bab ii kerangka teoretis dan perumusan hipotesis

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Model Penelitian Terdahulu
Cooke (1992) melakukan sebuah penelitian terhadap perusahaan di
Jepang. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran
perusahaan (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Khan, 2010), stock market listing
(Galani, Gravas, & Stavropoulos, 2011), dan tipe industri (Bayoud et al., 2012;
Suttipun & Stanton, 2012) terhadap pengungkapan sukarela maupun wajib pada
laporan keuangan tahunan perusahaan Jepang.
Wallace, Naser, dan Mora (1994) melakukan penelitian untuk
menganalisis hubungan kelengkapan laporan keuangan perusahaan dengan
karakteristik perusahaan di Spanyol. Variabel independen yang digunakan adalah
ukuran perusahaan (Lucyanda & Siagian, 2012; Setyorini & Ishak, 2012), rasio
utang (Raffournier, 1995; Alsaeed, 2006), profitabilitas (Raffournier, 1995; Zain
& Janggu, 2006), ROE (Alsaeed, 2006), likuiditas (Alsaeed, 2006; Barako, 2007),
ukuran KAP (Alsaeed, 2006; Uyar, Kilic, & Bayyurt, 2013), listing status
(Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Gamerschlag, Möller, & Verbeeten, 2010),
dan tipe industri (Alsaeed, 2006). Penelitian Wallace et al. (1994) kemudian
dikembangkan oleh Wallace dan Naser (1995) dengan menambahkan variabel
dispersi kepemilikan (Alsaeed, 2006; Uyar et al., 2013).
Setahun kemudian, Raffournier (1995) melakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor determinan pengungkapan sukarela perusahaan di Swiss.
Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (Zain & Janggu,
10
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
2006; Janggu, Joseph, & Madi, 2007), profitabilitas (Ghazali, 2007; Barako,
2007), ukuran KAP (Uwuigbe & Egbide, 2012), struktur kepemilikan (Janggu et
al., 2007; Soliman et al., 2012), leverage (Rahman & Widyasari, 2008; Reverte,
2009), persentase aktiva tetap, tipe industri (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009;
Khasharmeh & Desoky, 2013), dan keanggotaan internasional (Reverte, 2009;
Sufian, 2012).
Hackston dan Milne (1996) melakukan sebuah penelitian pada 47
perusahaan terbesar yang terdaftar di New Zealand Stock Exchange. Variabel
independen yang diuji adalah ukuran perusahaan (Alsaeed, 2006; Akbas, 2014),
profitabilitas (Rahman & Widyasari, 2008; Monteiro & Aibar-Guzman, 2009),
dan tipe industri (Alsaeed, 2006; Akbas, 2014) terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial sebagai variabel dependen. Penelitian yang serupa juga dilakukan
oleh Ghazali (2007) dengan menambahkan variabel struktur kepemilikan
perusahaan. Selanjutnya Khasharmeh dan Desoky (2013) menambahkan variabel
independen yang lain seperti ukuran KAP (Zain & Janggu, 2006; Janggu et al.,
2007), risiko perusahaan (Suwaidan, Al-Omari, & Haddad, 2004; Khasharmeh &
Desoky, 2013), dan board leadership.
Naser, Al-Hussaini, Al-Kwari, dan Nuseibeh (2006) melakukan
penelitian untuk menganalisis variasi pengungkapan tanggung jawab sosial dalam
laporan keuangan pada 21 perusahaan yang terdaftar di Doha Stock Exchange
(DSE) di Qatar. Penelitian tersebut menggunakan 8 variabel yang terdiri dari
pertumbuhan perusahaan (Grecco, Filho, Segura, Sanchez, & Dominguez, 2013),
pembayaran dividen (Al-Shubiri et al., 2012), leverage (Khan, 2010; Uwuigbe &
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
Egbide, 2012), persentase saham yang dipegang oleh investor individual (AlShubiri et al., 2012), persentase saham yang dipegang oleh pemerintah (Haji,
2013; Juhmani, 2013), kepemilikan institusional (Barako, 2007; Khodadadi,
Khazami, & Aflatooni, 2010; Uyar et al., 2013), jumlah pemegang saham dengan
porsi 10% ke atas, dan kapitalisasi pasar (Sufian, 2012).
Pada tahun yang sama, Alsaeed (2006) meneliti hubungan antara
karakteristik perusahaan yakni, ukuran perusahaan (Barako, 2007; Rahman &
Widyasari, 2008), rasio utang (Barako, 2007; Setyorini & Ishak, 2012), dispersi
kepemilikan, umur perusahaan (Hossain & Hammami, 2009; Uyar et al., 2013;
Akbas, 2014), margin laba, ROE, rasio likuiditas, tipe industri, dan ukuran KAP
(Soliman, 2013) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial di Arab Saudi.
Penelitian tersebut menggunakan 40 laporan keuangan perusahaan yang terdaftar
di Saudi Stock Market (SSM) pada tahun 2003.
Setahun kemudian, Janggu et al. (2007) melakukan penelitian untuk
menguji hubungan antara tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dengan
karakteristik perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan
keuangan tahunan perusahaan Malaysia dari tahun 1998 sampai dengan tahun
2003. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan (Soliman,
2013; Tamby, Mohamad, Yunus, & Norwani, 2013), profitabilitas (Tamby et al.,
2013; Akbas, 2014), leverage (Zain & Janggu, 2006; Al-Shubiri et al., 2012),
ukuran KAP, struktur kepemilikan (Juhmani, 2013), dan directorship.
Selanjutnya, Barako (2007) melakukan penelitian di Kenya untuk
menguji pengaruh karakteristik dewan, kualitas audit, dan karakteristik
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
perusahaan terhadap pengungkapan sukarela dengan menggunakan variabel
komposisi dewan direksi (Khan, 2010; Khodadadi et al., 2010), dualitas CEO
(Said, Zainuddin, & Haron, 2009; Rouf, 2011), eksistensi komite audit (Said et
al., 2009), konsentrasi kepemilikan (Al-Shubiri et al., 2012; Juhmani, 2013),
kepemilikan asing (Monteiro & Aibar-Guzman, 2009; Said et al., 2009),
kepemilikan institusional (Al-Shubiri et al., 2012; Soliman et al., 2012), ukuran
perusahaan (Bayoud et al., 2012; Grecco et al., 2013), leverage (Tamby et al.,
2013; Akbas, 2014), auditor eksternal perusahaan, profitabilitas (Grecco et al.,
2013; Soliman, 2013), dan likuiditas dengan tipe industri (Gamerschlag et al.,
2010) sebagai variabel kontrol.
Satu tahun kemudian, Reverte (2009) melakukan penelitian terhadap 46
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Spanyol pada tahun 2008. Reverte (2009)
menggunakan 7 variabel yaitu, ukuran perusahaan (Galani et al., 2011; Rouf,
2011), sensitivitas industri, profitabilitas (Galani et al., 2011; Mulyadi & Anwar,
2012), struktur kepemilikan perusahaan (Gamerschlag et al., 2010; Soliman et al.,
2012), pengungkapan media, international listing, dan leverage (Uyar et al.,
2013; Rusmanto, Waworuntu, & Syahbandiah, 2014) yang diukur signifikansinya
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Selanjutnya, Hossain dan Hammami (2009) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial pada 25 perusahaan yang
terdaftar pada Doha Securities Market (DSM) di Qatar. Variabel dependen yang
digunakan adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Variabel independen
yang digunakan adalah umur perusahaan (Bayoud et al., 2012; Soliman, 2013),
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
ukuran perusahaan (Li, Toppinen, Tuppura, Puumalainen, & Hujala, 2011;
Suttipun & Stanton, 2012), profitabilitas (Li et al., 2011; Sufian, 2012),
kompleksitas, dan jumlah aset (Sufian, 2012).
Said et al. (2009) melakukan penelitian untuk meneliti hubungan
karakteristik tata kelola perusahaan (Uyar et al., 2013) terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial. Penelitian tersebut dilakukan pada 150 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Malaysia pada tahun 2006. Variabel dependen yang digunakan
adalah pengungkapan tanggung jawab sosial. Variabel independen yang
digunakan adalah ukuran dewan direksi (Haji, 2013; Uyar et al., 2013), komisaris
independen, dualitas CEO (Khodadadi et al., 2010; Yanesari, Gerayli, Ma’atoofi,
Abadi, 2012), komite audit, konsentrasi kepemilikan (Haji, 2013), kepemilikan
manajerial (Akhtaruddin, 2010; Soliman et al., 2012), kepemilikan asing (Khan,
2010; Soliman et al., 2012), dan kepemilikan pemerintah (Akrout & Othman,
2013) dengan ukuran perusahaan (Soliman et al., 2012) dan profitabilitas (Rouf,
2011; Juhmani, 2013) sebagai variabel kontrol.
Gamerschlag et al. (2010) melakukan penelitian terhadap 130 perusahaan
di Jerman. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
transparansi perusahaan, profitabilitas (Khan, 2010), struktur kepemilikan, dan
status listing terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial dengan tipe
industri dan ukuran perusahaan (Akhtaruddin, 2010; Khodadadi et al., 2010)
sebagai variabel kontrol.
Pada tahun yang sama, Akhtaruddin (2010) melakukan penelitian tentang
pengungkapan sukarela pada 124 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia.
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan manajerial (Mulyadi &
Anwar, 2012; Juhmani, 2013), independensi dewan direksi (Rouf, 2011; Yanesari
et al., 2012), dan jumlah direktur yang berpengalaman dengan current ratio, ROE
(Yanesari et al., 2012), ukuran KAP (Khodadadi et al., 2010; Yanesari et al.,
2012), ukuran perusahaan (Yanesari et al., 2012; Juhmani, 2013), dan leverage
(Juhmani, 2013) sebagai variabel kontrol.
Mia dan Mamun (2011) melakukan penelitian terhadap 48 perusahaan di
Australia pada periode sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi global
(2006-2008). Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas (Suttipun
& Stanton, 2012; Uyar et al., 2013), leverage (Al-Shubiri et al., 2012), dan ukuran
perusahaan (Al-Shubiri et al., 2012; Uyar et al., 2013) yang diuji signifikansinya
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Pada tahun yang sama, penelitian
yang serupa juga dilakukan oleh Rahman, Zain, dan Al-Haj (2011) dengan
menambahkan variabel umur perusahaan (Al-Shubiri et al., 2012; Sufian, 2012)
serta dikembangkan oleh Rusmanto et al. (2014) dengan menambahkan variabel
independensi dewan direksi, jumlah direktur wanita (Khan, 2010), dan jumlah
direktur asing. Selanjutnya, penelitian Rahman et al. (2011) dikembangkan oleh
Lucyanda dan Siagian (2012) dengan menambahkan variabel ukuran dewan
komisaris, profil perusahaan (Rahman & Widyasari, 2008), kepemilikan
manajerial (Rahman & Widyasari, 2008), tingkat pengembalian saham (EPS),
kepedulian terhadap lingkungan serta tingkat pertumbuhan perusahaan (AlShubiri et al., 2012).
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
Suttipun dan Stanton (2012) melakukan penelitian di Thailand dengan
menggunakan sampel sebanyak 75 perusahaan yang terdaftar di Stock Exchange
of Thailand (SET) pada tahun 2007. Variabel independen yang digunakan adalah
ukuran perusahaan (Ebiringa, Yadirichukwu, Chigbu, & Ogochukwu, 2013), tipe
industri, status kepemilikan, negara asal (Li et al., 2011; Ebiringa et al., 2013),
dan profitabilitas (Ebiringa et al., 2013).
Haji (2013) melakukan sebuah penelitian pada 85 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Malaysia. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji tingkat
dan kualitas pengungkapan tanggung jawab sosial beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dengan mengambil data dari laporan keuangan perusahaan
periode 2006 hingga 2009, variabel independen yang digunakan terdiri dari
kepemilikan direktur (Yanesari et al., 2012), kepemilikan pemerintah (Akrout &
Othman, 2013), konsentrasi kepemilikan, ukuran dewan direksi, independensi
dewan direksi (Mulyadi & Anwar, 2012; Uyar et al., 2013; Rusmanto et al.,
2014), dan board meeting dengan ukuran perusahaan (Akrout & Othman, 2013),
profitabilitas (Akrout & Othman, 2013), dan leverage (Akrout & Othman, 2013)
sebagai variabel kontrol.
2.2
Definisi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Darrough (1993) mengemukakan ada dua jenis pengungkapan dalam
laporan keuangan, yaitu: pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan
pengungkapan minimum harus diungkapkan oleh emiten yang disyaratkan oleh
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
pemerintah atau badan pembuat standar yang berlaku (pajak, undang-undang,
SAK, BAPEPAM). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan
butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan yang mencakup
lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tenaga kerja,
produk, keterlibatan masyarakat dan umum (Hackson & Milne, 1996).
Pengungkapan
sukarela
dapat
mengurangi
informasi
asimetri
dan
mengklasifikasikan kepentingan konflik antara pemegang saham dan manajemen,
sehingga merupakan sinyal yang mencerminkan kinerja perusahaan (Htay, 2012).
Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu contoh dari
pengungkapan sukarela.
Pengungkapan tanggung jawab sosial yang sering disebut juga sebagai
corporate social disclosure, corporate social reporting, social accounting
(Mathews, 1995; Deegan, 2007) atau corporate social responsibility (Hackston &
Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan
dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan
dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung
jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk
menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang
saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai
tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang
saham (Gray, Owen, & Maunders, 1987).
Perks (1993) mendefinisikan pengungkapan tanggung jawab sosial
sebagai sebuah bentuk pelaporan oleh perusahaan dan juga organisasi lainnya
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
tentang kinerja perusahaan di bidang sosial dan ekonomi di samping laba dan
posisi keuangan perusahaan. Pelaporan tidak hanya difokuskan kepada pemegang
saham atau kreditor tetapi mencakup kelompok yang lebih luas, termasuk
karyawan dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan Guthrie dan Mathew
(1985) mendefinisikan pengungkapan tanggung jawab sosial sebagai ketersediaan
informasi keuangan dan non-keuangan yang berkaitan dengan interaksi
perusahaan dengan lingkungan fisik maupun sosial yang dibuat dalam laporan
tahunan secara terpisah.
Menurut Gray et al. (1995), teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan kecenderungan pengungkapan sosial dibagi ke dalam tiga kelompok,
yaitu:
1.
Decision usefulness studies. Pengungkapan sosial dilakukan karena
informasi tersebut dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan dan
ditempatkan pada posisi yang moderately important.
2.
Economic theory studies. Sebagai agen dari suatu principal yang
mewakili seluruh interest group perusahaan, pihak manajemen
melakukan pengungkapan sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan
publik.
3.
Social and political theory studies. Studi di bidang ini menggunakan teori
stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi politik. Teori
stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan
oleh para stakeholder. Dengan demikian, perusahaan bukanlah entitas
yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
memberikan manfaat bagi stakeholder. Teori legitimasi mengasumsikan
perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial akan dapat
menjaga keberlangsungan kegiatan usaha perusahaan. Teori ekonomi
politik mengasumsikan bahwa pengungkapan sosial dilakukan sebagai
reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan
merasa eksistensi dan aktivitasnya terlegitimasi.
Gamerschlag et al. (2010) berpendapat bahwa karakteristik yang dimiliki
oleh masing-masing perusahaan berperan sebagai proksi untuk mengukur tekanan
yang akan dihadapi oleh perusahaan dari para stakeholders. Karakteristik
perusahaan akan mempengaruhi terjadinya pengungkapan tanggung jawab sosial.
Dengan demikian, karakteristik perusahaan merupakan faktor yang penting bagi
aktivitas pengungkapan (Cormier & Gordon, 2001).
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial
2.3.1
Profitabilitas dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
untuk menunjang pertumbuhan jangka pendek maupun jangka panjang (Lucyanda
& Siagian, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Uwuigbe dan Egbide (2012)
menemukan adanya pengaruh signifikan positif antara profitabilitas dan tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini dikarenakan semakin
besar
laba
yang
dihasilkan
akan
membuat
perusahaan
cenderung
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
menginvestasikan dana yang dimiliki untuk mengembangkan keberlangsungan
lingkungan di sekitarnya. Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Patten (1991),
Roberts (1992), Mangos dan Lewis (1995), Naser, Al-Khatib, dan Karbhari
(2002), Suwaidan et al. (2004), Zain dan Janggu (2006), Janggu et al. (2007),
Said et al. (2009), Akhtaruddin (2010), Gamerschlag et al. (2010), Khan (2010),
Rouf (2011), Lucyanda dan Siagian (2012), Khasharmeh dan Desoky (2013),
Ebiringa et al. (2013), dan Soliman (2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Mia dan Mamun (2011) tidak
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara profitabilitas dan
pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan
Hackston dan Milne (1996), Alsaeed (2006), Ghazali (2007), Rahman dan
Widyasari (2008), Hossain dan Hammami (2009), Rahman et al. (2011), Suttipun
dan Stanton (2012), Sufian (2012), Uyar et al. (2013), dan Haji (2013) yang
menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi perusahaan secara
signifikan dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.3.2
Leverage dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan cenderung
mengungkapkan informasi sosial. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan
perusahaan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh para kreditornya
(Alsaeed, 2006).
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
Uwuigbe dan Egbide (2012) menemukan adanya hubungan yang negatif
dan signifikan antara leverage dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini
dikarenakan perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki tanggung jawab
yang lebih besar untuk membayar utang sehingga perusahaan memiliki sumber
daya dan kemampuan yang terbatas untuk membiayai aktivitas sosial dan untuk
mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan keuangan perusahaan. Hal yang
serupa juga dinyatakan oleh Al-Shubiri et al. (2012) dan Uyar et al. (2013).
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1992) menemukan
bahwa leverage memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikarenakan perusahaan melakukan
pengungkapan untuk memenuhi tuntutan dari para kreditornya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mia dan Mamun (2011) tidak
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara leverage dan pengungkapan
tanggung jawab sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006), Zain dan
Janggu (2006), Rahman et al. (2011), dan Lucyanda dan Siagian (2012).
2.3.3
Ukuran Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan mereka. Secara umum perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Teori agensi
menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar
daripada perusahaan kecil (Marwata, 2001). Oleh karena itu, perusahaan besar
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut.
Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak
daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar merupakan emiten yang
paling banyak disoroti oleh publik sehingga perusahaan besar akan menghadapi
resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoretis
perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk
melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Ghazali, 2007). Dengan
mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui laporan keuangan, maka
perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat
besar akibat dari tuntutan masyarakat.
Brown dan Deegan (1998) berpendapat bahwa perusahaan besar akan
menghadapi tekanan dari berbagai pihak sehingga mendorong perusahaan untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi. Selain itu, perusahaan besar juga
cenderung terlibat dalam aktivitas sosial untuk membangun citra perusahaan
(Ghazali, 2007).
Rahman et al. (2011) menemukan adanya hubungan signifikan positif
antara ukuran perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasil
penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Cooke
(1992), Wallace et al. (1994), Wallace dan Naser (1995), Raffournier (1995),
Hackston dan Milne (1996), Moore (2001), Suwaidan et al. (2004), Alsaeed
(2006), Zain dan Janggu (2006), Janggu et al. (2007), Ghazali (2007), Hossain
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
dan Hammami (2009), Monteiro dan Aibar-Guzman (2009), Said et al. (2009),
Akhtaruddin (2010), Khan (2010), Gamerschlag et al. (2010), Mia dan Mamun
(2011), Al-Shubiri et al. (2012), Setyorini dan Ishak (2012), Lucyanda dan
Siagian (2012), Soliman et al. (2012), Suttipun dan Stanton (2012), Wang, Song,
dan Yao (2013), Uyar et al. (2013), dan Haji (2013). Akan tetapi, penelitian yang
dilakukan Bayoud et al. (2012) tidak menemukan adanya hubungan antara ukuran
perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.
2.3.4
Umur Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Umur perusahaan menyatakan lama berdirinya suatu perusahaan.
Umumnya, semakin lama sebuah perusahaan berdiri, semakin banyak perbaikan
yang telah dibuat dalam penyusunan laporan keuangan (Alsaeed, 2006).
Perusahaan akan berusaha untuk memenuhi tuntutan dari lingkungan di sekitarnya
sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata investor dan juga publik
(Lucyanda & Siagian, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Bayoud et al. (2012) di Libya
menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini
berarti semakin lama jangka waktu berdirinya suatu perusahaan semakin luas
informasi tanggung jawab sosial yang akan diungkapkan dalam laporan keuangan.
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Roberts (1992), Delaney dan Huselid
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
(1996), Moore (2001), Hossain dan Hammami (2009), Soliman et al. (2012), AlShubiri et al. (2012), dan Soliman (2013).
Rettab, Brik, dan Mellahi (2009) menemukan bahwa umur perusahaan
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dilakukan oleh perusahaan, artinya semakin lama sebuah perusahaan berdiri,
semakin sedikit informasi tanggung jawab sosial yang diungkapkan. Hal yang
serupa dinyatakan oleh Liu dan Anbumozhi (2009) dan Wang et al. (2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al. (2011) terhadap 44
perusahaan di Bursa Malaysia menunjukkan bahwa umur perusahaan tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini sebanding
dengan penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006), Hossain dan Hammami
(2009), Lucyanda dan Siagian (2012), Sufian (2012), dan Uyar et al. (2013).
2.3.5
Tipe Industri dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial
Menurut Bayoud et al. (2012), tipe industri sangat mempengaruhi tingkat
pengungkapan informasi tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
Sebagai contoh, perusahaan yang berorientasi pada konsumen akan cenderung
memiliki
tingkat
pengungkapan
yang
lebih
tinggi
sebagai
bentuk
pertanggungjawaban terhadap masyarakat, menjaga citra perusahaan, dan
meningkatkan laba. Pahuja (2009) berpendapat bahwa perusahaan yang masuk ke
dalam kategori environmentally sensitive industry cenderung memiliki tingkat
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
pengungkapan informasi yang lebih tinggi dikarenakan aktivitas operasional
perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan.
Bayoud et al. (2012) berhasil menemukan bahwa tipe industri memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Hackston dan Milne (1996),
Gamerschlag et al. (2012), dan Akbas (2014). Akan tetapi, Khasharmeh dan
Desoky (2013) menemukan hasil yang berlawanan yaitu pengaruh negatif dan
signifikan antara kedua variabel tersebut. Di lain sisi, penelitian yang dilakukan
oleh Alsaeed (2006), Ghazali (2007), dan Barako (2007) menemukan bahwa tipe
industri tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial.
2.3.6
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Pengaruhnya terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) umumnya dibagi menjadi dua,
yaitu KAP berukuran besar dan KAP berukuran kecil. KAP berukuran besar
adalah KAP yang berasosiasi dengan The Big Four (Pricewaterhouse Coopers,
KPMG, Ernst & Young, dan Deloitte & Touche), sedangkan KAP berukuran kecil
adalah KAP yang tidak masuk ke dalam kategori The Big Four (Alsaeed, 2006).
Dengan mengklasifikasikan ukuran KAP ke dalam dua kategori tersebut,
diasumsikan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menjaga reputasinya
sehingga lebih cenderung mengaudit perusahaan yang mengungkapkan informasi
sosial secara rinci dibandingkan dengan KAP berukuran kecil yang tidak memiliki
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
kekuasaan untuk mempengaruhi klien dalam melakukan pengungkapan informasi
dalam laporan keuangan (Wallace & Naser, 1995).
Uwuigbe dan Egbide (2012) menyatakan bahwa ukuran KAP memilki
pengaruh yang signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four akan cenderung mengungkapkan
lebih banyak informasi sosial dibandingkan dengan perusahaan yang hanya
diaudit oleh KAP biasa. Hal ini dikarenakan KAP Big Four mengikuti standar
internasional dalam melakukan prosedur audit dan pengendalian. Khlif dan
Souissi (2010) dan Uyar et al. (2013) juga menyatakan pendapat yang serupa.
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Alsaeed (2006) tidak
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara ukuran KAP terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh
Janggu et al. (2007) dan Akhtaruddin (2010).
2.3.7
Kepemilikan Manajerial dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Soliman et al. (2012) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai
jumlah kepemilikan saham yang dipegang oleh manajemen perusahaan. Teori
agensi menyatakan bahwa pihak manajemen papan atas memiliki kekuasaan
untuk mengalokasikan sumber daya guna memperoleh dukungan dari para
stakeholders. Teori ini juga menyatakan bahwa dengan meningkatkan jumlah
saham yang dimiliki oleh manajer akan menyetarakan kepentingan manajer
dengan para pemilik perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya konflik
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
agensi (Jensen & Meckling, 1976). Manajer perusahaan juga akan berusaha untuk
meningkatkan nilai perusahaan dengan melakukan aktivitas pertanggungjawaban
sosial (Soliman et al., 2012).
Akan tetapi, perusahaan dengan jumlah kepemilikan manajerial yang
tinggi
akan
cenderung
mengurangi
biaya
investasi
dalam
aktivitas
pertanggungjawaban sosial sebab biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada
benefit yang bisa diperoleh (Ghazali, 2007). Sehingga dapat diprediksikan bahwa
tingkat pengungkapan informasi sosial perusahaan juga akan menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Ghazali (2007) di Malaysia dengan
menggunakan variabel kepemilikan manajerial berhasil menemukan pengaruh
yang negatif dan signifikan. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Akhtaruddin
(2010) dan Soliman et al. (2012).
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Lucyanda dan Siagian (2012)
di Indonesia tidak berhasil menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara
kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Huafang
dan Jianguo (2007), Rahman dan Widyasari (2008), Said et al. (2009), dan
Juhmani (2013) juga mengemukakan hal yang serupa.
2.3.8
Kepemilikan
Institusional
dan
Pengaruhnya
terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Soliman et al. (2012) mendefinisikan kepemilikan institusional sebagai
jumlah saham yang dipegang oleh institusi lain. Kepemilikan pemegang saham
institusional yang besar dapat memotivasi dan memantau dibandingkan dengan
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
pemegang saham institusional dengan jumlah yang kecil (Htay, 2012). Oleh
karena itu, kepemilikan institusional yang semakin besar memiliki pengaruh yang
besar terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Soliman et al. (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Barako (2007), Khodadadi et al. (2012), Uyar et al. (2013), dan
Wang et al. (2013) juga mengemukakan hal yang serupa. Akan tetapi, penelitian
yang dilakukan oleh Al-Shubiri et al. (2012) dan Mulyadi dan Anwar (2012) tidak
menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional
terhadap
2.3.9
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial.
Kepemilikan Publik dan Pengaruhnya terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan go public dan telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham oleh
publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan harus
dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian pemegang saham.
Kepemilikan saham publik ini juga sering dikenal dengan istilah “free float”.
Istilah free float digunakan untuk menyatakan jumlah saham perusahaan yang
bebas beredar untuk dimiliki oleh publik. Semakin besar proporsi saham yang
dimiliki oleh publik (terdispersi), semakin banyak pula pihak yang terlibat dan
mempunyai kepentingan yang harus dipenuhi dalam perusahaan tersebut. Untuk
menghindari biaya politis, perusahaan meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
yang berhubungan dengan sosial dan komunitas dan juga pengungkannya dalam
laporan keuangan (Gamerschlag et al., 2010). Hal ini juga akan mendorong
inisiatif perusahaan untuk melakukan aktivitas tanggung jawab sosial guna
menjaga image perusahaan di publik dan memperluas pengungkapan informasi
sosial dalam laporan keuangan.
Pada tahun 2014, Bursa Efek Indonesia mengeluarkan ketentuan baru
mengenai jumlah saham yang beredar di publik (free float). Peraturan tersebut
tertuang dalam aturan Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00001/BEI/01-2014
perihal Perubahan Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek
Bersifat Ekuitas Selain Saham yang di Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
Sehingga, setiap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia harus memenuhi
ketentuan tersebut agar dapat mempertahankan status listing perusahaan
(Ardliyanto, 2014).
Penelitian dengan menggunakan variabel kepemilikan saham publik ini
sangat menarik untuk dilakukan dengan diberlakukannya ketentuan baru tersebut.
Kita dapat melihat bagaimana jumlah kepemilikan saham publik dapat
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial sehingga dapat diprediksi
bagaimana kondisi pengungkapan tanggung jawab sosial di tahun mendatang
setelah diberlakukannya peraturan baru ini.
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan saham publik terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial pernah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya dan menunjukkan hasil yang beragam. Gamerschlag et al. (2010)
menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara kedua variabel
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
tersebut. Hal yang serupa juga ditemukan oleh Chau dan Gray (2002), Yhim,
Karim, dan Rutledge (2003), Xiao, Yang, dan Chow (2004) yang menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat dispersi saham perusahaan, semakin tinggi tingkat
pengungkapan. Sebaliknya, Uyar et al. (2013) menemukan pengaruh yang negatif
dan signifikan di antara kedua variabel tersebut. Akan tetapi, penelitian yang
dilakukan oleh Cormier, Ledoux, dan Magnan (2011) dan Al-Shubiri et al. (2012)
tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara kepemilikan publik
terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan.
2.4
Model Penelitian dan Perumusan Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan uraian kerangka
teoretis yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
H1:
Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
H2:
Leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
H3:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
H4:
Umur Perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
H5:
Tipe industri berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
H6:
Ukuran KAP berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial.
H7:
Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
H8:
Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
H9:
Kepemilikan
publik
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
Model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Profitabilitas
Leverage
Ukuran Perusahaan
Umur Perusahaan
Tipe Industri
Ukuran KAP
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Publik
Pengungkapan
Tanggung Jawab
Sosial
Gambar 2.1 Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Struktur
Kepemilikan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan di
Bursa Efek Indonesia, sumber: Mia dan Mamun, 2011, Bayoud et al., 2012,
Uwuigbe dan Egbide, 2012, Soliman et al., 2012, dan Al-Shubiri et al., 2012.
Universitas Internasional Batam
Jessy Fransiska, Analisis pengaruh karakteristik perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia
repository.uib.ac.id @2015
Download