmen-komitmen transeden yang memiliki “mitosnya”
tersendiri yaitu semua yang “mitis kharismatis” dan “irasional” yang akan
tertangkap arti bagi mereka yang sudah terbiasa berfikir secara teknispositivistik dan pragmatis semata.
Nilai-nilai luhur yang telah dipupuk sejak pergerakan nasional kini
telah tersapu oleh kekuasaan Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama
mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara tidak sebagai sesuatu
substantif, melainkan di-instumentalisasi-kan sebagai alat politik semata.
Demikian pula di Orde Baru yang “berideologikan ekonomi”, Pancasila
dijadikan asas tunggal yang dimanipulasikan untuk KKN dan kroni-isme
dengan mengatasnamakan sebagai Mandatoris MPR.
Kini terjadi krisis politik dan ekonomi karena pembangunan
menghadapi jalan buntu. Krisis moral budaya juga timbul sebagai
implikasi adanya krisis ekonomi. Masyarakat telah kehilangan orientasi
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
33
nilai dan arena kehidupan menjadi hambar, kejam, gersang dalam
kemiskinan budaya dan kekeringan spiritual. Pancasila malah diplesetkan
menjadi suatu satire, ejekan dan sindiran dalam kehidupan yang penuh
paradoks.
Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan
integral-integratif dengan Pancasila sebagai dasar negara. Jika itu diletakkan
kembali,
maka
kita
akan
menemukan
landasan
berpijak
yang
sama,
menyelamatkan persatuan dan kesatuan nasional yang kini sedang mengalami
disintegrasi. Revitalisasi Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna
bahwa Pancasila harus diletakkan utuh dengan pembukaan, di-eksplorasi-kan
dimensi-dimensi yang melekat padanya, yaitu :

Realitasnya: dalam arti bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dikonkretisasikan sebagai kondisi cerminan kondisi obyektif yang tumbuh
dan berkembang dlam masyarakat.

Idealitasnya: dalam arti bahwa idealisme yang terkandung di dalamnya
bukanlah sekedar utopi tanpa makna, melainkan diobjektivasikan sebagai
“kata kerja” untuk membangkitkan gairah dan optimisme para warga
masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif, menuju hari esok
lebih baik.

Fleksibilitasnya: dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dan mandeg dalam kebekuan oqmatis dan normatif,
melainkan terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan
zaman yang berkembang. Dengan demikian tanpa kehilangan nilai
hakikinya, Pancasila menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai
tiang-tiang penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara dengan jiwa dan
semangat “Bhinneka tunggal Ika”
Revitalisasi Pancasila Pancasila sebagai dasar negara harus diarahkan
pada pembinaan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan sebagai
dasar dan arah dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi. Moralitas juga
memerlukan hukum karena keduanya terdapat korelasi. Moralitas yang tidak
didukung oleh hukum kondusif akan terjadi penyimpangan, sebaliknya,
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
34
ketentuan hukum disusun tanpa alasan moral akan melahirkan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam upaya merevitalisasi Pancasila sebagai dasar negara maka
disiapkan lahirnya generasi sadar dan terdidik. Sadar dalam arti generasi yang
hati
nuraninya
selalu
merasa
terpanggil
untuk
melestarikan
dan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila, terdidik dalam arti generasi yang
mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan sebagai sarana pengabdian kepada bangsa dan negara. Dengan
demikian akan dimunculkan generasi yang mempunyai ide-ide segar dalam
mengembangkan Pancasila.
Hanya dengan pendidikan bertahap dan berkelanjutan, generasi sadar
dan terdidik akan dibentuk, yaitu yang mengarah pada dua aspek. Pertama,
pendidikan untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman akademis,
ketrampilan profesional, dan kedalaman intelektual, kepatuhankepada nilainilai (it is matter of having). Kedua, pendidikan untuk membentuk jatidiri
menjadi sarjana yang selalu komitmen dengan kepentingan bangsa (it is matter
of being).
Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan, tetapi tetap harus
menjaga budaya-budaya lama. Sekuat-kuatnya tradisi ingin bertahan, setiap
bangsa juga selalu mendambakan kemajuan. Setiap bangsa mempunyai daya
preservasi dan di satu pihak daya progresi di lain pihak. Kita membutuhkan
telaah-telaah yang kontekstual, inspiratif dan evaluatif.
Perevitalisasikan
Pancasila
sebagai
dasar
negara
dalam,
kita
berpedoman pada wawasan:
1. Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religius sebagai dasar
dan arah pengembangan profesi
2. Akademis, menunjukkan bahwa MKU Pancasila adalah aspek being, tidak
sekedar aspek having
3. Kebangsaan, menumbuhkan kesadaran nasionalisme
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
35
4. Mondial, menyadarkan manusia dan bangsa harus siap menghadapi
dialektikanya perkembangan dalam mayaraka dunia yang “terbuka”.
Dalam kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sedang dilanda
oleh arus krisis dan disintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai
macam gugatan, sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitasnya. Namun
perlu kita sadari bahwa tanpa adanya “platform” dalam dasar negara atau
ideologi maka suatu bangsa mustahil akan dapat bertahan dalam menghadapi
berbagai tantangan dan ancaman.
Melalui pemahaman inilah Pancasila dikembangkan dalam semangat
demokrasi yang secara konsensual akan dapat mengembangkan nilai
praktisnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang serba pluralistik.
Selain itu melestarikan dan mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara
sebagaimana telah dirintis dan ditradisikan oleh para pendahulu, merupakan
suatu kewajiban etis dan moral yang perlu diyakinkan oleh generasi sekarang.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
36
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang
nilai-nilai dan tujuan tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika
diterapkan oleh Negara maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasangagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang
manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, sosial, maupun dalam
kehidupan bernegara.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan
logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea juga diartikan sesuatu
yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau
rencana. Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata
logis berasal dari kata logos dari kata legein yaitu berbicara. Istilah ideologi
sendiri pertama kali dilontarkan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754 - 1836),
ketika bergejolaknya Revolusi Prancis untuk mendefinisikan sains tentang ide.
Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau
pengutaraan terhadap sesuatu yang terumus di dalam pikiran.
Dalam tinjauan terminologis, ideology is Manner or content of thinking
characteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkah laku atau hasil
pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu
kelas). Ideologi adalah ideas characteristic of a school of thinkers a class of
society, a plotitical party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari
pemikiran suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik atau pun lainnya).
Ideologi ternyata memiliki beberapa sifat, yaitu dia harus merupakan pemikiran
mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa
memancarkan sistem untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
37
juga harus memiliki metode praktis bagaimana ideologi tersebut bisa diterapkan,
dijaga eksistesinya dan disebarkan.
Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan
pandangan hidup bangsa Indonesia. Disamping itu juga telah dibuktikan dengan
kenyataan sejarah bahawa Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan
karena menjadikan bangsa Indonesia bersatu.Pancasila dijadikan ideologi
dikerenakan, Pancasila memiliki nilai-nilai falsafah mendasar dan rasional.
Pancasila telah teruji kokoh dan kuat sebagai dasar dalam mengatur kehidupan
bernegara. Selain itu, Pancasila juga merupakan wujud dari konsensus nasional
karena negara bangsa Indonesia ini adalah sebuah desain negara moderen yang
disepakati oleh para pendiri negara Republik Indonesia kemudian nilai kandungan
Pancasila dilestarikan dari generasi ke generasi. Pancasila pertama kali
dikumandangkan oleh Soekarno pada saat berlangsungnya sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia (BPUPKI).
Pada pidato tersebut, Soekarno menekankan pentingnya sebuah dasar
negara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan dengan fundamen, filsafat,
pemikiran yang mendalam, serta jiwa dan hasrat yang mendalam, serta perjuangan
suatu bangsa senantiasa memiliki karakter sendiri yang berasal dari kepribadian
bangsa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pancasila secara formal yudiris
terdapat dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Di samping pengertian formal
menurut hukum atau formal yudiris maka Pancasila juga mempunyai bentuk dan
juga mempunyai isi dan arti (unsur-unsur yang menyusun Pancasila tersebut).
Tepat 64 tahun usia Pancasila, sepatutnya sebagai warga negara Indonesia
kembali menyelami kandungan nilai-nilai luhur tersebut.

Ketuhanan (Religiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu
dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan
mulia. Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
38
perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut pandang etis keagamaan,
negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama dan beribadat
menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa
suatu keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi masyarakat yang
beriman kepada Tuhan, dan masyarakat yang beragama,.

Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu
kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia
mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang
beradab. Manusia yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima
kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola
kehidupan masyarakat yang teratur, dan mengenal hukum universal.
Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan usaha gigih, serta
dapat diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh
toleransi dan damai.

Persatuan (Kebangsaan) Indonesia
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran
Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa
Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa
dari Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap
maupun pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk
melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan
Republik Indonesia terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan
terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa, namun perbedaan
tersebut tidak untuk dipertentangkan tetapi justru dijadikan persatuan
Indonesia.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
39

Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan
dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling
menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama.
Prinsip-prinsip
kerakyatan
yang
menjadi
cita-cita
utama
untuk
membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai
diri, walau berada dalam kancah pergolakan hebat untuk menciptakan
perubahan dan pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial
yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai
bangsa, dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok
dan aliran tertentu yang sempit.

Keadilan Sosial
Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak
berpihakkan,
keseimbangan,
serta
pemerataan
terhadap
suatu
hal.
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan citacita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan
masyarakat yang bersatu secara organik, dimana setiap anggotanya
mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta
belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala usaha diarahkan kepada
potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat,
sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. (Dari berbagai sumber).
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
40
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan dan
saling melengkapi sebagai sistem etika. Norma ada dua macam yaitu:
1. Norma Moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik
maupun buruk, sopan maupun tidak, susila maupun tidak susila.
2. Norma hokum
Sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dala suatu tempat dan
waktu (hukum).
A. Pengertian etika
Etika adalah suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral dan membahas bagaimana manusia bersikap
terhadapa apa yang ada. Etika dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Etika umum yaitu mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi
setiap tindakan manusia.
2. Etika khusus membahas prinsip-prinsip tersebut dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebgai makhluk individu
maupun sosial.
B. Pengertian Nilai, Norma, Dan Moral
1. Pengertian Nilai
Kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Nilai tersebut suatu kenyataan yang tersembunyi di
balik kenyataan-kenyataan lainnya. Dengan demikian, nilai adalah sesuatu
yang
berharga,
berguna,
memperkaya
batin,
dan
menyadarkan
manusiaakan harkat martabatnya.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
41
2. Hirarki Nilai
Nilai hirarki sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang
individu
masyarakat
terhadap
sesuatu
obyek.
Max
Scheler
mengelompokan empat tingkatan nilai yaitu:
a) Nilai kenikmatan berkaitan dengan indra.
b) Nilai kehidupan berkaitan dengan jasmani (kesehatan, kesejahteraan
umum).
c) Nilai
kejiwaan
berkaitan
dengan
kebenaran,
keindahan
dan
pengetahuan murni.
d) Nilai kerohanian berkaitan dengan sesuatu hal yang suci.
Sementara itu, Notonegoro membedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Nilai material yaitu yang berguna bagi jasmani manusia.
b) Nilai vital berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas
atau kegiatan.
c) Nilai kerohanian yaitu bersifat keagamaan, dibedakan atas empat
tingkatan yaitu:

Nilai kebenaran nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal
atau cipta manusia

Nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada
perasaan manusia

Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber atas
kehendak manusia

Nilai religius yaitu nilai kerohanian tertinggi dan bersifat
mutlak
3. Pengertian Moral
Berasal dari kata mos (mores) sinonim dengan kesusilaan, tabiat,
atau kelakuan. Moral merupakan ajaran tentang hal yang baik dan yang
buruk, yang menyangkut tingfkah laku manusia.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
42
4. Pengertian Norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk
budaya, sosial moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadran dan
sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi.
5. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
a) Nilai Dasar
Dalam prakteknya, nilai berhubungan dengan tingkah laku atau
berbagai aspek kehidupan manusia. Nilai dasar bersifat universal
karena menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu, nilai dasar
itu sendiri berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang ada dalam
diri nilai-nilai tersebut.
Nilai dasar yang berkaitan dengan tuhan maka nilai dasar itu
bersifat mutla, kalau nilai dasar berkaitan dengan manusia maka nilai
tersebut harus bersumber pada hakikat kemanusiaan, apabila nilai
tersebut berdasarkan kepada hakikat suatu benda maka nilai tersebut
dapat disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan
yang praksis. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi indonesia
yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
b) Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan
dari nilai dasar.
c) Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
Instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata dari nilai dasar dan
instrumental.
6. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan
yang seharusnya tetap terpeliharadi setiap kehidupan manusia. Keterkaitan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
43
itu mutlak bila seseorang individu, masyarakat, bangsa, dan negaraingin
membuat fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
C. Etika Politik
Pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan
serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung
pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis hal-halyang
menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikati, konsep pengambilan
keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdsarkan legitimasi dari
rakyat, atau dengan kata lain “legitimasi demokratis”.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
44
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI KONTEKS KETATANEGARAAN RI
A. Undang-Undang Dasar 1945
Dalam perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi memasuki
abad 21, hukum di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, hal ini adanya
perubahan terhadap Undang – Undang Dasar 1945, perubahan (amandemen)
dimaksud sampai empat kali, yang dimulai pada tanggal 19 Oktober 1999
mengamandemen 2 pasal, amandemen kedua pada tanggal 18 Agustus 2000
sejumlah 10 pasal, sedangkan amandemen ketiga pada tanggal 10 November 2001
sejumlah 10 pasal, dan amandemen keempat pada tanggal 10 Agustus 2002
sejumlah 10 pasal serta 3 pasal Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan 2 pasal,
apabila dilihat dari jumlah pasal pada Undang – Undang Dasar 1945 adalah
berjumlah 37 pasal, akan tetapi setelah diamandemen jumlah pasalnya melebihi
37 pasal, yaitu menjadi 39 pasal hal ini terjadi karena ada pasal – pasal yang
diamandemen ulang seperti pasal 6 A ayat 4, pasal 23 C.1.
Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Demokrasi
Indonesia merupakan sistem pemerintahan dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai
asal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan
untuk mewujudkan suatu cita – citanya. Demokrasi di Indonesia sebagaiman
tertuang dalam UUD 1945 mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak juga
mengakui perbedaan serta keanekaragaman mengingat Indonesia adalah “
Bhineka Tunggal Ika “.
Secara filosofi bahwa Demokrasi Indonesia mendasarkan pada rakyat. Secara
umum sistem pemerintahan yang demokratis mengandung unsur – unsur penting
yaitu :
a. Ketertiban warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
b. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
45
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai
oleh warga negara.
d. Suatu sistem perwakilan.
e. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.
Dengan unsur – unsur diatas maka demokrasi mengandung ciri yang
merupakan patokan bahwa warga Negara dalam hal tertentu pembuatan
keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun tidak langsung adanya
keterlibatan atau partisipasi. Oleh karena itu didalam kehidupan kenegaraan yang
menganut sistem demokrasi, selalu menemukan adanya supra struktur politik dan
infra struktur politik sebagai pendukung tegaknya demokrasi. Dengan
menggunakan konsep Montesquiue maka supra struktur politik meliputi lembaga
legislatif, lembaga eksekutif, dan lembaga yudikatif. Di Indonesia dibawah system
UUD 1945 lembaga-lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara adalah :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat
b. Dewan Perwakilan Rakyat
c. Presiden
d. Mahkamah Agung
e. Badan Pemeriksa Keuangan
Alat perlengkapan diatas juga dinyatakan sebagai Supra Struktur Politik.
Adapun Infra Struktur Politik suatu negara terdiri lima komponen sebagai berikut:
a. Partai Politik
b. Golongan Kepentingan (Interest Group)
c. Golongan Penekan (Preassure Group)
d. Alat Komunikasi Politik (Mass Media)
e. Tokoh – tokoh Politik
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
46
B. Pembagian Kekuasaan
Bahwa kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat, dan dilakukan menurut
Undang - Undang Dasar sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Dasar
1945 adalah sebagai berikut :
a. Kekuasaan Eksekutif didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat 1 UUD
1945)
b. Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD
(pasal 5 ayat 1, pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945).
c. Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada Mahkamah Agung (pasal 24
ayat 1 UUD 1945)
d. Kekuasaan Inspektif atau pengawasan didelegasikan kepada Badan
Pengawas Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), hal ini
dimuat pada pasal 20 A ayat 1.
Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif, sebelum
UUD diamandemen kekuasaan tersebut dipegang oleh Dewan Pertimbangan
Agung (DPA).
C. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen
Sebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945, dikenal dengan Tujuh
Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara, namun tujuh kunci pokok tersebut
mengalami suatu perubahan. Oleh karena itu sebagai Studi Komparatif sistem
pemerintahan Negara menurut UUD 1945 mengalami perubahan.
a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat ).
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( Rechtstaat ), tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka ( Machtstaat ), mengandung arti bahwa
negara, termasuk didalamnya pemerintahan dan lembaga – lembaga negara
lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
47
b. Sistem Konstitusi
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan
penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuanketentuan konstitusi dan juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain
merupakan produk konstitusional.
c. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
disamping MPR dan DPR.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, Presiden
penyelenggara pemerintahan tertinggi disamping MPR dan DPR, karena
Presiden dipilih langsung oleh rakyat. UUD 1945 pasal 6 A ayat 1, jadi
menurut UUD 1945 ini Preiden tidak lagi merupakan mandataris MPR,
melainkan dipilih oleh rakyat. Presiden tidak bertanggung jawab kepada
DPR.
d. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR. Presiden dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh menteri – menteri negara, pasal 17 ayat 1 (hasil amandemen).
e. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, meskipun Kepala negara
tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan “ Diktator “ artinya
kekuasaan tidak terbatas, disini Presiden adalah sudah tidak lagi
merupakan
mandataris
MPR,
namun
demikian
ia
tidak
dapat
membubarkan DPR atau MPR.
f. Negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum berdasarkan
Pancasila bukan berdasarkan kekuasaan.
Ciri – ciri suatu negara hukum adalah :
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
48

Pengakuan dan perlindungan hak – hak asasi yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan.

Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan
lain dan tidak memihak.

Jaminan kepastian hukum.
g. Kekuasaan Pemerintahan Negara Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 menyatakan
bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD 1945, Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden pasal 4
ayat 2 dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen 2002, bahwa Presiden dipilih langsung oleh rakyat secara
legitimasi. Presiden kedudukannya kuat, disini kekuasaan Presiden tidak
lagi berada dibawah MPR selaku mandataris. Akan tetapi jika Presiden
dalam melaksanakan tugas menyimpang dari Konstitusi, maka MPR
melakukan Impeachment, pasal 3 ayat 3 UUD 1945 dan dipertegas oleh
pasal 7A. Proses Impeachment agar bersifat adil dan obyektif harus
diselesaikan melalui Mahkamah Konstitusi, pasal 7B ayat 4 dan 5, dan jika
Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden
melanggar hukum, maka MPR harus segera bersidang dan keputusan
didukung 3/4 dari jumlah anggota dan 2/3 dari jumlah anggota yang hadir
pasal 7B ayat 7.
h. Pemerintahan Daerah, diatur oleh pasal 18 UUD 1945 Pasal 18 ayat 1
menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah –
daerah propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan undang – undang. Pasal 18 ayat 2 mengatur otonomi
pemerintahan daerah, ayat tersebut menyatakan bahwa pemerintahan
daerah propinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
49
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, atau
pengertian otonomi sama artinya mengatur rumah tangga sendiri.
i. Pemilihan Umum
Hasil amandemen UUD 1945 tahun 2002 secara eksplisit mengatur
tentang Pemilihan Umum dilakukan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil setiap 5 tahun sekali, diatur pasal 22E ayat 1. Untuk
memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden pasal 22 E ayat
2. Dalam pemilu tersebut landasan yang dipergunakan adalah Undang –
Undang UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu.
j. Wilayah Negara
Pasal 25A UUD 1945 hasil amandemen 2002 memuat ketentuan
bahwa, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas – batas dan
hak – haknya ditetapkan dengan Undang – Undang.
D. Hak Asasi Manusia Menurut UUD 1945
Hak asasi manusia tidaklah lahir mendadak sebagaimana kita lihat dalam “
Universal Declaration of Human Right “ pada tanggal 10 Desember 1948 yang
ditanda-tangani oleh PBB. Hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan
dengan filosofis manusia yang melatarbelakangi.
Bangsa Indonesia didalam hak asasi manusia terlihat lebih dahulu sudah
memiliki aturan hukumnya seperti dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1
dinyatakan bahwa : “ kemerdekaan adalah hak segala bangsa “. Sebagai contoh
didalam UUD 1945 pasal 28A menyatakan : “ Setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak memepertahankan hidup dan kehidupannya “. Pasal 28A sampai
dengan pasal 28J mengatur tentang hak asasi manusia didalam UUD 1945.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
50
E. Memahami Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila Dan UUD
1945
Sistem Konstitusi (Hukum Dasar) Republik Indonesia, selain tersusun
dalam hukum dasar yang tertulis yaitu UUD 1945, juga mengakui hukum dasar
yang tidak tertulis. Perlu diperhatikan bahwa kaidah – kaidah hukum
ketatanegaraan tidak hanya terdapat pada hukum dasar. Kaidah – kaidah hokum
ketatanegaraan terdapat juga pada berbagai peraturan ketatanegaraan lainnya
seperti dalam Tap. MPR, UU, Perpu, dan sebagainya. Hukum dasar tidak tertulis
yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan
dan bukan hukum adat (juga tidak tertulis), terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara. Meminjam rumusan ( dalam teori ) mengenai Konvensi
dari AV. Dicey : adalah ketentuan yang mengenai bagaimana seharusnya mahkota
atau menteri melaksanakan “ Discretionary Plowers “.
Dicretionary Plowers adalah kekuasaan untuk bertindak atau tidak bertindak
yang semata – mata didasarkan kebijaksanaan atau pertimbangan dari pemegang
kekuasaan itu sendiri. Hal diatas yang mula – mula mengemukakan yaitu Dicey
dikalangan sarjana di Inggris pendapat tersebut dapat diterima, lebih lanjut beliau
memperinci konvensi ketatanegaraan merupakan hal – hal sebagai berikut :
a. Konvensi adalah bagian dari kaidah ketatanegaraan (konstitusi) yang
tumbuh, diikuti dan ditaati dalam praktek penyelenggaraan negara.
b. bKonvensi sebagai bagian dari konstitusi tidak dapat dipaksakan oleh (
melalui ) pengadilan.
c. Konvensi ditaati semata – mata didorong oleh tuntutan etika, akhlak atau
politik dalam penyelenggaraan negara.
d. Konvensi adalah ketentuan – ketentuan mengenai bagaimana seharusnya (
sebaliknya ) discretionary plowers dilaksanakan.
Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari organisasi negara, disini
muncul pertanyaan yaitu : apakah Negara itu? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut kita pinjam “ Teori Kekelompokan “ yang dikemukakan oleh ; Prof. Mr.
R. Kranenburg adalah sebagai berikut : “ Negara itu pada hakekatnya adalah suatu
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
51
organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut
bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan kepentingan mereka bersama “
Maka disini yang primer adalah kelompok manusianya, sedangkan organisasinya,
yaitu negara bersifat sekunder.
Tentang negara muncul adanya bentuk negara dan system pemerintahan,
keberadaan bentuk negara menurut pengertian ilmu negara dibagi menjadi dua
yaitu : Monarchie dan Republik, jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan
hak waris atau keturunan maka bentuk negara disebut Monarchie dan kepala
negaranya disebut Raja atau Ratu. Jika kepala negara dipilih untuk masa jabatan
yang ditentukan, bentuk negaranya disebut Republik dan kepala negaranya adalah
Presiden. Bentuk negara menurut UUD 1945 baik dalam Pembukaan dan Batang
Tumbuh dapat diketahui pada pasal 1 ayat 1, tidak menunjukkan adanya
persamaan pengertian dalam menggunakan istilah bentuk negara ( lihat alinea ke 4
), “………maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
Undang – Undang Dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, ………dst. Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik “.
Dalam
sistem
ketatanegaraan
dapat
diketahui
melalui
kebiasaan
ketatanegaraan (convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi, Konstitusi
mengandung dua hal yaitu : Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis,
menyangkut konstitusi sekelumit disampaikan tentang sumber hukum melalui
ilmu hukum yang membedakan dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti
formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang
menentukan isi dan substansi hokum sedangkan sumber hukum dalam arti formal
adalah hukum yang dikenal dari bentuknya, karena bentuknya itu menyebabkan
hukum berlaku umum, contoh dari hukum formal adalah Undang –Undang dalam
arti luas, hukum adat, hukum kebiasaan, dan lain – lain.
Konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan adalah hukum yang
tumbuh
dalam
praktek
penyelenggaraan
negara,
untuk
melengkapi,
menyempurnakan, menghidupkan mendinamisasi kaidah – kaidah hukum
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
52
perundang – undangan. Konvensi di Negara Republik Indonesia diakui
merupakan salah satu sumber hukum tata negara.
Pengertian Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 2 kelompok yaitu :
Pembukaan, Batang Tumbuh yang memuat pasal–pasal, dan terdiri 16 bab, 37
pasal, 3 pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. Mengenai kedudukan
Undang–Undang Dasar 1945 sebagai sumber hukum tertinggi, Pancasila
merupakan segala sumber hukum. Dilihat dari tata urutan peraturan perundangundangan menurut TAP MPR No. III/MPR/ 2000, tentang Sumber Hukum dan
Tata Urutan peraturan perundang-undangan. TAP MPR NO XX/MPRS/1966 TAP
MPR NO. III/MPR/2000. Tata Urutannya sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan Pelaksanaan lainnya seperti

Peraturan Menteri

Instruksi Menteri
Tata Urutannya sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. TAP MPR RI
3. Undang – Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang–Undang (Perpu)
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
Sifat Undang – Undang Dasar 1945, singkat namun supel, namun harus ingat
kepada dinamika kehidupan masyarakat dan Negara Indonesia, untuk itu perlu
diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Pasalnya hanya 37 buah, hanya mengatur pokok – pokoknya saja, berisi
instruksi kepada penyelenggara negara dan pimpinan pemerintah untuk :
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
53
-
Menyelenggarakan pemerintahan negara dan
-
Kesejahteraan Sosial
b. Aturan pelaksanaan diserahkan kepada tataran hukum yang lebih rendah yakni
Undang – Undang, yang lebih mudah cara membuat, mengubah, dan
mencabutnya.
c. Yang penting adalah semangat para penyelenggara negara dan pemerintah
dalam praktek pelaksanaan.
d. Kenyataan bahwa UUD 1945 bersifat singkat namun supel seperti yang
dinyatakan dalam UUD 1945, secara kontekstual, aktual dan konsisten dapat
dipergunakan untuk menjelaskan ungkapan “ Pancasila merupakan ideologi
terbuka “ serta membuatnya operasional.
e. Dapat
kini
ungkapan
“
Pancasila
merupakan
ideologi
terbuka
“
dioperasionalkan setelah ideologi Pancasila dirinci dalam tataran nilai. Pasal –
pasal yang mengandung nilai – nilai Pancasila ( nilai dasar ) yakni aturan
pokok didalam UUD 1945 yang ada kaitannya dengan pokok – pokok pikiran
atau cirri khas yang terdapat pada UUD 1945. Nilai instrument Pancasila,
yaitu aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu ( TAP MPR, UU, PP,
dsb ).
Fungsi dari Undang – Undang Dasar merupakan suatu alat untuk menguji
peraturan perundang - undangan dibawahnya apakah bertentangan dengan UUD
disamping juga merupakan sebagai fungsi pengawasan. Makna Pembukaan UUD
1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin
ditegakkan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan
bangsa – bangsa di dunia.
Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan hikmat dalam 4 alinea itu,
setiap alinea dan kata – katanya mengandung arti dan makna yang sangat
mendalam, mempunyai nilai – nilai yang dijunjung oleh bangsa – bangsa beradab,
kemudian didalam pembukaan tersebut dirumuskan menjadi 4 alinea.
Pokok – pokok pikiran ; alinea pertama berbunyi “ Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
54
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
perikeadilan “. Makna yang terkandung dalam alinea pertama ini ialah :
1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia membela
kemerdekaan melawan penjajah.
2. Tekad bangsa Indonesia untuk merdeka dan tekad untuk tetap berdiri
dibarisan yang paling depan untuk menentang dan menghapus penjajahan
diatas dunia.
3. Pengungkapan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai
dengan perkemanusiaan dan perikeadilan; penjajah harus ditentang dan
dihapuskan.
4. Menegaskan kepada bangsa / pemerintah Indonesia untuk senantiasa
berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan
setiap bangsa.
Alinea kedua berbunyi : “ Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, makna yang terkandung disini
adalah:
1. Bahwa kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa itu bagi bangsa
Indonesia, dicapai dengan perjuangan pergerakkan bangsa Indonesia.
2. Bahwa perjuangan pergerakan tersebut telah sampai pada tingkat yang
menentukan, sehingga momentum tersebut harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.
3. Bahwa kemerdekaan bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus
diisi dengan mewujudkan Negara Indonesia yang bebas, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur, yang tidak lain adalah merupakan cita – cita
bangsa Indonesia ( cita – cita nasional ).
Alinea ke tiga berbunyi : “ Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya “. Hal ini mengandung makna adanya :
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
55
1. Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat ridho
Tuhan.
2. Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Imdonesia terhadap
suatu kehidupan didunia dan akhirat.
3. Pengukuhan dari proklamasi kemerdekaan.
Alinea ke-empat berbunyi : “ Kemudian daripada itu untuk membentuk
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamian abadi, keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia “.
Alinea ke empat ini sekaligus mengandung :
1. Fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yaitu :
o Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
o Memajukan kesejahteraan umum
o Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
o Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
2. Susunan / bentuk Negara adalah Republik
3. Sistem pemerintahan Negara adalah Kedaulatan Rakyat
4. Dasar Negara adalah Pancasila, sebagaimana seperti dalam sila – sila yang
terkandung didalamnya.
Dari uraian diatas maka, sementara dapat disimpulkan bahwa sungguh tepat
apa yang telah dirumuskan didalam Pembukaan UUD 1945 yaitu : Pancasila
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
56
merupakan landasan ideal bagi terbentuknya masyarakat adil dan makmur
material dan spiritual didalam Negara Republik Indonesia yang bersatu dan
demokratif. Sebelum menjelaskan mengenai sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 disampaikan terlebih dahulu
mengenai struktur ketatanegaraan pada umumnya.
Istilah struktur ketatanegaraan disini adalah terjemahan dari istilah Inggris
“The Structure of Government “. Pada umumnya struktur ketatanegaraan suatu
negara meliputi dua suasana, yaitu : supra struktur politik dan infra struktur
politik, yang dimaksud dengan supra struktur politik disini adalah segala sesuatu
yang bersangkutan dengan apa yang disebut alat–alat perlengkapan negara
termasuk segala hal yang berhubungan dengannya. Hal – hal yang termasuk
dalam supra struktur politik ini adalah ; mengenai kedudukannya, kekuasaan dan
wewenangnya, tugasnya, pembentukannya, serta hubungan antara alat – alat
perlengkapan itu satu sama lain. Adapun infra struktur politik meliputi lima
macam komponen, yaitu : komponen Partai Politik; Komponen golongan
kepentingan, Komponen alat komunikasi politik, Komponen golongan penekan,
Komponen tokoh politik.
Praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sebelum amandemen
UUD 1945 dapat diuraikan mengenai pendapat – pendapat secara umum yang
berpengaruh ( dominan ) berpendapat, UUD 1945 dan Pancasila harus
dilestarikan, upaya pelestarian ditempuh dengan cara antara lain tidak
memperkenankan UUD 1945 diubah. Secara hukum upaya
tersebut diatur sebagai berikut :
1. MPR menyatakan secara resmi tidak akan mengubah UUD 1945 seperti
tercantum dalam TAP MPR No. I/MPR/1983, pasal 104 berbunyi sebagai
berikut “ Majelis berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945 tidak
berkehendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadap serta akan
melaksanakannya secara murni dan konsekuen “.
2. Diperkenalkannya “ referendum “ dalam sistem ketatanegaraan RI.
Kehendak MPR untuk mengubah UUD 1945 harus terlebih dahulu
disetujui dalam sebuah referendum sebelum kehendak itu menjelma
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
57
menjadi perubahan UUD. Referendum secara formal mengatur tentang tata
cara perubahan UUD 1945 secara nyata, lembaga ini justru bertujuan
untuk mempersempit kemungkinan mengubah UUD 1945 hal ini dapat
diketahui pada bunyi konsideran “ TAP MPR No. IV/MPR/1983 huruf e
yang berbunyi “ Bahwa dalam rangka makin menumbuhkan kehidupan
demokrasi
Pancasila
pengangkatan 1/3
dan
jumlah
keinginan
untuk
anggota MPR
meninjau
ketentuan
perlu ditemukan jalan
konstitusional agar pasal 37 UUD 1945 tidak mudah digunakan untuk
merubah UUD 1945 “. Kata “ melestarikan “ dan “ mempertahankan “
UUD 1945 secara formal adalah dengan tidak mengubah kaidah – kaidah
yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 diakui bahwa UUD 1945
seperti yang terdapat didalam penjelasan adalah sebagai berikut : “
Memang sifat aturan itu mengikat oleh karena itu makin “supel “ ( elastic )
sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjaga supaya sistem
UUD jangan sampai ketinggalan jaman “.
Dari uraian diatas dapat diketahui adanya dua prinsip yang berbeda yaitu :
yang pertama berkeinginan mempertahankan, sedangkan prinsip yang kedua
menyatakan UUD jangan sampai ketinggalan jaman, yang artinya adanya “
perubahan “, mengikuti perkembangan jaman dalam hal ini perlu dicari jalan
keluar untuk memperjelas atau kepastian hukum dalam ketatanegaraan. Jalan
keluar salah satu diantaranya bentuk ketentuan yang mengatur cara melaksanakan
UUD 1945 adalah konvensi.
Konvensi merupakan condition sine quanon (keadaan sesungguhnya) untuk
melaksanakan UUD 1945. Untuk melestarikan atau mempertahankan UUD 1945
yaitu agar UUD 1945 mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman
sedangkan larangan mengubah UUD 1945 dapat dilihat sebagai aspek statis
(mandeg) dari upaya mempertahankan atau melestarikan UUD 1945. Selain
alasan – alasan diatas kehadiran konvensi dalam sistem ketatanegaraan RI,
didorong pula oleh :
1. Konvensi merupakan sub sistem konstitusi yang selalu ada di setiap negara.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
58
2. Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat.
Konvensi merupakan salah satu sarana untuk menjamin pelaksanaan
kedaulatan rakyat. Didalam memperjelas mengenai ketatanegaraan di Indonesia
pada UUD 1945 sebelum amandemen dapat dilihat pada bagan lampiran
tersendiri. Dan setelah UUD 1945 dilakukan amandemen yang pertama disahkan
pada tanggal 19 Oktober 1999, kedua pada tanggal 18 Agustus 2000, ketiga pada
tanggal 9 November 2001 dan keempat pada tanggal 10 Agustus 2002 dari
perubahan atau amandemen UUD 1945 tampak terlihat adanya perubahan struktur
ketatanegaraan RI yang selanjutnya didalam struktur setelah amandemen adanya
lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi dalam hal ini diatur kedalam UUD
1945 yang diamandemen pasal 7B ayat 1 - 5 yang intinya adalah menyangkut
jabatan Presiden dan Wakil Presiden, dan apablia melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, dll harus diajukan
terlebih dahulu ke Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili dan
memutuskan seadil – adilnya terhadap pendapat DPR kepada penyalahgunaan
Presiden / Wakil Presiden. Dalam hal ini DPR mengajukannya masalahnya ke
Mahkamah Konstitusi selanjutnya diserahkan kepada MPR untuk diambil
langkah-langkah selanjutnya dalam sidang istimewa.
Hubungan negara dan warga negara serta HAM menurut UUD 1945 dilihat
dari sejarah bangsa Indonesia tentang kewarganegaraan pada Undang – Undang
Dasar 1945 sebagai mana pasal 26 ayat 1 menentukan bahwa “ Yang menjadi
warga negara ialah orang – orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain
yang disahkan dengan Undang – Undang sebagai warga negara”, sedangkan ayat
2 menyebutkan bahwa “ Syarat – syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dengan Undang – Undang “. Mengacu pada pembahasan oleh Badan Penyelidik
Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, masalah hak asasi manusia
Indonesia menjadi perdebatan sengit, ada yang mengusulkan agar hak asasi
manusia dimasukkan kedalam ide tetapi ada juga yang menolaknya. Pada
akhirnya antara pro dan kontra tentang hak asasi manusia dimasukkan dalam
UUD dilengkapi suatu kesepakatan yaitu masuk kedalam pasal – pasal : 27, 28,
29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Yang dimaksud kewajiban asasi adalah kewajiban
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
59
setiap pribadi untuk berbuat agar eksistensi negara atau masyarakat dapat
dipertahankan, sebaliknya Negara memiliki kemampuan menjamin hak asasi
warga negaranya. Mengenai hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada
diri manusia itu sejak lahir terlihat dari uraian diatas mengenai hubungan antar
negara dan warga negara masing – masing memiliki hak dan kewajiban.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
60
BAB VIII
PARADIGMA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
A. Pengertian Paradigma
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam
dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul
“The Structure Of Scientific Revolution”, paradigma adalah suatu asumsi-asumsi
dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga
merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan
sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil
penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji
manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur,
korelatif dan positivistik, maka hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara
epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari obyek ilmu pengetahuan yaitu
manusia.
Dalam masalah yang populer istilah paradigma berkembang menjadi
terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asas serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan
serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan &
pendidikan.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
“Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia” hal ini
merupakan tujuan negara hukum formal, adapun rumusan “Memajukan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
61
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” hal ini merupakan tujuan
negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai tujuan khusus atau
nasional.
Adapun tujuan umum atau internasional adalah “ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila. Unsur-unsur
hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rokhani
(jiwa) dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan
makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan makhluk Tuhan.
C. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu
hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam
hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak
dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi
kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada hakekatnya tidak bebas nilai
namun terikat oleh nilai.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada
moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan
kehendak.
Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan,
dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan akibatnya
apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
62

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek harus bersifat beradab.
Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.

Sila
Persatuan
Indonesia,
mengkomplementasikan
universalia
dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain.
Pengembangan Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme,
kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di
dunia.

Sila
Kerakyatan
yang
dipimpin
permusyawaratan/perwakilan
oleh
mendasari
hikmat
kebijaksanaan
pengembangan
Iptek
dalam
secara
demokratis.
Artinya setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan
Iptek juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus
memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan penemuan ilmuwan lainnya.

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan
pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan
alam lingkungannya.
D. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM
Hakikat
manusia
merupakan
sumber
nilai
bagi
pengembangan
POLEKSOSBUDHANKAM. Pembangunan hakikatnya membangun manusia
secara lengkap, secara utuh meliputi seluruh unsur hakikat manusia
monopluralis, atau dengan kata lain membangun martabat manusia. Pancasila
sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
63
Pengembangan dan pembangunan bidang politik harus mendasarkan pada
tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan
kenegaraan disebut hak asasi manusia. Dalam sistem politik negara harus
mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat
manusia sebagai individu – mahluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Selain
sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik
negara. Drs. Moh. Hatta, menyatakan bahwa “negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa, atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Hal ini menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak
berdasarkan kekuasaan.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa
dalam politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (sila IV), adapun
pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas
berturut-turut moral ketuhanan, moral kemanusiaan (sila II) dan moral
persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun
aktualisasi dan pengembangan politik negara demi tercapainya keadilan dalam
hidup bersama (sila V).

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Sistem ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita
harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar
nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada
hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan
pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya. Dalam rangka pengembangan sosial budaya,
Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk
universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterikatan struktur,
dan transendentalisasi. Yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia,
kebebasan spiritual.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
64
Pertahanan dan Keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa. Pertahanan dan Keamanan negara haruslah mendasarkan pada
tujuan demi kepentingan rakyat sebagai warga negara. Pertahanan dan
keamanan harus menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemanusiaan dan Hankam diperuntukkan demi terwujudnya
keadilan dalam masyarakat agar negara benar-benar meletakkan pada
fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukannya suatu
negara yang berdasarkan kekuasaan.
E. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi
bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di
negara Indonesia. Dalam pengertian ini maka negara menegaskan dalam
pokok pikiran ke IV bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
“, ini berarti bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan.
F. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
Negara Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan, yaitu menata
kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat
madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang
menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang
bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Reformasi adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber nilai
yang merupakan platform kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama
ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik pada masa orde
lama maupun orde baru. Proses reformasi walaupun dalam lingkup pengertian
reformasi total harus memiliki platform dan sumber nilai yang jelas dan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
65
merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

Gerakan Reformasi
Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II Pelita ke
tujuh bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis
ekonomi Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas
politik menjadi goyah. Sistem politik dikembangkan kearah sistem
“Birokratik Otoritarian” dan suatu sistem “Korporatik”. Sistem ini ditandai
dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi didalam pembuatan
keputusan-keputusan nasional yang berada hampir seluruhnya pada tangan
penguasa negara, kelompok militer, kelompok cerdik cendikiawan dan
kelompok pengusaha oligopolistik dan bekerjasama dengan mayarakat
bisnis internasional. Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut
ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998,
yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J.
Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan
pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habibie
inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan
rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama
perubahan paket UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan
reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih
mendasar reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi
negara yaitu pada susunan DPR dan MPR, yang dengan sendirinya harus
dilakukan melalui Pemilu secepatnya.

Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila
Arti Reformasi secara etimologis berasal dari kata reformation dengan
akar kata reform yang artinya “make or become better by removing or
putting right what is bad or wrong”. Secara harfiah reformasi memiliki arti
suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali
hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
66
semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh
karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Suatu
gerakan
reformasi
dilakukan
karena
adanya
suatu
penyimpangan- penyimpangan. Misalnya pada masa orde baru,
asas kekeluargaan menjadi nepotisme, kolusi, dan korupsi yang
tidak sesuai dengan makna dan semangat UUD 1945.
b. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita
yang jelas (landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.
c. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu
kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka
acuan reformasi.
d. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta
keadaan yang lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan.
e. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai
manusia yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
G. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi
Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus tetap diletakkan
dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi
sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan
mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju
pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Maka reformasi dalam
perspektif Pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
67
Indonesia. Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif
artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan
dengan dinamika aspirasi rakyat.
Dalam mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata
kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi
rakyat.
H. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah
satu subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum.
Produk hukum baik materi maupun penegaknya dirasakan semakin menjauh
dari nilai-nilai kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Kerusakan atas
subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya,
politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan
suatu reformasi, menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan
tersebut. Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum Dalam negara
terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber
hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut staatsfundamental.
Sumber hukum positif di Indonesia tidak lain adalah Pancasila. Hukum
berfungsi sebagai pelayanan kebutuhan masyarakat, maka hukum harus selalu
diperbarui agar aktual atau sesuai dengan keadaan serta kebutuhan
masyarakat. Sebagai cita-cita hukum, Pancasila dapat memenuhi fungsi
konstitutif maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi regulatif Pancasila
menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum
itu sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum
akan kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri.
Fungsi regulatif Pancasila menentukan apakah suatu hukum positif sebagai
produk yang adil ataukah tidak adil. Sebagai staatfundamentalnorm, Pancasila
merupakan pangkal tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib hukum di
Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut istilah ilmu
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
68
hukum disebut sebagai sumber dari segala peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, sumber hukum
formal yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan
hukum, yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya UU, Peraturan
Menteri, Peraturan Daerah. Sumber hukum material yaitu suatu sumber
hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum.
Jika terjadi ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum dengan
norma hukum lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan
Pancasila
sebagai
sumbernya,
berarti
terjadi
inkonstitusionalitas
(unconstitutionality) dan ketidak legalan (illegality) dan karenanya norma
hukum yang lebih rendah itu batal demi hukum. Dasar Yuridis Reformasi
Hukum
Reformasi total sering disalah artikan sebagai dapat melakukan perubahan
dalam bidang apapun dengan jalan apapun. Jika demikian maka kita akan
menjadi bangsa yang tidak beradab, tidak berbudaya, masyarakat tanpa
hukum, yang menurut Hobbes disebut keadaan “homo homini lupus”, manusia
akan menjadi serigala manusia lainnya dan hukum yang berlaku adalah hukum
rimba. UUD 1945 beberapa pasalnya dalam praktek penyelenggaraan negara
bersifat multi interpretable (penafsiran ganda), dan memberikan porsi
kekuasaan yang sangat besar kepada presiden (executive heavy). Akibatnya
memberikan kontribusi atas terjadinya krisis politik serta mandulnya fungsi
hukum dalam negara RI.
Berdasarkan isi yang terkandung dalam Penjelasan UUD 1945,
Pembukaan UUD 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan
dalam pasal-pasal UUD 1945 secara normatif. Pokok-pokok pikiran tersebut
merupakan suasana kebatinan dari UUD dan merupakan cita-cita hukum yang
menguasai baik hukum dasar tertulis (UUD 1945) maupun hukum dasar tidak
tertulis (Convensi). Selain itu dasar yuridis Pancasila sebagai paradigma
reformasi hukum adalah Tap MPRS No.XX/MPRS/1966 yang menyatakan
bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, yang
berarti sebagai sumber produk serta proses penegakan hukum yang harus
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
69
senantiasa bersumber pada nilai-nilai Pancasila dan secara eksplisit dirinci tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bersumber pada
nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Dalam era reformasi pelaksanaan hukum harus didasarkan pada suatu nilai
sebagai
landasan
operasionalnya.
Reformasi
pada
dasarnya
untuk
mengembalikan hakikat dan fungsi negara pada tujuan semula yaitu
melindungi seluruh bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Negara pada
hakikatnya secara formal harus melindungi hak-hak warganya terutama hak
kodrat sebagai suatu hak asasi yang merupakan karunia Tuhan YME. Oleh
karena itu pelanggaran terhadap hak asasi manusia adalah sebagai
pengingkaran terhadap dasar filosofis negara misalnya pembungkaman
demokrasi, penculikan, pembatasan berpendapat berserikat, berunjuk rasa dan
lain sebagainya.
Pelaksanaan hukum pada masa reformasi harus benar-benar dapat
mewujudkan negara demokrasi dengan suatu supremasi hukum. Artinya
pelaksanaan hukum harus mampu mewujudkan jaminan atas terwujudnya
keadilan (sila V) dalam suatu negara yaitu keseimbangan antara hak dan
kewajiban bagi setiap warga negara tidak memandang pangkat, jabatan,
golongan, etnisitas maupun agama. Setiap warga negara bersamaan
kedudukannya di muka hukum dan pemerintah (pasal 27 UUD 1945). Jaminan
atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara dalam hidup bersama
dalam suatu negara yang meliputi seluruh unsur keadilan baik keadilan
distributif, keadilan komulatif, serta keadilan legal.
I. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik
Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
70
yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia
dan
Kerakyatan
yang
Dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Nilai demokrasi politik sebagaimana
terkandung dalam Pancasila sebagai fondasi bangunan negara yang
dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak
dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai
tersebut.
Berdasarkan semangat dari UUD 1945 esensi demokrasi adalah :

Rakyat merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara.

Kedaulatan rakyat dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat.

Presiden dan wakil presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
dan karenanya harus tunduk dan bertanggungjawab kepada MPR.

Produk hukum apapun yang dihasilkan oleh Presiden, baik sendiri maupun
bersama- sama lembaga lain kekuatannya berada di bawah Majelis
Permusyawatan Rakyat atau produk-produknya
J. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi
Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan
pada pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama
seluruh bangsa, dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan
sekelompok kecil orang bahkan penguasa.
Pada era ekonomi global dewasa ini dalam kenyataannya tidak mampu
bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan melanda Indonesia
mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga kepailitan yang diderita
oleh para pengusaha harus ditanggung oleh rakyat. Dalam kenyataannya
sektor ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa krisis dewasa ini
adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha rakyat.
Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
71
berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang
mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut :
a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan
dengan program“social safety net” yang popular dengan program Jaring
Pengaman Sosial (JPS). Sementara untuk mengembalikan kepercayaan
rakyat terhadap pemerintah, maka pemerintah harus secara konsisten
menghapuskan KKN, serta mengadili bagi oknum pemerintah masa orde
baru yang melakukan pelanggaran. Hal ini akan memberikan kepercayaan
dan kepastian usaha.
b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi.
Upaya ini dilakukan dengan menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu
dengan diwujudkan perlindungan hukum serta undang-undang persaingan
yang sehat. Untuk itu pembenahan dan penyehatan dalam sektor
perbankan menjadi prioritas utama, karena perbankan merupakan jantung
perekonomian.
c. Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu
diciptakan sistem untuk mendorong percepatan perubahan struktural
(structural transformation).
Transformasi struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi
tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang
tangguh, dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, dari ketergantungan
kepada kemandirian, dari orientasi dalam negeri ke orientasi ekspor.
Dengan sendirinya intervensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam
proses ekonomi melalui monopoli demi kepentingan pribadi harus segera
diakhiri. Dengan sistem ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya
terwujudnya
kesejahteraan
seluruh
bangsa
maka
peningkatan
kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar rakyat, sehingga dapat
mengurangi kesenjangan ekonomi.
Pendidikan Pancasila/KangOpanCivicHukum.Com
72
Download