perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: RINI TRI HASTUTI K6406050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011 Oleh: RINI TRI HASTUTI K6406050 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahan kan dihadapan Tim Penguji Skrpsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Utomo M.pd NIP. 19491108 19703 1 001 Winarno, S.Pd M.si NIP. 19710813 199702 1 001 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari Tanggal : : Tim Penguji Skripsi : Nama Terang tangan Ketua Sekertaris Anggota I Anggota II Tanda : Drs. Machmud Al Rasyid, SH. , M.Si ……………… : Drs. Suyatno, M. Pd ………………. ………………. : Winarno, S. Pd., M.Si : Drs. Utomo, M. Pd ……………... Disahkan Oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Prof. Dr M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 1987 02 1001 commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRAK Rini Tri Hastuti. HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN MORAL DALAM KELUARGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MORAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura tahun ajaran 2010/ 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif korelasional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 8 kelas sebanyak 259 siswa sampel diambil dengan teknik proposional Random Sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 52 siswa. Teknik pengumpulan data untuk Variabel pendidikan dalam keluarga (X) dan Variabel pengambilan keputusan moral siswa ( Y ) menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi sederhana. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura tahun ajaran 2010/2011 yang dapat dibuktikan dengan analisis yaitu harga rxy = 0,3163 dan pada taraf signifikasi 5%, dengan N=52 diperoleh rtabel = 0,28 karena rxy > rtabel yaitu 0,3163 > 0,28, maka menunjukan hubungan positif antara variabel X dengan variabel Y. sedangkan harga thitung = 2,358 dan pada taraf signifikansi 5 % dengan N= 52 diperoleh ttabel 2,03 karena thitung > ttabel yaitu 2,358 > 2,03, maka antara variabel X dengan variabel Y terdapat hubungan yang signifikan atau berarti. Adapun persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y= 65,1121+0,2972 X, berdasarkan persamaan regresi mengambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel pendidikan moral dalam keluaraga maka diikuti kenaikan variabel pengambilan keputusan moral sebesar kemiringan gradient garis regresi sebesar 0, 2972. commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ABSTRACT Rini Tri Hastuti. THE RELATIONSHIP BETWEEN MORAL EDUCATION IN FAMILY AND THE MORAL DECISION MAKING IN THE VIII GRADERS OF SMP NEGERI 3 KARTASURA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, May, 2011. The objective of research is to find out whether or not the relationship between moral education in family and the moral decision making in the VIII graders of SMP Negeri 3 Kartasura in the school year of 2010/2011. This research was carried out using a descriptive quantitative correlational method. The population employed in this research was all VIII graders of SMP Negeri 3 Kartasura in the school year of 2010/2011, consisting of 8 classes with 259 sample students taken using proportional random sampling, and 52 students were obtained as the sample. Technique of collecting data used for education in family variable (X) and student moral decision making variable (Y) was questionnaire. Technique of analyzing data used was a simple correlational analysis technique. Considering the result of research, it can be concluded that there is a positive and significant relationship between moral education in family and the moral decision making in the VIII graders of SMP Negeri 3 Kartasura in the school year of 2010/2011, that can be evidenced by the analysis showing rxy value = 0.3613 at significance level of 5%, with N = 52, obtaining rtable = 0.28 because rxy > rtable 0.3163 > 0.28, it indicates the positive relationship between X and Y variables. Meanwhile the tstatistic value = 2.358 at significance level of 5% with N = 52 obtains ttable 2.03 because tstatistic > ttable is 2.538 > 2.03, therefore there is a significant relationship between X and Y variables. The simple linear regression equation obtained is Y = 65.1121+0.2972 X, considering the regression equation representing that each one unit increase or one point increase in the moral education in family variable is followed by the increase in moral decision making variable with regression linear gradient of 0.2972. commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “ Setiap individu akan mencari figur yang dapat dijadikan teladan bagi dirinya” ( Benjamin Spock) “ Tekad dan semangat mengalahkan segalanya” (Brahmahardhika) commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya kepada: ini • penulis persembahkan Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan segalanya • Kakak tersayang mas Harun • Fanni, Arum, maya dan Intan terimakasi bantuanya • Teman-teman PPKn 2006 • Brahmahardhika Mapala Fkip • Almamater commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selam pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univwersitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini; 2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.si., Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta , yang telah memberikan iji penyusunan skripsi ini; 3. Drs. Amir Fuady, M. Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi; 4. Drs. Saiful Bachri, M.pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi; 5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., ketua program studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi; 6. Winarno, S.Pd, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan pengarahan, bimbingan serta dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikn; 7. Drs. Utomo, M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 8. Dewi Gunawati, S.H. M.Hum., Pembimbing Akademik yuang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 9. Drs. Suwarto, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Kartasura yang memberikan ijin penelitian; 10. Segenap Bapak/ Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal imu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikancommit penulisan skripsi ini. to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengatuhan dan juga duni paragmatika. Surakarta, Mei 2011 Penulis commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... ABSTRACK..................................................................................................... HALAMAN MOTTO ...................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv xv B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 5 D. Perumusan Masalah ................................................................... 5 E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 6 1. Tinjauan tentang Moral ........................................................ 6 2. Tinjauan tentang Keluarga .................................................... 12 3. Tinjauan tentang Pendidikan Moral Dalam Keluaraga ......... 14 4. Tinjauan Pengambilan Keputusan Moral.............................. 19 5. Hubungan Pendidikan Kewarganegaran 1 Dengan Pendidikan Nilai Moral ............................................................................ 6. Hubungan Pendidikan Moral Dalam Keluarga Dengan 23 Pengambilan Keputusan Moral............................................. 7. Teori belajar social ................................................................ 30 31 8. Penelitian yang Relevan ....................................................... 31 B. Kerangka Berpikir ...................................................................... commit to user C. Perumusan Hipotesis .................................................................. xi 33 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 35 B. Metode Penelitian ....................................................................... 35 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 36 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 40 E. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................... 44 F. Teknik Analisis Data . ………………………………………….. 48 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ............................................................................ 53 1. Deskripsi Data Pedidikan moral dalam keluarga ............... 53 2. Deskripsi Data pengambilan keputusan moral...... ............. 55 B. Pengujian Prasyarat Analisis ...................................................... 56 1. Uji Normalitas ...................................................................... 56 2. Uji Linieritas ......................................................................... 57 C. Pengujian Hipotesis .................................................................... 58 1. Pengujian Hasil Analis Data………………………………………………………. 58 2. Penafsiran Pengujian Hipotesis ……………………………………….……… 59 3. Kesimpulan Pengujian Hopotesis ……………...................………….. . 60 D. Pembahasan Hasil Analisis data.................................................. 60 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. 63 B. Implikasi ..................................................................................... 63 C. Saran ........................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................... 65 67 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rencana waktu penelitian ................................................................. 35 Tabel 2. Jumlah populasi penelitian ................................................................ 37 Tabel 3. Jumlah sampel penelitian ................................................................... 38 Tabel 4. Distribusi frekuensi pendidikan moral dalam kelurga ...................... 54 Tabel 5. Distribusi frekuensi pengambilan keputusan moral ……………….. 55 commit to user xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir .............................................................. 33 Gambar 2. Histogram Variabel Pendidikan Moral Dalam Keluarga ............... 54 Gambar 3. Histogram Variabel Pengambilan Keputusan Moral ..................... 56 Gambar 4. Garis Linier X Terhadap Y ……………………………………… 60 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Daftar Sampel Penelitian ............................................................ 67 Lampiran 2. Daftar Siswa Try Out ................................................................... 69 Lampiran 3. Kisi-Kisi Try Out Pendidikan Moral Dalam Keluarga ............... 70 Lampiran 4. Kisi-Kisi Try Out Pengambilan Keputusan Moral. ..................... 71 Lampiran 5. Lembar Angket Try Out Pendidikan Moral Dalam Keluarga. .... 72 Lampiran 6. Lembar Angket Try Out Pengambilan Keputusan Moral ........... 77 Lampiran 7. Uji Validitas, Reliabilitas Instrument Angket Pendidkan Moral Dalam Kelurag ( X ) .................................................................... 81 Lampiran 8. Contoh Perhitungan Uji Validitas Angket Pendidikan Moral Dalam Keluarga ( X ) …………………………………………….…… 85 Lampiran 9. Uji Validitas, Reliabilitas Instrument Angket Pengambilan Keputusan Moral ......................................................................... 88 Lampiran 10.Contoh Perhitungan Uji Validitas Angket Pengambilan Keputusan Moral .......................................................................................... 91 Lampiran 11. Conoh Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Variabel Pendidikan Moral Dalam Keluarga ( X )........................................................ 94 Lampiran 12.Contoh Perhitungan Uji Reliabilitas Angket Variabel PengambilanKeputusan Moral.. .................................................. 95 Lampiran 13. Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendidikan Moral Dalam Keluarga ( X ) .. .......................................................................................... 96 Lampiran 14. Lembar Angket Penelitian Pedidikan Moral Dalam Keluarga (X) ... .................................................................................................. 97 Lampiran 15. Kisi-Kisi Angket Penelitian Pengambilan Keputusan Moral Siswa ( Y ) ............................................................................................... 101 Lampiran 16. Lembar Penelitian Angket Pengambilan Keputusan Moral ( Y ) .................................................................................................................. 102 Lampiran 17. Data Induk Penelitian ................................................................ 106 Lampiran 18. Uji Normalitas Pendidikan Moral Dalam Keluarga ................. 108 Lampiran 19. Uji Normalitas Pengambilan Keputusan Moral ........................ 111 Lampiran 20. Uji Linieritas Pendidikan Moral Dalam Keluarga ( X ) Terhadap Pengambilan Keputusan Moral ( Y ) ......................................... 114 Lampiran 21. Koefisien Korelasi Sederhana Antara Pendidikan Moral Dalam Keluarga ( X ) Terhadap Pengambilan Keputusan ( Y ) .......... 117 Lampiran 22. Uji Keberartian Koefisien Korelasi ........................................ 118 Lampiran 23. Garis Regresi Sederhana Penggambilan Keputusan ( Y ) Atas to user ( X ) ................................ 119 Pendidikan Moral commit Dalam Keluarga xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 24. Koefisien Determinan ............................................................... Lampiran 25. Tabel Distribusi t ....................................................................... Lampiran 26. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ........................................ Lampiran 27. Tabel Distribusi Z ................ .................................................... Lampiran 28. Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors................................................. Lampiran 29. Tabel Distribusi F ...................................................................... Lampiran 30. Surat Permohonan Ijin Penulisan Skripsi Kepada Dekan FKIP UNS .............................................................................. Lampiran 31. Surat Keputusan Ijin Surat Menyusun Skripsi Dari Dekan FKIP UNS ............................................................................... Lampiran 32. Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Rektor UNS ……… Lampiran 33 Surat Permononan Ijin penelitian Kepada Kepala Sekolah ....... Lampiran 34. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri 3Kartasura ................................................................................ commit to user xvi 120 121 122 123 125 126 128 129 130 131 132 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah moral merupakan masalah yang berkembang seiring lajunya perkembangan disegala bidang kehidupan terlebih dengan adanya perkembangan dan perubahan manusia yang berlangsung sangat cepat yang diakibatkan oleh kemajuan dalam segala bidang teknologi, informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Dengan banyaknya perubahan disegala bidang kehidupan tersebut akan menimbulkan pengaruh yang positif dan negative diseluruh bidang kehidupan masyarakat termasuk masyarakat Indonesia. Sebagai contoh pengaruh positif dari kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi diantaranya yaitu semakin mudahnya masyarakat luas dalam mengakses informasi. Sedangkan bagi remaja khususnya anak sekolah kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi berperan dalam membantu siswa untuk mengakses informasi yang diperlukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka melalui jaringan internet yang seekarang ini digemari masyarakat luas. Akan tetapi, penggunaan internet terkadang disalahgunakan untuk mengakses situs-situs porno yang seharusnya tidak dilakukan mengingat dampak negative yang ditimbulkannya terhadap perkembangan moral anak khususnya remaja. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak berusaha menemukan jati diri mereka dengan kemampuan untuk membedakan, menerima, menolak dan menilai tentang suatu hal yang tercermin dalam pengambilan keputusan moral mereka. Oleh karena itu, pengarahan dan bimbingan pada anak sangat diperlukan agar anak dapat mengambil keputusan moral yang baik sehingga dapat berperilaku sesuai dengan tunttan moral yang ada dalam masyarakat. Rillena Putri (2008) berpendapat bahwa : pengambilan keputusan moral berkaitan dengan tindakan yang diambil oleh setiap individu. Oleh karena itu, agar tindakan yang diambil oleh anak commit to user sesuai dan tidak bertentangan dengan aturan yang ada maka seorang anak 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 perlu diberikan bimbingan dan pengarahan agar dapat mengambil keputusan moral yang tepat. (http://vibizmanagement.com/journal.php?id=91&sub=journal&page=strat egic&awal=100) Keputusan yang dilakukan anak-anak dipengaruhi oleh pola pendidikan yang diperoleh anak, serta lingkungan pergaulan anak itu sendiri. Dalam pergaulan, pengalaman-pengalaman orang dewasa disekitar anak membuat anak memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk. Apabila tidak terdapat pengarahan dan bimbingan yang intensif, anak justru mengambil pengalaman dan tehnik orang dewasa tanpa memperhatikan baik dan buruknya. Anak-anak memulai penalaran dalam situasi yang ditandai dengan berbagai peraturanperaturan dalam masyarakat. Jika anak menemukan struktur yang berjalan secara efektif menurut nilai-nilai yang ada, maka ia akan menerima dan mempertahankan nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu yang standar. Namun jika anak menemukan peraturan tersebut dalam situasi yang berbeda, mentalnya akan terpengaruh secara jelek. Mereka kemudian dengan susah payah menganut sesuatu yang bersifat kontradiktif dalam pikirannya. Selain pergaulan, pola pendidikan yang diperoleh anak juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan moral anak. Anak-anak yang tumbuh dengan pendidikan moral yang baik berbeda pemikirannya dalam pengambilan keputusan moral jika dibandingkan dengan anak yang tumbuh dengan kurangnya pemahaman tentang pendidikan moral. Adapun pola pendidikan yang memegang peran penting dalam pengambilan keputusan moral anak yaitu keluarga. Sebagai mana pendidikan moral disekolah dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membentuk peserta didik memiliki moral yang luhur, berakhlak mulia, agar kelak berguna bagi bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu masalah yang erat hubungannya dengan perkembangan moral. pendapat yang di ungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Bergre (2005: 3) yaitu ”Education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect changes ini knowledge, skill, and attitudes of individuals, group or communities”. Artinya bahwa pendidikan itu dapat di definisikan sebagai commit to user kegitan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 kemampuan dan sikap dari individu, kelompok atau komunitas. Program pendiddikan moral diwujudkan teintegrasi dalam semua pelajaran yang ada agar menghasilkan warga negara yang baik. Sedang pendidikan moral dalam masyarakat atau pergaulan biasnya berupa norma. Norma yang ada masyarakat atau dalam pergaulan yaitu norma kesopanan, norma kesusilaan, norma agama, dan norma hukum. Norma yang ada harus dipatuhi sehingga dapat mewujudkan moral yang baik. Keluarga merupakan wadah yang pertama dan merupakan dasar yang fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat informal. Dalam keluarga seorang anak mendapat pendidikan dan pembinaan moral yang pertama kalinya. Dari lingkungan keluarga yang harmonis akan mampu memberikan keteladanan kepada anak-anak, maka akan tumbuh anak-anak yang memiliki kepribadian dengan pola yang mantap. Sejak dini keluarga merupakan yang besar dalam kehidupan anak. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang memberikan nasehat, arahan, bimbingan dan kasih saying saaat seorang anak menghadapi suatu permasalahan. Setiap permasalahan yang diputuskan kebanyakan masalah yang tidak dapat ditunda pemecahannya. Jadi jika masa pertimbangan sudah berakhir, maka harus segera mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternative. Dalam suatu penelitian yang dilakukan Dewi Anjarsari (2010:10) Menunjukkan bahwa keluarga yang penuh dengan pelanggaran atau hukuman menampilkan sosok anak yang juga sering melakukan pelanggaran karena orang tuanya juga memberikan contoh yang buruk, sering bertengkar, disiplin rendah, sikap yang tidak mematuhi norma masyarakat dan kemampuan ekonomi yang tidak menentu. Bagi anak yang berasal dari keluarga dengan kejujuran menampakkan hal yang sebaliknya. Latar belakang keadaan keluarga inilah yang mendasari kegiatan proses pemahaman yang diperlukan pendidik untuk bersikap kritis terhadap pernyataan bahwa pendidikan moral tidak sekedar menambah-nambah unsur jumlah watak atau tabiat, melainkan memberikan arahan kembali kepada sasaran yang lebih benar untuk dapat mencapai pembentukan commit tomoral user yang baik pada anak. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 Dengan demikian pola pendidikan moral dalam keluarga menjadi dasar kegiatan proses belajar-mengajar bagi anak dalam lingkungan sekolah. Artinya bahwa dengan pola pendidikan moral yang baik dalam lingkungan keluarga akan membantu anak dalam memperoleh pengetahuan moral di lingkungan sekolah. sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan pendidikan moral, sikap dan perilaku agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan perbuatan anak. Dengan pendidikan moral yang diterapkan dalam keluarga diharapkan dapat membantu anak dalam mengambil keputusan moral terhadap suatu permasalahan yang dihadapinya baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 3 Kartasuro. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka peneliti dapat mengidetifikasikan permasalahan yang terkaitsebagai berikut: 1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya pendidikan moral. 2. Kurangnya pendidikan moral dalam keluarga sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan moral yang sesuai. 3. Kurangnya pengetahuan anak dan pengawasan orang tua terhadap contoh yang sering ada di dalam lingkungan sekitar anak. C. Pembatasan Masalah Supaya masalah dapat dikaji dan dijawab secara mendalam dan tidak terlalu luas, penulis membatasi masalah hanya pada rendahnya pengambilan keputusan moral yang diasumsikan berkaitan dengan tinggi rendahnya pendidikan moral dalam keluarga, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura tahun ajaran 2010/2011. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 D. Rumusan Masalah Adakah hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa sekolah menengah pertama (SMP) negri 3 Kartasura? E. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa sekolah menengah pertama (SMP) Negri 3 Kartasura. F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Hasil penelitiaan ini dapat diharapkan memberikan kontribusi terhadap pendidikan moral mengenai pentingnya pengambilan keputusan moral. 2. Secara praktis a. Bagi siswa: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan sesuai hati nurani, karena adanya pengambilan keputusan moral merupakan sarana untuk mengalami perkembangan kematangan moral. b. Bagi orang tua dan guru: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar mampu mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang timbul karena pendidikan moral dalam keluarga sehingga siswa mampu mengambil keputusan moral. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Moral a. Pengertian Moral Moral berasal dari kata “Mos” atau “Mores” (jamak) dari bahasa Latin yang berarti adat istiadat, kebiasaan atau tingkah laku. Dalam bahasa Yunani moral dikenal dikenal dengan kata “ethos” yang selanjutnya menurunkan istilah etika. Dalam bahasa Arab, moral dikenal dengan istilah “Akhlak” yang selanjutnya dikenal dengan budi pekerti. Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku baku dalam hidup. Oleh Magnis Suseno dalam Asri Budiningsih (2008: 24) dikatakan bahwa “Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia”. Menurut Kaelan (2004: 93) moral adalah “Suatu ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik”. Selanjutnya Sjarkawi (2009: 28) mengatakan “Moral diartikan sebagai sarana untuk mengukur benartidaknya atau baik-tidaknya tindakan manusia”. Definisi lain menurut Poerwodarminta dalam Hamid Darmadi (2009 : 50) mengatakan “Moral merupakan ajaran tentang baik buruknya perbuatan atau kelakuan”. Dapat dilihat bahwa moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik dan buruk terhadap commit laku to user tingkah laku manusia. Tingkah ini mendasarkan diri pada norma6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Dengan demikian moral adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik dan benar. Perlu diingat baik dan benar menurut seseorang, tidak pasti baik dan benar menurut orang lian. Karena itulah diperlukan adanya prinsip-prinsip kesusilaan atau moral yang dapat berlaku umum, yang telah diakui kebenarannya dan kebaikan oleh semua orang. Jadi jelas, moral dipakai untuk memberikan penilaian atau predikat tingkah laku seseorang. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa moral adalah kumpulan peraturan tentang bagaimana manusia harus bertingkah laku yang baik dalam hidup atau dengan kata lain perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik dan buruk. Moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Moral pada dasarnya tumbuh dan berkembang dalam pergaulan dengan sesama manusia dan masyarakat, akhirnya terbentukkan moral dengan melalui tahap-tahap perkembangan. b. Nilai Moral Menurut pendapat Sjarkawi (2009: 27) “Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat dikuasai, diinginkan,berguna,dihargai, dan dapat menjadi obyek penting”. Nilai atau ”value” (bahasa Inggris) termasuk dalam bidang kajian filsafat. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya ”keberhargaan” (worth) atau kebaikan ”goodness”, dan kata kerja yang artinya suatu kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. (Fransena dalam Hamid Darmadi, 2009: 67). Menurut pendapat Hamid Darmaji(2009:27-28) “nialai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika (benar-salah), estetika (bagus-buruk), etika (adil/tidak adil), agama (dosa dan halal-haram)serta user menjadi acuan dan atascommit sistemtokeyakinan diri maupun kehidupan.” perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 Sedangkan menurut Winarno (2006: 5) “nilai merupkan sesuatu yang baik yang diciptakan manusia”. Di dalam Dictionary of Sosiology and Related Sciuences dikemukan bahwa “nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia” (Hamid Darmaji, 2009: 67). Jadi nilai pada hakekatnya sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek, bukan objek itu sendiri. “Sesuatu yang mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu” ( Kaelan, 2004: 87). Setelah mengetahui pengertian nilai selanjutnya mengenai moral, menurut Hamid Darmadi (2009: 50) Moral adalah “ ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan”. Moral jua merupakan suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang timbul karena adanya interaksi atara individu-individu dalam pergaulan. Sebagai dua istilah yang memiliki kaitan sutau dengan lainnya, nilai dan moral sebelumnya tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai moral. Menurut Sjakawi ( 2009: 29) bahwa “nilai moral adalah segala nilai yang berhubungan dengan konsep baik dan buruk”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan nilai moral adalah suatu nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat dan memberikan penilaian terhadap tinggkah laku manusia. Tidak semua nilai adalah nilai moral, tetapi nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia tentang hal yang baik dan buruk. Hal ini dapat diperlihatkan dengan mempelajari ciri-ciri nilai moral. Nilai moral mempunyai ciri-ciriyang terkait dengan nilai moral. Menurut K. Bertens (2007: 143-147) mengemukkan ciri-ciri nilai moral sebagai berikut: 1) Berkaitan dengan tanggung jawab, 2) Berkaitan dengan hati nurani, 3) Mewajibkan dan, 4) bersifat formal. commit to user Adapun penjelasan dari ciri-ciri moral adalah sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 (1) Berkaitan dengan Tanggung Jawab kita Nilai moral ialah bahwa nilai ini berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai-nilai moral mengakibatkan bahwa seseorang bersalah atau tidak bersalah, karena ia bertanggung jawab. (2) Berkaitan dengan Hati Nurani Nilai moral adalah bahwa hanya nilai ini menimbulkan ”suara” dari hati nurani yang menuduh kita bila meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila mewujudkan nilai-nilai moral. (3) Mewajibkan Bahwa nilai moral mewajibkan kita secara absolut dan tidak bisa ditawar-tawar. Nilai-nilai moral harus diakui dan harus direalisasikan. Tidak bisa diterima, bila seseorang acuh tak acuh terhadap nilai-nilai lain. (4) Bersifat Formal Kita merealisasikan nilai-nilai moral dengan mengikutsertkan nilai-nilai lain dalam suatu ”tingkah laku moral”. Tidak ada nilai-nilai yang ”murni”, terlepas dari nilainilai lain. Hal itulah yang kita maksudkan dengan mengatakan bahwa nilai moral bersifat formal. Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yang menjadi ciri khas dan menandai nilai moral merupakan tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja, secara mau dan tahu dan tindakan itu secara langsung berkenaan dengan nilai pribadi (person) manusia dan masyarkat manusia. Dengan demikian perlu ditanamkan nilai moral supaya manusia mempunyai moral yang baik. Sedangkan menurut Likona dalam buku Educating For Character user oleh Asri Budiningsih (2008:6) dalam Paul Suparno, dkk.commit Yang to sikutip perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 menekankan pentingnya memperhatikan tiga unsur dalam menanamkan nilai moral, yaitu pengertian atau pemahaman moral (moral knowing), perasaan morl (moral felling), dan tindakan moral (moral actioan). Adapun penjelasan dari ketiga unsur diatas adalah: (a) Pengertian atau pemahaman moral Pengertian atau pemahaman moral adalah kesadaran rasionalitas moral atau alasan mengapa seseorang harus melakukan hal itu, suatu pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai moral”. (Asri Budiningsih, 2008: 6). Selanjutnya pengetahuan atau pemahaman moral ini merujuk kepada aspek kognitif tentang moraliti (akhlak) yang melibatkan pemahaman tentang apa yang betul dan baik. Penalaran moral sebagai unsur pengetahuan moral (moral knowing), bahwa penalaran moral pada intinya bersifat rasional. Suatu keputusan moral bukanlah soal perasaan atau nilai, melainkan selalu mengandung tafsiran kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntutan, hak, kewajiban, dan keterlibatan individu, atau kelompok terhadap hal-hal yang lain. (Asri Budiningsih, 2008: 27). (b) Perasaan moral Perasaan moral, lebih pada kesadaran akan hal-hal yang baik dan tidak baik. Perasaan mencintai kebaikan daan sikap empati terhadap orang lain merupakan ekspresi dari perasaan moral. Perasaan moral ini sangat mempengaruhi seseorang untuk berbuat baik. Oleh sebab itu perasaan moral perlu diajarkan dan dikembangkan dengan memupuk perkembangan hati nurani dan sikap empati.(Asri Budiningsih, 2008: 7). (c) Tindakan moral Tindakan moral yaitu kemampuan untuk melakukan keputusan perasaan moral ke dalam perilaku-perilaku nyata. Tindakan-tindakan moral ini perlu difasilitasi agar muncul dan berkembang dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 pergaulan sehari-hari. Lingkungan sosial yang kondusif untuk memunculkan tindakan-tindakan moral ini sangat diperlukan dalam pembelajaran moral. (Asri Budiningsih, 2008: 7) Dari ketiga undur nilai moral diatas, dalam penlitian ini peneliti menekan pada unsur tindakan moral (moral action). Tindakan moral dalam penelitian ini mempunyai makna kemampuan seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan moral. c. Norma Moral Menurut Kaelan (2004: 92) mengatakan “wujud yang lebih konkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu norma”. Sedangkan menurut Sjarkawi (2009: 32) bahwa “kaidah atau norma merupakan petunjuk tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang telah di yakini kebenarannya”. Pendapat lain diungkapkan oleh Winarno (2006: 6)” norma adalah acuan bagi manusia sebagai perwujudan dari nilai tentang bagaimana seyogyanya manusia berperilaku dalam kehidupan”. Sehingga dapat dikatakan bahwa norma merupakan perwujudan dai nilai yang berisi anjuran, perintah, pengaturan, larangan untuk berbuat atau tidak berbuat bagi manusia. Norma bisa berbentuk tertulis atau tidak tertulis yang dapat digolongkan berbagai macam. Mnurut Winarno (2006: 6) mengatakan “norma-norma yang berlaku di masyarakat secara umum digolongkan menjadi empat macam”. Adapun penjelasanya sebagai berikut: 1) Norma agama yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan yang berasal dari Tuhan. 2) Norma moral/kesusilaan adalah peraturan/ kaidah yang bersumber dari hati nurani dan merupakan nilai-nilai morl yang mengikuti manusia. 3) Norma kesopanan adalah peraturan/ kaidah yang bersumber dari pergaulan hidup antara sesama manusia. 4) Norma hukum adalah peraturan/kaidah yang diciptakan oleh negara to user (Winarno, 2006:7). yang sifatnya mengikatcommit atau memaksa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa norma dapat berupa norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum. Sehingga semua perilaku moral harus selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah ada. Setelah mengetahui pengertian norma selajutnya membahas membahas pengertian norma moral. Menurut Kaelan (2004: 85) “norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut maupun buruk”. Pendapat lain diungkapkan Asri Budinimangsih (2008: 24) “norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan norma moral yaitu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam masyarakat dan masyarakat dan itu harus disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 2. Tinjauan Keluarga a. Pengertian Keluarga Istilah keluarga dalam bahasa Indonesia tidak hanya digunakakan dalam satu arti, melainkan banyak arti. Menurut pandangan sosilologis keluarga dalam arti luas meliputi semua pihak yang mempunyai hubungan darah atau keturunan, sedangkan dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dengan anak-anaknya. Menurut Paul B. Horton sebagaimanan setelah dikutip oleh Kamrin Buseri (1992 : 8) “Keluarga adalah kesatuan fungsi yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang diikat oleh ikatan darah dan tujuan bersama.” Pendapat yang hampir sa/ma dikemukakan oleh Umar Tirtaraharja dan La Sulo(1994 : 50) “Keluarga adalah kelompok primer yang terdiri atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.” commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 Pujosuwarno (1994:33) menggemukakan pendapat bahwa “Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak sendiri atau dengan anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.” Menurut WJS. Purwodarminto (1996 : 413) “Keluarga adalah bapak, ibu dengan anak-anaknya dan seisi rumah.” Beberapa definisi diatas, penulis dapat menyimpulakan bahwa definisi keluarga suatu perkumpulan kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, melalui sutu hubungan yang syah, dimana anak diharapkan mampu mencontoh pola tingkah laku dari orang tua dan orang-orang terdekatnya yang berada dekat dengan lingkungan keluarga. b. Macam keluarga Menurut Vembriarto (1993: 49) keluarga dibedakan menjadi dua yaitu pertama, “Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak. Kedua, keluarga yang diperluas (extented family) adalah keluarga inti yang diperluas, selain ada suami, istri, dan anak-anak ada juga terdapat nenek, kakek, paman dan bibi,kemenakan dan saudara-saudara lainnya”. Pada umumnya keluarga yang ada di pulau jawa terutama di pedesaan keluarga diperluas, karena satu keluarga terdiri dari keluarga inti ditambah nenek, kakek, paman, bibi, kemenakan,dan saudara lain. Menurut vebrianto (1993: 34-35) keluarga sebagai tempat individu dilahirkan dan mengalami proses sosialisasi disebut keluarga orientasi. Sedangkan keluarga yang dibentuk melalui perkawinan dan anak-anak sebagai hasil perkawinannya disebut keluarga prokreasi. Keanggotaan individu mula-mula adalah dalam keluarga orientasi, kemudian karena perkawinan beralih kepada keluarga prokreas. Dari beberapa pendapat diatas bahwa keluarga erdiri dar dua macam yaitu keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan anak, dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 keluarga tambahan yang terdiri dari orang tua, anak, dan kakek dan nenek. 3. Tinjauan Pendidikan Moral Dalam Keluarga a. Pengertian Pendidikan Moral Menurut Nurul Zuriah (2007: 22) “pendidikan moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan mempertimbangkan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Menurut Hamid Hamadi (2009:53)”pendidikan moral adalah menyangkut aspek dari pada waktu seseorang, yang sama pendidikannya waktu itu baru dapat di mulai pada waktu ia massuk sekolah”. Pengertian pendidikan moral menurut pendapat Salam (2000:76) adalah Pendidikan moral adalah sebagai suatu proses yang disengaja di manapara warga muda dari masyarakat dibantu supaya berkembang dari masyarakat dibantu supaya berkembang dari orientasi yang berpusat pada diri sendiri mengenai hak-hak dan kewajiban mereka, ke arah pandangan yang lebih luas, yaitu bahwa dirinya berada dalam masyarakat dan kearah pandangan yang lebih mendalam mengenai diri sendiri. Pengertian pendidikan keluarga menutut Notok(2007) adalah proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat, dimana keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama atau utama dalam penanaman norma atau perkembangan suatu kebiasaan dan perilaku peting dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. (http://notok2001.blogspot.com/2007/07pendidikan-dalamkeluarga-.html) Sedangkan menurut Purwa Hardiwardoyo(1990:16) pengertian pendidikam moral dalam keluarga merupakan: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 Pokok-pokok materi penting tentang moral yang diajarkan orang tua, yang lebih luas dengan nilai-nilai yang lebih rumit misalnya sopan santun dalam pergaulan disiplin, tekun, berkerja sama, dan belajar bertaqwa kepada Tuhan. Sedangkan menurut pendapat Anne Ahira (2011) “ pendidikan nilai yang mengarah pada pembentukan moral yang sesuai dengan norma-norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia utuh dalam konteks sosialnya”. Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan moral adalah suatu proses yang dilakukan untuk menanamkan nilai moral yang berupa norma yang berlaku dalam masyarakat yaitu norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum pada anak agar dapat berkembang dan bersosialisasi dengan masyarakat yang dilakukan oleh keluarga. b. Tujuan Pendidikan Moral Dalam Keluarga Menurut pandangan Salam (2000:80) “tujuan pendidikan moral adalah membimbing para generasi muda untuk memahami dan menghayati pancasila secara keseluruhan dan setiap sila”. Tujuan akhir adalah agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangunan dirinya sendiri serta bersama-bersama bertanggung jawab atas pembangunan. Frankena dalam Sjarkawi (2009: 49) mengemukakan lima tujuan pendidikan moral sebagai berikut: 1. Mengusahakan suatu pemahaman “pandangan moral” ataupun cara-cara moral dalam pertimbangkan tindakan –tindakan dapenempatan keputusan apa yang sharusnya dikerjakan, seperti membedakan hal estetika, legalitas, atau pandangan tentang kebijaksanaan. 2. Membantu mengembangkan kepercayaan atau mengamdopsi satu atau beberapa prinsip umum yang fundamental, ide atau nilai sebagai suatu pijakan atau landasan untuk pertimbangan moral dalam menetapkan suatu keputusan. 3. Membantu mengembangkan commit to user kepercayaan pada dan atau mengamdopsi norma-norma konkret, nilai-nilai, kebaikan- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 kebaikan seperti pada pendidikan moral tradisional yang selama ini di praktekkan. 4. Mengembangkan suatu kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang secara moral baik dan benar. 5. Meningkatkan pencapaian refleksi otonom, pengendalian diri atau kebebasan mental spiritual, meskipun itu disadari dapat membantu seseorang menjadi pengkritik terhadap ide-ide dan prinsip-prinsip, dan aturan-atuan umum yang sedang berlaku. Pendapat lain tentang tujuan pendidikan moral secara filosofis yang dikemukakan Kant yang dikutip Sjarkawi (2009: 50),”yaitu (1) Memaksimalkan rasa hormat kepada manusia secara perorangan. (2) memaksimalkan unversalisasi”. Dari uraian diatas dapat disimpulakan pendidikan moral dalam keluarga bertujuan agar menciptakan manusia yang bertanggung jawab, kritis, dan memetuhi peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat membangun kepercayaan dirinya. c. Macam Pendidikan Moral Dalam Keluarga Menurut Notok (2007) secara garis besar pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu “1) Pembinaan akhlak dan akidah, 2) Pembinaan intelektual, 3) Pembentukan Kepribadian”. (http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalamkeluarga.html). Dari uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pembinaan akhlak. Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku, pendidikan, dan pembinaan akhlak dengan contoh dan teladan orang tua dalam pergaulan antara ibu, bapak, dan keluarga. 2. Pembinaan intelektual. Pembinaan intelektual dalam keluarga memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia, baik intelektual, spritual maupun sosial. commit todan user 3. Pembinaan kepribadian sosial. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 Dalam hal ini yang baik adalah kewajiban orang tua untuk menenamkan pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak yang belum mengenal arti penting berbuat baik. Berperilaku sopan santun dalam bersosialisasi sdengan sesamanya nilai yang harus diterapkan. Orang tua dapat mengajarkan agar dapat berbakti kepada orang tua agar kelak sianak dapat menghormati orang lebih tua darinya. (http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalamkelarga.html) d. Cara Pendidikan Moral Dalam Keluarga Menurut Abied (2009) ada lima metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan moral dalam keluarga yaitu “1). Metode teladan, 2) Metode nasehat, 3) Metode pembiasaan4) Metode kisah, 5) Hadiah dan hukuman” . (http://www.masabied.com/2009/10/03/orang-tua-danpendidikan-moral-bagi-anak) Penjelasan mengenai uraian di atas adalah sebagai berikut: 1. Metode Teladan. Teladan yang baik dari orang tua dibutuhkan pada hal-hal berikut : a) Konsekuen dalam melaksanakan sikap terpuji dan akhlak mulia karena satu kali saja berbuat salah di depan anak, maka terhapuslah semua yang baik di matanya. b) Sebagian besar akhlak yang terpuji didapati anak dari contoh dan teladan orang tuanya. Sifat dermawan, berani, amanah, menghormati orang lain, dll adalah sifat yang didapat anak dari sikap orang tuanya yang ia lihat langsung. c) Sampai usia empat tahun, anak menjadikan orang tuanya sebagai teladan utama. 2. Metode Nasehat Memberikan pengertian sangat penting bagi perkembangan anak karena dengan pengertian yang akan menjadikan dirinya commit to user memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 dilakukan. Sebagai orang tua, saat memberikan pengertian terhadap sesuatu yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan hendaklah benar-benar kita terapkan juga, dan jangan sampai melanggarnya, apalagi kalau anak melihatnya. Begitu juga dalam memberikan peraturan dan perintah hendaknya melihat kondisi dan sesuai dengan masa, usia perkembangannya. Karena kita tidak memaksakan sesuatu sekehendak diri kita, melainkan melihat, memperhatikan kondisi perkembangannya. 3. Metode Pembiasaan Metode pembiasaan sangat penting untuk diterapkan karena pembentukan moral dan rohani tidaklah cukup tanpa pembiasaan sejak dini. Untuk terbiasa hidup disiplin, teratur, tolong menolong dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinu setiap hari dan dibarengi dengan keteladanan dan panutan, karena pembiasaan tanpa dibarengi contoh tauladan akan sia-sia. 4. Metode Kisah Dalam Islam metode kisah mempunyai fungsi edukatif tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian selain bahasa. Anak-anak menyukai mendengarkan cerita karena daya hayal mereka luas dan karena kisah atau cerita bisa menggambarkan suatu peristiwa seperti nyata.. 5. Hadiah dan hukuman Namun yang harus diperhatikan ornag tua adalah bahwa hadiah dan hukuman itu tidak menjadikan anak lupa apa yang dilakukan dan diperbuatnya, hanya memperhatikan hadiahnya. Di sinilah dibutuhkan peran orangtua bagaimana agar dalam memberikan hadiah yang menjadikan baik bagi anak. Begitu juga dalam memberikan hukuman pada anak, commit to user sebaiknya memberikan pengertian tentang kesalahan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 diperbuatnya.(http://www.masabied.com/2009/10/03/orangtua-dan-pendidikan-moral-bagi-anak) e. Definisi Kopseptual Pendidikan Moral Dalam Keluarga Berdasarkan berbagai pendapat tentang pendidikan moral dalam keluarga di atas maka dapat dirumuskan konsep pendidikan moral dalam keluarga adalah suatu proses yang dilakukan untuk menanamkan nilai moral yang berupa norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum yang berlaku dalam masyarakat pada anak agar dapat berkembang dan bersosialisasi dengan masyarakat yang dilakukan oleh keluarga. Setelah diketahui definisi konseptual pendidikan moral dalam keluarga selanjunya dijelaskan definisi operasional pendidikan moral dalam keluarga. f. Definisi Operasional Pendidikan Moral Dalam Keluarga Atas dasar konsep tersebut maka dapat dirumuskan definisi operasional pendidikan moral dalam kelurga, pendidikan yang berkaitan tentang penanaman nilai moral yang berupa norma yang berlaku dalam masyarakat : 1. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma agama. 2. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma kesopanan. 3. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma kesusilaan. 4. Pendidikan moral yang sesuai dengan norma hukum. 4. Tinjauan Pengambilan Keputusan Moral a. Pengertian Pengambilan Keputusan Moral Menurut Siagian (1979: 83), pengambilan keputusan adalah : “suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menuntut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.” Pendapat Kolhbelg dalam Asri Budiningsih (2008: 25) “berpendapat bahwa penalaran moral bukanlah tentang apa yang baik atau yang buruk melainkan bagaimana seseorang sampai pada keputusan bahwa sesuai adalah baik dan buruk” Menurut Asri Budiningsih (2008: 27)” mengemukan bahwa keputusan moral bukanlah soal perasaan moral atau nilai yang selalu mengandung tafsiran kognitif yang aktif dengan memperhatikan tuntutan, hak, kewajiban, dan keterlibatan individu atu kelompk mengenai hal-hal yang baik.” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pencarian permasalah yang di lakukan dengan pertimbanga-pertimbangan yang sesuai dengan hati nurani. b. Kondisi Pengambilan Keputusan Berdasarkan lingkungan atau kondisi, pengambilan keputusan menurut Iqbal Hasan (2002:53) dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, suatu keputusan dalam kondisi kepastian apabila hasil dari setiap alternatif tindakan dapat ditentukan secara pasti. 2. Pengambilan keputusan dalam kondisi berisik, adalah keadaan yang memenuhi beberapa syarat, tindakan alternatif sebagai tindakan yang fisibel, memiliki nilai perolehan sebagi hasil kombinasi suatu tindakan tertentu. 3. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti adalah sutu keadaan yang mempunyai alternatif tindakan fisibel, tidak diketahuinya probabilitas masing-masing kejadian. 4. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik terjadi apabila setiap keputusan yang diambil berasal dari persaingan antara dua atau lebih. c. Langkah Pengambilan Keputusan Moral commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 Menurut Anonim (2010) dalam Warta Waraga ada tiga langkah yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan moral yaitu: “Utilitarisanisme, Intuisionisme, dan Situasional”. Adapun penjelasanya dari tiga langkah pengambilan keputusan 1) Utilitarisanisme Paham unilitarisanisme adalah paham yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, menguntungkan, berfaedah, dan yang jahat atau buruk adalah yang tidak bermanfaat, tak berfaedah,merugikan. Secara umum paham unilitarisanisme menilai sebuah tindakan berdasarkan hasil yang dicapainya, apakah mereka membawa kebaikan bagi manusia atau tidak. Paham ini juga disebut juga paham teleologis, bahwa semua sistem terarah kepada tujuan. Salah satu kekuatan utilitarianisme adalah bahwa mereka menggunakan sebuah prinsip dengan jelas dan rasional. 2) Intuisionisme Intuisionisme berasal dari bahasa inggris: intuition, adalah pandangan bahwa manusia nemiliki sebuah kecakapan, yang biasa disebut hati nurani yang memampukan mereka untuk melihat secara langsung apa yang disebut benar atau salah, jahat atau baik secara moral. Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses logika baik deduktif maupu induktif. Teori ini juga disebut dengan teori deontologi yang berasal dari bahasa Yunani: Deon (apa yang harus di lakukan, kewajiban), berdasarkan hati nurani. Intuisionisme adalah sistem etika lainnya yang tidak mengukur baik tidaknya sesuatu perbuatan yang berdasarkan hasilnya melain kan semata-mata berdasarkan maksud pelaku dalam melakukan perbuatan tersebut. commit to user 3) Situasional perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 Pedekatan ini dikemukakan oleh seorang tokoh etika, Joseph Fletcher, yaitu pendekatan situasional. Fletcher berpendapat tidak ada sistem yang benar-benar dapat digunakan bagi semua situasi yang dihadapi oleh pelaku. Pandangan ini memang lebih condong kepada paham intuisionisme, namun kadang-kadang juga bisa menjadiutilitarianisme. (http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/jenis-keputusanmoral) Ketiga pendekatan pengambilan keputusan moral tersebut adalah langkah dasar dalam menentukan suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Dari ketiga langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengambilan keputusan seseorang yang sesuai dengan teori yang digunakan adalah pendekatan situasional. Unsur-unsur Pengambilan Keputusan d. Unsur –unsur dari pengambilan keputusan menurut Iqbal Hasan (2002: 55) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dari pengamibilan keputusan. 2) Identifikasi alternatif-alternatif keputusan unuk memecahkan masalah. 3) Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui. 4) Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil suatu pengambilan keputusan. Unsur lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Erlin Tianti (2008 dalam www. Google.com )” adalah masyarakat, keluarga ,diri sendiri dan kepercayaan terhadap tuhan”. pengambilan keputusan merupakan sebagai pelaksanaan beberapa tahapan yang dilalui sebagai proses pembentukan kerangka dasar dalam pembuatan keputusan yang akan diambil dan sebagai dasar operasional atau langkah yang akan diambil. Menurut Herbert A. Simon dalam Iqbal Hasan (2002: 24) proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga (3) fase keputusan, yaitu sebagai berikut: 1) Fase Intelegensia, merupakan penelusuran informasi untuk keadaan commit to user yang memungkinkan dalam rangka pengambilan keputusan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 2) Fase Desain, merupakan fase pencarian atau penemuan, pengembangan serta analisis kemungkinan suatu tindakan. Menentukan batasan-batasan perm 3) Fase Pemilihan, merupakan fase seleksi alternatif atau tindakan yang dilakukan dari berbagai alternatif yang kemudian diputuskan dan dilaksanakan. e. Definisi Konseptual Pengambilan Keputusan Moral Berdasarkan berbagi pendapat tentang pengambilan keputusan moral di atas maka dapat dirumuskan konsep pengambilan keputusan moral adalah keputusan yang diambil setelah melalui pertimbangan atas masalah moral secara rasional dan berdasarkan suara hati yang sesuai baik buruknya situasi yang mengandung moral sehingga sesuai dengan pendidikan moral yang diberikan oleh keluarga. f. Definisi Operasional Pengambilan Keputusan Moral 1) Fase Intelegensia (penelusuran informasi atau pengamatan lingkungan dalam rangka pengambilan keputusan) 2) Fase Desain (pencarian atau penemuan, pengembangan serta analisis kemungkinan suatu tindakan) 3) Fase Pemilihan (seleksi alternatif atau tindakan yang dilakukan dari alternatif-alternatiuf yang ada). 5. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan a. dengan Pendidikan Nilai Moral Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan di dalam suatu konsep pendidikan sangatlah perlu diberikancommit kepadatoseorang user siswa yang menempuh suatu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 jenjang pendidikan baik itu SD, SMP maupun di SMA serta perguruan tinggi karena pendidikan kewarganegaraan memiliki peranan yang penting dalam pembentukan moral dan budi pekerti seseorang dalam kehidupan bernegara. Menurut Syahrial Syarbaini dkk (2006:4), mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut: ”Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk program kulikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural, dan kajian ilmu kewarganegaraan.” Pendapat lain diungkapkan oleh Sumarsono (2002: 3) bahwa ”Pendidikan Kewarganegaraan adalah dimaksudkan agar warga negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila”. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI. H.A Kosasih Djahiri (2008) mengemukakan bahwa PKN atau Civic Education adalah program programatik–prosedural membudyakan pendidikan/pembelajaran yang secara berupaya memanusiakan (humanizing) dan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara yang bersangkutan. (http://gurupkn.wordpress.com/2008/05/13/esensi-pendidikan-nilaimoral-dan-pkn-di-era-globalisme/). Maka dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan pendidikan kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD commit to user 1945. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 Dalam statusnya yang pertama bisa disebut sebagai PKn persekolahan. Dalam persekolahan di negara kita, Pendidikan kewarganegaraan mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim. Sejarah perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civics (1961), Pendidikan Kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1975 dan 1984), Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/PPKn (1994), Pelajaran Kewarganegaraan (2004) dan terakhir adalah keluarnya standar isi dan kompetensi mata pelajaran pada tahun 2006, Pelajaran Kewarganegaraan berganti nama menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (Winarno, 2006: 21). Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta ruang lingkup Sesuai dengan rumusan tentang tujuan fungsi, visi misi, dan ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu mata pelajaran yang wajib diajar di setiap jalur pendidikan, maka aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan setidaknya menyangkut tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau watak. Menurut Branson dalam Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 55-61) ”Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan, terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan Kewarganegaraan (civics skill), (civics knowledge), Kecakapan Watak Kewarganegaraan (civics dispsition)”. Pendapat lain diungkapkan oleh Dasim Budimansyah (2007) bahwa ”Kompetensi penguasaan bahan ajar dalam PKn mencakup 3 aspek, yaitu memahami Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge), memahami Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills), dan memahami Etika to user Kewarganegaraan (Civiccommit Ethic). Pada aspek kompetensi tentang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 pemahaman Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) khusus pada subkompetensi pemahaman nilai, norma, dan moral”. Kompetensi yang pertama yaitu Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge). Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 55) mengatakan ”Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaran) berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara”. Pendapat lain diungkapkan oleh Sri Wuryan dan Syaifullah (2008:78) ”Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan substansi atau informasi yang harus diketahui oleh warga negara, seperti pengetahuan tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undangundang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kewaraganegaraan (Civic Knowledge) berkaitan dengan pengetahuan yang harus dikuasai warga negara seperti tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya”. Kompetensi yang kedua yaitu Kecakapan Kewarganegaraan (civics skill). Menurut Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 58) ”Civic skill (kecakapan kewarganegaraan) mencakup kecakapan intelektual atau kecakapan berpartisipasi”. Pendapat lain diungkapkan pleh Sri Wuryan dan Syaifullah (2008: 78) ” keterampilan kewarganegaraan berkaitan dengan kemampuan atau kecakapan intelektual, sosial, dan psikomotorik”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan-kecakapan intelektual penting untuk terbentuknya warga negara yang berperpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab. Selanjutnya kompetensi yang ketiga yaitu Watak Kewarganegaraan (civics dispsition). Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi (2008: 61) mengatakan ”Civic disposition (watak kewarganegaraan) mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional” (Dasim Budimansyah dan to user Karim Suryadi, 2008: 61).commit Selanjutnya menurut Sapriya dalam Sri Wuryan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 dan Syaifullah (2008: 78) dijelaskan karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Sedangkan karakter publik seperti kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa watak kewarganegaraan mengisyaratkan pembentukan pada karakter bagi warga nergara. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, setelah itu memiliki keterampilan yaitu ketrampilan intelektual dan pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang mapan yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. Dari aspek-aspek kompetensi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai tujuan dan fungsi , visi dan misi, serta ruang lingkup. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam hal : (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. (2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2006) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 Tujuan PKn menurut Eric (1996) yang dikutip dalam International of Definition Civic Education as Journal Subject dari http//www.Geogle.com. bahwa, ” The first objective of civic education is to teach thoroughly the meaning of the most basic idea, so that students will know what a constitutional democracy is and what it is not .”Artinya bahwa tujuan pertama pendidikan kewarganegaraan adalah teliti di dalam mengajar sehingga siswa akan mengetahui apa yang termasuk konstitutional dan demokrasi ataupun dengan yang tidak konstitutional dan tidak demokrasi sehingga siswa diharapkan dapat membedakan diantara keduanya. Sementara itu, menurut Dasim Budimansyah (2007) “mata pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945” (http://pustaka.ut.ac.id/). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolahan yang bertujuan dan berfungsi membentuk diri peserata didik cerdas, terampil dan berkarakter, berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta bertindak sesuai denagn amanat pnacsila dan UUD 1945. b) Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan Mata pelajaran PKn memiliki visi, yaitu "terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara". Sedangkan misi mata pelajaran PKn, yaitu "membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan UUD 1945”. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007). Menurut Dasim Budimansyah (2007), menyebutkan “misi mata pelajaran PKn, yaitu "membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi oleh kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran moral" (http://pustaka.ut.ac.id/). Dari pendapat di atas jelas bahwa visi misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu sebagai sarana pembinaan watak bangsa serta untuk meweujudkan warga negara yang baik yakni warga negara sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. c) Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) persatuan dan kesatuan bangsa; (2) norma, hukum dan peraturan; (3) HAM; (4) kebutuhan warga negara; (5) konstitusi negara; (6) kekuasaan dan politik; (7) pancasila; (8) globalisasi. (Departemen Pendidikan Nasional, 2006 ). Pendapat senada diungkapkan Dasim Budimansyah (2007) bahwa: Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada bidang kajian dan aspek-aspeknya sebagai berikut persatuan bangsa; nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum); hak asasi manusia; kebutuhan hidup; kekuasaan dan politik; masyarakat demokratis; Pancasila dan konstitusi negara dan globalisasi. (http://pustaka.ut.ac.id/). Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat perlu untuk diajarkan disetiap sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai pada sekolah menengah karena melalui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik dapat belajar untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas dan berkarakter. b. Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pendidikan Nilai Moral Dasim Budimansyah (2007 dalam http://pustaka.ut.ac.id) mengatakan ”pentingnya mata pelajaran PKn diberikan di sekolah adalah dalam rangka membina sikap dan perilaku siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 serta menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar baik yang berkaitan dengan masalah commit toideologi user maupun budaya”. Selanjutnya, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral atau budi pekerti perlu diajarkan di sekolah. Hal ini karena sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap kedewasaan peserta didik. Menurut Winarno (2008: 78) ”dalam klasifikasi filsafat, nilai moral (nilai kebaikan) adalah yang menjadi fokus dan bahan bagi pelajaran PKn”. Menurut pendapat Winarno (2006: 19) dalam modus pemberian pendidikan budi pekerti, para pakar berbeda pendapat. Pendapat pertama, bahwa pendidikan budi pekerti diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan budi pekerti diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran civics/PPKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pemndapat ketiga, pendidikan budi pekerti terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Pendapat lain diungkapkan Sjarkawi (2009:114) bahwa “Pendidikan moral terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran di sekolah, terutama dalam mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, IPS, dan Bahasa Indonesia”. Artinya pendidikan moral tidak hanya diajarkan melalui satu mata pelajaran saja, melainkan terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran yang ada. Salah satu mata pelajaran yang menanamkan pendidikan moral yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegraan yang diajarkan di sekolah merupakan bagian dari suatu usaha pembentukan kepribadian yang baik dan peningkatan pertimbangan moral peserta didik. Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang paling menonjol adalah sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu secara singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral. Alasannya antara lain sebagai berikut; a). Materi PPKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45 beserta dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia. b). Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan nilainilai tersebut dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari. c). Proses pembelajarannya menuntut terlibatnya emosional, commit to user intelektual, dan sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati (bersifat afektif) dan dilaksanakan (bersifat perilaku) (Anonim, 2007: 12). 6. Hubungan Pendidikan Moral Dalam Keluarga Dengan Pengambilan Keputusan Moral Menurut Kohlberg dalam Sjakawi (2009:70-71) untuk meningkatkan pertimbangan moral lingkungan rumah tangga atau tempat tinggal berperan penting. Oleh karena itu orang tua hendaknya mengkondisikan lingkungan keluarga sehingga mampu mensimulasi kearah tingkat pekembangan moral yang lebih tinggi. Akan tetapi kondisi keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan pertimbangan moral anak, jika kondisi rumah itu tersedia kondisi yang mampu mendatangkan perubahan pemikiran moral. Akan tetapi jika keluarga tidak mampu menciptakan kondisi yang di harapkan, maka akan mendatangkan pengaruh negatif bagi pemikiran moral anak. Menurut Piaget dalam Sjarkawi (2009: 52-53) menyatakan bahwa “pertimbangan moral dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor eksternal yang dipengaruhi orang tua dan teman sebaya atau teman sepermainan, sedangkan faktot internal dipengaruhi oleh tingkat perkembangan intelektual, perkembangan intelektual yang memadai yang dipengaruhi oleh orang tua dan kelompok teman sebaya. Pendidikan moral dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai kemanusian dan nilai ketuhanan yang dilakukan dengan cara memberikan teladan, nasehat, pembiasaaan yang baik, memberikan kisah-kisah yang baik, dan pemberiaan hadiah dan hukuman yang sesuai dengan perbuatan anak tersebut. Pendidikan moral yang diberikan tersebut dapat meningkatkan penalaran tentang pengambilan keputusan moral. Hal ini sesuai dengan pendekatan situasional dalam pengambilan keputusan moral yang menekankan bahwa sistem pengambilan keputusan moral yang digunakan oleh setiap manusia berbeda-beda tergantung pada situasi yang dihadapi pelaku. Dengan demikian situasi yang dihadapi seorang anak commit to user kontribusi dalam pengambilan dalam lingkungan keluarga memiliki perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 keputusan moral. Pengambilan keputusan moral yang dipengaruhi oleh pendidikan moral , juga dipengaruhi dengan tingkat pendidikan, emosional dan lingkungan. Jadi semakin baik pendidikan moral yang diberikan maka akan semakin baik pula keputusan yang diambil oleh anak tersebut. Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral. Kerena, pendidikan moral merupakan cara keluarga untuk berinteraksi dengan sikap anak yang salah stunya berhubungan dengan sikap baik anak dalam masyarakat. 7. Teori Belajar Sosial ( Social Learning Theory ) Teori ini bersumber pada ajaran empiris dan teori behaviorisme yang pada hakikatnya manusia adalah ketas kosong ( blank slate ) yang akan ditulisi masyarakat dan pengalaman hidup. Macobby mengemukankan bahwa perilaku moral ialah perilaku baik dan benar yang ditetapkan dalam masyarakat dan mereka menetapkan sanksi-sanksi yang berlaku. Dalam pandangan ini orang tua dianggap mempunyai peran penting , dan masyarakaty merupakan sumber dari otoritas moral dan sekolah yang mengenalakan aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat. Pendidikan moral yang bersumber pada teori belajar sosial disebut dengan pendidikan moral berlandasarkan penanaman nilai. Pendidikan yang berdasarkan pendekatan penanaman nilai yang mengandung unsur indoktrinasi dan berusaha meningkatkan taraf berfikir moral dan penalaran moral ( Sjarkawi,2009: 47-48). Teori belajar sosial disebut juga social kognitif, karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan dalam pembelajaran, pembelajaran kterjadi karena adanya pengaruh lingkungan sosial ( Lusianan Sandra: 2011,http://teori-belajar-sosial.html). Pendekatan teori belajar sosial terhadap perkembangan sosial dan moral anak ditentukan pada perlunya conditioning ( pembiasaan merespons) dan imitation ( peniruan ). Penjelasan dari pernyataan diatas: to user 1. conditioning (commit pembiasaan merespons) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 Proses belajar dalam mengembangkan perilaku moral dan sosial yaitu dengan hukuman dan hadiah, sehingga anak senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku moral dan sosial yang perlu ia perbuat. Sehubungan dengan hal tersebut komentar yang disampaikan orang tua ketika memberikan hukuman anak yang merupakan faktor yang penting untuk proses penghayatan anak tersebut terhadap patokan-patokan moral. Orang tua dalam hal ini agar dapat memberikn penjelasan agar anak tersebut benar-benar paham mengenai jenis perilaku mana yang mengahsilkan hukuman dan jenis perilaku yang menimbulkan sanksi. Melalui pembiasaan merespons anak dapat juga menemukan pemahaman bahwa ia dapat menghindari hukuman dengan perilaku yang baik. 2. imitation ( peniruan). Dalam hal ini orang tua seyogyanya memberikan contoh perpuatan yang ditiru anak untuk berperilaku sosial dan moral. semakin baik orang tua memberikan contoh semakin tinggi juga kualitas imitasi perilaku sosial dan moral anak tersebut. M. Asrori Ardiansyah ( 2010,www.google.com) berpendapat bahwa teori belajar sosial lebih menekankan belajar sebagai proses pengambilan keputusan dalam bertingkah laku dengan cara peniruan dan pembiasaan melalui informasi yang didapatkan dari lingkungan Menurut Piaget dalam Sjakawi ( 2009: 46) pendidikan moral dianggap di dapat melalui dua cara. Pertama siswa adalah pencari stimulus dan bukan dengan cara belajar yang sesuai dengan pengkondisian. Kondisi yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa mempengaruhi perkembangan mental seseorang. Kedua perkembagan moral merupakan satu bidang dengan perkembangan intelektual. Pemikiran seseorang berwujud tingkat pertimbangan moral, dari pertimbangan moralnya dapat diidentifikasi dari tipe dan penalaran moral. tahap penalaran moral merupakan inti pendekatan perkembangan struktural pada pendidikan moral. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 8. Penelitian Yang Relevan Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak ber ajak dari nol murni, akan tetapi umumnya ada suatu penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu mengetahui penelitian yang terdahulu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah dari: a. Tyas Sartika Nugraheni, 2007, Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua Dan Gaya Pergaulan Teman Sebaya Dengan Pengambilan Keputusan Moral Siswa Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) Di Kota Yogjakarta. Hasil penelitian ini: 1) Gaya pengasuhan orang tua mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan pengambilan keputusan moral. Dengan N= 100 diperoleh hasil koefesien korelasi rho sperman’s sebesar 0,202 dengan p= 0,44 pada taraf singnifikasi 5%. (2) gaya pergaulan teman sebaya mepunyai hubungan positif dan signifikan dengan pengambilan keputusan moral. Dengan N= 100 diperoleh hasil koefisien korelasi rho sperman’s sebesar 0,242 dengan p= 0,015 pada taraf signifikasi 5%. Berdasarkan analisi deskriptif diperoleh hasil siswa yang memiliki orang tua dengan gaya pengsuhan menghambat sebesar 39% dan siswa yang memiliki orang tua dengan gaya pengasuhan mendorong sebesar 61%. Siswa yang memiliki gaya pergaulan teman sebaya yang mendorong sebesar 52% dan siswa yang memiliki gaya pergaulan teman sebaya menghambat sebesar 48%. Siswa yang memiliki pengambilan keputusan moral tinggi sebesar 52% dan siswa yang memiliki pengambilan keputusan rendah sebesar 48%. b. Dewi Anjarsari, 2010 Hubungan Antara Pendidikan Moral Dalam Keluarga Dan Konsep Diri Dengan Penyesuaian Diri Disekolah Pada Siswa Kelas X SMA N I Banjarsari Ciamis Jawa Barat Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini : 1) terdapat hubungan yang positif dan commit to user signifikan antara pendiodikan moral dalam keluarga dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 35 penyesuain diri di sekolah, ditunjukan rhitung sebesar 0,634 lebih besar dari rtabel sebesar 0,153, dengan N= 164 dan taraf signifikansi 5%. 2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan moral dalam keluarga dan konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah, ditunjukan nilai R=0,737 dan Fhitung 95,789 lebih besar dari Ftabel 3,06, serta koefisien determinansi (R2) sebesar 0,543. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan moral dalam keluarga dan konsep diri dapat menunjukan keberhasilan penyesuaian diri di sekolah sebesar 54,3% sedangkan sisanya 46,7% dipengaruhi oleh faktor lain. B. Kerangka Berpikir Pendidikan merupakan fase awal dan basis pendidikan seseorang dan akan langsung berpengaruh terhadap perkembangan anak. Dasar perkembangan moral anak diawali dalam keluarga yang mana orang tua berperan sebagai pendidik yang utama. Dalam keluarga pula anak belajar mengenai pengendalian diri, kesopanan, kejujuran, kedisiplinan, dan kepatuhan, misalnya ketika anak menerima sesuatu anak tersebut diajarkan oleh orang tua untuk mengucapkan terima kasih itu termasuk nilai kesopanan. Keluarga mempunyai mempunyai peran memberi pendidikan dan penyelenggara pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya sebab keluargalah yang dapat menentukan moral anak dalam pegambilan keputusan moral. Moral yang sudah melekat pada manusia sebaiknya dimunculkan sejak dini pada anak, tentu saja pemelalui pendidikan, terutama pendidikan dalam keluarga karena sebagian besar waktu ada dalam keluarga meskipun bahwa perkembangan moral anak banyak dipengarushi oleh lingkungan dimana dia hidup. Pembentukan moral anak ini menjadi dasar perkembangan moral seiring dengan perkembangan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam mempengaruhi kehidupan. Pengambilan suatu keputusan moral merupakan bentuk dari sikap commit to user anak merupakan dari pertimbangan-pertimbangan pada diri seorang anak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 36 usia remaja yang pada akhirnya akan dipengaruhi perkembangan moral. Dalam pengambilan keputusan, anak usia remaja dihadapkan pada permasalahan agar anak secara riil mampu membuat suatu keputusan secara dewasa atau secara anak-anak sebaya. Sehinga diharapkan pada dilema moral anak akan memiliki suatu keputusan sehingga dapat mendinamisasikan pikiran dan kematangan moral. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral dalam keluarga mempunyai hubungan dengan pengambilan wa. Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini keputusan moral pada sis siswa. dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut; Pendidikan moral dalam keluarga Pengambilan keputusan moral X Y Gambar 1. Kerangka berfikir pendidikan moral terhadap pengambilan keputusan moral. C. Hipotesis Menurut Sudjana (2005: 219), “Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.” Dari pengertian hepotesis di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya yang masih perlu dibuktikan kenyataannya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat di simpulakan bahwa hipotesis sebagai berikut: Bahwa “ Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pendidikan Moral dalam Keluarga Dengan Pengambilan keputusan Moral Pada Siswa kelas VIII SMP N 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan dari masalah yang akan diteliti. Penelitian yang penulis lakukan ini bertempat di SMP Negeri 3 Kartasura. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan tempat tersebut memungkinkan sekali bagi penulis untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, sehingga dapat menghemat biaya serta mempercepat proses pengumpulan data. 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari pengajuan judul sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 1Rencana Waktu Penelitian Keterangan Pengajuan judul 2010-2011 Agst Sept Nov Des Jan Feb Mar Xx xx Xx Penyusunan proposal Xx Perijinan Okt Xx Xx Penyusunan xx instrumen Pengumpulan data xx Analisis data xx Penyusunan laporan B. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian tentu memerlukan metode atau cara agar commit to akan user menghasilkan suatu kesimpulan penelitian dapat berhasil. Suatu penelitian 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 38 yang tepat apabila menggunakan metode yang tepat dan benar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka seorang peneliti harus mampu menentukan metode penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Menurut Abu Achmadi dan Cholid Narbuko (2007: 1), “Metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian adalah “studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hatihati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat”. (Winarno Surakhmad, 1998: 131) Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam suatu studi melalui penyelidikan terhadap suatu masalah sehingga mendapat pemecahan masalah yang tepat. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif yang bersifat korelasional. Metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan masalah dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, mengkasifikasikan, menganalisa dan menginterprestasikan data berupa angka dan skor. Bersifat korelasional maksudnya adalah untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Disini, peneliti berusaha meneliti hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor, berhubungan dengan satu variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya. Dengan kata lain penelitian ini bermaksud mengungkapkan bentuk hubungan timbal balik antara variabel yang diselidiki yaitu hubungan antara pemahaman hak asasi manusia dengan kesadaran akan hak asasi manusia. C. Populasi dan Sampel Dalam suatu penelitian ilmiah tidak akan terlepas dari penetapan populasi dan sampel, karena populasi dan sampel merupakan subyek penelitian dan to user keduanya merupakan sumber datacommit penelitian. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 39 1. Populasi Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi Kelas VIII di SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah 259 orang. Tabel 2 Jumlah Populasi Penelitian No Kelas VIII Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki perempuan 1 A 17 15 32 2 B 15 17 32 3 C 4 27 31 4 D 16 16 32 5 E 17 17 34 6 F 15 18 33 7 G 15 19 34 8 H 19 12 31 118 141 259 Jumlah 2. Sampel Suharsimi Arikunto (2002:117) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”. Mengingat jumlah populasi ada 259 orang, maka peneliti hanya akan mengambil sebagian dari jumlah populasi yang menggunakan sampel. Penentuan besarnya sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, akan menggunakan acuan pendapatnya Suharsimi Arikunto (2002: 112) sebagai berikut: Untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besarnya telah lebih dari 100 maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidaktidaknya dari: a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan data. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini commit todata. user menyangkut banyak sedikitnya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 40 c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sample lebih besar hasilnya akan lebih baik. Sesuai dengan ketentuan tersebut maka penelitian ini mengambil sampel 20% dari populasi sebesar 259 siswa sehingga jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang. Adapun daftar siswa sampel dapat dilihat pada Lampiran 1 Tabel 3 Jumlah Sampel Penelitian NO 1. 2. 3. KELAS JUMLAH SAMPEL SISWA VIII A 32 × 52 = 6,42 259 6 VIII B 32 × 52 = 6,42 259 6 VIII C 32 × 52 = 6,42 259 6 4 VIII D 33 × 52 = 6,66 259 7 5 VIII E 33 × 52 = 6,66 259 7 6 VIII F 33 × 52 = 6,66 259 7 7 VIII G 33 × 52 = 6,66 259 7 8 VIII H 32 × 52 = 6,42 259 5 52,32 52 jumlah 3. Teknik Sampling commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 41 Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau dengan kata lain, sampel harus representatif. Riduwan (2003:11) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah “Suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi”. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2004: 110) ada dua macam teknik sampling yaitu: Adapun macam dari teknik sampling seperti penjelasan di atas adalah : 1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi: a) Cara Undian, yaitu pengambilan sampel secara undian. b) Cara Ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan tertentu. c) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random. 2) Teknik Non-Random Sampling meliputi: a) Teknik proportional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada quantum. e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area. g) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Untuk teknik pengambilan sampel penulis melakukan secara proporsional random sampling yang artinya tehnik pengambilan sampel ini dilakukan dengan mendasarkan pada sub-sub atau bagian-bagian yang ada dalam populasi tersebut. Langkah-langkah random sampling dengan cara undian yang digunakan penulis yaitu: 1. commit to user Membuat suatu daftar nama-nama populasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 42 2. Memberi kode-kode yang berwujud angka-angka 3. Menulis kode-kode tersebut masing-masing dalam satu lembar kertas kecil 4. Menggulung kertas tersebut baik-baik 5. Memasukkan gulungan kertas itu ke dalam kaleng 6. Mengocok kaleng yang berisi gulungan kertas tersebut, dan mencatat kode yang keluar untuk dijadikan sampel 7. Mengambil gulungan kertas tersebut sebanyak yang dibutuhkan Dalam pengambilan sampel secara random sebesar 20% dari jumlah siswa sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 52 siswa. D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Berdasarkan judul dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendidikan moral dalam keluarga (X). b. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut variabel tergantung. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan moral (Y). Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahanya, untuk memperoleh data tesebut, perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket untuk memperoleh data pendidikan moral dalam keluarga dan pengambilan keputusan moral. commit toInstrumen user 2. Tehnik Penyusunan Penelitian. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 43 a. Teknik Angket Tehnik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kesadaran akan hak asasi manusia, dimana pengukurannya dilakukan melalui tes sikap atau yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap (attitude scale) yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang. ( Suharsimi Arikunto, 2006:151) 1) Pengertian angket Riduwan (2003: 52-53) “angket (questionnaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) “kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Dengan demikian, angket merupakan daftar pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan data kepada responden sesuai dengan permintaan pengguna. 2) Macam-macam Angket Suharsimi Arikunto (2006:152) tentang macam kuisioner (angket), dapat ditinjau dari berbagai segi: a) Dipandang dari cara menjawab, maka ada: (1) Kuisioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. (2) Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. b) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada: (1) Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. (2) Kuisioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. commit to user c) Dipandang dari bentuknya maka ada: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 (1) Kuisioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuisioner tertutup. (1) Kuisioner isian, yang dimaksud adalah kuisoner terbuka. (2) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check () pada kolom yang sesuai. (3) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dengan bentuk skala bertingkat atau Rating scale. Siswa diberi pernyataan dengan jawaban yang sudah peneliti sediakan dalam bentuk contreng () pada kolom jawaban yang sudah disediakan. Siswa memilih jawaban yang sesuai dengan pilihannya dengan memberikan tanda pada jawaban yang dipilih. Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut: a) Menentukan konsep variabel penelitian. b) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel penelitian. c) Menyusun kisi-kisi angket d) Menyusun butir-butir pernyataan e) Menentukan skor tiap item. f) Melakukan uji coba angket. Cara pemberian skor tiap item pernyataan sesuai dengan skala likert. Dengan skala likert, maka variabel akan dijabarkan menjadi indikator yang kemudian indikator tersebut dijadikan tolak ukur dalam menyusun item-item instrumen. Jawaban setiap item instrumen angket yang menggunakan skala likert berupa: a) Selalu b) Sering c) Kadang-kadang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 d) Tidak pernah Atau; a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak setuju d) Sangat tidak setuju Sugiyono (2010: 135) Adapun penilaian angket pendidikan moral dalam keluarga dalam skala likert adalah sebagai berikut: a) Butir angket dengan pertanyaan /pernyataan yang bersifat positif, yaitu: (1) Selalu skor 4 (2) Sering skor 3 (3) Kadang-kadang skor 2 (4) Tidak pernah skor 1 b) Butir angket dengan pertanyaan /pernyataan yang bersifat negatif, yaitu: (1) selalu skor 1 (2) Sering skor 2 (3) Kadang-kadang skor 3 (4) Tidak pernah skor 4 Adapun penilaian angket pengambilan keputusan moral dalam skala likert adalah sebagai berikut: a) Butir angket dengan pertanyaan/pernyataan yang bersifat positif, yaitu: (1) Sangat Setuju skor 4 (2) Setuju skor 3 (3) Tidak setuju skor 2 (4) Sangat tidak setuju skor 1 b) Butir angket dengan pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif, yaitu: (1) Sangat Setuju commit to user skor 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 (2) Setuju skor 2 (3) Tidak setuju skor 3 (4) Sangat tidak setuju skor 4 E. Uji Coba Instrumen Penelitian Adapun instrumen yang akan diujicobakan dalam penelitian ini adalah angket pendidikan moral dalam keluarga dan pengambilan keputusan moral. Uji coba atau Try out dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2011 di SMP Negeri 3 Kartasura kelas VIII. Uji coba instrumen ini diberikan kepada siswa di luar populasi yang telah ditentukan sebanyak 30 siswa dengan maksud untuk mengetahui apakah instrument yang digunakan telah memenuihi syarat validitas dan reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam ujicoba atau try out dapat diliat pada lampiran 2. Ujicoba atau tryout instrument dijabarkan sebagai berikut: instrument yang digunakan telah memenuihi syarat validitas dan reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam ujikan sebagai berikut: 1. Uji Coba Angket a. Uji Validitas Menurut Suharsimi Arikunto macam-macam validitas sebagai berikut: 1) Validitas isi (content validity) sebuah tes dikatakan memenuhi validitas isi apabila menyangkut tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi pelajaran yang diartikan. Oleh karena itu yang dianjurkan tertera dalam kurikulum maka, validitas isi ini juga sering disebut validitas kurikuler. 2) Validitas kontruksi (contruct validity) sebuah tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam TIK atau konsep. 3) Validitas ”ada sekarang” (concurrent validity) validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris, sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman. 4) Validitas prediksi (predictive validity) memprediksi artinya meramal selalu mengenai hal yang artinya akan datang, jadi sekarang belum terjadi, sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.(Suharsimi commit to user Arikunto,2002:67-69). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas konstruksi karena menggunakan angket yang terdiri dari beberapa indikator untuk mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam konsep yaitu pendidikan moral dalam keluarga dan pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura. Dari indikator tersebut kemudian disusun butir angket berdasarkan kisi-kisi uji coba angket pendidikan moral dalam keluarga Lampiran 3 dan pengambilan keputusan moral lampiran 4, sedangka lembar uji coba angket sendiri terdiri dari 48 item pertanyaan untuk variabel pendidikan moral dalam keluarga lampiran 5 dan 40 item untuk variabel pengambilan keputusan moral lampiran 6. Untuk mengetahui valid tidaknya butir angket maka diuji dengan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Suharsimi Arikunto (2006: 170): N . ∑ X Y − (∑ X )(∑ Y ) rxy = {N . ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N . ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 } Keterangan : rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y ∑X : Skor masing-masing item ∑Y : Skor total ∑XY : Jumlah penelitian X dan Y 2 ∑X : Jumlah 2 ∑Y : Jumlah kuadrat dari Y N : Jumlah subjek kuadrat dari X Selanjutnya untuk mengukur taraf validitas tiap butir (item) dalam angket tersebut maka hasil perhitungannya dikonsultasikan dengan tabel r product moment dalam taraf signifikansi 5%. Bila rhitung > rtabel berarti valid Bila rhitung < rtabel berarti tidak valid commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 Dari perhitungan yang telah dilakukan dan kemudian dikonsultasikan dengan rtabel yang mempunyai taraf signifikansi 5% dan N=30 maka jika r hitung > 0,361 berarti butir pertanyaan tersebut valid. Dan jika rhitung < 0,361 berarti butir pertanyaan tersebut tidak valid. Hasil uji coba dari item angket pendidkan moral dalam keluarga dapat dilihat lampiran 7,diketahui bahwa dari 48 item angket tersebut ada 38 item yang valid, sedangkan 10 item lainnya dinyatakan tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor 1,3,12,13,17,19,22,24,31,40. Demikian juga untuk hasil uji coba angket variabel pendidikan moral dalam keluarga dapat dilihat pada lampiran 8. Selanjutnya dalam penelitian untuk item yang tidak valid dibuang. Sedangkan untuk angket pengambilan keputusan moral dapat dilihat pada lampiran 9, diketahui bahwa dari 40 item angket tersebut ada 33 item yang valid,sedangkan 7 item dinyatakan tidak valid. Item yang tidak valid adalah item nomor 2,11,19,21,22,27,32. . Demikian juga untuk hasil uji coba angket variabel pengambilan keputusan moral dapat dilihat pada lampiran 10. Selanjutnya item yang tidak valid dibuang. b. Uji Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 154) Reliabilitas adalah ”ketepatan suatu tes apabila diteskan subyek yang sama”. Dengan kata lain reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Adapun mencari reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2002: 156) adalah (a) rumus Spearman Brown, (b) rumus Flanagan, (c) rumus Rulon, (d) rumus K-R.20, (e) rumus K-R21, (f) rumus Hoyt, (g) dan rumus Alpha. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket. Reliabiliats angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach oleh Suharsimi Arikunto (2006:196) dengan rumus: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 2 k ∑σ b = 1− 2 k − 1 σ t r11 Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal ∑σ σ 2 t 2 b = jumlah varians butir = varians total Untuk mengetahui reliabel tidaknya alat ukur tersebut, maka hasil r11 dikonsultasikan dengan rtabel. Jika r11 > rtabel, hasil uji coba adalah reliabel. Sebaliknya jika r11 < rtabel berarti hasil uji coba tidak reliabel. Berdasarkan perhitungan dari uji reliabilitas tentang pendidikan moral dalam keluarga diperoleh r11 = 0,944 penghitungan dapat di lihat pada lampiran 11. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada tingkat singnifikasi 5% dengan N=30 dan diperoleh nilai kritis sebesar 0,361. Karena r11 > rtabel atau 0,944 maka item pertanyaan pendidikan moral dalam keluarga tersebut reliabel Sedangkan pada pengambilan keputusan moral diperoleh r11 =0,948 penghitungan dapat dilihat pada lampiran 12. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada tingkat signifikasi 5% dengan N=30 dan diperoleh nilai kritis sebesar 0,361. Karena r11 > rtabel atau 0,948> 0,361 maka item pernyataan pengambilan keputusan moral tersebut reliabel. Hasil analisis reliabilitas kemudian dikonsultasikan dengan koefisien reliabilitas. Adapun mengenai besarnya koefisien korelasi dapat digunakan ketentuan sebagai berikut: Adapun mengenai interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat menggunakan ketentuan sebagai berikut : 0.800 – 1.000 = reliabilitas sangat tinggi 0.600 – 0.800 = reliabilitas tinggi 0.400 – 0.600 = reliabilitas cukup commit to user = reliabilitas rendah 0.200 – 0.400 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 50 0.000 – 0.200 = reliabilitas sangat rendah (Suharsimi Arikunto,2006:276) Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket tersebut dikatakan reliabilitasnya tinggi dikarenakan berada pada interprestasi 0,600 – 0,800. c. Revisi Angket Dari hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket yang akan digunakan sebagai angket penelitian. Revisi angket ini dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item yang tidak valid. Adapun mengenai kisi-kisi angket penelitian pendidikan moral dalam keluarga dapat dilihat pada lampiran 13 dan lembar angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 14. Sedangkan kisi-kisi angket penelitian data pengambilan keputusan moral dapat dilihat pada lampiran 15 dan lembar angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 16. F. Tehnik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian. Ada dua teknik analisis data dalam suatu penelitian, yaitu teknik statistik dan non statistik. Dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif. Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini: 1. Uji prasyarat analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan simpangan baku. Adapun langkah-langkah dalam uji Lilliefors adalah sebagai berikut: 1) zi = (Xi − X ) S zi = Angka baku commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 51 X = Rata-rata ∑X i N S = Simpangan baku N = (∑ X 2 i − (∑ Xi ) 2 N ( N − 1) ) 2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku, hitung peluang: F ( zi ) = P ( z ≤ zi ) 3) S ( zi ) = Banyaknyazi , z 2 ,....z n yang ≤ zi N 4) Hitung selisih F ( zi ) − S ( zi ) tentukan harga mutlaknya 5) Cari nilai yang terbesar dari selisih F ( zi ) − S ( zi ) jadikan Lhitung atau Lhit 6) Kesimpulannya: a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak normal b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal. (Hassan Suryono, 2005:79) b. Uji Linieritas Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan varibel terikat terdapat hubungan yang linier atau tidak. Jika Fhitung<Ftabel maka terima H0 berarti korelasinya linier, tetapi apabila Fhitung>Ftabel maka tolak H0 berarti korelasinya tidak linier. Pengujian linieritas menggunakan rumus menurut Sudjana (2001:15) dengan langkah-langkah sebagai berikut: JK (T ) = ∑ Y 2 ( Y) JK ( a ) = ∑ 2 n ( X )(∑ Y ) JK (b / a ) = b ∑ XY − ∑commit touser n perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 52 = n ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) n ∑ X 2 − (∑ X ) 2 JK ( S ) = JK (T ) − JK (a ) − JK (b / a ) 2 ( Y ) ∑ 2 JK (G ) = ∑ ∑ Y − ni Xi JK (TC ) = JK ( S ) − JK (G ) Keterangan: JK : Jumlah kuadrat-kuadrat JK(T) : Jumlah kuadrat total JK(a) : Jumlah kuadrat koefisien JK(b/a): jumlah kuadrat regresi JK(S) : Jumlah kuadrat siswa JK(TC): Jumlah kuadrat tuna cocok JK(G) : Jumlah kuadrat galat 2. Uji Hipotesis Setelah uji prasyarat telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian hipotesis yang telah diajukan. Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan maka diperlukan adanya pengolahan data selama penelitian, dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi sederhana. Adapun langkah-langkah pengujian analisis dengan tehnik korelasi sederhana adalah sebagai berikut: a. Mencari koefisien korelasi sederhana antara X dan Y, menggunakan rumus Product Moment dari Pearson sebagai berikut : r xy = N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 ( Suharsimi Arikunto, 2006: 274) Keterangan: r xy : Koefisien korelasi antara X dan Y ∑ XY : Jumlah perkalian X dan Y commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 53 ∑ XY : Jumlah perkalian X dan Y X : Skor masing-masing item Y : Skor total X2 : Jumlah kuadrat dari X Y2 : Jumlah kuadrat dari Y N : Jumlah responden Hipotesis yang diajukan : Apabila rhitung > rtabel maka terdapat hubungan antara X dan Y (H0 ditolak dan Ha diterima), sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka tidak terdapat hubungan antara X1 dan Y (H0 diterima dan Ha ditolak). Ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ 1). 3. Uji Keberartian Koefisiensi Korelasi t= r 2 (Ν − 1) 1− r2 (Suharsimi Arikunto, 2006: 294) Keterangan: t : uji keberartian r : koefisien korelasi N : jumlah sampel Jika t hitung > t tabel maka koefisien korelasinya signifikan, sebaliknya jika t hitung ≤ t tabel maka koefisien korelasinya tidak signifikan. 4. Persamaan garis regresi (y= a + bX) dengan harga a dan b diperoleh melalui: (∑ Y )(∑ X ) − (∑ X )(∑ XY ) N (∑ X ) − (∑ X ) N (∑ XY ) − (∑ X )(∑ Y ) b= N ∑ X − (∑ X ) commit to user 2 a= 2 2 2 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 54 apabila harga b positif, maka variabel pengambilan keputusan moral (Y) akan mengalami kenaikan atau pertambahan sehingga hubungan fungsionalnya menjadi positif, sebaliknya apabila harga b negatif, maka variabel pengambilan keputusan moral (Y) akan mengalami penurunan sehingga hubungan fungsionalnya menjadi negatif. (Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar, 2003:216) commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pendidikan moral dalam keluarga sebagai variabel bebas (X) dan pengambilan keputusan moral sebagai variabel terikat (Y). Adapun tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel pendidikan moral dalam keluarga dan variabel pengambilan keputusan moral menggunakan metode angket yang skala pengukurannya menggunakan skala likert. Sebelum mengumpulkan data dengan menggunakan angket, terlebih dahulu dilakukan try out angket terhadap 30 siswa diluar sampel yang dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2011. Tr yout digunakan untuk menguji validitas dan reabilitas angket sebagai instrumen pengumpulan data. Setelah dilakukan try out terdapat sepuluh item angket pendidikan moral dalam keluarga dan tujuh item angket pengambilan keputusan moral yang tidak memenuhi syarat validitas maupun reabilitas. Peneliti kemudian membuang item-item tersebut karena masing-masing indikator sudah terwakili dengan item-item yang lain. Setelah data dari kedua variabel dikumpulkan, ditentukan tabulasinya serta dilakukan analisis, maka peneliti dapat memberikan gambaran atau deskripsi data mengenai pendidikan moral dalam keluarga (X) dan pengambilan keputusan moral (Y) sebagai berikut: 1. Deskripsi Data Pendidikan Moral Dalam Keluarga Data pendidikan moral dalam keluarga diperoleh melalui angket. Berdasarkan rekapitulasi data diketahui jumlah responden (N) = 52, Nilai tertinggi = 102, Nilai terendah = 53, Mean= 77,79 dan didapat standar deviasi (SD) = 14,03 ( Lampiran 17 ). Untuk mendapatkan kelas interval, terlebih dahulu dicari interval (R) diperoleh dari perhitungan R= data max – data min yaitu 102 - 53 hasilnya adalah 49. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (52) hasilnya 6,67 dapat dibulatkan menjadi 7. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K yaitu 49 : 7 hasilnya to user adalah 7. Secara rinci dapat dilihatcommit pada tabel berikut ini : 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 56 Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Data Pendidikan Moral Dalam Keluarga Interval Nilai Tengah Fmutlak Fkomulatif 53.00 - 60.00 56.50 8 8 60.10 - 67.10 63.60 4 12 67.20 - 74.20 70.70 8 20 74.30 - 81.30 77.80 11 31 81.40 - 88.40 84.90 9 40 88.50 - 95.50 92.00 6 46 95.50 - 102.60 99.05 6 52 Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 74.30-81.30 dengan frekuensi 11 dan nilai terendah terdapat pada interval 60.10-67.10 dengan frekuensi 4. Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang pendidikan moral dalam keluarga dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut: 11 9 8 8 6 6 4 56.50 63.60 70.70 77.80 84.90 92.00 99.05 Gambar 2. Histogram Pendidikan Moral Dalam Keluarga. 2. Deskripsi Data Tentang Pengambilan Keputusan Moral Data pengambilan keputusan moral diperoleh melalui angket. Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui jumlah responden (N)=52, Nilai tertinggi= 107, Nilai terendah = 50, Mean= 88.23 dan didapat standar deviasi (SD) = 13.19. Untuk mendapatkan kelastointerval, commit user terlebih dahulu dicari interval perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 57 (R) diperoleh dari perhitungan R= data max – data min yaitu 107 - 50 hasilnya adalah 57. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (52) hasilnya 6,67 dapat dibulatkan menjadi 7. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K hasilnya adalah 8.1. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Data Pengambilan Keputusan Moral Interval Nilai Tengah Fmutlak Fkomulatif 50.00 - 58.10 54.30 2 2 58.20 - 66.30 62.30 1 3 66.40 - 74.50 70.50 4 7 74.60 - 82.70 78.70 7 14 82.80 - 90.90 86.90 14 28 91.00 - 99.10 95.10 16 44 99.20 - 107.3 103.30 8 52 Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 91.00 – 99.10 dengan frekuensi 16 dan nilai terendah terdapat pada interval 58.20 – 66.30 dengan frekuensi 1. Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang pengambilan keputusan moral dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 58 16 14 8 7 4 2 1 54.1 62.3 70.5 78.7 86.9 95.1 103.3 Gambar 3. Histogram Pengambilan Keputusan Moral B. Pengujian Prasyarat Analisis Pengujian persyaratan analisis meliputi dua hal yaitu pengujian normalitas data dan pengujian linieritas data. Rincian pelaksanaan kedua pengujian tersebut adalah seperti dibawah ini. 1. Pengujian Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Lilliefors. Apabila Lhit < Ltabel maka sampel diambil dari distribusi normal, sedangkan apabila Lhit > Ltabel maka sampel diambil dari distribusi tidak normal. a. Uji Normalitas Pendidkan Moral Dalam Keluarga Dari uji normalitas data tentang pendidikan moral dalam keluarga yang telah dilakukan diperoleh Lhitung =0,0711 dan pada taraf signifikasi 5%, Ltabel=0,1229 . Karena harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,0711 < 0,1229 maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidkan moral dalam keluarga adalah normal. Penghitungan secara rinci dapat di lihat pada lampiran 18. b. Uji Normalitas Pengambilan Keputusan Moral Dari uji normalitas data tentang pengambilan keputusan moral yang telah dilakukan diperoleh Lhitung=0,0931 dan pada taraf signifikasi 5%, Ltabel=0,1229. Karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,0931 < 0,1229 maka dapat disimpulkan bahwa nilai pengambilan keputusan moral adalah normal. commit userlampiran 19. Penghitungan secara rinci dapat dilihattopada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 59 2. Pengujian Linieritas Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara variabel X terhadap variabel Y. Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier. Jika Fhitung < Ftabel maka terima Ho berarti linier, namun apabila Fhitung > Ftabel maka tolak Ho berarti tidak linier. Berdasarkan hasil perhitungan uji linieritas variabel kompetensi guru PKn terhadap motivasi belajar PKn diperoleh harga-harga sebagai berikut: JK(T) = 413670,00 JK(a) = 404802,77 JK(b/a) = 887,00 JK(S) = 7980,23 JK(G) = 5645,38 JK(TC ) = 2334,85 dk(TC) = 18 dk(G) = 32 RJK(TC) = 129,71 Fhit = 0,74 Setelah dilakukan perhitungan, menunjukkan bahwa pada taraf signifikasi 5% dengan dk pembilang 18 dan dk penyebut 32 diperoleh Ftabel 2,08. Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel atau 0,74 < 2,08 maka dinyatakan pendidikan moral dalam keluarga linier terhadap pengambilan keputusan moral. Adapun uji linieritas antara data pendidikan moral dalam keluarga terhadap pengambilan keputusan moral adalah dengan membuat tabel kerja linieritas yang terlampir pada lampiran 20. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk mengkaji apakah persyaratan yang akan dikemukakan dalam perumusan hipotesis bisa diterima kebenarannya atau ditolak kebenarannya. Hipotesis diterima apabila data yang didapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. Dan sebaliknya ditolak apabila fakta-fakta empiris yang ada tidak dapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. 1. Pengujian Hasil Analis Data Setelah dilakukan uji nomalitas dan linieritas hasilnya menunjukkan normal dan linier, kemudian langkah selanjutnya mengadakan uji hipotesis yaitu dengan analisis regresi melalui korelasi dari pearson. Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 21 . Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisiensi korelasi antara X dan Y dengan nilai rxy=0,3163. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai r tabel dengan N=52 dan db=N-2= 50 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,28. Karena rhitung > rtabel atau 0,3163 > 0,28 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima berarti ada hubungan antara pendidikan moral dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y). Untuk menentukan apakah hubungan itu berarti atau tidak maka perlu diadakan uji keberartian atau signifikansi terhadap koefisiensi korelasi yang telah diperoleh dengan menggunakan rumus t. Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung commit to user sebesar 2,358 dan dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5% perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 60 dengan N=52 dan db=N-2= 50 sebesar 2.03. Jadi, dari perhitungan yang dilakukan maka thitung > ttabel atau 2,358 > 2,03 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima sehingga koefisien korelasi antara X dan Y berarti atau signifikan. (Penghitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 22). Persamaan garis regresi antara pendidikan moral dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y) ialah Y = a+bx dan dari hasil perhitungan diperoleh Y = 65.1121+0,2972X(Penghitungan dapat dilihat pada lampiran 23) . Karena harga b positif, maka hubungan antara pendidikan moral dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y) adalah positif. Ini berarti hipotesis ini menyatakan ada hubungan yang positif antara pendidikan moral dalam keluarga (X) dan pengambilan keputusan moral (Y). 2. Penafsiran Pengujian Hipotesis Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis data adalah melakukan penafsiran pengujian hipotesis untuk semua variabel yang telah dianalisis yaitu sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian diperoleh r xy = 0,3163 dengan sampel 52 siswa dan db=50 pada taraf signifikasi 5 % diperoleh r tabel = 0,28. Selanjutnya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian r hitung > r tabel atau 0,3163 > 0,28 sehingga dapat ditafsirkan ada hubungan antara pendidkan moral dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y) siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011. Untuk uji keberartian koefisiensi korelasi sederhana dengan uji t diperoleh thitung > ttabel atau 2,358 > 2,03 sehingga hubungan antara pendidikan moral (X) dan pengambilan keputusan moral (Y) adalah berarti atau signifikan. Persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=a+bx atau Y=65,1121+0,2972X. Jadi dari persamaan regresi yang didapat menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel pendidikan moral dalam keluarga (X) maka diikuti kenaikan pengambilan keputusan moral (Y) sebesar kemiringan gradien garis regresi yaitu 0,2972. y = 0.2903x + 65.569 pengambilan Keputusan Moral (y) 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 Pendidikan Moral Dlm Keluargaa (X) commit to user Gambar 4. Garis Linier X terhadap Y 90 95 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 61 3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan analisis data dan penafsiran terhadap pengujian hipotesis selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut, yaitu adanya hubungan yang positif dan signifikan antara pendidkan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011. D. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa data antara variabel pendidikan moral dalam keluarga (X) dengan pengambilan keputusan moral (Y), maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”, dinyatakan diterima. Hal ini disebabkan karena rhitung > rtabel, yaitu 0,3163 > 0,28, selanjutnya dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,358 > 2,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan moral dalam keluarga dengan variabel pengambilan keputusan moral Siswa Kelas VIII Sekolah Menegah Pertama Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011 Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral mempunyai hubungan yang erat dan korelasi. Korelasi antara variabel pendidikan moral dalam keluarga (X) dan variabel pengambilan keputusan moral ( Y ) rendah karena hanya 0,3163. Walaupun korelasi rendah akan tetapi pendidikan moral dalam keluarga tetap menjadi tolak ukur yang penting dalam pengambilan keputusan moral pada siswa. Pendidikan moral merupakan bagaian lingkungan yang berpengaruh, dirancang sengaja untuk mengembangkan dan mengubah cara berpikir dan bertindak dalam situasi moral. Pendidikan moral yang menitik beratkan pada usaha penanaman berbagai jenis kebaikan yang diantaranya nilai-nilai kemanusian dan nilai ketuhanan, melalui nasehat dan peringatan dan menekan kan pada upaya penalaran sehingga siswa dapat mengambil keputusan moral yang sesuai dengan rasional. Pengambilan keputusan moral dari para siswa sangat diperlukan demi terciptanya kehidupan yang aman, damai dan tentram didalam lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga, sehingga siswa memerlukan pendidikan moral terutama yang diperoleh keluarga dan diharapkan pendidikan moral yang mereka dapat mempengaruhi pengambilan keputusan moral yang diambil oleh siswa. Jadi semakin tinggi pendidikan moral dalam keluarga maka semankin tinggi pula pengambilan keputusan moral dengan demikian pula sebaiknya jika semakin rendah pengaruh pendidikan moral maka semakin rendah pengambilan keputusan moral siswa. Pengambilan keputusan moral merupakan perwujudan adanya pertimbangan-pertimbangan moral seseorang. Adanya pertimbangan commit to user pertimbangan yang dilakukan sesorang.Pertimbangan yang dilakukan merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 62 sarana seseorang untuk mengalami perkembangan kematangan moral. Seorang anak di usia remaja seperti anak kelas SMP diharapkan pada masalah moral, diharapkan dalam pengambilan kepututusan moral berdasarkan rasional,kemudian muncul dalam bentuk tingkah laku. Macobby dalam Sjarkawi ( 2009: 47-48) berpendapat bahwa “perilaku moral ialah perilaku baik dan benar yang ditetapkan oleh sekelompok masyarakat dan mereka juga menetapkan sanksi-sansi social”. Dalam pandangan ini orang tua dianggap mempunyai peranan yang penting, sedangkan masyarakat dan sekolah mengajarkan tentang aturan-aturan bermasyarakat yang konkrit. Kaitannya dengan teori perkembangan kognitif dalam Sjarkawi (2009: 45-46) manusia tumbuh menurut tingkatnya yang berdasarkan pada tingkat perkembangannya berdasarkan tingkat pertimbangan moral. tingkat pertimbangan moral, dianggap sebagai suatu proses moral dalam menetapkan suatu keputusan. Moral dianggap sebagai suatu proses, maka perilaku moral tidak saja terwujud dalam suatu yang tampak dan konkret, tetapi juga berwujud pertimbangan yang mendasarkan suatu keputusan moral. Orang tua mempunyai peranan penting dalam suatu proses pertimbangan moral seorang anak yang memunculkan tindakan moral secara nyata. Sedangkan kontribusi variabel pendidikan moral dalam keluarga pengambiln keputusan moral siswa mengunakan rumus koefisien determinan (perhitungan dapat di lihat pada lampiran 24) sebesar 10,04% dan sisanya 89,96% dipengaruhi oleh variabel lain, variabel lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan moral siswa yaitu perasaan,emosi, intelektual, teman sebaya siswa itu sendiri (Piaget dalam Sjarkawi,2009: 52-53) Dengan demikian, tinggi rendahnya pendidikan moral dalam keluarga yang didapatkan seseorang berhubungan dengan tinggi rendahnya pengambilan keputusan moral orang tersebut. Semakin banyak pendidikan moral yang diberikan oleh keluarga maka akan meningkatkan penalaran tentang pengambilan keputusan moral. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai hubungan antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan Siswa Kelas VIII Sekolah Pertama Negeri 3 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendidikan moral dalam keluarga dengan pengambilan keputusan moral Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011. Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang selanjutnya diperoleh r xy sebesar 0,3163, dimana hasil ini menunjukkan r xy lebih besar dari r tabel atau rhitung > rtabel yaitu 0,3163 > 0,28 pada taraf signifikasi sebesar 5%. Besaranya hubungan menunjukkan keterangan bahwa variabel pendidikan moral dalam keluarga mempunyai hubungan yang positif atau kuat terhadap variabel pengambilan keputusan moral. Sedangkan signifikansi atau keberartian hubungan kedua variabel dibuktikan dengan harga thitung lebih besar dari ttabel atau thitung > ttabel yaitu 2,358 > 2,03. Selanjutnya naik turunnya atau besar kecilnya pengambilan keputusan moral siswa, dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y=65,1121+0,2972X. B. Implikasi Berdasarkan landasan teori serta kesimpulan penelitian dapat disampaikan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Dengan adanya hubungan tersebut, maka implikasi teoritisnya adalah semakin tinggi pendidikan moral yang dilakukan keluarga semakin baik pula pengambilan keputusan moral yang dilakukan seorang siswa. 2. Implikasi Praktis Melihat dari penelitian yang telah dilakukan, ternyata pendidikan moral dalam keluarga mempunyai peranan dalam mempengaruhi pengambilan commit to user keputusan moral siswa. Maka diharapkan keluarga mampu mengembangkan 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 64 pendidikan moral terutama mengenai nilai kemanusian dan nilai ketuhanan yang sangat berperan dalam pengambilan keputusan moral yang diakukan siswa. C. Saran Sesuai dengan hasil kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan diatas, maka dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Siswa Siswa hendaknya dapat merespon setiap stimulus / rangsangan yang diberikan oleh keluaraga dalam pengambilan keputusan keputusan moral secara rasional dan sesuai dengan hati nurani siswa. 2. Bagi keluarga Keluarga hendaknya meningkatkan perhatiannya kepada anak dan memberikan pendidikan moral yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan moral anak,dengan cara berperan aktif dalam memberikan pendidikan moral, memberikan contoh dan arahan kepada anak dalam pengambilan keputusan moral. 3. Bagi Sekolah Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi siswa dalam mengawasi proses pembentukan moral anak. Oleh sebsab itu disarankan kepada pihak sekolah untuk dapat meningkatkan pendidikan moral mengarahka serta mampu dalam pengambilan keputusan moral siswa melalui program pelaksanaan pengajaran yang baik. commit to user