Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PEMBELAJARAN MENGENAL JENIS-JENIS PEKERJAAN DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK SISWA KELAS III SDN TULUNGREJO 02 BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Puspita Ayu Wijaya SDN Tulungrejo 02 [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas media foto untuk kompetensi mengenal jenis-jenis pekerjaan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Dalam rancangan tersebut disajikan jenis-jenis pekerjaan dengan media gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media foto efektif untuk mengenalkan jenis-jenis pekerjaan. Rata-rata skor siswa 80 diatas KKM sebesar 70. Selain itu dengan media foto dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Kata Kunci : Media gambar, Jenis-jenis pekerjaan, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan sejak di sekolah dasar sampai sekolah menengah. Belajar IPS akan mempengaruhi perilaku individu peserta didik di mana pada dasarnya setiap peserta didik bagian dari kehidupan sosial baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Depdikbud (2004) menyatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah interaksi sumber belajar”. Sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan guru, teman sekelas. Tingkah laku sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam bentuk ketrampilan sikap, kebiasaan, kecakapan, dan pemahaman. Proses pembelajaran merupakan salah satu pendukung bagi guru yang sadar akan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar. Disamping standar kompetensi yang dapat dirumuskan dan ditetapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran yang termuat dengan jelas dan tegas pada kurikulum. Pengalaman penulis ketika mengajar di SD Tulungrejo 02, Kec. Bumiaji kota Batu tentang mengenal jenis-jenis pekerjaan kelas III, Kurikulum 2006 menunjukan bahwa dengan media gambar kelas menjadi lebih dinamis. Apa pun pembelajarannya peran guru amat penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar. Guru sebagai pelaku utama dalam pendidikan di dalam kelas berperan dalam kesuksesan kegiatan pembelajaran. Praktik guru di sekolah sangat berpengaruh pada proses pembelajaran. Dampak dari praktik pembelajaran akan terlihat pada hasil penilaian. Masih banyak proses pembelajaran yang belum mencapai hasil yang optimal sehingga untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dibutuhkan metode ajar yang dapat meningkatkan aktifitas siswa agar siswa lebih aktif dibandingkan guru. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harafiah berarti “perantara atau penyalur”. Rianarwati (dalam Miarso, 2006), media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga bisa mendorong terjadinya proses belajar. Schramm (1977) dalam Tawatuan (2015) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Briggs (1977) melalui Tawatuan berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video, dan sebagainya. Sedangkan National Education Associaton (1969) dalam Tawatuan (2015) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat 1048 ISBN: 978-602-1150-17-7 diatas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fisik, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa melalui buku, film, Video, dan sebagainya. Media gambar berfungsi untuk menarik perhatian siswa. Jika perhatian siswa sudah tertarik maka siswa semangat untuk belajar dan dapat menghidupkan pelajaran. Levie & Lenz dalam (Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran khususnya media visual (gambar) mempunyai 4 fungsi yaitu (a) atensi, (b) kognitif, (c) afektif, serta (d) kompensatoris. Latuheru (dalam Yulianto, 2014) menyatakan media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalam suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Sehingga dalam pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan apabila digunakan media gambar siswa lebih memahami maknanya. Guru menggunakan media gambar untuk menciptakan suasana belajar yang dinamis dan membantu siswa untuk membuka diri terhadap proses belajar yang menyenangkan sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton tetapi suasana menjadi lebih dinamis. Siswa akan lebih aktif mengetahui apa yang dilihat dan cenderung tidak menghayal. Media berupa gambar jenis-jenis pekerjaan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan menimbulkan semangat belajar. Jadi peran gambar dalam mengenal jenis-jenis pekerjaan sangat membantu siswa. Siswa bertugas mengamati langsung gambar jenis pekerjaan, menyebutkan jenis–jenis pekerjaan kemudian mengidentifikasi macam-macam pekerjaan serta menceritakan pekerjaan yang disukai. Penggunaan media gambar ini memudahkan siswa mengenal jenis-jenis pekerjaan. Media gambar merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III SD. Penelitian senada pernah dilakukan oleh Wahyuni (2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media gambar dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kwalitatif. Dalam rancangan tersebut didiskripsikan mengenal jenis-jenis pekerjaan dengan media gambar, dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Subyek Penelitian ini adalah 31 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Tulungrejo 02 Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari Sabtu, 13 Pebruari 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar dikumpulkan dengan test tulis obyektif dan uraian. Data hasil proses pembelajaran diperoleh selama pembelajaran. Data hasil observasi dikumpulkan oleh tujuh orang observer teman sejawat Dr. Budi Handoyo, Dra. Rustiyah, M.MPd, Suyono, S.Pd, Nurul Hidayati, S.Pd, Siti, S.Pd, Ulfa, S.Pd, Vandi, S.Pd. Data dianalisis secara deskriptif. Data, sumber data dan instrumen penelitian yang digunakan antara lain: (1) Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari siswa. Data tentang kegiatan pembelajaran diperoleh dari hasil observasi. (2) Sumber data yang terdapat pada penelitian ini berasal dari kelas III SDN Tulungrejo 02 Bumiaji Batu tahun ajaran 2015/2016. Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah soal tes dan lembar observasi. 1049 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pada penelitian ini menganalisis data dilakukan dengan cara menghitung prosentase ketercapaian nilai.Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan tes yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran. Data hasil tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tingkat ketuntasan siswa ditentukan berdasarkan KKM SDN Tulungrejo 02 Bumiaji Batu adalah 70. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan Pembelajaran Ada 4 kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan: (1) penyusunan RPP, (2) penyusunan lembar kerja, (3) penyusunan pengembangan media, dan (4) penilaian. Pada tahap perencanaan penyusunan RPP guru melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut: Pertama, menentukan standar kompetensi (SK) memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang, Kompetensi Dasar (KD) mengenal jenis-jenis pekerjaan berdasarkan buku kurikulum 2006 halaman 36. Dari Kompetensi Dasar tersebut dikembangkan ke dalam dua indikator berikut: (1) menyebutkan jenis-jenis pekerjaan, (2) mengidentifikasi macam-macam jenis pekerjaan, (3) menjelaskan secara tertulis hasi-hasil dari jenis-jenis pekerjaan dan (4) menceritakan jenis-jenis pekerjaan yang disukai. Kedua, menyusun RPP. RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yaitu 3 x 35 menit. Sesuai SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam tujuan pembelajaran yakni: (1) Melalui pengamatan gambar siswa dapat menyebutkan jenis-jenis pekerjaan, (2) Melalui pengamatan gambar siswa dapat mengidentifikasi macam-macam jenis pekerjaan, (3) Melalui diskusi siswa dapat membuat laporan tentang jenis-jenis pekerjaan. Dengan metode deskriptif guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut: pertama, kegiatan awal siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran yang diawali dengan salam dan doa dilanjutkan absensi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang jenis-jenis pekerjan, memotivasi siswa dengan menunjukkan pentingnya yang akan dipelajari pada hari ini, guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini yaitu mengamati, mengumpulkan data, sedikit menyampaikan materi tentang jenis-jenis pekerjaan dan tujuan manusia bekerja. Kedua, kegiatan inti siswa mengamati gambar jenis-jenis pekerjan yang ditayangkan melalui power point. Siswa mencatat hasil pengamatannya tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas yang harus dilakukan sesuai jenis pekerjaan serta mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa. Siswa menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Guru membentuk siswa dalam 6 kelompok. Tiap kelompok berjumlah 5 siswa ada siswa laki-laki dan ada siswa perempuan.Tiap kelompok mendapat satu amplop yang berisi tugas kelompok dan tugas individu. Bersama kelompok siswa melakukan diskusi. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas yang diikuti tanggapan kelompok lain. Dilanjutkan pemajangan hasil diskusi kelompok di papan pajangan. Siswa mengerjakan tugas individu. Siswa mempresentasikan hasil karya tugas individu dan memajang hasil karya di papan pajangan. Ketiga, Kegiatan akhir guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran jenis-jenis pekerjaan bersama siswa. Guru menyampaikan tugas untuk pertemuan yang akan datang. Dilanjutkan dengan refleksi. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup dan doa. Penyusunan lembar kerja dirancang dalam dua macam yaitu lembar kerja secara kelompok dan tugas individu. Dalam lembar kerja secara kelompok, siswa membaca teks bacaan tentang jenis-jenis pekerjaan kemudian siswa mengamati gambar petani padi yang sedang panen. Siswa mendiskusikan hal-hal yang dapat meningkatkan hasil panen petani padi. Kemudian siswa mengamati gambar pengemis dan mendiskusikan tentang jenis pekerjaan seorang pengemis. Tugas individu berbentuk mengarang cerita. Siswa memilih salah satu jenis pekerjaan yang 1050 ISBN: 978-602-1150-17-7 disukai kemudian membuat karangan tentang jenis pekerjaan tersebut dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar. Penyusunan pengembangan media yang sesuai dengan materi jenis-jenis pekerjaan yang dipilih adalah media gambar. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Hasil penilaian berupa rubrik penilaian hasil dan penilaian sikap. Penilaian hasil dilakukan untuk mengukur kemampuan mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III yang berjumlah 31 siswa dengan dua aspek yaitu 10 soal obyektif dan 5 soal esai. Rincian penilaian untuk soal obyektif jika satu soal benar maka nilai 1, jika semua benar maka nilai 10. Untuk soal esai, jika: (a) jawaban siswa tepat dan lengkap nilai 3, (b) jika jawaban siswa kurang tepat dan tidak lengkap nilai 2, (c) jika jawaban siswa tidak tepat dan tidak lengkap nilai 1.Sehingga jumlah skor maksimal adalah 25. Dalam penilaian sikap digunakan untuk melihat proses belajar siswa selama melakukan kegiatan diskusi dalam tugas kelompok yang terdiri dari tiga aspek yaitu: (1) keaktifan siswa yang meliputi: (a) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (b) apakah siswa membantu menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (c) apakah siswa tidak aktif dalam menjawab pertanyaan dalam tugas kelompok, (2) partisipasi siswa yang meliputi: (a) apakah siswa mau berpartisipasi mengerjakan tugas dalam kelompok, (b) apakah siswa kurang berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, (c) apakah siswa tidak berpartisispasi dalam mengerjakan tugas kelompok, dan yang ketiga adalah (3) presentasi hasil kegiatan yang meliputi: (a) apakah siswa sebagai penyaji dalam kelompok, (b) apakah siswa aktif dalam memberikan pendapat atau komentar, (c) apakah siswa tidak aktif dalam memberikan pendapat atau komentar. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 9 Pebruari 2016 dengan materi mengenal jenis-jenis pekerjaan. Guru mengimplementasikan sesuai dengan skenario. Guru menyiapkan LCD. Guru mengawali kegiatan dengan mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa bersama serta memeriksa kehadiran siswa. Guru mengondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dengan tanya jawab tentang pekerjaan orang tua siswa. Siswa menjawab pertanyaan tentang pekerjaan orang tua masing-masing. Guru menanyakan cita-cita siswa. Siswa menjawab dengan antusias cita-cita yang diinginkan. Guru menunjukkan pentingnya yang akan dipelajari hari ini bahwa setiap orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa dapat menentukan cita-citanya di masa depan. Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengamati, mengumpulkan data serta menyampaikan sedikit materi tentang jenis-jenis pekerjaan. Kegiatan inti, secara klasikal siswa membaca teks bacaan dengan suara nyaring melalui power point. Siswa dengan semangat dan suara nyaring membaca teks pada power point. Guru menyampaikan penjelasan tentang isi teks. Siswa mendengarkan dengan seksama. Siswa mengamati berbagai gambar jenis-jenis pekerjaan pada power point. Selama mengamati dengan bimbingan guru siswa mencatat hal-hal penting tentang macam-macam jenis pekerjaan, tugas yang harus dilakukan sesuai jenis pekerjaan, serta mengidentifikasi pekerjaan yang menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa. Sambil mengamati gambar guru menanyakan siapa yang ingin bekerja seperti yang ditunjukkan pada gambar. Siswa sangat antusias menginginkan pekerjaan sebagai petani, guru, polisi, dan pedagang. 1051 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pada saat guru menayangkan gambar pilot dan tentara guru bertanya siapa yang ingin menjadi pilot dan tentara. Semua siswa terdiam tidak ada yang menjawab. Guru menanyakan alasan mengapa siswa tidak mau menjawab. Ada dua siswa yang menjawab ternyata alasan mereka takut jatuh dan takut perang. Guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa semua pekerjaan itu pasti ada resikonya. Selama kita bekerja dengan baik dan sungguh-sungguh pasti akan baik-baik saja. Jika kita mengalami sesuatu yang buruk mungkin jatuh dari pesawat ataupun mati dalam perang semua itu adalah kehendak Tuhan yang Maha Kuasa karena nyawa kita adalah milik Tuhan dan semua orang nantinya pasti akan mati sehingga kita tidak perlu takut pada jenis pekerjaan kita. Siswa memahami apa yang dijelaskan guru. Siswa menyampaikan hasil pengamatannya di depan kelas. Siswa dibentuk dalam kelompok untuk melakukan diskusi. Tiap kelompok terdiri atas 5 siswa ada siswa laki-laki dan ada siswa perempuan. Salah satu siswa dalam kelompok membacakan teks bacaan dan siswa yang lain mendengarkan. Siswa dalam kelompok mengamati gambar petani dan gambar pengemis kemudian membaca petunjuk tugas yang diberikan. Siswa mendiskusikan tentang hal-hal apa saja yang dapat dilakukan petani agar dapat meningkatkan hasil panennya serta memberikan tanggapan tentang jenis pekerjaan sebagai pengemis. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok lain memberikan tanggapan maupun saran dengan sangat aktif. Siswa memajang hasil diskusi kelompok di papan pajangan. Dilanjutkan siswa mengerjakan tugas individu. Siswa memilih salah satu jenis pekerjaan yang disukainya dan menulis karangan tentang jenis pekerjaan yang disukai dengan menggunakan kalimat yang baik dan benar. Siswa mempresentasikan karya tulisnya dengan perwakilan salah satu siswa laki-laki dan salah satu siswa perempuan. Siswa memajang hasil karya tulis di papan pajangan. Pada kegiatan akhir siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran jenis-jenis pekerjaan secara tertulis. Guru menyampaikan tugas untuk pertemuan yang akan datang yaitu membaca di rumah lks IPS halaman 8. Guru dan siswa melakukan refleksi dengan meminta pendapat siswa tentang apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, yang sulit pada pembelajaran hari ini. Siswa merasa sangat senang pada pembelajaran hari ini karena merasa sangat mudah menerima materi tentang mengenal jenis –jenis pekerjaan dengan media gambar dan merasa tidak membosankan sehingga siswa tidak mengalami banyak kesulitan. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan penutup dan doa. HASIL PEMBELAJARAN Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dilakukan test dengan memberikan 15 soal dengan rincian 10 soal berbentuk obyektif dan 5 soal berbentuk esai. Siswa yang mengerjakan soal sebanyak 31 siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 15 laki-laki. Dari hasil pekerjaan siswa diperoleh data sebanyak 27 siswa yang mendapatkan skor lebih dari atau sama dengan 7 yang merupakan batas minimal dari KKM di SDN Tulungrejo 02 Kecamatan Bumiaji kota Batu. Dari data ini menunjukkan bahwa lebih dari 87% siswa yang berhasil mencapai ketuntasan minimal. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 75 % kriteria ideal ketuntasan masing-masing indikator berdasarkan KTSP. Keberhasilan ini tidak terlepas dari penggunaan media gambar dalam pelaksanaan pembelajaran mengenal jenis-jenis pekerjaan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode media gambar menunjukkan rata-rata nilai siswa 87%. Nilai tersebut diatas kriteria ketuntasan mengajar (KKM) yaitu 70. Selain itu model pembelajaran tersebut dapat menunjukkan sikap positif siswa yang berupa semangat belajar yang tinggi, percaya diri, berani berpendapat, termotivasi membuka diri 1052 ISBN: 978-602-1150-17-7 terhadap proses belajar yang menyenangkan, aktif mengetahui apa yang dilihat dan cenderung tidak menghayal dalam mengenal jenis-jenis pekerjaan. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT GrafindoPersada. Depdikbud. 2004. Kamis Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 (standar Kompetensi) Mata Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas Tawatuan (2015). Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk Siswa Kelas III SMP Negeri 2 Essang Kecamatan Gemeh Kabupaten Talaud. . Wahyuni (2013). Upaya Peningkatan Partisipasi Siswa Melalui Penggunaan Media Gambar pada Mata Pelajaran IPS Materi Mengidentifikasi Benua-Benua pada Siswa Kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012/2013. http://kiflipaputungan.wordpress.com/2010/06/27/pengembangan-media pembelajaran/) tanggal 6 Pebruari 2016 1053 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI BENUA-BENUA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK SISWA KELAS 6 SDN TULUNGREJO 03 KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2015/2016 Nurul Aeni SDN Tulungrejo 03 [email protected] Abstrak : Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan media audio visualdalam mengidentifikasi benua-benua di permukaan bumi. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Subjek pengamatannya adalah siswa kelas 6 SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang berjumlah 36 orang,. Hasil penelitian menunjukkan media audio visual dapat menghasilkan rata-rata nilai hasil belajar yang lebih tinggi daripada nilai KKM. Rata-rata nilai hasil belajar siswa 82 lebih tinggi daripada KKM sebesar 70. Kata Kunci : pembelajaran, benua, audio visual Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 3 dirumuskan bahwa tujuan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, betujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sesuai dengan rumusan tersebut, bahwa tujuan pendidikan nasional tidak lain adalah menjadikan warga negara yang baik yang perlu dikontribusi oleh berbagai mata pelajaran. Mata pelajaran ini di SD sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, karena materinya sangat luas dan memerlukan kemampuan untuk menghafal. Kebanyakan siswa merasa enggan untuk menghafal berbagai macam materi – materi yang disajikan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di SDN Tulungrejo 03 diperoleh gambaran bahwa pembelajaran IPS belum berorientasi pada pemaksimalan keaktifan siswa. Pembelajaran yang terjadi lebih banyak didominasi penyampaian informasi dari guru kepada siswa dengan sedikit mengembangkan gagasan kreatif siswa. Secara khusus hasil pengamatan tersebut dideskripsikan sebagai berikut; pembelajaran yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah, penjelasan materi yang disampaikan oleh guru kurang menarik, guru kurang memberikan motivasi belajar, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran maka diperlukan media yang bisa merangsang keaktifan siswa dalam belajar. Penggunaan media pembelajaran yang menarik memungkinkan terciptanya proses belajar mengajar yang menarik. Supardi, dkk. (2013) Penggunaan media diharapkan dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa memusatkan pikirannya dan terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas. Mata pelajaran IPS sebagai salah satu muatan yang membahas dinamika permasalahan sosial memerlukan dukungan media yang dapat mengungkap aspek-aspek tersebut. Nina Sundari. (2008) mengatakan mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. untuk mencapai tujuan 1054 ISBN: 978-602-1150-17-7 tersebut, sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralnya. Untuk menumbuhkan minat belajar siswa, guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, tetapi hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Misalnya untuk matan pelajaran IPS kelas VI tentang Mengidentifikasi Benua-Benua yang terdapat pada KD 1.3 , maka media yang digunakan adalah media Visual yaitu tayangan video, Gambar Peta, Globe, dan Atlas. Media pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sebagai sarana untuk memperjelas penyampaian pelajaran pada siswanya dalam membantu peserta didik untuk memahami pelajaran atau materi yang disampaikan, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa siswa lebih termotivasi dalam belajar apabila guru menggunakan media pembelajaran. Menurut Samaatmadja (dalam Sundari, 2008) media merupakan alat dari segala benda yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Wahyuni 2013, media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. (Hamidjojo dalam Latuheru,1993) Pengertian media menurut Briggs dalam Tawatun (1977) adalah “sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, dan sebagainya”. Sementara itu, National Education Association dalam mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komuikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (Tawatun, 2015), sedangkan Schramm (1977) media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Tawatun (2015) menyimpulkan. Media pembelajaran menurut Marshall Mc Luhan dalam Hamalik (2003) adalah alat-alat sederhana, seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, obyek-obyek nyata serta kunjungan keluar sekolah, televisi dan radio yang banyak memberikan informasi kepada siswa Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Penelitian senada pernah dilakukan oleh Sundari (2008) dan Wahyuni (2013). Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan media dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial, sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Pembelajaran lebih bermakna, karena siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasiantara lain, tanya jawab, pengamatan/observasi, dan diskusi kelompok sehingga proses pembelajaran benar-benar menjadi menarik, menyenangkan dan efektif dalam pencapaian tujuan;Pembelajaran dengan menggunakan media peta, dapat menciptakan suasana belajar yang membangkitkan semangat dan gairah belajar sehingga dapat mendorong siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif; Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang ditunjang oleh penggunaan media peta, memberi peluang kepada siswa melakukan berbagai keterampilan seperti mengamati dan memprediksi. Pada penelitian yang yang dilakukan Sri Wahyuni ( 2013 ) dipaparkan hasil penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS, untuk materi mengidentifikasi benua-benua, dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas VI SDN 02 Dawung Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil pengamatan selama proses pembelajaran yang dilaksanakan selama 2 siklus mengalami peningkatan pada 1055 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur setiap siklusnya. b. Partisipasi siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian hanya sebanyak 6 siswa (35,29%) dari 17 siswa, selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 10 siswa (58,82%) dari 17 siswa, kemudian pada hasil tindakan siklus II jumlah siswa yang berpartisipasi sebanyak 17 siswa atau mencapai 100% Terdapat berbagai jenis media pembelajaran, diantaranya; (1) Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, (2) Media Audio: radio, tape recorder, laboratorium bahasa dan sejenisnya, (3) Projected still media: slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya,dan (4) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Dari berbagai kajian di atas , dapat dirumuskan tiga masalah sebagai berikut; (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran mengidentifikasi benua-benua ,(2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPS materi Mengidentifikasi Benua-benua di kls VI SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu dengan bantuan audio visual dan (3) Bagaimana hasil dari pembelajaran mengidentifikasi benua-benua dengan menggunakan media audio visual di kls VI SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu. METODE Penelitian ini menggunakan metode Diskriptif Kualitatif. Dalam rancangan tersebut didiskripsikan bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan materi mengidentifikasi benua-benua, media apa yang digunakan dalam pembelajaran IPS dengan materi mengidentifikasi benua-benua, mendeskripsikan hasil dari pembelajaran mengidentifikasi benua. Subyek pengamatannya adalah siswa kelas 6 SDN Tulungrejo 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu yang berjumlah 36 orang, yang terdiri atas laki-laki 20 orang dan perempuan 16 orang. Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar diperoleh melalui tes obyektif dan uraian. Data hasil proses pembelajaran dikumpulkan selama proses pemebelajaran berlangsung. Data dianalisis secara deskriptif HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Pembelajaran Ada 4 tahap dalam perencanaan: (Penyusunan RPP), (Penyususnan LKS), (Pengembangan Media), dan (Penilaian). Pada tahap penyusunan RPP, dilakukan identifikasi Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar ( KD ). Dari KD tersebut di jabarkan dalam tiga indikator yaitu menunjukkan letak benua, menunjukkan batas-batas benua, menyebutkan kenampakan alam dan kenampakan buatan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun dalam 2 pertemuan dengan waktu yang tersedia 3 x 35 menit untuk satu kali pertemuan. Pada pertemuan pertama ada tiga langkah yaitu (Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup). Pada tahap pendahuluan, Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran tentang mengidentifikasi benua-benua guru menunjukkan lima gambar benua, sambil mengamati, siswa diajak tanya jawab tentang gambar. Guru membimbing siswa mengidentifikasi nama-nama benua tersebut, guru mengaitkan materi mengidentifikasi benua dengan materi sebelumnya. Pada kegiatan inti siswa disajikan tayangan Power Point tentang benua-benua yang ada di muka bumi. Sambil mengamati tayangan, siswa mencatat hal-hal penting, siswa diberi Lembar Kerja Kelompok untuk didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok diberi permasalahan yang sama tetapi benua yang berbeda, Jumlah siswa 36 orang dibagi menjadi 8 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 orang (2 orang perempuan dan 3 orang lali-laki). Diskusi kelompok belangsung selama 15 menit. Setelah itu siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Kemudian siswa menukar 1056 ISBN: 978-602-1150-17-7 hasil kerja kelompoknya ke kelompok lain, dilanjutkan dengan memajang hasil diskusinya di papan pemajangan sebagai motivasi bagi siswa . Selanjutnya siswa diberi Lembar Kerja Individu. Pada akhir pembelajaran guru dan siswa membuat kesimpulan, refleksi, dan kegiatan ditutup dengan doa. Kesimpulan dilakukan secara bersama antar siswa dan guru. Refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang telah berlangsung Pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama, ada tiga langkah yaitu (Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup). Pada tahap Pendahuluan; guru melakukan presensi, mengajak siswa berdoa bersama, tanya jawab tentang materi minggu lalu, diskusi tentang tujuan dan tugas pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa mengamati video pembelajaran tentang mengidentifikasi benua-benua yang ditayangkan kembali oleh guru, tanya jawab tentang hasil pengamatan siswa, guru membagikan Lembar Kerja Individu, siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, Siswa menukar hasil kerjanya dengan temannya, diskusi bersama membahas hasil kerja siswa, guru melakukan penilaian. Pada kegiatan akhir guru dan siswa membuat simpulan, Refleksi, guru memberi penguatan dan tugas rumah Dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa ada 2 yaitu Lembar Kerja Kelompok dan Lembar Kerja Individu. Untuk lembar kerja Kelompok, masing-masing kelompok mendapat soal yang sama tetapi benua yang berbeda. Pada Lembar Kerja Kelompok siswa diminta untuk mengidentifikasi satu benua yang telah ditentukan sesuai dengan tayangan yang telah diamatinya, mencakup letak benua, batas-batas benua, kenampakan alam benua, dan kenampakan buatan dari benua tersebut. Pada lembar Kerja Individu siswa diberi soal yang terdiri dari 10 soal objektif dan 5 soal subjetif. Memilih dan menentukan media yang sesuai dengan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana yang dapat menunjang berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran, media yang menarik bagi siswa akan membuat siswa belajar lebih aktif, dan suasana belajar lebih menyenangkan. Dalam penyusunan media pembelajaran, mula mula menggunakan media gambar yaitu gambar peta yang di pajang didepan kelas, atlas, Kemudian guru membuat media pembelajaran dengan menggunakan Power Point yang berisi tentang gambar-gambar benua dan deskripsinya, kemudian terdapat pula video yang berisi tentang pembelajaran benua-benua. Penilaian ada dua yaitu penilaian hasil dan penilaian proses, penilaian proses dalam penelitian ini adalah penilaian diskusi kelompok sedangkan penilaian hasil, adalah hasil kerja siswa secara individu. Pada penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap, rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran tentang mengidentifikasi benua-benua. Dalam menyusun soal untuk penilaian hasil ada dua jenis soal yaitu obyektif dan subyektif. Untuk soal obyektif berjumlah 10 soal dengan skor 1 soal = 1, untuk soal subyektif dengan skor 1 soal = 2 , sedangkan rubrik penilaian sikap untuk mengukur tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Rubrik penilaian sikap adalah: Kerjasama, Keaktifan, dan Ketepatan penyelesaian tugas. Dalam penilaian kerjasama, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik mendapat skor 3, siswa yang kurang mampu bekerjasama mendapat skor 2, sedangkan siswa yang tidak dapat bekerjasama mendapat skor 1. Dalam penilaian keaktifan dalam diskusi, siswa yang aktif diskusi mendapat skor 3, siswa yang kurang aktif diskusi mendapat skor 2, siswa yang tidak aktif diskusi mendapat skor 1. Dalam penilaian penyelesaian tugas, siswa yang mampu menyelesaikan tugas dengan tepat (80%-100) mendapat skor 3, siswa yang mampu menyelesaikan tugas tetapi kurang tepat (60%-79%) mendapat skor 2, siswa yang mampu menyelesaikan tugas tetapi tidak tepat(< 60%) mendapat skor 1 1057 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dengan mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan media audio visual akan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Selain itu siswa akan menjadi lebih aktif, mudah memahami materi karena dapat mengalami langsung terkait dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus 1 dilaksanakan tanggal 16 dan 17 Pebruari 2016, sedangkan pada siklus 2 dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Pebruari 2016 di kelas VI dengan mata pelajaran IPS , dengan materi mengidentifikasi benua-benua. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tercantum dalam RPP dan dibantu oleh 3 orang observer yang mengamati mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pada pertemuan ke 1, Kegiatan awal Di awal pembelajaran guru memberikan salam, berdoa bersama dan presensi. Guru mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran. Siswa diajak bernyanyi bersama agar siswa lebih bersemangat. Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. guru menunjukkan gambar lima benua melalui peta yang di pajang di depan kelas. Tanya jawab tentang nama-nama benua. Kegiatan Inti Guru mengkondisikan pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan menayangkan gambar benua melalui LCD Proyektor yang dilanjutkan dengan video pembelajaran tentang mengidentifikasi benua-benua. Dengan bimbingan guru, siswa mengamati tayangan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Selesai mengamati tayangan, siswa dibagi dalam 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 orang yaitu (3 orang putra, dan 2 orang putri). Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok untuk didiskusikan. Satu kelompok mendapat satu lembar kerja kelompok dengan masalah yang sama tetapi benua yang berbeda dengan kelompok lain. Dengan bimbingan guru siswa berdiskusi mengidentifikasi benua sesuai dengan tugas kelompoknya masing-masing, diskusi dibatasi dengan waktu. Kemudian setiap kelompok maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sedangkan kelompok lain menanggapi, setelah memprentasikan, siswa menukar hasil kerjanya dengan kelompok lain. Dilanjutkan dengan menempel kasil kerjanya di papan pemajangan. Kegiatan penutup Kegiatan diakhiri refleksi, membuat simpulan dan penguatan. Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran dilakukan mirip dengan pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama. Terdiri dari tiga langkah dalam pelaksanaan pembebelajaran ke dua ini; kegiatan pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup. Pada tahap Pendahuluan, Guru melakukan Presensi,mengajak siswa Berdoa Bersama,Tanya Jawab tentang materi minggu lalu, Diskusi tentang tujuan dan tugas pembelajaran. Pada kegiatan inti Siswa mengamati video pembelajaran tentang mengidentifikasi benua-benua yang ditayangkan kembali oleh guru, Tanya jawab tentang hasil pengamatan siswa, Guru membagikan Lembar Kerja Individu, Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, Siswa menukar hasil kerjanya dengan temannya, Diskusi bersama membahas hasil kerja siswa. Pada kegiatan akhir guru dan siswa membuat simpulan, Refleksi, dan penguatan. Hasil dari pembelajaran Untuk memperoleh hasil dari pembelajaran, dilakukan tes dengan memberikan 15 soal dalam bentuk 5 soal uraian dan 10 soal pilihan ganda. Siawa yang mengerjakan soal sebanyak 36 siswa dengan rincian 20 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Dari hasil pengkoreksian pekerjaan siswa diperoleh data 34 siswa mendapatkan skor di atas 7 yang merupakan batas KKM 1058 ISBN: 978-602-1150-17-7 dari SDN Tulungrejo 03. Ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari atau sama dengan 93% siswa yang sudah mencapai KKM. Dari data ini diperoleh gambaran bahwa pembelajaran dengan media audio visual dapat meningkatkan prestasi siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif kualitatif penggunaan media audio visual dapat diperoleh nilai diatas KKM lebih dari 93%, sedangkan nilai KKM adalah 7, dari jumlah siswa 36 , siswa yang mendapat nilai diatas KKM berjumlah 34 orang DAFTAR RUJUKAN Angkowo dan Kosasih.2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi) Mata Pengetahuan Sosial untuk sekolah Dasar dan Madrasah ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hamalik, Omar. 2003. Perencanaan pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Hamidjojo dalam Latuheru,1993. Media pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers. Hopkins, David. 1993. A. Teacher Guide to Classroom Research. Philadephia: Open Univercity Press. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SD dan MI. Depdiknas. Sundari, Nina. 2008. Pemanfaatan Media Peta Dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar. Sriwahyuni, 2013. Upaya Peningkatan Partisipasi Siswa Melalui Penggunaan Media Gambar Pada Mata Pelajaran IPS Materi Mengidentifikasi Benua-Benua Pada Siswa Kelas VI SDN 02 Dawang Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012 / 2013 Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodelogi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Tawatun., Melvin. Penggunaan Media Gambar Seri Dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Essang Kec. Gemeh Kabupaten. J-TEQIP 2015 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Citra Umbara Bandung. Pembelajaran dengan memanfaatkan media peta 1059 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN GEJALA ALAM DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK KELAS VI SDN GIRIPURNO 01 BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2015/2016 Fandi Firmansyah SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik terhadap penggunaan media audio visual. Metode yang digunakan adalah deskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dalam membelajarkan peserta didik tentang gejala alam dengan rata-rata skor siklus 1 6,95 meningkat menjadi 8,20 pada siklus 2. Kata kunci : Pembelajaran, gejala alam, media audio visual Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan masih terfokus pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Mata pelajaran IPS seringkali dianggap pelajaran yang kurang menarik dikarenakan pembelajaran dilakukan dengan cara berceramah dan hafalan. Hal itu menyebabkan pembelajaran IPS yang diterima peserta didik menjadi sulit dan hasil belajar siswa kurang optimal. Pembelajaran IPS kelas VI semester 2 mendeskripsikan gejala ( peristiwa ) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang gejala alam di Indonesia. Bila peserta didik telah dapat mengenal tentang gejala alam, mereka dapat mengetahui dan mengetahui penyebab serta cara penganggulangan gejala alam yang terjadi. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di 2 pertemuan lempeng yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia sehingga banyak menyebabkan terjadinya gempa bumi. Sehingga negara kita dikenal sebagai negara yang rawan terjadinya bencana. Selain itu Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif yang setiap saat bisa mengeluarkan bahan vulkanisnya setiap saat. Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB) Indonesia mencatat ada 1582 bencana alam sepanjang tahun 2015, data tersebut turun 20 % dari tahun lalu. tercatat 248 korban meninggal dan 1,18 juta mengungsi (Republika, 26 Desember 2015). Dari data tersebut bencana tanah longsor, banjir dan puting beliung merupakan peristiwa alam yang sering terjadi di Indonesia. Materi gejala atau peristiwa alam terdapat di kelas VI semester yang ke 2. Daam 2 tahun terakhir diperoleh hasil belajar peserta didik yang tidak berbeda tiap tahunnya. Tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh rata-rata 6,38 dan 2014/2015 6,43. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan tes tulis berupa uraian dan pilihan ganda. Hasil observasi terhadap siswa, penyebab hasil belajar yang tidak optimal adalah karena kurangnya pengalaman nyata tentang materi. Dari gambar yang terdapat di buku kurang menambah pengalaman belajar peserta didik. Akhirnya menjadi rasa yang tidak menarik bagi peserta didik karena mereka hanya membayangkan materi yang diajarkan. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Ruminiati 2007:2.13-2.14). Menurut Putusutrisna (2011) keunggulan menggunakan media audio visual antara lain: (1) menarik, beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media penglihatan sekaligus dengan pendengaran dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan; (2) baik untuk semua peserta 1060 ISBN: 978-602-1150-17-7 didik karena dapat mendengar dan melihat; (3) bisa menampilkan gambar, grafik, diagram, maupun cerita; (4) variatif; (5) bisa diperlambat dan diulang; (6) dapat dipergunakn untuk memberikan umpan balik. Dengan menggunakan media audio visual dapat menarik minat peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. Kualitas media pembelajaran tampak dari: 1) dapat menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. 2) mampu memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, serta peserta didik dengan ahli bidang ilmu yang relevan. 3) media pembelajaran dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik. 4) melalui media pembelajaran, mampu mengubah susana belajar dari peserta didik pasif menjadi aktif berdiskusi dan mencari informasi melalui berbagai sumber yang ada (Siti Muryani. 2013:17). Oleh karena itu penulis berusaha memanfaatkan media terutama media gambar dalam pembelajaran IPS agar menjadikan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan disukai peserta didik sehingga pemahaman dan prestasi mereka dapat diperoleh secara maksimal atau memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di indonesia dengan media gambar, (2) pelaksanaan pembelajaran menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik, dan (3) penilaian peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja dari pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskipsi kualitatif. Penelitian deskripsi kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri – ciri, dan sifat suatu fenomena (Suryana, 2010:20). Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan hasil secara terperinci. Deskripsi yang dilakukan berkaitan dengan (1) hasil perencanaan pembelajaran mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di indonesia dengan media gambar, (2) hasil pelaksanaan pembelajaran menggunakan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik, dan (3) kemampuan peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja dari pembelajaran dengan menggunakan media audio visual. Subyek peneitian adalah peserta didik kelas VI SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Peserta didik yang terlibat adalah peserta didik kelas VI yang terdiri dari 30 peserta didik. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Yang menjadi observator adalah teman sejawat. Teman sejawat ini adalah guru kelas VI pada sekolah yang sama tetapi pada tingkat pararel yang berbeda dan guru kelas IV A pada sekolah yang sama. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan 2 jenis tes yaitu tes tertulis dan rubrik penilaian pengamatan. Tes tertulis terdiri dari pilihan ganda dan uraian. Tujuan dari tes tulis ini yaitu untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mecapai tujuan pembelajaran. Rubrik pengamatan digunakan untuk mengamati peserta didik dalam berdiskusi dalam satu kelompoknya. Analisis data yang digunakan pada umumnya adalah analisis data deskripsi kualitatif. Artinya penelitian dideskripsikan dengan data-data yang diperoleh untuk kemudian disimpulkan apakah telah terjadi perubahan atau belum terhadap permasalahan yang diubah atau ditingkatkan (Syamsi). Permasalahan yang ingin diketahui perubahannya adalah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Di dalam hasil dan pembahasan terdapat 3 tahapan yaitu tahapan 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Pembelajaran, dan 3) Penilaian. 1061 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Perencanaan Pembelajaran Kegiatan ini diawali dengan kegiatan perencanaan. Ada 4 kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan perencanaan, yaitu: 1) Penyusunan RPP; 2) Penyusunan LKS; 3) Pengembangan Media dan 4) Penilaian. Dalam pengembangan RPP kegiatan ini diawali dengan pemilihan kompetensi dasar yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang ingin dilaksanakan. Setelah itu merinci kompetensi dasar menjadi beberapa indikator yang sesuai. Indikator yang telah ditentukan dikembangkan menjadi materi yang dapat dirumuskan untuk mecapai kompetensi dasar. Yang selanjutnya materi ini dijadikan acuan untuk merumuskan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam menyusun lembar kerja peserta didik dilaksanakan secara cermat untuk mencapai kriteria atau kompetensi dasar yang ingin dicapai oleh peserta didik. Lembar kerja yang dibuat ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca, dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dari peserta didik dalam memahami pembelajaran. Manfaat adanya lembar kegiatan peserta didik adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta bagi peserta didik sendiri akan melatih untuk belajar secara mandiri dan belajar memahami suatu tugas secara tertulis (Widyantini. 2013:3). Berdasarkan kutipan pendapat di atas maka manfaat dari lembar kerja bagi guru adalah sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Dan bagi peserta didik adalah sebagai pedoman belajar baik secara mandiri dan berkelompok dalam memahami kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan selanjutnya yang dilaksanakan adalah pengembangan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual karena selain ada gambar juga ada suara sehingga peserta didik dapat tertarik konsentrasinya secara penuh pada kegiatan pembelajaran. Dan yang paling penting peserta didik dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran yang diajarkan. Manfaat dari media pembelajaran audio visual adalah dapat mempertinggi proses belajar peserta didik yang pada gilirannya akan mempertinggi prestasi belajarnya (Yanti. 2013:9). Pengembangan alat penilaian adalah kegiatan yang paling akhir dalam tahap perencanaan. Penyusunan penilaian berdasarkan indikator yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian yang diberikan kepada peserta didik adalah berupa tes tertulis yaitu pilihan ganda dan uraian. Soal pilihan ganda terdiri dari 5 soal dengan pilihan jawaban a, b, dan c. Sedangkan soal uraian terdiri dari 5 soal dengan kriteria menyebutkan dan mejelaskan dari pertanyaan yang dibuat. Penilaian pengamatan dan kinerja dalam bentuk rubrik juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana kerjasama peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah dan pemahaman konsep yang diberikan secara bersama – sama. Kriteria penilaian dalam rubrik yang digunakan terdiri 2 aspek yaitu konsep dan kerjasama. Aspek konsep terdiri semua benar, sebagian besar benar, sebagian kecil benar, dan semua salah. Skor dari kriteria ini mulai dari 1 sampai dengan 4. Yang kedua adalah aspek kerjasama yang terdiri dari kriteria aktif dan kurang aktif. Yang mempunyai skor 1 sampai dengan 2. Penilaian yang dilakukan mempunyai manfaat bagi pembelajaran. Salah satunya berguna untuk mengukur pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Serta untuk mengukur sejauhmana tingkat keberhasilan penggunaan media audio visual yang digunakan. Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pelaksanaan pebelajaran dilaksanakan sesuai peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.103 tahun 2014 yang terdiri dari 3 tahap yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan 1062 ISBN: 978-602-1150-17-7 kegiatan penutup. Kegiatan ini terdiri dari 2 sikus. Rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Siklus 1 1. Kegiatan Awal (10 menit) Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan diteruskan dengan mengabsensi peserta didik. Dan dilanjutkan dengan apersepsi tentang kesiapan peserta didik dan memberi pertanyaan pembuka yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti : Guru : “ Ada yang tahu tentang peristiwa alam “ Peserta didik : “ Ada “ Guru : “ Tahu dari mana? “ Peserta didik : “ Lihat dari televisi, pak! “ Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dia atas dapat diketahui bahwa peserta didik sudah mengenali peristiwa alam dari televisi atau media informasi yang lainnya. Selanjutnya guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan apa yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran pada hari itu kepada peserta didik. Penyampaian ini bertujuan agar peserta didik mempunyai gambaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran. Dengan mempunyai gambaran yang akan dipelajari peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan yang akan dlaksanakan selanjutnya. 2. Kegiatan Inti (50 menit) Dalam kegiatan ini peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 peserta didik. Peserta didik diberi penjelasan untuk mengamati media audio visual yang akan diamati dan selama pengamatan membuat catatan tentang tampilan dari media. Media yang ditampilkan adalah gambar atau foto dalam LCD. Selain media foto ditampilkan tayang dari Liputan 6 SCTV yang merangkum semua gejala alam yang pernah terjadi di Indonesia. Tayangan ini ditampilkan selama ± 6 – 7 menit. Respon dari peserta didik setelah ditampilkan media audio visual ternyata sangatlah beragam. Mulai dari sekedar tahu sampai sudah pernah melihat di televisi atau di daerah sekitarnya. Setelah melihat media audio visual yang ditampilkan maka perwakilan kelompok maju ke depan untuk membacakan hasil catatannya. Inti dari catatan tiap kelompok hampir sama tentang beberapa gejala alam di Indonesia, beberapa ditambahi dengan akibat dari gejala alam tersebut. Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah perwakilan kelompok maju ke depan untuk mengambil amplop yang berisi tentang gambar gejala yang sudah ditampilkan tetapi telah dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu peserta didik menyusun agar menjadi satu bagian foto yang utuh. Seketika suasana kelas yang konsentrasinya sebagian terpecah karena media telah dimatikan mejadi ramai. Peserta didik mulai bekerjasama menyusun gambar menjadi bagian yang utuh. Hampir semua anggota kelompok terkonsentrasi penuh pada penyusunan. Hanya ada sebagian anak yang bingung karena suasana menjadi ramai, tetapi ikut kembali berkonsentrasi pada potongan gambar. Kegiatan inti yang terakhir peserta didik mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan. Tugas ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Kegiatan Penutup Peserta didik membuat kesimpulan dengan dipandu guru. Kesimpulan yang dibuat tentang peritiwa alam yang terjadi Indonesia. Setelah membuat kesimpulan dilakukan refleksi, dari kegiatan ini ada salah satu peserta didik yang menyebutkan “ Enak kalau setiap hari menggunakan media audio visual biar tidak bosan”. Sedangkan peserta didik yang lain menambahi “ Kalau bisa setiap hari bisa menggunakan media audio visual”. Ketika refleksi telah 1063 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dilaksanakan sebelum mengakhiri pelajaran peserta didik diberi tugas untuk dikerjakan di rumah mengenai pembelajaran yang dilaksanakan pertemuan berikutnya. 4. Refleksi Berdasarkan hasil obesrvasi dari teman sejawat dapat diketahui beberapa masalah dalam siklus 1. Masalah tersebut adalah: 1) pengaturan waktu yang tidak efisien sehingga ada pembatasan kepada peserta didik dalam mengerjakan tugas kelompok, 2) pemotongan gambar yang digunakan dalam permainan terlalu kecil 3) dalam penayangan gambar tidak disertai dengan penjelasan sehingga peserta didik hanya melihat gambar tanpa mengetahui dekripsinya. Masalah – masalah di atas menjadi kelemahan dalam pembelajaran yang akan diselesaikan dalam siklus yang ke 2. Siklus 2 Pada siklus ini kompetensi dan indikator yang ingin dicapai masih tetap sama seperti pada siklus 1. Rincian kegiatan yang dilakukan juga sama hanya terdapat perbaikan sesuai pada refleksi siklus 1. 1. Kegiatan Awal (10 menit) Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan diteruskan dengan mengabsensi peserta didik. Dan dilanjutkan dengan apersepsi tentang kesiapan peserta didik dan memberi pertanyaan pembuka yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, seperti : Guru : “ Ada tidak gejala alam atau peristiwa alam yang pernah terjadi di sekitarmu ? “ Peserta didik : “ Ada “ Guru : “ Coba sebutkan peristiwa alam yang pernah terjadi di sekitarmu ! “ Peserta didik : “ Ada longsor pak kemarin di daerah saya “ Guru : “ Apa akibatnya “ Peserta didik : “ Satu rumah hampir roboh pak. Rumah itu kepunyaan anak kelas IV “ Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dia atas dapat diketahui bahwa peserta didik sudah mengenali gejala alam dan akibatnya dari pengalaman kehidupan sehari – hari. Selanjutnya guru akan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan apa yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran pada hari itu kepada peserta didik. Penyampaian ini bertujuan agar peserta didik mempunyai gambaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran. Dengan mempunyai gambaran yang akan dipelajari peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan yang akan dlaksanakan selanjutnya. 2. Kegiatan Inti (50 menit) Dalam kegiatan ini peserta didik dibagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 peserta didik. Peserta didik diberi penjelasan untuk mengamati media audio visual yang akan diamati dan selama pengamatan membuat catatan tentang tampilan dari media. Media yang ditampilkan adalah gambar atau foto dalam LCD. Gambar yang ditampilkan beberapa kejadian alam yang terjadi di kota batu seperti banjir di desa Bumiaji tahun 2015 dan di Coban Rondo tahun 2016, longsor di desa Sisir tahun 2015, puting beliung di alun – alun kota Batu tahun 2015. Gambar tersebut ditampilkan agar peserta didik dapat mengetahui bahwa di daerah sekitarnya pernah terjadi gejala alam dan mengetahui akibat dari peristiwa tersebut. Sedangkan untuk gejala alam seperti gunung meletus ditampilkan peristiwa gunung kelud meletus tahun 2014 yang dampaknya sampai ke daerah Batu. Tsunami diberikan peristiwa di Aceh tahun 2004 dan tsunami Jepang tahun 2011. Gempa ditampilkan gempa yang melanda kota Padang yang mengakibatkan seluruh kota porak poranda. 1064 ISBN: 978-602-1150-17-7 Selain media foto ditampilkan tayang dari Liputan 6 SCTV yang merangkum semua gejala alam yang pernah terjadi di Indonesia. Tayangan ini ditampilkan selama ± 6 – 7 menit. Dan yang terakhir ditayang video BNPB agar peserta didik dapat mengetahui badan yang mengurusi tentang bencana. Ternyata peserta didik mengetahui terlebih dahulu tentang BNPB karena satu minggu yang lalu badan tersebut pernah ke dusun Durek di dekat sekolah untuk menangani peristiwa tanah longsor. Respon dari peserta didik setelah ditampilkan media audio visual ternyata sangatlah beragam. Mulai dari sekedar tahu sampai sudah pernah melihat di televisi atau di daerah sekitarnya. Setelah melihat media audio visual yang ditampilkan maka perwakilan kelompok maju ke depan untuk membacakan hasil catatannya. Inti dari catatan tiap kelompok hampir sama tentang beberapa gejala alam di Indonesia, beberapa ditambahi dengan akibat dari gejala alam tersebut. Tetapi hasilnya lebih terperinci karena telah ada perbaikan dari siklus yang 1. Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah perwakilan kelompok maju ke depan untuk mengambil amplop yang berisi tentang gambar gejala yang sudah ditampilkan tetapi telah dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu peserta didik menyusun agar menjadi satu bagian foto yang utuh. Peserta didik mulai bekerjasama menyusun gambar menjadi bagian yang utuh. Hampir semua anggota kelompok terkonsentrasi penuh pada penyusunan. Hanya ada sebagian anak yang bingung karena suasana menjadi ramai, tetapi ikut kembali berkonsentrasi pada potongan gambar. Jika salah satu kelompok telah selesai terlihat peserta didik menjadi senang dan kelompok lainnya mejadi bersemangan untuk menyelesaikan. Kegiatan inti yang terakhir peserta didik mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan. Tugas ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Kegiatan Penutup Peserta didik membuat kesimpulan dengan dipandu guru. Kesimpulan yang dibuat tentang geala alam yang terjadi Indonesia. Setelah membuat kesimpulan dilakukan refleksi, dari kegiatan ini ada salah satu peserta didik yang menyebutkan “ Enak kalau setiap hari menggunakan media audio visual biar tidak bosan”. Sedangkan peserta didik yang lain menambahi “ Kalau bisa setiap hari bisa menggunakan media audio visual”. Ketika refleksi telah dilaksanakan sebelum mengakhiri pelajaran peserta didik diberi tugas untuk dikerjakan di rumah mengenai pembelajaran yang dilaksanakan pertemuan berikutnya. 4. Refleksi Terdapat peningkatan siklus 1 tugas menjadi lebih lengkap dan terperinci. Kesulita dalam penyusunan gambar yang dipotong lebih besar memudahkan siswa dalam penyusunan. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai yang diharapkan. Penilaian Untuk memperoleh data dari hasil penelitian maka peneliti menggunakan tes tertulis. Tes tertulis yang diberikan berupa 5 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang peserta didik. Ketuntasan belajar yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah 7,00 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hasil yang didapat dari siklus 1 adalah 20 anak yang mendapat nilai di atas kriteria yang telah ditetapkan dan 10 anak yang dinyatakan belum tuntas. dari hasil tersebut diperoleh persentase sebanyak 66,7 % anak yang memperoleh nilai kiteria tuntas dan 13,3% yang mendapatkan kriteria di bawah ketuntasan yang telah ditetapkan. Siklus 2 diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda. Ada peningkatan dari siklus yang yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil yang didapat dari siklus 2 adalah 27 anak yang mendapat nilai di atas kriteria yang telah ditetapkan dan 3 anak yang dinyatakan belum tuntas. dari hasil tersebut 1065 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur diperoleh persentase sebanyak 90% anak yang memperoleh nilai kiteria tuntas dan 10% yang mendapatkan kriteria di bawah ketuntasan yang telah ditetapkan. Dari hasil yang diperoleh dapat dinyatakan penggunaan media pembelajaran berupa audio visual berhasil menunjang kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan berhasil karena ada peningkatan dari pembelajaran siklus 1. Ketuntasan belajar siswa meningkat yang semula pada siklus satu 66,7% pada siklus 2 menjadi 90%. Dengan kata lain media pembelajaran audio visual berhasil meningkatkn prestasi belajar peserta didik. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual pada materi gejala atau peristiwa alam dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VI A SDN Giripurno 01 Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun pelajaran 2015/2016. DAFTAR RUJUKAN Fatah, S, 2008. Buku Peserta didik Elektronik Hal.115. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Depdiknas Muryani, S, 2013. Penerapan Strategi Kreatif-Produktif Dengan Media Audio visual Untuk Meningkatkankualitas Pembelajaran IPS Peserta didik Kelas V SDN Karanganyar 01Kota Semarang. Disertasi tidak diterbitkan. Semarang : S1 PGSD Universitas Negeri Semarang Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari https://fatkoer.wordpress.com/2014/11/07 Tanggal 21 Februari 2016 Prasetyo, W, A, 2015. 1582 Bencana Landa Indonesia Sepanjang 2015. Diakses dari https: //republika.co.id/berita/nasional tanggal 21 Februari 2016 Suryana, 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. Syamsi, K, _. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Widyatini, T, 2013. Penyusunan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) Sebagai Bahan Ajar. Jakarta: Penerbit Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika Yanti, F, 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup Dengan Menggunakan Media Audio visual Di Kelas VII D Peserta didik SMPN 5 Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal TEQIP-SMP. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang 1066 ISBN: 978-602-1150-17-7 PEMBELAJARAN MENGHARGAI PERANAN TOKOH PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI SNOWBALL THROWING DIBANTU SILENT READING PADA SISWA KELAS V MI ISKANDAR SULAIMAN BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Siti Purwati MI Iskandar Sulaiman Kota Batu [email protected] Abstrak: Efektifitas snowball throwing dalam membelajarkan peserta didik tentang persiapan kemerdekaan Indonesia. Metode penelitian digunakan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model snowball throwing dengan bantuan silent reading efektif dalam membelajarkan peserta didik tentang persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil belajar peserta didik rata-rata sebesar 85% diatas kriteria ketuntasan minimal sebesar 75. Kata kunci: Pembelajaran menghargai, snowball throwing dibantu silent reading. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Menurut Salmani dan Mujiono dalam Sardiman dkk, 2003 bahwa perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap atau afektif. Menurut Geoch dalam Suprijono, 2011 bahwa belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan. Selama ini pembelajaran yang dilakukan di kelas, jarang menggunakan model pembelajaran yang ada. Peserta didik merasa bosan dan rata-rata hasil belajarnya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ada di MI Iskandar Sulaiman. Sudjana (2010) berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Banyak model pembelajaran yang dirancang untuk menarik minat belajar peserta didik. Diantaranya yaitu snowball throwing dibantu silent reading. Peneliti memilih model pembelajaran snowball throwing yang dibantu silent reading. Hal ini dimaksudkan untuk memaparkan pembelajaran menghargai tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan snowball throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu Tahun Pelajaran 2015/2016. Strategi snowball throwing dibantu silent reading adalah suatu strategi yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membaca secara diam, kemudian peserta didik membuat pertanyaan pada selembar kertas kosong untuk dibentuk bola. Bentuk bola inilah yang akan dilemparkan kepada teman untuk dijawab. Hal seperti ini dilakukan secara bergantian antar peserta didik. Menurut Suherman (1988), membaca diam atau membaca dalam hati atau silent reading adalah membaca sempurna dengan cara memandang saja, tanpa bersuara, berdesah atau menggerakkan bibir. Kalimat yang tertulis diubah menjadi makna pada pikiran si pembaca tanpa melewati tingkatan suara. Tujuannya untuk memahami maksud bacaan. Sebagian besar orang membaca dengan cara diam atau dalam hati. Langkah-langkah snowball throwing antara lain: (1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil maasing-masing ketua keompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, (3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan guru kepada teman-temannya, (4) setiap siswa diberi lembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan yang 1067 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur menyangkut materi, (5) kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik kepada peserta didik yang lain selama 15 menit, (6) peserta didik yang mendapat bola pertanyaan kertas diberikan kesempatan untuk menjawab dan melempar bola kertas yang telah dibuat sendiri kepada teman yang lain, (7) evaluasi, (8) penutup (Suprijono, 2009). Strategi snowball throwing dibantu silent reading dapat digunakan pada semua mata pelajaran serta dapat berlaku untuk usia sekolah. Kelemahan snowball throwing dan silent reading antara lain peserta didik membutuhkan waktu yang cukup lama. Secara khusus perencanaan ini bertujuan mendeskripsikan: (1) persiapan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016, (2) pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snawball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016, (3) penilaian pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snawball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016. Peneliti memilih Madrasah Ibtidaiyah (MI) Iskandar Sulaiman Kota Batu sebagai obyek penelitian. Alasannya, kondisi para peserta didik cenderung kurang berminat dalam belajar dan model pembelajaran yang diterapkan di lembaga tersebut masih kurang variatif. Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti memilih judul “Pembelajaran Menghargai Peranan Tokoh Persiapan Kemerdekaan Indonesia Melalui Snowball Throwing dibantu Silent Reading Siswa Kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu Tahun Pelajaran 2015/2016”. Dari kajian di atas, ada masalah yang muncul dalam artikel ini, antara lain: (1) Bagaimanakah perencenaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016? (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016? (3) Bagaimanakah hasil pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemedekaan Indonesia melalui snowball throwing dibantu silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Batu tahun pelajaran 2015/2016? METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan pembelajaran snowball throwing dibantu silent reading dengan fokus pada tahap persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Data dalam penelitian ini berupa informasi terkait pembelajaran snowball throwing dibantu silent reading untuk menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Sumber datanya adalah seluruh siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Kota Batu dengan jumlah 34 siswa. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes. Instrumen yang digunakan adalah panduan observasi, wawancara, dan rambu-rambu analisis data penelitian. Pada kegiatan ini dilakukan pembelajaran dengan metode snowball throwing dibantu silent reading untuk kompetensi dasar menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu akan dideskripsikan pembelajaran snowball throwing dan silent reading untuk menghargai tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia. Untuk mendapatkan data terdeskripsi pembelajaran, peneliti dibantu oleh dua orang pengamat dan data hasil belajar diperoleh melalui tes. 1068 ISBN: 978-602-1150-17-7 Unsur-unsur yang ada dalam lembar pengamatan antara lain: (1) membuka pembelajaran, (2) melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, (3) menutup pembelajaran, (4) apakah secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP? Pada saat membuka pembelajaran, hal-hal yang dilakukan antara lain pemberian motivasi untuk memusatkan perhatian dan semangat siswa, apersepsi untuk mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan/ pengetahuan siswa, tujuan dan aktivitas belajar dengan cara penyampaian tujuan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa , dan karakter yang dipilih kerja keras. Pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran diamati dengan unsur penggunaan metode pebelajaran, ketepatan materi, keterlaksanaan sintaks (langkah-langkah pembelajaran), dan penggunaan media pembelajaran. Kegiatan menutup pembelajaran diamati dengan hasil refleksi dan penilaian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini disampaikan hasil deskripsi terhadap pembelajaran pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Persiapan Pembelajaran Pada tahap persiapan pembelajaran atau perencanaan pembelajaran ada lima kegiatan yang dilaksanakan peneliti antara lain: (1) mengidentifikasi perilaku siswa, (2) penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) penyusunan lembar kerja siswa, (4) Penyusunan pengembangan media, dan (5) penilaian. Sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hal-hal yang dilakukan peneliti yaitu mengidentifikasi perilaku siswa seperti mengamati perilaku yang kurang sopan seperti berbicara dengan guru menggunakan bahasa jawa ngoko, dengan teman berani membentak, tidak ikut upacara bendera hari Senin karena terlambat, melanggar peraturan sekolah berkali-kali, meminta uang secara paksa kepada teman, membuang sampah tidak pada tempat sampah. Penyusunan perangkat pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memuat tentang identitas sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator ketercapaian, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, penilaian, pembelajaran pengayaan dan remidial, media atau alat, bahan, dan sumber belajar. Pada tahap penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), yang dilakukan peneliti antara lain mendalami metode snowball throwing dari berbagai sumber. Metode-metode ini yang akan dijadikan patokan peneliti untuk membuat lembar kerja siswa. Peneliti memodifikasi metode snowball throwing dengan diawali kegiatan silent reading atau membaca dalam hati. Langkah-langkah yang dilakukan dalam snowball throwing meliputi: (1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, (3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya, (4) kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok , (5) kertas kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama 20 menit, (6) setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, (7) evaluasi, (8) penutup. Sedangkan silent reading dilakukan dengan cara membaca dalam hati. Snowball throwing dan silent reading dilakukan dengan cara membaca dalam hati terlebih dahulu dan berikutnya mengikuti langkah-langkah dalam snowball throwing. 1069 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Tahap pembuatan media yang dilakukan peneliti antara lain mencari foto-foto sidang BPUPKI dan PPKI, foto para tokoh BPUPKI dan PPKI dari berbagai sumber, kemudian diatur pada kertas untuk diperbanyak dan dibagikan kepada siswa. Langkah selanjutnya, adalah penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari. Menurut Sudrajat, 2008 bahwa hakikat penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistemiatis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Teknik penilaian yang digunakan peneliti adalah tes berupa tes tulis. Rambu-rambu penilaian juga disiapkan agar penilaian dapat dilakukan secara objektif. Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan model pembelajaran snowball throwing dibantu silent reading yang terdiri atas: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Kegiatan awal dilakukan dengan pemberian salam, mengecek kehadiran siswa, berdoa, penyampaian tujuan pembelajaran, mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, penyampaian pentingnya materi yang dipelajari, penyampaian uraian kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan belajar snowball throwing dibantu silent reading. Kegiatan inti diawali dengan para siswa membaca materi menghargai tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia, dengan waktu yang telah ditentukan. Berdasar hasil membaca, siswa membuat pertanyaan tanpa jawaban pada selembar kertas. Kertas tersebut dibentuk bola (yang akan dilemparkan ke salah satu teman). Sebelum bola kertas dilempar, salah satu siswa menerima lemparan bola kertas yang berisi pertanyaan dari guru. Siswa yang menerima menjawab pertanyaan tersebut. Siswa yang telah menjawab kemudian melempar bola kertas yang telah dibuatnya kepada teman lain. Begitu seterusnya. Siswa yang telah menjawab tidak diberi lemparan bola kertas lagi. Jika ada siswa yang telah menjawab, maka guru menyampaikan kepada siswa pembuat soal apakah jawaban teman itu sudah betul atau belum. Jika siswa pembuat soal masih belum bisa maka guru bersama siswa untuk membetulkan soal dan jawaban yang masih keliru. Kegiatan penutup dilakukan dengan pemberian kuis atau evaluasi secara individu, peserta didik disuruh membuat kesimpulan pembelajaran secara lisan, merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, pemberian pekerjaan rumah untuk membaca kompetensi jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan wawancara ke siswa diperoleh data bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball throwing dan silent reading. Alasan siswa karena pembelajarannya lebih seru dan menantang. Evaluasi Pembelajaran Untuk mengetahui kemampuan peserta didik, dilakukan tes dengan memberikan lima soal dalam bentuk isian singkat. Soal dikerjakan oleh tiga puluh empat peserta didik dengan rincian laki-laki berjumlah sepuluh dan perempuan berjumlah dua puluh empat. Dari tiga puluh empat peserta didik diperoleh data dua puluh dua peserta didik memperoleh skor di atas tujuh puluh lima yang merupakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Iskandar Sulaiman. Dari data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan metode snowball throwing dan silent reading mampu membuat siswa mencapai kompetensinya. 1070 ISBN: 978-602-1150-17-7 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulannya antara lain bahwa pembelajaran menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia melalui snowball throwing dan silent reading siswa kelas V MI Iskandar Sulaiman Kota Batu tahun pelajaran 2015/2016 menggunakan tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Ketiga tahapan tersebut diikuti oleh peserta didik sebanyak 34 , yang terdiri atas jumlah laki-laki sebanyak sepuluh dan perempuan sejumlah dua puluh empat. Ternyata peserta didik merasa senang belajar kompetensi menghargai peranan tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model snowball throwing dibantu silent reading. DAFTAR RUJUKAN Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Rifki Afandi. Integritas Pendidikan Karakter dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Salmani dan Agus Mujiono. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Stad Untuk Meningkatkan Pemahaman Pemcerminan Siswa Kelas V Sdn 017 Penajam Sudjana. 2010. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-hasil-belajar.pdf Diakses tanggal 20 Februari 2016 jam 11.34. 1071 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA KELAS V MI ASSALAM BATU TAHUN AJARAN 2015-2016 Chulfa Roza Maula Septian Putri MI Assalam Kecamatan Junrejo Kota Batu [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan mengetahui penggunaan metode role playing dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Assalam Beji Kota Batu. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan melakukan deskripsi terhadap inovasi pembelajaran dengan mengubah pola pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata – rata siswa sebesar 75 dan pada siklus II sebesar 85. Kata Kunci : role playing, persiapan kemerdekaan, pembelajaran Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Nurhadi, 2003). Tujuan pendidikan nasional merupakan bagian dari tujuan nasional, sebagaimana yang tercantum dalam Alinea empat Pembukaan UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas:2008). Keberhasilan prestasi belajar siswa ditentukan oleh banyak faktor antara lain guru, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan, motivasi, administrasi dan peserta didik itu sendiri (Mulyani, 2006). Keberhasilan prestasi belajar siswa akan mendukung tujuan pendidikan yang ada di Indonesia khususnya pada mata pelajaran IPS. Pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Solihatin & Raharjo, 2005). Apabila ditinjau dari pembelajaran di kelas khususnya kelas V MI Assalam Desa Beji Kecamatan Junrejo Kota Batu, dua masalah sering muncul dalam proses pembelajaran IPS. Pertama, antusiasme siswa dalam belajar rendah. Hal ini tampak ketika siswa memasuki ruangan kelas dan dimulai dengan belajar pengetahuan sosial para siswa kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran IPS, sehingga siswa cenderung tidak aktif dan tidak merasa menjadi bagian dari kelas. Gejala-gejala tersebut ditunjukkan dengan beberapa sikap siswa seperti: sering mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, menggambar tidak pada waktunya, dan sering keluar masuk kelas. Kedua; materi pengetahuan sosial yang terlalu bersifat informatif dan 1072 ISBN: 978-602-1150-17-7 menuntut aspek kognitif (hafalan) saja. Pembelajaran seperti ini membuat para siswa malas untuk memahami informasi-informasi baik yang terdapat dalam buku maupun yang disampaikan oleh guru. Beberapa kondisi yang telah dikemukakan di atas, terdapat indikasi terhadap adanya suatu masalah yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang bermuara pada kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran pengetahuan sosial sehingga membuat hasil belajar siswa rendah bahkan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Maka untuk meningkatkan kreatifitas siswa dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran salah satunya bisa dengan menggunakan metode Role Play (bermain peran). Aqib (2010:20) berpendapat bahwa metode role play adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya ekspresi, dan penghayatan dilakukan dengan memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dan lain-lain. Sedangkan Wahab (2009: 53) mengemukakan bahwa bermain peran merupakan berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Menurut Zain (2006: 115) langkah –langkah penggunaan metode bermain peran adalah persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Uno Hamzah (2009: 26) menyebutkan prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu (1) pemanasan (warming up), (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan pengamat (observer), (4) menata panggung, (5) memainkan peran (manggung), (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang (manggung ulang), (8) diskusi dan evaluasi kedua, (9) berbagai pengalaman dan kesimpulan. Untuk mengatasi berbagai temuan di atas, diperlukan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mapel pengetahuan sosial kompetensi dasar Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing (bermain peran). Dua penelitian yang serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Kartini (2011) dan Sitepu (2014). Kartini (2011) dalam penelitiannya berjudul “Penggunaan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi 1 Bandung” menemukan bahwa penggunaan metode role playing sangat efektif dalam meningkatkan minat belajar anak. Efektivitas penggunaan metode tersebut dapat dilihat dari dijumpainya beberapa perubahan yang positif, baik yang terjadi pada guru IPS itu sendiri maupun yang terjadi pada diri siswa, terutama perubahan adanya peningkatan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sitepu (2014) dalam karyanya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Role Play Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta” menunjukan adanya pengaruh penggunaan metode role play terhadap prestasi belajar IPS yang terlihat dari hasil analisis data menunjukan bahwa prestasi siswa yang belajar dengan metode role play rata- rata 20.00 lebih tinggi daripada prestasi siswa yang belajar dengan metode konvensional. Dari kajian di atas maka masalah yang muncul dalam artikel ini adalah (1) Bagaimana persiapan pelaksanaan pembelajaran persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu? (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran persiapan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu? (3) Bagaimana hasil dari pelaksaan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas V MI Assalam Batu? METODE 1073 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dalam rancangan tersebut dideskripsikan tentang inovasi pembelajaran dengan mengubah pola pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Subyek penelitian ada 12 orang dengan 2 (pa) dan 10 (pi. Dilaksanakan di MI Assalam Beji Kota Batu pada siswa kelas V tahun ajaran 2015/2016. Dengan 3 kelompok yang masing – masing terdiri atas 4 siswa. Data penelitian ini berupa hasil belajar dan proses pembelajaran. Data hasil belajar dikumpulkan dengan tes tulis dengan bentuk uraian singkat. Data hasil proses pembelajaran dikumpulkan dengan observasi. Observasi dilakukan oleh 7 observer yang terdiri dari teman – teman guru. Data dianalisis secara deskriptif. Yaitu menggambarkan fenomena yang ada. Jenis penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti berusaha memecahkan masalah dengan menggambarkan problematika yang terjadi. HASIL DAN PEMBAHASAN Ada 4 kegiatan yang dilaksanakan pada penelitian ini yang meliputi : (1) penyususnan RPP, (2) penyusunan Lembar Kerja Siswa, (3) penyusunan pengembangan media, dan (4) penyusunan penilaian. Dalam persiapan pelaksaaan pembelajaran yang pertama yaitu penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, bahwa tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dimulai dari mecantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi pembelajaran, Metode pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber belajar, dan penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan. Langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat guna mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikator ketercapaian. Kegiatan awal meliputi mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyanyikan lagu Pantang Mundur karya Titiek Puspa sebagai motivasi dan semangat dalam proses pembelajaran kali ini. Kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi serta konfirmasi dengan menggunakan metode role playing yang sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Dengan menggunakan metode role playing diharapkan kemampuan pemahaman dapat dimiliki siswa secara mendalam. Karena dengan metode role playing dapat mengarahkan siswa lebih merasakan secara langsung berproses nyata. Kegiatan penutup dilakukan dengan penilaian dan refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran agar tercapai sesuai dengan tujuan maka kedudukan Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat penting sebagai penunjang proses pembelajaran, seperti yang dikatakan oleh Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2000) fungsi LKS adalah sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa. Selain sebagai pelengkap proses belajar lembar kerja juga berfungsi sebagai peningkatan motivasi belajar siswa. Seperti yang disampaikan oleh Arsyad (2005) bahwa meningkatkan motivasi siswa dengan mengarahkan perhatian siswa, sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Lembar Kerja Siswa (LKS) dilakukan dengan menyiapkan 3 lembar kerja siswa per-individu yang dikerjakan diawal sebelum sosiodrama dimulai, lembar kerja siswa yang kedua 1074 ISBN: 978-602-1150-17-7 dikerjakan siswa diakhir sosiodrama setelah selesai dilaksanakan secara berkelompok sesuai dengan kelompok penokohan. Diakhir pembelajaran dilakukan post test pada siswa secara individu untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi yang dilakukan dan juga sebagai refleksi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode role playing. Pemilihan penggunakan media sangat menarik minat belajar siswa. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Hamalik (dalam Arsyad, 2002) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Peneliti menggunakan beberapa media antara lain media gambar tokoh – tokoh para pejuang dalam persiapan kemerdekaan Indonesia yang di tempel papan tulis, yang kedua menggunakan media kertas yang digunakan sebagai topi yang bertuliskan nama pejuang kemerdekaan, saat siswa menggunakan topi tersebut maka siswa secara langsung berperan sebagai tokoh yang ada dalam topi tersebut. Dan yang ketiga adalah media audio yang berupa 2 lagu perjuangan antara lain Bagimu Negeri karya Kusbini sebagai backsound saat sosiodrama akan dimulai dan Hari Merdeka karya Mutahar saat kegiatan proklamasi dilaksanakan. Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbanagan tertentu (Zaenal:2009). Oleh karena itu penilaian sangat dibutuhkan kemampuan atau keberhasilan siswa dalam pembelajaran dengan menilai kinerja siswa baik kinerja secara individu maupun dalam kegiatan kelompok. Penyusunan penilaian pada perencanaan pembelajaran di MI Assalam ini adalah dengan menggunakan penilaian tes dan non tes. Pada penilaian non tes peneliti mengambil nilai dari nilai proses berlangsungnya pembelajaran dan untuk penilaian tes peneliti mengambil nilai dari penilaian hasil lembar kerja siswa yang dikerjakan. Dari proses perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian diperoleh gambaran bahwa metode role playing dapat membantu guru dalam hal mempermudah penyampaian materi. Dari sisi siswa dengan menggunakan metode role playing dapat membuat siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terutama pada saat mereka memainkan peran yang diberikan oleh guru kepada siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode role playing menghasilkan nilai rata – rata diatas KKM. Nilai rata- rata siswa 80 dengan nilai KKM 70. Selain itu model pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan sikap posistif siswa yang berupa siswa lebih aktif berbicara, berlatih kerjasama dengan temannya, meningkatkan motovasi belajar dan kemudahan dalam ketercapaian materi yang disampaikan. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran materi persiapan kemerdekaan dengan metode role playing maka perlu dilakukan penyusunan perencanaan pembelajaran yang meliputi: penyusunan RPP, penyusunan lembar kerja, penyusunan pengembangan media, dan penyusunan penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajarannya perlu menonjolkan tentang praktek bermain peran yang dilakukan dengan bantuan lembar kerja yang sudah disusun. Metode role playing merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran dengan pemahaman materi secara mendalam di MI Assalam Beji Kota Batu karena dengan menggunakan metode role play siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya berdasarkan pemahaman mereka dan kerjasama yang baik antara satu siswa yang berperan dengan siswa lainnya yang berperan. Penggunaan metode role play 1075 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dapat dijadikan salah satu cara untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan siswa dalam proses belajar mengajar DAFTAR RUJUKAN Arifin,Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arsyad,A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Arsyad,A. 2005. Media Pemblajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia. Djamarah, & Zain,A.. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2008. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Kartini, T. 2007. Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 8 - Oktober 2007 Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud Republik Indonesia. Mulyani, N. 2006. Pengaruh Motivasi Berprestasi, Kontinuitas Belajar dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MA Banat NU Kudus Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi Fakultas Ekonomi : Universitas Negeri Semarang Nurhadi, Senduk A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS) Sitepu, Melyina Sari. 2008. Pengaruh Penggunaan Metode Role Playing Terhadap Prestasi Belajar IPS siswa kelas IV SDN Babarsari Yogyakarta. Jurnal Guru Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. Nomor 1, Volume 5, Juli 2008. Solihatin, E. & Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta. Bumi Aksara. Uno,B & Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wahab, A.A. 2009. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas. Wiastra, I N Gd & I.M Gosong. 2013. Penerapan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Ix.3 Smp Negeri 2 Denpasar Tahun 2012/2013. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013):pp 1-11. Zain, Aswan dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. http://digilib.uinsby.ac.id/10938/5/Bab2.pdf ( diakses tanggal 6 Februari 2016 ) http://digilib.unila.ac.id/1753/8/BAB%20II.pdf ( diakses tanggal 6 Februari 2016 ) http://eprints.uny.ac.id/9668/3/bab%202%20-%2008205244010.pdf (diakses tanggal 6 Februari 2016 ) https://phierda.wordpress.com/2012/10/30/penilaian-evaluasi-dalam-pembelajaran-ips-sd-2/ ( diakses tanggal 20 Februari 2016 ) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Drs.%20Amat%20Jaedun,%20M.Pd./%28 1%29%20Ciri%20Penilaian%20Pendidikan.pdf ( diakses tanggal 20 Februari 2016 ) http://www.academia.edu/8547352/EVALUASI_PEMBELAJARAN ( diakses tanggal 20 Februari 2016 ) 1076 ISBN: 978-602-1150-17-7 PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN GEJALA ALAM YANG TERJADI DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF METODE JIGSAW BAGI SISWA KELAS VI SDN BEJI 01 KECAMATAN JUNREJO KOTA BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Suyono SDN Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan kemampuan belajar siswa dan peran guru dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw nilai rata-rata siswa mencapai 7,23 dan KKM mata pelajaran IPS adalah 7,00. Semangat belajar, bekerja sama dan rasa percaya diri menunjukkan kemajuan kearah yang positip. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu. Kata kunci: Gejala alam, Pendiskripsian, dan Jigsaw Pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan hanya sekedar memberikan informasi kepada peserta didik dan akhirnya prestasi ditentukan dari tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. IPS seringkali dianggap pelajaran yang membosankan dikarenakan pembelajaran yang dilakukan hanya berupa cerita dan hafalan. Peserta didik merasa bosan selama mengikuti pembelajara IPS dan akhirnya prestasinya menjadi rendah. Sehingga menjadikan pembelajaran IPS yang diterima peserta didik menjadi sulit karena metode yang paling banyak digunakan adalah ceramah. Metode ceramah memiliki sejumlah kelemahan. Mengutip pendapat dari Gilstrap & Martin, Gagne & Barliner, dan Moedjono, direktori file UPI mengemukakan kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut: (1) cenderung terjadi proses komunikasi di dalam kelas satu arah. (2) Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan keinginan guru (guru sentries). (3) Menurunnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung bila ceramah dilakukan lebih dari 20 menit. - Dengan ceramah hanya mampu menghasilkan ingatan dalam diri peserta didik dalam jangka waktu yang pendek. - Merugikan bagi peserta didik yang memiliki tipe pengamatan auditif. - Merugikan bagi peserta didik yang mampu belajar sendiri dari pada diceramahi secara klasikal. - Tidak efektif untuk mngajarkan keterampilan motorik dan menanamkan sikap kepada peserta didik. Penggunaan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw sangat diperlukan untuk meningkatkan kerja sama dan motivasi belajar peserta didik. Menurut Ibrahim, (2000) model pembelajaran kooperatif sangat cocok untuk meningkatkan kerja sama dan rasa social anak. Menurut As‟ari 2003 tentang cooperative learning model jigsaw merupakan alternative pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pendekatan kooperatif metode jigsaw merupakan pendekatan yang dapat membantu peserta didik untuk memahami konsep-konsep yang sulit, juga memberikan efek terhadap sikap saling menerima perbedaan individu baik ras, agama, social 1077 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur ekonomi, budaya gender dan lain-lain. Selain itu pendekatan kooperatif metode jigsaw dapat memberikan peningkatan ketrampilan bekerja sama dalam kelompok atau team work. Pembelajaran IPS kelas VI semester 2 mendeskripsikan gejala ( peristiwa ) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang gejala alam di Indonesia dan Negara tetangga. Bila peserta didik telah dapat mengenal tentang gejala alam, mereka dapat mengetahui dan mengetahui penyebab serta cara penganggulangan gejala alam yang terjadi. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di 2 pertemuan lempeng yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo – Australia sehingga banyak menyebabkan terjadinya gempa bumi. Selain itu Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif yang setiap saat bisa mengeluarkan bahan vulkanisnya setiap saat. Sehingga negara kita dikenl sebagai negara yang rawan terjadinya bencana. Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB) Indonesia mencatat ada 1582 bencana alam sepanjang tahun 2015, data tersebut turun 20 % dari tahun lalu. tercatat 248 korban meninggal dan 1,18 juta mengungsi ( Republika, 26 Desember 2015 ). Dari data tersebut bencana tanah longsor, banjir dan puting beliung. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw agar pembelajaran IPS menjadikan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan disukai peserta didik sehingga pemahaman dan prestasi mereka dapat diperoleh secara maksimal atau memuaskan. Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan pembelajaran ......., (2) pelaksanaan....., dan (3) penilaian ....... METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada murid kelas VI SD Negeri Beji 01 Kecamatan Junrejo Kota Batu. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan belajar peserta didik juga peran seorang guru dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam model pembelajaran kooperatip tipe jigsaw adalah sebagai fasilitator, penelitian ini juga untuk mengetahui kualitas pembelajaran. Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada penelitian ini ada 3 tahap yaitu: tahap perencanaan,tahap pelaksanaan dan penilaian. Ada 4 ( empat ) kegiatan pada tahap perencanaan: (1.Penyusunan RPP),(2.Penyusunan Lembar Kerja Siswa),(3.Penyusunan dan Pengembangan Media Pembelajaran, dan 4.Penilaian) Tahap Perencanaan Pembelajaran 1.Penyusunan RPP Penyusunan RPP merupakan syarat mutlak bagi seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas, sebab RPP merupakan rancangan/gambaran, langkah-langkah, catatan strategi,pendekatan,metode,indicator serta tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian RPP menjadi pegangan bagi guru agar dalam melaksanakan pembelajaran tidak menyimpang dari apa yang sudah tertulis dalam RPP. Didalam RPP yang baik akan tercermin kegiatan guru, aktivitas peserta didik,komunikasi antara guru dan peserta didik,interaksi antara guru dan peserta didik, interaksi antara peserta didik dan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan. 2.Penyusunan Lembar Kerja Siswa Penyusunan lembar kerja siswa dimaksudkan untuk memberikan gambaran kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Penyusunan lembar kerja siswa mengacu pada metode,strategi dan pendekatan yang digunakan dalam proses 1078 ISBN: 978-602-1150-17-7 pembelajaran,sehingga akhirnya dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proses pembelajaran yang sudah direncanakan dan dilaksanakan, baik bagi guru maupun bagi siswa. Didalam lembar kerja siswa juga ditampilkan bagaimana aktivitas peserta didik secara individu, interaksi antar peserta didik dan kerja sama dalam membahas dan memecahkan masalah bersama. 3.Penyusunan Dan Pengembangan Media Pembelajaran Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses pembelajaran baik zaman dahulu maupun saat ini, Penggunaan Media Pembelajaran sangat diperlukan. Karena media pembelajaran dapat merangsang daya imajinasi, memperjelas obyek yang dipelajari dan membuat benda yang abstrak menjadi nyata yang akhirnya dapat memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak, perkembangan anak, kematangan anak. Disamping itu pengembangan atau pembuatan media pembelajaran harus juga mempertimbangkan ketersediaan bahan yang dibutuhkan di lingkungan sekitar. Pengembangan media pembelajaran harus disesuaikan juga dengan tipe belajar anak, yaitu ada anak yang bertipe audio, anak yang bertipe visual dan ada anak yang bertipe audiovisual. Sebab pada dasarnya proses belajar anak itu dimulai dari yang nyata/konkrit, dimulai dari sederhana, dimulai dari yang biasa, oleh sebab itu apabila pemilihan bahan dan penggunaan media dapat dilakukan dengan tepat dan konsisten akan dapat memberikan kesan belajar yang mendalam bagi peserta didik. 4.Pengembangan Prosedur Penilaian Penilaian merupakan tahapan dalam suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu dalam menyusun prosedur penilaian diharapkan sesuai dengan strategi, pendekatan,metode dan materi ajar, disamping itu, juga harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik baik secara emosional,spiritual maupun social. Karena dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw diharapkan dapat diketahui secara optimal perkembangan peserta didik secara emosional dan social. Dengan demikian prosedur penilaian yang dipilih dalam proses pembelajaran harus bisa dijadikan ukuran/patokan untuk melihat keberhasilan proses pembelajaran. Maka dengan pendekatan kooperatif metode jigsaw kecerdasan emosional dan kecerdasan social peserta didik dapat diketahui. Kecerdasan sosial meliputi: 1. Anak mampu bekerja sama dengan baik 2. Anak kurang bisa bekerja sama 3. Anak tidak bisa bekerja sama. Sedangkan kecerdasan emosional peserta didik dapat dilihat dari tanggung jawab peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok dengan rubric penilaian sebagai berikut: 1. Anak mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 2. Anak kurang mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 3. Anak tidak mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan pelaksanaan pembejaran merujuk pada Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang standar isi. Kegiatannya meliputi,kegiatan awal,kegiatan inti dan penutup. Pada kegiatan awal dimulai dengan berdo‟a bersama lalu guru mengabsen kehadiran siswa dengan cara menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari ini,kemudian dilamjutkan dengan menyampaikan tujuan dan tehnik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memasuki kegiatan inti pada tahapan eksplorasi guru dan siswa bertanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran yaitu: Guru Siswa Guru Siswa : “Apakah anak-anak pernah mendengar gejala alam atau bencana alam yang terjadi di Indonesia?” :”Pernah,pak” :”Bencana alam apa saja yang pernah terjadi?” :”Banjir, gunung meletus, tsunami, longsor, gempa bumi dan kebakaran hutan.” 1079 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Guru Siswa Guru Dimas Guru :”Bagus, apakah anak-anak juga tahu hal-hal yang menyebabkan bencana tersebut?” :”Tahu,pak.” :”Coba Dimas sebutkan salah satu bencana dan hal yang menyebabkan.” :”Banjir, hal yang menyebabkan hujan yang deras dan lama, membuang sampah sembarangan, penebangan hutan, pembangunan rumah di lereng gunung. :”Bagus, sekarang kita akan mempelajari tentang hal-hal yang menyebabkan terjadinya bencana/gejala alam.” `Pada tahap elaborasi dengan bimbingan guru siswa membentuk kelompok, siswa dibagi menjadi 6 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, 6 kelompok yang sudah terbentuk disebut sebagai kelompok asal, kemudian guru membagikan materi kepada semua kelompok,setelah materi dipelajari ditiap kelompok, kemudian salah satu anggota dari tiap kelompok membentuk kelompok lagi yang disebut kelompok ahli, sehingga kelompok ahli juga ada 6 kelompok, lalu kelompok ahli berdiskusi tentang sub-sub materi yang sudah dipelajari, selesai diskusi dikelompok ahli masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil diskusinya. Alur pembentukan kelompok sebagai berikut: Kelompok asal dan kelompok ahli Pada tahap konfirmasi masing-masing kelompok memresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memperhatikan, menanggapi menyanggah dan menambahkan penyampaian dari kelompok yang maju, demikian seterusnya. Kegiatan penutup peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan, refleksi guru menanyakan apakah peserta didik senang dengan pembelajaran yang baru dilaksanakan dan informasi yang diperoleh peserta didik jadi lebih luas dan mendalam selanjutnya guru memberi tugas untuk pertemuan berikutnya yaitu cara untuk menghadapi berbagai macam bencana. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari skenario pembelajaran yang telah disajikan tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran yang telah dilakukan ada peningkatan baik ditinjau dari guru maupun dari peserta didik. Dalam hal ini peserta didik semakin aktif secara individu maupun kelompok sebab dilihat dari alur pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw yang mengedepankan peran individu dalam kelompok dan kerja sama kelompok untuk individu. Hasil yang diperoleh dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif metode jigsaw menunjukkan hasil yang menggembirakan yaitu nilai rata-rata peserta didik mencapai 7,23 dan nilai tersebut telah melampaui nilai KKM mata pelajaran IPS yaitu 7,00. Disamping nilai rata-rata peserta didik yang sudah ditunjukkan tersebut motivasi belajar peserta didik juga semakin baik hal ini dapat dilihat dari semangat belajar, rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam menyampaikan pendapat. 1080 ISBN: 978-602-1150-17-7 Dari 24 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 5 peserta didik, yang sama dengan KKM ada 2 peserta didik dan yang diatas KKM ada 17 peserta didik, berarti anak yang memperoleh nilai diatas KKM sebanyak 70,72% atau tingkat keberhasilan pembelajaran adalah 70,72%. Maka pembelajaran IPS dapat menggunakan pendekatan kooperatif metode jigsaw atau pendekatan dan metode pembelajaran yang lain yang dapat merangsang atau memotivasi semangat belajar peserta didik, menambah rasa percaya diri dan keberanian menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw menunjukkan perolehan nilai rata-rata peserta didik mencapai 7,23 ini berarti capaian nilai rata-rata siswa diatas dari KKM yaitu 7,00. Disamping itu penerapan pendekatan kooperatif metode jigsaw juga dapat merangsang minat belajar peserta didik, hal ini dapat dilihat dari semangat belajar peserta didik, keberanian menyampaikan pendapat dan rasa percaya diri yang semakin baik. DAFTAR RUJUKAN As‟ari, 2003. Cooperative learning model jigsaw, alternative pembelajaran yang efektif dan menyenangkan Gulo, 2008. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya 1081 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PEMBELAJARAN MENDISKRIPSIKAN PERKEMBANGAN WILAYAH LAUT TERITORIAL INDONESIA DENGAN MEDIA PETA BERTINGKAT UNTUK SISWA KELAS VI SDN GIRIPURNO 03 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Andhika Affandy SDN Giripurno 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu [email protected] Abstrak : Media peta bertingkat yang digunakan dalam pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia mampu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan media peta bertingkat siswa menunjukan semangat belajar yang tinggi, menjadi lebih terampil dan lebih memudahkan siswa serta berdampak pula pada meningkatnya kreatifitas siswa dalam mendiskripsikan perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia, terlebih karena merupakan pengalaman pertama guru mengajar dengan menggunakan media peta bertingkat. Oleh karena itu, disarankan pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilyah laut teritorial Indonesia dapat digunakan media peta bertingkat. Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan penggunaan media gambar peta bertingkat siswa kelas VI SDN Giripurno 03 yang berjumlah 37 orang 92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan media gambar peta bertingkat sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong semangat belajar, dan meningkatkan kreativitas. Kata Kunci : peta bertingkat, wilayah Indonesia, pembelajaran Berdasarkan kurikulum 2006 yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam dan kehidupan sosial secara sistematis, sehingga IPS bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang sementara ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Menurut Wijaya, dkk (1987:188) bahwa ” Belajar dapat dikatakan bermakna apabila ada keterlibatan intelektual, emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, maupun pembentukan sikap. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.” Proses pembelajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama di antara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir dan aktivitas siswa dalam mengembangkan konsep serta arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses pembelajaran dapat meningkatkan kerja sama antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. 1082 ISBN: 978-602-1150-17-7 Apabila siswa yang kurang mampu dibantu oleh siswa yang lebih pandai sehingga proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan dapat tercapai hasil yang maksimal. Pernyataan ini berdasarkan pendapat Johnson & Smith (dalam Anita Lie, h. 5) bahwa, ”Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga suatu proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan orang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama. Dalam suatu proses belajar diperlukan metode mengajar dan media pembelajaran, karena fungsi utama dalam pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang mempengaruhi kondisi lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Penggunaan media akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan dan memadatkan informasi. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang untuk menyampaikan isi/materi serta sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang – dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri anak didik (dalam Tawatuan hal. 60 tahun 2015). Pada anak usia sekolah dasar khususnya kelas 6 dimana mereka yang mengalami tahap perkembangan operasional formal. Dalam tahap perkembangan ini anak akan mudah menerima materi apabila didukung oleh media, terlebih apabila materi tersebut berhubungan dengan pengamatan. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan minat yang baru, membangkitkan keinginan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh – pengaruh psikologis terhadap siswa. Pada dasarnya anak lebih senang belajar sambil bermain, oleh sebab itu dengan menggunakan alat ini anak akan bermain sambil belajar. Anak juga dapat mengamati secara langsung, sehingga materi akan lebih mudah diterima dan dipahami. Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran IPS (menurut Permendikbud Nomor 22 tahun 2006 untuk kelas 6 KD 1.1. ) yaitu mendiskripsikan sistem administrasi wilayah Indonesia akan banyak kesulitan – kesulitan apabila tidak menggunakan media dalam proses belajar, misalnya siswa akan kesulitan menghafal perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dan mengamati serta menunjukkan letak – letak propinsi yang mereka pelajari. Mereka akan berfikir secara abstrak tentang perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia tersebut, padahal untuk mengetahui pembagian dan letak propinsi tersebut haruslah melalui pengamatan. Oleh karena itu dibuatlah media puzzle map untuk mengatasi semua kesulitan yang dialami anak didik pada kompetensi dasar ini. Pada meteri perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia ini, anak didik membutuhkan pengembangan visual, dan anak usia sekolah dasar masih membutuhkan benda – benda yang kongkrit (cari rujukan ) dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, guru bisa menggunakan media pembelajaran puzzle map. Puzzle map berguna untuk memudahkan siswa dalam menerima materi, selain itu puzzle map dalam penggunaannya tidak memerlukan bantuan dari media lain, sederhana dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai. Puzzle map dilengkapi dengan kartu – kartu yang dapat digunakan siswa untuk belajar. Melalui media tersebut dapat dirancang berbagai permainan yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pokok. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung aktif dan menyenangkan karena siswa bermain sambil belajar. 1083 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yakni menggambarkan secara nyata yang terjadi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI SDN Giripurno 03 Kecamatan Bumiaji Kota Batu sejumlah 37 orang (laki-laki 20 orang, perempuan 17 orang). Pembelajaran dilaksanakan pada Kamis tanggal 11 Pebruari 2016 jam ke 1 s.d. 2 (2x35 menit). Untuk memperoleh data digunakan dua instrumen, tes menulis yang dilengkapi dengan rubrik penilaian hasil. Tes menulis digunakan untuk menjaring kemampuan siswa mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia, sementara itu rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengoreksi jawaban siswa yang dalam bentuk esai/uraiannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Tiga kegiatan dilaporkan, yakni (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran Beberapa kegiatan dilakukan dalam mempersiapkan pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia, yaitu : (1) penyusunan RPP, (2) penyusunan lembar kerja, (3) pengembangan media, dan (4) penilaian. Pertama, Sesuai dengan Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran bahwa format RPP, terdiri dari : Identitas, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian Kompetensi, Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian, Remidial, dan Pengayaan, Media/Alat, Bahan dan Sumber Belajar. Pada pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia, RPP disusun berdasarkan waktu yang tersedia yakni 2x35 menit. Dari SK dan KD serta indikator yang ada maka diuraikan lagi dalam tiga tujuan pembelajaran yakni (1) mampu menjelaskan perkembangan wilayah Indonesia dengan tepat, (2) mampu menyebutkan isi Deklarasi Juanda, (3) mampu menyebutkan bagian laut wilayah perairan Indonesia, dan (4) mampu membedakan bagian laut wilayah Indonesia. Dengan metode kooperatif, guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1) kegiatan awal, Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa menyanyikan lagu “Nenek Moyangku Seorang Pelaut”, guru mengaitkan materi dengan pengetahuan siswa sebelumnya (apakah siswa sudah pernah belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia sebelumnya), siswa menerima kompetensi, materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memotivasi siswa bahwa belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia itu mudah dan dapat dilakukan siapapun guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan belajar tentang perkembangan wilayah Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. (2) kegiatan inti : pada kegiatan inti siswa mengamati video “Great Indonesia” yang berisi tentang sejarah dan perkembangan wilayah Indonesia, secara individu siswa menuliskan hasil pengamatan yang diikuti dengan pembentukan kelompok untuk mendiskusikan penyelesaian lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Setiap kelompok menyampaikan hasil pekerjaanya didepan kelas, dengan cara menempelkan hasil pekerjaanya papan tulis guru dan siswa menyunting, guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap hasil kerja siswa (3) kegiatan penutup. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran, guru melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dan guru dan siswa menutup pembelajaran dengan doa. Kedua Penyusunan lembar kerja, Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut Indrianto dalam Alan (2012) adalah lembar kerja siswa yang berisi pedoman bagi iswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan ketrampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau ketrampilan yang perlu dikuasainya. Dalam pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut 1084 ISBN: 978-602-1150-17-7 teritorial Indonesia lembar kerja yang disusun dengan jawaban terbuka yang diharapkan mampu untuk memancing siswa dapat mengemukakan pendapatnya dengan maksimal. Dengan memperhatikan petunjuk dalam LKS siswa dituntun untuk dapat menyelesaikan soal dalam LKS secara berkelompok. Walaupun dalam pembelajarannya secara berkelompok, namun sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal pada LKS. Oleh karena itu, peneliti segera membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam LKS, baik secara individu maupun secara berkelompok. Dalam pembelajaran ini ada 3 kelompok yang mampu menyelesaikan LKS. Presentasi dilakukan oleh wakil kelompok yang terlebih dahulu dapat menyelesaikan LKS. Ketidaklancaran dalam diskusi kelompok, disebabkan oleh belum terbiasanya siswa bekerja secara kelompok. Dalam hal ini peneliti hanya memberikan pancingan jalan untuk menyelesaikan soal dalam LKS, bukan memberi jawaban. Hal yang diperhatikan untuk kegiatan selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Ketiga adapun langkah-langkah merancang dan mengembangkan media pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kompetensi utama yang dituntut dalam kompetensi dasar yang akan dia-jarkan. Kedua, mengidentifikasi indikator dari kompetensi dasar tersebut secara rinci dan menatanya dalam urutan yang sistematis. Ketiga, memilih media yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator. Keempat, merancang media pembelajaran yang sesuai bahan, bentuk, langkah pembuatan dan cara pemakai-annya. Kelima, membuat media sesuai rancangan. Kelima, menguji media yang dikembangkan untuk melihat efektivitas dan efisiennya. Keenam, melengkapi dan menyempurnakan media atas dasar masukan dari lapangan. (Undang – Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas ) Keempat Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilaian hasil dan sikap. Rubrik penilaian hasil digunakan untuk mengukur kemampuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia siswa kelas 6 yang berjumlah 37 orang dengan pedoman pensekoran evaluasi Dalam proses penilaian hasil belajar mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia, siswa dikelompokan menjadi 6 kelompok kemudian dibagikan amplop yang berisi potongan gambar seri dan perintah dan petunjuk mengerjakan. Tiap kelompok dibagikan juga rubrik penilaian hasil yangdigunakan utuk mengoreksi hasil pekerjaan kelompok yang lain setelah mempresentasikan hasil pe-kerjanya masing-masing. Penilaian sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri dari tiga aspek penilaian (1) keaktifan menjawab pertanyaan yang dijabarkan dalam dua aspek (a) apakah siswa aktif bertanya dan (b) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan, (2) kesungguhan mengerjakan tugas dijabarkan dalam pertanyaan ―apakah siswa telah berusaha menyelesaikan tugas dengan baik dan benar‖ (3) kemauan berpartisipasi me-ngerjakan tugas dalam kelompok dengan jabaran (a) apakah siswa mau berpartisi-pasi mengerjakan tugasnya dalam kelom-pok (b) apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan. Dalam penilaian proses guru yang menilai proses belajar siswa berdasarkan rubrik penilaian sikap. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dilaksanakan tanggal 11 Pebruari 2016 dengan materi mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia. Guru mengimplemantasikan pembelajaran sesuai dengan skenario. Pada awal pembelajaran guru memberikan salam, mengkondisikan dan memusatkan perhatian siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Siswa dipersiapkan untuk mengikuti pembelajaran, siswa mengamati tayangan “Great Indonesia” dengan baik dan benar, siswa mengidentifikasi hal-hal apa yang ditemukan dari tayangan. Guru dan siswa mendiskusikan hasil identifikasi, guru membimbing siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia berdasarkan tayangan, guru mengaitkan materi dengan pengetahuan siswa sebelumnya, 1085 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur siswa menerima kompetensi, materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memotivasi siswa bahwa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia itu mudah dan dapat dilakukan siapapun, guru memberikan motivasi menyampaikan maanfaat dan tujuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi 6 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 6 orang hal ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan siswa bekerja kelompok juga memudahkan pengawasan guru. Tiap kelompok mendapatkan amplop yang berisi potongan gambar peta dan petunjuk mengerjakannya. Secara serentak tiap kelompok membuka amplop tersebut kemudian mengerjakannya sesuai petunjuk yang ada didalam amplop. Dengan pengawasan guru siswa mengurutkan gambar peta yang ada menjadi gambar yang runtut, setelah diurutkan menjadi peta bertingkat yang benar, siswa mendiskripsikan gambar tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian mempresentasikannya didepan kelas dan langsung dikoreksi bersama. Dari hasil kerja 37 siswa 92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) Selanjutnya secara individu siswa menulis kembali deskripsi perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia. Pada kegiatan inti siswa dan guru menyimpulkan materi menulis petunjuk, merefleksikan proses pembelajaran, memberi umpan balik berupa apresiasi terhadap hasil kerja siswa dan menutup pembelajaran dengan doa. Penilaian pembelajaran Bagian penilaian dicantumkan rubrik penilain hasil dan sikap. Rubik penilaian hasil digunakan untuk mengukur kemampuan mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia siswa kelas VI yang berjumlah 37 orang dengan tiga aspek yang dinilai yakni (1) urutan/sistematika yang yang dirinci kedalam tiga aspek (a) apabila siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan/sistematika yang tepat diberi skor 5, (b) apabila siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan / sistematika yang kurang tepat diberi skor 4, (c) apabila siswa mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan urutan / sistematika yang tidak tepat diberi skor 3. Untuk penilaian, (2) Penggunaan bahasa yang dirinci kedalam tiga aspek yakni (a) Semua kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 5, (b) sebagian besar kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 4, (c) terdapat sedikit kalimat efektif dan komunikatif diberi skor 3, (3) ejaan/tanda baca yang dirinci kedalam tiga aspek yakni (a) tidak ada kesalahan penggunaan ejaan/ tanda baca diberi skor 5,(b) terdapat sedikit kesalahan penggunaan ejaan /tanda baca diberi skor 4, (c) sebagian besar menggunakan kesala-han ejaan/tanda diberi skor 3. Penilain sikap digunakan untuk mengontrol dan melihat proses belajar siswa yang terdiri dari tiga aspek penilaian (1) keaktifan menjawab pertanyaan yang dijabarkan dalam dua aspek (a) apakah siswa aktif bertanya dan (b) apakah siswa aktif menjawab pertanyaan, (2) kesung-guhan mengerjakan tugas dijabarkan dalam pertanyaan apakah siswa telah berusaha menyelesaikan tugas dengan baik dan benar? (3) kemauan berpartisipasi me-ngerjakan tugas dalam kelompok dengan jabaran (a) apakah siswa mau berpartisi-pasi mengerjakan tugasnya dalam kelom-pok (b) apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan?. Dalam penilaian proses guru yang menilai proses belajar siswa berdasarkan rubrik penilaian sikap. KESIMPULAN Pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia direncanakan melalui tahapan-tahapan yang meliputi pertama menyusun RPP, kedua menyusun lembar kerja siswa, ketiga pemilihan media yang sesuai dengan materi pembelajaran, dan keempat penilaian. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu, 1086 ISBN: 978-602-1150-17-7 kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan inti proses kegiatan pembelajarannya memanfaatkan media peta bertingkat. Pembelajaran terlaksana dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam RPP. Dalam proses pembelajaran siswa menunjukan semangat belajar yang tinggi, suasana kelas yang meyenangkan. Berdasarkan penilaian hasil dan proses pada pembelajaran mendiskripsikan perkembangan wilayah laut teritorial Indonesia dengan penggunaan media gambar peta bertingkat siswa kelas VI SDN Giripurno 03 yang berjumlah 37 orang 92% berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan 75. Hasil ini menunjukan bahwa penggunaan media gambar peta bertingkat sudah dikuasai oleh siswa, mampu memotavasi, mendorong semangat belajar, dan meningkatkan kreativitas. DAFTAR RUJUKAN Sudrajat, A. 2008. Media Pembelajaran. (Online), (http://akhma-dsudrajat.wordpress.com/ 2008/01/12/media-pembelajaran, diakses tanggal 10 Pebruari 2016). Tawatuan, M, 2013. Penggunaan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Essang Kec. Gemeh Kabupaten Talaud. Jurnal TEQIP-SMP. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang Tasbillah, Muhammad, 2016. Media Pembelajaran, Pendidikan, Makalah. (Online). (mediapembelajaran-unm.blogspot.co.id/2013/04/undang-undang-ri-no-20thn-2003-tent ang_2005.html?m=1. diakses tanggal 13 Maret 2016) Agustaman. 2016. Peraturan perundang – undangan. (Online). (https://agustaman. wordpress. com/ peraturan-perundang-undangan/. Diakses tanggal 12 Maret 2016). Fatkoer. 2014. Format RPP pada Permendikbud Nomor 103 tahun 2014. (Online).( https:// fatkoer.wordpress.com/2014/11/07/format-rpp-pada-permendibud-nomor-103-tahun-20 14-tentang-pedoman-pelaksanaan-pembelajaran/, diakses tanggal 13 Maret 2016) 1087 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERJUANGAN TOKOH PEJUANG JAMAN PENJAJAHAN BELANDA DI KELAS V SEKOLAH DASAR CITRA BUNDA BATU Suciati SD Citra Bunda Batu [email protected] Abstrak : Rendahnya mutu pembelajaran IPS kelas V SD Citra Bunda tentang perjuangan tokoh maka dirancang penelitian tindakan kelas ( PTK ) untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan menggunaan gambar seri. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus peneliti yang dibantu 2 observer dari teman sejawat. Obyek yang diteliti aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kemampuan siswa mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda. Prosedur pengumpulan data dilakukan teknik tes dan nontes yaitu observasi dan tes tertulis. Instrumen penelitian ini berupa : 1) lembar kerja siswa, 2) lembar observasi, 3) lembar soal tes. Indikator keberhasilan adalah ada 17 siswa yang mendapat skor “ B “ untuk nilai aktivitas belajar dan 17 siswa mendapat nilai diatas KKM. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan. Kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 45% siswa mendapatkan nilai kategori B untuk aktivitas siswa, pada siklus I menjadi 60% dan pada siklus II menjadi 90%. Aspek hasil belajarpun meningkat, pada kegiatan pra siklus (40%) mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada siklus I mencapai 75% dengan nilai rata-rata 86 dan pada siklus II mencapai ada 85% dengan nilai rata rata mencapai 84. Disimpulkan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskrpsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. Kata Kunci : gambar seri, peningkatan, hasil belajar. Dalam Kurikulum SD Tahun 2006 , pengajaran IPS bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari (Permendiknas, 2006). Ilmu pengetahuan sosial membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dengan berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Menurut Somantri dalam Lasmawan ( 2014 ) Ilmu pengetahuan sosial diajarkan di sekolah dasar, dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga negara yang baik, seperti yang diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat, dan agama. Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. Silabus mata pelajaran IPS di kelas V semester II Kurikulum SD Citra Bunda memuat KD pendiskripsian perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda. Materi ini sangat berguna bagi siswa dalam upaya menguasai kompetensi pada pembelajaran berikutnya. Selain itu juga memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengembangkan rasa menghargai perjuangan pahlawan dan menanamkan rasa nasionalisme. Hal ini penting untuk membangkitkan motivasi dalam mengembangkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari hari. Berdasar data hasil capaian siswa pada proses pembelajaran tentang mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada jaman penjajahan Belanda, khususnya di era zaman penjajahan Belanda yang bersifat kedaerahan ternyata masih belum memenuhi harapan. Pengamatan pada proses belajar mengajar yang dilaksanakan, menunjukkan sikap siswa kurang 1088 ISBN: 978-602-1150-17-7 antusias dan tidak tertarik. Hal ini tampak pada hasil penilaian aspek sikap yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran, hanya 55% atau 11 siswa yang mendapatkan nilai kategori B. Demikian juga hasil ulangan, jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 40 % atau 8 siswa dari keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain dari segi materi, siswa dan guru. Dari segi materi, materi ini bukan merupakan peristiwa yang bersifat aktual tetapi hanya bersifat pengetahuan tentang peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Anak sulit membayangkan situasi pada jaman Belanda karna sangat jauh berbeda dengan situasi yang dihadapi sekarang. apalagi harus menghafal sederetan nama waktu, dan tempat peristiwa. Hal ini tentunya membuat anak kurang tertarik dan kurang antusias. Dari segi guru karena materi bersifat pemaparan maka guru cenderung ceramah, interaksi pembelajaran bersifat guru sentries,siswa cenderung pasif sehingga pembelajaran tidak bermakna bagi anak. Fakta ini dijadikan indikasi bahwa pemahaman siswa tentang perjuangan para tokoh pejuang masih kurang, jika hal ini tidak segera di atasi akan berdampak pada tingkat penguasaan materi pada tahap berikutnya Dengan kata lain materi pendeskripsian perjuangan tokoh pada jaman Belanda yang bersifat kedaerahan ini merupakan prasyarat untuk menguasai materi perjuangan tokoh yang bersifat pergerakan nasional.Dengan demikian KD yang dirumuskan dalam kurikulum tidak tercapai. Oleh sebab itu perlu dicari upaya agar kemampuan mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang dengan menggunakan media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa. Media pembelajaran yang sesuai merupakan hal yang penting, karena media belajar merupakan sumber belajar yang harus dikembangkan demi tercapainya hasil belajar yang optimal. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Hidayat ( 2008) bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan suatu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa, siswa sebanyak-banyaknya berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diharapkan dapat diwujudkan proses pembelajaran mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan menggunakan media gambar seri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gambar seri adalah gambar satu dengan gambar lainnya memiliki hubungan keruntutan peristiwa. Dengan kata lain gambar seri adalah gambar yang berurutan dalam menyajikan informasi yang terdapat pada gambar. Menurut Yuliadi ( 2009) alasan digunakannya media gambar seri adalah agar media gambar tersebut membantu menyajikan suatu kejadian peristiwa yang kronologis dengan menghadirkan orang, benda, dan latar belakang. Kronologi atau urutan kejadian peristiwa dapat memudahkan siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan bercerita. Disamping itu gambar seri sebagai media pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran, menarik perhatian anak, membantu daya ingat sehingga anak terdorong lebih giat belajar. Selain itu media gambar seri juga bermanfaat memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, mengatasi sikap pasif anak, dan memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan lingkungannya. Melalui penggunaan media gambar diharapkan pembelajaran yang dilakukan guru mudah diingat , sajian materi lebih bermakna sehingga menarik anak dan dapat dijadikan prasyarat menguasai materi berikutnya. Dari hasil studi pustaka yang dilakukan peneliti, media gambar seri banyak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan IPS yang mengungkapkan bahwa penggunaan gambar seri dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi proses maupun hasil, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009) bahwa ada kenaikan hasil prestasi siswa 43,5 menjadi 63 di Siklus I dan menjadi 75 pada Siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I mencapai 58,93% dan menjadi 80,35% di Siklus II. Disarankan bahwa untuk materi sejarah sebaiknya menggunakan gambar media seri. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang 1089 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dilakukan oleh Saktiani (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan hasil belajar siswa. Prawira (2014) menemukan bahwa penggunaan media gambar seri meningkatkan kemampuan menggungkapkan pendapat siswa kelas IV tentang materi perkembangan tehnologi produksi,komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Berdasarkan pembahasan di atas dirumuskan masalah (1). Apakah penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.(2). Apakah penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan prestasi pembelajaran perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda pada siswa kelas V di SD Citra Bunda Batu. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk (1). mengetahui penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, (2). mendeskripsikan penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan prestasi pembelajaran perjuangan tokoh pejuang masa penjajahan Belanda. Adapun manfaat penelitian ini adalah (1). meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga mampu mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda, (2). meningkatkan hasil belajar siswa dalam mendiskripsikan perjuang tokoh pejuang Materi deskripsi tokoh perjuangan jaman Belanda di kelas V pada semester II ini meliputi tokoh perjuangan yang bersifat kedaerahan, perjuangan tokoh yang bersefat pergerakan dan perjuangan tokoh peristiwa sumpah pemuda. Dalam penelitian ini diberikan batasan pada materi tokoh pejuang yang bersifat kedaerahan. Mutu pembelajaran dalam penelitian ini meliputi aktivitas siswa dan hasil belajarnya METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran sebagaimana yang tertulis dalam Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis sebagai upaya guru untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Artinya perbuatan yang dilakukan guru berupa tindakan perbaikan yang dirancang sebaik-baiknya, dilaksanakan dan dievaluasi untuk peningkatan mutu pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus peneliti dengan dibantu oleh 2 orserver dari teman sejawat. Penelitian direncanakan sebanyak dua siklus. Siklus pertama dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada pra siklus. Siklus kedua dilaksanakan jika target ketercapaian prestasi hasil belajar pada siklus pertama belum tercapai. Perencanaan siklus ke II dirancang berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Citra Bunda Batu pada semester II, Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas V sebanyak 20 orang siswa. Dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret tahun 2016, pada jam pelajaran di kelas dengan alokasi 3 jam pelajaran yaitu 105 menit. Obyek yang diteliti adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda. Prosedur pengumpulan data dilakukan teknik tes dan nontes yaitu observasi dan tes tertulis. Kegiatan observasi untuk memperoleh data tingkat keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar dan saat mengerjakan lembar kerja. Untuk memperoleh data tingkat kemampuan siswa dilakukan tes tertulis setelah kegiatan belajar mengajar. Instrumen penelitian ini berupa, (1) lembar kerja siswa, (2). lembar observasi untuk kemampuan guru dan keterlibatan siswa yang akan diisi oleh observer dan lembar pengamatan untuk keterlibatan siswa yang diisi oleh guru, (3). lembar soal tes. 1090 ISBN: 978-602-1150-17-7 Instrumen lembar kerja digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa selama proses belajar mengajar. Lembar pengamatan untuk observer dirancang untuk merekam data yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengajar. Lembar pengamatan siswa dirancang untuk menjaring tiga sikap yang dijadikan indikator tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu keaktifan, kerjasama dan ketepatan. Masing masing indikator dibuatkan rubrik penilaian dengan rentang nilai 1-4 dan membuat table konversi. Indikator keberhasilan yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah 17 (85%) dari 20 siswa di kelas V SD Citra Bunda mencapai nilai standar ” B “ untuk aktivitas pembelajaran. Lembar soal tulis terdiri atas 15 butir soal yang terdiri atas 10 butir bentuk isian dan 5 butir bentuk uraian. Indikator keberhasilan hasil belajar jika 17 (85%) siswa mencapai KKM. KKM untuk KD ini minimal 73. Dengan kata lain penelitian ini dikatakan berhasil jika ada 17 siswa yang mendapat skor “ B “ untuk aktivitas siswa dan 17 siswa yang mendapat nilai sesuai KKM HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Perencanaan Kegiatan siklus pertama dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar pada pra tindakan. Peneliti bersama observer melakukan identifikasi masalah pembelajaran yang terjadi pada tahap pra tindakan.Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi IPS pada semester II pada buku kurikulum, (2) mempelajari Indikator pada silabus, (3) menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran yang akan digunakan sebagai rencana tindakan, (4) mengembangkan media yaitu gambar seri, (5). menyusun Instrumen Penelitian yaitu lembar tugas siswa, lembar observasi dan lembar soal tes tertulis, (6). menyusun indicator keberhasilan,(7) menentukan jadwal pelaksanaan. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dimulai dari kegiatan pengembangan Kompetensi Dasar yaitu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Jepang dan Belanda menjadi tiga indicator. Indikatir tersebut adalah (1) mengedentifikasi sebab sebab jatuhnya nusantara ke dalam kekuasaan Belanda,(2) mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda, (3) mendiskripsikan sikap sikap yang perlu diteladani dari tokoh pejuang Zaman penjajahan Belanda. Dari tiga indikator tesebut dijabarkan menjadi 8 tujuan yang harus dicapai anak dalam kegiatan siklus pertama ini. Metode yang digunakan adalah pemberian tugas dan kerja kelompok dengan pola Numbered Head Together. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan sebagaimana tertulis pada RPP meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pengembangan media pembelajaran digunakan berupa gambar seri tentang Pangeran Diponegoro yang terdiri atas 4 lembar gambar tentang perjuangan Pangeran Dipanegoro. Lembar kerja yang disiapkan dikerjakan secara kelompok tentang deskripsi perjuangan para tokoh pejuang. Peneliti juga merancang lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar untuk merekam tingkat keterlibatan siswa dan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk memperoleh data kemajuan belajar peneliti merancang serangkaian soal tes yang akan dikerjakan siswa pada akhir kegiatan belajar mengajar. Soal tes berbentuk isian dan uraian. Setelah selesai pembelajaran peneliti melakukan diskusi bersama observer membahas tentang hasil kegiatan. Pelaksanaan Kegiatan siklus pertama dilaksanakan pada Hari Jumat, tanggal 11 Maret 2016. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dibantu oleh 2 orang observer. Kegiatan dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pada kegiatan awal dimulai dengan 1091 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa, memasang peta Indonesia di papan tulis, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak. Pada kegiatan inti guru meminta salah satu siswa membaca buku siswa tentang keadaan nusantara dan perjuangan tokoh pejuang. Selanjutnya dengan menggunakan peta siswa bersama sama guru menceritakan tentang keadaan nusantara sebelum penjajahan Belanda. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota, tiap tiap kelompok menamakan diri kelompok Patimura, Diponegara, Cut Nyak Dien dan Imam bonjol. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya lembar kerja dengan cara mendiskusikan deskripsi secara kronologis perjuangan Pangeran Diponegoro berdasarkan urutan gambar seri dan mendiskripsikan sifat-sifat yang perlu diteladaninya selama 50‟. Setiap anggota harus dapat mengerjakannya, secara bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok dengan cara guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan bertanya atau melengkapi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Kemudian dilanjutkan dengan bimbingan guru menyimpulkan materi. Pada kegiatan penutup dilakukan refleksi dengan siswa untuk menggali pendapat anak tentang pelaksanaan kegiatan belajar. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer terhadap jalannya proses pembelajaran ,merekam gejala gejala yang tampak dalam proses pembelajaran antara lain mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, perubahan perubahan yang terjadi akibat pembelajaran. Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa, memasang peta Indonesia di papan tulis, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan guru dengan baik,suasana kelas menjadi aktif, pada umumnya siswa tampak antusias dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. Siswa antusias memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan siswa karena guru menggunakan bahasa lisan yang jelas, runtut dan mudah dipahami namun guru kurang menekankan bahwa setiap anggota kelompok harus menguasai tugasnya karena harus siap a dipanggil sesuai dengan nomer yang dimiliki. sehingga ada siswa yang kurang memahami apa yang harus dikerjakan. Kegiatan inti diawali dengan guru meminta salah satu siswa membaca buku siswa tentang kondisi nusantara dan perjuangan tokoh pejuang jaman Belanda.Kegiatan ini diikuti oleh siswa dengan seksama namun guru lebih konsentrasi pada siswa yang membaca sehingga ada dua siswa yang duduk di belakang membuka halaman tidak sesuai dengan yang dibaca temannya. Selanjutnya dengan menggunakan peta siswa bersama sama guru menceritakan tentang keadaan nusantara sebelum penjajahan Belanda. Kegiatan dilakukan oleh guru dengan baik namun karna guru tidak meminta siswa untuk menceritakan secara individu tetapi secara klasikal sehingga masih ada beberapa siswa yang belum memiliki pemahaman dengan benar, cenderung hanya ikut–ikutan saja. 1092 ISBN: 978-602-1150-17-7 Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota untuk mengerjakan lembar kerja. Dalam kegiatan ini siswa berdiskusi mengerjakan LKS dengan menggunakan media gambar seri siswa mendeskripsikan perjuangan Pangeran Diponegoro dan sifat-sifat yang perlu diteladani selama 50‟ ( lima puluh menit ) secara bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan. Kegiatan ini berjalan dengan baik, selama kegiatan ini sebagian besar siswa tampak aktif dan senang dalam mengerjakan tugas, karna dengan menggunakan media gambar seri membuat anak lebih terarah dalam mengungkapkan idenya, meskipun masih ada dua orang dalam kelompok Patimura masih pasif, ragu-ragu mengungkapkan pendapat. Juga pada kelompok Cut Nyak Dien ada satu anak belum konsentrasi terhadap tugas yang dikerjakan. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil, dengan cara guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerjasama mereka. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan bertanya atau melengkapi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Setelah itu dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan ini pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan kegiatan presentasi yang dilakukan temannya. Hal ini terjadi karena siswa tidak memahami presentasi teman secara jelas. Ada beberapa pertanyaan menurut peneliti dan observer yang menarik ,contohnya pertanyaan yang diajukan pada saat siswa diberi kesempatan bertanya adalah “ Apakah benar wajah Pangeran Diponegoro seperti itu ?”. “ Mengapa Pangeran Diponegoro tidak menggunakan senjata pistol “ Ada pertanyaan juga “Pangeran Diponegoro kalah dengan Belanda, tapi mengapa disebut pahlawan?” Pada saat menyimpulkan hasil diskusi guru hanya memperhatikan siswa yang terlibat saja, sehingga ada beberapa siswa hanya melihat saja dan ada beberapa pertanyaan siswa yang kurang mendapat jawaban dengan jelas oleh guru.Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik, setiap siswa dapat mengerjakan soal dengan tenang. Refleksi Tahap ini merupakan tindakan yang dilakukan peneliti dengan mitra peneliti dalam rangka menemukan kelemahan dan kekurangan pada kegiatan siklus I. Refleksi dilakukan dengan melihat catatan pada setiap kegiatan mulai observasi sampai pada pelaksanaan di kelas saat proses pembelajaran. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik skala penilaian guna mendapatkan kecenderungan yang terjadi. Dari data-data yang ditemukan diidentifikasi penyebabnya dan dicari pemecahannya. Rekomendasi tindak lanjut ditentukan berdasarkan kegiatan refleksi ini. Tujuannya untuk menentukan perbaikan- perbaikan yang harus dilakukan pada proses pembelajaran pada siklus ke dua. Hasil diskusi dengan observer ditemukan bahwa (1) masih ada siswa yang kurang antusias dan tidak mau mengungkapkan pendapat, (2) dari segi hasil masih terdapat 5 ( 25%) siswa yang belum mencapai KKM ( 73 ) atau 15 ( 75% )siswa yang sudah mencapai KKM, (3) ada 8 (40%) siswa yang belum mencapai nilai B untuk aktivitas pembelajaran atau 12 ( 60% ) siswa yang sudah mendapat nilai kategori B, (3) rata rata hasil tes adalah 86, (4) guru masih cenderung sering memberi instruksi dan pengarahan serta ceramah, (5) ada penjelasan guru yang kurang jelas terhadap pertanyaan siswa, (6) materi kurang luas , anak cepat selesai mengerjakan tugas sehingga tidak sesuai dengan pengorganisasian waktu yang direncanakan. Dengan kata lain hasil kegiatan siklus I adalah dari 20 siswa ada 12 ( 60%) siswa yang termasuk kategori „B‟ pada aspek aktivitas siswa, dan dari hasil tes tulis yang dilakukan ternyata ada 15 ( 80%) siswa yang mencapai KKM. Padahal indikator keberhasilan penelitian ini adalah 1093 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur jika ada 17 ( 85% ) siswa yang mendapat skor “ B “ dan 17 (85% ) siswa yang mendapat sesuai KKM. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi maka pada siklus II perlu dilakukan perbaikan yaitu pengembangan materi agar lebih luas, perbaikan kegiatan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran khusus dalam mengoptimalkan aktivitas siswa dan pengembangan media agar lebih menarik. Hal keterlibatan siswa pada siklus II akan menjadi fokus perbaikan yang utama, karena hasil dari Siklus I aktivitas siswa belum maksimal sedangkan dari segi hasil penguasaan materi sudah mendekati harapan. Siklus Kedua Perencanaan Kegiatan siklus kedua dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil belajar pada tahap siklus pertama . Peneliti bersama observer melakukan identifikasi masalah masalah pembelajaran yang terjadi pada kegiatan siklus pertama.Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut (1) memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pengajaran ( RPP ) yang akan digunakan sebagai rencana tindakan, khususnya memfokuskan pada optimalisasi keterlibatan siswa, mengingat pada siklus I keterlibatan siswa masih kurang maksimal, (2) mengembangkan media yang lebih bervariasi sesuai materi, (3) mengembangkan instrumen lembar tugas siswa yang dimodifikasi sesuai pengembangan materi pada RPP, (4) menyusun Instrumen Penelitian yaitu lembar tugas siswa, lembar observasi dan lembar soal tes tertulis, (5) menggunakan acuan indikator keberhasilan sebagaimana direncanakan pada siklus I, dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan. Siklus kedua direncanakan menggunakan metode kelompok, model Tim Ahli yang dikembangkan oleh Jigsaw. RPP yang disusun meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pengembangan media pembelajaran digunakan berupa gambar seri tentang Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol dan Patimura. Lembar kerja yang disiapkan dikerjakan secara kelompok tentang deskripsi perjuangan para tokoh pejuang. Peneliti juga merancang lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar untuk merekam tingkat keterlibatan siswa dan kemampuan guru dalam mengajar. Untuk memperoleh data kemajuan belajar peneliti merancang serangkaian soal tes yang akan dikerjakan siswa pada akhir kegiatan belajar mengajar. Soal tes berbentuk isian dan uraian. Setelah selesai pembelajaran peneliti melakukan diskusi bersama observer membahas tentang hasil kegiatan. Pelaksanaan Kegiatan siklus II dilaksanakan pada Hari Rabu, tanggal 13 April 2016. Kegiatan dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kegiatan awal dimulai dengan pemberian salam, mengajak siswa berdoa, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak. Pada kegiatan inti guru meminta salah satu siswa menceritakan perjuangan Pangeran Diponegoro. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota, tiap tiap kelompok menamakan diri kelompok Diponegoro, Cut Nyak Dien, Imam bonjol dan Patimura. Anggota kelompok tetap seperti pengelompokan pada siklus I. Setiap siswa dalam kelompok mendapat bagian materi yang berbeda dan tugas yang berbeda. Kemudian tiap anggota dalam kelompok berkumpul dengan anggota kelompok lainnya yang mendapat tugas yang sama. Mereka berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan menggunakan gambar seri mendeskripsikan perjuangan tokoh sesuai dengan tugasnya selama 50‟. dan memastikan tiap anggota kelompok ahli dapat mengerjakannya, secara bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang 1094 ISBN: 978-602-1150-17-7 sudah direncanakan. Kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar anggota mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan mengerjakan LKS secara bersama-sama.. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan bertanya atau melengkapi hasil presentasi. Masing masing kelompok mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Kemudian dengan bimbingan guru secara bersama sama siswa menyimpulkan materi. Pada kegiatan penutup dilakukan refleksi dengan siswa untuk menggali pendapat anak tentang pelaksanaan kegiatan belajar. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Pengamatan Pada kegiatan awal dimulai dengan kegiatan pemberian salam, mengajak siswa berdoa, mengkondisikan siswa agar siap belajar dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal anak tentang materi yang akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan guru dengan baik,suasana kelas menjadi aktif, pada umumnya siswa tampak antusias dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. Siswa antusias memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang harus dilakukan siswa karena guru menggunakan bahasa lisan yang jelas, runtut dan mudah dipahami dan dituliskan secara singkat di papan tulis dengan gambar ilustrasi berkaitan model belajar Jigsaw.. Pada kegiatan inti diawali dengan guru meminta salah satu siswa menceritakan tentang perjuangan Pangeran Diponegoro. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru maupun siswa dengan baik . Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal, siswa menjawab dengan cara mengacungkan tangan. Siswa tampak antusias dalam menerima tugas guru hal ini karena anak sudah pernah mendapatkan materi pada siklus I. Kemudian dengan bimbingan guru siswa membentuk 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 anggota. Setiap siswa dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. Kemudian tiap anggota dalam kelompok berkumpul dengan anggota kelompok lainnya yang mendapat tugas yang sama. ( kelompok ahli). Mereka berdiskusi dan mengerjakan LKS dengan menggunakan gambar seri mendeskripsikan perjuangan tokoh sesuai dengan tugasnya masing-masing selama 50‟. dan memastikan tiap anggota kelompok ahli dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya. Secara bersamaan guru berkeliling melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan yang sudah direncanakan. Kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar anggota mereka tentang materi yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, dilanjutkan megerjakan LKS. Kegiatan ini berjalan dengan baik, selama kegiatan sebagian besar siswa tampak aktif dan senang dalam mengerjakan tugas, karna dengan menggunakan media gambar seri membuat anak lebih terarah dalam mengungkapkan idenya. Saat anggota tim ahli kembali ke kelompok asal, anggota kelompok tampak tertarik dengan penjelasan temannya karena materi mereka berbeda dengan yang dia kerjakan. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil masing masing kelompok ahli dengan cara guru menawarkan siapa yang berani mempresentasikan materi yang didapatkan dari hasil kerjasama ketika bersama tim ahli. Anggota kelompok lainnya menanggapi dengan bertanya atau melengkapi hasil presentasi. Masing masing wakil dari kelompok ahli mendapat kesempatan mempresentasikan hasil diskusi selama 5‟. Setelah itu dilanjutkan dengan menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan ini pada dasarnya sudah berjalan dengan baik namun masih ada dua siswa yang tidak memperhatikan kegiatan presentasi yang dilakukan temannya dari kelompok Imam Bonjol. Namun guru sudah melakukan tindakan yang tepat dengan cara memberikan arahan dengan 1095 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur bahasa isyarat sehingga mereka segera konsentrasi terhadap kegiatan presentasi. Dalam siklus II ini ada beberapa pertanyaan namun menurut peneliti dan observer yang paling menarik, “ Mengapa pahlawan kita kalah semua Bu “. Guru menjawab dengan jelas dan denga bahasa yang mudah dipahami anak dengan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari, bahwa pahlawan kita sebenarnya dapat menang dalam mengusir penjajah Belanda tetapi karena belum bersatu dan masih bersifat kedaerahan maka mudah diadu domba.. Pada saat menyimpulkan hasil diskusi guru sudah memperhatikan seluruh siswa, sehingga siswa terlibat aktif dalam menyimpulkan materi. Guru menekankan pada pentingnya persatuan dan kesatuan dalam membela tanah air. Guru memberikan penekanan juga terhadap pentingnya menghargai jasa perjuangan para pahlawan dengan cara belajar yang rajin dan berperilaku sesuai budaya bangsa Indonesia. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan siswa mengerjakan pos tes selama 20 menit dan diakhiri dengan doa bersama. Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik, setiap siswa dapat mengerjakan soal dengan tenang. Refleksi Hasil diskusi dengan observer ditemukan bahwa (1) secara umum seluruh siswa menunjukkan sikap yang antusias dan tertarik dengan materi maupun kegiatan pembelajaran (2) dari segi hasil terdapat 18 ( 90%) siswa yang mencapai KKM ( 73 ) dan ada 2 (10%) siswa yang belum mencapai KKM. ( 3) ada 17 (85%) siswa yang sudah mencapai nilai B untuk aktivitas siswa dan ada 3 ( 15%) siswa yang belum mendapatkan kategori B, ( 4) rata rata nilai hasil tes telah mencapai 84, turun 0,2 dibandingkan hasil tes pada siklus I, (5) guru tidak mendominasi kegiatan dan jarang memberi instruksi dan pengarahan serta ceramah, (6) guru sudah menjawab pertanyaan siswa dengan bahasa yang dipahami siswa, (7) Guru sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP, (8) guru memberikan waktu yang cukup dalam kerja kelompok saat mengerjakan LKS, ( 9 ), materi menarik , anak dapat mengerjakan tugas sesuai dengan pengorganisasian waktu yang direncanakan. Karena hasil kegiatan siklus II menunjukkan dari 20 siswa ada 17 siswa yang termasuk kategori „B‟ pada aspek aktivitas siswa, dan dari hasil tes tulis yang dilakukan ternyata ada 18 siswa yang mencapai KKM. Nilai rata rata hasil tes mencapai 84 maka hal ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini. Dengan meningkatnya hasil pembelajaran baik dari segi hasil maupun proses ini maka kegiatan penelitian telah selesai. Rata rata hasil tes pada siklus II mengalami penurunan karena materi pada siklus lebih luas dibandingkan materi pada kegiatan siklus I yaitu tentang perjuangan Pangeran Diponegoro saja. Pembahasan Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V SD Citra Bunda Batu pada tahun pelajaran 2015/2016, yang dilakukan sebanyak 2 siklus membuktikan bahwa penggunaan gambar seri dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan dari 20 siswa hanya ada 9 ( 45% ) siswa yang mendapatkan nilai kategori B untuk keterlibatan siswa dalam pembelajaran, meningkat pada siklus I menjadi 12 ( 60%) dan pada kegiatan siklus II menjadi 18 ( 90%). Dari aspek hasil belajarpun juga terjadi peningkatan, pada kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 8 (40%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada kegiatan siklus I mencapai 15 ( 75%) dengan nilai rata-rata 86 dan pada kegiatan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM berjumlah 17 ( 85%) dengan nilai rata rata kelas mencapai 84. Penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kualitas pengajaran baik dari segi proses maupun hasil yang dilakukan peneliti sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya baik dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia maupun pada 1096 ISBN: 978-602-1150-17-7 pembelajaran IPS diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009) bahwa ada kenaikan hasil prestasi siswa 43,5 menjadi 63 di Siklus I dan menjadi 75 pada Siklus II, Aktivitas siswa pada siklus I mencapai 58,93% dan menjadi 80,35% di Siklus II, disarankan bahwa untuk materi sejarah sebaiknya menggunakan gambar media seri. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saktiani (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan gambar seri meningkatkan hasil belajar siswa. Juga hasil penelitian yang dilakukan Prawira (2014) bahwa penggunaan media gambar seri meningkatkan kemampuan menggungkapkan pendapat siswa kelas IV tentang materi perkembangan tehnologi produksi,komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Didukung pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto ( 2012) bahwa penerapan gambar seri bermanfaat dalam pembelajaran menulis, membantu siswa menemukan ide – ide cerita dengan kreatif. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Tagur dan kawan-kawannya ( 2012) bahwa rendahnya menulis karangan narasi di kelas V SDN Arjasa Jember dapat diatasi dengan penggunaan media gambar seri. Peningkatan mutu pembelajaran dengan menggunakan gambar seri pada siswa kelas V SD Citra Bunda karena media gambar seri berpeluang meningkatkan perhatian, dan memberikan ide atau arahan sehingga anak berusaha mendeskripsikan perjuangan tokoh pahlawan dengan bahasanya sendiri berdasarkan urutan gambar. Penggunaan media gambar seri mendorong siswa terlibat aktif, antusias dan ketertarikan baik pada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru. Penggunaan gambar seri membantu meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran, tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan tidak memberikan pengarahan terus menerus. PENUTUP Kesimpulan Hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SD Citra Bunda Batu pada tahun pelajaran 2015/2016, yang dilakukan sebanyak 2 siklus ternyata penggunaan gambar seri dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mendeskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan dari 20 siswa hanya ada 9 ( 45% ) siswa yang mendapatkan nilai kategori B untuk keterlibatan siswa dalam pembelajaran,terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 12 ( 60%) dan pada kegiatan siklus II mencapai 18 ( 90%). Dari aspek hasil belajarpun terjadi peningkatan, pada kegiatan pra siklus dari 20 siswa ada 8 (40%) yang mencapai KKM dengan nilai rata-rata 68, pada kegiatan siklus I mencapai 15 ( 75%) dengan nilai rata-rata 86 dan pada kegiatan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM berjumlah 17 ( 85%) dengan nilai rata rata kelas mencapai 84. Penurunan rata-rata nilai dari kegiatan siklus I ini karena materi pada siklus II lebih luas yaitu tentang perjuangan tokoh Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol dan Patimura sedangkan materi pada kegiatan siklus I hanya berkaitan dengan Pangeran Diponegoro. Peningkatan prestasi siswa disebabkan karena siswa telah memahami materi yang diajarkan karena siswa telah terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa menunjukkan sikap antusias dan ketertarikan baik pada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru. Selain itu hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar seri juga dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa mendiskripsikan perjuangan tokoh pejuang pada jaman Belanda. mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran, tidak terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan tidak memberikan pengarahan terus menerus. 1097 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dengan demikian kegiatan penelitian telah menemukan jawaban dari masalah sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah dalam penelitian ini. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD Citra Bunda Batu dalam mendiskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada jaman Belanda maka peneliti ingin menyampaikan saran pada guru bahwa untuk materi sejarah atau pelajaran lainnya, gambar seri sebagai media pembelajaran dapat membantu menyampaikan pelajaran, mengurangi dominasi guru.Melalui penggunaan media gambar seri pembelajaran lebih bermakna, karena bermanfaat memperjelas penyajian pesan, mengurangi verbalistis, mengatasi sikap pasif anak, dan memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan lingkungannya. sehingga menarik perhatian, anak terdorong lebih giat belajar. DAFTAR PUSTAKA Budiyanto( 2012).Penerapan Media Gambar Seri Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengarang Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester I Di Sdn Kuwawur 02 Kabupaten Pati, Naskah Publikasi. Program Studi PGSD. Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam http://eprints.ums.ac.id/21614/1/3._HALAMAN_ DEPAN. Diakses 6-3-2016. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan( 1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta :Balai Pustaka. Hidayat, Mujinem, dkk. ( 2008 ). Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kasiani (2008). Model Model Pembelajaran. Diktat. Materi PLPG.Panitia Sertifikasi Guru Rayon 15.Universitas Negeri Malang Lasmawan (2010). Tujuan Pembelajaran IPS.dalam http://lasmawan.blogspot.co.id /2010/10/tujuan-pembelajaran-ips-di-sekolah.html diakses 6-3-2016. Permendiknas no 22 Tahun 2006. Tentang Standar Kopentensi Isi untuk Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Jakarta. Prawira, Yudha Okta (2014). Penelitian Tindakan Kelas Penggunaan gambar Seri Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat di Kelas VI SDN Cisalasih dalam Materi Pokok Mengenal Perkembangan Tehnologi Produksi, Komunikasi, dan Transpotasi Serta Pengalaman Menggunakannya.Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, dalam http://repository.upi.edu/13826/2/S_PGSD_1003529 _Abstract.pdf diakses 6-3-2016. Saktiani,Wiwit (2013). Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Produksi Padi melalui Media Gambar seri di Sekolah Dasar, Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, dalam http://repository.upi.edu/5999/1/S_IPS_KDTASIK_0903565_Title.pdf diakses 27-2-2016. Tagur ,Herman Yoseph,dkk (2013). Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas Iii Sdk Rangga Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat, J-TEQIP,Tahun III, Nomor 1, Mei 2012. http://teqip.com/wp-content/uploads/2013/11/42-46.pdf. diakses 6-3-2016. Umiarsih (2009). Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Pancur 01 Pasuruan, Skripsi, Universitas Negeri Malang, dalam http://library.um.ac.id/free-contents/download/ pub/pub.php/ 38733.pdf diakses 27-2-2016. 1098 ISBN: 978-602-1150-17-7 --------- (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama, diakses 6-3=2016. Yuliadi, Musli ( 2014). Media Gambar Seri ( on line) |http://mi1kelayu.blogspot.co.id /2014/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html, diakses 26-2-2016. 1099 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMAHAMI AKTIVITAS DAN PERUBAHAN KEHIDUPAN MANUSIA PADA SISWA KELAS 5 SD MUHAMMADIYAH 4 BATU Rakhmad Supriadi SD Muhammadiyah 4 Batu, Kota Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian dilakukan dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah 4 Batu. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran materi memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia menggunakan media gambar terbukti dapat memperbaiki pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah 4 Batu. Media gambar membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran menjadi optimalsuasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, siswa bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran, aktif dalam diskusi kelompok, dan hasil belajar mereka juga lebih meningkat yakni: 96,5% siswa mencapai KKM. Kata Kunci: media, gambar , aktivitas manusia, hasil belajar Keberhasilan proses pembelajaran sangat penting dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran maupun perilaku dan sikap guru dalam mengelola proses belajar mengajar sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam menerapkan pengetahuannya di masyarakat dan lingkungannya. Pada pembelajaran di kelas V di SD Muhammadiyah 4 Batu pada umumnya siswa menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang mudah. Kondisi sekolah di pusat kota, jumlah siswa 28 anak laki-laki 15 dan perempuan 13, pada proses pembelajaran pada umumnya dengan metode ceramah, diskusi, penugasan . Dari pengamatan yang dilakukan di kelas V siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa sangat sedikit yang menjawab pertanyaan dari guru dan mengungkapkan pendapatnya setiap diminta oleh guru. Setelah pembelajaran guru memberikan tugas ternyata hasil pekerjaan 60 % tidak selesai, hasil prestasi belajar siswa kelas V kurang memuaskan yaitu dibawah KKM. Kurang optimalnya hasil belajar siswa tersebut diindikasikan dengan belum optimalnya hasil belajar siswa baik dari nilai rata-rata kelas maupun tingkat ketuntasan kelas, khususnya pada siswa kelas V di semester genap tahun pelajaran 2015/2016.Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilaksanakan pada awal semester genap, dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan kelas baru mencapai 45 %. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh masih di bawah KKM yang ditetapkan sebesar 7,25. Atas dasar hal tersebut maka siswa kelas V belum mencapai ketuntasan belajar. Hal tersebut setelah dilakukan analisis ternyata salah satu sebabnya adalah guru kelas V belum menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran IPS, sehingga siswa hanya pasif mudah bosan dan kurang tertarik dalam pembelajaran. Melihat kenyataan tersebut dibutuhkan suatu usaha untuk meningkatkan keaktifan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Penggunakan media pembelajaran berupa gambar mempermudah dalam menyampaikan pesan (isi atau materi ajar) dan lebih dapat diterima oleh peserta didik. Diharapkan dengan 1100 ISBN: 978-602-1150-17-7 pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien. Media atau bahan adalah perangkat lunak berisi pesan atau informasi pendidikan biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras sendiri merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Sudjana dan Ahmad Rifa‟i membedakan atau mengklasifikasikan media ke dalam empat kelompok, yaitu media grafis (dua dimensi), misalnya gambar, foto, dan grafik. Media tiga dimensi, misalnya model susun dan model kerja. Media proyeksi, misalnya OHP dan media lingkungan (alam) Media yang dipilih guru untuk mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan media gambar ilustrasi.Dengan media gambar ilustrasi diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa tersebut menjadi aktif bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran. Selain menumbuhkan keaktifan siswa, dengan menggunakan media gambar guru lebih mudah menyampaikan materi karena siswa dapat melihat langsung hal-hal yang berkaitan dengan penjelasan dari guru. Media pembelajaran berupa gambar memiliki kelebihan di mana para siswa akan lebih paham dan mengerti tentang materi yang disampaikan guru. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, siswa dapat lebih paham akan materi serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran adalah alat atau saranayang digunakan sebagai perantara (medium) untuk dapat menyampaikan pesan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu komunikasi yang terdapat unsur-unsur: sumber pesan (guru), penerima pesan (siswa), pesan (materi yang akan disampaikan).Fungsi MediaMenurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir (2002;13-15). Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, mengatasi ruang kelas, memungkinkan adanaya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman pengamatan, dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis, dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan penglaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang bersifat abstrak. Bentuk umun dari media gambar terangkum dalam pengertian dari media grafis. Karena media gambar merupakan bagian dari pembuatan media grafis. Sebelum kita nengetahui lebih lanjut mengenai media gambar ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari media grafis.Menurut (I Made Tegeh, 2008) media grafis atau graphic material adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual yang lain dengan maksud untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data kejadian. Batasan tersebut memberi gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan menggunakan indra pengelihatan. Media gambar merupakan media yang tepat dan baik digunakan dalam pembelajaran di sekolah dasar karena kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebutsebagai sebuah karakteristik dari media gambar itu sendiri. Kelebihan media gambar :Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu dikatakan asli. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis. Dari kelebihan media gambar tersebut maka peneliti memilih media gambar suatu upaya perbaikan dalam proses pembelajaran sehingga penguasaan konsep pada siswa semakin meningkat. 1101 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Aktivitasmenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas manusia adalah segala kegiatan yang dilakukan manusia dalam proses interaksi sesama manusia, manusia dengan alam lingkungan dalam kehidupannya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran Dimyati dan Mudjiono (2006). Definisi yang lain,hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahuHamalik (2008). Senada dengan Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Muhammadiyah 4 Batu pada mata pelajaran IPS materi Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional. Waktu penelitian dilaksanakan, yaitu pada hari Rabu, tanggal 16Maret 2016sampaiRabu, 23Maret 2016 dengan alokasi waktu 3 x 35 menit. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan,Pengamatan danRefleksi, yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 1 Permasa Siklus Perencana an Pelaksanaan tindakan I Refleksi tindakan I Pengumpula n data Perencana an Pelaksanaa n tindakan Refleksi tindakan Pengumpul an data Sikl Dilanjutkan ke siklus Gambar 1 Daur penelitian tindakan kelas Dan secara lebih detail penjelasan tiap tahapan sebagi berikut: Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, 1102 ISBN: 978-602-1150-17-7 pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) meliputi lembar kerja kelompok, menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi dan membuat media gambar ilustrasi . Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan langkah: Pembukaan: guru membuka pelajaran menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa. Kegiatan inti: guru menunjukan 4 gambar ilustrasi 1 siswa secara berkelompok berdiskusi untuk mengisi lembar kerja kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh kelompok yang lain. Kegiatan berikutnya siswa mengamati gambar 2 kemudian mengisi tes tulis dan dikumpulkan. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung di kelas dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan kegiatan belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.Refleksidilakukan setelah pembelajaran dipandu moderator, kesempatan pertama diberikan pada peneliti untuk memberikan ulasan kemudian pada observer untuk menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber (pakar) Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) meliputi lembar kerja kelompok dan individu .menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi dan membuat media gambar. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan langkah: Pembukaan: guru membuka pelajaran menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa. Kegiatan inti: guru menunjukan 8 gambar ilustrasi 1 siswa secara berkelompok berdiskusi untuk mengisi lembar kerja kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh kelompok yang lain. Kegiatan berikutnya siswa mengamati gambar 2 kemudian mengisi lembar kerja individu dan dikumpulkan. Pengamatan Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung di kelas dalam pelaksanaan pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan kegiatan belajar siswa dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan.Refleksidilakukan setelah pembelajaran dipandu moderator, kesempatan pertama diberikan pada peneliti untuk memberikan ulasan kemudian pada observer untuk menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber . HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian tindakan kelas di kelas V SD Muhammadiyah 4 Batu untuk mata pelajaran ilmu Pengetahuan Sosial pada kompetensi Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang 1103 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Berikut ini disajikan hasil penelitian tindakan kelas setiap siklusnya yakni: Siklus I Penelitian siklus I yang telah dilaksanakan pada tanggal 16dan 23 Maret 2016dengan hasil sebagai berikut: Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Menetukantujuan, materi pembelajaran serta pendekatan, metode, kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan inti dan penutup kemudian menetukan sumber dan media pembelajaran dan merumuskan penilaian serta menyusun lembar kerja siswa secara kelompok,menyusun lembar observasi guru dan siswa dan membuat media gambar ilustrasi terdiri dari 4 gambar besar. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan berdo‟a bersama menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa. Kegiatan inti: guru membagi siswa menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 oarang siswa. Guru menunjukan 4 gambar ilustrasi ukuran 60 x 80 yang berisi tentang, gambar manusia individu, gambar manusia berkelompok, teknologi jaman dulu dan jaman modern, sampah, polusi, penebangan pohon. Siswa secara berkelompok mengamati gambar dilanjutkan dengan berdiskusi tentang perubahan aktivitas manusia, selanjutnya siswa mengisi lembar kerja kelompok. Siswa terlihat aktif mengamati gambar dan berdiskusi seperti terlihat pada Gambar 1, sambil siswa mengisi lembar kerja (LKS) yang telah disediakan, seperti pada Gambar 1. Gambar 1 Siswa melaksanakan diskusi kelompok Pada gambar 1 tersebut nampak siswa aktif dan antusias mengamati, berdiskusi dan mengisi lembar kerja (LKS). Setelah siswa berdiskusi pada kelompoknya, selanjutnya perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh kelompok yang lain. Aktifitas presentasi dan menaggapi seperti pada Gambar 2 Gambar 2 Presentasi hasil diskusi kelompok 1104 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pada Gambar 2 nampak siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat. Tiap –tiap kelompok yang mempresentasikan rata-rata mendapatkan dua tanggapan berupa pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. Kegiatan berikutnya siswa membuat rangkuman materi pelajaran dibuku masing-masing. Selanjutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi guru memberikan tes tulis berupa soal esai yang berjumlah 10 soal. Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan perubahan aktifitas manusia dengan memanfaatkan media gambar, dilakukan obervasi yang dilakukan oleh 2 observer. Observer merupakan teman sejawat dari sekolah yang sama. Hasil Obersevasi digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran untuk perbaikan pada siklus berikutnya Refleksi Diawali pengantar oleh moderator, kesempatan pertama guru model untuk memberikan ulasan tentang pengalamannya. Hasilnya guru model merasa suasana kelas agak berbeda dengan kehadiran observer di kelas. Kemudian kesempatan kedua observer menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber (pakar). Ada beberapa masukan dari observer terkait pelaksanaan pembelajaran pada siklus satu ini yakni anatara lain perlu penambahan jumlah media gambar disesuaikan dengan luasnya materi, perlu dibuat lembar kerja individu sehingga siswa ada peningkatan dan terukur hasil belajarnya secara individu. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan media gambar ternyata sebagian besar siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran berlangsung sesuai rencana pembelajaran. Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran pada siklus satu ini ternyata hasilnya seperti terlihat seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I No 1 2 3 4 Uraian Hasil Siklus I Nilai rata-rata tes UH 69,25 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20 Jumlah siswa yang belum tuntas 8 belajar 71 % Persentase ketuntasan belajar Hasil evaluasi dari 28 siswa, 20 orang siswa mencapai ketuntasan belajar sedangakan 8 orang siswa belum mencapai ketuntasan. Capaian ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan hasil pada pra siklus. Hal tersebut karena siswa lebih antusias, lebih tertarik dan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media gambar. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan sebagaimana yang disampaikan observer yaitu penambahan jumlah media gambar dan lembar kerja individu yang akan dilaksanakan pada siklus II. Siklus II Penelitian siklus II yang telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret dan 6 April 2016didapatkan data sebagai berikut: Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti menyusun rencana pelaksanan pembelajaran dengan mengembangkan kompetensi dasar 3.1 Memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan 1105 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dengan indikator: Mengenal aktivitas kehidupan manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional. Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) meliputi lembar kerja kelompok dan individu .menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar evaluasi dan membuat media gambar. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru membuka pelajaran dengan berdo‟a bersama menyampaikan tujuan pembelajaran, mengaitkan dengan materi sebelumnya diikuti Tanya jawab dengan siswa. Kegiatan inti: guru membagi siswa menjadi 7 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 oarang siswa. Guru menunjukan 8 gambar ilustrasi ukuran 60 x 80 yang berisi tentang, gambar manusia individu, gambar manusia berkelompok, teknologi jaman dulu dan jaman modern, sampah, polusi, penebangan pohon. Siswa secara berkelompok mengamati gambar dilanjutkan dengan berdiskusi tentang perubahan aktivitas manusia, selanjutnya siswa mengisi lembar kerja kelompok. Siswa terlihat aktif mengamati gambar dan berdiskusi seperti terlihat pada Gambar 3, sambil siswa mengisi lembar kerja (LKS) yang telah disediakan. Gambar 3 Siswa melaksanakan diskusi kelompok Pada gambar 3 tersebut nampak siswa aktif dan antusias mengamati, berdiskusi dan mengisi lembar kerja (LKS), Setelah siswa berdiskusi pada kelompoknya, selanjutnya perwakilan masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan ditanggapi oleh kelompok yang lain. Aktifitas presentasi dan menaggapi seperti pada Gambar 4 Gambar 4Presentasi hasil diskusi kelompok Pada Gambar 4 nampak siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan semangat. Tiap–tiap kelompok yang mempresentasikan rata-rata mendapatkan dua tanggapan berupa pertanyaan dan masukan dari kelompok lain. Kegiatan berikutnya siswa mengisi lembar kerja individu seperti pada Gambar 5. 1106 ISBN: 978-602-1150-17-7 Gambar 5 Siswa mengisi Lembar Kerja Individu Kegiatan berikutnya siswa membuat rangkuman materi pelajaran dibuku masing-masing. Selanjutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan. Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi guru memberikan tes tulis berupa soal esai yang berjumlah 10 soal. Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung pada pokok bahasan perubahan aktifitas manusia dengan memanfaatkan media gambar, dilakukukan obervasi yang dilakukan oleh 3 observer. Observer merupakan teman sejawat dari sekolah yang sama. Hasil obersevasi digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran. Refleksi Diawali pengantar oleh moderator, kesempatan pertama guru model untuk memberikan ulasan tentang pengalamannya. Hasilnya guru model merasa suasana kelas agak berbeda dengan kehadiran observer di kelas. Kemudian kesempatan kedua observer menyampaikan hasil pengamatan selama pembelajaran dan diakhiri dengan masukan dan penegasan oleh narasumber (pakar). Ada beberapa catatan masukan dari observer terkait pelaksanaan pembelajaran pada siklus dua ini yakni anatara lain dengan penambahan jumlah media gambar siswa lebih cepat memahami materi pelajaran, dalam pengisian lembar kerja individu lebih cepat namun secara keseluruhan waktu pembelajaran lebih lama dari perencanaan dalam RPP. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan media gambar ternyata sebagian besar siswa sudah terlihat aktif, dan pembelajaran berlangsung dengan baik. Setelah dilakukan evaluasi pembelajaran pada siklus satu ini ternyata hasilnya seperti terlihat seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II No Uraian 1 2 3 4 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus II 79,46 27 1 96,5 % Hasil evaluasi dari 28 siswa, 27 orang siswa mencapai ketuntasan belajar sedangakan 1 orang siswa belum mencapai ketuntasan. Capaian ini menunjukan peningkatan yag signifikan dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Sikap siswa pada saat pembelajaran berlangsung lebih antusias, lebih mudah memahami materi pelajaran dengan menggunakan media gambar. 1107 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada pembelajaran IPS materi memahami aktivitas dan perubahan kehidupan manusia terbukti dapat memperbaiki proses pembelajaran menjadi optimal, suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, siswa bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran, aktif dalam diskusi kelompok, dan hasil belajar mereka juga lebih optimal mencapai prosentase ketuntasan 96,5%. Media gambar dapat meringankan guru dalam kegiatan pembelajaran terutama penggunaan metode ceramah. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. 2004Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Bela-jar. Bandung: Tarsito. Mudjiono & Dimyati. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta Gulo, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. . Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.. Wahyudi & Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran. Malang: UM Press Lestari, S.P.(2009). Contoh : Ptk Penggunaan Media GambarGuna MeningkatkanKeaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SD.Diunduh 20 November 2014 dari http://bekompas.blogspot.com/2012/04/contoh-ptk-penggunaan-media-gambar-guna_ 5706.html Poerwadarminto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Muchtar, S. A. 2006. Pengembangan Berfikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri. Muhammad Ali. 1998. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. 1108 ISBN: 978-602-1150-17-7 BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGENAL KEGIATAN JUAL BELI PADA SISWA KELAS III SDN SIDOMULYO 01 BATU Elok Catur Wilujeng SDN Sidomulyo 01 Batu [email protected] Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mengenal kegiatan jual beli pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III SDN Sidomulyo 01 Kecamatan Batu, Kota Batu melalui bermain peran. Penelitian Tindakan Kelas ini bertolak dari instropeksi yang peneliti lakukan setelah pembelajaran pada materi mengenal kegiatan jual beli, memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, yaitu hanya 8 siswa (kurang lebih 30%) dari 22 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 7,0. Sehingga Peneliti kemudian mencoba memperbaiki proses pembelajaran dengan mengedepankan model PAIKEM melalui bermain peran, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas melalui bermain peran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari ketuntasan hasil belajar siswa siklus I mencapai 63%, menjadi 86 % pada siklus II. Dengan demikian artinya bermain peran dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan pembelajaran hasil belajar IPS khususnya pada materi kegiatan jual beli. Kata Kunci : Bermain peran, hasil belajar, PAIKEM. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Dalam IPS dikaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta yang cinta damai (Depdiknas,2006:575) Setiap pembelajaran selalu diarahkan kepada beberapa kompetensi yang akan dicapai. Kompetensi yang akan dicapai tertuang dalam standar isi kurikulum dalam wujud kemampuan dan ketrampilan yang tercakup dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tentunya tidak terlepas dari kreativitas guru dalam membelajarkan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau yang dikenal dengan PAIKEM sangat dibutuhkan. Untuk mewujudkan PAIKEM metode bermain peran dianggap sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Menurut Depdiknas (2006:575) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. Hernawan dkk,(2006:95) mengartikan pembelajaran di sekolah dasar pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 1109 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Oleh karena itu, harus diciptakan interaksi yang bermakna, agar dapat membantu siswa memperoleh pengalaman nyata. Karena semakin siswa banyak beraktivitas dalam proses pembelajaran memori siswa akan tertanam semakin kuat. Sehingga dengan demikian hasil belajar yang diperoleh juga semakin baik. Berdasarkan hasil observasi , prestasi hasil belajar siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu, mengenai materi mengenal jual beli di lingkungan rumah dan sekolah masih rendah, banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hanya ada 8 siswa ( kurang lebih 30%) dari 22 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 7,0. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh: (1) mata pelajaran IPS kurang menarik karena guru mengajar dengan cara konvensional, (2) siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, (3) guru kurang kreatif dalam membelajarkan siswa,(4) tidak adanya media pembelajaran yang berarti untuk mendukung materi pembelajaran.Untuk mengatasi masalah tersebut, maka guru harus (1), berupaya menciptakan situasi belajar IPS yang menarik, (2) banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, (3) lebih kreatif dan inovatif dalam membelajarkan siswa (4) mengupayakan adanya media pembelajaran yang dapat mendukung ketercapaian materi. Menurut Piaget (dalam Dahar, 2011:136-139), proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu: yaitu (1) tahap senso motorik (usia 0 – 2 tahun) ; (2) tahap pra operasional ( usia 2 – 7 tahun ) ; (3) tahap konkrit ( usia 7 – 11 tahun ) ; ( 4 ) tahap formal operational ( usia 11 tahun ke atas ). Siswa kelas III sekolah dasar termasuk dalam tahap konkrit yaitu pada kisaran usia 7 hingga 11 tahun. Pada umumnya, pada tahap ini anak-anak sudah memiliki kemampuan memahami konsep konservasi ( concept of conservancy ). Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Namun anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai masalah berpikir abstrak. Metode Bermain Peran (Role Playing) adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain (Depdikbud, 1964:171). Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( Badudu- Zain,84) Bermain Peran atau Role Playing adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si menyatakan, 1110 ISBN: 978-602-1150-17-7 Bermain Peran adalah Kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Menurut Corsini (dalam Tatiek 92001:99) mengemukakan bahwa Bermain Peran, suatu alat belajar yang mengembangkan ketrampilanketrampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang pararel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya. Selanjutnya, Bermain Peran dapat digunakan sebagai (a) alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya, (b) media pengajaran melalui proses “modeling” anggota dapat lebih efektif melalui ketrampilan-ketrampilan antar pribadi dengan menganut berbagai cara dalam memecahkan masalah, (c) metode latihan untuk melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu melalui keterlibatan secara aktif dalam proses bermain peran. Dengan demikian melalui metode bermain peran, siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman-teman sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran para siswa mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan hasilnya didiskusikan dalam kelas. Setiap metode dalam pembelajaran pasti ada keunggulan dan kelemahannya. Adapun keunggulan dalam menggunakan metode bermain peran ini adalah (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa,disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan, (2) sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkankelas menjadi dinamis dan penuh antusias, (3) membangkitkan gairah dan semangat optimism dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan, (4) siswadapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar. Sedangkan kelemahannya, (1) bermain peran memakan waktu yang banyak, (2) siswa sering mengalami kesulitan untukmemerankan peran secara baik, khususnya jika mereka tidak diarahkan atauditugasi dengan baik, siswa perlu mengenal dengan baikapa yang akan diperankannya, (3) bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung, (4) jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan dengan sungguh-sungguh, (5) tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. Berdasarkan latar belakang di atas, untuk membelajarkan siswa dengan aktivitas yang optimal, peneliti memilih metode bermain peran sebagai sarana menyampaikan materi mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu . Adapun tujuan pemilihan metode ini agar hasil belajar siswa pada materi mengenal jual beli ini dapat meningkat dari pembelajaran sebelumnya . Dengan demikian, judul penelitian ini adalah “Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal Jual Beli Pada Siswa Kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu”, dengan rumusan masalah : “Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli pada siswa kelas 3 SDN Sidomulyo 01 Batu?”.Tujuan yang ingin dicapai adalah, “Dengan bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu. METODE Menurut Suharsimi A. (2004), dalam Sukayati (2008:7 ) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran 1111 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan ( dalam Mukhlis,2000:3). Selain itu penelitian ini juga disebut classroom research, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif kualitatif, sebab menggambarkan suatu tehnik pembelajaran yang diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Oja & Sumarjan (dalam Sugiarti,1997:8) mengelompokkan Penelitian Tindakan Kelas menjadi empat macam yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, (d) administrasi sosial eksperimental. Dalam penelitian ini guru berkolaborasi dengan kelompok guru IPS untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sidomulyo 01 Batu kelas III dengan jumlah siswa 22 anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian dilakukan pada materi yang mengacu pada kompetensi memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang dan Kompetensi Dasar “memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah”. PTK ini dirancang menggunakan minimal (dua) siklus. Dipilihnya model siklus ini dengan pertimbangan bahwa ketika dalam siklus I ditemukan adanya kekurangan, maka akan direncanakan tindakan pada siklus II dan seterusnya. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Siklus I Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu dengan 2 siklus. Pada siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis tanggal 24 dan 31 Maret 2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut : Perencanaan : Pada tahap perencanaan ini peneliti berawal dari temuan yang terjadi di kelas yaitu hasil belajar siswa kelas III terutama pembelajaran IPS materi kegiatan jual Beli, masih belum memuaskan,banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya peneliti menemukan beberapa alasan terkait hasil belajar siswa yang masih rendah. Salah satunya adalah kegiatan yang kurang menarik dan variatif. Untuk itu peneliti mencoba merumuskan satu tindakan, yaitu apakah dengan mencoba memilih metode bermain peran untuk dapat meningkatkan hasil belajar mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu?. Setelah itu barulah peneliti mulai menyusun rencana pelaksanaan tindakan. Kemudian disusunlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan kegiatan pra siklus . Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sidomulyo 01 Batu kelas III dengan jumlah siswa 22 anak, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan .Pada Standar Kompetensi, memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang, Kompetensi Dasar Memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Adapun indikator yang ingin dicapai antara lain: (1) mendefinisikan tentang kegiatan jual beli, (2) menyebutkan tempat – tempat jual beli di lingkungan sekitar siswa, (3) mengidentifikasi syarat-syarat terjadinya kegiatan jual beli, (4) menjelaskan macam-macam pasar berdasarkan jenis barang yang dijual, (5) membedakan pasar tradisional dengan pasar modern. Metode yang kami rencanakan antara lain (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) bermain peran (4) diskusi. 1112 ISBN: 978-602-1150-17-7 Adapun langkah –langkah pembelajarannya terdiri dari (1) kegiatan awal yaitu salam pembuka dan do‟a bersama dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa. (2) Kegiatan Inti meliputi (a) Eksplorasi, Bertanya jawab tentang materi sebelumnya, (b) Elaborasi, setiap kelompok membuat rancangan untuk sebuah drama yang menggambarkan keadaan di sebuah tempat terjadinya kegiatan jual beli, Setiap kelompok harus menentukan peran sebagai pembeli, penjual, dan menyiapkan barang-barang yang akan diperjualbelikan, Setiap kelompok praktek bermain peran dalam kegiatan jual beli yang sudah dirancang dan kelompok lain mengamati, Setiap kelompok melakukan presentasi hasil pengamatannya secara bergantian, dan memberikan tanggapan berupa pertanyaan dan saran melalui lembar kerja siswa, Setelah mendapat tanggapan, setiap kelompok menyempurnakan rancangannya dan membuat kesimpulan, (c) Konfirmasi, Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan diketahui siswa, Guru bertanya jawab untuk meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan serta membantu siawa menyimpulkan materi. Untuk pengembangkan media pembelajaran, dengan menyiapkan segala kebutuhan untuk bermain peran misalnya ikat kepala yang bertuliskan penjual, pembeli, kasir, pramuniaga, nama dada dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan gambar-gambar yang menunjukkan beberapa tempat jual beli seperti toko elektronik, mini market, pasar, koperasi sekolah, kantin sekolah, toko mainan , café , apotek dan lain-lain. Sumber belajar yang digunakan antara lain, buku siswa Buku IPS Kelas III (BSE), Identitas untuk keperluan bermain peran, Gambar- gambar tentang kegiatan jual beli, lingkungan sekitar siswa, Sumber lain yang relevan. Adapun Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran ,dengan menggunakan Teknik Penilaian Pengamatan dan tes tertulis dengan menggunakan Prosedur Penilaian yaitu Penilaian Proses dan penilaian Hasil belajar. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai observer (pengamat). Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi. Aspek-aspek yang diamati meliputi,(a) Kegiatan guru selama di kelas yang menerapkan metode bermain peran (b) Kegiatan siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik kegiatan secara kelompok maupun kegiatan individu. Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu dengan materi, Standar Kompetensi, memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang Kompetensi Dasar, memahami jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, tanggal 24 dan 31 Maret 2016 pada jam 1-3 yaitu dimulai pada pukul 07.15 -09.00. Pada pertemuan I kegiatan awal guru mengawali dengan salam, doa presensi siswa dan pembiasaan. Kemudian dilanjutkan kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa melakukan tanya jawab kegiatan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya yaitu tentang materi barter. G: anak-anak masih ingatkah kalian dengan pelajaran minggu lalu? S: masih bu…barter… G: apakah barter itu? S: kegiatan tukar menukar barang dengan barang G: bagus, kalau begitu sekarang akan kita lanjutkan dengan materi kegiatan jual beli. Berdasarkan dialog di atas, terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan prasyarat untuk belajar materi”kegiatan jual beli”. Pada kegiatan inti guru mulai dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah direncanakan yaitu; (1) menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas tentang 1113 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur kegiatan jual beli, namun sebelumnya siswa sudah diberi tugas untuk mengamati kegiatan jual beli di sekitar tempat tinggalnya, selanjutnya merencanakan bersama kelompoknya menyusun rencana memainkan peran pada kegiatan jual beli yang sudah diamatinya. G: anak anak hari ini kita akan mempelajari materi kegiatan jual beli, sudahkah kalian mengamati kegiatan jual beli yang ada di sekitarmu? S: sudah bu… G: di mana saja kamu bisa melihat kegiatan jual beli? S : di toko bu…warung, kios, pasar, indomaret, apotek G : bagus…artinya anak-anak sudah punya gambaran untuk memainkan peran seperti mereka ya Setelah itu dilanjutkan (2) penjelasan langkah-langkah bermain peran yang akan dilakukan siswa di dalam kelas., (3) kelompok siswa secara bergiliran memainkan peran kegiatan jual beli, ada 5 kelompok yang tampil, kelompok nusa memainkan peran jual beli di toko mainan, kelompok bangsa memilih bermain jual beli di koperasi sekolah,kelompok bahasa di cafe, kelompok nasional di kantin sekolah dan kelompok budaya bermain peran jual beli di swalayan.(4) Sementara kelompok bermain peran, kelompok lain mengamati proses bermain peran yang dilakukan temannya dengan mengisikan pada lembar kerja, (6) masing-masing kelompok menyampaikan hasil pengamatannya., (7) siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, (8) kegiatan penutup ,guru merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu, dan memberikan motivasi pada siswa. Pada pertemuan II kegiatan diawali dengan (1) salam, doa presensi siswa dan pembiasaan, (2) apersepsi dilaksanakan bertanya jawab tentang materi pada pembelajaran sebelumnya (3) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kompetensi yang akan dicapai dilanjutkan kegiatan Elaborasi, (4) Siswa memperhatikan guru mempersiapkan keperluan untuk memerankan peran dalam kegiatan jual beli (5) Siswa bermain peran untuk melakukan kegiatan jual beli dengan bimbingan guru,(6) Siswa bertanya jawab tentang hasil pengamatan dalam kegiatan jual beli, (7) Siswa bertanya jawab tentang macam-macam pasar berdasarkan jenis barang yang dijual, (8) Siswa dengan bimbingan guru membedakan pasar tradisional dan pasar modern,. Dalam kegiatan Konfirmasi, (9) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan diketahui siswa, (10) Guru bersama siswa menyimpulkan materi kegiatan jual beli, (11) Guru memberikan tes tertulis berkaitan dengan materi kegiatan jual beli, (12) Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar, (13) Salam penutup. Pengamatan Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus I, yang dibantu oleh observer ditemukan beberapa kelemahan antara lain, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena (1) banyaknya model yang diperankan dalam proses pembelajaran (2) beberapa siswa sibuk dengan barang-barang yang dibawanya karena guru menugaskan siswa membawa sendiri kelengkapan barang yang diperjualbelikan. Belum selesainya proses pembelajaranpertemuan I, peneliti melanjutkan proses pembelajaran pada pertemuan II, dengan mengambil salah satu bagian bermain peran untuk ditampilkan kembali dengan skenario yang sudah ditentukanoleh guru. Pada pertemuan II ini, ditemukan masih ada beberapa siswa yang kurang konsentrasi namun sebagian besar sudah lebih fokus. Hal ini disebabkan, segala kebutuhan pembelajarn dipersiapkan sendiri oleh guru, sehingga perhatian siswa terarah pada satu kegiatan. Dengan demikian siswa yang lain lebih konsentrasi dan lebih fokus melakukan pengamatan terhadap kegiatan bermain peran yang dilakukan. Walaupun demikian karena kegiatan post tes baru dilakukan pada akhir pertemuan II, hasil belajar siswa menunjukkan masih belum sesuai yang diharapkan. Yakni dari 22 siswa, 1114 ISBN: 978-602-1150-17-7 yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM 7,0 adalah 14 siswa, sedangkan 8 siswa masih berada di bawah KKM. Jadi pada pengamatan siklus I diperoleh data hasil ketuntasan belajar siswa baru mencapai 63 %. Refleksi Yaitu kegiatan mengingat dan merenungkan kembali hasil proses pembelajaran, kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan revisi dan rekonstruksinya, sebagai bahan dalam melaksanakan tindakan selanjutnya.Secara garis besar kegiatan pokok yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) Kegiatan sebelum ke lapangan, sebagai penjajagan awal tentang lingkungan sekolah khususnya di kelas berhubungan dengan guru, siswa dan kepala sekolah. (2) Proses penelitian kelas, dengan menggunakan prosedur pengamatan yang bersifat reflektif, partisipatif dan kolaboratif dengan menggunakan tiga langkah pokok secara siklus. Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, penulis menggunakan dua siklus sebagai upaya untuk perbaikan tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi kegiatan jual beli. Setelah dilakukan diskusi antara peneliti, observer dan nara sumber, berdasarkan hasil observasi dan tes formatif pada siklus I, karena masih banyak anak yang belum mencapai target kompetensi yang diharapkan maka perlu disusun rencana tindakan pada siklus kedua. Dengan harapan agar (1) motivasi dan tingkat keaktifan belajar siswa meningkat, sehingga da (2) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Untuk itu peneliti kembali menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus II. Siklus II Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 07 April 2016 dengan langkah-langkah sebagai berikut : Perencanaan : Pada tahap perencanaan ini peneliti bertolak dari temuan yang terjadi pada siklus I yaitu hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran IPS materi kegiatan jual Beli, masih belum juga memuaskan, masih ditemukan 8 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya peneliti menemukan beberapa alasan terkait hasil belajar siswa yang masih rendah. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran pada siklus I masih kurang optimal sehingga ada beberapa siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini antara lain disebabkan adanya model bermain peran yang masih tradisional dan banyak dijumpai anak sehari-hari sehingga kurang menarik. Untuk itu peneliti mencoba mengubah model bermain peran yang berbeda yaitu menunjukkan kegiatan jual beli yang lebih lengkap, bersih, rapi seperti yang terjadi di pasar modern atau swalayan. Agar hasil belajar mengenal jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu semakin meningkat. Dan peneliti mulai menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II dengan sedikit mengubah RPP yang sudah disusun sebelumnya. Adapun perubahan yang peneliti lakukan adalah pada indikator pembelajaran menjadi, menjelaskan macam-macam pasar,membedakan pasar tradisional dengan pasar modern. Langkah-langkah pembelajarannya terdiri dari (1) kegiatan awal yaitu salam pembuka dan do‟a bersama dilanjutkan mengabsen kehadiran siswa, (2) Kegiatan Inti meliputi (a) Eksplorasi, menyanyikan sebuah lagu tentang jual beli, bertanya jawab tentang materi sebelumnya, G: anak –anak tentu masih ingat dengan kegiatan pembelajaran kita minggu lalu bukan? S: iya bu… bermain peran jual beli di koperasi sekolah, di kantin, di swalayan… 1115 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur G: pinter… anak-anak agar kalian lebih paham dengan materri yang kita pelajari, hari ini kita akan mencoba bermain peran lagi kegiatan jual beli yang lebih menarik ya… S: main drama lagi bu…? G: ya anak-anak… S: asyik… Berdasarkan dialog di atas anak terlihat cukup antusias dengan kegiatan bermain peran. Dilanjutkan kegiatan berikutnya yaitu (b) Elaborasi, siswa diajak menuju tempat jual beli yang sudah disiapkan oleh guru, siswa memperhatikan petunjuk guru untuk mengamati dan melakukan transaksi jual beli pada tempat tersebut, Setiap kelompok mendiskusikan kegiatan yang sudah dilakukan dan mengisikan pada lembar kerja kelompok, Setiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya secara bergantian, setiap kelompok menyempurnakan hasil kerja kelompoknya dan membuat kesimpulan, (c) Konfirmasi, Guru bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan diketahui siswa, Guru bertanya jawab untuk meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan serta membantu siswa menyimpulkan materi, (3) evaluasi,(4) penutup. Untuk pengembangan media pembelajaran, peneliti menyiapkan segala kebutuhan untuk bermain peran misalnya, membuat tempat jual beli yang ditata sedemikian rupa menyerupai sebuah swalayan, membuat ikat kepala yang bertuliskan penjual, pembeli, pramuniaga, kasir, dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan gambar-gambar yang menunjukkan beberapa tempat jual beli seperti toko elektronik, mini market, pasar, koperasi sekolah, kantin sekolah, toko mainan , cafe , apotek dan swalayan. Sumber belajar yang digunakan antara lain, buku siswa Buku IPS Kelas III (BSE), Identitas untuk keperluan bermain peran, Gambar- gambar tentang kegiatan jual beli, lingkungan sekitar siswa, sumber lain yang relevan. Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran ,dengan menggunakan teknik penilaian Pengamatan dan tes tertulis. Prosedur Penilaian menggunakan penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang teman sejawat yang bertindak sebagai observer (pengamat). Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi. Aspek-aspek yang diamati meliputi,(a) Kegiatan guru selama di kelas yang menerapkan metode bermain peran (b) Kegiatan siswa di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik kegiatan secara kelompok maupun kegiatan individu. Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu dengan materi mengenal kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Kamis, tanggal 07 pada jam 1-3 yaitu dimulai pada pukul 07.15 -09.00. Pada kegiatan siklus II ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengawali dengan salam, doa, presensi siswa dan pembiasaan. Kemudian dilanjutkan kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu yang liriknya diganti berkaitan dengan materi jual beli untuk menarik konsentrasi siswa. Pada kegiatan inti guru mulai dengan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah direncanakan yaitu; (1) menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas tentang kegiatan jual beli sebagai kelanjutan dari pembelajaran sebelumnya. (2) penjelasan langkah-langkah bermain peran yang akan dilakukan siswa di dalam kelas., (3) kelompok siswa memainkan peran kegiatan jual beli sebagaimana skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya ,(4) setiap kelompok mendiskusikan kegiatan yang sudah dilakukan dan menuliskan pada lembar kerja, (6) masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja 1116 ISBN: 978-602-1150-17-7 kelompoknya., (7) siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran, (8) evaluasi, (9) kegiatan penutup ,guru merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari itu, dan memberikan motivasi pada siswa. Pengamatan Berdasarkan pengamatan pembelajaran pada siklus II, yang dibantu oleh observer ditemukan beberapa hal antara lain, siswa lebih banyak yang aktif mengikuti proses pembelajaran walaupun ada beberapa yang kurang konsentrasi, Siswa sebagian besar bisa melakukan transaksi jual beli pada sebuah swalayan atau pasar modern, siswa juga dapat memerankan perannya sebagai tokoh yang menjadi pelaku dalam jual beli dengan baik, hal ini disebabkan karena (1) rata-rata siswa sudah terbiasa melakukan jual beli di swalayan atau sejenisnya (2) kegiatan pembelajaran cukup menarik karena siswa melakukan seperti jual beli yang terjadi sesungguhnya. Pada pertemuan II ini, ditemukan juga ada beberapa siswa yang kurang konsentrasi. Hal ini disebabkan, kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif, terlihat beberapa anak tidak mengikuti proses kegiatan, suasana kelas yang ramai menyebabkan anakanak tertentu tidak melakukan apa-apa. Walaupun demikian pada kegiatan post tes yang dilakukan pada akhir pertemuan siklus II sudah mengalami peningkatan, hasil belajar siswa menunjukkan ,yakni dari 22 siswa, yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM 7,0 adalah 19 siswa, sedangkan 3 siswa masih tetap di bawah KKM. Jadi pada pengamatan siklus II diperoleh data hasil ketuntasan belajar siswa mencapai 86 %. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran berbantuan bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar kegiatan jual beli pada siswa kelas III SDN Sidomulyo 01 Batu. Refleksi Setelah dilakukan diskusi antara peneliti, observer dan nara sumber, berdasarkan hasil observasi dan tes formatif pada siklus II, sudah banyak anak yang mencapai target kompetensi yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN sidomulyo 01, terutama pada materi kegiatan jual beli. Hal ini disebabkan, (1) motivasi dan tingkat keaktifan belajar siswa meningkat, (2) dengan demikian dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. (3) siswa terbawa dalam situasi nyata sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus II meningkat dari 63 % menjadi 86 % sudah mencapai ketuntasan belajar yaitu di atas KKM 7,0 maka peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti pada kegiatan pembelajaran melalui simulasi bermain peran dilakukan dalam 2 siklus. Kegiatan pembelajaran dengan bermain peran ini diterapkan pada mata pelajaran IPS kelas III khususnya materi kegiatan jual beli. Dalam metode Bermain Peran (Role Playing) adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandangan dan cara berpikir orang lain (Depdikbud, 1964:171). Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( Badudu- Zain,84) Bermain Peran atau Role Playing adalah mengambil bagian dalam melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si menyatakan, Bermain Peran adalah Kegiatan yang mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikan sehingga orang dapat mengeksplor 1117 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur perasaan, sikap, nilai dan berbagai strategi pemecahan masalah. Oleh karena itu dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran cukup banyak melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran. Untuk mengukur hasil belajar siswa dilakukan penilaian proses pada saat pembelajaran dan penilaian hasil pada akhir pembelajaran. Indikator penilaian proses meliputi keaktifan, kerjasama dan kreativitas siswa. Sedangkan penilaian hasil sesuai dengan indikator yang ingin kita capai berkaitan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan kriteria penilaian di atas keaktifan,kerjasama dan kreativitas siswa semakin meningkat pada setiap siklus. Begitu pula pada hasil belajar siswa yang meningkat dari siklus ke siklus. Penelitian tindakan kelas sejenis pernah dilakukan oleh Pesta Linda Togatorop SDN 04 Pasir Panjang Palang Karaya, Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa dengan bermain peran mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kegiatan jual beli pada siswa kelas III. Begitu juga yang telah dilakukan oleh peneliti, kegiatan pembelajaran dengan bermain peran ini yang diterapkan pada mata pelajaran IPS kelas III khususnya materi kegiatan jual beli, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II diperoleh adanya peningkatan hasil belajar dari sebelumnya. Semula siswa yang mencapai hasil belajar sebanyak 8 siswa dari keseluruhan siswa sebanyak 22 anak artinya hanya 30% saja yang mampu mencapai ketuntasan belajarnya. Pada siklus I setelah adanya tindakan maka ketuntatasan hasil belajar menjadi 63 % yaitu sebanyak 14 siswa dari 22 siswa yang mencapai nilai di atas KKM. Sedangkan pada siklus II ketuntasan hasil belajar siswa meningkat lagi menjadi 86% yaitu 19 siswa dari 22 siswa yang mampu mencapai nilai hasil belajar di atas KKM yang ditentukan 7.0. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan dari kedua siklus di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, dengan kegiatan bermain peran siswa menjadi bersemangat dalam belajar, siswa juga dapat melakukan kegiatan pembelajaran seperti situasi sebenarnya, sesuai dengan tingkat berpikirnya yang konkrit. Dengan bermain peran ternyata juga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap pelajaran IPS terutama pada materi kegiatan jual beli, khususnya pada siswa kelas III di SDN Sidomulyo 01 Batu. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila dirancang dengan baik dan berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Disamping guru harus lebih bervariatif dalam proses pembelajaran guna mewujudkan pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Saran Dalam meningkatkan wawasan dan keberhasilan pada pembelajaran, guru hendaknya dapat membelajarkan siswa dengan model pembelajaran yang bervariasi sehingga lebih dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar yang kita harapkan, bersikap terbuka terhadap masukan yang bersifat positif dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu ,guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memilih dan menerapkan metode-metode pembelajaran. Dengan demikian bermain peran dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Badudu, J S 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia 1118 ISBN: 978-602-1150-17-7 Corsini , (dalam Tatiek 92001:99) http://s1pgsd. blogspot.co.id/2012/1 /model pembelajaranrole playing.html?m=1 Dahar,2011, Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif, www.asikbelajar.com (Depdikbud, 1964:171). http://s1pgsd.blogspot.co.id/2012/1/modelpembelajaranplaying.html?m=1 role Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Jakarta: BP Cipta Jaya. SD/MI. file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_IPS_DI_SD/ Hermawan dkk,(2006:95), Metode PenelitianPendidikan Sekolah Dasar, Bandung:upi press Mukhlis, (2000:3), Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Oja & Sumarjan (dalam Sugiarti,1997:8), 2013, 2013 Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran ,Dinas Pendidikan Provinsi Jawa timur dan Institut Riset dan Pengembangan Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif, www.asikbelajar.com Sukayati, 2008 Penelitian tindakan kelas di SD,Yogyakarta Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan 1119 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI TENTANG KEGIATAN EKSPOR IMPOR MELALUI BROWSING DI INTERNET PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II ( DUA ) DI SDN SISIR 01 KOTA BATU TAHUN 2015 / 2016 Eni Wahyuningsih SDN Sisir 01 Kecamatan Batu Kota Batu [email protected] Abstrak : kenyataan menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas VI SDN Sisir 01 Kota Batu materi kegiatan ekspor impor masih rendah, dari 30 siswa nilai yang mencapai KKM (79) hanya 20 siswa/67%. Siswa mengalami kesulitan memahami materi, konsep-konsep IPS tidak diberikan secara berkaitan.Guru juga sulit dalam membelajarkan materi, belum tepatnya metode yang diterapkan. Diperlukan metode tepat, inovatif, membantu siswa mengembangkan konsep yang dimiliki dengan cara mudah, sederhana dan menyenangkan. Dipilih metode Mind Mapping untuk mengatasinya. Penelitian dilaksanakan di SDN Sisir 01 Batu dalam 2 siklus. Tujuan penelitian (1) meningkatkan kemampuan memahami materi kegiatan eksporI pada siswa kelas VI SDN Siair 01Batu. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan kurang baik hanya mencapai 50%, siklus 1 cukup baik 67%, pada siklus 2 menjadi baik mampu mencapai 94%. Kata Kunci : Mind Mpping, browsing, kegiatan ekspor impor, hasil belajar. Kontribusi pendidikan untuk memberi bekal dalam menghadapi tantangan di era global sangat urgen dan mendesak dibutuhkan siswa. Dengan pembelajaran yang bermakna, kompetensi siswa dapat berkembang secara optimal. Setiap mata pelajaran memiliki beberapa kompetensi yang akan dicapai melalui proses pembelajaran yang bermutu unggul. Kompetensi yang harus dikuasai siswa sudah tertuang dalam standar isi kurikulum yang meliputi tiga ranah, yaitu intelektual, sikap, dan ketrampilan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Berbagai upaya optimal telah dilakukan guru untuk menyajikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, atau lebih dikenal dengan sebutan PAIKEM. PAIKEM mengindikasikan pembelajaran yang lebih unggul dan tepat guna dalam pencapaian kompetensi pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru di antaranya pemilihan beberapa metode dan tehnik pembelajaran yang tepat, pemilihan sumber belajar yang menarik dan kaya informasi, sehingga dapat memacu siswa untuk belajar lebih aktif dan kreatif agar siswa berperilaku ilmiah yang kritis ,kreatif, dan mandiri. Menurut Depdiknas (2006:575) mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan kritis, rasa ingin tahu, menemukan sendiri, memecahkan masalah, dan keterampilan, dalam kehidupan sosial. Namun kenyataannya konsep- konsep IPS tidak diberikan secara berkaitan, sehingga sulit untuk mengingat materi yang diberikan. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam mengingat materi yang dipelajarinya. Dalam era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memengaruhi berbagai bidang kehidupan. Melalui perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan ditemukan produk- produk baru ataupun inovasi dari produk yang sudah ada menjadi produk yang baru, yang ternyata dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu contoh adalah berbagai inovasi produk 1120 ISBN: 978-602-1150-17-7 coklat, seperti brownies coklat, aneka minuman dengan bahan dasar coklat, dan lain- lain. Berkembangnya ilmu pengetahuan melahirkan teknologi untuk menghasilkan produk- produk yang baru. Produk dari negara lain membanjiri Indonesia, mulai dari produk makanan, pakaian, elektronik, dan kendaraan. Karenanya perlu diketahui barang- barang yang diimpor Indonesia dari negara lain, dan barang- barang Indonesia yang di ekspor ke negara lain. Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dan terbaru, siswa dapat mencarinya melalui kegiatan browsing di internet. Internet sebagai salah satu bentuk kemajuan teknologi menjadikan dunia semakin sempit, memudahkan setiap orang menemukan informasi tentang negara lain. Selain itu internet juga menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh manusia modern di seluruh dunia. Browsing di internet yang bisa dilakukan siapa saja yang melek teknologi informatika termasuk para siswa, memungkinkan dia menemukan jawaban atas persoalan/ kebutuhan termasuk yang berkaitan dengan tugas sekolah. Pembelajaran IPS di sekolah dasar dimulai dari lingkungan sempit yaitu diri sendiri hingga lingkungan luas yaitu dunia. Karenanya seorang guru harus menguasai konsep- konsep IPS, agar dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep- konsep IPS dan menuangkan kembali ide- idenya. Metode belajar yang cocok untuk siswa sekolah dasar adalah melalui pengalaman langsung, menghindari verbalisme, memberikan kedalaman makna dan pengertian kepada siswa tentang topik yang dibahas. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif model mind mapping. Pada penerapannya siswa dibimbing untuk berani menuangkan idenya sendiri sebanyak banyaknya. Berdasarkan hasil ulangan semester II, hasil yang dicapai siswa kelas VI SDN Sisir 01 pada materi kegiatan ekspor dan impor masih belum memenuhi harapan. Dari 30 siswa, nilai yang di atas KKM (79) hanya 20 siswa, atau baru mencapai 67 %. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari pihak guru, siswa, maupun materinya. Dari faktor materi: (1) materinya bersifat pengetahuan, fakta, dan data, yang harus diketahui luas dan banyak. (2) konsep- konsep yang diberikan kepada siswa disampaikan terpisah- pisah. Dari faktor guru: (1) dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa cepat bosan dan kurang bersemangat dalam merespon dan berpartisipasi, (2) guru juga kesulitan dalam menyampaikan materi ini karena banyak fakta dan data aktual yang harus diingat dan dihafalkan agar dapat menyampaikan materi sesuai dengan kondisi nyata yang sedang terjadi. Dari faktor siswa: (1) siswa mudah lupa dengan apa yang sudah diingat sebelumnya karena pembelajarannya terbatas pada kegiatan membaca buku paket dan mendengarkan penjelasan guru saja. (2) siswa merasa bosan dengan apa yang dipelajari karena hanya menghafalkan konsep- konsep, (3) siswa kurang memperoleh kesempatan dalam mengembangkan ide dan pikirannya. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi Kegiatan Ekspor dan Impor siswa mengalami kesulitan memahami materi, sehingga prestasi belajar siswa kurang baik. Di samping itu guru sendiri mengalami kesulitan dalam membelajarkan materi ini karena belum tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan kondisi di atas perlu dipikirkan cara untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya dengan mengubah metode pembelajaran yang lebih tepat dan inovatif. Metode yang digunakan harus dapat menciptakan kebebasan pada siswa dalam mengkreasikan dan mengembangkan hasil pikirannya untuk belajar, memberikan kemudahan kepada siswa untuk mengingat materi pelajaran yang telah dipelajarinya, mengaktifkan siswa untuk belajar, menarik perhatian siswa dengan gambar dan warna, membangkitkan antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta membantu siswa lebih cepat menyelesaikan tugasnya. Selain itu guru juga harus dapat melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada diri siswa dan pola pikirnya. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan konsep- konsep yang dimilikinya dengan cara yang lebih mudah, 1121 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur sederhana, cepat, dan menyenangkan. Untuk itulah metode pembelajaran Mind Mapping dipilih untuk membantu siswa mengatasi kesulitannya tersebut. Metode Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan hubungan antar konsep dalam pembelajaran berupa pemetaan pikiran dimana informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan yang menggunakan cabangcabang kata- kata. Gagasan mucul melalui bahasa imaginasi, gambar, diagaram, kode, simbol, grafik, dan sebagainya (Buzan, 2005:41). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri siswa. Metode Mind Mapping ini memudahkan siswa untk mengingat materi pembelajaran, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi dengan memberikan wawasan baru. Kelebihan penggunaan metode Mind mapping dalam pembelajaran IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu, pada materi kegiatan ekspor impor yaitu (1) penggunaan gambar dan ilustrasi dalam Mand Mapping bisa mengaktifkan otak kanan dan menyeimbangkan otak kirinya (2)Mind Mapping membantu siswa untuk lebih mudah dalam menuangkan ide- idenya,(3) Mind Mapp menunjukkan suatu pengelompokan informasi yang sangat jelas sehingga mudah diingat , (4) pusat Mind Mapp ada di tengah kertas sehingga menarik perhatian mata dan otak untuk fokus, (5) memungkinkan siswa dapat melihat gambaran materi secara keseluruhan sekaligus mengetahui permasalahnnya detail dalam waktu yang bersamaan,(6) mudah mendapatkan informasi secara lengkap mengenai materi pembelajaran, (7) penggunaan warna spidol pada Mind Mapping selain mampu mengaktifkan otak kanan anak juga bisa digunakan untuk memetakan kemampuan siswa (8) informasi lebih mudah diingat karena terasosiasi dengan informasi lain yang sudah diingatnya sehingga keterkaitan antara informasi menjadi jelas dan sistematis. Kelebihan metode Mind Mapping digunakan guru untuk memperkenalkan konsekonsep pada siswa kemudian dibuat suatu hubungan agar menyatu dan tidak terpisah - pisah, konsep yang telah diterima dapat diingat siswa, sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna. Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Mind Mapping dapat membimbing siswa untuk tidak sekedar menghafal materi, tetapi juga mengingat materi, membimbing siswa secara aktif untuk menghubungkan konsep dan pengetahuan awal secara utuh. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahannya:(1) Bagaimana pembelajaran IPS melalui metode Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan memahami materi tentang kegiatan ekspor dan impor? (2) Apakah metode Mind Mapping materi Kegiatan ekspor dan Impor dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk meningkatkan kemampuan memahami materi kegiatan ekspor dan impor pembelajaran IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan metode Mind mapping, (2) untuk meningkatkan hasil belajar IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu materi kegiatan ekspor dan impor menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping. Manfaat penelitian dengan menggunakan metode Mind Mapping, bagi peneliti adalah: (1) menemukan alternatif teknik pembelajaran yang lebih mudah meningkatkan kemampuan mengembangkan materi IPS. (2) mendapatkan pengalaman berharga dalam berekplorasi mengembangkan materi pembelajaran dengan dukungan teknologi informatika melalui kegiatan browsing internet. Bagi guru/ teman sejawat, manfaat yang didapat adalah: (1) sebagai inspirasi dalam menggunakan metode pembelajaran yang lebih inovatif. (2) sebagai inspirasi dalam 1122 ISBN: 978-602-1150-17-7 memanfaatkan teknologi informasi/ internet. (3) mengatasi ketidak berhasilan pembelajaran IPS yang banyak dikeluhkan guru karena pemilihan metode yang kurang tepat. Manfaat penelitian bagi siswa: (1) dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. (2) memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan ide, kreatifitas, dan pola pikir. (3) membantu siswa mengembangkan konsep materi IPS yang telah dipelajari dengan cara lebih mudah dan cepat. (4) meningkatkan hasil belajar. Bagi sekolah, manfaat dari penelitian ini adalah: (1) memberi sumbangsih kepada sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran hasil belajar siswa. (2) sebagai wahana peningkatan mutu dan kreatifitas guru. Untuk lebih memahami metode Mind Mapping, perlu dipelajari pengertian dari istilah Mind Mapping. Menurut Buzan (dalam De Porter, dkk, 2005:175) Mind Mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk pola gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di tengah dan subtopik serta perincian menjadi cabang- cabangnya. Metode mencatat ini didasarkan pada penelitian tentang cara otak memroses informasi. Para ilmuwan mengetahui bahwa otak mengambil informasi, gambar, pikiran, dan memisah- misahkannya dalam bentuk linear. Saat otak mengingat informasi, bisanya dilakukan dalam bentuk gambar warna- warni, simbol, dan perasaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Mind Mapping adalah suatu metode pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat pada diri siswa. Berdasarkan pemahaman definisi Mind Mapping di atas, peneliti menyusun langkahlangkah pembuatan Mind Mampping: (1) guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari, (2) siswa diberi satu konsep utama dari materi yang akan dipelajari ,(3) siswa dibagi menjadi 6 kelompok , (4) siswa bersama kelompoknya menyiapkan materi yang telah ditentukan guru dan gambar-gambar yang sesuai dengan materi, (5) siswa dan kelompoknya membuat hubungan antar konsep atau cabang - cabang dari konsep utama yang telah diberikan, (6) siswa membuat garis hubung/ garis lengkung untuk setiap cabang konsep yang telah dibuat dengan menggunakan spidol warna warni agar menarik , (7) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, (8) siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Meningkatkan, adalah upaya yang dilakukan peneliti agar pemahaman siswa terhadap materi kegiatan ekspor impor menjadi lebih baik, yang diukur dengan nilai hasil belajar melalui post test di akhir siklus. Kemampuan dimaksudkan sebagai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari siswa. Kegiatan ekspor impor, adalah aktivitas menjual barang ke luar negeri dan membeli barang dari luar negeri, khususnya yang dilakukan Indonesia. Browsing internet, dimaksudkan sebagai upaya kreatif siswa dalam melengkapi informasi tentang materi yang dipelajari dengan memanfaatkan teknologi informasi. Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping baik digunakan dalam semua mata pelajaran. IPS sebagai salah satu pelajaran di sekolah dasar menggunakan metode mind mapping ini membimbing siswa untuk tidak sekedar menghafal materi, tetapi juga mengingat materi dan memahami materi, sehingga dapat secara aktif memikirkan hubungan antara konsepkonsep yang telah dipelajari pada pengetahuan awal secara utuh dan tidak terpisah- pisah. Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Rosjidan 1996:2) adalah suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar 1123 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur mengajar yang menggambarkan keberhasilan siswa dalam mengikuti program pengajaran dalam jangka tertentu. Pengertian belajar menurut Umar Malik (1980:28) bahwa “belajar adalah suatu bentuk perubahan dan pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. Dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh lewat latihan dan pengalaman. Belajar sebagai proses konstruksi (konstruksivisme), memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruksi (membangun) pengalaman lama yang berkembang melalui pengalaman belajar sehingga terbentuk pengalaman baru. Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan siswa. penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal untuk kehidupannya di dalam masyarakat dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi pembelajaran IPS. Oleh karena itu rancangan pembelajaran diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benarbenar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994). Berpijak dari filsafat konstruksivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal. Dalam belajar siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan hanya pemberian guru. Siswa hendaknya dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide- idenya. Setiap mata pelajaran memiliki beberapa kompetensi yang akan dicapai melalui proses pembelajaran yang bermutu unggul. Kompetensi yang harus dikuasai siswa sudah tertuang di dalam standar isi kurikulum yang meliputi 3 ranah yaitu: intelektual, sikap, dan keterampilan. Dengan pembelajaran yang bermakna kompetensi siswa dapat berkembang secara optimal sekaligus sebagai modal menghadapi tantangan hidup dan kehidupannya kelak. Karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat, dalam memasuki masyarakat yang dinamis. Peran guru sebagai fasilitator Sntyasa (2005b) menyatakan, guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancang model, pelatih, dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator secara spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learner, disini guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mempelajarinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan mendeskripsikan kemampuan memahami materi kegiatan ekspor dan impor serta peningkatan hasil belajar IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan metode mind mapping melalui browsing di internet. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu dengan jumlah siswa 30 anak, yang terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan. Adapun lokasi penelitian tindakan kelas adalah SDN Sisir 01 yang berlamat di Jl. Arjuno 40 D kecamatan Batu kota Batu. Peneliti menggunakan rancangan model spiral refleksi diri (Kemimis dan Mc. Taggart, 1988) yang dimulai dengan perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection). Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus I dilakukan pada tanggal 12 Maret 2016, dan siklus II pada 12 April 2016. 1124 ISBN: 978-602-1150-17-7 Peneliti mengadakan penelitian di kelas VI SDN Sisir 01 Batu ini karena nilai siswa kelas VI mata pelajaran IPS materi kegiatan ekspor dan impor masih ada yang di bawah KKM.terlihat dari hasil nilai UH (ulangan harian) dari 30 siswa ,ada 10 siswa yang masih mendapat nilai di bawah KKM ( 79 ). Data yang dikumpulkan berupa data prestasi. Prestasi belajar dikaitkan dengan test hasil belajar, pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan cara melakukan test yang dirancang guru sesudah materi pelajaran diberikan .kegiatan observasi digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bahan untuk refleksi dan analisis.observasi selain dilakukan oleh guru peneliti juga dibantu guru lain untuk mandapatkan data yang rinci dan akurat. Indikator keberhasilan yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah 90% siswa dari 30 siswa mengalami ketuntasan belajar.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS dengan materi Kegiatan Ekspor Impor adalah 79. Jadi apabila 27 anak dari 30 anak memperoleh nilai 79 atau lebih maka target prestasi dikatakan berhasil. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, maka rancangan penelitian ini berupa siklus, yang secara garis besar terdiri dari empat bagaian, yaitu perencanaan, tindakan/ pelaksanaan kegiatan, pengamatan dan refleksi. Penerapan metode Mind Mapping dalam pembelajaran IPS kelas VI SDN Sisir 01 Batu, dilaksanakan dalam 2(dua) tahap yaitu siklus I dan siklus II. Adapun hasil penelitian yang diporoleh yaitu : Siklus I Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelansanaan Pembelajaran (RPP), materi yang akan dipelajari oleh siswa yaitu materi SK 3) Memahami Peranan Bangsa Indonesia di Era Global. KD 3.2) Mengenal Manfaat Ekspor dan Impor di Indonesia sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa. Yang dikembangkan menjadi 6 indikator dan 6 tujuan pembelajaran. Media yang akan digunakan dalam pembelajaran meliputi gambar-gambar komoditas ekspor migas dan non migas Indonesia, dan gambar-gambar barang impor yang dibeli Indonesia dari negara lain yang mereka dapatkan dari internet. Langkah berikutnya peneliti menyusun LKS (Lembar Kerja Siswa) materi tentang kegiatan ekspor dan impor dengan menggunakan metode Mind Mapping yang dikerjakan secara berkelompok . Selain itu peneliti juga membuat lembar observasi untuk kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran.setelah pembelajaran berakhir , peneliti melakukan koordinasi kepada obsever untuk membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dan melakukan koordinasi untuk. perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Pelaksanaan / tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I sesuai dengan RPP dengan menggunakan tehnik Mind Mapping, pada hari Sabtu, tanggal 12 Maret 2016, dengan materi kegiatan tentang Ekspor Impor. Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, peneliti bertindak sebagai guru, berkaloborasi dengan guru IPS kelas V. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan menggunakan metode Mind Mapping. Tahap pertama diawali oleh peneliti membuka pelajaran dengan apersepsi, tanya jawab antara siswa dan guru tentang materi ekspor dan impor. G: anak –anak...yang rumahnya jauh tadi berangkat sekolah naik apa ? S: diantar naik sepeda motor...Bu ! naik mobil...Bu ! G: makanan cepat saji apakah yang mudah kita temui di Food Center..? 1125 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur S: KFC..MC D..Burger..Pizza .. Bu! G:Tahukah kalian..? barang-barang yang kalian sebutkan tadi berasal dari negara mana? S: Jepang..Korea..Amerika Serikat.. G:masih banyak produk impor yang bisa kita jumpai setiap saat di lingkungan kita..hari ini kita akan belajar tentang kegiatan ekspor dan impor.. Berdasarkan dialog tersebut, nampak bahwa siswa sudah memahami materi prasyarat kegiatan ekspor dan impor. Guru juga menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran, siswa memperhaikan penjelasan guru dengan tentang tujuan pembelajaran dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Pada kegiatan inti, guru melakukan eksplorasi dengan siswa melalui gambar-gambar yang ditunjukkan tentang kegiatan ekspor impor, agar siswa memiliki pemahaman yang benar tentang kegiatan ekspor dan impor. Selanjutnya guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok , masing - masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Pada tahap elaborasi, guru memulai membuat Mind Mapping di papan tulis dengan cara menempelkan sebuah gambar tentang kegiatan ekspor impor sebagai gagasan sentral di tengah papan tulis, dengan menuliskan konsep utama akan memudahkan siswa dalam membuat sub konsep atau cabang cabang dari konsep. Selanjutnya siswa mengerjakan tugas kelompok selama 30 menit. Dalam kegiatan ini siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat Mind Mapping tentang kegiatan ekspor dan impor. Siswa membuat beberapa cabang dari konsep utama yang diberikan , membuat garis , gambar dan warna pada Mind Mapp. Selama kegiatan berlangsung siswa tampak senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran ,juga tampak lebih kreatif karena dengan menggunakan Mind Mapp siswa dapat menuangkan idenya melalui gambar dan tulisan yang menggunakan spidol warna warni. Guru melakukan konfirmasi dengan menanyakan hal-hal yang belum dipahami oleh siswa berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor. Pada akhir siklus1, guru melakukan penguatan materi dengan cara memberikan dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Di samping itu guru mendorong siswa untuk mencari informasi tentang kegiatan ekspor impor dari internet, untuk meningkatkan pemahamannya. Selanjutnya siswa mengerjakan soal post test yang dikerjakan secara individu. Pengamatan Pada tahap ini guru peneliti meminta bantuan pada guru lain sebagai pengamat yang membantu mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh guru peneliti selama pembelajaran berlangsung. Dari catatan kaborator, diperoleh informasi tentang kegiatan tanya jawab antar siswa, Salah satu catatan tanya jawab yang disampaikan siswa adalah: “ sebutkan 5 barang ekspor dan 5 barang impor Indonesia!” Diperoleh jawaban dari mayoritas siswa lain :” 5 barang ekspor Indonesia adalah: gas alam cair, kayu lapis, kopi, ikan, dan kain batik. 5 barang impor Indonesia adalah: mobil, barang elektronik, mesin- mesin, gula, dan beras.” pada tahap ini guru juga mengobservasi kesulitan siswa dalam membuat Mind Mapping, melakukan pengumpulan data dan menghitung prosentase tingkat keberhasilan hasil belajar. Refleksi Tahap refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran dilakukan peneliti. Pada tahap ini peneliti dan guru kolaborator sekaligus sebagai obsever berdiskusi untuk menemukan kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran, pada kegiatan refleksi yang dilakukan ditemukan beberapa hambatan yang terjadi selama PBM sebagai berikut : 1) siswa belum semuanya bisa menuangkan ide-idenya dalam lembaran Mind Mapp, 2) pembagian anggota 1126 ISBN: 978-602-1150-17-7 kelompok masih belum merata kemampuannya sehingga ada kelompok yang cepat dalam menyelesaikan tugas dan ada yang lambat, 3) belum semua siswa mampu mencari materi melalui browsing internet sehingga masih miskin konsep, 4) guru kurang terampil dalam memberikan motivasi, 5) guru masih kurang dalam pengorganisasian alokasi waktu, 6) kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran secara mandiri perlu ditingkatkan, 7) dari hasil ulangan harian guru memperoleh data bahwa siswa yang mencapai nilai diatas KKM baru 20 siswa ( 67%) atau masih ada 10 anak (33%) yang belum KKM. Kesimpulan yang diperoleh bahwa pembelajaran pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus II, antara lain: 1) guru memperbanyak kegiatan yang melibatkan siswa dalam pembuatan mind mapp, 2) pembagian kelompok dilakukan dengan bimbingan guru agar kemampuan siswa dalam setiap kelompok lebih merata, 3) guru membimbing siswa browsing internet untuk mencari dan menemukan materi yang dibutuhkan, 4) guru lebih intensif dalam memberi motivasi kepada siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, 5) guru lebih disiplin dalam pengorganisasian waktu agar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, 6) guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan secara mandiri, 7) siswa yang nilainya di atas KKM menjadi 94% atau sebanyak 28 siswa. Siklus II Perencanaan tindakan siklus II berdasarkan refleksi pada tahap I. Kegiatan perencanaan pada tahap ini dilakukan sebagai berikut : peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dengan menerapkan metode Mind Mapping. Peneliti menyiapkan rangkuman materi tentang Kegiatan Ekspor dan Impor, kemudian menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu gambar - gambar Kegiatan Ekspor dan Impor . Selanjutnya peneliti juga membuat Lembar Kerja siswa ( LKS ) yang dikerjakan secara berkelompok dengan materi Kegiatan Ekspor dan Impor, serta menggunakan metode Mind Mapping. Pada bagian akhir peneliti membuat test akhir untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah dipelajari. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II disusun dengan memperhatikan revisi siklus I yang telah disusun, sehingga kekurangan siklus I tidak terulang pada siklus II. jadwal pertemuan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 9 April 2016. Dalam pelaksanaan ini peneliti menyampaikan materi kegiatan tentang Ekspor Impor dengan menggunakan metode Mind Mapping. Bertindak sebagai pengamat adalah 9 orang peserta Diklat KTI dan seorang pembimbing. Adapun tujuannya adalah untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode Mind Mapping, membuat catatan tentang kelebihan- kelebihan dan kekurangankekurangan metode Mind Mapping pada proses pembelajaran tersebut. Hasil pengamatan dengan catatan- catatan yang dibuat para pengamat dan pembimbing itu nantinyadiharapkan akan lebih menyempurnakan keahlian peneliti dalam mengembangkan metode pembelajaran Mind Mapping. Terutama dalam menyempurnakan tindakan siklus I dengan mencapai targettarget perbaikan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Tahap pertama siklus II diawali oleh guru membuka pelajaran dengan apersepsi, melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Guru memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya memahami kegiatan ekspor dan impor, bahwa dengan memahaminya siswa akan mengerti produk yang baik, berkualitas, serta lebih menghargai produk dalam negeri. 1127 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pada kegiatan inti, guru melakukan eksplorasi dengan memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan ekspor dan impor sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa di dunia. Guru menunjukkan gambar-gambar tentang kegiatan ekspor impor yang diperoleh baik dari buku sumber, media cetak lainnya, maupun hasil browsing internet, dengan tujuan agar siswa memiliki pemahaman yang lebih baik dan benar tentang kegiatan ekspor dan impor. Selanjutnya guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing - masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Dalam proses pembagian kelompok, guru menentukan penempatan siswa- siswa yang memiliki kemampuan lebih menonjol dari lainnya, sehingga kemampuan tiap kelompok akan lebih merata. Pada tahap elaborasi, guru menugasi siswa secara kelompok untuk membuat Mind Mapping di kertas asturo dengan menggunakan spidol warna- warni. Teknis/ langkah- langkah pembuatan Mind Mapping: 1) guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dipelajari, yaitu tentang kegiatan ekspor dan impor, 2) guru memberi siswa satu konsep utama tentang kegiatan ekspor impor yang ditulis di tengah kertas yang telah disiapkan masingmasing kelompok, 3) siswa memberi gambar dan warna tentang barang ekspor dan impor yang telah disiapkan sebelumnya, 4) siswa dalam kelompoknya membuat hubungan antar konsep atau cabang- cabang dari konsep utama yang telah diberikan, 5) siswa membuat garis hubung untuk setiap konsep yang telah dibuat dengan disertai gambar, 6) setiap siswa memberikan warna sesuai warna spidol yang dipegangnya dengan maksud: a) menandai ide masing- masing (dengan warna spidol yang berbeda), b) memudahkan guru memberi nilai kepada setiap siswa berdasarkan ide yang dituangkannya, c) produk Mind Mapp yang dihasilkan setiap kelompok menjadi lebih semarak dan hidup sehingga dapat menambah energi serta gairah para siswa untuk menyelesaikannya dengan antusias. Setelah setiap kelompok menyelesaikan tugasnya membuat Mind Mapp tentang kegiatan ekspor impor, guru meminta setiap kelompok yang diwakili oleh 2 orang anggotanya mempresentasikan hasil kerja kelompok pembuatan Mind Mapp. Kelompok lain menanggapi dengan cara mengajukan pertanyaan, atau mengemukakan pendapat dengan memberikan data atau informasi yang berbeda. Langkah selanjutnya, guru bersama siswa secara klasikal menyimpulkan hasil diskusi. Pada akhir siklus II, guru melakukan penguatan materi dengan cara memberikan dorongan kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Selanjutnya siswa mengerjakan soal post test yang dikerjakan secara individu untuk mengetahui daya serap siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus II. Siswa tampak antusias dalam mengerjakan soal tes, yang menunjukkan bahwa pemahaman mereka meningkat setelah mengikuti pembelajaran siklus II. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa meningkat, dan rata-rata nilai siswa yang berada di atas KKM mengalami dari 76% menjadi 94%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran siklus II dapat meningkatkan kemampuan siswa secara maksimal. Pengamatan/ Observasi Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru serta aktivitas siswa beserta kelompoknya dalam proses pembuatan Mind Mapping. Hasil pengamatan observer terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan menggunakan metode Mind Mapping mampu menuntaskan materi pembelajaran kegiatan ekspor impor. Guru berperan aktif selama proses pembelajaran sebagai fasilitator, namun demikian siswa tetap dominan dalam menyelesaikan tugas pembuatan Mind Mapping. Selain mengadakan pengamatan terhadap aktivitas guru, observer juga mengadakan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Mind Mapping. 1128 ISBN: 978-602-1150-17-7 Dari hasil pengamatan disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Mind Mapping mendapat respon yang sangat baik dari siswa. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme yang tinggi hampir seluruh siswa, serta nilai hasil tes yang meningkat. Refleksi Tahap refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran dilaksanakan, untuk memberikan apresiasi kepada peneliti berkaitan dengan jerih payah peneliti untuk mengembangkan metode Mind Mapping dalam menyampaikan materi pembelajaran kegiatan ekspor impor kepada siswa kelas VI di SDN Sisir I Batu, dengan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keberhasilan pada siklus II mencapai 94%, dibanding tingkat keberhasilan pada siklus I yang baru mencapai 76%. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI SDN Sisir 01 Batu tahun pelajaran 2015/ 2016 yang dilakukan dalam dua siklus, membuktikan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam memahami materi tentang kegiatan ekspor impor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kegiatan pra tindakan, dari 30 siswa hanya ada 15 siswa atau 50% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Meningkat pada siklus I menjadi 24 siswa atau 76%. Pada kegiatan siklus II meningkat menjadi 28 siswa atau 94%. Penerapan mind mapping dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dari segi proses maupun hasil yang dilakukan peneliti sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Umiarsih (2009). Peningkatan mutu pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping pada siswa klas VI SDN Sisir 01 karena metode mind mapping mampu memotivasi siswa untuk mengeksplorasi potensi diri karena anak memperoleh kebebasan dalam menuangkan ide- idenya kreatifitasnya sendiri. Penerapan metode mind mapping mendorong siswa untuk aktif, antusias, dan ketertarikan kepada materi maupun pengajaran yang telah dirancang guru. Penggunaan mind mapping membantu guru menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) penerapan metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, 2) meningkatkan prestasi belajar siswa, dari rata- rata keberhasilan 76% menjadi 94%. SARAN Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan untuk kemajuan proses belajar mengajar di SDN Sisir 01 Batu: 1) guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang inovatif seperti menggunakan metode Mind Mapping, 2) guru menggunakan metode Mind Mapping dalam menyampaikan materi yang lain, 3) diharapkan siswa menyadari bahwa prestasi belajar dapat meningkat jika siswa aktiv dalam mengikuti proses pembelajaran dan berani menuangkan ide- idenya. DAFTAR PUSTAKA Buzan, Tony.2006 Mind Mapp Untuk Kreatifitas. Jakarta GramediaPustaka Utama Hasibuan,2006. Proses Belajar Mengajar: Bandung: PT Remaja Rosdakarya 1129 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kasbolah, Kasihani. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Depppdikb Rachnan, Saiful. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Tulis Ilmiah Solihatin, Entin, Raharjo 2008,Cooperative learning analisis Model Jakata. Bumi Aksara 1130 Pembelajaran IPS. ISBN: 978-602-1150-17-7 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ZIGSAW SISWA KELAS IV SDN SISIR 01 BATU Sulistyowati Abstrak: Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas, dalam penerapannya terkadang kurang menarik siswa dalam belajar sehingga siswa kurang menyukai, pasif di dalam kelas, tidak mau menggali lebih dalam lagi pelajaran IPS yang diterimanya. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa 9 dari 20 siswa kurang dari KKM yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS tersebut. Metode pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam upaya mencapai kesuksesan dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan dikelas IV SDN SISIR 01 Batu dalam pelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model jigsaw berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian nilai pada siklus I dengan rata-rata nilai 73,5% dengan ketuntasan belajar sebesar 70 % atau 14 siswa dari 20 siswa dan Pada siklus II nilai rata-rata 7,7 % dengan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan 90 %. Kata kunci: Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Jigsaw Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah di capai siswa dalam penguasaan tugas tugas atau materi pelajaran yang di terima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan dalam satu kriteria ( Prakosa, 1991). Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4), mengemukakan bahwa Prestaasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.menurut Dewa Ketut Sukardi (1983:51) menyatakan “untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu. Menurut dimyati Mahmud ( 1989 : 84-87 ) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencangkup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu ssendiri, yang terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untuk untuk berprestasi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, ssekolah maupun lingkungan masyarakat. Menurut pendapat Rooijakkers yang diterjemahkan oleh Soenoro ( 1982:30) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari faktor si pelajar dan faktor si pengajar. Faktor dari si pelajar (siswas) ini meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi. Faktor dari si pengajar (guru) ini meliputi kemampuan membangun hubungan dengan si pelajar, kemampuan menggerakkan minat pelajar, kemampuan menberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan pokok – pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan memberikan tanggapan terhadap reaksi. Dari 1131 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pendapat Rooijakkers tentang faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat diberikan kesimpulan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari si pelajar dan faktor yang berasal dari si pengajar (guru) Hal ini juga terjadi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru di dalam kelas secara klasikal melalui metode ceramah di sekolah dimana dalam penerapannya kurang menarik siswa dalam belajar sehingga siswa kurang menyukai, pasif di dalam kelas, tidak mau menggali lebih dalam lagi pelajaran IPS yang diterimanya, dan pelajaran dianggap menjenuhkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa 9 dari 20 siswa kurang dari KKM yang ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS tersebut. Semua pendidik pasti menginginkan siswanya mencapai prestasi yang maksimal. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa maka dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran itu antara lain dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu, dari guru sebagai satu – satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber, dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Berdasarkan hal tersebut maka penulis mencoba untuk menemukan mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Dari proses pencarian yang telah dilakukan terdapat salah satu model pembelajaran yang menarik bagi peneliti untuk diterapkan dalam pembelajaran materi 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dengan model pembelajaran “ Jigsaw “ . Jigsaw merupakan teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Dimana dalam pelaksanaannnya diawali denga pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru, dimana guru bisa menulis topik yang akan dipelajari di papan tulis ataupun ditayangkan kelalui LCD. Guru menanyakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut.Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur konitif siswa agar lebih siap menghadapi kegiatan pempelajaran yang baru. Metode Jigsaw ini terdiri dari 5 langkah yaitu 1) Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok lebih kecil yang disebut home teams (kelompok asal). Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Misal, topik yang di sajikan adalah metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep heuristik, kritik,interpretasi dan historiografi, maka kelompok terbagi menjadi 4.jika dalam kelas terdiri dari 40 siswa maka satu kelompok ada 10 siswa. Keempat kelompok itu adalah kelompok heuristik, kelompok kritik, kelompok interpretasi dan kelompok histeriograf. 2) setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap – tiap kelompok. 3) Setiap siswa dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. 4) untuk sesi berikutnya membentuk kelompok expert teams (kelompok ahli) dimana kelompok ahli beasal dari gabungan beberapa kelompok asal. 5) setiap kelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi. Melalui diskusi kelompok ahli mampu memahai topik pelajaran yang dipelajarinya ( Agus Suprijono,2009 ) Berdasarkan pengalaman dan observasi maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Tentang Perkembangan Teknologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Zigsaw Siswa Kelas IV SDN Sisir 01 Batu” Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV materi Perkembangan Teknologi di SDN Sisir 01 ? 1132 ISBN: 978-602-1150-17-7 Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Mendiskripsikan langkah – langkah pembelajaran model jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV materi Mengenal perkembangan teknologi, produksi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya di SDN Sisir 01. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemanfaatan perkembangan teknologi bagi siswa dan untuk sesama pengajar sebagai rujukkan dalam pembelajaran berikutnya. METODE Metode pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam upaya mencapai kesuksesan dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah satu metode model pembelajaran yang dapat menjadi salah satu pilihan adlah metode pembelajaran jigsaw. Menurut para ahli salah satunya Sudrajat (2008:1) mengartikan pembelajaran jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarakan materi yang telah dikuasai tersebut kepada teman satu kelompok. Keunggualan metode model pembelajaran jigsaw akan menjadi sebuah solusi yang efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya. Langkah-langkah metode model pembelajaran jigsaw yang disampaikan oleh Stepen, Sikes and Snapp yaitu :1) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan anggota maksimal 5 siswa tiap kelompok. 2) Masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi materi yang berlainan. 3) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang ditugaskan. 4) Anggota kelompok lain yang telah mempelajari sub bagian yang sama berkumpul dalam kelompok baru yang disini disebut sebagai kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka. 5) Setelah anggota dari kelompok ahli selesai mendiskusikan sub bab bagian mereka, maka selanjutnya masing-masing anggota dari kelompok ahli kembali kedalam kelompok asli dan secara bergantian mengajar teman dalam satu kelompok mengenai sub bab yang telah dikuasai sedangkan anggota lainnya mendengarkan penjelasan dengan seksama. 6) Masing-masing kelompok ahli mempresentasikan hasail diskusi yang telah dilakukan. 7) Guru melaksanakan kegiatan evaluasi. 8) Penutup. Faktor penunjang keberhasilan penerapan metode model pembelajaran jigasaw antara lain : a) Positive interdependence. Anggota dalam kelompok seharusnya mempunyai rasa saling ketergantungan. B) Individual accountability. Masing-masing anggota kelompok seharusnya mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kemajuan proses belajar semua anggota tanpa terkecuali. C) Face to face promotive interaction. Adanya interaksi tatap muka dalam aktifitas diskusi elaborasi dalam materi yang dibahas. d) Social skill. Masing-masing anggota harus mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dengan anggota lainnya sehingga memungkinkan pemahaman matyeri bisa diterima secara kolektif. e) Group processing and reflectin. Kelompok seharusnya dapat melakukan evaluasi terhadap proses belajar yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja kelompok. 1133 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur HASIL Siklus I Perencanaan Dalam kegiatan perencanaan ada 4 tahapan yang dilakukan yaitu: 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Menyusun lembar kerja siswa. 3) Pengembangan media pembelajaran. 4) Menyusun lembar observasi atau penilaian. Dalam penyusunan RPP dilakukan sendiri oleh peneliti. Kompetensi dasar yang diangkat adalah 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan di kembangkan dalam 4 indikator pembelajaran yaitu: (1) mengerti dan memahani pengertian teknologi, (2) Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 3) Mendiskripsikan jenisjenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 4) Membandingkan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. Dalam kegiatan awal pembelajaran guru mengucapkan salam. siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang kegiatannya mulai dari rumah sampai ke sekolah kemudian guru menyampaikan materi yang akan dipelajarinya. Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati macam-macam gambar teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan pada masa lalu maupunpada masan sekarang. Setelah mengamati gambar siswa membuat pertanyaan dari apa yang telah diamatinya. Secara klasikal siswa dengan mengangkat tangan menyampaikan tugas yang telah dibuatnya. Kemudian siswa membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok tertidi 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan untuk mengambil tugas dari guru. Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiaptiap kelompok berkumpul sesuai dengan tugas, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok ahli. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli. Masingmasing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya. Media yang digunakan pada metode model pembelajaran jigsaw berupa macam-macam gambar alat produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang. Penggunaan media ini dipaparkan dalam kegiatan eksplorasi secara demonstrasi. Dalam pengembangan lembar kerja siswa ada 4 kegiatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat, mendiskripsikan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang di gunakan masyarakat dan membandingkan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang serta soal uraian yang dikerjakan secara berkelompok. Pelaksanaan Kegiatan 1134 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat. Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 24 maret 2016, dengan materi teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Pada pelaksanaan tndakan siklus I ini peneliti bertindak sebagai guru dan dibantu oleh dua orang observer yaitu guru kelas VI dan guru dari sekolah lain. Pada pertemuan ini peneliti menggunakan metode pembelajaran model jigsaw. Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan. Tahap pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan melakukan tanya jawab tentang apa yang dilakukan siswa dari rumah sampai tiba di sekolah. Guru: siapa tadi berangkat sekolah diantar oleh orang tua? Siswa: saya bu. Guru: diantar naik apa ? Siswa: naik sepeda bu. Berdasarkan dialog tersebut nampak bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang teknologi. Kegiatan dilanjutkan oleh guru dengan menyampaikan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dan manfaaat yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran berupa macammacam gambar teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan pada masa lalu maupun pada masa sekarang. Setelah mengamati gambar siswa bersama guru melakukan tanya jawab dan siswa diminta membuat pertanyaan dari apa yang telah diamatinya secara tertulis. Setelah selesai secara klasikal siswa dengan mengangkat tangan menyampaikan tugas yang telah dibuatnya dengan bergantian. Kemudian siswa membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok tertidi 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil tugas dari guru. Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiap-tiap kelompok berkumpul dan mengerjakan sesuai dengan tugasnya, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok ahli dengan alokasi waktu 20 menit. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli. Masing-masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya. Pengamatan Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasrkan hasil pengamatan sselam pembelajaran, pada kegiatan awal siswa senang dan aktif untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang mereka amati. Pada kegiatan inti 50 % siswa kurang dalam bekerja sama dengan kelompok (terlihat pada diskusi kelompok di kelompok ahli) sehingga terlihat sseperti kerja individu dan hasil yang diharapkan kurang maksimal atau kurang memuaskan. Hal ini dapat terlihat dalam hasil kerja siswa. Pada tahap akhir pembelajaran menunjukkan bahwa hasil dari tiap-tiap kelompok kurang dalam mendiskripsikan jenis-jenis teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta menyebutkan beragam barang disamping kerja siswa secara individu. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar 14 siswa ataun 70 %dari 1135 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 6 siswa atau 30 % dari jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil dengan baik. Nilai rata-rata siswa juga sudah mencapai diatas nilai KKM yaitu 73,5. Namun karena masih ada 6 siswa yang belum tuntas, maka diadakan perbaiakn pembelajaran pada silkus berikutnya. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, observer memberikan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus I. Tahap refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Refleksi ini dilakukan melalui diskusi antar peneliti dan mitra peneliti untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada pada praktik pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti serta perbaikan pada siklus ke II. Pada hasil refleksi siklus I ditemukan 6 siswa dari 20 siswa yang belum tuntas dalam pencapaian KKM yasng telah ditentukan. Sehingga perlu diperbaiki melalui rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, obnservasi dan refleksi. Siklus II Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi pada tahap siklus I. Kegatan perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Peneiti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw. Matei yang akan dipelajari oleh siswa adalah materi teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan Standar Kompetensi “2. Mengenal umber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi dilingkungan kab/kota dan propinsi”, Kompetensi Dasar “2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. Kemdian di kembangkan dalam 4 indikator pembelajaran yaitu: 1) Mengerti dan memahani pengertian teknologi. 2) Mengidentifikasi jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 3) Mendiskripsikan jenis-jenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. 4) Membandingkan jenisjenis teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat setempat pada masa lalu dan masa sekarang. Peneliti menyiapkan rangkuman materi tentang teknologi produksi, komunikasi dan transportasi, kemudian menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu berupa benda kongkrit dan gambar tentang macam-macam teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan masyarakat pada masa lalu maupun sekarang. Selanjutnya peneliti membuat lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara berkelompok materi teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi dengan metode pembelajaran model jigsaw. Peneliti juga membuat tes akhir berkaitan dengan materi yang telah dipelajari siswa. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sesuai rencana yang telah dibuat. Pertemuan pada siklus II dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 april 2016, dengan materi teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini peneliti bertindak sebagai guru dan dibantu oleh seorang observer yaitu guru kelas VI. Pada pertemuan ini peneliti menggunakan metode pembelajaran model jigsaw. Pencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan. Tahap pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar siap belajar. Selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan 1136 ISBN: 978-602-1150-17-7 transportasi yang ada di sekitar lingkungannya serta diajak untuk bernyanyi “ Naik kereta api”. Guru juga menjelaskan kompetensi yang harus dicapai sisa dalam pembelajaran serta manfaat pembelajaran yang akan dilakukan. Pada kegiatan inti siswa diminta untuk mengamati media pembelajaran berupa benda kongkrit dan gambar tentang macam-macam teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi yang digunakan pada masa lalu maupun pada masa sekarang yang telah disediakan oleh guru. Secara demonstrasi siswa bersama guru mendiskrisikan gambar yang telah diamatinya dan selanjutnya mencoba untuk mendiskripsikan sendiri. Kemudian siswa membentuk 5 kelompok inti dalam satu kelompok terdiri 4 siswa dari 20 siswa. Salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil tugas dari guru. Guru memberikan bimbingan tentang tugas yang telah diberikan dan langkah–langkah yang harus diperhatikan oleh semua anggota kelompok. Kemudian salah satu perwakilan dari kelompok yang mengambil tugas dari guru tadi membagikan tugas kepada anggota kelompoknya. Selanjutnya semua anggota kelompok yang memiliki tugas yang sama dari tiaptiap kelompok berkumpul dan mengerjakan sesuai dengan tugasnya, yang selanjutnyan disebut dengan kelompok ahli dengan alokasi waktu 20 menit. Setelah selesai mengerjakan dikelompok ahli dengan waktu yang telah ditentukan siswa kembali ke kelompok inti untuk menyampaikan hasil diskusinya di kelompok ahli. Masing-masing anggota dari tiap kelompok mendengarkan hasil anggotanya dari diskusi di kelompok alhi dan memberikan masukan atau tambahan jawaban atau perbaikan sebagai hasil diskusi kelompok inti sesuai dengan rentang waktu yang telah diberikan. Masing-masing dari kelompok mempresentasikan hasik kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara individu. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa bwersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajarinya. Pengamatan Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran, pada kegiatan awal siswa senang, aktif dan bersemangat melalui kegiatan bernyanyi sebagai awal pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa mengamati benda yang telah disediakan guru dan melakukan tanya jawab. Dalam kegiatan ini siswa aktif dalam menjawab pertanyaan guru terutama ditekankan dalam mendiskripsikan benda tentang teknologi. Selanjutnya siswa aktif dalam berdiskusi dengan kelompok dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya siswa melaksanakan post tes. Pada tahap akhir pembelajaran menunjukkan bahwa hasil dari tiap-tiap kelompok sudah baik terutama dalam mendiskripsikan jenis-jenis teknologi baik teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta menyebutkan beragam barang maupun hasil tes tulis siswa secara individu. Sehingga dapat diperoleh hasil belajar 18 siswa ataun 90 % dari jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 2 siswa atau 10 % dari jumlah siswa keseluruhan 20 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil dengan baik. Nilai rata-rata siswa juga sudah mencapai diatas nilai KKM yaitu 7,7. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran jigsaw sudah berhasil dengan baik. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, observer memberikan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada siklus II. Tahap refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Pada hasil refleksi siklus II tingkat keberhasilan siswa sudah mencapai nilai rata-rata diatas nilai KKM yaitu 7,7dari KKM yang telah ditentukan. Sehingga tidak perlu melaksaan siklus berikutnya. 1137 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan dikelas IV SDN SISIR 01 Batu dalam pelajaran IPS melalui model pembelajaran Jigsaw menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model jigsaw berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian nilai pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 24 maret 2016 dan siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 14 april 2016. Materi pada siklus ini meliputi: Standar Kompetensi “2. Mengenal umber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi dilingkungan kab/kota dan propinsi”, Kompetensi Dasar “2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi pada tahap pra tindakan, siklus I, dan siklus II yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Pada siklus I persentase nilai rata-rata 73,5 % dengan ketuntasan belajar sebesar 70 % atau 14 siswa dari 20 siswa dinyatakan tuntas belajar. Pembelajaran pada siklus I ini belum mencapai ketuntasan maksimum karena masih ada 30 % atau 6 siswa dari 20 siswa ysng belum tuntas terutama dalam pemahaman mendiskripsikan benda yang berkaitan dengan materi. Pada siklus II persentase ketuntasn belajar siswa mengalami peningkatan 20 %, yang semula 70 % menjasdi 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran pada siklus II sudah mencapai ketuntasan. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya perubahan sikap siswa dalam bekerjasama, berkomunikasi dalam pemecahan masalah dan menghargai pendapat teman. Siswa yang semula bersikap individu dan pasif dapat bersikap lebih aktif dan mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasrkan hasil penelitian dan analisis data tang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dikelas. 2) model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar dalam setiap siklus yaitu pada siklus I nilai rata-rata 73,5 % dengan ketuntasan belajar sebesar 70 % atau 14 siswa dari 20 siswa dan Pada siklus II nilai rata-rata 7,7 % dengan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan 20 %, yang semula 70 % menjasdi 90 %. 3) Siswa lebih tertarik dan senang dalam belajar. Saran Berdasrkan kesimpulan diatas maka dikemukakan saran sebagai berikut : 1) Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran jigsaw ini untuk materi pelajaran yang lain agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran. 2) guru hendaknya juga menciptakan pembelajaran yang inovatif dengan model pembelajaran jigsaw ini agar hasil belajar dapat meningkat. 3) Guru dalam menggunakan model pembelajran ini perlu meningkatkan penggunaan media agar siswa senang dalam belajar. DAFTAR RUJUKAN Ketut Sukardi, Dewa. 1983:51.Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses tanggal 26 maret 2016. 1138 ISBN: 978-602-1150-17-7 Prakosa, 1991. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses tanggal 26 maret 2016. Soenoro, 1982:30. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress.com /2012/05/09. Diakses tanggal 26 maret 2016. Sudrajat, 2008:1. Pengertian dan Langkah-Langkah amodel Pembelajran Jigsaw. (online) https: //www.infoduniapendidikan.com /2015/06. Diakses tanggal 26 maret 2016. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learnibng: Teori dan Aplikasi Konsep. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Tirtonegoro, Sutratinah. 1984:4. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Prestasi Belajar. (online) https: //azharm2k.wordpress. com /2012/05/09. Diakses tanggal 26 maret 2016. 1139 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN PEMBELAJARAN COORPERATIVE MODEL COURSE REVIEW HORREY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR JASA PARA PAHLAWAN SISWA KELAS V SDN SUMBEREJO 01 BATU Rustyalusi SD Negeri Sumberejo 03 Batu Absrtrak: Ditemukan permasalahan bahwa guru kelas V SDN Sumberejo 01 Batu mengalami banyak kesulitan ketika harus mengembangkan dan mempraktikkan penerapan pembelajaran cooperative course review horrey tentang belajar jasa para pahlawan . Kesulitan tersebut berdampak pada kebiasaan praktik pembelajaran yang terpusat pada guru dan kurang dibiasakan pembelajaran cooperative model course review horrey dengan benar. Sehingga kualitas pembelajaran hasilnya rendah ,pemahaman konsep cooperative model course review horrey juga tidak paham.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses penerapan pembelajaran cooperative model course review horrey dan meningkatkan pemahaman siswa kelasVSDN Sumberejo 01Batu tentang konsep belajar jasa para pahlawan . Penelitian ini menggunakan rancanagan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dua siklus , dengan latar kelas V SDN Sumberejo 01 Batu . Hasinya , penerapan pembelajaran cooperative model course review horrey belajar jasa para pahlawan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kualitas proses penerapan pembelajaran cooperative course review horrey dan pemahaman siswa tentang konsep belajar jasa para pahlawan . Proses pembelajaran menjadi terpusat pada siswa, siswa menjadi aktif, kreatif , dan dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan . Diharapkan bagi guru - guru kelas V hendaknya meningkatkan kualitas penerapan pembelajaran cooperative course review horrey dan meningkatkan pemahaman siswa kelasV tentang konsep belajar jasa para pahlawan dengan penerapan pembelajaran cooperative course review horrey belajar jasa para pahlawan seperti yang diterapkan pada penelitian ini . Kata Kunci: Pembelajaran Cooperative, Jasa Para Pahlawan, Kualitas Pembelajaran di SD. Menurut Moeljono Cokrodikardjo, IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni Sosiologi, Antropologi, Budaya, Psikologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan Ekologi Manusia yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari. Kurangnya mutu pembelajaran di negeri ini membuat keprihatinan dan kegalauan tersendiri bagi perkembangan kualitas generasi penerus . Lesunya tingkat berpikir siswa itu guru dituntut untuk merancang dan melakukan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa memdapat pengetahuan secara penuh sehingga pembelajatran ini berguna bagi siswa . Berguna dalam arti siswa dapat memahami konsep - konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung , nyata , dan fungsional bagi kehidupan mereka . Sekolah Dasar memiliki fungsi sangat foundamental dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas .Karena SD merupakan fundasi pendidikan pada jenjang berikutnya . Oleh karena itu , pendidikan SD hendaknya dilakukan dengan cara yang benar agar mampu memnjadi landasan yang kuat untuk jenjang pendidikan berikutnya . (Sutama , 2006 ) . Masalah pembelajaran IPS kurang berkembang adalah penyampaian materi yang dilakukan guru masih berorientasi pada buku teks mengutamakan aspek kognitif , situasi pembelajaran terkesan sangat formal , kurang mengaktifkan , kurang menyenangkan siswa . Hal 1140 ISBN: 978-602-1150-17-7 tersebut didukung oleh penelitian Akbar ( 2003 ) bahwa kebiasan guru yang texbook oriented ini telah berjalan puluhan tahun ,dan dinyatakan bahwa “ kurikulum sama buku teks “ , sehingga guru mengalami kesulitan ketika harus mengajar dan hanya diberi standar kompetensi dasar saja tanpa ada ketersediaan buku teks . Jadi , ketergantungan guru dengan buku teks masih sangat tinggi . Permasalaan yang muncul di kelas 5 SDN Sumberejo 01 Batu adalah kurangnya pengembangan wawasan dan kemampuan guru dalam pengelolaan sarana dan prasarana yang ada untuk pembelajaran dan pemahaman konsep lingkungan ,. Pemanfaatan potensi lingkungan sekitar untuk pembelajaran dan pemahaman konsep lingkungan masih kurang . Demikian pula dalam pemanfaatan media . Guru kelas 5 SDN Sumberejo Batu dalammengajar masih cenderung menggunakan media gambar , buku pelajaran , lembar kerja siswa (LKS ). Kemampuan pengembangan media oleh guru juga masih sangat rendah . Pola interaksi yang terjadi dalam praktik pembelajaran kurang dapat mengaktifkan dan kurang menarik bagi siswa sehingga siswa kurang berkonsentrasi dan kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru . Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa siswa SDN Sumberejo 01 Batu sebagian besar menyatakan kurang berminat terhadap pelajaran IPS sehingga menyebabkan nilai belajar IPS diperoleh rendah., rata-rata hasil belajar IPS siswa SDN Sumberejo 01 Batu tahun ajaran lalu kelas V adalah rata - ratanya mendapat 53 .. Hasil ini tergolong rendah karena masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti melakukan observasi di kelas V untuk mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar IPS siswa . Penelitian ini di lakukan di SDN Sumberejo 01 Batu bertujuan untuk mengatasi masalah - masalah tersebut maka menerapkan pembelajaran CRH yang konstruktis , mengaktifkan siswa menjadi siswa yang kreatif , aktiv , dan menyenangkan , dan siswa agar mencapai KKM yang diharapkan .. METODE Penelitihan ini menggunakan rancangan penelihan tindakan kelas ( PTK ) . Dipandang tepat karena materi diangkat dalam penelitian ini adalah masaalah yang terjadi di kelas V Sumberejo 01Batu . Dalam proses tindakan yang dilakukan penelitian ini berupaya agar masalah yang terjadi dapat teratasi , sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan pemahaman konsep belajar IPS . Dalam penelitian tindakan kelas , yang menjadi salah satu karateritas adalah penelitihan dilakukan secara bersiklus . Setiap siklus terdiri atas perencanaan , tindakakan , observasi dan merefleksi . Hasil refleksi digunakan sebagai dasar untuk perbaikan proses dan hasil pembelajarann pada siklus berikutnya . Dalam penelitian ini penitian dilakukan dalam dua siklus . Tahap perencanan , dimulai pada saat penyusunan proposal. Bersama dengan kolaborator , peneliti memulai dengan kulaborator, melakukan identifikasi masalah - masalha pembelajaran di kelas V SDN Sumberejo 01 Batu . Peneliti melakukan observasi kelas dan kemudian melakukan diskusi dengan rekan kerja yaitu pengajar yang lain untuk menemukan permasalahan tersebut yang dianggap paling mendesak untuk segera diatasi dengan cara melalui penelitian tindakan kelas ini. Setelah teridentifikasi masalahnya , peneliti dengan kolaborator menyusun perangkat pembelajran CRH berbasis kurikulum BSNP 2006 . Perangkat pembelajaran CRH yang disusun antara lain pengembangan silabus untuk pembelajaran CRH belajar IPS , menyusun satuan kegiatan mingguan , menyusun rencana pembelajaran CRH , menyusun dalam bentuk Satuan 1141 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kegiatan Pembelajaran harian , mengembangkan media pembelajaran , menyusun instrumen penilaian pembelajaran CRH dan melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan . Adapun peran kolaborasi melalui peneliti melakukan koordinasi dengan kolaburator untuk membuat persiapan penelitian . Kerjasama secara kolaboratif dilakukan mulai dari mengidentifikasi masalah , identifikasi kompetensi yang ada pada kurikulum BNSP 2006 , merancang silabus , mengembangkan instrumen penilaian , dan merancang penatan latar kelas . Seluruhnya kegiatan dilakukan secara bersama - sama pada tahap perencanaan tindakan . Pada tahap pelaksanaan tindakan ini guru kelas V SDN Sumberejo 01 Batu mulai menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembeljaran ( RPP ) CRH dlaam praktik di kelas . Praktik pembelajaran ini dilakukan yang tahapannya sesuai dengan yang direncanakan dalam RPP , yaitu pembelajaran CRH dengan belajar IPS .. Pada Tahap observasi peneliti ikut masuk kelas untuk mengamati jalannya proses pembelajaran , mencatat gejala - gejala yang tampak dalam proses pembelajaran , merekam jalannya proses pembelajaran , dan akibat - akibat yang tampak dalam proses pembelajaran . Fokus dalam pengamatan adalah persiapan yang dilakukan guru , penerapan persiapan , penggunaan sumber belajar , penghargaan guru kepada siswa , proses penilaian , , latar kelas, interaksi sosial kepada teman dalam pembelajaran , aktivitas siswa , kreatifitas siswa , rasa senang siswa , dan pencapaian kemampuan siswa. Pengalaman empirik dalam praktik pembelajaran yang terjadi pada siklus 1 yang dilakukan guru sebagai dasar refleksi . Seperti kualitas RPP dibuat , langkah - langkah pembelajaran , ssiuasi pembelajaran , aktivitas - aktivitas siswa , efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran , rasa senang siswa yang tampak , dan penilaian . Semuanya itu menjadi bahan refleksi untuk memeperoleh gagasan - gagasan perbaikan praktik pembelajaran pada siklus berikutnya . Hasil refleksi pada siklus 1 diperbaiki melalui rencana aksi pada siklus 11 dan seterusnya . Latar penelitian ini adalah siswa SDN Sumberejo 01 Batu. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa - siswa kelas 5 di SDN Sumberejo 01 Batu sebanyak 32 siswa . Pengumpulan data dilakukan tehnik observasi , wawancara , dokumentasi , dan tes . Dalam pengumpulan data , penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa : Lembar Kegiatan Siswa ( LKS ) , lembar ujian kompetensi : Yakni dengan tes , kuesioner , rubrik , penyekoran tes essay , lembar observasi siswa , format penilaian , format penilaian hasil karya , dan penilaian kerja kelompok . Analisis data dilakukan secara deskriptif baik secara kualitas maupun kualitatif . Analisiss dta secara kualitatif mengikuti prosedur analisis data secara kualitatif . Sebagaimana dikemukakan Tantra ( 2005 ) bahwa analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan dengan tahap - tahap : reduksi data , paparan data , dan penyimpulan hasil analisis .Reduksi data adalah proses penyerhanaan data yang dilakukan melalui proses seleksi , pengelompokan , dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna . Paparan data mere pakan upaya menampilkan data secara mudah dipahami dalam bentuk narasi,grafik, atau bentuk lainnya . Penyimpulan merupakan intisari sajian data yang telah terorganisasi dalam bentuk pernyataan atau yang singkat , padat , dan bermakna . Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas V SDN Sumberejo 01 Batu yang dilakukan pada hari Jumat tanggal ..... diperoleh bahawa : ( a ) Guru masih mendominasi pelaksanaan pembelajaran . Pada sat pembelajaran IPS berlangsung Guru menerangkan materi dengan rinci sesuai dengan materi yang terdapat di buku paket siswa , kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal yang terdapat pada buku paket . Guru juga meminta siswa mengerjakan latihan soal di buku paket sebagai pekerjaan rumah . Jika siswa mengalami kesulitan , maka akan dibahas pada pertemuan berikutnya . ( b ) Sebagian 1142 ISBN: 978-602-1150-17-7 besar siswa tidak aktif mengikuti pelajaran . Hanya beberapa siswa saja yang memeberi respon terhadap penjelasan guru . Beberapa siswa juga terlihat mengerjakan yang lain sepserti bergurau dengan temannya atau mengerjakan tugas yang tidak berkaitan dengan pembelajaran IPS . ( c ) Bedasarkan data nilai ulangan IPS kelas V diperoleh hanya sekitar 21, 25 % yaitu 10 siswa dari 32 siswa yang memenuhi Standart Ketuntasan Minimal ( SKM ) yang ditentukan sekolah yaitu 65 dari rentang 0 - 100 , ( d ) pada saat kegiatan pembelajaran IPS berlangsung sekitar 30 % dari 32 siswa yang aktif . Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa rendah . Oleh karena itu , dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahn tersebut . Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan Course Review Horre Pembelajaran Course ReviewHorrey menurut Dwitantra (2010) model pembelajaran Course Review Horay adalah Suatu metode pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan menurut Imran Model pembelajaran Course Review Horey merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal langsung berteriak horey. Berbekal dari pengertian para ahli diatas bahwa model pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu model atau disain pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu menjawab benar maka siswa akan berteriak ''horey''. Model Course Review Horay (CRH) juga merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Model pembelajaran CRH ini juga merupakan suatau model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas dengan lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri. Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak „horay‟ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay (CRH) tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi akademik. Course Review Horay sebagai salah satu proses learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok kecil (Natalia Ernawati : 2009).Model Pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak „horey!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai. Model pembelajaran CRH ini merupakan suatau model pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajarn CRH ini, apabila siswa dapat menjawab secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “ horey ” 1143 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri. Model pembelajaran CRH juga merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus berteriak „horay‟ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Dalam pelaksanaan model pembelajaran CRH ini pengujian pemahaman siswa dengan mengguanakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki yel-yelnya. Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka seiring dengan perkembangan dunia pendidikan model pembelajaran CRH menjadi salah satu alternativ seabagai model pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Model pembelajaran CRH merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompokkelompok kecil. Model pembelajaran CRH yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui pembelajaran CRH diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dalam pembentukkan kelompok kecil langkah - langkahnya sebagai berikut : ( a) guru menyampaikan kompetensi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai , ( b ) Guru menjelaskan materi pelajaran , ( c ) guru memberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pembahasan materi yang belum jelas , ( d ) guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan . Kalau benar memberi tanda check list ( V ) kalau salah memberi tanda ( X ) . Bagi kelompok yang bisa menjawab benar dan membentuk garis vertikal atau horisontal pada kotak yang dibuat maka berteriak “ horay “ atau menyanyikan yel - yelnya , ( e ) nilai siswa dihitung dari jawaban jumlah horay yang diperoleh , ( f ) penutup , siswa menunjukkan sikap untuk memelihara kekompakan kelompok dan berusaha berperan serta untuk mencapai tujuan kelompok . PEMBAHASAN Pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan Course Reuview Horrey untuk meningkatkan aktivitas , kreatifitas , pemahaman , rasa senang , dan hasil belajarnya siswa kelas V SDN Sumberejo 01 Batu pada materi belajar jasa para pahlawan . Kegiatan pembelajaran dilakukan dsebagai berikut: (1). Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal, (2). Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah, termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel, (3). Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah, (4). Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan (5). Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/ penyelesaian . Langkah pertama dari course review horrey adalah menghadirkan masalah kontekstual. Pada tahap ini yang dilakukan oleh guru adalah memberikan masalah kontekstual yang dikemas didalam LKS yang dapat diamati oleh siswa. LKS diberikan secara individual dan dikerjakan secara berkelompok dengan anggota 4-5 orang. Masalah kontekstual yang diberikan berupa soal cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau berupa media yang dapat diamati secara langsung oleh siswa. Setelah siswa melakukan pengamatan guru memancing siswa untuk memberikan respon terhadap masalah kontekstual yang disajikan. Respon yang diharapkan adalah berupa pertanyaan ataupun ide untuk menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan untuk mengungkapkan 1144 ISBN: 978-602-1150-17-7 pertanyaan maupun ide yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang telah diberikan oleh guru. Oleh karena itu, guru harus memberikan petunjuk maupun contoh pertanyaan kemudian meminta siswa untuk membuat pertanyaan lain. Langkah kedua menyelesaikan masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa mencoba menyelesaikan masalah kontekstual yang telah diberikan dengan menggunakan petunjuk yang terdapat di LKS yang dapat membimbing siswa untuk mendapatkan penyelesaian yang benar dari masalah kontekstual yang telah disajikan. Yang dilakukan oleh guru pada tahap ini adalah berkeliling kelas dan memantau kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa serta memfasilitasi siswa yang bertanya terkait dengan pengerjaan LKS. Pada siklus I, siswa banyak bertanya sebelum membaca LKS terlebih dahulu. Sehingga guru perlu menekankan kepada siswa untuk terlebih dahulu membaca sebelum bertanya. Langkah ketiga mendiskusikan selesaian masalah kontekstual. Pada tahap ini siswa melakukan diskusi secara klasikal mengenai selesaian dari masalah kontekstual yang sebelumnya telah dilakukan. Diskusi dilakukan dengan arahan dari guru sehingga dapat dicapai kesimpulan yang benar. Pada saat diskusi berlangsung salah satu kelompok diminta untuk membacakan hasilnya sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan atau pertanyaan terhadap kelompok yang sedang presentasi. Guru bertugas untuk mengarahkan dan memotivasi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti jalannya diskusi untuk mewakili kelompok dalam memberikan tanggapan. Langkah terakhir, siswa memberikan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan disertai dengan penguatan dari guru. Guru juga memberikan beberapa contoh soal yang dapat dikerjakan oleh siswa untuk memperkuat pemahaman siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari 5x pertemuan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh rata-rata skor 43,75 yang dapat dikategorikan “baik” sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata skor 49 yang dapat dikategorikan “sangat baik”. Penilaian aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan 16% dari seluruh siswa yang melakukan aktivitas dengan kategori minimal “baik” dan meningkat pada siklus II yaitu 81% dari seluruh siswa yang melakukan aktivitas dengan kategori minimal “baik”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan 61% dari seluruh siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan meningkat pada siklus II yaitu 81% dari seluruh siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh oleh peneliti pada siklus II maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Hal ini dikarenakan hasil data yang diperoleh telah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti. HASIL PENILAIAN AKTIVITAS SISWA Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dalam kegiatan siklus I dan II tentang keaktifan siswa sebagai berikut: sebagian besar siswa menunjukkan keaktifannya dalam proses pembelajaran, siklus I tercatat 74 % dari jumlah siswa dan siklus II tercatat 95 % dari jumlah siswa menunjukkan keaktifannya dalam pengikuti proses pembelajaran HASIL TES AKHIR SIKLUS Hasil tes akhir siklus I menunjukkan, dari 32 siswa yang mengikuti tes ada 19 orang dengan presentase 61% yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan 13 orang mendapatkan nilai kurang dari 65. Hasil tersebut meningkat pada siklus II dimana dari 32 siswa yang mengikuti tes ada 25 orang dengan presentase 81% yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dan 7 orang mendapatkan nilai kurang dari 65 . 1145 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Course Review Horrey dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sumberejo 01 Batu. DAFTAR RUJUKAN Akbar, Sa‟dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas: Yogyakarta: Cipta Media Aksara. Akbar, Sa‟dun. 2009. Prosedur penyusunan laporan dan artikel hasil penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Cipta Media Aksara. Cokrodikardjo, Moeljono, http://hendriansdiamond.blogspot.co.id/2012/ 04/penge rtian- ipsterpadu.html/ diunduh tgl. 22 April 2016 Hidayati. 2008. Penggunaan media dalam proses pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Widodo, Rachmad, https://wyw1d.wordpress.com/2009/11/10/model- pembelajar an-20course-review-horay/ diunduh tgl 22 April 2016 1146 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBERIKAN CONTOH SEDERHANA PENGARUH GLOBALISASI DI LINGKUNGANNYA SISWA KELAS IV SDN SUMBEREJO 02 BATU Etik Nuryanti SDN Sumberejo 02 Batu [email protected] Abstrak: Pembelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu terpusat pada guru, sehingga menyebabkan hasil belajarnya rendah. Tercatat 9 dari 20 siswa mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70,00. Untuk meningkatkan hasil belajar maka dilakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I terdapat 12 siswa mendapatkan nilai di atas KKM, nilai rata-rata kelas 67,25. Pada siklus II terdapat 16 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dengan nilai rata-rata kelas 79,00. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan model kooperatif TSTS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu. Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Model Two Stay Two Stray, Hasil Belajar Setiap pemerintah berkepentingan mengajarkan pandangan hidup kepada generasi selanjutnya agar mereka dapat meneruskan cita-cita para pendiri bangsa. Generasi tersebut memerlukan bekal tidak hanya ilmu pengetahuan saja, pembinaan karakter juga perlu ditanamkan dengan baik. Selain karakter moral, spiritual, juga perlu ditanamkan karakter kebangsaan. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia. Karenanya Pancasila menjadi wajib diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan harapan generasi penerus bangsa ini memiliki karakter kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam kurikulum KTSP nilai kebangsaan ini ditanamkan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik sehingga mampu hidup bersama-sama di masyarakat baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga negara. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) (http://dodisupandiblogblogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih lanjut Sumantri (2010)(http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar negara dan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seorang guru merupakan elemen yang sangat strategis dalam sebuah sistem pendidikan sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan, karena seorang guru merupakan perencana dan pelaksana kurikulum di kelasnya. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh 1147 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa. Suparlan,(2006: 52-55), mengemukakan ada tujuh kaidah dalam proses pembelajaran dan pengajaran yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: a.Opportunity to Learn (Kesempatan untuk Belajar dan Melakukan Sendiri), b. Connection and Challenge (Kaitan dan Tantangan), c. Action and Reflection ( Melakukan sendiri dan Menghayati sendiri), d. Motivation and Purpose (Motivasi dan Tujuan), e. Inclusivity and Difference (Inklusifitas dan Perbedaan), f. Autonomy and Collaboration (Otonomi dan Kolabarasi), g. Supportive Environment ( lingkungan yang mendukung). Terkait dengan tujuh kaidah proses pembelajaran dan pengajaran di atas, dari observasi awal kegiatan pembelajaran mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu, menunjukkan adanya beberapa masalah yang terjadi di kelas. Masalah-masalah yang timbul tersebut antara lain: 1) guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dan melakukan sendiri karena kurangnya wawasan guru tentang cara memilih metode atau model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, 2) guru tidak mengkaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa, karena guru tidak melakukan kegiatan apersepsi, 3)guru tidak menyampaikan tujuandari materi yang diajarkan dan relevansinya bagi kehidupan, 4) kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dan antara siswa dengan guru, karena guru hanya menggunakan metode ceramah, 5) siswa bosan atau tidak berminat mengikuti pelajaran sehingga timbul tindakantindakan yang tidak bermanfaat seperti: asyik bermain-main peralatan menulis, menggambar, mengobrol dengan temannya. Dari paparan di atas dapat disimpulkan, pokok permasalahan dari mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu adalah belum tercipta iklim pembelajaran yang kondusif. Siswa tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran karena metode yang digunakan guru tidak bervariatif hanya ceramah saja dan penjelasan yang disampaikan guru masih bersifat abstrak sehingga siswa kurang berminat pada mata pelajaran PKn. Hal tersebut menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran PKn kurang dan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah. Observasi awal tentang hasil belajar diperoleh informasi bahwa penguasaan mata pelajaran PKn menunjukkan masih sangat rendah. Hasil belajar mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu, materi Memberikan Contoh Sederhana Pengaruh Globalisasi di Lingkungannya belum tuntas karena banyak siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari 20 siswa terdapat 11 siswa ( 55%) yang belum tuntas belajar, 9 siswa (45%) yang tuntas belajar, dengan nilai rata-rata kelas untuk materi tersebut adalah 60,00. Indikasi pembelajaran berhasil apabila terdapat 75 % telah tuntas belajar Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan tersebut maka alternatif yang dipilih adalah menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model Two Stay Two Stay (TSTS) “Dua tinggal dua tamu”. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992)(http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipetwo.html).Model pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan satu kelompoknya ataupun dengan teman kelompok lain, berinteraksi sosial dengan membagikan ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari hasil interaksinya tersebut (Lie, 2008). Melalui model pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadi dan kelompoknya serta saling keterkaitan dengan teman-teman sekelompoknya. Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagi hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan 1148 ISBN: 978-602-1150-17-7 belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS bisa memberikan sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran TSTS ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dalam pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan dengan anggota kelompok lain. Biasanya pembentukan kelompok dilakukan sebanya 4 orang satu kelompok, sesuai dengan pendapat Lie (2008) bahwa membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dikerjakan dan guru lebih mudah memonitor. Sedangkan kekurangan kelompok berempat adalah lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan. Penelitian penerapan model pembelajaran TSTS pernah dilakukan oleh Syamsiah dan Gunansyah (2014) menemukakan sebagai berikut: 1) hasil rata-rata presentase aktivitas guru berdasarkan pada masing-masing siklus pembelajaran dapat disimpilkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay teo stray mengalami peningkatan, 2) hasil rata-rata prosentase aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray mengalami peningkatan, 3) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay teo stray dalam pembelajaran IPS meningkatkan hasil belajar siswa, 4) diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray tersebut membuat siswa semakin tertarik dan tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS. Penelitian kedua oleh Pangeribuan, Sabri dan Witara ( 2013 ), menemukan penenerapan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri II Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Pada siklus I rata-rata siswa sebesar 53,58 sedangkan pada siklus II menjadi 76,41 Penelitian ketiga oleh Mariyam, Sumardi, dan Sukmanasa ( 2012 ), menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus pertama memperoleh nilai 67,67 dengan presentase 73,33% sedangkan siklus kedua memperoleh nilai 78,67 dengan presentase 100% begitu pula dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan dan kerjasama dengan memperoleh nilai pada siklus pertama yaitu 50,54 dengan siklus kedua memperoleh nilai 70,24. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif TSTS dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Babakan Asem Bogor. Selain itu, penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian yang dilaksanakan peneliti pada kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pejaran PKn Kompetensi Dasar memberikan contoh 1149 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibantu 2 orang obsever dan didampingi oleh seorang expert. Subyek yang dikenai perlakuan tindakan pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu yang berjumlah 20 siswa, terdiri atas 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sumberejo 02 Batu untuk mata pelajaran PKN dengan KD “memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya. Alasan dipilihanya sekolah ini sebagai lokasi penelitian karena ditemukannya permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu serta tempat dimana peneliti mengajar. Selain itu adanya keinginan dan kebutuhan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Tiap-tiap siklus meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut: 1) Perencanaan dalam tahapan ini peneliti mempersiapkan rencana perencanaan pembelajaran, bahan ajar, metode dan strategi pembelajaran, teknik dan instrumen observasi serta evaluasi, 2) Pelaksanaan, tahapan ini berlangsung di kelas sebagai realisasi dari yang telah direncanakan pada tahap perencanaan, 3) Pengamatan, tahapan ini berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana dan mengetahui seberapa jauh pelaksanaan mencapai tujuan, 4) Refleksi, merupakan kegiatan analisis sintesis, interprentasi dan eksplanasi ( penjelasan ) terhadap semua informasi yang diperoleh dari tindakan. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengkaji, menganalisis dan mendapatkan kejelasan serta gambaran keseluruhan proses pelaksanaan tindakan yang kemudian dibuat menjadi suatu kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa, data hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, yang terdiri dari; 1)observasi aktivitas guru dan siswa. Observasi ini dilakukan oleh obsever yaitu guru, teman sejawat, dan expert menggunakan pedoman pengamatan; 2) Tes Akhir yang digunakan untuk menngetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah, 1) lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar. Lembar aktivitas guru dalam mengajar digunakan untuk melihat aktivitas dan kemampuan guru dalam mengajar, 2) lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran;3) tes, menggunakan lembar penilaian yang berisi soal pilihan ganda yang disesuaikan dengan materi. Bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk satu pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 16 Maret 2016 dan pertemuan kedua pada hari Rabu, 23 Maret 2016. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kompetensi Dasar “Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya”, materi Perkembangan globalisasi di berbagai bidang. Siklus I terdiri tahapan-tahapan sebagai berikut: Perencanaan Kegiatan Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode TSTS, 2) Peneliti menyiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yaitu kartu 1150 ISBN: 978-602-1150-17-7 kuis untuk kegiatan kuiz, gambar bintang untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat menjawab, 3) Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesua materi, 4) Peneliti menyusun tes akhir yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari siswa berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 15 butir soal, 5) Peneliti menyusun lembar observasi keaktifan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS. Setelah pembelajaran berakhir peneliti melakukan koordinasi dengan obever dan expert membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus I dan mengkoordinasikan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dengan kompetensi dasar memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memberikan contoh perkembangan globalisasi di berbagai bidang. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa dan memotivasi siswa siap untuk belajar dengan senam otak. Untuk menggali pengetahuan awal, guru melakukan tanya jawab dengan siswa. G: Siapa yang berangkat ke sekolah naik kendaraan? S1: saya naik sepeda motor S2: Saya naik mikrolet G: Menurut kamu sepeda motor dan mikrolet termasuk alat apa? S: alat transportasi G : coba bayangkan sebelum ada sepeda motor dan mikrolet, orang jaman dahulu naik apa ya? S: kuda, ada juga yang jalan kaki Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal terkat dengan alat transportasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, yakni memberikan contoh perkembangan alat komunikasi, informasi dan transportasi. Guru menginformasikan prosedur pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Pada kegiatan inti: 1) guru menjelaskan secara singkat materi tentang perkembangan alat-alat informasi, komunikasi, dan transportasi, 2) guru mengkoordinasikan siswa menjadi beberapa kelompok, 3) guru membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok, 4) guru meminta siswa mendiskusikannya dengan kelompok, 5) guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 6) guru meminta dua orang siswa dari tiap kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKS dari kelompok lain, dan anggota lain tetap berada di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya, 7) guru meminta siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota kelompok lain, hasil kunjungan dibahas dan dicatat, 8) guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan, 9) guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar, 10) guru mengadakan kegiatan kuis, 11) guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memenangkan kuis. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut. Pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan kedua tahap-tahap yang dilakukan guru meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan kelas, mengecek kehadiran siswa dan memotivasi siswa siap untuk belajar dengan senam otak. Untuk menggali pengetahuan awal, guru melakukan tanya jawab dengan siswa. 1151 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur G : pertemuan kemarin kita belajar apa, ya? S1: contoh alat komunikasi S2: informasi G: apakah model pakaian juga mengalami perkembangan? S: ya... G: coba siapa yang dapat menyebutkan contohnya? S1: orang dulu pakai sarung sekarang pakai celana S2:orang dulu pakai kebaya sekarang pakai kaos Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal terkat dengan alat transportasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, yakni memberikan contoh perkembangan gaya hidup (makanan, pakaian dan peralatan) Guru menginformasikan prosedur pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Pada kegiatan inti: 1) guru menjelaskan secara singkat materi tentang perkembangan sosial budaya, 2) guru mengkoordinasikan siswa menjadi beberapa kelompok, 3) guru membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok, 4) guru meminta siswa mendiskusikannya dengan kelompok, 5) guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 6) guru meminta dua orang siswa dari tiap kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKS dari kelompok lain, dan anggota lain tetap berada di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya, 7) guru meminta siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota kelompok lain, hasil kunjungan dibahas dan dicatat, 8) guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, sedang kelompok yang lain memberikan tanggapan, 9) guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar, 10) guru mengadakan kegiatan kuis, 11) guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memenangkan kuis, 11) siswa mengerjakan evaluasi, 12) siswa dan guru membahas hasil evaluasi. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut. Pengamatan kegiatan Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran penerapan model kooperatif tipe TSTS pada kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu siklus I diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa, obeservasi aktivitas guru, dan hasil evaluasi yang telah dipersiapkan. Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran model TSTS yang difokuskan pada kesiapan dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, mengkondisikan dalam bentuk kelompok belajar, menghargai pendapat orang lain, kemampuan siswa dalam bertanya, kemapuan siswa dalam melaporkan, ketepatan waktu menyelesaikan tugas. Observasi aktivitas siswa dilakukan selama siklus I berlangsung. Dari data yang diperoleh pada siklus ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang termasuk dalam kategori kurang sebanyak 3 siswa (15%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (40%), kategori baik 6 siswa (30%), dan kategori sangat baik 3 siswa (15%) sedangkan ditinjau dari tiap-tiap aspek, aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: kategori baik antara lain kesiapan nengikuti pelajarab 70%, perhatian dalam pelajaran 76,3%, menghargai pendapat 65%, kemampuan menjelaskan 67,5%, ketepatan waktu mengerjakan soal 77,9%. Sedangkan kategori cukup yaitu kerjasama dalam kelompok 52,5% dan kemampuandalam menyalin laporan 52,5%,. Namun masih ada yang kategori kurang yaitu mengkondisikan dalam bentuk kelompok 40 % dan kemampuan bertanya 42,5%. 1152 ISBN: 978-602-1150-17-7 Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, data hasil observasi kinerja guru ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Pada siklus I diperoleh data sebagai berikut: 1) Kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan dan materi secara klasikal sudah dilaksanakan sangat baik karena menggunakan pengalaman siswa sebagai contoh dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) Mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa dengan kriteria baik karena guru sudah membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan sullit, 3) Membagi siswa dalam kelompok dengan kreteria cukup karena dalam membagi kelompok belum memperhatikan kemampuan siswa dan jenis kelamin, ada dua kelompok yang anggotanya perempuan atau laki-laki saja, ada satu kelompok yang kemapuannya sedang dan rendah saja, 4) Membimbig siswa dalam menyelesaikan tugas dengan kriteria sangat baik karena guru melakukan pengamatan, berkeliling kelas, dan menghampiri siswa jika menemukan kesulitan, 5) Melakukan pengamatan dengan kriteria penilaian baik karena guru berkeliling kelas dan menghampiri siswa jika menemukan kesulita, 6) Memanggil dua nomor untuk bertamu ke kelompok lain dengan kriteria cukup karena guru membimbing dua siswa dari tiaptiap kelompok untuk bergabung dengan kelompok lainnya, 7) Mengarahkan jawaban yang benar dengan kriteria cukup karena guru membimbing siswa menjawab pertanyaan yang sulit, 8) Memanggil nomor tertentu untuk presentasi didepan kelas dengan kriteria penilaian cukup karena guru membimbing kelompok tertentu untuk presentasi hasil diskusi, 9) Memberikan evaluasi belajar siswa dengan kriteria penilaian sangat baik karena guru memberikan evaluasi dengan bertanya dan pemberian tugas individu/kelompok, 10) Memberikan kesimpulan dengan kriteria penilaian cukup karena dalam membuat kesimpulan guru menggunakan pertanyaan pancingan. Pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS membahas materi tentang memberikan contoh perkembangan alat informasi, komunikasi, transportasi, dan sosial budaya sebelum dan sesudah era globalisasi. Hasil belajar pada siklus I diperoleh dari kegiatan evaluasi suklus I yang dikerjakan secara individu. Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I. tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir soal. Setelah dilakukan analisi data hasil tes evaluasi siklus I diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 67,25%, nilai rata-rata 67,25, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 12 siswa atau (60%) dan dinyatakan tuntas belajar sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa atau ( 40%) dan dinyatakan belum tuntas belajar. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa meskipun jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan, namun presentase ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator penelitian yaitu sebesar 75 %. Untuk itu perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi Refleksi dilakukan dengan diskusi antara peneliti dengan obsever dan didampingi seorang expert. Dari hasil diskusi tentang kegiatan perbaikan pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan modep pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran belum mencapai indikator yang diharapkan, 2) adanya beberapa kelompok yang tidak serius karena anggotanya laki-laki dan perempuan saja, 3) pembagian tugas kelompok yang kurang jelas sehingga siswa yang bertugas menjadi tamu pada pertemuan 1 dan pada pertemuan 2 adalah siswa yang sama, 4) penggunaan waktu yang kurang efisien karena siswa lambat saat mengerjakan tugas, 5) meskipun jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami kenaikan, namun presentase ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi indikator penelitian yaitu sebesar 75 %. 1153 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dengan demikian perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II yang diharapkan dapat memperbaiki kekurangan pada siklus I serta meningkatkan hhasil belajar siswa pada siklus II. Siklus II Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu 3 x 35 menit untuk satu pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 6 April 2016 dan pertemuan kedua pada hari Rabu, 13 April 2016. Materi pembelajaran pada siklus I adalah Kompetensi Dasar “Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya”, materi Pengaruh globalisasi. Siklus II terdiri tahapan-tahapan sebagai berikut: Perencanaan Kegiatan Dari analisis dan refleksi siklus I dilakukan perbaikan siklus II dengan perencanaan sebagai berikut: 1) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), 2)Peneliti menyiapkan media yang akan dipergunakan dalam pembelajaran yaitu nomor dada, untuk memudahkan pembagian tugas siapa yang menjadi tamu dan siapa yang bertugas menjadi tuan rumah, kartu kuis untuk kegiatan kuis, gambar bintang untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang dapat menjawab, 3) peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota, tiap kelompok terdapat siswa berkemampuan lebih, kurang dan sedang, serta terdiri anggota laki-laki dan perempuan, 4) Peneliti menyusun lembar kerja siswa (LKS) sesuai materi, 5) Peneliti menyusun tes akhir yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari siswa berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 15 butir soal, 6) Peneliti menyusun lembar observasi keaktifan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode TSTS. 7) mengefiseinsikan waktu sebaik-baiknya dengan memberikan motivasi kepada siswa pada saat pembelajaran. Setelah pembelajaran berakhir peneliti melakukan koordinasi dengan obever membahas hasil kegiatan pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan pertama dengan kompetensi dasar memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memyebutkan pengaruh perkembangan globalisasi. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa berdoa sebelum memulai pelajaran, presensi kehadiran siswa, memotivasi siswa untuk siap belajar dengan senam jari,untuk menggali pengetahuan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa G: Pertemuan sebelum ini kita belajar apa saja? S: Alat informasi bu.... G: Siapa yang bisa menyebutkan alat informasi modern? S: televasi G: Siapa yang dapat menjelaskan manfaat televisi S: dapat Hiburan, informasi G: Adakah Pengaruh buruk dari televisi? S : bikin kita malas bu.. Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal terkait pengaruh alat informasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yakni menyebutkan pengaruh positif dan negatif dari perkembangan gaya hidup, alat komunikasi, dan alat transportasi. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dipelajari. Pada kegiatan inti: 1)guru menjelaskan secara singkat tentang pengaruh positif globalisasi, 2)guru mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 1154 ISBN: 978-602-1150-17-7 orang anggota yang terdiri siswa bekemampuan tinggi, sedang, dan rendah.sesuai dengan aturan pembentukkan kelompok model TSTS, 3) guru memberikan penomoran pada setiap siswa, 4) guru menjelaskan aturan pembelajaran menggunakan model TSTS, yaitu: a)Kelompok melakukan diskusi dan berfikir bersama menyelesaikan tugas yang di berikan guru, b)setelah selesai anggota dengan nomor ganjil (nomor 1 dan 3) bertugas berkunjung/bertamu ke kelompok lain sesuai perintah guru, untuk menanyakan hasil kerja kelompok tuan rumah, c) dua anggota bernomor genap (nomor 2 dan 4) bertugas menjadi tuan rumah untuk menjelaskan hasil kerja kelompok kepada tamu, d) setelah selesai bertamu, anggota yang menjadi tamu melaporkan hasil bertamunya kepada anggota yang lain. 5) ketua kelompok mengambil Lembar Kerja Siswa (LKS), 6)guru memberikan kesempatan bertanya .siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan tugas di LKS yang belum jelas, 7) siswa berdiskusi dengan model TSTS, 8)guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 8) guru meminta 2 orang anggota bernomor 1 dan 3 bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKSnya ke kelompok lain, dan 2 orang anggota bernomor 2 dan 4 tetap berada di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu di kelompoknya, 9) guru mememinta siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota kelompok lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat, 10) guru meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara bergiliran, sedang kelompok yang lain memberi tanggapan, 11)guru mengklarifikasi jawaban yang benar, 12)guru mengadakan kuiz yang berkaitan dengan materi, 13)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sering menjawab. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut. Pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan kedua dengan kompetensi dasar memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, materi memyebutkan pengaruh perkembangan globalisasi. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru mengajak siswa berdoa sebelum memulai pelajaran, presensi kehadiran siswa, memotivasi siswa untuk siap belajar dengan senam jari,untuk menggali pengetahuan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa G: Pertemuan sebelum ini kita belajar apa saja? S: Pengaruh televisi S: pengaruh hp G: apa pengaruh baik dari hp S: bisa menghubungi dengan cepat G: apa pengaruh buruk hp S: jadi malas belajar Berdasarkan dialog tersebut terlihat bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan awal terkait pengaruh alat komunikasi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yakni menyebutkan pengaruh positif dan negatif dari perkembangan gaya hidup perkembangan ekonomi dan alat-alat industri. Pada kegiatan inti: 1)guru menjelaskan secara singkat tentang pengaruh positif globalisasi, 2)guru mengorganisasikan siswa menjadi 5 kelompok tiap kelompok terdiri dari 4 orang anggota yang terdiri siswa bekemampuan tinggi, sedang, dan rendah.sesuai dengan aturan pembentukkan kelompok model TSTS, 3)memberikan penomoran pada setiap siswa, 4)Guru menjelaskan aturan pembelajaran menggunakan model TSTS,yaitu; a)Kelompok melakukan diskusi dan berfikir bersama menyelesaikan tugas yang di berikan guru, b)setelah selesai anggota dengan nomor genap (nomor 2 dan 4) bertugas berkunjung/bertamu ke kelompok lain sesuai perintah guru, untuk menanyakan hasil kerja kelompok tuan rumah, c)dua anggota 1155 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur bernomor ganjil (nomor 1 dan 3) bertugas menjadi tuan rumah untuk menjelaskan hasil kerja kelompok kepada tamu, d)setelah selesai bertamu, anggota yang menjadi tamu melaporkan hasil bertamunya kepada anggota yang lain. 5)Ketua kelompok mengambil Lembar Kerja Siswa (LKS),6)guru memberikan kesempatan bertanya .siswa mengajukan pertanyaan berkaitan dengan tugas di LKS yang belum jelas, 7)siswa berdiskusi dengan model TSTS, 8)guru membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan, 8) guru meminta 2 orang anggota bernomor 2 dan 4 bertamu ke kelompok lain untuk mendiskusikan hasil pembahasan LKSnya ke kelompok lain, dan 2 orang anggota bernomor 1 dan 3 tetap berada di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu di kelompoknya, 9) guru mememinta siswa yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada anggota kelompok lain. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat, 10) guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedang kelompok yang lain memberi tanggapan, 11)guru mengklarifikasi jawaban yang benar, 12)guru mengadakan kuiz yang berkaitan dengan materi, 13)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sering menjawab. Pada kegiatan akhir: 1) bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dilakukan, 2) guru mengadakan refleksi dan tidak lanjut. Pengamatan kegiatan Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran penerapan model kooperatif tipe TSTS pada kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu siklus II diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa, obeservasi aktivitas guru, dan hasil evaluasi yang telah dipersiapkan. Observasi aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran model TSTS yang difokuskan pada kesiapan dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, mengkondisikan dalam bentuk kelompok belajar, menghargai pendapat orang lain, kemampuan siswa dalam bertanya, kemampuan siswa menjelaskan, kemampuan siswa dalam menyalin laporan, dan ketepatan waktu menyelesaikan tugas. Observasi aktivitas siswa dilakukan selama siklus II berlangsung. Dari data yang diperoleh pada siklus ini tidak ditemukan aktivitas siswa yang berkatagori kurang, kategori cukup sebanyak 1 siswa (5%), kategori baik 6 siswa (30%), dan kategori sangat baik 13 siswa (65%) sedangkan ditinjau dari tiap-tiap aspek, aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran TSTS adalah sebagai berikut: kategori sangat baik antara lain kesiapan nengikuti pelajaran 86,25%, perhatian dalam pelajaran 69,25%, mengkondisikan dala bentuk kelompok 90%, menghargai pendapat 82,5%, kemampuan dalam bertanya 81,25%,kemampuan dalam menyalin laporan 82,75%, ketepatan waktu mengerjakan soal 92,5%. Sedangkan kategori baik yaitu kerjasama dalam kelompok 80% dan kemampuan dalam menjelaskan 72,5%, sudah tidak ditemukan aspek yang kategari cukup maupun kurang. Observasi aktivitas guru dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, data hasil observasi kinerja guru ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Pada siklus II diperoleh data sebagai berikut: 1) Kemampuan guru dalam menyampaikan tujuan dan materi secara klasikal sudah dilaksanakan sangat baik karena menggunakan pengalaman siswa sebagai contoh dalam menyampaikan tujuan pembelajaran; 2) Mengajukan pertanyaan yang dapat memotivasi siswa dengan kriteria baik karena guru sudah membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan sulit; 3) Membagi siswa dalam kelompok dengan kreteria sangat baik karena guru telah membagi siswa terdiri dari 4 anggota secara heterogen dengan tegas diarahkan kepada seluruh siswa, 4) Membimbig siswa dalam menyelesaikan tugas dengan kriteria sangat baik karena guru melakukan pengamatan, berkeliling kelas, dan menghampiri siswa jika menemukan kesulitan; 5) Melakukan pengamatan dengan kriteria penilaian baik karena guru berkeliling kelas dan menghampiri siswa jika menemukan kesulitan; 6) Memanggil dua nomor untuk bertamu ke 1156 ISBN: 978-602-1150-17-7 kelompok lain dengan kriteria sangat baik karena siswa yang bertamu adalah siswa yang berbeda, 7) Mengarahkan jawaban yang benar dengan kriteria sangat baik karena membimbing siswa dalam memberikan alasan terhadap hasil kerja diskusi secara logis dalam berdiskusi, 8) Memanggil nomor tertentu untuk presentasi didepan kelas dengan kriteria penilaian sangat baik karena membimbing seluruh kelompok memaparkan hasil diskusi, 9) Memberikan evaluasi belajar siswa dengan kriteria penilaian sangat baik karena guru memberikan evaluasi dengan bertanya dan pemberian tugas individu/kelompok; 10) Memberikan kesimpulan dengan kriteria penilaian sangat baik karena membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi. Pelaksanaan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS membahas materi tentang pengaruh globalisasi. Hasil belajar pada siklus II diperoleh dari kegiatan evaluasi suklus II yang dikerjakan secara individu. Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus II. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir soal. Setelah dilakukan analisi data hasil tes evaluasi siklus II diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 79% nilai rata-rata 79,00, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa atau (80%) dan dinyatakan tuntas belajar sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak .4siswa atau ( 40%) dan dinyatakan belum tuntas belajar. Refleksi Pelaksanaan siklus II berjalan dengan baik. Keaktifan siswa pada aspek kesiapan mengikuti pelajaran baik sekali yaitu siswa menyiapkan buku dengan tertib dan tenang. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model TSTS sudah tidak kaku lagi. Dengan memberikan penomoran pada anggota menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat serta sudah tidak canggung untuk bertanya baik kepada guru maupun kepada temannya. Guru sudah optimal dalam menggunakan model pembelajaran TSTS. Berdasarkan hasil diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 79% nilai rata-rata 79,00, jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 16 siswa atau (80%) dan dinyatakan tuntas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya PEMBAHASAN Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan atau materi, tetapi bagaimana siswa dapat berperan aktif mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Jadi aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau dalam Sardiman, (2009:96)(http://documen.tips-documents) yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknisis. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I sampai siklus II pelaksanaan pembelajaran menggunakan model TSTS di kelas IV SDN Sumberejo 02 Batu, mata pelajaran PKn materi memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya menunjukkan aktivitas dan hasil belajar yang baik Hasil dari observasi aktivitas siswa dalam model pembelajaran TSTS pada siklus I terdapat peningkatan pada siklus II yaitu sebagai berikut: 1) kesiapan dalam mengikuti pelajaran 70% meningkat menjadi 86,5%, 2) perhatian dalam pelajaran 76,3% meningkat menjadi 86,25 %, 3) mengkondisikan dalam bentuk kelompok 40% meningkat menjadi 90%, 4) kerjasama dalam kelompok 52,5% meningkat menjadi 80%, 5) menghargai pendapat orang lain 60% 1157 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur meningkat menjadi 82,5%, 6) kemampuan dalam bertanya 42,5% meningkat menjadi 81,25%, 7) kemampuan dalam menjelaskan 67,5% meningkat menjadi 72,5%, 8) kemampuan dalam menyalin laporan 52,5 meningkat menjadi 83,75, dan 9) ketepatan waktu mengerjakan soal 77,5 pada siklus I meningkat menjadi 92,5 pada siklus II. Keberhasilan aktivitas siswa di atas tidak lepas dari dari aktivitas yang dilakukan guru untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang ditemukan pada saat siklus I. Meskipun terkesan pemaksaan namun pemberian nomor untuk masing-masing anggota mampu menggerakkan siswa untuk melaksanakan tugasnya sebagai tamu dan tuan rumah dengan penuh tanggung jawab. Pembentukan kelompok baru juga sudah heterogen sehingga tidak ada lagi siswa yang memdominasi kelompok atau menggantungkan tugasnya pada salah satu anggota kelompok. Selain aktivitas siswa hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada Siklus I menunjukkan hasil nilai rata-rata siswa 67,25 dan presentase ketuntasan klasikal 60% ,banyaknya siswa yang tuntas 12 siswa dan sisanya 8 siswa yang tidak tuntas.meningkat pada siklus II menjadi nilai rata-rata siswa 79,00 dan prosentasi ketuntasan klasikal 80%, banyaknya siswa yang tuntas 16 siswa dan 4 siswa yang tidak tuntas. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu aktivitas dalam proses pembelajaran setiap aspek mencapai ≥ 60%. Demikian juga dengan hasil belajar, siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa (80%) yang berarti sudah melebihi indikator keberhasilan yaitu ≥75%. PENUTUP Kesimpulan Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa pembelajaran PKn dengan model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan hasil belajar kelas IV SDN Sumberejo 02, Batu. Peningkatan ini ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar dari 45% pada kondisi sebelum siklus menjadi 60% pada siklus I dengan rata-rata nilai 67,25 pada siklus II ketuntasan belajar meningkat menjadi 80% dengan rata-rata 79,00. Hasil pengamatan pada siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat pada siklus I sebesar 60,42 % dan siklus II sebesar 83,89%. Terjadi peningkatan sebesar 23,47%. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai maka diberikan beberapa saran sebagai berikut: Diharapkan bagi guru lebih dapat mengembangkan model-model pembelajaran sebagai variasi kegiatan belajar, salah satunya yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray sehingga siswa lebih aktif serta siswa juga dapat ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Jakarta: BP Cipta Jaya. SD/MI. Depdiknas,2006.http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertian-pendidikankewarganegaraan.html. diakses tanggal 30 maret 2016 http:// www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. tanggal 28 Februari 2016 pukul 20.51 Diakses https://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-two-staystray.html. Diakses tanggal 28 Februari 2016 pukul 20.51 two- 1158 ISBN: 978-602-1150-17-7 Mariyam, Sumardi, Sukmana, 2012. Penerapam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam . PGSD FKIP Unuversitas Pakuan.ejournal.unpak.ac.id Pangeribuan, Sabri, Witara. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 11 Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. ejurnal.untan.ac.id hal 13 Rousseau dalam Sardiman, 2009 http://documen.tips-documents Sumantri,2010.http://dodisupandiblog-blogspot.com/2010/05/pengertiankewarganegaraan.html pendidikan- Suparlan, 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Suyadi, 2010. Panduan penelitian Tindakan Kelas.Yogyakarta: Diva Press Syamsiah, Gunansyah, 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan hasil Belajar Siswa kelas IV A SDN Simomulyo 8 Surabaya.PGSD FIP UNESA. ejournal.unesa.ac.id-aricle-view 1159 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN KEMAMPUAN BERMUSYAWARAH PELAJARAN PKN SISWA KELAS V SDN ORO-ORO OMBO 01 BATU Indah Dwi Wijayanti SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, Kota Batu [email protected] Abstrak : Kesadaran meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat perlu ditanamkan sejak dini. Pembelajaran di kelas pada umumnya masih menggunakan metode ceramah, hasil belajar siswa kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Kota Batu masih di bawah KKM (66) yaitu 60,9. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar siswa setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi bermusyawarah. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan model kooperatif tipe STAD meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I naik sebesar 59 % siswa yang tuntas, sedangkan pada siklus II menjadi 77% siswa yang tuntas. Kata Kunci: model pembelajaran, kooperatif, hasil belajar, bermusyawarah Seiring dengan berubahnya paradigma pendidikan dari teacher centered ke student centered, maka sudah tidak zamannya lagi guru hanya bercerita saja dalam menyampaikan materi pembelajaran. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kewarganegaraan paradigma baru memiliki misi membentuk “warga negara yang baik”. Dalam hal ini diupayakan bagi warga negara melalui proses pendidikan agar mampu berperan serta aktif dalam sistem pemerintahan yang demokratis (Winarno, 2006). Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mengambil keputusan atas suatu masalah (Widihastuti dan Rahayuningsih, 2008). Berdasarkan UUD 1945 pasal 28J ayat 1 berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara”. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dalam bermusyawarah. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006). Hingga saat ini pembelajaran PKn masih dipandang sebagai pelajaran yang sangat membosankan. Banyak siswa yang malas membaca dan mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri. Keberhasilan dalam pembelajaran biasanya diukur dari banyaknya siswa yang menguasai materi pelajaran. Semakin banyak siswa yang dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan materi maka semakin tinggi keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut. Pada pembelajaran PKn di kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Kota Batu proses belajar mengajar selama ini umumnya guru menggunakan metode ceramah, jumlah siswa 22 orang,yang terdiri dari 11 siswa laki- laki dan 11 siswa perempuan. Meskipun merupakan mata pelajaran wajib, pada kenyataannya nilai rata-siswa pada semester genap tahun 2015- 2016 sangat rendah yaitu 60,9 di bawah nilai KKM yang seharusnya 66. Masalah yang dihadapi 1160 ISBN: 978-602-1150-17-7 dalam pembelajaran di kelas salah satunya yaitu adanya siswa yang belum lancar membaca dan menulis, kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, dan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran PKn.sehingga guru perlu mengenalkan pendekatan kooperatif,yang salah satunya yaitu kooperatif tipe STAD. Metode tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dan kemampuan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat. Menurut Sanjaya (2008) dalam Nurhasanah (2010) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu 4 sampai 6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda. Metode kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, rasa percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuannya dan keahlian yang dimiliki, serta memperbaiki hubungan antar kelompok (Nurhasanah, 2010). Model STAD (Student Achievement Division) merupakan model pembelajaran kooperatif sederhana (Naurofiq, 2013) yang terdiri atas lima komponen utama yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan belajar kelompok yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku (Slavin dalam Nurhasanah, 2010). Guru menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut dengan tidak diperbolehkan saling membantu (Slavin dalam Nurhasanah, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan cara peningkatan kualitas pembelajaran PKn serta menganalisis hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, Kota Batu, Jawa Timur pada tanggal 29 Februari 2016 sampai dengan 16 Maret 2016. Obyek penelitian yaitu siswa kelas V SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu. Jumlah siswa sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada siklus I, tahap perencanaan meliputi penyusunan rencana perbaikan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi dan alat evaluasi. Tahap pelaksanaan: implementasi RPP dan metode pembelajaran. Setelah guru mengajarkan materi pelajaran dilakukan pengumpulan data dengan cara memberikan tugas kelompok dan tugas individu kepada siswa. Kemudian menilai hasil belajar siswa dan sikap siswa. Data kualitatif yang telah diperoleh, dianalisis, kemudian diubah menjadi data kuantitaf agar dapat digambarkan dalam sebuah grafik, dan dianalisis secara deskriptif. Siklus II dilakukan dengan cara yang sama seperti siklus I namun ditekankan pada perbaikan dalam proses pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus pertama ini peneliti pertama-tama melaksanakan proses identifikasi masalah siswa kelas V serta menganalisa suatu permasalahan pembelajaran khususnya mata pelajarana PKn. Setelah diketahui pokok permasalahannya peneliti mencari alternatif memecahkan masalah tersebut dengan menyusun RPP untuk mengembangkan KD menjadi indikator, menyusun tujuan pembelajaran serta langkah-langkah proses belajar mengajar. Pada penyusunan RPP ini difokuskan untuk perencanaan langkah-langkah perbaikan pembelajaran tentang bermusyawarah yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan 1161 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pembelajaran yang terjadi pada siswa. Peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif STAD yang tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Selanjutnya peneliti menyiapkan media pembelajaran yaitu kertas manila yang berisi gambar dan foto-foto tentang musyawarah di kelas, di rumah, dan di masyarakat. Media tersebut diarsipkan untuk ditempel di papan tulis sebagai contoh musyawarah sembari peneliti mengajar di kelas. Peneliti juga menyiapkan lembar kerja bagi siswa baik kelompok dan individu serta selotip untuk menempelkan hasil kerja mereka di dinding kelas. Langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi sebagai perangkat untuk mengamati proses dan hasil perbaikan sekaligus digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Lembar observasi dan lembar evaluasi tersebut diisi oleh peneliti dan observer. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada minggu pertama bulan Maret 2016. Guru mengawali pembelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Sebagai apersepsi, guru menanyakan pengalaman siswa mengikuti rapat atau musyawarah di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Guru lalu mengajak siswa menyanyikan lagu pemilihan umum. Guru juga menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuannya. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki kemampuan beragam dan jenis kelamin putra putri. Guru menunjukkan gambar-gambar orang yang sedang bermusyawarah (Gambar 1), lalu memberikan lembar kerja pada tiap kelompok. Gambar 1. Guru menunjukkan gambar-gambar contoh musyawarah Gambar 2. Guru mengamati diskusi kelompok Setiap kelompok mendiskusikan lembar kerja yang diberikan guru. Anggota kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Masing-masing siswa mengerjakan sendiri kemudian didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Guru berkeliling mengamati keaktifan tiap kelompok (Gambar 2) dan menunjuk salah satu siswa pada tiap kelompok untuk 1162 ISBN: 978-602-1150-17-7 mempresentasikan hasil kerjanya (Gambar 3). Kemudian masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya. Guru membagikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh masing-masing siswa. Gambar 3. Siswa mepresentasikan hasil kerjanya Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran, memberikan umpan balik, merencanakan kegiatan tindak lanjut, melakukan penilaian, atau refleksi. Akhirnya guru bersama siswa berdoa sebagai penutup pelajaran. Pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati yaitu pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar, pengamatan terhadap siswa, serta pengamatan model pembelajaran kooperatif. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar meliputi persiapan dan penyajian guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan model pembelajaran kooperatif meliputi situasi kelas, konsentrasi belajar, keterlambatan siswa dalam belajar, kesulitan siswa mengikuti pembelajaran, usaha guru mengatasi siswa yang lemah, cara guru mengatasi masalah, terlaksananya pembelajaran, serta manfaat dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Refleksi Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I melalui diskusi dengan tim pengawas. Siswa menulis pendapat mereka tentang proses pembelajaran serta manfaatnya bagi mereka pada siklus I. Bersama dengan observer, peneliti mencari kekurangan-kekurangan pada siklus I dan memperbaikinya pada siklus II. Hasil belajar siswa secara rata-rata kelas mencapai 72,95 (sudah di atas KKM). Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya motivasi siswa belajar dengan kelompoknya dan siswa merasa senang karena berperan aktif. Analisa hasil refleksi siklus I masih ada kekurangannya dimana jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap materi hanya sebesar 59% atau hanya 13 anak dari 22 siswa. Oleh karena itu analisa tersebut digunakan oleh peneliti untuk menyusun rencana siklus II. Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus kedua ini peneliti pertama-tama melaksanakan proses identifikasi masalah yang didasarkan pada siklus I. Kemudian menyusun perbaikan RPP untuk siklus kedua. Peneliti juga menyiapkan lembar kerja bagi siswa baik kelompok dan individu serta selotip untuk menempelkan hasil kerja mereka di dinding kelas. 1163 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Langkah selanjutnya menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi sebagai perangkat untuk mengamati proses dan hasil perbaikan sekaligus digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. Lembar observasi dan lembar evaluasi tersebut diisi oleh peneliti dan observer. Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada minggu ketiga Maret 2016. Guru mengawali pembelajaran dengan mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Sebagai apersepsi, guru menanyakan pengalaman siswa mengikuti rapat atau musyawarah di rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Guru lalu mengajak siswa menyanyikan lagu pemilihan umum. Guru juga menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan beserta tujuannya. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok memiliki kemampuan beragam dan jenis kelamin putra putri. Guru menunjukkan gambar-gambar orang yang sedang bermusyawarah, lalu memberikan lembar kerja pada tiap kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan lembar kerja yang diberikan guru. Anggota kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Masing-masing siswa mengerjakan sendiri kemudian didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya. Guru menekankan pada siswa agar tiap kelompok mendapat skor 100. Guru berkeliling mengamati keaktifan tiap kelompok (Gambar 4) dan menunjuk salah satu siswa pada tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Gambar 4. Guru mengamati keaktifan siswa dalam tiap kelompok Gambar 5. Siswa memajang hasil kerja mereka 1164 ISBN: 978-602-1150-17-7 Kemudian masing-masing kelompok memajang hasil kerjanya (Gambar 5). Guru membagikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar yang telah dicapai oleh masingmasing siswa. Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran (Gambar 6), memberikan umpan balik, merencanakan kegiatan tindak lanjut, melakukan penilaian, atau refleksi. Akhirnya guru bersama siswa berdoa sebagai penutup pelajaran. Gambar 6. Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran Pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan dilaksanakan melalui pendataan ulang untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus II. Adapun aspek yang diamati yaitu pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar, pengamatan terhadap siswa, serta pengamatan model pembelajaran kooperatif. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar meliputi persiapan dan penyajian guru dalam proses belajar mengajar. Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan model pembelajaran kooperatif meliputi situasi kelas, konsentrasi belajar, keterlambatan siswa dalam belajar, kesulitan siswa mengikuti pembelajaran, usaha guru mengatasi siswa yang lemah, cara guru mengatasi masalah, terlaksananya pembelajaran, serta manfaat dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Refleksi Guru bersama dengan observer menemukan kelebihan-kelebihan pada siklus II antara lain siswa yang mendapat nilai di atas 66 (5 siswa) dan di atas 75 (17 siswa). Banyak siswa yang menunjukkan sikap positif terhadap metode kooperatif STAD yang ditunjukkan dengan komentar mereka, misalnya “Saya menjadi lebih mengerti belajar dengan menggunakan model seperti ini”. Adapula yang memberikan komentar, “Saya menjadi lebih berani mengemukakan pendapat di depan kelas”. Perbandingan hasil penskoran nilai kinerja siswa pada siklus I menunjukkan bahwa yang mendapat kategori nilai sangat baik sebanyak 40 %, nilai baik 14%, nilai cukup 18%, nilai kurang 14%, dan sangat kurang 14 %. Siklus kedua siswa yang mendapat kategori nilai sangat baik sebanyak 80%, nilai baik 18%, nilai cukup 27%, nilai kurang 5%, dan nilai sangat kurang 0%. Seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (a) Secara individu bila siswa sudah dapat mencapai skor 66 atau lebih berarti sudah menyerap materi atau dikatakan menguasai materi, (b) Jumlah siswa dalam kelas dapat menyerap materi paling sedikit 75% dari jumlah keseluruhan. Seperti yang terlihat pada Tabel 2. 1165 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Perbandingan rata- rata antara siklus I dan siklua II mengalami kenaikan 7,5. Perbandingan penguasaan materi antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan 85%. Perbandingan ketuntasan belajar antara sklus I dan siklus II mengalami kenaikan 18%. Tabel 1. Perbandingan Hasil Penskoran Nilai Kinerja Siswa pada Siklus I dan Siklus II Siklus Siklus I Siklus II Rentang Nilai 85 - 100 75 - 84 60 - 74 50 - 59 ≥ 49 85 - 100 75 - 84 60 - 74 50 - 59 ≥ 49 Kategori Nilai Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Banyak Siswa 9 3 4 3 3 11 4 6 1 0 Persentase 40% 14% 18% 14% 14% 50% 18% 27% 5% 0% Tabel 2. Perbandingan rata-rata, penguasaan materi, dan ketuntasan belajar antara siklus I dan siklus II Perbandingan Rata-rata Penguasaan materi Ketuntasan belajar Siklus I 72,95 73% 59% 13 anak Siklus II 80,45 81% 77% 17 anak Kenaikan 7,5 8% 18 Hasil belajar siswa secara rata-rata kelas mencapai 80,45 (sudah di atas KKM) dan jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap materi hanya sebesar 77% atau hanya 17 anak dari 22 siswa. Hasil kinerja siswa mengalami peningkatan karena siswa telah mempelajari pokok bahasan terkait di siklus I. Siswa juga lebih memahami materi pada siklus II. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling membantu menyelesaikan tugas, menguasai dan menerapkan keterampilan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa merasa senang dan termotivasi untuk belajar sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran tersebut. Dari hasil penskoran nilai kinerja siswa dapat terlihat peningkatan jumlah siswa dalam kategori baik hingga sangat baik pada siklus I sebanyak 12 orang menjadi 15 orang pada siklus II (Tabel 1). Dengan demikian siklus II tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. KESIMPULAN Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Oro-oro Ombo 01 Batu, menunjukkan penerapan model kooperatif STAD meningkatkan hasil belajar yaitu nilai rata-rata siswa pada prasiklus 60,9, pada siklus I 72,95, dan pada siklus II meningkat menjadi 80,45. Analisis hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan peningkatan yang signifikan setelah siklus II dimana penguasaan materi mencapai 81% dan ketuntasan belajar kelas mencapai 77%. Hal tersebut dibuktikan dengan siswa yang menguasai materi pada siklus I sejumlah 16 siswa dan pada siklus II sejumlah 18 siswa. 1166 ISBN: 978-602-1150-17-7 DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta Naurofiq, Didik. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Drama melalui Bermain Peran Model STAD pada Siswa Kelas V SDN 02 Bongas Watukumpul. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Semarang Nurhasanah, Sarifah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Amandemennya. 2014. Penerbit Sinduraya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Widihastuti, Setiati dan Fajar Rahayuningsih. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI Kelas V. BSE. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Winarno. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan: Standar Isi dan Pembelajarannya. Jurnal Civics. Vol.3, No.1 1167 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV BERKAITAN AKTIVITAS EKONOMI SDA SDN SISIR 05 BATU Kusdiyo SD Negeri Sisir 05 Kecamatan Batu Kota batu [email protected] Abstrak: Tujuan dari penenilitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas iv berkaitan aktivitas ekonomi di SDN Sisir 05 Batu. Penelitian tindakanini tediri dari siklus. Hasil penelitian dan pembahasanya disimpulkan bahwa penerapan model picture and picture dengan menggunakan media LCD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV untuk mata pelajaran IPS KD tentang aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam yang ada di sekitar daerahnya. Kata Kunci: picture and picture, Peningkatan hasil belajar Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsepkonsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan 1168 ISBN: 978-602-1150-17-7 yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persyaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan. METODE PENELITIAN Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sisir 05 Kec.Batu Kota Batu, mulai tanggal 26 Pebruari 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016. Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Sisir 05 Kec. Batu Kota Batu diantaranya adalah jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 9 orang perempuan usia siswa rata-rata 9 - 11 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan Pedagang / Wiraswasta dan tempat tinggal tidak jauh dari sekolah. Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan teman sejawat, kemudian diadakan rancangan perbaikan untuk penelitian tindakan kelas . HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Pada tahap ini guru menentukan SK ,KD,Indikator dan tujuan pembelajaran untuk materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya.yang proses pembelajaranya mengunakan metode picture and picture. Pada penentuan ini dihasilkan 5 indikator :Menyebutkan sumber daya alam berpotensi di daerah-nya,Mengelompokkan sumber daya di daerahnya,Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerahnya,Menjelaskan perlunya melestarikan sumber daya alam,Menyebutkan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di daerah tempat tinggalnya. Pelaksanaan Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini diawalai dengan - Mengkondisikan siswa. Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang aktif.-Melaksanakan apersepsi: Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam kemudian beberapa siswa merespon apa yang ditanyakan oleh guru.setelah siswa tertarik terhadap materi yang dibahas maka guru melanjutkan ke materi pokok tentang kegiatan ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam yang ada didaerahnya.guru mengajak siswa menyanyi berjudul kolam susu kemudian siswa menirukan dan setelah itu siswa diminta untuk mengambarkan kondisi alam Indonesia secara umum sampai kondisi alam disekitar daerahnya,kemudian guru menayangkan gambar 1 dan 2 berupa peta konsep dan materi pembelajaran. Gambar 1 peta konsep materi tentang kegiatan ekonomi 1169 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kemudian gambar – gambar tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan tentang sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya. Gambar 1 pekerjaan di daerah perkebunan dan perikanan setelah siswa mengamati contoh kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam misalnya pekerjaan di perkebunan dan tambak seperti terlihat pada gambar 1 da 2 maka selanjutnya siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan jenis – jenis pekerjaan lain yang berkaitan dengan sumber daya alam yang ada disekitar daerahnya. Contohnya pekerjaan apa yang banyak ditemukan di daerah pedesaan,jenis pekerjaan yang banyak ditemukan daerah perkotaan dan daerah pesisir pantai.aktivitas siswa yang sedang diskusi seperti tampak pada 3 gambar dibawah ini. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan maka guru memberikan evaluasi: Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu sebanyak 10 soal berbentuk isian.-Rangkuman hasil Evaluasi Siklus I terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Prosentasi keberhasilan pembelajaran pada siklus I Kategori 1. sangat Baik 1. Baik 2. cukup 3. Kurang Jumlah Siswa 0 6 orang 3 orang 15 orang Persen ( % ) 0/24 x 100 6/24 x 100 3/24 x 100 15/24 x 100 = = = = 0% 25 % 12,5 % 62.5 % Observasi Dalam penelitian ini ,pengamatan di laksanakan dalam beberapa aspek yang di amati yaitu siswa dalam kegiatan belajar,keterlambatan belajar,kosentrasi belajar,kesulitan belajar dan guru dalam penyajian,metode serta model mengajar. 1170 ISBN: 978-602-1150-17-7 Refleksi Refleksi yang dilakukan saat di pimpin oleh moderator dan dibantu oleh expert. ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :1.Guru terlalu cepat dalam menyampaikan pembelajaran.2. penggunaan media gambar kurang jelas .3.Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.4.Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.5.kurang adanya diskusi antara siswa dan guru.6. guru banyak memberikan ceramah 7. Siswa kurang di beri kesempatan untuk melakukan pemahaman materi. Seperti terlihat pada tabel 1 dimana analisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 25 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran. Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam proses terbanyak yaitu sebesar 62,5 % dan yang berkategori sedang sebanyak 12,5 %. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan dalam mata pelajaran IPS. Siklus II Perencanaan Pada tahap ini guru menentukan SK ,KD,Indikator dan tujuan pembelajaran untuk materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di daerahnya.yang proses pembelajaranya mengunakan metode picture and picture. Pada penentuan ini dihasilkan 5 indikator :Menyebutkan sumber daya alam berpotensi di daerah-nya,Mengelompokkan sumber daya di daerahnya,Menjelaskan manfaat sumber daya alam yang ada di daerahnya,Menjelaskan perlunya melestarikan sumber daya alam,Menyebutkan bentuk – bentuk kegiatan ekonomi di daerah tempat tinggalnya. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II di laksanakan pada minggu ke 2 bulan april, pengkondisian siswa :Guru mengucapkan salam,menanyakan kesehatan melakukan apersepsi: Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam kemudian beberapa siswa merespon apa yang ditanyakan oleh guru.setelah siswa tertarik terhadap materi yang dibahas melanjutkan mengajak siswa menyanyikan lagu berjudul kolam susu kemudian siswa menirukan dan setelah itu siswa diminta untuk mengambarkan kondisi alam Indonesia secara umum sampai kondisi alam disekitar daerahnya, Kemudian guru memberikan 2 contoh gambar tentang kegiatan ekonomi yang berkaitan tentang sumber daya alam seperti tampak pada Gambar 1 Gambar 1 Aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam. 1171 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kemudian guru member lembar kerja siswa secara berkelompok untuk mendiskusikan jenis – jenis pekerjaan lain yang berkaitan dengan sumber daya alam yang ada disekitar daerahnya. Contohnya pekerjaan apa yang banyak ditemukan di daerah pedesaan,jenis pekerjaan yang banyak ditemukan daerah perkotaan dan daerah pesisir pantai.aktivitas siswa yang sedang diskusi seperti tampak pada Gambar 2. Gambar 2 : Aktifitas siswa berdiskusi menyelesaikan lembar kerja kelompok Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan guru memberikan penguatan dengan berkeliling ke masing–masing kelompok untuk menanyakan kesulitannya dan setelah selesai masing–masing perwakilan kelompok untuk presentasi hasil dari diskusinya di depan kelas selanjutnya di tempel di dinding kelas.mengakhiri kegiatan guru memberikan evaluasi secara individu sebanyak 10 soal berbentuk jawaban singkat. Rangkuman hasil Evaluasi Siklus II terlihat pada Tabel 1. Tabel 1.Tingkat keberhasilan pembelajaran pada siklus II Kategori 1.Sangat baik 2. baik 3. cukup 4.kurang Jumlah Siswa 6 orang 15 orang 3 orang 0 Persen ( % ) 6/24 x 100 3/24 x 100 15/24 x 100 0/24 x 100 = = = = 25 % 62,5 % 12.5 % 0% Observasi Dalam penelitian ini ,pengamatan di laksanakan dalam beberapa aspek dan melalui pendataan ulang dari siklus I yaitu siswa dalam kegiatan belajar,keterlambatan belajar,kosentrasi belajar,kesulitan belajar dan guru dalam tujuan belajar ,penyajian materi ,metode pembelajaran , model pembelajaran,situasi kelas ,usaha guru mengatasi siswa yang lemah dalam menerima materi,dan manfaat mengunakan model picture and picture. Refleksi Peneliti mengalisis semua tindakan pada siklus II dengan teman sejawat dan pengawas dan mengkategorikan sebagai berikut: sangat baik 25 %, baik 62,5 % dan yang berkategori cukup 12,5 % dan berkatagori kurang 0%. itu artinya belajar siswa sudah tuntas 100% dengan kriteria ketuntasan minimal 70 dengan model pembelajaran Picture and picture tentang materi kegiatan ekonomi masyarakat berkaitan sumber daya alam didaerahnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanya disimpulkan bahwa penerapan model picture and picture dengan menggunakan media LCD dapat meningkatkan hasil belajar siswa 1172 ISBN: 978-602-1150-17-7 kelas IV untuk mata pelajaran IPS KD tentang aktifitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam yang ada di sekitar daerahnya. DAFTAR RUJUKAN Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University. Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown Communications, Inc. Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka. Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston : Houghton Mifflin Coy. 1173 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG BENTUK-BENTUK KERJASAMA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT PADA SISWA KELAS II SDN SONGGOKERTO 01 KECAMATAN BATU KOTA BATU Dewi maslamah SDN Songgokerto 01 Kota Batu Jawa Timur [email protected] Abstrak: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang bentuk-bentuk kerja sama di lingkungan masyarakat pada siswa kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu.Penelitian ini di lakukan dalam 2 siklus dengan model pembelajaran diskusi . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman siswa dari siklus 1 dibandingkan dengan pra siklus dengan rata-rata 60,1 dari siklus 1 ke siklus 2 rata-rata 80,1. Kriteria ketuntasan minimal tercapai pada siklus 2. Dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama. Kata kunci : Diskusi meningkatkan pemahaman kerjasama Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk menggunakan akal fikiran mereka sebagai jawaban dalam menghadapai berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang. Salah satu tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman di masa yang akan datang. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang Menumbuhkan kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Pada hakekatnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial diarahkan untuk mempertajam kepekaan terhadap lingkungan tempat tinggal siswa.Dalam hal ini guru dituntut memotivasi agar siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat, karena dengan memahami bentuk kerjasama siswa dapat menarik manfaat bagi kehidupannya sehari hari. Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah laku anak didik. Hal ini merupakan proses secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia pendidikan. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang. Perlu di ketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang akan datang banyak perubahan. Sebagai seorang pendidik harus tahu akan kebutuhan anak didik, terutama dalam pelayanan dan penyampaian materi pelajaran.Sehingga sebagai pendidik perlu mengadakan variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat untuk menyampaikan materi supaya hasil proses balajar mengajar berhasil maksimal. Maka guru harus bisa mengarahkan siswa memiliki kepekaan sosial yang sesuai dengan kematangan jiwa mereka. Salah satu tugas guru adalah mengajar, hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar? Dengan kata lain setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis. Berbicara mengenai keberhasilan dalam proses pembelajaran memang tidak ada habisnya, seorang guru yang sudah berupaya dalam melaksanakan proses belajar mengajar semaksimal mungkin mulai dari merencanakan pembelajaran sampai menilai hasil belajar terkadang tidak mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Dalam proses 1174 ISBN: 978-602-1150-17-7 pembelajaran guru sering menemui masalah yaitu hasil belajar yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga guru berupaya untuk memperbaiki kinerja dengan cara memperbaiki pembelajarannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (Wardhani, 2005). Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS kelas II tentang bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa tingkat penguasaan secara klasikal siswa hanya 40%, hal tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan standar minimum yaitu 75%. Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti ingin meningkatkan prestasi siswa-siswinya melalui kegiatan perbaikan pembelajaran melalui metode diskusi kelompok, metode ini tidak hanya untuk menyampaikan informasi kepada para siswa, hal ini bertujuan untuk menyampaikan informasi antara lain terbentuknya kondisi yang menguntungkan bagi para siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Keterampilanketerampilan proses yang dapat dikembangkan melalui metode diskusi antara lain, keterampilan pengamatan, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menafsirkan. Dengan menggunakan metode diskusi, penelitian ini bertujuan untuk: (a)Mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan menyimpulkan pada diri siswa, (b)Mengembangkan sifat positif terhadap sekolah, Para guru dan bidang studi yang dipelajari,(c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self concept) yang lebih positif, (d)Meningkatkan pemahaman dan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat atau diskusi pada materi pembelajaran. Hasil perbaikan pembelajaran diharapkan akan sangat bermanfaat bagi pengelolaan pembelajaran, khususnya guru kelas II, yaitu penelitian tindakan kelas tentang peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak . Penelitian ini akan dapat bermanfaat untuk tambahan bekal pengalaman sebagai pedoman lebih lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada guru kelas II dan pengembangan lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapatnya bermanfaat dalam menambah khasanah keilmuannya, sehingga semakin luas wawasan kependidikan dan bertambah wawasan berfikir inovatif dan kreatif dalam pendidikan ke depan. Terutama dalam memperkaya bekal berimprovisasi dalam pembelajaran yang penuh kreatif yang pada akhirnya akan mengembangkan dalam pembelajaran lebih lanjut. Metode diskusi kelompok ini dapat memberi motivasi belajar yang lebih baik, lebih aktif dalam belajar serta memberikan pengalaman bagi siswa. Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran. METODE PENELITIAN Metode diskusi ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan , tugas, atau permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah satu metode yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar yang dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Kegiatan diskusi dapat dilaksanakan dalam kelompok kecil (3-7 peserta), kelompok sedang (8-12 peserta), kelompok besar (13-40 peserta) ataupun diskusi kelas.Diskusi pada kelompok kecil lebih efektif dibanding dengan kelompok besar dan kelas. Kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua atau moderator untuk mengatur pembicaraan cara mencapai target. Girlstrap dan martin (1975:15) mengemukakan bahwa metode diskusi merupakan suatu kegiatan sejauh orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat suatu topic atau maslaah untuk mencari jawaban berdasarkan semua fakta yang memungkinkan. 1175 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pemahaman Konsep menurut Rosser (dalam Dahar, 1989:80), konsep adalah suatu Abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan atau hubungan yang memiliki atribut yang sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman.Bell (1995) dalam Nono Sutarno (2007) memberikan batasan konsep dalam dua dimensi. Dimensi pertama menyatakan konsep sebagai kontruk mental dari seorang yang ditandai oleh satu atau lebih kata menyatakan konsep khusus.Dimensi kedua menyatakan konsep sebagai pengertian yang diterima secara social.Pendidikan di sekolah diarahkan untuk belajar konsep dan struktur pengetahuan yang saling berhubungan menjadi konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang terorganisir. Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian adalah SDN Songgokerto 01 Kecamatan Batu Kota Batu. Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini selama 2 siklus, yaitu pada tanggal 23 Maret 2016 (Siklus 1) dan 14 April 2016 (Siklus 2). Mata pelajaran yang diteliti adalah IPS dengan pokok bahasan Bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan masyarakat, Kelas II Semester II SDN Songgokerto 01 Tahun pelajaran 2015/2016.Jumlah siswa SDN Songgokerto 01 Kelas II berjumlah 29 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.Latar belakang ekonomi sebagian besar siswa berasal dari keluarga buruh atau petani, pendidikan orang tua pada umumnya hanya sebatas lulus Sekolah Dasar (SD) atau SMP, hal ini mengakibatkan orang tua menyerahkan sepenuhnya masalah pendidikan kepada guru (sekolah). Kegiatan merancangkan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: Planning (perencanaan), Acting (pelaksanaan), Observing (pengamatan), dan Reflecting (refleksi). Keempat fase tersebut merupakan satu siklus dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang digambarkan dengan menggunakan spiral seperti gambar 1.1 Rencana Refleksi Perbaikan Rencana Tindakan/Observasi Refleksi Tindakan/Observasi Perbaikan Rencana Gambar 1.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Model Hopkins Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa Pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas ini dapat akan terus berputar dan berlanjut hingga tujuan penelitian tercapai.Adapun penjelasan tahapannya sebagai berikut: 1176 ISBN: 978-602-1150-17-7 Perencanaan:Menyusun dan menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran, Menyiapkan gambar bentuk-bentuk kerjasama, Menyusun instrument observasi, Menyusun instrument penelitian. Pelaksanaan: Tahap ini merupakan implementasi yang ada dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, yang terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan int pembelajarani,dan kegiatan akhir pembelajaran. Pengamatan : Hal yang diamati oleh peneliti saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung antara lain: Pemahaman siswa tentang mendeskripsikan contoh bentuk kerjasama, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas. Refleksi : Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai harapan peneliti.Penjelasan pelaksanaan siklus 2 sama dengan siklus 1, namun terdapat penekanan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus 1 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah pembelajaran pada siswa kelas 2, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah tersebut dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan kopetensi dasar dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti mengembangkan metode dalam pembelajaran yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Peneliti Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat dan menunjukkannya pada siswa, Peneliti Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara kelompok maupun lembar kerja individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di isi oleh observer, Menyusun lembar evaluasi sebagai bahan untuk mengamati ketercapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan juga digunakan sebagai data. Pelaksanaan Tahap ini di laksanakan pada hari kamis, 23 Maret 2016 di SDN SONGGOKERTO 01. Guru mengawali pembelajaran dengan berdo‟a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa masing-masing, guru mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di laksanakan dan tujuan pembelajaran pada materi. Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong royong”, Guru menanyakan kegiatan apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau tetangga di lingkungan rumah, Guru menjelaskan dan memberikan contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan rumah dan masyarakat,guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri dari putra dan putri, dan nama kelompok terdiri dari nama contoh-contoh bentuk kerjasama. Kemudian guru memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, untuk di diskusikan bersama kelompoknya masing-masing. Seperti tampak pada gambar.1. 1177 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Gambar 1. siswa berdiskusi kelompok Pada gambar.1. Kelompok “Kerja bakti membantu tetangga hajatan” melaksanakan diskusi . Diskusi dilakukan sesuai dengan pembagian tugas tiap anggota kelompok, dan tiap anggota saling membantu dan saling bertukar pendapat, dan hasilnya dapat di tulis dalam lembar kerja yang sudah disediakan. Tampak pada gambar terdapat salah satu anggota kelompok yang asyik bermain alat tulisnya sendiri, sedangkan anggota yang lain serius mengerjakan tugasnya. Siswa yang kurang serius tadi perlu di beri motivasi oleh guru agar paham terhadap tugas dan tanggung jawabnya, seperti pada gambar .2. Gambar.2. Guru mengamati dan membimbing kegiatan diskusi tiap kelompok gambar.2. Dengan bimbingan guru siswa tampak aktif melaksanakan diskusi, mengumpulkan informasi dan saling bertukar pendapat untuk memecahkan masalah bersama kelompoknya. Selanjutnya siswa menuliskan hasil diskusinya di lembar kerja siswa, setelah selasai tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, seperti gambar.3. Gambar.3. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok Pada gambar.3. Tiap kelompok mepresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk melatih keberanian bicara di depan teman-temannya, tiap kelompok juga mendapat 1178 ISBN: 978-602-1150-17-7 kritikan, saran karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok lain. Kemudian guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi kerjasama berdasarkan diskusi, guru memberikan tes individu untuk mengukur keberhasilan belajar siswa, guru melakukan penilaian dan refleksi, kemudian merencanakan kegiatan tindak lanjut. Sebagai penutup guru bersama siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan masing-masing. Pengamatan Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa. Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakkan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas, pengamatan terhadap model pembelajaran diskusi kelompok antara lain mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan mencari solusi pemecahannya. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 telah dicapai siswa sesuai tujuan pembelajaran. pada siklus 1 sudah ada peningkatan dengan nilai rata-rata 60,1. Namun dengan nilai rata-rata itu masih dirasakan bagi peneliti belum memuaskan karena masih ada beberapa siswa yang nilaianya dibawah KKM. Jumlah siswa dalam kelas yang mampu menyerap hanya sekitar 13 anak dari 29 siswa.Peneliti menganalisis data pada siklus 1 dengan berdiskusi bersama teman sejawat dan observer untuk mencari kelebihan dan kekurangan pada siklus 1 sehingga menjadi acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Siklus 2 Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti melaksanakan proses identifikasi masalah pembelajaran pada siklus 1, khususnya mata pelajaran IPS, Mencari solusi dari masalah tersebut dengan cara bermusyawarah dengan teman sejawat, Menyusun dan mengembangkan kopetensi dasar dan menentukan indikator, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran terutama pada proses pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan (masyarakat) yang tertuang dalam RPP. Peneliti mengembangkan metode dalam pembelajaran yaitu dengan diskusi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Peneliti Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan tetangga dan masyarakat yang akan di tempel di papan tulis untuk di amati siswa, Peneliti Menyusun lembar kerja siswa baik itu lembar kerja secara kelompok maupun lembar kerja individu. Selanjutnya menyusun instrument observasi yang akan di isi oleh observer, dan menyusun lembar evaluasi. Pelaksanaan Siklus ke 2 dilaksanakan pada minggu ke 2 bulan april 2016. Guru mengawali pembelajaran dengan berdo‟a sesuai dengan agama dan keyakinan siswa masing-masing, guru mengecek kehadiran siswa,guru menjelaskan kegiatan yang akan di laksanakan dan tujuan pembelajaran pada materi.Siswa diajak menyanyi lagu “Gotong royong”, Guru menanyakan kegiatan apa yang pernah dilakukan siswa bersama keluarga atau tetangga di lingkungan rumah, melalui media gambar yang di pajang di papan, guru menjelaskan materi dan memberikan contoh bentuk-bentuk kerjasama di lingkungan rumah dan masyarakat, siswa di suruh mengamati gambar, guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri dari putra dan putri, kemudian memberikan lembar kerja pada tiap kelompok, setiap kelompok mendiskusikan 1179 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur lembar kerja. Bersama anggota kelompoknya saling membantu untuk mengerjakan tugas kelompok. Guru berkeliling mengamati kegiatan tiap kelompok. Perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan memajang hasilnya di papan. Aktifitas siswa memajang hasil lembar kerja hasil diskusi seperti gambar.4. di bawah ini. Gambar 4. Memajang hasil diskusi guru memberikan reward bagi kelompok yang terbaik dan kelompok yang masih kurang baik guru memberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar, guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah di pelajari, guru memberikan tes individu untuk mengukur pemahaman belajar siswa ( gambar.5.) Gambar .5. Tes individu Pada gambar.5. guru memberikan tes individu kepada tiap siswa untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi kerjasama yang sudah dipelajari, tes dilakukan dengan waktu 15 menit kenudian di kumpulkan untuk di nilai oleh guru. Rangkuman penilaian tes individu pada siklus 2 dari 29 siswa adalah : Dari analisis data semua tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat diketahui sebelum perbaikan pembelajaran nilai siswa sangat rendah dengan nilai 54,1 setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 nilai rata-rata meningkat menjadi 60,1 tetapi peneliti masih ingin nilai yang lebih baik lagi yang sesuai dengan harapan. Akhirnya peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dan dari siklus 2 ini diperoleh nilai jauh diatas standart dengan nilai rata-rata 80,1, maka peneliti segera menghentikan penelitiannya. Sebagai pemantapan materi guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa seperti yang tampak pada gambar.6. berikut ini Gambar 6. Guru Memberi PR 1180 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pengamatan Hal-hal yang diamati oleh peneliti yaitu saat proses kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung mulai dari perersiapan guru sampai penyampaian materi kepada siswa. Pengamatan terhadap siswa meliputi perilaku siswa,konsentrasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran, situasi dalam kelas, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, Kekompakan siswa dalam diskusi kelompok, Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas, pengamatan terhadap model pembelajaran diskusi kelompok antara lain mengamati kesulitan siswa dalam belajar dan mencari solusi pemecahannya. Refleksi Peningkatan hasil belajar mulai dari sebelum perbaikan, peningkatan pada siklus 1 dan perbaikan pada siklus 2 tidak lepas dari bantuan teman sejawat,observer dan expert selaku pembimbing, yang telah memberi arahan, bimbingan sehingga peneliti menggunakan metode diskusi serta memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat dan melatih keberanian, dengan demikian siswa lebih mudah untuk memahami materi yang diajarkan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran diskusi kelompok berbantuan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi bentuk-bentuk kerjasama siswa kelas II SDN Songgokerto 01 kota Batu. Peningkatan pemahaman siswa terlihat pada siklus 1 dengan rata-rata 60,1 dan dari siklus 2 dengan rata-rata 80,1. SARAN Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran hendaknya guru harus mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan menyenangkan agar siswa lebih tertarik sehingga pelajaran akan mudah diserap dan dipahami dengan baik dan yang lebih penting tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. DAFTAR RUJUKAN Girlstrap dan martin,(1975), Metide Pembelajaran. Boston: Allyn & Bacon Lorong, Jhonny dan Asy Ari, 2003. Tim Bina Karya guru, Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Kelas 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Mudjiono.(1986), Kapita Selekta Metode-metode Mengajar. Jakarta: Depdikbud. Sutarno, nano,(2007), Pengertian Pemahaman Konsep. Jakarta: Pustaka Jaya. Rosser.91989), Pemahaman Konsep. Boston: Allyn & Bacon. Tim Komunikatif, (2002), Siswa Terampil IPS.Solo: Pustaka Bengawan Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 57. Rosser, Pemahaman Konsep, (dalam dahar, 1989:80) Bell (1995), Batasan Konsep, ( Nono Sutarno, 2007) Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka. 1181 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN 018 MUARA KOMAM, PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAY) Muh.Arafa SDN 018 Muara Komam Paser [email protected] Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS yang masih rendah .rendahnya hasil pembelajaran tersebut ditandai oleh respon siswa dalam pembelajaran IPS Yang mengunanakan metode ceramah sangat rendah ,ada kecenderungan siswa ngantuk,jenuh,tidak memperhatikan,bahkan bermain sendiri tanpa memperhatikan guru menerangkan lagi.Oleh karena itu,suatu metode kreatif yang dapat mengatasi problem dalam pembelajaran tersebut yakni”Metode Bermain Peran”.Dipilihnya metode ini didasari oleh pertimbangan teoritis dan praktis.Secara teoritis menurut Vygostsky (1986) bermain peran mendukung awal mulanya muncul dua kemampuan penting,yaitu kemampuan memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda serta memahami dorongan hati dalam memnyusun tindakan yang diarahkan sendiri dengan sengaja dan fleksibel.Sedangkan secara praktis,dengan metode bermain peran siswa akan tampak seperti bermain-main.Hal ini akan membebaskan siswa dari tekanan,kejenuhan dalam pembelajaran.Dengan demikian bahwa bermain peran sangat sederhana tetapi hasilnya cukup efektif dan menyenangkan.Peningkatan keaktifan melalui metode bermain peran siswa kelas V SDN 018 Muara Komam melalui Penelitian Tindakan Kelas Berjudul Meningkatkan Aktifitas dan Hasil belajar siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Bermain Peran (Role Play). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran partisipasi dan hasil belajar siswa yang masih rendah dalam proses pembelajaran IPS pada materi” Jasa dan Peranan Tokoh di Sekitan Proklamasi Kemerdekaan di kelas VSDN 018 Muara Komam. Pemecahan rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas V SDN 018 Muara Komam adalah dengan penerapan metode bermain peran (role play). Metode bermain peran merupakan metode mengajar yang dilakukan dengan jalan pemeranan sebuah situasi dalam kehidupan manusia.Dalam pembelajaran IPS dengan sub materi menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi. dengan metode bermain peran, siswa akan memerankan sebagai tokoh-tokoh pejuang seperti Sukarno,Hatta,Akhmad Subardjo dan lain-lain. Metode pembelajaran ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, dimulai dari penyusunan silabus, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, penyusunan skenario bermain peran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus, Hasilnya dapat dilihat melalui formatif I dan formatif II dalam kegiatan pembelajaran melalui hasil angket dan respon siswa adalah sebagai berikut : faktanya hasil yang dicapai adalah 53,8% menjadi 81,9% setelah pembelajaran menggunakan metode bermain peran. Kata Kunci: Aktifitas,Hasil Belajar,Bermain Peran Pendidikan sangatlah penting bagi Bangsa yang ingin maju,sudah barang tentu harus mempersiapkan Sumber Daya Manusia untuk pembangunan.Pembangunan mengikuti arus perkembangan zaman bukan zaman mengikuti pembangunan.Perubahan ini tentu banyak persoalan-persoalan baru yang bisa muncul.Oleh karena itu,permasalahan-permasalahan harus segera diatasi agar mutu pendidikan berakhir pada hasil pendidikan yang diharpkan atau yang dicapai. 1182 ISBN: 978-602-1150-17-7 Guru sebagai pilar utama dalam menentukan hasil belajar dalam sebuah lembaga pendidikan.Dalam pengembangannya guru lebih berperan banyak dalam proses pembelajaran di dalam kelas.Peran Guru sebagai berikut: Pertama,guru sebagai implementasi dalam sebuah kurikulum Kedua , guru sebagai adaptasi kurikulum Ketiga,guru sebagai pengembang kurikulum Keempat, guru sebagai peneliti kurikulum.Dalam peran guru sebagai peneliti adalah sebagai bagian dari pada profesional guru yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kinerja guru itu sendiri. Peranan guru dikelas sangat besar dan penting bagi kaktifan dan keberhasilan seorang guru mengantarkan siswanya menuju keberhasilan.Namun fakta yang menyatakan bahwa masih banyak guru mengajar hanya skedar mengajar tidak membimbing siswa untuk menerapkan pelajaran yang diajarkannya. Dengan demikian sudah pasti nilai yang didapat oleh siswa tidaklah memuaskan. Pendidikan bermakna dapat diartikan sebagai pendidikan untuk memahami makna.Pemahaman makna ini penting karena pengetahuan yang tidak bermakna (meaningless knowledge) tidak ada gunanya dan hanya menjadi beban hidup.Sebaliknya pengetahuan yang bermakna(meaningful knowledge) merupakan sesuatu yang bersifat fungsional dan berguna bagi kehidupan menurut Buchari(2001).Pendidikan yang bermakna terjadi apabila proses pendidikan dilakukan secara mendasar,holistik,dan membumi. Pendidikan ini terjadi apabila guru dan siswa mempunyai keleluasaan untuk arah pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.Kebutuhan siswa itu mencakup tingkat perkembangan siswa dan faktor lingkungan tempat siswa itu berada. Menurut pendapat Dimyati dan Mujiono (2006) bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diadakan tes hasil belajar setiap akhir pembelajaran.Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Menurut Nana Sudjana(2006:12) bahwa hasil belajar kemampuan –kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamanbelajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional,menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besarnya membagi tiga ranah,yaitu ranah kognitif,afektif,dan psikmotorik.Ketiga ranah ini digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.Penilaian dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian yang berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas.Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif,afektif, dan psikomotorik.Aspek dilakukan melalui ulangan harian dan ujian.Asfek afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan sedang asfek psikomotorikdi lakukan melalui ujian praktikum atau unjuk rasa pada pembelajaran berlangsung (Depdikbud:2004:9-10). Menurut Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh setelah dilakukan aktifitas belajar. Menurut Mulyasa (2008) bahwa hasil belajar adalah merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi Derajat perubahan prilaku yang bersangkutan.Kompetensi yang harus dikuasai perlu dinyatakan sedemikian rupa agara dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Aktivitas siswa diartikan sebagai keaktifan dari suatu kegiatan . 1183 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Menurut Alwi(2001). Jadi aktivitas diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan didalam sekolah tetntang persoalan terhadap segala sesuatu selama proses belajar mengajar khususnya menanyakan sesuatu pada guru. Menurut Nasution(1986:92) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran setiap siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri.Perinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya,pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ketingkat perkembangan yang diharapkan.Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan kearah tujuan tertentu.Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran perlu ditekankan adanya aktivitas siswa baik secara fisik,mental ,intelektual maupun emosional.Didalam pembelajaran siswa dibina dikembangkan keaktifannya melalui tanya jawab,berfikir kritis,diberi kesempatan untuk mendapatkan untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam praktikum,pengamatan dan diskusi juga mempertanggungjawabkan segala hasil dari pekerjaan yang ditugaskan. Menurut Dierdrich sebagaiman dikutip Sardiman(1998:99-100) membuat daftar berbagai macam kegiatan siswa yaitu : a. Visual aktivities yang termasuk didalamnya adalah membaca,memperhatikan , demonstrasi,percobaan,pekerjaan orang lain. b. Oral activities seperti; bertanya,menanyakan,memberi sesuatu,mengeluarkan pendapat,mengadakan wawancara,diskusi dan interupsi. c. Listening activities,misalnya;mendengarkan,uraian,percakapan,,music dan pidato. d. Writing activities,misalnya; menulis cerita,karangan,laporan angket,dan menyalin. e. Drawing activities,misalnya menggambar,membuat grafik,peta,da, diagram. f. Motor activities ,misalnya melakukan percobaan,membuat konstruksi,model persepsi,bermain,berkebun,dan beternak. g. Mental activities misalnya;menganggap,mengingat,memecahkan soal, menganalisa, melihat dukungan, mengambil keputusan. h. Emosional activities,misalnya; menaruh minat merasa bosan,berani, tenang , gugup.Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang selalu memperhatikan pengembangan aspek kognitif,afektif,dan psikomotorik yang diwujudkan dalam beberapaaktivitas belajar.Ketiga aspek tersebut menyatu dalam suatu individu dan tampil dalam bentuk suatu kreativitas.Sedang pembinaan dan pengembangan kreativitas berarti mengaktipkan siswa dalam kegiatanbelajar mengajar.pada proses belaja,siswa tidak hanya menerima tetapi diharapkan untuk menemukan sendidri. Metode bermain peran ini terdiri dari dua kata yaitu: Bermain adalah sebuah aktivitas bermain murni mencari kesenangan tanpa mencari kemenangan (playing).Sebuah aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan ,namun ditandai dengan adanya kemenangan dan kekalahan disebut game.selanjutnya setiap aktivitas bermain selalu di dasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan,namun ditandai relaksasi dan menyenangkan disebut refreshing. Menurut Nana Sujana 2004:62) bahwa metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan lebih dari satu orang,hal ini bergantung dari apa yang diperankan.Role Playing adalah suatu tiruan yang bersipat drama yang diperankan oleh dua orang atau lebih tentang peranan yang berbeda-beda dalam keadaan tertentu. Menurut Slameto (1991) bahwa role playing adalahperanan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan tanpa dilakukan latihan,dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok.Kelebihan role playing adalah sebagai berikut: 1184 ISBN: 978-602-1150-17-7 1. Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuan dalam bekerjasama. 2. Siswa dapat mengambil keputusandan berekpresi secara utuh. 3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda. 4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui siswa pada waktu melakukan permainan. 5. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak. Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat mengganggu pelajaran yang lain maupun menunda materi lain yang akan disampaikan berikutnya. Peran atau role adalah cara seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu .Role playing suatu metode mengajar yang merupakan tindakan dilakukan secara sadar oleh sekelompok siswa dalam memperagakan secara singkat tentang materi pembelajaran dengan memerankan tokoh. Menurut Jill Hadfield (1986)strategi bermain peran (role playing) adalah suatu permainan gerak yang didalamnya terdapat tujuan,aturan,dan sekaligus melibatkan adanya unsure rasa senang.Dalam role playing siswa dikondisikan pada situasi tertentu diluar kelas,meskipun saat itu pembelajaran terjadi didalam kelas.Bermain peran adalah metode atau strategi pembelajaran yang termasuk kedalam kelompok model pembelajaran sosial (social models),Metode ini menekankan pada sipat sosial pembelajaran dan memandang bahwa perilaku koopratif dapat merangsang siswa baik secara sosial maupun intelektual.Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan metode bermain peran sangat menyenangkan siswa-siswi SDN 018 Muara Komam,dan nilai yang yang diperoleh sangat signifikan dimana siswa –siswi mendapat nilai 75 sampai dengan 80.jadi dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pada bidang study Ilmu PengetahuanSosial(IPS) melalui metode bermain peran di kelas V SDN 018 Muara Komam. Berdasarkan latar belakang pada penelitian Tindakan Kelas ini ,maka dapatlah rumusan masalah yakni bagaimana meningktakan Aktivitas dan Hasil Belajar mata pelajaran IPS melalui metode bermain peran pada SDN 018 Muara Komam. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menumbuhkan kreatifitas guru dan keaktifan siswa menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Tujuan khususnya adalah untuk mendeskripsikan penerapan penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 018 Muara Komam terhadap mata pelajaran IPS. METODE PENELITIAN 1185 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 11 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 018 Muara Komam pada tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus, yaitu siklus I pada tanggal 1 Pebruari 2016 dan siklus II pada tanggal 15 Pebruari 2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengikuti model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Planning, merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk melakukan perbaikan; Acting, apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan; Observing, mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa; dan Reflecting, merenungkan sekaligus mencari dan menemukan solusi. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua, dan seterusnya, sampai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan rangkaian kegiatan seperti yang terlihat pada bagan diatas tadi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada ceramah dan di lembar kerja siswa diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 45%. Kondisi awal yang demikian salah satu sebabnya adalah belum digunakannya metode yang efektif dalam pembelajaran IPS di kelas V Sehingga perlu adanya metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar Mata pelajaran IPS Kelas V SDN 018 Muara Komam. Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus 1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I Dari instrumen penilaian tugas individu berupa tes formatif pada akhir pertemuan tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi dengan menggunakan metode bermain peran diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel Tabel 1 hasil tugas individu tes formatif I Tes formatif Nomor Nama PG Uraian Hasilnya 1 Yanti Purnamasari 5 8 87 2 Dimas Ridhana 2 6 53 3 Dedi Setiawan 4 4 53 4 Agus Harianto 2 4 40 5 Ayu.Lorensa 2 6 53 6 Nina Norlita 2 4 40 7 Nayla Saputri 4 4 53 8 Akhmad Maulana 3 4 47 9 Ahmada Zam-Zami 2 6 53 10 Muh.Revo Revaldo 2 6 53 11 Sefty Auzia Amina 3 6 60 12 Jumlah 592 Rata-rata: jumlah skor siswa seluruhnya / Jumlah siswa Jadi 592/11=53,8 Berdasarkan tabel diatas bahwa tes formatif I dapat dilihat hasilnya,dari 11 orang anak yang tuntas hanya 6 orang saja berarti sekitar 54,5% mencapai nilai KKM yang ada di mata pelajaran IPS adalah 70.Oleh karena itu ada 5 anak yang belum tuntas atau sekitar 45% belum mencapai 1186 ISBN: 978-602-1150-17-7 kkm. Berdasarkan dari pada pengamatan terhadap proses berlangsungnya pembelajaran yang menggunankan metode bermain peran pada materi IPS yakni” Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi”. Adapun kegiatan siswa perlu perhatianmeliputi kehadiran,keaktifan,kerja sama,komunikasi,kejujuran dapat dilihat pada tabel diatas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode bermain peran cukup baik namaun masih perlu peningkatan. Ada pun lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Siklus I Hari /Tanggal : Kamis /11 pebruari 2016 Materi : Persiapan sampai detik-detik proklamasi Observer : Sapuani,S.PdI Tabel 1 Observasi aktivitas siswa NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Siswa Yanti P Dimas R Dedi S Agus H Ayu L Nina N Naila S Akh. Maulana Ahmada Z Muh.Revo R Sefty Auzia A Rata-rata % Keterangan: No Aspek 1 Kehadiran 2 Keaktifan 3 Kerja sama 4 Kejujuran 5 Berkomunikasi Aktifitas siswa yang dinilai 1 2 3 3 2 3 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 2 1 3 1 1 100% 45,5% 48,5% Skor 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 66,7% 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36,4% Kriteria Hadir tepat waktu Terlambat Tidak hadir Sering bertanya Pernah bertanya Tidak pernah bertanya Aktif dalam kelompok Kurang aktif dalam kelompok Tidak aktif dalam kelompok Jujur mengerjakan soal Kurang jujur mengerjakan soal Tidak jujur mengerjakan soal Cakap berkomunikasi Kurang cakap berkomunikasi Tidak cakap berkomunikasi 1187 skor 13 8 8 8 8 8 8 8 8 9 7 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Dari instrumen penilaian tugas individu berupa tes formatif pada akhir pertemuan tentang Tokoh-tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi dengan menggunakan metode bermain peran diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel serta lembar observasi siswa dibawah ini. Tabel 2 hasil tugas individu tes formatif II Tes formatif Nama Hasilnya PG Uraian Yanti Purnamasari 5 10 100 Dimas Ridhana 5 8 87 Dedi Setiawan 5 6 73 Agus Harianto 5 7 80 Ayu.Lorensa 5 8 87 Nina Norlita 5 8 87 Naila Saputri 5 7 80 Akhmad Maulana 4 7 73 Ahmada Zam Zami 5 8 87 Muh.Revo Revaldo 5 8 87 Sefty Auzia Amina 3 6 60 Jumlah 901 : jumlah skor siswa seluruhnya / Jumlah siswa Jadi 901/11= 81,9 Ada pun lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut: Siklus II Hari /Tanggal : Senin /15 pebruari 2016 Materi : tokoh penting dalalm proklamasi kemerdekaan Observer : Sapuani,S.PdI Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-rata Tabel 2 observasi aktifitas siswa NO Nama Siswa 1 Yanti P 2 Dimas R 3 Dedi S 4 Agus H 5 Ayu L 6 Nina N 7 Naila S 8 Akh. Maulana 9 Ahmada Z 10 Muh.Revo R 11 Sefty Auzia A 12 Rata-rata % Keterangan: No Aspek 1 Kehadiran Aktifitas Siswa Yang Dinilai 1 2 3 4 5 skor 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 100% 3 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 54,5% 14 13 11 10 10 10 10 10 10 13 9 Skor 3 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 50,5% 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 84,8% Kriteria Hadir tepat waktu Terlambat 1188 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 72,7% ISBN: 978-602-1150-17-7 2 Keaktifan 3 Kerja sama 4 Kejujuran 5 Berkomunikasi 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 Tidak hadir Sering bertanya Pernah bertanya Tidak pernah bertanya Aktif dalam kelompok Kurang aktif dalam kelompok Tidak aktif dalam kelompok Jujur mengerjakan soal Kurang jujur mengerjakan soal Tidak jujur mengerjakan soal Cakap berkomunikasi Kurang cakap berkomunikasi Tidak cakap berkomunikasi PEMBAHASAN Hasil siswa kelas V SDN 018 Muara Komam ,pada pelajaran IPS dengan metode bermain peran sebagai berikut: Yanti Purnamasari,Dimas Ridhana,Dedi Setiawan,Agus Harianto,Ayu Lorensa,Nina Norlita,Nayla Saputri,Akhmad Maulana,Ahmada Zam Zami,Muh.Revo Revaldo,Sefty Auzia Amina. Berturut-turut 87,53,53,40,53,40,53,47,53,53,dan 60.Nilai tertinggi pada siklus ini adalah Yanti Purnamasari dengan nilai 87,sedangkan nilai yang terendah Agus Harianto dengan nilai 40.Oleh karena itu ,ketuntasan KKM belum mencapai harapan yang ditentukan dapat dilihat dari tabel 1 dan 2 diatas.Hasil ketuntasan pada tabel 1 tes Individu formatif I,terterah hasil mencapai 53,4%. tuntas 9,10% berkisar 1 orang siswa mencapai KKM.Sementara 90,9% tidak mencapai tuntas ,terdapat 10 siswa belum mencapai KKM, Dari 11 orang siswa.Hasil dari pada tabel II terdapat tes individu formatif II yang mengalami peningkatan signifikan mencapai 90.9% tuntas,dengan jumlah siswa 10 orang dengan nilai masing-masing 100,87,73,80,87,87,80,73,87,87 dan 60 pada kali ini yang memperoleh nilai tertinggi adalah Yanti Purnamasari dengan nilai 100 sedang nilai terendah adalah sefty Auzia Amina dengan nilai 60.Begitu pula yang belum mencapai tuntas hanya 9,10% ,dengan jumlah siswa 1 orang.Atau denga kata lain ketuntasan pada tabel keII mencapai 81,9% maka dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran sangat signifikan peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas V SDN 018 Muara Komam. Melihat hasil dari siklus I dapat dikatagorikan cukup baik.Sedang siklus II dengan predikat sangat baik. Hal ini disebabkan dalam siklus IIsiswa lebih siap dalam bermain peran pada scenario pembelajaran yang telah ditentukan,juga kepercayaan diri dalam melakoni peran itu meningkat.Ada pun rekapan nilai pada siklus I dan II sebagai berikut: Tabel 3 rekapan nilai siswa kelas V siklus I dan II NO 1 2 3 4 5 6 7 Nama Yanti Puenamasari Dimas Ridhana Dedi Setiawan Agus Harianto Ayu Lorensa Nina Norlita Naila Saputri KKM 70 70 70 70 70 70 70 I 87 53 53 40 53 40 53 1189 II 100 87 73 80 87 87 80 Keterangan Terlampaui Terlampaui Terlampaui Terlampaui Terlampaui Terlampaui Terlampaui Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur 8 9 10 11 Akhmad Maulana 70 47 73 Terlampaui Ahmada Zam Zami 70 53 87 Terlampaui Muh.Revo Revaldo 70 53 87 Terlampaui Sefty Auzia Amina 70 60 60 Belum Tuntas Hasil respon siswa terhadap metode bermain peran pada pembelajaran IPS kelas V tentang “Jasa dan peran tokoh-tokoh disekitar proklamasi kemerdekaan”. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Respon Siswa terhadap Penerapan Metode Bermain Peran dalam pembelajaran Jasa dan Tokoh-tokoh disekitar proklamasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pernyataan Saya merasa puas adanya pembelajaran bermain peran Model pembelajaran bermain peran dapat menghilangkan rasa bosan saat proses kegiatan belajar mengajar Dalam pembelajaaran bermain peran motivasi saya untuk belajar semakin meningkat Model pembelajaran bermain peran membuat saya semangat untuk mempelajari IPS di rumah SS 8 S 3 TS STS Jumlah 11 9 2 8 1 1 11 7 2 2 11 11 Model bermain peran membuat saya 10 lebih aktif dalam pembelajaran Dengan model bermain peran saya 9 menjadi sering bekerjasama dengan teman dalam pembelajaran Saya setuju model pembelajaran 10 bermain peran sangat cocok diterapkan Pada pelajaran IPS 1 11 2 11 1 11 Dengan model pembelajaran bermain peran membuat saya bersungguh- sungguh mempelajari mata pelajaran IPS Saya setuju model pembelajaran bermain peran diterapkan pada materi pelajaran lain Saya setuju bahwa model pembelajaran bermain peran adalah model yang efektif dan inovatif Dengan model pembelajaran bermain peran saya lebih mudah memahami mata pelajaran IPS 9 1 1 8 1 1 10 1 11 9 2 11 1190 11 1 11 ISBN: 978-602-1150-17-7 12 Saya yakin model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar saya 13 Dengan model bermain peran siswa menjadi lebih banyak bertanya tentang jasa dan peran Tokoh-tokoh proklamasi kemerdekaan 14 Dengan model bermain peran siswa dapat berbagi pengetahuan dengan teman pada saat pembelajaran berlangsung 15 Model pembelajaran bermain peran lebih menarik dibandingkan metode ceramah. Jumlah Persentase 10 1 11 9 1 10 1 9 1 135 82,30 21 7 1 164 12,80 4,30 0,60 100 1 11 11 1 11 Keterangan pilihan jawaban: 1. = Sangat setuju 2. = Setuju 3. = Kurang setuju 4. = Tidak setuju 5. = Sangat tidak setuju Hasil angket pada Tabel 4 di atas menggambarkan bahwa dari 11 siswa, sebanyak 82,30% menyatakan sangat setuju dan sebanyak 12,80% menyatakan setuju bahwa metode bermain peran dapat diterapkan pada pembelajaran IPS. Karena dengan metode bermain peran lebih menarik, dapat berbagi pengetahuan dengan teman, lebih mudah memahami materi, dapat meningkatkan hasil belajar, salah satu model pembelajaran yang inovatif, dapat menghilangkan rasa bosan, motivasi belajar meningkat, dapat berkerja sama dan tukar pikiran, sehingga mereka puas dengan metode bermain peran. Adapun sebanyak 4,30% yang menyatakan tidak setuju dan 0,60% yang menyatakan sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran dapat tanggapan positif dari siswa sehingga dapat dijadikan salah satu altenatif metode pembelajaran pada materi pembelajaran IPS. KESIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar siswa kelas V SDN 018 Muara Komam. 2. Keaktifan siswa signifikan peningkatannya selama pembelajaran berlangsung melalui metode “Bermain Peran”. 3. Hasil belajar siswa sangat meningkat dibuktikan dengan tingkat pencapaian ketuntasan begitu tinggi. 4. Pencapaian KKM pada siklus I sebanyak 53,8% sedangkan pada siklus II peningkatan pencapaian KKMnya tinggi sebasar 81,9%. 1191 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur SARAN 1. Bagi peneliti Sendiri,semoga dapat meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk meneliti sesuai dengan permasalahan yang ada. 2. Mamfaat bagi Sekolah ,diharapkan adanya peningkatan administrasi guru pada kegiatan belajar mengajar yang lebih lengkap. 2. Mamfaat bagi Guru,semoga dapat meningkatkan kompetensinya,serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggungjawab terhadap pelaksanaan tugasnya serta mampu berkreativitas yang lebih. 3. Mamfaat bagi Siswa diharapkan dapat lebih percaya diri didalam mengikuti pembelajaran sehingga mencapai target yang diinginkan.Serta adanya kesiapan belajar,keseriusan keingintahuan, dan semangat belajar tinggi terhadap pelajaran. DAFTAR PUSTAKA Alwi (2001). Pengertian Aktivitas Belajar siswa diakses 11 pebruari 2016 di Penelitian Tindakan Kelas (PTS) yang bejudul meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas X4 SMAN 1 KUARO pada materi ikatan kimia dengan menggunakan metode Role Play,Tahun 2013. Anamulyana(2012) Hasil-hasil belajar dan factor belajar diakses tanggal 3 maret 2016 di Http://anamulyana.blogspot.co.id/2012. Dimyati danMujianono (2006). Defenisi Hasil Belajar menurut para ahli diakses pada tanggal 11 pebruari 2016 di Https://himitsuqalbu.wordpress.com Giono(2013). Penelitian Tindakan Kelas (PTS) dengan judul meningkatkan HasilBelajar siswa kelas X4 SMANegeri 1 Kuaro dengan materi Ikatan kimia menggunakan metode Role Play. JamarahdanZen (2006). Definisi Hasil Belajar menurut para ahli diakses pada tanggal 11 pebruari 2016 di Https://himitsuqalbu.wordpress.com Mardhiyyah (2010) Metode role play dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia,diakses pada tanggal 29 pebruari 2016 di novemdejavu.blogspot.com.id Nana Sujana (2004:62) bahwa metode role playing di akses pada tanggal 29 pebruari 2016 di novemdejavu.blohspot.com.id Selameto (1991) bahwa role playing adalahperanan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan tanpa dilakukan latihan diakses pada tanggal 29 pebruari 2016 di novemdejavu.blogspot.com.id 1192 ISBN: 978-602-1150-17-7 MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN PESANGGRAHAN 02 BATU MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATERI AKTIVITAS EKONOMI Nur Habibi Kholis SDN Pesanggrahan 02 [email protected] Abstrak : penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di kelas 4 SDN Pesanggrahan 02 Batu semester 2 dengan menggunakan model belajar examples non examples. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus melalui 4 tahapan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media, menyusun lembar kerja siswa, dan menyiapkan lembar observasi siswa. Model belajar examples non examples dilakukan dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok dilanjutkan dengan memberikan gambar-gambar yang relevan dengan materi dengan didukung oleh lembar kerja kelompok yang diawali dengan penjelasan dari guru. Kata kunci : meningkatkan pemahaman dengan examples non examples Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat. Bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Di dalam Ilmu Pengetahuan Sosial seorang siswa dituntut untuk memahami berbagai kegiatan ekonomi, berbagai gejala sosial yang ada di lingkungannya, dan juga masih banyak lagi materi-materi lain yang sangat luas. Seorang siswa diharapkan untuk menguasai setiap kompetensi yang diharapkan oleh pemerintah melalui acuan kurikulum yang ada. Teori belajar behaviouristik menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon, yaitu peoses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar. Stimulus dan Respon ini terdiri dari unsur dorongan, rangsangan, respon dan penguatan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pesanggrahan 02 kelas IV. Sekolah ini adalah sekolah yang terdapat di area gunung panderman yang menjadi salah satu destinasi wisata alam di kota Batu. Akan tetapi, walaupun menjadi daerah destinasi wisata, daerah ini masih tergolong daerah tang tertinggal, tertinggal dalam pembangunan sarana prasarananya maupun pengetahuan orang-orangnya. Hal ini yang mengakibatkan bahwa, bagi siswa aktivitas ekonomi yang mereka kenal hanya tani dan ternak itu saja. Oleh karena itu media gambar dan film-film aktivitas ekonomi di daerah lainnya dirasa perlu dan cocok dipraktekkan pada pokok bahasan tersebut. Dalam hal ini penulis telah melakukan pembelajaran IPS dalam kompetensi dasar Aktivitas Ekonomi berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi Lain di daerahnya. Disini diharapkan siswa mampu untuk memahami materi tersebut dan akhirnya selain siswa mendapatkan nilai yang baik, siswa juga telah mampu membedakan jenis kegiatan ekonomi dan potensi yang ada sesuai dengan jenis daerahnya masing-masing. Namun hasilnya, ternyata dengan melalui pembelajaran ini siswa menunjukkan hasil yang tidak seperti yang diharapkan. 1193 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Banyak nilai yang masih dibawah KKM yang ditentukan. Hanya beberapa siswa saja yang mendapatkan nilai diatas KKM. Selain itu banyak diantara mereka yang merasa tidak bisa memahami materi ini. Hal ini mengingat mereka tinggal di daerah pegunungan, sehingga yang mereka tahu adalah kegiatan ekonomi yang ada disekeliling mereka saja, untuk daerah lain mereka tidak mengetahui secara langsung. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan oleh penulis belum menjadi pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran adalah Pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap kegiatan (sintaks) keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan rangkaian kegiatan pembelaran yang dilakukan guru (almahdi syahza “model-model pembelajaran”: 2008). Maka dari itu penulis menentukan judul “Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Aktivitas Ekonomi Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam Dan Potensi Lain Di Daerahnya Melalui Model Examples Non Examples”. Karena dirasa dengan menggunakan model Examples non Examples anak-anak dapat lebih termotivasi untuk mengikuti dan secara berangsur-angsur memahami berbagai contoh kegiatan ekonomi dan potensi lain di daerahnya maupun daerah lain yang belum pernah mereka temui. Dalam hal ini pemahaman siswa dapat dilihat dari nilai yang mereka dapatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan diterapkannya model pembelajaran Examples non Examples diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Aktivitas Ekonomi berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi lain di daerahnya. Tentunya hal ini dibuktikan dengan bertambahnya motivasi belajar siswa, keaktifan siswa dalam pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu bagi peneliti (Guru) diharapkan guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran IPS khususnya dan pelajaran lain pada umumnya sehingga pembelajaran lebih efektif. Sedangkan bagi siswa diharapkan siswa dapat terpacu dan termotivasi pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran IPS selain itu siswa dapat memperoleh nilai yang sesuai dengan KKM yang telah ditentukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang direncanakan terdiri dari 2 siklus. Siklus I berlangsung selama 3 minggu dengan 3 kali pertemuan yaitu tanggal 1 Maret s/d 23 Maret 2016. Siklus II berlangsung antara tanggal 1 s/d 25 April 2016 selama 3 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester II SDN Pesanggrahan 02 yang berjumlah 22 orang terdiri dari 12 siswa putra dan 10 siswa putri, dengan lingkungan asal yang relatif sama, karena berada pada satu desa yang sama di daerah pegunungan kota Batu. Setiap pembelajaran dilaksanakan oleh guru peneliti dengan didampingi oleh 2 teman guru sejawat yang berperan sebagai pengamat kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tentunya guru-guru ini telah dibekali lembar pengamatan oleh guru peneliti. Penelitian ini dinyatakan berhasil dan sesuai dengan tujuan apabila dapat mencapai hasil belajar dengan nilai siswa diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada materi aktivitas ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam ditentukan KKMnya adalah 6,50 (enam koma lima nol). Data awal didapat guru dari nilai siswa pada pra siklus, didukung dengan adanya nilai pre test dan post test setiap siklus yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing dengan 4 tahapan, yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I Perencanaan, Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar 1194 ISBN: 978-602-1150-17-7 kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Pada tahap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran disusun Kompetensi Dasar yang dipilih dan pengembangan Indikator pembelajaran. Selanjutnya sebagai pendukung pembelajaran maka dikembangkan pula media pembelajaran beserta lembarkerja siswa yang digunakan sebagai pedoman belajar siswa dengan dilengkapi juga lembar observasi siswa sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan, tahapan ini adalah bentuk pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini meliputi kegiatan awal seperti presensi kehadiran dan appersepsi berupa lagu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang didalamnya guru menampilkan contoh gambar-gambar, sedangkan siswa menganalisa bersama dengan kelompoknya. Berikutnya siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas, sedangkan kelompok lain menambah dan memberi tambahan. Dan terakhir guru memberikan post test berupa tanya jawab dan soal tertulis. Kegiatan ini ditutup dengan menyimpulkan bersama-sama siswa dan guru juga refleksi atas kegiatan pembelajaran yag telah dilakukan. Pengamatan, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan. Guru peneliti dibantu oleh guru-guru dari satu sekolah atau dari sekolah lain, dalam hal ini guru observer berasal dari guru tertunjuk yang berasal dari satu sekolah peneliti, karena dirasa lebih efektif dan fleksibel. Guru-guru tersebut berperan mengamati semua kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bagaimana antusiasme anak, bagaimana keaktifan anak, bagaimana semangat belajar anak dan hal-hal lain yang perlu untuk dijadikan bahan penelitian guru peneliti. Tentunya pengamatan ini dibantu dengan instrumen pengamatan yang telah disiapkan oleh guru peneliti. Refleksi, tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dan pengamatan observer selesai. Pada tahap ini guru peneliti menyampaikan kesan pesannya tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan didepan semua guru observer dan satu guru yang berperan sebagai moderator refleksi. Setelah peneliti selesai, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan dari guru observer atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru peneliti. Dari data-data yang terkumpul ini akan menjadi perbaikan pembelajaran pada siklus II. Siklus II Perencanaan, Kegiatan ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Pada tahap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran disusun Kompetensi Dasar yang dipilih dan pengembangan Indikator pembelajaran. Selanjutnya sebagai pendukung pembelajaran maka dikembangkan pula media pembelajaran beserta lembarkerja siswa yang digunakan sebagai pedoman belajar siswa dengan dilengkapi juga lembar observasi siswa sebagai tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan, tahapan ini adalah bentuk pelaksanaan dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini meliputi kegiatan awal seperti presensi kehadiran dan appersepsi berupa lagu, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang didalamnya guru menampilkan contoh gambar-gambar, sedangkan siswa menganalisa bersama dengan kelompoknya. Berikutnya siswa menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas, sedangkan kelompok lain menambah dan memberi tambahan. Dan terakhir guru memberikan 1195 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur post test berupa tanya jawab dan soal tertulis. Kegiatan ini ditutup dengan menyimpulkan bersama-sama siswa dan guru juga refleksi atas kegiatan pembelajaran yag telah dilakukan. Pengamatan, tahapan ini dilaksanakan bersamaan dengan proses pelaksanaan. Guru peneliti dibantu oleh guru-guru dari satu sekolah atau dari sekolah lain, dalam hal ini guru observer berasal dari guru tertunjuk yang berasal dari satu sekolah peneliti, karena dirasa lebih efektif dan fleksibel. Guru-guru tersebut berperan mengamati semua kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bagaimana antusiasme anak, bagaimana keaktifan anak, bagaimana semangat belajar anak dan hal-hal lain yang perlu untuk dijadikan bahan penelitian guru peneliti. Tentunya pengamatan ini dibantu dengan instrumen pengamatan yang telah disiapkan oleh guru peneliti. Refleksi, tahap ini dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dan pengamatan observer selesai. Pada tahap ini guru peneliti menyampaikan kesan pesannya tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan didepan semua guru observer dan satu guru yang berperan sebagai moderator refleksi. Setelah peneliti selesai, dilanjutkan dengan penyampaian hasil pengamatan dari guru observer atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Kegiatan ini dilakukan dalam 4 tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) diawali dengan menentukan Kompetensi Dasar, dan indikatonya. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan yang berupa kegiatan awal, inti, dan penutup. Setelah RPP telah tersusun dengan baik, selanjutnya dilakukan pengembangan media yang akan digunakan pada pembelajaran. Karena model belajar yang dipakai pada penelitian ini adalah examples non examples, maka peneliti menyiapkan media yang berupa contoh beberapa gambar kegiatan ekonomi dicetak warna yang nantinya akan ditempelkan di papan tulis. Selain itu peneliti juga menyiapkan gambar-gambar lain yang nantinya akan ditampilkan menggunakan LCD Proyektor. Pada pertemuan kedua ditambah dengan disiapkannya film tentang berbagai sumber daya alam yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyrakat. Film ini disiapkan dalam rangka menyikapi rasa bosan siswa jika hanya melihat dan mengamati gambar. Tahap berikutnya yang juga sangat penting, peneliti menyusun sebuah lembar kerja siswa, baik itu lembar kerja kelompok maupun lembar kerja individu. Lembar kerja kelompok berisi gambar-gambar yang harus diamati siswa dengan anggota kelompoknya. Siswa mendiskripsikan gambar mulai dari apa maksud gambar, tempatnya dimana, menghasilkan apa, atau dimanfaatkan untuk apa. Sementara itu, dari lembar kerja individu siswa menghubungkan antara kegiatan ekonomi dan tempat yang sesuai dengan kegiatan ekonomi tersebut. Kegiatan terakhir dalam tahap perencanaan berikutnya adalah dengan menyusun lembar observasi siswa. Lembar observasi ini selain dibawa oleh guru peneliti juga dibawa oleh guru dari teman sejawat selaku observer. Lembar observasi ini berisi tentang hasil observasi tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tentu saja ditunjang dengan deskripsi singkat tentang kegiatan siswa, sekaligus apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing siswa yang perlu lebih diperhatikan oleh guru. Hal ini penting sekali karena berkaitan dengan tindak lanjut berikutnya yang harus dilakukan pada siklus II. 1196 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini berlangsung selama 2 pertemuan, pertemuan pertama berlangsung tanggal 3 maret 2016, sedangkan pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 10 maret 2016. Pada pertemuan pertama pembelajaran diawali dengan presensi siswa dan dilanjutkan dengan siswa dan guru menyanyikan lagu menanam jagung. Dalam hal ini siswa benar-benar menunjukkan semangat belajarn yang tinggi, siswa benar-benar termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilakukan. Setelah itu guru memberikan pertanyaan sebagai apersepsi berkaitan dengan materi sumber daya alam. Pertanyaan tersebut meliputi, apakah kalian sudah sarapan sebelum berangkat ke sekolah? makan apa? dapat dari mana makanan tersebut? Pertanyaan pertanyaan ini ternyata mampu menggugah pemahaman awal siswa tentang aktivitas ekonomi. Kegiatan inti diawali dengan membagi siswa dalam 5 kelompok kecil. Karena semua siswa berjumlah 22 siswa, maka kelompok 1 dan 2 berjumlah 5 anak, sedangkan kelompok 3-5 berjumlah 4 anak. Berikutnya guru mulai menempelkan gambar-gambar beberapa contoh kegiatan ekonomi dilingkungan siswa, kegiatan ini ditunjukkan pada Gambar 1 Gambar 1. Siswa mengamati gambar yang ditempelkan Tampak pada Gambar 1, selain siswa memperhatikan gambar yang ditempelkan guru, siswa juga mengamati gambar pada lembar kerja kelompok yang sama dengan gambar yang ditempel di depan kelas. Dalam hal ini guru memberikan petunjuk pada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing berkaitan dengan mencari kegiatan apa pada gambar, biasanya terjadi dimana, dan apa hasilnya. Kegiatan diskusi siswa terlihat pada Gambar 2 Gambar 2. Siswa menganalisa gambar pada Lembar Kerja Kelompok Dapat dilihat melalui gambar 2 bahwa siswa sangat antusias untuk berdiskusi dengan kelompoknya terkait gambar yang ditempelkan oleh guru di depan kelas. Dalam hal ini siswa menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan gambar. Selama proses ini siswa banyak dibimbing oleh guru terkait dengan apa yang ada pada gambar, dimana tempat terjadinya 1197 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur gambar, dan apa yang dihasilkan pada gambar. Untuk lebih jelasnya perhatikan psroses analisa tersebut melalui Gambar 3. Gambar 3. Suasana diskusi kelompok Berikutnya dilanjutkan dengan perwakilan dari masing-masing kelompok membacakan hasil analisanya didepan kelas, sementara itu kelompok yang lain banyak yang bertanya untuk menyanggah maupun menambahi hasil analisa kelompok lain. Gambar 4. Perwakilan kelompok membacakan hasil dan kelompok lain memberikan tanggapan Pada kegiatan ini hampir semua siswa sangat aktif, meskipun ada beberapa yang masih terkesan malu-malu dan tidak percaya diri dengan hasil analisa kelompoknya. Setelah semua kelompok telah maju untuk menyampaikan hasil analisanya, guru memberikan penguatan dan pembetulan konsep atas apa yang telah disampaikan oleh siswa melalui kelompok-kelompok tersebut, siswa yang kurang jelas bertanya secara langsung kepada guru. Sementara itu pada pertemuan kedua kegiatan inti ditambah dengan adanya penayangan film tentang aktivitas ekonomi yang ada di daerah-daerah lain. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab guru dan siswa tentang materi yang telah dipelajari sebagai post test kemampuan siswa. Post tes ini diberikan untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan. Dari kegiatan post test, dari 22 siswa diperoleh data bahwa sudah 17 siswa memperoreh nilai diatas KKM (Tuntas), sedangkan 5 siswa masih memperoleh nilai dibawah KKM (Belum tuntas). Dengan rentang nilai terendah 60 dan tertinggi 5. Sementara itu dari rata-rata kelas didapatkan rata-rata 70,4 yang sebelumnya di pra siklus hanya sebesar 60,6. Dalam hal ini bisa kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil nilai siswa pada siklus I ini. Melalui model pembelajaran examples non examples siswa lebih senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Ditandai juga dengan adanya siswa yang pada pertemuan pertama kurang memahami materi menjadi lebih paham materi yang dipelajarinya. Berikut ini perbandingan rata-rata siswa pra siklus dan pada siklus I Tabel 1. Rerata siklus I Rata-rata kelas Pra Siklus Siklus I 60,6 70,4 Keterangan Naik 1198 ISBN: 978-602-1150-17-7 Dapat dilihat pada Tabel 1 terjadi kenaikan dimana pada pra siklus nilai rata-rata 60,6 sedangkan setelah siklus I rata-rata menjadi 70,4. Hal ini disebabkan karena pada siklus I peneliti telah menggunakan examples non examples, yang didalamnya menampilkan gambar dan berbagai video yang bermacam-macam. sehingga hal ini meningkatkan keaktifan dan antusiasme siswa. Siswa tahu secara langsung contoh setiap aktivitas ekonomi dan sumber daya alam yang ada. Akhirnya siswa mampu menyebutkan berbagai contoh kegiatan ekonomi dan sumber daya alam yang tidak ada pada tempat tinggalnya. Pengamatan Berdasarkan pengamatan yang dibantu oleh 2 orang guru selaku observer pada pembelajaran yang berlangsung pada pembelajaran yang pertama dengan penggunaan model pembelajaran examples non examples siswa sangat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dari awal pembelajaran yang diawali dengan nyanyi bersama, telah mampu menarik minat belajar siswa. Saat ditanya oleh guru tentang apersepsi juga menunjukkan bahwa anak sedikit telah mengetahui aktivitas ekonomi. Memasuki kegiatan inti siswa telah siap dan fokus mengikuti pembelajaran dengan kelompoknya masing-masing. Siswa secara otomatis bahu membahu untuk menganalisa gambar yang disajikan oleh guru. Namun masih didapati beberapa anak masih mengalami kesulitan untuk mengungkapkan pendapatnya melalui kerja kelompok. Hal ini didapati pada anak-anak yang memang masih membutuhkan perhatian khusus. Demikian halnya sewaktu siswa yang lain maju untuk membacakan hasil kerja kelompoknya, masih ada beberapa anak yang terkesan kurang perhatian dengan apa yang dibaca oleh temannya didepan kelas. Sedangkan pada pertemuan kedua siswa juga masih melakukan hal yang sama, namun ditambahi dengan ditampilkannya film dan gambar-gambar yang bermacam-macam melalui proyektor. Dari sini diperoleh hasil yang mengalami peningkatan dari pertemuan yang pertama, selain itu siswa juga lebih termotivasi dan lebih aktif daripada pertemuan pertama. Namun anakanak yang kemarin membutuhkan perhatian yang lebih masih juga didapati pada anak-anak tersebut, sama seperti pertemuan sebelumnya. Beberapa hasil pengamatan ini akan menjadi objek tindakan berikutnya di siklus II. Refleksi Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan adanya refleksi yang dilakukan oleh guru peneliti dan guru observer. Kegiatan ini dimulai dari guru yang berperan sebagai moderator membuka pembahasan dengan guru peneliti yang menyampaikan kesan pesan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah itu 2 orang guru observer memberikan beberapa tanggapan terkait pembelajaran yang dilakukan guru peneliti. Dari kegiatan ini diperoleh hasil bahwa pada dasarnya kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan efektif. Hampir semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan antusias dan penuh gairah. Dari awal kegiatan yang bermula dengan menyanyi bersama dan dilanjutkan dengan siswa yang dibagi menjadi kelompok kecil, siswa menunjukkan keaktifan yang lebih baik dari pada pembelajaran sebelum penelitian. Dengan bekerja kelompok, siswa mau untuk bekerja dengan temannya dan menyampaikan gagasannya pada temannya. Dengan bantuan gambar yang ditempel dan ditampilkan guru melalui proyektor, mampu menarik perhatian siswa. Siswa banyak menebak dan menganalisa gambar tersebut yang dihubungkan dengan pengetahuan dasar mereka, rata-rata analisa mereka tidak menemui kesulitan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa masih ada beberapa anak yang kurang percaya diri, beberapa siswa tidak berani memberikan gagasan mereka pada teman-teman kelompoknya. Saat ada kelompok lain yang membaca hasil kerja kelompoknya di depan kelas, anak-anak tersebut 1199 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur juga kurang perhatian terhadapnya. Tak jarang mereka hanya duduk diam dan tak berkata apaapa.. Selain itu menurut guru observer, waktu yang diggunakan untuk kegiatan ini, saat anakanak bekerja kelompok sampai menyampaikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, waktu yang dipakai kurang efektif, masih banyak waktu yang terbuang. Hal ini memang disebabkan bahwa saat kegiatan kerja kelompok ada satu gambar yang kurang bisa dipahami oleh anak. Sebabnya gambar tersebut terlalu luas dan kurang bisa dihubungkan dengan petunjuk kerja guru meliputi kegiatan apa pada gambar, biasanya terjadi dimana, dan apa hasilnya. Beberapa kekurangan ini akan ditindak lanjuti dan diperbaiki pada pembelajaran berikutnya di siklus II. Siklus II Perencanaan Seperti halnya kegiatan pada siklus I, kegiatan pada siklus II ini dilakukan dalam 4 tahapan kegiatan yaitu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan media pembelajaran, menyusun lembar kerja siswa, dan menyusun lembar observasi siswa. Kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dimulai dengan menganalisa hasil belajar pada siklus I. Dalam hal ini, penulis merencanakan pembelajaran sebagai perbaikan atas kekurangan dan masalah yang terjadi pada pembelajaran siklus I. Kompetensi dasar yang diajarkan masih tetap sama dengan pembelajaran siklus I, namun indikator pada siklus II ini dikembangkan dengan menambah indikator yang masih relevan dengan kompetensi dasarnya. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016, sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14 April 2016 . Setelah RPP tersusun dengan baik, langkah berikutnya dilanjutkan dengan mengembangkan media pembelajaran yang akan digunakan pada pembelajaran siklus II. Pada siklus I terdapat kekurangan pada media pembelajaran berupa media gambar yang beberapa diantaranya kurang bisa dimengerti oleh siswa, maka dalam siklus II ini disiapkan media gambar yang lebih jelas dengan makna gambar yang lebih mudah diinterprestasikan oleh siswa. Berikutnya setelah penentuan dan persiapan media pada pembelajaran siklus II, dilanjutkan dengan pembuatan lembar kerja siswa yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam hal ini peneliti membuat lembar kerja berupa lembar kerja kelompok dan lembar kerja individu. Tahapan terakhir dalam tahap perencanaan ini disempurnakan dengan disiapkannya lembar observasi oleh peneliti. Lembar observasi ini dibuat untuk menilai setiap aktivitas siswa didalam kelompoknya secara individu. Yang diamati dalam hal ini meliputi kerjasama, ketelitian, keberanian mengeluarkan pendapat, efektifitas kerja, serta hasil diskusi kelompoknya. 5 hal ini yang nantinya menjadi acuan penilaian selama proses pembelajaran siklus II berlangsung. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 8 April 2016 berlangsung selama 2x35 menit (2 jam pelajaran). seperti halnya pembelajaran yang lain, pertemuan pertama ini diawali dengan presensi kehadiran siswa dan penyiapan kondisi siswa. Siswa diajak bernyanyi bersama tentang lagu ibu pertiwi. Melalui lagu ini, peneliti menanyakan pengetahuan dasar siswa tentang makna sebenarnya dari lagu tersebut. Hal ini dilakukan sebagai kegiatan apersepsi pembelajaran. Memasuki kegiatan inti, siswa telah dibagi dalam beberapa kelompok kecil dengan pembentukan posisi tempat duduk yang juga dikelompokkan. Langkah selanjutnya, siswa memperhatikan papan yang berisi gambar yang ditempel oleh guru peneliti didepan kelas. Kemudian guru mulai membagikan lembar kerja 1200 ISBN: 978-602-1150-17-7 kelompok pada masing-masing kelompok. Setelah mendapatkan lembar kerja kelompok secara rata siswa mulai dengan memperhatikan setiap penjelasan langkah kerja pada lembar kerja A, didukung dengan upaya guru untuk menjelaskan setiap langkah tersebut secara lisan. Dengan dibatasi waktu yang ditentukan oleh guru, setiap kelompok mulai berdiskusi dengan selalu dipandu oleh guru. Selama kegiatan ini guru selalu berkeliling pada masing-masing kelompok. Tampak terlihat pada Gambar 5 Gambar 5. Siswa berdiskusi secara berkelompok Setelah kegiatan diskusi sesuai lembar kerja A, selanjutnya siswa mengamati video yang ditayangkan oleh guru. Dalah hal ini guru menayangkan beberapa video yang berbeda namun dengan tema yang sama. Dari video ini siswa diarahkan untuk melakukan lembar kerja B. Pada lembar kerja B ini siswa diarahkan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan merusak sumber daya alam dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka melestarikan sumber daya alam. Gambar 2. Siswa memperhatikan tayangan video Selama kegiatan ini guru selalu berkeliling untuk membantu setiap diskusi kelompok yang berlangsung. Setelah waktu yang ditentukan selesai, selanjutnya perwakilan dari masingmasing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. Sementara itu kelompok yang lain diminta untuk menanggapi hasil kerja kelompok temannya. Dalam hal ini guru berperan sebagai moderator. Gambar 3. Siswa menyampaikan hasil diskusinya Kegiatan inti pembelajaran tersebut ditutup dengan guru yang mengajak siswa untuk memajang hasil kerja kelompoknya ditempat yang telah disiapkan. Sementara itu pada pembelajaran pertemuan kedua, karena pertemuan ini sebagai penyempurna atas pertemuan pertama, guru masih menggunakan indikator yang sama. Maka 1201 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dari itu pada kegiatan inti, siswa diajak secara langsung mengamati secara langsung masalah masalah yang dapat merusak sumber daya alam dan apa upaya pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan. Berbeda pada pertemuan pertama yang menggunakan video sebagai medianya, dalam pertemuan pertama ini, siswa diajak keluar kelas untuk mengamati area lingkungan sekolah dan sekitarnya. Disini siswa dibekali dengan lembar kerja kelompok untuk memudahkan kegiatan pengamatan mereka. Diluar kelas siswa diajak melihat secara nyata apa kegiatan yang merusak sumber daya alam yang terjadi dilingkungannya. Tahap berikutnya siswa diarahkan untuk berfikir apa yang dapat dilakukan sebagai bentuk upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator kegiatan. Dalam waktu yang telah disepakati sebelumnya, siswa kembali kedalam kelas untuk menyampaikan hasil pengamatannya didepan kelas dengan dipandu oleh guru. Sementara siswa yang lain memberikan tanggapan pada hasil kerja kelompok lain. Setelah semua kegiatan terlaksana, pada pertemuan kedua siswa diberikan post test berupa soal yang harus dikerjakan secara individu. Akhirnya setelah kegiatan selesai siswa diajak untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari disertai kegiatan refleksi. Pada pertemuan pertama dan kedua ditutup dengan pemberian pekerjaan rumah berupa tugas untuk membaca bab berikutnya. Dari pertemuan pertama dan kedua pada siklus II didapatkan hasil post test siswa dengan data rata-rata sebagai berikut : Tabel 2. Rerata siklus II Rata-rata kelas Pra Siklus 60,6 Siklus I 70,4 Siklus II 77,2 Keterangan Naik Dari data diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil tes pemahaman siswa. Pada siklus II rerata nilai siswa naik menjadi 77,2. Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan pertama guru peneliti dibantu oleh 9 orang teman guru yang bertindak sebagai observer. Dari sini didapatkan bahwa pembelajaran diawali dengan kondusif, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme yang tinggi dari siswa. Ketika siswa diajak untuk bernyanyi ini menjadi permulaan kesiapan belajar siswa, tampak siswa sangat bersemangat. Di langkah kegiatan berikutnya, setelah siswa duduk secara berkelompok, siswa mulai ingin tahu atas apa yang akan dilakukan dengan teman sekelompoknya. Setelah gambar dipasang oleh guru, tampak siswa mulai menabak gambar-gambar yang dipajang. Ini menandakan bahwa siswa antusia mengikuti kegiatan pembelajaran yang mulai dilakukan. Setelah membaca dan mendengarkan langkah kerja pada lembar kerja yang dibagikan oleh guru, siswa mulai diskusi dengan aktif. Saat ada anak-anak yang kurang aktif, peneliti selalu berusaha membantu kesulitan mereka. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa benar-benar terbawa alur pembelajaran. Setelah mengamati media gambar selesai, siswa disuguhi dengan tayangan beberapa video yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perusakan sumber daya alam. Tampak siswa lebih antusias lagi dibandingkan dengan media gambar yang sebelum ini. Beberapa siswa mulai mengomentari tayangan video tersebut. Ini bukti bahwa siswa sangat menikmati tayangan video tersebut. Setelah video selesai, dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok untuk menentukan apa saja kegiatan yang merusak sumber daya alam sesuai dengan video, dan siswa 1202 ISBN: 978-602-1150-17-7 juga mulai menentukan apa contoh lain selain dari video. Tugas berikutnya, siswa berdiskusi dengan kelompoknya mengenai apa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini siswa menemukan beberapa kesulitan, namun guru secara sigap membantu setiap kesulitan tersebut. Pada pertemuan kedua, siswa lebih aktif lagi mengikuti kegiatan belajar, hal ini dikarenakan siswa dajak secara langsung mengamati gejalagejala dilingkungannya. Meskipun dengan canda tawa dan riuh mereka, ternyata siswa tetap dapat mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan dengan hasil kerja mereka yang dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Refleksi Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru peneliti dengan guru observer yang telah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran pada siklus II. Guru peneliti mengawali refleksi dengan mengungkapkan perasaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan skenario yang telah dibuat sebelumnya. Siswa juga telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sangat baik, meskipun ada beberapa diantara mereka kurang maksimal. Sementara itu menurut observer, secara garis besar pembelajaran telah berjalan sangat baik, observer melihat bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan media gambar dan video telah menarik minat belajar siswa. Siswa cenderung aktif dan berani memberikan pendapat atas setiap hasil diskusi kelompok lain. Namun, pada pertemuan pertama masih beberapa kekurangan yang masih bisa diperbaiki lagi paga pertemuan kedua. Masalah-masalah tersebut seperti, masih ditemukan beberapa siswa yang kurang peduli dengan diskusi yang seharusnya dilakukan. Beberapa siswa ada yang bermain sendiri dan acuh dengan tugas yang dihadapinya. Sebagian besar siswa memang sangat aktif berdiskusi, namun siswa yang kurang pandai cenderung tidak berani berpendapat. Ini karena siswa yang pintar cenderung menguasai diskusi dan lembar kerja yang diberikan guru. Hal ini yang menjadi bagian rencana perbaikan peneliti pada pembelajaran pertemuan kedua. Pertemuan kedua ini siswa sangat antusias belajar. Hal ini disebabkan siswa diajak untuk keluar kelas. Hal ini dilakukan agar siswa lebih antusias lagi belajar karena pertemuan pertama yang telah menggunakan gambar dan video sebagai media. Kali ini siswa mengamati contoh nyata masalah-masalah yang merusak sumber daya alam disekitar lingkungan sekolah. Siswa dengan dipandu lembar kerja mengamati setiap kegiatan dilingkungannya yang akan merusak sumber daya alam. Hal ini sangat efektif karena memang area sekolah yang ada didaereah pegunungan dengan latar belakang petani dan peternak. pada kegiatan ini, sebagai perbaikan atas pertemuan pertama, setiap anak yang kurang aktif didalam keleompoknya ditunjuk sebagai ketua kelompok. Hal ini ternyata mampu meningkatkan keaktifan mereka. Sementara anak-anak yang pintar menjadi penguat mereka. Setelah didalami secara detail dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan yang dilakukan peneliti mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II didapatkan peningkatan hasil belajar siswa. Pada pra siklus didapatkan rerata nilai 60,6. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mengerti materi yang sedang dipelajarinya, karena pada pra siklus itu peneliti tidak menggunakan model belajar yang sesuai. Berikutnya dilakukan kegiatan siklus I yang menunjukkan hasil belajar yang mengalami kenaikan yaitu rerata nilai 70,4. Kenaikan ini disebabkan penggunaan model belajar Examples non Examples dapat meningkatkan keaktifan siswa selama belajar, selain itu siswa melihat secara langsung contoh nyata berkaiatan dengan materi yang dipelajarinya. Sehingga secara tidak langsung meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Walaupun 1203 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur demikian penelitian harus dilanjutkan dengan siklus II. Tentu saja akhirnya pada siklus II terjadi peningkatan secara signifikan. Kali ini didapat rerata nilai 77,2. Naik sebesar 3,8 poin dibandingkan dengan siklus I dan naik 16,6 poin jika dibandingkan dengan pra siklus. Hal ini karena dengan penggonaan model belajar ini mampu meningkatkan keaktifan siswa, dan akhirnya memberikan dampak pisitif berupa kenaikan rerata hasil belajar siswa. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model belajar Examples non Examples dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa kelas IV tentang materi kegiatan ekonomi berkaitan dengan sumber daya alam di SDN Pesanggrahan 02 Kelas IV. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I maupun siklus II, dimana siklus I dengan rerata 70,4 dan naik pada siklus II dengan rerata 77,2. DAFTAR PUSTAKA Almasdi, Syahza. 2008. Model-model Pembelajaran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Triyanto, Agus. 2011. Teori-teori Belajar. Jurusan Psikologi Pendidikan bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 1204 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TYPE ONE STAY THREE STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SISWA KELAS IVB MI BUSTANUL ULUM BATU Wulida Khoirotul Ummah MI Bustanul Ulum Batu Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi Perkembangan Teknologi pada siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum melalui pembelajaran kooperatif One Stay Three Stay. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum yang terdiri dari 38 siswa, dengan perempuan 13 siswa dan laki-laki 25 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar secara bertahap yaitu pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 72,36 dengan persentase ketuntasan 71,05%. Sedangkan siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 78,68 dengan persentase ketuntasan 78,94%. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif One Stay Three Stray dapat meningkatkan hasil belajar materi perkembangan teknologi pada siswa kelas IV B MI Bustanul Ulum. Selain itu, penerapan pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Kata Kunci : One Stay Three Stray, Hasil Belajar, IPS, Perkembangan Teknologi Upaya untuk meningkatkan kualitas pada diri manusia telah dilakukan pemerintah melalui bidang pendidikan. Pendidikan bertujuan mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial (Sudjana, 2009:1). Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah merupakan salah satu kegiatan pokok dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Sekolah dan guru merupakan sarana penunjang keberhasilan siswa dalam proses perolehan ilmu pengetahuan dalam belajar serta diharapkan mencapai prestasi yang baik. Dalam belajar tersebut prestasi yang dicapai kadang mencapai prestasi yang telah ditetapkan (KKM yang telah ditentukan) tetapi kadang kurang dari KKM yang telah ditargetkan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan daya serap siswa berbeda-beda ada yang cepat, sedang dan ada yang lambat. Pembelajaran IPS merupakan pelajaran yang sering kali membuat siswa menjadi merasa bosan. Kebosanan itu bisa timbul disamping akibat dari kurang dipahaminya apa sebenarnya IPS, juga metodologi pembelajaran yang digunakan sering tidak menarik perhatian siswa. Bahkan guru sering kali tidak mempunyai acuan yang jelas, apalagi kreatifitas untuk menciptakan metode yang menarik untuk digunakan dalam mengajar. Kebosanan juga bisa timbul akibat materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat perkembangan dan konteks kehidupan siswa. Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melaksanakan pembelajaran menggunakan metode ceramah pada mata pelajaran IPS dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi. Ternyata siswa mengalami kesulitan belajar. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang memiliki rata-rata hanya 58,02 dan yang nilainya di atas KKM hanya 21% dari 38 siswa. 1205 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dengan adanya fakta diatas maka siswa dalam mengenal teknologi produksi hanya sebatas tahu tapi tidak dipahami yang mengakibatkan nilai IPS dalam kompetensi dasar ini di bawah KKM yang telah ditetapkan. Menurut perkembangan siswa usia sekolah dasar pada hakikatnya berada dalam tahap operasional konkrit, karena itu dalam pembelajaran IPS pun dibutuhkan pengalaman nyata yang dapat dilihat atau dirasakan oleh siswa. Untuk mengatasi permasalahan diatas dibutuhkan suatu model tertentu yang tepat atau sesuai agar pembelajaran betul-betul efektif, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai ( Agus Suprijono, 2015 : 112). Metode-metode pada model pembelajaran kooperatif itu bermacammacam, salah satunya metode two stay two stray. Struktur Two Stay Two Stray adalah memberi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Anita Lie, 2010 : 61). Metode ini dilakukan dengan cara bertamu antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Sebab dengan bertamu pada kelompok lain, dapat memupuk kerja sama antar siswa. Siswa dapat berdiskusi bersama-sama, memecahkan masalah secara bersama-sama, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Melihat kenyataan di atas maka penulis akan mencoba mengangkat permasalahan tersebut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, tapi dalam pelaksanaannya two stay two stray diganti dengan one stay three stay, yaitu satu siswa tinggal, tiga siswa bertamu. Tujuannya agar setiap anggota kelompok berperan aktif dalam pembelajaran ini. Satu siswa bertugas menerima tamu dan menyampaikan informasi tentang materi yang telah didiskusikan dalam kelompok, tiga siswa sebagai tamu yang bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi kemudian kembali ke kelompoknya sendiri untuk mempresentasikan kepada anggota kelompoknya. Latar belakang di atas mendorong penulis untuk mengambil fokus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul, “Penerapan Cooperative Learning Type One Stay Three Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Perkembangan Teknologi Siswa Kelas IV B MI Bustanul Ulum Batu” METODE Penelitian ini dilaksanakan di MI Bustanul Ulum Batu pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai bulan April. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVB MI Bustanul Ulum Batu dengan jumlah siswa 38 orang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas IV B MI Bustanul Ulum dan guru kelas IV B sebagai peneliti. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra peneliti yaitu guru kelas IV sebagai pengamat (observer) dalam pelaksanaan tindakan. Pengamat (observasi) terdiri dari tiga rekan guru yang dipilih oleh peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: observasi, tes, dan dokumen. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan peliti dalam penelitian ini adalah tes tulis untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Sedangkan dokumen digunakan untuk menggambarkan kejadian serta hasil nyata dari pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini berupa foto kegiatan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa. 1206 ISBN: 978-602-1150-17-7 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006 : 248). Langkah-langkah dalam kegiatan analisis data kualitatif yaitu: (1) melakukan pengolahan data yang telah terkumpul dan melakukan pengklasifikasian data, (2) melakukan penyajian data yaitu data yang terkumpul dan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, lalu dibandingkan dan dipadukan dengan berbagai informasi atau data yang diperoleh, (3) melakukan penyimpulan data, yaitu dilakuan penyimpulan akhir dari data-data yang telah dikumpulkan. Tujuan penggunaan teknik analisis data ini untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan cooperative learning type one stay three stray, serta (2) peningkatan hasil belajar perkembangan teknologi. Kegiatan analisis data diawali dengan kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi, tes, dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan peneliti untuk penarikan kesimpulan. Dari reduksi tersebut diperoleh data yaitu: (1) data hasil observasi dari para observer pada pembelajaran IPS dengan penerapan cooperative learning type one stay three stray dan (2) data hasil belajar pembelajaran IPS dengan penerapan cooperative learning type one stay three stray. Hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian tindakan. Selain itu hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan lanjutan, jika pemberian tindakan sebelumnya belum berhasil. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil belajar. Kualifikasi capaian hasil penelitian ditabulasi pada Tabel 1 Kualifikasi Capaian berikut ini (Arikunto, 2004 : 19): Tabel 1. Tabel Kualifikasi Capaian NO Skor Kualifikasi Nilai Nilai Huruf 1 2 3 4 5 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 - 39 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang baik A B C D E PTK ini dilakukan sebanyak 2 siklus; masing-masing siklus dilaksanakan 2 x pertemuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Desain penelitian yang akan digunakan mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Arikunto: 2006). Terdapat empat langkah penting dalam PTK yang meliputi perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi. Secara lebih terperinci uraian tahapan siklusnya sebagai berikut: Siklus I Perencanaan: tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran, mengembangkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, mengembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikatornya, menentukan metode yang sesuai dengan penelitian, mengembangkan media pembelajaran, mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan menyusun penilaian. Semua tahapan tersebut tertuang dalam RPP. Pelaksanaan: tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan yang sesuai dengan perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam 1207 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur kegiatan awal peneliti menyiapkan siswa untuk belajar, berdoa, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran inti, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode One Stay Three Stay. Dalam kegiatan penutup, peneliti memberikan evaluasi pembelajaran, melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung, dan berdoa. Pengamatan: pada tahap ini observasi dilakukan oleh 3 observer teman guru. Yang diamati adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berlangsung. Peneliti menyediakan lembar observasi berupa pertanyaan terbuka dan lembar observasi cek list. Refleksi : setelah kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Peneliti dan para observer melaksanakan refleksi pembelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pemebelajaran tersebut. Tahapannya adalah (1) guru model menyampaikan apa yang telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran; (2) para observer secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran; (3) guru model menanggapi dari hasil pengamatan dari para observer; (4) menyimpulkan dari hasil refleksi sebagai rekomendasi perbaikan pada siklus II. Siklus II Pada siklus II ini tahapannya sama dengan siklus I tetapi penekanannya untuk memperbaiki siklus I. Perencanaan: tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran yang berpedoman pada pembelajaran pada siklus I, kemudian membuat RPP perbaikan siklus I untuk dilakukan dalam siklus II. Peneliti juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah selanjutnya peneliti menyiapkan lembar observasi dan lembar evaluasi yang berupa tes tulis. Pelaksanaan: tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan tindakan yang sesuai dengan perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan awal peneliti menyiapkan siswa untuk belajar, berdoa, apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran inti, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode One Stay Three Stay. Dalam kegiatan penutup, peneliti memberikan evaluasi pembelajaran, melakukan refleksi selama pembelajaran berlangsung, dan berdoa. Pengamatan: pada tahap ini observasi dilakukan oleh 3 observer teman guru. Yang diamati adalah aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung berlangsung. Peneliti menyediakan lembar observasi berupa pertanyaan terbuka dan lembar observasi cek list. Refleksi : setelah kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan. Peneliti dan para observer melaksanakan refleksi pembelajaran untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pemebelajaran tersebut. Tahapannya adalah (1) guru model menyampaikan apa yang telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran; (2) para observer secara bergantian menyampaikan hasil pengamatan dalam kegiatan pembelajaran; (3) guru model menanggapi dari hasil pengamatan dari para observer; (4) menyimpulkan dari hasil refleksi sebagai rekomendasi perbaikan pada siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN hasil penelitian tindakan kelas di mi bustanul ulum untuk pelajaran IPS pada materi perkembangan teknologi dengan metode cooperative learning type one stay three stray. Pemaparannya sebagai berikut: Siklus I Penelitian siklus I telah dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga pada bulan Maret tahun 2016 dapat diperoleh data sebagai berikut: 1208 ISBN: 978-602-1150-17-7 Perencanaan Tahap perencanaan ini peneliti merancang perbaikan pembelajaran, mengembangkan kompetensi dasar menjadi beberapa indikator, mengembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan indikatornya menggunakan metode one stay three stray tentang materi teknologi produksi, mengembangkan media dan sumber belajar untuk pembelajaran berupa gambargambar yang sesuai materi yang diajarkan, mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun penilaian yang berupa tes produk dan tes tulis yang semua tahapan tersebut tertuang di dalam RPP. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi keaktifan siswa dan lembar catatan lapangan bagi observer. Pelaksanaan Kegiatan awal guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan tugas kepada satu siswa untuk menyiapkan dan berdoa. Apersepsi dengan memberikan motifasi kepada siswa agar bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan pertanyaan dasar tentang teknologi produksi. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi teknologi produksi. Kegiatan pembelajaran inti dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Tahap Eksplorasi, yang meliputi: (a) siswa bertanya jawab dengan guru tentang teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi (b) siswa dibagi menjadi 9 kelompok, dalam 1 kelompok terdiri 4 sampai 5 siswa heterogen (c) Setiap kelompok diberikan tema yang berbeda-beda. Teknologi produksi untuk 5 kelompok, Teknologi komunikasi untuk 3 kelompok, Teknologi transportasi untuk 1 kelompok (2) Tahap Elaborasi, yang meliputi: (a) secara berkelompok siswa membuat peta konsep sesuai tema yang diberikan oleh guru (b) siswa membuat peta konsep dengan menempelkan beberapa gambar teknologi dan menuliskan keterangan dari gambar teknologi tersebut yang sesuai dengan tema yang diberikan guru, seperti ada Gambar 1 Gambar 1. Siswa sedang membuat peta konsep dengan menempelkan gambar dan memberikan keterangan dari gamba-gambar tersebut (c) setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan siapa yang menerima tamu dan siapa yang bertamu (d) setiap kelompok melaksanakan tugasnya sesuai dengan diskusi pembagian tugas dalam kelompoknya, seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Siswa sedang bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi 1209 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur (e) setiap anggota kelompok kembali ke posisi semula (f) setiap kelompok mendiskusikan hasil yang diperoleh dari bertamu dan penerima tamu seperti yang terlihat pada Gambar 3 berikut Gambar 3. Siswa kembali ke kelompok asal dan mendiskusikan hasil dari bertamu (3) Tahap Konfirmasi, yang meliputi: (a) siswa diberi apresiasi atas tugas yang telah dikerjakan (b) siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami. Kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) bersama guru, siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang telah dilakukan (b) berdoa. Pada akhir kegiatan ini guru melakukan tes tulis kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes tulis berbentuk soal pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir yang sama dengan soal tes tulis pada saat pre test. Perbandingannya sebagai Tabel 2: Tabel 2. Perbandingan nilai antara pre test dan post test siklus I Jumlah siswa No Rentang Skor 85 – 100 1 70 – 84 2 55 – 69 3 40 – 54 4 0 - 39 5 Rata-rata nilai siswa Pre test 5 siswa 3 siswa 12 siswa 14 siswa 4 siswa 55,65 Nilai post test siklus I 13 siswa 12 siswa 4 siswa 6 siswa 3 siswa 72,36 Pada nilai pre test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85 - 100 ada 5 anak atau sebanyak 13,16% , siswa yang mendapatkan rentang skor antara 70 - 84 ada 3 siswa atau sebanyak 7,8%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 55 - 69 ada 12 siswa atau sebanyak 31,57%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 40 - 54 ada 14 siswa atau sebanyak 36,84% dan siswa yang mendapatkan rentang skor antara 0 - 39 ada 5 siswa atau sebanyak 10,52%. Pada nilai post test siklus I siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85 - 100 ada 13 siswa atau sebanyak 34,21% , siswa yang mendapatkan rentang skor antara 70 - 84 ada 12 siswa atau sebanyak 31,57%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 55 - 69 ada 4 siswa atau sebanyak 10,52%, siswa yang mendapatkan rentang skor antara 40 - 54 ada 6 siswa atau sebanyak 15,78%, dan siswa yang mendapatkan rentang skor antara 0 - 39 ada 3 siswa atau sebanyak 7,89% karena siswa-siswa tersebut sakit. Standar nilai KKM yang ditetapkan pada kompetensi dasar ini adalah 68. Berdasarkan data nilai siklus I di atas dapat kita lihat bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ada 1210 ISBN: 978-602-1150-17-7 27 siswa, jika dipersentasikan menjadi 71,05% dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 11 siswa, jika dipersentasikan menjadi 34,21%. Sebagian besar siswa mengalami kenaikan, tapi belum signifikan. Maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada siklus berikutnya. Untuk mengetahui permasalahan siswa yang nilainya dibawah KKM, maka perlu adanya observasi yang dilakukan oleh beberapa observer. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan dari tiga teman sejawat pada proses pembelajaran siklus 1 ditemukan beberapa hal, yaitu: (1) Siswa mulai konsentrasi belajar ketika guru memberikan media gambar berupa gambar orang menanam tanaman pada media air (2) Konsentrasi siswa semakin meningkat ketika siswa bertemu kelompoknya masing-masing dan guru memberikan gambar- gambar untuk ditempelkan dan diberi keterangan dari gambar-gambar tersebut. Namun ada beberapa siswa yang konsentrasinya berkurang karena sibuk bermain dengan gunting dan kertas lipatnya. Dari permasalahan yang terjadi, guru mengingatkan beberapa siswa yang bermain sendiri agar lebih berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan tersebut (3) Banyak siswa yang masih bingung dengan alur pembelajaran One Stay Three Stay. Dari permasalahan ini, guru memberikan penjelasan alur pembelajarannya (4) Kesulitan siswa dalam menulis keterangan gambar-gambar yang disediakan guru, karena siswa tidak terbiasa memberikan keterangan gambar menggunakan bahasanya sendiri. Dari permasalahan tersebut, guru memberikan bimbingan kepada siswa yang kesulitan dengan memberikan pertanyaan stimulus yang sesuai dengan gambar (5) Banyak siswa yang tidak memperhatikan temannya yang menjelaskan ketika metode One Stay Three Stay diterapkan, siswa-siswa yang bertamu sibuk dengan menulis hasil bertamu sesuai dengan peta konsep yang disajikan penerima tamu. Dari pemasalahan tersebut, guru memberikan pengarahan terhadap semua siswa yang bertamu untuk menulis hal-hal yang penting saja untuk ditulis dalam catatannya. Refleksi Dalam kegiatan pembelajaran tersebut guru merasa senang karena metode One Stay Three Stay merupakan metode yang belum pernah diterapkan sebelumnya dalam kegiatan pembelajaran, meskipun diawali dengan rasa ragu dan bingung. Siswa menjadi aktif semua baik yang kemampuan tinggi maupun yang berkemampuan rendah karena metode tersebut menuntut semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil diskusi dengan tiga observer, maka ada beberapa masukan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran tersebut, yaitu: (1) Kegiatan pembuka jangan terlalu lama yang membuat siswa menjadi bosan (2) Siswa yang betugas untuk bertamu sebaiknya hanya mencatat hal-hal yang penting saja, agar waktunya tidak terlalu lama (3) Sebaiknya disetiap sesi bertamu diberi waktu yang konsisten agar waktunya sesuai dengan yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil belajar yang dilakukan pada siklus I diperoleh siswa yang nilainya diatas KKM ada 65,78% dari 38 siswa dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM ada 34,21% dari 38 siswa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kenaikan hasil belajar, tapi belum signifikan. Maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada siklus berikutnya. Siklus II Penelitian siklus II telah dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga pada bulan April tahun 2016 dapat diperoleh data sebagai berikut: 1211 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Perencanaan Pada tahap perencanaan siklus II peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran siklus I. Kemudian membuat RPP perbaikan siklus I untuk dilakukan dalam siklus II. Peneliti juga menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar evaluasi yang berupa tes produk dan tes tulis. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi keaktifan siswa dan lembar catatan lapangan bagi observer. Pelaksanaan Kegiatan awal guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan memberikan tugas kepada satu siswa untuk menyiapkan dan berdoa. Apersepsi dengan memberikan motifasi kepada siswa agar bersemangat dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan pertanyaan dasar tentang teknologi produksi. Menyampaikan tujuan pembelajaran materi teknologi produksi. Kegiatan pembelajaran inti dilaksanakan dengan langkah-langkah (1) Tahap Eksplorasi, yang meliputi: (a) siswa bertanya jawab dengan guru tentang teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi (b) siswa berkumpul bersama kelompoknya seperti pada pembelajaran ada siklus I (c) setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan pembelajaran tentang teknologi sesuai pada materi sebelumnya yaitu dengan mencari kelebihan dan kekurangan masing-masing teknologi melalui buku pedoman belajar IPS dan buku-buku lain yang mendukung pada perpustakaan kelas seperti pada Gambar 3 berikut: Gambar 3. Siswa berdiskusi mencari kelebihan dan kekurangan dari teknologi komunikasi (2) Tahap Elaborasi, yang meliputi: (a) Secara berkelompok siswa menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi pada kertas asturo yang telah disiapkan. (b) setiap kelompok berdiskusi untuk menentukan siapa yang menerima tamu dan siapa yang bertamu (c) setiap kelompok melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah didiskusikan dengan waktu setiap sesinya 3 menit, Gambar 5. Gambar 5. Siswa yang menjadi penerima tamu sedang memberikan penjelasan tentang hasil diskusi kelompoknya kepada tamu dari kelompok lain (d) setiap siswa kembali ke kelompoknya untuk mempresentasikan hasil bertamunya (3) Tahap Konfirmasi, yang meliputi (a) siswa diberi apresiasi atas tugas yang telah dikerjakan (b) siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami. 1212 ISBN: 978-602-1150-17-7 Kegiatan penutup, kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) bersama guru, siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang telah dilakukan (b) berdoa. Pada akhir kegiatan ini guru melakukan tes tulis kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Tes tulis berbentuk soal pilihan ganda, dengan jumlah soal 20 butir. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan dari tiga teman sejawat pada proses pembelajaran siklus II ditemukan beberapa hal, yaitu: (1) siswa sudah mengerti alur pembelajaran One Stay Three Stray. Hal ini dibuktikan dengan semua siswa langsung memposisikan diri sesuai dengan tugas dari masing-masing kelompok (2) siswa yang bertugas sebagai tamu memperhatikan penjelasan teman penerima tamu dengan baik (3) siswa yang bertamu sudah bisa menulis hal-hal yang inti yang disampaikan oleh penerima tamu. Refleksi Peneliti melakukan analisis semua tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II melalui diskusi dengan tiga observer. Pada akhir pembelajaran siklus II siswa menuliskan kesan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan manfaat pembelajaran ini terhadap kehidupan mereka. Berikut ini pada Tabel 3 perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II: Tabel 3. Perbandingan nilai antara post test siklus I dan post test siklus II Jumlah siswa No Rentang Skor 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 - 39 Kategori Nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Rata-rata nilai siswa 1 2 3 4 5 Nilai post Nilai post test siklus test siklus I II 13 siswa 17 siswa 12 siswa 12 siswa 4 siswa 7 siswa 6 siswa 2 siswa 3 siswa 72,36 78,68 Perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai sangat baik ada 34,21%, nilai baik ada 31,57%, nilai cukup ada 10,52%, nilai kurang ada 15,78%, dan mendapat nilai sangat kurang ada 7,89%. Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai sangat baik ada 44,73%, nilai baik ada 31,57%, nilai cukup ada 18,42%, nilai kurang ada 5,26%, dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai sangat kurang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar yang terlihat pada rata-rata nilai siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6,32. Keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan diterapkan metode One Stay Three Stray. Peningkatan tersebut merupakan wujud perubahan peningkatan hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik. Berdasarkan fakta diatas, maka pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode One Stay Three Stray dapat dikatan berhasil. Hal yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa baik secara individu maupun kelompok (Djamarah, 2006 : 28). 1213 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Meskipun terdapat peningkatan hasil belajar siswa, namun masih terdapat 9 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu: (1) perbedaan kemampuan siswa dalam memahami materi (2) siswa-siswa tersebut mengalami masalah lambat belajar. Keberhasilan dan hambatan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa itu sendiri. Keberhasilan pembelajaran menggunakan metode One Stay Tree Stray karena minat siswa terhadap pembelajaran tinggi. Hambatan pembelajaran pembelajaran menggunakan metode One Stay Tree Stray karena terdapat 9 siswa yang mengalami masalah lambat belajar. Kedua hal tersebut sangat berkaitan dengan pendapat Dimyati dan Mujiono (2002), mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa, misalnya kondisi jasmani dan rohani. Kondisi fisiologis siswa seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani akan membantu dalam hasil belajar. Selain itu juga keadaan mental atau psikologi yang baik juga mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif (persepsi, ingatan, dan berpikir). KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian adalah: Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran One Stay Three Stray terlihat dari 38 siswa, yang belum tuntas ada 9 siswa karena rendahnya kemampuan siswa. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran One Stay Three Stray terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi teknologi produksi di kelas IV B MI Bustanul Ulum. Keaktifan siswa mengalami peningkatan terlihat dari aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, bertamu dan menerima tamu, serta menyampaikan hasil bertamu kepada kelompok asal. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pembelajran Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas.Jakarta: PT Gramedia. Moleong. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Rosdyakarya Sudjana dan Ahmad R. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 1214 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENGGUNAAN MEDIA DENAH DILENGKAPI MINIATUR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LETAK RUMAH KELAS IB MI BUSTANUL ULUM KOTA BATU Mariana Ulfah MI Bustanul Ulum Kota Batu Abstrak: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar materi letak rumah pada siswa kelas IB MI Bustanul Ulum melalui pembelajaran dengan menggunakan denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah . Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IB MI Bustanul Ulum yang terdiri dari 39 siswa, dengan perempuan 18 siswa dan laki-laki 21 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67 dengan persentase ketuntasan 58,97% pada siklus I sedangkan siklus II persentase ketuntasan 94,87%. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan denah dengan dilengkapi miniatur dapat meningkatkan hasil belajar materi letak rumah pada siswa kelas I B MI Bustanul Ulum. Selain itu, penerapan media pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran. Kata kunci : hasil belajar, media denah, dilengkapi miniatur rumah Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) sebagai proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan sosial, media pembelajaran dan lain-lain. Namun dari faktorfaktor tersebut, guru dan siswa adalah faktor terpenting. Karena pada hakikatnya pembelajaran, adalah sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan minat dan bakatnya. Dalam usaha tersebut diperlukan adanya media yang tepat agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458) Media pembelajaran digunakan sebagai perantara untuk mengirim informasi kepada siswa. Sesuai dengan pendapat Romoszowski (dalam Wibawa, 1992:8) bahwa “media merupakan pembawa pesan dari sumber pesan (dapat berupa benda ataupun orang) kepada penerima pesan”. Sedangkan menurut (Ibrahim dkk, 2006) “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatiaan, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai pembelajaran tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pelajaran) untuk menarik perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa sehingga memungkinkan terjadinya proses interaksi antara siswa dengan pesan yang disampaikan. 1215 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dengan adanya media diharapkan dapat memotifasi siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran, serta dapat menerima dan menyerap materi yang disampaikan guru dengan mudah. Dengan demikian penggunaan media sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran mempunyai arti yang sangat penting. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada MI Bustanul Ulum Kota Batu yang terletak di jalan Cempaka no 25 desa Pesanggrahan Kota Batu, melihat kondisi letak sekolah yang berada di daerah perdesaan di bawah lereng gunung Panderman pembelajaran selama inikurang efektif, sehingga menyebabkan penurunan nilai mata pelajaran IPS. Adapun nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu tersebut pada penilaian awal adalah dibawah nilai KKM yaitu 7,1 sedangkan nilai KKM yaitu 7,2. Sedangkan dalam aktifitas pembelajaran masih banyak yang bermalas-malasan. Siswa terlihat sangat bosan dengan pembelajaran terutama pada materi letak rumah. Saat selesai mengerjakan tugas individu siswa banyak yang ramai dan berbicara sendiri terutama siswa lakilaki. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yang terlihat dari hasil nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dari 39 siswa masih 23 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sedangkan 16 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 7,2. Hal ini terjadi dikarenakan: (1) proses pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah dan tidak banyak menggunakan media pembelajaran , (2) tidak ada minat pada siswa untuk belajar tentang materi letak rumah sehingga pada materi ini hasil belajar siswa cukup rendah , (3) materi letak rumah dirasa membosankan karena siswa mengganggap materi tersebut adalah materi yang sulit untuk dipelajari dan kurang menyenangkan, (4) guru merasa kesulitan menguasai kelas ketika menjelaskan materi letak rumah karena kurangnya media pembelajaran dan siswa yang cukup besar dalam kelas tersebut , (5) Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458) Penggunaan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi rumah dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan. Berdasarkan berbagai uraian di atas, bisa dikatakan bahwa penggunaan media dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa, oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mendiskripsikan letak rumah dengan menggunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah dan miniatur ruangan. METODE Penelitian ini dilaksanakan di MI Bustanul Ulum Kota Batu, dengan subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu. Siswa yang menjadi sasaran penelitian berjumlah 39 siswa yang terdiri 18 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IB MI Bustanul Ulim Kota Batu pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Pada bulan Februari sampai dengan awal Mei. 1216 ISBN: 978-602-1150-17-7 Sumber data dari penelitian ini adalah siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu, guru kelas IB sebagai peneliti. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, sedangkan mitra peneliti yaitu 3 rekan sesama guru yang dipilih oleh peneliti sebagai pengamat (observer) dalam pelaksanaan tindakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: observasi, tes dan dokumen. Observasi digunakan peneliti untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Sedangkan dokumen digunakan untuk menggambarkan kejadian serta hasil nyata dari pelaksanaan pembelajaran. Dokumen ini berupa foto kegiatan pembelajaran, Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari 4 kegiatan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) observasi, dan (4) refleksi. Seperti pada desain penelitian yang mengacu pada model kemmis dan taggart (Arikunto, 2006) pada gambar berikut: Gambar I. Desain Penelitian yang Mengacu pada Model Kemmis dan Taggart Siklus I: Perencanaan:Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapaperangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah:Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan skenario pembelajaran.Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan.Menyusun Lembar kerja siswa. Menyiapkan alat/media yang diperlukan. Menyusun format-format penilaian (unjuk kerja) dan observasi.Mengadakan tes awal untuk mengukur kemampuan awal sebelum tindakan. Pelaksanaan:dalam pelaksanaannya peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti 1217 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dan penutup. Dengan kegiatan pendahuluan siswa berdoa, apersepsi dan siswa diberi penjelasan tentang langkah-langkah pembelajaran.Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Peneliti telah mempersiapkan sarana yang digunakan. Pada kegiatan inti Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan siswa. Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan setelah kegiatan selesai, dengan kegiatan pembahasan yang dipandu oleh guru. Peneliti memberikan quis untuk mengetahui penguasaan konsep yang dipelajari secara individual. Observasi: Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar, jumlah siswa dalam belajar, kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa terhadap pembelajaran dan perhatian, skill, minat, dan motivasi siswa.Dari hasil observasi yang yang dilakukan, peneliti masih melihat ada beberapa siswa (khususnya laki-laki) yang masih belum fokus dalam proses pembelajaran. Hal tersebut disebabkan karena minat dan motivasi belajar yang rendah. Tapi sebagian besar sudah menunjukkan adanya motivasi, terbukti dengan adanya minat untuk melakukan tanya jawab kepada guru setelah guru memberikan materi. Reflesksi: hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Dari hasil observasi, guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi, apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan prestasi belajar.Kegiatan refleksi meliputi:(1) menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (2) membahas perbedaan atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran (3) menentukan model evaluasi (4) menguraikan kendala yang ditemukan berkaitan dengan tindakan dan pemecahan kaitannya dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah ditetapkan. Hasilanalisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2006:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat direncanakan kepada orang lain. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis data kualitatif yaitu: (1) melakukan pengolahan data yang telah terkumpul dan melakukan pengklasifikasian data, (2) melakukan penyajian data yaitu data yang terkumpul dan yang sudah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, lalu dibandingkan dan dipadukan dengan berbagai informasi atau data yang diperoleh, (3) melakukan penyimpulan data, yaitu dilakukan penyimpulan akhir dari data-data yang telah dikumpulkan. Tujuan penggunaan teknik analisis data ini untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah serta (2) peningkatan hasil belajar materi letak rumah. Kegiatan analisis data diawali dengan kegiatan reduksi data, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi, tes, dan dokumentasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan peneliti untuk penarikan kesimpulan. Dari reduksi tersebut diperoleh data yaitu: (1) data hasil observasi dari para observer pada pembelajaran IPS dengan menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan (2) data hasil belajar pembelajaran IPS pada materi letak rumah Hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk menentukan keberhasilan pemberian tindakan. Selain itu hasil analisis data ini dijadikan dasar untuk melaksanakan tindakan lanjutan, jika pemberian tindakan sebelumnya belum berhasil. Penarikan kesimpulan dilihat dari hasil 1218 ISBN: 978-602-1150-17-7 belajar. Kualifikasi capaian hasil penelitian menurut Arikunto (2004:19) ditabulasi pada Tabel 1 sebagai Kualifikasi Capaian: Tabel 1. Hasil Kualifikasi Capaian NO 1 2 3 4 5 Skor 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 – 39 Kualifikasi Nilai Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang baik Nilai Huruf A B C D E Siklus II Perencanaan: Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan skenario pembelajaran. Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan. Menyusun Lembar kerja siswa. Menyiapkan alat/media yang diperlukan. Menyusun format-format penilaian (unjuk kerja) dan observasi. Mengadakan tes akhir untuk mengukur kemampuan akhir dari penilaian siklus kedua. Pelaksanaan:dalam pelaksanaannya peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dengan kegiatan pendahuluan siswa berdoa, apersepsi dan siswa diberi penjelasan tentang langkah-langkah pembelajaran. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari. Peneliti telah mempersiapkan sarana yang digunakan. Pada kegiatan inti Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan siswa. Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan setelah kegiatan selesai, dengan kegiatan pembahasan yang dipandu oleh guru. Peneliti memberikan tes untuk mengetahui penguasaan konsep yang dipelajari secara individual. Observasi: Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar, jumlah siswa dalam belajar, kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa terhadap pembelajaran dan perhatian, skill, minat, dan motivasi siswa. Reflesksi: hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Dari hasilobservasi, guru dapatmerefleksidiridenganmelihat data observasi, apakahkegiatan yang dilakukantelahdapatmeningkatkanprestasibelajar.Kegiatan refleksi meliputi:(1) menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan (2) membahas perbedaan atau kesenjangan antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan pembelajaran (3) menentukan model evaluasi (4) menguraikan kendala yang ditemukan berkaitan dengan tindakan dan pemecahan kaitannya dengan efektivitas pencapaian perencanaan yang telah ditetapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kajian terhadap observasi awal (pra tindakan). Pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran diuji cobakan soal pretes yang sebelumnya telah disusun. Selanjutnya data pre test diolah kemudian diperoleh nilai pretes sebagai acuan untuk menentukan tingkat penguasaan siswa dan pembagian 1219 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur kelompok heterogenitas berdasarkan nilai akademik siswa. Kemudian setelah analisis terhadap hasil awal tersebut, dilakukan perlakuan (tindakan) melalui siklus pembelajaran yang berkelanjutan. Setiap siklus meliputi tahapan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi yang akan menghasilkan perbaikan. Hasil dari observasi pendahuluan adalah sebagai berikut. Dari segi guru, belum menggunakan media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, guru menjelaskan materi dengan ceramah. Dari segi siswa, siswa mendengarkan penjelasan guru tetapi tidak mengajukan pertanyaan, masih ada beberapa siswa yang mencontek pekerjaan temannya, dan masih ada siswa di bagian belakang yang berbicara dengan temannya dan ketika ditanya oleh guru siswa tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Observasi pendahuluan menginformasikan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa Kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu tersebut pada penilaian awal adalah dibawah nilai KKM yaitu 7,1 sedangkan nilai KKM yaitu 7,2. Sedangkan dalam aktifitas pembelajaran masih banyak yang bermalas-malasan. Siswa terlihat sangat bosan dengan pembelajaran terutama pada materi letak rumah. Saat selesai mengerjakan tugas individu siswa banyak yang ramai dan berbicara sendiri terutama siswa laki-laki. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yang terlihat dari hasil nilai yang diperoleh kurang maksimal. Dari 39 siswa masih 23 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sedangkan 16 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 7,2. Dengan demikian untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah. Siklus I Perencanaan: Membuat perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan penelitian. Pada tahap ini penelitimenyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi yaitu mendeskripsikan lingkungan rumah dan Kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan letak rumah untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan indikator pembelajarannya, yang terdiri dari mengidentifikasi ruang dalam rumah dan menceritakan fungsi tiap rumah. Menyusun Lembar kerja siswa berupa quis untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi yang diajarkan. Menyiapkan alat/media yang berupa denah dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dengan dilengkapi miniatur ruangan. Menyusun format-format penilaian (untuk quis) dan observasi. Pelaksanaan:guru melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. (1) Padakegiatan pendahuluan siswa berdoa, kemudian mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pelajaran. Mengajak siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan memberikan yel-yel berupa tepuk atau lagu. Kemudian siswa diberi penjelasan tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari yaitu siswa mampu mendeskripsikan letak rumah dengan menngunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah. Guru telah mempersiapkan sarana yang akan digunakan, berupa denah yang dilengkapi miniatur lokasi rumah.(2) Pada kegiatan inti guru bertanya jawab tentang arah mata angin, kemudian siswa dibimbing dengan cara berdiri secara klasikal menunjukkan arah mata angin sesuai arahan guru.Selanjutnya secara perwakilan siswa maju kedepan (5/6 anak) untuk menunjukkan arah mata angin yang benar dengan jari telunjuknya. Kegiatan ini tampak pada Gambar 2. 1220 ISBN: 978-602-1150-17-7 Gambar 2. Siswa mejunjukkan arah mata angin Selanjutnya siswa memperhatikan penjelasan guru tentang letak rumah, melalui denah yang dilengkapi dengan miniatur rumah. Siswa mendeskripsikan letak rumahnya dengan cara berdiskusi dengan teman sebangkunya dan bertanya jawab tentang hal-hal yang penting dalam membaca denah rumah, tertera seperti pada Gambar 3. Gambar 3. Siswa berdiskusi tentang membaca denah Setelah itu siswa mengerjakan soal quis untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep tentang letak rumah. Setelah itu siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami. (3) Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dengan dipandu oleh guru. Pada akhir kegiatan ini untuk mengetahui pemahaman siswa dilaksanakan evaluasi pembelajaran berupa tes tulis dengan jenis soal pilihan ganda berjumlah 20 soal yang sama dengan soal pada tes tulis saat pre test. Yang perbandingannya sebagai berikut: Tabel 2.Perbandingan nilai pre tes dan post test pada siklus 1 No Rentang Skor 1 2 3 4 5 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 – 39 Jumlah siswa Pre test 17 siswa 9 siswa 9 siswa 1 siswa 3 siswa Post test 18 siswa 5 siswa 10 siswa 5 siswa 1 siswa Pada nilai pre test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 17 siswa atau sebanyak 43,58%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 9 siswa atau sebanyak 23,08%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 9 siswa atau sebanyak 23,08%, siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%, siswa yang mendapatkan rentang skor 0-39 ada 3 siswa atau sebanyak 7,69%. 1221 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pada nilai post test siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 18 siswa atau sebanyak 46,15%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 10 siswa atau sebanyak 25,64%, siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 0-39 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%. Nilai KKM yang ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah 7,2. Berdasarkan data nilai siswa pada siklus I dapat kita lihat hasil peningkatan nilai yang diperoleh siswa, yaitu58,97% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Sebagian besar mengalami kenaikan, meskipun belum signifikan. Untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sekitar 41,03%, maka penulis mencoba memperbaiki melaui proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan meminta bantuan pada teman sejawat yang dipilih oleh peneliti sebagai observer. Observasi: Hasil Pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar sudah ada peningkatan meskipun dengan jumlah siswa dalam belajar termasuk kelas besar yaitu 39 anak dalam satu kelasnya, tetapi masih ada kesulitan yang dialami oleh beberapa siswa terutama siswa yang belum lancar baca tulisnya, mereka hanya diam dan mencoba mencari tahu jawaban dari temannaya yang lain saat mengerjakan tugas. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi sangat menyenangkan dan perhatian siswa semakin bertambah, terutama ketika diskusi dengan memperhatikan denah miniatur lokasi rumah tersebut, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.Pada pengamatan siklus pertama ini peneliti masih melihat ada beberapa siswa (khususnya laki-laki) yang masih belum fokus dalam proses pembelajaran, mereka duduk pada kursi bagian belakang sehingga asik ngobrol sendiri saat guru memberi penjelasan. Hal tersebut disebabkan karena minat dan motivasi belajar yang rendah. Tapisebagianbesarsudahmenunjukkanadanyamotivasi, terbuktidenganadanyaminatuntukmelakukantanyajawabkepada guru setelah guru memberikanmateri. Reflesksi: refleksi dilakukan dengan diskusi antara guru model dengan pengamat atau observer, yang pada kali ini observer di pilih sendiri oleh guru model sebagai peneliti, yaitu 2 guru dari kelas Ia dan kelas Ic dan satu guru dari kelas Ivb. Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi adalah sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik meskipun masih ada dua anak laki laki yang duduk pada bangku belakang ngobrol sendiri dengan temannya saat guru memberikan materi. Hal ini disebabkan karena minat dan motivasi siswa yang kurang dan terkesan menyepelekan materi yang sedang di pelajari. Ada juga siswa yang belum fokus saat pembelajaran berlangsung, disebabkan kurang memahami materi yang sedang diajarkan, guru terlalu cepat memberikan penjelasan. Pada saat melakukan diskusi sebagian besar siswa sudah aktif, tetapi ada beberapa siswa yang hanya mengamati saja tanpa memeberikan masukan atau menyampaikan pendapatnya, dikarenakan kurang faham dengan materi tentang letak rumah. Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, masih ada beberapa anak yang mencoba melihat jawaban temannya. Hal ini di sebabkan siswa tersebut masih kurang dalam baca tulisnya. Dan dari hasil tes pada siklus pertama ini diperoleh hasil yang masih belum memenuhi indikator pencapaian, yaitu sekitar 16 anak atau 41, 03% yang nilainya masih dibawah Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)yang sudah ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah 7,2. Sehingga diperlukan merencanakan siklus berikutnya. 1222 ISBN: 978-602-1150-17-7 Siklus II Perencanaan: Membuat perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan tujuan penelitian. Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi yaitu mendeskripsikan lingkungan rumah dan Kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan letak rumah untuk mata pelajaran IPS kelas I, dan mengembangkan indikator pembelajarannya, yang terdiri dari mengidentifikasi ruang dalam rumah dan menceritakan fungsi tiap ruangan dalam rumah. Menyusun Lembar kerja siswa berupa gambar potongan (miniatur rumah, sekolah, rumah sakit, pohon, mobil dan lain lain) untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi denah. Menyiapkan alat/media yang berupa denah dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dengan dilengkapi miniatur ruangan. Menyusun format-format penilaian (untuk tes) dan observasi. Pelaksanaan: guru melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. (1) Pada kegiatan pendahuluan siswa berdoa, kemudian mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pelajaran. Mengajak siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan memberikan yel-yel berupa tepuk atau lagu. Kemudian siswa diberi penjelasan tentang langkahlangkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan dipelajari yaitu siswa mampu mendeskripsikan letak rumah dengan menngunakan denah yang dilengkapi dengan miniatur lokasi rumah. Guru telah mempersiapkan sarana yang akan digunakan, berupa denah yang dilengkapi miniatur lokasi rumah. (2) Pada kegiatan inti guru bertanya jawab dengan siswa tentang denah yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Siswa mengamati gambar yang diterima. Siswa memotong gambar se suai petunjuk pada lembar kerja. Siswa menempelkan potongan gambar dan menyusun menjadi sebuah miniatur denah rumah secara sederhana. Guru memberikan penghargaan pada siswa yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan bimbingan guru siswa mempresentasikan hasil karyanya Gambar 4. Gambar 4. Siswa menggunting dan menempel untuk membuat denah miniatur lokasi rumah secara sederhana. Selanjutnya siswa bertanya jawab dengan bimbingan guru tentang denah miniatur lokasi rumah dan denah miniatur ruangan tertera seperti pada Gambar 5 dibawah ini: 1223 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Gambar 5. Siswa bertanya jawab tentang membaca denah Setelah itu siswa mengerjakan soal untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep tentang letak rumah. Setelah itu siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang belum dipahami. (3) Kemudian pada kegiatan penutup dilaksanakan dengan kegiatan menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dengan dipandu oleh guru. Pada akhir kegiatan ini untuk mengetahui pemahaman siswa dilaksanakan evaluasi pembelajaran berupa tes tulis dengan jenis soal pilihan ganda berjumlah 10 soal. Yang perbandingannya sebagai berikut: Tabel 3.Perbandingan nilai pre tes dan post test pada siklus 1 No Rentang Skor 1 2 3 4 5 85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 0 - 39 Jumlah siswa Siklus I 18 siswa 5 siswa 10 siswa 5 siswa 1 siswa Siklus II 31 siswa 6 siswa 2 siswa - siswa - siswa Pada nilai siklus I siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 18 siswa atau sebanyak 46,15%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 10 siswa atau sebanyak 25,64%, siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 ada 5 siswa atau sebanyak 12,82%, siswa yang mendapatkan rentang skor 0-39 ada 1 siswa atau sebanyak 2,56%. Pada nilai siklus II siswa yang mendapatkan rentang skor antara 85-100 ada 31 siswa atau sebanyak 79,48%, siswa yang mendapatkan rentang skor 70-84 ada 6 siswa atau sebanyak 15,38%, siswa yang mendapatkan rentang skor 55-69 ada 2 siswa atau sebanyak 5,13%, siswa yang mendapatkan rentang skor 40-54 tidak ada, dan siswa yang mendapatkan rentang skor 039 juga tidak ada. Nilai KKM yang ditetapkan pada materi letak rumah mata pelajaran IPS kelas I adalah 7,2. Berdasarkan data nilai siswa pada siklus I dapat kita lihat hasil peningkatan nilai yang diperoleh siswa, yaitu 94,87% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM. Sebagian besar mengalami kenaikan. Hanya 5,13% yang belum mencapai KKM . Observasi: Hasil Pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan dan pemahaman konsep dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan yang mencakup: Keaktifan siswa dalam belajar sudah ada peningkatan meskipun dengan jumlah siswa dalam belajar termasuk kelas besar yaitu 39 anak dalam satu kelasnya, tetapi sudah sebagian besar aktif dalam proses belajarnya. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan media denah yang dilengkapi miniatur lokasi sangat menyenangkan dan perhatian siswa semakin bertambah, terutama ketika siswa belajar membuat denah dengan miniatur lokasi rumah dengan cara menggunting dan menempel, sehingga dapat meningkatkan minat dan 1224 ISBN: 978-602-1150-17-7 motivasi belajar siswa. Pada pengamatan siklus kedua ini peneliti melihat sebagian besar sudah menunjukkan adanya motivasi, terbukti dengan adanya minat untuk melakukan tanya jawab dengan bimbingan guru. Reflesksi: refleksi dilakukan dengan diskusi antara guru model dengan pengamat atau observer, yang pada kali ini observer di pilih sendiri oleh guru model sebagai peneliti, yaitu 2 guru dari kelas Ia dan kelas Ic dan satu guru dari kelas Ivb. Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi adalah sebagian besar siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada saat mengerjakan tugas sebagian besar siswa sudah aktif. Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, siswa sudah mampu mengerjakan dengan tertib. Dan dari hasil tes pada siklus kedua ini diperoleh hasil yang sudah cukup memenuhi indikator pencapaian, yaitu sekitar37 anak atau 94,87% yang mendapatkan nilai diatas nilai KKMdari 39 anak. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari pra tindakan ke siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67. Peningkatan hasil belajar siswa ini dikarenakan peneliti menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dilengkapi miniatur ruangan dalam rumah seperti pada Gambar 6 berikut: Gambar 6. Denah miniatur lokasi rumah dan denah miniatur ruangan dalam rumah Peningkatan hasil belajar ini juga diimbangi dengan peningkatan aktivitas siswa sehingga siswa aktif dan tidak bosan dalam pembelajaran. Hal ini dapat dikatakan bahwa penggunaan menia denah dengan dilengkapi miniatur lokasi rumah dan denah dilengkapi ruangan dalam rumah pada siswa kelas IB di MI Bustanul Ulum Kota Batu telah mencapai keberhasilan KESIMPULAN Penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: pertama, penggunaan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IB pada mata pelajaran IPS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pada siklus I belum mencapai hasil yang optimal, tetapi mulai meningkat pada siklus II. Kedua, pembelajaran IPS dengan menggunakan media denah dilengkapi miniatur lokasi rumah dan ruangan dalam rumah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IB MI Bustanul Ulum Kota Batu pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan hasil dari siklus I mengalami peningkatan dari rata-rata semula 71,15 menjadi 78,59. Sedangkan rata-rata siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dari 78,59 menjadi 91,67. Dengan jumlah 23 siswa memperoleh nilai diatas KKM dan 16 siswa memperoleh nilai dibawah KKM pada siklus I. Sedangkan pada siklus II jumlah 37 siswa memperoleh nilai diatas KKM dan 2 siswa memperoleh nilai dibawah KKM. 1225 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pembelajaran Praktik. Jakarta:Rineka Cipta Arikunto, suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:Bumi Aksara http://repository.upi.edu/9483/1/t_pd_0704902_chapter1.pdf Ibrahim,dkk.(2006). Media Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang. Moleong. 2006. Penelitian Kualitatifdan Kuantitatif. Jakarta: PT Rosdyakarya. Yusufhadi Miarso. (2005). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta:Kencana 1226 ISBN: 978-602-1150-17-7 MENINGKATKAN PEMAHAMAN PERAN ANGGOTA KELUARGA DENGAN BANTUAN MEDIA WAYANG KARTON PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS 2 Sukmawidi Astutik SDN Dadaprejo 02 Kota Batu Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi peran dan kedudukan keluarga di SDN Dadaprejo 02 kelas II semester II dikecamatan junrejo dengan menggunakan media wayang karton. Pada kegiatan pembelajaran tersebut menggunakn metode demonstrasi dan penggunaan media wayang karton untuk bermain peran dalam pembelajaran menyimak ini dapat mengaktifkan siswa, interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru dan interaksi siswa dengan media. Pada pembelajaran tersebut, siswa berhasil meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini terbukti dengan penilaian hasil kerja siswa mencapai nilai di atas 70 atau mencapai 79% dari 19 siswa. Kata kunci: pemahaman,peran dan kedudukan keluarga,wayang karton. Kebijakan pemerintah dalam penggembangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini telah menunjkkan adanya upaya serius dalam meningkatkan kualitas sistem management dan sumberdaya manusia yang memadai.hal ini ditunukkan dengan adanya undang – undang tentang pendidikan pp no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik”. Sampai saat ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafalkan. Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global. Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang berkualitas, oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting dalam keberhasilan pembelajaran, harus menempatkan dirinya sebagai sosok yang mampu membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar (membelajarkan siswa). SDN Dadaprejo 02 adalah salah satu lembaga pendidikan yang sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan global. Usaha kearah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah terkait, seperti pemenuhan sarana prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya akan menjadikan sekolah yang berkualitas. Dari studi awal dilapangan diperoleh kenyataan bahwa saat ini masih banyak permasalahan yang timbul di sekolah. Selama ini metode yang digunakan kurang beragam dan kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.selain itu metode ceramah menjadi pilihan utama,sehingga pembelajaran hanya berlangsung satu arah saja dan siswa menjadi kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. Strategi pembelajaran ini mengakibatkan siswa menjadi cenderung bosan dan jenuh dengan pelajaran yang mereka hadapi. Sehingga mereka tidak memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini, akan membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah, ditunjukkan dengan hasil belajar siswa selalu mengecewakan dan tidak memenuhi KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal) dan berdasarkan hasil ulangan IPS hanya 2 siswa (11%) dari 19 siswa yang mencapai KKM (70). Dan hal ini perlu diadakan perbaikan agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik dengan nilai yang memuaskan. 1227 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dari permasalahan diatas,maka dibutuhkan tindakan yang mampu menjadi jalan keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan metode yang tepat,yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan oleh guru dalam mendidik siswa. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut serta untuk lebih mengaktifkan pembelajaran di kelas maka Saat mengajar sebaiknya kita harus merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenagkan (PAIKEM). Santoso (2012:1) mengemukakan bahwa sangat bagus jika guru bisa kreatif dalam melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi akan lebih bagus jika guru mampu melaksaakan pembelajaran yang penuh inovasi. Pembelajaran dengan melibatkan media yang sama, akan memberikan informasi yang persis sama untuk siswa-siswa lain. Media juga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa di manapun berada (Rahadi, 2003). Dengan demikian pendaya-gunaan media pembelajaran untuk melaksanakan pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar. Salah satu media pembelajaran yang cukup efektif dan efisien adalah wayang karton yang terbuat dari bahan sederhana dan murah (Winarto 2014). Dengan demikian diharapkan setelah menggunakan media belajar ini hasil belajar siswa menjadi meningkat dan siswa menjadi semangat dalam menerima pelajaran,maka dari sinilah diadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi(2002) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata “ penelitian,tindakan dan kelas.”penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaanya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research yaitu suatu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas. Berdasarkan keterangan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Bertolak dari pemikiran diatas maka dikembangkan media wayang karton untuk meningkatkan pemahaman peran anggota keluarga yang merupakan sub pokok bahasan dalam mata pelajaran IPS.Tujuan penelitian ini adalah: “Meningkatkan Pemahaman Peran Anggota Keluarga dengan Bantuan Media Wayang Karton pada Mata Pelajaran IPS Kelas 2”. Gambar 1. Media Wayang Karton 1228 ISBN: 978-602-1150-17-7 METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 yang berjumlah 19 siswa.Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari sampai Maret 2016,Tempat penelitian di SD Negeri Dadaprejo 02. Sedangkan prosedur penelitiannya di bagi menjadi empat tahapan sesuai dengan metode PTK yang digunakan dalam penelitian, yaitu:1) Perencanaan, pada tahap perencanaan peneliti sudah merencanakan apa yang akan dilakukan mulai dari observasi lingkungan sekolah, persiapan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran yang akan digunakan. Wawancara dengan guru mata pelajaran. Apa yang seharusnya nanti yang akan dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran agar mendapatkan hasil yang maksimal. 2) Pelaksanaan, pelaksanaan akan diadakan di kelas II SD Negeri 02 Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan memberikan materi peran kedudukan keluarga. Kemudian langkah selanjutnya mengimplementasikan penjelasanpenjelasan tersebut menggunakan media dokumentasi keluarga.3) Pengamatan atau observasi, selama proses pelaksanaan guru ataupun peneliti membuat catatan-catatan apa yang terjadi selama proses itu berlangsung. 4) Refleksi, setelah pelaksanaan dan pengamatan, diadakan diskusi hasil dari kegiatan pengamatan pembelajaran di kelas. Kesimpulan yang diperoleh dalam refleksi dipergunakan untuk memperbaiki langkah-langkah pembelajaran berikutnya. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan mengacu pada silabus KTSP dengan metode demonstrasi dan cooperative learning. Secara rinci tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut: Pada siklus I keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran masih dominan.guru sebagai fasilitator secara intensif memberikan penjelasan – penjelasanyang jelas menggingat sesuai yang diajar adalah siswa kelas II SD. Bimbingan guru kepada siswa berupa arahan – arahan tentang pemahaman peran dan kedudukan keluarga dengan menggunakan media wayang karton. Dalam prosedur pembelajaran yang disampaikan pada awal kegiatan, diluar itu guru sebagai fasilitator memberi bimbingan kepada kelompok-kelompok yang meminta bantuan selama pelaksanaan diskusi tesebut.pembentukan kelompok ditentukan guru secara acak dari 19 siswa yang hadir terbentuk 4 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 siswa.dasar pembagian siswa menjadi kelompok adalah teman yang dekat tempat duduknya dengan menggunakan media wayang untuk pemahaman dan pemantapan konsep tentang kedudkan dan peran keluarga.pada pertemuan ke II ada perubahan pada LK individu yang ketiga dihilangkan karena waktu tidak mencukupi disamping itu LK 3 hampir sama soalnya dengan LK 1. Prosedur pelaksanaan tindakan siklus II hampir sama dengan prosedur siklus I.bedanya pada siklus II skenario pembelajaran I ada perubahan pada merubah Lk kelompok menjadi lebih fariatif sehingga memicu keaktifan siswa dalam bekerja kelompok.pada pertemuan ke II guru lebih menggarahkan kegiatan pembagian kelompok tidak lagi secara acak tetapi disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga tidak ada lagi penumpukan dalam satu kelompok siswa yang berkemampuan rendah saja atau yang berkemampuan tinggi saja. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari evaluasi siklus I baik pertemuan I dan pertemuan II dihasilkan evaluasi pada akhir siklus I menunjukkan pada umumnya siswa sudah mampu memahami peran dan kedudukan keluarga dengan media wayang karton.hal ini terlihat dari hasil perolehan nilai pada siklus I pertemuan I yaitu dari 19 siswa diperoleh data 8 siswa (43%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,11 siswa (57%) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasannya mencapai 57% dengan KKM 70.sedangkan pada pertemuan ke II memperoleh data dari 19 siswa,9 siswa(47%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,10 siswa(52%) hasil belajar dngan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasan mencapai 57% denfan KKM 70. 1229 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Sedangkan hasil pada siklus II diperoleh data sebagai berikut pertemuan I yaitu dari 19 siswa diperoleh data 13 siswa (68%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,6 siswa (32%) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasannya mencapai 68% dengan KKM 70.sedangkan pada pertemuan ke II memperoleh data dari 19 siswa,15 siswa(79%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik,4 siswa(21%) hasil belajar dngan predikat cukup baik.akumulasi ketuntasan mencapai 79% denfan KKM 70. Proses pembelajaran di kelas pada siklus I dan siklus II dirangkum dalam data kualitatif sebagai berikut: Siklus I Siklus II Pra Total Aspek RataRatatindakan P.1 peningkatan p.II P. I P.II rata rata 43% 47% 45% 68% 79% 73,5% 62,2% Ketuntasan 11% 2 8 9 9 13 15 14 siswa Perbandingan Persentase Hasil Siswa dalam Peran dan Kedudukan Keluarga Sebelum Tindakan dan Setelah Tindakan Pada Siklus I Dan II katagori pratindakan Semua benar Sebagian besar benar Sebagian kecil benar Semua salah 0 5 4 10 Siklus I P.I 4 10 1 4 P.II 6 8 2 3 RT 5 9 1,5 3,5 Siklus II P.I P.II 3 5 15 14 1 0 0 0 RT 4 14,5 0,5 0 80 70 60 50 40 30 20 10 0 pratindakan siklus I siklus II pertemuan I pertemuan II rata-rata Grafik Perbandingan Peningkatan Pemahaman Peran dan Kedudukan Keluarga Dengan Menggunakan Media Wayang Karton Dari perbandingan data nilai yang di peroleh pada siklus I pertemuan I dan II maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: nilai siswa masih banyak yang kurang karena guru terlalu 1230 ISBN: 978-602-1150-17-7 banyak memberikan tugas atau LK sehingga waktu yang diperlukan kurang dan siswa belum matang atau faham memahami materi tersebut. Dengan tercapainya akumulasi ketuntasan belajar siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 pada siklus 2 yang mencapai 79% maka peneliti dan kolaborator memutuskan untuk menghentikan perlakuan berupa penggunaan media wayang karton pada mata pelajaran IPS pokok bahasan memahami peran dan kedudukan keluarga. PENUTUP Setelah di laksanakannya penelitian, maka peneliti bisa menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian adalah sebagai berikut : (1) Hasil pembelajaran di Siklus 1 setelah di terapkannya media dokumentasi keluarga menunjukkan hasil bahwa siswa mengalami perkembangan. Berdasarkan data tersebut diketahui dari total 19 siswa, 9 siswa (47%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik dan 10 siswa (52%) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup,namun akumulasi persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai kkm 70 sehingga peneliti dan kolaborator memutuskan untuk mengadakan siklus 2. (2) Berdasarkan data setelah melakukan observasi siklus 2, peneliti mengevaluasi tindakan yang telah di terapkan pada siklus dua yaitu dari total 19 siswa, masing-masing 15 siswa ( 79%) memiliki hasil belajar dengan predikat baik, 4 siswa (21 %) memiliki hasil belajar dengan predikat cukup. Akumulasi persentase ketuntasan belajar kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 pada siklus 2 mencapai 79%. Hasil ini telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 70, sehingga peneliti dan kolaborator memutuskan untuk menghentikan perlakuan.Dari kedua siklus yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar IPS pokok bahasan memahami peran dan kedudukan keluarga pada siswa kelas II SD Negeri Dadaprejo 02 Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan menggunakan media wayang karton. Setelah peneliti menyusun kesimpulan dalam penelitian PTK ini, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran bagi beberapa pihak yang terlibat dalam penelitian ini adalah : (1) Terkait dengan inovasi media pembelajaran, hendaknya pihak SD Negeri Dadaprejo 02 dapat lebih mendukung ketersediaan media pembelajaran dan mengembangkan media - media baru yang dapat menambah motivasi belajar siswa, sehingga siswa tidak bosan. (2) Guru di harapkan dapat menerapkan dan membuat media pembelajaran sendiri yang bervariasi sehingga siswa selalu tertarik untuk belajar. DAFTAR RUJUKAN Rita kurnia rahayu novit,2010, Penggunaan Media Puzzle Dalam Pembelajaran Menulis Pengumuman Berbasis Lesson Study Pada Siswa Kelas Iv Sdn 1 Sabang, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013 Yanti febri,2013, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup Dengan Menggunakan Media Audio Visual Di Kelas Vii D Siswa Smpn 5 Kabupaten Muaro Jambi, 1231, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013. Makmur maksimus & sainurdin alberts,2013, Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas V Sekolah Dasar Katolik Welu, Makur dan Sainurdin, Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi, 1231 Rahardi 2003,Basuki Wibowo 2003,Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta.Departemen. Suharsimi,2002,Metodologi Penelitian.Rineka ciptaJakarta. Winarto,Media Wayang Karton.2014 malang Suharni dwi,2012, Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Cooperative Learning Model Think Pair Share ( TPS ) Kelas III SDN Ngroto 02 Kecamatan PujonKabupaten Malang,tugas skripsi 2012. 1231 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS SDN TEMAS 01 BATU Heri Sismarjono SD Negeri Temas 01 Batu Malang Abstrak: Proses pembelajaran di SD masih belum mencapai hasil yang diharapkan, karena pada umumnya masih bergantung pada buku pelajaran pegangan siswa dan tanpa menggunakan media belajar yang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah apakah penggunaan media dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas 3 SDN Temas 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan terdiri dari dua siklus . Penelitian dilakukandi SDN Temas 01, waktu penelitian bulan Pebruari sampai dengan Mei 2016. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi, refleksi, dan revisi. Instrumen pengumpulan data tentang aktivitas siswa menggunakan lembar observasi. Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan soal tes. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data hasil penilaian siswa tahap pra siklus 11 dari 36 siswa mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 7, dengan nilai ratarata kelas 65,4. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi pembelajaran Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa dengan menggunakan media gambar, secara berturutturut dari siklus I dan II mencapai nilai rata-rata kelas 69,4 dan 74,6. Aktivitas siswa kelas 3 dalam belajar IPS meningkat. Siswa kelas 3 yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal pada siklus I sebanyak 25 siswa atau 69 % dan siklus II sebanyak 31 siswa atau 86 %. Kata kunci: media gambar, pembelajaran ips sd, Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki fungsi sangat penting dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan landasan yang sangat penting dan mempunyai pengaruh terhadap pendidikan ke jenjang berikutnya. Beberapa mata pelajaran harus diajarkan di sekolah dasar disajikan dalam bentuk terpadu. Salah satu mata pelajaran di dalamnya adalah Ilmu Pendidikan Sosial. Pengajaran IPS sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda. Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota dipengaruhi oleh lingkungan mereka tersebut. Menurut Basyaruddin Usman dan H. Asnawir dalam Hidayati (2008; 7) Penggunaan media dalam proses pembelajaran, mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: (1) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa Pengalaman masingmasing individu sangat beragam, misalnya dua siswa yang berasal dari dua lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda akan menentukan pengalaman yang berbeda pula. Media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. (2) Media dapat mengatasi ruang kelas Di dalam kelas banyak hal yang sulit untuk dialami langsung oleh siswa. Misalnya obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, dan hal-hal yang terlalu komplek, semuanya dapat diperjelas dengan menggunakan media. (3) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan Misalnya mengamati, mengidentifikasi gejala fisik/lingkungan dan masalahmasalah sosial di masyarakat. 1232 ISBN: 978-602-1150-17-7 (4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan Pengamatan yang dilakukan siswa secara bersama-sama dapat diarahkan kepada hal-hal yang penting sesuai tujuan yang ingin dicapai. (5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis. Penggunaan media gambar, film model, grafik, atau bahkan benda-aslinya dapat memberikan konsep yang benar. (6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, pemahaman konsep-konsep semakin lengkap. Dengan demikian menambah rasa ingin tahu siswa, selanjutnya dapat menimbulkan minat baru untuk belajar. (7) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Pemasangan gambar dengan warna yang menarik di papan tulis, mendengarkan siaran radio, pemutaran film, semuanya itu dapat menimbulkan rangsangan untuk belajar lebih lanjut. 8. Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari sesuatu yang konkrit sampai kepada sesuatu yang abstrak. Pemutaran film tentang suatu benda atau peristiwa yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa akan memberikan gambaran secara konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Selain itu juga dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan dan kebudayaan. Media cetakan dan grafis paling banyak dan paling sering digunakan didalam proses belajar mengajar. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepad siswa). Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol-simbol yang mengandung arti disebut “Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam, sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis adalah: gambar/foto, diagram, bagan. Grafik, poster, media cetak, buku. Media grafis paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Kemudahan mencerna media grafis karena sifatnya visual konkrit menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik. Kelebihan media ini ialah: a).Sifatnya kongkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media verbal. (b) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua. (c) Murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya. Namun demikian memiliki kelemahan yaitu (a) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata. (b) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Proses pembelajaran IPS materi Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa di SD Negeri Temas 01 Batu masih belum mencapai hasil yang diharapkan. Hasil studi awal ditemukan data dari 36 siswa kelas 3B di SD Negeri Temas 01 Batu hanya 31 % siswa yang tercatat dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 7. Tingkat kemampuan siswa kelas 3B SD Negeri Temas 01 Batu berfariasi, hal ini merupakan faktor penyebab berfariasinya pula hasil pembelajaran yang dicapai. Berpedoman pada hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan pembelajaran tersebut dianggap perlu melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Penelitian yang dilakukan di SDN Temas 01 Batu bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Jenis-jenis pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa. Penelitian ini juga bertujuan agar siswa kelas 3 SD Negeri Temas 01 Batu memahami konsep pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka peneliti menganggap penting untuk mengadakan penelitian dengan tema “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Jenis-jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang dan Jasa dengan Media Gambar pada Siswa Kelas 3B SDN Temas 01 Batu” 1233 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model Kemis dan MC. Taggart (dalam Akbar. 2009:28) dengan urutan kegiatan sebagai berikut: Berdasarkan penemuan permasalahan di dalam kelas maka guru membuat perencanaan pembelajaran yang diterapkan dalam siklus pertama, dilanjutkan pada langkah kedua pelaksanaan sekaligus dilaksanakan observasi. Berpedoman pada hasil observasi dan evaluasi hasil belajar murid, melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan yang akan dituangkan dalam perencanaan pelaksanaan siklus kedua. Setiap siklus terdiri dari empat langkah kegiatan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Observasi, refleksi, dan terakhir refisi. Peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini, baik sebagai pelaku maupun sebagai pengamat serta menyimpulkan hasil penelitian. Pelaksanaan observasi penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat. Penelitian ini dilakukan di Kelas 3B, SD Negeri Temas 01, Batu, dengan jumlah murid 36 dan dilaksanakan pada semester kedua tahun pelajaran 2015-2016. Rancangan Penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas berbentuk siklus yang sekurang-kurangnya dilakukan dalam dua siklus (Suharsimi Arikunto dalam Zainal Abidin, 2007) atau sampai dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Siklus I Perencanaan (Planning) 1 Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan skenario pembelajaran yang mencantumkan penggunaan media gambar serta menyusun LKS yang berkaitan dengan materi yang akan dibelajarkan kepada siswa, mempersiapkan lembar evaluasi, mempersiapkan format observasi aktivitas siswa, dan mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Tindakan dan Pengamatan (acting & observing) 1 Pengamatan proses pembelajaran meliputi pengamatan terhadap pembelajaran dengan menggunakan media gambar, aktivitas siswa selama pembelajaran, dan nilai siswa pada hasil tes di kegiatan akhir pembelajaran. Dalam pengamatan menggunakan instrumen berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, kamera untuk mendokumentasikan segala peristiwa yang terjadi. Perefleksian (reflection) 1 Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi bersama guru pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mennjau kegiatan yang telah dilakukan, tujuan yang sudah dicapai, kegiatan yang belum dicapai, masalah pembelajaran yang belum dapat terpecahkan serta efektifitas penggunaan media yang telah direncanakan. Perbaikan Rencana (revise plan) 1 Perbaikan dilakukan dengan berpedoman pada hasil refleksi. Langkah selanjutnya menentukan aktivitas yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPS yang akan dilanjutkan pada siklus II. Menyusun rencana pembelajaran dengan memperhatikan kekurangan yang terjadi pada kegiatan sebelumnya. 1234 ISBN: 978-602-1150-17-7 Siklus II Tahapan dalam siklus kedua pada prinsipnya sama dengan siklus pertama, tetapi pelaksanaan siklus kedua disusun berdasarkan hasil temuan dalam siklus pertama. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari observasi, tes, catatan lapangan yang diuraikan sebagai berikut: (1) Untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik observasi. Sedangkan untuk melengkapi data penelitian yang dibutuhkan digunakan teknik catatan lapangan dengan mencatat kejadian/kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung. (2) Untuk memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa di kelas 3B SDN Temas 01 Batu dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik observasi dan dokumentasi. (3) Untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan media gambar dilakukan dengan teknik tes pada setiap siklus. Bentuk tes berupa tes obyektif dan subyektif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur keseluruhan aspek yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yang meliputi pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan media gambar. Adapun instrumen yang digunakan meliputi: (1) Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk teknik observasi, berupa lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar. (2) Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk teknik observasi, berupa lembar observasi aktivitas siswa. (3) Instrumen penelitian yang digunakan untuk teknik tes, berupa soal tes, kunci jawaban dan penskoran soal tes. HASIL PENELITIAN Siklus 1 Perencanaan Melakukan revisi rencana pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kegiatan pra siklus dengan memperhatikan temuan-temuan dalam kegiatan pra siklus. Menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan pada Siklus I, menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I guru menggunakan gambargambar tentang Jenis-jenis Pekerjaan yang Menghasilkan Barang dan Jasa. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran yang menggunakan alat bantu mengajar berupa gambar-gambar pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa. (2) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam mengukuti proses pembelajaran. (3) Membuat lembar observasi untuk mengetahui minat peserta didik terhadap pembelajaran. (4) Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan dan Observasi Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Maret 2016. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus I adalah sebagai berikut: Kegiatan Awal, Guru membuka pelajaran dengan kegiatan apersepsi melalui tanya jawab tentang pekerjaan yang dilakukan orang tua siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Pertemuan I guru melakukan tanya jawab tentang contoh pekerjaan yang ada di lingkungan siswa. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan tugas berpasangan yang berhubungan dengan LKS 1. Guru memberi kesempatan siswa secara berpasangan mengerjakan LKS 1 dengan mengamati gambar-gambar tentang jenis-jenis pekerjaan. Beberapa pasangan diminta mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Memberi kesempatan kepada siswa lain memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dipresentasikan. Pertemuan II penjelasan 1235 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur guru tentang perbedaan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa. Siswa secara bergantian diminta untuk menyebutkan pekerjaan orang tuanya. Siswa mengelompokkan jenis-jenis pekerjaan ke dalam kelompok menghasilkan barang atau jasa. Dengan mengerjakan LKS 2 secara berpasangan. Beberapa pasangan diminta mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dipresentasikan. Kegiatan Penutup. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, dilanjutkan dengan membahas soal evaluai yang telah dikerjakan. Guru menegaskan kembali materi yang telah disampaiakan. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, dilakukan refleksi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi yang dilakukan observer dan capaian hasil evaluasi siswa, ada beberapa temuan yang disampaikandalam kegiatan refleksi pada siklus I meliputi: (1) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cukup baik, namun masih belum mencapai hasil yang diharapkan, dengan indikator ada beberapa siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan. (2) RPP yang disusun oleh guru terlaksana dengan baik. (3) Sebagian besar siswa memiliki minat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, tetapi masih ada beberapa peserta didik yang masih terlihat kurang berminat, masih ada yang berbicara dengan teman. (4) Berdasarkan hasil belajar peserta didik menunjukkan rata-rata kelas mencapai 69,4. Sebanyak 25 peserta didik sudah mencapai nilai KKM, namun sejumlah 11 peserta didik masih mendapat nilai di bawah KKM yaitu 7. Berdasar hasil temuan di atas perlu dilakukan perbaikan dalam siklus II. Revisi Berpedoman pada hasil refleksi siklus I, dilakukan perbaikan untuk diterapkan dalam siklus II. Perbaikan tersebut meliputi: (1) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berpasangan pada siklus I, pada siklus II dilakukan secara individu. Dengan perubahan tersebut siswa yang kurang aktif menjadi aktif. Siklus II Perencanaan Melakukan revisi rencana pembelajaran sesuai hasil refleksi pada siklus I. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa secara individu. (2) Mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. (3) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam mengukuti proses pembelajaran. (4). Membuat lembar observasi untuk mengamati aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan dan Observasi Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 6 April 2016. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus ini sebagai berikut: Kegiatan Awal, Guru membuka pelajaran dengan kegiatan apersepsi melalui Tanya jawab tentang materi yang pernah di bahas pada siklus I. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan Inti, Pertemuan I guru melakukan tanya jawab untuk mengingat kembali materi pembelajaran yang pernah dipelajari pada pertemuan siklus I. Kegiatan selanjutnya guru menjelaskan tugas individu yang berhubungan dengan LKS 1. Guru memberi kesempatan siswa secara individu mengerjakan LKS 1 tentang jenis-jenis pekerjaan dengan cara menempelkan potongan gambar-gambar profesi sesuai kolom yang tersedia. Beberapa siswa diminta membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Memberi kesempatan kepada siswa lain memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah dibacakan. Pertemuan II. Setelah melakukan apersepsi, guru memberikan penjelasan tentang kegiatan siswa yang dilakukan 1236 ISBN: 978-602-1150-17-7 secara individu. Tanya jawab singkat tentang perbedaan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa. Siswa secara individu mengelompokkan jenis-jenis pekerjaan ke dalam kelompok menghasilkan barang atau jasa melalui mengerjakan LKS 2. Beberapa siswa diminta membacakan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap laporan yang telah bacakan. Kegiatan Penutup. Guru memberikan pemantapan tentang materi yang telah dipelajari. Peserta didik ditugasi mengerjakan soal evaluasi, setelah menyelesaikan tugasnya siswa diajak membahas soal evaluai yang telah dikerjakan. Akhir kegiatan dilakukan refleksi tentang kegiatan pembelajaran saat itu. Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II, penyaji bersama observer melakukan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil observasi yang dilakukan observer dan capaian hasil belajar melalui tes hasil belajar, ada beberapa temuan yang disampaikan observer dalam kegiatan refleksi pada siklus II meliputi: (1) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar baik, mengalami peningkatan jika dibanding hasil pada siklus I, siswa secara individu aktif mengerjakan tugas-tugasnya. (2) RPP yang disusun oleh guru terlaksana dengan baik. (3) Sebagian besar siswa aktif mengikuti proses pembelajaran, yang di siklus I kurang aktif pada siklus II ini sudah menunjukkan keaktifannya. (4) Hasil belajar peserta didik menunjukkan peningkatan, rata- rata kelas mencapai 74,6. Sebanyak 31 peserta didik sudah mencapai nilai KKM, sejumlah 4 peserta didik masih mendapat nilai di bawah KKM. Berdasar capaian hasil dalam siklus II ini dapat disimpukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil, sehingga kegiatan penelitian ini diakhiri. Revisi Berpedoman pada hasil refleksi siklus II, yang telah menunjukkan terpenuhinya target yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan pembelajaran IPS materi menghasilkan barang atau jasa diakhiri. KESIMPULAN Perbandingan capaian hasil belajar peserta didik dalam tiap siklusnya mulai Pra Siklus, Siklus I, hingga Siklus II, menunjukkan peningkatan capaian hasil belajar. Berdasar data tersebut dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS di kelas 3 SD Negeri Temas 01 Batu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan minat belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Sa’dun. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Cipta Media Aksara. Akbar, Sa’dun. 2009. Prosedur penyusunan laporan dan artikel hasil penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Cipta Media Aksara. Hidayati. 2008. Penggunaan media dalam proses pembelajaran. Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Nurhadi. 2009. Mengenal Lingkungan Sekitar. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Riana Cepi. 2008. Komputer dan Media Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. 1237 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS SISWA KELAS 1 SDN ORO-ORO OMBO 01 Kusriyantinik SDN Oro-Oro Ombo 01Batu Abstrak: Pembelajaran di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu pada umumnya masih menggunakan pembelajaran langsung dengan metode ceramah yang berpusat pada guru, sehingga dampaknya siswa kurang aktif dan hasil belajar menurun. Penerapan model pembelajaran yang kooperatf tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan pemahaman konsep pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep hak dan kewajiban anak pada pelajaran PKn di kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tempat penelitian yaitu di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, waktu penelitian selama 3 bulan. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I tingkat pemahaman siswa dalam memahami konsep hak dan kewajiban mencapai 70%. Ketuntasan minimal pada siklus I mencapai 85%. Sedangkan pada siklus II tingkat pemahaman siswa dalam memahami konsep hak dan kewajiban mencapai 91,5%. Ketuntasan minimal pada siklus II mencapai 100%. Kata kunci: pemahaman konsep, model kooperatif, dan Two Stay Two Stray Pembelajaran adalah sebuah proses belajar sebuah ajaran untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran tentunya membutuhkan sebuah model yang tepat supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pemilihan model yang tepat akan berpengaruh pada metode, strategi, dan media yang sesuai. Hal tersebut harus dilakukan supaya pola belajar siswa menjadi terarah dan menyenangkan. Hera, Agus Taufik, dan Puji lestari menyatakan bahwa pendidikan di pandang bukan semata-mata sebagai sarana untuk menyiapkan individu bagi kehidupannya di masa depan tetapi juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ketingkat kedewasaan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan beberapa ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu pertama, pendidikan harus memiliki tujuan yaitu pendidikan hakikatnya adalah pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun bagi warga negara atau warga masyarakat lainnya. Kedua, untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. Ketiga, kegiatan tersebut harus diwujudkan di dalam lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan formal,informal dan non formal. Dalam pembelajaran semua mata pelajaran tentunya pendidik harus bisa memilih sebuah model pembelajaran yang mampu menggiring siswa kepada tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran PKn khususnya mempunyai paradigma baru yang memiliki karakteristik sebagai antara lain, membelajarkan dan melatih siswa berfikir kritis, membawa siswa mngenal, memilih dan memecahkan masalah, melatih siswa dalam berfikir sesuai dengan metode ilmiah dan keterampilan sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri (Udin S.Winaputra,dkk, 2007). PKn juga sebagai mata pelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep sosial, sikap sosial yang kontekstual. Pembelajaran PKn perlu dikembangkan model pembelajaran kontektual maupun kooperatif, pembelajaran kooperatif sendiri diperlukan untuk melatih kerjasama antar siswa, 1238 ISBN: 978-602-1150-17-7 berpikir kritis, dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan sosial mereka (Erna Febru dan Ari dwi, 2012). Pembelajaran langsung atau Direct Intruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-cllas teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkanya secara langsung kepada seluruh kelas (Agus Suprijono). Pelaksanaan model pembelajaran langsung juga membutuhkan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan. Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkungan belajar selama pelajaran dengan model pembelajaran langsung hampir identik dengan yang digunakan guru ketika menerapkan model presentasi. Peneliti dalam pembelajaran langsung juga menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan sangat ketat, mempertahankan fokus akademis dan berharap peserta didik menjadi pengamat, pendengar, partisipan yang tekun. Namun, pada kenyataannya model pembelajaran langsung menjadi perilaku buruk selama proses belajar mengajar berlangsung yang mengharuskan guru harus cepat menangani dengan akurat dan tepat. Model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun, namun paling tepat untuk mata pelajaran yang berorentasi kinerja atau performance, seperti membaca, menulis, matematika, bahasa, kesenian, biologi, fisika, kimia, TIK (Teknologi Informatika dan Komputer) dan pendidikan jasmani. Model pembelajaran langsung juga cocok untuk komponen-komponen keterampilan dalam mata pelajaran yang lebih berorentasi pada informasi seperti sejarah, sosiologi, dan sejenisnya (Agus Suprijono, 2015). Berdasarkan pengalaman mengajar selama ini dan hasil observasi yang dilakukan penulis, di kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu untuk mata pelajaran PKn materi Hak dan Kewajiban Anak diperoleh hambatan-hambatan sebagai berikut, pertama, siswa belum memahami konsep hak dan kewajiban anak. Kedua, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Ketiga hal ini menujukkan aspek ketrampilan sosial dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak masih kurang, dan model pembelajaran yang kurang menantang dan kurang menarik. Pembelajaran PKn di kelas I membutuhkan hal yang konkrit, menarik, sesuai karakteristik anak SD senang bermain, senang bergerak, suka berbagi dan bekerja sama (Mulyani Sumantri,Nana Syaodih, 2002). Penulis di sini mencoba merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang serius tapi santai sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia SD senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Disamping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat pula bertolak dari kebutuhan peserta didik (Mulyani Sumantri 2002). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang sesuai dan tepat untuk mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak di kelas I SDN Ora-Oro Ombo 01 Batu, karena model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray konsepnya lebih luas yakni meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif, memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. Metode ini diawali dengan pembagian kelompok, setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intra kelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. 1239 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, rendahnya pemahaman konsep di sekolah dasar salah satunya dapat di atasi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif, sehingga peneliti menganggap penting untuk mengangkat tema penelitian dengan judul “Meningkatkan pemahaman konsep hak dan kewajiban anak melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk mata pelajaran PKn hak dan kewajiban anak di kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu” METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan terdiri dari 2 siklus. Pelaksanan penelitian dilaksanakan di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu kelas I. Waktu penelitian dimulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2016. Setiap siklus dari penelitian terdiri dari 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan (3) pengamatan (4) refleksi dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif. Alur pelaksanan tindakan dalam penelitian tindakan kelas dapat di lihat seperti pada Gambar 1. Pelaksanaan SIKLUS I Observasi Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Perencanaan Observasi SIKLUS II Refleksi Gambar 1 alur penelitian tindakan kelas di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu Secara lebih terperinci tahapan setiap siklus dalam tahapan adalah sebagai berikut: Siklus Perencanaan Pada tahap perencanaan ini meliputi: membuat perencanaan perbaikan pembelajaran, membuat tujuan pembelajaran sesuai dengan KD,menentukan pendekatan dan metode, 1240 ISBN: 978-602-1150-17-7 menentukan langkah-langkah pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar, membuat lembar kerja siswa secara individu dan kelompok, membuat rubrik penilaian, menyiapkan lembar observasi siswa dan guru. Pelaksanaan Tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah guru menyiapkan siswa masuk kelas kemudian pembukaan pembelajaran diawali dengan doa,apersepsi,penyampaian tujuan pembelajaran, pelajaran inti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS,evaluasi penilaian,refleksi, penutup. Pengamatan Tahap pengamatan disini peneliti dalam melaksanakan penelitia tindakan kelas untuk mengamati keaktifan siswa dan kegiatan mengajar guru, di bantu oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi , pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Apabila dalam siklus ini dirasa siswa masih belum memenuhi target kriteria ketuntasan minimal, maka direncanakan untuk pebaikan pada siklus berikutnya hingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana keberhasilan pelaksanaan tindakan. Refleksi Tahapan refleksi ini guru merekflesikan pembelajaran yang telah di laksanakan yang di pimpin oleh moderator diskusi. Pada kegiatan ini pertama-tama kesempatan diberikan kepada guru model untuk mengutarakan apa yang dirasakan pada proses pembelajaran, berikutnya diberikan kesempatan kepada observer untuk menanggapi penampilan guru model, sebelum kegiatan ini di tutup kesempatan diberikan kepada expert untuk memberikan pembahasan dan tambahan masukan dan pemecahan pada masalah-masalah pada proses pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN . Telah dilakukan penelitian tindakan kelas Di SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu kelas I untuk pelajaran PKn dengan menerapkan Model pembelajaran kooperatif metode Two Stay Two Stray. Berikut ini disajikan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan adalah. SIKLUS I Siklus I dilaksanakan pada minggu I dan ke II pada bulan Maret 2016, dengan hasil adalah sebagai berikut: Perencanaan. Kegiataan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran siklus I yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilakukan antara lain: Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun indikator sesuai KD, membuat tujuan pembelajaran yang merujuk pada indikator dengan Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray sesuai dengan materi yang akan diajarkan yaitu hak anak di rumah dan di sekolah. kemudian guru menyusun langkah-langkah pembelajaran tentang hak anak di rumah dan di sekolah, menyiapkan media dan sumber belajar tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah dan gambar gambar , membuat lembar kerja siswa atau alat evaluasi secara individu dan kelompok tentang hak dan kewjiban anak dalam bentuk gambar dan isian. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi (lembar keaktifan siswa) dan lembar catatan lapangan untuk mengamati proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan Pada kegiatan pelaksanaan tindakan diawali dengan guru menyiapkan siswa masuk kelas dengan berbaris diluar kelas terlebih dahulu, kemudian siswa masuk kelas berdoa, absensi, guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang di lakukan sebelum berangkat sekolah yang terkait dengan materi tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah. 1241 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kemudian siswa diajak menyanyi bersama “lagu selamat pagi” setelah itu guru menanyakan makna dari isi lagu tersebut, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, serta pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray.Guru memberikan penjelasan tentang hak anak di rumah dan di sekolah dan tanya jawab tentang hak anak di rumah dan di sekolah serta pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melihat media gambar pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah. Selanjutnya guru mengkondisikan siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan kerja kelompok. Guru menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan siswa yaitu siswa di bagi menjadi beberapa kelompok diskusi, satu kelompok terdiri 4 anak berdasarkan kemampuan membaca dan menulis yang heterogen. Masing-masing kelompok diberi masalah yang sama yaitu gambar-gambar pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah dengan kalimat pertanyaannya, kemudian guru membimbing siswa untuk bekerja sama dengan diskusi dalam memecahkan masalah tentang hak anak di rumah dan di sekolah sesuai dengan konsep yang ada di lembar kerja siswa. Kegiatan siswa yang melakukan diskusi seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Anak aktif diskusi dalam kelompok Seperti pada Gambar 1. dengan bimbingan guru siswa tampak aktif untuk mengumpulkan informasi dan bertukar pendapat guna memecahkan masalah bersama kelompoknya. Selanjutnya siswa menuliskan hasil pekerjaannya di lembar kerja siswa, kemudian masing-masing kelompok dua anak berkujung ke kelompok lain untuk melihat dan membandingkan hasil kerja kelompok. Perbedaan pendapat dari kelompok atau kurang sesuai dengan konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, siswa yang berkunjung mengkritisi dan memberi komentar agar sesuai konsep tentang hak anak di sekolah dan di rumah. Sedangkan 2 siswa anggota kelompok yang lain tetap diam di kelompoknya masingmasing untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya dan menerima kritik serta saran dari kelompok yang berkunjung, kegiatan siswa berdiskusi seperti pada Gambar 2 Gambar 2. Aktifitas anak berkunjung ke kelompok lain Setelah siswa mengunjungi kelompok lain, selanjutnya mempresentasikan hasil diskusi kelompok dari kelompok lain kepada anggota kelompokknya. 1242 ISBN: 978-602-1150-17-7 Siswa kembali ke kelompok masing-masing kemudian menyampaikan hasil kerja dari kelompok lain ke kelompoknya, beserta kritik dan saran yang berasal dari kunjungan dan menempel hasil kerja pada papan pajangan, aktifitas siswa mamajang hasil karyanya seperti pada gambar 3 Gambar 3. siswa menempel hasil kerja kelompok Untuk mengetahui pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, siswa diberikan tes evaluasi tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah. Siswa diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan soal-soal evaluasi kemudian mengumpulkan hasil kerja untuk di nilai. Rangkuman hasil penilaian evaluasi pada siklus I dari 23 siswa kelas I SDN Oro-Oro Ombo 01 untuk pelajaran PKn hak anak di rumah dan di sekolah adalah sebagai berikut: hasil pre test nilai rata-rata kelas siswa 5,3, yaitu 9 (40%) siswa mendapat nilai di atas rata-rata kelas dan 14 (60%) siswa mendapat nilai dibawah rata-rata kelas. kriteria ketuntasan minimal(KKM)adalah 6,5 dan ternyata siswa yang mencapai KKM hanya 4 anak sedangkan yang belum mencapai KKM 19 anak. Hasil post test setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut: nilai rata-rata kelas mencapai 7,0 yaitu 16 (70%) siswa mendapat nilai diatas rata-rata kelas dan 7(30%) siswa mendapat nilai dibawah rata-rata. Kriteria ketuntasan minimal( KKM) 6,5 dan ternyata siswa yang mencapai KKM 20 anak sedangkan yang belum mencapai KKM 3 siswa. sehingga jika dilihat dari jumlah siswa yang mencapai ketuntasan terjadi peningkatan dari 4 anak menjadi 20 anak, dan di lihat dari rata-rata kelas awalnya 5,3 menjadi 7,0. s Namun demikian meskipun dilihat yang mencapai KKM pada siklus I ini 20/23 (85%) standart KKM nya masih rendah hanya 6,5 dan masih ada 3 (15%) yang belum tuntas. Sehingga masih diperlukan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Observasi. Selama proses pembelajaran berlangsung guru di bantu teman sejawat melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap kegiatan siswa serta kinerja mengajar guru dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menggunakan lembar observasi kegiatan siswa serta guru mengajar yang telah disediakan. Hasil pengamatan oleh teman sejawat pada pembelajaran siklus I, yakni diperoleh data yakni antara lain siswa mulai tenang ketika guru berhasil mengkondisikan pada awal pembelajaran dengan menyanyi, menyampaikan tujuan, mengiformasikan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray serta contoh pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, 3 anak masih ada yang belum memperhatikan masih asyik mengobrol dengan teman satu kelompoknya, ini di karenakan siswa masih baru pertama kali menerapkan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray siswa masih belum paham dengan model pembelajaran ini. Siswa aktif dan senang berdiskusi kelompok dalam memecahkan masalah namun ada juga siswa yang mengalami keterlambatan dalam belajar karena ada anak berkebutuhan khusus serta ada siswa yang belum bisa membaca dalam satu kelompoknya sehingga siswa yang belum bisa membaca menggantungkan pekerjaan kelompoknya. Kegiatan diskusi hanya di dominasi 1243 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur oleh siswa yang pandai sesuai pendapat Slmeto(2010)”Bahwa kecerdasan besar peranannya dalam berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu. Dalam kegiatan berkunjung siswa senang dan aktif berbagi pendapat dengan kelompok lain namun masih ada juga siswa yang enggan berbagi dengan teman kelompok lain karena beranggapan merasa kepandaiannya tidak boleh di bagi dengan orang lain. Siswa aktif mencatat materi pada saat pemaparan atau presentasi pada kelompoknya perolehan dari kelompok lain, yang menambah pengetahuan konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah. Tetapi ada juga beberapa siswa yang tidak mencatat materi karena tidak bisa membaca akhirnya lebih senang mengobrol dengan teman kelompoknny atau menggangagu kelompok lain yang sama-sama senang mengobrol sehingga mengganggu proses pembelajaran. Begitu juga dengan siswa berkebutuhan khusus jadi diam atau mengganggu temannya. Refleksi Berdasarkan catatan-catatan hasil temuan dari pengamatan teman sejawat terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I, maka agar semua siswa lebih aktif dan tidak bosan, mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, meningkatkan pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah pada tindakan siklus II , guru harus mengupayakan beberapa hal yaitu, guru memberikan gambaran langkah-langkah dalam pengguanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa agar siswa lebih paham dalam pelaksanaannya. Guru menggunakan media gambar yang besar dan jelas tentang pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa. Guru lebih sering keliling kelas ke kelompok-kelompok untuk mengarahkan dan membimbing siswa yang belum bisa membaca agar kerja kelompok lebih aktif misalnya siswa yang belum bisa membaca di suruh menjawab pertanyaan atau berpendapat secara lisan dan tidak bergantung dengan hasil kerja kelompoknya, kemudian siswa yang bisa membaca menuliskannya dalam lembar kerja kelompok bergantung pada hasil kerja kelompoknya. Guru memberikan tugas menggambar atau menghiasi lembar kerja kelompok bagi siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuannya agar siswa merasa ikut bekerja dan tidak minder dalam kelompok sehingga tidak mengganggu temannya. Untuk memotivasi siswa dalam pencatatan materi sebaiknya presentasi hasil diskusi kelompok dilakukan di depan kelas oleh perwakilan kelompoknya agar materi yang dipresentasikan benar-benar jelas dan dipahami seluruh siswa. Siklus 2 Siklus II dilaksanakan pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 bulan April 2016, dan hasilnya adalah sebagai berikut: Perencanaan Tahap kegiatan menyusun rencana pada siklus II yang di lakukan peneliti adalah, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat indikator sesuai KD, menentukan tujuan pembelajaran sesuai indikator dan materi pembelajaran yaitu pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, menyusun langkah-langkah pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan pengembangan materi kewajiban anak di rumah dan disekolah. Menyiapkan peraga gambar yaitu buku besar yang berisi pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, menyiapkan lembar kerja kelompok dan individu, lembar pengatan keaktifan siswa serta pengamatan kegiatan proses pembelajaran oleh guru. peneliti berusaha melengkapi kekurangan yang di temui pada siklus I. 1244 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan siklus II, diharapkan siswa sudah lebih paham dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray dan lebih meningkatkan pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II ini berlangsung berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah di susun yaitu tentang pelaksanaan hak dan kewjiban anak dirumah dan di sekolah. Saat pembelajaran dimulai siswa terlihat antusias dan bersemangat dengan tanya jawab tentang materi yang sudah diajarkan yaitu pelaksanaan hak anak di rumah dan di sekolah, kemudian menyanyi bersama lagu “Bangun Tidur” yang terkait dengan materi yaitu pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, penyampaian tujuan pelajaran oleh guru, pemaparan materi siswa dan guru tanya jawab tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah.Guru menunjukkan peraga buku besar yang berisi gambar-gambar dan kalimat pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah, siswa mengidentifikasi gambar-gambar yang di tempel di papan tulis pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah dengan tanya jawab untuk pemantapan peningkatan pemahaman konsep tentang pelaksanaan hak dan kewajibaban anak di rumah dan di sekolah.Kemudian siswa melaksanakan diskusi kelompok satu kelompok terdiri 4 siswa, dengan bimbingan guru siswa mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya yaitu pelaksanaan kewajiban anak di rumah dan di sekolah.tampak seperti pada Gambar 5 siswa aktif berdiskusi. Gambar 5. siswa diskusi kelompok Selesai diskusi kelompok dua orang masing-masing kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk melihat hasil kerja kelompok lain, sedangkan dua siswa yang masih tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu atau kelompok yang berkunjung. Untuk melatih siswa berpikir kritis,percaya diri dan mau berbagi informasi dengan temannya atau dengan kelompok lain. Kegiatan berkunjung ke kelompok lain seperti tampak pada Gambar 6. Gambar 6. Siswa berkunjung ke kelompok lain Waktu berkunjung telah habis siswa yang berkunjung kembali ke kelompoknya masingmasing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, untuk memotivasi siswa kemudian 1245 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur secara bergiliran tiap kelompok maju ke depan kelas mempresentasikan hasil kerja kelompok dan temuan informasi dari kelompok lain,guru membantu menyimpulkan hasil kerja kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah. Seperti tampak pada Gambar 7siswa presentasi didepan kelas kemudian memajang hasil kerja kelompok. Gambar 7. Siswa presentasi dan memajang hasil kerja kelompok Siswa memajang hasil kerja kelompok di tempat yang sudah di sediakan. untuk pemantapan siswa mengerjakan lembar tugas individu. Keseluruhan kegiatan yang telah dilakukan peneliti dengan bantuan obsever teman sejawat pada siklus II yang di laksanakan SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu, ditemukan adanya peningkatan pemahaman konsep dan aktivitas siswa pada pelajaran PKn pelaksanaan hak dan kewajiban anak di rumah dan di sekolah. Hasil tes perbaikan pelaksanaan pada siklus II sebagai berikut : nilai rata-rata kelas pada siklus I 7,0 yaitu 16 siswa mendapat nilai di atas rata-rata ( 70%) pada siklus II meningkat menjadi 8,5 yakni 21 siswa mendapat nilai diatas rata-rata (91,5%) artinya mengalami peningkatan 21,5% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada siklus I 6,5 maka pada siklus II KKM dinaikan menjadi 7. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas pada siklus I ada 7 siswa(30%) pada siklus II tinggal 2 siswa (8,5%) artinya mengalami penurunan 21,5% siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata kelas. Jumlah siswa yang berhasil mencapai ketuntasan minimal pada siklus I 20/23(85%),pada siklus II siswa yang mengalami ketuntasan minimal 23/23 anak (100%) artinya semua siswa berhasil mencapai ketuntasan minimal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS telah dapat meningkatkan hasil belajar atau pemahaman konsep oleh siswa SDN OroOro Ombo 01 pada materi pelaksanaan hak dan kewajiban anak dirumah dan di sekolah. Hal tersebut terlihat dimana rata-rata tes pada siklus I 7,0 pada siklus II rata-rata yang dicapai 8,5 dan ketuntasan kriteria minimal 100%. Observasi Tahap observasi pada siklus II terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di lakukan oleh guru dan di bantu teman sejawat sebagai observer. Instrumen pengamatan berupa lembar observasi yang telah disediakan dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray telah mengalami peningkatan yaitu siswa sudah mulai paham penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray, siswa sudah bisa bekerjasama dan mulai berbagi informasi dengan kelompok lain, meningkatkan motivasi belajar siswa kelas I di SDN Oro-Oro Ombo 01untuk mata pelajaran PKn. Melatih siswa ameningkatkan konsep pelaksanaan hak dan kewajiban di rumah dan di sekolah. Meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dengan mengalami kenaikan rata-rata kelas, Semua siswa aktif mencatat materi hasil temuannya dari kelompok lain, begitu juga 1246 ISBN: 978-602-1150-17-7 dengan anak yang berkebutuhan khusus merasa bisa mengikuti belajar bersama teman-temannya tidak lagi diam atau mengganggu temannya karena sudah diberi tugas sesuai dengan kemampuannya. Refleksi Proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus II yaitu: siswa sudah aktif dan mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sehingga tidak ada siswa yang mengobrol dengan teman satu kelompoknya, diskusi tidak di dominasi oleh siswa yang pandai saja karena masing-masing siswa sudah tahu tugasnya berdasarkan kemampuan membaca dan menulis sehingga tidak ada siswa yang mengalami terlambat dalam kosentrasi belajar termasuk siswa yang berkebutuhan khusus,semua siswa aktif terlibat dalam diskusi kelompok. Peningkatan tersebut terjadi karena model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dirumah dan disekolah pada saat berkunjung kekelompok lain pengetahuannya menjadi lebih komplek dimana siswa dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah dipahami,sesuai pendapat Bloom(1979). Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan penuh percaya diri, komunikasi guru dan siswa mengalami peningkatan serta memberikan hasil belajar yang maksimal di buktikan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas . Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siklus II dilaksanakan oleh guru dengan baik. KESIMPULAN Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS telah dapat meningkatkan hasil belajar atau pemahaman konsep oleh siswa SDN Oro-Oro Ombo 01 Batu pada materi pelaksanaan hak dan kewajiban anak dirumah dan di sekolah. Hal tersebut terlihat dimana ratarata tes pada siklus I 7,0 pada siklus II rata-rata yang dicapai 8,5 dan ketuntasan kriteria minimal 100%. Peningkatan tersebut terjadi karena model kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang pelaksanaan hak dan kewajiban dirumah dan disekolah pada saat berkunjung kekelompok lain pengetahuannya menjadi lebih komplek dimana siswa dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. SARAN Penggunaan model pembelajaran Two say two stray sangat efektif digunakan untuk pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran TSTS mempunyai kelebihan yakni mampu menjadikan siswa bekerja sama dalam satu tim, mampu menjadikan siswa berkomunikasi dengan teman yang lain, dan mampu menjadikan siswa lebih aktif. Pembelajaran TSTS tidak hanya dapat digunakan dalam mata pelajaran PKn namun, dapat juga digunakan dalam mata pelajaran yang lain khususnya jika mata pelajaran tersebut membutuhkan kerja kelompok. DAFTAR RUJUKAN Affandi I. dan Suryadi, K. 2007. Hak Asasi Manusia (HAM). Jakarta: Universitas Terbuka. Aries, E.F. dan Haryono, A.D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Mikarsa, H.L., Taufik, A., dan Prianto, P.L. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 1247 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Suprijono, A. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wardani, I.G.A.K, Wihardit, K., dan Nasution, N. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Winataputra, U.S., dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Zainul A. dan Mulyana, A. 2007. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta Universitas Terbuka. 1248 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PPKn KELAS VII – A DI SMP NEGERI 4 BATU MELALUI PEMBELAJARAN MODEL STAD Susilo Hardiknyo, S.Pd SMP Negeri 4 Batu [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar PPKn kelas VII – A di SMP Negeri 4 Batu melalui pembelajaran model STAD. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing dua kali pertemuan. Subjek penelitian adalah 33 siswa. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan prestasi belajar dar 80,30 dengan ketuntasan belajar 75,75 % pada siklus I menjadi 83,03 dan ketuntasan belajar 90,90 % pada siklus II. Peningkatan prestasi belajar PPKn juga teramati dari perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi antar siswa dan tumbuhnya tanggung jawab pribadi maupun kelompok dalam pembelajaran. Kata kunci : prestasi belajar, PPKn, pembelajaran STAD Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa. Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 penjelasan pasal 77 J ayat (1) ditegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.Titik sentral yang harus dicapai setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apapun yang termasuk perangkat program pengajaran dituntut secara mutlak untuk menunjang tercapainya tujuan. Guru tidak dibenarkan mengajar dengan kemalasan. Siswapun dihapakan mempunyai kreativitas yang tinggi dalam belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memiliki peranan penting dalam memberikan motivasi belajar. Peran guru ikut memberikan andil dalam mencapai pemahaman siswa untuk mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajarmengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar. Pembelajaran pada mata pelajaran PPKn di kelas VII di SMP Negeri 4 Batu, melalui penerapan metode ceramah selama ini masih belum memberikan dampak terhadap kualitas pembelajaran. Masih terdapat beberapa permasalahan pembelajaran diantaranya: (1).kurangnya motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi di dalam belajar, (2) prestasi siswa belum mencapai 1249 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur hasil yang memuaskan dan belum mencapai KKM secara klasikal yang telah ditetapkan, (3) perhatian dan konsentrasi belajar siswa kurang, (4) kemampuan bertanya siswa rendah, (5) kurangnya dorongan mental orang tua karena tidak memahami apa yang dipelajari siswa, (6) pelaksanaan pembelajaran yang kurang interaktif membuat pembelajaran menjenuhkan, (7) minat siswa untuk belajar PPKn kurang, dan (8) hasil belajar siswa belum sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu ada tindakan umtuk mengatasi permasalahan pembelajaran PPKn di kelas tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Bayan (2011), Wahyuli (2011) dan Widyawati (2012). Bayan melalui penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V - A SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara” menghasilkan temuan bahwa pembelajaran dengan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan ini terjadi karena ada interaksi antara siswa yang kurang memahami dengan siswa yang sudah memahami. Interaksi ini meningkatkan inspirasi siswa untuk belajar karena belajar dengan teman lebih mudah dipahami dan lebih menyenangkan. Wahyuli (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan di SMK 45 Wonosari” menghasilkan temuan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada peserta didik kelas X teknik komputer jaringan di SMK 45 Wonosari. Widyawati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ”Peningkatan Antusias Belajar PKn Kebebasan Berorganisasi melalui Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas V Semester 1 SD Kebowan Kecamatan Winong Kabupaten Pati” menghasilkan temuan bahwa adanya peningkatan dalam antusiasme belajar siswa tentang kebebasan berorganisasi. ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 58% atau 15 siswa menjadi 92 % atau 24 siswa pada siklus II. Dari penelitian Bayan (2011), Wahyuli (2011), dan Widyawati (2012) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, matematia, dan PKn. Dengan STAD siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran yang ajarkan serta siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD menurut Bayan (2011:88) adalah model pembelajaran yang dianggap mampu mengakomodasi tujuan pendidikan untuk membangun kesadaran kritis sehingga siswa mampu memahami sebuah peristiwa dari berbagai perspektif, membangun analisis yang logis, mampu mengambil keputusan yang tepat dan mampu mempertanggung jawabkan keputusan tersebut terhadap orang lain. Menurut Slavin dalam Bayan, (2011) model pembelajaran STAD dapat digunakan untuk berbagai macam kajian dalam bidang social dan sain pada semua jenjang pendidikan Metode ini adalah paling sederhana diantara metode-metode pembelajaran kooperatif lain. Selanjutnya menurut Arends (dalam Bayan, 2011:88) guru yang menggunakan STAD, melalui pembelajarannya dengan memberikan informasi akademik baru kepada siswa, baik secara verbal maupun melalui bahan bacaan. Siswa dalam kelas dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota masing-masing 4 sampai 5 siswa, dan setiap kelompok dibuat heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai ulangan tentang materi itu. Dan pada saat ulangan mereka tidak boleh saling membantu. Pembelajaran kooperatif model STAD 1250 ISBN: 978-602-1150-17-7 memberikan kesempatan kepada siswa terlibat aktif dan saling berkomunikasi dalam kelompoknya Pembelajaran model STAD adalah salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan mudah dilakukan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang terdiri 4 – 5 siswa dalam mata pelajaran PPKn di SMP Negeri 4 kelas VII A dilakukan dengan langkah pertama, persiapan, menyiapkan materi yang akan diajarkan dan lembar kerja diskusi. Kedua, pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan dengan masingmasing kelompok terdiri dari empat sampai dengan lima orang. Angota-anggota kelompok dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan, motivasi belajar, jenis kelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda. Ketiga, kegiatan pembelajaran, guru menerangkan apa yang akan dicapai dengan proses pembelajaran ini dan menyuruh siswa untuk mulai menyelesaikan soal yang diberikan. Keempat, pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secaraa serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut. Kelima, kuis, Siswa diberi tes atau kuis individu dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya. Keenam, hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. Ketujuh, setelah itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. METODE Penelitian menggunakan Class-room Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Desain PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart (1982) dalam Arikunto (2006: 16) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflection). Penelitian dilakukan di kelas VII - A SMP Negeri 4 Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2016. Subjek penelitian adalah 33 siswa kelas VII -A SMP Negeri 4 Batu yang terdiri dari 19 .siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Pada tahap perencanaan, dilakukan kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang diterapkan di kelas, LKS, Media Pembelajaran, Lembar Obsevasi, Lembar evaluasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model STAD, dengan materi Bertoleransi dalam keberagaman kelas VII semester genap yaitu Kompetensi dasar Memahami keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender. Pada tahap pelaksanaan, dilakukan penerapan RPP yang sudah disusun pada tahap perencanaan dalam pembelajaran. Tahap pelaksanaan pembelajaan dilakukan pengamatan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan. Pada tahap refleksi, peneliti bersama observer merinci dan menganalisa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dan mencari solusi alternatif sebagai upaya penyelesaian masalah. Solusi alternatif tersebut menjadi bahan perbaikan pembelajaran pada siklus 2. Instrumen utama penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi tahapan pembelajaran model kooperatif STAD dan lembar evaluasi. Observasi tahapan pembelajaran 1251 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur digunakan untuk membantu peneliti sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dan juga membantu peneliti dan obsever untuk mengobservasi seluruh kegiatan yang berlangsung di kelas. Butir soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang dilaksanakan sesudah proses pembelajaran satu siklus berakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Perencanaan Perencanan penelitian dilaksanakan bulan Maret 2016 dengan mempersiapkan RPP, LKS, format pengamatan KBM, format pengamatan kegiatan siswa, angket siswa, soal kuis, dan berbagai sumber belajar yang diperlukan pada siklus I. Materi pembelajaran pada pertemuan ini adalah keberagaman ras dan gender. Sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan model STAD, siswa diberi informasi lebih dahulu. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus pertama pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu persiapan, pembentukan kelompok, kegiatan pembelajaran dengan penjelasan materi, pemahaman konsep dengan mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan, kuis, pemberian penghargaan. Langkah persiapan, mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan menyanyikan lagu daerah yang dikenal siswa, yang tampak dalam dialog sebagai berikut. G: sebutkan nama lagu daerah yang kamu ketahui ! S: gundul pacul, S: apose G: ayo menyanyi bersama lagu Gundul pacul Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut: G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas keberagaman, jelaskan keberagaman masyarakat Indonesia ! S: Suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat perbedaan dalam berbagai bidang G: Bagus sekali, selanjutnya perbedaan itu meliputi apa saja ?” S: Perbedaan meliputi suku, agama/keyakinan, ras, sosial budaya, politik, dan jenis kelamin. Dari dialog itu menunjukkan siswa telah memiliki pemahaman konsep keberagaman masyarakat Indonesia yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau pengetahuan bekal awal yang selanjutnya dijadikan guru untuk mengaitkan materi yang akan diajarkan pada pertemuan tersebut. Pada langkah pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai dengan urutan tempat duduk, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi secara singkat dan tanya jawab tentang keberagaman ras dan gender meliputi; pengertian ras, macam-macam ras di Indonesia dan penyebarannya, pengertian gender, alasan sikap gender, dan kesadaran gender. Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk 1252 ISBN: 978-602-1150-17-7 membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5 siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Waktu mengerjakan LKS selama 30 menit. Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian tugas tiap-tiap kelompok sudah terbagi apa belum. Pada langkah ini guru mendapati satu kelompok yang belum membagi kelompoknya, selanjutnya guru ikut menatanya dapat dilihat dari dialog berikut. Gambar 1: Guru mengecek pembagian tugas salah satu kelompok G : Ini kelompok berapa S : Kelompok 5 G : Karena jumlah anggotanya 5, silakan dibagi 2 yang dua anak mengerjakan LKS 1 dan yang tiga anak mengerjakan LKS 2 Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru. Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2 dari LKS 1 S : Pak yang dimaksud soal no. 2 itu ciri-ciri dari masing-masing Raskah? G: Tidak, itu ciri-ciri ras secara umum/keseluruhan, tetapi kalau dijawab ciri masingras juga boleh S : Ya pak, terima kasih G : Ayo, anak-anak semuanya ikut berpikir untuk menemukan jawabannya. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil pekerjaan LKS untuk memahami konsep keberagaman ras dan gender serta bertanya kepada teman, memberikan saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan. Hasil pekerjaan LKS ada 1 kelompok yang menjawab soal LKS 2 no 2 belum benar. 1253 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Gambar 2 : LKS yang dikerjakan salah satu kelompok Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10 menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75, maka siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 22 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok 3 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM. Pada pertemuan kedua siklus I tahapan pembelajaran melalui langkah persiapan, guru mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan meminta siswa menanyikan lagu wajib nasional Satu Nusa Satu bangsa G: Untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, ayo bersama menyanyikan lagu satu nusa satu bangsa! S: Ya …Pak ! Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut: G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas keberagaman ras dan jender, sebutkan pengertian ras! S: Sekelompok besar manusia yng memiliki ciri-ciri fisik yang sama G: Bagus sekali, selanjutnya cirri-ciri fisik itu meliputi apa saja ?” S: Warna kulit, bentuk rambut, bemtuk mata, hidung, … G: Ya bagus. Dari dialog itu menunjukkan siswa telah memiliki pemahaman konsep keberagaman ras dan gender yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau pengetahuan bekal awal. Langkah berikutnya guru membentuk kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai dengan urutan nomor absen siswa, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi secara singkat dan tanya jawab tentang arti penting memahami keberagaman dalam masyarakat Indonesia, perilaku toleran terhadap keberagaman agama, suku,ras, budaya, dan gender Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5 1254 ISBN: 978-602-1150-17-7 siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Dalam mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit. Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian tugas tiap-tiap kelompok. Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru. Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2 dari LKS 2 S : Pak untuk soal no. 2 kok tidak ada di buku paket? G: Oh ya, disitu ada uraian singkat coba kalian temukan sendiri perilaku toleran dalam keberagaman suku dan ras menurut pendapatmu S : Ya pak, terima kasih G : Ayo, semuanya bekerja bagi tugas dengan baik Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil pekerjaan LKS untuk memahami konsep arti penting memahami keberagaman masyarakat Indonesia dan perilaku toleran terhadap keberagaman agama, suku, ras, social budaya dan gender serta bertanya kepada teman, memberikanya saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan. Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10 menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75, maka siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 25 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 8 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok 3 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM. Observasi Tahapan observasi yang dibantu oleh observer dapat dihasilkan temuan sebagai berikut. Pada siklus 1, kegiatan pembelajaran kooperatif STAD belum dapat dilaksanakan sepenuhnya., dalam pembentukan kelompok diskusi siswa tidak segera menata diri dalam kelompok, dalam kerja kelompok masih ada siswa yang tidak aktif saling menunggu menggantungkan yang lain, siswa dalam berdiskusi belum menunjukkan perilaku rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran masih kurang, proses pembelajaran kooperatif belum efektif, soal kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran belum menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal. Refleksi Perolehan data pada siklus 1 mendorong guru untuk memperbaiki beberapa hal, yaitu perlunya memperbaiki rencana persiapan pembelajaran. Diperlukan pengelolaan kelas yang lebih baik, perlunya penanaman pemahaman pembelajaran kooperatif STAD dalam kelompok sehingga siswa dapat menjawab kuis dengan jawaban yang tepat, perlunya pemberian motivasi yang lebih kuat oleh guru, perlunya kontrol guru pada siswa pada saat kegiatan pembelajaran, 1255 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dan saat mengerjakan soal kuis. Berdasarkan hal tersebut, perlu memutuskan untuk melakukan pembelajaran siklus II Pembahasan Siklus I Berdasarkan temuan pada penelitian siklus I bahwa: kegiatan pembelajaran kooperatif STAD belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena siswa masih asing dengan model pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembentukan kelompok diskusi siswa tidak segera menata diri dalam kelompok masih saling tanya antar siswa, mencari-cari teman anggota kelompok . Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dalam kelompok. Dalam kerja kelompok masih ada siswa yang tidak aktif saling menunggu menggantungkan yang lain, dikarenakan siswa belum memiliki rasa tanggung jawab keberhasilan belajarnya baik secara mandiri maupun berkelompok, siswa dalam berdiskusi belum menunjukkan perilaku proses pembelajaran kooperatif yang efektif , karena anggota dalam kelompok masih ada yang melamun dan bermain serta tidak segera melaksanakan tugasnya. Rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran masih kurang karena ada beberapa siswa yang masih mencoba berdiskusi sendiri dengan teman lainnya, sementara itu, siswa yang lain tidak segera mengingatkan atau memberitahukan bahwa tugas harus segera dikerjakan. Soal kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran belum menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal. Hal ini disebabkan masih ada siswa yang belum menguasai konsep-konsep yang telah diajarkan dan didiskusikan, soal-soal dalam kuis yang menurut siswa dianggap sulit dan perlu dianalisis. Siklus Kedua Perencanaan Perencanan penelitian dilaksanakan bulan Maret 2016 dengan mempersiapkan RPP, LKS, format pengamatan KBM, format pengamatan kegiatan siswa, Angket siswa, soal kuis, dan berbagai sumber belajar yang diperlukan pada siklus II. Materi pembelajaran pada pertemuan ini adalah Keberagaman memelihara semangat persatuan Indonesia. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus kedua pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu persiapan, pembentukan kelompok, kegiatan pembelajaran dengan penjelasan materi, pemahaman konsep dengan mengerjakan lembar kerja yang telah disiapkan, kuis, pemberian penghargaan. Langkah persiapan, mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan siswa, memberikan motivasi dengan menyanyikan lagu Dari Sabang sampai Merauke G: Anak-anak, ayo menyanyikan lagu dari sabang sampai Merauke! S: Ya, Pak! Selanjutnya guru meminta siswa mempersiapkan buku dan alat tulisnya, mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut: 1256 ISBN: 978-602-1150-17-7 G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas perilku toleran terhadap keberagaman suku, ras, agama, sosial budaya, dan gender. Sebutkan contoh perilaku toleran terhadap keberagaman agama ! S: Menghormati agama yang dianut orang lain S : Tidak mengganggu kegiatan ibadah agama lain G: Bagus sekali, selanjutnya amati gambar 7.1 pada buku paket kalian halaman 132, dan jawab pertanyaannya 1. Apa tanggapan kalian setelah mengamati gambar tersebut 2. Jelaskan pesan dari gambar tersebut 3. Apa yang kalian lakukan setelah membaca pesan tersebut Gambar 3 : Memelihara semangat persatuan dan kesatuan Dari jawaban-jawaban siswa dapat disimpulkan. Pertama, pentingnya memelihara persatuan karena bangsa Indonesia memiliki keberagaman dengan semangat Bhinneka Tuggal Ika yang terdapat dalam lambing Negara. Kedua, keberagaman bangsa merupakan keindahan dan kekayaan bangsa, persatuan dan kesatuan menjadikan bangsa semakin kuat. Ketiga, memelihara persatuan diantara warga tidak menonjolkan perbedaan yang dimiliki. Dari kesimpulan jawaban siswa menunjukkan telah memiliki pemahaman konsep perilaku toleran terhadap keberagaman masyarakat Indonesia yang berarti pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau pengetahuan bekal awal yang selanjutnya dijadikan guru untuk mengaitkan materi yang akan diajarkan pada pertemuan tersebut. Pada langkah pembentukan kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok masing-masing terdiri dari 4 – 5, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi dan tanya jawab secara singkat dengan menayangkan video dan power point tentang lambing Negara, arti dan makna Bhinneka Tunggal Ika. Selanjutnya guru mebagikan LKS untuk dikerjakan dalam kelompok diskusi yang sudah terbentuk waktu mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit. Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru melihat jalannya diskusi pada masing-masing kelompok, menunjukkan buku sumbernya untuk menemukan jawabannya: Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk memahami hasil kerja kelompoknya, jika masing-masing kelompok sudah memahami materi yang didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan. Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10 menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. 1257 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pada pertemuan kedua siklus II tahapan pembelajaran melalui langkah persiapan, guru mempersiapkan kondisi kelas baik fisik maupun psikis dengan berdoa, memeriksa kebersihan kelas, kerapihan kelas memberikan motivasi dengan mengadakan tanya jawab untuk menggali pemahaman materi sebelumnya dan pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi sekarang, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tampak dari dialog berikut: G: Pada pertemuan minggu yang lalu kita membahas pengertian dan makna Bhinneka Tunggal Ika, apa makna Bhinneka Tunggal Ika dalam persatuan Indonesia ? S: Meskipun bangsa dan Negara Indonesia terdiri berbagai macam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang beraneka ragam namun semuanya merupakan satu persatuan yaitu bangsa Indonesa G: Bagus sekali, selanjutnya terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa diawali apa ? S: Kesadaran persamaan senasib dan sepenanggungan G:Ya bagus. Dari dialog itu menunjukkan bahwa siswa telah memiliki pemahaman konsep makna Bhinneka Tunggal Ika dalam persatuan Indonesia. Ini berarti bahwa pada diri siswa telah memiliki pengetahuan prasarat atau pengetahuan bekal awal. Langkah berikutnya guru membentuk kelompok, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing terdiri dari 5 – 6 siswa dengan cara guru menghitung siswa sesuai dengan urutan tempat duduk siswa dihitung dari belakang kebalikannya siklus I, selanjutnya setelah siswa berkelompok guru memberikan penjelasan materi secara singkat dan Tanya jawab tentang makna persatuan dan kesatuan, arti penting peratuan dan kesatuan serta Bhinneka Tunggal Ika Setelah memberikan penjelasan singkat guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok terdiri 2 LKS yang harus dikerjakan dengan memerintahkan tiap kelompok untuk membagi tugas sesuai jumlah anggota dalam kelompok, jika anggota kelompok berjumlah 5 siswa dibagi 2 siswa mengerjakan LKS 1, 3 siswa mengerjakan LKS 2, kelompok yang berjumlah 6 siswa dibagi masing-masing 3 siswa untuk mengerjakan LKS 1 dan LKS 2. Dalam mengerjakan LKS diberi waktu 30 menit. Dalam proses diskusi kelompok untuk membahas LKS, guru menegaskan kembali untuk pembagian tugas dalam kelompok dengan berkeliling melihat dan mengecek pembagian tugas tiap-tiap kelompok Selanjutnya guru berkeliling melihat proses diskusi untuk mengerjakan LKS diharapkan semua siswa dapat menemukan dan bisa menyelesaikannya dengan membimbingnya untuk mencari jawabannya dari buku sumber maupun dari penjelasan yang telah disampaikan guru. Ketika proses diskusi kelompok ada siswa dari kelompok 1 bertanya untuk kejelasan soal no. 2 dari LKS 2 S : Pak untuk soal no. 2 kok tidak ada di buku paket? G: Oh ya, silahkan cari lagi pada materi makna negara persatuan di bab sebelumya S : Ya pak, terima kasih G : Ayo, semuanya bekerja bagi tugas dengan baik Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS, selanjutnya diminta untuk bertukar hasil pekerjaan LKS untuk memahami konsep makna persatuan dan kesatuan, arti penting persatuan dan kesatuan serta Bhinneka Tunggal Ika dengan saling bertanya kepada teman, memberikanya saran dan pendapat. Selanjutnya jika masing-masing kelompok sudah memahami materi yang 1258 ISBN: 978-602-1150-17-7 didiskusikan, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kelompok yang lain diminta memperhatikan dan membandingkan dengan hasil pekerjaan kelompoknya untuk bahan bertanya pada saat presentasi sesi tanggapan atau pertanyaan dilaksanakan. Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula guna mengerjakan soal kuis yang sudah disiapkan. Dalam mengerjakan kuis ini siswa diminta kejujurannya untuk tidak saling membantu jawaban dengan temannya. Waktu mengerjakan soal kuis selama 10 menit dan diakhiri dengan koreksi bersama. Melalui nilai KKM yang ditetapkan sebesar 75, diperoleh siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 30 siswa, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 3 siswa. Kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok 1, 2, 3, 6 karena semua anggotanya berhasil memperoleh nilai diatas KKM, sementara kelompok yang lain ada anggota yang belum KKM. Observasi Tahapan observasi yang dibantu oleh observer dapat dihasilkan temuan sebagai berikut. Pada siklus II, kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD sudah dapat dilaksanakan dan siswa mulai menyenangi, dalam pembentukan kelompok diskusi siswa sudah tidak saling menunggu dan bertanya dan segera menata diri dalam kelompok, dalam kerja kelompok siswa mulai tahu tanggung jawabnya masing-masing, antusias siswa dalam pembelajaran sudah baik, soal kuis yang dikerjakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sudah dapat menunjukkan hasil ketercapaian KKM secara klasikal. Refleksi Pada siklus II kegiatan pembelajaran kooperatif STAD sudah dapat dilaksanakan dengan baik dibanding siklus 1. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini mengalami peningkatan dalam kegiatan diskusi kelompok, pemahaman terhadap materi pembelajaran. Prestasi belajar PPKn mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar PPKn pada siklus II adalah 83,03 siswa yang belum mencapai KKM ada 3 siswa dan ketuntasan belajar 90,90 % Pembahasan Siklus II Kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD menunjukkan adanya peningkatan, siswa tidak asing lagi dengan model pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembentukan kelompok diskusi siswa sudah dapat menata diri dalam kelompoknya dengan baik. Dalam kerja kelompok siswa sudah menunjukkan keaktifannya dan sudah merasa memiliki tanggung jawab keberhasilan belajarnya baik secara mandiri maupun berkelompok, siswa dalam berdiskusi menunjukkan perilaku proses pembelajaran kooperatif yang efektif. Rasa ingin tahu terhadap materi, antusias siswa dalam pembelajaran sudah adanya peningkatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arends (dalam Bayan, 2011:92) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan akademik siswa. Prestasi belajar siswa siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Peningkatan tersebut terjadi karena guru melakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran pada kegiatan pendahuluan yang lebih menarik sehingga siswa tebih termotivasi untuk belajar, pada kegiatan inti guru selalu mengigatkan kepada siswa untuk bekerja sungguh-sungguh dan menumbuhkan kesadaran tanggung jawabnya baik secara individu maupun bersama-sama. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan menyenangkan sehingga siswa aktif belajar dan merasa nyaman dalam kelas. Peningkatan prestasi belajar siswa pada penelitian ini dapat dilihat dari tabel (1) berikut 1259 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Tabel 1 Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VII A NO Siklus 1 2 I II Rata - rata Tes 80,30 83,03 Ketuntasan 75,75 % 90,90 % Pembelajaran PPKn dengan menggunakan pembelajaran model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar PPKn dari rata-rata 80,30 menjadi 83,03. Peningkatan ini terjadi karena siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan, siswa memiliki tanggung jawab baik secara individu maupun kelompok tumbuhnya interaksi antar siswa sehingga dapat meningkatkan kemauan siswa untuk belajar karena belajar dengan teman lebih mudah dipahami dan lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kagan (dalam Bayan, 2011:93) bahwa dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok bekerja sama untuk memahami materi dengan saling memberikan dukungan dan bantuan, serta setiap anggota kelompok harus ber-tanggungjawab terhadap pembelajaran sendiri dan semua anggota kelompok (Kagan, 1994). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pertama, pembelajaran model STAD dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Melalui STAD siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Kedua, pembelajaran model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran PPKn. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata 80,30 dengan ketuntasan 75,75 % pada siklus pertama menjadi 83,03 dengan ketuntasan 90,90 % pada siklus kedua. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bayan, M. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Menungkatkan Hasil belajar IPA Siswa Kelas V A SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara. J-TEQIP, 2(1), November: 87 – 93. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK Malang: Universitas Negeri Malang. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013, perubahan atas Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Wahyuli, Endah Bekti. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Peserta Didik Kelas X Teknik Komputer Jaringan di SMK 45 Wonosari. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, http://eprints.uny.ac.id/16, diunduh pukul 08.20 WIB Widyawati, Retno Ayu. 2012. Peningkatan Antusias Belajar PKn Kebebasan Berorganisasi melalui Model Pembelajaran STAD pada siswa kelas V Semester 1 SD Kebowan Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, http://eprints.ums.ac.id/2, diunduh pukul 08.40 WIB 1260 ISBN: 978-602-1150-17-7 UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 02 BATU PADA MATA PELAJARAN PPKn MELALUI METODE BERMAIN PERAN Sri Sukatmini SMPN2 Batu [email protected] Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas VII SMPN 2 Batu dengan jumlah siswa 32 orang yakni: (1) siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa malas mengikuti pelajaran menganggap PPKn pelajaran membosankan, (3) siswa cenderung pasif, dan (4) siswa tidak kondunsif sehingga mempengaruhi hasil belajar kurang maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penerapan metode pembelajaran bermain peran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil hasil penelitan menunjukan bahwa pembelajaran bermain peran yang dilakukan dengan penjelasan guru, membentuk siswa dalam peran tokoh, mempelajari sejarah perjuangan, sosiodrama, diskusi penyimpulan materi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Hasil belajar siswa dengan KKM yang ditentukan sebesar 75, pada siklus I siswa yang belum tuntas sebesar 7 orang (20 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II semua siswa memperoleh nilai di atas KKM. Kata kunci: peningkatan hasil belajar, PKn, metode bermain peran Fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peranan berbagai pihak, antara lain sekolah, masyarakat, dan keluarga. Di sekolah guru PPKn mempunyai peranan yang strategis untuk mewujudkan semangat nasioalisme dan patriotisme dalam melaksanakan Undang-Undang tersebut. Guru PPKn perlu menanamkan nilai moral kepada siswa agar bisa menerapkan sikap nasionalisme dan patriotisme sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang menghormati nilai-nilai perjuangan para pendiri bangsa dan negara. Dalam hal ini sesuai dengan materi NKRI pada mata pelajaran PPKn kelas VII di semester II 2015/2016, siswa diharapkan mampu memiliki sifat nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun demikian dalam praktik pembelajaran masih mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut diantaranya: (1) siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, (2) siswa malas mengikuti pelajaran menganggap PPKn pelajaran membosankan, (3) siswa cenderung pasif, (4) siswa tidak kondunsif dan mempengaruhi hasil belajar kurang maksimal. Hambatan ini terjadi karena selama ini guru sebagai peneliti sering menggunakan ceramah dalam mengajar PPKN. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan penerapan metode belajar bermain peran. Menurut Aqib (2002:96) metode bermain peran merupakan suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinatif, daya ekspresi dan penghayatan. Siswa memerankan seseorang dari sejarah dunia pengetahuan dan lain-lain, atau peran lainnya dari 1261 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dunia hewan dan tumbuhan. Kegiatan memerankan seseorang atau sesuatu akan membuat siswa mudah memahami dan seringkali menghayati hal-hal yang dipelajarinya. Dengan demikian metode bermain peran pada prinsipnya melakukan penjiwaan terhadap yang diperankan oleh siswa dan dipandu guru sebagai sutradara. Langkah-langkah pembelajaran bermain peran ini antara lain: guru bersama siswa menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, membentuk kelompok sesuai kebutuhan peran, guru memberikan penjelasan materi dan pemberian tugas, diskusi kelompok, sosio drama, pengamatan drama, pembahasan hasil pengamatan oleh masing-masing kelompok, guru memberikan kesimpulan secara umum, evaluasi dan penutup. Seorang siswa yang hendak bermain drama perlu memperhatikan hal-hal praktis seperti di bawah ini: (1) menguasai naskah cerita, (2) pemusatan pikiran (konsentrasi), (3) mengenal rahasia percakapan (dialog), (4) mempertajam ingatan emosi, (5) mampu mengadakan pengamatan, (6) penetrapan mimik, (7) cara-cara mengambil sikap, dan (8)menyesuaikan diri sebagai tokoh. Cahyani dalam Chotimah (2015:10) menemukan bahwa pembelajaran bermain peran lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa, mematangkan keberanian berpendapat serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menghubungkan faktor yang sudah dipelajari. Chotimah (2015) menemukan bahwa dengan bermain peran, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I 72% ke siklus II 83,8%. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam peneliti ini diterapkan pembelajaran bermain peran di kelas VII SMP Negeri 2 Batu materi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Harapannya siswa mampu melakukan atau membawakan suatu cerita atau peran-peran tertentu dalam kehidupan seshari-hari, sehingga dapat menghayati dan penuh semangat belajar yang menyenangkan. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri 3 pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada tahap perencanaan dimulai langkah awal dengan menyampaikan kompetensi dasar dan metode pembelajaran kepada siswa. Langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran Bermain Peran dengan materi pembelajaran NKRI, (2) membuat soal evaluasi untuk dikerjakan di kelas, (3) membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu pembelajaran dengan pembelajaran NKRI Langkah awal dalam penelitian ini mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran PPKn kelas VII G di SMPN 2 Batu . Berdasarkan temuan masalah, dilakukan analisis masalah yaitu suatu upaya untuk menemukan akar penyebab masalah. Pelaksanaan tindakan sebagai alternatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan hasil analisis masalah. Setelah perencanaan selesai, kemudian dilakukan pembelajaran . Pada tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan . Dalam pelaksaan pembelajaran ini , penulis bertindak sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru sebagai teman sejawat dan siswa yang bersangkutan di kelas yang diteli dimohon bantuan untuk mengomentari dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus dilaksanakan dalam 3 pertemuan Pada pertemuan terakhir masing-masing siklus diberi tes hasil belajar. Waktu pertemuan selama 2 jam pelajaran atau (70 Menit). 1262 ISBN: 978-602-1150-17-7 Dalam pelaksanaan tindakan kelas dilakukan observasi (pengamatan) . Peneliti sebagai guru melakukan tindakan pembelajaran dengan materi soal NKRI, sedangkan untuk mengobservasi aktivitas siswa di dalam kelas diobservasi oleh guru teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi KBM , dan setelah selesai pembelajaran dengan metode bermain peran dalam bentuk sosio drama perjuangan , siswa diminta pendapatnya baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan lembar observasi siswa. Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk melihat keberhasilan tindakan yang dilakukan. Pada tahap refleksi, peneliti bersama guru yang mengikuti pengamatan mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan hasil- hasilnya, dengan melihat data hasil observasi setiap siklus apabila terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Selain itu apakah soal materi NKRI dengan pembelajaran bermain peran dengan model sosio drama dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa? Hasil analisis data yang dilakukan dalam tahap ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Batu tahun pembelajaran 2015 - 2016 pada semester genap subyek dalam penelitian ini adalah 32 siswa kelas VII G SMPN 2 Batu . Sedangkan obyek penelitian adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas VII G melalui pembelajaran metode bermain peran dengan model sosio drama perjuangan pada materi NKRI. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes awal ( pra tindakan ), tugas tes akhir siklus dan observasi . Tes awal ditetapkan sebagai skor dasar . Tugas berupa tugas individu dan tugas kelompok untuk mengetahui hasil belajar PPKn siswa pada setiap siklus . Tugas individu berupa tugas yang dikerjakan di rumah, sedangkan tugas kelompok merupakan hasil pekerjaan rumah yang didiskusikan di masing-masing kelompok . Tes hasil belajar tiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tiap siklus. Bentuk soal pada tes yang diberikan kepada siswa adalah soal pilihan. Data yang diperoleh kemudian disusun, dijelaskan, dianalisis, disimpulkan dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data tersebut ke dalam bentuk yang sederhana. Secara rinci analisis dilakukan dalam 2 tahap. Setelah data diperoleh, kemudian diperoleh, kemudian diolah secara sistematis dan berdasarkan data diambil kesimpulan apakah sudah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan atau masuh belum . Indikator keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah apabila nilai hasil belajar siawa telah mencapai KKM 75 dan aktivitas guru dalam kategori baik. Apabila telah mencapai KKM, berarti telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Paparan data penelitian didasarkan pada tahapan pembelajaran. Dalam hal ini ada 2 siklus. Pada siklus I dilaksanakan 3 pertemuan pembelajaran dan pada siklus II dilaksanakan 2 pertemuan pembelajaran Siklus I Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi dengan mengadakan dialog dengan siswa seperti berikut. G: Apa yang kamu ketahui tentang patriotisme S: cinta tanah air G: Apa yang kamu ketahui tentang nasionalisme 1263 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur S: cinta bangsa G: Mengapa kita harus mencintai bangsa dan negara kita NKRI S: Karena kita sebagai generasi penerus perjuangan bangsa yang dilahirkan, dibesarkan, di Hidupi di tanah air tumpah darah Indonesia. Dan sebagai bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya dan NKRI merupakan hasil perjuangAn para pahlawan pendiri bangsa dan negara kita Indonesia. G: Sebutkan dasar hukum yang mencantumkan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesa Tuan yang berbentuk republik. S: tercantuma di pasal 1 ayat (1) UUD 1945 G; Baiklah anak-anak karena kalian semua sudah paham , kita semua harus mencintai bangsa dan negara kita Indonesia. Maka kita lanjutkan bahwa materi pembelajaran hari ini adalah NKRI melalui metode pembelajaran bermain peran dengan model sosio drama perjuangan. Selanjutnya guru bersama-sama siswa menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Membentuk kelompok siswa yang anggotanya 8 orang yang terdiri dari 4 kelompok. Jumlah siswa 32 orang, terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Langkahlangkah pelaksanaan dengan metode bermain peran adalah sebagai berikut. Pertemuan 1: Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dan menjelaskan tugas pada masing –masing kelompok untuk diskusi dan pembagian peran,hasil diskusi dilengkapi dengan naskah sebagai laporan. Pertemuan 2: Guru memberikan tugas mandiri dan siswa harus sudah paham dengan perannya masing-masing. Guru mengajak latihan bersama untuk berdialog dengan patner mainnya untuk dipelajari seminggu sebelum KBM. Pertemuan3: Berikutnya setiap kelompok memperagakan skenarionya yang lainnya mengamati, pembahasan hasil pengamatan oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan kesimpulan secara umum,evaluasi dan penutup. Data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada tes tertulis terdapat 25 siswa yang tuntas atau 80% dan 7 siswa belum tuntas atau 20% ulangan harian siklus I belum mencapai ketuntasan minimal (KKM) secara keseluruhan, sehingga hasil tersebut masih belum mencapai kriteria keberhasilan sebagai guru pengajar sekaligus sebagai peneliti. Selain dari data hasil belajar siswa yang ditunjukkan melalui nilai ulangan harian tahap 1 pada akhir siklus I, ketidak berhasilan diperkuat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data rata-rata keberhasilah 4 kelompok 69,75%, sedangkan hasil pengamatan kolaborator terhadap siswa diperoleh bahwa rata-rata keberhasilan oleh 4 kelompok mencapai 72,25%.dan kolaborator terhadap guru saat mengajar mencapai kriteria 79%. Dari penilaian motivasi pembelajaran yang dilakukan melalui penyebaran angket diperoleh rata-rata ke3berhasilan masih mencapai 65,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa metode ini dalam pelaksanaannya belum dapat diterima siswa atau belum dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang materi diajarkan, hal ini dikarenakan siswa belum tetrbiasa dengan metode pembelajaran yang dilakukan, sehingga diperlukan latihan yang lebih matang 1264 ISBN: 978-602-1150-17-7 untuk memahami materi dan metode tersebut. Oleh karena itu perlu mengadakan siklus II untuk melakukan perbaikan perbaikan yang dilakukan peneliti dan kolaborator. Kesimpulan ketidak berhasilan pada siklus I terdapat pada kendala sebagai berikut: Siswa masih malu-malu, tidak percaya diri, sehingga pelaksanaan metodse bermain peran dalam siklus I masih merupakan belajar, memotivasi siswa untuk berani tampil, tetapi belum sempurna sebagai metode belajar bermain peran model sosio drama perjuangan sesungguhnya yang diharapkan yang dipertegas dengan dialog dan memperjelas tokoh yang diperankan . Maka dalam pe3laksanaan bermain peran masih seperti operet yang sebatas gaya dan gerakan saja belum penjiwaan sepenuhnya. Pedoman bermain drama seharusnya menurut Poedhyarto Trisaksono dalam bukunya Tapak Tilas Pelaku Sejarah dikatakan bahawa drama ialah suatu usaha untuk memindahkan segi kehidupan manusia kesebuah pentas untuk ditonton. Karena baiknya suatu pementasan drama, maka para penonton (pengamat) yang semula waktu datang bersifat pribadi (individual), menjadi masyarakat yang penuh kebersamaan seakan-akan mereka bermain sendiri di atas pentas (kolektif). Banyak unsur yang mendukung suksesnya suatu drama, misalnya dekorasi pentas, tata rias, jenis-jenis busana, latar belakang lagu atau musik , dan teknik penyorotan lampu-lampu. Yang paling penting dan pokok dalam drama adalah para pelaku (pemeran/aktor) yang sedang Bertugas. Untuk itulah maka, di bawah ini diberikan sekedar pedoman bermain drama bagi para siswa khususnya tingkat SMP. Siklus II Pada siklus II diperlukan waktu 2 kali pertemuan atau 4x 35 menit. Prosedur pelaksanaan siklus II antara lain: Pre tes untuk mengetahui aspek pengetahuan dasar siswa, penjelasan media pembelajaransesuai norma, tentang gambar dan peran-peran yang berhubungan dengan perilaku ,menjelaskan petunjuk praktis bermain drama, menjelaskan kesimpulan hasil bermain peran pada siklus I, menjelaskan secara singkat kronologis sejarah yang akan diperankan melalui rangkuman dengan media skema, mempersempit materi,menyeleksi kelompok terbaik yang akan memerankan dan yang lainnya mengamati. Siap mempraktekan metode pembelajaran bermain peran dalam bentuk sosiodrama perjuangan,siswa yang lain melalui kelompoknya masing-masing menjadi pengamat selama pelaksanaan mencatat kontek isi cerita pada lembar kerja, guru menilai baik peragaan maupun siswa yang mengamati,penutup dan diskusi untuk membuat kesimpulan bersama tentang materi pembelajaran yang baru diperagakan . Pertemuan 2 pada siklus II diakhiri dengan ulangan harian 2 untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pemahaman siswa tentang materi yang baru dipelajari. Penilaian yang digunakan di kelas dalam menggunakan metode bermain ini adalah observasi yaitu penilaian proses pembelajaran oleh guru / kolaborator, penilaian oleh teman sejawat oleh siswa, penilaian pre tes dan pos tes pada setiap siklus dan penilaian motivasi siswa. Pada pertemuan kedua siswa melakukan hal yang sama pada pertemuan pertama . Data menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa pada pre tes terdapat yang tuntas 80%. Pada pelaksanaan ulangan harian siklus II siswa yang mencapai ketuntasan minimal (KKM), secara draktis meningkat 100% di atas KKM . Hal ini menunjukkan terdapat prosentase peningkatan hasil belajar dari pre tes dan ulangan harian siklus II. Hasil pengamati yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data rata-rata keberhasilah 4 kelompok 83,75 %. Hasil pengamatan kolaborator terhadap siswa diperoleh bahwa rata-rata keberhasilan 4 kelompok mencapai 83,75%. Sedangkan hasil pengamatan kolaborator terhadap guru saat mengajar mencapai kriteria 84. 1265 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Dari penilaian motivasi pembelajaran yang dilakukan melalui penyebaran angket diperoleh rata-rata keberhasilan mencapai 75,5. Prosentase ketuntasan minimal dalam metode bermain peran mencapai kriteria, terbukti dengan tercapainya rata-rata ketuntasan di atas KKM yakni 100% pada siklus II jika dibanbingkan dengan rata-rata ketuntasan pencapaian siklus I 80 % ,maka dapat dikatakan pengguaan metode ini mengalami peningkatan 20%. Sedangkan hasil pengamatan kolaborator terhadap guru saat pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I mencapai 79 pada siklus II mencapai 84, berarti terdapat peningkatan 5%. Ditinjau dari penilaian motivasi belajar siswa berdasarkan angket yang didistribusikan kepada siswa pada siklus II diperoleh data terdapat peningkatan prosentase pada siklus Iiini,yakni pada siklus I mencapai 80% pada siklus II mencapai 100% berarti terdapat peningkatan 20%. Terjadinya peningkatan prosentase keberhasilan pada siklus II ini dikarenakan pada siklus II terdapat perbaikan yang dilakukan guru bersama kolaborator antara lain perbaikan dalam persiapan yakni sebelum peleksanaan metode bermain peran siswa melaksanakan latihan terhadap peran yang akan ditampilkan secara maksimal , agar peran yang akan ditampilkan penuh penghayatan/ penjiwaan,pelaksanaan di luar pembelajaran. Siswa kelompok lain mengamati dengan antusias karena penampilan siswa lebih menarik. Guru dalam pembelajaran memberi semangat dan mempertegas materi dengan suasana yang menyenangkan, selesai pengamatan guru berdiskusi dengan siswa tentang pelaksanaan bermain peran, ulangan dan penutup. PEMBAHASAN Tercapainya peningkatan hasil belajar siswa mulai dari uji pendahuluan sampai ulangan harian pada siklus I dan II dikarenakan siswa diajak terlibat secara maksimal dalam pembelajaran baik dalam ranah pengetahuan,ketrampilan maupun sikap. Melalui penerapan metode bermain peran, dengan melibatkan seluruh siswa baik dengan pelaku bermain peran maupun selaku pengamat kegiatan, dengan dibantu guru dan kolaboratorsebagai fasilitator dan motivator kegiatanpembelajaran materi NKRI dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dalam pelaksanaanya dengan menggunakan instrumen penilaian antara lain uji pendahuluan,pre tes I dan II, pengamatan proses,oleh guru kolaborator bersama siswa sebagai teman sejawatdan diakhiri pengisian angket tentang pembelajaran yang baru dilakukan oleh siswa.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini dapat meningkatkanprestasi belajar siswa khususnya materi NKRI. Peningkatan hasil belajar pada penelitian tindakan relevan dengan pernyataan Aqib (2002: 96) bahwa bermain peran suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinatif daya ekspresi dan penghayatan. Begitu juga sesuai dengan Trisaksono (1985). Dalam arti yang sederhana drama ialah suatu usaha untuk memindahkan segi kehidupan manusia ke sebuah pentas untuk ditonton. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembahasan yang telah dilakukan selama dua siklus , dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran dapat meningkatkan semangat, motivasi, aktif, kelas menjadi kondusif, dan dan prestasi hasil belajar siswa meningkat. Telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan KKM yang ditentukan sebesar 75, pada siklus I siswa yang belum tuntas sebesar 7 orang (20 %) dan mengalami peningkatan pada siklus II semua siswa memperoleh nilai di atas KKM. 1266 ISBN: 978-602-1150-17-7 1267 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran khususnya bagi guru sejawat agar perlu mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa , dengan menerapkan metode bermain peran. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia. Anonim. - . Undang-Undang Dasar RI 1945. Surabaya: Apolo Lestari. Chotimah, S. 2015. Metode Role Playing dalam Meningkatkan Prestasi Belajar tentang Norma dalam Kehidupan Bermasyarakat. Makalah disampaikan dalam seminar MGMP tanggal 26 November 2015 di SMP Raden Patah Batu. Mendiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomoir 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Trisaksono, P. 1985. Sosiodrama Pelengkap PSPB untuk SMP (Tapak Tilas Pelaku Sejarah) Solo: Tiga Serangkai. 1268 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE JIGSAW PADA KLAS VIII E DI SMP ISLAM I BATU Sri Astuti SMP Islam I Batu [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di KelasVIII E SMP Islam I sebagai berikut: (1) motivasi belajar rendah (2) hasil belajar rendah. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode tindakan kelas. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas VIII E SMP Islam I Batu dengan jumlah siswa 23 orang, Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Jijsaw pada mata pelajaran IPS materi angkatan kerja sebagai sumber daya ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangannya di kelas VIII E SMP Islam I Batu Kota Batu, berdasarkan nilai rata-rata persiklus meningkat. Pada pra siklus nilai rata-rata 66,7, siklus I nilai rata-rata 72,3, siklus II nilai rata-rata 76,3. Kata kunci: motivasi belajar, pembelajaran kooperatif, jigsaw. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran IPS , kegiatan pembelajaran IPS diselenggarakan secara interaktif,inspiratif , menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik. Hal ini penting agar siswa berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi tumbuhnya prakarsa, kreatifitas , kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psykologis peserta didik. Untuk itu perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas ketercapaian lulusan , sesuai dengan Permendikbud Nomor 54 tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, dan Permendiknas No. 65 tentang Standar Proses. Khususnya Standar Proses ada perubahan meliputi: (1) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu, (2) dari guru satu satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber, (3) dari pendekatan tekstual menuju proses penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (4) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi, (5) dari pembelajaran berbasis pembelajaran parsial menuju pembelaran terpadu, dan (6) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju jawaban yang kebenaranya multidimensi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari mulai dari SD/MI.SDLB sampai SMP/ MTs /SMP LB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi , Sejarah, Sosiologi , dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didk akan menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komperehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan 1269 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berukut : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingngkunganya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat nasional, dan global. Namun demikian yang terjadi pada pembelajaran IPS di SMP Islam 1 Batu mengalami beberapa permasalahan, sehingga menghambat capaian tujuan dan hasil pembelajaran . Salah satu masalah pembelajaran ditingkat satuan pendidikan manapun adalah masalah adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Pembelajaran di kelas sering berupa textbook oriented dan kurang dikaikan dengan lingkungan dan situasi dimana peserta didik berada . Seringkali kegiatan di kelas melalui metode ceramah dan dan diskusi dengan latihan-latihan (drills) mengerjakan berbagai bentuk ketrampilan atau pemberian tugas rumah. Hal ini dapat membuat peserta didik sering merasa bosan dan motivasi belajarnya menurun, serta hasil belajar yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Tak dapat disangkal bahwa proses pembelajaran merupakan kegiatan yang komplek. Meskipun demikian, hal ini dapat diatasi dan disederhanakan dalam sebuah bentuk sebuah model. Kegunaan praktis dari model adalah agar pendidik dapat mengenal elemen penting dalam proses pembelajaran dan kemudian dapat mengontrolnya dan memprediksi perubahan yang terjadi terutama pada perilaku para siswanya (Hidayat, 2008). Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya inovasi dan reformasi dalam struktur pembelajaran, seperti pemahaman dan penguasaan berbagai inovasi metode dan tehnik pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Pola pembelajaran dengan dengan mengimplementasikan berbagai mettode melalui pemberdayaan berbagai model pembelajaran adalah sangat mutlak dilakukan, agar peserta didik merasakan pembelajaran mempunyai nilai kebermaknaan bagi kehidupanya di lingkungan masyarakat. Guru memiliki peranan yang penting didalam proses belajar dan mengajar dan belajar. Guru berperan dalam merancang pembelajaran, mengendalikan proses pembelajaran , menyiapkan bahan ajar, media, dan melakukan penilaian,. Karena itu guru juga harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan materi atau menguasai materi. Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning jigsaw. Model pembelajaran cooperative learning Jigsaw menurut Keloug dalam Kasbulah ( 2008), adalah sebagai suatu pembelajaran secara ber kelompok . Peserta didik belajar bersama dan saling membantu dalam membuat tugas dengan penekanan saling suppor. Inti dari pembelajaran cooperative learning (CL) adalah model pembelajaran yang membuat peserta didik bekerja dalam kelompok dan lebih banyak waktu yang digunakan secara efektif. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan ketrampilan sosial. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta didalamnya menekankan kerjasama (Anita , 2007). Sementara menurut pendapat ahli salah satu yaitu Sudradjat (2008 : 1) pembelajaran jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari 1270 ISBN: 978-602-1150-17-7 materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang harus dikuasai tersebut kepada teman satu kelompok. Menurut Aronson dkk. (dalam RIyono, 2005: 64) pembelajaran model Jigsaw (Model Tim Ahli) ,(Aronson, Blaney, Stepen, Sikes, And Snapp, 1978) . dengan langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) siswa dikelompokkan dalam 4 anggota tim, (2) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, (4) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli ) untuk mendiskusikan sub bab mereka, (5) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang telah mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, (6) tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusi, (7) guru memberi evaluasi, dan (8) penutup. Melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning jigsaw, diharapkan akan dapat Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw Pada Klas 8 Di SMP Islam I Batu. METODE Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu tehnik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus . Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus I mencakup materi tenaga kerja, angkatan kerja, dan kesempatan kerja. Siklus II mencakup materi permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja di Indonesia. Setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan , observasi, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi masalah. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penganggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan diperoleh data yang seobyek mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII E SMP Islam I Batu yang berjumlah 23 orang. Waktu penelitian penelitian tindakan klas ini pada bulan maret - april 2016 ( semester genap tahun pelajaran 2015-2016). Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Jigsaw, observasi aktivitas siswa dan guru, interview siswa dan guru, angket evaluasi pembelajaran dan tes formatif. Sedangkan instrument yang digunakan adalah silabus, RPP, lembar kegiatan siswa dan lembar observasi penerapan metode pembelajaran kooperatif model Jijsaw, lembar observasi aktivitas siswa dan guru , untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran, dan lembar tes formatif untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPS. Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai 1271 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif Jijsaw, prestasi belajar yang dicapai siswa, dan untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dan dukungan peningkatan prestasi IPS siswa Klas VIII E semester genap di SMP Islam I Batu. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentasi keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu : untuk menilai ulangan atau tes formatif, dilakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut atau didaya serap. Untuk mengetahui ketuntasan belajar , dilakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yaitu : jumlah siswa yang tuntas belajar dibagi jumlah siswa. Siklus I Pelaksanaan siklus I, terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Senen, tanggal 14 Maret 2016 dan hari Selasa, 15 Maret 2016 . Tahapan penelitian dalam siklus I metiputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Perencanaan, dalam tahap perencanaan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (b) menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran bukti penunjang alat peraga, (c) menyusun tes akhir, (d) Membuat lembar observasi. Pelaksanaan, dalam pelaksanaan tindakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal, guru memberikan salam, melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada pertemuan minggu yang lalu yaitu guru melakukan Tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta memberikan motivasi agar kegiatan pembelajaran hari ini bisa berhasil dengan baik. Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1, menjelaskan pengertiana tenaga kerja, Tugas kelompok 2, menjelaskan pengertian angkatan kerja. Tugas kelompok 3, menjelaskan pengertian kesempatan kerja. Tugas kelompok 4, menyebutkan macam- macam tenaga kerja jasmani. Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di kelompok awal. Selanjut kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep. Kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi dalam bentuk tes tulis dilaksanakan pada pertemuan pada siklus II. Observasi, kegiatan observasi dibantu oleh observer menggunakan format observasi untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam diskusi kelompok, mengamati interaksi siswa dalam diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan kualitas hasil presentasi. Refleksi, dalam kegiatan refleksi dilakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan dan observasi hasil catatan dari observer. Hasil dari refleksi siklus I digunakan untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran pada siklus II. Siklus II Pelaksanaan siklus II, dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 maret 2016. Siklus II, disusun dan dikembangkan berdasarkan temuan pada siklus I. 1272 ISBN: 978-602-1150-17-7 Tahapan penelitian dalam siklus II metiputi perencanaan, pelekasanaan, observasi, dan refleksi. Perencanaan, dalam tahap perencanaan meliputi: (a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II berdasarkan temuan dari siklus I, (b) menyiapkan materi pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran bukti penunjang alat peraga, (c) menyusun tes akhir, (d) Membuat lembar observasi. Pelaksanaan, dalam pelaksanaan tindakan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan awal, guru memberikan salam, melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada pertemuan minggu yang lalu.Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1. Menjelaskan pengertian pengangguran Tugas kelompok 2.Menyebutkan masalah ketenagakerjaan yang dihadapi pemerintah. Tugas kelompok 3. Menyebutkan dampak dari pengangguran. Tugas kelompok 4. Menyebutkan peranan pemerintah dalam mengatasi masalah ketenaga kerjaan Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di kelompok awal. Selanjut kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep.Kegiatan penutup, guru memberikan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi siklus II dalam bentuk tes tulis.Observasi, kegiatan observasi dibantu oleh observer menggunakan format observasi untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas siswa dalam diskusi kelompok, mengamati interaksi siswa dalam diskusi, kerjasama dalam kelompok, dan kualitas hasil presentasi. Refleksi, dalam kegiatan refleksi dilakukan evaluasi terhadap hasil pelksanaan dan observasi hasil catatan dari observer. Hasil dari refleksi siklus II digunakan untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas sebelum siklus adalah proses kegiatan pembelajaran IPS dengan materi upaya pengendalian penyimpanagn sosial. Pada saat pembelajaran berlangsung peneliti menggunakan metode ceramah, Tanya jawab , pemberian tugas untuk menyampaikan materi pelajaran. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajara IPS berupa tes uraian. Ketuntasan belajar dari 23 siswa yang tuntas 10 siswa dan yang belum tuntas 13 siswa atau 43,47 % siswa yang tuntas dan 56,53 % siswa yang belum tuntas Hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran sebelum siklus dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang upaya pengendalian penyimpangan sosial belum mencapai hasil yang diharapkan atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau kurang memuaskan. Dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa, antusias siswa masih kurang terlihat, sehingga rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I. Siklus I Perencanaan Dalam penelitian tindakan kelas siklus I yaitu proses pembelajaran IPS dengan materi tenaga kerja, angkatan kerja dan kesempatan kerja dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jijsaw. Pada saat proses pembelajaran berlangsung para siswa sudah sedikit berani bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas kepada guru yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu tentang tenaga kerja , angkatan kerja dan kesempatan kerja. Alat evaluasi 1273 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam pembelajaran IPS berupa tes soal uraian. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran model kooperatif Jijsaw. Peneliti membuat rencana perbaikan perbaikan pembelajaran terlebih dahulu. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat penelitian tindakan kelas yaitu :Kegiatan awal, guru memberikan salam, melakukan absensi kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi dari pembelajaran pada pertemuan minggu yang lalu yaitu guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kegiatan pembelajaran serta memberikan motivasi agar kegiatan pembelajaran hari ini bisa berhasil dengan baik.Kegiatan inti, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing kelompok terdiri 4 siswa ( 1, 2, 3, 4), dan guru membagi tugas pada masing-masing kelompok. Tugas kelompok 1, menjelaskan pengertiana tenaga kerja, Tugas kelompok 2, menjelaskan pengertian angkatan kerja. Tugas kelompok 3, menjelaskan pengertian kesempatan kerja. Tugas kelompok 4, menyebutkan macam- macam tenaga kerja jasmani. Pembentukan kelompok ahli dan berkumpul untuk mewakili masing-masing kelompok awal untuk mendiskusikan materi yang dibahas di kelompok awal. Selanjutnya kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk berdiskusi, yang selanjutnya dilakukan presentasi. Kegiatan inti berikutnya guru memberikan penguatan konsep. Kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan dan evaluasi dari hasil diskusi. Evaluasi dalam bentuk tes tulis dilaksanakan pada pertemuan berikutnya Observasi Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dimana pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dimana pada tahap persiapan atau kegiatan awal guru mengkondisikan siswa dengan mengabsen kehadiran siswa dan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang akan diberikan . Pada tahap pembelajaran atau kegiatan inti guru menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran serta membagi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang untuk berdiskusi, setelah selesai diskusi siswa persentasi . Pada tahap akhir atau penutup siswa dibimbing oleh guru dalm menyimpulkan hasil diskusi, setelah itu masingmasing siswa mengejakan soal yang diberikan guru dan tes dilaksanakan pada pertemuan kedua. Refleksi Dari kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan diskusi dengan teman sejawat, hasil temuan pada saat diskusi berlangsung pada siklus 1 masih ada beberapa siswa yang kurang aktif atau antusias pada waktu diskusi, dan masih sulitnya siswa jika disuruh bertanya. Dari hasil pengamatan observasi pada proses pembelajaran IPS di kelas VIII E pada siklus I dapat disimpulkan pada saat proses pembelajaran pembelajaran berlangsung siswa sudah mulai semangat dalam mengikuti pembelajaran, siswa mulai berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan, meskipun masih ada beberpa siswa yang masih kurang aktif pada saat pembelajaran. Penelitian dalam siklus pertama dilakukan selama 2 kali pertemuan dilaksanakan di SMP Islam I Batu pada hari senen tanggal 14 maret 2016 dan 15 maret 2016 di kelas VIII E dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,3 dan ketuntasan belajar mencapai 69,6 % atau ada 16 siswa sudah tuntas belajar dari 23 siswa, lebih rendah dari ketuntasan yang dikendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw. Hasil yang diperoleh dari pembelajaran IPS di kelas VIII E pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran Jijsaw , dapat membuat perbaikan pembelajaran yang lebih menarik, meningkatkan antusias untuk bertanya dan melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran sudah mulai tampak, tapi perlu diadakan perbaikan pada siklus 2. 1274 ISBN: 978-602-1150-17-7 Siklus II Perencanaan Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas pada siklus II yaitu pada pembelajaran IPS dengan materi permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi , serta peran pemerintah dalam upaya penanggulanganya dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa sudah aktif dan antusias dalam melakukan tanya jawab dan pelaksanaan diskusi bisa berlangsung sesuai dengan yang diharapkan hai ini disebabkan guru sudah maksimal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS yaitu tes uraian. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jijsaw,peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran terlebih dahulu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu guru melakukan apersepsi , memeriksa absen, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran dengan pelaksanaan diskusi. Dan ternyata pada siklus II lebih menarik, dimana siswa sudah aktif dalam diskusi. Siswa melaksanakan evaluasi, kemudian membuat kesimpulan tentang materi dibawa bimbingan guru. Observasi Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dimana pada tahap persiapan guru mengabsen kehadiran siswa, melakukan apersepsi, dan motivasi dengan melakukan Tanya jawab sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap pembelajaran atau kegiatan inti siswa mengamati guru saan menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media atau alat pembelajaran . Setelah itu masing-masing siswa mengerjakan soal yang diberikan 0leh guru. Pada tahap akhir kegiatan penutup siswa dibimbing oleh guru dalam menyimpulkan materi pembelajaran Refleksi Setelah diadakan refleksi dan revisi kemudian dilakukan siklus kedua. Pada siklus kedua yang dilakukan dua kali pertemuan yang dilaksanakan hari Senen dan Selasa tanggal 28 dan 29 maret 2016 di kelas VIII E SMP Islam I Batu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,3 dan ketuntasan belajar mencapai 82,6 % atau ada 19 siswa yang sudah tuntas belajar dari 23 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus kedua ini ketuntasan secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus pertama. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pembelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan selanjutnya siswa lebih termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Dan selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif model Jijsaw. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelaksanaan pra siklus penggunaan metode ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas kurang efektif dan kurang maksimal . Karena masih ada siswa yang tidak berkonsentrasi pada saat guru menjelaskan materi , sehingga hasil yang diperoleh tidak mmuaskan nilai dibawah criteria ketuntasan minimal yaitu daya serap 66,7. Ketuntasan belajar dari 23 siswa yang tuntas 10 siswa dan yang belum tuntas 13 siswa atau 43,47 % siswa yang tuntas dan 56,53 % siswa yang belum tuntas, sehingga pada siklus satu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif model Jijsaw. Siklus I 1275 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran koopratif Jijsaw, ternyata siswa lebih tertarik dan dapat merangsang motivasi siswa untuk bertanya dan dalam memahami materi dan dalam memahami materi pembelajaran. Ada beberapa temuan yang diperoleh guru yaitu pada saat kegiatan awal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru kurang maksimal dalam penggunaan alat atau media pembelajar sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran hasil yang diperoleh yaitu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,3 dan ketuntasan belajar mencapai 69,6 % atau ada 16 siswa sudah tuntas belajar dari 23 siswa, lebih rendah dari ketuntasan yang dikendaki yaitu sebesar 85 %. Siklus II Pada siklus dua ini guru memberikan perhatian lebih pada siswa yang kurang aktif saat pembelajaran berlangsung dan lebih memaksimalkan penggunaaan alat peraga atau media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbaikan yang Nampak pada proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jijsaw siswa semakin termotivasi untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran dan proses pembelajaran lebih bermakna dan siswa kreatif dalam pembelajaran. Dengan penggunaan media pembelajaran siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran serta pemahaman terhadap materi pelajaran semakin meningkat, yaitu dengan jumlah siswa 23 siswa diperoleh hasil rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76,3 dan ketuntasan belajar mencapai 82,6 % atau ada 19 siswa yang sudah tuntas belajar dari 23 siswa. Tabel. 1. Hasil Penelitian No 1 2 3 Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Rata-Rata Kelas 66,7 72,3 76,3 Ketuntasan Belajar 43,5 % 69,6 % 82,6 % Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Jijsaw memiliki pengaruh yang baik atau positif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya siswa dalam memahami tujuan pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, memecahkan masalah dalam diskusi , antusiasme dalam melakukan tanya jawab serta semakin meningkatnya ketuntasan belajar dari siklus pertama dan kedua yaitu masing-masing 69,6%, dan 82,6% , meskipun masih kurang dari ketuntasan yang ingin dicapai yaitu sebesar 85%. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perbaikan yang telah dilaksanakan , penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif Jijsaw pada mata pelajaran IPS pada materi angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam penanggulanganya. Meningkatnya keaktifan pada proses pembelajaran dibutuhkan metode dan modelmodel pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik siswa agar tecapai suatu tujuan pembelajaran yang bermakana. Pembelajaran dengan model kooperatif Jijsaw materi pelajaran IPS di SMP Islam I Batu pada kelas VIII E memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi siswa dengan ketuntasan yaitu : Pra Siklus ( 43,5 % ), Siklus pertama (69,6 % ) dan Siklus kedua ( 82,6 % ). Dalam proses pembelajaran peneliti juga menemui hambatan- 1276 ISBN: 978-602-1150-17-7 hambatan dan hambatan itu dapat diatasi dengan memanfaatkan dukungan- dukungan yang ada dan perbaikan rencana pembelajaran setelah diadakan refleksi. SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh agar proses belajar mengajar IPS lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran-saran antara lain sebagai berikut: (1) Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif Jijsaw memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru haru memilih atau menentukan tema yang benar-benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif Jijsaw dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang maksimal. (2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode yang sesuai, meskipun dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. (3) Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Badan Standar Nasional Pendidikan,2006, Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Djihat. 2014. Mudahnya Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Universitas Negri Malang Mutohir. Toho. Cholik. 2011, Dimensi Pedagogi Olah Raga.Malang, Wineka Media. Riyono, Sugeng. 2005. Panduan Penelitian Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan Kelas). Trenggalek: PGRI Kabupaten Trenggalek Suyanto, Kasihani K.E. 2007. Pendekatan, Metode Dan Tehnik Pembelajaran. Malang: Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 15, Universitas Negri Malang Hasbiati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jijsaw Pada Mata Pelajaran IPA Materi Cahaya Dan Sifatnya Di Kelas V SDN 002 Tanah Grogot. J-TEQIP. 6(1). 08-25 1277 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX H MATA PELAJARAN IPS DI MTS NEGERI BATU Siti Anisah Mts Negeri Batu, Jawa Timur, Indonesia [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran IPS di kelas 9 H yang terjadi MTs Negeri Batu, meliputi : 1) motivasi dan minat belajar IPS yang masih rendah, 2) siswa yang pasif ketika pembelajaran, dan hasil belajar yang perlu ditingkatkan. Melalui metode kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaran diharapkan permasalahan tersebut dapat di atasi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan duasiklus. Masing-masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam materi negara maju dan negara berkembang di kelas 9- H mata pelajaran IPS MTs Negeri Batu. Rata-rata nilai siswa yang berada dibawah KKM berkurang dari 34% menjadi 9% sedangkan nilai siswa yang berada diatas KKM meningkat dari 66% menjadi 91%. Dengan dekripsi sebagai berikut, siswa yang mendapatkan nilai (57-65) dari 21% turun menjadi 9%, siswa yang memperoleh nilai (66-74) dari 13% menurun menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai (75-83) dari 13% meningkat menjadi 25%, siswa yang memperoleh nilai (84-91) dari 28% meningkat menjadi 38%, dan siswa yang mendapatkan nilai (92-100) dari 25% meningkat menjadi 28%. Kata kunci : Metode kooperatif tipe jigsaw dan Hasil Belajar Siswa IPS pada hakikatnya mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial yang mengadakan hubungan sosial dengan sesamanya mulai dari keluarga sampai masyarakat, baik dalam lingkup lokal, nasional, regional dan internasional. Materi pembelajaran IPS di ambil dari kehidupan nyata yang ada di lingkungan masyarakat. Bahan dan materi di ambil dari pengalaman pribadi, teman sebaya serta lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya. Dengan cara ini diharapkan materi akan lebih mudah difahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para peserta didik daripada bahan pembelajaran yang abstrak dan rumit yang berasal dari ilmu-ilmu sosial (Suciati dkk, 2014: 6). Kegiatan pembelajaran IPS diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. ( suciati, dkk, 2014:5) Prestasi hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal dari siswa itu sendiri. Faktor internal meliputi minat dan bakat siswa, motivasi dan intelegensi sedangkan faktor eksternal meliputi metode belajar, fasilitas, media, proses belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat ditempuh dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu mengembangkan cara belajar siswa aktif. Dalam pembelajaran IPS diperlukan metode yang bervariasi untuk menarik minat dan mempermudah siswa dalam belajar. Hasil belajar berkaitan dengan evaluasi pendidikan sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang telahdiajarkan guru. Hasil belajar dapat digunakan untuk 1278 ISBN: 978-602-1150-17-7 melihat apakah seseorang telah melakukan proses yang efektif dan efisien, sehingga dapat ditunjukkan sampai sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dikuasai. Menurut Sudjana dalam Saputra, (2011:44), hasil belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu dengan lingkungan. Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari peran aktif guru yang mampu memberikan motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang harmonis, kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Guru harus menguasai berbagai metode mengajar dan memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Sebagai guru yang profesional dituntut untuk memiliki dan menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang RI No. 14 tahun 2005. Sebagai agen dalam pembelajaran guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar dan pendidik saja, tetapi harus pula memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran yang yang paling akomodatif dan kondusif untuk siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya guru seringkali mendapat kendala bagaimana memilih dan menggunakan metode dalam pembelajaran, metode dan strategi yang bagaimana yang tepat untuk membahas satu materi pembelajaran. Penulis sebagai guru mata pelajaran IPS seringkali menghadapi kendala dalam menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode, apalagi mata pelajaran IPS di SMP/MTs merupakan mata pelajaran yang disampaikan secara terpadu terdiri dari materi sejarah, geografi, sosiologi dan ekonomi yang dianggap materi pelajaran hafalan yang membosankan sehingga membutuhkan usaha bagaimana caranya agar pembelajaran tidak membosankan. Disamping itu kenyataannya banyak guru IPS yang berlatar belakang satu bidang ilmu sementara mata pelajaran IPS di SMP/MTs merupakan IPS terpadu.. Berdasarkan pengalaman dan hasil sharing dengan guru serumpun tentang permasalahan diperoleh beberapa pandangan bahwa dalam pembelajaran masih banyak siswa yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal tersebut disebabkan oleh strategi atau metode dan media mengajar yang belum maksimal. Perlu di gunakan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif dan semangat dalam kegiatan pembelajaran dan akhirnya nilai yang diperoleh menjadi maksimal. Penggunaan dan pemilihan metode pembelajaran yang optimal dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang merupakan cerminan dari kualitas pengajaran. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah metode pembelajaran kooperatif. Menurut Sanjaya (2006:106) “Cooperative Learning” adalah suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Maka dalam pembelajaran kooperatif siswa terlibat aktif membentuk konsep, prinsip, ataupun teori yang dipelajarinya. Mereka tidak menerima secara mentah semua konsep, prinsip, dan teori yang disajikan kepadanya, melainkan mengolahnya secara aktif, menyesuaikan dengan skema pengetahuan yang sudah dimiliki dalam struktur kognitifnya, dan menambah atau menolak. Sebagai gambaran pada materi negara maju dan negara berkembang merupakan materi yang luas cakupannya dan bersifat abstrak sehingga harus ada kegiatan yang mendorong siswa untuk bekerjasama dan saling membantu sehingga menjadikan siswa memahami materi tidak hanya menghafal dan materi yang luas dapat dipelajari siswa dengan mudah dengan cara bekerjasama dengan siswa lainnya untuk saling melengkapi. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode kooperative tipe jigsaw. 1279 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain, membangkitkan kerjasama antar anggota kelompok dan mau menerima pendapat orang lain. Jigsaw tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tapi mereka harus siap bekerja sama dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Oleh karena itu jigsaw dapat meningkatkan keterampilan bekerjasama, mengeluarkan pendapat, menerima pendapat dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Menurut Isjoni (2010: 58), model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca dan ilmu pengetahuan. Metode kooperatif tipe jigsaw mempunyai keunggulan, siswa dilatih untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman, menyampaikan atau mengkomunikasikan kepada anggota lain dan mengajarkan makna keberagaman kepada siswa. Hal ini sesuai dengan konsep IPS, yakni mencetak siswa menjadi pribadi yang demokratis, mampu bersosialisasi dan bermasyarakat. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memungkinkan terciptanya situasi belajar yang menyenangkan, meningkatkan interaksi dan kerjasama siswa baik terhadap kelompoknya maupun terhadap guru, serta menciptakan situsi belajar mengajar yang kondusif. Adanya kompetisi dalam kelompok juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa yang nantinya berpengaruh terhadap hasil belajar dalam kelompok. Diskusi memfasilitasi siswa untuk dapat berfikir kritis, bekerjasama, saling menyampaikan pendapat, menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman yang lain, mampu menerima perbedaan dan menyumbangkan pikiran untuk memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi kelompok siswa akan banyak menemukan perbedaan pandangan yang justru akan melatih mereka untuk dapat menyatukan, meluruskan pendapat yang pada akhirnya akan menemukan konsep yang sama. Dengan demikian dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi. Menurut Aronson dkk, dalam Riyono, (2005:64), langkah pembelajaran Jigsaw (model tim ahli) langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut : 1) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tiap tim, 2) Tiap orang dalam tim di beri bagian materi yang berbeda, 3) Tiap orang dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 7) Guru memberi evaluasi, 8) penutup. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research, melalui dua siklus. Siklus I ada 2 pertemuan dan siklus II ada 2 pertemuan, jumlah jam pelajaran IPS dalam satu minggu ada 4 jam pelajaran dimana 1 jam pelajaran 40 menit. Subyek penelitian siswa kelas 9 H di MTs Negeri Batu pada semester ganjil tahun pelajaran 2015-2016. Siswa yang menjadi subyek penelitian tindakan kelas ini ada 32 siswa terdiri dari 13 putra dan 19 putri. Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen dalam saputra, (2011:46). Penelitian ini menggunakan rancangan 1280 ISBN: 978-602-1150-17-7 penelitian tindakan kelas (classroom action research terdiri dari dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap penelitian meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: 1) Observasi, Observasi sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui informasi tentang kegiatan pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan observasi selama tindakan berlangsung dilakukan pada saat tindakan penelitian. Tujuannya untuk melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2) Tes, Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Tes diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan, serta untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan kooperatif learning tipe jigsaw. Siklus 1 Perencanaan (planing), meliputi : a) menentukan SK, KD, materi, membuat RPP dan skenario pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw, sumber data, dan subyek penelitian, b) menyiapkan lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan, Koordinasi dengan guru serumpun. Pelaksanaan tindakan, kegiatan ini terdiri dari kegiatan awal (apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw), dan penutup (memberikan tes pada siswa untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah di tetapkan. Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung. Proses pengamatan dilakukan secara intensif dengan obyek yang di amati meliputi pengajar dan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi telah disiapkan sebelumnya dan lembaran catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi. Refleksi, tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data yang di peroleh dari tes akhir, observasi dan catatan lapangan. Tahapan refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Hasil refleksi untuk melihat apakah siklus sudah mencapai kriteria atau belum, penilaian terhadap hasil proses pembelajaran. Hasil refleksi dipergunakan juga sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. Siklus 2 Perencanaan (planing), meliputi : a) menentukan SK, KD, materi, membuat RPP dan skenario pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw, sumber data, dan subyek penelitian, b) menyiapkan lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan, Koordinasi dengan guru serumpun, c) menyiapkan media pembelajaran atlas, lem, warna merah dan biru, manila. Pelaksanaan tindakan, kegiatan ini terdiri dari kegiatan awal (apersepsi, motivasi dan penjelasan tujuan pembelajaran), kegiatan inti (pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw), dan penutup (memberikan tes pada siswa untuk mengetahui ketercapaian KKM yang telah di tetapkan. Pengamatan dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung. Proses pengamatan dilakukan secara intensif dengan obyek yang di amati meliputi pengajar dan aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi telah disiapkan sebelumnya dan lembaran catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi. 1281 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Refleksi, tahap ini dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data yang di peroleh dari tes akhir, observasi dan catatan lapangan. Tahapan refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Hasil refleksi untuk melihat apakah siklus sudah mencapai kriteria atau belum, penilaian terhadap hasil proses pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Pada siklus 1 kegiatan pembelajaran diadakan dua kali pertemuan dengan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut: Perencanaan, membuat RPP dan skenario pembelajaran, menyusun media, menyusun lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi. Pelaksanaan tindakan, Kegiatan awal : Guru : perhatikan kehidupan yang ada di sekelilingmu, bagaimana manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari ? Siswa : ada yang dapat memenuhi kebutuhan dengan cukup, ada yang kurang dan ada yang berlebih. Guru : demikian juga dengan suatu negara, ada negara yang dapat memenuhi kebutuhan dengan cukup, ada yang kurang dan ada yang berlebih. Kegiatan inti 1) Di bentuk kelompok dengan cara berhitung 1 – 6 (kelompok ahli karakteristik/Ciri) dan setiap siswa mendapat tugas sesuai abjad yang di dapat (1. Indonesia, 2. Australia, 3. Amerika Serikat, 4. Brunei Darussalam, 5. Malaysia, 6. Jepang). Setiap siswa mendapat tugas sesuai dengan nomer yang diperolehnya, 2) Setiap siswa yang mendapatkan nomer sama berkumpul dan berdiskusi (kelompok ahli negara dengan tugas mengidentifikasi atau mencari informasi tentang ciri/karakteristik masing-masing negara sesuai dengan yang didapatnya, 3) Setelah selesai berdiskusi siswa (kelompok ahli negara) kembali ke kelompok asalnya (kelompok karakteristik/ciri) untuk menyampaikan hasil diskusi, 4) Setelah di kelompok asal, kelompoh ahli karakteristik menuangkan hasil diskusinya di lembar kerja, 5) Antar kelompok saling berkunjung karya ke kelompok lain (A – B, B – C, dan seterusnya untuk mengamati hasil karya dan memberikan komentar. Penutup : tes dan refleksi Observasi, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun. Refleksi, hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis, selain itu juga hasil tes siswa. Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki antara lain ; 1) Awal penggunaan jigsaw mengalami kendala karena siswa masih bingung dengan adanya dua kelompok ahli, 2) Pada saat diskusi di kelompok negara (tim ahli negara) ada siswa yang tiduran malas untuk membaca setelah di dekati baru siswa mengerjakan, 3) Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa, 4) Pada saat kegiatan penutup (refleksi) ada siswa yang ketika di tunjuk tidak mau menjawab sehingga guru harus menuntun siswa untuk menjawab 1282 ISBN: 978-602-1150-17-7 PEMBAHASAN Tabel. 1 Hasil penelitian Siklus-1 Rentang nilai siswa frekuensi Prosentase 57 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 91 92 – 100 7 4 4 9 8 21 % 13 % 13 % 28 % 25 % Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang dilaksanakan pada kelas 9 – H MTs Negeri Batu, Jika mengacu pada KKM terdapat 66% yang memenuhi kriteria KKM yaitu 13% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 28% siswa mendapatkan rentang nilai 84 -91, 25% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100. Sedangkan 34% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM. Siklus II Perencanaan, membuat RPP dan skenario pembelajaran, menyusun media, menyusun lembar kerja siswa, menyusun lembar observasi. Pelaksanaan tindakan Pembelajaran dilakukan dengan kooperatif tipe jigsaw yang terdiri atas : 1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan koopertif tipe jigsaw. (kelompok sudah di bentuk sebelumnya dengan cara berhitung 1-6 dengan memperhatikan siswa laki-laki dan perempuan. Tugas sesuai dengan nomer yang di dapat, (1. B. Asia, 2. B. Eropa, 3. B. Afrika, 4. B. Australia dan selandia baru, 5. B. Amerika Utara dan 6. B. Amerika Selatan), kemudian disebut tim ahli benua Benua, 2) Pada pertemuan sebelumnya siswa sudah di beritahu untuk membentuk kelompok tim ahli dunia yang terdiri dari 6 benua, siswa menentukan sendiri anggota kelompoknya), 3) Tim ahli benua membuat gambar peta benua sesuai dengan yang di dapat, dan memberikan warna sesuai kesepakatan warna merah untuk negara maju dan warna biru untuk negara berkembang, 4) Setelah selesai di tim ahli benua, siswa kembali ke kelompok tim ahli dunia untuk diskusi hasil dari tim ahli benua secara bergantian dan menenpelkan gambar benua di kertas manila sesuai dengan tempatnya, 5) Hasil pekerjaan kelompok di tempel di dinding dan di beri lembaran untuk komentar dari kelompok lain, 6) Antar kelompok saling berkunjung karya ke kelompok lain (A – B, B – C, dan seterusnya untuk mengamati hasil karya dan memberikan komentar. Observasi, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun. Refleksi 1. Berdasarkan hasil observasi siklus II, dapat disimpulkan sebagai berikut ; 1) Siswa sudah tidak bingung dengan metode jigsaw karena kelompok sudah di bentuk pada pertemuan sebelumnya, 2) Guru menyediakan gambar benua untuk di gambar siswa, karena kalau siswa mengambil dari atlas maka besarnya benua tidak sama ukurannya, 3) Ada dua siswa yang tidak dapat kelompok di tim ahli I (kelompok dunia) di atasi dengan di masukkan ke kelompok yang sudah ada, gambar benuanya di tempel yang terbaik karena ada dua siswa yang membuat, 3) Ketika di bentuk kelokpok ahli II (kelompok benua sudah memperhatikan gender) tapi pada saat kelompok ahli I (kelompok dunia) terjadi pengelompokan siswa laki-laki sendiri dan perempuan sendiri, 4) Pada saat siswa masuk di 1283 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur tim ahli I (kelompok dunia) ada satu kelompok yang tidak lengkap membawa perlengkapan yang harus di bawa sehingga harus pinjam ke kelompok lain, 5) Ada satu kelompok yang menempatkan benuanya tidak sesuai tempatnya Foto kegiatan diskusi tim ahli I Foto ketika kunjung karya untuk memberikan komentar Foto kelompok yang kurang tepat penempatan benuanya Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus 2 Rentang nilai siswa frekuensi Prosentase 57 – 65 3 9% 66 – 74 0 0% 75 – 83 8 25 % 84 – 91 12 38 % 92 – 100 9 28 % Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode kooperatif tipe jigsaw yang dilaksanakan pada kelas 9 – H MTs Negeri Batu, Jika mengacu pada KKM terdapat 91% yang memenuhi kriteria KKM yaitu 25% siswa mendapatkan rentang nilai 75-83, 38% siswa mendapatkan rentang nilai 84 -91, 28% siswa yang mendapatkan rentang nilai 92-100. Sedangkan 9% siswa yang tidak memenuhi kriteria KKM. Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membandingkan nilai tes hasil belajar pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatannya. Peningkatan hasil belajar siswa kelas 9 – H MTs Negeri Batu dapat dilihat pada Tabel berikut : 1284 ISBN: 978-602-1150-17-7 Tabel. 3 Perbandingan Hasil penelitian Siklus 1 dan Siklus 2 Rentang nilai siswa 57 - 65 66 - 74 75 - 83 84 - 91 92 - 100 Siklus 1 21 % 13 % 13 % 28 % 25 % Siklus 2 9% 0% 25 % 38 % 28 % Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 9 H mata pelajaran IPS di MTs Negeri Batu, kemampuan siswa dalam menjawab tes hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal itu ditunjukkan dengan nilai rata-rata tes hasil belajar secara klasikal dan jumlah siswa yang lulus mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah siswa yang mampu mencapai KKM berjumlah 66%, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mampu mencapai SKM berjumlah 91%. Peningkatan jumlah siswa yang lulus dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. Temuan penelitian yang diperoleh adalah pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang baik dan dapat memberikan perbaikan proses pembelajaran dalam perolehan hasil belajar IPS kelas 9 H MTs Negeri Batu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa kooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi negara maju dan negara berkembang (ciri negara maju dan berkembang beserta persebarannya di dunia) siswa kelas 9 H mata pelajaran IPS di MTs Negeri Batu. Dengan deskripsi hasil sebagai berikut: rata2 nilai siklus 1 dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang dibawah KKM (57-65) dari 34% menurun menjadi 9%, sedangkan siswa yang diatas KKM ( 76- 100) siklus 1 sebesar 66% meningkat menjadi 91%, siswa yang mendapatkan nilai (57-65) dari 21% menjadi 9%, siswa yang memperoleh nilai (6674) dari 13% menurun menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai(75-83) dari 13% meningkat menjadi 25%, siswa yang memperoleh nilai (84-91) dari 28% meningkat menjadi 38%, dan siswa yang mendapatkan nilai (92-100) dari 25% meningkat menjadi 28%. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas penulis ingin menyampaikan saran yaitu menerapkan metode kooperatif tipe jigsaw pada kelas yang lain karena ada peningkatan hasil belajar. Bagi guru, khususnya guru IPS sebagai informasi tentang alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode kooperatif jigsaw. DAFTAR RUJUKAN Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Riyono, Sugeng. 2005. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan Kelas). Trenggalek: PGRI Kabupaten Trenggalek. Saputra, Dian. 2011. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 09 Kepahiang Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. J-TEQIB, II (1) (43-50). Suciati, dkk. 2014. IPS Buku Guru. Jakarta: Kemendikbud 1285 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS VIIIb SMP IMMANUEL BATU MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN DEMONSTRASI Ratnawati Mistri Diani SMP Immanuel Batu ratnawati.m.diani @ gmail.com Abstrak : Tujuan dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah pembelajaran siswa kelas VIIIb SMP Immanuel Batu, antara lain: (1) siswa memiliki minat membaca yang rendah, (2) siswa pasif dalam belajar, (3) hasil ulangan masih banyak yang tidak tuntas, (4) siswa memiliki daya ingat yang rendah. Sedangkan KKM yang ditetapkan adalah 75. Melalui penerapan Metode Jigsaw dan Demonstrasi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Tindakan Kelas melalui dua siklusdengan tahapan setiap siklusnya ada dua pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah yaitu dokumentasi dan test. Data test dianalisis dengan menggunakan rata- rata nilai dan persentase ketuntasan belajar klasikal. Berdasarkan nilai rata- rata persiklus akan meningkat. Pada pra siklus nilai rata- rata siswa adalah 65.0, dan siklus 1 akan meningkat dengan nilai rata- rata 70.5 , dan nilai rata- rata pada siklus 2 adalah 80, sedangkan KKM yang di buat oleh guru bidang studi PKn adalah 75. Kata Kunci : hasil belajar, pembelajaran kooperatif Jigsaw dan demonstrasi Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan test hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian, test dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar dibidang afektif dan psikomotorik (Sudjana, 2005). Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi guru dan siswa. Dari sisi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan penggalan dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3) Menurut Sudjana (2010:18) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam (Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif dan relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu maka Wahidmurni,dkk (2010 : 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Permasalahan- permasalahan yang terjadi pada pembelajaran tentang Kedaulatan kelas VIIIb di SMP Immanuel Batu diantaranya sebagai berikut: (1) siswa memiliki minat membaca yang rendah, (2) siswa pasif dalam belajar, (3) hasil ulangan masih banyak yang tidak tuntas, 1286 ISBN: 978-602-1150-17-7 (4) siswa memiliki daya ingat yang rendah dan siswa yang memiliki nilai KKM dibawah yang ditetapkan masih cukup banyak. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut diperlukan pembelajaran dengan metode Jigsaw dan demonsrasi. Pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan, positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Menurut Lie (1993;73), Jigsaw mengkondisikan siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203). Pembelajaran Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini melatih siswa untuk berkesempatan menyampaikan pendapatnya di depan umum, sekaligus melatih siswa untuk bertanggung jawab secara individu terhadap keberhasilan kelompok belajarnya. Model pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik. Cara penyajian dengan memperagakan suatu proses kejadian. Melalui demonstrasi akan lebih jelas dipahami siswa. Adapun pengertian demonstrasi menurut para ahli antara lain Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/ 19990 mengemukakan bahasa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan peragaan dan pertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentuyang sedang dipeajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang di pertunjukkan oleh guruatau sumber belajar lain. Dengan metode Jigsaw dan Demonstrasi yang dipilih oleh guru, diharapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIb di SMP Immanuel Batu tahun pelajaran 2015/ 2016 METODE PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri empat tahapan yakni: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Tahap perencanaan meliputi : penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan waktu yang tersedia yaitu 2 x 40 menit,menyusun skenario pembelajaran pada materi kedaulatan, menyusun kisi- kisi soal dan membuat alat evaluasi, mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran, membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya. Tahap pelakasanaan akan melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui tahapan sebagai berikut : (1) guru akan menentukan tema dari bacaan buku yang relevan, (2) Menyajikan materi yang akan di pelajari, (3) guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, (4) guru membagi tugas masing kelompok untuk menunjukkan alat peraga sederhana, (5) guru menanyakan alasan atau dasar peragaan yang dilakukan siswa(6) dengan kegiatan kerja kelompok siswa guru akan mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kopetensi yang ingin dicapai, dan (7) dilanjutkan untuk membuat kesimpulan dan rangkuman. Tahap evaluasi akan dilakukan kegiatan sebagai berikut: urutan/ sistematika yang dirinci ke dalam aspek yang dinilai yaitu (a) kemampuan menyampaikan pendapat, (b) kemampuan memberikan argumentasi, (c) kemampuan memberikan kritik, (d) kemampuan mengajukan pertanyaan, (e) kemampuan menggunakan bahasa yang baik, dan (f) kelancaran berbicara. Penilaian dalam evaluasi menggunakan patokan skor sebagai berikut : (A) tidak baik, skor 1 jumlah skor 24 – 30 = sangat baik, (B) Kurang baik skor 2 jumlah skor 18 – 23 = baik, 1287 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur (C) Cukup baik skor 3 jumlah skor 12 – 17 = cukup, (D) Baik skor 4 jumlah skor 6 – 11 = kurang, (E) Sangat baik skor 5. Aktifitas guru dinilai dengan menggunakan lembar observasi guru dan aktifitas siswa dinilai dengan menggunakan observasi siswa Tahap refleksi meliputi kegiatan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil test. Hasil analisis tersebut akan dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Hasil penelitian pada siklus I dilakukan dua kali pembelajaran dengan langkah pembelajaran sebagai berikut: persiapan pembelajaran, menyampikan materi pembelajaran, membagi kelompok awal, bergabung dengan kelompok ahli, kembali pada kelompok awal, presentasi hasil, menyimpulkan. Persiapan yang dilakukan guru di awal pembelajaran siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan berbagai media, alat, bahan yang diperlukan saat pembelajaran. Siswa menyiapkan teman-temannya untuk memberi salam kepada guru. Guru melakukan absen pada siswa dengan menanyakan, anak- anak siapa yang tidak hadir pada hari ini di kelas, lalu jawaban siswa tidak hadir ada 1 siswa alpa belum ada kabar. Selanjutnya guru memeriksa kebersihan kelas, karena ada beberapa sisa kertas ada dibawah meja, maka guru minta untuk anak yang dekat dengan sisa kertas itu untuk mengambil dan membuang di tempat sampah. Guru mulai merefleksi pada siswa tentang pembelajaran yang sudah lalu tentang Demokrasi dan anak - anak sudah memahami. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan merumuskan pengertian kedaulatan Rakyat, menyebutkan lembaga- lembaga pelaksana kedaulatan rakyat, dan menyebutkan lembaga- lembaga pemegang kedaulatan rakyat. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa dengan dialog sebagai berikut. G : Anak- anak coba kita melihat pada keluarga kita masing- masing, pernahkah orang tua dari keluarga orang lain ikut mengatur rumah tangga keluarga kita ? S1 : Tidak pernah Bu. G : Lalu, mengapa orang tua kita jg tidak boleh ikut mengatur rumah tangga keluaga yang lain? S2 : Ya, memang tidak punya hak. Ya karena tidak punya hak. G : Betul Fanny, memang yang tepat bahwa masing – masing keluarga punya tanggung jawab kepada keluarga masing- masing, kalaupun ada permasalahan dalam keluarga lain berarti kita tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga mereka. Dalam dialog tersebut materi yang akan diajarkan pada siswa tentang bagaimana suatu negara tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara lain, guru melanjutkan dengan dialog bersama siswa. Nah dari pertanyaan ibu tadi, hari ini kita akan membahas tentang kedaulatan, berkaitan dengan kekuasaan. Langkah pembelajaran berikutnya adalah guru melakukan pembagian kelompok siswa yang terdiri 5- 6 siswa dengan nama kelompok tumbuhan antara lain: pohon kelapa, beringin, palem, cemara, mangga, dan pinus. Masing-masing kelompok diberi identitas diri untuk mempermudah pengenalan di setiap kelompok. Selanjutnya guru memberikan permasalahan kepada setiap kelompok dengan permasalahan yang berbeda. Siswa melakukan diskusi di kelompok masing- masing untuk memeroleh jawaban terhadap masalah yang ada. Misalnya 1288 ISBN: 978-602-1150-17-7 untuk nomor 1, menyebutkan 5 macam kedaulatan yang pernah berlaku, nomor 2 menunjukkan makna pentingnya kedaulatan, nomor 3 mendevinisikan pengertian dari kedaulatan, nomor 4 membedakan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar, nomor 5 menyebutkan lembaga pelaksana kedaulatan RI, nomor 6 mencari contoh kedaulatan ke luar yang bisa dilakukan bangsa Indonesia. S1 : Wah apa saja kira- kira 5 macam kedaulatan yang pernah berlaku ? S2 : Saya tahu kok kedaulatan rakyat ya, trus yang lain apa ada, yang di buku tida ada S1 : Bu guru, 5 macam kedaulatan itu apa ya bu, kok saya tidak pernah dengar G : Diantara kalian siapa yang bawa buku sumber lain selain buku paket sekolah ? S3 : Ya tidak bawa bu G : Baik anak- anak ibu akan menunjukkan buku sumber lain, silahkan sekarang kalian mencari dan menemukan S4 : Bu, kedaulatan keluar itu, apa boleh kita ikut mengurus negara lain ? G : Kedaulatan yang berkaitan dengan negara lain, bukan berarti kita boleh ikut mengurusi urusan dalam negeri negara lain, tapi sebatas kerja sama dan saling membutuhkan Dengan dialog yang dilakukan oleh guru bersama siswa maka siswa dapat menemukan materi tentang 5 macam kedaulatan. Berdasarkan hasil kerja yang dilakukan oleh siswa menunjukkan siswa mampu untuk mendiskripsikan tentang kedaulatan keluar Berdasarkan hasil diskusi di kelompok awal, selanjutnya guru mempertemukan perwakilan masing-masing kelompok pada kelompok ahli sesuai dengan nomor identitas dan permasalahan yang sama. Saat kelompok ahli dipertemukan tidak menutup kemungkinan terjadinya dialog, adapun dialog itu adalah : S2 : Bu, ini saya melalui teman- teman kami bingung antara pengertian kedaulatan dengan makna penting kedaulatan. S2 : Bu, itu tadi kira- kira maksudnya apakah sama ? G : Yang pasti berbeda, karena kedaulatan memiliki arti kekuasaan tertinggl ada di tangan rakyat, tetapi kalau makna penting kedaulatan S5 : Bu, contoh kedaulatan ke dalam itu, misalnya pemerintah membuat kebijakan tentang kegiatan impor, apa bisa itu disebut kedaulatan ke dalam? G : Bisa, karena tujuan pemerintah membatasi impor adalah agar kita tidak terlalu bergantung kepada negara lain, juga agar kita dapat menghargai hasil produksi dalam negeri kita sendiri. Nah, sekarang coba mencari contoh yang keluarnya. G : Mohon perhatian untuk semua kelompok, jika dianggap sudah selesai semua pada masing- masing kelompok ahli bisa kembali ke kelompok awal. Melaui dialog yang dilakukan oleh guru dan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa siswa melalui pejelasan guru mampu mendiskripsikan contoh palaksanaan kedaulatan dalam serta mencari contoh kedaulatan yang keluar.Hasil LKS yang di laksanakan adalah sebagai berikut : 1289 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Gambar 1. LKS 1 Dari hasil kerja kelompok ahli yang sudah dilakukan dan dianggap semua sudah memahami, maka sangat perlu bagi kelompok ahli untuk kembali pada kelompok awal untuk menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya. Selanjutnya kita bisa melihat hasil dialog dari masing- masing rekan kelompoknya. S1 : Teman- teman coba dengarkan jawaban dari permasalahan saya, bahwa 5 macam teori kedaulatan yang pernah berlaku antara lain adalah teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan Negara, teori kedaulatan Hukum, teori kedaulatan rakyat. G : Benar, mungkin untuk yang lain bisa disampaikan juga hasil kerjanya, dan masing- masing bisa mencatat. S2 : Kalau hasil saya begini, makna penting kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat, dalam menjalankan dalam kehidupan negara, kekuasaan pemerintahan harus berdasarkan persetujuan rakyat dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat. S3 :Pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi ada pada rakyat S4 :Perbedaan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat untuk mengatur urusan pemerintah negaranya, sedangkan kalau yang bersifat keluar adalah bagaimana cara pemerintah negara untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan negara lain. S1 :Contoh kedaulatan keluar adalah kita masuk menjadi anggota ASEA, APEC, OPEC, SEATO, NATO dan lainnya. G :Apabila semua sudah mengerti hasil dari dialog antar anggota kelompok awal, maka perlu untuk dipresentasikan di depan kelas, maka perlu bagi guru untuk menunjuk perwakilan dari beberapa siswa sesuai nomor peserta dalam kelompok. Antara lain nomor 1, diwakili oleh Ratna Eklesia, nomor 2 diwakili oleh Kevin Gabriano, nomor 3 diwakili oleh Joy Albert, nomor 4 diwakili oleh Grace, dan nomor 5 diwakili oleh Eunike. Kegiatan diskusi dan berdialog antar kelompok awal , kelompok ahli serta kembali pada kelompok awal maka perlu dilakukan untuk presentasi yang akan diwakili oleh siswa yang sudah ditunjuk. Adapun permasalahan yang akan dipresentasikan bisa di lihat dengan dialog yang dilakukan sebagai berikut : S1 : Hasil diskusi kelompok nomor 1, yaitu teori kedaulatan yang pernah berlaku kami menemukan 5 macam yaitu teori kedaulatan Tuhan, teori kedaulatan Raja, teori kedaulatan Negara, teori kedaulatan Hukum, teori kedaulatan Rakyat. G :Bagaimana dari klompok lain apakah ada tanggapan untuk perwakilan dari 1290 ISBN: 978-602-1150-17-7 G S2 G S G S3 G G S4 G S G S5 G S G kelompok nomor 1 ? : Jika memang tidak ada, ibu akan menggaris bawahi, kalau teori kedaulatan yang sudah disebutkan oleh nomor 1, itu sudah benar dan urutannya juga sudah benar, tinggal ibu akan sampaikan untuk negara menganut 2 teori kedaulatan Hukum dan teori kedaulatan rakyat. Nah sekarang dilanjutkan dengan nomor berikutnya. : Menurut kelompok kami, makna pentingnya kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat, dalam menjalankan dalam kehidupan negara, kekuasaan pemerintahan harus berdasarkan persetujuan rakyat dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat. : Silahkan diamati, anak- anak, bagaimana jawaban dari kelompok 2, apa ada yang kurang jelas? ; Sudah jelas bu. : ibu akan tambahkan sedikit untuk kelompok 2, selain ada pertanggungjawaban yang dilakukan rakyat tapi rakyat juga mempunyai kewenangan dalam hal pengawasaN terhadap pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana, jelas ya ? : Dari jawaban kami pengertian kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi ada pada rakyat : Bagaimana, ada yang mau di tanyakan, tidak bu. : Silahkan di lanjutkan untuk kelompok 4 : dari kami, perbedaan kedaulatan ke dalam dan kedaulatan keluar adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh rakyat untuk mengatur urusan pemerintah negaranya, sedangkan kalau yang bersifat keluarga adalah bagaimana cara pemerintah negara untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan negara lain. : Bagaimana anak- anak, mengerti apa belum ? : sudah bu. : Baiklah langsung kelompok terakhir, kelompok 5. : Kelompok kami membahas tentang, contoh kedaulatan keluar yang bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia yaitu masuk menjadi anggota ASEAN, APEC, OPEC, SEATO, NATO dan lainnya. : anak- anak dari pendapat kelompok 6 apa ada yang mau menambah jawaban ? : Saya bu.Misalnya kita ada pertukaran pelajar, pertukaran tenaga ahli, lomba seni budaya dan lain lainnya. ; Demikian anak- anak hasil diskusi kita pada siang hari ini.Silahkan disiapkan alat tulisnya, kita akan kerjakan soal latihan yang sudah ibu siapkan. Berdasarkan hasil nilai test pengamatan selama kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang menjadi perlu mendapat perhatian secara khusus, antara lain (1) dokumen diskusi yang harus digunakan guru kurang siap, (2) kondisi siswa banyak yang sakit, (3) buku sumber tidak lengkap, (4) siswa bingung dengan model pembelajaran yang sifatnya baru, (5) suasana diskusi kurang hidup, (5) pembagian alokasi waktu yang kurang tepat. Test yang dilakukan pada siklus I yaitu post test untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran pada pokok bahasan KD 5.1 tentang makna kedaulatan rakyat. Dari hasil analisis hasil belajar pada siklus I, diperoleh nilai rata- rata 65dan ketuntasan belajar secara klasikal adalah 70 termasuk kriteria cukup. 1291 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Hasil pada siklus I belum menunjukkan kategori tuntas dalam belajar, karena dari 25 siswa yang mendapat nilai 75 keatas masih berjumlah 15 siswa, dan yang belum tuntas berjumlah 10 siswa, Berdasarkan ketentuan dari BSNP yaitu kriteria ideal belajar secara klasikal, apabila siswa di kelasmemperoleh nilai 7 keatas sebanyak 75% . (diadaptasi dari Depdiknas, 2007: 62). Berdasarkan hasil test siklus I, dianggap belum tuntas dalam belajar. analisis nilai test pada siklus I 1 2 3 4 5 6 Jumlah seluruh siswa Jumlah siswa yang mengikuti test Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar Nilai rata- rata kelas Ketuntasan belajar klasikal 25 25 15 10 76,12 60% Ketidak tuntasan yang ada disebabkan : kesiapan guru kurang maksimal, media pembebelajan kurang memadai, buku materi hanya bergantung satu sumber, intonasi suara guru kurang keras, alat pembelajaran kurang disiapkan. Adanya kelemahan- kelemahan yang ada pada siklus I ini tidak akan menjadi penghambat untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu harapan pada siklus II akan diupayakan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIIb dengan sebaik- baiknya. Siklus II Hasil penelitian pada siklus II dilakukan dua kali pembelajaran dengan langkah pembelajaran sebagai berikut: persiapan pembelajaran, menyampikan materi pembelajaran, membagi kelompok awal, bergabung dengan kelompok ahli, kembali pada kelompok awal, presentasi hasil, menyimpulkan. Persiapan yang dilakukan guru di awal pembelajaran siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan berbagai media, alat, bahan yang diperlukan saat pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan renungan bersama dalam rangka meningkatkan keimanan sebagai dasar untuk mengakui adanya kekuasaan Tuhan yang memimpin kehidupan umatnya. Renungan dipimpin guru selama 15 menit yang diikuti siswa dengan membaca kitab suci yang sudah disiapkan. Dan selanjutnya siswa menyiapkan teman-temannya untuk memberi salam kepada guru. Guru melakukan absen pada siswa dengan menanyakan, anak- anak siapa yang tidak hadir pada hari ini di kelas VIIIb sekarang ini, lalu jawaban siswa tidak hadir ada 2 siswa alpa belum ada kabar. Selanjutnya guru memeriksa kebersihan kelas, karena ada beberapa sampah kertas ada dibawah meja, maka guru minta untuk anak yang terdekat dengan sisa kertas itu untuk mengambil dan membuang di tempat sampah. Guru mulai merefleksi pada siswa tentang pembelajaran yang sudah lalu tentang pengertian kedaulatan,makna kedaulatan, macam- macam kedaulatan, teori kedaulatan ke dalam dan teori kedaulatan keluar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan merumuskan tentang, tugas dan kewajiban MPR sesuai dengan UUD 1945 hasil amandemen, Fungsi DPR, hak- hak DPR, tugas dan fungsi DPD . Selanjutnya guru melakukan tanya jawab dengan siswa dengan dialog sebagai berikut. G : Anak- anak silahkan kalian membentuk kelompok, dan satu kelompok berjumlah 6 orang. S : Bu tapi kelompok kami jumlahnya tidak lengkap G : Sisanya nomor 1 sampai 4 saja 1292 ISBN: 978-602-1150-17-7 Guru langsung membagikan amplop yang berisi nomor peserta diskusi, kertas permasalahan, lalu siswa berkumpul dengan tim ahli untuk membahas masalah yang diberikan. Saat siswa mengerjakan masalah dalam kelompok, sambil mengamati kegiatan diskusi, guru berkeliling ke masing- masing kelompok untuk memeriksa apa ada kesulitan, sekaligus memberi nilai pada siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi. Guru menyampaikan penilaian dalam diskusi kelompok antara lain: Sikap, keaktifan, wawasan, kemampuan dalam menyampaikan pendapat, kerjasama. Kelompok pohon cemara ada yang tidak tidak jelas dengan tugas DPR tentang fungsi anggaran. Demikian dialog itu dapat digambarkan sebagai berikut: S : Bu, saya mau bertanya, ada yang tidak jelas. G : Iya nak, apa yang menjadi permasalahan S : Bu, saya tidak mengerti apa yang dimaksud DPR mempunyai fungsi anggaran? G : Nah, anak- anak, ini ada persoalan, teman kalian tidak mengerti, apa yang dimaksud DPR memiliki fungsi anggaran? Siapa diantara kalian yang mengerti atau pernah mendengar istilah tersebut. G : Ayo, siapa yang mau menjawab, ada anak- anak? Tidak ada yang tahu ? S : Tidak tahu bu. G : Coba di cari di buku materi yang lain, kira– kira apa ada nak? S : Bu buku materi kami cuma satu, dan itu tidak ada jawabannya bu. G : Baiklah anak- anak jika kalian tidak menemukan dan tidak mengerti, maka ibu jelaskan. Yang dimaksud dengan DPR mempunyai fungsi anggaran bahwa DPR punya tugas untuk menetapkan APBN, APBN di buat untuk satu tahun anggaran. S : Lho bu, bedanya dengan RAPBN itu apa ? G : Anak- anak, siapa yang tahu, apa perbedaan antara APBN dan RAPBN ? S : Kalau RAPBN itu masih berupa rencana bu. G : Benar nak, jika memang dikatakan RAPBN maka itu masih berupa rencana anggaran, tetapi kalau APBN, itu sudah disahkan dan bisa untuk dilaksanakan. Baik anak- anak, dari sini apa masih ada yang belum jelas ? S : Sudah bu. G : Baiklah anak – anak kita akan lanjutkan untuk materi yang lain. Dari dialog yang ada, maka guru bisa menarik kesimpulan siswa dapat menjelaskan fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPR dan siswa juga dapat membedakan antara perbedaan APBN dan RAPBN melalui tanya jawab dengan guru. Berdasarkan hasil diskusi di kelompok awal, selanjutnya guru mempertemukan perwakilan masing-masing kelompok pada kelompok ahli sesuai dengan nomor identitas dan permasalahan yang sama. Saat kelompok ahli dipertemukan tidak menutup kemungkinan terjadinya dialog, adapun dialog itu adalah sebagai berikut: S : Bu, kami mau bertanya apa boleh? G : Iya nak, silahkan apa yang belum mengerti ? S : Bu, untuk syarat calon presiden dan wakil presiden, kenapa masa jabatannya kok harus di batasi? G : Nah, ini ada pertanyaan, siapa kira- kira yang tahu, apa yang menjadi alasan, mengapa kekuasaan presiden harus dibatasi? Ada yang tahu anak- anak? S : Supaya tidak korupsi bu. G : Benarkah seperti itu anak- anak ? 1293 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur S : Supaya tidak sewenang- wenang bu? G : Nah, apa yang disampaikan teman kalian tidak salah, ibu menambahkan kalau jabatan presiden tidak dibatasi maka tindakan presiden bisa menyalahi aturan yang berlaku, seperti yang dikatakan teman kalian tadi, bisa korupsi, bisa juga akan menyala gunakan kekuasaannya. G : Bagaimana, bisa dipahami anak- anak? S : Bisa ibuk. Dengan interaksi yang di lakukan, siswa mampu mengerti alasan terhadap pembatasan pada masa jabatan presiden. Kegiatan selanjutnya, guru menunjuk salah satu perwakilan dari masing- masing kelompok diskusi untuk menampilkan hasil diskusi pada kelompok ahli. Kelompok yang akan mewakili adalah dari kelompok nomor urut 3, yang akan diwakili oleh Fiona Beby.Demikian bisa kita lihat hasil interaksi yang terjadi: G : Baik anak- anak, untuk siang ini kelaompok yang akan presentasi adalah kelompok dari nomor 3 yang akan diwakili oleh Fiona Beby, Ayo silahkan dari perwakilan kelompok 3 S : Iya buk, saya akan mempresentasikan hasil dari kelompok nomor 3. G : Setelah disampaikan oleh hasil kerja kelompok 3, mungkin ada yang mau ditanyakan dari kelompok lain? S : Tidak ada bu. G : Kalau tidak ada yang bertanya ( jawaban siswa secara serentak) Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas LKS berkaitan dengan hak- hak MPR,Syarat calon presiden dan wakil presiden, kekuasaan presiden, kedudukan dan kewajiban dari BPK, kekuasaan MA,wewenang MA Dalam LKS yang disampaikan guru, dapat menghasilkan Kegiatan diskusi pada Siklus II Gambar 2. Guru memberi penjelasan pada siswa yang belum paham Gambar 3. Presentasi hasil diskusi kelompok ahli 1294 ISBN: 978-602-1150-17-7 Gambar 4 : LKS siklus II Berdasarkan pengamatan pada siklus I dan siklus II nampak ada peningkatan hasil belajar siswa.Siswa mulai antusias dan bersemangat dalam belajar, dan bisa dilihat keterlibatan siswa dalam belajar, siswa tidak lagi bekerja sendiri- sendiri, tetapi siswa sudah mulai mengerti saat diskusi perlu adanya kerjasama, siswa mulai berani menyampaikan pendapatnya, siswa dalam mencari hal yang baru mereka juga punya inisiatif untuk mencari buku sumber di perpustakaan. Guru menambah sarana pembelajaran yang menarik dengan membuat tampilan pada LCD, juga media yang menarik agar siswa bersemangat dalam belajar. Dan sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, rata- rata ketuntasan hasil belajar siswa memenuhi kriteria yang sangat baik. Siswa yang mengalami tuntas belajar sudah melebihi dari 75%, sehingga penelitian ini dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang berupa peningkatan ketuntasan dan nilai rata- rata dari nillai pelaksanaan pembelajaran siklus II. Saat pembelajaran dengan menggunakan penuturan kata- kata (cerama) dalam proses pembelajaran ternyata tidak menunjukkan hasil yang maksimal, berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu supaya hasil belajar lebih bermakna, maka perlu di pikirkan bentuk- bentuk media pembelajaran dan alat pembelajaran yang menarik dan membuat siswa bersemangat untuk belajar. Dengan demikian pemilihan bentuk- bentuk media pembelajaran dan alat pembelajaran sesuai dengan kepentingannya, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa yang diharapkan. PENUTUP Penerapan model pembelajaran jigsaw yang menggunakan sistem demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa Pkntentang kedaulatan rakyatdi SMP Immanuel Batu , hal ini dapat ditunjukkan dari hasil analisis data yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran, dari kondisi awal siswa yang tuntas belajar 50% meningkat pada siklus I yang tuntas belajar 65% dan meningkat lagi pada siklus II siswa yang tuntas 85%. Dengan demikian siswa menjadi bersemangat, aktif, berani mengemukakan pendapat, dan rajin untuk membaca buku sumber yang lain, serta di beri alat dan media pembelajaran sesuai dengan kepentingan pembelajaran maka peningkatan hasil pembelajaran menjadi meningkat dan menyenangkan. DAFTAR RUJUKAN Rasyid, H dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar, Yogyakarta: CV Wacana Prima Lie. 1993: 73 Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw. File///F/Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw (hari kamis jam 11.00) 1295 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU KELAS VIII DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD Hermi Sugiarti SMP Muhammadiyah 2 Batu [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran kooperatif STAD siswa kelas VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU sebagai berikut:(1) siswa malas belajar dan tidur – tiduran, (2) siswa kurang antusias, (3) siswa mudah lupa dengan yang diajarkan guru, dan (4) KKM siswa masih ada beberapa anak yang belum tuntas. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan observasi. Metode pembelajaran STAD dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor, dan penghargaan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah: guru menjelaskan materi, diskusi kelompok materi kedaulatan, presentasi dan kuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dari siklus I skor rata-rata 80,47 menjadi 85,60 pada siklus II. Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran PKn, metode STAD Pada dasarnya Pendidikan di Indonesia sangat penting, karena dapat mengantarkan bangsa Indonesia pada kehidupan yang lebih baik. Untuk mengetahui difinisi pendidikan dalam perspektifkebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (wordpress.com diunduh 28 Pebruari 2016). Seorang guru dalam proses pembelajaran tugasnya tidak hanya menyampaikan seperangkat materi pelajaran kepada siswa, melainkan juga bertanggung jawab dalam membantu dan membimbing siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Untuk itu peran guru dalam memberikan motivasi demi peningkatan hasil belajar sangat dibutuhkan siswa, karena bakat, minat, potensi, dan motivasi masing-masing berbeda. Dalam upaya membantu peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara guru dihadapkan pada berbagai masalah di antaranya: (1) sarana prasana yang kurang memadai, (2) ketersedian peralatan dan media pembelajaran, (3) ketersediaan buku bacaan siswa, dan (4) proses belajar mengajar. Khususnya proses belajar mengajar di SMP MUHAMMADIYAH 2 Batu, terdapat permasalahan sebagai berikut: (1) siswa malas belajar dan tidur-tiduran, (2) siswa kurang antusias, (3) siwa mudah lupa dengan apa yang diterangkan guru, dan (4) nilai KKM siswa masih ada beberapa anak yang belum tuntas. Untuk mengatasi masalah pembelajaran di atas diperlukan penerapan model pembelajaran STAD. Keunggulan model pembelajaran STAD menurut Isjoni (2010) antara lain: (1) setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang subtansial kepada kelompoknya , dan posisi setara. (2) menggalahkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik (3) Membantu 1296 ISBN: 978-602-1150-17-7 siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak, (4) melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapkan sosial disamping kecakapan kognitif. Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang efektif menyenangkan dan merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam siswa. Pembelajaran STAD yang dilakukan dengan cara membuat team belajar yang mempunyai anggota 4 siswa untuk membuat kelompok ini, siswa tidak boleh memilih sendiri, lebih baik guru yang melakukan pembagian kelompok. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan tingkatan kerjanya, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Ini akan membuat kelompok lebih random. Terdapat 5 komponen yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran STAD yaitu: (1) penyajian kelas, (2) belajar kelompok, (3) kuis, (4) skor, dan (5) penghargaan kelompok. Model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang melibatkan siswanya dalam proses pembelajaran. Tak hanya guru menjelaskan di depan kelas dan siswa mencatat semuanya tampa ada interaksi yang effektif. Sebagai guru harus bisa menciptakan suasana yang menyenangkan. Menurut Slavin dalam Rusman (2012:214), pembelajaran STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dalam pembelajaran. Sintaks Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari: (1) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara hiterogen, (2)guru menyajikan pembelajaran (3) guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok, (4) peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti, (5) guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu, (6) guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin tertinggi, (7) guru memberikan evaluasi, dan (8) penutup. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Upaya meningkatan hasil belajar PKn di SMP Muhammadiyah 2 Batu Kelas VIII dengan model pembelajaran STAD. Penerapan metode pembelajaran STAD diharapkan dapat mengatasi permasalahan belajar siswa dan meningkatkan hasil belajarnya. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Kota Batu tahun pelajaran 2015-2016, pada mata pelajaran PKn yang terdiri satu orang guru dan 15 siswa, terdiri dari 8 laki-laki, dan 7 perempuan. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 2 Maret 2016 sampai 30 Maret 2016. Materi yang digunakan adalah “Makna Kedaulatan” Masing-masing siklus, terdiri dari dari empat tahapan penting yaitu: a) perencanaan (planning); b) pelaksanaan tindakan (action); c) pengamatan (observatian); dan d) refleksi (reflection). Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur yang membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula (Arikunto, 2006). Langkah awal dalam penilitian ini mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran PKn di kelas VIII SMP MUHAMMADIYAH 2 BATU. Berdasarkan temuan masalah, dilakukan analisis masalah yaitu suatu upaya untuk menemukan akar penyebab masalah. Pelaksanaan tindakan sebagai altenatif pemecahan masalah ditetapkan berdasarkan hasil analisis masalah. 1297 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Langkah berikutnya adalah melakukan perencanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain: (1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) beserta skenario pembelajaran STAD dengan materi pembelajaran Makna Kedaulatan, (2) membuat soal evaluasi pilihan ganda dan esay untuk dikerjakan di kelas , (3) membuat lembar observasi untuk untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu pembelajaran dengan pembelajaran Makna Kedaulatan. Setelah perencanaan selesai, kemudian dilakukan tindakan pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilaksanakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan ini, Penulis bertindak sebagai guru, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru sejawat atau serumpun. Rancangan siklus II dilakukan seperti pada tahapan siklus I dengan beberapa modifikasi jenis evaluasi dengan tes pilihan ganda saja. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menerapkan pembelajaran STAD pada materi makna kedaulatan. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus yang dipaparkan seperti berikut. Siklus 1 pertemuan 1 Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan memberikan motivasi dan menggali pengetahuan awal melaui tanya jawab. G: anak – anak apakah yang dimaksud kedaulatan S: kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara G: Benar, jadi kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara,sekarang siapa yang tahu pengertian Kedaulatan Rakyat . S: Kedaulatan Rakyat adalah: Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat. G: baiklah, sekarang apa ada hubungan dengan landasan negara kita S: Ada bu, Pancasila dan UUD 1945 Dari dialog tersebut siswa sudah memahami materi prasyarat terkait dengan Kedaulatan. Sehingga siswa sudah siap untuk melanjutkan pembelajaran. Dalam hal ini guru melanjutkan ke kegiatan inti dengan membentuk kelompok. G: kita sekarang membentuk kelompok diskusi ,masing – masing kelompok beranggotakan 4 orang. S: iya bu. G: masing –masing kelompok silahkan menunjuk ketua kelompok ,dan mengambil materi diskusi S: iya bu ,saya kelompok satu, saya kelompok dua, saya kelompok tiga ,saya kelompok empat. Materi nya apa “ bu “ Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 membahas materinya menjelaskan pengertian kedaulatan menurut para ahli, kelompok 2 membahas materi “membedakan makna kedaulatan kedalam dan keluar”, kelompok membahas materi “menjelaskan sifat – sifat kedaulatan”, dan kelompok 4 membahas materi “menyebutkan teori – teori kedaulatan”. Kegiatan berlanjut pada diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok, guru berkeliling untuk memantau aktivitas diskusi. Dalam pemantauan guru ada kelompok yang mengalami masalah. Guru mendekati dan mengajak dialog seperti berikut. 1298 ISBN: 978-602-1150-17-7 G: mengapa kamu tidak aktif dalam diskusi mas,ibu perhatikan kamu bermalas – malasan,tidurdan menganggu teman lainnya. S: ngantuk bu, kemarin dirumah ada acara.jadi saya tidak bisa belajar. G: coba sekarang kamu baca dulu materi makna kedaulatan dan bukunya silahkan dikeluarkan supaya kamu dapat ikut beraktivitas. S: iya bu. Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan evaluasi dengan memberikan tes dan tugas selanjutnya. G: anak –anak kumpulkan hasil diskusi kalian dan masing masing kelompok mempresentasikan kedepan satu persatu. S: iya bu. G: baiklah ,silahkan kelompok I mempresentasikan hasil diskusi kalian dan diikuti kelompok yang lain. S: siap bu G: anak – anak karena waktunya sudah habis kita lanjutkan presentasi kalian minggu depan lalu ulangan materi hari ini. Siklus I Pertemuan 2 Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan materi sebelumnya. G; anak –anak masih ingatkan materi yang lalu. S: masih bu,makna kedaulatan G: bagus ,sekarang kita lanjutkan presentasi kelompok yang lain. Kegiatan dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang lain serta guru beserta siswa mengambil kesimpulan bersama – sama. Kegiatan penutup. Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan evaluasi dengan memberikan tes dan tugas dirumah merangkum materi peran lembaga – lembaga negara. Berdasarkan pengamatan siklus 1 terhadap proses pembelajaran, ditemukan beberapa permasalahan yaitu siswa belum mengerti akan materi yang didiskusikan dalam kelompoknya karena siswa belum belajar,sehingga membuat keributan, malas – malasan, tidak aktif. Serta ada beberapa masalah yang berkaitan dengan guru antara lain guru menerangkan terlalu cepat, media pembelajarannya kurang memadai ,sarana prasananya kurang Akibatnya hasil belajar siswa pada materi makna kedaulatan dari 15 siswa yang mencapai ketuntasan pada saat ulangan hanya 10 orang. Hasil analisis nilai tes pada siklus I di sajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Tes Siklus I Jumlah seluruh siswa Jumlah siswa yang mengikuti tes Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai rata – rata kelas Ketuntasan belajar klasikal 15 15 10 5 80,47 66,67 % Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam belajar sebanyak 10 siswa atau 66,67 %. Beberapa kendala belum tercapainya ketuntasan siswa secara optimal dimungkinkan siswa masih belum konsentrasi penuh, siswa 1299 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur masih suka gaduh, ssebagian siswa masih tidur-tiduran karena mengalami kelelahan kerja membantu orang tua. Beberapa kendala yang dihadapi guru pada siklus I direfleksikan dan diperbaiki pada siklus II. Siklus II pertemuan I Kegiatan awal yang dilakukan guru adalah menanyakan materi pembelajaran hari ini dengan terkaitan materi pertemuan minggu yang lalu. G: anak – anak apakah materi peran lembaga – lembaga negara ada kaitannya dengan materi makna kedaulatan rakyat S: ada bu ,karena lembaga –lembaga negara yang kita pilih adalah wakil - wakil yang duduk di pemerintahan tingkat I dan tingkat II. G: bagus Pembelajaran berikutnya guru memberi motivasi pada siswa dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut: G: siapa yang bisa menyebutkan lembaga –lembaga negara kita. S: Saya bu. MPR, PRESIDEN dan WAKILNYA, DPR, DPD G: benar ,masing banyak wakil –wakil kita selain yang disebutkan oleh teman kamu. Contohnya : BPK, dan lembaga –lembaga Yudikatif ( MA,MK, KY ). Dari dialog tersebut siswa sudah memahami materi prasarat terkait materi Peran Lembaga – lembaga Negara pelaksana Kedaulatan, sehingga siswa sudah siap melanjutkan pembelajaran. Dalam hal ini guru melanjutkan ke kegiatan inti dengan membagi kelompok diskusi. G: anak – anak sekarang ibu guru akan membagi kelompok diskusi, masing – masing kelompok terdiri dari 3 atau 4 orang, dengan pembagian kelompok sebagai berikut. Kelompok I : membahas tugas dan kewajiban MPR sesuai dengan UUD 1945 hasil amandemen. Kelompok II : membahas tugas dan kewajiban Presiden. Kelompok III : membahas tugas dan kewajiban DPR. Kelompok IV : membahas tugas dan kewajiban DPD. G: silahkan ambil bahas diskusi, tunjuk ketua kelompok diskusi kamu, dan nilai yang akan ibu ambil dalam diskusi adalalah sikap, kerjasama, tepat waktu dan kemampuan mengemukakan pendapat, sudah paham. S: sudah bu. Kegiatan berlanjut pada diskusi kelompok .guru berkeliling untuk melihat aktivitas siswa serta memberi penilaian. Dalam pemantauan guru masih ditemukan siswa yang dalam kelompoknya tidak aktif, menggangu temannya, ngantuk. Guru mendekati dan mengajak dialog. G: mbak kenapa kamu tidak ikut diskusi dalam kelompokmu,ibu perhatikan tidak aktif, mengganggu dan tidur –tiduran S: saya belum belajar bu,kemarin sakit. G: baiklah sekarang silahkan ikut diskusi biar dapat nilai. S: baik bu. 1300 ISBN: 978-602-1150-17-7 Setelah waktu yang ditentukan dalam diskusi kelompok habis kegiatan selanjutnya adalah guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan hasil diskusi. G: anak-anak silahkan kumpulkan hasil diskusi kalian, masing –masing kelompok mempresentasikan kedepan, kelompok siapa yang maju dulu. S: kelompok I bu G: silahkan. Setelah kelompok I,diikuti kelompok yang lain ya. Setelah kegiatan presentasi selesai guru dan siswa membahas hasil diskusi dan pemberian tugas akhir. siswa mencari tugas di internet tentang pembelajaran peran lembaga – lembaga negara yang berkaitan MA, BPK, PD , KPU. Setelah pemberian tugas guru mengakhiri dengan salam Siklus II pertemuan II Pembelajaran pada siklus II dilanjutkan dengan materi peran lembaga –lembaga negara yang berkaitan dengan DPD, DPRD, KPU dan KY. Kegiatan pembelajaran pada siklus II pertemuan II diawali dengan memberikan pertanyaan tentang materi sebelumnya dan memberikan motivasi kepada siswa. G: anak – anak pertemuan kita minggu yang lalu tentang apa. S: peran lembaga – lembaga negara bu. G: bagus , coba sebutkan kembali lembaga –lembaga negara yang kamu ketahui. S: MPR, PRESIDEN, DPR, DPRD, MA, dll bu. G: baiklah sekarang kita lanjutkan materi pembelajaran dengan membahas peran lembaga lembaga negara dalam diskusi kelompok. Kegiatan inti : kegiatan pembelajaran diawali guru membentuk kelompok diskusi.setiap kelompok terdiri dari 3 atau 4 orang. Kelompok I : membahas tugas dan kewajiban DPD. Kelompok II: membahas tugas dan kewajiban DPRD. kelompok III: membahas tugas dan kewajiban KPU. Kelompok IV: membahas tugas dan kewajiban KY. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok, guru berkeliling memberikan penilaian serta memberikan bimbingan pada kelompok yang belum bisa memecahkan masalahnya. dalam pantauan guru siswa sudah aktif dan kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi oleh masing masing kelompok. Setelah masing –masing kelompok selesai presentasi, guru mengambil kesimpulan hasil diskusi bersama – sama siswa dan dilanjutkan ulangan. Guru melakukan refleksi menanyakan kembali manfaat pembelajaran hari ini dan pemberian tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya. Hasil tes siklus II disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Tes Siklus II Jumlah seluruh siswa Jumlah siswa yang mengikuti tes Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai rata – rata kelas Ketuntasan belajar klasikal 15 15 13 2 85,60 86,67 % 1301 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Berdasarkan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II dengan memperhatikan refleksi perbaikan pada siklus I diperoleh data rata –rata hasil belajar pada siklus II mencapai 84,07 dengan ketuntasan belajar klasikal 86,67 % Hasil belajar yang diuraikan diatas menggambarkan bahwa pembelajaran berjalan dengan baik dan menyenangkan. Siswa sudah dapat berdiskusi dengan kelompoknya,setiap kelompok sudah dapat meningkatkan kualitas hasil diskusinya, sehingga pelaksanaan diskusi bisa tepat waktu, akhirnya dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar sudah ada peningkatan dan dapat diakhiri,bagi siswa yang belum tuntas diberikan remidi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data,maka dapat diambil kesimpulan: penerapan Model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa SMP MUHAMMADIYAH 2 batu. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar. Pada siklus I nilai rata rata kelas sebesar 80,47 dengan ketuntasan klasikal 66.67 % dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata – rata kelas 85.60 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 86.67% berdasarkan kriteria yang ditentukan sekolah nilai KKM 75. siswa sudah banyak yang dapat mencapai ketuntasan. Hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar PKn, siswa melalui diskusi dengan menggunakan metode STAD tidak lepas dari kerjasama yang baik antara guru dan siswa . Karena guru sebagai motivator sehingga memotivasi siswa agar tetap menggunakan kelompok dalam memecahkan soal – soal dan siswa menerima dengan baik motivasi yang diberikan dari guru,karena siswa sudah dapat mengambil manfaatnya ,sehingga peningkatan hasil belajar siswa setiap siklus menunjukkan hasil maksimal. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2015. Penelitian tindakan Kelas ( Edisi refisi ). Yogjakarta . Bumi Aksara. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif , Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Rusman, 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada. -----, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Wordpress .com di unduh 28 Pebruari 2016. 1302 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE CURAH PENDAPAT PADA SISWA KELAS IX.1 SMP MUHAMMADIYAH 8 BATU Edy Susanto SMP Muhammadiyah 8 Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran PKn di Kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu sebagai berikut: siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi, siswa kurang berani menyampaikan pendapat, siswa belum terbiasa mengemukakan pendapat dalam forum diskusi, dan siswa yang belum mencapai KKM sebesar 61 %. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus dengan tahapan setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi melalui metode pembelajaran curah pendapat. Hasil penelitian siklus I: terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok dan capaian KKM sebesar 75 % siswa memenuhi ketuntasannya. Hasil penelitian siklus II: terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta capaian KKM sebesar 89 % siswa memenuhi ketuntasannya. Kata kunci: partisipasi belajar, hasil belajar, metode curah pendapat Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi prioritas utama dari program pendidikan nasional pada saat ini. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2010:1). Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam melaksanakan pembelajaran, peran yang strategis tersebut membawa dampak bahwa seorang guru harus memiliki berbagai kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya yaitu kemampuan mengembangkan model atau strategi pembelajaran. Berdasarkan pengamatan di lapangan, khususnya dalam pembelajaran PKn, terdapat beberapa kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi atau tanya jawab. Hal ini terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Batu pada kelas IX.1 dari jumlah 36 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran PKn, hanya 13 siswa yang berani mengemukakan pendapatnya (34 %), sisanya sekitar 23 siswa dalam diskusi kelas cenderung pasif atau tidak berani mengemukakan pendapat (66 %), dan capaian berdasarkan kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) sebanyak 18 siswa ( sebesar 50 % )belum memenuhi KKM terhadap standar KKM yang ditetapkan sebesar 75. Hal tersebut disebabkan dalam melaksanakan pembelajaran kurang bisa memberikan motivasi dan mengkondisikan peserta didik, serta pembelajaran lebih cenderung terjadi satu arah atau monoton. Serta terdapat kecenderungan siswa takut melakukan kesalahan dalam menyampaikan pendapatnya. Dari tahun ke tahun kondisi ini selalu terjadi berulang-ulang sehingga diperlukan penerapan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi, motivasi dan keberanian peserta didik dalam 1303 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur mengemukakan pendapat/gagasan/idenya. Salah satu metode yang digunakan adalah metode curah pendapat atau brainstorming. Metode curah pendapat atau brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai salah satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73). Metode pembelajaran ini cocok untuk beberapa materi pada mata pelajaran PKn, misalnya materi tentang prestasi diri. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir, misal tentang apa yang ditanyakan guru siswa mengerti dan mampu menjelaskannya berdasarkan argumen dan pengetahuan siswa. Sebelum materi tersebut dijelaskan guru, siswa dituntut untuk mengemukakan gagasan dari pertanyaan yang diajukan guru. Menurut Suciati (1993:153) model curah pendapat (brainstorming) pada dasarnya merupakan model untuk mencari pemecahan masalah (problem solving). Menurut Ruminiati (2007:10) “metode problem solving adalah suatu metode berpikir, dan memecahkan masalah”. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diminta untuk memecahkannya. Menurut Suciati (1993:154) model curah pendapat terdiri dari dua tahap, tahap identifikasi gagasan dan tahap evaluasi gagasan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta didik. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan model curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Metode brainstorming ini pada umumnya digunakan dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik memikirkan gagasan dan ide brilian (Iksan, 2006: 138). Metode tersebut juga membantu peserta didik lebih berani untuk mengemukakan pendapat/idenya. Hal ini dikarenakan selama berlangsungnya curah pendapat atau brainstorming peserta didik didorong untuk menghasilkan gagasan secara tepat dan cepat tanpa mengaitkan dengan nilai pendapatnya. Penekanan metode ini pada kuantitas argumentasi atau gagasan siswa tidak pada kualitas pendapatnya, tidak boleh ada kritik atau pembahasan atas pendapat peserta didik lain, sehingga setiap peserta didik tidak perlu merasa khawatir atas gagasan-gagasan mereka. Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi. Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya. Dengan penggunaan metode curah pendapat atau brainstorming ini diharapkan bisa membantu keberanian dan partisipasi sekaligus memotivasi peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut ingin mengkaji melalui penelitian tindakan kelas (PTK) tentang penerapan metode brainstorming atau curah pendapat untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya di kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. 1304 ISBN: 978-602-1150-17-7 METODE Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan oleh peneliti, selaku guru yang mengajar di kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Rochiati Wiriatmaja (2005:12) menjelaskan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Dengan PTK guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Menurut Susilo (2010:19) “Penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat langkah utamaya itu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Empat langkah utama yang saling berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sering disebut dengan istilah siklus”. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan teman sejawat yaitu Lailatul Fitria, S.Pd pengajar mata pelajaran PKn kelas 7 dan 8 SMP Muhammadiyah 8 batu. Hal ini bertujuan untuk menjaga keobyektifan dari data yang dikumpulkan karena jika guru menilai dirinya sendiri hasilnya tidak obyektif. Tempat penelitian dilakukan di dalam kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Yang menjadi subyek penelitian ini adalah 1 orang guru dan Siswa kelas IX.1 sebanyak 36 siswa terdiri dari 8 orang siswa laki-laki dan 28 orang siswi perempuan. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna. Penelitian ini mendeskripsikan tentang penerapan metode Brainstorming atau curah pendapat untuk peningkatan keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat pada materi prestasi diri kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu. Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 Batu Jl. Welirang no. 17 Sisir – Batu dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX.1 SMP Muhammadiyah 8 Batu berjumlah 36, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan Dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi: 1) Observasi, observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran aktivitas belajar yang berlangsung dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode brainstorming atau curah pendapat. Observasi difokuskan pada aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Observasi menggunakan lembar observasi yang didalamnya telah dicantumkan aspek-aspek kegiatan yang akan dinilai dimana penilaiannya dilakukan dengan memberikan tanda centang pada kolom-kolom yang telah disediakan; 2) Tes, tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur. Sedangkan tes yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah post tes. Penelitian ini direncanakan terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dariempat tahapan penelitian meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I Perencanaan, dalam tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) membuat skenario pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun. Skenario pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran curah pendapat, terkait dengan masalah prestasi diri, dan (b) menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi diskusi, format pengamatan kegiatan belajar mengajar, dan format pengamatan siswa, format tersebut di lampirkan pada laporan hasil penelitian ini. Pelaksanaan, tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yang dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal, memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa serta penjelasan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Penjelasan secara umum 1305 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur konsep materi, pelaksanaan diskusi kelompok dengan langkah-langkah menggunakan metode curah pendapat: (a) pemberian informasi dan motivasi; (b) identifikasi pendapat kelompok; (c) melakukan klasifikasi pendapat berdasarkan kriteria; (d) memverifikasi pendapat kelompok; dan (e) melakukan kesepakatan hasil diskusi, Presentasi hasil diskusi kelompok dan klarifikasi dari guru bersama siswa terhadap hasil diskusi. Penutup, memberikan post tes untuk mengetahui capaian KKM yang telah ditetapkan, tindak lanjut dan refleksi. Pengamatan, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model curah pendapat dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan yang telah disusun oleh guru, dengan aspek-aspek sebagai berikut: (a) keberanian menyampaikan pendapat; (b) partisipasi atau peran serta dalam diskusi; (c) menghargai pendapat; dan (d) kerjasama Refleksi, dalam tahap refleksi ini, hasil observasi atau pengamatan dikumpulkan dan di analisis baik hasil pengamatan diskusi, pengamatan kegiatan belajar mengajar, selain itu dianalisis pula hasil post test yang telah diberikan pada siswa. Siklus II Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dilakukan beberapa perbaikan-perbaikan pada siklus ke II melalui tahapan sebagai berikut. Perencanaan, dalam tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) membuat skenario pembelajaran berdasarkan RPP yang diperbaiki berdasarkan RPP sebelumnya. Skenario pembelajaran yang disusun dengan menerapkan model pembelajaran curah pendapat terkait dengan masalah prestasi diri, dan (b) menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi diskusi, format pengamatan kegiatan belajar mengajar, dan format pengamatan siswa, format tersebut di lampirkan pada laporan hasil penelitian ini. Pelaksanaan, tahap ini merupakan kegiatan utama penelitian, yang dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan awal, memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa serta penjelasan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti, Penjelasan secara umum konsep materi, pelaksanaan diskusi kelompok dengan langkah-langkah menggunakan metode curah pendapat: (a) pemberian informasi dan motivasi; (b) identifikasi pendapat kelompok; (c) melakukan klasifikasi pendapat berdasarkan kriteria; (d) memverifikasi pendapat kelompok; dan (e) melakukan kesepakatan hasil diskusi, Presentasi hasil diskusi kelompok dan klarifikasi dari guru bersama siswa terhadap hasil diskusi. Penutup, memberikan post tes untuk mengetahui capaian KKM yang telah ditetapkan, tindak lanjut dan refleksi. Pengamatan, pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran model curah pendapat dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan yang telah disusun oleh guru, dengan aspek-aspek sebagai berikut: (a) keberanian menyampaikan pendapat; (b) partisipasi atau peran serta dalam diskusi; (c) menghargai pendapat; dan (d) kerjasama. Refleksi, dalam tahap refleksi ini, hasil observasi atau pengamatan dikumpulkan dan dianalisis baik hasil pengamatan diskusi, pengamatan kegiatan belajar mengajar, selain itu di analisis pula hasil post test yang telah diberikan pada siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I Hasil penelitian pada siklus I dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1306 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pertemuan I Kegiatan Awal, melakukan apersepsi dan memberikan gambaran tentang pentingnya mengemukakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran yang dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan kepada semua siswa tentang mengapa kita harus berprestasi dan apa pentingnya prestasi bagi kita, siswa menjawab secara bebas dan tidak boleh dikritik atau disalahkan ( semua pendapat siswa di tulis di papan tulis ) dari semua jawaban siswa yang sudah tertulis di papan tulis dilakukan identifikasi, klarifikasi dan kesepakatan bersama siswa mana jawaban yang sesuai atau dianggap benar. Kegiatan inti, guru memberikan penjelasan tentang pentingnya prestasi diri, menampilkan foto tokoh nasional ( Bapak BJ. Habibi dan Susi Susanti ) yang memiliki prestasi untuk keunggulan bangsa, siswa melakukan pengamatan dan guru meminta siswa untuk menyebutkan peran dari masing-masing tokoh tersebut dan prestasinya yang telah dicapai untuk keunggulan bangsa, siswa menjawab secara bebas ( curah pendapat ) dengan ditulis di papan tulis, melakukan identifikasi pendapat semua siswa, mengklarifikasi semua pendapat bersama siswa, menguji dan menyepakati pendapat semua siswa serta membuat kesimpulan dari pendapat terhadap materi yang telah dipelajari. Kegiatan penutup, melakukan umpan balik dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dan sebagai tindak lanjut dengan pemberian tugas kajian pustaka sebagai bahan diskusi pada pertemuan berikutnya. Pertemuan II Kegiatan awal, melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi agar semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam keberanian mengemukakan pendapat. Kegiatan inti, Penjelasan konsep tentang peluang untuk berprestasi, kemudian membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok, siswa dikelompok menjadi 6 kelompok secara demokratis dan memperhatikan masalah gender yaitu dengan melakukan penghitungan 1 sampai 6 dilanjutkan lagi 1 sampai 6 dan seterusnya pada siswa laki-laki terlebih dahulu karena jumlah siswa kelas IX.1 hanya 8 siswa agar menyebar ke semua kelompok, Pelaksanaan diskusi, siswa diberikan 2 materi pertanyaan yaitu 1) menyebutkan ciriciri orang yang memiliki prestasi diri; 2) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi diri, sebagai bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat yaitu guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru beserta seluruh mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat dan relevan. Tes, dilakukan tes dengan menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 5 dan soal uraian sebanyak 3 dilaksanakan selama 15 menit, walaupun waktu sudah habis tes tetap dilakukan sebagai alat untuk mengukur ketercapaian hasil pembelajaran dengan memakai jam pelajaran 1307 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur berikutnya selama 15 menit. Dari 36 siswa yang memiliki ketuntasan sebanyak 25 siswa dan 7 siswa belum tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IX.1 sebanyak 36 siswa, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan metode pembelajaran curah pendapat, dapat dikemukakan temuantemuan hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Ada perbaikan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran (diskusi kelompok). Dalam kegiatan diskusi kelompok, mayoritas siswa telah mampu mengajukan pendapatnya, hanya beberapa siswa yang masih pasif/tidak mengajukan pendapatnya yaitu sebanyak 7 siswa atau sebesar 19,44 %; 2) Pendapat yang dikemukakan siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran curah pendapat sangat beragam, dalam arti memiliki tinjauan yang bervariasi, namun tetap relevan dengan masalah pokok yang dikaji yaitu tentang faktor-faktor dan ciri-ciri orang berprestasi; 3) Metode curah pendapat ini dapat melatih siswa untuk memiliki keberanian mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan pemerataan partisipasi aktif siswa; 4) Sedangkan hasil post tes yang dilakukan, siswa yang memenuhi KKM sebesar 75 sebanyak 27 dan yang belum tuntas sebanyak 9 atau sebesar 25%. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Adanya kecenderungan pembicaraan yang bersifat meluas karena siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat tanpa ada tanggapan dari anggota kelompok yang lain; 2) Aktivitas siswa untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya memerlukan alokasi waktu yang relatif lama. Untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam siklus I akan dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan siklus II. Pembahasan Siklus I Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan beberapa temuan penelitianpada siklus I, maka dapat disimpulkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1) Model curah pendapat lebih efektif meningkatkan pertisipasi dan hasil belajar siswadari pada model kelompok belajar konvensional mengisyaratkan pentingnya mempertimbangkan penerapan model curah pendapat sebagai suatu alternatif model pembelajaran dalam melatih kemampuan berpikir, keterampilan sosial dan membina sikap mental siswa walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran; 2) Partisipasi siswa pada tahap penyampaian indormasi dan identifikasi masih kurang dikarenakan siswa masih terpaku pada buku teks, akan tetapi pada tahap klarifikasi dan konklusi siswa mulai aktif berdiskusi hanya 7 siswa (19,44 %) yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta hasil post tes menunjukkan, siswa yang berhasil memenuhi KKM sebanyak 27 dan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 9 atau sebesar 25 %. Untuk itu pada siklus II nanti siswa harus memiliki pemahaman terlebih dahulu terhadap materi yang akan di ajarkan, setelah itu dilakukan kegiatan curah pendapat agar penguasaan siswa terhadap materi lebih bisa dan memungkinkan siswa mampu menyampaikan pendapat serta mengefektifkan waktu pembelajaran biar tidak terlalu lama; Agar model curah pendapat dapat diterapkan efektif dan dapat mengatasi kendala dalam pembelajaran, maka: 1) sebelum menerapkan model curah pendapat guru merencanakan, menyiapkan, dan memfungsikan program pembelajaran, sumber-sumber belajar serta alat/media pengajaran, karena dalam siklus pertama penggunaan media pembelajaran sangat terbatas; 2) dalam program pengajaran perlu dideskripsikan secara jelas kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan model curah pendapat sesuaiwaktu yang direncanakan; 3) siswa sebelum diskusi hendaknya dituntut untuk menguasai bahan pelajaran dengan baik, supaya pada waktu melakukan diskusi mereka tinggal mengembangkan pengetahuannya; 4) guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol 1308 ISBN: 978-602-1150-17-7 kegiatan belajar siswa model curah pendapat, sehingga waktu proses pembelajaran yang ada dapat dimanfaatkan dengan efisien dan efektif; 5) diusahakan agar siswa dalam kelompoknya menemukan sendiri jawaban terhadap persoalan yang diajukan guru. Para guru sebagai sumber informasi hendaknya dikurangi. Dalam pembelajaran guru hendaknya meningkatkan peran sebagai fasilitator, pemimpin, moderator, motivator, evaluator proses dan produk. Hasil Siklus II Hasil Siklus 2 Hasil penelitian pada siklus 2 dengan tetap membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki siklus 1 sebagai berikut: Pertemuan I, Kegiatan Awal, melakukan apersepsi dan memberikan gambaran tujuan dari pembelajaran kali ini, memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu menganalisa tokoh-tokoh yang ada dikoran dengan berdiskusi secara berkelompok. Kegiatan inti, guru memberikan penjelasan secara umum tentang contoh-contoh aktifitas untuk mewujudkan prestasi diri di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, kemudian membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok, siswa dikelompok menjadi 6 kelompok sama seperti siklus I secara demokratis dan memperhatikan masalah gender yaitu dengan melakukan penghitungan 1 sampai 6 dilanjutkan lagi 1 sampai 6 dan seterusnya pada siswa laki-laki terlebih dahulu karena jumlah siswa kelas IX.1 hanya 8 siswa agar menyebar ke semua kelompok, guru membagi koran yang sudah terlebih dahulu disiapkan kepada semua kelompok masing-masing kelompok sebanyak 6 koran. Pelaksanaan diskusi, siswa diminta untuk menganalisa 3 tokoh yang ada dalam koran untuk dianalisa 1) aktifitasnya apa saja yang mendukung kemajuan bangsa; 2) prestasi yang telah dicapai oleh tokoh tersebut, sebagai bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat sambil guru memotivasi dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru beserta seluruh siswa menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat dan relevan. Kegiatan penutup, melakukan umpan balik dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari dan sebagai tindak lanjut dengan pemberian tugas agar siswa mempelajari prestasi yang mungkin bisa diwujudkan oleh siswa pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pertemuan II Kegiatan awal, melakukan apersepsi; menjelaskan tujuan pembelajaran; dan memberikan motivasi agar semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam keberanian mengemukakan pendapat. 1309 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kegiatan inti, Penjelasan konsep tentang peluang untuk berprestasi dan bidang-bidang prestasi untuk keunggulan bangsa; kemudian membentuk kelompok diskusi, dalam pembentukan kelompok dilakukan sama seperti pada kelompok diskusi sebelumnya akan tetapi dimulai dari tempat duduk yang belakang, Pelaksanaan diskusi, siswa diberikan 3 materi pertanyaan yaitu 1) menyebutkan contoh-contoh mewujudkan prestasi diri di lingkungan keluarga; 2) menyebutkan contoh-contoh perwujudan prestasi diri dilingkungan sekolah; dan 3) menyebutkan contoh-contoh prestasi diri yang dapat menunjang keunggulan bangsa, sebagai bahan diskusi yang dilakukan dengan menggunakan tahapan metode curah pendapat yaitu guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya; semua siswa memberikan pendapat sebanyak-banyaknya selanjutnya ditampung dan ditulis tanpa ditanggapi oleh anggota kelompok yang lain; mengklasifikasikan semua pendapat anggota kelompok diskusi berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok; menguji relevansi semua pendapat dengan permasalahannya, apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret dengan pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya; semua anggota kelompok diskusi menyepakati hasil pendapat dari anggota kelompok yang dianggap benar atau relevan, Presentasi hasil, diambil 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain, setelah itu guru beserta seluruh mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui, setelah itu diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat dan relevan. Tes, dilakukan tes dengan menggunakan soal uraian sebanyak 4 item dilaksanakan selama 15 menit. Dari 36 siswa yang memiliki ketuntasan belajar sebanyak 32 siswa dan 4 siswa belum tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas IX.1 sebanyak 36 siswa pada siklus II, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan metode pembelajaran curah pendapat, dapat dikemukakan temuan-temuan hasil pengamatan sebagai berikut: 1) ada perbaikan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran ( diskusi kelompok ). Dalam kegiatan diskusi kelompok, hampir seluruh siswa telah berani dan mampu mengajukan pendapatnya, berdasarkan cek list yang dilakukan hanya 2 siswa yang masih pasif/tidak mengajukan pendapatnya yaitu sebanyak 5,55 % saja; 2) kecenderungan pembahasan atau jawaban siswa meluas sudah bisa teratasi yaitu dengan ditunjukkannya pendapat siswa yang dicoret pada saat klarifikasi semakin sedikit; 3) pendapat yang dikemukakan siswa pada siklus II ini dalam pelaksanaan model pembelajaran curah pendapat memiliki tinjauan yang bervariasi, namun tetap relevan dengan masalah pokok yang dikaji yaitu tentang perwujudkan dan bidang prestasi diri; 4) metode curah pendapat ini dapat melatih siswa untuk memiliki keberanian mengemukakan pendapatnya serta dapat meningkatkan pemerataan partisipasi aktif siswa; 5) sedangkan hasil post tes yang dilakukan, siswa yang memenuhi KKM sebesar 75 sebanyak 32 dan yang belum tuntas sebanyak 4 atau sebesar 11 %. Kendala yang masih terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran di siklus II adalah sebagai berikut: 1) pada siklus ke II ini kecenderungan pembicaraan yang bersifat meluas karena siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat tanpa ada tanggapan dari anggota kelompok yang lain masih belum bisa dihilangkan; 2) aktivitas siswa pada siklus II ini untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya masih memerlukan alokasi waktu yang relatif lama walaupun siswa sudah diberikan pemahaman untuk menyampaikan pendapatnya secara cepat dan tidak berteletele. Pembahasan Siklus I 1310 ISBN: 978-602-1150-17-7 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan beberapa temuan penelitian pada siklus II, maka dapat disimpulkan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1) model curah pendapat lebih efektif meningkatkan pertisipasi dalam pelaksanaan diskusi kelompok, diskusi kelas dan hasil belajar siswa daripada model kelompok belajar konvensional mengisyaratkan pentingnya mempertimbangkan penerapan model curah pendapat sebagai suatu alternatif model pembelajaran dalam melatih kemampuan berpikir, ketrampilan sosial dan membina sikap mental siswa walaupun masih terdapat beberapa siswa yang belum aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran; 2) partisipasi siswa pada tahap penyampaian indormasi dan identifikasi sudah meningkat dengan adanya media koran dalam pelaksanaan diskusi sehingga siswa tidak lagi terfokus pada buku teks, tetapi pada tahap klarifikasi dan konklusi siswa mulai aktif berdiskusi hanya 2 siswa ( 5,5 % ) yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta hasil post tes menunjukkan, siswa yang berhasil memenuhi KKM sebanyak 32 dan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 4 atau sebesar 11 %; 3) Agar model curah pendapat dapat diterapkan efektif sebagai perbaikan untuk kegiatan pembelajaran berikut, maka: 1) sebelum menerapkan model curah pendapat guru merencanakan, menyiapkan, dan memfungsikan program pembelajaran, sumber-sumber belajar serta alat/media pengajaran, karena dalam siklus II penggunaan media pembelajaran sangat membantu dalam penyelsaian tugas kelompok; 2) dalam program pengajaran perlu dideskripsikan secara jelas kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan model curah pendapat sesuai waktu yang direncanakan; 3) siswa sebelum diskusi hendaknya dituntut untuk menguasai bahan pelajaran dengan baik, supaya pada waktu melakukan diskusi mereka tinggal mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya; 4) guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol kegiatan belajar siswa model curah pendapat,sehingga waktu proses pembelajaran yang ada dapat dimanfaatkan dengan efisien dan efektif; 5) diusahakan dalam pembelajaran guru hendaknya meningkatkan peran sebagai fasilitator, pemimpin, moderator, motivator, evaluator proses dan produk, agar metode curah pendapat yang diterapkan dapat berjalan secara efektif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) penerapan model curah pendapat mampu meningkatkan partisipasi dalam kegiatan diskusi dan tanya jawab serta hasil belajar siswa jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional lainnya; 2) penerapan model pembelajaran curah pendapat mampu meningkatkan pola interaksi pembelajaran antara siswa dengan siswa. Hal ini tercermin dari semakin intensifnya kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas dalam memecahkan masalah-masalah yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran; 3) penerapan model pembelajaran curah pendapat mampu meningkatkan pola interaksi pembelajaran antara siswa dengan guru. Hal ini tercermin dari semakin intensifnya kegiatan tanya jawab dalam memecahkan masalah-masalah yang diajukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Saran Untuk upaya perbaikan berikut disampaikan saran-saran untuk: 1) mempersiapkan dengan matang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan senantiasa mempertimbangkan kebutuhan siswa serta konteks dan realitas kehidupan siswa; 2) merancang penerapan model pembelajaran curah pendapat seefektif mungkin, dengan cara melibatkan siswa sedari awal sehingga perencanaan dan pelaksanaan kegiatan curah pendapat membawa hasil yang signifikan untuk meningkatkan partisipasi siswa; 3) penggunaan media pembelajaran sangat dibutuhkan 1311 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur untuk dalam proses pembelajaran agar siswa tidak terfokus pada butu teks saja; 4) berupaya secara terus menerus untuk memotivasi semangat dan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya, tanpa harus ada perasaan takut, tertekan, merasa salah, dan sebagainya; 5) mengkondisikan agar siswa terlibat secara aktif dan mampu bekerjasama dengan sesama siswa untuk memecahkan masalah yang diajukan dalam kegiatan pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Diknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara Iksan, Muhammad dkk, 2006. Panduan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMTA Muhammadiyah. Jakarta: LP3 UMY dan The Asia Foundation Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Rochiati Wiraatmadja (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Suciati (1993). Model-model Pembelajaran Interaktif.Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka Susilo (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher Ruminiati (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas Satori, Djam’an dan Komariah, A’an. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta 1312 ISBN: 978-602-1150-17-7 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII DI MTs HASYIM ASY’ARI BATU MATA PELAJARAN PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Maslahah MTs. Hasyim Asy’ari Batu [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran PKn di kelas VIII A melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengenai materi memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia yang terdiri dari sub-sub materi pengertian kedaulatan, pengertian kedaulatan rakyat, pengertian kedaulatan kedalam dan keluar, macam-macam teori kedaulatan dan kedaulatan yang dianut Indonesia dan dasar hukumnya.. Permasalahan tersebut diantaranya: siswanya kurang aktif, minat membacanya rendah beberapa siswa nilainya belum memenuhi KKM. Metode Penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas melalui dua siklus.Setiap siklus meliputi perencanaan,pelaksanaan,pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah 27 siswa kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar dari ketuntasan belajar 69,3% pada siklus I menjadi 83,6% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar PKn juga teramati dari perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain meningkatnya keaktifan siswa dan interaktif, serta partisipatif siswa dalam belajar. Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, PKn, STAD, Kedaulatan Dalam era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia turut ambil bagian salah satunya pemerintah memperhatikan kompetensi para guru agar generasi yang akan datang bisa bersaing dengan lulusan dari luar negeri. Suatu pendidikan dapat dikatakan maju bila kemampuan pengetahuan sikap yang dimiliki, dari lulusannya diterima di lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan berguna bagi perkembangan selanjutnya. Di samping peningkatan mutu maka perlu adanya relevansi pendidikan yang diarahkan untuk mewujudkan setiap warga negara dalam menghadapi masa depan dengan kesiapan yang memadai sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu maka pemerintah mengadakan bimbingan teknik sistem pemantapan kerja guru untuk meningkatkan mutu dari lulusannya dan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan Nasional,sebagaimana yang terdapat dalam Bab II pasal 3 UU RI Nomor: 20 tahun 2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas,2003:8). Dalam mata pelajaran PKn bertujuan untuk membentuk karakter bangsa, berjiwa nasionalis, bertanggung jawab, memiliki semangat bela negara, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk membentuk karakter tersebut diperlukan komitmen berbagai pihak termasuk para guru, khususnya guru PKn dituntut untuk bisa memberikan keteladanan, mampu memotivasi siswa, dan merancang pembelajaran yang efektif, inovatif, dan menyenangkan. Berkaitan dengan hal di atas, khususnya mengenai materi memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia yang terdiri dari sub-sub materi pengertian kedaulatan, 1313 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur pengertian kedaulatan rakyat, pengertian kedaulatan kedalam dan keluar, macam-macam teori kedaulatan dan kedaulatan yang dianut Indonesia dan dasar hukumnya. Kelas VIII A merupakan salah satu kelas yang siswanya kurang aktif, minat membacanya rendah beberapa siswa nilainya belum memenuhi KKM dalam mata pelajaran PKn. Berdasarkan uraian di atas dibutuhkan adanya inovasi agar pembelajaran yang dilakukan menjadi menyenangkan sehingga kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat menjadikan suasana kelas menjadi kondusif, siswa aktif, semangat belajar meningkat, dan siswa memiliki kedisplinan yang tinggi, dan kehadiran tinggi/rajin. Oleh karena itu perlu diterapkan metode pembelajaran yang efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat menggantikan metode konvensional yakni metode ceramah. Menurut Hosnan (2014:246) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) merupakan salah satu pemelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen, dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Sintak pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah menyampaikan tujuan dan motivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, evaluasi dan pemberian penghargaan. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang tepat untuk menghadapi siswa yang heterogen. Dalam model ini siswa diajarkan untuk dapat bekerja sama untuk saling membantu temannya memahami materi pada pembelajaran. Menurut Hosnan (2014:246) model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif saja, namun juga dapat meningkatkan hasil belajar ranah afektif dan psikomotor melalui kemampuan kerja sama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman. Fathurrahman (2015:54) menjelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah sebagai berikut: (1) guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, (2) guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal, (3) guru membentuk beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender, (4) bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar, (5) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari, (6) guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual dan yang terakhir, dan (7) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara afektif, kognitif dan psikomotor. Menurut Salmani (2010:4) STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih sebagai model pembelajaran penunjang pemahaman konsep matematika khususnya pada bab pencerminan dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 12,25% dari 70,25% pada siklus 1 menjadi 82,50% pada siklus 2. 1314 ISBN: 978-602-1150-17-7 Menurut Rochmah (2011:1) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas guru dan siswa secara keseluruhan pada siklus I dinilai cukup dan meningkat pada siklus II menjadi baik. Peningkatan bukan hanya terjadi pada hasil belajar siswa tetapi juga pada peningkatan perilaku siswa terutama dalam hal pemahaman materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model STAD dapat meningkatkan hasil belajar materi pecerminan siswa di kelas V A di SDN Kauman I Kecamatan Bojonegoro tahun pembelajaran 2009/2010. Menurut Bayan (2011:1) Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar dari.72,0 dengan ketuntasan belajar 86,11 %.pada siklus I menjadi 86,90 dan ketuntasan belajar 91,11 %. pada siklus II. Peningkatan hasil belajar IPA juga teramati dari perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran antara lain meningkatnya keaktifan siswa dan interaktif, serta partisipatif siswa dalam belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, hasil belajar siswa dan dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar dengan adanya perubahan tingkah laku siswa dan hasil pembelajaran yang mengarah ke segi positif sehingga pada penelitian ini diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang merupakan penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Pada masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi berdasarkan siklus PTK Menurut Kemmis Mc Taggart (Arikunto, 2006:16). Perencanaan Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan Pengamatan Gambar 1. Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart(Arikunto, 2006: 16) Indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan makna kedaulatan rakyat pada kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari Batu. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 orang siswa. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mata pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan makna kedaulatan rakyat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 dan 21 Maret 2016. 1315 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan dokumentasi. Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan menyiapkan media. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan awal guru membuka dengan berdo’a kemudian menanyakan kesehatan siswa terus kesiapan menerima materi berikut absensi. Kegiatan inti pembelajaran menjelaskan materi yang akan dipelajari, membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri 4-5 orang, kemudian guru membagikan lembar diskusi, selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dibimbing oleh guru kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah presentasi hasil kerja kelompok, guru memberikan tes mandiri untuk mengukur kemampuan siswa. Kegiatan penutup, setelah tes mandiri dilakukan guru membimbing siswa untuk membahas soal tes mandiri. Hasil kerja siswa ditukarkan dengan teman sebelahnya untuk dikoreksi sekaligus dibahas. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu kelompok yang memiliki jumlah nilai terbanyak dan memberikan reward berupa bintang. Hal ini dilakukan sekaligus untuk merefleksi dan mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran. Kemudian para siswa diminta untuk mengungkapkan kesimpulan menggunakan bahasanya sendiri. Pengamatan Selama tahap pengamatan kegiatan pembelajaran ditemukan beberapa kekurangan dari guru maupun siswa yaitu sebagai berikut: ketika guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang bergurau, siswa masih belum antusias untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, ada beberapa siswa yang pasif dan hanya bergantung pada temannya saat diberi tugas, saat presentasi kelompok masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan presentasi temanya, alokasi waktu kurang sesuai dengan RPP, hasil tes masih rendah karena dari 27 siswa hanya 9 siswa yang tuntas dan 18 orang sisanya masih belum tuntas. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 maka penelitian ini dilanjutkan untuk siklus 2. Sehingga perlu dilakukan refleksi agar kekurangan pada siklus 1 tidak terjadi lagi pada siklus 2. Adapun refleksinya adalah sebagai berikut: (a) guru lebih banyak memberikan lembar kerja dengan sedikit penyampaian materi untuk menghindari siswa bosan sehingga melakukan kegiatan lain, (b) guru lebih sering mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan dengan memberikan pertanyaan agar siswa tersebut kembali memperhatikan, (c) pada saat presentasi hasil kerja kelompok siswa yang presentasi diizinkan untuk memilih siapa yang akan presentasi selanjutnya, (d) guru selanjutnya perlu memberikan perhatian lebih kepada siswa–siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah disebutkan dalam uraian di atas, dan (e) alokasi waktu diperbaiki dan kegiatan siswa menyesuaikan alokasi waktu sehingga tidak terlalu terburuburu. 1316 ISBN: 978-602-1150-17-7 Siklus II Perencanaan Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi pembelajaran, lembar diskusi siswa, tes tertulis dan menyiapkan media. Yang telah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan awal guru membuka dengan berdo’a kemudian menanyakan kesehatan siswa terus kesiapan menerima materi berikut absensi. Kegiatan inti pembelajaran menjelaskan materi yang akan dipelajari, membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri 4-5 orang, kemudian guru membagikan lembar diskusi, selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok dibimbing oleh guru kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Setelah presentasi hasil kerja kelompok, guru memberikan tes mandiri untuk mengukur kemampuan siswa. Kegiatan penutup, setelah tes mandiri dilakukan guru membimbing siswa untuk membahas soal tes mandiri. Hasil kerja siswa ditukarkan dengan teman sebelahnya untuk dikoreksi sekaligus dibahas. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu kelompok yang memiliki jumlah nilai terbanyak dan memberikan reward berupa bintang. Hal ini dilakukan sekaligus untuk merefleksi dan mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran. Kemudian para siswa diminta untuk mengungkapkan kesimpulan menggunakan bahasanya sendiri. Pengamatan Selama tahap pengamatan kegiatan pembelajaran kekurangan pada siklus 1 sudah diperbaiki pada siklus 2. Perbaikan-perbaikan itu diantaranya: (a) guru aktif mengingatkan siswa yang kurang memperhatikan dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi yang dibahas sehingga jika tidak bisa menjawab siswa tersebut merasa malu dan kembali memperhatikan pelajaran, (b) guru hanya menjelaskan materi secara singkat, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan hasil pemikirannya sendiri sehingga pada saat presentasi kelompok siswa lebih aktif bertanya, menyanggah dan mempertahankan argumentasi, (c) alokasi waktu pada pertemuan ini sudah sesuai dengan RPP dan (d) hasil tes sudah meningkat karena 27 siswa sudah tuntas semua. Refleksi Tahapan siklus dua merupakan perbaikan dari siklus I. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di siklus I direfleksikan pada siklus II dan penelitian berakhir dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yang telah ditentukan, sehingga penelitian tindakan kelas berhasil mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Selanjutnya nilai hasil belajar dikonversi berdasarkan kriteria standar kualitas ketuntasan hasil belajar siswa seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Standar Kualitas Ketuntasan Hasil Belajar Siswa No. Interval Skor (%) Kualifikasi 1 90-100 Sangat Baik (A) 2 80-89 Baik (B) 3 70-79 Cukup (C) 4 60-69 Kurang (D) 5 0-59 Sangat Kurang (E) (Sumber : dikembangkan dari Sudjana (2011:118)) 1317 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran siklus 1 masih memiliki banyak kekurangan diantaranya: (a) ketika guru menjelaskan materi ada beberapa siswa yang bergurau, (b) siswa masih belum antusias untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, (c) ada beberapa siswa yang pasif dan hanya bergantung pada temannya saat diberi tugas, (d) saat presentasi kelompok masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan presentasi temanya, (e) alokasi waktu kurang sesuai dengan RPP, (f) hasil tes masih rendah karena dari 27 siswa hanya 9 siswa yang tuntas dan 18 orang sisanya masih belum tuntas. Sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus 2 agar kekurangan pada siklus 1 tidak terjadi lagi pada siklus 2. Adapun perbaikannya adalah sebagai berikut: (a) guru lebih banyak memberikan lembar kerja dengan sedikit penyampaian materi untuk menghindari siswa bosan sehingga melakukan kegiatan lain, (b) guru lebih sering mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan dengan memberikan pertanyaan agar siswa tersebut kembali memperhatikan, (c) pada saat presentasi hasil kerja kelompok siswa yang presentasi diizinkan untuk memilih siapa yang akan presentasi selanjutnya, (d) guru selanjutnya perlu memberikan perhatian lebih kepada siswa–siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah disebutkan dalam uraian di atas, (e) alokasi waktu diperbaiki dan kegiatan siswa menyesuaikan alokasi waktu sehingga tidak terlalu terburu-buru dan (f) terjadi peningkatan hasil tes karena 27 siswa sudah tuntas. Tahapan siklus 2 merupakan perbaikan dari siklus 1. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan di siklus 1 direfleksikan pada siklus 2 dan penelitian berakhir dengan hasil peningkatan hasil belajar siswa sudah memenuhi KKM yang telah ditentukan, sehingga penelitian tindakan kelas berhasil mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas VIII A MTs. Hasyim Asy’ari. Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes mandiri yang disajikan pada Tabel 2 Tabel 2. Hasil Belajar Siklus I Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa 9 18 27 Jumlah 66,6 100 Persentase Ketuntasan (%) 33,3 69,3 Rata-rata (Nilai) Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa sejumlah 33,3% dan nilai rataratanya sebesar 69,3 kategori kurang berdasarkan Tabel 3.1 standar kualitas ketuntasan hasil belajar siswa. Siswa yang tidak tuntas yaitu sebagai berikut: Ana Khoirotul Muazizah, Annisa Fitri Yuliandra, David Ahmad Saputra, Dwi Nur Fadila, Erika Ira Wati, Fransditya Eka Ramadhan, Hafeta Deu Tahmita, Hardy Maulana Hermawan, Ivan Febia Ananda Putra, M. Irfan Setyo Budi, Mochammad Rizaldi Khakim, M. Farhan, M.Iqbal Romadhon, M. Zidan, Noval Aditya, Nur Atiqa Zumma, Shinta Putri Yulianti dan Yahrotul Mufidah. Banyaknya siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan masih banyak siswa yang belum memahami materi yang dipelajari, siswa terkesan meremehkan materi dari guru. Sehingga pada saat dilakukan evaluasi, banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yakni 75. Hasil belajar siklus II disajikan pada Tabel 3 Tabel 3. Hasil Belajar Siklus II Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Siswa 27 0 27 Jumlah Persentase Ketuntasan (%) 100 0 100 Rata-rata (Nilai) 83,6 1318 ISBN: 978-602-1150-17-7 Persentase ketuntasan belajar yang dicapai siswa sejumlah 100% dan nilai rata-ratanya sebesar 83,6 kategori baik berdasarkan Tabel 3.3 standar kualitas ketuntasan hasil belajar siswa. Nilai rata-ratanya mengalami kenaikan 14,3% dibandingkan dengan hasil belajar siklus 1. Berdasarkan hasil pengamatan selama 2 siklus, hasil ketuntasan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa 100%. Rata-rata hasil belajar siswa adalah 83,6 meningkat 14,3%. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II, karena mengalami peningkatan ketuntasan belajar sebesar 100% maka penelitian dihentikan pada siklus II ini. Jika ingin melihat peningkatan yang lebih baik lagi perlu dilakukan refleksi yang mendalam. Serta perlunya keterlibatan guru dalam mengelola kegiatan belajar setiap siswa. Guru juga perlu mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan karakter mata pelajaran. KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan pokok dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Setelah diberikan model pembelajaran STAD terdapat peningkatan hasil belajar, (2) Setelah diberikan model pembelajaran STAD siswa menjadi termotivasi, (3) Setelah diberikan model pembelajaran STAD hubungan antara guru dan siswa semakin akrab dan (4) Setelah diberikan model pembelajaran STAD siswa menjadi berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Untuk upaya perbaikan berikut disampaikan saran-saran: (1) Guru hendaknya dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk kemajuan belajar siswa, (2) Guru dituntut aktif menerapkan berbagai model pembelajaran supaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan (3) Siswa juga ikut aktif dalam proses belajar mengajar sehingga peningkatan hasil belajar sesuai dengan harapan/maksimal. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fathurrohman, M. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Maryam. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Salero 1 Ternate Maluku Utara.Malang: Universitas Negeri Malang. Rochmah, S dan Wati, E.Y. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V di SDN Kauman 1 Bojonegoro. Malang: Universitas Negeri Malang. Salmani, M.A. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pencerminan Siswa Kelas V SDN 017 Penajam. Malang: Universitas Negeri Malang. Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1319 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE DI KELAS VIII SMP TAMAN SISWA BATU Muji Winantik SMP Tamansiswa Batu winantik [email protected] Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran PKn di SMP Tamansiswa Batu diantaranya adalah sebagai berikut: siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi siswa merasa kurang termotivasi, cepat lupa, hasil belajar sebagian masih berada di bawah KKM. Metode penelitian ini menggunakan penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus melalui model pembelajaran Take And Give. Setiap siklup terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,dan refleksi. Hasil penelitian siklus I bahwa: siswa meningkat motivasinya dalam mengikuti pembelajaran, siswa yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36.36..%. Hasil siklus II: Setelah adanya perbaikan tindakan dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Take And Give ini peserta didik terpacu untuk berupaya untuk menguasai bahkan mengembangkan materi yang dipelajari , sehingga selain dapat meningkatkan motivasi belajar meningkatkan prestasi belajar peserta didik .Hal ini dapat dilihat dari hasil pembahasan siklus II adanya peningkatan .Baik dari pengamatan, angket siswa maupun hasil tes rata rata klasikal 70,91 pada siklus pertama meningkat menjadi 76,67 pada siklus II. Ketuntasan belajar 63,64 % pada siklus pertama meningkat menjadi 83,33 % pada siklus kedua. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran TAKE And Give Menurut UU SPN No .20 Tahun 2003,pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian ,kecerdasan akhlak mulia, ser dita ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,dan negara, Untuk mencapai tujuan di atas mata pelajaran PKn menduduki posisi yang strategis. Menurur kurikulum SMP/Mts yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan ( 2011 ) menjelaskan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak hak dan kewajibanya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan pula PKn sebagai bagian dari kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa,dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Komponen penting dalam pendidikan kewarganegaraan adalah komponen ketrampilan bermasyarakat agar warga negara dapat menjalankan hak hak dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang berpemerintahan sendiri, mereka perlu memiliki ketrampilan intelektual partisipasi yang relevan.Ketrampilan intelektual dalam pelajaran PKn tidak terpisah dari materinya ( Winataputra,2006 1320 ISBN: 978-602-1150-17-7 Salah satu indikator tujuan pembelajaran PKn itu sendiri adalah menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokratis dan kedaulatan rakyat dalam bidang hukum, ekonomi, pertahanan keamanan dan lain lain, sehingga perlu memberikan materi Kedaulatan rakyat dan peran lembaga lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia. Negara Indonesia menggunakan sistem pemerintahan yang berkedaulatan Rakyat. Hal ini berarti rakyat memegang kekuasaan (kedaulatan ) tertinggi dalam pemerintahan . Sebagai wujud Negara yang Demokratis bangsa Indonesia selalu melibatkan partisipasi rakyat dalam menyeleggarakan pemerintahan negara . Pelaksanaannya melalui lembaga lembaga negara , yang tugas dan wewenangnya diatur oleh UUD NRI 1945 pada Pembukaan alinia ke – 4, dan pasal I ayat 2 . Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan dalam mempelajari materi “Kedaulatan Rakyat dan peranan lembaga lembaga negara berdasarkan UUD 19 45” terutama pada pokok bahasan Peran Lembaga Negara sebagai Pelaksana Kedaulatan Rakyat dalam Sistim Pemerintahan Indonesia pada mata pelejaran PKn umumnya siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut . Selain itu siswa merasa kurang termotivasi, cepat lupa, sehinga hasil yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan, di bawah kreteria ketuntasan minimal (KKM ).Dengan kata lain hasil prestasi belajar rendah. Demikian juga pembelajaran PKn yang ada di SMP Tamansiswa Batu. SMP Tamansiswa Batu yang hanya memiliki jumlah rombongan belajar 3 .yaitu klas VII, VIII, dan IX. Diantara 3 rombongan belajar tersebut klas VIII yang paling menarik perhatian dibanding rombongan belajar yang lainnya. Hampir setiap guru setelah melaksanakan pembelajaran di kelas tersebut selalu komentar bahwa anak anak di kelas VIII ini sulit diatur, malas , apatis , sering tidak mengikuti pelajaran, bahkan beberapa guru sering meberikan sanksi kepada siswa karena tidak mengerjakan tugas, tidak melaksanakan piket kebersihan kelas . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar di kelas VIII ini belum menyadari tugas dan kewajibannya sebagai siswa , sehingga hasil prestasi belajar rendah di bawah KKM ( kreteria ketuntasan belajar). Berkaitan dengan permasalahan di atas maka diperlukan cara untuk mengatasi dalam proses pembelajaran PKn di SMP Tamansiswa Batu dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik yang memancing siswa langsung terlibat , aktif dengan menggunakan model pembelajaran TAKE AND GIVE ( menerima dan memberi ). Model pembelajaran Take and Give adalah model pembelaran dimana siswa saling menerima dan memberikan informasi tentang materi pelajaran yang dikuasai pada siswa yang lainnya yang sebaya. Beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran bener – benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain. Silberman ( :175 ) menyatakan bahwa “ mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi nara sumber bagi yang lain.,sehingga dengan berbagai informasi yang diterima dan diberikan siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas dan lengkap. Menurut Yuanita ( 2010), bahwa model pembelajaran Take And Give merupakan model pembelajaran yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya. Model pembelajaran Take And Give ( memberi dan menerima ) diterapkan untuk melatih siswa menjadi nara sumber dan mitra belajar bagi teman teman yang lain, dengan saling bertukar pengetahuan yang dimiliki. Olek karena itu setiap siswa dituntut untuk menguasai materi yang menjadi topik bahasanya, dan mempunyai kemampuan untuk berkomunilasi, sehingga ia dapat menyampaikan materi tersebut kepada siswa lain . Sedangkan siswa yang 1321 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur menerima informasi dituntut pula untuk dapat menangkap materi yang yang telah disampaikan kepadanya dengan baik. Suyatno ( 2009 : 76-77 ) menyatakan bahwa model pembelajaran Take And Give adalah model pembelajaran yang memiliki sintaks pembelajaran dengan menggunakan media kartu yang berisi nama siswa, bahan belajar dan nama yang diberi informasi. Menurut Widodo ( 2009 ) model pembelajaran Take And Give mempunyai banyak karakteristik yaitu (1) inter aktif, (2) inspiratif, (3) kreatif, ( 4 ) menantang, dan ( 5 ) menyenangkan. Adapun langkah langkah yang dilakukan dalam penerapan model pembelajaran TakeAnd Give adalah : (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give ), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru menutup pelajaran. Indean ( 2012) mengungkapkan bahwa model pembelajaran TAKE AND GIVE mempunyai keunggulan yaitu ( 1 ) model pembelajaran ini tidak kaku ,karena guru boleh memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dendan keinginan dan kebutuhan serta situasi pembelajaran. ( 2 ) materi akan terarah ,karena guru terlebih dahulu menjabarkan uraian materi sebelum dibagikan kartu kepada siswa, ( 3 ) melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain, ( 4 ) melatih siswa untuk berinteraksi secara baik degan teman sekelasnya, ( 5 ) akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui kartu yang dibagikan kepadanya, sebab mau tidak mau harus menghafal dan paling tidak membaca materi yang diberikan kepadanya. ( 6 ) dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab masing masing siswa diminta pertanggung jawaban atas kartu yang diberikan kepadanya . Sesuai dengan pendapat diatas maka model pembelajaran Take And Give siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapat informasi dari guru dan siswa lain.Dan dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasan siswa akan informasi. Namun kelemahannya bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat atau salah ,maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat .Sehingga perlu adanya klarifikasi dari guru pada saat mengevaluasi keberhasilan. Melalui penerapan model pembelajaran TAKE AND GIVE diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar memahami dan mengerti materi yang dipelajari bahkan mampu menyampaikan sesama teman sehingga tercapai hasil belajar yang optimal dan kreteria ketuntasan minimal . METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas ( PTK ) .Ada empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas yaitu dimulai dari (a) perencanaan (planning), (b) pelaksanaan tindakan (action), (c) pengamatan (observation ),dan d) refleksi (reflection ). Yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII SMP Tamansiswa Batu Tahun pelajaran 2015 / 2016 pada mata pelajaran PKn ,yang terdiri dari 1 orang guru , 14 orang siswa.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016. Materi yang digunakan adalah “Peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat 1322 ISBN: 978-602-1150-17-7 dalam sistim pemerintahan Indonesia,”Secara lebih terperinci prosedur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Pra Siklus : pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dan pengamatan ( observasi ) baik melalui data maupun pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi data yang diperoleh adalah hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Tamansiswa Batu pada materi “Peran Lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia” masih rendah ,belum memenuhi target ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah yang ditentukan ,serta tidak sesuai dengan target yang diharapkan oleh guru.Kemudian peneliti melakukan refleksi dan memutuskan bahwa solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give . Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan scenario pembelajaran yang sesuai dengan RPP, yang terdiri dari kegiatan membuka, kegiatan inti, dan kegiatan menutup yang telah direncanakan dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give. Kegiatan inti meliputi langkah: (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give ), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru menutup pelajaran. Selama pelaksanaan dilakukan observasi. Kemudian diakhir pembelajaran dilakukan evaluasi dengan soal tes yang telah dibuat. Tahap pengamatan dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan terhadap aktifitas guru dan siswa. Aktifitas guru dinilai dengan menggunakan lembar obserfasi guru dan aktifitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar obserfasi siswa yang berperan sebagai observer adalah peneliti sebagai guru PKn yang dibantu dengan guru lain sebagai kolaborator. Tahap refleksi dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian, baik yang menyangkut penilaian proses (observasi guru dan siswa) maupun hasil tes. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai bahan untuk melakukan refleksi. Hasil refleksi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun rencana pada siklus II. Refleksi siklus 2 dilakukan analisis hasil observasi dan penilaian untuk menentukan keberhasilan tindakan.Apabila hasil yang diinginkan telah tercapai maka pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh hasil penilaian.Baik yang menyangkut penilaian proses (penilaian guru dan siswa ) maipun hasil tes.Hasil tersebut digunakan sebagai rekomendasi bagi penelitian ini. Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif baik yang menyangkut hasil evaluasi maupun hasil tes. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Perencanaan Tahap perencanaan meliputi kegiatan (1) menyusun silabus, (2) menyusun skenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Take And Give yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, (3) menyusun alat evaluasi, (4) 1323 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur menyiapkan alat dan bahan pembelajaran, dan (5) membuat lembar observasi guru dan siswa beserta indikatornya. Pelaksanaan Tindakan Berdasarkan hasil penelitian siklus I melalui tahapan pembelajaran sebagai berikut: (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik, tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru menutup pelajaran dengan tes. Selama pelaksanaan dilakukan observasi. Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan pengisian jurnal. Guru : “Anak-anak sebelum kita belajar pada hari ini, mari kita berdoa terlebih dulu agar kita bisa belajar dengan aman, nyaman, dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua”. Siswa : Siswa berdoa bersama.”Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai berikut: Guru : Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang demokrasi. Kalian masih ingat Apa arti istilah demokrasi?” Siswa : Demokrasi berasal dari bahasa Yunani. Dari kata demos dan cratien/ kratos Demos berarti rakyat, dan cratien berarti pemerintahan. Jadi demokrasi adalah pemerintahan rakyat. Guru : Bagus . Kalau begitu apa maksutnya pemerintahan rakyat? Siswa 1 : Pemerintahan dari rakyat “ Siswa 2 : Pemerintahan rakyat memegang peranan penting.” Guru : Ya. Semua benar. Intinya bahwa rakyatlah yang memegang kekuasaan atau kedaulatan dalam pemerintahan. Nah hari ini kita akan belajar tentang kedaulatan dan peranan lembaga negara dalam sistem pemerintahan negara RI Dari dialog di atas guru berupaya mengaitkan materi yang lalu dengan materi baru yang akan diberikan. Siswa sudah memiliki gambaran materi yang dipelajari berikutnya. Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT. LEMBAGA NEGARA (LIRIK AKU ANAK SEHAT) Lembaga negara di Indonesia Berdasar UUD Tahun 45 MPR, DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA, MK, serta KY Saling kerja sama. UUD 45 mengatur slalu. Tugas wewenang lembaga itu Jangan coba kianat kepercayaan rakyat Laksanakan amanah dengan penuh setia. 1324 ISBN: 978-602-1150-17-7 Dalam kegiatan ini sebagian siswa tampak kurang percaya diri, malu. Namun sebagian besar tampak ceria dan semangat. Selanjutnya, guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta didik setiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit. Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak antusias, bersemangat dalam memberikan informasi kepada temannya. Namun, pada saat menerima informasi dari teman lain siswa tampak pasif, kurang sungguh sungguh sehingga guru mendekati dan mengingatkan untuk mencatat ringkasan informasi yang telah diterima tadi. Demikian seterusnya, sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing. Setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain). Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lisan beberapa topik materi yang bukan kartunya. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan pertanyaan kepada siswa, jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan menugasi peserta didik untuk mempelajari materi berikutnya yang dibahas pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan pengisian jurnal. Guru : Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua .” Siswa : Siswa berdoa bersama.”Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai berikut : Guru : Anak – anak minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang kedaulatan, Kalian masih ingat apa arti istilah kedaulatan?” Siswa : Kedaulatan berasal dari bahasa Arab. Dari kata daulah artinya kuasa. Jadi kedaulatan artinya adalah kekuasaan tertinggi Guru : Bagus. Kalau begitu apa maksutnya kedaulatan negara? Siswa : Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara “ Guru : :”Baik ! Menurut Jean Bodin kedaulatan negara dibedakan menjadi 2 apa saja ” Siswa : :”Kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar.” Guru : “Ya benar ! Siapa yang bisa menjelaskan maksutnya kedaulatan ke dalam dan ke luar ? Siswa : :”Kedaulatan ke dalam maksutnya suatu negara itu berhak mengatur pemerintahannya sendiri Bu !,dan kedaulatan ke luar maksutnya negara itu berhak melakukan kerjasama dengan negara lain. Guru : :”Baik. Kenapa kok perlu kerjasama dengan negara tetangga ? Siswa : :”Ya Bu ! Agar tercapai tujuan bersama yang saling menguntungkan”. Guru berusaha melacak pertanyaan sebagai penjajagan. G:’ Nah hari ini kita akan melanjutkan materi minggu yang lalu .Kompetensi dasar sama ,namun indikator yang berbeda” 1325 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Guru menyampaikan tujuan pembelajaran . . Sehingga siswa sudah memiliki gambaran materi yang dipelajari berikutnya. Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT. G:’Anak anak ayo kita nyanyikan lagu ini dengan semangat Ya ! Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini peserta didik tampak lebih percaya diri karena teks lagunya ditayangkan melalui LCD. sebagian besar tampak ceria dan semangat.Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit. G:”Sekarang masing masing akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus kalian kuasai.Pelajari dan pahami topik ini dari berbagai sumber.Jika kalian ada yang kesulitan memahami topic ini minta bimbingan bu guru agar tidak salah persepsi. Nanti kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian.Namun sebelum memberikan informasi kepada temanmu uraian materi kalian tulis dulu di kertas yang sudah disediakan untuk mempermudah kalian memahami materi. Topik materi yang kalian terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini dan uraiannya tulis di buku tugas.Pelajari dan pahami topik ini selama ± 15 menit. S:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain”. Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak lebih antosias, dan bersemangat dibanding pertemuan minggu lalu dalam memberikan informasi kepada temannya.Namun dalam menerima informasi sebagian besar masih lambat . Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give), Setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain), Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan beberapa topic materi yang bukan kartunya . Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan memberikan post tes. Selain melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran, pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian / evaluasi berupa pos tes secara tertulis dengan bentuk objektif tes . .Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar sudah memenuhi target KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Kemudian melakukan refleksi dengan memberikan angket kepada siswa .Yang semuanya digunakan pedoman untuk melakukan tindakan pada siklus II Pembahasan Hasil Siklus I Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain sebagai berikut (1) Siswa merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi bersama. (2) Siswa protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit. 1326 ISBN: 978-602-1150-17-7 siswa kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. (3) Siswa bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi pasif dalam menerima informasi. Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini, yakni (1) teks lagu saat itu hanya ditulis di papan tulis ,sehingga siswa yang duduk di belakang tidak jelas, (2) siswa sulit memahami topik materi dari buku sumber, dan (3) siswa pasif dalam menerima informasi dari teman sebayanya. Pembahasan Hasil Siklus I Siklus I Pertemuan II Temuan yang unik dalam penelitian Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain sebagai berikut (1) Siswa yang merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi bersama, setelah syair lagunya ditayangkan melalui LCD takpak lebih merasa percaya diri .( 2) Siswa tidak protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit karena kartu diacak. Dan siswa tidak kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. (3) Siswa bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi masih ada yang masih merasa kesulitan dalam menerima informasi. Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini antara lain: (1) Sebagian siswa masih sulit memahami topik materi dari temannya. 2) .Waktu yang tersedia untuk memahami materi yang diterima dari teman kurang. Dari hasil pengamatan dan hasil pos tes secara kuantitatif ditunjukkan sebagai berikut : 1. Hasil pos tes Dari 11 siswa peserta pos tes yang tuntas 7 siswa , dan yang belum tuntas 4 siswa Rata – rata klasikal 70.61.Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentu Kan sekolah dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) 75 .Secara individu siswa yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36,36 %. 2. Lembar Observasi oleh pengamat. Pengamat dalam kegiatan ini dilakukan 2 orang yaitu guru PKn teman sejawat dan Waka Kurikulum .: Dari data di atas terlihat bahwa hasil observasi siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat terhadap 5 indikator aspek yang diamati (siswa bersemangat dalam menghafalkan materi,aktif dalam memberikan informasi, bertanggung jawab menerima informasi,mampu menyampaikan informasi, dan mampu memahami informasi yang diterima) rekapitulasinya sebagai berikut. Baik ( B ) = 5, Cukup ( C ) = 3 Kurang ( K ) = 2 Jika dibuat prosentase maka kategori baik ( B ) = 50 %, kategori Cukup (C)= 30 % , dan kategori Kurang ( K ) = 20 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus I masih belum Maksimal , perlu adanya perubahan tindakan pada siklus yang ke II. 3. Lembar observasi untuk guru. Dari data lembar observasi untuk guru ,kedua pengamat memberi centang / Mencontreng ya dari 5 indikator yang diamati. Hal ini berarti penggunaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Take And Give sudah dilaksanakan dengan baik. 4.Lembar Angket siswa Dari 12 siswa yang mengisi angket hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut : Data di atas menunjukkan dari 12 siswa yang mencontreng atau mencen 1327 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur tang ya / positif yang mendukung metode ini dari 3 indikator no 1,2, dan 5 ada 26 yang tidak 7. Sedangkan yang mencontreng indicator indicator negative yang kurang mendukung menggunakan metode ini ,indicator no 2,dan 4 yang menjawab ya ada 6 dan tidak 16. Dari data angket siswa yang merasa (lebih menyenangkan,lebih mudah memahami,tidak merasa takut, tidak merasa sulit, lebih percaya diri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan Model pembelajaran ini siswa lebih senang,lebih mudah memahami , lebih bersemangat ,dan lebih percaya diri ,serta lebih termotivasi. PEMBAHASAN SIKLUS II Pertemuan I Observasi Aktifitas siswa dalam Proses pembelajaran pada Siklus II Diskripsi Observasi Aktifitas Siswa. Hasil analisis data observasi aktifitas siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat pada siklus II merupakan gambaran aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TAKE AND GIVE ( menerima dan member informasi ) pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan peran lembaga negara dalam sistem pemerintahan Indonesia dengan menggunakan tahapan pembelajaran sebagai berikut : (1) guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) guru menyampaikan materi sesuai dengan kompetensi yang sudah direncanakan, (3) untuk memantapkan penguasaan peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari (dihafal) lebih kurang 10 menit, (4) semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan, (5) demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give), (6) untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain), (7) strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran, dan (9) guru menutup pelajaran dengan tes.. Selama pelaksanaan dilakukan observasi. Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan pengisian jurnal. G : “Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua .” S: “Siswa berdoa bersama.” Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai berikut : G : “ Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang kedaulatan, Kalian masih ingat apa sifat sifat kedaulatan?” S: “Permanen , asli, bulat , dan mutlak “ G: “ Bagus . Kalau begitu apa maksutnya kedaulatan negara bersifat permanen? S:“Kekuasaan negara tetap ada selama negara masih berdiri “ G :”Baik ! Menurut UUD 1945 kedaulatan apa yang dianut negara Indonesia ” S :”Kedaulatan hukum dan rakyat.” G : “Ya benar ! Siapa yang bisa menjelaskan maksutnya kedaulatan Rakyat ? S:’Kedaulatan yang berasal dari rakyat ,oleh rakyat, dan untuk rakyat” G:”Dimana hal itu diatur ?” Coba kalian lihat lagi catatanmu minggu yang lalu.! 1328 ISBN: 978-602-1150-17-7 S:” Dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 Bu !” G:” Bagaimana isinya ?” S:” Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan berdasarkan UUD”. G:”Hebat ! Siapa yang melaksanakan kedaulatan rakyat itu ?” S:” DPR Bu ! , MPR Bu ! , DPRD Bu , DPD ya Bu !” G:” Ya ! Semua yang kalian sebutkan tadi namanya lembega negara !” Nah hari ini kita akan belajar tentang peranan lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan negara RI. Dari dialog di atas guru berupaya mengaitkan materi yang lalu dengan materi baru yang akan diberikan. Sehingga siswa sudah memiliki gambaran materi yang dipelajari berikutnya. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak AKU ANAK SEHAT . G : “ Anak – anak minggu yang lalu kalian sudah menyanyi lagu ini” AKU ANAK SEHAT’ Mari kita nyanyikan lagi bersama dengan berdiri. LEMBAGA NEGARA (LIRIK AKU ANAK SEHAT) Lembaga negara di Indonesia Berdasar UUD Tahun 45 MPR,DPR,DPD,PRESIDEN,BPK,MA,MK,serta KY Saling kerja sama. UUD 45 mengatur slalu. Tugas wewenang lembaga itu Jangan coba kianat kepercayaan rakyat Laksanakan amanah dengan penuh setia. Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini siswa tampak lebih percaya diri dibanding minggu lalu , sebagian besar tampak ceria dan semangat karena merasa sudah hafal. Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit. Topik materi diundi agar siswa tidak protes . G:”Seperti minggu yang lalu, sekarang kalian akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus kalian kuasai. Nanti kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian. Topik materi yang kalian terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini. Pelajari dan hafalkan topik ini selama ± 10 menit. Sama seperti minggu lalu. S:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain. 1329 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Siswa Mempelajari Topik Materi dari Buku Sumber Siswa Belajar Memahami dan Menhafalkan Topik Materi Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak antosias ,,bersemangat dalam memberikan informasi kepada temannya. Namun pada saat menerima informasi dari teman lain beberapa siswa saja tampak kurang sungguh sungguh sehingga guru mendekati dan mengingatk Gambar x: Siswa memberi dan menerima informasi dari teman sejawat Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give),Sehingga setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain),Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan beberapa topic materi yang bukan kartunya .Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadan. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan. 1330 ISBN: 978-602-1150-17-7 Guru menutup pelajaran dengan menugasi siswa untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Saat mempelajari , menguasai ,dan menghafal topik materi dalam buku paket dan sumber belajar yang lain sebagian siswa tampak kesulitan untuk memahami . Sehingga pada siklus II ini guru membimbing siswa yang merasa kesulitan memahami materi agar siswa lebih mudah memahami dan menguasai topik yang dipelajari. Dalam memberi kan informasi sebagian besar siswa tampak antosias dan bersemangat ,namun saat menerima informasi siswa tampak pasif ,kurang respon terhadap nformasi yang diterima, hal ini disebabkan karena pada awal pembelajaran siswa belum ditekankan oleh guru bahwa informasi yang telah diterima harus benar benar dikuasai oleh sebab itu pada siklus ini semua informasi yang telah diterima perlu dicatat .Hasilnya kerja siswa dipajang di papan pajang Hasil Kerja Siswa Di Pajang Di Papan Pajang SIKLUS II PERTEMUAN II. Observasi Aktifitas siswa dalam Proses pembelajaran pada Siklus II Diskripsi Observasi Aktifitas Siswa. Penyiapan kelas, dalam kegiatan ini guru mengondisikan kesiapan belajar siswa dengan mengajak berdoa bersama, memperhatikan kebersihan dan kerapihan kelas, absensi, dan pengisian jurnal. G : “Anak –anak sebelum kita belajar pada hari ini ,mari kita berdoa terlebih dulu agar kita bisa belajar dengan aman , nyaman ,dan menyenangkan. Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat bagi kita semua .” S: “Siswa berdoa bersama.” Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan guru mengadakan tanya jawab sebagai berikut : G : “ Minggu yang lalu kalian sudah belajar tentang peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, Kalian masih ingat siapa saja lembaga lembaga pelaksana kedaulatan rakyat itu?” 1331 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur S:” MPR, DPR, DPD, PRESEDEN,BPK, MA,MK,KY :” G:” Bagus ! Kalau begitu apa tugas dan kewajiban Presiden ? “ S:” Mengubah dan menetapkan UUD Bu !, Melantik Presiden dan wakil presiden Bu !” G:” Baik ! Kalau DPR apa fungsinya ? S:” Sebagai Legeslasi, Anggaran , dan Pengawasan !. G:” Ya ! Nah hari ini kita akan melanjutkan materi minggu yang lalu .Kompetensi dasar sama ,namun indikator yang berbeda” Guru menyampaikan tujuan pembelajaran . . Sehingga siswa sudah memiliki gambaran materi yang dipelajari berikutnya. Sebelum menyampaikan materi guru memotivasi siswa mengajak menyanyi bersama lagu karya guru yang isinya sesuai materi dengan lirik lagu anak anak Aku Anak Sehat. Siswa Menyanyi bersama G:’Anak anak ayo kita nyanyikan lagu ini dengan semangat Ya ! Siswa menyanyi sambil berdiri. Dalam kegiatan ini peserta didik tampak lebih percaya diri karena teks lagunya ditayangkan melalui LCD. sebagian besar tampak ceria dan semangat.Selanjutnya guru menyampaikan materi secara singkat sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Untuk memantapkan penguasaan materi peserta didik ,tiap siswa diberi masing masing satu kartu untuk dipelajari ( dihafal ) lebih kurang 10 menit. Guru:”Sekarang masing masing akan menerima kartu. Kartu ini berisi topik materi yang harus kalian kuasai.Pelajari dan pahami topic ini dari berbagai sumber.Jika kalian ada yang kesulitan memahami topic ini minta bimbingan bu guru agar tidak salah persepsi. Nanti kalian akan menjelaskan ke temanmu secara bergantian.Namun sebelum memberikan informasi kepada temanmu uraian materi kalian tulis dulu di kertas yang sudah disediakan untuk mempermudah kalian memahami materi. Topik materi yang kalian terima dari temanmu kamu tulis di kartu ini dan uraiannya tulis di buku tugas.Pelajari dan pahami topik ini selama ± 15 menit. Siswa:” Mempelajari dan memahami topik materi pada buku paket dan buku sumber lain”. Kemudian semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi dan tiap siswa harus mencatat nama pasangannya dalam kartu yang sudah diberikan.Saat melaksanakan kegiatan ini siswa tampak lebih antosias, dan bersemangat dibanding pertemuan minggu lalu dalam memberikan informasi kepada temannya.Namun dalam menerima informasi sebagian besar masih lambat . Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing masing (take and give),Sehingga setiap anak menguasai semua topik materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya ( kartu orang lain),Beberapa siswa diberi pertanyaan secara lesan beberapa topic materi yang bukan kartunya. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan. 1332 ISBN: 978-602-1150-17-7 Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran. Saat guru melakukan pertanyaan kepada siswa ,jawaban siswa yang kurang tepat disempurnakan oleh guru dan siswa mencatat sebagai kesimpulan. Guru menutup pelajaran dengan memberikan post tes. Selain melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran ,pada akhir pembelajaran dilakukan penilaian / evaluasi berupa pos tes secara tertulis dengan bentuk objektif tes . .Hal ini digunakan untuk mengetahui apakah hasil belajar sudah memenuhi target KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. . Kemudian melakukan refleksi dengan memberikan angket kepada siswa .Yang semuanya digunaka pedoman untuk melakukan tindakan berikutnya. Temuan yang Unik dalam Penelitian Saat melaksanakan proses pembelajaran ada beberapa masalah yang muncul antara lain sebagai berikut :1) Siswa yang merasa kurang percaya diri dan merasa malu saat diajak menyanyi bersama, setelah syair lagunya ditayangkan melalui LCD takpak lebih merasa percaya diri . 2) Siswa tidak protes saat menerima topik yang bobotnya labih tinggi dan dianggap sulit karena kartu diacak. Dan siswa tidak kepingin tukar yang dianggap lebih mudah. 3) Siswa bersemangat dan antosias saat memberi informasi tetapi masih ada yang masih merasa kesulitan dalam menerima informasi. Kendala-kendala yang muncul dalam kegiatan ini antara lain : 1) Sebagian siswa masih sulit memahami topik materi dari temannya. 2) .Waktu yang tersedia untuk memahami materi yang diterima dari teman kurang.Solusi yang dilakukan adalah memberi bimbingan secara khusus dan menambah waktu pada kegiatan menerima informasi dengan cara mencatat hasil informasi yang diterima pada lembar kerja siswa. Dari hasil pengamatan dan hasil pos tes secara kuantitatif ditunjukkan sebagai berikut : Hasil pos tes : Dari 12 siswa peserta pos tes yang tuntas 10 siswa , dan yang belum tuntas 2 siswa Rata – rata klasikal 76.67.Kreteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentu Kan sekolah dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) 75 .Secara individu siswa yang masih berada di bawah KKM sebanyak 36,36 %. Lembar Observasi oleh pengamat.Pengamat dalam kegiatan ini dilakukan 2 orang yaitu guru PKn teman sejawat dan Waka Kurikulum .Hasilnya terlihat sebagai berikut : Dari data terlihat bahwa hasil observasi siswa yang dilakukan oleh dua orang pengamat terhadap 5 indikator aspek yang diamati (siswa bersemangat dalam menghafalkan materi,aktif dalam memberikan informasi,bertanggung jawab menerima informasi,mampu 1333 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur menyampaikan informasi, dan mampu memahami informasi yang diterima) rekapitulasinya sebagai berikut. Baik ( B ) = 7, Cukup ( C ) = 2 Kurang ( K ) = 1 Jika dibuat prosentase maka kategori baik ( B ) = 70 %, kategori Cukup (C)= 20 % , dan kategori Kurang ( K ) = 10 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada siklus II sudah ada perubahan yang signifikan dibanding siklus I. 3. Lembar observasi untuk guru. Dari data lembar observasi untuk guru ,kedua pengamat memberi centang / Mencontreng ya dari 5 indikator yang diamati. Hal ini berarti penggunaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Take And Give sudah dilaksanakan dengan baik. 4.Lembar Angket siswa Dari 12 siswa yang mengisi angket hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut : Data di atas menunjukkan dari 12 siswa yang mencontreng atau mencen tang ya / positif yang mendukung metode ini dari 3 indikator no 1,2, dan 5 ada 26 yang tidak 7. Sedangkan yang mencontreng indicator indicator negative yang kurang mendukung menggunakan metode ini ,indicator no 2,dan 4 yang menjawab ya ada 6 dan tidak 16. Dari data angket siswa yang merasa (lebih menyenangkan,lebih mudah memahami,tidak merasa takut, tidak merasa sulit, lebih percaya diri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan Model pembelajaran ini siswa lebih senang,lebih mudah memahami , lebih bersemangat ,dan lebih percaya diri ,serta lebih termotivasi. Tabel Prestasi Belajar PPKn Siswa Kelas VIII NO 1 2 Siklus I II Rata- rata Tes 70,91 76,67 Ketuntasan 63,64 83,33 Prestasi belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan pada pada siklus II. Peningkatan belajar tersebut karena guru melakukan perubahan tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Guru berupaya melakukan perbaikan terhadap adanya berbagai permasalahan yang muncul ,mencari solosi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada pertemuan yang berikutnya. Pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran TAKE AND GIVE dapat meningkatkan prestasi belajar PKn dari rata klasikal 70,91 menjadi 76,67.Peningkatan ini terjadi karena siswa merasa mimiliki tanggung jawab yang tinggi untuk memahami , menguasai materi , dan memiliki motivasi ingin menginformasikan materi yang dikuasai kepada teman sebayanya dengan menarik dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo ( 2009 ) model pembelajaran Take And Give mempunyai banyak karakteristik yaitu (1) inter aktif, (2) inspiratif, (3) kreatif, ( 4 ) menantang, dan ( 5 ) menyenangkan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan di kelas VIII SMP TAMANSISWA BATU ,dapat diambil kesimpulan kesimpulan bahwa model pembelajaran TAKE AND GIVE dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas belajar peserta didik. Selain itu model pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn.Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan hasil pos tes . Dari rata rata klasikal 70,91 dari ketuntasan 63,64 pada siklus pertama , meningkat menjadi rataa rata 76,67 dengan ketuntasan 83,33 pada siklus kedua. 1334 ISBN: 978-602-1150-17-7 DAFTAR RUJUKAN UU RI NO.20 Tahun 2003. tentang Sistem pendidikan Nasional, 2003. Bandung :Citra Umbara. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Winataputr, Udin .S 2006. Mareri dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta : Universitas Terbuka. UUD RRI 1945. MPR RI Januari 2011 Jakarta. Silberman, Mei . 2010. 101 Cara Penelitihan dan Pembelajaran Aktif . Terjemahan Dani Dharyani . 101 Ways to Make Training Activi . 2015. Jakarta : Indeks Yuanita, Eva. 2010 . Model Pembelajaran Take And Give. Tersedia pada http: // WYW 1d. Wordpress . com / 2009 / 11/ 14/model pembelajaran – take – and – give /, diakses tangal 14 Januari 2012. Suyatno -2009 – Menjelajah Pembelajaran Inovatif . Jakarta : Bumi Aksara. UURI N0 . 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . 2003 . Bandung : Citra Umbara. Indien .2012 . Model Pembelajaran Take And Give . Tersedia pada http : // 007 Indien – blogspot . com /2012 / 11 / model pembelajaran – take –and – give – html ( diakses tanggal 22 Pebruari 2013 ). 1335 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI KEDAULATAN RAKYAT DALAM SISTIM PEMERINTAHAN INDONESIA MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS VIIIC SMP RADEN FATAH BATU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Endang Estu Pudjiharti SMP Raden Fatah [email protected] Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar materi kedaulatan rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia pada siswa kelas VIII C SMP Raden Fatah Batu menggunakan metode kooperatif jigsaw. Sebelum penelitian dilaksanakan hasil prestasi belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 50%. Hal ini dikarenakan siswa malas membaca buku pelajaran, kurang semangat, tidak mandiri, dan selalu bergantung pada teman yang rajin belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat peningkatan prosentase aktivitas siswa 61% pada pertemuan pertama dan 68% pada pertemuan kedua, sedangkan pada siklus II sebesar 71% baik pada pertemuan pertama dan 80% pada pertemuan kedua. Hasil belajar juga mengalami peningkatan. Pada siklus I terdapat 61,29% siswa mencapai ketuntasan belajar dan meningkat pada siklus II menjadi 80,64%. Tanggapan siswa juga positif, yang dapat dilihat dari angket yang dijawab siswa yang merasa senang dengan model pembelajaran ini. Kata kunci: PKn, kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, metode kooperatif jigsaw Peranan guru penting dalam perkembangan pendidikan,terdapat persepsi umum yang mengakardalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat bahwa guru merupakan sosok yang serba bisa.Beberapa pandangan yang kurang sejalan dengan abad 21 tentang sosok guru adalah sebagai berikut: (1)tugas guru hanya untuk mengajar, (2) guru hanya menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan, dan (3)dalam situasi belajar guru membebani dan menakutkan siswa karena tuntutan nilai yang tinggi.upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut diatas,perlu cara yang tepat,efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang paling penting bagi siswa adalah perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contohcontoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang dimiliki atau yang harus dicapai (Silberman dalam Hasbiati, 2015).Sejalan dengan hal tersebut ada beberapa hambatan pembelajaran PKn di kelas VIII C SMP Raden Fatah sebagai berikut: (1) siswa masih kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, (2) siswa malas membaca materi pelajaran, dan (3) siswa yang malas hanya mengikut saja pada teman yang rajin dalam satu kelompok, sehingga hasil belajar dari 31 siswa atau nilai ulangan hanya 16 orang atau 51,61% yang tuntas. Dalam penelitian ini dilakukan penerapan kooperatif jigsaw. Pengertian berdasarkan Etimologinya kata Jigsaw merupakan kata yang berasal dara bahasa inggris dengan terjemahan dalam bahasa Indonesianya “Gergaji Ukir”. Pola pembelajaran model Jigsaw menyerupai pola cara penggunaan sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan aktifitas belajar dengan melakukan kerja sama dengan siswa lain dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.Sementara menurut pendapat ahli salah satunya Sudrajat (2008:1 ) .Pembelajaran model Jigsaw sebagai sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara 1336 ISBN: 978-602-1150-17-7 kelompok, di mana dalam kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai tersebut kepada teman satu kelompoknya. Model pembelajaran Jigsaw akan menjadi sebuah solusi yang efektif apabila diterapkan dalam pengajaran terhadap materi ajar yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi ajar tersebut tidak harus urut dalam penyampaiannya. Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan.Model pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Jigsaw sebagai salah satu tipe pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa.Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal.Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe Jigsaw ini adalah ketergantungan . Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikanLangkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut: (1) membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang, (2) tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda, (3) setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli (4) anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok, (5) kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut (6) setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudianmenjelaskan materi kepada rekan kelompoknya,(7) tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi, (8) guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan, dan (9) siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik. 1337 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur METODE Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus adalah permasalahan (problem), perencanaan (planning), pelaksanaan(acting), observasi (observing atau monitoring), dan refleksi(reflecting atau evaluating). Tahap perencanaan dilakukan kegiatan: (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyiapkan materi pembelajaran PKn dengan menggunakan media pembelajaran buku paket PKn(BSC) kelas VIII dan buku penunjang lainnya berupa artikel tentang makna kedaulatan, dan (3) menyusun tes akhir. Tahap Pelaksanaan pembelajarandilakukan kegiatan: (1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (2) menyajikan materi sebagai pengantar , (3) guru membagi siswa menjadi 5 kelompok ,setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa, (4) guru membagi sub materi yang berbeda pada masing- masing kelompok, (5) dari kegiatan kerja kelompok siswa tersebut , guru memulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kopetensi yang ingin dicapai, dan (6) Kesimpulan dan rangkuman. Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran oleh pengamat dari guru sebagai teman sejawat sebagai observer. Pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mencatat aktifitas dan interaksi pembelajaran di kelas pada saat guru melakukan pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan dengan mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran, kendala, dan alternative solusinya bersama observer. Tahapan kegiatan siklus 2, pada dasarnya sama dengan siklus 1 dan merupakan perbaikan dari siklus. Tahapan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pengamatan terhadap Situasi Pembelajaran Evaluasi situasi terhadap Refleksi Siklus 1 Observasi Rencana Tindakan Tindakan Refleksi Siklus 2 Observasi Rencana Tindakan Tindakan Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Siklus I dilakukan pada tanggal 10 Maret 2016. Penelitian pada siklus pertama dilakukan dua kali pembelajaran. Langkah pembelajaran metode kooperatif jigsaw adalah sebagai berikut: pembentukan kelompok,pemberian sub topik,mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli,mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.membahas sub topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,Tiap kelompok 1338 ISBN: 978-602-1150-17-7 memperesentasikan hasil diskusi,memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan. Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa sperti berikut. G:Pada pertemuan hari ini ,anak-anak akan belajar tentang makna kedaulatan,apa yang kamu ketahui tentang pengertian kedaulatan ? S:Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi G:Bagus !mungkin yang lain menambahkan ? S:Kedaulatan berasal dari bahasa arab yaitu “Daulah” G:Bagus ,semua jawaban yang kalian kemukakan benar, kedaulatan berasal dari bahasa arab yang artinya kekuasaan Berdasarkan dialog di atas, terlihat bahwa siswa sudah bisa memberikan penjelasan sederhana tentang pengertian kedaulatan. Gambar 2 . Guru memberi penjelasan pada kegiatan Apersepsi Gambar 3. Pelaksanaan diskusi pada kelompok ahli Kegiatan inti: Pembentukan kelompok ,siswa dibagi menjadi 5 kelompok ,setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa.Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing .Pada pelaksanaan diskusi kelompok ahli masih ada beberapa siswa yang belum focus dan siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri. Guru memberikan arahan dan Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut: G:Anak-anak yang namanya diskusi, saling bertukar pikiran sesame anggota kelompok dan menyamakan pendapat !jangan bekerja sendiri-sendiri . S:Tadi,jawabannya saya tanya pada teman yang pintar bu ! G:Lha…,kalau begitu apa gunanya diskusi !kalian boleh bertanya ,tapi kalian juga harus membaca buku referensinya( buku paket dan artikel yang ibu bagikan tadi),kemudian samasama menemukan jawabannya dan menyamakan pendapat. 1339 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur S:Baik bu . G:Diskusi supaya lebih hidup ,kalian harus saling mempertahankan pendapat kalian masing-masing Setelah pelaksanaan diskusi kelompok ahli,masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan saling menjelaskan pada temannya dalam satu kelompok,kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.Pada pelaksanaan presentasi di depan kelas masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan asyik ngomong dengan teman sebelahnya,hal ini dikarenakan suara yang presentasi kurang keras.Setelah selesai presentasi hail diskusi, guru memberikan kesimpulan dan penguatan pada siswa tentang materi yang telah di diskusikan.Pada waktu guru memberikan penjelasan pada siswa ,masih ada siswa tidak memperhatikan ,hal ini disebabkan tempat duduk siswa yang membelakangiguru. Pada pelaksanaan pertemuan ke dua tetap pada KD yang sama. Kegiatan inti Pada pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada diskusi kelompok masih ada siswa yang bekerja sendiri-sendiri dan ada juga yang tidak konsentrasi pada pelaksanaan diskusi, guru mendekati kelompok yang kurang konsentrasi tadi dan memberikan arahan: G: Anak- anak pada pertemuan yang lalu ibu sudah menjelaskan diskusi kelompok itu tidak bekerja sendiri –sendiri ,tapi kalian harus saling bertukar pendapat dan pada akhirnya menyamakan pendapat dari masing –masing anggota kelompok . S: Baik bu kami akan melaksanakan sesuai dengan anjuran ibu. G: Bagus kalian sudah mengerti ,silakan dilaksanakan. S: Terima kasih bu atas peringatannya . Setelah pelaksanaan diskusi selesai kelompok ahli kembali kelompok asal, dan masingmasing anggota kelompok ahli saling menjelaskan pada kelompoknya masing-masing. Dari lima kelompok, dua kelompok mewakili persentasi didepan kelas. Namun, pada pelaksanaan persentasi didepan kelas, masih ada siswa yang kurang memperhatikannya. Setelah guru memberikan penjelasan dan penguatan materi pada siswa, guru tidak menyuruh siswa untuk menghadap kedepan kelas, sehingga ada beberapa siswa yang membelakangi guru tidak memperhatikan dan ngomong dengan temannya sendiri, dan pada saat guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, tidak ada siswa yang bertanya. Setelah guru memberikan penjelasan guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan tes tertulis dilakukan dalam bentuk essay, jumlah soal terdiri dari 5 item. Tes hasil belajar pada siklus I dengan ketentuan KKM (Kriteria ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran PKn adalah 76. Hasil tes tulis pada siklus I, dari 31 siswa yang mencapai nilai KKM adalah 19 siswa atau 61.29% dan yang belum tuntas 12 siswa atau 38.71%. Untuk mengetahui capaian kualitas pembelajaran dilakukan pemberian angket kepada siswa, hasil yang diperoleh adalah: (1) Apakah pembelajaran yang baru berlangsung menyenangkan? jawaban ya =19 siswa atau 61,29%, (2) jawaban tidak =12 siswa atau 38,71%, (2) Apakah pembelajaran yang baru berlangsung dapat meningkatkan semangat belajar kalian? Jawaban ya =21 siswa atau 67,74%, jawaban tidak =10 siswa atau 32,26%, (3) Apakah dengan pembelajaran yang baru berlangsung kalian lebih mudah memahami pelajaran? jawaban ya=21 1340 ISBN: 978-602-1150-17-7 siswa atau 67,74%, jawaban tidak=10 siswa atau 32,26%, (4) Apakah dengan pembelajaran yang baru berlangsung dapat menumbuhkan kerukunan antar teman? jawaban ya=17 siswa atau 54,83%, jawaban tidak=14 siswa atau 45,16%. Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pelaksanaan siklus I, dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki, diantaranya adalah: pada pelaksanaan diskusi masih banyak siswa yang bekerja sendiri-sendiri, kurang konsentrasi, anggota kelompok ahli kurang bisa menjelaskan ke kelompok asalnya sehingga pelaksanaan diskusi kurang hidup, siswa yang persentasi didepan kelas volume suaranya kurang keras sehingga sebagian siswa kurang memperhatikan dan ngomong sendiri dengan temannya. Penjelasan guru dalam memberikan penguatan pada siswa, tidak diperhatikan oleh semua siswa, terutama siswa yang membelakangi guru tempat duduknya. Dari temuan kekurangan diatas maka perlu adanya perbaikan pada pelaksanaan siklus ke II. Siklus II Siklus II dilakukan pada tanggal 8 April 2016, dilanjutkan kembali proses pembelajaran mengenai makna kedaulatan rakya dan lembaga pelaksana kedaulatan. Penelitian pada siklus kedua dilakukan dua kali pembelajaran. Langkah pembelajaran metode kooperatif jigsaw adalah sebagai berikut: pembentukan kelompok, pemberian sub topik, mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli, mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok membahas sub topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok asal masingmasing. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi, memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan. Pada pelaksanaan diskusi kelompok, tempat duduk siswa pada pertemuan pertama ini sudah dirubah posisinya membentuk leter U, sehingga siswa tidak membelakangi papan tulis. Pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa sperti berikut: G : Anak –anak bagaimana dengan posisi tempat duduk kalian lebih nyaman atau bagaimana? S : Lebih nyaman bu,kita bisa melihat ke depan semua.! G : Anak –anak ,kalian masih ingat pelajaran pada pertemuan yang lalu ? Ibu mau mengingatkan dan bertanya pada kalian, negara Indonesia menggunakan teori kedaulatan apa ? S : Teori kedaulatan rakyat ! G : Selain kedaulatan rakyat masih adakah teori kedaulatan dipraktekkan di Negara Indonesia? S : Ada bu,yaitu kedaulatan Hukum ! G : Bagus ! tepuk tangan untuk Putri dan anggun. S : Dasar hokum teori kedaulatan rakyat itu pasal I ayat( 2) atau pasal 2 aayt (1) bu ? G : Coba buka UUD 1945 ! Tunjukkan pasal yang menyebutkan kedaulatan rakyat ! S : Pasal 1 ayat( 2) UUD 1945 “Kedaulatan ada ditangan dan dilakukan menurut Undang Undang Dasar”. G : Bagus kalian lebih giat lagi belajar dengan banyak membaca buku paket maupun buku referensi yang Lain. 1341 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Berdasarkan tanya jawab diatas dapat disimpulkan, bahwa siswa sudah bisa memahami teori kedaulatan yang dipraktekkan di Negara Indonesia. Pada awal pembelajaran sudah menunjukkan sebagian siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran PKn. Kegiatan inti pada pertemuan pertama: Pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada pelaksanaan diskusi kelompok ada 4 sub topic ,setiap sub topic dibahas oleh dua kelompok. Guru memberikan arahan dan Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut: G :Anak –anak bagaimana ? apakah kalian sudah bisa memahami perbedaan tugas dan wewenang dari DPR dan DPD ? S : Sudah bu ,kalau DPR mempunyai wewenang antara lain membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapatkan persetujuan bersama.Kalau DPD mengajukan pada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah. G :Hebat ! kalian sudah bisa memahaminya . S : Perbedaan tugas dari DPR dan DPD itu bagaimana bu? G : Bedanya kalau DPR melaksanakan tugas sesuai UU no 17 Tahun 2014 tentang MPR,DPR,DPD,dan DPR,dimana tugas itu dilaksanakan di pemerintahan pusat.Sedangkan DPD ,sesuai dengan UU yang sama ,melaksanakan tugasnya di daerah.Bagaimana bisa dipahami ? S : Bisa bu. Setelah terjadi dialog dengan siswa maka dapat disimpulkan siswa sudah bisa memahami tentang tugas dan wewenang DPR dan DPD, tetapi pada kelompok lain yang membahas tentang materi yang lain yaitu tentang tugas dan wewenang MPR, diskusi tidak bisa berjalan dengan baik karna masih ada dari anggota kelompok yang tidak ikut partisipasi dalam diskusi sehingga hanya mengikut hasil dari pekerjaan teman sekelompoknya saja. Pada pertemuan ke II Pembentukan kelompok, siswa dibagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Pemberian sub topic yang berbeda pada masing-masing anggota kelompok dan mendiskusikan sub topik masing-masing. Pada pelaksanaan diskusi kelompok ada 4 sub topic, setiap sub topic dibahas oleh dua kelompok . Guru memberikan arahan dan Tanya jawab dengan siswa sebagai berikut G : Bagimana apakah kalian sudah bisa menjelaskan tentang kewenangan dari Mahkamah Agung ,Mahkamah konstitusi ,Komisi Yudisial dan Badan Pemeriksa Keuangan ? S : Sudah bu ! G : Baiklah kalau begitu ,ibu ingin menanyakan pada kalian apakah perbedaan antara kewenangan dari MahkamahAgung dan Mahkamah Konstitusi ? S : Bisa bu MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji undang-undang terhadap UUD. 1342 ISBN: 978-602-1150-17-7 G : Betul itu adalah wewenang MK ,untuk wewenang MA adalah menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang. Setelah guru memberikan penjelasan guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.Tes tertulis dilakukan dalam bentuk esay ,jumlah soal terdiri dari 4 item.Tes hasil belajar pada siklus I dengan ketentuan KKM (Kriteria ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran PKn adalah 76.Hasil tes tulis pada siklus II ,dari 31 siswa yang mencapai nilai KKM adalah 25 siswa atau 80,64% dan yang belum tuntas adalah 6 siswa atau 19,35% . Untuk mengetahui capaian kualitas pembelajaran dilakukan pemberian angket kepada siswa,hasil yang diperoleh adalah: (1)Apakah pembelajaran yang baru berlangsung menyenangkan? jawaban ya =24 siswa atau 77,42%, (2) jawaban tidak =7 siswa atau 22,58%, (2)Apakah pembelajaran yang baru berlangsung dapat meningkatkan semangat belajar kalian? Jawaban ya =25 siswa atau 80,65%, jawaban tidak =6 siswa atau19,35%, (3)Apakah dengan pembelajaran yang baru berlangsung kalian lebih mudah memahami pelajaran?jawaban ya =24 siswa atau 77,42%,jawaban tidak=7 siswa atau 22,58%.(4)Apakah dengan pembelajaran yang baru berlangsung dapat menumbuhkan kerukunan antar teman?jawaban ya =26 siswa atau 83,87%,jawaban tidak =5 siswa atau 16,13%.Setelah proses pembelajaran ditempuh sebanyak 4 kali pertemuan mulai dari siklus I sampai siklus ke II, maka berdasarkan analisis data kegiatan siswa diperoleh peningkatan aktivitas siswa yang cukup berarti. Berdasarkan dari data yang ada secara umum dikatakan bahwa hasil belajar meningkat. Kenyataan ini bisa dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada materi “Kedaulatan rakyat rakyat dalam sistim pemerintahan Indonesia “ dengan menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw menarik bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran secara sungguh-sungguh. Dengan belajar sendiri maupun dengan memperhatikan penjelasan temannya dan penjelasan guru yang memberikan bimbingan dalam diskusi. Hal ini juga terlihat dari hasil angket siswa yang memperlihatkan motivasi yang dimiliki siswa dengan belajar tipe jigsaw menyenangkan, maka pembelajaran akan dirasakan lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pelajaran atau mengajarkannya, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2003), Chalima (2006), Ulfa (2008) dalam Hasbiati (2015), model jigsaw dapat meningkatkan aktifitas belajar, partisipasi dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal itulah yang diharapkan dari suatu pembelajaran kooperatif. Siswa yang bekerja dalam kelompok diharapkan akan belajar lebih giat (1984) dalam Yassa (2008) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan dibandingkan dengan siswa yang kelasnya dikelola secara tradisional (Suryanto, 2009). Trinandita menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan antar siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi hidup dan kondusif, dimana masingmasing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktifitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Berdasarkan uraian bahwa proses pembelajaran kedaulatan rakyat dalam system pemerintahan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat hubungan antara motivasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil belajar setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Jadi bisa dikatakan, apabila siswa aktif pada saat diskusi membahas materi pelajaran baik dalam hal bertanya ataupun mengemukakan pendapat, maka berarti siswa sudah mengerti dan paham apa yang sedang dipelajari. Sehingga 1343 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur hasil belajarnyapun meningkat. Dengan demikian, apabila siswa memahami materi pembelajaran yang telah disampaikan maka secara otomatis akan berpengaruh baik terhadap proses pembelajaran siswa. KESIMPULAN Berdasarkan analisis temuan dan pembahasan yang diuraikan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan: (1) motivasi belajar siswa hasil angket menunjukkan bahwa 81% siswa senang, (2) aktifitas belajar siswa dalam angket pada siklus pertama dari 61% meningkat menjadi 68% atau sebanyak 7%, dan pada siklus kedua dari 68% menjadi 77%, dengan kata lain meningkat sebanyak 9%, (3) hasil belajar materi kedaulatan rakyat dalam system pemerintahan Indonesia dilihat dari ketuntasan belajar siswa dimana KKM pada kelas VIII adalah 76. Dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw KKM siswa kelas VIII mengalami peningkatan dimana pada siklus pertama meningkat sebanyak 7% yaitu dari 61% menjadi 68%, dan pada siklus kedua meningkat sebanyak 9% yaitu dari 68% menjadi 77%. Dengan hasil penelitian tersebut, proses pembelajaran dengan pengaplikasian model pembelajaran Jigsaw membuat hasil yang meningkat pada hasil belajar siswa. Lebih lanjut lagi disarankan guru mengadakan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan proses pembelajaran dengan model jigsaw agar diperoleh hasil yang akurat dan memuskan. DAFTAR PUSTAKA Sudrajat. 2008. Pembelajaran Model Jigsaw. Gramedia Bandung. Arronson, Brandey dan Stephen. 1978 .Pengertian Hasil Belajar Siswa Definisi, Tujuan, Penilaian, Jenis, Alat, dan Faktor yang mempengaruhi. Hasbiati. 2015. Meningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw. Chalimah, N.U. 2006. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa MA Al Ashor Gunung-Pati Semarang dengan Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw. Semarang; UNNES: Skripsi tidak diterbitkan. Lestari, E. 2003. Penigkatan HasilBelajar pada Konsep Hormon Melalui Strategi Jigsaw pada Siswa kelas 9 SMP N 9 Semarang. Semarang: UNNES: Skripsi tidak Diterbitksan. Ulfah, F.2008.Peningkatan Proses dan Hasil Belajar dalam menyelesaikan Soal Cerita melalui Sratagi Cooperative Learning Tipe Jigsaw di kelas III SD Islam Sabililah Malang.Yayasan Sabilillilah:Penelitian Tindakan Kelas. 1344 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JPS (JIGSAW DENGAN SUMBER PRIMER DAN SEKUNDER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BATU Suprapto Rasid SMP Negeri 06 Batu [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sekunder, rancangan pelaksanaaan perbaikan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik meningkat setelah menggunakan Model Pembelajaran ini. berdasarkan nilai rata-rata prasiklus nilai rata-rata 61.18, siklus 1 nilai rata-rata 76.18 dan pada siklus 2 nilai rata-rata 80.15 Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sekunder Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Silberman, 2001) Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi proses pembelajaran, dan peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien. Dalam pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan rasa ingin tahu dari peserta didik, disesuaikan dengan tingkat berpikir mereka dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang akan menimbulkan sikap positif terhadap IPS Belajar adalah salah satu cara untuk untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pembelajaran tertentu untuk mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan presentase jam 4 kali 40 menit tiap minggu sebenarnya dibandingkan dengan isi dan muatan materi yang padat dan sarat pengetahuan waktu yang tersedia sangat kurang, Permasalahan lain yang sering terjadi adalah proses pembelajaran yang monoton, dan kurang bervariasi, metode yang kurang menarik dan menantang menyebabkan peserta didik tidak menumbuhkan cara berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat akan menyebabkan peserta didik bosan dan jenuh mereka hanya bisa berangan-angan dan membayangkan apa yang telah diterangkan oleh guru, ketika materi yang disampaikan Kadang-kadang karena kebosanan yang sudah memuncak pada peserta didik, mereka mendengarkan saja tanpa makna dan tangan mereka mencorat-coret buku atau menggambar tokoh kartun dan sebagainya. Kebosanan itu berlanjut 1345 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur menjadi keadaan kelas yang tidak bersemangat peserta didik pasif dan guru sangat aktif , selain itu masih rendahnya minat baca peserta didik membuat pelajaran ini menjadi lumpuh. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil saling memiliki tingkat kemampuan berbeda. Menurut Thomson (dalam Lince, 2001:14), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPS Nur (2005:2) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas. Tidak ada lagi sebuah kelas yang sunyi selama pembelajaran. Peserta didik dapat saling membantu satu sama lain guna menuntaskan bahan ajar akademiknya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya. Contohnya menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, peserta didik diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah : (1) Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajarnya. (2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. (3) Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda. (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi mampu memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu : (1). Kemampuan akademik. (2). Penerimaan perbedaan individu. (3). Penembangan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tehnik yang paling banyak dipraktikkan, setiap siswa mengajarkan sesuatu dan bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi pada kelompok asal, yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain membentuk kumpulan pengetahuan dan ketrampilan yang terpadu (silbermen, 2014:180). Banyaknya anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw biasanya terdiri dari 4 – 6 orang. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, dan mereka wajib menjelaskan apa yang ditugaskannya itu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan materi itu disebut kelompok ahli. Sedangkan kelompok yang dibentuk pertama adalah Kelompak Asal Kunci keberhasilan Jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap peserta didik bergantung kepada anggota timnya untuk mendapat informasi yang dibutuhkannya agar dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik. Langkah-langkah pokok pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah: (1). Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4-6 anggota tim (2). Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda (3). Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan(4). Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka (5). Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh (6). Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi (7). Guru memberi evaluasi (8). Penutup Keragaman sumber belajarpun dibutuhkan, karena permasalahan tersebut dirasa sangat berat maka untuk itulah penulis yang juga sebagai guru IPS mencoba metode dan pendekatan 1346 ISBN: 978-602-1150-17-7 pembelajaran inovatif yang dapat membantu dan mengembangkan keaktifan peserta didik serta selaras dengan tujuan pembalajaran IPS dengan Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sumber sekunder dalam pembelajaran IPS. Sebagian seorang guru yang mengajar pada SMP Negeri 06 Batu, penulis mengemukakan bahwa mendapat kendala pada pelajaran IPS kelas VIII. Nilai evaluasi untuk materi ini masih dibawah rata-rata. Sebagai tindak lanjut penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), pada penelitian ini tindakan yang diberikan adalah menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw dengan sumber primer dan sumber sekunder. Upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut diatas, perlu cara yang tepat, efektif dan efisien dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran yang aktif dan efektif yang paling penting bagi peserta didik adalah perilaku memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang dimiliki atau yang harus dicapai. (Silberman, 2001). Pembelajaran di SMP Negeri 06 Batu khususnya kelas VIII pada mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Sosial , penguasaan materi belum berhasil dengan baik. Oleh sebab itu perlu segera mendapat penanganan dan perhatian peneliti. Pola pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama ini, hanya mengandalkan salah satu macam metode yang dianggap sesuai dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah dan mash jarang mengunakan alat peraga sebagai media belajar. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil prestasi belajar secara maksimal belum dicapai. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sumber sekunder pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 06 Batu. Manfaat Penelitian dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru dan sekolah, dalam meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, meningkatkan motivasi dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Bagi peneliti, Alat evaluasi bagi penulis agar memilih model pembelajaran yang tepat, penulis dapat mengatasi kekurangannya dalam proses belajar-mengajar. Bagi Peserta didik, mempermudah memahami materi pelajaran IPS kelas VIII, materi pelajaran lebih mudah dipahami dan dimengerti, membentuk sikap keingintahuan dan mandiri. Bagi Guru, penulis berharap bagi teman sejawat dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kendala dalam pembelajaran, sebagai referensi bagi guru lain yang ingin melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bagi Sekolah, ketuntasan pemahaman terhadap materi pelajaran menunjang keberhasilan peserta didik dalam menentukan ketuntasan nilai, dapat memanfaatkan bahan penunjang sarana dan prasarana pendidikan yang ada secara optimal sesuai dengan materi pembelajaran. Sebenarnya banyak metode yang telah dicoba oleh guru ternyata masih kurang menarik karena verbalitas yang tinggi membuat hasil pembelajaran ini masih rendah. hasil observasi menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada KD 7.1 mendiskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta pemerintah dalam upaya penanggulangannya belum optimal. Hal ini terbukti dari hasil Ulangan Harian masih mencapai 61,18 atau masih dibawah KKM yaitu 70. selama penilaian proses, peserta didik belum menunjukkan rasa senang, kreatifitas serta keaktifannya juga tidak muncul dalam mengikuti pembelajaran IPS. Untuk pembelajaran IPS yang mendapat respon dari peserta didik, maka seyogyanya perlu dikembangkan metode pembelajaran perbaikan yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu menggunakan metode Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dengan sumber primer dan sekunder 1347 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researh) yang mencakup empat tahapan penting, yaitu: a) perencanaan (planning); b) pelaksanaan tindakan (action); c) pengamatan/ observasi (observation) ; dan d) refleksi (reflection). Siklus 1 Permasalahan Ter Selesai kan Siklus 2 Ter Selesai kan Refleksi 1 Permasalahan Refleksi 2 Alternative pemecahan ( Rencana tindakan 1) Pelaksanan tindakan 1 Analisis data 1 Observasi 1 Alternative pemecahan (Rencana tindakan 2) Pelaksanaan tindakan 2 Analisis data 2 Observasi 2 Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Kegiatan perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan pembelajaran, menyiapkan tes. Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dengan praktik pembelajaran di kelas dengan diobservasi. Kegiatan observasi dilakukan oleh kolaborator 3 orang dengan menggunakan lembar observasi untuk mengobservasi kegiatan peserta didik . Penelitian ini dilakukan di kelas VIII/A SMP Negeri 6 kota Batu yang berjumlah 34 peserta didik Waktu pelaksanaan pada bulan Februari-April 2016 dengan materi permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangannya HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dalam 2 Siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Paparan hasil penelitian mengikuti sintaks Jigsaw dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) penjelasan materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli dengan sumber primer dan sumber sekunder (4) diskusi kelompok asal, (5) presentasi. 1348 ISBN: 978-602-1150-17-7 Kelompok asal 1,2,3 ,4,5 1,2,3 ,4,5 1,1,1, 1,1,1 1,2,3, 4,5 2,2,2 ,2,2, 2 1,2,3, 4,5 3,3,3, 3,3,3 Sumber primer 4,4,4, 4,4,4 1,2,3, 4,5 1,2,3, 4,5 5,5,5 ,5,5, 5 Sumber sekunder Siklus I Pertemuan 1 Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan menayangkan gambar pengangguran pada LCD dan mengajak peserta didik berdialog . G : “ Silahkan perhatikan gambar berikut ini ! G : “gambar apa, ini ?” S. : “ Gambar pengangguran…” G : “ di sekitar tempat tinggalmu ada tidak orang yang menganggur?” S : “ ada” G : “ Mengapa mereka menganggur?.” S : “ karena tidak memiliki pekerjaan…” G : “ Nah sekarang, silahkan membentuk 6 kelompok masing-masing anggotanya 5/6 orang harus ada putra dan putri!” G : “ Bagaimana Sudah dapat kelompok semua?” S : “ Sudaaah…” G : “ Sekarang silahkan angkat jari telunjuknya.. silahkan diputar… hitungan ke tiga tujuk salah satu temanmu untuk di jadikan ketua kelompok!” Guru memberi nama kelompok awal A,B.C,D,E dan F dan memberikan 5 masalah yang sama dengan diberi warna yang berbeda, dimasukkan dalam amplop tertutup untuk diberikan pada masing kelompok asal . Perbedaan angkatan kerja, tenaga kerja, kesempatan kerja Hubungan antara jumlah penduduk,angkatan kerja, kesempatan kerja dan pengangguran 1349 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Mengapa jumlah mutu dan persebaran tenaga kerja tidak merata? . Apakah dampak pengangguran terhadap keamanan lingkungan Bagaimana peranan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja di Indonesia G G S G : “ Silahkan buka amplopnya berlahan-lahan.!” : “ Sudah dibuka ? : “ Sudah…” : “Silahkan dibagikan pada temanmu! satu orang satu masalah, untuk yang anggotanya 6 orang ada 1 masalah yang diselesaikan 2 orang.” G :“Nah sekarang silahkan berkumpul di kelompok ahli dengan permasalahan dan warna yang sama, merah dengan merah. Kuning dengan kuning dan seterusnya!” G : “ Sudah berkumpul di kelompok ahli semua ? S : “ Sudah….” G : “Untuk menyelesaikan masalah, kalian dapat mencari sumber primer dan sumber sekunder dengan mencari informasi di buku perpustakaan di internet maupun wawancara dengan nara sumber yang sudah di siapkan. Nanti hasilnya didiskusikan dikelompok ahli. G : “ waktunya sudah habis, silahkan kembali ke kelompok awal dan membawa hasil diskusi dari kelompok ahli. G : “ Silahkan pilih 2 orang temanku dalam kelompok untuk presentasi Kelompok A ke B, B ke C, C ke D, D ke E, E ke F, dan F ke A. G. : “Silahkan kembali ke kelompoknya. Dari diskusi yang kalian lakukan dapat disimpulkan masalah ketenagakerjaan, dampak pengangguran terhadap lingkungan dan peran pemerintah untuk menanggulangi pengangguran. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar dan materi pembelajaran, penilaian sikap dilakukan melalui kerja sama kepedulian dan tanggung jawab pada saat mengerjakan LK, penilaan ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes esay. Rekapitulasi nilai hasil siklus 1 dapat dilihat pada table berikut : Tabel 1 Nilai hasil siklus 1 No 1 2 3 4 5 Rentang 50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 100 Jumlah Frekuensi 6 4 13 5 6 34 1350 Persentasi % 17.65 11.76 38.24 14.71 17.65 100 ISBN: 978-602-1150-17-7 Table 1 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi dengan rentang 90 sampai 100 sebanyak 17.65 %. sedangkan nilai yang paling banyak dengan rentang 70 sampai 79 adalah nilai 38.24 % dan nilai yang rendah dengan rentang 50 sampai 59 adalah17.65 %, jika menggunakan KKM sisa yang tuntas adalah 70.59 % dan yang dibawah KKM adalah 29.41 % Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observatory telah berhasil mengetahui masalah yang ada di kelas dengan cepat dan tepat melalui teknik pengumpulan data berupa tes tertulis dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dari pengamatan ini penulis berhasil mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang sudah penulis ungkapkan didalam latar belakang penelitian ini. Berdasarkan data permasalahan yang ada, penulis dapat dengan cermat menentukan alat dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, yaitu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. d. Refleksi Langkah selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah pembelajaran peserta didik, penulis berusaha melakukan refleksi untuk mengingat kembali apa masalah yang telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran, karena itu dengan dibantu oleh teman sejawat penulis melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw. Siklus II Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2016. Dengan langkah – langkah sebagai berikut : a). Perencanaan ,Pelaksanaan penelitian dimulai dengan menyusun perencaan, sebagai berikut : (1). Menyusun rencana pembelajaran,(2). Menyiapkan materi pembelajaran IPS dengan menggunakan media pembelajaran buku penunjang, sumber belajar dari internet,(3). Menyusun tes akhir . b). Pelaksanaan tindakan : paparan hasil penelitian mengikuti sintaks Jigsaw dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) penjelasan materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli dengan sumber primer dan sumber sekunder (4) diskusi kelompok asal, (5) presentasi Diskripsi Pembelajaran siklus II Pada pembelajaran siklus II ini sama dengan Siklus I yang diperbaikan berdasarkan hasil refleksi. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut. Siklus II Pertemuan 1 Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan menayangkan gambar pasar tradisional dan pasar modern pada LCD dan mengajak peserta didik berdialog . G : “ Anak-anak perhatikan gambar berikut ini ! G : “ Anak-anak ini gambar apa ?” S. : “ pasar tradisional dan pasar modern…” G : “ hari ini kita akan membahas tentang sistem ekonomi?” G : “ Sekarang silahkan membentuk 6 kelompok masing-masing anggotanya 5/6 orang harus ada putra dan putri!” G : “ Bagaimana Sudah dapat kelompok semua?” S : “ Sudaaah…” G : “ Sekarang silahkan angkat jari telunjuknya.. silahkan diputar… hitungan ke tiga tujuk salah satu temanmu untuk di jadikan ketua kelompok!” Guru memberi nama kelompok awal A, B, C, D, E dan F dan memberikan 5 masalah yang sama dengan diberi warna yang berbeda, dimasukkan dalam amplop tertutup. Sistem ekonomi tradisional Sistem ekonomi Pasar (Liberal/Bebas/Kapitalis) 1351 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Sistem ekonomi Komando/ Terpusat/ Etatisme/ Sosialis/ Komunis Sistem ekonomi campuran,modern Sistem ekonomi Indonesia G : “ Silahkan buka amplopnya berlahan-lahan.!” G : “ Sudah dibuka ? S : “ Sudah…” G : “Silahkan dibagikan pada temanmu! satu orang satu masalah, untuk yang anggotanya 6 orang ada 1 masalah yang di selesaikan 2 orang.” G : “ Nah sekarang silahkan berkumpul di kelompok ahli dengan permasalahan dan warna yang sama, merah dengan merah. Kuning dengan kuning dan seterusnya!” G : “ Sudah berkumpul di kelompok ahli semua ? S : “ Sudah….” G : “Untuk menyelesaikan masalah, kalian dapat mencari sumber primer dan sumber sekunder dengan mencari informasi di buku perpustakaan di internet yang sudah di siapkan. Nanti hasilnya didiskusikan dikelompok ahli. G : “ waktunya sudah habis, silahkan kembali ke kelompok awal dan membawa hasil diskusi dari kelompok ahli. G : “ Silahkan pilih 2 orang temanku dalam kelompok untuk presentasi Kelompok A ke B, B ke C, C ke D, D ke E, E ke F, dan F ke A. G. : “Silahkan kembali ke kelompoknya. Dari diskusi yang kalian lakukan dapat disimpulkan masalah ketenagakerjaan, dampak pengangguran terhadap lingkungan dan peran pemerintah untuk menanggulangi pengangguran. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar dan materi pembelajaran, penilaian sikap dilakukan melalui kerja sama kepedulian dan tanggung jawab pada saat mengerjakan LK, penilaan ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes isay. Tabel 2 Nilai hasil siklus 2 No Rentang 60 – 69 1 70 - 79 2 80 - 89 3 90 - 100 4 Jumlah frekuensi 3 9 18 4 34 persentasi 8.82 26.47 52.94 11.8 100 Table 2 menunjukkan bahwa peserta didik yang memperoleh nilai tertinggi dengan retang 90 sampai 100 sebanyak 11,8 %. sedangkan nilai yang paling banyak dengan rentang 80 sampai 89 adalah nilai 52.94 % dan nilai yang rendah dengan rentang 60 sampai 69 adalah 8,82 %, jika menggunakan KKM peserta didik yang tuntas adalah 91.18 % dan yang dibawah KKM adalah 8.82% Refleksi Pelaksanaan siklus 1 mengalami kendala teman sejawat sebagai observer ikut memberikan perintah kepada peserta didik, hal ini menyebabkan peserta didik mengalami kebingungan dalam melaksanakan tugas dari guru. selanjutnya yang akan dilakukan siklus 2 untuk mengatasi masalah pembelajaran peserta didik, penulis berusaha melakukan refleksi untuk mengingat kembali apa masalah yang telah terjadi didalam kegiatan pembelajaran siklus 1352 ISBN: 978-602-1150-17-7 1, karena itu dengan dibantu oleh teman tim, penulis melakukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui 2 siklus dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw Rata rata Nilai UH 10 8 6 Rata rata Nilai UH 4 2 0 Siklus 1 Siklus 2 Hasil temuan penelitian bahwa model pembelajaran jigsaw dengan sumber primer dan sumber sekunder dapat meningkatkan hasil belajar mengenai ketenagakerjaan. Berdasarkan praktek model pembelajaran jigsaw maka ada beberapa kunci atau prinsip jigsaw antara lain: (a). Interdependence setiap peserta didik terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya “ para peserta didik harus memiliki tanggung jawab dan kerjasama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi serta memecahkan masalah yang diberikan (b). Peran guru adalah memfasilitasi para anggota kelompok ahli arag mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kendala belajar yang sering dialami peserta didik dalam metode pembelajaran jigsaw antara lain (1). Prinsip utama pembelajaran ini adalah “peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, hal ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang didiskusikan bersama peserta didik lain.(2). Untuk peserta didik yang kurang percaya diri akan sulit menyampaikan hasil diskusi kepada temannya. (3). Peserta didik yang aktif akan mendominasi diskusi dan cenderung bosan Kelebihan model pembelajaran jigsaw antara lain : (1). Memudahkan guru dalam mengajar karena sudah ada kelompok ahli (2). Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu singkat. (3). Melatih peserta didik untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. Hal ini didukung oleh Lev Vygotsky (Teori Konstruktivisme Sosial) teori sosiogenesis: primer (kesadaran sosial) – skunder (individu), tataran pertumbuhan kemampuan: sosial (interpsikologis, intermental) – spikologis (intrapsikologis, intramental) , pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif: faktor primer intermental, faktor skunder (diturunkan/derivatif) intramental terbentuk melalui internalisasi / penguasaan proses sosial, Peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, internalisasi / pengendapan, pemaknaan / konstruksi pengetahuan baru, transformatif (menyebabkan perubahan, tidak sekedar transfer), Tingkat perkembangan kemampuan: aktual (mandiri) dan potensial (dibimbing, kolaborasi sebaya) – jarak : zona perkembangan proksimal), Perlunya contoh, demontrasi, prakteks dari orang yang lebih dewasa, Proses konstruksi: konstruksi bersama, dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding (contoh petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur, balikan), Melandasi pembelajaran: kolaboratif/ kooperative, pbl, kontekstual, autentik . Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Dalam historiografi, sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi lain yang diciptakan pada atau di sekitar waktu yang sedang dipelajari, sering kali oleh orang yang sedang dipelajari. Kata "primer" 1353 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dalam hal ini bukan berarti superior, melainkan merujuk pada kenyataan bahwa sumber tersebut dibuat oleh pelaku primer. Sumber semacam ini dibedakan dari sumber sekunder, yang merupakan karya historis, seperti buku atau artikel, yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer . Jenis-jenis sumber primer tergantung pada masalah yang sedang dipelajari.sumber primer utama yang terpenting adalah dokumen seperti laporan resmi, pidato, surat dan catatan harian oleh partisipan, laporan saksi mata (contohnya oleh seorang jurnalis yang ada pada saat itu). Dalam arti luas, sumber primer juga dapat mencakup obyek fisik seperti foto, film, koin, lukisan, atau bangunan yang diciptakan pada saat itu. Sedangkan istilah Sumber sekunder adalah istilah yang digunakan dalam historiografi untuk merujuk pada permasalahan yang ditulis berdasarkan pada sumber-sumber primer dan biasanya dengan merujuk pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Hampir semua tulisan ilmiah yang diterbitkan sekarang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder ideal biasanya mengandung laporan peristiwa pada masa lampau berikut generalisasi, analisis, sintesis, interpretasi, dan atau evaluasi terhadap peristiwa tersebut. KESIMPULAN Hasil penelitian dan pembahasannya peneliti dapat menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan sumber primer dan sekunder untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas VIII SMP Negeri 6 Batu pada materi ketenagakerjaan. Ketercapaian dari prasiklus rata-rata 61.18 meningkat nilainya rata-rata pada siklus satu 76.18 dan pada siklus 2 nilai rata-ratanya 80.15 DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum pendidikan dasar. Jakarta. Djamarah, Saiful Bahri. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Hadisubroto, T. & Herawati, I.S, (1998). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka. Hamdayama Jumanta, SPd.,M Si (2015) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Grafindo Persada Idris & Marno. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jakarta. Arruzzmedia Serangkai Pustaka Mandiri Kusnandar.2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Raja-wali Press Muslich, Masnur. 2008. KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta. Bumi aksara Silberman, Melvin L. (2014). Active learning : 101 cara belajar siswa aktif. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia. Sutirjo, M.Pd (2004) Penulisan karya Ilmiah. Malang: Citra Mentari. Taniredja, Tukiran. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Bandung. Alfabeta. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Wahab, A. (1996). Metodologi pengajaran Sosiologi . Jakarta: P2 LPTK Yaumi Muhammad, Dr . M Hum, MA Prisip-prinsip DESAIN PEMBELAJARAN 1354 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016 DI SMP NEGERI 05 BATU Sugeng Prayogi SMP Negeri 05 Batu [email protected] Abstrak: Keberhasilan belajar dipengaruhi keaktifan siswa dengan dimotivasi guru. Sumber IPS dari kehidupan sosial dipelajari dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing, memiliki tahapan orientasi masalah, organisasi belajar, membimbing penyelidikan, presentasi hasil, dan evaluasi kegiatan. Tujuan penelitian untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui peningkatan kualitas belajar kelompok. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dua siklus. Subyek penelitian siswa kelas VIII A. Rata-rata peningkatan keaktifan belajar siklus I ke siklus II terhadap kerjasama 40 %, mengemukakan pendapat 27 %, menemukan informasi 42 %, serta mengomunikasikan laporan 30 %. Kata Kunci : Keaktifan Belajar, Pembelajaran Penemuan Terbimbing Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi keaktifan belajar siswa dengan dimotivasi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar. Rohani (2004) mengemukakan bahwa belajar yang berhasil musti melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik ialah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja. Ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat, atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. saat siswa aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya. Pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip ini siswa dilatih dan didorong untuk dapat belajar secara mandiri, Ibrahim dan Nur (2000). Dengan kata lain, belajar secara konstruktivis lebih menekankan belajar berpusat pada siswa sedangkan peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Konstruktivis adalah salah satu pilar dari Contextual Teaching and Learning, dimana siswa diharapkan membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal dan pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna. Pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai kesamaan dengan pembelajaran berdasarkan masalah dan inquiri yang juga penerapannya berdasarkan teori konstruktivis, maka penemuan terbimbing termasuk salah satu pembelajaran yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris”Inquiry” berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Model pembelajaran inkuiri/penemuan adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, Sanjaya (2006). 1355 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Metode pembelajaran penemuan terbimbing memiliki beberapa tahapan menurut Ibrahim dan Nur (2000). Tahapan metode pembelajaran penemuan terbimbing ialah; 1) orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru, 2) mengorganisasikan siswa dalam belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat, 3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, 4) menyajikan / mempresentasikan hasil kegiatan. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya, 5) mengevaluasi kegiatan. Guru membantu siswa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan. Metode pembelajaran penemuan terbimbing yang merupakan pembelajaran dengan bimbingan guru mempunyai beberapa keunggulan, yaitu 1) siswa dapat memperoleh jawaban dengan usahanya sendiri sehingga ingatan mereka lebih kukuh, 2) pengalaman penting yang diperoleh siswa adalah dalam bentuk motivasi, 3) minat siswa dalam tajuk atau bidang yang dipelajari akan bertambah, 4) strategi ini berperan pada domain kognitif tinggi seperti membuat analisis, sintesis, dan penlaian, 5) siswa memperoleh kemahiran serta sikap yang perlu untuk pengajaran sendiri. Pembelajaran IPS yang memadukan konsep-konsep dasar berbagai ilmu sosial yang bersumber dari kehidupan sosial telah dilaksanakan dalam kegiatan belajar siswa yang disusun melalui pendekatan nilai-nilai pendidikan dan psikologis dengan memperhatikan kelayakan kebermaknaan belajar. Sesuai dengan pengembangan kurikulum SMP Negeri 05 Batu jelas bahwa siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif dalam proses pembelajaran. Harapan pengembangan kurikulum tersebut siswa mampu memahami fenomena sosial dengan menyikapinya melalui berfikir kritis, namun faktanya tidak demikian. Hasil pengamatan kelas oleh guru pengampu mata pelajaran IPS adalah siswa belum optimal melaksanakan keaktifan belajarnya. Beberapa bukti awal siswa belum optimal melaksanakan keaktifan belajarnya adalah pada saat kegiatan diskusi kelompok ditemukan indikator rendahnya keaktifan kerjasama sebesar 39,13 %, rendahnya keaktifan mengemukakan pendapat sebesar 26,08 %, rendahnya keaktifan menemukan informasi sebesar 52,17 %, dan rendahnya keaktifan mengomunikasikan laporan kepada kelompok lain sebesar 30,43 %. Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa siswa terkait keaktifan belajar yang kurang pada saat proses pembelajaran IPS, ternyata penyebabnya adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang mendorong keaktifan belajar IPS dan siswa sulit menemukan konsep-konsep IPS secara mandiri dari suatu sumber belajar. Oleh karenanya tindakan yang sesuai untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS adalah dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang diyakini dapat berhasil karena didasarkan pada hasil penelitian terdahulu tentang metode pembelajaran penemuan terbimbing yang terbukti berhasil dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Febrianto (2014) bahwa metode ini dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, meningkatkan perhatian siswa, serta kreativitas belajar siswa. Hasil penelitian tentang metode diskusi terbimbing yang dilakukan Sulistiani (2010) bahwa metode ini dapat meningkatkan kompetensi berfikir kreatif siswa. Hasil penelitian Karim (2011) diketahui bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis siswa. METODE 1356 ISBN: 978-602-1150-17-7 Rancangan penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan model penelitian yang merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart dalam Arikunto (2007:16-19), yaitu menyusun perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kegiatan tersebut berlangsung dalam satu siklus dan dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya jika belum terjadi peningkatan yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian. Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan ? SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Kelas yang menjadi subyek penelitian adalah kelas VIII A dengan jumlah 23 siswa terdiri dari 11 laki-laki dan 12 perempuan. Data dikumpulkan dengan cara menggunakan lembar observasi oleh kolaborator yang melakukan observasi terhadap keaktifan belajar siswa dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang mencakup aspek penilaian kerjasama, berpendapat, menemukan informasi, dan komunikasi dalam diskusi kelompok kemudian dilakukan rekapitulasi terhadap hasil data proses pembelajaran. Adapun keaktifan belajar siswa dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1 Data Keberhasilan Tindakan Siklus I dan Siklus II No. Sebelum Tindakan Keaktifan Belajar Siswa 1 2 3 39,13 % 26,08 % 52,17 % 4 30,43 % Kerjasama Berpendapat Menemukan Informasi Komunikasi Setelah Tindakan Siklus I Siklus II 56,52 % 82,61 % 60,87 % 73,91 % 73,91 % 91,30 % 47,83 % 69,57 % Data keaktifan belajar siswa diperoleh dari hasil pengamatan oleh kolaborator yang menggunakan lembar observasi yang kemudian hasilnya dikumpulkan kedalam format rekapitulasi hasil data proses pembelajaran yang dianalisis dengan cara sebagai berikut: a) Keaktifan kerjasama dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus: 1357 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Jumlah skor siswa aktif bekerjasama X 100 % Jumlah siswa keseluruhan b) Keaktifan berpendapat dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus: Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 % Jumlah siswa keseluruhan c) Keaktifan menemukan informasi dalam diskusi kelompok dihitung dengan rumus: Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 % Jumlah siswa keseluruhan d) Keaktifan komunikasi dengan kelompok lain pada saat presentasi dihitung dengan rumus: Jumlah skor siswa aktif berpendapat X 100 % Jumlah siswa keseluruhan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siklus I telah berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran IPS. Adapun sintak metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat dijelaskan pada tahapan berikut ini: 1) siswa membentuk kelompok belajar, 2) siswa mengamati sumber belajar dari media masa, 3) siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi fenomena dari sumber belajar dengan bimbingan guru, 4) siswa melakukan penyelidikan terbatas dengan melakukan wawancara kepada narasumber dengan bimbingan guru, 5) siswa mencari solusi dan menentukan sikap terkait hasil diskusi dan hasil penyelidikan dengan bimbingan guru, 6) siswa menyajikan hasil kegiatan pembelajaran dalam bentuk laporan untuk dipresentasikan, dan 7) siswa melakukan evaluasi kegiatan dengan dikuatkan guru. Pada saat pembentukan kelompok kegiatan pembelajaran siklus I siswa membentuk sendiri kelompok belajarnya. Setelah dilakukan reffeksi maka kegiatan pembentukan kelompok pada siklus II dibantu dengan pengorganisasian oleh guru. Kegiatan proses pembelajaran secara keseluruhan dilakukan dengan dasar berpusat pada siswa karena kondisi dan karakteristik siswa sangat beragam dalam hal pengetahuannya tentang fenomena yang dipelajarinya. Guru dalam kapasitas sebagai fasilitator dalam mendampingi siswa belajar pada saat diskusi kelompok. Dalam hal tertentu dimana ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan belajar maka dengan segera guru membimbing dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan sampai siswa tersebut menemukan sendiri pengetahuan yang ingin diperolehnya. Pada siklus I hasil pengamatan oleh kolaborator terhadap keaktifan belajar siswa dalam belajar IPS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing telah mengalami peningkatan, ada temuan lapangan pada kegiatan diskusi kelompok, yaitu; 1) siswa saling menunggu informasi yang dibaca oleh salah satu anggota kelompok, 2) siswa belum optimal dalam bertanya, 3) siswa yang berpendapat belum optimal, 4) siswa belum optimal untuk memperoleh pengalaman belajar, dan 5) komunikasi antar kelompok belum berjalan optimal. Dari hasil siklus I menunjukkan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa utamanya proses kerjasama dalam diskusi kelompok sebesar 56,52 %, proses mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok sebesar 60,87 %, proses menemukan informasi dari sumber belajar dalam diskusi kelompok sebesar 73,91 %, dan proses mengomunikasikan laporan hasil belajar kepada kelompok lain sebesar 47,83 %. 1358 ISBN: 978-602-1150-17-7 Tabel 2.2 Data Keberhasilan Tindakan Siklus I No. 1 2 3 4 Sebelum Tindakan 39,13 % 26,08 % 52,17 % 30,43 % Keaktifan Belajar Siswa Kerjasama Berpendapat Menemukan Informasi Komunikasi Setelah Tindakan Siklus I 56,52 % 60,87 % 73,91 % 47,83 % Hasil pengamatan oleh observer, peranan guru selama mengelola pembelajaran menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran untuk persiapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, ketrampilan kooperatif, kegiatan penutup, pengelolaan waktu serta suasana kelas adalah baik. Namun demikian masih dijumpai dalam kegiatan pembelajaran didalam kelas ternyata guru masih sering terlihat; 1) pendekatan kepada kelompok belajar kurang optimal sehingga ada kelompok yang kurang terlayani dengan baik, 2) siswa dibiarkan mencari anggota kelompoknya sendiri, sehingga pembentukan kelompok tidak heterogen, 3) tidak konsisten dengan rencana yang telah diprogramkan dan terburu-buru. Dari hasil refleksi dan evaluasi tindakan pada siklus I, maka perlu dilakukan sedikit perubahan pada rencana tindakan pada siklus II, yaitu: 1) dibentuk kelompok belajar yang baru dengan melibatkan guru dalam menentukan anggota masing-masing kelompok agar menjadi kelompok yang heterogen, 2) optimalisasi bantuan yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan diskusi harus berupa pancingan agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri. 3) peranan guru sebagai fasilitator harus lebih intensif dalam membantu kegiatan belajar kelompok, 4) guru selalu memperhatikan alokasi waktu yang ada pada perencanaan, sehingga sesuai dengan waktu tindakan. 5) dalam kegiatan wawancara dengan nara sumber, hendaknya siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya dalam menggali informasi dengan pertanyaannya sendiri. Hasil pengamatan tindakan pada siklus II oleh kolaborator terhadap keaktifan belajar siswa dalam belajar IPS dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing, tampak ada peningkatan keaktifan belajar siswa dalam berdiskusi. Hal ini tampak dari; 1) tidak terjadi lagi siswa saling menunggu informasi, 2) siswa aktif bertanya, 3) banyak siswa yang berpendapat, 4) siswa aktif dalam menggali informasi dari sumber belajar, dan 5) siswa telah berkesempatan berkomunikasi dengan kelompok lain melalui presentasi kelompok. Dalam siklus II terjadi peningkatan pada proses kerjasama dalam diskusi kelompok sebesar 82,61 %, proses mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok sebesar 73,91 %, proses menemukan informasi dari sumber belajar dalam diskusi kelompok sebesar 91,30 %, dan proses mengomunikasikan laporan hasil belajar kepada kelompok lain sebesar 69,57 %. Tabel 2.3 Data Keberhasilan Tindakan Siklus II No. 1 2 3 4 Tindakan Siklus I 56,52 % 60,87 % 73,91 % 47,83 % Keaktifan Belajar Siswa Kerjasama Berpendapat Menemukan Informasi Komunikasi Tindakan Siklus II 82,61 % 73,91 % 91,30 % 69,57 % Peranan guru selama mengelola pembelajaran dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pembelajaran untuk persiapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, ketrampilan kooperatif, kegiatan penutup, pengelolaan waktu serta suasana kelas adalah baik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah sesuai dengan perencanaan. 1359 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Penelitian yang menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing sudah pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, diantaranya adalah: 1. Penelitian yang dilakukan Febrianto (2014) bahwa metode ini dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, meningkatkan perhatian siswa, serta kreativitas belajar siswa. 2. Hasil penelitian tentang metode diskusi terbimbing yang dilakukan Sulistiani (2010) bahwa metode ini dapat meningkatkan kompetensi berfikir kreatif siswa. 3. Hasil penelitian Karim (2011) diketahui bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berfikir kritis siswa. Teori yang sesuai mendukung penerapan metode penemuan terbimbing adalah teori perkembangan kognitif Vygotsky, yang mana teori tersebut membincangkan perkembangan kognitif akan lebih baik bila merujuk langsung pada konsep-konsep yang ditulis oleh para pakarnya. Karena mereka telah melakukan analisis lebih jauh. Analisis yang dilakukanpun telah diuji oleh banyak pihak. Teori perkembangan kognitif Vygotsky sering dijadikan salah satu bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya dengan para tokoh yang lain. Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat skunder. Artinya, pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Teori psikologi yang dikemukakan oleh Vygotsky lebih mengacu pada konstruktivisme. Karena ia lebih menekankan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Oleh karena itu ada 3 hal yang saling mendukung perkembangan kognitif seseorang, yaitu; 1) Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development). Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu; tataran sosial lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya, 2) Zone perkembangan proksimal (zone of proximal development). Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat, yaitu; tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa, 3) Mediasi. Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif. Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang mencakup: self planning, self monitoring, self checking dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedang media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). Dalam semua literatur yang mengupas tetang teori perkembangan kognitif Vygotsky kerap menakjubkan. Pesan Vygotsky yang 1360 ISBN: 978-602-1150-17-7 berbunyi; “untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi”. Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama, yaitu; 1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ideide tersebut dengan apa yang telah mereka ketahui, 2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual, 3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggarisbawahi peran penting pengetahuan awal dalam proses belajar. Kedua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Dan ketiga, mereka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses dalam sistem memori otak. Tingkat pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding oleh Vygotsky, menurutnya scaffolding ini yang berarti memberikan kepada seorang individu sejumlah bantuan besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upaya memecahkan permasalahan, yaitu; 1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, 2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, 3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding berarti upaya guru untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum. Konstruktivis Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks sosial budaya. Proses penyesuaian itu ekuivalen dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosio kultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Karena menurutnya, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam kontek budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development mereka. Zone of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Berdasarkan teori Vygotsky di atas, maka diperoleh keuntungan jika: a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. 1361 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat perkembangan aktualnya. c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya. d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat digunakan untuk melakukan tugastugas dan memecahkan masalah. e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan konstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersamasama antar semua pihak yang terlibat didalamnya. Kesesuaian penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam penelitian ini dengan teori Vygotsky adalah teori Vigotsky mengatakan bahwa hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang mana siswa dalam belajar membutuhkan bimbingan untuk menemukan pengetahuan baru yang disesuaikan dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. KESIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam belajar IPS. Data dari siklus I meningkat pada siklus II tentang keaktifan siswa bekerjasama dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 26,09 %, keaktifan siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 13,04 %, keaktifan siswa menemukan informasi dalam diskusi kelompok meningkat sebesar 17,39 %, dan keaktifan siswa mengomunikasikan laporan pengalaman belajar kepada kelompok lain meningkat sebesar 21,74% DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Bell, H. Frederick. 1978. Tujuan Spesifik Pembelajaran dengan Penemuan. Teaching and Learning Mathematics: in Secondary School. Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Karim, Asrul. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Kecamatan Kuta Blang, PGSD FKIP Universitas Almuslim. Karya, Ibrahim M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press. Markaban, 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan. Ormorod, 1995. Psikologi dan Pendidikan: Illeris, 2000. Pebriyanto, Catur Galih. 2014. Peningkatan Kreatifitas Belajar dalam Mata Pelajaran IPS melalui Penerapan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas V SD Negeri Bulakan 02 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2013/2014. Rieszcha, K. 2012. Teori Pembelajaran Vygotsky. (online) (https://penembushayal an. wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/), diakses 18 April 2013. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Silberman, Melvin. L. 1996. Active Learning 101 Strategies to Teach any Subject. 1362 ISBN: 978-602-1150-17-7 Sulistiani, Asih. 2010. Aplikasi Metode Diskusi Terbimbing Dalam Meningkatkan Kompetensi Berfikir Kreatif pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SDN I Kenteng Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Tim pengembang sekolah, 2015. kurikulum SMP Negeri 05 Batu 2015-2016. Batu: TP. Tim Penyusun Kamus, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan. Rawamangun – Jakarta: Kencana Perdana Media Group. 1363 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur PENERAPAN METODE KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI MTS HASYIM ASY’ARI KOTA BATU Khoirul Anwar Madrasah Tsanawiyah Hasyim Asy’ari Kota Batu [email protected] Abstrak: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Perkembangan masyarakat pada masa kolonial dengan menerapkan metode STAD. Penelitianinimenggunakanrancangan penelitian tindakan kelas dengan duasiklus. Masing-masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, danrefleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode STAD dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam materi Perkembangan masyarakat pada masa kolonial kelas 7-A mata pelajaran IPS MTs Hasyim asyari Batu. Rata-rata nilai siswa yang berada dibawah KKM berkurang dari 76% menjadi 32 sedangkan nilai siswa yang berada diatas KKM meningkat dari 34 menjadi 66.Dengan dekripsi sebagai berikut, siswa yang mendapatkan nilai (40-60) dari 18% menjadi 0%, siswa yang memperoleh nilai (61-74) dari 58% menurun dari58% menjadi 24%. Kata kunci : STAD dan Hasil Belajar Siswa Proses belajar adalah suatu upaya untuk mengubah tingkah laku peserta didik. Perubahan tingkah laku siswa bergantung terhadap adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Menurut seorang ahli pendidikaan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perubahan tingkal laku siswa (Gagne dalam Enoh, 1987:1). Yang pertama faktor dari dalam, yaitu merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Yang kedua adalah faktor dari luar. Faktor dari luar ialah lingkungan siswa yang dapat merangsang, menunjang dan memperlancar proses belajar. Dengan demikian mengajar berarti mengatur lingkungan siswa supaya ada interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga proses belajar terjadi. Pendekatan kontekstual ( Contextual Teaching and Learning) dikenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang tepat di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang selanjutnya disebut IPS. Karena pendekatan CTL membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka (Depdiknas, 2002:1). Karena itu lingkungan tersebut perlu diatur begitu rupa sehingga siswa hanya akan bereaksi terhadap perangsang yang diperlukan saja. Pengaturan lingkungan tersebut perlu dilakukan secara sistematik yang meliputi langkah-langkah pengidentifikasian kebutuhan siswa belajar, analisis situasi siswa, perumusan tujuan atau indikator pencapaian hasil belajar (KBK, 2004), penentuan materi pembelajaran, menentukan skenario pembelajaran, serta memilih media pembelajaran yang tepat. Berdasarkan hasil ujian semester II KD. Memahami kehidupan sosial manusia para siswa kelas VII A , hasil belajarnya cenderung belum menampakkan hasil yang maksimal. Dari 38 orang siswa, yang memperoleh nilai 75 keatas 34%, yang memperoleh nilai 61-74 hanya 58 1364 ISBN: 978-602-1150-17-7 %, yang memperoleh nilai dibawah 60 mencacapai 8%, . Padahal ketuntasan Belajar Minimum di MTs Hasyim Asyari Batu untuk Mapel IPS adalah 75. Berdasarkan arsip guru mata pelajaran IPS MTs Hasyi Asyari Kota Batu, nilai rata rata peserta didik pada Ujian Tengah Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester Nilai >75 Jumlah Siswa 20 Presentase 51, 61% Keterangan Nilai tertinggi: 92 <75 18 48, 38% Nilai terendah: 60 Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar, dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang lain, karena selama ini pembelajaran dilakukan dengan ceramah bervariasi dan diskusi kelompok biasa dengan jumlah maksimum 5 orang tiap kelompok. Pelaksanaan selama ini tidak memperhatikan perimbangan jenis kelamin dan urutan berdasarkan kinerja akademik. Setiap akhir tatap muka tidak pernah diberikan tes. Rencana pembelajaran semester genap tahun akademik 2015/2016, peneliti mencoba untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam STAD Slavin (1994) dalam Moh. Nur (2004: 26) menempatkan siswa dalam tim belajar beranggotakan lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja di dalam tim mereka. Akhirnya, seluruh siswa dikenai tes tulis tentang materi itu, pada waktu tes tulis mereka tidak dapat saling membantu. Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor pada waktu sebelumnya (pre test). Masalah yang tercakup dalam judul PTK ini cukup luas. Untuk itu permasalahan PTK ini dibatasi seperti berikut ini. 1. Identifikasi hasil tes tulis awal sebelum diterapkannya metode pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 3. Aktivitas anggota tim/dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang : 1. Hasil tes tulis awal sebelum menerapkan metode pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 2. Peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 3. Aktivitas anggota tim/kelompok ketika belajar dengan pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 4. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Kooperatif STAD dengan menggunakan buku ajar dan lembar kerja siswa (LKS). 1365 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur TINJAUAN PUSTAKA A. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Konsep Mata Pelajaran IPS Menurut Mohammad Nuh (2013 : iii) Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai satu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang SD/MI, semua mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka pada jenjang SMP/MTs pelajaran sudah dipisah-pisah menjadi mata pelajaran. Selanjutnya sebagai transisi pemisahan ini belum bisa dilakukan sepenuhnya, dan masih disajikan dalam Ilmu Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. 2. Standar Kompetensi yang harus Dikuasai Siswa SMP/M.Ts Seperti yang tercantum Kurikulum Tahun 2016, Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS yang harus dikuasai oleh siswa SMP/M.Ts adalah sebagai berikut. a. Kelas VII Semester I 1) Memahami lingkungan kehidupan manusia. 2) Memahami kehidupan sosial manusia. 3) Memahami usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan. b. Kelas VII Semester 2 4) Memahami manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya. 5) Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu Budha sampai masa kolonial Belanda. 6) Memahami Kegiatan Masyarakat. 3. Kompetensi Dasar Standar Kompetensi yang penulis pilih adalah memahami kehidupan sosial manusia, sedangkan kompetensi dasar dari KD tersebut adalah : a. Mendeskripsikan perubahan politik. b. Mengidentifikasi perubahan sosial dan ekonomi. c. Menguraikan proses Bangsa Eropa ke Asia Barat kaitanya mencari jalan langsung ke Indonesia. 4. Indikator a. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan politik b. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan ekonomi. c. Siswa dapat mendeskripsikan pengertian perubahan sosial. d. Siswa dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi Eropa mencari jalan ke Indonesia 5. Pembelajaran Kooperatif STAD Mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Terjadinya perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada dua faktor (Gagne dalam Enoh, 1987:1). Faktor dari dalam merupakan dimensi siap tidaknya siswa menerima perubahan tingkah laku tersebut. Bila siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan awal yang sudah cukup ia akan dapat meningkatkan 1366 ISBN: 978-602-1150-17-7 pengetahuan atau keterampilannya dengan bantuan lingkungannya. Faktor dari luar ialah lingkungan siswa yang dapat merangsang, menunjang dan memperlancar proses belajar. Dengan demikian di dalam proses pembelajaran selalu diperlukan suatu media, agar tujuan yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa indera. Dalam hubungan dengan media pembelajaran, maka Gagne (1975:5) mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran. Berpedoman pada pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa/warga belajar dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Pembelajaran kooperatif dengan STAD, pada hekekatnya menggunakan prinsip-prinsip teori dari Gagne STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa yaitu, Mengajar - Belajar dalam tim dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa. – Tes – Penghargaan tim ( Moh. Nur,2004:32), langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari lima anggota, dengan berimbang menurut jenis kelamin dan berdasarkan kinerja akademik (nilai yang lalu). b. Membuat lembar kerja dalam pelajaran yang direncanakan c. Mengatur meja-kursi untuk bekerja dalam tim/kelompok d. Membagikan materi dan lembar kerja untuk setiap tim e. Beri penekanan kepada siswa, mereka tidak boleh mengakiri kegiatan belajar, sebelum anggota tim mereka dapat menjawab 100% sesuai waktu yang ditentukan f. Berikan kunci jawaban lembar kerja untuk mengecek pekerjaan mereka dan temantemannya. g. Beri kesempatan siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka, tidak sekedar mencocokkan jawaban dengan lembar kunci jawaban h. Kembali kepada klasikal, bagikan tes tulis , bila sudah tiba waktunya dan berikan waktu yang cukup untuk mengejakan secara individual i. Buatlah skor individual dan skor tim, didasarkan pada peningkatan skor dibanding yang lalu. 6. Buku Ajar Buku ajar adalah media pembelajaran yang ditulis oleh guru dan dipakai dalam pembelajaran sebagai salah suatu rujukan guna memperlancar pemberian materi pembelajaran secara efektif dan efisien, dan membantu keterbatasan siswa dalam menghadapi kesulitan memperoleh literatur. 7. Lembar Kegiatan Siswa Lembar Kegiatan Siswa, memuat tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok (Wardani, 1981:3), Di dalam LKS terdapat petunjuk untuk mengerjakan tugas, rujukan buku yang harus dibaca, dan petunjuk kriteria keberhasilan siswa yang dinyatakan dengan skor sebagai berikut. Amat baik skornya 80 – 100 Baik skornya 66 - 79 Sedang skornya 56 - 65 Kurang skornya kurang dari 56 1367 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur METODE PENELITIAN Prosedur penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK), yang dirancang dengan tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan skenario pembelajaran yang akan dicapai, setiap siklus satu kali tatap muka. Pada setiap akhir siklus dilakukan tes formatif. Pre tes untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dilaksanakan pada siklus pertama yang dilanjutkan dengan pembelajaran. Hasil tes awal akan dibandingkan dengan tes formatif pada setiap akhir siklus yang didasarkan pada evaluasidan refleksi, untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam siklus sebelumnya. Adapun siklus dalam PTK adalah sebagai berikut: Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu Kelas VII A jumlahnya 38 orang. Sumber data yang lain adalah dari tim peneliti hasil observasi dalam kegiatan. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif berupa hasil tes dari setiap siklus, dan data kualitatif diperoleh dari refleksi berdasarkan hasil observasi tim terhadap pelaksanaan pembelajaran, kelemahan LKS, dan angket tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan STAD, serta jurnal .Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester genap tahun akademik 2015-2016, lokasi di MTs Hasyi Asy’ari Kota Batu. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Siklus I a). Tahap perencanaan meliputi: 1. Menyusun skenario pembelajaran. 2. Menyiapkan buku ajar 3. Menyiapkan alat alat peraga 4. Menyusun lembar kerja untuk kegiatan tim/kelompok 5. Menyusun pre test/ post test 6. Menyiapkan lembar observasi b). Pelaksanaan Tindakan 1. Menyusun skenario pembelajaran 2. Memberikan tes awal untuk mengetahui pengetahuan awal dari siswa 3. Memberikan orientasi materi yang ada pada buku ajarl tentang KD. Potensi dan Sebaran Sumber Daya Alam di Indonesia. 4. Membagikan lembar kerja untuk kegiatan kelompok 5. Melaksanakan diskusi kelompok berdasarkan STAD 6. Mencocokan hasil diskusi kelompok 1368 ISBN: 978-602-1150-17-7 7. Melaksanakan tes individual berupa tes essei d) Obsevasi/Evaluasi Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi aktivitas siswa dan dilakukan oleh teman sejawat. Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-1 Rentang Nilai 52 – 60 61 – 74 75 – 92 Frekuensi 7 siswa 21 siswa 10 siswa Presentase 18 % 58 % 24 % Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan model STAD yang dilaksanakan pada kelas 7 a MTs hasyim Asyari Kota Batu. e). Melakukan refleksi Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil pretest/post test. Kelemahan didalam pelaksanaan PTK, di identifikasi dan dicatat sebagai bahan perencanaan pada siklus II. 2) Siklus II a). Tahap perencanaan meliputi: 1. Menyusun skenario pembelajaran 2. Menyiapkan materi pelajaran perubahan politik, ekonomi dan sosial di Eropa dlm mencari jalan ke Indonesia. 3. Menyiapkan alat media dan peraga. 4. Menyusun lembar kerja untuk kegiatan dalam tim/kelompok 5. Menyusun post test. 6. Menyiapkan lembar observasi b). Pelaksanaan Tindakan. 1. Memberikan orientasi materi dalam buku ajar 2. Membagikan lembar kerja untuk kegiatan diskusi kelompok 3. Melaksanakan kegiatan diskusi kelopok 4. Mencocokan hasil diskusi kelompok 5. Melaksanakan tes individual berupa tes essei d) Obsevasi/Evaluasi Pada tahap ini dilakukan observasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat, untuk mengobservasi aktivitas siswa dan pelaksanaan diskusi yang dilakukan oleh teman sejawat Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus-2 Rentang Nilai 52 – 60 61 – 74 75 – 92 Frekuensi 0 siswa 8 siswa 30 siswa Presentase 0% 24 % 76 % e). Melakukan refleksi Kegiatan ini menganalisis hasil observasi dan hasil. pretest/post test. Kelemahan didalam pelaksanaan PTK, di identifikasi 1369 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur dan dicatat sebagai bahan perencanaan berikutnya. 2. Tingkat Keberhasilan Berdasarkan deskripsi dari dua siklus yang dilaksanakan, maka indikator keberhasilan siswa dianggap berhasil bilamana pada akhir siklus II, 75% dari jumlah siswa telah menguasai sekurang-kurangnya 75% kompetensi yang telah ditetapkan .Sedangkan siswa dianggap aktif bilamana dalam pembelajaran ini telah memberikan respon, bertanya, memberikan pendapat, mewakili kelompoknya sekurang-kurangnya 3 kali. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa model STAD dapat meningkatkan hasil pemanfaatan SDA siswa kelas VII mata pelajaran IPS di MTs Hasyi Asyari Kota Batu Dengan rata2 nilai siklus 1 dan siklus 2 dari hasil tes siswa yang dilakukan mengalami kenaikan. DAFTAR RUJUKAN Ditjen Dikdasmen, 2003, Sumber Belajar geografi, Modul : Geo C 05, Jakarta: Dit PLP, Depdiknas. Ditjen Dikdasmen, 2003, Media Pembelajaran Geografi, Modul : Geo C 04, Jakarta: Dit PLP, Depdiknas. Ditjen Dikdasmen, 2003, Kurikulum 2004, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Mata Pelajaran Geografi, Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. Ditjen Dikdasmen, Direktorat PLP, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta. Depdiknas. Gagne, R.M., 1975, Essentials of Learning for Instruction. New York. Hart Renerhart and Winston. Mochamad Enoh, 1987, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya. FPIPS IKIP Surabaya. Mochamad Enoh. 1994. Pengantar Geografi Regional. Surabaya. University Press IKIP Surabaya. Mohammad Nuh, 2013, Pengantar Mata Pelajaran IPS Kelas VII, Jakarta. Kementerian pendidikan dan Kebudayaan RI. Mohamad Nur.2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Edisi -4 Universitas Negeri Surabaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Surabaya. 1370 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 8 I DI SMP NEGERI 3 BATU Dwi Sunarti,Soekirno SMP Negeri 3 Batu dwisunarti [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas 8I dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, pada Sub Tema Pengelolaan Sumber Daya Alam. Rancangan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, pada pra siklus nilai rata-rata siswa 77,74. Siklus pertama dengan sub-sub tema PrinsipPrinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata siswa 84,32. Pengusaan materi siswa masih rendah, untuk itu perlu ada perbaikan pada siklus kedua dengan sub-sub tema Peran Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan hasil nilai rata-rata siswa 91,18. Kata Kunci : Jigsaw, Hasil Belajar Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadi an, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Silberman, 2001) Belajar merupakan proses perubahan perilaku individu yang bersifat menetap dan merupakan hasil pengalaman serta interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran merupakan,proses interaksi tranformasi timbal balik antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, pada lingkungan belajar tertentu untuk sasaran tertentu. (Syaodih, 2008) Untuk mencapai tujuan tersebut, maka belajar harus efektif, menyenangkan dan bermakna. Karena itu perlu dikembangkan pendekatan- model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan, untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Selain itu diperlukan strategi atau pendekatan serta model pembelajaran yang efektif di kelas untuk memberdayakan potensi siswa. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan hasil belajar tentang ―Prinsip-prisip pengelolaan Sumber Daya Alam belum optimal‖. Hal itu terlihat dari hasil tes penilaian proses dan penilaian pengetahuan, masih ada 6 siswa dari 31 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM, rendahnya hasil pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor keberadaan siswa. Salah satu faktor penyebab utamanya metode pembelajaran yang selama ini model pembelajaran yang kurang sesuai serta pembelajaran pada dua jam terakhir. Sehingga pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan hasil perstasi belajar secara maksimal sulit untuk dicapai. Oleh karena itu perlu tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang efektif, kreatif, inofatif agar hasil prestasi siswa lebih meningkat. Sebagai tindak lanjut dalam pelaksanaan penelitian menggunakan metode Jigsaw. Learning is active. It invoves reaching out of the mind. It involves organic assimilationstarting from within. Literally,we must take our stand with the chlid and our departure from him.It is he and not the subject-matter which determines both quality an quantity of learning. (John Dewey dalam Richardson, 1997) 1371 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Belajar itu aktif, dapat menjangkau pikiran, melibatkan asimilasi organik yang dimulai dari dalam. Kita mengambil posisi untuk berada pada pihak anak dan juga berangkat darinya. Yang perlu dipelajari itu adalah anak, bukan mata pelajaran yang menentukan kwalitas dan kwantitas belajar. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa John Dewey telah meletakkan anak pada posisi yang sangat penting, oleh karena itu belajar harus terpusat pada peserta didik. Untuk itu tindakan yang dilakukan dalam penelitian terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan yaitu, dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dan lebih tertarik untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selama proses pembelajaran berlangsung berasal dari konsep yang mereka alami sendiri, bukan hafalan dari buku atau yang mereka ketahui dari guru, mempermudah memahami materi, mengembangkan kemampuan berfikir kritis kreatif, meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Bagi Guru dan peneliti , merupakan evaluasi agar memilih model pembelajaran yang tepat serta dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kendala dalam pembelajaran, Selain itu diharapkan pula bermanfaat bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kemampuan berfikir kritis kreatif, meningkatkan motifasi dan partisipasi warga sekolah. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action researh) yang mencakup empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Dua pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Kegiatan perencanaan dilakukan dengan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan pembelajaran, menyiapkan tes. Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dengan praktik pembelajaran di kelas dengan diobservasi dan direkam. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan ? SIKLUS II Pengamatan 1372 Pelaksanaan ISBN: 978-602-1150-17-7 Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas 8I dengan jumlah siswa sebanyak 31 (tiga puluh satu) siswa tahun pelajaran 2015-2016 semester genap. Kegiatan observasi, dilakukan secara berkelompok yang heterogen dengan lima anggota masing-masing kelompok dengan permasalahan yang berbeda pada kelompok asli. Masingmasing kelompok asli terdiri dari lima kelompok ahli, kelompok ahli dari masing-masing kelompok mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan (enam kelompok), kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut, setelah memahami materi kelompok ahli kembali ke kelompok asal kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya, tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberi tes individu pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan, Siswa mengerjakan tes individu. Penelitian ini dilakukan di kelas 8I SMP Negeri 3 kota Batu yang berjumlah tiga puluh satu orang . Waktu pelaksanaan pada bulan FebruariApril 2016 dengan materi ―Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam‖. HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Perencanaan dalam penelitian pada Pra siklus tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam berlangsung peneliti menggunakan metode ceramah bervareasi hasil yang diperoleh dari pembelajaran pra siklus untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8I kurang memuaskan karena pembelajaran didominasi oleh guru sehingga keaktifan siswa, antusias siswa tidak nampak, untuk itu perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan dengan rincian dua kali pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes. Paparan hasil penelitian : (1) penjelasan materi, (2) diskusi kelompok asal, (3) diskusi kelompok ahli, (4) diskusi kelompok asal, (5) presentasi. Siklus I Penjelasan materi dilakukan oleh guru dengan membagikan gambar dan mengajak siswa berdialog. G : ― Bagilah kelompok dengan lima orang siswa , jangan lupa ada laki-laki ada perempuan‖ ( sebagai kelompok asal ) S :― Siiiiiap Bu ― G : ― Baiklah anak-anak, Ibu minta tolong masing-masing kelompok mengambil gambar ,Lembar Kerja dan materi pembelajaran untuk diamati―. S : ― Baik Bu ― G : ―OK .... anak-anak bentuklah kelompok ahli dari masing-masing kelompok dengan tugas yang dibebankan oleh kelompok asal‖. S : ― Siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok ahli masing-masing. Ahli 1, (gambar hutan yang gundul). Ahli 2, (gambar sawah dengan mesin pembajak sawah yg modern) Ahli 3, (gambar masyarakat melaksanakan reboisasi). Ahli 4, (gambar kilang minyak di lepas pantai). Ahli 5, (gambar rumah didaerah pegunungan) G : ― Bagaimana anak-anak sudah selasai ? ― S : ― Sudah Bu..... ― G : ― Yaa.... kembalilah ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi kelompok ahli untuk disusun menjadi sebuah laporan‖. S : ― Siiap Bu... ― 1373 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur G : ― Anak-anak waktunya menyusun laporan sudah selesai, hasil laporan atau karya kalian dikunjungkan ke kelompok secara melingkar searah jarum jam. S : ― Sudah Bu... ― G : ― Bagaimana anak-anak apa sudah mengerti tentang Pengelolaan sumberdaya alam ― Baiklah anak-anak ― Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola oleh Negara untuk kemakmuran rakyat dengan prinsip-prinsip yang Optimal dan Lestari ―. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar, dan materi pembelajaran, penilaian Sikap dilakukan melalui kerjasama, kepedulian dan tanggung jawab pada saat mengerjakan Lembar Kerja, penilaian ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes esay. Tabel 1 . Nilai pra siklus No 1 2 3 4 5 6 7 Rentang Nilai 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99 Frekwensi 3 6 8 2 1 7 4 % 10 20 26 6 3 22 13 Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 75-89 sebanyak 26 % atau 22 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 30% atau 9 siswa. Jika menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 70 % sedangkan yang belum tuntas 30 %, (nilai rata-rata pra siklus 77,74). Tabel 2. Nilai hasil siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 Rentang Nilai 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-99 Frekwensi 3 3 2 4 8 7 4 % 10 10 6 13 26 23 13 Tabel 2 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 85-89 sebanyak 26 % atau 8 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 65-69 sebanyak 10% atau 6 siswa. Jika menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 80 % sedangkan yang belum tuntas 20 %, (nilai rata-rata 84,32). Refleksi Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, terdapat beberapa kendala antara lain: rendahnya hasil pembelajaran yang disebabkan oleh beberapa faktor keberadaan siswa. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah metode pembelajaran yang selama ini model pembelajaran yang kurang sesuai serta pembelajaran pada dua jam terakhir. Langkah selanjutnya untuk mengatasi masalah tersebut diatas peneliti berusaha melaksanakan pembelajaran dalam upaya meningkatkan motifasi dan partisipasi siswa dengan penekanan pada pembelajaran Peran Kelembagaan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam melalui Kooperatif Jigsaw. 1374 ISBN: 978-602-1150-17-7 Diskripsi Pembelajaran siklus 2 Pada siklus kedua langkah-langkah pembelajaran sama dengan siklus I yang diperbaiki berdasarkan hasil refleksi. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut : Langkah-langkah permainan : “Misteri Warna- Warni” G : “Menyiapkan kertas karton putih satu lembar, Menyiapkan guntingan kertas warna merah,kuning,hijau,unggu,putih dan pink yang jumlahnya sama banyak (6 perwakilan masing-masing kelompok). “Anak- anak silahkan 6 anak mengambil semua warna dengan meng gunakan dua jari. Durasi 5 menit S : “Siswa menghitung kertas warna yang diambil sesuai dengan warnanya Pertanyaan : mengapa warna putih paling sedikit diambil ? Karena warna dasar pada lingkungan asli adalah putih, yaitu karton sehingga potongan kertas warna putih tidak mudah dilihat. G : ― Bagilah kelompok dengan 5 orang siswa , jangan lupa ada laki-laki ada perempuan‖ (sebagai kelompok asal) S : ― Siiiiiap Bu ― G : ― Baiklah anak-anak, Ibu minta tolong masing-masing kelompok mengambil.gambar ,Lembar Kerja dan materi pembelajaran untuk diamati―. S : ― Baik Bu ― G : ― OK .... anak-anak bentuklah kelompok ahli dari masing-masing kelompok dengan tugas yang dibebankan oleh kelompok asal‖. S : ― Siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok ahli masing-masing. Ahli 1, (gambar Kilang gas Bumi). Ahli 2, (gambar Perusahaan Perkebunan Nasional) Ahli 3, (gambar Penebangan hutan liar di Indonesia). Ahli 4, (gambar suasana rapat di gedung DPR). Ahli 5, (gambar salah satu NGO Pemerhati Lingkungan) G : ― Bagaimana anak-anak sudah selasai ? ― S : ― Sudah Bu..... ― G : ― Yaa.... kembalilah ke kelompok asal dengan membawa hasil diskusi kelompok ahli untuk disusun menjadi sebuah laporan‖. S : ― Siiap Bu... ― G : ― Anak-anak waktunya menyusun laporan sudah selesai, hasil laporan atau karya kalian dipersentasikan masing-masing kelompok didepan kelas. S : ― Baik Bu... ― G : ― Silahkan dimulai dari kelompok 1 dengan waktu 10’ menit dilanjut kelom Pok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6. S : ― Kami laksanakan Bu ― G : ― Bagaimana anak-anak apa sudah mengerti tentang Peran Pengelolaan sumber daya alam ―. Baiklah anak-anak, Pengelolaan sumber daya alam harus dikelola oleh Negara untuk kemakmuran rakyat, serta peran kelembagaan dalam pengelolaan sesuai prinsip-prinsip yang Optimal dan lestari ―. Penilaian proses dilakukan melalui pengamatan gambar, dan materi pembelajaran , penilaian Sikap dilakukan melalui kerjasama, kepedulian dan tanggung jawab pada saat mengerjakan Lembar Kerja, penilaian ketrampilan dilakukan melalui diskusi. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes esay. 1375 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Tabel 3. Nilai hasil siklus 2 No 1 2 3 4 5 Rentang Nilai 70-74 80-84 85-89 90-94 95-99 Frekwensi 1 8 1 14 7 % 3 26 3 45 23 Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 90-94 sebanyak 45 % atau 14 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 70-74 sebanyak 3% atau satu siswa. Jika menggunakan KKM 75 , maka siswa yang tuntas 97 % sedangkan yang belum tuntas 3 %, (nilai rata-rata 91,18). 95 90 Pra Siklus 85 Siklus I 80 Siklus II 75 70 Pada grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa pada pra siklus nilai rata-rata siswa 77,74 yang tuntas 70% atau 22 (dua puluh dua) siswa, sedang yang belum tuntas 30% atau 9 (sembilan) siswa, Pada siklus kesatu yang dilakukan pada bulan Februari 2016 minggu ke 3 (tiga) di kelas 8I dengan jumlah siswa 31 (tiga puluh) nilai rata-rata siswa 84,32 yang tuntas 80% atau 25 (dua puluh lima) siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas 20% atau 6 (enam) siswa. Hasil tersebut menunjukkan pada siklus kesatu secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperolah nilai dibawah KKM masih 20%. Hal ini disebabkan kare na siswa masih malu mengemukakan pendapat baru dan belum bisa menerapkan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw secara tepat sehingga waktunya kurang. Setelah diadakan refleksi dan revisi kemudian dilakukan siklus kedua menunjuk kan hasil nilai rata-rata siswa 91,18 yang tuntas 97 % atau 30 (tiga puluh) siswa yang tuntas sedang siswa yang belum tuntas 3% atau satu siswa. Maka secara klasikal ketuntasan belajar pada siklus kedua termasuk katego ri tuntas, pada siklus kedua ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus perta ma. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus kedua sebesar 17 (tujuh belas) % yaitu dari 80% menjadi 97% siswa yang tuntas atau peningkatan nilai rata-rata dari 84,32 menjadi 91,18 (kenaikan nilai rata-rata 6,86) ini dipengaruhi oleh ada nya peningkatan kemampuan guru dalam menerap kan metode pembelajaran koopertif Jigsaw membuat siswa menjadi pemberani dan lebih percaya diri lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa pembelajaran Kooperatif Jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis juga 1376 ISBN: 978-602-1150-17-7 diperoleh generalisasi bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sub Tema C. Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan sub-sub tema Peran Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam metode pembelajaran kooperatif Jigsaw yang paling dominan adalah bekerja sama dalam berdiskusi antar siswa atau siswa dengan guru, siswa menjadi aktif, siswa menjadi pemberani. Respon yang cukup dari siswa walaupun masih perlu perbaik an demi keefektifan suatu model tersebut. Untuk mengetahui lebih spesifik mengenai pemberlakuan model Jigsaw berikut ini diuraikan skenario penggunaan dalam pembelajaran sebagai berikut : 1. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok yang bersifat heterogin (masing masing kelompok 5 orang). 2. Membagikan tugas sebagai bahan pengamatan ke dalam kelompok, (Lembar Kerja , materi pembelajaran dan gambar). 3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli dengan permasalahan berbeda yang akan dijadikan bahan pengamatan ke dalam kelompok, yaitu : Ahli 1, (gambar Kilang gas bumi). Ahli 2, (gambar Perusahaan perkebunan Nasional) Ahli 3, (gambar Penebangan hutan liar di Indonesia). Ahli 4, (gambar suasana rapat di DPR). Ahli 5, (gambar salah satu NGO Pemerhati Lingkungan) 4. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli sesuai keahlian masing-masing. 5. Setelah diskusi dengan kelompok ahli maka siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan secara bergiliran materi yang dikuasainya kepada teman-teman di kelompok asal, menuliskan hasil diskusi dalam bentuk laporan. 6. Karya masing-masing kelompok dipersentasikan didepan kelas mulai dari kelom pok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6. kelompok lain menanggapi hasil kelompok yang tampil didepan kelas. Berdasarkan praktek model pembelajaran Jigsaw maka ada beberapa kunci atau prinsip metode Jigsaw antara Lain: a. Interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikaninformasi yang diperlukan. Artinya ―Para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi serta memecahkan masalah yang diberikan. b. Peran guru adalah menfasilitasi dan memotifasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Dari beberapa kunci atau prinsip metode Jigsaw maka hasil belajar siswa kelas 8 (delapan) I dapat meningkat. Sehingga pada penilaian akhir para siswa mendapat nilai diatas KKM. Kendala belajar yang sering dialami siswa dalam metode pembelajaran Jigsaw antara lain : a. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ―peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain. b. Siswa yang kurang percaya diri sulit untuk menyampaikan hasil diskusi kepada temannya. c. Siswa yang aktif akan mendominasi diskusi dan cenderung bosan. Kelebihan model pembelajaran model Jigsaw antara lain: a. Mempermudah guru dalam mengajar karena sudah ada kelompok ahli. b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu singkat. c. Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. 1377 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Kelebihan model pembelajaran model jigsaw ini sesuai dengan teori Vygotsky antara lain: a. Teori sosiogenesis: primer (kesadaran sosial)–skunder (individu) b. Tataran pertumbuhan kemampuan: sosial (interpsikologis, intermental)– spikologis (intrapsikologis, intramental) c. Pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif: faktor primer intermental, faktor skunder (diturunkan/derivatif) intramental terbentuk melalui internalisasi/penguasaan proses sosial d. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna, internalisasi/ pengendapan, pemaknaan/konstruksi pengetahuan baru, transformatif (menyebabkan perubahan, tidak sekedar transfer) e. Tingkat perkembangan kemampuan: aktual (mandiri) dan potensial (dibimbing, kolaborasi sebaya) –jarak: zona perkembangan proksimal) f. Perlunya contoh, demontrasi, prakteks dari orang yang lebih dewasa g. Proses konstruksi: konstruksi bersama, dengan bantuan yang diistilahkan dengan scaffolding (contoh petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur, balikan) h. Melandasi pembelajaran: kolaboratif/kooperative, pbl, kontekstual, autentik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya peneliti dapat menyimpul kan bahwa penerapan model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8I pada Sub Tema Pengelolaan Sumber Daya Alam, rata-rata nilai pra siklus 77,74 atau ketuntasan belajar mencapai 70%, pada siklus satu dengan Sub-sub Tema Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam nilai rata-rata sebesar 84,32 atau 80% ketuntasan belajar siswa menjadi 91,18 atau 97 % ketuntasan belajar siswa pada siklus kedua. Ketercapian dari pra siklus ke siklus satu meningkat (6,58) atau 10% ketuntasan belajar siswa dari siklus satu ke siklus dua meningkat (6,86) atau 17 % ketuntasan belajar siswa. Dalam proses pembelajaran tersebut ada sedikit hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan memanfa atkan dukungan yang ada perbaikan rencana pembelajaran setelah diadakan refleksi. DAFTAR RUJUKAN Al Muchtar, S. (1995). Arah peningkatan mutu pendidikan Sosiologi di sekolah dasar (Makalah). Bandung: Laboratorium PSosiologi SD FPSosiologi IKIP Bandung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum pendidikan dasar. Jakarta. Djihad.M.KPd (2014) Mudahnya melaksanakan PTK Hadisubroto, T. & Herawati, I.S, (1998). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka. Hamdayama Jumanta, SPd.,M Si (2015) Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Jakarta Kniep, M., Fiege, D.M., & Soodoak, L.C (1995). Curriculum Integration: An Expanded View of a Abused Idea. Journal of Curriculum and Supervision 10 (3) 227-249. Ningrum, E. (2002). Materi dan pembelajaran Sosiologi SD (Modul 9). Jakarta Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Yaumi Muhammad, Dr . M Hum, MA Prisip-prinsip DESAIN PEMBELAJARAN Sutirjo, M.Pd (2004) Penulisan karya Ilmiah. Malang: Citra Mentari. Wahab, A. (1996). Metodologi pengajaran Sosiologi . Jakarta: P2 LPTK Wahidmurni,Dr. MPd. ,Ak & Dr. H. Ali Nur, M.Pd ( 2008 )Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama dan Umum 1378 ISBN: 978-602-1150-17-7 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KREATIFITAS SISWA KELAS 8 MATA PELAJARAN IPS MTs NEGERI KOTA BATU Diah Ambarumi Munawaroh Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu [email protected] Abstrak: Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam pranata ekonomi dengan menerapkan metode Silent Demonstration. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Masing-masing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Silent Demonstration dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam Pranata Ekonomi kelas 8-I mata pelajaran IPS MTs Negeri Batu. Peningkatan tersebut terlihat pada kreativitas siswa dalam 5 aspek kriteria yaitu kriteria kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul, skor tertinggi 15% menjadi 35%. Kriteria kedua siswa mampu memecahan masalah, skor tertinggi 81% menjadi 85%. Kriteria ketiga ketepatan siswa dalam pemecahan masalah, yaitu skor tertinggi 46% menjadi 57%. Kriteria keempat siswa memiliki alternatif dalam pemecahan masalah yaitu, skor tertinggi 31% menjadi 38%. Dan kriteria kelima hasil kerja siswa mendapatkan pengakuan dari kelompok lain tentang penemuannya, skor tertinggi 15% menjadi 35%. Kata kunci : Silent Demonstration Kreativitas Siswa Salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa adalah pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang menjadi negara maju yang banyak bermunculan belakangan ini karena didukung oleh tersedianya sumber daya manusia yang terdidik dalam jumlah yang memadai. Semakin disadari oleh pemerintah maupun masyarakat bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2007). Pendidikan merupakan suatu investasi sumber daya manusia, di mana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia untuk berprestasi di bidangnya. Pembelajaran IPS sebagai bagian dari pendidikan, umumnya memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh isu perkembangan sosial. Menurut UU Nomor. 41 Tahun 2006 tentang standart proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah disebutkan, Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan 1379 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Undang-undang tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan bertujuan dalam pembentukan sikap, pengembangan intelektual dan pengembangan ketrampilan. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka guru perlu membenahi pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, diperlukan adanya kemampuan kreatifitas dari guru untuk menumbuhkan kemampuan kreatifitas siswa. Kreatifitas siswa akan muncul, apabila guru sebagai fasilitator di dalam kelas juga memiliki kemampuan kreatifitas yang memadai. Berdasarkan pengamatan selama ini bahwa implementasi pembelajaran IPS dilapangan masih belum berjalan optimal. Guru masih terfokus kepada pencapaian pemberian materi hasil belajar berupa pengetahuan IPS. Posisi pendidikan IPS lebih ―sebagai pelajaran hapalan‖ (Muchtar, 2004). Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, menunjukkan bahwa betapa pembelajaran di sekolah masih belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara maksimal, khususnya memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang dihadapinya. Saat ini pembelajaran IPS di MTs Negeri Batu belum mampu mengasilkan siswa-siswa yang kreatif. Hasil refleksi awal terlihat pada tabel berikut : Tabel 1. Nilai Kreativitas siswa UTS semeter 2 Tahun 2015/2016 Jumlah Siswa 6 siswa Presentase 23 % Total Skor Kreativitas Skor tertinggi: 87 - 97 9 siswa 35 % Skor Sedang : 76 - 86 11 siswa 42 % Skor terendah: 65 - 75 Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sebanyak 42% memiliki kreativitas yang tergolong rendah, sementara siswa yang memenuhi kreativitas tinggi sebesar 23%. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan pembelajaran yang lebih kreatif. Konsekuensi dari cara mengajar guru yang cenderung tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran tidak dapat membentuk siswa menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri, maka diperlukan adanya kemampuan kreatifitas dari guru untuk menumbuhkan kemampuan kreatifitas siswa. Metode Silent Demonstration (demonstrasi bisu) diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses IPS dan kesiapan siswa untuk belajar mendemonstrasikan prosedur, menjaga pengamatannya karena kegiatan guru hanya mendemonstrasikan dengan meminimalkan komentar. Keterampilan proses IPS meliputi keterampilan mengamati, kreatifitas, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan, interpretasi dan berkomunikasi. Maslow dalam Munandar, 2009 mengemukakan Kreativitas adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009) Kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person, Proses, Press dan Product. Dimensi Person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif. Dimensi Process yaitu proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Dimensi Press adalah pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri 1380 ISBN: 978-602-1150-17-7 sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif. Dimensi Product merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. Kreativitas adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memahami keadaan/dunia, dalam menginterprestasikan pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan asli. Beberapa kriteria kreativitas antara lain : Sensitivity to problem yaitu kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang muncul. Originality yaitu pemecahan masalah dengan cara baru. Breadth, yaitu ketepatan dalam pemecahan masalah dan berguna. Ingenuity, yaitu adanya memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah. Recognity by peers, yaitu adanya pengakuan dari kelompoknya tentang penemuannya. Metode Silent Demonstration yang mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulankeunggulan tersebut adalah, peserta didik mendapatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung, belajar dapat dilakukan dalam situasi kehidupan nyata, belajar dilakukan dalam suasana gembira dan partisipasif, perhatian dan pengamatan siswa fokus pada demonstrasi guru, dan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas peserta didik dalam menyusun dan memperagakan bahan belajar. (Sudjana, 2010) METODE Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Masingmasing siklus berlangsung empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan akan berhubungan dengan siklus berikutnya. Adapun prosedur keempat tahap tersebut dapat digambarkan pada diagram di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram Alur Desain Penelitian (Adaptasi Desain PTK Menurut Kemmis dan Mc Tanggart dalam Tim Proyek PGSM, 1999:21) 1. Tahap Perencanaan Tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan perangkat penelitian. Perangkat yang disiapkan sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk tahap perencanaan, yaitu: a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berisi tentang langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Silent Demonstration yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. 1381 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur b. Menyiapkan media yang akan diamati siswa sesuai dengan materi c. Membuat format catatan lapangan untuk mencatat semua aktivitas dan data penting yang tidak bisa terekam atau tercatat. Observer terlibat dalam mencatat semua aktivitas yang dilakukan oleh siswa. d. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademik. e. Mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru IPS dan teman sejawat. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini pelaksanaan tindakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Pada saat pelaksanaan penelitian guru (peneliti) menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPS secara kooperatif dengan menggunakan metode Silent Demonstration. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Penyajian kelas, berupa penyampaian atau menjelaskan alur atau tahapan yang harus dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Guru meminta bantuan 3 siswa untuk membantu silent demonstrasi di depan kelas, Siswa mendapatkan Lembar Kerja pengamatan dari guru, guru menggunakan metode Silent Demonstrasi dan siswa mencatat hasil kegiatan pengamatan guru, guru dan siswa bersama-sama membahas kegiatan Silent Demonstration. b) Kegiatan kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Masing-masing kelompok mendapatkan tugas yang berbeda dan saling mengumpulkan informasi, guru meminta kepada siswa untuk menuliskan argumennya berupa ide-ide kreatif pada lembaran kertas yang disediakan. c) Mengkomunikasikan atau presentasi, setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya berupa Karya Kunjung. d) Evaluasi, siswa bersama-sama guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dipelajari hari ini. 3. Tahap Pengamatan Tahap ini yang diamati adalah aktivitas guru saat membelajarkan siswa selama pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan ini dilaksanakan bersamaan pada saat guru membelajarkan siswa. Pengamatan tersebut dilakukan oleh observer. Pengamatan aktivitas guru berpedoman pada lembar observasi. Pengamatan dilakukan secara intensif oleh 9 observer. Objek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pemberi tindakan dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan ini digunakan untuk refleksi pada perencanaan tindakan siklus II. 4. Tahap Refleksi Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi selama proses pembelajaran, apa yang dihasilkan dari pembelajaran, mengapa hal itu terjadi, dan apa yang perlu dilakukan pada kegiatan selanjutnya. Pada kegiatan refleksi peneliti melakukan diskusi dengan praktisi dan observer mengenai data-data yang telah dikumpulkan untuk ditarik kesimpulan. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 8-I yang berjumlah 26 siswa yang terdiri 22 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki. Dalam penelitian ini guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilai. Sebagai pelaksana guru menyusun dan merencanakan pembelajaran dangan membuat RPP. Sebagai pelaksana guru melaksanan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dan melaksanakan metode Silent Demonstration sesuai tahapan. Sebagai penilai guru melaksanakan penilaian pada proses pembelajaran dan hasil karya siswa. 1382 ISBN: 978-602-1150-17-7 Penelitian ini melibatkan pengamatan teman sejawat. Observer pada penelitian ini adalah teman sejawat guru IPS Kota Batu antara lain Ibu Nurul (SMPN 3 Batu), Ibu Endang (SMPN 3 Batu), Ibu Dwi (SMPN 3 Batu) Bpk. Prapto (SMPN 6 Batu), Bpk. Husnul Marom (MTs Hasyim Asy’ari), Bpk. Irul (MTs Hasyim Asy’ari), Ibu Siska (SMP Soleman Batu), Ibu Sasi (SMPN 4 Batu), Ibu Siti Anisah (MTs Negeri Batu) Teknik pengumpulan data merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi: 1. Observasi Pelaksanaan observasi dilakukan sebelum dan pada saat tindakan berlangsung. Observasi sebelum tindakan dilakukan untuk mengetahui informasi tentang kegiatan pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan observasi selama tindakan berlangsung dilakukan pada saat tindakan penelitian. Tujuannya untuk melihat dan mengamati kreativitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas dan mengamati tingkah laku atau aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Tes Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Tes diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan, serta untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan metode Silent Demonstration. G : Saya minta bantuan 4 siswa untuk membantu demonstrasi menggunakan Metode silent demonstrasi untuk praktek di depan kelas. S : Saya bu... (3 siswa mengangkat jari dan 1 siswa ditunjuk oleh guru) G : Perhatikan dan amati apa yang saya demonstrasikan dengan teman kalian.. tuliskanlah semua kegiatan yang kalian amati pada Lembar kerja yang sudah disediakan. S : Okey bu... G : Guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca catatan hasil pengamatannya, dan mengulangi demonstrasi dengan menggunakan bahasa lesan, dan siswa mengamati demonstrasi. S : Bu dyah mengupas bahan mentah kemudian mengolah menjadi bahan jadi termasuk kegiatan Produksi, Khilmy mengantar kripik ke toko dan pasar termasuk kegiatan distribusi, Ijul membeli kripik ke toko kegiatan konsumsi. G : Amatilah gambar yang ibu bagikan.. silakan di diskusikan dengan teman kelompok kalian, jika kalian dirumah mempunyai bahan baku berlimpah seperti digambar, kira-kira akan diolah menjadi apa? Gunakan kegiatan Pranata Ekonomi yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi dalam memaparkan ide kreativmu, serta buatlah label yang bagus menurutmu ! S : woeei... digawe opo yo penake? (kluar ide-ide cemerlang siswa) G : Setelah semua kelompok selesai... mari kita lakukan Karya Kunjung. Silakan kelompok yang dikunjungi (tuan rumah) untuk mendengarkan presentasi dari kelompok yang berkunjung (tamu), kemudian berikan komentar pada hasil kerja teman kalian. Silakan kelompok 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 5, 5 ke 6, 6 ke 1. S : Langsung beranjak dari tempat duduk dan melaksanakan tugas HASIL DAN PEMBAHASAN Diskripsi Penerapan Siklus I Pembelajaran dilakukan dengan Silent Demontration yang terdiari atas : 1. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Silent Demonstration. 1383 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Guru meminta 4 siswa untuk membantu sebagai model Silent Demonstration. Guru membagikan Lembar Kerja pengamatan kepada siswa (individu) Guru dan 4 siswa mendemonstrasikan kegiatan. Siswa mengamati dan menuliskan hasil pengamatan pada Lembar Kerja yang disediakan. Siswa menyampaikan hasil pengamatan dan apabila belum jelas maka guru mengulangi demonstrasi dari awal. Guru dan siswa membahas dan mengulang kembali demonstrasi dengan menggunakan bahasa lisan. Guru membagikan gambar/obyek yang di demonstrasikan yang berbeda disetiap kelompok. Siswa memikirkan gagasan dan ide-ide kreatif untuk dituliskan dalam bentuk laporan dan ditempelkan pada kertas plano. Siswa melakukan Karya Kunjung, kelompok 1 ke 2 dan seterusnya. Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya. Tabel. 2 Hasil penelitian Siklus -1 Setelah Tindakan Aspek Kreativitas Siswa SIKLUS II SKOR Kepekaan terhadap masalah yang muncul 15 17 18 19 20 Pemecahan masalah 17 19 20 Ketepatan pemecahan masalah dan 17 berguna 18 19 20 Memiliki alternatif dalam pemecahan 14 masalah 15 18 19 20 Pengakuan dari kelompok tentang 14 penemuannya 17 18 19 20 PROSENTASE 8 11 31 35 15 8 11 81 8 11 35 46 23 11 19 15 31 8 15 35 27 15 Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil penerapan metode silent demonstration yang dilaksanakan pada kelas 8-I MTs Negeri Batu, jika mengacu pada aspek kreativitas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1384 ISBN: 978-602-1150-17-7 1) 2) 3) 4) 5) Kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul adalah siswa yang mendapatkan skor 15 sejumlah 8%, skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sebesar 31%, skor 19 sejumlah 35% dan skor 20 sejumlah 15%. Hal ini dapat dilihat bahwa kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul belum maksimal, hanya 15% siswa yang mampu peka secara optimal terhadap masalah yang muncul. Siswa dapat memecahan masalah dengan cara baru yaitu siswa mendapatkan skor 17 sejumlah 8%, skor 19 sejumlah 11% dan skor 20 sejumlah 81%. Data ini menunjukkan bahwa siswa yang mampu memecahkan masalah dengan cara baru dengan mendapatkan skor 20 sejumlah 81%. Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide kreatif dapat dijabarkan pada kriteria kreativitas ini. Siswa dapat menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat adalah siswa mendapatkan skor 15 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 11%, skor 19 sejumlah 35% dan skor 20 sejumlah 46%. Pada kriteria menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat terdapat 46% siswa yang dapat memecahkan masalah dengan berbagai ide-ide kreative siswa. Siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu siswa yang mendapatkan skor 14 sejumlah 23%, skor 15 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 19%, Skor 19 sejumlah 15%, dan skor 20 sejumlah 31%. Siswa yang mendapat pengakuan dari kelompoknya dari hasil penemuannya adalah siswa yang mendapatkan skor 14 sejumlah 8%, skor 17 sejumlah 15%, skor 18 sejumlah 35%, skor 19 sejumlah 27%, dan skor 20 sejumlah 15%. Refleksi Berdasarkan hasil observasi siklus I, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki antara lain ; 1. Posisi duduk siswa yang cenderung membelakangi guru sehingga sulit untuk mengamati demonstrasi guru dengan baik dan tidak fokus kepada guru 2. Penanganan khusus untuk satu anak yang antusias cenderung melihat buku dan membaca. 3. Penanganan dalam kelompok supaya tidak di dominasi oleh satu siswa. 4. Menangani siswa yang pasif. 5. Guru kurang memancing pertanyaan kepada siswa. 6. Guru lupa menunjukkan kelompok 1-2-3-4-5-6 1385 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Pemecahan masalah untuk refleksi Siklus-1 adalah guru mengatur tempat duduk supaya siswa lebih fokus dalam mengamati guru, guru melakukan pendampingan khusus untuk siswa yang pasif dan cenderung mendominasi, guru memancing siswa untuk lebih aktif bertanya. Diskripsi Penerapan Siklus II Pembelajaran dilakukan dengan silent demontration yang terdiri atas : 1. Siswa membentuk kelompok dengan posisi duduk lebih fokus dalam mengamati guru. 2. Guru menayangkan gambar-gambar untuk memancing siswa bertanya 3. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dengan menggunakan metode Silent Demonstration. 4. Guru menunjukkan dan memberi tanda kelompok 1-2-3-4-5-6 5. Guru meminta 4 siswa untuk membantu sebagai model Silent Demonstration. 6. Guru membagikan Lembar Kerja pengamatan kepada siswa (individu) 7. Guru dan 4 siswa mendemonstrasikan kegiatan. 8. Siswa mengamati dan menuliskan hasil pengamatan pada Lembar Kerja yang disediakan. 9. Guru mengadakan pendampingan pada siswa yang pasif dan siswa yang cenderung membaca buku. 10. Siswa menyampaikan hasil pengamatan dan apabila belum jelas maka guru mengulangi demonstrasi dari awal. 11. Guru memancing siswa supaya lebih aktif bertanya tentang kegiatan Pranata Ekonomi. 12. Guru dan siswa membahas dan mengulang kembali demonstrasi dengan menggunakan bahasa lisan. 13. Guru membagikan gambar/obyek yang di demonstrasikan yang berbeda disetiap kelompok. 14. Siswa memikirkan gagasan dan ide-ide kreatif untuk dituliskan dalam bentuk laporan dengan menggunakan kertas yang berbeda warna, setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas masing-masing dan menempelkan pada kertas plano. 15. Siswa melakukan Karya Kunjung, kelompok 1 ke 2 dan seterusnya. 16. Siswa memberi komentar pada hasil karya temannya. Tabel. 3 Hasil penelitian Siklus-2 Setelah Tindakan Aspek Kreativitas Siswa SIKLUS II SKOR Kepekaan terhadap masalah yang muncul 17 18 19 20 Pemecahan masalah 17 19 20 Ketepatan pemecahan masalah dan 17 berguna 18 19 20 Memiliki alternatif dalam pemecahan 17 masalah 18 19 1386 PROSENTASE 8 27 31 35 4 11 85 2 8 27 57 11 15 27 ISBN: 978-602-1150-17-7 Pengakuan dari penemuannya kelompok 20 tentang 17 18 19 20 38 11 15 38 35 Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa hasil penerapan metode Silent Demonstration yang dilaksanakan pada kelas 8-I MTs Negeri Batu, jika mengacu pada aspek kreativitas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul adalah siswa yang mendapatkan skor 17 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 27%, skor 19 sebesar 31%, dan skor 20 sejumlah 35%. Hal ini dapat dilihat bahwa kepekaan siswa terhadap masalah yang muncul ada perbaikan dari siklus 1, yaitu terdapat 35% siswa yang mendapatkan skor 20 dan terdapat peningkatan kepekaan dari siklus 1 yang berjumlah 15%. 2) Siswa dapat memecahan masalah dengan cara baru yaitu siswa mendapatkan skor 17 sejumlah 4%, skor 19 sejumlah 11% dan skor 20 sejumlah 85%. Data ini menunjukkan bahwa siswa yang mampu memecahkan masalah dengan cara baru dengan mendapatkan skor 20 sejumlah 85%. Kemampuan siswa mengungkapkan ide-ide kreatif terlihat tampak pada kriteria kreativitas ini. 3) Siswa dapat menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat adalah siswa mendapatkan skor 17 sejumlah 8%, skor 18 sejumlah 8%, skor 19 sejumlah 27% dan skor 20 sejumlah 57%. Pada kriteria menemukan kegunaan pemecahan masalah dengan tepat terdapat 57% siswa yang dapat memecahkan masalah dengan mengembangkan berbagai ide-ide kreative siswa. 4) Siswa memiliki banyak alternatif dalam pemecahan masalah yaitu siswa yang mendapatkan skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 15%, skor 19 sejumlah 27%, dan skor 20 sejumlah 38%. 5) Siswa yang mendapat pengakuan dari kelompoknya dari hasil penemuannya adalah siswa yang mendapatkan skor 17 sejumlah 11%, skor 18 sejumlah 15%, skor 19 sejumlah 38%, dan skor 20 sejumlah 35%. Kreativitas siswa setelah tindakan Siklus II 100 80 60 40 20 0 14 15 17 18 19 Kepekaan terhadap masalah yang muncul Pemecahan masalah Ketepatan pemecahan masalah dan berguna 1387 20 Prosiding Seminar Nasional Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia yang Diselenggarakan oleh APPPI, Dinas Pendidikan Kota Batu, dan PGRI Kota Batu pada 21 Mei 2016 di Kota Batu, Jawa Timur Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara membanding