pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan dengan

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS-JENIS PEKERJAAN
DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK SISWA KELAS III SDN TULUNGREJO
02 BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Puspita Ayu Wijaya
SDN Tulungrejo 02
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas media foto untuk
kompetensi mengenal jenis-jenis pekerjaan. Penelitian ini menggunakan
rancangan deskriptif kualitatif. Dalam rancangan tersebut disajikan jenis-jenis
pekerjaan dengan media gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan media foto efektif untuk mengenalkan jenis-jenis pekerjaan.
Rata-rata skor siswa 80 diatas KKM sebesar 70. Selain itu dengan media foto dapat
membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Kata Kunci : Media gambar, Jenis-jenis pekerjaan, Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
semua jenjang pendidikan sejak di sekolah dasar sampai sekolah menengah. Belajar IPS akan
mempengaruhi perilaku individu peserta didik di mana pada dasarnya setiap peserta didik bagian
dari kehidupan sosial baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Depdikbud (2004)
menyatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah interaksi
sumber belajar”. Sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan guru, teman sekelas. Tingkah
laku sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam bentuk ketrampilan sikap, kebiasaan,
kecakapan, dan pemahaman.
Proses pembelajaran merupakan salah satu pendukung bagi guru yang sadar akan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar. Disamping standar kompetensi yang dapat dirumuskan dan
ditetapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran yang termuat dengan jelas dan tegas
pada kurikulum. Pengalaman penulis ketika mengajar di SD Tulungrejo 02, Kec. Bumiaji kota
Batu tentang mengenal jenis-jenis pekerjaan kelas III, Kurikulum 2006 menunjukan bahwa
dengan media gambar kelas menjadi lebih dinamis. Apa pun pembelajarannya peran guru amat
penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar.
Guru sebagai pelaku utama dalam pendidikan di dalam kelas berperan dalam kesuksesan
kegiatan pembelajaran. Praktik guru di sekolah sangat berpengaruh pada proses pembelajaran.
Dampak dari praktik pembelajaran akan terlihat pada hasil penilaian. Masih banyak proses
pembelajaran yang belum mencapai hasil yang optimal sehingga untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan dibutuhkan metode ajar yang dapat meningkatkan aktifitas siswa agar siswa lebih aktif
dibandingkan guru.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”,
yang secara harafiah berarti “perantara atau penyalur”. Rianarwati (dalam Miarso, 2006), media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan
siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar. Schramm (1977) dalam Tawatuan
(2015) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) melalui Tawatuan berpendapat
bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran
seperti: buku, film, video, dan sebagainya. Sedangkan National Education Associaton (1969)
dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat
1048
ISBN: 978-602-1150-17-7
diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan, dapat merangsang fisik, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada diri siswa melalui buku, film, Video, dan sebagainya.
Media gambar berfungsi untuk menarik perhatian siswa. Jika perhatian siswa sudah tertarik
maka siswa semangat untuk belajar dan dapat menghidupkan pelajaran. Levie & Lenz dalam
(Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran khususnya media visual (gambar)
mempunyai 4 fungsi yaitu (a) atensi, (b) kognitif, (c) afektif, serta (d) kompensatoris. Latuheru
(dalam Yulianto, 2014) menyatakan media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme
dalam suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Sehingga dalam
pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan apabila digunakan media gambar siswa lebih
memahami maknanya.
Guru menggunakan media gambar untuk menciptakan suasana belajar yang dinamis dan
membantu siswa untuk membuka diri terhadap proses belajar yang menyenangkan sehingga
pembelajaran tidak terkesan monoton tetapi suasana menjadi lebih dinamis. Siswa akan lebih
aktif mengetahui apa yang dilihat dan cenderung tidak menghayal.
Media berupa gambar jenis-jenis pekerjaan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan
menimbulkan semangat belajar. Jadi peran gambar dalam mengenal jenis-jenis pekerjaan sangat
membantu siswa. Siswa bertugas mengamati langsung gambar jenis pekerjaan, menyebutkan
jenis–jenis pekerjaan kemudian mengidentifikasi macam-macam pekerjaan serta menceritakan
pekerjaan yang disukai. Penggunaan media gambar ini memudahkan siswa mengenal jenis-jenis
pekerjaan.
Media gambar merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk digunakan dalam
kegiatan pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III SD. Penelitian senada
pernah dilakukan oleh Wahyuni (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media gambar
dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten
Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kwalitatif. Dalam rancangan tersebut
didiskripsikan mengenal jenis-jenis pekerjaan dengan media gambar, dari perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
Subyek Penelitian ini adalah 31 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 15 siswa
laki-laki. Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Tulungrejo 02 Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari Sabtu, 13 Pebruari 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35
menit.
Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar
dikumpulkan dengan test tulis obyektif dan uraian. Data hasil proses pembelajaran diperoleh
selama pembelajaran. Data hasil observasi dikumpulkan oleh tujuh orang observer teman sejawat
Dr. Budi Handoyo, Dra. Rustiyah, M.MPd, Suyono, S.Pd, Nurul Hidayati, S.Pd, Siti, S.Pd, Ulfa,
S.Pd, Vandi, S.Pd. Data dianalisis secara deskriptif.
Data, sumber data dan instrumen penelitian yang digunakan antara lain: (1) Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dari siswa. Data tentang kegiatan pembelajaran diperoleh
dari hasil observasi. (2) Sumber data yang terdapat pada penelitian ini berasal dari kelas III SDN
Tulungrejo 02 Bumiaji Batu tahun ajaran 2015/2016.
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Instrumen penelitian yang
digunakan dalam mengumpulkan data adalah soal tes dan lembar observasi.
1049
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada penelitian ini menganalisis data dilakukan dengan cara menghitung prosentase
ketercapaian nilai.Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes yang dilaksanakan setelah
kegiatan pembelajaran. Data hasil tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tingkat
ketuntasan siswa ditentukan berdasarkan KKM SDN Tulungrejo 02 Bumiaji Batu adalah 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perencanaan Pembelajaran
Ada 4 kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan: (1) penyusunan RPP, (2)
penyusunan lembar kerja, (3) penyusunan pengembangan media, dan (4) penilaian.
Pada tahap perencanaan penyusunan RPP guru melakukan sejumlah kegiatan sebagai
berikut: Pertama, menentukan standar kompetensi (SK) memahami jenis pekerjaan dan
penggunaan uang, Kompetensi Dasar (KD) mengenal jenis-jenis pekerjaan berdasarkan buku
kurikulum 2006 halaman 36. Dari Kompetensi Dasar tersebut dikembangkan ke dalam dua
indikator berikut: (1) menyebutkan jenis-jenis pekerjaan, (2) mengidentifikasi macam-macam
jenis pekerjaan, (3) menjelaskan secara tertulis hasi-hasil dari jenis-jenis pekerjaan dan (4)
menceritakan jenis-jenis pekerjaan yang disukai.
Kedua, menyusun RPP. RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yaitu 3 x 35 menit.
Sesuai SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam tujuan pembelajaran
yakni: (1) Melalui pengamatan gambar siswa dapat menyebutkan jenis-jenis pekerjaan, (2)
Melalui pengamatan gambar siswa dapat mengidentifikasi macam-macam jenis pekerjaan, (3)
Melalui diskusi siswa dapat membuat laporan tentang jenis-jenis pekerjaan.
Dengan metode deskriptif guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama,
kegiatan awal siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran yang diawali dengan salam dan
doa dilanjutkan absensi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang jenis-jenis
pekerjan, memotivasi siswa dengan menunjukkan pentingnya yang akan dipelajari pada hari ini,
guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini yaitu mengamati,
mengumpulkan data, sedikit menyampaikan materi tentang jenis-jenis pekerjaan dan tujuan
manusia bekerja.
Kedua, kegiatan inti siswa mengamati gambar jenis-jenis pekerjan yang ditayangkan
melalui power point. Siswa mencatat hasil pengamatannya tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas
yang harus dilakukan sesuai jenis pekerjaan serta mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan
barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa. Siswa menyampaikan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Guru membentuk siswa dalam 6 kelompok. Tiap kelompok berjumlah 5 siswa ada
siswa laki-laki dan ada siswa perempuan.Tiap kelompok mendapat satu amplop yang berisi tugas
kelompok dan tugas individu. Bersama kelompok siswa melakukan diskusi. Perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas yang diikuti tanggapan kelompok
lain. Dilanjutkan pemajangan hasil diskusi kelompok di papan pajangan. Siswa mengerjakan
tugas individu. Siswa mempresentasikan hasil karya tugas individu dan memajang hasil karya di
papan pajangan.
Ketiga, Kegiatan akhir guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran jenis-jenis
pekerjaan bersama siswa. Guru menyampaikan tugas untuk pertemuan yang akan datang.
Dilanjutkan dengan refleksi. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup dan doa.
Penyusunan lembar kerja dirancang dalam dua macam yaitu lembar kerja secara kelompok
dan tugas individu. Dalam lembar kerja secara kelompok, siswa membaca teks bacaan tentang
jenis-jenis pekerjaan kemudian siswa mengamati gambar petani padi yang sedang panen. Siswa
mendiskusikan hal-hal yang dapat meningkatkan hasil panen petani padi. Kemudian siswa
mengamati gambar pengemis dan mendiskusikan tentang jenis pekerjaan seorang pengemis.
Tugas individu berbentuk mengarang cerita. Siswa memilih salah satu jenis pekerjaan yang
1050
ISBN: 978-602-1150-17-7
disukai kemudian membuat karangan tentang jenis pekerjaan tersebut dengan menggunakan
kalimat yang baik dan benar.
Penyusunan pengembangan media yang sesuai dengan materi jenis-jenis pekerjaan
yang dipilih adalah media gambar. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk
mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen
dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas.
Hasil penilaian berupa rubrik penilaian hasil dan penilaian sikap. Penilaian hasil
dilakukan untuk mengukur kemampuan mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III yang
berjumlah 31 siswa dengan dua aspek yaitu 10 soal obyektif dan 5 soal esai. Rincian penilaian
untuk soal obyektif jika satu soal benar maka nilai 1, jika semua benar maka nilai 10. Untuk soal
esai, jika: (a) jawaban siswa tepat dan lengkap nilai 3, (b) jika jawaban siswa kurang tepat dan
tidak lengkap nilai 2, (c) jika jawaban siswa tidak tepat dan tidak lengkap nilai 1.Sehingga
jumlah skor maksimal adalah 25.
Dalam penilaian sikap digunakan untuk melihat proses belajar siswa selama melakukan
kegiatan diskusi dalam tugas kelompok yang terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) keaktifan siswa
yang meliputi: (a) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (b) apakah
siswa membantu menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (c) apakah siswa tidak aktif
dalam menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (2) partisipasi siswa yang meliputi: (a)
apakah siswa mau berpartisipasi mengerjakan tugas dalam kelompok, (b) apakah siswa kurang
berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, (c) apakah siswa tidak berpartisispasi dalam
mengerjakan tugas kelompok, dan yang ketiga adalah (3) presentasi hasil kegiatan yang meliputi:
(a) apakah siswa sebagai penyaji dalam kelompok, (b) apakah siswa aktif dalam memberikan
pendapat atau komentar, (c) apakah siswa tidak aktif dalam memberikan pendapat atau komentar.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 9 Pebruari 2016 dengan materi mengenal
jenis-jenis pekerjaan. Guru mengimplementasikan sesuai dengan skenario. Guru menyiapkan
LCD. Guru mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama
serta memeriksa kehadiran siswa. Guru mengondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk
siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang pekerjaan
orang tua siswa. Siswa menjawab pertanyaan tentang pekerjaan orang tua masing-masing. Guru
menanyakan cita-cita siswa. Siswa menjawab dengan antusias cita-cita yang diinginkan. Guru
menunjukkan pentingnya yang akan dipelajari hari ini bahwa setiap orang harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa dapat menentukan
cita-citanya di masa depan. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengamati,
mengumpulkan data serta menyampaikan sedikit materi tentang jenis-jenis pekerjaan.
Kegiatan inti, secara klasikal siswa membaca teks bacaan dengan suara nyaring melalui
power point. Siswa dengan semangat dan suara nyaring membaca teks pada power point. Guru
menyampaikan penjelasan tentang isi teks. Siswa mendengarkan dengan seksama. Siswa
mengamati berbagai gambar jenis-jenis pekerjaan pada power point.
Selama mengamati dengan bimbingan guru siswa mencatat hal-hal penting tentang
macam-macam jenis pekerjaan, tugas yang harus dilakukan sesuai jenis pekerjaan, serta
mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.
Sambil mengamati gambar guru menanyakan siapa yang ingin bekerja seperti yang ditunjukkan
pada gambar. Siswa sangat antusias menginginkan pekerjaan sebagai petani, guru, polisi, dan
pedagang.
1051
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada saat guru menayangkan gambar pilot dan tentara guru bertanya siapa yang ingin
menjadi pilot dan tentara. Semua siswa terdiam tidak ada yang menjawab. Guru menanyakan
alasan mengapa siswa tidak mau menjawab. Ada dua siswa yang menjawab ternyata alasan
mereka takut jatuh dan takut perang. Guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa semua
pekerjaan itu pasti ada resikonya. Selama kita bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh pasti
akan baik-baik saja. Jika kita mengalami sesuatu yang buruk mungkin jatuh dari pesawat ataupun
mati dalam perang semua itu adalah kehendak Tuhan yang Maha Kuasa karena nyawa kita adalah
milik Tuhan dan semua orang nantinya pasti akan mati sehingga kita tidak perlu takut pada jenis
pekerjaan kita. Siswa memahami apa yang dijelaskan guru.
Siswa menyampaikan hasil pengamatannya di depan kelas. Siswa dibentuk dalam
kelompok untuk melakukan diskusi. Tiap kelompok terdiri atas 5 siswa ada siswa laki-laki dan
ada siswa perempuan. Salah satu siswa dalam kelompok membacakan teks bacaan dan siswa
yang lain mendengarkan. Siswa dalam kelompok mengamati gambar petani dan gambar
pengemis kemudian membaca petunjuk tugas yang diberikan. Siswa mendiskusikan tentang
hal-hal apa saja yang dapat dilakukan petani agar dapat meningkatkan hasil panennya serta
memberikan tanggapan tentang jenis pekerjaan sebagai pengemis.
Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok lain memberikan
tanggapan maupun saran dengan sangat aktif. Siswa memajang hasil diskusi kelompok di papan
pajangan. Dilanjutkan siswa mengerjakan tugas individu. Siswa memilih salah satu jenis
pekerjaan yang disukainya dan menulis karangan tentang jenis pekerjaan yang disukai dengan
menggunakan kalimat yang baik dan benar. Siswa mempresentasikan karya tulisnya dengan
perwakilan salah satu siswa laki-laki dan salah satu siswa perempuan. Siswa memajang hasil
karya tulis di papan pajangan.
Pada kegiatan akhir siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil
pembelajaran jenis-jenis pekerjaan secara tertulis. Guru menyampaikan tugas untuk pertemuan
yang akan datang yaitu membaca di rumah lks IPS halaman 8. Guru dan siswa melakukan refleksi
dengan meminta pendapat siswa tentang apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang
sulit pada pembelajaran hari ini. Siswa merasa sangat senang pada pembelajaran hari ini karena
merasa sangat mudah menerima materi tentang mengenal jenis –jenis pekerjaan dengan media
gambar dan merasa tidak membosankan sehingga siswa tidak mengalami banyak kesulitan.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup dan doa.
HASIL PEMBELAJARAN
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dilakukan test dengan memberikan 15
soal dengan rincian 10 soal berbentuk obyektif dan 5 soal berbentuk esai. Siswa yang
mengerjakan soal sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 15 laki-laki. Dari hasil
pekerjaan siswa diperoleh data sebanyak 27 siswa yang mendapatkan skor lebih dari atau sama
dengan 7 yang merupakan batas minimal dari KKM di SDN Tulungrejo 02 Kecamatan Bumiaji
kota Batu. Dari data ini menunjukkan bahwa lebih dari 87% siswa yang berhasil mencapai
ketuntasan minimal. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 75 % kriteria ideal ketuntasan
masing-masing indikator berdasarkan KTSP. Keberhasilan ini tidak terlepas dari penggunaan
media gambar dalam pelaksanaan pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode media gambar
menunjukkan rata-rata nilai siswa 87%. Nilai tersebut diatas kriteria ketuntasan mengajar (KKM)
yaitu 70. Selain itu model pembelajaran tersebut dapat menunjukkan sikap positif siswa yang
berupa semangat belajar yang tinggi, percaya diri, berani berpendapat, termotivasi membuka diri
1052
ISBN: 978-602-1150-17-7
terhadap proses belajar yang menyenangkan, aktif mengetahui apa yang dilihat dan cenderung
tidak menghayal dalam mengenal jenis-jenis pekerjaan.
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT GrafindoPersada.
Depdikbud. 2004. Kamis Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 (standar Kompetensi) Mata
Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas
Tawatuan (2015). Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk Siswa
Kelas III SMP Negeri 2 Essang Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaud. .
Wahyuni (2013). Upaya Peningkatan Partisipasi Siswa Melalui Penggunaan Media Gambar
pada Mata Pelajaran IPS Materi Mengidentifikasi Benua-Benua pada Siswa Kelas VI
SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran
2012/2013.
http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengembangan-media pembelajaran/) tanggal
6 Pebruari 2016
1053
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI BENUA-BENUA
DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS 6 SDN
TULUNGREJO 03 KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2015/2016
Nurul Aeni
SDN Tulungrejo 03
[email protected]
Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan media
audio visualdalam mengidentifikasi benua-benua di permukaan bumi. Penelitian ini
menggunakan metode diskriptif kualitatif. Subjek pengamatannya adalah siswa kelas
6 SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang berjumlah 36 orang,. Hasil
penelitian menunjukkan media audio visual dapat menghasilkan rata-rata nilai hasil
belajar yang lebih tinggi daripada nilai KKM. Rata-rata nilai hasil belajar siswa 82
lebih tinggi daripada KKM sebesar 70.
Kata Kunci : pembelajaran, benua, audio visual
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) pasal 3 dirumuskan bahwa tujuan Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Sesuai dengan rumusan tersebut, bahwa tujuan pendidikan
nasional tidak lain adalah menjadikan warga negara yang baik yang perlu dikontribusi oleh
berbagai mata pelajaran.
Mata pelajaran ini di SD sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, karena
materinya sangat luas dan memerlukan kemampuan untuk menghafal. Kebanyakan siswa merasa
enggan untuk menghafal berbagai macam materi – materi yang disajikan oleh guru.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di SDN Tulungrejo 03
diperoleh gambaran bahwa pembelajaran IPS belum berorientasi pada pemaksimalan keaktifan
siswa. Pembelajaran yang terjadi lebih banyak didominasi penyampaian informasi dari guru
kepada siswa dengan sedikit mengembangkan gagasan kreatif siswa.
Secara khusus hasil pengamatan tersebut dideskripsikan sebagai berikut; pembelajaran
yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah, penjelasan materi yang disampaikan oleh
guru kurang menarik, guru kurang memberikan motivasi belajar, siswa kurang aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran
maka diperlukan media yang bisa merangsang keaktifan siswa dalam belajar. Penggunaan media
pembelajaran yang menarik memungkinkan terciptanya proses belajar mengajar yang menarik.
Supardi, dkk. (2013) Penggunaan media diharapkan dapat menarik perhatian siswa, sehingga
siswa memusatkan pikirannya dan terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran IPS di
kelas.
Mata pelajaran IPS sebagai salah satu muatan yang membahas dinamika permasalahan
sosial memerlukan dukungan media yang dapat mengungkap aspek-aspek tersebut. Nina
Sundari. (2008) mengatakan mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat
memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global
sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. untuk mencapai tujuan
1054
ISBN: 978-602-1150-17-7
tersebut, sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri
siswa yang mampu melahirkan manusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun
dalam aspek moralnya.
Untuk menumbuhkan minat belajar siswa, guru tidak hanya menggunakan metode
ceramah saja, tetapi hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang akan diajarkan. Misalnya untuk matan pelajaran IPS kelas VI tentang
Mengidentifikasi Benua-Benua yang terdapat pada KD 1.3 , maka media yang digunakan adalah
media Visual yaitu tayangan video, Gambar Peta, Globe, dan Atlas.
Media pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sarana untuk memperjelas
penyampaian pelajaran pada siswanya dalam membantu peserta didik untuk memahami pelajaran
atau materi yang disampaikan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar apabila guru menggunakan
media pembelajaran.
Menurut Samaatmadja (dalam Sundari, 2008) media merupakan alat dari segala benda
yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Wahyuni 2013,
media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu
sampai kepada penerima yang dituju. (Hamidjojo dalam Latuheru,1993)
Pengertian media menurut Briggs dalam Tawatun (1977) adalah “sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, dan sebagainya”. Sementara
itu, National Education Association dalam mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah
sarana komuikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat
keras (Tawatun, 2015), sedangkan Schramm (1977) media pembelajaran adalah teknologi
pembawa pesan
yang dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Tawatun (2015)
menyimpulkan. Media pembelajaran menurut Marshall Mc Luhan dalam Hamalik (2003) adalah
alat-alat sederhana, seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, obyek-obyek nyata
serta kunjungan keluar sekolah, televisi dan radio yang banyak memberikan informasi kepada
siswa
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Penelitian senada pernah dilakukan oleh Sundari (2008) dan Wahyuni (2013). Dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran Pengetahuan
Sosial, sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Pembelajaran lebih bermakna, karena siswa
secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasiantara
lain, tanya jawab, pengamatan/observasi, dan diskusi kelompok sehingga proses pembelajaran
benar-benar menjadi menarik, menyenangkan dan efektif dalam pencapaian tujuan;Pembelajaran
dengan menggunakan media peta, dapat menciptakan suasana belajar yang membangkitkan
semangat dan gairah belajar sehingga dapat mendorong siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif;
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang ditunjang oleh penggunaan media
peta, memberi peluang kepada siswa melakukan berbagai keterampilan seperti mengamati dan
memprediksi.
Pada penelitian yang yang dilakukan Sri Wahyuni ( 2013 ) dipaparkan hasil penggunaan
media gambar dalam pembelajaran IPS, untuk materi mengidentifikasi benua-benua, dapat
meningkatkan partisipasi siswa kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten
Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil pengamatan
selama proses pembelajaran yang dilaksanakan selama 2 siklus mengalami peningkatan pada
1055
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
setiap siklusnya. b. Partisipasi siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian hanya sebanyak 6
siswa (35,29%) dari 17 siswa, selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat
menjadi 10 siswa (58,82%) dari 17 siswa, kemudian pada hasil tindakan siklus II jumlah siswa
yang berpartisipasi sebanyak 17 siswa atau mencapai 100%
Terdapat berbagai jenis media pembelajaran, diantaranya; (1) Media Visual: grafik,
diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, (2) Media Audio: radio, tape recorder, laboratorium
bahasa dan sejenisnya, (3) Projected still media: slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya,dan (4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.
Dari berbagai kajian di atas , dapat dirumuskan tiga masalah sebagai berikut; (1)
Bagaimanakah perencanaan pembelajaran mengidentifikasi benua-benua ,(2) Bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran IPS materi Mengidentifikasi Benua-benua di kls VI SDN Tulungrejo
03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu dengan bantuan audio visual dan (3) Bagaimana hasil dari
pembelajaran mengidentifikasi benua-benua dengan menggunakan media audio visual di kls VI
SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Diskriptif Kualitatif. Dalam rancangan tersebut
didiskripsikan bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan materi mengidentifikasi
benua-benua,
media apa yang digunakan dalam pembelajaran IPS dengan materi
mengidentifikasi benua-benua, mendeskripsikan hasil dari pembelajaran mengidentifikasi benua.
Subyek pengamatannya adalah siswa kelas 6 SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu
yang berjumlah 36 orang, yang terdiri atas laki-laki 20 orang dan perempuan 16 orang.
Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar
diperoleh melalui tes obyektif dan uraian. Data hasil proses pembelajaran dikumpulkan selama
proses pemebelajaran berlangsung. Data dianalisis secara deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan Pembelajaran
Ada 4 tahap dalam perencanaan: (Penyusunan RPP), (Penyususnan LKS),
(Pengembangan Media), dan (Penilaian). Pada tahap penyusunan RPP, dilakukan identifikasi
Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar ( KD ). Dari KD tersebut di jabarkan dalam tiga
indikator yaitu menunjukkan letak benua, menunjukkan batas-batas benua, menyebutkan
kenampakan alam dan kenampakan buatan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun
dalam 2 pertemuan dengan waktu yang tersedia 3 x 35 menit untuk satu kali pertemuan.
Pada pertemuan pertama ada tiga langkah yaitu (Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti,
Kegiatan Penutup). Pada tahap pendahuluan, Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran
tentang mengidentifikasi benua-benua guru menunjukkan lima gambar benua, sambil mengamati,
siswa diajak tanya jawab tentang gambar. Guru membimbing siswa mengidentifikasi nama-nama
benua tersebut, guru mengaitkan materi mengidentifikasi benua dengan materi sebelumnya.
Pada kegiatan inti siswa disajikan tayangan Power Point tentang benua-benua yang ada
di muka bumi. Sambil mengamati tayangan, siswa mencatat hal-hal penting, siswa diberi Lembar
Kerja Kelompok untuk didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok
diberi permasalahan yang sama tetapi benua yang berbeda, Jumlah siswa 36 orang dibagi menjadi
8 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 orang (2 orang perempuan dan 3 orang lali-laki).
Diskusi kelompok belangsung selama 15 menit. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Kemudian siswa menukar
1056
ISBN: 978-602-1150-17-7
hasil kerja kelompoknya ke kelompok lain, dilanjutkan dengan memajang hasil diskusinya di
papan pemajangan sebagai motivasi bagi siswa . Selanjutnya siswa diberi Lembar Kerja Individu.
Pada akhir pembelajaran guru dan siswa membuat kesimpulan, refleksi, dan kegiatan
ditutup dengan doa. Kesimpulan dilakukan secara bersama antar siswa dan guru. Refleksi
berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung
Pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama, ada tiga langkah yaitu
(Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup). Pada tahap Pendahuluan; guru
melakukan presensi, mengajak siswa berdoa bersama, tanya jawab tentang materi minggu lalu,
diskusi tentang tujuan dan tugas pembelajaran.
Pada kegiatan inti siswa mengamati video pembelajaran tentang mengidentifikasi
benua-benua yang ditayangkan kembali oleh guru, tanya jawab tentang hasil pengamatan siswa,
guru membagikan Lembar Kerja Individu, siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
Siswa menukar hasil kerjanya dengan temannya, diskusi bersama membahas hasil kerja siswa,
guru melakukan penilaian. Pada kegiatan akhir guru dan siswa membuat simpulan, Refleksi, guru
memberi penguatan dan tugas rumah
Dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa ada 2 yaitu Lembar Kerja Kelompok dan
Lembar Kerja Individu. Untuk lembar kerja Kelompok, masing-masing kelompok mendapat soal
yang sama tetapi benua yang berbeda. Pada Lembar Kerja Kelompok siswa diminta untuk
mengidentifikasi satu benua yang telah ditentukan sesuai dengan tayangan yang telah diamatinya,
mencakup letak benua, batas-batas benua, kenampakan alam benua, dan kenampakan buatan dari
benua tersebut. Pada lembar Kerja Individu siswa diberi soal yang terdiri dari 10 soal objektif dan
5 soal subjetif.
Memilih dan menentukan media yang sesuai dengan pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan sarana yang dapat menunjang berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran, media yang
menarik bagi siswa akan membuat siswa belajar lebih aktif, dan suasana belajar lebih
menyenangkan. Dalam penyusunan media pembelajaran, mula mula menggunakan media
gambar yaitu gambar peta yang di pajang didepan kelas, atlas, Kemudian guru membuat media
pembelajaran dengan menggunakan Power Point yang berisi tentang gambar-gambar benua dan
deskripsinya, kemudian terdapat pula video yang berisi tentang pembelajaran benua-benua.
Penilaian ada dua yaitu penilaian hasil dan penilaian proses, penilaian proses dalam
penelitian ini adalah penilaian diskusi kelompok sedangkan penilaian hasil, adalah hasil kerja
siswa secara individu. Pada penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap, rubrik
penilaian hasil digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran tentang
mengidentifikasi benua-benua.
Dalam menyusun soal untuk penilaian hasil ada dua jenis soal yaitu obyektif dan
subyektif. Untuk soal obyektif berjumlah 10 soal dengan skor 1 soal = 1, untuk soal subyektif
dengan skor 1 soal = 2 , sedangkan rubrik penilaian sikap untuk mengukur tingkat keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar. Rubrik penilaian sikap adalah: Kerjasama, Keaktifan, dan
Ketepatan penyelesaian tugas.
Dalam penilaian kerjasama, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik mendapat skor
3, siswa yang kurang mampu bekerjasama mendapat skor 2, sedangkan siswa yang tidak dapat
bekerjasama mendapat skor 1. Dalam penilaian keaktifan dalam diskusi, siswa yang aktif diskusi
mendapat skor 3, siswa yang kurang aktif diskusi mendapat skor 2, siswa yang tidak aktif diskusi
mendapat skor 1. Dalam penilaian penyelesaian tugas, siswa yang mampu menyelesaikan tugas
dengan tepat (80%-100) mendapat skor 3, siswa yang mampu menyelesaikan tugas tetapi kurang
tepat (60%-79%) mendapat skor 2, siswa yang mampu menyelesaikan tugas tetapi tidak tepat(<
60%) mendapat skor 1
1057
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dengan mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan media audio
visual akan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan
siswa. Selain itu siswa akan menjadi lebih aktif, mudah memahami materi karena dapat
mengalami langsung terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus 1 dilaksanakan tanggal 16 dan
17 Pebruari 2016, sedangkan pada siklus 2 dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Pebruari 2016 di kelas
VI dengan mata pelajaran IPS , dengan materi mengidentifikasi benua-benua. Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tercantum dalam RPP
dan dibantu oleh 3 orang observer yang mengamati mulai dari awal pembelajaran sampai akhir
pembelajaran. Pada pertemuan ke 1,
 Kegiatan awal
Di awal pembelajaran guru memberikan salam, berdoa bersama dan presensi. Guru
mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran. Siswa diajak
bernyanyi bersama agar siswa lebih bersemangat. Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran
yang akan dilaksanakan. guru menunjukkan gambar lima benua melalui peta yang di pajang di
depan kelas. Tanya jawab tentang nama-nama benua.
 Kegiatan Inti
Guru mengkondisikan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan menayangkan
gambar benua melalui LCD Proyektor yang dilanjutkan dengan video pembelajaran tentang
mengidentifikasi benua-benua. Dengan bimbingan guru, siswa mengamati tayangan dengan
seksama dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Selesai mengamati tayangan, siswa dibagi
dalam 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang yaitu (3 orang putra, dan 2 orang putri).
Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok untuk didiskusikan. Satu kelompok mendapat satu
lembar kerja kelompok dengan masalah yang sama tetapi benua yang berbeda dengan kelompok
lain. Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi mengidentifikasi benua sesuai dengan tugas
kelompoknya masing-masing, diskusi dibatasi dengan waktu. Kemudian setiap kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menanggapi, setelah
memprentasikan, siswa menukar hasil kerjanya dengan kelompok lain. Dilanjutkan dengan
menempel kasil kerjanya di papan pemajangan.
 Kegiatan penutup
Kegiatan diakhiri refleksi, membuat simpulan dan penguatan.
Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran dilakukan mirip dengan pelaksanaan
pembelajaran pertemuan pertama. Terdiri dari tiga langkah dalam pelaksanaan pembebelajaran
ke dua ini; kegiatan pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup.
Pada tahap Pendahuluan, Guru melakukan Presensi,mengajak siswa Berdoa
Bersama,Tanya Jawab tentang materi minggu lalu, Diskusi tentang tujuan dan tugas
pembelajaran. Pada kegiatan inti Siswa mengamati video pembelajaran tentang mengidentifikasi
benua-benua yang ditayangkan kembali oleh guru, Tanya jawab tentang hasil pengamatan siswa,
Guru membagikan Lembar Kerja Individu, Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
Siswa menukar hasil kerjanya dengan temannya, Diskusi bersama membahas hasil kerja siswa.
Pada kegiatan akhir guru dan siswa membuat simpulan, Refleksi, dan penguatan.
Hasil dari pembelajaran
Untuk memperoleh hasil dari pembelajaran, dilakukan tes dengan memberikan 15 soal
dalam bentuk 5 soal uraian dan 10 soal pilihan ganda. Siawa yang mengerjakan soal sebanyak 36
siswa dengan rincian 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Dari hasil pengkoreksian
pekerjaan siswa diperoleh data 34 siswa mendapatkan skor di atas 7 yang merupakan batas KKM
1058
ISBN: 978-602-1150-17-7
dari SDN Tulungrejo 03. Ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari atau sama dengan 93% siswa
yang sudah mencapai KKM. Dari data ini diperoleh gambaran bahwa pembelajaran dengan media
audio visual dapat meningkatkan prestasi siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif kualitatif
penggunaan media audio visual dapat diperoleh nilai diatas KKM lebih dari 93%, sedangkan
nilai KKM adalah 7, dari jumlah siswa 36 , siswa yang mendapat nilai diatas KKM berjumlah 34
orang
DAFTAR RUJUKAN
Angkowo dan Kosasih.2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi) Mata
Pengetahuan Sosial untuk sekolah Dasar dan Madrasah ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Omar. 2003. Perencanaan pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Hamidjojo dalam Latuheru,1993. Media pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.
Hopkins, David. 1993. A. Teacher Guide to Classroom Research. Philadephia: Open Univercity
Press.
Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI.
Depdiknas.
Sundari, Nina. 2008. Pemanfaatan Media Peta Dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran
Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar.
Sriwahyuni, 2013. Upaya Peningkatan Partisipasi Siswa Melalui Penggunaan Media Gambar
Pada Mata Pelajaran IPS Materi Mengidentifikasi Benua-Benua Pada Siswa Kelas VI
SDN 02 Dawang Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012 /
2013
Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tawatun., Melvin. Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Essang Kec. Gemeh Kabupaten. J-TEQIP 2015
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas). Citra Umbara Bandung. Pembelajaran dengan memanfaatkan media peta
1059
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN GEJALA ALAM
DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK KELAS VI SDN GIRIPURNO 01
BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2015/2016
Fandi Firmansyah
SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
peserta didik terhadap penggunaan media audio visual. Metode yang digunakan adalah
deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual
dalam membelajarkan peserta didik tentang gejala alam dengan rata-rata skor siklus 1
6,95 meningkat menjadi 8,20 pada siklus 2.
Kata kunci : Pembelajaran, gejala alam, media audio visual
Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan masih terfokus pada penyampaian informasi
kepada peserta didik. Mata pelajaran IPS seringkali dianggap pelajaran yang kurang menarik
dikarenakan pembelajaran dilakukan dengan cara berceramah dan hafalan. Hal itu menyebabkan
pembelajaran IPS yang diterima peserta didik menjadi sulit dan hasil belajar siswa kurang
optimal.
Pembelajaran IPS kelas VI semester 2 mendeskripsikan gejala ( peristiwa ) alam yang
terjadi di Indonesia dan negara tetangga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik
tentang gejala alam di Indonesia. Bila peserta didik telah dapat mengenal tentang gejala alam,
mereka dapat mengetahui dan mengetahui penyebab serta cara penganggulangan gejala alam
yang terjadi.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di 2 pertemuan lempeng yaitu
lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia sehingga banyak menyebabkan terjadinya gempa
bumi. Sehingga negara kita dikenal sebagai negara yang rawan terjadinya bencana. Selain itu
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif yang setiap saat bisa
mengeluarkan bahan vulkanisnya setiap saat. Badan Nasional Penangggulangan Bencana
(BNPB) Indonesia mencatat ada 1582 bencana alam sepanjang tahun 2015, data tersebut turun 20
% dari tahun lalu. tercatat 248 korban meninggal dan 1,18 juta mengungsi (Republika, 26
Desember 2015). Dari data tersebut bencana tanah longsor, banjir dan puting beliung merupakan
peristiwa alam yang sering terjadi di Indonesia.
Materi gejala atau peristiwa alam terdapat di kelas VI semester yang ke 2. Daam 2 tahun
terakhir diperoleh hasil belajar peserta didik yang tidak berbeda tiap tahunnya. Tahun pelajaran
2013/2014 diperoleh rata-rata 6,38 dan 2014/2015 6,43. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan
tes tulis berupa uraian dan pilihan ganda.
Hasil observasi terhadap siswa, penyebab hasil belajar yang tidak optimal adalah karena
kurangnya pengalaman nyata tentang materi. Dari gambar yang terdapat di buku kurang
menambah pengalaman belajar peserta didik. Akhirnya menjadi rasa yang tidak menarik bagi
peserta didik karena mereka hanya membayangkan materi yang diajarkan.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar
(Ruminiati 2007:2.13-2.14). Menurut Putusutrisna (2011) keunggulan menggunakan media
audio visual antara lain: (1) menarik, beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran
yang diserap melalui media penglihatan sekaligus dengan pendengaran dapat mempercepat daya
serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan; (2) baik untuk semua peserta
1060
ISBN: 978-602-1150-17-7
didik karena dapat mendengar dan melihat; (3) bisa menampilkan gambar, grafik, diagram,
maupun cerita; (4) variatif; (5) bisa diperlambat dan diulang; (6) dapat dipergunakn untuk
memberikan umpan balik. Dengan menggunakan media audio visual dapat menarik minat peserta
didik ketika pembelajaran berlangsung.
Kualitas media pembelajaran tampak dari: 1) dapat menciptakan pengalaman belajar
yang bermakna. 2) mampu memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dengan peserta
didik, peserta didik dengan guru, serta peserta didik dengan ahli bidang ilmu yang relevan. 3)
media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik. 4) melalui media
pembelajaran, mampu mengubah susana belajar dari peserta didik pasif menjadi aktif berdiskusi
dan mencari informasi melalui berbagai sumber yang ada (Siti Muryani. 2013:17).
Oleh karena itu penulis berusaha memanfaatkan media terutama media gambar dalam
pembelajaran IPS agar menjadikan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan
disukai peserta didik sehingga pemahaman dan prestasi mereka dapat diperoleh secara maksimal
atau memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran
mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di indonesia dengan media gambar, (2)
pelaksanaan pembelajaran menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar peserta didik, dan (3) penilaian peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja dari
pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskipsi kualitatif. Penelitian deskripsi kualitatif
yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri – ciri, dan sifat suatu fenomena
(Suryana, 2010:20). Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan hasil secara terperinci.
Deskripsi yang dilakukan berkaitan dengan (1) hasil perencanaan pembelajaran mendeskripsikan
gejala (peristiwa) alam yang terjadi di indonesia dengan media gambar, (2) hasil pelaksanaan
pembelajaran menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar peserta didik, dan (3) kemampuan peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja dari
pembelajaran dengan menggunakan media audio visual.
Subyek peneitian adalah peserta didik kelas VI SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji
Kota Batu. Peserta didik yang terlibat adalah peserta didik kelas VI yang terdiri dari 30 peserta
didik. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Yang
menjadi observator adalah teman sejawat. Teman sejawat ini adalah guru kelas VI pada sekolah
yang sama tetapi pada tingkat pararel yang berbeda dan guru kelas IV A pada sekolah yang sama.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan 2 jenis tes yaitu tes tertulis dan
rubrik penilaian pengamatan. Tes tertulis terdiri dari pilihan ganda dan uraian. Tujuan dari tes
tulis ini yaitu untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mecapai tujuan pembelajaran.
Rubrik pengamatan digunakan untuk mengamati peserta didik dalam berdiskusi dalam satu
kelompoknya.
Analisis data yang digunakan pada umumnya adalah analisis data deskripsi kualitatif.
Artinya penelitian dideskripsikan dengan data-data yang diperoleh untuk kemudian disimpulkan
apakah telah terjadi perubahan atau belum terhadap permasalahan yang diubah atau ditingkatkan
(Syamsi). Permasalahan yang ingin diketahui perubahannya adalah penggunaan media audio
visual dalam pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam hasil dan pembahasan terdapat 3 tahapan yaitu tahapan 1) Perencanaan, 2)
Pelaksanaan Pembelajaran, dan 3) Penilaian.
1061
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
 Perencanaan Pembelajaran
Kegiatan ini diawali dengan kegiatan perencanaan. Ada 4 kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan perencanaan, yaitu: 1) Penyusunan RPP; 2) Penyusunan LKS; 3) Pengembangan Media
dan 4) Penilaian.
Dalam pengembangan RPP kegiatan ini diawali dengan pemilihan kompetensi dasar yang
sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang ingin dilaksanakan. Setelah itu merinci kompetensi
dasar menjadi beberapa indikator yang sesuai. Indikator yang telah ditentukan dikembangkan
menjadi materi yang dapat dirumuskan untuk mecapai kompetensi dasar. Yang selanjutnya materi
ini dijadikan acuan untuk merumuskan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Dalam menyusun lembar kerja peserta didik dilaksanakan secara cermat untuk
mencapai kriteria atau kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh peserta didik. Lembar kerja yang
dibuat ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca, dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dari peserta didik dalam memahami pembelajaran. Manfaat adanya lembar kegiatan
peserta didik adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta bagi peserta
didik sendiri akan melatih untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami suatu tugas secara
tertulis (Widyantini. 2013:3). Berdasarkan kutipan pendapat di atas maka manfaat dari lembar
kerja bagi guru adalah sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk tingkat ketercapaian
tujuan pembelajaran. Dan bagi peserta didik adalah sebagai pedoman belajar baik secara mandiri
dan berkelompok dalam memahami kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan adalah pengembangan media pembelajaran.
Media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual karena selain ada gambar juga
ada suara sehingga peserta didik dapat tertarik konsentrasinya secara penuh pada kegiatan
pembelajaran. Dan yang paling penting peserta didik dapat lebih mudah memahami materi
pembelajaran yang diajarkan. Manfaat dari media pembelajaran audio visual adalah dapat
mempertinggi proses belajar peserta didik yang pada gilirannya akan mempertinggi prestasi
belajarnya (Yanti. 2013:9).
Pengembangan alat penilaian adalah kegiatan yang paling akhir dalam tahap
perencanaan. Penyusunan penilaian berdasarkan indikator yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran. Penilaian yang diberikan kepada peserta didik adalah berupa tes tertulis yaitu
pilihan ganda dan uraian. Soal pilihan ganda terdiri dari 5 soal dengan pilihan jawaban a, b, dan c.
Sedangkan soal uraian terdiri dari 5 soal dengan kriteria menyebutkan dan mejelaskan dari
pertanyaan yang dibuat. Penilaian pengamatan dan kinerja dalam bentuk rubrik juga digunakan
untuk mengetahui sejauh mana kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah dan
pemahaman konsep yang diberikan secara bersama – sama. Kriteria penilaian dalam rubrik yang
digunakan terdiri 2 aspek yaitu konsep dan kerjasama. Aspek konsep terdiri semua benar,
sebagian besar benar, sebagian kecil benar, dan semua salah. Skor dari kriteria ini mulai dari 1
sampai dengan 4. Yang kedua adalah aspek kerjasama yang terdiri dari kriteria aktif dan kurang
aktif. Yang mempunyai skor 1 sampai dengan 2.
Penilaian yang dilakukan mempunyai manfaat bagi pembelajaran. Salah satunya berguna
untuk mengukur pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Serta untuk mengukur sejauhmana tingkat keberhasilan penggunaan media audio visual yang
digunakan.
 Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pelaksanaan pebelajaran dilaksanakan sesuai peraturan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan no.103 tahun 2014 yang terdiri dari 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan
1062
ISBN: 978-602-1150-17-7
kegiatan penutup. Kegiatan ini terdiri dari 2 sikus. Rincian kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Siklus 1
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan diteruskan dengan mengabsensi peserta didik.
Dan dilanjutkan dengan apersepsi tentang kesiapan peserta didik dan memberi pertanyaan
pembuka yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti :
Guru
: “ Ada yang tahu tentang peristiwa alam “
Peserta didik : “ Ada “
Guru
: “ Tahu dari mana? “
Peserta didik : “ Lihat dari televisi, pak! “
Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dia atas dapat diketahui bahwa peserta didik
sudah mengenali peristiwa alam dari televisi atau media informasi yang lainnya. Selanjutnya guru
akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan apa yang akan dilakukan selama kegiatan
pembelajaran pada hari itu kepada peserta didik. Penyampaian ini bertujuan agar peserta didik
mempunyai gambaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran. Dengan mempunyai
gambaran yang akan dipelajari peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan yang
akan dlaksanakan selanjutnya.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
Dalam kegiatan ini peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 peserta didik. Peserta didik diberi penjelasan untuk mengamati media audio visual
yang akan diamati dan selama pengamatan membuat catatan tentang tampilan dari media. Media
yang ditampilkan adalah gambar atau foto dalam LCD. Selain media foto ditampilkan tayang dari
Liputan 6 SCTV yang merangkum semua gejala alam yang pernah terjadi di Indonesia. Tayangan
ini ditampilkan selama ± 6 – 7 menit. Respon dari peserta didik setelah ditampilkan media audio
visual ternyata sangatlah beragam. Mulai dari sekedar tahu sampai sudah pernah melihat di
televisi atau di daerah sekitarnya.
Setelah melihat media audio visual yang ditampilkan maka perwakilan kelompok maju
ke depan untuk membacakan hasil catatannya. Inti dari catatan tiap kelompok hampir sama
tentang beberapa gejala alam di Indonesia, beberapa ditambahi dengan akibat dari gejala alam
tersebut.
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mengambil amplop yang berisi tentang gambar gejala yang sudah ditampilkan tetapi telah
dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu peserta didik menyusun agar menjadi satu bagian
foto yang utuh. Seketika suasana kelas yang konsentrasinya sebagian terpecah karena media telah
dimatikan mejadi ramai. Peserta didik mulai bekerjasama menyusun gambar menjadi bagian yang
utuh. Hampir semua anggota kelompok terkonsentrasi penuh pada penyusunan. Hanya ada
sebagian anak yang bingung karena suasana menjadi ramai, tetapi ikut kembali berkonsentrasi
pada potongan gambar.
Kegiatan inti yang terakhir peserta didik mengerjakan lembar kerja yang telah
disediakan. Tugas ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Kegiatan Penutup
Peserta didik membuat kesimpulan dengan dipandu guru. Kesimpulan yang dibuat
tentang peritiwa alam yang terjadi Indonesia. Setelah membuat kesimpulan dilakukan refleksi,
dari kegiatan ini ada salah satu peserta didik yang menyebutkan “ Enak kalau setiap hari
menggunakan media audio visual biar tidak bosan”. Sedangkan peserta didik yang lain
menambahi “ Kalau bisa setiap hari bisa menggunakan media audio visual”. Ketika refleksi telah
1063
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dilaksanakan sebelum mengakhiri pelajaran peserta didik diberi tugas untuk dikerjakan di rumah
mengenai pembelajaran yang dilaksanakan pertemuan berikutnya.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil obesrvasi dari teman sejawat dapat diketahui beberapa masalah dalam
siklus 1. Masalah tersebut adalah: 1) pengaturan waktu yang tidak efisien sehingga ada
pembatasan kepada peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok, 2) pemotongan gambar
yang digunakan dalam permainan terlalu kecil 3) dalam penayangan gambar tidak disertai
dengan penjelasan sehingga peserta didik hanya melihat gambar tanpa mengetahui dekripsinya.
Masalah – masalah di atas menjadi kelemahan dalam pembelajaran yang akan diselesaikan dalam
siklus yang ke 2.
Siklus 2
Pada siklus ini kompetensi dan indikator yang ingin dicapai masih tetap sama seperti pada siklus
1. Rincian kegiatan yang dilakukan juga sama hanya terdapat perbaikan sesuai pada refleksi
siklus 1.
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan diteruskan dengan mengabsensi peserta didik.
Dan dilanjutkan dengan apersepsi tentang kesiapan peserta didik dan memberi pertanyaan
pembuka yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti :
Guru
: “ Ada tidak gejala alam atau peristiwa alam yang pernah
terjadi di sekitarmu ? “
Peserta didik : “ Ada “
Guru
: “ Coba sebutkan peristiwa alam yang pernah terjadi di
sekitarmu ! “
Peserta didik : “ Ada longsor pak kemarin di daerah saya “
Guru
: “ Apa akibatnya “
Peserta didik : “ Satu rumah hampir roboh pak. Rumah itu kepunyaan anak
kelas IV “
Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dia atas dapat diketahui bahwa peserta didik
sudah mengenali gejala alam dan akibatnya dari pengalaman kehidupan sehari – hari. Selanjutnya
guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan apa yang akan dilakukan selama
kegiatan pembelajaran pada hari itu kepada peserta didik. Penyampaian ini bertujuan agar peserta
didik mempunyai gambaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran. Dengan
mempunyai gambaran yang akan dipelajari peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti
kegiatan yang akan dlaksanakan selanjutnya.
2. Kegiatan Inti (50 menit)
Dalam kegiatan ini peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 peserta didik. Peserta didik diberi penjelasan untuk mengamati media audio visual
yang akan diamati dan selama pengamatan membuat catatan tentang tampilan dari media. Media
yang ditampilkan adalah gambar atau foto dalam LCD. Gambar yang ditampilkan beberapa
kejadian alam yang terjadi di kota batu seperti banjir di desa Bumiaji tahun 2015 dan di Coban
Rondo tahun 2016, longsor di desa Sisir tahun 2015, puting beliung di alun – alun kota Batu tahun
2015. Gambar tersebut ditampilkan agar peserta didik dapat mengetahui bahwa di daerah
sekitarnya pernah terjadi gejala alam dan mengetahui akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan
untuk gejala alam seperti gunung meletus ditampilkan peristiwa gunung kelud meletus tahun
2014 yang dampaknya sampai ke daerah Batu. Tsunami diberikan peristiwa di Aceh tahun 2004
dan tsunami Jepang tahun 2011. Gempa ditampilkan gempa yang melanda kota Padang yang
mengakibatkan seluruh kota porak poranda.
1064
ISBN: 978-602-1150-17-7
Selain media foto ditampilkan tayang dari Liputan 6 SCTV yang merangkum semua
gejala alam yang pernah terjadi di Indonesia. Tayangan ini ditampilkan selama ± 6 – 7 menit. Dan
yang terakhir ditayang video BNPB agar peserta didik dapat mengetahui badan yang mengurusi
tentang bencana. Ternyata peserta didik mengetahui terlebih dahulu tentang BNPB karena satu
minggu yang lalu badan tersebut pernah ke dusun Durek di dekat sekolah untuk menangani
peristiwa tanah longsor.
Respon dari peserta didik setelah ditampilkan media audio visual ternyata sangatlah
beragam. Mulai dari sekedar tahu sampai sudah pernah melihat di televisi atau di daerah
sekitarnya. Setelah melihat media audio visual yang ditampilkan maka perwakilan kelompok
maju ke depan untuk membacakan hasil catatannya. Inti dari catatan tiap kelompok hampir sama
tentang beberapa gejala alam di Indonesia, beberapa ditambahi dengan akibat dari gejala alam
tersebut. Tetapi hasilnya lebih terperinci karena telah ada perbaikan dari siklus yang 1.
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mengambil amplop yang berisi tentang gambar gejala yang sudah ditampilkan tetapi telah
dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu peserta didik menyusun agar menjadi satu bagian
foto yang utuh. Peserta didik mulai bekerjasama menyusun gambar menjadi bagian yang utuh.
Hampir semua anggota kelompok terkonsentrasi penuh pada penyusunan. Hanya ada sebagian
anak yang bingung karena suasana menjadi ramai, tetapi ikut kembali berkonsentrasi pada
potongan gambar. Jika salah satu kelompok telah selesai terlihat peserta didik menjadi senang dan
kelompok lainnya mejadi bersemangan untuk menyelesaikan.
Kegiatan inti yang terakhir peserta didik mengerjakan lembar kerja yang telah
disediakan. Tugas ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Kegiatan Penutup
Peserta didik membuat kesimpulan dengan dipandu guru. Kesimpulan yang dibuat tentang geala
alam yang terjadi Indonesia. Setelah membuat kesimpulan dilakukan refleksi, dari kegiatan ini
ada salah satu peserta didik yang menyebutkan “ Enak kalau setiap hari menggunakan media
audio visual biar tidak bosan”. Sedangkan peserta didik yang lain menambahi “ Kalau bisa setiap
hari bisa menggunakan media audio visual”. Ketika refleksi telah dilaksanakan sebelum
mengakhiri pelajaran peserta didik diberi tugas untuk dikerjakan di rumah mengenai
pembelajaran yang dilaksanakan pertemuan berikutnya.
4. Refleksi
Terdapat peningkatan siklus 1 tugas menjadi lebih lengkap dan terperinci. Kesulita dalam
penyusunan gambar yang dipotong lebih besar memudahkan siswa dalam penyusunan. Tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai yang diharapkan.
Penilaian
Untuk memperoleh data dari hasil penelitian maka peneliti menggunakan tes tertulis.
Tes tertulis yang diberikan berupa 5 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Kegiatan ini diikuti oleh
30 orang peserta didik. Ketuntasan belajar yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah 7,00
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hasil yang didapat
dari siklus 1 adalah 20 anak yang mendapat nilai di atas kriteria yang telah ditetapkan dan 10 anak
yang dinyatakan belum tuntas. dari hasil tersebut diperoleh persentase sebanyak 66,7 % anak
yang memperoleh nilai kiteria tuntas dan 13,3% yang mendapatkan kriteria di bawah ketuntasan
yang telah ditetapkan.
Siklus 2 diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda. Ada peningkatan dari siklus yang yang
telah dilakukan sebelumnya. Hasil yang didapat dari siklus 2 adalah 27 anak yang mendapat nilai
di atas kriteria yang telah ditetapkan dan 3 anak yang dinyatakan belum tuntas. dari hasil tersebut
1065
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
diperoleh persentase sebanyak 90% anak yang memperoleh nilai kiteria tuntas dan 10% yang
mendapatkan kriteria di bawah ketuntasan yang telah ditetapkan.
Dari hasil yang diperoleh dapat dinyatakan penggunaan media pembelajaran berupa
audio visual berhasil menunjang kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan berhasil karena ada
peningkatan dari pembelajaran siklus 1. Ketuntasan belajar siswa meningkat yang semula pada
siklus satu 66,7% pada siklus 2 menjadi 90%. Dengan kata lain media pembelajaran audio visual
berhasil meningkatkn prestasi belajar peserta didik.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
audiovisual pada materi gejala atau peristiwa alam dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas VI A SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun pelajaran 2015/2016.
DAFTAR RUJUKAN
Fatah, S, 2008. Buku Peserta didik Elektronik Hal.115. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan
Depdiknas
Muryani, S, 2013. Penerapan Strategi Kreatif-Produktif Dengan Media Audio visual Untuk
Meningkatkankualitas Pembelajaran IPS Peserta didik Kelas V SDN Karanganyar 01Kota
Semarang. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang : S1 PGSD Universitas Negeri
Semarang
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Menengah. Diakses dari https://fatkoer.wordpress.com/2014/11/07 Tanggal 21
Februari 2016
Prasetyo, W, A, 2015. 1582 Bencana Landa Indonesia Sepanjang 2015. Diakses dari https:
//republika.co.id/berita/nasional tanggal 21 Februari 2016
Suryana, 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Syamsi, K, _. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Widyatini, T, 2013. Penyusunan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) Sebagai Bahan Ajar. Jakarta:
Penerbit Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK) Matematika
Yanti, F, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk
Hidup Dengan Menggunakan Media Audio visual Di Kelas VII D Peserta didik SMPN
5 Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal TEQIP-SMP. Malang : Penerbit Universitas Negeri
Malang
1066
ISBN: 978-602-1150-17-7
PEMBELAJARAN MENGHARGAI PERANAN TOKOH PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI SNOWBALL THROWING
DIBANTU SILENT READING PADA SISWA KELAS V MI ISKANDAR
SULAIMAN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Siti Purwati
MI Iskandar Sulaiman Kota Batu
[email protected]
Abstrak: Efektifitas snowball throwing dalam membelajarkan peserta didik tentang
persiapan kemerdekaan Indonesia. Metode penelitian digunakan secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model snowball throwing dengan bantuan silent reading
efektif dalam membelajarkan peserta didik tentang persiapan kemerdekaan Indonesia.
Hasil belajar peserta didik rata-rata sebesar 85% diatas kriteria ketuntasan minimal
sebesar 75.
Kata kunci: Pembelajaran menghargai, snowball throwing dibantu silent reading.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru. Menurut Salmani dan Mujiono dalam Sardiman dkk,
2003 bahwa perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
atau afektif. Menurut Geoch dalam Suprijono, 2011 bahwa belajar adalah perubahan performance
sebagai hasil latihan.
Selama ini pembelajaran yang dilakukan di kelas, jarang menggunakan model
pembelajaran yang ada. Peserta didik merasa bosan dan rata-rata hasil belajarnya masih dibawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ada di MI Iskandar Sulaiman. Sudjana (2010)
berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil.
Banyak model pembelajaran yang dirancang untuk menarik minat belajar peserta didik.
Diantaranya yaitu snowball throwing dibantu silent reading. Peneliti memilih model
pembelajaran snowball throwing yang dibantu silent reading. Hal ini dimaksudkan untuk
memaparkan pembelajaran menghargai tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan
snowball throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu Tahun
Pelajaran 2015/2016. Strategi snowball throwing dibantu silent reading adalah suatu strategi
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membaca secara diam, kemudian peserta
didik membuat pertanyaan pada selembar kertas kosong untuk dibentuk bola. Bentuk bola inilah
yang akan dilemparkan kepada teman untuk dijawab. Hal seperti ini dilakukan secara bergantian
antar peserta didik.
Menurut Suherman (1988), membaca diam atau membaca dalam hati atau silent reading
adalah membaca sempurna dengan cara memandang saja, tanpa bersuara, berdesah atau
menggerakkan bibir. Kalimat yang tertulis diubah menjadi makna pada pikiran si pembaca tanpa
melewati tingkatan suara. Tujuannya untuk memahami maksud bacaan. Sebagian besar orang
membaca dengan cara diam atau dalam hati.
Langkah-langkah snowball throwing antara lain: (1) guru menyampaikan materi yang
akan disajikan, (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil maasing-masing ketua
keompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, (3) masing-masing ketua kelompok
kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada
teman-temannya, (4) setiap siswa diberi lembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan yang
1067
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
menyangkut materi, (5) kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar
dari satu peserta didik kepada peserta didik yang lain selama 15 menit, (6) peserta didik yang
mendapat bola pertanyaan kertas diberikan kesempatan untuk menjawab dan melempar bola
kertas yang telah dibuat sendiri kepada teman yang lain, (7) evaluasi, (8) penutup (Suprijono,
2009).
Strategi snowball throwing dibantu silent reading dapat digunakan pada semua mata
pelajaran serta dapat berlaku untuk usia sekolah. Kelemahan snowball throwing dan silent
reading antara lain peserta didik membutuhkan waktu yang cukup lama.
Secara khusus perencanaan ini bertujuan mendeskripsikan: (1) persiapan pembelajaran
menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu
silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016, (2)
pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui
snawball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran
2015/2016, (3) penilaian pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan
Indonesia melalui snawball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu
tahun pelajaran 2015/2016.
Peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah (MI) Iskandar Sulaiman Kota Batu sebagai obyek
penelitian. Alasannya, kondisi para peserta didik cenderung kurang berminat dalam belajar dan
model pembelajaran yang diterapkan di lembaga tersebut masih kurang variatif. Berdasarkan
pengalaman tersebut, peneliti memilih judul “Pembelajaran Menghargai Peranan Tokoh
Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Snowball Throwing dibantu Silent Reading Siswa
Kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Dari kajian di atas, ada masalah yang muncul dalam artikel ini, antara lain: (1)
Bagaimanakah perencenaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan
Indonesia melalui snowball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman
Batu tahun pelajaran 2015/2016? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menghargai
peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu silent reading
siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016? (3) Bagaimanakah hasil
pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball
throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran
2015/2016?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal
ini peneliti mendeskripsikan pembelajaran snowball throwing dibantu silent reading dengan
fokus pada tahap persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Data dalam penelitian ini berupa informasi terkait pembelajaran snowball throwing dibantu silent
reading untuk menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia.
Sumber datanya adalah seluruh siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Kota Batu dengan
jumlah 34 siswa. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes. Instrumen yang digunakan
adalah panduan observasi, wawancara, dan rambu-rambu analisis data penelitian. Pada kegiatan
ini dilakukan pembelajaran dengan metode snowball throwing dibantu silent reading untuk
kompetensi dasar menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu
akan dideskripsikan pembelajaran snowball throwing dan silent reading untuk menghargai tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia. Untuk mendapatkan data terdeskripsi pembelajaran, peneliti
dibantu oleh dua orang pengamat dan data hasil belajar diperoleh melalui tes.
1068
ISBN: 978-602-1150-17-7
Unsur-unsur yang ada dalam lembar pengamatan antara lain: (1) membuka pembelajaran,
(2) melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, (3) menutup pembelajaran, (4) apakah secara
keseluruhan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP?
Pada saat membuka pembelajaran, hal-hal yang dilakukan antara lain pemberian
motivasi untuk memusatkan perhatian dan semangat siswa, apersepsi untuk mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan kehidupan/ pengetahuan siswa, tujuan dan aktivitas belajar dengan
cara penyampaian tujuan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa , dan karakter yang dipilih
kerja keras.
Pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran diamati dengan unsur penggunaan metode
pebelajaran, ketepatan materi, keterlaksanaan sintaks (langkah-langkah pembelajaran), dan
penggunaan media pembelajaran.
Kegiatan menutup pembelajaran diamati dengan hasil refleksi dan penilaian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini disampaikan hasil deskripsi terhadap pembelajaran pada tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Persiapan Pembelajaran
Pada tahap persiapan pembelajaran atau perencanaan pembelajaran ada lima kegiatan
yang dilaksanakan peneliti antara lain: (1) mengidentifikasi perilaku siswa, (2) penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) penyusunan lembar kerja siswa, (4) Penyusunan
pengembangan media, dan (5) penilaian.
Sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hal-hal yang dilakukan
peneliti yaitu mengidentifikasi perilaku siswa seperti mengamati perilaku yang kurang sopan
seperti berbicara dengan guru menggunakan bahasa jawa ngoko, dengan teman berani
membentak, tidak ikut upacara bendera hari Senin karena terlambat, melanggar peraturan sekolah
berkali-kali, meminta uang secara paksa kepada teman, membuang sampah tidak pada tempat
sampah.
Penyusunan perangkat pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memuat
tentang identitas sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator ketercapaian, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
penilaian, pembelajaran pengayaan dan remidial, media atau alat, bahan, dan sumber belajar.
Pada tahap penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), yang dilakukan peneliti antara lain
mendalami metode snowball throwing dari berbagai sumber. Metode-metode ini yang akan
dijadikan patokan peneliti untuk membuat lembar kerja siswa. Peneliti memodifikasi metode
snowball throwing dengan diawali kegiatan silent reading atau membaca dalam hati.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam snowball throwing meliputi: (1) guru menyampaikan
materi yang akan disajikan, (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, (3) masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya, (4) kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar
kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok , (5) kertas kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti
bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama 20 menit, (6) setelah siswa dapat satu
bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, (7) evaluasi, (8) penutup.
Sedangkan silent reading dilakukan dengan cara membaca dalam hati. Snowball throwing dan
silent reading dilakukan dengan cara membaca dalam hati terlebih dahulu dan berikutnya
mengikuti langkah-langkah dalam snowball throwing.
1069
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Tahap pembuatan media yang dilakukan peneliti antara lain mencari foto-foto sidang
BPUPKI dan PPKI, foto para tokoh BPUPKI dan PPKI dari berbagai sumber, kemudian diatur
pada kertas untuk diperbanyak dan dibagikan kepada siswa.
Langkah selanjutnya, adalah penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Menurut Sudrajat, 2008 bahwa hakikat
penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistemiatis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Teknik penilaian yang digunakan peneliti adalah tes berupa tes tulis. Rambu-rambu penilaian
juga disiapkan agar penilaian dapat dilakukan secara objektif.
Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan
tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan model pembelajaran snowball throwing dibantu
silent reading yang terdiri atas: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup.
Kegiatan awal dilakukan dengan pemberian salam, mengecek kehadiran siswa, berdoa,
penyampaian tujuan pembelajaran, mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi
sebelumnya, penyampaian pentingnya materi yang dipelajari, penyampaian uraian kegiatan yang
akan dilakukan dalam kegiatan belajar snowball throwing dibantu silent reading.
Kegiatan inti diawali dengan para siswa membaca materi menghargai tokoh persiapan
kemerdekaan Indonesia, dengan waktu yang telah ditentukan. Berdasar hasil membaca, siswa
membuat pertanyaan tanpa jawaban pada selembar kertas. Kertas tersebut dibentuk bola (yang
akan dilemparkan ke salah satu teman). Sebelum bola kertas dilempar, salah satu siswa menerima
lemparan bola kertas yang berisi pertanyaan dari guru. Siswa yang menerima menjawab
pertanyaan tersebut. Siswa yang telah menjawab kemudian melempar bola kertas yang telah
dibuatnya kepada teman lain. Begitu seterusnya. Siswa yang telah menjawab tidak diberi
lemparan bola kertas lagi. Jika ada siswa yang telah menjawab, maka guru menyampaikan kepada
siswa pembuat soal apakah jawaban teman itu sudah betul atau belum. Jika siswa pembuat soal
masih belum bisa maka guru bersama siswa untuk membetulkan soal dan jawaban yang masih
keliru.
Kegiatan penutup dilakukan dengan pemberian kuis atau evaluasi secara individu,
peserta didik disuruh membuat kesimpulan pembelajaran secara lisan, merefleksi pembelajaran
yang telah dilaksanakan, pemberian pekerjaan rumah untuk membaca kompetensi jasa dan
peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara ke siswa diperoleh data bahwa siswa merasa
senang dengan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia
melalui snowball throwing dan silent reading. Alasan siswa karena pembelajarannya lebih seru
dan menantang.
Evaluasi Pembelajaran
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik, dilakukan tes dengan memberikan lima
soal dalam bentuk isian singkat. Soal dikerjakan oleh tiga puluh empat peserta didik dengan
rincian laki-laki berjumlah sepuluh dan perempuan berjumlah dua puluh empat. Dari tiga puluh
empat peserta didik diperoleh data dua puluh dua peserta didik memperoleh skor di atas tujuh
puluh lima yang merupakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Iskandar Sulaiman. Dari data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menghargai peranan tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia dengan metode snowball throwing dan silent reading mampu
membuat siswa mencapai kompetensinya.
1070
ISBN: 978-602-1150-17-7
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulannya antara lain bahwa
pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball
throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Kota Batu tahun pelajaran
2015/2016 menggunakan tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Ketiga tahapan tersebut diikuti oleh peserta didik sebanyak 34 ,
yang terdiri atas jumlah laki-laki sebanyak sepuluh dan perempuan sejumlah dua puluh empat.
Ternyata peserta didik merasa senang belajar kompetensi menghargai peranan tokoh
persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model snowball throwing dibantu silent
reading.
DAFTAR RUJUKAN
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Rifki Afandi. Integritas Pendidikan Karakter dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Salmani dan Agus Mujiono. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Stad Untuk
Meningkatkan Pemahaman Pemcerminan Siswa Kelas V Sdn 017 Penajam
Sudjana. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-hasil-belajar.pdf Diakses tanggal
20 Februari 2016 jam 11.34.
1071
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING
DALAM PEMBELAJARAN PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
KELAS V MI ASSALAM BATU TAHUN AJARAN 2015-2016
Chulfa Roza Maula Septian Putri
MI Assalam Kecamatan Junrejo Kota Batu
[email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan metode role playing dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
MI Assalam Beji Kota Batu. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
melakukan deskripsi terhadap inovasi pembelajaran dengan mengubah pola
pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pola
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai
rata – rata siswa sebesar 75 dan pada siklus II sebesar 85.
Kata Kunci : role playing, persiapan kemerdekaan, pembelajaran
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan
sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh
karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional (Nurhadi, 2003). Tujuan pendidikan nasional merupakan bagian dari tujuan
nasional, sebagaimana yang tercantum dalam Alinea empat Pembukaan UUD 1945, yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas:2008).
Keberhasilan prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor antara lain guru,
kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan, motivasi, administrasi dan peserta didik itu sendiri
(Mulyani, 2006). Keberhasilan prestasi belajar siswa akan mendukung tujuan pendidikan yang
ada di Indonesia khususnya pada mata pelajaran IPS.
Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal
kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan
dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi (Solihatin & Raharjo, 2005).
Apabila ditinjau dari pembelajaran di kelas khususnya kelas V MI Assalam Desa Beji
Kecamatan Junrejo Kota Batu, dua masalah sering muncul dalam proses pembelajaran IPS.
Pertama, antusiasme siswa dalam belajar rendah. Hal ini tampak ketika siswa memasuki ruangan
kelas dan dimulai dengan belajar pengetahuan sosial para siswa kurang bersemangat untuk
mengikuti pembelajaran IPS, sehingga siswa cenderung tidak aktif dan tidak merasa menjadi
bagian dari kelas.
Gejala-gejala tersebut ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa seperti: sering
mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering
keluar masuk kelas. Kedua; materi pengetahuan sosial yang terlalu bersifat informatif dan
1072
ISBN: 978-602-1150-17-7
menuntut aspek kognitif (hafalan) saja. Pembelajaran seperti ini membuat para siswa malas untuk
memahami informasi-informasi baik yang terdapat dalam buku maupun yang disampaikan oleh
guru.
Beberapa kondisi yang telah dikemukakan di atas, terdapat indikasi terhadap adanya
suatu masalah yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang bermuara pada kejenuhan siswa
dalam mengikuti pembelajaran pengetahuan sosial sehingga membuat hasil belajar siswa rendah
bahkan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Maka untuk
meningkatkan kreatifitas siswa dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya
bisa dengan menggunakan metode Role Play (bermain peran).
Aqib (2010:20) berpendapat bahwa metode role play adalah suatu cara penguasaan bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya ekspresi, dan penghayatan dilakukan dengan
memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dan lain-lain. Sedangkan Wahab (2009:
53) mengemukakan bahwa bermain peran merupakan berakting sesuai dengan peran yang telah
ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu.
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa role playing adalah suatu
cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Menurut Zain
(2006: 115) langkah –langkah penggunaan metode bermain peran adalah persiapan, pelaksanaan
dan evaluasi.
Uno Hamzah (2009: 26) menyebutkan prosedur bermain peran terdiri atas sembilan
langkah, yaitu (1) pemanasan (warming up), (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat
(observer), (4) menata panggung, (5) memainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7)
memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, (9) berbagai
pengalaman dan kesimpulan.
Untuk mengatasi berbagai temuan di atas, diperlukan pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan guna meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa mapel pengetahuan sosial kompetensi dasar Persiapan
Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing (bermain peran).
Dua penelitian yang serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Kartini (2011) dan
Sitepu (2014). Kartini (2011) dalam penelitiannya berjudul “Penggunaan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN
Cileunyi 1 Bandung” menemukan bahwa penggunaan metode role playing sangat efektif dalam
meningkatkan minat belajar anak. Efektivitas penggunaan metode tersebut dapat dilihat dari
dijumpainya beberapa perubahan yang positif, baik yang terjadi pada guru IPS itu sendiri maupun
yang terjadi pada diri siswa, terutama perubahan adanya peningkatan minat belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sitepu (2014) dalam karyanya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Role Play
Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta” menunjukan adanya
pengaruh penggunaan metode role play terhadap prestasi belajar IPS yang terlihat dari hasil
analisis data menunjukan bahwa prestasi siswa yang belajar dengan metode role play rata- rata
20.00 lebih tinggi daripada prestasi siswa yang belajar dengan metode konvensional.
Dari kajian di atas maka masalah yang muncul dalam artikel ini adalah (1) Bagaimana
persiapan pelaksanaan pembelajaran persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan
metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu? (2) Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing pada
siswa kelas V MI Assalam Batu? (3) Bagaimana hasil dari pelaksaan kemerdekaan Indonesia
dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu?
METODE
1073
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dalam rancangan tersebut dideskripsikan
tentang inovasi pembelajaran dengan mengubah pola pembelajaran yang selama ini berpusat pada
guru (teacher centered) menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Subyek penelitian ada 12 orang dengan 2 (pa) dan 10 (pi. Dilaksanakan di MI Assalam
Beji Kota Batu pada siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016. Dengan 3 kelompok yang masing –
masing terdiri atas 4 siswa.
Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar
dikumpulkan dengan tes tulis dengan bentuk uraian singkat. Data hasil proses pembelajaran
dikumpulkan dengan observasi. Observasi dilakukan oleh 7 observer yang terdiri dari teman –
teman guru.
Data dianalisis secara deskriptif. Yaitu menggambarkan fenomena yang ada. Jenis
penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti berusaha memecahkan masalah dengan
menggambarkan problematika yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ada 4 kegiatan yang dilaksanakan pada penelitian ini yang meliputi : (1) penyususnan
RPP, (2) penyusunan Lembar Kerja Siswa, (3) penyusunan pengembangan media, dan (4)
penyusunan penilaian.
Dalam persiapan pelaksaaan pembelajaran yang pertama yaitu penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap pertama dalam
pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan
kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimulai dari mecantumkan
Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi pembelajaran, Metode pembelajaran,
Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber belajar, dan penilaian. Setiap komponen
mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
Langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat guna
mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator ketercapaian.
Kegiatan awal meliputi mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama,
memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyanyikan lagu Pantang
Mundur karya Titiek Puspa sebagai motivasi dan semangat dalam proses pembelajaran kali ini.
Kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi serta konfirmasi dengan menggunakan metode role
playing yang sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Dengan menggunakan metode role playing
diharapkan kemampuan pemahaman dapat dimiliki siswa secara mendalam. Karena dengan
metode role playing dapat mengarahkan siswa lebih merasakan secara langsung berproses nyata.
Kegiatan penutup dilakukan dengan penilaian dan refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran agar tercapai sesuai dengan tujuan maka kedudukan
Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat penting sebagai penunjang proses pembelajaran, seperti yang
dikatakan oleh Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2000) fungsi LKS adalah sebagai alat bantu
untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa. Selain sebagai
pelengkap proses belajar lembar kerja juga berfungsi sebagai peningkatan motivasi belajar siswa.
Seperti yang disampaikan oleh Arsyad (2005) bahwa meningkatkan motivasi siswa dengan
mengarahkan perhatian siswa, sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan dengan menyiapkan 3 lembar kerja siswa
per-individu yang dikerjakan diawal sebelum sosiodrama dimulai, lembar kerja siswa yang kedua
1074
ISBN: 978-602-1150-17-7
dikerjakan siswa diakhir sosiodrama setelah selesai dilaksanakan secara berkelompok sesuai
dengan kelompok penokohan. Diakhir pembelajaran dilakukan post test pada siswa secara
individu untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi yang dilakukan dan
juga sebagai refleksi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode role
playing.
Pemilihan penggunakan media sangat menarik minat belajar siswa. Hal ini dikuatkan
dengan pernyataan Hamalik (dalam Arsyad, 2002) mengemukakan bahwa pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Peneliti menggunakan beberapa media antara lain
media gambar tokoh – tokoh para pejuang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia yang di
tempel papan tulis, yang kedua menggunakan media kertas yang digunakan sebagai topi yang
bertuliskan nama pejuang kemerdekaan, saat siswa menggunakan topi tersebut maka siswa secara
langsung berperan sebagai tokoh yang ada dalam topi tersebut. Dan yang ketiga adalah media
audio yang berupa 2 lagu perjuangan antara lain Bagimu Negeri karya Kusbini sebagai backsound
saat sosiodrama akan dimulai dan Hari Merdeka karya Mutahar saat kegiatan proklamasi
dilaksanakan.
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka
membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan tertentu (Zaenal:2009).
Oleh karena itu penilaian sangat dibutuhkan kemampuan atau keberhasilan siswa dalam
pembelajaran dengan menilai kinerja siswa baik kinerja secara individu maupun dalam kegiatan
kelompok. Penyusunan penilaian pada perencanaan pembelajaran di MI Assalam ini adalah
dengan menggunakan penilaian tes dan non tes. Pada penilaian non tes peneliti mengambil nilai
dari nilai proses berlangsungnya pembelajaran dan untuk penilaian tes peneliti mengambil nilai
dari penilaian hasil lembar kerja siswa yang dikerjakan.
Dari proses perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian diperoleh gambaran
bahwa metode role playing dapat membantu guru dalam hal mempermudah penyampaian materi.
Dari sisi siswa dengan menggunakan metode role playing dapat membuat siswa lebih berperan
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terutama pada saat mereka memainkan peran yang
diberikan oleh guru kepada siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode role
playing menghasilkan nilai rata – rata diatas KKM. Nilai rata- rata siswa 80 dengan nilai KKM
70. Selain itu model pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan sikap posistif siswa yang berupa
siswa lebih aktif berbicara, berlatih kerjasama dengan temannya, meningkatkan motovasi belajar
dan kemudahan dalam ketercapaian materi yang disampaikan.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran materi persiapan kemerdekaan dengan metode
role playing maka perlu dilakukan penyusunan perencanaan pembelajaran yang meliputi:
penyusunan RPP, penyusunan lembar kerja, penyusunan pengembangan media, dan penyusunan
penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajarannya perlu menonjolkan tentang praktek bermain
peran yang dilakukan dengan bantuan lembar kerja yang sudah disusun.
Metode role playing merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk
keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran dengan pemahaman materi secara mendalam
di MI Assalam Beji Kota Batu karena dengan menggunakan metode role play siswa dapat
mengembangkan kreatifitasnya berdasarkan pemahaman mereka dan kerjasama yang baik antara
satu siswa yang berperan dengan siswa lainnya yang berperan. Penggunaan metode role play
1075
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dapat dijadikan salah satu cara untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan siswa dalam proses
belajar mengajar
DAFTAR RUJUKAN
Arifin,Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arsyad,A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Arsyad,A. 2005. Media Pemblajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.
Djamarah, & Zain,A.. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. 2008. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Kartini, T. 2007. Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam
Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi
Kabupaten Bandung. JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud Republik Indonesia.
Mulyani, N. 2006. Pengaruh Motivasi Berprestasi, Kontinuitas Belajar dan Fasilitas Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MA Banat NU Kudus Tahun Pelajaran
2005/2006. Skripsi Fakultas Ekonomi : Universitas Negeri Semarang
Nurhadi, Senduk A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang
(UMPRESS)
Sitepu, Melyina Sari. 2008. Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Prestasi
Belajar IPS siswa kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta. Jurnal Guru Pembelajaran di
Sekolah Dasar dan Menengah. Nomor 1, Volume 5, Juli 2008.
Solihatin, E. & Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.
Jakarta. Bumi Aksara.
Uno,B & Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahab, A.A. 2009. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas.
Wiastra, I N Gd & I.M Gosong. 2013. Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Ix.3 Smp Negeri 2 Denpasar Tahun 2012/2013.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013):pp 1-11.
Zain, Aswan dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
http://digilib.uinsby.ac.id/10938/5/Bab2.pdf ( diakses tanggal 6 Februari 2016 )
http://digilib.unila.ac.id/1753/8/BAB%20II.pdf ( diakses tanggal 6 Februari 2016 )
http://eprints.uny.ac.id/9668/3/bab%202%20-%2008205244010.pdf (diakses tanggal 6 Februari
2016 )
https://phierda.wordpress.com/2012/10/30/penilaian-evaluasi-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/
( diakses tanggal 20 Februari 2016 )
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%20Amat%20Jaedun,%20M.Pd./%28
1%29%20Ciri%20Penilaian%20Pendidikan.pdf ( diakses tanggal 20 Februari 2016 )
http://www.academia.edu/8547352/EVALUASI_PEMBELAJARAN ( diakses tanggal 20
Februari 2016 )
1076
ISBN: 978-602-1150-17-7
PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN GEJALA ALAM
YANG TERJADI DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF
METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS VI SDN BEJI 01 KECAMATAN
JUNREJO KOTA BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Suyono
SDN Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan kemampuan belajar siswa
dan peran guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan
deskriptif kualitatif dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw nilai rata-rata
siswa mencapai 7,23 dan KKM mata pelajaran IPS adalah 7,00. Semangat belajar,
bekerja sama dan rasa percaya diri menunjukkan kemajuan kearah yang positip.
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota
Batu.
Kata kunci: Gejala alam, Pendiskripsian, dan Jigsaw
Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan hanya sekedar memberikan informasi
kepada peserta didik dan akhirnya prestasi ditentukan dari tes yang dilakukan pada akhir
pembelajaran. IPS seringkali dianggap pelajaran yang membosankan dikarenakan pembelajaran
yang dilakukan hanya berupa cerita dan hafalan. Peserta didik merasa bosan selama mengikuti
pembelajara IPS dan akhirnya prestasinya menjadi rendah. Sehingga menjadikan pembelajaran
IPS yang diterima peserta didik menjadi sulit karena metode yang paling banyak digunakan
adalah ceramah.
Metode ceramah memiliki sejumlah kelemahan. Mengutip pendapat dari Gilstrap &
Martin, Gagne & Barliner, dan Moedjono, direktori file UPI mengemukakan kelemahan metode
ceramah adalah sebagai berikut: (1) cenderung terjadi proses komunikasi di dalam kelas satu
arah. (2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan keinginan guru (guru sentries). (3)
Menurunnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung bila ceramah dilakukan lebih dari 20
menit.
- Dengan ceramah hanya mampu menghasilkan ingatan dalam diri peserta didik dalam
jangka waktu yang pendek.
- Merugikan bagi peserta didik yang memiliki tipe pengamatan auditif.
- Merugikan bagi peserta didik yang mampu belajar sendiri dari pada diceramahi secara
klasikal.
- Tidak efektif untuk mngajarkan keterampilan motorik dan menanamkan sikap kepada
peserta didik.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw sangat diperlukan untuk
meningkatkan kerja sama dan motivasi belajar peserta didik. Menurut Ibrahim, (2000) model
pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk meningkatkan kerja sama dan rasa social anak.
Menurut As‟ari 2003 tentang cooperative learning model jigsaw merupakan alternative
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pendekatan kooperatif metode jigsaw merupakan
pendekatan yang dapat membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang sulit, juga
memberikan efek terhadap sikap saling menerima perbedaan individu baik ras, agama, social
1077
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
ekonomi, budaya gender dan lain-lain. Selain itu pendekatan kooperatif metode jigsaw dapat
memberikan peningkatan ketrampilan bekerja sama dalam kelompok atau team work.
Pembelajaran IPS kelas VI semester 2 mendeskripsikan gejala ( peristiwa ) alam yang
terjadi di Indonesia dan negara tetangga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik
tentang gejala alam di Indonesia dan Negara tetangga. Bila peserta didik telah dapat mengenal
tentang gejala alam, mereka dapat mengetahui dan mengetahui penyebab serta cara
penganggulangan gejala alam yang terjadi.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di 2 pertemuan lempeng yaitu
lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia sehingga banyak menyebabkan terjadinya gempa
bumi. Selain itu Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif yang
setiap saat bisa mengeluarkan bahan vulkanisnya setiap saat. Sehingga negara kita dikenl sebagai
negara yang rawan terjadinya bencana. Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB)
Indonesia mencatat ada 1582 bencana alam sepanjang tahun 2015, data tersebut turun 20 % dari
tahun lalu. tercatat 248 korban meninggal dan 1,18 juta mengungsi ( Republika, 26 Desember
2015 ). Dari data tersebut bencana tanah longsor, banjir dan puting beliung.
Oleh karena itu penulis berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw agar pembelajaran IPS menjadikan
pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan disukai peserta didik sehingga
pemahaman dan prestasi mereka dapat diperoleh secara maksimal atau memuaskan. Dalam
penelitian ini penulis bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran ......., (2)
pelaksanaan....., dan (3) penilaian .......
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan pada murid kelas VI SD Negeri Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan belajar peserta didik juga peran
seorang guru dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam model pembelajaran kooperatip tipe
jigsaw adalah sebagai fasilitator, penelitian ini juga untuk mengetahui kualitas pembelajaran.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ini ada 3 tahap yaitu: tahap
perencanaan,tahap pelaksanaan dan penilaian.
Ada 4 ( empat ) kegiatan pada tahap perencanaan:
(1.Penyusunan RPP),(2.Penyusunan Lembar Kerja Siswa),(3.Penyusunan dan Pengembangan
Media Pembelajaran, dan 4.Penilaian)
Tahap Perencanaan Pembelajaran
1.Penyusunan RPP
Penyusunan RPP merupakan syarat mutlak bagi seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran di kelas, sebab RPP merupakan rancangan/gambaran, langkah-langkah, catatan
strategi,pendekatan,metode,indicator serta tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Dengan demikian RPP menjadi pegangan bagi guru agar dalam melaksanakan
pembelajaran tidak menyimpang dari apa yang sudah tertulis dalam RPP. Didalam RPP yang baik
akan tercermin kegiatan guru, aktivitas peserta didik,komunikasi antara guru dan peserta
didik,interaksi antara guru dan peserta didik, interaksi antara peserta didik dan terjadinya
transformasi ilmu pengetahuan.
2.Penyusunan Lembar Kerja Siswa
Penyusunan lembar kerja siswa dimaksudkan untuk memberikan gambaran kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Penyusunan lembar kerja
siswa mengacu pada metode,strategi dan pendekatan yang digunakan dalam proses
1078
ISBN: 978-602-1150-17-7
pembelajaran,sehingga akhirnya dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran
yang sudah direncanakan dan dilaksanakan, baik bagi guru maupun bagi siswa. Didalam lembar
kerja siswa juga ditampilkan bagaimana aktivitas peserta didik secara individu, interaksi antar
peserta didik dan kerja sama dalam membahas dan memecahkan masalah bersama.
3.Penyusunan Dan Pengembangan Media Pembelajaran
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses pembelajaran baik zaman dahulu maupun saat
ini, Penggunaan Media Pembelajaran sangat diperlukan. Karena media pembelajaran dapat
merangsang daya imajinasi, memperjelas obyek yang dipelajari dan membuat benda yang abstrak
menjadi nyata yang akhirnya dapat memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sementara
itu pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak,
perkembangan anak, kematangan anak. Disamping itu pengembangan atau pembuatan media
pembelajaran harus juga mempertimbangkan ketersediaan bahan yang dibutuhkan di lingkungan
sekitar. Pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan juga dengan tipe belajar anak,
yaitu ada anak yang bertipe audio, anak yang bertipe visual dan ada anak yang bertipe
audiovisual. Sebab pada dasarnya proses belajar anak itu dimulai dari yang nyata/konkrit, dimulai
dari sederhana, dimulai dari yang biasa, oleh sebab itu apabila pemilihan bahan dan penggunaan
media dapat dilakukan dengan tepat dan konsisten akan dapat memberikan kesan belajar yang
mendalam bagi peserta didik.
4.Pengembangan Prosedur Penilaian
Penilaian merupakan tahapan dalam suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu dalam menyusun
prosedur penilaian diharapkan sesuai dengan strategi, pendekatan,metode dan materi ajar,
disamping itu, juga harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik baik secara
emosional,spiritual maupun social. Karena dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw
diharapkan dapat diketahui secara optimal perkembangan peserta didik secara emosional dan
social. Dengan demikian prosedur penilaian yang dipilih dalam proses pembelajaran harus bisa
dijadikan ukuran/patokan untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran. Maka dengan
pendekatan kooperatif metode jigsaw kecerdasan emosional dan kecerdasan social peserta didik
dapat diketahui. Kecerdasan sosial meliputi: 1. Anak mampu bekerja sama dengan baik 2. Anak kurang bisa bekerja sama 3. Anak
tidak bisa bekerja sama. Sedangkan kecerdasan emosional peserta didik dapat dilihat dari
tanggung jawab peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok dengan rubric
penilaian sebagai berikut: 1. Anak mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 2.
Anak kurang mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 3. Anak tidak mampu
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pelaksanaan pembejaran merujuk pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
No. 22 tahun 2006 tentang standar isi. Kegiatannya meliputi,kegiatan awal,kegiatan inti dan
penutup. Pada kegiatan awal dimulai dengan berdo‟a bersama lalu guru mengabsen kehadiran
siswa dengan cara menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari ini,kemudian dilamjutkan
dengan menyampaikan tujuan dan tehnik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memasuki
kegiatan inti pada tahapan eksplorasi guru dan siswa bertanya jawab yang mengarah pada materi
pembelajaran yaitu:
Guru
Siswa
Guru
Siswa
: “Apakah anak-anak pernah mendengar gejala alam atau bencana alam yang terjadi di
Indonesia?”
:”Pernah,pak”
:”Bencana alam apa saja yang pernah terjadi?”
:”Banjir, gunung meletus, tsunami, longsor, gempa bumi dan kebakaran hutan.”
1079
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Guru
Siswa
Guru
Dimas
Guru
:”Bagus, apakah anak-anak juga tahu hal-hal yang menyebabkan bencana tersebut?”
:”Tahu,pak.”
:”Coba Dimas sebutkan salah satu bencana dan hal yang menyebabkan.”
:”Banjir, hal yang menyebabkan hujan yang deras dan lama, membuang sampah sembarangan,
penebangan hutan, pembangunan rumah di lereng gunung.
:”Bagus, sekarang kita akan mempelajari tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya
bencana/gejala alam.”
`Pada tahap elaborasi dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok, siswa dibagi
menjadi 6 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, 6 kelompok yang sudah terbentuk disebut
sebagai kelompok asal, kemudian guru membagikan materi kepada semua kelompok,setelah
materi dipelajari ditiap kelompok, kemudian salah satu anggota dari tiap kelompok membentuk
kelompok lagi yang disebut kelompok ahli, sehingga kelompok ahli juga ada 6 kelompok, lalu
kelompok ahli berdiskusi tentang sub-sub materi yang sudah dipelajari, selesai diskusi
dikelompok ahli masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk
menyampaikan hasil diskusinya. Alur pembentukan kelompok sebagai berikut:
Kelompok asal dan kelompok ahli
Pada tahap konfirmasi masing-masing kelompok memresentasikan hasil diskusi dan
kelompok lain memperhatikan, menanggapi menyanggah dan menambahkan penyampaian dari
kelompok yang maju, demikian seterusnya.
Kegiatan penutup peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan, refleksi guru menanyakan apakah peserta didik senang
dengan pembelajaran yang baru dilaksanakan dan informasi yang diperoleh peserta didik jadi
lebih luas dan mendalam selanjutnya guru memberi tugas untuk pertemuan berikutnya yaitu cara
untuk menghadapi berbagai macam bencana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari skenario pembelajaran yang telah disajikan tersebut, dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran yang telah dilakukan ada peningkatan baik ditinjau dari guru maupun dari peserta
didik. Dalam hal ini peserta didik semakin aktif secara individu maupun kelompok sebab dilihat
dari alur pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw yang
mengedepankan peran individu dalam kelompok dan kerja sama kelompok untuk individu.
Hasil yang diperoleh dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif metode
jigsaw menunjukkan hasil yang menggembirakan yaitu nilai rata-rata peserta didik mencapai 7,23
dan nilai tersebut telah melampaui nilai KKM mata pelajaran IPS yaitu 7,00. Disamping nilai
rata-rata peserta didik yang sudah ditunjukkan tersebut motivasi belajar peserta didik juga
semakin baik hal ini dapat dilihat dari semangat belajar, rasa percaya diri dan keberanian peserta
didik dalam menyampaikan pendapat.
1080
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dari 24 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 5 peserta didik, yang
sama dengan KKM ada 2 peserta didik dan yang diatas KKM ada 17 peserta didik, berarti anak
yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 70,72% atau tingkat keberhasilan pembelajaran
adalah 70,72%. Maka pembelajaran IPS dapat menggunakan pendekatan kooperatif metode
jigsaw atau pendekatan dan metode pembelajaran yang lain yang dapat merangsang atau
memotivasi semangat belajar peserta didik, menambah rasa percaya diri dan keberanian
menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan kooperatif metode jigsaw menunjukkan perolehan nilai rata-rata peserta didik
mencapai 7,23 ini berarti capaian nilai rata-rata siswa diatas dari KKM yaitu 7,00. Disamping itu
penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw juga dapat merangsang minat belajar peserta
didik, hal ini dapat dilihat dari semangat belajar peserta didik, keberanian menyampaikan
pendapat dan rasa percaya diri yang semakin baik.
DAFTAR RUJUKAN
As‟ari, 2003. Cooperative learning model jigsaw, alternative pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan
Gulo, 2008. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA
Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya
1081
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PEMBELAJARAN MENDISKRIPSIKAN PERKEMBANGAN WILAYAH
LAUT TERITORIAL INDONESIA DENGAN MEDIA PETA BERTINGKAT
UNTUK SISWA KELAS VI SDN GIRIPURNO 03
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Andhika Affandy
SDN Giripurno 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu
[email protected]
Abstrak : Media peta bertingkat yang digunakan dalam pembelajaran mendiskripsikan
perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia mampu memotivasi siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Dengan media peta bertingkat siswa menunjukan semangat belajar
yang tinggi, menjadi lebih terampil dan lebih memudahkan siswa serta berdampak pula
pada meningkatnya kreatifitas siswa dalam mendiskripsikan perkembangan wilyah laut
teritorial Indonesia, terlebih karena merupakan pengalaman pertama guru mengajar
dengan menggunakan media peta bertingkat. Oleh karena itu, disarankan pembelajaran
mendiskripsikan perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia dapat digunakan media
peta bertingkat. Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran
mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan penggunaan
media gambar peta bertingkat siswa kelas VI SDN Giripurno 03 yang berjumlah 37 orang
92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini
menunjukan bahwa penggunaan media gambar peta bertingkat sudah dikuasai oleh siswa,
mampu memotavasi, mendorong semangat belajar, dan meningkatkan kreativitas.
Kata Kunci : peta bertingkat, wilayah Indonesia, pembelajaran
Berdasarkan kurikulum 2006 yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam dan
kehidupan sosial secara sistematis, sehingga IPS bukan hanya penguasaan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran yang sementara ini masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar.
Untuk itu diperlukan strategi belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi
belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Menurut Wijaya, dkk (1987:188) bahwa ” Belajar dapat dikatakan bermakna apabila ada
keterlibatan intelektual, emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis,
maupun pembentukan sikap. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan
situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.”
Proses pembelajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama di antara siswa, maka
proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir dan aktivitas siswa dalam mengembangkan
konsep serta arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses
pembelajaran dapat meningkatkan kerja sama antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
1082
ISBN: 978-602-1150-17-7
Apabila siswa yang kurang mampu dibantu oleh siswa yang lebih pandai sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih hidup dan dapat tercapai hasil yang maksimal. Pernyataan ini
berdasarkan pendapat Johnson & Smith (dalam Anita Lie, h. 5) bahwa, ”Kegiatan pendidikan
adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah
suatu proses pribadi, tetapi juga suatu proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang
berhubungan dengan orang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama.
Dalam suatu proses belajar diperlukan metode mengajar dan media pembelajaran, karena
fungsi utama dalam pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang mempengaruhi
kondisi lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Penggunaan media akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran. Media
pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan dan memadatkan informasi.
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang untuk menyampaikan isi/materi serta sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang – dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar pada diri anak didik (dalam Tawatuan hal. 60 tahun 2015).
Pada anak usia sekolah dasar khususnya kelas 6 dimana mereka yang mengalami tahap
perkembangan operasional formal. Dalam tahap perkembangan ini anak akan mudah menerima
materi apabila didukung oleh media, terlebih apabila materi tersebut berhubungan dengan
pengamatan. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan minat yang baru, membangkitkan keinginan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh – pengaruh
psikologis terhadap siswa. Pada dasarnya anak lebih senang belajar sambil bermain, oleh sebab
itu dengan menggunakan alat ini anak akan bermain sambil belajar. Anak juga dapat mengamati
secara langsung, sehingga materi akan lebih mudah diterima dan dipahami.
Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran IPS (menurut Permendikbud Nomor 22 tahun
2006 untuk kelas 6 KD 1.1. ) yaitu mendiskripsikan sistem administrasi wilayah Indonesia akan
banyak kesulitan – kesulitan apabila tidak menggunakan media dalam proses belajar, misalnya
siswa akan kesulitan menghafal perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dan
mengamati serta menunjukkan letak – letak propinsi yang mereka pelajari. Mereka akan berfikir
secara abstrak tentang perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia tersebut, padahal
untuk mengetahui pembagian dan letak propinsi tersebut haruslah melalui pengamatan. Oleh
karena itu dibuatlah media puzzle map untuk mengatasi semua kesulitan yang dialami anak didik
pada kompetensi dasar ini.
Pada meteri perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia ini, anak didik
membutuhkan pengembangan visual, dan anak usia sekolah dasar masih membutuhkan benda –
benda yang kongkrit (cari rujukan ) dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, guru bisa menggunakan
media pembelajaran puzzle map. Puzzle map berguna untuk memudahkan siswa dalam menerima
materi, selain itu puzzle map dalam penggunaannya tidak memerlukan bantuan dari media lain,
sederhana dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai. Puzzle map dilengkapi dengan kartu –
kartu yang dapat digunakan siswa untuk belajar. Melalui media tersebut dapat dirancang berbagai
permainan yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pokok. Sehingga
pembelajaran dapat berlangsung aktif dan menyenangkan karena siswa bermain sambil belajar.
1083
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yakni menggambarkan secara nyata yang
terjadi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI SDN Giripurno 03 Kecamatan Bumiaji Kota
Batu sejumlah 37 orang (laki-laki 20 orang, perempuan 17 orang). Pembelajaran dilaksanakan
pada Kamis tanggal 11 Pebruari 2016 jam ke 1 s.d. 2 (2x35 menit). Untuk memperoleh data
digunakan dua instrumen, tes menulis yang dilengkapi dengan rubrik penilaian hasil. Tes menulis
digunakan untuk menjaring kemampuan siswa mendeskripsikan perkembangan sistem
administrasi wilayah Indonesia, sementara itu rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengoreksi
jawaban siswa yang dalam bentuk esai/uraiannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tiga kegiatan dilaporkan, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan
pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.
Perencanaan Pembelajaran
Beberapa kegiatan dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran mendiskripsikan
perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia, yaitu : (1) penyusunan RPP, (2) penyusunan
lembar kerja, (3) pengembangan media, dan (4) penilaian. Pertama, Sesuai dengan
Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran bahwa
format RPP, terdiri dari : Identitas, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian
Kompetensi, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian, Remidial, dan Pengayaan,
Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar. Pada pembelajaran mendiskripsikan perkembangan
wilayah laut teritorial Indonesia, RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yakni 2x35 menit.
Dari SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam tiga tujuan pembelajaran
yakni (1) mampu menjelaskan perkembangan wilayah Indonesia dengan tepat, (2) mampu
menyebutkan isi Deklarasi Juanda, (3) mampu menyebutkan bagian laut wilayah perairan
Indonesia, dan (4) mampu membedakan bagian laut wilayah Indonesia.
Dengan metode kooperatif, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(1)
kegiatan awal, Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa menyanyikan lagu
“Nenek Moyangku Seorang Pelaut”, guru mengaitkan materi dengan pengetahuan siswa
sebelumnya (apakah siswa sudah pernah belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia
sebelumnya), siswa menerima kompetensi, materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Guru memotivasi siswa bahwa belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia
itu mudah dan dapat dilakukan siapapun guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat dan
tujuan belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. (2)
kegiatan inti : pada kegiatan inti siswa mengamati video “Great Indonesia” yang berisi tentang
sejarah dan perkembangan wilayah Indonesia, secara individu siswa menuliskan hasil
pengamatan yang diikuti dengan pembentukan kelompok untuk mendiskusikan penyelesaian
lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Setiap kelompok menyampaikan hasil pekerjaanya
didepan kelas, dengan cara menempelkan hasil pekerjaanya papan tulis guru dan siswa
menyunting, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap hasil kerja siswa (3) kegiatan penutup. Guru dan siswa
menyimpulkan materi pembelajaran, guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan, guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
dan guru dan siswa menutup pembelajaran dengan doa.
Kedua Penyusunan lembar kerja, Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut Indrianto dalam
Alan (2012) adalah lembar kerja siswa yang berisi pedoman bagi iswa untuk melakukan kegiatan
yang mencerminkan ketrampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau ketrampilan
yang perlu dikuasainya. Dalam pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut
1084
ISBN: 978-602-1150-17-7
teritorial Indonesia lembar kerja yang disusun dengan jawaban terbuka yang diharapkan mampu
untuk memancing siswa dapat mengemukakan pendapatnya dengan maksimal. Dengan
memperhatikan petunjuk dalam LKS siswa dituntun untuk dapat menyelesaikan soal dalam LKS
secara berkelompok. Walaupun dalam pembelajarannya secara berkelompok, namun sebagian
besar siswa masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal pada LKS. Oleh karena itu,
peneliti segera membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal dalam LKS, baik secara individu maupun secara berkelompok. Dalam
pembelajaran ini ada 3 kelompok yang mampu menyelesaikan LKS. Presentasi dilakukan oleh
wakil kelompok yang terlebih dahulu dapat menyelesaikan LKS.
Ketidaklancaran dalam diskusi kelompok, disebabkan oleh belum terbiasanya siswa
bekerja secara kelompok. Dalam hal ini peneliti hanya memberikan pancingan jalan untuk
menyelesaikan soal dalam LKS, bukan memberi jawaban. Hal yang diperhatikan untuk kegiatan
selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
Ketiga adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media pembelajaran
adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut dalam
kompetensi dasar yang akan dia-jarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar
tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan yang sistematis. Ketiga, memilih media yang
sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator. Keempat, merancang media
pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya. Kelima,
membuat media sesuai rancangan. Kelima, menguji media yang dikembangkan untuk melihat
efektivitas dan efisiennya. Keenam, melengkapi dan menyempurnakan media atas dasar masukan
dari lapangan. (Undang – Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas )
Keempat Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap. Rubrik penilaian hasil
digunakan untuk mengukur kemampuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial
Indonesia siswa kelas 6 yang berjumlah 37 orang dengan pedoman pensekoran evaluasi
Dalam proses penilaian hasil belajar mendiskripsikan perkembangan wilayah laut
teritorial Indonesia, siswa dikelompokan menjadi 6 kelompok kemudian dibagikan amplop yang
berisi potongan gambar seri dan perintah dan petunjuk mengerjakan. Tiap kelompok dibagikan
juga rubrik penilaian hasil yangdigunakan utuk mengoreksi hasil pekerjaan kelompok yang lain
setelah mempresentasikan hasil pe-kerjanya masing-masing.
Penilaian sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri
dari tiga aspek penilaian (1) keaktifan menjawab pertanyaan yang dijabarkan dalam dua aspek (a)
apakah siswa aktif bertanya dan (b) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan, (2) kesungguhan
mengerjakan tugas dijabarkan dalam pertanyaan ―apakah siswa telah berusaha menyelesaikan
tugas dengan baik dan benar‖ (3) kemauan berpartisipasi me-ngerjakan tugas dalam kelompok
dengan jabaran (a) apakah siswa mau berpartisi-pasi mengerjakan tugasnya dalam kelom-pok (b)
apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan. Dalam penilaian proses guru yang
menilai proses belajar siswa berdasarkan rubrik penilaian sikap.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan tanggal 11 Pebruari 2016 dengan materi mendiskripsikan
perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia. Guru mengimplemantasikan pembelajaran
sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru memberikan salam, mengkondisikan dan
memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk
mengikuti pembelajaran, siswa mengamati tayangan “Great Indonesia” dengan baik dan benar,
siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari tayangan. Guru dan siswa mendiskusikan
hasil identifikasi, guru membimbing siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial
Indonesia berdasarkan tayangan, guru mengaitkan materi dengan pengetahuan siswa sebelumnya,
1085
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
siswa menerima kompetensi, materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Guru memotivasi siswa bahwa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia
itu mudah dan dapat dilakukan siapapun, guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat
dan tujuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 6
orang hal ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa bekerja kelompok juga memudahkan
pengawasan guru. Tiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi potongan gambar peta dan
petunjuk mengerjakannya. Secara serentak tiap kelompok membuka amplop tersebut kemudian
mengerjakannya sesuai petunjuk yang ada didalam amplop. Dengan pengawasan guru siswa
mengurutkan gambar peta yang ada menjadi gambar yang runtut, setelah diurutkan menjadi peta
bertingkat yang benar, siswa mendiskripsikan gambar tersebut sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Kemudian mempresentasikannya didepan kelas dan langsung dikoreksi bersama.
Dari hasil kerja 37 siswa 92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) Selanjutnya
secara individu siswa menulis kembali deskripsi perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia.
Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis petunjuk, merefleksikan proses
pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup
pembelajaran dengan doa.
Penilaian pembelajaran
Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilain hasil dan sikap. Rubik penilaian hasil
digunakan untuk mengukur kemampuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial
Indonesia siswa kelas VI yang berjumlah 37 orang dengan tiga aspek yang dinilai yakni (1)
urutan/sistematika yang yang dirinci kedalam tiga aspek (a) apabila siswa mendiskripsikan
perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan/sistematika yang tepat diberi skor
5, (b) apabila siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan
urutan / sistematika yang kurang tepat diberi skor 4, (c) apabila siswa mendiskripsikan
perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan / sistematika yang tidak tepat
diberi skor 3. Untuk penilaian, (2) Penggunaan bahasa yang dirinci kedalam tiga aspek yakni (a)
Semua kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 5, (b) sebagian besar kalimat efektif dan
komunikatif diberi skor 4, (c) terdapat sedikit kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 3, (3)
ejaan/tanda baca yang dirinci kedalam tiga aspek yakni (a) tidak ada kesalahan penggunaan ejaan/
tanda baca diberi skor 5,(b) terdapat sedikit kesalahan penggunaan ejaan /tanda baca diberi skor 4,
(c) sebagian besar menggunakan kesala-han ejaan/tanda diberi skor 3.
Penilain sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri
dari tiga aspek penilaian (1) keaktifan menjawab pertanyaan yang dijabarkan dalam dua aspek (a)
apakah siswa aktif bertanya dan (b) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan, (2) kesung-guhan
mengerjakan tugas dijabarkan dalam pertanyaan apakah siswa telah berusaha menyelesaikan
tugas dengan baik dan benar? (3) kemauan berpartisipasi me-ngerjakan tugas dalam kelompok
dengan jabaran (a) apakah siswa mau berpartisi-pasi mengerjakan tugasnya dalam kelom-pok (b)
apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan?. Dalam penilaian proses guru yang
menilai proses belajar siswa berdasarkan rubrik penilaian sikap.
KESIMPULAN
Pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia
direncanakan melalui tahapan-tahapan yang meliputi pertama menyusun RPP, kedua menyusun
lembar kerja siswa, ketiga pemilihan media yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan
keempat penilaian. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu,
1086
ISBN: 978-602-1150-17-7
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti proses kegiatan
pembelajarannya memanfaatkan media peta bertingkat. Pembelajaran terlaksana dengan baik dan
sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa
menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan.
Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran mendiskripsikan
perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan penggunaan media gambar peta
bertingkat siswa kelas VI SDN Giripurno 03 yang berjumlah 37 orang 92% berhasil mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan
media gambar peta bertingkat sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong
semangat belajar, dan meningkatkan kreativitas.
DAFTAR RUJUKAN
Sudrajat, A. 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://akhma-dsudrajat.wordpress.com/
2008/01/12/media-pembelajaran, diakses tanggal 10 Pebruari 2016).
Tawatuan, M, 2013. Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Essang Kec. Gemeh Kabupaten Talaud. Jurnal
TEQIP-SMP. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang
Tasbillah, Muhammad, 2016. Media Pembelajaran, Pendidikan, Makalah. (Online).
(mediapembelajaran-unm.blogspot.co.id/2013/04/undang-undang-ri-no-20thn-2003-tent
ang_2005.html?m=1. diakses tanggal 13 Maret 2016)
Agustaman. 2016. Peraturan perundang – undangan. (Online). (https://agustaman. wordpress.
com/ peraturan-perundang-undangan/. Diakses tanggal 12 Maret 2016).
Fatkoer. 2014. Format RPP pada Permendikbud Nomor 103 tahun 2014. (Online).( https://
fatkoer.wordpress.com/2014/11/07/format-rpp-pada-permendibud-nomor-103-tahun-20
14-tentang-pedoman-pelaksanaan-pembelajaran/, diakses tanggal 13 Maret 2016)
1087
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERJUANGAN TOKOH PEJUANG
JAMAN PENJAJAHAN BELANDA
DI KELAS V SEKOLAH DASAR CITRA BUNDA BATU
Suciati
SD Citra Bunda Batu
[email protected]
Abstrak : Rendahnya mutu pembelajaran IPS kelas V SD Citra Bunda tentang perjuangan
tokoh maka dirancang penelitian tindakan kelas ( PTK ) untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dengan menggunaan gambar seri. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus
peneliti yang dibantu 2 observer dari teman sejawat. Obyek yang diteliti aktivitas siswa
dalam pembelajaran dan kemampuan siswa mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang
jaman Belanda. Prosedur pengumpulan data dilakukan teknik tes dan nontes yaitu
observasi dan tes tertulis. Instrumen penelitian ini berupa : 1) lembar kerja siswa, 2) lembar
observasi, 3) lembar soal tes. Indikator keberhasilan adalah ada 17 siswa yang mendapat
skor “ B “ untuk nilai aktivitas belajar dan 17 siswa mendapat nilai diatas KKM. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan. Kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 45%
siswa mendapatkan nilai kategori B untuk aktivitas siswa, pada siklus I menjadi 60%
dan pada siklus II menjadi 90%. Aspek hasil belajarpun meningkat, pada kegiatan pra
siklus (40%) mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada siklus I mencapai 75%
dengan nilai rata-rata 86 dan pada siklus II mencapai ada 85%
dengan nilai rata rata
mencapai 84. Disimpulkan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan kemampuan
belajar siswa dalam mendeskrpsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda.
Kata Kunci : gambar seri, peningkatan, hasil belajar.
Dalam Kurikulum SD Tahun 2006 , pengajaran IPS bertujuan agar peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupan sehari-hari (Permendiknas, 2006). Ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan
antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh
dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dengan berbagai permasalahan yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Menurut Somantri dalam Lasmawan ( 2014 ) Ilmu pengetahuan sosial
diajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang
baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama. Pembelajaran IPS
berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial
masyarakatnya.
Silabus mata pelajaran IPS di kelas V semester II Kurikulum SD Citra Bunda memuat
KD pendiskripsian perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda. Materi ini sangat
berguna bagi siswa dalam upaya menguasai kompetensi pada pembelajaran berikutnya. Selain itu
juga memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengembangkan
rasa menghargai
perjuangan pahlawan dan menanamkan rasa nasionalisme. Hal ini penting untuk membangkitkan
motivasi dalam mengembangkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari hari.
Berdasar data hasil capaian siswa pada proses pembelajaran tentang mendeskripsikan
perjuangan para tokoh pejuang pada jaman penjajahan Belanda, khususnya di era zaman
penjajahan Belanda yang bersifat kedaerahan ternyata masih belum memenuhi harapan.
Pengamatan pada proses belajar mengajar yang dilaksanakan, menunjukkan sikap siswa kurang
1088
ISBN: 978-602-1150-17-7
antusias dan tidak tertarik. Hal ini tampak pada hasil penilaian aspek sikap yaitu aktivitas siswa
dalam pembelajaran, hanya 55% atau 11 siswa yang mendapatkan nilai kategori B. Demikian
juga hasil ulangan, jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 40 % atau 8 siswa dari
keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain dari segi materi, siswa dan
guru. Dari segi materi, materi ini bukan merupakan peristiwa yang bersifat aktual tetapi hanya
bersifat pengetahuan tentang peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Anak sulit
membayangkan situasi pada jaman Belanda karna sangat jauh berbeda dengan situasi yang
dihadapi sekarang. apalagi harus menghafal sederetan nama waktu, dan tempat peristiwa. Hal ini
tentunya membuat anak kurang tertarik dan kurang antusias. Dari segi guru karena materi bersifat
pemaparan maka guru cenderung ceramah, interaksi pembelajaran bersifat guru sentries,siswa
cenderung pasif sehingga pembelajaran tidak bermakna bagi anak.
Fakta ini dijadikan indikasi bahwa pemahaman siswa tentang perjuangan para tokoh
pejuang masih kurang, jika hal ini tidak segera di atasi akan berdampak pada tingkat penguasaan
materi pada tahap berikutnya Dengan kata lain materi pendeskripsian perjuangan tokoh pada
jaman Belanda yang bersifat kedaerahan ini merupakan prasyarat untuk menguasai materi
perjuangan tokoh yang bersifat pergerakan nasional.Dengan demikian KD yang dirumuskan
dalam kurikulum tidak tercapai. Oleh sebab itu perlu dicari upaya agar kemampuan
mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang dengan menggunakan media pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.
Media pembelajaran yang sesuai merupakan hal yang penting, karena media belajar
merupakan sumber belajar yang harus dikembangkan demi tercapainya hasil belajar yang
optimal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Hidayat ( 2008) bahwa dalam usaha
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan
suatu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa, siswa sebanyak-banyaknya berinteraksi
dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diharapkan dapat diwujudkan
proses pembelajaran mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan menggunakan media gambar seri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gambar seri adalah gambar satu dengan
gambar lainnya memiliki hubungan keruntutan peristiwa. Dengan kata lain gambar seri adalah
gambar yang berurutan dalam menyajikan informasi yang terdapat pada gambar.
Menurut Yuliadi ( 2009) alasan digunakannya media gambar seri adalah agar media
gambar tersebut membantu menyajikan suatu kejadian peristiwa yang kronologis dengan
menghadirkan orang, benda, dan latar belakang. Kronologi atau urutan kejadian peristiwa
dapat memudahkan siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan bercerita. Disamping itu
gambar seri sebagai media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran,
menarik perhatian anak, membantu daya ingat sehingga anak terdorong lebih giat belajar. Selain
itu media gambar seri juga bermanfaat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis, mengatasi sikap pasif anak, dan memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan
lingkungannya. Melalui penggunaan media gambar diharapkan pembelajaran yang dilakukan
guru mudah diingat , sajian materi lebih bermakna sehingga menarik anak dan dapat dijadikan
prasyarat menguasai materi berikutnya.
Dari hasil studi pustaka yang dilakukan peneliti, media gambar seri banyak digunakan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPS yang mengungkapkan bahwa penggunaan gambar
seri dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi proses maupun hasil, diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009) bahwa ada kenaikan hasil prestasi siswa
43,5 menjadi 63 di Siklus I dan menjadi 75 pada Siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I mencapai
58,93% dan menjadi 80,35% di Siklus II. Disarankan bahwa untuk materi sejarah sebaiknya
menggunakan gambar media seri. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang
1089
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dilakukan oleh Saktiani (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan
hasil belajar siswa. Prawira (2014) menemukan bahwa penggunaan media gambar seri
meningkatkan kemampuan menggungkapkan pendapat siswa kelas IV tentang materi
perkembangan tehnologi produksi,komunikasi dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya.
Berdasarkan pembahasan di atas dirumuskan masalah (1). Apakah penggunaan media
gambar seri dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.(2). Apakah
penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan prestasi pembelajaran perjuangan tokoh
pejuang jaman Belanda pada siswa kelas V di SD Citra Bunda Batu. Sedangkan tujuan
penelitian ini adalah untuk (1). mengetahui penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2). mendeskripsikan penggunaan media
gambar seri dapat meningkatkan prestasi pembelajaran perjuangan tokoh pejuang masa
penjajahan Belanda. Adapun manfaat penelitian ini adalah (1). meningkatkan keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar sehingga mampu mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang
jaman Belanda, (2). meningkatkan hasil belajar siswa dalam mendiskripsikan perjuang tokoh
pejuang
Materi deskripsi tokoh perjuangan jaman Belanda di kelas V pada semester II ini meliputi
tokoh perjuangan yang bersifat kedaerahan, perjuangan tokoh yang bersefat pergerakan dan
perjuangan tokoh peristiwa sumpah pemuda. Dalam penelitian ini diberikan batasan pada materi
tokoh pejuang yang bersifat kedaerahan. Mutu pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
aktivitas siswa dan hasil belajarnya
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian
tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran sebagaimana yang tertulis
dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas bahwa Penelitian Tindakan Kelas
merupakan penelitian praktis sebagai upaya guru untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas. Artinya perbuatan yang dilakukan guru berupa tindakan perbaikan yang
dirancang sebaik-baiknya, dilaksanakan dan dievaluasi untuk peningkatan mutu pembelajaran.
Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus peneliti dengan dibantu oleh 2 orserver dari teman
sejawat. Penelitian direncanakan sebanyak dua siklus. Siklus pertama dilakukan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran pada pra siklus. Siklus kedua dilaksanakan jika target
ketercapaian prestasi hasil belajar pada siklus pertama belum tercapai. Perencanaan siklus ke II
dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Setiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Citra Bunda Batu pada semester II, Tahun
Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas V sebanyak 20 orang siswa.
Dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret tahun 2016, pada jam pelajaran di kelas dengan
alokasi 3 jam pelajaran yaitu 105 menit. Obyek yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam
pembelajaran dan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang jaman
Belanda.
Prosedur pengumpulan data dilakukan teknik tes dan nontes yaitu observasi dan tes
tertulis. Kegiatan observasi untuk memperoleh data tingkat keterlibatan siswa selama proses
belajar mengajar dan saat mengerjakan lembar kerja. Untuk memperoleh data tingkat
kemampuan siswa dilakukan tes tertulis setelah kegiatan belajar mengajar. Instrumen penelitian
ini berupa, (1) lembar kerja siswa, (2). lembar observasi untuk kemampuan guru dan keterlibatan
siswa yang akan diisi oleh observer dan lembar pengamatan untuk keterlibatan siswa yang diisi
oleh guru, (3). lembar soal tes.
1090
ISBN: 978-602-1150-17-7
Instrumen lembar kerja digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa selama proses
belajar mengajar. Lembar pengamatan untuk observer dirancang untuk merekam data yang
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengajar. Lembar pengamatan siswa dirancang untuk
menjaring tiga sikap yang dijadikan indikator tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar yaitu keaktifan, kerjasama dan ketepatan. Masing masing indikator dibuatkan rubrik
penilaian dengan rentang nilai 1-4 dan membuat table konversi. Indikator keberhasilan yang
digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah 17 (85%) dari 20 siswa di kelas V SD Citra
Bunda mencapai nilai standar ” B “ untuk aktivitas pembelajaran. Lembar soal tulis terdiri atas
15 butir soal yang terdiri atas 10 butir bentuk isian dan 5 butir bentuk uraian. Indikator
keberhasilan hasil belajar jika 17 (85%) siswa mencapai KKM. KKM untuk KD ini minimal 73.
Dengan kata lain penelitian ini dikatakan berhasil jika ada 17 siswa yang mendapat skor “ B “
untuk aktivitas siswa dan 17 siswa yang mendapat nilai sesuai KKM
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus Pertama
Perencanaan
Kegiatan siklus pertama dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar
pada pra tindakan. Peneliti bersama observer melakukan identifikasi masalah pembelajaran
yang terjadi pada tahap pra tindakan.Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut. (1) menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi IPS pada semester II
pada buku kurikulum, (2) mempelajari Indikator pada silabus, (3) menyusun Rencana
Pelaksanaan Pengajaran yang akan digunakan sebagai rencana tindakan, (4) mengembangkan
media yaitu gambar seri, (5). menyusun Instrumen Penelitian yaitu lembar tugas siswa, lembar
observasi dan lembar soal tes tertulis, (6). menyusun indicator keberhasilan,(7) menentukan
jadwal pelaksanaan.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dimulai dari kegiatan
pengembangan Kompetensi Dasar yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada
masa penjajahan Jepang dan Belanda menjadi tiga indicator. Indikatir tersebut adalah (1)
mengedentifikasi sebab sebab jatuhnya nusantara ke dalam kekuasaan Belanda,(2)
mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda, (3)
mendiskripsikan sikap sikap yang perlu diteladani dari tokoh pejuang Zaman penjajahan
Belanda. Dari tiga indikator tesebut dijabarkan menjadi 8 tujuan yang harus dicapai anak dalam
kegiatan siklus pertama ini. Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan kerja kelompok
dengan pola Numbered Head Together. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan sebagaimana
tertulis pada RPP meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pengembangan media pembelajaran digunakan berupa gambar seri tentang Pangeran
Diponegoro yang terdiri atas 4 lembar gambar tentang perjuangan Pangeran Dipanegoro. Lembar
kerja yang disiapkan dikerjakan secara kelompok tentang deskripsi perjuangan para tokoh
pejuang. Peneliti juga merancang lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar untuk merekam
tingkat keterlibatan siswa dan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk memperoleh data
kemajuan belajar peneliti merancang serangkaian soal tes yang akan dikerjakan siswa pada akhir
kegiatan belajar mengajar. Soal tes berbentuk isian dan uraian. Setelah selesai pembelajaran
peneliti melakukan diskusi bersama observer membahas tentang hasil kegiatan.
Pelaksanaan
Kegiatan siklus pertama dilaksanakan pada Hari Jumat, tanggal 11 Maret 2016. Dalam
penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dibantu oleh 2 orang observer. Kegiatan
dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pada kegiatan awal dimulai dengan
1091
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa, memasang peta Indonesia di papan tulis,
mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal
anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus
dikerjakan anak.
Pada kegiatan inti guru meminta salah satu siswa membaca buku siswa tentang keadaan
nusantara dan perjuangan tokoh pejuang. Selanjutnya dengan menggunakan peta siswa bersama
sama guru menceritakan tentang keadaan nusantara sebelum penjajahan Belanda. Kemudian
dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota,
tiap tiap kelompok menamakan diri kelompok Patimura, Diponegara, Cut Nyak Dien dan Imam
bonjol. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya lembar kerja dengan cara mendiskusikan deskripsi
secara kronologis perjuangan Pangeran Diponegoro berdasarkan urutan gambar seri dan
mendiskripsikan sifat-sifat yang perlu diteladaninya selama 50‟. Setiap anggota harus dapat
mengerjakannya, secara bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan
menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan. Kegiatan dilanjutkan dengan
presentasi hasil masing masing kelompok dengan cara guru memanggil salah satu nomor siswa
untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan
bertanya atau melengkapi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan
hasil diskusi selama 5‟. Kemudian dilanjutkan dengan bimbingan guru menyimpulkan materi.
Pada kegiatan penutup dilakukan refleksi dengan siswa untuk menggali pendapat anak
tentang pelaksanaan kegiatan belajar. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa
mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama.
Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer terhadap jalannya proses pembelajaran
,merekam gejala gejala yang tampak dalam proses pembelajaran antara lain mencatat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, perubahan perubahan yang terjadi akibat
pembelajaran.
Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa,
memasang peta Indonesia di papan tulis, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya
jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan
tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan guru
dengan baik,suasana kelas menjadi aktif, pada umumnya siswa tampak antusias dalam menjawab
pertanyaan yang disampaikan guru. Siswa antusias memperhatikan penjelasan guru tentang
tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan siswa karena guru menggunakan bahasa
lisan yang jelas, runtut dan mudah dipahami namun guru kurang menekankan bahwa setiap
anggota kelompok harus menguasai tugasnya karena harus siap a dipanggil sesuai dengan nomer
yang dimiliki. sehingga ada siswa yang kurang memahami apa yang harus dikerjakan.
Kegiatan inti diawali dengan guru meminta salah satu siswa membaca buku siswa tentang
kondisi nusantara dan perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda.Kegiatan ini diikuti oleh siswa
dengan seksama namun guru lebih konsentrasi pada siswa yang membaca sehingga ada dua siswa
yang duduk di belakang membuka halaman tidak sesuai dengan yang dibaca temannya.
Selanjutnya dengan menggunakan peta siswa bersama sama guru menceritakan tentang keadaan
nusantara sebelum penjajahan Belanda. Kegiatan dilakukan oleh guru dengan baik namun karna
guru tidak meminta siswa untuk menceritakan secara individu tetapi secara klasikal sehingga
masih ada beberapa siswa yang belum memiliki pemahaman dengan benar, cenderung hanya
ikut–ikutan saja.
1092
ISBN: 978-602-1150-17-7
Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri
atas 5 anggota untuk mengerjakan lembar kerja. Dalam kegiatan
ini siswa berdiskusi
mengerjakan LKS dengan menggunakan media gambar seri siswa mendeskripsikan perjuangan
Pangeran Diponegoro dan sifat-sifat yang perlu diteladani selama 50‟ ( lima puluh menit ) secara
bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar
pengamatan yang sudah direncanakan. Kegiatan ini berjalan dengan baik, selama kegiatan ini
sebagian besar siswa tampak aktif dan senang dalam mengerjakan tugas, karna dengan
menggunakan media gambar seri membuat anak lebih terarah dalam mengungkapkan idenya,
meskipun masih ada dua orang dalam kelompok Patimura masih pasif,
ragu-ragu
mengungkapkan pendapat. Juga pada kelompok Cut Nyak Dien ada satu anak belum konsentrasi
terhadap tugas yang dikerjakan.
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil, dengan cara guru memanggil salah satu
nomor siswa untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Anggota kelompok lainnya menanggapi
dengan bertanya atau melengkapi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan
mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Setelah itu dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil
diskusi. Kegiatan ini pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun masih ada beberapa siswa
yang tidak memperhatikan kegiatan presentasi yang dilakukan temannya. Hal ini terjadi karena
siswa tidak memahami presentasi teman secara jelas. Ada beberapa pertanyaan menurut peneliti
dan observer yang menarik ,contohnya pertanyaan yang diajukan pada saat siswa diberi
kesempatan bertanya adalah “ Apakah benar wajah Pangeran Diponegoro seperti itu ?”. “
Mengapa Pangeran Diponegoro tidak menggunakan senjata pistol “ Ada pertanyaan juga
“Pangeran Diponegoro kalah dengan Belanda, tapi mengapa disebut pahlawan?”
Pada saat menyimpulkan hasil diskusi guru hanya memperhatikan siswa yang terlibat saja,
sehingga ada beberapa siswa hanya melihat saja dan ada beberapa pertanyaan siswa yang kurang
mendapat jawaban dengan jelas oleh guru.Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa
mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Kegiatan ini dapat
terlaksana dengan baik, setiap siswa dapat mengerjakan soal dengan tenang.
Refleksi
Tahap ini merupakan tindakan yang dilakukan peneliti dengan mitra peneliti dalam
rangka menemukan kelemahan dan kekurangan pada kegiatan siklus I. Refleksi dilakukan
dengan melihat catatan pada setiap kegiatan mulai observasi sampai pada pelaksanaan di kelas
saat proses pembelajaran. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik skala
penilaian guna mendapatkan kecenderungan yang terjadi. Dari data-data yang ditemukan
diidentifikasi penyebabnya dan dicari pemecahannya. Rekomendasi tindak lanjut ditentukan
berdasarkan kegiatan refleksi ini. Tujuannya untuk menentukan perbaikan- perbaikan yang harus
dilakukan pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.
Hasil diskusi dengan observer ditemukan bahwa (1) masih ada siswa yang kurang
antusias dan tidak mau mengungkapkan pendapat, (2) dari segi hasil masih terdapat 5 ( 25%)
siswa yang belum mencapai KKM ( 73 ) atau 15 ( 75% )siswa yang sudah mencapai KKM, (3)
ada 8 (40%) siswa yang belum mencapai nilai B untuk aktivitas pembelajaran atau 12 ( 60% )
siswa yang sudah mendapat nilai kategori B, (3) rata rata hasil tes adalah 86, (4) guru masih
cenderung sering memberi instruksi dan pengarahan serta ceramah, (5) ada penjelasan guru yang
kurang jelas terhadap pertanyaan siswa, (6) materi kurang luas , anak cepat selesai mengerjakan
tugas sehingga tidak sesuai dengan pengorganisasian waktu yang direncanakan.
Dengan kata lain hasil kegiatan siklus I adalah dari 20 siswa ada 12 ( 60%) siswa yang
termasuk kategori „B‟ pada aspek aktivitas siswa, dan dari hasil tes tulis yang dilakukan ternyata
ada 15 ( 80%) siswa yang mencapai KKM. Padahal indikator keberhasilan penelitian ini adalah
1093
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
jika ada 17 ( 85% ) siswa yang mendapat skor “ B “ dan 17 (85% ) siswa yang mendapat sesuai
KKM. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi maka pada siklus II perlu dilakukan perbaikan
yaitu pengembangan materi agar lebih luas, perbaikan kegiatan pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran khusus dalam mengoptimalkan aktivitas siswa dan pengembangan media agar lebih
menarik. Hal keterlibatan siswa pada siklus II akan menjadi fokus perbaikan yang utama, karena
hasil dari Siklus I aktivitas siswa belum maksimal sedangkan dari segi hasil penguasaan materi
sudah mendekati harapan.
Siklus Kedua
Perencanaan
Kegiatan siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar pada
tahap siklus pertama . Peneliti bersama observer melakukan identifikasi masalah masalah
pembelajaran yang terjadi pada kegiatan siklus pertama.Kegiatan perencanaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut (1) memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pengajaran ( RPP ) yang akan
digunakan sebagai rencana tindakan, khususnya memfokuskan pada optimalisasi keterlibatan
siswa, mengingat pada siklus I keterlibatan siswa masih kurang maksimal, (2) mengembangkan
media yang lebih bervariasi sesuai materi, (3) mengembangkan instrumen lembar tugas siswa
yang dimodifikasi sesuai pengembangan materi pada RPP, (4) menyusun Instrumen Penelitian
yaitu lembar tugas siswa, lembar observasi dan lembar soal tes tertulis, (5) menggunakan acuan
indikator keberhasilan sebagaimana direncanakan pada siklus I, dan (6) menentukan jadwal
pelaksanaan.
Siklus kedua direncanakan menggunakan metode kelompok, model Tim Ahli yang
dikembangkan oleh Jigsaw. RPP yang disusun meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Pengembangan media pembelajaran digunakan berupa gambar seri tentang Pangeran
Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol dan Patimura. Lembar kerja yang
disiapkan dikerjakan secara kelompok tentang deskripsi perjuangan para tokoh pejuang. Peneliti
juga merancang lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar untuk merekam tingkat
keterlibatan siswa dan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk memperoleh data kemajuan
belajar peneliti merancang serangkaian soal tes yang akan dikerjakan siswa pada akhir kegiatan
belajar mengajar. Soal tes berbentuk isian dan uraian. Setelah selesai pembelajaran peneliti
melakukan diskusi bersama observer membahas tentang hasil kegiatan.
Pelaksanaan
Kegiatan siklus II dilaksanakan pada Hari Rabu, tanggal 13 April 2016. Kegiatan
dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kegiatan awal
dimulai dengan
pemberian salam, mengajak siswa berdoa, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya
jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan
tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak.
Pada kegiatan inti guru meminta salah satu siswa menceritakan perjuangan Pangeran
Diponegoro. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok
terdiri atas 5 anggota, tiap tiap kelompok menamakan diri kelompok Diponegoro, Cut Nyak
Dien, Imam bonjol dan Patimura. Anggota kelompok tetap seperti pengelompokan pada siklus I.
Setiap siswa dalam kelompok mendapat bagian materi yang berbeda dan tugas yang berbeda.
Kemudian tiap anggota dalam kelompok berkumpul dengan anggota kelompok lainnya yang
mendapat tugas yang sama. Mereka berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan menggunakan
gambar seri mendeskripsikan perjuangan tokoh sesuai dengan tugasnya selama 50‟. dan
memastikan tiap anggota kelompok ahli dapat mengerjakannya, secara bersamaan guru
berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang
1094
ISBN: 978-602-1150-17-7
sudah direncanakan. Kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar anggota mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan mengerjakan LKS secara bersama-sama..
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok. Anggota kelompok
lainnya menanggapi dengan bertanya atau melengkapi hasil presentasi. Masing masing kelompok
mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Kemudian dengan bimbingan
guru secara bersama sama siswa menyimpulkan materi. Pada kegiatan penutup dilakukan refleksi
dengan siswa untuk menggali pendapat anak tentang pelaksanaan kegiatan belajar. Kemudian
kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa
bersama.
Pengamatan
Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa,
mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal
anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus
dikerjakan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan guru dengan baik,suasana kelas menjadi aktif,
pada umumnya siswa tampak antusias dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan guru.
Siswa antusias memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang
harus dilakukan siswa karena guru menggunakan bahasa lisan yang jelas, runtut dan mudah
dipahami dan dituliskan secara singkat di papan tulis dengan gambar ilustrasi berkaitan model
belajar Jigsaw..
Pada kegiatan inti diawali dengan guru meminta salah satu siswa menceritakan tentang
perjuangan Pangeran Diponegoro. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru maupun siswa dengan
baik . Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal, siswa menjawab dengan cara mengacungkan
tangan. Siswa tampak antusias dalam menerima tugas guru hal ini karena anak sudah pernah
mendapatkan materi pada siklus I. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4
kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota. Setiap siswa dalam kelompok diberi materi
dan tugas yang berbeda. Kemudian tiap anggota dalam kelompok berkumpul dengan anggota
kelompok lainnya yang mendapat tugas yang sama. ( kelompok ahli). Mereka berdiskusi dan
mengerjakan LKS dengan menggunakan gambar seri mendeskripsikan perjuangan tokoh sesuai
dengan tugasnya masing-masing selama 50‟. dan memastikan tiap anggota kelompok ahli dapat
mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. Secara bersamaan guru berkeliling melakukan
kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan.
Kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar anggota
mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh, dilanjutkan megerjakan LKS. Kegiatan ini berjalan dengan baik, selama
kegiatan sebagian besar siswa tampak aktif dan senang dalam mengerjakan tugas, karna dengan
menggunakan media gambar seri membuat anak lebih terarah dalam mengungkapkan idenya.
Saat anggota tim ahli kembali ke kelompok asal, anggota kelompok tampak tertarik dengan
penjelasan temannya karena materi mereka berbeda dengan yang dia kerjakan.
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok ahli dengan cara
guru menawarkan siapa yang berani mempresentasikan materi yang didapatkan dari hasil
kerjasama ketika bersama tim ahli. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan bertanya atau
melengkapi hasil presentasi. Masing masing wakil dari kelompok ahli mendapat kesempatan
mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Setelah itu dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil
diskusi. Kegiatan ini pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun masih ada dua siswa yang
tidak memperhatikan kegiatan presentasi yang dilakukan temannya dari kelompok Imam Bonjol.
Namun guru sudah melakukan tindakan yang tepat dengan cara memberikan arahan dengan
1095
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
bahasa isyarat sehingga mereka segera konsentrasi terhadap kegiatan presentasi. Dalam siklus II
ini ada beberapa pertanyaan namun menurut peneliti dan observer yang paling menarik, “
Mengapa pahlawan kita kalah semua Bu “. Guru menjawab dengan jelas dan denga bahasa yang
mudah dipahami anak dengan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari, bahwa
pahlawan kita sebenarnya dapat menang dalam mengusir penjajah Belanda tetapi karena belum
bersatu dan masih bersifat kedaerahan maka mudah diadu domba..
Pada saat menyimpulkan hasil diskusi guru sudah memperhatikan seluruh siswa, sehingga
siswa terlibat aktif dalam menyimpulkan materi. Guru menekankan pada pentingnya persatuan
dan kesatuan dalam membela tanah air. Guru memberikan penekanan juga terhadap pentingnya
menghargai jasa perjuangan para pahlawan dengan cara belajar yang rajin dan berperilaku sesuai
budaya bangsa Indonesia. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes
selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik,
setiap siswa dapat mengerjakan soal dengan tenang.
Refleksi
Hasil diskusi dengan observer ditemukan bahwa (1) secara umum seluruh siswa
menunjukkan sikap yang antusias dan tertarik dengan materi maupun kegiatan pembelajaran (2)
dari segi hasil terdapat 18 ( 90%) siswa yang mencapai KKM ( 73 ) dan ada 2 (10%) siswa yang
belum mencapai KKM. ( 3) ada 17 (85%) siswa yang sudah mencapai nilai B untuk aktivitas
siswa dan ada 3 ( 15%) siswa yang belum mendapatkan kategori B, ( 4) rata rata nilai hasil tes
telah mencapai 84, turun 0,2 dibandingkan hasil tes pada siklus I, (5) guru tidak mendominasi
kegiatan dan jarang memberi instruksi dan pengarahan serta ceramah, (6) guru sudah menjawab
pertanyaan siswa dengan bahasa yang dipahami siswa, (7) Guru sudah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan RPP, (8) guru memberikan waktu yang cukup dalam kerja kelompok saat
mengerjakan LKS, ( 9 ), materi menarik , anak dapat mengerjakan tugas sesuai dengan
pengorganisasian waktu yang direncanakan.
Karena hasil kegiatan siklus II menunjukkan dari 20 siswa ada 17 siswa yang termasuk
kategori „B‟ pada aspek aktivitas siswa, dan dari hasil tes tulis yang dilakukan ternyata ada 18
siswa yang mencapai KKM. Nilai rata rata hasil tes mencapai 84 maka hal ini sudah sesuai
dengan indikator keberhasilan penelitian ini. Dengan meningkatnya hasil pembelajaran baik dari
segi hasil maupun proses ini maka kegiatan penelitian telah selesai. Rata rata hasil tes pada siklus
II mengalami penurunan karena materi pada siklus lebih luas dibandingkan materi pada kegiatan
siklus I yaitu tentang perjuangan Pangeran Diponegoro saja.
Pembahasan
Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Citra Bunda Batu pada tahun pelajaran
2015/2016, yang dilakukan sebanyak 2 siklus membuktikan bahwa penggunaan gambar seri
dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang
pada jaman Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan dari 20
siswa hanya ada 9 ( 45% ) siswa yang mendapatkan nilai kategori B untuk keterlibatan siswa
dalam pembelajaran, meningkat pada siklus I menjadi 12 ( 60%) dan pada kegiatan siklus II
menjadi 18 ( 90%). Dari aspek hasil belajarpun juga terjadi peningkatan, pada kegiatan pra siklus
dari 20 siswa ada 8 (40%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada kegiatan siklus I
mencapai 15 ( 75%) dengan nilai rata-rata 86 dan pada kegiatan siklus II jumlah siswa yang
mencapai KKM berjumlah 17 ( 85%) dengan nilai rata rata kelas mencapai 84.
Penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi
proses maupun hasil yang dilakukan peneliti sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan
beberapa peneliti sebelumnya baik dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia maupun pada
1096
ISBN: 978-602-1150-17-7
pembelajaran IPS diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009) bahwa ada
kenaikan hasil prestasi siswa 43,5 menjadi 63 di Siklus I dan menjadi 75 pada Siklus II, Aktivitas
siswa pada siklus I mencapai 58,93% dan menjadi 80,35% di Siklus II, disarankan bahwa untuk
materi sejarah sebaiknya menggunakan gambar media seri. Hasil penelitian tersebut juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saktiani (2013) yang menyatakan bahwa
penggunaan gambar seri meningkatkan hasil belajar siswa. Juga hasil penelitian yang dilakukan
Prawira (2014)
bahwa penggunaan media gambar seri meningkatkan kemampuan
menggungkapkan pendapat siswa kelas IV
tentang materi perkembangan tehnologi
produksi,komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Didukung pula
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto ( 2012) bahwa penerapan gambar seri
bermanfaat dalam pembelajaran menulis, membantu siswa menemukan ide – ide cerita dengan
kreatif. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Tagur dan kawan-kawannya ( 2012)
bahwa rendahnya menulis karangan narasi di kelas V SDN Arjasa Jember dapat diatasi dengan
penggunaan media gambar seri.
Peningkatan mutu pembelajaran dengan menggunakan gambar seri pada siswa kelas
V SD Citra Bunda karena media gambar seri berpeluang meningkatkan perhatian, dan
memberikan ide atau arahan sehingga anak berusaha mendeskripsikan perjuangan tokoh
pahlawan dengan bahasanya sendiri berdasarkan urutan gambar. Penggunaan media gambar seri
mendorong siswa terlibat aktif, antusias dan ketertarikan baik pada materi maupun pengajaran
yang telah dirancang guru. Penggunaan gambar seri membantu meningkatkan kemampuan guru
dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa
mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. mengurangi dominasi guru
dalam pembelajaran, tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan tidak memberikan
pengarahan terus menerus.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD Citra
Bunda Batu pada tahun pelajaran 2015/2016, yang dilakukan sebanyak 2 siklus ternyata
penggunaan gambar seri dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskripsikan
perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
kegiatan pra tindakan dari 20 siswa hanya ada 9 ( 45% ) siswa yang mendapatkan nilai kategori
B untuk keterlibatan siswa dalam pembelajaran,terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 12 (
60%) dan pada kegiatan siklus II mencapai 18 ( 90%). Dari aspek hasil belajarpun terjadi
peningkatan, pada kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 8 (40%) yang mencapai KKM dengan
nilai rata-rata 68, pada kegiatan siklus I mencapai 15 ( 75%) dengan nilai rata-rata 86 dan pada
kegiatan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM berjumlah 17 ( 85%) dengan nilai rata rata
kelas mencapai 84. Penurunan rata-rata nilai dari kegiatan siklus I ini karena materi pada siklus II
lebih luas yaitu tentang perjuangan tokoh Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak
Dien, Imam Bonjol dan Patimura sedangkan materi pada kegiatan siklus I hanya berkaitan dengan
Pangeran Diponegoro. Peningkatan prestasi siswa disebabkan karena siswa telah memahami
materi yang diajarkan karena siswa telah terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa menunjukkan
sikap antusias dan ketertarikan baik pada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru.
Selain itu hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar seri juga
dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan model pembelajaran yang
tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada
jaman Belanda. mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran, tidak terlalu banyak
menggunakan metode ceramah dan tidak memberikan pengarahan terus menerus.
1097
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dengan demikian kegiatan penelitian telah menemukan jawaban dari masalah sebagaimana
tertulis dalam rumusan masalah dalam penelitian ini.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas V SD Citra Bunda Batu dalam mendiskripsikan perjuangan para tokoh
pejuang pada jaman Belanda maka peneliti ingin menyampaikan saran pada guru bahwa untuk
materi sejarah atau pelajaran lainnya, gambar seri sebagai media pembelajaran dapat membantu
menyampaikan pelajaran, mengurangi dominasi guru.Melalui penggunaan media gambar seri
pembelajaran lebih bermakna, karena bermanfaat memperjelas penyajian pesan, mengurangi
verbalistis, mengatasi sikap pasif anak, dan memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan
lingkungannya. sehingga menarik perhatian, anak terdorong lebih giat belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto( 2012).Penerapan Media Gambar Seri Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Mengarang Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester I Di Sdn Kuwawur
02 Kabupaten Pati, Naskah Publikasi. Program Studi PGSD. Universitas
Muhammadiyah Surakarta dalam http://eprints.ums.ac.id/21614/1/3._HALAMAN_
DEPAN. Diakses 6-3-2016.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan( 1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta :Balai
Pustaka.
Hidayat, Mujinem, dkk. ( 2008 ). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Kasiani (2008). Model Model Pembelajaran. Diktat. Materi PLPG.Panitia Sertifikasi Guru Rayon
15.Universitas Negeri Malang
Lasmawan (2010). Tujuan Pembelajaran IPS.dalam http://lasmawan.blogspot.co.id
/2010/10/tujuan-pembelajaran-ips-di-sekolah.html diakses 6-3-2016.
Permendiknas no 22 Tahun 2006. Tentang Standar Kopentensi Isi untuk Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar dan Menengah, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Jakarta.
Prawira, Yudha Okta (2014). Penelitian Tindakan Kelas Penggunaan gambar Seri Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat di Kelas VI SDN Cisalasih
dalam Materi Pokok Mengenal Perkembangan Tehnologi Produksi, Komunikasi, dan
Transpotasi Serta Pengalaman Menggunakannya.Skripsi, Universitas Pendidikan
Indonesia, dalam http://repository.upi.edu/13826/2/S_PGSD_1003529 _Abstract.pdf
diakses 6-3-2016.
Saktiani,Wiwit (2013). Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Produksi Padi melalui Media
Gambar seri di Sekolah Dasar, Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, dalam
http://repository.upi.edu/5999/1/S_IPS_KDTASIK_0903565_Title.pdf
diakses
27-2-2016.
Tagur ,Herman Yoseph,dkk (2013). Penggunaan Media Gambar Seri
Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas Iii Sdk Rangga
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, J-TEQIP,Tahun III, Nomor 1, Mei
2012. http://teqip.com/wp-content/uploads/2013/11/42-46.pdf. diakses 6-3-2016.
Umiarsih (2009). Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata
Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Pancur 01 Pasuruan, Skripsi, Universitas Negeri
Malang, dalam http://library.um.ac.id/free-contents/download/ pub/pub.php/ 38733.pdf
diakses 27-2-2016.
1098
ISBN: 978-602-1150-17-7
--------- (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama, diakses 6-3=2016.
Yuliadi, Musli ( 2014). Media Gambar Seri ( on line) |http://mi1kelayu.blogspot.co.id
/2014/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html, diakses 26-2-2016.
1099
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MEMAHAMI AKTIVITAS DAN PERUBAHAN KEHIDUPAN MANUSIA
PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH 4 BATU
Rakhmad Supriadi
SD Muhammadiyah 4 Batu, Kota Batu
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Penelitian dilakukan dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas
yang terdiri dari dua siklus. Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 4 Batu. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran materi memahami aktivitas dan
perubahan kehidupan manusia menggunakan media gambar terbukti dapat memperbaiki
pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah 4 Batu. Media gambar membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran menjadi optimalsuasana pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan, siswa bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran,
aktif dalam diskusi kelompok, dan hasil belajar mereka juga lebih meningkat yakni:
96,5% siswa mencapai KKM.
Kata Kunci: media, gambar , aktivitas manusia, hasil belajar
Keberhasilan proses pembelajaran sangat penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa secara optimal. Metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran maupun perilaku
dan sikap guru dalam mengelola proses belajar mengajar sangat dibutuhkan dalam pembelajaran.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam menerapkan pengetahuannya di masyarakat
dan lingkungannya.
Pada pembelajaran di kelas V di SD Muhammadiyah 4 Batu pada umumnya siswa
menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang mudah. Kondisi sekolah di pusat kota, jumlah
siswa 28 anak laki-laki 15 dan perempuan 13, pada proses pembelajaran pada umumnya dengan
metode ceramah, diskusi, penugasan . Dari pengamatan yang dilakukan di kelas V siswa tidak
terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa sangat sedikit yang menjawab pertanyaan dari guru dan
mengungkapkan pendapatnya setiap diminta oleh guru. Setelah pembelajaran guru memberikan
tugas ternyata hasil pekerjaan 60 % tidak selesai, hasil prestasi belajar siswa kelas V kurang
memuaskan yaitu dibawah KKM.
Kurang optimalnya hasil belajar siswa tersebut diindikasikan dengan belum optimalnya
hasil belajar siswa baik dari nilai rata-rata kelas maupun tingkat ketuntasan kelas, khususnya pada
siswa kelas V di semester genap tahun pelajaran 2015/2016.Berdasarkan hasil ulangan harian
yang dilaksanakan pada awal semester genap, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan kelas
baru mencapai 45 %. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh masih di bawah KKM yang ditetapkan
sebesar 7,25. Atas dasar hal tersebut maka siswa kelas V belum mencapai ketuntasan belajar.
Hal tersebut setelah dilakukan analisis ternyata salah satu sebabnya adalah guru kelas V
belum menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran IPS, sehingga siswa hanya pasif
mudah bosan dan kurang tertarik dalam pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut dibutuhkan
suatu usaha untuk meningkatkan keaktifan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan
menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Penggunakan media pembelajaran berupa gambar mempermudah dalam menyampaikan
pesan (isi atau materi ajar) dan lebih dapat diterima oleh peserta didik. Diharapkan dengan
1100
ISBN: 978-602-1150-17-7
pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan
belajar mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Media
atau
bahan
adalah
perangkat
lunak
berisi
pesan
atau
informasi pendidikan biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan
atau perangkat keras sendiri merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada
media tersebut.
Sudjana dan Ahmad Rifa‟i membedakan atau mengklasifikasikan media ke dalam empat
kelompok, yaitu media grafis (dua dimensi), misalnya gambar, foto, dan grafik. Media tiga
dimensi, misalnya model susun dan model kerja. Media proyeksi, misalnya OHP dan media
lingkungan (alam)
Media yang dipilih guru untuk mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan media
gambar ilustrasi.Dengan media gambar ilustrasi diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam
mengikuti pelajaran sehingga siswa tersebut menjadi aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapat dalam pembelajaran. Selain menumbuhkan keaktifan siswa, dengan
menggunakan media gambar guru lebih mudah menyampaikan materi karena siswa dapat melihat
langsung hal-hal yang berkaitan dengan penjelasan dari guru.
Media pembelajaran berupa gambar memiliki kelebihan di mana para siswa akan lebih
paham dan mengerti tentang materi yang disampaikan guru. Sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar, siswa dapat lebih paham akan materi serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Media pembelajaran adalah alat atau saranayang digunakan sebagai perantara
(medium) untuk dapat menyampaikan pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
merupakan suatu komunikasi yang terdapat unsur-unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan
(siswa), pesan (materi yang akan disampaikan).Fungsi MediaMenurut Basyaruddin Usman dan
H. Asnawir (2002;13-15). Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki siswa, mengatasi ruang kelas, memungkinkan adanaya interaksi langsung antara siswa
dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman pengamatan, dapat menanamkan konsep dasar
yang benar, konkrit, dan realistis, dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan penglaman yang
integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang bersifat abstrak.
Bentuk umun dari media gambar terangkum dalam pengertian dari media grafis. Karena
media gambar merupakan bagian dari pembuatan media grafis. Sebelum kita nengetahui lebih
lanjut mengenai media gambar ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari media
grafis.Menurut (I Made Tegeh, 2008) media grafis atau graphic material adalah suatu media
visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual yang
lain dengan maksud untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data
kejadian. Batasan tersebut memberi gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi
yang dapat dinikmati dengan menggunakan indra pengelihatan.
Media gambar merupakan media yang tepat dan baik digunakan dalam pembelajaran di
sekolah dasar karena kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebutsebagai sebuah
karakteristik dari media gambar itu sendiri. Kelebihan media gambar :Sifatnya konkrit. Gambar/
foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.Gambar
menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya.
Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu
dikatakan asli. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai
nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.
Dari kelebihan media gambar tersebut maka peneliti memilih media gambar suatu upaya
perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga penguasaan konsep pada siswa semakin
meningkat.
1101
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Aktivitasmenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah “kegiatan /
keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan.
S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan
kedua-keduanya harus dihubungkan.Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas manusia adalah
segala kegiatan yang dilakukan manusia dalam proses interaksi sesama manusia, manusia dengan
alam lingkungan dalam kehidupannya.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah
diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi
acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran Dimyati dan
Mudjiono (2006). Definisi yang lain,hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahuHamalik (2008). Senada
dengan Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah
siswa kelas V SD Muhammadiyah 4 Batu pada mata pelajaran IPS materi Memahami aktivitas
dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan
keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup
nasional. Waktu penelitian dilaksanakan, yaitu pada hari Rabu, tanggal 16Maret
2016sampaiRabu, 23Maret 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Penelitian tindakan kelas ini
direncanakan terdiri dari dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu: Perencanaan,
Pelaksanaan,Pengamatan danRefleksi, yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 1
Permasa
Siklus
Perencana
an
Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi
tindakan I
Pengumpula
n data
Perencana
an
Pelaksanaa
n tindakan
Refleksi
tindakan
Pengumpul
an data
Sikl
Dilanjutkan ke siklus
Gambar 1 Daur penelitian tindakan kelas
Dan secara lebih detail penjelasan tiap tahapan sebagi berikut:
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan
mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia
dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan
sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal
aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,
1102
ISBN: 978-602-1150-17-7
pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS)
meliputi lembar kerja kelompok, menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi
dan membuat media gambar ilustrasi .
Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusun dengan langkah: Pembukaan: guru membuka pelajaran menyampaikan tujuan
pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa.
Kegiatan inti: guru menunjukan 4 gambar ilustrasi 1 siswa secara berkelompok berdiskusi untuk
mengisi lembar kerja kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh
kelompok yang lain. Kegiatan berikutnya siswa mengamati gambar 2 kemudian mengisi tes tulis
dan dikumpulkan. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung di kelas
dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan kegiatan belajar siswa dengan
menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.Refleksidilakukan setelah pembelajaran
dipandu moderator, kesempatan pertama diberikan pada peneliti untuk memberikan ulasan
kemudian pada observer untuk menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran dan
diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber (pakar)
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan
mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia
dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan
sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal
aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,
pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS)
meliputi lembar kerja kelompok dan individu .menyusun lembar observasi guru dan siswa,
lembar evaluasi dan membuat media gambar.
Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusun dengan langkah: Pembukaan: guru membuka pelajaran menyampaikan tujuan
pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa.
Kegiatan inti: guru menunjukan 8 gambar ilustrasi 1 siswa secara berkelompok berdiskusi untuk
mengisi lembar kerja kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh
kelompok yang lain. Kegiatan berikutnya siswa mengamati gambar 2 kemudian mengisi lembar
kerja individu dan dikumpulkan. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara
langsung di kelas dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan kegiatan
belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.Refleksidilakukan
setelah pembelajaran dipandu moderator, kesempatan pertama diberikan pada peneliti untuk
memberikan ulasan kemudian pada observer untuk menyampaikan hasil pengamatan selama
pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian tindakan kelas di kelas V SD Muhammadiyah 4 Batu untuk
mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial pada kompetensi Memahami aktivitas dan perubahan
kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya
dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan
indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang
1103
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Berikut ini disajikan hasil
penelitian tindakan kelas setiap siklusnya yakni:
Siklus I
Penelitian siklus I yang telah dilaksanakan pada tanggal 16dan 23 Maret 2016dengan
hasil sebagai berikut:
Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan
mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia
dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan
sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal
aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,
pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Menetukantujuan, materi pembelajaran serta
pendekatan, metode, kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan inti dan penutup
kemudian menetukan sumber dan media pembelajaran dan merumuskan penilaian serta
menyusun lembar kerja siswa secara kelompok,menyusun lembar observasi guru dan siswa dan
membuat media gambar ilustrasi terdiri dari 4 gambar besar.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan berdo‟a bersama
menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab
dengan siswa. Kegiatan inti: guru membagi siswa menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok
terdiri dari 4 oarang siswa. Guru menunjukan 4 gambar ilustrasi ukuran 60 x 80 yang berisi
tentang, gambar manusia individu, gambar manusia berkelompok, teknologi jaman dulu dan
jaman modern, sampah, polusi, penebangan pohon. Siswa secara berkelompok mengamati
gambar dilanjutkan dengan berdiskusi tentang perubahan aktivitas manusia, selanjutnya siswa
mengisi lembar kerja kelompok. Siswa terlihat aktif mengamati gambar dan berdiskusi seperti
terlihat pada Gambar 1, sambil siswa mengisi lembar kerja (LKS) yang telah disediakan, seperti
pada Gambar 1.
Gambar 1 Siswa melaksanakan diskusi kelompok
Pada gambar 1 tersebut nampak siswa aktif dan antusias mengamati, berdiskusi dan
mengisi lembar kerja (LKS). Setelah siswa berdiskusi pada kelompoknya, selanjutnya
perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh
kelompok yang lain. Aktifitas presentasi dan menaggapi seperti pada Gambar 2
Gambar 2 Presentasi hasil diskusi kelompok
1104
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pada Gambar 2 nampak siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat.
Tiap –tiap kelompok yang mempresentasikan rata-rata mendapatkan dua tanggapan berupa
pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. Kegiatan berikutnya siswa membuat rangkuman
materi pelajaran dibuku masing-masing. Selanjutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi guru memberikan tes tulis berupa soal esai yang
berjumlah 10 soal.
Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan perubahan aktifitas manusia
dengan memanfaatkan media gambar, dilakukan obervasi yang dilakukan oleh 2 observer.
Observer merupakan teman sejawat dari sekolah yang sama. Hasil Obersevasi digunakan
sebagai bahan refleksi pembelajaran untuk perbaikan pada siklus berikutnya
Refleksi
Diawali pengantar oleh moderator, kesempatan pertama guru model untuk memberikan
ulasan tentang pengalamannya. Hasilnya guru model merasa suasana kelas agak berbeda dengan
kehadiran observer di kelas. Kemudian kesempatan kedua observer menyampaikan hasil
pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber
(pakar). Ada beberapa masukan dari observer terkait pelaksanaan pembelajaran pada siklus satu
ini yakni anatara lain perlu penambahan jumlah media gambar disesuaikan dengan luasnya
materi, perlu dibuat lembar kerja individu sehingga siswa ada peningkatan dan terukur hasil
belajarnya secara individu.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan
media gambar ternyata sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran dan
pembelajaran berlangsung sesuai rencana pembelajaran.
Setelah dilakukan evaluasi
pembelajaran pada siklus satu ini ternyata hasilnya seperti terlihat seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No
1
2
3
4
Uraian
Hasil Siklus
I
Nilai rata-rata tes UH
69,25
Jumlah siswa yang tuntas belajar
20
Jumlah siswa yang belum tuntas
8
belajar
71 %
Persentase ketuntasan belajar
Hasil evaluasi dari 28 siswa, 20 orang siswa mencapai ketuntasan belajar sedangakan 8
orang siswa belum mencapai ketuntasan. Capaian ini menunjukan peningkatan dibandingkan
dengan hasil pada pra siklus. Hal tersebut karena siswa lebih antusias, lebih tertarik dan lebih
mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media gambar. Namun demikian ada
beberapa hal yang perlu ditingkatkan sebagaimana yang disampaikan observer yaitu penambahan
jumlah media gambar dan lembar kerja individu yang akan dilaksanakan pada siklus II.
Siklus II
Penelitian siklus II yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret dan 6 April
2016didapatkan data sebagai berikut:
Perencanaan
Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan
mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia
dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan
1105
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal
aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi,
pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional.
Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) meliputi lembar kerja kelompok dan
individu .menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi dan membuat media
gambar.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan berdo‟a
bersama menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti
Tanya jawab dengan siswa. Kegiatan inti: guru membagi siswa menjadi 7 kelompok
masing-masing kelompok terdiri dari 4 oarang siswa. Guru menunjukan 8 gambar ilustrasi ukuran
60 x 80 yang berisi tentang, gambar manusia individu, gambar manusia berkelompok, teknologi
jaman dulu dan jaman modern, sampah, polusi, penebangan pohon. Siswa secara berkelompok
mengamati gambar dilanjutkan dengan berdiskusi tentang perubahan aktivitas manusia,
selanjutnya siswa mengisi lembar kerja kelompok. Siswa terlihat aktif mengamati gambar dan
berdiskusi seperti terlihat pada Gambar 3, sambil siswa mengisi lembar kerja (LKS) yang telah
disediakan.
Gambar 3 Siswa melaksanakan diskusi kelompok
Pada gambar 3 tersebut nampak siswa aktif dan antusias mengamati, berdiskusi dan
mengisi lembar kerja (LKS), Setelah siswa berdiskusi pada kelompoknya, selanjutnya
perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh
kelompok yang lain. Aktifitas presentasi dan menaggapi seperti pada Gambar 4
Gambar 4Presentasi hasil diskusi kelompok
Pada Gambar 4 nampak siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat.
Tiap–tiap kelompok yang mempresentasikan rata-rata mendapatkan dua tanggapan berupa
pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. Kegiatan berikutnya siswa mengisi lembar kerja
individu seperti pada Gambar 5.
1106
ISBN: 978-602-1150-17-7
Gambar 5 Siswa mengisi Lembar Kerja Individu
Kegiatan berikutnya siswa membuat rangkuman materi pelajaran dibuku masing-masing.
Selanjutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan
materi guru memberikan tes tulis berupa soal esai yang berjumlah 10 soal.
Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan perubahan aktifitas
manusia dengan memanfaatkan media gambar, dilakukukan obervasi yang dilakukan oleh 3
observer. Observer merupakan teman sejawat dari sekolah yang sama. Hasil obersevasi
digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran.
Refleksi
Diawali pengantar oleh moderator, kesempatan pertama guru model untuk memberikan
ulasan tentang pengalamannya. Hasilnya guru model merasa suasana kelas agak berbeda dengan
kehadiran observer di kelas. Kemudian kesempatan kedua observer menyampaikan hasil
pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber
(pakar). Ada beberapa catatan masukan dari observer terkait pelaksanaan pembelajaran pada
siklus dua ini yakni anatara lain dengan penambahan jumlah media gambar siswa lebih cepat
memahami materi pelajaran, dalam pengisian lembar kerja individu lebih cepat namun secara
keseluruhan waktu pembelajaran lebih lama dari perencanaan dalam RPP.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan media
gambar ternyata sebagian besar siswa sudah terlihat aktif, dan pembelajaran berlangsung dengan
baik. Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran pada siklus satu ini ternyata hasilnya seperti
terlihat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No
Uraian
1
2
3
4
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang belum tuntas
belajar
Persentase ketuntasan belajar
Hasil
Siklus II
79,46
27
1
96,5 %
Hasil evaluasi dari 28 siswa, 27 orang siswa mencapai ketuntasan belajar sedangakan 1
orang siswa belum mencapai ketuntasan. Capaian ini menunjukan peningkatan yag signifikan
dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Sikap siswa pada saat pembelajaran berlangsung lebih
antusias, lebih mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media gambar.
1107
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada
pembelajaran IPS materi memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia terbukti dapat
memperbaiki proses pembelajaran menjadi optimal, suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan, siswa bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran, aktif dalam diskusi
kelompok, dan hasil belajar mereka juga lebih optimal mencapai prosentase ketuntasan 96,5%.
Media gambar dapat meringankan guru dalam kegiatan pembelajaran terutama penggunaan
metode ceramah.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Depdiknas. 2004Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Bela-jar. Bandung: Tarsito.
Mudjiono & Dimyati. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta
Gulo, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
.
Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya..
Wahyudi & Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran. Malang: UM Press
Lestari, S.P.(2009). Contoh : Ptk Penggunaan Media GambarGuna MeningkatkanKeaktifan
Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SD.Diunduh 20 November 2014 dari
http://bekompas.blogspot.com/2012/04/contoh-ptk-penggunaan-media-gambar-guna_
5706.html
Poerwadarminto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Muchtar, S. A. 2006. Pengembangan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar
Pustaka Mandiri.
Muhammad Ali. 1998. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
1108
ISBN: 978-602-1150-17-7
BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MENGENAL KEGIATAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS III SDN
SIDOMULYO 01 BATU
Elok Catur Wilujeng
SDN Sidomulyo 01 Batu
[email protected]
Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
mengenal kegiatan jual beli pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III
SDN Sidomulyo 01 Kecamatan Batu, Kota Batu melalui bermain peran. Penelitian
Tindakan Kelas ini bertolak dari instropeksi yang peneliti lakukan setelah
pembelajaran pada materi mengenal kegiatan jual beli, memperoleh hasil belajar yang
kurang memuaskan, yaitu hanya 8 siswa (kurang lebih 30%) dari 22 siswa yang
mendapatkan nilai diatas KKM 7,0. Sehingga Peneliti kemudian mencoba
memperbaiki proses pembelajaran dengan mengedepankan model PAIKEM melalui
bermain peran, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas
melalui bermain peran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan
dari ketuntasan hasil belajar siswa siklus I mencapai 63%, menjadi 86 % pada siklus
II. Dengan demikian artinya bermain peran dapat dijadikan alternatif untuk
meningkatkan pembelajaran hasil belajar IPS khususnya pada materi kegiatan jual
beli.
Kata Kunci : Bermain peran, hasil belajar, PAIKEM.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari tingkat sekolah dasar. Dalam IPS dikaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta yang cinta
damai (Depdiknas,2006:575)
Setiap pembelajaran selalu diarahkan kepada beberapa kompetensi yang akan dicapai.
Kompetensi yang akan dicapai tertuang dalam standar isi kurikulum dalam wujud kemampuan
dan ketrampilan yang tercakup dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan tentunya tidak terlepas dari kreativitas guru dalam membelajarkan
siswa. Oleh karena itu, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau
yang dikenal dengan PAIKEM sangat dibutuhkan. Untuk mewujudkan PAIKEM metode
bermain peran dianggap sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan di
masyarakat. Menurut Depdiknas (2006:575) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri,memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
lokal, nasional dan global.
Hernawan dkk,(2006:95) mengartikan pembelajaran di sekolah dasar pada hakikatnya
merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru
dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
1109
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Oleh karena
itu, harus diciptakan interaksi yang bermakna, agar dapat membantu siswa memperoleh
pengalaman nyata. Karena semakin siswa banyak beraktivitas dalam proses pembelajaran
memori siswa akan tertanam semakin kuat. Sehingga dengan demikian hasil belajar yang
diperoleh juga semakin baik.
Berdasarkan hasil observasi , prestasi hasil belajar siswa kelas III SDN Sidomulyo 01
Batu, mengenai materi mengenal jual beli di lingkungan rumah dan sekolah masih rendah,
banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hanya ada 8 siswa (
kurang lebih 30%) dari 22 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 7,0. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh: (1) mata pelajaran IPS kurang menarik karena guru mengajar dengan cara
konvensional, (2) siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, (3) guru kurang kreatif
dalam membelajarkan siswa,(4) tidak adanya media pembelajaran yang berarti untuk
mendukung materi pembelajaran.Untuk mengatasi masalah tersebut, maka guru harus (1),
berupaya menciptakan situasi belajar IPS yang menarik, (2) banyak melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, (3) lebih kreatif dan inovatif dalam membelajarkan siswa (4)
mengupayakan adanya media pembelajaran yang dapat mendukung ketercapaian materi.
Menurut Piaget (dalam Dahar, 2011:136-139), proses belajar seseorang akan mengikuti
pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini
bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat
belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu: yaitu (1) tahap senso motorik (usia 0 – 2 tahun) ;
(2) tahap pra operasional ( usia 2 – 7 tahun ) ; (3) tahap konkrit ( usia 7 – 11 tahun ) ; ( 4 ) tahap
formal operational ( usia 11 tahun ke atas ). Siswa kelas III sekolah dasar termasuk dalam tahap
konkrit yaitu pada kisaran usia 7 hingga 11 tahun. Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak
sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi ( concept of conservancy ). Ciri
pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang
jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan
berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah
suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam
dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya
sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan,
karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam
melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai
sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.Namun sungguhpun anak telah dapat
melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia
tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf
berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret,
sehingga ia mampu menelaah persoalan. Namun anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah
mengenai masalah
berpikir
abstrak.
Metode Bermain Peran (Role Playing) adalah berperan atau memainkan peranan dalam
dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan
pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan
tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain (Depdikbud,
1964:171). Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( Badudu- Zain,84) Bermain Peran atau Role
Playing adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan baik
dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si menyatakan,
1110
ISBN: 978-602-1150-17-7
Bermain Peran adalah Kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara
memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor perasaan, sikap, nilai dan
berbagai strategi pemecahan masalah. Menurut Corsini (dalam Tatiek 92001:99)
mengemukakan bahwa Bermain Peran, suatu alat belajar yang mengembangkan ketrampilanketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan
memerankan situasi-situasi yang pararel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.
Selanjutnya, Bermain Peran dapat digunakan sebagai (a) alat untuk mendiagnosis dan mengerti
seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi dan
kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya, (b) media pengajaran melalui proses
“modeling” anggota dapat lebih efektif melalui ketrampilan-ketrampilan antar pribadi dengan
menganut berbagai cara dalam memecahkan masalah, (c) metode latihan untuk melatih
ketrampilan-ketrampilan tertentu melalui keterlibatan secara aktif dalam proses bermain peran.
Dengan demikian melalui metode bermain peran, siswa diajak untuk belajar
memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-teman
sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok
sosial. Melalui bermain peran para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan
antar manusia dengan cara memperagakannya dan hasilnya didiskusikan dalam kelas. Setiap
metode dalam pembelajaran pasti ada keunggulan dan kelemahannya. Adapun keunggulan
dalam menggunakan metode bermain peran ini adalah (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan
lama dalam ingatan siswa,disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit
untuk dilupakan, (2) sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkankelas menjadi dinamis
dan penuh antusias, (3) membangkitkan gairah dan semangat optimism dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan, (4) siswadapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu
yang akan dibahas dalam proses belajar. Sedangkan kelemahannya, (1) bermain peran memakan
waktu yang banyak, (2) siswa sering mengalami kesulitan untukmemerankan peran secara baik,
khususnya jika mereka tidak diarahkan atauditugasi dengan baik, siswa perlu mengenal dengan
baikapa yang akan diperankannya, (3) bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika
suasana kelas tidak mendukung, (4) jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan
tidak akan melakukan dengan sungguh-sungguh, (5) tidak semua materi pelajaran dapat
disajikan melalui metode ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk membelajarkan siswa dengan aktivitas yang
optimal, peneliti memilih metode bermain peran sebagai sarana menyampaikan materi
mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu . Adapun tujuan pemilihan
metode ini agar hasil belajar siswa pada materi mengenal jual beli ini dapat meningkat dari
pembelajaran sebelumnya . Dengan demikian, judul penelitian ini adalah “Bermain Peran
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal Jual Beli Pada Siswa Kelas III SDN Sidomulyo
01 Batu”, dengan rumusan masalah : “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan hasil
belajar mengenal jual beli pada siswa kelas 3 SDN Sidomulyo 01 Batu?”.Tujuan yang ingin
dicapai adalah, “Dengan bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli
pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu.
METODE
Menurut Suharsimi A. (2004), dalam Sukayati (2008:7 ) ada tiga kata yang membentuk
pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati
suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan
penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran
1111
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai
sekelompok siswa yang sedang belajar.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut
dilakukan ( dalam Mukhlis,2000:3). Selain itu penelitian ini juga disebut classroom research,
karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini
juga termasuk penelitian deskriptif kualitatif, sebab menggambarkan suatu tehnik pembelajaran
yang diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Oja & Sumarjan (dalam Sugiarti,1997:8) mengelompokkan Penelitian Tindakan Kelas
menjadi empat macam yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c)
simultan terintegratif, (d) administrasi sosial eksperimental. Dalam penelitian ini guru
berkolaborasi dengan kelompok guru IPS untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sidomulyo 01 Batu kelas III dengan jumlah siswa 22 anak
yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian dilakukan pada materi yang
mengacu pada kompetensi memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang dan Kompetensi
Dasar “memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah”.
PTK ini dirancang menggunakan minimal (dua) siklus. Dipilihnya model siklus ini
dengan pertimbangan bahwa ketika dalam siklus I ditemukan adanya kekurangan, maka akan
direncanakan tindakan pada siklus II dan seterusnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Siklus I
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu dengan 2 siklus.
Pada siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 24 dan 31
Maret 2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Perencanaan :
Pada tahap perencanaan ini peneliti berawal dari temuan yang terjadi di kelas yaitu hasil
belajar siswa kelas III terutama pembelajaran IPS materi kegiatan jual Beli, masih belum
memuaskan,banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya peneliti
menemukan beberapa alasan terkait hasil belajar siswa yang masih rendah. Salah satunya adalah
kegiatan yang kurang menarik dan variatif. Untuk itu peneliti mencoba merumuskan satu
tindakan, yaitu apakah dengan mencoba memilih metode bermain peran untuk dapat
meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu?.
Setelah itu barulah peneliti mulai menyusun rencana pelaksanaan tindakan. Kemudian
disusunlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan kegiatan pra siklus . Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sidomulyo 01 Batu kelas
III dengan jumlah siswa 22 anak, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan
.Pada Standar Kompetensi, memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang, Kompetensi
Dasar Memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Adapun indikator yang ingin
dicapai antara lain: (1) mendefinisikan tentang kegiatan jual beli, (2) menyebutkan tempat –
tempat jual beli di lingkungan sekitar siswa, (3) mengidentifikasi syarat-syarat terjadinya
kegiatan jual beli, (4) menjelaskan macam-macam pasar berdasarkan jenis barang yang dijual,
(5) membedakan pasar tradisional dengan pasar modern. Metode yang kami rencanakan antara
lain (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) bermain peran (4) diskusi.
1112
ISBN: 978-602-1150-17-7
Adapun langkah –langkah pembelajarannya terdiri dari (1) kegiatan awal yaitu salam
pembuka dan do‟a bersama dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. (2) Kegiatan Inti meliputi
(a) Eksplorasi, Bertanya jawab tentang materi sebelumnya, (b) Elaborasi, setiap kelompok
membuat rancangan untuk sebuah drama yang menggambarkan keadaan di sebuah tempat
terjadinya kegiatan jual beli, Setiap kelompok harus menentukan peran sebagai pembeli,
penjual, dan menyiapkan barang-barang yang akan diperjualbelikan, Setiap kelompok praktek
bermain peran dalam kegiatan jual beli yang sudah dirancang dan kelompok lain mengamati,
Setiap kelompok melakukan presentasi hasil pengamatannya secara bergantian, dan
memberikan tanggapan berupa pertanyaan dan saran melalui lembar kerja siswa, Setelah
mendapat tanggapan, setiap kelompok menyempurnakan rancangannya dan membuat
kesimpulan, (c) Konfirmasi, Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan diketahui
siswa, Guru bertanya jawab untuk meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan
serta membantu siawa menyimpulkan materi.
Untuk pengembangkan media pembelajaran, dengan menyiapkan segala kebutuhan
untuk bermain peran misalnya ikat kepala yang bertuliskan penjual, pembeli, kasir, pramuniaga,
nama dada dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan gambar-gambar yang menunjukkan beberapa
tempat jual beli seperti toko elektronik, mini market, pasar, koperasi sekolah, kantin sekolah,
toko mainan , café , apotek dan lain-lain.
Sumber belajar yang digunakan antara lain, buku siswa Buku IPS Kelas III (BSE),
Identitas untuk keperluan bermain peran, Gambar- gambar tentang kegiatan jual beli,
lingkungan sekitar siswa, Sumber lain yang relevan.
Adapun Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran ,dengan
menggunakan Teknik Penilaian Pengamatan dan tes tertulis dengan menggunakan Prosedur
Penilaian
yaitu Penilaian Proses dan penilaian Hasil belajar.
Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai
observer (pengamat). Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi.
Aspek-aspek yang diamati meliputi,(a) Kegiatan guru selama di kelas yang menerapkan metode
bermain peran (b) Kegiatan siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik
kegiatan secara kelompok maupun kegiatan individu.
Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Sidomulyo 01
Batu dengan materi,
Standar Kompetensi, memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
Kompetensi Dasar, memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, tanggal 24 dan 31 Maret 2016 pada jam 1-3 yaitu
dimulai pada pukul 07.15 -09.00. Pada pertemuan I kegiatan awal guru mengawali dengan
salam, doa presensi siswa dan pembiasaan. Kemudian dilanjutkan kegiatan apersepsi dengan
mengajak siswa melakukan tanya jawab kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya
yaitu tentang materi barter.
G: anak-anak masih ingatkah kalian dengan pelajaran minggu lalu?
S: masih bu…barter…
G: apakah barter itu?
S: kegiatan tukar menukar barang dengan barang
G: bagus, kalau begitu sekarang akan kita lanjutkan dengan materi kegiatan jual beli.
Berdasarkan dialog di atas, terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan prasyarat
untuk belajar materi”kegiatan jual beli”. Pada kegiatan inti guru mulai dengan melakukan
langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah
direncanakan yaitu; (1) menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas tentang
1113
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
kegiatan jual beli, namun sebelumnya siswa sudah diberi tugas untuk mengamati kegiatan jual
beli di sekitar tempat tinggalnya, selanjutnya merencanakan bersama kelompoknya menyusun
rencana memainkan peran pada kegiatan jual beli yang sudah diamatinya.
G: anak anak hari ini kita akan mempelajari materi kegiatan jual beli, sudahkah kalian
mengamati kegiatan jual beli yang ada di sekitarmu?
S: sudah bu…
G: di mana saja kamu bisa melihat kegiatan jual beli?
S : di toko bu…warung, kios, pasar, indomaret, apotek
G : bagus…artinya anak-anak sudah punya gambaran untuk memainkan peran seperti mereka
ya
Setelah itu dilanjutkan (2) penjelasan langkah-langkah bermain peran yang akan dilakukan
siswa di dalam kelas., (3) kelompok siswa secara bergiliran memainkan peran kegiatan jual beli,
ada 5 kelompok yang tampil, kelompok nusa memainkan peran jual beli di toko mainan,
kelompok bangsa memilih bermain jual beli di koperasi sekolah,kelompok bahasa di cafe,
kelompok nasional di kantin sekolah dan kelompok budaya bermain peran jual beli di
swalayan.(4) Sementara kelompok bermain peran, kelompok lain mengamati proses bermain
peran yang dilakukan temannya dengan mengisikan pada lembar kerja, (6) masing-masing
kelompok menyampaikan hasil pengamatannya., (7) siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, (8) kegiatan penutup ,guru merefleksi kegiatan
pembelajaran pada hari itu, dan memberikan motivasi pada siswa.
Pada pertemuan II kegiatan diawali dengan (1) salam, doa presensi siswa dan
pembiasaan, (2) apersepsi dilaksanakan bertanya jawab tentang materi pada pembelajaran
sebelumnya (3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kompetensi yang akan dicapai
dilanjutkan kegiatan Elaborasi, (4) Siswa memperhatikan guru mempersiapkan keperluan untuk
memerankan peran dalam kegiatan jual beli (5) Siswa bermain peran untuk melakukan kegiatan
jual beli dengan bimbingan guru,(6) Siswa bertanya jawab tentang hasil pengamatan dalam
kegiatan jual beli, (7) Siswa bertanya jawab tentang macam-macam pasar berdasarkan jenis
barang yang dijual, (8) Siswa dengan bimbingan guru membedakan pasar tradisional dan pasar
modern,. Dalam kegiatan Konfirmasi, (9) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami
dan diketahui siswa, (10) Guru bersama siswa menyimpulkan materi kegiatan jual beli, (11)
Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan materi kegiatan jual beli, (12) Guru memotivasi
siswa untuk lebih giat belajar, (13) Salam penutup.
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus I, yang dibantu oleh observer
ditemukan beberapa kelemahan antara lain, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena (1) banyaknya model yang
diperankan dalam proses pembelajaran (2) beberapa siswa sibuk dengan barang-barang yang
dibawanya karena guru menugaskan siswa membawa sendiri kelengkapan barang yang
diperjualbelikan. Belum selesainya proses pembelajaranpertemuan I, peneliti melanjutkan
proses pembelajaran pada pertemuan II, dengan mengambil salah satu bagian bermain peran
untuk ditampilkan kembali dengan skenario yang sudah ditentukanoleh guru. Pada pertemuan II
ini, ditemukan masih ada beberapa siswa yang kurang konsentrasi namun sebagian besar sudah
lebih fokus. Hal ini disebabkan, segala kebutuhan pembelajarn dipersiapkan sendiri oleh guru,
sehingga perhatian siswa terarah pada satu kegiatan. Dengan demikian siswa yang lain lebih
konsentrasi dan lebih fokus melakukan pengamatan terhadap kegiatan bermain peran yang
dilakukan. Walaupun demikian karena kegiatan post tes baru dilakukan pada akhir pertemuan II,
hasil belajar siswa menunjukkan masih belum sesuai yang diharapkan. Yakni dari 22 siswa,
1114
ISBN: 978-602-1150-17-7
yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM 7,0 adalah 14 siswa, sedangkan 8 siswa masih
berada di bawah KKM. Jadi pada pengamatan siklus I diperoleh data hasil ketuntasan belajar
siswa baru mencapai 63 %.
Refleksi
Yaitu kegiatan mengingat dan merenungkan kembali hasil proses pembelajaran,
kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan revisi dan rekonstruksinya, sebagai bahan dalam
melaksanakan tindakan selanjutnya.Secara garis besar kegiatan pokok yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah (1) Kegiatan sebelum ke lapangan, sebagai penjajagan awal tentang
lingkungan sekolah khususnya di kelas berhubungan dengan guru, siswa dan kepala sekolah. (2)
Proses penelitian kelas, dengan menggunakan prosedur pengamatan yang bersifat reflektif,
partisipatif dan kolaboratif dengan menggunakan tiga langkah pokok secara siklus.
Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, penulis menggunakan dua siklus
sebagai upaya untuk perbaikan tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi
kegiatan jual beli.
Setelah dilakukan diskusi antara peneliti, observer dan nara sumber, berdasarkan hasil
observasi dan tes formatif pada siklus I, karena masih banyak anak yang belum mencapai target
kompetensi yang diharapkan maka perlu disusun rencana tindakan pada siklus kedua. Dengan
harapan agar (1) motivasi dan tingkat keaktifan belajar siswa meningkat, sehingga da (2) dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk itu peneliti kembali menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus II.
Siklus II
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu pada siklus II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 07 April 2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Perencanaan :
Pada tahap perencanaan ini peneliti bertolak dari temuan yang terjadi pada siklus I yaitu
hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran IPS materi kegiatan jual Beli, masih belum juga
memuaskan, masih ditemukan 8 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya
peneliti menemukan beberapa alasan terkait hasil belajar siswa yang masih rendah. Salah
satunya adalah kegiatan pembelajaran pada siklus I masih kurang optimal sehingga ada
beberapa siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini antara lain
disebabkan adanya model bermain peran yang masih tradisional dan banyak dijumpai anak
sehari-hari sehingga kurang menarik. Untuk itu peneliti mencoba mengubah model bermain
peran yang berbeda yaitu menunjukkan kegiatan jual beli yang lebih lengkap, bersih, rapi
seperti yang terjadi di pasar modern atau swalayan. Agar hasil belajar mengenal jual beli pada
siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu semakin meningkat. Dan peneliti mulai menyusun
kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II dengan sedikit mengubah
RPP yang sudah disusun sebelumnya. Adapun perubahan yang peneliti lakukan adalah pada
indikator pembelajaran menjadi, menjelaskan macam-macam pasar,membedakan pasar
tradisional dengan pasar modern.
Langkah-langkah pembelajarannya terdiri dari (1) kegiatan awal yaitu salam pembuka
dan do‟a bersama dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa, (2) Kegiatan Inti meliputi (a)
Eksplorasi, menyanyikan sebuah lagu tentang jual beli, bertanya jawab tentang materi
sebelumnya,
G: anak –anak tentu masih ingat dengan kegiatan pembelajaran kita minggu lalu bukan?
S: iya bu… bermain peran jual beli di koperasi sekolah, di kantin, di swalayan…
1115
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
G: pinter… anak-anak agar kalian lebih paham dengan materri yang kita pelajari, hari ini kita
akan mencoba bermain peran lagi kegiatan jual beli yang lebih menarik ya…
S: main drama lagi bu…?
G: ya anak-anak…
S: asyik…
Berdasarkan dialog di atas anak terlihat cukup antusias dengan kegiatan bermain peran.
Dilanjutkan kegiatan berikutnya yaitu (b) Elaborasi, siswa diajak menuju tempat jual beli yang
sudah disiapkan oleh guru, siswa memperhatikan petunjuk guru untuk mengamati dan
melakukan transaksi jual beli pada tempat tersebut, Setiap kelompok mendiskusikan kegiatan
yang sudah dilakukan dan mengisikan pada lembar kerja kelompok, Setiap kelompok
mempresentasikan hasil kegiatannya secara bergantian, setiap kelompok menyempurnakan hasil
kerja kelompoknya dan membuat kesimpulan, (c) Konfirmasi, Guru bertanya tentang hal-hal
yang belum dipahami dan diketahui siswa, Guru bertanya jawab untuk meluruskan kesalah
pahaman dan memberikan penguatan serta membantu siswa menyimpulkan materi, (3)
evaluasi,(4) penutup.
Untuk pengembangan media pembelajaran, peneliti menyiapkan segala kebutuhan
untuk bermain peran misalnya, membuat tempat jual beli yang ditata sedemikian rupa
menyerupai sebuah swalayan, membuat ikat kepala yang bertuliskan penjual, pembeli,
pramuniaga, kasir, dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan gambar-gambar yang menunjukkan
beberapa tempat jual beli seperti toko elektronik, mini market, pasar, koperasi sekolah, kantin
sekolah, toko mainan , cafe , apotek dan swalayan.
Sumber belajar yang digunakan antara lain, buku siswa Buku IPS Kelas III (BSE),
Identitas untuk keperluan bermain peran, Gambar- gambar tentang kegiatan jual beli,
lingkungan sekitar siswa, sumber lain yang relevan.
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran ,dengan
menggunakan teknik penilaian Pengamatan dan tes tertulis. Prosedur Penilaian menggunakan
penilaian proses dan penilaian hasil belajar.
Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai
observer (pengamat). Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi.
Aspek-aspek yang diamati meliputi,(a) Kegiatan guru selama di kelas yang menerapkan metode
bermain peran (b) Kegiatan siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik
kegiatan secara kelompok maupun kegiatan individu.
Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Sidomulyo 01
Batu dengan materi mengenal kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
Dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, tanggal 07 pada jam 1-3 yaitu
dimulai pada pukul 07.15 -09.00. Pada kegiatan siklus II ini, kegiatan awal yang dilakukan guru
adalah mengawali dengan salam, doa, presensi siswa dan pembiasaan. Kemudian dilanjutkan
kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu yang liriknya diganti
berkaitan dengan materi jual beli untuk menarik konsentrasi siswa. Pada kegiatan inti guru
mulai dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sudah direncanakan yaitu; (1) menyampaikan informasi tentang materi yang
akan dibahas tentang kegiatan jual beli sebagai kelanjutan dari pembelajaran sebelumnya. (2)
penjelasan langkah-langkah bermain peran yang akan dilakukan siswa di dalam kelas., (3)
kelompok siswa memainkan peran kegiatan jual beli sebagaimana skenario yang sudah
dipersiapkan sebelumnya ,(4) setiap kelompok mendiskusikan kegiatan yang sudah dilakukan
dan menuliskan pada lembar kerja, (6) masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
1116
ISBN: 978-602-1150-17-7
kelompoknya., (7) siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran,
(8) evaluasi, (9) kegiatan penutup ,guru merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu, dan
memberikan motivasi pada siswa.
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus II, yang dibantu oleh observer
ditemukan beberapa hal antara lain, siswa lebih banyak yang aktif mengikuti proses
pembelajaran walaupun ada beberapa yang kurang konsentrasi, Siswa sebagian besar bisa
melakukan transaksi jual beli pada sebuah swalayan atau pasar modern, siswa juga dapat
memerankan perannya sebagai tokoh yang menjadi pelaku dalam jual beli dengan baik, hal ini
disebabkan karena (1) rata-rata siswa sudah terbiasa melakukan jual beli di swalayan atau
sejenisnya (2) kegiatan pembelajaran cukup menarik karena siswa melakukan seperti jual beli
yang terjadi sesungguhnya. Pada pertemuan II ini, ditemukan juga ada beberapa siswa yang
kurang konsentrasi. Hal ini disebabkan, kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif, terlihat
beberapa anak tidak mengikuti proses kegiatan, suasana kelas yang ramai menyebabkan anakanak tertentu tidak melakukan apa-apa. Walaupun demikian pada kegiatan post tes yang
dilakukan pada akhir pertemuan siklus II sudah mengalami peningkatan, hasil belajar siswa
menunjukkan ,yakni dari 22 siswa, yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM 7,0 adalah 19
siswa, sedangkan 3 siswa masih tetap di bawah KKM. Jadi pada pengamatan siklus II diperoleh
data hasil ketuntasan belajar siswa mencapai 86 %. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran
berbantuan bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar kegiatan jual beli pada siswa kelas
III SDN Sidomulyo 01 Batu.
Refleksi
Setelah dilakukan diskusi antara peneliti, observer dan nara sumber, berdasarkan hasil
observasi dan tes formatif pada siklus II, sudah banyak anak yang mencapai target kompetensi
yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas III SDN sidomulyo 01, terutama pada materi kegiatan jual beli. Hal ini disebabkan,
(1) motivasi dan tingkat keaktifan belajar siswa meningkat, (2) dengan demikian dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. (3) siswa terbawa dalam situasi nyata
sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil belajar
yang dicapai siswa pada siklus II meningkat dari 63 % menjadi 86 % sudah mencapai
ketuntasan belajar yaitu di atas KKM 7,0 maka peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus
berikutnya.
PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti pada kegiatan pembelajaran
melalui simulasi bermain peran dilakukan dalam 2 siklus. Kegiatan pembelajaran dengan
bermain peran ini diterapkan pada mata pelajaran IPS kelas III khususnya materi kegiatan jual
beli. Dalam metode Bermain Peran (Role Playing) adalah berperan atau memainkan peranan
dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk
permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan
nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain
(Depdikbud, 1964:171). Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( Badudu- Zain,84) Bermain Peran
atau Role Playing adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang
menyenangkan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Prof. Dr. H. Endang Komara,
M.Si menyatakan, Bermain Peran adalah Kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar
manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor
1117
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Oleh karena itu dalam
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran cukup banyak melibatkan siswa
dalam aktivitas pembelajaran.
Untuk mengukur hasil belajar siswa dilakukan penilaian proses pada saat pembelajaran
dan penilaian hasil pada akhir pembelajaran. Indikator penilaian proses meliputi keaktifan,
kerjasama dan kreativitas siswa. Sedangkan penilaian hasil sesuai dengan indikator yang ingin
kita capai berkaitan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan kriteria penilaian di atas
keaktifan,kerjasama dan kreativitas siswa semakin meningkat pada setiap siklus. Begitu pula
pada hasil belajar siswa yang meningkat dari siklus ke siklus. Penelitian tindakan kelas sejenis
pernah dilakukan oleh Pesta Linda Togatorop SDN 04 Pasir Panjang Palang Karaya,
Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa dengan bermain peran mampu meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III. Begitu juga yang telah
dilakukan oleh peneliti, kegiatan pembelajaran dengan bermain peran ini yang diterapkan pada
mata pelajaran IPS kelas III khususnya materi kegiatan jual beli, pada pelaksanaan tindakan
siklus I dan siklus II diperoleh adanya peningkatan hasil belajar dari sebelumnya. Semula siswa
yang mencapai hasil belajar sebanyak 8 siswa dari keseluruhan siswa sebanyak 22 anak artinya
hanya 30% saja yang mampu mencapai ketuntasan belajarnya. Pada siklus I setelah adanya
tindakan maka ketuntatasan hasil belajar menjadi 63 % yaitu sebanyak 14 siswa dari 22 siswa
yang mencapai nilai di atas KKM. Sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa
meningkat lagi menjadi 86% yaitu 19 siswa dari 22 siswa yang mampu mencapai nilai hasil
belajar di atas KKM yang ditentukan 7.0.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dari kedua siklus di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa, dengan kegiatan bermain peran siswa menjadi bersemangat dalam belajar, siswa juga
dapat melakukan kegiatan pembelajaran seperti situasi sebenarnya, sesuai dengan tingkat
berpikirnya yang konkrit. Dengan bermain peran ternyata juga dapat meningkatkan pemahaman
dan penguasaan siswa terhadap pelajaran IPS terutama pada materi kegiatan jual beli,
khususnya pada siswa kelas III di SDN Sidomulyo 01 Batu.
Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila
dirancang dengan baik dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun. Disamping guru harus lebih bervariatif dalam proses pembelajaran guna mewujudkan
pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).
Saran
Dalam meningkatkan wawasan dan keberhasilan pada pembelajaran, guru hendaknya
dapat membelajarkan siswa dengan model pembelajaran yang bervariasi sehingga lebih dapat
meningkatkan kemampuan dan hasil belajar yang kita harapkan, bersikap terbuka terhadap
masukan yang bersifat positif dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu ,guru
dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memilih dan menerapkan metode-metode
pembelajaran. Dengan demikian bermain peran dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Badudu, J S 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia
1118
ISBN: 978-602-1150-17-7
Corsini , (dalam Tatiek 92001:99) http://s1pgsd. blogspot.co.id/2012/1 /model pembelajaranrole playing.html?m=1
Dahar,2011, Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif, www.asikbelajar.com
(Depdikbud, 1964:171). http://s1pgsd.blogspot.co.id/2012/1/modelpembelajaranplaying.html?m=1
role
Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan
Jakarta: BP Cipta Jaya.
SD/MI.
file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/
Hermawan dkk,(2006:95), Metode PenelitianPendidikan Sekolah Dasar, Bandung:upi press
Mukhlis, (2000:3), Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Oja & Sumarjan (dalam Sugiarti,1997:8), 2013, 2013 Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Pembelajaran ,Dinas Pendidikan Provinsi Jawa timur dan Institut Riset dan
Pengembangan
Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif, www.asikbelajar.com
Sukayati, 2008 Penelitian tindakan kelas di SD,Yogyakarta Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1119
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MEMAHAMI MATERI TENTANG KEGIATAN EKSPOR IMPOR MELALUI
BROWSING DI INTERNET PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II ( DUA )
DI SDN SISIR 01 KOTA BATU TAHUN 2015 / 2016
Eni Wahyuningsih
SDN Sisir 01 Kecamatan Batu Kota Batu
[email protected]
Abstrak : kenyataan menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas VI SDN
Sisir 01 Kota Batu materi kegiatan ekspor impor masih rendah, dari 30 siswa nilai yang
mencapai KKM (79) hanya 20 siswa/67%. Siswa mengalami kesulitan memahami
materi, konsep-konsep IPS tidak diberikan secara berkaitan.Guru juga sulit dalam
membelajarkan materi, belum tepatnya metode yang diterapkan. Diperlukan metode
tepat, inovatif, membantu siswa mengembangkan konsep yang dimiliki dengan cara
mudah, sederhana dan menyenangkan. Dipilih metode Mind Mapping untuk
mengatasinya. Penelitian dilaksanakan di SDN Sisir 01 Batu dalam 2 siklus. Tujuan
penelitian (1) meningkatkan kemampuan memahami materi kegiatan eksporI pada siswa
kelas VI SDN Siair 01Batu. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan kurang baik hanya mencapai 50%, siklus 1
cukup baik 67%, pada siklus 2 menjadi baik mampu mencapai 94%.
Kata Kunci : Mind Mpping, browsing, kegiatan ekspor impor, hasil belajar.
Kontribusi pendidikan untuk memberi bekal dalam menghadapi tantangan di era global
sangat urgen dan mendesak dibutuhkan siswa. Dengan pembelajaran yang bermakna,
kompetensi siswa dapat berkembang secara optimal. Setiap mata pelajaran memiliki beberapa
kompetensi yang akan dicapai melalui proses pembelajaran yang bermutu unggul. Kompetensi
yang harus dikuasai siswa sudah tertuang dalam standar isi kurikulum yang meliputi tiga ranah,
yaitu intelektual, sikap, dan ketrampilan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Berbagai upaya optimal telah dilakukan guru untuk
menyajikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, atau lebih
dikenal dengan sebutan PAIKEM. PAIKEM mengindikasikan pembelajaran yang lebih unggul
dan tepat guna dalam pencapaian kompetensi pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru di
antaranya pemilihan beberapa metode dan tehnik pembelajaran yang tepat, pemilihan sumber
belajar yang menarik dan kaya informasi, sehingga dapat memacu siswa untuk belajar lebih
aktif dan kreatif agar siswa berperilaku ilmiah yang kritis ,kreatif, dan mandiri.
Menurut Depdiknas (2006:575) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan kritis, rasa ingin tahu,
menemukan sendiri, memecahkan masalah, dan keterampilan,
dalam kehidupan sosial. Namun kenyataannya konsep- konsep IPS tidak diberikan secara
berkaitan, sehingga sulit untuk mengingat materi yang diberikan. Untuk itu diperlukan metode
pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam mengingat materi yang dipelajarinya.
Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memengaruhi
berbagai bidang kehidupan. Melalui perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan ditemukan
produk- produk baru ataupun inovasi dari produk yang sudah ada menjadi produk yang baru,
yang ternyata dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu contoh adalah berbagai inovasi produk
1120
ISBN: 978-602-1150-17-7
coklat, seperti brownies coklat, aneka minuman dengan bahan dasar coklat, dan lain- lain.
Berkembangnya ilmu pengetahuan melahirkan teknologi untuk menghasilkan produk- produk
yang baru. Produk dari negara lain membanjiri Indonesia, mulai dari produk makanan, pakaian,
elektronik, dan kendaraan. Karenanya perlu diketahui barang- barang yang diimpor Indonesia
dari negara lain, dan barang- barang Indonesia yang di ekspor ke negara lain. Untuk
mendapatkan informasi lebih lengkap dan terbaru, siswa dapat mencarinya melalui kegiatan
browsing di internet. Internet sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi menjadikan dunia
semakin sempit, memudahkan setiap orang menemukan informasi tentang negara lain. Selain
itu internet juga menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh manusia modern
di seluruh dunia. Browsing di internet yang bisa dilakukan siapa saja yang melek teknologi
informatika termasuk para siswa, memungkinkan dia menemukan jawaban atas persoalan/
kebutuhan termasuk yang berkaitan dengan tugas sekolah.
Pembelajaran IPS di sekolah dasar dimulai dari lingkungan sempit yaitu diri sendiri
hingga lingkungan luas yaitu dunia. Karenanya seorang guru harus menguasai konsep- konsep
IPS, agar dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep- konsep IPS dan menuangkan
kembali ide- idenya. Metode belajar yang cocok untuk siswa sekolah dasar adalah melalui
pengalaman langsung, menghindari verbalisme, memberikan kedalaman makna dan pengertian
kepada siswa tentang topik yang dibahas. Salah satu model pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif model mind mapping. Pada penerapannya
siswa dibimbing untuk berani menuangkan idenya sendiri sebanyak banyaknya.
Berdasarkan hasil ulangan semester II, hasil yang dicapai siswa kelas VI SDN Sisir 01
pada materi kegiatan ekspor dan impor masih belum memenuhi harapan. Dari 30 siswa, nilai
yang di atas KKM (79) hanya 20 siswa, atau baru mencapai 67 %. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, baik dari pihak guru, siswa, maupun materinya. Dari faktor materi: (1)
materinya bersifat pengetahuan, fakta, dan data, yang harus diketahui luas dan banyak. (2)
konsep- konsep yang diberikan kepada siswa disampaikan terpisah- pisah. Dari faktor guru: (1)
dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa cepat
bosan dan kurang bersemangat dalam merespon dan berpartisipasi, (2) guru juga kesulitan
dalam menyampaikan materi ini karena banyak fakta dan data aktual yang harus diingat dan
dihafalkan agar dapat menyampaikan materi sesuai dengan kondisi nyata yang sedang terjadi.
Dari faktor siswa: (1) siswa mudah lupa dengan apa yang sudah diingat sebelumnya karena
pembelajarannya terbatas pada kegiatan membaca buku paket dan mendengarkan penjelasan
guru saja. (2) siswa merasa bosan dengan apa yang dipelajari karena hanya menghafalkan
konsep- konsep, (3) siswa kurang memperoleh kesempatan dalam mengembangkan ide dan
pikirannya.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi Kegiatan Ekspor
dan Impor siswa mengalami kesulitan memahami materi, sehingga prestasi belajar siswa kurang
baik. Di samping itu guru sendiri mengalami kesulitan dalam membelajarkan materi ini karena
belum tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan kondisi di atas perlu
dipikirkan cara untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya dengan mengubah metode
pembelajaran yang lebih tepat dan inovatif. Metode yang digunakan harus dapat menciptakan
kebebasan pada siswa dalam mengkreasikan dan mengembangkan hasil pikirannya untuk
belajar, memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengingat materi pelajaran yang telah
dipelajarinya, mengaktifkan siswa untuk belajar, menarik perhatian siswa dengan gambar dan
warna, membangkitkan antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa
lebih cepat menyelesaikan tugasnya. Selain itu guru juga harus dapat melaksanakan
pembelajaran yang berpusat pada diri siswa dan pola pikirnya. Siswa memerlukan bantuan
untuk mengembangkan konsep- konsep yang dimilikinya dengan cara yang lebih mudah,
1121
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
sederhana, cepat, dan menyenangkan. Untuk itulah metode pembelajaran Mind Mapping dipilih
untuk membantu siswa mengatasi kesulitannya tersebut.
Metode Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan hubungan
antar konsep dalam pembelajaran berupa pemetaan pikiran dimana informasi berupa materi
pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan yang menggunakan cabangcabang kata- kata. Gagasan mucul melalui bahasa imaginasi, gambar, diagaram, kode, simbol,
grafik, dan sebagainya (Buzan, 2005:41).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah suatu metode
pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan memadukan dan mengembangkan potensi
kerja otak yang terdapat di dalam diri siswa. Metode Mind Mapping ini memudahkan siswa
untk mengingat materi pembelajaran, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi,
membantu mengorganisasikan materi dengan memberikan wawasan baru.
Kelebihan penggunaan metode Mind mapping dalam pembelajaran IPS kelas VI SDN
Sisir 01 Batu, pada materi kegiatan ekspor impor yaitu (1) penggunaan gambar dan ilustrasi
dalam Mand Mapping bisa mengaktifkan otak kanan dan menyeimbangkan otak kirinya
(2)Mind Mapping membantu siswa untuk lebih mudah dalam menuangkan ide- idenya,(3) Mind
Mapp menunjukkan suatu pengelompokan informasi yang sangat jelas sehingga mudah diingat ,
(4) pusat Mind Mapp ada di tengah kertas sehingga menarik perhatian mata dan otak untuk
fokus, (5) memungkinkan siswa dapat melihat gambaran materi secara keseluruhan sekaligus
mengetahui permasalahnnya detail dalam waktu yang bersamaan,(6) mudah mendapatkan
informasi secara lengkap mengenai materi pembelajaran, (7) penggunaan warna spidol pada
Mind Mapping selain mampu mengaktifkan otak kanan anak juga bisa digunakan untuk
memetakan kemampuan siswa (8) informasi lebih mudah diingat karena terasosiasi dengan
informasi lain yang sudah diingatnya sehingga keterkaitan antara informasi menjadi jelas dan
sistematis.
Kelebihan metode Mind Mapping digunakan guru untuk memperkenalkan konsekonsep pada siswa kemudian dibuat suatu hubungan agar menyatu dan tidak terpisah - pisah,
konsep yang telah diterima dapat diingat siswa, sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna.
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat membimbing siswa untuk
tidak sekedar menghafal materi, tetapi juga mengingat materi, membimbing siswa secara aktif
untuk menghubungkan konsep dan pengetahuan awal secara utuh.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
permasalahannya:(1) Bagaimana pembelajaran IPS melalui metode Mind Mapping dapat
meningkatkan kemampuan memahami materi tentang kegiatan ekspor dan impor? (2) Apakah
metode Mind Mapping materi Kegiatan ekspor dan Impor dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk
meningkatkan kemampuan memahami materi kegiatan ekspor dan impor pembelajaran IPS
kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan metode Mind mapping, (2) untuk meningkatkan hasil
belajar IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu materi kegiatan ekspor dan impor menggunakan metode
pembelajaran Mind Mapping.
Manfaat penelitian dengan menggunakan metode Mind Mapping, bagi peneliti adalah:
(1) menemukan alternatif teknik pembelajaran yang lebih mudah meningkatkan kemampuan
mengembangkan materi IPS. (2) mendapatkan pengalaman berharga dalam berekplorasi
mengembangkan materi pembelajaran dengan dukungan teknologi informatika melalui kegiatan
browsing internet.
Bagi guru/ teman sejawat, manfaat yang didapat adalah: (1) sebagai inspirasi dalam
menggunakan metode pembelajaran yang lebih inovatif. (2) sebagai inspirasi dalam
1122
ISBN: 978-602-1150-17-7
memanfaatkan teknologi informasi/ internet. (3) mengatasi ketidak berhasilan pembelajaran IPS
yang banyak dikeluhkan guru karena pemilihan metode yang kurang tepat.
Manfaat penelitian bagi siswa: (1) dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. (2) memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan ide,
kreatifitas, dan pola pikir. (3) membantu siswa mengembangkan konsep materi IPS yang telah
dipelajari dengan cara lebih mudah dan cepat. (4) meningkatkan hasil belajar.
Bagi sekolah, manfaat dari penelitian ini adalah: (1) memberi sumbangsih kepada sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran hasil belajar siswa. (2) sebagai wahana peningkatan mutu
dan kreatifitas guru.
Untuk lebih memahami metode Mind Mapping, perlu dipelajari pengertian dari istilah
Mind Mapping. Menurut Buzan (dalam De Porter, dkk, 2005:175) Mind Mapping adalah
metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai,
catatan yang dibuat membentuk pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di
tengah dan subtopik serta perincian menjadi cabang- cabangnya. Metode mencatat ini
didasarkan pada penelitian tentang cara otak memroses informasi. Para ilmuwan mengetahui
bahwa otak mengambil informasi, gambar, pikiran, dan memisah- misahkannya dalam bentuk
linear. Saat otak mengingat informasi, bisanya dilakukan dalam bentuk gambar warna- warni,
simbol, dan perasaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran untuk
mempelajari konsep dengan memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat
pada diri siswa.
Berdasarkan pemahaman definisi Mind Mapping di atas, peneliti menyusun langkahlangkah pembuatan Mind Mampping: (1) guru menginformasikan materi pembelajaran yang
akan dipelajari, (2) siswa diberi satu konsep utama dari materi yang akan dipelajari ,(3) siswa
dibagi menjadi 6 kelompok , (4) siswa bersama kelompoknya menyiapkan materi yang telah
ditentukan guru dan gambar-gambar yang sesuai dengan materi, (5) siswa dan kelompoknya
membuat hubungan antar konsep atau cabang - cabang dari konsep utama yang telah diberikan,
(6) siswa membuat garis hubung/ garis lengkung untuk setiap cabang konsep yang telah dibuat
dengan menggunakan spidol warna warni agar menarik , (7) siswa mempresentasikan hasil
kerja kelompok, (8) siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Meningkatkan, adalah upaya yang dilakukan peneliti agar pemahaman siswa terhadap materi
kegiatan ekspor impor menjadi lebih baik, yang diukur dengan nilai hasil belajar melalui post
test di akhir siklus.
Kemampuan dimaksudkan sebagai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
siswa.
Kegiatan ekspor impor, adalah aktivitas menjual barang ke luar negeri dan membeli barang dari
luar negeri, khususnya yang dilakukan Indonesia.
Browsing internet, dimaksudkan sebagai upaya kreatif siswa dalam melengkapi informasi
tentang materi yang dipelajari dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping baik digunakan dalam semua
mata pelajaran. IPS sebagai salah satu pelajaran di sekolah dasar menggunakan metode mind
mapping ini membimbing siswa untuk tidak sekedar menghafal materi, tetapi juga mengingat
materi dan memahami materi, sehingga dapat secara aktif memikirkan hubungan antara konsepkonsep yang telah dipelajari pada pengetahuan awal secara utuh dan tidak terpisah- pisah.
Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Rosjidan 1996:2) adalah suatu proses yang
membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar
1123
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
mengajar yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mengikuti program pengajaran dalam
jangka tertentu. Pengertian belajar menurut Umar Malik (1980:28) bahwa “belajar adalah suatu
bentuk perubahan dan pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. Dapat disimpulkan bahwa, belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh lewat latihan dan pengalaman.
Belajar sebagai proses konstruksi (konstruksivisme), memberi kesempatan kepada
siswa untuk dapat mengkonstruksi (membangun) pengalaman lama yang berkembang melalui
pengalaman belajar sehingga terbentuk pengalaman baru. Pola pembelajaran IPS menekankan
pada unsur pendidikan dan pembekalan siswa. penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada
upaya menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak
pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal untuk
kehidupannya di dalam masyarakat dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi
pembelajaran IPS. Oleh karena itu rancangan pembelajaran diarahkan dan difokuskan sesuai
dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benarbenar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994). Berpijak dari filsafat
konstruksivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal. Dalam belajar siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari mengalami sendiri,
bukan hanya pemberian guru. Siswa hendaknya dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide- idenya.
Setiap mata pelajaran memiliki beberapa kompetensi yang akan dicapai melalui proses
pembelajaran yang bermutu unggul. Kompetensi yang harus dikuasai siswa sudah tertuang di
dalam standar isi kurikulum yang meliputi 3 ranah yaitu: intelektual, sikap, dan keterampilan.
Dengan pembelajaran yang bermakna kompetensi siswa dapat berkembang secara optimal
sekaligus sebagai modal menghadapi tantangan hidup dan kehidupannya kelak. Karena itu mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat, dalam memasuki masyarakat yang dinamis.
Peran guru sebagai fasilitator
Sntyasa (2005b) menyatakan, guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi
langsung sebagai perancang model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator
secara spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learner, disini guru
diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu
yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar
dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mempelajarinya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan mendeskripsikan
kemampuan memahami materi kegiatan ekspor dan impor serta peningkatan hasil belajar IPS
kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan metode mind mapping melalui browsing di internet. Yang
menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan jumlah siswa 30
anak, yang terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan. Adapun lokasi penelitian
tindakan kelas adalah SDN Sisir 01 yang berlamat di Jl. Arjuno 40 D kecamatan Batu kota Batu.
Peneliti menggunakan rancangan model spiral refleksi diri (Kemimis dan Mc. Taggart, 1988)
yang dimulai dengan perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi
(reflection). Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I dilakukan pada tanggal 12
Maret 2016, dan siklus II pada 12 April 2016.
1124
ISBN: 978-602-1150-17-7
Peneliti mengadakan penelitian di kelas VI SDN Sisir 01 Batu ini karena nilai siswa kelas VI
mata pelajaran IPS materi kegiatan ekspor dan impor masih ada yang di bawah KKM.terlihat
dari hasil nilai UH (ulangan harian) dari 30 siswa ,ada 10 siswa yang masih mendapat nilai di
bawah KKM ( 79 ).
Data yang dikumpulkan berupa data prestasi. Prestasi belajar dikaitkan dengan test hasil
belajar, pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan cara melakukan test yang dirancang guru
sesudah materi pelajaran diberikan .kegiatan observasi digunakan untuk mengumpulkan data
sebagai bahan untuk refleksi dan analisis.observasi selain dilakukan oleh guru peneliti juga
dibantu guru lain untuk mandapatkan data yang rinci dan akurat.
Indikator keberhasilan yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah 90%
siswa dari 30 siswa mengalami ketuntasan belajar.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata
pelajaran IPS dengan materi Kegiatan Ekspor Impor adalah 79. Jadi apabila 27 anak dari 30
anak memperoleh nilai 79 atau lebih maka target prestasi dikatakan berhasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, maka rancangan penelitian ini berupa
siklus, yang secara garis besar terdiri dari empat bagaian, yaitu perencanaan, tindakan/
pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Penerapan metode Mind Mapping dalam
pembelajaran IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu, dilaksanakan dalam 2(dua) tahap yaitu siklus I
dan siklus II. Adapun hasil penelitian yang diporoleh yaitu :
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Rencana Pelansanaan Pembelajaran (RPP), materi yang akan dipelajari oleh siswa yaitu materi
SK 3) Memahami Peranan Bangsa Indonesia di Era Global. KD 3.2) Mengenal Manfaat Ekspor
dan Impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa. Yang dikembangkan menjadi 6
indikator dan 6 tujuan pembelajaran.
Media yang akan digunakan dalam pembelajaran meliputi gambar-gambar komoditas
ekspor migas dan non migas Indonesia, dan gambar-gambar barang impor yang dibeli Indonesia
dari negara lain yang mereka dapatkan dari internet.
Langkah berikutnya peneliti menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa) materi tentang
kegiatan ekspor dan impor dengan menggunakan metode Mind Mapping yang dikerjakan secara
berkelompok . Selain itu peneliti juga membuat lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa
dalam pembelajaran.setelah pembelajaran berakhir , peneliti melakukan koordinasi kepada
obsever untuk membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dan melakukan koordinasi
untuk. perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan / tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I sesuai dengan RPP dengan menggunakan tehnik
Mind Mapping, pada hari Sabtu, tanggal 12 Maret 2016, dengan materi kegiatan tentang Ekspor
Impor. Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, peneliti bertindak sebagai guru, berkaloborasi
dengan guru IPS kelas V. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan menggunakan metode Mind
Mapping. Tahap pertama diawali oleh peneliti membuka pelajaran dengan apersepsi, tanya
jawab antara siswa dan guru tentang materi ekspor dan impor.
G: anak –anak...yang rumahnya jauh tadi berangkat sekolah naik apa ?
S: diantar naik sepeda motor...Bu ! naik mobil...Bu !
G: makanan cepat saji apakah yang mudah kita temui di Food Center..?
1125
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
S: KFC..MC D..Burger..Pizza .. Bu!
G:Tahukah kalian..? barang-barang yang kalian sebutkan tadi berasal dari negara mana?
S: Jepang..Korea..Amerika Serikat..
G:masih banyak produk impor yang bisa kita jumpai setiap saat di lingkungan kita..hari ini kita
akan belajar tentang kegiatan ekspor dan impor..
Berdasarkan dialog tersebut, nampak bahwa siswa sudah memahami materi prasyarat
kegiatan ekspor dan impor. Guru juga menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran, siswa memperhaikan penjelasan guru dengan tentang tujuan pembelajaran dan
tugas yang harus dikerjakan siswa.
Pada kegiatan inti, guru melakukan eksplorasi dengan siswa melalui gambar-gambar
yang ditunjukkan tentang kegiatan ekspor impor, agar siswa memiliki pemahaman yang benar
tentang kegiatan ekspor dan impor. Selanjutnya guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok ,
masing - masing kelompok terdiri dari 6 siswa.
Pada tahap elaborasi, guru memulai membuat Mind Mapping di papan tulis dengan cara
menempelkan sebuah gambar tentang kegiatan ekspor impor sebagai gagasan sentral di tengah
papan tulis, dengan menuliskan konsep utama akan memudahkan siswa dalam membuat sub
konsep atau cabang cabang dari konsep. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas kelompok selama
30 menit. Dalam kegiatan ini siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat Mind
Mapping tentang kegiatan ekspor dan impor. Siswa membuat beberapa cabang dari konsep
utama yang diberikan , membuat garis , gambar dan warna pada Mind Mapp. Selama kegiatan
berlangsung siswa tampak senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran ,juga tampak lebih
kreatif karena dengan menggunakan Mind Mapp siswa dapat menuangkan idenya melalui
gambar dan tulisan yang menggunakan spidol warna warni. Guru melakukan konfirmasi dengan
menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa berkaitan dengan kegiatan ekspor dan
impor.
Pada akhir siklus1, guru melakukan penguatan materi dengan cara memberikan
dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Di
samping itu guru mendorong siswa untuk mencari informasi tentang kegiatan ekspor impor dari
internet, untuk meningkatkan pemahamannya. Selanjutnya siswa mengerjakan soal post test
yang dikerjakan secara individu.
Pengamatan
Pada tahap ini guru peneliti meminta bantuan pada guru lain sebagai pengamat yang
membantu mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh guru peneliti selama
pembelajaran berlangsung. Dari catatan kaborator, diperoleh informasi tentang kegiatan tanya
jawab antar siswa, Salah satu catatan tanya jawab yang disampaikan siswa adalah: “ sebutkan 5
barang ekspor dan 5 barang impor Indonesia!” Diperoleh jawaban dari mayoritas siswa lain :” 5
barang ekspor Indonesia adalah: gas alam cair, kayu lapis, kopi, ikan, dan kain batik. 5 barang
impor Indonesia adalah: mobil, barang elektronik, mesin- mesin, gula, dan beras.” pada tahap
ini guru juga mengobservasi kesulitan siswa dalam membuat Mind Mapping, melakukan
pengumpulan data dan menghitung prosentase tingkat keberhasilan hasil belajar.
Refleksi
Tahap refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran dilakukan peneliti. Pada tahap ini
peneliti dan guru kolaborator sekaligus sebagai obsever berdiskusi untuk menemukan
kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran, pada kegiatan refleksi yang dilakukan
ditemukan beberapa hambatan yang terjadi selama PBM sebagai berikut : 1) siswa belum
semuanya bisa menuangkan ide-idenya dalam lembaran Mind Mapp, 2) pembagian anggota
1126
ISBN: 978-602-1150-17-7
kelompok masih belum merata kemampuannya sehingga ada kelompok yang cepat dalam
menyelesaikan tugas dan ada yang lambat, 3) belum semua siswa mampu mencari materi
melalui browsing internet sehingga masih miskin konsep, 4) guru kurang terampil dalam
memberikan motivasi, 5) guru masih kurang dalam pengorganisasian alokasi waktu, 6)
kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran secara mandiri perlu ditingkatkan, 7)
dari hasil ulangan harian guru memperoleh data bahwa siswa yang mencapai nilai diatas KKM
baru 20 siswa ( 67%) atau masih ada 10 anak (33%) yang belum KKM.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa pembelajaran pada siklus I masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus II, antara lain: 1) guru
memperbanyak kegiatan yang melibatkan siswa dalam pembuatan mind mapp, 2) pembagian
kelompok dilakukan dengan bimbingan guru agar kemampuan siswa dalam setiap kelompok
lebih merata, 3) guru membimbing siswa browsing internet untuk mencari dan menemukan
materi yang dibutuhkan, 4) guru lebih intensif dalam memberi motivasi kepada siswa agar lebih
antusias dalam mengikuti pembelajaran, 5) guru lebih disiplin dalam pengorganisasian waktu
agar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, 6) guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan secara mandiri, 7) siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 94% atau
sebanyak 28 siswa.
Siklus II
Perencanaan tindakan siklus II berdasarkan refleksi pada tahap I. Kegiatan perencanaan
pada tahap ini dilakukan sebagai berikut : peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ) dengan menerapkan metode Mind Mapping. Peneliti menyiapkan
rangkuman materi tentang Kegiatan Ekspor dan Impor, kemudian menyiapkan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran yaitu gambar - gambar Kegiatan Ekspor dan Impor .
Selanjutnya peneliti juga membuat Lembar Kerja siswa ( LKS ) yang dikerjakan secara
berkelompok dengan materi Kegiatan Ekspor dan Impor, serta menggunakan metode Mind
Mapping. Pada bagian akhir peneliti membuat test akhir untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II disusun dengan memperhatikan revisi siklus I yang telah
disusun, sehingga kekurangan siklus I tidak terulang pada siklus II. jadwal pertemuan siklus II
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 9 April 2016. Dalam pelaksanaan ini peneliti
menyampaikan materi kegiatan tentang Ekspor Impor dengan menggunakan metode Mind
Mapping. Bertindak sebagai pengamat adalah 9 orang peserta Diklat KTI dan seorang
pembimbing. Adapun tujuannya adalah untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran
dengan metode Mind Mapping, membuat catatan tentang kelebihan- kelebihan dan kekurangankekurangan metode Mind Mapping pada proses pembelajaran tersebut. Hasil pengamatan
dengan catatan- catatan yang dibuat para pengamat dan pembimbing itu nantinyadiharapkan
akan lebih menyempurnakan keahlian peneliti dalam mengembangkan metode pembelajaran
Mind Mapping. Terutama dalam menyempurnakan tindakan siklus I dengan mencapai targettarget perbaikan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Tahap pertama siklus II diawali oleh guru membuka pelajaran dengan apersepsi,
melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Guru memberi motivasi
kepada siswa tentang pentingnya memahami kegiatan ekspor dan impor, bahwa dengan
memahaminya siswa akan mengerti produk yang baik, berkualitas, serta lebih menghargai
produk dalam negeri.
1127
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada kegiatan inti, guru melakukan eksplorasi dengan memberikan penjelasan kepada
siswa tentang kegiatan ekspor dan impor sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa di dunia. Guru
menunjukkan gambar-gambar tentang kegiatan ekspor impor yang diperoleh baik dari buku
sumber, media cetak lainnya, maupun hasil browsing internet, dengan tujuan agar siswa
memiliki pemahaman yang lebih baik dan benar tentang kegiatan ekspor dan impor. Selanjutnya
guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing - masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Dalam proses pembagian kelompok, guru menentukan penempatan siswa- siswa yang memiliki
kemampuan lebih menonjol dari lainnya, sehingga kemampuan tiap kelompok akan lebih
merata.
Pada tahap elaborasi, guru menugasi siswa secara kelompok untuk membuat Mind
Mapping di kertas asturo dengan menggunakan spidol warna- warni. Teknis/ langkah- langkah
pembuatan Mind Mapping: 1) guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan
dipelajari, yaitu tentang kegiatan ekspor dan impor, 2) guru memberi siswa satu konsep utama
tentang kegiatan ekspor impor yang ditulis di tengah kertas yang telah disiapkan masingmasing kelompok, 3) siswa memberi gambar dan warna tentang barang ekspor dan impor yang
telah disiapkan sebelumnya, 4) siswa dalam kelompoknya membuat hubungan antar konsep atau
cabang- cabang dari konsep utama yang telah diberikan, 5) siswa membuat garis hubung untuk
setiap konsep yang telah dibuat dengan disertai gambar, 6) setiap siswa memberikan warna
sesuai warna spidol yang dipegangnya dengan maksud: a) menandai ide masing- masing
(dengan warna spidol yang berbeda), b) memudahkan guru memberi nilai kepada setiap siswa
berdasarkan ide yang dituangkannya, c) produk Mind Mapp yang dihasilkan setiap kelompok
menjadi lebih semarak dan hidup sehingga dapat menambah energi serta gairah para siswa
untuk menyelesaikannya dengan antusias.
Setelah setiap kelompok menyelesaikan tugasnya membuat Mind Mapp tentang
kegiatan ekspor impor, guru meminta setiap kelompok yang diwakili oleh 2 orang anggotanya
mempresentasikan hasil kerja kelompok pembuatan Mind Mapp. Kelompok lain menanggapi
dengan cara mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan pendapat dengan memberikan data
atau informasi yang berbeda. Langkah selanjutnya, guru bersama siswa secara klasikal
menyimpulkan hasil diskusi.
Pada akhir siklus II, guru melakukan penguatan materi dengan cara memberikan
dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh guru.
Selanjutnya siswa mengerjakan soal post test yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui
daya serap siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus II. Siswa tampak antusias dalam
mengerjakan soal tes, yang menunjukkan bahwa pemahaman mereka meningkat setelah
mengikuti pembelajaran siklus II. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa
meningkat, dan rata-rata nilai siswa yang berada di atas KKM mengalami dari 76% menjadi
94%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran siklus II dapat meningkatkan kemampuan
siswa secara maksimal.
Pengamatan/ Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru serta aktivitas siswa beserta kelompoknya dalam proses pembuatan
Mind Mapping. Hasil pengamatan observer terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan
guru dengan menggunakan metode Mind Mapping mampu menuntaskan materi pembelajaran
kegiatan ekspor impor. Guru berperan aktif selama proses pembelajaran sebagai fasilitator,
namun demikian siswa tetap dominan dalam menyelesaikan tugas pembuatan Mind Mapping.
Selain mengadakan pengamatan terhadap aktivitas guru, observer juga mengadakan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping.
1128
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
Mind Mapping mendapat respon yang sangat baik dari siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
antusiasme yang tinggi hampir seluruh siswa, serta nilai hasil tes yang meningkat.
Refleksi
Tahap refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dilaksanakan, untuk memberikan
apresiasi kepada peneliti berkaitan dengan jerih payah peneliti untuk mengembangkan metode
Mind Mapping dalam menyampaikan materi pembelajaran kegiatan ekspor impor kepada siswa
kelas VI di SDN Sisir I Batu, dengan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
keberhasilan pada siklus II mencapai 94%, dibanding tingkat keberhasilan pada siklus I yang
baru mencapai 76%.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu tahun pelajaran 2015/
2016 yang dilakukan dalam dua siklus, membuktikan bahwa penerapan metode mind mapping
dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam memahami materi tentang kegiatan ekspor
impor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan, dari 30 siswa hanya
ada 15 siswa atau 50% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Meningkat pada siklus I
menjadi 24 siswa atau 76%. Pada kegiatan siklus II meningkat menjadi 28 siswa atau 94%.
Penerapan mind mapping dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dari segi proses
maupun hasil yang dilakukan peneliti sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009).
Peningkatan mutu pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping pada siswa klas
VI SDN Sisir 01 karena metode mind mapping mampu memotivasi siswa untuk mengeksplorasi
potensi diri karena anak memperoleh kebebasan dalam menuangkan ide- idenya kreatifitasnya
sendiri. Penerapan metode mind mapping mendorong siswa untuk aktif, antusias, dan
ketertarikan kepada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru. Penggunaan mind
mapping membantu guru menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran siklus II, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat
meningkatkan aktivitas dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, 2)
meningkatkan prestasi belajar siswa, dari rata- rata keberhasilan 76% menjadi 94%.
SARAN
Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran yang
dapat menjadi pertimbangan untuk kemajuan proses belajar mengajar di SDN Sisir 01 Batu: 1)
guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang inovatif seperti menggunakan metode Mind
Mapping, 2) guru menggunakan metode Mind Mapping dalam menyampaikan materi yang lain,
3) diharapkan siswa menyadari bahwa prestasi belajar dapat meningkat jika siswa aktiv dalam
mengikuti proses pembelajaran dan berani menuangkan ide- idenya.
DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Tony.2006 Mind Mapp Untuk Kreatifitas. Jakarta GramediaPustaka Utama
Hasibuan,2006. Proses Belajar Mengajar: Bandung: PT Remaja Rosdakarya
1129
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kasbolah, Kasihani. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Depppdikb
Rachnan, Saiful. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Tulis Ilmiah
Solihatin, Entin, Raharjo 2008,Cooperative learning analisis Model
Jakata. Bumi Aksara
1130
Pembelajaran IPS.
ISBN: 978-602-1150-17-7
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN ZIGSAW SISWA KELAS IV SDN SISIR 01 BATU
Sulistyowati
Abstrak: Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas, dalam
penerapannya terkadang kurang menarik siswa dalam belajar sehingga siswa kurang
menyukai, pasif di dalam kelas, tidak mau menggali lebih dalam lagi pelajaran IPS yang
diterimanya. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa 9 dari 20 siswa kurang dari
KKM yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS tersebut. Metode
pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam upaya mencapai kesuksesan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan
dikelas IV SDN SISIR 01 Batu dalam pelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model jigsaw berdampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian nilai
pada siklus I dengan rata-rata nilai 73,5% dengan ketuntasan belajar sebesar 70 % atau
14 siswa dari 20 siswa dan Pada siklus II nilai rata-rata 7,7 % dengan ketuntasan belajar
siswa mengalami peningkatan 90 %.
Kata kunci: Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Jigsaw
Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah di capai siswa
dalam penguasaan tugas tugas atau materi pelajaran yang di terima dalam jangka waktu tertentu.
Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat
dibandingkan dalam satu kriteria ( Prakosa, 1991). Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4),
mengemukakan bahwa Prestaasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbul angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.menurut Dewa Ketut Sukardi
(1983:51) menyatakan “untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang
dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
ukuran keberhasilan kegiatan belajar dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode
tertentu. Menurut dimyati Mahmud ( 1989 : 84-87 ) menyatakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa mencangkup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu ssendiri, yang terdiri dari N. Ach
(Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untuk untuk berprestasi.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa
sarana prasarana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, ssekolah maupun lingkungan
masyarakat.
Menurut pendapat Rooijakkers yang diterjemahkan oleh Soenoro ( 1982:30)
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari faktor si pelajar dan
faktor si pengajar. Faktor dari si pelajar (siswas) ini meliputi motivasi, perhatian pada mata
pelajaran yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan
menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.
Faktor dari si pengajar (guru) ini meliputi kemampuan membangun hubungan dengan si pelajar,
kemampuan menggerakkan minat pelajar, kemampuan menberikan penjelasan, kemampuan
menyebutkan pokok – pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada
pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari
1131
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pendapat Rooijakkers tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diberikan
kesimpulan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari si
pelajar dan faktor yang berasal dari si pengajar (guru)
Hal ini juga terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di dalam
kelas secara klasikal melalui metode ceramah di sekolah dimana dalam penerapannya kurang
menarik siswa dalam belajar sehingga siswa kurang menyukai, pasif di dalam kelas, tidak mau
menggali lebih dalam lagi pelajaran IPS yang diterimanya, dan pelajaran dianggap
menjenuhkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa 9 dari 20 siswa kurang dari KKM
yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS tersebut.
Semua pendidik pasti menginginkan siswanya mencapai prestasi yang maksimal. Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa maka dalam proses pembelajaran guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran itu antara lain dari siswa
diberi tahu menuju siswa mencari tahu, dari guru sebagai satu – satunya sumber belajar menjadi
belajar berbasis aneka sumber, dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada siswa.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis mencoba untuk menemukan mengidentifikasi
masalah dan mencari pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Dari proses pencarian
yang telah dilakukan terdapat salah satu model pembelajaran yang menarik bagi peneliti untuk
diterapkan dalam pembelajaran materi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi
komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dengan model pembelajaran “
Jigsaw “ .
Jigsaw merupakan teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini
mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Dimana dalam pelaksanaannnya
diawali denga pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru, dimana guru bisa menulis topik
yang akan dipelajari di papan tulis ataupun ditayangkan kelalui LCD. Guru menanyakan kepada
siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut.Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan
untuk mengaktifkan skemata atau struktur konitif siswa agar lebih siap menghadapi kegiatan
pempelajaran yang baru.
Metode Jigsaw ini terdiri dari 5 langkah yaitu 1) Guru membagi kelas menjadi
kelompok – kelompok lebih kecil yang disebut home teams (kelompok asal). Jumlah kelompok
bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Misal, topik yang di
sajikan adalah metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep heuristik,
kritik,interpretasi dan historiografi, maka kelompok terbagi menjadi 4.jika dalam kelas terdiri
dari 40 siswa maka satu kelompok ada 10 siswa. Keempat kelompok itu adalah kelompok
heuristik, kelompok kritik, kelompok interpretasi dan kelompok histeriograf. 2) setelah
kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap – tiap kelompok. 3)
Setiap siswa dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang
diterimanya dari guru. 4) untuk sesi berikutnya membentuk kelompok expert teams (kelompok
ahli) dimana kelompok ahli beasal dari gabungan beberapa kelompok asal. 5) setiap kelompok
diberi kesempatan untuk berdiskusi. Melalui diskusi kelompok ahli mampu memahai topik
pelajaran yang dipelajarinya ( Agus Suprijono,2009 )
Berdasarkan pengalaman dan observasi maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Tentang Perkembangan Teknologi Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Zigsaw Siswa Kelas IV SDN Sisir 01 Batu”
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV materi Perkembangan Teknologi di SDN
Sisir 01 ?
1132
ISBN: 978-602-1150-17-7
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Mendiskripsikan langkah – langkah
pembelajaran model jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV materi
Mengenal perkembangan teknologi, produksi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya di SDN Sisir 01.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan perkembangan
teknologi bagi siswa dan untuk sesama pengajar sebagai rujukkan dalam pembelajaran
berikutnya.
METODE
Metode pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam upaya mencapai kesuksesan
dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu metode model pembelajaran yang dapat menjadi
salah satu pilihan adlah metode pembelajaran jigsaw. Menurut para ahli salah satunya Sudrajat
(2008:1) mengartikan pembelajaran jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan
secara berkelompok, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa yang
bertanggung jawab untuk menguasai dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarakan materi
yang telah dikuasai tersebut kepada teman satu kelompok.
Keunggualan metode model pembelajaran jigsaw akan menjadi sebuah solusi yang
efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materi tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya.
Langkah-langkah metode model pembelajaran jigsaw yang disampaikan oleh Stepen,
Sikes and Snapp yaitu :1) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan anggota
maksimal 5 siswa tiap kelompok. 2) Masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi materi
yang berlainan. 3) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan.
4) Anggota kelompok lain yang telah mempelajari sub bagian yang sama berkumpul dalam
kelompok baru yang disini disebut sebagai kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5) Setelah anggota dari kelompok ahli selesai mendiskusikan sub bab bagian mereka, maka
selanjutnya masing-masing anggota dari kelompok ahli kembali kedalam kelompok asli dan
secara bergantian mengajar teman dalam satu kelompok mengenai sub bab yang telah dikuasai
sedangkan anggota lainnya mendengarkan penjelasan dengan seksama. 6) Masing-masing
kelompok ahli mempresentasikan hasail diskusi yang telah dilakukan. 7) Guru melaksanakan
kegiatan evaluasi. 8) Penutup.
Faktor penunjang keberhasilan penerapan metode model pembelajaran jigasaw antara
lain : a) Positive interdependence. Anggota dalam kelompok seharusnya mempunyai rasa saling
ketergantungan. B) Individual accountability. Masing-masing anggota kelompok seharusnya
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kemajuan proses belajar semua anggota tanpa
terkecuali. C) Face to face promotive interaction. Adanya interaksi tatap muka dalam aktifitas
diskusi elaborasi dalam materi yang dibahas. d) Social skill. Masing-masing anggota harus
mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dengan anggota lainnya sehingga
memungkinkan pemahaman matyeri bisa diterima secara kolektif. e) Group processing and
reflectin. Kelompok seharusnya dapat melakukan evaluasi terhadap proses belajar yang telah
dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja kelompok.
1133
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
HASIL
Siklus I
Perencanaan
Dalam kegiatan perencanaan ada 4 tahapan yang dilakukan yaitu: 1) Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Menyusun lembar kerja siswa. 3) Pengembangan media
pembelajaran. 4) Menyusun lembar observasi atau penilaian. Dalam penyusunan RPP dilakukan
sendiri oleh peneliti. Kompetensi dasar yang diangkat adalah 2.3 Mengenal perkembangan
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan di
kembangkan dalam 4 indikator pembelajaran yaitu: (1) mengerti dan memahani pengertian
teknologi, (2) Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang
digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 3) Mendiskripsikan jenisjenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat
pada masa lalu dan masa sekarang. 4) Membandingkan jenis-jenis teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa
sekarang.
Dalam kegiatan awal pembelajaran guru mengucapkan salam. siswa bersama guru
melakukan tanya jawab tentang kegiatannya mulai dari rumah sampai ke sekolah kemudian
guru menyampaikan materi yang akan dipelajarinya. Pada kegiatan inti siswa diminta untuk
mengamati macam-macam gambar teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi yang digunakan pada masa lalu maupunpada masan sekarang. Setelah mengamati
gambar siswa membuat pertanyaan dari apa yang telah diamatinya. Secara klasikal siswa
dengan mengangkat tangan menyampaikan tugas yang telah dibuatnya. Kemudian siswa
membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok tertidi 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan untuk mengambil tugas dari guru.
Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang
harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari
kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota
kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiaptiap kelompok berkumpul sesuai dengan tugas, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok
ahli. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa
kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli. Masingmasing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di kelompok
alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi
kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari kelompok
mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa
secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajarinya.
Media yang digunakan pada metode model pembelajaran jigsaw berupa macam-macam
gambar alat produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu
maupun sekarang. Penggunaan media ini dipaparkan dalam kegiatan eksplorasi secara
demonstrasi.
Dalam pengembangan lembar kerja siswa ada 4 kegiatan yang dilakukan yaitu
mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan
masyarakat, mendiskripsikan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang
di gunakan masyarakat dan membandingkan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang serta soal uraian yang
dikerjakan secara berkelompok.
Pelaksanaan Kegiatan
1134
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat.
Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 24 maret 2016, dengan materi
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Pada pelaksanaan tndakan siklus I ini peneliti
bertindak sebagai guru dan dibantu oleh dua orang observer yaitu guru kelas VI dan guru dari
sekolah lain. Pada pertemuan ini peneliti menggunakan metode pembelajaran model jigsaw.
Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dilaksanakan dalam
pelaksanaan tindakan. Tahap pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa dan melakukan tanya jawab tentang apa yang dilakukan siswa dari
rumah sampai tiba di sekolah.
Guru: siapa tadi berangkat sekolah diantar oleh orang tua?
Siswa: saya bu.
Guru: diantar naik apa ?
Siswa: naik sepeda bu.
Berdasarkan dialog tersebut nampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal
tentang teknologi. Kegiatan dilanjutkan oleh guru dengan menyampaikan kompetensi yang
harus dicapai dalam pembelajaran dan manfaaat yang akan dilakukan.
Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran berupa macammacam gambar teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan
pada masa lalu maupun pada masa sekarang. Setelah mengamati gambar siswa bersama guru
melakukan tanya jawab dan siswa diminta membuat pertanyaan dari apa yang telah diamatinya
secara tertulis. Setelah selesai secara klasikal siswa dengan mengangkat tangan menyampaikan
tugas yang telah dibuatnya dengan bergantian. Kemudian siswa membentuk 5 kelompok inti
dalam satu kelompok tertidi 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu perwakilan dari masing-masing
kelompok maju ke depan untuk mengambil tugas dari guru. Guru memberikan bimbingan
tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang harus diperhatikan oleh semua
anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari kelompok yang mengambil tugas dari
guru tadi membagikan tugas kepada anggota kelompoknya. Selanjutnya semua anggota
kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiap-tiap kelompok berkumpul dan mengerjakan
sesuai dengan tugasnya, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok ahli dengan alokasi waktu
20 menit. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan
siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli.
Masing-masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di
kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil
diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari
kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar
kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya.
Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasrkan hasil
pengamatan sselam pembelajaran, pada kegiatan awal siswa senang dan aktif untuk menjawab
pertanyaan tentang apa yang mereka amati. Pada kegiatan inti 50 % siswa kurang dalam bekerja
sama dengan kelompok (terlihat pada diskusi kelompok di kelompok ahli) sehingga terlihat
sseperti kerja individu dan hasil yang diharapkan kurang maksimal atau kurang memuaskan.
Hal ini dapat terlihat dalam hasil kerja siswa. Pada tahap akhir pembelajaran menunjukkan
bahwa hasil dari tiap-tiap kelompok kurang dalam mendiskripsikan jenis-jenis teknologi baik
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta menyebutkan beragam barang disamping
kerja siswa secara individu. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar 14 siswa ataun 70 %dari
1135
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 6 siswa atau
30 % dari jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan sudah berhasil dengan baik. Nilai rata-rata siswa juga sudah mencapai diatas nilai
KKM yaitu 73,5. Namun karena masih ada 6 siswa yang belum tuntas, maka diadakan
perbaiakn pembelajaran pada silkus berikutnya.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, observer memberikan refleksi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus I. Tahap refleksi dilakukan setelah praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi ini dilakukan melalui diskusi antar peneliti
dan mitra peneliti untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada pada praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti serta perbaikan pada siklus ke II. Pada hasil refleksi
siklus I ditemukan 6 siswa dari 20 siswa yang belum tuntas dalam pencapaian KKM yasng telah
ditentukan. Sehingga perlu diperbaiki melalui rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
obnservasi dan refleksi.
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi pada tahap siklus
I. Kegatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Peneiti menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Matei yang
akan dipelajari oleh siswa adalah materi teknologi produksi, komunikasi dan transportasi
dengan Standar Kompetensi “2. Mengenal umber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi dilingkungan kab/kota dan propinsi”, Kompetensi Dasar “2.3 Mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya”. Kemdian di kembangkan dalam 4 indikator pembelajaran yaitu: 1) Mengerti
dan memahani pengertian teknologi. 2) Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa
sekarang. 3) Mendiskripsikan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang
digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 4) Membandingkan jenisjenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat
pada masa lalu dan masa sekarang.
Peneliti menyiapkan rangkuman materi tentang teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi, kemudian menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu
berupa benda kongkrit dan gambar tentang macam-macam teknologi baik teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang.
Selanjutnya peneliti membuat lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara berkelompok
materi teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan metode
pembelajaran model jigsaw. Peneliti juga membuat tes akhir berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari siswa.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat.
Pertemuan pada siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 april 2016, dengan materi
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini peneliti
bertindak sebagai guru dan dibantu oleh seorang observer yaitu guru kelas VI. Pada pertemuan
ini peneliti menggunakan metode pembelajaran model jigsaw.
Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dilaksanakan dalam
pelaksanaan tindakan. Tahap pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam,
memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar siap belajar. Selanjutnya siswa dan
guru melakukan tanya jawab tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan
1136
ISBN: 978-602-1150-17-7
transportasi yang ada di sekitar lingkungannya serta diajak untuk bernyanyi “ Naik kereta api”.
Guru juga menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisa dalam pembelajaran serta manfaat
pembelajaran yang akan dilakukan.
Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran berupa benda
kongkrit dan gambar tentang macam-macam teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan
transportasi yang digunakan pada masa lalu maupun pada masa sekarang yang telah disediakan
oleh guru. Secara demonstrasi siswa bersama guru mendiskrisikan gambar yang telah
diamatinya dan selanjutnya mencoba untuk mendiskripsikan sendiri. Kemudian siswa
membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok terdiri 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu
perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil tugas dari guru.
Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang
harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari
kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota
kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiaptiap kelompok berkumpul dan mengerjakan sesuai dengan tugasnya, yang selanjutnyan disebut
dengan kelompok ahli dengan alokasi waktu 20 menit. Setelah selesai mengerjakan dikelompok
ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan
hasil diskusinya di kelompok ahli. Masing-masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan
hasil anggotanya dari diskusi di kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan
jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang
telah diberikan. Masing-masing dari kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya.
Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir
pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya.
Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil
pengamatan selama pembelajaran, pada kegiatan awal siswa senang, aktif dan bersemangat
melalui kegiatan bernyanyi sebagai awal pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa mengamati
benda yang telah disediakan guru dan melakukan tanya jawab. Dalam kegiatan ini siswa aktif
dalam menjawab pertanyaan guru terutama ditekankan dalam mendiskripsikan benda tentang
teknologi. Selanjutnya siswa aktif dalam berdiskusi dengan kelompok dan mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa melaksanakan post tes.
Pada tahap akhir pembelajaran menunjukkan bahwa hasil dari tiap-tiap kelompok
sudah baik terutama dalam mendiskripsikan jenis-jenis teknologi baik teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi serta menyebutkan beragam barang maupun hasil tes tulis siswa
secara individu. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar 18 siswa ataun 90 % dari jumlah siswa
keseluruhan 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 2 siswa atau 10 % dari
jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan sudah berhasil dengan baik. Nilai rata-rata siswa juga sudah mencapai diatas nilai
KKM yaitu 7,7. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan
model pembelajaran jigsaw sudah berhasil dengan baik.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, observer memberikan refleksi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus II. Tahap refleksi dilakukan setelah
praktik pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Pada hasil refleksi siklus II tingkat
keberhasilan siswa sudah mencapai nilai rata-rata diatas nilai KKM yaitu 7,7dari KKM yang
telah ditentukan. Sehingga tidak perlu melaksaan siklus berikutnya.
1137
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan dikelas IV SDN SISIR 01 Batu
dalam pelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan model jigsaw berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil pencapaian nilai pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 24 maret
2016 dan siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 14 april 2016. Materi pada siklus ini
meliputi: Standar Kompetensi “2. Mengenal umber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan
teknologi dilingkungan kab/kota dan propinsi”, Kompetensi Dasar “2.3 Mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya”. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi pada tahap
pra tindakan, siklus I, dan siklus II yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat.
Pada siklus I persentase nilai rata-rata 73,5 % dengan ketuntasan belajar sebesar 70 %
atau 14 siswa dari 20 siswa dinyatakan tuntas belajar. Pembelajaran pada siklus I ini belum
mencapai ketuntasan maksimum karena masih ada 30 % atau 6 siswa dari 20 siswa ysng belum
tuntas terutama dalam pemahaman mendiskripsikan benda yang berkaitan dengan materi. Pada
siklus II persentase ketuntasn belajar siswa mengalami peningkatan 20 %, yang semula 70 %
menjasdi 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus II sudah mencapai
ketuntasan. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya perubahan sikap siswa dalam
bekerjasama, berkomunikasi dalam pemecahan masalah dan menghargai pendapat teman. Siswa
yang semula bersikap individu dan pasif dapat bersikap lebih aktif dan mau bekerjasama dengan
anggota kelompoknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitian dan analisis data tang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut : 1) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas. 2) model pembelajaran
jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar dalam setiap siklus yaitu pada siklus I nilai rata-rata 73,5 % dengan ketuntasan belajar
sebesar 70 % atau 14 siswa dari 20 siswa dan Pada siklus II nilai rata-rata 7,7 % dengan
ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan 20 %, yang semula 70 % menjasdi 90 %. 3)
Siswa lebih tertarik dan senang dalam belajar.
Saran
Berdasrkan kesimpulan diatas maka dikemukakan saran sebagai berikut : 1) Guru
hendaknya menerapkan model pembelajaran jigsaw ini untuk materi pelajaran yang lain agar
siswa senang dalam mengikuti pembelajaran. 2) guru hendaknya juga menciptakan
pembelajaran yang inovatif dengan model pembelajaran jigsaw ini agar hasil belajar dapat
meningkat. 3) Guru dalam menggunakan model pembelajran ini perlu meningkatkan
penggunaan media agar siswa senang dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Ketut Sukardi, Dewa. 1983:51.Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi
Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses
tanggal 26 maret 2016.
1138
ISBN: 978-602-1150-17-7
Prakosa, 1991. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Belajar.
(online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses tanggal 26 maret
2016.
Soenoro, 1982:30. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi
Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress.com /2012/05/09. Diakses tanggal 26
maret 2016.
Sudrajat, 2008:1. Pengertian dan Langkah-Langkah amodel Pembelajran Jigsaw. (online)
https: //www.infoduniapendidikan.com /2015/06. Diakses tanggal 26 maret 2016.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learnibng: Teori dan Aplikasi Konsep.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Tirtonegoro, Sutratinah. 1984:4. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi
Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses
tanggal 26 maret 2016.
1139
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN PEMBELAJARAN COORPERATIVE MODEL COURSE
REVIEW HORREY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR JASA
PARA PAHLAWAN SISWA KELAS V SDN SUMBEREJO 01 BATU
Rustyalusi
SD Negeri Sumberejo 03 Batu
Absrtrak: Ditemukan permasalahan bahwa guru kelas V SDN Sumberejo 01 Batu
mengalami banyak kesulitan ketika harus mengembangkan dan mempraktikkan
penerapan pembelajaran cooperative course review horrey tentang belajar jasa para
pahlawan . Kesulitan tersebut berdampak pada kebiasaan praktik pembelajaran yang
terpusat pada guru dan kurang dibiasakan pembelajaran cooperative model course
review horrey dengan benar. Sehingga kualitas pembelajaran hasilnya rendah
,pemahaman konsep cooperative model course review horrey juga tidak
paham.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses penerapan
pembelajaran cooperative model course review horrey dan meningkatkan pemahaman
siswa kelasVSDN Sumberejo 01Batu tentang konsep belajar jasa para pahlawan .
Penelitian ini menggunakan rancanagan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dua
siklus , dengan latar kelas V SDN Sumberejo 01 Batu . Hasinya , penerapan
pembelajaran cooperative model course review horrey belajar jasa para pahlawan dalam
penelitian ini dapat meningkatkan kualitas proses penerapan pembelajaran cooperative
course review horrey dan pemahaman siswa tentang konsep belajar jasa para pahlawan .
Proses pembelajaran menjadi terpusat pada siswa, siswa menjadi aktif, kreatif , dan
dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan . Diharapkan bagi guru - guru kelas
V hendaknya meningkatkan kualitas penerapan pembelajaran cooperative course review
horrey dan meningkatkan pemahaman siswa kelasV tentang konsep belajar jasa para
pahlawan dengan penerapan pembelajaran cooperative course review horrey belajar jasa
para pahlawan seperti yang diterapkan pada penelitian ini .
Kata Kunci: Pembelajaran Cooperative, Jasa Para Pahlawan, Kualitas Pembelajaran
di SD.
Menurut Moeljono Cokrodikardjo, IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni
Sosiologi, Antropologi, Budaya, Psikologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan
Ekologi Manusia yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang
disederhanakan agar mudah dipelajari.
Kurangnya mutu pembelajaran di negeri ini membuat keprihatinan dan kegalauan
tersendiri bagi perkembangan kualitas generasi penerus . Lesunya tingkat berpikir siswa itu guru
dituntut untuk merancang dan melakukan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa
memdapat pengetahuan secara penuh sehingga pembelajatran ini berguna bagi siswa . Berguna
dalam arti siswa dapat memahami konsep - konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung , nyata , dan fungsional bagi kehidupan mereka . Sekolah Dasar memiliki fungsi
sangat foundamental dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas .Karena SD
merupakan fundasi pendidikan pada jenjang berikutnya . Oleh karena itu , pendidikan SD
hendaknya dilakukan dengan cara yang benar agar mampu memnjadi landasan yang kuat untuk
jenjang pendidikan berikutnya . (Sutama , 2006 ) .
Masalah pembelajaran IPS kurang berkembang adalah penyampaian materi yang
dilakukan guru masih berorientasi pada buku teks mengutamakan aspek kognitif , situasi
pembelajaran terkesan sangat formal , kurang mengaktifkan , kurang menyenangkan siswa . Hal
1140
ISBN: 978-602-1150-17-7
tersebut didukung oleh penelitian Akbar ( 2003 ) bahwa kebiasan guru yang texbook oriented
ini telah berjalan puluhan tahun ,dan dinyatakan bahwa “ kurikulum sama buku teks “ , sehingga
guru mengalami kesulitan ketika harus mengajar dan hanya diberi standar kompetensi dasar saja
tanpa ada ketersediaan buku teks . Jadi , ketergantungan guru dengan buku teks masih sangat
tinggi .
Permasalaan yang muncul di kelas 5 SDN Sumberejo 01 Batu adalah kurangnya
pengembangan wawasan dan kemampuan guru dalam pengelolaan sarana dan prasarana yang
ada untuk pembelajaran dan pemahaman konsep lingkungan ,. Pemanfaatan potensi lingkungan
sekitar untuk pembelajaran dan pemahaman konsep lingkungan masih kurang . Demikian pula
dalam pemanfaatan media . Guru kelas 5 SDN Sumberejo Batu dalammengajar masih
cenderung menggunakan media gambar , buku pelajaran , lembar kerja siswa (LKS ).
Kemampuan pengembangan media oleh guru juga masih sangat rendah . Pola interaksi yang
terjadi dalam praktik pembelajaran kurang dapat mengaktifkan dan kurang menarik bagi siswa
sehingga siswa kurang berkonsentrasi dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh
guru .
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa SDN
Sumberejo 01 Batu sebagian besar menyatakan kurang berminat terhadap pelajaran IPS
sehingga menyebabkan nilai belajar IPS diperoleh rendah., rata-rata hasil belajar IPS siswa SDN
Sumberejo 01 Batu tahun ajaran lalu kelas V adalah rata - ratanya mendapat 53 .. Hasil ini
tergolong rendah karena masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan
oleh sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti melakukan observasi di kelas V untuk mengetahui
penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa . Penelitian ini di lakukan di SDN Sumberejo 01
Batu bertujuan untuk mengatasi masalah - masalah tersebut maka menerapkan pembelajaran
CRH yang konstruktis , mengaktifkan siswa menjadi siswa yang kreatif , aktiv , dan
menyenangkan , dan siswa agar mencapai KKM yang diharapkan ..
METODE
Penelitihan ini menggunakan rancangan penelihan tindakan kelas ( PTK ) . Dipandang
tepat karena materi diangkat dalam penelitian ini adalah masaalah yang terjadi di kelas V
Sumberejo 01Batu . Dalam proses tindakan yang dilakukan penelitian ini berupaya agar
masalah yang terjadi dapat teratasi , sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pemahaman konsep belajar IPS .
Dalam penelitian tindakan kelas , yang menjadi salah satu karateritas adalah penelitihan
dilakukan secara bersiklus . Setiap siklus terdiri atas perencanaan , tindakakan , observasi dan
merefleksi . Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk perbaikan proses dan hasil
pembelajarann pada siklus berikutnya . Dalam penelitian ini penitian dilakukan dalam dua
siklus .
Tahap perencanan , dimulai pada saat penyusunan proposal. Bersama dengan
kolaborator , peneliti memulai dengan kulaborator, melakukan identifikasi masalah - masalha
pembelajaran di kelas V SDN Sumberejo 01 Batu . Peneliti melakukan observasi kelas dan
kemudian melakukan diskusi dengan rekan kerja yaitu pengajar yang lain untuk menemukan
permasalahan tersebut yang dianggap paling mendesak untuk segera diatasi dengan cara melalui
penelitian tindakan kelas ini.
Setelah teridentifikasi masalahnya , peneliti dengan kolaborator menyusun perangkat
pembelajran CRH berbasis kurikulum BSNP 2006 . Perangkat pembelajaran CRH yang disusun
antara lain pengembangan silabus untuk pembelajaran CRH belajar IPS , menyusun satuan
kegiatan mingguan , menyusun rencana pembelajaran CRH , menyusun dalam bentuk Satuan
1141
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kegiatan Pembelajaran harian , mengembangkan media pembelajaran , menyusun instrumen
penilaian pembelajaran CRH dan melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan .
Adapun peran kolaborasi melalui peneliti melakukan koordinasi dengan kolaburator
untuk membuat persiapan penelitian . Kerjasama secara kolaboratif dilakukan mulai dari
mengidentifikasi masalah , identifikasi kompetensi yang ada pada kurikulum BNSP 2006 ,
merancang silabus , mengembangkan instrumen penilaian , dan merancang penatan latar kelas .
Seluruhnya kegiatan dilakukan secara bersama - sama pada tahap perencanaan tindakan .
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru kelas V SDN Sumberejo 01 Batu mulai
menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembeljaran ( RPP ) CRH dlaam praktik di kelas . Praktik
pembelajaran ini dilakukan yang tahapannya sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP ,
yaitu pembelajaran CRH dengan belajar IPS ..
Pada Tahap observasi peneliti ikut masuk kelas untuk mengamati jalannya proses
pembelajaran , mencatat gejala - gejala yang tampak dalam proses pembelajaran , merekam
jalannya proses pembelajaran , dan akibat - akibat yang tampak dalam proses pembelajaran .
Fokus dalam pengamatan adalah persiapan yang dilakukan guru , penerapan persiapan ,
penggunaan sumber belajar , penghargaan guru kepada siswa , proses penilaian , , latar kelas,
interaksi sosial kepada teman dalam pembelajaran , aktivitas siswa , kreatifitas siswa , rasa
senang siswa , dan pencapaian kemampuan siswa.
Pengalaman empirik dalam praktik pembelajaran yang terjadi pada siklus 1 yang
dilakukan guru sebagai dasar refleksi . Seperti kualitas RPP dibuat , langkah - langkah
pembelajaran , ssiuasi pembelajaran , aktivitas - aktivitas siswa , efektivitas pencapaian tujuan
pembelajaran , rasa senang siswa yang tampak , dan penilaian . Semuanya itu menjadi bahan
refleksi untuk memeperoleh gagasan - gagasan perbaikan praktik pembelajaran pada siklus
berikutnya . Hasil refleksi pada siklus 1 diperbaiki melalui rencana aksi pada siklus 11 dan
seterusnya .
Latar penelitian ini adalah siswa SDN Sumberejo 01 Batu. Sedangkan yang menjadi
subjek penelitian ini adalah siswa - siswa kelas 5 di SDN Sumberejo 01 Batu sebanyak 32 siswa
. Pengumpulan data dilakukan tehnik observasi , wawancara , dokumentasi , dan tes . Dalam
pengumpulan data , penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa : Lembar Kegiatan
Siswa ( LKS ) , lembar ujian kompetensi : Yakni dengan tes , kuesioner , rubrik , penyekoran tes
essay , lembar observasi siswa , format penilaian , format penilaian hasil karya , dan penilaian
kerja kelompok .
Analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kualitas maupun kualitatif .
Analisiss dta secara kualitatif mengikuti prosedur analisis data secara kualitatif . Sebagaimana
dikemukakan Tantra ( 2005 ) bahwa analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan
dengan tahap - tahap : reduksi data , paparan data , dan penyimpulan hasil analisis .Reduksi data
adalah proses penyerhanaan data yang dilakukan melalui proses seleksi , pengelompokan , dan
pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna . Paparan data mere
pakan upaya menampilkan data secara mudah dipahami dalam bentuk narasi,grafik, atau bentuk
lainnya . Penyimpulan merupakan intisari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk
pernyataan atau yang singkat , padat , dan bermakna .
Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN
Sumberejo 01 Batu yang dilakukan pada hari Jumat tanggal ..... diperoleh bahawa : ( a ) Guru
masih mendominasi pelaksanaan pembelajaran . Pada sat pembelajaran IPS berlangsung Guru
menerangkan materi dengan rinci sesuai dengan materi yang terdapat di buku paket siswa ,
kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal yang terdapat pada buku paket .
Guru juga meminta siswa mengerjakan latihan soal di buku paket sebagai pekerjaan rumah .
Jika siswa mengalami kesulitan , maka akan dibahas pada pertemuan berikutnya . ( b ) Sebagian
1142
ISBN: 978-602-1150-17-7
besar siswa tidak aktif mengikuti pelajaran . Hanya beberapa siswa saja yang memeberi respon
terhadap penjelasan guru . Beberapa siswa juga terlihat mengerjakan yang lain sepserti bergurau
dengan temannya atau mengerjakan tugas yang tidak berkaitan dengan pembelajaran IPS . ( c )
Bedasarkan data nilai ulangan IPS kelas V diperoleh hanya sekitar 21, 25 % yaitu 10 siswa dari
32 siswa yang memenuhi Standart Ketuntasan Minimal ( SKM ) yang ditentukan sekolah yaitu
65 dari rentang 0 - 100 , ( d ) pada saat kegiatan pembelajaran IPS berlangsung sekitar 30 % dari
32 siswa yang aktif . Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar
siswa rendah . Oleh karena itu , dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat mengatasi
permasalahn tersebut . Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
menerapkan Course Review Horre
Pembelajaran Course ReviewHorrey menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran
Course Review Horay adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman
menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran Model
pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian
pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang
paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak
horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course Review
Horay (CRH) adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa
dengan menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa
akan berteriak ''horey''.
Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang
dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau model
pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas
dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model
pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut
diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh
kelompok maupun individu siswa itu sendiri.
Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian
pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak
yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau
tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak „horay‟ atau menyanyikan yel-yel
kelompoknya. Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak
hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course Review Horay
sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning to live
together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik.
Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam
menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil (Natalia Ernawati : 2009).Model
Pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan
suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab
benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak „horey!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai.
Model pembelajaran CRH ini merupakan suatau model pembelajaran yang dapat digunakan
guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan,
sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajarn CRH ini, apabila siswa
dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “ horey ”
1143
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu
sendiri. Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian
pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak
yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau
tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak „horay‟ atau menyanyikan yel-yel
kelompoknya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran CRH ini pengujian pemahaman siswa
dengan mengguanakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang
lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung menyoraki kata-kata
“horay” atau menyoraki yel-yelnya. Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat
dikaji secara terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan model pembelajaran
CRH menjadi salah satu alternativ seabagai model pembelajaran yang mengarah pada
pemahaman konsep. Model pembelajaran CRH merupakan salah satu pembelajaran kooperatif
yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompokkelompok kecil. Model pembelajaran CRH yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran
dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi
dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu
mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya.
Melalui pembelajaran CRH diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan
masalah dalam pembentukkan kelompok kecil langkah - langkahnya sebagai berikut : ( a) guru
menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai , ( b ) Guru menjelaskan
materi pelajaran , ( c ) guru memberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pembahasan
materi yang belum jelas , ( d ) guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan
jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung
didiskusikan . Kalau benar memberi tanda check list ( V ) kalau salah memberi tanda ( X ) .
Bagi kelompok yang bisa menjawab benar dan membentuk garis vertikal atau horisontal pada
kotak yang dibuat maka berteriak “ horay “ atau menyanyikan yel - yelnya , ( e ) nilai siswa
dihitung dari jawaban jumlah horay yang diperoleh , ( f ) penutup , siswa menunjukkan sikap
untuk memelihara kekompakan kelompok dan berusaha berperan serta untuk mencapai tujuan
kelompok .
PEMBAHASAN
Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Course Reuview Horrey untuk
meningkatkan aktivitas , kreatifitas , pemahaman , rasa senang , dan hasil belajarnya siswa kelas
V SDN Sumberejo 01 Batu pada materi belajar jasa para pahlawan . Kegiatan pembelajaran
dilakukan dsebagai berikut: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2).
Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3).
Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4). Menuliskan
penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit
pekerjaan/ penyelesaian . Langkah pertama dari course review horrey adalah menghadirkan
masalah kontekstual. Pada tahap ini yang dilakukan oleh guru adalah memberikan masalah
kontekstual yang dikemas didalam LKS yang dapat diamati oleh siswa. LKS diberikan secara
individual dan dikerjakan secara berkelompok dengan anggota 4-5 orang. Masalah kontekstual
yang diberikan berupa soal cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau berupa media
yang dapat diamati secara langsung oleh siswa. Setelah siswa melakukan pengamatan guru
memancing siswa untuk memberikan respon terhadap masalah kontekstual yang disajikan.
Respon yang diharapkan adalah berupa pertanyaan ataupun ide untuk menyelesaikan masalah
kontekstual tersebut. Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan untuk mengungkapkan
1144
ISBN: 978-602-1150-17-7
pertanyaan maupun ide yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang telah diberikan oleh
guru. Oleh karena itu, guru harus memberikan petunjuk maupun contoh pertanyaan kemudian
meminta siswa untuk membuat pertanyaan lain.
Langkah kedua menyelesaikan masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa mencoba
menyelesaikan masalah kontekstual yang telah diberikan dengan menggunakan petunjuk yang
terdapat di LKS yang dapat membimbing siswa untuk mendapatkan penyelesaian yang benar
dari masalah kontekstual yang telah disajikan. Yang dilakukan oleh guru pada tahap ini adalah
berkeliling kelas dan memantau kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa serta memfasilitasi
siswa yang bertanya terkait dengan pengerjaan LKS. Pada siklus I, siswa banyak bertanya
sebelum membaca LKS terlebih dahulu. Sehingga guru perlu menekankan kepada siswa untuk
terlebih dahulu membaca sebelum bertanya.
Langkah ketiga mendiskusikan selesaian masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa
melakukan diskusi secara klasikal mengenai selesaian dari masalah kontekstual yang
sebelumnya telah dilakukan. Diskusi dilakukan dengan arahan dari guru sehingga dapat dicapai
kesimpulan yang benar. Pada saat diskusi berlangsung salah satu kelompok diminta untuk
membacakan hasilnya sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan
terhadap kelompok yang sedang presentasi. Guru bertugas untuk mengarahkan dan memotivasi
siswa yang kurang aktif dalam mengikuti jalannya diskusi untuk mewakili kelompok dalam
memberikan tanggapan.
Langkah terakhir, siswa memberikan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan
disertai dengan penguatan dari guru. Guru juga memberikan beberapa contoh soal yang dapat
dikerjakan oleh siswa untuk memperkuat pemahaman siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari 5x pertemuan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 43,75 yang
dapat dikategorikan “baik” sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata skor 49 yang dapat
dikategorikan “sangat baik”. Penilaian aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan 16% dari
seluruh siswa yang melakukan aktivitas dengan kategori minimal “baik” dan meningkat pada
siklus II yaitu 81% dari seluruh siswa yang melakukan aktivitas dengan kategori minimal
“baik”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan 61% dari seluruh siswa yang
mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan meningkat pada siklus II yaitu 81% dari
seluruh siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65. Berdasarkan hasil yang
telah diperoleh oleh peneliti pada siklus II maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus
selanjutnya. Hal ini dikarenakan hasil data yang diperoleh telah sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti.
HASIL PENILAIAN AKTIVITAS SISWA
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dalam kegiatan siklus I dan II tentang
keaktifan siswa sebagai berikut: sebagian besar siswa menunjukkan keaktifannya dalam proses
pembelajaran, siklus I tercatat 74 % dari jumlah siswa dan siklus II tercatat 95 % dari jumlah
siswa menunjukkan keaktifannya dalam pengikuti proses pembelajaran
HASIL TES AKHIR SIKLUS
Hasil tes akhir siklus I menunjukkan, dari 32 siswa yang mengikuti tes ada 19 orang
dengan presentase 61% yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan 13 orang
mendapatkan nilai kurang dari 65. Hasil tersebut meningkat pada siklus II dimana dari 32 siswa
yang mengikuti tes ada 25 orang dengan presentase 81% yang mendapatkan nilai lebih dari atau
sama dengan 65 dan 7 orang mendapatkan nilai kurang dari 65 .
1145
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Course
Review Horrey dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sumberejo
01 Batu.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, Sa‟dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas: Yogyakarta: Cipta Media Aksara.
Akbar, Sa‟dun. 2009. Prosedur penyusunan laporan dan artikel hasil penelitian tindakan kelas.
Yogyakarta: Cipta Media Aksara.
Cokrodikardjo, Moeljono, http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/ 04/penge rtian- ipsterpadu.html/ diunduh tgl. 22 April 2016
Hidayati. 2008. Penggunaan media dalam proses pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo, Rachmad,
https://wyw1d.wordpress.com/2009/11/10/model- pembelajar an-20course-review-horay/ diunduh tgl 22 April 2016
1146
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TSTS UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBERIKAN CONTOH
SEDERHANA PENGARUH GLOBALISASI DI LINGKUNGANNYA
SISWA KELAS IV SDN SUMBEREJO 02 BATU
Etik Nuryanti
SDN Sumberejo 02 Batu
[email protected]
Abstrak: Pembelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu terpusat pada guru,
sehingga menyebabkan hasil belajarnya rendah. Tercatat 9 dari 20 siswa mendapatkan
nilai di atas KKM yaitu 70,00. Untuk meningkatkan hasil belajar maka dilakukan
penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS. Hasil
penelitian menunjukkan pada siklus I terdapat 12 siswa mendapatkan nilai di atas
KKM, nilai rata-rata kelas 67,25. Pada siklus II terdapat 16 siswa yang mendapat nilai
di atas KKM dengan nilai rata-rata kelas 79,00. Penelitian ini berkesimpulan bahwa
penerapan model kooperatif TSTS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
PKn siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Model Two Stay Two Stray, Hasil Belajar
Setiap pemerintah berkepentingan mengajarkan pandangan hidup kepada generasi
selanjutnya agar mereka dapat meneruskan cita-cita para pendiri bangsa. Generasi tersebut
memerlukan bekal tidak hanya ilmu pengetahuan saja, pembinaan karakter juga perlu
ditanamkan dengan baik. Selain karakter moral, spiritual, juga perlu ditanamkan karakter
kebangsaan. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia. Karenanya Pancasila menjadi
wajib diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan harapan
generasi penerus bangsa ini memiliki karakter kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila. Dalam kurikulum KTSP nilai kebangsaan ini ditanamkan melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar
agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama-sama di masyarakat baik
sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga negara. Pendidikan
Kewarganegaraan
menurut
Depdiknas
(2006:49)
(http://dodisupandiblogblogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html) adalah mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas,
terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih
lanjut Sumantri (2010)(http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha
untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan
dengan hubungan antar negara dan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar
menjadi warga negara yang dapat diandalkan bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Seorang guru merupakan elemen yang sangat strategis dalam sebuah sistem
pendidikan sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan, karena seorang guru merupakan
perencana dan pelaksana kurikulum di kelasnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan harus
didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh
1147
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar
siswa.
Suparlan,(2006: 52-55), mengemukakan ada tujuh kaidah dalam proses pembelajaran
dan pengajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: a.Opportunity to Learn (Kesempatan
untuk Belajar dan Melakukan Sendiri), b. Connection and Challenge (Kaitan dan Tantangan),
c. Action and Reflection ( Melakukan sendiri dan Menghayati sendiri), d. Motivation and
Purpose (Motivasi dan Tujuan), e. Inclusivity and Difference (Inklusifitas dan Perbedaan), f.
Autonomy and Collaboration (Otonomi dan Kolabarasi), g. Supportive Environment (
lingkungan yang mendukung).
Terkait dengan tujuh kaidah proses pembelajaran dan pengajaran di atas, dari observasi
awal kegiatan pembelajaran mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu,
menunjukkan adanya beberapa masalah yang terjadi di kelas. Masalah-masalah yang timbul
tersebut antara lain: 1) guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan
melakukan sendiri karena kurangnya wawasan guru tentang cara memilih metode atau model
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, 2) guru tidak
mengkaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh
siswa, karena guru tidak melakukan kegiatan apersepsi, 3)guru tidak menyampaikan tujuandari
materi yang diajarkan dan relevansinya bagi kehidupan, 4) kurangnya interaksi antara siswa
dengan siswa lainnya dan antara siswa dengan guru, karena guru hanya menggunakan metode
ceramah, 5) siswa bosan atau tidak berminat mengikuti pelajaran sehingga timbul tindakantindakan yang tidak bermanfaat seperti: asyik bermain-main peralatan menulis, menggambar,
mengobrol dengan temannya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan, pokok permasalahan dari mata pelajaran PKn di
kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu adalah belum tercipta iklim pembelajaran yang kondusif.
Siswa tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran karena metode yang digunakan guru tidak
bervariatif hanya ceramah saja dan penjelasan yang disampaikan guru masih bersifat abstrak
sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut menyebabkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn kurang dan berakibat pada hasil belajar siswa
yang rendah.
Observasi awal tentang hasil belajar diperoleh informasi bahwa penguasaan mata
pelajaran PKn menunjukkan masih sangat rendah. Hasil belajar mata pelajaran PKn di kelas IV
SDN Sumberejo 02, Batu, materi Memberikan Contoh Sederhana Pengaruh Globalisasi di
Lingkungannya belum tuntas karena banyak siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Dari 20 siswa terdapat 11 siswa ( 55%) yang belum tuntas belajar, 9 siswa (45%) yang
tuntas belajar, dengan nilai rata-rata kelas untuk materi tersebut adalah 60,00. Indikasi
pembelajaran berhasil apabila terdapat 75 % telah tuntas belajar
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan
tersebut maka alternatif yang dipilih adalah menggunakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yaitu model Two Stay Two Stay (TSTS) “Dua tinggal dua tamu”.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan
(1992)(http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipetwo.html).Model
pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan satu
kelompoknya ataupun dengan teman kelompok lain, berinteraksi sosial dengan membagikan
ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari hasil interaksinya tersebut (Lie, 2008).
Melalui model pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadi dan
kelompoknya serta saling keterkaitan dengan teman-teman sekelompoknya. Struktur TSTS yaitu
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok
membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan
1148
ISBN: 978-602-1150-17-7
belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar
sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS bisa memberikan sedikit gambaran pada
siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat
diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain
dan antar individu dengan kelompok.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif,
baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi
yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini
karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat
bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat
proses belajar mengajar.
Dalam pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang
memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan dengan anggota kelompok lain. Biasanya
pembentukan kelompok dilakukan sebanya 4 orang satu kelompok, sesuai dengan pendapat Lie
(2008) bahwa membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah
dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa
dikerjakan dan guru lebih mudah memonitor. Sedangkan kekurangan kelompok berempat
adalah lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap
menyulitkan proses pengambilan suara dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan.
Penelitian penerapan model pembelajaran TSTS pernah dilakukan oleh Syamsiah dan
Gunansyah (2014) menemukakan sebagai berikut: 1) hasil rata-rata presentase aktivitas guru
berdasarkan pada masing-masing siklus pembelajaran dapat disimpilkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay teo stray
mengalami peningkatan, 2) hasil rata-rata prosentase aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray mengalami
peningkatan, 3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay teo stray dalam
pembelajaran IPS meningkatkan hasil belajar siswa, 4) diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe two stay two stray tersebut membuat siswa semakin tertarik dan tidak
mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS.
Penelitian kedua oleh Pangeribuan, Sabri dan Witara ( 2013 ), menemukan penenerapan
model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri II
Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Pada siklus I rata-rata siswa sebesar 53,58 sedangkan
pada siklus II menjadi 76,41
Penelitian ketiga oleh Mariyam, Sumardi, dan Sukmanasa ( 2012 ), menunjukkan
bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus pertama memperoleh nilai 67,67 dengan
presentase 73,33% sedangkan siklus kedua memperoleh nilai 78,67 dengan presentase 100%
begitu pula dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada
keaktifan dan kerjasama dengan memperoleh nilai pada siklus pertama yaitu 50,54 dengan
siklus kedua memperoleh nilai 70,24. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif TSTS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Babakan Asem Bogor. Selain
itu, penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran
di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran.
Penelitian yang dilaksanakan peneliti pada kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar mata pejaran PKn Kompetensi Dasar memberikan contoh
1149
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TSTS.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibantu 2 orang obsever
dan didampingi oleh seorang expert. Subyek yang dikenai perlakuan tindakan pada penelitian
ini adalah siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu yang berjumlah 20 siswa, terdiri atas 8 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sumberejo
02 Batu untuk mata pelajaran PKN dengan KD “memberikan contoh sederhana pengaruh
globalisasi di lingkungannya. Alasan dipilihanya sekolah ini sebagai lokasi penelitian karena
ditemukannya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Sumberejo 02 Batu serta tempat dimana peneliti mengajar. Selain itu adanya keinginan dan
kebutuhan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Tiap-tiap
siklus meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut: 1) Perencanaan dalam tahapan ini peneliti
mempersiapkan rencana perencanaan pembelajaran,
bahan ajar, metode dan strategi
pembelajaran, teknik dan instrumen observasi serta evaluasi, 2) Pelaksanaan, tahapan ini
berlangsung di kelas sebagai realisasi dari yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, 3)
Pengamatan, tahapan ini berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
rencana dan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan mencapai tujuan, 4) Refleksi, merupakan
kegiatan analisis sintesis, interprentasi dan eksplanasi ( penjelasan ) terhadap semua informasi
yang diperoleh dari tindakan. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengkaji, menganalisis dan
mendapatkan kejelasan serta gambaran keseluruhan proses pelaksanaan tindakan yang
kemudian dibuat menjadi suatu kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa, data hasil
belajar siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, yang terdiri
dari; 1)observasi aktivitas guru dan siswa. Observasi ini dilakukan oleh obsever yaitu guru,
teman sejawat, dan expert menggunakan pedoman pengamatan; 2) Tes Akhir yang digunakan
untuk menngetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1) lembar observasi aktivitas
guru dalam mengajar. Lembar aktivitas guru dalam mengajar digunakan untuk melihat aktivitas
dan kemampuan guru dalam mengajar, 2) lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk
melihat aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran;3) tes, menggunakan lembar
penilaian yang berisi soal pilihan ganda yang disesuaikan dengan materi. Bertujuan untuk
mengetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Siklus I
Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk satu
pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 16 Maret 2016 dan pertemuan kedua pada hari
Rabu, 23 Maret 2016. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kompetensi Dasar
“Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya”, materi Perkembangan
globalisasi di berbagai bidang. Siklus I terdiri tahapan-tahapan sebagai berikut:
Perencanaan Kegiatan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1)
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode
TSTS, 2) Peneliti menyiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yaitu kartu
1150
ISBN: 978-602-1150-17-7
kuis untuk kegiatan kuiz, gambar bintang untuk memberikan penghargaan kepada kelompok
yang dapat menjawab, 3) Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesua materi, 4) Peneliti
menyusun tes akhir yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari siswa berupa soal pilihan
ganda yang berjumlah 15 butir soal, 5) Peneliti menyusun lembar observasi keaktifan guru dan
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS.
Setelah pembelajaran berakhir peneliti melakukan koordinasi dengan obever dan expert
membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dan mengkoordinasikan tindakan
perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dengan kompetensi dasar
memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memberikan
contoh perkembangan globalisasi di berbagai bidang. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap
ini meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru
mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa dan memotivasi siswa siap untuk belajar
dengan senam otak. Untuk menggali pengetahuan awal, guru melakukan tanya jawab dengan
siswa.
G: Siapa yang berangkat ke sekolah naik kendaraan?
S1: saya naik sepeda motor
S2: Saya naik mikrolet
G: Menurut kamu sepeda motor dan mikrolet termasuk alat apa?
S: alat transportasi
G : coba bayangkan sebelum ada sepeda motor dan mikrolet, orang jaman dahulu naik apa ya?
S: kuda, ada juga yang jalan kaki
Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal
terkat dengan alat transportasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran, yakni memberikan contoh perkembangan alat komunikasi, informasi dan
transportasi. Guru menginformasikan prosedur pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Pada kegiatan inti: 1) guru menjelaskan secara singkat
materi tentang perkembangan alat-alat informasi, komunikasi, dan transportasi, 2) guru
mengkoordinasikan siswa menjadi beberapa kelompok, 3) guru membagikan lembar kerja siswa
kepada setiap kelompok, 4) guru meminta siswa mendiskusikannya dengan kelompok, 5) guru
membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 6) guru meminta dua orang siswa dari
tiap kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKS dari
kelompok lain, dan anggota lain tetap berada di kelompoknya untuk menerima siswa yang
bertamu ke kelompoknya, 7) guru meminta siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya
masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota kelompok lain, hasil
kunjungan dibahas dan dicatat, 8) guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi, sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan, 9) guru memberikan
klarifikasi jawaban yang benar, 10) guru mengadakan kegiatan kuis, 11) guru memberikan
penghargaan pada kelompok yang memenangkan kuis. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama
siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan
tidak lanjut.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan kedua tahap-tahap yang dilakukan guru
meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru
mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa dan memotivasi siswa siap untuk belajar
dengan senam otak. Untuk menggali pengetahuan awal, guru melakukan tanya jawab dengan
siswa.
1151
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
G : pertemuan kemarin kita belajar apa, ya?
S1: contoh alat komunikasi
S2: informasi
G: apakah model pakaian juga mengalami perkembangan?
S: ya...
G: coba siapa yang dapat menyebutkan contohnya?
S1: orang dulu pakai sarung sekarang pakai celana
S2:orang dulu pakai kebaya sekarang pakai kaos
Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal
terkat dengan alat transportasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran, yakni memberikan contoh perkembangan gaya hidup (makanan, pakaian dan
peralatan) Guru menginformasikan prosedur pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS.
Pada kegiatan inti: 1) guru menjelaskan secara singkat materi tentang perkembangan
sosial budaya, 2) guru mengkoordinasikan siswa menjadi beberapa kelompok, 3) guru
membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok, 4) guru meminta siswa
mendiskusikannya dengan kelompok, 5) guru membimbing setiap kelompok yang mengalami
kesulitan, 6) guru meminta dua orang siswa dari tiap kelompok bertamu ke kelompok lain untuk
mendiskusikan hasil pembahasan LKS dari kelompok lain, dan anggota lain tetap berada di
kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya, 7) guru meminta siswa
yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya
kepada anggota kelompok lain, hasil kunjungan dibahas dan dicatat, 8) guru meminta salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, sedang kelompok yang lain memberikan
tanggapan, 9) guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar, 10) guru mengadakan kegiatan
kuis, 11) guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memenangkan kuis, 11) siswa
mengerjakan evaluasi, 12) siswa dan guru membahas hasil evaluasi. Pada kegiatan akhir: 1)
bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru
mengadakan refleksi dan tidak lanjut.
Pengamatan kegiatan
Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran penerapan model kooperatif tipe TSTS pada
kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu siklus I diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa,
obeservasi aktivitas guru, dan hasil evaluasi yang telah dipersiapkan.
Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran model TSTS yang
difokuskan pada kesiapan dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran, mengkondisikan dalam bentuk kelompok belajar, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan siswa dalam bertanya, kemapuan siswa dalam melaporkan, ketepatan waktu
menyelesaikan tugas.
Observasi aktivitas siswa dilakukan selama siklus I berlangsung. Dari data yang
diperoleh pada siklus ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang termasuk dalam kategori
kurang sebanyak 3 siswa (15%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (40%), kategori baik 6 siswa
(30%), dan kategori sangat baik 3 siswa (15%) sedangkan ditinjau dari tiap-tiap aspek, aktivitas
siswa dengan menggunakan model pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: kategori baik
antara lain kesiapan nengikuti pelajarab 70%, perhatian dalam pelajaran 76,3%, menghargai
pendapat 65%, kemampuan menjelaskan 67,5%, ketepatan waktu mengerjakan soal 77,9%.
Sedangkan kategori cukup yaitu kerjasama dalam kelompok 52,5% dan kemampuandalam
menyalin laporan 52,5%,. Namun masih ada yang kategori kurang yaitu mengkondisikan dalam
bentuk kelompok 40 % dan kemampuan bertanya 42,5%.
1152
ISBN: 978-602-1150-17-7
Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, data hasil
observasi kinerja guru ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
1) Kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan dan materi secara klasikal sudah
dilaksanakan sangat baik karena menggunakan pengalaman siswa sebagai contoh dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) Mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa
dengan kriteria baik karena guru sudah membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan sullit,
3) Membagi siswa dalam kelompok dengan kreteria cukup karena dalam membagi kelompok
belum memperhatikan kemampuan siswa dan jenis kelamin, ada dua kelompok yang
anggotanya perempuan atau laki-laki saja, ada satu kelompok yang kemapuannya sedang dan
rendah saja, 4) Membimbig siswa dalam menyelesaikan tugas dengan kriteria sangat baik
karena guru melakukan pengamatan, berkeliling kelas, dan menghampiri siswa jika menemukan
kesulitan, 5) Melakukan pengamatan dengan kriteria penilaian baik karena guru berkeliling
kelas dan menghampiri siswa jika menemukan kesulita, 6) Memanggil dua nomor untuk
bertamu ke kelompok lain dengan kriteria cukup karena guru membimbing dua siswa dari tiaptiap kelompok untuk bergabung dengan kelompok lainnya, 7) Mengarahkan jawaban yang benar
dengan kriteria cukup karena guru membimbing siswa menjawab pertanyaan yang sulit, 8)
Memanggil nomor tertentu untuk presentasi didepan kelas dengan kriteria penilaian cukup
karena guru membimbing kelompok tertentu untuk presentasi hasil diskusi, 9) Memberikan
evaluasi belajar siswa dengan kriteria penilaian sangat baik karena guru memberikan evaluasi
dengan bertanya dan pemberian tugas individu/kelompok, 10) Memberikan kesimpulan dengan
kriteria penilaian cukup karena dalam membuat kesimpulan guru menggunakan pertanyaan
pancingan.
Pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
membahas materi tentang memberikan contoh perkembangan alat informasi, komunikasi,
transportasi, dan sosial budaya sebelum dan sesudah era globalisasi. Hasil belajar pada siklus I
diperoleh dari kegiatan evaluasi suklus I yang dikerjakan secara individu. Kegiatan evaluasi
dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I. tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal
pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.
Setelah dilakukan analisi data hasil tes evaluasi siklus I diperoleh persentase ketuntasan
belajar klasikal sebesar 67,25%, nilai rata-rata 67,25, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas
KKM sebanyak 12 siswa atau (60%) dan dinyatakan tuntas belajar sedangkan jumlah siswa
yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa atau ( 40%) dan dinyatakan belum tuntas
belajar.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa meskipun jumlah siswa yang tuntas belajar
mengalami kenaikan, namun presentase ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator
penelitian yaitu sebesar 75 %. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Refleksi
Refleksi dilakukan dengan diskusi antara peneliti dengan obsever dan didampingi
seorang expert. Dari hasil diskusi tentang kegiatan perbaikan pembelajaran mata pelajaran PKn
dengan menggunakan modep pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditemukan hal-hal sebagai
berikut: 1) rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran belum mencapai indikator yang
diharapkan, 2) adanya beberapa kelompok yang tidak serius karena anggotanya laki-laki dan
perempuan saja, 3) pembagian tugas kelompok yang kurang jelas sehingga siswa yang bertugas
menjadi tamu pada pertemuan 1 dan pada pertemuan 2 adalah siswa yang sama, 4) penggunaan
waktu yang kurang efisien karena siswa lambat saat mengerjakan tugas, 5) meskipun jumlah
siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan, namun presentase ketuntasan belajar klasikal
belum memenuhi indikator penelitian yaitu sebesar 75 %.
1153
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dengan demikian perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II yang diharapkan
dapat memperbaiki kekurangan pada siklus I serta meningkatkan hhasil belajar siswa pada
siklus II.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk
satu pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 6 April 2016 dan pertemuan kedua pada
hari Rabu, 13 April 2016. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kompetensi Dasar
“Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya”, materi Pengaruh
globalisasi. Siklus II terdiri tahapan-tahapan sebagai berikut:
Perencanaan Kegiatan
Dari analisis dan refleksi siklus I dilakukan perbaikan siklus II dengan perencanaan
sebagai berikut: 1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), 2)Peneliti menyiapkan
media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yaitu nomor dada, untuk memudahkan
pembagian tugas siapa yang menjadi tamu dan siapa yang bertugas menjadi tuan rumah, kartu
kuis untuk kegiatan kuis, gambar bintang untuk memberikan penghargaan kepada kelompok
yang dapat menjawab, 3) peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing
terdiri dari 4 anggota, tiap kelompok terdapat siswa berkemampuan lebih, kurang dan sedang,
serta terdiri anggota laki-laki dan perempuan, 4) Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS)
sesuai materi, 5) Peneliti menyusun tes akhir yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari
siswa berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 15 butir soal, 6) Peneliti menyusun lembar
observasi keaktifan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS. 7)
mengefiseinsikan waktu sebaik-baiknya dengan memberikan motivasi kepada siswa pada saat
pembelajaran.
Setelah pembelajaran berakhir peneliti melakukan koordinasi dengan obever membahas
hasil kegiatan pembelajaran pada siklus II.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan pertama dengan kompetensi dasar
memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memyebutkan
pengaruh perkembangan globalisasi. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa
berdoa sebelum memulai pelajaran, presensi kehadiran siswa, memotivasi siswa untuk siap
belajar dengan senam jari,untuk menggali pengetahuan awal guru melakukan tanya jawab
dengan siswa
G: Pertemuan sebelum ini kita belajar apa saja?
S: Alat informasi bu....
G: Siapa yang bisa menyebutkan alat informasi modern?
S: televasi
G: Siapa yang dapat menjelaskan manfaat televisi
S: dapat Hiburan, informasi
G: Adakah Pengaruh buruk dari televisi?
S : bikin kita malas bu..
Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal
terkait pengaruh alat informasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yakni menyebutkan pengaruh positif dan negatif dari perkembangan gaya hidup,
alat komunikasi, dan alat transportasi. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dipelajari.
Pada kegiatan inti: 1)guru menjelaskan secara singkat tentang pengaruh positif
globalisasi, 2)guru mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4
1154
ISBN: 978-602-1150-17-7
orang anggota yang terdiri siswa bekemampuan tinggi, sedang, dan rendah.sesuai dengan aturan
pembentukkan kelompok model TSTS, 3) guru memberikan penomoran pada setiap siswa, 4)
guru menjelaskan aturan pembelajaran menggunakan model TSTS, yaitu: a)Kelompok
melakukan diskusi dan berfikir bersama menyelesaikan tugas yang di berikan guru, b)setelah
selesai anggota dengan nomor ganjil (nomor 1 dan 3) bertugas berkunjung/bertamu ke
kelompok lain sesuai perintah guru, untuk menanyakan hasil kerja kelompok tuan rumah, c) dua
anggota bernomor genap (nomor 2 dan 4) bertugas menjadi tuan rumah untuk menjelaskan
hasil kerja kelompok kepada tamu, d) setelah selesai bertamu, anggota yang menjadi tamu
melaporkan hasil bertamunya kepada anggota yang lain. 5) ketua kelompok mengambil Lembar
Kerja Siswa (LKS), 6)guru memberikan kesempatan bertanya .siswa mengajukan pertanyaan
berkaitan dengan tugas di LKS yang belum jelas, 7) siswa berdiskusi dengan model TSTS,
8)guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 8) guru meminta 2 orang
anggota bernomor 1 dan 3 bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan
LKSnya ke kelompok lain, dan 2 orang anggota bernomor 2 dan 4 tetap berada di kelompoknya
untuk menerima siswa yang bertamu di kelompoknya, 9) guru mememinta siswa yang bertamu
kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada
anggota kelompok lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat, 10) guru meminta
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara bergiliran, sedang
kelompok yang lain memberi tanggapan, 11)guru mengklarifikasi jawaban yang benar, 12)guru
mengadakan kuiz yang berkaitan dengan materi, 13)Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang sering menjawab. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat
kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan kedua dengan kompetensi dasar
memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memyebutkan
pengaruh perkembangan globalisasi. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa
berdoa sebelum memulai pelajaran, presensi kehadiran siswa, memotivasi siswa untuk siap
belajar dengan senam jari,untuk menggali pengetahuan awal guru melakukan tanya jawab
dengan siswa
G: Pertemuan sebelum ini kita belajar apa saja?
S: Pengaruh televisi
S: pengaruh hp
G: apa pengaruh baik dari hp
S: bisa menghubungi dengan cepat
G: apa pengaruh buruk hp
S: jadi malas belajar
Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal
terkait pengaruh alat komunikasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yakni menyebutkan pengaruh positif dan negatif dari perkembangan gaya hidup
perkembangan ekonomi dan alat-alat industri.
Pada kegiatan inti: 1)guru menjelaskan secara singkat tentang pengaruh positif
globalisasi, 2)guru mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4
orang anggota yang terdiri siswa bekemampuan tinggi, sedang, dan rendah.sesuai dengan aturan
pembentukkan kelompok model TSTS, 3)memberikan penomoran pada setiap siswa, 4)Guru
menjelaskan aturan pembelajaran menggunakan model TSTS,yaitu; a)Kelompok melakukan
diskusi dan berfikir bersama menyelesaikan tugas yang di berikan guru, b)setelah selesai
anggota dengan nomor genap (nomor 2 dan 4) bertugas berkunjung/bertamu ke kelompok lain
sesuai perintah guru, untuk menanyakan hasil kerja kelompok tuan rumah, c)dua anggota
1155
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
bernomor ganjil (nomor 1 dan 3) bertugas menjadi tuan rumah untuk menjelaskan hasil kerja
kelompok kepada tamu, d)setelah selesai bertamu, anggota yang menjadi tamu melaporkan hasil
bertamunya kepada anggota yang lain. 5)Ketua kelompok mengambil Lembar Kerja Siswa
(LKS),6)guru memberikan kesempatan bertanya .siswa mengajukan pertanyaan berkaitan
dengan tugas di LKS yang belum jelas, 7)siswa berdiskusi dengan model TSTS, 8)guru
membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 8) guru meminta 2 orang anggota
bernomor 2 dan 4 bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKSnya
ke kelompok lain, dan 2 orang anggota bernomor 1 dan 3 tetap berada di kelompoknya untuk
menerima siswa yang bertamu di kelompoknya, 9) guru mememinta siswa yang bertamu
kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada
anggota kelompok lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat, 10) guru meminta salah
satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedang kelompok yang lain
memberi tanggapan, 11)guru mengklarifikasi jawaban yang benar, 12)guru mengadakan kuiz
yang berkaitan dengan materi, 13)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sering
menjawab. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang
telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut.
Pengamatan kegiatan
Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran penerapan model kooperatif tipe TSTS pada
kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu siklus II diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa,
obeservasi aktivitas guru, dan hasil evaluasi yang telah dipersiapkan.
Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran model TSTS yang
difokuskan pada kesiapan dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikuti
pembelajaran, mengkondisikan dalam bentuk kelompok belajar, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan siswa dalam bertanya, kemampuan siswa menjelaskan, kemampuan siswa
dalam menyalin laporan, dan ketepatan waktu menyelesaikan tugas.
Observasi aktivitas siswa dilakukan selama siklus II berlangsung. Dari data yang
diperoleh pada siklus ini tidak ditemukan aktivitas siswa yang berkatagori kurang, kategori
cukup sebanyak 1 siswa (5%), kategori baik 6 siswa (30%), dan kategori sangat baik 13 siswa
(65%) sedangkan ditinjau dari tiap-tiap aspek, aktivitas siswa dengan menggunakan model
pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: kategori sangat baik antara lain kesiapan nengikuti
pelajaran 86,25%, perhatian dalam pelajaran 69,25%, mengkondisikan dala bentuk kelompok
90%, menghargai pendapat 82,5%, kemampuan dalam bertanya 81,25%,kemampuan dalam
menyalin laporan 82,75%, ketepatan waktu mengerjakan soal 92,5%. Sedangkan kategori baik
yaitu kerjasama dalam kelompok 80% dan kemampuan dalam menjelaskan 72,5%, sudah tidak
ditemukan aspek yang kategari cukup maupun kurang.
Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, data hasil
observasi kinerja guru ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:
1) Kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan dan materi secara klasikal sudah
dilaksanakan sangat baik karena menggunakan pengalaman siswa sebagai contoh dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran; 2) Mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa
dengan kriteria baik karena guru sudah membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan sulit; 3)
Membagi siswa dalam kelompok dengan kreteria sangat baik karena guru telah membagi siswa
terdiri dari 4 anggota secara heterogen dengan tegas diarahkan kepada seluruh siswa, 4)
Membimbig siswa dalam menyelesaikan tugas dengan kriteria sangat baik karena guru
melakukan pengamatan, berkeliling kelas, dan menghampiri siswa jika menemukan kesulitan;
5) Melakukan pengamatan dengan kriteria penilaian baik karena guru berkeliling kelas dan
menghampiri siswa jika menemukan kesulitan; 6) Memanggil dua nomor untuk bertamu ke
1156
ISBN: 978-602-1150-17-7
kelompok lain dengan kriteria sangat baik karena siswa yang bertamu adalah siswa yang
berbeda, 7) Mengarahkan jawaban yang benar dengan kriteria sangat baik karena membimbing
siswa dalam memberikan alasan terhadap hasil kerja diskusi secara logis dalam berdiskusi, 8)
Memanggil nomor tertentu untuk presentasi didepan kelas dengan kriteria penilaian sangat baik
karena membimbing seluruh kelompok memaparkan hasil diskusi, 9) Memberikan evaluasi
belajar siswa dengan kriteria penilaian sangat baik karena guru memberikan evaluasi dengan
bertanya dan pemberian tugas individu/kelompok; 10) Memberikan kesimpulan dengan kriteria
penilaian sangat baik karena membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi.
Pelaksanaan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
membahas materi tentang pengaruh globalisasi. Hasil belajar pada siklus II diperoleh dari
kegiatan evaluasi suklus II yang dikerjakan secara individu. Kegiatan evaluasi dilaksanakan
pada akhir pertemuan siklus II. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda
sebanyak 15 butir soal.
Setelah dilakukan analisi data hasil tes evaluasi siklus II diperoleh persentase
ketuntasan belajar klasikal sebesar 79% nilai rata-rata 79,00, jumlah siswa yang mendapat nilai
di atas KKM sebanyak 16 siswa atau (80%) dan dinyatakan tuntas belajar sedangkan jumlah
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak .4siswa atau ( 40%) dan dinyatakan belum
tuntas belajar.
Refleksi
Pelaksanaan siklus II berjalan dengan baik. Keaktifan siswa pada aspek kesiapan
mengikuti pelajaran baik sekali yaitu siswa menyiapkan buku dengan tertib dan tenang. Pada
proses pembelajaran dengan menggunakan model TSTS sudah tidak kaku lagi. Dengan
memberikan penomoran pada anggota menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat
serta sudah tidak canggung untuk bertanya baik kepada guru maupun kepada temannya. Guru
sudah optimal dalam menggunakan model pembelajaran TSTS. Berdasarkan hasil diperoleh
persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 79% nilai rata-rata 79,00, jumlah siswa yang
mendapat nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa atau (80%) dan dinyatakan tuntas. Dengan
demikian proses pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya
PEMBAHASAN
Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu hal yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang
penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan atau materi, tetapi bagaimana
siswa dapat berperan aktif mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Jadi aktivitas siswa sangat
berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau dalam
Sardiman, (2009:96)(http://documen.tips-documents) yang memberikan penjelasan bahwa
segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara
rohani maupun teknisis.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I sampai siklus II pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model TSTS di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu, mata pelajaran PKn materi
memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya menunjukkan aktivitas
dan hasil belajar yang baik
Hasil dari observasi aktivitas siswa dalam model pembelajaran TSTS pada siklus I
terdapat peningkatan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1) kesiapan dalam mengikuti pelajaran
70% meningkat menjadi 86,5%, 2) perhatian dalam pelajaran 76,3% meningkat menjadi 86,25
%, 3) mengkondisikan dalam bentuk kelompok 40% meningkat menjadi 90%, 4) kerjasama
dalam kelompok 52,5% meningkat menjadi 80%, 5) menghargai pendapat orang lain 60%
1157
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
meningkat menjadi 82,5%, 6) kemampuan dalam bertanya 42,5% meningkat menjadi 81,25%,
7) kemampuan dalam menjelaskan 67,5% meningkat menjadi 72,5%, 8) kemampuan dalam
menyalin laporan 52,5 meningkat menjadi 83,75, dan 9) ketepatan waktu mengerjakan soal 77,5
pada siklus I meningkat menjadi 92,5 pada siklus II.
Keberhasilan aktivitas siswa di atas tidak lepas dari dari aktivitas yang dilakukan guru
untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ditemukan pada saat siklus I. Meskipun terkesan
pemaksaan namun pemberian nomor untuk masing-masing anggota mampu menggerakkan
siswa untuk melaksanakan tugasnya sebagai tamu dan tuan rumah dengan penuh tanggung
jawab. Pembentukan kelompok baru juga sudah heterogen sehingga tidak ada lagi siswa yang
memdominasi kelompok atau menggantungkan tugasnya pada salah satu anggota kelompok.
Selain aktivitas siswa hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada Siklus I
menunjukkan hasil nilai rata-rata siswa 67,25 dan presentase ketuntasan klasikal 60%
,banyaknya siswa yang tuntas 12 siswa dan sisanya 8 siswa yang tidak tuntas.meningkat pada
siklus II menjadi nilai rata-rata siswa 79,00 dan prosentasi ketuntasan klasikal 80%, banyaknya
siswa yang tuntas 16 siswa dan 4 siswa yang tidak tuntas.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa telah
mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu aktivitas dalam proses pembelajaran
setiap aspek mencapai ≥ 60%. Demikian juga dengan hasil belajar, siswa yang tuntas belajar
sebanyak 16 siswa (80%) yang berarti sudah melebihi indikator keberhasilan yaitu ≥75%.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa pembelajaran PKn dengan model pembelajaran
TSTS dapat meningkatkan hasil belajar kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu. Peningkatan ini
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar dari 45% pada kondisi sebelum siklus menjadi
60% pada siklus I dengan rata-rata nilai 67,25 pada siklus II ketuntasan belajar meningkat
menjadi 80% dengan rata-rata 79,00. Hasil pengamatan pada siswa dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat pada siklus I sebesar 60,42 % dan siklus II sebesar
83,89%. Terjadi peningkatan sebesar 23,47%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai maka diberikan beberapa saran sebagai
berikut: Diharapkan bagi guru lebih dapat mengembangkan model-model pembelajaran sebagai
variasi kegiatan belajar, salah satunya yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two
Stray sehingga siswa lebih aktif serta siswa juga dapat ikut terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan
Jakarta: BP Cipta Jaya.
SD/MI.
Depdiknas,2006.http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html. diakses tanggal 30 maret 2016
http://
www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html.
tanggal 28 Februari 2016 pukul 20.51
Diakses
https://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-two-staystray.html. Diakses tanggal 28 Februari 2016 pukul 20.51
two-
1158
ISBN: 978-602-1150-17-7
Mariyam, Sumardi, Sukmana, 2012. Penerapam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam . PGSD FKIP Unuversitas Pakuan.ejournal.unpak.ac.id
Pangeribuan, Sabri, Witara. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray Dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa
Kelas IV SD Negeri 11 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. ejurnal.untan.ac.id hal
13
Rousseau dalam Sardiman, 2009 http://documen.tips-documents
Sumantri,2010.http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertiankewarganegaraan.html
pendidikan-
Suparlan, 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Suyadi, 2010. Panduan penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Diva Press
Syamsiah, Gunansyah, 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Mata
Pelajaran IPS untuk Meningkatkan hasil Belajar Siswa kelas IV A SDN Simomulyo 8
Surabaya.PGSD FIP UNESA. ejournal.unesa.ac.id-aricle-view
1159
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN KEMAMPUAN BERMUSYAWARAH
PELAJARAN PKN SISWA KELAS V SDN ORO-ORO OMBO 01 BATU
Indah Dwi Wijayanti
SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, Kota Batu
[email protected]
Abstrak : Kesadaran meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat perlu
ditanamkan sejak dini. Pembelajaran di kelas pada umumnya masih menggunakan
metode ceramah, hasil belajar siswa kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Kota Batu masih di
bawah KKM (66) yaitu 60,9. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar
siswa setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
bermusyawarah. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan model
kooperatif tipe STAD meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I naik sebesar 59 %
siswa yang tuntas, sedangkan pada siklus II menjadi 77% siswa yang tuntas.
Kata Kunci: model pembelajaran, kooperatif, hasil belajar, bermusyawarah
Seiring dengan berubahnya paradigma pendidikan dari teacher centered ke student
centered, maka sudah tidak zamannya lagi guru hanya bercerita saja dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk “warga negara
yang baik”. Dalam hal ini diupayakan bagi warga negara melalui proses pendidikan agar
mampu berperan serta aktif dalam sistem pemerintahan yang demokratis (Winarno, 2006).
Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mengambil keputusan atas
suatu masalah (Widihastuti dan Rahayuningsih, 2008). Berdasarkan UUD 1945 pasal 28J ayat 1
berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dalam
bermusyawarah.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006). Hingga saat
ini pembelajaran PKn masih dipandang sebagai pelajaran yang sangat membosankan. Banyak
siswa yang malas membaca dan mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri. Keberhasilan
dalam pembelajaran biasanya diukur dari banyaknya siswa yang menguasai materi pelajaran.
Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan materi maka
semakin tinggi keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut.
Pada pembelajaran PKn di kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Kota Batu proses belajar
mengajar selama ini umumnya guru menggunakan metode ceramah, jumlah siswa 22
orang,yang terdiri dari 11 siswa laki- laki dan 11 siswa perempuan. Meskipun merupakan mata
pelajaran wajib, pada kenyataannya nilai rata-siswa pada semester genap tahun 2015- 2016
sangat rendah yaitu 60,9 di bawah nilai KKM yang seharusnya 66. Masalah yang dihadapi
1160
ISBN: 978-602-1150-17-7
dalam pembelajaran di kelas salah satunya yaitu adanya siswa yang belum lancar membaca dan
menulis, kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, dan kurangnya minat siswa terhadap
pelajaran PKn.sehingga guru perlu mengenalkan pendekatan kooperatif,yang salah satunya
yaitu kooperatif tipe STAD. Metode tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya dan kemampuan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat.
Menurut Sanjaya (2008) dalam Nurhasanah (2010) pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu 4 sampai
6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku
yang berbeda. Metode kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, rasa percaya diri,
menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuannya dan keahlian yang dimiliki, serta
memperbaiki hubungan antar kelompok (Nurhasanah, 2010).
Model STAD (Student Achievement Division) merupakan model pembelajaran
kooperatif sederhana (Naurofiq, 2013) yang terdiri atas lima komponen utama yaitu penyajian
kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan belajar kelompok yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku (Slavin dalam Nurhasanah, 2010).
Guru menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang
materi tersebut dengan tidak diperbolehkan saling membantu (Slavin dalam Nurhasanah, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan cara peningkatan kualitas pembelajaran PKn
serta menganalisis hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada materi mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, Kota Batu, Jawa Timur
pada tanggal 29 Februari 2016 sampai dengan 16 Maret 2016. Obyek penelitian yaitu siswa
kelas V SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu. Jumlah siswa sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 11
siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari
tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Pada siklus I, tahap perencanaan meliputi penyusunan rencana perbaikan pembelajaran,
lembar kerja siswa, lembar observasi dan alat evaluasi. Tahap pelaksanaan: implementasi RPP
dan metode pembelajaran. Setelah guru mengajarkan materi pelajaran dilakukan pengumpulan
data dengan cara memberikan tugas kelompok dan tugas individu kepada siswa. Kemudian
menilai hasil belajar siswa dan sikap siswa. Data kualitatif yang telah diperoleh, dianalisis,
kemudian diubah menjadi data kuantitaf agar dapat digambarkan dalam sebuah grafik, dan
dianalisis secara deskriptif. Siklus II dilakukan dengan cara yang sama seperti siklus I namun
ditekankan pada perbaikan dalam proses pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus pertama ini peneliti pertama-tama melaksanakan proses
identifikasi masalah siswa kelas V serta menganalisa suatu permasalahan pembelajaran
khususnya mata pelajarana PKn. Setelah diketahui pokok permasalahannya peneliti mencari
alternatif memecahkan masalah tersebut dengan menyusun RPP untuk mengembangkan KD
menjadi indikator, menyusun tujuan pembelajaran serta langkah-langkah proses belajar
mengajar. Pada penyusunan RPP ini difokuskan untuk perencanaan langkah-langkah perbaikan
pembelajaran tentang bermusyawarah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan
1161
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pembelajaran yang terjadi pada siswa. Peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan
menggunakan metode kooperatif STAD yang tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.
Selanjutnya peneliti menyiapkan media pembelajaran yaitu kertas manila yang berisi
gambar dan foto-foto tentang musyawarah di kelas, di rumah, dan di masyarakat. Media tersebut
diarsipkan untuk ditempel di papan tulis sebagai contoh musyawarah sembari peneliti mengajar
di kelas.
Peneliti juga menyiapkan lembar kerja bagi siswa baik kelompok dan individu serta
selotip untuk menempelkan hasil kerja mereka di dinding kelas.
Langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi sebagai
perangkat untuk mengamati proses dan hasil perbaikan sekaligus digunakan sebagai instrumen
pengumpulan data. Lembar observasi dan lembar evaluasi tersebut diisi oleh peneliti dan
observer.
Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret 2016. Guru mengawali
pembelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Sebagai apersepsi, guru
menanyakan pengalaman siswa mengikuti rapat atau musyawarah di rumah, sekolah, maupun di
lingkungan masyarakat. Guru lalu mengajak siswa menyanyikan lagu pemilihan umum. Guru
juga menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuannya.
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki
kemampuan beragam dan jenis kelamin putra putri. Guru menunjukkan gambar-gambar orang
yang sedang bermusyawarah (Gambar 1), lalu memberikan lembar kerja pada tiap kelompok.
Gambar 1. Guru menunjukkan gambar-gambar contoh musyawarah
Gambar 2. Guru mengamati diskusi kelompok
Setiap kelompok mendiskusikan lembar kerja yang diberikan guru. Anggota kelompok
saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Masing-masing siswa mengerjakan sendiri
kemudian didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Guru berkeliling mengamati
keaktifan tiap kelompok (Gambar 2) dan menunjuk salah satu siswa pada tiap kelompok untuk
1162
ISBN: 978-602-1150-17-7
mempresentasikan hasil kerjanya (Gambar 3). Kemudian masing-masing kelompok memajang
hasil kerjanya. Guru membagikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar yang telah
dicapai oleh masing-masing siswa.
Gambar 3. Siswa mepresentasikan hasil kerjanya
Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran, memberikan umpan balik,
merencanakan kegiatan tindak lanjut, melakukan penilaian, atau refleksi. Akhirnya guru
bersama siswa berdoa sebagai penutup pelajaran.
Pengamatan
Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati
yaitu pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar, pengamatan terhadap siswa, serta
pengamatan model pembelajaran kooperatif. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar
meliputi persiapan dan penyajian guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap
siswa meliputi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan model
pembelajaran kooperatif meliputi situasi kelas, konsentrasi belajar, keterlambatan siswa dalam
belajar, kesulitan siswa mengikuti pembelajaran, usaha guru mengatasi siswa yang lemah, cara
guru mengatasi masalah, terlaksananya pembelajaran, serta manfaat dari kegiatan pembelajaran
kooperatif.
Refleksi
Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I melalui diskusi dengan tim
pengawas. Siswa menulis pendapat mereka tentang proses pembelajaran serta manfaatnya bagi
mereka pada siklus I. Bersama dengan observer, peneliti mencari kekurangan-kekurangan pada
siklus I dan memperbaikinya pada siklus II.
Hasil belajar siswa secara rata-rata kelas mencapai 72,95 (sudah di atas KKM). Hal
tersebut disebabkan karena meningkatnya motivasi siswa belajar dengan kelompoknya dan
siswa merasa senang karena berperan aktif. Analisa hasil refleksi siklus I masih ada
kekurangannya dimana jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap materi hanya sebesar
59% atau hanya 13 anak dari 22 siswa. Oleh karena itu analisa tersebut digunakan oleh peneliti
untuk menyusun rencana siklus II.
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus kedua ini peneliti pertama-tama melaksanakan proses
identifikasi masalah yang didasarkan pada siklus I. Kemudian menyusun perbaikan RPP untuk
siklus kedua. Peneliti juga menyiapkan lembar kerja bagi siswa baik kelompok dan individu
serta selotip untuk menempelkan hasil kerja mereka di dinding kelas.
1163
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi sebagai
perangkat untuk mengamati proses dan hasil perbaikan sekaligus digunakan sebagai instrumen
pengumpulan data. Lembar observasi dan lembar evaluasi tersebut diisi oleh peneliti dan
observer.
Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga Maret 2016. Guru mengawali pembelajaran
dengan mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Sebagai apersepsi, guru menanyakan pengalaman
siswa mengikuti rapat atau musyawarah di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Guru lalu mengajak siswa menyanyikan lagu pemilihan umum. Guru juga menginformasikan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuannya.
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki
kemampuan beragam dan jenis kelamin putra putri. Guru menunjukkan gambar-gambar orang
yang sedang bermusyawarah, lalu memberikan lembar kerja pada tiap kelompok. Setiap
kelompok mendiskusikan lembar kerja yang diberikan guru. Anggota kelompok saling
membantu untuk menguasai bahan ajar. Masing-masing siswa mengerjakan sendiri kemudian
didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Guru menekankan pada siswa agar tiap
kelompok mendapat skor 100. Guru berkeliling mengamati keaktifan tiap kelompok (Gambar 4)
dan menunjuk salah satu siswa pada tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Gambar 4. Guru mengamati keaktifan siswa dalam tiap kelompok
Gambar 5. Siswa memajang hasil kerja mereka
1164
ISBN: 978-602-1150-17-7
Kemudian masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya (Gambar 5). Guru
membagikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh masingmasing siswa.
Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran (Gambar 6), memberikan
umpan balik, merencanakan kegiatan tindak lanjut, melakukan penilaian, atau refleksi. Akhirnya
guru bersama siswa berdoa sebagai penutup pelajaran.
Gambar 6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran
Pengamatan
Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan melalui pendataan ulang untuk
mengetahui hasil dari tindakan siklus II. Adapun aspek yang diamati yaitu pengamatan terhadap
kegiatan belajar mengajar, pengamatan terhadap siswa, serta pengamatan model pembelajaran
kooperatif. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar meliputi persiapan dan penyajian
guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Pengamatan model pembelajaran kooperatif meliputi situasi kelas,
konsentrasi belajar, keterlambatan siswa dalam belajar, kesulitan siswa mengikuti pembelajaran,
usaha guru mengatasi siswa yang lemah, cara guru mengatasi masalah, terlaksananya
pembelajaran, serta manfaat dari kegiatan pembelajaran kooperatif.
Refleksi
Guru bersama dengan observer menemukan kelebihan-kelebihan pada siklus II antara lain
siswa yang mendapat nilai di atas 66 (5 siswa) dan di atas 75 (17 siswa). Banyak siswa yang
menunjukkan sikap positif terhadap metode kooperatif STAD yang ditunjukkan dengan
komentar mereka, misalnya “Saya menjadi lebih mengerti belajar dengan menggunakan model
seperti ini”. Adapula yang memberikan komentar, “Saya menjadi lebih berani mengemukakan
pendapat di depan kelas”.
Perbandingan hasil penskoran nilai kinerja siswa pada siklus I menunjukkan bahwa yang
mendapat kategori nilai sangat baik sebanyak 40 %, nilai baik 14%, nilai cukup 18%, nilai
kurang 14%, dan sangat kurang 14 %. Siklus kedua siswa yang mendapat kategori nilai sangat
baik sebanyak 80%, nilai baik 18%, nilai cukup 27%, nilai kurang 5%, dan nilai sangat kurang
0%. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.
Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (a) Secara individu bila
siswa sudah dapat mencapai skor 66 atau lebih berarti sudah menyerap materi atau dikatakan
menguasai materi, (b) Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi paling sedikit 75% dari
jumlah keseluruhan. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.
1165
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Perbandingan rata- rata antara siklus I dan siklua II mengalami kenaikan 7,5.
Perbandingan penguasaan materi antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan 85%.
Perbandingan ketuntasan belajar antara sklus I dan siklus II mengalami kenaikan 18%.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Penskoran Nilai Kinerja Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Siklus
Siklus I
Siklus II
Rentang Nilai
85 - 100
75 - 84
60 - 74
50 - 59
≥ 49
85 - 100
75 - 84
60 - 74
50 - 59
≥ 49
Kategori Nilai
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Banyak Siswa
9
3
4
3
3
11
4
6
1
0
Persentase
40%
14%
18%
14%
14%
50%
18%
27%
5%
0%
Tabel 2. Perbandingan rata-rata, penguasaan materi, dan ketuntasan belajar antara siklus I dan siklus II
Perbandingan
Rata-rata
Penguasaan materi
Ketuntasan belajar
Siklus I
72,95
73%
59%
13 anak
Siklus II
80,45
81%
77%
17 anak
Kenaikan
7,5
8%
18
Hasil belajar siswa secara rata-rata kelas mencapai 80,45 (sudah di atas KKM) dan
jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap materi hanya sebesar 77% atau hanya 17 anak
dari 22 siswa. Hasil kinerja siswa mengalami peningkatan karena siswa telah mempelajari
pokok bahasan terkait di siklus I. Siswa juga lebih memahami materi pada siklus II. Metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang
bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling membantu menyelesaikan tugas, menguasai dan
menerapkan keterampilan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa merasa
senang dan termotivasi untuk belajar sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran tersebut.
Dari hasil penskoran nilai kinerja siswa dapat terlihat peningkatan jumlah siswa dalam kategori
baik hingga sangat baik pada siklus I sebanyak 12 orang menjadi 15 orang pada siklus II (Tabel
1). Dengan demikian siklus II tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.
KESIMPULAN
Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Oro-oro Ombo 01
Batu, menunjukkan penerapan model kooperatif STAD meningkatkan hasil belajar yaitu nilai
rata-rata siswa pada prasiklus 60,9, pada siklus I 72,95, dan pada siklus II meningkat menjadi
80,45. Analisis hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD
menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah siklus II dimana penguasaan materi mencapai
81% dan ketuntasan belajar kelas mencapai 77%. Hal tersebut dibuktikan dengan siswa yang
menguasai materi pada siklus I sejumlah 16 siswa dan pada siklus II sejumlah 18 siswa.
1166
ISBN: 978-602-1150-17-7
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta
Naurofiq, Didik. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Drama melalui Bermain Peran
Model STAD pada Siswa Kelas V SDN 02 Bongas Watukumpul. Skripsi. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Nurhasanah, Sarifah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam Pelajaran IPS pada
Siswa Kelas V. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya. 2014. Penerbit
Sinduraya
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
Widihastuti, Setiati dan Fajar Rahayuningsih. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI
Kelas V. BSE. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Winarno. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan: Standar Isi dan
Pembelajarannya. Jurnal Civics. Vol.3, No.1
1167
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS IV BERKAITAN AKTIVITAS EKONOMI SDA
SDN SISIR 05 BATU
Kusdiyo
SD Negeri Sisir 05 Kecamatan Batu Kota batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan dari penenilitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas iv
berkaitan aktivitas ekonomi di SDN Sisir 05 Batu. Penelitian tindakanini tediri dari
siklus. Hasil penelitian dan pembahasanya disimpulkan bahwa penerapan model picture
and picture dengan menggunakan media LCD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV untuk mata pelajaran IPS KD tentang aktifitas ekonomi berkaitan dengan
sumber daya alam yang ada di sekitar daerahnya.
Kata Kunci: picture and picture, Peningkatan hasil belajar
Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru
mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut
dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut
Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan
kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan
adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak).
Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep
seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual,
akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsepkonsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep
abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey
untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui
percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau
elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari
yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin
meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang
mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh,
dan seterusnya.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan
belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik
dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan
kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan
1168
ISBN: 978-602-1150-17-7
yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru.
Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan
berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah
mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK,
tujuan, prinsip, model, persyaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
METODE PENELITIAN
Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sisir 05
Kec.Batu Kota Batu, mulai tanggal 26 Pebruari 2016
sampai dengan tanggal 1 Mei 2016.
Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Sisir 05 Kec. Batu Kota Batu diantaranya adalah
jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 9 orang perempuan usia siswa
rata-rata 9 - 11 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi
menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan Pedagang / Wiraswasta dan
tempat tinggal tidak jauh dari sekolah. Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis
masalah bekerjasama dengan teman sejawat, kemudian diadakan rancangan perbaikan untuk
penelitian tindakan kelas .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap ini guru menentukan SK ,KD,Indikator dan tujuan pembelajaran untuk
materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya.yang proses
pembelajaranya mengunakan metode picture and picture. Pada penentuan ini dihasilkan 5
indikator :Menyebutkan sumber daya alam berpotensi di daerah-nya,Mengelompokkan sumber
daya di daerahnya,Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerahnya,Menjelaskan
perlunya melestarikan sumber daya alam,Menyebutkan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di
daerah tempat tinggalnya.
Pelaksanaan
Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini diawalai dengan - Mengkondisikan
siswa. Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti
proses pembelajaran yang aktif.-Melaksanakan apersepsi:
Guru memberikan pertanyaan
yang ada hubungannya dengan materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam
kemudian beberapa siswa merespon apa yang ditanyakan oleh guru.setelah siswa tertarik
terhadap materi yang dibahas maka guru melanjutkan ke materi pokok tentang kegiatan
ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam yang ada didaerahnya.guru mengajak siswa
menyanyi berjudul kolam susu kemudian siswa menirukan dan setelah itu siswa diminta untuk
mengambarkan kondisi alam Indonesia secara umum sampai kondisi alam disekitar
daerahnya,kemudian guru menayangkan gambar 1 dan 2 berupa peta konsep dan materi
pembelajaran.
Gambar 1 peta konsep materi tentang kegiatan ekonomi
1169
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kemudian gambar – gambar tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan tentang sumber daya
alam dan potensi lain di daerahnya.
Gambar 1 pekerjaan di daerah perkebunan dan perikanan
setelah siswa mengamati contoh kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam
misalnya pekerjaan di perkebunan dan tambak seperti terlihat pada gambar 1 da 2 maka
selanjutnya siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan jenis – jenis pekerjaan lain yang
berkaitan dengan sumber daya alam yang ada disekitar daerahnya. Contohnya pekerjaan apa
yang banyak ditemukan di daerah pedesaan,jenis pekerjaan yang banyak ditemukan daerah
perkotaan dan daerah pesisir pantai.aktivitas siswa yang sedang diskusi seperti tampak pada 3
gambar dibawah ini.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan maka guru
memberikan evaluasi:
Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu
sebanyak 10 soal berbentuk isian.-Rangkuman hasil Evaluasi Siklus I terlihat pada Tabel 1
Tabel 1 Prosentasi keberhasilan pembelajaran pada siklus I
Kategori
1. sangat Baik
1. Baik
2. cukup
3. Kurang
Jumlah Siswa
0
6 orang
3 orang
15 orang
Persen ( % )
0/24 x 100
6/24 x 100
3/24 x 100
15/24 x 100
=
=
=
=
0%
25 %
12,5 %
62.5 %
Observasi
Dalam penelitian ini ,pengamatan di laksanakan dalam beberapa aspek yang di amati
yaitu siswa dalam kegiatan belajar,keterlambatan belajar,kosentrasi belajar,kesulitan belajar
dan guru dalam penyajian,metode serta model mengajar.
1170
ISBN: 978-602-1150-17-7
Refleksi
Refleksi yang dilakukan saat di pimpin oleh moderator dan dibantu oleh expert.
ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :1.Guru terlalu cepat dalam
menyampaikan pembelajaran.2. penggunaan media gambar kurang jelas .3.Guru kurang
menyampaikan tujuan pembelajaran.4.Guru kurang memberikan penguatan kepada
siswa.5.kurang adanya diskusi antara siswa dan guru.6. guru banyak memberikan ceramah 7.
Siswa kurang di beri kesempatan untuk melakukan pemahaman materi. Seperti terlihat pada
tabel 1 dimana analisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 25 %.
Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya
perbaikan pembelajaran. Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam
proses terbanyak yaitu sebesar 62,5 % dan yang berkategori sedang sebanyak 12,5 %. Itu
akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami
penurunan.Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan dalam mata pelajaran
IPS.
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap ini guru menentukan SK ,KD,Indikator dan tujuan pembelajaran untuk
materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya.yang proses
pembelajaranya mengunakan metode picture and picture. Pada penentuan ini dihasilkan 5
indikator :Menyebutkan sumber daya alam berpotensi di daerah-nya,Mengelompokkan sumber
daya di daerahnya,Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerahnya,Menjelaskan
perlunya melestarikan sumber daya alam,Menyebutkan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di
daerah tempat tinggalnya.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II di laksanakan pada minggu ke 2 bulan april,
pengkondisian siswa
:Guru mengucapkan salam,menanyakan kesehatan melakukan
apersepsi:
Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi aktivitas
ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam kemudian beberapa siswa merespon apa yang
ditanyakan oleh guru.setelah siswa tertarik terhadap materi yang dibahas melanjutkan mengajak
siswa menyanyikan lagu berjudul kolam susu kemudian siswa menirukan dan setelah itu siswa
diminta untuk mengambarkan kondisi alam Indonesia secara umum sampai kondisi alam
disekitar daerahnya,
Kemudian guru memberikan 2 contoh gambar tentang kegiatan ekonomi yang
berkaitan tentang sumber daya alam seperti tampak pada Gambar 1
Gambar 1 Aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam.
1171
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kemudian guru member lembar kerja siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan
jenis – jenis pekerjaan lain yang berkaitan dengan sumber daya alam yang ada disekitar
daerahnya. Contohnya pekerjaan apa yang banyak ditemukan di daerah pedesaan,jenis
pekerjaan yang banyak ditemukan daerah perkotaan dan daerah pesisir pantai.aktivitas siswa
yang sedang diskusi seperti tampak pada Gambar 2.
Gambar 2 : Aktifitas siswa berdiskusi menyelesaikan lembar kerja kelompok
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan guru
memberikan penguatan dengan berkeliling ke masing–masing kelompok untuk menanyakan
kesulitannya dan setelah selesai masing–masing perwakilan kelompok untuk presentasi hasil
dari diskusinya di depan kelas selanjutnya di tempel di dinding kelas.mengakhiri kegiatan guru
memberikan
evaluasi secara individu sebanyak 10 soal berbentuk jawaban singkat.
Rangkuman hasil Evaluasi Siklus II terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Tingkat keberhasilan pembelajaran pada siklus II
Kategori
1.Sangat baik
2. baik
3. cukup
4.kurang
Jumlah Siswa
6 orang
15 orang
3 orang
0
Persen ( % )
6/24 x 100
3/24 x 100
15/24 x 100
0/24 x 100
=
=
=
=
25 %
62,5 %
12.5 %
0%
Observasi
Dalam penelitian ini ,pengamatan di laksanakan dalam beberapa aspek dan melalui
pendataan ulang dari siklus I
yaitu siswa dalam kegiatan belajar,keterlambatan
belajar,kosentrasi belajar,kesulitan belajar dan guru dalam tujuan belajar ,penyajian materi
,metode pembelajaran , model pembelajaran,situasi kelas ,usaha guru mengatasi siswa yang
lemah dalam menerima materi,dan manfaat mengunakan model picture and picture.
Refleksi
Peneliti mengalisis semua tindakan pada siklus II dengan teman sejawat dan pengawas
dan mengkategorikan sebagai berikut: sangat baik 25 %, baik 62,5 % dan yang berkategori
cukup 12,5 % dan berkatagori kurang 0%. itu artinya belajar siswa sudah tuntas 100% dengan
kriteria ketuntasan minimal 70 dengan model pembelajaran Picture and picture tentang materi
kegiatan ekonomi masyarakat berkaitan sumber daya alam didaerahnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanya disimpulkan bahwa penerapan model
picture and picture dengan menggunakan media LCD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
1172
ISBN: 978-602-1150-17-7
kelas IV untuk mata pelajaran IPS KD tentang aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya
alam yang ada di sekitar daerahnya.
DAFTAR RUJUKAN
Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Bumi Aksara.
Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University.
Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown
Communications, Inc.
Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston : Houghton Mifflin
Coy.
1173
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
TENTANG BENTUK-BENTUK KERJASAMA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
PADA SISWA KELAS II SDN SONGGOKERTO 01 KECAMATAN BATU KOTA
BATU
Dewi maslamah
SDN Songgokerto 01 Kota Batu Jawa Timur
[email protected]
Abstrak: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan masyarakat pada
siswa kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu.Penelitian ini di lakukan dalam 2 siklus
dengan model pembelajaran diskusi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan pemahaman siswa dari siklus 1 dibandingkan dengan pra siklus dengan
rata-rata 60,1 dari siklus 1 ke siklus 2 rata-rata 80,1. Kriteria ketuntasan minimal
tercapai pada siklus 2. Dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama.
Kata kunci : Diskusi meningkatkan pemahaman kerjasama
Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk
menggunakan akal fikiran mereka sebagai jawaban dalam menghadapai berbagai masalah yang
timbul di masa yang akan datang. Salah satu tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan
zaman di masa yang akan datang. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai ruang
lingkup dan tujuan yang Menumbuhkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Pada hakekatnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial diarahkan untuk
mempertajam kepekaan terhadap lingkungan tempat tinggal siswa.Dalam hal ini guru dituntut
memotivasi agar siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami bentuk-bentuk
kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat, karena dengan memahami bentuk kerjasama
siswa dapat menarik manfaat bagi kehidupannya sehari hari. Sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah laku anak didik. Hal ini
merupakan proses secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia
pendidikan. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan
dengan kondisi anak sekarang. Perlu di ketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang
akan datang banyak perubahan. Sebagai seorang pendidik harus tahu akan kebutuhan anak
didik, terutama dalam pelayanan dan penyampaian materi pelajaran.Sehingga sebagai pendidik
perlu mengadakan variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk
menyampaikan materi supaya hasil proses balajar mengajar berhasil maksimal. Maka guru
harus bisa mengarahkan siswa memiliki kepekaan sosial yang sesuai dengan kematangan jiwa
mereka.
Salah satu tugas guru adalah mengajar, hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan
kepada setiap guru untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar?
Dengan kata lain setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki
kompetensi mengajar jika guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis.
Berbicara mengenai keberhasilan dalam proses pembelajaran memang tidak ada
habisnya, seorang guru yang sudah berupaya dalam melaksanakan proses belajar mengajar
semaksimal mungkin mulai dari merencanakan pembelajaran sampai menilai hasil belajar
terkadang tidak mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Dalam proses
1174
ISBN: 978-602-1150-17-7
pembelajaran guru sering menemui masalah yaitu hasil belajar yang tidak sesuai dengan tujuan
yang diharapkan sehingga guru berupaya untuk memperbaiki kinerja dengan cara memperbaiki
pembelajarannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (Wardhani, 2005).
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS kelas II
tentang bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan secara klasikal siswa hanya 40%, hal tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan
standar minimum yaitu 75%. Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti ingin meningkatkan
prestasi siswa-siswinya melalui kegiatan perbaikan pembelajaran melalui metode diskusi
kelompok, metode ini tidak hanya untuk menyampaikan informasi kepada para siswa, hal ini
bertujuan untuk menyampaikan informasi antara lain terbentuknya kondisi yang
menguntungkan bagi para siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Keterampilanketerampilan proses yang dapat dikembangkan melalui metode diskusi antara lain, keterampilan
pengamatan, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menafsirkan.
Dengan menggunakan metode diskusi, penelitian ini bertujuan untuk:
(a)Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan menyimpulkan pada
diri siswa, (b)Mengembangkan sifat positif terhadap sekolah, Para guru dan bidang studi yang
dipelajari,(c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self concept)
yang lebih positif, (d)Meningkatkan pemahaman dan keberhasilan siswa dalam mengemukakan
pendapat atau diskusi pada materi pembelajaran.
Hasil perbaikan pembelajaran diharapkan akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan
pembelajaran, khususnya guru kelas II, yaitu penelitian tindakan kelas tentang peningkatan
prestasi belajar pada mata pelajaran IPS ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak .
Penelitian ini akan dapat bermanfaat untuk tambahan bekal pengalaman sebagai pedoman lebih
lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada
guru kelas II dan pengembangan lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapatnya bermanfaat dalam
menambah khasanah keilmuannya, sehingga semakin luas wawasan kependidikan dan
bertambah wawasan berfikir inovatif dan kreatif dalam pendidikan ke depan. Terutama dalam
memperkaya bekal berimprovisasi dalam pembelajaran yang penuh kreatif yang pada akhirnya
akan mengembangkan dalam pembelajaran lebih lanjut. Metode diskusi kelompok ini dapat
memberi motivasi belajar yang lebih baik, lebih aktif dalam belajar serta memberikan
pengalaman bagi siswa.
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Metode diskusi ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok
yang didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan , tugas, atau
permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan
pendekatan keterampilan proses. Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar yang
dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Kegiatan diskusi dapat
dilaksanakan dalam kelompok kecil (3-7 peserta), kelompok sedang (8-12 peserta), kelompok
besar (13-40 peserta) ataupun diskusi kelas.Diskusi pada kelompok kecil lebih efektif dibanding
dengan kelompok besar dan kelas. Kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua atau moderator
untuk mengatur pembicaraan cara mencapai target.
Girlstrap dan martin (1975:15) mengemukakan bahwa metode diskusi merupakan suatu
kegiatan sejauh orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat suatu topic
atau maslaah untuk mencari jawaban berdasarkan semua fakta yang memungkinkan.
1175
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pemahaman Konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 1989:80), konsep adalah suatu
Abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki
atribut yang sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman.Bell (1995)
dalam Nono Sutarno (2007) memberikan batasan konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama
menyatakan konsep sebagai kontruk mental dari seorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata
menyatakan konsep khusus.Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang
diterima secara social.Pendidikan di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur
pengetahuan yang saling berhubungan menjadi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
terorganisir.
Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah SDN Songgokerto 01
Kecamatan Batu Kota Batu. Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian
tindakan kelas ini selama 2 siklus, yaitu pada tanggal 23 Maret 2016 (Siklus 1) dan 14 April
2016 (Siklus 2). Mata pelajaran yang diteliti adalah IPS dengan pokok bahasan Bentuk-bentuk
kerjasama di lingkungan masyarakat, Kelas II Semester II SDN Songgokerto 01 Tahun
pelajaran 2015/2016.Jumlah siswa SDN Songgokerto 01 Kelas II berjumlah 29 siswa, terdiri
dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa
berasal dari keluarga buruh atau petani, pendidikan orang tua pada umumnya hanya sebatas
lulus Sekolah Dasar (SD) atau SMP, hal ini mengakibatkan orang tua menyerahkan sepenuhnya
masalah pendidikan kepada guru (sekolah).
Kegiatan merancangkan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui tindakan kelas
ini dilaksanakan 2 siklus untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dimana masing-masing
siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: Planning (perencanaan), Acting (pelaksanaan), Observing
(pengamatan), dan Reflecting (refleksi). Keempat fase tersebut merupakan satu siklus dalam
sebuah penelitian tindakan kelas yang digambarkan dengan menggunakan spiral seperti gambar
1.1
Rencana
Refleksi
Perbaikan Rencana
Tindakan/Observasi
Refleksi
Tindakan/Observasi
Perbaikan Rencana
Gambar 1.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins
Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa Pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas ini
dapat akan terus berputar dan berlanjut hingga tujuan penelitian tercapai.Adapun penjelasan
tahapannya sebagai berikut:
1176
ISBN: 978-602-1150-17-7
Perencanaan:Menyusun dan menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan
pembelajaran, Menyiapkan gambar bentuk-bentuk kerjasama, Menyusun instrument observasi,
Menyusun instrument penelitian.
Pelaksanaan: Tahap ini merupakan implementasi yang ada dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan metode pembelajaran, yang terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan
int pembelajarani,dan kegiatan akhir pembelajaran.
Pengamatan : Hal yang diamati oleh peneliti saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung
antara lain: Pemahaman siswa tentang mendeskripsikan contoh bentuk kerjasama, keaktifan
siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa
dalam mengerjakan tugas.
Refleksi : Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai harapan peneliti.Penjelasan pelaksanaan siklus 2
sama dengan siklus 1, namun terdapat penekanan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 1 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah
pembelajaran pada siswa kelas 2, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah
tersebut dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan
kopetensi dasar dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan
perbaikan pembelajaran terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk
kerjasama di lingkungan tetangga dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti
mengembangkan metode dalam pembelajaran yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 5-6 siswa. Peneliti Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk
kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat dan menunjukkannya pada siswa, Peneliti
Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara kelompok maupun lembar kerja
individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di isi oleh observer,
Menyusun lembar evaluasi sebagai bahan untuk mengamati ketercapaian tujuan pembelajaran
yang diharapkan juga digunakan sebagai data.
Pelaksanaan
Tahap ini di laksanakan pada hari kamis, 23 Maret 2016 di SDN SONGGOKERTO 01.
Guru mengawali pembelajaran dengan berdo‟a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa
masing-masing, guru mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di
laksanakan dan tujuan pembelajaran pada materi. Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong
royong”, Guru menanyakan kegiatan apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau
tetangga di lingkungan rumah, Guru menjelaskan dan memberikan contoh bentuk-bentuk
kerjasama di lingkungan rumah dan masyarakat,guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang
terdiri dari putra dan putri, dan nama kelompok terdiri dari nama contoh-contoh bentuk
kerjasama. Kemudian guru memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, untuk di diskusikan
bersama kelompoknya masing-masing. Seperti tampak pada gambar.1.
1177
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 1. siswa berdiskusi kelompok
Pada gambar.1. Kelompok “Kerja bakti membantu tetangga hajatan”
melaksanakan diskusi . Diskusi dilakukan sesuai dengan pembagian tugas tiap anggota
kelompok, dan tiap anggota saling membantu dan saling bertukar pendapat, dan hasilnya
dapat di tulis dalam lembar kerja yang sudah disediakan. Tampak pada gambar terdapat
salah satu anggota kelompok yang asyik bermain alat tulisnya sendiri, sedangkan anggota
yang lain serius mengerjakan tugasnya. Siswa yang kurang serius tadi perlu di beri
motivasi oleh guru agar paham terhadap tugas dan tanggung jawabnya, seperti pada
gambar .2.
Gambar.2. Guru mengamati dan membimbing kegiatan diskusi tiap kelompok
gambar.2. Dengan bimbingan guru siswa tampak aktif melaksanakan diskusi,
mengumpulkan informasi dan saling bertukar pendapat untuk memecahkan masalah
bersama kelompoknya. Selanjutnya siswa menuliskan hasil diskusinya di lembar kerja
siswa, setelah selasai tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas,
seperti gambar.3.
Gambar.3. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Pada gambar.3. Tiap kelompok mepresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk
melatih keberanian bicara di depan teman-temannya, tiap kelompok juga mendapat
1178
ISBN: 978-602-1150-17-7
kritikan, saran karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok lain. Kemudian guru
bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi kerjasama berdasarkan diskusi, guru
memberikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar siswa, guru melakukan
penilaian dan refleksi, kemudian merencanakan kegiatan tindak lanjut. Sebagai penutup
guru bersama siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Pengamatan
Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang
sedang berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa.
Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam
diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam
mengerjakan tugas, pengamatan terhadap model pembelajaran diskusi kelompok antara lain
mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan mencari solusi pemecahannya.
Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan
Kelas pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai tujuan pembelajaran. pada siklus 1 sudah ada
peningkatan dengan nilai rata-rata 60,1. Namun dengan nilai rata-rata itu masih dirasakan bagi
peneliti belum memuaskan karena masih ada beberapa siswa yang nilaianya dibawah KKM.
Jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap hanya sekitar 13 anak dari 29 siswa.Peneliti
menganalisis data pada siklus 1 dengan berdiskusi bersama teman sejawat dan observer untuk
mencari kelebihan dan kekurangan pada siklus 1 sehingga menjadi acuan untuk perbaikan pada
siklus berikutnya.
Siklus 2
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah
pembelajaran pada siklus 1, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah tersebut
dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan kopetensi
dasar dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan
pembelajaran terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama di
lingkungan tetangga dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti mengembangkan
metode dalam pembelajaran yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6
siswa. Peneliti Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk kerjasama di
lingkungan tetangga dan masyarakat yang akan di tempel di papan tulis untuk di amati siswa,
Peneliti Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara kelompok maupun lembar
kerja individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di isi oleh observer, dan
menyusun lembar evaluasi.
Pelaksanaan
Siklus ke 2 dilaksanakan pada minggu ke 2 bulan april 2016. Guru mengawali
pembelajaran dengan berdo‟a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa masing-masing, guru
mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di laksanakan dan tujuan
pembelajaran pada materi.Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong royong”, Guru menanyakan
kegiatan apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau tetangga di lingkungan
rumah, melalui media gambar yang di pajang di papan, guru menjelaskan materi dan
memberikan contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan rumah dan masyarakat, siswa di
suruh mengamati gambar, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri dari putra dan
putri, kemudian memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, setiap kelompok mendiskusikan
1179
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
lembar kerja. Bersama anggota kelompoknya saling membantu untuk mengerjakan tugas
kelompok. Guru berkeliling mengamati kegiatan tiap kelompok. Perwakilan dari tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan memajang hasilnya di papan. Aktifitas siswa
memajang hasil lembar kerja hasil diskusi seperti gambar.4. di bawah ini.
Gambar 4. Memajang hasil diskusi
guru memberikan reward bagi kelompok yang terbaik dan kelompok yang masih kurang baik
guru memberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar, guru bersama siswa
menyimpulkan materi yang telah di pelajari, guru memberikan tes individu untuk mengukur
pemahaman belajar siswa ( gambar.5.)
Gambar .5. Tes individu
Pada gambar.5. guru memberikan tes individu kepada tiap siswa untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi kerjasama yang sudah dipelajari, tes dilakukan
dengan waktu 15 menit kenudian di kumpulkan untuk di nilai oleh guru. Rangkuman penilaian
tes individu pada siklus 2 dari 29 siswa adalah : Dari analisis data semua tindakan pada siklus
1 dan siklus 2 dapat diketahui sebelum perbaikan pembelajaran nilai siswa sangat rendah
dengan nilai 54,1 setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 nilai rata-rata
meningkat menjadi 60,1 tetapi peneliti masih ingin nilai yang lebih baik lagi yang sesuai
dengan harapan. Akhirnya peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dan dari
siklus 2 ini diperoleh nilai jauh diatas standart dengan nilai rata-rata 80,1, maka peneliti segera
menghentikan penelitiannya. Sebagai pemantapan materi guru memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa seperti yang tampak pada gambar.6. berikut ini
Gambar 6. Guru Memberi PR
1180
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pengamatan
Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang
sedang berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa.
Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa,konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakan siswa
dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas, pengamatan terhadap
model pembelajaran diskusi kelompok antara lain mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan
mencari solusi pemecahannya.
Refleksi
Peningkatan hasil belajar mulai dari sebelum perbaikan, peningkatan pada siklus 1 dan
perbaikan pada siklus 2 tidak lepas dari bantuan teman sejawat,observer dan expert selaku
pembimbing, yang telah memberi arahan, bimbingan sehingga peneliti menggunakan metode
diskusi serta memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpendapat dan melatih keberanian, dengan demikian siswa lebih mudah untuk
memahami materi yang diajarkan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diskusi kelompok
berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk
kerjasama siswa kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu. Peningkatan pemahaman siswa
terlihat pada siklus 1 dengan rata-rata 60,1 dan dari siklus 2 dengan rata-rata 80,1.
SARAN
Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran
hendaknya guru harus mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan
menyenangkan agar siswa lebih tertarik sehingga pelajaran akan mudah diserap dan dipahami
dengan baik dan yang lebih penting tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
DAFTAR RUJUKAN
Girlstrap dan martin,(1975), Metide Pembelajaran. Boston: Allyn & Bacon
Lorong, Jhonny dan Asy Ari, 2003.
Tim Bina Karya guru, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
Mudjiono.(1986), Kapita Selekta Metode-metode Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Sutarno, nano,(2007), Pengertian Pemahaman Konsep. Jakarta: Pustaka Jaya.
Rosser.91989), Pemahaman Konsep. Boston: Allyn & Bacon.
Tim Komunikatif, (2002), Siswa Terampil IPS.Solo: Pustaka Bengawan
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 57.
Rosser, Pemahaman Konsep, (dalam dahar, 1989:80)
Bell (1995), Batasan Konsep, ( Nono Sutarno, 2007)
Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka.
1181
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 018
MUARA KOMAM, PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE BERMAIN
PERAN (ROLE PLAY)
Muh.Arafa
SDN 018 Muara Komam Paser
[email protected]
Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS
yang masih rendah .rendahnya hasil pembelajaran tersebut ditandai oleh respon siswa
dalam pembelajaran IPS Yang mengunanakan metode ceramah sangat rendah ,ada
kecenderungan siswa ngantuk,jenuh,tidak memperhatikan,bahkan bermain sendiri tanpa
memperhatikan guru menerangkan lagi.Oleh karena itu,suatu metode kreatif yang dapat
mengatasi problem dalam pembelajaran tersebut yakni”Metode Bermain
Peran”.Dipilihnya metode ini didasari oleh pertimbangan teoritis dan praktis.Secara
teoritis menurut Vygostsky (1986) bermain peran mendukung awal mulanya muncul
dua kemampuan penting,yaitu kemampuan memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda
serta memahami dorongan hati dalam memnyusun tindakan yang diarahkan sendiri
dengan sengaja dan fleksibel.Sedangkan secara praktis,dengan metode bermain peran
siswa akan tampak seperti bermain-main.Hal ini akan membebaskan siswa dari
tekanan,kejenuhan dalam pembelajaran.Dengan demikian bahwa bermain peran sangat
sederhana tetapi hasilnya cukup efektif dan menyenangkan.Peningkatan keaktifan
melalui metode bermain peran siswa kelas V SDN 018 Muara Komam melalui
Penelitian Tindakan Kelas Berjudul Meningkatkan Aktifitas dan Hasil belajar siswa
Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Bermain Peran (Role Play). Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran partisipasi dan hasil belajar siswa
yang masih rendah dalam proses pembelajaran IPS pada materi” Jasa dan Peranan
Tokoh di Sekitan Proklamasi Kemerdekaan di kelas VSDN 018 Muara Komam.
Pemecahan rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas V SDN 018 Muara
Komam adalah dengan penerapan metode bermain peran (role play). Metode bermain
peran merupakan metode mengajar yang dilakukan dengan jalan pemeranan sebuah
situasi dalam kehidupan manusia.Dalam pembelajaran IPS dengan sub materi
menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi. dengan
metode bermain peran, siswa akan memerankan sebagai tokoh-tokoh pejuang seperti
Sukarno,Hatta,Akhmad Subardjo dan lain-lain. Metode pembelajaran ini dilaksanakan
melalui beberapa tahap, dimulai dari penyusunan silabus, penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran, penyusunan skenario bermain peran, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus, Hasilnya
dapat dilihat melalui formatif I dan formatif II dalam kegiatan pembelajaran melalui
hasil angket dan respon siswa adalah sebagai berikut : faktanya hasil yang dicapai
adalah 53,8% menjadi 81,9% setelah pembelajaran menggunakan metode bermain
peran.
Kata Kunci: Aktifitas,Hasil Belajar,Bermain Peran
Pendidikan sangatlah penting bagi Bangsa yang ingin maju,sudah barang tentu harus
mempersiapkan Sumber Daya Manusia untuk pembangunan.Pembangunan mengikuti arus
perkembangan zaman bukan zaman mengikuti pembangunan.Perubahan ini tentu banyak
persoalan-persoalan baru yang bisa muncul.Oleh karena itu,permasalahan-permasalahan harus
segera diatasi agar mutu pendidikan berakhir pada hasil pendidikan yang diharpkan atau yang
dicapai.
1182
ISBN: 978-602-1150-17-7
Guru sebagai pilar utama dalam menentukan hasil belajar dalam sebuah lembaga
pendidikan.Dalam pengembangannya guru lebih berperan banyak dalam proses pembelajaran di
dalam kelas.Peran Guru sebagai berikut:
Pertama,guru sebagai implementasi dalam sebuah kurikulum
Kedua , guru sebagai adaptasi kurikulum
Ketiga,guru sebagai pengembang kurikulum
Keempat, guru sebagai peneliti kurikulum.Dalam peran guru sebagai peneliti adalah sebagai
bagian dari pada profesional guru yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kinerja guru itu
sendiri.
Peranan guru dikelas sangat besar dan penting bagi kaktifan dan keberhasilan seorang
guru mengantarkan siswanya menuju keberhasilan.Namun fakta yang menyatakan bahwa
masih banyak guru mengajar hanya skedar mengajar tidak membimbing siswa untuk
menerapkan pelajaran yang diajarkannya.
Dengan demikian sudah pasti nilai yang didapat oleh siswa tidaklah memuaskan.
Pendidikan bermakna dapat diartikan sebagai pendidikan untuk
memahami makna.Pemahaman makna ini penting karena pengetahuan yang tidak bermakna
(meaningless knowledge) tidak ada gunanya dan hanya menjadi beban hidup.Sebaliknya
pengetahuan yang bermakna(meaningful knowledge) merupakan sesuatu yang bersifat
fungsional dan berguna bagi kehidupan menurut Buchari(2001).Pendidikan yang bermakna
terjadi apabila proses pendidikan dilakukan secara mendasar,holistik,dan membumi. Pendidikan
ini terjadi apabila guru dan siswa mempunyai keleluasaan untuk arah pembelajaran yang relevan
dengan kebutuhan siswa.Kebutuhan siswa itu mencakup tingkat perkembangan siswa dan faktor
lingkungan tempat siswa itu berada.
Menurut pendapat Dimyati dan Mujiono (2006) bahwa hasil belajar adalah hasil yang
dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diadakan tes hasil belajar setiap akhir
pembelajaran.Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam
menerima materi pelajaran.
Menurut Nana Sudjana(2006:12) bahwa hasil belajar kemampuan –kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamanbelajarnya.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,baik tujuan kurikulum maupun
tujuan instruksional,menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara
garis besarnya membagi tiga ranah,yaitu ranah kognitif,afektif,dan psikmotorik.Ketiga ranah ini
digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.Penilaian dilakukan
dalam kurikulum 2004 adalah penilaian yang berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep
belajar tuntas.Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif,afektif, dan
psikomotorik.Aspek dilakukan melalui ulangan harian dan ujian.Asfek afektif dilakukan melalui
pengamatan pada lembar pengamatan sedang asfek psikomotorikdi lakukan melalui ujian
praktikum atau unjuk rasa pada pembelajaran berlangsung (Depdikbud:2004:9-10).
Menurut Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh setelah
dilakukan aktifitas belajar.
Menurut Mulyasa (2008) bahwa hasil belajar adalah merupakan prestasi belajar siswa
secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi
Derajat perubahan prilaku yang bersangkutan.Kompetensi yang harus dikuasai
perlu dinyatakan sedemikian rupa agara dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar yang mengacu
pada pengalaman langsung.
Aktivitas siswa diartikan sebagai keaktifan dari suatu kegiatan .
1183
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Menurut Alwi(2001). Jadi aktivitas diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan
didalam sekolah tetntang persoalan terhadap segala sesuatu selama proses belajar mengajar
khususnya menanyakan sesuatu pada guru.
Menurut Nasution(1986:92) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran setiap
siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.Perinsip aktif
mengendalikan tingkah lakunya,pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju
ketingkat perkembangan yang diharapkan.Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan
kearah tujuan tertentu.Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran perlu
ditekankan adanya aktivitas siswa baik secara fisik,mental ,intelektual maupun
emosional.Didalam pembelajaran siswa dibina dikembangkan keaktifannya melalui tanya
jawab,berfikir kritis,diberi kesempatan untuk mendapatkan untuk mendapatkan pengalaman
nyata dalam praktikum,pengamatan dan diskusi juga mempertanggungjawabkan segala hasil
dari pekerjaan yang ditugaskan.
Menurut Dierdrich sebagaiman dikutip Sardiman(1998:99-100) membuat daftar
berbagai macam kegiatan siswa yaitu :
a. Visual aktivities yang termasuk didalamnya adalah membaca,memperhatikan ,
demonstrasi,percobaan,pekerjaan orang lain.
b. Oral activities seperti; bertanya,menanyakan,memberi sesuatu,mengeluarkan
pendapat,mengadakan wawancara,diskusi dan interupsi.
c. Listening activities,misalnya;mendengarkan,uraian,percakapan,,music dan pidato.
d. Writing activities,misalnya; menulis cerita,karangan,laporan angket,dan menyalin.
e. Drawing activities,misalnya menggambar,membuat grafik,peta,da, diagram.
f. Motor activities ,misalnya melakukan percobaan,membuat konstruksi,model
persepsi,bermain,berkebun,dan beternak.
g. Mental activities misalnya;menganggap,mengingat,memecahkan soal, menganalisa,
melihat dukungan, mengambil keputusan.
h. Emosional activities,misalnya; menaruh minat merasa bosan,berani, tenang ,
gugup.Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang selalu memperhatikan
pengembangan aspek kognitif,afektif,dan psikomotorik yang diwujudkan dalam
beberapaaktivitas belajar.Ketiga aspek tersebut menyatu dalam suatu individu dan
tampil dalam bentuk suatu kreativitas.Sedang pembinaan dan pengembangan kreativitas
berarti mengaktipkan siswa dalam kegiatanbelajar mengajar.pada proses belaja,siswa
tidak hanya menerima tetapi diharapkan untuk menemukan sendidri.
Metode bermain peran ini terdiri dari dua kata yaitu:
Bermain adalah sebuah aktivitas bermain murni mencari kesenangan tanpa mencari
kemenangan (playing).Sebuah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari
kesenangan dan kepuasan ,namun ditandai dengan adanya kemenangan dan kekalahan disebut
game.selanjutnya setiap aktivitas bermain selalu di dasarkan pada perolehan kesenangan dan
kepuasan,namun ditandai relaksasi dan menyenangkan disebut refreshing.
Menurut Nana Sujana 2004:62) bahwa metode role playing adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa.Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan lebih dari satu orang,hal ini
bergantung dari apa yang diperankan.Role Playing adalah suatu tiruan yang bersipat drama yang
diperankan oleh dua orang atau lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan
tertentu.
Menurut Slameto (1991) bahwa role playing adalahperanan sebuah situasi dalam hidup
manusia dengan tanpa dilakukan latihan,dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai
sebagai bahan analisa oleh kelompok.Kelebihan role playing adalah sebagai berikut:
1184
ISBN: 978-602-1150-17-7
1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk
memajukan kemampuan dalam bekerjasama.
2. Siswa dapat mengambil keputusandan berekpresi secara utuh.
3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan
waktu yang berbeda.
4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan
permainan.
5. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat
mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang akan disampaikan
berikutnya. Peran atau role adalah cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu
.Role playing suatu metode mengajar yang merupakan tindakan dilakukan secara sadar oleh
sekelompok siswa dalam memperagakan secara singkat tentang materi pembelajaran dengan
memerankan tokoh.
Menurut Jill Hadfield (1986)strategi bermain peran (role playing) adalah suatu
permainan gerak yang didalamnya terdapat tujuan,aturan,dan sekaligus melibatkan adanya
unsure rasa senang.Dalam role playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu diluar
kelas,meskipun saat itu pembelajaran terjadi didalam kelas.Bermain peran adalah metode atau
strategi pembelajaran yang termasuk kedalam kelompok model pembelajaran sosial (social
models),Metode ini menekankan pada sipat sosial pembelajaran dan memandang bahwa
perilaku koopratif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun intelektual.Berdasarkan
pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode bermain peran sangat menyenangkan siswa-siswi SDN 018 Muara
Komam,dan nilai yang yang diperoleh sangat signifikan dimana siswa –siswi mendapat nilai 75
sampai dengan 80.jadi dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan
dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pada bidang study Ilmu PengetahuanSosial(IPS)
melalui metode bermain peran di kelas V SDN 018 Muara Komam. Berdasarkan latar belakang
pada penelitian Tindakan Kelas ini ,maka dapatlah rumusan masalah yakni bagaimana
meningktakan Aktivitas dan Hasil Belajar mata pelajaran IPS melalui metode bermain peran
pada SDN 018 Muara Komam.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menumbuhkan kreatifitas guru dan keaktifan
siswa menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.
Tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan penerapan penggunaan metode bermain peran
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 018 Muara Komam terhadap mata
pelajaran IPS.
METODE PENELITIAN
1185
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa
sebanyak 11 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 018 Muara Komam pada tahun
pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus, yaitu siklus I pada tanggal 1
Pebruari 2016 dan siklus II pada tanggal 15 Pebruari 2016.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengikuti model
Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Planning, merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk melakukan perbaikan;
Acting, apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau
perubahan yang diinginkan; Observing, mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan terhadap siswa; dan Reflecting, merenungkan sekaligus mencari dan menemukan
solusi. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu
siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan penelitian
dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rangkaian kegiatan seperti yang
terlihat pada bagan diatas tadi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada ceramah dan di lembar kerja siswa diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar
45%. Kondisi awal yang demikian salah satu sebabnya adalah belum digunakannya metode
yang efektif dalam pembelajaran IPS di kelas V Sehingga perlu adanya metode yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar Mata pelajaran IPS Kelas V SDN 018 Muara Komam.
Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Dari instrumen penilaian tugas individu berupa tes formatif pada akhir pertemuan
tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi dengan menggunakan
metode bermain peran diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel
Tabel 1 hasil tugas individu tes formatif I
Tes
formatif
Nomor
Nama
PG
Uraian
Hasilnya
1
Yanti Purnamasari
5
8
87
2
Dimas Ridhana
2
6
53
3
Dedi Setiawan
4
4
53
4
Agus Harianto
2
4
40
5
Ayu.Lorensa
2
6
53
6
Nina Norlita
2
4
40
7
Nayla Saputri
4
4
53
8
Akhmad Maulana
3
4
47
9
Ahmada Zam-Zami
2
6
53
10
Muh.Revo Revaldo
2
6
53
11
Sefty Auzia Amina
3
6
60
12
Jumlah
592
Rata-rata: jumlah skor siswa seluruhnya / Jumlah siswa Jadi 592/11=53,8
Berdasarkan tabel diatas bahwa tes formatif I dapat dilihat hasilnya,dari 11 orang anak yang
tuntas hanya 6 orang saja berarti sekitar 54,5% mencapai nilai KKM yang ada di mata pelajaran
IPS adalah 70.Oleh karena itu ada 5 anak yang belum tuntas atau sekitar 45% belum mencapai
1186
ISBN: 978-602-1150-17-7
kkm. Berdasarkan dari pada pengamatan terhadap proses berlangsungnya pembelajaran yang
menggunankan metode bermain peran pada materi IPS yakni” Peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi disekitar proklamasi”. Adapun kegiatan siswa perlu perhatianmeliputi
kehadiran,keaktifan,kerja sama,komunikasi,kejujuran dapat dilihat pada tabel diatas. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode
bermain peran cukup baik namaun masih perlu peningkatan.
Ada pun lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
Siklus I
Hari /Tanggal
: Kamis /11 pebruari 2016
Materi
: Persiapan sampai detik-detik proklamasi
Observer
: Sapuani,S.PdI
Tabel 1 Observasi aktivitas siswa
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Siswa
Yanti P
Dimas R
Dedi S
Agus H
Ayu L
Nina N
Naila S
Akh. Maulana
Ahmada Z
Muh.Revo R
Sefty Auzia A
Rata-rata %
Keterangan:
No
Aspek
1
Kehadiran
2
Keaktifan
3
Kerja sama
4
Kejujuran
5
Berkomunikasi
Aktifitas siswa yang dinilai
1
2
3
3
2
3
3
1
1
3
1
1
3
1
1
3
1
1
3
1
1
3
1
1
3
1
1
3
1
1
3
2
1
3
1
1
100%
45,5% 48,5%
Skor
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
66,7%
5
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
36,4%
Kriteria
Hadir tepat waktu
Terlambat
Tidak hadir
Sering bertanya
Pernah bertanya
Tidak pernah bertanya
Aktif dalam kelompok
Kurang aktif dalam kelompok
Tidak aktif dalam kelompok
Jujur mengerjakan soal
Kurang jujur mengerjakan soal
Tidak jujur mengerjakan soal
Cakap berkomunikasi
Kurang cakap berkomunikasi
Tidak cakap berkomunikasi
1187
skor
13
8
8
8
8
8
8
8
8
9
7
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Dari instrumen penilaian tugas individu berupa tes formatif pada akhir pertemuan
tentang Tokoh-tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi dengan menggunakan
metode bermain peran diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel serta lembar observasi siswa
dibawah ini.
Tabel 2 hasil tugas individu tes formatif II
Tes formatif
Nama
Hasilnya
PG
Uraian
Yanti Purnamasari
5
10
100
Dimas Ridhana
5
8
87
Dedi Setiawan
5
6
73
Agus Harianto
5
7
80
Ayu.Lorensa
5
8
87
Nina Norlita
5
8
87
Naila Saputri
5
7
80
Akhmad Maulana
4
7
73
Ahmada Zam Zami
5
8
87
Muh.Revo Revaldo
5
8
87
Sefty Auzia Amina
3
6
60
Jumlah
901
: jumlah skor siswa seluruhnya / Jumlah siswa
Jadi 901/11= 81,9
Ada pun lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
Siklus II
Hari /Tanggal
: Senin /15 pebruari 2016
Materi
: tokoh penting dalalm proklamasi kemerdekaan
Observer
: Sapuani,S.PdI
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Rata-rata
Tabel 2 observasi aktifitas siswa
NO
Nama Siswa
1
Yanti P
2
Dimas R
3
Dedi S
4
Agus H
5
Ayu L
6
Nina N
7
Naila S
8
Akh. Maulana
9
Ahmada Z
10
Muh.Revo R
11
Sefty Auzia A
12
Rata-rata %
Keterangan:
No
Aspek
1
Kehadiran
Aktifitas Siswa Yang Dinilai
1
2
3
4
5
skor
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
100%
3
3
2
1
1
1
1
2
1
2
1
54,5%
14
13
11
10
10
10
10
10
10
13
9
Skor
3
2
2
2
1
1
1
1
2
1
2
2
2
50,5%
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
1
84,8%
Kriteria
Hadir tepat waktu
Terlambat
1188
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
72,7%
ISBN: 978-602-1150-17-7
2
Keaktifan
3
Kerja sama
4
Kejujuran
5
Berkomunikasi
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Tidak hadir
Sering bertanya
Pernah bertanya
Tidak pernah bertanya
Aktif dalam kelompok
Kurang aktif dalam kelompok
Tidak aktif dalam kelompok
Jujur mengerjakan soal
Kurang jujur mengerjakan soal
Tidak jujur mengerjakan soal
Cakap berkomunikasi
Kurang cakap berkomunikasi
Tidak cakap berkomunikasi
PEMBAHASAN
Hasil siswa kelas V SDN 018 Muara Komam ,pada pelajaran IPS dengan metode
bermain peran sebagai berikut: Yanti Purnamasari,Dimas Ridhana,Dedi Setiawan,Agus
Harianto,Ayu Lorensa,Nina Norlita,Nayla Saputri,Akhmad Maulana,Ahmada Zam
Zami,Muh.Revo Revaldo,Sefty Auzia Amina. Berturut-turut 87,53,53,40,53,40,53,47,53,53,dan
60.Nilai tertinggi pada siklus ini adalah Yanti Purnamasari dengan nilai 87,sedangkan nilai yang
terendah Agus Harianto dengan nilai 40.Oleh karena itu ,ketuntasan KKM belum mencapai
harapan yang ditentukan dapat dilihat dari tabel 1 dan 2 diatas.Hasil ketuntasan pada tabel 1 tes
Individu formatif I,terterah hasil mencapai 53,4%. tuntas 9,10% berkisar 1 orang siswa
mencapai KKM.Sementara 90,9% tidak mencapai tuntas ,terdapat 10 siswa belum mencapai
KKM, Dari 11 orang siswa.Hasil dari pada tabel II terdapat tes individu formatif II yang
mengalami peningkatan signifikan mencapai 90.9% tuntas,dengan jumlah siswa 10 orang
dengan nilai masing-masing 100,87,73,80,87,87,80,73,87,87 dan 60 pada kali ini yang
memperoleh nilai tertinggi adalah Yanti Purnamasari dengan nilai 100 sedang nilai terendah
adalah sefty Auzia Amina dengan nilai 60.Begitu pula yang belum mencapai tuntas hanya
9,10% ,dengan jumlah siswa 1 orang.Atau denga kata lain ketuntasan pada tabel keII mencapai
81,9% maka dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran sangat signifikan peningkatan
hasil belajar dan keaktifan siswa kelas V SDN 018 Muara Komam.
Melihat hasil dari siklus I dapat dikatagorikan cukup baik.Sedang siklus II dengan
predikat sangat baik. Hal ini disebabkan dalam siklus IIsiswa lebih siap dalam bermain peran
pada scenario pembelajaran yang telah ditentukan,juga kepercayaan diri dalam melakoni peran
itu meningkat.Ada pun rekapan nilai pada siklus I dan II sebagai berikut:
Tabel 3 rekapan nilai siswa kelas V siklus I dan II
NO
1
2
3
4
5
6
7
Nama
Yanti Puenamasari
Dimas Ridhana
Dedi Setiawan
Agus Harianto
Ayu Lorensa
Nina Norlita
Naila Saputri
KKM
70
70
70
70
70
70
70
I
87
53
53
40
53
40
53
1189
II
100
87
73
80
87
87
80
Keterangan
Terlampaui
Terlampaui
Terlampaui
Terlampaui
Terlampaui
Terlampaui
Terlampaui
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
8
9
10
11
Akhmad Maulana
70
47
73
Terlampaui
Ahmada Zam Zami
70
53
87
Terlampaui
Muh.Revo Revaldo
70
53
87
Terlampaui
Sefty Auzia Amina
70
60
60
Belum Tuntas
Hasil respon siswa terhadap metode bermain peran pada pembelajaran IPS kelas V
tentang “Jasa dan peran tokoh-tokoh disekitar proklamasi kemerdekaan”. Dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Respon Siswa terhadap Penerapan Metode Bermain Peran dalam pembelajaran
Jasa dan Tokoh-tokoh disekitar proklamasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pernyataan
Saya
merasa
puas
adanya
pembelajaran bermain peran
Model pembelajaran bermain peran
dapat menghilangkan rasa bosan saat
proses kegiatan belajar mengajar
Dalam pembelajaaran bermain peran
motivasi saya untuk belajar semakin
meningkat
Model pembelajaran bermain peran
membuat saya semangat untuk
mempelajari IPS di rumah
SS
8
S
3
TS
STS Jumlah
11
9
2
8
1
1
11
7
2
2
11
11
Model bermain peran membuat saya 10
lebih aktif dalam pembelajaran
Dengan model bermain peran saya 9
menjadi sering bekerjasama dengan
teman dalam pembelajaran
Saya setuju model pembelajaran 10
bermain peran sangat cocok
diterapkan Pada pelajaran IPS
1
11
2
11
1
11
Dengan
model
pembelajaran
bermain peran membuat saya
bersungguh- sungguh mempelajari
mata pelajaran IPS
Saya setuju model pembelajaran
bermain peran diterapkan pada
materi pelajaran lain
Saya
setuju
bahwa
model
pembelajaran bermain peran adalah
model yang efektif dan inovatif
Dengan
model
pembelajaran
bermain peran saya lebih mudah
memahami mata pelajaran IPS
9
1
1
8
1
1
10
1
11
9
2
11
1190
11
1
11
ISBN: 978-602-1150-17-7
12
Saya yakin model pembelajaran
bermain peran dapat meningkatkan
hasil belajar saya
13
Dengan model bermain peran siswa
menjadi lebih banyak bertanya
tentang jasa dan peran Tokoh-tokoh
proklamasi kemerdekaan
14
Dengan model bermain peran siswa
dapat berbagi pengetahuan dengan
teman pada saat pembelajaran
berlangsung
15
Model pembelajaran bermain peran
lebih menarik dibandingkan metode
ceramah.
Jumlah
Persentase
10
1
11
9
1
10
1
9
1
135
82,30
21
7
1
164
12,80 4,30 0,60 100
1
11
11
1
11
Keterangan pilihan jawaban:
1. = Sangat setuju
2. = Setuju
3. = Kurang setuju
4. = Tidak setuju
5. = Sangat tidak setuju
Hasil angket pada Tabel 4 di atas menggambarkan bahwa dari 11 siswa, sebanyak
82,30% menyatakan sangat setuju dan sebanyak 12,80% menyatakan setuju bahwa metode
bermain peran dapat diterapkan pada pembelajaran IPS. Karena dengan metode bermain peran
lebih menarik, dapat berbagi pengetahuan dengan teman, lebih mudah memahami materi, dapat
meningkatkan hasil belajar, salah satu model pembelajaran yang inovatif, dapat menghilangkan
rasa bosan, motivasi belajar meningkat, dapat berkerja sama dan tukar pikiran, sehingga mereka
puas dengan metode bermain peran. Adapun sebanyak 4,30% yang menyatakan tidak setuju dan
0,60% yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
metode bermain peran dapat tanggapan positif dari siswa sehingga dapat dijadikan salah satu
altenatif metode pembelajaran pada materi pembelajaran IPS.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa
kelas V SDN 018 Muara Komam.
2. Keaktifan siswa signifikan peningkatannya selama pembelajaran berlangsung melalui
metode “Bermain Peran”.
3. Hasil belajar siswa sangat meningkat dibuktikan dengan tingkat pencapaian ketuntasan
begitu tinggi.
4. Pencapaian KKM pada siklus I sebanyak 53,8% sedangkan pada siklus II peningkatan
pencapaian KKMnya tinggi sebasar 81,9%.
1191
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
SARAN
1. Bagi peneliti Sendiri,semoga dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti
untuk meneliti sesuai dengan permasalahan yang ada.
2. Mamfaat bagi Sekolah ,diharapkan adanya peningkatan administrasi guru
pada
kegiatan belajar mengajar yang lebih lengkap.
2. Mamfaat bagi Guru,semoga dapat meningkatkan kompetensinya,serta menciptakan
kesadaran guru tentang tanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya serta mampu
berkreativitas yang lebih.
3. Mamfaat bagi Siswa diharapkan dapat lebih percaya diri didalam mengikuti pembelajaran
sehingga mencapai target yang diinginkan.Serta adanya kesiapan belajar,keseriusan
keingintahuan, dan semangat belajar tinggi terhadap pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi (2001). Pengertian Aktivitas Belajar siswa diakses 11 pebruari 2016 di Penelitian
Tindakan Kelas (PTS) yang bejudul meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas X4
SMAN 1 KUARO pada materi ikatan kimia dengan menggunakan metode Role
Play,Tahun 2013.
Anamulyana(2012) Hasil-hasil belajar dan factor belajar diakses tanggal 3 maret 2016 di
Http://anamulyana.blogspot.co.id/2012.
Dimyati danMujianono (2006). Defenisi Hasil Belajar menurut para ahli diakses pada tanggal
11 pebruari 2016 di Https://himitsuqalbu.wordpress.com
Giono(2013). Penelitian Tindakan Kelas (PTS) dengan judul meningkatkan HasilBelajar siswa
kelas X4 SMANegeri 1 Kuaro dengan materi Ikatan kimia menggunakan
metode Role Play.
JamarahdanZen (2006). Definisi Hasil Belajar menurut para ahli diakses pada tanggal 11
pebruari 2016 di Https://himitsuqalbu.wordpress.com
Mardhiyyah (2010) Metode role play dalam meningkatkan hasil belajar
bahasa
Indonesia,diakses
pada
tanggal
29
pebruari
2016
di
novemdejavu.blogspot.com.id
Nana Sujana (2004:62) bahwa metode role playing di akses pada tanggal 29 pebruari 2016 di
novemdejavu.blohspot.com.id
Selameto (1991) bahwa role playing adalahperanan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan
tanpa dilakukan latihan diakses pada tanggal 29 pebruari 2016 di
novemdejavu.blogspot.com.id
1192
ISBN: 978-602-1150-17-7
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN PESANGGRAHAN
02 BATU MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATERI
AKTIVITAS EKONOMI
Nur Habibi Kholis
SDN Pesanggrahan 02
[email protected]
Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang
materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di kelas 4 SDN
Pesanggrahan 02 Batu semester 2 dengan menggunakan model belajar examples non
examples. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus melalui 4
tahapan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media,
menyusun lembar kerja siswa, dan menyiapkan lembar observasi siswa. Model belajar
examples non examples dilakukan dengan cara membagi siswa dalam beberapa
kelompok dilanjutkan dengan memberikan gambar-gambar yang relevan dengan materi
dengan didukung oleh lembar kerja kelompok yang diawali dengan penjelasan dari
guru.
Kata kunci : meningkatkan pemahaman dengan examples non examples
Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada
pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam
mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat. Bobot dan
keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Secara mendasar,
pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku
dan kebutuhannya. Di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial seorang siswa dituntut untuk memahami
berbagai kegiatan ekonomi, berbagai gejala sosial yang ada di lingkungannya, dan juga masih
banyak lagi materi-materi lain yang sangat luas. Seorang siswa diharapkan untuk menguasai
setiap kompetensi yang diharapkan oleh pemerintah melalui acuan kurikulum yang ada. Teori
belajar behaviouristik menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil
interaksi antara stimulus dan respon, yaitu peoses manusia untuk memberikan respon tertentu
berdasarkan stimulus yang datang dari luar. Stimulus dan Respon ini terdiri dari unsur
dorongan, rangsangan, respon dan penguatan.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pesanggrahan 02 kelas IV. Sekolah ini adalah
sekolah yang terdapat di area gunung panderman yang menjadi salah satu destinasi wisata alam
di kota Batu. Akan tetapi, walaupun menjadi daerah destinasi wisata, daerah ini masih tergolong
daerah tang tertinggal, tertinggal dalam pembangunan sarana prasarananya maupun
pengetahuan orang-orangnya. Hal ini yang mengakibatkan bahwa, bagi siswa aktivitas ekonomi
yang mereka kenal hanya tani dan ternak itu saja. Oleh karena itu media gambar dan film-film
aktivitas ekonomi di daerah lainnya dirasa perlu dan cocok dipraktekkan pada pokok bahasan
tersebut.
Dalam hal ini penulis telah melakukan pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar
Aktivitas Ekonomi berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi Lain di daerahnya. Disini
diharapkan siswa mampu untuk memahami materi tersebut dan akhirnya selain siswa
mendapatkan nilai yang baik, siswa juga telah mampu membedakan jenis kegiatan ekonomi dan
potensi yang ada sesuai dengan jenis daerahnya masing-masing. Namun hasilnya, ternyata
dengan melalui pembelajaran ini siswa menunjukkan hasil yang tidak seperti yang diharapkan.
1193
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Banyak nilai yang masih dibawah KKM yang ditentukan. Hanya beberapa siswa saja yang
mendapatkan nilai diatas KKM. Selain itu banyak diantara mereka yang merasa tidak bisa
memahami materi ini. Hal ini mengingat mereka tinggal di daerah pegunungan, sehingga yang
mereka tahu adalah kegiatan ekonomi yang ada disekeliling mereka saja, untuk daerah lain
mereka tidak mengetahui secara langsung. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
telah dilakukan oleh penulis belum menjadi pembelajaran yang efektif.
Model pembelajaran adalah Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
kegiatan (sintaks) keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan rangkaian kegiatan
pembelaran yang dilakukan guru (almahdi syahza “model-model pembelajaran”: 2008). Maka
dari itu penulis menentukan judul “Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Aktivitas
Ekonomi Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam Dan Potensi Lain Di Daerahnya Melalui Model
Examples Non Examples”. Karena dirasa dengan menggunakan model Examples non Examples
anak-anak dapat lebih termotivasi untuk mengikuti dan secara berangsur-angsur memahami
berbagai contoh kegiatan ekonomi dan potensi lain di daerahnya maupun daerah lain yang
belum pernah mereka temui. Dalam hal ini pemahaman siswa dapat dilihat dari nilai yang
mereka dapatkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah dengan diterapkannya model pembelajaran Examples
non Examples diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Aktivitas Ekonomi
berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi lain di daerahnya. Tentunya hal ini dibuktikan
dengan bertambahnya motivasi belajar siswa, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan hasil
pembelajaran yang lebih baik daripada sebelumnya.
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu
bagi peneliti (Guru) diharapkan guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan
dalam pembelajaran IPS khususnya dan pelajaran lain pada umumnya sehingga pembelajaran
lebih efektif. Sedangkan bagi siswa diharapkan siswa dapat terpacu dan termotivasi pada
pembelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran IPS selain itu siswa dapat
memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang direncanakan terdiri
dari 2 siklus. Siklus I berlangsung selama 3 minggu dengan 3 kali pertemuan yaitu tanggal 1
Maret s/d 23 Maret 2016. Siklus II berlangsung antara tanggal 1 s/d 25 April 2016 selama 3 kali
pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester II SDN Pesanggrahan 02
yang berjumlah 22 orang terdiri dari 12 siswa putra dan 10 siswa putri, dengan lingkungan asal
yang relatif sama, karena berada pada satu desa yang sama di daerah pegunungan kota Batu.
Setiap pembelajaran dilaksanakan oleh guru peneliti dengan didampingi oleh 2 teman guru
sejawat yang berperan sebagai pengamat kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Tentunya guru-guru ini telah dibekali lembar pengamatan oleh guru peneliti.
Penelitian ini dinyatakan berhasil dan sesuai dengan tujuan apabila dapat mencapai
hasil belajar dengan nilai siswa diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada materi
aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam ditentukan KKMnya adalah 6,50 (enam
koma lima nol). Data awal didapat guru dari nilai siswa pada pra siklus, didukung dengan
adanya nilai pre test dan post test setiap siklus yang dilakukan.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing dengan 4 tahapan, yaitu
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I
Perencanaan, Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu, penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar
1194
ISBN: 978-602-1150-17-7
kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Pada tahap penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran disusun Kompetensi Dasar yang dipilih dan pengembangan Indikator
pembelajaran. Selanjutnya sebagai pendukung pembelajaran maka dikembangkan pula media
pembelajaran beserta lembarkerja siswa yang digunakan sebagai pedoman belajar siswa dengan
dilengkapi juga lembar observasi siswa sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran
yang dilakukan.
Pelaksanaan, tahapan ini adalah bentuk pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini meliputi kegiatan awal seperti presensi kehadiran
dan appersepsi berupa lagu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang didalamnya guru
menampilkan contoh gambar-gambar, sedangkan siswa menganalisa bersama dengan
kelompoknya. Berikutnya siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas,
sedangkan kelompok lain menambah dan memberi tambahan. Dan terakhir guru memberikan
post test berupa tanya jawab dan soal tertulis. Kegiatan ini ditutup dengan menyimpulkan
bersama-sama siswa dan guru juga refleksi atas kegiatan pembelajaran yag telah dilakukan.
Pengamatan, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan. Guru peneliti
dibantu oleh guru-guru dari satu sekolah atau dari sekolah lain, dalam hal ini guru observer
berasal dari guru tertunjuk yang berasal dari satu sekolah peneliti, karena dirasa lebih efektif
dan fleksibel. Guru-guru tersebut berperan mengamati semua kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Bagaimana antusiasme anak, bagaimana keaktifan anak, bagaimana
semangat belajar anak dan hal-hal lain yang perlu untuk dijadikan bahan penelitian guru
peneliti. Tentunya pengamatan ini dibantu dengan instrumen pengamatan yang telah disiapkan
oleh guru peneliti.
Refleksi, tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dan pengamatan observer selesai.
Pada tahap ini guru peneliti menyampaikan kesan pesannya tentang kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan didepan semua guru observer dan satu guru yang berperan sebagai moderator
refleksi. Setelah peneliti selesai, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan dari guru
observer atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru peneliti. Dari data-data
yang terkumpul ini akan menjadi perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Siklus II
Perencanaan, Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu, penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar
kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Pada tahap penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran disusun Kompetensi Dasar yang dipilih dan pengembangan Indikator
pembelajaran. Selanjutnya sebagai pendukung pembelajaran maka dikembangkan pula media
pembelajaran beserta lembarkerja siswa yang digunakan sebagai pedoman belajar siswa dengan
dilengkapi juga lembar observasi siswa sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran
yang dilakukan.
Pelaksanaan, tahapan ini adalah bentuk pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini meliputi kegiatan awal seperti presensi kehadiran
dan appersepsi berupa lagu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang didalamnya guru
menampilkan contoh gambar-gambar, sedangkan siswa menganalisa bersama dengan
kelompoknya. Berikutnya siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas,
sedangkan kelompok lain menambah dan memberi tambahan. Dan terakhir guru memberikan
1195
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
post test berupa tanya jawab dan soal tertulis. Kegiatan ini ditutup dengan menyimpulkan
bersama-sama siswa dan guru juga refleksi atas kegiatan pembelajaran yag telah dilakukan.
Pengamatan, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan. Guru peneliti
dibantu oleh guru-guru dari satu sekolah atau dari sekolah lain, dalam hal ini guru observer
berasal dari guru tertunjuk yang berasal dari satu sekolah peneliti, karena dirasa lebih efektif
dan fleksibel. Guru-guru tersebut berperan mengamati semua kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Bagaimana antusiasme anak, bagaimana keaktifan anak, bagaimana
semangat belajar anak dan hal-hal lain yang perlu untuk dijadikan bahan penelitian guru
peneliti. Tentunya pengamatan ini dibantu dengan instrumen pengamatan yang telah disiapkan
oleh guru peneliti.
Refleksi, tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dan pengamatan observer selesai.
Pada tahap ini guru peneliti menyampaikan kesan pesannya tentang kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan didepan semua guru observer dan satu guru yang berperan sebagai moderator
refleksi. Setelah peneliti selesai, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan dari guru
observer atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan
Kegiatan ini dilakukan dalam 4 tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar kerja
siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) diawali dengan menentukan Kompetensi Dasar, dan indikatonya.
Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan yang berupa
kegiatan awal, inti, dan penutup.
Setelah RPP telah tersusun dengan baik, selanjutnya dilakukan pengembangan media
yang akan digunakan pada pembelajaran. Karena model belajar yang dipakai pada penelitian ini
adalah examples non examples, maka peneliti menyiapkan media yang berupa contoh beberapa
gambar kegiatan ekonomi dicetak warna yang nantinya akan ditempelkan di papan tulis. Selain
itu peneliti juga menyiapkan gambar-gambar lain yang nantinya akan ditampilkan menggunakan
LCD Proyektor. Pada pertemuan kedua ditambah dengan disiapkannya film tentang berbagai
sumber daya alam yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyrakat. Film ini disiapkan
dalam rangka menyikapi rasa bosan siswa jika hanya melihat dan mengamati gambar.
Tahap berikutnya yang juga sangat penting, peneliti menyusun sebuah lembar kerja
siswa, baik itu lembar kerja kelompok maupun lembar kerja individu. Lembar kerja kelompok
berisi gambar-gambar yang harus diamati siswa dengan anggota kelompoknya. Siswa
mendiskripsikan gambar mulai dari apa maksud gambar, tempatnya dimana, menghasilkan apa,
atau dimanfaatkan untuk apa. Sementara itu, dari lembar kerja individu siswa menghubungkan
antara kegiatan ekonomi dan tempat yang sesuai dengan kegiatan ekonomi tersebut.
Kegiatan terakhir dalam tahap perencanaan berikutnya adalah dengan menyusun lembar
observasi siswa. Lembar observasi ini selain dibawa oleh guru peneliti juga dibawa oleh guru
dari teman sejawat selaku observer. Lembar observasi ini berisi tentang hasil observasi tingkah
laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tentu saja ditunjang dengan deskripsi
singkat tentang kegiatan siswa, sekaligus apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
siswa yang perlu lebih diperhatikan oleh guru. Hal ini penting sekali karena berkaitan dengan
tindak lanjut berikutnya yang harus dilakukan pada siklus II.
1196
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini berlangsung selama 2 pertemuan, pertemuan
pertama berlangsung tanggal 3 maret 2016, sedangkan pertemuan kedua berlangsung pada
tanggal 10 maret 2016. Pada pertemuan pertama pembelajaran diawali dengan presensi siswa
dan dilanjutkan dengan siswa dan guru menyanyikan lagu menanam jagung. Dalam hal ini
siswa benar-benar menunjukkan semangat belajarn yang tinggi, siswa benar-benar termotivasi
untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah itu guru memberikan pertanyaan
sebagai apersepsi berkaitan dengan materi sumber daya alam. Pertanyaan tersebut meliputi,
apakah kalian sudah sarapan sebelum berangkat ke sekolah? makan apa? dapat dari mana
makanan tersebut? Pertanyaan pertanyaan ini ternyata mampu menggugah pemahaman awal
siswa tentang aktivitas ekonomi.
Kegiatan inti diawali dengan membagi siswa dalam 5 kelompok kecil. Karena semua
siswa berjumlah 22 siswa, maka kelompok 1 dan 2 berjumlah 5 anak, sedangkan kelompok 3-5
berjumlah 4 anak. Berikutnya guru mulai menempelkan gambar-gambar beberapa contoh
kegiatan ekonomi dilingkungan siswa, kegiatan ini ditunjukkan pada Gambar 1
Gambar 1. Siswa mengamati gambar yang ditempelkan
Tampak pada Gambar 1, selain siswa memperhatikan gambar yang ditempelkan guru,
siswa juga mengamati gambar pada lembar kerja kelompok yang sama dengan gambar yang
ditempel di depan kelas. Dalam hal ini guru memberikan petunjuk pada siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya masing-masing berkaitan dengan mencari kegiatan apa pada gambar,
biasanya terjadi dimana, dan apa hasilnya. Kegiatan diskusi siswa terlihat pada Gambar 2
Gambar 2. Siswa menganalisa gambar pada Lembar Kerja Kelompok
Dapat dilihat melalui gambar 2 bahwa siswa sangat antusias untuk berdiskusi dengan
kelompoknya terkait gambar yang ditempelkan oleh guru di depan kelas. Dalam hal ini siswa
menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan gambar. Selama proses ini siswa banyak
dibimbing oleh guru terkait dengan apa yang ada pada gambar, dimana tempat terjadinya
1197
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
gambar, dan apa yang dihasilkan pada gambar. Untuk lebih jelasnya perhatikan psroses analisa
tersebut melalui Gambar 3.
Gambar 3. Suasana diskusi kelompok
Berikutnya dilanjutkan dengan perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil
analisanya didepan kelas, sementara itu kelompok yang lain banyak yang bertanya untuk
menyanggah maupun menambahi hasil analisa kelompok lain.
Gambar 4. Perwakilan kelompok membacakan hasil dan kelompok lain memberikan tanggapan
Pada kegiatan ini hampir semua siswa sangat aktif, meskipun ada beberapa yang masih
terkesan malu-malu dan tidak percaya diri dengan hasil analisa kelompoknya. Setelah semua
kelompok telah maju untuk menyampaikan hasil analisanya, guru memberikan penguatan dan
pembetulan konsep atas apa yang telah disampaikan oleh siswa melalui kelompok-kelompok
tersebut, siswa yang kurang jelas bertanya secara langsung kepada guru. Sementara itu pada
pertemuan kedua kegiatan inti ditambah dengan adanya penayangan film tentang aktivitas
ekonomi yang ada di daerah-daerah lain. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab guru dan
siswa tentang materi yang telah dipelajari sebagai post test kemampuan siswa. Post tes ini
diberikan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi pembelajaran yang telah
disampaikan.
Dari kegiatan post test, dari 22 siswa diperoleh data bahwa sudah 17 siswa memperoreh
nilai diatas KKM (Tuntas), sedangkan 5 siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM (Belum
tuntas). Dengan rentang nilai terendah 60 dan tertinggi 5. Sementara itu dari rata-rata kelas
didapatkan rata-rata 70,4 yang sebelumnya di pra siklus hanya sebesar 60,6. Dalam hal ini bisa
kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil nilai siswa pada siklus I ini. Melalui model
pembelajaran examples non examples siswa lebih senang dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Ditandai juga dengan adanya siswa yang pada pertemuan pertama kurang
memahami materi menjadi lebih paham materi yang dipelajarinya. Berikut ini perbandingan
rata-rata siswa pra siklus dan pada siklus I
Tabel 1. Rerata siklus I
Rata-rata kelas
Pra Siklus
Siklus I
60,6
70,4
Keterangan
Naik
1198
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dapat dilihat pada Tabel 1 terjadi kenaikan dimana pada pra siklus nilai rata-rata 60,6
sedangkan setelah siklus I rata-rata menjadi 70,4. Hal ini disebabkan karena pada siklus I
peneliti telah menggunakan examples non examples, yang didalamnya menampilkan gambar
dan berbagai video yang bermacam-macam. sehingga hal ini meningkatkan keaktifan dan
antusiasme siswa. Siswa tahu secara langsung contoh setiap aktivitas ekonomi dan sumber daya
alam yang ada. Akhirnya siswa mampu menyebutkan berbagai contoh kegiatan ekonomi dan
sumber daya alam yang tidak ada pada tempat tinggalnya.
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dibantu oleh 2 orang guru selaku observer pada
pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran yang pertama dengan penggunaan model
pembelajaran examples non examples siswa sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dari
awal pembelajaran yang diawali dengan nyanyi bersama, telah mampu menarik minat belajar
siswa. Saat ditanya oleh guru tentang apersepsi juga menunjukkan bahwa anak sedikit telah
mengetahui aktivitas ekonomi. Memasuki kegiatan inti siswa telah siap dan fokus mengikuti
pembelajaran dengan kelompoknya masing-masing. Siswa secara otomatis bahu membahu
untuk menganalisa gambar yang disajikan oleh guru. Namun masih didapati beberapa anak
masih mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya melalui kerja kelompok. Hal ini
didapati pada anak-anak yang memang masih membutuhkan perhatian khusus. Demikian halnya
sewaktu siswa yang lain maju untuk membacakan hasil kerja kelompoknya, masih ada beberapa
anak yang terkesan kurang perhatian dengan apa yang dibaca oleh temannya didepan kelas.
Sedangkan pada pertemuan kedua siswa juga masih melakukan hal yang sama, namun
ditambahi dengan ditampilkannya film dan gambar-gambar yang bermacam-macam melalui
proyektor. Dari sini diperoleh hasil yang mengalami peningkatan dari pertemuan yang pertama,
selain itu siswa juga lebih termotivasi dan lebih aktif daripada pertemuan pertama. Namun anakanak yang kemarin membutuhkan perhatian yang lebih masih juga didapati pada anak-anak
tersebut, sama seperti pertemuan sebelumnya. Beberapa hasil pengamatan ini akan menjadi
objek tindakan berikutnya di siklus II.
Refleksi
Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan adanya
refleksi yang dilakukan oleh guru peneliti dan guru observer. Kegiatan ini dimulai dari guru
yang berperan sebagai moderator membuka pembahasan dengan guru peneliti yang
menyampaikan kesan pesan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah itu 2 orang
guru observer memberikan beberapa tanggapan terkait pembelajaran yang dilakukan guru
peneliti. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa pada dasarnya kegiatan pembelajaran berjalan
dengan baik dan efektif. Hampir semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias
dan penuh gairah. Dari awal kegiatan yang bermula dengan menyanyi bersama dan dilanjutkan
dengan siswa yang dibagi menjadi kelompok kecil, siswa menunjukkan keaktifan yang lebih
baik dari pada pembelajaran sebelum penelitian. Dengan bekerja kelompok, siswa mau untuk
bekerja dengan temannya dan menyampaikan gagasannya pada temannya.
Dengan bantuan gambar yang ditempel dan ditampilkan guru melalui proyektor, mampu
menarik perhatian siswa. Siswa banyak menebak dan menganalisa gambar tersebut yang
dihubungkan dengan pengetahuan dasar mereka, rata-rata analisa mereka tidak menemui
kesulitan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa masih ada beberapa anak yang kurang percaya diri,
beberapa siswa tidak berani memberikan gagasan mereka pada teman-teman kelompoknya. Saat
ada kelompok lain yang membaca hasil kerja kelompoknya di depan kelas, anak-anak tersebut
1199
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
juga kurang perhatian terhadapnya. Tak jarang mereka hanya duduk diam dan tak berkata apaapa.. Selain itu menurut guru observer, waktu yang diggunakan untuk kegiatan ini, saat anakanak bekerja kelompok sampai menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, waktu
yang dipakai kurang efektif, masih banyak waktu yang terbuang. Hal ini memang disebabkan
bahwa saat kegiatan kerja kelompok ada satu gambar yang kurang bisa dipahami oleh anak.
Sebabnya gambar tersebut terlalu luas dan kurang bisa dihubungkan dengan petunjuk kerja guru
meliputi kegiatan apa pada gambar, biasanya terjadi dimana, dan apa hasilnya. Beberapa
kekurangan ini akan ditindak lanjuti dan diperbaiki pada pembelajaran berikutnya di siklus II.
Siklus II
Perencanaan
Seperti halnya kegiatan pada siklus I, kegiatan pada siklus II ini dilakukan dalam 4
tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media
pembelajaran, menyusun lembar kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Kegiatan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dimulai dengan menganalisa hasil belajar
pada siklus I. Dalam hal ini, penulis merencanakan pembelajaran sebagai perbaikan atas
kekurangan dan masalah yang terjadi pada pembelajaran siklus I. Kompetensi dasar yang
diajarkan masih tetap sama dengan pembelajaran siklus I, namun indikator pada siklus II ini
dikembangkan dengan menambah indikator yang masih relevan dengan kompetensi dasarnya.
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016, sedangkan pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 14 April 2016 .
Setelah RPP tersusun dengan baik, langkah berikutnya dilanjutkan dengan
mengembangkan media pembelajaran yang akan digunakan pada pembelajaran siklus II. Pada
siklus I terdapat kekurangan pada media pembelajaran berupa media gambar yang beberapa
diantaranya kurang bisa dimengerti oleh siswa, maka dalam siklus II ini disiapkan media
gambar yang lebih jelas dengan makna gambar yang lebih mudah diinterprestasikan oleh siswa.
Berikutnya setelah penentuan dan persiapan media pada pembelajaran siklus II, dilanjutkan
dengan pembuatan lembar kerja siswa yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran tersebut.
Dalam hal ini peneliti membuat lembar kerja berupa lembar kerja kelompok dan lembar kerja
individu.
Tahapan terakhir dalam tahap perencanaan ini disempurnakan dengan disiapkannya
lembar observasi oleh peneliti. Lembar observasi ini dibuat untuk menilai setiap aktivitas siswa
didalam kelompoknya secara individu. Yang diamati dalam hal ini meliputi kerjasama,
ketelitian, keberanian mengeluarkan pendapat, efektifitas kerja, serta hasil diskusi
kelompoknya. 5 hal ini yang nantinya menjadi acuan penilaian selama proses pembelajaran
siklus II berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan pada pertemuan pertama
tanggal 8 April 2016 berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran). seperti halnya
pembelajaran yang lain, pertemuan pertama ini diawali dengan presensi kehadiran siswa dan
penyiapan kondisi siswa. Siswa diajak bernyanyi bersama tentang lagu ibu pertiwi. Melalui lagu
ini, peneliti menanyakan pengetahuan dasar siswa tentang makna sebenarnya dari lagu tersebut.
Hal ini dilakukan sebagai kegiatan apersepsi pembelajaran. Memasuki kegiatan inti, siswa telah
dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan pembentukan posisi tempat duduk yang juga
dikelompokkan. Langkah selanjutnya, siswa memperhatikan papan yang berisi gambar yang
ditempel oleh guru peneliti didepan kelas. Kemudian guru mulai membagikan lembar kerja
1200
ISBN: 978-602-1150-17-7
kelompok pada masing-masing kelompok. Setelah mendapatkan lembar kerja kelompok secara
rata siswa mulai dengan memperhatikan setiap penjelasan langkah kerja pada lembar kerja A,
didukung dengan upaya guru untuk menjelaskan setiap langkah tersebut secara lisan. Dengan
dibatasi waktu yang ditentukan oleh guru, setiap kelompok mulai berdiskusi dengan selalu
dipandu oleh guru. Selama kegiatan ini guru selalu berkeliling pada masing-masing kelompok.
Tampak terlihat pada Gambar 5
Gambar 5. Siswa berdiskusi secara berkelompok
Setelah kegiatan diskusi sesuai lembar kerja A, selanjutnya siswa mengamati video
yang ditayangkan oleh guru. Dalah hal ini guru menayangkan beberapa video yang berbeda
namun dengan tema yang sama. Dari video ini siswa diarahkan untuk melakukan lembar kerja
B. Pada lembar kerja B ini siswa diarahkan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan
merusak sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
melestarikan sumber daya alam.
Gambar 2. Siswa memperhatikan tayangan
video
Selama kegiatan ini guru selalu berkeliling untuk membantu setiap diskusi kelompok
yang berlangsung. Setelah waktu yang ditentukan selesai, selanjutnya perwakilan dari masingmasing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Sementara itu
kelompok yang lain diminta untuk menanggapi hasil kerja kelompok temannya. Dalam hal ini
guru berperan sebagai moderator.
Gambar 3. Siswa menyampaikan hasil diskusinya
Kegiatan inti pembelajaran tersebut ditutup dengan guru yang mengajak siswa untuk memajang
hasil kerja kelompoknya ditempat yang telah disiapkan.
Sementara itu pada pembelajaran pertemuan kedua, karena pertemuan ini sebagai
penyempurna atas pertemuan pertama, guru masih menggunakan indikator yang sama. Maka
1201
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dari itu pada kegiatan inti, siswa diajak secara langsung mengamati secara langsung masalah
masalah yang dapat merusak sumber daya alam dan apa upaya pelestarian lingkungan yang
dapat dilakukan. Berbeda pada pertemuan pertama yang menggunakan video sebagai medianya,
dalam pertemuan pertama ini, siswa diajak keluar kelas untuk mengamati area lingkungan
sekolah dan sekitarnya. Disini siswa dibekali dengan lembar kerja kelompok untuk
memudahkan kegiatan pengamatan mereka. Diluar kelas siswa diajak melihat secara nyata apa
kegiatan yang merusak sumber daya alam yang terjadi dilingkungannya. Tahap berikutnya
siswa diarahkan untuk berfikir apa yang dapat dilakukan sebagai bentuk upaya untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator kegiatan. Dalam
waktu yang telah disepakati sebelumnya, siswa kembali kedalam kelas untuk menyampaikan
hasil pengamatannya didepan kelas dengan dipandu oleh guru. Sementara siswa yang lain
memberikan tanggapan pada hasil kerja kelompok lain.
Setelah semua kegiatan terlaksana, pada pertemuan kedua siswa diberikan post test
berupa soal yang harus dikerjakan secara individu. Akhirnya setelah kegiatan selesai siswa
diajak untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari disertai kegiatan refleksi.
Pada pertemuan pertama dan kedua ditutup dengan pemberian pekerjaan rumah berupa tugas
untuk membaca bab berikutnya.
Dari pertemuan pertama dan kedua pada siklus II didapatkan hasil post test siswa dengan data
rata-rata sebagai berikut :
Tabel 2. Rerata siklus II
Rata-rata kelas
Pra Siklus
60,6
Siklus I
70,4
Siklus II
77,2
Keterangan
Naik
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil tes
pemahaman siswa. Pada siklus II rerata nilai siswa naik menjadi 77,2.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Pada
pertemuan pertama guru peneliti dibantu oleh 9 orang teman guru yang bertindak sebagai
observer. Dari sini didapatkan bahwa pembelajaran diawali dengan kondusif, hal ini
ditunjukkan dengan antusiasme yang tinggi dari siswa. Ketika siswa diajak untuk bernyanyi ini
menjadi permulaan kesiapan belajar siswa, tampak siswa sangat bersemangat. Di langkah
kegiatan berikutnya, setelah siswa duduk secara berkelompok, siswa mulai ingin tahu atas apa
yang akan dilakukan dengan teman sekelompoknya. Setelah gambar dipasang oleh guru, tampak
siswa mulai menabak gambar-gambar yang dipajang. Ini menandakan bahwa siswa antusia
mengikuti kegiatan pembelajaran yang mulai dilakukan. Setelah membaca dan mendengarkan
langkah kerja pada lembar kerja yang dibagikan oleh guru, siswa mulai diskusi dengan aktif.
Saat ada anak-anak yang kurang aktif, peneliti selalu berusaha membantu kesulitan mereka.
Dalam kegiatan diskusi ini, siswa benar-benar terbawa alur pembelajaran.
Setelah mengamati media gambar selesai, siswa disuguhi dengan tayangan beberapa
video yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perusakan sumber daya alam. Tampak siswa
lebih antusias lagi dibandingkan dengan media gambar yang sebelum ini. Beberapa siswa mulai
mengomentari tayangan video tersebut. Ini bukti bahwa siswa sangat menikmati tayangan video
tersebut. Setelah video selesai, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok untuk
menentukan apa saja kegiatan yang merusak sumber daya alam sesuai dengan video, dan siswa
1202
ISBN: 978-602-1150-17-7
juga mulai menentukan apa contoh lain selain dari video. Tugas berikutnya, siswa berdiskusi
dengan kelompoknya mengenai apa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dalam hal ini siswa menemukan beberapa kesulitan, namun guru secara
sigap membantu setiap kesulitan tersebut. Pada pertemuan kedua, siswa lebih aktif lagi
mengikuti kegiatan belajar, hal ini dikarenakan siswa dajak secara langsung mengamati gejalagejala dilingkungannya. Meskipun dengan canda tawa dan riuh mereka, ternyata siswa tetap
dapat mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan dengan
hasil kerja mereka yang dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Refleksi
Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah
refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru peneliti dengan guru observer yang telah
mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran pada siklus II. Guru peneliti mengawali refleksi
dengan mengungkapkan perasaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti
mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan
skenario yang telah dibuat sebelumnya. Siswa juga telah mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan sangat baik, meskipun ada beberapa diantara mereka kurang maksimal. Sementara itu
menurut observer, secara garis besar pembelajaran telah berjalan sangat baik, observer melihat
bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan media gambar dan
video telah menarik minat belajar siswa. Siswa cenderung aktif dan berani memberikan
pendapat atas setiap hasil diskusi kelompok lain.
Namun, pada pertemuan pertama masih beberapa kekurangan yang masih bisa
diperbaiki lagi paga pertemuan kedua. Masalah-masalah tersebut seperti, masih ditemukan
beberapa siswa yang kurang peduli dengan diskusi yang seharusnya dilakukan. Beberapa siswa
ada yang bermain sendiri dan acuh dengan tugas yang dihadapinya. Sebagian besar siswa
memang sangat aktif berdiskusi, namun siswa yang kurang pandai cenderung tidak berani
berpendapat. Ini karena siswa yang pintar cenderung menguasai diskusi dan lembar kerja yang
diberikan guru. Hal ini yang menjadi bagian rencana perbaikan peneliti pada pembelajaran
pertemuan kedua.
Pertemuan kedua ini siswa sangat antusias belajar. Hal ini disebabkan siswa diajak
untuk keluar kelas. Hal ini dilakukan agar siswa lebih antusias lagi belajar karena pertemuan
pertama yang telah menggunakan gambar dan video sebagai media. Kali ini siswa mengamati
contoh nyata masalah-masalah yang merusak sumber daya alam disekitar lingkungan sekolah.
Siswa dengan dipandu lembar kerja mengamati setiap kegiatan dilingkungannya yang akan
merusak sumber daya alam. Hal ini sangat efektif karena memang area sekolah yang ada
didaereah pegunungan dengan latar belakang petani dan peternak. pada kegiatan ini, sebagai
perbaikan atas pertemuan pertama, setiap anak yang kurang aktif didalam keleompoknya
ditunjuk sebagai ketua kelompok. Hal ini ternyata mampu meningkatkan keaktifan mereka.
Sementara anak-anak yang pintar menjadi penguat mereka.
Setelah didalami secara detail dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan yang dilakukan
peneliti mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II didapatkan peningkatan hasil belajar siswa.
Pada pra siklus didapatkan rerata nilai 60,6. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mengerti
materi yang sedang dipelajarinya, karena pada pra siklus itu peneliti tidak menggunakan model
belajar yang sesuai. Berikutnya dilakukan kegiatan siklus I yang menunjukkan hasil belajar
yang mengalami kenaikan yaitu rerata nilai 70,4. Kenaikan ini disebabkan penggunaan model
belajar Examples non Examples dapat meningkatkan keaktifan siswa selama belajar, selain itu
siswa melihat secara langsung contoh nyata berkaiatan dengan materi yang dipelajarinya.
Sehingga secara tidak langsung meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Walaupun
1203
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
demikian penelitian harus dilanjutkan dengan siklus II. Tentu saja akhirnya pada siklus II terjadi
peningkatan secara signifikan. Kali ini didapat rerata nilai 77,2. Naik sebesar 3,8 poin
dibandingkan dengan siklus I dan naik 16,6 poin jika dibandingkan dengan pra siklus. Hal ini
karena dengan penggonaan model belajar ini mampu meningkatkan keaktifan siswa, dan
akhirnya memberikan dampak pisitif berupa kenaikan rerata hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model belajar Examples non Examples
dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa kelas IV tentang materi kegiatan ekonomi
berkaitan dengan sumber daya alam di SDN Pesanggrahan 02 Kelas IV. Hal ini dibuktikan
dengan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I maupun siklus II, dimana
siklus I dengan rerata 70,4 dan naik pada siklus II dengan rerata 77,2.
DAFTAR PUSTAKA
Almasdi, Syahza. 2008. Model-model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau.
Triyanto, Agus. 2011. Teori-teori Belajar. Jurusan Psikologi Pendidikan bimbingan Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
1204
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TYPE ONE STAY THREE STRAY
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI SISWA KELAS IVB MI BUSTANUL ULUM BATU
Wulida Khoirotul Ummah
MI Bustanul Ulum Batu
Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi Perkembangan Teknologi
pada siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum melalui pembelajaran kooperatif One Stay
Three Stay. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum yang terdiri
dari 38 siswa, dengan perempuan 13 siswa dan laki-laki 25 siswa. Pelaksanaan
penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar secara bertahap yaitu pada
siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 72,36 dengan persentase ketuntasan 71,05%.
Sedangkan siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 78,68 dengan persentase ketuntasan
78,94%. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif One
Stay Three Stray dapat meningkatkan hasil belajar materi perkembangan teknologi pada
siswa kelas IV B MI Bustanul Ulum. Selain itu, penerapan pembelajaran ini dapat
meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan
dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci : One Stay Three Stray, Hasil Belajar, IPS, Perkembangan Teknologi
Upaya untuk meningkatkan kualitas pada diri manusia telah dilakukan pemerintah
melalui bidang pendidikan. Pendidikan bertujuan mengantarkan para siswa menuju pada
perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup
mandiri sebagai individu dan makhluk sosial (Sudjana, 2009:1). Dalam mencapai tujuan
tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses
pembelajaran. Proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah merupakan salah satu
kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Sekolah dan guru merupakan sarana penunjang keberhasilan siswa dalam proses
perolehan ilmu pengetahuan dalam belajar serta diharapkan mencapai prestasi yang baik. Dalam
belajar tersebut prestasi yang dicapai kadang mencapai prestasi yang telah ditetapkan (KKM
yang telah ditentukan) tetapi kadang kurang dari KKM yang telah ditargetkan. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kemampuan daya serap siswa berbeda-beda ada yang cepat, sedang
dan ada yang lambat.
Pembelajaran IPS merupakan pelajaran yang sering kali membuat siswa menjadi merasa
bosan. Kebosanan itu bisa timbul disamping akibat dari kurang dipahaminya apa sebenarnya
IPS, juga metodologi pembelajaran yang digunakan sering tidak menarik perhatian siswa.
Bahkan guru sering kali tidak mempunyai acuan yang jelas, apalagi kreatifitas untuk
menciptakan metode yang menarik untuk digunakan dalam mengajar. Kebosanan juga bisa
timbul akibat materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks
kehidupan siswa.
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melaksanakan pembelajaran menggunakan
metode ceramah pada mata pelajaran IPS dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Ternyata siswa mengalami kesulitan belajar.
Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang memiliki rata-rata hanya 58,02 dan yang nilainya di
atas KKM hanya 21% dari 38 siswa.
1205
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dengan adanya fakta diatas maka siswa dalam mengenal teknologi produksi hanya
sebatas tahu tapi tidak dipahami yang mengakibatkan nilai IPS dalam kompetensi dasar ini di
bawah KKM yang telah ditetapkan. Menurut perkembangan siswa usia sekolah dasar pada
hakikatnya berada dalam tahap operasional konkrit, karena itu dalam pembelajaran IPS pun
dibutuhkan pengalaman nyata yang dapat dilihat atau dirasakan oleh siswa.
Untuk mengatasi permasalahan diatas dibutuhkan suatu model tertentu yang tepat atau
sesuai agar pembelajaran betul-betul efektif, salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat
seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2)
pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai ( Agus
Suprijono, 2015 : 112). Metode-metode pada model pembelajaran kooperatif itu bermacammacam, salah satunya metode two stay two stray. Struktur Two Stay Two Stray adalah memberi
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Anita Lie, 2010 : 61).
Metode ini dilakukan dengan cara bertamu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
Sebab dengan bertamu pada kelompok lain, dapat memupuk kerja sama antar siswa. Siswa
dapat berdiskusi bersama-sama, memecahkan masalah secara bersama-sama, dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Melihat kenyataan di atas maka penulis akan mencoba mengangkat permasalahan
tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, tapi
dalam pelaksanaannya two stay two stray diganti dengan one stay three stay, yaitu satu siswa
tinggal, tiga siswa bertamu. Tujuannya agar setiap anggota kelompok berperan aktif dalam
pembelajaran ini. Satu siswa bertugas menerima tamu dan menyampaikan informasi tentang
materi yang telah didiskusikan dalam kelompok, tiga siswa sebagai tamu yang bertamu ke
kelompok lain untuk mencari informasi kemudian kembali ke kelompoknya sendiri untuk
mempresentasikan kepada anggota kelompoknya.
Latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengambil fokus Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul, “Penerapan Cooperative Learning Type One Stay Three Stray untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Perkembangan Teknologi Siswa Kelas IV B MI Bustanul
Ulum Batu”
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MI Bustanul Ulum Batu pada semester II tahun pelajaran
2015/2016. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai bulan April. Subjek penelitian
adalah siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum Batu dengan jumlah siswa 38 orang terdiri dari 25
siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.
Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas IV B MI Bustanul Ulum dan guru
kelas IV B sebagai peneliti. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra
peneliti yaitu guru kelas IV sebagai pengamat (observer) dalam pelaksanaan tindakan. Pengamat
(observasi) terdiri dari tiga rekan guru yang dipilih oleh peneliti sendiri.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: observasi,
tes, dan dokumen. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dilakukan
siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan peliti dalam penelitian
ini adalah tes tulis untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan. Sedangkan dokumen digunakan untuk menggambarkan kejadian serta hasil nyata
dari pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini berupa foto kegiatan pembelajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa.
1206
ISBN: 978-602-1150-17-7
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola,
menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006 :
248). Langkah-langkah dalam kegiatan analisis data kualitatif yaitu: (1) melakukan pengolahan
data yang telah terkumpul dan melakukan pengklasifikasian data, (2) melakukan penyajian data
yaitu data yang terkumpul dan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi, lalu dibandingkan dan dipadukan dengan berbagai informasi atau
data yang diperoleh, (3) melakukan penyimpulan data, yaitu dilakuan penyimpulan akhir dari
data-data yang telah dikumpulkan. Tujuan penggunaan teknik analisis data ini untuk
mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan cooperative learning type one
stay three stray, serta (2) peningkatan hasil belajar perkembangan teknologi.
Kegiatan analisis data diawali dengan kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan
data berdasarkan observasi, tes, dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
memudahkan peneliti untuk penarikan kesimpulan. Dari reduksi tersebut diperoleh data yaitu:
(1) data hasil observasi dari para observer pada pembelajaran IPS dengan penerapan cooperative
learning type one stay three stray dan (2) data hasil belajar pembelajaran IPS dengan penerapan
cooperative learning type one stay three stray.
Hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian
tindakan. Selain itu hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan lanjutan,
jika pemberian tindakan sebelumnya belum berhasil. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil
belajar. Kualifikasi capaian hasil penelitian ditabulasi pada Tabel 1 Kualifikasi Capaian berikut
ini (Arikunto, 2004 : 19):
Tabel 1. Tabel Kualifikasi Capaian
NO
Skor
Kualifikasi Nilai
Nilai Huruf
1
2
3
4
5
85 – 100
70 – 84
55 – 69
40 – 54
0 - 39
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang baik
A
B
C
D
E
PTK ini dilakukan sebanyak 2 siklus; masing-masing siklus dilaksanakan 2 x
pertemuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Desain penelitian yang akan digunakan mengacu pada model Kemmis dan
Taggart (Arikunto: 2006). Terdapat empat langkah penting dalam PTK yang meliputi
perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih terperinci uraian tahapan siklusnya
sebagai berikut:
Siklus I
Perencanaan: tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran,
mengembangkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, mengembangkan tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan indikatornya, menentukan metode yang sesuai dengan
penelitian, mengembangkan media pembelajaran, mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS),
dan menyusun penilaian. Semua tahapan tersebut tertuang dalam RPP.
Pelaksanaan: tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam
1207
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
kegiatan awal peneliti menyiapkan siswa untuk belajar, berdoa, apersepsi dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran inti, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan metode One Stay Three Stay. Dalam kegiatan penutup, peneliti memberikan evaluasi
pembelajaran, melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung, dan berdoa.
Pengamatan: pada tahap ini observasi dilakukan oleh 3 observer teman guru. Yang
diamati adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berlangsung. Peneliti
menyediakan lembar observasi berupa pertanyaan terbuka dan lembar observasi cek list.
Refleksi : setelah kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya merefleksi kegiatan
pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Peneliti dan para observer melaksanakan refleksi
pembelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pemebelajaran tersebut.
Tahapannya adalah (1) guru model menyampaikan apa yang telah dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran; (2) para observer secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan dalam
kegiatan pembelajaran; (3) guru model menanggapi dari hasil pengamatan dari para observer;
(4) menyimpulkan dari hasil refleksi sebagai rekomendasi perbaikan pada siklus II.
Siklus II
Pada siklus II ini tahapannya sama dengan siklus I tetapi penekanannya untuk
memperbaiki siklus I.
Perencanaan: tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran yang
berpedoman pada pembelajaran pada siklus I, kemudian membuat RPP perbaikan siklus I untuk
dilakukan dalam siklus II. Peneliti juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah
selanjutnya peneliti menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi yang berupa tes tulis.
Pelaksanaan: tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam
kegiatan awal peneliti menyiapkan siswa untuk belajar, berdoa, apersepsi dan menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran inti, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan metode One Stay Three Stay. Dalam kegiatan penutup, peneliti memberikan evaluasi
pembelajaran, melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung, dan berdoa.
Pengamatan: pada tahap ini observasi dilakukan oleh 3 observer teman guru. Yang
diamati adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berlangsung. Peneliti
menyediakan lembar observasi berupa pertanyaan terbuka dan lembar observasi cek list.
Refleksi : setelah kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya merefleksi kegiatan
pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Peneliti dan para observer melaksanakan refleksi
pembelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pemebelajaran tersebut.
Tahapannya adalah (1) guru model menyampaikan apa yang telah dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran; (2) para observer secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan dalam
kegiatan pembelajaran; (3) guru model menanggapi dari hasil pengamatan dari para observer;
(4) menyimpulkan dari hasil refleksi sebagai rekomendasi perbaikan pada siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil penelitian tindakan kelas di mi bustanul ulum untuk pelajaran IPS pada materi
perkembangan teknologi dengan metode cooperative learning type one stay three stray.
Pemaparannya sebagai berikut:
Siklus I
Penelitian siklus I telah dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga pada bulan Maret
tahun 2016 dapat diperoleh data sebagai berikut:
1208
ISBN: 978-602-1150-17-7
Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran, mengembangkan
kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, mengembangkan tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan indikatornya menggunakan metode one stay three stray tentang materi teknologi
produksi, mengembangkan media dan sumber belajar untuk pembelajaran berupa gambargambar yang sesuai materi yang diajarkan, mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
menyusun penilaian yang berupa tes produk dan tes tulis yang semua tahapan tersebut tertuang
di dalam RPP. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi keaktifan siswa dan
lembar catatan lapangan bagi observer.
Pelaksanaan
Kegiatan awal guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan tugas kepada
satu siswa untuk menyiapkan dan berdoa. Apersepsi dengan memberikan motifasi kepada siswa
agar bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan pertanyaan dasar tentang
teknologi produksi. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi teknologi produksi.
Kegiatan pembelajaran inti dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Tahap Eksplorasi,
yang meliputi: (a) siswa bertanya jawab dengan guru tentang teknologi produksi, komunikasi,
dan transportasi (b) siswa dibagi menjadi 9 kelompok, dalam 1 kelompok terdiri 4 sampai 5
siswa heterogen (c) Setiap kelompok diberikan tema yang berbeda-beda. Teknologi produksi
untuk 5 kelompok, Teknologi komunikasi untuk 3 kelompok, Teknologi transportasi untuk 1
kelompok (2) Tahap Elaborasi, yang meliputi: (a) secara berkelompok siswa membuat peta
konsep sesuai tema yang diberikan oleh guru (b) siswa membuat peta konsep dengan
menempelkan beberapa gambar teknologi dan menuliskan keterangan dari gambar teknologi
tersebut yang sesuai dengan tema yang diberikan guru, seperti ada Gambar 1
Gambar 1. Siswa sedang membuat peta konsep dengan menempelkan gambar dan memberikan
keterangan dari gamba-gambar tersebut
(c) setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan siapa yang menerima tamu dan siapa yang
bertamu (d) setiap kelompok melaksanakan tugasnya sesuai dengan diskusi pembagian tugas
dalam kelompoknya, seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Siswa sedang bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi
1209
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
(e) setiap anggota kelompok kembali ke posisi semula (f) setiap kelompok mendiskusikan hasil
yang diperoleh dari bertamu dan penerima tamu seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut
Gambar 3. Siswa kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan hasil dari bertamu
(3) Tahap Konfirmasi, yang meliputi: (a) siswa diberi apresiasi atas tugas yang telah dikerjakan
(b) siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami.
Kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) bersama guru, siswa
menyimpulkan tentang kegiatan yang telah dilakukan (b) berdoa. Pada akhir kegiatan ini guru
melakukan tes tulis kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes tulis
berbentuk soal pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir yang sama dengan soal tes tulis pada
saat pre test. Perbandingannya sebagai Tabel 2:
Tabel 2. Perbandingan nilai antara pre test dan post test siklus I
Jumlah siswa
No
Rentang Skor
85 – 100
1
70 – 84
2
55 – 69
3
40 – 54
4
0 - 39
5
Rata-rata nilai siswa
Pre test
5 siswa
3 siswa
12 siswa
14 siswa
4 siswa
55,65
Nilai post test
siklus I
13 siswa
12 siswa
4 siswa
6 siswa
3 siswa
72,36
Pada nilai pre test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85 - 100 ada 5 anak
atau sebanyak 13,16% , siswa yang mendapatkan rentang skor antara 70 - 84 ada 3 siswa atau
sebanyak 7,8%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 55 - 69 ada 12 siswa atau
sebanyak 31,57%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 40 - 54 ada 14 siswa atau
sebanyak 36,84% dan siswa yang mendapatkan rentang skor antara 0 - 39 ada 5 siswa atau
sebanyak 10,52%.
Pada nilai post test siklus I siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85 - 100 ada
13 siswa atau sebanyak 34,21% , siswa yang mendapatkan rentang skor antara 70 - 84 ada 12
siswa atau sebanyak 31,57%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 55 - 69 ada 4 siswa
atau sebanyak 10,52%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 40 - 54 ada 6 siswa atau
sebanyak 15,78%, dan siswa yang mendapatkan rentang skor antara 0 - 39 ada 3 siswa atau
sebanyak 7,89% karena siswa-siswa tersebut sakit.
Standar nilai KKM yang ditetapkan pada kompetensi dasar ini adalah 68. Berdasarkan
data nilai siklus I di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ada
1210
ISBN: 978-602-1150-17-7
27 siswa, jika dipersentasikan menjadi 71,05% dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada
11 siswa, jika dipersentasikan menjadi 34,21%. Sebagian besar siswa mengalami kenaikan, tapi
belum signifikan. Maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada siklus berikutnya. Untuk
mengetahui permasalahan siswa yang nilainya dibawah KKM, maka perlu adanya observasi
yang dilakukan oleh beberapa observer.
Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan dari tiga teman sejawat pada proses pembelajaran siklus
1 ditemukan beberapa hal, yaitu: (1) Siswa mulai konsentrasi belajar ketika guru memberikan
media gambar berupa gambar orang menanam tanaman pada media air (2) Konsentrasi siswa
semakin meningkat ketika siswa bertemu kelompoknya masing-masing dan guru memberikan
gambar- gambar untuk ditempelkan dan diberi keterangan dari gambar-gambar tersebut. Namun
ada beberapa siswa yang konsentrasinya berkurang karena sibuk bermain dengan gunting dan
kertas lipatnya. Dari permasalahan yang terjadi, guru mengingatkan beberapa siswa yang
bermain sendiri agar lebih berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tersebut (3) Banyak siswa
yang masih bingung dengan alur pembelajaran One Stay Three Stay. Dari permasalahan ini,
guru memberikan penjelasan alur pembelajarannya (4) Kesulitan siswa dalam menulis
keterangan gambar-gambar yang disediakan guru, karena siswa tidak terbiasa memberikan
keterangan gambar menggunakan bahasanya sendiri. Dari permasalahan tersebut, guru
memberikan bimbingan kepada siswa yang kesulitan dengan memberikan pertanyaan stimulus
yang sesuai dengan gambar (5) Banyak siswa yang tidak memperhatikan temannya yang
menjelaskan ketika metode One Stay Three Stay diterapkan, siswa-siswa yang bertamu sibuk
dengan menulis hasil bertamu sesuai dengan peta konsep yang disajikan penerima tamu. Dari
pemasalahan tersebut, guru memberikan pengarahan terhadap semua siswa yang bertamu untuk
menulis hal-hal yang penting saja untuk ditulis dalam catatannya.
Refleksi
Dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru merasa senang karena metode One Stay
Three Stay merupakan metode yang belum pernah diterapkan sebelumnya dalam kegiatan
pembelajaran, meskipun diawali dengan rasa ragu dan bingung. Siswa menjadi aktif semua baik
yang kemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah karena metode tersebut menuntut
semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dari hasil diskusi dengan tiga observer, maka ada beberapa masukan untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran tersebut, yaitu: (1) Kegiatan pembuka jangan terlalu lama
yang membuat siswa menjadi bosan (2) Siswa yang betugas untuk bertamu sebaiknya hanya
mencatat hal-hal yang penting saja, agar waktunya tidak terlalu lama (3) Sebaiknya disetiap
sesi bertamu diberi waktu yang konsisten agar waktunya sesuai dengan yang tercantum dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran.
Hasil belajar yang dilakukan pada siklus I diperoleh siswa yang nilainya diatas KKM
ada 65,78% dari 38 siswa dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 34,21% dari 38
siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kenaikan
hasil belajar, tapi belum signifikan. Maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada siklus
berikutnya.
Siklus II
Penelitian siklus II telah dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga pada bulan April
tahun 2016 dapat diperoleh data sebagai berikut:
1211
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi pada
pembelajaran siklus I. Kemudian membuat RPP perbaikan siklus I untuk dilakukan dalam siklus
II.
Peneliti juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar evaluasi
yang berupa tes produk dan tes tulis. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi
keaktifan siswa dan lembar catatan lapangan bagi observer.
Pelaksanaan
Kegiatan awal guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan tugas kepada
satu siswa untuk menyiapkan dan berdoa. Apersepsi dengan memberikan motifasi kepada siswa
agar bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan pertanyaan dasar tentang
teknologi produksi. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi teknologi produksi.
Kegiatan pembelajaran inti dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Tahap Eksplorasi,
yang meliputi: (a) siswa bertanya jawab dengan guru tentang teknologi produksi, komunikasi,
dan transportasi (b) siswa berkumpul bersama kelompoknya seperti pada pembelajaran ada
siklus I (c) setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan pembelajaran tentang teknologi
sesuai pada materi sebelumnya yaitu dengan mencari kelebihan dan kekurangan masing-masing
teknologi melalui buku pedoman belajar IPS dan buku-buku lain yang mendukung pada
perpustakaan kelas seperti pada Gambar 3 berikut:
Gambar 3. Siswa berdiskusi mencari kelebihan dan kekurangan dari teknologi komunikasi
(2) Tahap Elaborasi, yang meliputi: (a) Secara berkelompok siswa menuliskan kesimpulan dari
hasil diskusi pada kertas asturo yang telah disiapkan. (b) setiap kelompok berdiskusi untuk
menentukan siapa yang menerima tamu dan siapa yang bertamu (c) setiap kelompok
melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah didiskusikan dengan waktu setiap sesinya
3 menit, Gambar 5.
Gambar 5. Siswa yang menjadi penerima tamu sedang memberikan penjelasan tentang hasil
diskusi kelompoknya kepada tamu dari kelompok lain
(d) setiap siswa kembali ke kelompoknya untuk mempresentasikan hasil bertamunya (3) Tahap
Konfirmasi, yang meliputi (a) siswa diberi apresiasi atas tugas yang telah dikerjakan (b) siswa
bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami.
1212
ISBN: 978-602-1150-17-7
Kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) bersama guru, siswa
menyimpulkan tentang kegiatan yang telah dilakukan (b) berdoa. Pada akhir kegiatan ini guru
melakukan tes tulis kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes tulis
berbentuk soal pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir.
Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan dari tiga teman sejawat pada proses pembelajaran siklus
II ditemukan beberapa hal, yaitu: (1) siswa sudah mengerti alur pembelajaran One Stay Three
Stray. Hal ini dibuktikan dengan semua siswa langsung memposisikan diri sesuai dengan tugas
dari masing-masing kelompok (2) siswa yang bertugas sebagai tamu memperhatikan penjelasan
teman penerima tamu dengan baik (3) siswa yang bertamu sudah bisa menulis hal-hal yang inti
yang disampaikan oleh penerima tamu.
Refleksi
Peneliti melakukan analisis semua tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II
melalui diskusi dengan tiga observer. Pada akhir pembelajaran siklus II siswa menuliskan kesan
mereka terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan manfaat pembelajaran ini
terhadap kehidupan mereka.
Berikut ini pada Tabel 3 perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II:
Tabel 3. Perbandingan nilai antara post test siklus I dan post test siklus II
Jumlah siswa
No
Rentang
Skor
85 – 100
70 – 84
55 – 69
40 – 54
0 - 39
Kategori
Nilai
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat
Kurang
Rata-rata nilai siswa
1
2
3
4
5
Nilai post
Nilai post
test siklus
test siklus I
II
13 siswa
17 siswa
12 siswa
12 siswa
4 siswa
7 siswa
6 siswa
2 siswa
3 siswa
72,36
78,68
Perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan
nilai sangat baik ada 34,21%, nilai baik ada 31,57%, nilai cukup ada 10,52%, nilai kurang ada
15,78%, dan mendapat nilai sangat kurang ada 7,89%. Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa
yang mendapatkan nilai sangat baik ada 44,73%, nilai baik ada 31,57%, nilai cukup ada
18,42%, nilai kurang ada 5,26%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai sangat kurang.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang terlihat pada
rata-rata nilai siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,32.
Keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan diterapkan metode One
Stay Three Stray. Peningkatan tersebut merupakan wujud perubahan peningkatan hasil belajar
siswa ke arah yang lebih baik. Berdasarkan fakta diatas, maka pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode One Stay Three Stray dapat dikatan berhasil. Hal yang menjadi petunjuk
bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap siswa terhadap bahan
pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan
perilaku yang digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa baik secara
individu maupun kelompok (Djamarah, 2006 : 28).
1213
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Meskipun terdapat peningkatan hasil belajar siswa, namun masih terdapat 9 siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan
kemampuan siswa dalam memahami materi (2) siswa-siswa tersebut mengalami masalah lambat
belajar.
Keberhasilan dan hambatan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa itu
sendiri. Keberhasilan pembelajaran menggunakan metode One Stay Tree Stray karena minat
siswa terhadap pembelajaran tinggi. Hambatan pembelajaran pembelajaran menggunakan
metode One Stay Tree Stray karena terdapat 9 siswa yang mengalami masalah lambat belajar.
Kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan pendapat Dimyati dan Mujiono (2002),
mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal yaitu
faktor dari dalam diri siswa, misalnya kondisi jasmani dan rohani. Kondisi fisiologis siswa
seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani
akan membantu dalam hasil belajar. Selain itu juga keadaan mental atau psikologi yang baik
juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat,
motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif (persepsi, ingatan, dan berpikir).
KESIMPULAN
Kesimpulan hasil penelitian adalah: Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
metode pembelajaran One Stay Three Stray terlihat dari 38 siswa, yang belum tuntas ada 9
siswa karena rendahnya kemampuan siswa. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran
One Stay Three Stray terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi teknologi
produksi di kelas IV B MI Bustanul Ulum. Keaktifan siswa mengalami peningkatan terlihat
dari aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, bertamu dan menerima tamu, serta
menyampaikan hasil bertamu kepada kelompok asal.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pembelajran Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang
Kelas.Jakarta: PT Gramedia.
Moleong. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Rosdyakarya
Sudjana dan Ahmad R. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
1214
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENGGUNAAN MEDIA DENAH DILENGKAPI MINIATUR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LETAK RUMAH
KELAS IB MI BUSTANUL ULUM KOTA BATU
Mariana Ulfah
MI Bustanul Ulum Kota Batu
Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi letak rumah pada siswa
kelas IB MI Bustanul Ulum melalui pembelajaran dengan menggunakan denah
dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah . Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IB MI Bustanul Ulum yang terdiri dari 39 siswa, dengan perempuan
18 siswa dan laki-laki 21 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester
genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
ketuntasan hasil belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan dari
rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67 dengan persentase ketuntasan
58,97% pada siklus I sedangkan siklus II persentase ketuntasan 94,87%. Penelitian ini
berkesimpulan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan denah dengan dilengkapi
miniatur dapat meningkatkan hasil belajar materi letak rumah pada siswa kelas I B MI
Bustanul Ulum. Selain itu, penerapan media pembelajaran ini dapat meningkatkan
kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama
siswa dalam proses pembelajaran.
Kata kunci : hasil belajar, media denah, dilengkapi miniatur rumah
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagai proses pendidikan di
suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru,
siswa, kurikulum, lingkungan sosial, media pembelajaran dan lain-lain. Namun dari faktorfaktor tersebut, guru dan siswa adalah faktor terpenting. Karena pada hakikatnya pembelajaran,
adalah sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan minat dan bakatnya. Dalam usaha tersebut diperlukan adanya media yang tepat agar
proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang
kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso
(2004:458)
Media pembelajaran digunakan sebagai perantara untuk mengirim informasi kepada
siswa. Sesuai dengan pendapat Romoszowski (dalam Wibawa, 1992:8) bahwa “media
merupakan pembawa pesan dari sumber pesan (dapat berupa benda ataupun orang) kepada
penerima pesan”. Sedangkan menurut (Ibrahim dkk, 2006) “media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat
merangsang perhatiaan, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mencapai pembelajaran tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pelajaran)
untuk menarik perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa sehingga memungkinkan terjadinya
proses interaksi antara siswa dengan pesan yang disampaikan.
1215
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dengan adanya media diharapkan dapat memotifasi siswa dalam belajar, sehingga
siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran, serta dapat menerima dan menyerap materi
yang disampaikan guru dengan mudah. Dengan demikian penggunaan media sebagai sumber
belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai arti yang sangat penting.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada MI Bustanul Ulum Kota
Batu yang terletak di jalan Cempaka no 25 desa Pesanggrahan Kota Batu, melihat kondisi letak
sekolah yang berada di daerah perdesaan di bawah lereng gunung Panderman pembelajaran
selama inikurang efektif, sehingga menyebabkan penurunan nilai mata pelajaran IPS. Adapun
nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum
Kota Batu tersebut pada penilaian awal adalah dibawah nilai KKM yaitu 7,1 sedangkan nilai
KKM yaitu 7,2. Sedangkan dalam aktifitas pembelajaran masih banyak yang bermalas-malasan.
Siswa terlihat sangat bosan dengan pembelajaran terutama pada materi letak rumah. Saat selesai
mengerjakan tugas individu siswa banyak yang ramai dan berbicara sendiri terutama siswa lakilaki. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan,
yang terlihat dari hasil nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dari 39 siswa masih 23 siswa
yang mendapatkan nilai diatas KKM sedangkan 16 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM
yang telah ditentukan yaitu 7,2. Hal ini terjadi dikarenakan: (1) proses pembelajarannya masih
menggunakan metode ceramah dan tidak banyak menggunakan media pembelajaran , (2) tidak
ada minat pada siswa untuk belajar tentang materi letak rumah sehingga pada materi ini hasil
belajar siswa cukup rendah , (3) materi letak rumah dirasa membosankan karena siswa
mengganggap materi tersebut adalah materi yang sulit untuk dipelajari dan kurang
menyenangkan, (4) guru merasa kesulitan menguasai kelas ketika menjelaskan materi letak
rumah karena kurangnya media pembelajaran dan siswa yang cukup besar dalam kelas tersebut ,
(5) Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti
saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak
orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar.
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan
media pembelajaran yang tepat. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi
rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki
peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458)
Penggunaan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi rumah dapat dijadikan salah
satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan
harapan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas sehingga akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak
hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk
merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, bisa dikatakan bahwa penggunaan media dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa, oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mendiskripsikan letak rumah dengan
menggunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah dan miniatur ruangan.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di MI Bustanul Ulum Kota Batu, dengan subyek penelitian
adalah seluruh siswa kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu. Siswa yang menjadi sasaran
penelitian berjumlah 39 siswa yang terdiri 18 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IB MI Bustanul Ulim Kota Batu pada semester II tahun
ajaran 2015/2016. Pada bulan Februari sampai dengan awal Mei.
1216
ISBN: 978-602-1150-17-7
Sumber data dari penelitian ini adalah siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu,
guru kelas IB sebagai peneliti. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra
peneliti yaitu 3 rekan sesama guru yang dipilih oleh peneliti sebagai pengamat (observer) dalam
pelaksanaan tindakan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: observasi,
tes dan dokumen. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru
dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes tulis untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan. Sedangkan dokumen digunakan untuk menggambarkan kejadian serta hasil nyata
dari pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini berupa foto kegiatan pembelajaran, Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa.
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus yang masing-masing
siklusnya terdiri dari 4 kegiatan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) observasi,
dan (4) refleksi. Seperti pada desain penelitian yang mengacu pada model kemmis dan taggart
(Arikunto, 2006) pada gambar berikut:
Gambar I. Desain Penelitian yang Mengacu pada Model Kemmis dan Taggart
Siklus I:
Perencanaan:Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.
Beberapaperangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah:Menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata
pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan skenario pembelajaran.Menentukan pokok bahasan
yang akan diajarkan pada setiap tindakan.Menyusun Lembar kerja siswa. Menyiapkan
alat/media yang diperlukan. Menyusun format-format penilaian (unjuk kerja) dan
observasi.Mengadakan tes awal untuk mengukur kemampuan awal sebelum tindakan.
Pelaksanaan:dalam pelaksanaannya peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
skenario yang telah direncanakan, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti
1217
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dan penutup. Dengan kegiatan pendahuluan siswa berdoa, apersepsi dan siswa diberi penjelasan
tentang langkah-langkah pembelajaran.Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan
pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Peneliti telah mempersiapkan sarana
yang digunakan. Pada kegiatan inti Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan
siswa. Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan setelah kegiatan selesai, dengan kegiatan
pembahasan yang dipandu oleh guru. Peneliti memberikan quis untuk mengetahui penguasaan
konsep yang dipelajari secara individual.
Observasi:
Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa
dalam belajar, jumlah siswa dalam belajar, kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa
terhadap pembelajaran dan perhatian, skill, minat, dan motivasi siswa.Dari hasil observasi yang
yang dilakukan, peneliti masih melihat ada beberapa siswa (khususnya laki-laki) yang masih
belum fokus dalam proses pembelajaran. Hal tersebut disebabkan karena minat dan motivasi
belajar yang rendah. Tapi sebagian besar sudah menunjukkan adanya motivasi, terbukti dengan
adanya minat untuk melakukan tanya jawab kepada guru setelah guru memberikan materi.
Reflesksi: hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa
dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi,
apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar.Kegiatan refleksi
meliputi:(1) menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (2) membahas
perbedaan atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran (3)
menentukan model evaluasi (4) menguraikan kendala yang ditemukan berkaitan dengan
tindakan dan pemecahan kaitannya dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah
ditetapkan. Hasilanalisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai
acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2006:248)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan
yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat direncanakan kepada orang
lain. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis data kualitatif yaitu: (1) melakukan pengolahan
data yang telah terkumpul dan melakukan pengklasifikasian data, (2) melakukan penyajian data
yaitu data yang terkumpul dan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi, lalu dibandingkan dan dipadukan dengan berbagai informasi atau
data yang diperoleh, (3) melakukan penyimpulan data, yaitu dilakukan penyimpulan akhir dari
data-data yang telah dikumpulkan. Tujuan penggunaan teknik analisis data ini untuk
mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media denah dilengkapi
miniatur lokasi rumah serta (2) peningkatan hasil belajar materi letak rumah.
Kegiatan analisis data diawali dengan kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan
data berdasarkan observasi, tes, dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
memudahkan peneliti untuk penarikan kesimpulan. Dari reduksi tersebut diperoleh data yaitu:
(1) data hasil observasi dari para observer pada pembelajaran IPS dengan menggunakan media
denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan (2) data hasil belajar pembelajaran IPS pada materi
letak rumah
Hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian
tindakan. Selain itu hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan lanjutan,
jika pemberian tindakan sebelumnya belum berhasil. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil
1218
ISBN: 978-602-1150-17-7
belajar. Kualifikasi capaian hasil penelitian menurut Arikunto (2004:19) ditabulasi pada Tabel 1
sebagai Kualifikasi Capaian:
Tabel 1. Hasil Kualifikasi Capaian
NO
1
2
3
4
5
Skor
85 – 100
70 – 84
55 – 69
40 – 54
0 – 39
Kualifikasi Nilai
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang baik
Nilai Huruf
A
B
C
D
E
Siklus II
Perencanaan: Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa
perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: Menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata
pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan skenario pembelajaran. Menentukan pokok bahasan
yang akan diajarkan pada setiap tindakan. Menyusun Lembar kerja siswa. Menyiapkan
alat/media yang diperlukan. Menyusun format-format penilaian (unjuk kerja) dan observasi.
Mengadakan tes akhir untuk mengukur kemampuan akhir dari penilaian siklus kedua.
Pelaksanaan:dalam pelaksanaannya peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
skenario yang telah direncanakan, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti
dan penutup. Dengan kegiatan pendahuluan siswa berdoa, apersepsi dan siswa diberi penjelasan
tentang langkah-langkah pembelajaran. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan
pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Peneliti telah mempersiapkan sarana
yang digunakan. Pada kegiatan inti Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan
siswa. Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan setelah kegiatan selesai, dengan kegiatan
pembahasan yang dipandu oleh guru. Peneliti memberikan tes untuk mengetahui penguasaan
konsep yang dipelajari secara individual.
Observasi:
Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa
dalam belajar, jumlah siswa dalam belajar, kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa
terhadap pembelajaran dan perhatian, skill, minat, dan motivasi siswa.
Reflesksi: hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa
dalam tahap ini. Dari hasilobservasi, guru dapatmerefleksidiridenganmelihat data observasi,
apakahkegiatan yang dilakukantelahdapatmeningkatkanprestasibelajar.Kegiatan refleksi
meliputi:(1) menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (2) membahas
perbedaan atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran (3)
menentukan model evaluasi (4) menguraikan kendala yang ditemukan berkaitan dengan
tindakan dan pemecahan kaitannya dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah
ditetapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kajian terhadap observasi awal (pra
tindakan). Pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran diuji cobakan
soal pretes yang sebelumnya telah disusun. Selanjutnya data pre test diolah kemudian diperoleh
nilai pretes sebagai acuan untuk menentukan tingkat penguasaan siswa dan pembagian
1219
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
kelompok heterogenitas berdasarkan nilai akademik siswa. Kemudian setelah analisis terhadap
hasil awal tersebut, dilakukan perlakuan (tindakan) melalui siklus pembelajaran yang
berkelanjutan. Setiap siklus meliputi tahapan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi yang
akan menghasilkan perbaikan.
Hasil dari observasi pendahuluan adalah sebagai berikut. Dari segi guru, belum
menggunakan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, guru menjelaskan materi
dengan ceramah. Dari segi siswa, siswa mendengarkan penjelasan guru tetapi tidak mengajukan
pertanyaan, masih ada beberapa siswa yang mencontek pekerjaan temannya, dan masih ada
siswa di bagian belakang yang berbicara dengan temannya dan ketika ditanya oleh guru siswa
tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.
Observasi pendahuluan menginformasikan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata
pelajaran IPS yang diperoleh siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu tersebut pada
penilaian awal adalah dibawah nilai KKM yaitu 7,1 sedangkan nilai KKM yaitu 7,2. Sedangkan
dalam aktifitas pembelajaran masih banyak yang bermalas-malasan. Siswa terlihat sangat bosan
dengan pembelajaran terutama pada materi letak rumah. Saat selesai mengerjakan tugas
individu siswa banyak yang ramai dan berbicara sendiri terutama siswa laki-laki. Pembelajaran
seperti ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yang terlihat dari
hasil nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dari 39 siswa masih 23 siswa yang mendapatkan
nilai diatas KKM sedangkan 16 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan
yaitu 7,2. Dengan demikian untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, maka peneliti
melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media denah dilengkapi miniatur
lokasi rumah.
Siklus I
Perencanaan: Membuat perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan penelitian.
Pada tahap ini penelitimenyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan Standar Kompetensi yaitu mendeskripsikan lingkungan rumah dan Kompetensi dasar
yaitu mendeskripsikan letak rumah untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan
indikator pembelajarannya, yang terdiri dari mengidentifikasi ruang dalam rumah dan
menceritakan fungsi tiap rumah. Menyusun Lembar kerja siswa berupa quis untuk mengetahui
kemampuan siswa pada materi yang diajarkan. Menyiapkan alat/media yang berupa denah
dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dengan dilengkapi miniatur ruangan.
Menyusun format-format penilaian (untuk quis) dan observasi.
Pelaksanaan:guru melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. (1)
Padakegiatan pendahuluan siswa berdoa, kemudian mengkondisikan siswa agar siap untuk
mengikuti pelajaran. Mengajak siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
dengan memberikan yel-yel berupa tepuk atau lagu. Kemudian siswa diberi penjelasan tentang
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.Guru memberikan penjelasan tentang
tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari yaitu siswa mampu
mendeskripsikan letak rumah dengan menngunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur
lokasi rumah. Guru telah mempersiapkan sarana yang akan digunakan, berupa denah yang
dilengkapi miniatur lokasi rumah.(2) Pada kegiatan inti guru bertanya jawab tentang arah mata
angin, kemudian siswa dibimbing dengan cara berdiri secara klasikal menunjukkan arah mata
angin sesuai arahan guru.Selanjutnya secara perwakilan siswa maju kedepan (5/6 anak) untuk
menunjukkan arah mata angin yang benar dengan jari telunjuknya. Kegiatan ini tampak pada
Gambar 2.
1220
ISBN: 978-602-1150-17-7
Gambar 2. Siswa mejunjukkan arah mata angin
Selanjutnya siswa memperhatikan penjelasan guru tentang letak rumah, melalui denah yang
dilengkapi dengan miniatur rumah. Siswa mendeskripsikan letak rumahnya dengan cara
berdiskusi dengan teman sebangkunya dan bertanya jawab tentang hal-hal yang penting dalam
membaca denah rumah, tertera seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Siswa berdiskusi tentang membaca denah
Setelah itu siswa mengerjakan soal quis untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
konsep tentang letak rumah. Setelah itu siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang
belum dipahami. (3) Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan
menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dengan dipandu oleh guru. Pada akhir kegiatan
ini untuk mengetahui pemahaman siswa dilaksanakan evaluasi pembelajaran berupa tes tulis
dengan jenis soal pilihan ganda berjumlah 20 soal yang sama dengan soal pada tes tulis saat pre
test. Yang perbandingannya sebagai berikut:
Tabel 2.Perbandingan nilai pre tes dan post test pada siklus 1
No
Rentang Skor
1
2
3
4
5
85 – 100
70 – 84
55 – 69
40 – 54
0 – 39
Jumlah siswa
Pre test
17 siswa
9 siswa
9 siswa
1 siswa
3 siswa
Post test
18 siswa
5 siswa
10 siswa
5 siswa
1 siswa
Pada nilai pre test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 17 siswa
atau sebanyak 43,58%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 9 siswa atau sebanyak
23,08%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 9 siswa atau sebanyak 23,08%, siswa
yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%, siswa yang
mendapatkan rentang skor 0-39 ada 3 siswa atau sebanyak 7,69%.
1221
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada nilai post test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 18 siswa
atau sebanyak 46,15%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 5 siswa atau sebanyak
12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 10 siswa atau sebanyak 25,64%,
siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang
mendapatkan rentang skor 0-39 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%.
Nilai KKM yang ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah
7,2. Berdasarkan data nilai siswa pada siklus I dapat kita lihat hasil peningkatan nilai yang
diperoleh siswa, yaitu58,97% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Sebagian besar
mengalami kenaikan, meskipun belum signifikan. Untuk mengetahui permasalahan yang
dialami oleh siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sekitar 41,03%, maka penulis
mencoba memperbaiki melaui proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan meminta bantuan pada
teman sejawat yang dipilih oleh peneliti sebagai observer.
Observasi:
Hasil Pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, peneliti melakukan pengamatan terhadap
keterampilan dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar sudah ada peningkatan meskipun
dengan jumlah siswa dalam belajar termasuk kelas besar yaitu 39 anak dalam satu kelasnya,
tetapi masih ada kesulitan yang dialami oleh beberapa siswa terutama siswa yang belum lancar
baca tulisnya, mereka hanya diam dan mencoba mencari tahu jawaban dari temannaya yang lain
saat mengerjakan tugas. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media
denah yang dilengkapi miniatur lokasi sangat menyenangkan dan perhatian siswa semakin
bertambah, terutama ketika diskusi dengan memperhatikan denah miniatur lokasi rumah
tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.Pada pengamatan
siklus pertama ini peneliti masih melihat ada beberapa siswa (khususnya laki-laki) yang masih
belum fokus dalam proses pembelajaran, mereka duduk pada kursi bagian belakang sehingga
asik ngobrol sendiri saat guru memberi penjelasan. Hal tersebut disebabkan karena minat dan
motivasi belajar yang rendah. Tapisebagianbesarsudahmenunjukkanadanyamotivasi,
terbuktidenganadanyaminatuntukmelakukantanyajawabkepada
guru
setelah
guru
memberikanmateri.
Reflesksi: refleksi dilakukan dengan diskusi antara guru model dengan pengamat atau
observer, yang pada kali ini observer di pilih sendiri oleh guru model sebagai peneliti, yaitu 2
guru dari kelas Ia dan kelas Ic dan satu guru dari kelas Ivb. Hasil yang didapatkan dalam tahap
observasi adalah sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik meskipun
masih ada dua anak laki laki yang duduk pada bangku belakang ngobrol sendiri dengan
temannya saat guru memberikan materi. Hal ini disebabkan karena minat dan motivasi siswa
yang kurang dan terkesan menyepelekan materi yang sedang di pelajari. Ada juga siswa yang
belum fokus saat pembelajaran berlangsung, disebabkan kurang memahami materi yang sedang
diajarkan, guru terlalu cepat memberikan penjelasan. Pada saat melakukan diskusi sebagian
besar siswa sudah aktif, tetapi ada beberapa siswa yang hanya mengamati saja tanpa
memeberikan masukan atau menyampaikan pendapatnya, dikarenakan kurang faham dengan
materi tentang letak rumah. Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, masih ada beberapa
anak yang mencoba melihat jawaban temannya. Hal ini di sebabkan siswa tersebut masih
kurang dalam baca tulisnya. Dan dari hasil tes pada siklus pertama ini diperoleh hasil yang
masih belum memenuhi indikator pencapaian, yaitu sekitar 16 anak atau 41, 03% yang nilainya
masih dibawah Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)yang sudah ditetapkan pada materi
letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah 7,2. Sehingga diperlukan merencanakan siklus
berikutnya.
1222
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siklus II
Perencanaan: Membuat perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan penelitian.
Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan Standar Kompetensi yaitu mendeskripsikan lingkungan rumah dan Kompetensi dasar
yaitu mendeskripsikan letak rumah untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan
indikator pembelajarannya, yang terdiri dari mengidentifikasi ruang dalam rumah dan
menceritakan fungsi tiap ruangan dalam rumah. Menyusun Lembar kerja siswa berupa gambar
potongan (miniatur rumah, sekolah, rumah sakit, pohon, mobil dan lain lain) untuk mengetahui
kemampuan siswa pada materi denah. Menyiapkan alat/media yang berupa denah dengan
dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dengan dilengkapi miniatur ruangan. Menyusun
format-format penilaian (untuk tes) dan observasi.
Pelaksanaan: guru melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. (1) Pada
kegiatan pendahuluan siswa berdoa, kemudian mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti
pelajaran. Mengajak siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan
memberikan yel-yel berupa tepuk atau lagu. Kemudian siswa diberi penjelasan tentang langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan
pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari yaitu siswa mampu mendeskripsikan
letak rumah dengan menngunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah. Guru
telah mempersiapkan sarana yang akan digunakan, berupa denah yang dilengkapi miniatur
lokasi rumah. (2) Pada kegiatan inti guru bertanya jawab dengan siswa tentang denah yang
sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa mengamati gambar yang diterima. Siswa
memotong gambar se suai petunjuk pada lembar kerja. Siswa menempelkan potongan gambar
dan menyusun menjadi sebuah miniatur denah rumah secara sederhana. Guru memberikan
penghargaan pada siswa yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan bimbingan
guru siswa mempresentasikan hasil karyanya Gambar 4.
Gambar 4. Siswa menggunting dan menempel untuk membuat denah miniatur lokasi
rumah secara sederhana.
Selanjutnya siswa bertanya jawab dengan bimbingan guru tentang denah miniatur lokasi rumah
dan denah miniatur ruangan tertera seperti pada Gambar 5 dibawah ini:
1223
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 5. Siswa bertanya jawab tentang membaca denah
Setelah itu siswa mengerjakan soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami
konsep tentang letak rumah. Setelah itu siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang
belum dipahami. (3) Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan
menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dengan dipandu oleh guru. Pada akhir kegiatan
ini untuk mengetahui pemahaman siswa dilaksanakan evaluasi pembelajaran berupa tes tulis
dengan jenis soal pilihan ganda berjumlah 10 soal. Yang perbandingannya sebagai berikut:
Tabel 3.Perbandingan nilai pre tes dan post test pada siklus 1
No
Rentang Skor
1
2
3
4
5
85 – 100
70 – 84
55 – 69
40 – 54
0 - 39
Jumlah siswa
Siklus I
18 siswa
5 siswa
10 siswa
5 siswa
1 siswa
Siklus II
31 siswa
6 siswa
2 siswa
- siswa
- siswa
Pada nilai siklus I siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 18 siswa
atau sebanyak 46,15%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 5 siswa atau sebanyak
12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 10 siswa atau sebanyak 25,64%,
siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang
mendapatkan rentang skor 0-39 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%.
Pada nilai siklus II siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 31 siswa
atau sebanyak 79,48%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 6 siswa atau sebanyak
15,38%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 2 siswa atau sebanyak 5,13%, siswa
yang mendapatkan rentang skor 40-54 tidak ada, dan siswa yang mendapatkan rentang skor 039 juga tidak ada.
Nilai KKM yang ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah
7,2. Berdasarkan data nilai siswa pada siklus I dapat kita lihat hasil peningkatan nilai yang
diperoleh siswa, yaitu 94,87% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Sebagian besar
mengalami kenaikan. Hanya 5,13% yang belum mencapai KKM .
Observasi:
Hasil Pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan
dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang
mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar sudah ada peningkatan meskipun dengan jumlah
siswa dalam belajar termasuk kelas besar yaitu 39 anak dalam satu kelasnya, tetapi sudah
sebagian besar aktif dalam proses belajarnya. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi sangat menyenangkan dan perhatian
siswa semakin bertambah, terutama ketika siswa belajar membuat denah dengan miniatur lokasi
rumah dengan cara menggunting dan menempel, sehingga dapat meningkatkan minat dan
1224
ISBN: 978-602-1150-17-7
motivasi belajar siswa. Pada pengamatan siklus kedua ini peneliti melihat sebagian besar sudah
menunjukkan adanya motivasi, terbukti dengan adanya minat untuk melakukan tanya jawab
dengan bimbingan guru.
Reflesksi: refleksi dilakukan dengan diskusi antara guru model dengan pengamat atau
observer, yang pada kali ini observer di pilih sendiri oleh guru model sebagai peneliti, yaitu 2
guru dari kelas Ia dan kelas Ic dan satu guru dari kelas Ivb. Hasil yang didapatkan dalam tahap
observasi adalah sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada saat
mengerjakan tugas sebagian besar siswa sudah aktif. Saat mengerjakan soal yang diberikan
guru, siswa sudah mampu mengerjakan dengan tertib. Dan dari hasil tes pada siklus kedua ini
diperoleh hasil yang sudah cukup memenuhi indikator pencapaian, yaitu sekitar37 anak atau
94,87% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKMdari 39 anak.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami
peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67. Peningkatan hasil belajar siswa ini
dikarenakan peneliti menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah
dilengkapi miniatur ruangan dalam rumah seperti pada Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Denah miniatur lokasi rumah dan denah miniatur ruangan dalam rumah
Peningkatan hasil belajar ini juga diimbangi dengan peningkatan aktivitas siswa
sehingga siswa aktif dan tidak bosan dalam pembelajaran. Hal ini dapat dikatakan bahwa
penggunaan menia denah dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dilengkapi
ruangan dalam rumah pada siswa kelas IB di MI Bustanul Ulum Kota Batu telah mencapai
keberhasilan
KESIMPULAN
Penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, penggunaan media denah
dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IB pada mata pelajaran IPS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Pada siklus I belum mencapai hasil yang optimal, tetapi mulai
meningkat pada siklus II. Kedua, pembelajaran IPS dengan menggunakan media denah
dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil dari
siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67. Dengan jumlah 23 siswa
memperoleh nilai diatas KKM dan 16 siswa memperoleh nilai dibawah KKM pada siklus I.
Sedangkan pada siklus II jumlah 37 siswa memperoleh nilai diatas KKM dan 2 siswa
memperoleh nilai dibawah KKM.
1225
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pembelajaran Praktik. Jakarta:Rineka
Cipta
Arikunto, suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:Bumi Aksara
http://repository.upi.edu/9483/1/t_pd_0704902_chapter1.pdf
Ibrahim,dkk.(2006). Media Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.
Moleong. 2006. Penelitian Kualitatifdan Kuantitatif. Jakarta: PT Rosdyakarya.
Yusufhadi Miarso. (2005). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta:Kencana
1226
ISBN: 978-602-1150-17-7
MENINGKATKAN PEMAHAMAN PERAN ANGGOTA KELUARGA DENGAN
BANTUAN MEDIA WAYANG KARTON PADA MATA PELAJARAN IPS
KELAS 2
Sukmawidi Astutik
SDN Dadaprejo 02 Kota Batu
Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial materi peran dan kedudukan keluarga di SDN Dadaprejo 02
kelas II semester II dikecamatan junrejo dengan menggunakan media wayang karton.
Pada kegiatan pembelajaran tersebut menggunakn metode demonstrasi dan penggunaan
media wayang karton untuk bermain peran dalam pembelajaran menyimak ini dapat
mengaktifkan siswa, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru dan
interaksi siswa dengan media. Pada pembelajaran tersebut, siswa berhasil meningkatkan
pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan penilaian hasil kerja siswa mencapai nilai di
atas 70 atau mencapai 79% dari 19 siswa.
Kata kunci: pemahaman,peran dan kedudukan keluarga,wayang karton.
Kebijakan pemerintah dalam penggembangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini
telah menunjkkan adanya upaya serius dalam meningkatkan kualitas sistem management dan
sumberdaya manusia yang memadai.hal ini ditunukkan dengan adanya undang – undang tentang
pendidikan pp no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi “guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik”. Sampai saat ini pendidikan kita masih didominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafalkan. Sekolah
sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global. Proses pembelajaran yang baik akan dapat
menciptakan prestasi yang berkualitas, oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen
penting dalam keberhasilan pembelajaran, harus menempatkan dirinya sebagai sosok yang
mampu membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar (membelajarkan siswa).
SDN Dadaprejo 02 adalah salah satu lembaga pendidikan yang sangat menjunjung
keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan
global. Usaha kearah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah terkait, seperti
pemenuhan sarana prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain
yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan mampu
menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya akan menjadikan
sekolah yang berkualitas. Dari studi awal dilapangan diperoleh kenyataan bahwa saat ini masih
banyak permasalahan yang timbul di sekolah. Selama ini metode yang digunakan kurang
beragam dan kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.selain itu
metode ceramah menjadi pilihan utama,sehingga pembelajaran hanya berlangsung satu arah saja
dan siswa menjadi kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. Strategi pembelajaran ini
mengakibatkan siswa menjadi cenderung bosan dan jenuh dengan pelajaran yang mereka
hadapi. Sehingga mereka tidak memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini, akan
membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah, ditunjukkan dengan hasil belajar siswa selalu
mengecewakan dan tidak memenuhi KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal) dan berdasarkan hasil
ulangan IPS hanya 2 siswa (11%) dari 19 siswa yang mencapai KKM (70). Dan hal ini perlu
diadakan perbaikan agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik dengan nilai yang memuaskan.
1227
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dari permasalahan diatas,maka dibutuhkan tindakan yang mampu menjadi jalan
keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan metode yang tepat,yaitu metode yang
mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar
merupakan salah satu cara yang dipergunakan oleh guru dalam mendidik siswa. Oleh karena itu
peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab permasalahan-permasalahan
pembelajaran tersebut serta untuk lebih mengaktifkan pembelajaran di kelas maka Saat
mengajar sebaiknya kita harus merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenagkan (PAIKEM). Santoso (2012:1) mengemukakan bahwa sangat bagus jika guru bisa
kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi akan lebih bagus jika guru mampu
melaksaakan pembelajaran yang penuh inovasi.
Pembelajaran dengan melibatkan media yang sama, akan memberikan informasi yang
persis sama untuk siswa-siswa lain. Media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan
informasi diantara siswa di manapun berada (Rahadi, 2003). Dengan demikian pendaya-gunaan
media pembelajaran untuk melaksanakan pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka
meningkatkan mutu hasil belajar. Salah satu media pembelajaran yang cukup efektif dan efisien
adalah wayang karton yang terbuat dari bahan sederhana dan murah (Winarto 2014).
Dengan demikian diharapkan setelah menggunakan media belajar ini hasil belajar siswa
menjadi meningkat dan siswa menjadi semangat dalam menerima pelajaran,maka dari sinilah
diadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu
jenis penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut
Suharsimi(2002) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata “
penelitian,tindakan dan kelas.”penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek,
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan
kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang dilakukan dengan tujuan
tertentu yang dalam pelaksanaanya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan
kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
terjemahan dari classroom action research yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan di
kelas. Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan. Bertolak dari pemikiran diatas maka dikembangkan media wayang karton
untuk meningkatkan pemahaman peran anggota keluarga yang merupakan sub pokok bahasan
dalam mata pelajaran IPS.Tujuan penelitian ini adalah: “Meningkatkan Pemahaman Peran
Anggota Keluarga dengan Bantuan Media Wayang Karton pada Mata Pelajaran IPS Kelas 2”.
Gambar 1. Media Wayang Karton
1228
ISBN: 978-602-1150-17-7
METODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 yang berjumlah 19
siswa.Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari sampai Maret 2016,Tempat penelitian di
SD Negeri Dadaprejo 02. Sedangkan prosedur penelitiannya di bagi menjadi empat tahapan
sesuai dengan metode PTK yang digunakan dalam penelitian, yaitu:1) Perencanaan, pada tahap
perencanaan peneliti sudah merencanakan apa yang akan dilakukan mulai dari observasi
lingkungan sekolah, persiapan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, model
pembelajaran yang akan digunakan. Wawancara dengan guru mata pelajaran. Apa yang
seharusnya nanti yang akan dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran agar
mendapatkan hasil yang maksimal. 2) Pelaksanaan, pelaksanaan akan diadakan di kelas II SD
Negeri 02 Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan memberikan materi peran
kedudukan keluarga. Kemudian langkah selanjutnya mengimplementasikan penjelasanpenjelasan tersebut menggunakan media dokumentasi keluarga.3) Pengamatan atau observasi,
selama proses pelaksanaan guru ataupun peneliti membuat catatan-catatan apa yang terjadi
selama proses itu berlangsung. 4) Refleksi, setelah pelaksanaan dan pengamatan, diadakan
diskusi hasil dari kegiatan pengamatan pembelajaran di kelas. Kesimpulan yang diperoleh
dalam refleksi dipergunakan untuk memperbaiki langkah-langkah pembelajaran berikutnya.
Langkah-langkah pembelajaran dilakukan mengacu pada silabus KTSP dengan metode
demonstrasi dan cooperative learning. Secara rinci tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut:
Pada siklus I keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran masih dominan.guru sebagai
fasilitator secara intensif memberikan penjelasan – penjelasanyang jelas menggingat sesuai yang
diajar adalah siswa kelas II SD. Bimbingan guru kepada siswa berupa arahan – arahan tentang
pemahaman peran dan kedudukan keluarga dengan menggunakan media wayang karton. Dalam
prosedur pembelajaran yang disampaikan pada awal kegiatan, diluar itu guru sebagai fasilitator
memberi bimbingan kepada kelompok-kelompok yang meminta bantuan selama pelaksanaan
diskusi tesebut.pembentukan kelompok ditentukan guru secara acak dari 19 siswa yang hadir
terbentuk 4 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.dasar
pembagian siswa menjadi kelompok adalah teman yang dekat tempat duduknya dengan
menggunakan media wayang untuk pemahaman dan pemantapan konsep tentang kedudkan dan
peran keluarga.pada pertemuan ke II ada perubahan pada LK individu yang ketiga dihilangkan
karena waktu tidak mencukupi disamping itu LK 3 hampir sama soalnya dengan LK 1.
Prosedur pelaksanaan tindakan siklus II hampir sama dengan prosedur siklus I.bedanya
pada siklus II skenario pembelajaran I ada perubahan pada merubah Lk kelompok menjadi lebih
fariatif sehingga memicu keaktifan siswa dalam bekerja kelompok.pada pertemuan ke II guru
lebih menggarahkan kegiatan pembagian kelompok tidak lagi secara acak tetapi disesuaikan
dengan kemampuan siswa sehingga tidak ada lagi penumpukan dalam satu kelompok siswa
yang berkemampuan rendah saja atau yang berkemampuan tinggi saja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari evaluasi siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II dihasilkan evaluasi pada
akhir siklus I menunjukkan pada umumnya siswa sudah mampu memahami peran dan
kedudukan keluarga dengan media wayang karton.hal ini terlihat dari hasil perolehan nilai pada
siklus I pertemuan I yaitu dari 19 siswa diperoleh data 8 siswa (43%) memiliki hasil belajar
dengan predikat baik,11 siswa (57%) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup
baik.akumulasi ketuntasannya mencapai 57% dengan KKM 70.sedangkan pada pertemuan ke II
memperoleh data dari 19 siswa,9 siswa(47%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,10
siswa(52%) hasil belajar dngan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasan mencapai 57%
denfan KKM 70.
1229
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Sedangkan hasil pada siklus II diperoleh data sebagai berikut pertemuan I yaitu dari 19
siswa diperoleh data 13 siswa (68%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,6 siswa (32%)
memiliki hasil belajar dengan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasannya mencapai 68%
dengan KKM 70.sedangkan pada pertemuan ke II memperoleh data dari 19 siswa,15
siswa(79%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,4 siswa(21%) hasil belajar dngan
predikat cukup baik.akumulasi ketuntasan mencapai 79% denfan KKM 70.
Proses pembelajaran di kelas pada siklus I dan siklus II dirangkum dalam data kualitatif sebagai
berikut:
Siklus I
Siklus II
Pra
Total
Aspek
RataRatatindakan P.1
peningkatan
p.II
P. I
P.II
rata
rata
43%
47%
45%
68%
79%
73,5% 62,2%
Ketuntasan 11%
2
8
9
9
13
15
14
siswa
Perbandingan Persentase Hasil Siswa dalam Peran dan Kedudukan Keluarga Sebelum Tindakan
dan Setelah Tindakan Pada Siklus I Dan II
katagori
pratindakan
Semua benar
Sebagian besar benar
Sebagian kecil benar
Semua salah
0
5
4
10
Siklus I
P.I
4
10
1
4
P.II
6
8
2
3
RT
5
9
1,5
3,5
Siklus II
P.I
P.II
3
5
15
14
1
0
0
0
RT
4
14,5
0,5
0
80
70
60
50
40
30
20
10
0
pratindakan siklus I
siklus II
pertemuan I
pertemuan II
rata-rata
Grafik Perbandingan Peningkatan Pemahaman Peran dan Kedudukan Keluarga Dengan
Menggunakan Media Wayang Karton
Dari perbandingan data nilai yang di peroleh pada siklus I pertemuan I dan II maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu: nilai siswa masih banyak yang kurang karena guru terlalu
1230
ISBN: 978-602-1150-17-7
banyak memberikan tugas atau LK sehingga waktu yang diperlukan kurang dan siswa belum
matang atau faham memahami materi tersebut.
Dengan tercapainya akumulasi ketuntasan belajar siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo
02 pada siklus 2 yang mencapai 79% maka peneliti dan kolaborator memutuskan untuk
menghentikan perlakuan berupa penggunaan media wayang karton pada mata pelajaran IPS
pokok bahasan memahami peran dan kedudukan keluarga.
PENUTUP
Setelah di laksanakannya penelitian, maka peneliti bisa menarik kesimpulan.
Kesimpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut : (1) Hasil pembelajaran di Siklus 1 setelah
di terapkannya media dokumentasi keluarga menunjukkan hasil bahwa siswa mengalami
perkembangan. Berdasarkan data tersebut diketahui dari total 19 siswa, 9 siswa (47%) memiliki
hasil belajar dengan predikat baik dan 10 siswa (52%) memiliki hasil belajar dengan predikat
cukup,namun akumulasi persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai kkm 70 sehingga
peneliti dan kolaborator memutuskan untuk mengadakan siklus 2. (2) Berdasarkan data setelah
melakukan observasi siklus 2, peneliti mengevaluasi tindakan yang telah di terapkan pada siklus
dua yaitu dari total 19 siswa, masing-masing 15 siswa ( 79%) memiliki hasil belajar dengan
predikat baik, 4 siswa (21 %) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup. Akumulasi
persentase ketuntasan belajar kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 pada siklus 2 mencapai 79%.
Hasil ini telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 70, sehingga peneliti dan
kolaborator memutuskan untuk menghentikan perlakuan.Dari kedua siklus yang telah
dilaksanakan, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar IPS pokok bahasan
memahami peran dan kedudukan keluarga pada siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02
Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan menggunakan media wayang karton.
Setelah peneliti menyusun kesimpulan dalam penelitian PTK ini, maka peneliti dapat
memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah : (1)
Terkait dengan inovasi media pembelajaran, hendaknya pihak SD Negeri Dadaprejo 02 dapat
lebih mendukung ketersediaan media pembelajaran dan mengembangkan media - media baru
yang dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga siswa tidak bosan. (2) Guru di harapkan
dapat menerapkan dan membuat media pembelajaran sendiri yang bervariasi sehingga siswa
selalu tertarik untuk belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Rita kurnia rahayu novit,2010, Penggunaan Media Puzzle Dalam Pembelajaran Menulis
Pengumuman Berbasis Lesson Study Pada Siswa Kelas Iv Sdn 1 Sabang, J-TEQIP, Tahun
IV, Nomor 2, November 2013
Yanti febri,2013, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk
Hidup Dengan Menggunakan Media Audio Visual Di Kelas Vii D Siswa Smpn 5
Kabupaten Muaro Jambi, 1231, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013.
Makmur maksimus & sainurdin alberts,2013, Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas V Sekolah Dasar Katolik
Welu,
Makur dan Sainurdin, Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi, 1231
Rahardi 2003,Basuki Wibowo 2003,Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.Departemen.
Suharsimi,2002,Metodologi Penelitian.Rineka ciptaJakarta.
Winarto,Media Wayang Karton.2014 malang
Suharni dwi,2012, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Cooperative
Learning Model Think Pair Share ( TPS ) Kelas III SDN Ngroto 02 Kecamatan PujonKabupaten Malang,tugas skripsi 2012.
1231
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JENIS-JENIS
PEKERJAAN YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA DENGAN
MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS SDN TEMAS 01 BATU
Heri Sismarjono
SD Negeri Temas 01 Batu Malang
Abstrak: Proses pembelajaran di SD masih belum mencapai hasil yang diharapkan,
karena pada umumnya masih bergantung pada buku pelajaran pegangan siswa dan tanpa
menggunakan media belajar yang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah apakah
penggunaan media dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS
di kelas 3 SDN Temas 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
direncanakan terdiri dari dua siklus . Penelitian dilakukandi SDN Temas 01, waktu
penelitian bulan Pebruari sampai dengan Mei 2016. Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi, dan revisi. Instrumen
pengumpulan data tentang aktivitas siswa menggunakan lembar observasi. Data tentang
hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan soal tes. Data dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data hasil penilaian siswa tahap pra
siklus 11 dari 36 siswa mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 7, dengan nilai ratarata kelas 65,4. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar IPS materi pembelajaran Jenis-jenis pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan media gambar, secara berturutturut dari siklus I dan II mencapai nilai rata-rata kelas 69,4 dan 74,6. Aktivitas siswa
kelas 3 dalam belajar IPS meningkat. Siswa kelas 3 yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal pada siklus I sebanyak 25 siswa atau 69 % dan siklus II sebanyak 31 siswa
atau 86 %.
Kata kunci: media gambar, pembelajaran ips sd,
Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki fungsi sangat
penting dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Pendidikan di Sekolah Dasar
merupakan landasan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh terhadap pendidikan ke
jenjang berikutnya. Beberapa mata pelajaran harus diajarkan di sekolah dasar disajikan dalam
bentuk terpadu. Salah satu mata pelajaran di dalamnya adalah Ilmu Pendidikan Sosial.
Pengajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar karena siswa yang datang ke
sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda. Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat
mereka menjadi anggota dipengaruhi oleh lingkungan mereka tersebut.
Menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir dalam Hidayati (2008; 7) Penggunaan
media dalam proses pembelajaran, mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: (1) Media
dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa Pengalaman masingmasing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang berasal dari dua lingkungan keluarga
dan masyarakat yang berbeda akan menentukan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat
mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. (2) Media dapat mengatasi ruang kelas Di dalam kelas
banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misalnya obyek yang terlalu besar
atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan hal-hal yang
terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas dengan menggunakan media. (3) Media
memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan Misalnya
mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalahmasalah sosial di masyarakat.
1232
ISBN: 978-602-1150-17-7
(4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan Pengamatan yang dilakukan siswa secara
bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal yang penting sesuai tujuan yang ingin dicapai. (5)
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. Penggunaan media
gambar, film model, grafik, atau bahkan benda-aslinya dapat memberikan konsep yang benar.
(6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media,
pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, pemahaman konsep-konsep semakin
lengkap. Dengan demikian menambah rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan
minat baru untuk belajar. (7) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa
untuk belajar. Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan
siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsangan untuk belajar lebih
lanjut. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai
kepada sesuatu yang abstrak. Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak
dapat dilihat secara langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang
wujud, ukuran, dan lokasi. Selain itu juga dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang
arti kepercayaan dan kebudayaan.
Media cetakan dan grafis paling banyak dan paling sering digunakan didalam proses
belajar mengajar. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk
menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepad siswa). Pesan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol yang
mengandung arti disebut “Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam,
sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan
pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang
dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk media yang
relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis
adalah: gambar/foto, diagram, bagan. Grafik, poster, media cetak, buku.
Media grafis paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang
mudah dimengerti oleh peserta didik. Kemudahan mencerna media grafis karena sifatnya visual
konkrit menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik.
Kelebihan media ini ialah: a).Sifatnya kongkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media
verbal. (b) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda
maupun tua. (c) Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam
penyampaiannya. Namun demikian memiliki kelemahan yaitu (a) Gambar/foto hanya
menekankan persepsi indera mata. (b) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Proses pembelajaran IPS materi Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan
jasa di SD Negeri Temas 01 Batu masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Hasil studi
awal ditemukan data dari 36 siswa kelas 3B di SD Negeri Temas 01 Batu hanya 31 % siswa
yang tercatat dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 7. Tingkat kemampuan siswa
kelas 3B SD Negeri Temas 01 Batu berfariasi, hal ini merupakan faktor penyebab berfariasinya
pula hasil pembelajaran yang dicapai. Berpedoman pada hasil belajar yang dicapai siswa setelah
melakukan pembelajaran tersebut dianggap perlu melakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan di SDN Temas 01 Batu bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar IPS materi Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa. Penelitian ini juga
bertujuan agar siswa kelas 3 SD Negeri Temas 01 Batu memahami konsep pekerjaan yang
menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka peneliti
menganggap penting untuk mengadakan penelitian dengan tema “Meningkatkan Hasil Belajar
IPS Materi Jenis-jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang dan Jasa dengan Media Gambar
pada Siswa Kelas 3B SDN Temas 01 Batu”
1233
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model
Kemis dan MC. Taggart (dalam Akbar. 2009:28) dengan urutan kegiatan sebagai berikut:
Berdasarkan penemuan permasalahan di dalam kelas maka guru membuat perencanaan
pembelajaran yang diterapkan dalam siklus pertama, dilanjutkan pada langkah kedua
pelaksanaan sekaligus dilaksanakan observasi. Berpedoman pada hasil observasi dan evaluasi
hasil belajar murid, melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi dijadikan dasar
untuk melakukan perbaikan yang akan dituangkan dalam perencanaan pelaksanaan siklus
kedua. Setiap siklus terdiri dari empat langkah kegiatan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan
Observasi, refleksi, dan terakhir refisi.
Peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai
pengamat serta menyimpulkan hasil penelitian. Pelaksanaan observasi penelitian ini, peneliti
dibantu oleh teman sejawat.
Penelitian ini dilakukan di Kelas 3B, SD Negeri Temas 01, Batu, dengan jumlah murid
36 dan dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran 2015-2016.
Rancangan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas berbentuk siklus yang sekurang-kurangnya
dilakukan dalam dua siklus (Suharsimi Arikunto dalam Zainal Abidin, 2007) atau sampai dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I
Perencanaan (Planning) 1
Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
skenario pembelajaran yang mencantumkan penggunaan media gambar serta menyusun LKS
yang berkaitan dengan materi yang akan dibelajarkan kepada siswa, mempersiapkan lembar
evaluasi, mempersiapkan format observasi aktivitas siswa, dan mempersiapkan media yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
Tindakan dan Pengamatan (acting & observing) 1
Pengamatan proses pembelajaran meliputi pengamatan terhadap pembelajaran dengan
menggunakan media gambar, aktivitas siswa selama pembelajaran, dan nilai siswa pada hasil tes
di kegiatan akhir pembelajaran. Dalam pengamatan menggunakan instrumen berupa lembar
observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, kamera untuk
mendokumentasikan segala peristiwa yang terjadi.
Perefleksian (reflection) 1
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi bersama guru pengamat terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mennjau kegiatan yang telah
dilakukan, tujuan yang sudah dicapai, kegiatan yang belum dicapai, masalah pembelajaran yang
belum dapat terpecahkan serta efektifitas penggunaan media yang telah direncanakan.
Perbaikan Rencana (revise plan) 1
Perbaikan dilakukan dengan berpedoman pada hasil refleksi. Langkah selanjutnya
menentukan aktivitas yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS yang akan dilanjutkan pada siklus II.
Menyusun rencana pembelajaran dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada kegiatan
sebelumnya.
1234
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siklus II
Tahapan dalam siklus kedua pada prinsipnya sama dengan siklus pertama, tetapi
pelaksanaan siklus kedua disusun berdasarkan hasil temuan dalam siklus pertama.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
observasi, tes, catatan lapangan yang diuraikan sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh data
tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik
observasi. Sedangkan untuk melengkapi data penelitian yang dibutuhkan digunakan teknik
catatan lapangan dengan mencatat kejadian/kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung. (2)
Untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa di kelas 3B SDN Temas 01 Batu dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik observasi dan
dokumentasi. (3) Untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik tes pada setiap siklus. Bentuk tes berupa
tes obyektif dan subyektif.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keseluruhan
aspek yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yang meliputi pelaksanaan
pembelajaran, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan media gambar. Adapun instrumen yang digunakan meliputi: (1) Instrumen
penelitian yang digunakan peneliti untuk teknik observasi, berupa lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran menggunakan media gambar. (2) Instrumen penelitian yang digunakan peneliti
untuk teknik observasi, berupa lembar observasi aktivitas siswa. (3) Instrumen penelitian yang
digunakan untuk teknik tes, berupa soal tes, kunci jawaban dan penskoran soal tes.
HASIL PENELITIAN
Siklus 1
Perencanaan
Melakukan revisi rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pra
siklus dengan memperhatikan temuan-temuan dalam kegiatan pra siklus. Menyusun rencana
kegiatan yang akan dilakukan pada Siklus I, menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses
pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru menggunakan gambargambar tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang dan Jasa. Persiapan yang
dilakukan oleh peneliti pada siklus I meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran yang
menggunakan alat bantu mengajar berupa gambar-gambar pekerjaan yang menghasilkan barang
dan jasa. (2) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam
mengukuti proses pembelajaran. (3) Membuat lembar observasi untuk mengetahui minat peserta
didik terhadap pembelajaran. (4) Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran.
Pelaksanaan dan Observasi
Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada Siklus I adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal, Guru membuka pelajaran dengan kegiatan apersepsi melalui tanya jawab
tentang pekerjaan yang dilakukan orang tua siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti, Pertemuan I guru melakukan tanya jawab tentang contoh pekerjaan yang ada di
lingkungan siswa. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan tugas berpasangan yang berhubungan
dengan LKS 1. Guru memberi kesempatan siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 1
dengan mengamati gambar-gambar tentang jenis-jenis pekerjaan. Beberapa pasangan diminta
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Memberi kesempatan kepada siswa lain
memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dipresentasikan. Pertemuan II penjelasan
1235
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
guru tentang perbedaan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa. Siswa secara bergantian
diminta untuk menyebutkan pekerjaan orang tuanya. Siswa mengelompokkan jenis-jenis
pekerjaan ke dalam kelompok menghasilkan barang atau jasa. Dengan mengerjakan LKS 2
secara berpasangan. Beberapa pasangan diminta mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dipresentasikan.
Kegiatan Penutup. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, dilanjutkan dengan membahas
soal evaluai yang telah dikerjakan. Guru menegaskan kembali materi yang telah disampaiakan.
Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, dilakukan refleksi selama
proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi yang dilakukan observer dan capaian hasil
evaluasi siswa, ada beberapa temuan yang disampaikandalam kegiatan refleksi pada siklus I
meliputi: (1) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cukup baik, namun masih belum mencapai
hasil yang diharapkan, dengan indikator ada beberapa siswa yang belum mencapai hasil yang
diharapkan. (2) RPP yang disusun oleh guru terlaksana dengan baik. (3) Sebagian besar siswa
memiliki minat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, tetapi masih ada beberapa
peserta didik yang masih terlihat kurang berminat, masih ada yang berbicara dengan teman. (4)
Berdasarkan hasil belajar peserta didik menunjukkan rata-rata kelas mencapai 69,4. Sebanyak
25 peserta didik sudah mencapai nilai KKM, namun sejumlah 11 peserta didik masih mendapat
nilai di bawah KKM yaitu 7. Berdasar hasil temuan di atas perlu dilakukan perbaikan dalam
siklus II.
Revisi
Berpedoman pada hasil refleksi siklus I, dilakukan perbaikan untuk diterapkan dalam
siklus II. Perbaikan tersebut meliputi: (1) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
berpasangan pada siklus I, pada siklus II dilakukan secara individu. Dengan perubahan tersebut
siswa yang kurang aktif menjadi aktif.
Siklus II
Perencanaan
Melakukan revisi rencana pembelajaran sesuai hasil refleksi pada siklus I. Persiapan
yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan siswa secara individu. (2) Mempersiapkan perlengkapan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran. (3) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik dalam mengukuti proses pembelajaran. (4). Membuat lembar
observasi untuk mengamati aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan dan Observasi
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 6 April 2016. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan pada Siklus ini sebagai berikut:
Kegiatan Awal, Guru membuka pelajaran dengan kegiatan apersepsi melalui Tanya jawab
tentang materi yang pernah di bahas pada siklus I. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan Inti, Pertemuan I guru melakukan tanya jawab untuk mengingat kembali materi
pembelajaran yang pernah dipelajari pada pertemuan siklus I. Kegiatan selanjutnya guru
menjelaskan tugas individu yang berhubungan dengan LKS 1. Guru memberi kesempatan siswa
secara individu mengerjakan LKS 1 tentang jenis-jenis pekerjaan dengan cara menempelkan
potongan gambar-gambar profesi sesuai kolom yang tersedia. Beberapa siswa diminta
membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Memberi kesempatan kepada siswa lain
memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dibacakan. Pertemuan II. Setelah
melakukan apersepsi, guru memberikan penjelasan tentang kegiatan siswa yang dilakukan
1236
ISBN: 978-602-1150-17-7
secara individu. Tanya jawab singkat tentang perbedaan pekerjaan yang menghasilkan barang
atau jasa. Siswa secara individu mengelompokkan jenis-jenis pekerjaan ke dalam kelompok
menghasilkan barang atau jasa melalui mengerjakan LKS 2. Beberapa siswa diminta
membacakan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap
laporan yang telah bacakan.
Kegiatan Penutup. Guru memberikan pemantapan tentang materi yang telah dipelajari. Peserta
didik ditugasi mengerjakan soal evaluasi, setelah menyelesaikan tugasnya siswa diajak
membahas soal evaluai yang telah dikerjakan. Akhir kegiatan dilakukan refleksi tentang
kegiatan pembelajaran saat itu.
Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II, penyaji bersama observer
melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil observasi yang
dilakukan observer dan capaian hasil belajar melalui tes hasil belajar, ada beberapa temuan yang
disampaikan observer dalam kegiatan refleksi pada siklus II meliputi: (1) Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar baik, mengalami peningkatan jika dibanding hasil pada siklus I, siswa secara
individu aktif mengerjakan tugas-tugasnya. (2) RPP yang disusun oleh guru terlaksana dengan
baik. (3) Sebagian besar siswa aktif mengikuti proses pembelajaran, yang di siklus I kurang
aktif pada siklus II ini sudah menunjukkan keaktifannya. (4) Hasil belajar peserta didik
menunjukkan peningkatan, rata- rata kelas mencapai 74,6. Sebanyak 31 peserta didik sudah
mencapai nilai KKM, sejumlah 4 peserta didik masih mendapat nilai di bawah KKM. Berdasar
capaian hasil dalam siklus II ini dapat disimpukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah
berhasil, sehingga kegiatan penelitian ini diakhiri.
Revisi
Berpedoman pada hasil refleksi siklus II, yang telah menunjukkan terpenuhinya target
yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan
pembelajaran IPS materi menghasilkan barang atau jasa diakhiri.
KESIMPULAN
Perbandingan capaian hasil belajar peserta didik dalam tiap siklusnya mulai Pra Siklus,
Siklus I, hingga Siklus II, menunjukkan peningkatan capaian hasil belajar. Berdasar data
tersebut dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS di kelas
3 SD Negeri Temas 01 Batu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan minat
belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Cipta Media Aksara.
Akbar, Sa’dun. 2009. Prosedur penyusunan laporan dan artikel hasil penelitian tindakan kelas.
Yogyakarta: Cipta Media Aksara.
Hidayati. 2008. Penggunaan media dalam proses pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi. 2009. Mengenal Lingkungan Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional,
Riana Cepi. 2008. Komputer dan Media Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Derektorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.
1237
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS SISWA
KELAS 1 SDN ORO-ORO OMBO 01
Kusriyantinik
SDN Oro-Oro Ombo 01Batu
Abstrak: Pembelajaran di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu pada umumnya masih
menggunakan pembelajaran langsung dengan metode ceramah yang berpusat pada guru,
sehingga dampaknya siswa kurang aktif dan hasil belajar menurun. Penerapan model
pembelajaran yang kooperatf tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan pemahaman
konsep pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman konsep hak dan kewajiban anak pada pelajaran PKn di
kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas. Tempat penelitian yaitu di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, waktu penelitian selama
3 bulan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I tingkat
pemahaman siswa dalam memahami konsep hak dan kewajiban mencapai 70%.
Ketuntasan minimal pada siklus I mencapai 85%. Sedangkan pada siklus II tingkat
pemahaman siswa dalam memahami konsep hak dan kewajiban mencapai 91,5%.
Ketuntasan minimal pada siklus II mencapai 100%.
Kata kunci: pemahaman konsep, model kooperatif, dan Two Stay Two Stray
Pembelajaran adalah sebuah proses belajar sebuah ajaran untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu. Dalam proses pembelajaran tentunya membutuhkan sebuah model yang tepat supaya
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pemilihan model yang tepat akan berpengaruh pada metode,
strategi, dan media yang sesuai. Hal tersebut harus dilakukan supaya pola belajar siswa menjadi
terarah dan menyenangkan. Hera, Agus Taufik, dan Puji lestari menyatakan bahwa pendidikan
di pandang bukan semata-mata sebagai sarana untuk menyiapkan individu bagi kehidupannya di
masa depan tetapi juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan
menuju ketingkat kedewasaan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan beberapa ciri
atau unsur umum dalam pendidikan yaitu pertama, pendidikan harus memiliki tujuan yaitu
pendidikan hakikatnya adalah pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan
pribadinya maupun bagi warga negara atau warga masyarakat lainnya. Kedua, untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana yang meliputi
upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Ketiga, kegiatan tersebut harus diwujudkan di
dalam lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan
formal,informal dan non formal.
Dalam pembelajaran semua mata pelajaran tentunya pendidik harus bisa memilih
sebuah model pembelajaran yang mampu menggiring siswa kepada tujuan pembelajaran. Pada
model pembelajaran PKn khususnya mempunyai paradigma baru yang memiliki karakteristik
sebagai antara lain, membelajarkan dan melatih siswa berfikir kritis, membawa siswa mngenal,
memilih dan memecahkan masalah, melatih siswa dalam berfikir sesuai dengan metode ilmiah
dan keterampilan sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri (Udin S.Winaputra,dkk,
2007). PKn juga sebagai mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep sosial,
sikap sosial yang kontekstual.
Pembelajaran PKn perlu dikembangkan model pembelajaran kontektual maupun
kooperatif, pembelajaran kooperatif sendiri diperlukan untuk melatih kerjasama antar siswa,
1238
ISBN: 978-602-1150-17-7
berpikir kritis, dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sosial mereka (Erna Febru
dan Ari dwi, 2012). Pembelajaran langsung atau Direct Intruction dikenal dengan sebutan active
teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-cllas teaching. Penyebutan itu
mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada
peserta didik dan mengajarkanya secara langsung kepada seluruh kelas (Agus Suprijono).
Pelaksanaan model pembelajaran langsung juga membutuhkan lingkungan belajar dan sistem
pengelolaan. Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar selama pelajaran
dengan model pembelajaran langsung hampir identik dengan yang digunakan guru ketika
menerapkan model presentasi. Peneliti dalam pembelajaran langsung juga menstrukturisasikan
lingkungan belajarnya dengan sangat ketat, mempertahankan fokus akademis dan berharap
peserta didik menjadi pengamat, pendengar, partisipan yang tekun. Namun, pada kenyataannya
model pembelajaran langsung menjadi perilaku buruk selama proses belajar mengajar
berlangsung yang mengharuskan guru harus cepat menangani dengan akurat dan tepat. Model
pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun, namun paling tepat untuk
mata pelajaran yang berorentasi kinerja atau performance, seperti membaca, menulis,
matematika, bahasa, kesenian, biologi, fisika, kimia, TIK (Teknologi Informatika dan
Komputer) dan pendidikan jasmani. Model pembelajaran langsung juga cocok untuk
komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang lebih berorentasi pada informasi
seperti sejarah, sosiologi, dan sejenisnya (Agus Suprijono, 2015).
Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini dan hasil observasi yang dilakukan
penulis, di kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu untuk mata pelajaran PKn materi Hak dan
Kewajiban Anak diperoleh hambatan-hambatan sebagai berikut, pertama, siswa belum
memahami konsep hak dan kewajiban anak. Kedua, siswa kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran di kelas. Ketiga hal ini menujukkan aspek ketrampilan sosial dan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak masih kurang, dan model pembelajaran
yang kurang menantang dan kurang menarik. Pembelajaran PKn di kelas I membutuhkan hal
yang konkrit, menarik, sesuai karakteristik anak SD senang bermain, senang bergerak, suka
berbagi dan bekerja sama (Mulyani Sumantri,Nana Syaodih, 2002).
Penulis di sini mencoba merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya
unsur permainan di dalamnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah
model pembelajaran yang serius tapi santai sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia
SD senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Disamping
memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat pula bertolak dari
kebutuhan peserta didik (Mulyani Sumantri 2002). Model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang sesuai dan tepat untuk mata pelajaran PKn hak
dan kewajiban anak di kelas I SDN Ora-Oro Ombo 01 Batu, karena model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray konsepnya lebih luas yakni meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pelaksanaan
prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola
kelas lebih efektif, memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama.
Metode ini diawali dengan pembagian kelompok, setelah kelompok terbentuk guru
memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan
jawabannya. Setelah diskusi intra kelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok
yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari
suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu
tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok.
1239
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka
yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka
tunaikan.
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, rendahnya pemahaman konsep di
sekolah dasar salah satunya dapat di atasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif,
sehingga peneliti menganggap penting untuk mengangkat tema penelitian dengan judul
“Meningkatkan pemahaman konsep hak dan kewajiban anak melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak di kelas
I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu”
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan terdiri dari 2
siklus. Pelaksanan penelitian dilaksanakan di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu kelas I. Waktu
penelitian dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2016. Setiap siklus dari penelitian
terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi
dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif. Alur pelaksanan tindakan dalam penelitian
tindakan kelas dapat di lihat seperti pada Gambar 1.
Pelaksanaan
SIKLUS I
Observasi
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan
Observasi
SIKLUS II
Refleksi
Gambar 1 alur penelitian tindakan kelas di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu
Secara lebih terperinci tahapan setiap siklus dalam tahapan adalah sebagai berikut:
Siklus
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi: membuat perencanaan perbaikan pembelajaran,
membuat tujuan pembelajaran sesuai dengan KD,menentukan pendekatan dan metode,
1240
ISBN: 978-602-1150-17-7
menentukan langkah-langkah pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran dan sumber
belajar, membuat lembar kerja siswa secara individu dan kelompok, membuat rubrik penilaian,
menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.
Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah guru menyiapkan siswa masuk kelas
kemudian pembukaan pembelajaran diawali dengan doa,apersepsi,penyampaian tujuan
pembelajaran, pelajaran inti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS,evaluasi
penilaian,refleksi, penutup.
Pengamatan
Tahap pengamatan disini peneliti dalam melaksanakan penelitia tindakan kelas untuk
mengamati keaktifan siswa dan kegiatan mengajar guru, di bantu oleh teman sejawat dengan
menggunakan lembar observasi , pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Apabila dalam siklus ini dirasa siswa
masih belum memenuhi target kriteria ketuntasan minimal, maka direncanakan untuk pebaikan
pada siklus berikutnya hingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana
keberhasilan pelaksanaan tindakan.
Refleksi
Tahapan refleksi ini guru merekflesikan pembelajaran yang telah di laksanakan yang di
pimpin oleh moderator diskusi. Pada kegiatan ini pertama-tama kesempatan diberikan kepada
guru model untuk mengutarakan apa yang dirasakan pada proses pembelajaran, berikutnya
diberikan kesempatan kepada observer untuk menanggapi penampilan guru model, sebelum
kegiatan ini di tutup kesempatan diberikan kepada expert untuk memberikan pembahasan dan
tambahan masukan dan pemecahan pada masalah-masalah pada proses pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN .
Telah dilakukan penelitian tindakan kelas Di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu kelas I
untuk pelajaran PKn dengan menerapkan Model pembelajaran kooperatif metode Two Stay
Two Stray. Berikut ini disajikan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan adalah.
SIKLUS I
Siklus I dilaksanakan pada minggu I dan ke II pada bulan Maret 2016, dengan hasil
adalah sebagai berikut:
Perencanaan.
Kegiataan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran siklus I yang telah direncanakan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain: Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun indikator sesuai
KD, membuat tujuan pembelajaran yang merujuk pada indikator dengan Model Kooperatif tipe
Two Stay Two Stray sesuai dengan materi yang akan diajarkan yaitu hak anak di rumah dan di
sekolah. kemudian guru menyusun langkah-langkah pembelajaran tentang hak anak di rumah
dan di sekolah, menyiapkan media dan sumber belajar tentang pelaksanaan hak anak di rumah
dan di sekolah dan gambar gambar , membuat lembar kerja siswa atau alat evaluasi secara
individu dan kelompok tentang hak dan kewjiban anak dalam bentuk gambar dan isian.
Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi (lembar keaktifan siswa) dan
lembar catatan lapangan untuk mengamati proses pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan
Pada kegiatan pelaksanaan tindakan diawali dengan guru menyiapkan siswa masuk
kelas dengan berbaris diluar kelas terlebih dahulu, kemudian siswa masuk kelas berdoa, absensi,
guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang di lakukan sebelum berangkat
sekolah yang terkait dengan materi tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah.
1241
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kemudian siswa diajak menyanyi bersama “lagu selamat pagi” setelah itu guru menanyakan
makna dari isi lagu tersebut, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang
pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, serta pelaksanaan model pembelajaran
Kooperatif tipe Two Stay Two Stray.Guru memberikan penjelasan tentang hak anak di rumah
dan di sekolah dan tanya jawab tentang hak anak di rumah dan di sekolah serta pelaksanaannya
dalam kehidupan sehari-hari dengan melihat media gambar pelaksanaan hak anak di rumah dan
di sekolah.
Selanjutnya guru mengkondisikan siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan
kerja kelompok. Guru menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan siswa yaitu siswa di bagi
menjadi beberapa kelompok diskusi, satu kelompok terdiri 4 anak berdasarkan kemampuan
membaca dan menulis yang heterogen. Masing-masing kelompok diberi masalah yang sama
yaitu gambar-gambar pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah dengan kalimat
pertanyaannya, kemudian guru membimbing siswa untuk bekerja sama dengan diskusi dalam
memecahkan masalah tentang hak anak di rumah dan di sekolah sesuai dengan konsep yang ada
di lembar kerja siswa. Kegiatan siswa yang melakukan diskusi seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Anak aktif diskusi dalam kelompok
Seperti pada Gambar 1. dengan bimbingan guru siswa tampak aktif untuk
mengumpulkan informasi dan bertukar pendapat guna memecahkan masalah bersama
kelompoknya. Selanjutnya siswa menuliskan hasil pekerjaannya di lembar kerja siswa,
kemudian masing-masing kelompok dua anak berkujung ke kelompok lain untuk melihat dan
membandingkan hasil kerja kelompok. Perbedaan pendapat dari kelompok atau kurang sesuai
dengan konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, siswa yang berkunjung
mengkritisi dan memberi komentar agar sesuai konsep tentang hak anak di sekolah dan di
rumah. Sedangkan 2 siswa anggota kelompok yang lain tetap diam di kelompoknya masingmasing untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya dan menerima kritik serta saran dari
kelompok yang berkunjung, kegiatan siswa berdiskusi seperti pada Gambar 2
Gambar 2. Aktifitas anak berkunjung ke kelompok lain
Setelah siswa mengunjungi kelompok lain, selanjutnya mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dari kelompok lain kepada anggota kelompokknya.
1242
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siswa kembali ke kelompok masing-masing kemudian menyampaikan hasil kerja dari
kelompok lain ke kelompoknya, beserta kritik dan saran yang berasal dari kunjungan dan
menempel hasil kerja pada papan pajangan, aktifitas siswa mamajang hasil karyanya seperti
pada gambar 3
Gambar 3. siswa menempel hasil kerja kelompok
Untuk mengetahui pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di
sekolah, siswa diberikan tes evaluasi tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah.
Siswa
diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan soal-soal evaluasi kemudian
mengumpulkan hasil kerja untuk di nilai. Rangkuman hasil penilaian evaluasi pada siklus I dari
23 siswa kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 untuk pelajaran PKn hak anak di rumah dan di sekolah
adalah sebagai berikut: hasil pre test nilai rata-rata kelas siswa 5,3, yaitu 9 (40%) siswa
mendapat nilai di atas rata-rata kelas dan 14 (60%) siswa mendapat nilai dibawah rata-rata
kelas. kriteria ketuntasan minimal(KKM)adalah 6,5 dan ternyata siswa yang mencapai KKM
hanya 4 anak sedangkan yang belum mencapai KKM 19 anak.
Hasil post test setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah
sebagai berikut: nilai rata-rata kelas mencapai 7,0 yaitu 16 (70%) siswa mendapat nilai diatas
rata-rata kelas dan 7(30%) siswa mendapat nilai dibawah rata-rata. Kriteria ketuntasan
minimal( KKM) 6,5 dan ternyata siswa yang mencapai KKM 20 anak sedangkan yang belum
mencapai KKM 3 siswa. sehingga jika dilihat dari jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
terjadi peningkatan dari 4 anak menjadi 20 anak, dan di lihat dari rata-rata kelas awalnya 5,3
menjadi 7,0. s Namun demikian meskipun dilihat yang mencapai KKM pada siklus I ini 20/23
(85%) standart KKM nya masih rendah hanya 6,5 dan masih ada 3 (15%) yang belum tuntas.
Sehingga masih diperlukan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
Observasi.
Selama proses pembelajaran berlangsung guru di bantu teman sejawat melakukan
pengamatan dan penilaian proses terhadap kegiatan siswa serta kinerja mengajar guru dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menggunakan lembar observasi
kegiatan siswa serta guru mengajar yang telah disediakan. Hasil pengamatan oleh teman sejawat
pada pembelajaran siklus I, yakni diperoleh data yakni antara lain siswa mulai tenang ketika
guru berhasil mengkondisikan pada awal pembelajaran dengan menyanyi, menyampaikan
tujuan, mengiformasikan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray serta contoh
pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, 3 anak masih ada yang belum memperhatikan
masih asyik mengobrol dengan teman satu kelompoknya, ini di karenakan siswa masih baru
pertama kali menerapkan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray siswa masih belum
paham dengan model pembelajaran ini.
Siswa aktif dan senang berdiskusi kelompok dalam memecahkan masalah namun ada
juga siswa yang mengalami keterlambatan dalam belajar karena ada anak berkebutuhan khusus
serta ada siswa yang belum bisa membaca dalam satu kelompoknya sehingga siswa yang belum
bisa membaca menggantungkan pekerjaan kelompoknya. Kegiatan diskusi hanya di dominasi
1243
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
oleh siswa yang pandai sesuai pendapat Slmeto(2010)”Bahwa kecerdasan besar peranannya
dalam berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu.
Dalam kegiatan berkunjung siswa senang dan aktif berbagi pendapat dengan kelompok
lain namun masih ada juga siswa yang enggan berbagi dengan teman kelompok lain karena
beranggapan merasa kepandaiannya tidak boleh di bagi dengan orang lain. Siswa aktif mencatat
materi pada saat pemaparan atau presentasi pada kelompoknya perolehan dari kelompok lain,
yang menambah pengetahuan konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah.
Tetapi ada juga beberapa siswa yang tidak mencatat materi karena tidak bisa membaca akhirnya
lebih senang mengobrol dengan teman kelompoknny atau menggangagu kelompok lain yang
sama-sama senang mengobrol sehingga mengganggu proses pembelajaran. Begitu juga dengan
siswa berkebutuhan khusus jadi diam atau mengganggu temannya.
Refleksi
Berdasarkan catatan-catatan hasil temuan dari pengamatan teman sejawat terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I, maka agar semua siswa lebih aktif dan tidak
bosan, mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray,
meningkatkan pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah pada
tindakan siklus II , guru harus mengupayakan beberapa hal yaitu, guru memberikan gambaran
langkah-langkah dalam pengguanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
pada siswa agar siswa lebih paham dalam pelaksanaannya.
Guru menggunakan media gambar yang besar dan jelas tentang pelaksanaan hak anak di
rumah dan di sekolah untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa. Guru lebih sering
keliling kelas ke kelompok-kelompok untuk mengarahkan dan membimbing siswa yang belum
bisa membaca agar kerja kelompok lebih aktif misalnya siswa yang belum bisa membaca di
suruh menjawab pertanyaan atau berpendapat secara lisan dan tidak bergantung dengan hasil
kerja kelompoknya, kemudian siswa yang bisa membaca menuliskannya dalam lembar kerja
kelompok bergantung pada hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan tugas menggambar atau
menghiasi lembar kerja kelompok bagi siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan
kemampuannya agar siswa merasa ikut bekerja dan tidak minder dalam kelompok sehingga
tidak mengganggu temannya. Untuk memotivasi siswa dalam pencatatan materi sebaiknya
presentasi hasil diskusi kelompok dilakukan di depan kelas oleh perwakilan kelompoknya agar
materi yang dipresentasikan benar-benar jelas dan dipahami seluruh siswa.
Siklus 2
Siklus II dilaksanakan pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 bulan April 2016, dan
hasilnya adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Tahap kegiatan menyusun rencana pada siklus II yang di lakukan peneliti adalah,
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat indikator sesuai KD, menentukan
tujuan pembelajaran sesuai indikator dan materi pembelajaran yaitu pelaksanaan hak dan
kewajiban anak di rumah dan di sekolah, menyusun langkah-langkah pembelajaran tetap
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pengembangan
materi kewajiban anak di rumah dan disekolah. Menyiapkan peraga gambar yaitu buku besar
yang berisi pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, menyiapkan lembar
kerja kelompok dan individu, lembar pengatan keaktifan siswa serta pengamatan kegiatan
proses pembelajaran oleh guru. peneliti berusaha melengkapi kekurangan yang di temui pada
siklus I.
1244
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II, diharapkan siswa sudah lebih paham dengan model
pembelajaran Two Stay Two Stray dan lebih meningkatkan pemahaman konsep tentang
pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran pada
siklus II ini berlangsung berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di
susun yaitu tentang pelaksanaan hak dan kewjiban anak dirumah dan di sekolah. Saat
pembelajaran dimulai siswa terlihat antusias dan bersemangat dengan tanya jawab tentang
materi yang sudah diajarkan yaitu pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, kemudian
menyanyi bersama lagu “Bangun Tidur” yang terkait dengan materi yaitu pelaksanaan
kewajiban anak di rumah dan di sekolah, penyampaian tujuan pelajaran oleh guru, pemaparan
materi siswa dan guru tanya jawab tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di
sekolah.Guru menunjukkan peraga buku besar yang berisi gambar-gambar dan kalimat
pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, siswa mengidentifikasi gambar-gambar
yang di tempel di papan tulis pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah
dengan tanya jawab untuk pemantapan peningkatan pemahaman konsep tentang pelaksanaan
hak dan kewajibaban anak di rumah dan di sekolah.Kemudian siswa melaksanakan diskusi
kelompok satu kelompok terdiri 4 siswa, dengan bimbingan guru siswa mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya yaitu
pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah.tampak seperti pada Gambar 5 siswa aktif
berdiskusi.
Gambar 5. siswa diskusi kelompok
Selesai diskusi kelompok dua orang masing-masing kelompok berkunjung ke kelompok
lain untuk melihat hasil kerja kelompok lain, sedangkan dua siswa yang masih tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu atau kelompok
yang berkunjung. Untuk melatih siswa berpikir kritis,percaya diri dan mau berbagi informasi
dengan temannya atau dengan kelompok lain. Kegiatan berkunjung ke kelompok lain seperti
tampak pada Gambar 6.
Gambar 6. Siswa berkunjung ke kelompok lain
Waktu berkunjung telah habis siswa yang berkunjung kembali ke kelompoknya masingmasing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, untuk memotivasi siswa kemudian
1245
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
secara bergiliran tiap kelompok maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompok
dan temuan informasi dari kelompok lain,guru membantu menyimpulkan hasil kerja kelompok
untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah
dan di sekolah. Seperti tampak pada Gambar 7siswa presentasi didepan kelas kemudian
memajang hasil kerja kelompok.
Gambar 7. Siswa presentasi dan memajang hasil kerja kelompok
Siswa memajang hasil kerja kelompok di tempat yang sudah di sediakan. untuk
pemantapan siswa mengerjakan lembar tugas individu. Keseluruhan kegiatan yang telah
dilakukan peneliti dengan bantuan obsever teman sejawat pada siklus II yang di laksanakan
SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, ditemukan adanya peningkatan pemahaman konsep dan aktivitas
siswa pada pelajaran PKn pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah.
Hasil tes perbaikan pelaksanaan pada siklus II sebagai berikut : nilai rata-rata kelas pada
siklus I 7,0 yaitu 16 siswa mendapat nilai di atas rata-rata ( 70%) pada siklus II meningkat
menjadi 8,5 yakni 21 siswa mendapat nilai diatas rata-rata (91,5%) artinya mengalami
peningkatan 21,5% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada siklus I 6,5 maka pada
siklus II KKM dinaikan menjadi 7. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata
kelas pada siklus I ada 7 siswa(30%) pada siklus II tinggal 2 siswa (8,5%) artinya mengalami
penurunan 21,5% siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas. Jumlah siswa yang
berhasil mencapai ketuntasan minimal pada siklus I 20/23(85%),pada siklus II siswa yang
mengalami ketuntasan minimal 23/23 anak (100%) artinya semua siswa berhasil mencapai
ketuntasan minimal.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TSTS telah dapat meningkatkan hasil belajar atau pemahaman konsep oleh siswa SDN OroOro Ombo 01 pada materi pelaksanaan hak dan kewajiban anak dirumah dan di sekolah. Hal
tersebut terlihat dimana rata-rata tes pada siklus I 7,0 pada siklus II rata-rata yang dicapai 8,5
dan ketuntasan kriteria minimal 100%.
Observasi
Tahap observasi pada siklus II terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di
lakukan oleh guru dan di bantu teman sejawat sebagai observer. Instrumen pengamatan berupa
lembar observasi yang telah disediakan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray telah
mengalami peningkatan yaitu siswa sudah mulai paham penerapan model pembelajaran Two
Stay Two Stray, siswa sudah bisa bekerjasama dan mulai berbagi informasi dengan kelompok
lain, meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I di SDN Oro-Oro Ombo 01untuk mata
pelajaran PKn. Melatih siswa ameningkatkan konsep pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah
dan di sekolah. Meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dengan mengalami kenaikan rata-rata
kelas, Semua siswa aktif mencatat materi hasil temuannya dari kelompok lain, begitu juga
1246
ISBN: 978-602-1150-17-7
dengan anak yang berkebutuhan khusus merasa bisa mengikuti belajar bersama teman-temannya
tidak lagi diam atau mengganggu temannya karena sudah diberi tugas sesuai dengan
kemampuannya.
Refleksi
Proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II yaitu: siswa sudah aktif dan mulai
terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sehingga tidak ada siswa yang
mengobrol dengan teman satu kelompoknya, diskusi tidak di dominasi oleh siswa yang pandai
saja karena masing-masing siswa sudah tahu tugasnya berdasarkan kemampuan membaca dan
menulis sehingga tidak ada siswa yang mengalami terlambat dalam kosentrasi belajar termasuk
siswa yang berkebutuhan khusus,semua siswa aktif terlibat dalam diskusi kelompok.
Peningkatan tersebut terjadi karena model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dirumah dan
disekolah pada saat berkunjung kekelompok lain pengetahuannya menjadi lebih komplek
dimana siswa dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami,sesuai pendapat Bloom(1979).
Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan penuh
percaya diri, komunikasi guru dan siswa mengalami peningkatan serta memberikan hasil belajar
yang maksimal di buktikan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas . Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siklus II dilaksanakan oleh guru dengan
baik.
KESIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS telah dapat meningkatkan hasil
belajar atau pemahaman konsep oleh siswa SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu pada materi
pelaksanaan hak dan kewajiban anak dirumah dan di sekolah. Hal tersebut terlihat dimana ratarata tes pada siklus I 7,0 pada siklus II rata-rata yang dicapai 8,5 dan ketuntasan kriteria minimal
100%. Peningkatan tersebut terjadi karena model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dirumah dan
disekolah pada saat berkunjung kekelompok lain pengetahuannya menjadi lebih komplek
dimana siswa dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami.
SARAN
Penggunaan model pembelajaran Two say two stray sangat efektif digunakan untuk
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran TSTS mempunyai kelebihan yakni
mampu menjadikan siswa bekerja sama dalam satu tim, mampu menjadikan siswa
berkomunikasi dengan teman yang lain, dan mampu menjadikan siswa lebih aktif. Pembelajaran
TSTS tidak hanya dapat digunakan dalam mata pelajaran PKn namun, dapat juga digunakan
dalam mata pelajaran yang lain khususnya jika mata pelajaran tersebut membutuhkan kerja
kelompok.
DAFTAR RUJUKAN
Affandi I. dan Suryadi, K. 2007. Hak Asasi Manusia (HAM). Jakarta: Universitas Terbuka.
Aries, E.F. dan Haryono, A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media
Publishing.
Mikarsa, H.L., Taufik, A., dan Prianto, P.L. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
1247
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Suprijono, A. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wardani, I.G.A.K, Wihardit, K., dan Nasution, N. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Winataputra, U.S., dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka.
1248
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKn KELAS VII – A DI SMP
NEGERI 4 BATU MELALUI PEMBELAJARAN MODEL STAD
Susilo Hardiknyo, S.Pd
SMP Negeri 4 Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PPKn kelas
VII – A di SMP Negeri 4 Batu melalui pembelajaran model STAD. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing dua kali pertemuan. Subjek penelitian
adalah 33 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar dar
80,30 dengan ketuntasan belajar 75,75 % pada siklus I menjadi 83,03 dan ketuntasan
belajar 90,90 % pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar PPKn juga teramati dari
perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran, interaksi antar siswa dan tumbuhnya tanggung jawab pribadi
maupun kelompok dalam pembelajaran.
Kata kunci
:
prestasi belajar, PPKn, pembelajaran STAD
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa. Sesuai dengan PP Nomor 32
Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1) ditegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran
berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan
semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Titik sentral yang harus dicapai setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya
tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak
untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan.
Siswapun dihapakan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti
perintah guru.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memiliki peranan penting dalam memberikan
motivasi belajar. Peran guru ikut memberikan andil dalam mencapai pemahaman siswa untuk
mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan
kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajarmengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang
efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran
dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai
tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru
dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa,
sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar.
Pembelajaran pada mata pelajaran PPKn di kelas VII di SMP Negeri 4 Batu, melalui
penerapan metode ceramah selama ini masih belum memberikan dampak terhadap kualitas
pembelajaran. Masih terdapat beberapa permasalahan pembelajaran diantaranya: (1).kurangnya
motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi di dalam belajar, (2) prestasi siswa belum mencapai
1249
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
hasil yang memuaskan dan belum mencapai KKM secara klasikal yang telah ditetapkan, (3)
perhatian dan konsentrasi belajar siswa kurang, (4) kemampuan bertanya siswa rendah, (5)
kurangnya dorongan mental orang tua karena tidak memahami apa yang dipelajari siswa, (6)
pelaksanaan pembelajaran yang kurang interaktif membuat pembelajaran menjenuhkan, (7)
minat siswa untuk belajar PPKn kurang, dan (8) hasil belajar siswa belum sesuai standar yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu ada tindakan umtuk mengatasi permasalahan
pembelajaran PPKn di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Bayan (2011), Wahyuli (2011) dan Widyawati
(2012). Bayan melalui penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V - A SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku
Utara” menghasilkan temuan bahwa pembelajaran dengan model STAD dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Peningkatan ini terjadi karena ada interaksi antara siswa yang kurang
memahami dengan siswa yang sudah memahami. Interaksi ini meningkatkan inspirasi siswa
untuk belajar karena belajar dengan teman lebih mudah dipahami dan lebih menyenangkan.
Wahyuli (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan
di SMK 45 Wonosari” menghasilkan temuan bahwa pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika materi
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada peserta didik kelas X teknik komputer jaringan di
SMK 45 Wonosari.
Widyawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ”Peningkatan Antusias Belajar
PKn Kebebasan Berorganisasi melalui Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas V
Semester 1 SD Kebowan Kecamatan Winong Kabupaten Pati” menghasilkan temuan bahwa
adanya peningkatan dalam antusiasme belajar siswa tentang kebebasan berorganisasi.
ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 58% atau 15 siswa menjadi 92 % atau 24 siswa pada
siklus II.
Dari penelitian Bayan (2011), Wahyuli (2011), dan Widyawati (2012) dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA, matematia, dan PKn. Dengan STAD siswa lebih mudah
memahami materi pembelajaran yang ajarkan serta siswa dapat terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran yang dilakukan.
Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD menurut Bayan (2011:88) adalah model
pembelajaran yang dianggap mampu mengakomodasi tujuan pendidikan untuk membangun
kesadaran kritis sehingga siswa mampu memahami sebuah peristiwa dari berbagai perspektif,
membangun analisis yang logis, mampu mengambil keputusan yang tepat dan mampu
mempertanggung jawabkan keputusan tersebut terhadap orang lain. Menurut Slavin dalam
Bayan, (2011) model pembelajaran STAD dapat digunakan untuk berbagai macam kajian
dalam bidang social dan sain pada semua jenjang pendidikan Metode ini adalah paling
sederhana diantara metode-metode pembelajaran kooperatif lain. Selanjutnya menurut Arends
(dalam Bayan, 2011:88) guru yang menggunakan STAD, melalui pembelajarannya dengan
memberikan informasi akademik baru kepada siswa, baik secara verbal maupun melalui bahan
bacaan. Siswa dalam kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota masing-masing
4 sampai 5 siswa, dan setiap kelompok dibuat heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai ulangan tentang materi itu. Dan
pada saat ulangan mereka tidak boleh saling membantu. Pembelajaran kooperatif model STAD
1250
ISBN: 978-602-1150-17-7
memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif dan saling berkomunikasi dalam
kelompoknya
Pembelajaran model STAD adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan mudah dilakukan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
kelompok yang terdiri 4 – 5 siswa dalam mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 4 kelas VII A
dilakukan dengan langkah pertama, persiapan, menyiapkan materi yang akan diajarkan dan
lembar kerja diskusi. Kedua, pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan dengan masingmasing kelompok terdiri dari empat sampai dengan lima orang. Angota-anggota kelompok
dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan, motivasi belajar, jenis
kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda. Ketiga, kegiatan pembelajaran, guru
menerangkan apa yang akan dicapai dengan proses pembelajaran ini dan menyuruh siswa untuk
mulai menyelesaikan soal yang diberikan. Keempat, pemahaman konsep dilakukan dengan cara
siswa diberi tugas-tugas kelompok mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secaraa
serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan
masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa
tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya.
Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi
sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut. Kelima, kuis, Siswa
diberi tes atau kuis individu dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain.
Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep
dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang
dimiliki sebelumnya. Keenam, hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata
sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau
melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor
kelompok. Ketujuh, setelah itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik
prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu.
METODE
Penelitian menggunakan Class-room Action Research (Penelitian Tindakan Kelas).
Desain PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (1982) dalam Arikunto
(2006: 16) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3)
pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflection). Penelitian dilakukan di kelas VII - A SMP
Negeri 4 Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016. Subjek penelitian
adalah 33 siswa kelas VII -A SMP Negeri 4 Batu yang terdiri dari 19 .siswa laki-laki dan 14
siswa perempuan.
Pada tahap perencanaan, dilakukan kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang diterapkan di kelas, LKS, Media Pembelajaran, Lembar Obsevasi,
Lembar evaluasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model STAD, dengan
materi Bertoleransi dalam keberagaman kelas VII semester genap yaitu Kompetensi dasar
Memahami keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender. Pada tahap pelaksanaan,
dilakukan penerapan RPP yang sudah disusun pada tahap perencanaan dalam pembelajaran.
Tahap pelaksanaan pembelajaan dilakukan pengamatan oleh observer dengan menggunakan
lembar observasi yang sudah disiapkan. Pada tahap refleksi, peneliti bersama observer merinci
dan menganalisa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dan mencari solusi alternatif
sebagai upaya penyelesaian masalah. Solusi alternatif tersebut menjadi bahan perbaikan
pembelajaran pada siklus 2.
Instrumen utama penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi tahapan
pembelajaran model kooperatif STAD dan lembar evaluasi. Observasi tahapan pembelajaran
1251
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
digunakan untuk membantu peneliti sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dan juga
membantu peneliti dan obsever untuk mengobservasi seluruh kegiatan yang berlangsung di
kelas. Butir soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang dilaksanakan sesudah
proses pembelajaran satu siklus berakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus Pertama
Perencanaan
Perencanan penelitian dilaksanakan bulan Maret 2016 dengan mempersiapkan RPP,
LKS, format pengamatan KBM, format pengamatan kegiatan siswa, angket siswa, soal kuis, dan
berbagai sumber belajar yang diperlukan pada siklus I. Materi pembelajaran pada pertemuan ini
adalah keberagaman ras dan gender. Sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model STAD, siswa diberi informasi lebih dahulu.
Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus pertama pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah pembelajaran
yaitu persiapan, pembentukan kelompok, kegiatan pembelajaran dengan penjelasan materi,
pemahaman konsep dengan mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan, kuis, pemberian
penghargaan.
Langkah persiapan, mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan
berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan
menyanyikan lagu daerah yang dikenal siswa, yang tampak dalam dialog sebagai berikut.
G: sebutkan nama lagu daerah yang kamu ketahui !
S: gundul pacul,
S: apose
G: ayo menyanyi bersama lagu Gundul pacul
Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan
pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut:
G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas keberagaman, jelaskan
keberagaman masyarakat Indonesia !
S: Suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat perbedaan dalam berbagai bidang
G: Bagus sekali, selanjutnya perbedaan itu meliputi apa saja ?”
S: Perbedaan meliputi suku, agama/keyakinan, ras, sosial budaya, politik, dan jenis
kelamin.
Dari dialog itu menunjukkan siswa telah memiliki pemahaman konsep keberagaman
masyarakat Indonesia yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau
pengetahuan bekal awal yang selanjutnya dijadikan guru untuk mengaitkan materi yang akan
diajarkan pada pertemuan tersebut.
Pada langkah pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok
masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai dengan urutan
tempat duduk, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi
secara singkat dan tanya jawab tentang keberagaman ras dan gender meliputi; pengertian ras,
macam-macam ras di Indonesia dan penyebarannya, pengertian gender, alasan sikap gender, dan
kesadaran gender.
Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing
kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk
1252
ISBN: 978-602-1150-17-7
membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5
siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang
berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Waktu
mengerjakan LKS selama 30 menit.
Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali
untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian
tugas tiap-tiap kelompok sudah terbagi apa belum. Pada langkah ini guru mendapati satu
kelompok yang belum membagi kelompoknya, selanjutnya guru ikut menatanya dapat dilihat
dari dialog berikut.
Gambar 1: Guru mengecek pembagian tugas salah satu kelompok
G : Ini kelompok berapa
S : Kelompok 5
G : Karena jumlah anggotanya 5, silakan dibagi 2 yang dua anak mengerjakan LKS 1
dan yang tiga anak mengerjakan LKS 2
Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan
semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk
mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru.
Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2
dari LKS 1
S : Pak yang dimaksud soal no. 2 itu ciri-ciri dari masing-masing Raskah?
G: Tidak, itu ciri-ciri ras secara umum/keseluruhan, tetapi kalau dijawab ciri masingras juga boleh
S : Ya pak, terima kasih
G : Ayo, anak-anak semuanya ikut berpikir untuk menemukan jawabannya.
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk
bertukar hasil pekerjaan LKS untuk memahami konsep keberagaman ras dan gender serta
bertanya kepada teman, memberikan saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing
kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan
dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat
presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan. Hasil pekerjaan LKS ada 1 kelompok
yang menjawab soal LKS 2 no 2 belum benar.
1253
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 2 : LKS yang dikerjakan salah satu kelompok
Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan
soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk
tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10
menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75,
maka siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang
belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah
kelompok 3 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara
kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM.
Pada pertemuan kedua siklus I tahapan pembelajaran melalui langkah persiapan, guru
mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan
kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan meminta siswa menanyikan lagu wajib
nasional Satu Nusa Satu bangsa
G: Untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, ayo bersama menyanyikan lagu satu nusa
satu bangsa!
S: Ya …Pak !
Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan
pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut:
G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas keberagaman ras dan jender,
sebutkan pengertian ras!
S: Sekelompok besar manusia yng memiliki ciri-ciri fisik yang sama
G: Bagus sekali, selanjutnya cirri-ciri fisik itu meliputi apa saja ?”
S: Warna kulit, bentuk rambut, bemtuk mata, hidung, …
G: Ya bagus.
Dari dialog itu menunjukkan siswa telah memiliki pemahaman konsep keberagaman ras
dan gender yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau pengetahuan
bekal awal. Langkah berikutnya guru membentuk kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6
kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai
dengan urutan nomor absen siswa, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan
penjelasan materi secara singkat dan tanya jawab tentang arti penting memahami keberagaman
dalam masyarakat Indonesia, perilaku toleran terhadap keberagaman agama, suku,ras, budaya,
dan gender
Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing
kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk
membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5
1254
ISBN: 978-602-1150-17-7
siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang
berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Dalam
mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit.
Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali
untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian
tugas tiap-tiap kelompok.
Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan
semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk
mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru.
Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2
dari LKS 2
S : Pak untuk soal no. 2 kok tidak ada di buku paket?
G: Oh ya, disitu ada uraian singkat coba kalian temukan sendiri perilaku toleran
dalam keberagaman suku dan ras menurut pendapatmu
S : Ya pak, terima kasih
G : Ayo, semuanya bekerja bagi tugas dengan baik
Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil
pekerjaan LKS untuk memahami konsep arti penting memahami keberagaman masyarakat
Indonesia dan perilaku toleran terhadap keberagaman agama, suku, ras, social budaya dan
gender serta bertanya kepada teman, memberikanya saran dan pendapat. Selanjutnya jika
masing-masing kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta
memperhatikan dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan
bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan.
Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan
soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk
tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10
menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75,
maka siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 25 siswa, sedangkan siswa yang
belum mencapai KKM sebanyak 8 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah
kelompok 3 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara
kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM.
Observasi
Tahapan observasi yang dibantu oleh observer dapat dihasilkan temuan sebagai berikut.
Pada siklus 1, kegiatan pembelajaran kooperatif STAD belum dapat dilaksanakan sepenuhnya.,
dalam pembentukan kelompok diskusi siswa tidak segera menata diri dalam kelompok, dalam
kerja kelompok masih ada siswa yang tidak aktif saling menunggu menggantungkan yang lain,
siswa dalam berdiskusi belum menunjukkan perilaku rasa ingin tahu terhadap materi, antusias
siswa dalam pembelajaran masih kurang, proses pembelajaran kooperatif belum efektif, soal
kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran belum menunjukkan hasil
ketercapaian KKM secara klasikal.
Refleksi
Perolehan data pada siklus 1 mendorong guru untuk memperbaiki beberapa hal, yaitu
perlunya memperbaiki rencana persiapan pembelajaran. Diperlukan pengelolaan kelas yang
lebih baik, perlunya penanaman pemahaman pembelajaran kooperatif STAD dalam kelompok
sehingga siswa dapat menjawab kuis dengan jawaban yang tepat, perlunya pemberian motivasi
yang lebih kuat oleh guru, perlunya kontrol guru pada siswa pada saat kegiatan pembelajaran,
1255
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dan saat mengerjakan soal kuis. Berdasarkan hal tersebut, perlu memutuskan untuk melakukan
pembelajaran siklus II
Pembahasan Siklus I
Berdasarkan temuan pada penelitian siklus I bahwa: kegiatan pembelajaran kooperatif
STAD belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena siswa masih asing dengan model
pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembentukan kelompok diskusi siswa tidak segera
menata diri dalam kelompok masih saling tanya antar siswa, mencari-cari teman anggota
kelompok . Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dalam
kelompok.
Dalam kerja kelompok masih ada siswa yang tidak aktif saling menunggu
menggantungkan yang lain, dikarenakan siswa belum memiliki rasa tanggung jawab
keberhasilan belajarnya baik secara mandiri maupun berkelompok, siswa dalam berdiskusi
belum menunjukkan perilaku proses pembelajaran kooperatif yang efektif , karena anggota
dalam kelompok masih ada yang melamun dan bermain serta tidak segera melaksanakan
tugasnya.
Rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran masih kurang
karena ada beberapa siswa yang masih mencoba berdiskusi sendiri dengan teman lainnya,
sementara itu, siswa yang lain tidak segera mengingatkan atau memberitahukan bahwa tugas
harus segera dikerjakan.
Soal kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran belum
menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal. Hal ini disebabkan masih ada siswa yang
belum menguasai konsep-konsep yang telah diajarkan dan didiskusikan, soal-soal dalam kuis
yang menurut siswa dianggap sulit dan perlu dianalisis.
Siklus Kedua
Perencanaan
Perencanan penelitian dilaksanakan bulan Maret 2016 dengan mempersiapkan RPP,
LKS, format pengamatan KBM, format pengamatan kegiatan siswa, Angket siswa, soal kuis,
dan berbagai sumber belajar yang diperlukan pada siklus II. Materi pembelajaran pada
pertemuan ini adalah Keberagaman memelihara semangat persatuan Indonesia.
Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus kedua pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah pembelajaran
yaitu persiapan, pembentukan kelompok, kegiatan pembelajaran dengan penjelasan materi,
pemahaman konsep dengan mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan, kuis, pemberian
penghargaan.
Langkah persiapan, mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan
berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan siswa, memberikan motivasi dengan
menyanyikan lagu Dari Sabang sampai Merauke
G: Anak-anak, ayo menyanyikan lagu dari sabang sampai Merauke!
S: Ya, Pak!
Selanjutnya guru meminta siswa mempersiapkan buku dan alat tulisnya, mengadakan tanya
jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan
dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut:
1256
ISBN: 978-602-1150-17-7
G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas perilku toleran terhadap
keberagaman suku, ras, agama, sosial budaya, dan gender. Sebutkan contoh
perilaku toleran terhadap keberagaman agama !
S: Menghormati agama yang dianut orang lain
S : Tidak mengganggu kegiatan ibadah agama lain
G: Bagus sekali, selanjutnya amati gambar 7.1 pada buku paket kalian halaman 132,
dan jawab pertanyaannya
1. Apa tanggapan kalian setelah mengamati
gambar tersebut
2. Jelaskan pesan dari gambar tersebut
3. Apa yang kalian lakukan setelah
membaca pesan tersebut
Gambar 3
:
Memelihara
semangat
persatuan dan kesatuan
Dari jawaban-jawaban siswa dapat disimpulkan. Pertama, pentingnya memelihara persatuan
karena bangsa Indonesia memiliki keberagaman dengan semangat Bhinneka Tuggal Ika yang
terdapat dalam lambing Negara. Kedua, keberagaman bangsa merupakan keindahan dan
kekayaan bangsa, persatuan dan kesatuan menjadikan bangsa semakin kuat. Ketiga, memelihara
persatuan diantara warga tidak menonjolkan perbedaan yang dimiliki. Dari kesimpulan jawaban
siswa menunjukkan telah memiliki pemahaman konsep perilaku toleran terhadap keberagaman
masyarakat Indonesia yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau
pengetahuan bekal awal yang selanjutnya dijadikan guru untuk mengaitkan materi yang akan
diajarkan pada pertemuan tersebut.
Pada langkah pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok
masing-masing terdiri dari 4 – 5, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan
penjelasan materi dan tanya jawab secara singkat dengan menayangkan video dan power point
tentang lambing Negara, arti dan makna Bhinneka Tunggal Ika. Selanjutnya guru mebagikan
LKS untuk dikerjakan dalam kelompok diskusi yang sudah terbentuk waktu mengerjakan LKS
diberi waktu 30 menit. Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru melihat
jalannya diskusi pada masing-masing kelompok, menunjukkan buku sumbernya untuk
menemukan jawabannya:
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk
memahami hasil kerja kelompoknya, jika masing-masing kelompok sudah memahami materi
yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil
pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau
pertanyaan dilaksanakan.
Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan
soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk
tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10
menit dan diakhiri dengan koreksi bersama.
1257
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada pertemuan kedua siklus II tahapan pembelajaran melalui langkah persiapan, guru
mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan
kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan mengadakan tanya jawab untuk menggali
pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang
tampak dari dialog berikut:
G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas pengertian dan makna Bhinneka
Tunggal Ika, apa makna Bhinneka Tunggal Ika dalam persatuan Indonesia ?
S: Meskipun bangsa dan Negara Indonesia terdiri berbagai macam suku bangsa yang
memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam namun semuanya
merupakan satu persatuan yaitu bangsa Indonesa
G: Bagus sekali, selanjutnya terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
diawali apa ?
S: Kesadaran persamaan senasib dan sepenanggungan
G:Ya bagus.
Dari dialog itu menunjukkan bahwa siswa telah memiliki pemahaman konsep makna Bhinneka
Tunggal Ika dalam persatuan Indonesia. Ini berarti bahwa pada diri siswa telah memiliki
pengetahuan prasarat atau pengetahuan bekal awal.
Langkah berikutnya guru membentuk kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6
kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai
dengan urutan tempat duduk siswa dihitung dari belakang kebalikannya siklus I, selanjutnya
setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi secara singkat dan Tanya jawab
tentang makna persatuan dan kesatuan, arti penting peratuan dan kesatuan serta Bhinneka
Tunggal Ika
Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing
kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk
membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5
siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang
berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Dalam
mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit.
Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali
untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian
tugas tiap-tiap kelompok
Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan
semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk
mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru.
Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2
dari LKS 2
S : Pak untuk soal no. 2 kok tidak ada di buku paket?
G: Oh ya, silahkan cari lagi pada materi makna negara persatuan di bab sebelumya
S : Ya pak, terima kasih
G : Ayo, semuanya bekerja bagi tugas dengan baik
Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil
pekerjaan LKS untuk memahami konsep makna persatuan dan kesatuan, arti penting persatuan
dan kesatuan serta Bhinneka Tunggal Ika dengan saling bertanya kepada teman, memberikanya
saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah memahami materi yang
1258
ISBN: 978-602-1150-17-7
didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil
pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau
pertanyaan dilaksanakan.
Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan
soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk
tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10
menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75,
diperoleh siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 30 siswa, sedangkan siswa yang
belum mencapai KKM sebanyak 3 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah
kelompok 1, 2, 3, 6
karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM,
sementara kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM.
Observasi
Tahapan observasi yang dibantu oleh observer dapat dihasilkan temuan sebagai berikut.
Pada siklus II, kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD sudah dapat dilaksanakan dan
siswa mulai menyenangi, dalam pembentukan kelompok diskusi siswa sudah tidak saling
menunggu dan bertanya dan segera menata diri dalam kelompok, dalam kerja kelompok siswa
mulai tahu tanggung jawabnya masing-masing, antusias siswa dalam pembelajaran sudah baik,
soal
kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sudah dapat
menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal.
Refleksi
Pada siklus II kegiatan pembelajaran kooperatif STAD sudah dapat dilaksanakan
dengan baik dibanding siklus 1. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini mengalami
peningkatan dalam kegiatan diskusi kelompok, pemahaman terhadap materi pembelajaran.
Prestasi belajar PPKn mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar PPKn pada siklus II
adalah 83,03 siswa yang belum mencapai KKM ada 3 siswa dan ketuntasan belajar 90,90 %
Pembahasan Siklus II
Kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD menunjukkan adanya peningkatan,
siswa tidak asing lagi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembentukan
kelompok diskusi siswa sudah dapat menata diri dalam kelompoknya dengan baik.
Dalam kerja kelompok siswa sudah menunjukkan keaktifannya dan sudah merasa
memiliki tanggung jawab keberhasilan belajarnya baik secara mandiri maupun berkelompok,
siswa dalam berdiskusi menunjukkan perilaku proses pembelajaran kooperatif yang efektif.
Rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran sudah adanya peningkatan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Arends (dalam Bayan, 2011:92) yang menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa.
Prestasi belajar siswa siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan
tersebut terjadi karena guru melakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran pada kegiatan
pendahuluan yang lebih menarik sehingga siswa tebih termotivasi untuk belajar, pada kegiatan
inti guru selalu mengigatkan kepada siswa untuk bekerja sungguh-sungguh dan menumbuhkan
kesadaran tanggung jawabnya baik secara individu maupun bersama-sama.
Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan menyenangkan sehingga
siswa aktif belajar dan merasa nyaman dalam kelas. Peningkatan prestasi belajar siswa pada
penelitian ini dapat dilihat dari tabel (1) berikut
1259
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Tabel 1 Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VII A
NO
Siklus
1
2
I
II
Rata - rata
Tes
80,30
83,03
Ketuntasan
75,75 %
90,90 %
Pembelajaran PPKn dengan menggunakan pembelajaran model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar PPKn dari rata-rata 80,30 menjadi 83,03. Peningkatan ini terjadi
karena siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan, siswa memiliki
tanggung jawab baik secara individu maupun kelompok tumbuhnya interaksi antar siswa
sehingga dapat meningkatkan kemauan siswa untuk belajar karena belajar dengan teman lebih
mudah dipahami dan lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kagan
(dalam Bayan, 2011:93) bahwa dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok
bekerja sama untuk memahami materi dengan saling memberikan dukungan dan bantuan, serta
setiap anggota kelompok harus ber-tanggungjawab terhadap pembelajaran sendiri dan semua
anggota kelompok (Kagan, 1994).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran model STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Melalui
STAD siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dalam
kegiatan diskusi. Kedua, pembelajaran model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada
mata pelajaran PPKn. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata 80,30 dengan
ketuntasan 75,75 % pada siklus pertama menjadi 83,03 dengan ketuntasan 90,90 % pada siklus
kedua.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Bayan, M. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Menungkatkan Hasil belajar
IPA Siswa Kelas V A SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara. J-TEQIP, 2(1),
November: 87 – 93.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK Malang: Universitas
Negeri Malang.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013, perubahan atas Peraturan pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia
Wahyuli, Endah Bekti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Persamaan dan
Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan di
SMK 45 Wonosari. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, http://eprints.uny.ac.id/16, diunduh pukul 08.20 WIB
Widyawati, Retno Ayu. 2012. Peningkatan Antusias Belajar PKn Kebebasan Berorganisasi
melalui Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas V Semester 1 SD Kebowan
Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, http://eprints.ums.ac.id/2, diunduh pukul 08.40 WIB
1260
ISBN: 978-602-1150-17-7
UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 02
BATU PADA MATA PELAJARAN PPKn MELALUI METODE
BERMAIN PERAN
Sri Sukatmini
SMPN2 Batu
[email protected]
Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di
kelas VII SMPN 2 Batu dengan jumlah siswa 32 orang yakni: (1) siswa kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa malas mengikuti pelajaran
menganggap PPKn pelajaran membosankan, (3) siswa cenderung pasif, dan (4) siswa
tidak kondunsif sehingga mempengaruhi hasil belajar kurang maksimal. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penerapan metode pembelajaran bermain
peran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua
siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil
hasil penelitan menunjukan bahwa pembelajaran bermain peran yang dilakukan dengan
penjelasan guru, membentuk siswa dalam peran tokoh, mempelajari sejarah perjuangan,
sosiodrama, diskusi penyimpulan materi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
Hasil belajar siswa dengan KKM yang ditentukan sebesar 75, pada siklus I siswa yang
belum tuntas sebesar 7 orang (20 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II semua
siswa memperoleh nilai di atas KKM.
Kata kunci: peningkatan hasil belajar, PKn, metode bermain peran
Fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dapat tercapai. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan peranan berbagai pihak, antara lain sekolah, masyarakat, dan
keluarga. Di sekolah guru PPKn mempunyai peranan yang strategis untuk mewujudkan
semangat nasioalisme dan patriotisme dalam melaksanakan Undang-Undang tersebut.
Guru PPKn perlu menanamkan nilai moral kepada siswa agar bisa menerapkan sikap
nasionalisme dan patriotisme sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang menghormati
nilai-nilai perjuangan para pendiri bangsa dan negara. Dalam hal ini sesuai dengan materi NKRI
pada mata pelajaran PPKn kelas VII di semester II 2015/2016, siswa diharapkan mampu
memiliki sifat nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun
demikian dalam praktik pembelajaran masih mengalami hambatan. Hambatan-hambatan
tersebut diantaranya: (1) siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa malas
mengikuti pelajaran menganggap PPKn pelajaran membosankan, (3) siswa cenderung pasif,
(4) siswa tidak kondunsif dan mempengaruhi hasil belajar kurang maksimal. Hambatan ini
terjadi karena selama ini guru sebagai peneliti sering menggunakan ceramah dalam mengajar
PPKN. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan penerapan metode belajar bermain
peran.
Menurut Aqib (2002:96) metode bermain peran merupakan suatu cara penguasaan
bahan pelajaran melalui pengembangan imajinatif, daya ekspresi dan penghayatan. Siswa
memerankan seseorang dari sejarah dunia pengetahuan dan lain-lain, atau peran lainnya dari
1261
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dunia hewan dan tumbuhan. Kegiatan memerankan seseorang atau sesuatu akan membuat siswa
mudah memahami dan seringkali menghayati hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian
metode bermain peran pada prinsipnya melakukan penjiwaan terhadap yang diperankan oleh
siswa dan dipandu guru sebagai sutradara.
Langkah-langkah pembelajaran bermain peran ini antara lain: guru bersama siswa
menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, membentuk kelompok sesuai kebutuhan peran,
guru memberikan penjelasan materi dan pemberian tugas, diskusi kelompok, sosio drama,
pengamatan drama, pembahasan hasil pengamatan oleh masing-masing kelompok, guru
memberikan kesimpulan secara umum, evaluasi dan penutup. Seorang siswa yang hendak
bermain drama perlu memperhatikan hal-hal praktis seperti di bawah ini: (1) menguasai naskah
cerita, (2) pemusatan pikiran (konsentrasi), (3) mengenal rahasia percakapan (dialog), (4)
mempertajam ingatan emosi, (5) mampu mengadakan pengamatan, (6) penetrapan mimik, (7)
cara-cara mengambil sikap, dan (8)menyesuaikan diri sebagai tokoh.
Cahyani dalam Chotimah (2015:10) menemukan bahwa pembelajaran bermain peran
lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa, mematangkan keberanian berpendapat
serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menghubungkan faktor yang sudah
dipelajari. Chotimah (2015) menemukan bahwa dengan bermain peran, prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I 72% ke siklus II 83,8%.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam peneliti ini diterapkan pembelajaran bermain
peran di kelas VII SMP Negeri 2 Batu materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Harapannya siswa mampu melakukan atau membawakan suatu cerita atau peran-peran tertentu
dalam kehidupan seshari-hari, sehingga dapat menghayati dan penuh semangat belajar yang
menyenangkan.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri 3 pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Pada tahap perencanaan dimulai langkah awal dengan menyampaikan
kompetensi dasar dan metode pembelajaran kepada siswa. Langkah berikutnya adalah
melakukan perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara
lain: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran
Bermain Peran dengan materi pembelajaran NKRI, (2) membuat soal evaluasi untuk dikerjakan
di kelas, (3) membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada
waktu pembelajaran dengan pembelajaran NKRI
Langkah awal dalam penelitian ini mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam
proses pembelajaran PPKn kelas VII G di SMPN 2 Batu . Berdasarkan temuan masalah,
dilakukan analisis masalah yaitu suatu upaya untuk menemukan akar penyebab masalah.
Pelaksanaan tindakan sebagai alternatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan hasil
analisis masalah.
Setelah perencanaan selesai, kemudian dilakukan pembelajaran . Pada tahap
pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah
direncanakan . Dalam pelaksaan pembelajaran ini , penulis bertindak
sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru sebagai teman
sejawat dan siswa yang bersangkutan di kelas yang diteli dimohon bantuan untuk
mengomentari dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam 3 pertemuan Pada
pertemuan terakhir masing-masing siklus diberi tes hasil belajar. Waktu pertemuan selama
2 jam pelajaran atau (70 Menit).
1262
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dalam pelaksanaan tindakan kelas dilakukan observasi (pengamatan) . Peneliti
sebagai guru melakukan tindakan pembelajaran dengan materi soal NKRI, sedangkan
untuk mengobservasi
aktivitas siswa di dalam kelas diobservasi oleh guru teman
sejawat dengan menggunakan lembar observasi KBM , dan setelah selesai pembelajaran
dengan metode bermain peran dalam bentuk sosio drama perjuangan , siswa diminta
pendapatnya baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan lembar observasi
siswa.
Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk
melihat keberhasilan tindakan yang dilakukan. Pada tahap refleksi, peneliti bersama guru
yang mengikuti pengamatan mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran dan hasil- hasilnya, dengan melihat data hasil observasi setiap
siklus apabila terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Selain
itu apakah soal materi NKRI dengan pembelajaran bermain peran dengan model sosio
drama dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa? Hasil analisis data yang dilakukan
dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan berikutnya.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Batu tahun pembelajaran 2015 - 2016
pada semester genap subyek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas VII G SMPN 2
Batu . Sedangkan obyek penelitian adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas VII G
melalui pembelajaran metode bermain peran dengan model sosio drama perjuangan
pada materi NKRI.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes awal ( pra tindakan ), tugas
tes akhir siklus dan observasi . Tes awal ditetapkan sebagai skor dasar . Tugas berupa
tugas individu dan tugas kelompok untuk mengetahui hasil belajar PPKn siswa pada
setiap siklus . Tugas individu berupa tugas yang dikerjakan di rumah, sedangkan
tugas kelompok merupakan hasil pekerjaan rumah yang didiskusikan di masing-masing
kelompok . Tes hasil belajar tiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar tiap siklus. Bentuk soal pada tes yang diberikan kepada siswa adalah soal
pilihan.
Data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dianalisis, disimpulkan
dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data tersebut ke dalam bentuk yang
sederhana. Secara rinci analisis dilakukan dalam 2 tahap. Setelah data diperoleh, kemudian
diperoleh, kemudian diolah secara sistematis dan berdasarkan data diambil kesimpulan
apakah sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan atau masuh belum .
Indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah apabila nilai hasil
belajar siawa telah mencapai KKM 75 dan aktivitas guru dalam kategori baik. Apabila
telah mencapai KKM, berarti telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Paparan data penelitian didasarkan pada tahapan pembelajaran. Dalam hal ini ada 2
siklus. Pada siklus I dilaksanakan 3 pertemuan pembelajaran dan pada siklus II dilaksanakan 2
pertemuan pembelajaran
Siklus I
Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi dengan mengadakan dialog dengan
siswa seperti berikut.
G: Apa yang kamu ketahui tentang patriotisme
S: cinta tanah air
G: Apa yang kamu ketahui tentang nasionalisme
1263
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
S: cinta bangsa
G: Mengapa kita harus mencintai bangsa dan negara kita NKRI
S: Karena kita sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang dilahirkan, dibesarkan, di
Hidupi di tanah air tumpah darah Indonesia. Dan sebagai bangsa yang besar adalah
Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan NKRI merupakan hasil perjuangAn para pahlawan pendiri bangsa dan negara kita Indonesia.
G: Sebutkan dasar hukum yang mencantumkan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesa
Tuan yang berbentuk republik.
S: tercantuma di pasal 1 ayat (1) UUD 1945
G; Baiklah anak-anak karena kalian semua sudah paham , kita semua harus mencintai bangsa
dan negara kita Indonesia. Maka kita lanjutkan bahwa materi pembelajaran hari ini
adalah NKRI melalui metode pembelajaran bermain peran dengan model sosio drama
perjuangan.
Selanjutnya guru bersama-sama siswa menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
Membentuk kelompok siswa yang anggotanya 8 orang yang terdiri dari 4 kelompok. Jumlah
siswa 32 orang, terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Langkahlangkah pelaksanaan dengan metode bermain peran adalah sebagai berikut.
Pertemuan 1:
Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dan menjelaskan
tugas pada masing –masing kelompok untuk diskusi dan pembagian peran,hasil diskusi
dilengkapi dengan naskah sebagai laporan.
Pertemuan 2:
Guru memberikan tugas mandiri dan siswa harus sudah paham dengan perannya
masing-masing. Guru mengajak latihan bersama untuk berdialog dengan patner
mainnya untuk dipelajari seminggu sebelum KBM.
Pertemuan3:
Berikutnya setiap kelompok memperagakan skenarionya yang lainnya mengamati,
pembahasan hasil pengamatan oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan kesimpulan
secara umum,evaluasi dan penutup.
Data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada tes tertulis terdapat 25
siswa yang tuntas atau 80% dan 7 siswa belum tuntas atau 20% ulangan harian siklus I belum
mencapai ketuntasan minimal (KKM) secara keseluruhan, sehingga hasil tersebut masih belum
mencapai kriteria keberhasilan sebagai guru pengajar sekaligus sebagai peneliti.
Selain dari data hasil belajar siswa yang ditunjukkan melalui nilai ulangan harian tahap
1 pada akhir siklus I, ketidak berhasilan diperkuat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
teman sejawat diperoleh data rata-rata keberhasilah 4 kelompok 69,75%, sedangkan hasil
pengamatan kolaborator terhadap siswa diperoleh bahwa rata-rata keberhasilan oleh 4 kelompok
mencapai 72,25%.dan kolaborator terhadap guru saat mengajar mencapai kriteria 79%.
Dari penilaian motivasi pembelajaran yang dilakukan melalui penyebaran angket
diperoleh rata-rata ke3berhasilan masih mencapai 65,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa
metode ini dalam pelaksanaannya belum dapat diterima siswa atau belum dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa tentang materi diajarkan, hal ini dikarenakan siswa belum tetrbiasa
dengan metode pembelajaran yang dilakukan, sehingga diperlukan latihan yang lebih matang
1264
ISBN: 978-602-1150-17-7
untuk memahami materi dan metode tersebut. Oleh karena itu perlu mengadakan siklus II untuk
melakukan perbaikan perbaikan yang dilakukan peneliti dan kolaborator.
Kesimpulan ketidak berhasilan pada siklus I terdapat pada kendala sebagai berikut:
Siswa masih malu-malu, tidak percaya diri, sehingga pelaksanaan metodse bermain peran dalam
siklus I masih merupakan belajar, memotivasi siswa untuk berani tampil, tetapi belum
sempurna sebagai metode belajar bermain peran model sosio drama perjuangan sesungguhnya
yang diharapkan yang dipertegas dengan dialog dan memperjelas tokoh yang diperankan . Maka
dalam pe3laksanaan bermain peran masih seperti operet yang sebatas gaya dan gerakan saja
belum penjiwaan sepenuhnya.
Pedoman bermain drama seharusnya menurut Poedhyarto Trisaksono dalam bukunya
Tapak Tilas Pelaku Sejarah dikatakan bahawa drama ialah suatu usaha untuk memindahkan
segi kehidupan manusia kesebuah pentas untuk ditonton.
Karena baiknya suatu pementasan drama, maka para penonton (pengamat) yang semula waktu
datang bersifat pribadi (individual), menjadi masyarakat yang penuh kebersamaan seakan-akan
mereka bermain sendiri di atas pentas (kolektif).
Banyak unsur yang mendukung suksesnya suatu drama, misalnya dekorasi pentas, tata
rias, jenis-jenis busana, latar belakang lagu atau musik , dan teknik penyorotan lampu-lampu.
Yang paling penting dan pokok dalam drama adalah para pelaku (pemeran/aktor) yang sedang
Bertugas. Untuk itulah maka, di bawah ini diberikan sekedar pedoman bermain drama bagi para
siswa khususnya tingkat SMP.
Siklus II
Pada siklus II diperlukan waktu 2 kali pertemuan atau 4x 35 menit. Prosedur
pelaksanaan siklus II antara lain: Pre tes untuk mengetahui aspek pengetahuan dasar siswa,
penjelasan media pembelajaransesuai norma,
tentang gambar dan peran-peran yang
berhubungan dengan perilaku ,menjelaskan petunjuk praktis bermain drama, menjelaskan
kesimpulan hasil bermain peran pada siklus I, menjelaskan secara singkat kronologis sejarah
yang akan
diperankan melalui rangkuman dengan
media skema, mempersempit
materi,menyeleksi kelompok terbaik yang akan memerankan dan yang lainnya mengamati.
Siap mempraktekan metode pembelajaran bermain peran dalam bentuk sosiodrama
perjuangan,siswa yang lain melalui kelompoknya masing-masing menjadi pengamat selama
pelaksanaan mencatat kontek isi cerita pada lembar kerja, guru menilai baik peragaan maupun
siswa yang mengamati,penutup dan diskusi untuk membuat kesimpulan bersama tentang materi
pembelajaran yang baru diperagakan . Pertemuan 2 pada siklus II diakhiri dengan ulangan
harian 2 untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pemahaman siswa tentang materi yang
baru dipelajari. Penilaian yang digunakan di kelas dalam menggunakan metode bermain ini
adalah observasi yaitu penilaian proses pembelajaran oleh guru / kolaborator, penilaian oleh
teman sejawat oleh siswa, penilaian pre tes dan pos tes pada setiap siklus dan penilaian motivasi
siswa. Pada pertemuan kedua siswa melakukan hal yang sama pada pertemuan pertama .
Data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada pre tes terdapat yang
tuntas 80%. Pada pelaksanaan ulangan harian siklus II siswa yang mencapai ketuntasan minimal
(KKM), secara draktis meningkat 100% di atas KKM . Hal ini menunjukkan terdapat
prosentase peningkatan hasil belajar dari pre tes dan ulangan harian siklus II. Hasil pengamati
yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data rata-rata keberhasilah 4 kelompok 83,75 %.
Hasil pengamatan kolaborator terhadap siswa diperoleh bahwa rata-rata keberhasilan
4 kelompok mencapai 83,75%. Sedangkan hasil pengamatan kolaborator terhadap guru saat
mengajar mencapai kriteria 84.
1265
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Dari penilaian motivasi pembelajaran yang dilakukan melalui penyebaran angket
diperoleh rata-rata keberhasilan mencapai 75,5. Prosentase ketuntasan minimal dalam metode
bermain peran mencapai kriteria, terbukti dengan tercapainya rata-rata ketuntasan di atas KKM
yakni 100% pada siklus II jika dibanbingkan dengan rata-rata ketuntasan pencapaian siklus I
80 % ,maka dapat dikatakan pengguaan metode ini mengalami peningkatan 20%. Sedangkan
hasil pengamatan kolaborator terhadap guru saat pembelajaran mengalami peningkatan dari
siklus I mencapai 79 pada siklus II mencapai 84, berarti terdapat peningkatan 5%.
Ditinjau dari penilaian motivasi belajar siswa berdasarkan angket yang didistribusikan
kepada siswa pada siklus II diperoleh data terdapat peningkatan prosentase pada siklus
Iiini,yakni pada siklus I mencapai 80% pada siklus II mencapai 100% berarti terdapat
peningkatan 20%. Terjadinya peningkatan prosentase keberhasilan pada siklus II ini
dikarenakan pada siklus II terdapat perbaikan yang dilakukan guru bersama kolaborator antara
lain perbaikan dalam persiapan yakni sebelum peleksanaan metode bermain peran siswa
melaksanakan latihan terhadap peran yang akan ditampilkan secara maksimal , agar peran yang
akan ditampilkan penuh penghayatan/ penjiwaan,pelaksanaan di luar pembelajaran. Siswa
kelompok lain mengamati dengan antusias karena penampilan siswa lebih menarik. Guru dalam
pembelajaran memberi semangat dan mempertegas materi dengan suasana yang menyenangkan,
selesai pengamatan guru berdiskusi dengan siswa tentang pelaksanaan bermain peran, ulangan
dan penutup.
PEMBAHASAN
Tercapainya peningkatan hasil belajar siswa mulai dari uji pendahuluan sampai ulangan
harian pada siklus I dan II dikarenakan siswa diajak terlibat secara maksimal dalam
pembelajaran baik dalam ranah pengetahuan,ketrampilan maupun sikap. Melalui penerapan
metode bermain peran, dengan melibatkan seluruh siswa baik dengan pelaku bermain peran
maupun selaku pengamat kegiatan, dengan dibantu guru dan kolaboratorsebagai fasilitator dan
motivator kegiatanpembelajaran materi NKRI dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang dalam pelaksanaanya dengan menggunakan instrumen penilaian antara lain uji
pendahuluan,pre tes I dan II, pengamatan proses,oleh guru kolaborator bersama siswa sebagai
teman sejawatdan diakhiri pengisian angket tentang pembelajaran yang baru dilakukan oleh
siswa.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini dapat meningkatkanprestasi
belajar siswa khususnya materi NKRI.
Peningkatan hasil belajar pada penelitian tindakan relevan dengan pernyataan Aqib
(2002: 96) bahwa bermain peran suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinatif daya ekspresi dan penghayatan. Begitu juga sesuai dengan Trisaksono (1985). Dalam
arti yang sederhana drama ialah suatu usaha untuk memindahkan segi kehidupan manusia ke
sebuah pentas untuk ditonton.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembahasan yang telah dilakukan selama dua siklus , dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
metode bermain peran dapat meningkatkan semangat, motivasi, aktif, kelas menjadi kondusif,
dan dan prestasi hasil belajar siswa meningkat. Telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dengan KKM yang ditentukan sebesar 75, pada siklus I siswa yang belum tuntas sebesar 7
orang (20 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II semua siswa memperoleh nilai di atas
KKM.
1266
ISBN: 978-602-1150-17-7
1267
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran khususnya bagi
guru sejawat agar perlu
mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan, untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa , dengan menerapkan metode bermain peran.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.
Anonim. - . Undang-Undang Dasar RI 1945. Surabaya: Apolo Lestari.
Chotimah, S. 2015. Metode Role Playing dalam Meningkatkan Prestasi Belajar tentang Norma
dalam Kehidupan Bermasyarakat. Makalah disampaikan dalam seminar MGMP tanggal
26 November 2015 di SMP Raden Patah Batu.
Mendiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomoir 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Trisaksono, P. 1985. Sosiodrama Pelengkap PSPB untuk SMP (Tapak Tilas Pelaku Sejarah)
Solo: Tiga Serangkai.
1268
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW PADA KLAS VIII E DI
SMP ISLAM I BATU
Sri Astuti
SMP Islam I Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di KelasVIII
E SMP Islam I sebagai berikut: (1) motivasi belajar rendah (2) hasil belajar rendah.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode tindakan kelas. Tiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun kelas yang
diteliti adalah siswa kelas VIII E SMP Islam I Batu dengan jumlah siswa 23 orang,
Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa meningkat. Setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jijsaw pada mata pelajaran IPS materi angkatan kerja sebagai sumber daya
ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangannya di kelas VIII E SMP
Islam I Batu Kota Batu, berdasarkan nilai rata-rata persiklus meningkat. Pada pra siklus
nilai rata-rata 66,7, siklus I nilai rata-rata 72,3, siklus II nilai rata-rata 76,3.
Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran kooperatif, jigsaw.
Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS , kegiatan pembelajaran IPS
diselenggarakan secara interaktif,inspiratif , menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta
didik. Hal ini penting agar siswa berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
tumbuhnya prakarsa, kreatifitas , kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psykologis peserta didik. Untuk itu perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas ketercapaian lulusan ,
sesuai dengan Permendikbud Nomor 54 tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud Nomor 64
tahun 2013 tentang Standar Isi, dan Permendiknas No. 65 tentang Standar Proses. Khususnya
Standar Proses ada perubahan meliputi: (1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik
mencari tahu, (2) dari guru satu satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber,
(3) dari pendekatan tekstual menuju proses penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (4) dari
pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi, (5) dari pembelajaran
berbasis pembelajaran parsial menuju pembelaran terpadu, dan (6) dari pembelajaran yang
menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenaranya multidimensi. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari mulai
dari SD/MI.SDLB sampai SMP/ MTs /SMP LB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi , Sejarah, Sosiologi , dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didk akan menghadapi tantangan berat dalam
kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu
mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi
sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komperehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
1269
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas
dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Mata pelaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berukut :
(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingngkunganya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat
nasional, dan global. Namun demikian yang terjadi pada pembelajaran IPS di SMP Islam 1
Batu mengalami beberapa permasalahan, sehingga menghambat capaian tujuan dan hasil
pembelajaran .
Salah satu masalah pembelajaran ditingkat satuan pendidikan manapun adalah masalah
adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Pembelajaran di kelas
sering berupa textbook oriented dan kurang dikaikan dengan lingkungan dan situasi dimana
peserta didik berada . Seringkali kegiatan di kelas melalui metode ceramah dan dan diskusi
dengan latihan-latihan (drills) mengerjakan berbagai bentuk ketrampilan atau pemberian tugas
rumah. Hal ini dapat membuat peserta didik sering merasa bosan dan motivasi belajarnya
menurun, serta hasil belajar yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Tak dapat disangkal bahwa proses pembelajaran merupakan kegiatan yang komplek.
Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi dan disederhanakan dalam sebuah bentuk sebuah
model. Kegunaan praktis dari model adalah agar pendidik dapat mengenal elemen penting
dalam proses pembelajaran dan kemudian dapat mengontrolnya dan memprediksi perubahan
yang terjadi terutama pada perilaku para siswanya (Hidayat, 2008).
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya inovasi dan reformasi dalam struktur
pembelajaran, seperti pemahaman dan penguasaan berbagai inovasi metode dan tehnik
pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pola pembelajaran
dengan dengan mengimplementasikan berbagai mettode melalui pemberdayaan berbagai model
pembelajaran adalah sangat mutlak dilakukan, agar peserta didik merasakan pembelajaran
mempunyai nilai kebermaknaan bagi kehidupanya di lingkungan masyarakat.
Guru memiliki peranan yang penting didalam proses belajar dan mengajar dan belajar.
Guru berperan dalam merancang pembelajaran, mengendalikan proses pembelajaran ,
menyiapkan bahan ajar, media, dan melakukan penilaian,. Karena itu guru juga harus memiliki
kemampuan dalam menyampaikan materi atau menguasai materi. Salah satu upaya dalam
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative
learning jigsaw.
Model pembelajaran cooperative learning Jigsaw menurut Keloug dalam Kasbulah (
2008), adalah sebagai suatu pembelajaran secara ber kelompok . Peserta didik belajar
bersama dan saling membantu dalam membuat tugas dengan penekanan saling suppor. Inti
dari pembelajaran cooperative learning (CL) adalah model pembelajaran yang membuat
peserta didik bekerja dalam kelompok dan lebih banyak waktu yang digunakan secara efektif.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan ketrampilan sosial.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok serta didalamnya menekankan kerjasama (Anita , 2007).
Sementara menurut pendapat ahli salah satu yaitu Sudradjat (2008 : 1) pembelajaran jigsaw
sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam
kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari
1270
ISBN: 978-602-1150-17-7
materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang harus dikuasai tersebut kepada
teman satu kelompok.
Menurut Aronson dkk. (dalam RIyono, 2005: 64) pembelajaran model Jigsaw
(Model Tim Ahli) ,(Aronson, Blaney, Stepen, Sikes, And Snapp, 1978) . dengan langkah- langkah
pembelajaran sebagai berikut: (1) siswa dikelompokkan dalam 4 anggota tim, (2) tiap orang
dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
ditugaskan, (4) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli ) untuk mendiskusikan sub bab mereka,
(5) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap kelompok kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) tiap tim ahli mempersentasikan
hasil diskusi, (7) guru memberi evaluasi, dan (8) penutup.
Melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning jigsaw, diharapkan akan
dapat Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative
Tipe Jigsaw Pada Klas 8 Di SMP Islam I Batu.
METODE
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini
juga termasuk deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu tehnik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini prosedur penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus . Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.
Siklus I mencakup materi tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja. Siklus II
mencakup materi permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja di Indonesia.
Setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan , observasi, dan refleksi. Sebelum
masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi masalah.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penganggung
jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak
bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap
dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini
diharapkan diperoleh data yang seobyek mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII E SMP Islam I Batu yang berjumlah 23
orang. Waktu penelitian penelitian tindakan klas ini pada bulan maret - april 2016 ( semester
genap tahun pelajaran 2015-2016).
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dalam
proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw, observasi aktivitas siswa dan guru,
interview siswa dan guru, angket evaluasi pembelajaran dan tes formatif. Sedangkan
instrument yang digunakan adalah silabus, RPP, lembar kegiatan siswa dan lembar observasi
penerapan metode pembelajaran kooperatif model Jijsaw, lembar observasi aktivitas siswa
dan guru , untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, dan lembar
tes formatif untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS.
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu
diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif,
yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
1271
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pembelajaran dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif Jijsaw, prestasi belajar yang dicapai siswa, dan
untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta upaya-upaya yang dilakukan dalam
mengatasi hambatan dan dukungan peningkatan prestasi IPS siswa Klas VIII E semester genap
di SMP Islam I Batu.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentasi keberhasilan siswa setelah proses
belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes
tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yaitu : untuk menilai ulangan atau tes formatif, dilakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut atau
didaya serap. Untuk mengetahui ketuntasan belajar , dilakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yaitu : jumlah siswa yang tuntas belajar dibagi jumlah siswa.
Siklus I
Pelaksanaan siklus I, terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Senen,
tanggal 14 Maret 2016 dan hari Selasa, 15 Maret 2016 . Tahapan penelitian dalam siklus I
metiputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Perencanaan, dalam tahap perencanaan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, (b) menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
bukti penunjang alat peraga, (c) menyusun tes akhir, (d) Membuat lembar observasi.
Pelaksanaan, dalam pelaksanaan tindakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan awal, guru memberikan salam, melakukan absensi kehadiran siswa, dan
melakukan apersepsi dari pembelajaran pada pertemuan minggu yang lalu yaitu guru
melakukan Tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta
memberikan motivasi agar kegiatan pembelajaran hari ini bisa berhasil dengan baik.
Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3,
4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1, menjelaskan
pengertiana tenaga kerja, Tugas kelompok 2, menjelaskan pengertian angkatan kerja. Tugas
kelompok 3, menjelaskan pengertian kesempatan kerja. Tugas kelompok 4, menyebutkan
macam- macam tenaga kerja jasmani. Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk
mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di
kelompok awal. Selanjut kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang
selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep.
Kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi dalam
bentuk tes tulis dilaksanakan pada pertemuan pada siklus II.
Observasi, kegiatan observasi dibantu oleh observer menggunakan format observasi
untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam diskusi
kelompok, mengamati interaksi siswa dalam diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan kualitas
hasil presentasi.
Refleksi, dalam kegiatan refleksi dilakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan dan
observasi hasil catatan dari observer. Hasil dari refleksi siklus I digunakan untuk melakukan
perbaikan dalam pembelajaran pada siklus II.
Siklus II
Pelaksanaan siklus II, dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 maret 2016. Siklus II,
disusun dan dikembangkan berdasarkan temuan pada siklus I.
1272
ISBN: 978-602-1150-17-7
Tahapan penelitian dalam siklus II metiputi perencanaan, pelekasanaan, observasi, dan refleksi.
Perencanaan, dalam tahap perencanaan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran siklus II berdasarkan temuan dari siklus I, (b) menyiapkan materi pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran bukti penunjang alat peraga, (c) menyusun tes akhir,
(d) Membuat lembar observasi.
Pelaksanaan, dalam pelaksanaan tindakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal, guru memberikan salam,
melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada
pertemuan minggu yang lalu.Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok
terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas
kelompok 1. Menjelaskan pengertian pengangguran Tugas kelompok 2.Menyebutkan masalah
ketenagakerjaan yang dihadapi pemerintah. Tugas kelompok 3. Menyebutkan dampak dari
pengangguran. Tugas kelompok 4. Menyebutkan peranan pemerintah dalam mengatasi masalah
ketenaga kerjaan Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk mewakili masing-masing
kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di kelompok awal. Selanjut kelompok
ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi.
Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep.Kegiatan penutup, guru
memberikan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi siklus II dalam bentuk tes tulis.Observasi,
kegiatan observasi dibantu oleh observer menggunakan format observasi untuk mengamati
proses kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam diskusi kelompok, mengamati
interaksi siswa dalam diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan kualitas hasil presentasi.
Refleksi, dalam kegiatan refleksi dilakukan evaluasi terhadap hasil pelksanaan dan
observasi hasil catatan dari observer. Hasil dari refleksi siklus II digunakan untuk melakukan
perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas sebelum siklus adalah proses kegiatan
pembelajaran IPS dengan materi upaya pengendalian penyimpanagn sosial. Pada saat
pembelajaran berlangsung peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab , pemberian
tugas untuk menyampaikan materi pelajaran. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pembelajara IPS berupa tes uraian. Ketuntasan belajar dari 23 siswa
yang tuntas 10 siswa dan yang belum tuntas 13 siswa atau 43,47 % siswa yang tuntas dan 56,53
% siswa yang belum tuntas
Hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran sebelum siklus dengan menggunakan
metode ceramah, Tanya jawab, pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan siswa
tentang upaya pengendalian penyimpangan sosial belum mencapai hasil yang diharapkan atau
belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau kurang memuaskan. Dalam proses
pembelajaran, keaktifan siswa, antusias siswa masih kurang terlihat, sehingga rendahnya hasil
belajar yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
Siklus I
Perencanaan
Dalam penelitian tindakan kelas siklus I yaitu proses pembelajaran IPS dengan materi
tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jijsaw. Pada saat proses pembelajaran berlangsung para siswa sudah sedikit berani
bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas kepada guru yang berkaitan dengan materi
pembelajaran yaitu tentang tenaga kerja , angkatan kerja dan kesempatan kerja. Alat evaluasi
1273
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam pembelajaran IPS berupa tes soal uraian.
Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran model kooperatif Jijsaw. Peneliti
membuat rencana perbaikan perbaikan pembelajaran terlebih dahulu. Langkah-langkah yang
dilakukan pada saat penelitian tindakan kelas yaitu :Kegiatan awal, guru memberikan salam,
melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada
pertemuan minggu yang lalu yaitu guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran serta memberikan motivasi agar kegiatan pembelajaran hari ini bisa
berhasil dengan baik.Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4
siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1,
menjelaskan pengertiana tenaga kerja, Tugas kelompok 2, menjelaskan pengertian angkatan
kerja. Tugas kelompok 3, menjelaskan pengertian kesempatan kerja. Tugas kelompok 4,
menyebutkan macam- macam tenaga kerja jasmani. Pembentukan kelompok ahli dan
berkumpul untuk mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang
dibahas di kelompok awal. Selanjutnya kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk
berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan
penguatan konsep. Kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dan evaluasi dari hasil
diskusi. Evaluasi dalam bentuk tes tulis dilaksanakan pada pertemuan berikutnya
Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dimana pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, dimana pada tahap persiapan atau kegiatan awal guru
mengkondisikan siswa dengan mengabsen kehadiran siswa dan memberikan pertanyaan
sesuai dengan materi yang akan diberikan . Pada tahap pembelajaran atau kegiatan inti guru
menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta membagi beberapa kelompok yang
terdiri dari 4 orang untuk berdiskusi, setelah selesai diskusi siswa persentasi . Pada tahap akhir
atau penutup siswa dibimbing oleh guru dalm menyimpulkan hasil diskusi, setelah itu masingmasing siswa mengejakan soal yang diberikan guru dan tes dilaksanakan pada pertemuan kedua.
Refleksi
Dari kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan diskusi dengan teman
sejawat, hasil temuan pada saat diskusi berlangsung pada siklus 1 masih ada beberapa siswa
yang kurang aktif atau antusias pada waktu diskusi, dan masih sulitnya siswa jika disuruh
bertanya. Dari hasil pengamatan observasi pada proses pembelajaran IPS di kelas VIII E pada
siklus I dapat disimpulkan pada saat proses pembelajaran pembelajaran berlangsung siswa
sudah mulai semangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa mulai berkonsentrasi pada saat
guru menjelaskan, meskipun masih ada beberpa siswa yang masih kurang aktif pada saat
pembelajaran. Penelitian dalam siklus pertama dilakukan selama 2 kali pertemuan dilaksanakan
di SMP Islam I Batu pada hari senen tanggal 14 maret 2016 dan 15 maret 2016 di kelas VIII E
dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,3
dan ketuntasan belajar mencapai 69,6 % atau ada 16 siswa sudah tuntas belajar dari 23 siswa,
lebih rendah dari ketuntasan yang dikendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw. Hasil yang diperoleh dari
pembelajaran IPS di kelas VIII E pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran
Jijsaw , dapat membuat perbaikan pembelajaran yang lebih menarik, meningkatkan antusias
untuk bertanya dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran sudah mulai tampak, tapi
perlu diadakan perbaikan pada siklus 2.
1274
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas pada siklus II yaitu pada pembelajaran IPS
dengan materi permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam
kegiatan ekonomi , serta peran pemerintah dalam upaya penanggulanganya dengan
menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa
sudah aktif dan antusias dalam melakukan tanya jawab dan pelaksanaan diskusi bisa
berlangsung sesuai dengan yang diharapkan hai ini disebabkan guru sudah maksimal dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS yaitu tes uraian. Proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Jijsaw,peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran terlebih dahulu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu guru
melakukan apersepsi , memeriksa absen, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
pelaksanaan diskusi. Dan ternyata pada siklus II lebih menarik, dimana siswa sudah aktif
dalam diskusi. Siswa melaksanakan evaluasi, kemudian membuat kesimpulan tentang materi
dibawa bimbingan guru.
Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dimana pada
tahap persiapan guru mengabsen kehadiran siswa, melakukan apersepsi, dan motivasi dengan
melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap pembelajaran
atau kegiatan inti siswa mengamati guru saan menjelaskan materi pembelajaran dengan
menggunakan media atau alat pembelajaran . Setelah itu masing-masing siswa mengerjakan soal
yang diberikan 0leh guru. Pada tahap akhir kegiatan penutup siswa dibimbing oleh guru dalam
menyimpulkan materi pembelajaran
Refleksi
Setelah diadakan refleksi dan revisi kemudian dilakukan siklus kedua. Pada siklus
kedua yang dilakukan dua kali pertemuan yang dilaksanakan hari Senen dan Selasa tanggal 28
dan 29 maret 2016 di kelas VIII E SMP Islam I Batu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh
hasil rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,3 dan ketuntasan belajar mencapai 82,6 % atau
ada 19 siswa yang sudah tuntas belajar dari 23 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus
kedua ini ketuntasan secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus
pertama. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pembelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
selanjutnya siswa lebih termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Dan selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif model Jijsaw.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelaksanaan pra siklus
penggunaan metode ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas kurang efektif dan kurang
maksimal . Karena masih ada siswa yang tidak berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan
materi , sehingga hasil yang diperoleh tidak mmuaskan nilai dibawah criteria ketuntasan
minimal yaitu daya serap 66,7. Ketuntasan belajar dari 23 siswa yang tuntas 10 siswa dan yang
belum tuntas 13 siswa atau 43,47 % siswa yang tuntas dan 56,53 % siswa yang belum tuntas,
sehingga pada siklus satu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif model Jijsaw.
Siklus I
1275
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran koopratif Jijsaw, ternyata siswa
lebih tertarik dan dapat merangsang motivasi siswa untuk bertanya dan dalam memahami materi
dan dalam memahami materi pembelajaran. Ada beberapa temuan yang diperoleh guru yaitu
pada saat kegiatan awal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru kurang maksimal
dalam penggunaan alat atau media pembelajar sehingga siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran hasil yang diperoleh yaitu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,3 dan ketuntasan belajar mencapai 69,6 % atau ada 16
siswa sudah tuntas belajar dari 23 siswa, lebih rendah dari ketuntasan yang dikendaki yaitu
sebesar 85 %.
Siklus II
Pada siklus dua ini guru memberikan perhatian lebih pada siswa yang kurang aktif saat
pembelajaran berlangsung dan lebih memaksimalkan penggunaaan alat peraga atau media
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbaikan yang Nampak pada
proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jijsaw siswa semakin termotivasi untuk ikut aktif dalam proses
pembelajaran dan proses pembelajaran lebih bermakna dan siswa kreatif dalam pembelajaran.
Dengan penggunaan media pembelajaran siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran serta
pemahaman terhadap materi pelajaran semakin meningkat, yaitu dengan jumlah siswa 23 siswa
diperoleh hasil rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,3 dan ketuntasan belajar mencapai 82,6
% atau ada 19 siswa yang sudah tuntas belajar dari 23 siswa.
Tabel. 1. Hasil Penelitian
No
1
2
3
Kegiatan Pembelajaran
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Nilai Rata-Rata
Kelas
66,7
72,3
76,3
Ketuntasan
Belajar
43,5 %
69,6 %
82,6 %
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif Jijsaw memiliki pengaruh yang baik atau positif dalam meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya siswa dalam memahami
tujuan pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, memecahkan masalah dalam diskusi ,
antusiasme dalam melakukan tanya jawab serta semakin meningkatnya ketuntasan belajar dari
siklus pertama dan kedua yaitu masing-masing 69,6%, dan 82,6% , meskipun masih kurang
dari ketuntasan yang ingin dicapai yaitu sebesar 85%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan , penulis dapat menyimpulkan
bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif
Jijsaw pada mata pelajaran IPS pada materi angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber
daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam penanggulanganya.
Meningkatnya keaktifan pada proses pembelajaran dibutuhkan metode dan modelmodel pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik siswa agar tecapai suatu tujuan
pembelajaran yang bermakana. Pembelajaran dengan model kooperatif Jijsaw materi pelajaran
IPS di SMP Islam I Batu pada kelas VIII E memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi siswa dengan ketuntasan yaitu : Pra Siklus ( 43,5 % ), Siklus pertama (69,6 % ) dan
Siklus kedua ( 82,6 % ). Dalam proses pembelajaran peneliti juga menemui hambatan-
1276
ISBN: 978-602-1150-17-7
hambatan dan hambatan itu dapat diatasi dengan memanfaatkan dukungan- dukungan yang ada
dan perbaikan rencana pembelajaran setelah diadakan refleksi.
SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh agar proses belajar mengajar IPS lebih efektif dan
lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran-saran antara lain
sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif Jijsaw memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru haru memilih atau menentukan tema yang benar-benar-benar
bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif Jijsaw dalam proses belajar mengajar
sehingga diperoleh hasil yang maksimal. (2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa,
guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode yang sesuai, meskipun
dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya. (3) Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Standar Nasional Pendidikan,2006, Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional
Pendidikan
Djihat. 2014. Mudahnya Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negri
Malang
Mutohir. Toho. Cholik. 2011, Dimensi Pedagogi Olah Raga.Malang, Wineka Media.
Riyono, Sugeng. 2005. Panduan Penelitian Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan
Kelas). Trenggalek: PGRI Kabupaten Trenggalek
Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Pendekatan, Metode Dan Tehnik Pembelajaran. Malang: Badan
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 15, Universitas Negri Malang
Hasbiati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Jijsaw Pada Mata Pelajaran IPA Materi Cahaya Dan Sifatnya Di Kelas V
SDN 002 Tanah Grogot. J-TEQIP. 6(1). 08-25
1277
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX H MATA
PELAJARAN IPS DI MTS NEGERI BATU
Siti Anisah
Mts Negeri Batu, Jawa Timur, Indonesia
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di kelas 9 H
yang terjadi MTs Negeri Batu, meliputi : 1) motivasi dan minat belajar IPS yang masih
rendah, 2) siswa yang pasif ketika pembelajaran, dan hasil belajar yang perlu
ditingkatkan. Melalui metode kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaran
diharapkan permasalahan tersebut dapat di atasi. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas dengan duasiklus. Masing-masing siklus berlangsung empat
tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode kooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan
kreativitas dan hasil belajar siswa dalam materi negara maju dan negara berkembang di
kelas 9- H mata pelajaran IPS MTs Negeri Batu. Rata-rata nilai siswa yang berada
dibawah KKM berkurang dari 34% menjadi 9% sedangkan nilai siswa yang berada
diatas KKM meningkat dari 66% menjadi 91%. Dengan dekripsi sebagai berikut, siswa
yang mendapatkan nilai (57-65) dari 21% turun menjadi 9%, siswa yang memperoleh
nilai (66-74) dari 13% menurun menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai (75-83) dari
13% meningkat menjadi 25%, siswa yang memperoleh nilai (84-91) dari 28%
meningkat menjadi 38%, dan siswa yang mendapatkan nilai (92-100) dari 25%
meningkat menjadi 28%.
Kata kunci : Metode kooperatif tipe jigsaw dan Hasil Belajar Siswa
IPS pada hakikatnya mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial yang
mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya mulai dari keluarga sampai masyarakat, baik
dalam lingkup lokal, nasional, regional dan internasional. Materi pembelajaran IPS di ambil dari
kehidupan nyata yang ada di lingkungan masyarakat. Bahan dan materi di ambil dari
pengalaman pribadi, teman sebaya serta lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya. Dengan
cara ini diharapkan materi akan lebih mudah difahami karena mempunyai makna lebih besar
bagi para peserta didik daripada bahan pembelajaran yang abstrak dan rumit yang berasal dari
ilmu-ilmu sosial (Suciati dkk, 2014: 6).
Kegiatan pembelajaran IPS diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan
dan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. ( suciati, dkk, 2014:5)
Prestasi hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal
maupun eksternal dari siswa itu sendiri. Faktor internal meliputi minat dan bakat siswa,
motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal meliputi metode belajar, fasilitas, media,
proses belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dapat ditempuh dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu
mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dalam pembelajaran IPS diperlukan metode yang
bervariasi untuk menarik minat dan mempermudah siswa dalam belajar.
Hasil belajar berkaitan dengan evaluasi pendidikan sebagai alat ukur untuk mengetahui
sejauh mana penguasaan materi yang telahdiajarkan guru. Hasil belajar dapat digunakan untuk
1278
ISBN: 978-602-1150-17-7
melihat apakah seseorang telah melakukan proses yang efektif dan efisien, sehingga dapat
ditunjukkan sampai sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dikuasai. Menurut Sudjana dalam
Saputra, (2011:44), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau
keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian
kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai
bentuk pengalaman individu dengan lingkungan.
Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang
mampu memberikan motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif dan
menyenangkan bagi siswa. Guru harus menguasai berbagai metode mengajar dan memilih
metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Sebagai guru yang profesional dituntut untuk memiliki dan menguasai kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional seperti yang diamanatkan dalam
Undang-undang RI No. 14 tahun 2005. Sebagai agen dalam pembelajaran guru tidak hanya
bertugas sebagai pengajar dan pendidik saja, tetapi harus pula memiliki kemampuan dalam
memilih metode pembelajaran yang yang paling akomodatif dan kondusif untuk siswa dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Namun dalam
kenyataannya guru seringkali mendapat kendala bagaimana memilih dan menggunakan metode
dalam pembelajaran, metode dan strategi yang bagaimana yang tepat untuk membahas satu
materi pembelajaran.
Penulis sebagai guru mata pelajaran IPS seringkali menghadapi kendala dalam
menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode, apalagi mata pelajaran
IPS di SMP/MTs merupakan mata pelajaran yang disampaikan secara terpadu terdiri dari materi
sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi yang dianggap materi pelajaran hafalan yang
membosankan sehingga membutuhkan usaha bagaimana caranya agar pembelajaran tidak
membosankan. Disamping itu kenyataannya banyak guru IPS yang berlatar belakang satu
bidang ilmu sementara mata pelajaran IPS di SMP/MTs merupakan IPS terpadu..
Berdasarkan pengalaman dan hasil sharing dengan guru serumpun tentang
permasalahan diperoleh beberapa pandangan bahwa dalam pembelajaran masih banyak siswa
yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal tersebut disebabkan oleh
strategi atau metode dan media mengajar yang belum maksimal. Perlu di gunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa aktif dan semangat dalam kegiatan pembelajaran dan
akhirnya nilai yang diperoleh menjadi maksimal. Penggunaan dan pemilihan metode
pembelajaran yang optimal dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang merupakan
cerminan dari kualitas pengajaran.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah metode
pembelajaran kooperatif. Menurut Sanjaya (2006:106) “Cooperative Learning” adalah suatu
kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Maka dalam
pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif membentuk konsep, prinsip, ataupun teori yang
dipelajarinya. Mereka tidak menerima secara mentah semua konsep, prinsip, dan teori yang
disajikan kepadanya, melainkan mengolahnya secara aktif, menyesuaikan dengan skema
pengetahuan yang sudah dimiliki dalam struktur kognitifnya, dan menambah atau menolak.
Sebagai gambaran pada materi negara maju dan negara berkembang merupakan materi
yang luas cakupannya dan bersifat abstrak sehingga harus ada kegiatan yang mendorong siswa
untuk bekerjasama dan saling membantu sehingga menjadikan siswa memahami materi tidak
hanya menghafal dan materi yang luas dapat dipelajari siswa dengan mudah dengan cara
bekerjasama dengan siswa lainnya untuk saling melengkapi. Salah satu metode pembelajaran
yang dapat digunakan adalah metode kooperative tipe jigsaw.
1279
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan orang lain, membangkitkan kerjasama antar anggota kelompok dan
mau menerima pendapat orang lain. Jigsaw tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tapi
mereka harus siap bekerja sama dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya.
Oleh karena itu jigsaw dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama, mengeluarkan pendapat,
menerima pendapat dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Menurut Isjoni (2010: 58), model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level
dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun
keterampilan kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan untuk
pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial
membaca dan ilmu pengetahuan. Metode kooperatif tipe jigsaw mempunyai keunggulan, siswa
dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman, menyampaikan atau
mengkomunikasikan kepada anggota lain dan mengajarkan makna keberagaman kepada siswa.
Hal ini sesuai dengan konsep IPS, yakni mencetak siswa menjadi pribadi yang demokratis,
mampu bersosialisasi dan bermasyarakat. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memungkinkan
terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa
baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar
yang kondusif. Adanya kompetisi dalam kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar dalam kelompok. Diskusi memfasilitasi
siswa untuk dapat berfikir kritis, bekerjasama, saling menyampaikan pendapat, menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman yang lain, mampu menerima perbedaan dan
menyumbangkan pikiran untuk memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi kelompok siswa
akan banyak menemukan perbedaan pandangan yang justru akan melatih mereka untuk dapat
menyatukan, meluruskan pendapat yang pada akhirnya akan menemukan konsep yang sama.
Dengan demikian dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi.
Menurut Aronson dkk, dalam Riyono, (2005:64), langkah pembelajaran Jigsaw (model
tim ahli) langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut : 1) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4
anggota tiap tim, 2) Tiap orang dalam tim di beri bagian materi yang berbeda, 3) Tiap orang
dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang
telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli)
untuk mendiskusikan sub bab mereka, 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota
kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) Tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi, 7) Guru memberi evaluasi, 8) penutup.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action
research, melalui dua siklus. Siklus I ada 2 pertemuan dan siklus II ada 2 pertemuan, jumlah jam
pelajaran IPS dalam satu minggu ada 4 jam pelajaran dimana 1 jam pelajaran 40 menit. Subyek
penelitian siswa kelas 9 H di MTs Negeri Batu pada semester ganjil tahun pelajaran 2015-2016.
Siswa yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini ada 32 siswa terdiri dari 13 putra dan
19 putri.
Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti
disebutkan dalam Dikdasmen dalam saputra, (2011:46). Penelitian ini menggunakan rancangan
1280
ISBN: 978-602-1150-17-7
penelitian tindakan kelas (classroom action research terdiri dari dan masing-masing siklus
terdiri dari empat tahap penelitian meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: 1) Observasi, Observasi sebelum
tindakan dilakukan untuk mengetahui informasi tentang kegiatan pembelajaran di kelas yang
meliputi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan observasi selama
tindakan berlangsung dilakukan pada saat tindakan penelitian. Tujuannya untuk melihat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2) Tes, Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Tes diberikan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan, serta untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu proses
pembelajaran dengan menggunakan kooperatif learning tipe jigsaw.
Siklus 1
Perencanaan (planing), meliputi : a) menentukan SK, KD, materi, membuat RPP dan
skenario pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw, sumber data, dan subyek penelitian, b)
menyiapkan lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan
lapangan, Koordinasi dengan guru serumpun.
Pelaksanaan tindakan, kegiatan ini terdiri dari kegiatan awal (apersepsi, motivasi dan
penjelasan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan yang direncanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw),
dan penutup (memberikan tes pada siswa untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah di
tetapkan.
Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung.
Proses
pengamatan dilakukan secara intensif dengan obyek yang di amati meliputi pengajar dan
aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi telah disiapkan sebelumnya dan
lembaran catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.
Refleksi, tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil
pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data yang di peroleh dari tes akhir,
observasi dan catatan lapangan. Tahapan refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan
dan menyimpulkan data. Hasil refleksi untuk melihat apakah siklus sudah mencapai kriteria atau
belum, penilaian terhadap hasil proses pembelajaran. Hasil refleksi dipergunakan juga sebagai
acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Siklus 2
Perencanaan (planing), meliputi : a) menentukan SK, KD, materi, membuat RPP dan
skenario pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw, sumber data, dan subyek penelitian, b)
menyiapkan lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan
lapangan, Koordinasi dengan guru serumpun, c) menyiapkan media pembelajaran atlas, lem,
warna merah dan biru, manila.
Pelaksanaan tindakan, kegiatan ini terdiri dari kegiatan awal (apersepsi, motivasi dan
penjelasan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan yang direncanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw),
dan penutup (memberikan tes pada siswa untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah di
tetapkan.
Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan
tindakan berlangsung.
Proses pengamatan dilakukan secara intensif dengan obyek yang di amati meliputi pengajar dan
aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi telah disiapkan sebelumnya dan
lembaran catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.
1281
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Refleksi, tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil
pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data yang di peroleh dari tes akhir,
observasi dan catatan lapangan. Tahapan refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan
dan menyimpulkan data. Hasil refleksi untuk melihat apakah siklus sudah mencapai kriteria atau
belum, penilaian terhadap hasil proses pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Pada siklus 1 kegiatan pembelajaran diadakan dua kali pertemuan dengan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut:
Perencanaan, membuat RPP dan skenario pembelajaran, menyusun media, menyusun lembar
kerja siswa, menyusun lembar observasi.
Pelaksanaan tindakan,
Kegiatan awal :
Guru : perhatikan kehidupan yang ada di sekelilingmu, bagaimana manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari ?
Siswa : ada yang dapat memenuhi kebutuhan dengan cukup, ada yang kurang dan ada yang
berlebih.
Guru : demikian juga dengan suatu negara, ada negara yang dapat memenuhi kebutuhan
dengan cukup, ada yang kurang dan ada yang berlebih.
Kegiatan inti
1) Di bentuk kelompok dengan cara berhitung 1 – 6 (kelompok ahli karakteristik/Ciri) dan
setiap siswa mendapat tugas sesuai abjad yang di dapat (1. Indonesia, 2. Australia, 3. Amerika
Serikat, 4. Brunei Darussalam, 5. Malaysia, 6. Jepang). Setiap siswa mendapat tugas sesuai
dengan nomer yang diperolehnya, 2) Setiap siswa yang mendapatkan nomer sama berkumpul
dan berdiskusi (kelompok ahli negara dengan tugas mengidentifikasi atau mencari informasi
tentang ciri/karakteristik masing-masing negara sesuai dengan yang didapatnya, 3) Setelah
selesai berdiskusi siswa (kelompok ahli negara) kembali ke kelompok asalnya (kelompok
karakteristik/ciri) untuk menyampaikan hasil diskusi, 4) Setelah di kelompok asal, kelompoh
ahli karakteristik menuangkan hasil diskusinya di lembar kerja, 5) Antar kelompok saling
berkunjung karya ke kelompok lain (A – B, B – C, dan seterusnya untuk mengamati hasil karya
dan memberikan komentar.
Penutup : tes dan refleksi
Observasi, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan
kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.
Refleksi, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis, selain itu juga hasil tes siswa.
Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang
harus diperbaiki antara lain ; 1) Awal penggunaan jigsaw mengalami kendala karena siswa
masih bingung dengan adanya dua kelompok ahli, 2) Pada saat diskusi di kelompok negara (tim
ahli negara) ada siswa yang tiduran malas untuk membaca setelah di dekati baru siswa
mengerjakan, 3) Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa, 4) Pada saat kegiatan
penutup (refleksi) ada siswa yang ketika di tunjuk tidak mau menjawab sehingga guru harus
menuntun siswa untuk menjawab
1282
ISBN: 978-602-1150-17-7
PEMBAHASAN
Tabel. 1 Hasil penelitian Siklus-1
Rentang nilai siswa
frekuensi
Prosentase
57 – 65
66 – 74
75 – 83
84 – 91
92 – 100
7
4
4
9
8
21 %
13 %
13 %
28 %
25 %
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang
dilaksanakan pada kelas 9 – H MTs Negeri Batu, Jika mengacu pada KKM terdapat 66% yang
memenuhi kriteria KKM yaitu 13% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 28% siswa
mendapatkan rentang nilai 84 -91, 25% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100.
Sedangkan 34% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM.
Siklus II
Perencanaan, membuat RPP dan skenario pembelajaran, menyusun media, menyusun lembar
kerja siswa, menyusun lembar observasi.
Pelaksanaan tindakan
Pembelajaran dilakukan dengan kooperatif tipe jigsaw yang terdiri atas : 1) Guru
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan koopertif tipe jigsaw.
(kelompok sudah di bentuk sebelumnya dengan cara berhitung 1-6 dengan memperhatikan
siswa laki-laki dan perempuan. Tugas sesuai dengan nomer yang di dapat, (1. B. Asia, 2. B.
Eropa, 3. B. Afrika, 4. B. Australia dan selandia baru, 5. B. Amerika Utara dan 6. B. Amerika
Selatan), kemudian disebut tim ahli benua Benua, 2) Pada pertemuan sebelumnya siswa sudah
di beritahu untuk membentuk kelompok tim ahli dunia yang terdiri dari 6 benua, siswa
menentukan sendiri anggota kelompoknya), 3) Tim ahli benua membuat gambar peta benua
sesuai dengan yang di dapat, dan memberikan warna sesuai kesepakatan warna merah untuk
negara maju dan warna biru untuk negara berkembang, 4) Setelah selesai di tim ahli benua,
siswa kembali ke kelompok tim ahli dunia untuk diskusi hasil dari tim ahli benua secara
bergantian dan menenpelkan gambar benua di kertas manila sesuai dengan tempatnya, 5) Hasil
pekerjaan kelompok di tempel di dinding dan di beri lembaran untuk komentar dari kelompok
lain, 6) Antar kelompok saling berkunjung karya ke kelompok lain (A – B, B – C, dan
seterusnya untuk mengamati hasil karya dan memberikan komentar.
Observasi, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan
kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.
Refleksi
1. Berdasarkan hasil observasi siklus II, dapat disimpulkan sebagai berikut ; 1) Siswa sudah
tidak bingung dengan metode jigsaw karena kelompok sudah di bentuk pada pertemuan
sebelumnya, 2) Guru menyediakan gambar benua untuk di gambar siswa, karena kalau
siswa mengambil dari atlas maka besarnya benua tidak sama ukurannya, 3) Ada dua siswa
yang tidak dapat kelompok di tim ahli I (kelompok dunia) di atasi dengan di masukkan ke
kelompok yang sudah ada, gambar benuanya di tempel yang terbaik karena ada dua siswa
yang membuat, 3) Ketika di bentuk kelokpok ahli II (kelompok benua sudah
memperhatikan gender) tapi pada saat kelompok ahli I (kelompok dunia) terjadi
pengelompokan siswa laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, 4) Pada saat siswa masuk di
1283
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
tim ahli I (kelompok dunia) ada satu kelompok yang tidak lengkap membawa perlengkapan
yang harus di bawa sehingga harus pinjam ke kelompok lain, 5) Ada satu kelompok yang
menempatkan benuanya tidak sesuai tempatnya
Foto kegiatan diskusi tim ahli I
Foto ketika kunjung karya untuk memberikan komentar
Foto kelompok yang kurang tepat penempatan benuanya
Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus 2
Rentang nilai siswa
frekuensi
Prosentase
57 – 65
3
9%
66 – 74
0
0%
75 – 83
8
25 %
84 – 91
12
38 %
92 – 100
9
28 %
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang
dilaksanakan pada kelas 9 – H MTs Negeri Batu, Jika mengacu pada KKM terdapat 91% yang
memenuhi kriteria KKM yaitu 25% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 38% siswa
mendapatkan rentang nilai 84 -91, 28% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100.
Sedangkan 9% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM.
Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan nilai tes hasil belajar
pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatannya. Peningkatan hasil belajar siswa
kelas 9 – H MTs Negeri Batu dapat dilihat pada Tabel berikut :
1284
ISBN: 978-602-1150-17-7
Tabel. 3 Perbandingan Hasil penelitian Siklus 1 dan Siklus 2
Rentang nilai siswa
57 - 65
66 - 74
75 - 83
84 - 91
92 - 100
Siklus 1
21 %
13 %
13 %
28 %
25 %
Siklus 2
9%
0%
25 %
38 %
28 %
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas 9 H mata pelajaran IPS di MTs Negeri Batu, kemampuan siswa dalam
menjawab tes hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal itu ditunjukkan
dengan nilai rata-rata tes hasil belajar secara klasikal dan jumlah siswa yang lulus mengalami
peningkatan. Pada siklus I jumlah siswa yang mampu mencapai KKM berjumlah 66%,
sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mampu mencapai SKM berjumlah 91%.
Peningkatan jumlah siswa yang lulus dari siklus I ke siklus II sebesar 25%.
Temuan penelitian yang diperoleh adalah pembelajaran dengan menggunakan
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang baik dan dapat memberikan
perbaikan proses pembelajaran dalam perolehan hasil belajar IPS kelas 9 H MTs Negeri Batu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa kooperatif learning tipe
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi negara maju dan negara berkembang
(ciri negara maju dan berkembang beserta persebarannya di dunia) siswa kelas 9 H mata
pelajaran IPS di MTs Negeri Batu. Dengan deskripsi hasil sebagai berikut: rata2 nilai siklus 1
dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang dibawah KKM (57-65) dari 34% menurun menjadi 9%,
sedangkan siswa yang diatas KKM ( 76- 100) siklus 1 sebesar 66% meningkat menjadi 91%,
siswa yang mendapatkan nilai (57-65) dari 21% menjadi 9%, siswa yang memperoleh nilai (6674) dari 13% menurun menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai(75-83) dari 13% meningkat
menjadi 25%, siswa yang memperoleh nilai (84-91) dari 28% meningkat menjadi 38%, dan
siswa yang mendapatkan nilai (92-100) dari 25% meningkat menjadi 28%.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis ingin menyampaikan saran yaitu
menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw pada kelas yang lain karena ada peningkatan hasil
belajar. Bagi guru, khususnya guru IPS sebagai informasi tentang alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode kooperatif jigsaw.
DAFTAR RUJUKAN
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Riyono, Sugeng. 2005. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan Kelas).
Trenggalek: PGRI Kabupaten Trenggalek.
Saputra, Dian. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 09
Kepahiang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. J-TEQIB, II (1) (43-50).
Suciati, dkk. 2014. IPS Buku Guru. Jakarta: Kemendikbud
1285
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn
KELAS VIIIb SMP IMMANUEL BATU MELALUI METODE
PEMBELAJARAN JIGSAW DAN DEMONSTRASI
Ratnawati Mistri Diani
SMP Immanuel Batu
ratnawati.m.diani @ gmail.com
Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa
kelas VIIIb SMP Immanuel Batu, antara lain: (1) siswa memiliki minat membaca yang
rendah, (2) siswa pasif dalam belajar, (3) hasil ulangan masih banyak yang tidak tuntas,
(4) siswa memiliki daya ingat yang rendah. Sedangkan KKM yang ditetapkan adalah
75. Melalui penerapan Metode Jigsaw dan Demonstrasi. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian Tindakan Kelas melalui dua siklusdengan tahapan setiap siklusnya
ada dua pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah yaitu dokumentasi dan test. Data
test dianalisis dengan menggunakan rata- rata nilai dan persentase ketuntasan belajar
klasikal. Berdasarkan nilai rata- rata persiklus akan meningkat. Pada pra siklus nilai
rata- rata siswa adalah 65.0, dan siklus 1 akan meningkat dengan nilai rata- rata 70.5 ,
dan nilai rata- rata pada siklus 2 adalah 80, sedangkan KKM yang di buat oleh guru
bidang studi PKn adalah 75.
Kata Kunci : hasil belajar, pembelajaran kooperatif Jigsaw dan demonstrasi
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilainya
adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah
laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran
hasil belajar dilakukan dengan menggunakan test hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pengajaran. Walaupun demikian, test dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil
belajar dibidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005).
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di
sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis
mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir
dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas
terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil tersebut merupakan hasil dari suatu
interaksi guru dan siswa. Dari sisi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan penggalan dan puncak proses belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3)
Menurut Sudjana (2010:18) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam (Depdiknas, 2006: 125)
mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke
arah positif dan relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu
maka Wahidmurni,dkk (2010 : 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan berhasil
dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.
Permasalahan- permasalahan yang terjadi pada pembelajaran tentang Kedaulatan kelas
VIIIb di SMP Immanuel Batu diantaranya sebagai berikut: (1) siswa memiliki minat membaca
yang rendah, (2) siswa pasif dalam belajar, (3) hasil ulangan masih banyak yang tidak tuntas,
1286
ISBN: 978-602-1150-17-7
(4) siswa memiliki daya ingat yang rendah dan siswa yang memiliki nilai KKM dibawah yang
ditetapkan masih cukup banyak. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut diperlukan
pembelajaran dengan metode Jigsaw dan demonsrasi.
Pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama saling ketergantungan, positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Menurut Lie (1993;73), Jigsaw mengkondisikan siswa memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat, dan mengelola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya ( Rusman, 2008.203). Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP,
1978). Model pembelajaran ini melatih siswa untuk berkesempatan
menyampaikan
pendapatnya di depan umum, sekaligus melatih siswa untuk bertanggung jawab secara individu
terhadap keberhasilan kelompok belajarnya.
Model pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar yang menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada peserta didik. Cara penyajian dengan memperagakan suatu proses kejadian. Melalui
demonstrasi akan lebih jelas dipahami siswa. Adapun pengertian demonstrasi menurut para ahli
antara lain Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/ 19990 mengemukakan bahasa
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan peragaan dan pertunjukan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentuyang sedang dipeajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang di pertunjukkan oleh guruatau sumber belajar
lain. Dengan metode Jigsaw dan Demonstrasi yang dipilih oleh guru, diharapkan untuk dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIb di SMP Immanuel Batu tahun pelajaran 2015/
2016
METODE PENELITIAN
Rancangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri empat tahapan yakni: perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.
Tahap perencanaan meliputi : penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berdasarkan waktu yang tersedia yaitu 2 x 40 menit,menyusun skenario pembelajaran pada
materi kedaulatan, menyusun kisi- kisi soal dan membuat alat evaluasi, mempersiapkan alat dan
bahan pembelajaran, membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya.
Tahap pelakasanaan akan melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui tahapan
sebagai berikut : (1) guru akan menentukan tema dari bacaan buku yang relevan, (2)
Menyajikan materi yang akan di pelajari, (3) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,
(4) guru membagi tugas masing kelompok untuk menunjukkan alat peraga sederhana, (5) guru
menanyakan alasan atau dasar peragaan yang dilakukan siswa(6) dengan kegiatan kerja
kelompok siswa guru akan mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kopetensi
yang ingin dicapai, dan (7) dilanjutkan untuk membuat kesimpulan dan rangkuman.
Tahap evaluasi akan dilakukan kegiatan sebagai berikut: urutan/ sistematika yang
dirinci ke dalam aspek yang dinilai yaitu (a) kemampuan menyampaikan pendapat, (b)
kemampuan memberikan argumentasi, (c) kemampuan memberikan kritik, (d) kemampuan
mengajukan pertanyaan, (e) kemampuan menggunakan bahasa yang baik, dan (f) kelancaran
berbicara. Penilaian dalam evaluasi menggunakan patokan skor sebagai berikut : (A) tidak baik,
skor 1 jumlah skor 24 – 30 = sangat baik, (B) Kurang baik skor 2 jumlah skor 18 – 23 = baik,
1287
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
(C) Cukup baik skor 3 jumlah skor 12 – 17 = cukup, (D) Baik skor 4 jumlah skor 6 – 11 =
kurang, (E) Sangat baik skor 5. Aktifitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi
guru dan aktifitas siswa dinilai dengan menggunakan observasi siswa
Tahap refleksi meliputi kegiatan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang
menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil test. Hasil analisis
tersebut akan dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan
sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Hasil penelitian pada siklus I dilakukan dua kali pembelajaran dengan langkah
pembelajaran sebagai berikut: persiapan pembelajaran, menyampikan materi pembelajaran,
membagi kelompok awal, bergabung dengan kelompok ahli, kembali pada kelompok awal,
presentasi hasil, menyimpulkan.
Persiapan yang dilakukan guru di awal pembelajaran siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan berbagai media, alat, bahan yang diperlukan saat pembelajaran. Siswa
menyiapkan teman-temannya untuk memberi salam kepada guru. Guru melakukan absen pada
siswa dengan menanyakan, anak- anak siapa yang tidak hadir pada hari ini di kelas, lalu
jawaban siswa tidak hadir ada 1 siswa alpa belum ada kabar. Selanjutnya guru memeriksa
kebersihan kelas, karena ada beberapa sisa kertas ada dibawah meja, maka guru minta untuk
anak yang dekat dengan sisa kertas itu untuk mengambil dan membuang di tempat sampah.
Guru mulai merefleksi pada siswa tentang pembelajaran yang sudah lalu tentang Demokrasi
dan anak - anak sudah memahami.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan merumuskan pengertian kedaulatan
Rakyat, menyebutkan lembaga- lembaga pelaksana kedaulatan rakyat, dan menyebutkan
lembaga- lembaga pemegang kedaulatan rakyat. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab
dengan siswa dengan dialog sebagai berikut.
G
: Anak- anak coba kita melihat pada keluarga kita masing- masing, pernahkah
orang tua dari keluarga orang lain ikut mengatur rumah tangga keluarga kita ?
S1
: Tidak pernah Bu.
G
: Lalu, mengapa orang tua kita jg tidak boleh ikut mengatur
rumah tangga keluaga yang lain?
S2
: Ya, memang tidak punya hak. Ya karena tidak punya hak.
G
: Betul Fanny, memang yang tepat bahwa masing – masing keluarga punya
tanggung jawab kepada keluarga masing- masing, kalaupun ada permasalahan
dalam keluarga lain berarti kita tidak berhak ikut campur dalam urusan
keluarga mereka.
Dalam dialog tersebut materi yang akan diajarkan pada siswa tentang bagaimana suatu negara
tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara lain, guru melanjutkan dengan dialog
bersama siswa. Nah dari pertanyaan ibu tadi, hari ini kita akan membahas tentang kedaulatan,
berkaitan dengan kekuasaan.
Langkah pembelajaran berikutnya adalah guru melakukan pembagian kelompok siswa
yang terdiri 5- 6 siswa dengan nama kelompok tumbuhan antara lain: pohon kelapa, beringin,
palem, cemara, mangga, dan pinus. Masing-masing kelompok diberi identitas diri untuk
mempermudah pengenalan di setiap kelompok. Selanjutnya guru memberikan permasalahan
kepada setiap kelompok dengan permasalahan yang berbeda. Siswa melakukan diskusi di
kelompok masing- masing untuk memeroleh jawaban terhadap masalah yang ada. Misalnya
1288
ISBN: 978-602-1150-17-7
untuk nomor 1, menyebutkan 5 macam kedaulatan yang pernah berlaku, nomor 2 menunjukkan
makna pentingnya kedaulatan, nomor 3 mendevinisikan pengertian dari kedaulatan, nomor 4
membedakan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar, nomor 5 menyebutkan lembaga
pelaksana kedaulatan RI, nomor 6 mencari contoh kedaulatan ke luar yang bisa dilakukan
bangsa Indonesia.
S1
: Wah apa saja kira- kira 5 macam kedaulatan yang pernah berlaku ?
S2
: Saya tahu kok kedaulatan rakyat ya, trus yang lain apa ada, yang di buku tida
ada
S1
: Bu guru, 5 macam kedaulatan itu apa ya bu, kok saya tidak pernah dengar
G
: Diantara kalian siapa yang bawa buku sumber lain selain buku paket sekolah ?
S3
: Ya tidak bawa bu
G
: Baik anak- anak ibu akan menunjukkan buku sumber lain, silahkan
sekarang kalian mencari dan menemukan
S4
: Bu, kedaulatan keluar itu, apa boleh kita ikut mengurus negara lain ?
G
: Kedaulatan yang berkaitan dengan negara lain, bukan berarti kita boleh ikut mengurusi
urusan dalam negeri negara lain, tapi sebatas kerja sama dan saling membutuhkan
Dengan dialog yang dilakukan oleh guru bersama siswa maka siswa dapat menemukan
materi tentang 5 macam kedaulatan. Berdasarkan hasil kerja yang dilakukan oleh siswa
menunjukkan siswa mampu untuk mendiskripsikan tentang kedaulatan keluar
Berdasarkan hasil diskusi di kelompok awal, selanjutnya guru mempertemukan
perwakilan masing-masing kelompok pada kelompok ahli sesuai dengan nomor identitas dan
permasalahan yang sama. Saat kelompok ahli dipertemukan tidak menutup kemungkinan
terjadinya dialog, adapun dialog itu adalah :
S2
: Bu, ini saya melalui teman- teman kami bingung antara pengertian
kedaulatan dengan makna penting kedaulatan.
S2
: Bu, itu tadi kira- kira maksudnya apakah sama ?
G
: Yang pasti berbeda, karena kedaulatan memiliki arti kekuasaan tertinggl
ada di tangan rakyat, tetapi kalau makna penting kedaulatan
S5
: Bu, contoh kedaulatan ke dalam itu, misalnya pemerintah membuat kebijakan
tentang kegiatan impor, apa bisa itu disebut kedaulatan ke dalam?
G
: Bisa, karena tujuan pemerintah membatasi impor adalah agar kita tidak
terlalu bergantung kepada negara lain, juga agar kita
dapat menghargai hasil produksi dalam negeri kita sendiri. Nah, sekarang
coba mencari contoh yang keluarnya.
G
: Mohon perhatian untuk semua kelompok, jika dianggap sudah
selesai semua pada masing- masing kelompok ahli bisa kembali ke
kelompok awal.
Melaui dialog yang dilakukan oleh guru dan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
melalui pejelasan guru mampu mendiskripsikan contoh palaksanaan kedaulatan dalam serta
mencari contoh kedaulatan yang keluar.Hasil LKS yang di laksanakan adalah sebagai berikut :
1289
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Gambar 1. LKS 1
Dari hasil kerja kelompok ahli yang sudah dilakukan dan dianggap semua sudah
memahami, maka sangat perlu bagi kelompok ahli untuk kembali pada kelompok awal untuk
menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya. Selanjutnya kita bisa melihat hasil dialog dari
masing- masing rekan kelompoknya.
S1
: Teman- teman coba dengarkan jawaban dari permasalahan saya, bahwa 5
macam teori kedaulatan yang pernah berlaku antara
lain adalah teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan
Negara, teori kedaulatan Hukum, teori kedaulatan rakyat.
G
: Benar, mungkin untuk yang lain bisa disampaikan juga hasil
kerjanya, dan masing- masing bisa mencatat.
S2
: Kalau hasil saya begini, makna penting kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi
yang dimiliki oleh rakyat, dalam menjalankan dalam kehidupan negara,
kekuasaan pemerintahan harus berdasarkan persetujuan rakyat dan
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
S3
:Pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi ada pada rakyat
S4
:Perbedaan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar adalah
kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat untuk mengatur
urusan pemerintah negaranya, sedangkan kalau yang bersifat keluar
adalah bagaimana cara pemerintah negara untuk
mengadakan hubungan kerjasama dengan negara lain.
S1
:Contoh kedaulatan keluar adalah kita masuk menjadi anggota ASEA, APEC,
OPEC, SEATO, NATO dan lainnya.
G
:Apabila semua sudah mengerti hasil dari dialog antar anggota kelompok awal,
maka perlu untuk dipresentasikan di depan kelas,
maka perlu bagi guru untuk menunjuk perwakilan dari beberapa siswa sesuai nomor
peserta dalam kelompok. Antara lain nomor 1, diwakili oleh Ratna Eklesia, nomor 2
diwakili oleh Kevin Gabriano, nomor 3 diwakili oleh Joy Albert, nomor 4 diwakili
oleh Grace, dan nomor 5 diwakili oleh Eunike.
Kegiatan diskusi dan berdialog antar kelompok awal , kelompok ahli serta kembali
pada kelompok awal maka perlu dilakukan untuk presentasi yang akan diwakili oleh siswa
yang sudah ditunjuk. Adapun permasalahan yang akan dipresentasikan bisa di lihat dengan
dialog yang dilakukan sebagai berikut :
S1
: Hasil diskusi kelompok nomor 1, yaitu teori kedaulatan yang pernah berlaku
kami menemukan 5 macam yaitu teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja,
teori kedaulatan Negara, teori kedaulatan Hukum, teori kedaulatan Rakyat.
G
:Bagaimana dari klompok lain apakah ada tanggapan untuk perwakilan dari
1290
ISBN: 978-602-1150-17-7
G
S2
G
S
G
S3
G
G
S4
G
S
G
S5
G
S
G
kelompok nomor 1 ?
: Jika memang tidak ada, ibu akan menggaris bawahi, kalau teori kedaulatan yang
sudah disebutkan oleh nomor 1, itu sudah benar
dan urutannya juga sudah benar, tinggal ibu akan sampaikan untuk negara
menganut 2 teori kedaulatan Hukum dan teori
kedaulatan rakyat. Nah sekarang dilanjutkan dengan nomor berikutnya.
: Menurut kelompok kami, makna pentingnya kedaulatan adalah kekuasaan
tertinggi yang dimiliki oleh rakyat, dalam menjalankan
dalam kehidupan negara, kekuasaan pemerintahan harus berdasarkan persetujuan
rakyat dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
: Silahkan diamati, anak- anak, bagaimana jawaban dari kelompok 2, apa ada yang
kurang jelas?
; Sudah jelas bu.
: ibu akan tambahkan sedikit untuk kelompok 2, selain ada pertanggungjawaban
yang dilakukan
rakyat tapi rakyat juga mempunyai kewenangan dalam hal pengawasaN
terhadap pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana,
jelas ya ?
: Dari jawaban kami pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi ada pada
rakyat
: Bagaimana, ada yang mau di tanyakan, tidak bu.
: Silahkan di lanjutkan untuk kelompok 4
: dari kami, perbedaan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar
adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat untuk mengatur
urusan pemerintah negaranya, sedangkan kalau yang bersifat keluarga adalah
bagaimana cara pemerintah negara untuk mengadakan hubungan kerjasama
dengan negara lain.
: Bagaimana anak- anak, mengerti apa belum ?
: sudah bu.
: Baiklah langsung kelompok terakhir, kelompok 5.
: Kelompok kami membahas tentang, contoh kedaulatan keluar yang bisa
dilakukan oleh bangsa Indonesia yaitu masuk menjadi anggota ASEAN, APEC,
OPEC, SEATO, NATO dan lainnya.
: anak- anak dari pendapat kelompok 6 apa ada yang mau menambah jawaban ?
: Saya bu.Misalnya kita ada pertukaran pelajar, pertukaran tenaga ahli,
lomba seni budaya dan lain lainnya.
; Demikian anak- anak hasil diskusi kita pada siang hari ini.Silahkan disiapkan
alat tulisnya, kita akan kerjakan soal latihan yang sudah ibu siapkan.
Berdasarkan hasil nilai test pengamatan selama kegiatan pembelajaran, ada beberapa
hal yang menjadi perlu mendapat perhatian secara khusus, antara lain (1) dokumen diskusi yang
harus digunakan guru kurang siap, (2) kondisi siswa banyak yang sakit, (3) buku sumber tidak
lengkap, (4) siswa bingung dengan model pembelajaran yang sifatnya baru, (5) suasana diskusi
kurang hidup, (5) pembagian alokasi waktu yang kurang tepat.
Test yang dilakukan pada siklus I yaitu post test untuk mengetahui hasil yang dicapai
oleh siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran pada pokok bahasan KD 5.1 tentang makna
kedaulatan rakyat. Dari hasil analisis hasil belajar pada siklus I, diperoleh nilai rata- rata 65dan
ketuntasan belajar secara klasikal adalah 70 termasuk kriteria cukup.
1291
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Hasil pada siklus I belum menunjukkan kategori tuntas dalam belajar, karena dari 25
siswa yang mendapat nilai 75 keatas masih berjumlah 15 siswa, dan yang belum tuntas
berjumlah 10 siswa, Berdasarkan ketentuan dari BSNP yaitu kriteria ideal belajar secara
klasikal, apabila siswa di kelasmemperoleh nilai 7 keatas sebanyak 75% . (diadaptasi dari
Depdiknas, 2007: 62). Berdasarkan hasil test siklus I, dianggap belum tuntas dalam belajar.
analisis nilai test pada siklus I
1
2
3
4
5
6
Jumlah seluruh siswa
Jumlah siswa yang mengikuti test
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar
Nilai rata- rata kelas
Ketuntasan belajar klasikal
25
25
15
10
76,12
60%
Ketidak tuntasan yang ada disebabkan : kesiapan guru kurang maksimal, media
pembebelajan kurang memadai, buku materi hanya bergantung satu sumber, intonasi suara guru
kurang keras, alat pembelajaran kurang disiapkan.
Adanya kelemahan- kelemahan yang ada pada siklus I ini tidak akan menjadi penghambat
untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu harapan pada siklus II akan
diupayakan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIIb dengan sebaik- baiknya.
Siklus II
Hasil penelitian pada siklus II dilakukan dua kali pembelajaran dengan langkah
pembelajaran sebagai berikut: persiapan pembelajaran, menyampikan materi pembelajaran,
membagi kelompok awal, bergabung dengan kelompok ahli, kembali pada kelompok awal,
presentasi hasil, menyimpulkan.
Persiapan yang dilakukan guru di awal pembelajaran siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan berbagai media, alat, bahan yang diperlukan saat pembelajaran. Guru
mengajak siswa untuk melakukan kegiatan renungan bersama dalam rangka meningkatkan
keimanan sebagai dasar untuk mengakui adanya kekuasaan Tuhan yang memimpin kehidupan
umatnya. Renungan dipimpin guru selama 15 menit yang diikuti siswa dengan membaca kitab
suci yang sudah disiapkan. Dan selanjutnya siswa menyiapkan teman-temannya untuk memberi
salam kepada guru. Guru melakukan absen pada siswa dengan menanyakan, anak- anak siapa
yang tidak hadir pada hari ini di kelas VIIIb sekarang ini, lalu jawaban siswa tidak hadir ada 2
siswa alpa belum ada kabar. Selanjutnya guru memeriksa kebersihan kelas, karena ada
beberapa sampah kertas ada dibawah meja, maka guru minta untuk anak yang terdekat dengan
sisa kertas itu untuk mengambil dan membuang di tempat sampah. Guru mulai merefleksi pada
siswa tentang pembelajaran yang sudah lalu tentang pengertian kedaulatan,makna kedaulatan,
macam- macam kedaulatan, teori kedaulatan ke dalam dan teori kedaulatan keluar.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan merumuskan tentang, tugas dan
kewajiban MPR sesuai dengan UUD 1945 hasil amandemen, Fungsi DPR, hak- hak DPR, tugas
dan fungsi DPD . Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa dengan dialog
sebagai berikut.
G : Anak- anak silahkan kalian membentuk kelompok, dan satu kelompok
berjumlah 6 orang.
S : Bu tapi kelompok kami jumlahnya tidak lengkap
G : Sisanya nomor 1 sampai 4 saja
1292
ISBN: 978-602-1150-17-7
Guru langsung membagikan amplop yang berisi nomor peserta diskusi, kertas
permasalahan, lalu siswa berkumpul dengan tim ahli untuk membahas masalah yang diberikan.
Saat siswa mengerjakan masalah dalam kelompok, sambil mengamati kegiatan diskusi, guru
berkeliling ke masing- masing kelompok untuk memeriksa apa ada kesulitan, sekaligus
memberi nilai pada siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi. Guru menyampaikan penilaian
dalam diskusi kelompok antara lain: Sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan dalam
menyampaikan pendapat, kerjasama. Kelompok pohon cemara ada yang tidak tidak jelas
dengan tugas DPR tentang fungsi anggaran. Demikian dialog itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
S : Bu, saya mau bertanya, ada yang tidak jelas.
G : Iya nak, apa yang menjadi permasalahan
S : Bu, saya tidak mengerti apa yang dimaksud DPR mempunyai fungsi anggaran?
G : Nah, anak- anak, ini ada persoalan, teman kalian tidak mengerti, apa yang
dimaksud DPR memiliki fungsi anggaran? Siapa diantara kalian yang
mengerti atau pernah mendengar istilah tersebut.
G : Ayo, siapa yang mau menjawab, ada anak- anak? Tidak ada yang tahu ?
S : Tidak tahu bu.
G : Coba di cari di buku materi yang lain, kira– kira apa ada nak?
S : Bu buku materi kami cuma satu, dan itu tidak ada jawabannya bu.
G : Baiklah anak- anak jika kalian tidak menemukan dan tidak mengerti, maka
ibu jelaskan.
Yang dimaksud dengan DPR mempunyai fungsi anggaran bahwa DPR punya
tugas untuk menetapkan APBN, APBN di buat untuk satu tahun anggaran.
S : Lho bu, bedanya dengan RAPBN itu apa ?
G : Anak- anak, siapa yang tahu, apa perbedaan antara APBN dan RAPBN ?
S : Kalau RAPBN itu masih berupa rencana bu.
G : Benar nak, jika memang dikatakan RAPBN maka itu masih berupa rencana
anggaran, tetapi kalau APBN, itu sudah disahkan dan bisa untuk
dilaksanakan.
Baik anak- anak, dari sini apa masih ada yang belum jelas ?
S : Sudah bu.
G : Baiklah anak – anak kita akan lanjutkan untuk materi yang lain.
Dari dialog yang ada, maka guru bisa menarik kesimpulan siswa dapat menjelaskan
fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPR dan siswa juga dapat membedakan antara perbedaan
APBN dan RAPBN melalui tanya jawab dengan guru.
Berdasarkan hasil diskusi di kelompok awal, selanjutnya guru mempertemukan
perwakilan masing-masing kelompok pada kelompok ahli sesuai dengan nomor identitas dan
permasalahan yang sama. Saat kelompok ahli dipertemukan tidak menutup kemungkinan
terjadinya dialog, adapun dialog itu adalah sebagai berikut:
S : Bu, kami mau bertanya apa boleh?
G : Iya nak, silahkan apa yang belum mengerti ?
S : Bu, untuk syarat calon presiden dan wakil presiden, kenapa masa jabatannya
kok harus di batasi?
G : Nah, ini ada pertanyaan, siapa kira- kira yang tahu, apa yang menjadi alasan,
mengapa kekuasaan presiden harus dibatasi? Ada yang tahu anak- anak?
S : Supaya tidak korupsi bu.
G : Benarkah seperti itu anak- anak ?
1293
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
S : Supaya tidak sewenang- wenang bu?
G : Nah, apa yang disampaikan teman kalian tidak salah, ibu menambahkan kalau
jabatan presiden tidak dibatasi maka tindakan presiden bisa menyalahi aturan
yang berlaku, seperti yang dikatakan teman kalian tadi, bisa korupsi, bisa juga
akan menyala gunakan kekuasaannya.
G : Bagaimana, bisa dipahami anak- anak?
S : Bisa ibuk.
Dengan interaksi yang di lakukan, siswa mampu mengerti alasan terhadap pembatasan
pada masa jabatan presiden.
Kegiatan selanjutnya, guru menunjuk salah satu perwakilan dari masing- masing kelompok
diskusi untuk menampilkan hasil diskusi pada kelompok ahli.
Kelompok yang akan mewakili adalah dari kelompok nomor urut 3, yang akan diwakili oleh
Fiona Beby.Demikian bisa kita lihat hasil interaksi yang terjadi:
G : Baik anak- anak, untuk siang ini kelaompok yang akan presentasi adalah
kelompok dari nomor 3 yang akan diwakili oleh Fiona Beby, Ayo silahkan
dari perwakilan kelompok 3
S : Iya buk, saya akan mempresentasikan hasil dari kelompok nomor 3.
G : Setelah disampaikan oleh hasil kerja kelompok 3, mungkin ada yang mau
ditanyakan dari kelompok lain?
S : Tidak ada bu.
G : Kalau tidak ada yang bertanya ( jawaban siswa secara serentak)
Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas LKS berkaitan dengan hak- hak
MPR,Syarat calon presiden dan wakil presiden, kekuasaan presiden, kedudukan dan kewajiban
dari BPK, kekuasaan MA,wewenang MA
Dalam LKS yang disampaikan guru, dapat menghasilkan
Kegiatan diskusi pada Siklus II
Gambar 2. Guru memberi penjelasan pada siswa yang belum paham
Gambar 3. Presentasi hasil diskusi kelompok ahli
1294
ISBN: 978-602-1150-17-7
Gambar 4
:
LKS siklus II
Berdasarkan pengamatan pada siklus I dan siklus II nampak ada peningkatan hasil
belajar siswa.Siswa mulai antusias dan bersemangat dalam belajar, dan bisa dilihat keterlibatan
siswa dalam belajar, siswa tidak lagi bekerja sendiri- sendiri, tetapi siswa sudah mulai mengerti
saat diskusi perlu adanya kerjasama, siswa mulai berani menyampaikan pendapatnya, siswa
dalam mencari hal yang baru mereka juga punya inisiatif untuk mencari buku sumber di
perpustakaan. Guru menambah sarana pembelajaran yang menarik dengan membuat tampilan
pada LCD, juga media yang menarik agar siswa bersemangat dalam belajar.
Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, rata- rata ketuntasan
hasil belajar siswa memenuhi kriteria yang sangat baik. Siswa yang mengalami tuntas belajar
sudah melebihi dari 75%, sehingga penelitian ini dianggap dapat meningkatkan hasil belajar
siswa yang berupa peningkatan ketuntasan dan nilai rata- rata dari nillai pelaksanaan
pembelajaran siklus II.
Saat pembelajaran dengan menggunakan penuturan kata- kata (cerama) dalam proses
pembelajaran ternyata tidak menunjukkan hasil yang maksimal, berkaitan dengan peningkatan
hasil belajar siswa. Oleh karena itu supaya hasil belajar lebih bermakna, maka perlu di pikirkan
bentuk- bentuk media pembelajaran dan alat pembelajaran yang menarik dan membuat siswa
bersemangat untuk belajar. Dengan demikian pemilihan bentuk- bentuk media pembelajaran
dan alat pembelajaran sesuai dengan kepentingannya, maka akan meningkatkan hasil belajar
siswa yang diharapkan.
PENUTUP
Penerapan model pembelajaran jigsaw yang menggunakan sistem demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa Pkntentang kedaulatan rakyatdi SMP Immanuel Batu , hal ini
dapat ditunjukkan dari hasil analisis data yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran, dari
kondisi awal siswa yang tuntas belajar 50% meningkat pada siklus I yang tuntas belajar 65%
dan meningkat lagi pada siklus II siswa yang tuntas 85%.
Dengan demikian siswa menjadi bersemangat, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan rajin
untuk membaca buku sumber yang lain, serta di beri alat dan media pembelajaran sesuai dengan
kepentingan pembelajaran maka peningkatan hasil pembelajaran menjadi meningkat dan
menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Rasyid, H dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar, Yogyakarta: CV Wacana
Prima
Lie. 1993: 73 Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw. File///F/Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw (hari kamis jam 11.00)
1295
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SMP
MUHAMMADIYAH 2 BATU KELAS VIII DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN STAD
Hermi Sugiarti
SMP Muhammadiyah 2 Batu
[email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran kooperatif
STAD siswa kelas VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU sebagai berikut:(1) siswa
malas belajar dan tidur – tiduran, (2) siswa kurang antusias, (3) siswa mudah lupa
dengan yang diajarkan guru, dan (4) KKM siswa masih ada beberapa anak yang belum
tuntas. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan observasi. Metode pembelajaran STAD dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, dan penghargaan
kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan
langkah-langkah: guru menjelaskan materi, diskusi kelompok materi kedaulatan,
presentasi dan kuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar
dari siklus I skor rata-rata 80,47 menjadi 85,60 pada siklus II.
Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran PKn, metode STAD
Pada dasarnya Pendidikan di Indonesia sangat penting, karena dapat mengantarkan
bangsa Indonesia pada kehidupan yang lebih baik. Untuk mengetahui difinisi pendidikan dalam
perspektifkebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana
termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni: pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (wordpress.com diunduh 28 Pebruari 2016).
Seorang guru dalam proses pembelajaran tugasnya tidak hanya menyampaikan
seperangkat materi pelajaran kepada siswa, melainkan juga bertanggung jawab dalam
membantu dan membimbing siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu peran
guru dalam memberikan motivasi demi peningkatan hasil belajar sangat dibutuhkan siswa,
karena bakat, minat, potensi, dan motivasi masing-masing berbeda. Dalam upaya membantu
peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara guru dihadapkan pada berbagai masalah di antaranya:
(1) sarana prasana yang kurang memadai, (2) ketersedian peralatan dan media pembelajaran, (3)
ketersediaan buku bacaan siswa, dan (4) proses belajar mengajar.
Khususnya proses belajar mengajar di SMP MUHAMMADIYAH 2 Batu, terdapat
permasalahan sebagai berikut: (1) siswa malas belajar dan tidur-tiduran, (2) siswa kurang
antusias, (3) siwa mudah lupa dengan apa yang diterangkan guru, dan (4) nilai KKM siswa
masih ada beberapa anak yang belum tuntas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran di atas
diperlukan penerapan model pembelajaran STAD. Keunggulan model pembelajaran STAD
menurut Isjoni (2010) antara lain: (1) setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan
kontribusi yang subtansial kepada kelompoknya , dan posisi setara. (2) menggalahkan interaksi
secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (3) Membantu
1296
ISBN: 978-602-1150-17-7
siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak, (4) melatih
siswa dalam mengembangkan aspek kecakapkan sosial disamping kecakapan kognitif.
Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang efektif menyenangkan
dan merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif sederhana dan mudah untuk
dilaksanakan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang terdiri dari tiga
sampai enam siswa. Pembelajaran STAD yang dilakukan dengan cara membuat team belajar
yang mempunyai anggota 4 siswa untuk membuat kelompok ini, siswa tidak boleh memilih
sendiri, lebih baik guru yang melakukan pembagian kelompok. Pembagian kelompok dilakukan
berdasarkan tingkatan kerjanya, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Ini akan membuat
kelompok lebih random. Terdapat 5 komponen yang harus diperhatikan dalam model
pembelajaran STAD yaitu: (1) penyajian kelas, (2) belajar kelompok, (3) kuis, (4) skor, dan (5)
penghargaan kelompok.
Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang melibatkan siswanya
dalam proses pembelajaran. Tak hanya guru menjelaskan di depan kelas dan siswa mencatat
semuanya tampa ada interaksi yang effektif. Sebagai guru harus bisa menciptakan suasana yang
menyenangkan. Menurut Slavin dalam Rusman (2012:214), pembelajaran STAD merupakan
variasi
pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dalam
pembelajaran.
Sintaks Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari:
(1) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen, (2)guru menyajikan
pembelajaran (3) guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok, (4) peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota
kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti, (5) guru memberi
kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik
tidak boleh saling membantu, (6) guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang
memiliki nilai/poin tertinggi, (7) guru memberikan evaluasi, dan (8) penutup.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian
Upaya meningkatan hasil belajar PKn di SMP Muhammadiyah 2 Batu Kelas VIII dengan model
pembelajaran STAD. Penerapan metode pembelajaran STAD diharapkan dapat mengatasi
permasalahan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajarnya.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan pembelajaran. Subjek
penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Kota Batu tahun
pelajaran 2015-2016, pada mata pelajaran PKn yang terdiri satu orang guru dan 15 siswa, terdiri
dari 8 laki-laki, dan 7 perempuan. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 2 Maret 2016
sampai 30 Maret 2016. Materi yang digunakan adalah “Makna Kedaulatan”
Masing-masing siklus, terdiri dari dari empat tahapan penting yaitu: a) perencanaan
(planning); b) pelaksanaan tindakan (action); c) pengamatan (observatian); dan d) refleksi
(reflection). Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur yang
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula
(Arikunto, 2006).
Langkah awal dalam penilitian ini mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam
proses pembelajaran PKn di kelas VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU. Berdasarkan
temuan masalah, dilakukan analisis masalah yaitu suatu upaya untuk menemukan akar penyebab
masalah. Pelaksanaan tindakan sebagai altenatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan
hasil analisis masalah.
1297
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap perencanaan antara lain: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP )
beserta skenario pembelajaran STAD dengan materi pembelajaran Makna Kedaulatan, (2)
membuat soal evaluasi pilihan ganda dan esay untuk dikerjakan di kelas , (3) membuat lembar
observasi untuk untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu pembelajaran
dengan pembelajaran Makna Kedaulatan.
Setelah perencanaan selesai, kemudian dilakukan tindakan pembelajaran. Pada tahap
pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran
yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan ini, Penulis bertindak sebagai guru, sedangkan
yang bertindak sebagai observer adalah guru sejawat atau serumpun.
Rancangan siklus II dilakukan seperti pada tahapan siklus I dengan beberapa modifikasi
jenis evaluasi dengan tes pilihan ganda saja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menerapkan pembelajaran STAD pada materi makna kedaulatan.
Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang dipaparkan seperti berikut.
Siklus 1 pertemuan 1
Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan memberikan motivasi dan menggali
pengetahuan awal melaui tanya jawab.
G: anak – anak apakah yang dimaksud kedaulatan
S: kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara
G: Benar, jadi kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara,sekarang siapa
yang tahu pengertian Kedaulatan Rakyat .
S: Kedaulatan Rakyat adalah: Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat.
G: baiklah, sekarang apa ada hubungan dengan landasan negara kita
S: Ada bu, Pancasila dan UUD 1945
Dari dialog tersebut siswa sudah memahami materi prasyarat terkait dengan
Kedaulatan. Sehingga siswa sudah siap untuk melanjutkan pembelajaran. Dalam hal ini guru
melanjutkan ke kegiatan inti dengan membentuk kelompok.
G: kita sekarang membentuk kelompok diskusi ,masing – masing kelompok beranggotakan 4
orang.
S: iya bu.
G: masing –masing kelompok silahkan menunjuk ketua kelompok ,dan mengambil materi
diskusi
S: iya bu ,saya kelompok satu, saya kelompok dua, saya kelompok tiga ,saya kelompok empat.
Materi nya apa “ bu “
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 membahas materinya
menjelaskan pengertian kedaulatan menurut para ahli, kelompok 2 membahas materi
“membedakan makna kedaulatan kedalam dan keluar”, kelompok membahas materi
“menjelaskan sifat – sifat kedaulatan”, dan kelompok 4 membahas materi “menyebutkan teori –
teori kedaulatan”.
Kegiatan berlanjut pada diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok, guru berkeliling
untuk memantau aktivitas diskusi. Dalam pemantauan guru ada kelompok yang mengalami
masalah. Guru mendekati dan mengajak dialog seperti berikut.
1298
ISBN: 978-602-1150-17-7
G: mengapa kamu tidak aktif dalam diskusi mas,ibu perhatikan kamu bermalas –
malasan,tidurdan menganggu teman lainnya.
S: ngantuk bu, kemarin dirumah ada acara.jadi saya tidak bisa belajar.
G: coba sekarang kamu baca dulu materi makna kedaulatan dan bukunya silahkan dikeluarkan
supaya kamu dapat ikut beraktivitas.
S: iya bu.
Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan guru
adalah memberikan evaluasi dengan memberikan tes dan tugas selanjutnya.
G: anak –anak kumpulkan hasil diskusi kalian dan masing masing kelompok mempresentasikan
kedepan satu persatu.
S: iya bu.
G: baiklah ,silahkan kelompok I mempresentasikan hasil diskusi kalian dan diikuti kelompok
yang lain.
S: siap bu
G: anak – anak karena waktunya sudah habis kita lanjutkan presentasi kalian minggu depan
lalu ulangan materi hari ini.
Siklus I Pertemuan 2
Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan materi sebelumnya.
G; anak –anak masih ingatkan materi yang lalu.
S: masih bu,makna kedaulatan
G: bagus ,sekarang kita lanjutkan presentasi kelompok yang lain.
Kegiatan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang lain serta
guru beserta siswa mengambil kesimpulan bersama – sama. Kegiatan penutup. Kegiatan yang
dilakukan guru adalah memberikan evaluasi dengan memberikan tes dan tugas dirumah
merangkum materi peran lembaga – lembaga negara.
Berdasarkan pengamatan siklus 1 terhadap proses pembelajaran, ditemukan beberapa
permasalahan yaitu siswa belum mengerti akan materi yang didiskusikan dalam kelompoknya
karena siswa belum belajar,sehingga membuat keributan, malas – malasan, tidak aktif. Serta ada
beberapa masalah yang berkaitan dengan guru antara lain guru menerangkan terlalu cepat,
media pembelajarannya kurang memadai ,sarana prasananya kurang Akibatnya hasil belajar
siswa pada materi makna kedaulatan dari 15 siswa yang mencapai ketuntasan pada saat ulangan
hanya 10 orang. Hasil analisis nilai tes pada siklus I di sajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Tes Siklus I
Jumlah seluruh siswa
Jumlah siswa yang mengikuti tes
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Nilai rata – rata kelas
Ketuntasan belajar klasikal
15
15
10
5
80,47
66,67 %
Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa yang sudah
tuntas dalam belajar sebanyak 10 siswa atau 66,67 %. Beberapa kendala belum tercapainya
ketuntasan siswa secara optimal dimungkinkan siswa masih belum konsentrasi penuh, siswa
1299
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
masih suka gaduh, ssebagian siswa masih tidur-tiduran karena mengalami kelelahan kerja
membantu orang tua.
Beberapa kendala yang dihadapi guru pada siklus I direfleksikan dan diperbaiki pada
siklus II.
Siklus II pertemuan I
Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan materi pembelajaran hari ini
dengan terkaitan materi pertemuan minggu yang lalu.
G: anak – anak apakah materi peran lembaga – lembaga negara ada kaitannya dengan materi
makna kedaulatan rakyat
S: ada bu ,karena lembaga –lembaga negara yang kita pilih adalah wakil - wakil yang duduk
di pemerintahan tingkat I dan tingkat II.
G: bagus
Pembelajaran berikutnya guru memberi motivasi pada siswa dengan memberikan pertanyaan
sebagai berikut:
G: siapa yang bisa menyebutkan lembaga –lembaga negara kita.
S: Saya bu. MPR, PRESIDEN dan WAKILNYA, DPR, DPD
G: benar ,masing banyak wakil –wakil kita selain yang disebutkan oleh teman kamu. Contohnya
: BPK, dan lembaga –lembaga Yudikatif ( MA,MK, KY ).
Dari dialog tersebut siswa sudah memahami materi prasarat terkait materi Peran
Lembaga – lembaga Negara pelaksana Kedaulatan, sehingga siswa sudah siap melanjutkan
pembelajaran. Dalam hal ini guru melanjutkan ke kegiatan inti dengan membagi kelompok
diskusi.
G: anak – anak sekarang ibu guru akan membagi kelompok diskusi, masing – masing kelompok
terdiri dari 3 atau 4 orang, dengan pembagian kelompok sebagai berikut.
Kelompok I : membahas tugas dan kewajiban MPR sesuai dengan UUD 1945 hasil
amandemen.
Kelompok II : membahas tugas dan kewajiban Presiden.
Kelompok III : membahas tugas dan kewajiban DPR.
Kelompok IV : membahas tugas dan kewajiban DPD.
G: silahkan ambil bahas diskusi, tunjuk ketua kelompok diskusi kamu, dan nilai yang akan ibu
ambil dalam diskusi adalalah sikap, kerjasama, tepat waktu dan kemampuan mengemukakan
pendapat, sudah paham.
S: sudah bu.
Kegiatan berlanjut pada diskusi kelompok .guru berkeliling untuk melihat aktivitas
siswa serta memberi penilaian. Dalam pemantauan guru masih ditemukan siswa yang dalam
kelompoknya tidak aktif, menggangu temannya, ngantuk. Guru mendekati dan mengajak dialog.
G: mbak kenapa kamu tidak ikut diskusi dalam kelompokmu,ibu perhatikan tidak aktif,
mengganggu dan tidur –tiduran
S: saya belum belajar bu,kemarin sakit.
G: baiklah sekarang silahkan ikut diskusi biar dapat nilai.
S: baik bu.
1300
ISBN: 978-602-1150-17-7
Setelah waktu yang ditentukan dalam diskusi kelompok habis kegiatan selanjutnya
adalah guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi.
G: anak-anak silahkan kumpulkan hasil diskusi kalian, masing –masing kelompok
mempresentasikan kedepan, kelompok siapa yang maju dulu.
S: kelompok I bu
G: silahkan. Setelah kelompok I,diikuti kelompok yang lain ya.
Setelah kegiatan presentasi selesai guru dan siswa membahas hasil diskusi dan
pemberian tugas akhir. siswa mencari tugas di internet tentang pembelajaran peran lembaga –
lembaga negara yang berkaitan MA, BPK, PD , KPU. Setelah pemberian tugas guru
mengakhiri dengan salam
Siklus II pertemuan II
Pembelajaran pada siklus II dilanjutkan dengan materi peran lembaga –lembaga negara
yang berkaitan dengan DPD, DPRD, KPU dan KY. Kegiatan pembelajaran pada siklus II
pertemuan II diawali dengan memberikan pertanyaan tentang materi sebelumnya dan
memberikan motivasi kepada siswa.
G: anak – anak pertemuan kita minggu yang lalu tentang apa.
S: peran lembaga – lembaga negara bu.
G: bagus , coba sebutkan kembali lembaga –lembaga negara yang kamu ketahui.
S: MPR, PRESIDEN, DPR, DPRD, MA, dll bu.
G: baiklah sekarang kita lanjutkan materi pembelajaran dengan membahas peran lembaga
lembaga negara dalam diskusi kelompok.
Kegiatan inti : kegiatan pembelajaran diawali guru membentuk kelompok diskusi.setiap
kelompok terdiri dari 3 atau 4 orang.
Kelompok I : membahas tugas dan kewajiban DPD.
Kelompok II: membahas tugas dan kewajiban DPRD.
kelompok III: membahas tugas dan kewajiban KPU.
Kelompok IV: membahas tugas dan kewajiban KY.
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru berkeliling memberikan penilaian serta
memberikan bimbingan pada kelompok yang belum bisa memecahkan masalahnya. dalam
pantauan guru siswa sudah aktif dan kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi oleh
masing masing kelompok.
Setelah masing –masing kelompok selesai presentasi, guru mengambil kesimpulan hasil
diskusi bersama – sama siswa dan dilanjutkan ulangan. Guru melakukan refleksi menanyakan
kembali manfaat pembelajaran hari ini dan pemberian tindak lanjut untuk pertemuan
selanjutnya. Hasil tes siklus II disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tes Siklus II
Jumlah seluruh siswa
Jumlah siswa yang mengikuti tes
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa yang tidak tuntas
Nilai rata – rata kelas
Ketuntasan belajar klasikal
15
15
13
2
85,60
86,67 %
1301
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II dengan memperhatikan
refleksi perbaikan pada siklus I diperoleh data rata –rata hasil belajar pada siklus II mencapai
84,07 dengan ketuntasan belajar klasikal 86,67 %
Hasil belajar yang diuraikan diatas menggambarkan bahwa pembelajaran berjalan
dengan baik dan menyenangkan. Siswa sudah dapat berdiskusi dengan kelompoknya,setiap
kelompok sudah dapat meningkatkan kualitas hasil diskusinya, sehingga pelaksanaan diskusi
bisa tepat waktu, akhirnya dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar sudah ada peningkatan dan
dapat diakhiri,bagi siswa yang belum tuntas diberikan remidi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data,maka dapat diambil kesimpulan:
penerapan Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa SMP
MUHAMMADIYAH 2 batu. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar. Pada siklus I nilai rata rata kelas sebesar 80,47 dengan ketuntasan klasikal 66.67 % dan meningkat pada siklus II
dengan nilai rata – rata kelas 85.60 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 86.67%
berdasarkan kriteria yang ditentukan sekolah nilai KKM 75. siswa sudah banyak yang dapat
mencapai ketuntasan.
Hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar PKn, siswa melalui
diskusi dengan menggunakan metode STAD tidak lepas dari kerjasama yang baik antara guru
dan siswa . Karena guru sebagai motivator sehingga memotivasi siswa agar tetap menggunakan
kelompok dalam memecahkan soal – soal dan siswa menerima dengan baik motivasi yang
diberikan dari guru,karena siswa sudah dapat mengambil manfaatnya ,sehingga peningkatan
hasil belajar siswa setiap siklus menunjukkan hasil maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2015. Penelitian tindakan Kelas ( Edisi refisi ). Yogjakarta . Bumi Aksara.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif , Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar.
Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
-----, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Wordpress .com di unduh 28 Pebruari
2016.
1302
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR
MELALUI METODE CURAH PENDAPAT PADA SISWA KELAS IX.1
SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU
Edy Susanto
SMP Muhammadiyah 8 Batu
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran
PKn di Kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu sebagai berikut: siswa kurang aktif
dalam kegiatan diskusi, siswa kurang berani menyampaikan pendapat, siswa belum
terbiasa mengemukakan pendapat dalam forum diskusi, dan siswa yang belum
mencapai KKM sebesar 61 %. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas dengan dua siklus dengan tahapan setiap siklusnya meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi melalui metode pembelajaran curah pendapat.
Hasil penelitian siklus I: terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
dan capaian KKM sebesar 75 % siswa memenuhi ketuntasannya. Hasil penelitian siklus
II: terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta
capaian KKM sebesar 89 % siswa memenuhi ketuntasannya.
Kata kunci:
partisipasi belajar, hasil belajar, metode curah pendapat
Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan
nasional pada saat ini. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Trianto, 2010:1).
Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam melaksanakan pembelajaran, peran
yang strategis tersebut membawa dampak bahwa seorang guru harus memiliki berbagai
kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya yaitu kemampuan mengembangkan
model atau strategi pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, khususnya dalam pembelajaran PKn, terdapat
beberapa kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
atau tanya jawab. Hal ini terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Batu pada kelas IX.1 dari jumlah 36
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran PKn, hanya 13 siswa yang
berani mengemukakan pendapatnya (34 %), sisanya sekitar 23 siswa dalam diskusi kelas
cenderung pasif atau tidak berani mengemukakan pendapat (66 %), dan capaian berdasarkan
kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) sebanyak 18 siswa ( sebesar 50 % )belum memenuhi
KKM terhadap standar KKM yang ditetapkan sebesar 75. Hal tersebut disebabkan dalam
melaksanakan pembelajaran kurang bisa memberikan motivasi dan mengkondisikan peserta
didik, serta pembelajaran lebih cenderung terjadi satu arah atau monoton. Serta terdapat
kecenderungan siswa takut melakukan kesalahan dalam menyampaikan pendapatnya. Dari
tahun ke tahun kondisi ini selalu terjadi berulang-ulang sehingga diperlukan penerapan metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi, motivasi dan keberanian peserta didik dalam
1303
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
mengemukakan pendapat/gagasan/idenya. Salah satu metode yang digunakan adalah metode
curah pendapat atau brainstorming.
Metode curah pendapat atau brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh
guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin
masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai salah
satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat
(Roestiyah 2001: 73). Metode pembelajaran ini cocok untuk beberapa materi pada mata
pelajaran PKn, misalnya materi tentang prestasi diri. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut
untuk berpikir, misal tentang apa yang ditanyakan guru siswa mengerti dan mampu
menjelaskannya berdasarkan argumen dan pengetahuan siswa. Sebelum materi tersebut
dijelaskan guru, siswa dituntut untuk mengemukakan gagasan dari pertanyaan yang diajukan
guru. Menurut Suciati (1993:153) model curah pendapat (brainstorming) pada dasarnya
merupakan model untuk mencari pemecahan masalah (problem solving). Menurut Ruminiati
(2007:10) “metode problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan masalah”.
Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya.
Menurut Suciati (1993:154) model curah pendapat terdiri dari dua tahap, tahap identifikasi
gagasan dan tahap evaluasi gagasan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat,
informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta didik. Berbeda dengan diskusi, dimana
gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati)
oleh peserta lain, pada penggunaan model curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk
ditanggapi.
Metode brainstorming ini pada umumnya digunakan dalam pembelajaran untuk
membantu peserta didik memikirkan gagasan dan ide brilian (Iksan, 2006: 138). Metode
tersebut juga membantu peserta didik lebih berani untuk mengemukakan pendapat/idenya. Hal
ini dikarenakan selama berlangsungnya curah pendapat atau brainstorming peserta didik
didorong untuk menghasilkan gagasan secara tepat dan cepat tanpa mengaitkan dengan nilai
pendapatnya. Penekanan metode ini pada kuantitas argumentasi atau gagasan siswa tidak pada
kualitas pendapatnya, tidak boleh ada kritik atau pembahasan atas pendapat peserta didik lain,
sehingga setiap peserta didik tidak perlu merasa khawatir atas gagasan-gagasan mereka.
Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu
merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari
bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung
semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak
perlu komentar atau evaluasi. Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan
pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan
melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang
aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani
mengemukakan pendapatnya.
Dengan penggunaan metode curah pendapat atau brainstorming ini diharapkan bisa
membantu keberanian dan partisipasi sekaligus memotivasi peserta didik untuk mengemukakan
pendapatnya tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut ingin mengkaji melalui penelitian tindakan
kelas (PTK) tentang penerapan metode brainstorming atau curah pendapat untuk meningkatkan
keberanian dan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya di kelas IX.1
SMP Muhammadiyah 8 Batu.
1304
ISBN: 978-602-1150-17-7
METODE
Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan oleh
peneliti, selaku guru yang mengajar di kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Rochiati
Wiriatmaja (2005:12) menjelaskan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar
dari pengalaman mereka sendiri”. Dengan PTK guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran
mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Menurut Susilo (2010:19) “Penelitian
tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat langkah utamaya itu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi. Empat langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas sering disebut dengan istilah siklus”. Penelitian ini bersifat kolaboratif
antara peneliti dan teman sejawat yaitu Lailatul Fitria, S.Pd pengajar mata pelajaran PKn kelas 7
dan 8 SMP Muhammadiyah 8 batu. Hal ini bertujuan untuk menjaga keobyektifan dari data
yang dikumpulkan karena jika guru menilai dirinya sendiri hasilnya tidak obyektif. Tempat
penelitian dilakukan di dalam kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Yang menjadi subyek
penelitian ini adalah 1 orang guru dan Siswa kelas IX.1 sebanyak 36 siswa terdiri dari 8 orang
siswa laki-laki dan 28 orang siswi perempuan.
Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas dipandang
sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna. Penelitian ini mendeskripsikan tentang
penerapan metode Brainstorming atau curah pendapat untuk peningkatan keberanian peserta
didik dalam mengemukakan pendapat pada materi prestasi diri kelas IX.1 SMP Muhammadiyah
8 Batu.
Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 Batu Jl. Welirang no. 17 Sisir – Batu
dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu berjumlah 36,
terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan
Dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi: 1) Observasi, observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar yang berlangsung dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan metode brainstorming atau curah pendapat. Observasi difokuskan pada
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi menggunakan lembar observasi yang
didalamnya telah dicantumkan aspek-aspek kegiatan yang akan dinilai dimana penilaiannya
dilakukan dengan memberikan tanda centang pada kolom-kolom yang telah disediakan; 2)
Tes, tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes
hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau
diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur. Sedangkan tes yang dilakukan dalam
kegiatan ini adalah post tes.
Penelitian ini direncanakan terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dariempat
tahapan penelitian meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus I
Perencanaan, dalam tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a)
membuat skenario pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun. Skenario pembelajaran
yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran curah pendapat, terkait dengan masalah
prestasi diri, dan (b) menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi diskusi, format
pengamatan kegiatan belajar mengajar, dan format pengamatan siswa, format tersebut di
lampirkan pada laporan hasil penelitian ini.
Pelaksanaan, tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yang dimulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal, memberikan apersepsi dan motivasi
pada siswa serta penjelasan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Penjelasan secara umum
1305
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
konsep materi, pelaksanaan diskusi kelompok dengan langkah-langkah menggunakan metode
curah pendapat: (a) pemberian informasi dan motivasi; (b) identifikasi pendapat kelompok; (c)
melakukan klasifikasi pendapat berdasarkan kriteria; (d) memverifikasi pendapat kelompok; dan
(e) melakukan kesepakatan hasil diskusi, Presentasi hasil diskusi kelompok dan klarifikasi dari
guru bersama siswa terhadap hasil diskusi. Penutup, memberikan post tes untuk mengetahui
capaian KKM yang telah ditetapkan, tindak lanjut dan refleksi.
Pengamatan, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran model curah pendapat dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan yang
telah disusun oleh guru, dengan aspek-aspek sebagai berikut: (a) keberanian menyampaikan
pendapat; (b) partisipasi atau peran serta dalam diskusi; (c) menghargai pendapat; dan (d)
kerjasama
Refleksi, dalam tahap refleksi ini, hasil observasi atau pengamatan dikumpulkan dan di
analisis baik hasil pengamatan diskusi, pengamatan kegiatan belajar mengajar, selain itu
dianalisis pula hasil post test yang telah diberikan pada siswa.
Siklus II
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dilakukan beberapa
perbaikan-perbaikan pada siklus ke II melalui tahapan sebagai berikut.
Perencanaan, dalam tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a)
membuat skenario pembelajaran berdasarkan RPP yang diperbaiki berdasarkan RPP
sebelumnya. Skenario pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran
curah pendapat terkait dengan masalah prestasi diri, dan (b) menyusun instrumen penelitian,
berupa lembar observasi diskusi, format pengamatan kegiatan belajar mengajar, dan format
pengamatan siswa, format tersebut di lampirkan pada laporan hasil penelitian ini.
Pelaksanaan, tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yang dimulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal, memberikan apersepsi dan motivasi
pada siswa serta penjelasan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Penjelasan secara umum
konsep materi, pelaksanaan diskusi kelompok dengan langkah-langkah menggunakan metode
curah pendapat: (a) pemberian informasi dan motivasi; (b) identifikasi pendapat kelompok; (c)
melakukan klasifikasi pendapat berdasarkan kriteria; (d) memverifikasi pendapat kelompok; dan
(e) melakukan kesepakatan hasil diskusi, Presentasi hasil diskusi kelompok dan klarifikasi dari
guru bersama siswa terhadap hasil diskusi. Penutup, memberikan post tes untuk mengetahui
capaian KKM yang telah ditetapkan, tindak lanjut dan refleksi.
Pengamatan, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran model curah pendapat dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan yang
telah disusun oleh guru, dengan aspek-aspek sebagai berikut: (a) keberanian menyampaikan
pendapat; (b) partisipasi atau peran serta dalam diskusi; (c) menghargai pendapat; dan (d)
kerjasama.
Refleksi, dalam tahap refleksi ini, hasil observasi atau pengamatan dikumpulkan dan
dianalisis baik hasil pengamatan diskusi, pengamatan kegiatan belajar mengajar, selain itu di
analisis pula hasil post test yang telah diberikan pada siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus I
Hasil penelitian pada siklus I dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1306
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pertemuan I
Kegiatan Awal, melakukan apersepsi dan memberikan gambaran tentang pentingnya
mengemukakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran yang dilanjutkan dengan memberikan
pertanyaan kepada semua siswa tentang mengapa kita harus berprestasi dan apa pentingnya
prestasi bagi kita, siswa menjawab secara bebas dan tidak boleh dikritik atau disalahkan ( semua
pendapat siswa di tulis di papan tulis ) dari semua jawaban siswa yang sudah tertulis di papan
tulis dilakukan identifikasi, klarifikasi dan kesepakatan bersama siswa mana jawaban yang
sesuai atau dianggap benar.
Kegiatan inti, guru memberikan penjelasan tentang pentingnya prestasi diri,
menampilkan foto tokoh nasional ( Bapak BJ. Habibi dan Susi Susanti ) yang memiliki prestasi
untuk keunggulan bangsa, siswa melakukan pengamatan dan guru meminta siswa untuk
menyebutkan peran dari masing-masing tokoh tersebut dan prestasinya yang telah dicapai untuk
keunggulan bangsa, siswa menjawab secara bebas ( curah pendapat ) dengan ditulis di papan
tulis, melakukan identifikasi pendapat semua siswa, mengklarifikasi semua pendapat bersama
siswa, menguji dan menyepakati pendapat semua siswa serta membuat kesimpulan dari
pendapat terhadap materi yang telah dipelajari.
Kegiatan penutup, melakukan umpan balik dengan tanya jawab tentang materi yang
telah dipelajari dan sebagai tindak lanjut dengan pemberian tugas kajian pustaka sebagai bahan
diskusi pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan II
Kegiatan awal, melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan
motivasi agar semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam keberanian
mengemukakan pendapat.
Kegiatan inti, Penjelasan konsep tentang peluang untuk berprestasi, kemudian
membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok, siswa dikelompok menjadi 6
kelompok secara demokratis dan memperhatikan masalah gender yaitu dengan melakukan
penghitungan 1 sampai 6 dilanjutkan lagi 1 sampai 6 dan seterusnya pada siswa laki-laki
terlebih dahulu karena jumlah siswa kelas IX.1 hanya 8 siswa agar menyebar ke semua
kelompok, Pelaksanaan diskusi, siswa diberikan 2 materi pertanyaan yaitu 1) menyebutkan ciriciri orang yang memiliki prestasi diri; 2) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi diri, sebagai bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah
pendapat yaitu guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan
mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan
pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota
kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi
berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua
pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah
satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa
diminta argumentasinya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari
anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru
beserta seluruh mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang
disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap
paling tepat dan relevan.
Tes, dilakukan tes dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 5 dan soal uraian
sebanyak 3 dilaksanakan selama 15 menit, walaupun waktu sudah habis tes tetap dilakukan
sebagai alat untuk mengukur ketercapaian hasil pembelajaran dengan memakai jam pelajaran
1307
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
berikutnya selama 15 menit. Dari 36 siswa yang memiliki ketuntasan sebanyak 25 siswa dan 7
siswa belum tuntas.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IX.1 sebanyak 36 siswa, aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan metode pembelajaran curah pendapat, dapat dikemukakan temuantemuan hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Ada perbaikan partisipasi dalam kegiatan
pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (diskusi kelompok).
Dalam kegiatan diskusi kelompok, mayoritas siswa telah mampu mengajukan pendapatnya,
hanya beberapa siswa yang masih pasif/tidak mengajukan pendapatnya yaitu sebanyak 7 siswa
atau sebesar 19,44 %; 2) Pendapat yang dikemukakan siswa dalam pelaksanaan model
pembelajaran curah pendapat sangat beragam, dalam arti memiliki tinjauan yang bervariasi,
namun tetap relevan dengan masalah pokok yang dikaji yaitu tentang faktor-faktor dan ciri-ciri
orang berprestasi; 3) Metode curah pendapat ini dapat melatih siswa untuk memiliki keberanian
mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan pemerataan partisipasi aktif siswa; 4)
Sedangkan hasil post tes yang dilakukan, siswa yang memenuhi KKM sebesar 75 sebanyak 27
dan yang belum tuntas sebanyak 9 atau sebesar 25%.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Adanya
kecenderungan pembicaraan yang bersifat meluas karena siswa diberikan kebebasan untuk
berpendapat tanpa ada tanggapan dari anggota kelompok yang lain; 2) Aktivitas siswa untuk
mengemukakan pendapat-pendapatnya memerlukan alokasi waktu yang relatif lama. Untuk
mengatasi kendala yang terjadi dalam siklus I akan dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan
siklus II.
Pembahasan Siklus I
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan beberapa temuan penelitianpada siklus I,
maka dapat disimpulkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Model curah pendapat
lebih efektif meningkatkan pertisipasi dan hasil belajar siswadari pada model kelompok belajar
konvensional mengisyaratkan pentingnya mempertimbangkan penerapan model curah pendapat
sebagai suatu alternatif model pembelajaran dalam melatih kemampuan berpikir, keterampilan
sosial dan membina sikap mental siswa walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum
aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran; 2) Partisipasi siswa pada tahap penyampaian
indormasi dan identifikasi masih kurang dikarenakan siswa masih terpaku pada buku teks, akan
tetapi pada tahap klarifikasi dan konklusi siswa mulai aktif berdiskusi hanya 7 siswa (19,44 %)
yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta hasil post tes menunjukkan, siswa
yang berhasil memenuhi KKM sebanyak 27 dan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 9
atau sebesar 25 %. Untuk itu pada siklus II nanti siswa harus memiliki pemahaman terlebih
dahulu terhadap materi yang akan di ajarkan, setelah itu dilakukan kegiatan curah pendapat agar
penguasaan siswa terhadap materi lebih bisa dan memungkinkan siswa mampu menyampaikan
pendapat serta mengefektifkan waktu pembelajaran biar tidak terlalu lama;
Agar model curah pendapat dapat diterapkan efektif dan dapat mengatasi kendala dalam
pembelajaran, maka: 1) sebelum menerapkan model curah pendapat guru merencanakan,
menyiapkan, dan memfungsikan program pembelajaran, sumber-sumber belajar serta alat/media
pengajaran, karena dalam siklus pertama penggunaan media pembelajaran sangat terbatas; 2)
dalam program pengajaran perlu dideskripsikan secara jelas kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan model curah pendapat sesuaiwaktu yang direncanakan; 3) siswa sebelum diskusi
hendaknya dituntut untuk menguasai bahan pelajaran dengan baik, supaya pada waktu
melakukan diskusi mereka tinggal mengembangkan pengetahuannya; 4) guru hendaknya
meningkatkan kemampuannya dalam mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol
1308
ISBN: 978-602-1150-17-7
kegiatan belajar siswa model curah pendapat, sehingga waktu proses pembelajaran yang ada
dapat dimanfaatkan dengan efisien dan efektif; 5) diusahakan agar siswa dalam kelompoknya
menemukan sendiri jawaban terhadap persoalan yang diajukan guru. Para guru sebagai sumber
informasi hendaknya dikurangi. Dalam pembelajaran guru hendaknya meningkatkan peran
sebagai fasilitator, pemimpin, moderator, motivator, evaluator proses dan produk.
Hasil Siklus II
Hasil Siklus 2
Hasil penelitian pada siklus 2 dengan tetap membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan bertujuan
untuk memperbaiki siklus 1 sebagai berikut:
Pertemuan I,
Kegiatan Awal, melakukan apersepsi dan memberikan gambaran tujuan dari
pembelajaran kali ini, memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu menganalisa tokoh-tokoh yang ada dikoran dengan berdiskusi secara
berkelompok.
Kegiatan inti, guru memberikan penjelasan secara umum tentang contoh-contoh aktifitas
untuk mewujudkan prestasi diri di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, kemudian
membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok, siswa dikelompok menjadi 6
kelompok sama seperti siklus I secara demokratis dan memperhatikan masalah gender yaitu
dengan melakukan penghitungan 1 sampai 6 dilanjutkan lagi 1 sampai 6 dan seterusnya pada
siswa laki-laki terlebih dahulu karena jumlah siswa kelas IX.1 hanya 8 siswa agar menyebar ke
semua kelompok, guru membagi koran yang sudah terlebih dahulu disiapkan kepada semua
kelompok masing-masing kelompok sebanyak 6 koran. Pelaksanaan diskusi, siswa diminta
untuk menganalisa 3 tokoh yang ada dalam koran untuk dianalisa 1) aktifitasnya apa saja yang
mendukung kemajuan bangsa; 2) prestasi yang telah dicapai oleh tokoh tersebut, sebagai bahan
diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat sambil guru
memotivasi dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua
siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa
ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota
kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji
relevansi semua pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama
diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi
sumbang saran bisa diminta argumentasinya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati
hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil,
diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok
lain, setelah itu guru beserta seluruh siswa menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan
masalah yang disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang
dianggap paling tepat dan relevan.
Kegiatan penutup, melakukan umpan balik dengan tanya jawab tentang materi yang
telah dipelajari dan sebagai tindak lanjut dengan pemberian tugas agar siswa mempelajari
prestasi yang mungkin bisa diwujudkan oleh siswa pada lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Pertemuan II
Kegiatan awal, melakukan apersepsi; menjelaskan tujuan pembelajaran; dan
memberikan motivasi agar semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam
keberanian mengemukakan pendapat.
1309
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kegiatan inti, Penjelasan konsep tentang peluang untuk berprestasi dan bidang-bidang
prestasi untuk keunggulan bangsa; kemudian membentuk kelompok diskusi, dalam
pembentukan kelompok dilakukan sama seperti pada kelompok diskusi sebelumnya akan tetapi
dimulai dari tempat duduk yang belakang, Pelaksanaan diskusi, siswa diberikan 3 materi
pertanyaan yaitu 1) menyebutkan contoh-contoh mewujudkan prestasi diri di lingkungan
keluarga; 2) menyebutkan contoh-contoh perwujudan prestasi diri dilingkungan sekolah; dan 3)
menyebutkan contoh-contoh prestasi diri yang dapat menunjang keunggulan bangsa, sebagai
bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat yaitu guru
menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif
untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya
selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain;
mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat
dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua pendapat dengan permasalahannya,
apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak
relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya; semua
anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap
benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru beserta seluruh mencoba
menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui, setelah itu diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat dan relevan.
Tes, dilakukan tes dengan menggunakan soal uraian sebanyak 4 item dilaksanakan
selama 15 menit. Dari 36 siswa yang memiliki ketuntasan belajar sebanyak 32 siswa dan 4
siswa belum tuntas.
Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IX.1 sebanyak 36 siswa pada siklus II, aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan metode pembelajaran curah pendapat, dapat
dikemukakan temuan-temuan hasil pengamatan sebagai berikut: 1) ada perbaikan partisipasi
dalam kegiatan pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran ( diskusi
kelompok ). Dalam kegiatan diskusi kelompok, hampir seluruh siswa telah berani dan mampu
mengajukan pendapatnya, berdasarkan cek list yang dilakukan hanya 2 siswa yang masih
pasif/tidak mengajukan pendapatnya yaitu sebanyak 5,55 % saja; 2) kecenderungan pembahasan
atau jawaban siswa meluas sudah bisa teratasi yaitu dengan ditunjukkannya pendapat siswa
yang dicoret pada saat klarifikasi semakin sedikit; 3) pendapat yang dikemukakan siswa pada
siklus II ini dalam pelaksanaan model pembelajaran curah pendapat memiliki tinjauan yang
bervariasi, namun tetap relevan dengan masalah pokok yang dikaji yaitu tentang perwujudkan
dan bidang prestasi diri; 4) metode curah pendapat ini dapat melatih siswa untuk memiliki
keberanian mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan pemerataan partisipasi aktif
siswa; 5) sedangkan hasil post tes yang dilakukan, siswa yang memenuhi KKM sebesar 75
sebanyak 32 dan yang belum tuntas sebanyak 4 atau sebesar 11 %.
Kendala yang masih terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di siklus II adalah sebagai
berikut: 1) pada siklus ke II ini kecenderungan pembicaraan yang bersifat meluas karena siswa
diberikan kebebasan untuk berpendapat tanpa ada tanggapan dari anggota kelompok yang lain
masih belum bisa dihilangkan; 2) aktivitas siswa pada siklus II ini untuk mengemukakan
pendapat-pendapatnya masih memerlukan alokasi waktu yang relatif lama walaupun siswa
sudah diberikan pemahaman untuk menyampaikan pendapatnya secara cepat dan tidak berteletele.
Pembahasan Siklus I
1310
ISBN: 978-602-1150-17-7
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan beberapa temuan penelitian pada siklus II,
maka dapat disimpulkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1) model curah pendapat
lebih efektif meningkatkan pertisipasi dalam pelaksanaan diskusi kelompok, diskusi kelas dan
hasil belajar siswa daripada model kelompok belajar konvensional mengisyaratkan pentingnya
mempertimbangkan penerapan model curah pendapat sebagai suatu alternatif model
pembelajaran dalam melatih kemampuan berpikir, ketrampilan sosial dan membina sikap
mental siswa walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum aktif berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran; 2) partisipasi siswa pada tahap penyampaian indormasi dan identifikasi
sudah meningkat dengan adanya media koran dalam pelaksanaan diskusi sehingga siswa tidak
lagi terfokus pada buku teks, tetapi pada tahap klarifikasi dan konklusi siswa mulai aktif
berdiskusi hanya 2 siswa ( 5,5 % ) yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta
hasil post tes menunjukkan, siswa yang berhasil memenuhi KKM sebanyak 32 dan siswa yang
belum memenuhi KKM sebanyak 4 atau sebesar 11 %; 3)
Agar model curah pendapat dapat diterapkan efektif sebagai perbaikan untuk kegiatan
pembelajaran berikut, maka: 1) sebelum menerapkan model curah pendapat guru merencanakan,
menyiapkan, dan memfungsikan program pembelajaran, sumber-sumber belajar serta alat/media
pengajaran, karena dalam siklus II penggunaan media pembelajaran sangat membantu dalam
penyelsaian tugas kelompok; 2) dalam program pengajaran perlu dideskripsikan secara jelas
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan model curah pendapat sesuai waktu yang
direncanakan; 3) siswa sebelum diskusi hendaknya dituntut untuk menguasai bahan pelajaran
dengan baik, supaya pada waktu melakukan diskusi mereka tinggal mengembangkan
pengetahuan dan pemahamannya; 4) guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam
mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol kegiatan belajar siswa model curah
pendapat,sehingga waktu proses pembelajaran yang ada dapat dimanfaatkan dengan efisien dan
efektif; 5) diusahakan dalam pembelajaran guru hendaknya meningkatkan peran sebagai
fasilitator, pemimpin, moderator, motivator, evaluator proses dan produk, agar metode curah
pendapat yang diterapkan dapat berjalan secara efektif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) penerapan model curah pendapat mampu meningkatkan partisipasi dalam kegiatan diskusi
dan tanya jawab serta hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional lainnya; 2) penerapan model pembelajaran curah pendapat mampu meningkatkan
pola interaksi pembelajaran antara siswa dengan siswa. Hal ini tercermin dari semakin
intensifnya kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas dalam memecahkan masalah-masalah
yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran; 3) penerapan model pembelajaran curah pendapat
mampu meningkatkan pola interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru. Hal ini tercermin
dari semakin intensifnya kegiatan tanya jawab dalam memecahkan masalah-masalah yang
diajukan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Saran
Untuk upaya perbaikan berikut disampaikan saran-saran untuk: 1) mempersiapkan
dengan matang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan senantiasa mempertimbangkan
kebutuhan siswa serta konteks dan realitas kehidupan siswa; 2) merancang penerapan model
pembelajaran curah pendapat seefektif mungkin, dengan cara melibatkan siswa sedari awal
sehingga perencanaan dan pelaksanaan kegiatan curah pendapat membawa hasil yang signifikan
untuk meningkatkan partisipasi siswa; 3) penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan
1311
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
untuk dalam proses pembelajaran agar siswa tidak terfokus pada butu teks saja; 4) berupaya
secara terus menerus untuk memotivasi semangat dan keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapatnya, tanpa harus ada perasaan takut, tertekan, merasa salah, dan sebagainya; 5)
mengkondisikan agar siswa terlibat secara aktif dan mampu bekerjasama dengan sesama siswa
untuk memecahkan masalah yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Diknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Iksan, Muhammad dkk, 2006. Panduan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk
SMTA Muhammadiyah. Jakarta: LP3 UMY dan The Asia Foundation
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Rochiati Wiraatmadja (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Suciati (1993). Model-model Pembelajaran Interaktif.Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka
Susilo (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher
Ruminiati (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan.Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Depdiknas
Satori, Djam’an dan Komariah, A’an. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
1312
ISBN: 978-602-1150-17-7
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs
HASYIM ASY’ARI BATU MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
Maslahah
MTs. Hasyim Asy’ari Batu
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran pada
mata pelajaran PKn di kelas VIII A melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD mengenai materi memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di
Indonesia yang terdiri dari sub-sub materi pengertian kedaulatan, pengertian kedaulatan
rakyat, pengertian kedaulatan kedalam dan keluar, macam-macam teori kedaulatan dan
kedaulatan yang dianut Indonesia dan dasar hukumnya.. Permasalahan tersebut
diantaranya: siswanya kurang aktif, minat membacanya rendah beberapa siswa nilainya
belum memenuhi KKM. Metode Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas
melalui dua siklus.Setiap siklus meliputi perencanaan,pelaksanaan,pengamatan dan
refleksi. Subjek penelitian adalah 27 siswa kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Hasil
penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar dari ketuntasan belajar 69,3%
pada siklus I menjadi 83,6% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar PKn juga teramati
dari perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain meningkatnya
keaktifan siswa dan interaktif, serta partisipatif siswa dalam belajar.
Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, PKn, STAD, Kedaulatan
Dalam era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak bisa
diabaikan. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia turut ambil bagian salah satunya
pemerintah memperhatikan kompetensi para guru agar generasi yang akan datang bisa bersaing
dengan lulusan dari luar negeri.
Suatu pendidikan dapat dikatakan maju bila kemampuan pengetahuan sikap yang
dimiliki, dari lulusannya diterima di lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan berguna bagi
perkembangan selanjutnya. Di samping peningkatan mutu maka perlu adanya relevansi
pendidikan yang diarahkan untuk mewujudkan setiap warga negara dalam menghadapi masa
depan dengan kesiapan yang memadai sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Untuk itu maka pemerintah mengadakan bimbingan teknik sistem pemantapan kerja
guru untuk meningkatkan mutu dari lulusannya dan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan
pendidikan Nasional,sebagaimana yang terdapat dalam Bab II pasal 3 UU RI Nomor: 20 tahun
2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Depdiknas,2003:8).
Dalam mata pelajaran PKn bertujuan untuk membentuk karakter bangsa, berjiwa
nasionalis, bertanggung jawab, memiliki semangat bela negara, dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Untuk membentuk karakter tersebut diperlukan komitmen berbagai pihak
termasuk para guru, khususnya guru PKn dituntut untuk bisa memberikan keteladanan, mampu
memotivasi siswa, dan merancang pembelajaran yang efektif, inovatif, dan menyenangkan.
Berkaitan dengan hal di atas, khususnya mengenai materi memahami kedaulatan rakyat
dan sistem pemerintahan di Indonesia yang terdiri dari sub-sub materi pengertian kedaulatan,
1313
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
pengertian kedaulatan rakyat, pengertian kedaulatan kedalam dan keluar, macam-macam teori
kedaulatan dan kedaulatan yang dianut Indonesia dan dasar hukumnya. Kelas VIII A
merupakan salah satu kelas yang siswanya kurang aktif, minat membacanya rendah beberapa
siswa nilainya belum memenuhi KKM dalam mata pelajaran PKn.
Berdasarkan uraian di atas dibutuhkan adanya inovasi agar pembelajaran yang
dilakukan menjadi menyenangkan sehingga kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung
dapat menjadikan suasana kelas menjadi kondusif, siswa aktif, semangat belajar meningkat,
dan siswa memiliki kedisplinan yang tinggi, dan kehadiran tinggi/rajin. Oleh karena itu perlu
diterapkan metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menggantikan metode
konvensional yakni metode ceramah.
Menurut Hosnan (2014:246) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) merupakan salah satu pemelajaran kooperatif yang diterapkan untuk
menghadapi kemampuan siswa yang heterogen, dimana model ini dipandang sebagai metode
yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Sintak
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah menyampaikan tujuan dan motivasi siswa,
menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, evaluasi
dan pemberian penghargaan. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah model pembelajaran yang tepat untuk menghadapi siswa yang heterogen. Dalam model
ini siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama untuk saling membantu temannya memahami
materi pada pembelajaran.
Menurut Hosnan (2014:246) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif,
berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran
kooperatif yang sangat sederhana. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif
saja, namun juga dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor melalui
kemampuan kerja sama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman.
Fathurrahman (2015:54) menjelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah sebagai berikut: (1) guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi
dasar yang akan dicapai, (2) guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga
akan diperoleh skor awal, (3) guru membentuk beberapa kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan
gender, (4) bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar, (5) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari, (6) guru memberikan
tes/kuis kepada setiap siswa secara individual dan yang terakhir, dan (7) guru memberikan
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual
dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa baik secara afektif, kognitif dan psikomotor.
Menurut Salmani (2010:4) STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
dipilih sebagai model pembelajaran penunjang pemahaman konsep matematika khususnya pada
bab pencerminan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 12,25% dari
70,25% pada siklus 1 menjadi 82,50% pada siklus 2.
1314
ISBN: 978-602-1150-17-7
Menurut Rochmah (2011:1) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas guru dan
siswa secara keseluruhan pada siklus I dinilai cukup dan meningkat pada siklus II menjadi baik.
Peningkatan bukan hanya terjadi pada hasil belajar siswa tetapi juga pada peningkatan perilaku
siswa terutama dalam hal pemahaman materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model STAD dapat
meningkatkan hasil belajar materi pecerminan siswa di kelas V A di SDN Kauman I Kecamatan
Bojonegoro tahun pembelajaran 2009/2010.
Menurut Bayan (2011:1) Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar
dari.72,0 dengan ketuntasan belajar 86,11 %.pada siklus I menjadi 86,90 dan ketuntasan belajar
91,11 %. pada siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA juga teramati dari perubahan tingkah laku
siswa dalam pembelajaran antara lain meningkatnya keaktifan siswa dan interaktif, serta
partisipatif siswa dalam belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan
kualitas dan hasil belajar dengan adanya perubahan tingkah laku siswa dan hasil pembelajaran
yang mengarah ke segi positif sehingga pada penelitian ini diharapkan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan
kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi berdasarkan
siklus PTK Menurut Kemmis Mc Taggart (Arikunto, 2006:16).
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS
1
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS 2
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 1. Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart(Arikunto, 2006: 16)
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar pada mata
pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan makna kedaulatan rakyat pada kelas VIII A MTs.
Hasyim Asy’ari Batu.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari tahun
ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 orang siswa. Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah materi mata pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan makna kedaulatan rakyat.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 dan 21 Maret 2016.
1315
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan
dokumentasi.
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan menyiapkan media.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan
awal guru membuka dengan berdo’a kemudian menanyakan kesehatan siswa terus kesiapan
menerima materi berikut absensi.
Kegiatan inti pembelajaran menjelaskan materi yang akan dipelajari, membagi siswa ke
dalam kelompok yang terdiri 4-5 orang, kemudian guru membagikan lembar diskusi,
selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dibimbing oleh guru kemudian tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah presentasi hasil kerja kelompok, guru memberikan tes
mandiri untuk mengukur kemampuan siswa.
Kegiatan penutup, setelah tes mandiri dilakukan guru membimbing siswa untuk
membahas soal tes mandiri. Hasil kerja siswa ditukarkan dengan teman sebelahnya untuk
dikoreksi sekaligus dibahas. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai
tertinggi yaitu kelompok yang memiliki jumlah nilai terbanyak dan memberikan reward berupa
bintang. Hal ini dilakukan sekaligus untuk merefleksi dan mengetahui pemahaman siswa
terhadap pelajaran. Kemudian para siswa diminta untuk mengungkapkan kesimpulan
menggunakan bahasanya sendiri.
Pengamatan
Selama tahap pengamatan kegiatan pembelajaran ditemukan beberapa kekurangan dari
guru maupun siswa yaitu sebagai berikut:
ketika guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang bergurau, siswa masih belum antusias
untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, ada beberapa siswa yang pasif dan hanya
bergantung pada temannya saat diberi tugas, saat presentasi kelompok masih ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan presentasi temanya, alokasi waktu kurang sesuai dengan RPP,
hasil tes masih rendah karena dari 27 siswa hanya 9 siswa yang tuntas dan 18 orang sisanya
masih belum tuntas.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 maka penelitian ini dilanjutkan untuk siklus 2.
Sehingga perlu dilakukan refleksi agar kekurangan pada siklus 1 tidak terjadi lagi pada siklus 2.
Adapun refleksinya adalah sebagai berikut: (a) guru lebih banyak memberikan lembar kerja
dengan sedikit penyampaian materi untuk menghindari siswa bosan sehingga melakukan
kegiatan lain, (b) guru lebih sering mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan dengan
memberikan pertanyaan agar siswa tersebut kembali memperhatikan, (c) pada saat presentasi
hasil kerja kelompok siswa yang presentasi diizinkan untuk memilih siapa yang akan presentasi
selanjutnya, (d) guru selanjutnya perlu memberikan perhatian lebih kepada siswa–siswa yang
belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah disebutkan dalam uraian di atas, dan (e) alokasi
waktu diperbaiki dan kegiatan siswa menyesuaikan alokasi waktu sehingga tidak terlalu terburuburu.
1316
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siklus II
Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan menyiapkan media.
Yang telah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi siklus 1.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan
awal guru membuka dengan berdo’a kemudian menanyakan kesehatan siswa terus kesiapan
menerima materi berikut absensi.
Kegiatan inti pembelajaran menjelaskan materi yang akan dipelajari, membagi siswa ke
dalam kelompok yang terdiri 4-5 orang, kemudian guru membagikan lembar diskusi,
selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dibimbing oleh guru kemudian tiap kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah presentasi hasil kerja kelompok, guru memberikan tes
mandiri untuk mengukur kemampuan siswa.
Kegiatan penutup, setelah tes mandiri dilakukan guru membimbing siswa untuk
membahas soal tes mandiri. Hasil kerja siswa ditukarkan dengan teman sebelahnya untuk
dikoreksi sekaligus dibahas. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai
tertinggi yaitu kelompok yang memiliki jumlah nilai terbanyak dan memberikan reward berupa
bintang. Hal ini dilakukan sekaligus untuk merefleksi dan mengetahui pemahaman siswa
terhadap pelajaran. Kemudian para siswa diminta untuk mengungkapkan kesimpulan
menggunakan bahasanya sendiri.
Pengamatan
Selama tahap pengamatan kegiatan pembelajaran kekurangan pada siklus 1 sudah
diperbaiki pada siklus 2. Perbaikan-perbaikan itu diantaranya: (a) guru aktif mengingatkan
siswa yang kurang memperhatikan dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi yang
dibahas sehingga jika tidak bisa menjawab siswa tersebut merasa malu dan kembali
memperhatikan pelajaran, (b) guru hanya menjelaskan materi secara singkat, siswa diberi
kebebasan untuk mengembangkan hasil pemikirannya sendiri sehingga pada saat presentasi
kelompok siswa lebih aktif bertanya, menyanggah dan mempertahankan argumentasi, (c)
alokasi waktu pada pertemuan ini sudah sesuai dengan RPP dan (d) hasil tes sudah meningkat
karena 27 siswa sudah tuntas semua.
Refleksi
Tahapan siklus dua merupakan perbaikan dari siklus I. Kekurangan-kekurangan yang
ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di siklus I direfleksikan pada siklus II dan penelitian
berakhir dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yang telah
ditentukan, sehingga penelitian tindakan kelas berhasil mengatasi permasalahan yang ada di
dalam kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari.
Selanjutnya nilai hasil belajar dikonversi berdasarkan kriteria standar kualitas
ketuntasan hasil belajar siswa seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Standar Kualitas Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
No.
Interval Skor (%)
Kualifikasi
1
90-100
Sangat Baik (A)
2
80-89
Baik (B)
3
70-79
Cukup (C)
4
60-69
Kurang (D)
5
0-59
Sangat Kurang (E)
(Sumber : dikembangkan dari Sudjana (2011:118))
1317
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pembelajaran siklus 1 masih memiliki banyak kekurangan diantaranya: (a) ketika
guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang bergurau, (b) siswa masih belum antusias
untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, (c) ada beberapa siswa yang pasif dan hanya
bergantung pada temannya saat diberi tugas, (d) saat presentasi kelompok masih ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan presentasi temanya, (e) alokasi waktu kurang sesuai dengan
RPP, (f) hasil tes masih rendah karena dari 27 siswa hanya 9 siswa yang tuntas dan 18 orang
sisanya masih belum tuntas.
Sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus 2 agar kekurangan pada siklus 1 tidak
terjadi lagi pada siklus 2. Adapun perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) guru lebih banyak
memberikan lembar kerja dengan sedikit penyampaian materi untuk menghindari siswa bosan
sehingga melakukan kegiatan lain, (b) guru lebih sering mengingatkan siswa yang tidak
memperhatikan dengan memberikan pertanyaan agar siswa tersebut kembali memperhatikan, (c)
pada saat presentasi hasil kerja kelompok siswa yang presentasi diizinkan untuk memilih siapa
yang akan presentasi selanjutnya, (d) guru selanjutnya perlu memberikan perhatian lebih kepada
siswa–siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah disebutkan dalam uraian di
atas, (e) alokasi waktu diperbaiki dan kegiatan siswa menyesuaikan alokasi waktu sehingga
tidak terlalu terburu-buru dan (f) terjadi peningkatan hasil tes karena 27 siswa sudah tuntas.
Tahapan siklus 2 merupakan perbaikan dari siklus 1. Kekurangan-kekurangan yang
ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di siklus 1 direfleksikan pada siklus 2 dan penelitian
berakhir dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yang telah
ditentukan, sehingga penelitian tindakan kelas berhasil mengatasi permasalahan yang ada di
dalam kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes mandiri
yang disajikan pada Tabel 2
Tabel 2. Hasil Belajar Siklus I
Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa
9
18
27
Jumlah
66,6
100
Persentase Ketuntasan (%) 33,3
69,3
Rata-rata (Nilai)
Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa sejumlah 33,3% dan nilai rataratanya sebesar 69,3 kategori kurang berdasarkan Tabel 3.1 standar kualitas ketuntasan hasil
belajar siswa. Siswa yang tidak tuntas yaitu sebagai berikut: Ana Khoirotul Muazizah, Annisa
Fitri Yuliandra, David Ahmad Saputra, Dwi Nur Fadila, Erika Ira Wati, Fransditya Eka
Ramadhan, Hafeta Deu Tahmita, Hardy Maulana Hermawan, Ivan Febia Ananda Putra, M.
Irfan Setyo Budi, Mochammad Rizaldi Khakim, M. Farhan, M.Iqbal Romadhon, M. Zidan,
Noval Aditya, Nur Atiqa Zumma, Shinta Putri Yulianti dan Yahrotul Mufidah.
Banyaknya siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan masih banyak siswa yang
belum memahami materi yang dipelajari, siswa terkesan meremehkan materi dari guru.
Sehingga pada saat dilakukan evaluasi, banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM
yakni 75. Hasil belajar siklus II disajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Hasil Belajar Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa
27
0
27
Jumlah
Persentase Ketuntasan (%) 100
0
100
Rata-rata (Nilai)
83,6
1318
ISBN: 978-602-1150-17-7
Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa sejumlah 100% dan nilai rata-ratanya
sebesar 83,6 kategori baik berdasarkan Tabel 3.3 standar kualitas ketuntasan hasil belajar siswa.
Nilai rata-ratanya mengalami kenaikan 14,3% dibandingkan dengan hasil belajar siklus 1.
Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 siklus, hasil ketuntasan hasil belajar siswa
meningkat. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa 100%. Rata-rata hasil
belajar siswa adalah 83,6 meningkat 14,3%.
Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II, karena mengalami peningkatan ketuntasan
belajar sebesar 100% maka penelitian dihentikan pada siklus II ini. Jika ingin melihat
peningkatan yang lebih baik lagi perlu dilakukan refleksi yang mendalam. Serta perlunya
keterlibatan guru dalam mengelola kegiatan belajar setiap siswa. Guru juga perlu
mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan karakter mata pelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai
berikut: (1) Setelah diberikan model pembelajaran STAD terdapat peningkatan hasil belajar, (2)
Setelah diberikan model pembelajaran STAD siswa menjadi termotivasi, (3) Setelah diberikan
model pembelajaran STAD hubungan antara guru dan siswa semakin akrab dan (4) Setelah
diberikan model pembelajaran STAD siswa menjadi berani mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.
Untuk upaya perbaikan berikut disampaikan saran-saran: (1) Guru hendaknya dapat
memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk kemajuan belajar siswa, (2) Guru dituntut aktif
menerapkan berbagai model pembelajaran supaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
(3) Siswa juga ikut aktif dalam proses belajar mengajar sehingga peningkatan hasil belajar
sesuai dengan harapan/maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Maryam. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara.Malang: Universitas
Negeri Malang.
Rochmah, S dan Wati, E.Y. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk
Meningkatkan Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V di SDN Kauman 1
Bojonegoro. Malang: Universitas Negeri Malang.
Salmani, M.A. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan
Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V SDN 017 Penajam. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1319
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE DI KELAS VIII
SMP TAMAN SISWA BATU
Muji Winantik
SMP Tamansiswa Batu
winantik [email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran PKn di SMP
Tamansiswa Batu diantaranya adalah sebagai berikut: siswa mengalami kesulitan
dalam memahami materi siswa merasa kurang termotivasi, cepat lupa, hasil belajar
sebagian masih berada di bawah KKM. Metode penelitian ini menggunakan penelitian
Tindakan Kelas dengan 2 siklus melalui model pembelajaran Take And Give. Setiap
siklup terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,dan refleksi. Hasil
penelitian siklus I bahwa: siswa meningkat motivasinya dalam mengikuti pembelajaran,
siswa yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36.36..%. Hasil siklus II: Setelah
adanya perbaikan tindakan dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Take And
Give ini peserta didik terpacu untuk berupaya untuk menguasai bahkan
mengembangkan materi yang dipelajari , sehingga selain dapat meningkatkan motivasi
belajar meningkatkan prestasi belajar peserta didik .Hal ini dapat dilihat dari hasil
pembahasan siklus II adanya peningkatan .Baik dari pengamatan, angket siswa maupun
hasil tes rata rata klasikal 70,91 pada siklus pertama meningkat menjadi 76,67 pada
siklus II. Ketuntasan belajar 63,64 % pada siklus pertama meningkat menjadi 83,33 %
pada siklus kedua.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran TAKE And Give
Menurut UU SPN No .20 Tahun 2003,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian ,kecerdasan akhlak mulia, ser dita ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa,dan negara, Untuk mencapai tujuan di atas mata pelajaran PKn menduduki
posisi yang strategis.
Menurur kurikulum SMP/Mts yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan ( 2011 ) menjelaskan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak
hak dan kewajibanya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan pula PKn
sebagai bagian dari kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan
untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa,dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia. Komponen penting dalam pendidikan kewarganegaraan adalah komponen
ketrampilan bermasyarakat agar warga negara dapat menjalankan hak hak dan tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat yang berpemerintahan sendiri, mereka perlu memiliki ketrampilan
intelektual partisipasi yang relevan.Ketrampilan intelektual dalam pelajaran PKn tidak terpisah
dari materinya ( Winataputra,2006
1320
ISBN: 978-602-1150-17-7
Salah satu indikator tujuan pembelajaran PKn itu sendiri adalah menunjukkan sikap
positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokratis dan kedaulatan rakyat dalam bidang hukum,
ekonomi, pertahanan keamanan dan lain lain, sehingga perlu memberikan materi Kedaulatan
rakyat dan peran lembaga lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim
pemerintahan Indonesia.
Negara Indonesia menggunakan sistem pemerintahan yang berkedaulatan Rakyat. Hal
ini berarti rakyat memegang kekuasaan (kedaulatan ) tertinggi dalam pemerintahan . Sebagai
wujud Negara yang Demokratis bangsa Indonesia selalu melibatkan partisipasi rakyat dalam
menyeleggarakan pemerintahan negara . Pelaksanaannya melalui lembaga lembaga negara ,
yang tugas dan wewenangnya diatur oleh UUD NRI 1945 pada Pembukaan alinia ke – 4, dan
pasal I ayat 2 .
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan dalam mempelajari materi
“Kedaulatan Rakyat dan peranan lembaga lembaga negara berdasarkan UUD 19 45” terutama
pada pokok bahasan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistim
Pemerintahan Indonesia pada mata pelejaran PKn umumnya siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi tersebut . Selain itu siswa merasa kurang termotivasi, cepat lupa, sehinga
hasil yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan, di bawah kreteria ketuntasan minimal (KKM
).Dengan kata lain hasil prestasi belajar rendah. Demikian juga pembelajaran PKn yang ada di
SMP Tamansiswa Batu.
SMP Tamansiswa Batu yang hanya memiliki jumlah rombongan belajar 3 .yaitu klas
VII, VIII, dan IX. Diantara 3 rombongan belajar tersebut klas VIII yang paling menarik
perhatian dibanding rombongan belajar yang lainnya. Hampir setiap guru setelah melaksanakan
pembelajaran di kelas tersebut selalu komentar bahwa anak anak di kelas VIII ini sulit diatur,
malas , apatis , sering tidak mengikuti pelajaran, bahkan beberapa guru sering meberikan sanksi
kepada siswa karena tidak mengerjakan tugas, tidak melaksanakan piket kebersihan kelas . Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar di kelas VIII ini belum menyadari tugas dan
kewajibannya sebagai siswa , sehingga hasil prestasi belajar rendah di bawah KKM ( kreteria
ketuntasan belajar). Berkaitan dengan permasalahan di atas maka diperlukan cara untuk
mengatasi dalam proses pembelajaran PKn di SMP Tamansiswa Batu dengan menerapkan
model pembelajaran yang menarik yang memancing siswa langsung terlibat , aktif dengan
menggunakan model pembelajaran TAKE AND GIVE ( menerima dan memberi ).
Model pembelajaran Take and Give adalah model pembelaran dimana siswa saling
menerima dan memberikan informasi tentang materi pelajaran yang dikuasai pada siswa yang
lainnya yang sebaya. Beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran bener – benar dikuasai
banyak apabila peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain. Silberman (
:175 )
menyatakan bahwa “ mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi nara sumber bagi
yang lain.,sehingga dengan berbagai informasi yang diterima dan diberikan siswa dapat
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dan lengkap. Menurut Yuanita (
2010), bahwa model pembelajaran Take And Give merupakan model pembelajaran yang
memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan
teman sebayanya.
Model pembelajaran Take And Give ( memberi dan menerima ) diterapkan untuk
melatih siswa menjadi nara sumber dan mitra belajar bagi teman teman yang lain, dengan saling
bertukar pengetahuan yang dimiliki. Olek karena itu setiap siswa dituntut untuk menguasai
materi yang menjadi topik bahasanya, dan mempunyai kemampuan untuk berkomunilasi,
sehingga ia dapat menyampaikan materi tersebut kepada siswa lain . Sedangkan siswa yang
1321
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
menerima informasi dituntut pula untuk dapat menangkap materi yang yang telah disampaikan
kepadanya dengan baik.
Suyatno ( 2009 : 76-77 ) menyatakan bahwa model pembelajaran Take And Give
adalah model pembelajaran yang memiliki sintaks pembelajaran dengan menggunakan media
kartu yang berisi nama siswa, bahan belajar dan nama yang diberi informasi. Menurut Widodo
( 2009 ) model pembelajaran Take And Give mempunyai banyak karakteristik yaitu (1) inter
aktif, (2) inspiratif, (3) kreatif, ( 4 ) menantang, dan ( 5 ) menyenangkan.
Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam penerapan model pembelajaran TakeAnd
Give adalah : (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi
sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan
peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang
10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan,
(5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing
masing (take and give ), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak
sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan
keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9)
guru menutup pelajaran.
Indean ( 2012) mengungkapkan bahwa model pembelajaran TAKE AND GIVE
mempunyai keunggulan yaitu ( 1 ) model pembelajaran ini tidak kaku ,karena guru boleh
memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dendan keinginan dan kebutuhan
serta situasi pembelajaran. ( 2 ) materi akan terarah ,karena guru terlebih dahulu menjabarkan
uraian materi sebelum dibagikan kartu kepada siswa, ( 3 ) melatih siswa untuk bekerja sama dan
menghargai kemampuan orang lain, ( 4 ) melatih siswa untuk berinteraksi secara baik degan
teman sekelasnya, ( 5 ) akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa
melalui kartu yang dibagikan kepadanya, sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling
tidak membaca materi yang diberikan kepadanya. ( 6 ) dapat meningkatkan tanggung jawab
siswa, sebab masing masing siswa diminta pertanggung jawaban atas kartu yang diberikan
kepadanya .
Sesuai dengan pendapat diatas maka model pembelajaran Take And Give siswa akan
lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapat informasi dari guru
dan siswa lain.Dan dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasan siswa akan
informasi. Namun kelemahannya bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat atau
salah ,maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat .Sehingga perlu adanya
klarifikasi dari guru pada saat mengevaluasi keberhasilan.
Melalui penerapan model pembelajaran TAKE AND GIVE diharapkan siswa dapat
termotivasi untuk belajar memahami dan mengerti materi yang dipelajari bahkan mampu
menyampaikan sesama teman sehingga tercapai hasil belajar yang optimal dan kreteria
ketuntasan minimal .
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (
PTK ) .Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas yaitu dimulai dari (a)
perencanaan (planning), (b) pelaksanaan tindakan (action), (c) pengamatan (observation ),dan d)
refleksi (reflection ). Yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa
kelas VIII SMP Tamansiswa Batu Tahun pelajaran 2015 / 2016 pada mata pelajaran PKn ,yang
terdiri dari 1 orang guru , 14 orang siswa.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016.
Materi yang digunakan adalah “Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat
1322
ISBN: 978-602-1150-17-7
dalam sistim pemerintahan Indonesia,”Secara lebih terperinci prosedur tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Pra Siklus : pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dan pengamatan ( observasi )
baik melalui data maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi data yang diperoleh
adalah hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Tamansiswa Batu pada materi “Peran Lembaga
negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia” masih rendah
,belum memenuhi target ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah yang ditentukan ,serta tidak
sesuai dengan target yang diharapkan oleh guru.Kemudian peneliti melakukan refleksi dan
memutuskan bahwa solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give .
Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan scenario pembelajaran
yang sesuai dengan RPP, yang terdiri dari kegiatan membuka, kegiatan inti, dan kegiatan
menutup yang telah direncanakan dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give.
Kegiatan inti meliputi langkah: (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru
menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk
memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk
dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari
pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya
dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling
memberi dan menerima materi masing masing (take and give ), (6) untuk mengevaluasi
keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain), (7)
strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan
bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru menutup pelajaran. Selama pelaksanaan
dilakukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan soal tes yang
telah dibuat.
Tahap pengamatan dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran. Pengamatan ini
dilakukan terhadap aktifitas guru dan siswa. Aktifitas guru dinilai dengan menggunakan lembar
obserfasi guru dan aktifitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar obserfasi siswa yang
berperan sebagai observer adalah peneliti sebagai guru PKn yang dibantu dengan guru lain
sebagai kolaborator.
Tahap refleksi dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang
menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis
tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai
pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II. Refleksi siklus 2 dilakukan analisis hasil
observasi dan penilaian untuk menentukan keberhasilan tindakan.Apabila hasil yang diinginkan
telah tercapai maka pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian.Baik yang
menyangkut penilaian proses (penilaian guru dan siswa ) maipun hasil tes.Hasil tersebut
digunakan sebagai rekomendasi bagi penelitian ini. Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif
baik yang menyangkut hasil evaluasi maupun hasil tes.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan (1) menyusun silabus, (2) menyusun skenario
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give yang dituangkan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi peran lembaga negara sebagai pelaksana
kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, (3) menyusun alat evaluasi, (4)
1323
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, dan (5) membuat lembar observasi guru dan siswa
beserta indikatornya.
Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan hasil penelitian siklus I melalui tahapan pembelajaran sebagai berikut: (1)
guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan
kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap
siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit, (4)
semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap
siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian
seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take
and give), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai
dengan kartunya (kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan,
(8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru
menutup pelajaran dengan tes. Selama pelaksanaan dilakukan observasi.
Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan
mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan
pengisian jurnal.
Guru
: “Anak-anak sebelum kita belajar pada hari ini, mari kita berdoa terlebih
dulu agar kita bisa belajar dengan aman, nyaman, dan menyenangkan.
Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua”.
Siswa
: Siswa berdoa bersama.”Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru
mengadakan tanya jawab sebagai berikut:
Guru
: Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang demokrasi. Kalian masih
ingat Apa arti istilah demokrasi?”
Siswa
: Demokrasi berasal dari bahasa Yunani. Dari kata demos dan cratien/
kratos Demos berarti rakyat, dan cratien berarti pemerintahan. Jadi
demokrasi adalah pemerintahan rakyat.
Guru
: Bagus . Kalau begitu apa maksutnya pemerintahan rakyat?
Siswa 1 : Pemerintahan dari rakyat “
Siswa 2 : Pemerintahan rakyat memegang peranan penting.”
Guru
: Ya. Semua benar. Intinya bahwa rakyatlah yang memegang kekuasaan
atau kedaulatan dalam pemerintahan. Nah hari ini kita akan belajar
tentang kedaulatan
dan
peranan lembaga negara dalam sistem
pemerintahan negara RI
Dari dialog di atas guru berupaya mengaitkan materi yang lalu dengan materi baru yang akan
diberikan. Siswa sudah memiliki gambaran materi yang dipelajari berikutnya. Sebelum
menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama lagu karya guru
yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT.
LEMBAGA NEGARA (LIRIK AKU ANAK SEHAT)
Lembaga negara di Indonesia
Berdasar UUD Tahun 45
MPR, DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA, MK, serta KY
Saling kerja sama.
UUD 45 mengatur slalu.
Tugas wewenang lembaga itu
Jangan coba kianat kepercayaan rakyat
Laksanakan amanah dengan penuh setia.
1324
ISBN: 978-602-1150-17-7
Dalam kegiatan ini sebagian siswa tampak kurang percaya diri, malu. Namun sebagian besar
tampak ceria dan semangat. Selanjutnya, guru menyampaikan materi secara singkat sesuai
dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta
didik setiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10
menit.
Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah
diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak antusias, bersemangat dalam
memberikan informasi kepada temannya. Namun, pada saat menerima informasi dari teman lain
siswa tampak pasif, kurang sungguh sungguh sehingga guru mendekati dan mengingatkan untuk
mencatat ringkasan informasi yang telah diterima tadi. Demikian seterusnya, sampai tiap peserta
dapat saling memberi dan menerima materi masing masing. Setiap anak menguasai semua topik
materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan
kartunya (kartu orang lain). Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lisan beberapa topik materi
yang bukan kartunya. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan. Guru dan siswa
membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan pertanyaan
kepada siswa, jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa mencatat
sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan menugasi peserta didik untuk mempelajari
materi berikutnya yang dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa
dengan mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi,
dan pengisian jurnal.
Guru
: Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih
dulu agar kita bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu
yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua .”
Siswa
: Siswa berdoa bersama.”Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru
mengadakan tanya jawab sebagai berikut :
Guru
: Anak – anak minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang kedaulatan,
Kalian masih ingat apa arti istilah kedaulatan?”
Siswa
: Kedaulatan berasal dari bahasa Arab. Dari kata daulah artinya kuasa. Jadi
kedaulatan artinya adalah kekuasaan tertinggi
Guru
: Bagus. Kalau begitu apa maksutnya kedaulatan negara?
Siswa
: Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara “
Guru
: :”Baik ! Menurut Jean Bodin kedaulatan negara dibedakan menjadi 2 apa
saja ”
Siswa
: :”Kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar.”
Guru
: “Ya benar ! Siapa yang bisa menjelaskan maksutnya kedaulatan ke dalam
dan ke luar ?
Siswa
: :”Kedaulatan ke dalam maksutnya suatu negara itu berhak mengatur
pemerintahannya sendiri Bu !,dan kedaulatan ke luar maksutnya negara itu
berhak melakukan kerjasama dengan negara lain.
Guru
: :”Baik. Kenapa kok perlu kerjasama dengan negara tetangga ?
Siswa
: :”Ya Bu ! Agar tercapai tujuan bersama yang saling menguntungkan”.
Guru berusaha melacak pertanyaan sebagai penjajagan.
G:’ Nah hari ini kita akan melanjutkan materi minggu yang lalu .Kompetensi dasar sama
,namun indikator yang berbeda”
1325
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran . . Sehingga siswa sudah memiliki gambaran
materi yang dipelajari berikutnya.
Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama
lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK
SEHAT.
G:’Anak anak ayo kita nyanyikan lagu ini dengan semangat Ya !
Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini peserta didik tampak lebih percaya
diri karena teks lagunya ditayangkan melalui LCD. sebagian besar tampak ceria dan
semangat.Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan
indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta
didik ,tiap siswa diberi
masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih
kurang 10 menit.
G:”Sekarang masing masing akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus
kalian kuasai.Pelajari dan pahami topik ini dari berbagai sumber.Jika kalian ada yang
kesulitan memahami topic ini minta bimbingan bu guru agar tidak salah persepsi. Nanti
kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian.Namun sebelum memberikan
informasi kepada temanmu uraian materi kalian tulis dulu di kertas yang sudah
disediakan untuk mempermudah kalian memahami materi. Topik materi yang kalian
terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini dan uraiannya tulis di buku tugas.Pelajari
dan pahami topik ini selama ± 15 menit.
S:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain”.
Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah
diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak lebih antosias, dan bersemangat
dibanding pertemuan minggu lalu dalam memberikan informasi kepada
temannya.Namun dalam menerima informasi sebagian besar masih lambat .
Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi
masing masing (take and give), Setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak
sesuai dengan kartunya (kartu orang lain), Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan
beberapa topic materi yang bukan kartunya . Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan
keadaan. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru
melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh
guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan.
Guru menutup pelajaran dengan memberikan post tes. Selain melakukan pengamatan
pada saat proses pembelajaran, pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian / evaluasi berupa
pos tes secara tertulis dengan bentuk objektif tes . .Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah
hasil belajar sudah memenuhi target KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Kemudian
melakukan refleksi dengan memberikan angket kepada siswa .Yang semuanya digunakan
pedoman untuk melakukan tindakan pada siklus II
Pembahasan Hasil Siklus I
Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain
sebagai berikut (1) Siswa merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi
bersama. (2) Siswa protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit.
1326
ISBN: 978-602-1150-17-7
siswa kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. (3) Siswa bersemangat dan antosias saat
memberi informasi tetapi pasif dalam menerima informasi.
Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini, yakni (1) teks lagu saat itu hanya
ditulis di papan tulis ,sehingga siswa yang duduk di belakang tidak jelas, (2) siswa sulit
memahami topik materi dari buku sumber, dan (3) siswa pasif dalam menerima informasi dari
teman sebayanya.
Pembahasan Hasil Siklus I
Siklus I Pertemuan II
Temuan yang unik dalam penelitian
Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain sebagai
berikut (1) Siswa yang merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi
bersama, setelah syair lagunya ditayangkan melalui LCD takpak lebih merasa percaya diri .( 2)
Siswa tidak protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit karena
kartu diacak. Dan siswa tidak kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. (3) Siswa
bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi masih ada yang masih merasa kesulitan
dalam menerima informasi.
Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini antara lain: (1) Sebagian siswa masih
sulit memahami topik materi dari temannya. 2) .Waktu yang tersedia untuk memahami materi
yang diterima dari teman kurang. Dari hasil pengamatan dan hasil pos tes secara kuantitatif
ditunjukkan sebagai berikut :
1. Hasil pos tes
Dari 11 siswa peserta pos tes yang tuntas 7 siswa , dan yang belum tuntas 4 siswa Rata
– rata klasikal 70.61.Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentu Kan
sekolah dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) 75 .Secara individu siswa
yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36,36 %.
2. Lembar Observasi oleh pengamat.
Pengamat dalam kegiatan ini dilakukan 2 orang yaitu guru PKn teman sejawat dan Waka
Kurikulum .:
Dari data di atas terlihat bahwa hasil observasi siswa yang dilakukan oleh dua orang
pengamat terhadap 5 indikator aspek yang diamati (siswa bersemangat dalam
menghafalkan materi,aktif dalam memberikan informasi, bertanggung jawab menerima
informasi,mampu menyampaikan informasi, dan mampu memahami informasi yang
diterima) rekapitulasinya sebagai berikut.
Baik ( B ) = 5, Cukup ( C )
= 3 Kurang ( K ) = 2
Jika dibuat prosentase maka kategori baik ( B ) = 50 %, kategori Cukup (C)= 30 % , dan
kategori Kurang ( K ) = 20 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus I masih belum
Maksimal , perlu adanya perubahan tindakan pada siklus yang ke II.
3. Lembar observasi untuk guru.
Dari data lembar observasi untuk guru ,kedua pengamat memberi centang /
Mencontreng ya dari 5 indikator yang diamati. Hal ini berarti penggunaan
pembelajaran dengan model Pembelajaran Take And Give sudah dilaksanakan dengan
baik.
4.Lembar Angket siswa
Dari 12 siswa yang mengisi angket hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Data di atas menunjukkan dari 12 siswa yang mencontreng atau mencen
1327
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
tang ya / positif yang mendukung metode ini dari 3 indikator no 1,2, dan 5 ada 26 yang
tidak 7. Sedangkan yang mencontreng indicator indicator negative yang kurang
mendukung menggunakan metode ini ,indicator no 2,dan 4 yang menjawab ya ada 6 dan
tidak 16. Dari data angket siswa yang merasa (lebih menyenangkan,lebih mudah
memahami,tidak merasa takut, tidak merasa sulit, lebih percaya diri. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan Model pembelajaran ini siswa lebih senang,lebih mudah
memahami , lebih bersemangat ,dan lebih percaya diri ,serta lebih termotivasi.
PEMBAHASAN SIKLUS II
Pertemuan I
Observasi Aktifitas siswa dalam Proses pembelajaran pada Siklus II
Diskripsi Observasi Aktifitas Siswa.
Hasil analisis data observasi aktifitas siswa yang dilakukan oleh dua orang
pengamat pada siklus II merupakan gambaran aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TAKE AND GIVE (
menerima dan member informasi ) pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan
peran lembaga negara dalam sistem pemerintahan Indonesia dengan menggunakan
tahapan pembelajaran sebagai berikut : (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana
mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah
direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi
masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit, (4)
semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang
sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi
dan menerima materi masing masing (take and give), (6) untuk mengevaluasi
keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu
orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan
siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru
menutup pelajaran dengan tes.. Selama pelaksanaan dilakukan observasi.
Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan
mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan
pengisian jurnal.
G : “Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita
bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan
bermanfaat bagi kita semua .”
S: “Siswa berdoa bersama.”
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai
berikut :
G : “ Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang kedaulatan, Kalian masih ingat apa sifat
sifat kedaulatan?”
S: “Permanen , asli, bulat , dan mutlak “
G: “ Bagus . Kalau begitu apa maksutnya kedaulatan negara bersifat permanen?
S:“Kekuasaan negara tetap ada selama negara masih berdiri “
G :”Baik ! Menurut UUD 1945 kedaulatan apa yang dianut negara Indonesia ”
S :”Kedaulatan hukum dan rakyat.”
G : “Ya benar ! Siapa yang bisa menjelaskan maksutnya kedaulatan Rakyat ?
S:’Kedaulatan yang berasal dari rakyat ,oleh rakyat, dan untuk rakyat”
G:”Dimana hal itu diatur ?” Coba kalian lihat lagi catatanmu minggu yang lalu.!
1328
ISBN: 978-602-1150-17-7
S:” Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 Bu !”
G:” Bagaimana isinya ?”
S:” Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan UUD”.
G:”Hebat ! Siapa yang melaksanakan kedaulatan rakyat itu ?”
S:” DPR Bu ! , MPR Bu ! , DPRD Bu , DPD ya Bu !”
G:” Ya ! Semua yang kalian sebutkan tadi namanya lembega negara !”
Nah hari ini kita akan belajar tentang peranan lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan
rakyat dalam sistem pemerintahan negara RI. Dari dialog di atas guru berupaya mengaitkan
materi yang lalu dengan
materi baru yang akan diberikan. Sehingga siswa sudah memiliki
gambaran materi yang dipelajari berikutnya.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama
lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT .
G : “ Anak – anak minggu yang lalu kalian sudah menyanyi lagu ini” AKU ANAK SEHAT’
Mari kita nyanyikan lagi bersama dengan berdiri.
LEMBAGA NEGARA (LIRIK AKU ANAK
SEHAT)
Lembaga negara di Indonesia
Berdasar UUD Tahun 45
MPR,DPR,DPD,PRESIDEN,BPK,MA,MK,serta KY
Saling kerja sama.
UUD 45 mengatur slalu.
Tugas wewenang lembaga itu
Jangan coba kianat kepercayaan rakyat
Laksanakan amanah dengan penuh setia.
Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini siswa tampak lebih percaya diri
dibanding minggu lalu , sebagian besar tampak ceria dan semangat karena merasa sudah hafal.
Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta didik ,tiap siswa diberi masing
masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit. Topik materi diundi agar
siswa tidak protes .
G:”Seperti minggu yang lalu, sekarang kalian akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik
materi yang harus kalian kuasai. Nanti kalian akan menjelaskan ke temanmu secara
bergantian. Topik materi yang kalian terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini.
Pelajari dan hafalkan topik ini selama ± 10 menit. Sama seperti minggu lalu.
S:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain.
1329
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Siswa Mempelajari Topik Materi dari Buku Sumber
Siswa Belajar Memahami dan Menhafalkan Topik Materi
Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah
diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak antosias ,,bersemangat dalam
memberikan informasi kepada temannya. Namun pada saat menerima informasi dari teman lain
beberapa siswa saja tampak kurang sungguh sungguh sehingga guru mendekati dan
mengingatk
Gambar x: Siswa memberi dan menerima informasi dari teman sejawat
Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing
masing (take and give),Sehingga setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan
kartunya ( kartu orang lain),Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan beberapa topic
materi yang bukan kartunya .Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadan. Guru dan
siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi
pelajaran. Saat guru melakukan
pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa
mencatat sebagai kesimpulan.
1330
ISBN: 978-602-1150-17-7
Guru menutup pelajaran dengan menugasi siswa untuk mempelajari materi berikutnya
yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Saat mempelajari , menguasai ,dan menghafal topik materi dalam buku paket dan sumber
belajar yang lain sebagian siswa tampak kesulitan untuk memahami . Sehingga pada siklus II ini
guru membimbing siswa yang merasa kesulitan memahami materi agar siswa lebih mudah
memahami dan menguasai topik yang dipelajari. Dalam memberi kan informasi sebagian besar
siswa tampak antosias dan bersemangat ,namun saat menerima informasi siswa tampak pasif
,kurang respon terhadap nformasi yang diterima, hal ini disebabkan karena pada awal
pembelajaran siswa belum ditekankan oleh guru bahwa informasi yang telah diterima harus
benar benar dikuasai oleh sebab itu pada siklus ini semua informasi yang telah diterima perlu
dicatat .Hasilnya kerja siswa dipajang di papan pajang
Hasil Kerja Siswa Di Pajang Di Papan Pajang
SIKLUS II PERTEMUAN II.
Observasi Aktifitas siswa dalam Proses pembelajaran pada Siklus II
Diskripsi Observasi Aktifitas Siswa.
Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan
mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan
pengisian jurnal.
G : “Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita
bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan
bermanfaat bagi kita semua .”
S: “Siswa berdoa bersama.”
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai
berikut :
G : “ Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang peran lembaga negara sebagai pelaksana
kedaulatan rakyat, Kalian masih ingat siapa saja lembaga lembaga pelaksana
kedaulatan rakyat itu?”
1331
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
S:” MPR, DPR, DPD, PRESEDEN,BPK, MA,MK,KY :”
G:” Bagus ! Kalau begitu apa tugas dan kewajiban Presiden ? “
S:” Mengubah dan menetapkan UUD Bu !, Melantik Presiden dan wakil presiden Bu !”
G:” Baik ! Kalau DPR apa fungsinya ?
S:” Sebagai Legeslasi, Anggaran , dan Pengawasan !.
G:” Ya !
Nah hari ini kita akan melanjutkan materi minggu yang lalu .Kompetensi dasar sama ,namun
indikator yang berbeda”
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran . . Sehingga siswa sudah memiliki gambaran materi
yang dipelajari berikutnya. Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak
menyanyi bersama lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak Aku
Anak Sehat.
Siswa Menyanyi bersama
G:’Anak anak ayo kita nyanyikan lagu ini dengan semangat Ya !
Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini peserta didik tampak lebih percaya
diri karena teks lagunya ditayangkan melalui LCD. sebagian besar tampak ceria dan
semangat.Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan
indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta
didik ,tiap siswa diberi
masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih
kurang 10 menit.
Guru:”Sekarang masing masing akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus
kalian kuasai.Pelajari dan pahami topic ini dari berbagai sumber.Jika kalian ada yang
kesulitan memahami topic ini minta bimbingan bu guru agar tidak salah persepsi. Nanti
kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian.Namun sebelum memberikan
informasi kepada temanmu uraian materi kalian tulis dulu di kertas yang sudah
disediakan untuk mempermudah kalian memahami materi. Topik materi yang kalian
terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini dan uraiannya tulis di buku tugas.Pelajari
dan pahami topik ini selama ± 15 menit.
Siswa:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain”.
Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi
informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah
diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak lebih antosias, dan bersemangat
dibanding pertemuan minggu lalu dalam memberikan informasi kepada
temannya.Namun dalam menerima informasi sebagian besar masih lambat .
Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing
masing (take and give),Sehingga setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak
sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain),Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan
beberapa topic materi yang bukan kartunya. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan
keadaan.
1332
ISBN: 978-602-1150-17-7
Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru
melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh
guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan memberikan post
tes.
Selain melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran ,pada akhir pembelajaran
dilakukan penilaian / evaluasi berupa pos tes secara tertulis dengan bentuk objektif tes . .Hal
ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar sudah memenuhi target KKM yang telah
ditentukan oleh sekolah. . Kemudian melakukan refleksi dengan memberikan angket kepada
siswa .Yang semuanya digunaka pedoman untuk melakukan tindakan berikutnya.
Temuan yang Unik dalam Penelitian
Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain
sebagai berikut :1) Siswa yang merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak
menyanyi bersama, setelah syair lagunya ditayangkan melalui LCD takpak lebih merasa percaya
diri . 2) Siswa tidak protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit
karena kartu diacak. Dan siswa tidak kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. 3) Siswa
bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi masih ada yang masih merasa
kesulitan dalam menerima informasi.
Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini antara lain : 1) Sebagian siswa masih
sulit memahami topik materi dari temannya. 2) .Waktu yang tersedia untuk memahami materi
yang diterima dari teman kurang.Solusi yang dilakukan adalah memberi bimbingan secara
khusus dan menambah waktu pada kegiatan menerima informasi dengan cara mencatat hasil
informasi yang diterima pada lembar kerja siswa.
Dari hasil pengamatan dan hasil pos tes secara kuantitatif ditunjukkan sebagai berikut :
Hasil pos tes :
Dari 12 siswa peserta pos tes yang tuntas 10 siswa , dan yang belum tuntas 2 siswa Rata –
rata klasikal 76.67.Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentu Kan sekolah
dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) 75 .Secara individu siswa yang masih
berada di bawah KKM sebanyak 36,36 %.
Lembar Observasi oleh pengamat.Pengamat dalam kegiatan ini dilakukan 2 orang yaitu guru
PKn teman sejawat dan Waka Kurikulum .Hasilnya terlihat sebagai berikut :
Dari data terlihat bahwa hasil observasi siswa yang
dilakukan oleh dua orang
pengamat terhadap 5 indikator aspek yang diamati (siswa bersemangat dalam menghafalkan
materi,aktif dalam memberikan informasi,bertanggung jawab menerima informasi,mampu
1333
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
menyampaikan informasi, dan mampu memahami informasi yang diterima) rekapitulasinya
sebagai berikut.
Baik ( B ) = 7, Cukup ( C )
= 2 Kurang ( K ) = 1 Jika dibuat prosentase maka
kategori baik ( B ) = 70 %, kategori Cukup (C)= 20 % , dan kategori Kurang ( K ) = 10
%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus II sudah ada perubahan
yang signifikan dibanding siklus I.
3. Lembar observasi untuk guru.
Dari data lembar observasi untuk guru ,kedua pengamat memberi centang /
Mencontreng ya dari 5 indikator yang diamati. Hal ini berarti penggunaan
pembelajaran dengan model Pembelajaran Take And Give sudah dilaksanakan dengan
baik.
4.Lembar Angket siswa
Dari 12 siswa yang mengisi angket hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Data di atas menunjukkan dari 12 siswa yang mencontreng atau mencen
tang ya / positif yang mendukung metode ini dari 3 indikator no 1,2, dan 5 ada 26 yang
tidak 7. Sedangkan yang mencontreng indicator indicator negative yang kurang
mendukung menggunakan metode ini ,indicator no 2,dan 4 yang menjawab ya ada 6 dan
tidak 16. Dari data angket siswa yang merasa (lebih menyenangkan,lebih mudah
memahami,tidak merasa takut, tidak merasa sulit, lebih percaya diri. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan Model pembelajaran ini siswa lebih senang,lebih mudah
memahami , lebih bersemangat ,dan lebih percaya diri ,serta lebih termotivasi.
Tabel Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VIII
NO
1
2
Siklus
I
II
Rata- rata
Tes
70,91
76,67
Ketuntasan
63,64
83,33
Prestasi belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada pada siklus II. Peningkatan
belajar tersebut karena guru melakukan perubahan tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Guru
berupaya melakukan perbaikan terhadap adanya berbagai permasalahan yang muncul ,mencari
solosi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada pertemuan yang berikutnya.
Pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran TAKE AND GIVE dapat
meningkatkan prestasi belajar PKn dari rata klasikal 70,91 menjadi 76,67.Peningkatan ini terjadi
karena siswa merasa mimiliki tanggung jawab yang tinggi untuk memahami , menguasai materi
, dan memiliki motivasi ingin menginformasikan materi yang dikuasai kepada teman sebayanya
dengan menarik dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo (
2009 ) model pembelajaran Take And Give mempunyai banyak karakteristik yaitu (1) inter aktif,
(2) inspiratif, (3) kreatif, ( 4 ) menantang, dan ( 5 ) menyenangkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan di kelas VIII SMP TAMANSISWA
BATU ,dapat diambil kesimpulan kesimpulan bahwa model pembelajaran TAKE AND GIVE
dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas belajar peserta didik. Selain itu model
pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
PKn.Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan hasil pos tes . Dari rata rata klasikal 70,91 dari
ketuntasan 63,64 pada siklus pertama , meningkat menjadi rataa rata 76,67 dengan ketuntasan
83,33 pada siklus kedua.
1334
ISBN: 978-602-1150-17-7
DAFTAR RUJUKAN
UU RI NO.20 Tahun 2003. tentang Sistem pendidikan Nasional, 2003. Bandung :Citra
Umbara.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi.
Winataputr, Udin .S 2006. Mareri dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
UUD RRI 1945. MPR RI Januari 2011 Jakarta.
Silberman, Mei . 2010. 101 Cara Penelitihan dan Pembelajaran Aktif . Terjemahan Dani
Dharyani .
101 Ways to Make Training Activi . 2015. Jakarta : Indeks
Yuanita, Eva. 2010 . Model Pembelajaran Take And Give. Tersedia pada http: // WYW 1d.
Wordpress . com / 2009 / 11/ 14/model pembelajaran – take – and – give /, diakses
tangal 14 Januari 2012.
Suyatno -2009 – Menjelajah Pembelajaran Inovatif . Jakarta : Bumi Aksara.
UURI N0 . 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . 2003 . Bandung : Citra
Umbara.
Indien .2012 . Model Pembelajaran Take And Give . Tersedia pada http : // 007 Indien –
blogspot . com /2012 / 11 / model pembelajaran – take –and – give – html ( diakses
tanggal 22 Pebruari 2013 ).
1335
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn
MATERI KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTIM PEMERINTAHAN
INDONESIA MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA
KELAS VIIIC SMP RADEN FATAH BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Endang Estu Pudjiharti
SMP Raden Fatah
[email protected]
Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar materi kedaulatan
rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia pada siswa kelas VIII C SMP Raden Fatah
Batu menggunakan metode kooperatif jigsaw. Sebelum penelitian dilaksanakan hasil
prestasi belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 50%. Hal ini
dikarenakan siswa malas membaca buku pelajaran, kurang semangat, tidak mandiri, dan
selalu bergantung pada teman yang rajin belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut
perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
siklus I terdapat peningkatan prosentase aktivitas siswa 61% pada pertemuan pertama
dan 68% pada pertemuan kedua, sedangkan pada siklus II sebesar 71% baik pada
pertemuan pertama dan 80% pada pertemuan kedua. Hasil belajar juga mengalami
peningkatan. Pada siklus I terdapat 61,29% siswa mencapai ketuntasan belajar dan
meningkat pada siklus II menjadi 80,64%. Tanggapan siswa juga positif, yang dapat
dilihat dari angket yang dijawab siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran
ini.
Kata kunci: PKn, kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, metode
kooperatif jigsaw
Peranan guru penting dalam perkembangan pendidikan,terdapat persepsi umum yang
mengakardalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat bahwa guru
merupakan sosok yang serba bisa.Beberapa pandangan yang kurang sejalan dengan abad 21
tentang sosok guru adalah sebagai berikut: (1)tugas guru hanya untuk mengajar, (2) guru hanya
menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan, dan (3)dalam situasi
belajar guru membebani dan menakutkan siswa karena tuntutan nilai yang tinggi.upaya-upaya
yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut diatas,perlu cara yang tepat,efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang
paling penting bagi siswa adalah perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contohcontoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan
yang dimiliki atau yang harus dicapai (Silberman dalam Hasbiati, 2015).Sejalan dengan hal
tersebut ada beberapa hambatan pembelajaran PKn di kelas VIII C SMP Raden Fatah sebagai
berikut: (1) siswa masih kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, (2) siswa malas
membaca materi pelajaran, dan (3) siswa yang malas hanya mengikut saja pada teman yang
rajin dalam satu kelompok, sehingga hasil belajar dari 31 siswa atau nilai ulangan hanya 16
orang atau 51,61% yang tuntas. Dalam penelitian ini dilakukan penerapan kooperatif jigsaw.
Pengertian berdasarkan Etimologinya kata Jigsaw merupakan kata yang berasal dara
bahasa inggris dengan terjemahan dalam bahasa Indonesianya “Gergaji Ukir”. Pola
pembelajaran model Jigsaw menyerupai pola cara penggunaan sebuah gergaji, yaitu siswa
melakukan aktifitas belajar dengan melakukan kerja sama dengan siswa lain dalam rangka
mewujudkan tujuan bersama.Sementara menurut pendapat ahli salah satunya Sudrajat (2008:1 )
.Pembelajaran model Jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara
1336
ISBN: 978-602-1150-17-7
kelompok, di mana dalam kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk
menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai
tersebut kepada teman satu kelompoknya. Model pembelajaran Jigsaw akan menjadi sebuah
solusi yang efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi ajar tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya.
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s,
(Aronson, Blaney Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka
juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Sehingga
baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan.Model pembelajaran
Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan
bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan
internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.
Jigsaw sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pembelajaran
membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.Teknik ini menggabungkan kegiatan
membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa
mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama,
dan bahasa.Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan
keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari
masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan
kelompok asal.Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan
kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal)
yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok
ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah ketergantungan . Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan
informasi dan memecahkan masalah yang diberikanLangkah-langkah kegiatan pembelajaran
dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (1) membentuk kelompok
heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang, (2) tiap orang dalam kelompok diberi sub
topik yang berbeda, (3) setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing
dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli (4) anggota ahli dari
masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah
dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok, (5) kelompok ahli berdiskusi untuk membahas
topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut (6) setelah
memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,
kemudianmenjelaskan
materi
kepada
rekan
kelompoknya,(7)
tiap
kelompok
memperesentasikan hasil diskusi, (8) guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran
tentang materi yang telah didiskusikan, dan (9) siswa mengerjakan tes individual atau
kelompok yang mencakup semua topik.
1337
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus adalah permasalahan (problem), perencanaan (planning),
pelaksanaan(acting), observasi (observing atau monitoring), dan refleksi(reflecting atau
evaluating).
Tahap perencanaan dilakukan kegiatan: (1) menyusun rencana pembelajaran, (2)
menyiapkan materi pembelajaran PKn dengan menggunakan media pembelajaran buku paket
PKn(BSC) kelas VIII dan buku penunjang lainnya berupa artikel tentang makna kedaulatan, dan
(3) menyusun tes akhir. Tahap Pelaksanaan pembelajarandilakukan kegiatan: (1) guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) menyajikan materi sebagai pengantar , (3)
guru membagi siswa menjadi 5 kelompok ,setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa, (4)
guru membagi sub materi yang berbeda pada masing- masing kelompok, (5) dari kegiatan kerja
kelompok siswa tersebut , guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kopetensi yang ingin dicapai, dan (6) Kesimpulan dan rangkuman. Kegiatan observasi
dilakukan melalui pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran oleh pengamat dari
guru sebagai teman sejawat sebagai observer. Pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat
untuk mencatat aktifitas dan interaksi pembelajaran di kelas pada saat guru melakukan
pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan dengan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran,
kendala, dan alternative solusinya bersama observer. Tahapan kegiatan siklus 2, pada dasarnya
sama dengan siklus 1 dan merupakan perbaikan dari siklus. Tahapan penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Pengamatan terhadap
Situasi Pembelajaran
Evaluasi
situasi
terhadap
Refleksi
Siklus 1
Observasi
Rencana Tindakan
Tindakan
Refleksi
Siklus 2
Observasi
Rencana Tindakan
Tindakan
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Siklus I dilakukan pada tanggal 10 Maret 2016. Penelitian pada siklus pertama dilakukan
dua kali pembelajaran. Langkah pembelajaran metode kooperatif jigsaw adalah sebagai
berikut: pembentukan kelompok,pemberian sub topik,mendiskusikan sub topik masing-masing
dan menetapkan anggota ahli,mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai
dengan banyaknya kelompok.membahas sub topik yang diberikan dan saling membantu untuk
menguasai, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,Tiap kelompok
1338
ISBN: 978-602-1150-17-7
memperesentasikan hasil diskusi,memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang
materi yang telah didiskusikan. Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dengan
melakukan tanya jawab dengan siswa sperti berikut.
G:Pada pertemuan hari ini ,anak-anak akan belajar tentang makna
kedaulatan,apa yang kamu ketahui
tentang pengertian kedaulatan ?
S:Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi
G:Bagus !mungkin yang lain menambahkan ?
S:Kedaulatan berasal dari bahasa arab yaitu “Daulah”
G:Bagus ,semua jawaban yang kalian kemukakan benar, kedaulatan berasal
dari bahasa arab yang artinya kekuasaan
Berdasarkan dialog di atas, terlihat bahwa siswa sudah bisa memberikan penjelasan sederhana
tentang pengertian kedaulatan.
Gambar 2 . Guru memberi penjelasan pada kegiatan Apersepsi
Gambar 3. Pelaksanaan diskusi pada kelompok ahli
Kegiatan inti:
Pembentukan kelompok ,siswa dibagi menjadi 5 kelompok ,setiap kelompok
beranggotakan 5 orang siswa.Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota
kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing .Pada pelaksanaan diskusi kelompok
ahli masih ada beberapa siswa yang belum focus dan siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri.
Guru memberikan arahan dan Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut:
G:Anak-anak yang namanya diskusi, saling bertukar pikiran sesame anggota
kelompok dan menyamakan
pendapat !jangan bekerja sendiri-sendiri .
S:Tadi,jawabannya saya tanya pada teman yang pintar bu !
G:Lha…,kalau begitu apa gunanya diskusi !kalian boleh bertanya ,tapi kalian
juga harus membaca buku
referensinya( buku paket dan artikel yang ibu bagikan tadi),kemudian samasama
menemukan jawabannya dan menyamakan pendapat.
1339
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
S:Baik bu .
G:Diskusi supaya lebih hidup ,kalian harus saling mempertahankan pendapat
kalian masing-masing
Setelah pelaksanaan diskusi kelompok ahli,masing-masing anggota kelompok ahli
kembali ke kelompok asal dan saling menjelaskan pada temannya dalam satu
kelompok,kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.Pada
pelaksanaan presentasi di depan kelas masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan
asyik ngomong dengan teman sebelahnya,hal ini dikarenakan suara yang presentasi kurang
keras.Setelah selesai presentasi hail diskusi, guru memberikan kesimpulan dan penguatan pada
siswa tentang materi yang telah di diskusikan.Pada waktu guru memberikan penjelasan pada
siswa ,masih ada siswa tidak memperhatikan ,hal ini disebabkan tempat duduk siswa yang
membelakangiguru.
Pada pelaksanaan pertemuan ke dua tetap pada KD yang sama.
Kegiatan inti
Pada pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 5 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota
kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada diskusi kelompok masih ada
siswa yang bekerja sendiri-sendiri dan ada juga yang tidak konsentrasi pada pelaksanaan
diskusi, guru mendekati kelompok yang kurang konsentrasi tadi dan memberikan arahan:
G: Anak- anak pada pertemuan yang lalu ibu sudah menjelaskan diskusi
kelompok itu tidak bekerja sendiri –sendiri ,tapi kalian harus saling bertukar
pendapat dan pada akhirnya menyamakan pendapat dari masing –masing
anggota kelompok .
S: Baik bu kami akan melaksanakan sesuai dengan anjuran ibu.
G: Bagus kalian sudah mengerti ,silakan dilaksanakan.
S: Terima kasih bu atas peringatannya .
Setelah pelaksanaan diskusi selesai kelompok ahli kembali kelompok asal, dan masingmasing anggota kelompok ahli saling menjelaskan pada kelompoknya masing-masing. Dari
lima kelompok, dua kelompok mewakili persentasi didepan kelas. Namun, pada pelaksanaan
persentasi didepan kelas, masih ada siswa yang kurang memperhatikannya. Setelah guru
memberikan penjelasan dan penguatan materi pada siswa, guru tidak menyuruh siswa untuk
menghadap kedepan kelas, sehingga ada beberapa siswa yang membelakangi guru tidak
memperhatikan dan ngomong dengan temannya sendiri, dan pada saat guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya, tidak ada siswa yang bertanya.
Setelah guru memberikan penjelasan guru memberikan tes individual pada akhir
pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan tes tertulis dilakukan dalam bentuk essay,
jumlah soal terdiri dari 5 item. Tes hasil belajar pada siklus I dengan ketentuan KKM (Kriteria
ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran PKn adalah 76. Hasil tes tulis pada siklus I, dari 31
siswa yang mencapai nilai KKM adalah 19 siswa atau 61.29% dan yang belum tuntas 12 siswa
atau 38.71%. Untuk mengetahui capaian kualitas pembelajaran dilakukan pemberian angket
kepada siswa, hasil yang diperoleh adalah: (1) Apakah pembelajaran yang baru berlangsung
menyenangkan? jawaban ya =19 siswa atau 61,29%, (2) jawaban tidak =12 siswa atau 38,71%,
(2) Apakah pembelajaran yang baru berlangsung dapat meningkatkan semangat belajar kalian?
Jawaban ya =21 siswa atau 67,74%, jawaban tidak =10 siswa atau 32,26%, (3) Apakah dengan
pembelajaran yang baru berlangsung kalian lebih mudah memahami pelajaran? jawaban ya=21
1340
ISBN: 978-602-1150-17-7
siswa atau 67,74%, jawaban tidak=10 siswa atau 32,26%, (4) Apakah dengan pembelajaran
yang baru berlangsung dapat menumbuhkan kerukunan antar teman? jawaban ya=17 siswa atau
54,83%, jawaban tidak=14 siswa atau 45,16%.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelaksanaan siklus I, dengan
menggunakan metode kooperatif jigsaw masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki, diantaranya adalah: pada pelaksanaan diskusi masih banyak siswa yang bekerja
sendiri-sendiri, kurang konsentrasi, anggota kelompok ahli kurang bisa menjelaskan ke
kelompok asalnya sehingga pelaksanaan diskusi kurang hidup, siswa yang persentasi didepan
kelas volume suaranya kurang keras sehingga sebagian siswa kurang memperhatikan dan
ngomong sendiri dengan temannya. Penjelasan guru dalam memberikan penguatan pada siswa,
tidak diperhatikan oleh semua siswa, terutama siswa yang membelakangi guru tempat
duduknya. Dari temuan kekurangan diatas maka perlu adanya perbaikan pada pelaksanaan
siklus ke II.
Siklus II
Siklus II dilakukan pada tanggal 8 April 2016, dilanjutkan kembali proses pembelajaran
mengenai makna kedaulatan rakya dan lembaga pelaksana kedaulatan. Penelitian pada siklus
kedua dilakukan dua kali pembelajaran. Langkah pembelajaran metode kooperatif jigsaw
adalah sebagai berikut: pembentukan kelompok, pemberian sub topik, mendiskusikan sub topik
masing-masing dan menetapkan anggota ahli, mengintegrasikan semua sub topik yang telah
dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok membahas sub topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok asal masingmasing. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi, memberikan tes individual pada akhir
pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan. Pada pelaksanaan diskusi kelompok,
tempat duduk siswa pada pertemuan pertama ini sudah dirubah posisinya membentuk leter U,
sehingga siswa tidak membelakangi papan tulis.
Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dengan melakukan tanya jawab
dengan siswa sperti berikut:
G : Anak –anak bagaimana dengan posisi tempat duduk kalian lebih nyaman
atau bagaimana?
S : Lebih nyaman bu,kita bisa melihat ke depan semua.!
G : Anak –anak ,kalian masih ingat pelajaran pada pertemuan yang lalu ? Ibu
mau mengingatkan dan
bertanya pada kalian, negara Indonesia menggunakan teori kedaulatan apa
?
S : Teori kedaulatan rakyat !
G : Selain kedaulatan rakyat masih adakah teori kedaulatan dipraktekkan di
Negara Indonesia?
S : Ada bu,yaitu kedaulatan Hukum !
G : Bagus ! tepuk tangan untuk Putri dan anggun.
S : Dasar hokum teori kedaulatan rakyat itu pasal I ayat( 2) atau pasal 2 aayt
(1) bu ?
G : Coba buka UUD 1945 ! Tunjukkan pasal yang menyebutkan kedaulatan
rakyat !
S : Pasal 1 ayat( 2) UUD 1945 “Kedaulatan ada ditangan dan dilakukan
menurut Undang Undang Dasar”.
G : Bagus kalian lebih giat lagi belajar dengan banyak membaca buku paket
maupun buku referensi yang Lain.
1341
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Berdasarkan tanya jawab diatas dapat disimpulkan, bahwa siswa sudah bisa memahami
teori kedaulatan yang dipraktekkan di Negara Indonesia. Pada awal pembelajaran sudah
menunjukkan sebagian siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran PKn.
Kegiatan inti pada pertemuan pertama:
Pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota
kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada pelaksanaan diskusi kelompok
ada 4 sub topic ,setiap sub topic dibahas oleh dua kelompok. Guru memberikan arahan dan
Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut:
G :Anak –anak bagaimana ? apakah kalian sudah bisa memahami perbedaan
tugas dan wewenang dari
DPR dan DPD ?
S : Sudah bu ,kalau DPR mempunyai wewenang antara lain membentuk
undang-undang yang dibahas
dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.Kalau DPD
mengajukan pada DPR
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah.
G :Hebat ! kalian sudah bisa memahaminya .
S : Perbedaan tugas dari DPR dan DPD itu bagaimana bu?
G : Bedanya kalau DPR melaksanakan tugas sesuai UU no 17 Tahun 2014
tentang MPR,DPR,DPD,dan
DPR,dimana tugas itu dilaksanakan di pemerintahan pusat.Sedangkan
DPD ,sesuai dengan UU yang
sama ,melaksanakan tugasnya di daerah.Bagaimana bisa dipahami ?
S : Bisa bu.
Setelah terjadi dialog dengan siswa maka dapat disimpulkan siswa sudah bisa memahami
tentang tugas dan wewenang DPR dan DPD, tetapi pada kelompok lain yang membahas tentang
materi yang lain yaitu tentang tugas dan wewenang MPR, diskusi tidak bisa berjalan dengan
baik karna masih ada dari anggota kelompok yang tidak ikut partisipasi dalam diskusi sehingga
hanya mengikut hasil dari pekerjaan teman sekelompoknya saja.
Pada pertemuan ke II
Pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota
kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada pelaksanaan diskusi kelompok
ada 4 sub topic, setiap sub topic dibahas oleh dua kelompok . Guru memberikan arahan dan
Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut
G : Bagimana apakah kalian sudah bisa menjelaskan tentang kewenangan dari
Mahkamah Agung
,Mahkamah konstitusi ,Komisi Yudisial dan Badan Pemeriksa Keuangan ?
S : Sudah bu !
G : Baiklah kalau begitu ,ibu ingin menanyakan pada kalian apakah
perbedaan antara kewenangan dari
MahkamahAgung dan Mahkamah Konstitusi ?
S : Bisa bu MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk
menguji undang-undang
terhadap UUD.
1342
ISBN: 978-602-1150-17-7
G : Betul itu adalah wewenang MK ,untuk wewenang MA adalah menguji
peraturan perundang-undangan
dibawah undang-undang terhadap undang-undang.
Setelah guru memberikan penjelasan guru memberikan tes individual pada akhir
pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.Tes tertulis dilakukan dalam bentuk esay
,jumlah soal terdiri dari 4 item.Tes hasil belajar pada siklus I dengan ketentuan KKM (Kriteria
ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran PKn adalah 76.Hasil tes tulis pada siklus II ,dari 31
siswa yang mencapai nilai KKM adalah 25 siswa atau 80,64% dan yang belum tuntas adalah 6
siswa atau 19,35% . Untuk mengetahui capaian kualitas pembelajaran dilakukan pemberian
angket kepada siswa,hasil yang diperoleh adalah: (1)Apakah pembelajaran yang baru
berlangsung menyenangkan? jawaban ya =24 siswa atau 77,42%, (2) jawaban tidak =7 siswa
atau 22,58%, (2)Apakah pembelajaran yang baru berlangsung dapat meningkatkan semangat
belajar kalian? Jawaban ya =25 siswa atau 80,65%, jawaban tidak =6 siswa atau19,35%,
(3)Apakah dengan pembelajaran yang baru berlangsung kalian lebih mudah memahami
pelajaran?jawaban ya =24 siswa atau 77,42%,jawaban tidak=7 siswa atau 22,58%.(4)Apakah
dengan pembelajaran yang baru berlangsung dapat menumbuhkan kerukunan antar
teman?jawaban ya =26 siswa atau 83,87%,jawaban tidak =5 siswa atau 16,13%.Setelah proses
pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari siklus I sampai siklus ke II, maka
berdasarkan analisis data kegiatan siswa diperoleh peningkatan aktivitas siswa yang cukup
berarti. Berdasarkan dari data yang ada secara umum dikatakan bahwa hasil belajar meningkat.
Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada materi “Kedaulatan rakyat
rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia “ dengan menggunakan model pembelajaran tipe
jigsaw menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran
secara sungguh-sungguh. Dengan belajar sendiri maupun dengan memperhatikan penjelasan
temannya dan penjelasan guru yang memberikan bimbingan dalam diskusi. Hal ini juga terlihat
dari hasil angket siswa yang memperlihatkan motivasi yang dimiliki siswa dengan belajar tipe
jigsaw menyenangkan, maka pembelajaran akan dirasakan lebih efektif dan efisien dalam
menyampaikan materi pelajaran atau mengajarkannya, sehingga tercipta suasana belajar yang
kondusif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2003), Chalima (2006), Ulfa
(2008) dalam Hasbiati (2015), model jigsaw dapat meningkatkan aktifitas belajar, partisipasi
dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal itulah yang diharapkan dari suatu pembelajaran
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam kelompok diharapkan akan belajar lebih giat (1984)
dalam Yassa (2008) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses
pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
dibandingkan dengan siswa yang kelasnya dikelola secara tradisional (Suryanto, 2009).
Trinandita menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan antar
siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi hidup dan kondusif, dimana masingmasing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktifitas yang timbul
dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi.
Berdasarkan uraian bahwa proses pembelajaran kedaulatan rakyat dalam system
pemerintahan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terdapat hubungan antara motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil
belajar setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi bisa dikatakan, apabila siswa aktif pada
saat diskusi membahas materi pelajaran baik dalam hal bertanya ataupun mengemukakan
pendapat, maka berarti siswa sudah mengerti dan paham apa yang sedang dipelajari. Sehingga
1343
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
hasil belajarnyapun meningkat. Dengan demikian, apabila siswa memahami materi
pembelajaran yang telah disampaikan maka secara otomatis akan berpengaruh baik terhadap
proses pembelajaran siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis temuan dan pembahasan yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan: (1) motivasi belajar siswa hasil angket menunjukkan bahwa 81% siswa senang,
(2) aktifitas belajar siswa dalam angket pada siklus pertama dari 61% meningkat menjadi 68%
atau sebanyak 7%, dan pada siklus kedua dari 68% menjadi 77%, dengan kata lain meningkat
sebanyak 9%, (3) hasil belajar materi kedaulatan rakyat dalam system pemerintahan Indonesia
dilihat dari ketuntasan belajar siswa dimana KKM pada kelas VIII adalah 76. Dengan
menggunakan model pembelajaran Jigsaw KKM siswa kelas VIII mengalami peningkatan
dimana pada siklus pertama meningkat sebanyak 7% yaitu dari 61% menjadi 68%, dan pada
siklus kedua meningkat sebanyak 9% yaitu dari 68% menjadi 77%. Dengan hasil penelitian
tersebut, proses pembelajaran dengan pengaplikasian model pembelajaran Jigsaw membuat
hasil yang meningkat pada hasil belajar siswa.
Lebih lanjut lagi disarankan guru mengadakan penelitian lebih lanjut dengan
mengembangkan proses pembelajaran dengan model jigsaw agar diperoleh hasil yang akurat
dan memuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat. 2008. Pembelajaran Model Jigsaw. Gramedia Bandung.
Arronson, Brandey dan Stephen. 1978 .Pengertian Hasil Belajar Siswa Definisi, Tujuan,
Penilaian, Jenis, Alat, dan Faktor yang mempengaruhi.
Hasbiati. 2015. Meningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw.
Chalimah, N.U. 2006. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa MA Al Ashor Gunung-Pati Semarang
dengan Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw. Semarang; UNNES: Skripsi tidak
diterbitkan.
Lestari, E. 2003. Penigkatan HasilBelajar pada Konsep Hormon Melalui Strategi Jigsaw pada
Siswa kelas 9 SMP N 9 Semarang. Semarang: UNNES: Skripsi tidak Diterbitksan.
Ulfah, F.2008.Peningkatan Proses dan Hasil Belajar dalam menyelesaikan Soal Cerita melalui
Sratagi Cooperative Learning Tipe Jigsaw di kelas III SD Islam Sabililah
Malang.Yayasan Sabilillilah:Penelitian Tindakan Kelas.
1344
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JPS (JIGSAW
DENGAN SUMBER PRIMER DAN SEKUNDER) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BATU
Suprapto Rasid
SMP Negeri 06 Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan
sekunder, rancangan pelaksanaaan perbaikan menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar peserta didik meningkat setelah menggunakan Model Pembelajaran ini.
berdasarkan nilai rata-rata prasiklus nilai rata-rata 61.18, siklus 1 nilai rata-rata 76.18
dan pada siklus 2 nilai rata-rata 80.15
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan sumber primer
dan sekunder
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
(Silberman, 2001)
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi
proses pembelajaran, dan peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator sehingga
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dalam pembelajaran hendaknya dapat
menimbulkan rasa ingin tahu dari peserta didik, disesuaikan dengan tingkat berpikir mereka dan
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang akan menimbulkan sikap positif terhadap IPS
Belajar adalah salah satu cara untuk untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.
Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat
melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pembelajaran tertentu
untuk mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan presentase jam 4 kali 40 menit tiap minggu
sebenarnya dibandingkan dengan isi dan muatan materi yang padat dan sarat pengetahuan waktu
yang tersedia sangat kurang, Permasalahan lain yang sering terjadi adalah proses pembelajaran
yang monoton, dan kurang bervariasi, metode yang kurang menarik dan menantang
menyebabkan peserta didik tidak menumbuhkan cara berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat akan menyebabkan peserta didik bosan
dan jenuh mereka hanya bisa berangan-angan dan membayangkan apa yang telah diterangkan
oleh guru, ketika materi yang disampaikan Kadang-kadang karena kebosanan yang sudah
memuncak pada peserta didik, mereka mendengarkan saja tanpa makna dan tangan mereka
mencorat-coret buku atau menggambar tokoh kartun dan sebagainya. Kebosanan itu berlanjut
1345
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
menjadi keadaan kelas yang tidak bersemangat peserta didik pasif dan guru sangat aktif , selain
itu masih rendahnya minat baca peserta didik membuat pelajaran ini menjadi lumpuh.
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar dimana peserta didik belajar
dalam kelompok kecil saling memiliki tingkat kemampuan berbeda. Menurut Thomson (dalam
Lince, 2001:14), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada
pembelajaran IPS Nur (2005:2) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menciptakan
sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama
pembelajaran. Peserta didik dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar
akademiknya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya. Contohnya menjadi pendengar yang
baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, peserta didik diberi
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : (1) Peserta didik bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya. (2) Kelompok dibentuk
dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (3) Bilamana mungkin,
anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda. (4)
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu
keberhasilan individu melalui kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu : (1). Kemampuan akademik. (2).
Penerimaan perbedaan individu. (3). Penembangan keterampilan sosial. Pembelajaran
kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat
dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan
tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tehnik yang paling banyak dipraktikkan,
setiap siswa mengajarkan sesuatu dan bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi pada
kelompok asal, yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain
membentuk kumpulan pengetahuan dan ketrampilan yang terpadu (silbermen, 2014:180).
Banyaknya anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw biasanya terdiri dari 4
– 6 orang. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, dan mereka wajib
menjelaskan apa yang ditugaskannya itu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang
mendapat tugas penguasaan materi itu disebut kelompok ahli. Sedangkan kelompok yang
dibentuk pertama adalah Kelompak Asal
Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap peserta didik
bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat
menyelesaikan permasalahan dengan baik. Langkah-langkah pokok pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah: (1). Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4-6 anggota tim (2).
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda (3). Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan(4). Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka (5). Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh (6). Tiap tim ahli mempresentasikan
hasil diskusi (7). Guru memberi evaluasi (8). Penutup
Keragaman sumber belajarpun dibutuhkan, karena permasalahan tersebut dirasa sangat
berat maka untuk itulah penulis yang juga sebagai guru IPS mencoba metode dan pendekatan
1346
ISBN: 978-602-1150-17-7
pembelajaran inovatif yang dapat membantu dan mengembangkan keaktifan peserta didik serta
selaras dengan tujuan pembalajaran IPS dengan Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan
sumber primer dan sumber sekunder dalam pembelajaran IPS.
Sebagian seorang guru yang mengajar pada SMP Negeri 06 Batu, penulis mengemukakan
bahwa mendapat kendala pada pelajaran IPS kelas VIII. Nilai evaluasi untuk materi ini masih
dibawah rata-rata. Sebagai tindak lanjut penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), pada penelitian ini tindakan yang diberikan adalah menggunakan model pembelajaran
tipe jigsaw dengan sumber primer dan sumber sekunder. Upaya-upaya yang dilakukan guru
untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu cara yang tepat, efektif dan efisien dalam tercapainya
tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang paling penting bagi peserta didik adalah
perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan dan
melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang dimiliki atau yang harus
dicapai. (Silberman, 2001).
Pembelajaran di SMP Negeri 06 Batu khususnya kelas VIII pada mata pelajaran Ilmu
Pengatahuan Sosial , penguasaan materi belum berhasil dengan baik. Oleh sebab itu perlu
segera mendapat penanganan dan perhatian peneliti. Pola pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti selama ini, hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai
dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan mash jarang mengunakan alat peraga sebagai
media belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil prestasi belajar
secara maksimal belum dicapai.
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar peserta
didik menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sumber
sekunder pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 06 Batu. Manfaat Penelitian
dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru dan
sekolah, dalam meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kemampuan berfikir kritis
dan kreatif, meningkatkan motivasi dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Bagi
peneliti, Alat evaluasi bagi penulis agar memilih model pembelajaran yang tepat, penulis dapat
mengatasi kekurangannya dalam proses belajar-mengajar. Bagi Peserta didik, mempermudah
memahami materi pelajaran IPS kelas VIII, materi pelajaran lebih mudah dipahami dan
dimengerti, membentuk sikap keingintahuan dan mandiri. Bagi Guru, penulis berharap bagi
teman sejawat dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kendala dalam pembelajaran, sebagai
referensi bagi guru lain yang ingin melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bagi
Sekolah, ketuntasan pemahaman terhadap materi pelajaran menunjang keberhasilan peserta
didik dalam menentukan ketuntasan nilai, dapat memanfaatkan bahan penunjang sarana dan
prasarana pendidikan yang ada secara optimal sesuai dengan materi pembelajaran.
Sebenarnya banyak metode yang telah dicoba oleh guru ternyata masih kurang
menarik karena verbalitas yang tinggi membuat hasil pembelajaran ini masih rendah. hasil
observasi menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada KD 7.1 mendiskripsikan
permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi,
serta pemerintah dalam upaya penanggulangannya belum optimal. Hal ini terbukti dari hasil
Ulangan Harian masih mencapai 61,18 atau masih dibawah KKM yaitu 70. selama penilaian
proses, peserta didik belum menunjukkan rasa senang, kreatifitas serta keaktifannya juga tidak
muncul dalam mengikuti pembelajaran IPS. Untuk pembelajaran IPS yang mendapat respon
dari peserta didik, maka seyogyanya perlu dikembangkan metode pembelajaran perbaikan yang
mampu memfasilitasi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu menggunakan
metode Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sekunder
1347
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researh) yang
mencakup empat tahapan penting, yaitu: a) perencanaan (planning); b) pelaksanaan tindakan
(action); c) pengamatan/ observasi (observation) ; dan d) refleksi (reflection).
Siklus 1
Permasalahan
Ter
Selesai
kan
Siklus 2
Ter
Selesai
kan
Refleksi 1
Permasalahan
Refleksi 2
Alternative pemecahan
( Rencana tindakan 1)
Pelaksanan
tindakan 1
Analisis data 1
Observasi 1
Alternative pemecahan
(Rencana tindakan 2)
Pelaksanaan
tindakan 2
Analisis data 2
Observasi 2
Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk
sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Penelitian
dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dua pertemuan
pembelajaran dan satu pertemuan tes. Kegiatan perencanaan dilakukan dengan menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan pembelajaran, menyiapkan tes. Kegiatan
pelaksanaan tindakan dilakukan dengan praktik pembelajaran di kelas dengan diobservasi.
Kegiatan observasi dilakukan oleh kolaborator 3 orang dengan menggunakan lembar observasi
untuk mengobservasi kegiatan peserta didik .
Penelitian ini dilakukan di kelas VIII/A SMP Negeri 6 kota Batu yang berjumlah 34
peserta didik Waktu pelaksanaan pada bulan Februari-April 2016 dengan materi permasalahan
angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran
pemerintah dalam upaya penanggulangannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dalam 2 Siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan
dengan rincian dua kali pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Paparan hasil
penelitian mengikuti sintaks Jigsaw dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) penjelasan
materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli dengan sumber primer dan sumber
sekunder (4) diskusi kelompok asal, (5) presentasi.
1348
ISBN: 978-602-1150-17-7
Kelompok asal
1,2,3
,4,5
1,2,3
,4,5
1,1,1,
1,1,1
1,2,3,
4,5
2,2,2
,2,2,
2
1,2,3,
4,5
3,3,3,
3,3,3
Sumber
primer
4,4,4,
4,4,4
1,2,3,
4,5
1,2,3,
4,5
5,5,5
,5,5,
5
Sumber
sekunder
Siklus I Pertemuan 1
Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan menayangkan gambar pengangguran pada LCD
dan mengajak peserta didik berdialog .
G : “ Silahkan perhatikan gambar berikut ini !
G : “gambar apa, ini ?”
S. : “ Gambar pengangguran…”
G : “ di sekitar tempat tinggalmu ada tidak orang yang menganggur?”
S : “ ada”
G : “ Mengapa mereka menganggur?.”
S : “ karena tidak memiliki pekerjaan…”
G : “ Nah sekarang, silahkan membentuk 6 kelompok masing-masing anggotanya 5/6 orang
harus ada putra dan putri!”
G : “ Bagaimana Sudah dapat kelompok semua?”
S : “ Sudaaah…”
G : “ Sekarang silahkan angkat jari telunjuknya.. silahkan diputar… hitungan ke tiga tujuk salah
satu temanmu untuk di jadikan ketua kelompok!”
Guru memberi nama kelompok awal A,B.C,D,E dan F dan memberikan 5 masalah yang sama
dengan diberi warna yang berbeda, dimasukkan dalam amplop tertutup untuk diberikan pada
masing kelompok asal .
Perbedaan angkatan kerja, tenaga kerja, kesempatan kerja
Hubungan antara jumlah penduduk,angkatan kerja, kesempatan kerja dan pengangguran
1349
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Mengapa jumlah mutu dan persebaran tenaga kerja tidak merata? .
Apakah dampak pengangguran terhadap keamanan lingkungan
Bagaimana peranan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di Indonesia
G
G
S
G
: “ Silahkan buka amplopnya berlahan-lahan.!”
: “ Sudah dibuka ?
: “ Sudah…”
: “Silahkan dibagikan pada temanmu! satu orang satu masalah, untuk yang anggotanya 6
orang ada 1 masalah yang diselesaikan 2 orang.”
G :“Nah sekarang silahkan berkumpul di kelompok ahli dengan permasalahan dan warna yang
sama, merah dengan merah. Kuning dengan kuning dan seterusnya!”
G : “ Sudah berkumpul di kelompok ahli semua ?
S : “ Sudah….”
G : “Untuk menyelesaikan masalah, kalian dapat mencari sumber primer dan sumber sekunder
dengan mencari informasi di buku perpustakaan di internet maupun wawancara dengan
nara sumber yang sudah di siapkan. Nanti hasilnya didiskusikan dikelompok ahli.
G : “ waktunya sudah habis, silahkan kembali ke kelompok awal dan membawa hasil diskusi
dari kelompok ahli.
G : “ Silahkan pilih 2 orang temanku dalam kelompok untuk presentasi Kelompok A ke B, B ke
C, C ke D, D ke E, E ke F, dan F ke A.
G. : “Silahkan kembali ke kelompoknya. Dari diskusi yang kalian lakukan dapat disimpulkan
masalah ketenagakerjaan, dampak pengangguran terhadap lingkungan dan peran
pemerintah untuk menanggulangi pengangguran.
Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar dan materi pembelajaran,
penilaian sikap dilakukan melalui kerja sama kepedulian dan tanggung jawab pada saat
mengerjakan LK, penilaan ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan
dilakukan melalui tes esay. Rekapitulasi nilai hasil siklus 1 dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1 Nilai hasil siklus 1
No
1
2
3
4
5
Rentang
50 - 59
60 - 69
70 - 79
80 - 89
90 - 100
Jumlah
Frekuensi
6
4
13
5
6
34
1350
Persentasi %
17.65
11.76
38.24
14.71
17.65
100
ISBN: 978-602-1150-17-7
Table 1 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi dengan
rentang 90 sampai 100 sebanyak 17.65 %. sedangkan nilai yang paling banyak dengan rentang
70 sampai 79 adalah nilai 38.24 % dan nilai yang rendah dengan rentang 50 sampai 59
adalah17.65 %, jika menggunakan KKM sisa yang tuntas adalah 70.59 % dan yang dibawah
KKM adalah 29.41 % Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan dibantu oleh
teman sejawat yang bertindak sebagai observatory telah berhasil mengetahui masalah yang ada
di kelas dengan cepat dan tepat melalui teknik pengumpulan data berupa tes tertulis dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari pengamatan ini penulis berhasil
mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sudah penulis ungkapkan didalam
latar belakang penelitian ini. Berdasarkan data permasalahan yang ada, penulis dapat dengan
cermat menentukan alat dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, yaitu
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
d. Refleksi
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran
peserta didik, penulis berusaha melakukan refleksi untuk mengingat kembali apa masalah yang
telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran, karena itu dengan dibantu oleh teman sejawat
penulis melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui 2 siklus dengan menggunakan
model pembelajaran jigsaw.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2016. Dengan langkah – langkah
sebagai berikut : a). Perencanaan ,Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan,
sebagai berikut : (1). Menyusun rencana pembelajaran,(2). Menyiapkan materi pembelajaran
IPS dengan menggunakan media pembelajaran buku penunjang, sumber belajar dari internet,(3).
Menyusun tes akhir . b). Pelaksanaan tindakan : paparan hasil penelitian mengikuti sintaks
Jigsaw dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) penjelasan materi, (2) diskusi kelompok
asal, (3) diskusi kelompok ahli dengan sumber primer dan sumber sekunder (4) diskusi
kelompok asal, (5) presentasi
Diskripsi Pembelajaran siklus II
Pada pembelajaran siklus II ini sama dengan Siklus I yang diperbaikan berdasarkan hasil
refleksi. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
Siklus II Pertemuan 1
Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan menayangkan gambar pasar tradisional dan pasar
modern pada LCD dan mengajak peserta didik berdialog .
G : “ Anak-anak perhatikan gambar berikut ini !
G : “ Anak-anak ini gambar apa ?”
S. : “ pasar tradisional dan pasar modern…”
G : “ hari ini kita akan membahas tentang sistem ekonomi?”
G : “ Sekarang silahkan membentuk 6 kelompok masing-masing anggotanya 5/6 orang harus
ada putra dan putri!”
G : “ Bagaimana Sudah dapat kelompok semua?”
S : “ Sudaaah…”
G : “ Sekarang silahkan angkat jari telunjuknya.. silahkan diputar… hitungan ke tiga tujuk salah
satu temanmu untuk di jadikan ketua kelompok!”
Guru memberi nama kelompok awal A, B, C, D, E dan F dan memberikan 5 masalah
yang sama dengan diberi warna yang berbeda, dimasukkan dalam amplop tertutup.
Sistem ekonomi tradisional
Sistem ekonomi Pasar (Liberal/Bebas/Kapitalis)
1351
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Sistem ekonomi Komando/ Terpusat/ Etatisme/ Sosialis/ Komunis
Sistem ekonomi campuran,modern
Sistem ekonomi Indonesia
G : “ Silahkan buka amplopnya berlahan-lahan.!”
G : “ Sudah dibuka ?
S : “ Sudah…”
G : “Silahkan dibagikan pada temanmu! satu orang satu masalah, untuk yang anggotanya 6
orang ada 1 masalah yang di selesaikan 2 orang.”
G : “ Nah sekarang silahkan berkumpul di kelompok ahli dengan permasalahan dan warna yang
sama, merah dengan merah. Kuning dengan kuning dan seterusnya!”
G : “ Sudah berkumpul di kelompok ahli semua ?
S : “ Sudah….”
G : “Untuk menyelesaikan masalah, kalian dapat mencari sumber primer dan sumber sekunder
dengan mencari informasi di buku perpustakaan di internet yang sudah di siapkan. Nanti
hasilnya didiskusikan dikelompok ahli.
G : “ waktunya sudah habis, silahkan kembali ke kelompok awal dan membawa hasil diskusi
dari kelompok ahli.
G : “ Silahkan pilih 2 orang temanku dalam kelompok untuk presentasi Kelompok A ke B, B ke
C, C ke D, D ke E, E ke F, dan F ke A.
G. : “Silahkan kembali ke kelompoknya. Dari diskusi yang kalian lakukan dapat disimpulkan
masalah ketenagakerjaan, dampak pengangguran terhadap lingkungan
dan peran
pemerintah untuk menanggulangi pengangguran.
Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar dan materi pembelajaran,
penilaian sikap dilakukan melalui kerja sama kepedulian dan tanggung jawab pada saat
mengerjakan LK, penilaan ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan
dilakukan melalui tes isay.
Tabel 2 Nilai hasil siklus 2
No Rentang
60 – 69
1
70 - 79
2
80 - 89
3
90 - 100
4
Jumlah
frekuensi
3
9
18
4
34
persentasi
8.82
26.47
52.94
11.8
100
Table 2 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi dengan
retang 90 sampai 100 sebanyak 11,8 %. sedangkan nilai yang paling banyak dengan rentang 80
sampai 89 adalah nilai 52.94 % dan nilai yang rendah dengan rentang 60 sampai 69 adalah
8,82 %, jika menggunakan KKM peserta didik yang tuntas adalah 91.18 % dan yang dibawah
KKM adalah 8.82%
Refleksi
Pelaksanaan siklus 1 mengalami kendala teman sejawat sebagai observer ikut
memberikan perintah kepada peserta didik, hal ini menyebabkan peserta didik mengalami
kebingungan dalam melaksanakan tugas dari guru. selanjutnya yang akan dilakukan siklus 2
untuk mengatasi masalah pembelajaran peserta didik, penulis berusaha melakukan refleksi
untuk mengingat kembali apa masalah yang telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran siklus
1352
ISBN: 978-602-1150-17-7
1, karena itu dengan dibantu oleh teman tim, penulis melakukan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran melalui 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw
Rata rata Nilai UH
10
8
6
Rata rata Nilai UH
4
2
0
Siklus 1
Siklus 2
Hasil temuan penelitian bahwa model pembelajaran jigsaw dengan sumber primer dan
sumber sekunder dapat meningkatkan hasil belajar mengenai ketenagakerjaan.
Berdasarkan praktek model pembelajaran jigsaw maka ada beberapa kunci atau prinsip
jigsaw antara lain: (a). Interdependence setiap peserta didik terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan. Artinya “ para peserta didik harus memiliki tanggung
jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi serta
memecahkan masalah yang diberikan (b). Peran guru adalah memfasilitasi para anggota
kelompok ahli arag mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kendala belajar yang sering dialami peserta didik dalam metode pembelajaran jigsaw
antara lain (1). Prinsip utama pembelajaran ini adalah “peer teaching” pembelajaran oleh teman
sendiri, hal ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang
didiskusikan bersama peserta didik lain.(2). Untuk peserta didik yang kurang percaya diri akan
sulit menyampaikan hasil diskusi kepada temannya. (3). Peserta didik yang aktif akan
mendominasi diskusi dan cenderung bosan
Kelebihan model pembelajaran jigsaw antara lain : (1). Memudahkan guru dalam
mengajar karena sudah ada kelompok ahli (2). Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai
dalam waktu singkat. (3). Melatih peserta didik untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat. Hal ini didukung oleh Lev Vygotsky (Teori Konstruktivisme Sosial) teori
sosiogenesis: primer (kesadaran sosial) – skunder (individu), tataran pertumbuhan kemampuan:
sosial (interpsikologis, intermental) – spikologis (intrapsikologis, intramental) , pembentukan
pengetahuan dan perkembangan kognitif: faktor primer intermental, faktor skunder
(diturunkan/derivatif) intramental terbentuk melalui internalisasi / penguasaan proses sosial,
Peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, internalisasi / pengendapan,
pemaknaan / konstruksi pengetahuan baru, transformatif (menyebabkan perubahan, tidak
sekedar transfer), Tingkat perkembangan kemampuan: aktual (mandiri) dan potensial
(dibimbing, kolaborasi sebaya) – jarak : zona perkembangan proksimal), Perlunya contoh,
demontrasi, prakteks dari orang yang lebih dewasa, Proses konstruksi: konstruksi bersama,
dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding (contoh petunjuk, pedoman,
bagan/gambar, prosedur, balikan), Melandasi pembelajaran: kolaboratif/ kooperative, pbl,
kontekstual, autentik .
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Dalam historiografi, sumber
primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar
waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer"
1353
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dalam hal ini bukan berarti superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut
dibuat oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang
merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dibuat berdasarkan sumber-sumber
primer . Jenis-jenis sumber primer tergantung pada masalah yang sedang dipelajari.sumber
primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan
harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang ada pada saat
itu). Dalam arti luas, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin,
lukisan, atau bangunan yang diciptakan pada saat itu.
Sedangkan istilah Sumber sekunder adalah istilah yang digunakan dalam historiografi
untuk merujuk pada permasalahan yang ditulis berdasarkan pada sumber-sumber primer dan
biasanya dengan merujuk pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Hampir semua tulisan
ilmiah yang diterbitkan sekarang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder ideal biasanya
mengandung laporan peristiwa pada masa lampau berikut generalisasi, analisis, sintesis,
interpretasi, dan atau evaluasi terhadap peristiwa tersebut.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dan pembahasannya peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan sumber primer dan sekunder untuk meningkatkan
hasil belajar peserta didik di kelas VIII SMP Negeri 6 Batu pada materi ketenagakerjaan.
Ketercapaian dari prasiklus rata-rata 61.18 meningkat nilainya rata-rata pada siklus satu 76.18
dan pada siklus 2 nilai rata-ratanya 80.15
DAFTAR RUJUKAN
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum pendidikan dasar. Jakarta.
Djamarah, Saiful Bahri. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Hadisubroto, T. & Herawati, I.S, (1998). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamdayama Jumanta, SPd.,M Si (2015) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Jakarta
Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Grafindo Persada
Idris & Marno. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta. Arruzzmedia Serangkai
Pustaka Mandiri
Kusnandar.2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Raja-wali Press
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta. Bumi aksara
Silberman, Melvin L. (2014). Active learning : 101 cara belajar siswa aktif. Bandung: Penerbit
Nuansa Cendekia.
Sutirjo, M.Pd (2004) Penulisan karya Ilmiah. Malang: Citra Mentari.
Taniredja, Tukiran. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung. Alfabeta. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka
Wahab, A. (1996). Metodologi pengajaran Sosiologi . Jakarta: P2 LPTK
Yaumi Muhammad, Dr . M Hum, MA Prisip-prinsip DESAIN PEMBELAJARAN
1354
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS DENGAN METODE
PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIII A
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016
DI SMP NEGERI 05 BATU
Sugeng Prayogi
SMP Negeri 05 Batu
[email protected]
Abstrak: Keberhasilan belajar dipengaruhi keaktifan siswa dengan dimotivasi guru.
Sumber IPS dari kehidupan sosial dipelajari dengan metode pembelajaran penemuan
terbimbing, memiliki tahapan orientasi masalah, organisasi belajar, membimbing
penyelidikan, presentasi hasil, dan evaluasi kegiatan. Tujuan penelitian untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui peningkatan kualitas belajar kelompok.
Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dua siklus.
Subyek penelitian siswa kelas VIII A. Rata-rata peningkatan keaktifan belajar siklus I
ke siklus II terhadap kerjasama 40 %, mengemukakan pendapat 27 %, menemukan
informasi 42 %, serta mengomunikasikan laporan 30 %.
Kata Kunci : Keaktifan Belajar, Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi keaktifan belajar siswa dengan dimotivasi
oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar. Rohani
(2004) mengemukakan bahwa belajar yang berhasil musti melalui berbagai macam aktifitas,
baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik ialah siswa giat aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat,
atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya
bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. saat siswa aktif
jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya.
Pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif
tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip ini siswa dilatih dan
didorong untuk dapat belajar secara mandiri, Ibrahim dan Nur (2000). Dengan kata lain, belajar
secara konstruktivis lebih menekankan belajar berpusat pada siswa sedangkan peranan guru
adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan
memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
Konstruktivis adalah salah satu pilar dari Contextual Teaching and Learning, dimana
siswa diharapkan membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru
berdasarkan pada pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman belajar bermakna. Pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai
kesamaan dengan pembelajaran berdasarkan masalah dan inquiri yang juga penerapannya
berdasarkan teori konstruktivis, maka penemuan terbimbing termasuk salah satu pembelajaran
yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris”Inquiry” berarti pertanyaan, pemeriksaan,
atau penyelidikan. Model pembelajaran inkuiri/penemuan adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, Sanjaya (2006).
1355
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Metode pembelajaran penemuan terbimbing memiliki beberapa tahapan menurut
Ibrahim dan Nur (2000). Tahapan metode pembelajaran penemuan terbimbing ialah;
1)
orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan
guru, 2) mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat, 3)
membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, 4) menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan. Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya, 5)
mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses
penemuan yang digunakan.
Metode pembelajaran penemuan terbimbing yang merupakan pembelajaran dengan
bimbingan guru mempunyai beberapa keunggulan, yaitu 1) siswa dapat memperoleh jawaban
dengan usahanya sendiri sehingga ingatan mereka lebih kukuh, 2) pengalaman penting yang
diperoleh siswa adalah dalam bentuk motivasi, 3) minat siswa dalam tajuk atau bidang yang
dipelajari akan bertambah, 4) strategi ini berperan pada domain kognitif tinggi seperti membuat
analisis, sintesis, dan penlaian, 5) siswa memperoleh kemahiran serta sikap yang perlu untuk
pengajaran sendiri.
Pembelajaran IPS yang memadukan konsep-konsep dasar berbagai ilmu sosial yang
bersumber dari kehidupan sosial telah dilaksanakan dalam kegiatan belajar siswa yang disusun
melalui pendekatan nilai-nilai pendidikan dan psikologis dengan memperhatikan kelayakan
kebermaknaan belajar. Sesuai dengan pengembangan kurikulum SMP Negeri 05 Batu jelas
bahwa siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif dalam proses
pembelajaran. Harapan pengembangan kurikulum tersebut siswa mampu memahami fenomena
sosial dengan menyikapinya melalui berfikir kritis, namun faktanya tidak demikian. Hasil
pengamatan kelas oleh guru pengampu mata pelajaran IPS adalah siswa belum optimal
melaksanakan keaktifan belajarnya. Beberapa bukti awal siswa belum optimal melaksanakan
keaktifan belajarnya adalah pada saat kegiatan diskusi kelompok ditemukan indikator rendahnya
keaktifan kerjasama sebesar 39,13 %, rendahnya keaktifan mengemukakan pendapat sebesar
26,08 %, rendahnya keaktifan menemukan informasi sebesar 52,17 %, dan rendahnya keaktifan
mengomunikasikan laporan kepada kelompok lain sebesar 30,43 %.
Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa siswa terkait keaktifan belajar yang
kurang pada saat proses pembelajaran IPS, ternyata penyebabnya adalah metode pembelajaran
yang dilaksanakan guru kurang mendorong keaktifan belajar IPS dan siswa sulit menemukan
konsep-konsep IPS secara mandiri dari suatu sumber belajar. Oleh karenanya tindakan yang
sesuai untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS adalah dengan metode
pembelajaran penemuan terbimbing yang diyakini dapat berhasil karena didasarkan pada hasil
penelitian terdahulu tentang metode pembelajaran penemuan terbimbing yang terbukti berhasil
dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Febrianto (2014) bahwa
metode ini dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan,
meningkatkan perhatian siswa, serta kreativitas belajar siswa. Hasil penelitian tentang metode
diskusi terbimbing yang dilakukan Sulistiani (2010) bahwa metode ini dapat meningkatkan
kompetensi berfikir kreatif siswa. Hasil penelitian Karim (2011) diketahui bahwa penerapan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan
kemampuan berfikir kritis siswa.
METODE
1356
ISBN: 978-602-1150-17-7
Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan
model penelitian yang merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh
Kemmis & Taggart dalam Arikunto (2007:16-19), yaitu menyusun perencanaan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kegiatan
tersebut berlangsung dalam satu siklus dan dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya jika
belum terjadi peningkatan yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian.
Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
?
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Kelas yang menjadi subyek penelitian adalah kelas VIII A dengan jumlah 23 siswa
terdiri dari 11 laki-laki dan 12 perempuan. Data dikumpulkan dengan cara menggunakan lembar
observasi oleh kolaborator yang melakukan observasi terhadap keaktifan belajar siswa dengan
metode pembelajaran penemuan terbimbing yang mencakup aspek penilaian kerjasama,
berpendapat, menemukan informasi, dan komunikasi dalam diskusi kelompok kemudian
dilakukan rekapitulasi terhadap hasil data proses pembelajaran. Adapun keaktifan belajar siswa
dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Data Keberhasilan Tindakan Siklus I dan Siklus II
No. Sebelum Tindakan
Keaktifan Belajar Siswa
1
2
3
39,13 %
26,08 %
52,17 %
4
30,43 %
Kerjasama
Berpendapat
Menemukan
Informasi
Komunikasi
Setelah Tindakan
Siklus I
Siklus II
56,52 %
82,61 %
60,87 %
73,91 %
73,91 %
91,30 %
47,83 %
69,57 %
Data keaktifan belajar siswa diperoleh dari hasil pengamatan oleh kolaborator yang
menggunakan lembar observasi yang kemudian hasilnya dikumpulkan kedalam format
rekapitulasi hasil data proses pembelajaran yang dianalisis dengan cara sebagai berikut:
a) Keaktifan kerjasama dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus:
1357
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Jumlah skor siswa aktif bekerjasama X 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
b) Keaktifan berpendapat dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus:
Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
c) Keaktifan menemukan informasi dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus:
Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
d) Keaktifan komunikasi dengan kelompok lain pada saat presentasi dihitung dengan rumus:
Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 %
Jumlah siswa keseluruhan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siklus I telah berhasil
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS. Adapun sintak
metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat dijelaskan pada tahapan berikut ini: 1) siswa
membentuk kelompok belajar, 2) siswa mengamati sumber belajar dari media masa, 3) siswa
berdiskusi untuk mengidentifikasi fenomena dari sumber belajar dengan bimbingan guru, 4)
siswa melakukan penyelidikan terbatas dengan melakukan wawancara kepada narasumber
dengan bimbingan guru, 5) siswa mencari solusi dan menentukan sikap terkait hasil diskusi dan
hasil penyelidikan dengan bimbingan guru, 6) siswa menyajikan hasil kegiatan pembelajaran
dalam bentuk laporan untuk dipresentasikan, dan 7) siswa melakukan evaluasi kegiatan dengan
dikuatkan guru.
Pada saat pembentukan kelompok kegiatan pembelajaran siklus I siswa membentuk
sendiri kelompok belajarnya. Setelah dilakukan reffeksi maka kegiatan pembentukan kelompok
pada siklus II dibantu dengan pengorganisasian oleh guru. Kegiatan proses pembelajaran secara
keseluruhan dilakukan dengan dasar berpusat pada siswa karena kondisi dan karakteristik siswa
sangat beragam dalam hal pengetahuannya tentang fenomena yang dipelajarinya. Guru dalam
kapasitas sebagai fasilitator dalam mendampingi siswa belajar pada saat diskusi kelompok.
Dalam hal tertentu dimana ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan belajar maka
dengan segera guru membimbing dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan sampai siswa
tersebut menemukan sendiri pengetahuan yang ingin diperolehnya.
Pada siklus I hasil pengamatan oleh kolaborator terhadap keaktifan belajar siswa dalam
belajar IPS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing telah mengalami peningkatan,
ada temuan lapangan pada kegiatan diskusi kelompok, yaitu; 1) siswa saling menunggu
informasi yang dibaca oleh salah satu anggota kelompok, 2) siswa belum optimal dalam
bertanya, 3) siswa yang berpendapat belum optimal, 4) siswa belum optimal untuk memperoleh
pengalaman belajar, dan 5) komunikasi antar kelompok belum berjalan optimal.
Dari hasil siklus I menunjukkan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa utamanya proses kerjasama dalam diskusi
kelompok sebesar 56,52 %, proses mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok sebesar
60,87 %, proses menemukan informasi dari sumber belajar dalam diskusi kelompok sebesar
73,91 %, dan proses mengomunikasikan laporan hasil belajar kepada kelompok lain sebesar
47,83 %.
1358
ISBN: 978-602-1150-17-7
Tabel 2.2 Data Keberhasilan Tindakan Siklus I
No.
1
2
3
4
Sebelum Tindakan
39,13 %
26,08 %
52,17 %
30,43 %
Keaktifan Belajar Siswa
Kerjasama
Berpendapat
Menemukan Informasi
Komunikasi
Setelah Tindakan Siklus
I
56,52 %
60,87 %
73,91 %
47,83 %
Hasil pengamatan oleh observer, peranan guru selama mengelola pembelajaran
menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh informasi bahwa
pelaksanaan pembelajaran untuk persiapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, ketrampilan
kooperatif, kegiatan penutup, pengelolaan waktu serta suasana kelas adalah baik. Namun
demikian masih dijumpai dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas ternyata guru masih
sering terlihat; 1) pendekatan kepada kelompok belajar kurang optimal sehingga ada kelompok
yang kurang terlayani dengan baik, 2) siswa dibiarkan mencari anggota kelompoknya sendiri,
sehingga pembentukan kelompok tidak heterogen, 3) tidak konsisten dengan rencana yang telah
diprogramkan dan terburu-buru.
Dari hasil refleksi dan evaluasi tindakan pada siklus I, maka perlu dilakukan sedikit
perubahan pada rencana tindakan pada siklus II, yaitu: 1) dibentuk kelompok belajar yang baru
dengan melibatkan guru dalam menentukan anggota masing-masing kelompok agar menjadi
kelompok yang heterogen, 2) optimalisasi bantuan yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan
diskusi harus berupa pancingan agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. 3) peranan
guru sebagai fasilitator harus lebih intensif dalam membantu kegiatan belajar kelompok, 4) guru
selalu memperhatikan alokasi waktu yang ada pada perencanaan, sehingga sesuai dengan waktu
tindakan. 5) dalam kegiatan wawancara dengan nara sumber, hendaknya siswa diberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam menggali informasi dengan pertanyaannya sendiri.
Hasil pengamatan tindakan pada siklus II oleh kolaborator terhadap keaktifan belajar
siswa dalam belajar IPS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing, tampak ada
peningkatan keaktifan belajar siswa dalam berdiskusi. Hal ini tampak dari; 1) tidak terjadi lagi
siswa saling menunggu informasi, 2) siswa aktif bertanya, 3) banyak siswa yang berpendapat, 4)
siswa aktif dalam menggali informasi dari sumber belajar, dan 5) siswa telah berkesempatan
berkomunikasi dengan kelompok lain melalui presentasi kelompok.
Dalam siklus II terjadi peningkatan pada proses kerjasama dalam diskusi kelompok
sebesar 82,61 %, proses mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok sebesar 73,91 %,
proses menemukan informasi dari sumber belajar dalam diskusi kelompok sebesar 91,30 %, dan
proses mengomunikasikan laporan hasil belajar kepada kelompok lain sebesar 69,57 %.
Tabel 2.3 Data Keberhasilan Tindakan Siklus II
No.
1
2
3
4
Tindakan Siklus I
56,52 %
60,87 %
73,91 %
47,83 %
Keaktifan Belajar Siswa
Kerjasama
Berpendapat
Menemukan Informasi
Komunikasi
Tindakan Siklus II
82,61 %
73,91 %
91,30 %
69,57 %
Peranan guru selama mengelola pembelajaran dengan metode pembelajaran penemuan
terbimbing diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran untuk persiapan, kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, ketrampilan kooperatif, kegiatan penutup, pengelolaan waktu serta
suasana kelas adalah baik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah
sesuai dengan perencanaan.
1359
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Penelitian yang menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing sudah
pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, diantaranya adalah:
1. Penelitian yang dilakukan Febrianto (2014) bahwa metode ini dapat meningkatkan aktifitas
siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, meningkatkan perhatian siswa, serta
kreativitas belajar siswa.
2. Hasil penelitian tentang metode diskusi terbimbing yang dilakukan Sulistiani (2010) bahwa
metode ini dapat meningkatkan kompetensi berfikir kreatif siswa.
3. Hasil penelitian Karim (2011) diketahui bahwa penerapan metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis siswa.
Teori yang sesuai mendukung penerapan metode penemuan terbimbing adalah teori
perkembangan kognitif Vygotsky, yang mana teori tersebut membincangkan perkembangan
kognitif akan lebih baik bila merujuk langsung pada konsep-konsep yang ditulis oleh para
pakarnya. Karena mereka telah melakukan analisis lebih jauh. Analisis yang dilakukanpun telah
diuji oleh banyak pihak. Teori perkembangan kognitif Vygotsky sering dijadikan salah satu
bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya dengan para
tokoh yang lain.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang
sejalan dengan teori sosiogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi
individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat skunder. Artinya,
pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar
dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya,
tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan
konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh
individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Teori psikologi yang dikemukakan oleh Vygotsky lebih mengacu pada konstruktivisme.
Karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya,
perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif.
Oleh karena itu ada 3 hal yang saling mendukung perkembangan kognitif seseorang,
yaitu; 1) Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development). Setiap
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu; tataran sosial
lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya, 2) Zone perkembangan proksimal
(zone of proximal development). Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam
dua tingkat, yaitu; tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuannya
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat
perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas
atau pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa, 3) Mediasi. Mediator yang
diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial
dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky
akan ditemukan dua jenis mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif. Media
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self
regulation (pengaturan diri) yang mencakup: self planning, self monitoring, self checking dan
self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedang media kognitif
adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengetahuan tertentu. Sehingga media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah)
dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). Dalam semua literatur yang mengupas
tetang teori perkembangan kognitif Vygotsky kerap menakjubkan. Pesan Vygotsky yang
1360
ISBN: 978-602-1150-17-7
berbunyi; “untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh
bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur melalui
demonstrasi”.
Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama, yaitu; 1) bahwa
intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ideide tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui, 2) bahwa interaksi dengan orang lain
memperkaya perkembangan intelektual, 3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang
pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana
otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang
ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam
memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka
menggarisbawahi peran penting pengetahuan awal dalam proses belajar. Kedua, mereka
membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Dan
ketiga, mereka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses
dalam sistem memori otak.
Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding oleh Vygotsky,
menurutnya scaffolding ini yang berarti memberikan kepada seorang individu sejumlah bantuan
besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,
peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa
dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upaya
memecahkan permasalahan, yaitu; 1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, 2) siswa
mencapai keberhasilan dengan bantuan, 3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding berarti
upaya guru untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru
sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.
Konstruktivis Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara
kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses
dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses
penyesuaian itu ekuivalen dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni
melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih
menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual.
Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosio kultural. Inti teori
Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran
dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Karena menurutnya, fungsi kognitif
manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam kontek budaya. Vygotsky
juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas
itu berada dalam zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah
daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya
yang lebih mampu.
Berdasarkan teori Vygotsky di atas, maka diperoleh keuntungan jika:
a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
1361
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat
perkembangan aktualnya.
c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan
intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah
dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugastugas dan memecahkan masalah.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan
konstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersamasama antar semua pihak yang terlibat didalamnya.
Kesesuaian penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam penelitian ini
dengan teori Vygotsky adalah teori Vigotsky mengatakan bahwa hal ini tidak berarti bahwa
individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan
pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Hal ini sejalan
dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang mana siswa dalam belajar
membutuhkan bimbingan untuk menemukan pengetahuan baru yang disesuaikan dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam belajar IPS. Data dari siklus I meningkat pada siklus II tentang keaktifan
siswa bekerjasama dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 26,09 %, keaktifan siswa
mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 13,04 %, keaktifan siswa
menemukan informasi dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 17,39 %, dan keaktifan siswa
mengomunikasikan laporan pengalaman belajar kepada kelompok lain meningkat sebesar
21,74%
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Bell, H. Frederick. 1978. Tujuan Spesifik Pembelajaran dengan Penemuan. Teaching and
Learning Mathematics: in Secondary School.
Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Karim, Asrul. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar. Kecamatan Kuta Blang, PGSD FKIP Universitas Almuslim.
Karya, Ibrahim M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.
Markaban, 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika SMK.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan.
Ormorod, 1995. Psikologi dan Pendidikan: Illeris, 2000.
Pebriyanto, Catur Galih. 2014. Peningkatan Kreatifitas Belajar dalam Mata Pelajaran IPS
melalui Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Bulakan 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran
2013/2014.
Rieszcha, K. 2012. Teori Pembelajaran Vygotsky. (online) (https://penembushayal an.
wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/), diakses 18 April 2013.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Silberman, Melvin. L. 1996. Active Learning 101 Strategies to Teach any Subject.
1362
ISBN: 978-602-1150-17-7
Sulistiani, Asih. 2010. Aplikasi Metode Diskusi Terbimbing Dalam Meningkatkan Kompetensi
Berfikir Kreatif pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SDN I Kenteng Nogosari
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010.
Tim pengembang sekolah, 2015. kurikulum SMP Negeri 05 Batu 2015-2016. Batu: TP.
Tim Penyusun Kamus, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Rawamangun – Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
1363
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
PENERAPAN METODE KOOPERATIF STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII
DI MTS HASYIM ASY’ARI KOTA BATU
Khoirul Anwar
Madrasah Tsanawiyah Hasyim Asy’ari Kota Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
Perkembangan masyarakat pada masa kolonial dengan menerapkan metode STAD.
Penelitianinimenggunakanrancangan penelitian tindakan kelas dengan duasiklus.
Masing-masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan, danrefleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode STAD dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam materi Perkembangan masyarakat pada masa
kolonial kelas 7-A mata pelajaran IPS MTs Hasyim asyari Batu. Rata-rata nilai siswa
yang berada dibawah KKM berkurang dari 76% menjadi 32 sedangkan nilai siswa yang
berada diatas KKM meningkat dari 34 menjadi 66.Dengan dekripsi sebagai berikut,
siswa yang mendapatkan nilai (40-60) dari 18% menjadi 0%, siswa yang memperoleh
nilai (61-74) dari 58% menurun dari58% menjadi 24%.
Kata kunci : STAD dan Hasil Belajar Siswa
Proses belajar adalah suatu upaya untuk mengubah tingkah laku peserta didik.
Perubahan tingkah laku siswa bergantung terhadap adanya interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya. Menurut seorang ahli pendidikaan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
perubahan tingkal laku siswa (Gagne dalam Enoh, 1987:1). Yang pertama faktor dari dalam,
yaitu merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila
siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat
meningkatkan pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Yang kedua
adalah faktor dari luar. Faktor dari luar ialah lingkungan siswa yang dapat merangsang,
menunjang dan memperlancar proses belajar.
Dengan demikian mengajar berarti mengatur lingkungan siswa supaya ada interaksi
antara siswa dengan lingkungannya sehingga proses belajar terjadi. Pendekatan kontekstual (
Contextual Teaching and Learning) dikenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang tepat
di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang selanjutnya disebut IPS. Karena
pendekatan CTL membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Depdiknas, 2002:1). Karena itu
lingkungan tersebut perlu diatur begitu rupa sehingga siswa hanya akan bereaksi terhadap
perangsang yang diperlukan saja. Pengaturan lingkungan tersebut perlu dilakukan secara
sistematik yang meliputi langkah-langkah pengidentifikasian kebutuhan siswa belajar, analisis
situasi siswa, perumusan tujuan atau indikator pencapaian hasil belajar (KBK, 2004),
penentuan materi pembelajaran, menentukan skenario pembelajaran, serta memilih media
pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan hasil ujian semester II KD. Memahami kehidupan sosial manusia para
siswa kelas VII A , hasil belajarnya cenderung belum menampakkan hasil yang maksimal. Dari
38 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas 34%, yang memperoleh nilai 61-74 hanya 58
1364
ISBN: 978-602-1150-17-7
%, yang memperoleh nilai dibawah 60 mencacapai 8%, . Padahal ketuntasan Belajar Minimum
di MTs Hasyim Asyari Batu untuk Mapel IPS adalah 75.
Berdasarkan arsip guru mata pelajaran IPS MTs Hasyi Asyari Kota Batu, nilai rata rata peserta didik pada Ujian Tengah Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester
Nilai
>75
Jumlah Siswa
20
Presentase
51, 61%
Keterangan
Nilai tertinggi: 92
<75
18
48, 38%
Nilai terendah: 60
Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar, dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang lain, karena selama ini pembelajaran dilakukan
dengan ceramah bervariasi dan diskusi kelompok biasa dengan jumlah maksimum 5 orang tiap
kelompok. Pelaksanaan selama ini tidak memperhatikan perimbangan jenis kelamin dan urutan
berdasarkan kinerja akademik. Setiap akhir tatap muka tidak pernah diberikan tes.
Rencana pembelajaran semester genap tahun akademik 2015/2016, peneliti mencoba
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam STAD Slavin (1994) dalam Moh. Nur
(2004: 26) menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan lima orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja di
dalam tim mereka. Akhirnya, seluruh siswa dikenai tes tulis tentang materi itu, pada waktu tes
tulis mereka tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor pada
waktu sebelumnya (pre test).
Masalah yang tercakup dalam judul PTK ini cukup luas. Untuk itu permasalahan PTK
ini dibatasi seperti berikut ini.
1. Identifikasi hasil tes tulis awal sebelum diterapkannya metode pembelajaran
Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan
menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
3. Aktivitas anggota tim/dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Kooperatif
STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan
buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
gambaran tentang :
1. Hasil tes tulis awal sebelum menerapkan metode pembelajaran Kooperatif STAD dengan
menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan
menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
3. Aktivitas anggota tim/kelompok ketika belajar dengan pembelajaran Kooperatif STAD
dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar
dan lembar kerja siswa (LKS).
1365
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Konsep Mata Pelajaran IPS
Menurut Mohammad Nuh (2013 : iii) Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat
kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Proses
pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai satu
kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang SD/MI,
semua mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka pada
jenjang SMP/MTs pelajaran sudah dipisah-pisah menjadi mata pelajaran. Selanjutnya sebagai
transisi pemisahan ini belum bisa dilakukan sepenuhnya, dan masih disajikan dalam Ilmu
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.
2. Standar Kompetensi yang harus Dikuasai Siswa SMP/M.Ts
Seperti yang tercantum Kurikulum Tahun 2016, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
IPS yang harus dikuasai oleh siswa SMP/M.Ts adalah sebagai berikut.
a. Kelas VII Semester I
1) Memahami lingkungan kehidupan manusia.
2) Memahami kehidupan sosial manusia.
3) Memahami usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan.
b. Kelas VII Semester 2
4) Memahami manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya.
5) Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu Budha sampai masa
kolonial Belanda.
6) Memahami Kegiatan Masyarakat.
3. Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi yang penulis pilih adalah memahami kehidupan sosial
manusia, sedangkan kompetensi dasar dari KD tersebut adalah :
a. Mendeskripsikan perubahan politik.
b. Mengidentifikasi perubahan sosial dan ekonomi.
c. Menguraikan proses Bangsa Eropa ke Asia Barat kaitanya mencari jalan langsung ke
Indonesia.
4. Indikator
a. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan politik
b. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan ekonomi.
c. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan sosial.
d. Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi Eropa mencari jalan ke
Indonesia
5. Pembelajaran Kooperatif STAD
Mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya
interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Terjadinya perubahan tingkah laku tersebut
tergantung pada dua faktor (Gagne dalam Enoh, 1987:1). Faktor dari dalam merupakan dimensi
siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila siswa telah memiliki
pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat meningkatkan
1366
ISBN: 978-602-1150-17-7
pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Faktor dari luar ialah
lingkungan siswa yang dapat merangsang, menunjang dan memperlancar proses belajar.
Dengan demikian di dalam proses pembelajaran selalu diperlukan suatu media, agar
tujuan yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)
pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima pesan (anak didik),
dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa indera.
Dalam hubungan dengan media pembelajaran, maka Gagne (1975:5) mengatakan
bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.
Berpedoman pada pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
bahan, alat, yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukatif antara guru dan siswa/warga belajar dapat berlangsung secara tepat guna
dan berdayaguna. Pembelajaran kooperatif dengan STAD, pada hekekatnya menggunakan
prinsip-prinsip teori dari Gagne
STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu, Mengajar - Belajar dalam
tim dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa. – Tes – Penghargaan tim ( Moh.
Nur,2004:32), langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari lima anggota, dengan
berimbang menurut jenis kelamin dan berdasarkan kinerja akademik (nilai yang lalu).
b. Membuat lembar kerja dalam pelajaran yang direncanakan
c. Mengatur meja-kursi untuk bekerja dalam tim/kelompok
d. Membagikan materi dan lembar kerja untuk setiap tim
e. Beri penekanan kepada siswa, mereka tidak boleh mengakiri kegiatan belajar, sebelum
anggota tim mereka dapat menjawab 100% sesuai waktu yang ditentukan
f. Berikan kunci jawaban lembar kerja untuk mengecek pekerjaan mereka dan temantemannya.
g. Beri kesempatan siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak sekedar
mencocokkan jawaban dengan lembar kunci jawaban
h. Kembali kepada klasikal, bagikan tes tulis , bila sudah tiba waktunya dan berikan waktu
yang cukup untuk mengejakan secara individual
i. Buatlah skor individual dan skor tim, didasarkan pada peningkatan skor dibanding yang
lalu.
6. Buku Ajar
Buku ajar adalah media pembelajaran yang ditulis oleh guru dan dipakai dalam
pembelajaran sebagai salah suatu rujukan guna memperlancar pemberian materi pembelajaran
secara efektif dan efisien, dan membantu keterbatasan siswa dalam menghadapi kesulitan
memperoleh literatur.
7. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa, memuat tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok
(Wardani, 1981:3), Di dalam LKS terdapat petunjuk untuk mengerjakan tugas, rujukan buku
yang harus dibaca, dan petunjuk kriteria keberhasilan siswa yang dinyatakan dengan skor
sebagai berikut.
Amat baik skornya 80 – 100
Baik skornya
66 - 79
Sedang skornya
56 - 65
Kurang skornya
kurang dari 56
1367
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
METODE PENELITIAN
Prosedur penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK), yang
dirancang dengan tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran
yang akan dicapai, setiap siklus satu kali tatap muka. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes
formatif. Pre tes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dilaksanakan pada siklus
pertama yang dilanjutkan dengan pembelajaran. Hasil tes awal akan dibandingkan dengan tes
formatif pada setiap akhir siklus yang didasarkan pada evaluasidan refleksi, untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam siklus sebelumnya. Adapun siklus dalam PTK
adalah sebagai berikut:
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu Kelas
VII A jumlahnya 38 orang. Sumber data yang lain adalah dari tim peneliti hasil observasi dalam
kegiatan. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa hasil tes dari setiap siklus, dan
data kualitatif diperoleh dari refleksi berdasarkan hasil observasi tim terhadap pelaksanaan
pembelajaran, kelemahan LKS,
dan angket tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif dengan STAD, serta jurnal .Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah
semester genap tahun akademik 2015-2016, lokasi di MTs Hasyi Asy’ari Kota Batu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Siklus I
a). Tahap perencanaan meliputi:
1. Menyusun skenario pembelajaran.
2. Menyiapkan buku ajar
3. Menyiapkan alat alat peraga
4. Menyusun lembar kerja untuk kegiatan tim/kelompok
5. Menyusun pre test/ post test
6. Menyiapkan lembar observasi
b). Pelaksanaan Tindakan
1. Menyusun skenario pembelajaran
2. Memberikan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal dari siswa
3. Memberikan orientasi materi yang ada pada buku ajarl tentang KD. Potensi
dan Sebaran Sumber Daya Alam di Indonesia.
4. Membagikan lembar kerja untuk kegiatan kelompok
5. Melaksanakan diskusi kelompok berdasarkan STAD
6. Mencocokan hasil diskusi kelompok
1368
ISBN: 978-602-1150-17-7
7. Melaksanakan tes individual berupa tes essei
d) Obsevasi/Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi aktivitas siswa
dan dilakukan oleh teman sejawat.
Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-1
Rentang Nilai
52 – 60
61 – 74
75 – 92
Frekuensi
7 siswa
21 siswa
10 siswa
Presentase
18 %
58 %
24 %
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan model STAD yang dilaksanakan
pada kelas 7 a MTs hasyim Asyari Kota Batu.
e). Melakukan refleksi
Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil pretest/post test. Kelemahan didalam
pelaksanaan PTK, di identifikasi dan dicatat sebagai bahan perencanaan pada siklus II.
2) Siklus II
a). Tahap perencanaan meliputi:
1. Menyusun skenario pembelajaran
2. Menyiapkan materi pelajaran perubahan politik, ekonomi dan sosial di Eropa
dlm mencari jalan ke Indonesia.
3. Menyiapkan alat media dan peraga.
4. Menyusun lembar kerja untuk kegiatan dalam tim/kelompok
5. Menyusun post test.
6. Menyiapkan lembar observasi
b). Pelaksanaan Tindakan.
1. Memberikan orientasi materi dalam buku ajar
2. Membagikan lembar kerja untuk kegiatan diskusi kelompok
3. Melaksanakan kegiatan diskusi kelopok
4. Mencocokan hasil diskusi kelompok
5. Melaksanakan tes individual berupa tes essei
d) Obsevasi/Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi
aktivitas siswa dan pelaksanaan diskusi yang dilakukan oleh teman sejawat
Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-2
Rentang Nilai
52 – 60
61 – 74
75 – 92
Frekuensi
0 siswa
8 siswa
30 siswa
Presentase
0%
24 %
76 %
e). Melakukan refleksi
Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil.
pretest/post test. Kelemahan didalam pelaksanaan PTK, di identifikasi
1369
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
dan dicatat sebagai bahan perencanaan berikutnya.
2. Tingkat Keberhasilan
Berdasarkan deskripsi dari dua siklus yang dilaksanakan, maka indikator keberhasilan
siswa dianggap berhasil bilamana pada akhir siklus II, 75% dari jumlah siswa telah menguasai
sekurang-kurangnya 75% kompetensi yang telah ditetapkan .Sedangkan siswa dianggap aktif
bilamana dalam pembelajaran ini telah memberikan respon, bertanya, memberikan pendapat,
mewakili kelompoknya sekurang-kurangnya 3 kali.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa model STAD dapat
meningkatkan hasil pemanfaatan SDA siswa kelas VII mata pelajaran IPS di MTs Hasyi Asyari
Kota Batu Dengan rata2 nilai siklus 1 dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang dilakukan
mengalami kenaikan.
DAFTAR RUJUKAN
Ditjen Dikdasmen, 2003, Sumber Belajar geografi, Modul : Geo C 05, Jakarta: Dit PLP,
Depdiknas.
Ditjen Dikdasmen, 2003, Media Pembelajaran Geografi, Modul : Geo C 04, Jakarta: Dit PLP,
Depdiknas.
Ditjen Dikdasmen, 2003, Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian. Mata Pelajaran Geografi, Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.
Ditjen Dikdasmen, Direktorat PLP, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning). Jakarta. Depdiknas.
Gagne, R.M., 1975, Essentials of Learning for Instruction. New York. Hart Renerhart and
Winston.
Mochamad Enoh, 1987, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya. FPIPS IKIP Surabaya.
Mochamad Enoh. 1994. Pengantar Geografi Regional. Surabaya. University Press IKIP
Surabaya.
Mohammad Nuh, 2013, Pengantar Mata Pelajaran IPS Kelas VII, Jakarta. Kementerian
pendidikan dan Kebudayaan RI.
Mohamad Nur.2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam
Pengajaran. Edisi -4 Universitas Negeri Surabaya. Pusat Sains dan Matematika
Sekolah. Surabaya.
1370
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS 8 I DI SMP NEGERI 3 BATU
Dwi Sunarti,Soekirno
SMP Negeri 3 Batu
dwisunarti [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial siswa kelas 8I dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, pada Sub Tema
Pengelolaan Sumber Daya Alam. Rancangan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus,
pada pra siklus nilai rata-rata siswa 77,74. Siklus pertama dengan sub-sub tema PrinsipPrinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata
siswa 84,32. Pengusaan materi siswa masih rendah, untuk itu perlu ada perbaikan pada
siklus kedua dengan sub-sub tema Peran Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam dengan hasil nilai rata-rata siswa 91,18.
Kata Kunci : Jigsaw, Hasil Belajar
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadi an, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Silberman, 2001)
Belajar merupakan proses perubahan perilaku individu yang bersifat menetap dan
merupakan hasil pengalaman serta interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran
merupakan,proses interaksi tranformasi timbal balik antar siswa dengan guru, siswa dengan
siswa, siswa dengan sumber belajar, pada lingkungan belajar tertentu untuk sasaran tertentu.
(Syaodih, 2008)
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka belajar harus efektif, menyenangkan dan
bermakna. Karena itu perlu dikembangkan pendekatan- model-model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan, untuk meningkatkan
kualitas hasil pendidikan. Selain itu diperlukan strategi atau pendekatan serta model
pembelajaran yang efektif di kelas untuk memberdayakan potensi siswa.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan hasil belajar tentang ―Prinsip-prisip
pengelolaan Sumber Daya Alam belum optimal‖. Hal itu terlihat dari hasil tes penilaian proses
dan penilaian pengetahuan, masih ada 6 siswa dari 31 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM,
rendahnya hasil pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor keberadaan siswa. Salah
satu faktor penyebab utamanya metode pembelajaran yang selama ini model pembelajaran yang
kurang sesuai serta pembelajaran pada dua jam terakhir. Sehingga pembelajaran yang
diharapkan belum tercapai dan hasil perstasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai. Oleh
karena itu perlu tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang efektif, kreatif,
inofatif agar hasil prestasi siswa lebih meningkat. Sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaan
penelitian menggunakan metode Jigsaw.
Learning is active. It invoves reaching out of the mind. It involves organic
assimilationstarting from within. Literally,we must take our stand with the chlid and our
departure from him.It is he and not the subject-matter which determines both quality an
quantity of learning. (John Dewey dalam Richardson, 1997)
1371
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Belajar itu aktif, dapat menjangkau pikiran, melibatkan asimilasi organik yang dimulai dari
dalam. Kita mengambil posisi untuk berada pada pihak anak dan juga berangkat darinya. Yang
perlu dipelajari itu adalah anak, bukan mata pelajaran yang menentukan kwalitas dan kwantitas
belajar. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa John Dewey telah meletakkan anak pada posisi
yang sangat penting, oleh karena itu belajar harus terpusat pada peserta didik.
Untuk itu tindakan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari 3 pertemuan yaitu, dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes.
Diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dan lebih tertarik untuk
mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selama proses pembelajaran berlangsung berasal
dari konsep yang mereka alami sendiri, bukan hafalan dari buku atau yang mereka ketahui dari
guru, mempermudah memahami materi, mengembangkan kemampuan berfikir kritis kreatif,
meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Bagi Guru dan peneliti ,
merupakan evaluasi agar memilih model pembelajaran yang tepat serta dapat mendeteksi secara
dini jika terdapat kendala dalam pembelajaran,
Selain itu diharapkan pula bermanfaat bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran,
mengembangkan kemampuan berfikir kritis kreatif, meningkatkan motifasi dan partisipasi
warga sekolah.
METODE PENELITIAN.
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researh) yang
mencakup empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian
dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dua pertemuan
pembelajaran dan satu pertemuan tes. Kegiatan perencanaan dilakukan dengan menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan pembelajaran, menyiapkan tes. Kegiatan
pelaksanaan tindakan dilakukan dengan praktik pembelajaran di kelas dengan diobservasi dan
direkam.
Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
?
SIKLUS II
Pengamatan
1372
Pelaksanaan
ISBN: 978-602-1150-17-7
Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas 8I dengan jumlah siswa sebanyak 31
(tiga puluh satu) siswa tahun pelajaran 2015-2016 semester genap.
Kegiatan observasi, dilakukan secara berkelompok yang heterogen dengan lima anggota
masing-masing kelompok dengan permasalahan yang berbeda pada kelompok asli. Masingmasing kelompok asli terdiri dari lima kelompok ahli, kelompok ahli dari masing-masing
kelompok mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan (enam kelompok), kelompok
ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai
topik tersebut, setelah memahami materi kelompok ahli kembali ke kelompok asal kemudian
menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
Guru memberi tes individu pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah
didiskusikan, Siswa mengerjakan tes individu. Penelitian ini dilakukan di kelas 8I SMP Negeri
3 kota Batu yang berjumlah tiga puluh satu orang . Waktu pelaksanaan pada bulan FebruariApril 2016 dengan materi ―Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam‖.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus
Perencanaan dalam penelitian pada Pra siklus tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam
berlangsung peneliti menggunakan metode ceramah bervareasi hasil yang diperoleh dari
pembelajaran pra siklus untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8I kurang memuaskan
karena pembelajaran didominasi oleh guru sehingga keaktifan siswa, antusias siswa tidak
nampak, untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dalam
penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan dengan
rincian dua kali pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Paparan hasil penelitian : (1)
penjelasan materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli, (4) diskusi kelompok
asal, (5) presentasi.
Siklus I
Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan membagikan gambar dan mengajak siswa
berdialog.
G : ― Bagilah kelompok dengan lima orang siswa , jangan lupa ada laki-laki ada perempuan‖
( sebagai kelompok asal )
S :― Siiiiiap Bu ―
G : ― Baiklah anak-anak, Ibu minta tolong masing-masing kelompok mengambil gambar
,Lembar Kerja dan materi pembelajaran untuk diamati―.
S : ― Baik Bu ―
G : ―OK .... anak-anak bentuklah kelompok ahli dari masing-masing kelompok dengan tugas
yang dibebankan oleh kelompok asal‖.
S : ― Siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok ahli masing-masing.
Ahli 1, (gambar hutan yang gundul).
Ahli 2, (gambar sawah dengan mesin pembajak sawah yg modern)
Ahli 3, (gambar masyarakat melaksanakan reboisasi).
Ahli 4, (gambar kilang minyak di lepas pantai).
Ahli 5, (gambar rumah didaerah pegunungan)
G : ― Bagaimana anak-anak sudah selasai ? ―
S : ― Sudah Bu..... ―
G : ― Yaa.... kembalilah ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi kelompok ahli untuk
disusun menjadi sebuah laporan‖.
S : ― Siiap Bu... ―
1373
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
G : ― Anak-anak waktunya menyusun laporan sudah selesai, hasil laporan atau karya kalian
dikunjungkan ke kelompok secara melingkar searah jarum jam.
S : ― Sudah Bu... ―
G : ― Bagaimana anak-anak apa sudah mengerti tentang Pengelolaan sumberdaya alam ―
Baiklah anak-anak ― Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola oleh Negara untuk
kemakmuran rakyat dengan prinsip-prinsip yang Optimal dan Lestari ―. Penilaian proses
dilakukan melalui pengamatan gambar, dan materi pembelajaran, penilaian Sikap dilakukan
melalui kerjasama, kepedulian dan tanggung jawab pada saat mengerjakan Lembar Kerja,
penilaian ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes
esay.
Tabel 1 . Nilai pra siklus
No
1
2
3
4
5
6
7
Rentang Nilai
65-69
70-74
75-79
80-84
85-89
90-94
95-99
Frekwensi
3
6
8
2
1
7
4
%
10
20
26
6
3
22
13
Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 75-89 sebanyak 26 % atau
22 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 30% atau 9 siswa. Jika
menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 70 % sedangkan yang belum tuntas 30 %,
(nilai rata-rata pra siklus 77,74).
Tabel 2. Nilai hasil siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
Rentang Nilai
65-69
70-74
75-79
80-84
85-89
90-94
95-99
Frekwensi
3
3
2
4
8
7
4
%
10
10
6
13
26
23
13
Tabel 2 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 85-89 sebanyak 26 % atau
8 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 10% atau 6 siswa. Jika menggunakan
KKM 75 , maka siswa yang tuntas 80 % sedangkan yang belum tuntas 20 %, (nilai rata-rata
84,32).
Refleksi
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, terdapat beberapa kendala antara lain:
rendahnya hasil pembelajaran yang disebabkan oleh beberapa faktor keberadaan siswa. Salah
satu faktor penyebab utamanya adalah metode pembelajaran yang selama ini model
pembelajaran yang kurang sesuai serta pembelajaran pada dua jam terakhir.
Langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut diatas peneliti berusaha
melaksanakan pembelajaran dalam upaya meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dengan
penekanan pada pembelajaran Peran Kelembagaan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam
melalui Kooperatif Jigsaw.
1374
ISBN: 978-602-1150-17-7
Diskripsi Pembelajaran siklus 2
Pada siklus kedua langkah-langkah pembelajaran sama dengan siklus I yang diperbaiki
berdasarkan hasil refleksi. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah permainan :
“Misteri Warna- Warni”
G : “Menyiapkan kertas karton putih satu lembar,
Menyiapkan guntingan kertas warna merah,kuning,hijau,unggu,putih dan
pink yang
jumlahnya sama banyak (6 perwakilan masing-masing kelompok).
“Anak- anak silahkan 6 anak mengambil semua warna dengan meng gunakan dua jari.
Durasi 5 menit
S : “Siswa menghitung kertas warna yang diambil sesuai dengan warnanya
Pertanyaan : mengapa warna putih paling sedikit diambil ? Karena warna
dasar
pada lingkungan asli adalah putih, yaitu karton sehingga potongan kertas warna putih
tidak mudah dilihat.
G : ― Bagilah kelompok dengan 5 orang siswa , jangan lupa ada laki-laki ada perempuan‖
(sebagai kelompok asal)
S : ― Siiiiiap Bu ―
G : ― Baiklah anak-anak, Ibu minta tolong masing-masing kelompok mengambil.gambar
,Lembar Kerja dan materi pembelajaran untuk diamati―.
S : ― Baik Bu ―
G : ― OK .... anak-anak bentuklah kelompok ahli dari masing-masing kelompok dengan tugas
yang dibebankan oleh kelompok asal‖.
S : ― Siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok ahli masing-masing.
Ahli 1, (gambar Kilang gas Bumi).
Ahli 2, (gambar Perusahaan Perkebunan Nasional)
Ahli 3, (gambar Penebangan hutan liar di Indonesia).
Ahli 4, (gambar suasana rapat di gedung DPR).
Ahli 5, (gambar salah satu NGO Pemerhati Lingkungan)
G : ― Bagaimana anak-anak sudah selasai ? ―
S : ― Sudah Bu..... ―
G : ― Yaa.... kembalilah ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi kelompok ahli untuk
disusun menjadi sebuah laporan‖.
S : ― Siiap Bu... ―
G : ― Anak-anak waktunya menyusun laporan sudah selesai, hasil laporan atau karya kalian
dipersentasikan masing-masing kelompok didepan kelas.
S : ― Baik Bu... ―
G : ― Silahkan dimulai dari kelompok 1 dengan waktu 10’ menit dilanjut kelom
Pok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6.
S : ― Kami laksanakan Bu ―
G : ― Bagaimana anak-anak apa sudah mengerti tentang Peran Pengelolaan sumber daya alam
―.
Baiklah anak-anak, Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola oleh Negara untuk
kemakmuran rakyat, serta peran kelembagaan dalam pengelolaan sesuai prinsip-prinsip yang
Optimal dan lestari ―. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar, dan materi
pembelajaran , penilaian Sikap dilakukan melalui kerjasama, kepedulian dan tanggung jawab
pada saat mengerjakan Lembar Kerja, penilaian ketrampilan dilakukan melalui diskusi.
Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes esay.
1375
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Tabel 3. Nilai hasil siklus 2
No
1
2
3
4
5
Rentang Nilai
70-74
80-84
85-89
90-94
95-99
Frekwensi
1
8
1
14
7
%
3
26
3
45
23
Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 90-94 sebanyak 45 % atau
14 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 3% atau satu siswa. Jika
menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 97 % sedangkan yang belum tuntas 3 %,
(nilai rata-rata 91,18).
95
90
Pra Siklus
85
Siklus I
80
Siklus II
75
70
Pada grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa
77,74 yang tuntas 70% atau 22 (dua puluh dua) siswa, sedang yang belum tuntas 30% atau 9
(sembilan) siswa, Pada siklus kesatu yang dilakukan pada bulan Februari 2016 minggu ke 3
(tiga) di kelas 8I dengan jumlah siswa 31 (tiga puluh) nilai rata-rata siswa 84,32 yang tuntas
80% atau 25 (dua puluh lima) siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas 20% atau 6 (enam)
siswa. Hasil tersebut menunjukkan pada siklus kesatu secara klasikal siswa belum tuntas belajar,
karena siswa yang memperolah nilai dibawah KKM masih 20%. Hal ini disebabkan kare na
siswa masih malu mengemukakan pendapat baru dan belum bisa menerapkan metode
pembelajaran kooperatif Jigsaw secara tepat sehingga waktunya kurang.
Setelah diadakan refleksi dan revisi kemudian dilakukan siklus kedua menunjuk
kan hasil nilai rata-rata siswa 91,18 yang tuntas 97 % atau 30 (tiga puluh) siswa yang tuntas
sedang siswa yang belum tuntas 3% atau satu siswa.
Maka secara klasikal ketuntasan belajar pada siklus kedua termasuk katego ri tuntas,
pada siklus kedua ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus perta ma. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus kedua sebesar 17 (tujuh belas) % yaitu dari 80% menjadi
97% siswa yang tuntas atau peningkatan nilai rata-rata dari 84,32 menjadi 91,18 (kenaikan nilai
rata-rata 6,86) ini dipengaruhi oleh ada nya peningkatan kemampuan guru dalam menerap kan
metode pembelajaran koopertif Jigsaw membuat siswa menjadi pemberani dan lebih percaya
diri lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah diberikan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pembelajaran Kooperatif Jigsaw
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis juga
1376
ISBN: 978-602-1150-17-7
diperoleh generalisasi bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Sub Tema C. Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan sub-sub tema Peran Kelembagaan
dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam metode pembelajaran kooperatif Jigsaw yang paling
dominan adalah bekerja sama dalam berdiskusi antar siswa atau siswa dengan guru, siswa
menjadi aktif, siswa menjadi pemberani. Respon yang cukup dari siswa walaupun masih perlu
perbaik an demi keefektifan suatu model tersebut. Untuk mengetahui lebih spesifik mengenai
pemberlakuan model Jigsaw berikut ini diuraikan skenario penggunaan dalam pembelajaran
sebagai berikut :
1. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok yang bersifat heterogin (masing
masing
kelompok 5 orang).
2. Membagikan tugas sebagai bahan pengamatan ke dalam kelompok, (Lembar Kerja , materi
pembelajaran dan gambar).
3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli dengan permasalahan berbeda yang akan dijadikan
bahan pengamatan ke dalam kelompok, yaitu :
Ahli 1, (gambar Kilang gas bumi).
Ahli 2, (gambar Perusahaan perkebunan Nasional)
Ahli 3, (gambar Penebangan hutan liar di Indonesia).
Ahli 4, (gambar suasana rapat di DPR).
Ahli 5, (gambar salah satu NGO Pemerhati Lingkungan)
4. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian masing-masing.
5. Setelah diskusi dengan kelompok ahli maka siswa kembali ke kelompok asal untuk
menjelaskan secara bergiliran materi yang dikuasainya kepada teman-teman di kelompok
asal, menuliskan hasil diskusi dalam bentuk laporan.
6. Karya masing-masing kelompok dipersentasikan didepan kelas mulai dari kelom pok 1,
kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6. kelompok lain
menanggapi hasil kelompok yang tampil didepan kelas.
Berdasarkan praktek model pembelajaran Jigsaw maka ada beberapa kunci atau prinsip
metode Jigsaw antara Lain:
a. Interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikaninformasi yang
diperlukan. Artinya ―Para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif
dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi serta memecahkan masalah yang
diberikan.
b. Peran guru adalah menfasilitasi dan memotifasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan.
Dari beberapa kunci atau prinsip metode Jigsaw maka hasil belajar siswa kelas 8
(delapan) I dapat meningkat. Sehingga pada penilaian akhir para siswa mendapat nilai diatas
KKM. Kendala belajar yang sering dialami siswa dalam metode pembelajaran Jigsaw antara
lain :
a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ―peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, ini
akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan
didiskusikan bersama siswa lain.
b. Siswa yang kurang percaya diri sulit untuk menyampaikan hasil diskusi kepada
temannya.
c. Siswa yang aktif akan mendominasi diskusi dan cenderung bosan.
Kelebihan model pembelajaran model Jigsaw antara lain:
a. Mempermudah guru dalam mengajar karena sudah ada kelompok ahli.
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu singkat.
c. Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
1377
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Kelebihan model pembelajaran model jigsaw ini sesuai dengan teori Vygotsky antara
lain:
a. Teori sosiogenesis: primer (kesadaran sosial)–skunder (individu)
b. Tataran pertumbuhan kemampuan: sosial (interpsikologis, intermental)–
spikologis
(intrapsikologis, intramental)
c. Pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif: faktor primer intermental, faktor
skunder (diturunkan/derivatif) intramental terbentuk melalui internalisasi/penguasaan proses
sosial
d. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, internalisasi/
pengendapan,
pemaknaan/konstruksi pengetahuan baru, transformatif (menyebabkan perubahan, tidak
sekedar transfer)
e. Tingkat perkembangan kemampuan: aktual (mandiri) dan potensial (dibimbing, kolaborasi
sebaya) –jarak: zona perkembangan proksimal)
f. Perlunya contoh, demontrasi, prakteks dari orang yang lebih dewasa
g. Proses konstruksi: konstruksi bersama, dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding
(contoh petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur, balikan)
h. Melandasi pembelajaran: kolaboratif/kooperative, pbl, kontekstual, autentik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya peneliti dapat menyimpul kan bahwa
penerapan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8I pada Sub Tema
Pengelolaan Sumber Daya Alam, rata-rata nilai pra siklus 77,74 atau ketuntasan belajar
mencapai 70%, pada siklus satu dengan Sub-sub Tema Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber
Daya Alam nilai rata-rata sebesar 84,32 atau 80% ketuntasan belajar siswa menjadi 91,18 atau
97 % ketuntasan belajar siswa pada siklus kedua.
Ketercapian dari pra siklus ke siklus satu meningkat (6,58) atau 10% ketuntasan belajar
siswa dari siklus satu ke siklus dua meningkat (6,86) atau 17 % ketuntasan belajar siswa. Dalam
proses pembelajaran tersebut ada sedikit hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut
dapat diatasi dengan memanfa atkan dukungan yang ada perbaikan rencana pembelajaran
setelah diadakan refleksi.
DAFTAR RUJUKAN
Al Muchtar, S. (1995). Arah peningkatan mutu pendidikan Sosiologi di sekolah dasar
(Makalah). Bandung: Laboratorium PSosiologi SD FPSosiologi IKIP Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum pendidikan dasar. Jakarta.
Djihad.M.KPd (2014) Mudahnya melaksanakan PTK
Hadisubroto, T. & Herawati, I.S, (1998). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamdayama Jumanta, SPd.,M Si (2015) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Jakarta
Kniep, M., Fiege, D.M., & Soodoak, L.C (1995). Curriculum Integration: An Expanded View of
a Abused Idea. Journal of Curriculum and Supervision 10 (3) 227-249.
Ningrum, E. (2002). Materi dan pembelajaran Sosiologi SD (Modul 9). Jakarta Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Yaumi Muhammad, Dr . M Hum, MA Prisip-prinsip DESAIN PEMBELAJARAN
Sutirjo, M.Pd (2004) Penulisan karya Ilmiah. Malang: Citra Mentari.
Wahab, A. (1996). Metodologi pengajaran Sosiologi . Jakarta: P2 LPTK
Wahidmurni,Dr. MPd. ,Ak & Dr. H. Ali Nur, M.Pd ( 2008 )Penelitian Tindakan Kelas
Pendidikan Agama dan Umum
1378
ISBN: 978-602-1150-17-7
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SILENT DEMONSTRATION
UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA KELAS 8 MATA
PELAJARAN IPS
MTs NEGERI KOTA BATU
Diah Ambarumi Munawaroh
Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu
[email protected]
Abstrak: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam pranata
ekonomi dengan menerapkan metode Silent Demonstration. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Masing-masing siklus
berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode Silent Demonstration dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam Pranata Ekonomi kelas 8-I mata pelajaran IPS MTs Negeri
Batu.
Peningkatan tersebut terlihat pada kreativitas siswa dalam 5 aspek kriteria yaitu kriteria
kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul, skor tertinggi 15% menjadi 35%.
Kriteria kedua siswa mampu memecahan masalah, skor tertinggi 81% menjadi 85%.
Kriteria ketiga ketepatan siswa dalam pemecahan masalah, yaitu skor tertinggi 46%
menjadi 57%. Kriteria keempat siswa memiliki alternatif dalam pemecahan masalah
yaitu, skor tertinggi 31% menjadi 38%. Dan kriteria kelima hasil kerja siswa
mendapatkan pengakuan dari kelompok lain tentang penemuannya, skor tertinggi 15%
menjadi 35%.
Kata kunci : Silent Demonstration Kreativitas Siswa
Salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa adalah pendidikan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang menjadi negara maju
yang banyak bermunculan belakangan ini karena didukung oleh tersedianya sumber daya
manusia yang terdidik dalam jumlah yang memadai. Semakin disadari oleh pemerintah maupun
masyarakat bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya
manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas
tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah
dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2007).
Pendidikan merupakan suatu investasi sumber daya manusia, di mana peningkatan
kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia untuk berprestasi
di bidangnya. Pembelajaran IPS sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peranan
penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik
yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam
menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh isu perkembangan sosial.
Menurut UU Nomor. 41 Tahun 2006 tentang standart proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah disebutkan,
Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik,
serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
1379
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Undang-undang tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan bertujuan dalam
pembentukan sikap, pengembangan intelektual dan pengembangan ketrampilan. Untuk
mencapai tujuan pendidikan maka guru perlu membenahi pembelajaran di kelas. Oleh karena
itu, diperlukan adanya kemampuan kreatifitas dari guru untuk menumbuhkan kemampuan
kreatifitas siswa. Kreatifitas siswa akan muncul, apabila guru sebagai fasilitator di dalam kelas
juga memiliki kemampuan kreatifitas yang memadai.
Berdasarkan pengamatan selama ini bahwa implementasi pembelajaran IPS dilapangan
masih belum berjalan optimal. Guru masih terfokus kepada pencapaian pemberian materi hasil
belajar berupa pengetahuan IPS. Posisi pendidikan IPS lebih ―sebagai pelajaran hapalan‖
(Muchtar, 2004). Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, menunjukkan bahwa
betapa pembelajaran di sekolah masih belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa secara maksimal, khususnya memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang
dihadapinya.
Saat ini pembelajaran IPS di MTs Negeri Batu belum mampu mengasilkan siswa-siswa
yang kreatif. Hasil refleksi awal terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Nilai Kreativitas siswa UTS semeter 2 Tahun 2015/2016
Jumlah Siswa
6 siswa
Presentase
23 %
Total Skor Kreativitas
Skor tertinggi: 87 - 97
9 siswa
35 %
Skor Sedang : 76 - 86
11 siswa
42 %
Skor terendah: 65 - 75
Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sebanyak 42% memiliki kreativitas
yang tergolong rendah, sementara siswa yang memenuhi kreativitas tinggi sebesar 23%. Hal ini
menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pembelajaran yang lebih kreatif.
Konsekuensi dari cara mengajar guru yang cenderung tidak melibatkan siswa dalam
pembelajaran tidak dapat membentuk siswa menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri, maka
diperlukan adanya kemampuan kreatifitas dari guru untuk menumbuhkan kemampuan
kreatifitas siswa.
Metode Silent Demonstration (demonstrasi bisu) diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan proses IPS dan kesiapan siswa untuk belajar mendemonstrasikan prosedur,
menjaga pengamatannya karena kegiatan guru hanya mendemonstrasikan dengan
meminimalkan komentar. Keterampilan proses IPS meliputi keterampilan mengamati,
kreatifitas, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, interpretasi dan berkomunikasi.
Maslow dalam Munandar, 2009 mengemukakan Kreativitas adalah salah satu
kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan
merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di
dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui
pendidikan yang tepat (Munandar, 2009)
Kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s
Creativity, yaitu dimensi Person, Proses, Press dan Product. Dimensi Person adalah upaya
mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat
disebut kreatif. Dimensi Process yaitu proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus
pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Dimensi Press adalah
pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri
1380
ISBN: 978-602-1150-17-7
sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif. Dimensi
Product merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang
dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan
yang inovatif.
Kreativitas adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami
keadaan/dunia, dalam menginterprestasikan pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara
yang baru dan asli. Beberapa kriteria kreativitas antara lain : Sensitivity to problem yaitu
kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang muncul. Originality yaitu pemecahan
masalah dengan cara baru. Breadth, yaitu ketepatan dalam pemecahan masalah dan berguna.
Ingenuity, yaitu adanya memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah. Recognity by
peers, yaitu adanya pengakuan dari kelompoknya tentang penemuannya.
Metode Silent Demonstration yang mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulankeunggulan tersebut adalah, peserta didik mendapatkan pengetahuan dan keterampilan melalui
pengalaman langsung, belajar dapat dilakukan dalam situasi kehidupan nyata, belajar dilakukan
dalam suasana gembira dan partisipasif, perhatian dan pengamatan siswa fokus pada
demonstrasi guru, dan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas peserta didik dalam menyusun
dan memperagakan bahan belajar. (Sudjana, 2010)
METODE
Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Masingmasing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat tahap tersebut merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan akan berhubungan
dengan siklus berikutnya. Adapun prosedur keempat tahap tersebut dapat digambarkan pada
diagram di bawah ini:
Gambar 3.1 Diagram Alur Desain Penelitian (Adaptasi Desain PTK Menurut Kemmis dan
Mc Tanggart dalam Tim Proyek PGSM, 1999:21)
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan perangkat penelitian. Perangkat
yang disiapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Langkah-langkah
yang dilakukan untuk tahap perencanaan, yaitu:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berisi tentang langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Silent Demonstration yang akan
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
1381
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
b. Menyiapkan media yang akan diamati siswa sesuai dengan materi
c. Membuat format catatan lapangan untuk mencatat semua aktivitas dan data penting
yang tidak bisa terekam atau tercatat. Observer terlibat dalam mencatat semua aktivitas
yang dilakukan oleh siswa.
d. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademik.
e. Mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru IPS dan teman
sejawat.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini pelaksanaan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah dibuat. Pada saat pelaksanaan penelitian guru (peneliti) menjadi
fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPS secara kooperatif
dengan menggunakan metode Silent Demonstration.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Penyajian kelas, berupa penyampaian atau menjelaskan alur atau tahapan yang harus
dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Guru meminta bantuan 3 siswa untuk
membantu silent demonstrasi di depan kelas, Siswa mendapatkan Lembar Kerja
pengamatan dari guru, guru menggunakan metode Silent Demonstrasi dan siswa
mencatat hasil kegiatan pengamatan guru, guru dan siswa bersama-sama membahas
kegiatan Silent Demonstration.
b) Kegiatan kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Masing-masing kelompok
mendapatkan tugas yang berbeda dan saling mengumpulkan informasi, guru meminta
kepada siswa untuk menuliskan argumennya berupa ide-ide kreatif pada lembaran
kertas yang disediakan.
c) Mengkomunikasikan atau presentasi, setiap kelompok diberi kesempatan untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya berupa Karya Kunjung.
d) Evaluasi, siswa bersama-sama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang
dipelajari hari ini.
3. Tahap Pengamatan
Tahap ini yang diamati adalah aktivitas guru saat membelajarkan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan ini dilaksanakan bersamaan pada saat guru
membelajarkan siswa. Pengamatan tersebut dilakukan oleh observer. Pengamatan aktivitas
guru berpedoman pada lembar observasi. Pengamatan dilakukan secara intensif oleh 9
observer. Objek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pemberi tindakan dan
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan ini digunakan untuk
refleksi pada perencanaan tindakan siklus II.
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi selama
proses pembelajaran, apa yang dihasilkan dari pembelajaran, mengapa hal itu terjadi, dan
apa yang perlu dilakukan pada kegiatan selanjutnya. Pada kegiatan refleksi peneliti
melakukan diskusi dengan praktisi dan observer mengenai data-data yang telah
dikumpulkan untuk ditarik kesimpulan.
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 8-I yang berjumlah 26 siswa
yang terdiri 22 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.
Dalam penelitian ini guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai. Sebagai pelaksana
guru menyusun dan merencanakan pembelajaran dangan membuat RPP. Sebagai pelaksana guru
melaksanan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dan melaksanakan metode
Silent Demonstration sesuai tahapan. Sebagai penilai guru melaksanakan penilaian pada proses
pembelajaran dan hasil karya siswa.
1382
ISBN: 978-602-1150-17-7
Penelitian ini melibatkan pengamatan teman sejawat. Observer pada penelitian ini
adalah teman sejawat guru IPS Kota Batu antara lain Ibu Nurul (SMPN 3 Batu), Ibu Endang
(SMPN 3 Batu), Ibu Dwi (SMPN 3 Batu) Bpk. Prapto (SMPN 6 Batu), Bpk. Husnul Marom
(MTs Hasyim Asy’ari), Bpk. Irul (MTs Hasyim Asy’ari), Ibu Siska (SMP Soleman Batu), Ibu
Sasi (SMPN 4 Batu), Ibu Siti Anisah (MTs Negeri Batu)
Teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi:
1. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan sebelum dan pada saat tindakan berlangsung.
Observasi sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui informasi tentang kegiatan
pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan observasi selama tindakan berlangsung dilakukan pada saat tindakan penelitian.
Tujuannya untuk melihat dan mengamati kreativitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas
dan mengamati tingkah laku atau aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Tes diberikan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan, serta untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Silent Demonstration.
G : Saya minta bantuan 4 siswa untuk membantu demonstrasi menggunakan
Metode silent demonstrasi untuk praktek di depan kelas.
S : Saya bu... (3 siswa mengangkat jari dan 1 siswa ditunjuk oleh guru)
G : Perhatikan dan amati apa yang saya demonstrasikan dengan teman kalian.. tuliskanlah
semua kegiatan yang kalian amati pada Lembar kerja yang sudah disediakan.
S : Okey bu...
G : Guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca catatan hasil pengamatannya, dan
mengulangi demonstrasi dengan menggunakan bahasa lesan, dan siswa mengamati
demonstrasi.
S : Bu dyah mengupas bahan mentah kemudian mengolah menjadi bahan jadi termasuk
kegiatan Produksi, Khilmy mengantar kripik ke toko dan pasar termasuk kegiatan
distribusi, Ijul membeli kripik ke toko kegiatan konsumsi.
G : Amatilah gambar yang ibu bagikan.. silakan di diskusikan dengan teman
kelompok kalian, jika kalian dirumah mempunyai bahan baku berlimpah seperti
digambar, kira-kira akan diolah menjadi apa? Gunakan kegiatan Pranata Ekonomi yaitu
produksi, konsumsi, dan distribusi dalam memaparkan ide kreativmu, serta buatlah label
yang bagus menurutmu !
S : woeei... digawe opo yo penake? (kluar ide-ide cemerlang siswa)
G : Setelah semua kelompok selesai... mari kita lakukan Karya Kunjung. Silakan kelompok
yang dikunjungi (tuan rumah) untuk mendengarkan presentasi dari kelompok yang
berkunjung (tamu), kemudian berikan komentar pada hasil kerja teman kalian. Silakan
kelompok 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 5, 5 ke 6, 6 ke 1.
S : Langsung beranjak dari tempat duduk dan melaksanakan tugas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Penerapan Siklus I
Pembelajaran dilakukan dengan Silent Demontration yang terdiari atas :
1. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Silent
Demonstration.
1383
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Guru meminta 4 siswa untuk membantu sebagai model Silent Demonstration.
Guru membagikan Lembar Kerja pengamatan kepada siswa (individu)
Guru dan 4 siswa mendemonstrasikan kegiatan.
Siswa mengamati dan menuliskan hasil pengamatan pada Lembar Kerja yang
disediakan.
Siswa menyampaikan hasil pengamatan dan apabila belum jelas maka guru mengulangi
demonstrasi dari awal.
Guru dan siswa membahas dan mengulang kembali demonstrasi dengan menggunakan
bahasa lisan.
Guru membagikan gambar/obyek yang di demonstrasikan yang berbeda disetiap
kelompok.
Siswa memikirkan gagasan dan ide-ide kreatif untuk dituliskan dalam bentuk laporan
dan ditempelkan pada kertas plano.
Siswa melakukan Karya Kunjung, kelompok 1 ke 2 dan seterusnya.
Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya.
Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus -1
Setelah Tindakan
Aspek Kreativitas Siswa
SIKLUS II
SKOR
Kepekaan terhadap masalah yang muncul 15
17
18
19
20
Pemecahan masalah
17
19
20
Ketepatan pemecahan masalah dan 17
berguna
18
19
20
Memiliki alternatif dalam pemecahan 14
masalah
15
18
19
20
Pengakuan dari kelompok tentang 14
penemuannya
17
18
19
20
PROSENTASE
8
11
31
35
15
8
11
81
8
11
35
46
23
11
19
15
31
8
15
35
27
15
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil penerapan metode silent demonstration yang
dilaksanakan pada kelas 8-I MTs Negeri Batu, jika mengacu pada aspek kreativitas dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1384
ISBN: 978-602-1150-17-7
1)
2)
3)
4)
5)
Kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul adalah siswa yang mendapatkan skor 15
sejumlah 8%, skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sebesar 31%, skor 19 sejumlah 35% dan skor
20 sejumlah 15%. Hal ini dapat dilihat bahwa kepekaan siswa terhadap masalah yang
muncul belum maksimal, hanya 15% siswa yang mampu peka secara optimal terhadap
masalah yang muncul.
Siswa dapat memecahan masalah dengan cara baru yaitu siswa mendapatkan skor 17
sejumlah 8%, skor 19 sejumlah 11% dan skor 20 sejumlah 81%. Data ini menunjukkan
bahwa siswa yang mampu memecahkan masalah dengan cara baru dengan mendapatkan
skor 20 sejumlah 81%. Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide kreatif dapat dijabarkan
pada kriteria kreativitas ini.
Siswa dapat menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat adalah siswa
mendapatkan skor 15 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 11%, skor 19 sejumlah 35% dan skor
20 sejumlah 46%. Pada kriteria menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat
terdapat 46% siswa yang dapat memecahkan masalah dengan berbagai ide-ide kreative
siswa.
Siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu siswa yang mendapatkan
skor 14 sejumlah 23%, skor 15 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 19%, Skor 19 sejumlah
15%, dan skor 20 sejumlah 31%.
Siswa yang mendapat pengakuan dari kelompoknya dari hasil penemuannya adalah siswa
yang mendapatkan skor 14 sejumlah 8%, skor 17 sejumlah 15%, skor 18 sejumlah 35%,
skor 19 sejumlah 27%, dan skor 20 sejumlah 15%.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang
harus diperbaiki antara lain ;
1. Posisi duduk siswa yang cenderung membelakangi guru sehingga sulit untuk mengamati
demonstrasi guru dengan baik dan tidak fokus kepada guru
2. Penanganan khusus untuk satu anak yang antusias cenderung melihat buku dan membaca.
3. Penanganan dalam kelompok supaya tidak di dominasi oleh satu siswa.
4. Menangani siswa yang pasif.
5. Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa.
6. Guru lupa menunjukkan kelompok 1-2-3-4-5-6
1385
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Pemecahan masalah untuk refleksi Siklus-1 adalah guru mengatur tempat duduk supaya
siswa lebih fokus dalam mengamati guru, guru melakukan pendampingan khusus untuk siswa
yang pasif dan cenderung mendominasi, guru memancing siswa untuk lebih aktif bertanya.
Diskripsi Penerapan Siklus II
Pembelajaran dilakukan dengan silent demontration yang terdiri atas :
1. Siswa membentuk kelompok dengan posisi duduk lebih fokus dalam mengamati guru.
2. Guru menayangkan gambar-gambar untuk memancing siswa bertanya
3. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Silent
Demonstration.
4. Guru menunjukkan dan memberi tanda kelompok 1-2-3-4-5-6
5. Guru meminta 4 siswa untuk membantu sebagai model Silent Demonstration.
6. Guru membagikan Lembar Kerja pengamatan kepada siswa (individu)
7. Guru dan 4 siswa mendemonstrasikan kegiatan.
8. Siswa mengamati dan menuliskan hasil pengamatan pada Lembar Kerja yang disediakan.
9. Guru mengadakan pendampingan pada siswa yang pasif dan siswa yang cenderung
membaca buku.
10. Siswa menyampaikan hasil pengamatan dan apabila belum jelas maka guru mengulangi
demonstrasi dari awal.
11. Guru memancing siswa supaya lebih aktif bertanya tentang kegiatan Pranata Ekonomi.
12. Guru dan siswa membahas dan mengulang kembali demonstrasi dengan menggunakan
bahasa lisan.
13. Guru membagikan gambar/obyek yang di demonstrasikan yang berbeda disetiap kelompok.
14. Siswa memikirkan gagasan dan ide-ide kreatif untuk dituliskan dalam bentuk laporan
dengan menggunakan kertas yang berbeda warna, setiap siswa dalam kelompok
mempunyai tugas masing-masing dan menempelkan pada kertas plano.
15. Siswa melakukan Karya Kunjung, kelompok 1 ke 2 dan seterusnya.
16. Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya.
Tabel. 3 Hasil penelitian Siklus-2
Setelah Tindakan
Aspek Kreativitas Siswa
SIKLUS II
SKOR
Kepekaan terhadap masalah yang muncul 17
18
19
20
Pemecahan masalah
17
19
20
Ketepatan pemecahan masalah dan 17
berguna
18
19
20
Memiliki alternatif dalam pemecahan 17
masalah
18
19
1386
PROSENTASE
8
27
31
35
4
11
85
2
8
27
57
11
15
27
ISBN: 978-602-1150-17-7
Pengakuan dari
penemuannya
kelompok
20
tentang 17
18
19
20
38
11
15
38
35
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode Silent Demonstration yang
dilaksanakan pada kelas 8-I MTs Negeri Batu, jika mengacu pada aspek kreativitas dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1) Kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul adalah siswa yang mendapatkan skor 17
sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 27%, skor 19 sebesar 31%, dan skor 20 sejumlah 35%. Hal
ini dapat dilihat bahwa kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul ada perbaikan dari
siklus 1, yaitu terdapat 35% siswa yang mendapatkan skor 20 dan terdapat peningkatan
kepekaan dari siklus 1 yang berjumlah 15%.
2) Siswa dapat memecahan masalah dengan cara baru yaitu siswa mendapatkan skor 17
sejumlah 4%, skor 19 sejumlah 11% dan skor 20 sejumlah 85%. Data ini menunjukkan
bahwa siswa yang mampu memecahkan masalah dengan cara baru dengan mendapatkan
skor 20 sejumlah 85%. Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide kreatif terlihat tampak
pada kriteria kreativitas ini.
3) Siswa dapat menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat adalah siswa
mendapatkan skor 17 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 8%, skor 19 sejumlah 27% dan skor
20 sejumlah 57%. Pada kriteria menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat
terdapat 57% siswa yang dapat memecahkan masalah dengan mengembangkan berbagai
ide-ide kreative siswa.
4) Siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu siswa yang mendapatkan
skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 15%, skor 19 sejumlah 27%, dan skor 20
sejumlah 38%.
5) Siswa yang mendapat pengakuan dari kelompoknya dari hasil penemuannya adalah siswa
yang mendapatkan skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 15%, skor 19 sejumlah 38%,
dan skor 20 sejumlah 35%.
Kreativitas siswa setelah tindakan Siklus II
100
80
60
40
20
0
14
15
17
18
19
Kepekaan terhadap masalah yang
muncul
Pemecahan masalah
Ketepatan pemecahan masalah dan
berguna
1387
20
Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh
APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur
Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membanding
Download