SKRIPSI RINI TRI HASTUTI K6406050

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA DENGAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL PADA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 3KARTASURA
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
RINI TRI HASTUTI
K6406050
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA DENGAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL PADA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 3KARTASURA
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
RINI TRI HASTUTI
K6406050
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit
to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahan kan dihadapan Tim
Penguji Skrpsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Utomo M.pd
NIP. 19491108 19703 1 001
Winarno, S.Pd M.si
NIP. 19710813 199702 1 001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
Tanggal
:
:
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
tangan
Ketua
Sekertaris
Anggota I
Anggota II
Tanda
: Drs. Machmud Al Rasyid, SH. , M.Si ………………
: Drs. Suyatno, M. Pd
……………….
……………….
: Winarno, S. Pd., M.Si
: Drs. Utomo, M. Pd
……………...
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 19600727 1987 02 1001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rini Tri Hastuti. HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN MORAL DALAM
KELUARGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL PADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN
2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
yang positif dan signifikan antara pendidikan moral dalam keluarga dengan
pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura tahun
ajaran 2010/ 2011.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif
korelasional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 8
kelas sebanyak 259 siswa sampel diambil dengan teknik proposional Random
Sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 52 siswa. Teknik pengumpulan data
untuk Variabel pendidikan dalam keluarga (X) dan Variabel pengambilan
keputusan moral siswa ( Y ) menggunakan angket. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis korelasi sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan yang positif
dan signifikan antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan
keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura tahun ajaran
2010/2011 yang dapat dibuktikan dengan analisis yaitu harga rxy = 0,3163 dan
pada taraf signifikasi 5%, dengan N=52 diperoleh rtabel = 0,28 karena rxy > rtabel
yaitu 0,3163 > 0,28, maka menunjukan hubungan positif antara variabel X dengan
variabel Y. sedangkan harga thitung = 2,358 dan pada taraf signifikansi 5 % dengan
N= 52 diperoleh ttabel 2,03 karena thitung > ttabel yaitu 2,358 > 2,03, maka antara
variabel X dengan variabel Y terdapat hubungan yang signifikan atau berarti.
Adapun persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=
65,1121+0,2972 X, berdasarkan persamaan regresi mengambarkan bahwa setiap
kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel pendidikan
moral dalam keluaraga maka diikuti kenaikan variabel pengambilan keputusan
moral sebesar kemiringan gradient garis regresi sebesar 0, 2972.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Rini Tri Hastuti. THE RELATIONSHIP BETWEEN MORAL EDUCATION
IN FAMILY AND THE MORAL DECISION MAKING IN THE VIII
GRADERS OF SMP NEGERI 3 KARTASURA IN THE SCHOOL YEAR
OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of
Surakarta Sebelas Maret University, May, 2011.
The objective of research is to find out whether or not the relationship
between moral education in family and the moral decision making in the VIII
graders of SMP Negeri 3 Kartasura in the school year of 2010/2011.
This research was carried out using a descriptive quantitative correlational
method. The population employed in this research was all VIII graders of SMP
Negeri 3 Kartasura in the school year of 2010/2011, consisting of 8 classes with
259 sample students taken using proportional random sampling, and 52 students
were obtained as the sample. Technique of collecting data used for education in
family variable (X) and student moral decision making variable (Y) was
questionnaire. Technique of analyzing data used was a simple correlational
analysis technique.
Considering the result of research, it can be concluded that there is a
positive and significant relationship between moral education in family and the
moral decision making in the VIII graders of SMP Negeri 3 Kartasura in the
school year of 2010/2011, that can be evidenced by the analysis showing rxy value
= 0.3613 at significance level of 5%, with N = 52, obtaining rtable = 0.28 because
rxy > rtable 0.3163 > 0.28, it indicates the positive relationship between X and Y
variables. Meanwhile the tstatistic value = 2.358 at significance level of 5% with N
= 52 obtains ttable 2.03 because tstatistic > ttable is 2.538 > 2.03, therefore there is a
significant relationship between X and Y variables.
The simple linear regression equation obtained is Y = 65.1121+0.2972 X,
considering the regression equation representing that each one unit increase or one
point increase in the moral education in family variable is followed by the
increase in moral decision making variable with regression linear gradient of
0.2972.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Setiap individu akan mencari figur yang dapat dijadikan teladan bagi dirinya”
( Benjamin Spock)
“ Tekad dan semangat mengalahkan segalanya”
(Brahmahardhika)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya
kepada:
ini
•
penulis
persembahkan
Bapak dan Ibu tercinta yang
telah memberikan segalanya
•
Kakak tersayang mas Harun
•
Fanni, Arum, maya dan Intan
terimakasi bantuanya
•
Teman-teman PPKn 2006
•
Brahmahardhika Mapala Fkip
•
Almamater
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini guna memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan. Selam pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Univwersitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.si., Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta , yang telah
memberikan iji penyusunan skripsi ini;
3. Drs. Amir Fuady, M. Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi;
4. Drs. Saiful Bachri, M.pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi;
5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., ketua program studi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun
skripsi;
6. Winarno, S.Pd, M.Si.,
selaku pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan pengarahan, bimbingan serta dukungan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikn;
7. Drs. Utomo, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan
pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Dewi Gunawati, S.H. M.Hum., Pembimbing Akademik yuang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
9. Drs. Suwarto, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Kartasura yang
memberikan ijin penelitian;
10. Segenap
Bapak/
Ibu
dosen
Program
Pendidikan
Pancasila
dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal imu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikancommit
penulisan
skripsi ini.
to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengatuhan dan juga duni paragmatika.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ABSTRACK.....................................................................................................
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
xv
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
5
D. Perumusan Masalah ...................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
F. Manfaat Penelitian .....................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................
6
1. Tinjauan tentang Moral ........................................................
6
2. Tinjauan tentang Keluarga ....................................................
12
3. Tinjauan tentang Pendidikan Moral Dalam Keluaraga .........
14
4. Tinjauan Pengambilan Keputusan Moral..............................
19
5. Hubungan
Pendidikan
Kewarganegaran
1
Dengan
Pendidikan
Nilai Moral ............................................................................
6. Hubungan Pendidikan Moral Dalam Keluarga Dengan
23
Pengambilan Keputusan Moral.............................................
7. Teori belajar social ................................................................
30
31
8. Penelitian yang Relevan .......................................................
31
B. Kerangka Berpikir ......................................................................
commit to user
C. Perumusan Hipotesis ..................................................................
xi
33
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................
35
B. Metode Penelitian .......................................................................
35
C. Populasi dan Sampel .................................................................
36
D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
40
E. Uji Coba Instrumen Penelitian ...................................................
44
F. Teknik Analisis Data . …………………………………………..
48
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ............................................................................
53
1. Deskripsi Data Pedidikan moral dalam keluarga ...............
53
2. Deskripsi Data pengambilan keputusan moral...... .............
55
B. Pengujian Prasyarat Analisis ......................................................
56
1. Uji Normalitas ......................................................................
56
2. Uji Linieritas .........................................................................
57
C. Pengujian Hipotesis ....................................................................
58
1. Pengujian Hasil Analis Data……………………………………………………….
58
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis ……………………………………….………
59
3. Kesimpulan Pengujian Hopotesis ……………...................………….. .
60
D. Pembahasan Hasil Analisis data..................................................
60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................
63
B. Implikasi .....................................................................................
63
C. Saran ...........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
65
67
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rencana waktu penelitian ................................................................. 35
Tabel 2. Jumlah populasi penelitian ................................................................ 37
Tabel 3. Jumlah sampel penelitian ................................................................... 38
Tabel 4. Distribusi frekuensi pendidikan moral dalam kelurga ...................... 54
Tabel 5. Distribusi frekuensi pengambilan keputusan moral ………………..
55
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 33
Gambar 2. Histogram Variabel Pendidikan Moral Dalam Keluarga ............... 54
Gambar 3. Histogram Variabel Pengambilan Keputusan Moral ..................... 56
Gambar 4. Garis Linier X Terhadap Y ……………………………………… 60
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Sampel Penelitian ............................................................ 67
Lampiran 2. Daftar Siswa Try Out ................................................................... 69
Lampiran 3. Kisi-Kisi Try Out Pendidikan Moral Dalam Keluarga ............... 70
Lampiran 4. Kisi-Kisi Try Out Pengambilan Keputusan Moral. ..................... 71
Lampiran 5. Lembar Angket Try Out Pendidikan Moral Dalam Keluarga. .... 72
Lampiran 6. Lembar Angket Try Out Pengambilan Keputusan Moral ........... 77
Lampiran 7. Uji Validitas, Reliabilitas Instrument Angket Pendidkan Moral
Dalam Kelurag ( X ) .................................................................... 81
Lampiran 8. Contoh Perhitungan Uji Validitas Angket Pendidikan Moral
Dalam
Keluarga ( X ) …………………………………………….……
85
Lampiran 9. Uji Validitas, Reliabilitas Instrument Angket Pengambilan
Keputusan Moral ......................................................................... 88
Lampiran 10.Contoh Perhitungan Uji Validitas Angket Pengambilan
Keputusan
Moral .......................................................................................... 91
Lampiran 11. Conoh Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Variabel
Pendidikan
Moral Dalam Keluarga ( X )........................................................ 94
Lampiran 12.Contoh Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Variabel
PengambilanKeputusan Moral.. .................................................. 95
Lampiran 13. Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendidikan Moral Dalam
Keluarga
( X ) .. .......................................................................................... 96
Lampiran 14. Lembar Angket Penelitian Pedidikan Moral Dalam Keluarga
(X)
... .................................................................................................. 97
Lampiran 15. Kisi-Kisi Angket Penelitian Pengambilan Keputusan Moral
Siswa
( Y ) ............................................................................................... 101
Lampiran 16. Lembar Penelitian Angket Pengambilan Keputusan Moral ( Y
) .................................................................................................................. 102
Lampiran 17. Data Induk Penelitian ................................................................ 106
Lampiran 18. Uji Normalitas Pendidikan Moral Dalam Keluarga ................. 108
Lampiran 19. Uji Normalitas Pengambilan Keputusan Moral ........................ 111
Lampiran 20. Uji Linieritas Pendidikan Moral Dalam Keluarga ( X )
Terhadap
Pengambilan Keputusan Moral ( Y ) ......................................... 114
Lampiran 21. Koefisien Korelasi Sederhana Antara Pendidikan Moral
Dalam
Keluarga ( X ) Terhadap Pengambilan Keputusan ( Y ) .......... 117
Lampiran 22. Uji Keberartian Koefisien Korelasi ........................................ 118
Lampiran 23. Garis Regresi Sederhana Penggambilan Keputusan ( Y ) Atas
to user ( X ) ................................ 119
Pendidikan Moral commit
Dalam Keluarga
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24. Koefisien Determinan ...............................................................
Lampiran 25. Tabel Distribusi t .......................................................................
Lampiran 26. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ........................................
Lampiran 27. Tabel Distribusi Z ................ ....................................................
Lampiran 28. Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors.................................................
Lampiran 29. Tabel Distribusi F ......................................................................
Lampiran 30. Surat Permohonan Ijin Penulisan Skripsi Kepada Dekan
FKIP UNS ..............................................................................
Lampiran 31. Surat Keputusan Ijin Surat Menyusun Skripsi Dari Dekan
FKIP UNS ...............................................................................
Lampiran 32. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Rektor UNS ………
Lampiran 33 Surat Permononan Ijin penelitian Kepada Kepala Sekolah .......
Lampiran 34. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri
3Kartasura ................................................................................
commit to user
xvi
120
121
122
123
125
126
128
129
130
131
132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah moral merupakan masalah yang berkembang seiring lajunya
perkembangan disegala bidang kehidupan terlebih dengan adanya perkembangan
dan perubahan manusia yang berlangsung sangat cepat yang diakibatkan oleh
kemajuan dalam segala bidang teknologi, informasi dan komunikasi yang sangat
pesat. Dengan banyaknya perubahan disegala bidang kehidupan tersebut akan
menimbulkan pengaruh yang positif dan negative diseluruh bidang kehidupan
masyarakat termasuk masyarakat Indonesia.
Sebagai contoh pengaruh positif dari kemajuan teknologi, informasi dan
komunikasi diantaranya yaitu semakin mudahnya masyarakat luas dalam
mengakses informasi. Sedangkan bagi remaja khususnya anak sekolah kemajuan
teknologi, informasi dan komunikasi berperan dalam membantu siswa untuk
mengakses informasi yang diperlukan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mereka melalui jaringan internet yang seekarang ini digemari
masyarakat luas. Akan tetapi, penggunaan internet terkadang disalahgunakan
untuk mengakses situs-situs porno yang seharusnya tidak dilakukan mengingat
dampak negative yang ditimbulkannya terhadap perkembangan moral anak
khususnya remaja.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak berusaha menemukan
jati diri mereka dengan kemampuan untuk membedakan, menerima, menolak dan
menilai tentang suatu hal yang tercermin dalam pengambilan keputusan moral
mereka. Oleh karena itu, pengarahan dan bimbingan pada anak sangat diperlukan
agar anak dapat mengambil keputusan moral yang baik sehingga dapat
berperilaku sesuai dengan tunttan moral yang ada dalam masyarakat.
Rillena Putri (2008) berpendapat bahwa :
pengambilan keputusan moral berkaitan dengan tindakan yang diambil
oleh setiap individu. Oleh karena itu, agar tindakan yang diambil oleh anak
commit
to user
sesuai dan tidak bertentangan
dengan
aturan yang ada maka seorang anak
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
perlu diberikan bimbingan dan pengarahan agar dapat mengambil
keputusan moral yang tepat.
(http://vibizmanagement.com/journal.php?id=91&sub=journal&page=strat
egic&awal=100)
Keputusan yang dilakukan anak-anak dipengaruhi oleh pola pendidikan
yang diperoleh anak, serta lingkungan pergaulan anak itu sendiri. Dalam
pergaulan, pengalaman-pengalaman orang dewasa disekitar anak membuat anak
memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk. Apabila tidak terdapat
pengarahan dan bimbingan yang intensif, anak justru mengambil pengalaman dan
tehnik orang dewasa tanpa memperhatikan baik dan buruknya. Anak-anak
memulai penalaran dalam situasi yang ditandai dengan berbagai peraturanperaturan dalam masyarakat. Jika anak menemukan struktur yang berjalan secara
efektif menurut nilai-nilai yang ada, maka ia akan menerima dan mempertahankan
nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu yang standar. Namun jika anak menemukan
peraturan tersebut dalam situasi yang berbeda, mentalnya akan terpengaruh secara
jelek. Mereka kemudian dengan susah payah menganut sesuatu yang bersifat
kontradiktif dalam pikirannya.
Selain pergaulan, pola pendidikan yang diperoleh anak juga berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan moral anak. Anak-anak yang tumbuh dengan
pendidikan moral yang baik berbeda pemikirannya dalam pengambilan keputusan
moral jika dibandingkan dengan anak yang tumbuh dengan kurangnya
pemahaman tentang pendidikan moral. Adapun pola pendidikan yang memegang
peran penting dalam pengambilan keputusan moral anak yaitu keluarga. Sebagai
mana pendidikan moral disekolah dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
membentuk peserta didik memiliki moral yang luhur, berakhlak mulia, agar kelak
berguna bagi bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu masalah yang erat hubungannya dengan
perkembangan moral. pendapat yang di ungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane
Bergre (2005: 3) yaitu ”Education can be defined as an activity undertaken or
initatied to effect changes ini knowledge, skill, and attitudes of individuals, group
or communities”. Artinya bahwa pendidikan itu dapat di definisikan sebagai
commit to user
kegitan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
kemampuan dan sikap dari individu, kelompok atau komunitas. Program
pendiddikan moral diwujudkan teintegrasi dalam semua pelajaran yang ada agar
menghasilkan warga negara yang baik. Sedang pendidikan moral dalam
masyarakat atau pergaulan biasnya berupa norma. Norma yang ada masyarakat
atau dalam pergaulan yaitu norma kesopanan, norma kesusilaan, norma agama,
dan norma hukum. Norma yang ada harus dipatuhi sehingga dapat mewujudkan
moral yang baik.
Keluarga merupakan wadah yang pertama dan merupakan dasar yang
fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Keluarga juga
merupakan lembaga pendidikan yang bersifat informal. Dalam keluarga seorang
anak mendapat pendidikan dan pembinaan moral yang pertama kalinya. Dari
lingkungan keluarga yang harmonis akan mampu memberikan keteladanan
kepada anak-anak, maka akan tumbuh anak-anak yang memiliki kepribadian
dengan pola yang mantap. Sejak dini keluarga merupakan yang besar dalam
kehidupan anak. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang memberikan
nasehat, arahan, bimbingan dan kasih saying saaat seorang anak menghadapi
suatu permasalahan. Setiap permasalahan yang diputuskan kebanyakan masalah
yang tidak dapat ditunda pemecahannya. Jadi jika masa pertimbangan sudah
berakhir, maka harus segera mengambil keputusan dengan memilih salah satu
alternative.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan Dewi Anjarsari (2010:10)
Menunjukkan bahwa keluarga yang penuh dengan pelanggaran atau
hukuman menampilkan sosok anak yang juga sering melakukan pelanggaran
karena orang tuanya juga memberikan contoh yang buruk, sering bertengkar,
disiplin rendah, sikap yang tidak mematuhi norma masyarakat dan kemampuan
ekonomi yang tidak menentu. Bagi anak yang berasal dari keluarga dengan
kejujuran menampakkan hal yang sebaliknya.
Latar belakang keadaan keluarga inilah yang mendasari kegiatan proses
pemahaman yang diperlukan pendidik untuk bersikap kritis terhadap pernyataan
bahwa pendidikan moral tidak sekedar menambah-nambah unsur jumlah watak
atau tabiat, melainkan memberikan arahan kembali kepada sasaran yang lebih
benar untuk dapat mencapai pembentukan
commit tomoral
user yang baik pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Dengan demikian pola pendidikan moral dalam keluarga menjadi dasar
kegiatan proses belajar-mengajar bagi anak dalam lingkungan sekolah. Artinya
bahwa dengan pola pendidikan moral yang baik dalam lingkungan keluarga akan
membantu anak dalam memperoleh pengetahuan moral di lingkungan sekolah.
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan pendidikan
moral, sikap dan perilaku agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan
perbuatan anak. Dengan pendidikan moral yang diterapkan dalam keluarga
diharapkan dapat membantu anak dalam mengambil keputusan moral terhadap
suatu permasalahan yang dihadapinya baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan
pengambilan keputusan moral siswa sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 3
Kartasuro.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka peneliti dapat
mengidetifikasikan permasalahan yang terkaitsebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya pendidikan moral.
2. Kurangnya
pendidikan
moral
dalam
keluarga
sehingga
dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan moral yang sesuai.
3. Kurangnya pengetahuan anak dan pengawasan orang tua terhadap contoh
yang sering ada di dalam lingkungan sekitar anak.
C. Pembatasan Masalah
Supaya masalah dapat dikaji dan dijawab secara mendalam dan tidak terlalu luas,
penulis membatasi masalah hanya pada rendahnya pengambilan keputusan moral
yang diasumsikan berkaitan dengan tinggi rendahnya pendidikan moral dalam
keluarga, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
Hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan
keputusan moral siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
D. Rumusan Masalah
Adakah hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan
keputusan moral siswa sekolah menengah pertama (SMP) negri 3 Kartasura?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan
pengambilan keputusan moral siswa sekolah menengah pertama (SMP) Negri 3
Kartasura.
F. Manfaat Penelitian
1.
Secara teoritis
Hasil penelitiaan ini dapat diharapkan memberikan kontribusi terhadap
pendidikan moral mengenai pentingnya pengambilan keputusan moral.
2.
Secara praktis
a. Bagi siswa:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengambilan keputusan sesuai hati nurani, karena adanya pengambilan
keputusan moral merupakan sarana untuk mengalami perkembangan
kematangan moral.
b. Bagi orang tua dan guru:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar mampu
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang timbul karena pendidikan
moral dalam keluarga sehingga siswa mampu mengambil keputusan
moral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Moral
a.
Pengertian Moral
Moral berasal dari kata “Mos” atau “Mores” (jamak) dari bahasa Latin
yang berarti adat istiadat, kebiasaan atau tingkah laku. Dalam bahasa
Yunani moral dikenal dikenal dengan kata “ethos” yang selanjutnya
menurunkan istilah etika. Dalam bahasa Arab, moral dikenal dengan
istilah “Akhlak” yang selanjutnya dikenal dengan budi pekerti. Dalam
bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku baku dalam hidup. Oleh Magnis Suseno
dalam Asri Budiningsih (2008: 24) dikatakan bahwa “Kata moral selalu
mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang
moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya
sebagai manusia”.
Menurut Kaelan (2004: 93) moral adalah “Suatu ajaran-ajaran ataupun
wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan, baik lisan
maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
agar menjadi manusia yang baik”. Selanjutnya Sjarkawi (2009: 28)
mengatakan “Moral diartikan sebagai sarana untuk mengukur benartidaknya atau baik-tidaknya tindakan manusia”.
Definisi lain menurut Poerwodarminta dalam Hamid Darmadi (2009 :
50) mengatakan “Moral merupakan ajaran tentang baik buruknya
perbuatan atau kelakuan”.
Dapat dilihat bahwa moral memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik dan buruk terhadap
commit laku
to user
tingkah laku manusia. Tingkah
ini mendasarkan diri pada norma6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral,
bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang
terdapat dalam masyarakat.
Dengan demikian moral adalah keseluruhan norma yang mengatur
tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik dan benar. Perlu diingat baik dan benar menurut
seseorang, tidak pasti baik dan benar menurut orang lian. Karena itulah
diperlukan adanya prinsip-prinsip kesusilaan atau moral yang dapat
berlaku umum, yang telah diakui kebenarannya dan kebaikan oleh semua
orang. Jadi jelas, moral dipakai untuk memberikan penilaian atau predikat
tingkah laku seseorang.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah
kumpulan peraturan tentang bagaimana manusia harus bertingkah laku
yang baik dalam hidup atau dengan kata lain perilaku dan perbuatan
manusia yang dianggap baik dan buruk. Moral memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik buruknya
terhadap tingkah laku manusia. Moral pada dasarnya tumbuh dan
berkembang dalam pergaulan dengan sesama manusia dan masyarakat,
akhirnya terbentukkan moral dengan melalui tahap-tahap perkembangan.
b.
Nilai Moral
Menurut pendapat Sjarkawi (2009: 27) “Nilai adalah kualitas suatu
hal yang menjadikan hal itu dapat dikuasai, diinginkan,berguna,dihargai,
dan dapat menjadi obyek penting”.
Nilai atau ”value” (bahasa Inggris) termasuk dalam bidang kajian
filsafat. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk
kata benda abstrak yang artinya ”keberhargaan” (worth) atau
kebaikan ”goodness”, dan kata kerja yang artinya suatu kejiwaan
tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. (Fransena dalam
Hamid Darmadi, 2009: 67).
Menurut pendapat Hamid Darmaji(2009:27-28) “nialai adalah
sesuatu yang berharga baik menurut standar logika (benar-salah), estetika
(bagus-buruk), etika (adil/tidak adil), agama (dosa dan halal-haram)serta
user
menjadi acuan dan atascommit
sistemtokeyakinan
diri maupun kehidupan.”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Sedangkan menurut Winarno (2006: 5) “nilai merupkan sesuatu yang baik
yang diciptakan manusia”. Di dalam Dictionary of Sosiology and Related
Sciuences dikemukan bahwa “nilai adalah kemampuan yang dipercayai
yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia” (Hamid Darmaji,
2009: 67). Jadi nilai pada hakekatnya sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu obyek, bukan objek itu sendiri. “Sesuatu yang mengandung nilai
artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu” ( Kaelan,
2004: 87).
Setelah mengetahui pengertian nilai selanjutnya mengenai moral,
menurut Hamid Darmadi (2009: 50) Moral adalah “ ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan”. Moral jua merupakan suatu perbuatan
atau tingkah laku manusia yang timbul karena adanya interaksi atara
individu-individu dalam pergaulan.
Sebagai dua istilah yang memiliki kaitan sutau dengan lainnya, nilai
dan moral sebelumnya tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks
tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai moral. Menurut
Sjakawi ( 2009: 29) bahwa “nilai moral adalah segala nilai yang
berhubungan dengan konsep baik dan buruk”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan nilai moral adalah suatu
nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat dan memberikan penilaian
terhadap tinggkah laku manusia. Tidak semua nilai adalah nilai moral,
tetapi nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia tentang hal yang baik
dan buruk. Hal ini dapat diperlihatkan dengan mempelajari ciri-ciri nilai
moral. Nilai moral mempunyai ciri-ciriyang terkait dengan nilai moral.
Menurut K. Bertens (2007: 143-147) mengemukkan ciri-ciri nilai
moral sebagai berikut: 1) Berkaitan dengan tanggung jawab, 2) Berkaitan
dengan hati nurani, 3) Mewajibkan dan, 4) bersifat formal.
commit
to user
Adapun penjelasan dari
ciri-ciri
moral adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
(1) Berkaitan dengan Tanggung Jawab kita
Nilai moral ialah bahwa nilai ini berkaitan dengan pribadi
manusia
yang
bertanggung
jawab.
Nilai-nilai
moral
mengakibatkan bahwa seseorang bersalah atau tidak bersalah,
karena ia bertanggung jawab.
(2) Berkaitan dengan Hati Nurani
Nilai moral adalah bahwa hanya nilai ini menimbulkan
”suara” dari hati nurani yang menuduh kita bila meremehkan
atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila
mewujudkan nilai-nilai moral.
(3) Mewajibkan
Bahwa nilai moral mewajibkan kita secara absolut dan
tidak bisa ditawar-tawar. Nilai-nilai moral harus diakui dan
harus direalisasikan. Tidak bisa diterima, bila seseorang acuh
tak acuh terhadap nilai-nilai lain.
(4) Bersifat Formal
Kita
merealisasikan
nilai-nilai
moral
dengan
mengikutsertkan nilai-nilai lain dalam suatu ”tingkah laku
moral”. Tidak ada nilai-nilai yang ”murni”, terlepas dari nilainilai lain. Hal itulah yang kita maksudkan dengan mengatakan
bahwa nilai moral bersifat formal.
Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yang menjadi ciri
khas dan menandai nilai moral merupakan tindakan manusia yang
dilakukan secara sengaja, secara mau dan tahu dan tindakan itu secara
langsung berkenaan dengan nilai pribadi (person) manusia dan masyarkat
manusia. Dengan demikian perlu ditanamkan nilai moral supaya manusia
mempunyai moral yang baik.
Sedangkan menurut Likona dalam buku Educating For Character
user oleh Asri Budiningsih (2008:6)
dalam Paul Suparno, dkk.commit
Yang to
sikutip
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
menekankan pentingnya memperhatikan tiga unsur dalam menanamkan
nilai moral, yaitu pengertian atau pemahaman moral (moral knowing),
perasaan morl (moral felling), dan tindakan moral (moral actioan).
Adapun penjelasan dari ketiga unsur diatas adalah:
(a) Pengertian atau pemahaman moral
Pengertian atau pemahaman moral adalah kesadaran rasionalitas
moral atau alasan mengapa seseorang harus melakukan hal itu, suatu
pengambilan
keputusan
berdasarkan
nilai-nilai
moral”.
(Asri
Budiningsih, 2008: 6). Selanjutnya pengetahuan atau pemahaman
moral ini merujuk kepada aspek kognitif tentang moraliti (akhlak)
yang melibatkan pemahaman tentang apa yang betul dan baik.
Penalaran moral sebagai unsur pengetahuan moral (moral knowing),
bahwa penalaran moral pada intinya bersifat rasional. Suatu keputusan
moral bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung
tafsiran kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntutan, hak,
kewajiban, dan keterlibatan individu, atau kelompok terhadap hal-hal
yang lain. (Asri Budiningsih, 2008: 27).
(b) Perasaan moral
Perasaan moral, lebih pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan
tidak baik. Perasaan mencintai kebaikan daan sikap empati terhadap
orang lain merupakan ekspresi dari perasaan moral. Perasaan moral ini
sangat mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik. Oleh sebab itu
perasaan moral perlu diajarkan dan dikembangkan dengan memupuk
perkembangan hati nurani dan sikap empati.(Asri Budiningsih, 2008:
7).
(c) Tindakan moral
Tindakan moral yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan
perasaan moral ke dalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan-tindakan
moral ini perlu difasilitasi agar muncul dan berkembang dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
pergaulan sehari-hari. Lingkungan sosial yang kondusif
untuk
memunculkan tindakan-tindakan moral ini sangat diperlukan dalam
pembelajaran moral. (Asri Budiningsih, 2008: 7)
Dari ketiga undur nilai moral diatas, dalam penlitian ini peneliti
menekan pada unsur tindakan moral (moral action). Tindakan moral
dalam penelitian ini mempunyai makna kemampuan seseorang dalam
melakukan pengambilan keputusan moral.
c.
Norma Moral
Menurut Kaelan (2004: 92) mengatakan “wujud yang lebih konkrit
dari nilai tersebut adalah merupakan suatu norma”. Sedangkan menurut
Sjarkawi (2009: 32) bahwa “kaidah atau norma merupakan petunjuk
tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan berdasarkan
nilai-nilai yang telah di yakini kebenarannya”.
Pendapat lain diungkapkan oleh Winarno (2006: 6)” norma adalah
acuan bagi manusia sebagai perwujudan dari nilai tentang bagaimana
seyogyanya manusia berperilaku dalam kehidupan”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa norma merupakan perwujudan dai
nilai yang berisi anjuran, perintah, pengaturan, larangan untuk berbuat atau
tidak berbuat bagi manusia.
Norma bisa berbentuk tertulis atau tidak tertulis yang dapat
digolongkan berbagai macam. Mnurut Winarno (2006: 6) mengatakan
“norma-norma yang berlaku di masyarakat secara umum digolongkan
menjadi empat macam”. Adapun penjelasanya sebagai berikut:
1) Norma agama yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan
larangan yang berasal dari Tuhan.
2) Norma moral/kesusilaan adalah peraturan/ kaidah yang bersumber dari
hati nurani dan merupakan nilai-nilai morl yang mengikuti manusia.
3) Norma kesopanan adalah peraturan/ kaidah yang bersumber dari
pergaulan hidup antara sesama manusia.
4) Norma hukum adalah peraturan/kaidah yang diciptakan oleh negara
to user (Winarno, 2006:7).
yang sifatnya mengikatcommit
atau memaksa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa norma dapat berupa
norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum. Sehingga semua perilaku
moral harus selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah ada.
Setelah mengetahui pengertian norma selajutnya membahas membahas
pengertian norma moral. Menurut Kaelan (2004: 85) “norma moral yaitu
yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
maupun buruk”. Pendapat lain diungkapkan Asri Budinimangsih (2008:
24) “norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk
mengukur kebaikan seseorang”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan norma moral yaitu
berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam masyarakat dan masyarakat
dan itu harus disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
2. Tinjauan Keluarga
a.
Pengertian Keluarga
Istilah keluarga dalam bahasa Indonesia tidak hanya digunakakan
dalam satu arti, melainkan banyak arti. Menurut pandangan sosilologis
keluarga dalam arti luas meliputi semua pihak yang mempunyai
hubungan darah atau keturunan, sedangkan dalam arti sempit keluarga
meliputi orang tua dengan anak-anaknya.
Menurut Paul B. Horton sebagaimanan setelah dikutip oleh Kamrin
Buseri (1992 : 8) “Keluarga adalah kesatuan fungsi yang terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak yang diikat oleh ikatan darah dan tujuan
bersama.”
Pendapat yang hampir sa/ma dikemukakan oleh Umar Tirtaraharja
dan La Sulo(1994 : 50) “Keluarga adalah kelompok primer yang terdiri
atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga
itu dapat berbentuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Pujosuwarno
(1994:33)
menggemukakan
pendapat
bahwa
“Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki-laki
dan seorang perempuan yang tidak sendiri atau dengan anak-anak baik
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.”
Menurut WJS. Purwodarminto (1996 : 413) “Keluarga adalah
bapak, ibu dengan anak-anaknya dan seisi rumah.”
Beberapa definisi diatas, penulis dapat menyimpulakan bahwa
definisi keluarga suatu perkumpulan kecil yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak, melalui sutu hubungan yang syah, dimana anak diharapkan
mampu mencontoh pola tingkah laku dari orang tua dan orang-orang
terdekatnya yang berada dekat dengan lingkungan keluarga.
b.
Macam keluarga
Menurut Vembriarto (1993: 49) keluarga dibedakan menjadi dua
yaitu pertama, “Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang
terdiri atas suami, istri, dan anak-anak. Kedua, keluarga yang diperluas
(extented family) adalah keluarga inti yang diperluas, selain ada suami,
istri, dan anak-anak ada juga terdapat nenek, kakek, paman dan
bibi,kemenakan dan saudara-saudara lainnya”.
Pada umumnya keluarga yang ada di pulau jawa terutama di
pedesaan keluarga diperluas, karena satu keluarga terdiri dari keluarga
inti ditambah nenek, kakek, paman, bibi, kemenakan,dan saudara lain.
Menurut vebrianto (1993: 34-35) keluarga sebagai tempat individu
dilahirkan dan mengalami proses sosialisasi disebut keluarga orientasi.
Sedangkan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan anak-anak
sebagai hasil perkawinannya disebut keluarga prokreasi. Keanggotaan
individu mula-mula adalah dalam keluarga orientasi, kemudian karena
perkawinan beralih kepada keluarga prokreas.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa keluarga erdiri dar dua
macam yaitu keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan anak, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
keluarga tambahan yang terdiri dari orang tua, anak, dan kakek dan
nenek.
3. Tinjauan Pendidikan Moral Dalam Keluarga
a. Pengertian Pendidikan Moral
Menurut Nurul Zuriah (2007: 22) “pendidikan moral adalah suatu
program
pendidikan
(sekolah
dan
luar
sekolah)
yang
mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan
disajikan
dengan
mempertimbangkan
psikologis
untuk
tujuan
pendidikan”.
Menurut Hamid Hamadi (2009:53)”pendidikan moral adalah
menyangkut
aspek
dari
pada
waktu
seseorang,
yang
sama
pendidikannya waktu itu baru dapat di mulai pada waktu ia massuk
sekolah”.
Pengertian pendidikan moral menurut pendapat Salam (2000:76)
adalah
Pendidikan moral adalah sebagai suatu proses yang disengaja
di manapara warga muda dari masyarakat dibantu supaya
berkembang dari masyarakat dibantu supaya berkembang dari
orientasi yang berpusat pada diri sendiri mengenai hak-hak dan
kewajiban mereka, ke arah pandangan yang lebih luas, yaitu
bahwa dirinya berada dalam masyarakat dan kearah pandangan
yang lebih mendalam mengenai diri sendiri.
Pengertian pendidikan keluarga menutut Notok(2007) adalah
proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau
unit sosial terkecil dalam masyarakat, dimana keluarga
merupakan lingkungan budaya yang pertama atau utama dalam
penanaman norma atau perkembangan suatu kebiasaan dan
perilaku peting dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan
masyarakat.
(http://notok2001.blogspot.com/2007/07pendidikan-dalamkeluarga-.html)
Sedangkan menurut Purwa Hardiwardoyo(1990:16) pengertian
pendidikam moral dalam keluarga merupakan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
Pokok-pokok materi penting tentang moral yang diajarkan orang
tua, yang lebih luas dengan nilai-nilai yang lebih rumit misalnya
sopan santun dalam pergaulan disiplin, tekun, berkerja sama, dan
belajar bertaqwa kepada Tuhan.
Sedangkan menurut pendapat Anne Ahira (2011) “ pendidikan
nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan
norma-norma
kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya”.
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan moral adalah suatu proses yang dilakukan untuk
menanamkan nilai moral yang berupa norma yang berlaku dalam
masyarakat yaitu norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan
dan norma hukum
pada anak agar dapat berkembang dan
bersosialisasi dengan masyarakat yang dilakukan oleh keluarga.
b. Tujuan Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Menurut pandangan Salam (2000:80) “tujuan pendidikan moral
adalah membimbing para generasi muda untuk memahami dan
menghayati pancasila secara keseluruhan dan setiap sila”. Tujuan akhir
adalah agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat
membangunan
dirinya
sendiri
serta
bersama-bersama
bertanggung jawab atas pembangunan.
Frankena dalam Sjarkawi (2009: 49) mengemukakan lima tujuan
pendidikan moral sebagai berikut:
1. Mengusahakan suatu pemahaman “pandangan moral” ataupun
cara-cara moral dalam pertimbangkan tindakan –tindakan
dapenempatan keputusan apa yang sharusnya dikerjakan,
seperti membedakan hal estetika, legalitas, atau pandangan
tentang kebijaksanaan.
2. Membantu mengembangkan kepercayaan atau mengamdopsi
satu atau beberapa prinsip umum yang fundamental, ide atau
nilai sebagai suatu pijakan atau landasan untuk pertimbangan
moral dalam menetapkan suatu keputusan.
3. Membantu mengembangkan
commit to user kepercayaan pada dan atau
mengamdopsi norma-norma konkret, nilai-nilai, kebaikan-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
kebaikan seperti pada pendidikan moral tradisional yang
selama ini di praktekkan.
4. Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan
sesuatu yang secara moral baik dan benar.
5. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, pengendalian diri
atau kebebasan mental spiritual, meskipun itu disadari dapat
membantu seseorang menjadi pengkritik terhadap ide-ide dan
prinsip-prinsip, dan aturan-atuan umum yang sedang berlaku.
Pendapat lain tentang tujuan pendidikan moral secara filosofis
yang dikemukakan Kant yang dikutip Sjarkawi (2009: 50),”yaitu (1)
Memaksimalkan rasa hormat kepada manusia secara perorangan. (2)
memaksimalkan unversalisasi”.
Dari uraian diatas dapat disimpulakan pendidikan moral dalam
keluarga bertujuan agar menciptakan manusia yang bertanggung
jawab, kritis, dan memetuhi peraturan-peraturan yang berlaku yang
dapat membangun kepercayaan dirinya.
c. Macam Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Menurut Notok (2007) secara garis besar pendidikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu “1) Pembinaan akhlak dan
akidah, 2) Pembinaan intelektual, 3) Pembentukan Kepribadian”.
(http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalamkeluarga.html).
Dari uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembinaan akhlak.
Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk
perilaku, pendidikan, dan pembinaan akhlak dengan contoh
dan teladan orang tua dalam pergaulan antara ibu, bapak, dan
keluarga.
2. Pembinaan intelektual.
Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan
penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik
intelektual, spritual maupun sosial.
commit todan
user
3. Pembinaan kepribadian
sosial.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Dalam hal ini yang baik adalah kewajiban orang tua untuk
menenamkan pentingnya memberi support kepribadian yang
baik bagi anak yang belum mengenal arti penting berbuat baik.
Berperilaku sopan santun dalam bersosialisasi sdengan
sesamanya nilai yang harus diterapkan. Orang tua dapat
mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak
sianak dapat menghormati orang lebih tua darinya.
(http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalamkelarga.html)
d. Cara Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Menurut Abied (2009) ada lima metode yang dapat diterapkan
dalam pendidikan moral dalam keluarga yaitu “1). Metode teladan, 2)
Metode nasehat, 3) Metode pembiasaan4) Metode kisah, 5) Hadiah
dan hukuman” . (http://www.masabied.com/2009/10/03/orang-tua-danpendidikan-moral-bagi-anak)
Penjelasan mengenai uraian di atas adalah sebagai berikut:
1. Metode Teladan.
Teladan yang baik dari orang tua dibutuhkan pada hal-hal
berikut :
a) Konsekuen dalam melaksanakan sikap terpuji dan akhlak
mulia karena satu kali saja berbuat salah di depan anak,
maka terhapuslah semua yang baik di matanya.
b) Sebagian besar akhlak yang terpuji didapati anak dari
contoh dan teladan orang tuanya. Sifat dermawan, berani,
amanah, menghormati orang lain, dll adalah sifat yang
didapat anak dari sikap orang tuanya yang ia lihat langsung.
c) Sampai usia empat tahun, anak menjadikan orang tuanya
sebagai teladan utama.
2. Metode Nasehat
Memberikan pengertian sangat penting bagi perkembangan
anak karena dengan pengertian yang akan menjadikan dirinya
commit to user
memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
dilakukan. Sebagai orang tua, saat memberikan pengertian
terhadap sesuatu yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan hendaklah benar-benar kita terapkan juga, dan
jangan sampai melanggarnya, apalagi kalau anak melihatnya.
Begitu juga dalam memberikan peraturan dan perintah
hendaknya melihat kondisi dan sesuai dengan masa, usia
perkembangannya. Karena kita tidak memaksakan sesuatu
sekehendak diri kita, melainkan melihat, memperhatikan
kondisi perkembangannya.
3. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan sangat penting untuk diterapkan karena
pembentukan
moral
dan
rohani
tidaklah
cukup
tanpa
pembiasaan sejak dini. Untuk terbiasa hidup disiplin, teratur,
tolong menolong dalam kehidupan sosial memerlukan latihan
yang kontinu setiap hari dan dibarengi dengan keteladanan dan
panutan, karena pembiasaan tanpa dibarengi contoh tauladan
akan sia-sia.
4. Metode Kisah
Dalam Islam metode kisah mempunyai fungsi edukatif
tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian selain bahasa.
Anak-anak menyukai mendengarkan cerita karena daya hayal
mereka luas dan karena kisah atau cerita bisa menggambarkan
suatu peristiwa seperti nyata..
5. Hadiah dan hukuman
Namun yang harus diperhatikan ornag tua adalah bahwa
hadiah dan hukuman itu tidak menjadikan anak lupa apa yang
dilakukan dan diperbuatnya, hanya memperhatikan hadiahnya.
Di sinilah dibutuhkan peran orangtua bagaimana agar dalam
memberikan hadiah yang menjadikan baik bagi anak.
Begitu juga dalam memberikan hukuman pada anak,
commit to user
sebaiknya memberikan
pengertian tentang kesalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
diperbuatnya.(http://www.masabied.com/2009/10/03/orangtua-dan-pendidikan-moral-bagi-anak)
e. Definisi Kopseptual Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pendidikan moral dalam
keluarga di atas maka dapat dirumuskan konsep pendidikan moral
dalam
keluarga
adalah
suatu
proses
yang
dilakukan
untuk
menanamkan nilai moral yang berupa norma agama, norma kesopanan,
norma kesusilaan, dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat
pada anak agar dapat berkembang dan bersosialisasi dengan
masyarakat yang dilakukan oleh keluarga.
Setelah diketahui definisi konseptual pendidikan moral dalam
keluarga selanjunya dijelaskan definisi operasional pendidikan moral
dalam keluarga.
f. Definisi Operasional Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Atas dasar konsep tersebut maka dapat dirumuskan definisi
operasional pendidikan moral dalam kelurga, pendidikan yang
berkaitan tentang penanaman nilai moral yang berupa norma yang
berlaku dalam masyarakat :
1. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma agama.
2. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma kesopanan.
3. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma kesusilaan.
4. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma hukum.
4. Tinjauan Pengambilan Keputusan Moral
a.
Pengertian Pengambilan Keputusan Moral
Menurut Siagian (1979: 83), pengambilan keputusan adalah :
“suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menuntut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.”
Pendapat Kolhbelg dalam Asri Budiningsih (2008: 25) “berpendapat
bahwa penalaran moral bukanlah tentang apa yang baik atau yang buruk
melainkan bagaimana seseorang sampai pada keputusan bahwa sesuai
adalah baik dan buruk”
Menurut Asri Budiningsih (2008: 27)” mengemukan bahwa keputusan
moral bukanlah soal perasaan moral atau nilai yang selalu mengandung
tafsiran kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntutan, hak,
kewajiban, dan keterlibatan individu atu kelompk mengenai hal-hal yang
baik.”
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan adalah suatu pencarian permasalah yang di lakukan dengan
pertimbanga-pertimbangan yang sesuai dengan hati nurani.
b.
Kondisi Pengambilan Keputusan
Berdasarkan lingkungan atau kondisi, pengambilan keputusan menurut
Iqbal Hasan (2002:53) dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu
sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, suatu keputusan dalam
kondisi kepastian apabila hasil dari setiap alternatif tindakan dapat
ditentukan secara pasti.
2. Pengambilan keputusan dalam kondisi berisik, adalah keadaan
yang memenuhi beberapa syarat, tindakan alternatif sebagai
tindakan yang fisibel, memiliki nilai perolehan sebagi hasil
kombinasi suatu tindakan tertentu.
3. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti adalah sutu
keadaan yang mempunyai alternatif tindakan fisibel, tidak
diketahuinya probabilitas masing-masing kejadian.
4. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik terjadi apabila setiap
keputusan yang diambil berasal dari persaingan antara dua atau
lebih.
c.
Langkah Pengambilan Keputusan Moral
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Menurut Anonim (2010) dalam Warta Waraga ada tiga langkah yang
bisa
digunakan
dalam
pengambilan
keputusan
moral
yaitu:
“Utilitarisanisme, Intuisionisme, dan Situasional”.
Adapun penjelasanya dari tiga langkah pengambilan keputusan
1) Utilitarisanisme
Paham unilitarisanisme adalah paham yang berpendapat bahwa
yang baik adalah yang berguna, menguntungkan, berfaedah, dan
yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak
berfaedah,merugikan.
Secara
umum
paham
unilitarisanisme
menilai sebuah tindakan berdasarkan hasil yang dicapainya, apakah
mereka membawa kebaikan bagi manusia atau tidak. Paham ini
juga disebut juga paham teleologis, bahwa semua sistem terarah
kepada tujuan.
Salah satu kekuatan utilitarianisme adalah bahwa mereka
menggunakan sebuah prinsip dengan jelas dan rasional.
2) Intuisionisme
Intuisionisme berasal dari bahasa inggris: intuition, adalah
pandangan bahwa manusia nemiliki sebuah kecakapan, yang biasa
disebut hati nurani yang memampukan mereka untuk melihat
secara langsung apa yang disebut benar atau salah, jahat atau baik
secara moral. Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan langsung
tentang suatu hal tanpa melalui proses logika baik deduktif maupu
induktif.
Teori ini juga disebut dengan teori deontologi yang berasal dari
bahasa Yunani: Deon (apa yang harus di lakukan, kewajiban),
berdasarkan hati nurani.
Intuisionisme adalah sistem etika lainnya yang tidak mengukur
baik tidaknya sesuatu perbuatan yang berdasarkan hasilnya melain
kan semata-mata berdasarkan maksud pelaku dalam melakukan
perbuatan tersebut.
commit to user
3) Situasional
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Pedekatan ini dikemukakan oleh seorang tokoh etika, Joseph
Fletcher, yaitu pendekatan situasional. Fletcher berpendapat tidak
ada sistem yang benar-benar dapat digunakan bagi semua situasi
yang dihadapi oleh pelaku. Pandangan ini memang lebih condong
kepada paham intuisionisme, namun kadang-kadang juga bisa
menjadiutilitarianisme.
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/jenis-keputusanmoral)
Ketiga pendekatan pengambilan keputusan moral tersebut adalah
langkah dasar dalam menentukan suatu tindakan baik atau buruk, benar
atau salah. Dari ketiga langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya pengambilan keputusan seseorang yang sesuai dengan teori yang
digunakan adalah pendekatan situasional.
Unsur-unsur Pengambilan Keputusan
d.
Unsur –unsur dari pengambilan keputusan menurut Iqbal Hasan (2002:
55) adalah sebagai berikut:
1) Tujuan dari pengamibilan keputusan.
2) Identifikasi alternatif-alternatif keputusan unuk memecahkan
masalah.
3) Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui.
4) Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil suatu
pengambilan keputusan.
Unsur lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Erlin
Tianti (2008 dalam www. Google.com )” adalah masyarakat, keluarga ,diri
sendiri dan kepercayaan terhadap tuhan”.
pengambilan keputusan merupakan sebagai pelaksanaan beberapa
tahapan yang dilalui sebagai proses pembentukan kerangka dasar dalam
pembuatan keputusan yang akan diambil dan sebagai dasar operasional
atau langkah yang akan diambil. Menurut Herbert A. Simon dalam Iqbal
Hasan (2002: 24) proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga (3) fase
keputusan, yaitu sebagai berikut:
1)
Fase Intelegensia, merupakan penelusuran informasi untuk keadaan
commit
to user
yang memungkinkan dalam
rangka
pengambilan keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
2)
Fase
Desain,
merupakan
fase
pencarian
atau
penemuan,
pengembangan serta analisis kemungkinan suatu tindakan.
Menentukan batasan-batasan perm
3)
Fase Pemilihan, merupakan fase seleksi alternatif atau tindakan yang
dilakukan dari berbagai alternatif yang kemudian diputuskan dan
dilaksanakan.
e.
Definisi Konseptual Pengambilan Keputusan Moral
Berdasarkan berbagi pendapat tentang pengambilan keputusan moral di
atas maka dapat dirumuskan konsep pengambilan keputusan moral adalah
keputusan yang diambil setelah melalui pertimbangan atas masalah moral
secara rasional dan berdasarkan suara hati yang sesuai baik buruknya
situasi yang mengandung moral sehingga sesuai dengan pendidikan moral
yang diberikan oleh keluarga.
f.
Definisi Operasional Pengambilan Keputusan Moral
1) Fase Intelegensia (penelusuran informasi atau pengamatan lingkungan
dalam rangka pengambilan keputusan)
2) Fase Desain (pencarian atau penemuan, pengembangan serta analisis
kemungkinan suatu tindakan)
3) Fase Pemilihan (seleksi alternatif atau tindakan yang dilakukan dari
alternatif-alternatiuf yang ada).
5. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan
a.
dengan Pendidikan Nilai Moral
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan di dalam suatu konsep pendidikan
sangatlah perlu diberikancommit
kepadatoseorang
user siswa yang menempuh suatu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
jenjang pendidikan baik itu SD, SMP maupun di SMA serta perguruan
tinggi karena pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang penting
dalam pembentukan moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan
bernegara.
Menurut Syahrial Syarbaini dkk (2006:4), mendefinisikan pendidikan
kewarganegaraan sebagai berikut:
”Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang
mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan,
dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik
sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang
relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program
kulikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural, dan kajian ilmu
kewarganegaraan.”
Pendapat lain diungkapkan oleh Sumarsono (2002: 3) bahwa
”Pendidikan Kewarganegaraan adalah dimaksudkan agar warga negara
memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki
pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air
berdasarkan Pancasila”. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan
tegaknya NKRI.
H.A Kosasih Djahiri (2008) mengemukakan bahwa PKN atau Civic
Education
adalah
program
programatik–prosedural
membudyakan
pendidikan/pembelajaran
yang
secara
berupaya memanusiakan (humanizing) dan
(civilizing)
serta
memberdayakan
(empowering)
manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang
baik
sebagaimana
tuntutan
keharusan/
yuridis
konstitusional
bangsa/negara yang bersangkutan.
(http://gurupkn.wordpress.com/2008/05/13/esensi-pendidikan-nilaimoral-dan-pkn-di-era-globalisme/).
Maka dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan
untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta bertujuan untuk membentuk
karakter peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD
commit to user
1945.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Dalam statusnya yang pertama bisa disebut sebagai PKn persekolahan.
Dalam persekolahan di negara kita, Pendidikan kewarganegaraan
mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan tuntutan zaman
dan pergantian rezim.
Sejarah perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civics (1961),
Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP
(1975 dan 1984), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/PPKn
(1994), Pelajaran Kewarganegaraan (2004) dan terakhir adalah keluarnya
standar isi dan kompetensi mata pelajaran pada tahun 2006, Pelajaran
Kewarganegaraan berganti nama menjadi mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. (Winarno, 2006: 21).
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah
mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta ruang lingkup Sesuai
dengan rumusan tentang tujuan fungsi, visi misi, dan ruang lingkup
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu mata pelajaran yang wajib
diajar di setiap jalur pendidikan, maka aspek-aspek kompetensi yang
hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
setidaknya menyangkut tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau
watak.
Menurut Branson dalam Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi
(2008: 55-61) ”Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan,
terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu
Pengetahuan
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(civics
skill),
(civics
knowledge),
Kecakapan
Watak
Kewarganegaraan
(civics
dispsition)”.
Pendapat lain diungkapkan oleh Dasim Budimansyah (2007) bahwa
”Kompetensi penguasaan bahan ajar dalam PKn mencakup 3 aspek, yaitu
memahami Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), memahami
Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills), dan memahami Etika
to user
Kewarganegaraan (Civiccommit
Ethic).
Pada aspek kompetensi tentang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
pemahaman Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) khusus
pada subkompetensi pemahaman nilai, norma, dan moral”.
Kompetensi yang pertama yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic
Knowledge). Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 55)
mengatakan ”Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaran) berkaitan
dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga
negara”. Pendapat lain diungkapkan oleh Sri Wuryan dan Syaifullah
(2008:78) ”Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan substansi
atau informasi yang harus diketahui oleh warga negara, seperti
pengetahuan tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undangundang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
kewaraganegaraan (Civic Knowledge) berkaitan dengan pengetahuan yang
harus dikuasai warga negara seperti tentang system politik, pemerintahan,
konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan
sebagainya”.
Kompetensi yang kedua yaitu Kecakapan Kewarganegaraan (civics
skill). Menurut Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 58) ”Civic
skill (kecakapan kewarganegaraan) mencakup kecakapan intelektual atau
kecakapan berpartisipasi”. Pendapat lain diungkapkan pleh Sri Wuryan
dan Syaifullah (2008: 78) ” keterampilan kewarganegaraan berkaitan
dengan kemampuan atau kecakapan intelektual, sosial, dan psikomotorik”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan-kecakapan
intelektual
penting
untuk
terbentuknya
warga
negara
yang
berperpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab.
Selanjutnya kompetensi yang ketiga yaitu Watak Kewarganegaraan
(civics dispsition). Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 61)
mengatakan ”Civic disposition (watak kewarganegaraan) mengisyaratkan
pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional” (Dasim Budimansyah dan
to user
Karim Suryadi, 2008: 61).commit
Selanjutnya
menurut Sapriya dalam Sri Wuryan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
dan Syaifullah (2008: 78) dijelaskan karakter privat seperti tanggung
jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia dari setiap individu adalah wajib. Sedangkan karakter publik
seperti kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan
main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar,
bernegosiasi dan berkompromi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa watak kewarganegaraan mengisyaratkan pembentukan
pada
karakter bagi warga nergara.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang warga
negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang
baik, setelah itu memiliki keterampilan yaitu ketrampilan intelektual dan
pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu
karakter atau watak yang mapan yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
Dari
aspek-aspek
kompetensi
dalam
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata
pelajaran di sekolah mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta
ruang lingkup. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal :
(1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
(2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
(3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2006)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Tujuan PKn menurut Eric (1996) yang dikutip dalam
International
of
Definition
Civic
Education
as
Journal
Subject
dari
http//www.Geogle.com. bahwa, ” The first objective of civic education is
to teach thoroughly the meaning of the most basic idea, so that students
will know what a constitutional democracy is and what it is not .”Artinya
bahwa tujuan pertama pendidikan kewarganegaraan adalah teliti di dalam
mengajar sehingga siswa akan
mengetahui
apa
yang termasuk
konstitutional dan demokrasi ataupun dengan yang tidak konstitutional dan
tidak demokrasi sehingga siswa diharapkan dapat membedakan diantara
keduanya.
Sementara itu, menurut Dasim Budimansyah (2007) “mata pelajaran
PKn berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas,
terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia
dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945” (http://pustaka.ut.ac.id/).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolahan yang bertujuan dan berfungsi membentuk diri peserata didik
cerdas, terampil dan berkarakter, berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif
serta bertindak sesuai denagn amanat pnacsila dan UUD 1945.
b) Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran PKn memiliki visi, yaitu "terwujudnya suatu mata
pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa
(nation and character building) dan pemberdayaan warga negara".
Sedangkan misi mata pelajaran PKn, yaitu "membentuk warga
negara yang baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan
hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan UUD 1945”. (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2007).
Menurut Dasim Budimansyah (2007), menyebutkan “misi mata
pelajaran PKn, yaitu "membentuk warga negara yang baik yakni warga
negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi oleh kesadaran politik,
kesadaran hukum, dan kesadaran moral" (http://pustaka.ut.ac.id/).
Dari
pendapat
di
atas
jelas
bahwa
visi
misi
Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu sebagai sarana pembinaan watak bangsa serta
untuk meweujudkan warga negara yang baik yakni warga negara sanggup
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
c) Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) persatuan dan kesatuan
bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) HAM; (4) kebutuhan
warga negara; (5) konstitusi negara; (6) kekuasaan dan politik; (7)
pancasila; (8) globalisasi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2006 ).
Pendapat senada diungkapkan Dasim Budimansyah (2007) bahwa:
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada
bidang kajian dan aspek-aspeknya sebagai berikut persatuan
bangsa; nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan
hukum); hak asasi manusia; kebutuhan hidup; kekuasaan dan
politik; masyarakat demokratis; Pancasila dan konstitusi negara
dan globalisasi. (http://pustaka.ut.ac.id/).
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat perlu untuk
diajarkan disetiap sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai pada sekolah
menengah karena melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik
dapat belajar untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas dan
berkarakter.
b. Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Nilai
Moral
Dasim Budimansyah (2007 dalam http://pustaka.ut.ac.id) mengatakan
”pentingnya mata pelajaran PKn diberikan di sekolah adalah dalam rangka
membina sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan
UUD 1945 serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar
baik yang berkaitan dengan masalah
commit toideologi
user maupun budaya”. Selanjutnya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral atau budi
pekerti perlu diajarkan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah
satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan
peserta didik. Menurut Winarno (2008: 78) ”dalam klasifikasi filsafat, nilai
moral (nilai kebaikan) adalah yang menjadi fokus dan bahan bagi pelajaran
PKn”.
Menurut pendapat Winarno (2006: 19) dalam modus pemberian
pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama,
bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata
pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara
terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata
pelajaran lain yang relevan. Pemndapat ketiga, pendidikan budi pekerti
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran.
Pendapat lain diungkapkan Sjarkawi (2009:114) bahwa “Pendidikan moral
terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran di sekolah, terutama dalam mata
pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, dan Bahasa Indonesia”.
Artinya pendidikan moral tidak hanya diajarkan melalui satu mata pelajaran
saja, melainkan terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran yang ada. Salah
satu mata pelajaran yang menanamkan pendidikan moral yaitu Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegraan yang diajarkan di sekolah
merupakan bagian dari suatu usaha pembentukan kepribadian yang baik dan
peningkatan pertimbangan moral peserta didik.
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai salah satu mata pelajaran yang paling menonjol adalah sebagai
pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu secara singkat PKn
dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan
moral. Alasannya antara lain sebagai berikut;
a). Materi PPKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45
beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara
Indonesia. b). Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan nilainilai tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari. c).
Proses pembelajarannya
menuntut terlibatnya emosional,
commit to user
intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati
(bersifat afektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku) (Anonim,
2007: 12).
6. Hubungan Pendidikan Moral Dalam Keluarga Dengan Pengambilan
Keputusan Moral
Menurut
Kohlberg
dalam
Sjakawi
(2009:70-71)
untuk
meningkatkan pertimbangan moral lingkungan rumah tangga atau tempat
tinggal berperan penting. Oleh karena itu orang tua hendaknya
mengkondisikan lingkungan keluarga sehingga mampu mensimulasi
kearah tingkat pekembangan moral yang lebih tinggi. Akan tetapi kondisi
keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan
pertimbangan moral anak, jika kondisi rumah itu tersedia kondisi yang
mampu mendatangkan perubahan pemikiran moral. Akan tetapi jika
keluarga tidak mampu menciptakan kondisi yang di harapkan, maka akan
mendatangkan pengaruh negatif bagi pemikiran moral anak.
Menurut Piaget dalam Sjarkawi (2009: 52-53) menyatakan bahwa
“pertimbangan moral dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal”. Faktor eksternal yang dipengaruhi orang tua dan teman
sebaya atau teman sepermainan, sedangkan faktot internal dipengaruhi
oleh tingkat perkembangan intelektual, perkembangan intelektual yang
memadai yang dipengaruhi oleh orang tua dan kelompok teman sebaya.
Pendidikan moral dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai
kemanusian dan nilai ketuhanan yang dilakukan dengan cara memberikan
teladan, nasehat, pembiasaaan yang baik, memberikan kisah-kisah yang
baik, dan pemberiaan hadiah dan hukuman yang sesuai dengan perbuatan
anak tersebut. Pendidikan moral
yang diberikan tersebut dapat
meningkatkan penalaran tentang pengambilan keputusan moral. Hal ini
sesuai dengan pendekatan situasional dalam pengambilan keputusan moral
yang menekankan bahwa sistem pengambilan keputusan moral yang
digunakan oleh setiap manusia berbeda-beda tergantung pada situasi yang
dihadapi pelaku. Dengan demikian situasi yang dihadapi seorang anak
commit
to user kontribusi dalam pengambilan
dalam lingkungan keluarga
memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
keputusan moral. Pengambilan keputusan moral yang dipengaruhi oleh
pendidikan moral , juga dipengaruhi dengan tingkat pendidikan, emosional
dan lingkungan. Jadi semakin baik pendidikan moral yang diberikan maka
akan semakin baik pula keputusan yang diambil oleh anak tersebut.
Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan pendidikan moral
dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral. Kerena, pendidikan
moral merupakan cara keluarga untuk berinteraksi dengan sikap anak yang
salah stunya berhubungan dengan sikap baik anak dalam masyarakat.
7. Teori Belajar Sosial ( Social Learning Theory )
Teori ini bersumber pada ajaran empiris dan teori behaviorisme
yang pada hakikatnya manusia adalah ketas kosong ( blank slate ) yang
akan
ditulisi
masyarakat
dan
pengalaman
hidup.
Macobby
mengemukankan bahwa perilaku moral ialah perilaku baik dan benar yang
ditetapkan dalam masyarakat dan mereka menetapkan sanksi-sanksi yang
berlaku. Dalam pandangan ini orang tua dianggap mempunyai peran
penting , dan masyarakaty merupakan sumber dari otoritas moral dan
sekolah yang mengenalakan aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat.
Pendidikan moral yang bersumber pada teori belajar sosial disebut dengan
pendidikan moral berlandasarkan penanaman nilai. Pendidikan yang
berdasarkan pendekatan penanaman nilai yang mengandung unsur
indoktrinasi dan berusaha meningkatkan taraf berfikir moral dan penalaran
moral ( Sjarkawi,2009: 47-48). Teori belajar sosial disebut juga social
kognitif, karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan
dalam pembelajaran, pembelajaran kterjadi karena adanya pengaruh
lingkungan sosial ( Lusianan Sandra: 2011,http://teori-belajar-sosial.html).
Pendekatan teori belajar sosial terhadap perkembangan sosial dan
moral anak ditentukan pada perlunya conditioning ( pembiasaan
merespons) dan imitation ( peniruan ).
Penjelasan dari pernyataan diatas:
to user
1. conditioning (commit
pembiasaan
merespons)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Proses belajar dalam mengembangkan perilaku moral dan
sosial yaitu dengan hukuman dan hadiah, sehingga anak senantiasa
berpikir dan memutuskan perilaku moral dan sosial yang perlu ia
perbuat. Sehubungan dengan hal tersebut komentar yang
disampaikan orang tua ketika memberikan hukuman anak yang
merupakan faktor yang penting untuk proses penghayatan anak
tersebut terhadap patokan-patokan moral. Orang tua dalam hal ini
agar dapat memberikn penjelasan agar anak tersebut benar-benar
paham mengenai jenis perilaku mana yang mengahsilkan hukuman
dan jenis perilaku yang menimbulkan sanksi. Melalui pembiasaan
merespons anak dapat juga menemukan pemahaman bahwa ia
dapat menghindari hukuman dengan perilaku yang baik.
2. imitation ( peniruan).
Dalam hal ini orang tua seyogyanya memberikan contoh
perpuatan yang ditiru anak untuk berperilaku sosial dan moral.
semakin baik orang tua memberikan contoh semakin tinggi juga
kualitas imitasi perilaku sosial dan moral anak tersebut.
M. Asrori Ardiansyah ( 2010,www.google.com) berpendapat
bahwa teori belajar sosial lebih menekankan belajar sebagai proses
pengambilan keputusan dalam bertingkah laku dengan cara peniruan dan
pembiasaan melalui informasi yang didapatkan dari lingkungan
Menurut Piaget dalam Sjakawi ( 2009: 46) pendidikan moral
dianggap di dapat melalui dua cara. Pertama siswa adalah pencari stimulus
dan bukan dengan cara belajar yang sesuai dengan pengkondisian. Kondisi
yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa mempengaruhi perkembangan
mental seseorang. Kedua perkembagan moral merupakan satu bidang
dengan perkembangan intelektual. Pemikiran seseorang berwujud tingkat
pertimbangan moral, dari pertimbangan moralnya dapat diidentifikasi dari
tipe dan penalaran moral. tahap penalaran moral merupakan inti
pendekatan perkembangan struktural pada pendidikan moral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
8. Penelitian Yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak ber ajak dari nol murni,
akan tetapi umumnya ada suatu penelitian yang sejenis. Oleh karena itu
dirasa perlu mengetahui penelitian yang terdahulu. Berdasarkan hal
tersebut maka penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah dari:
a. Tyas Sartika Nugraheni, 2007, Hubungan Gaya Pengasuhan Orang
Tua Dan Gaya Pergaulan Teman Sebaya Dengan Pengambilan
Keputusan Moral Siswa Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Di Kota
Yogjakarta. Hasil penelitian ini: 1) Gaya pengasuhan orang tua
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan pengambilan
keputusan moral. Dengan N= 100 diperoleh hasil koefesien korelasi
rho sperman’s sebesar 0,202 dengan p= 0,44 pada taraf singnifikasi
5%. (2) gaya pergaulan teman sebaya mepunyai hubungan positif dan
signifikan dengan pengambilan keputusan moral. Dengan N= 100
diperoleh hasil koefisien korelasi rho sperman’s sebesar 0,242 dengan
p= 0,015 pada taraf signifikasi 5%. Berdasarkan analisi deskriptif
diperoleh hasil siswa yang memiliki orang tua dengan gaya pengsuhan
menghambat sebesar 39% dan siswa yang memiliki orang tua dengan
gaya pengasuhan mendorong sebesar 61%. Siswa yang memiliki gaya
pergaulan teman sebaya yang mendorong sebesar 52% dan siswa yang
memiliki gaya pergaulan teman sebaya menghambat sebesar 48%.
Siswa yang memiliki pengambilan keputusan moral tinggi sebesar
52% dan siswa yang memiliki pengambilan keputusan rendah sebesar
48%.
b. Dewi Anjarsari, 2010 Hubungan Antara Pendidikan Moral Dalam
Keluarga Dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri Disekolah Pada
Siswa Kelas X SMA N I Banjarsari Ciamis Jawa Barat Tahun Ajaran
2009/2010. Hasil penelitian ini : 1) terdapat hubungan yang positif dan
commit to user
signifikan antara pendiodikan
moral dalam keluarga dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
penyesuain diri di sekolah, ditunjukan rhitung sebesar 0,634 lebih besar
dari rtabel sebesar 0,153, dengan N= 164 dan taraf signifikansi 5%. 2)
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan
moral dalam keluarga dan konsep diri dengan penyesuaian diri di
sekolah, ditunjukan nilai R=0,737 dan Fhitung 95,789 lebih besar dari
Ftabel 3,06, serta koefisien determinansi (R2) sebesar 0,543. Hal tersebut
berarti bahwa pendidikan moral dalam keluarga dan konsep diri dapat
menunjukan keberhasilan penyesuaian diri di sekolah sebesar 54,3%
sedangkan sisanya 46,7% dipengaruhi oleh faktor lain.
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan fase awal dan basis pendidikan seseorang
dan akan langsung berpengaruh terhadap perkembangan anak. Dasar
perkembangan moral anak diawali dalam keluarga yang mana orang tua
berperan sebagai pendidik yang utama. Dalam keluarga pula anak belajar
mengenai pengendalian diri, kesopanan, kejujuran, kedisiplinan, dan
kepatuhan, misalnya ketika anak menerima sesuatu anak tersebut diajarkan
oleh orang tua untuk mengucapkan terima kasih itu termasuk nilai
kesopanan. Keluarga mempunyai mempunyai peran memberi pendidikan
dan penyelenggara pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya
sebab keluargalah yang dapat menentukan moral anak dalam pegambilan
keputusan moral.
Moral yang sudah melekat pada manusia sebaiknya dimunculkan
sejak dini pada anak, tentu saja pemelalui pendidikan, terutama pendidikan
dalam keluarga karena sebagian besar waktu ada dalam keluarga meskipun
bahwa perkembangan moral anak banyak dipengarushi oleh lingkungan
dimana dia hidup. Pembentukan moral anak ini menjadi dasar
perkembangan moral seiring dengan perkembangan dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak dalam mempengaruhi kehidupan.
Pengambilan suatu keputusan moral merupakan bentuk dari sikap
commit to user
anak merupakan dari pertimbangan-pertimbangan
pada diri seorang anak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
usia remaja yang pada akhirnya akan dipengaruhi perkembangan moral.
Dalam pengambilan keputusan, anak usia remaja dihadapkan pada
permasalahan agar anak secara riil mampu membuat suatu keputusan
secara dewasa atau secara anak-anak sebaya. Sehinga diharapkan pada
dilema moral anak akan memiliki suatu keputusan sehingga dapat
mendinamisasikan pikiran dan kematangan moral.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
moral dalam keluarga mempunyai hubungan dengan pengambilan
wa. Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini
keputusan moral pada sis
siswa.
dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut;
Pendidikan moral
dalam keluarga
Pengambilan
keputusan moral
X
Y
Gambar 1. Kerangka berfikir pendidikan moral terhadap pengambilan
keputusan moral.
C. Hipotesis
Menurut Sudjana (2005: 219), “Hipotesis adalah asumsi atau
dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang
sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.”
Dari pengertian hepotesis di atas, maka dapat disimpulkan
hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya yang
masih perlu dibuktikan kenyataannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat di simpulakan bahwa
hipotesis sebagai berikut:
Bahwa “
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara
Pendidikan Moral dalam Keluarga Dengan Pengambilan keputusan Moral
Pada Siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan
dari masalah yang akan diteliti. Penelitian yang penulis lakukan ini bertempat di
SMP Negeri 3 Kartasura. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan tempat tersebut
memungkinkan sekali bagi penulis untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dan lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sehingga
dapat menghemat biaya serta mempercepat proses pengumpulan data.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari pengajuan judul
sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan mulai dari bulan
Oktober 2010 sampai Maret 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai
penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1Rencana Waktu Penelitian
Keterangan
Pengajuan judul
2010-2011
Agst Sept
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Xx
xx
Xx
Penyusunan proposal Xx
Perijinan
Okt
Xx
Xx
Penyusunan
xx
instrumen
Pengumpulan data
xx
Analisis data
xx
Penyusunan laporan
B. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian tentu memerlukan metode atau cara agar
commit to akan
user menghasilkan suatu kesimpulan
penelitian dapat berhasil. Suatu penelitian
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
yang tepat apabila menggunakan metode yang tepat dan benar. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka seorang peneliti harus mampu menentukan metode penelitian
yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuko (2007: 1), “Metode adalah
cara yang tepat untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan yang dimaksud dengan
penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hatihati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat”. (Winarno Surakhmad, 1998: 131)
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam suatu studi melalui
penyelidikan terhadap suatu masalah sehingga mendapat pemecahan masalah
yang tepat.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif yang bersifat korelasional. Metode deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan masalah dengan jalan
mengumpulkan
data,
menyusun,
mengkasifikasikan,
menganalisa
dan
menginterprestasikan data berupa angka dan skor. Bersifat korelasional
maksudnya adalah untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang
berbeda dalam suatu populasi. Disini, peneliti berusaha meneliti hubungan antara
dua variabel.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor, berhubungan dengan satu variasi atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien korelasinya. Dengan kata lain penelitian ini bermaksud
mengungkapkan bentuk hubungan timbal balik antara variabel yang diselidiki
yaitu hubungan antara pemahaman hak asasi manusia dengan kesadaran akan hak
asasi manusia.
C. Populasi dan Sampel
Dalam suatu penelitian ilmiah tidak akan terlepas dari penetapan populasi
dan sampel, karena populasi dan sampel merupakan subyek penelitian dan
to user
keduanya merupakan sumber datacommit
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
1. Populasi
Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) “populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi Kelas VIII di SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011
dengan jumlah 259 orang.
Tabel 2 Jumlah Populasi Penelitian
No
Kelas VIII
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
perempuan
1
A
17
15
32
2
B
15
17
32
3
C
4
27
31
4
D
16
16
32
5
E
17
17
34
6
F
15
18
33
7
G
15
19
34
8
H
19
12
31
118
141
259
Jumlah
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2002:117) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah
bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi”. Mengingat jumlah populasi ada 259 orang,
maka peneliti hanya akan mengambil sebagian dari jumlah populasi yang
menggunakan sampel.
Penentuan besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, akan
menggunakan acuan pendapatnya Suharsimi Arikunto (2002: 112) sebagai
berikut:
Untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semuanya, sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjek besarnya telah lebih dari 100 maka
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidaktidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan data.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
commit todata.
user
menyangkut banyak sedikitnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sample lebih besar hasilnya akan lebih
baik.
Sesuai dengan ketentuan tersebut maka penelitian ini mengambil sampel
20% dari populasi sebesar 259 siswa sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam
penelitian ini berjumlah 52 orang. Adapun daftar siswa sampel dapat dilihat pada
Lampiran 1
Tabel 3 Jumlah Sampel Penelitian
NO
1.
2.
3.
KELAS
JUMLAH
SAMPEL
SISWA
VIII A
32
× 52 = 6,42
259
6
VIII B
32
× 52 = 6,42
259
6
VIII C
32
× 52 = 6,42
259
6
4
VIII D
33
× 52 = 6,66
259
7
5
VIII E
33
× 52 = 6,66
259
7
6
VIII F
33
× 52 = 6,66
259
7
7
VIII G
33
× 52 = 6,66
259
7
8
VIII H
32
× 52 = 6,42
259
5
52,32
52
jumlah
3. Teknik Sampling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau dengan kata lain, sampel harus
representatif. Riduwan (2003:11) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel
atau teknik sampling adalah “Suatu cara mengambil sampel yang representatif
dari populasi”. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2004: 110) ada dua
macam teknik sampling yaitu:
Adapun macam dari teknik sampling seperti penjelasan di atas adalah :
1) Teknik Random Sampling
Prosedur random sampling meliputi:
a) Cara Undian, yaitu pengambilan sampel secara undian.
b) Cara Ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan
tertentu.
c) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random.
2) Teknik Non-Random Sampling meliputi:
a) Teknik proportional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari
tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi.
b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila
populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat.
c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang
berdasarkan pada quantum.
e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang
mengusahakan adanya sampel kembar.
f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel
dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area.
g) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas
kelompok yang ada pada populasi.
Untuk
teknik
pengambilan
sampel
penulis
melakukan
secara
proporsional random sampling yang artinya tehnik pengambilan sampel ini
dilakukan dengan mendasarkan pada sub-sub atau bagian-bagian yang ada dalam
populasi tersebut.
Langkah-langkah random sampling dengan cara undian yang digunakan
penulis yaitu:
1.
commit to user
Membuat suatu daftar nama-nama populasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
2.
Memberi kode-kode yang berwujud angka-angka
3.
Menulis kode-kode tersebut masing-masing dalam satu lembar kertas kecil
4.
Menggulung kertas tersebut baik-baik
5.
Memasukkan gulungan kertas itu ke dalam kaleng
6.
Mengocok kaleng yang berisi gulungan kertas tersebut, dan mencatat kode
yang keluar untuk dijadikan sampel
7.
Mengambil gulungan kertas tersebut sebanyak yang dibutuhkan
Dalam pengambilan sampel secara random sebesar 20% dari jumlah
siswa sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 52 siswa.
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Berdasarkan judul dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel
penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendidikan moral dalam
keluarga (X).
b.
Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut variabel
tergantung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengambilan
keputusan moral (Y).
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahanya, untuk memperoleh data tesebut, perlu digunakan
teknik pengumpulan data sehingga diperoleh data yang benar-benar valid dan
dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik angket untuk memperoleh data pendidikan moral dalam keluarga
dan pengambilan keputusan moral.
commit toInstrumen
user
2. Tehnik Penyusunan
Penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
a. Teknik Angket
Tehnik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kesadaran
akan hak asasi manusia, dimana pengukurannya dilakukan melalui tes sikap
atau yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap (attitude scale) yaitu
alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap
seseorang. ( Suharsimi Arikunto, 2006:151)
1) Pengertian angket
Riduwan (2003: 52-53) “angket (questionnaire) adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan
respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut
Suharsimi Arikunto (2006:151) “kuisioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.
Dengan demikian, angket merupakan daftar pertanyaan yang digunakan
untuk mendapatkan data kepada responden sesuai dengan permintaan
pengguna.
2) Macam-macam Angket
Suharsimi Arikunto (2006:152) tentang macam kuisioner (angket),
dapat ditinjau dari berbagai segi:
a) Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
(1) Kuisioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden
untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
(2) Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
b) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
(1) Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
(2) Kuisioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang
orang lain.
commit
to user
c) Dipandang dari bentuknya
maka
ada:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
(1) Kuisioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan
kuisioner tertutup.
(1) Kuisioner isian, yang dimaksud adalah kuisoner terbuka.
(2) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check () pada kolom yang sesuai.
(3) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya
mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup
dengan bentuk skala bertingkat atau Rating scale. Siswa diberi pernyataan
dengan jawaban yang sudah peneliti sediakan dalam bentuk contreng ()
pada kolom jawaban yang sudah disediakan. Siswa memilih jawaban yang
sesuai dengan pilihannya dengan memberikan tanda pada jawaban yang
dipilih.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai
berikut:
a) Menentukan konsep variabel penelitian.
b) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel
penelitian.
c) Menyusun kisi-kisi angket
d) Menyusun butir-butir pernyataan
e) Menentukan skor tiap item.
f) Melakukan uji coba angket.
Cara pemberian skor tiap item pernyataan sesuai dengan skala
likert. Dengan skala likert, maka variabel akan dijabarkan menjadi
indikator yang kemudian indikator tersebut dijadikan tolak ukur dalam
menyusun item-item instrumen. Jawaban setiap item instrumen angket
yang menggunakan skala likert berupa:
a) Selalu
b) Sering
c) Kadang-kadang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
d) Tidak pernah
Atau;
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak setuju
d) Sangat tidak setuju
Sugiyono (2010: 135)
Adapun penilaian angket pendidikan moral dalam keluarga dalam
skala likert adalah sebagai berikut:
a) Butir angket dengan pertanyaan /pernyataan yang bersifat positif,
yaitu:
(1) Selalu
skor 4
(2) Sering
skor 3
(3) Kadang-kadang
skor 2
(4) Tidak pernah
skor 1
b) Butir angket dengan pertanyaan /pernyataan yang bersifat negatif,
yaitu:
(1) selalu
skor 1
(2) Sering
skor 2
(3) Kadang-kadang
skor 3
(4) Tidak pernah
skor 4
Adapun penilaian angket pengambilan keputusan moral dalam
skala likert adalah sebagai berikut:
a) Butir angket dengan pertanyaan/pernyataan yang bersifat positif, yaitu:
(1) Sangat Setuju
skor 4
(2) Setuju
skor 3
(3) Tidak setuju
skor 2
(4) Sangat tidak setuju
skor 1
b) Butir angket dengan pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif,
yaitu:
(1) Sangat Setuju
commit to user
skor 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
(2) Setuju
skor 2
(3) Tidak setuju
skor 3
(4) Sangat tidak setuju
skor 4
E. Uji Coba Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang akan diujicobakan dalam penelitian ini adalah
angket pendidikan moral dalam keluarga dan pengambilan keputusan moral. Uji
coba atau Try out dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2011 di SMP Negeri 3
Kartasura kelas VIII. Uji coba instrumen ini diberikan kepada siswa di luar
populasi yang telah ditentukan sebanyak 30 siswa dengan maksud untuk
mengetahui apakah instrument yang digunakan telah memenuihi syarat validitas
dan reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam ujicoba atau try out
dapat diliat pada lampiran 2. Ujicoba atau tryout instrument dijabarkan sebagai
berikut:
instrument yang digunakan telah memenuihi syarat validitas dan
reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam ujikan sebagai berikut:
1. Uji Coba Angket
a. Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto macam-macam validitas sebagai
berikut:
1) Validitas isi (content validity) sebuah tes dikatakan memenuhi
validitas isi apabila menyangkut tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi pelajaran yang diartikan. Oleh karena itu yang
dianjurkan tertera dalam kurikulum maka, validitas isi ini juga sering
disebut validitas kurikuler.
2) Validitas kontruksi (contruct validity) sebuah tes dikatakan memiliki
validitas kontruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes
tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam
TIK atau konsep.
3) Validitas ”ada sekarang” (concurrent validity) validitas ini lebih
umum dikenal dengan validitas empiris, sebuah tes dikatakan
memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman.
4) Validitas prediksi (predictive validity) memprediksi artinya meramal
selalu mengenai hal yang artinya akan datang, jadi sekarang belum
terjadi, sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau
validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan
apa yang akan terjadi
pada
masa yang akan datang.(Suharsimi
commit
to user
Arikunto,2002:67-69).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas
konstruksi karena menggunakan angket yang terdiri dari beberapa
indikator untuk mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam
konsep yaitu pendidikan moral dalam keluarga dan pengambilan
keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura.
Dari indikator tersebut kemudian disusun butir angket berdasarkan
kisi-kisi uji coba angket pendidikan moral dalam keluarga Lampiran 3 dan
pengambilan keputusan moral lampiran 4, sedangka lembar uji coba
angket sendiri terdiri dari 48 item pertanyaan untuk variabel pendidikan
moral dalam keluarga lampiran 5 dan 40 item untuk variabel pengambilan
keputusan moral lampiran 6.
Untuk mengetahui valid tidaknya butir angket maka diuji dengan
rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi
Arikunto (2006: 170):
N . ∑ X Y − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N . ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N . ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
Keterangan :
rxy
:
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑X
: Skor masing-masing item
∑Y
: Skor total
∑XY
: Jumlah penelitian X dan Y
2
∑X
: Jumlah
2
∑Y
: Jumlah kuadrat dari Y
N
: Jumlah subjek
kuadrat dari X
Selanjutnya untuk mengukur taraf validitas tiap butir (item) dalam
angket tersebut maka hasil perhitungannya dikonsultasikan dengan tabel r
product moment dalam taraf signifikansi 5%.
Bila rhitung > rtabel berarti valid
Bila rhitung < rtabel berarti tidak valid
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Dari
perhitungan
yang
telah
dilakukan
dan
kemudian
dikonsultasikan dengan rtabel yang mempunyai taraf signifikansi 5% dan
N=30 maka jika r hitung > 0,361 berarti butir pertanyaan tersebut valid. Dan
jika rhitung < 0,361 berarti butir pertanyaan tersebut tidak valid.
Hasil uji coba dari item angket pendidkan moral dalam keluarga
dapat dilihat lampiran 7,diketahui bahwa dari 48 item angket tersebut ada
38 item yang valid, sedangkan 10 item lainnya dinyatakan tidak valid.
Item yang tidak valid adalah item nomor 1,3,12,13,17,19,22,24,31,40.
Demikian juga untuk hasil uji coba angket variabel pendidikan moral
dalam keluarga dapat dilihat pada lampiran 8. Selanjutnya dalam
penelitian untuk item yang tidak valid dibuang. Sedangkan untuk angket
pengambilan keputusan moral dapat dilihat pada lampiran 9, diketahui
bahwa dari 40 item angket tersebut ada 33 item yang valid,sedangkan 7
item dinyatakan tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor
2,11,19,21,22,27,32. . Demikian juga untuk hasil uji coba angket variabel
pengambilan keputusan moral dapat dilihat pada lampiran 10. Selanjutnya
item yang tidak valid dibuang.
b. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154) Reliabilitas adalah
”ketepatan suatu tes apabila diteskan subyek yang sama”. Dengan kata lain
reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua
kali atau lebih. Adapun mencari reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto
(2002: 156) adalah (a) rumus Spearman Brown, (b) rumus Flanagan, (c)
rumus Rulon, (d) rumus K-R.20, (e) rumus K-R21, (f) rumus Hoyt, (g)
dan rumus Alpha.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket.
Reliabiliats angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach oleh Suharsimi Arikunto (2006:196) dengan rumus:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
2
 k  ∑σ b 
=
 1−
2
 k − 1 
σ t 
r11
Keterangan:
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir soal
∑σ
σ
2
t
2
b
= jumlah varians butir
= varians total
Untuk mengetahui reliabel tidaknya alat ukur tersebut, maka hasil
r11 dikonsultasikan dengan rtabel. Jika r11 > rtabel, hasil uji coba adalah
reliabel. Sebaliknya jika r11 < rtabel berarti hasil uji coba tidak reliabel.
Berdasarkan perhitungan dari uji reliabilitas tentang pendidikan
moral dalam keluarga diperoleh
r11
= 0,944 penghitungan dapat di lihat
pada lampiran 11. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan
rtabel
pada tingkat singnifikasi 5% dengan N=30 dan diperoleh nilai kritis
sebesar 0,361. Karena
r11
>
rtabel
atau 0,944 maka item pertanyaan
pendidikan moral dalam keluarga tersebut reliabel Sedangkan pada
pengambilan keputusan moral diperoleh
r11
=0,948 penghitungan dapat
dilihat pada lampiran 12. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan
rtabel pada tingkat signifikasi 5% dengan N=30 dan diperoleh nilai kritis
sebesar 0,361. Karena r11 > rtabel atau 0,948> 0,361 maka item pernyataan
pengambilan keputusan moral tersebut reliabel.
Hasil analisis reliabilitas kemudian dikonsultasikan dengan
koefisien reliabilitas. Adapun mengenai besarnya koefisien korelasi dapat
digunakan ketentuan sebagai berikut:
Adapun mengenai interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat
menggunakan ketentuan sebagai berikut :
0.800 – 1.000
= reliabilitas sangat tinggi
0.600 – 0.800
= reliabilitas tinggi
0.400 – 0.600
= reliabilitas cukup
commit to user
= reliabilitas rendah
0.200 – 0.400
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
0.000 – 0.200
= reliabilitas sangat rendah
(Suharsimi Arikunto,2006:276)
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket
tersebut dikatakan reliabilitasnya tinggi dikarenakan berada pada
interprestasi 0,600 – 0,800.
c. Revisi Angket
Dari hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket
yang akan digunakan sebagai angket penelitian. Revisi angket ini
dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item yang tidak valid.
Adapun mengenai kisi-kisi angket penelitian pendidikan moral dalam
keluarga dapat dilihat pada lampiran 13 dan lembar angket penelitian
dapat dilihat pada lampiran 14. Sedangkan kisi-kisi angket penelitian data
pengambilan keputusan moral dapat dilihat pada lampiran 15 dan lembar
angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 16.
F. Tehnik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah
data hasil penelitian. Ada dua teknik analisis data dalam suatu penelitian, yaitu
teknik statistik dan non statistik. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif.
Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini:
1. Uji prasyarat analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel
diambil dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan
uji Lilliefors dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan
simpangan baku. Adapun langkah-langkah dalam uji Lilliefors adalah
sebagai berikut:
1)
zi =
(Xi − X )
S
zi = Angka baku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
X = Rata-rata
∑X
i
N
S = Simpangan baku
N
=
(∑ X
2
i
− (∑ Xi )
2
N ( N − 1)
)
2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
hitung peluang: F ( zi ) = P ( z ≤ zi )
3) S ( zi ) =
Banyaknyazi , z 2 ,....z n yang ≤ zi
N
4) Hitung selisih F ( zi ) − S ( zi ) tentukan harga mutlaknya
5) Cari nilai yang terbesar dari selisih F ( zi ) − S ( zi ) jadikan Lhitung atau
Lhit
6) Kesimpulannya:
a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak
normal
b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal.
(Hassan Suryono, 2005:79)
b.
Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dengan varibel terikat terdapat hubungan yang linier atau tidak. Jika
Fhitung<Ftabel maka terima H0 berarti korelasinya linier, tetapi apabila
Fhitung>Ftabel maka tolak H0 berarti korelasinya tidak linier. Pengujian
linieritas menggunakan rumus menurut Sudjana (2001:15) dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
JK (T ) = ∑ Y 2
( Y)
JK ( a ) = ∑
2
n

( X )(∑ Y )
JK (b / a ) = b ∑ XY − ∑commit
touser
n


perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
=
n ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
n ∑ X 2 − (∑ X )
2
JK ( S ) = JK (T ) − JK (a ) − JK (b / a )
2

(
Y ) 
∑
2
JK (G ) = ∑ ∑ Y −

ni 
Xi 


JK (TC ) = JK ( S ) − JK (G )
Keterangan:
JK
: Jumlah kuadrat-kuadrat
JK(T) : Jumlah kuadrat total
JK(a) : Jumlah kuadrat koefisien
JK(b/a): jumlah kuadrat regresi
JK(S) : Jumlah kuadrat siswa
JK(TC): Jumlah kuadrat tuna cocok
JK(G) : Jumlah kuadrat galat
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis yang telah diajukan. Untuk membuktikan hipotesis yang telah
dikemukakan maka diperlukan adanya pengolahan data selama penelitian,
dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi sederhana. Adapun
langkah-langkah pengujian analisis dengan tehnik korelasi sederhana adalah
sebagai berikut:
a. Mencari koefisien korelasi sederhana antara X dan Y, menggunakan
rumus Product Moment dari Pearson sebagai berikut :
r xy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
( Suharsimi Arikunto, 2006: 274)
Keterangan:
r xy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
∑ XY : Jumlah perkalian X dan Y
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
∑ XY : Jumlah perkalian X dan Y
X
: Skor masing-masing item
Y
: Skor total
X2
: Jumlah kuadrat dari X
Y2
: Jumlah kuadrat dari Y
N
: Jumlah responden
Hipotesis yang diajukan :
Apabila rhitung > rtabel maka terdapat hubungan antara X dan Y (H0 ditolak
dan Ha diterima), sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka tidak terdapat
hubungan antara X1 dan Y (H0 diterima dan Ha ditolak). Ketentuan nilai r
tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ 1).
3. Uji Keberartian Koefisiensi Korelasi
t=
r 2 (Ν − 1)
1− r2
(Suharsimi Arikunto, 2006: 294)
Keterangan:
t
: uji keberartian
r
: koefisien korelasi
N : jumlah sampel
Jika t hitung > t tabel maka koefisien korelasinya signifikan, sebaliknya jika
t hitung ≤ t tabel maka koefisien korelasinya tidak signifikan.
4. Persamaan garis regresi (y= a + bX) dengan harga a dan b diperoleh melalui:
(∑ Y )(∑ X ) − (∑ X )(∑ XY )
N (∑ X ) − (∑ X )
N (∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y )
b=
N ∑ X − (∑ X )
commit to user
2
a=
2
2
2
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
apabila harga b positif, maka variabel pengambilan keputusan moral (Y)
akan
mengalami
kenaikan
atau
pertambahan
sehingga
hubungan
fungsionalnya menjadi positif, sebaliknya apabila harga b negatif, maka
variabel pengambilan keputusan moral (Y) akan mengalami penurunan
sehingga hubungan fungsionalnya menjadi negatif.
(Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar, 2003:216)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendidikan moral dalam
keluarga sebagai variabel bebas (X) dan pengambilan keputusan moral sebagai
variabel terikat (Y). Adapun tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data
variabel pendidikan moral dalam keluarga dan variabel pengambilan keputusan
moral menggunakan metode angket yang skala pengukurannya menggunakan
skala likert.
Sebelum mengumpulkan data dengan menggunakan angket, terlebih
dahulu dilakukan try out angket terhadap 30 siswa diluar sampel yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2011. Tr yout digunakan untuk menguji
validitas dan reabilitas angket sebagai instrumen pengumpulan data. Setelah
dilakukan try out terdapat sepuluh item angket pendidikan moral dalam keluarga
dan tujuh item angket pengambilan keputusan moral yang tidak memenuhi syarat
validitas maupun reabilitas. Peneliti kemudian membuang item-item tersebut
karena masing-masing indikator sudah terwakili dengan item-item yang lain.
Setelah data dari kedua variabel dikumpulkan, ditentukan tabulasinya
serta dilakukan analisis, maka peneliti dapat memberikan gambaran atau deskripsi
data mengenai pendidikan moral dalam keluarga (X) dan pengambilan keputusan
moral (Y) sebagai berikut:
1. Deskripsi Data Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Data pendidikan moral dalam keluarga diperoleh melalui angket.
Berdasarkan rekapitulasi data diketahui jumlah responden (N) = 52, Nilai tertinggi
= 102, Nilai terendah = 53, Mean= 77,79 dan didapat standar deviasi (SD) =
14,03 ( Lampiran 17 ). Untuk mendapatkan kelas interval, terlebih dahulu dicari
interval (R) diperoleh dari perhitungan R= data max – data min yaitu 102 - 53
hasilnya adalah 49. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan
rumus K= 1+3,3 x log N (52) hasilnya 6,67 dapat dibulatkan menjadi 7.
Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K yaitu 49 : 7 hasilnya
to user
adalah 7. Secara rinci dapat dilihatcommit
pada tabel
berikut ini :
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Data Pendidikan Moral Dalam Keluarga
Interval
Nilai Tengah
Fmutlak
Fkomulatif
53.00 - 60.00
56.50
8
8
60.10 - 67.10
63.60
4
12
67.20 - 74.20
70.70
8
20
74.30 - 81.30
77.80
11
31
81.40 - 88.40
84.90
9
40
88.50 - 95.50
92.00
6
46
95.50 - 102.60 99.05
6
52
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 74.30-81.30 dengan frekuensi
11 dan nilai terendah terdapat pada interval 60.10-67.10 dengan frekuensi 4.
Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang pendidikan moral
dalam keluarga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
11
9
8
8
6
6
4
56.50
63.60
70.70
77.80
84.90
92.00
99.05
Gambar 2. Histogram Pendidikan Moral Dalam Keluarga.
2. Deskripsi Data Tentang Pengambilan Keputusan Moral
Data
pengambilan
keputusan
moral
diperoleh
melalui
angket.
Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui jumlah responden (N)=52, Nilai
tertinggi= 107, Nilai terendah = 50, Mean= 88.23 dan didapat standar deviasi
(SD) = 13.19. Untuk mendapatkan
kelastointerval,
commit
user terlebih dahulu dicari interval
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
(R) diperoleh dari perhitungan R= data max – data min yaitu 107 - 50 hasilnya
adalah 57. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan rumus K=
1+3,3 x log N (52) hasilnya 6,67 dapat dibulatkan menjadi 7. Keputusan interval
kelas diperoleh dengan rumus I=R : K hasilnya adalah 8.1. Secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Data Pengambilan Keputusan Moral
Interval
Nilai Tengah
Fmutlak
Fkomulatif
50.00 - 58.10
54.30
2
2
58.20 - 66.30
62.30
1
3
66.40 - 74.50
70.50
4
7
74.60 - 82.70
78.70
7
14
82.80 - 90.90
86.90
14
28
91.00 - 99.10
95.10
16
44
99.20 - 107.3
103.30
8
52
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 91.00 – 99.10 dengan frekuensi
16 dan nilai terendah terdapat pada interval 58.20 – 66.30 dengan frekuensi 1.
Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang pengambilan
keputusan moral dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
16
14
8
7
4
2
1
54.1
62.3
70.5
78.7
86.9
95.1
103.3
Gambar 3. Histogram Pengambilan Keputusan Moral
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian persyaratan analisis meliputi dua hal yaitu pengujian
normalitas data dan pengujian linieritas data. Rincian pelaksanaan kedua
pengujian tersebut adalah seperti dibawah ini.
1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan uji Lilliefors. Apabila Lhit < Ltabel maka sampel diambil dari
distribusi normal, sedangkan apabila Lhit > Ltabel maka sampel diambil dari
distribusi tidak normal.
a. Uji Normalitas Pendidkan Moral Dalam Keluarga
Dari uji normalitas data tentang pendidikan moral dalam keluarga yang
telah dilakukan diperoleh Lhitung =0,0711 dan pada taraf signifikasi 5%,
Ltabel=0,1229 . Karena harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,0711 < 0,1229
maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidkan moral dalam keluarga adalah
normal. Penghitungan secara rinci dapat di lihat pada lampiran 18.
b. Uji Normalitas Pengambilan Keputusan Moral
Dari uji normalitas data tentang pengambilan keputusan moral yang telah
dilakukan diperoleh Lhitung=0,0931 dan pada taraf signifikasi 5%,
Ltabel=0,1229. Karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,0931 < 0,1229 maka
dapat disimpulkan bahwa nilai pengambilan keputusan moral adalah normal.
commit
userlampiran 19.
Penghitungan secara rinci dapat
dilihattopada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
2. Pengujian Linieritas
Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara
variabel X terhadap variabel Y. Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji regresi linier. Jika Fhitung < Ftabel maka terima Ho berarti linier,
namun apabila Fhitung > Ftabel maka tolak Ho berarti tidak linier.
Berdasarkan hasil perhitungan uji linieritas variabel kompetensi guru
PKn terhadap motivasi belajar PKn diperoleh harga-harga sebagai berikut:
JK(T)
= 413670,00
JK(a)
= 404802,77
JK(b/a)
= 887,00
JK(S)
= 7980,23
JK(G)
= 5645,38
JK(TC )
= 2334,85
dk(TC)
= 18
dk(G)
= 32
RJK(TC)
= 129,71
Fhit
= 0,74
Setelah dilakukan perhitungan, menunjukkan bahwa pada taraf
signifikasi 5% dengan dk pembilang 18 dan dk penyebut 32 diperoleh Ftabel 2,08.
Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel atau 0,74 < 2,08 maka dinyatakan pendidikan
moral dalam keluarga linier terhadap pengambilan keputusan moral. Adapun uji
linieritas antara data pendidikan moral dalam keluarga terhadap pengambilan
keputusan moral adalah dengan membuat tabel kerja linieritas yang terlampir pada
lampiran 20.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk mengkaji
apakah persyaratan yang akan dikemukakan dalam perumusan hipotesis bisa
diterima kebenarannya atau ditolak kebenarannya. Hipotesis diterima apabila data
yang didapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. Dan
sebaliknya ditolak apabila fakta-fakta empiris yang ada tidak dapat mendukung
persyaratan dalam hipotesis yang diajukan.
1. Pengujian Hasil Analis Data
Setelah dilakukan uji nomalitas dan linieritas hasilnya menunjukkan
normal dan linier, kemudian langkah selanjutnya mengadakan uji hipotesis yaitu
dengan analisis regresi melalui korelasi dari pearson. Perhitungannya secara rinci
dapat dilihat pada lampiran 21 .
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisiensi korelasi antara X
dan Y dengan nilai rxy=0,3163. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai r tabel
dengan N=52 dan db=N-2= 50 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,28. Karena
rhitung > rtabel atau 0,3163 > 0,28 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima
berarti ada hubungan antara pendidikan moral dalam keluarga (X) dengan
pengambilan keputusan moral (Y).
Untuk menentukan apakah hubungan itu berarti atau tidak maka perlu
diadakan uji keberartian atau signifikansi terhadap koefisiensi korelasi yang telah
diperoleh dengan menggunakan rumus
t. Dari
hasil perhitungan diperoleh t hitung
commit
to user
sebesar 2,358 dan dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
dengan N=52 dan db=N-2= 50 sebesar 2.03. Jadi, dari perhitungan yang dilakukan
maka thitung > ttabel atau 2,358 > 2,03 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha
diterima sehingga koefisien korelasi antara X dan Y berarti atau signifikan.
(Penghitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 22).
Persamaan garis regresi antara pendidikan moral dalam keluarga (X)
dengan pengambilan keputusan moral (Y) ialah Y = a+bx dan dari hasil
perhitungan diperoleh Y = 65.1121+0,2972X(Penghitungan dapat dilihat pada
lampiran 23) . Karena harga b positif, maka hubungan antara pendidikan moral
dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y) adalah positif. Ini
berarti hipotesis ini menyatakan ada hubungan yang positif antara pendidikan
moral dalam keluarga (X) dan pengambilan keputusan moral (Y).
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis data adalah melakukan
penafsiran pengujian hipotesis untuk semua variabel yang telah dianalisis yaitu
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh r xy = 0,3163 dengan sampel 52
siswa dan db=50 pada taraf signifikasi 5 % diperoleh r tabel = 0,28. Selanjutnya
Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian r hitung > r tabel atau 0,3163 > 0,28
sehingga dapat ditafsirkan ada hubungan antara pendidkan moral dalam keluarga
(X) dengan pengambilan keputusan moral (Y) siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011. Untuk uji keberartian koefisiensi korelasi
sederhana dengan uji t diperoleh thitung > ttabel atau 2,358 > 2,03 sehingga hubungan
antara pendidikan moral (X) dan pengambilan keputusan moral (Y) adalah berarti
atau signifikan.
Persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=a+bx
atau Y=65,1121+0,2972X. Jadi dari persamaan regresi yang didapat
menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka
pada variabel pendidikan moral dalam keluarga (X) maka diikuti kenaikan
pengambilan keputusan moral (Y) sebesar kemiringan gradien garis regresi yaitu
0,2972.
y = 0.2903x + 65.569
pengambilan Keputusan Moral (y)
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
Pendidikan Moral Dlm Keluargaa (X)
commit to user
Gambar 4. Garis Linier X terhadap Y
90
95
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data dan penafsiran terhadap pengujian
hipotesis selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut,
yaitu adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pendidkan moral dalam
keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011.
D.
Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa data antara variabel
pendidikan moral dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y),
maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
Hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”, dinyatakan
diterima. Hal ini disebabkan karena rhitung > rtabel, yaitu 0,3163 > 0,28, selanjutnya
dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,358 > 2,03. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan moral dalam
keluarga dengan variabel pengambilan keputusan moral Siswa Kelas VIII Sekolah
Menegah Pertama Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa
pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral
mempunyai hubungan yang erat dan korelasi. Korelasi antara variabel pendidikan
moral dalam keluarga (X) dan variabel pengambilan keputusan moral ( Y ) rendah
karena hanya 0,3163. Walaupun korelasi rendah akan tetapi pendidikan moral
dalam keluarga tetap menjadi tolak ukur yang penting dalam pengambilan
keputusan moral pada siswa.
Pendidikan moral merupakan bagaian lingkungan yang berpengaruh,
dirancang sengaja untuk mengembangkan dan mengubah cara berpikir dan
bertindak dalam situasi moral. Pendidikan moral yang menitik beratkan pada
usaha penanaman berbagai jenis kebaikan yang diantaranya nilai-nilai kemanusian
dan nilai ketuhanan, melalui nasehat dan peringatan dan menekan kan pada upaya
penalaran sehingga siswa dapat mengambil keputusan moral yang sesuai dengan
rasional.
Pengambilan keputusan moral dari para siswa sangat diperlukan demi
terciptanya kehidupan yang aman, damai dan tentram didalam lingkungan
sekolah, masyarakat dan keluarga, sehingga siswa memerlukan pendidikan moral
terutama yang diperoleh keluarga dan diharapkan pendidikan moral yang mereka
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan moral yang diambil oleh siswa. Jadi
semakin tinggi pendidikan moral dalam keluarga maka semankin tinggi pula
pengambilan keputusan moral dengan demikian pula sebaiknya jika semakin
rendah pengaruh pendidikan moral maka semakin rendah pengambilan keputusan
moral siswa.
Pengambilan keputusan moral merupakan perwujudan adanya
pertimbangan-pertimbangan moral seseorang. Adanya pertimbangan
commit to user
pertimbangan yang dilakukan sesorang.Pertimbangan
yang dilakukan merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
sarana seseorang untuk mengalami perkembangan kematangan moral. Seorang
anak di usia remaja seperti anak kelas SMP diharapkan pada masalah moral,
diharapkan dalam pengambilan kepututusan moral berdasarkan rasional,kemudian
muncul dalam bentuk tingkah laku.
Macobby dalam Sjarkawi ( 2009: 47-48) berpendapat bahwa “perilaku
moral ialah perilaku baik dan benar yang ditetapkan oleh sekelompok masyarakat
dan mereka juga menetapkan sanksi-sansi social”. Dalam pandangan ini orang tua
dianggap mempunyai peranan yang penting, sedangkan masyarakat dan sekolah
mengajarkan tentang aturan-aturan bermasyarakat yang konkrit.
Kaitannya dengan teori perkembangan kognitif dalam Sjarkawi (2009:
45-46) manusia tumbuh menurut tingkatnya yang berdasarkan pada tingkat
perkembangannya berdasarkan tingkat pertimbangan moral. tingkat pertimbangan
moral, dianggap sebagai suatu proses moral dalam menetapkan suatu keputusan.
Moral dianggap sebagai suatu proses, maka perilaku moral tidak saja terwujud
dalam suatu yang tampak dan konkret, tetapi juga berwujud pertimbangan yang
mendasarkan suatu keputusan moral.
Orang tua mempunyai peranan penting dalam suatu proses pertimbangan
moral seorang anak yang memunculkan tindakan moral secara nyata.
Sedangkan kontribusi variabel pendidikan moral dalam keluarga
pengambiln keputusan moral siswa mengunakan rumus koefisien determinan
(perhitungan dapat di lihat pada lampiran 24) sebesar 10,04% dan sisanya 89,96%
dipengaruhi oleh variabel lain, variabel lain yang mempengaruhi pengambilan
keputusan moral siswa yaitu perasaan,emosi, intelektual, teman sebaya siswa itu
sendiri (Piaget dalam Sjarkawi,2009: 52-53)
Dengan demikian, tinggi rendahnya pendidikan moral dalam keluarga
yang didapatkan seseorang berhubungan dengan tinggi rendahnya pengambilan
keputusan moral orang tersebut. Semakin banyak pendidikan moral yang
diberikan oleh keluarga maka akan meningkatkan penalaran tentang pengambilan
keputusan moral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai hubungan antara
pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan Siswa Kelas
VIII Sekolah Pertama Negeri 3 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral Siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011.
Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang
selanjutnya diperoleh r xy sebesar 0,3163, dimana hasil ini menunjukkan r xy lebih
besar dari r tabel atau rhitung > rtabel yaitu 0,3163 > 0,28 pada taraf signifikasi sebesar
5%. Besaranya hubungan menunjukkan keterangan bahwa variabel pendidikan
moral dalam keluarga mempunyai hubungan yang positif atau kuat terhadap
variabel pengambilan keputusan moral. Sedangkan signifikansi atau keberartian
hubungan kedua variabel dibuktikan dengan harga thitung lebih besar dari ttabel atau
thitung > ttabel yaitu 2,358 > 2,03. Selanjutnya naik turunnya atau besar kecilnya
pengambilan keputusan moral siswa, dapat diprediksi melalui persamaan regresi
Y=65,1121+0,2972X.
B. Implikasi
Berdasarkan
landasan
teori
serta
kesimpulan
penelitian
dapat
disampaikan implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dengan adanya hubungan tersebut, maka implikasi teoritisnya adalah
semakin tinggi pendidikan moral yang dilakukan keluarga semakin baik pula
pengambilan keputusan moral yang dilakukan seorang siswa.
2. Implikasi Praktis
Melihat dari penelitian yang telah dilakukan, ternyata pendidikan moral
dalam keluarga mempunyai peranan dalam mempengaruhi pengambilan
commit to user
keputusan moral siswa. Maka diharapkan keluarga mampu mengembangkan
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
pendidikan moral terutama mengenai nilai kemanusian dan nilai ketuhanan yang
sangat berperan dalam pengambilan keputusan moral yang diakukan siswa.
C. Saran
Sesuai dengan hasil kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan
diatas, maka dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran penulis
menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat merespon setiap stimulus / rangsangan yang
diberikan oleh keluaraga dalam pengambilan keputusan keputusan moral secara
rasional dan sesuai dengan hati nurani siswa.
2. Bagi keluarga
Keluarga hendaknya meningkatkan perhatiannya kepada anak dan
memberikan pendidikan moral yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan
moral anak,dengan cara berperan aktif dalam memberikan pendidikan moral,
memberikan contoh dan arahan kepada anak dalam pengambilan keputusan moral.
3. Bagi Sekolah
Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi siswa dalam
mengawasi proses pembentukan moral anak. Oleh sebsab itu disarankan kepada
pihak sekolah untuk dapat meningkatkan pendidikan moral
mengarahka
serta mampu
dalam pengambilan keputusan moral siswa melalui program
pelaksanaan pengajaran yang baik.
commit to user
Download