BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan
peranan
yang
sangat
menentukan
bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan
bangsa
dan
negara.
Pendidikan
merupakan
usaha
sadar
untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan
pengajaran. Kegiatan pengajaran tersebut diselenggarakan pada semua satuan
dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.1
Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabilitasi peserta didik.
Dengan sengaja guru berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran untuk
mengeluarkan peserta didik dari terali kebodohan. Sekolah sebagai tempat
pengabdian adalah bingkai perjuangan guru dalam keluhuran akal budi untuk
mewariskan
nilai-nilai
ilahiyah
dan
mentransformasikan
multinorma
keselamatan duniawi dan ukhrawi kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri, berguna bagi pembangunan
bangsa dan negara di masa mendatang.2
Dalam kegiatan pembelajaran, guru bertindak mengajarkan materi
pelajaran semaksimal mungkin dan siswa berusaha memahaminya. Namun
dalam hal ini, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan memahami
1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.1.
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press,
2011), hlm.1.
2
1
2
pelajaran atau biasa dikenal dengan kesulitan belajar. Siswa dapat dikatakan
mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
taraf kualifikasi hasil belajar tertentu, yang dinyatakan dalam Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK) atau tingkat kapasitas atau kemampuan dalam
program pelajaran dan atau tingkat perkembangan.3 Faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar bersumber dari diri pribadi, lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga dan masyarakat. Salah satu usaha yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan belajar yang maksimal adalah dengan memberikan bimbingan
belajar kepada anak.
Orang tua merupakan pembina pribadi pertama bagi anak dan merupakan
lingkungan
pertama
yang
mengarahkan
individu
pada
kehidupan
bermasyarakat.4 Dalam Islam orang tua diberi kedudukan yang sangat
terhormat terhadap anak-anaknya. Sebuah kehormatan sebagai bentuk
pemuliaan yang tidak diberikan Allah selain pada keduanya. Tanggung jawab
orang tua terhadap anak-anaknya berada dipundaknya. Ini bukan merupakan
tanggung jawab kecil dan ringan, karena tanggung jawab dalam hal ini dituntut
sejak seorang anak dilahirkan hingga anak mencapai masa dewasa yang
sempurna.5
Untuk menunjang anak-anaknya sebelum masuk ke dunia sekolah yang
sebenarnya, pendidikan orang tua merupakan bekal untuk menjalaninya. Setiap
3
Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan Konseling Aplikasi di Sekolah Dasar
dan Taman Kanak-kanak (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm.46.
4
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm.56.
5
Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2006),
hlm.157.
3
orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya dalam segala hal, termasuk
dalam bidang pendidikan. Orang tua akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menyekolahkan anaknya terutama di sekolah favorit. Orang tua yang sadar
pendidikan akan selalu mendukung serta memberi motivasi pada anak agar
selalu giat belajar.
Banyak orang tua yang mengira bahwa kewajiban mereka terhadap anakanaknya terbatas pada memberi nafkah, makanan, dan pakaian saja. Atau
hanya dengan memberikan kehidupan yang menyenangkan bagi anak secara
material, hasilnya kemudian adalah kehilangan dan kerugian.6 Pentingnya
bimbingan dan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak bisa
diaplikasikan lewat pemberian perhatian dan nasihat, pengawasan terhadap
belajar, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan fasilitas belajar.
Bimbingan dapat diberikan oleh orang tua kepada anaknya, karena anak
merupakan tanggung jawab orang tua sehingga orang tua berkewajiban
membimbing anaknya. Bimbingan belajar juga dapat diberikan oleh selain
orang tua, misalnya oleh guru ataupun lembaga Bimbingan belajar (Bimbel).
Pelaksanaan bimbingan belajar dilatar belakangi oleh beberapa aspek,
diantaranya aspek psikologis, sosiologis, kultural dan pedagogis.7
Berdasarkan hasil wawancara dengan Munasifah, salah satu ibu yang
mempunyai anak usia sekolah dasar, beliau menjelaskan bahwa beliau jarang
menemani anaknya belajar di malam hari sebab sibuk bekerja mencari nafkah
6
Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini (Jakarta: A.H. Ba’dillah
Press, 2002), hlm.61.
7
Hamdani, Bimbingan dan penyuluhan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm.295.
4
untuk menghidupi keluarganya dikarenakan suaminya telah tiada. Beliau pun
tidak mengikutsertakan anaknya yang masih SD tersebut untuk mengikuti
bimbingan belajar di luar rumah.8
Selain itu berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa di desa
Sastrodirjan mayoritas anak-anak yang bersekolah pada jenjang sekolah dasar
dalam kesehariannya jarang mendapatkan bimbingan dari orang tua mereka
ketika belajar. Mereka belajar dengan tidak teratur, kadang-kadang saja jika
sedang ingin. Mereka pun tidak mengikuti bimbingan belajar atau les di luar
rumah. Padahal nilai-nilai yang mereka peroleh dalam pembelajaran tidak bisa
dikatakan selalu bagus. Kurangnya kesadaran untuk memperbaiki pemahaman
pelajaran belum mereka miliki. Memang wajar jika seperti itu, karena anakanak usia sekolah dasar yakni usia antara 6-11 tahun terkadang tidak
melakukan sesuatu jika tidak diperintah. Termasuk dalam hal belajar. Mereka
yang belum sadar betul pentingnya pendidikan, membutuhkan perhatian yang
lebih dari orang tua mereka. Orang tua lah yang seharusnya memotivasi anak
agar giat dalam belajar. Namun disini orang tua terkesan membiarkan terbukti
dengan kurangnya bimbingan yang orang tua berikan kepada anak dalam hal
belajar serta anak-anak yang tidak mengikuti bimbingan belajar atau les di luar
rumah meskipun sekarang banyak sekali lembaga bimbingan belajar yang ada.9
Permasalahan belajar yang dialami siswa pada tiap jenjang pendidikan
umumnya berbeda. Jika pada anak usia sekolah dasar, mereka akan
8
Muslikhah, Masyarakat desa Sastrodirjan yang memiliki anak usia sekolah dasar,
Wawancara Pribadi, Pekalongan, 16 Februari 2015.
9
Observasi di desa Sastrodirjan sampai tanggal 31 Januari 2015.
5
mempelajari berhitung serta membaca yang merupakan lanjutan dari jenjang
sebelumnya agar lebih lancar lagi. Peranan pemberian bimbingan belajar
membaca bagi siswa sekolah dasar sangat penting dalam membantu
menyukseskan kegiatan gemar membaca. Kegiatan tersebut lebih lancar
apabila yang memberikan bimbingan adalah guru, karena guru dalam
kedudukannya sebagai personel pelaksana proses pembelajaran memiliki posisi
yang strategis.10
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia
sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan
belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan
Wonopringgo kabupaten Pekalongan?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam skripsi ini adalah mengenai bimbingan
belajar. Yang dimaksud dengan bimbingan belajar yaitu bimbingan belajar
yang diberikan orang tua pada anak.
10
Hamdani, op.cit., hlm.296.
6
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak
usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi orang tua
terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di desa
Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan.
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
a. Untuk memperkaya khazanah dalam dunia pendidikan, khususnya
tentang persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam memandang pentingnya bimbingan
belajar bagi anak.
2. Secara praktis
a. Dapat menumbuhkan kesadaran orang tua terhadap bimbingan belajar
bagi anak.
b. Sebagai acuan dalam memilih tepat atau tidaknya bimbingan belajar bagi
anak.
7
F. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Teori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah persepsi diartikan
sama dengan tanggapan.11 Sedangkan W.J.S Poerwadarminta mengartikan
istilah persepsi sebagai suatu yang diserap, diterima dengan cara panca
indera seperti melihat, mendengar, merasakan ataupun sering diterjemahkan
sebagai bayangan dalam angan-angan, pendapat, pemandangan, sebutan
atau reaksi yang pada hakikatnya mengarah kepada apa yang ditanggapinya
melalui panca indera.12 Selain itu Jalaludin Rahmat berpendapat bahwa
persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa-peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan pengumpulan informasi dan
menafsirkan pesan-pesan.13
Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan
pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati,
pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan
anugerah oleh Tuhan berupa naluri orang tua. Dengan naluri ini timbul rasa
kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), hlm.104.
12
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1996), hlm.675.
13
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Cet.ke-18 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), hlm.51.
8
keduanya merasa terbebani tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi
dan melindungi serta membimbing keturunan mereka.14
Orang tua hendaknya memperhatikan pendidikan anak-anaknya.
Karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Banyak yang mengatakan majunya suatu bangsa disebabkan pendidikan.
Adanya sumber daya manusia yang baik karena mereka mengenyam
pendidikan yang tinggi akhirnya membuat mereka dapat menciptakan
teknologi-teknologi baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Orang tua sangat berperan dalam mendukung anaknya untuk
menempuh pendidikan hingga ke jenjang yang tinggi. Orang tua
berkewajiban membimbing anak-anaknya dalam segala hal agar anak
tumbuh sebagai manusia yang sempurna. Termasuk dalam hal pendidikan,
orang tua hendaknya membimbing anak-anak dalam belajar agar anak
menjadi lebih giat dan termotivasi.15
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti
menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Maka secara
umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan.
Selain itu, bimbingan dapat diartikan pula sebagai suatu proses membantu
individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
14
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009),
15
Ibid, hlm. 341.
hlm.338.
9
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan
sosial.16
Sedangkan belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai suatu proses hasil belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti kecakapan, kebiasaan,
sikap, pengertian, pengetahuan, apresiasi. Perubahan tersebut dapat meliputi
dirinya, pengetahuan atau perbuatannya.17 Jadi bimbingan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan dimana terdapat seseorang yang
membimbing anak atau murid dalam belajar. Adanya kegiatan bimbingan
belajar bertujuan agar anak dapat belajar secara teratur karena anak
dibimbing oleh orang tua atau orang dewasa yang lebih tahu dan lebih bisa
mengkondisikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih terstruktur. Dapat
diambil pengertian bahwa orang yang sudah belajar bisa merasa lebih
bahagia, lebih bisa memanfaatkan alam sekitar, serta melakukan
pembedaan. Dengan kata lain dalam diri orang yang belajar terdapat
perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar.
2. Penelitian yang Relevan
Dalam skripsi karya Nida Qurroti tahun 2012 yang berjudul “Persepsi
Orang Tua Terhadap Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan di Desa
Kebasen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal”, hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa persepsi orang tua desa Kebasen Kecamatan Talang
Kabupaten Tegal terhadap pendidikan tinggi bagi anak perempuan adalah
16
17
Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.3.
Zaenal Mustakim, op.cit., hlm.48.
10
sangat baik. Hal itu dikarenakan para orang tua telah mempunyai dasar
pemikiran bahwa pendidikan tinggi sangat penting untuk masa depan
anaknya kelak. Adapun kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak
perempuannya ke perguruan sudah meningkat dilihat dari anak - anak
perempuannya sudah banyak yang melanjutkan pendidikan sampai
perguruan tinggi.18 Adapun yang membedakan penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah penelitian tersebut meneliti tentang persepsi orang tua
terhadap pendidikan tinggi bagi anak perempuan, sedangkan penelitian ini
meneliti tentang persepsi orang tua terhadap pentingnya bimbingan belajar
bagi anak usia sekolah dasar.
Sedangkan dalam skripsi karya Nindya Restu Atia 23206038 yang
berjudul “Urgensi Bimbingan Belajar terhadap Keberhasilan Belajar pada
Ujian Nasional Tahun 2006-2009 di MTs.N Model Brebes”, hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa kegiatan bimbingan belajar merupakan
kegiatan yang sangat penting bagi keberhasilan belajar, terutama kegiatan
pembinaan UN siswa kelas 9 sangat menunjang dan berpengaruh besar
terhadap keberhasilan belajar pada ujian nasional.19 Adapun yang
membedakan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah dalam hal
pendekatan penelitian yakni pendekatan kualitatif.
18
Nida Qurroti, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Tinggi Bagi Anak Perempuan
di Desa Kebasen Kecamatan Talang Kabupaten Tegal”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam,
(Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm.82.
19
Nindya Restu Atia, “Urgensi Bimbingan Belajar terhadap Keberhasilan Belajar pada
Ujian Nasional Tahun 2006-2009 di MTs.N Model Brebes”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam,
(Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2010), hlm.61.
11
Sedangkan dalam skripsi karya Umi Masithoh 202109203 yang
berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap Pondok Pesantren Bagi Pendidikan
Anak (Studi Kasus di Desa Pandanarum Kecamatan Tirto kabupaten
Pekalongan)”, dijelaskan bahwa orang tua di desa Pandanarum memiliki
persepsi yang positif terhadap pondok pesantren bagi pendidikan anak.
Mereka beranggapan bahwa pendidikan di pondok pesantren itu sangat
penting dan dibutuhkan. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi oran tua terhadap pondok pesantren bagi pendidikan anak di desa
Pandanarum adalah informasi, pengalaman, pengetahuan, cara pandang,
perhatian dan harapan.20 Yang membedakan penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah persepsi yang diteliti, pada penelitian tersebut meneliti
persepsi terhadap pendidikan pondok, sedangkan penelitian ini meneliti
persepsi tentang pentingnya bimbingan belajar.
3. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, sehingga
pendidikan harus tertanam pada diri anak karena mereka mudah terpengaruh
oleh siapa saja. Persepsi orang tua dalam memandang pendidikan jelas
berbeda. Begitupun persepsi mereka terhadap hal-hal maupun kegiatan yang
dapat menunjang keberhasilan pendidikan, seperti membelikan buku-buku
penunjang pelajaran serta kegiatan bimbingan belajar. Orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, menganggap bimbingan
20
Umi Masithoh, “Persepsi Orang Tua Terhadap Pondok Pesantren Bagi Pendidikan
Anak (Studi Kasus di Desa Pandanarum Kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan)”, Skripsi
Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2014), hlm.77.
12
belajar tidak perlu. Karena anak-anak mereka sudah disekolahkan sehingga
dirasa sudah cukup memperoleh pendidikan. Orang tua mengabaikan
anaknya dengan membiarkan anak ketika anak malas belajar. Namun
mereka tidak tahu sejauh mana pendidikan yang dipahami oleh anakanaknya. Orang tua yang memiliki persepsi lain dan menganggap
pentingnya pendidikan bagi anak, mereka akan selalu menginginkan yang
terbaik bagi anaknya. Salah satunya dengan berusaha membimbing anaknya
dalam belajar atau mengikutsertakan anaknya di lembaga bimbingan belajar
agar anaknya mampu menguasai materi-materi pelajaran. Persepsi orang tua
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial ekonomi, minat dan
kesadaran. Semakin baik persepsi orang tua terhadap pendidikan, maka akan
berusaha melakukan serta memberikan yang terbaik bagi anak demi
keberhasilan belajarnya.
Ada beberapa kekeliruan dalam menafsirkan bimbingan. Ada yang
berpandangan bahwa bimbingan hanya diberikan kepada mereka yang
masih baru sekolah saja. Pandangan lain mengatakan bahwa bimbingan
hanya diperuntukkan bagi individu yang salah asuh atau yang nakal saja.
Pandangan ini keliru karena yang menghadapi masalah dan memerlukan
bantuan tidak hanya mereka yang salah asuh atau nakal saja tetapi setiap
individu.
Jadi orang tua salah apabila mereka mengabaikan anak karena
menganggap anaknya sudah pandai dengan hanya melihat nilai atau prestasi
yang didapat tinggi. Bimbingan belajar dibutuhkan oleh setiap anak agar
13
dapat mencapai prestasi yang baik. Bimbingan hendaknya diberikan orang
tua kepada setiap anak, sehingga anak menjadi lebih giat dalam belajar.
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan
kualitatif
adalah
penelitian
yang
bermaksud
untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik dan dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.21
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian
lapangan). Penelitian lapangan merupakan penyelidikan mendalam
mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang dilakukan dalam kancah
kehidupan yang sebenarnya sehingga menghasilkan gambaran yang
terorganisasi dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.22.
2. Sumber Data Penelitian
a. Sumber data primer, meliputi: orang tua di desa Sastrodirjan yang
memiliki anak usia sekolah dasar.
21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), hlm.6.
22
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm.5.
14
b. Sumber data sekunder, meliputi: buku-buku penunjang dan sumber lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
3. Teknik Pengambilan Data
a. Metode Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.23 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kondisi umum serta letak geografis desa Sastrodirjan kecamatan
Wonopringgo kabupaten Pekalongan dan untuk menentukan responden
berdasarkan profesinya.
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide atau panduan wawancara.24 Metode ini
digunakan untuk mewawancarai orang tua mengenai persepsi mereka
terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar dan faktorfaktor yang mempengaruhi persepsinya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berisi catatan, transkip, buku, surat
23
Cholid Nurbuka dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), hlm.42.
24
Lexy J. Moleong, op. cit., hlm.135.
15
kabar, majalah, agenda dan sebagainya.25 Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data yang berasal dari dokumen-dokumen seperti data
kependudukan desa dan profil desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo
kabupaten Pekalongan.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mencari dan menata data secara sistematis
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.26 Dalam penelitian ini
penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif, artinya analisis dengan
menekankan pada proses penyimpulan induktif serta analisis terhadap
dinamika hubungan fenomena yang diamati dengan menggunakan logika
ilmiah.
H. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan meliputi: Latar belakang masalah, Rumusan masalah,
Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Tinjauan pustaka, Metode penelitian
dan Sistematika penulisan.
Bab II Persepsi orang tua dan pendidikan anak serta konsep bimbingan
belajar yang terdiri dari dua sub bab, sub bab pertama tentang persepsi orang
tua dan pendidikan anak meliputi: pengertian persepsi, pengertian orang tua,
25
26
hlm.98.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm.136.
Sri Sumarni, Metodologi Penelitian Pendidikan (Yogyakarta: Insan Madani, 2012),
16
pengertian anak usia sekolah dasar dan peran orang tua dalam pendidikan anak.
Sub bab kedua tentang konsep bimbingan belajar yang mencakup pengertian
bimbingan belajar, fungsi bimbingan belajar dan bimbingan bagi anak.
Bab III Persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia
sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan, yang meliputi: gambaran umum desa Sastrodirjan, persepsi orang
tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak
usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan.
Bab IV Analisis persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak
usia sekolah dasar di desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten
Pekalongan, meliputi: analisis persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar
bagi anak usia sekolah dasar serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi orang tua terhadap bimbingan belajar bagi anak usia sekolah dasar di
desa Sastrodirjan kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
Download