10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitan Terdahulu
Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kerjasama Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SD Negeri di Kota Bandung dengan jumlah 15 orang yang
terdiri 8 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan.
Metode penelitian
yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Dengan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dilaksanakan dalam
tiga siklus, terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Make A Match,
instrumen yang digunakan berupa tes, lembar observasi keterampilan kerjasama
siswa, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Make A match.
Hasil penelitian ini diperoleh data yaitu peningkatan nilai kemampuan
kerjasama dari pra siklus yang sebelum menggunakan pembelajaran Make A
Match sampai dengan proses pembelajaran menggunakan model Make A Match,
pada Siklus I,II,III terjadi peningkatan yaitu dari nilai rata-rata 49,4 pada pra
siklus, menjadi 94,9 pada siklus III. Peningkatan pun terjadi pada hasil belajar
siswa dimana diperoleh data peningkatan
yaitu dari jumah siswa yg tuntas
belajar IPS 20% siswa yang tuntas pada pra silus, menjadi 80% siswa tuntas
pada siklus III. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
10
11
model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dikelas IV.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan
oleh
peneliti
terdapat
menggunakan
Mc.Taggart,
dua
dan
kesamaan
siklus
untuk
dan
antara
permasalahan
menggunakan
tindakan
yang
penelitian
yang
model spiral Kemmis dan
dilakukan
untuk
mengatasi
permasalahannya akan dilakukan menggunakan model Make A Match untuk
meningkatkan kemampuan kerjasama siswa sekolah dasar, sehingga akan mampu
menghasilkan peningkatan kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS.
2.2
Model Pembelajaran Make A Match
2.2.1
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai ahkir yang disajikan secara khas oleh guru kelas. Yamin (2013:17)
mengemukakan
bahwa
“Model
pembelajaran
merupakan
contoh
yamg
dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan
pembelajaran”.
“Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah dietapkan sebelumnya”. (Trianto,
2014:19). Pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi sesuai dengan
target kurikulum, tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan
unsur manusiawi, material,fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran. “ Pembalajaran adalah
interaksi dua arah antar guru dan siswa, serta teori dan praktik”. (Putra 2013:17).
12
Menurut Joyce dan Weil (Rusman, 2014:133) “ Model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pelajaran dikelas atau yang lain”. Sedangkan menurut Majid
(2014:13) “ Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang di
isi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka
dasarnya”.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disajikan sebelumnya, penulis
dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pedoman dalam
pembelajaran cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan.
2.2.2
Pengertian Model Pembelajaran Make A Match
Model Make A Match merupakan suatu metode pembelajaran yang
menantang siswa untuk belajar dan bekerja secara bersama untuk menemukan
pemecahan masalah dari suatu konsep atau topik melalui soal yang dibuatkan
kartu dan solusinya menggunakan kartu jawaban. Masalah yang digunakan untuk
mengikat rasa kerjasama siswa pada pembelajaran. Make A Match merupakan
salah satu model yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa,
Model Make A Match bertujuan mengenalkan kepada siswa terhadap sebuah
masalah yang akan dipecahkan melalui kartu soal dan menemui jawabannya
melalui kartu jawaban yang telah disajikan oleh guru.
Rusman (2014:223) mengemukakan bahwa “Model Make A Match (
membuat pasangan ) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran
kooperatif”. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
13
keunggalan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Menurut Huda (2014: 251) mengemukakan “Tujuan dari Model Make A
Match” ini adalah sebagai berikut :
1.
Pendalaman materi
2.
Penggalian materi
3.
Edutaimen
Huda (2014:251) “ Adapun yang harus dilakukan guru sebelum proses
pembelajaran berlangsung yaitu sebagai berikut : “
1.
2.
3.
Membuat beberapa pertanyaan seseuai dengan materi yang dipelajari
jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran kemudian menuliskannya
dalam kartu-kartu pertanyaan
Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat
dan menulisnya dalam kartu- kartu jawaban. Akan lebih baik kartu
jawaban dan kartu pertanyaan berbeda warna
Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan
sanksi bagi yang gagal disini, guru dapat membuat aturan ini bersamasama dengan siswa
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disajikan sebelumnya, penulis
dapat menyimpulkan bahwa model Make AMatch merupakan pembelajaran yang
menggunakan konsep atau topik yang sesuai dengan pendalaman materi yang
diajarkan kepada peserta didik sebagai sarana bagi peserta didik sebagai sarana
bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk bekerjasama dalam pembelajaran.
2.2.3
Langkah-langkah Model Make A Match
“Langkah-langkah model Make A Match”. Huda (2014:252)
1.
2.
3.
Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi dirumah
Siswa dibagi 2 kelompok, misalnya A dan B, kedua kelompok diminta
untuk berhadap-hadapan
Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu
jawaban Kepada kelompok B
14
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Guru menyampaikan kepada sisa bahwa mereka harus mencari atau
mencocokkan katu yang dipegang dengan kartu kelompok lain, guru
perlu menyampaikan batasan maksimal watu yang ia berikan kepada
mereka
Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya
masing-masing. Guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya,
guru mencatat mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan
Jika waktu sudah habis , mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah
habis, siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk
berkumpul sendiri
Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi, pasangan lain dan
siswa yang tidak mendapatkan pasangan memperhatikan dan
memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
Terahkir, guru memberikan konfirmasi tentang kebeneran dan
kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan
presentasi
Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai
seluruh pasangan melakukan prsentasi.
Berdasarkan pendapat diatas, dalam penelitian ini langkah-langkah nya
adalah sebagai berikut :
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/ topik yang
cocok untuk sesi review ( satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya
berupa jawaban
2.
Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa
3.
Guru membagi siswa menjdi dua kelompok, kelompok A dan B
4.
Setiap siswa mendapat satu kart dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu
yang dipegang
5.
Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
(kartu soal/kartu jawaban )
6.
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
7.
Guru memanggil siswa untuk mempresentasikan hasil jawabannya dan
kelompok yang mendengarkan untuk membrikan tanggapan pasangan itu
cocok atau tidak
15
8.
Guru memberikan informasi tentang kecocokan jawaban itu benar atau tidak
9.
Kesimpulan
2.2.4 Kelamahan Model Make A Match
Menurut Huda (2014:253). Adapun kelemahan dalam model pembelajaran
kooperatif Make A Match ( Mencari Pasangan) adalah sebagai berikut :
1.
Jika model pemebelajaran ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan
banyak waktu yang terbuang
Pada awal penerapan model ini, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya
Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa
yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan
Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberikan hukuman pada
yang tidak mendapatkan pasangan, karena mereka bisa malu
Menggunakan model
pembelajaran ini terus menerus akan
menimbulkan kebosanan
2.
3.
4.
5.
2.2.5 Kelebihan Model Make A Match
Menurut
Huda
(2014:253).
“A
dapun
kelebihan
dalam
model
pembelajaran kooperatif Make A Match” adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
2.3
Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa,baik secara koognitif
maupun fisik
Karena ada unsur permainan model pembelajaran ini menjadi
menyenangkan
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
dan dapat meningkatkan kerjasama siswa akan terwujud dinamis
Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi
Efektif melatih kedispinan siswa menghargai waktu untuk belajar
Kerjasama
2.3.1 Pengertian Kerjasama
Kerjasama adalah sikap siswa untuk mempelajari hal untuk peduli sesama
saling bergotong royong untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi. Menurut
Lie (2010:28) “Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya
16
bagi kelangsungan hidup”. Tanpa ada kerja sama tidak aka nada individu,
keluarga, organisasi, atau sekolah. Sehingga kerjasama sangat dibutuhkan dalam
kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam bidang pendidikan atau pengajaran.
Menurut Isjoni (2010:24) “Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar
mengajar dapat memberikan berbagai pengalaman”. Sedangkan menurut Huda
(2014:196-197) “Bekerjasama adalah agar siswa memiliki hal-hal sebagai berikut:
menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja
dalam tim”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bekerrjasa adalah
bentuk suatu usaha bersama yang dilakukan antara orang perorangan maupun
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dilakukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, tanpa adanya kerjasama tujuan tersebut akan sulit dicapai.
Oleh sebab itu tidak ada satupun individu tidak membutuhkan kerjasama dalam
upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.
2.3.2
Indikator Kerjasama
Menurut isjoni (2010:65), “Kerjasama meerupaka kerja kelompok keci;
yang tingkat kemampuannya berbeda, serta siswa dituntut memiliki keterampilanketerampilan bekerjasama, untuk mencapai
keterampilan dalam bekerjasama
terdapat 8 indikator yang perlu diamati dalam pembelajaran IPS”, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keikutsertaan dalam memberikan ide dan pendapat
Menanggapi pendapat dan menerima pendapat orang lain
Melaksanakan tugas
Keikutsertaan dalam memecahkan masalah
Kepedulian terhadap sesama anggota kelompok
Keikutsertaan membuat laporan
Keikutsertaan dalam presentasi kelompok
Kepedulian kepada teman dalam memecahkan masalah
17
Pembelajaran yang menekankan prinsip kerjasama harus memiliki
keterampilan –keterampilan khusus, keterampilan khusus ini disebut dengan
ketermpilan
kooperatif.
Keterampilan
kooperatif
ini
berfungsi
untuk
memperlancar hubungan kerja dan tugas ( Kerjasama siswa dalam kelompok )
keterampilan-keterampilan kooperatif dikemukakan oleh Lungdern dalam
Isjoni (2010:65-66) sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menyamakan pendapat dalam suatu kelompok sehingga mencapai suatu
kesepakatan bersama yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja
Menghargai konstribusi setiap anggota dalam suatu kelompok sehingga
tidak ada anggota yang merasa tidak dianggap
Mengambil giliran dalam berbagi tugas
Berada dalam kelompok selama kegiatan berlangsung
Mengerjakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya agar tugas
dapat terselesaikan
Mendorong siswa lain untuk berpartisipasi terhadap tugas
Meminta orang lain berbicara dan berpatisipasi aktif dalam tugas
Menyelesaikan tugas tepat waktu
Menghormati perbedaan individu
Keterampilan sosial berupa kerjasama harus dimiliki siswa terutama dalam
pembelajaran kelompok. Berdasarkan pendapat di atas maka kerjasama akan
dilihat pada indikator berikut :
1.
Saling percaya
2.
Peduli terhadap teman dalam memecahkan masalah
3.
Melaksanakan tugas
4.
Menanggapi pendapat dan menghargai pendapat orang lain
5.
Menghormati perbedaan indhividu
6.
Mengambil giliran dalam berbagi tugas
7.
Menjaga kekompakkan kelompok
8.
Mendorong siswa lain untuk bepartisipasi dan bekerjasama terhadap tugas
yang diberikan
18
Indikator keterampilan bekerjasama adalah penanda
guru,
dan personalia sekolah
dalam
mengevaluasi sekolah sebagai lembaga
yang digunakan oleh
merencanakan,
pelaksanaan
melaksanakan, dan
pendidikan
budaya dan
karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah
diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin). Indikator ini
dalam bentuk peilaku siswa di kelas dan
yang
dirumuskan
sekolah yang dapat diamati melalui
pengamatan guru ketika seorang siswa melakukan suatu tindakan di sekolah, Tanya
jawab dengan siswa, jawaban yang diberikan kepada siswa, jawaban yang diberikan
kepada siswa terhadap tugas dan pertanyaan guru, serta tulisana siswa dalam laporan
dan pekerjaan rumah. Indikator berfungsi bagi guru
sebagai kriteria untuk
memberikan pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi perilaku
yang dimiliki siswa.
Dari pendapat di atas
berperan
dalam
pelaksanaan
dapat
proses
disimpulkan
bahwa
pembelajaran,
bekerjasama sangat
karena dengan
adanya
kerjasama tersebut mengacu siswa untuk berperan aktif sehingga pelaksanaan
proses pembelajaran berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Maka dari
itu diperlukan kriteria untuk melihat siswa tersebut memiliki rasa untuk bekerjasama
atau tidak.
Adapun kriteria
yang
bisa
digunakan
diantaranya, sebagai
berikut :
1. Saling percaya
2. Peduli terhadap teman dalam memecahkan masalah
3. Melaksanakan tugas
4. Menanggapi pendapat dan menghargai pendapat orang lain
5. Menghormati perbedaan indhividu
6. Mengambil giliran dalam berbagi tugas
19
7. Menjaga kekompakkan kelompok
8. Mendorong siswa lain untuk bepartisipasi dan bekerjasama terhadap tugas
yang diberikan
2.3.3
Manfaat Bekerjasama
Kerjasama memiliki berbagai manfaat, dengan bekerjasama siswa dapat
mengembangkan berbagai kemampuan yang mungkin belum diasah, juga untuk
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan. Harmin (Isjoni, 2010:24) “Kerjasama
antar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat memberikan pengalaman”.
Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif menetukan
pilihan, dan secara umum mengembangkan kebiasaan baik. Penjelasan dari
paparan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan kesempatan berbicara
Di dalam kerja kelompok, setiap siswa akan mendapatkan kesempatan
berbicara untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini akan melatih siswa untuk
berani berbicara, mengembangkan rasa percaya diri dan mengembangkan
kecerdasan verbalnya.
b.
Inisiatif
Keterampilan inisiatif juga perlu dikembangkan dalam diri siswa. Di
dalam kelompok, siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap insiatif atau
sikap tanggap dengan kegiatan didalam kelompok, sikap insiatif yang perlu
dikembangkan adalah sikap tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa
tanggap mencari jawaban dari pertanyaan guru, siswa tanggap melengkapi
kekurangan dari kelompok, siswa tanggap jika kelompoknya di panggil oleh guru.
c. Menentukan Pilihan
20
Menentukan pilihan di dalam kerjasama, contohnya menentukan pilihan
ketua kelompok, menentukan jawaban yang akan diberikan terhadap pertanyaan
guru dan menentukan untuk berpartisipasi aktif terhadap kelompok.
d. Mengembangkan kebiasaan baik
Kebiasaan
baik
yang
dimaksud
dalam
bekerjasama
seperti
mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kewajiban, melatih kemampuan
akademik, melatih kemampuan interaksi dengan teman, mengembangkan rasa
percaya diri serta meningkatkan motivasi siswa.
2.3.4
Cara Untuk Meningkatkan Keterampilan Kejasama Siswa
Keterampilan bekerjasama merupakan hal bagi yang harus dimiliki oleh
peserta didik. Peserta didik yang mampu bekerjasama dengan baik akan lebih
mudah mendapatkan teman dengan demikian akan lebih mudah untuk mencapai
tujuan karena mendapatkan banyak bantuan dari orang lain. Menurut Huda
(2014:196-197) “Tujuan keterampilan bekerjasama adalah agar siswa memiliki
dan melakukan hal sebagai berikut: menerima orang lain, membantu orang lain,
menghadapi tantangan bekrajasama dalam tim”.
Bekerjasama sebagai bagian dari karakter siswa. Karakter bekerjasama
dimliki oleh siswa sebagai insan yang menuntut ilmu. Siswa yang memiliki rasa
bekerjasama yang tinggi terhadap pembelajaran dapat menyebabkan ilmunya jauh
lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang hanya menunggu penjelasan dari
guru. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran guru seharusnya mendorong siswa
untuk bekerjasama. Rasa bekerjasama yang dimiliki siswa akan membuat siswa
mencapai prestasi yang diinginkan, karakter bekerjasama merupakan salah satu
21
nilai pendidikan karakter yang di programkan oleh kemendiknas untuk di
kembangkan dalam diri siswa.
2.4
Ilmu Pengetahuan Sosial
2.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian, pengetahuan, yang
dilaksanakan dengan mengunakan pengetahuan kepada siswa. Bila pembelajaran
dipandang suatu proses,
maka pembelajaran merupakan kegiatan upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari
merencanakan program belajar tahunan, semester dan penyusunan persiapan
mengajar. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan
guru dalam rangka membuat siswa belajar.
IPS secara sederhana di definisikan sebagai ilmu tentang fenomena ilmu
sosial. IPS merupakan Mata Pelajaran yang sering dianggap sulit oleh
siswa.
IPS merupakan suatu pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
konsep-konsep, generalisasi, penyusunan teori. Para pendidik muncul masalah
bagaimana cara menyampaikan ilmu pengetahuan yang telah diajarkan dan
perkembanganya, baik mengenai pengertian-pengertian pokok maupun persoalan
yang kompleks. Sapriya (2009:19-20)
mengemukakan bahwa
“IPS merupakan
nama Mata Pelajaran di tingkat Sekolah Dasar dan menengah atau nama programa
studi
di perguruan
tinggi
yang Identik dengan social studies dalam
kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti
Australia dan Amerika serikat”.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 menjelaskan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mengajarkan
22
kepada siswa SD agar mereka kelak mengenal fenomena alam dan fenomena
sosial mulai dari lingkungan yang dekat sampai kepada lingkungan yang lebih
jauh (dunia). “Pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
generalisasi,
yang berkaitan dengan isu sosial kewarganegaraan” Gunawan
(2013:53)
Pengajaran IPS berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun
secara sistematis komprehensif dan terpadu dalam kehidupan di masyarakat sering
terjadi di lingkungan pada pemahaman dan
kepedulian terhadap lingkungan
sejarah (kebudayaan Hindu-Budha).
IPS di sekolah dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat bangsa dan Negara. “Dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) Mata Pelajaran IPS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:” Gunawan (2013:53).
1.
2.
3.
4.
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, bekerjasama, memecahkan masalah, keterampilan dalam
kehidupan sosial.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama, dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
2.4.2 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Pendidikan IPS berkewajiban membiasakan anak didik
menggunakan
metode secara sistematis, komprehensif, dan terpadu menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. IPS merupakan Mata Pelajaran di
SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, konsep yang
terorganisasi tentang sosial sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses
interaksi
sosial,
penyusunan gagasan-gagasan.
Dengan
23
pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahan yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
IPS sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan
membantu
siswa untuk
memahami
lingkungan
sosial sekitar secra lebih
mendalam. IPS dapat di pandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk
memahami gejala sosial, dan IPS dapat di pandang sebagai faktor yang dapat
mengubah sikap dan pandangan menusia terhadap sosial. Sesuai dengan hakikat IPS,
maka tujuan pendidik tidaklah hanya sekedar agar siswa dapat memiliki pengetahuan
tentang gejala – gejala sosial saja, melainkan melalui pendidikan IPS di harapakan
pada siswa tebentuk kemampuan memecahkan masalah-masalah mengenai
lingkungan sosial sekitarnya sesuai dengan cara serta sikap yang di kehendaki dalam
IPS.
Pendidikan IPS terletak
pada
tekanan-tekanan untuk menegakkan
pengakuan akan pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu untuk mengajukan bukti
akan kegunaan dan berharganya penelitian-penelitian yang dihasilkan. Sebagian
dari pengakuan tersebut terletak pada deskripsi yang lebih cepat mengenai
pegetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pendidikan IPS. Dengan upaya yang
lebih menekankan
bagaimana
anak
belajar,
kita dapat melihat bahwa
pembelajaran IPS di kelas di pandang s ebagai suatu proses aktif, dan sangat
dipengaruhi oleh apa yang ingin di pelajari oleh anak. Aspek pokok dalam
pembeljaran IPS adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka,
memiliki rasa untuk bekerjasama dan pengetahuan untuk menggali berbagai
pengetahuan baru, dan ahkirnya dapat mengaplikasinya dalam kehidupan mereka.
24
Gunawan (2013:51)
mengemukakan “Pada Mata Pelajaran IPS, anak
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata Pelajaran IPS
bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:”
1.
2.
3.
4.
Mengenal konsep-konsep dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan
berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat
lokal, nasional dan global.
25
2.5
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, untuk dapat meningkatkan
kerjasama siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester II dengan Materi
yaitu Aktivitas Dan Sumber Daya Alam, perlu Model Make A Match dan
penggunaan komponen-komponen yang mendukung dalam pengajaran dikelas.
Proses pembelajaran dapat mencapai hasil kerjasama yang maksimal jika terjadi
interaksi anatara guru dan siswa.
Berdasrkan keterangan di atas dapat digambarkan skema kerangka berpikir
sebagai berikut :
Kerjasama belajar IPS
siswa Kelas IV masih
rendah
Kondisi Awal
Tindakan
Model Make
A Match
Kondisi Ahkir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Penggunaan Model
Make A Match pada
Mata Pelajaran IPS
Kerjasama Siswa Pada
Mata Pelajaran IPS
Meningkat
26
2.6
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah
Penerapan Model Make A Match dapat meningkatkan
kerjasama siswa pada Mata Pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 180/ IV Kota
Jambi.
Download