Pengaruh Jenis Pakan Segar terhadap Pertumbuhan Biomassa Calon Induk Lobster Batik (Panulirus Longipes) [The Effect of Fresh Feed on the Growth of Broodstock Candidate of Longipe Spiny Lobster (Panulirus longipes)] La Suriadi S.1, Yusnaini2, Kurnia Agus3 1 Mahasiswa Program Studi/Jurusan Budidaya Perairan Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232 Telp/Fax (0401) 3193782 1 Surel: [email protected] 2 Surel: [email protected] 3 Surel:[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pakan segar terhadap pertumbuhan biomassa calon induk lobster batik di keramba jaring apung Desa Tapulaga, Kebupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Empat jenis pakan segar berupa cacing laut (Pakan A), cumi-cumi (Pakan B), ikan teri (Pakan C) dan kombinasi ketiganya (Pakan D) diberikan kepada calon induk lobster batik selama 84 hari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak (PM), laju pertumbuhan spesifik (LPS) dan Kelangsungan Hidup (SR). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis pakan segar tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata pertumbuhan mutlak berkisar antara 25,75 - 60,20 g sementara itu nilai rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada lobster batik yang diberikan pakan uji berkisar anrata 0,06 – 0,15 g dan nilai rata-rata kelangsungan hidup lobster batik berkisar antara 75 – 100%. Kesimpulan penelitian ini adalah calon induk lobster batik dapat diberi pakan segar dari salah satu jenis cacing laut, cumi-cumi dan atau ikan teri atau kombinasi ketiga pakan tersebut. Kata Kunci : Pakan Segar, Pertumbuhan, Biomassa, induk, Lobster batik, Jaring apung Abstract The study aimed to determine the effect of fresh feed on the growth of broodstock candidate of longipe spiny lobster reared on net sea cage at Tapulaga village, Konawe District, Sulawesi Tenggara. Four kinds of fresh feed namely : Sea worms (Diet A), squid (Diet B), anchovy fish (Diet C) and their combination (Diet D) fed to the longipe spiny lobster for 84 days of rearing. The results showed that the lobster fed with all the kinds of fresh feed had no significantly different in absolute growth, specific growth rate and survival rate. The absolute growth and specific growth rate of lobster fed with all feeds were ranged between 25,75 – 60,20 g and 0,06 – 0,15 g respectively. Survival rates of all lobster were ranged berwen 75%-100%. In conlusion all fresh feed (anchovy fish, squid, sea worm or three combinasion of fresh feed) could be fed to the longipe spiny lobster (P. longipes) broodstock. Keywords: Fresh Feed, Growth, Biomass, broodstoch, longipe spiny lobster, net sea cage 71 I. Pendahuluan Lobster laut, atau yang dikenal udang karang merupakan salah satu sumberdaya perikanan ekonomis penting di Indonesia. Harga yang cukup tinggi dibandingkan komoditas perikanan lainnya menyebabkan lobster banyak dicari dan ditangkap. Data statistik perikanan lobster menempati urutan ke empat komoditas ekspor tertinggi dari bangsa krustasea setelah marga udang Panaeus, Metapenaeus dan Macrobrachium. Peningkatan pasar lobster di dunia ditunjukkan juga oleh data statistic perikanan FAO dan GLOBEFISH, dimana sejak tahun 1980an permintaan lobster dari jepang setiap tahunya mengalami peningkatan (KKP, 2012). Tingginya nilai ekonomis lobster merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penangkapan lobster dilakukan secara terus menerus dan tidak memperhatikan kondisi sumberdaya dan lingkungan. Peningkatan pemanfaatan dari tahun 2005 sampai tahun 2012 dimana kenaikan tersebut hingga mencapai 19-23% dari total hasil tangkapan diseluruh WPP di Indonesia. Peningkatan hasil tangkapan tersebut, tentunya akan berpotensi mengancam kelestarian sumber daya lobster laut di Indonesia (KKP, 2013) Berdasarkan data di atas produksi lobster akan semakin rendah akibat penangkapan terus menerus sehingga populasi di alam menurun. Mengatasi masalah produksi lobster maka salah satu solusinya dengan melakukan usaha budidaya. Lobster karang sangat banyak jenisnya dan mempunyai spesifikasi perkembangan dan kebiasaan yang berbeda. Salah satu lobster yang potensial adalah lobster batik (P. longipes). Lobster tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan jenis lonster yang lain. Panjang karapaks lobster jantan dewasa 104mm, diukur dari garis tenggah melintang antara supraorbital dengan panjang total 290mm (George,1962). Keberhasilan budidaya sangat dipengaruhi oleh pemberian pakan yang merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya. Jenis pakan dan biaya pakan yang menjadi tolak ukur dalam pemilihan pakan untuk organisme yang dibudidaya. Ada beberapa hal yang belum diketahui mengenai kebutuhan pakan lobster karang/laut. Kesesuaian makanan yang dievaluasi dari percobaan berdasarkan dua kriteria utama: (i) kinerja yang optimal dalam hal tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup dan (ii) rasio konversi pakan terbaik. Pertumbuhan yang baik dengan pemberian pakan daging pada lobster karang. Pakan adalah salah satu komponen penting yang melibatkan biaya tinggi dalam operasi suatu perusahaan akuakultur (Muthu et al. 2014). Gizi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan oleh hewan air dapat disediakan oleh protein, karbohidrat dan lipid. Protein merupakan komponen yang paling mahal dan mungkin elemen pakan yang paling penting untuk pertumbuhan organisme budidaya (Muthu et al. 2014). Pakan segar merupakan bahan makanan yang memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki pakan buatan. Pakan segar biasa dimakan oleh lobster yang didapat dari alam. Jenis pakan alami yang biasa dimakan lobster berupa kerang-kerangan dan ikan rucah. Jenis bahan pakan tersebut tidak selalu ada terus sehingga perlu dicarikan jenis pakan segar lain yang dapat dijadika sebagai bahan pakan. Jenis pakan segar yang diberikan memiliki kadar protein dan lemak serta komposisi asam amino dan asam lemak menyerupai atau mendekati kadar protein, lemak, komposisi asam amino dan asam lemak lobster. Kandungan dan komposisi di atas menjasi syarat utama bagi pertumbuhan maksimal lobster. Beberapa pakan segar yang berpotensi menjadi pakan lobster selain ikan rucah dan kerang-kerangan adalah cacing laut dan cumi-cumi (Loligo sp). Informasi penggu- 72 naan cacing laut dan cumi-cumi (Loligo sp) sebagai pakan lobster masih terbatas perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh jenis pakan segar terhadap biomassa calon induk lobster batik (P. longipes) untuk merumuskan jenis pakan yang cocok dimana akan menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis pakan mana yang akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan lobster batik (P. longipes). dan diadaptasikan di karamba, indukan lobster berukuran 180–250 g. Sebelum dilakukan pengamatan maka indukan lobster terlebih dahulu di adaptasikan ke dalam keranjang, proses adaptasi dilakukan selama 1 minggu dengan harapan indukan lobster tidak mengalami stress pada saat penelitian. Setelah tahap adaptasi, indukan lobster ditimbang untuk mengetahui berat awal indukan lobster batik (P. longipes) sebelum pengamatan. Frekuensi pemberian pakan pada hewan uji dilakukan 1 kali sehari yakni pada 17.00 WITA. Pemberian pakan disesuaikan dengan berat hewan uji dengan persentasepakan yang diberikan sebanyak 25% dari berat hewan uji per hari. II. Metode Penelitian Pertumbuhan Mutlak (g) Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2016, yang bertempat di Perairan Desa Tapulaga, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara dan analisis proksimat pakan dan kualitas air dilakukan di Laboratorium Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, kendari. Organisme penelitian adalah lobster batikP. longipes.Hewan uji yang digunakan dalam penelitian berasal dari alam III. Hasil 1. Pertumbuhan Mutlak (PM) Hasil rata-rata pengamatan pertumbuhan mutlak pada lobster batil (Panulirus longipes). 120 100 80 60 40 20 0 A B C D Perlakuan Gambar 2. Pertumbuhan Mutlak Lobster Batik, perlakuan A (Cacing laut), perlakuan B (Cumi-cumi), perlakuan C (Ikan Teri) dan perlakuan D (Campuran) Gambar 2 di atas menunjukan, bahwa nilai rata-rata pertumbuhan mutlak tertinggi pada (D) yang diberi pakan kombinasi yaitu sebesar 35,5 g, dan diikuti perlakuan (A) cacing laut sebesar 33,75 g, perlakuan (B) cumi-cumi sebesar 27,25 g, sedangkan pertumbuhan mutlak terendah terdapat pada perlakuan (C) ikan teriyaitu sebesar 25,75 g. Hasil analisa ragam menunjukan bahwa pakan uji tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan 73 mutlak lobster batik (P>0,05) (Lampiran 2). Hasil rata-rata laju pertumbuhan spesifik pada lobster batik (Panulirus longipes) disajikan pada gambar 3. Pertumbuhan Spesifik (%) 2. Laju Pertumbuhan Spesifik 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 A B C D Perlakuan Gambar 3. Laju pertumbuhan spesifik lobster batik, perlakuan A (Cacing laut), perlakuan B(Cumi-cumi), perlakuan C (Ikan Teri) dan perlakuan D (kombinasi). Kelangsungan Hidup (%) Gambar 3 menunjukan, bahwa nilai ratarata laju pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada lobster batik yang diberi perlakuan D (kombinasi) yaitu sebesar 0,15 g, sedangkan laju pertumbuhan spesifik terendah terdapat pada lobster batik yang diberi perlakuan A (cacing laut), C (Ikan teri) dan B (cumu-cumi) yaitu masing-masing 0,09 g, 0,07 g dan 0,06 g . Hasil analisa ragam menunjukan bahwa pakan uji tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik lobster batik (P>0,05). 3. Tingkat Kelangsungan Hidup Hasil rata-rata tingkat kelangsungan hidup lobster batik (Panulirus longipes). 120 100 80 60 40 20 0 A B C D Perlakuan Gambar 4. Tingkat kelangsungan hidup lobster batik (Panulirus longgipes) pada tiap perlakuan. Gambar 4 menunjukan bahwa tingkat sintasan tertinggi terdapat pada tiga perlakuan yaitu perlakuan A, B dan C yaitu 100%, 100% dan 100% dan tingkat sintasan terendah terdapat pada perlakuan D yaitu sebesar 75%. bahwa Hasil analisa ragam menunjukan pakan uji tidak memberikan 74 pengaruh nyata terhadap sintasan lobster batik (P>0,05). Hasil Analisa Proksimat Pakan Hasil analisa proksimat pakan segar selama penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisa proksimat pakan segar Kode Sampel Parameter Protein (%) Cumi-cumi Ikan teri Cacing lau 22,54 74,10 37,10 Lemak (%) Serat kasar (%) 4,80 3,87 4,01 2,93 0,79 0,13 Abu (%) 1,34 3,03 2,13 (Sumber: Laboratorium FPIK-UHO) Tabel 1 menunjukan analisa proksimat tiap pakan segar dengan nilai Hasil Pengukuran Kualitas Air protein tertinggi pada ikan teri 20,398% Hasil pengukuran kualitas air kadar lemak tertinggi pada cumi-cumi selama penelitian disajikan pada Tabel 2. 4,798% serat kasar tertinggi cumi-cumi 2,933% dan kadar abu tertinggi ikan teri 3,029%. Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air pada media pemeliharaan selama penelitian Parameter Hasil pengukuran Nilai Optimal Suhu (0C) 29-31 23-320C (Kordi dan Tancung 2007) Salinitas (ppt) 33-35 20-35 ppt (Asih, 2008) pH 8 8 (Slamet dan Imanto 1989) Tabel 2 menunjukan nilai pengukuran kualitas air selama penelitian dimana suhu, salinitas dan pH masing-masing 29310C, 33-35ppt dan 8. Kisaran kualitas air masih dalam keadaan optimum untuk pertumbuha IV. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan mutlak lobster batik (P.longipes) selama penelitian dan hasil tersaji pada Gambar 2. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa pakan uji tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan mutlak, menunjukkan bahwa nilai rata-rata pertu pertumbuhan mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan pemberian pakan kombinasi dengan nilai pertambahan bobot biomassa lobster batik 35,5 g, sedangkan nilai rata-rata partumbuhan mutlak terendah terdapat pada lobster yang diberi perlakuan C dengan pemberian pakan berupa ikan teri dengan nilai pertambahan bobot biomassa lobster batik 25,75 g. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan jumlah nutrisi yang terkandung pada jenis pakan tersebut (Tabel 1) karena jenis pakan yang berbeda memiliki kandungan nutrisi yang berbeda pula, pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster. Penggunaan pakan dengan kandungan protein yang baik merupakan salah satu faktor yang diperlukan lobster untuk pertumbuhan. Menurut Watanabe (1988), nutrisi merupakan substansi organik yang terkandung dalam pakan. Apabila pakan yang diberikan kepada udang pemeliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, pakan tersebut tidak hanya 75 menopang hidup dan aktifitas udang, tetapi juga akan mempercepat partumbuhannya. Tingginya nilai perlakuan D ini diduga karena pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan protein lobster yang diteliti, sehingga pakan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Kebutuhan lobster terhadap protein tercukupi dari pakan yang diberikan, sehingga ada kelebihan energi yang digunakan untuk pertumbuhan lobster batik. Hal ini didukung oleh pernyataan Yandes dkk., (2003) dalam Sholichin dkk., (2012) bahwa pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme yaitu untuk pencernaan serta beraktifitas. Perlakuan C dengan menggunakan pakan ikan teri menghasilkan partumbuhan terendah dengan nilai pertambahan bobot biomassa lobster batik 25,75 g. Hal ini menunjukkan kandungan nutrisi pada ikan teri kurang memenuhi kebutuhan lobster batik, sehingga energi yang diperoleh dari pakan hanya cukup untuk menopang kehidupan lobster, tetapi tidak cukup memerikan pertumbuhan dengan baik, akibatnya pertumbuhan yang dihasilkan juga rendah Handajani and Widodo (2011), mengemukakan bahwa optimumnya organisme krustacea membutuhkan pakan yang kandungan proteinnya berkisar antara 30-60%. Affandi and Tang (2004) mengemukakan bahwa pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran (panjang, berat dan volume) pada periode waktu tertentu. Protein merupakan komponen terpenting serta bahan yang menyediakan (menjadi sumber) asam amino esensial yang digunakan untuk perbaikan jaringan dan pertumbuhan juvenil lobster mutiara (P. ornatus). Laju pertumbuhan spesifik (LPS) merupakan perbedaan antara ukuran pada akhir dan awal kurun suatu waktu yang dinyatakan sebagai persentase dari ukuran pada awal kurun waktu tersebut (Rounsefell and Everhart, 1953). Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik lobster batik (P>0,05) Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pertumbuhan spesifik tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan pemberian pakan kombinasi dengan nilai pertambahan bobot biomassa lobster batik 0,15 g. Hasil laju petumbuhan spesifik yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan hasil pertumbuhan mutlak pada penelitian ini. Tingginya laju pertumbuhan spesifik pada lobster batik yang diberikan pakan kombinasi pada perlakuan D diduga karena komposisi nutrisi yakni protein dari bahan pakan yang digunakan mampu dimanfaatkan dengan optimal oleh lobster batik serta kelebihan energi yang tersedia dalam pakan digunakan untuk pertumbuhan serta mendukung kelangsungan hidupnya. Pemberian pakan kombinasi yang sesuai dengan kebutuhan lobster batik dapat memberikan dampak yang baik terhadap pertumbuhan diduga pakan kombinasi ini memiliki kandungan nutrisi yang lebih seimbang. Sesuai pernyataan Watanabe (1988), bahwa protein merupakan sumber asam amino esensial yang berfungsi untuk perbaikan jaringan yang rusak dan pertumbuhan organisme. Menurut Hasil penelitian Haryati et al. (2010), induk udang windu yang berasal dari perairan Siwa yang diberi pakan berupa kombinasi 50% cumi-cumi dan 50% cacing laut (D1) menghasilkan fekunditas mutlak, relatif dan daya tetas telur serta pertumbuhan larva sampai stadia zoea-1 lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi pakan lainnya. Rendahnya nilai laju pertumbuhan spesifik lobster batik yang diberi pakan A (cacing laut), pakan B (cumi-cumi) dan pakan C (Ikan teri) dalam penelitian ini diduga karena nutrisi yang terkandung pada tiap pakan belum mencukupi, akibatnya energy yang diperoleh dari pakan tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal oleh lobster batik untuk pertumbuhan. Menurut Watanabe (1988), 76 nutrisi merupakan substansi organik yang terkandung dalam pakan. Apabila pakan yang diberikan kepada udang pemeliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, pakan tersebut tidak hanya menopang hidup dan aktifitas udang/lobster, tetapi juga akan mem mempercepat pertumbuhannya. Nilai nutrisi pakan pada umumnya dapat dilihat dari komposisi zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan organisme antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Tingkat kelangsungan hidup lobster adalah nilai presentase jumlah lobster hidup selama masa pemeliharaan pada waktu tertentu. Perlakuan A, B dan C Gambar 9, menunjukkan tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi yaitu 100% karena pakan dan kondisi lingkungan sesuai dengan habitat lobster, sehingga energi yang digunakan focus untuk kelangsungan hidup. Sedangkan perlakuan D (kombinasi) tingkat kelangsungan hidupnya berbeda dengan perlakuan sebelumnya, yakni 75%. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan penyesuaian pakan yang berbeda. Dengan demikian perlakuan A, B dan C memberi pengaruh terhadap kelangsungan hidup lobster batik dibandingkan perlakuan D dengan dosis yang sama (25%) selain itu menurut Mudjiman (2008), pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Selama penelitian telah dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas air meliputi suhu, pH dan salinitas masih pada kisaran normal dan masih mendukung terjadinya pertumbuhan. kisaran suhu selama pemeliharaan berkisar pada 29-31 0C. Nilai pH selama pemeliharaan masih pada nilai yang optimum, yaitu 8. Kisaran salinitas masih dalam keadaan optimum yaitu 3335 ppt. berdasarkan data ekologis yang cocok bagi pertumbuhan lobster yaitu suhu 23-320C (Kordi and Tancung 2007), pH 8 (Slamet and Imanto 1989) dan salinitas 20-35 ppt (Asih, 2008). V. KESIMPULAN Pemeliharaan selama 84 Hari dengan pemberian jenis pakan segar yang berbeda (ikan teri, cacing laut, cumi-cumi dan kombinasi) tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik dan kelangsungan hidup lobster batik. Pemberian pakan segar ikan teri, cumi-cumi, cacing laut dan kombinasi memberi pengaruh yang sama. Pemberian pakan kobinasi ikan teri, cacing laut dan cumi-cumi cenderung menghasilkan pertumbuhan biomassa tertinggi lobster batik. Calon indukan lobster batik dapat diberikan pakan segar dari salah satu jenis cacing laut, cumicumi dan atau ikan teri atau kombinasi ketiga pakan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Affandi and Tang. 2004. Fisiologi hewan air. Badan Penerbit Universitas Riau. Pekan Baru. Asih, S. 2008. Pengaruh penggunaan produk pupuk organik kotoran kelelawar bebas mikroba dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan bandeng (Chanos chanos forskal) pada usiatebar sampai 3 Bulan. Skripsi Sarjana, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang. 48 hal. George, R.W. 1962. Synopsis of biological data on the western rock lobsterPanulirus cygnus. FAO fisheries synopsis. 128. Handajani, H and Widodo, W. 2011. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. 267 hal. Haryati, Zainuddin dan S. Muchlis. 2010. Pengaruh pemberian berbagai kombinasi pakan alami pada induk udang windu (Penaeus monodon Fab.) Terhadap Potensi 77 Reproduksi dan Kualitas Larva. IlmuKelautan, Vol 15 (3): 163 – 169. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik perikanan tangkap Tahun 2011-2012. Jakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Kordi, G. and Tancung, A.B. 2007. Pengelolaan kualitas air. Rineka Cipta. Jakarta. 183 hal. Mudjiman, A. 2008. Makanan ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Muthu, M. R, Kizhakudan J. K, Vijayagopal P, Jayasankar V, Leslie V. A and Sundar r. 2014. Effect of dietary protein levels in the formulated diets on growth and survival of juvenile spiny lobster Panulirus homarus (Linna- (Linnaeus). Indian J. Fish., 61(2): 67-72. Rounsefell, G.A. and W.H. Everhart. 1953. Fishery science it’s methods and aplication. John Wiley and Sons: New York. Sholichin, I., Haetami, K., Suherman, H. 2012. Pengaruh penambahan tepung rebon pada pakan buatan terhadap nilai chroma ikan mas koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(4) : 185-190. Slamet, B., ad\nd P.T. Imanto. 1989. Pengamatan pemeliharaan udang karang (P. Homaus) di Laboratorium. Jur. Pen. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Budidaya Pantai. Maros. Watanabe , T. 1988. Fish nutrition and marine culture : JICA Text Book General Course. Japan: University of Fisheries. 78