Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG Ika Oktaviani, Siti Maesaroh DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang [email protected], [email protected] ABSTRAK Pneumonia merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak yang sangat serius dan yang paling banyak menyebabkan kematian. Pneumonia balita yaitu penyakit yang menyerang jaringan paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat atau sesak napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga. Menurut data di Puskesmas Teluknaga jumlah pneumonia pada balita Tahun 2013 sebanyak 252 dengan proporsi 2,52%, pada tahun 2015 dari 10.841 populasi terdapat 627 kasus pneumonia dengan proporsi 6,27 %. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskripitf dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 384 responden. Analisis statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini berlangsung mulai bulan April – Mei 2015. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kejadian pneumonia (19,4%), umur 0–36 bulan (19,6%), jenis kelamin laki – laki (18,1%), status gizi baik (19,1%), status imunisasi tidak lengkap (22,9%). Berdasarkan hasil analisa statistik dari empat variabel yang diteliti terdapat satu variabel yang berhubungan yaitu status imunisasi tidak lengkap (p value 0,034) dengan kejadian penyakit Pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang Tahun 2015. Berdasarkan penelitian semestinya petugas Kesehatan untuk lebih meningkatkan program penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya kejadian Penumonia. Kata kunci : Faktor - faktor yang berhubungan, Pneumonia PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit infeksi kurang mendapatkan perhatian sehingga saluran pernafasan akut, khususnya dunia menyebutnya pneumonia masih menjadi penyebab forgotten pandemic. sebagai the kematian terbesar pada bayi dan balita. Pada beberapa tahun terakhir ini Namun masalah ini hingga saat ini masalah penyakit pneumonia ini selain 29 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 pada bayi dan balita juga menjadi survailans pneumonia yang rutin dari masalah pada usia dewasa. Hal ini puskesmas dan terbatas hanya pada terlihat dengan adanya wabah penyakit kasus atypical penemuan (2003) pneumonia yang seperti menyerang SARS berbagai Balita saja, kasus berupa pneumonia laporan Balita melalui program P2 ISPA. negara. Setelah SARS mereda, sejak Program P2 ISPA di Indonesia bulan Juni 2005 dikejutkan dengan mulai pada tahun 1984, bersamaan adanya kasus clustering pneumonia dengan diluncurkannya P2 ISPA di yang merenggut nyawa 3 orang dalam 1 tingkat keluarga dan disebabkan oleh virus perjalanannya, Avian Influensa (AI) H5N1. Sampai mengalami akhir bulan maret 2007 telah ditemukan Pada periode pra-implementasi telah 66 kematian kasus pneumonia karena AI dilaksanakan 2 kali lokakarya ISPA dari 96 kasus konfirmasi (CFR 74,66%) Nasional, yaitu tahun 1984 dan tahun clan 10 kasus clustering AI. ( Depkes 1988. RI, 2006 ). Untuk pneumonia global oleh WHO. Dalam P2 ISPA telah beberapa perkembangan. Pola tatalaksana ISPA tahun 1984 itu maka merupakan survailans penyakit ISPA satu dalam 3 tingkat keparahan, yaitu : ISPA kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk ringan, ISPA sedang, ISPA berat. mengetahui besar masalah kejadian Klasifikasi ini menggabungkan penyakit pneumonia menunjang infeksi akut paru, infeksi akut ringan kewaspadaan dini terhadap penyakit AI dan infeksi tenggorok pada anak dalam pada manusia. Pada saat ini kegiatan satu kesatuan. serta untuk salah mengklasifikasikan 30 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 Istilah ISPA merupakan singkatan sukar untuk diperoleh. Sedangkan dari infeksi saluran pernapasan akut dan prosedur pemeriksaan imunologi belum mulai diperkenalkan pada tahun 1984 memberikan hasil yang memuaskan setelah untuk Nasional dibahas ISPA dilaksanakan dalam di lokakarya menentukan adanya bakteri Cipanas. Sejak sebagai penyebab Pneumonia. Hanya ISPA untuk biakan P2 dari aspirat paru serta penanggulangan Pneumonia pada Balita pemeriksaan spesimen darah yang dapat tahun 1990 sering timbul kerancuan diandalkan untuk membantu penetapan antara ISPA dan Pneumonia. etiologi Terjadinya Pneumonia pada anak pemeriksaan Pneumonia. spesimen Meskipun aspirat paru sering kali bersamaan dengan terjadinya merupakan cara yang sensitif untuk proses infeksi akut pada bronkus yang mendapatkan dan menentukan bakteri disebut Dalam penyebab Pneumonia pada Balita akan pelaksanaan P2 ISPA semua bentuk tetapi punksi paru merupakan prosedur Pneumonia ( baik Pneumonia maupun yang beresiko dan bertentangan dengan Bronkhopneumonia etika jika hanya dimaksudkan untuk Bronkhopneumonia. ) disebut “ Pneumonia ” saja. Dalam penentuan penelitian. klasifikasi Karena alasan maka penyakit dibedakan atas dua kelompok, penetapan yaitu : kelompok umur 2 bulan - < 5 Indonesia masih berdasarkan pada hasil tahun dan kelompok umur < 2 bulan. penelitian di luar Indonesia. Untuk Etiologi Pneumonia pada Balita sukar menentukan untuk ditetapkan karena dahak biasanya sering kali sulit dilakukan, tetapi umur 31 etiologi tersebut Pneumonia penyebab di Pneumonia Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 pasien akan dapat mengarahkan penyakit sistem pernapasan pada balita kemungkinan penyebabnya. Data WHO (usia 1- 5 tahun) sebesar 16,7% di Jawa- menunjukan, sekitar 800.000 hingga 1 Bali, 29,4% di Sumatra, 30,3% di juta anak meninggal dunia tiap tahun Kawasan Timur Indonesia. (Suharjono, akibat et al.2009). pneumonia, pneumonia disebutkan oleh UNICEF dan WHO Sedangkan berdasarkan dari hasil sebagai kematian tertinggi anak balita, Survei melebihi penyakit – penyakit lain seperti Departemen Kesehatan RI tahun 2005 campak, malaria serta AIDS. World bahwa Pneumonia Day (WPD) melaporkan merupakan penyebab kematian tertinggi Indonesia dengan pada Balita (22,5%). Survei Mortalitas kejadian pneumonia ke – 6 terbesar di ini dilakukan di 10 provinsi termasuk dunia. (Nawa Hayat Utami, 2013) salah satunya provinsi Banten. (Depkes menjadi Berdasarkan negara data Survei Mortalitas kasus Subdit ISPA pneumonia masih RI, 2006). Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 Jumlah penderita pneumonia di menunjukan bahwa angka kematian Puskesmas Kecamatan Teluk naga tahun Balita akibat penyakit sistem pernapasan 2013 terdapat 252 kasus (2,52%) dan adalah 4,9/1000 Balita. Sekitar 80 – 90 semua % dari kematian ini disebabkan oleh Dibandingkan Pneumonia.(id.scribd.com/doc/7369818 penderita 1/Analisis Kesahatan ). meningkat sebanyak 627 kasus (6,27 Berdasarkan hasil surkesnas 2001 %). tampak bahwa proporsi kematian karena 32 kasus ditangani tahun pneumonia 100 2015 pada %. jumlah balita Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 Berdasarkan belakang akibat pneumonia dan diare pada balita untuk di seputar dunia antara lain tindakan mengetahui lebih jauh mengenai faktor pencegahan (kampanye pemberian ASI – faktor yang berhubungan dengan eksklusif selama 6 bulan, vaksinasi dan tingginya angka kejadian Pneumonia sanitasi dalam kehidupan sehari – hari) pada Balita di Puskesmas Kecamatan dan Teluk Naga tahun 2015. memastikan tersebut penulis latar tertarik Adapun upaya terus ditingkatkan tindakan menderita penanganan bahwa balita pneumonia dengan yang mendapatkan guna menekan perkembangan penyakit akses perawatan yang tepat agar dapat ini. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sembuh. menetapkan target bahwa pada Tahun 2025, angka kematian balita akibat METODE PENELITIAN pneumonia, dapat ditekan semaksimal Penelitian ini merupakan penelitian deskripitf digencarkan guna mencapai tujuan ini sectional. Penelitian ini dilaksanakan di adalah The Integrated Global Action Puskesmas Plan for the Prevention and Control of Tangerang pada tahun 2015. Pneumonia adan dengan Teluk rancangan cross mungkin. Salah satu program yang kian Naga Kabupaten Diarrhoe/Rencana Populasi dalam penelitian ini adalah Aksi Global Terpadu guna mencegah semua balita yang datang ke Puskesmas dan menangani pneumonia dan diare. Teluk Naga di Desa Teluk Naga dengan Diharapkan teknik program ini dapat mempercepat tercapainya pengendalian pengambilan random sampling angka kejadian dan angka kematian 33 sampel simple Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 Teknik pengumpulan data yang digunakan peroleh data sekunder yang Pneumonia pada balita, diperoleh hasil di bahwa responden yang mengalami secara langsung dari arsip Pneumonia sebanyak 75 responden, Puskesmas Teluk Naga. Instrumen yang dengan perincian 60 responden (19,6%) digunakan dalam penelitian ini adalah yang berumur 0-36 bulan dan 15 check list responden (19,2%) yang berumur >36 - Analisis bivariat dalam penelitian 60 bulan. Sedangkan responden yang ini menggunakan Chi Square dengan tidak mengalami Pneumonia sebanyak menggunakan derajat kepercayaan 95 % 309 responden, dengan perincian 246 dengan α = 0,05. responden (80,4%) yang berumur 0 - 36 bulan dan 63 responden (80,8%) yang HASIL DAN PEMBAHASAN berumur >36 - 60 bulan. Hasil uji HASIL statistik diperoleh nilai p= 1,000 maka 1. Hubungan Umur dengan kejadian dapat disimpulkan tidak ada perbedaan Pneumonia pada balita Di Puskesmas proporsi antara umur dengan kejadian Kec. Teluknaga tahun 2015 Umur N 0 – 36 bulan 60 >36 – 60 bulan 15 Jumlah 75 Ya Pneumonia Tidak % N % Total N % 19,6 246 80,4 306 100 19,2 63 309 80,8 78 384 100 Berdasarkan Pneumonia pada balita (H0 diterima), berarti OR P (95% CI) Value tabel tidak ada hubungan yang signifikan antara Umur dengan kejadian 0,976 0,520 – 1,000 1,833 Pneumonia pada balita. Didapatkan pula analisis - 36 bulan mempunyai peluang 1 kali OR 0,976 artinya balita yang berumur 0 untuk terkena pneumonia. hubungan antara Umur dengan Kejadian 34 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 2. Jenis Kelamin Laki laki Perempu an Jumlah Hubungan Jenis Kelamin dengan berjenis kelamin perempuan. Hasil uji kejadian Pneumonia pada balita Di statistik diperoleh nilai p= 0,572 maka Puskesmas Kec. Teluknaga tahun dapat disimpulkan tidak ada perbedaan 2015 proporsi antara jenis kelamin dengan Pneumonia N 35 40 75 Ya % 18,1 20,9 kejadian Pneumonia pada balita (Ho P Value Total OR Tidak (95% CI) N % N % 158 81,9 193 100 1,196 151 79,1 191 100 0,721 1,983 0,572 309 384 diterima), berarti tidak hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian yang antara Jenis Kelamin dengan kejadian Pneumnia yang mengalami 75 responden, sebanyak berjenis mempunyai Pneumonia pada balita, diperoleh hasil responden pada balita. Didapatkan pula OR 1,196 artinya balita Berdasarkan tabel analisis hubungan bahwa Pneumonia kelamin peluang 1 perempuan kali untuk terkena pneumonia. 3. Hubungan Status Gizi dengan dengan perincian 37 responden (18,1%) kejadian Pneumonia pada balita Di yang berjenis kelamin laki - laki dan 40 Puskesmas Kec. Teluknaga tahun responden 2015 (20,9%) yang berjenis kelamin perempuan. Sedangkan responden yang mengalami tidak Pneumonia sebanyak 309 responden, dengan perincian 158 responden Status Gizi Baik Buruk Jumlah Pneumonia Tidak % N % 19,1 267 80,9 22,3 42 77,7 309 Ya N 63 12 75 Total N 330 54 384 % 100 100 OR (95% CI) 1,211 0,603 – 2,433 Berdasarkan tabel analisis hubungan (81,9%) yang berjenis kelamin laki - antara status gizi dengan kejadian laki dan 151 responden (79,1%) yang 35 P Value 0,591 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 Pneumonia pada balita, diperoleh hasil bahwa responden yang 4. kejadian Pneumonia pada balita Di mengalami Puskesmas Kec. Teluknaga tahun Pneumonia sebanyak 75 responden, dengan perincian 63 responden (19,1%) yang berstatus gizi baik dan 12 responden (22,3%) yang berstatus gizi buruk. Sedangkan responden yang tidak Hubungan Status Imunisasi dengan 2015 Status Imunisasi Pneumonia Ya Tidak N % N % Lengkap 18 13,3 117 86,7 Tidak 57 22,9 192 77,1 Lengkap Jumlah 75 309 P Total OR Value N % (95% CI) 135 100 249 100 1,930 1,083 – 0,034 384 3,438 mengalami pneumonia sebanyak 309 responden, dengan perincian Berdasarkan 267 hubungan responden (80,9%) yang berstatus gizi antara penggunaan air bersih dan diare responden, dengan responden (13,3%) perincian yang 18 berstatus imunisasi lengkap dan 57 responden pada balita (Ho diterima), berarti tidak (22,9%) yang berstatus imunisasi tidak ada hubungan yang signifikan antara dengan Imunisasi mengalami Pneumonia sebanyak 75 dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi imunisasi status diperoleh hasil bahwa responden yang berstatus gizi buruk. Hasil uji statistik status analisis dengan kejadian Pneumonia pada balita, baik dan 42 responden (77,7%) yang diperoleh nilai p= 0,591 maka antara tabel lengkap. Sedangkan responden yang kejadian tidak mengalami Pneumonia sebanyak Pneumonia pada balita. Didapatkan pula 309 responden, dengan perincian 117 OR 1,211 artinya balita yang status responden gizinya buruk mempunyai 1 kali untuk (86,7%) yang berstatus imunisasi lengkap dan 192 responden terkena pneumonia. (77,1%) yang berstatus imunisasi tidak 36 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 lengkap . Hasil uji statistik diperoleh responden yang nilai p= 0,034 maka dapat disimpulkan pneumonia terjadi ada perbedaan proporsi antara status dengan kategori umur 0 - 36 bulan imunisasi dengan kejadian pneumonia yaitu sebesar 306 responden dan pada balita (Ho ditolak), berarti ada selebihnya pada umur >36 - 60 hubungan yang signifikan antara status bulan yaitu hanya 78 responden. imunisasi dengan kejadian pneumonia Berdasarkan mengalami pada Hasil batita uji pada balita. Dari hasil analisis diperoleh statistik diperoleh nilai P value = pula nilai OR= 1,930, ini berarti balita 1.000 maka dapat disimpulkan yang status imunisasinya tidak lengkap tidak ada perbedaan proporsi antara mempunyai resiko 2 kali untuk terkena umur dengan kejadian pneumonia ( penyakit pneumonia dibandingkan balita tidak ada hubungan antara umur yang dengan kejadian pneumonia pada status imunisasinya lengkap, dengan kata lain status imunisasi tidak balita). lengkap berisiko untuk balita terkena Dalam penelitian ini ada penyakit pneumonia. ketidaksesuaian dengan teori dalam PEMBAHASAN buku Shaleh (2008) dijelaskan 1. Hubungan kejadian pneumonia bahwa Anak berusia dibawah 2 pada balita berdasarkan umur tahun mempunyai risiko mendapat Faktor yang mempengaruhi ISPA lebih besar dari pada anak kejadian pneumonia adalah umur, yang lebih tua. Hal ini disebabkan dimana dari hasil penelitian penulis anak di bawah usia 2 tahun menunjukan imunitasnya belum sempurna dan bahwa dari 384 37 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 lumen saluran nafasnya relatif Faktor sempit. balita yang berikutnya yaitu jenis kelamin yang Berdasarkan hasil penelitian mempengaruhi terjadinya yang dilakukan oleh Putro (2006) pneumonia di Surabaya menghasilkan kejadian Berdasarkan ISPA Pneumonia tidak dipengaruhi penulis ditempat pengambilan data umur balita (semua umur memiliki dapat ditunjukan bahwa distribusi kemungkinan yang sama untuk frekuensi mendapat penyakit ), dan penelitian berdasarkan jenis kelamin dengan Cross Sectional jumlah sampel yaitu 384 responden Kabupaten oleh Riza di Bekasi balita. hasil kejadian penelitian pneumonia yang terdiri 193 responden yang adanya berjenis kelamin laki - laki dan 191 hubungan yang signifikan antara terdapat. Adapun proporsi balita umur balita dengan kejadian ISPA. berjenis Terdapat (2005) pada pun membuktikan 2. dari tidak kelamin perempuan ketidaksesuaian didiagnosa menderita pneumonia antara penelitian dengan teori yang sebesar 20,9% sedikit lebih besar ada karena dari pada balita laki - laki sebesar keterbatasan jumlah sampel dan 18,1% dengan resiko 1,196 kali keterbatasan waktu penelitian. lebih besar pada balita perempuan kemungkinan Hubungan jenis kelamin anak untuk terkena pneumonia dengan kejadian pneumonia pada dibandingkan laki - laki. Uji Chi- balita square memperlihatkan p-value sebesar 0,572(p value > 0,05) 38 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 menunjukan tidak ada hubungan diantaranya menderita pneumonia. yang Sedangkan dari 330 responden bermakna (tidak ada perbedaan proporsi) antara jenis bergizi kelamin sebesar 84% menderita Pneumonia dengan kejadian Pneumonia. Hal dari ini penelitian sesuai kasus kontrol lebih dengan besar dengan dengan proporsi yang buruk. Hasil proporsi dibandingkan balita analisa bergizi bivariat dilakukan oleh Putro (2006) di menggunakan Surabaya jenis memperlihatkan nilai p sebesar mempengaruhi 0,591 (p value >0,05) menunjukan kejadian ISPA - Pneumonia balita, tidak ada hubungan yang bermakna dengan artian apapun jenis kelamin antara status gizi dengan kejadian balita sama - sama berisiko untuk Pneumonia pada balita. Hal ini terkena ISPA - Pneumonia. tidak sesuai dengan penelitian yang menyebutkan kelamin tidak Terdapat kesusuaian dengan dilakukan oleh Chi-square Fanada (2012) penelitian sebelumnya menunjukan bahwa balita yang status gizinya bahwa tidak rendah mempunyai risiko 2,5 kali kejadian untuk terkena penyakit pneumonia jenis berhubungan kelamin dengan pneumonia pada balita. 3. baik Hubungan status gizi dibandingkan balita yang status dengan gizinya baik/normal, dengan kata kejadian pneumonia pada balita lain status gizi kurang atau rendah Berdasarkan hasil penelitian, mempunyai risiko untuk balita 54 responden bergizi buruk, 22,3% terkena 39 penyakit pneumonia, Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 dengan 95% CI (tingkat status lengkap didiagnosa nilai p value =0,044 yang berarti 13,3% ada signifikan penyakit lainnya. antara status gizi dengan kejadian proporsi balita dengan status pneumonia pada balita. imunisasi tidak hubungan yang saya lakukan terdapat Pneumonia dan kepercayaan) 1,103 - 5,618 dan Berdasarkan penelitian yang 4. imunisasi dan 86,7% didiagnosa Sedangkan lengkap didiagnosa dan Pneumonia sedikit dan didiagnosa lebih besar ketidaksesuaian dengan penelitian 22,9% yang dilakukan oleh peneliti lain didiagnosa dikarenakan karena waktu dan selain Pneumonia. Hasil uji Chi- lokasi penelitian yang berbeda serta square jumlah sampel yang diambil. sebesar 0,034 (p value < 0,05) Hubungan status imunisasi dengan menunjukan ada hubungan yang kejadian pneumonia pada balita bermakna antara status imunisasi Status imunisasi dan sebesar 77,1% lainnya menderita penyakit memperlihatkan nilai p dengan kejadian Pneumonia pada dikelompokan menjadi lengkap dan balita tidak lengkap. Imunisasi lengkap Puskesmas Kecamatan Teluknaga mencakup semua imunisasi dasar tahun 2015. yang harus diterima balita sebelum menginjak Berdasarkan usia satu yang berkunjung ke Dalam penelitian ini sesuai tahun. dengan penelitian yang dilakukan hasil oleh fanada (2012) yaitu dari penelitian,proporsi balita dengan analisis 40 univariat didaptkan Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 distribusi frekuensi status imunisasi masih rendahnya kelengkapan yang lengkap sebanyak 40,8%, status imunisasi memberikan sedangkan 59,2%. yang Dari tidak lengkap sumbangsih analisis bivariat kesakitan akibat pneumonia pada didapatkan nilai p value = 0,000 dengan nilai α 0,05, terhadap angka balita. dengan SIMPULAN demikian bahwa ada hubungan Berdasarkan analisis data dan yang bermakna status imunisasi pembahasannya, maka dapat ditarik dengan kesimpulan sebagai berikut: Balita yang kejadian penyakit pneumonia pada balita dan nilai OR datang = 1,930 ini berarti balita yang status Teluknaga imunisasi tidak lengkap mempunyai adalah 75 responden (19,5%) dan yang risiko 2 kali untuk terkena penyakit tidak pneumonia responden (80,5%). dibandingkan balita ke Puskesmas mengalami mengalami Kecamatan Pneumonia pneumonia 309 yang status imunisasinya lengkap, Hubungan umur balita dengan dengan kata lain status imunisasi kejadian pneumonia pada balita yang tidak lengkap berisiko untuk balita terbesar adalah balita dengan umur 0 – terkena penyakit 36 dengan 95% pneumonia, CI (tingkat bulan responden. kepercayaan) 1,083 – 3,438. (batita) Dari sebanyak hasil uji 306 statistik didapatkan nilai P = 1,000 maka dapat Berdasarkan penelitian yang disimpulkan lakukan angka proporsi antara umur dengan kejadian kejadian pneumonia dikarenakan Pneumonia pada balita (H0 diterima), saya tingginya 41 tidak ada perbedaan Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 berarti tidak ada hubungan yang signifikan signifikan antara Umur dengan kejadian antara status imunisasi dengan kejadian Pneumonia pada balita Pneumonia pada balita. Hubungan status imunisasi dengan Hubungan jenis kelamin dengan kejadian pneumonia pada balita yang kejadian pneumonia pada balita yang terbanyak terbanyak adalah laki – laki sebanyak imunisasinya tidak lengkap sebanyak 193 249 responden. Hasil uji statistik adalah responden. Hasil yang uji status statistik diperoleh nilai p= 0,572 maka dapat diperoleh nilai p= 0,034 maka disimpulkan perbedaan disimpulkan ada perbedaan proporsi proporsi antara jenis kelamin dengan antara status imunisasi dengan kejadian kejadian Pneumonia pada balita (Ho pneumonia pada balita (Ho ditolak), diterima), berarti tidak hubungan yang berarti ada hubungan yang signifikan signifikan antara jenis kelamin dengan antara status imunisasi dengan kejadian kejadian Pneumonia pada balita. pneumonia pada balita. Dari hasil tidak Hubungan ada status gizi dengan dapat analisis diperoleh pula nilai OR= 1,930, kejadian pneumonia pada balita yang ini terbanyak adalah yang status gizinya imunisasinya tidak lengkap mempunyai baik sebanyak 330 responden . Hasil uji resiko 2 kali untuk terkena penyakit statistik diperoleh nilai p= 0,591 maka pneumonia dibandingkan balita yang dapat perbedaan status imunisasinya lengkap, dengan proporsi antara penggunaan air bersih kata lain status imunisasi tidak lengkap dan diare pada balita (Ho diterima), berisiko untuk balita terkena penyakit berarti pneumonia. disimpulkan tidak ada ada hubungan yang 42 berarti balita yang status Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 Adapuh implikasi dari penelitian Kejadian Penyakit pada Balita”. Skripsi ini yaitu diharapkan tenaga kesehatan Fitri, Widya. 2005. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Provinsi Riau Tahun 2004 (Analisa Lanjut Data Susenas Tahun 2004). Tenis Program Pasca Sarjana FKM UI. Depok memberikan pelayanan kesehatan yang terpadu serta penerapan lebih meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat terutama dalam penurunan angka kesakitan pada balita Kilabuko, James H and Satoshi Nakai. 2007. “Effects of Cooking Fuels on Acute Respiratory Infekstions in Children in Tanzania”. Int. J. Environ. Res. Public Health 2007 Vol.4 (4) Page 283 – 288 yang disebabkan oleh pneumonia. Machmud, Rizanda. 2006. Pneumonia Balita di Indonesia dan Peranan Kabupaten dalam Menanggulanginya. Padang : Andalas University Press. REFERENSI Anwar A, Dharmayanti I. 2014 Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, No. 8, Mei 2014 Boer, Pneumonia Marni, 2015. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta : Pustaka Baru. Sjanileila. 2002. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Kota Pangkal Pinang Tahun 2002. Tesis. FKM UI Mahalastri N. 2014. Hubungan Antara Pencemaran Udara Dalam Ruang Dengan Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014. Depkes RI, 2006, Situasi pneumonia di indonesia. Jakarta subdit pengendalian penyakit infeksi saluran pernapasan akut. Mishra, Vinod and Robert D Retherford. 1997, “Cooking Smoke Increases the Risk of Acute Respiratory Illnes : A sohort study in Chittagong, Bangladesh”. International Breastfeeding Journal 2008,I 3:28. Depkes RI, 2007, Surveilans Pneumonia Puskesmas dan Rumah Sakit Sentinel. Jakarta subdit pengendalian penyakit infeksi saluran pernapasan akut. Fanada, Mery. 2012. “Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta Rineka Cipta 43 Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.VIII No.1 Tahun 2017 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodelogi Penelitian, Jakarta : Rineka Cpita. Balita di Puskesmas Ngombol Kabupaten Purworejo. Skripsi Semba, Richard. 2005. Infectious Disease Epidemiology Theroy and Practice Ed Kenrad E Nelson, Carolyn Masters Williams, and Neil M.H Graham. Jones & Bartlett Learning Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Pengantar Perilaku Kesehatan, Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FK-UI, Depok. Permatasari, Citra Ayu Eka. 2008. Faktor Risiko Kejadian Gejala ISPA Ringan pada Balita di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Tahun 2008. Skripsi Program Sarjana FKM UI. Depok. Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. CV. Sagung Seto Sutangi, H. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Pneumonia Balita Di Desa Telukagung Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Plumbon Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat AFIASI 2014. Putri F, Pingit S, Purhadi. 2012 FaktorFaktor Eksternal Pneumonia pada Balita di Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression. JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) Lestari, http://www.respiratory.usu.ac.id/b itstreem/com, diakses pada tanggal 01 februari 2015, pukul 19.00 WIB. Putro, Gurendro dan Priyo Santoso. 2006. “Faktor Risiko Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Kali Kedinding Kecamatan Kenjeran Surabaya”. Medika 2006 vol XXXII No 9 hal 529 – 533. Polack in Pesheva, Katerina. 2008. “More Girls Than Boys Benefit From Breastfeeding”, Hopkins Children’s Research Shows. Jhons Hopkins Medical Institutions Article from http://www.medicalnewstoday.co m/articles/109746.php. [online]. Riza, Yulita. 2005. Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kabupaten Bekasi Tahun 2003(Analisa Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Bekasi Tahun 2003). Skripsi Program Pasca Sarjana FKM UI, Depok. Sucipto, id.scribd.com/doc/73698181/Anali sis Kesahatan, diakses pada tanggal 01 februari 2015 pukul 19.30 WIB Romelan. 2006. Kaitan Antara Karakteristik Balita dan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Anak 44