Lilin-Lilin Kecil Lilin-Lilin Kecil ii Lilin-Lilin Kecil Lilin-Lilin Kecil Menyala Menyinari Kehidupan Dede Irawan Godjali Lilin-Lilin Kecil Lilin-Lilin Kecil Menyala Menyinari Kehidupan (c) 2008 Gereja Yesus Sejati ISBN 979-35630-3-6 Diterbitkan oleh Departemen Literatur GEREJA YESUS SEJATI INDONESIA Jl. Danau Asri Timur Blok C3 No. 3C Sunter Danau Indah, Jakarta 14350 Tel. (62-21) 6530-4150, 6530-4151 Fax. (62-21) 6530-4149 e-mail: [email protected] web: http://www.gys.or.id Seluruh ayat dalam buku ini dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru (c) LAI 1974 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia ii Lilin-Lilin Kecil SEKAPUR SIRIH S E KAPUR SIRIH Sungguh merupakan suatu anugerah, kita kembali dapat merenungkan firman Tuhan melalui hikmat yang diberikan oleh Tuhan kepada Pdt. Dede Godjali. Kali ini buku renungan ini berisi 43 renungan singkat. Renungan yang singkat dari segi penulisan namun sarat akan makna dan pengajaran yang membawa kita semakin dekat kepada Bapa di atas. Sebelum membaca, ada baiknya kita berdoa dan meminta Tuhan untuk memberikan kerendahan hati. Karena hanya dengan kerendahan hatilah renungan-renungan ini bisa menyentuh dasar hati kita yang terdalam. Betapa tidak, renungan-renungan ini “menggelitik, menyentil dan kadang menampar” keberadaan kita. Sebagai contoh, simak saja renungan dengan judul “Bukan Urusanmu”, yang mengingatkan kita untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Simak juga “Gitu Aja Kok Marah”, dan masih banyak renungan-renungan lain. Akan tetapi jika kita mau merendahkan hati kita, maka renungan-renungan ini sungguh sangat membangun iman kerohanian kita. Membuat kita tersadar akan hal-hal kecil yang kurang kita perhatikan. Belum lagi cara penyajian penulis yang terkadang membuat kita tersenyum sendiri sembari membaca. Hikmat iii Lilin-Lilin Kecil yang didapat penulis dari Tuhan dan keahlian penulis dalam menyajikan renungan-renungan ini menjadikan buku ini sangat enak dibaca dan sangat membangun. Kiranya buku ini dapat membawa kita selangkah lebih maju lagi dalam kehidupan iman kekristenan kita. Tuhan Yesus memberkati Anda semua. Penerbit iv Lilin-Lilin Kecil DAFTAR ISI 1. Salam Seorang Rasul.............................. 1 2. Tebang Pilih............................................3 3. Akibat Mengintip....................................7 4. Titik-Titik..............................................10 5. Teori Tikus............................................13 6. Awal dan Akhir.....................................16 7. Kiss of Death.........................................19 8. Itu Nyata Dari Bahasanya................... 22 9. Saluran Berkat......................................25 10.Hadiah yang Sangat Menarik.............. 28 11. Komunikasi.......................................... 32 12.Dinamika Mendirikan Rumah............ 36 13.Mereka Tinggal di Yerikho.................. 39 14.Kurang Ajar.......................................... 42 15. Sebebas Preman....................................45 16.Iman Yang Menular............................. 48 17. Bertahan Dalam Pencobaan................. 51 18.Kebahagiaan yang Berbeda..................54 19.Itik Berenang....................................... 58 20.Berani Gitu Lho................................... 62 21.Kendi Tanpa Air....................................65 22.Liquid atau Rigid?............................... 68 23.Roti Yang Satu Itu................................. 71 24.Waktu yang Hilang...............................75 Lilin-Lilin Kecil 25.Mulai Koyak......................................... 78 26.Lazarus, Marilah Keluar...................... 82 27.Gulungan Kitab Yang Terbang............ 85 28.Epafras, Pelayan Kristus yang Setia.... 88 29.Bermula dari Hal Sepele.......................91 30.Masuk ke Dalam Kristus..................... 94 31.Mengenakan Baju Perang.....................97 32.Gitu Aja Kok Marah............................ 101 33.Sesuka Hati atau Suka Sehati.............104 34.Manakah yang Lebih Menonjol..........107 35.Daud Menghadapi Saul...................... 110 36.Hitam Putih........................................ 113 37.Janganlah Menjadi Zeresy................. 116 38.Di Sini Ada Elisa................................. 119 39.Keluar Dari Betel................................123 40.Silsilah Yesus......................................126 41.Empat Macam Keturunan..................129 42.Kala Masa Senja Menjelang...............132 43.Yabes Lebih Dimuliakan.....................136 vi Lilin-Lilin Kecil 1 SALAM SEORANG RASUL H ampir semua surat Rasul Paulus diakhiri dengan salam (salam dariku untuk si anu dan si itu atau salam dari si anu dan si itu untukmu). Dalam surat yang dikirim untuk jemaat di Roma, banyak nama orang yang disebut oleh Paulus dalam salamnya itu. Kita akan memperhatikan beberapa di antaranya. Paulus menulis: “Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus.” (Rom. 16:3). Akwila dan Priskila adalah sepasang suami-istri yang pertama dijumpai oleh Paulus di kota Korintus. Paulus tinggal di rumah suami-istri itu. Paulus memiliki pekerjaan yang sama dengan Akwila dan Priskila, dan hal ini membuatnya bekerja bersama-sama dengan mereka (Kis. 18:2-3). Setiap orang memiliki sepasang tangan, kaki, mata, dengan begitu seseorang mempunyai kemampuan sekaligus keterbatasan. Dengan dua buah tangan kita dapat mengerjakan cukup banyak pekerjaan. Kita bisa mengetik (entah dua jari atau sepuluh jari) yang melibatkan tangan kiri dan kanan. Kita dapat bermain sepak bola memakai kedua buah kaki kita, atau dapat berjalan-jalan di taman atau mengunjungi sahabat-sahabat kita. Dengan sepasang Lilin-Lilin Kecil mata banyak hal yang dapat dilihat di sekitar tempat tinggal kita. Jelas sekali bahwa ada cukup banyak hal yang tidak dapat kita lakukan sekaligus dan untuk itu diperlukan teman sekerja. Dengan banyak orang, satu pekerjaan dapat diselesaikan dengan waktu relatif lebih cepat. Dengan beramai-ramai ada banyak pekerjaan yang dapat dilakukan pada saat yang bersamaan. Karena banyaknya orang, maka dibutuhkan semangat kerjasama, bukan kerja sendirisendiri. Pengikat kebersamaan antara Paulus dengan teman-temannya adalah Yesus Kristus, seperti yang dikatakannya, “Teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus.” Pada bagian lain dalam salamnya Paulus mengatakan, “dan dari Lukius, Yason dan Sosipater, teman-temanku sebangsa.” (Rom. 16:21). Paulus bergaul tidak hanya dengan orang Yahudi saja, namun juga dengan orang-orang Yunani. Paulus yakin bahwa setiap manusia adalah sama di mata Tuhan. Untuk itu ia pernah menyatakan, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Gal. 3:28). Dulu pernah terjadi orang kulit hitam direndahkan, bahkan diperjualbelikan dan diperbudak oleh orang kulit putih.,Sesungguhnya oleh kasih Yesus Kristus kita semua telah dimerdekakan dan menjadi anak-anak Allah. Di bumi pertiwi ini ada orang Batak, orang Dayak, orang Sasak, orang Jawa, orang Sunda, orang Madura dan masih banyak lagi yang Lilin-Lilin Kecil lainnya. Kita mengatakan bahwa kita adalah bangsa Indonesia. Kita adalah teman-teman sebangsa bukan musuh-musuh sebangsa. Paulus menutup surat Roma dengan mengizinkan nama Tertius dicantumkan di dalamnya. Tertius adalah orang yang telah membantu Paulus untuk menuliskan surat Roma tersebut. Mungkin saja Paulus mendiktekan segala hal yang ingin ia sampaikan kepada jemaat di Roma dan Tertius menulisnya. Sesungguhnya pada zaman Paulus hidup alat tulismenulis masih sangat sederhana. Untuk menuliskan seluruh surat Roma tentulah dibutuhkan waktu yang sangat banyak dan juga ketelitian yang tinggi. Paulus mengingat jerih lelah Tertius yang telah membantunya untuk menulis surat Roma. Kita tidak mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai Tertius ini, karena di dalam bagian lain Alkitab tidak pernah lagi menyinggung orang ini. Barangkali Tertius adalah seorang jurutulis biasa yang kemudian dikenal oleh rasul Paulus. Paulus tidak melupakan jerih lelah seseorang, ia mengingatnya dengan baik. Keberhasilan seseorang seringkali didukung oleh banyak orang. Seorang calon presiden memiliki tim sukses yang bekerja siang malam untuk keberhasilan sang capres tersebut. Kemasyuran sebuah restoran didukung oleh semua unsur yang terlibat di dalamnya: koki, pramusaji, petugas kebersihan, dan lain-lain. Kesuksesan kita juga mungkin saja didukung oleh istri yang telaten atau atasan yang memberikan dukungan sepenuhnya. Ingatlah mereka itu, jangan melupakannya. Lilin-Lilin Kecil 2 TEBANG PILIH Z amrud Katulistiwa kini mulai merana, karena di banyak tempat banyak pohon ditebang dengan semena-mena. Besar kecil dibabat, dan lebih parah lagi penanaman benih baru sangat terlambat dan dalam skala yang relatif kecil. Semestinya sistem tebang pilih dijalankan dengan sungguh-sungguh untuk menjaga kelestarian hutan di bumi pertiwi ini. Di sisi lain, cukup banyak pihak yang kecewa dengan pemberantasan korupsi yang terkesan ”tebang pilih”. Pihak yang ditebang nampaknya hanya pihak ”lawan” yang pandangannya tidak sejalan. Koruptor dari pihak ”kawan” terkesan dibiarkan, dilindungi karena adanya unsur perkawanan itu. Pemegang kekuasaan diduga kurang bersikap adil dalam memberantas korupsi di nusantara ini. Raja Saul termasuk orang yang menyukai tebang ”siapa saja”, sekalipun itu adalah anak kandungnya sendiri. Saul berkata, ”Beginilah kiranya Allah menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu. Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati” (1Sam. 14:44). Tetapi rakyat membela Yonatan, sehingga anak Saul itu tidak harus mati (1Sam. 14:45). Allah melihat bagaimana perilaku Miryam dan Harun terhadap adiknya. Musa mencatat: ”Miryam Lilin-Lilin Kecil serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kusy yang diambilnya, sebab memang ia (Musa) telah mengambil seorang perempuan Kusy” (Bil. 12:1). ”Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!” (Bil. 12:9-10). Dari catatan Alkitab, diketahui bahwa Miryam adalah nabiah yang pertama. Ia adalah orang yang dipilih dan dipakai Allah (Kel. 15:20). Miryam adalah anak sulung dari pasangan Amram dan Yokhebed. Namun, kesalahannya mengundang hukuman Allah terhadap dirinya. Tidak peduli apa dan siapa orang tersebut, Allah tidak pernah ragu untuk menjatuhkan hukuman-Nya jika ia bersalah. Musa, orang yang juga dipakai secara khusus oleh Allah juga pernah mengalami tindakan tegas dari yang Mahakuasa. Alkitab mencatat ”Adapun TUHAN sudah berfirman kepada Musa di Midian, ”Kembalilah ke Mesir, sebab semua orang yang ingin mencabut nyawamu telah mati.”” (Kel. 4:19). Allah mengutus Musa ke Mesir untuk membawa umat Israel keluar dari sana. ”Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata, ”Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku.”” (Kel. 4:24-25). Musa lalai untuk menyunat anaknya, dan untuk Lilin-Lilin Kecil itu Allah bertindak menurut keadilan-Nya. Orang yang bersalah patut dihukum, siapapun orang itu. Kita masih ingat tentang Nadab dan Abihu, anakanak imam besar Harun. Keduanya dibinasakan oleh Allah karena mereka salah. Hidup bergereja tidak luput dari adanya umat yang melakukan kesalahan. Lazimnya, ada disiplin yang mesti dijalankan terhadap jemaat yang seperti itu. Apakah gereja Allah dapat menerapkan disiplin, tanpa ”tebang pilih” dalam arti ”tebang siapa saja” yang memang terbukti bersalah? Suatu tantangan yang tidak mudah. Lilin-Lilin Kecil 3 AKIBAT MENGINTIP “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:7) I ntip-mengintip ternyata sudah ada sejak zaman Adam dan anak-anaknya ribuan tahun yang lalu. Allah melihat Kain, wajahnya muram dan hatinya panas, karena persembahannya tidak dikenan Allah (ref. Kej. 4:3-5). Dalam situasi seperti itu Iblis mulai memasang jeratnya. Pertama kalinya seorang manusia menjadi pembunuh. Suatu rekor yang tidak dapat dibanggakan. Yesus tiga kali dicobai Iblis saat Ia berada di padang gurun, tempat ia tinggal selama empat puluh hari. Dengan mempergunakan firman Tuhan, pedang Roh, Ia mengatasi ketiga pencobaan itu. Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Iblis melakukan pengintipan, tidak hanya kepada Yesus dan Kain, namun juga terhadap seluruh umat Tuhan. Saat manusia lengah, Iblis pun segera menebarkan jerat mautnya. Ada sebagian orang yang memiliki hobi Lilin-Lilin Kecil mengintip, di antaranya mengintip rumah tetangga. ”Oh, si Anu yang di sebelah kiri rumah baru membeli satu set sofa baru.” ”Si Ono yang di seberang rumah, kemarin sudah menikmati televisi layar datar ukuran lima puluh dua inci, gede banget, yang menggotongnya saja empat orang.” Atau, ”Tetangga yang di kanan rumah, minggu lalu punya lemari es baru, katanya bisa Hot and Cool, 2 in 1 gitu lho, dari satu tempat bisa menikmati ayam goreng dan minum es jeruk.” Bu Ani, yang kebetulan suka mengintip, melaporkan semua temuannya kepada sang suami, Pak Inu. Bahkan, Bu Ani juga sudah melakukan investigasi atas semua temuannya itu, dan memang sesuai dengan yang ia lihat. Ia melaporkan kepada Pak Inu dengan sangat berapi-api karena ia pun ingin memiliki barang-barang yang telah dipunyai oleh para tetangganya itu. Melihat TV Pak Ono, serasa berada di bioskop; duduk di sofa si Anu, badan ini serasa melayang; dan itu lho, lemari es-nya benarbenar kotak ajaib, ada yang hot dan ada yang nyes. ”Ayo Pa, beli dong!”, kata Bu Ani kepada suaminya. Pak Inu, karyawan yang jujur, mulai menghitung-hitung berapa uang yang diperlukan untuk memuaskan hasrat sang istri. Walah, ternyata setara dengan dua puluh dua bulan gaji. Ia sudah ingin menolak keinginan sang istri, namun belum sempat ia berbicara, istrinya mulai menangis, makin lama makin kencang. Pak Inu tidak sampai hati mengecewakan sang istri, tetapi ia bingung dari mana memperoleh uang yang begitu besar dalam waktu singkat. Wajah Pak Inu menjadi muram dan hatinya tidak karuan rasanya. Iblis sudah mengintip di depan Lilin-Lilin Kecil pintu hati Pak Inu dan mulai membisikkan tujuh buah huruf: Korupsi. Karyawan yang jujur, menjelang purna karya (pensiun) mulai tergoda untuk korupsi. Bermula dari hobi sang istri yang suka mengintip ke kanan, ke kiri, ke seberang, akhirnya menjadi dilema bagi suaminya. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Pak Inu? Apa Anda punya saran? Lilin-Lilin Kecil 4 TITIK-TITIK A khir Agustus 2006 menjadi batas waktu yang diberikan oleh PBB (Perserikatan BangsaBangsa) kepada Iran untuk menghentikan program pengayaan uranium yang menjadi cikal bakal program nuklir. Pemerintah Iran jalan terus dengan programnya, karena tujuan mereka adalah bukan untuk membuat senjata nuklir, tetapi untuk maksudmaksud damai, misalnya pembangkit listrik dengan tenaga nuklir. Sampai saat ini belum tercapai titik temu yang dapat memuaskan semua pihak berkenaan dengan program nuklir Iran. Situasinya masih ’titiktitik’. Lukas mencatat di dalam Kisah pasal 15 perbedaan pandangan antara Barnabas dan Paulus: “Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka. Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus” (Kis. 15:37-39). Paulus berbeda pandangan dengan Barnabas, yang selama itu menjadi mentornya. Dua pendapat yang 10 Lilin-Lilin Kecil tidak mencapai titik temu dan membuat mereka untuk sementara waktu berpisah. Sekian tahun kemudian Paulus merenungkan pendapatnya tentang Markus, dan ia kemudian mengubah pandangannya. Hal ini terlihat saat ia mengirim surat kepada jemaat di Kolose: “Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas – tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia apabila dia datang kepadamu.” (Kol. 4:10) Syukurlah, bila bertahun-tahun kemudian Paulus dapat menemukan titik pandang yang sama dengan Barnabas; yang dulu mencapai “titik pisah” kini menemukan titik temu. Masih tentang Paulus. Pada mulanya ia adalah seorang penganiaya umat Kristen, dengan “kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala telah menganiaya dan memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, bahkan ia setuju jika mereka itu dihukum mati” (Kis. 26:10,12). Namun di luar gerbang kota Damsyik terjadi titik balik dalam kehidupannya. Saat itu ia mendengar suara dalam bahasa Ibrani, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” (Kis. 26:14). Ia yang mulanya menganiaya umat Kristen, kemudian menjadi pengikut Kristus. Dulu ia giat bekerja bagi Tuhan menurut keyakinannya (Kis. 22:3), kemudian bergiat bagi Tuhan menurut pimpinanNya. Setiap manusia tentu mesti yakin dengan segala sesuatu yang dikerjakannya. Dengan demikian ia akan melakukan kegiatannya dengan sepenuh hati. Namun lebih dari itu, setiap insan hendaklah menjalankan segala hal menurut pimpinan-Nya, tidak semata- 11 Lilin-Lilin Kecil mata berdasarkan keyakinannya. Banyak orang yakin bahwa jika terpaksa korupsi itu boleh-boleh saja karena gaji tiap bulan tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Menurunkan mutu barang yang dijual juga biasabiasa saja, tidak apa-apa; mendapatkan ijasah As-Pal (asli tapi palsu) itu sudah lazim. “Ini bukan zalim lho, saya kan memberi sejumlah uang yang cukup besar kepada oknum kepala sekolah Anu,” demikian alasannya. Bila menuruti pimpinan Tuhan, hal-hal yang disebutkan tadi tentu tidak akan kita lakukan. Dibutuhkan titik balik, dari sekedar semata-mata keyakinan menjadi dipimpin oleh Tuhan. Kisah “anak sulung” dalam Lukas pasal 15 berakhir dengan titik-titik; tidak jelas bagaimana kesudahannya. Lukas mencatat: kata ayah kepada anaknya, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk. 15:30-32). Tidak jelas, apakah anak sulung itu masuk ke rumah bapanya atau tetap memilih di luar. Bagian titik-titik di atas menjadi tugas untuk kita mengisinya. Kira-kira apa yang mesti dituliskan: anak sulung tidak mau masuk ke rumah bapanya atau akhirnya anak sulung pun masuk ke rumah bapanya. Di akhir hidup kita bagian titik-titik tersebut akan terisi. Ingat, jangan salah isi, nanti rugi. 12 Lilin-Lilin Kecil 5 TEORI TIKUS “Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”” (Mat. 23:1-3) A chmad Linoch, dosen hukum acara pidana di Universitas Jember selama tiga puluh tahun telah ribuan kali menyampaikan teori perihal hukum acara pidana kepada para mahasiswanya. Ia ingin konsisten mempraktekkan teori yang disampaikannya itu. Sebagai salah satu dari anggota majelis hakim perkara “X”, ia berpendapat, bersama dengan dua anggota hakim yang lain, bahwa ketua MA (Mahkamah Agung) diperlukan kehadirannya di dalam sidang dalam perkara “Y” sebagai saksi. Untuk konsistensinya itu, ia bersama dua hakim anggota yang sependapat dengan dia, diganti dalam perkara “Y”, yang sampai saat ini masih berlangsung. Teorinya, semua orang adalah sama di hadapan hukum. Prakteknya bisa ya, namun juga bisa tidak. 13 Lilin-Lilin Kecil Hal serupa juga terjadi pada zaman Yesus dulu. Ahliahli Taurat dan orang-orang Farisi memiliki segudang teori mengenai ini dan itu. Nyatanya, segala teori yang bagus dan indah itu hanya sebatas di atas kertas, tidak terlihat praktek di pengadilan, eh di lapangan. Jadi, ahli hukum agama dan pakar hukum dunia tidak jauh berbeda. Mereka mungkin lebih cocok bila disebut sebagai ”tikus-tikus yang berteori”, alias ”teoritikus”. Sekian puluh tahun dari zaman Yesus, Yakobus mencatat hal yang kurang lebih sama. Coba perhatikan pernyataannya: “Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang di antara kamu berkata, ”Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!” tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?” (Yak. 2:14-15) Bencana di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang mungkin masuk kategori lokal bukan nasional, sudah berjalan kira-kira tiga minggu, namun bantuan jatah hidup (JADUP) belum juga disalurkan. Entah mampat di mana. Yang jelas, banyak warga yang terkena bencana merasa semakin jengkel. Bila mendengar teorinya sih bagus: ada bantuan untuk merenovasi rumah, yang besarnya X rupiah per rumah. Ada bantuan Langsung Tunai yang karena terjadi gempa, banyak warga yang tidak lagi memegang kartu BLT tersebut. Ada juga bantuan JADUP. Faktanya ada banyak teori yang secara praktek belum nampak wujudnya. Apakah memang di negara ini banyak tikus yang berteori, eh maaf, banyak teoritikus, daripada “Praktikus” yang mungkin artinya adalah ramai- 14 Lilin-Lilin Kecil ramai menggeprak tikus. Sudah kira-kira dua tahun lebih sejak tsunami melanda Serambi Mekah dan Nias, nyatanya dua daerah yang terkena bencana yang sangat parah itu belum juga pulih. Yohanes menyatakan “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1Yoh. 3:18) Warga yang terkena bencana tidak membutuhkan janji-janji. Mereka juga tidak memerlukan diskusi berkepanjangan alias silat lidah. Mereka ingin melihat bantuan nyata yang benarbenar, bukan yang dikorup sana sini. Dengan berbagai peristiwa yang digolongkan sebagai bencana, kita dapat melihat apakah banyak pihak menyatakan jati dirinya sebagai orang-orang yang ’menggeprak tikus atau praktikus’, atau justru yang bersalin rupa menjadi ’tikus-tikus yang berteori’ alias teoritikus? Saatnya kita membeli racun tikus, ayo buruan! 15 Lilin-Lilin Kecil 6 AWAL DAN AKHIR “Akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya.” (Pkh. 7:8) M atius, juga dikenal dengan nama Lewi, pada mulanya mengecewakan hati. Orangtuanya bernama Alfeus. Sang ayah berharap anaknya itu akan menjadi umat pilihan, sama seperti suku Lewi. Memang hanya suku Lewi yang boleh melayani di kemah suci. Ketika si anak menjadi pemungut cukai, nampaknya harapan sang bapa sirna. Tak disangka, kalau Yesus memilih Lewi menjadi salah satu dari dua belas rasul, yaitu murid pilihan (Mrk. 2:13-17). Akhirnya Alfeus boleh bernapas lega, suatu drama keluarga yang menegangkan. Paulus, yang mulanya bernama Saulus, orang dari suku Benyamin, awalnya sangat menggebugebu mengejar murid Yesus. Ia memperoleh surat kuasa dari Imam Besar untuk dibawa kepada majelismajelis Yahudi di Damsyik. Dengan surat itu, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti jalan Tuhan, ia dapat menangkap dan membawa mereka ke Yerusalem. Kegiatan Paulus tidak hanya menangkap, namun juga menganiaya pengikut jalan Tuhan, bila perlu sampai mereka mati 16 Lilin-Lilin Kecil dan memenjarakan mereka. Tapi akhirnya Paulus ”ditangkap” oleh kasih Yesus (Kis. 9:1-5, 22:4). Sebagai murid Yesus, ia sungguh-sungguh giat bekerja, seperti dikatakannya, ”Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua” (1Kor. 15:10). Ia tidak hanya giat bekerja pada saat masih muda, namun juga ketika usianya bertambah, ia tetap seorang pekerja keras. Paulus mengawali kehidupannya dengan kegiatan yang semula ia anggap benar (Kis. 26:9), dan mengakhiri dengan kegiatan yang memang benar di mata Tuhan (2Tim. 4:7-8). Abraham yang sudah semakin tua mengutus seorang hambanya untuk mencarikan seorang istri bagi Ishak, anaknya. Dengan pimpinan dan petunjuk Tuhan, hamba tua Abraham kembali ke Bersyeba, tempat tinggal tuannya, dengan membawa Ribka. Musa mencatat: ”Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi istrinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.” (Kej. 24:66-67). Mulanya tidak ada cinta, namun pada akhirnya hidup mereka diselimuti cinta. Pada suatu waktu Abimelekh, raja orang Filistin, menjenguk dari jendela rumahnya, dan melihat Ishak sedang bercumbu-cumbuan dengan Ribka, istrinya (Kej. 26:8). Menurut perhitungan yang logis dan realistis, pada saat di Gerar, usia pernikahan Ishak dan Ribka sudah berjalan kira-kira empat puluh tahun lamanya. Mulanya biasa-biasa saja, tapi akhirnya luar biasa. Lain lagi kisah yang dilakoni oleh Amnon, anak 17 Lilin-Lilin Kecil Daud dari Ahinoam (2Sam. 3:2). Awalnya ia jatuh cinta kepada Tamar, anak Daud dari Maakha (2Sam. 3:3). Saking cintanya kepada si adik, Amnon jatuh sakit (2Sam. 13:1-2). Dengan muslihat yang dirancang oleh Yonadab, sepupunya, akhirnya Amnon bisa berada berduaan dengan Tamar dalam satu kamar. Saat itulah ia memperkosa orang yang dicintainya. ”Kemudian timbullah kebencian yang sangat besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu daripada cinta yang dirasanya sebelumnya” (2Sam. 13:15). Diawali dengan cinta yang menggebu, ternyata diakhiri dengan kebencian yang menggelora. Segala hal ada awal dan akhir. Mungkin awalnya buruk, tetapi dengan kesungguhan hati hal yang buruk itu dapat diakhiri dengan baik. Bila mulanya baik-baik, semestinya lebih mudah untuk menutup kisah tersebut dengan kebahagiaan. Akhirnya segala sesuatu memang berpulang kepada niat hati seseorang. 18 Lilin-Lilin Kecil 7 KISS OF DEATH P ara penemu protein “Kiss of Death” diumumkan sebagai pemenang Nobel Kimia 2004 di Stockholm, Swedia. Mereka adalah Aaron Ciechanover dan Avram Herskho dari Israel, serta Irwin Rose dari Amerika Serikat. Julukan “Kiss of Death” diberikan pada penanda protein yang disebut ubiquitin dan menjadi label pada protein-protein yang harus dihancurkan (Kompas, 7 Oktober 2004). Artikel di atas kembali dimunculkan berkenaan dengan diterbitkannya sebuah buku dengan judul Injil Yudas. Menurut kalangan tertentu, Injil Yudas ini adalah otentik. Salinannya, yang diyakini telah ditemukan pada tahun 1945 di Mesir, merupakan terbitan tahun 250 M. Sedangkan Injil Yudas pertama kali muncul sekitar tahun 140M-160M. Dalam Injil Yudas, tokoh Yudas bukan dipahami sebagai pengkhianat, namun diterima sebagai “pahlawan”. Terlepas dari pro-kontra Yudas Iskariot sebagai pengkhianat atau pahlawan, berkaitan dengan judul artikel ini mari kita lihat catatan Lukas: “Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata 19 Lilin-Lilin Kecil Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”” (Luk. 22:47-48). “Ciuman Kematian” menjadi tanda bagi oknum mana yang mesti ditangkap. Matius mencatat: “Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: “Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia.” Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: “Salam Rabi”, lalu mencium Dia. Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Hai teman, untuk itukah engkau datang?” Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya.” (Mat. 26:48-50) Sampai pada waktu penangkapan-Nya, Yesus memandang Yudas Iskariot sebagai teman, bukan sebagai musuh. Sebaliknya, Yudas menyebut Yesus sebagai guru (rabi). Kita tidak menemukan catatan, apakah Yesus pernah mengajari murid-muridNya untuk mempergunakan “ciuman” sebagai tanda untuk “berkhianat”. Entah dari mana Yudas mendapatkan “inspirasi” untuk memakai ciuman dalam menjalankan aksinya. Ciuman merupakan bentuk ungkapan kasih sayang terhadap seseorang yang kita kasihi, hormati, atau kagumi. Tetapi, di tangan Yudas ciuman ini mendapat makna baru. Bila dulu kita mengenal “ciuman selamat datang”, “ciuman perpisahan”, atau “ciuman selamat”, kini ditambah dengan “ciuman kematian”. Orang yang dicium tak lama kemudian segera mengalami kematian. Entah niat Yudas itu baik atau buruk, kita berharap supaya ciuman dipahami sebagai ungkapan kasih dalam pengertian positif. Dengan demikian 20 Lilin-Lilin Kecil dalam hubungan suami-istri, orangtua-anak, antar teman, ciuman tidak menjadi tanda pengkhianatan. Ciuman tetap sebagai tanda kasih sayang, kekaguman, penghormatan, dan kebahagiaan. Say no to “Kiss of Death”! 21 Lilin-Lilin Kecil 8 ITU NYATA DARI BAHASANYA “Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata, “Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu.” (Mat. 26:73). Z akharia pernah menjadi bisu selama kira-kira sembilan bulan lamanya, dan rasanya ia sangat menderita. Untuk menyampaikan isi hatinya, ia terpaksa menggunakan batu tulis (Luk. 1:6364). Jauh sebelumnya, Nabi Yehezkiel juga pernah mengalami kebisuan satu masa lamanya (Yeh. 3:26). Merupakan satu penderitaan saat orang tidak dapat dengan leluasa mengungkapkan isi hatinya melalui hal yang sederhana yaitu berbicara. Sebaliknya, penulis kitab Amsal menyatakan: “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa menahan bibirnya, berakal budi” (Ams. 10:19). Orang yang banyak bicara mesti berhati-hati, karena mungkin saja ada kata-kata yang tidak seharusnya ia katakan. Penulis surat Yakobus mengatakan dengan sangat jelas, bahwa “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk.” (Yak. 3:9-10) 22 Lilin-Lilin Kecil Petrus bergaul bersama-sama Yesus kira-kira tiga tahun lamanya mulai dari Galilea sampai ke Getsemani. Tentu banyak hal yang telah diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya, baik secara umum (sekaligus di depan banyak orang) maupun dalam forum tersendiri (Mrk. 4:33-34). Seharusnya cara dan isi bahasa rasul-rasul tidak berbeda jauh dengan Guru mereka. Maka ketika orang-orang di dekat pintu gerbang bait Allah mendengar perkataan Petrus pada malam Yesus ditangkap, mereka yakin bahwa ia juga adalah murid Yesus, sebab itu nyata dari bahasanya. Coba perhatikan beberapa perkataan yang muncul dari bibir murid-murid-Nya. Lukas mencatat ucapan Stefanus menjelang kematiannya: ”Sambil berlutut ia (Stefanus) berseru dengan suara nyaring: ”Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia” (Kis. 7:60). Mungkin Stefanus berkata dengan nyaring karena kuatir Allah tidak mendengar suaranya atau ia ingin orang-orang yang merajamnya mendengar dengan jelas perkataannya. Di tengah kegeraman orang banyak yang melemparinya dengan batu, terselip doa yang penuh dengan kasih dan pengampunan. Paulus mengatakan kepada jemaat di Kolose: ”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:6). Ucapan Stefanus mengandung rasa ‘asin’, yaitu rasa kasih yang sangat kuat. Ia bahkan mengucapkan permohonannya itu dengan berlutut. Tetapi, tentu saja ada ucapan yang hambar, sekalipun 23 Lilin-Lilin Kecil itu diucapkan oleh umat Allah. Yakobus mencatat: ”Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata, ”selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?”” (Yak. 2:15-16). Umat seperti ini barangkali melupakan ucapan Yesus yaitu supaya semua murid menjadi terang dan garam dunia (Mat. 5:13-14). Rasul Paulus pernah memberikan pesan kepada jemaat di Roma: ”Terimalah orang yang lemah imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya.” (Rm. 14:1). Pada zaman sekarang, ketika orang-orang merasa kurang aman, mungkin saja ada orang yang memarkir kendaraannya dengan memasang gembok pada keempat pintu mobilnya. Kalau Mr. Bean hanya memasang satu gembok, orang ini memakai empat gembok. Sungguh sangat berjaga-jaga. Orang yang lain tidak perlu memperbincangkan pemakaian ‘empat gembok’ tersebut karena iman setiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang lebih kuat, mungkin juga ada umat yang belum kuat imannya. Maka, nyatakan jati diri Anda sebagai muridNya, seperti dikatakan orang-orang di dekat pintu gerbang: ”Itu nyata dari bahasanya”. 24 Lilin-Lilin Kecil 9 SALURAN BERKAT “Jangan menahan kebaikan daripada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu, “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.” (Ams. 3:27-28). T uhan berbicara kepada umat-Nya lewat Nabi Musa: “Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah Tuhan, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu. Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebarlebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.” (Ul. 15:10-11) Rasanya cukup mudah untuk menemukan orang-orang miskin di sekitar tempat tinggal kita ketimbang mencari orang-orang kaya. Padahal, bisa saja mereka itu sudah bekerja dengan sangat keras. Mungkin sebelum matahari terbit mereka telah keluar rumah untuk mencari sesuap nasi, dan baru kembali 25 Lilin-Lilin Kecil setelah matahari terbenam. Pulang ke rumah dengan membawa uang tidak seberapa, yang belum tentu mencukupi kebutuhan hidup seisi rumah, padahal setiap mulut dan perut perlu diisi. Ayub, seorang yang paling kaya di sebelah timur, mencoba membuka tangan lebar-lebar bagi mereka yang membutuhkan. Di dalam kitab Ayub tercatat hal-hal berikut: “Karena aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu yang tidak ada penolongnya; aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria; aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki.” (Ayb. 29:12, 13, 16). Kekayaannya yang banyak tidak hanya dinikmati oleh anak dan istrinya, namun juga disalurkan kepada mereka yang memerlukannya. Janda miskin, anak piatu yang juga miskin (anak yatim yang mempunyai banyak warisan tidak perlu mendapat bantuan), orang-orang yang berperkara namun tidak mengerti hukum dibantu oleh Ayub dengan sungguh-sungguh, bukan “tebar pesona”. Ayub mengetahui bahwa harta yang dimilikinya berasal dari Tuhan. Ia berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.” (Ayb. 1:21). Allah menitipkan kekayaan kepadanya dan Ayub menggunakannya sebegitu rupa sehingga ia telah menjadi saluran berkat bagi orang-orang di sekitarnya. Sangat disayangkan bahwa tidak semua orang 26 Lilin-Lilin Kecil memiliki pola pikir seperti Ayub. Tidak sedikit yang berperilaku mirip lintah. Penulis kitab Amsal mencatat, “si lintah mempunyai dua anak perempuan: “untukku!” dan “untukku!”” (Ams. 30:15). Mungkin di sekitar rumah kita ada banyak lintah darat. Lintah darat meminjamkan uang kepada mereka yang membutuhkan dengan bunga yang mencekik leher. Pedagang dengan modal lemah acapkali menjadi sasaran mereka karena jika mereka hendak meminjam uang dari bank tidak ada yang dapat dijaminkan dan lagi prosesnya berbelit-belit. Ada saluran berkat, ada juga ”saluran mampat” karena disumbat oleh pemiliknya. Satu saat pipanya bisa pecah. Penulis surat Yakobus membuat pernyataan yang jelas: “Jadi sekarang, hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu. Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api.” (Yak. 5:1-3). Mari kita menjadi dermawan, jangan seperti dramawan yang ahli bersandiwara; sepertinya murah hati, padahal pelitnya setengah mati, bahkan sampai mati! 27 Lilin-Lilin Kecil 10 HADIAH YANG SANGAT MENARIK “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Flp. 3:13-14). S ebagian besar promosi barang disertai dengan hadiah, mulai dari gelas cantik, mangkuk, sepeda motor, mobil mewah, tiket perjalanan ibadah, dan lain-lain. Makin besar hadiah yang ditawarkan maka semakin menarik minat banyak orang. Siapa tahu sambil menabung di sebuah bank, seseorang akan memperoleh sebuah mobil produksi Eropa dan tentu saja bunga bank yang menawan. Hadiah sungguh menyedot hati banyak insan di muka bumi ini. Suatu saat Paulus mendapat tawaran hadiah yang sangat menarik dan bernilai. Itu terjadi waktu ia hampir sampai ke Damsyik. Paulus menceritakan pengalamannya: “Ananias datang berdiri di dekatku dan berkata, “Saulus, saudaraku, bukalah matamu 28 Lilin-Lilin Kecil dan melihatlah!” Dan seketika itu juga aku melihat kembali dan menatap dia. Lalu katanya: “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kau lihat dan yang kau dengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!”” (Kis. 22:13-16). Paulus ragu-ragu saat ditawari hadiah yang begitu berharga oleh Tuhan. Ia berpikir, apakah benar panggilan sorgawi itu dapat diperoleh dengan cuma-cuma, tanpa bayaran apa pun? Walaupun ia telah melihat cahaya yang demikian cemerlang dan mendengar suara Yesus, namun ternyata ia masih juga diliputi keraguan. Kebimbangan masih menyelimuti hatinya saat ia berhadapan muka dengan Ananias, seorang murid Tuhan. Zaman sekarang banyak penipuan yang berkedok pemberian hadiah. Di dalam surat pemberitahuan untuk pemenang dikatakan: “Selamat! Anda mendapatkan hadiah sebuah mobil Kijang! Anda adalah seorang pribadi yang sangat beruntung. Kami akan bantu mengurus balik nama kendaraan itu atas nama Anda. Untuk itu kirimkanlah uang sejumlah X rupiah dan kirimkan ke rekening nomor Y secepatnya. Batas pengambilan hadiah ini tinggal 3 hari lagi, setelah itu hadiah ini tidak berlaku lagi. Kirimkan uang itu secepatnya.” Saat uang dikirim ternyata mobil Kijangnya tidak pernah muncul. Kijangnya 29 Lilin-Lilin Kecil kabur. Keragu-raguan adalah hal yang wajar. Ketika kita ragu-ragu, kita sesungguhnya meningkatkan kewaspadaan dan bertindak lebih hati-hati. Namun, bila kita merenungkan bahwa pemberi janji itu adalah Bapa kita sendiri, tidak seharusnya manusia tetap dalam kebimbangan. Tuhan yang di Surga adalah Bapa dari semua manusia, dan Ia-lah yang telah menjanjikan hadiah itu kepada Paulus. Tidak saja untuk Paulus, Bapa Surgawi juga menjanjikan panggilan surgawi itu untuk semua manusia. Hadiah yang terbaik telah ditawarkan kepada kita semua. Setiap tahun banyak umat Kristen yang merayakan kematian Yesus di kayu salib yang lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Saat Ia mati, tirai Bait Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Dengan kematian-Nya maka jalan ke sorga telah terbuka bagi semua orang. Hadiah ini terus Ia tawarkan kepada semua orang semata-mata karena kasih-Nya. Paulus mengatakan: “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1Tim. 2:3-4). Karena kasih karunia Bapa Sorgawi, maka waktu promosi hadiah ini diperpanjang sampai batas waktu yang belum ditentukan. Rasul Petrus memahami hal ini: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2Ptr. 3:9). Tanpa perlu menjadi nasabah atau membeli 30 Lilin-Lilin Kecil produk apapun, kita akan mendapat hadiah, tanpa diundi lagi. Kalau ada bank dan pengusaha yang berbuat demikian, tentulah usahanya akan segera bangkrut. Tapi kita semua tidak perlu khawatir, karena Bapa surgawi maha kaya, dan hadiah itu sungguh nyata. Bila tidak percaya, lihat saja nanti di Surga. 31 Lilin-Lilin Kecil 11 KOMUNIKASI “Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, ‘Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?’ (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria)” (Yoh. 4:9) S aat murid-murid pergi ke kota untuk membeli makanan, Yesus duduk di pinggir sebuah sumur yang ternyata adalah sumur yang dahulu digali oleh Yakub. Hari pada saat itu kira-kira pukul dua belas siang, dan Yesus sangat letih karena perjalanan yang ditempuh-Nya. Kemudian datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Yesus berkata kepadanya, ”Berilah Aku minum”. Yesus memulai suatu komunikasi dengan perempuan Samaria itu, sungguh merupakan komunikasi lintas budaya (Yoh. 4:6-8). Banyak pihak berpendapat bahwa orang-orang Yahudi merasa martabatnya lebih tinggi, dan karena itu mereka tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Penulis Kisah Para Rasul mencatat perkataan Petrus: “Ia berkata kepada mereka: ”Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan 32 Lilin-Lilin Kecil kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir.”” (Kis. 10:28) Tuhan yang memberi petunjuk kepada Petrus untuk pergi ke rumah Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. Orang-orang dengan budaya yang berbeda dapat berkomunikasi dalam posisi yang sejajar. Alkitab mencatat: “Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ”Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.”” (Kis. 10:34-35). Ada lagi komunikasi lintas moral, dan itu terjadi di rumah Rahab. Firman Tuhan mencatat: “Yosua bin Nun dengan diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: ”Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan kota Yerikho.” Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ.” (Yos. 2:1). Kemudian, “Esok malamnya, sebelum kedua orang (pengintai) itu tidur, naiklah perempuan itu mendapatkan mereka di atas sotoh dan berkata kepada orang itu: ”Aku tahu, bahwa Tuhan telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu.” Lalu jawab kedua orang itu kepadanya, ”Nyawa kamilah jaminan bagi kamu, asal jangan kau kabarkan perkara kami ini; apabila Tuhan nanti memberikan negeri ini kepada kami, maka kami akan menunjukkan terima kasih dan setia kami kepadamu.”” (Yos. 2:8, 9, 14) Dari komunikasi di atas dapat diketahui bahwa 33 Lilin-Lilin Kecil orang-orang yang secara moral sering disebut “sampah masyarakat” ternyata merindukan keselamatan. Mereka juga membuka telinga untuk mendengar tentang karya Allah di berbagai tempat dan mereka juga percaya kepada-Nya. Yesus menyatakan bahwa bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. ”Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat. 9:1213). Memanggil orang berdosa hanya dapat dilakukan dengan membuka saluran komunikasi dengan mereka. Beberapa waktu yang lalu ”Generation Gap” menjadi suatu istilah yang cukup akrab di telinga kita. Sepertinya ada masalah besar berkenaan dengan minimnya atau ketidakserasian hubungan antar generasi. Sungguh menarik melihat catatan Nabi Musa tentang dialog antara Abraham dengan Ishak, anaknya: “Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: ”Bapa.” Sahut Abraham: ”Ya, anakku.” Bertanyalah ia: ”Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: ”Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.” (Kej. 22:7-8) Melihat catatan di atas, semestinya jurang antar generasi itu dapat ditimbun oleh kedua belah pihak, baik orangtua maupun orang muda melalui komunikasi yang diliputi cinta kasih, bukan kecurigaan atau saling meremehkan. Zaman sekarang, dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, semestinya komunikasi lintas generasi lebih mudah 34 Lilin-Lilin Kecil dilakukan. Mari kita menggunakan berbagai jenis komunikasi yang ada untuk menyampaikan kasih Tuhan kepada berbagai jenis orang, entah dia perempuan sundal, orang pinggiran, orang tua yang keras kepala, atau anak yang bandel. Katakan kepada mereka bahwa Tuhan masih mengasihi dan masih membuka pintu bagi mereka. Ayo, jangan diam saja! 35 Lilin-Lilin Kecil 12 DINAMIKA MENDIRIKAN RUMAH “Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan.” (Ams. 24:3) T iap tahun pengembang di berbagai tempat membangun rumah dengan berbagai ukuran, entah besar atau kecil, sederhana atau mewah, tengah kota atau pinggir kota. Ada juga yang menjual kapling siap bangun, dan si pembeli dapat mendirikan rumah menurut keinginannya sendiri, apakah gaya minimalis, mediterania, rumah panggung, dan lainlain. Pembangunan sebuah rumah tentu disesuaikan juga dengan ”ketebalan kantong” seseorang, seperti dicatat oleh Lukas: ”Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalaukalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?” (Luk. 14:28). Ada yang mendambakan rumah besar bertingkat nan mewah. Namun apa daya bila dana yang tersedia tidak seberapa? Mendirikan rumah, yang kelak menjadi investasi jangka panjang, seyogyanya tidak mengganggu keuangan perusahaan. Dana pembangunan rumah adalah keuntungan dari usaha 36 Lilin-Lilin Kecil kita, apakah dari toko atau pabrik, dan bukan usaha kita untuk membangun citra pribadi di masyarakat. Jangan terkecoh dengan politik pencitraan, dirikanlah rumah dengan hikmat! Rumah yang telah selesai didirikan tentu sangat sayang bila dibiarkan kosong. Untuk itu dibutuhkan seorang teman hidup yang akan bersama-sama menjadi penghuni. Rumah tangga mulai dibangun dari rumah tingkat berlantai dua. Namun, pencarian teman hidup yang hanya satu orang saja kadangkala membutuhkan waktu yang lebih lama dari membangun suatu rumah bertingkat. Konon ada pasangan yang setelah berpacaran selama tujuh tahun baru merasa yakin untuk maju ke perkawinan, ada juga yang setelah pacaran tujuh kali baru maju ke pelaminan. Kini, suatu rumah tangga mulai berdiri. Sama seperti rumah, entah itu bertingkat atau tidak, mewah atau sederhana, yang membutuhkan perawatan, demikian juga rumah tangga atau keluarga memerlukan pemeliharaan agar tetap tegak berdiri. Beberapa kepandaian berikut ini biasanya perlu dimiliki oleh mereka yang telah berumah tangga. Pertama, pandai mengatur uang. Orang mengatakan bahwa zaman sekarang semakin tidak gampang mencari uang. Gaji tidak naik-naik, yang naik harga kebutuhan pokok. Dulu makan sepiring berdua, sekarang sekali makan butuh lima piring – suami istri plus tiga anak. Uang dengan gampang keluar. Untuk itu kita selalu ingat doa yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya: ”Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11). Aturlah uang kita, jangan sampai uang 37 Lilin-Lilin Kecil yang mengatur kita. Kedua, pandai mengatur emosi. Manusia hidup membutuhkan emosi. Orang yang dewasa relatif mampu mengontrol emosinya. Penulis Amsal mencatat: ”Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah daripada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.” (Ams. 21:9) Pertengkaran suami istri acapkali dibarengi dengan emosi yang meledakledak. Pemilihan kata menjadi sembrono, makin kasar semakin diminati; makin keras semakin mantap, dan tampilan wajah menjadi tidak sedap dipandang. Suami yang ganteng saat bertengkar kelihatan seperti orang yang sedang menjalani hukuman gantung, istri yang biasanya manis nampak seperti ibu tiri yang sadis. Kendalikan emosi, oke! Ketiga, pandai mengatur waktu. Penulis kitab Pengkhotbah menyatakan bahwa: ”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk mencari (uang), ada waktu untuk memeluk (anak-istri), ada waktu untuk berdiam diri (di rumah ibadah).” (Pkh. 3:1, 5-7) Manajemen waktu yang baik akan dapat menciptakan harmoni antara usaha, pekerjaan, keluarga dan ibadah. Keluarga akan senang dan Tuhan pun berkenan. Hikmat dibutuhkan saat mendirikan rumah, kepandaian diperlukan untuk menegakkannya. 38 Lilin-Lilin Kecil 13 MEREKA TINGGAL DI YERIKHO C atatan Alkitab mengenai Yerikho dimulai ketika Yosua mengutus dua orang pengintai ke kota tersebut. Mereka tiba di rumah seorang perempuan sundal yang bernama Rahab (Yos. 2:1). Rahab tidak hanya peduli terhadap “tamu-tamu” yang datang ke tempatnya, tetapi ia juga menaruh perhatian terhadap Yahweh, Allah yang disembah oleh Abraham. Rahab berkata kepada dua pengintai itu: “Sebab kami mendengar, bahwa Tuhan telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang Sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.” (Yos. 2:10-11) Kedatangan pengintai ke Yerikho dan kemudian tinggal di rumah Rahab telah mengubah kehidupan Rahab, si perempuan sundal itu. Rahab membutuhkan suatu kehidupan yang baru dan untuk itu ia harus meninggalkan profesinya yang lama. Ia mendapatkannya setelah tembok Yerikho roboh. 39 Lilin-Lilin Kecil Alkitab mencatat, “Lalu masuklah kedua pengintai muda itu dan membawa keluar Rahab dan ayahnya, ibunya, saudara-saudaranya dan semua orang yang bersama-sama dengan dia, bahkan seluruh kaumnya dibawa mereka ke luar, lalu mereka menunjukkan kepadanya tempat tinggal di luar perkemahan orang Israel.” (Yos. 6:23) Tidak sedikit orang yang membutuhkan perubahan dalam hidupnya seperti Rahab. Paulus berkata, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, sipaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (Ef. 4:28) Orang yang memeras, pencoleng, copet, koruptor, manipulator, atau tukang tipu, mereka semua adalah orang-orang yang harus meninggalkan kehidupan yang lama dan memulai hidup baru di bawah tuntunan Tuhan yang Maha Kuasa. Bartimeus, seorang buta, juga tinggal di Yerikho. Markus mencatat, “Lalu tibalah Yesus dan muridmurid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.” (Mrk. 10:46) Yesus kemudian mencelikkan mata Bartimeus, sehingga ia yang semula buta kemudian dapat melihat (Mrk. 10:52). Serupa dengan Bartimeus, cukup banyak orangorang yang “buta” yaitu tidak dapat membedakan arah yang benar dan yang salah. Cukup banyak manusia 40 Lilin-Lilin Kecil yang “buta”, seperti dikatakan oleh Paulus, yaitu “orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini.” (2Kor. 4:4) Mereka terus melangkah di jalan lebar yang menuju kepada kebinasaan dan banyak orang yang masuk melaluinya. Tetapi jalan sempit yang menuju kepada kehidupan hanya dipilih oleh sedikit orang yang dapat melihat (Mat. 7:13-14). Allah mengasihi orang-orang yang “buta” supaya semua orang dapat melangkah di jalan yang benar dan kelak menikmati kehidupan yang kekal. Musa berkata bahwa “Masa hidup manusia di bumi ini tujuh puluh tahun, dan jika dia kuat, delapan puluh tahun dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan” (Mzm. 90:10). Orang “buta” memilih hidup “bahagia” untuk jangka waktu delapan puluh tahun, sedangkan orang yang “celik” memilih hidup bahagia selamalamanya. Zakheus, kepala pemungut cukai juga tinggal di Yerikho. Di Yerikho memang tinggal berbagai jenis manusia. Zekheus seorang yang kaya (Luk. 19:2). Seorang dengan jabatan yang tinggi dan kekayaan yang berlimpah, namun tidak memiliki damai sejahtera di dalam dirinya. Saat mendengar Yesus masuk kota Yerikho, ia berusaha untuk melihat orang seperti apakah Yesus itu (Luk. 19:3). Yesus, yang orang asing itu, berkata kepadanya, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk. 19:5) 41 Lilin-Lilin Kecil 14 KURANG AJAR “Maka engkau, hai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu, supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu; dan orang yang belum mengetahuinya haruslah kau ajar.” (Ezr. 7:25). C ermatilah firman Tuhan di atas. Kita bisa mendapatkan beberapa hal menarik untuk disimak. Pertama, “hikmat Allah(mu) yang menjadi pegangan(mu)”. Mengangkat atau memilih pemimpin atau hakim tentulah suatu hal yang serius. Hal ini menyangkut perkara besar yang dapat mempengaruhi kehidupan suatu bangsa atau komunitas. Negara kita beberapa tahun lalu memilih presiden secara langsung untuk pertama kalinya. Kini, mungkin ada yang mensyukuri pilihannya, “Untunglah saya tidak salah pilih.” Tetapi mungkin ada pula yang bersungut-sungut, “Walah, kenapa aku kok memilih orang itu?” “Katanya sih Bersama Kita Bisa, eh nyatanya Bisanya Bikin Hidup Lebih Susah.” Seperti kata lagu lama, “BBM naik, susu tak terbeli.” Untuk setiap pilihan tentu ada resiko yang harus 42 Lilin-Lilin Kecil kita hadapi dengan lapang dada. Ezra diingatkan agar jangan memakai nalar manusia ketika mengangkat pemimpin dan hakim, tetapi dengan menggunakan hikmat Tuhan. Hal itulah yang menjadi pegangannya. Musa mencatat pegangan untuk memilih hakimhakim menurut hikmat Allah: “Di samping itu kau carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang” (Kel. 18:21). Hal kedua adalah “supaya mereka menghakimi seluruh rakyat”. Dikatakan bahwa semua orang memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Ini bukan hanya sebuah slogan kosong. Raja Asa pernah memecat Maakha, neneknya, dari pangkat ibu suri karena neneknya membuat patung Asyera yang keji (1Rat. 15:13). Bagi raja Asa, hikmat Tuhan menjadi pegangan yang kokoh dalam perkara menghakimi rakyat, tanpa pandang bulu. Kalau ada keinginan kuat, pastilah ”bersama kita bisa” menghakimi orang-orang yang harus dihakimi di bumi pertiwi ini. Cobalah mulai dengan di gereja kita, apakah ada orang-orang yang seharusnya menerima pendisiplinan (ya, tentunya tanpa pandang bulu – ref. 1Ptr. 4:17). Hal ketiga adalah “dan orang yang belum mengetahuinya haruslah kau ajar”. Pernahkah Anda mendengar seorang ayah yang sedang marah? Seringkali perkataan yang muncul adalah, “Dasar 43 Lilin-Lilin Kecil anak kurang ajar, bla bla bla....” Sesungguhnya anak memang masih perlu diajar karena masih banyak hal yang belum diketahuinya. Ezra diingatkan untuk mengajar orang-orang yang memang belum mengetahuinya. Paulus mengingatkan para bapa, saat ia mengirim surat kepada jemaat di Efesus: “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.” (Ef. 6:4). Bila ada anak yang kurang ajar, tentu disebabkan oleh para bapa yang memang sejatinya kurang memiliki kemauan untuk mengajar anak-anaknya. Tugas mengajar anak diserahkan kepada kaum ibu. Hal ini tentu saja ini menyimpang dari hikmat Tuhan – ingat, apa yang menjadi pegangan kita bersama sebagai umat Tuhan. Tentu ada juga anak-anak yang telah diajar sedemikian rupa, namun perilakunya tetap melenceng atau “kurang ajar”. Namun kita sebagai kaum bapa perlu melakukan introspeksi, apakah kita telah berupaya mengajar anak-anak “sedemikian rupa”? Atau “ya begitulah adanya”? 44 Lilin-Lilin Kecil 15 SEBEBAS PREMAN S atu pemandangan yang menarik: para preman berhimpun di surga menikmati kebahagiaan sejati. Mereka yang berasal dari segala bangsa, kaum, suku dan bahasa sedang bersukacita bersamasama dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Semua preman di sana berwajah ramah, berbicara lemah lembut, penuh dengan cinta kasih. Sesungguhnyalah surga adalah tempat yang memang telah Tuhan sediakan bagi para preman. Adakah Anda pun seorang preman? Seorang yang telah terlepas dari ikatan kuasa kegelapan? Seorang yang telah dimerdekakan oleh darah Tuhan Yesus, seperti yang Paulus katakan kepada jemaat di Galatia, “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Gal. 5:1). Janganlah malu menjadi preman; kita semestinya bangga dan berbahagia dengan sebutan ini. Sesungguhnya preman berasal dari kata Belanda vrijman atau dalam bahasa Inggris freeman. Preman sejati adalah orang-orang yang tidak terikat oleh belenggu dosa dan tali kejahatan. Penulis Amsal mengatakan: “Orang fasik tertangkap dalam 45 Lilin-Lilin Kecil kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.” (Ams. 5:22). Dosa dengan segala daya tariknya telah membuat banyak orang bermain-main dengannya. Banyak orang berpendapat bahwa dosa itu mudah untuk dilepaskan dan ditanggalkan, layaknya seperti membuka kemeja. Kenyataan ternyata berbeda dengan yang kita angan-angankan. Dosa itu melekat sangat kuat dan mengikat hati kita demikian erat. Semakin lama berkanjang dalam dosa, semakin sulit untuk meninggalkannya. Daud dalam salah satu Mazmur menyatakan: “Tali-tali maut telah melilit aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku.” (Mzm. 18:5). Maksud hati hanya ingin mempermainkan dosa, ternyata pada akhirnya banyak manusia dipermainkan oleh dosa dan dikuasai oleh kejahatan. Yesus Kristus mampu dan bahkan telah memerdekakan kita dari belenggu dosa. Paulus mengatakan kepada jemaat di Roma: “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Rm. 6:18; 8:2). Merdeka di dalam Kristus adalah bebas dari belenggu dosa dan tunduk kepada hukum Tuhan. Merdeka di dalam Iblis berarti bebas dari aturan-aturan Ilahi dan dikuasai oleh dosa, menjadi hamba dosa. Kemerdekaan yang telah kita miliki tentu saja jangan sampai disalahgunakan. Rasul Petrus mengingatkan: “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan- 46 Lilin-Lilin Kecil kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.” (1Ptr. 2:16). Paulus pun mengutarakan hal serupa kepada jemaat di Galatia: “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Gal. 5:13). Preman sejati sering berkumpul di rumah Tuhan karena memang itulah salah satu tempat yang disukainya. Preman yang lain lebih menyukai pojok jalan yang gelap. Preman yang satu benar-benar bebas dari dosa; preman yang satunya lagi benar-benar bebas dari norma-norma agama alias semau gue. Preman sejati suka berdoa dan enggan berdosa; yang lainnya menyukai dosa dan enggan berdoa. Preman yang satu berkalungkan kasih dan kesetiaan (Ams. 3:3), sedangkan preman yang lainnya berkalungkan pentagram dan tengkorak dari besi. Jadi preman? Siapa takut! 47 Lilin-Lilin Kecil 16 IMAN YANG MENULAR “Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, “Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.” (Yoh. 4:53) K ana adalah sebuah kota di sebelah barat daya Danau Galilea, sekitar dua puluh kilometer dari Kapernaum. Di kota itu, seorang anak sedang sakit dan hampir mati. Sang ayah sangat mengkhawatirkan keselamatan anaknya itu dan ia datang kepada Yesus memohon pertolongan bagi anaknya. Sebelumnya, di kota Kana, Yesus telah mengubah air tawar menjadi air anggur, dan peristiwa itu tentu saja menggemparkan banyak orang (Yoh. 2:1-10). Yesus berkata kepada ayah dari anak yang sedang sakit itu, yang ternyata adalah seorang pegawai istana: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (Yoh. 4:48). Iman dari pegawai istana tersebut dapat dikatakan bermula dari mendengar mujizat yang dibuat Yesus yaitu mengubah air tawar menjadi air anggur. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Jadi, iman timbul dari pendengaran.” (Rom. 10:17). Iman jenis ini merupakan iman tahap awal, iman 48 Lilin-Lilin Kecil permulaan. Semakin hebat dan besar mujizat yang terjadi maka semakin kuat iman orang-orang yang melihatnya atau mengalaminya. Yesus menyinggung tentang hal ini saat berkata kepada Tomas, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh. 20:29). Iman pegawai istana itu kemudian bergerak ke tahap yang lebih jauh, seperti dikatakannya, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” (Yoh. 4:49). Awalnya, ia percaya bahwa Yesus adalah seorang biasa yang mempunyai kekuatan supranatural, seperti Elia, Elisa dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan ada juga orang-orang berilmu di negeri Mesir yang memiliki kemampuan adikodrati (Kel. 8:7). Kemudian ia mengimani Yesus sebagai Tuhan yang sanggup mengatasi penyakit anaknya. Banyak orang menyatakan bahwa Yesus adalah orang baik, karena memang Ia senantiasa berbuat baik dan tidak pernah berbuat salah (Yoh. 8:46; 18:23). Orang-orang juga mengakui bahwa Yesus adalah seorang nabi, seperti yang dikatakan oleh orang banyak saat Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai, “Inilah Nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.” (Mat. 21:11). Dan Ia adalah juga Tuhan yang menjadi manusia seperti pengakuan Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku.” (Yoh. 20:28). Walaupun iman pegawai istana itu telah mengalami kemajuan, ternyata imannya itu masih belum benar-benar sehat. Pegawai istana tersebut percaya bahwa Yesus dapat menolong anaknya bila anaknya masih hidup, seperti dikatakannya, 49 Lilin-Lilin Kecil “Datanglah sebelum anakku mati.” (Yoh. 4:49). Tidak terpikir olehnya, bahwa Yesus sanggup untuk membangkitkan orang yang sudah mati sekalipun. Yesus pernah berkata kepada Marta berkenaan dengan Lazarus yang sudah mati empat hari, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yoh. 11:25). Adakalanya umat Tuhan pada masa kini memiliki kepercayaan seperti pegawai istana itu yaitu iman bahwa Yesus sungguh adalah Tuhan namun dengan kuasa yang terbatas. Sesungguhnya selalu ada harapan di dalam Yesus walaupun di mata manusia sudah tiada lagi harapan. Bagi Dia tiada yang mustahil (Luk. 1:37). Di tengah perjalanan pulang ke rumahnya, pegawai istana itu bertemu dengan hamba-hambanya yang mengabarkan bahwa anaknya hidup (Yoh. 4:51). Ia bertanya pukul berapa anaknya mulai sembuh, dan para hambanya menjawab, “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” (Yoh. 4:52). Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, “Anakmu hidup”. Saat kronologi kesembuhan anaknya diketahui oleh seisi keluarganya, maka mereka pun percaya kepada Yesus. Seperti juga mode yang dapat menular, apakah itu mode rambut, pakaian atau sepatu, iman pun dapat menular dan perlu untuk ditularkan kepada orang lain. Mode yang menular mungkin saja akan membuat kita mengeluarkan banyak uang, namun iman yang menular akan memberikan banyak berkat bagi setiap orang, keluarga, lingkungan, bahkan negara. Ketularan iman? Siapa takut! 50 Lilin-Lilin Kecil 17 BERTAHAN DALAM PENCOBAAN “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yak. 1:12) F irman Tuhan mengatakan bahwa apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata bahwa pencobaan itu datangnya dari Allah. Sebab Dia tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Dia sendiri tidak mencobai siapapun (Yak. 1:13). Iblis-lah yang mencobai setiap umat Tuhan dengan berbagai cara. Elia ingin mati ketika mendengar ancaman Izebel. Ia berkata kepada Tuhan, “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku.” (1Raj. 19:4). Kebanyakan umat Tuhan mengeluh saat pencobaan menimpa dirinya. Yeremia mengatakan, “Mengapa orang hidup mengeluh?” (Rat. 3:39). Seorang ibu mengeluh ketika melihat pertumbuhan fisik anaknya lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak tetangganya. Setelah anaknya menginjak masa remaja keluhan si ibu berganti; kini ia berkeluh kesah melihat tingkah anak gadisnya yang tomboy. 51 Lilin-Lilin Kecil Keluhan nampaknya tidak pernah sirna dalam kehidupan ibu tersebut. Manakala si gadis bertambah dewasa ibu itu mengeluh mengenai jodoh anaknya. Setelah anaknya menikah ternyata keluhan masih juga melekat dalam dirinya. Kepada banyak orang si ibu itu mengeluhkan nasib anaknya yang seringkali dipukul oleh suaminya. Setingkat lebih maju daripada keluhan adalah bersungut-sungut. Umat Tuhan dipimpin oleh Musa melewati Laut Merah. Ini adalah suatu peristiwa yang luar biasa. Tiga hari setelah peristiwa ajaib itu, puji-pujian umat berganti dengan sungut-sungut karena mereka tidak mendapat air. Musa mencatat: “Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka, “Apakah yang akan kami minum?”” (Kel. 15:22-24). Waktu tujuh puluh dua jam telah mengubah puji-pujian menjadi sungut-sungut. Aneh tetapi nyata. Puncak dari semuanya adalah ketika seseorang yang telah mengalami pencobaan memutuskan untuk meninggalkan Tuhan. Hal itu terjadi kepada istri Ayub. Saat Ayub mengalami kesusahan yang amat sangat, ia sebenarnya memerlukan dukungan dari istrinya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Ia mendengar perkataan sang istri, “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (Ayb. 2:9). Sesungguhnya setiap orang dapat mengalami pencobaan. Tetapi, lebih dari itu, setiap umat Tuhan dapat mengatasi pencobaan. Paulus mengatakan hal 52 Lilin-Lilin Kecil itu kepada jemaat di Korintus, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1Kor. 10:13) Paulus mengatakan bahwa pencobaan yang telah, sedang atau akan kita alami adalah hal-hal biasa saja, tidak ada yang luar biasa. Namun nampaknya ada sebagian jemaat di Korintus beranggapan sebaliknya. Mungkin mereka berkata, “Kami mengalami hal-hal luar biasa yang sukar kami atasi dan nampaknya mustahil untuk kami atasi.” Manusia seringkali lupa bahwa Allah kita adalah Tuhan yang luar biasa bila dibandingkan dengan pencobaan-pencobaan yang kita alami itu. Manakah yang kita yakini, “Masalahku sungguh luar biasa besarnya” atau “Allahku sungguh luar biasa besarnya”. Kita senantiasa mengingat bahwa pencobaanpencobaan yang terjadi dalam hidup kita adalah halhal yang biasa, yang juga dialami oleh banyak orang lain di muka bumi ini. Janganlah pernah berkata bahwa, “Saya adalah orang yang paling malang, paling menderita, paling miskin, paling susah di dunia ini”. Kita juga selalu mengingat bahwa Tuhan yang Maha Kuasa memberikan jalan keluar bagi setiap masalah yang sedang kita alami. Terbelahnya Laut Merat adalah bukti nyata bahwa selalu ada jalan keluar yang Allah sediakan bagi setiap umat-Nya. Jadi, bertahanlah dalam setiap pencobaan dan tetap maju di dalam Tuhan. 53 Lilin-Lilin Kecil 18 KEBAHAGIAAN YANG BERBEDA K ata bahagia sering terdengar pada resepsi pernikahan, diucapkan oleh para tamu kepada kedua mempelai yang hatinya sedang berbunga-bunga. Sesungguhnya ribuan ucapan bahagia tidak menjamin pasangan pengantin itu kelak berbahagia dalam rumah tangganya. Apa sih yang membuat hidup seseorang itu bahagia? Mari kita perhatikan pandangan Yesus, Petrus, dan Paulus di bawah ini. Seorang perempuan berseru kepada Yesus dari antara orang banyak: ”Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Tetapi Yesus berkata: ”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya” (Luk. 11:27-28). Dari dua ayat di atas didapati dua konsep yang berbeda tentang bahagia. Seorang perempuan menyatakan bahwa akan timbul kebahagiaan bila memiliki anak yang baik seperti Yesus. Yesus menyatakan bahwa seseorang akan berbahagia bila ia melakukan firman yang Tuhan tetapkan. Seseorang yang melakukan firman Tuhan kelak masuk sorga, tempat yang sangat bahagia. 54 Lilin-Lilin Kecil Orangtua, entah ayah atau ibu yang memiliki anak kandung yang kelak masuk sorga belum tentu bahagia, bila mereka tidak menjadi pelaku dari firman Tuhan. Saat sekarang tidak sedikit orangtua yang menikmati kebahagiaan melalui karya atau prestasi anak-anaknya; anak saya juara kelas, putra saya juara bulutangkis, putri saya juara balet, anak kami juara festival lagu pop. Bila ada tetangga yang memuji kehebatan si anak, maka orangtuanya berkata: ”Siapa dulu dong papanya”, “Siapa dulu dong ibunya”. Tetangga itu setelah terdiam sejenak berkata kepada si ayah atau ibu itu, ”Sejak kecil saya kan sekelas denganmu, seingat saya kamu setiap tahun hampir tidak naik kelas, berbeda jauh dengan anakmu itu.” Di atas gunung yang tinggi Petrus melihat satu penglihatan yang luar biasa. Ia melihat Yesus berubah rupa; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Ia juga melihat Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, ”Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Mat. 17:1-4). Petrus merasakan kebahagiaan saat ini bersama dengan Yesus dan nabi-nabi Allah yang setia. Bahkan Allah mengangkat Elia ke tempat kebahagiaan dan dengan demikian Elia tidak mengalami kematian jasmani. Bagi Petrus, sungguh merupakan suatu kebahagiaan bila dapat bersekutu dengan orangorang yang menaruh rasa takut dan hormat kepada Allah Pencipta. 55 Lilin-Lilin Kecil Ada orang merasakan kebahagiaan bila pada malam Minggu bertemu dengan kekasihnya. Orang yang lain merasakan kebahagiaan saat bermain basket dengan teman-temannya. Adakah kita merasakan kebahagiaan seperti Petrus saat kita bersekutu dengan umat-Nya, yaitu persekutuan orang-orang yang menaruh hormat dan takut kepada Allah? Seperti dikatakan: ”...oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibr. 10:25). Paulus mendapat pengajaran firman Tuhan melalui Yesus Kristus dengan cara adikodrati. Satu dari begitu banyak ajaran Yesus yang ia ungkapkan kembali yaitu ”adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis. 20:35). Ajaran ini sangat mungkin bertolak belakang dengan pandangan manusia pada umumnya. Banyak orang mengharapkan menerima berkat, terutama berkat materi, menerima pertolongan, perhatian, pengampunan, menerima ini dan itu. Mereka dapat digolongkan sebagai orang-orang yang rohaninya masih kanak-kanak. Coba perhatikan perilaku seorang ibu kepada anak kandungnya: ia memberi perhatian, menyuapi makan, memandikan, memberi pengampunan atas kenakalan anaknya, memberi pertolongan, membelikan pakaian baru, sepatu baru, tas baru. Orang-orang yang rohaninya telah dewasa lebih suka memberi dari pada menerima, dan Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang yang berbahagia. Paulus kemudian mengikuti teladan Yesus, seperti yang dikatakannya, ”Karena itu aku suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan 56 Lilin-Lilin Kecil diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?” (2Kor. 12:15) Anda ingin bahagia atau “bahagia”? 57 Lilin-Lilin Kecil 19 ITIK BERENANG P ernahkah membayangkan serombongan itik sedang berenang? Dengan riangnya mereka bergerak kian kemari, mungkin di sungai, di danau, atau di rawa-rawa. Waktu mereka berenang yang nampak hanyalah kepalanya, tubuhnya masuk ke air, tidak kelihatan. Suatu waktu Yesus menyuruh Simon Petrus untuk bertolak ke tempat yang dalam menebarkan jalanya di sana untuk menangkap ikan. Simon yang semula nampaknya ragu-ragu akhirnya menuruti perintah itu. Ternyata ia menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jalanya mulai koyak. Simon memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Kemudian dua perahu itu diisi dengan ikan hingga hampir tenggelam (Luk. 5:4-7). Kita yakin yang masih kelihatan dari kedua perahu tersebut adalah bagian haluan dan buritannya saja, sedangkan badan perahu sangat mungkin telah diliputi air Danau Galilea. Perahu yang sarat dengan muatan bisa saja karam saking beratnya barang yang dibebankan ke atasnya. Setiap perahu mempunyai daya muat yang berbeda seturut dengan kapasitas masing-masing. Perahu besar mempunyai daya muat yang besar; 58 Lilin-Lilin Kecil sebaliknya perahu kecil tentu daya muatnya pun kecil. Pemilik akan dengan bijaksana mengisi perahunya secara maksimal namun tidak sampai tenggelam. Murid Sekolah Dasar tentu mengenal sebuah ungkapan, yang kadangkala ditempelkan di dinding kelas: Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Para guru senantiasa mengingatkan murid-murid supaya rajin belajar. Untuk itu seringkali para siswa diberi PR (Pekerjaan Rumah) dengan tujuan agar muridmurid itu (mau tidak mau) belajar (membuka buku pelajaran). Ada juga guru yang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu memberikan ulangan, hal ini diterapkan agar siswa tiap hari belajar; bila tidak tentu saja nilai ulangannya akan hancur kebakaran. Penulis kitab Pengkhotbah mengatakan: “Lagi pula anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan” (Pkh.12:12). Ini tentu menjadi satu peringatan bagi orang yang hatinya sarat dengan keinginan untuk belajar, untuk menambah pengetahuan. Tiap waktu luang digunakan untuk belajar banyak hal dari buku-buku yang dibacanya. Tentu saja orang seperti ini akan sarat dengan pengetahuan. Tentu saja banyak hal yang telah diketahui itu mesti dipraktekkan dalam hidup bermasyarakat, dan ini membutuhkan energi yang tidak sedikit. Bila tubuh sudah sangat lelah karena terus-menerus belajar dari buku-buku yang dibaca tersebut, janganjangan tidak ada lagi tenaga yang tersisa untuk melakukan segala hal yang telah diketahui itu. Petrus mengingatkan bahwa pengetahuan mesti ditambah dengan penguasaan diri, kelak ditambah dengan 59 Lilin-Lilin Kecil kasih kepada semua orang (2Ptr. 1:5-7). Wejangan guru yang juga senantiasa didengungkan adalah hemat pangkal kaya. Tentu saja selalu ada murid yang melaksanakan perilaku hidup hemat dengan tujuan satu waktu bisa menjadi orang kaya. Murid yang hemat ini setelah dewasa sangat mungkin menjadi kaya, dan kebetulan dia pun umat Tuhan Yesus. Bila ia meneruskan pola hidup hematnya untuk beberapa tahun kedepan, mungkin saja ia mulai sarat dengan harta kekayaannya. Pada titik ini muncul pernyataan penting bagi para orang kaya: untuk apa harta kekayaan yng melimpah ini? Yohanes mengingatkan jemaat di Laodikia: ”Karena Engkau berkata: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa”” (Why. 3:17). Orang yang kaya sangat mungkin tidak memiliki kekurangan apa-apa. Dengan kekayaannya ia merasa dapat membeli apapun yang ia inginkan. Seorang yang kaya mungkin mengira dengan hartanya ia dapat membeli kesehatan, tidur nyenyak, kerukunan keluarga, hati yang sejahtera, atau apapun yang ia dambakan. Paulus mengingatkan kepada anak rohaninya, Timotius: ”Peringatkan pada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan” (1Tim. 6:17). Orang-orang yang hidupnya dan hatinya sarat dengan harta kekayaan sangat mungkin tenggelam pada harta kekayaan dan binasa oleh kekayaannya itu. Itik yang sedang berenang mengetahui dengan jelas bahwa kepala tidak boleh sampai terliput air. 60 Lilin-Lilin Kecil Umat Tuhan jangan sampai tenggelam dan binasa oleh pengetahuan dan kekayaan. Sesungguhnya pengetahuan kita tidak lengkap (1Kor. 13:9) bila kita tidak menjadi kaya di hadapan Tuhan (Luk. 12:21). 61 Lilin-Lilin Kecil 20 BERANI GITU LHO “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2Tim. 1:6-7) H ari-hari menjelang akhir tahun 2005 sangat berbeda dengan masa yang lalu. Baru saja muncul berita bahwa inflasi dari Januari sampai Oktober mencapai angka di atas 15%. Banyak pihak terkejut; ada yang kalut dan tidak sedikit yang menjadi takut. Bayangan krisis ekonomi pada tahun 1997 yang lalu langsung membayang. Dolar AS mungkin bisa kembali ke angka lima belas ribu rupiah. Sudah terbayang hidup menjadi semakin susah dan merisaukan. Umat Allah di berbagai tempat mulai membayangkan ancaman PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan mulai memikirkan usaha apa yang dapat dilakukan untuk tetap memperoleh penghasilan. Keluarga lain lewat diskusi yang cukup hangat telah mengambil ancang-ancang untuk mengurangi ”jatah” makan yang biasanya tiga kali menjadi dua kali sehari. 62 Lilin-Lilin Kecil Tetangga di sebelah kiri rumah menetapkan motto baru bagi keluarganya: dua cukup, tiga lumayan, boro-boro empat sehat lima sempurna. Maka sangat relevan untuk merenungkan surat Paulus yang terakhir yang dikirimkan kepada Timotius. Ia mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah memberikan roh ketakutan kepada umatNya. Dahulu, Nabi Elia tinggal di tepi Sungai Kerit dan Tuhan mengirim makanan kepadanya melalui burung-burung gagak. Setelah air sungai itu kering, Allah mengirim hamba-Nya itu kepada seorang janda miskin di Sarfat; dan dengan kekuatan-Nya Elia dapat melewati hari dengan berkat dari pada-Nya (1Raj. 17). Jemaat di Filipi mengetahui pengalaman hidup Rasul Paulus, yang dinyatakan dalam suratnya; ”Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku.” (Flp. 4:11-13). Yang Mahakuasa tidak hanya memberikan kekuatan kepada Paulus, namun juga kepada setiap orang yang mau bersandar kepada-Nya. Dia bukan memberikan roh ketakutan kepada manusia. Sebaliknya, Ia melimpahkan roh yang membangkitkan kekuatan, dulu, sekarang dan untuk sepanjang masa. 63 Lilin-Lilin Kecil Satu hal lagi yang patut diperhatikan adalah Tuhan juga memberikan kasih kepada umat-Nya. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus dengan sangat jelas menyatakan: ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” (Rm. 15:1). Orang yang kuat ekonominya dapat membantu atau menanggung mereka yang saat ini kehidupannya sedang lemah. Lebih dari seribu tahun sebelum Paulus, Nabi Musa telah mengatakan: ”Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebarlebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ul. 15:11). Umat yang kuat janganlah pongah, dan sebaliknya yang lemah tidak perlu resah karena mereka semua adalah ciptaan Allah. Marilah kita senantiasa mengingat bahwa Dia memberikan kekuatan agar setiap insan berani untuk terus berjuang. Dia juga melimpahkan kasih agar setiap umat dapat bertahan hidup. Jadi tidak perlu takut. Berani gitu lho! 64 Lilin-Lilin Kecil 21 KENDI TANPA AIR “Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: “Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia dan katakan kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku untuk makan Paskah bersama-sama dengan muridmurid-Ku?”” (Mrk. 14:13-14) T ugas Yesus kepada dua orang murid-Nya, Petrus dan Yohanes (Luk. 22:8) sebetulnya gampang-gampang susah: temui dan ikuti seorang yang membawa kendi berisi air sampai orang itu masuk ke dalam sebuah rumah. Rasanya tidak terlalu sulit menemukan seseorang yang membawa kendi. Namun, tidaklah mudah untuk mengetahui apakah kendi yang dibawanya itu berisi air atau kosong. Murid yang diutus untuk tugas tersebut ternyata adalah murid utama, Petrus dan Yohanes. Kendi, seperti juga kepala manusia, bisa berisi namun bisa juga kosong. Nehemia, dengan izin dari raja Artahsasta, pergi ke Yerusalem, kota dengan “tembok yang terbongkar dan pintu-pintu gerbang yang telah terbakar” (ref. Neh. 1:3). Tiga hari setelah tiba di Yerusalem, ia mulai dengan rencananya 65 Lilin-Lilin Kecil melakukan pengamatan yang seksama tentang kota itu, sekaligus dengan temboknya (Neh. 2:13-15). Kepala Nehemia berisi rencana untuk memulihkan tembok dan pintu gerbang kota kudus itu. Ada yang menyamakan kehidupan seseorang seperti air yang mengalir. Ada kecenderungan yang cukup kuat bahwa rencana menjadi suatu hal yang kurang dibutuhkan. Mereka seperti kendi tanpa air. Barangkali kendi tersebut sangat indah, tetapi hanya berfungsi sebagai pajangan di ruang tamu. Mungkin pada kepala kita terdapat sepasang mata yang indah, rambut bergelombang, atau hidung yang menawan. Tetapi kepala tanpa rencana menjadi seperti pajangan di atas tubuh kita. Penulis kitab Amsal berkata, “Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat”. Selain itu juga dikatakan, “Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak” (Ams. 20:18; 24:6). Bahkan Allah memiliki rencana, seperti dikatakan oleh Paulus: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom. 8:28) Matius pernah mencatat tentang sebuah rumah yang kosong: “Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun ingin mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatinya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan 66 Lilin-Lilin Kecil rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ” (Mat. 12:43-45). Paulus menyatakan bahwa tubuh kita ini adalah bait atau rumah Roh Kudus (1Kor. 6:19). Roh Kudus bertahta di dalam kehidupan kita, di dalam diri kita. Rumah yang kosong menyatakan bahwa kita tidak mengizinkan Ia menjadi raja di dalam kehidupan kita. Diri kitalah yang menjadi penguasa tunggal. Diri kita mendesak dengan segala cara untuk menguasai tahta tersebut. Seperti kendi yang kosong sukar diketahui, demikian juga rumah yang kosong tidak mudah dipastikan. Rumah yang kosong tinggal menunggu waktu ketika roh jahat masuk ke dalamnya. Si “Aku” dalam diri ini mungkin dengan sukarela mengundang Dia untuk menempati tempat tertinggi dalam hidup kita (Why. 3:20). Namun, bisa juga terjadi hal yang sebaliknya. Allah mengetahui bahwa kendi dibuat oleh manusia untuk diisi dengan air dan Ia telah merencanakan bahwa manusia diciptakan agar Allah dapat tinggal di dalamnya. Apakah kendi Anda berisi air atau sekadar pajangan di ruang tamu? 67 Lilin-Lilin Kecil 22 LIQUID ATAU RIGID? A ir itu gampang diatur, menurut kata para tetua di kampung. Ia bisa ditempatkan di botol, di bak penampungan, kolam, selokan, danau, sungai, laut, atau di mana saja. Kayu bukanlah benda cair (liquid). Karena itu, kayu perlu diatur sedemikian rupa supaya bisa “masuk” pada tempatnya. Kusen pintu dan jendela, ranjang, rak buku, meja, atau lemari, perlu pengukuran yang seksama supaya dapat diletakkan dengan tepat pada tempatnya. Hidup, entah itu di masyarakat, berumah tangga atau bergereja, memerlukan seni menggabungkan kedua hal di atas. Mana saja yang membutuhkan kelonggaran dan bagian mana yang perlu pengaturan yang “kaku”. Tentu saja ada perbedaan yang cukup mencolok antara satu daerah dengan daerah yang lain. Pemangku adat di Bali mungkin merasa kesulitan ketika pertama kali melihat turis-turis dari negara tertentu, khususnya kaum perempuan yang berjemur di pantai Kuta atau Sanur dengan busana minimalis, ini tentu berbeda dengan bangunan minimalis. Yakub pergi menyelamatkan diri ke Haran. Di sana, oleh pengaturan Tuhan, ia bertemu dengan Rahel. Kemudian selama satu bulan Yakub menjadi relawan di rumah Laban, pamannya. Sang paman 68 Lilin-Lilin Kecil merasa risi karena mempekerjakan Yakub tanpa memberi imbalan yang pantas. Laban berkata kepada Yakub: “Masak karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cumacuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu.” Yakub menjawab, “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.” (Kej. 29:15, 18) Tujuh tahun berlalu dan Yakub berkata kepada pamannya itu, “Berikanlah kepadaku bakal istriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku kawin dengan dia.” Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Tetapi pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu dibawanya kepada Yakub. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: “Apakah yang kau perbuat terhadap aku ini?” Jawab Laban, “Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu daripada kakaknya.”” (Kej. 29:21-23, 2526). Bagi Laban perkawinan pada kasus tertentu harus disesuaikan dengan wilayah tertentu dan situasi kondisi daerah tertentu. Hal itu membuatnya merasa berhak untuk menukar Rahel dengan Lea. Berbeda dengan Laban, bagi Yakub perkawinan itu sifatnya rigid, tidak ada ruang bagi penafsiran yang berbeda dengan yang Tuhan ajarkan. Orang Filistin, sekurang-kurangnya mertua Simson, memiliki penafsiran yang cair (liquid) tentang perkawinan. Satu saat Simson mengunjungi istrinya dengan membawa seekor anak kambing, serta berkata, 69 Lilin-Lilin Kecil “Aku mau ke kamar mendapatkan istriku.” Tetapi mertuanya, ayah perempuan itu tidak membiarkan Simson masuk. Katanya: “Aku telah menyangka bahwa engkau benci sama sekali kepadanya, sebab itu aku memberikannya kepada kawanmu. Bukankah adiknya lebih cantik daripadanya? Baiklah kau ambil itu bagimu sebagai gantinya.” (Hak. 15:1-2). Bagi Simson, perkawinan adalah atas pengaturan Tuhan. Manusia tidak berhak menceraikan yang telah dipersatukan Tuhan (Mat. 19:6). Mertua Simson, seorang Filistin, mempunyai pikiran yang berbeda. Ia berpikir seorang istri itu serupa dengan barang, sehingga sewaktu-waktu atau jika perlu dapat diganti atau ditukar. Masa kini, tidak berbeda dengan zaman Laban dan Simson. Ada saja insan manusia yang berpikiran bahwa perkawinan itu sebagai sesuatu yang cair, dapat diatur atau dimaknai sesukanya. Sesuatu yang rigid tidak semuanya buruk. Masa perkawinan pakai istilah cincay! (Red.: cincay berasal dari salah satu dialek bahasa Tionghoa yang artinya tidak perlu terlalu kaku atau ketat). 70 Lilin-Lilin Kecil 23 ROTI YANG SATU ITU “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1Kor. 10:17) L ebih dari dua ribu tahun yang lalu, Yesus telah mengorbankan diri-Nya mati di Golgota. Satu hari menjelang kematian-Nya, Ia mengadakan perjamuan malam terakhir di sebuah rumah. Waktu itu Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikanya kepada murid-murid-Nya, katanya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk. 22:19). Ada hal-hal menarik yang dapat kita renungkan dari peristiwa itu. Pertama, Paulus mengatakan, “Maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh.” Umat Tuhan yang ada di berbagai tempat dengan situasi yang berbeda-beda adalah satu tubuh. Entah kita ini berkulit kuning, berambut pirang atau keriting, bermata sipit atau bulat, bertubuh tinggi besar atau kecil mungil, adalah satu di dalam Kristus Yesus. Mungkin juga ada di antara kita yang kaya, yang belum kaya, yang tidak kaya-kaya, atau ada juga yang berpendidikan sangat 71 Lilin-Lilin Kecil tinggi, cukup tinggi, atau hanya pendidikan dasar. Tetapi kita tetap adalah satu tubuh. Kita dapat memperhatikan tubuh ini, dari atas ke bawah: ada kaki, tangan, jari-jemari, lutut, siku, tumit, semuanya berbeda. Dua tangan berbeda karena yang satu kanan yang lainnya kiri, demikian juga kaki. Jari-jemari berbeda ukurannya dan dengan demikian mendapat nama yang berlainan. Perbedaan tersebut menjadi rahmat bagi manusia dari zaman Adam sampai masa kini. Rasanya tidak pernah ada yang mengeluh dan bersungut-sungut karena bagianbagian tubuh yang berlainan itu. Umat Tuhan yang satu tubuh sepatutnya memiliki hubungan yang erat, saling mendukung, memperhatikan, menolong, dan mengasihi. Saat kaki tersandung batu maka tangan segera meraba dan bila dirasa sakit maka bagian kaki yang tersandung itu akan segera dipijat. Jika uluran tangan kita tidak dapat menjangkau benda yang ditaruh pada ketinggian tertentu, maka kaki akan berjinjit, kalau perlu meloncat agar benda tersebut dapat diambil. Penulis surat Ibrani mengatakan: “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibr. 10:24). Kedua, umat Tuhan, seperti dikatakan oleh Paulus: “Kita semua mendapat bagian.” Perjalanan umat Israel di padang gurun, selepas keluar dari Mesir berlangsung selama empat puluh tahun. Waktu itu Tuhan menurunkan manna bagi mereka, dan Ia memerintahkan: “Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, 72 Lilin-Lilin Kecil menurut jumlah jiwa.” (Kel. 16:16). Orang yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Seperti pada zaman Musa, maka sekarang pun Tuhan yang sama memberikan berkat bagi umat-Nya. Berkat yang dari atas itu mungkin saja kita peroleh dari pekerjaan, atau dari berdagang, dari bercocoktanam, atau beternak. Kita dapat memilih cara yang beraneka ragam sejauh itu adalah halal menurut-Nya. Ada orang yang menjual bahan kebutuhan pokok, yang lainnya menjual jasa (penjahit, pemangkas rambut, atau pengusaha bengkel mobil). Daud mengajak kita semua untuk mengenal Tuhan yang kita sembah: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.” (Mzm. 23:12). Terakhir, Paulus mengatakan: “Karena kita semua mendapat bagian dari roti yang satu itu”. Satu roti yang sama tentu saja memiliki rasa dan kualitas yang sama. Yesus adalah roti hidup yang telah “dinikmati” oleh begitu banyak orang dari berbagai tempat dan dari berbagai zaman. Banyak orang telah merasakan dan menikmati penyelamatan yang dilakukan Yesus di Golgota. Saat kita menikmati keselamatan di dalam Dia, maka akan muncul ucapan syukur dari mulut yang meluap dari hati kita . Kita akan merasakan suatu sukacita yang tak terkatakan waktu kita menerima keselamatan dari-Nya. Akan sangat janggal bila ada sebagian umat Tuhan penuh dengan ucapan syukur dan sebagian yang lain mengeluh dan bersungut- 73 Lilin-Lilin Kecil sungut. Aneh bila umat Tuhan yang di sini bersukacita dan yang di sana berdukacita. Kita selalu ingat bahwa roti yang kita nikmati itu sama, karena roti itu satu. 74 Lilin-Lilin Kecil 24 WAKTU YANG HILANG K ehilangan sesuatu sering menimbulkan kesedihan, bahkan dapat menimbulkan depresi. Abraham mengalami kesedihan saat kehilangan Sara, istrinya. Yakub mungkin mengalami depresi saat mengetahui Yusuf hilang dalam kehidupannya. Kisy menyuruh Saul untuk mencari keledai-keledai betinanya. Dalam banyak hal orang tidak ingin kehilangan apapun yang berharga baginya. Bagaimana dengan waktu? Tidak sedikit orang yang mengatakan berharganya waktu di dalam kehidupan ini. Bahkan ada sebagian wiraswastawan atau wiraswastawati yang merasa kekurangan waktu di dalam hidupnya. Bagi mereka alangkah baiknya bila satu hari lamanya 30 jam, satu minggu ini sepuluh hari. Para pengusaha itu merasa waktu yang dimilikinya sangat sedikit. Namun ada juga orangorang yang membuang-buang waktu. Kesebelasan yang sudah unggul membuang waktu menantikan bunyi peluit panjang ditiup oleh wasit. Lukas mengatakan suatu hal yang berkaitan dengan waktu: ”Sementara itu sudah banyak waktu yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah berbahaya untuk melanjutkan pelayaran” (Kis. 75 Lilin-Lilin Kecil 27:9). Bila kita kehilangan waktu atau bahkan ada di antara kita dengan sadar dan sengaja menghilangkan waktu tanpa merasa bersalah dan sedih, adakah hati ini merasa risau, cemas, sedih, bingung? Kita bandingkan dengan seseorang yang kehilangan mobil yang belum lama diparkir di sebuah pertokoan dan mobilnya itu tidak diasuransikan, kira-kira bagaimana perasaannya? Banyak orang tidak pernah mempermasalahkan waktu yang telah hilang, mungkin telah hilang setahun, lima tahun, sepuluh tahun dan dengan penuh kesadaran masih juga melakukannya setiap hari. Barangkali orang-orang di rumahnya pun tidak ambil peduli saat kepala keluarga kehilangan waktu setiap hari. Atau mungkin orang seisi rumah pun gemar membuang waktu setiap hari bersama-sama. Waktu untuk mezbah keluarga diganti dengan menonton sinetron bersama-sama, dan mereka semua nampaknya senang. Mungkin kalau ada satu anggota keluarga yang mengingatkan tentang mezbah keluarga bisa-bisa ia dibentak atau dimarahi, “Ini episode terakhir, lagi seru-serunya. Jangan berisik, kalau mau buat saja mezbah pribadi!”. Rame-rame kehilangan waktu, asyik! Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus: ”Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:15-16). Orang-orang arif akan berusaha memakai waktu yang dimilikinya dengan seksama, karena mereka mengetahui bahwa hari esok belum tentu 76 Lilin-Lilin Kecil dapat mereka jalani. Waktu yang ada, waktu yang kita “miliki” adalah hari ini. Hari kemarin telah berlalu, tidak dapat dinikmati kembali. Paulus masih menambahkan: ”Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Ef. 5:17). Tuhan memberikan kehidupan kepada kita agar dimanfaatkan, digunakan, diisi dengan berbagai karya untuk-Nya. Orang bodoh hanya tahu menghilangkan waktu, tanpa berpikir untuk apa Dia yang di atas sana memberikan waktu. Beribadah memerlukan waktu, berbakti kepada orang tua membutuhkan waktu. Mendidik anak-anak dengan ajaran dan nasihat Tuhan harus memakai waktu, mungkin perlu waktu yang relatif lama di dalam pendidikan anak-anak kita. Mengerjakan pekerjaan Tuhan juga perlu waktu, menulis buku(atau karya tulis ilmiah sangat membutuhkan waktu yang ada sebaik-baiknya. Tentu saja jangan menjadi orang bodoh, yang selalu tidak mengerti kehendak Tuhan yang di surga. 77 Lilin-Lilin Kecil 25 MULAI KOYAK D alam usia kira-kira tiga puluh tahun Yesus memulai pekerjaan-Nya (Luk. 3:23). Ia pergi ke Danau Galilea untuk mencari murid-murid pertama-Nya. Suatu kali, Ia berdiri di pantai Danau Galilea, sementara banyak orang mengerumuni-Nya hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai dan naik ke dalam salah satu dari perahu itu, yang ternyata adalah milik Simon (Petrus). Yesus duduk dan mulai mengajar orang banyak dari atas perahu (Luk. 5:1-3). Ada hal-hal yang Yesus ingin ajarkan kepada kita lewat kejadian tersebut. Yesus menyuruh Simon bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya di sana untuk menjala ikan (Luk. 5:4). Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak (Luk. 5:5-6). Yesus tidak saja mengajar banyak orang, namun Ia juga memberikan pengalaman kepada mereka yang mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus, yang adalah seorang tukang kayu, menyuruh Simon, seorang 78 Lilin-Lilin Kecil nelayan di Danau Galilea, untuk melakukan suatu hal yang sukar untuk dikerjakan. Simon telah semalammalaman pergi menjala ikan dan tidak mendapat apaapa. Ia seorang yang giat bekerja. Ia bukan pemalas. Ia bahkan dapat dikatakan sangat memahami selukbeluk Danau Galilea dan ia adalah seorang penjala ikan (Mat. 4:18). Pengalaman bersama Yesus sungguh membuat Simon sangat takjub. Ketika ia melihat jalanya mulai koyak, maka ia mengetahui bahwa ikan yang didapatkannya sungguh sangat banyak. Pengajaran sering dikatakan sebagai teori sementara pengalaman bersama-Nya merupakan realita kenyataan yang sangat dirasakan. Yesus berkata kepada muridmurid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.” (Yoh. 14:12). Mari kita perhatikan hal lain yang ingin diajarkan oleh Yesus kepada kita melalui peristiwa di atas. Saat melihat jalanya koyak, maka Simon menyadari bahwa ikan yang diperoleh sungguh sangat banyak sehingga tidak mungkin cukup untuk ditampung di dalam satu perahu saja. Ia kemudian memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Mereka datang, lalu bersamasama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam (Luk. 5:7). Dua perahu diisi dengan ikan tangkapan di tempat yang dalam itu dan perahu-perahu itu hampir tenggelam. Yesus ingin supaya Simon bekerjasama 79 Lilin-Lilin Kecil dengan teman-temannya. Ada banyak hal yang dapat dikerjakan sendiri, namun tidak sedikit perkara harus dikerjakan bersama-sama agar selesai dengan baik. Kalau ikan yang ditangkap oleh Simon sedikit saja jumlahnya, maka ia tidak perlu meminta bantuan kepada orang lain. Paulus dalam pelayanannya memiliki banyak teman sekerja: Apolos (1Kor. 3:5-9), Akwila & Priskila (Kis. 18:3), Urbanus (Rom. 16:9), dan masih banyak lagi. Setelah peristiwa yang luar biasa itu, Yesus berkata kepada Simon, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (Luk. 5:10). Bermula dari tindakan Yesus yang memakai perahu Simon untuk mengajar banyak orang, setelah melalui suatu proses yang luar biasa, Yesus ingin memakai diri Simon, bukan lagi hanya perahunya. Simon meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus untuk menjadi penjala manusia (Luk. 5:11). Rencana Tuhan memerlukan dana yang tidak sedikit, baik untuk kegiatan internal maupun eksternal. Ada banyak pelatihan di gereja yang tentu saja membutuhkan dana yang cukup besar. Kegiatan ke luar juga memerlukan anggaran yang relatif besar, untuk transportasi, akomodasi, dan sebagainya. Tentu saja banyak rencana Tuhan membutuhkan adanya orang-orang yang mau mengerjakannya. Gereja memerlukan pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala, pengajar-pengajar (Ef. 4:11). Satu kebahagiaan bila Yesus berkenan memakai kita. Bagi Simon, jala yang mulai koyak itu memberikan suatu pengalaman yang kemudian mengubah hidupnya. Bagi kita, peristiwa yang dialami 80 Lilin-Lilin Kecil Simon di atas juga dapat saja mengubah kehidupan kita. Mungkin dulu ketika kita diingatkan akan adanya rencana Tuhan, kita berkata, “Emangnya gua pikirin!” Namun sekarang kita dapat mengatakan, “Tuhan, ini aku. Pakailah aku!” (Yes. 6:8). 81 Lilin-Lilin Kecil 26 LAZARUS, MARILAH KELUAR “Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka, “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.”” (Yoh. 11:44). L azarus, saudara Maria dan Marta, telah mati selama empat hari. Yesus kemudian mendatangi kuburannya dan berseru dengan suara keras, “Lazarus, marilah keluar.” (Yoh. 11:43). Orang yang telah mati empat hari itu hidup kembali. Ia mendengar suara Yesus dan keluar dari kuburnya. Mungkin kita dapat membayangkan bagaimana cara Lazarus “berjalan” keluar. Firman Tuhan menyatakan bahwa “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Ef. 2:1). Kemudian, “kita diselamatkan karena rahmat-Nya, oleh permandian kelahiran kembali” (Tit. 3:5). Manusia yang telah menerima hidup baru, sama seperti Lazarus, dipanggil untuk meninggalkan “kuburan”nya. Umat Tuhan sepatutnya meninggalkan “dunia orang mati” dan menikmati “dunia yang baru”. Saat Lazarus beranjak keluar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kafan dan kain peluh. 82 Lilin-Lilin Kecil Dalam keterbatasannya, ia tetap menaati panggilan Yesus yang menyuruhnya keluar dari kuburan itu. Sesungguhnya manusia memiliki banyak keterbatasan dan hal tersebut kadangkala dipakai untuk menolak perintah Tuhan. Pada awal bulan, saat menerima gaji yang tidak seberapa, sang istri mengingatkan suaminya agar jangan lupa memberikan persembahan perpuluhan (Mal. 3:10; Mat. 23:23). Suaminya menolak saran si istri dan berkata, “Aduh Bu, tidak kasih perpuluhan saja hidup kita sudah susah, apalagi kalau ngasih. Apa kita mau hidup lebih susah lagi? Uang kita kan sedikit, sangat terbatas.” Sabtu malam seorang istri berkata kepada suaminya, “Besok jangan lupa kebaktian, sudah dua minggu kita tidak hadir.” Sang suami menjawab, “Ibu saja dengan anak-anak yang pergi, saya mau jualan. Ini kan sudah dekat Agustus-an, saya mau jual bendera di depan Mal Pontianak.” Bulan JuniJuli jualan seragam sekolah, Agustus jualan bendera, September-Oktober jualan pakaian untuk hari raya. Kalau begitu kapan ada waktu beribadah? Apa hanya para istri dan anak-anak saja yang bisa ke surga? Kok ke rumah Tuhan saja sampai tidak ada waktu? Setelah keluar, orang-orang membantu Lazarus untuk membuka kain kafan dan kain peluh yang “mengikat” dirinya. Simbol-simbol kematian dilepaskan dari tubuh Lazarus. Namun kadangkadang kita melihat kaum muda dan juga orangtua yang memakai kalung tengkorak di dadanya. Kesombongan menjadi simbol kematian yang sangat mencolok. Yakobus mencatat: “Allah menentang 83 Lilin-Lilin Kecil orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati.” (Yak. 4:6) Tentu ada juga orang sombong yang tidak menampakkan kecongkakannya. Tetapi Tuhan tentu saja melihatnya. Yesus mengatakan perumpamaan: “Ada dua orang pergi ke bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini:...” (Luk. 18:9-11). Dari luar, ia adalah orang yang “baik”, namun di dalam hatinya penuh dengan kesombongan. Bagian terakhir dari kata-kata Yesus berkenaan dengan kebangkitan Lazarus adalah “biarkan ia pergi”. Yesus memberikan kemerdekaan kepada Lazarus untuk pergi ke mana pun ia kehendaki. Hal ini juga berlaku untuk kita yang telah lahir baru. Ada dua jalan yang dapat ditempuh, “masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat. 7:13-14). Mari kita memilih, tapi hati-hati, jangan salah pilih. 84 Lilin-Lilin Kecil 27 GULUNGAN KITAB YANG TERBANG “Aku telah menyuruhnya keluar, demikianlah firman Tuhan semesta alam, supaya itu masuk ke dalam rumah pencuri dan ke dalam rumah orang yang bersumpah palsu demi nama-Ku, dan supaya itu bermalam di dalam rumah mereka dan memusnahkannya, baik kayunya maupun batu-batunya.” (Zak. 5:4) N abi Zakharia mendapat sebuah penglihatan. Ia melihat sebuah gulungan kitab yang terbang, panjangnya dua puluh hasta dan lebarnya sepuluh hasta. Para pencuri dan orang-orang yang bersumpah palsu masih bebas berkeliaran dan akan tiba saatnya Tuhan menghukum mereka. Pencurian dan penyampaian sumpah palsu itu tentunya berkaitan dengan pembangunan Bait Allah. Sungguh dosa yang sangat berat. Perhatikan bagaimana Tuhan menindak orang-orang berdosa itu. Manusia seringkali bertindak dengan atau karena dugaan. Namun Tuhan bertindak dengan data akurat, karena ”Mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.” (Ams. 15:3). Nama para pencuri dan orang yang bersumpah palsu tertera dengan jelas di dalam gulungan kitab itu. 85 Lilin-Lilin Kecil Mungkin mereka yang berdosa itu tidak menyadari bahwa nama-nama mereka tercantum di situ, karena kitab itu tergulung. Mereka menduga tidak ada orang yang mengetahui apa yang telah mereka lakukan. Dugaan tersebut mungkin benar. Cara mereka mencuri begitu lihainya sehingga tidak ada insan lain yang mengetahui selain dirinya sendiri. Mereka mengucapkan janji layaknya sumpah yang asli, padahal palsu. Istri dan anak-anak barangkali sangat bangga dengan suami atau ayahnya, karena tentunya tidak ada orang yang suka direndahkan oleh istri dan anak-anaknya. “Oh, ternyata suamiku itu pencuri.” “Weleh-weleh, bapakku ternyata koruptor.” Dari zaman Musa telah dikatakan dengan jelas bahwa, ”Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik Tuhan; itulah persembahan yang kudus bagi Tuhan.” (Im. 27:30). Tentu umat yang menaruh takut dan hormat kepada Tuhan akan mengembalikan sesuatu kepada pemilik-Nya, bukan mencuri atau menguasainya. Tapi pada zaman edan begini, segala yang mustahil dapat terjadi. Inilah ”mujizat” yang disponsori oleh Iblis dan terjadi bukan hanya sekali dua kali saja. Di banyak tempat seorang pejabat yang diangkat lazimnya didahului dengan pembacaan ”sumpah jabatan”. Rasanya belum pernah terdengar dari seorang pejabat pada saat dilantik bersumpah, ”Saya akan mengkorup harta siapapun juga dengan seksama dan dalam waktu sesingkat-singkatnya dengan nilai sebesar-besarnya untuk kemakmuran saya dan bukan 86 Lilin-Lilin Kecil untuk rakyat.” Pada judul di atas telah ditulis dengan huruf cukup besar bahwa gulungan kitab itu terbang, bukan diantar oleh tukang pos. Dengan cepat Tuhan dapat menghukum para pencuri dan koruptor, tentu dengan cara Tuhan yang unik. Bila di daratan Tiongkok sana mereka bisa dihukum mati, entah dengan digantung atau ditembak mati, tentu saja Tuhan juga mampu melakukan hal yang sama. Yakinlah, cara-Nya kadangkala tidak terpikir oleh nalar manusia. Satu hal yang pasti, hukuman-Nya bisa datang dengan cepat. Maka bagi para pencuri dan yang bersumpah palsu, segeralah bertobat, selagi belum terlambat. Hukuman dari Tuhan itu tidak saja berkenaan dengan orangnya, namun juga bisa memusnahkan seisi rumah dan membinasakan segalanya. Hukuman pidana di berbagai tempat seringkali mencoba mengembalikan kerugian terhadap pemiliknya, misalnya kepada negara. Namun hal ini seringkali terbentur kepada faktor pembuktian sehingga tidak dapat diwujudkan. Lain halnya dengan Tuhan, Ia mampu mengambil semua yang bukan hak orang tersebut. Hati-hati, jangan-jangan Tuhan sedang mengirim gulungan kitab yang terbang ke rumah Anda! 87 Lilin-Lilin Kecil 28 EPAFRAS, PELAYAN KRISTUS YANG SETIA D alam penutup suratnya kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus menyebut seorang laki-laki bernama Epafras. Orang ini dikenal sedikitnya di tiga kota, yaitu Kolose, Laodikia dan Hierapolis. Paulus mengatakan bahwa Epafras adalah seorang yang berasal dari Kolose dan juga seorang kawan yang bersama-sama melayani Tuhan Yesus. Ia juga pernah bersama-sama satu penjara dengan Paulus (Kol. 1:7; 4:12,13; Flm. 1:23). Mari kita lihat lebih jauh tentang orang ini. Paulus mengatakan bahwa Epafras adalah “pelayan Kristus yang setia”. Sangat mudah untuk mengatakan setia, namun bukanlah gampang untuk melakukannya. Setia sering dikaitkan dengan dapat dipercaya atau seorang yang bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Setia adalah hal yang sangat diharapkan oleh seorang tuan dari karyawannya, atau perkara yang sangat utama di dalam kehidupan perkawinan. Paulus mengatakan perkara penting kepada jemaat di Korintus: “Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai”(1Kor. 4:2). Kepada orang- 88 Lilin-Lilin Kecil orang yang telah beroleh kepercayaan dari Tuhan, maka tuntutan yang diajukan kepadanya ialah bahwa ia pun dapat dipercaya. Epafras tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, ia menjadi seorang pelayan Kristus yang setia. Hal lain yang melekat pada Epafras seperti yang Paulus katakan adalah ”ia selalu bergumul dalam doanya untuk jemaat di Kolose” (Kol. 4:12a). Memang benar bahwa ia adalah seorang yang berasal dari kota Kolose, namun belum tentu setiap orang Kolose mau berdoa untuk kotanya. Belum tentu setiap warganegara Indonesia berdoa untuk bangsa dan negaranya. Belum tentu seorang jemaat berdoa untuk gerejanya, apalagi untuk seluruh warga gerejanya. Yeremia menuliskan sebuah pesan yang berasal dari Tuhan dan ditujukan kepada orang Yehuda yang ditawan ke Babel: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer. 29:7). Bila seorang umat Tuhan harus mendoakan sebuah kota asing yang membuatnya tertawan, terlebih lagi kota di mana ia dilahirkan, dan dibesarkan. Epafras berbuat demikian untuk kota Kolose. Betapa sering kita seharusnya berdoa kepadaNya khusus untuk bangsa dan negara kita ini. Tidak seperti beberapa negara di Asia yang telah mampu mengatasi krisis yang menghantam negerinya, kita masih bergumul dengan banyak hal yang belum dapat diselesaikan. Situasi keamanan yang belum sepenuhnya terkendali, keadaan ekonomi yang masih menyisakan begitu banyak pengangguran (baik yang 89 Lilin-Lilin Kecil nyata maupun yang terselubung), demokrasi yang belum beranjak dari zaman Orba, dan masih banyak banyak hal lainnya. Seperti Epafras, kita perlu bergumul dalam doa untuk bangsa dan negara ini. Dalam keterbatasan waktu yang dimilikinya, Epafras juga turut bersusah payah untuk jemaat di Kolose, Laodikia dan Hierapolis (Kol. 4:13). Nampaknya sebagai seorang pekabar Injil, ia senantiasa menggunakan waktu yang ada untuk melakukan kehendak Tuannya. Untuk menangani tiga buah kota, Epafras tentunya harus mencurahkan segenap perhatian dan pikirannya. Hal ini pernah dikatakan oleh Tuhan Yesus: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk. 12:30-31). Epafras telah menggunakan waktunya sedemikian rupa sehingga hidupnya menjadi bermakna, tidak sia-sia. Waktu yang kita miliki, entah digunakan atau tidak, akan terus berjalan, bergerak, tidak pernah berhenti dan tidak dapat kembali. Hari kemarin telah berlalu, tinggal menjadi kenangan saja. Kita bisa menciptakan kenangan yang indah tentang hari-hari yang telah lalu; namun kita juga bisa membuatnya menjadi kenangan yang memilukan. Bagi Epafras hari ini adalah untuk berkarya, hari esok adalah harapan yang cerah, sedangkan hari kemarin adalah kenang-kenangan yang indah. 90 Lilin-Lilin Kecil 29 BERMULA DARI HAL SEPELE S aat Nahas, raja negeri Amon, meninggal, ia digantikan oleh Hanun, anaknya sebagai raja yang baru. Daud yang bersahabat dengan Nahas mengutus beberapa orang pegawainya ke negeri Amon untuk menyatakan turut berdukacita. Namun pemuka-pemuka negeri Amon mencurigai niat Daud. Mereka berkata: “Apakah menurut anggapanmu Daud hendak menghormati ayahmu, karena ia telah mengutus kepadamu orang-orang yang menyampaikan pesan turut berdukacita? Bukankah dengan maksud untuk menyelidiki kota ini, untuk mengintainya dan menghancurkannya maka Daud mengutus pegawai-pegawainya itu kepadamu?” (2Sam.10:3) Para utusan Daud ditangkap atas perintah Hanun, janggutnya dicukur setengah dan pakaian mereka dipotong pada bagian tengah sampai pantat (2Sam.10:4). Saat Daud mendengar kabar perlakuan raja Amon terhadap para pegawainya, ia menjadi sangat benci terhadap Hanun. Setelah dilihat bani Amon, bahwa mereka dibenci Daud, maka bani Amon menyuruh orang menyewa dari orang Aram sebanyak 20.000 pasukan, dari negeri Maakha 1000 orang, dan dari orang-orang Tob 12.000 orang (2Sam. 10:6). 91 Lilin-Lilin Kecil Dengan demikian, sebanyak 33.000 pasukan telah disewa oleh bani Amon untuk menghadapi Daud. Berawal dari sebuah kecurigaan, akhirnya Hanun menyewa begitu banyak pasukan untuk menghadapi Daud yang telah ia permalukan. Kita tidak tahu berapa harga sewa seorang pasukan pada masa itu, namun dapat dipastikan dana yang dibutuhkan tentulah sangat besar, mungkin saat ini bisa mencapai milyaran rupiah. Dana sebesar itu mestinya dapat dipakai untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat negeri Amon. Banyak orang sepakat bahwa sesuatu yang besar itu berasal dari hal yang kecil. Orang dewasa tumbuh dari seorang bayi kecil yang berumur satu hari yang beratnya mungkin sekitar 3 kg. Rumah yang mewah dan megah berawal dari batu kerikil dan semen yang dipakai sebagai pondasinya. Usaha raksasa barangkali bermula dari pedagang kaki lima dengan modal puluhan ribu rupiah saja. Perkara besar acapkali dimulai dengan urusan sepele, yang pada mulanya tidak diduga dapat menjadi begitu besar. Dua orang yang adu mulut berakhir dengan ketidakpuasan. Hal ini disebabkan karena dari ucapan yang tidak terkontrol, seseorang merasa terhina martabatnya dan terluka harga dirinya. Pihak yang terluka hatinya kemudian menyewa pengacara terkenal, walaupun untuk itu ia harus mengeluarkan dana yang relatif besar. Pihak yang dituntut juga memakai jasa pengacara lain yang tidak kalah pamornya dengan pengacara pihak pertama. Makin berlarut-larut perkara gugatan itu, semakin besar uang yang harus dirogoh dari kocek yang menggugat 92 Lilin-Lilin Kecil dan yang digugat. Kecurigaan yang tidak beralasan atau berlebihan semestinya dihindarkan dari kehidupan kita. Alkitab memang mengajarkan agar kita berjaga-jaga, seperti dikatakan oleh Petrus, ”Sadarlah dan berjagajagalah!” (1Ptr. 5:8a). Kewaspadaan tentu tidak mesti mempermalukan pihak lain yang akibatnya bisa menjadi masalah besar. Kisah Daud mengalahkan pasukan sewaan itu diakhiri dengan terbunuhnya 40.000 pasukan berkuda dari pihak Hanun. Kemudian pihak yang kalah mengadakan perdamaian dengan Daud: ”Ketika dilihat dari semua raja, yang takluk kepada Hadadezer, bahwa mereka telah terpukul kalah oleh orang Israel, maka mereka mengadakan perdamaian dengan orang Israel” (2Sam.10:19a). Alangkah indahnya bila semua insan di bumi ini hidup damai satu dengan yang lain, seperti yang Paulus katakan, ”Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Janganlah kamu kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Rom. 12:18, 21). 93 Lilin-Lilin Kecil 30 MASUK KE DALAM KRISTUS “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan.” (Flp. 2:1) B erbagai profesi muncul seiring dengan kebutuhan yang muncul di masyarakat. Salah satunya adalah konsultan. Ada konsultan keuangan, keluarga, perusahaan, atau pernikahan. Bagaimana mengatur keuangan supaya setelah memasuki masa pensiun kita tetap dapat menikmati tingkat hidup yang setara dengan saat produktif seperti sekarang? Rumah tangga sering cekcok karena banyak ‘cek kosong’. Istri menjadi ”dingin”, padahal dulunya sangat menggebu-gebu seperti panasnya lava Gunung Merapi. Keuntungan perusahaan sudah tiga tahun berturut-turut menukik; yang meningkat gaji karyawan dan frekuensi unjuk rasa. Mau menikah sering maju mundur padahal sudah pacaran selama tiga belas tahun. Orang menyukai dua belas pas (penalti) dan menghindari celaka tiga belas. Ada konsultan amatiran yang pendapatnya buruk namun menetapkan tarif tinggi. Sedangkan konsultan profesional memberikan pandangan yang didasarkan pada pengetahuan yang memadai dan bisa saja tanpa memungut biaya. Paulus mendorong 94 Lilin-Lilin Kecil kita yang membutuhkan nasihat untuk masuk ke dalam Kristus, Sang Penasihat Ajaib (Yes. 9:5). Konsultasi dengan Kristus tidak perlu keluar biaya alias gratis. Tetapi, kadang-kadang ada pihak-pihak yang berpendapat bahwa sesuatu yang gratis pasti tidak bermutu. Hanya satu yang perlu dilakukan yaitu kita “masuk” ke dalam Kristus. Melalui doa kita masuk ke dalam Dia dan juga saat Dia berbicara kepada kita ketika kita membaca firman. Berbeda dengan doa – kita berbicara kepada-Nya. Nasihat-Nya pasti tepat dan benar, tanpa ada keraguan sedikitpun. Untuk itu, sudahkah kita masuk ke ‘ruang praktek’ Penasihat Ajaib itu? Saat hati sedang kesal dan sebal, tidak sedikit di antara kita mencari hiburan mulai dari yang berbiaya murah hingga yang mencapai jutaan rupiah. Makin besar kotanya, makin beragam hiburannya. Ada hiburan yang murahan dan menyimpang dari ajaran Tuhan, tetapi ada juga yang sehat dan menjauhi kesesatan. Dunia hiburan bisa kita dapatkan di luar rumah, namun ada juga yang bisa diperoleh di ruang keluarga melalui saluran televisi yang beraneka ragam, katanya sih dijamin puas. Kristus sebelum naik ke surga membuat suatu pernyataan, ”Jikalau Penghibur yang akan Ku-utus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” (Yoh. 15:26). Kristus memahami bahwa hidup manusia tidak hanya akan menikmati kesenangan, kelancaran, kebahagiaan. Orang dapat mengalami kegagalan, kesusahan, kesulitan, dan juga keputusasaan. Bahkan 95 Lilin-Lilin Kecil Rasul Paulus juga pernah putus asa (2Kor. 1:8). Karena itu, manusia membutuhkan penghiburan yang didasari oleh kasih Allah kepada seluruh umatNya. Sekali lagi, kita bisa masuk ke dalam Kristus untuk menikmati penghiburan kasih. Banyak orang yang berkeluarga dapat mengingat saat mereka menikah, “Hari ini ulang tahun perkawinan kami yang ke-sekian.” Ada di antaranya dengan jujur mengatakan bahwa kasih mesra antara ia dan pasangannya telah the end, telah berakhir. Tidak jarang para suami atau istri kemudian mengarahkan dirinya kepada seseorang yang bukan istri atau suaminya untuk mendapatkan kasih dan kemesraan. Ishak dan Ribka telah menikah lebih dari tiga puluh tahun, atau mungkin lebih lama dari itu, dan mereka, seperti dicatat oleh Musa, ”sedang bercumbucumbuan” (Kej. 26:8). Allah yang memberikan kasih mesra kepada mereka, sehingga sampai akhir hidupnya tidak pernah ada perempuan lain dalam kehidupan Ishak, padahal ia seorang yang kaya raya (Kej. 26:12-13). Mungkin saja kita yang telah berumah tangga cukup lama merasakan kehilangan kasih mesra yang dulu demikian berlimpah saat bulan madu. Habis madunya, yang tersisa bulan-bulan yang demikian panjang dan menjemukan. Jangan kuatir, dalam Kristus ada kasih mesra dan kita bisa masuk ke dalam-Nya. Tetap gratis alias tidak bayar sepeserpun. Mari, bila kita masih di luar, jangan ragu, masuklah ke dalam Kristus. Lebih cepat tentu lebih baik. 96 Lilin-Lilin Kecil 31 MENGENAKAN BAJU PERANG “Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya” (1Sam. 17:38). G oliat, pahlawan orang Filistin, menantang barisan Israel. Ia berkata: ”Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang.” Ketika Saul dan segenap orang Israel mendengar perkataan orang Filistin itu, maka cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan” (1Sam. 17:10-11). Goliat, dengan tinggi enam hasta sejengkal, dengan lantang menantang barisan Israel pada pagi dan petang selama empat puluh hari lamanya. Segenap orang Israel yang ada di medan perang menjadi sangat ketakutan, bahkan Raja Saul pun cemas hatinya. Saul sebagai raja maju ke medan laga dengan mengenakan baju perang secara lengkap. Orang yang memakai baju perang tentunya akan dan telah siap untuk berperang. Saul pernah memerangi orang Amon untuk menyelamatkan orang-orang Yabesy-Gilead (1Sam. 11:4-11). Ia juga pernah memerangi orang Amalek dan beroleh kemenangan besar. Tapi kali ini hatinya 97 Lilin-Lilin Kecil cemas dan sangat ketakutan. Paulus memberitahukan kepada jemaat di Efesus agar mengenakan baju perang dengan lengkap: ”Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu” (Ef. 6:13). Ia menyebutkan perlengkapan perang yang semestinya digunakan, yaitu ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut pemberitaan Injil, perisai iman, ketopong keselamatan, dan pedang Roh, yaitu firman Allah. Umat yang telah mengenakan perlengkapan perang seperti tertulis di atas sepatutnya berani untuk berperang. Petrus mengatakan bahwa Iblis adalah seperti singa yang mesti dihadapi oleh seluruh umat Tuhan di segala tempat dan pada segala zaman. Ia mengatakan, ”Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama” (1Ptr. 5:9). Umat yang mempunyai perisai iman mestinya tidak takut dengan Iblis. Namun pada kenyataannya ada juga umat Tuhan yang tidak berani bila diajak untuk mengusir Setan yang tengah merasuki seseorang. Alasannya adalah bila Setan itu diusir keluar dari seseorang, “Jangan-jangan nanti merasuki atau masuk ke dalam diri saya. Ih, ngeri....” Memakai baju perang tetapi tidak berani berperang. Yakobus di dalam suratnya mengatakan, ”Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7). Ada dua pilihan bagi setiap umat Tuhan: melawan Iblis dan ia akan 98 Lilin-Lilin Kecil lari dari kita, atau takut kepada Iblis dan ia akan mengejar-ngejar kita kemana pun kita lari. Daud datang ke medan pertempuran, dan akhirnya ia menghadap Saul. Daud berkata, ”Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu” (1Sam.17:32). Mendengar perkataan Daud, maka Saul menukas, ”Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit” (1Sam.17:33). Saul meremehkan kemampuan Daud, ia bahkan melemahkan semangat tempur Daud. Saul sebagai raja Israel tidak memiliki keberanian untuk melawan Goliat. Negara Israel sedang mengalami masalah besar oleh tantangan pahlawan Filistin itu. Saul sepatutnya bersyukur saat ada seorang Israel yang berani melawan Goliat; ia mestinya memberikan dorongan moril kepada Daud. Saul seharusnya berterima kasih bahwa Daud akan segera menyelesaikan masalah besar negerinya itu. Alih-alih memberikan dorongan, Saul malah melemahkan semangat Daud dengan berkata, “Tidak mungkin engkau dapat melemahkan dia; engkau tidak mungkin menang; engkau tidak mungkin berhasil; engkau tidak mempunyai baju perang bagaimana mungkin bisa berperang” (1Sam. 17:38). Apakah kita ingin seperti Daud, yang mengalahkan pahlawan Filistin itu, yang dipuji-puji oleh banyak perempuan Israel? Jikalau jawabnya adalah “ya”, maka kita juga harus bersiap bila ada orang-orang yang meremehkan, merendahkan, 99 Lilin-Lilin Kecil melemahkan kita seperti dulu Daud pun mengalami hal tersebut dari Saul. Pujian kepada Daud datang setelah terlebih dulu ia direndahkan. Atau kita ingin seperti Saul, raja dari satu negara, tinggal di istana, hidup berkelimpahan, pemimpin tertinggi pasukan perang? Bila kita menjawab “ya”, maka ingatlah nyanyian ini: ”Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” 100 Lilin-Lilin Kecil 32 GITU AJA KOK MARAH “Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya, “Selayaknyalah aku marah sampai mati.” (Yun. 4:9) M ungkin hanya bayi yang tidak pernah marah, dengan mata melotot merah. Anak yang sedang menonton TV ketika disuruh tidur oleh ibunya akan masuk ke kamar dengan marahmarah. Seorang bapak sedang santai mengendarai mobil kemudian disalip oleh sebuah sepeda motor, langsung marah-marah, katanya, “Kurang ajar, baru punya motor aja udah belagu!”. Harga cabai merah yang melonjak sampai lima puluh ribu rupiah per kilo membuat banyak ibu rumah tangga marah-marah, “Kalau begini tidak usah buat sambal goreng, lebih murah bikin tempe goreng saja”. Seorang nabi bernama Yunus tidak tanggungtanggung. Ia marah kepada Tuhan, bahkan hingga dua kali. Ketika marah untuk kedua kalinya, ia berkata ingin marah sampai mati. Yunus marah kepada Tuhan! Ia tidak setuju dengan tindakan Tuhan. Ia yakin Tuhan telah salah dalam mengambil keputusan. Yunus berpikir semestinya Tuhan menjadikan dirinya sebagai penasihat, Tuhan butuh saran darinya! Yunus berpendapat bahwa orang-orang Niniwe 101 Lilin-Lilin Kecil pantas dihukum seberat-beratnya karena dosa mereka memang sangat berat. Namun kemudian Tuhan memberi pengampunan kepada mereka. Yunus lebih suka orang berdosa dihukum secepatnya, tidak perlu diberi kesempatan untuk bertobat. Yunus lupa, bahwa saat berada di dalam perut ikan ia masih mengharapkan kemurahan Tuhan, seperti dikatakannya, “Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?” (Yun. 2:4) Pada saat Yunus marah untuk kedua kali, Tuhan melalui seekor ulat, hanya satu ekor, membuat sebatang pohon jarak menjadi layu. Pada waktu itu, Yunus sedang bernaung di bawah pohon tersebut, merasakan tiupan angin timur yang panas terik menyakiti kepalanya. Ia berpendapat bahwa Tuhan sungguh telah bertindak tidak bijaksana dengan membuat binasa sebatang pohon jarak. Ia berkata demikian karena ia memiliki kepentingan dengan pohon jarak itu yang menaungi dirinya dari terik matahari. Yunus tidak mempunyai kepentingan dengan anak-anak di Niniwe yang akan menjadi yatim bila orang-orang dewasa di Niniwe dibinasakan oleh Tuhan. Ia tidak peduli dengan masa depan ribuan, atau mungkin puluhan ribu anak yang akan kehilangan “naungan” dalam hidup mereka. Yunus, seorang nabi yang hanya peduli dengan kepentingannya sendiri! Sikap ini berbeda dengan Paulus yang menyatakan: “Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Flp. 2:4) Tidak hanya Yunus, para rasul juga pernah 102 Lilin-Lilin Kecil marah-marah, seperti yang dicatat oleh Markus: “Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi muridmurid-Nya memarahi orang-orang itu.” (Mrk. 10:13). Mungkin para rasul berpikir bahwa anak-anak kecil itu hanya merepotkan saja dan tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka. Jadi yang ada di benak mereka adalah segala sesuatu harus memberikan keuntungan. Lagi-lagi yang menjadi acuan adalah kepentingan mereka sendiri. Mereka lupa bahwa banyak orangtua ingin anak-anaknya diberkati oleh Yesus, dan bagi para orang tua hal tersebut adalah penting. Sebagai murid Yesus, tidak sepatutnya kita menjadi marah apabila Allah memperhatikan kepentingan orang lain. Yakinlah, kasih Tuhan tidak menjadi kurang karena banyak umat yang diberkatiNya. Kasih Tuhan tetap cukup untuk kita. Ia adalah Tuhan yang maha kaya! Jadi, mengapa harus marah? Gitu aja kok marah? 103 Lilin-Lilin Kecil 33 SESUKA HATI ATAU SUKA SEHATI Adam dan Hawa di taman Eden hidup penuh dengan sukacita, melimpah dengan kebahagiaan. Rasanya hanya satu yang Allah nyatakan sebagai larangan bagi mereka, yaitu: ”Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). L arangan dari Pencipta diabaikan. Hawa dan Adam dengan sesuka hati mengambil buah terlarang itu, dan mereka berbuat dosa (1Yoh. 3:4). Semua buah dalam taman Eden boleh dimakan dengan bebas, dan sesungguhnya itu pasti dapat memberikan kepuasan bagi pasangan manusia yang pertama itu. Namun itulah manusia, yang memiliki hati untuk menyukai satu-satunya hal yang Tuhan larang pada waktu itu. Sikap Adam dan Hawa itu kemudian turun kepada keturunannya, sampai saat ini. Imam besar Eli mempunyai dua orang anak laki-laki, Hofni dan Pinehas. Mereka adalah orang-orang dursila, tidak mengindahkan Tuhan ataupun batas hak para iman terhadap bangsa Israel (1Sam. 2:12-13). Bujang imam selalu berkata kepada umat yang mempersembahkan 104 Lilin-Lilin Kecil korban, ”Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.” Apabila orang itu menjawab, ”Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada orang itu: ”Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan” (1Sam. 2:15-16). Daud yang telah menjadi raja atas seluruh Israel juga pernah bertindak sesuka hati. Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Daud menyuruh orang mengambil perempuan itu, kemudian tidur dengan dia (2Sam. 11:2-4). Perempuan itu, Batsyeba, sudah menikah, dan suaminya, Uria, masih hidup, bahkan menjadi prajurit yang berperang bagi Raja Daud. Anak-anak imam, dan juga raja bertindak sesuka hati. Apa yang mereka inginkan segera dilakukan, walaupun hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Untuk itu semua umat perlu senantiasa membaca dan mengamalkan firman Tuhan, seperti yang Paulus sampaikan kepada Timotius, ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim. 3:16). Yesus dengan menggunakan firman Tuhan “menangkis” serangan Iblis yang diarahkan kepada- 105 Lilin-Lilin Kecil Nya, dan Iblis pun undur dari pada-Nya (Luk. 4:13). Yesus bertindak untuk menyukakan hati Bapa, bukan menuruti apa yang Ia sukai (ref. Mat. 26:42). Kita sebagai anak-anak Tuhan sepatutnya melakukan tindakan-tindakan yang berkenan kepada-Nya, seperti yang Yesus ucapkan dalam doa-Nya di taman Getsmani: ”Jadilah kehendakMu.” Allah menghendaki supaya umat-Nya “suka sehati”, bukan melakukan tindakan yang sesuka hati. Paulus menyatakan kepada umat di Korintus dan juga jemaat di Filipi (Flp. 2:2). ”Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1Kor. 1:10). Mari, kita yang adalah umat Tuhan untuk menyukai kesehatian, dan menjauhkan diri dari sikap sesuka hati. 106 Lilin-Lilin Kecil 34 MANAKAH YANG LEBIH MENONJOL S ungguh menarik mata saat melihat atlet binaraga memamerkan otot-otot yang telah dilatih dan dibentuk selama bertahun-tahun. Dadanya menonjol, perutnya rata dengan gelombang otot yang sangat menawan, bahunya lebar dan kekar. Akan sangat mengecewakan bila setelah menjadi tua kondisi mantan atlet binaraga itu berubah; dadanya rata namun perutnya yang menonjol, besar dan lebar. Bulan ini, April 2003, Paskah diperingati atau dirayakan sama seperti tahun-tahun yang silam. Banyak acara diadakan di gereja berkenaan dengan Paskah ini, bahkan dapat dikatakan bulan ini sebagai bulan Paskah. Empat minggu berturut-turut diadakan berbagai kegiatan yang dikaitkan dengan peringatan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Kita senantiasa merenungkan setiap Paskah tiba, manakah yang lebih menonjol: acara-acara Paskah atau Tuhan Yesus? Pendeta yang memimpin ibadah Paskah atau Tuhan Yesus? Siapakah pemeran utama setiap kali Paskah tiba: Yesus Kristus atau pendeta yang mengkhotbahkan Yesus? Atau Yesus Kristus sekedar menjadi pelengkap penderita saja pada hari 107 Lilin-Lilin Kecil Paskah ini? Banyak orang mengetahui bahwa dada yang menonjol lebih indah daripada perut yang menonjol. Namun kenyataannya tidak sedikit perut laki-laki lebih ke depan dibandingkan dengan dadanya. Idealnya setiap Paskah tiba Yesus-lah yang dikedepankan, yang diutamakan. Namun pada kenyataannya sering tidak demikian. Yesaya berkata, “Adakah kapak memegahkan diri terhadap orang yang memakainya, atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang mempergunakannya? Seolah-olah gada menggerakkan orang yang mengangkatnya?” (Yes. 10:15). Dalam kehidupan umat, paling tidak ada dua kepentingan yang tarik-menarik satu sama lain: kepentingan diri sendiri dan kepentingan ilahi. Yesus pernah berkata kepada murid-murid-Nya, “Roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat. 26:41). Mungkin saja dua kepentingan ini muncul juga pada kegiatan Paskah tahun ini. Mari perhatikan hal berikut ini. Paduan suara akan tampil kali ini untuk meninggikan Yesus, untuk mengenang Almasih yang telah berkorban di salib. Latihan telah dilakukan dengan seksama dan dalam waktu yang cukup lama (bukan sesingkat-singkatnya). Pemain piano adalah seorang pemuda biasa dengan permainan yang tidak biasa (hebat/ bagus). Semua pihak merasa tentulah paduan suara ini akan tampil dengan baik sematamata untuk Tuhan Yesus. Tiga hari menjelang tampil, datanglah seorang pianis handal yang permainannya luar biasa. Kebetulan, ia sedang mengambil cuti dari 108 Lilin-Lilin Kecil pekerjaannya di Belanda. Pemimpin paduan suara,yang kebetulan adalah ayah dari orang yang sedang cuti ini, mengusulkan agar pemain piano yang mengiringi nanti digantikan oleh anaknya. Anggota paduan suara hampir semuanya setuju dengan usulan atau permintaan itu, dengan pemikiran bahwa permainan piano orang ini luar biasa. Maka segera dilakukan latihan darurat dengan orang yang sedang cuti ini. Bagaimana hasilnya? Namanya saja latihan darurat, tentu saja hasilnya pun darurat. Kehebatan permainan orang tersebut tidak nampak, maklum ia datang dalam rangka cuti. Tanpa latihan yang kontinu permainan yang dulunya luar biasa menjadi biasa-biasa saja, sedangkan si pemuda yang biasa itu dengan latihan yang seksama telah memperdengarkan permainan piano yang tidak biasa. Paulus mengatakan, “Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujipujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri.” (Fil. 2:3). Karena kelemahan daging, adakalanya kepentingan pribadi lebih menonjol daripada kepentingan ilahi. Paskah mengingatkan kepada seluruh umat Tuhan bagaimana Yesus Kristus melepaskan atau membuang kepentingan pribadi untuk kebutuhan seluruh umat manusia yaitu keselamatan. Apa yang hendak kita tonjolkan, bibir atau gigi? Hidung atau bibir? Survei membuktikan bahwa ada kalanya gigi lebih mancung daripada bibir, itulah orang-orang yang suka unjuk gigi. 109 Lilin-Lilin Kecil 35 DAUD MENGHADAPI SAUL K isah Daud menghadapi Goliat sangat terkenal di berbagai belahan bumi ini, dan bahkan kini menjadi satu ungkapan bagaimana si kecil mengalahkan si besar. Peristiwa itu terjadi dalam waktu satu hari dan selesai: Goliat binasa sedangkan Daud menjadi terkenal. Lain dengan riwayat Daud menghadapi Saul yang memakan waktu belasan tahun lamanya. Hal-hal di bawah ini adalah sebagian dari kisah Daud menghadapi Saul. Setelah diurapi sebagai raja oleh Tuhan melalui Nabi Samuel, Daud tetap menggembalakan ternak ayahnya di padang Bethlehem. Raja Saul, karena adanya gangguan roh jahat atas dirinya, mencari seorang yang pandai main kecapi. Daudlah yang dipilih oleh Saul dan menjadi pelayannya seperti kata firman Tuhan, “Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya” (1Sam. 16:21). Dua raja Israel berada dalam satu ruangan; yang satu, Daud, memainkan kecapi dan yang lainnya, Saul, mendengarkan permainan kecapi. Saul pada faktanya adalah raja yang sedang memerintah Israel, sedangkan Daud secara formal adalah seorang yang telah diurapi untuk memerintah Israel. Daud sesungguhnya setara dengan Saul, karena ia diurapi oleh nabi yang sah atas perintah Tuhan. Namun Daud tidak memandang 110 Lilin-Lilin Kecil kesetaraan itu sebagai hal yang menghalanginya untuk melayani Saul. Paulus mencatat: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba” (Flp. 2:5-7). Saul membalas air susu dengan air tuba, ia ingin membunuh Daud karena dengki. Pada satu kali, ketika Daud sedang memainkan kecapi, Saul melemparkan tombak yang ada di tangannya ke arah Daud sampai dua kali. Namun Daud ternyata dapat mengelakkan lemparan tombak itu dan melarikan diri dari Saul (1Sam. 18:10-11). Penyerangan Saul terhadap Daud berulang kembali pada kali yang lain (1Sam. 19:9-10). Kembali Daud dapat meluputkan diri dari tombak Saul dan ia melarikan diri. Saul tetap ingin membinasakan Daud. Untuk itu ia melakukan pengejaran beberapa kali ke tempat Daud melarikan diri. Dengan tiga ribu pasukan pilihan Saul mengejar Daud sampai ke padang gurun En-Gedi. Saul masuk ke dalam sebuah gua untuk membuang hajat, dan pada gua yang sama, di belakangnya, ada Daud dan orang-orangnya. Kebalikan dari Saul, Daud membalas air tuba dengan air susu. Ia membiarkan Saul tetap hidup. Daud mengatakan: “Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi Tuhan” (1Sam. 24:7). 111 Lilin-Lilin Kecil Daud mengampuni Saul, suatu tindakan yang mulia. Terlebih lagi jika hal tersebut dilakukan pada zaman Yesus Kristus lahir di bumi ini. Paulus, seorang rasul Tuhan Yesus mengatakan: ”Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: pembalasan adalah hakKu. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:19,21). Saat Daud berumur tiga puluh tahun, datanglah seorang pemuda Amalek memberitakan mengenai kematian Raja Saul di pegunungan Gilboa. Ketika mendengar berita itu, maka Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya. Ia meratap, menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam (2Sam. 1:11-12). Dalam nyanyian ratapannya, Daud mengatakan: ”Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah. Hai anak-anak perempuan Israel, menangislah karena Saul yang mendandani kamu dengan pakaian mewah dari kain Kirmizi, yang menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu” (2Sam. 1:23,24). Daud mengenang kebaikan Saul dan ia melupakan segala kekurangannya. Tidak ada manfaatnya untuk mengingat-ingat kesalahan seseorang. Mengampuni senantiasa diikuti dengan melupakan dosa orang tersebut. Bagaimana menghadapi berita kematian seseorang yang kerap kali berniat mencelakakan kita? 112 Lilin-Lilin Kecil 36 HITAM PUTIH Y eremia, seorang nabi, dimasukkan ke dalam perigi yang tidak berair, namun berlumpur, milik pangeran Malkia, yang terletak di pelataran penjagaan. Hal ini terjadi karena para pemuka di kerajaan Yehuda tidak tahan mendengar perkataan Yeremia, yang menubuatkan bahwa tentara raja Babel akan merebut Yerusalem. Ebed-Melekh, orang Etiopia, seorang sida-sida yang tinggal di istana raja mengetahui peristiwa tersebut, dan berusaha untuk menolong Yeremia (Yer. 38:4,6-8). Ebed-Melekh adalah seorang Etiopia yang entah bagaimana bisa berada di istana raja di Yerusalem. Ia adalah seorang sida-sida. Tidak diketahui tugas yang diembannya setiap hari di istana. Satu hal yang jelas bahwa ia bisa menghadap dan berbicara dengan Zedekia, raja terakhir di Yehuda. Ebed-Melekh berkata kepada Zedekia, ”Ya tuanku raja, perbuatan orang-orang ini jahat dalam segala apa yang mereka lakukan terhadap Nabi Yeremia, yakni memasukkan dia ke dalam perigi; ia akan mati kelaparan di tempat itu! Sebab tidak ada lagi roti di kota”(Yer. 38:9). Orang Etiopia yang berkulit hitam tidaklah mungkin mengganti kulitnya menjadi putih, seperti dikatakan oleh firman Tuhan: ”Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah 113 Lilin-Lilin Kecil belangnya?” (Yer. 13:23). Namun ada bagian tubuh orang Etiopia yang putih: giginya, tulangnya, sebagian dari matanya, dan yang utama adalah hatinya. EbedMelekh memiliki hati yang putih bersih yang tidak dipunyai oleh sebagian besar pemuka di kerajaan Yehuda. Ada orang kulit putih berhati putih, namun ada juga dari antara mereka yang hatinya hitam. Simon, seorang mantan tukang sihir, yang kemudian menjadi umat Tuhan, ternyata bisa juga mempunyai hati yang “hitam”. Ia berkata kepada Petrus dan Yohanes: ”Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.” Namun, Petrus menjawab: ”Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan” (Kis. 8:19-23). Ebed-Melekh seorang berkulit hitam dengan hati yang putih. Ia dapat membedakan antara yang jahat dengan yang baik. Ia tidak membuat perbedaan antara orang Etiopia dan orang Yahudi (Yeremia adalah orang Yahudi). Simpatinya tidak dibatasi oleh kesuku-bangsaan, tetapi didasarkan pada kebenaran dan kebaikan (yang benar dan baik ia dukung, yang salah dan jahat ia lawan). Pandangan Ebed-Melekh ini kemudian diutarakan oleh Paulus: ”Dalam hal ini (dalam Kristus) tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak 114 Lilin-Lilin Kecil ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28). Adakalanya manusia membuat perbedaan, misalnya mereka dikatakan berdarah biru karena lahir di lingkungan keraton, dikatakan berdarah merah lantaran lahir di perkampungan kumuh dan anak dari seorang buruh. Padahal Tuhan yang di surga tidak berbuat demikian. Yang Maha Kuasa mengasihi semua orang dan tidak pandang bulu (Yak. 2:1-4). Karena itu, jagalah hati kita dengan sangat hati-hati (Ams. 4:23). Atas izin dari Zedekia, Ebed-Melekh dengan bantuan tiga orang mengeluarkan Nabi Yeremia dari perigi yang berlumpur itu. Untuk perbuatannya itu Tuhan memberikan janji berikut ini kepada EbedMelekh: “Aku akan melepaskan engkau, dan engkau tidak akan diserahkan ke dalam tangan orangorang yang kau takuti, tetapi dengan pasti Aku akan meluputkan engkau: engkau tidak akan rebah oleh pedang; nyawamu akan menjadi jarahan bagimu, sebab engkau percaya kepadaKu, demikianlah firman Tuhan” (Yer. 39:17-18). Banyak orang membeli produk pemutih kulit (whitening), padahal hati yang putih lebih diperlukan. 115 Lilin-Lilin Kecil 37 JANGANLAH MENJADI ZERESY S ebuah kitab yang unik dalam seluruh Alkitab adalah Kitab Ester. Pertama, dalam sepanjang kitab ini tidak satu kali pun nama Tuhan disebutkan atau ditulis. Kedua, seorang perempuan buangan dari Yehuda ternyata dapat menjadi ratu di negara Persia. Ketiga, karena keberanian Ester untuk menghadap raja Ahasyweros maka semua orang Yahudi mendapat pertolongan. Tetapi, berikut ini ada satu hal lain yang nampaknya perlu untuk kita ketahui, yaitu seorang perempuan bernama Zeresy. Haman, suami Zeresy, adalah seorang yang terpandang di kerajaan Persia. Raja Ahasyweros mengaruniakan kebesaran kepadanya, pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda (Est. 3:1). Itu atas perintah raja tentang Haman. Dengan demikian Zeresy turut menikmati kemuliaan yang ada pada diri suaminya. Hanya saja “kebahagiaan” tersebut tidak berlangsung lama, ketika suaminya mati disulakan pada tiang sulaan yang dibuat atas usulan Zeresy sendiri. Hal itu bermula saat Haman pulang dari istana dengan menahan panas hatinya terhadap Mordekhai. Saat ia pulang ke rumahnya, maka Haman menyuruh 116 Lilin-Lilin Kecil datang sahabat-sahabatnya dan Zeresy, istrinya. Haman menceritakan kepada mereka kekayaannya, kebesarannya, kenaikan pangkatnya, dan perjamuan yang diadakan oleh sang ratu. Haman menambahkan: ”Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana raja” (Est. 5:13). Memang Mordekhai tidak pernah mau untuk sujud saat Haman lewat di depannya. Zeresy dan semua sahabatnya mengusulkan untuk membuat tiang yang tingginya lima puluh hasta, supaya Mordekhai disulakan pada tiang itu. Bagi Zeresy, derita suami juga menjadi deritanya, karena itulah ia mengusulkan pendirian tiang sulaan untuk mengakhiri kesusahan hati suaminya. Tak disangka kalau orang yang tergantung pada tiang sulaan itu adalah suaminya sendiri. Ratusan tahun sebelum Zeresy hidup, seorang penulis Amsal mencatatkan hal berikut ini: ”Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan” (Ams. 18:12). Zeresy, serupa dengan suaminya, tidak bisa menerima kenyataan bahwa ada satu orang buangan dari Yehuda yang berani untuk tidak bersujud di hadapan suaminya. Bagi Zeresy, kecuali keluarga raja, maka semua orang mukanya harus tunduk ke tanah bila suaminya lewat. Sayang, nampaknya Zeresy belum pernah membaca Amsal di atas, sehingga kehancuran menimpa suami dan juga dirinya. Dari usulan Zeresy dan sahabat-sahabat Haman tentang pembuatan tiang sulaan sampai Haman disulakan pada tiang itu waktunya hanya berjarak satu 117 Lilin-Lilin Kecil hari, yaitu kemarin dan hari ini dan besok. Satu hari yang biasanya diisi dengan kegiatan-kegiatan rutin itu ternyata mengubah kehidupan Zeresy, Haman, dan juga seluruh anak-anaknya. Haman mati dengan keadaan terhina; Zeresy menjadi janda; sepuluh anak-anak Haman menjadi anak yatim. Tambahkan pula, Raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman kepada Ester, sang ratu. Raja juga mencabut cincin meterai dari pada Haman. Zeresy kini menjadi janda miskin dengan sepuluh anak laki-laki yang harus dipeliharanya. Waktu satu hari telah membuat perbedaan. Kini ia menjadi janda miskin dengan sepeluh langit dan bumi dalam kehidupan Zeresy. Musa mengingatkan: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90 :12). Kemarin masih beristri, hari ini mungkin menjadi duda; kemarin ada suami, sekarang telah menjanda. Hari ini harta berlimpah, esok siapa tahu semuanya menjadi onggokan sampah karena musibah kebakaran. Janganlah menjadi Zeresy, terlebih jangan mengalami hari-hari akhirnya Zeresy. 118 Lilin-Lilin Kecil 38 DI SINI ADA ELISA “Tetapi bertanyalah Yosafat: “Tidak adakah di sini seorang nabi Tuhan, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk Tuhan?” Lalu salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya: “Di sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia.”” (2Raj. 3:11) Y oram, raja Israel, mengajak Yosafat, raja Yehuda untuk memerangi negeri Moab, yang kemudian diikuti raja Edom. Tiga raja bergabung menyerang raja Moab. Lalu berjalanlah ketiga raja tersebut, tentu dengan tentaranya masingmasing. Sesudah mereka berkeliling tujuh hari perjalanan jauhnya, maka tidak terdapat air untuk tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka. Lalu berkatalah Raja Yoram, raja Israel, “Wahai, Tuhan telah memanggil ketiga raja ini untuk menyerahkan mereka ke dalam tangan Moab.” (2Raj. 3:7-10) Seorang pegawai raja Yoram mengetahui bahwa di dekat daerah itu ada seorang nabi bernama Elisa. Ia adalah pegawai kerajaan, namun ia mengenal nabi Tuhan. Orang ini tidak hanya memahami masalah kerajaan: hal perang, logistik, jumlah tentara, rute yang dapat ditempuh menuju negeri Moab, tetapi ternyata ia juga mengerti tentang hal ketuhanan. Firman Tuhan mencatat: “Dengan ini imam kepala 119 Lilin-Lilin Kecil Amarya diangkat sebagai ketuamu dalam segala perkara ketuhanan dan Zebaja bin Ismael, pemuka kaum Yehuda, dalam segala perkara kerajaan, sedang orang Lewi akan melayani kamu sebagai pengatur.” (2Taw. 19:11; lihat juga 1Taw. 26:32). Umat Tuhan tidak hanya hidup di rumah ibadah, namun lebih sering berinteraksi dengan sesama. Merupakan suatu hal yang baik apabila seorang umat mengerti tentang teknik berkhotbah, penggembalaan jemaat, praktek penginjilan dan segala hal yang bersifat gerejawi. Demikian pula, tidak kalah pentingnya ketika jemaat juga memahami mengenai penerimaan siswa baru (PSB), proses memperpanjang kartu tanda penduduk (KTP), atau sewa-menyewa kios yang benar agar jangan sampai tertipu. Jemaat memang memiliki pengharapan surgawi, namun hingga saat ini mereka masih hidup di bumi khatulistiwa. Pada satu masa Elisa pernah melayani Elia. Elisa adalah seorang yang cukup berada dan bukan tergolong orang miskin. Firman Tuhan mencatat: ”Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. Sesudah itu bersiaplah ia (Elisa), lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.” (1Raj. 19:19,21). Elisa yang sebelumnya adalah seorang petani berubah menjadi pelayan. Sesungguhnya tidak ada yang salah apabila seorang umat bekerja di sebuah toko menjadi pelayan toko, pelayan rumah makan, atau pembantu rumah tangga, sekalipun ia seorang sarjana. Tidak sedikit 120 Lilin-Lilin Kecil orang Indonesia yang kuliah di luar negeri menempuh program S2 bekerja di rumah makan menjadi pencuci piring atau menjadi loper koran. Bila kita melihat warga di lingkungan sekitar kita, ada yang menganggur karena tidak mendapat kesempatan kerja, tetapi ada juga yang lebih senang jadi pengangguran ketimbang menjadi pelayan. Orang seperti ini tentu bukan Elisa, tapi “Egosa” alias egonya sangat tinggi. Elisa yang dulu melayani Elia kemudian dilayani oleh Gehazi (2Raj. 4:12). Orang-orang mengenang bahwa Elisa “dulu” pernah menjadi pelayan. Hidup terus bergerak, “masa kini” akan segera berubah menjadi “masa lalu”. Tentu saja ada orang yang mengetahui masa lalu kita. Bila harimau meninggalkan belang, gajah meninggalkan gading. Sebagai umat Tuhan apa yang dapat kita tinggalkan? Teman-teman di SD mungkin mengingat kita sebagai siswa yang cerdas dan rajin. Sahabat kita di bangku SMP barangkali ingat bagaimana muka Anda penuh jerawat, bak langit penuh dengan bintang. Rekanrekan di SMA dulu menjuluki Anda sebagai playboy yang suka gonta-ganti pacar karena tidak pernah ada yang bertahan lebih dari tiga bulan. Sebelum masa percobaan usai, pacarnya sudah diputus. Teman satu kantor pada satu saat akan menjalani masa pensiun dan Anda pun akan mengalami hal serupa. Apa yang kelak mereka akan kenang tentang diri Anda? Apakah Anda adalah karyawan yang disiplin, pekerja yang jujur, dan rekan yang bertanggungjawab atas setiap tugas yang diberikan? Di sini ada Elisa, di sana juga ada Elisa, yang tidak pernah ragu untuk menjalani profesi pelayan. 121 Lilin-Lilin Kecil Mereka meninggalkan nama harum di kalangan umat Tuhan pada zamannya yang bahkan dikenang hingga masa sekarang. 122 Lilin-Lilin Kecil 39 KELUAR DARI BETEL Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: “Naiklah botak, naiklah botak.” (2Raj. 2:23) E lisa, nabi Allah, dicemooh oleh anak-anak (orang-orang muda – Alkitab versi King James) di kota Betel. Hal ini sungguh menyedihkan. Sepanjang catatan Alkitab, tidak ada perilaku Elisa yang negatif atau buruk; semuanya dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Mungkin, hanya karena botak ia beroleh perlakuan yang tidak seharusnya. Mari kita perhatikan beberapa hal. Pertama, anak-anak dari kota Betel memfokuskan mata mereka pada hal-hal “lahiriah”, pada kekurangan fisik Elisa. Barangkali memang sifat manusia suka mengolok-olok kekurangan fisik sesamanya. Tidak sedikit lawakan di televisi mengeksploitasi kelemahan fisik para pelawaknya. Yesus pernah menyatakan, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?” (Mat. 7:3) Seringkali kita sibuk untuk mengamati tetangga, memperhatikan rekan kerja di kantor, menilai 123 Lilin-Lilin Kecil atasan, atau bahkan memantau pasangan hidup kita. “Ampun, sudah menikah tiga tahun masak lodeh saja masih tidak bisa.” “Katanya kepala keluarga, giliran datang karyawan kelurahan, istri yang disuruh keluar menemui.” Atau kata-kata seperti “Itu Bu Ani (tetangga di sebelah kiri rumah), mungkin buta warna. Masak sih cat dinding warna kuning gading pakai gordyin warna hitam? Apa sedang berkabung?” “Weleh-weleh, itu si Tuti, ke kantor seperti mau ke pesta Halloween saja? Duh Tuti, kasihan deh kamu, jadi korban mode.” Penulis kitab Ratapan, yang diyakini adalah Yeremia, mencatat, “Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan” (Rat. 3:40). Jangan hanya bisa memantau orang lain, cobalah memonitor diri kita sendiri. Jangan-jangan nilai kita di bawah D, alias tidak lulus. Kedua, yang mencemooh nabi Elisa adalah anak-anak (orang-orang muda), bukan orang dewasa. Paulus mengatakan kepada umat di Korintus, “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanakkanak itu” (1Kor. 13:11). Ada kanak-kanak yang tidak pernah menjadi dewasa, misalnya usia lima tahun ia meninggal dunia. Ada juga orang dewasa yang tidak sungguh-sungguh dewasa alias sifatnya kekanakkanakan. Dalam tradisi orang Tionghoa ada perayaan Cap Go Meh. Pada saat itu, banyak anak menerima ang pao. Mereka yang menerima amplop merah itu 124 Lilin-Lilin Kecil tentu merasa sangat gembira. Konon makin besar nominal yang didapatkannya, makin senang hatinya. Tapi yang memberi ang pao mungkin lebih bahagia dibandingkan mereka yang menerimanya. Seperti dikatakan oleh Yesus, adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis. 20:35). Pemberi ang pao yang besar nominalnya disebut paman yang baik atau tante kesayangan, padahal uang tersebut adalah hasil dari kejahatan. Uncle dan bude yang amplopnya tipis mendapat predikat buruk – pelitlah, miskinlah, walaupun mungkin saja mereka adalah pengusaha jujur dan rajin sehingga karena terlalu jujurnya tidak pernah menjadi kaya. Seperti anak-anak di kota Betel, siapa tahu sekarang pun ada anak-anak yang mencemoohkan orangtuanya, tetua di gereja, atau gembala sidangnya. Ketiga, anak-anak itu keluar dari kota Betel (Bet: rumah; El: Allah – Rumah Allah). Umat Kristiani yakin bahwa gereja adalah rumah Allah (bukan rumah pendeta). Saat ibadah usai semua jemaat keluar dari sana. Pak Markus berkata kepada istrinya, “Tumben, khotbah pak pendeta hari ini lumayan bagus.” Bu Markus, yang duduk di samping suaminya langsung bereaksi, “Bagus apanya. Itu kan sama dengan khotbah yang aku lihat di RCTI minggu lalu. Menjiplak kok dibilang bagus?” Nah, bila Anda keluar dari rumah Allah, apa yang anda katakan? Mencemooh? Memuji? Rasanya dari hari ke hari makin banyak komentator dan juri. 125 Lilin-Lilin Kecil 40 SILSILAH YESUS “Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus” (Mat. 1:17). S uatu rentang waktu kira-kira seribu tahun dari masa Abraham sampai kepada Raja Daud. Dari zaman Daud sampai pembuangan ke Babel ada jarak waktu sekitar empat ratus tahun. Dari masa pembuangan ke Babel sampai kepada Yesus Kristus terentang waktu kira-kira enam ratus tahun. Dengan demikian dari Abraham, bapa orang beriman itu, sampai kepada Yesus Kristus, mencakup waktu sekitar dua ribu tahun lamanya. Tuhan yang di surga telah memelihara hidup umat-Nya. Musa mengatakan dalam suatu mazmur: ”Masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan.”(Mzm. 90:10). Tidaklah sukar bagi Tuhan Yang Maha Kuasa untuk memelihara kehidupan umat-Nya selama tujuh puluh atau delapan puluh tahunan. Kalau Dia yang di surga sanggup memelihara kehidupan anak-anak Abraham sekitar dua ribu tahun, apalagi yang kurang dari 126 Lilin-Lilin Kecil seratus tahun saja? Masalahnya bukanlah Bapa surgawi tidak sanggup memelihara kita, namun kitalah yang seringkali tidak sanggup untuk mengimani pemeliharaan-Nya. Petrus menulis: ”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Ptr. 5:7). Yesus pernah berdoa: ”Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh. 17:11). Dalam silsilah Yesus Kristus tertulis lima orang perempuan, secara berurutan adalah Tamar, Rahab, Rut, istri Uria (Batsyeba) dan Maria. Rahab semula adalah seorang perempuan sundal. Rut adalah seorang Moab yang setelah menjanda dikawini oleh Boas. Menarik melihat seorang (mantan) perempuan sundal dan seorang bukan umat Yahudi (kafir) menjadi nenek moyang dari Juruselamat. Tuhan yang di surga memiliki otoritas untuk menempatkan siapapun juga menjadi nenek moyang Kristus Yesus. Dari sisi pandang kita tentu ada hal yang dapat dipahami mengapa Rahab dan Rut beroleh kehormatan tersebut. Rahab adalah seorang manusia yang merindukan keselamatan, seperti dikatakannya kepada dua pengintai utusan Yosua: “Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi Tuhan, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup 127 Lilin-Lilin Kecil ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut” (Yos. 2:12-13). Rahab tidak saja percaya akan kebenaran Tuhan (Yahweh), namun ia merindukan keselamatan bagi diri dan juga orang-orang seisi rumahnya. Rut sampai saat ini menjadi teladan tentang sikap seorang menantu terhadap mertua, yang oleh para tetangga Naomi disebutkan sebagai seorang perempuan yang lebih berharga daripada tujuh anak laki-laki (Rut. 4:15). Tentu Rut juga beriman kepada Tuhan, seperti katanya kepada Naomi: ”Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut. 1:16). Secara insani, logis bila Rahab dan Rut ada dalam silsilah Yesus Kristus. Silsilah Yesus sang Juruselamat memperlihatkan kepada setiap manusia bahwa rencana-Nya tidak akan gagal. Ribuan tahun telah berlalu dari zaman Abraham sampai lahirnya Juruselamat, dan Dia yang di surga menjaga supaya rencana-Nya terwujud. Ayub mengatakan: ”Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal” (Ayb. 42:2). Dari masa Kristus sampai sekarang sudah berlalu waktu kira-kira dua ribu tahun, dan Dia yang di sorga masih terus menjalankan segala rencana-Nya. Untuk itu Bapa sorgawi mungkin akan memakai Anda mewujudkan setiap rancanganNya, entah esok, minggu depan, tahun depan, atau pada suatu masa nanti. Suatu hal yang indah bila kita diberi kesempatan untuk ambil bagian di dalam rencana-Nya. 128 Lilin-Lilin Kecil 41 EMPAT MACAM KETURUNAN A gur Bin Yake menyebutkan empat macam keturunan dari umat manusia. Tentu saja ada jenis keturunan yang tidak disebutkannya yang mungkin sering kita jumpai. Sesungguhnya Tuhan menghendaki dari setiap umat-Nya keturunan ilahi (Mal. 2:15). Mari kita perhatikan empat jenis keturunan yang disebutkan oleh Agur tersebut. Pertama, Agur menyebutkan: “Ada keturunan yang mengutuki ayahnya dan tidak memberkati ibunya.” Mungkin ayahnya bersifat diktator, sangat kasar, keras, main pukul, sedangkan ibunya cerewet, pelit luar biasa, selalu mengatur segala hal termasuk pakaian anak-anaknya, galak, dan kolot. Akan sangat banyak alasan yang dapat dipakai oleh seorang anak untuk tidak menghormati ayah dan ibunya. Bagi seorang umat Tuhan, patokan hidup ini seharusnya adalah firman Tuhan dan bukan halhal yang lain. Paulus mengatakan kepada Timotius, seorang pekabar injil yang masih muda usianya: “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orangtua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah” (1Tim. 5:4). Pada 129 Lilin-Lilin Kecil kenyataannya begitu banyak kebaikan orangtua yang telah dinyatakan kepada anaknya. Kedua, Agur orang Masa itu mengatakan, “Ada keturunan yang menganggap dirinya tahir, tetapi belum dibasuh dari kotorannya sendiri” (Ams. 30:12). Yesus pernah menemukan orang-orang seperti yang dimaksud oleh Agur. Saat Ia melintasi kota Yerikho, Yesus berkata kepada seseorang, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, dan mereka berkata: “Ia menumpang di rumah orang berdosa”” (Luk. 19:5,7). Orang-orang di kota Yerikho tidak senang melihat Yesus menumpang di rumah seorang pemungut cukai. Mereka beranggapan bahwa para pemungut cukai adalah makhluk yang harus dijauhi, bahkan kalau perlu dimusuhi. Mereka merasa sebagai warga masyarakat yang baik. Mereka tidak menyadari bahwa mereka pun sesungguhnya adalah orang-orang berdosa, orang-orang yang tidak tahir. Paulus mengatakan kepada jemaat di kota Roma, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak” (Rm. 3:10-12). Di hadapan Tuhan semua orang adalah najis, hanya saja ada orang yang “GE-ER” (Gede Rasa), yang merasa dirinya tahir. Sesungguhnya, hanya dengan datang ke hadirat Tuhan dan oleh anugerah-Nya seseorang menjadi tahir. Ketiga, Agur menyebutkan: “Ada keturunan 130 Lilin-Lilin Kecil yang berpandangan angkuh, yang terangkat kelopak matanya” (Ams. 30:13). Seseorang berlaku angkuh kebanyakan karena kelebihan yang “dimilikinya”. Kekayaan yang berlimpah, rumah yang megah, pakaian dan perhiasan yang mewah dapat membuat seseorang menjadi sombong. Ia merasa lebih hebat dari banyak orang lain. Orang yang angkuh sebaiknya mau mendengar perkataan Raja Daud. Daud, mantan peternak dari Betlehem itu berkata: “Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari padaMu dan Engkaulah yang berkuasa atas segalagalanya” (1Taw. 29:12). Yesus Kristus yang empunya segala-galanya adalah seorang yang rendah hati, kalau begitu apakah manusia yang hanya “memiliki setitik pasir dan sebutir embun” dapat menyombongkan dirinya? Terakhir, Agur mengatakan: “Ada keturunan yang giginya adalah pedang, yang gigi geliginya adalah pisau, untuk memakan habis dari bumi orang-orang yang tertindas, orang-orang yang miskin di antara manusia.” Hal ini tidak hanya terjadi pada masa lalu, namun juga saat sekarang ini. Manusia menanggalkan kasih dan menonjolkan kepentingan diri sendiri. Orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin papa. Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13). Janganlah kehilangan pengharapan, jangan juga melepaskan iman; namun lakukanlah kasih. 131 Lilin-Lilin Kecil 42 KALA MASA SENJA MENJELANG “Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; manusiapun keluarlah ke pekerjaannya dan ke usahanya sampai petang” (Mzm. 104:22-23). S eorang insan lahir dengan disambut oleh kedua orangtuanya; dipelihara, dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Saat mencapai usia dewasa mulailah ia berkarya terus-menerus sampai tua. Tiap manusia, bila ia panjang umur, akan memasuki masa senja dari kehidupannya, ketika kekuatannya mulai berkurang dan daya ingatnya tak lagi dapat diandalkan. Penglihatan dan pendengarannya pun mengalami kemunduran yang nyata bila dibandingkan dengan masa mudanya. Masa senja tidak hanya dialami oleh orang biasa, namun juga oleh para raja. Mari kita melihat kehidupan seorang raja pada masa tuanya. Asa memerintah sebagai raja di kerajaan Yehuda (Kerajaan Selatan) selama empat puluh satu tahun. Sampai tahun ke tiga puluh lima dari pemerintahannya tidak ada perang, dan selama itu ia banyak melakukan hal-hal yang baik. Pada tahun ke tiga puluh enam pemerintahannya, maka majulah Baesa, raja Israel (Kerajaan Utara), untuk memerangi 132 Lilin-Lilin Kecil Yehuda. Asa, melihat ancaman yang datang kepadanya, meminta bantuan Benhadad, raja Aram. Untuk itu ia mengirimkan sejumlah besar emas dan perak kepada Benhadad sebagai “upah” pertolongannya (2Taw. 16:1-5). Pada tahun ketiga puluh sembilan dari masa pemerintahannya, Asa menderita sakit pada kakinya. Sakit ini makin lama semakin parah. Dalam keadaan sakit itu ternyata Asa mencari pertolongan dari tabib-tabib; ia tidak mencari pertolongan Tuhan (2Taw. 16:12). Bahkan sebelum ia mengalami sakit pada kakinya itu, Asa pernah menjebloskan Hanani kedalam penjara karena Hanani menasehati atau menegurnya. Hanani adalah seorang pelihat atau nabi (2Taw. 16:7-10). Asa pada masa itu juga menganiaya beberapa orang dari rakyat Yehuda (2Taw. 16:10). Saat usianya memasuki masa senja, Asa kehilangan iman yang dulu dimilikinya. Ia meminta pertolongan manusia, bukan bersandar kepada kuasa Tuhan. Pada suatu waktu, Zerah, orang Etiopia menyerang kerajaan Yehuda dengan tentara sebanyak sejuta orang dan tiga ratus kereta (2Taw. 14:9). Asa berdoa kepada Tuhan untuk memohon pertolonganNya: ”Ya Tuhan, selain dari pada engkau, tidak ada yang dapat menolong yang lemah terhadap yang kuat. Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena kepadaMulah kami bersandar dan dengan namaMu kami maju melawan pasukan yang besar jumlahnya ini.”(2Taw. 14:11). Iman yang dulu begitu teguh kini luruh; yang dulu begitu kokoh sekarang roboh. Asa merasa sakit hati ditegur atau dinasehati oleh Hanani, pelihat itu, ia kehilangan kerendahan 133 Lilin-Lilin Kecil hati untuk mau menerima nasihat. Sebelumnya, pernah seorang nabi bernama Azarya bin Oded “menasehatinya” dan Asa menerima hal itu (2Taw. 15:1-8). Semua umat Tuhan seharusnya selalu mengingat perkataan Yesus: ”Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat. 11:29). Sesungguhnya masih ada harapan bagi orang-orang berdosa bila ia masih mau menerima teguran atau nasihat dari pihak lain. Ia bisa bertobat, meninggalkan kesalahannya untuk kemudian melakukan hal yang berkenan kepada Tuhan. Ketika kakinya sakit, Asa melupakan Tuhan yang dapat memberikan pertolongan kepadanya; ia mencari bantuan dari para tabib. Asa mungkin melupakan apa yang pernah Tuhan katakan kepada orang Israel saat mereka baru keluar dari negeri Mesir. FirmanNya: ”Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau” (Kel. 15:26). Asa sebagai raja memiliki kekuasaan yang sangat besar, yang dapat ia pakai untuk memakmurkan rakyatnya. Namun ternyata wewenang yang begitu besar ia gunakan untuk menganiaya beberapa orang dari rakyat. Musa mengingatkan bahwa seorang raja harus senantiasa membaca hukum Tuhan seumur hidupnya, agar ia belajar takut akan Tuhan dan berpegang pada segala isi hukum dan ketapan yang 134 Lilin-Lilin Kecil dari Tuhan” (Ul. 17:18-19). Kala senja, ketika sang surya akan terbenam, mestinya menjadi satu momen yang indah. Namun Raja Asa telah mendatangkan awan hitam sehingga keindahan senja dalam kehidupan sirna. 135 Lilin-Lilin Kecil 43 YABES LEBIH DIMULIAKAN “Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: ”Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.” Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: ”Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tanganMu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!” Dan Allah mengabulkan permintaannya itu” (1Taw. 4:9-10). D alam Alkitab nama Yabes hanya tertulis pada dua ayat di atas. Dari informasi yang singkat di atas ada hal-hal yang menarik untuk kita perhatikan, semuanya berkaitan dengan seorang lakilaki bernama Yabes. Pertama, Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya. Kita tidak tahu apa yang menyebabkan ia lebih dimuliakan daripada saudarasaudaranya. Apakah Yabes lebih berbakti kepada orang tuanya, apakah ia lebih penurut, atau ia mungkin lebih tekun, lebih teliti, lebih sabar, lebih murah hati daripada saudara-saudaranya? Apakah dari segi fisik Yabes lebih elok dibandingkan dengan saudara-saudaranya? Merujuk kepada Yusuf, anak Yakub, ia 136 Lilin-Lilin Kecil mendapatkan hak kesulungan karena hal-hal kerohanian, bukan disebabkan oleh fisiknya. Mendapatkan hak kesulungan berarti ia lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya. Hal ini tentu karena kehidupan rohaninya lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Kedua, Yabes beriman kepada Tuhan yang sejati, yaitu yang disembah oleh Yakub (yang kemudian namanya diganti menjadi Israel oleh Tuhan), Ishak dan Abraham. Ia berdoa kepada Allah Israel, tidak kepada ilah yang lain, tidak kepada berhala kesia-siaan. Seorang pemazmur mengatakan: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 121:1-2). Yakub (Israel) pernah berkata kepada orang seisi keluarganya: ”Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem“ (Kej. 35:2,4). Yakub pribadi beribadah hanya kepada Tuhan yang sejati, namun hal itu tidak dilakukan oleh orang seisi rumahnya. Yabes beribadah kepada Tuhan yang benar dan kepada-Nya ia berdoa. Selalu ada godaan untuk mencari pertolongan kepada kuasa-kuasa kegelapan, karena kuasa jahat pun dapat memberikan apa yang kita minta, seperti yang dikatakan Iblis kepada Yesus: ”Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika engkau sujud menyembah aku.” 137 Lilin-Lilin Kecil Ketiga, Yabes meminta supaya Tuhan memperluas daerahnya. Ia menyadari, semakin luas tanah ladang maka semakin banyak juga hasil yang akan diperoleh. Tentu saja untuk menggarap tanah yang luas dibutuhkan kerja keras, dan Yabes siap melakukannya. Nabi Yesaya memberitahukan perihal mengolah ladang: ”Setiap harikah meratakan tanahnya, ia mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur? Bukankah setelah meratakan tanahnya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh gandum jawawut dan jelai kehitamhitaman dan sekoi di pinggirnya?”(Yes.28-25) Tanah ladang mesti dibajak, dicangkul, dan disisir, kemudian ditanami berbagai benih. Tentu masih perlu penyiraman dan penyiangan yang terus menerus. Semuanya itu memerlukan kerja keras. Tanah ladang yang luas membutuhkan kerja ekstra keras. Itulah yang diminta oleh Yabes dari Tuhan. Barangkali Yabes ingin memberi lebih banyak lagi kepada orangtuanya, yang telah melahirkannya dengan kesakitan. Arti kata dari Yabes adalah “dibuatnya berduka cita”. Yabes ingin mengubah duka cita ibunya dengan sukacita melalui pemberian yang lebih banyak dari hasil tanahnya itu. Dapat dikatakan semua ibu melahirkan anaknya dengan kesakitan, baik zaman dulu maupun sekarang. Seorang anak yang berbakti mencoba untuk menyenangkan hati orangtuanya dengan berbagai cara yang berkenan kepada Tuhan. Alangkah bodohnya seorang anak yang dengan berbagai cara selalu menyakiti hati orang tuanya. 138 Lilin-Lilin Kecil OTOBIOGRAFI PENULIS Pdt. Dede Irawan Godjali, S.H., S.Th., M.A. Sukabumi Tahun 1959 Lahir di Sukabumi, 6 Agustus 1959 Tahun 1985 Menyelesaikan pendidikan S1 Hukum dengan gelar S.H. di Universitas Padjajaran Bandung Tahun 1989 Ditahbiskan sebagai Pendeta Gereja Yesus Sejati, 25 Desember 1989 Tahun 2001 Menyelesaikan pendidikan S1 Teologi dengan gelar S.Th. di Sekolah Tinggi Theologia International Harvest, 10 Oktober 2001 Tahun 2002 Menyelesaikan pendidikan S2 Teologi dengan gelar M.A. di Seminary Theologia Kalimantan: program Misi dan Penginjilan, 6 Juni 2002 139 Lilin-Lilin Kecil Catatan: ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... 140 Lilin-Lilin Kecil Catatan: ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... 141 Lilin-Lilin Kecil Catatan: ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... 142 Lilin-Lilin Kecil 143 Lilin-Lilin Kecil 02.22.0005 144