1 PEMANFAATAN ALAT PERAGA FISIKA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI GETARAN DAN GELOMBANG BAGI SISWA TUNARUNGU Oleh: Rini Indarti, Adelina Hasyim, Eko Suyanto FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung e-mail : [email protected] Hp. 0856259816 Abstract: The Use of Physical Tools to Increase Materials Perception through Vibration and Wave Sounds for the Deaf Students. This study aims to analyze the lesson plans, learning implementation, learning assessment system and the increasing of the materials perception of vibration and wave sounds by using physical tools. Research method used is action research which is divided into three cycles. Research subjects are students in 8th grade Special School for Disable Students at Deaf class (SMPBL B) N 1 kotagajah. Cycle I, II, III use physical tools such as spring, pendulum, slinks, ropes, drum, guitar, computer, and trumpet. Data collection uses observation sheets of teacher performance assessment instruments (APKG 1 and APKG 2), student activity observation, and written test. Results shows that lesson plan, learning process implementation with the use of physical tools through demonstration, discovery, and discussion methods increase materials perception of vibration and wave sounds. Learning assessment system uses APKG 1 and APKG 2, observation of students' learning activities, and test increase materials perception of vibration and wave sounds. Materials perception of vibration and wave sounds increases using physical tools, and the three methods above. Keywords: physic tools, vibration, wave, sound and the deaf. Abstrak : Pemanfaatan Alat Peraga Fisika Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Getaran Dan Gelombang Bagi Siswa Tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan sistem penilaian pembelajaran dengan menggunakan alat peraga fisika untuk meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang, serta peningkatan penguasaan materi getaran dan gelombang dengan menggunakan alat peraga fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berlangsung 3 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa bagian Tunarungu (SMPLB B) N 1 Kotagajah. Pada siklus I, II dan III menggunakan alat peraga fisika pegas, slinki, tali, handphone, drumband, gitar, komputer, dan terompet. Pengumpulan data menggunakan observasi Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG 1 dan APKG 2) observasi aktivitas siswa dan tes tertulis. Hasil penelitian menunjukkan (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan pemanfaatan alat peraga fisika, melalui metode demonstrasi, discovery, 2 diskusi meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang; (2) Pelaksanaan proses pembelajaran dengan memberikan arahan, memotivasi dan melibatkan siswa dalam pemanfaatan alat peraga fisika dalam kegiatan demonstrasi, discovery dan diskusi meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang; (3) Sistem penilaian pembelajaran melalui APKG 1, APKG 2, observasi aktivitas belajar siswa serta tes pilihan ganda meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang; (4) Penguasaan materi getaran dan gelombang meningkat dengan menggunakan alat peraga fisika, dengan metode demonstrasi, discovery dan diskusi. Kata kunci: alat peraga fisika, getaran, gelombang, bunyi, tunarungu. PENDAHULUAN Amanat hak atas pendidikan bagi dapat memiliki konsep yang benar penyandang kelainan atau ketunaan tentang anak tunarungu, menumbuh- ditetapkan kan dalam Undang-Undang sikap positif, serta meng- No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem apresiasikan dalam berbagai tindakan Pendidikan Nasional 32 konstruktif terhadap anak tunarungu. disebutkan bahwa ’’pendidikan Secret Of Ancient Chinese Art of Pasal khusus atau pendidikan luar biasa Motivation (Dadan, 2002 : 15). merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulit-an dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial” (Mohammad Efendi, 2005: 1) Anak tunarungu memerlukan perhatian khusus dalam pemanfaatan sisa pendengaran. Sisa pendengaran yang ada mengenal dilatih untuk terbiasa bunyi, kata-kata atau bahasa bagi kepentingan pendidikannya. Dengan mengetahui beberapa hal yang berkenaan dengan keberadaan anak tunarungu, guru diharapkan Siswa tunarungu mengalami pengurangan terhadap proses belajar mendengar yang seharusnya dapat mereka rasakan dikarenakan, organ pendengaran mereka tidak berfungsi secara normal. Hal ini akan menimbulkan masalah dikarenakan organ pendengaran bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam yang menghubugkan ke saraf pen-dengaran sebagai organ terakhir dari rangkaian proses pendengaran gangguan. meng-alami 3 Berdasarkan hasil observasi awal yang menerima materi adalah siswa yang dilakukan pelaku tindakan di yang memiliki keterbatasan dalam SLB N 1 Kotagajah, diperoleh hasil pendengaran. penguasaan materi siswa tunarunggu berlangsung belum berorientasi pada kelas VIII pada materi getaran dan kemampuan intelektual awal siswa gelombang selama 3 tahun terakhir dan karakteristik siswa. Pembelajaran yang sebagai berikut : Tabel 1.1 Penguasaan Materi Getaran dan Gelombang Siswa Kelas VIII No. 1. 2. 3. Tahun Ajaran 2009/2010 2010/2011 2011/2012 Nama Siswa Kh M.D.W Utm AK Nilai 25 15 13 23 Pembelajaranan yang berlangsung sering tidak sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan, pembelajaran yang berdasarkan kebiasaan proses berlangsung tanpa memperhatikan kebutuhan siswa. Tabel hasil belajar fisika materi Setiap memiliki tingkat getaran dan gelombang untuk siswa kecerdasan yang setara dengan anak tunarungu kelas VIII dalam 3 tahun normal, sehingga dalam menerima terakhir pe- dan memahami materi yang diberikan nguasaan materi yang diperoleh dari mereka dapat mengikuti dengan baik hasil pembelajaran dikelas. Siswa seperti anak normal pada umumnya. tunarungu yang ada di SLB N 1 Mereka hanya memiliki kekurangan Kotagajah pada dasarnya memiliki dalam tingkat kecerdasan yang baik dan membuat setara dengan anak normal. Hal ini perlakuan khusus dalam penyampaian ditunjukkan yang materi pembelajaran. Jika guru dapat diperoleh oleh masing-masing siswa membuat perencanaan pembelajaran dibidang ekstrakurikuler dan lomba yang bidang studi. Kurangnya penguasaan kebutuhan siswa maka hasil yang materi yang diterima oleh siswa saat diperoleh akan sangat optimal bahkan pembelajaran dapat merupakan dari tingkat prestasi dipengaruhi faktor, siswa tingkat siswa mengacu melebihi pendengaran harus diberikan pada hasil yang pada tingkat anak diantaranya proses pembelajaran yang normal umumnya. Tetapi yang terjadi berlangsung adalah guru tidak secara maksimal hanya mengguna-kan metode ceramah, sedangkan siswa membuat perencanaan proses 4 pembelajaran yang mengacu pada sehari-hari siswa, namun mereka kebutuhan siswa, serta me-lakukan tidak dapat mendengar tentang bunyi proses pembelajaran yang seharusnya itu sendiri. Oleh karena itu, pelaku mereka lakukan. Dampaknya, proses tindakan ingin merencanakan pembelajaran dilaksanakan tanpa ada belajaran persiapan dan media yang dapat meningkatkan memfasilitasi siswa getaran, gelombang serta bunyi secara dapat sederhana kepada siswa tunarungu. dalam keterbatasan pendengar-an untuk menguasai materi dengan baik. Kurikulum yang digunakan khususnya dalam pembelajaran fisika di SMPLB B N 1 Kotagajah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik(KTSP). Kurikulum yang penguasaan mampu materi Penjelasan getaran, gelombang serta bunyi an fisika pem- Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMPLB pada pembelajaran akan dibatasi pada tahap pengenalan dan pemahaman bunyi sebagai geteran, hal ini terkait keterbatasan yang dimiliki siswa tunarungu untuk dapat memahami tentang konsep bunyi yang lebih mendasar. Tunarungu B materi getaran dan gelombang merupakan materi yang Landasan teori dalam penelitian ini diberikan pada kelas VIII semester 2. menggunakan Standar Konstruktivisme, kompetensi yang men- teori belajar prinsip paling dukung pemberian materi ini adalah penting adalah bahwa guru tidak memahami konsep penerapan getar- hanya an, gelombang dan optik dalam kepada produk teknologi sehari-hari. Standar membangun kompetensi ini selajutnya dijabarkan mandiri yang telah ada didalam secara lebih khusus dalam beberapa fikiran. Guru memberikan kemudah- kompetensi dasar, diantaranya men- an dalam proses belajar dengan deskripsikan dan memberikan siswa kesempatan untuk parameter- menemukan dan menerapkan ide-ide parameternya, mendeskripsikan kon- mereka sendiri serta membelajarkan sep bunyi dalam kehidupan sehari- siswa dengan secara sadar meng- hari. Materi bunyi merupakan materi gunakan strategi mereka sendiri untuk yang erat kaitanya dengan kehidupan belajar. Guru memberikan gambaran gelombang konsep serta getaran memberikan siswa, pengetahuan siswa harus pengetahuan secara 5 terhadap siswa dengan membawa abstrak dan lebih mendekati bidang siswa kajian filsafat, teori kepribadian, dan kepemahaman yang lebih tinggi, (Slavin, 1994 : 223) psikoterapi dari pada bidang kajian Esensi dari teori konstruktivis adalah psikologi belajar. Berkaitan dengan ide bahwa siswa yang menemukan teori belajar behaviorisme, meng- dan mentransformasikan informasi, ungkapkan bahwa, setiap manusia apabila mereka memiliki kapasitas alamiah untuk informasi itu menginginkan menjadi Konstuktivisme miliknya. adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana siswa secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. Menurut pandangan konstruktivisme anak secara pengetahuan aktif dengan membangun cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif belajar. Sardiman (2004: 16). yang Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar adalah bahwa hasil belajar (perubahan perilaku) itu tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respons. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspon oleh semua siswa. menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita (Slavin 1994 : 225). Muljono (1994: 62), terdapat istilah untuk menggambarkan atau menerangkan bagaimana seseorang Selain itu, teori belajar yang menggunakan pendengaranya, yaitu digunakan adalah teori behaviorisme bahwa hard of hearing ialah suatu menekankan bahwa proses belajar kata harus dimulai dan ditujukan untuk seseorang yang walaupun mengalami kepentingan memanusiakan manusia kerusakan pendengaran, pendengaran itu sendiri. Oleh karena itu, teori tersebut digunakan sebagai modalitas belajar behaviorisme sifatnya lebih primer untuk persepsi dan perolehan sifat yang menerangkan 6 kemampuan bicara. Tuli (deaf), suatu anak. Prestasi anak yang mengalami kata sifat yang menggambarkan atau ketunarunguan setelah usia 3 tahun menerangkan seseorang yang pen- akan lebih tinggi daripada anak yang dengaranya tidak dapat digunakan mengalami ketunarunguan lebih awal, sebagai dan modalitas primer untuk anak yang memiliki persepsi dan perolehan kemampuan ketunarunguan bicara, meskipun dapat dibantu oleh memiliki prestasi lebih besar. indera penglihatan dan kategori taraf ringan perabaan sebagai pelengkap. Tuli total adalah Sunaryo kata sifat yang menggambarkan atau sedikitnya kosakata yang dimiliki menerangkan anak suatu subkelompok Kartadinata tunarungu (1996: berdampak 81), pada orang-orang tunarungu yang tanpa sulitnya mengartikan kata-kata yang indera mengandung pendengaranya atau yang kiasan, perkembangan pendengaranya sangat hambatan buruk, sehingga tidak dapat mem- dengan masyarakat, sulit menerima berikan bantuan apa-apa dalam dalam mengalami berkomunikasi norma lingkungannya, sulit untuk persepsi dan perolehan kemampuan memperoleh lapangan pekerjaan. bicara atau dengan kata lain tanpa Kesulitan memperoleh pekerjaan di pendengaran. masyarakat mengakibatkan timbulnya kecemasan dari diri anak dan Berdasarkan penelitian Jensema keluarga, lembaga pendidikan di- dalam Mohammad Efendi, (2005:80) anggap tidak dapat berbuat sesuatu mencatat bahwa anak tunarungu yang agar siswa tunarungu dapat bekerja memasuki periode usia 10 tahun dari dan bersaing dengan orang normal. usia 8-10 tahun, rata-rata mengalami Sehingga pembelajaran untuk anak penambahan kosakata sebanyak pada tunarungu harus dirancang secara murid-murid benar dengan metode dan media yang pendengaranya taman yang normal antara permulaan kanak-kanak hingga tepat. akhir kelas II. Ditemukan pula, bahwa usia Penilaian hasil belajar perlu di desain terjadinya ketunarunguan dan tingkat agar dapat mengukur pemahaman keparahan memainkan penting dalam mencapai peranan prestasi siswa terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah 7 dipelajari. Setelah menempuh proses ungkapkan oleh J. Richard Scuhman penilaian hasil belajar, siswa perlu dalam B. Suryosubroto (1997:194) memperoleh antara lain : adanya masalah yang umpan balik atau feedback. Langkah-langkah penting akan yang perlu dilakukan dalam model kelasnya; dinyataka dengan jelas desain sistem pembelajaran ASSURE tingkat meliputi yaitu pelajaran, konsep atau prinsip yang analyze learners, state objectives, akan diajarkan tertulis dengan jelas, selectmethods, media and materials, alat atau bahan yang disediakan utilize materials, require learnes sesuai dengan kebutuhan siswa dalam participation, evaluate and revice melaksanakan kegiatan pembelajaran. (Benny A. Pribadi, 2009 : 95). Penelitian beberapa aktivitas dipecahkan, siswa ini menganalisis Peter (1994:139) mengemukakan bahwa demonstrasi adalah kegiatan praktik yang untuk dilakukan oleh guru sekelompok siswa. Pada kegiatan ini memungkinkan guru untuk melibatkan siswa maupun tidak melibatkan siswa samasekali dalam langkah kerja atau dalam pelaksanaan yang jelas tingkat akan diberi bertujuan untuk perencanaan pem- belajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan sistem penilaian pembelajaran dengan menggunakan alat peraga fisika untuk meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang, serta peningkatan penguasaan materi getaran dan gelombang dengan menggunakan alat peraga fisika. percobaan. Menurut Vygotsky (1986:102) mendefinisikan discovery learning sebagai guided discovery in the classroom, dalam arti guru meberikan pertanyaan pada siswa kemudian diminta siswa untuk memberi jawaban melalui pengujian hipotesis. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reserarch). Model yang dikembang-kan berdasarkan teori Kurt Lewin didasarkan atas dasar konsep pokok bahwa penelitian Langkah-langkah utama dalam kegitan discovery sebagaimana di- tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan 8 langkah, yaitu (planning), : perencanaan tindakan pengamatan (acting), (observing), refleksi (reflecting). Penilitian ini dilakukan di SMPLB B Negeri 1 Kotagajah kabupaten Lampung Tengah, dengan subjek tindakan siswa tunarungu kelas VIII. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, tes hasil penguasaan materi, catatan pelaksanaan tindakan dan dokumentasi. Kisi-kisi instrument meliputi perencanaan, pe- Tabel 3.1 Persentase Aktivitas Kinerja Pelaku Tindakan 1 No 1 2 3 4 materi getaran dan gelombang. Observasi Perencanaan Pembelajaran terdiri dari 16 pernyataan, observasi Kinerja Pelaku Tindakan terdiri dari 27 pernyataan, observasi aktivitas siswa terdiri dari 6 aspek dan evaluasi terdiri dari 10 pertanyaan. Penilaian/evaluasi dilakukan dengan pemeriksaan keabsahan data yang ada dibandingkan dengan criteria yang telah disesuaikan dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Adapun kriteria sebagai berikut : Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sumber : Diadopsi dari Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2011. Tabel : 3.2 Persentase Aktivitas Kinerja Pelaku Tindakan 2 No Kategori presentase 1 76% - 100% 2 51% - 75% 3 26% - 50% 4 0% - 25% Sumber : Diadopsi dari Guru ( Permenneg PAN Tahun 2009, pasal 15 ) Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Penilaian Kinerja dan RB No. 16 Tabel : 3.3 Persentase Aktivitas Siswa No laksanaan dan penilaian atau evaluasi pembelajaran Kategori presentase 76% - 100% 51% - 75% 26% - 50% 0% - 25% 1 2 3 4 5 Kategori Persentase 81% - 100% 61% - 80% 41% - 60% 21% - 40% 0% - 20% Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Sangat kurang Sumber : (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002 : 4) Tabel : 3.4 Kategori Nilai No 1 2 3 4 5 Nilai Siswa 81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 0 – 20 Kategori Nilai Baik sekali Baik Cukup Kurang Sangat kurang Sumber : Nurgiyantoro, 2001 : 229 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.3 Aktivitas Siswa Hasil Penelitian Hasil peningkatan aktivitas siswa dalam diagram berikut : 4.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (APKG 1) Hasil yang diperoleh dari Perencanaa Pelaksanaan Pembelajaran pada ketiga siklus adalah sebagai berikut : Persentase Nilai AKTIVITAS SISWA APKG 1 100 80 60 40 20 0 85 76,25 60 Siklus I Siklus II Siklus III 100 80 60 40 20 0 Siklu sI Siklu s II Siklu s III Ag 01 66,67 83,33 91,67 Ar 02 58,33 70,89 87,56 Dm 03 70,83 83,33 91,67 St 04 70,83 79,12 91,67 Gambar 4.3 Perbandingan Persentase Nilai Aktivitas Siswa Siklus I, II, dan III. Gambar 4.1 Perbandingan Persentase Nilai Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG 1) Siklus I, II, dan III. 4.4 diperoleh siswa 4.2 tertulis pada Pelaksanaan Pembelajaran (APKG 2) Hasil peningkatan aktivitas kinerja pelaku tindakan (APKG 2) dalam proses pembelajaran pada berdasarkan akhir disajikan dalam diagram berikut : PENGUASAAN MATERI 100 60 SKOR APKG 2 80,36 90,18 90 90 90 90 80 40 80 80 70 50 50 40 30 20 0 Siklus I 50 tes setiap 80 batang berikut : 70,54 pembelajaran, setiap siklusnya ditunjukkan pada diagram 100 Penguasaan Materi Getaran dan Gelombang Hasil penguasaan materi yang Ag 01 Ar 02 Siklus II Dm 03 Siklus III St 04 0 Siklus I Siklus II Siklus III Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Nilai APKG 2 Siklus I, II, dan III. Gambar 4.4 Perbandingan Penguasaan Materi yang Diperoleh Siswa pada Siklus I, II, dan III 10 Pembahasan an pada setiap siklusnya. Selain itu, 4.1 dengan adanya alat peraga fisika Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (APKG 1) Perencanaan pelaksanaan maka kreativitas dan motorik siswa pem- belajaran selalu mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media, dan sumber belajar dengan metode demonstrasi, discovery dan diskusi. Perencanaan dengan menggunakan alat peraga fisika dengan metode demonstrasi, discovery dan diskusi dilakukan karena akan sangat membantu dalam proses pembelajaran yang mempunyai arti sangat penting bagi siswa dengan keterbatasan pada pendengaran, alat peraga dapat mewakili dan menunjukkan secara visual dan nyata tentang konsep materi fisika disampaikan yang tidak dapat secara audio, serta penyampaian melalui istilah atau kalimat tertentu dalam bahasa oral dan bahsa isyarat. dapat berkembang secara optimal, karena pada dasarnya tingkat kecerdasan/IQ mereka sama dengan anak normal pada umumnya, yang menjadi keterbatasan adalah pada pendengaran, sehingga metode demonstrasi, discovery dan diskusi sangat tepat untuk menyampaikan materi. Perencanaan pembelajaran dalam pengelolaan kelas mem- pertimbangkan selalu adanya pemberian motivasi dan arahan untuk membantu siswa dalam mengikuti metode yang telah direncanakan. pembelajaran harus Perencanaan memberikan konsep kebermaknaan bagi siswa, yaitu perencanaan menekankan pada proses, serta aktivitas belajar dalam langsung memanfaatkan berbagai alat peraga. Menggunakan belajaran perencanaan dengan metode pempraktik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berupa demonstrasi dan discovery, disusun dengan perencanaan siswa tunarungu secara langsung manfaatan alat peraga fisika, melalui melakukan pembelajaran metode demonstrasi dan discovery konsep-konsep yang dilanjutkan dengan diskusi hasil untuk kegiatan menemukan fisika, hingga dengan mudah mereka kegiatan di dapat menguasai materi pembelajar- dengan dalam kelas, standar pe- sesuai kompetensi, 11 kompetensi dasar, indikator pem- laksanakan belajaran, rencananan pembelajaran yang telah tujuan karakteristis pembelalajaran, siswa, hingga dapat meningkatkan aktivitas belajar pelaku sesuai dengan pe- disusun, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. tindakan, aktivitas belajar siswa dan Pelaksanaan penguasaan materi bagi siswa. pembelajaran menggunakan alat dengan peraga fisika Kenyataan di atas sesuai dengan dengan metode praktik sejalan dengan peryataan dari Sunaryo Kartadinata konsep belajar Kontruktivisme Jean (1996:80-81), Pieget yang sedikitnya kosakata anak tunarungu dimiliki yang menjelaskan pengetahuan akan bahwa tumbuh dan berdampak pada sulitnya mengarti- berkembang melalui pengalaman,dan kan pemahaman kata-kata yang mengandung berkembang semakin kiasan, mengalami hambatan dalam dalam dan kuat apabila selalu diuji berkomunikasi dengan masyarakat. oleh Sehingga pembelajaran untuk anak Setiap melaksana-kan tunarungu harus dirancang secara dan discovery benar dengan metode dan media yang menemukan konsep baru yang selalu tepat, menumbuhkan karena kecerdasan pada yang dasarnya dimiliki anak berbagai pengalaman baru. demonstrasi siswa pengalaman selalu dan pemahaman, sehingga aktivitas siswa tunarungu sebenarnya tidak berbeda akan meningkat dengan anak normal umumnya. menghasilkan yang pada akan meningkatnya penguasaan materi pembelajaran pada 4.2 Pelaksanaan (APKG 2) Pembelajaran setiap siklusnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, II dan III adalah proses pembelajaran secara aktif dengan peran melibatkan siswa dalam pemanfaatan berbagai alat peraga fisika dalam kegiatan demonstrasi, discovery dan diskusi yang di- yang pernah Cruickshank dilakukan dalam oleh Mohammad Efendi (2005:79), anak tunarungu seringkali memperlihatkan ke- terlambatan dalam proses belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang. Rangsangan mental serta dorongan 12 dari lingkungan sekitar dapat Pembelajaran dan materi memberikan kesempatan pada anak pembelajaran. Penggunaan observasi tunarungu aktivitas siswa, observasi aktivitas untuk kecerdasanya. mengembangkan Sehingga proses kinerja pelaku tindakan dan tes pembelajaran yang menyenangkan bentuk pilihan ganda dalam sistem dan penilaian fisika materi getaran dan mudah dipahami akan mempermudah siswa dalam belajar gelombang dan akan meningkatkan keaktifan media alat peraga fisika sebagai mereka media pembelajaran dengan tindakan dalam mengikuti proses pembelajaran. dengan pemanfaatan pengamatan dan pembelajaran B praktek pada kelas VIII fisika 4.3 Penilaian Pembelajaran SMPLB Kotagajah Pelaku tindakan memilih penilaian meningkatkan aktivitas pemahaman materi dalam bentuk penguasaan materi. dapat siswa dan pilihan ganda karena membantu siswa dalam proses mengingat dan memahami kegiatan praktek yang telah dilaksanakan Getaran setiap Pembelajaran getaran dan gelombang siklusnya. Soal pilihan ganda yang dengan memanfaatkan alat peraga disertai fisika dengan pada 4.4 Penguasaan Materi dan Gelombang gambar dan didasarkan pada teori keterangan yang jelas pada setiap soal konstruktivisme. Menurut Vygotsky, akan sangat mempermudah siswa inti dalam proses pembelajaran siswa menjawab. Gambar dan keterangan harus aktif melakukan kegiatan, aktif mewakili berpikir, visualisasi visual yang menyusun konsep dan diperoleh saat menggunakan alat memberi makna tentang hal-hal yang peraga fisika dengan metode praktek. dipelajari dengan keterbatasan pendengaran yang dimiliki. Penguasaan Sistem penilaian pembelajaran fisika melalui proses observasi aktivitas kinerja pelaku tindakan dan aktivitas siswa serta tes sebagai tolok ukur penguasaan materi siswa telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan materi getaran dan gelombang pada siswa tunarungu didasarkan pada kemampuan tanpa masing-masing memberikan batasan siswa nilai indikator ketercapaian. Keterbatasan 13 pendengaran yang dimiliki oleh siswa direncanakan dengan baik dan benar tidak bagi sesuai kebutuhan siswa. Penelitian ini mereka untuk belajar dan memahami dapat memberikan informasi tentang : menjadi penghalang seluruh materi yang disampaikan dengan metode dan alat peraga yang 1. Rencana Pelaksanaan belajaran tepat serta menyenangkan. Pem- disusun perencanaan dengan pemanfaatan alat Seluruh siswa mampu menunjukkan peraga fisika, melalui metode hasil yang luar biasa dengan ke- demonstrasi dan discovery yang terbatasan pendengaran yang mereka dilanjutkan dengan diskusi hasil miliki. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan di dalam kelas, sesuai menguasaan dengan materi getaran dan standar kompetensi, gelombang pada siswa tunarungu kompetensi dasar, indikator pem- akan meningkat, apabila mengguna- belajaran, tujuan pembelalajaran, kan karakteristis siswa, hingga dapat berbagai alat peraga fisika sebagai media pembelajaran dengan meningkatkan metode demonstrasi, discovery dan pelaku tindakan, aktivitas belajar diskusi, dengan proses pembelajaran siswa dan penguasaan materi bagi yang siswa. sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan siswa. aktivitas belajar 2. Pelaksanaan proses pembelajaran fisika pada siklus I, II dan III adalah proses pembelajaran SIMPULAN DAN SARAN dengan memberikan arahan, me- Simpulan motivasi dan melibatkan secara Penelitian yang dilakukan merupakan aktif penelitian pemanfaatan berbagai alat peraga pada keterbatasan siswa pendengaran. Seluruh tujuan untuk proses pembelajaran memenuhi dapat indikator peningkatan getaran dengan dan peran fisika siswa dalam dalam kegiatan memperbaiki demonstrasi, yang dapat diskusi yang dilaksanakan sesuai keberhasilan, perencananan pembelajaran yang penguasa-an materi gelombang dengan menggunakan alat peraga fisika yang discovery telah disusun, sehingga meningkatkan aktivitas dan dapat belajar 14 siswa dan penguasaan materi demonstrasi, getaran dan gelombang. diskusi, 3. Sistem penilaian pembelajaran discovery dengan dan proses pembelajaran yang sesuai pe- fisika pada materi getaran dan rencanaan gelombang pembelajaran yang melalui proses memperhatikan kebutuhan siswa. perencanaan pem- Nilai aktivitas belajar siswa dari belajaran (APKG 1), observasi siklus I, II dan III pada masing- aktivitas kinerja pelaku tindakan masing siswa sebesar Ag 01 (APKG 2), observasi aktivitas adalah 16; 20; dan 22, Ar 02 belajar siswa adalah 14; 17; 21, Dm 03 adalah penilaian bentuk dan tes dalam pilihan ganda sebagai 17; 20; dan 22, serta St 04 adalah tolok ukur penguasaan materi bagi 17; 19; dan 22. Penguasaan materi siswa, getaran pada ketiga siklus dan gelombang yang pembelajaran yang telah sesuai diperoleh masing-masing siswa dengan Pelaksanaan dari siklus I, II dan III adalah Ag Pembelajaran. Siklus I, II dan III 01 sebesar 40; 80; dan 90, Ar 02 diperoleh persentase nilai APKG sebesar 30; 70; dan 90, Dm 03 1 sebesar 60%; 76,25% dan 85%. sebesar 50; 80; dan 90, serta St 04 Persentase nilai APKG 2 dari sebesar 50; 80; dan 90. Rencana siklus I, II dan III sebesar 70,54%; 80,36% dan 90,18%. Peningkatan Saran nilai APKG 1 dan APKG 2 1. Guru yang akan melaksanakan menghasilkan adanya peningkatan proses pembelajaran hendaknya pada memiliki aktivitas siswa dan perencanaan dan penguasaan materi getaran dan kesiapan dalam menguasai siswa gelombang. berkebutuhan khusus, termasuk 4. Penguasaan materi getaran dan perencanaan cadangan jika terjadi gelombang pada siswa tunarungu kondisi yang tidak direncanakan akan meningkat, apabila meng- sebelumnya. Sehingga gunakan berbagai alat peraga pembelajaran tetap fisika dengan baik jika berubah dari sebagai belajaran media dengan pemmetode perencanaan awal. proses berjalan 15 2. Pelaku tindakan hendaknya memberikan penjelasan awal pada siswa yang akan dijadikan subjek penelitian mengenai metode yang akan pembelajaran digunakan. 3. Untuk penelitian penelitian sebaiknya selanjutnya dilakukan dalam lingkup yang lebih luas sehingga hasil penelitian menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Benny, A. Pribadi. 2009. Modelmodel Desain Sistem Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dadan. Secret of Ancient Chinese Art of Motivation. http://ateec.Eiccd.Cd.Ia.Us/200 0/themes/cthinfo.Html. ( Kamis, 24 April 2009, pukul 10.00) Mohammad Efendi. 2005. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Bumi Aksara : Malang. Muljono. 1994. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bumi Aksara : Malang. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE: Yogyakarta. ________ 2011. Rambu-Rambu Pelaksanaan PLPG. Depdiknas : Jakarta. ________ 2013. Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009, pasal 15. Kemendikbud : Jakarta. Gega, Peter C. 1994. Concepts and Experiences Elementery School Science. Macmillan Publishing Campany : New York. Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Slavin, Robert E. 1994. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. PT Indeks: Jakarta. Sunaryo Kartadinata. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Yogyakarta. B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar mengajar di Sekolah. PT Rieneka Cipta : Jakarta. Vygotsky, L. S. 1986. Thought and Language. MIT Press : Cambridge.