Lilin-Lilin Kecil

advertisement
Lilin-Lilin Kecil
Lilin-Lilin Kecil
ii
Lilin-Lilin Kecil
Lilin-Lilin
Kecil
Menyala Menyinari Kehidupan
Dede Irawan Godjali
Lilin-Lilin Kecil
Lilin-Lilin Kecil
Menyala Menyinari Kehidupan
(c) 2008 Gereja Yesus Sejati
ISBN 979-35630-3-6
Diterbitkan oleh
Departemen Literatur
GEREJA YESUS SEJATI INDONESIA
Jl. Danau Asri Timur Blok C3 No. 3C
Sunter Danau Indah, Jakarta 14350
Tel. (62-21) 6530-4150, 6530-4151
Fax. (62-21) 6530-4149
e-mail: [email protected]
web: http://www.gys.or.id
Seluruh ayat dalam buku ini dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru
(c) LAI 1974 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia
ii
Lilin-Lilin Kecil
SEKAPUR SIRIH
S E KAPUR
SIRIH
Sungguh merupakan suatu anugerah, kita kembali
dapat merenungkan firman Tuhan melalui hikmat
yang diberikan oleh Tuhan kepada Pdt. Dede Godjali.
Kali ini buku renungan ini berisi 43 renungan singkat.
Renungan yang singkat dari segi penulisan namun
sarat akan makna dan pengajaran yang membawa
kita semakin dekat kepada Bapa di atas.
Sebelum membaca, ada baiknya kita berdoa dan
meminta Tuhan untuk memberikan kerendahan
hati. Karena hanya dengan kerendahan hatilah
renungan-renungan ini bisa menyentuh dasar hati
kita yang terdalam. Betapa tidak, renungan-renungan
ini “menggelitik, menyentil dan kadang menampar”
keberadaan kita. Sebagai contoh, simak saja renungan
dengan judul “Bukan Urusanmu”, yang mengingatkan
kita untuk tidak mencampuri urusan orang lain.
Simak juga “Gitu Aja Kok Marah”, dan masih banyak
renungan-renungan lain.
Akan tetapi jika kita mau merendahkan hati kita, maka
renungan-renungan ini sungguh sangat membangun
iman kerohanian kita. Membuat kita tersadar akan
hal-hal kecil yang kurang kita perhatikan. Belum
lagi cara penyajian penulis yang terkadang membuat
kita tersenyum sendiri sembari membaca. Hikmat
iii
Lilin-Lilin Kecil
yang didapat penulis dari Tuhan dan keahlian
penulis dalam menyajikan renungan-renungan ini
menjadikan buku ini sangat enak dibaca dan sangat
membangun. Kiranya buku ini dapat membawa kita
selangkah lebih maju lagi dalam kehidupan iman
kekristenan kita.
Tuhan Yesus memberkati Anda semua.
Penerbit
iv
Lilin-Lilin Kecil
DAFTAR ISI
1. Salam Seorang Rasul.............................. 1
2. Tebang Pilih............................................3
3. Akibat Mengintip....................................7
4. Titik-Titik..............................................10
5. Teori Tikus............................................13
6. Awal dan Akhir.....................................16
7. Kiss of Death.........................................19
8. Itu Nyata Dari Bahasanya................... 22
9. Saluran Berkat......................................25
10.Hadiah yang Sangat Menarik.............. 28
11. Komunikasi.......................................... 32
12.Dinamika Mendirikan Rumah............ 36
13.Mereka Tinggal di Yerikho.................. 39
14.Kurang Ajar.......................................... 42
15. Sebebas Preman....................................45
16.Iman Yang Menular............................. 48
17. Bertahan Dalam Pencobaan................. 51
18.Kebahagiaan yang Berbeda..................54
19.Itik Berenang....................................... 58
20.Berani Gitu Lho................................... 62
21.Kendi Tanpa Air....................................65
22.Liquid atau Rigid?............................... 68
23.Roti Yang Satu Itu................................. 71
24.Waktu yang Hilang...............................75
Lilin-Lilin Kecil
25.Mulai Koyak......................................... 78
26.Lazarus, Marilah Keluar...................... 82
27.Gulungan Kitab Yang Terbang............ 85
28.Epafras, Pelayan Kristus yang Setia.... 88
29.Bermula dari Hal Sepele.......................91
30.Masuk ke Dalam Kristus..................... 94
31.Mengenakan Baju Perang.....................97
32.Gitu Aja Kok Marah............................ 101
33.Sesuka Hati atau Suka Sehati.............104
34.Manakah yang Lebih Menonjol..........107
35.Daud Menghadapi Saul...................... 110
36.Hitam Putih........................................ 113
37.Janganlah Menjadi Zeresy................. 116
38.Di Sini Ada Elisa................................. 119
39.Keluar Dari Betel................................123
40.Silsilah Yesus......................................126
41.Empat Macam Keturunan..................129
42.Kala Masa Senja Menjelang...............132
43.Yabes Lebih Dimuliakan.....................136
vi
Lilin-Lilin Kecil
1
SALAM SEORANG RASUL
H
ampir semua surat Rasul Paulus diakhiri
dengan salam (salam dariku untuk si anu
dan si itu atau salam dari si anu dan si itu
untukmu). Dalam surat yang dikirim untuk jemaat di
Roma, banyak nama orang yang disebut oleh Paulus
dalam salamnya itu. Kita akan memperhatikan
beberapa di antaranya.
Paulus menulis: “Sampaikan salam kepada
Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam
Kristus Yesus.” (Rom. 16:3). Akwila dan Priskila
adalah sepasang suami-istri yang pertama dijumpai
oleh Paulus di kota Korintus. Paulus tinggal di rumah
suami-istri itu. Paulus memiliki pekerjaan yang sama
dengan Akwila dan Priskila, dan hal ini membuatnya
bekerja bersama-sama dengan mereka (Kis. 18:2-3).
Setiap orang memiliki sepasang tangan,
kaki, mata, dengan begitu seseorang mempunyai
kemampuan sekaligus keterbatasan. Dengan dua
buah tangan kita dapat mengerjakan cukup banyak
pekerjaan. Kita bisa mengetik (entah dua jari atau
sepuluh jari) yang melibatkan tangan kiri dan kanan.
Kita dapat bermain sepak bola memakai kedua buah
kaki kita, atau dapat berjalan-jalan di taman atau
mengunjungi sahabat-sahabat kita. Dengan sepasang
Lilin-Lilin Kecil
mata banyak hal yang dapat dilihat di sekitar tempat
tinggal kita.
Jelas sekali bahwa ada cukup banyak hal yang
tidak dapat kita lakukan sekaligus dan untuk itu
diperlukan teman sekerja. Dengan banyak orang,
satu pekerjaan dapat diselesaikan dengan waktu
relatif lebih cepat. Dengan beramai-ramai ada
banyak pekerjaan yang dapat dilakukan pada saat
yang bersamaan. Karena banyaknya orang, maka
dibutuhkan semangat kerjasama, bukan kerja sendirisendiri. Pengikat kebersamaan antara Paulus dengan
teman-temannya adalah Yesus Kristus, seperti yang
dikatakannya, “Teman-teman sekerjaku dalam
Kristus Yesus.”
Pada bagian lain dalam salamnya Paulus
mengatakan, “dan dari Lukius, Yason dan Sosipater,
teman-temanku sebangsa.” (Rom. 16:21). Paulus
bergaul tidak hanya dengan orang Yahudi saja, namun
juga dengan orang-orang Yunani. Paulus yakin bahwa
setiap manusia adalah sama di mata Tuhan. Untuk itu
ia pernah menyatakan, “Dalam hal ini tidak ada orang
Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena
kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”
(Gal. 3:28).
Dulu pernah terjadi orang kulit hitam
direndahkan, bahkan diperjualbelikan dan diperbudak
oleh orang kulit putih.,Sesungguhnya oleh kasih Yesus
Kristus kita semua telah dimerdekakan dan menjadi
anak-anak Allah. Di bumi pertiwi ini ada orang
Batak, orang Dayak, orang Sasak, orang Jawa, orang
Sunda, orang Madura dan masih banyak lagi yang
Lilin-Lilin Kecil
lainnya. Kita mengatakan bahwa kita adalah bangsa
Indonesia. Kita adalah teman-teman sebangsa bukan
musuh-musuh sebangsa.
Paulus menutup surat Roma dengan mengizinkan
nama Tertius dicantumkan di dalamnya. Tertius
adalah orang yang telah membantu Paulus untuk
menuliskan surat Roma tersebut. Mungkin saja Paulus
mendiktekan segala hal yang ingin ia sampaikan
kepada jemaat di Roma dan Tertius menulisnya.
Sesungguhnya pada zaman Paulus hidup alat tulismenulis masih sangat sederhana. Untuk menuliskan
seluruh surat Roma tentulah dibutuhkan waktu yang
sangat banyak dan juga ketelitian yang tinggi.
Paulus mengingat jerih lelah Tertius yang telah
membantunya untuk menulis surat Roma. Kita tidak
mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai
Tertius ini, karena di dalam bagian lain Alkitab tidak
pernah lagi menyinggung orang ini. Barangkali Tertius
adalah seorang jurutulis biasa yang kemudian dikenal
oleh rasul Paulus. Paulus tidak melupakan jerih lelah
seseorang, ia mengingatnya dengan baik.
Keberhasilan seseorang seringkali didukung oleh
banyak orang. Seorang calon presiden memiliki tim
sukses yang bekerja siang malam untuk keberhasilan
sang capres tersebut. Kemasyuran sebuah restoran
didukung oleh semua unsur yang terlibat di dalamnya:
koki, pramusaji, petugas kebersihan, dan lain-lain.
Kesuksesan kita juga mungkin saja didukung oleh
istri yang telaten atau atasan yang memberikan
dukungan sepenuhnya. Ingatlah mereka itu, jangan
melupakannya.
Lilin-Lilin Kecil
2
TEBANG PILIH
Z
amrud Katulistiwa kini mulai merana, karena di
banyak tempat banyak pohon ditebang dengan
semena-mena. Besar kecil dibabat, dan lebih
parah lagi penanaman benih baru sangat terlambat
dan dalam skala yang relatif kecil. Semestinya sistem
tebang pilih dijalankan dengan sungguh-sungguh
untuk menjaga kelestarian hutan di bumi pertiwi ini.
Di sisi lain, cukup banyak pihak yang kecewa
dengan pemberantasan korupsi yang terkesan ”tebang
pilih”. Pihak yang ditebang nampaknya hanya pihak
”lawan” yang pandangannya tidak sejalan. Koruptor
dari pihak ”kawan” terkesan dibiarkan, dilindungi
karena adanya unsur perkawanan itu. Pemegang
kekuasaan diduga kurang bersikap adil dalam
memberantas korupsi di nusantara ini.
Raja Saul termasuk orang yang menyukai tebang
”siapa saja”, sekalipun itu adalah anak kandungnya
sendiri. Saul berkata, ”Beginilah kiranya Allah
menghukum aku, bahkan lebih lagi daripada itu.
Sesungguhnya, Yonatan, engkau harus mati” (1Sam.
14:44). Tetapi rakyat membela Yonatan, sehingga
anak Saul itu tidak harus mati (1Sam. 14:45).
Allah melihat bagaimana perilaku Miryam dan
Harun terhadap adiknya. Musa mencatat: ”Miryam
Lilin-Lilin Kecil
serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan
perempuan Kusy yang diambilnya, sebab memang ia
(Musa) telah mengambil seorang perempuan Kusy”
(Bil. 12:1). ”Sebab itu bangkitlah murka TUHAN
terhadap mereka, lalu pergilah Ia. Dan ketika awan
telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam
kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling
kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena
kusta!” (Bil. 12:9-10).
Dari catatan Alkitab, diketahui bahwa Miryam
adalah nabiah yang pertama. Ia adalah orang yang
dipilih dan dipakai Allah (Kel. 15:20). Miryam adalah
anak sulung dari pasangan Amram dan Yokhebed.
Namun, kesalahannya mengundang hukuman Allah
terhadap dirinya. Tidak peduli apa dan siapa orang
tersebut, Allah tidak pernah ragu untuk menjatuhkan
hukuman-Nya jika ia bersalah.
Musa, orang yang juga dipakai secara khusus
oleh Allah juga pernah mengalami tindakan tegas
dari yang Mahakuasa. Alkitab mencatat ”Adapun
TUHAN sudah berfirman kepada Musa di Midian,
”Kembalilah ke Mesir, sebab semua orang yang ingin
mencabut nyawamu telah mati.”” (Kel. 4:19). Allah
mengutus Musa ke Mesir untuk membawa umat
Israel keluar dari sana. ”Tetapi di tengah jalan, di
suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan
Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya. Lalu
Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit
khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit
itu kaki Musa sambil berkata, ”Sesungguhnya engkau
pengantin darah bagiku.”” (Kel. 4:24-25).
Musa lalai untuk menyunat anaknya, dan untuk
Lilin-Lilin Kecil
itu Allah bertindak menurut keadilan-Nya. Orang
yang bersalah patut dihukum, siapapun orang itu.
Kita masih ingat tentang Nadab dan Abihu, anakanak imam besar Harun. Keduanya dibinasakan oleh
Allah karena mereka salah.
Hidup bergereja tidak luput dari adanya umat
yang melakukan kesalahan. Lazimnya, ada disiplin
yang mesti dijalankan terhadap jemaat yang seperti
itu. Apakah gereja Allah dapat menerapkan disiplin,
tanpa ”tebang pilih” dalam arti ”tebang siapa saja”
yang memang terbukti bersalah? Suatu tantangan
yang tidak mudah.
Lilin-Lilin Kecil
3
AKIBAT MENGINTIP
“Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat
baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau,
tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:7)
I
ntip-mengintip ternyata sudah ada sejak zaman
Adam dan anak-anaknya ribuan tahun yang lalu.
Allah melihat Kain, wajahnya muram dan hatinya
panas, karena persembahannya tidak dikenan Allah
(ref. Kej. 4:3-5). Dalam situasi seperti itu Iblis
mulai memasang jeratnya. Pertama kalinya seorang
manusia menjadi pembunuh. Suatu rekor yang tidak
dapat dibanggakan.
Yesus tiga kali dicobai Iblis saat Ia berada di
padang gurun, tempat ia tinggal selama empat puluh
hari. Dengan mempergunakan firman Tuhan, pedang
Roh, Ia mengatasi ketiga pencobaan itu. Sesudah
Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur
dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Iblis
melakukan pengintipan, tidak hanya kepada Yesus
dan Kain, namun juga terhadap seluruh umat Tuhan.
Saat manusia lengah, Iblis pun segera menebarkan
jerat mautnya.
Ada sebagian orang yang memiliki hobi
Lilin-Lilin Kecil
mengintip, di antaranya mengintip rumah tetangga.
”Oh, si Anu yang di sebelah kiri rumah baru membeli
satu set sofa baru.” ”Si Ono yang di seberang rumah,
kemarin sudah menikmati televisi layar datar ukuran
lima puluh dua inci, gede banget, yang menggotongnya
saja empat orang.” Atau, ”Tetangga yang di kanan
rumah, minggu lalu punya lemari es baru, katanya
bisa Hot and Cool, 2 in 1 gitu lho, dari satu tempat
bisa menikmati ayam goreng dan minum es jeruk.”
Bu Ani, yang kebetulan suka mengintip,
melaporkan semua temuannya kepada sang suami,
Pak Inu. Bahkan, Bu Ani juga sudah melakukan
investigasi atas semua temuannya itu, dan memang
sesuai dengan yang ia lihat. Ia melaporkan kepada
Pak Inu dengan sangat berapi-api karena ia pun ingin
memiliki barang-barang yang telah dipunyai oleh
para tetangganya itu. Melihat TV Pak Ono, serasa
berada di bioskop; duduk di sofa si Anu, badan ini
serasa melayang; dan itu lho, lemari es-nya benarbenar kotak ajaib, ada yang hot dan ada yang nyes.
”Ayo Pa, beli dong!”, kata Bu Ani kepada suaminya.
Pak Inu, karyawan yang jujur, mulai
menghitung-hitung berapa uang yang diperlukan
untuk memuaskan hasrat sang istri. Walah, ternyata
setara dengan dua puluh dua bulan gaji. Ia sudah
ingin menolak keinginan sang istri, namun belum
sempat ia berbicara, istrinya mulai menangis, makin
lama makin kencang. Pak Inu tidak sampai hati
mengecewakan sang istri, tetapi ia bingung dari mana
memperoleh uang yang begitu besar dalam waktu
singkat. Wajah Pak Inu menjadi muram dan hatinya
tidak karuan rasanya. Iblis sudah mengintip di depan
Lilin-Lilin Kecil
pintu hati Pak Inu dan mulai membisikkan tujuh buah
huruf: Korupsi.
Karyawan yang jujur, menjelang purna karya
(pensiun) mulai tergoda untuk korupsi. Bermula dari
hobi sang istri yang suka mengintip ke kanan, ke kiri,
ke seberang, akhirnya menjadi dilema bagi suaminya.
Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Pak Inu? Apa
Anda punya saran?
Lilin-Lilin Kecil
4
TITIK-TITIK
A
khir Agustus 2006 menjadi batas waktu yang
diberikan oleh PBB (Perserikatan BangsaBangsa) kepada Iran untuk menghentikan
program pengayaan uranium yang menjadi cikal bakal
program nuklir. Pemerintah Iran jalan terus dengan
programnya, karena tujuan mereka adalah bukan
untuk membuat senjata nuklir, tetapi untuk maksudmaksud damai, misalnya pembangkit listrik dengan
tenaga nuklir. Sampai saat ini belum tercapai titik
temu yang dapat memuaskan semua pihak berkenaan
dengan program nuklir Iran. Situasinya masih ’titiktitik’.
Lukas mencatat di dalam Kisah pasal 15
perbedaan pandangan antara Barnabas dan Paulus:
“Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang
disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata,
bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah
meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau
turut bekerja bersama-sama dengan mereka. Hal
itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga
mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus
juga sertanya berlayar ke Siprus” (Kis. 15:37-39).
Paulus berbeda pandangan dengan Barnabas, yang
selama itu menjadi mentornya. Dua pendapat yang
10
Lilin-Lilin Kecil
tidak mencapai titik temu dan membuat mereka
untuk sementara waktu berpisah.
Sekian tahun kemudian Paulus merenungkan
pendapatnya tentang Markus, dan ia kemudian
mengubah pandangannya. Hal ini terlihat saat ia
mengirim surat kepada jemaat di Kolose: “Salam
kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara
dan dari Markus, kemenakan Barnabas – tentang dia
kamu telah menerima pesan; terimalah dia apabila
dia datang kepadamu.” (Kol. 4:10) Syukurlah, bila
bertahun-tahun kemudian Paulus dapat menemukan
titik pandang yang sama dengan Barnabas; yang dulu
mencapai “titik pisah” kini menemukan titik temu.
Masih tentang Paulus. Pada mulanya ia adalah
seorang penganiaya umat Kristen, dengan “kuasa
penuh dan tugas dari imam-imam kepala telah
menganiaya dan memasukkan banyak orang kudus
ke dalam penjara, bahkan ia setuju jika mereka itu
dihukum mati” (Kis. 26:10,12). Namun di luar gerbang
kota Damsyik terjadi titik balik dalam kehidupannya.
Saat itu ia mendengar suara dalam bahasa Ibrani,
“Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”
(Kis. 26:14).
Ia yang mulanya menganiaya umat Kristen,
kemudian menjadi pengikut Kristus. Dulu ia giat
bekerja bagi Tuhan menurut keyakinannya (Kis. 22:3),
kemudian bergiat bagi Tuhan menurut pimpinanNya. Setiap manusia tentu mesti yakin dengan segala
sesuatu yang dikerjakannya. Dengan demikian ia akan
melakukan kegiatannya dengan sepenuh hati. Namun
lebih dari itu, setiap insan hendaklah menjalankan
segala hal menurut pimpinan-Nya, tidak semata-
11
Lilin-Lilin Kecil
mata berdasarkan keyakinannya.
Banyak orang yakin bahwa jika terpaksa
korupsi itu boleh-boleh saja karena gaji tiap bulan
tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Menurunkan mutu barang yang dijual juga biasabiasa saja, tidak apa-apa; mendapatkan ijasah As-Pal
(asli tapi palsu) itu sudah lazim. “Ini bukan zalim
lho, saya kan memberi sejumlah uang yang cukup
besar kepada oknum kepala sekolah Anu,” demikian
alasannya. Bila menuruti pimpinan Tuhan, hal-hal
yang disebutkan tadi tentu tidak akan kita lakukan.
Dibutuhkan titik balik, dari sekedar semata-mata
keyakinan menjadi dipimpin oleh Tuhan.
Kisah “anak sulung” dalam Lukas pasal 15
berakhir dengan titik-titik; tidak jelas bagaimana
kesudahannya. Lukas mencatat: kata ayah kepada
anaknya, “Anakku, engkau selalu bersama-sama
dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah
kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira
karena adikmu telah mati dan hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali.” (Luk. 15:30-32).
Tidak jelas, apakah anak sulung itu masuk ke rumah
bapanya atau tetap memilih di luar.
Bagian titik-titik di atas menjadi tugas untuk
kita mengisinya. Kira-kira apa yang mesti dituliskan:
anak sulung tidak mau masuk ke rumah bapanya atau
akhirnya anak sulung pun masuk ke rumah bapanya.
Di akhir hidup kita bagian titik-titik tersebut akan
terisi. Ingat, jangan salah isi, nanti rugi.
12
Lilin-Lilin Kecil
5
TEORI TIKUS
“Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan
kepada murid-murid-Nya, kata-Nya, “Ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang
mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka
mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.””
(Mat. 23:1-3)
A
chmad Linoch, dosen hukum acara pidana di
Universitas Jember selama tiga puluh tahun
telah ribuan kali menyampaikan teori perihal
hukum acara pidana kepada para mahasiswanya.
Ia ingin konsisten mempraktekkan teori yang
disampaikannya itu. Sebagai salah satu dari anggota
majelis hakim perkara “X”, ia berpendapat, bersama
dengan dua anggota hakim yang lain, bahwa ketua
MA (Mahkamah Agung) diperlukan kehadirannya di
dalam sidang dalam perkara “Y” sebagai saksi. Untuk
konsistensinya itu, ia bersama dua hakim anggota
yang sependapat dengan dia, diganti dalam perkara
“Y”, yang sampai saat ini masih berlangsung.
Teorinya, semua orang adalah sama di hadapan
hukum. Prakteknya bisa ya, namun juga bisa tidak.
13
Lilin-Lilin Kecil
Hal serupa juga terjadi pada zaman Yesus dulu. Ahliahli Taurat dan orang-orang Farisi memiliki segudang
teori mengenai ini dan itu. Nyatanya, segala teori yang
bagus dan indah itu hanya sebatas di atas kertas, tidak
terlihat praktek di pengadilan, eh di lapangan. Jadi,
ahli hukum agama dan pakar hukum dunia tidak jauh
berbeda. Mereka mungkin lebih cocok bila disebut
sebagai ”tikus-tikus yang berteori”, alias ”teoritikus”.
Sekian puluh tahun dari zaman Yesus, Yakobus
mencatat hal yang kurang lebih sama. Coba perhatikan
pernyataannya: “Jika seorang saudara atau saudari
tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan
sehari-hari, dan seorang di antara kamu berkata,
”Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah
sampai kenyang!” tetapi ia tidak memberikan
kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu?” (Yak. 2:14-15)
Bencana di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang
mungkin masuk kategori lokal bukan nasional, sudah
berjalan kira-kira tiga minggu, namun bantuan jatah
hidup (JADUP) belum juga disalurkan. Entah mampat
di mana. Yang jelas, banyak warga yang terkena
bencana merasa semakin jengkel. Bila mendengar
teorinya sih bagus: ada bantuan untuk merenovasi
rumah, yang besarnya X rupiah per rumah. Ada
bantuan Langsung Tunai yang karena terjadi gempa,
banyak warga yang tidak lagi memegang kartu BLT
tersebut. Ada juga bantuan JADUP. Faktanya ada
banyak teori yang secara praktek belum nampak
wujudnya. Apakah memang di negara ini banyak tikus
yang berteori, eh maaf, banyak teoritikus, daripada
“Praktikus” yang mungkin artinya adalah ramai-
14
Lilin-Lilin Kecil
ramai menggeprak tikus.
Sudah kira-kira dua tahun lebih sejak tsunami
melanda Serambi Mekah dan Nias, nyatanya dua
daerah yang terkena bencana yang sangat parah itu
belum juga pulih. Yohanes menyatakan “Anak-anakku,
marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam
kebenaran.” (1Yoh. 3:18) Warga yang terkena bencana
tidak membutuhkan janji-janji. Mereka juga tidak
memerlukan diskusi berkepanjangan alias silat lidah.
Mereka ingin melihat bantuan nyata yang benarbenar, bukan yang dikorup sana sini.
Dengan berbagai peristiwa yang digolongkan
sebagai bencana, kita dapat melihat apakah banyak
pihak menyatakan jati dirinya sebagai orang-orang
yang ’menggeprak tikus atau praktikus’, atau justru
yang bersalin rupa menjadi ’tikus-tikus yang berteori’
alias teoritikus? Saatnya kita membeli racun tikus,
ayo buruan!
15
Lilin-Lilin Kecil
6
AWAL DAN AKHIR
“Akhir suatu hal lebih baik daripada awalnya.”
(Pkh. 7:8)
M
atius, juga dikenal dengan nama Lewi, pada
mulanya mengecewakan hati. Orangtuanya
bernama Alfeus. Sang ayah berharap
anaknya itu akan menjadi umat pilihan, sama seperti
suku Lewi. Memang hanya suku Lewi yang boleh
melayani di kemah suci. Ketika si anak menjadi
pemungut cukai, nampaknya harapan sang bapa sirna.
Tak disangka, kalau Yesus memilih Lewi menjadi
salah satu dari dua belas rasul, yaitu murid pilihan
(Mrk. 2:13-17). Akhirnya Alfeus boleh bernapas lega,
suatu drama keluarga yang menegangkan.
Paulus, yang mulanya bernama Saulus, orang
dari suku Benyamin, awalnya sangat menggebugebu mengejar murid Yesus. Ia memperoleh surat
kuasa dari Imam Besar untuk dibawa kepada majelismajelis Yahudi di Damsyik. Dengan surat itu, jika
ia menemukan laki-laki atau perempuan yang
mengikuti jalan Tuhan, ia dapat menangkap dan
membawa mereka ke Yerusalem. Kegiatan Paulus
tidak hanya menangkap, namun juga menganiaya
pengikut jalan Tuhan, bila perlu sampai mereka mati
16
Lilin-Lilin Kecil
dan memenjarakan mereka. Tapi akhirnya Paulus
”ditangkap” oleh kasih Yesus (Kis. 9:1-5, 22:4).
Sebagai murid Yesus, ia sungguh-sungguh
giat bekerja, seperti dikatakannya, ”Sebaliknya, aku
telah bekerja lebih keras daripada mereka semua”
(1Kor. 15:10). Ia tidak hanya giat bekerja pada saat
masih muda, namun juga ketika usianya bertambah,
ia tetap seorang pekerja keras. Paulus mengawali
kehidupannya dengan kegiatan yang semula ia anggap
benar (Kis. 26:9), dan mengakhiri dengan kegiatan
yang memang benar di mata Tuhan (2Tim. 4:7-8).
Abraham yang sudah semakin tua mengutus
seorang hambanya untuk mencarikan seorang istri
bagi Ishak, anaknya. Dengan pimpinan dan petunjuk
Tuhan, hamba tua Abraham kembali ke Bersyeba,
tempat tinggal tuannya, dengan membawa Ribka.
Musa mencatat: ”Kemudian hamba itu menceritakan
kepada Ishak segala yang dilakukannya. Lalu Ishak
membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan
mengambil dia menjadi istrinya. Ishak mencintainya
dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.”
(Kej. 24:66-67).
Mulanya tidak ada cinta, namun pada akhirnya
hidup mereka diselimuti cinta. Pada suatu waktu
Abimelekh, raja orang Filistin, menjenguk dari
jendela rumahnya, dan melihat Ishak sedang
bercumbu-cumbuan dengan Ribka, istrinya (Kej.
26:8). Menurut perhitungan yang logis dan realistis,
pada saat di Gerar, usia pernikahan Ishak dan Ribka
sudah berjalan kira-kira empat puluh tahun lamanya.
Mulanya biasa-biasa saja, tapi akhirnya luar biasa.
Lain lagi kisah yang dilakoni oleh Amnon, anak
17
Lilin-Lilin Kecil
Daud dari Ahinoam (2Sam. 3:2). Awalnya ia jatuh
cinta kepada Tamar, anak Daud dari Maakha (2Sam.
3:3). Saking cintanya kepada si adik, Amnon jatuh
sakit (2Sam. 13:1-2). Dengan muslihat yang dirancang
oleh Yonadab, sepupunya, akhirnya Amnon bisa
berada berduaan dengan Tamar dalam satu kamar.
Saat itulah ia memperkosa orang yang dicintainya.
”Kemudian timbullah kebencian yang sangat
besar pada Amnon terhadap gadis itu, bahkan lebih
besar benci yang dirasanya kepada gadis itu daripada
cinta yang dirasanya sebelumnya” (2Sam. 13:15).
Diawali dengan cinta yang menggebu, ternyata
diakhiri dengan kebencian yang menggelora.
Segala hal ada awal dan akhir. Mungkin awalnya
buruk, tetapi dengan kesungguhan hati hal yang
buruk itu dapat diakhiri dengan baik. Bila mulanya
baik-baik, semestinya lebih mudah untuk menutup
kisah tersebut dengan kebahagiaan. Akhirnya
segala sesuatu memang berpulang kepada niat hati
seseorang.
18
Lilin-Lilin Kecil
7
KISS OF DEATH
P
ara penemu protein “Kiss of Death” diumumkan
sebagai pemenang Nobel Kimia 2004 di
Stockholm, Swedia. Mereka adalah Aaron
Ciechanover dan Avram Herskho dari Israel, serta
Irwin Rose dari Amerika Serikat. Julukan “Kiss of
Death” diberikan pada penanda protein yang disebut
ubiquitin dan menjadi label pada protein-protein
yang harus dihancurkan (Kompas, 7 Oktober 2004).
Artikel di atas kembali dimunculkan berkenaan
dengan diterbitkannya sebuah buku dengan judul
Injil Yudas. Menurut kalangan tertentu, Injil Yudas
ini adalah otentik. Salinannya, yang diyakini telah
ditemukan pada tahun 1945 di Mesir, merupakan
terbitan tahun 250 M. Sedangkan Injil Yudas pertama
kali muncul sekitar tahun 140M-160M. Dalam
Injil Yudas, tokoh Yudas bukan dipahami sebagai
pengkhianat, namun diterima sebagai “pahlawan”.
Terlepas dari pro-kontra Yudas Iskariot sebagai
pengkhianat atau pahlawan, berkaitan dengan judul
artikel ini mari kita lihat catatan Lukas: “Waktu Yesus
masih berbicara datanglah serombongan orang,
sedang murid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari
kedua belas murid itu, berjalan di depan mereka. Yudas
mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Maka kata
19
Lilin-Lilin Kecil
Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan
Anak Manusia dengan ciuman?”” (Luk. 22:47-48).
“Ciuman Kematian” menjadi tanda bagi oknum
mana yang mesti ditangkap. Matius mencatat: “Orang
yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda
ini kepada mereka: “Orang yang akan kucium,
itulah Dia, tangkaplah Dia.” Dan segera ia maju
mendapatkan Yesus dan berkata: “Salam Rabi”, lalu
mencium Dia. Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Hai
teman, untuk itukah engkau datang?” Maka majulah
mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya.”
(Mat. 26:48-50)
Sampai pada waktu penangkapan-Nya, Yesus
memandang Yudas Iskariot sebagai teman, bukan
sebagai musuh. Sebaliknya, Yudas menyebut Yesus
sebagai guru (rabi). Kita tidak menemukan catatan,
apakah Yesus pernah mengajari murid-muridNya untuk mempergunakan “ciuman” sebagai
tanda untuk “berkhianat”. Entah dari mana Yudas
mendapatkan “inspirasi” untuk memakai ciuman
dalam menjalankan aksinya.
Ciuman merupakan bentuk ungkapan kasih
sayang terhadap seseorang yang kita kasihi, hormati,
atau kagumi. Tetapi, di tangan Yudas ciuman ini
mendapat makna baru. Bila dulu kita mengenal
“ciuman selamat datang”, “ciuman perpisahan”, atau
“ciuman selamat”, kini ditambah dengan “ciuman
kematian”. Orang yang dicium tak lama kemudian
segera mengalami kematian.
Entah niat Yudas itu baik atau buruk, kita
berharap supaya ciuman dipahami sebagai ungkapan
kasih dalam pengertian positif. Dengan demikian
20
Lilin-Lilin Kecil
dalam hubungan suami-istri, orangtua-anak, antar
teman, ciuman tidak menjadi tanda pengkhianatan.
Ciuman tetap sebagai tanda kasih sayang, kekaguman,
penghormatan, dan kebahagiaan. Say no to “Kiss of
Death”!
21
Lilin-Lilin Kecil
8
ITU NYATA DARI BAHASANYA
“Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ
datang kepada Petrus dan berkata, “Pasti engkau juga
salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu.”
(Mat. 26:73).
Z
akharia pernah menjadi bisu selama kira-kira
sembilan bulan lamanya, dan rasanya ia sangat
menderita. Untuk menyampaikan isi hatinya,
ia terpaksa menggunakan batu tulis (Luk. 1:6364). Jauh sebelumnya, Nabi Yehezkiel juga pernah
mengalami kebisuan satu masa lamanya (Yeh. 3:26).
Merupakan satu penderitaan saat orang tidak dapat
dengan leluasa mengungkapkan isi hatinya melalui
hal yang sederhana yaitu berbicara.
Sebaliknya, penulis kitab Amsal menyatakan:
“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi
siapa menahan bibirnya, berakal budi” (Ams. 10:19).
Orang yang banyak bicara mesti berhati-hati, karena
mungkin saja ada kata-kata yang tidak seharusnya ia
katakan. Penulis surat Yakobus mengatakan dengan
sangat jelas, bahwa “Dengan lidah kita memuji Tuhan,
Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia
yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang
satu keluar berkat dan kutuk.” (Yak. 3:9-10)
22
Lilin-Lilin Kecil
Petrus bergaul bersama-sama Yesus kira-kira
tiga tahun lamanya mulai dari Galilea sampai ke
Getsemani. Tentu banyak hal yang telah diajarkan
Yesus kepada murid-murid-Nya, baik secara umum
(sekaligus di depan banyak orang) maupun dalam
forum tersendiri (Mrk. 4:33-34). Seharusnya cara
dan isi bahasa rasul-rasul tidak berbeda jauh dengan
Guru mereka. Maka ketika orang-orang di dekat pintu
gerbang bait Allah mendengar perkataan Petrus pada
malam Yesus ditangkap, mereka yakin bahwa ia juga
adalah murid Yesus, sebab itu nyata dari bahasanya.
Coba perhatikan beberapa perkataan yang
muncul dari bibir murid-murid-Nya. Lukas mencatat
ucapan Stefanus menjelang kematiannya: ”Sambil
berlutut ia (Stefanus) berseru dengan suara nyaring:
”Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada
mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah
ia” (Kis. 7:60). Mungkin Stefanus berkata dengan
nyaring karena kuatir Allah tidak mendengar
suaranya atau ia ingin orang-orang yang merajamnya
mendengar dengan jelas perkataannya. Di tengah
kegeraman orang banyak yang melemparinya dengan
batu, terselip doa yang penuh dengan kasih dan
pengampunan.
Paulus mengatakan kepada jemaat di Kolose:
”Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih,
jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana
kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”
(Kol. 4:6). Ucapan Stefanus mengandung rasa
‘asin’, yaitu rasa kasih yang sangat kuat. Ia bahkan
mengucapkan permohonannya itu dengan berlutut.
Tetapi, tentu saja ada ucapan yang hambar, sekalipun
23
Lilin-Lilin Kecil
itu diucapkan oleh umat Allah.
Yakobus mencatat: ”Jika seorang saudara atau
saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan
makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu
berkata, ”selamat jalan, kenakanlah kain panas
dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak
memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya,
apakah gunanya itu?”” (Yak. 2:15-16). Umat seperti
ini barangkali melupakan ucapan Yesus yaitu supaya
semua murid menjadi terang dan garam dunia (Mat.
5:13-14).
Rasul Paulus pernah memberikan pesan kepada
jemaat di Roma: ”Terimalah orang yang lemah
imannya tanpa mempercakapkan pendapatnya.”
(Rm. 14:1). Pada zaman sekarang, ketika orang-orang
merasa kurang aman, mungkin saja ada orang yang
memarkir kendaraannya dengan memasang gembok
pada keempat pintu mobilnya. Kalau Mr. Bean hanya
memasang satu gembok, orang ini memakai empat
gembok. Sungguh sangat berjaga-jaga. Orang yang
lain tidak perlu memperbincangkan pemakaian
‘empat gembok’ tersebut karena iman setiap orang
tentu berbeda-beda. Ada yang lebih kuat, mungkin
juga ada umat yang belum kuat imannya.
Maka, nyatakan jati diri Anda sebagai muridNya, seperti dikatakan orang-orang di dekat pintu
gerbang: ”Itu nyata dari bahasanya”.
24
Lilin-Lilin Kecil
9
SALURAN BERKAT
“Jangan menahan kebaikan daripada orang-orang
yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada
sesamamu, “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,”
sedangkan yang diminta ada padamu.” (Ams. 3:27-28).
T
uhan berbicara kepada umat-Nya lewat Nabi
Musa: “Engkau harus memberi kepadanya
dengan limpahnya dan janganlah hatimu
berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya,
sebab oleh karena hal itulah Tuhan, Allahmu, akan
memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu
dan dalam segala usahamu. Sebab orang-orang
miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu;
itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu,
demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebarlebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin
di negerimu.” (Ul. 15:10-11)
Rasanya cukup mudah untuk menemukan
orang-orang miskin di sekitar tempat tinggal kita
ketimbang mencari orang-orang kaya. Padahal, bisa
saja mereka itu sudah bekerja dengan sangat keras.
Mungkin sebelum matahari terbit mereka telah keluar
rumah untuk mencari sesuap nasi, dan baru kembali
25
Lilin-Lilin Kecil
setelah matahari terbenam. Pulang ke rumah dengan
membawa uang tidak seberapa, yang belum tentu
mencukupi kebutuhan hidup seisi rumah, padahal
setiap mulut dan perut perlu diisi.
Ayub, seorang yang paling kaya di sebelah timur,
mencoba membuka tangan lebar-lebar bagi mereka
yang membutuhkan. Di dalam kitab Ayub tercatat
hal-hal berikut: “Karena aku menyelamatkan orang
sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu
yang tidak ada penolongnya; aku mendapat ucapan
berkat dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang
janda kubuat bersukaria; aku menjadi bapa bagi
orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal,
kuselidiki.” (Ayb. 29:12, 13, 16).
Kekayaannya yang banyak tidak hanya dinikmati
oleh anak dan istrinya, namun juga disalurkan kepada
mereka yang memerlukannya. Janda miskin, anak
piatu yang juga miskin (anak yatim yang mempunyai
banyak warisan tidak perlu mendapat bantuan),
orang-orang yang berperkara namun tidak mengerti
hukum dibantu oleh Ayub dengan sungguh-sungguh,
bukan “tebar pesona”.
Ayub mengetahui bahwa harta yang dimilikinya
berasal dari Tuhan. Ia berkata, “Dengan telanjang aku
keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi,
Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.”
(Ayb. 1:21). Allah menitipkan kekayaan kepadanya
dan Ayub menggunakannya sebegitu rupa sehingga
ia telah menjadi saluran berkat bagi orang-orang di
sekitarnya.
Sangat disayangkan bahwa tidak semua orang
26
Lilin-Lilin Kecil
memiliki pola pikir seperti Ayub. Tidak sedikit
yang berperilaku mirip lintah. Penulis kitab Amsal
mencatat, “si lintah mempunyai dua anak perempuan:
“untukku!” dan “untukku!”” (Ams. 30:15). Mungkin
di sekitar rumah kita ada banyak lintah darat. Lintah
darat meminjamkan uang kepada mereka yang
membutuhkan dengan bunga yang mencekik leher.
Pedagang dengan modal lemah acapkali menjadi
sasaran mereka karena jika mereka hendak meminjam
uang dari bank tidak ada yang dapat dijaminkan dan
lagi prosesnya berbelit-belit.
Ada saluran berkat, ada juga ”saluran mampat”
karena disumbat oleh pemiliknya. Satu saat pipanya
bisa pecah. Penulis surat Yakobus membuat
pernyataan yang jelas: “Jadi sekarang, hai kamu
orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas
sengsara yang akan menimpa kamu. Kekayaanmu
sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat!
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya
akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan
memakan dagingmu seperti api.” (Yak. 5:1-3).
Mari kita menjadi dermawan, jangan seperti
dramawan yang ahli bersandiwara; sepertinya murah
hati, padahal pelitnya setengah mati, bahkan sampai
mati!
27
Lilin-Lilin Kecil
10
HADIAH YANG SANGAT
MENARIK
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap,
bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang
kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku
dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”
(Flp. 3:13-14).
S
ebagian besar promosi barang disertai dengan
hadiah, mulai dari gelas cantik, mangkuk,
sepeda motor, mobil mewah, tiket perjalanan
ibadah, dan lain-lain. Makin besar hadiah yang
ditawarkan maka semakin menarik minat banyak
orang. Siapa tahu sambil menabung di sebuah bank,
seseorang akan memperoleh sebuah mobil produksi
Eropa dan tentu saja bunga bank yang menawan.
Hadiah sungguh menyedot hati banyak insan di muka
bumi ini.
Suatu saat Paulus mendapat tawaran hadiah
yang sangat menarik dan bernilai. Itu terjadi waktu
ia hampir sampai ke Damsyik. Paulus menceritakan
pengalamannya: “Ananias datang berdiri di dekatku
dan berkata, “Saulus, saudaraku, bukalah matamu
28
Lilin-Lilin Kecil
dan melihatlah!” Dan seketika itu juga aku melihat
kembali dan menatap dia. Lalu katanya: “Allah
nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk
mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang
Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari
mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya
terhadap semua orang tentang apa yang kau lihat
dan yang kau dengar. Dan sekarang, mengapa engkau
masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis
dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada
nama Tuhan!”” (Kis. 22:13-16).
Paulus ragu-ragu saat ditawari hadiah yang
begitu berharga oleh Tuhan. Ia berpikir, apakah
benar panggilan sorgawi itu dapat diperoleh dengan
cuma-cuma, tanpa bayaran apa pun? Walaupun ia
telah melihat cahaya yang demikian cemerlang dan
mendengar suara Yesus, namun ternyata ia masih juga
diliputi keraguan. Kebimbangan masih menyelimuti
hatinya saat ia berhadapan muka dengan Ananias,
seorang murid Tuhan.
Zaman sekarang banyak penipuan yang berkedok
pemberian hadiah. Di dalam surat pemberitahuan
untuk pemenang dikatakan: “Selamat! Anda
mendapatkan hadiah sebuah mobil Kijang! Anda
adalah seorang pribadi yang sangat beruntung. Kami
akan bantu mengurus balik nama kendaraan itu atas
nama Anda. Untuk itu kirimkanlah uang sejumlah X
rupiah dan kirimkan ke rekening nomor Y secepatnya.
Batas pengambilan hadiah ini tinggal 3 hari lagi,
setelah itu hadiah ini tidak berlaku lagi. Kirimkan
uang itu secepatnya.” Saat uang dikirim ternyata
mobil Kijangnya tidak pernah muncul. Kijangnya
29
Lilin-Lilin Kecil
kabur.
Keragu-raguan adalah hal yang wajar. Ketika
kita ragu-ragu, kita sesungguhnya meningkatkan
kewaspadaan dan bertindak lebih hati-hati. Namun,
bila kita merenungkan bahwa pemberi janji itu
adalah Bapa kita sendiri, tidak seharusnya manusia
tetap dalam kebimbangan. Tuhan yang di Surga
adalah Bapa dari semua manusia, dan Ia-lah yang
telah menjanjikan hadiah itu kepada Paulus. Tidak
saja untuk Paulus, Bapa Surgawi juga menjanjikan
panggilan surgawi itu untuk semua manusia. Hadiah
yang terbaik telah ditawarkan kepada kita semua.
Setiap tahun banyak umat Kristen yang
merayakan kematian Yesus di kayu salib yang lebih
dari dua ribu tahun yang lalu. Saat Ia mati, tirai Bait
Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Dengan
kematian-Nya maka jalan ke sorga telah terbuka bagi
semua orang. Hadiah ini terus Ia tawarkan kepada
semua orang semata-mata karena kasih-Nya. Paulus
mengatakan: “Itulah yang baik dan yang berkenan
kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki
supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh
pengetahuan akan kebenaran.” (1Tim. 2:3-4).
Karena kasih karunia Bapa Sorgawi, maka waktu
promosi hadiah ini diperpanjang sampai batas waktu
yang belum ditentukan. Rasul Petrus memahami hal
ini: “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun
ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,
tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya
semua orang berbalik dan bertobat.” (2Ptr. 3:9).
Tanpa perlu menjadi nasabah atau membeli
30
Lilin-Lilin Kecil
produk apapun, kita akan mendapat hadiah, tanpa
diundi lagi. Kalau ada bank dan pengusaha yang
berbuat demikian, tentulah usahanya akan segera
bangkrut. Tapi kita semua tidak perlu khawatir,
karena Bapa surgawi maha kaya, dan hadiah itu
sungguh nyata. Bila tidak percaya, lihat saja nanti di
Surga.
31
Lilin-Lilin Kecil
11
KOMUNIKASI
“Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya,
‘Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum
kepadaku, seorang Samaria?’ (Sebab orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria)” (Yoh. 4:9)
S
aat murid-murid pergi ke kota untuk membeli
makanan, Yesus duduk di pinggir sebuah
sumur yang ternyata adalah sumur yang
dahulu digali oleh Yakub. Hari pada saat itu kira-kira
pukul dua belas siang, dan Yesus sangat letih karena
perjalanan yang ditempuh-Nya. Kemudian datanglah
seorang perempuan Samaria hendak menimba air.
Yesus berkata kepadanya, ”Berilah Aku minum”.
Yesus memulai suatu komunikasi dengan perempuan
Samaria itu, sungguh merupakan komunikasi lintas
budaya (Yoh. 4:6-8).
Banyak pihak berpendapat bahwa orang-orang
Yahudi merasa martabatnya lebih tinggi, dan karena
itu mereka tidak mau bergaul dengan orang Samaria.
Penulis Kisah Para Rasul mencatat perkataan Petrus:
“Ia berkata kepada mereka: ”Kamu tahu, betapa
kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul
dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk
ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan
32
Lilin-Lilin Kecil
kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang
najis atau tidak tahir.”” (Kis. 10:28)
Tuhan yang memberi petunjuk kepada Petrus
untuk pergi ke rumah Kornelius, seorang perwira
pasukan yang disebut pasukan Italia. Orang-orang
dengan budaya yang berbeda dapat berkomunikasi
dalam posisi yang sejajar. Alkitab mencatat: “Lalu
mulailah Petrus berbicara, katanya: ”Sesungguhnya
aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan
orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut
akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan
kepada-Nya.”” (Kis. 10:34-35).
Ada lagi komunikasi lintas moral, dan itu terjadi
di rumah Rahab. Firman Tuhan mencatat: “Yosua
bin Nun dengan diam-diam melepas dari Sitim dua
orang pengintai, katanya: ”Pergilah, amat-amatilah
negeri itu dan kota Yerikho.” Maka pergilah mereka
dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan
sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ.” (Yos.
2:1). Kemudian, “Esok malamnya, sebelum kedua
orang (pengintai) itu tidur, naiklah perempuan itu
mendapatkan mereka di atas sotoh dan berkata kepada
orang itu: ”Aku tahu, bahwa Tuhan telah memberikan
negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap
kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk
negeri ini gemetar menghadapi kamu.” Lalu jawab
kedua orang itu kepadanya, ”Nyawa kamilah jaminan
bagi kamu, asal jangan kau kabarkan perkara kami
ini; apabila Tuhan nanti memberikan negeri ini
kepada kami, maka kami akan menunjukkan terima
kasih dan setia kami kepadamu.”” (Yos. 2:8, 9, 14)
Dari komunikasi di atas dapat diketahui bahwa
33
Lilin-Lilin Kecil
orang-orang yang secara moral sering disebut “sampah
masyarakat” ternyata merindukan keselamatan.
Mereka juga membuka telinga untuk mendengar
tentang karya Allah di berbagai tempat dan mereka
juga percaya kepada-Nya. Yesus menyatakan bahwa
bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit. ”Aku datang bukan untuk memanggil
orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat. 9:1213). Memanggil orang berdosa hanya dapat dilakukan
dengan membuka saluran komunikasi dengan
mereka.
Beberapa waktu yang lalu ”Generation Gap”
menjadi suatu istilah yang cukup akrab di telinga
kita. Sepertinya ada masalah besar berkenaan dengan
minimnya atau ketidakserasian hubungan antar
generasi. Sungguh menarik melihat catatan Nabi
Musa tentang dialog antara Abraham dengan Ishak,
anaknya: “Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham,
ayahnya: ”Bapa.” Sahut Abraham: ”Ya, anakku.”
Bertanyalah ia: ”Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi
di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?”
Sahut Abraham: ”Allah yang akan menyediakan anak
domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.”
Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.”
(Kej. 22:7-8)
Melihat catatan di atas, semestinya jurang
antar generasi itu dapat ditimbun oleh kedua
belah pihak, baik orangtua maupun orang muda
melalui komunikasi yang diliputi cinta kasih, bukan
kecurigaan atau saling meremehkan. Zaman sekarang,
dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih,
semestinya komunikasi lintas generasi lebih mudah
34
Lilin-Lilin Kecil
dilakukan.
Mari kita menggunakan berbagai jenis
komunikasi yang ada untuk menyampaikan kasih
Tuhan kepada berbagai jenis orang, entah dia
perempuan sundal, orang pinggiran, orang tua yang
keras kepala, atau anak yang bandel. Katakan kepada
mereka bahwa Tuhan masih mengasihi dan masih
membuka pintu bagi mereka. Ayo, jangan diam saja!
35
Lilin-Lilin Kecil
12
DINAMIKA
MENDIRIKAN RUMAH
“Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu
ditegakkan.” (Ams. 24:3)
T
iap tahun pengembang di berbagai tempat
membangun rumah dengan berbagai ukuran,
entah besar atau kecil, sederhana atau mewah,
tengah kota atau pinggir kota. Ada juga yang menjual
kapling siap bangun, dan si pembeli dapat mendirikan
rumah menurut keinginannya sendiri, apakah gaya
minimalis, mediterania, rumah panggung, dan lainlain. Pembangunan sebuah rumah tentu disesuaikan
juga dengan ”ketebalan kantong” seseorang, seperti
dicatat oleh Lukas: ”Sebab siapakah di antara kamu
yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalaukalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan
itu?” (Luk. 14:28).
Ada yang mendambakan rumah besar bertingkat
nan mewah. Namun apa daya bila dana yang
tersedia tidak seberapa? Mendirikan rumah, yang
kelak menjadi investasi jangka panjang, seyogyanya
tidak mengganggu keuangan perusahaan. Dana
pembangunan rumah adalah keuntungan dari usaha
36
Lilin-Lilin Kecil
kita, apakah dari toko atau pabrik, dan bukan usaha
kita untuk membangun citra pribadi di masyarakat.
Jangan terkecoh dengan politik pencitraan, dirikanlah
rumah dengan hikmat!
Rumah yang telah selesai didirikan tentu sangat
sayang bila dibiarkan kosong. Untuk itu dibutuhkan
seorang teman hidup yang akan bersama-sama
menjadi penghuni. Rumah tangga mulai dibangun
dari rumah tingkat berlantai dua. Namun, pencarian
teman hidup yang hanya satu orang saja kadangkala
membutuhkan waktu yang lebih lama dari membangun
suatu rumah bertingkat. Konon ada pasangan yang
setelah berpacaran selama tujuh tahun baru merasa
yakin untuk maju ke perkawinan, ada juga yang
setelah pacaran tujuh kali baru maju ke pelaminan.
Kini, suatu rumah tangga mulai berdiri.
Sama seperti rumah, entah itu bertingkat atau
tidak, mewah atau sederhana, yang membutuhkan
perawatan, demikian juga rumah tangga atau keluarga
memerlukan pemeliharaan agar tetap tegak berdiri.
Beberapa kepandaian berikut ini biasanya perlu
dimiliki oleh mereka yang telah berumah tangga.
Pertama, pandai mengatur uang. Orang
mengatakan bahwa zaman sekarang semakin tidak
gampang mencari uang. Gaji tidak naik-naik, yang
naik harga kebutuhan pokok. Dulu makan sepiring
berdua, sekarang sekali makan butuh lima piring
– suami istri plus tiga anak. Uang dengan gampang
keluar. Untuk itu kita selalu ingat doa yang Yesus
ajarkan kepada murid-murid-Nya: ”Berikanlah kami
pada hari ini makanan kami yang secukupnya”
(Mat. 6:11). Aturlah uang kita, jangan sampai uang
37
Lilin-Lilin Kecil
yang mengatur kita.
Kedua, pandai mengatur emosi. Manusia
hidup membutuhkan emosi. Orang yang dewasa
relatif mampu mengontrol emosinya. Penulis Amsal
mencatat: ”Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah
daripada diam serumah dengan perempuan yang
suka bertengkar.” (Ams. 21:9) Pertengkaran suami
istri acapkali dibarengi dengan emosi yang meledakledak. Pemilihan kata menjadi sembrono, makin kasar
semakin diminati; makin keras semakin mantap,
dan tampilan wajah menjadi tidak sedap dipandang.
Suami yang ganteng saat bertengkar kelihatan seperti
orang yang sedang menjalani hukuman gantung, istri
yang biasanya manis nampak seperti ibu tiri yang
sadis. Kendalikan emosi, oke!
Ketiga, pandai mengatur waktu. Penulis kitab
Pengkhotbah menyatakan bahwa: ”Untuk segala
sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit
ada waktunya. Ada waktu untuk mencari (uang),
ada waktu untuk memeluk (anak-istri), ada waktu
untuk berdiam diri (di rumah ibadah).” (Pkh. 3:1, 5-7)
Manajemen waktu yang baik akan dapat menciptakan
harmoni antara usaha, pekerjaan, keluarga dan ibadah.
Keluarga akan senang dan Tuhan pun berkenan.
Hikmat dibutuhkan saat mendirikan rumah,
kepandaian diperlukan untuk menegakkannya.
38
Lilin-Lilin Kecil
13
MEREKA TINGGAL DI YERIKHO
C
atatan Alkitab mengenai Yerikho dimulai
ketika Yosua mengutus dua orang pengintai ke
kota tersebut. Mereka tiba di rumah seorang
perempuan sundal yang bernama Rahab (Yos. 2:1).
Rahab tidak hanya peduli terhadap “tamu-tamu”
yang datang ke tempatnya, tetapi ia juga menaruh
perhatian terhadap Yahweh, Allah yang disembah
oleh Abraham. Rahab berkata kepada dua pengintai
itu: “Sebab kami mendengar, bahwa Tuhan telah
mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu,
ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang
kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di
seberang Sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan
Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar
itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap
orang menghadapi kamu, sebab Tuhan, Allahmu,
ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.”
(Yos. 2:10-11)
Kedatangan pengintai ke Yerikho dan
kemudian tinggal di rumah Rahab telah mengubah
kehidupan Rahab, si perempuan sundal itu. Rahab
membutuhkan suatu kehidupan yang baru dan untuk
itu ia harus meninggalkan profesinya yang lama. Ia
mendapatkannya setelah tembok Yerikho roboh.
39
Lilin-Lilin Kecil
Alkitab mencatat, “Lalu masuklah kedua pengintai
muda itu dan membawa keluar Rahab dan ayahnya,
ibunya, saudara-saudaranya dan semua orang yang
bersama-sama dengan dia, bahkan seluruh kaumnya
dibawa mereka ke luar, lalu mereka menunjukkan
kepadanya tempat tinggal di luar perkemahan orang
Israel.” (Yos. 6:23)
Tidak sedikit orang yang membutuhkan
perubahan dalam hidupnya seperti Rahab. Paulus
berkata, “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri
lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan
pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, sipaya
ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang
berkekurangan.” (Ef. 4:28) Orang yang memeras,
pencoleng, copet, koruptor, manipulator, atau tukang
tipu, mereka semua adalah orang-orang yang harus
meninggalkan kehidupan yang lama dan memulai
hidup baru di bawah tuntunan Tuhan yang Maha
Kuasa.
Bartimeus, seorang buta, juga tinggal di Yerikho.
Markus mencatat, “Lalu tibalah Yesus dan muridmurid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari
Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya
dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada
seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus,
anak Timeus, duduk di pinggir jalan.” (Mrk. 10:46)
Yesus kemudian mencelikkan mata Bartimeus,
sehingga ia yang semula buta kemudian dapat melihat
(Mrk. 10:52).
Serupa dengan Bartimeus, cukup banyak orangorang yang “buta” yaitu tidak dapat membedakan arah
yang benar dan yang salah. Cukup banyak manusia
40
Lilin-Lilin Kecil
yang “buta”, seperti dikatakan oleh Paulus, yaitu
“orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya
telah dibutakan oleh ilah zaman ini.” (2Kor. 4:4)
Mereka terus melangkah di jalan lebar yang menuju
kepada kebinasaan dan banyak orang yang masuk
melaluinya. Tetapi jalan sempit yang menuju kepada
kehidupan hanya dipilih oleh sedikit orang yang dapat
melihat (Mat. 7:13-14).
Allah mengasihi orang-orang yang “buta” supaya
semua orang dapat melangkah di jalan yang benar dan
kelak menikmati kehidupan yang kekal. Musa berkata
bahwa “Masa hidup manusia di bumi ini tujuh puluh
tahun, dan jika dia kuat, delapan puluh tahun dan
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan”
(Mzm. 90:10). Orang “buta” memilih hidup “bahagia”
untuk jangka waktu delapan puluh tahun, sedangkan
orang yang “celik” memilih hidup bahagia selamalamanya.
Zakheus, kepala pemungut cukai juga tinggal di
Yerikho. Di Yerikho memang tinggal berbagai jenis
manusia. Zekheus seorang yang kaya (Luk. 19:2).
Seorang dengan jabatan yang tinggi dan kekayaan yang
berlimpah, namun tidak memiliki damai sejahtera di
dalam dirinya. Saat mendengar Yesus masuk kota
Yerikho, ia berusaha untuk melihat orang seperti
apakah Yesus itu (Luk. 19:3). Yesus, yang orang asing
itu, berkata kepadanya, “Zakheus, segeralah turun,
sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.”
(Luk. 19:5)
41
Lilin-Lilin Kecil
14
KURANG AJAR
“Maka engkau, hai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin
dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang
menjadi peganganmu, supaya mereka menghakimi
seluruh rakyat yang diam di daerah seberang sungai
Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum
Allahmu; dan orang yang belum mengetahuinya
haruslah kau ajar.” (Ezr. 7:25).
C
ermatilah firman Tuhan di atas. Kita bisa
mendapatkan beberapa hal menarik untuk
disimak. Pertama, “hikmat Allah(mu) yang
menjadi pegangan(mu)”. Mengangkat atau memilih
pemimpin atau hakim tentulah suatu hal yang
serius. Hal ini menyangkut perkara besar yang
dapat mempengaruhi kehidupan suatu bangsa atau
komunitas. Negara kita beberapa tahun lalu memilih
presiden secara langsung untuk pertama kalinya.
Kini, mungkin ada yang mensyukuri pilihannya,
“Untunglah saya tidak salah pilih.” Tetapi mungkin
ada pula yang bersungut-sungut, “Walah, kenapa aku
kok memilih orang itu?” “Katanya sih Bersama Kita
Bisa, eh nyatanya Bisanya Bikin Hidup Lebih Susah.”
Seperti kata lagu lama, “BBM naik, susu tak terbeli.”
Untuk setiap pilihan tentu ada resiko yang harus
42
Lilin-Lilin Kecil
kita hadapi dengan lapang dada. Ezra diingatkan agar
jangan memakai nalar manusia ketika mengangkat
pemimpin dan hakim, tetapi dengan menggunakan
hikmat Tuhan. Hal itulah yang menjadi pegangannya.
Musa mencatat pegangan untuk memilih hakimhakim menurut hikmat Allah: “Di samping itu kau
carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang
cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat
dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap;
tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi
pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang,
pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh
orang” (Kel. 18:21).
Hal kedua adalah “supaya mereka menghakimi
seluruh rakyat”. Dikatakan bahwa semua orang
memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum.
Ini bukan hanya sebuah slogan kosong. Raja Asa
pernah memecat Maakha, neneknya, dari pangkat
ibu suri karena neneknya membuat patung Asyera
yang keji (1Rat. 15:13). Bagi raja Asa, hikmat Tuhan
menjadi pegangan yang kokoh dalam perkara
menghakimi rakyat, tanpa pandang bulu. Kalau
ada keinginan kuat, pastilah ”bersama kita bisa”
menghakimi orang-orang yang harus dihakimi di
bumi pertiwi ini. Cobalah mulai dengan di gereja kita,
apakah ada orang-orang yang seharusnya menerima
pendisiplinan (ya, tentunya tanpa pandang bulu – ref.
1Ptr. 4:17).
Hal ketiga adalah “dan orang yang belum
mengetahuinya haruslah kau ajar”. Pernahkah
Anda mendengar seorang ayah yang sedang marah?
Seringkali perkataan yang muncul adalah, “Dasar
43
Lilin-Lilin Kecil
anak kurang ajar, bla bla bla....” Sesungguhnya anak
memang masih perlu diajar karena masih banyak
hal yang belum diketahuinya. Ezra diingatkan
untuk mengajar orang-orang yang memang belum
mengetahuinya. Paulus mengingatkan para bapa,
saat ia mengirim surat kepada jemaat di Efesus: “Dan
kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di
dalam anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam
ajaran dan nasihat Tuhan.” (Ef. 6:4).
Bila ada anak yang kurang ajar, tentu disebabkan
oleh para bapa yang memang sejatinya kurang
memiliki kemauan untuk mengajar anak-anaknya.
Tugas mengajar anak diserahkan kepada kaum ibu.
Hal ini tentu saja ini menyimpang dari hikmat Tuhan
– ingat, apa yang menjadi pegangan kita bersama
sebagai umat Tuhan. Tentu ada juga anak-anak yang
telah diajar sedemikian rupa, namun perilakunya
tetap melenceng atau “kurang ajar”. Namun kita
sebagai kaum bapa perlu melakukan introspeksi,
apakah kita telah berupaya mengajar anak-anak
“sedemikian rupa”? Atau “ya begitulah adanya”?
44
Lilin-Lilin Kecil
15
SEBEBAS PREMAN
S
atu pemandangan yang menarik: para preman
berhimpun di surga menikmati kebahagiaan
sejati. Mereka yang berasal dari segala bangsa,
kaum, suku dan bahasa sedang bersukacita bersamasama dengan Tuhan yang Maha Kuasa. Semua preman
di sana berwajah ramah, berbicara lemah lembut,
penuh dengan cinta kasih. Sesungguhnyalah surga
adalah tempat yang memang telah Tuhan sediakan
bagi para preman.
Adakah Anda pun seorang preman? Seorang yang
telah terlepas dari ikatan kuasa kegelapan? Seorang
yang telah dimerdekakan oleh darah Tuhan Yesus,
seperti yang Paulus katakan kepada jemaat di Galatia,
“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus
telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh
dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”
(Gal. 5:1). Janganlah malu menjadi preman; kita
semestinya bangga dan berbahagia dengan sebutan
ini.
Sesungguhnya preman berasal dari kata
Belanda vrijman atau dalam bahasa Inggris freeman.
Preman sejati adalah orang-orang yang tidak terikat
oleh belenggu dosa dan tali kejahatan. Penulis
Amsal mengatakan: “Orang fasik tertangkap dalam
45
Lilin-Lilin Kecil
kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.”
(Ams. 5:22). Dosa dengan segala daya tariknya telah
membuat banyak orang bermain-main dengannya.
Banyak orang berpendapat bahwa dosa itu mudah
untuk dilepaskan dan ditanggalkan, layaknya seperti
membuka kemeja.
Kenyataan ternyata berbeda dengan yang kita
angan-angankan. Dosa itu melekat sangat kuat
dan mengikat hati kita demikian erat. Semakin
lama berkanjang dalam dosa, semakin sulit untuk
meninggalkannya. Daud dalam salah satu Mazmur
menyatakan: “Tali-tali maut telah melilit aku, dan
banjir-banjir jahanam telah menimpa aku.” (Mzm.
18:5). Maksud hati hanya ingin mempermainkan
dosa, ternyata pada akhirnya banyak manusia
dipermainkan oleh dosa dan dikuasai oleh kejahatan.
Yesus Kristus mampu dan bahkan telah
memerdekakan kita dari belenggu dosa. Paulus
mengatakan kepada jemaat di Roma: “Kamu telah
dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba
kebenaran. Roh, yang memberi hidup telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa
dan hukum maut.” (Rm. 6:18; 8:2). Merdeka di dalam
Kristus adalah bebas dari belenggu dosa dan tunduk
kepada hukum Tuhan. Merdeka di dalam Iblis berarti
bebas dari aturan-aturan Ilahi dan dikuasai oleh dosa,
menjadi hamba dosa.
Kemerdekaan yang telah kita miliki tentu
saja jangan sampai disalahgunakan. Rasul Petrus
mengingatkan: “Hiduplah sebagai orang merdeka
dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan
kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-
46
Lilin-Lilin Kecil
kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba
Allah.” (1Ptr. 2:16). Paulus pun mengutarakan hal
serupa kepada jemaat di Galatia: “Saudara-saudara,
memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi
janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu
sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh
kasih.” (Gal. 5:13).
Preman sejati sering berkumpul di rumah
Tuhan karena memang itulah salah satu tempat yang
disukainya. Preman yang lain lebih menyukai pojok
jalan yang gelap. Preman yang satu benar-benar bebas
dari dosa; preman yang satunya lagi benar-benar
bebas dari norma-norma agama alias semau gue.
Preman sejati suka berdoa dan enggan berdosa; yang
lainnya menyukai dosa dan enggan berdoa. Preman
yang satu berkalungkan kasih dan kesetiaan (Ams.
3:3), sedangkan preman yang lainnya berkalungkan
pentagram dan tengkorak dari besi. Jadi preman?
Siapa takut!
47
Lilin-Lilin Kecil
16
IMAN YANG MENULAR
“Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah
Yesus berkata kepadanya, “Anakmu hidup.” Lalu ia pun
percaya, ia dan seluruh keluarganya.” (Yoh. 4:53)
K
ana adalah sebuah kota di sebelah barat daya
Danau Galilea, sekitar dua puluh kilometer
dari Kapernaum. Di kota itu, seorang anak
sedang sakit dan hampir mati. Sang ayah sangat
mengkhawatirkan keselamatan anaknya itu dan ia
datang kepada Yesus memohon pertolongan bagi
anaknya. Sebelumnya, di kota Kana, Yesus telah
mengubah air tawar menjadi air anggur, dan peristiwa
itu tentu saja menggemparkan banyak orang (Yoh.
2:1-10).
Yesus berkata kepada ayah dari anak yang sedang
sakit itu, yang ternyata adalah seorang pegawai istana:
“Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu
tidak percaya.” (Yoh. 4:48). Iman dari pegawai istana
tersebut dapat dikatakan bermula dari mendengar
mujizat yang dibuat Yesus yaitu mengubah air tawar
menjadi air anggur. Seperti yang dikatakan oleh Rasul
Paulus, “Jadi, iman timbul dari pendengaran.” (Rom.
10:17).
Iman jenis ini merupakan iman tahap awal, iman
48
Lilin-Lilin Kecil
permulaan. Semakin hebat dan besar mujizat yang
terjadi maka semakin kuat iman orang-orang yang
melihatnya atau mengalaminya. Yesus menyinggung
tentang hal ini saat berkata kepada Tomas, “Karena
engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun
percaya.” (Yoh. 20:29).
Iman pegawai istana itu kemudian bergerak ke
tahap yang lebih jauh, seperti dikatakannya, “Tuhan,
datanglah sebelum anakku mati.” (Yoh. 4:49).
Awalnya, ia percaya bahwa Yesus adalah seorang biasa
yang mempunyai kekuatan supranatural, seperti Elia,
Elisa dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan ada juga
orang-orang berilmu di negeri Mesir yang memiliki
kemampuan adikodrati (Kel. 8:7). Kemudian ia
mengimani Yesus sebagai Tuhan yang sanggup
mengatasi penyakit anaknya.
Banyak orang menyatakan bahwa Yesus adalah
orang baik, karena memang Ia senantiasa berbuat
baik dan tidak pernah berbuat salah (Yoh. 8:46;
18:23). Orang-orang juga mengakui bahwa Yesus
adalah seorang nabi, seperti yang dikatakan oleh
orang banyak saat Yesus masuk ke Yerusalem dengan
menunggang keledai, “Inilah Nabi Yesus dari Nazaret
di Galilea.” (Mat. 21:11). Dan Ia adalah juga Tuhan
yang menjadi manusia seperti pengakuan Tomas, “Ya
Tuhanku dan Allahku.” (Yoh. 20:28).
Walaupun iman pegawai istana itu telah
mengalami kemajuan, ternyata imannya itu masih
belum benar-benar sehat. Pegawai istana tersebut
percaya bahwa Yesus dapat menolong anaknya
bila anaknya masih hidup, seperti dikatakannya,
49
Lilin-Lilin Kecil
“Datanglah sebelum anakku mati.” (Yoh. 4:49).
Tidak terpikir olehnya, bahwa Yesus sanggup untuk
membangkitkan orang yang sudah mati sekalipun.
Yesus pernah berkata kepada Marta berkenaan
dengan Lazarus yang sudah mati empat hari, “Akulah
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.” (Yoh.
11:25). Adakalanya umat Tuhan pada masa kini
memiliki kepercayaan seperti pegawai istana itu yaitu
iman bahwa Yesus sungguh adalah Tuhan namun
dengan kuasa yang terbatas. Sesungguhnya selalu ada
harapan di dalam Yesus walaupun di mata manusia
sudah tiada lagi harapan. Bagi Dia tiada yang mustahil
(Luk. 1:37).
Di tengah perjalanan pulang ke rumahnya,
pegawai istana itu bertemu dengan hamba-hambanya
yang mengabarkan bahwa anaknya hidup (Yoh. 4:51).
Ia bertanya pukul berapa anaknya mulai sembuh, dan
para hambanya menjawab, “Kemarin siang pukul satu
demamnya hilang.” (Yoh. 4:52). Maka teringatlah ayah
itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya,
“Anakmu hidup”. Saat kronologi kesembuhan anaknya
diketahui oleh seisi keluarganya, maka mereka pun
percaya kepada Yesus.
Seperti juga mode yang dapat menular, apakah
itu mode rambut, pakaian atau sepatu, iman pun
dapat menular dan perlu untuk ditularkan kepada
orang lain. Mode yang menular mungkin saja akan
membuat kita mengeluarkan banyak uang, namun
iman yang menular akan memberikan banyak berkat
bagi setiap orang, keluarga, lingkungan, bahkan
negara. Ketularan iman? Siapa takut!
50
Lilin-Lilin Kecil
17
BERTAHAN DALAM
PENCOBAAN
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan,
sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima
mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada
barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yak. 1:12)
F
irman Tuhan mengatakan bahwa apabila
seseorang dicobai, janganlah ia berkata bahwa
pencobaan itu datangnya dari Allah. Sebab Dia
tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Dia sendiri
tidak mencobai siapapun (Yak. 1:13). Iblis-lah yang
mencobai setiap umat Tuhan dengan berbagai cara.
Elia ingin mati ketika mendengar ancaman Izebel. Ia
berkata kepada Tuhan, “Cukuplah itu! Sekarang, ya
Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih
baik daripada nenek moyangku.” (1Raj. 19:4).
Kebanyakan umat Tuhan mengeluh saat
pencobaan menimpa dirinya. Yeremia mengatakan,
“Mengapa orang hidup mengeluh?” (Rat. 3:39).
Seorang ibu mengeluh ketika melihat pertumbuhan
fisik anaknya lebih lambat dibandingkan dengan
anak-anak tetangganya. Setelah anaknya menginjak
masa remaja keluhan si ibu berganti; kini ia berkeluh
kesah melihat tingkah anak gadisnya yang tomboy.
51
Lilin-Lilin Kecil
Keluhan nampaknya tidak pernah sirna dalam
kehidupan ibu tersebut. Manakala si gadis bertambah
dewasa ibu itu mengeluh mengenai jodoh anaknya.
Setelah anaknya menikah ternyata keluhan masih
juga melekat dalam dirinya. Kepada banyak orang si
ibu itu mengeluhkan nasib anaknya yang seringkali
dipukul oleh suaminya.
Setingkat lebih maju daripada keluhan adalah
bersungut-sungut. Umat Tuhan dipimpin oleh Musa
melewati Laut Merah. Ini adalah suatu peristiwa
yang luar biasa. Tiga hari setelah peristiwa ajaib itu,
puji-pujian umat berganti dengan sungut-sungut
karena mereka tidak mendapat air. Musa mencatat:
“Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat
meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya.
Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa,
kata mereka, “Apakah yang akan kami minum?””
(Kel. 15:22-24). Waktu tujuh puluh dua jam telah
mengubah puji-pujian menjadi sungut-sungut. Aneh
tetapi nyata.
Puncak dari semuanya adalah ketika seseorang
yang telah mengalami pencobaan memutuskan untuk
meninggalkan Tuhan. Hal itu terjadi kepada istri
Ayub. Saat Ayub mengalami kesusahan yang amat
sangat, ia sebenarnya memerlukan dukungan dari
istrinya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Ia
mendengar perkataan sang istri, “Masih bertekunkah
engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan
matilah!” (Ayb. 2:9).
Sesungguhnya setiap orang dapat mengalami
pencobaan. Tetapi, lebih dari itu, setiap umat Tuhan
dapat mengatasi pencobaan. Paulus mengatakan hal
52
Lilin-Lilin Kecil
itu kepada jemaat di Korintus, “Pencobaan-pencobaan
yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah
setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu
dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu
dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar,
sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1Kor. 10:13)
Paulus mengatakan bahwa pencobaan yang telah,
sedang atau akan kita alami adalah hal-hal biasa saja,
tidak ada yang luar biasa. Namun nampaknya ada
sebagian jemaat di Korintus beranggapan sebaliknya.
Mungkin mereka berkata, “Kami mengalami hal-hal
luar biasa yang sukar kami atasi dan nampaknya
mustahil untuk kami atasi.” Manusia seringkali lupa
bahwa Allah kita adalah Tuhan yang luar biasa bila
dibandingkan dengan pencobaan-pencobaan yang
kita alami itu. Manakah yang kita yakini, “Masalahku
sungguh luar biasa besarnya” atau “Allahku sungguh
luar biasa besarnya”.
Kita senantiasa mengingat bahwa pencobaanpencobaan yang terjadi dalam hidup kita adalah halhal yang biasa, yang juga dialami oleh banyak orang
lain di muka bumi ini. Janganlah pernah berkata
bahwa, “Saya adalah orang yang paling malang, paling
menderita, paling miskin, paling susah di dunia ini”.
Kita juga selalu mengingat bahwa Tuhan yang Maha
Kuasa memberikan jalan keluar bagi setiap masalah
yang sedang kita alami. Terbelahnya Laut Merat
adalah bukti nyata bahwa selalu ada jalan keluar
yang Allah sediakan bagi setiap umat-Nya. Jadi,
bertahanlah dalam setiap pencobaan dan tetap maju
di dalam Tuhan.
53
Lilin-Lilin Kecil
18
KEBAHAGIAAN
YANG BERBEDA
K
ata bahagia sering terdengar pada resepsi
pernikahan, diucapkan oleh para tamu
kepada kedua mempelai yang hatinya sedang
berbunga-bunga. Sesungguhnya ribuan ucapan
bahagia tidak menjamin pasangan pengantin itu
kelak berbahagia dalam rumah tangganya. Apa sih
yang membuat hidup seseorang itu bahagia? Mari
kita perhatikan pandangan Yesus, Petrus, dan Paulus
di bawah ini.
Seorang perempuan berseru kepada Yesus dari
antara orang banyak: ”Berbahagialah ibu yang telah
mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui
Engkau.” Tetapi Yesus berkata: ”Yang berbahagia
ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan
yang memeliharanya” (Luk. 11:27-28). Dari dua ayat
di atas didapati dua konsep yang berbeda tentang
bahagia.
Seorang perempuan menyatakan bahwa akan
timbul kebahagiaan bila memiliki anak yang baik
seperti Yesus. Yesus menyatakan bahwa seseorang
akan berbahagia bila ia melakukan firman yang Tuhan
tetapkan. Seseorang yang melakukan firman Tuhan
kelak masuk sorga, tempat yang sangat bahagia.
54
Lilin-Lilin Kecil
Orangtua, entah ayah atau ibu yang memiliki anak
kandung yang kelak masuk sorga belum tentu bahagia,
bila mereka tidak menjadi pelaku dari firman Tuhan.
Saat sekarang tidak sedikit orangtua yang
menikmati kebahagiaan melalui karya atau prestasi
anak-anaknya; anak saya juara kelas, putra saya juara
bulutangkis, putri saya juara balet, anak kami juara
festival lagu pop. Bila ada tetangga yang memuji
kehebatan si anak, maka orangtuanya berkata: ”Siapa
dulu dong papanya”, “Siapa dulu dong ibunya”.
Tetangga itu setelah terdiam sejenak berkata kepada
si ayah atau ibu itu, ”Sejak kecil saya kan sekelas
denganmu, seingat saya kamu setiap tahun hampir
tidak naik kelas, berbeda jauh dengan anakmu itu.”
Di atas gunung yang tinggi Petrus melihat satu
penglihatan yang luar biasa. Ia melihat Yesus berubah
rupa; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan
pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Ia
juga melihat Musa dan Elia sedang berbicara dengan
Yesus. Kata Petrus kepada Yesus, ”Tuhan, betapa
bahagianya kami berada di tempat ini. Jika engkau
mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk
Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Mat.
17:1-4).
Petrus merasakan kebahagiaan saat ini bersama
dengan Yesus dan nabi-nabi Allah yang setia. Bahkan
Allah mengangkat Elia ke tempat kebahagiaan dan
dengan demikian Elia tidak mengalami kematian
jasmani. Bagi Petrus, sungguh merupakan suatu
kebahagiaan bila dapat bersekutu dengan orangorang yang menaruh rasa takut dan hormat kepada
Allah Pencipta.
55
Lilin-Lilin Kecil
Ada orang merasakan kebahagiaan bila pada malam
Minggu bertemu dengan kekasihnya. Orang yang
lain merasakan kebahagiaan saat bermain basket
dengan teman-temannya. Adakah kita merasakan
kebahagiaan seperti Petrus saat kita bersekutu dengan
umat-Nya, yaitu persekutuan orang-orang yang
menaruh hormat dan takut kepada Allah? Seperti
dikatakan: ”...oleh beberapa orang, tetapi marilah kita
saling menasehati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibr. 10:25).
Paulus mendapat pengajaran firman Tuhan
melalui Yesus Kristus dengan cara adikodrati. Satu
dari begitu banyak ajaran Yesus yang ia ungkapkan
kembali yaitu ”adalah lebih berbahagia memberi
daripada menerima” (Kis. 20:35). Ajaran ini sangat
mungkin bertolak belakang dengan pandangan
manusia pada umumnya.
Banyak orang mengharapkan menerima berkat,
terutama berkat materi, menerima pertolongan,
perhatian, pengampunan, menerima ini dan itu.
Mereka dapat digolongkan sebagai orang-orang yang
rohaninya masih kanak-kanak. Coba perhatikan
perilaku seorang ibu kepada anak kandungnya: ia
memberi perhatian, menyuapi makan, memandikan,
memberi pengampunan atas kenakalan anaknya,
memberi pertolongan, membelikan pakaian baru,
sepatu baru, tas baru. Orang-orang yang rohaninya
telah dewasa lebih suka memberi dari pada menerima,
dan Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang
yang berbahagia. Paulus kemudian mengikuti teladan
Yesus, seperti yang dikatakannya, ”Karena itu aku
suka mengorbankan milikku, bahkan mengorbankan
56
Lilin-Lilin Kecil
diriku untuk kamu. Jadi jika aku sangat mengasihi
kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?” (2Kor.
12:15) Anda ingin bahagia atau “bahagia”?
57
Lilin-Lilin Kecil
19
ITIK BERENANG
P
ernahkah membayangkan serombongan itik
sedang berenang? Dengan riangnya mereka
bergerak kian kemari, mungkin di sungai, di
danau, atau di rawa-rawa. Waktu mereka berenang
yang nampak hanyalah kepalanya, tubuhnya masuk
ke air, tidak kelihatan.
Suatu waktu Yesus menyuruh Simon Petrus
untuk bertolak ke tempat yang dalam menebarkan
jalanya di sana untuk menangkap ikan. Simon yang
semula nampaknya ragu-ragu akhirnya menuruti
perintah itu. Ternyata ia menangkap sejumlah besar
ikan, sehingga jalanya mulai koyak. Simon memberi
isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain
supaya mereka datang membantunya. Kemudian dua
perahu itu diisi dengan ikan hingga hampir tenggelam
(Luk. 5:4-7). Kita yakin yang masih kelihatan dari
kedua perahu tersebut adalah bagian haluan dan
buritannya saja, sedangkan badan perahu sangat
mungkin telah diliputi air Danau Galilea.
Perahu yang sarat dengan muatan bisa saja
karam saking beratnya barang yang dibebankan ke
atasnya. Setiap perahu mempunyai daya muat yang
berbeda seturut dengan kapasitas masing-masing.
Perahu besar mempunyai daya muat yang besar;
58
Lilin-Lilin Kecil
sebaliknya perahu kecil tentu daya muatnya pun kecil.
Pemilik akan dengan bijaksana mengisi perahunya
secara maksimal namun tidak sampai tenggelam.
Murid Sekolah Dasar tentu mengenal sebuah
ungkapan, yang kadangkala ditempelkan di dinding
kelas: Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Para
guru senantiasa mengingatkan murid-murid supaya
rajin belajar. Untuk itu seringkali para siswa diberi
PR (Pekerjaan Rumah) dengan tujuan agar muridmurid itu (mau tidak mau) belajar (membuka buku
pelajaran). Ada juga guru yang tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu memberikan ulangan, hal ini
diterapkan agar siswa tiap hari belajar; bila tidak
tentu saja nilai ulangannya akan hancur kebakaran.
Penulis kitab Pengkhotbah mengatakan: “Lagi
pula anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak
akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan
badan” (Pkh.12:12). Ini tentu menjadi satu peringatan
bagi orang yang hatinya sarat dengan keinginan
untuk belajar, untuk menambah pengetahuan. Tiap
waktu luang digunakan untuk belajar banyak hal dari
buku-buku yang dibacanya. Tentu saja orang seperti
ini akan sarat dengan pengetahuan.
Tentu saja banyak hal yang telah diketahui itu
mesti dipraktekkan dalam hidup bermasyarakat,
dan ini membutuhkan energi yang tidak sedikit.
Bila tubuh sudah sangat lelah karena terus-menerus
belajar dari buku-buku yang dibaca tersebut, janganjangan tidak ada lagi tenaga yang tersisa untuk
melakukan segala hal yang telah diketahui itu. Petrus
mengingatkan bahwa pengetahuan mesti ditambah
dengan penguasaan diri, kelak ditambah dengan
59
Lilin-Lilin Kecil
kasih kepada semua orang (2Ptr. 1:5-7).
Wejangan
guru
yang
juga
senantiasa
didengungkan adalah hemat pangkal kaya. Tentu
saja selalu ada murid yang melaksanakan perilaku
hidup hemat dengan tujuan satu waktu bisa menjadi
orang kaya. Murid yang hemat ini setelah dewasa
sangat mungkin menjadi kaya, dan kebetulan dia pun
umat Tuhan Yesus. Bila ia meneruskan pola hidup
hematnya untuk beberapa tahun kedepan, mungkin
saja ia mulai sarat dengan harta kekayaannya.
Pada titik ini muncul pernyataan penting bagi
para orang kaya: untuk apa harta kekayaan yng
melimpah ini? Yohanes mengingatkan jemaat di
Laodikia: ”Karena Engkau berkata: “Aku kaya dan
aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa”” (Why. 3:17). Orang yang
kaya sangat mungkin tidak memiliki kekurangan
apa-apa. Dengan kekayaannya ia merasa dapat
membeli apapun yang ia inginkan. Seorang yang kaya
mungkin mengira dengan hartanya ia dapat membeli
kesehatan, tidur nyenyak, kerukunan keluarga, hati
yang sejahtera, atau apapun yang ia dambakan.
Paulus mengingatkan kepada anak rohaninya,
Timotius: ”Peringatkan pada orang-orang kaya
di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan
jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti
kekayaan” (1Tim. 6:17). Orang-orang yang hidupnya
dan hatinya sarat dengan harta kekayaan sangat
mungkin tenggelam pada harta kekayaan dan binasa
oleh kekayaannya itu.
Itik yang sedang berenang mengetahui dengan
jelas bahwa kepala tidak boleh sampai terliput air.
60
Lilin-Lilin Kecil
Umat Tuhan jangan sampai tenggelam dan binasa
oleh pengetahuan dan kekayaan. Sesungguhnya
pengetahuan kita tidak lengkap (1Kor. 13:9) bila kita
tidak menjadi kaya di hadapan Tuhan (Luk. 12:21).
61
Lilin-Lilin Kecil
20
BERANI GITU LHO
“Karena itulah kuperingatkan engkau untuk
mengobarkan karunia Allah yang ada padamu
oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah
memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan
ketertiban.” (2Tim. 1:6-7)
H
ari-hari menjelang akhir tahun 2005 sangat
berbeda dengan masa yang lalu. Baru saja
muncul berita bahwa inflasi dari Januari
sampai Oktober mencapai angka di atas 15%. Banyak
pihak terkejut; ada yang kalut dan tidak sedikit
yang menjadi takut. Bayangan krisis ekonomi pada
tahun 1997 yang lalu langsung membayang. Dolar
AS mungkin bisa kembali ke angka lima belas ribu
rupiah. Sudah terbayang hidup menjadi semakin
susah dan merisaukan.
Umat Allah di berbagai tempat mulai
membayangkan ancaman PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja), dan mulai memikirkan usaha apa yang dapat
dilakukan untuk tetap memperoleh penghasilan.
Keluarga lain lewat diskusi yang cukup hangat telah
mengambil ancang-ancang untuk mengurangi ”jatah”
makan yang biasanya tiga kali menjadi dua kali sehari.
62
Lilin-Lilin Kecil
Tetangga di sebelah kiri rumah menetapkan motto
baru bagi keluarganya: dua cukup, tiga lumayan,
boro-boro empat sehat lima sempurna.
Maka sangat relevan untuk merenungkan
surat Paulus yang terakhir yang dikirimkan kepada
Timotius. Ia mengatakan bahwa Tuhan tidak
pernah memberikan roh ketakutan kepada umatNya. Dahulu, Nabi Elia tinggal di tepi Sungai Kerit
dan Tuhan mengirim makanan kepadanya melalui
burung-burung gagak. Setelah air sungai itu kering,
Allah mengirim hamba-Nya itu kepada seorang janda
miskin di Sarfat; dan dengan kekuatan-Nya Elia dapat
melewati hari dengan berkat dari pada-Nya (1Raj.
17).
Jemaat di Filipi mengetahui pengalaman hidup
Rasul Paulus, yang dinyatakan dalam suratnya;
”Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab
aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala
keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu
apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala
perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia
bagiku; baik dalam hal kenyang maupun dalam hal
kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam
hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku.”
(Flp. 4:11-13).
Yang Mahakuasa tidak hanya memberikan
kekuatan kepada Paulus, namun juga kepada
setiap orang yang mau bersandar kepada-Nya. Dia
bukan memberikan roh ketakutan kepada manusia.
Sebaliknya, Ia melimpahkan roh yang membangkitkan
kekuatan, dulu, sekarang dan untuk sepanjang masa.
63
Lilin-Lilin Kecil
Satu hal lagi yang patut diperhatikan adalah
Tuhan juga memberikan kasih kepada umat-Nya.
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus
dengan sangat jelas menyatakan: ”Kita, yang kuat,
wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat
dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.”
(Rm. 15:1). Orang yang kuat ekonominya dapat
membantu atau menanggung mereka yang saat ini
kehidupannya sedang lemah.
Lebih dari seribu tahun sebelum Paulus,
Nabi Musa telah mengatakan: ”Sebab orang-orang
miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu;
itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu,
demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebarlebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin
di negerimu” (Ul. 15:11). Umat yang kuat janganlah
pongah, dan sebaliknya yang lemah tidak perlu resah
karena mereka semua adalah ciptaan Allah. Marilah
kita senantiasa mengingat bahwa Dia memberikan
kekuatan agar setiap insan berani untuk terus
berjuang. Dia juga melimpahkan kasih agar setiap
umat dapat bertahan hidup. Jadi tidak perlu takut.
Berani gitu lho!
64
Lilin-Lilin Kecil
21
KENDI TANPA AIR
“Lalu Ia menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan:
“Pergilah ke kota; di sana kamu akan bertemu dengan
seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia dan
katakan kepada pemilik rumah yang dimasukinya: Pesan
Guru: di manakah ruangan yang disediakan bagi-Ku
untuk makan Paskah bersama-sama dengan muridmurid-Ku?”” (Mrk. 14:13-14)
T
ugas Yesus kepada dua orang murid-Nya,
Petrus dan Yohanes (Luk. 22:8) sebetulnya
gampang-gampang susah: temui dan ikuti
seorang yang membawa kendi berisi air sampai orang
itu masuk ke dalam sebuah rumah. Rasanya tidak
terlalu sulit menemukan seseorang yang membawa
kendi. Namun, tidaklah mudah untuk mengetahui
apakah kendi yang dibawanya itu berisi air atau
kosong. Murid yang diutus untuk tugas tersebut
ternyata adalah murid utama, Petrus dan Yohanes.
Kendi, seperti juga kepala manusia, bisa berisi
namun bisa juga kosong. Nehemia, dengan izin dari
raja Artahsasta, pergi ke Yerusalem, kota dengan
“tembok yang terbongkar dan pintu-pintu gerbang
yang telah terbakar” (ref. Neh. 1:3). Tiga hari setelah
tiba di Yerusalem, ia mulai dengan rencananya
65
Lilin-Lilin Kecil
melakukan pengamatan yang seksama tentang kota
itu, sekaligus dengan temboknya (Neh. 2:13-15).
Kepala Nehemia berisi rencana untuk memulihkan
tembok dan pintu gerbang kota kudus itu.
Ada yang menyamakan kehidupan seseorang
seperti air yang mengalir. Ada kecenderungan yang
cukup kuat bahwa rencana menjadi suatu hal yang
kurang dibutuhkan. Mereka seperti kendi tanpa air.
Barangkali kendi tersebut sangat indah, tetapi hanya
berfungsi sebagai pajangan di ruang tamu. Mungkin
pada kepala kita terdapat sepasang mata yang indah,
rambut bergelombang, atau hidung yang menawan.
Tetapi kepala tanpa rencana menjadi seperti pajangan
di atas tubuh kita.
Penulis kitab Amsal berkata, “Rancangan
terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah
dengan siasat”. Selain itu juga dikatakan, “Karena
hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang,
dan kemenangan tergantung pada penasihat yang
banyak” (Ams. 20:18; 24:6). Bahkan Allah memiliki
rencana, seperti dikatakan oleh Paulus: “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka
yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.” (Rom. 8:28)
Matius pernah mencatat tentang sebuah
rumah yang kosong: “Apabila roh jahat keluar dari
manusia, ia pun ingin mengembara ke tempat-tempat
yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak
mendapatinya. Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke
rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia
dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan
66
Lilin-Lilin Kecil
rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh
lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk
dan berdiam di situ” (Mat. 12:43-45).
Paulus menyatakan bahwa tubuh kita ini adalah
bait atau rumah Roh Kudus (1Kor. 6:19). Roh Kudus
bertahta di dalam kehidupan kita, di dalam diri kita.
Rumah yang kosong menyatakan bahwa kita tidak
mengizinkan Ia menjadi raja di dalam kehidupan kita.
Diri kitalah yang menjadi penguasa tunggal. Diri kita
mendesak dengan segala cara untuk menguasai tahta
tersebut. Seperti kendi yang kosong sukar diketahui,
demikian juga rumah yang kosong tidak mudah
dipastikan. Rumah yang kosong tinggal menunggu
waktu ketika roh jahat masuk ke dalamnya.
Si “Aku” dalam diri ini mungkin dengan sukarela
mengundang Dia untuk menempati tempat tertinggi
dalam hidup kita (Why. 3:20). Namun, bisa juga
terjadi hal yang sebaliknya. Allah mengetahui bahwa
kendi dibuat oleh manusia untuk diisi dengan air dan
Ia telah merencanakan bahwa manusia diciptakan
agar Allah dapat tinggal di dalamnya. Apakah kendi
Anda berisi air atau sekadar pajangan di ruang
tamu?
67
Lilin-Lilin Kecil
22
LIQUID ATAU RIGID?
A
ir itu gampang diatur, menurut kata para tetua
di kampung. Ia bisa ditempatkan di botol, di
bak penampungan, kolam, selokan, danau,
sungai, laut, atau di mana saja. Kayu bukanlah benda
cair (liquid). Karena itu, kayu perlu diatur sedemikian
rupa supaya bisa “masuk” pada tempatnya. Kusen
pintu dan jendela, ranjang, rak buku, meja, atau
lemari, perlu pengukuran yang seksama supaya dapat
diletakkan dengan tepat pada tempatnya.
Hidup, entah itu di masyarakat, berumah tangga
atau bergereja, memerlukan seni menggabungkan
kedua hal di atas. Mana saja yang membutuhkan
kelonggaran dan bagian mana yang perlu pengaturan
yang “kaku”. Tentu saja ada perbedaan yang cukup
mencolok antara satu daerah dengan daerah yang
lain. Pemangku adat di Bali mungkin merasa kesulitan
ketika pertama kali melihat turis-turis dari negara
tertentu, khususnya kaum perempuan yang berjemur
di pantai Kuta atau Sanur dengan busana minimalis,
ini tentu berbeda dengan bangunan minimalis.
Yakub pergi menyelamatkan diri ke Haran. Di
sana, oleh pengaturan Tuhan, ia bertemu dengan
Rahel. Kemudian selama satu bulan Yakub menjadi
relawan di rumah Laban, pamannya. Sang paman
68
Lilin-Lilin Kecil
merasa risi karena mempekerjakan Yakub tanpa
memberi imbalan yang pantas. Laban berkata
kepada Yakub: “Masak karena engkau adalah sanak
saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cumacuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi
upahmu.” Yakub menjawab, “Aku mau bekerja
padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel,
anakmu yang lebih muda itu.” (Kej. 29:15, 18)
Tujuh tahun berlalu dan Yakub berkata kepada
pamannya itu, “Berikanlah kepadaku bakal istriku itu,
sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku kawin
dengan dia.” Lalu Laban mengundang semua orang
di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Tetapi
pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu
dibawanya kepada Yakub. Tetapi pada waktu pagi
tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub
kepada Laban: “Apakah yang kau perbuat terhadap
aku ini?” Jawab Laban, “Tidak biasa orang berbuat
demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya
lebih dahulu daripada kakaknya.”” (Kej. 29:21-23, 2526).
Bagi Laban perkawinan pada kasus tertentu
harus disesuaikan dengan wilayah tertentu dan situasi
kondisi daerah tertentu. Hal itu membuatnya merasa
berhak untuk menukar Rahel dengan Lea. Berbeda
dengan Laban, bagi Yakub perkawinan itu sifatnya
rigid, tidak ada ruang bagi penafsiran yang berbeda
dengan yang Tuhan ajarkan.
Orang Filistin, sekurang-kurangnya mertua
Simson, memiliki penafsiran yang cair (liquid) tentang
perkawinan. Satu saat Simson mengunjungi istrinya
dengan membawa seekor anak kambing, serta berkata,
69
Lilin-Lilin Kecil
“Aku mau ke kamar mendapatkan istriku.” Tetapi
mertuanya, ayah perempuan itu tidak membiarkan
Simson masuk. Katanya: “Aku telah menyangka
bahwa engkau benci sama sekali kepadanya, sebab
itu aku memberikannya kepada kawanmu. Bukankah
adiknya lebih cantik daripadanya? Baiklah kau ambil
itu bagimu sebagai gantinya.” (Hak. 15:1-2).
Bagi Simson, perkawinan adalah atas pengaturan
Tuhan. Manusia tidak berhak menceraikan yang telah
dipersatukan Tuhan (Mat. 19:6). Mertua Simson,
seorang Filistin, mempunyai pikiran yang berbeda.
Ia berpikir seorang istri itu serupa dengan barang,
sehingga sewaktu-waktu atau jika perlu dapat diganti
atau ditukar.
Masa kini, tidak berbeda dengan zaman Laban
dan Simson. Ada saja insan manusia yang berpikiran
bahwa perkawinan itu sebagai sesuatu yang cair,
dapat diatur atau dimaknai sesukanya. Sesuatu yang
rigid tidak semuanya buruk. Masa perkawinan pakai
istilah cincay! (Red.: cincay berasal dari salah satu
dialek bahasa Tionghoa yang artinya tidak perlu
terlalu kaku atau ketat).
70
Lilin-Lilin Kecil
23
ROTI YANG SATU ITU
“Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak,
adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian
dalam roti yang satu itu.” (1Kor. 10:17)
L
ebih dari dua ribu tahun yang lalu, Yesus
telah mengorbankan diri-Nya mati di Golgota.
Satu hari menjelang kematian-Nya, Ia
mengadakan perjamuan malam terakhir di sebuah
rumah. Waktu itu Yesus mengambil roti, mengucap
syukur, memecah-mecahkannya dan memberikanya
kepada murid-murid-Nya, katanya: “Inilah tubuh-Ku
yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku.” (Luk. 22:19). Ada hal-hal
menarik yang dapat kita renungkan dari peristiwa
itu.
Pertama, Paulus mengatakan, “Maka kita,
sekalipun banyak, adalah satu tubuh.” Umat Tuhan
yang ada di berbagai tempat dengan situasi yang
berbeda-beda adalah satu tubuh. Entah kita ini berkulit
kuning, berambut pirang atau keriting, bermata sipit
atau bulat, bertubuh tinggi besar atau kecil mungil,
adalah satu di dalam Kristus Yesus. Mungkin juga ada
di antara kita yang kaya, yang belum kaya, yang tidak
kaya-kaya, atau ada juga yang berpendidikan sangat
71
Lilin-Lilin Kecil
tinggi, cukup tinggi, atau hanya pendidikan dasar.
Tetapi kita tetap adalah satu tubuh.
Kita dapat memperhatikan tubuh ini, dari atas
ke bawah: ada kaki, tangan, jari-jemari, lutut, siku,
tumit, semuanya berbeda. Dua tangan berbeda
karena yang satu kanan yang lainnya kiri, demikian
juga kaki. Jari-jemari berbeda ukurannya dan dengan
demikian mendapat nama yang berlainan. Perbedaan
tersebut menjadi rahmat bagi manusia dari zaman
Adam sampai masa kini. Rasanya tidak pernah ada
yang mengeluh dan bersungut-sungut karena bagianbagian tubuh yang berlainan itu.
Umat Tuhan yang satu tubuh sepatutnya
memiliki hubungan yang erat, saling mendukung,
memperhatikan, menolong, dan mengasihi. Saat kaki
tersandung batu maka tangan segera meraba dan
bila dirasa sakit maka bagian kaki yang tersandung
itu akan segera dipijat. Jika uluran tangan kita
tidak dapat menjangkau benda yang ditaruh pada
ketinggian tertentu, maka kaki akan berjinjit, kalau
perlu meloncat agar benda tersebut dapat diambil.
Penulis surat Ibrani mengatakan: “Dan marilah kita
saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibr. 10:24).
Kedua, umat Tuhan, seperti dikatakan oleh
Paulus: “Kita semua mendapat bagian.” Perjalanan
umat Israel di padang gurun, selepas keluar dari
Mesir berlangsung selama empat puluh tahun. Waktu
itu Tuhan menurunkan manna bagi mereka, dan Ia
memerintahkan: “Pungutlah itu, tiap-tiap orang
menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh
mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang,
72
Lilin-Lilin Kecil
menurut jumlah jiwa.” (Kel. 16:16). Orang yang
mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan orang
yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan.
Seperti pada zaman Musa, maka sekarang pun
Tuhan yang sama memberikan berkat bagi umat-Nya.
Berkat yang dari atas itu mungkin saja kita peroleh
dari pekerjaan, atau dari berdagang, dari bercocoktanam, atau beternak. Kita dapat memilih cara yang
beraneka ragam sejauh itu adalah halal menurut-Nya.
Ada orang yang menjual bahan kebutuhan pokok, yang
lainnya menjual jasa (penjahit, pemangkas rambut,
atau pengusaha bengkel mobil). Daud mengajak kita
semua untuk mengenal Tuhan yang kita sembah:
“Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang.” (Mzm. 23:12).
Terakhir, Paulus mengatakan: “Karena kita
semua mendapat bagian dari roti yang satu itu”. Satu
roti yang sama tentu saja memiliki rasa dan kualitas
yang sama. Yesus adalah roti hidup yang telah
“dinikmati” oleh begitu banyak orang dari berbagai
tempat dan dari berbagai zaman. Banyak orang
telah merasakan dan menikmati penyelamatan yang
dilakukan Yesus di Golgota.
Saat kita menikmati keselamatan di dalam Dia,
maka akan muncul ucapan syukur dari mulut yang
meluap dari hati kita . Kita akan merasakan suatu
sukacita yang tak terkatakan waktu kita menerima
keselamatan dari-Nya. Akan sangat janggal bila ada
sebagian umat Tuhan penuh dengan ucapan syukur
dan sebagian yang lain mengeluh dan bersungut-
73
Lilin-Lilin Kecil
sungut. Aneh bila umat Tuhan yang di sini bersukacita
dan yang di sana berdukacita. Kita selalu ingat bahwa
roti yang kita nikmati itu sama, karena roti itu satu.
74
Lilin-Lilin Kecil
24
WAKTU YANG HILANG
K
ehilangan sesuatu sering menimbulkan
kesedihan, bahkan dapat menimbulkan
depresi. Abraham mengalami kesedihan
saat kehilangan Sara, istrinya. Yakub mungkin
mengalami depresi saat mengetahui Yusuf hilang
dalam kehidupannya. Kisy menyuruh Saul untuk
mencari keledai-keledai betinanya. Dalam banyak hal
orang tidak ingin kehilangan apapun yang berharga
baginya.
Bagaimana dengan waktu? Tidak sedikit orang
yang mengatakan berharganya waktu di dalam
kehidupan ini. Bahkan ada sebagian wiraswastawan
atau wiraswastawati yang merasa kekurangan waktu
di dalam hidupnya. Bagi mereka alangkah baiknya
bila satu hari lamanya 30 jam, satu minggu ini
sepuluh hari. Para pengusaha itu merasa waktu yang
dimilikinya sangat sedikit. Namun ada juga orangorang yang membuang-buang waktu. Kesebelasan
yang sudah unggul membuang waktu menantikan
bunyi peluit panjang ditiup oleh wasit.
Lukas mengatakan suatu hal yang berkaitan
dengan waktu: ”Sementara itu sudah banyak waktu
yang hilang. Waktu puasa sudah lampau dan sudah
berbahaya untuk melanjutkan pelayaran” (Kis.
75
Lilin-Lilin Kecil
27:9). Bila kita kehilangan waktu atau bahkan ada di
antara kita dengan sadar dan sengaja menghilangkan
waktu tanpa merasa bersalah dan sedih, adakah
hati ini merasa risau, cemas, sedih, bingung? Kita
bandingkan dengan seseorang yang kehilangan mobil
yang belum lama diparkir di sebuah pertokoan dan
mobilnya itu tidak diasuransikan, kira-kira bagaimana
perasaannya?
Banyak orang tidak pernah mempermasalahkan
waktu yang telah hilang, mungkin telah hilang
setahun, lima tahun, sepuluh tahun dan dengan
penuh kesadaran masih juga melakukannya setiap
hari. Barangkali orang-orang di rumahnya pun tidak
ambil peduli saat kepala keluarga kehilangan waktu
setiap hari. Atau mungkin orang seisi rumah pun
gemar membuang waktu setiap hari bersama-sama.
Waktu untuk mezbah keluarga diganti dengan
menonton sinetron bersama-sama, dan mereka
semua nampaknya senang. Mungkin kalau ada satu
anggota keluarga yang mengingatkan tentang mezbah
keluarga bisa-bisa ia dibentak atau dimarahi, “Ini
episode terakhir, lagi seru-serunya. Jangan berisik,
kalau mau buat saja mezbah pribadi!”. Rame-rame
kehilangan waktu, asyik!
Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus:
”Karena itu, perhatikanlah dengan seksama,
bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang
bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah
waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef.
5:15-16). Orang-orang arif akan berusaha memakai
waktu yang dimilikinya dengan seksama, karena
mereka mengetahui bahwa hari esok belum tentu
76
Lilin-Lilin Kecil
dapat mereka jalani. Waktu yang ada, waktu yang kita
“miliki” adalah hari ini. Hari kemarin telah berlalu,
tidak dapat dinikmati kembali.
Paulus masih menambahkan: ”Sebab itu
janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya
kamu mengerti kehendak Tuhan” (Ef. 5:17).
Tuhan memberikan kehidupan kepada kita agar
dimanfaatkan, digunakan, diisi dengan berbagai karya
untuk-Nya. Orang bodoh hanya tahu menghilangkan
waktu, tanpa berpikir untuk apa Dia yang di atas sana
memberikan waktu.
Beribadah memerlukan waktu, berbakti kepada
orang tua membutuhkan waktu. Mendidik anak-anak
dengan ajaran dan nasihat Tuhan harus memakai
waktu, mungkin perlu waktu yang relatif lama di
dalam pendidikan anak-anak kita. Mengerjakan
pekerjaan Tuhan juga perlu waktu, menulis buku(atau
karya tulis ilmiah sangat membutuhkan waktu yang
ada sebaik-baiknya. Tentu saja jangan menjadi orang
bodoh, yang selalu tidak mengerti kehendak Tuhan
yang di surga.
77
Lilin-Lilin Kecil
25
MULAI KOYAK
D
alam usia kira-kira tiga puluh tahun Yesus
memulai pekerjaan-Nya (Luk. 3:23). Ia pergi
ke Danau Galilea untuk mencari murid-murid
pertama-Nya. Suatu kali, Ia berdiri di pantai Danau
Galilea, sementara banyak orang mengerumuni-Nya
hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua
perahu di tepi pantai dan naik ke dalam salah satu dari
perahu itu, yang ternyata adalah milik Simon (Petrus).
Yesus duduk dan mulai mengajar orang banyak dari
atas perahu (Luk. 5:1-3). Ada hal-hal yang Yesus ingin
ajarkan kepada kita lewat kejadian tersebut.
Yesus menyuruh Simon bertolak ke tempat
yang dalam dan menebarkan jalanya di sana untuk
menjala ikan (Luk. 5:4). Simon menjawab, “Guru,
telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami
tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau
menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan
setelah mereka melakukannya, mereka menangkap
sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai
koyak (Luk. 5:5-6).
Yesus tidak saja mengajar banyak orang, namun
Ia juga memberikan pengalaman kepada mereka yang
mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus, yang adalah
seorang tukang kayu, menyuruh Simon, seorang
78
Lilin-Lilin Kecil
nelayan di Danau Galilea, untuk melakukan suatu hal
yang sukar untuk dikerjakan. Simon telah semalammalaman pergi menjala ikan dan tidak mendapat apaapa. Ia seorang yang giat bekerja. Ia bukan pemalas.
Ia bahkan dapat dikatakan sangat memahami selukbeluk Danau Galilea dan ia adalah seorang penjala
ikan (Mat. 4:18).
Pengalaman bersama Yesus sungguh membuat
Simon sangat takjub. Ketika ia melihat jalanya
mulai koyak, maka ia mengetahui bahwa ikan yang
didapatkannya sungguh sangat banyak. Pengajaran
sering dikatakan sebagai teori sementara pengalaman
bersama-Nya merupakan realita kenyataan yang
sangat dirasakan. Yesus berkata kepada muridmurid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan
juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.”
(Yoh. 14:12).
Mari kita perhatikan hal lain yang ingin diajarkan
oleh Yesus kepada kita melalui peristiwa di atas. Saat
melihat jalanya koyak, maka Simon menyadari bahwa
ikan yang diperoleh sungguh sangat banyak sehingga
tidak mungkin cukup untuk ditampung di dalam satu
perahu saja. Ia kemudian memberi isyarat kepada
teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka
datang membantunya. Mereka datang, lalu bersamasama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga
hampir tenggelam (Luk. 5:7).
Dua perahu diisi dengan ikan tangkapan di
tempat yang dalam itu dan perahu-perahu itu hampir
tenggelam. Yesus ingin supaya Simon bekerjasama
79
Lilin-Lilin Kecil
dengan teman-temannya. Ada banyak hal yang dapat
dikerjakan sendiri, namun tidak sedikit perkara harus
dikerjakan bersama-sama agar selesai dengan baik.
Kalau ikan yang ditangkap oleh Simon sedikit saja
jumlahnya, maka ia tidak perlu meminta bantuan
kepada orang lain. Paulus dalam pelayanannya
memiliki banyak teman sekerja: Apolos (1Kor. 3:5-9),
Akwila & Priskila (Kis. 18:3), Urbanus (Rom. 16:9),
dan masih banyak lagi.
Setelah peristiwa yang luar biasa itu, Yesus
berkata kepada Simon, “Jangan takut, mulai dari
sekarang engkau akan menjala manusia.” (Luk. 5:10).
Bermula dari tindakan Yesus yang memakai perahu
Simon untuk mengajar banyak orang, setelah melalui
suatu proses yang luar biasa, Yesus ingin memakai
diri Simon, bukan lagi hanya perahunya. Simon
meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus
untuk menjadi penjala manusia (Luk. 5:11).
Rencana Tuhan memerlukan dana yang tidak
sedikit, baik untuk kegiatan internal maupun
eksternal. Ada banyak pelatihan di gereja yang tentu
saja membutuhkan dana yang cukup besar. Kegiatan
ke luar juga memerlukan anggaran yang relatif besar,
untuk transportasi, akomodasi, dan sebagainya.
Tentu saja banyak rencana Tuhan membutuhkan
adanya orang-orang yang mau mengerjakannya.
Gereja memerlukan pemberita-pemberita Injil,
gembala-gembala, pengajar-pengajar (Ef. 4:11). Satu
kebahagiaan bila Yesus berkenan memakai kita.
Bagi Simon, jala yang mulai koyak itu
memberikan suatu pengalaman yang kemudian
mengubah hidupnya. Bagi kita, peristiwa yang dialami
80
Lilin-Lilin Kecil
Simon di atas juga dapat saja mengubah kehidupan
kita. Mungkin dulu ketika kita diingatkan akan adanya
rencana Tuhan, kita berkata, “Emangnya gua pikirin!”
Namun sekarang kita dapat mengatakan, “Tuhan, ini
aku. Pakailah aku!” (Yes. 6:8).
81
Lilin-Lilin Kecil
26
LAZARUS, MARILAH KELUAR
“Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan
tangannya masih terikat dengan kain kafan dan kain
peluh. Kata Yesus kepada mereka, “Bukalah kain-kain itu
dan biarkan ia pergi.”” (Yoh. 11:44).
L
azarus, saudara Maria dan Marta, telah
mati selama empat hari. Yesus kemudian
mendatangi kuburannya dan berseru dengan
suara keras, “Lazarus, marilah keluar.” (Yoh. 11:43).
Orang yang telah mati empat hari itu hidup kembali.
Ia mendengar suara Yesus dan keluar dari kuburnya.
Mungkin kita dapat membayangkan bagaimana cara
Lazarus “berjalan” keluar.
Firman Tuhan menyatakan bahwa “Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosamu” (Ef. 2:1). Kemudian, “kita
diselamatkan karena rahmat-Nya, oleh permandian
kelahiran kembali” (Tit. 3:5). Manusia yang telah
menerima hidup baru, sama seperti Lazarus,
dipanggil untuk meninggalkan “kuburan”nya. Umat
Tuhan sepatutnya meninggalkan “dunia orang mati”
dan menikmati “dunia yang baru”.
Saat Lazarus beranjak keluar, kaki dan tangannya
masih terikat dengan kain kafan dan kain peluh.
82
Lilin-Lilin Kecil
Dalam keterbatasannya, ia tetap menaati panggilan
Yesus yang menyuruhnya keluar dari kuburan itu.
Sesungguhnya manusia memiliki banyak keterbatasan
dan hal tersebut kadangkala dipakai untuk menolak
perintah Tuhan.
Pada awal bulan, saat menerima gaji yang tidak
seberapa, sang istri mengingatkan suaminya agar
jangan lupa memberikan persembahan perpuluhan
(Mal. 3:10; Mat. 23:23). Suaminya menolak saran si
istri dan berkata, “Aduh Bu, tidak kasih perpuluhan
saja hidup kita sudah susah, apalagi kalau ngasih.
Apa kita mau hidup lebih susah lagi? Uang kita kan
sedikit, sangat terbatas.”
Sabtu malam seorang istri berkata kepada
suaminya, “Besok jangan lupa kebaktian, sudah dua
minggu kita tidak hadir.” Sang suami menjawab,
“Ibu saja dengan anak-anak yang pergi, saya mau
jualan. Ini kan sudah dekat Agustus-an, saya mau
jual bendera di depan Mal Pontianak.” Bulan JuniJuli jualan seragam sekolah, Agustus jualan bendera,
September-Oktober jualan pakaian untuk hari raya.
Kalau begitu kapan ada waktu beribadah? Apa hanya
para istri dan anak-anak saja yang bisa ke surga? Kok
ke rumah Tuhan saja sampai tidak ada waktu?
Setelah
keluar,
orang-orang
membantu
Lazarus untuk membuka kain kafan dan kain peluh
yang “mengikat” dirinya. Simbol-simbol kematian
dilepaskan dari tubuh Lazarus. Namun kadangkadang kita melihat kaum muda dan juga orangtua
yang memakai kalung tengkorak di dadanya.
Kesombongan menjadi simbol kematian yang sangat
mencolok. Yakobus mencatat: “Allah menentang
83
Lilin-Lilin Kecil
orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang
rendah hati.” (Yak. 4:6)
Tentu ada juga orang sombong yang tidak
menampakkan kecongkakannya. Tetapi Tuhan tentu
saja melihatnya. Yesus mengatakan perumpamaan:
“Ada dua orang pergi ke bait Allah untuk berdoa; yang
seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya
begini:...” (Luk. 18:9-11). Dari luar, ia adalah orang
yang “baik”, namun di dalam hatinya penuh dengan
kesombongan.
Bagian terakhir dari kata-kata Yesus berkenaan
dengan kebangkitan Lazarus adalah “biarkan ia
pergi”. Yesus memberikan kemerdekaan kepada
Lazarus untuk pergi ke mana pun ia kehendaki. Hal
ini juga berlaku untuk kita yang telah lahir baru. Ada
dua jalan yang dapat ditempuh, “masuklah melalui
pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah
jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak
orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu
dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan,
dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat. 7:13-14).
Mari kita memilih, tapi hati-hati, jangan salah pilih.
84
Lilin-Lilin Kecil
27
GULUNGAN KITAB
YANG TERBANG
“Aku telah menyuruhnya keluar, demikianlah firman
Tuhan semesta alam, supaya itu masuk ke dalam rumah
pencuri dan ke dalam rumah orang yang bersumpah
palsu demi nama-Ku, dan supaya itu bermalam di dalam
rumah mereka dan memusnahkannya, baik kayunya
maupun batu-batunya.” (Zak. 5:4)
N
abi Zakharia mendapat sebuah penglihatan. Ia
melihat sebuah gulungan kitab yang terbang,
panjangnya dua puluh hasta dan lebarnya
sepuluh hasta. Para pencuri dan orang-orang yang
bersumpah palsu masih bebas berkeliaran dan akan
tiba saatnya Tuhan menghukum mereka. Pencurian
dan penyampaian sumpah palsu itu tentunya
berkaitan dengan pembangunan Bait Allah. Sungguh
dosa yang sangat berat. Perhatikan bagaimana Tuhan
menindak orang-orang berdosa itu.
Manusia seringkali bertindak dengan atau
karena dugaan. Namun Tuhan bertindak dengan data
akurat, karena ”Mata Tuhan ada di segala tempat,
mengawasi orang jahat dan orang baik.” (Ams. 15:3).
Nama para pencuri dan orang yang bersumpah palsu
tertera dengan jelas di dalam gulungan kitab itu.
85
Lilin-Lilin Kecil
Mungkin mereka yang berdosa itu tidak menyadari
bahwa nama-nama mereka tercantum di situ, karena
kitab itu tergulung. Mereka menduga tidak ada orang
yang mengetahui apa yang telah mereka lakukan.
Dugaan tersebut mungkin benar.
Cara mereka mencuri begitu lihainya sehingga
tidak ada insan lain yang mengetahui selain dirinya
sendiri. Mereka mengucapkan janji layaknya sumpah
yang asli, padahal palsu. Istri dan anak-anak barangkali
sangat bangga dengan suami atau ayahnya, karena
tentunya tidak ada orang yang suka direndahkan oleh
istri dan anak-anaknya. “Oh, ternyata suamiku itu
pencuri.” “Weleh-weleh, bapakku ternyata koruptor.”
Dari zaman Musa telah dikatakan dengan
jelas bahwa, ”Demikian juga segala persembahan
persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di
tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah
milik Tuhan; itulah persembahan yang kudus bagi
Tuhan.” (Im. 27:30). Tentu umat yang menaruh takut
dan hormat kepada Tuhan akan mengembalikan
sesuatu kepada pemilik-Nya, bukan mencuri atau
menguasainya. Tapi pada zaman edan begini, segala
yang mustahil dapat terjadi. Inilah ”mujizat” yang
disponsori oleh Iblis dan terjadi bukan hanya sekali
dua kali saja.
Di banyak tempat seorang pejabat yang diangkat
lazimnya didahului dengan pembacaan ”sumpah
jabatan”. Rasanya belum pernah terdengar dari
seorang pejabat pada saat dilantik bersumpah, ”Saya
akan mengkorup harta siapapun juga dengan seksama
dan dalam waktu sesingkat-singkatnya dengan nilai
sebesar-besarnya untuk kemakmuran saya dan bukan
86
Lilin-Lilin Kecil
untuk rakyat.”
Pada judul di atas telah ditulis dengan huruf
cukup besar bahwa gulungan kitab itu terbang, bukan
diantar oleh tukang pos. Dengan cepat Tuhan dapat
menghukum para pencuri dan koruptor, tentu dengan
cara Tuhan yang unik. Bila di daratan Tiongkok sana
mereka bisa dihukum mati, entah dengan digantung
atau ditembak mati, tentu saja Tuhan juga mampu
melakukan hal yang sama. Yakinlah, cara-Nya
kadangkala tidak terpikir oleh nalar manusia. Satu
hal yang pasti, hukuman-Nya bisa datang dengan
cepat. Maka bagi para pencuri dan yang bersumpah
palsu, segeralah bertobat, selagi belum terlambat.
Hukuman dari Tuhan itu tidak saja berkenaan
dengan orangnya, namun juga bisa memusnahkan
seisi rumah dan membinasakan segalanya. Hukuman
pidana di berbagai tempat seringkali mencoba
mengembalikan kerugian terhadap pemiliknya,
misalnya kepada negara. Namun hal ini seringkali
terbentur kepada faktor pembuktian sehingga tidak
dapat diwujudkan. Lain halnya dengan Tuhan, Ia
mampu mengambil semua yang bukan hak orang
tersebut. Hati-hati, jangan-jangan Tuhan sedang
mengirim gulungan kitab yang terbang ke rumah
Anda!
87
Lilin-Lilin Kecil
28
EPAFRAS, PELAYAN KRISTUS
YANG SETIA
D
alam penutup suratnya kepada jemaat di
Kolose, Rasul Paulus menyebut seorang
laki-laki bernama Epafras. Orang ini dikenal
sedikitnya di tiga kota, yaitu Kolose, Laodikia dan
Hierapolis. Paulus mengatakan bahwa Epafras adalah
seorang yang berasal dari Kolose dan juga seorang
kawan yang bersama-sama melayani Tuhan Yesus.
Ia juga pernah bersama-sama satu penjara dengan
Paulus (Kol. 1:7; 4:12,13; Flm. 1:23). Mari kita lihat
lebih jauh tentang orang ini.
Paulus mengatakan bahwa Epafras adalah
“pelayan Kristus yang setia”. Sangat mudah untuk
mengatakan setia, namun bukanlah gampang untuk
melakukannya. Setia sering dikaitkan dengan dapat
dipercaya atau seorang yang bertanggung jawab
dalam pekerjaannya. Setia adalah hal yang sangat
diharapkan oleh seorang tuan dari karyawannya,
atau perkara yang sangat utama di dalam kehidupan
perkawinan.
Paulus mengatakan perkara penting kepada
jemaat di Korintus: “Yang akhirnya dituntut dari
pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka
ternyata dapat dipercayai”(1Kor. 4:2). Kepada orang-
88
Lilin-Lilin Kecil
orang yang telah beroleh kepercayaan dari Tuhan,
maka tuntutan yang diajukan kepadanya ialah bahwa
ia pun dapat dipercaya. Epafras tidak menyia-nyiakan
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, ia
menjadi seorang pelayan Kristus yang setia.
Hal lain yang melekat pada Epafras seperti
yang Paulus katakan adalah ”ia selalu bergumul
dalam doanya untuk jemaat di Kolose” (Kol. 4:12a).
Memang benar bahwa ia adalah seorang yang berasal
dari kota Kolose, namun belum tentu setiap orang
Kolose mau berdoa untuk kotanya. Belum tentu setiap
warganegara Indonesia berdoa untuk bangsa dan
negaranya. Belum tentu seorang jemaat berdoa untuk
gerejanya, apalagi untuk seluruh warga gerejanya.
Yeremia menuliskan sebuah pesan yang berasal
dari Tuhan dan ditujukan kepada orang Yehuda yang
ditawan ke Babel: “Usahakanlah kesejahteraan kota
ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota
itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu” (Yer. 29:7). Bila seorang umat
Tuhan harus mendoakan sebuah kota asing yang
membuatnya tertawan, terlebih lagi kota di mana ia
dilahirkan, dan dibesarkan. Epafras berbuat demikian
untuk kota Kolose.
Betapa sering kita seharusnya berdoa kepadaNya khusus untuk bangsa dan negara kita ini. Tidak
seperti beberapa negara di Asia yang telah mampu
mengatasi krisis yang menghantam negerinya, kita
masih bergumul dengan banyak hal yang belum
dapat diselesaikan. Situasi keamanan yang belum
sepenuhnya terkendali, keadaan ekonomi yang masih
menyisakan begitu banyak pengangguran (baik yang
89
Lilin-Lilin Kecil
nyata maupun yang terselubung), demokrasi yang
belum beranjak dari zaman Orba, dan masih banyak
banyak hal lainnya. Seperti Epafras, kita perlu
bergumul dalam doa untuk bangsa dan negara ini.
Dalam keterbatasan waktu yang dimilikinya,
Epafras juga turut bersusah payah untuk jemaat
di Kolose, Laodikia dan Hierapolis (Kol. 4:13).
Nampaknya sebagai seorang pekabar Injil, ia
senantiasa menggunakan waktu yang ada untuk
melakukan kehendak Tuannya. Untuk menangani
tiga buah kota, Epafras tentunya harus mencurahkan
segenap perhatian dan pikirannya. Hal ini pernah
dikatakan oleh Tuhan Yesus: “Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk. 12:30-31).
Epafras
telah
menggunakan
waktunya
sedemikian rupa sehingga hidupnya menjadi
bermakna, tidak sia-sia. Waktu yang kita miliki, entah
digunakan atau tidak, akan terus berjalan, bergerak,
tidak pernah berhenti dan tidak dapat kembali. Hari
kemarin telah berlalu, tinggal menjadi kenangan saja.
Kita bisa menciptakan kenangan yang indah tentang
hari-hari yang telah lalu; namun kita juga bisa
membuatnya menjadi kenangan yang memilukan.
Bagi Epafras hari ini adalah untuk berkarya, hari
esok adalah harapan yang cerah, sedangkan hari
kemarin adalah kenang-kenangan yang indah.
90
Lilin-Lilin Kecil
29
BERMULA DARI HAL SEPELE
S
aat Nahas, raja negeri Amon, meninggal, ia
digantikan oleh Hanun, anaknya sebagai raja
yang baru. Daud yang bersahabat dengan
Nahas mengutus beberapa orang pegawainya ke
negeri Amon untuk menyatakan turut berdukacita.
Namun pemuka-pemuka negeri Amon mencurigai
niat Daud. Mereka berkata: “Apakah menurut
anggapanmu Daud hendak menghormati ayahmu,
karena ia telah mengutus kepadamu orang-orang
yang menyampaikan pesan turut berdukacita?
Bukankah dengan maksud untuk menyelidiki kota ini,
untuk mengintainya dan menghancurkannya maka
Daud mengutus pegawai-pegawainya itu kepadamu?”
(2Sam.10:3)
Para utusan Daud ditangkap atas perintah
Hanun, janggutnya dicukur setengah dan pakaian
mereka dipotong pada bagian tengah sampai pantat
(2Sam.10:4). Saat Daud mendengar kabar perlakuan
raja Amon terhadap para pegawainya, ia menjadi
sangat benci terhadap Hanun. Setelah dilihat bani
Amon, bahwa mereka dibenci Daud, maka bani Amon
menyuruh orang menyewa dari orang Aram sebanyak
20.000 pasukan, dari negeri Maakha 1000 orang,
dan dari orang-orang Tob 12.000 orang (2Sam. 10:6).
91
Lilin-Lilin Kecil
Dengan demikian, sebanyak 33.000 pasukan telah
disewa oleh bani Amon untuk menghadapi Daud.
Berawal dari sebuah kecurigaan, akhirnya Hanun
menyewa begitu banyak pasukan untuk menghadapi
Daud yang telah ia permalukan. Kita tidak tahu
berapa harga sewa seorang pasukan pada masa itu,
namun dapat dipastikan dana yang dibutuhkan
tentulah sangat besar, mungkin saat ini bisa mencapai
milyaran rupiah. Dana sebesar itu mestinya dapat
dipakai untuk memberikan kesejahteraan kepada
rakyat negeri Amon.
Banyak orang sepakat bahwa sesuatu yang besar
itu berasal dari hal yang kecil. Orang dewasa tumbuh
dari seorang bayi kecil yang berumur satu hari yang
beratnya mungkin sekitar 3 kg. Rumah yang mewah
dan megah berawal dari batu kerikil dan semen yang
dipakai sebagai pondasinya. Usaha raksasa barangkali
bermula dari pedagang kaki lima dengan modal
puluhan ribu rupiah saja. Perkara besar acapkali
dimulai dengan urusan sepele, yang pada mulanya
tidak diduga dapat menjadi begitu besar.
Dua orang yang adu mulut berakhir dengan
ketidakpuasan. Hal ini disebabkan karena dari
ucapan yang tidak terkontrol, seseorang merasa
terhina martabatnya dan terluka harga dirinya. Pihak
yang terluka hatinya kemudian menyewa pengacara
terkenal, walaupun untuk itu ia harus mengeluarkan
dana yang relatif besar. Pihak yang dituntut juga
memakai jasa pengacara lain yang tidak kalah
pamornya dengan pengacara pihak pertama. Makin
berlarut-larut perkara gugatan itu, semakin besar
uang yang harus dirogoh dari kocek yang menggugat
92
Lilin-Lilin Kecil
dan yang digugat.
Kecurigaan yang tidak beralasan atau berlebihan
semestinya dihindarkan dari kehidupan kita. Alkitab
memang mengajarkan agar kita berjaga-jaga, seperti
dikatakan oleh Petrus, ”Sadarlah dan berjagajagalah!” (1Ptr. 5:8a). Kewaspadaan tentu tidak mesti
mempermalukan pihak lain yang akibatnya bisa
menjadi masalah besar.
Kisah Daud mengalahkan pasukan sewaan
itu diakhiri dengan terbunuhnya 40.000 pasukan
berkuda dari pihak Hanun. Kemudian pihak yang
kalah mengadakan perdamaian dengan Daud: ”Ketika
dilihat dari semua raja, yang takluk kepada Hadadezer,
bahwa mereka telah terpukul kalah oleh orang Israel,
maka mereka mengadakan perdamaian dengan orang
Israel” (2Sam.10:19a). Alangkah indahnya bila semua
insan di bumi ini hidup damai satu dengan yang lain,
seperti yang Paulus katakan, ”Sedapat-dapatnya,
kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam
perdamaian dengan semua orang! Janganlah kamu
kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah
kejahatan dengan kebaikan!” (Rom. 12:18, 21).
93
Lilin-Lilin Kecil
30
MASUK KE DALAM KRISTUS
“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada
penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih
mesra dan belas kasihan.” (Flp. 2:1)
B
erbagai profesi muncul seiring dengan
kebutuhan yang muncul di masyarakat. Salah
satunya adalah konsultan. Ada konsultan
keuangan, keluarga, perusahaan, atau pernikahan.
Bagaimana mengatur keuangan supaya setelah
memasuki masa pensiun kita tetap dapat menikmati
tingkat hidup yang setara dengan saat produktif
seperti sekarang? Rumah tangga sering cekcok karena
banyak ‘cek kosong’. Istri menjadi ”dingin”, padahal
dulunya sangat menggebu-gebu seperti panasnya lava
Gunung Merapi. Keuntungan perusahaan sudah tiga
tahun berturut-turut menukik; yang meningkat gaji
karyawan dan frekuensi unjuk rasa. Mau menikah
sering maju mundur padahal sudah pacaran selama
tiga belas tahun. Orang menyukai dua belas pas
(penalti) dan menghindari celaka tiga belas.
Ada konsultan amatiran yang pendapatnya
buruk namun menetapkan tarif tinggi. Sedangkan
konsultan profesional memberikan pandangan yang
didasarkan pada pengetahuan yang memadai dan
bisa saja tanpa memungut biaya. Paulus mendorong
94
Lilin-Lilin Kecil
kita yang membutuhkan nasihat untuk masuk ke
dalam Kristus, Sang Penasihat Ajaib (Yes. 9:5).
Konsultasi dengan Kristus tidak perlu keluar biaya
alias gratis. Tetapi, kadang-kadang ada pihak-pihak
yang berpendapat bahwa sesuatu yang gratis pasti
tidak bermutu.
Hanya satu yang perlu dilakukan yaitu kita
“masuk” ke dalam Kristus. Melalui doa kita masuk
ke dalam Dia dan juga saat Dia berbicara kepada kita
ketika kita membaca firman. Berbeda dengan doa
– kita berbicara kepada-Nya. Nasihat-Nya pasti tepat
dan benar, tanpa ada keraguan sedikitpun. Untuk itu,
sudahkah kita masuk ke ‘ruang praktek’ Penasihat
Ajaib itu?
Saat hati sedang kesal dan sebal, tidak sedikit di
antara kita mencari hiburan mulai dari yang berbiaya
murah hingga yang mencapai jutaan rupiah. Makin
besar kotanya, makin beragam hiburannya. Ada
hiburan yang murahan dan menyimpang dari ajaran
Tuhan, tetapi ada juga yang sehat dan menjauhi
kesesatan. Dunia hiburan bisa kita dapatkan di luar
rumah, namun ada juga yang bisa diperoleh di ruang
keluarga melalui saluran televisi yang beraneka
ragam, katanya sih dijamin puas.
Kristus sebelum naik ke surga membuat suatu
pernyataan, ”Jikalau Penghibur yang akan Ku-utus
dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar
dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” (Yoh.
15:26). Kristus memahami bahwa hidup manusia
tidak hanya akan menikmati kesenangan, kelancaran,
kebahagiaan. Orang dapat mengalami kegagalan,
kesusahan, kesulitan, dan juga keputusasaan. Bahkan
95
Lilin-Lilin Kecil
Rasul Paulus juga pernah putus asa (2Kor. 1:8).
Karena itu, manusia membutuhkan penghiburan
yang didasari oleh kasih Allah kepada seluruh umatNya. Sekali lagi, kita bisa masuk ke dalam Kristus
untuk menikmati penghiburan kasih.
Banyak orang yang berkeluarga dapat mengingat
saat mereka menikah, “Hari ini ulang tahun
perkawinan kami yang ke-sekian.” Ada di antaranya
dengan jujur mengatakan bahwa kasih mesra antara ia
dan pasangannya telah the end, telah berakhir. Tidak
jarang para suami atau istri kemudian mengarahkan
dirinya kepada seseorang yang bukan istri atau
suaminya untuk mendapatkan kasih dan kemesraan.
Ishak dan Ribka telah menikah lebih dari tiga
puluh tahun, atau mungkin lebih lama dari itu, dan
mereka, seperti dicatat oleh Musa, ”sedang bercumbucumbuan” (Kej. 26:8). Allah yang memberikan
kasih mesra kepada mereka, sehingga sampai akhir
hidupnya tidak pernah ada perempuan lain dalam
kehidupan Ishak, padahal ia seorang yang kaya raya
(Kej. 26:12-13).
Mungkin saja kita yang telah berumah tangga
cukup lama merasakan kehilangan kasih mesra yang
dulu demikian berlimpah saat bulan madu. Habis
madunya, yang tersisa bulan-bulan yang demikian
panjang dan menjemukan. Jangan kuatir, dalam
Kristus ada kasih mesra dan kita bisa masuk ke
dalam-Nya. Tetap gratis alias tidak bayar sepeserpun.
Mari, bila kita masih di luar, jangan ragu, masuklah
ke dalam Kristus. Lebih cepat tentu lebih baik.
96
Lilin-Lilin Kecil
31
MENGENAKAN BAJU PERANG
“Lalu Saul mengenakan baju perangnya kepada Daud,
ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan
dikenakannya baju zirah kepadanya” (1Sam. 17:38).
G
oliat, pahlawan orang Filistin, menantang
barisan Israel. Ia berkata: ”Aku menantang
hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku
seorang, supaya kami berperang seorang lawan
seorang.” Ketika Saul dan segenap orang Israel
mendengar perkataan orang Filistin itu, maka
cemaslah hati mereka dan sangat ketakutan” (1Sam.
17:10-11).
Goliat, dengan tinggi enam hasta sejengkal,
dengan lantang menantang barisan Israel pada pagi
dan petang selama empat puluh hari lamanya. Segenap
orang Israel yang ada di medan perang menjadi sangat
ketakutan, bahkan Raja Saul pun cemas hatinya.
Saul sebagai raja maju ke medan laga dengan
mengenakan baju perang secara lengkap. Orang yang
memakai baju perang tentunya akan dan telah siap
untuk berperang.
Saul pernah memerangi orang Amon untuk
menyelamatkan orang-orang Yabesy-Gilead (1Sam.
11:4-11). Ia juga pernah memerangi orang Amalek
dan beroleh kemenangan besar. Tapi kali ini hatinya
97
Lilin-Lilin Kecil
cemas dan sangat ketakutan.
Paulus memberitahukan kepada jemaat di
Efesus agar mengenakan baju perang dengan lengkap:
”Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata
Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan
pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah
kamu menyelesaikan segala sesuatu” (Ef. 6:13). Ia
menyebutkan perlengkapan perang yang semestinya
digunakan, yaitu ikat pinggang kebenaran, baju
zirah keadilan, kasut pemberitaan Injil, perisai iman,
ketopong keselamatan, dan pedang Roh, yaitu firman
Allah. Umat yang telah mengenakan perlengkapan
perang seperti tertulis di atas sepatutnya berani untuk
berperang.
Petrus mengatakan bahwa Iblis adalah seperti
singa yang mesti dihadapi oleh seluruh umat Tuhan di
segala tempat dan pada segala zaman. Ia mengatakan,
”Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu
tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia
menanggung penderitaan yang sama” (1Ptr. 5:9).
Umat yang mempunyai perisai iman mestinya tidak
takut dengan Iblis. Namun pada kenyataannya ada
juga umat Tuhan yang tidak berani bila diajak untuk
mengusir Setan yang tengah merasuki seseorang.
Alasannya adalah bila Setan itu diusir keluar dari
seseorang, “Jangan-jangan nanti merasuki atau
masuk ke dalam diri saya. Ih, ngeri....” Memakai baju
perang tetapi tidak berani berperang.
Yakobus di dalam suratnya mengatakan, ”Karena
itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka
ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7). Ada dua pilihan
bagi setiap umat Tuhan: melawan Iblis dan ia akan
98
Lilin-Lilin Kecil
lari dari kita, atau takut kepada Iblis dan ia akan
mengejar-ngejar kita kemana pun kita lari.
Daud datang ke medan pertempuran, dan
akhirnya ia menghadap Saul. Daud berkata,
”Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia;
hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu”
(1Sam.17:32). Mendengar perkataan Daud, maka Saul
menukas, ”Tidak mungkin engkau dapat menghadapi
orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau
masih muda, sedang sejak dari masa mudanya telah
menjadi prajurit” (1Sam.17:33). Saul meremehkan
kemampuan Daud, ia bahkan melemahkan semangat
tempur Daud.
Saul sebagai raja Israel tidak memiliki
keberanian untuk melawan Goliat. Negara Israel
sedang mengalami masalah besar oleh tantangan
pahlawan Filistin itu. Saul sepatutnya bersyukur
saat ada seorang Israel yang berani melawan Goliat;
ia mestinya memberikan dorongan moril kepada
Daud. Saul seharusnya berterima kasih bahwa Daud
akan segera menyelesaikan masalah besar negerinya
itu. Alih-alih memberikan dorongan, Saul malah
melemahkan semangat Daud dengan berkata, “Tidak
mungkin engkau dapat melemahkan dia; engkau tidak
mungkin menang; engkau tidak mungkin berhasil;
engkau tidak mempunyai baju perang bagaimana
mungkin bisa berperang” (1Sam. 17:38).
Apakah kita ingin seperti Daud, yang
mengalahkan pahlawan Filistin itu, yang dipuji-puji
oleh banyak perempuan Israel? Jikalau jawabnya
adalah “ya”, maka kita juga harus bersiap bila ada
orang-orang yang meremehkan, merendahkan,
99
Lilin-Lilin Kecil
melemahkan kita seperti dulu Daud pun mengalami
hal tersebut dari Saul. Pujian kepada Daud datang
setelah terlebih dulu ia direndahkan.
Atau kita ingin seperti Saul, raja dari satu negara,
tinggal di istana, hidup berkelimpahan, pemimpin
tertinggi pasukan perang? Bila kita menjawab “ya”,
maka ingatlah nyanyian ini: ”Saul mengalahkan
beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”
100
Lilin-Lilin Kecil
32
GITU AJA KOK MARAH
“Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus, “Layakkah
engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya,
“Selayaknyalah aku marah sampai mati.” (Yun. 4:9)
M
ungkin hanya bayi yang tidak pernah marah,
dengan mata melotot merah. Anak yang
sedang menonton TV ketika disuruh tidur
oleh ibunya akan masuk ke kamar dengan marahmarah. Seorang bapak sedang santai mengendarai
mobil kemudian disalip oleh sebuah sepeda motor,
langsung marah-marah, katanya, “Kurang ajar, baru
punya motor aja udah belagu!”. Harga cabai merah
yang melonjak sampai lima puluh ribu rupiah per kilo
membuat banyak ibu rumah tangga marah-marah,
“Kalau begini tidak usah buat sambal goreng, lebih
murah bikin tempe goreng saja”.
Seorang nabi bernama Yunus tidak tanggungtanggung. Ia marah kepada Tuhan, bahkan hingga
dua kali. Ketika marah untuk kedua kalinya, ia berkata
ingin marah sampai mati. Yunus marah kepada
Tuhan! Ia tidak setuju dengan tindakan Tuhan. Ia
yakin Tuhan telah salah dalam mengambil keputusan.
Yunus berpikir semestinya Tuhan menjadikan dirinya
sebagai penasihat, Tuhan butuh saran darinya!
Yunus berpendapat bahwa orang-orang Niniwe
101
Lilin-Lilin Kecil
pantas dihukum seberat-beratnya karena dosa
mereka memang sangat berat. Namun kemudian
Tuhan memberi pengampunan kepada mereka.
Yunus lebih suka orang berdosa dihukum secepatnya,
tidak perlu diberi kesempatan untuk bertobat.
Yunus lupa, bahwa saat berada di dalam perut ikan
ia masih mengharapkan kemurahan Tuhan, seperti
dikatakannya, “Mungkinkah aku memandang lagi
bait-Mu yang kudus?” (Yun. 2:4)
Pada saat Yunus marah untuk kedua kali, Tuhan
melalui seekor ulat, hanya satu ekor, membuat
sebatang pohon jarak menjadi layu. Pada waktu itu,
Yunus sedang bernaung di bawah pohon tersebut,
merasakan tiupan angin timur yang panas terik
menyakiti kepalanya. Ia berpendapat bahwa Tuhan
sungguh telah bertindak tidak bijaksana dengan
membuat binasa sebatang pohon jarak. Ia berkata
demikian karena ia memiliki kepentingan dengan
pohon jarak itu yang menaungi dirinya dari terik
matahari.
Yunus tidak mempunyai kepentingan dengan
anak-anak di Niniwe yang akan menjadi yatim bila
orang-orang dewasa di Niniwe dibinasakan oleh
Tuhan. Ia tidak peduli dengan masa depan ribuan,
atau mungkin puluhan ribu anak yang akan kehilangan
“naungan” dalam hidup mereka. Yunus, seorang nabi
yang hanya peduli dengan kepentingannya sendiri!
Sikap ini berbeda dengan Paulus yang menyatakan:
“Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang
lain juga.” (Flp. 2:4)
Tidak hanya Yunus, para rasul juga pernah
102
Lilin-Lilin Kecil
marah-marah, seperti yang dicatat oleh Markus:
“Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus,
supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi muridmurid-Nya memarahi orang-orang itu.” (Mrk. 10:13).
Mungkin para rasul berpikir bahwa anak-anak kecil itu
hanya merepotkan saja dan tidak dapat memberikan
manfaat kepada mereka. Jadi yang ada di benak
mereka adalah segala sesuatu harus memberikan
keuntungan. Lagi-lagi yang menjadi acuan adalah
kepentingan mereka sendiri. Mereka lupa bahwa
banyak orangtua ingin anak-anaknya diberkati oleh
Yesus, dan bagi para orang tua hal tersebut adalah
penting.
Sebagai murid Yesus, tidak sepatutnya kita
menjadi marah apabila Allah memperhatikan
kepentingan orang lain. Yakinlah, kasih Tuhan tidak
menjadi kurang karena banyak umat yang diberkatiNya. Kasih Tuhan tetap cukup untuk kita. Ia adalah
Tuhan yang maha kaya! Jadi, mengapa harus marah?
Gitu aja kok marah?
103
Lilin-Lilin Kecil
33
SESUKA HATI ATAU
SUKA SEHATI
Adam dan Hawa di taman Eden hidup penuh dengan
sukacita, melimpah dengan kebahagiaan. Rasanya hanya
satu yang Allah nyatakan sebagai larangan bagi mereka,
yaitu: ”Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan
yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab
pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”
(Kej. 2:17).
L
arangan dari Pencipta diabaikan. Hawa dan
Adam dengan sesuka hati mengambil buah
terlarang itu, dan mereka berbuat dosa (1Yoh.
3:4). Semua buah dalam taman Eden boleh dimakan
dengan bebas, dan sesungguhnya itu pasti dapat
memberikan kepuasan bagi pasangan manusia yang
pertama itu. Namun itulah manusia, yang memiliki
hati untuk menyukai satu-satunya hal yang Tuhan
larang pada waktu itu.
Sikap Adam dan Hawa itu kemudian turun
kepada keturunannya, sampai saat ini. Imam besar
Eli mempunyai dua orang anak laki-laki, Hofni dan
Pinehas. Mereka adalah orang-orang dursila, tidak
mengindahkan Tuhan ataupun batas hak para iman
terhadap bangsa Israel (1Sam. 2:12-13). Bujang imam
selalu berkata kepada umat yang mempersembahkan
104
Lilin-Lilin Kecil
korban, ”Berikanlah daging kepada imam untuk
dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari
padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah
saja.” Apabila orang itu menjawab, ”Bukankah lemak
itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil
bagimu sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada
orang itu: ”Sekarang juga harus kauberikan, kalau
tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan”
(1Sam. 2:15-16).
Daud yang telah menjadi raja atas seluruh Israel
juga pernah bertindak sesuka hati. Sekali peristiwa
pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat
pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh
istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang
perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat
elok rupanya. Daud menyuruh orang mengambil
perempuan itu, kemudian tidur dengan dia (2Sam.
11:2-4). Perempuan itu, Batsyeba, sudah menikah,
dan suaminya, Uria, masih hidup, bahkan menjadi
prajurit yang berperang bagi Raja Daud.
Anak-anak imam, dan juga raja bertindak sesuka
hati. Apa yang mereka inginkan segera dilakukan,
walaupun hal itu bertentangan dengan kehendak
Tuhan. Untuk itu semua umat perlu senantiasa
membaca dan mengamalkan firman Tuhan, seperti
yang Paulus sampaikan kepada Timotius, ”Segala
tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang
dalam kebenaran” (2Tim. 3:16).
Yesus dengan menggunakan firman Tuhan
“menangkis” serangan Iblis yang diarahkan kepada-
105
Lilin-Lilin Kecil
Nya, dan Iblis pun undur dari pada-Nya (Luk. 4:13).
Yesus bertindak untuk menyukakan hati Bapa, bukan
menuruti apa yang Ia sukai (ref. Mat. 26:42). Kita
sebagai anak-anak Tuhan sepatutnya melakukan
tindakan-tindakan yang berkenan kepada-Nya,
seperti yang Yesus ucapkan dalam doa-Nya di taman
Getsmani: ”Jadilah kehendakMu.”
Allah menghendaki supaya umat-Nya “suka
sehati”, bukan melakukan tindakan yang sesuka hati.
Paulus menyatakan kepada umat di Korintus dan juga
jemaat di Filipi (Flp. 2:2). ”Tetapi aku menasihatkan
kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus
Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada
perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya
kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1Kor. 1:10).
Mari, kita yang adalah umat Tuhan untuk menyukai
kesehatian, dan menjauhkan diri dari sikap sesuka
hati.
106
Lilin-Lilin Kecil
34
MANAKAH YANG
LEBIH MENONJOL
S
ungguh menarik mata saat melihat atlet
binaraga memamerkan otot-otot yang telah
dilatih dan dibentuk selama bertahun-tahun.
Dadanya menonjol, perutnya rata dengan gelombang
otot yang sangat menawan, bahunya lebar dan kekar.
Akan sangat mengecewakan bila setelah menjadi tua
kondisi mantan atlet binaraga itu berubah; dadanya
rata namun perutnya yang menonjol, besar dan
lebar.
Bulan ini, April 2003, Paskah diperingati atau
dirayakan sama seperti tahun-tahun yang silam.
Banyak acara diadakan di gereja berkenaan dengan
Paskah ini, bahkan dapat dikatakan bulan ini sebagai
bulan Paskah. Empat minggu berturut-turut diadakan
berbagai kegiatan yang dikaitkan dengan peringatan
kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi
lebih dari dua ribu tahun yang lalu.
Kita senantiasa merenungkan setiap Paskah tiba,
manakah yang lebih menonjol: acara-acara Paskah
atau Tuhan Yesus? Pendeta yang memimpin ibadah
Paskah atau Tuhan Yesus? Siapakah pemeran utama
setiap kali Paskah tiba: Yesus Kristus atau pendeta
yang mengkhotbahkan Yesus? Atau Yesus Kristus
sekedar menjadi pelengkap penderita saja pada hari
107
Lilin-Lilin Kecil
Paskah ini?
Banyak orang mengetahui bahwa dada yang
menonjol lebih indah daripada perut yang menonjol.
Namun kenyataannya tidak sedikit perut laki-laki lebih
ke depan dibandingkan dengan dadanya. Idealnya
setiap Paskah tiba Yesus-lah yang dikedepankan,
yang diutamakan. Namun pada kenyataannya sering
tidak demikian. Yesaya berkata, “Adakah kapak
memegahkan diri terhadap orang yang memakainya,
atau gergaji membesarkan diri terhadap orang yang
mempergunakannya? Seolah-olah gada menggerakkan
orang yang mengangkatnya?” (Yes. 10:15).
Dalam kehidupan umat, paling tidak ada dua
kepentingan yang tarik-menarik satu sama lain:
kepentingan diri sendiri dan kepentingan ilahi. Yesus
pernah berkata kepada murid-murid-Nya, “Roh
memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat. 26:41).
Mungkin saja dua kepentingan ini muncul juga pada
kegiatan Paskah tahun ini. Mari perhatikan hal berikut
ini.
Paduan suara akan tampil kali ini untuk
meninggikan Yesus, untuk mengenang Almasih yang
telah berkorban di salib. Latihan telah dilakukan
dengan seksama dan dalam waktu yang cukup lama
(bukan sesingkat-singkatnya). Pemain piano adalah
seorang pemuda biasa dengan permainan yang tidak
biasa (hebat/ bagus). Semua pihak merasa tentulah
paduan suara ini akan tampil dengan baik sematamata untuk Tuhan Yesus.
Tiga hari menjelang tampil, datanglah
seorang pianis handal yang permainannya luar
biasa. Kebetulan, ia sedang mengambil cuti dari
108
Lilin-Lilin Kecil
pekerjaannya di Belanda. Pemimpin paduan
suara,yang kebetulan adalah ayah dari orang yang
sedang cuti ini, mengusulkan agar pemain piano yang
mengiringi nanti digantikan oleh anaknya. Anggota
paduan suara hampir semuanya setuju dengan
usulan atau permintaan itu, dengan pemikiran bahwa
permainan piano orang ini luar biasa. Maka segera
dilakukan latihan darurat dengan orang yang sedang
cuti ini.
Bagaimana hasilnya? Namanya saja latihan
darurat, tentu saja hasilnya pun darurat. Kehebatan
permainan orang tersebut tidak nampak, maklum
ia datang dalam rangka cuti. Tanpa latihan yang
kontinu permainan yang dulunya luar biasa menjadi
biasa-biasa saja, sedangkan si pemuda yang biasa itu
dengan latihan yang seksama telah memperdengarkan
permainan piano yang tidak biasa. Paulus mengatakan,
“Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau pujipujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan
rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama daripada dirinya sendiri.” (Fil. 2:3).
Karena
kelemahan
daging,
adakalanya
kepentingan pribadi lebih menonjol daripada
kepentingan ilahi. Paskah mengingatkan kepada
seluruh umat Tuhan bagaimana Yesus Kristus
melepaskan atau membuang kepentingan pribadi
untuk kebutuhan seluruh umat manusia yaitu
keselamatan. Apa yang hendak kita tonjolkan, bibir
atau gigi? Hidung atau bibir? Survei membuktikan
bahwa ada kalanya gigi lebih mancung daripada bibir,
itulah orang-orang yang suka unjuk gigi.
109
Lilin-Lilin Kecil
35
DAUD MENGHADAPI SAUL
K
isah Daud menghadapi Goliat sangat terkenal
di berbagai belahan bumi ini, dan bahkan kini
menjadi satu ungkapan bagaimana si kecil
mengalahkan si besar. Peristiwa itu terjadi dalam
waktu satu hari dan selesai: Goliat binasa sedangkan
Daud menjadi terkenal. Lain dengan riwayat Daud
menghadapi Saul yang memakan waktu belasan
tahun lamanya. Hal-hal di bawah ini adalah sebagian
dari kisah Daud menghadapi Saul.
Setelah diurapi sebagai raja oleh Tuhan melalui
Nabi Samuel, Daud tetap menggembalakan ternak
ayahnya di padang Bethlehem. Raja Saul, karena
adanya gangguan roh jahat atas dirinya, mencari
seorang yang pandai main kecapi. Daudlah yang
dipilih oleh Saul dan menjadi pelayannya seperti kata
firman Tuhan, “Demikianlah Daud sampai kepada
Saul dan menjadi pelayannya” (1Sam. 16:21). Dua raja Israel berada dalam satu ruangan; yang
satu, Daud, memainkan kecapi dan yang lainnya, Saul,
mendengarkan permainan kecapi. Saul pada faktanya
adalah raja yang sedang memerintah Israel, sedangkan
Daud secara formal adalah seorang yang telah diurapi
untuk memerintah Israel. Daud sesungguhnya setara
dengan Saul, karena ia diurapi oleh nabi yang sah
atas perintah Tuhan. Namun Daud tidak memandang
110
Lilin-Lilin Kecil
kesetaraan itu sebagai hal yang menghalanginya
untuk melayani Saul. Paulus mencatat: “Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba”
(Flp. 2:5-7).
Saul membalas air susu dengan air tuba, ia ingin
membunuh Daud karena dengki. Pada satu kali, ketika
Daud sedang memainkan kecapi, Saul melemparkan
tombak yang ada di tangannya ke arah Daud sampai
dua kali. Namun Daud ternyata dapat mengelakkan
lemparan tombak itu dan melarikan diri dari Saul
(1Sam. 18:10-11). Penyerangan Saul terhadap Daud
berulang kembali pada kali yang lain (1Sam. 19:9-10).
Kembali Daud dapat meluputkan diri dari tombak
Saul dan ia melarikan diri.
Saul tetap ingin membinasakan Daud. Untuk
itu ia melakukan pengejaran beberapa kali ke tempat
Daud melarikan diri. Dengan tiga ribu pasukan pilihan
Saul mengejar Daud sampai ke padang gurun En-Gedi.
Saul masuk ke dalam sebuah gua untuk membuang
hajat, dan pada gua yang sama, di belakangnya, ada
Daud dan orang-orangnya. Kebalikan dari Saul, Daud
membalas air tuba dengan air susu. Ia membiarkan
Saul tetap hidup. Daud mengatakan: “Dijauhkan
Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal
yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang
diurapi Tuhan, yakni menjamah dia, sebab dialah
orang yang diurapi Tuhan” (1Sam. 24:7).
111
Lilin-Lilin Kecil
Daud mengampuni Saul, suatu tindakan yang
mulia. Terlebih lagi jika hal tersebut dilakukan
pada zaman Yesus Kristus lahir di bumi ini. Paulus,
seorang rasul Tuhan Yesus mengatakan: ”Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri
menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada
murka Allah, sebab ada tertulis: pembalasan adalah
hakKu. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan,
tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm.
12:19,21).
Saat Daud berumur tiga puluh tahun, datanglah
seorang pemuda Amalek memberitakan mengenai
kematian Raja Saul di pegunungan Gilboa. Ketika
mendengar berita itu, maka Daud memegang
pakaiannya dan mengoyakkannya. Ia meratap,
menangis dan berpuasa sampai matahari terbenam
(2Sam. 1:11-12). Dalam nyanyian ratapannya, Daud
mengatakan: ”Saul dan Yonatan, orang-orang yang
dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya
tidak terpisah. Hai anak-anak perempuan Israel,
menangislah karena Saul yang mendandani kamu
dengan pakaian mewah dari kain Kirmizi, yang
menyematkan perhiasan emas pada pakaianmu”
(2Sam. 1:23,24).
Daud mengenang kebaikan Saul dan ia melupakan
segala kekurangannya. Tidak ada manfaatnya untuk
mengingat-ingat kesalahan seseorang. Mengampuni
senantiasa diikuti dengan melupakan dosa orang
tersebut. Bagaimana menghadapi berita kematian
seseorang yang kerap kali berniat mencelakakan
kita?
112
Lilin-Lilin Kecil
36
HITAM PUTIH
Y
eremia, seorang nabi, dimasukkan ke dalam
perigi yang tidak berair, namun berlumpur,
milik pangeran Malkia, yang terletak di
pelataran penjagaan. Hal ini terjadi karena para
pemuka di kerajaan Yehuda tidak tahan mendengar
perkataan Yeremia, yang menubuatkan bahwa tentara
raja Babel akan merebut Yerusalem. Ebed-Melekh,
orang Etiopia, seorang sida-sida yang tinggal di istana
raja mengetahui peristiwa tersebut, dan berusaha
untuk menolong Yeremia (Yer. 38:4,6-8).
Ebed-Melekh adalah seorang Etiopia yang entah
bagaimana bisa berada di istana raja di Yerusalem.
Ia adalah seorang sida-sida. Tidak diketahui tugas
yang diembannya setiap hari di istana. Satu hal yang
jelas bahwa ia bisa menghadap dan berbicara dengan
Zedekia, raja terakhir di Yehuda. Ebed-Melekh
berkata kepada Zedekia, ”Ya tuanku raja, perbuatan
orang-orang ini jahat dalam segala apa yang mereka
lakukan terhadap Nabi Yeremia, yakni memasukkan
dia ke dalam perigi; ia akan mati kelaparan di tempat
itu! Sebab tidak ada lagi roti di kota”(Yer. 38:9).
Orang Etiopia yang berkulit hitam tidaklah
mungkin mengganti kulitnya menjadi putih, seperti
dikatakan oleh firman Tuhan: ”Dapatkah orang Etiopia
mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah
113
Lilin-Lilin Kecil
belangnya?” (Yer. 13:23). Namun ada bagian tubuh
orang Etiopia yang putih: giginya, tulangnya, sebagian
dari matanya, dan yang utama adalah hatinya. EbedMelekh memiliki hati yang putih bersih yang tidak
dipunyai oleh sebagian besar pemuka di kerajaan
Yehuda.
Ada orang kulit putih berhati putih, namun ada
juga dari antara mereka yang hatinya hitam. Simon,
seorang mantan tukang sihir, yang kemudian menjadi
umat Tuhan, ternyata bisa juga mempunyai hati yang
“hitam”. Ia berkata kepada Petrus dan Yohanes:
”Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku
menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh
menerima Roh Kudus.” Namun, Petrus menjawab:
”Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan
engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau
dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada
bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu
tidak lurus di hadapan Allah. Sebab kulihat, bahwa
hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat
dalam kejahatan” (Kis. 8:19-23).
Ebed-Melekh seorang berkulit hitam dengan
hati yang putih. Ia dapat membedakan antara yang
jahat dengan yang baik. Ia tidak membuat perbedaan
antara orang Etiopia dan orang Yahudi (Yeremia
adalah orang Yahudi). Simpatinya tidak dibatasi oleh
kesuku-bangsaan, tetapi didasarkan pada kebenaran
dan kebaikan (yang benar dan baik ia dukung, yang
salah dan jahat ia lawan). Pandangan Ebed-Melekh
ini kemudian diutarakan oleh Paulus: ”Dalam hal ini
(dalam Kristus) tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak
114
Lilin-Lilin Kecil
ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28).
Adakalanya manusia membuat perbedaan,
misalnya mereka dikatakan berdarah biru karena
lahir di lingkungan keraton, dikatakan berdarah
merah lantaran lahir di perkampungan kumuh dan
anak dari seorang buruh. Padahal Tuhan yang di surga
tidak berbuat demikian. Yang Maha Kuasa mengasihi
semua orang dan tidak pandang bulu (Yak. 2:1-4).
Karena itu, jagalah hati kita dengan sangat hati-hati
(Ams. 4:23).
Atas izin dari Zedekia, Ebed-Melekh dengan
bantuan tiga orang mengeluarkan Nabi Yeremia dari
perigi yang berlumpur itu. Untuk perbuatannya itu
Tuhan memberikan janji berikut ini kepada EbedMelekh: “Aku akan melepaskan engkau, dan engkau
tidak akan diserahkan ke dalam tangan orangorang yang kau takuti, tetapi dengan pasti Aku akan
meluputkan engkau: engkau tidak akan rebah oleh
pedang; nyawamu akan menjadi jarahan bagimu,
sebab engkau percaya kepadaKu, demikianlah firman
Tuhan” (Yer. 39:17-18). Banyak orang membeli
produk pemutih kulit (whitening), padahal hati yang
putih lebih diperlukan.
115
Lilin-Lilin Kecil
37
JANGANLAH MENJADI
ZERESY
S
ebuah kitab yang unik dalam seluruh Alkitab
adalah Kitab Ester. Pertama, dalam sepanjang
kitab ini tidak satu kali pun nama Tuhan
disebutkan atau ditulis. Kedua, seorang perempuan
buangan dari Yehuda ternyata dapat menjadi ratu di
negara Persia. Ketiga, karena keberanian Ester untuk
menghadap raja Ahasyweros maka semua orang
Yahudi mendapat pertolongan. Tetapi, berikut ini
ada satu hal lain yang nampaknya perlu untuk kita
ketahui, yaitu seorang perempuan bernama Zeresy.
Haman, suami Zeresy, adalah seorang yang
terpandang di kerajaan Persia. Raja Ahasyweros
mengaruniakan kebesaran kepadanya, pangkatnya
dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas
semua pembesar yang ada di hadapan baginda (Est.
3:1). Itu atas perintah raja tentang Haman. Dengan
demikian Zeresy turut menikmati kemuliaan yang
ada pada diri suaminya.
Hanya saja “kebahagiaan” tersebut tidak
berlangsung lama, ketika suaminya mati disulakan
pada tiang sulaan yang dibuat atas usulan Zeresy
sendiri. Hal itu bermula saat Haman pulang dari istana
dengan menahan panas hatinya terhadap Mordekhai.
Saat ia pulang ke rumahnya, maka Haman menyuruh
116
Lilin-Lilin Kecil
datang sahabat-sahabatnya dan Zeresy, istrinya.
Haman menceritakan kepada mereka kekayaannya,
kebesarannya, kenaikan pangkatnya, dan perjamuan
yang diadakan oleh sang ratu. Haman menambahkan:
”Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku,
selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi
itu, duduk di pintu gerbang istana raja” (Est. 5:13).
Memang Mordekhai tidak pernah mau untuk sujud
saat Haman lewat di depannya.
Zeresy dan semua sahabatnya mengusulkan
untuk membuat tiang yang tingginya lima puluh hasta,
supaya Mordekhai disulakan pada tiang itu. Bagi
Zeresy, derita suami juga menjadi deritanya, karena
itulah ia mengusulkan pendirian tiang sulaan untuk
mengakhiri kesusahan hati suaminya. Tak disangka
kalau orang yang tergantung pada tiang sulaan itu
adalah suaminya sendiri.
Ratusan tahun sebelum Zeresy hidup, seorang
penulis Amsal mencatatkan hal berikut ini: ”Tinggi
hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati
mendahului kehormatan” (Ams. 18:12). Zeresy, serupa
dengan suaminya, tidak bisa menerima kenyataan
bahwa ada satu orang buangan dari Yehuda yang
berani untuk tidak bersujud di hadapan suaminya.
Bagi Zeresy, kecuali keluarga raja, maka semua orang
mukanya harus tunduk ke tanah bila suaminya lewat.
Sayang, nampaknya Zeresy belum pernah membaca
Amsal di atas, sehingga kehancuran menimpa suami
dan juga dirinya.
Dari usulan Zeresy dan sahabat-sahabat Haman
tentang pembuatan tiang sulaan sampai Haman
disulakan pada tiang itu waktunya hanya berjarak satu
117
Lilin-Lilin Kecil
hari, yaitu kemarin dan hari ini dan besok. Satu hari
yang biasanya diisi dengan kegiatan-kegiatan rutin
itu ternyata mengubah kehidupan Zeresy, Haman,
dan juga seluruh anak-anaknya.
Haman mati dengan keadaan terhina; Zeresy
menjadi janda; sepuluh anak-anak Haman menjadi
anak yatim. Tambahkan pula, Raja Ahasyweros
mengaruniakan harta milik Haman kepada Ester, sang
ratu. Raja juga mencabut cincin meterai dari pada
Haman. Zeresy kini menjadi janda miskin dengan
sepuluh anak laki-laki yang harus dipeliharanya.
Waktu satu hari telah membuat perbedaan. Kini ia
menjadi janda miskin dengan sepeluh langit dan
bumi dalam kehidupan Zeresy. Musa mengingatkan:
“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm. 90
:12).
Kemarin masih beristri, hari ini mungkin
menjadi duda; kemarin ada suami, sekarang telah
menjanda. Hari ini harta berlimpah, esok siapa tahu
semuanya menjadi onggokan sampah karena musibah
kebakaran. Janganlah menjadi Zeresy, terlebih jangan
mengalami hari-hari akhirnya Zeresy.
118
Lilin-Lilin Kecil
38
DI SINI ADA ELISA
“Tetapi bertanyalah Yosafat: “Tidak adakah di sini
seorang nabi Tuhan, supaya dengan perantaraannya
kita meminta petunjuk Tuhan?” Lalu salah seorang
pegawai raja Israel menjawab, katanya: “Di sini ada
Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia.”” (2Raj. 3:11)
Y
oram, raja Israel, mengajak Yosafat, raja
Yehuda untuk memerangi negeri Moab,
yang kemudian diikuti raja Edom. Tiga raja
bergabung menyerang raja Moab. Lalu berjalanlah
ketiga raja tersebut, tentu dengan tentaranya masingmasing. Sesudah mereka berkeliling tujuh hari
perjalanan jauhnya, maka tidak terdapat air untuk
tentara dan untuk hewan yang mengikuti mereka. Lalu
berkatalah Raja Yoram, raja Israel, “Wahai, Tuhan
telah memanggil ketiga raja ini untuk menyerahkan
mereka ke dalam tangan Moab.” (2Raj. 3:7-10)
Seorang pegawai raja Yoram mengetahui bahwa
di dekat daerah itu ada seorang nabi bernama Elisa.
Ia adalah pegawai kerajaan, namun ia mengenal nabi
Tuhan. Orang ini tidak hanya memahami masalah
kerajaan: hal perang, logistik, jumlah tentara, rute
yang dapat ditempuh menuju negeri Moab, tetapi
ternyata ia juga mengerti tentang hal ketuhanan.
Firman Tuhan mencatat: “Dengan ini imam kepala
119
Lilin-Lilin Kecil
Amarya diangkat sebagai ketuamu dalam segala
perkara ketuhanan dan Zebaja bin Ismael, pemuka
kaum Yehuda, dalam segala perkara kerajaan, sedang
orang Lewi akan melayani kamu sebagai pengatur.”
(2Taw. 19:11; lihat juga 1Taw. 26:32).
Umat Tuhan tidak hanya hidup di rumah ibadah,
namun lebih sering berinteraksi dengan sesama.
Merupakan suatu hal yang baik apabila seorang umat
mengerti tentang teknik berkhotbah, penggembalaan
jemaat, praktek penginjilan dan segala hal yang bersifat
gerejawi. Demikian pula, tidak kalah pentingnya
ketika jemaat juga memahami mengenai penerimaan
siswa baru (PSB), proses memperpanjang kartu tanda
penduduk (KTP), atau sewa-menyewa kios yang benar
agar jangan sampai tertipu. Jemaat memang memiliki
pengharapan surgawi, namun hingga saat ini mereka
masih hidup di bumi khatulistiwa.
Pada satu masa Elisa pernah melayani Elia.
Elisa adalah seorang yang cukup berada dan bukan
tergolong orang miskin. Firman Tuhan mencatat:
”Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa
bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas
pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan
yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya,
ia melemparkan jubahnya kepadanya. Sesudah itu
bersiaplah ia (Elisa), lalu mengikuti Elia dan menjadi
pelayannya.” (1Raj. 19:19,21). Elisa yang sebelumnya
adalah seorang petani berubah menjadi pelayan.
Sesungguhnya tidak ada yang salah apabila
seorang umat bekerja di sebuah toko menjadi pelayan
toko, pelayan rumah makan, atau pembantu rumah
tangga, sekalipun ia seorang sarjana. Tidak sedikit
120
Lilin-Lilin Kecil
orang Indonesia yang kuliah di luar negeri menempuh
program S2 bekerja di rumah makan menjadi pencuci
piring atau menjadi loper koran. Bila kita melihat
warga di lingkungan sekitar kita, ada yang menganggur
karena tidak mendapat kesempatan kerja, tetapi ada
juga yang lebih senang jadi pengangguran ketimbang
menjadi pelayan. Orang seperti ini tentu bukan Elisa,
tapi “Egosa” alias egonya sangat tinggi.
Elisa yang dulu melayani Elia kemudian dilayani
oleh Gehazi (2Raj. 4:12). Orang-orang mengenang
bahwa Elisa “dulu” pernah menjadi pelayan. Hidup
terus bergerak, “masa kini” akan segera berubah
menjadi “masa lalu”. Tentu saja ada orang yang
mengetahui masa lalu kita. Bila harimau meninggalkan
belang, gajah meninggalkan gading. Sebagai umat
Tuhan apa yang dapat kita tinggalkan?
Teman-teman di SD mungkin mengingat kita
sebagai siswa yang cerdas dan rajin. Sahabat kita di
bangku SMP barangkali ingat bagaimana muka Anda
penuh jerawat, bak langit penuh dengan bintang. Rekanrekan di SMA dulu menjuluki Anda sebagai playboy
yang suka gonta-ganti pacar karena tidak pernah ada
yang bertahan lebih dari tiga bulan. Sebelum masa
percobaan usai, pacarnya sudah diputus. Teman satu
kantor pada satu saat akan menjalani masa pensiun
dan Anda pun akan mengalami hal serupa. Apa yang
kelak mereka akan kenang tentang diri Anda? Apakah
Anda adalah karyawan yang disiplin, pekerja yang
jujur, dan rekan yang bertanggungjawab atas setiap
tugas yang diberikan?
Di sini ada Elisa, di sana juga ada Elisa, yang
tidak pernah ragu untuk menjalani profesi pelayan.
121
Lilin-Lilin Kecil
Mereka meninggalkan nama harum di kalangan umat
Tuhan pada zamannya yang bahkan dikenang hingga
masa sekarang.
122
Lilin-Lilin Kecil
39
KELUAR DARI BETEL
Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki,
maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu
mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: “Naiklah
botak, naiklah botak.” (2Raj. 2:23)
E
lisa, nabi Allah, dicemooh oleh anak-anak
(orang-orang muda – Alkitab versi King James)
di kota Betel. Hal ini sungguh menyedihkan.
Sepanjang catatan Alkitab, tidak ada perilaku
Elisa yang negatif atau buruk; semuanya dapat
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Mungkin,
hanya karena botak ia beroleh perlakuan yang tidak
seharusnya.
Mari kita perhatikan beberapa hal. Pertama,
anak-anak dari kota Betel memfokuskan mata
mereka pada hal-hal “lahiriah”, pada kekurangan
fisik Elisa. Barangkali memang sifat manusia suka
mengolok-olok kekurangan fisik sesamanya. Tidak
sedikit lawakan di televisi mengeksploitasi kelemahan
fisik para pelawaknya. Yesus pernah menyatakan,
“Mengapakah engkau melihat selumbar di mata
saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak
engkau ketahui?” (Mat. 7:3)
Seringkali kita sibuk untuk mengamati tetangga,
memperhatikan rekan kerja di kantor, menilai
123
Lilin-Lilin Kecil
atasan, atau bahkan memantau pasangan hidup kita.
“Ampun, sudah menikah tiga tahun masak lodeh
saja masih tidak bisa.” “Katanya kepala keluarga,
giliran datang karyawan kelurahan, istri yang disuruh
keluar menemui.” Atau kata-kata seperti “Itu Bu
Ani (tetangga di sebelah kiri rumah), mungkin buta
warna. Masak sih cat dinding warna kuning gading
pakai gordyin warna hitam? Apa sedang berkabung?”
“Weleh-weleh, itu si Tuti, ke kantor seperti mau ke
pesta Halloween saja? Duh Tuti, kasihan deh kamu,
jadi korban mode.”
Penulis kitab Ratapan, yang diyakini adalah
Yeremia, mencatat, “Marilah kita menyelidiki dan
memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada Tuhan”
(Rat. 3:40). Jangan hanya bisa memantau orang lain,
cobalah memonitor diri kita sendiri. Jangan-jangan
nilai kita di bawah D, alias tidak lulus.
Kedua, yang mencemooh nabi Elisa adalah
anak-anak (orang-orang muda), bukan orang dewasa.
Paulus mengatakan kepada umat di Korintus,
“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti
kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku
berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah
aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanakkanak itu” (1Kor. 13:11). Ada kanak-kanak yang tidak
pernah menjadi dewasa, misalnya usia lima tahun ia
meninggal dunia. Ada juga orang dewasa yang tidak
sungguh-sungguh dewasa alias sifatnya kekanakkanakan.
Dalam tradisi orang Tionghoa ada perayaan
Cap Go Meh. Pada saat itu, banyak anak menerima
ang pao. Mereka yang menerima amplop merah itu
124
Lilin-Lilin Kecil
tentu merasa sangat gembira. Konon makin besar
nominal yang didapatkannya, makin senang hatinya.
Tapi yang memberi ang pao mungkin lebih bahagia
dibandingkan mereka yang menerimanya. Seperti
dikatakan oleh Yesus, adalah lebih berbahagia
memberi daripada menerima (Kis. 20:35).
Pemberi ang pao yang besar nominalnya disebut
paman yang baik atau tante kesayangan, padahal
uang tersebut adalah hasil dari kejahatan. Uncle dan
bude yang amplopnya tipis mendapat predikat buruk
– pelitlah, miskinlah, walaupun mungkin saja mereka
adalah pengusaha jujur dan rajin sehingga karena
terlalu jujurnya tidak pernah menjadi kaya. Seperti
anak-anak di kota Betel, siapa tahu sekarang pun ada
anak-anak yang mencemoohkan orangtuanya, tetua
di gereja, atau gembala sidangnya.
Ketiga, anak-anak itu keluar dari kota Betel (Bet:
rumah; El: Allah – Rumah Allah). Umat Kristiani
yakin bahwa gereja adalah rumah Allah (bukan rumah
pendeta). Saat ibadah usai semua jemaat keluar dari
sana. Pak Markus berkata kepada istrinya, “Tumben,
khotbah pak pendeta hari ini lumayan bagus.” Bu
Markus, yang duduk di samping suaminya langsung
bereaksi, “Bagus apanya. Itu kan sama dengan khotbah
yang aku lihat di RCTI minggu lalu. Menjiplak kok
dibilang bagus?” Nah, bila Anda keluar dari rumah
Allah, apa yang anda katakan? Mencemooh? Memuji?
Rasanya dari hari ke hari makin banyak komentator
dan juri.
125
Lilin-Lilin Kecil
40
SILSILAH YESUS
“Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari
Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari
Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas
keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus”
(Mat. 1:17).
S
uatu rentang waktu kira-kira seribu tahun dari
masa Abraham sampai kepada Raja Daud. Dari
zaman Daud sampai pembuangan ke Babel
ada jarak waktu sekitar empat ratus tahun. Dari
masa pembuangan ke Babel sampai kepada Yesus
Kristus terentang waktu kira-kira enam ratus tahun.
Dengan demikian dari Abraham, bapa orang beriman
itu, sampai kepada Yesus Kristus, mencakup waktu
sekitar dua ribu tahun lamanya. Tuhan yang di surga
telah memelihara hidup umat-Nya.
Musa mengatakan dalam suatu mazmur:
”Masa hidup kami tujuh puluh tahun, dan jika kami
kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya
adalah kesukaran dan penderitaan.”(Mzm. 90:10).
Tidaklah sukar bagi Tuhan Yang Maha Kuasa untuk
memelihara kehidupan umat-Nya selama tujuh puluh
atau delapan puluh tahunan. Kalau Dia yang di surga
sanggup memelihara kehidupan anak-anak Abraham
sekitar dua ribu tahun, apalagi yang kurang dari
126
Lilin-Lilin Kecil
seratus tahun saja?
Masalahnya bukanlah Bapa surgawi tidak sanggup
memelihara kita, namun kitalah yang seringkali
tidak sanggup untuk mengimani pemeliharaan-Nya.
Petrus menulis: ”Serahkanlah segala kekuatiranmu
kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1Ptr.
5:7). Yesus pernah berdoa: ”Dan Aku tidak ada lagi di
dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia,
dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus,
peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu
yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka
menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh. 17:11).
Dalam silsilah Yesus Kristus tertulis lima orang
perempuan, secara berurutan adalah Tamar, Rahab,
Rut, istri Uria (Batsyeba) dan Maria. Rahab semula
adalah seorang perempuan sundal. Rut adalah
seorang Moab yang setelah menjanda dikawini oleh
Boas. Menarik melihat seorang (mantan) perempuan
sundal dan seorang bukan umat Yahudi (kafir)
menjadi nenek moyang dari Juruselamat.
Tuhan yang di surga memiliki otoritas untuk
menempatkan siapapun juga menjadi nenek moyang
Kristus Yesus. Dari sisi pandang kita tentu ada hal
yang dapat dipahami mengapa Rahab dan Rut beroleh
kehormatan tersebut. Rahab adalah seorang manusia
yang merindukan keselamatan, seperti dikatakannya
kepada dua pengintai utusan Yosua: “Maka sekarang,
bersumpahlah kiranya demi Tuhan, bahwa karena
aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga
akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku;
dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat
dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup
127
Lilin-Lilin Kecil
ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan
yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan
bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari
maut” (Yos. 2:12-13). Rahab tidak saja percaya akan
kebenaran Tuhan (Yahweh), namun ia merindukan
keselamatan bagi diri dan juga orang-orang seisi
rumahnya.
Rut sampai saat ini menjadi teladan tentang
sikap seorang menantu terhadap mertua, yang oleh
para tetangga Naomi disebutkan sebagai seorang
perempuan yang lebih berharga daripada tujuh anak
laki-laki (Rut. 4:15). Tentu Rut juga beriman kepada
Tuhan, seperti katanya kepada Naomi: ”Bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku” (Rut. 1:16). Secara
insani, logis bila Rahab dan Rut ada dalam silsilah
Yesus Kristus.
Silsilah Yesus sang Juruselamat memperlihatkan
kepada setiap manusia bahwa rencana-Nya tidak
akan gagal. Ribuan tahun telah berlalu dari zaman
Abraham sampai lahirnya Juruselamat, dan Dia yang
di surga menjaga supaya rencana-Nya terwujud. Ayub
mengatakan: ”Aku tahu, bahwa Engkau sanggup
melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu
yang gagal” (Ayb. 42:2).
Dari masa Kristus sampai sekarang sudah
berlalu waktu kira-kira dua ribu tahun, dan Dia
yang di sorga masih terus menjalankan segala
rencana-Nya. Untuk itu Bapa sorgawi mungkin
akan memakai Anda mewujudkan setiap rancanganNya, entah esok, minggu depan, tahun depan, atau
pada suatu masa nanti. Suatu hal yang indah bila
kita diberi kesempatan untuk ambil bagian di dalam
rencana-Nya.
128
Lilin-Lilin Kecil
41
EMPAT MACAM
KETURUNAN
A
gur Bin Yake menyebutkan empat macam
keturunan dari umat manusia. Tentu saja ada
jenis keturunan yang tidak disebutkannya
yang mungkin sering kita jumpai. Sesungguhnya
Tuhan menghendaki dari setiap umat-Nya keturunan
ilahi (Mal. 2:15). Mari kita perhatikan empat jenis
keturunan yang disebutkan oleh Agur tersebut.
Pertama, Agur menyebutkan: “Ada keturunan
yang mengutuki ayahnya dan tidak memberkati
ibunya.” Mungkin ayahnya bersifat diktator, sangat
kasar, keras, main pukul, sedangkan ibunya cerewet,
pelit luar biasa, selalu mengatur segala hal termasuk
pakaian anak-anaknya, galak, dan kolot. Akan sangat
banyak alasan yang dapat dipakai oleh seorang anak
untuk tidak menghormati ayah dan ibunya.
Bagi seorang umat Tuhan, patokan hidup ini
seharusnya adalah firman Tuhan dan bukan halhal yang lain. Paulus mengatakan kepada Timotius,
seorang pekabar injil yang masih muda usianya:
“Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau
cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar
berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan
membalas budi orangtua dan nenek mereka, karena
itulah yang berkenan kepada Allah” (1Tim. 5:4). Pada
129
Lilin-Lilin Kecil
kenyataannya begitu banyak kebaikan orangtua yang
telah dinyatakan kepada anaknya.
Kedua, Agur orang Masa itu mengatakan, “Ada
keturunan yang menganggap dirinya tahir, tetapi
belum dibasuh dari kotorannya sendiri” (Ams. 30:12).
Yesus pernah menemukan orang-orang seperti yang
dimaksud oleh Agur. Saat Ia melintasi kota Yerikho,
Yesus berkata kepada seseorang, “Zakheus, segeralah
turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di
rumahmu. Tetapi semua orang yang melihat hal
itu bersungut-sungut, dan mereka berkata: “Ia
menumpang di rumah orang berdosa”” (Luk. 19:5,7).
Orang-orang di kota Yerikho tidak senang
melihat Yesus menumpang di rumah seorang
pemungut cukai. Mereka beranggapan bahwa para
pemungut cukai adalah makhluk yang harus dijauhi,
bahkan kalau perlu dimusuhi. Mereka merasa sebagai
warga masyarakat yang baik. Mereka tidak menyadari
bahwa mereka pun sesungguhnya adalah orang-orang
berdosa, orang-orang yang tidak tahir.
Paulus mengatakan kepada jemaat di kota Roma,
“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada
seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun
yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng,
mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat
baik, seorangpun tidak” (Rm. 3:10-12). Di hadapan
Tuhan semua orang adalah najis, hanya saja ada
orang yang “GE-ER” (Gede Rasa), yang merasa
dirinya tahir. Sesungguhnya, hanya dengan datang
ke hadirat Tuhan dan oleh anugerah-Nya seseorang
menjadi tahir.
Ketiga, Agur menyebutkan: “Ada keturunan
130
Lilin-Lilin Kecil
yang berpandangan angkuh, yang terangkat kelopak
matanya” (Ams. 30:13). Seseorang berlaku angkuh
kebanyakan karena kelebihan yang “dimilikinya”.
Kekayaan yang berlimpah, rumah yang megah,
pakaian dan perhiasan yang mewah dapat membuat
seseorang menjadi sombong. Ia merasa lebih hebat
dari banyak orang lain. Orang yang angkuh sebaiknya
mau mendengar perkataan Raja Daud.
Daud, mantan peternak dari Betlehem itu
berkata: “Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari
padaMu dan Engkaulah yang berkuasa atas segalagalanya” (1Taw. 29:12). Yesus Kristus yang empunya
segala-galanya adalah seorang yang rendah hati, kalau
begitu apakah manusia yang hanya “memiliki setitik
pasir dan sebutir embun” dapat menyombongkan
dirinya?
Terakhir, Agur mengatakan: “Ada keturunan
yang giginya adalah pedang, yang gigi geliginya adalah
pisau, untuk memakan habis dari bumi orang-orang
yang tertindas, orang-orang yang miskin di antara
manusia.” Hal ini tidak hanya terjadi pada masa lalu,
namun juga saat sekarang ini. Manusia menanggalkan
kasih dan menonjolkan kepentingan diri sendiri.
Orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin
papa.
Paulus mengingatkan kepada jemaat di
Korintus: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu
iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar
di antaranya ialah kasih.” (1Kor. 13:13). Janganlah
kehilangan pengharapan, jangan juga melepaskan
iman; namun lakukanlah kasih.
131
Lilin-Lilin Kecil
42
KALA MASA SENJA
MENJELANG
“Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya
dan berbaring di tempat perteduhannya; manusiapun
keluarlah ke pekerjaannya dan ke usahanya sampai
petang” (Mzm. 104:22-23).
S
eorang insan lahir dengan disambut oleh kedua
orangtuanya; dipelihara, dibesarkan dengan
penuh kasih sayang. Saat mencapai usia dewasa
mulailah ia berkarya terus-menerus sampai tua. Tiap
manusia, bila ia panjang umur, akan memasuki masa
senja dari kehidupannya, ketika kekuatannya mulai
berkurang dan daya ingatnya tak lagi dapat diandalkan.
Penglihatan dan pendengarannya pun mengalami
kemunduran yang nyata bila dibandingkan dengan
masa mudanya. Masa senja tidak hanya dialami oleh
orang biasa, namun juga oleh para raja. Mari kita
melihat kehidupan seorang raja pada masa tuanya.
Asa memerintah sebagai raja di kerajaan
Yehuda (Kerajaan Selatan) selama empat puluh
satu tahun. Sampai tahun ke tiga puluh lima dari
pemerintahannya tidak ada perang, dan selama itu
ia banyak melakukan hal-hal yang baik. Pada tahun
ke tiga puluh enam pemerintahannya, maka majulah
Baesa, raja Israel (Kerajaan Utara), untuk memerangi
132
Lilin-Lilin Kecil
Yehuda. Asa, melihat ancaman yang datang kepadanya,
meminta bantuan Benhadad, raja Aram. Untuk itu ia
mengirimkan sejumlah besar emas dan perak kepada
Benhadad sebagai “upah” pertolongannya (2Taw.
16:1-5).
Pada tahun ketiga puluh sembilan dari masa
pemerintahannya, Asa menderita sakit pada kakinya.
Sakit ini makin lama semakin parah. Dalam keadaan
sakit itu ternyata Asa mencari pertolongan dari
tabib-tabib; ia tidak mencari pertolongan Tuhan
(2Taw. 16:12). Bahkan sebelum ia mengalami sakit
pada kakinya itu, Asa pernah menjebloskan Hanani
kedalam penjara karena Hanani menasehati atau
menegurnya. Hanani adalah seorang pelihat atau nabi
(2Taw. 16:7-10). Asa pada masa itu juga menganiaya
beberapa orang dari rakyat Yehuda (2Taw. 16:10).
Saat usianya memasuki masa senja, Asa
kehilangan iman yang dulu dimilikinya. Ia meminta
pertolongan manusia, bukan bersandar kepada
kuasa Tuhan. Pada suatu waktu, Zerah, orang Etiopia
menyerang kerajaan Yehuda dengan tentara sebanyak
sejuta orang dan tiga ratus kereta (2Taw. 14:9). Asa
berdoa kepada Tuhan untuk memohon pertolonganNya: ”Ya Tuhan, selain dari pada engkau, tidak ada
yang dapat menolong yang lemah terhadap yang
kuat. Tolonglah kami ya Tuhan, Allah kami, karena
kepadaMulah kami bersandar dan dengan namaMu
kami maju melawan pasukan yang besar jumlahnya
ini.”(2Taw. 14:11). Iman yang dulu begitu teguh kini
luruh; yang dulu begitu kokoh sekarang roboh.
Asa merasa sakit hati ditegur atau dinasehati
oleh Hanani, pelihat itu, ia kehilangan kerendahan
133
Lilin-Lilin Kecil
hati untuk mau menerima nasihat. Sebelumnya,
pernah seorang nabi bernama Azarya bin Oded
“menasehatinya” dan Asa menerima hal itu (2Taw.
15:1-8). Semua umat Tuhan seharusnya selalu
mengingat perkataan Yesus: ”Aku lemah lembut
dan rendah hati” (Mat. 11:29). Sesungguhnya masih
ada harapan bagi orang-orang berdosa bila ia masih
mau menerima teguran atau nasihat dari pihak lain.
Ia bisa bertobat, meninggalkan kesalahannya untuk
kemudian melakukan hal yang berkenan kepada
Tuhan.
Ketika kakinya sakit, Asa melupakan Tuhan yang
dapat memberikan pertolongan kepadanya; ia mencari
bantuan dari para tabib. Asa mungkin melupakan
apa yang pernah Tuhan katakan kepada orang Israel
saat mereka baru keluar dari negeri Mesir. FirmanNya: ”Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan
suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan apa yang
benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada
perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala
ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan
kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan
kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang
menyembuhkan engkau” (Kel. 15:26).
Asa sebagai raja memiliki kekuasaan yang sangat
besar, yang dapat ia pakai untuk memakmurkan
rakyatnya. Namun ternyata wewenang yang begitu
besar ia gunakan untuk menganiaya beberapa orang
dari rakyat. Musa mengingatkan bahwa seorang raja
harus senantiasa membaca hukum Tuhan seumur
hidupnya, agar ia belajar takut akan Tuhan dan
berpegang pada segala isi hukum dan ketapan yang
134
Lilin-Lilin Kecil
dari Tuhan” (Ul. 17:18-19).
Kala senja, ketika sang surya akan terbenam,
mestinya menjadi satu momen yang indah. Namun
Raja Asa telah mendatangkan awan hitam sehingga
keindahan senja dalam kehidupan sirna.
135
Lilin-Lilin Kecil
43
YABES LEBIH DIMULIAKAN
“Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya;
nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya:
”Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.” Yabes
berseru kepada Allah Israel, katanya: ”Kiranya Engkau
memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas
daerahku, dan kiranya tanganMu menyertai aku,
dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga
kesakitan tidak menimpa aku!” Dan Allah mengabulkan
permintaannya itu” (1Taw. 4:9-10).
D
alam Alkitab nama Yabes hanya tertulis pada
dua ayat di atas. Dari informasi yang singkat
di atas ada hal-hal yang menarik untuk kita
perhatikan, semuanya berkaitan dengan seorang lakilaki bernama Yabes.
Pertama, Yabes lebih dimuliakan dari pada
saudara-saudaranya. Kita tidak tahu apa yang
menyebabkan ia lebih dimuliakan daripada saudarasaudaranya. Apakah Yabes lebih berbakti kepada
orang tuanya, apakah ia lebih penurut, atau ia
mungkin lebih tekun, lebih teliti, lebih sabar, lebih
murah hati daripada saudara-saudaranya? Apakah
dari segi fisik Yabes lebih elok dibandingkan dengan
saudara-saudaranya?
Merujuk kepada Yusuf, anak Yakub, ia
136
Lilin-Lilin Kecil
mendapatkan hak kesulungan karena hal-hal
kerohanian, bukan disebabkan oleh fisiknya.
Mendapatkan hak kesulungan berarti ia lebih
dimuliakan dari pada saudara-saudaranya. Hal
ini tentu karena kehidupan rohaninya lebih baik
dibandingkan dengan anak-anak yang lain.
Kedua, Yabes beriman kepada Tuhan yang sejati,
yaitu yang disembah oleh Yakub (yang kemudian
namanya diganti menjadi Israel oleh Tuhan), Ishak
dan Abraham. Ia berdoa kepada Allah Israel, tidak
kepada ilah yang lain, tidak kepada berhala kesia-siaan.
Seorang pemazmur mengatakan: “Aku melayangkan
mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan
datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari
Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm.
121:1-2). Yakub (Israel) pernah berkata kepada orang
seisi keluarganya: ”Jauhkanlah dewa-dewa asing yang
ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan
tukarlah pakaianmu. Mereka menyerahkan kepada
Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan
anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu
Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang
dekat Sikhem“ (Kej. 35:2,4). Yakub pribadi beribadah
hanya kepada Tuhan yang sejati, namun hal itu tidak
dilakukan oleh orang seisi rumahnya.
Yabes beribadah kepada Tuhan yang benar
dan kepada-Nya ia berdoa. Selalu ada godaan untuk
mencari pertolongan kepada kuasa-kuasa kegelapan,
karena kuasa jahat pun dapat memberikan apa yang
kita minta, seperti yang dikatakan Iblis kepada Yesus:
”Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika engkau
sujud menyembah aku.”
137
Lilin-Lilin Kecil
Ketiga, Yabes meminta supaya Tuhan
memperluas daerahnya. Ia menyadari, semakin
luas tanah ladang maka semakin banyak juga hasil
yang akan diperoleh. Tentu saja untuk menggarap
tanah yang luas dibutuhkan kerja keras, dan Yabes
siap melakukannya. Nabi Yesaya memberitahukan
perihal mengolah ladang: ”Setiap harikah meratakan
tanahnya, ia mencangkul dan menyisir tanahnya untuk
menabur? Bukankah setelah meratakan tanahnya, ia
menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan
putih, menaruh gandum jawawut dan jelai kehitamhitaman dan sekoi di pinggirnya?”(Yes.28-25)
Tanah ladang mesti dibajak, dicangkul, dan
disisir, kemudian ditanami berbagai benih. Tentu
masih perlu penyiraman dan penyiangan yang terus
menerus. Semuanya itu memerlukan kerja keras.
Tanah ladang yang luas membutuhkan kerja ekstra
keras. Itulah yang diminta oleh Yabes dari Tuhan.
Barangkali Yabes ingin memberi lebih banyak lagi
kepada orangtuanya, yang telah melahirkannya
dengan kesakitan. Arti kata dari Yabes adalah
“dibuatnya berduka cita”. Yabes ingin mengubah
duka cita ibunya dengan sukacita melalui pemberian
yang lebih banyak dari hasil tanahnya itu.
Dapat dikatakan semua ibu melahirkan
anaknya dengan kesakitan, baik zaman dulu maupun
sekarang. Seorang anak yang berbakti mencoba
untuk menyenangkan hati orangtuanya dengan
berbagai cara yang berkenan kepada Tuhan. Alangkah
bodohnya seorang anak yang dengan berbagai cara
selalu menyakiti hati orang tuanya.
138
Lilin-Lilin Kecil
OTOBIOGRAFI PENULIS
Pdt. Dede Irawan Godjali, S.H., S.Th., M.A.
Sukabumi
Tahun 1959
Lahir di Sukabumi, 6 Agustus 1959
Tahun 1985
Menyelesaikan pendidikan S1 Hukum
dengan gelar S.H. di Universitas
Padjajaran Bandung
Tahun 1989
Ditahbiskan sebagai Pendeta Gereja
Yesus Sejati, 25 Desember 1989
Tahun 2001
Menyelesaikan pendidikan S1 Teologi
dengan gelar S.Th. di Sekolah Tinggi
Theologia International Harvest, 10
Oktober 2001
Tahun 2002
Menyelesaikan pendidikan S2 Teologi
dengan gelar M.A. di Seminary
Theologia Kalimantan: program Misi
dan Penginjilan, 6 Juni 2002
139
Lilin-Lilin Kecil
Catatan:
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
140
Lilin-Lilin Kecil
Catatan:
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
141
Lilin-Lilin Kecil
Catatan:
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
142
Lilin-Lilin Kecil
143
Lilin-Lilin Kecil
02.22.0005
144
Download