Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
Menurut Gitman (2005: 3), pengertian investasi adalah, “any vehicle into
which fund can be placed with expectation that it will generate positive income
and/or preserve on increased its value”.
Investasi adalah membeli suatu asset yang diharapkan dimasa yang akan
datang dapat dijual kembali dengan nilai yang tinggi. Investasi adalah penanaman
modal untuk satu atau lebih aktiva dan biasanya berjangka waktu lama dengan
harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah,
2006 : 4).
Investasi dapat diartikan sebagai penanaman uang di suatu perusahaan
atau proyek untuk memperoleh keuntungan. Investasi adalah membeli suatu asset
yang diharapkan dimasa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang
tinggi selama jangka waktu tertentu. Investor tentu akan menyukai return yang
diperolehnya tinggi, namun dengan risiko yang tinggi pula begitupun sebaliknya.
(Sutcipto, 2007).
Sementara menurut Tandelilin (2010:2) pengertian investasi adalah,
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa
datang.”
Dalam beberapa pengertian di atas mengenai investasi, maka dapat
disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu komitmen dalam menanamkan
modal usaha yang dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, dengan tujuan yang
baik yaitu untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Keputusan investasi yang pada dasarnya merupakan keputusan yang
bersifat tidak pasti, karena menyangkut tentang harapan pada masa yang akan
datang berupa return yang diharapkan, serta risiko yang harus ditanggung oleh
investor. Ketidakpastian yang dihadapi pada keputusan investasi terjadi karena
faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal berupa tingkat
22
penjualan, laba bersih perusahaan, perubahan kebijakan, dan kemampuan
manajemen dalam menjalankan perusahaannya. Faktor eksternal perusahaan yaitu
berupa krisis ekonomi, kurs yang labil, inflasi/deflasi, dan kebijakan pemerintah.
Investor tentu akan menyukai return yang diperolehnya tinggi, namun
dengan risiko yang tinggi pula begitupun sebaliknya, untuk mengukur risiko
sistematis menggunakan dengan beta, beta digunakan karena karena secara teoritis
beta memiliki hubungan yang positif dengan return saham. Selain beta, return
juga dapat dipengaruhi oleh menggunakan faktor fundamental, faktor fundamental
diperlukan agar memudahkan untuk memperkirakan beta di masa yang akan
datang, salah satu faktor fundamental yang sering dipakai oleh para peneliti
adalah size (ukuran perusahaan) dapat menunjukkan berapa besar nilai kapitalisasi
sahamnya di pasar modal (Sutcipto, 2007). Investor tidak ingin mengambil risiko
yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya akan
memperoleh return saham yang menguntungkan bagi mereka. Dalam perencanaan
dan pelaksanaan investasi memerlukan suatu pertimbangan dan perhitungan yang
matang karena disamping adanya harapan akan mendapat keuntungan juga
terdapat ketidakpastian yang tercermin dalam risiko investasi yang harus dihadapi
oleh investor.
Investasi dalam saham ialah investasi yang berisiko, jika pada saat harga
saham naik atau turun mungkin saja investor dapat memperoleh keuntungan yang
besar, tetapi dapat pula mendapat kerugian yang tidak kecil jumlahnya. Oleh
karena itu, pengetahuan investor mengenai market price, risiko, expected return
dari suatu saham sangat diperlukan dalam mengambil keputusan sebelum
berinvestasi.
2.1.1 Jenis-jenis Investasi
Pada umumnya, bentuk investasi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Investasi Riil
Investasi riil adalah bentuk investasi yang ditanamkan investor ke dalam
bentuk kekayaan riil atau bersifat yang berwujud seperti gedung,
kendaraan, mesin, tanah dan sebagainya.
23
2. Investasi Financial
Investasi financial adalah kegiatan investasi pada asset yang biasanya
didokumentasikan dalam bentuk yang disahkan secara hukum, seperti
saham, obligasi dan lain-lain. Investasi financial terjadi pada pasar uang
maupun pasar modal.
2.1.2 Tujuan Investasi
Tujuan investasi secara luas, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang dapat
diukur dengan jumlah pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa
yang akan datang. Menurut Tandelilin (2010:8) ada beberapa alasan mengapa
seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
2. Mengurangi tekanan inflasi
3. Dorongan untuk menghemat pajak
2.1.3 Tipe-tipe Investasi
Menurut Jogiyanto (2010:9), investasi dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Investasi Langsung
Investasi langsung (direct investment) dilakukan dengan membeli aktiva
keuangan secara langsung yang dapat diperjualbelikan di pasar uang, pasar
modal atau pasar turunan (derivative market).
Investasi langsung dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan (contohnya :
Tabungan dan Deposito)
b. Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan
1) Investasi langsung di pasar uang (contohnya : T-bill dan deposito yang
dapat dinegosiasikan).
2) Investasi langsung di pasar modal
a) Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed income securities)
contohnya : T-bond dan lain-lain.
24
b) Saham-saham (equity securities) contohnya : saham preferen
(preffered stock) dan saham biasa (common stock).
c) Investasi langsung di pasar turunan (contohnya opsi dan future
contract).
2. Investasi tidak langsung
Investasi ini dilakukan dengan cara membeli surat-surat berharga dari
perusahaan investasi.
2.2 Pasar Modal
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya
penjual dan pembeli, namun yang dijual di pasar modal adalah berupa hak
kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan.
Dalam rangka
melaksanakan fungsi ekonomi yang baik,
maka
terbentuklah pasar modal, menurut UU R.I No.8 tahun 1995 Tentang Pasar
Modal adalah,
“Pasar modal sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”
Pengertian pasar modal menurut Husnan (2009 : 3) :
“Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas)
jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, maupun modal
sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta.”
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan
tempat terjadinya jual beli efek, sedangkan bursa efek adalah suatu lembaga yang
menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang terjadi di pasar modal.
2.2.1 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu yang pertama sebagai sarana
bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat (investor).
25
Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower, pengertian fungsi
pasar modal adalah dengan mengivestasikan kelebihan dana yang mereka miliki,
lenders mengaharapkan akan memperioleh imbalan dari penyerahan dana
tersebut. Dari sisi borrowers, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan
mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil
operasi perusahaan. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang
diperlukan oleh para borrowers, dan para lenders menyediakan dana tanpa harus
terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi
tersebut (Husnan, 2009 : 4).
Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang
berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham).
Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi rasio hutang
(Debt Ratio) yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital
perusahaan tidak lagi menjadi minimal. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa
setiap sumber dana, baik hutang maupun modal sendiri, mempunyai biaya dana
(cost of capital). Hanya untuk modal sendiri yang bersifat implisit, sedangkan
untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh
perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga.
2.2.2 Jenis-jenis Pasar Modal
Pasar modal dikategorikan menjadi empat pasar, yaitu :
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk
pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum.
Penawaran umum awal disebut juga Initial Public Offering (IPO).
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antar
investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Surat
berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran.
26
3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker
serta investor dan harga yang dibentuk oleh market maker. Pasar ketiga
disebut juga Over The Counter (OTC) Market.
4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan
investor beli tanpa melalui perantara efek. Pasar keempat merupakan pasar
modal yang dilakukan oleh institusi yang berkapasitas besar untuk
menghindari komisi broker.
2.2.3 Instrumen Pasar Modal
Instrumen di pasar modal menurut Tandelilin (2010:30) terdiri dari :
1. Sekuritas di Pasar Sekuritas
a. Saham Biasa (common stock)
Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa
adalah sertifikat
yang menunjukkan bukti kepemilikan
suatu
perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa, suatu perusahaan
mempunyai hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting
perusahaan antara lain pada persetujuan keputusan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
b. Saham Preferen (Preffered Stock)
Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda
dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen
biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari
waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai preferred (dilebihkan),
pembagian dividen pada pemegang saham preferen didahulukan
sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.
c. Bukti Right
Bukti Right atau disebut sebagai Right saja merupakan sekuritas yang
memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham
baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode
27
waktu tertentu. Bukti Right juga dikenal dengan sebutan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Bukti Right diterbitkan melalui
penawaran umum terbatas (right issue).
d. Waran (warrant)
Waran adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran
ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti Right, perusahaan yang
menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek
karena nantinya akan dikonversi oleh pemegang saham. Waran
biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lainnya misalnya obligasi
atau saham.
2.
Sekuritas di Pasar Obligasi
a. Obligasi
Obligasi (bond) dikeluarkan penerbitnya sebagai surat tanda bukti
hutang. Obligasi adalah sekuritas yang memuat
janji untuk
memberikan pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditetapkan.
Obligasi itu sendiri merupakan sertifikat atau surat berharga yang
berisi kontrak antara investor sebagai pemberi dana dengan
penerbitnya sebagai peminjam dana.
b. Obligasi Konversi
Obligasi konversi (convertible bond) memiliki karakteristik seperti
obligasi biasa yang mempunyai nilai nominal, memberikan kupon dan
mempunyai jatuh tempo. Obligasi konversi adalah berbeda dengan
oblogasi biasa karena dapat ditukar dengan saham biasa. Obligasi
konversi mencantumkan persyaratan untuk melakukan konversi.
3. Sekuritas di Pasar Derivatif
a.
Kontrak berjangka
Kontrak berjangka (future contract) merupakan suatu perjanjuan yang
dibuat hari ini yang mengharuskan adanya transaksi di masa yang
akan datang.
28
b.
Kontrak Opsi
Kontrak opsi (option contract) adalah suatu perjanjian yang
memberikan pemiliknya hak, tetapi bukan kewajiban, untuk membeli
atau menjual suatu aset tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada
harga tertentu selama waktu tertentu.
4. Reksa Dana
Reksa Dana merupakan suatu jenis instrumen investasi yang juga tersedia
di pasar modal Indonesia di samping saham, obligasi, dan sebagainya.
Reksa Dana mudahnya dapat diartikan sebagai wadah yang berisi
sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli
oleh investor.
2.3 Saham
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah surat-surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal sering disebut sekuritas, salah satunya adalah
saham. Menurut UU Pasar Modal RI. No.8 Tahun 1995 butir 5 tentang Pasar
Modal pengertian Efek adalah,
“Setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi,
sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap rights, waran, opsi atau setiap turunan
(derivative) dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.”
Saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling umum
diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Saham adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha
di dalam suatu perusahaan perseroan terbatas (Hariyani, dkk, 2010 : 198). Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Tandelilin (2010:32), saham diartikan
sebagai sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau suatu perusahaan
dengan menyertakan modal tersebut.
29
2.3.1 Jenis-jenis Saham
Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun
maksud pembagian ini adalah hanya untuk membedakan karakteristik saham itu
sendiri. Menurut Martono dan Harjito (2007 : 367), saham dapat dibedakan
menjadi :
1.
Berdasarkan cara pengalihannya
a. Saham atas unjuk (bearer stock)
Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham atau sertifikat yang tidak
dituliskan atas nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk,
seorang pemilik saham sangat mudah untuk mengalihkan kepada orang
lain karena sifatnya mirip dengan uang. Jika saham tersebut hilang, maka
pemilik tidak dapat meminta gantinya.
b. Saham atas nama (registered stock)
Saham atas nama (registered stock) adalah sertifikat saham ini dituliskan
nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan kemudian
nama pemiliknya dicatat di buku perusahaan yang khusus membuat
daftar pemegang saham. Jika saham tersebut hilang pemiliknya dapat
meminta gantinya.
2.
Berdasarkan manfaatnya
a. Saham Biasa (common stock)
Saham biasa menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan.
Sebagai pemilik, pemegang saham biasa, suatu perusahaan mempunyai
hak suara proporsional pada berbagai keputusan penting perusahaan
antara lain pada persetujuan keputusan dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
b. Saham Preferen (Preffered Stock)
Saham preferen merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda
dalam berbagai hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen
biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari
waktu ke waktu. Seperti yang disebut sebagai preferred (dilebihkan),
30
pembagian dividen pada pemegang saham preferen didahulukan sebelum
diberikan kepada pemegang saham biasa.
c. Saham Treasuri (treasury stock)
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang
sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali
oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri.
2.4 Risiko
Hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko.
Karena investor menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan
investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang
diharapkan.
Apabila
investor
mengharapkan untuk
memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menganggung risiko yang tinggi
pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk
membentuk portofolio investasi. Artinya investor dapat dengan mudah menyebar
(melakukan diversifikasi) investasinya pada kesempatan investasi (Husnan, 2009
: 47).
Pengertian risiko itu sendiri menurut L.J Gitman (2012 : 310) adalah, “A
measure of uncertainty surrounding the return that an investment will earn or,
more formally, the variabilitiy of returns associated with a given asset.”
Suatu ukuran ketidakpastian tentang pengembalian investasi yang akan
menghasilkan atau, secara lebih khusus, variabilitas dari hasil yang berkaitan
dengan asset tertentu. Sementara menurut Sukardi (2010 : 255) definisi risiko
adalah,
”Risiko didefinisikan bahwa dalam konteks investasi, kondisi harm atau
loss, dapat berupa kondisi di mana investor menerima keuntungan yang lebih
kecil dari yang disyaratkan.”
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pengertian risiko adalah kondisi
yang tidak pasti dimana investor menerima keuntungan yang lebih kecil dari yang
diharapkan sebelumnya.
31
1. Pilihan Perilaku
Dalam implementasinya, terdapat tiga dasar pilihan perilaku yang dapat
ditunjukkan oleh manajer kepada investor, yang menurut L.J Gitman (2012 :
312), adalah,
“Risk Preferences, there are three basic preferences behaviors, riskindifferent, risk-averse, and risk-seeking. Risk Indifferent is the attitude toward
risk in which no change in return would be required for an increase risk, risk
averse is the attitude toward risk in which an increased return would be required
for an increase in risk, and risk seeking is the toward risk in which a decreased
return would be accepted for an increase risk .”
Ada tiga dasar pilihan perilaku yang ditunjukkan oleh manajer, yaitu risiko
indifferent (acuh), risiko averse (menghindari), dan risiko seeking (mencari). Risk
indifferent/acuh adalah sikap terhadap risiko di mana tidak ada perubahan dalam
pengembalian
yang
akan
diperlukan
untuk
peningkatan
risiko,
risk
averse/menghindari risiko adalah sikap dimana investor tidak menyukai risiko
tersebut dan akan menghindari risiko dan meminta tingkat pengembalian yang
lebih tinggi sebagai suatu rangsangan untuk membeli efek yang lebih berisiko.
Risk seeking/mencari risiko adalah terhadap risiko di mana pada saat tingkat
pengembalian kembali menurun akan diterima untuk meningkatkan risiko.
Risiko pasar yang besar akan memberikan informasi bagi investor untuk
berhati-hati dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Para investor berhati-hati
(cenderung menunggu) ketika kondisi pasar tidak stabil, sehingga menimbulkan
permintaan saham oleh pasar yang menurun. Dengan menurunnya minat investor
tersebut, maka harga saham relatif menurun, sehingga berdampak pada investor
menanamkan investasinya pada situasi atau kondisi yang berisiko tinggi.
Perusahaan dengan risiko yang besar akan memberikan insentif yang besar pula
kepada para manajer yang mengelola perusahaan tersebut agar pengelolaan
perusahaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Semakin besar nilai deviasi standar
maka semakin besar kemungkinan nilai riil. Sedangkan nilai yang tidak
diharapkan tidak lain merupakan rata-rata atau mean.
32
2.4.1 Risiko Sistematik dan Risiko Tidak Sistematik
Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu
risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan
risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak
sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total
(Husnan, 2009:161).
Risiko dikelompokkan menjadi dua, yaitu risiko sistematik dan risiko tidak
sistematik, berikut merupakan pengertian menurut Ross, Westerfield, Jordan
(2009 : 588), adalah,
“Risiko Sistematik (Systematic Risk) merupakan risiko yang
mempengaruhi sejumlah besar asset,yang mempengaruhi perekonomian secara
luas atau disebut juga risiko pasar. Sedangkan risiko tidak sistematis
(Unsystematic Risk) merupakan risiko yang mempengaruhi sejumlah kecil asset,
atau disebut juga risiko unik/khusus asset.”
Risiko sistematik ini adalah risiko yang selalu ada dan tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi, karena fluktuasi ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Systematic risk
sering disebut dengan market risk karena fluktuasi risiko ini disebabkan oleh
faktor kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan kondisi sosial politik.
Sedangkan risiko tidak sistematis ini adalah, “risiko yang dapat
dihilangkan dengan diversifikasi. Unsystematic risk tidak terikat dengan
perubahan pasar secara keseluruhan tapi dipengaruhi oleh faktor mikro spesifik
perusahaan seperti market share, manajemen dan laba tahunan.”
Unsystematic risk dapat dihindari dengan cara melakukan diversifikasi
atas portofolio yang dimiliki oleh investor.
Apabila risiko tidak sistematis tidak saling berkorelasi, maka risiko
sistematis setiap perusahaan akan saling berkorelasi, hal ini terjadi karena faktorfaktor
yang
mempengaruhinya
sama
(seperti
misalnya
tingkat
bunga,
pertumbuhan ekonomi, dan sebagainya). Maka akibatnya adalah tingkat
keuntungan antar saham juga saling berkorelasi. Semua perusahaan akan terkena
dampaknya, hanya saja intensitasnya mungkin berbeda antara perusahaan yang
sau dengan yang lain. Ukuran statistik yang paling umum digunakan untuk
33
menggambarkan risiko investasi adalah standar deviasi, standar deviasi mengukur
diseluruh penyebaran nilai yang diharapkan. Tingkat kepekaan ini dapat diukur
oleh beta. Semakin peka perubahannya semakin tinggi beta faktor tersebut.
Standar deviasi adalah ukuran simpangan nilai dari nilai yang diharapkan.
Jika mendefinisikan risiko investasi sebagai kondisi di mana investor memperoleh
keuntungan yang kurang dari apa yang diharapkan, maka risiko dapat diukur
dengan menggunakan standar deviasi (Sukardi, 2010 : 257). Secara umum,
apabila kejadian Rate of Return sama, maka standar deviasi dapat dihitung dengan
rumus berikut (Husnan, 2009 : 53) :
𝑁
πœŽπ‘–2
=
𝑗 =1
(𝑅𝑖𝑗 − 𝐸(𝑅𝑖 )2
𝑁
Di mana :
πœŽπ‘–2
= deviasi standar return saham ke i
E(Ri) = return selama periode N
Ri
= rata-rata return
N
= periode
Apabila risiko diukur/dinyatakan dalam bentuk varians maka dapat
dirumuskan sebagai berikut (Husnan, 2009 :53) :
𝑀
πœŽπ‘–2 =
[ 𝑃𝑖𝑗 (𝑅𝑖𝑗 − 𝑅𝑖 ]2
𝑗 =1
Di mana :
πœŽπ‘–2
= varians return saham ke i
𝑅𝑖
= average return saham ke i
Rij
= actual return saham ke i
Pij
= probabilitas
2.5 Beta
Risiko sistematis/beta (systematic risk) adalah variasi pengembangan
saham/portofolio berhubungan dengan perubahan pengembangan dalam pasar
secara keseluruhan. Risiko yang tidak dapat didiversifikasikan disebut sebagai
risiko pasar atau risiko umum atau risiko sistematik. Risiko ini terjadi karena
34
kejadian–kejadian di luar kegiatan perusahaan seperti pertumbuhan ekonomi,
politik dan sebagainya.
Untuk mengukur risiko pasar dan untuk mengukur kepekaan saham pada
tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar maka biasa disebut
sebagai beta investasi tersebut. Pengertian koefisien beta, menurut L.J Gitman
(2012 : 330) adalah sebagai berikut :
“Beta coefficient is a relative measure of non diversifiable risk. An index
of the degree of movement of an asset’s return in response to a change in the
market return. Diversifiable risk is the portion of an assets risk that is attributable
to firm specific, random causes, can be eliminated through diversification. also
called unsystematic risk”
Karena beta suatu saham dapat mengukur kontribusi saham tersebut pada
tingkat risiko portofolio, beta secara teoritis merupakan ukuran tingkat risiko
saham yang tepat.
Sementara menurut Brigham (2010 : 348), pengertian koefisien beta
adalah, “Suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana pengembalian
suatu saham tertentu bergerak naik dan turun mengikuti pasar saham. Karena itu
beta mengukur rasio pasar.”
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian beta merupakan suatu ukuran
untuk mengukur rasio pasar
yang
menunjukkan sejauh mana tingkat
pengembalian yang akan dihasilkan nanti yang disebabkan oleh beberapa faktor
tertentu. Koefisien beta suatu saham menentukan bagaimana pengaruh saham
tersebut pada tingkat risiko suatu portofolio yang terdiversifikasi, maka beta
menjadi ukuran risiko saham yang paling relevan.
Rata-rata beta untuk seluruh saham adalah sama dengan 1,0. Deviasi
standar dari suatu saham dengan beta sebesar 1,5 adalah sama dengan 1,5 kali
portofolio pasar. Sedangkan saham yang mempunyai beta hanya 0,9 berarti
deviasi standarnya adalah hanya 0,9 kali deviasi portofolio pasar. Beta dapat
digambarkan seperti pada gambar 2.1 bahwa semakin besar beta, maka semakin
curam kemiringan garis tersebut, dan sebaliknya.
35
Rit
Rmt


Sumber : Husnan (2009:109)
Gambar 2.1
Penggambaran beta
Penyebaran titik-titik pengamatan di sekitar garis regresi tersebut
menunjukkan risiko sisa sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik-titik
tersebut, maka akan semakin besar pula risiko sisanya. Simbol  menunjukkan
alpha, dan  merupakan beta, Rit merupakan Return perusahaan sedangkan Rmt
merupakan Return Pasar.
Menurut Husnan (2009:115), dapat dihitung dengan menggunakan rumus
regresi :
𝑏=
𝑛
π‘‹π‘Œ −
𝑛
𝑋
2
𝑋 − ( 𝑋)
π‘Œ
2
Di mana :
n
X
Y
= periode
= Tingkat Keuntungan Pasar (IHSG)
= Return Saham Perusahaan
Sedangkan menurut (Gitman, 2012 : 332), Beta dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
𝑁
𝑏𝑝 =
𝑀𝑖 𝑏𝑖
𝑖=1
Di mana :
bp
= beta dari portofolio
wi
= pecahan portofolio yang diinvestasikan ke dalam saham ke-i
bi
= koefisien beta untuk saham ke-i
36
1. Penurunan Karena Diversifikasi
Diversifikasi akan mengurangi risiko, tetapi selama investasi-investasi
tersebut tidak mempunyai koefisien korelasi antara tingkat keuntungannya yang
negatif sempurna, maka tidak bisa menghilangkan fluktuasi tingkat keuntungan
portofolio tersebut. Dengan kata lain, semakin menambah jumlah jenis saham
dalam suatu portofolio, semakin kecil fluktuasi keuntungan, yang diukur deviasi
standar, portofolio tersebut. Meskipun demikian deviasi standar ini tidak bisa
mencapai nol. Risiko selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan cara
diversifikasi ini disebut sebagai risiko sistematis. Sedangkan risiko yang bisa
dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko tidak sistematis.
Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total. Keadaan
semacam ini dapat ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini :
Deviasi Standar
Risiko total
Risiko tidak sistematis
Risiko sistematis
Jumlah sekuritas
Sumber : Husnan, 2009 :162
Gambar 2.2
Penurunan risiko dengan diversifikasi
Risiko sistematis ini disebut juga sebagai risiko pasar (market risk).
Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor makro yang
memperngaruhi semua perusahaan yang beroperasi (Husnan, 2009 : 162).
2. Bagaimana Suatu Saham Mempengaruhi Risiko Portofolio
Karena ada sebagian risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi
(yaitu risiko tidak sistematis), maka dalam suatu portofolio ukuran risiko sekarang
bukan lagi deviasi standar (risiko total), tetapi tentu hanya risiko yang tidak bisa
37
dihilangkan dengan diversifikasi (yang disebut sebagai risiko sistematis atau
risiko pasar). Karena para investor umumnya tidak menginvestasikan semua
dananya pada satu saham, mereka melakukan diversifikasi, mereka hanya akan
berniat terhadap pengaruh masing-masing saham pada risiko portofolio mereka.
Risiko dari portofolio yang didiversifikasikan secara baik tergantung pada risiko
pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio tersebut.
Tingkat risiko setiap saham seharusnya dinilai pengaruhnya pada tingkat
risiko portofolio yang memilikinya. Jenis risiko dapat dilihat oleh Model
Penetapan Asset Modal (Capital Asset Pricing Model-CAPM) yang menjelaskan
hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian. Menurut CAPM, jika risiko
diukur dengan menggunakan beta, hubungan antara risiko yang relevan dari suatu
saham dengan keuntungan yang disyaratkan dinyatakan dengan suatu garis linier
yang disebut dengan Security Market Line (SML). Security market line ini
diturunkan dari Capital market line (CML).
Menggunakan koefisien beta untuk mengukur risiko nondiversifiable,
CAPM dapat menggunakan rumus persamaan SML (Gitman, 2012 : 333):
π‘Ÿπ‘– = π‘Ÿπ‘…π‘“ + (π‘Ÿπ‘š − π‘Ÿπ‘…π‘“ )𝑏𝑖
Di mana :
ri
Rf
rm
= tingkat keuntungan yang diharapkan (required return)
= tingkat bunga bebas risiko
= tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar
(market index)
bi
= beta saham i
Dan untuk menghitung Capital Market Line (CML) dapat menggunakan
rumus sebagai berikut :
π‘Ÿπ‘–
𝐸 (𝑅𝑀 ) − 𝑅𝑓
πœŽπ‘€
Di mana :
E(Ri) = tingkat keuntungan yang diharapkan untuk saham ke-i
Rf
= tingkat bunga bebas risiko
πœŽπ‘€
= standar deviasi tingkat keuntungan portofolio pasar
38
2.6 Size (Ukuran Perusahaan)
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang
mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih
kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal.
Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan
kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan
mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan
kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan.
Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil sehingga return saham juga
akan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil.
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan
adalah dengan menggunakan growth total asset. Semakin cepat perusahaan
berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai aktivanya. Apabila
kebutuhan dana semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan
keuntungan daripada membayarkan dividen.
Menurut Halim (2006 : 6) ukuran perusahaan adalah, “Ukuran atau
besarnya asset yang dimiliki perusahaan.”
Sedangkan menurut Kelana (2006 : 274) ukuran perusahaan atau biasa
disebut size ini adalah,
“Ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol yang dipertimbangkan
dalam banyak penelitian keuangan. Hal ini disebabkan dugaan banyaknya
keputusan atau hasil keuangan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Secara umum
size diproksi dengan total asset. Karena nilai total asset biasanya sangat besar
dibandingkan variabel keuangan yang lainnya, maka dengan maksud untuk
mengurangi peluang heteroskedastis (varians dari error).”
Size (ukuran) suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi
(total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total
aktiva) sahamnya di pasar modal. Saham dengan nilai kapitalisasi kecil dan besar
mempunyai perbedaan sensitivitas terhadap faktor risiko yang merupakan faktor
penting untuk memberikan pricing asset. Perusahaan yang besar akan lebih
mudah untuk memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil.
39
Perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar daripada
dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian return pada
perusahaan besar relatif lebih besar dibandingkan return saham yang lebih kecil.
Oleh karena itu investor akan lebih berspekulasi untuk memilih perusahaan besar
dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar pula (Solechan,
2009).
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian size (ukuran perusahaan)
merupakan salah satu variabel keuangan dalam mengelompokkan dan memilih
dari sekian banyaknya keputusan keuangan yang dipengaruhi oleh size dan data
yang salah satunya dapat dilihat dengan seberapa besar size (ukuran perusahaan)
tersebut.
Total aktiva adalah penjumlahan antara total aktiva lancar dan aktiva tetap.
Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses
produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek
(umumnya kurang dari satu tahun). Aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama
yang tidak habis secara berangsur-angsur dalam proses produksi. Karena ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan
oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total
aktiva. Maka ukuran perusahaan (size) akan dihitung dengan menggunakan total
aktiva (Kelana, 2006 : 274) :
𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑑)
2.7 Debt Ratio (Rasio Hutang)
Suatu perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk membiayai
perluasan usahanya. Hutang dapat dilunasi pada saat jatuh tempo dengan
mengganti hutang tersebut dengan hutang baru. Alternatif lain adalah perusahaan
harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi
hutang tersebut.
Bagi suatu perusahaan, modal asing itu sangat diperlukan, apalagi kondisi
perekonomian lagi bertumbuh dengan tingkat yang tinggi maka pembiayaan
dengan hutang akan sangat menguntungkan karena memiliki tiga implikasi
penting, yaitu :
40
a. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat
mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas
b. Risiko perusahaan secara tidak langsung akan terbebankan kepada
kreditur
c. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran
bunga maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar.
Dalam analisis rasio keuangan, yang dilihat adalah dari laporan keuangan,
laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan
kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu. Namun, nilai riilnya ada pada
kenyataan bahwa laporan tersebut digunakan untuk membantu meramalkan laba
dan dividen masa depan bagi perusahaan serta sebagai titik awal untuk
merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja masa depan,
sementara bagi investor peramalan masa depan adalah inti dari analisis keuangan
yang sebenarnya (Brigham, 2010 : 133).
Salah satu rasio yang dapat menjamin keseluruhan hutangnya dengan
bagian dari modal sendiri adalah Debt Equity Ratio (DER). Debt Ratio
menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk
keseluruhan
hutangnya.
Suatu
perusahaan akan
memprioritaskan
keuntungan yang diperolehnya untuk membayar hutang sedangkan sisanya akan
dibagikan sebagai dividen per share.
Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas yaitu rasio untuk menghitung
seberapa besar dana yang disediakan oleh kreditur. Dan sampai sejauh mana
perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial leverage). Leverage
ini akan memberikan dampak penting yaitu untuk menghimpun dana melalui
utang, pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah
investasi dengan ekuitas terbatas, lalu kreditor melihat ekuitas atau dana yang
diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman, sehingga jika makin tinggi
proporsi total modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka makin kecil
risiko yang akan dihadapi oleh investor, dan jika hasil yang diperoleh dari asset
41
perusahaan lebih tinggi daripada tingkat bunga yang dibayarkan, maka
penggunaan hutang akan memperbesar pengembalian atas ekuitas atau ROE
(Brigham, 2010 : 140).
Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan
yang besar. Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal
perusahaan dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, modal
perusahaan akan cepat pula. Rasio leverage dapat diartikan sebagai besarnya
aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari pihak luar. Namun
penggunaan dana dari pihak luar akan memperbesar risiko atas hasil (risk of
return) bagi para pemegang saham karena adanya beban tetap pembayaran bunga
pinjaman (Sukardi, 2010 : 234).
Menurut Brigham dan Houston (2010:140) rasio leverage merupakan,
“rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui
hutang (financial leverage).”
Maka dapat disimpulkan bahwa Debt Ratio merupakan suatu pengukuran
untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan dari luar
(hutang), dan sejauh mana perusahaan dapat memenuhi kewajibannya baik jangka
panjang maupun jangka pendek. Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan
menunjukkan bahwa tinggi rasio hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal
saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa
terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pendanaan adalah yang pertama sebaiknya pendanaan aktiva
jangka panjang dilakukan dengan modal sendiri atau hutang jangka panjang dan
yang kedua adalah pendanaan aktiva lancar dilakukan dengan hutang lancar atau
hutang jangka panjang. Namun sebaik-baiknya pengelolaan pendanaan, tetap
masih memiliki risiko.
Ada dua pendekatan untuk mengukur besarnya rasio leverage yaitu
pendekatan dengan menggunakan data dari neraca untuk mengetahui besarnya
pinjaman yang digunakan perusahaan untuk mendanai aktiva, dan pendekatan
dengan menggunakan data dari laporan laba-rugi untuk mengukur kemampuan
perusahaan membayar beban-beban yang berupa bunga atas pinjaman. Terdapat
beberapa indikator dalam mengukur rasio leverage yaitu Debt Ratio (DER), Time
42
Interest Earned Ratio (TIE), dan EBITDA Coverage Ratio. DER digunakan dalam
mengukur proporsi dana dari hutang, TIE digunakan dalam mengukur
kemampuan EBIT dalam membayar biaya bunga. Sedangkan EBITDA Coverage
Ratio, digunakan untuk mengukur kemampuan EBIT ditambah dana dari
depresiasi untuk membayar bunga.
Berikut adalah rumus yang digunakan dalam menghitung Rasio Hutang
(Debt Ratio) (Gitman, 2012 : 143) :
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ π»π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘•π‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘”
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘Žπ‘ π‘ π‘’π‘‘
Total hutang termasuk seluruh kewajiban lancar dan hutang jangka
panjang. Kreditor akan lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena makin
rendah rasio hutang, maka makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor
jika terjadi likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham mungkin menginginkan lebih
banyak leverage karena akan memperbesar laba yang diharapkan.
2.8 Return
Dalam setiap investasi yang dilakukan, tingkat pengembalian (return)
adalah nilai yang sangat diharapkan untuk dapat dinikmati atas apa yang telah
ditanamkan oleh investor. Pada setiap investasi baik investasi jangka pendek,
maupun jangka panjang mempunyai tujuan yang utama yaitu memperoleh
keuntungan yang disebut dengan return, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Tidak akan ada investasi yang dilakukan, kecuali jika tingkat
pengembalian yang diharapkannya cukup tinggi untuk mengompensasi risiko
yang ditanggung oleh investor.
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk memaksimalkan return.
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan
juga merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas
investasi yang dilakukannya (Yuliati, 2008).
Tingkat pengembalian yang diharapkan menurut Brigham (2010 : 326),
adalah “tingkat pengembalian yang diharapkan akan realisasi dari suatu investasi,
rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas hasil-hasil yang mungkin terjadi.”
43
Return investasi dapat dikategorikan menjadi Realized Return (Actual
Return) dan Expected Return. Realized Return merupakan return yang sudah
terjadi. Realized Return penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja. Expected Return (return yang diharapkan) merupakan return yang
diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Dengan demikian expected
return merupakan return yang belum terjadi.
Return dapat dihitung menggunakan rumus (Brigham, 2010 : 327):
𝑁
π‘Ÿ=
𝑃𝑖 π‘Ÿπ‘–
𝑖=1
Di mana :
Pi
= probabilitas hasil ke i
N
= jumlah kemungkinan hasil
π‘Ÿ
= rata-rata tertimbang kemungkinan hasil nilai r i
ri
= kemungkinan hasil ke i
Sementara menurut L.J. Gitmann (2012 : 311), pengertian return total
adalah, “Return is the total gain or loss experienced on an investment over a
given period of time ; calculated by dividing the asset’s cash distribution during
the period, plus change in value, by its begining of period investment value.”
“Return adalah keuntungan total atau kerugian yang dialami pada
investasi selama periode waktu tertentu, dihitung dengan membagi distribusi aset
kas selama periode tersebut, ditambah perubahan nilai, dengan awal yang nilai
periode investasi.”
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return
investasi dapat dikategorikan menjadi Realized Return (Actual Return) dan
Expected Return. Realized Return merupakan return yang sudah terjadi, Realized
Return merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis. Realized Return penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja. Expected Return (return yang diharapkan) merupakan return yang
diharapkan oleh investor di masa yang akan datang. Dengan demikian expected
return merupakan return yang belum terjadi dan masih bersifat tidak pasti. Dalam
melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian dan risiko. Semakin
besar return yang diharapkan maka semakin besar pula risikonya (high risk high
44
return, low risk low return). Return pasar menggambarkan tingkat pengembalian
dan perkembangan nilai saham dari perusahaan- perusahaan yang tercatat di BEI
(IHSG & LQ45) (Yuliati, 2008).
Maka perusahaan yang besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih
besar dibandingkan perusahaan kecil, sehingga tingkat pengembalian (return)
saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan
berskala kecil. Oleh karena itu, investor akan lebih berspekulasi untuk memilih
perusahaan besar dengan harapan memperoleh keuntungan (return) yang besar
pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa return saham adalah
keuntungan yang diperoleh oleh investor karena melakukan investasi dalam pasar
modal dan hasilnya dapat berupai dividen dan capital gain/loss.
Dalam penelitian ini, return dihitung dari capital gain dengan asumsi
bahwa dividen ridak digunakan karena terlalu kecil dan sedikit pengaruhnya.
Secara matematis, total return investasi adalah jumlah dari setiap pembagian cash
tunai ditambah dengan perubahan nilai investasi, lalu dibagi dengan awal nilai
periode. Untuk menghitung total return yang diperoleh pada setiap asset selama
periode t, rt, secara umum return saham dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Gitman, 2012 : 311) :
π‘Ÿπ‘‘ =
𝐢𝑑 + 𝑃𝑑 + 𝑃𝑑−1
𝑃𝑑−1
Dimana :
rt
Ct
Pt
Pt-1
= tingkat pengembalian yang diharapkan selama periode ke-t
= aliran kas yang diterima dari investasi asset pada periode waktu
t-1 untuk t
= harga nilai asset pada periode ke-t
= harga nilai asset pada periode waktu t-1
2.9 Pengaruh Beta, Size dan Debt Ratio terhadap Return saham pada
Perusahaan-perusahaan Pertambangan yang termasuk ke dalam LQ-45
Periode 2008-2012
45
Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian
atau risiko, investor tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperolehnya
dari investasi yang dilakukan. Dalam keadaan semacam itu dikatakan bahwa
investor tersebut menghadapi risiko dalam investasi yang dilakukannya. Yang
bisa dilakukan adalah dengan memperkirakan berapa besar keuntungan yang akan
diperoleh dari investasinya, dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang
sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang akan diharapkan. Apabila
investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka
investor harus bersedia mengambil risiko yang tinggi pula (Husnan, 2009 : 47).
Pemilihan investasi dapat berbeda untuk setiap individu, karena hal
tersebut akan sangat bergantung pada perilaku investor terhadap variabel-variabel
penentu tingkat pengembalian suatu investasi (return). Pada investasi dalam
bentuk saham di pasar modal, tingkat return saham tidak sama karena besarnya
dividen kas dan keuntungan atau kerugian dalam menjual setiap saham berbeda.
Oleh
karena
itu
dalam
melakukan
investasi,
investor
seharusnya
mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting
dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berupa return
saham yang diharapkan, berapa besarnya risiko yang akan ditanggung yang dapat
diukur menggunakan beta.
Selain
risiko
yang
telah
disebutkan,
untuk
memilih
dalam
pengelompokkan dari sekian banyaknya data, maka size (ukuran perusahaan)
dapat dijadikan suatu pengukuran, karena dengan melihat seberapa besar ukuran
perusahaan-perusahaan yang akan dipilih maka akan mengetahui perbedaan yang
signifikan dari masing-masing kelompok dengan ukuran yang kurang lebih
sebanding. Size (ukuran perusahaan) biasanya sering digunakan sebagai variabel
penelitian keuangan. Karena jika size perusahaan tersebut semakin besar maka
return yang didapat kemungkinan lebih besar pula jika dibandingkan dengan yang
lain.
Selain dari size yang diperoleh dari total asset, Debt Ratio akan
memberikan dampak penting yaitu untuk menghimpun dana melalui utang,
pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi
46
dengan ekuitas terbatas, lalu kreditor melihat ekuitas atau dana yang diberikan
oleh pemilik sebagai batas pengaman, sehingga jika makin tinggi proporsi total
modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka makin kecil risiko yang akan
dihadapi oleh investor, dan jika hasil yang diperoleh dari asset perusahaan lebih
tinggi daripada tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan hutang akan
memperbesar pengembalian atas ekuitas.\
Download