BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MP-ASI 1. Pengertian Makanan pengganti ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya . Oleh sebab itu pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain yang berasal dari MP-ASI (Mufida, dkk, 2015) . MP-ASI biasanya diberikan kepada neonatus dengan proses menyusui >1 jam setelah lahir dengan alasan ASI belum keluar atu alasan tradisi . Pemberian MP-ASI dapat diberikan oleh penolong persalinan atau oleh orang tua dan keluarga neonatus . Berdasarkan uraian tersebut MP-ASI yang diberikan pada neonatus sebelum ASI ibu keluar selama 1 – 2 hari seperti susu, madu, air kelapa, pisang, air tajin, dan air nasi (Riskesdas, 2013) . 2. Pengelompokan MP-ASI Menurut buku kuliah 1 ilmu kesahatan anak (Cetakan 11.2007), MP-ASI dikelompokan menjadi beberapa bagian yaitu : 12 13 a. Menurut rasanya : manis dan netral. Contohnya adalah susu formula, susu bubuk , ataupun susu kental manis yang dapat dibuat sendiri yang dikeluarkan oleh suatu pabrik susu, dan juga dapat menggunakan air putih sebagai MP-ASI b. Menurut pH cairan. Baik yang sudah diasamkan ataupun yang tidak diasamkan. c. Menurut kadar nutrient. Contohnya adalah MP-ASI yang mengandung rendah lemak ataupun rendah laktosa. d. Menurut bahan utama sumber protein. Contohnya adalah MP-ASI yang terbuat dari keledai seperti susu kedelai. Biasanya banyak digunakan untuk bayi yang mempunyai alergi pada susu formula. e. Menurut maksud penggunaan. Baik yang digunakan sebagai pengganti ASI untuk program diet dengan bayi yang mempunyai penyakit metabolik bawaan tertentu sehingga memerlukan pengobatan, ataupun digunakan sebagai pelenkap ASI. f. Menurut komposisi nutrient. Contohnya seperti susu formula yang mempunyai nutrient hampir sama dengan ASI, ataupun yang mempunyai nutrient lengkap daripada ASI. 14 3. Faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan a. Pekerjaan Ibu Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Siregar,2010). Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan pada ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah 2 kali lebih besar kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya dalam waktu dini dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan 4 kali dibanding ibu yang tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak tersedianya tempat penitipan anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya selama beberapa jam sehingga sulit untuk menyusui on demand (Pernanda, 2010) . Status pekerjaan juga menjadi salah satu alasan pemberian MP-ASI dini. Status pekerjaan yang semakin baik dan 15 sosial ekonomi keluarga yang meningkat inilah yang menyebabkan dan memudahkan ibu untuk memberikan susu formula dan MPASI pada anak dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif (Ratih, 2013) . b. Pendapatan Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih besar . Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas (Harahap, 2013) . Menurut penelitian Zulfanetti di Jambi, ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260000 –Rp.360.000 yang memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu dengan pendapatan keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan keluarga lebih dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar44% (Pernanda, 2010) . c. Pendidikan Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2010) . Domain pengetahuan erat kaitanya dengan usia dan tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah atau sedang akan 16 mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman responden tentang pemberian MP-ASI rendah dan sebaliknya tingkat pendidikan tinggi dan tinggi sekali akan menjadikan pengetahuan dan pemahaman responden tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan lebih baik (Sunaryo, 2010). d. Pengetahuan Pengetahuan para ibu juga berhubungan dengan sumber informasi yang ibu dapatkan dari mitos dan media massa. Ibu menyatakan bahwa penyebab pemberian MP-ASI dini pada bayi mereka dikarenakan adanya kebiasaan ibu dalam memberikan MPASI turun temurun dari orang tuanya seperti pemberian bubur nasi dan bubur pisang pada saat upacara bayi (aqiqah) yang telah mencapai usia tiga bulanan. Tidak hanya itu saja, ibu menyatakan juga tertarik akan iklan susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh produsen susu (Ginting, Sekawarna dan Sukandar, 2013) . e. Budaya/Suku Pada suku- suku ataupun adat tertentu terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan pemberian MP-ASI terlalu dini,sehingga terdapat kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif. Sosial Budaya, Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang (Ratih, 2013) . 17 f. Dukungan petugas kesehatan Dukungan petugas kesehatan dan gencarnya pemberian susu formula juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ASI eksklusif. Petugas kesehatan saat ini mulai banyak yang melakukan pemberian susu formula dan produk bayi lainnya tanpa berdasarkan indikasi medis hanya berdasarkan pada keuntungan finansial (Kristianto & Sulistyani, 2013) . g. Mitos dan mertua Beberapa mitos yang sering terjadi disekitar lingkungan kita adalah pada saat hari pertama hingga hari ketiga, ketika ASI belum keluar maka bayi perlu mendapatkan cairan untuk membuat bayi tidak merasa haus. Karena kurangnya pengetahuan ini, maka banyak para ibu yang memberikan susu formula ataupun MP-ASI seperti air putih , teh, air kelapa kepada bayi mereka sebelum waktunya. 4. Tujuan MP-ASI a. Mencapai tumbuh kembang yang optimal baik dari perkembangan fisik, motorik, dan perkembangan intelektual. b. Menghindari terjadinya kekurangan gizi c. Mencegah terjadinya malnutrisi d. Menghindari terjadinya penyakit e. Mencegah defisiensi zat besi, zinc, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan asam folat yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang 18 5. Pola pemberian MP-ASI pada anak 0-6 bulan Menurut Dinkes dalam Puspita 2011, Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya . Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan pada bayi. Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang, dan malam hari). Serta sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin, airteh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui . 6. Syarat pemberian MP-ASI Menurut Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Direktorat kelangsungan Hidup Ibu, Anak pada tahun 2005 dalam Ayu TP. 2011, pemberian MP-ASI benar – benar dipastikan pada balita usia 6 bulan hingga 2 tahun. Pemberian MP-Asi ini diberikan dalam jumlah dan kualitas yang cukup secara bertahap sesuai dengan umur dan koondisi balita termasuk melihat pada sistem 19 pencernaannya. MP-ASI merupakan segala bentuk makanan ataupun minuman yang memiliki cakupan gizi yang diperlukan bayi, sehingga nasi bukan satu0satunya sumber karbohidrat yang amat penting dalam pemenuhan gizi seimbang didalamnya. 7. Indikator bahwa bayi siap menerima MP-ASI Indikator bahwa bayi siap untuk menerima MP-ASI menurut KEMENKES RI 2012 antara lain : a. Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga . b. Menghilangnya refleks menjulurkan lidah c. Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk mrnunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan. d. Bayi bersemangat untuk mengambil makanan dan mencoba untuk meraihnya. e. Kelihatan menyukai rasa-rasa baru. f. Bayi sudah bisa membawa makanan sendiri dalam genggaman tangannya 8. Dampak Pemberian MP-ASI pada anak usia 0-6 bulan MP-ASI ini berbahaya karena makanan ini dapat menggantikan kolostrum sebagai makanan bayi yang paling awal . bayi mungkin terkena diare karena faktor sistem pencernaan yang belum siap 20 menerima MP-ASI, septisemia dan meningitis, bayi mungkin menderita intoleransi terhadap protein di dalam susu formula tersebut, serta timbul alergi misalkan eksim . pemberian MP-ASI sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi serta malas menyusui atau “bingung puting ibu” (Riskesdas, 2013) . Selain mengalami gangguan diatas, dapat timbul efek samping lain, yaitu berupa kenaikan berat badan yang terlalu cepat sampai terjadi obesitas, bisa juga anak mengalami alergi dari makanan yang dikonsumsi (Sari, 2013) . B. Perilaku 1. Pengertian perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan seseorang yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan juga masyarakat (Nursalam, 2008). 2. Macam-macam perilaku Notoatmodjo 2010 berpendapat bahwa perilaku manusia dibedakan menjadi 2. Perbedaan ini didasarkan pada respon seseorang terhadap stimulus, yaitu : a. Perilaku tertutup Perilaku tertutup dapat diartikan bahwa perilaku seseorang terhadap suatu hal cenderung tertutup atau tidak secara langsung. Perilaku yang ditunjukan belum dapat diamati oleh 21 orang lain, perilaku ini masih berupa presepsi, perhatian dan pengetahuan sikap seseorang tersebut. b. Perilaku terbuka Perilaku dapat berupa tindakan riil atau nyata dan terbuka dari seseorang terhadap suatu hal. Perilaku terbuka ini sudah bisa atau dapat diamati oleh orang lain dan respon yang jelas berupa tindakan atau praktek yang nyata. 3. Proses adaptasi perilaku Menurut Efendi,Ferry&Makhfudli (2010) terdapat suatu proses sebelum terjadinya proses adaptasi perilaku baru, yaitu : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest , yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap –tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari pengetahuan, kesadaran dari sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya, apabila perilaku 22 tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2012). 4. Faktor yang mempengaruhi perilaku Perilaku memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi , yaitu : a. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan seseorang yang diperolehnya secara monolog sehingga menjadi suatu keyakinan yang mendukung berbagai pencapaian tujuan hidupnya (Wibowo, 2008). b. Sikap LIPI 2007 (lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mengatakan bahwa sikap adalah gabungan perasaan dan keyakinan yang berkaitan dengan suatu objek dan cenderung bertindak kepada objek tersebut dengan cara tertentu. c. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu melalui proes penginderaan dengan pancaindra manusi yaitu pendengaran, penglihatan, perasa, prnghidi, dan peraba serta pengetahuaan merupakan domain terpenting dalam pembentukan perilaku seseorang (Makfudi&Effendi, 2010). 23 C. Kebudayaan 1. Pengertian budaya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, adat - istiadat (Michelleaugustine, 2015) . Sebagai pengetahuan yang dipelajari dan disebarkan, kultur menjadi suatu petunjuk bagi seseorang dalam berpikir, bersikap dan bertindak sehingga menjadi suatu pola yang mengekspresikan siapa mereka. Hal tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Lestari ,Widodo & Sumardino, 2014) . 2. Dimensi budaya Orang-orang di setiap masyarakat harus memahami berbagai konsep yang mendasar bagi kehidupan manusia. Dimensi budaya adalah keyakinan bahwa orang memegang sifat manusia tentang bawaan, hubungan sosial, hubungan antara manusia dan alam, waktu, dan aktivitas (Kluckhohn & Strodtbeck 1961). Beberapa hal yang termasuk dimensi budaya : a. Keyakinan Keyakinan diri adalah perasaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk membentuk perilaku yang relevan dalam situasi-situasi khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan mungkin menimbulkan stres (Bandura,1986). 24 b. Sifat manusia Sifat manusia dapat dipahami sebagai bawaan buruk, baik , atau campuran baik dan buruk. Pemahaman ini keduanya tercermin dalam dan diciptakan oleh keyakinan agama. c. Hubungan sosial Hubungan sosial ada di semua masyarakat, tetapi dipahami dan terstruktur berbeda. Hubungan dengan orang lain dapat didekati dengan dua cara dasar : individualistically atau collectivistically. Dalam budaya individualistis (misalnya, Eropa Barat, Anglo-Amerika, Afrika Amerika), orang cenderung berusaha menuju kemerdekaan, keunikan, ekspresi diri, dan menekankan pada nilai-nilai individual, seperti kekuasaan dan pencapaian pribadi. Dalam budaya kolektif (misalnya, Afrika, Asia, Timur Tengah, Latino), orang cenderung berusaha menekankan nilai-nilai kebersamaan, seperti kerjasama dan tanggung jawab kepada kelompok. Meskipun individualisme dan kolektivisme tidak saling eksklusif, orang umumnya memilih satu dari pendekatan di atas (Hofstede dkk 1980). d. Hubungan dengan alam Hubungan antara manusia dan alam dapat digambarkan sebagai penaklukan alam, selaras dengan alam, atau penguasaan atas alam. Hubungan ini tercermin dalam bagaimana masyarakat 25 memanfaatkan sumber daya alam, melindungi atau kerusakan lingkungan, dan merespon bencana alam. e. Waktu Budaya dapat fokus pada saat ini, masalalu atau masa depan. Fokus pada saat ini menghasilkan aliran alami dengan kejadian hari. Penekanan pada masa depan menghasilkan perencanaan dan penjadwalan. Sedangkan fokus pada masa lalu ditampilkan dalam menghormati orang tua seseorang dan leluhur. f. Aktivitas Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusialainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan (J.j. Hoenigman, 2015). 3. Ciri – ciri kebudayaan Ciri- ciri kebudayaan menurut Hafidz 2010 yaitu : Budaya terbentuk melalui interaksi yang berkesinambungan yang saling mempengaruhi dan terus menerus berubah (adaptive interactions), merupakan sesuatu yang ada pada seluruh kelompok budaya bersangkutan (shared elements), dialihkan dari satu waktu ke waktu 26 berikutnya, dari generasi ke generasi (transmitted accross time periods and generations) . 4. Unsur - unsur kebudayaan Unsur unsur kebudayaan menurut Kluckhohn dalam bukunya Universal Categories of Culture (1953) a. Sistem Bahasa Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Menurut Keesing (1999:64), kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. b. Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. 27 Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuhtumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya . c. Sistem Sosial Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat 2010 tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan - tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya . d. Sistem Peralatan Hidup dan teknologi manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda- 28 benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik . e. Sistem Mata Pencaharian Hidup mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menja difokus kajian. Penelitian etnografi mengenai sistem mata . pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya f. Sistem Religi Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suat kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubunganhubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif. 29 g. Kesenian Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,dan hiasan . 5. Budaya Jawa dalam pemberian MP-ASI Pulau jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia, hampir 60% dari peduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Sebagai penduduk terpadat, Jawa juga menjadi suku bangsa terbesar di Indonesia. Seperti halnya suku bangsa lain, suku bangsa Jawa juga memiliki banyak ritual adat yang mengikat anggotanya salah satunya dalam pemberian MP-ASI pada bayi. Berikut upacara adat yang dilakukan masyarakat Jawa dalam kelahiran menurut teks platenabum Yogyakarta 30 : a. Makanan pantangan ibu pada proses kehamilan : Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang berdempet akan menyebabkan anaknya kembar siam, ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur, jangan makan ikan agar bayinya tidak bau amis, dilarang memakan nanas dipercaya menyebabkan gugurnya bayi. 30 b. Upacara Adat Tahnik dan Brokohan : Rangkaian upacara ini berupa Tahnik artinya suapan pertama dari makanan yang diberikan pada bayi yang baru lahir. Pada umumnya, makanan yang akan ditahnik terlebih dahulu dilumat atau dihaluskan, kemudian diberikan kepada sang bayi sambil menggosokgosokkannya kelangit-langit mulut . Terkadang makanan yang akan diberikan juga diberi madu dengan maksud sebagai pelatihan bagi sang bayi untuk dapat makan, memberikan rangsangan terhadap makanan dan minuman, dan menjaga kondisi fisik dan kesehatan bayi agar tahan terhadap serangan penyakit. Kemudian dilanjutkan memendam ari-ari atau plasenta si bayi. Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan sesajen brokohan kepada sanak saudara dan para tetangga. c. Pelaksanaan Aqiqah : Setelah upacara-upacara dilangsungkan, kemudian pada bulan ke tiga dilanjutkan dengan acara penyembelihan kambing, mencukur rambut bayi dan memberi nama. Bayi diberikan bubur susu ataupun pisang kerok karena bayi dianggap sudah mampu untuk menerina MP-ASI saat upacara 3 bulanan tersebut (Ratih, 2013) . d. Selain itu MP-ASI pada bayi berusia 0-6 bulan antara lain minum air putih alasannya agar mulut bayi bersih, minum madu atau gula merah agar lidah bayi terangsang rasa manis, minum kopi sebanyak satu sendok makan tujuannya agar bayi 31 tidak mudah slep (kejang) . Hal ini sudah menjadi kebiasaan, sehingga pada akhirnya dapat mendorong masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan kebiasaaan yang ada (Sari, 2013) . e. Upacara babaran yaitu dengan menyuapkan bubur yang berasal dari tepung beras pada bayi yang baru lahir. Upacara ini di yakini dapat menghindari penderitaan dari ibu dan bayi. f. Pemberian air tajin bagi bayi yang kirang dari 6 bulan. Masyarakat percaya air tajin dapat membuat bayi cerdas nantinya dan imun tubuh bayi menjadi kuat.