catatan atas laporan keuangan (audited)

advertisement
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (AUDITED)
A. PENJELASAN UMUM
Dasar
Huk um
A.1. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 51/PB/ tahun
2008 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
Renc ana
Strategis
A.2. KEBIJAKAN TEKNIS BPK RI
RENCANA STRATEGIS BADAN
INDONESIA TAHUN 2006 - 2010
PEMERIKSA
KEUANGAN
REPUBLIK
Badan Pemeriksa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang Undang Dasar 1945,
bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Badan
Pemeriksa Keuangan berkedudukan di Ibukota Negara, dan memiliki perwakilan
di setiap provinsi.
a. Visi
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri, dan
profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan
negara yang akuntabel dan transparan.
b. Misi
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka
mendorong terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara,
serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, dan
transparan.
c. Tujuan-tujuan Strategis
-
Tujuan 1: Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan
negara yang independen dan profesional;
-
Tujuan 2: Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan;
-
Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara;
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 3
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
-
Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara;
d. Nilai-nilai dasar; Independensi, Integritas dan Profesionalisme.
-
Independensi; BPK adalah lembaga negara yang independen di bidang
organisasi, legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga
negara lainnya.
-
Integritas: BPK menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap
pemeriksa dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi Kode Etik
Pemeriksaan dan Standar Perilaku Profesional.
-
Profesionalisme; BPK melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesionalisme pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai
kelembagaan organisasi.
e. Lingkup Tugas
Sesuai dengan mandat undang-undang, berkenaan dengan pengelolaan
keuangan negara dan pertanggungjawabannya, BPK melaksanakan tiga
macam pemeriksaan:
-
Pemeriksaan keuangan; pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah, dalam rangka memberikan pernyataan
opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah.
-
Pemerikaan Kinerja; pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek
ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu
menjadi perhatian DPR, DPD dan DPRD.
-
Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu; pemeriksaan dengan tujuan
tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di
luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal yang
berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan
atas pengendalian intern pemerintah.
f. Lingkungan BPK
BPK memperhatikan berbagai perubahan yang muncul, dapat berasal dari
lingkungan global, regional, nasional, dan internal organisasi, yang sekaligus
menjadi faktor tantangan dan peluang.
g. Organisasi BPK
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK dibantu oleh pelaksana BPK yang secar
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal.
h. Pegawai BPK
BPK mengembangkan kemampuan pegawainya dengan memberikan
pendidikan dan pelatihan dan pengembangan profesi yang berkelanjutan.
i. Pemilik Kepentingan
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil pemeriksaan BPK, antara
lain:
-
Lembaga perwakilan, yaitu: DPR, DPD, dan DPRD;
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 4
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
-
Pemerintah, yaitu instansi pemerintah yang diperiksa (auditee) dan
instansi penegak hukum;
-
Lembaga lain yang dibentuk berdasarkan undang-undang;
-
Warga Negara Indonesia;
-
Lembaga-lembaga Internasional.
j. Laporan hasil Pemeriksaan
Laporan hasil Pemeriksaan BPK, yang terdiri dari laporan hasil pemeriksaan
atas laporan keuangan, laporan hasil pemeriksaan kinerja, dan laporan hasil
pemeriksaan dengan tujuan tertentu disampaikan kepada lembaga perwakilan
dan pemerintahan sesuai dengan kewenangannya.
k. Sasaran Strategis dan Rencana Aksi
BPK berketetapan untuk melaksanakan suatu sistem manajemen yang
terintegrasi dan praktek-praktek pemeriksaan yang dapat menyajikan hasilhasil pemeriksaan dan pelayanan kepada para pemilik kepentingan, Untuk
mencapai hal tersebut, BPKmenerapkan kriteria dan kerangka kerja berikut
yang akan mengarahkan pengembangan BPK.
P rofil Organisasi:
Lingkungan, Hubungan, Kelembagaan dan tantangan
2
P erencanaan
Strategis
3
Fokus kepada
SDM
1
Kepemi mpinan
7
Hasil Organisasi
7
Fokus kepada
P emilik
Kepentingan
6
P engelolaan
P roses
4
P engukuran, Analisa, dan
P engelolaan P engetahuan
Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan-tujuan organisasi BPK telah
mengambangkan sasaran-sasaran strategis dan rencana aksi di bidang
kepemimpinan; perencanaan strategis; pemilik kepentingan, pengukuran,
analisa, dan pengelolaan pengetahuan, sumber daya manusia, dan
pengelolaan proses.
l. Indikator-indikator Sukses BPK
Untuk mengukur dan mengetahui tingkat pencapaian sasaran strategis, BPK
menyusun sejumlah indikator sukses yang mendukung sistem manajemen
BPK yang terintegrasi. Indikator-indikator sukses yang dipergunakan sebagai
dasar pengukuran kinerja BPK di bidang kepegawaian, publik, hasil, kualitas,
ketepatan waktu, dan biaya.
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 5
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
Pendapat an
PENDAPATAN BPK RI
Untuk Tahun 2008, BPK-RI menargetkan penerimaan negara yang berasal dari
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Hibah sebesar Rp305.000.000.
Realisasi PNBP yang dikelola BPK-RI dan telah disetorkan ke rekening kas
negara selama tahun 2008 adalah Rp1.9 55.527. 914 atau 641,16% dari target
yang ditetapkan dalam DIPA.
Adapun perbandingan realisasi pendapatan dan hibah antara tahun 2008 dengan
tahun 2007 adalah sebagai berikut:
Uraian
Tahun 2008
Anggaran
Pendapatan
Tahun 2007
Realisasi
%
305.000.000 1.955.527.914
& Hibah
641,16
Anggaran
Realisasi
293.270.000 818.773.135
%
279,19
Tabel A.1. Perbandingan Realisa si Pendapatan dan Hibah TA 2008 dan 2007
Pelampauan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari yang ditargetkan
sebesar Rp305.000.000, terjadi karena adanya kenaikan yang signifikan untuk
seluruh PNBP, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
MAP
Uraian
42311
Target
Pendapatan Penjualan
produksi/sitaan
Pendapatan Penjualan Aset
Pendapatan Sew a
Pendapatan Jasa II
Pendapatan Jasa Lainnya
Pendapatan Denda
Pendapatan dari Penerimaan
Kembali TAYL
Pendapatan Pelunasan Piutang
Pendapatan Lain-lain
42312
42314
42322
42329
42375
42391
42392
42399
Total
Realisasi
% Realisasi
7.500.000
301.125.250
4.015,00
22.500.000
125.000.000
150.000.000
0
0
0
59.240.000
86.873.126
632.659.158
58.979.102
140.390.854
556.297.524
263,29
69,50
421,77
~
~
~
0
0
24.945.670
77.417.230
~
~
305.000.000
1.937.927.914
635,39
Tabel A.2. Realisasi PNBP TA 2007 Berdasarkan MAP
Belanja
BELANJA BPK RI
Untuk tahun 2008, BPK-RI memperoleh alokasi anggaran belanja sebesar
Rp1.490.836.818.000. Realisasi belanja selama tahun 2008 adalah
Rp1.258.797.468.692 atau 84,44% dari alokasi belanja yang dianggarkan.
Realisasi belanja menurut jenis belanja tahun 2008 adalah sebagai berikut ini:
Kode
51
52
53
Uraian
Belanja
Pegawai
Belanja
Barang
Belanja
Modal
Total
Anggaran
Realisasi
Sisa Anggaran
% Realisasi
552.684.097.000
417.445.100.135
133.363.480.398
75,53
514.765.840.000
432.341.613.580
80.720.468.007
83,99
423.386.881.000
409.010.754.977
14.376.126.023
96,60
1.490.836.818.000
1.258.797.468.692
228.460.074.428
84,44
Tabel A.3. Realisasi Belanja menurut jenis belanja TA 2008
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 6
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
Perbandingan realisasi belanja menurut jenis belanja tahun 2008 dan 2007
adalah sebagai berikut ini:
Kode
Uraian
Belanja
Pegawai
Belanja
52
Barang
Belanja
53
Modal
Total Belanja
51
2008
2007
Kenaikan
(penurunan)
% Kenaikan
(Penurunan)
417.445.100.135
182.157.996.093
235.287.104.042
129,17
432.341.613.580
329.923.054.490
102.418.559.090
31,04
409.010.754.977
335.352.335.849
73.658.419.128
21,97
1.258.797.468.692
847.433.386.432
411.364.082.260
48,54
Tabel A.4. Perbandingan Realisa si Belanja Menurut Jenis Belanja
TA 2008 dan 2007
Terdapat kenaikan di semua jenis belanja di BPK RI, di antaranya Belanja
Pegawai sebesar 129,17%, Belanja Barang sebesar 31,04% dan Belanja Modal
sebesar 21,96%. Kenaikan tersebut disebabkan oleh dibukanya beberapa kantor
perwakilan BPK RI dan penerimaan pegawai baru di lingkungan BPK RI.
Realisasi belanja menurut program tahun 2008 adalah sebagai berikut ini:
Kode
Program
109
110
112
113
117
120
122
Uraian Program
Penerapan
Kepemerintahan yang
baik
Peningkatan
Pengawasan dan
Akuntabilitas Aparatur
Negara
Penataan Kelembagaan
dan Ketatalaksanaan
Pengelolaan SDM
Aparatur
Peningkatan Sarana
dan Prasarana Aparatur
Negara
Peningkatan
Penerimaan dan
Pengamanan Keuangan
Negara
Pembinaan Akuntansi
Keuangan Negara
Total
Anggaran
Realisasi
Persentase
727.911.516.000
566.599.535.934
77,84
334.406.429.000
276.289.469.867
82,62
7.750.000.000
4.340.597.808
56,01
28.872.000.000
27.898.421.383
96,62
376.128.273.000
370.848.458.569
98,60
9.010.600.000
6.935.366.209
76,97
6.758.000.000
5.885.618.922
87,09
1.490.836.818.000
1.258.797.468.692
84,44
Tabel A.5. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja BPK RI
TA 2008 Menurut Program
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan BPK-RI Tahun 2008 merupakan laporan yang
mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan BPK-RI,
termasuk di dalamnya jenjang struktural di bawah BPK-RI seperti eselon I, kantor
wilayah, serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit
anggaran yang diberikan kepadanya. Laporan Keuangan BPK-RI disusun
berdasarkan kompilasi data/laporan keuangan satuan kerja-satuan kerja BPK-RI.
Untuk tahun 2008, satuan kerja yang dicakup dalam Laporan Keuangan BPK-RI
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 7
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
meliputi 32 satker yang berada dalam 2 unit akuntasi pembantu pengguna
anggaran eselon I yaitu: UAPPA-E1 Sekretariat Jenderal dan UAPPA-E1 BPK
Pusat.
LK Tahun 2008 ini mencakup transaksi keuangan yang berasal dari APBN,
yang dikelola oleh satuan kerja pusat dan daerah (unit vertikal) sebesar
Rp1.490.836.818.000; yaitu untuk satker pusat sebesar Rp1.238.188.917.000
dan untuk satker daerah sebesar Rp252.647.901.000.
BPK RI tidak melakukan transaksi keuangan yang berasal dari APBN yang
melalui Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP) / Bagian
Anggaran 69 (Belanja Lain-lain).
Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI),
yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang
Milik Negara (SABMN). Satuan kerja membukukan transaksi keuangan melalui
SAI baik untuk transaksi anggaran (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran),
pendapatan maupun belanja.
Sistem Akuntansi Instansi dirancang untuk menghasilkan LK yang terdiri
dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan kompilasi Laporan
Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di bawah BPK-RI.
Laporan Realisasi APBN terdiri dari Pendapatan Negara dan Hibah dan
Belanja.
2. Neraca
Neraca disusun berdasarkan kompilasi neraca entitas akuntansi yang berada
di bawah BPK-RI dan disusun melalui SAI.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan
penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis
atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Implementasi SAI tahun 2008 mengalami kemajuan bila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2008
seluruh satuan kerja telah menyelenggarakan SAI dalam menyusun laporan
keuangan. Namun demikian, masih terdapat permasalahan-permasalahan
terutama organisasi dan kualitas sumber daya manusia yang masih rendah.
Data neraca yang disajikan dalam laporan keuangan ini berasal dari Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).Seluruh
satuan kerja yang ada di bawah BPK-RI sudah melaksanakan SIMAK-BMN
secara penuh.
Laporan Keuangan BPK RI 2008 merupakan laporan yang mencakup
seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan BPK RI termasuk di
dalamnya jenjang struktural di bawah BPK RI seperti eselon I, kantor wilayah,
serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang
diberikan kepadanya. Laporan Keuangan BPK RI disusun berdasarkan
penggabungan data/laporan keuangan satuan kerja BPK RI.
BPK RI Tahun 2008 ini memperoleh anggaran yang berasal dari APBN
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 8
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
sebesar Rp meliputi:
•
Satuan kerja pusat/KP sebesar Rp1.238.188.917.000
•
Satuan kerja daerah/KD sebesar Rp252.647.901.000
Jumlah satuan kerja di lingkup Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia adalah 32 satker. Dari jumlah tersebut satker tersebut, semua satker
menyampaikan laporan keuangan dan dikonsolidasikan, namun terdapat 1 satker
yang tidak merealisasikan anggaran pada TA 2008 yaitu satker BPK RI
Perwakilan Provinsi Bengkulu karena belum beroperasinya kegiatan pada satker
tersebut.
1
01
BPK Pusat
Jumlah Jenis
Kewenangan
KP
KD
M
TM
M
TM
1
-
2
02
Setjen
2
No
Kode
Uraian
-
29
-
Jumlah
Satker
1
31
Jumlah
3
29
32
Tabel A.6. Daftar Penyampaian Laporan Keuangan BPK RI TA 2008
Keterangan:
M = Menyampaikan LK
TM = Tidak menyampaikan LK
Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI),
yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keungan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan
Laporan Realisasi Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di
bawah BPK RI Laporan Realisasi APBN terdiri dari Pendapatan Negara
dan Hibah dan Belanja.
2. Neraca
Neraca disusun berdasarkan penggabungan neraca entitas akuntansi
yang berada di bawah BPK RI dan disusun melalui SAI.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
pendekatan penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Data BMN yang disajikan dalam neraca ini sudah seluruhnya diproses
melalui SIMAK-BMN.
Jumlah satuan kerja di lingkup Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia adalah 32 satker. Dari jumlah tersebut satker tersebut, semua satker
menyampaikan laporan keuangan dan dikonsolidasikan, namun terdapat 1 satker
yang tidak merealisasikan kegiatan pengelolaan BMN pada TA 2008 yaitu satker
BPK RI Perwakilan Provinsi Bengkulu karena belum beroperasinya kegiatan pada
satker tersebut.
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 9
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
1
01
BPK Pusat
Jumlah Jenis
Kewenangan
KP
KD
M
TM
M
TM
1
-
2
02
Setjen
2
No
Kode
Uraian
-
29
-
Jumlah
3
29
Tabel A.7. Daftar Penyampaian Laporan BMN BPK RI TA 2008
Jumlah
Satker
1
31
32
Keterangan:
M = Menyampaikan Laporan Barang
TM = Tidak menyampaikan Laporan Barang
Kebijak an
Ak untansi
A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan
dari KUN.
Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui
berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan
timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dikeluarkan dari KUN.
Penyusunan dan penyajian LK Tahun 2008 telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dalam penyusunan LKKL telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan
yang sehat di lingkungan pemerintahan.
Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK BPK RI adalah :
Pendapat an
(1) Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan
diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan.
Belanja
(2) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat
terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan menurut
klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas Laporan
Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi.
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 10
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
(3) Aset
Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini tidak
termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut, dan
kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak
kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset
Lainnya.
BPK RI hanya mengelola Aset Lancar, Aset Tetap dan aset Lainnya
Aset Lancar
a. Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas,
piutang, dan persediaan.
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam
bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah
BI pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan
hak yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang
akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan
sebagai bagian lancar TPA/TGR.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:
- harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,
- harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri,
- harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan
cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Aset Tetap
b. Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca kementerian
negara/lembaga per 31 Desember 2008 berdasarkan harga perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002
didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
(a.) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan
olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000
(tiga ratus ribu rupiah), dan
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 11
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
(b.) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama
dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
(c.) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap
lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak
kesenian.
Aset
Lainnya
c. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka
panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan
Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang
jatuh tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana
yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain.
TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset
pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai
sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang
bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh
pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/
pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat
langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang melanggar
hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian
dalam pelaksanaan tugasnya.
TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya.
Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak
atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha
yang dimiliki.
Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang
alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu
seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan
dana moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas
kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer;
lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak
lainnya, hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.
Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun
Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat berupa aset
tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah.
Di samping itu, piutang macet kementerian negara/lembaga yang
dialihkan penagihannya kepada Departemen Keuangan cq. Ditjen
Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-lain.
Kewajiban
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 12
Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)
(4) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangundangan.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua
belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali
transaksi berlangsung.
Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan
penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan
lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
(5) Ekuitas Dana
Ek uitas
Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset
dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan
Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset
lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih
antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang.
Catatan atas Laporan Keuangan – Halaman 13
Download