BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Model Penelitian Terdahulu Cooke (1992) melakukan sebuah penelitian terhadap perusahaan di Jepang. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Khan, 2010), stock market listing (Galani, Gravas, & Stavropoulos, 2011), dan tipe industri (Bayoud et al., 2012; Suttipun & Stanton, 2012) terhadap pengungkapan sukarela maupun wajib pada laporan keuangan tahunan perusahaan Jepang. Wallace, Naser, dan Mora (1994) melakukan penelitian untuk menganalisis hubungan kelengkapan laporan keuangan perusahaan dengan karakteristik perusahaan di Spanyol. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (Lucyanda & Siagian, 2012; Setyorini & Ishak, 2012), rasio utang (Raffournier, 1995; Alsaeed, 2006), profitabilitas (Raffournier, 1995; Zain & Janggu, 2006), ROE (Alsaeed, 2006), likuiditas (Alsaeed, 2006; Barako, 2007), ukuran KAP (Alsaeed, 2006; Uyar, Kilic, & Bayyurt, 2013), listing status (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Gamerschlag, Möller, & Verbeeten, 2010), dan tipe industri (Alsaeed, 2006). Penelitian Wallace et al. (1994) kemudian dikembangkan oleh Wallace dan Naser (1995) dengan menambahkan variabel dispersi kepemilikan (Alsaeed, 2006; Uyar et al., 2013). Setahun kemudian, Raffournier (1995) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor determinan pengungkapan sukarela perusahaan di Swiss. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (Zain & Janggu, 10 Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 2006; Janggu, Joseph, & Madi, 2007), profitabilitas (Ghazali, 2007; Barako, 2007), ukuran KAP (Uwuigbe & Egbide, 2012), struktur kepemilikan (Janggu et al., 2007; Soliman et al., 2012), leverage (Rahman & Widyasari, 2008; Reverte, 2009), persentase aktiva tetap, tipe industri (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Khasharmeh & Desoky, 2013), dan keanggotaan internasional (Reverte, 2009; Sufian, 2012). Hackston dan Milne (1996) melakukan sebuah penelitian pada 47 perusahaan terbesar yang terdaftar di New Zealand Stock Exchange. Variabel independen yang diuji adalah ukuran perusahaan (Alsaeed, 2006; Akbas, 2014), profitabilitas (Rahman & Widyasari, 2008; Monteiro & Aibar-Guzman, 2009), dan tipe industri (Alsaeed, 2006; Akbas, 2014) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai variabel dependen. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Ghazali (2007) dengan menambahkan variabel struktur kepemilikan perusahaan. Selanjutnya Khasharmeh dan Desoky (2013) menambahkan variabel independen yang lain seperti ukuran KAP (Zain & Janggu, 2006; Janggu et al., 2007), risiko perusahaan (Suwaidan, Al-Omari, & Haddad, 2004; Khasharmeh & Desoky, 2013), dan board leadership. Naser, Al-Hussaini, Al-Kwari, dan Nuseibeh (2006) melakukan penelitian untuk menganalisis variasi pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan pada 21 perusahaan yang terdaftar di Doha Stock Exchange (DSE) di Qatar. Penelitian tersebut menggunakan 8 variabel yang terdiri dari pertumbuhan perusahaan (Grecco, Filho, Segura, Sanchez, & Dominguez, 2013), pembayaran dividen (Al-Shubiri et al., 2012), leverage (Khan, 2010; Uwuigbe & Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 Egbide, 2012), persentase saham yang dipegang oleh investor individual (AlShubiri et al., 2012), persentase saham yang dipegang oleh pemerintah (Haji, 2013; Juhmani, 2013), kepemilikan institusional (Barako, 2007; Khodadadi, Khazami, & Aflatooni, 2010; Uyar et al., 2013), jumlah pemegang saham dengan porsi 10% ke atas, dan kapitalisasi pasar (Sufian, 2012). Pada tahun yang sama, Alsaeed (2006) meneliti hubungan antara karakteristik perusahaan yakni, ukuran perusahaan (Barako, 2007; Rahman & Widyasari, 2008), rasio utang (Barako, 2007; Setyorini & Ishak, 2012), dispersi kepemilikan, umur perusahaan (Hossain & Hammami, 2009; Uyar et al., 2013; Akbas, 2014), margin laba, ROE, rasio likuiditas, tipe industri, dan ukuran KAP (Soliman, 2013) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di Arab Saudi. Penelitian tersebut menggunakan 40 laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Saudi Stock Market (SSM) pada tahun 2003. Setahun kemudian, Janggu et al. (2007) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dengan karakteristik perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan tahunan perusahaan Malaysia dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2003. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (Soliman, 2013; Tamby, Mohamad, Yunus, & Norwani, 2013), profitabilitas (Tamby et al., 2013; Akbas, 2014), leverage (Zain & Janggu, 2006; Al-Shubiri et al., 2012), ukuran KAP, struktur kepemilikan (Juhmani, 2013), dan directorship. Selanjutnya, Barako (2007) melakukan penelitian di Kenya untuk menguji pengaruh karakteristik dewan, kualitas audit, dan karakteristik Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 perusahaan terhadap pengungkapan sukarela dengan menggunakan variabel komposisi dewan direksi (Khan, 2010; Khodadadi et al., 2010), dualitas CEO (Said, Zainuddin, & Haron, 2009; Rouf, 2011), eksistensi komite audit (Said et al., 2009), konsentrasi kepemilikan (Al-Shubiri et al., 2012; Juhmani, 2013), kepemilikan asing (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Said et al., 2009), kepemilikan institusional (Al-Shubiri et al., 2012; Soliman et al., 2012), ukuran perusahaan (Bayoud et al., 2012; Grecco et al., 2013), leverage (Tamby et al., 2013; Akbas, 2014), auditor eksternal perusahaan, profitabilitas (Grecco et al., 2013; Soliman, 2013), dan likuiditas dengan tipe industri (Gamerschlag et al., 2010) sebagai variabel kontrol. Satu tahun kemudian, Reverte (2009) melakukan penelitian terhadap 46 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Spanyol pada tahun 2008. Reverte (2009) menggunakan 7 variabel yaitu, ukuran perusahaan (Galani et al., 2011; Rouf, 2011), sensitivitas industri, profitabilitas (Galani et al., 2011; Mulyadi & Anwar, 2012), struktur kepemilikan perusahaan (Gamerschlag et al., 2010; Soliman et al., 2012), pengungkapan media, international listing, dan leverage (Uyar et al., 2013; Rusmanto, Waworuntu, & Syahbandiah, 2014) yang diukur signifikansinya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Selanjutnya, Hossain dan Hammami (2009) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada 25 perusahaan yang terdaftar pada Doha Securities Market (DSM) di Qatar. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Variabel independen yang digunakan adalah umur perusahaan (Bayoud et al., 2012; Soliman, 2013), Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 ukuran perusahaan (Li, Toppinen, Tuppura, Puumalainen, & Hujala, 2011; Suttipun & Stanton, 2012), profitabilitas (Li et al., 2011; Sufian, 2012), kompleksitas, dan jumlah aset (Sufian, 2012). Said et al. (2009) melakukan penelitian untuk meneliti hubungan karakteristik tata kelola perusahaan (Uyar et al., 2013) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian tersebut dilakukan pada 150 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada tahun 2006. Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran dewan direksi (Haji, 2013; Uyar et al., 2013), komisaris independen, dualitas CEO (Khodadadi et al., 2010; Yanesari, Gerayli, Ma’atoofi, Abadi, 2012), komite audit, konsentrasi kepemilikan (Haji, 2013), kepemilikan manajerial (Akhtaruddin, 2010; Soliman et al., 2012), kepemilikan asing (Khan, 2010; Soliman et al., 2012), dan kepemilikan pemerintah (Akrout & Othman, 2013) dengan ukuran perusahaan (Soliman et al., 2012) dan profitabilitas (Rouf, 2011; Juhmani, 2013) sebagai variabel kontrol. Gamerschlag et al. (2010) melakukan penelitian terhadap 130 perusahaan di Jerman. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah transparansi perusahaan, profitabilitas (Khan, 2010), struktur kepemilikan, dan status listing terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dengan tipe industri dan ukuran perusahaan (Akhtaruddin, 2010; Khodadadi et al., 2010) sebagai variabel kontrol. Pada tahun yang sama, Akhtaruddin (2010) melakukan penelitian tentang pengungkapan sukarela pada 124 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia. Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan manajerial (Mulyadi & Anwar, 2012; Juhmani, 2013), independensi dewan direksi (Rouf, 2011; Yanesari et al., 2012), dan jumlah direktur yang berpengalaman dengan current ratio, ROE (Yanesari et al., 2012), ukuran KAP (Khodadadi et al., 2010; Yanesari et al., 2012), ukuran perusahaan (Yanesari et al., 2012; Juhmani, 2013), dan leverage (Juhmani, 2013) sebagai variabel kontrol. Mia dan Mamun (2011) melakukan penelitian terhadap 48 perusahaan di Australia pada periode sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi global (2006-2008). Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas (Suttipun & Stanton, 2012; Uyar et al., 2013), leverage (Al-Shubiri et al., 2012), dan ukuran perusahaan (Al-Shubiri et al., 2012; Uyar et al., 2013) yang diuji signifikansinya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Pada tahun yang sama, penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Rahman, Zain, dan Al-Haj (2011) dengan menambahkan variabel umur perusahaan (Al-Shubiri et al., 2012; Sufian, 2012) serta dikembangkan oleh Rusmanto et al. (2014) dengan menambahkan variabel independensi dewan direksi, jumlah direktur wanita (Khan, 2010), dan jumlah direktur asing. Selanjutnya, penelitian Rahman et al. (2011) dikembangkan oleh Lucyanda dan Siagian (2012) dengan menambahkan variabel ukuran dewan komisaris, profil perusahaan (Rahman & Widyasari, 2008), kepemilikan manajerial (Rahman & Widyasari, 2008), tingkat pengembalian saham (EPS), kepedulian terhadap lingkungan serta tingkat pertumbuhan perusahaan (AlShubiri et al., 2012). Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 Suttipun dan Stanton (2012) melakukan penelitian di Thailand dengan menggunakan sampel sebanyak 75 perusahaan yang terdaftar di Stock Exchange of Thailand (SET) pada tahun 2007. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (Ebiringa, Yadirichukwu, Chigbu, & Ogochukwu, 2013), tipe industri, status kepemilikan, negara asal (Li et al., 2011; Ebiringa et al., 2013), dan profitabilitas (Ebiringa et al., 2013). Haji (2013) melakukan sebuah penelitian pada 85 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji tingkat dan kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan mengambil data dari laporan keuangan perusahaan periode 2006 hingga 2009, variabel independen yang digunakan terdiri dari kepemilikan direktur (Yanesari et al., 2012), kepemilikan pemerintah (Akrout & Othman, 2013), konsentrasi kepemilikan, ukuran dewan direksi, independensi dewan direksi (Mulyadi & Anwar, 2012; Uyar et al., 2013; Rusmanto et al., 2014), dan board meeting dengan ukuran perusahaan (Akrout & Othman, 2013), profitabilitas (Akrout & Othman, 2013), dan leverage (Akrout & Othman, 2013) sebagai variabel kontrol. 2.2 Definisi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Darrough (1993) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam laporan keuangan, yaitu: pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum harus diungkapkan oleh emiten yang disyaratkan oleh Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 pemerintah atau badan pembuat standar yang berlaku (pajak, undang-undang, SAK, BAPEPAM). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan yang mencakup lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum (Hackson & Milne, 1996). Pengungkapan sukarela dapat mengurangi informasi asimetri dan mengklasifikasikan kepentingan konflik antara pemegang saham dan manajemen, sehingga merupakan sinyal yang mencerminkan kinerja perusahaan (Htay, 2012). Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu contoh dari pengungkapan sukarela. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang sering disebut juga sebagai corporate social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995; Deegan, 2007) atau corporate social responsibility (Hackston & Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray, Owen, & Maunders, 1987). Perks (1993) mendefinisikan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai sebuah bentuk pelaporan oleh perusahaan dan juga organisasi lainnya Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 tentang kinerja perusahaan di bidang sosial dan ekonomi di samping laba dan posisi keuangan perusahaan. Pelaporan tidak hanya difokuskan kepada pemegang saham atau kreditor tetapi mencakup kelompok yang lebih luas, termasuk karyawan dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan Guthrie dan Mathew (1985) mendefinisikan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan yang berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan lingkungan fisik maupun sosial yang dibuat dalam laporan tahunan secara terpisah. Menurut Gray et al. (1995), teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan kecenderungan pengungkapan sosial dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Decision usefulness studies. Pengungkapan sosial dilakukan karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan dan ditempatkan pada posisi yang moderately important. 2. Economic theory studies. Sebagai agen dari suatu principal yang mewakili seluruh interest group perusahaan, pihak manajemen melakukan pengungkapan sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan publik. 3. Social and political theory studies. Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi politik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Dengan demikian, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 memberikan manfaat bagi stakeholder. Teori legitimasi mengasumsikan perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial akan dapat menjaga keberlangsungan kegiatan usaha perusahaan. Teori ekonomi politik mengasumsikan bahwa pengungkapan sosial dilakukan sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan merasa eksistensi dan aktivitasnya terlegitimasi. Gamerschlag et al. (2010) berpendapat bahwa karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan berperan sebagai proksi untuk mengukur tekanan yang akan dihadapi oleh perusahaan dari para stakeholders. Karakteristik perusahaan akan mempengaruhi terjadinya pengungkapan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, karakteristik perusahaan merupakan faktor yang penting bagi aktivitas pengungkapan (Cormier & Gordon, 2001). 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 2.3.1 Profitabilitas dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk menunjang pertumbuhan jangka pendek maupun jangka panjang (Lucyanda & Siagian, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Uwuigbe dan Egbide (2012) menemukan adanya pengaruh signifikan positif antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin besar laba yang dihasilkan akan membuat perusahaan cenderung Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 menginvestasikan dana yang dimiliki untuk mengembangkan keberlangsungan lingkungan di sekitarnya. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Patten (1991), Roberts (1992), Mangos dan Lewis (1995), Naser, Al-Khatib, dan Karbhari (2002), Suwaidan et al. (2004), Zain dan Janggu (2006), Janggu et al. (2007), Said et al. (2009), Akhtaruddin (2010), Gamerschlag et al. (2010), Khan (2010), Rouf (2011), Lucyanda dan Siagian (2012), Khasharmeh dan Desoky (2013), Ebiringa et al. (2013), dan Soliman (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Mia dan Mamun (2011) tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan Hackston dan Milne (1996), Alsaeed (2006), Ghazali (2007), Rahman dan Widyasari (2008), Hossain dan Hammami (2009), Rahman et al. (2011), Suttipun dan Stanton (2012), Sufian (2012), Uyar et al. (2013), dan Haji (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi perusahaan secara signifikan dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. 2.3.2 Leverage dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan cenderung mengungkapkan informasi sosial. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan perusahaan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para kreditornya (Alsaeed, 2006). Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 Uwuigbe dan Egbide (2012) menemukan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara leverage dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk membayar utang sehingga perusahaan memiliki sumber daya dan kemampuan yang terbatas untuk membiayai aktivitas sosial dan untuk mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan keuangan perusahaan. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Al-Shubiri et al. (2012) dan Uyar et al. (2013). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1992) menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan perusahaan melakukan pengungkapan untuk memenuhi tuntutan dari para kreditornya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mia dan Mamun (2011) tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara leverage dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006), Zain dan Janggu (2006), Rahman et al. (2011), dan Lucyanda dan Siagian (2012). 2.3.3 Ukuran Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Teori agensi menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Marwata, 2001). Oleh karena itu, perusahaan besar Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar merupakan emiten yang paling banyak disoroti oleh publik sehingga perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoretis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Ghazali, 2007). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui laporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Brown dan Deegan (1998) berpendapat bahwa perusahaan besar akan menghadapi tekanan dari berbagai pihak sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi. Selain itu, perusahaan besar juga cenderung terlibat dalam aktivitas sosial untuk membangun citra perusahaan (Ghazali, 2007). Rahman et al. (2011) menemukan adanya hubungan signifikan positif antara ukuran perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Cooke (1992), Wallace et al. (1994), Wallace dan Naser (1995), Raffournier (1995), Hackston dan Milne (1996), Moore (2001), Suwaidan et al. (2004), Alsaeed (2006), Zain dan Janggu (2006), Janggu et al. (2007), Ghazali (2007), Hossain Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 dan Hammami (2009), Monteiro dan Aibar-Guzman (2009), Said et al. (2009), Akhtaruddin (2010), Khan (2010), Gamerschlag et al. (2010), Mia dan Mamun (2011), Al-Shubiri et al. (2012), Setyorini dan Ishak (2012), Lucyanda dan Siagian (2012), Soliman et al. (2012), Suttipun dan Stanton (2012), Wang, Song, dan Yao (2013), Uyar et al. (2013), dan Haji (2013). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Bayoud et al. (2012) tidak menemukan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. 2.3.4 Umur Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Umur perusahaan menyatakan lama berdirinya suatu perusahaan. Umumnya, semakin lama sebuah perusahaan berdiri, semakin banyak perbaikan yang telah dibuat dalam penyusunan laporan keuangan (Alsaeed, 2006). Perusahaan akan berusaha untuk memenuhi tuntutan dari lingkungan di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata investor dan juga publik (Lucyanda & Siagian, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Bayoud et al. (2012) di Libya menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini berarti semakin lama jangka waktu berdirinya suatu perusahaan semakin luas informasi tanggung jawab sosial yang akan diungkapkan dalam laporan keuangan. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Roberts (1992), Delaney dan Huselid Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 (1996), Moore (2001), Hossain dan Hammami (2009), Soliman et al. (2012), AlShubiri et al. (2012), dan Soliman (2013). Rettab, Brik, dan Mellahi (2009) menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan, artinya semakin lama sebuah perusahaan berdiri, semakin sedikit informasi tanggung jawab sosial yang diungkapkan. Hal yang serupa dinyatakan oleh Liu dan Anbumozhi (2009) dan Wang et al. (2013). Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al. (2011) terhadap 44 perusahaan di Bursa Malaysia menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006), Hossain dan Hammami (2009), Lucyanda dan Siagian (2012), Sufian (2012), dan Uyar et al. (2013). 2.3.5 Tipe Industri dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Menurut Bayoud et al. (2012), tipe industri sangat mempengaruhi tingkat pengungkapan informasi tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan cenderung memiliki tingkat pengungkapan yang lebih tinggi sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap masyarakat, menjaga citra perusahaan, dan meningkatkan laba. Pahuja (2009) berpendapat bahwa perusahaan yang masuk ke dalam kategori environmentally sensitive industry cenderung memiliki tingkat Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 pengungkapan informasi yang lebih tinggi dikarenakan aktivitas operasional perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan. Bayoud et al. (2012) berhasil menemukan bahwa tipe industri memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Hackston dan Milne (1996), Gamerschlag et al. (2012), dan Akbas (2014). Akan tetapi, Khasharmeh dan Desoky (2013) menemukan hasil yang berlawanan yaitu pengaruh negatif dan signifikan antara kedua variabel tersebut. Di lain sisi, penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006), Ghazali (2007), dan Barako (2007) menemukan bahwa tipe industri tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. 2.3.6 Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) umumnya dibagi menjadi dua, yaitu KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil. KAP berukuran besar adalah KAP yang berasosiasi dengan The Big Four (Pricewaterhouse Coopers, KPMG, Ernst & Young, dan Deloitte & Touche), sedangkan KAP berukuran kecil adalah KAP yang tidak masuk ke dalam kategori The Big Four (Alsaeed, 2006). Dengan mengklasifikasikan ukuran KAP ke dalam dua kategori tersebut, diasumsikan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menjaga reputasinya sehingga lebih cenderung mengaudit perusahaan yang mengungkapkan informasi sosial secara rinci dibandingkan dengan KAP berukuran kecil yang tidak memiliki Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 kekuasaan untuk mempengaruhi klien dalam melakukan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan (Wallace & Naser, 1995). Uwuigbe dan Egbide (2012) menyatakan bahwa ukuran KAP memilki pengaruh yang signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four akan cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi sosial dibandingkan dengan perusahaan yang hanya diaudit oleh KAP biasa. Hal ini dikarenakan KAP Big Four mengikuti standar internasional dalam melakukan prosedur audit dan pengendalian. Khlif dan Souissi (2010) dan Uyar et al. (2013) juga menyatakan pendapat yang serupa. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006) tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran KAP terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Janggu et al. (2007) dan Akhtaruddin (2010). 2.3.7 Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Soliman et al. (2012) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai jumlah kepemilikan saham yang dipegang oleh manajemen perusahaan. Teori agensi menyatakan bahwa pihak manajemen papan atas memiliki kekuasaan untuk mengalokasikan sumber daya guna memperoleh dukungan dari para stakeholders. Teori ini juga menyatakan bahwa dengan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki oleh manajer akan menyetarakan kepentingan manajer dengan para pemilik perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya konflik Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 agensi (Jensen & Meckling, 1976). Manajer perusahaan juga akan berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan aktivitas pertanggungjawaban sosial (Soliman et al., 2012). Akan tetapi, perusahaan dengan jumlah kepemilikan manajerial yang tinggi akan cenderung mengurangi biaya investasi dalam aktivitas pertanggungjawaban sosial sebab biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada benefit yang bisa diperoleh (Ghazali, 2007). Sehingga dapat diprediksikan bahwa tingkat pengungkapan informasi sosial perusahaan juga akan menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Ghazali (2007) di Malaysia dengan menggunakan variabel kepemilikan manajerial berhasil menemukan pengaruh yang negatif dan signifikan. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Akhtaruddin (2010) dan Soliman et al. (2012). Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Siagian (2012) di Indonesia tidak berhasil menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Huafang dan Jianguo (2007), Rahman dan Widyasari (2008), Said et al. (2009), dan Juhmani (2013) juga mengemukakan hal yang serupa. 2.3.8 Kepemilikan Institusional dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Soliman et al. (2012) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai jumlah saham yang dipegang oleh institusi lain. Kepemilikan pemegang saham institusional yang besar dapat memotivasi dan memantau dibandingkan dengan Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 pemegang saham institusional dengan jumlah yang kecil (Htay, 2012). Oleh karena itu, kepemilikan institusional yang semakin besar memiliki pengaruh yang besar terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Soliman et al. (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Barako (2007), Khodadadi et al. (2012), Uyar et al. (2013), dan Wang et al. (2013) juga mengemukakan hal yang serupa. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Al-Shubiri et al. (2012) dan Mulyadi dan Anwar (2012) tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional terhadap 2.3.9 pengungkapan tanggung jawab sosial. Kepemilikan Publik dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan go public dan telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham oleh publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian pemegang saham. Kepemilikan saham publik ini juga sering dikenal dengan istilah “free float”. Istilah free float digunakan untuk menyatakan jumlah saham perusahaan yang bebas beredar untuk dimiliki oleh publik. Semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh publik (terdispersi), semakin banyak pula pihak yang terlibat dan mempunyai kepentingan yang harus dipenuhi dalam perusahaan tersebut. Untuk menghindari biaya politis, perusahaan meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 yang berhubungan dengan sosial dan komunitas dan juga pengungkannya dalam laporan keuangan (Gamerschlag et al., 2010). Hal ini juga akan mendorong inisiatif perusahaan untuk melakukan aktivitas tanggung jawab sosial guna menjaga image perusahaan di publik dan memperluas pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan. Pada tahun 2014, Bursa Efek Indonesia mengeluarkan ketentuan baru mengenai jumlah saham yang beredar di publik (free float). Peraturan tersebut tertuang dalam aturan Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00001/BEI/01-2014 perihal Perubahan Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang di Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Sehingga, setiap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia harus memenuhi ketentuan tersebut agar dapat mempertahankan status listing perusahaan (Ardliyanto, 2014). Penelitian dengan menggunakan variabel kepemilikan saham publik ini sangat menarik untuk dilakukan dengan diberlakukannya ketentuan baru tersebut. Kita dapat melihat bagaimana jumlah kepemilikan saham publik dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial sehingga dapat diprediksi bagaimana kondisi pengungkapan tanggung jawab sosial di tahun mendatang setelah diberlakukannya peraturan baru ini. Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil yang beragam. Gamerschlag et al. (2010) menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kedua variabel Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 tersebut. Hal yang serupa juga ditemukan oleh Chau dan Gray (2002), Yhim, Karim, dan Rutledge (2003), Xiao, Yang, dan Chow (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat dispersi saham perusahaan, semakin tinggi tingkat pengungkapan. Sebaliknya, Uyar et al. (2013) menemukan pengaruh yang negatif dan signifikan di antara kedua variabel tersebut. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Cormier, Ledoux, dan Magnan (2011) dan Al-Shubiri et al. (2012) tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan publik terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan. 2.4 Model Penelitian dan Perumusan Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan uraian kerangka teoretis yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut: H1: Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H2: Leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H3: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H4: Umur Perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H5: Tipe industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015 H6: Ukuran KAP berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H7: Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H8: Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. H9: Kepemilikan publik berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Independen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Profitabilitas Leverage Ukuran Perusahaan Umur Perusahaan Tipe Industri Ukuran KAP Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Kepemilikan Publik Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Gambar 2.1 Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia, sumber: Mia dan Mamun, 2011, Bayoud et al., 2012, Uwuigbe dan Egbide, 2012, Soliman et al., 2012, dan Al-Shubiri et al., 2012. Universitas Internasional Batam Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia repository.uib.ac.id @2015