BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.009.01 MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 DAFTAR ISI Halaman I JUDUL II KOMPETENSI DASAR III IDIKATOR KOMPETENSI IV LANGKAH KEGIATAN V GAMBAR VI Teori Fungsioal A. Identifikasi Kelayakan Hewan Sembelij B. Perbedaan Hewan hidup dan Mati VII ALAT DAN BAHAN VIII ASPEK YANG DINILAI IX KEAMANAN KERJA DAFTAR PUSTAKA LEMBAR EVALUASI KUNCI JAWABAN TIM PENYUSUN I. JUDUL : MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN II. KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai berlatih peserta dapat melakukan pemeriksaan fisik hewan dengan baik dan benar III. INDIKATOR KOMPETENSI : Setelah selesai berlatih peserta mampu : 1. Menentukan persyaratan hewan yang akan disembelih sesuai dengan ketentuan. 2. Mengenali persyaratan tanda-tanda hewan hidup dan mati secara fisiologis pada hewan sembelihan III. LANGKAH KERJA No 1. Urutan Menentukan hewan yang akan disembelih Uraian 1.1 Menentukan persyaratan hewan yang akan disembelih sesuai dengan ketentuan 1.2 Mengidentifikasi Hewan yang layak sembelih. 1.3 Menentukan urutan prioritas hewan yang akan disembelih. 2. Mengenali persyaratan tanda-tanda kehidupan (hayatul mustaqiroh) pada hewan sembelihan 2.1 Mengenali tanda-tanda hewan hidup dan mati secara fisiologis. 2.2 Membedakan hewan hidup dan mati sesuai dengan ciri-ciri fisiologis. IV. GAMBAR Gambar Menentukan persyaratan hewan yang akan disembelih Hewan masih dalam keadaan hidup/bergerak sesaat setelah di stunning V. TEORI FUNGSIONAL Pemeriksaan fisik pada hewan sebelum disembelih dimaksudkan untuk mengidentifikasi hewan yang akan disembelih sesuai dengan syarat kelayakan sembelih. Identifikasi kelayakan hewan sembelih diantaranya meliputi jenis kelamin (pada hewan ruminansia), kesehatan hewan dan umur hewan. Pemerintah melalui Undang-undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat 2 melarang melakukan penyembelihan pada ternak ruminansia betina yang produktif, karena merupakan penghasil ternak yang baik. Ketentuan larangan tersebut tidak berlaku apabila hewan betina tersebut : 1. Berumur lebih dari 8 (delapan) tahun atau sudah beranak lebih dari 5 kali. 2. Tidak produktif (mandul) dinyatakan oleh dokter hewan atau tenaga asisten kontrol teknik reproduksi di bawah penyeliaan dokter hewan (Gambar 1). 3. Mengalami kecelakaan yang berat. 4. Menderita cacat tubuh yang bersifat genetis yang dapat menurun pada keturunannya sehingga tidak baik untuk ternak bibit. 5. Menderita penyakit menular yang menurut Dokter Hewan pemerintah harus dibunuh/dipotong bersyarat guna memberantas dan mencegah penyebaran penyakitnya, menderita penyakit yang mengancam jiwanya. 6. Membahayakan keselamatan manusia (tidak terkendali) Dalam melakukan penyembelihan, Juru Sembelih juga harus mampu menetapkan prioritas hewan yang akan disembelih. Berikut ini adalah ketentuan penyembelihan hewan sesuai prioritas : 1. Harus segera disembelih : kondisi luka terbuka, patah tulang atau ambruk 2. Ditunda penyembelihan : hewan dengan temperamen tinggi/ stres, hewan menunjukkan gejala sakit 3. Ditolak/dilarang disembelih : betina produktif, hewan dengan penyakit tertentu misal : anthraks, maleus, rabies dan pneumonia contagiosa bovum Pemeriksaan fisik hewan juga ditujukan untuk mengidentifikasi perbedaan hewan hidup dan mati sesuai dengan ciri-ciri fisiologisnya. Dalam ajaran Islam memotong leher hewan atau mengulitinya sebelum hewan benar-benar mati termasuk perbuatan yang makruh. Ada beberapa cara untuk memastikan bahwa hewan hidup atau mati, yaitu : 1. Memeriksa pernafasan, pada hewan yang masih hidup terdapat aliran udara dari lubang hidung dan teramati gerakan pernafasan di daerah dada dan perut, sedangkan pada hewan yang sudah mati, aliran udara dari hidung dan gerakan nafas di daerah dada dan perut tidak ada. 2. Memeriksa reflek kornea mata, hewan yang sudah mati sudah tidak ada reflek kedipnya jika korneanya disentuh (Gambar 2). 3. Memeriksa denyut nadi, pada hewan yang sudah mati, jika kita pegang pembuluh darahnya, maka tidak didapatkan denyut nadi. DAFTAR PUSTAKA Kementerian Agama Republik Indonesia. 2010. Pedoman dan Tata Cara Pemotongan Hewan Secara Halal Peraturan Menteri Pertanian No. 114/Permentan/PD.410/9/2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan Setyawan Budiharta. 2009. Penyembelihan,Pemeriksaan Pramerta dan Pemeriksaan Pascamerta Pada Ternak Potong. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 413/Kpts/TN.310/7/1992 tentang Pemotongan Hewan Potong dan Penanganan Daging Serta Hasil Ikutannya VI. ALAT DAN BAHAN : Alat Pelindung Diri (APD), terdiri atas : sepatu booth, apron, hair net, stainless steel glove, helm, masker. VII. UNSUR YANG DINILAI : 1. Ketepatan menentukan hewan yang layak sembelih 2. Ketepatan mengidentifikasi perbedaan hewan hidup dan mati VIII. KEAMANAN KERJA : Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja untuk menghindari kecelakaan kerja TIM PENYUSUN 1. Drh. Dwi Windiana, MSi 2. Drh. Iskandar Muda, MSc 3. Drh. Reni Indarwati 4. Drh. Wisnu Wasisa Putra, MP 5. Drh. Supratikno, MSi 6. Drs. Asnawi