perbedaan hasil belajar ipa dengan menggunakan pendekatan

advertisement
PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
SAINTIFIK DAN METODE CERAMAH
PADA SISWA KELAS V DI SDSN
BENDUNGAN HILIR 09 PAGI
Latifa Fadhilla
Universitas Bina Nusantara, [email protected]
(Latifa Fadhilla, AP.Yuni Wulandari, S.Sos., M.Psi.)
ABSTRACT
The research aimed to determine the difference science learning result using the scientific approach
and lecture method in fifth grade at SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. This research method is
experimental research. Analyses were performed using instruments such as evaluation of IPA
learning and syllabus as a lesson plan. The result achieved are differences in science learning result
in PS class and MC class, science learning result in the PS class student higher than the science
learning result in the MC class student, can be seen from the average value obtained in PS class
students is 83.51 and MC class students is 76.67. It was concluded that science learning result by
using scientific approach is higher than science learning result by using lecture methods in fifth grade
at SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.
Keywords : Science learning result, scientific approaches, and methods of lecture
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar IPA dengan
menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN Bendungan
Hilir 09 Pagi. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Analisis dilakukan dengan
menggunakan instrumen berupa soal evaluasi pembelajaran IPA dan silabus sebagai rancangan
pembelajaran. Hasil yang dicapai yaitu adanya perbedaan hasil belajar IPA pada kelas PS
dibandingkan dengan kelas MC, hasil belajar IPA pada siswa kelas PS lebih tinggi daripada hasil
belajar IPA pada siswa kelas MC, dapat dilihat dari rata-rata nilai evaluasi yang diperoleh pada
siswa kelas PS yaitu 83,51 dan pada siswa kelas MC yaitu 76,67. Disimpulkan bahwa hasil belajar
IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada hasil belajar IPA dengan
menggunakan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.
Kata Kunci : Hasil belajar IPA, pendekatan saintifik, dan metode ceramah
PENDAHULUAN
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran utama dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, namun hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa tergolong rendah. Hal ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain karakteristik siswa dan keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat
dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran, dll (Hayat & Yusuf, 2010).
Di Indonesia, siswa yang mempelajari pelajaran IPA relatif belum mampu menggunakan pengetahuan
IPA yang mereka peroleh untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata. Lingkungan belajar siswa dalam
bentuk strategi belajar yang diciptakan guru menjadi faktor penting untuk mengoptimalkan kemampuan siswa
dalam mempelajari pelajaran IPA dan menggunakan konsep IPA tersebut dalam memahami lingkungan. Konsep
IPA untuk sebagian besar siswa merupakan konsep yang sulit, sehingga seorang guru dikatakan berhasil dalam
proses pembelajaran IPA jika guru tersebut mampu mengubah pembelajaran yang semula sulit menjadi mudah,
yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna sehingga peserta
didik menjadikan belajar IPA adalah kebutuhan bukan keterpaksaan (Wisudawati & Sulistyowati, 2014).
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah khususnya pada mata pelajaran IPA memungkinkan guru
menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Menurut Metz (dalam Santrock, 2009),
pendekatan terhadap penyelidikan ilmu pengetahuan berfokus untuk memperkenalkan pendekatan ilmiah
kepada siswa dalam konteks pengalaman yang diperluas dalam daerah materi yang berjumlah terbatas.
Pendidikan ilmu pengetahuan yang efektif melibatkan kedalaman penyelidikan dalam area-area yang berjumlah
terbatas daripada penyelidikan dangkal dalam banyak area. Kedalaman penyelidikan lebih tercapai ketika siswa
mengajukan pertanyaan yang sesuai, mendapatkan metode untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan itu, dan
mengembangkan pengertian mengenai bentuk tertentu dan kualitas dari bukti (dan bukti yang berlawanan) yang
dapat memberikan jawaban.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran IPA sangat dipengaruhi oleh pemilihan strategi pembelajaran
yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat
mengarahkan siswa menjadi lebih aktif dalam mencari tahu dari berbagai sumber. Menurut Nur (dalam Ibrahim,
2010), pendekatan saintifik adalah pendekatan atau metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur
yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Adapun wujud operasional dari pendekatan saintifik adalah
penyelidikan ilmiah. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam
proses pembelajaran IPA karena mata pelajaran IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Kegiatan percobaan
dan pengamatan merupakan bagian dari pengembangan keterampilan proses pembelajaran IPA. Dalam
orientasinya proses pembelajaran IPA adalah suatu proses pembelajaran yang aplikatif, mengembangkan proses
berfikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan mengembangkan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap
lingkungan alam.
Dalam proses pembelajaran di Indonesia, metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini
masih digunakan oleh guru, dalam penggunaannya ada faktor kebiasan baik dari guru maupun dari siswa karena
sudah terbiasa dengan metode ini. Menurut Rosenshine (dalam Santrock, 2009), ceramah, penjelasan, dan
demonstrasi adalah aktivitas guru yang biasa digunakan dalam pendekatan pengajaran secara langsung. Metode
ceramah juga merupakan metode yang praktis, tidak memerlukan banyak waktu, biaya, dan persiapan.
Dari hasil penelitian Saul (2013), yang menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan saintifik
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang timbul ketika melakukan
eksperimen. Kemampuan berpikir siswa dimulai dengan adanya pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, kapan,
dimana dan bagaimana sebuah fenomena alam terjadi. Penerapan metode eksperimen dengan pendekatan
saintifik atau percobaan dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPA dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli Kecamatan Ngabang
Kabupaten Landak. Metode yang selama ini digunakan di sekolah tersebut adalah metode ceramah, yang
ternyata masih belum mampu untuk meningkatkan hasil belajar IPA, karena dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode ceramah, masih ada siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran IPA.
Siswa masih banyak yang tidak memperhatikan guru dan sibuk dengan kegiatannya sendiri. Nilai yang
diperoleh siswa hanya mencapai 70 % dari nilai yang telah ditargetkan, masih kurang dari 7,0.
Selain pemilihan metode pembelajaran, ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu materi pelajaran
itu sendiri terutama mata pelajaran IPA yang menurut sebagian besar siswa adalah pelajaran yang sulit. Proses
pembelajaran IPA yang mempelajari fenomena alam akan selalu dihadapkan pada pengalaman dan fenomena
yang sering dijumpai siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Proses pembelajaran IPA dengan strategi
pembelajaran menggunakan metode ceramah sering menimbulkan kebosanan bagi siswa, karena siswa hanya
duduk mendengarkan, menulis dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Pusung (2012)
dalam penelitiannya, aktivitas siswa di SD Katolik V Tomohon untuk mengetahui pengetahuan cenderung
meningkat yaitu dengan melakukan percobaan, pengamatan, mengerjakan lembar penilaian, berdiskusi,
memberikan penjelasan dengan menggunakan kalimat sendiri, merespon pertanyaan teman dan membuat
kesimpulan. Dalam proses pembelajaran IPA dengan penggunaan alat IPA sederhana (buatan guru) ternyata
dapat menjawab permasalahan hasil belajar siswa yang masih rendah dalam mata pelajaran IPA di SD Katolik V
Tomohon, dan hasil belajar mengalami peningkatan setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan kegiatankegiatan yang melibatkan siswa.
Dari beragam pelajaran yang di berikan sekolah, tentunya ada pelajaran yang dianggap mudah dan sulit
bagi siswa. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan guru wali kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, ditemukan bahwa
mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan kurang diminati oleh siswa. Dari
beberapa mata pelajaran seperti Matematika, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia, PJOK, SBdP, Agama dan Bahasa
Inggris, mata pelajaran IPA termasuk pelajaran yang materi dan hapalannya banyak. Dari perolehan nilai rapor
semester I dan II tahun ajaran 2013/2014 nilai mata pelajaran IPA masih kurang dan nilai ujian akhir sekolah
mata pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014 rata-rata 7,00. Sedangkan rata-rata yang sesuai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) adalah 7,5. Nilai siswa kebanyakan masih di bawah KKM. Guru menjelaskan materi pelajaran
dengan menggunakan metode ceramah dan masih kurang melakukan percobaan. Kemudian peneliti juga
melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, mata pelajaran IPA
juga merupakan mata pelajaran yang mereka anggap sulit karena banyak hapalan dan sulit, Pekerjaan Rumah
(PR) banyak, tugas-tugasnya sulit, dan masih kurang bagus nilainya. Menurut beberapa siswa, guru terlalu
sering menjelaskan sehingga hal tersebut membuat siswa bosan di kelas dan akhirnya siswa kurang mengerti
penjelasan guru. Dan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada saat proses pembelajaran mata
pelajaran IPA pada kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, pada proses pembelajaran guru menggunakan
metode ceramah, kurangnya interaksi dalam proses pembelajaran yang diterapkan, beberapa dari siswa terlihat
bosan dan kurang paham dengan penjelasan guru, ada juga beberapa siswa yang disibukkan kegiatannya sendiri.
Aktivitas yang paling mendominasi pada siswa adalah mencatat dan mendengarkan penjelasan guru.
Dalam menjawab dinamika masalah diatas, penulis ingin melakukan penelitian pada siswa kelas V di
SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) Bendungan Hilir 09 Pagi adalah
Sekolah Dasar dengan Standar Nasional yang diharapkan menjadi sebuah model pengelolaan yang lebih baik
dan sekaligus sebagai wahana implementasi berbagai inovasi dan kebijakan, dan juga pusat kegiatan
pengembangan kualitas pendidikan. Sekolah ini adalah salah satu sekolah unggulan yang merupakan sekolah
tunggal sehingga pengelolaan sekolah sangatlah optimal dan keinginan masyarakat untuk memasukkan anaknya
ke SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi cukup besar dari tahun ke tahun. Berlokasi sangat strategis dan berada di
daerah Zona Aman Sekolah (ZOS), di tengah kota Jakarta Pusat tepatnya kelurahan Bendungan Hilir, dan
kecamatan Tanah Abang. Sekolah ini juga memiliki banyak prestasi dengan menjuarai berbagai lomba antar
sekolah dan juara dalam ekstrakurikuler futsal, tari serta lomba keagamaan. Siswa kelas V yang dipilih penulis
sebagai subjek penelitian karena menurut Piaget (dalam Santrock, 2007), siswa kelas V dengan usia 10-11
tahun sudah berada pada tahap operasional konkret yaitu anak mampu berpikir logis mengenai kejadiankejadian konkret, memahami konsep percakapan, merorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarku
(klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi).
Proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik sesuai dengan konteks kurikulum 2013, terutama
pada mata pelajaran IPA. Menurut Daryanto (2014), pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja,
kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta dan diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Wijayanti, 2014).
Adapun tujuan pembelajaran pendekatan saintifik adalah (Daryanto, 2014) :
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam penulisan artikel
ilmiah.
6. Untuk membangun karakter siswa.
Pendekatan saintifik diimplementasikan dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih siswa berpikir
tingkat tinggi (high order thinking). Pendekatan saintifik dilakukan melalui proses kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan
(Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2013).
1.
Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk
membaca, mendengar, menyimak, melihat merasa, meraba, dan membaui (tanpa alat atau dengan
alat).
2.
Menanya
Dalam kegiatan menanya, guru mendorong siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah
dilihat, disimak, dibaca. Bagi siswa yang belum mampu mengajukan pertanyaan, guru
membimbing agar siswa mampu melakukannya secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
bisa bersifat faktual, hipotetik yang terkait dengan hasil pengamatan terhadap objek konkrit
sampai abstrak yang berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, dan generalisasi. Kegiatan
mengajukan pertanyaan perlu dilakukan terus-menerus agar siswa terlatih dalam mengajukan
pertanyaan sehingga rasa ingin tahu berkembang. Melalui kegiatan mengajukan pertanyaan, siswa
dapat memperoleh informasi lebih lanjut dari beragam sumber baik dari guru maupun sumber
lainnya.
3.
Mengumpulkan Informasi/Eksperimen
Setelah melakukan kegiatan menanya, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber belajar, misalnya dengan membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen untuk dijadikan sebagai
bahan berpikir kritis dalam menggali berbagai sumber belajar.
4.
Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh, siswa dapat menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil
berbagai kesimpulan.
5.
Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan, menceritakan atau mempresentasikan hasil dari kegiatan
yang telah dilakukan oleh siswa. Hasil tersebut disampaikan di depan kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan
ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu
nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Adapun karakteristik pendekatan saintifik adalah sebagai berikut
(Kemdikbud, 2013) :
1.
Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru dan siswa terbebas dari prasangka
yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan
pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Keunggulan dari pendekatan saintifik antara lain (Kemdikbud, 2013) :
1. Siswa harus aktif dan kreatif.
2. Dapat mengembangkan karakter siswa.
3. Penilaian di dapat dari semua aspek.
Kelemahan dari pendekatan saintifik yaitu :
1. Guru jarang menjelaskan.
2.
Apabila guru tidak kreatif, maka pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Metode ceramah adalah metode yang paling sering kita jumpai di sekolah-sekolah. Pada metode ini
guru memberikan penjelasan secara lisan kepada muridnya. Murid mendengarkan apa yang dijelaskan oleh
gurunya, membuat catatan, dan murid bersifat pasif, yaitu hanya menerima semua yang dijelaskan oleh guru.
Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas (Hamdayama, 2014).
Menurut Henson (dalam Santrock, 2009), ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dalam sebuah
ceramah :
1. Menyampaikan informasi dan memotivasi minat para siswa dalam satu mata pelajaran.
2. Memperkenalkan topik sebelum siswa membacanya sendiri atau memberikan instruksi tentang
cara mengerjakan sebuah tugas.
3. Meringkas atau mensintesis informasi setelah sebuah diskusi atau penyelidikan.
4. Memberikan sudut pandang alternatif atau mengklarifikasi isu-isu dalam persiapan untuk diskusi.
5. Menjelaskan materi yang sulit dipelajari sendiri oleh siswa.
Metode ceramah merupakan bagian dari pendekatan pengajaran secara langsung (direct instruction).
Fokus dari pengajaran secara langsung adalah aktivitas akademis, aktivitas nonakademis (seperti permainan dan
teka-teki) hampir tidak digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Stevenson (dalam Santrock, 2009), satu
tujuan dalam pendekatan secara langsung adalah memaksimalkan waktu belajar siswa. Pembelajaran
membutuhkan waktu, semakin lama waktu belajar akademis yang di alami siswa, semakin besar kemungkinan
mereka untuk mempelajari materi dan mencapai standar yang tinggi. Guru menentukan standar yang tinggi
untuk prestasi dan mengharapkan siswa-siswa untuk mencapai tingkat keunggulan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah cara guru dalam menyampaikan
informasi ataupun bahan pelajaran dengan menggunakan lisan kepada sejumlah siswa. Guru memegang kendali
dalam proses pembelajaran dan memberikan arahan dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa.
Berikut adalah beberapa strategi yang baik digunakan ketika memberikan ceramah (Santrock, 2009) :
1. Bersiaplah. Jangan hanya memberikan ceramah tanpa ada persiapan. Habiskanlah waktu untuk
mempersiapkan dan mengatur apa yang akan disampaikan.
2. Buatlah ceramah itu singkat serta berikan selingan untuk pertanyaan dan aktivitas. Sebagai
contoh, menyampaikan ceramah selama 10 atau 15 menit untuk memberikan latar belakang
informasi dan kerangka satu topik, kemudian menempatkan siswa dalam diskusi kelompok kecil.
3. Buatlah ceramah menarik dan mengasyikkan. Pikirkanlah apa yang dapat dikatakan untuk
memotivasi minat siswa dalam sebuah topik. Berikan selingan pada ceramah dengan video klip
yang berkaitan, demontrasi, selebaran, dan/atau aktivitas untuk siswa.
4. Ikutilah rangkaian yang telah dibuat dan masukkanlah komponen-komponen utama tertentu.
Keunggulan dari metode ceramah antara lain (Hamdayana, 2014) :
1. Guru mudah menguasai kelas karena guru menyampaikan informasi dan materi secara langsung
dengan tatap muka secara langsung dengan siswa.
2. Metode yang dianggap paling ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi dapat diatur
oleh guru secara langsung, materi dan waktu pelajaran sangat ditentukan oleh sistem nilai yang
dimiliki guru yang bersangkutan.
3. Mudah dilaksanakan.
4. Dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, bisa juga dengan menggunakan media sound system
sehingga suara guru yang sedang menerangkan bisa terdengar lebih keras dengan jangkauan suara
lebih jauh.
5. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
Kelemahan dari metode ceramah, antara lain :
1. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2. Siswa yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan siswa yang lebih tanggap
auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3. Bila terlalu lama membosankan.
4. Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar siswa.
5. Menyebabkan siswa menjadi pasif.
Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Bloom
(dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006), bahwa hasil belajar adalah perilaku dan kemampuan internal akibat
belajar. Jadi, perubahan yang dimaksud adalah perubahan dalam tingkah laku dan kemampuan mental siswa
yang diakibatkan dari pemberian pengalaman pada saat proses belajar.
Menurut Gagne (dalam Sutikno, 2007), menyebutkan ada lima macam hasil belajar yaitu:
1. Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi,
konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang semuanya diperoleh melalui materi yang disajikan
oleh guru di sekolah;
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan
mengatur proses internal masing-masing siswa dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan
berpikir;
3.
Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan
mengatur informasi-informasi yang relevan;
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakangerakan yang berhubungan dengan otot; dan
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang berdasarkan
emosi, kepercayaan-kepercayaan, serta faktor intelektual.
Menurut Sabri (2010), pengertian hasil menunjukkan pada suatu aktivitas yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu
perubahan pengetahuan dan tingkah laku yang diperoleh melalui kegiatan belajar. Menurut Angkowo & Kosasih
(2007), untuk melihat hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa penting untuk diketahui guru, agar pada tahap selanjutnya guru dapat mendesain
pembelajaran secara tepat dan penuh makna. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan siswa dalam memahami materi-materi pembelajaran. Tes hasil belajar juga dapat dijadikan sebagai
evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah. Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Ilmu pengetahuan adalah mengidentifikasi sejumlah tantangan dan strategi yang berhubungan dengan
cara mengajarkan anak-anak berpikir ilmiah (Santrock, 2009). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu
mata pelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam membangun kebermaknaan antar objek,
fenomena, pengalaman, dan lingkungan. IPA merupakan ilmu yang berperan penting dalam memajukan daya
pikir siswa dalam memecahkan masalah kehidupan, karena pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari
cara mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis. IPA merupakan hasil kegiatan
manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang ditempuh
melalui pengalaman, serta serangkaian proses ilmiah antara lain dengan melakukan penyelidikan, penyusunan,
dan pengujian gagasan (Depdiknas, 2006).
Trianto (2007) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban
tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui
cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Pembelajaran IPA di SD
menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami
alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Hal ini akan membantu siswa mampu memahami alam
sekitar dan membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
Pembelajaran IPA adalah mengarahkan siswa untuk mampu mengembangkan segala pengetahuan yang
dimiliki untuk memelihara dirinya sendiri, lingkungan, serta jagad raya ini. Untuk menilai ketercapaian semua
tujuan di atas, dibutuhkan suatu bukti yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep IPA yang
telah diajarkan, yang meliputi pengembangan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan, serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Bukti tersebut dapat ditunjukkan dengan
pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melewati serangkaian kegiatan belajar.
Strategi yang penting untuk digunakan ketika mengajar ilmu pengetahuan (Santrock, 2009) :
1. Membantu siswa belajar bagaimana berpikir seperti ilmuan. Ciptakanlah situasi yang
mengharuskan siswa-siswa membuat pengamatan yang teliti, bekerja secara efektif dengan data,
dan memecahkan masalah ilmiah.
2. Memonitor kesalahan konsepsi siswa mengenai ilmu pengetahuan dan bekerja dengan mereka
untuk mengembangkan konsepsi yang lebih akurat.
3. Membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan penyelidikan. Ketika mengajarkan
keterampilan penyelidikan jangan membiarkan siswa sepenuhnya dengan usaha mereka sendiri;
gunakanlah penyelidikan bimbingan.
4. Mengajarkan materi ilmu pengetahuan. Siswa tidak hanya perlu mengembangkan keterampilan
penyelidikan, mereka juga perlu mempelajari materi ilmu pengetahuan.
5. Membuat ilmu pengetahuan menarik dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyelidiki masalah ilmu pengetahuan sehari-hari.
Menurut Surya (2005), proses pembelajaran IPA pada hakikatnya harus mencakup beberapa aspek
yaitu:
1.
Pengembangan keterampilan proses. Pengembangan keterampilan proses IPA berorientasi untuk
membiasakan siswa bekerja melalui langkah-langkah, seperti mengamati, menggolongkan alat,
mengukur, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil secara lisan maupun
tulisan.
2.
Penanaman nilai/sikap ilmiah. Penanaman sikap ilmiah seperti menyadari kebesaran Tuhan, rasa
ingin tahu yang besar, mau bekerja sama, dan menghargai pendapat serta karya orang lain.
Dengan aspek tersebut proses pemberian pengalaman pembelajaran dengan melibatkan siswa aktif
dalam melakukan kegiatan pengamatan/ observasi, percobaan atau demonstrasi, maka proses pembelajaran akan
bermakna bagi siswa SD.
Usia siswa kelas V berkisar pada umur 10-11 tahun , anak pada periode ini masuk pada periode masa
kanak-kanak tengah dan akhir (middle and late childhood) yaitu antara usia 6-11 tahun. Anak pada periode ini
sudah menguasai keterampilan dasar diantaranya membaca, menulis, dan aritmatika. Perkembangan kognitif
pada siswa SD melibatkan perubahan dalam pemikiran, kecerdasan anak, dan kemampuan anak berbahasa.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2007) perkembangan kognitif siswa SD ada pada tahap operasional konkret
yang berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahapan ini pemikiran logis menggantikan pemikiran
intuitif asalkan pemikiran dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifik. Pada tahap ini
anak mulai mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, berfikir
logis, mengklasifikasikan benda, dan menempatkan objek-objek dalam urutan.
Proses perkembangan psikososial siswa juga berkaitan dengan proses belajar. Menurut Erik Erickson
(dalam Santrock, 2007) tahap perkembangan psikososial siswa SD tergolong pada tekun dan rendah diri
(industry versus inferiority). Pada tahap ini anak-anak mengarahkan energi mereka pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan
tidak produktif. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tapi dipihak lain
karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang anak menghadapi kesukaran,
hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri
(inferiority).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi masalah, yakni adakah perbedaan hasil
belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN
Bendungan Hilir 09 Pagi.Penulis melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN
Bendungan Hilir 09 Pagi. Dan juga untuk mengetahui dari dua strategi pembelajaran tersebut manakah yang
dapat memberikan hasil belajar IPA yang lebih baik pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, dimana peneliti menganalis data yang
berupa skor dengan menggunakan statistik (Suparno, 2014). Sedangkan tipe penelitian ini adalah noneksperimental. Penelitian non-eksperimental adalah penelitian eksperimental yang tidak melakukan manipulasi
terhadap variabel yang terlibat di dalamnya (Seniati dkk, 2009). Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian
ini termasuk kedalam penelitian deskriptif. Adapun tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan pengaruh
strategi pembelajaran terhadap hasil belajar belajar siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.
Jumlah sampel pada kelas V-A yang menggunakan Metode Ceramah (MC) adalah 27 siswa, yang
terdiri dari 16 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Pada kelas V-B yang menggunakan Pendekatan Saintifik
(PS) berjumlah 27 siswa, yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki jadi total keseluruhan dari
jumlah sampel adalah 54 siswa.
Dalam penelitian ini teknik sampling menggunakan purposive sampling. Menurut Eriyanto (2007),
purposive sampling adalah sampel yang diambil berdasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti. Metode
ini dipilih karena tujuan penulis untuk meneliti subjek tertentu yaitu siswa kelas V SD, sudah melewati tahaptahap perkembangan sehingga dapat berfikir lebih konkrit dan pada kelas V sudah mempelajari banyak hal
tentang pembelajaran IPA.
Alat ukur penelitian yang digunakan adalah evaluasi pembelajaran dan silabus sebagai rancangan
dalam penelitian. Menurut Gronlund (dalam Iskandar, 2009), evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
sistematik untuk menentukan sejauh mana proses sistematik untuk menentukan sejauh mana objektif
pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa. Lembar soal evaluasi pembelajaran pemahaman pelajaran IPA,
yaitu lembar soal yang dapat membandingkan hasil evaluasi siswa pada dua kelas yang sama dengan metode
pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas.
Silabus adalah rancangan pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup
sstandar kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan media
belajar (Iskandar, 2009).
Alat ukur penelitian yang digunakan adalah evaluasi pembelajaran pemahaman pelajaran IPA dan
silabus sebagai rancangan dalam penelitian. Silabus dirancang sesuai dengan pembelajaran mata pelajaran IPA.
Lembar soal evaluasi pembelajaran pemahaman pelajaran IPA berjumlah 40 nomor soal, terdiri dari dua bagian
yaitu bagian pertama adalah soal pilihan ganda yang berjumlah 30 nomor dan bagian kedua adalah soal
menjodohkan yang berjumlah 10 nomor. Soal-soal berkaitan dengan materi yang sudah diajarkan terlebih
dahulu oleh peneliti selama 4 hari. Bobot nilai dari setiap soal yaitu 2,5 sehingga jika siswa dapat menjawab
dengan benar keseluruhan soal yang berjumlah 40 siswa akan mendapat nilai 100.
Peneliti menggunakan uji validitas evaluasi pembelajaran IPA. Dengan menggunakan metode content
validity melalui expert judgment yang dilakukan dengan guru IPA kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi.
Content validity ditentukan dengan apakah pertanyaan sesuai dengan materi IPA kelas V.
Penelitian akan dilakukan dengan mengajar 2 kelas dengan metode yang berbeda, dan peneliti sendiri
yang akan melakukan eksperimen. Proses pembelajaran pada 2 kelas tersebut dilakukan dengan materi yang
sama. Proses pembelajaran juga tidak terus menerus dilakukan karena disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran
yang sudah ditentukan hari dan waktunya oleh pihak sekolah. Dan pada hari terakhir setelah materi selesai akan
dilaksanakan tes evaluasi belajar yang berisikan soal gabungan dari seluruh materi yang sudah diajarkan selama
4 hari sebelumnya. Soal evaluasi terdiri dari 40 soal, yaitu 30 soal pilihan ganda dan 10 soal menjodohkan.
Setiap pertemuan masing-masing kelas berlangsung selama 90 menit (2 X 45 menit). Kelas akan dibagi menjadi
2 kelas yaitu :
1. Pendekatan Saintifik
Melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran IPA dengan menggunakan Pendekatan
Saintifik (PS) pada siswa kelas V-B yang berjumlah 27 siswa. Proses pembelajaran dilakukan selama 4
hari dan 1 hari untuk memberikan tes evaluasi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit (2 X 45 menit),
kelas PS pada hari Rabu dan Jum’at pada pukul 08.00-09.30 WIB.
Pada hari pertama pengajaran yaitu tanggal 22 Mei 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30
WIB dengan materi mengenai proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.
Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami peta konsep tentang air, menyebutkan kegunaan air,
memahami daur air dan siswa dapat menggambar skema daur air. Adapun aktivitas pembelajaran yang
dilakukan pada kelas PS adalah membaca dan mengamati terjadinya daur air dari buku bacaan, mencari
informasi pentingnya air bagi manusia melalui berbagai sumber (wawancara, buku, laboratorium IPA),
mendiskusikan alasan air tidak pernah habis walaupun digunakan terus-menerus, berdiskusi mengenai
faktor-faktor atau kegiatan yang dapat mengganggu proses daur air, mengidentifikasi tingkat pemborosan
air melalui pengamatan, dan kemudian mempresentasikan hasil belajar secara berkelompok.
Pada hari kedua pengajaran yaitu tanggal 27 Mei 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30 WIB
dengan materi mengenai penghematan air. Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami peta konsep
tentang air, dapat menyebutkan kerusakan akibat kegiatan manusia, dapat memahami bahwa air tidak
akan habis karena adanya daur air, dapat memahami bahwa persediaan air bersih semakin berkurang,
dapat menyebutkan cara menghemat air. Adapun aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas PS
adalah mendiskusikan cara-cara menghemat air, membuat pertanyaan kerusakan akibat manusia,
mencatat hasil diskusi dan alasannya masing tentang daur air, dan kemudian mempresentasikan hasil
diskusi ke depan kelas.
Pada hari ketiga pengajaran yaitu tanggal 29 Mei 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30 WIB
dengan materi mengenai peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup
dan lingkungan. Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami peristiwa alam ada yang dapat dicegah
dan ada yang tidak dapat dicegah, dapat menyebutkan aktivitas alam, dapat menyebutkan cara mencegah
banjir dan mengehemat sumber daya alam, dapat menyebutkan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Adapun aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas PS
adalah mengamati video tentang peristiwa alam, mencari informasi dari surat kabar mengenai bencana
alam yang terjadi di negara kita dalam jangka waktu 2 bulan terakhir, mendiskusikan dampak bencana
alam dan cara mencegah terjadinya bencana tersebut, dan kemudian menggambar dan menjelaskan poster
tentang peristiwa alam.
Pada hari keempat pengajaran yaitu tanggal 3 Juni 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30
WIB dengan materi mengenai kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,
perkotaan, dsb). Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami cara menggunakan sumber daya alam,
dapat memahami apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, dapat
menghemat penggunaan listrik. Adapun aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas PS adalah
membuat daftar contoh, jenis, dan kegunaan beberapa sumber daya alam dalam kehidupan sehari-hari,
mendiskusikan ciri-ciri sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui,
mengelompokkan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui, berdasarkan
pengamatan langsung, mendiskusikan pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan pengamatan gambargambar situasi, dan kemudian mempresentasikannya ke depan kelas.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, peneliti melakukan langkahlangkah sebagai berikut :
1. Mengamati
Siswa diminta untuk mengamati dengan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat
(dengan atau tanpa alat).
2. Menanya
Mendorong siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati dan juga mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati.
3. Mengumpulkan informasi / eksperimen
Siswa diminta untuk melakukan eksperimen, membaca sumber selain buku teks, dan
mengamati objek/kejadian/aktivitas.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar
Siswa akan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan mengumpulkan
informasi. Siswa juga mengolah informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan.
5. Mengomunikasikan/menyajikan
Siswa akan menyampaikan hasil pengamatan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
2. Metode Ceramah
Melaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran IPA dengan menggunakan Metode Ceramah
(MC) pada siswa kelas V-A yang berjumlah 27 siswa. Proses pembelajaran dilakukan selama 4 hari dan
1 hari untuk memberikan tes evaluasi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit (2 X 45 menit), kelas MC
pada hari Senin dan Kamis pada pukul 08.00-09.30 WIB.
Pada hari pertama pengajaran yaitu tanggal 25 Mei 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30
WIB dengan materi mengenai proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.
Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami peta konsep tentang air, menyebutkan kegunaan air,
memahami daur air dan siswa dapat menggambar skema daur air. Adapun aktivitas pembelajaran yang
dilakukan pada kelas MC adalah peneliti menjelaskan materi, menyebutkan kegunaan air, menyebutkan
kegiatan manusia yang berkaitan dengan air, dan menggambar skema daur air.
Pada hari kedua pengajaran yaitu tanggal 28 Mei 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30 WIB
dengan materi mengenai penghematan air. Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami peta konsep
tentang air, dapat menyebutkan kerusakan akibat kegiatan manusia, dapat memahami bahwa air tidak
akan habis karena adanya daur air, dapat memahami bahwa persediaan air bersih semakin berkurang,
dapat menyebutkan cara menghemat air. Adapun aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas MC
adalah peneliti menjelaskan materi, menyebutkan aktivitas alam, menyebutkan cara mencegah banjir,
menyebabkan kerusakan akibat kegiatan manusia, dan meminta para siswa untuk menyebutkan cara
menghemat air.
Pada hari ketiga pengajaran yaitu tanggal 1 Juni 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30 WIB
dengan materi mengenai peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup
dan lingkungan. Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami peristiwa alam ada yang dapat dicegah
dan ada yang tidak dapat dicegah, dapat menyebutkan aktivitas alam, dapat menyebutkan cara mencegah
banjir dan mengehemat sumber daya alam, dapat menyebutkan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Adapun aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas MC
adalah peneliti menjelaskan materi, menyebutkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan
yang dapat diperbaharui, dan menjelaskan dampak peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan,
dan lingkungan.
Pada hari keempat pengajaran yaitu tanggal 4 Juni 2015, berlangsung pada pukul 08.00-09.30
WIB dengan materi mengenai kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,
perkotaan, dsb). Materi ini bertujuan agar siswa dapat memahami cara menggunakan sumber daya alam,
dapat memahami apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, dapat
menghemat penggunaan listrik. Adapun aktivitas pembelajaran yang dilakukan pada kelas MC adalah
peneliti menjelaskan materi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga
kelestarian sumber daya alam.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, peneliti melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan tujuan yang harus dicapai oleh siswa untuk merangsang siswa agar
termotivasi mengikuti proses pembelajaran.
2. Menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.
3. Menyampaikan materi pembelajaran dengan cara bertutur.
4. Menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang
disampaikan.
5. Menutup ceramah agar materi pembelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai dapat diserap
oleh siswa dengan baik, yaitu dengan menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran
yang baru saja disampaikan, merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau memberi
semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan, dan melakukan
evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang baru saja
disampaikan.
Setelah materi diberikan selama 4 hari, kemudian dilakukan evaluasi pembelajaran kepada siswa
pada kelas PS dan kelas MC. Lembar soal evaluasi berjumlah 40 soal yaitu 30 soal pilihan ganda dan 10
soal menjodohkan. Evaluasi pembelajaran dilakukan pada hari dan waktu yang sama yaitu pada tanggal 8
Juni 2015, pada pukul 08.00-09.30 WIB. Agar tidak menimbulkan bias dalam penelitian eksperimen ini
yang mungkin dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, peneliti sudah menetapkan kontrol dalam
berlangsungnya proses pembelajaran yaitu dengan menyamakan jumlah siswa dari kedua kelas, selama
proses pembelajaran peneliti sendiri yang mengajarkan materi kepada dua kelas tersebut, menyamakan
buku paket yang digunakan yaitu buku-buku dari penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional dan Erlangga, menyamakan materi diberikan selama 4 hari, menyamakan kondisi dan situasi
ruang kelas, dan menyamakan waktu dalam pemberian materi pembelajaran yaitu sama-sama dilakukan
pada pukul 08.00-09.30 WIB.
Teknik pengolahan data menggunakan hasil rata-rata nilai evaluasi hasil belajar IPA dari kelas PS
dan MC. Metode statistik yang digunakan adalah statistik inferensial, yaitu statistik yang digunakan
untuk menyimpulkan dan memprediksikan populasi dari data yang diperoleh (Suparno, 2014). Peneliti
menggunakan uji-t untuk dua kelompok yang independen. Data yang diperoleh berupa angka dan diolah
menggunakan metode statistik maka, teknik pengolahan data penelitian ini menggunakan SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai E siswa kelas PS adalah 83,51 dan siswa kelas MC
mendapat nilai 76,67; hal ini menunjukkkan bahwa hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik
lebih tinggi daripada hasil belajar IPA dengan menggunakan metode ceramah. Artinya adanya perbedaan hasil
belajar IPA pada kelas yang diajarkan dengan pendekatan saintifik dan metode ceramah. Menjawab identifikasi
masalah yakni melihat adanya perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan
metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, hasilnya adalah hasil belajar IPA pada
kelas PS lebih tinggi daripada hasil belajar pada kelas MC pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09
Pagi.
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas
Levene Statistic
NILAI
df1
df2
Sig.
Based on Mean
2,267
1
52
,138
Based on Median
1,777
1
52
,188
1,777
1
51,848
,188
1,929
1
52
,171
Based on Median and with
adjusted df
Based on trimmed mean
Sumber : Hasil oleh SPSS
Homogen atau tidaknya suatu kelompok, dapat dilihat melalui acuan berikut homogen atau tidaknya
data (Nisfiannoor, 2009) :
1. Nilai signifikansi (p) > 0.05, kelompok dapat dikatakan homogen.
2. Nilai signifikansi (p) < 0.05, kelompok dikatakan tidak homogen.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dikatakan bahwa kelompok di dalam penelitian ini berasal dari populasi
yang homogen dengan nilai = 0.138 > 0.05. Dibawah ini adalah gambar histogram dan gambar plot dari uji
normalitas pengaruh strategi pembelajaran hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09
Pagi.
Tabel Hasil Statistik Hasil Belajar IPA
KELAS
NILAI
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
PS
27
83,519
9,0474
1,7412
MC
27
76,667
11,0723
2,1309
Sumber : Hasil oleh SPSS
Berdasarkan tabel diatas data yang diperoleh dari pengolahan data dengan SPSS, disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa
kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. Rata-rata nilai evaluasi siswa kelas PS adalah 83,519 dan rata-rata
nilai evaluasi kelas MC adalah 76,667. Dapat dilihat bahwa adanya rata-rata nilai evaluasi siswa kelas PS lebih
tinggi daripada rata-rata nilai evaluasi siswa kelas MC. Hasil uji T-Test dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel Hasil Uji T-Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std.
Sig.
(2-
F
NILAI
Sig.
t
df
tailed)
Mean
Error
Interval of the
Difference
Differen Differen
ce
ce
Lower
Upper
Equal
variances
2,267
,138
2,490
52
,016
6,8519
2,7518
1,3300
12,3737
2,490
50,014
,016
6,8519
2,7518
1,3248
12,3789
assumed
Equal
variances
not assumed
Sumber : Hasil oleh SPSS
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai signifikannya adalah 0.138 > 0.05,
dengan kriteria > 0.05 = ditolak, = diterima. Maka pada penelitian ini, hasil uji hipotesisnya adalah =
diterima, yang menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik dan
metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi. Maka berdasarkan hasil diatas, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan rumusan masalah dalam penelitian ini.
Pendekatan saintifik menekankan pada proses pembelajaran yang aktif, dengan memberikan
pemahaman dan kesempatan kepada siswa dalam mengenal dan memahami materi dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Pembelajaran yang mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi. Menurut Daryanto (2014), pendekatan saintifik sangat relevan dengan beberapa teori diantaranya
teori Piaget, yang menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema. Skema
adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang secara intelektual seseorang dapat beradaptasi dan
mengkoordinasikan lingkungan sekitarnya. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
stimulus yang berupa persepsi, konsep hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah
ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema yang baru dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang
ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik, sebagian besar siswa pada
kelas PS sangat bersemangat karena selama 4 hari materi yang diberikan berbeda-beda dan pengamatan serta
presentasi yang akan dilakukan siswa dalam kelompoknya juga bervariasi. Siswa pada kelas PS sangat antusias
ketika masuk pada langkah pertama dalam pendekatan saintifik yaitu mengamati, para siswa sangat bersemangat
menunggu apa tugas yang akan diberikan oleh guru, dan pada saat langkah terakhir setiap siswa dalam satu
kelompok mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengkomunikasikan informasi yang diperoleh selama
proses pembelajaran. Selanjutnya selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode ceramah,
siswa pada kelas MC juga sangat bersemangat walaupun metode ceramah sudah sering digunakan oleh guru
wali kelas dalam menjelaskan materi, namun selama penelitian proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti
sendiri. Para siswa semangat memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru walaupun ada beberapa siswa
yang kurang fokus di kelas. Setiap pergantian materi para siswa sangat antusias menunggu pertanyaan dari guru
mengenai materi sebelumnya dan siswa akan diminta untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang di lakukan di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, pada
awalnya siswa merasa sulit dalam mempelajari pelajaran IPA, karena menurut siswa pelajaran IPA adalah
pelajaran yang sulit, banyak hapalan dan membosankan. Cara mengajar guru sangat mempengaruhi bagaimana
membuat pelajaran IPA tersebut menjadi menarik dan mudah dipahami siswa. Dengan demikian siswa dapat
menerima pelajaran tanpa paksaan dan menyerap materi pelajaran dengan baik. Menurut Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar (2013), pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat melatih siswa untuk berpikir tingkat
tinggi (high order thingking) melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,
mengasosisi/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.
Dalam proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik hasil belajar siswa menjadi
meningkat kemungkinan karena menggunakan strategi tersebut, oleh karena itu sebagai seorang guru diharapkan
dapat memilih strategi yang tepat. Strategi yang tepat akan mempermudah pencapaian tujuan belajar tersebut.
Strategi belajar yang salah dan terus menerus ditajamkan, akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya
mempengaruhi cara seseorang berperilaku (Sagala, 2005).
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, adanya perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas V di SDSN
Bendungan Hilir 09 Pagi. Hasil belajar siswa pada kelas PS lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada kelas
MC, dapat dilihat dari rata-rata nilai evaluasi yang diperoleh pada siswa kelas PS yaitu 83,51 dan siswa pada
kelas MC yaitu 76,67.
Adapun beberapa saran yang diberikan oleh peneliti yaitu, sekolah dapat menerapkan rancangan
strategi pembelajaran Pendekatan Saintifik (PS) khususnya untuk mata pelajaran IPA. Sekolah dapat
memberikan pelatihan strategi pembelajaran Pendekatan Saintifik (PS) kepada guru-guru di sekolah. Sekolah
juga dapat melakukan evaluasi kinerja guru dalam mengajar, guru dapat memilih strategi pembelajaran
Pendekatan Saintifik (PS) sebagai alternatif strategi pembelajaran untuk diterapkan kepada siswa dalam proses
pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA dan guru dapat membangun proses pembelajaran yang lebih aktif
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan untuk peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
penelitian dengan tambahan responden yang lebih banyak dan juga menambah jumlah sekolah.
REFERENSI
Angkowo, R & Kosasih. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.
Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur Balitbang.
Depdiknas. (2009). Bahan Workshop Penyusunan Model Penilaian dan Kalender Pendidikan Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eriyanto. (2007). Teknik Sampling: Analisis Opini Publik. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta.
Hamdayana, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hayat, B. & Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional: Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, M. (2010). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Unesa University Press.
Iskandar, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
Kemdikbud. (2013). Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
Kemdikbud. (2013). Pengembangan Kurikulum 2013. Paparan Mendikbud dalam Sosialisasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemdikbud.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar. (2013). Panduan Praktis Kurikulum 2013-SD. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Sekolah
Dasar.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pusung, S. (2012). Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep IPA dengan Menggunakan Alat Ipa
Sederhana Di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar. 1 (1).
Sabri, A. (2010). Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Saul, S. (2013). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 20 Sungai Keli Kabupaten Landak. Program Studi
Guru Dalam Jabatan, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak (edisi 11). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika.
Seniati, L. Yulianto, A. & Setiadi, B.N. (2009). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.
Suparno, P.SJ. (2014). Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Surya, Y. (2005). IPA dibuat asik. Jakarta: Armandelta Selaras.
Sutikno, M. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prospek.
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pusaka.
Wijayanti, A. (2014). Pengembangan Autentic Assesment Berbasis Proyek Dengan Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 3 (2).
Wisudawati, A.W. & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
RIWAYAT PENULIS
Data Diri
Nama
Jenis kelamin
Agama
Tanggal Lahir
Kewarganegaraan
Status
Alamat
Alamat email
Nomer Telepon
: Latifa Fadhilla
: Perempuan
: Islam
: 26 Agustus 1986
: Indonesia
: Lajang
: Jl. Mimosa I blok D no.15 Taman Century I, Pekayon – Bekasi Barat
: [email protected]
: 081286054726
Latar Belakang Pendidikan
2008 – Present
Bina Nusantara University
(Jurusan Psikologi tingkat S1)
2001 – 2004
SMA MADANiA Boarding School
1998 – 2001
SMPN 1 Banda Aceh
1992 – 1998
SD Negeri 1 Banda Aceh
1990 – 1992
TK YKA Banda Aceh
Pengalaman Organisasi
• Sekretaris Organisasi Siswa Instra Sekolah (OSIS) PERIODE 2002-2003
• Anggota Organisasi Pencinta Alam PERIODE 2002-2003
Jakarta
Parung-Bogor
Banda Aceh
Banda Aceh
Banda Aceh
Download