ISSN 1410-1939 PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN

advertisement
ISSN 1410-1939
PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN
TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI
TANPA OLAH TANAH
[THE EFFECTS OF WEEDING TIME AND PLANT POPULATION ON THE
YIELD OF MUNGBEAN (Vigna radiata L.) UNDER NO TILLAGE
CONDITION]
Liz Yanti Andriyani1
Abstract
The aim of this research was to study the effect of interaction between weeding time and plant population on
the yield of mungbean (Vigna radiata L.) under no tillage condition. The study was conducted at Brawijaya
University Experimental Station in Jatikerto, from August through to November 2001. The experiment was
arranged in a Split Plot Design with three replicates. The Main Plots were weeding time: no tillage +
glyphosate 6 L ha-1 + no weeding, no tillage + glyphosate 6 L ha-1 + weeding at 21 days after planting (dap), no
tillage + glyphosate 6 L ha-1 + weeding at 42 dap, no tillage + glyphosate 6 L ha-1 + weeding at 21 and 42 dap,
and maximum tillage + no glyphosate +, weeding at 21 and 42 dap. The Sub Plots were plant population:
250,000 plants ha-1 (crop spacing 20 x 40 cm), 500,000 plants ha-1 (crop spacing 20 x 20 cm), and 750,000 plants
ha-1 (crop spacing 10 x 26,67 cm). The result showed that the interaction between weeding time and plant
population was produced only on the number of pods per plant. In general, the yield of mungbean under no
tillage condition and weeding at 21 and 42 dap was as good as under maximum tillage and weeding at 21 and
42 dap, and this was better then others. The highest grain dry weight was provided by the 500,000 plants ha-1
(1.18 ton ha-1).
Key words: weeding, plant population, herbicide, soil conservation.
Kata kunci: penyiangan, populasi tanaman, herbisida, konserbasi tanah.
PENDAHULUAN
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang cukup penting di Indonesia dan menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Tanaman kacang hijau sering
dianggap sebagai tanaman rakyat karena tanaman
ini banyak mengandung kalori, protein, mineral
dan vitamin, terutama vitamin B1. Selain itu kacang
hijau juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Namun demikian, dalam budidaya kacang
hijau keberadaan gulma dapat menjadi masalah serius jika tidak dikendalikan. Persaingan tanaman
dengan gulma terutama dalam hal pengambilan cahaya matahari, air, hara dan ruang. Persaingan antara kacang hijau dengan gulma dapat menurunkan
hasil panen hingga 96% (Moody, 1986).
Tindakan penyiangan merupakan salah satu
usaha yang dapat dilakukan untuk menekan per1
tumbuhan gulma. Hasil penelitian Badia dan Bangun (1994) pada padi sawah menunjukkan bahwa
pengendalian gulma dengan cara penyiangan dengan tangan pada umur 21 dan 42 hari setelah
transplanting tidak berbeda nyata dengan penggunaan herbisida amisol, oxidiazon, metsulfuronmetil maupun butaklor/2,4-D.
Penanaman tanaman kacang hijau dengan jarak
antar baris yang sempit dapat meningkatkan intersepsi cahaya, akumulasi bahan kering dan hasil biji
melalui peningkatan jumlah polong. Jarak antar baris yang sempit juga menurunkan kompetisi gulma
dan meningkatkan panen (George dan Barnes,
1997).
Olah tanah sempurna memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya serta memberi peluang lebih
besar untuk tumbuhnya biji-biji gulma yang
dorman (Ardjasa et al., 1994). Oleh karena itu
untuk mengatasi permasalahan tersebut maka cara
Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361.
27
Jurnal Agronomi 10(1): 27-31
tanpa olah tanah (TOT) yang digabung dengan
penggunaan herbisida merupakan salah satu
alternatif dalam persiapan lahan pertanian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara waktu penyiangan dan populasi tanaman terhadap hasil tanaman kacang
hijau pada kondisi tanpa olah tanah.
BAHAN DAN METODA
Percobaan dilakukan di lahan penelitian
Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan
Kromengan, Kabupaten Malang, jenis tanah
Alfisol, pH tanah 6,59, tekstur liat, curah hujan 147
mm per bulan, dan ketinggian tempat 280 m di atas
permukaan laut. Percobaan dilakukan dari bulan
Agustus sampai November 2001.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa: herbisida glifosat 240 g L-1 dengan merek dagang Polaris 240 AS, benih kacang hijau varietas
Kenari, air, pupuk Urea, SP-36 dan KCl, Dithane
M-45, Furadan 3-G dan Ripcord 5 EC.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa: pipet dan gelas ukur, stop watch, knapsack
sprayer dengan nozel biru, timbangan elektrik,
oven, mistar atau meteran, cangkul, masker, sarung
tangan, tugal, tali rafia, ajir, sabit, label percobaan,
alat tulis.
Penelitian dilakukan di lapang menggunakan
Rancangan Petak Terbagi (RPT) yang diacak secara kelompok. Sebagai petak utama adalah waktu
penyiangan (W) terdiri dari:W1 = tanpa olah tanah
(TOT) + glifosat 6 L ha-1, tanpa disiang; W2 = TOT
+ glifosat 6 L ha-1, disiang 21 hst; W3 = TOT + glifosat 6 L ha-1, disiang 42 hst; W4 = TOT + glifosat
6 L ha-1, disiang 2x (21 dan 42 hst); W5 = olah tanah sempurna (OTS), tanpa glifosat, disiang 2x (21
dan 42 hst). Sedangkan sebagai anak petak adalah
populasi tanaman kacang hijau (P) terdiri dari: P1 =
populasi 250.000 tanaman per ha (jarak tanam 20 x
40 cm), P2 = populasi 500.000 tanaman per ha (jarak tanam 20 x 20 cm), P3 = populasi 750.000 tanaman per ha (jarak tanam 10 x 26,67 cm).
Data dianalisis dengan analisis ragam dan
dilanjutkan dengan pembandingan antar nilai tengah perlakuan menggunakan uji jarak berganda
Duncan pada taraf á = 5%.
Lahan yang digunakan adalah lahan kering seluas 429,55 m2 (12,10 x 35,50 m). Pada lahan tersebut dibuat petak-petak perlakuan yaitu 5 petak
utama yang dibagi menjadi 3 anak petak. Ukuran
anak petak masing-masing 3,2 x 2 m, jarak antar
petak 50 cm dan jarak antar ulangan 75 cm.
28
Pada lahan yang diolah sempurna (OTS) dilakukan pengolahan tanah dengan cangkul sampai
gembur seluas petak percobaan dengan kedalaman
kira-kira 20 cm.
Penyemprotan herbisida glifosat untuk penyiapan lahan tanpa olah tanah (TOT) dilakukan 14 hari
sebelum tanam sesuai dengan dosis anjuran yaitu 6
L ha-1. Gulma yang telah kering dibiarkan diatas
permukaan tanah dan dimanfaatkan sebagai mulsa.
Setelah gulma kering merata di atas permukaan tanah dilakukan penanaman yaitu 14 hari setelah penyemprotan herbisida dengan membuat lubang tanam kurang lebih 3 cm, sebanyak 3 benih per lubang, dengan jarak tanam sesuai perlakuan (20 x
40 cm, 20 x 20 cm dan 10 x 26,67 cm).
Penjarangan dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dengan meninggalkan 2 tanaman setiap
lubang tanam.
Semua perlakuan diberikan pupuk dasar Urea,
SP-36, dan KCl sesuai dosis anjuran, masing-masing 50 kg ha-1 atau 32 g per petak Urea, 96 kg ha-1
atau 61,4 g per petak SP-36 dan 50 kg ha-1 atau 32
g per petak KCl. Pupuk Urea diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan saat tanaman berumur 30
hari setelah tanam, sedangkan pupuk KCl dan SP–
36 diberikan pada saat tanam.
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman secara
visual menunjukkan kriteria panen yaitu sebagian
besar polong sudah berisi penuh dan masak atau
95% polong sudah berwarna hitam.
Variabel pengamatan adalah jumlah polong,
jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman,
hasil biji kering per hektar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tidak terdapat interaksi antara perlakuan waktu
penyiangan dan populasi terhadap jumlah biji, bobot biji per tanaman dan hasil biji kering per
hektar, kecuali terhadap jumlah polong (Tabel 1, 2,
3 dan 4). Secara umum dapat dikatakan bahwa
perlakuan penyiangan memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap komponen hasil dan hasil
dibandingkan tanpa penyiangan.
Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan tanpa olah tanah dengan penyiangan 21, 42, 21 dan 42 hst dan perlakuan olah tanah sempurna dengan penyiangan 21
dan 42 hst akan meningkatkan bobot biji per tanaman berturut-turut sebesar 24, 19, 37 dan 31%,
serta meningkatkan hasil biji kering per ha berturut-turut sebesar 43,5, 30,5, 64,1 dan 49,4% bila
dibandingkan dengan perlakuan tanpa olah tanah
Liz Yanti Andriani: Penyiangan dan Populasi Kacang Hijau pada Sistem Tanpa Olah Tanah
dan tanpa penyiangan. Peningkatan hasil kacang
hijau tersebut dikarenakan tindakan penyiangan
yang dilakukan dapat mengurangi persaingan tanaman kacang hijau terhadap gulma dalam hal
pengambilan cahaya matahari, air, hara dan ruang
tumbuh sehingga tanaman dapat mengoptimalkan
penggunaan unsur-unsur tersebut untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Interaksi antara perlakuan waktu penyiangan
dan populasi tanaman hanya terhadap jumlah polong per tanaman. Adanya interaksi tersebut menunjukkan bahwa jumlah polong tanaman kacang
hijau akan lebih besar akibat pengaruh penyiangan
jika diikuti dengan peningkatan populasi tanaman.
Hal ini dikarenakan perlakuan penyiangan yang
diikuti dengan peningkatan populasi tanaman me-
nyebabkan gulma yang tumbuh pada lahan percobaan relatif sedikit jumlahnya. Peningkatan populasi tanaman akan menekan pertumbuhan gulma karena tajuk tanaman kacang hijau lebih cepat saling
bersinggungan sehingga gulma tidak dapat menerima cahaya matahari secara sempurna dan pada
akhirnya fotosintat yang dihasilkan tanaman kacang hijau dapat meningkatkan pembentukan polong. Pengaturan populasi tanaman merupakan salah satu cara dalam pengendalian gulma. Tanaman
yang relatif bebas gulma menyebabkan proses persaingan antar tanaman dalam hal cahaya, air, hara
dan ruang tumbuh relatif rendah dan pada akhirnya
dapat dicapai hasil tanaman yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Naim et al. (1999).
Tabel 1. Rata-rata jumlah polong akibat interaksi antara waktu penyiangan dan populasi tanaman.
Perlakuan
TOT+Gli
6 L ha-1 ts
TOT+Gli
6 L ha-1 s
21 hst
4,67 ef
5,83 cd
5,64 d
Waktu penyiangan
TOT+Gli
TOT+Gli
6 L ha-1 s
6 L ha-1 s 2x (21
42 hst
dan 42 hst)
4,68 ef
5,42 d
6,33 c
8,02 a
5,42 d
6,33 c
OTS tanpa
Gli s 2x (21
dan 42 hst)
5,75 d
8,17 a
7,23 b
250.000 tanaman per ha
3,25 f
500.000 tanaman per ha
4,83 e
750.000 tanaman per ha
4,58 ef
Duncan α = 0,05
Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%
TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang
OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata
Tabel 2. Rata-rata jumlah biji kacang hijau akibat perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman yang
berbeda.
Perlakuan
Jumlah biji per tanaman
Waktu Penyiangan
TOT+Gli 6 L ha-1 ts
44,56 c
TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst
53,11 b
-1
TOT+Gli 6 L ha s 42 hst
51,28 b
TOT+Gli 6 L ha-1 s 2x (21 dan 42hst)
62,86 a
OTS. tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst)
59,44 a
Duncan α = 0,05
Populasi
250.000 tanaman per ha
49,83 b
500.000 tanaman per ha
57,82 a
750.000 tanaman per ha
55,10 a
Duncan α = 0,05
Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%
TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang
OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata
29
Jurnal Agronomi 10(1): 27-31
Tabel 3. Rata-rata bobot biji kacang hijau akibat perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman yang
berbeda.
Perlakuan
Bobot biji
Waktu Penyiangan
(g per tanaman)
TOT+Gli 6 L ha-1 ts
3,69 b
TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst
4,59 a
TOT+Gli 6 L ha-1 s 42 hst
4,40 a
-1
TOT+Gli 6 L ha s 2x (21 dan 42hst)
5,04 a
OTS. tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst)
4,85 a
Duncan α = 0,05
Populasi
250.000 tanaman per ha
4,11 c
500.000 tanaman per ha
4,94 a
750.000 tanaman per ha
4,51 b
Duncan α = 0,05
Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%
TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang
OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata
Tabel 4. Rata-rata hasil biji kering kacang hijau akibat perlakuan waktu penyiangan dan populasi tanaman
yang berbeda.
Perlakuan
Hasil biji kering
Waktu Penyiangan
(ku ha-1)
-1
TOT+Gli 6 L ha ts
7,31 d
TOT+Gli 6 L ha-1 s 21 hst
10,49 b
TOT+Gli 6 L ha-1 s 42 hst
9,54 c
TOT+Gli 6 L ha-1 s 2x (21 dan 42hst)
11,99 a
OTS. tanpa Gli s 2x (21 dan 42 hst)
10,92 b
Duncan α = 0,05
Populasi
250.000 tanaman per ha
8,30 c
500.000 tanaman per ha
11,80 a
750.000 tanaman per ha
10,06 b
Duncan α = 0,05
Nilai semua lajur yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%
TOT = tanpa olah tanah; Gli = glifosat; ts = tanpa disiang; s = disiang
OTS = olah tanah sempurna; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata
Tabel 2, 3 dan 4 juga menunjukkan bahwa perlakuan populasi tanaman secara terpisah memberikan pengaruh terhadap komponen hasil jumlah biji,
bobot biji per tanaman dan hasil biji kering per ha
tanaman kacang hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan populasi tanaman kacang
hijau dari 250.000 tanaman per ha menjadi
30
500.000 tanaman per ha dan 750.000 tanaman per
ha akan meningkatkan bobot biji per tanaman berturut-turut sebesar 20% dan 10%, sedangkan jika
populasi 500.000 tanaman per ha ditingkatkan
menjadi 750.000 tanaman per ha dapat terjadi penurunan bobot biji per tanaman sebesar 9%. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan
Liz Yanti Andriani: Penyiangan dan Populasi Kacang Hijau pada Sistem Tanpa Olah Tanah
populasi dari 250.000 tanaman per ha menjadi
500.000 tanaman per ha dan 750.000 tanaman per
ha menyebabkan terjadinya kenaikan hasil biji
kering per ha masing-masing sebesar 42,2% dan
21,2%, sedangkan jika populasi 500.000 tanaman
per ha ditingkatkan menjadi 750.000 tanaman per
ha dapat terjadi penurunan hasil biji kering per ha
sebesar 14,7%.
Pada populasi tanaman yang tinggi, kompetisi
antar individu menjadi kuat sehingga akan mengganggu pertumbuhan, dan selanjutnya hasil tanaman akan berkurang, seperti yang dijelaskan oleh
Sugito (1999). Keadaan ini disebabkan karena
pembagian faktor-faktor pertumbuhan tidak seimbang. Rendahnya hasil dengan meningkatnya populasi tanaman adalah karena kompetisi yang tinggi pada saat pembentukan kuncup bunga. Dalam
hal ini selain terjadi kompetisi antar tanaman, juga
terjadi kompetisi dalam tubuh tanaman dimana hasil fotosintesis yang tersedia lebih banyak dibagikan untuk pertumbuhan vegetatif atau lebih banyak
terjadi respirasi daripada untuk pertumbuhan biji,
sesuai dengan pendapat Gardner et al. (1991). Keadaan ini menyebabkan rendahnya jumlah biji per
tanaman, bobot biji per tanaman dan hasil biji kering per ha.
Laju pertumbuhan gulma lebih tinggi dan daya
adaptasinya terhadap lingkungan tumbuh lebih baik
dan akhirnya dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Keadaan ini terlihat pada pengamatan terhadap komponen hasil dan hasil yang menunjukkan
bahwa populasi 250.000 tanaman per ha menghasilkan jumlah biji, bobot biji dan hasil biji kering
per ha lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan populasi 500.000 dan 750.000 tanaman per
ha. Hal ini diduga karena pada populasi yang renggang (250.000 tanaman per ha) terjadi persaingan
yang kuat antara tanaman dengan gulma dalam
memperebutkan unsur-unsur pertumbuhan karena
pada populasi renggang tajuk tanaman tidak dapat
menutup secara sempurna sehingga terdapat ruangruang kosong yang memungkinkan gulma tumbuh
lebih cepat dan akhirnya lebih dominan dalam
memperoleh unsur-unsur pertumbuhan tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum lahan tanpa olah
tanah dan disiang dua kali memberikan hasil kacang hijau yang sama dengan tanah yang diolah
sempurna dan disiang dua kali dan lebih baik dibandingkan perlakuan tanpa olah tanah dan tanpa
disiangi; disiangi pada 21 hst; disiangi pada 42 hst.
Kemudian untuk perlakuan populasi tanaman, populasi 500.000 tanaman per ha memberikan hasil
yang tertinggi dibandingkan populasi 250.000 tanaman per ha dan 750.000 tanaman per ha (11,8 ku
ha-1).
DAFTAR PUSTAKA
Ardjasa, W. S., G. E. Widiantoro, W. Maliawan,
Hermawan dan S. Asmono. 1994. Sistem Tanpa
Olah Tanah dengan Herbisida Isopropil Amina
Glifosat 16% dan 24% dan Pemupukan dalam
Pengendalian Gulma pada Padi Sawah. Prosiding
Konferensi Nasional Ke-12 Himpunan Ilmu Gulma
Indonesia, pp. 209-216.
Badia, R. C. dan P. Bangun. 1994. Kemangkusan
Berbagai Herbisida terhadap Gulma, Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Padi Sawah. Prosiding
Konferensi Nasional Ke-12 Himpunan Ilmu Gulma
Indonesia, pp. 193-198.
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan Herawati
Susilo). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Moody, K. 1986. Weed Control in Tropical Crops.
Weed Science Society of the Philippines Inc.,
SEARCA, Los Banos.
Naim, T., Zarwan dan Z. Lamid. 1999. Daya Saing
Beberapa Gulma Penting terhadap Padi Gogo pada
Berbagai Jarak Tanam. Prosiding Konferensi
Nasional Ke-14 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia,
pp. 118-122.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang.
31
32
Download