BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.1 Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabilitasi peserta didik. Dengan sengaja guru berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mengeluarkan peserta didik dari terali kebodohan. Sekolah sebagai tempat pengabdian adalah bingkai perjuangan guru dalam keluhuran akal budi untuk mewariskan nilai-nilai ilahiyah dan mentransformasikan multinorma keselamatan duniawi dan ukhrawi kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri, berguna bagi pembangunan bangsa dan negara di masa mendatang.2 Dalam kegiatan pembelajaran, guru bertindak mengajarkan materi pelajaran semaksimal mungkin dan siswa berusaha memahaminya. Namun dalam hal ini, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan memahami 1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.1. Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm.1. 2 1 2 pelajaran atau biasa dikenal dengan kesulitan belajar. Siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu, yang dinyatakan dalam Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) atau tingkat kapasitas atau kemampuan dalam program pelajaran dan atau tingkat perkembangan.3 Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bersumber dari diri pribadi, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat. Salah satu usaha yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal adalah dengan memberikan bimbingan belajar kepada anak. Orang tua merupakan pembina pribadi pertama bagi anak dan merupakan lingkungan pertama yang mengarahkan individu pada kehidupan bermasyarakat.4 Dalam Islam orang tua diberi kedudukan yang sangat terhormat terhadap anak-anaknya. Sebuah kehormatan sebagai bentuk pemuliaan yang tidak diberikan Allah selain pada keduanya. Tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya berada dipundaknya. Ini bukan merupakan tanggung jawab kecil dan ringan, karena tanggung jawab dalam hal ini dituntut sejak seorang anak dilahirkan hingga anak mencapai masa dewasa yang sempurna.5 Untuk menunjang anak-anaknya sebelum masuk ke dunia sekolah yang sebenarnya, pendidikan orang tua merupakan bekal untuk menjalaninya. Setiap 3 Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan Konseling Aplikasi di Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm.46. 4 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm.56. 5 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2006), hlm.157. 3 orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya dalam segala hal, termasuk dalam bidang pendidikan. Orang tua akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyekolahkan anaknya terutama di sekolah favorit. Orang tua yang sadar pendidikan akan selalu mendukung serta memberi motivasi pada anak agar selalu giat belajar. Banyak orang tua yang mengira bahwa kewajiban mereka terhadap anakanaknya terbatas pada memberi nafkah, makanan, dan pakaian saja. Atau hanya dengan memberikan kehidupan yang menyenangkan bagi anak secara material, hasilnya kemudian adalah kehilangan dan kerugian.6 Pentingnya bimbingan dan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak bisa diaplikasikan lewat pemberian perhatian dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan fasilitas belajar. Bimbingan dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya, karena anak merupakan tanggung jawab orang tua sehingga orang tua berkewajiban membimbing anaknya. Bimbingan belajar juga dapat diberikan oleh selain orang tua, misalnya oleh guru ataupun lembaga Bimbingan belajar (Bimbel). Pelaksanaan bimbingan belajar dilatar belakangi oleh beberapa aspek, diantaranya aspek psikologis, sosiologis, kultural dan pedagogis.7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Munasifah, salah satu ibu yang mempunyai anak usia sekolah dasar, beliau menjelaskan bahwa beliau jarang menemani anaknya belajar di malam hari sebab sibuk bekerja mencari nafkah 6 Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini (Jakarta: A.H. Ba’dillah Press, 2002), hlm.61. 7 Hamdani, Bimbingan dan penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm.295. 4 untuk menghidupi keluarganya dikarenakan suaminya telah tiada. Beliau pun tidak mengikutsertakan anaknya yang masih SD tersebut untuk mengikuti bimbingan belajar di luar rumah.8 Selain itu berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa di desa Sastrodirjan mayoritas anak-anak yang bersekolah pada jenjang sekolah dasar dalam kesehariannya jarang mendapatkan bimbingan dari orang tua mereka ketika belajar. Mereka belajar dengan tidak teratur, kadang-kadang saja jika sedang ingin. Mereka pun tidak mengikuti bimbingan belajar atau les di luar rumah. Padahal nilai-nilai yang mereka peroleh dalam pembelajaran tidak bisa dikatakan selalu bagus. Kurangnya kesadaran untuk memperbaiki pemahaman pelajaran belum mereka miliki. Memang wajar jika seperti itu, karena anakanak usia sekolah dasar yakni usia antara 6-11 tahun terkadang tidak melakukan sesuatu jika tidak diperintah. Termasuk dalam hal belajar. Mereka yang belum sadar betul pentingnya pendidikan, membutuhkan perhatian yang lebih dari orang tua mereka. Orang tua lah yang seharusnya memotivasi anak agar giat dalam belajar. Namun disini orang tua terkesan membiarkan terbukti dengan kurangnya bimbingan yang orang tua berikan kepada anak dalam hal belajar serta anak-anak yang tidak mengikuti bimbingan belajar atau les di luar rumah meskipun sekarang banyak sekali lembaga bimbingan belajar yang ada.9 Permasalahan belajar yang dialami siswa pada tiap jenjang pendidikan umumnya berbeda. Jika pada anak usia sekolah dasar, mereka akan 8 Muslikhah, Masyarakat desa Sastrodirjan yang memiliki anak usia sekolah dasar, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 16 Februari 2015. 9 Observasi di desa Sastrodirjan sampai tanggal 31 Januari 2015. 5 mempelajari berhitung serta membaca yang merupakan lanjutan dari jenjang sebelumnya agar lebih lancar lagi. Peranan pemberian bimbingan belajar membaca bagi siswa sekolah dasar sangat penting dalam membantu menyukseskan kegiatan gemar membaca. Kegiatan tersebut lebih lancar apabila yang memberikan bimbingan adalah guru, karena guru dalam kedudukannya sebagai personel pelaksana proses pembelajaran memiliki posisi yang strategis.10 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan? C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam skripsi ini adalah mengenai bimbingan belajar. Yang dimaksud dengan bimbingan belajar yaitu bimbingan belajar yang diberikan orang tua pada anak. 10 Hamdani, op.cit., hlm.296. 6 D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan. E. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis a. Untuk memperkaya khazanah dalam dunia pendidikan, khususnya tentang persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam memandang pentingnya bimbingan belajar bagi anak. 2. Secara praktis a. Dapat menumbuhkan kesadaran orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak. b. Sebagai acuan dalam memilih tepat atau tidaknya bimbingan belajar bagi anak. 7 F. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teori Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah persepsi diartikan sama dengan tanggapan.11 Sedangkan W.J.S Poerwadarminta mengartikan istilah persepsi sebagai suatu yang diserap, diterima dengan cara panca indera seperti melihat, mendengar, merasakan ataupun sering diterjemahkan sebagai bayangan dalam angan-angan, pendapat, pemandangan, sebutan atau reaksi yang pada hakikatnya mengarah kepada apa yang ditanggapinya melalui panca indera.12 Selain itu Jalaludin Rahmat berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa-peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan pengumpulan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.13 Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati, pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua. Dengan naluri ini timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm.104. 12 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm.675. 13 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Cet.ke-18 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.51. 8 keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka.14 Orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak yang mengatakan majunya suatu bangsa disebabkan pendidikan. Adanya sumber daya manusia yang baik karena mereka mengenyam pendidikan yang tinggi akhirnya membuat mereka dapat menciptakan teknologi-teknologi baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Orang tua sangat berperan dalam mendukung anaknya untuk menempuh pendidikan hingga ke jenjang yang tinggi. Orang tua berkewajiban membimbing anak-anaknya dalam segala hal agar anak tumbuh sebagai manusia yang sempurna. Termasuk dalam hal pendidikan, orang tua hendaknya membimbing anak-anak dalam belajar agar anak menjadi lebih giat dan termotivasi.15 Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Selain itu, bimbingan dapat diartikan pula sebagai suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan 14 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009), 15 Ibid, hlm. 341. hlm.338. 9 kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.16 Sedangkan belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai suatu proses hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, apresiasi. Perubahan tersebut dapat meliputi dirinya, pengetahuan atau perbuatannya.17 Jadi bimbingan belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dimana terdapat seseorang yang membimbing anak atau murid dalam belajar. Adanya kegiatan bimbingan belajar bertujuan agar anak dapat belajar secara teratur karena anak dibimbing oleh orang tua atau orang dewasa yang lebih tahu dan lebih bisa mengkondisikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih terstruktur. Dapat diambil pengertian bahwa orang yang sudah belajar bisa merasa lebih bahagia, lebih bisa memanfaatkan alam sekitar, serta melakukan pembedaan. Dengan kata lain dalam diri orang yang belajar terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar. 2. Penelitian yang Relevan Dalam skripsi karya Nida Qurroti tahun 2012 yang berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan di Desa Kebasen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal”, hasil penelitiannya mengemukakan bahwa persepsi orang tua desa Kebasen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal terhadap pendidikan tinggi bagi anak perempuan adalah 16 17 Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.3. Zaenal Mustakim, op.cit., hlm.48. 10 sangat baik. Hal itu dikarenakan para orang tua telah mempunyai dasar pemikiran bahwa pendidikan tinggi sangat penting untuk masa depan anaknya kelak. Adapun kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak perempuannya ke perguruan sudah meningkat dilihat dari anak - anak perempuannya sudah banyak yang melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi.18 Adapun yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut meneliti tentang persepsi orang tua terhadap pendidikan tinggi bagi anak perempuan, sedangkan penelitian ini meneliti tentang persepsi orang tua terhadap pentingnya bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar. Sedangkan dalam skripsi karya Nindya Restu Atia 23206038 yang berjudul “Urgensi Bimbingan Belajar terhadap Keberhasilan Belajar pada Ujian Nasional Tahun 2006-2009 di MTs.N Model Brebes”, hasil penelitiannya mengemukakan bahwa kegiatan bimbingan belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi keberhasilan belajar, terutama kegiatan pembinaan UN siswa kelas 9 sangat menunjang dan berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar pada ujian nasional.19 Adapun yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah dalam hal pendekatan penelitian yakni pendekatan kualitatif. 18 Nida Qurroti, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan di Desa Kebasen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.82. 19 Nindya Restu Atia, “Urgensi Bimbingan Belajar terhadap Keberhasilan Belajar pada Ujian Nasional Tahun 2006-2009 di MTs.N Model Brebes”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2010), hlm.61. 11 Sedangkan dalam skripsi karya Umi Masithoh 202109203 yang berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap Pondok Pesantren Bagi Pendidikan Anak (Studi Kasus di Desa Pandanarum Kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan)”, dijelaskan bahwa orang tua di desa Pandanarum memiliki persepsi yang positif terhadap pondok pesantren bagi pendidikan anak. Mereka beranggapan bahwa pendidikan di pondok pesantren itu sangat penting dan dibutuhkan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi oran tua terhadap pondok pesantren bagi pendidikan anak di desa Pandanarum adalah informasi, pengalaman, pengetahuan, cara pandang, perhatian dan harapan.20 Yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah persepsi yang diteliti, pada penelitian tersebut meneliti persepsi terhadap pendidikan pondok, sedangkan penelitian ini meneliti persepsi tentang pentingnya bimbingan belajar. 3. Kerangka Berpikir Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, sehingga pendidikan harus tertanam pada diri anak karena mereka mudah terpengaruh oleh siapa saja. Persepsi orang tua dalam memandang pendidikan jelas berbeda. Begitupun persepsi mereka terhadap hal-hal maupun kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan, seperti membelikan buku-buku penunjang pelajaran serta kegiatan bimbingan belajar. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, menganggap bimbingan 20 Umi Masithoh, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pondok Pesantren Bagi Pendidikan Anak (Studi Kasus di Desa Pandanarum Kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2014), hlm.77. 12 belajar tidak perlu. Karena anak-anak mereka sudah disekolahkan sehingga dirasa sudah cukup memperoleh pendidikan. Orang tua mengabaikan anaknya dengan membiarkan anak ketika anak malas belajar. Namun mereka tidak tahu sejauh mana pendidikan yang dipahami oleh anakanaknya. Orang tua yang memiliki persepsi lain dan menganggap pentingnya pendidikan bagi anak, mereka akan selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Salah satunya dengan berusaha membimbing anaknya dalam belajar atau mengikutsertakan anaknya di lembaga bimbingan belajar agar anaknya mampu menguasai materi-materi pelajaran. Persepsi orang tua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial ekonomi, minat dan kesadaran. Semakin baik persepsi orang tua terhadap pendidikan, maka akan berusaha melakukan serta memberikan yang terbaik bagi anak demi keberhasilan belajarnya. Ada beberapa kekeliruan dalam menafsirkan bimbingan. Ada yang berpandangan bahwa bimbingan hanya diberikan kepada mereka yang masih baru sekolah saja. Pandangan lain mengatakan bahwa bimbingan hanya diperuntukkan bagi individu yang salah asuh atau yang nakal saja. Pandangan ini keliru karena yang menghadapi masalah dan memerlukan bantuan tidak hanya mereka yang salah asuh atau nakal saja tetapi setiap individu. Jadi orang tua salah apabila mereka mengabaikan anak karena menganggap anaknya sudah pandai dengan hanya melihat nilai atau prestasi yang didapat tinggi. Bimbingan belajar dibutuhkan oleh setiap anak agar 13 dapat mencapai prestasi yang baik. Bimbingan hendaknya diberikan orang tua kepada setiap anak, sehingga anak menjadi lebih giat dalam belajar. G. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.21 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan). Penelitian lapangan merupakan penyelidikan mendalam mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasi dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.22. 2. Sumber Data Penelitian a. Sumber data primer, meliputi: orang tua di desa Sastrodirjan yang memiliki anak usia sekolah dasar. 21 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.6. 22 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm.5. 14 b. Sumber data sekunder, meliputi: buku-buku penunjang dan sumber lain yang berkaitan dengan judul penelitian. 3. Teknik Pengambilan Data a. Metode Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.23 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi umum serta letak geografis desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan dan untuk menentukan responden berdasarkan profesinya. b. Metode Wawancara Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara.24 Metode ini digunakan untuk mewawancarai orang tua mengenai persepsi mereka terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar dan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsinya. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah cara pengumpulan data untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berisi catatan, transkip, buku, surat 23 Cholid Nurbuka dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.42. 24 Lexy J. Moleong, op. cit., hlm.135. 15 kabar, majalah, agenda dan sebagainya.25 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berasal dari dokumen-dokumen seperti data kependudukan desa dan profil desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan. 4. Teknik Analisis Data Analisis data adalah upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.26 Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artinya analisis dengan menekankan pada proses penyimpulan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. H. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Tinjauan pustaka, Metode penelitian dan Sistematika penulisan. Bab II Persepsi orang tua dan pendidikan anak serta konsep bimbingan belajar yang terdiri dari dua sub bab, sub bab pertama tentang persepsi orang tua dan pendidikan anak meliputi: pengertian persepsi, pengertian orang tua, 25 26 hlm.98. Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm.136. Sri Sumarni, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), 16 pengertian anak usia sekolah dasar dan peran orang tua dalam pendidikan anak. Sub bab kedua tentang konsep bimbingan belajar yang mencakup pengertian bimbingan belajar, fungsi bimbingan belajar dan bimbingan bagi anak. Bab III Persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan, yang meliputi: gambaran umum desa Sastrodirjan, persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan. Bab IV Analisis persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan, meliputi: analisis persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.