Inovasi Pendidikan No. 6 Mei 2010 Media Komunikasi SMP dan MTs Mitra DBE3 Maju di Konferensi Nasional Wamendiknas, Fasli Jalal Wamen Mendorong Diseminasi DBE PERLUNYA melakukan inovasi pembelajaran secara berkelanjutan disampaikan Prof. Fasli Jalal, Ph.D pada saat memberikan sambutan pada acara konferensi nasional pendidikan USAID dan pemerintah Indonesia. Menurut Wamendiknas, guru di Indonesia 25 kali lebih banyak bicara di kelas di bandingkan siswanya. Sementara negara lain 5 kali lebih banyak. Untuk itu diperlukan pendekatan dan praktik terbaik dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif. ”Perlu dicari model, terobosan, inovasi, dan dipelajari benar model-model terobosan dan inovasi tersebut. Dari pembelajaran itu dilihat mana yang dianggap sangat baik atau best practices yang lahir dari bumi sendiri, pengalaman sendiri. Tentunya harus kontekstual dan sangat relevan dengan sosio kultural di tempat di mana ide-ide itu dikembangkan,” papar Wamendiknas. Kalau itu sudah diperoleh, lanjut Wamendiknas hal itu perlu diinternalisasi oleh stakeholders pendidikan. Mulai guru, pengawas, birokrasi di tingkat kabupaten, didukung oleh provinsi, didukung oleh Kemendiknas dan Kementerian Agama dengan koordinasi Menko Kesra. Walaupun lokasi program yang didampingi USAID terbatas tapi mempertahankan dan mengembangkannya di tempat yang sama, membawa ide-ide ini ke sekolah baru atau ke kabupaten yang baru atau di tingkat nasional ke provinsi-provinsi yang baru. “Itulah cita-cita kita,” kata Wamendiknas bersemangat. Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net SEMUA program pendidikan yang dibiayai USAID ikut serta dalam Konferesi Nasional yang diadakan oleh Pemerintah Indonesia dan USAID di Kemen Diknas pada tgl. 7 April 2010. Wakil Menteri Diknas, Bpk. Fasli menghargai bantuan USAID dan mendorong keberlanjutan dan penyeberluasan program oleh pihak pemerintah (lihat artikel di sebelah kiri). Setelah makan siang setiap program mempresentaNadya dan Nur Ramadhan, sikan kegiatannya. Narasumber DBE3 yang tampil siswa SMPN8 Bogor jadi nara adalah seorang guru, Ibu Lia dari MTsN Binjai, Kepala sumber di konferensi nasional Sekolah dan dua siswa dari SMPN 8 Bogor, serta Bpk. Mansyur Eppe dari Pangkep, Sulsel, yang mewakili fasilitator daerah. Di luar ruang rapat ada pameran program USAID. Pameran DBE3 meliputi bahan dari semua propinsi mitra program. Anda dapat membaca lebih lanjut tentang kontribusi DBE3 dalam konferensi nasional pada halaPameran DBE3 di man 2 dan 3. Konferensi Nasional Showcase Berlangsung di Banyak Daerah SEBAGIAN besar daerah mitra di enam propinsi telah mengadakan district showcase (atau pameran daerah) untuk menunjukkan kemajuan DBE3 di sekolah mitra maupun sekolah lainnya yang menerapkan program. Yang diundang sebagai peserta adalah pihak pemerintah daerah dan wakil dari sekolah nonmitra. Di beberapa daerah, kegiatan showcase ini diadakan di pendopo Kepala Sekolah dan guru MTs YPMI di depan Bupati atau Walikota dan dibuka pameran di Tanjung Balai, Sumut oleh beliau sendiri. Hasil karya siswa, media, rencana, dan gambar proses pembelajaran dari sekolah mitra dipamerkan. Kepala sekolah, guru, fasilitator daerah, dan siswa membuat presentasi tentang perubahan yang terjadi di sekolah mereka. Selain itu, di banyak daerah ada kunjungan ke sekolah mitra untuk menyaksikan langsung proses belajar mengajar. Laporan singkat tentang showcase di dua daerah dapat dibaca pada hala- Dampak Pada Siswa DBE3 telah mengadakan tes siswa di 54 sekolah mitra di 25 daerah untuk menilai kompetensi dalam mata pelajaran B. Indonesia, Matematika, dan B. Inggris. Kenaikan skor dari tahun 2009 ke 2010 cukup bermakna, seperti terlihat pada grafik di sebelah kanan. Anda dapat membaca lebih lanjut pada halaman 4. 2009 2010 66.7 70.0 59.1 60.0 49.7 50.0 41.7 40.0 38.4 32.0 30.0 20.0 10.0 0.0 B. Indonesia Mathematika B. Inggris Berita Utama Hal 2 Konferensi Nasional Pendidikan USAID dan Pemerintah Indonesia: Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Fasilitator Mempresentasikan Praktik Pengajaran Terbaik Konferensi Nasional Pendidikan (KNP) USAID dan Pemerintah Indonesia diselenggarakan di gedung Kementerian Pendidikan Nasional pada 7 April 2010. DBE 3 menampilkan berbagai keberhasilan dalam mendorong praktik pengajaran terbaik di sekolah. Kepala sekolah, guru, fasilitator daerah (DF), bahkan siswa mempresentasikan berbagai dampak positif program DBE 3 yang dirasakannya secara langsung. Berikut adalah petikan paparan kepala sekolah, guru, fasilitator daerah, dan siswa. Lia Windari, S.Pd, Guru IPA MTsN Binjai Perubahan Praktik Pembelajaran di Kelas Lia Windari S.Pd. SETELAH dilatih DBE 3, perubahan yang terjadi di kelas saya sangat terasa sekali. Sekarang siswa tampak lebih aktif dan asyik dalam belajar. Penataan meja-kursi sudah disusun secara berkelompok. Pajangan hasil karya siswa memenuhi kelas termasuk papan pajangan yang ada di luar kelas. Sudut baca dan sumber belajar siswa juga sudah ada di setiap kelas. Berdasarkan hasil PTK yang saya lakukan, lebih dari 50% siswa menjadi kreatif dan nilai hasil evaluasi belajar anak meningkat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap semangat peningkatan diri. Saya sekarang rajin mencari informasi dari berbagi sumber dan berdiskusi dalam wadah MGMP. Siswa MTsN Binjai saat praktik IPA yang difasilitasi ibu Lia Windari. Drs. Mansyur Eppe, Guru Matematika SMPN 2 Pangkajene, dan Fasilitator Daerah Pangkep Aktif Mendampingi dan Konsisten Menerapkan BAGAIMANA fasilitator daerah dilatih? Prosesnya dikemas seperti praktik pembelajaran yang menciptakan proses belajar aktif. Misalnya peserta didorong untuk bekerja secara kooperatif, mempresentasikan hasil karya, atau melakukan kunjung karya. Drs. Mansyur Eppe. Tujuannya agar peserta mendapatkan contoh langsung dan dapat mempraktikkannya di kelas nyata. Pasca pelatihan, para fasilitator daerah secara khusus juga aktif mendampingi para peserta saat mengajar di kelas. Mulai mempersiapkan RPP yang baik sampai mempraktikkannya di kelas, fasilitator ikut terlibat aktif. Hal ini untuk menjaga konsistensi implementasi hasil pelatihan, menjaga keberlanjutan program, dan membantu terwujudnya proses belajar aktif di kelas. Media Komunikasi SMP dan MTs Siswa mewawancarai tukang becak, salah satu pembelajaran Matematika yang difasilitasi pak Mansyur. Seorang fasilitator, selain melatih dan mendampingi guru di kelas atau di MGMP, harus juga melakukan terlebih dahulu keterampilan yang diperoleh. Sehingga fasilitator sudah memiliki pengalaman sebelum melatih keterampilan yang akan dipraktikkan peserta di kelas nyata. Edisi 06/ Mei 2010 Berita Utama Hal 3 Dra. Yani Herliani, Kepala SMPN 8 Bogor: Komitmen untuk Mendorong Perubahan di Sekolah ADA lima hal utama yang saya lakukan untuk mendorong perubahan di sekolah, terutama setelah sekolah saya bermitra dengan DBE 3: (1) Meminta guru yang sudah ikut pelatihan untuk mempraktikkan hasil pelatihan di kelas dan menginformasikannya kepada guru lain dalam rapat pembinaan dan kegiatan MGMP sekolah; (2) Memfasilitasi kebutuhan guru mengajar; (3) Melaksanakan supervisi, dengan berkomunikasi kepada guru: “saya ingin melihat model pembelajaran yang baru, saya ingin melihat bagaimana siswa belajar bersama guru, dan Dra. Yani Herliani. saya ingin melihat bagaimana pelajaran tersebut diajarkan”; (4) Mengajak guru mata pelajaran yang berbeda melaksanakan kunjungan kelas lintas mata pelajaran; dan (5) Mereplikasi pelatihan DBE3 bagi semua guru secara swadana. Lintas guru mapel saling melihat PBM yang baik. Salah satu program ibu Yani dalam mendorong perubahan. M. Nur Ramadhan dan Nadya, Siswa SMPN 8 Bogor yang Tampil pada KNP Mampu Meningkatkan Nilai M. Nur Ramadhan dan Nadya saat presentasi di hadapan peserta KNP, menunjukkan salah satu hasil karyanya yang juga digunakan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. M. NUR Ramadhan dan Nadya adalah satu-satunya peserta KNP dari unsur siswa yang diberi kesempatan mempresentasikan perubahan yang terjadi di sekolahnya. Menurut Ramadhan, dirinya merasakan hubungan guru dengan siswa terasa lebih dekat. Banyaknya variasi belajar, membuat siswa menjadi tidak bosan. Posisi yang dibuat bervariasi, memudahkan sharing bersama teman. Dampaknya, kedua siswa itu mengaku rata-rata nilai yang diperoleh menjadi lebih baik. Ramadhan dan Nadya juga merasa bisa lebih berekspresi dan bervariasi dalam menciptakan hasil karya. “Kalau dulu biasanya hanya terbatas membuat puisi atau kerajinan tangan, sekarang hampir di semua mata pelajaran kami diberi kesempatan untuk berkreasi,” sahut Nadya. SMPN 8 Bogor baru setahun ini menjadi mitra DBE 3. Perubahan nyata sudah dapat dilihat di sekolah ini, bahkan sekolash ini sering dikunjungi sekolah lainnya. Pak Eko, guru matematika dari Purworejo, menunjukkan hal yang menarik dalam pameran DBE3 ke pada peserta konferensi nasional. Guru, fasilitator daerah, dan staf DBE3 yang membantu menyiapkan pameran untuk Konferensi Nasional Pendidikan USAID dan Pemerintah Indonesia Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 06/ Mei 2010 Berita Utama Hal 4 DBE3 Menilai Dampak Program pada Siswa DBE3 telah mengadakan tes siswa di 54 sekolah mitra di 25 daerah untuk menilai kompetensi dalam mata pelajaran B. Indonesia, Matematika dan B. Inggris. Tes pertama diberikan di kelas 8 pada bulan Februari s.d. April 2009 dan diulang di kelas 8 di sekolah yang sama pada bulan Februari dan Maret 2010. Tes tersebut lebih menilai kecakapan hidup siswa, termasuk kemampuan berkomunikasi: baca-tulis dalam B. Indonesia, menyimak-baca-tulis-bicara dalam Bahasa Inggris. Tes matematika lebih berorientasi kepada pemecahan masalah, pemahaman, serta kemampuan menerapkan konsep. Penilaian Siswa Sekolah Mitra DBE3, tahun 2009-10 Tampak pada grafik di samping kanan, skor di semua tes naik cukup banyak. Dalam Bahasa Indonesia, tes membaca naik dari 66.6% menjadi 73%, tes menulis naik dari 51.6% menjadi 60.4%. Tes matematika naik cukup tinggi dari 32% menjadi 41.7%. Tes B. Inggris - menyimak, baca, tulis - juga naik dari 38.4% menjadi 49.7%. Tes berbicara naik dari 50.4% menjadi 68.1%. Kami simpulkan bahwa kenaikan skor ini mencerminkan perubahan dalam kegiatan belajar mengajar yang telah terjadi 80.0 2009 2010 73.0 70.0 66.6 64.6 60.4 60.0 51.6 49.7 50.4 50.0 41.7 38.4 40.0 32.0 30.0 20.0 10.0 0.0 B. Indonesia Membaca B. Indonesia Menulis Mathematika English English Speaking Listening, Reading, Writing Grafik hasil skor tes siswa di sekolah mitra DBE 3. di banyak sekolah. Siswa lebih banyak membaca untuk mencari informasi, serta menulis temuannya dengan kata-kata sendiri. Siswa juga diberikan lebih banyak kesempatan untuk berdiskusi dan memecahkan masalah sendiri. Kami mengucapkan selamat kepada guru dan sekolah mitra DBE3 atas kenaikan skor ini. Media Sederhana Membuat Belajar Jadi Bermakna DALAM pelaksanaan Lokakarya Hasil Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna di Jawa Timur, ada beberapa hal menarik untuk diamati, salah satu hal yang menonjol adalah kreativitas para guru dalam menghasilkan media alternatif. Pada kegiatan ini tampak ide kreatif para guru dalam menciptakan media pembelajaran alternatif untuk menunjang proses pembelajaran bermakna. Luar biasa!!!! Ibarat pepatah, tak ada akar rotan pun jadi. Barang bekas yang tampak tidak berguna mereka sulap menjadi media pembelajaran untuk membantu siswa mencapai kompetensi yang diinginkan. Media pembelajaran tidak harus mahal, buatan pabrik atau berteknologi tinggi. Permainan dart yang dikembangkan oleh guru MTsN Krian untuk pembelajaran Bahasa Inggris. Pohon kata untuk mata pelajaran Bahasa Inggris yang dikembangkan oleh guru Bahasa Inggris SMPN 2 Sedati kabupaten Sidoarjo. Media Komunikasi SMP dan MTs Boneka ini adalah media pembelajaran IPA. Di sekujur badan boneka dapat ditemukan rumus IPA. Tirai faktor, sebuah media pembelajaran aritmatika yang dikembangkan oleh guru MTs Darul Ulum Pasinan Baureno Kab. Bojonegoro. Dengan media bola ini, siswa akan lebih mudah dalam mengklasifikasikan tumbuhan dan hewan. Media ini dikembangkan oleh guru IPA MTsN Tanjunganom Kabupaten Nganjuk. Edisi 06/ Mei 2010 Berita Utama Hal 5 DISTRICT SHOWCASE Menunjukkan Kemajuan Sekolah Mitra Sebagian besar daerah mitra (25 daerah) di enam propinsi telah mengadakan district showcase (atau pameran daerah) untuk menunjukkan kemajuan DBE3 di sekolah mitra maupun sekolah lainnya yang menerapkan program. Yang diundang sebagai peserta adalah pihak pemerintah daerah dan wakil dari sekolah non-mitra. Hasil karya siswa, media, rencana, dan gambar proses pembelajaran dari sekolah mitra dipamerkan. Kepala sekolah, guru, fasilitator daerah, dan siswa membuat presentasi tentang perubahan yang terjadi di sekolah mereka. Selain itu, di banyak daerah ada kunjungan ke sekolah mitra untuk menyaksikan langsung proses belajar mengajar. Di bawah ada laporan singkat tentang showcase di dua daerah, Dukungan Kuat dari Pemerintah Daerah di Tanjung Balai District Showcase di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara diadakan pada tgl. 26 April di Pendopo Walikota. Beliau sendiri yang membuka bersama Kepala Dinas, dan Ketua DPRD. Setelah pembukaan mereka semua sempat turun ke sekolah mitra DBE3 untuk melihat pembelajaran secara langsung. Di bawah ini ada beberapa gambar dari showcase tersebut. 1. Kepala sekolah MTs YPMI, Ibu HJ. Zainibah, BA berdiri bersama dua guru di depan pajangan hasil karya siswa dari sekolahnya. 2. Salah satu keunggulan di Tanjung Balai adalah kemampuan siswa dalam Bahasa Inggris. Ibu Meliyati, guru Bahasa Inggris dari SMPN1 Tanjung Balai berdiri di depan pajangan hasil karya siswa. 3. Seorang siswi SMPN2, Mega namanya, berpresentasi tentang perubahan yang terjadi di sekolah sejak menjadi mitra DBE3 - Yang mengagumkan, presentasi 100% dalam Bahasa Inggris! 4. Siswa biasa mengarang dalam B. Inggris seperti tampak pada tulisan ini tentang ‘My Idol’. 5. Walikota Tanjung Balai, Bpk Sutrisno Hadi, SpOg (kanan) dan Kepala Dinas 1 Pendidikan, Bpk Hamlet Sinambela (kiri), ikut turun ke sekolah. 6. Ketua DPRD, Bpk Eka Hadi S, SE mengamati dan ikut terlibat dalam pembelajaran matematika di SMPN5 Tanjung Balai. Beliau, bersama guru Ibu Tustu Reni, S. Pd. mengamati siswa menyusun berbagai jaringan membuat balok. 3 5 6 2 4 Penyebaran Inovasi Secara Luas di Indramayu District Showcase yang diadakan pada tgl. 18 Maret di Indramayu dikelola oleh fasilitator daerah (gambar 2) dan menunjukkan dampak kegiatan DBE3 di sekolah mitra melalui pameran yang sangat menyenangkan dari 10 sekolah mitra. Pameran dari SMPN1 Indramayu ditampilan di gambar 1 di bawah ini. Acara dibuka oleh Sekretaris Daerah dan Kepala Dinas dan meliputi presentasi dari kepala sekolah, fasilitator daerah, guru dan siswa. Ada pula kunjungan ke beberapa sekolah mitra. Gambar 3 di bawah ini menunjukkan siswa di MTsN Mohnbener yang membacakan hasil karya kepada siswa lain pada saat kunjungan tersebut. 1 Media Komunikasi SMP dan MTs 2 3 Edisi 06/ Mei 2010 Berita Utama Hal 6 Guru Kreatif, Siswa Enjoy Belajar “SAYA selalu berusaha menanamkan di pikiran siswa bahwa belajar IPA itu menyenangkan. Fisika, kimia dan biologi itu asyik. Dan yang saya lihat, mereka sangat menikmatinya. Tingkat penyerapan mereka meningkat,” kata Wahyuddin, S.Pd, guru IPA SMPN 2 Palopo. Setelah memastikan, KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, Wahyuddin merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan lalu memilih media yang relevan dan terjangkau bagi siswa. Ia memang begitu yakin kalau kecintaan siswa terhadap pelajaran sangat bergantung pada metode pembelajaran dan pendekatan interpersonal kepada siswa. Bahkan saat merancang kegiatan pembelajaran, ia terlebih dahulu meminta saran dari siswanya tentang metode belajar yang mereka suka untuk materi ajar yang direncanakan. Ia lalu harus memutar otak bagaimana bisa menyesuaikannya dengan indikator dan tujuan yang akan dicapai. Tak jarang ia harus mengajak siswa belajar di luar kelas, menggunakan sumber belajar di lingkungan sekitar. Tujuannya jelas, agar terwujud sebuah pembelajaran kontekstual hingga akhirnya siswa memahami lebih nyata apa yang dipelajarinya. Demikian ia menjelaskan berbagai kreasinya menciptakan pembelajaran aktif. Berbekal pengalaman menerapkan metode Pembelajaran Bermakna, ia sem ak in y akin b ah w a me la lu i pembelajaran aktif ia mampu membuat siswa aktif, kreatif, dan perolehan pengetahuannya semakin meningkat. Wahyudin, S.Pd guru IPA SMPN 2 Palopo. Keterangan Foto: (1) Pembelajaran aktif lewat kerjasama antar kelompok (2) dan (3) Siswa mengerjakan tugas petanyaan tingkat tinggi lewat LK yang memicu pemikiran kritis siswa. (4) Menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar siswa. (5) Mengajak siswa belajar dan praktik di di luar kelas. (6) Siswa puas dan ceria menunjukkan dan mempresentasikan hasil karya kelompoknya. (7) dan (8) Hasil karya siswa yang ditata secara artistik agar menciptakan suasana kondusif mendukung pembelajaran aktif. Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 06/ Mei 2010 Hal 7 Berita dari Provinsi Sumatera Utara Belajar Menyenangkan di SMPN 11 Binjai Saya Pindi Seprilla. Bersekolah di SMP Negeri 11 Binjai dan duduk di kelas IX-1. Lewat tulisan ini saya hendak membagi proses belajar yang terjadi di sekolah kami. SUDAH 3 tahun saya mengenyam pendidikan di SMPN 11 Binjai. Setahun belakangan banyak perubahan yang terjadi di sini. Salah satunya adalah proses belajar mengajar. Di sekolah kami, belajar sekarang menjadi menyenangkan. Dulu tidak seperti itu. Sewaktu saya duduk di kelas VII, kami belajar dengan cara umum, duduk berbaris. Namun sekarang seiring waktu, cara kami belajar berubah. Sekarang kami duduk berkelompok, lebih sering berdiskusi, dan kami merasa lebih bebas. Saya menyukai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dari dulu saya sudah suka, tetapi sekarang saya makin keranjingan dengan pelajaran itu. Yang membuat saya bisa begitu, karena kami tidak lagi terus menerus belajar teori. Sekarang kami sudah mengadakan praktik di luar kelas. Jadi kami bisa mengetahui langsung apa yang ada di alam. Bagi saya, mengerjakan soal-soal latihan dari guru secara individu, itu agak susah. Susahnya karena kita bekerja sendiri. Tapi sekarang, karena kami duduk berkelompok, kami bisa menjawab soal bersama-sama. Jadi latihan yang diberikan guru terasa lebih ringan. Suatu ketika, kami diminta mempresentasikan hasil diskusi. Kami bekerja keras membuat presentasi itu sebaik– baiknya. Kami membagi-bagi tugas agar gampang. Ketika saat presentasi tiba, kami sukses melakukannya. Saya girang minta am- Siswa SMPN 11 Binjai melakukan uji coba di laboratorium untuk menguji tekanan panas. Praktik IPA seperti ini membantu siswa untuk lebih mudah memahami pelajaran IPA. pun. Itulah keuntungan dari belajar berkelompok. Belajar berkelompok juga tidak mudah. Kadang dua atau tiga orang saja yang berkontribusi dalam kelompok. Tapi ini tantangan, kami harus kreatif untuk mengatasinya. Lebih Mudah Mengerjakan Soal Liana Zahara (13) itu nama saya. Sekarang saya belajar di SMP Negeri 2 Binjai. Saat menulis cerita ini, saya tengah menyiapkan diri menghadapi final kompetisi matematika PASIAD se-Indonesia. MENGIKUTI kompetisi bukan perkara gampang bagi saya. Selain banyak pesaing, soal-soal yang disajikan juga beragam. Tidak mudah untuk mengerjakannya. Ini benar-benar kompetisi yang ketat. Saya cukup tertolong dalam persiapan. Metode pembelajaran yang dijalankan di sekolah, banyak membantu saya. Di sekolah kami belajar secara berkelompok. Dalam kelompok kami dibiasakan untuk bertukar pendapat. Perbedaan pendapat hal yang biasa. Kami bisa menerima itu dengan baik. Media Komunikasi SMP dan MTs Hal yang menyenangkan dalam belajar berkelompok, kami bisa berbagi pengetahuan. Soal-soal matematika yang rumit, misalnya, bisa kami selesaikan bersama-sama. Jika saya kurang mengerti cara menyelesaikan salah satu soal, saya bisa tertanya kepada kawan saya yang lebih paham. Dia akan membantu saya untuk mengerjakannya. Cara dia menjelaskan juga lebih sederhana dan lebih cepat saya mengerti. Begitu pula sebaliknya, jika saya yang lebih mengerti maka saya akan membantunya. Cara belajar di sekolah kami memang berbeda. Hubungan kami dengan guru terasa lebih dekat. Kami diizikan untuk menyampaikan pendapat. Ruang kelas kami juga tampak berbeda. Banyak karya kami yang menempel di sekujur dinding kelas. Situasi belajar kami itu membuat saya lebih nyaman mempersiapkan diri. Saya pun lebih percaya diri untuk menghadapai kompetisi. Semoga saya berhasil!!! Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 8 Replikasi untuk Kualitas Lewat dukungan dana sekolah dan alumni, SMP Negeri 2 Binjai melakukan pelatihan replikasi modul BTL2 yang diikuti 57 guru. “Perubahan cara belajar di kelas semakin menyenangkan karena proses belajar DBE3. Kita dapat sharing, yaitu dapat bertukar pikiran dengan teman yang lain. Kita juga semakin akrab dengan teman-teman,” tulis Isaini Intan Putri, pelajar SMPN 2 Binjai, finalis kompetisi matematika PASIAD seIndonesia. Putri punya pengalaman menarik tentang pembelajaran berkelompok. Penggemar matematika ini mengaku dulu kesulitan dalam topik pythagoras. Tapi, sekarang Putri punya trik.”Saya tanya bagaimana cara mengerjakan soal itu kepada teman yang mengerti,” ungkap Putri. Di sekolah Putri, tidak hanya pelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran aktif. Seluruh mata pelajaran juga mempraktikkan metode ini. Praktik ini dimungkinkan, karena semua guru SMPN 2 Binjai sudah dilatih modul Better Teaching and Learning 2 (BTL2) lewat pelatihan replikasi. Menurut Kepala SMPN 2 Binjai, Pak Hanafi, ide menggelar pelatihan replikasi datang dari kebutuhan sekolah. 1 1. Suasana belajar di SMPN 2 Binjai. Siswa duduk berkelompok dan karya siswa menempel di sekujur dinding kelas. 2. Siswa menggunakan lapangan untuk melakukan ujicoba fisik dalam topik pesawat sederhana. 2 Pak Hanafi ingin kualitas pembelajaran di SMPN 2 Binjai meningkat. Tapi rencana besar itu punya kendala. Dari 73 guru di SMPN N 2 Binjai, baru 16 guru yang dilatih DBE3. Keadaan ini menyulitkan Pak Hanafi untuk meningkatkan kualitas secara keseluruhan. Demi menggenjot kualitas sekaligus pemerataan kemampuan, maka Pak Hanafi melakukan pelatihan replikasi modul BTL2. Pelatihan dilaksanakan lima hari (23-28/12/2009) dengan peserta sebanyak 57 guru. Biaya pelatihan diambil dari biaya sekolah dan dukungan alumni. Setelah pelatihan SMPN2 Binjai tampak berubah. Kelaskelas mempraktikkan pembelajaran aktif. Kesenjangan antara guru yang dilatih DBE3 dan belum dilatih, tidak lagi begitu tampak. Kini SMPN 2 Binjai sudah bisa mempraktikkan whole school approach secara menyeluruh. 3 4 3. Guru bidang kesenian juga menggunakan pembelajaran aktif dalam mengampu mata pelajaran. Ini adalah dampak dari pelatihan replikasi. 4. Karya siswa berupa naskah drama dipamerkan di dinding kelas. Para Penggiat Replikasi MEREKA berdua dikenal kompak dan bersemangat. Asmawati, S.Pd dan Samsul Agus, S.Pd, fasilitator daerah DBE 3. Di kalangan pendidik, keduanya dikenal sebagai guru kreatif dan inovatif. Melalui peran aktfnya, replikasi/diseminasi DBE3 menggeliat bagai jamur tumbuh di musim hujan. Menurut bu Asma, banyak kepala sekolah yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran. “Tapi mereka bingung mencari cara untuk melakukannya,” kata guru Bahasa Indonesia SMAN 7 Binjai itu. Modul yang dikembangkan DBE3 bagai oase di padang gurun. Modul-modul itu sangat membantu sekolah. Itu sebabnya bu Asma rajin menginformasikan tentang pelatihanpelatihan DBE3 kepada sesama guru dan kepala sekolah. Berbekal pengalaman sebagai fasilitator nasional District Facilitators (DFs) DBE3, Ibu Asma sering diundang memfasilitasi pelatihan replikasi. Menurut Samsul Agus, S.Pd rekan seprofesinya yang juga aktif sebagai DF DBE 3, modul-modul DBE3 praktis digunakan. Itu yang membuat banyak sekolah meminta mereka untuk memfasilitasi pelatihan replikasi. Media Komunikasi SMP dan MTs Lantas mengapa dirinya begitu giat mendorong replikasi ke sekolah-sekolah. “Kami sudah banyak mendapatkan pelatihan. Kami punya tanggung jawab untuk membagikannya,” ungkap Pak Agus. Ibu Asma, berbatik merah, saat memfasilitasi pelatihan replikasi di SMPN 1 Selesai, Langkat. Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 9 Jawa Barat-Banten Guru Alumni BTL3 Hasilkan Lembar Kerja (LK) yang Kontekstual dan Menantang LEMBAR KERJA SISWA Lokakarya Review BTL3 di Garut telah mengungkap keberhasilan para guru alumni pelatihan BTL3 dalam membuat Lembar Kerja/Lembar Tugas yang mampu memantik kreativitas siswa. Seperti yang tampak pada gambar, Lembar Kerja karya Andri Agustina, S.Sos., guru IPS di SMP Ciledug Musaddadiyah Garut. LK ini lebih mengembangkan daya pikir dan kreasi siswa. Siswa SMPN 3 Cilegon Senang Belajar IPA dengan Bu Endang Bu Endang telaten mendampingi siswa yang bekerja dalam kelompok. Para siswa pun tidak segan-segan bertanya. LAYAKNYA para ilmuwan, siswa-siswa Kelas VII-H SMPN 3 Kota Cilegon, Banten, tampak seksama dalam sebuah kegiatan eksperimen. Dengan media mikroskop, setiap anggota kelompok bergantian menganalisis sel-sel tumbuhan. Irisan wortel ditaruh pada sasaran bidik mikroskop dan mata segera melekat pada lensa mikroskop itu. Siswa lain meletakkan daun bayam untuk dibidik dengan mikroskop itu. Bu Endang Suryaningsih tampak amat dekat dengan siswa dan telaten memperhatikan kegiatan eksperimen para siswanya. Ia berpindah dari satu kelompok ke kelompok Media Komunikasi SMP dan MTs lainnya untuk memperhatikan kegiatan siswanya. Kala didekati Bu Endang, tak segan siswa bertanya dan meminta arahan atas masalah yang dihadapi. Bu Endang pun dengan sabar meladeni setiap siswa yang membutuhkan treatment. Siswa tampak aktif bekerja sama untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tak jarang terjadi perdebatan kecil antar siswa bila mereka saling berbeda pendapat. Suasana kelas pun tentu sangat hidup dengan siswa yang aktif. “Aku seneng banget bisa belajar seperti ini,” ucap seorang siswa. “Aku ingin jadi dokter, maka aku belajar Biologi dengan giat,” kata siswa lainnya. Di laboratorium IPA, para siswa Kelas VII ini mendalami Biologi di bawah asuhan Bu Endang Suryaningsih. Mereka menggunakan media mikroskop dinacular dua cahaya. Siswa mengamati sel tumbuhan (wortel, bawang merah, gabus singkong, dan bayam). Setiap siswa bertugas membuat empat sel tumbuhan dengan metode eksperimen. Proses pembelajaran di sini diawali dengan demonstrasi oleh guru. Para siswa kemudian melakukan eksperimen mengamati sel-sel tumbuhan dengan media mikroskop. Setiap kelompok bertugas mengamati empat macam sel tumbuhan. Hasil kerja kelompok lantas disajikan sebagai sebuah laporan eksperimen. Setiap kelompok saling berbagi dan memberi feedback atas sajian kelompok lain. Pada akhirnya, Bu Endang memberikan tinjauan dan arahan akhir serta tugas pengembangan. Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 10 SMPN 5 Garut, Jawa Barat Gunakan Barang Bekas untuk Mendukung Pembelajaran Bermutu, Efektif, dan Efisien Oleh Tim Guru: Dra. N. Nurani Nani Hayati, S.Pd. Cecep Riyadus Solihin, S.Pd. KETIKA siswa kelas IX SMPN 5 Garut belajar procedure text, kami menerapkan metode Two Stray Two Sun. Kami mengawali dengan memberi contoh procedure text dan siswa diminta untuk mengisi bagian-bagian kosong pada sebuah teks dengan jangka waktu tertentu. Jawaban siswa lalu dibahas secara bersama-sama dipandu oleh guru. Setelah dirasa cukup, siswa membuat sendiri sebuah teks prosedur. Mereka memajang hasil karyanya di tembok. Para siswa saling kunjung-karya dengan cara membaca teks karya siswa lain dan memberinya komentar. Setelah itu, setiap kelompok mendapat giliran untuk menyajikan hasil kerjanya di depan kelas. Para siswa menyajikan karya tulis mereka pada kalender bekas. Kalender bekas dihimpun dan digunakan sebagai media belajar murah, menggantikan kertas plano yang tentu saja jauh lebih Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasamanya. Kelompok yang lain memberikan feedback atas sajian setiap kelompok. Media Komunikasi SMP dan MTs Siswa SMPN 5 Garut tengah bekerja dalam kelompok. Mereka menggunakan bahanbahan murah dan mudah didapat, salah satunya adalah kalender bekas yang digunakan untuk presentasi. mahal. Meski jauh lebih murah, kalender bekas ternyata tetap bermutu dan efektif sebagai media belajar siswa. Bahkan, pada tingkat tertentu, justru kalender bekas memancing kreativitas tersendiri bagi para siswa. Mereka, misalnya, dapat memodifikasi kalender bekas itu dan mendesainnya sedemikian rupa sehingga menjadi menarik. Dari segi penghematan, beberapa kelompok siswa bahkan bisa menggunakan hanya satu kalender untuk pemajangan karya. Kalender yang sama bisa digunakan secara bergantian oleh setiap kelompok siswa. Karya suatu kelompok bisa saja disajikan di atas karya kelompok lain. Sebenarnya, kalender bekas, apalagi kalender 12 lembar, dapat menjadi media bagi banyak karya siswa lainnya. Ia dapat ditempeli kartu ucapan selamat, data pribadi, dan skema klasifikasi kalimat fungsional, misalnya. Bahkan kertas kalender juga bisa digunakan untuk membuat alat peraga dari kertas semacam kapal-kapalan, dan lain-lain. Pendek kata, penggunaan kalender itu, selain efektif dan menarik bagi siswa, juga efisien dan ekonomis. “Penggunaan kalender bekas itu ternyata membuat siswa mudah mencapai kompetensi pembelajaran,” kisah Nani memberikan bukti. Guru memperlihatkan karya siswa sebagaimana tertempel pada kalender bekas (atas). Para guru mendiskusikan hasil karya siswa itu untuk mengecek kembali, menghargai, dan kemudian memberikan penilaian. Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 11 Jawa Tengah Yang Mereplikasi, Yang Berubah Siswa SMP 1 Karangpandan menggunakan alat dan bahan sederhana melakukan percobaan untuk menghitung kecepatan gelombang. ADA yang berbeda dengan pelajaran IPA di SMP 1 Karangpandan pagi itu. Para siswa berkelompok dan berdiskusi di pinggir sungai yang berjarak sekitar 50 meter dari sekolah. Dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana seperti batu, rafia, penggaris kayu dan stopwatch mereka sedang melakukan percobaan menghitung kecepatan gelombang. Gatot Surono, S.Pd, guru IPA, mengatakan bahwa setelah mengikuti pelatihan BTL 2 (Better Teaching and Learning 2), dirinya berusaha menerapkannya di dalam kelas. Tercatat, dalam satu bulan sudah dua standar kompetensi yang dirancang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Kelas-kelas mata pelajaran lainnya juga berwarna dengan berbagai pajangan karya siswa. Perubahan yang terjadi, tidak lepas dari dukungan dan komitmen tinggi dari kepala SMP 1 Karangpandan Hanung Lilik Sukendra, S.Pd,M.Pd,MM, yang bertekad untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya. Perubahan tidak hanya milik SMP 1 Karangpandan, sekolah yang telah melakukan replikasi pelatihan modul DBE 3, tetapi juga sudah dibuktikan oleh sekolah non-mitra lainya. Belajar Aktif Menjamur di MTs NU Banat Kudus MAYORITAS guru di MTs. Banat Kudus adalah perempuan dan masih relatif muda. Dalam proses pembelajaran mereka kerap menyiapkan media dan LK (Lembar Kerja). Menurut para guru, kepala sekolah sangat mendorong pelaksanaan active learning di kelas. Menurut Ibu Layyinah Mawarda, guru IPS, siswa sangat menyukai belajar kelompok. Mereka merasa termotivasi. Guru lainnya, Ibu Sutikat menggunakan metode permainan kartu untuk berburu peta dan silsilah 25 rosul pada pelajaran aqidah akhlaq. Demikian juga pada bahasa Indonesia dengan belajar berkelompok, siswa didorong untuk berani berbicara, unjuk gigi, dan tak takut lagi. Noory Annisa Aulia siswi kelas 8 mengaku senang beradu pendapat dengan teman sekelasnya. Menurutnya, dengan belajar kelompok, dia mengetahui variasi jawaban dari temanteman. Ada banyak sisi yang bisa diketahui dari variasi argumen itu. Siswa lainnya Nur Fitri Amalia menimpali. ”Kalau mau belajar dengan fresh dan sharing antar teman, yang belajar kelompok itu,” sahutnya. Media Komunikasi SMP dan MTs Menurut kedua siswi itu, sepanjang semester genap para gurunya lebih sering menggunakan metode cooperative learning. Sebetulnya di MTs NU Banat para guru sudah terbiasa menggunakan media pembelajaran baik buatan sendiri, hanya saja mereka masih merasa kesulitan untuk membuat anak active dan merasa senang. Cara mengaktifkan anak inilah yang ditemukan mereka pada saat dilatih modul dasar kecakapan hidup DBE3 dalam kegiatan replikasi mandiri. ”Sekarang model belajar kelompok sudah menjamur di madrasah kami,” tutur Ibu Dianah Kepala MTs NU Banat. Seluruh siswa MTs NU Banat berpartisipasi aktif dalam belajar Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 12 Perubahan di SMPN 13 Purworejo SMPN 13 Purworejo telah mereplikasi Modul dasar, khususnya modul BTL 1 pada bulan Agustus 2009. Tidak sedikit guru yang menerapkan metode pembelajaran aktif seperti metode yang DBE 3 terapkan. Menurut Kepala SMPN 13 Purworejo Dra. Sri Iriani, M.M tugas guru salah satunya menyiapkan materi pembelajaran. Jadi tidak ada alasan kalau ada guru yang berkata bahwa tidak ada waktu untuk menyiapkan materi pembelajaran. Seperti yang dilakukan Rukmo Wijayanti, S.Pd.Ina, guru bahasa Indonesia. Meski jarak tempuh dari rumah ke sekolah relatif jauh, namun dirinya tetap menyiapkan materi pembelajaran untuk kelas yang diampunya. Suasana pembelajaran di kelas Ibu Rukmo selalu diwarnai dengan proses siswa belajar aktif. Ibu Rukmo tampak aktif mendampingi kelompok yang sedang mempelajari pesan singkat atau memo. Ibu Rukmo memberikan dua pesan singkat yang berbeda, dan siswa secara berkelompok diberi tugas untuk mengidentifikasi memo berdasarkan contoh yang ada, apa saja unsur-unsur dalam memo. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian ditanggapi oleh siswa lain. Gustami, Siswa SMPN 13 Purworejo: Pembelajaran aktif membuat pelajaran menjadi lebih jelas. Apalagi bila hasil karyanya dipajangkan, merupakan suatu kebanggaan dan bisa untuk belajar temanteman yang lain. Guru dan pajangan hasil karya siswa di SMPN 13 Purworejo: Inilah bukti nyata pembelajaran aktif. Siswa menghasilkan karya dengan berpikir kritis. Hasil karya ditulis sendiri dengan kemampuan berbahasanya. SMP 2 Jekulo Memperkaya Media DI SMP 2 Jekulo semua kelas ramai dengan pajangan karya siswa. Rata-rata guru yang mengajar mapel IPS, IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris antusias dengan pembelajaran ala DBE3. Para guru mendorong siswa mengembangkan media murah pada KD yang memungkinkan dieksplorasi bersama siswanya. Ihda Farida guru IPA di sekolah ini, merasa sangat terbantu dengan karya siswa yang menciptakan media untuk topik Perubahan Energi”. Dari lima kelompok, siswa berhasil menciptakan lima media berbeda. Demikian halnya guru lain yang juga gemar menciptakan media dari bahan bekas yang mudah didapatkan. Teramat banyak media dan karya siswa, sekolah kesulitan untuk menyimpannya. ”Saya tengah menyiapkan rak besar untuk menyimpan semua media itu supaya terawat dan tidak cepat rusak,” kata Farhan, M.Pd, Kepala SMP 2 Jekulo. Menurut pak Farhan, sekolahnya berupaya memberi pelayanan yang terbaik bagi siswa dengan biaya yang terjangkau. ”Alhamdulillah Ibu Ihda Farida menunjukkan media pembelajaran hasil karya siswa. orang tua melalui komite memberikan dukungan atas putra-putri mereka di sekolah yang termurah di Jekulo,” tukas pak Farhan. Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 13 Kepala MTsN Jumapolo Konsisten Mendukung Peningkatan Mutu Pembelajaran Drs. Mulyono, MM 1 3 DI BAWAH kepemimpinan Drs. H. Mulyono, MM MTsN Jumapolo telah menunjukkan banyak perubahan. Walaupun baru setahun menjabat, madrasah mitrra DBE 3 ini mengalami banyak kemajuan dalam proses KBM. Hal itu tidak lepas karena konsisteni Pak Mulyono yang juga Core Trainer untuk BTL 1, dalam menerapkan program yang dilatihkan DBE 3. Sebagai kepala madrasah, dirinya memberi kebebasan kepada para guru untuk berekspresi seluas-luasnya di dalam menerapkan hasil pelatihan DBE3. Dukungan sarana dan prasarana, seperti media pembelajaran dan ICT” disediakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. ”Melalui upaya ini, saya berharappara guru mampu mengajar secara maksimal. Meskipun 95% siswa MTsN Jumapolo adalah anak petani, hal itu bukan menjadi alasan untuk melakukan dan memberi yang terbaik,” papar pak Mulyono. 2 Keterangan Foto: 1. Siswa aktif berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas. 2. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lainnya. 3. Hasil karya siswa dipajang di papan pajangan yang disediakan di dalam kelas agar mudah diakses untuk belajar. Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 14 Jurnal Reflektif Guru, Cermin Pembelajaran di Kelas Jawa Timur 6 Juni 2009 “Hari ini saya terapkan pembelajaran outdoor dengan melibatkan produsen telor asin sebagai sumber belajar. Anak-anak lumayan aktif, hal ini menyenangkan menurut mereka. Namun karena ada 3 kelompok, setiap kelompok 10 orang saya sedikit kewalahan. Beberapa siswa ada yang tidak serius, setelah saya tanya ter-nyata tidak suka dengan tema yang saya berikan karena dia berasal dari daerah setempat dan hal itu bukan hal baru baginya. Akhirnya saya merencanakan suatu saat pelajaran outdoor akan saya lakukan dengan cara setiap kelompok berkunjung ke daerah lain yang berbeda.” Jurnal reflektif yang ditulis Istiqomah, guru IPS SMPN 3 Kertosono Kab Nganjuk. DEMIKIAN tulis Santi Lutfiyah, S.Pd guru Bahasa Inggris MTs Darul Ulum Grati Kabupaten Pasuruan dalam jurnal reflektifnya. Ternyata sejak menerapkan jurnal reflektif, perkembangan-perkembangan pembelajaran di kelasnya dapat terpantau dengan baik. Semua kendala yang menghambat kelancaran proses pembelajaran dapat terpetakan, sehingga hal tersebut bisa dijadikan bahan evaluasi dalam proses pembelajaran ke depan. Pendapat senada juga diungkapkan oleh para guru yang mengikuti Lokakarya BTL 3 di lima wilayah kabupaten pemantapan. Sebenarnya jurnal reflektif tidak hanya sekedar kumpulan catatan curahan hati sebagai seorang pengajar. Lebih dari itu, jurnal reflektif adalah cermin dari apa yang sudah diterapkan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Aneka Karya Siswa Hasil kerja kelompok siswa kelas IX MTsN Pohjentrek Kabupaten Pasuruan tentang Konferensi Meja Bundar dalam pembelajaran IPS. Media Komunikasi SMP dan MTs Hasil kerja siswa SMPN 2 Berbek Kabupaten Nganjuk kelas VIII tentang menulis buku harian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (atas) dan proses metamorfosa katak dalam pembelajaran IPA (bawah). Hasil kerja kelompok siswa kelas VIII SMPN 2 Semanding Kabupaten Tuban dalam pembelajaran Bahasa Inggris tentang kata-kata sifat. Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 15 Mengubah Sampah menjadi Rupiah PENGELOLAAN sampah adalah salah satu problematika yang hingga kini belum tertangani dengan baik. Namun di tangan manusia kreatif, sampah bisa berubah fungsi menjadi barang bernilai estetika tinggi bahkan menjadi sumber penghasilan. Hal itulah yang mendorong Siti Naisah, S.Pd guru IPS SMPN 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan mengangkat sampah ke dalam tema pembelajaran di kelasnya. Siswa diminta untuk membawa berbagai jenis sampah. Mulai bungkus kopi, kalender bekas, hingga serpihan kulit telur. Para siswa diberi tugas untuk berkreasi mengubah sampah-sampah tersebut menjadi sebuah produk yang mempunyai nilai guna. Pajangan hasil karya siswa yang dibuat dari kulit telur, kalender bekas, plastik, dan bahan tidak terpakai lainnya. Siswa SMPN 1 Purwosari menunjukkan hasil karya kreasinya yang dibuat dari bahan dasar sampah. Dengan penuh semangat setiap kelompok bekerja untuk menciptakan produk-produk unik dari sampah-sampah yang mereka bawa. Menurut Siti Naisah dengan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi di sekitarnya. Selain itu siswa juga diajak untuk mengembangkan kreasinya dalam menciptakan sesuatu yang baru dari material yang dianggap sudah tidak berguna. Hasilnya, para siswa berhasil membuat berbagai jenis sampah menjadi sesuatu yang bernilai guna dan berdaya jual tinggi disertai menuliskan prosedur pembuatannya. Wajah Baru MTsN Tarik Kabupaten Sidoarjo 1 2 Kini susunan tempat duduk siswa di MTsN Tarik Kabupaten Sidoarjo tak lagi berderet menghadap ke papan tulis. Pola duduk berkelompok sudah menjadi ciri khas kelas.Tempat duduk model seperti ini memudahkan siswa bersosialisasi dan berinteraksi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Media Komunikasi SMP dan MTs 3 Kini dalam proses pembelajaran, siswa MTsN Tarik terbiasa menghasilkan karya. Karya ini berguna sebagai sumber pembelajaran yang baru. Gambar 1 adalah karya siswa untuk mata pelajaran IPS, sedang gambar 2 dan 3 adalah karya siswa dalam pembelajaran IPA yang membahas tentang kemagnetan. Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 16 Belajar Bioteknologi sebagai Bekal Hidupku Nanti Oleh Angga Subastian, Siswa Kelas 9 MTsN Tlasih Kabupaten Sidoarjo SEJAK Ibu Enmakan asam cuka. Sampai pH nya men”Cara belajar seperti ini dang Mujiati, guru capai 3 atau 4. Kemudian tambahkan membuat saya tidak hanya IPA di sekolahku satu sendok teh asam sitrat dan satu menerapkan mebelajar IPA, tetapi juga dapat ujung sendok teh mineral. Kemudian tode pengajaran ditunggu sampai mendidih, dan akan menerapkan pelajaran IPS yang penuh variasi, diperoleh medium. Medium tersebut suasana belajar di dimasukkan ke dalam nampan steril dan yang berguna untuk bekal kelas kini tak lagi dibiarkan sampai dingin lalu ditutup hidupku kelak” membosankan. kertas yang sudah disterilkan dengan disetrika. Bila medium sudah dingin, Salah satu yang berkesan adalah saat maka bibit Acotobacter xylinum dimasukkan ke dalam memateri bioteknologi, saat itu guru mengajak siswa untuk dium tadi dan ditutup dengan kertas. Lalu dibiarkan hingga 7 memproduksi Nata de Coco. Kami tertantang untuk terlibat -8 hari untuk dipanen. lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena proses pembuatan Nata de Coco ternyata mudah untuk dipraktikkan Tahap pengolahan merupakan kelanjutan dari tahap dan tidak rumit. pembiakan. Nata de Coco hasil panen dicuci dan direndam dengan air bersih selama dua sampai tiga hari. Dalam proses Dalam kegiatan praktikum, kami berbagi tugas. Ada siswa ini air rendaman harus sering diganti. Kemudian Nata de yang membawa air kelapa, mempersiapkan nampan steril, coco dipotong-sesuai ukuran yang dikehendaki, lalu direbus botol steril, dan kertas koran steril. Alat dan bahan seperti: dan dibuang airnya. Nah, jadilah sekarang Nata de Coco yang kompor, panci, saringan, sendok, gula, urea, asam cuka, siap dikonsumsi. asam sitrat, mineral dan bibit bakteri Acetobacter xilynum telah tersedia di laboratorium IPA. Setelah semua bahan dan Muncul saran dari Ibu Endang agar kami mengemas Nata perlengkapan siap, kami memulai proses produksi. de Coco buatan kami secara menarik lalu menjualnya lewat koperasi sekolah. Saran Ibu Endang tersebut membuka Proses produksi terbagi dalam dua tahap, yaitu: tahap wawasan kami untuk berwiraswasta secara mandiri. pembiakan medium dan tahap pengolahan. Tahap pembiakan Ternyata cara belajar seperti ini saya tidak hanya belajar medium dimulai dengan merebus 5 liter air kelapa sampai IPA, tetapi juga dapat menerapkan pelajaran IPS yang mendidih, kemudian ditambahkan 250 gram gula pasir dan berguna untuk bekal hidupku kelak. satu sendok makan urea. Lalu tambahkan juga satu sendok Belajar Menulis Descriptive Text dengan Media PICWORD Oleh Samsul Huda, S.Pd, Guru Bahasa Inggris MTs Salafiyah Merakurak Kabupaten Tuban PEMBELAJARAN di sekolah kami lambat laun menjadi semakin menarik, menyenangkan, aktif dan inovatif. Ini semua adalah berkat pelatihan dan pendampingan yang dilaksanakan oleh DBE3 kepada para guru mulai dari BTL I, BTL 2, dan BTL 3. Sepulang dari pelatihan, saya selalu mencoba untuk menerapkan hasil pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Salah satu yang pernah saya terapkan adalah penggunaan media pembelajaran PICWORDS (Picture and Words untuk memudahkan siswa dalam belajar writing khususnya DESCRIPTIVE TEXT. Selama saya mengajar Bahasa Inggris, khususnya writing baik itu descriptive maupun narrative banyak siswa tidak menyukainya karena dianggap pelajaran sulit. Setelah saya menggunakan media PICWORDS untuk mengajarkan Media Komunikasi SMP dan MTs Hasil karya siswa tentang menulis descriptive text dengan media PICWORD. writing, ternyata hasilnya luar biasa. Siswa yang biasanya cuek dan malas, akhirnya menjadi senang dan merasa mudah dalam belajar DESCRIPTIVE TEXT. Dalam alur pembelajaran yang membahas tentang Public Service, pertama-tama siswa dikenalkan dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan hotel. Mulai tingkatan kelas hotel, macam-macam fasilitas hingga letak dan jenis transportasi yang dapat menjangkau hotel tersebut. Setelah siswa mengenal gambargambar simbol, mereka menulis secara deskriptif tentang hotel dan fasilitasnya. Siswa ternyata cukup antusias. Kemampuan menulis secara deskriptif semakin meningkat. Dari refleksi pembelajaran, siswa menyatakan menyukainya. Menurut Maratus Sholihatur pembelajaran ini sangat menyenangkan karena menggunakan media pembelajaran yang bagus dan tepat. Kata Liulin Nuha, “Pembelajaran tadi enak sekali, runtut, membuat saya bisa menulis teks deskriptif dan suasananya menyenangkan.” Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 17 Sulawesi Selatan Mengelola Karya Siswa Lewat Lomba Portofolio Kelas KARYA siswa yang terkumpul dari hasil setiap proses pembelajaran dikelola dengan baik oleh SMPN 1 Makassar. Semua karya siswa yang ada dihimpun sebagai portofolio pembelajaran siswa dan dijadikan sebagai sumber belajar. Portofolio kelas itu menjadi kreasi sebuah kelas yang elok dipandang, perangkat tertata rapih-bersih, tertib administrasi, dan tata pajang karya siswa (portofolio pembelajaran) yang artistik menjadi komponen utamanya. Oleh kepala sekolah, Kasafuddin, portofolio kelas ini dijadikan sebagai sebuah model pengelolaan kelas. Menarik kan? Iyalah! Hebatnya lagi, portofolio kelas dikelola secara partisipatif oleh siswa dan guru. Hasilnya, ketertiban, kebersihan, dan keamanan kelas selalu terjaga. Event lomba Portofolio Kelas digelar selama 10 hari (14-26 Desember 2009). Diikuti 1.080 siswa kelas tujuh hingga kelas sembilan. Tujuannya adalah 1) menumbuhkan kesadaran siswa akan kreasi suasana kelas yang men- dukung pembelajaran aktif, 2) meningkatkan kinerja guru kelas, 3) meningkatkan tanggung jawab guru dan siswa dalam memelihara perangkat kelas terutama memperbaharui pajangan karya siswa. Selama 10 hari pagelaran lomba, tim penilai melakukan penilaian. Tim penilai ini berjumlah lima orang yang terdiri dari Kasek, Wakasek, 2 guru (bukan guru/wali kelas), dan siswa (ketua OSIS). Mereka memusatkan penilaiannya pada 4 komponen pokok dengan bobot angka, yakni keindahan kelas (0-15), kebersihan kelas (0-15), karya siswa (0-40), dan administrasi kelas (0-30). Yang terakhir ini mencakup sejumlah item seperti formasi kelas, buku absen siswa, jadwal pelajaran, struktur organisasi kelas, jadwal tugas kebersihan, dan ornamen paten kelas Pancasila, foto presiden dan wapres RI. Sepuluh kelas yang keluar sebagai pemenang lomba mendapatkan hadiah menarik, termasuk uang 300.000 rupiah untuk kelasVIII-5 sebagai juara I. Foto-foto karya siswa, data administrasi siswa, kotak P3K, lap, tempat cuci tangan tertata rapi dalam kelas. Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 18 Pelatihan Pembelajaran Bermakna di Kabupaten Inti Kurniati Syamsuddin: Saya Sadar kalau Metode Mengajar Saya Harus Diperbaharui SETELAH 20 tahun mengajar, kini ia baru menyadari betapa pentingnya memperbaharui metode pembelajaran. Kurniati Syamsuddin adalah guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Ma’rang Pangkep. Kilas balik pengalaman pembelajarannya selama ini, diceritakan sesaat setelah penutupan pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 (BTL2) di SMPN 1 Mnasate’ne (12-15/2). Nampak begitu terharu menghayati kuatnya antusiasme belajar siswanya saat melaksanakan praktik mengajar, sebagai bagian penting dari pelatihan yang diikutinya itu. Dengan membandingkan kekuatan metode pembelajaran aktif, ia bahkan sempat menyeka air matanya, merasa mengoreksi diri, saat mengungkapkan kekurangan dan kelemahan metode dan pendekatan pembelajarannya. “Sudah kurang lebih 20 tahun saya mengajar, sekarang saya sadar kalau metode mengajar saya harus diperbaharui,” katanya. Antusiasme peserta Pelatihan BTL2 lainnya juga tampak pada pelatihan di tiga kabupaten inti lainnya, Enrekang (6-8/2), Jeneponto dan Luwu (19-22/2). 190 peserta yang berasal dari guru Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, kepala sekolah, dan pengawas sekolah di empat kabupaten tersebut sangat aktif berlatih tentang Pembelajaran Bermakna. Pembelajaran dengan pendekatan CTL ini berintikan pembelajaran kooperatif, pertanyaan tingkat tinggi, pemecahan masalah, apresiasi karya siswa, dan refleksi pembelajaran. 11 2 2 4 4 3 Foto-foto Pembelajaran aktif yang dilaksanakan peserta pelatihan saat praktik mengajar: (1) di SMPN 2 Pangkep, (2) di SMPN 1 Bajo, (3) di SMPN 4 Tamalatea Jeneponto, dan (4) di MTsN Binamu Jeneponto. Apa Kekuatan Pembelajaran Kontekstual? Kurnia Syamsudin: Naima, S.Pd, guru IPA SMPN 1 Bajo: ”Memusatkan perhatian siswa belajar selama proses pembelajaran.” ”Mengaktifkan siswa belajar, meningkatkan penyerapan, dan kecakapan hidup siswa.” Media Komunikasi SMP dan MTs Bacce Sareta, guru Bahasa Inggris SMPN 1 Anggareja: ”Mengintegrasikan kecakapan hidup siswa dalam pembelajaran, khususnya kecakapan akademis dan sosial.” Edisi 06/ Mei 2010 Berita dari Provinsi Hal 19 Pameran Karya Siswa, Jadi Kegiatan Porseni Sekolah INI gagasan brilian siswa SMPN 1 Lilirilau Kabupaten Soppeng. Pameran karya siswa mereka buat sebagai salah satu kegiatan Porseni Sekolah. Guru dan kepala sekolah pun terlibat aktif menyukseskan inisiatif siswa. Bahkan sekolah menyisihkan dana BOS untuk mengadakan bahan yang dibutuhkan seperti tripleks media pajangan karya untuk setiap kelas, karton, kertas Tantu, Kasek plano, dan lainnya. “Kami mendukung SMPN 1 Lilirilau penuh mereka, karena kami berkomitmen untuk mewujudkan pembelajaran aktif yang diterapkan guru,” kata Tantu, S.Pd, M.Si, Kasek mitra DBE3. Selama tiga hari, 28-30 Desember 2009 mereka menggelar pameran karya siswa. Lomba olahraga dan seni. Kegiatan ini diikuti oleh semua tingkatan, kelas 7, 8 dan 9. Selama event ini berlangsung, siswa sungguh tampak bergairah menunjukkan karya terbaiknya apalagi mereka beroleh dukungan dari orangtua yang datang berkunjung. Semua karya siswa dari semua mata pelajaran dipajang artisitik di atas tripleks pajangan. Karya lainnya ditata rapi di dalam amplop besar yang terbuat dari karton. Semua karya siswa ini merupakan hasil pembelajaran bermakna berdasarkan kompetensi dasar yang digariskan dalam RPP masing-masing guru. Oleh karena itu, semua hasil karya akan dijadikan portofolio siswa. Ragam Karya Siswa yang Dipamerkan pada Kegiatan Porseni Sekolah Matematika PAI Olahraga TIK Seni Budaya IPS Bahasa Inggris Media Komunikasi SMP dan MTs IPA Bahasa Indonesia Edisi 06/ Mei 2010 1 Dampak Program di Sekolah Mitra DBE 3 Merawat Pembelajaran Aktif Jika saya mendengar, saya melupakannya Jika saya melihat, saya mengingatnya Jika saya melakukannya, saya mengetahuinya (Laotse) NASIHAT inilah yang memotivasi Haddika, guru bahasa Inggris SMPN 4 Baranti Sidrap, untuk selalu memikirkan dan menerapkan pembelajaran terbaik yang diketahuinya. Menurutnya, hampir semua sekolah memiliki sumberdaya manusia yang bagus, namun sayangnya, belum semua pihak pengelola sekolah melaksanakan yang diketahuinya. Khususnya guru dan kepala sekolah yang paham tentang metode PAKEM yang diperolehnya dari banyak pelatihan. Pembelajaran sistematis, kooperatif, berpikir kritis masih diingat dan dipahami saat berlatih terapkan pembelajaran CTL. Kini, saat kembali ke kelas, karena tidak diterapkan, pengetahuan berharga itu hilang dan tak memberi manfaat kepada siswa. 2 Usia sekolahnya masih sangat belia, belum melahirkan alumni, namun ia justru memandangnya sebagai potensi merawat dan mengembangkan model pembelajaran terbaru. Apalagi kepala sekolah, Drs. Samsuddin, sangat proaktif mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. Ia bertekad pembelajaran bermakna yang diketahuinya tetap eksis di sekolahnya. Tidak saja untuk sustainibilitas sebuah pembelajaran terkini-Contextual Teaching and Learning- yang dipahaminya, namun atas nama kesenangan dan penyerapan siswa dalam belajar, ia selalu berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif, pembelajaran yang mendorong berkembangnya kecakapan hidup siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan Haddika, seperti terlihat pada foto-foto. Lewat monolog pendek kreasi siswa terungkap kemampuan menunjukkan arah (Giving Direction). Dan kompetensi Procedure and Descriptive Text dicapai melalui tugas membuat dan menjelaskan miniatur sekolah sebagai karya siswa. 6 3 7 4 5 Keterangan Foto: (1) Alur target pembelajaran yang disiapkan. (2) dan (3) LK yang diberikan kepada siswanya dan model miniatur yang akan diselesaikan siswa. (4) dan (5) Kerja kelompok dan membagi tugas. (6) Diskusi kelompok. (7) Presentasi hasil karya kelompok. Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke [email protected].