INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 MODEL PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PASCA SERTIFIKASI DI KOTA SEMARANG Ngabiyanto1 Abstrak. Kebijakan sertifikasi pendidik bertujuan meningkatkan kualitas guru dan mutu pendidikan. Untuk mengetahui sejauh mana upaya ini berhasil, maka perlu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pembinaan profesionalisme guru pasca sertifikasi guru dalam jabatan dan model pembinaannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode research and development (R&D). Hasil penelitian menunjukkan kompetensi guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri Kota Semarang yang dinilai tinggi adalah : Pertama, kompetensi paedagogik, meliputi : (a) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (b) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, dan (c) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Kedua, kompetensi kepribadian, meliputi: menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah, asal, dan gender. Ketiga, kompetensi sosial, meliputi: beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektifitas sebagai pendidik. Keempat, kompetensi profesional, meliputi: (a) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, dan (b) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Kompetensi guru yang dinilai rendah : Pertama, kompetensi paedagogik, meliputi: (a) memfasilitasi pengembangan potensi anak didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Kedua, kompetensi kepribadian, meliputi: (a) bekerja mandiri secara profesional. Ketiga, kompetensi sosial, meliputi: (a) berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah secara santun, empatik, dan efektif. Keempat, kompetensi profesional: (a) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan (b) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Kata kunci: model pembinaan, profesionalisme, sertifikasi pada peningkatan kesejahteraan dan mutu pendidikan. Ditinjau dari sudut kesejahteraan, pemerintah harus memberikan tunjangan profesi bagi guru yang telah lulus sertifikasi. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 16 ayat (2) menyatakan bahwa ”Tunjangan profesi diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan PENDAHULUAN Pembukaan UUD RI tahun 1945 antara lain menyatakan bahwa ..... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ..... . Ada dua kata penting yang perlu dicermati, yaitu ”kesejahteraan” dan ”mencerdaskan”. Jika dua kata itu dipadukan dalam konteks pembinaan guru, maka relevan dengan konsep sertifikasi guru yang juga berorientasi 1 Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang 1 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Dalam perjalanan awal pelaksanaan sertifikasi guru saat ini, ada kencederungan yang kuat bahwa orientasi guru dalam mendapatkan sertifikat pendidik telah berbelok arah. Guru lebih menekankan pada pencapaian kesejahteraan daripada meningkatkan mutu pendidikan. Indikatornya adalah dalam pelaksanaan uji dokumen portofolio program sertifikasi bagi guru dalam jabatan, ada gejala secara nasional (karena terjadi di 31 rayon di seluruh Indonesia), ada beberapa temuan antara lain: ada indikasi pemalsuan dokumen, seperti peserta sertifikasi meminjam sertifikat orang lain; ditemukan kejanggalan dalam pembuatan surat keterangan (misalnya nomor, tanggal, bulan sama hanya berbeda tahunnya); ditemukan calo/penipuan sertifikasi guru; munculnya biro jasa penyusunan portofolio. Hal ini terungkap pada rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) di Hotel Pitagiri Jakarta yang diikuti oleh Ketua dan Sekretaris Rayon, tanggal 24 Nopember 2007. Di sisi lain banyak guru yang tidak lulus sertifikasi guru dalam jabatan memaksakan kehendak “harus lulus” kepada panitia, bahkan ada yang yang disertai dengan demonstrasi dan ancaman-ancaman kepada panitia. Hasil pendataan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), bahwa jumlah guru di Indonesia sangat besar (sekitar 2.7 juta). Dengan jumlah guru yang besar dan disertai dengan berbagai permasalahan yang ada juga menambah persoalan pendidikan kita, hal ini tentu memerlukan penanganan dan pembinaan yang tidak sederhana. Paling tidak ada tiga kelompok guru yang perlu mendapat perhatian dan penanganan agar kompetensi dan profesionalisme guru menjadi lebih baik, yaitu: (1) pembinaan kinerja guru pasca sertifikasi (yang telah lulus sertifikasi); (2) penanganan guru yang tidak lulus sertifikasi; dan (3) guru yang belum mengikuti sertifikasi. Persoalan penting yang perlu diantisipasi antara lain adalah: (1) Persoalan utama yang perlu diantisipasi adalah apakah guru yang telah tersertifikasi berdampak pada peningkatan kinerja, yang pada gilirannya juga meningkatkan mutu pendidikan? Untuk itu, bagaimana upaya pembinaan profesionalisme guru agar dapat meningkatkan mutu pendidikan? , (2) Belum adanya sistem kontrol dan pengawasan yang efektif terhadap kinerja guru pasca sertifikasi. Tugas utama guru sebagaimana tertuang dalam PP. Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) dan (2) menyatakan : (1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok : merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran; dan membimbing dan melatih peserta didik; dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Beban kerja guru sebagaimana 2 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 dimaksud ayat (1) paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki ijin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Konsekuensi dari tidak terpenuhinya jumlah jam mengajar sebagaimana dinyatakan dalam pasal 63 ayat (2) yang berbunyi: Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan tidak mendapatkan pengecualian dari Menteri, dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Belum adanya mekanisme sistem ”resertifikasi” atau sejenisnya, sehingga apakah guru yang telah tersertifikasi dan telah berlangsung beberapa waktu masih ”layak” mengajar atau tidak. Dalam masa awal proses pelaksanaan sertifikasi ini tampaknya sistem pendataan belum terbangun dengan baik. Untuk itu, diperlukan adanya sistem pendataan yang akurat, mudah diakses dan mudah di-update. Oleh karena itu, sistem pendataan ini perlu disusun di tingkat daerah (Sekolah, Dinas Kabupaten/Kota, LPMP dan LPTK), yang selanjutnya sistem ini menjadi bangunan sistem pendataan di tingkat pusat (Ditjen DIKTI dan PMPTK). dengan teknik survey. Penelitian ini adalah penelitian untuk menghasilkan produk yang berupa model, yaitu model pembinaan guru Pendidikan Kewarganegaraan pasca sertifikasi guru dalam jabatan untuk guru pendidikan menengah pertama, menengah atas dan menengah kejuruan. Metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk dan menguji produk tersebut menggunakan metode research and development (R&D). Pengumpulan data menggunakan metode survei melalui interview/FGD dan kuesioner dengan instrumen standar yang dikembangkan peneliti.Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan fokus yang telah ditentukan yaitu model pembinaan guru pasca sertifikasi meliputi kompetensi profesional, kepribadian, pedagogik, dan sosial. Teknik pengumpulan data dan sumber data adalah wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian pada tahap pertama akan menghasilkan model pembinaan guru Kewarganegaraan pasca sertifikasi untuk guru pendidikan menengah pertama, menengah atas, dan menengah kejuruan. Model tersebut masih bersifat hipotetik, sehingga belum teruji. Pengujian model secara ideal mestinya menggunakan eksperimen, tetapi karena keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat menggunakan eksperimen. Untuk itu pengujian hanya dilakukan dengan Fokus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan pakar dan praktisi pendidikan untuk membahas model yang telah dibuat. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, 3 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 penyebab kekurangprofesionalan guru dalam melaksanakan tugas, adalah tuntutan kebutuhan mata pelajaran tertentu yang tidak ada gurunya atau mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang ijazah guru jumlah jamnya sangat sedikit dan sudah diisi oleh guru lain. Permasalahan ini dapat diatasi apabila guru yang bersangkutan sadar dan mempunyai kemauan untuk terus mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan baik yang diperoleh melalui orang lain maupun secara autodidak. HASIL DAN PEMBAHASAN Tugas utama guru mencakup kegiatan pokok seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Serangkaian kegiatan tersebut mensyaratkan keprofesionalan yang harus dimiliki oleh masing-masing guru. Ketidakprofesionalan guru berakar pada permasalahan terdapat sejumlah guru yang mismacth antara latar belakang dengan mata pelajaran yang diajar (ketidaksesuaian ijazah yang dimiliki dengan mata pelajaran yang diampu), sehingga dapat menimbulkan kekurangprofesionalan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih. Selain itu faktor 1. Pembinaan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi Guru Dalam Jabatan a. Kompetensi Paedagogik Dari data empirik diperoleh skor penilaian responden pada setiap indikator kompetensi pedagogik seperti disajikan pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Skor Penilaian Responden tentang Kompetensi Pedagogik No. KOMPETENSI INTI GURU Kompetensi Pedagodik 1 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya. 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu. 2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. 4 Skor 3,1 3,3 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN Skor Kompetensi Pedagodik 3 Mengembangkan kurikulum 3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. yang terkait dengan mata 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu. pelajaran yang diampu. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diampu. 3,3 3.3 Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. 3.4 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. 3.5 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik. 4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. 4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 3,3 4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan. 4.5 Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. 5. 6. 4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. Memanfaatkan teknologi 5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi informasi dan komunikasi untuk dalam pembelajaran yang diampu. kepentingan pembelajaran. Memfasilitasi pengembangan 6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk potensi peserta didik untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk 3,2 2,7 mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. 7. Berkomunikasi secara efektif, 7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, empatik, dan santun dengan dan/atau bentuk lain. peserta didik. 7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap 5 3,2 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN Skor Kompetensi Pedagodik 8. Menyelenggarakan penilaian 8.1 dan evaluasi proses dan hasil belajar. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen. 8.4 8.5 8.6 8.7 9. Memanfaatkan hasil penilaian 9.1 dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 9.2 3,1 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar 2,9 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. 9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif 10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. 2,9 10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor penilaian tertinggi responden sebesar 3,3 (skala 1 s.d. 4) pada indikator kompetensi inti: (2) Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, dan (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang pada ketiga kompetensi tersebut adalah baik. Sedangkan kompetensi yang dinilai paling rendah dengan skor sebesar 2,7 adalah indikator kompetensi (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk 6 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, yang meliputi (6.1) menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal dan (6.2) menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang untuk kompetensi ini masih perlu ditingkatkan. b. Kompetensi Kepribadian Dari data empirik lapangan diperoleh skor penilaian responden pada setiap indikator kompetensi kepribadian seperti disajikan pada tabel 3 berikut. Tabel 2. Skor Penilaian Responden tentang Kompetensi Kepribadian No. KOMPETENSI INTI GURU Kompetensi Kepribadian 11. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 12. 13. 14. 15. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN 11.1 Skor 14.3 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri. Bekerja mandiri secara profesional. 15.1 15.2 Memahami kode etik profesi guru. Menerapkan kode etik profesi guru. 3,5 15.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru. 3,5 11.2 12.1 12.2 12.3 13.1 13.2 14.1 14.2 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor penilaian tertinggi responden sebesar 3,7 (skala 1 s.d. 4) pada indikator kompetensi guru mata 3,7 3,6 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,6 3,5 3,4 pelajaran : (11.1) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku adat istiadat, daerah asal, dan gender. Hasil tersebut 7 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang pada kompetensi tersebut adalah baik. Sedangkan kompetensi yang dinilai paling rendah dengan skor sebesar 3,4 adalah indikator kompetensi guru mata pelajaran (14.3) bekerja mandiri secara profesional. Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang untuk kompetensi ini masih perlu ditingkatkan. c. Kompetensi Profesional Tabel 3 Skor Penilaian Responden tentang Kompetensi Profesional No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN Kompetensi Profesional 20. 21. 22. 23. 24. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 20.1 Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 20.2 Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skills). 20.3 Menunjukkan manfaat mata 21.1 Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu. 21.2 Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 21.3 Memahami tujuan pembelajaran yang diampu. 22.1 Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 22.2 Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. 23.2 23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. 23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. 24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi. 24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. 8 Skor 3,2 3,3 3,3 3,1 3,1 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor penilaian tertinggi responden sebesar 3,3 (skala 1 s.d. 4) pada indikator inti : (21) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, (22) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang pada kedua kompetensi tersebut adalah baik. Sedangkan kompetensi yang dinilai paling rendah dengan skor sebesar 3,1 adalah indikator inti: (23) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (24) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang untuk kedua kompetensi ini masih perlu ditingkatkan. d. Kompetensi Sosial Dari data empirik lapangan diperoleh skor penilaian responden pada setiap indikator kompetensi sosial seperti disajikan pada tabel 4 berikut. Tabel 4 Skor Penilaian Responden tentang Kompetensi Sosial No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN skor Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. 3,3 Kompetensi Sosial 16. 17. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 16.1 16.2 17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. 3,1 17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain. 3,2 17.3 18. 19. 3,3 Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 18.1 Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 19.1 18.2 19.2 9 3,2 3,4 3,3 3,3 3,3 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor penilaian tertinggi responden sebesar 3,4 (skala 1 s.d. 4) pada indikator kompetensi guru mata pelajaran : (18.1) beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang pada kompetensi tersebut adalah baik. Sedangkan kompetensi yang dinilai paling rendah dengan skor sebesar 3,1 adalah indikator kompetensi guru mata pelajaran (17.1) berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif. Hasil ini menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang untuk kompetensi ini masih perlu ditingkatkan. secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif diteruskan melakukan PTK; dan (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap komponen inti profesional rata-rata 91,5 persen. Angka ini menunjukkan pada tingkat penguasaan yang sangat tinggi. Namun demikian dari kelima komponen tersebut, terdapat 2 (dua) komponen yang masih perlu ditingkatkan di bidang kompetensi profesional, yaitu: (1) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif diteruskan melakukan PTK; dan (2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Sebagian guru menyatakan belum paham dan belum pernah melakukan PTK. Alasan yang dikemukakan oleh para guru ini antara lain sebagai berikut: (1) PTK tidak mudah dilaksanakan, (2) Kesulitan melaksanakan kegiatan PTK karena waktu pembelajaran yang terbatas, (3) Pengembangan materi yang kurang kreatif, (4) Sebagian guru kurang trampil dalam memanfaatkan TIK, (5) Masih ditemukan beberapa guru dalam mengajar yang belum sesuai dengan SK atau KD, (6) Keengganan para guru yang bergolongan IVa untuk menulis karya ilmiah terkait masalah kepangkatan, dan (7) Belum ada tuntutan untuk melaksanakan PTK. Model pembinaan kompetensi profesional guru PKn pasca sertifikasi 2. Model Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Kewarganegaraan Pasca Sertifikasi Guru dalam Jabatan Terdapat 5 (lima) kompetensi inti profesional yang harus dikuasai oleh guru terutama guru yang telah tersertifikasi. Kelima komponen tersebut adalah: (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuwan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu; (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) Mengembangkan keprofesionalan 10 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 meliputi : Pelatihan PTK, Diklat Teknologi Informasi, dan Penulisan Karya tulis Ilmiah. Model ini dapat disajikan mandiri maupun terintegrasi dengan pembinaan kompetensi yang lainnya. Skema model pembinaan guru PKn Pasca Sertifikasi dapat disajikan sebagai berikut : 0HQJXDVDLPDWHULVWUXNWXUNRQVHSGDQSRODSLNLU NHLOPXZDQ\DQJPHQGXNXQJPDWDSHODMDUDQ\DQJ 3HODWLKDQ37. 5LVHW/DLQQ\D GLDPSX 0HQJXDVDLVWDQGDUNRPSHWHQVLGDQNRPSHWHQVL GDVDUPDWDSHODMDUDQELGDQJSHQJHPEDQJDQ\DQJ 3HODWLKDQ 3HQXOLVDQ.DU\D ,OPLDK GLDPSX 0HQJHPEDQJNDQPDWHULSHPEHODMDUDQ\DQJGLDPSX .RPSHWHQVL 3URIHVLRQDO 0HQLQJNDW VHFDUDNUHDWLI 0HQJHPEDQJNDQNHSURIHVLRQDODQVHFDUD 3HODWLKDQ 3HQJHPEDQJDQ 3HPEHODMDUDQ EHUEDVLV7, EHUNHODQMXWDQGHQJDQPHODNXNDQWLQGDNDQUHIOHNWLI GLWHUXVNDQPHODNXNDQ37. 0HPDQIDDWNDQWHNQRORJLLQIRUPDVLGDQNRPXQLNDVL XQWXNEHUNRPXQLNDVLGDQPHQJHPEDQJNDQGLUL Gambar 1. Model pembinaan kompetensi profesional guru PKn pasca sertifikasi Berdasaran data penelitian menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap komponen inti kepribadian rata-rata 96,1 persen, berarti telah menunjukkkan tingkat penguasaan yang sangat tinggi. Namun demikian, dari kelima komponen tersebut, terdapat 2 (dua) komponen yang masih perlu ditingkatkan yaitu (1) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, ras bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri dan (2) Menunjunjung tinggi kode etik profesi guru. Sebagian guru masih mempunyai etos kerja yang masih rendah karena pengaruh kondisi keluarga, situasi kerja, dan kompetisi kurang sehat. Sebagian guru tanggung jawabnya kurang, karena tata tertib sekolah tidak ditegakkan, tidak ada reward / punishment, serta tidak ada 2. Model Pembinaan Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan Pasca Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Ada lima kompetensi inti kepribadian yang harus dikuasai oleh guru terutama guru yang telah tersertifikasi. Kelima komponen tersebut adalah : (1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayan nasional Indonesia; (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan (5) Menunjunjung tinggi kode etik profesi guru. 11 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 tagihan yang jelas. Sebagian guru bahkan kurang mempunyai rasa percaya diri karena faktor keluarga, kompetensi, dan pengendalian emosi. Selain itu terdapat juga guru yang kurang memperhatikan cara berpakaian dan bertutur kata yang tidak sesuai dengan kode etik guru, guru yang melanggar norma-norma agama, hukum, sosial, dan masyarakat, guru yang masih bersifat masa bodoh terhadap penegakan tata tertib sekolah dan juga masih banyak guru yang mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan umum. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa guru butuh keteladanan dari pimpinan dalam hal kepribadian. Model pembinaan kompetensi kepribadian guru Pkn menurut persepsi dan usulan guru dapat dilaksanakan melalui Training ESQ, Out Bond, dan pemberian mekanisme Reward dan Punishment. Skema pembinaan kompetensi kepribadian guru PKn dapat disajikan sebagai berikut. %HUWLQGDNVHVXDLGHQJDQQRUPDDJDPDKXNXP VRVLDOGDQNHEXGD\DQQDVLRQDO,QGRQHVLD 7ULQLQJ(64 3HPELQDDQ NHDJDPDDQ 0HQDPSLONDQGLULVHEDJDLSULEDGL\DQJMXMXU EHUDNKODNPXOLDGDQWHODGDQEDJLSHVHUWDGLGLNGDQ PDV\DUDNDW 2XW%RQG 0HQDPSLONDQGLULVHEDJDLSULEDGL\DQJPDQWDS VWDELOGHZDVDDULIGDQEHUZLEDZD .RPSHWHQVL .HSULEDGLDQ 0HQLQJNDW 5HZDUG 3XQLVKPHQW 0HQXQMXNNDQHWRVNHUMDWDQJJXQJMDZDE\DQJ WLQJJLUDVDEDQJJDPHQMDGLJXUXGDQUDVD SHUFD\DGLUL 0HQXQMXQMXQJWLQJJLNRGHHWLNSURIHVLJXUX Gambar 2. Model pembinaan kompetensi kepribadian guru PKn pasca sertifikasi Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu; (4) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; (6) Memfasilitasi pengembangan potensi 3. Model Pembinaan Kompetensi Paedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan Pasca Sertifikasi Guru dalam Jabatan Terdapat 10 (sepuluh) kompetensi inti paedagogik yang harus dikuasai oleh guru terutama guru yang telah tersertifikasi. Kesepuluh komponen tersebut adalah: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) 12 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; dan (10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap komponen inti paedagogik rata-rata 96,3 persen, berarti telah menunjukkan tingkat penguasaan yang sangat tinggi. Namun demikian dari sepuluh komponen tersebut, terdapat 3 (tiga) komponen yang masih perlu ditingkatkan yaitu (1) Memanfaatkan TIK untuk pembelajaran; (2) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; dan (3) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Masih banyak guru yang kurang menguasai pengoperasionalan TIK karena tidak tersedianya/minimnya perangkat TIK sekolah. Kurikulum sering berubah-ubah yang menyebabkan pemahaman guru dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas harus selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut. Perubahan kurikulum harus selalu dilakukan baik pada tataran makro terutama mikro. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap tuntutan kurikulum yang harus selaras dengan tuntutan dunia kerja. Untuk SMK kurikulum yang digunakan cukup dinamis, tetapi penentuan SK/KD yang ditetapkan / dibuat (Tim Kurikulum Pusat) kadang sudah ketinggalan di bidang dunia kerja. Pengembangan kurikulum untuk SMK baru pada pelajaran produktif, sedangkan untuk normatif dan adaptif relatif kurang. Kurang tersedianya alat untuk penilaian yang sesuai dengan keunikan peserta didik. Hal yang lebih penting dan mempengaruhi kinerja guru adalah kemauan dan kemampuan setiap guru dalam mengembangkan potensinya. Guru kurang peduli terhadap potensi yang dimiliki oleh siswa, sebagian besar aspek karakteristik peserta didik kurang dapat dikuasai oleh guru karena kurang fokusnya guru dalam memahami karakter setiap siswanya. Guru tidak mempunyai kiat membimbing yang efektif dalam mengembangkan potensi siswanya. Guru membutuhkan instrumen untuk pengamatan dan pemantauan yang mendalam terhadap potensi peserta didik. Kenyataan yang ada adalah instrumen untuk mengetahui potensi peserta didik tidak cukup tersedia. Selain itu, sebagian guru kurang mampu menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik karena jumlah siswa yang banyak (44), kemampuan siswa tidak sama, potensi guru terbatas. Sedangkan ada guru yang mengajar sampai 12 kelas sehingga tidak setiap peserta dapat dipahami (hanya sebagian saja). Belum lagi dengan tugas tambahan lain yang tidak kalah pentingnya menuntut perhatian dan 13 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 tanggung jawab. Untuk mengatasi permasalahan di atas, setelah sertifikasi perlu diberikan pembinaan dan penyadaran untuk mau dan mampu mengembangkan potensi paedagogik, antara lain mampu menguasai teori pembelajaran, dan menerapkanya dalam proses pembelajaran, serta memahami peserta didik (siswanya) dengan baik. Model pembinaan kompetensi paedagogik guru PKn dapat dilaksanakan melalui Training Teori Pembelajaran, Training Pemanfatan TIK dalam Pembelajaran, Lesson Studi, dan Training Teaching Klinik, secara visual dapat disajikan dalam skema sebagai berikut : 0HQJXDVDLNDUDNWHULVWLNSHVHUWDGLGLNGDULDVSHNILVLNPRUDO VRVLDONXOWXUDOHPRVLRQDOGDQLQWHOHNWXDOGLDPSX 7UDLQLQJ 3HQJHPEDQJDQ 7HRUL3HPEHODMDUDQ 0HQJXDVDLWHRULEHODMDUGDQSULQVLSSULQVLSSHPEHODMDUDQ \DQJPHQGLGLN 0HQJHPEDQJNDQNXULNXOXP\DQJWHUNDLWGHQJDQELGDQJ SHQJHPEDQJDQ\DQJGLDPSX 7UDLQLQJ7HDFKLQJ .OLQLN 0HQ\HOHQJJDUDNDQNHJLDWDQSHQJHPEDQJDQ\DQJPHQGLGLN 0HPDQIDDWNDQ7,GDQNRPXQLNDVLXQWXNNHSHQWLQJDQ SHQ\HOHQJJDUDDQNHJSHQJHPE\DQJPHQGLGLN /HVVRQ6WXG\ 0HPIDVLOLWDVLSHQJHPESRWHQVLSHVHUWDGLGLNXQWXN .RPSHWHQVL 3DHGDJRJLN 0HQLQJNDW PHQJDNWXDOLVDVLNDQEHUEDJDLSRWHQVL\DQJGLPLOLNL %HUNRPXQLNDVLVHFDUDHIHNWLIHPSDWLNGDQVDQWXQGHQJDQ 3HODWLKDQ 3HPDQIDDWDQ7, GDODP 3HPEHODMDUDQ SHVHUWDGLGLN 0HQ\HOHQJJDUDNDQSHQLODLDQGDQHYDOXDVLSURVHVGDQKDVLO EHODMDU 0HPDQIDDWNDQKDVLOSHQLODLDQGDQHYDOXDVLXQWXNNHSHQWLQJDQ SHPEHODMDUDQ 0HODNXNDQWLQGDNDQUHIOHNWLIXQWXNSHQLQJNDWDQNXDOLWDV SHPEHODMDUDQ Gambar 3. Model pembinaan kompetensi paedagogik guru PKn pasca sertifikasi tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat; (3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; dan (4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan guru terhadap komponen inti sosial rata-rata 95,9 persen, berarti guru telah menunjukkan pada tingkat penguasaan yang sangat tinggi. Namun demikian dari keempat 4. Model Pembinaan Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Kewarganegaraan Pasca Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Terdapat 4 (empat) kompetensi inti sosial yang haru dikuasai oleh guru. Keempat komponen tersebut adalah : (1) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; (2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, 14 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 komponen tersebut ada 1 (satu) komponen yang masih perlu ditingkatkan yaitu berkomunikasi dengan komunitas profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Ada sebagian guru kurang mampu dalam kompetensi sosial, artinya guru kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan ia berada, kurang santun dengan orang tua atau masyarakat setempat, guru sebaiknya dapat menggunakan waktu yang efisien, menarik dalam masyarakat dalam hal kebaikan. Tidak mampu artinya guru tidak bisa menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan lingkungan. Kurangnya komunikasi dengan orang lain, karena pendiam dan tidak mau tahu. Pada lingkungan yang baru, %HUVLNDSLQNOXVLIEHUWLQGDNRE\HNWLIVHUWDWLGDN GLVNULPLQDWLINDUHQDSHUWLPEDQJDQMHQLVNHODPLQ DJDPDUDVNRQGLVLILVLNODWDUEHODNDQJNHOXDUJD GDQVWDWXVVRVLDOHNRQRPL %HUNRPXQLNDVLVHFDUDHIHNWLIHPSDWLNGDQVDQWXQ GHQJDQVHVDPDSHQGLGLNWHQDJDNHSHQGLGLNDQ RUDQJWXDGDQPDV\DUDNDW seorang guru harus mempelajari dulu adat istiadat sehingga mampu menyesuaikan diri dengan baik. Banyak guru yang tidak mampu berkomunikasi dalam komunitasnya sendiri, misalnya mengemukakan gagasan/ide tentang berbagai penyelesaian masalah kependidikan. Tidak mampu dalam komunikasi ilmiah dalam wujud PTK maupun artikel ilmiah yang dipublikasikan dan lainlain. Model pembinaan kompetensi sosial guru PKn menurut persepsi guru dapat dilaksanakan melalui Training ESQ, Out Bond, dan Diklat Etika. Skema pembinaan kompetensi sosial guru PKn dapat disajikan sebagai berikut: 7ULQLQJ(64 3HPELQDDQ NHDJDPDDQ 2XW%RQG 'LNODW(WLNSURIHVL *XUX %HUDGDSWDVLGLWHPSDWEHUWXJDVGLVHOXUXKZLOD\DK 5HSXEOLN,QGRQHVLD\DQJPHPLOLNLNHUDJDPDQVRVLDO EXGD\D %HUNRPXQLNDVLGHQJDQNRPXQLWDVSURIHVLVHQGLULGDQ SURIHVLODLQVHFDUDOLVDQGDQWXOLVDQDWDXEHQWXNODLQ 'LNODW(WLNSURIHVL *XUX Gambar 4. Model pembinaan kompetensi sosial guru PKn pasca sertifikasi pelajaran yang diampu, dan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, 2) kompetensi kepribadian: menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender, 3) kompetensi sosial: Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan SIMPULAN Penilaian responden tentang kompetensi guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang yang dinilai paling tingi adalah: 1) kompetensi pedagogik, meliputi menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata 15 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 efektivitas sebagai pendidik, dan 4) kompetensi profesional: (1) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, dan mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Dalam kenyataannya, meskipun guru Pendidikan Kewarganegaraan telah memperoleh sertifikasi sebagai tanda keprofesionalannya, namun masih terdapat kompetensi guru yang dinilai paling rendah yaitu: 1) kompetensi pedagogik: Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, 2) kompetensi kepribadian: Bekerja mandiri secara profesional, 3) kompetensi sosial: Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif, dan 4) kompetensi profesional: (1) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan (2) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Penelitian ini memberikan rekomendasi yang mendasar untuk dapat dikembangkan model pembinaan guru dalam mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme yang meliputi 4 (empat) kompetensi, yaitu kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, paedagogik, dan sosial. Kegiatan pengembangan profesionalisme guru ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan: a) teaching clinic, b) workshop model pembelajaran, c) workshop penyusunan perangkat pembelajaran, d) workshop penyusunan media pembelajaran, e) workshop penelitian tindakan kelas, dan f) workshop karya tulis ilmiah. Sedangkan program atau kegiatan ini dapat dilakukan melalui : a) pendidikan dan pelatihan (diklat), b) seminar, c) kegiatan forum, kelompok kerja, dan musyawarah kerja, d) in house training, e) lokakarya, f) simposium, dan g) kolokium. DAFTAR RUJUKAN Borg R Walter; Gall Meredith D (1996); Educational Research; An Intruduction, Fifth Edition; Longman Chamidi, Safrudin Ismi. 2004. “Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah”, dalam Isu-isu Pendidikan di Indonesia: Lima Isu Pendidikan Triwulan Kedua. Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas. Direktorat Ketenagaan. 2006. Ramburambu Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti. Dirjen Dikti Dir PPTK Depdiknas. 2002. Standar Kompetensi Guru Kelas SD-MI Program D-II PGSD. Jakarta: Depdiknas. Gunawan, Ary H,1995. KebijakanKebijakan Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 16 INTEGRALISTIK No.1/Th. XXII/2011, Januari-Juni 2011 Rokhman, Fathur dkk. 2005. Studi Kebijakan Pengelolaan Guru Di Era Otonomi Daerah dalam Rangka Peningkatan mutu pendidikan. Penelitian Balitbang dan Lemlit UNNES. Hamijoyo, Santoso S. 2002. “Status dan Peran Guru, Akibatnya pada Mutu Pendidikan”, dalam Syarif Ikhwanudin dan Dodo Murtadhlo. 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo. Indra Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Djati Sidi. 2002. Menuju Masyarakat Pembelajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta:Paramadina dan Logos Wacana Ilmu. Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah. 2004. Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Masa Depan. Jakarta: Genesindo. Rich, John Martin. 1992. Inovation in Education: Reformers and Their Critics. New York: Cross Cultural Approach. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undan No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rogers, Everett M. 1995. Diffusion of Innovation. New York: The Free Press. Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing. 17