pancasila sebagai ideologi negara dan relevansinya

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN RELEVANSINYA SAAT INI
Citra Magdalena Butar-Butar
Sekolah Dasar Negeri 030277Sidikalang
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia dimaksudkan bahwa Pancasila pada hakikatnya bukan hanya
merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi –ideologi lain di
dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.
Kata kunci : Pancasila, ideology Negara, relevansinya
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai ideologi bangsa artinya setiap warga negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan
yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima. Kadang-kadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
dimaksudkan bahwa Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi –ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk negara. Dengan perkataan lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis Pancasila.
PEMBAHASAN
Pancasila merupakan Dasar Falsafah Negara atau Ideologi Negara, karena memuat norma-norma yang paling
mendasar untuk mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk penyelenggaraan negara serta kebijaksanaankebijaksanaan penting yang diambil dalam proses pemerintahan (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44). Pancasila sebagai
ideologi negara berarti Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia
yang diyakini kebenarannya, disusun secara sistematis serta diberi petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas.
Namun dengan kenyataan saat ini dalam pengimplementasian pancasila saat ini sudah banyak terjadi
permasalahannya karena ulah manusia yang tidak sesuai melaksanakan makna dan tujuan dari pancasila tersebut
sehingga banyak penyelewengan yang terjadi di negara kita ini dan dalam kasusnya tentang hal dalm menghargai satu
sama lain masih juga banyak permasalahan yang terjadi dan banyak hal lainnya yaitu seperti dalam budaya juga dalam
negara ini masih banyak permasalahan yang terjadi maka dari itu diperlukan kesadaran bangsa Indonesia dalam
pengimplementasian nilai – nilai pancasila dalam kehidupan sehari – harinya.
Susunan hierarkhis dan berbentuk piramidal, intinya bahwa urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian
tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Dalam susunan hierarkhis
dan berbentuk piramidal, maka Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan
dan keadilan sosial. Sebaliknya Ketuhanan yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun,
memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial, demikian selanjutnya,
sehingga tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila-sila yang lain. Kemudian susunan Pancasila dalam hierarkhis
pyramidal dapat dirumuskan dalam hubungannya saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Tiap-tiap sila mengandung
empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya. Rumusannya sebagai berikut:
Sila Pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan, yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ketiga
Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
430
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Sila keempat
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah kerakyatan
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kelima
Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Secara bertepatan, pendiri bangsa, dengan keragaman garis ideologisnya, memiliki pertautan dalam idealisasi
terhadap nilai kekeluargaan. Dengan demikian, semangat gotong royong merupakan cetakan dasar (archetype) dan
karakter ideal keindonesiaan. Ia bukan saja dasar statis yang mempersatukan, melainkan juga dasar dinamis yang
menuntun ke arah mana bangsa ini harus berjalan, karena pada dasarnya pancasila digunakan sebagai ideologi bangsa
indonesia yang memiliki nilai – nilai terpenting bagi negara Indonesia.
Dalam istilah Soekarno, kekeluargaan adalah "meja statis" dan "leitstar dinamis" yang mempersatukan dan
memandukan. Karena kekeluargaan merupakan jantung keindonesiaan, kehilangan semangat kekeluargaan dalam
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia merupakan kehilangan segala-galanya. Filsafat Pancasila merupakan
renungan jiwa yang dalam, berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan pengalaman yang luas yang harmonis sebagai satu
kesatuan yang bulat dan utuh.
Landasan Etimologis Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yang ditulis dalam huruf Dewa
Nagari . Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca artinya lima dan Syila (huruf I pendek) artinya baru sendi, Jadi
Pancasyila berarti berbatu sendi yang bersendi lima. Kedua Panca artinya lima Syiila (huruf I panjang) artinya perbuatan
yang senonoh/ normatif Pancasyiila berarti lima perbuatan yang senonoh/normatif, perilaku yang sesuai dengan norma
kesusilaan. (Saidus Syahar 1975).
Landasan historis Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis oleh bangsa Indonesia sejak abad ke XIV pada
zaman Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku yaitu Sutasoma dan Nagara Kertagama. Buku Sutasoma yang ditulis oleh
Mpu Tantular tercantum dalam Panca Syiila Krama yang merupakan 5 (lima) pedoman yaitu : (1) Tidak boleh melakukan
kekerasan; (2) Tidak boleh mencuri; (3) Tidak boleh dengki; (4) Tidak boleh berbohong; dan (5) Tidak boleh mabuk.
Perubahan pemerintahan maupun bentuk Negara. Sifat Konsistensi mempertahankan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Sifat kesadaran dari bangsa Indonesia akan pentingya Pancasila sebagai norma dasar/fundamental norm/grund
norma bagi kokohnya NKRI.
Landasan Yuridis Secara yudridis butir-butir Pancasila tercantum pada pembukaan UUD’45 alinea ke IV, yang
diejawantahkan dalam pasal-pasal UUD’45. Dalam TAP MPR RI No. XVIII/MPR/’98 dikukuhkan Pancasila sebagai dasar
Negara harus konsisten dalam kehidupan bernegara. Dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/’99 diamanatkan agar visi bangsa
Indonesia tetap berlandaskan pada Pancasila.
Landasan Kultural Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya bangsa Indonesia tercermin dari
keyakinan akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan kehidupan budaya berbagai suku bangsa Indonesia yang saat kini masih
terpelihara, seperti : Tiap upacara selalu memohon perlindungan Tuhan YME, gotong royong, asas Musyawarah mufakat.
Pada masyarakat Padang dalam perilaku kehidupan bermasyarakat erat terkait dengan nilai agama yang tercermin pada
konsep: “Adat basandi syara dan syara basandi kitabbullah.” Yang berarti hukum adat bersendikan syara dan syara
bersendikan Al-Quran.
Kekeluargaan adalah "meja statis" dan "leitstar dinamis" yang mempersatukan dan memandukan. Karena
kekeluargaan merupakan jantung keindonesiaan, kehilangan semangat kekeluargaan dalam kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan Indonesia merupakan kehilangan segala-galanya. Kehilangan yang membuat biduk kebangsaan limbung,
terombang-ambing gelombang perubahan tanpa jangkar dan arah tujuan. Jika demokrasi Indonesia kian diragukan
kemaslahatannya, tak lain karena perkembangan demokrasi itu cenderung tercerabut dari jiwa kekeluargaan. Peraturan
daerah berbasis eksklusivisme keagamaan bersitumbuh menikam jiwa ketuhanan yang berkebudayaan.
Lembaga-lembaga finansial dan korporasi internasional dibiarkan mengintervensi perundang-undangan dengan
mengorbankan kemanusiaan yang adil dan beradab. Tribalisme, nepotisme, dan pemujaan putra daerah yang menguat
dalam pemilu kepala daerah melemahkan persatuan kebangsaan. Anggota parlemen bergotong royong menjarah keuangan
rakyat, memperjuangkan "dana aspirasi" seraya mengabaikan aspirasi rakyat, melupakan kegotongroyongan berdasarkan
hikmah kebijaksanaan. Ekspansi neoliberalisme, kesenjangan sosial, dan tindak korupsi melebar, menjegal keadilan sosial.
Pancasila dirumuskan oleh pendiri bangsa sebagai dasar dan tuntutan bernegara dengan mempertimbangkan
aspek-aspek itu, lewat usaha penggalian, penyerapan, kontekstualisasi, rasionalisasi, dan aktualisasinya dalam rangka
menopang keberlangsungan dan kejayaan bangsa. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar ketidakmampuan kita
memecahkan masalah hari ini disebabkan ketidakmampuan kita merawat warisan terbaik dari masa lalu. ota parlemen
bergotong royong menjarah keuangan rakyat, memperjuangkan "dana aspirasi" seraya mengabaikan aspirasi rakyat,
melupakan kegotongroyongan berdasarkan hikmah kebijaksanaan. Ekspansi neoliberalisme, kesenjangan sosial, dan tindak
korupsi melebar, menjegal keadilan sosial.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
431
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
SIMPULAN
Demokrasi yang dijalankan justru memutar jarum jam ke belakang, membawa kembali rakyat pada periode
prapolitik, ketika terkungkung dalam hukum besi sejarah survival of the fittest dan idol of the tribe. Ada jarak yang lebar
antara voices dan choices, antara apa yang diargumentasikan dengan pilihan institusi dan kebijakan yang diambil.
Demokrasi yang diidealkan sebagai wahana untuk memperjuangkan kesetaraan dan persaudaraan lewat pengorganisasian
kepentingan kolektif justru menjadi instrumen bagi kepentingan privat. Demokrasi yang dikembangkan tanpa
mempertimbangkan sistem pencernaan kebudayaan dan karakter keindonesiaan seperti biduk yang limbung.
REFERENSI
Abdurahman Wahid.1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kaitannya Dengan Kehidupan Beragama dan Berkepercayaan
Terhadap Tuhan YME, dalam Alfian & Oetojo Oesman, eds. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat.
Anas Salahudin. 2010. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa. Pustaka Setia
Satori, Djam’an, dkk, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Toleransi Hidup Beragama. Jakarta: Universitas Terbuka.
Senjaya, Wina., 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Soerjanto Poespowardojo.1991. Pancasila Sebagai Ideology Ditinjau Dari Segi Pandangan Hisup Bersama, dalam Alfian &
Oetojo Oesman, eds. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara, Jakarta : BP-7 Pusat.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2011. Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Pandangan Hidup Bangsa. Jakarta. Rineka Cipta
Surya, M. dan Rochman Natawidjaja. 1986. Pengantar Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Willis, Sofyan S., 2004. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
432
Download