Newsletter Jakarta edisi 6 Final Mei 2010 B Ind web

advertisement
Inovasi Pendidikan
No. 6
Mei 2010
Media Komunikasi SMP dan MTs
Mitra DBE3 Maju di Konferensi Nasional
Wamendiknas,
Fasli Jalal
Wamen Mendorong
Diseminasi DBE
PERLUNYA melakukan inovasi
pembelajaran secara berkelanjutan disampaikan Prof. Fasli Jalal, Ph.D pada saat
memberikan sambutan pada acara konferensi nasional pendidikan USAID dan
pemerintah Indonesia.
Menurut Wamendiknas, guru di Indonesia 25 kali lebih banyak bicara di kelas
di bandingkan siswanya. Sementara negara lain 5 kali lebih banyak. Untuk itu
diperlukan pendekatan dan praktik terbaik dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif.
”Perlu dicari model, terobosan,
inovasi, dan dipelajari benar model-model
terobosan dan inovasi tersebut. Dari
pembelajaran itu dilihat mana yang dianggap sangat baik atau best practices yang
lahir dari bumi sendiri, pengalaman
sendiri. Tentunya harus kontekstual dan
sangat relevan dengan sosio kultural di
tempat di mana ide-ide itu dikembangkan,” papar Wamendiknas.
Kalau itu sudah diperoleh, lanjut Wamendiknas hal itu perlu diinternalisasi
oleh stakeholders pendidikan. Mulai guru,
pengawas, birokrasi di tingkat kabupaten,
didukung oleh provinsi, didukung oleh
Kemendiknas dan Kementerian Agama
dengan koordinasi Menko Kesra. Walaupun lokasi program yang didampingi
USAID terbatas tapi mempertahankan
dan mengembangkannya di tempat yang
sama, membawa ide-ide ini ke sekolah
baru atau ke kabupaten yang baru atau di
tingkat nasional ke provinsi-provinsi yang
baru. “Itulah cita-cita kita,” kata Wamendiknas bersemangat.
Kunjungi website kami di
www.inovasipendidikan.net
SEMUA program pendidikan yang dibiayai USAID
ikut serta dalam Konferesi Nasional yang diadakan
oleh Pemerintah Indonesia dan USAID di Kemen
Diknas pada tgl. 7 April 2010. Wakil Menteri Diknas,
Bpk. Fasli menghargai bantuan USAID dan mendorong keberlanjutan dan penyeberluasan program
oleh pihak pemerintah (lihat artikel di sebelah kiri).
Setelah makan siang setiap program mempresentaNadya dan Nur Ramadhan,
sikan kegiatannya. Narasumber DBE3 yang tampil
siswa SMPN8 Bogor jadi nara
adalah seorang guru, Ibu Lia dari MTsN Binjai, Kepala sumber di konferensi nasional
Sekolah dan dua siswa dari SMPN 8 Bogor, serta
Bpk. Mansyur Eppe dari Pangkep, Sulsel, yang
mewakili fasilitator daerah.
Di luar ruang rapat ada pameran program
USAID. Pameran DBE3 meliputi bahan dari
semua propinsi mitra program. Anda dapat
membaca lebih lanjut tentang kontribusi
DBE3 dalam konferensi nasional pada halaPameran DBE3 di
man 2 dan 3.
Konferensi Nasional
Showcase Berlangsung di Banyak Daerah
SEBAGIAN besar daerah mitra
di enam propinsi telah mengadakan
district showcase (atau pameran
daerah) untuk menunjukkan kemajuan DBE3 di sekolah mitra maupun
sekolah lainnya yang menerapkan
program. Yang diundang sebagai peserta adalah pihak pemerintah
daerah dan wakil dari sekolah nonmitra.
Di beberapa daerah, kegiatan
showcase ini diadakan di pendopo
Kepala Sekolah dan guru MTs YPMI di depan
Bupati atau Walikota dan dibuka
pameran di Tanjung Balai, Sumut
oleh beliau sendiri.
Hasil karya siswa, media, rencana, dan gambar proses pembelajaran dari sekolah
mitra dipamerkan. Kepala sekolah, guru, fasilitator daerah, dan siswa membuat
presentasi tentang perubahan yang terjadi di sekolah mereka. Selain itu, di banyak
daerah ada kunjungan ke sekolah mitra untuk menyaksikan langsung proses belajar
mengajar. Laporan singkat tentang showcase di dua daerah dapat dibaca pada hala-
Dampak Pada Siswa
DBE3 telah mengadakan tes
siswa di 54 sekolah mitra di 25
daerah untuk menilai kompetensi
dalam mata pelajaran B. Indonesia,
Matematika, dan B. Inggris. Kenaikan skor dari tahun 2009 ke 2010
cukup bermakna, seperti terlihat
pada grafik di sebelah kanan. Anda
dapat membaca lebih lanjut pada
halaman 4.
2009
2010
66.7
70.0
59.1
60.0
49.7
50.0
41.7
40.0
38.4
32.0
30.0
20.0
10.0
0.0
B. Indonesia
Mathematika
B. Inggris
Berita Utama
Hal 2
Konferensi Nasional Pendidikan USAID dan Pemerintah Indonesia:
Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Fasilitator
Mempresentasikan Praktik Pengajaran Terbaik
Konferensi Nasional Pendidikan (KNP) USAID dan Pemerintah Indonesia diselenggarakan di gedung
Kementerian Pendidikan Nasional pada 7 April 2010. DBE 3 menampilkan berbagai keberhasilan dalam
mendorong praktik pengajaran terbaik di sekolah. Kepala sekolah, guru, fasilitator daerah (DF), bahkan siswa
mempresentasikan berbagai dampak positif program DBE 3 yang dirasakannya secara langsung.
Berikut adalah petikan paparan kepala sekolah, guru, fasilitator daerah, dan siswa.
Lia Windari, S.Pd, Guru IPA MTsN Binjai
Perubahan Praktik Pembelajaran di Kelas
Lia Windari S.Pd.
SETELAH dilatih DBE 3, perubahan yang
terjadi di kelas saya sangat terasa sekali.
Sekarang siswa tampak lebih aktif dan asyik
dalam belajar. Penataan meja-kursi sudah
disusun secara berkelompok. Pajangan hasil
karya siswa memenuhi kelas termasuk papan
pajangan yang ada di luar kelas. Sudut baca
dan sumber belajar siswa juga sudah ada di
setiap kelas. Berdasarkan hasil PTK yang saya
lakukan, lebih dari 50% siswa menjadi kreatif
dan nilai hasil evaluasi belajar anak meningkat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
semangat peningkatan diri. Saya sekarang
rajin mencari informasi dari berbagi sumber
dan berdiskusi dalam wadah MGMP.
Siswa MTsN Binjai saat praktik IPA
yang difasilitasi ibu Lia Windari.
Drs. Mansyur Eppe, Guru Matematika SMPN 2 Pangkajene, dan Fasilitator Daerah Pangkep
Aktif Mendampingi dan Konsisten Menerapkan
BAGAIMANA fasilitator daerah dilatih?
Prosesnya dikemas
seperti praktik pembelajaran yang menciptakan
proses belajar aktif.
Misalnya peserta didorong untuk bekerja
secara kooperatif, mempresentasikan hasil
karya, atau melakukan
kunjung karya.
Drs. Mansyur Eppe.
Tujuannya agar peserta
mendapatkan contoh
langsung dan dapat mempraktikkannya di kelas nyata.
Pasca pelatihan, para fasilitator daerah secara khusus juga
aktif mendampingi para peserta saat mengajar di kelas. Mulai
mempersiapkan RPP yang baik sampai mempraktikkannya di
kelas, fasilitator ikut terlibat aktif. Hal ini untuk menjaga
konsistensi implementasi hasil pelatihan, menjaga
keberlanjutan program, dan membantu terwujudnya proses
belajar aktif di kelas.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Siswa mewawancarai tukang becak, salah satu pembelajaran
Matematika yang difasilitasi pak Mansyur.
Seorang fasilitator, selain melatih dan mendampingi guru
di kelas atau di MGMP, harus juga melakukan terlebih dahulu
keterampilan yang diperoleh. Sehingga fasilitator sudah
memiliki pengalaman sebelum melatih keterampilan yang akan
dipraktikkan peserta di kelas nyata.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita Utama
Hal 3
Dra. Yani Herliani, Kepala SMPN 8 Bogor:
Komitmen untuk Mendorong Perubahan di Sekolah
ADA lima hal utama yang saya lakukan untuk
mendorong perubahan di sekolah, terutama
setelah sekolah saya bermitra dengan DBE 3:
(1) Meminta guru yang sudah ikut pelatihan
untuk mempraktikkan hasil pelatihan di kelas
dan menginformasikannya kepada guru lain
dalam rapat pembinaan dan kegiatan MGMP
sekolah; (2) Memfasilitasi kebutuhan guru
mengajar; (3) Melaksanakan supervisi, dengan
berkomunikasi kepada guru: “saya ingin melihat
model pembelajaran yang baru, saya ingin melihat bagaimana siswa belajar bersama guru, dan
Dra. Yani Herliani.
saya ingin melihat bagaimana pelajaran tersebut
diajarkan”; (4) Mengajak guru mata pelajaran
yang berbeda melaksanakan kunjungan kelas lintas mata pelajaran; dan
(5) Mereplikasi pelatihan DBE3 bagi semua guru secara swadana.
Lintas guru mapel saling melihat PBM yang baik. Salah
satu program ibu Yani dalam mendorong perubahan.
M. Nur Ramadhan dan Nadya, Siswa SMPN 8 Bogor yang Tampil pada KNP
Mampu Meningkatkan Nilai
M. Nur Ramadhan dan Nadya saat presentasi di hadapan peserta
KNP, menunjukkan salah satu hasil karyanya yang juga digunakan
sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
M. NUR Ramadhan dan Nadya adalah satu-satunya peserta KNP dari unsur siswa yang diberi kesempatan mempresentasikan perubahan yang terjadi di sekolahnya. Menurut
Ramadhan, dirinya merasakan hubungan guru dengan siswa
terasa lebih dekat. Banyaknya variasi belajar, membuat siswa
menjadi tidak bosan. Posisi yang dibuat bervariasi, memudahkan sharing bersama teman. Dampaknya, kedua siswa itu
mengaku rata-rata nilai yang diperoleh menjadi lebih baik.
Ramadhan dan Nadya juga merasa bisa lebih berekspresi
dan bervariasi dalam menciptakan hasil karya. “Kalau dulu
biasanya hanya terbatas membuat puisi atau kerajinan tangan,
sekarang hampir di semua mata pelajaran kami diberi kesempatan untuk berkreasi,” sahut Nadya. SMPN 8 Bogor baru
setahun ini menjadi mitra DBE 3. Perubahan nyata sudah dapat dilihat di sekolah ini, bahkan sekolash ini sering dikunjungi
sekolah lainnya.
Pak Eko, guru matematika dari Purworejo, menunjukkan hal
yang menarik dalam pameran DBE3 ke pada peserta konferensi
nasional.
Guru, fasilitator daerah, dan staf DBE3 yang membantu menyiapkan pameran untuk Konferensi Nasional Pendidikan USAID dan
Pemerintah Indonesia
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 06/ Mei 2010
Berita Utama
Hal 4
DBE3 Menilai Dampak Program pada Siswa
DBE3 telah mengadakan tes siswa di 54 sekolah mitra di
25 daerah untuk menilai kompetensi dalam mata pelajaran B.
Indonesia, Matematika dan B. Inggris. Tes pertama diberikan
di kelas 8 pada bulan Februari s.d. April 2009 dan diulang di
kelas 8 di sekolah yang sama pada bulan Februari dan Maret
2010.
Tes tersebut lebih menilai kecakapan hidup siswa, termasuk kemampuan berkomunikasi: baca-tulis dalam B. Indonesia, menyimak-baca-tulis-bicara dalam Bahasa Inggris. Tes
matematika lebih berorientasi kepada pemecahan masalah,
pemahaman, serta kemampuan menerapkan konsep.
Penilaian Siswa Sekolah Mitra DBE3, tahun 2009-10
Tampak pada grafik di samping kanan, skor di semua tes
naik cukup banyak. Dalam Bahasa Indonesia, tes membaca
naik dari 66.6% menjadi 73%, tes menulis naik dari 51.6%
menjadi 60.4%. Tes matematika naik cukup tinggi dari 32%
menjadi 41.7%. Tes B. Inggris - menyimak, baca, tulis - juga
naik dari 38.4% menjadi 49.7%. Tes berbicara naik dari 50.4%
menjadi 68.1%.
Kami simpulkan bahwa kenaikan skor ini mencerminkan
perubahan dalam kegiatan belajar mengajar yang telah terjadi
80.0
2009
2010
73.0
70.0
66.6
64.6
60.4
60.0
51.6
49.7
50.4
50.0
41.7
38.4
40.0
32.0
30.0
20.0
10.0
0.0
B. Indonesia
Membaca
B. Indonesia
Menulis
Mathematika
English
English Speaking
Listening,
Reading, Writing
Grafik hasil skor tes siswa di sekolah mitra DBE 3.
di banyak sekolah. Siswa lebih banyak membaca untuk mencari informasi, serta menulis temuannya dengan kata-kata
sendiri. Siswa juga diberikan lebih banyak kesempatan untuk
berdiskusi dan memecahkan masalah sendiri.
Kami mengucapkan selamat kepada guru dan sekolah mitra
DBE3 atas kenaikan skor ini.
Media Sederhana Membuat Belajar Jadi Bermakna
DALAM pelaksanaan Lokakarya Hasil Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna di Jawa Timur,
ada beberapa hal menarik untuk diamati, salah satu hal yang
menonjol adalah kreativitas para guru dalam menghasilkan
media alternatif. Pada kegiatan ini tampak ide kreatif para
guru dalam menciptakan media pembelajaran alternatif untuk
menunjang proses pembelajaran bermakna. Luar biasa!!!!
Ibarat pepatah, tak ada akar rotan pun jadi. Barang bekas
yang tampak tidak berguna mereka sulap menjadi media
pembelajaran untuk membantu siswa mencapai kompetensi
yang diinginkan. Media pembelajaran tidak harus mahal,
buatan pabrik atau berteknologi tinggi.
Permainan dart yang dikembangkan oleh guru MTsN
Krian untuk pembelajaran
Bahasa Inggris.
Pohon kata untuk mata pelajaran Bahasa Inggris yang
dikembangkan oleh guru Bahasa Inggris SMPN 2 Sedati
kabupaten Sidoarjo.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Boneka ini adalah media
pembelajaran IPA. Di sekujur badan boneka dapat
ditemukan rumus IPA.
Tirai faktor, sebuah media
pembelajaran aritmatika yang
dikembangkan oleh guru
MTs Darul Ulum Pasinan
Baureno Kab. Bojonegoro.
Dengan media bola
ini, siswa akan lebih
mudah dalam
mengklasifikasikan
tumbuhan dan hewan.
Media ini dikembangkan oleh guru IPA
MTsN Tanjunganom
Kabupaten Nganjuk.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita Utama
Hal 5
DISTRICT SHOWCASE Menunjukkan Kemajuan Sekolah Mitra
Sebagian besar daerah mitra (25 daerah) di enam propinsi telah mengadakan district showcase (atau pameran daerah) untuk
menunjukkan kemajuan DBE3 di sekolah mitra maupun sekolah lainnya yang menerapkan program. Yang diundang sebagai
peserta adalah pihak pemerintah daerah dan wakil dari sekolah non-mitra. Hasil karya siswa, media, rencana, dan gambar
proses pembelajaran dari sekolah mitra dipamerkan. Kepala sekolah, guru, fasilitator daerah, dan siswa membuat presentasi
tentang perubahan yang terjadi di sekolah mereka. Selain itu, di banyak daerah ada kunjungan ke sekolah mitra untuk menyaksikan langsung proses belajar mengajar. Di bawah ada laporan singkat tentang showcase di dua daerah,
Dukungan Kuat dari Pemerintah Daerah di Tanjung Balai
District Showcase di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara diadakan pada tgl. 26 April di Pendopo Walikota. Beliau sendiri yang
membuka bersama Kepala Dinas, dan Ketua DPRD. Setelah pembukaan mereka semua sempat turun ke sekolah mitra DBE3
untuk melihat pembelajaran secara langsung. Di bawah ini ada beberapa gambar dari showcase tersebut.
1. Kepala sekolah MTs YPMI, Ibu HJ. Zainibah, BA berdiri bersama dua guru di
depan pajangan hasil karya siswa dari sekolahnya.
2. Salah satu keunggulan di Tanjung Balai adalah kemampuan siswa dalam Bahasa
Inggris. Ibu Meliyati, guru Bahasa Inggris dari SMPN1 Tanjung Balai berdiri di
depan pajangan hasil karya siswa.
3. Seorang siswi SMPN2, Mega namanya, berpresentasi tentang perubahan yang
terjadi di sekolah sejak menjadi mitra DBE3 - Yang mengagumkan, presentasi
100% dalam Bahasa Inggris!
4. Siswa biasa mengarang dalam B. Inggris seperti tampak pada tulisan ini tentang
‘My Idol’.
5. Walikota Tanjung Balai, Bpk Sutrisno Hadi, SpOg (kanan) dan Kepala Dinas
1
Pendidikan, Bpk Hamlet Sinambela (kiri), ikut turun ke sekolah.
6. Ketua DPRD, Bpk Eka Hadi S, SE mengamati dan ikut terlibat dalam pembelajaran matematika di SMPN5 Tanjung Balai. Beliau, bersama guru Ibu Tustu
Reni, S. Pd. mengamati siswa menyusun berbagai jaringan membuat balok.
3
5
6
2
4
Penyebaran Inovasi Secara Luas di Indramayu
District Showcase yang diadakan pada tgl. 18 Maret di Indramayu dikelola oleh fasilitator daerah (gambar 2) dan menunjukkan dampak kegiatan DBE3 di sekolah mitra melalui pameran yang sangat menyenangkan dari 10 sekolah mitra. Pameran dari SMPN1 Indramayu ditampilan di gambar 1 di bawah ini. Acara dibuka oleh Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas dan meliputi presentasi dari
kepala sekolah, fasilitator daerah, guru dan siswa. Ada pula kunjungan ke beberapa sekolah mitra. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan siswa di MTsN Mohnbener yang membacakan hasil karya kepada siswa lain pada saat kunjungan tersebut.
1
Media Komunikasi SMP dan MTs
2
3
Edisi 06/ Mei 2010
Berita Utama
Hal 6
Guru Kreatif,
Siswa Enjoy Belajar
“SAYA selalu berusaha menanamkan di pikiran siswa bahwa belajar IPA
itu menyenangkan. Fisika, kimia dan
biologi itu asyik. Dan yang saya lihat,
mereka sangat menikmatinya. Tingkat
penyerapan mereka meningkat,” kata
Wahyuddin, S.Pd, guru IPA SMPN 2
Palopo.
Setelah memastikan, KD, indikator
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Wahyuddin merancang kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan lalu
memilih media yang relevan dan
terjangkau bagi siswa. Ia memang
begitu yakin kalau kecintaan siswa
terhadap pelajaran sangat bergantung
pada metode pembelajaran dan pendekatan interpersonal kepada siswa.
Bahkan saat merancang kegiatan
pembelajaran, ia terlebih dahulu
meminta saran dari siswanya tentang
metode belajar yang mereka suka
untuk materi ajar yang direncanakan. Ia
lalu harus memutar otak bagaimana
bisa menyesuaikannya dengan indikator
dan tujuan yang akan dicapai. Tak
jarang ia harus mengajak siswa belajar
di luar kelas, menggunakan sumber
belajar di lingkungan sekitar. Tujuannya
jelas, agar terwujud sebuah pembelajaran kontekstual hingga akhirnya
siswa memahami lebih nyata apa yang
dipelajarinya. Demikian ia menjelaskan
berbagai kreasinya menciptakan
pembelajaran aktif.
Berbekal pengalaman menerapkan
metode Pembelajaran Bermakna, ia
sem ak in y akin b ah w a me la lu i
pembelajaran aktif ia mampu membuat
siswa aktif, kreatif, dan perolehan
pengetahuannya semakin meningkat.
Wahyudin, S.Pd guru IPA
SMPN 2 Palopo.
Keterangan Foto:
(1) Pembelajaran aktif lewat kerjasama antar kelompok
(2) dan (3) Siswa mengerjakan tugas petanyaan tingkat tinggi lewat LK yang
memicu pemikiran kritis siswa.
(4) Menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar siswa.
(5) Mengajak siswa belajar dan praktik di di luar kelas.
(6) Siswa puas dan ceria menunjukkan dan mempresentasikan hasil karya
kelompoknya.
(7) dan (8) Hasil karya siswa yang ditata secara artistik agar menciptakan suasana
kondusif mendukung pembelajaran aktif.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 06/ Mei 2010
Hal 7
Berita dari Provinsi
Sumatera Utara
Belajar Menyenangkan di SMPN 11 Binjai
Saya Pindi Seprilla. Bersekolah di SMP Negeri 11 Binjai dan duduk di kelas IX-1.
Lewat tulisan ini saya hendak membagi proses belajar yang terjadi di sekolah
kami.
SUDAH 3 tahun saya mengenyam pendidikan di SMPN
11 Binjai. Setahun belakangan banyak perubahan yang terjadi
di sini. Salah satunya adalah proses belajar mengajar. Di sekolah kami, belajar sekarang menjadi menyenangkan.
Dulu tidak seperti itu. Sewaktu saya duduk di kelas VII,
kami belajar dengan cara umum, duduk berbaris. Namun
sekarang seiring waktu, cara kami belajar berubah. Sekarang
kami duduk berkelompok, lebih sering berdiskusi, dan kami
merasa lebih bebas.
Saya menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Dari dulu saya sudah suka, tetapi sekarang saya makin keranjingan dengan pelajaran itu. Yang membuat saya bisa begitu,
karena kami tidak lagi terus menerus belajar teori. Sekarang
kami sudah mengadakan praktik di luar kelas. Jadi kami bisa
mengetahui langsung apa yang ada di alam.
Bagi saya, mengerjakan soal-soal latihan dari guru secara
individu, itu agak susah. Susahnya karena kita bekerja sendiri.
Tapi sekarang, karena kami duduk berkelompok, kami bisa
menjawab soal bersama-sama. Jadi latihan yang diberikan
guru terasa lebih ringan.
Suatu ketika, kami diminta mempresentasikan hasil diskusi.
Kami bekerja keras membuat presentasi itu sebaik– baiknya.
Kami membagi-bagi tugas agar gampang. Ketika saat presentasi tiba, kami sukses melakukannya. Saya girang minta am-
Siswa SMPN 11 Binjai melakukan uji coba di laboratorium untuk menguji
tekanan panas. Praktik IPA seperti ini membantu siswa untuk lebih mudah
memahami pelajaran IPA.
pun. Itulah keuntungan dari belajar berkelompok.
Belajar berkelompok juga tidak mudah. Kadang dua atau
tiga orang saja yang berkontribusi dalam kelompok. Tapi ini
tantangan, kami harus kreatif untuk mengatasinya.
Lebih Mudah Mengerjakan Soal
Liana Zahara (13) itu nama saya. Sekarang saya belajar di SMP Negeri 2 Binjai. Saat menulis cerita
ini, saya tengah menyiapkan diri menghadapi final kompetisi matematika PASIAD se-Indonesia.
MENGIKUTI kompetisi bukan
perkara gampang bagi saya. Selain
banyak pesaing, soal-soal yang disajikan juga beragam. Tidak mudah untuk
mengerjakannya. Ini benar-benar
kompetisi yang ketat.
Saya cukup tertolong dalam persiapan. Metode pembelajaran yang
dijalankan di sekolah, banyak
membantu saya. Di sekolah
kami belajar secara berkelompok. Dalam kelompok kami
dibiasakan untuk bertukar pendapat. Perbedaan pendapat hal
yang biasa. Kami bisa menerima itu dengan baik.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Hal yang menyenangkan dalam belajar berkelompok,
kami bisa berbagi pengetahuan. Soal-soal matematika yang
rumit, misalnya, bisa kami selesaikan bersama-sama. Jika saya
kurang mengerti cara menyelesaikan salah satu soal, saya bisa
tertanya kepada kawan saya yang lebih paham. Dia akan
membantu saya untuk mengerjakannya. Cara dia menjelaskan
juga lebih sederhana dan lebih cepat saya mengerti. Begitu
pula sebaliknya, jika saya yang lebih mengerti maka saya akan
membantunya.
Cara belajar di sekolah kami memang berbeda. Hubungan
kami dengan guru terasa lebih dekat. Kami diizikan untuk
menyampaikan pendapat. Ruang kelas kami juga tampak berbeda. Banyak karya kami yang menempel di sekujur dinding
kelas. Situasi belajar kami itu membuat saya lebih nyaman
mempersiapkan diri. Saya pun lebih percaya diri untuk
menghadapai kompetisi. Semoga saya berhasil!!!
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 8
Replikasi untuk Kualitas
Lewat dukungan dana sekolah dan alumni, SMP Negeri 2 Binjai
melakukan pelatihan replikasi modul BTL2 yang diikuti 57 guru.
“Perubahan cara belajar di kelas
semakin menyenangkan karena proses
belajar DBE3. Kita dapat sharing, yaitu
dapat bertukar pikiran dengan teman
yang lain. Kita juga semakin akrab dengan teman-teman,” tulis Isaini Intan
Putri, pelajar SMPN 2 Binjai, finalis
kompetisi matematika PASIAD seIndonesia.
Putri punya pengalaman menarik
tentang pembelajaran berkelompok.
Penggemar matematika ini mengaku
dulu kesulitan dalam topik pythagoras.
Tapi, sekarang Putri punya trik.”Saya
tanya bagaimana cara mengerjakan soal
itu kepada teman yang mengerti,” ungkap Putri.
Di sekolah Putri, tidak hanya pelajaran matematika yang menggunakan
pembelajaran aktif. Seluruh mata pelajaran juga mempraktikkan metode ini.
Praktik ini dimungkinkan, karena semua guru SMPN 2 Binjai sudah dilatih
modul Better Teaching and Learning 2
(BTL2) lewat pelatihan replikasi.
Menurut Kepala SMPN 2 Binjai,
Pak Hanafi, ide menggelar pelatihan replikasi datang dari kebutuhan sekolah.
1
1. Suasana belajar di SMPN 2 Binjai. Siswa duduk berkelompok dan
karya siswa menempel di sekujur dinding kelas.
2. Siswa menggunakan lapangan untuk melakukan ujicoba fisik dalam
topik pesawat sederhana.
2
Pak Hanafi ingin kualitas pembelajaran
di SMPN 2 Binjai meningkat. Tapi rencana besar itu punya kendala. Dari 73
guru di SMPN N 2 Binjai, baru 16 guru
yang dilatih DBE3. Keadaan ini menyulitkan Pak Hanafi untuk meningkatkan kualitas secara keseluruhan.
Demi menggenjot kualitas sekaligus pemerataan kemampuan, maka
Pak Hanafi melakukan pelatihan replikasi modul BTL2. Pelatihan dilaksanakan lima hari (23-28/12/2009) dengan
peserta sebanyak 57 guru. Biaya pelatihan diambil dari biaya sekolah dan dukungan alumni. Setelah pelatihan
SMPN2 Binjai tampak berubah. Kelaskelas mempraktikkan pembelajaran aktif. Kesenjangan antara guru yang dilatih DBE3 dan belum dilatih, tidak lagi
begitu tampak. Kini SMPN 2 Binjai sudah bisa mempraktikkan whole school
approach secara menyeluruh.
3
4
3. Guru bidang kesenian juga menggunakan pembelajaran aktif dalam
mengampu mata pelajaran. Ini adalah dampak dari pelatihan replikasi.
4. Karya siswa berupa naskah drama dipamerkan di dinding kelas.
Para Penggiat Replikasi
MEREKA berdua dikenal kompak dan bersemangat.
Asmawati, S.Pd dan Samsul Agus, S.Pd, fasilitator daerah DBE
3. Di kalangan pendidik, keduanya dikenal sebagai guru kreatif
dan inovatif. Melalui peran aktfnya, replikasi/diseminasi DBE3
menggeliat bagai jamur tumbuh di musim hujan.
Menurut bu Asma, banyak kepala sekolah yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran. “Tapi mereka bingung mencari cara untuk melakukannya,” kata guru Bahasa Indonesia
SMAN 7 Binjai itu.
Modul yang dikembangkan DBE3 bagai oase di padang
gurun. Modul-modul itu sangat membantu sekolah. Itu sebabnya bu Asma rajin menginformasikan tentang pelatihanpelatihan DBE3 kepada sesama guru dan kepala sekolah. Berbekal pengalaman sebagai fasilitator nasional District Facilitators (DFs) DBE3, Ibu Asma sering diundang memfasilitasi pelatihan replikasi.
Menurut Samsul Agus, S.Pd rekan seprofesinya yang juga
aktif sebagai DF DBE 3, modul-modul DBE3 praktis digunakan. Itu yang membuat banyak sekolah meminta mereka
untuk memfasilitasi pelatihan replikasi.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Lantas mengapa dirinya begitu
giat mendorong replikasi ke sekolah-sekolah. “Kami sudah banyak
mendapatkan pelatihan. Kami
punya tanggung jawab untuk
membagikannya,” ungkap
Pak Agus.
Ibu Asma, berbatik merah, saat memfasilitasi pelatihan replikasi di
SMPN 1 Selesai, Langkat.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 9
Jawa Barat-Banten
Guru Alumni BTL3 Hasilkan
Lembar Kerja (LK) yang Kontekstual dan Menantang
LEMBAR KERJA SISWA
Lokakarya Review
BTL3 di Garut telah
mengungkap
keberhasilan para
guru alumni pelatihan
BTL3 dalam membuat
Lembar Kerja/Lembar
Tugas yang mampu
memantik kreativitas
siswa. Seperti yang
tampak pada gambar,
Lembar Kerja karya
Andri Agustina,
S.Sos., guru IPS di
SMP Ciledug
Musaddadiyah Garut.
LK ini lebih mengembangkan daya pikir
dan kreasi siswa.
Siswa SMPN 3 Cilegon Senang Belajar IPA dengan Bu Endang
Bu Endang telaten mendampingi siswa yang bekerja dalam
kelompok. Para siswa pun tidak segan-segan bertanya.
LAYAKNYA para ilmuwan, siswa-siswa Kelas VII-H
SMPN 3 Kota Cilegon, Banten, tampak seksama dalam
sebuah kegiatan eksperimen. Dengan media mikroskop,
setiap anggota kelompok bergantian menganalisis sel-sel
tumbuhan. Irisan wortel ditaruh pada sasaran bidik
mikroskop dan mata segera melekat pada lensa mikroskop
itu. Siswa lain meletakkan daun bayam untuk dibidik dengan
mikroskop itu.
Bu Endang Suryaningsih tampak amat dekat dengan
siswa dan telaten memperhatikan kegiatan eksperimen para
siswanya. Ia berpindah dari satu kelompok ke kelompok
Media Komunikasi SMP dan MTs
lainnya untuk memperhatikan kegiatan siswanya. Kala
didekati Bu Endang, tak segan siswa bertanya dan meminta
arahan atas masalah yang dihadapi. Bu Endang pun dengan
sabar meladeni setiap siswa yang membutuhkan treatment.
Siswa tampak aktif bekerja sama untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Tak jarang terjadi perdebatan kecil
antar siswa bila mereka saling berbeda pendapat. Suasana
kelas pun tentu sangat hidup dengan siswa yang aktif. “Aku
seneng banget bisa belajar seperti ini,” ucap seorang siswa.
“Aku ingin jadi dokter, maka aku belajar Biologi dengan giat,”
kata siswa lainnya.
Di laboratorium IPA, para siswa Kelas VII ini mendalami
Biologi di bawah asuhan Bu Endang Suryaningsih. Mereka
menggunakan media mikroskop dinacular dua cahaya. Siswa
mengamati sel tumbuhan (wortel, bawang merah, gabus
singkong, dan bayam).
Setiap siswa bertugas membuat empat sel tumbuhan
dengan metode eksperimen. Proses pembelajaran di sini
diawali dengan demonstrasi oleh guru. Para siswa kemudian
melakukan eksperimen mengamati sel-sel tumbuhan dengan
media mikroskop. Setiap kelompok bertugas mengamati
empat macam sel tumbuhan.
Hasil kerja kelompok lantas disajikan sebagai sebuah
laporan eksperimen. Setiap kelompok saling berbagi dan
memberi feedback atas sajian kelompok lain. Pada akhirnya,
Bu Endang memberikan tinjauan dan arahan akhir serta tugas
pengembangan.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 10
SMPN 5 Garut, Jawa Barat
Gunakan Barang Bekas untuk Mendukung
Pembelajaran Bermutu, Efektif, dan Efisien
Oleh Tim Guru:
Dra. N. Nurani
Nani Hayati, S.Pd.
Cecep Riyadus Solihin, S.Pd.
KETIKA siswa kelas IX SMPN 5
Garut belajar procedure text, kami
menerapkan metode Two Stray Two
Sun. Kami mengawali dengan memberi
contoh procedure text dan siswa
diminta untuk mengisi bagian-bagian
kosong pada sebuah teks dengan
jangka waktu tertentu.
Jawaban siswa lalu dibahas secara
bersama-sama dipandu oleh guru.
Setelah dirasa cukup, siswa membuat
sendiri sebuah teks prosedur. Mereka
memajang hasil karyanya di tembok.
Para siswa saling kunjung-karya dengan
cara membaca teks karya siswa lain
dan memberinya komentar. Setelah itu,
setiap kelompok mendapat giliran
untuk menyajikan hasil kerjanya di
depan kelas.
Para siswa menyajikan karya tulis
mereka pada kalender bekas. Kalender
bekas dihimpun dan digunakan sebagai
media belajar murah, menggantikan
kertas plano yang tentu saja jauh lebih
Perwakilan setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjasamanya.
Kelompok yang lain memberikan
feedback atas sajian setiap kelompok.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Siswa SMPN 5 Garut tengah bekerja dalam kelompok. Mereka menggunakan bahanbahan murah dan mudah didapat, salah satunya adalah kalender bekas yang
digunakan untuk presentasi.
mahal. Meski jauh lebih murah,
kalender bekas ternyata tetap bermutu
dan efektif sebagai media belajar siswa.
Bahkan, pada tingkat tertentu, justru
kalender bekas memancing kreativitas
tersendiri bagi para siswa. Mereka,
misalnya, dapat memodifikasi kalender
bekas itu dan mendesainnya
sedemikian rupa sehingga menjadi
menarik.
Dari segi penghematan, beberapa
kelompok siswa bahkan bisa
menggunakan hanya satu kalender
untuk pemajangan karya. Kalender
yang sama bisa digunakan secara
bergantian oleh setiap kelompok siswa.
Karya suatu kelompok bisa saja
disajikan di atas karya kelompok lain.
Sebenarnya, kalender bekas,
apalagi kalender 12 lembar, dapat
menjadi media bagi banyak karya siswa
lainnya. Ia dapat ditempeli kartu ucapan
selamat, data pribadi, dan skema
klasifikasi kalimat fungsional, misalnya.
Bahkan kertas kalender juga bisa
digunakan untuk membuat alat peraga
dari kertas semacam kapal-kapalan, dan
lain-lain. Pendek kata, penggunaan
kalender itu, selain efektif dan menarik
bagi siswa, juga efisien dan ekonomis.
“Penggunaan kalender bekas itu
ternyata membuat siswa mudah
mencapai kompetensi pembelajaran,”
kisah Nani memberikan bukti.
Guru memperlihatkan karya siswa
sebagaimana tertempel pada kalender
bekas (atas). Para guru mendiskusikan
hasil karya siswa itu untuk mengecek
kembali, menghargai, dan kemudian
memberikan penilaian.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 11
Jawa Tengah
Yang Mereplikasi,
Yang Berubah
Siswa SMP 1 Karangpandan menggunakan alat dan bahan
sederhana melakukan percobaan untuk menghitung
kecepatan gelombang.
ADA yang berbeda dengan pelajaran IPA di SMP 1
Karangpandan pagi itu. Para siswa berkelompok dan
berdiskusi di pinggir sungai yang berjarak sekitar 50 meter
dari sekolah. Dengan menggunakan alat dan bahan yang
sederhana seperti batu, rafia, penggaris kayu dan stopwatch
mereka sedang melakukan percobaan menghitung kecepatan
gelombang.
Gatot Surono, S.Pd, guru IPA, mengatakan bahwa
setelah mengikuti pelatihan BTL 2 (Better Teaching and Learning 2), dirinya berusaha menerapkannya di dalam kelas. Tercatat, dalam satu bulan sudah dua standar kompetensi yang
dirancang menggunakan metode pembelajaran kooperatif.
Kelas-kelas mata pelajaran lainnya juga berwarna dengan berbagai pajangan karya siswa. Perubahan yang terjadi, tidak
lepas dari dukungan dan komitmen tinggi dari kepala SMP 1
Karangpandan Hanung Lilik Sukendra, S.Pd,M.Pd,MM, yang
bertekad untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.
Perubahan tidak hanya milik SMP 1 Karangpandan, sekolah yang telah melakukan replikasi pelatihan modul DBE 3,
tetapi juga sudah dibuktikan oleh sekolah non-mitra lainya.
Belajar Aktif Menjamur di MTs NU Banat Kudus
MAYORITAS guru di MTs. Banat
Kudus adalah perempuan dan masih
relatif muda. Dalam proses pembelajaran mereka kerap menyiapkan media
dan LK (Lembar Kerja). Menurut para
guru, kepala sekolah sangat
mendorong pelaksanaan active learning
di kelas. Menurut Ibu Layyinah
Mawarda, guru IPS, siswa sangat
menyukai belajar kelompok. Mereka
merasa termotivasi.
Guru lainnya, Ibu Sutikat menggunakan metode permainan kartu untuk
berburu peta dan silsilah 25 rosul pada
pelajaran aqidah akhlaq. Demikian juga
pada bahasa Indonesia dengan belajar
berkelompok, siswa didorong untuk
berani berbicara, unjuk gigi, dan tak
takut lagi.
Noory Annisa Aulia siswi kelas 8
mengaku senang beradu pendapat
dengan teman sekelasnya. Menurutnya,
dengan belajar kelompok, dia
mengetahui variasi jawaban dari temanteman. Ada banyak sisi yang bisa
diketahui dari variasi argumen itu.
Siswa lainnya Nur Fitri Amalia
menimpali. ”Kalau mau belajar dengan
fresh dan sharing antar teman, yang
belajar kelompok itu,” sahutnya.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Menurut kedua siswi itu, sepanjang
semester genap para gurunya lebih
sering menggunakan metode
cooperative learning.
Sebetulnya di MTs NU Banat para
guru sudah terbiasa menggunakan
media pembelajaran baik buatan
sendiri, hanya saja mereka masih
merasa kesulitan untuk membuat
anak active dan merasa senang.
Cara mengaktifkan anak inilah yang
ditemukan mereka pada saat dilatih
modul dasar kecakapan hidup DBE3
dalam kegiatan replikasi mandiri.
”Sekarang model belajar kelompok
sudah menjamur di madrasah kami,”
tutur Ibu Dianah Kepala MTs NU
Banat.
Seluruh siswa MTs NU Banat berpartisipasi aktif dalam belajar
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 12
Perubahan di SMPN 13 Purworejo
SMPN 13 Purworejo telah
mereplikasi Modul dasar, khususnya
modul BTL 1 pada bulan Agustus 2009.
Tidak sedikit guru yang menerapkan
metode pembelajaran aktif seperti
metode yang DBE 3 terapkan.
Menurut Kepala SMPN 13
Purworejo Dra. Sri Iriani, M.M tugas
guru salah satunya menyiapkan materi
pembelajaran. Jadi tidak ada alasan
kalau ada guru yang berkata bahwa
tidak ada waktu untuk menyiapkan
materi pembelajaran.
Seperti yang dilakukan Rukmo
Wijayanti, S.Pd.Ina, guru bahasa
Indonesia. Meski jarak tempuh dari
rumah ke sekolah relatif jauh, namun
dirinya tetap menyiapkan materi
pembelajaran untuk kelas yang
diampunya. Suasana pembelajaran di
kelas Ibu Rukmo selalu diwarnai
dengan proses siswa belajar aktif.
Ibu Rukmo tampak aktif mendampingi kelompok yang sedang mempelajari pesan
singkat atau memo. Ibu Rukmo memberikan dua pesan singkat yang berbeda, dan
siswa secara berkelompok diberi tugas untuk mengidentifikasi memo berdasarkan
contoh yang ada, apa saja unsur-unsur dalam memo. Setelah itu, siswa
mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian ditanggapi oleh siswa lain.
Gustami, Siswa SMPN
13 Purworejo:
Pembelajaran aktif
membuat pelajaran
menjadi lebih jelas.
Apalagi bila hasil karyanya
dipajangkan, merupakan
suatu kebanggaan dan
bisa untuk belajar temanteman yang lain.
Guru dan pajangan
hasil karya siswa di
SMPN 13 Purworejo:
Inilah bukti nyata pembelajaran aktif. Siswa
menghasilkan karya
dengan berpikir kritis.
Hasil karya ditulis sendiri
dengan kemampuan
berbahasanya.
SMP 2 Jekulo Memperkaya Media
DI SMP 2 Jekulo semua kelas ramai dengan pajangan karya
siswa. Rata-rata guru yang mengajar mapel IPS, IPA, Matematika,
Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris antusias dengan pembelajaran
ala DBE3. Para guru mendorong siswa mengembangkan media murah pada KD yang memungkinkan dieksplorasi bersama siswanya.
Ihda Farida guru IPA di sekolah ini, merasa sangat terbantu
dengan karya siswa yang menciptakan media untuk topik Perubahan
Energi”. Dari lima kelompok, siswa berhasil menciptakan lima media
berbeda. Demikian halnya guru lain yang juga gemar menciptakan
media dari bahan bekas yang mudah didapatkan. Teramat banyak
media dan karya siswa, sekolah kesulitan untuk menyimpannya.
”Saya tengah menyiapkan rak besar untuk menyimpan semua media
itu supaya terawat dan tidak cepat rusak,” kata Farhan, M.Pd,
Kepala SMP 2 Jekulo.
Menurut pak Farhan, sekolahnya berupaya memberi pelayanan
yang terbaik bagi siswa dengan biaya yang terjangkau. ”Alhamdulillah Ibu Ihda Farida menunjukkan media pembelajaran hasil
karya siswa.
orang tua melalui komite memberikan dukungan atas putra-putri
mereka di sekolah yang termurah di Jekulo,” tukas pak Farhan.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 13
Kepala MTsN Jumapolo Konsisten Mendukung
Peningkatan Mutu Pembelajaran
Drs. Mulyono, MM
1
3
DI BAWAH kepemimpinan Drs. H. Mulyono, MM MTsN Jumapolo telah
menunjukkan banyak perubahan. Walaupun baru setahun menjabat, madrasah
mitrra DBE 3 ini mengalami banyak kemajuan dalam proses KBM. Hal itu
tidak lepas karena konsisteni Pak Mulyono yang juga Core Trainer untuk BTL
1, dalam menerapkan program yang dilatihkan DBE 3.
Sebagai kepala madrasah, dirinya memberi kebebasan kepada para guru
untuk berekspresi seluas-luasnya di dalam menerapkan hasil pelatihan DBE3.
Dukungan sarana dan prasarana, seperti media pembelajaran dan ICT”
disediakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
”Melalui upaya ini, saya berharappara guru mampu mengajar secara maksimal. Meskipun 95% siswa MTsN Jumapolo adalah anak petani, hal itu bukan
menjadi alasan untuk melakukan dan memberi yang terbaik,” papar pak
Mulyono.
2
Keterangan Foto:
1. Siswa aktif berdiskusi dan
bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan
tugas.
2. Siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya
kepada kelompok lainnya.
3. Hasil karya siswa dipajang
di papan pajangan yang
disediakan di dalam kelas
agar mudah diakses untuk
belajar.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 14
Jurnal Reflektif Guru,
Cermin Pembelajaran di Kelas
Jawa Timur
6 Juni 2009
“Hari ini saya terapkan pembelajaran outdoor dengan melibatkan
produsen telor asin sebagai sumber belajar. Anak-anak lumayan
aktif, hal ini menyenangkan menurut mereka. Namun karena ada 3
kelompok, setiap kelompok 10 orang saya sedikit kewalahan. Beberapa siswa ada yang tidak serius, setelah saya tanya ter-nyata
tidak suka dengan tema yang saya berikan karena dia berasal dari
daerah setempat dan hal itu bukan hal baru baginya. Akhirnya saya
merencanakan suatu saat pelajaran outdoor akan saya lakukan
dengan cara setiap kelompok berkunjung ke daerah lain yang berbeda.”
Jurnal reflektif yang ditulis Istiqomah, guru IPS SMPN 3
Kertosono Kab Nganjuk.
DEMIKIAN tulis Santi Lutfiyah, S.Pd guru Bahasa Inggris
MTs Darul Ulum Grati Kabupaten Pasuruan dalam jurnal reflektifnya. Ternyata sejak menerapkan jurnal reflektif, perkembangan-perkembangan pembelajaran di kelasnya dapat terpantau dengan baik. Semua kendala yang menghambat kelancaran
proses pembelajaran dapat terpetakan, sehingga hal tersebut
bisa dijadikan bahan evaluasi dalam proses pembelajaran ke
depan.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh para guru yang
mengikuti Lokakarya BTL 3 di lima wilayah kabupaten pemantapan. Sebenarnya jurnal reflektif tidak hanya sekedar kumpulan
catatan curahan hati sebagai seorang pengajar. Lebih dari itu,
jurnal reflektif adalah cermin dari apa yang sudah diterapkan
guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Aneka Karya Siswa
Hasil kerja kelompok siswa kelas IX
MTsN Pohjentrek Kabupaten Pasuruan tentang Konferensi Meja
Bundar dalam pembelajaran IPS.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Hasil kerja siswa SMPN 2 Berbek
Kabupaten Nganjuk kelas VIII tentang
menulis buku harian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (atas) dan proses
metamorfosa katak dalam pembelajaran
IPA (bawah).
Hasil kerja kelompok siswa kelas VIII
SMPN 2 Semanding Kabupaten Tuban
dalam pembelajaran Bahasa Inggris tentang
kata-kata sifat.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 15
Mengubah Sampah menjadi Rupiah
PENGELOLAAN sampah adalah salah satu problematika yang hingga kini belum tertangani dengan baik. Namun
di tangan manusia kreatif, sampah bisa berubah fungsi menjadi barang bernilai estetika tinggi bahkan menjadi sumber
penghasilan. Hal itulah yang mendorong Siti Naisah, S.Pd
guru IPS SMPN 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan mengangkat sampah ke dalam tema pembelajaran di kelasnya.
Siswa diminta untuk membawa berbagai jenis sampah.
Mulai bungkus kopi, kalender bekas, hingga serpihan kulit
telur. Para siswa diberi tugas untuk berkreasi mengubah
sampah-sampah tersebut menjadi sebuah produk yang mempunyai nilai guna.
Pajangan hasil karya siswa yang dibuat dari kulit telur, kalender bekas, plastik, dan bahan tidak terpakai lainnya.
Siswa SMPN 1 Purwosari menunjukkan hasil karya kreasinya
yang dibuat dari bahan dasar sampah.
Dengan penuh semangat setiap kelompok bekerja untuk
menciptakan produk-produk unik dari sampah-sampah yang
mereka bawa. Menurut Siti Naisah dengan pembelajaran ini
diharapkan siswa dapat berpikir kritis terhadap permasalahan
yang dihadapi di sekitarnya. Selain itu siswa juga diajak untuk
mengembangkan kreasinya dalam menciptakan sesuatu yang
baru dari material yang dianggap sudah tidak berguna.
Hasilnya, para siswa berhasil membuat berbagai jenis sampah menjadi sesuatu yang bernilai guna dan berdaya jual tinggi
disertai menuliskan prosedur pembuatannya.
Wajah Baru MTsN Tarik Kabupaten Sidoarjo
1
2
Kini susunan tempat duduk siswa di MTsN Tarik Kabupaten
Sidoarjo tak lagi berderet menghadap ke papan tulis. Pola
duduk berkelompok sudah menjadi ciri khas kelas.Tempat
duduk model seperti ini memudahkan siswa bersosialisasi
dan berinteraksi antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain.
Media Komunikasi SMP dan MTs
3
Kini dalam proses pembelajaran, siswa MTsN Tarik terbiasa
menghasilkan karya. Karya ini berguna sebagai sumber
pembelajaran yang baru. Gambar 1 adalah karya siswa untuk
mata pelajaran IPS, sedang gambar 2 dan 3 adalah karya
siswa dalam pembelajaran IPA yang membahas tentang
kemagnetan.
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 16
Belajar Bioteknologi sebagai Bekal Hidupku Nanti
Oleh Angga Subastian, Siswa Kelas 9 MTsN Tlasih Kabupaten Sidoarjo
SEJAK Ibu Enmakan asam cuka. Sampai pH nya men”Cara belajar seperti ini
dang Mujiati, guru
capai 3 atau 4. Kemudian tambahkan
membuat saya tidak hanya
IPA di sekolahku
satu sendok teh asam sitrat dan satu
menerapkan mebelajar IPA, tetapi juga dapat ujung sendok teh mineral. Kemudian
tode pengajaran
ditunggu sampai mendidih, dan akan
menerapkan pelajaran IPS
yang penuh variasi,
diperoleh medium. Medium tersebut
suasana belajar di
dimasukkan ke dalam nampan steril dan
yang berguna untuk bekal
kelas kini tak lagi
dibiarkan sampai dingin lalu ditutup
hidupku kelak”
membosankan.
kertas yang sudah disterilkan dengan
disetrika. Bila medium sudah dingin,
Salah satu yang berkesan adalah saat
maka bibit Acotobacter xylinum dimasukkan ke dalam memateri bioteknologi, saat itu guru mengajak siswa untuk
dium tadi dan ditutup dengan kertas. Lalu dibiarkan hingga 7
memproduksi Nata de Coco. Kami tertantang untuk terlibat
-8
hari untuk dipanen.
lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena proses pembuatan Nata de Coco ternyata mudah untuk dipraktikkan
Tahap pengolahan merupakan kelanjutan dari tahap
dan tidak rumit.
pembiakan. Nata de Coco hasil panen dicuci dan direndam
dengan air bersih selama dua sampai tiga hari. Dalam proses
Dalam kegiatan praktikum, kami berbagi tugas. Ada siswa
ini
air rendaman harus sering diganti. Kemudian Nata de
yang membawa air kelapa, mempersiapkan nampan steril,
coco
dipotong-sesuai ukuran yang dikehendaki, lalu direbus
botol steril, dan kertas koran steril. Alat dan bahan seperti:
dan dibuang airnya. Nah, jadilah sekarang Nata de Coco yang
kompor, panci, saringan, sendok, gula, urea, asam cuka,
siap dikonsumsi.
asam sitrat, mineral dan bibit bakteri Acetobacter xilynum
telah tersedia di laboratorium IPA. Setelah semua bahan dan
Muncul saran dari Ibu Endang agar kami mengemas Nata
perlengkapan siap, kami memulai proses produksi.
de Coco buatan kami secara menarik lalu menjualnya lewat
koperasi sekolah. Saran Ibu Endang tersebut membuka
Proses produksi terbagi dalam dua tahap, yaitu: tahap
wawasan kami untuk berwiraswasta secara mandiri.
pembiakan medium dan tahap pengolahan. Tahap pembiakan
Ternyata cara belajar seperti ini saya tidak hanya belajar
medium dimulai dengan merebus 5 liter air kelapa sampai
IPA, tetapi juga dapat menerapkan pelajaran IPS yang
mendidih, kemudian ditambahkan 250 gram gula pasir dan
berguna untuk bekal hidupku kelak.
satu sendok makan urea. Lalu tambahkan juga satu sendok
Belajar Menulis Descriptive Text dengan Media PICWORD
Oleh Samsul Huda, S.Pd, Guru Bahasa Inggris MTs Salafiyah Merakurak Kabupaten Tuban
PEMBELAJARAN di sekolah kami
lambat laun menjadi semakin menarik,
menyenangkan, aktif dan inovatif. Ini
semua adalah berkat pelatihan dan
pendampingan yang dilaksanakan oleh
DBE3 kepada para guru mulai dari BTL
I, BTL 2, dan BTL 3.
Sepulang dari pelatihan, saya selalu
mencoba untuk menerapkan hasil
pelatihan ke dalam pembelajaran di
kelas. Salah satu yang pernah saya
terapkan adalah penggunaan media
pembelajaran PICWORDS (Picture
and Words untuk memudahkan siswa
dalam belajar writing khususnya
DESCRIPTIVE TEXT.
Selama saya mengajar Bahasa Inggris,
khususnya writing baik itu descriptive
maupun narrative banyak siswa tidak
menyukainya karena dianggap pelajaran
sulit. Setelah saya menggunakan media
PICWORDS untuk mengajarkan
Media Komunikasi SMP dan MTs
Hasil karya siswa tentang menulis descriptive text dengan media PICWORD.
writing, ternyata hasilnya luar biasa.
Siswa yang biasanya cuek dan malas,
akhirnya menjadi senang dan merasa
mudah dalam belajar DESCRIPTIVE
TEXT. Dalam alur pembelajaran yang
membahas tentang Public Service,
pertama-tama siswa dikenalkan dengan
simbol-simbol yang berhubungan
dengan hotel. Mulai tingkatan kelas
hotel, macam-macam fasilitas hingga
letak dan jenis transportasi yang dapat
menjangkau hotel tersebut.
Setelah siswa mengenal gambargambar simbol, mereka menulis secara
deskriptif tentang hotel dan fasilitasnya.
Siswa ternyata cukup antusias.
Kemampuan menulis secara deskriptif
semakin meningkat.
Dari refleksi pembelajaran, siswa
menyatakan menyukainya. Menurut
Maratus Sholihatur pembelajaran ini
sangat menyenangkan karena
menggunakan media pembelajaran yang
bagus dan tepat. Kata Liulin Nuha,
“Pembelajaran tadi enak sekali, runtut,
membuat saya bisa menulis teks
deskriptif dan suasananya menyenangkan.”
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 17
Sulawesi Selatan
Mengelola Karya Siswa
Lewat Lomba Portofolio Kelas
KARYA siswa yang terkumpul
dari hasil setiap proses pembelajaran
dikelola dengan baik oleh SMPN 1
Makassar. Semua karya siswa yang ada
dihimpun sebagai portofolio pembelajaran siswa dan dijadikan sebagai
sumber belajar.
Portofolio kelas itu menjadi kreasi
sebuah kelas yang elok dipandang,
perangkat tertata rapih-bersih, tertib
administrasi, dan tata pajang karya
siswa (portofolio pembelajaran) yang
artistik menjadi komponen utamanya.
Oleh kepala sekolah, Kasafuddin,
portofolio kelas ini dijadikan sebagai
sebuah model pengelolaan kelas.
Menarik kan? Iyalah! Hebatnya lagi,
portofolio kelas dikelola secara partisipatif oleh siswa dan guru. Hasilnya,
ketertiban, kebersihan, dan keamanan
kelas selalu terjaga.
Event lomba Portofolio Kelas digelar selama 10 hari (14-26 Desember
2009). Diikuti 1.080 siswa kelas tujuh
hingga kelas sembilan. Tujuannya adalah 1) menumbuhkan kesadaran siswa
akan kreasi suasana kelas yang men-
dukung pembelajaran aktif, 2) meningkatkan kinerja guru kelas, 3) meningkatkan tanggung jawab guru dan siswa
dalam memelihara perangkat kelas terutama memperbaharui pajangan karya
siswa.
Selama 10 hari pagelaran lomba,
tim penilai melakukan penilaian. Tim
penilai ini berjumlah lima orang yang
terdiri dari Kasek, Wakasek, 2 guru
(bukan guru/wali kelas), dan siswa
(ketua OSIS). Mereka memusatkan
penilaiannya pada 4 komponen pokok
dengan bobot angka, yakni keindahan
kelas (0-15), kebersihan kelas (0-15),
karya siswa (0-40), dan administrasi
kelas (0-30).
Yang terakhir ini mencakup sejumlah item seperti formasi kelas, buku
absen siswa, jadwal pelajaran, struktur
organisasi kelas, jadwal tugas kebersihan, dan ornamen paten kelas
Pancasila, foto presiden dan wapres RI.
Sepuluh kelas yang keluar sebagai pemenang lomba mendapatkan hadiah
menarik, termasuk uang 300.000
rupiah untuk kelasVIII-5 sebagai juara I.
Foto-foto karya siswa, data administrasi siswa, kotak P3K, lap, tempat cuci tangan tertata rapi dalam kelas.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 18
Pelatihan Pembelajaran Bermakna di Kabupaten Inti
Kurniati Syamsuddin: Saya Sadar kalau Metode
Mengajar Saya Harus Diperbaharui
SETELAH 20 tahun mengajar, kini ia baru menyadari betapa pentingnya memperbaharui metode pembelajaran. Kurniati Syamsuddin
adalah guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Ma’rang Pangkep. Kilas balik
pengalaman pembelajarannya selama ini, diceritakan sesaat setelah
penutupan pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna
2 (BTL2) di SMPN 1 Mnasate’ne (12-15/2). Nampak begitu terharu
menghayati kuatnya antusiasme belajar siswanya saat melaksanakan
praktik mengajar, sebagai bagian penting dari pelatihan yang diikutinya itu.
Dengan membandingkan kekuatan metode pembelajaran aktif, ia
bahkan sempat menyeka air matanya, merasa mengoreksi diri, saat
mengungkapkan kekurangan dan kelemahan metode dan pendekatan
pembelajarannya. “Sudah kurang lebih 20 tahun saya mengajar, sekarang
saya sadar kalau metode mengajar saya harus diperbaharui,” katanya.
Antusiasme peserta Pelatihan BTL2 lainnya juga tampak pada
pelatihan di tiga kabupaten inti lainnya, Enrekang (6-8/2), Jeneponto dan
Luwu (19-22/2). 190 peserta yang berasal dari guru Matematika, IPA, IPS,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di
empat kabupaten tersebut sangat aktif berlatih tentang Pembelajaran
Bermakna. Pembelajaran dengan pendekatan CTL ini berintikan
pembelajaran kooperatif, pertanyaan tingkat tinggi, pemecahan masalah,
apresiasi karya siswa, dan refleksi pembelajaran.
11
2
2
4
4
3
Foto-foto Pembelajaran aktif yang dilaksanakan peserta pelatihan saat praktik mengajar: (1) di SMPN 2 Pangkep, (2) di SMPN 1
Bajo, (3) di SMPN 4 Tamalatea Jeneponto, dan (4) di MTsN Binamu Jeneponto.
Apa Kekuatan Pembelajaran Kontekstual?
Kurnia
Syamsudin:
Naima, S.Pd, guru
IPA SMPN 1 Bajo:
”Memusatkan
perhatian siswa
belajar selama
proses
pembelajaran.”
”Mengaktifkan siswa
belajar,
meningkatkan
penyerapan, dan
kecakapan hidup
siswa.”
Media Komunikasi SMP dan MTs
Bacce Sareta, guru
Bahasa Inggris
SMPN 1 Anggareja:
”Mengintegrasikan
kecakapan hidup siswa
dalam pembelajaran,
khususnya kecakapan
akademis dan sosial.”
Edisi 06/ Mei 2010
Berita dari Provinsi
Hal 19
Pameran Karya Siswa, Jadi Kegiatan Porseni Sekolah
INI gagasan brilian siswa SMPN 1
Lilirilau Kabupaten Soppeng. Pameran
karya siswa mereka buat sebagai salah
satu kegiatan Porseni Sekolah. Guru
dan kepala sekolah pun terlibat aktif
menyukseskan inisiatif siswa. Bahkan
sekolah menyisihkan dana BOS untuk
mengadakan bahan yang dibutuhkan
seperti tripleks media pajangan karya
untuk setiap kelas, karton, kertas
Tantu, Kasek
plano, dan lainnya. “Kami mendukung
SMPN 1 Lilirilau
penuh mereka, karena kami berkomitmen untuk mewujudkan pembelajaran aktif yang diterapkan
guru,” kata Tantu, S.Pd, M.Si, Kasek mitra DBE3.
Selama tiga hari, 28-30 Desember 2009 mereka
menggelar pameran karya siswa. Lomba olahraga dan seni.
Kegiatan ini diikuti oleh semua tingkatan, kelas 7, 8 dan 9.
Selama event ini berlangsung, siswa sungguh tampak bergairah menunjukkan karya terbaiknya apalagi mereka beroleh dukungan dari orangtua yang datang berkunjung.
Semua karya siswa dari semua mata pelajaran dipajang
artisitik di atas tripleks pajangan. Karya lainnya ditata rapi di
dalam amplop besar yang terbuat dari karton. Semua karya
siswa ini merupakan hasil pembelajaran bermakna berdasarkan kompetensi dasar yang digariskan dalam RPP
masing-masing guru. Oleh karena itu, semua hasil karya
akan dijadikan portofolio siswa.
Ragam Karya Siswa yang Dipamerkan pada Kegiatan Porseni Sekolah
Matematika
PAI
Olahraga
TIK
Seni Budaya
IPS
Bahasa Inggris
Media Komunikasi SMP dan MTs
IPA
Bahasa Indonesia
Edisi 06/ Mei 2010
1
Dampak Program di Sekolah Mitra DBE 3
Merawat Pembelajaran Aktif
Jika saya mendengar, saya melupakannya
Jika saya melihat, saya mengingatnya
Jika saya melakukannya, saya mengetahuinya (Laotse)
NASIHAT inilah yang memotivasi Haddika, guru bahasa Inggris SMPN
4 Baranti Sidrap, untuk selalu memikirkan dan menerapkan pembelajaran terbaik yang diketahuinya. Menurutnya, hampir semua sekolah memiliki sumberdaya manusia yang bagus, namun sayangnya, belum semua pihak pengelola
sekolah melaksanakan yang diketahuinya. Khususnya guru dan kepala sekolah
yang paham tentang metode PAKEM yang diperolehnya dari banyak pelatihan.
Pembelajaran sistematis, kooperatif, berpikir kritis masih diingat dan
dipahami saat berlatih terapkan pembelajaran CTL. Kini, saat kembali ke kelas, karena tidak diterapkan, pengetahuan berharga itu hilang dan tak memberi manfaat kepada siswa.
2
Usia sekolahnya masih sangat belia, belum melahirkan alumni, namun ia justru
memandangnya sebagai potensi merawat
dan mengembangkan model pembelajaran
terbaru. Apalagi kepala sekolah, Drs. Samsuddin, sangat proaktif mendukung peningkatan kualitas pembelajaran.
Ia bertekad pembelajaran bermakna yang
diketahuinya tetap eksis di sekolahnya.
Tidak saja untuk sustainibilitas sebuah pembelajaran terkini-Contextual Teaching and
Learning- yang dipahaminya, namun atas
nama kesenangan dan penyerapan siswa
dalam belajar, ia selalu berkomitmen
menerapkan pembelajaran aktif, pembelajaran yang mendorong berkembangnya
kecakapan hidup siswa.
Pembelajaran yang dilaksanakan Haddika,
seperti terlihat pada foto-foto. Lewat
monolog pendek kreasi siswa terungkap
kemampuan menunjukkan arah (Giving Direction). Dan kompetensi Procedure and
Descriptive Text dicapai melalui tugas membuat dan menjelaskan miniatur sekolah
sebagai karya siswa.
6
3
7
4
5
Keterangan Foto:
(1) Alur target pembelajaran yang disiapkan.
(2) dan (3) LK yang diberikan kepada siswanya
dan model miniatur yang akan diselesaikan
siswa.
(4) dan (5) Kerja kelompok dan membagi tugas.
(6) Diskusi kelompok.
(7) Presentasi hasil karya kelompok.
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan
dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda
ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke [email protected].
Download