NILAI ESTETIKA DALAM FILM TANAH SURGA KATANYA APRESIASI DEDDY MIZWAR DAN GATOT BRAJAMUSTI DALAM RANGKA PEMBELAJARAN APRESIASI DRAMA DI KELAS XI SMA Oleh: Aurora Noviana Program Studi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo [email protected] ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik; (2) nilai estetika; dan (3) rencana pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA dengan materi nilai estetika dalam film Tanah Surga Katanya apresiasi Deddy Mizwar dan Gatot Brajamusti. Objekpenelitianiniadalah unsur intrinsik dan nilaiestetika. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak dengan teknik (SBLC) dan dengan teknik catat. Instrumen penelitian, penulis selaku peneliti menggunakan alat bantu kartu data, buku-buku dan alat tulis. Analisis data dilakukandenganteknikanalisisisi. Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik informal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik film Tanah Surga Katanya meliputi: tema: sikap nasionalisme untuk tetap mencintai tanah air dan melindungi harkat dan martabat bangsa Indonesia; alur: alur maju; tokoh dan perwatakan, tokoh Kakek Hasyim (penyayang, tegas, dan memiliki jiwa nasionalisme); latar meliputi: latar tempat sebagai tempat terjadinya peristiwa seperti: di kamar, ruang kelas, dan tepi sungai, latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa itu terjadi seperti: pagi, siang, sore, malam, dan tahun, dan latar sosial mencerminkan status seorang tokoh seperti: pejuang, guru, dokter; dialog dalam film berjalan dengan lancar dengan bahasa yang pantas diucapkan di depan layar; acting yang menarik dalam film adalah acting Kakek Hasyim dan Salman sebagai tokoh utama karena mampu membawa cerita menuju tujuan cerita yang diciptakan oleh pengarang; amanat: sebagai warga negara Indonesia harus memiliki sikap nasionalisme dan rasa cinta kepada Indonesia; (2) nilaiestetika, keindahan moral: saling menyayangi, tolong menolong, dan peduli; keindahan susila: ramah, sopan, dan santu; keindahan akal: rasa keingintahuan, membuat keputusan, kecerdikan; dan keindahan alam: sungai, hutan, dan sumberdayaalam; nilai estetika juga digambarkan secara utuh menyajikan ide yang diceritakan dalam membungkus tema dan amanat, menceritakan keadaan, meng-gambarkan watak, dan menceritakan latar (3) rencana pembelajaran sastra disesuai-kan dengan (KTSP). Langkah-langkah pembelajaran unsur intrinsik dan nilai es-tetika meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan kegiatan penutup. Kata Kunci: Nilai Estetika, Film, Pembelajaran Apresiasi Drama PENDAHULUAN Melalui drama, penonton merasakan suatu keindahan dalam karya sastra dengan secara utuh sehingga dapat merasakan kenikmatan dan kepuasan yang tersaji oleh pengarang. Keindahan tersebut merupakan salah satu faktor utama ketertarikan penonton pada drama. Keindahan yang disajikan di antaranya berupa peristiwa yang tidak dapat diduga-duga oleh penonton. Menurut Ratna (2011: 2-3); Endraswara (2003: 11-13); Junus (1989: 195); AlMa’ruf (2009: 25), estetika merupakan bagian filsafat (keindahan). Keindahan adalah sentuhan rasa yang membuat penonton dapat mencucurkan air mata, tersenyum, kesal, dan lain sebagainya bergantung pada tergantung kemampuan orang bermain estetika di dalamnya. Nilai estetis dalam wacana sastra merupakan keharmonisan antara ide yang diceritakan dengan cara menceritakan. Bahasa merupa-kan media yang digunakan untuk berekspresi. Melalui bahasa, pengarang dengan mudah menyampaikan ide-ide yang dituangkan dalam karya sastra sehingga para penonton tidak mengalami kesulitan untuk memahami isi karya sastra tersebut, sedangkan nilai estetika dapat memberikan aspek keindahan pada karya seni, termasuk karya sastra. Endraswara (2013: 68-71) mengungkapkan bahwa kajian estetika tidak hanya berhubungan dengan seni bahasa saja, tetapi juga menyeluruh ke unsur-unsur pembangun karya sastra yang menyebabkan karya sastra menjadi indah dan menarik. Oleh sebab itu, terdapat hubungan dinamik dan ketegangan yang kontinu antara teks, pencipta, dan penikmatnya. Hubungan ketiganya terjalin dalam proses konkretisasi. Proses konkretisasi merupakan suatu proses pemakanaan karya sastra. Nilai estetika dalam film Tanah Surga Katanya ini diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik dalam proses belajar khususnya dalam pembelajaran apresiasi drama. Untuk memahami sebuah karya sastra, penikmat karya sastra membutuhkan pemahaman nilai estetika karena sastra didominasi oleh aspek-aspek keindahan sehingga dalam karya sastra tersebut dapat disebut indah dan bermutu. Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana unsur intrinsik film Tanah Surga Katanya? (2) bagaimana nilai estetika film Tanah Surga Katanya? (3) bagaimana rencana pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA dengan materi nilai estetika film Tanah Surga Katanya?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penlitian ini adalah mendeskripsikan (1) unsur intrinsik film Tanah Surga Katanya, (2) nilai estetika film Tanah Surga Katanya, dan (3) rencana pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA dengan materi nilai estetika film Tanah Surga Katanya. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Deskripsi kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2009: 11).Objekpenelitianiniadalah unsur intrinsik dan nilaiestetika dalam film Tanah Surga Katanya Apresiasi Deddy Mizwar dan Gatot Brajamusti. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak dengan teknik bebas libat cakap (SBLC) dan dengan teknik catat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah penulis sendiri selaku peneliti, dengan alat bantu kartu data, bukubuku dan alat tulis. Analisis data dilakukandenganteknikanalisisisi. Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik informal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian darifilm Tanah Surga Katanya Apresiasi Deddy Mizwar dan Gatot Brajamusti meliputi (1) unsur intrinsik; (2) nilai estetika; dan (3) rencana pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA. Unsur intrinsik merupakan unsur pembangun yang membentuk kesatuan dan saling terikat antar unsur sehingga menghasilkan jalinan cerita yang menarik dan menimbulkan kepuasan bagi para penikmat karya sastra.Endraswara (2013: 68-71) mengungkapkan bahwa kajian estetika tidak hanya berhubungan dengan seni bahasa saja, tetapi juga menyeluruh ke unsur-unsur pembangun karya sastra yang menyebabkan karya sastra menjadi indah dan menarik. Oleh sebab itu, terdapat hubungan dinamik dan ketegangan yang kontinu antara teks, pencipta, dan penikmatnya. Berikut hasil penelitian tentang nilai estetika pada unsur intrinsik yang terdiri atas: tema, alur, penokohan dan perwatakan, latar, dialog, acting, dan amanat. a. Tema dan Amanat Tema dalam film Tanah Surga Katanyatergolong tema yang kuat, lengkap, dan mendalamkarena pengarang berada di dalam suasana jiwa yang dalam. Dalam film tersebut, pengarang menghayati permasalahan yang terjadi pada para mantan pejuang yang kesejahteraanhidupnya kurang mendapat perhatian serta permasalahanpermasalahan sosial yang dialami oleh Bangsa Indonesia seperti penggunaan mata uang ringgit oleh penduduk di sekitar perbatasan, masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah fasilitas komunikasi dan lain sebagainnya. Tema utama dalam film Tanah Surga Katanyamengacu pada sikap nasionalisme untuk tetap mencintai tanah air dan melindungi harkat dan martabat bangsa Indonesia. fungsi sebagai pembungkus tema tampak baik pada adegan yang diperankan oleh tokoh Kakek Hasyim dan Salman. Sikap nasionalisme tersebut ditampilkan oleh tokoh Kakek Hasyim melalui tuturan (TSK, 8: 51)“Eh Haris. Sejak tahun 65, aku sudah berperang melawan Malaysia. Sekarang kau suruh nak pindah ke sana? Tidak!”Dalam kutipan tersebut, pengarang menampilkan sikap nasionalaisme Kakek Hasyim untuk tetap tegas menolak ajakan Haris tinggal di Malaysia. Selaian sikap Kakek Hasyim yang memilih untuk tetap tinggal di Indonesia, Salman juga memiliki sikap nasionalis yang tertanam dalam jiwanya ketika ia melihat seorang pedagang dayak menggunakan bendera Merah Putih untuk alas barang dagangannya. Sikap Salman membela harkat dan martabat bangsa ditampilkan pada (TSK, 28: 184-187) melalui tuturan “Merah Putih itu bendera Indonesia Pak!“ Pedagang tersebut menanggapi penjelasan Salman tentang identitas kain yang sedang ia gunakan sebagai alas “ Ini kan kain pembungkus dagangan aku!” Salman kembali menegaskan “Ini bendera pusaka!” Makin merasa terganggu, pedagang tersebut menjawab “Ini mandau pusaka kakek aku. Pergi kau”! pedagang tersebut mengusir Salman dari tempat ia menjual barang dagangannya di trotoar pasar. Dari adegan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa sikap Salman tersebut merupakan gambaran wujud dari sikap nasionalisme untuk membela harkat dan martabat bendera Merah Putih sebagai bendera pusakan bangsa Indonesia. Dari rumusan tema di atas,disimpulkan bahwa fungsi keindahan film Tanah Surga Katanya terletakpadapemilihan permasalahan-permasalahan yang secara memiliki kesesuaian dengan permasalahan yang sebenarya dialami oleh bangsa Indonesia.Permasalahan yang kuat ditampilkansecara utuh dalam cerita melalui para tokoh sehingga penonton lebih mudah dan cepat menangkap dan menafsirkan tema yang dimaksud oleh pengarang. Melalui dialog dan tingkah laku, amanat yang disampaikan tokoh-tokoh dalam film tersebutmerupakan bentuk sikap dan budaya bangsa yang sangat penting agar tetap terjaga untuk dihayati dalam hati nurani setiap manusia dalam bersikap, bertindak dan membuat keputusan dengan baik.Sebagai makhluk sosial, masyarakat harus melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, berinteraksi sosial di lingkungan masyarakat bersahaja dan memiliki jiwa nasionalisme untuk tetap mencintai Tanah Air Indonesia hingga akhir hayat. Amanat dalam film Tanah Surga Katanya yang disampaikan secara implisit dan eksplisit. Pesan yang disampaikan pengarang tidak bersifat menggurui penonton karena dikemas secara indah melalui percakapan tokoh dan tingkah laku tokoh dalam film. b. Alur Alur dalam film Tanah Surga Katanya meliputi: tahap paparan, konflik, komplikasi, klimaks dan penyelesaian yang disajikan secara runtut dari awal cerita hingga akhir cerita sehingga alur dalam film tersebut tergolong alur maju. Alur juga memiliki unsur keindahan yang terdiri dari: plausibilitas, tegangan, daya duga bayang, kejutan, kesatupaduan, dan kebetulan. Film Tanah Surga Katanyamerupakan film yangditampilkan berdasarkan realitas kehidupan yang ada di daerah pelosok perbatasan sehingga terdapat finsi keindahan yang menarik untuk dinikmati oleh penonton. Pengarang menceritakan keadaan penduduk di dearah pelosok perbatasaan yang sebagian penduduknya bekerja di Malaysia sebagai seorang pedagang melalui tuturan Haris yang menyatakan bahwa berdagang di Malaysia sangat menguntungkan, mudahnya penggunaan mata uang ringgit oleh penduduk sebagai alat perekonomian di daerah perbatasan negara, keterbatasan tenaga medis dan fasilitas kesehatan di daerah pedalaman, pendidikan yang belum merata, ketersediaan fasilitas komunikasi yang belum lengkap dan aliran listrik yang belum terjangkau di daerah pedalaman. Peristiwa ketegangan antara Kakek Hasyim dan Haris terjadi karena Haris ingin mengajak Kakek Hasyim dan kedua nakanya untuk pindah ke Malaysia. Kakek Hasyim sangat kecewa dengan keputusan Haris tersebut. Pengarang menampilkan cerita yang dapat membuat penonton menduga-duga atau membayangkan peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Hal tesebut ditampilkan ketika dokter Anwar menerima tawaran Lized sebagai jasa angkut dengan upah dua puluh. Ketika dokter Anwar membayar dengan menggunakan uang lima puluh ribu rupiah, Lized langsung menolak dan mengira bahwa dokter Anwar sedang menipunya. Uang dua puluh yang dimaksud dokter Anwar bukanlah uang rupiah, tetapi yang dimaksud Lized adalah uang dua puluh ringgit. Kejutan juga ditampilkan oleh pengarang ketika Salman dan Salina bertemu dengana ayahnya. Setelah selesai bermain dan tiba di rumah, Salman dan Salina terkejut melihat ayah mereka pulang dan sedang duduk di ruang tamu. Kesatupaduan cerita juga terjadi ketika Salman melihat seorang pedagang menggunakan Bendera Merah Putih sebagai kain pembungkus dan alas barang dagangan. Salman sangat ingin memiliki Bendera Merah Putih milik pedagang tersebut sehingga ia rela menukarkan kain sarung yang baru saja ia beli untuk kakeknya dengan kain pembungkus tersebut. Kedua peristiwa tersebut memiliki kesatupaduan cerita sehingga peristiwa tersebut me-nimbulkan kesan yang indah dalam cerita. c. Tokoh dan Perwatakan Tokoh dan pewatakan merupakan unsur yang sangat penting dalam cerita karena tokoh serta perwatakannya memiliki fungsi menggerakkan alur, melengkapi fungsi latar dan sebagai media untuk menyampaikan visi seorang pengarang di dalam karyanya. Watak Kakek Hasyim Kakek Hasyim merupakan seorang yang idealistis menyebabkan ia tidak muda terpengaruh oleh ajakan Haris untuk pindah ke Malaysia. Dengan tegas, Kakek Hasyim menolak ajakan Haris tersebut dan memilih untuk tetap tinggal di Indonesia meskipun hidup dengan keadaan yang memprihatinkan. Ia juga merupakan seorang pejuang yang setulus hati membela Indonesia tanpa pamrih dari pihak manapun yang bertanggung jawab untuk memberikan kesejahteraan hidupnya. Ia tetap menjalani hidupnya sesuai dengan keadaan sebagai seorang petani yang hidup dengan kesederhanaan. Keadaanya tersebut tidak membuat rasa cintanya kepada Tanah Air Indonesia pudar. Ketepatan pengarang menampikan tokoh Kakek Hasyim memiliki kesamaan berdasarkan ciri fisik, sosial dan psikologi para pejuang yang masih hidup hingga sekarang. Melalui tokoh Kakek Hasyim, pengarang dapat menyampaikan visinya untuk pemerintah. Pengarang ingin agar permasalahan para pahlawan yang hidupnya jauh dari kesejahteraan mendapatkan perhatian yang saangat serius dari pemerintah. Tanpa pengorbanan para pejuang, negara ini mungkin sudah dijajah oleh negara lain yang mengambil keuntungan dari sumber daya yang ada di Indonesia. d. Latar Latar merupakan landas tumpu dalam cerita, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok. Tiga unsur pokok itu meliputi (1) latar tempat, (2) latar waktu, dan (3) latar sosial (Waluyo, 2001: 23-24; Nurgiyantoro, 2013: 322). 1) Latar Tempat Pengarang menampilkan latar tempat secara utuh sehingga menciptakan suasana dalam cerita menjadi hidup serta mempermudah penghayatan penonton. Nilai keindahan pada latar memiliki fungsi sebagai media untuk menceritakan latar secara keseluruhan. Latar kamar film Tanah surga katanya menggunakan latar kamar Kakek Hasyim. Latar kamar Kakek Hasyimditampilkan secara utuh dan sederhana mencerminkan keadaan ekonomi Kakek Hasyim yang hanya seorang mantan pejuang yang bekerja sebagai seorang petani. Latar kamar tidur ditampilkan dengan benda-benda yang terdapat di dalam kamar seperti: tempat tidur, kasur, bantal, selimut, meja, pakaian yang digantung di dinding kamar dan lampu lentera sebagai alat penerang yang terpasang di dinding kamar. Latar kelas dalam film Tanah Surga Katanya ditampilkan secara utuh sebagai kelas yang kondisinya sangat memprihatinkan. Latar tersebut memiliki dinding dan lantai yang terbuat dari beberapa potongan kayu yang sudah mulai rapuh. Ruang kelas dibagi menjadi dua bagian yang dijadikan sebagai pemisah kelas 3 dan 4. Kedua kelas tersebut dibatasi oleh sebuah papan tripleks panjang yang sebagian lapisan papan sudah terkelupas. Di kelas tersebut, terdapat papan tulis yang digunakan menjadi satu oleh Ibu Astuti untuk mengajar kelas 3 dan 4. Sebuah peta Pulau Kalimantan yang sudah kusam dan berlubang diletakkan di dinding kelas. Meja dan kursi belajar di kelas tersebut tertata sangat rapih, kuat dan masih layak pakai meskipun sudah tua dan warnanya sudah memudar. Kelas tersebut juga tidak memiliki pintu dan beberapa dinding yang dilapisi oleh papan tripleks yang dibiarkan terkelupas. 2) Latar Waktu Latar pagi dalam film Tanah Surga Katanyaditampilkan dengan suasana terbitnya matahari dan suara ayam jantan berkoko ketika siswa berangkat sekolah, pancaran sinar matahari yang sangat terang juga dapat membantu murid-murid untuk belajar di dalam kelas tanpa harus menggunakan lampu penerang. Latar siang ditampilkan ketika jam pelajaran telah selesai dan murid-murid beranjak pulang ke rumah masing-masing. Ketika melewati rumah Ibu Astuti, mereka bersama-sama menyapa Ibu Astuti dengan tuturan “ selamat siang bu guru!” dan Ibu Astuti membalas sapaan mereka dengan ucapan “Siang!” Latar sore hari digambarkan melalui tuturan pengemudi perahu yang mengatakan “bentar lagi gelap, hujan lagi. Besok saja lah!” Hal tersebut membuktikan bahwa pada saat itu latar menunjukkan waktu sore hari, yaitu pergantian siang menuju malam hari. Latar malam hari dalam film tersebut ditampilkan dalam suasana sangat sepi dari aktivitas dan terdengar suara-suara binatang malam yang sangat merdu dan indah mengisi kesunyian di malam hari. Ibu Astuti juga menggunakan obor sebagai alat yang digunakan untuk penerang jalan karena di dusun tersebut belum mendapatkan fasilitas aliran listrik. Penggunaan lampu lentera juga digunakan oleh penduduk sebagai alat penerangan di dalam rumah. 3) Latar Sosial Di zaman modern saat ini, mantan pejuang seperti Kakek Hasyim kehidupannya jauh dari kesejahteraan. Ia tinggal bersama kedua cucunya di rumah yang terbuat dari kayu yang tidak memiliki aliran listrik, tidak ada bentuk kemewahan dalam kehidupan Kakek Hasyim, bekerja sebagai seorang petani, pakainnya yang dikenakan sehari-hari sangatsederhana, tidak mengenakan alas kaki untuk berjalan dan ia juga tidak mampu untuk mengobati penyakitnya karena tidak memiliki biaya. Meskipun tidak mendapatkan perhatian dan kesejahteraan yang layak dari pemerintah, ia tidak pernah mengeluh tentang keadaan yang dialaminya saat itu dan tetap memiliki idealisme dalam hidupnya kepada Ibu Pertiwi. Namun, hal tersebut tidak membuat Kakek Hasyim mengeluh dan putus asa. Ia tetap menjalani hidupnya sesuai dengan keadaan sebagai seorang petani yang hidup dengan kesederhanaan. Keadaannya tersebut tidak membuat rasa cintanya kepada Tanah Air Indonesia pudar. Ketepatan pengarang menampikan tokoh Kakek Hasyim berdasarkan ciri fisik, sosial, dan psikologinya sangat berpengaruh dalam penyampaian visinya kepada pejabat pemerintah. Pengarang ingin agar permasalahan para pahlawan yang hidupnya jauh dari kesejahteraan mendapatkan perhatian yang saangat serius dari pemerintah. Tanpa pengorbanan para pejuang, negara ini mungkin sudah dijajah oleh negara lain yang mengambil keuntungan dari sumber daya yang ada di Indonesia. e. Dialog Dialog berfungsi untuk pembangun tekstur di dalam sebuah drama, dapat menggerakkan alur, sarana informasi, melukiskan suasana, konflik dan klimaks, tempat fakta atau ide-ide utama dijelaskan, membantu penonton mengetahui jalannya peristiwa, menetapkan karakter tokoh, ruang (latar tempat, sosial, budaya politik), dan bentuk action yang tersaji di atas panggung (Dewojati, 2012: 181-184). Dialog tidak lengkap tanpa adanya gerakan, musik, ekspresi wajah, dan sebagainya supaya kesempurnaan drama terlihat setelah dipentaskan. Dialog Kakek Hasyim dengan kedua cucunya ketika sedang bersama mendengarkan kisah perjuangan Kakek Hasyim kepada Salman dan berkata lembut ketika memberikan izin kepada Salina untuk tidur di kamar kakeknya. Dalam film, dialog Kakek Hasyim dan kedua cucunya berjalan dengan lancar dengan bahasa yang pantas diucapkan, intonasi yang sedang dan lembut, ekspresi wajah yang tidak berlebihan dan dikemas secara natural di depan layar kamera sehingga dapat mencerminkan karakter tokoh, menggerakkan alur, dan sebagai sarana informasi. f. Acting Acting yang menarik dalam film Tanah Surga Katanyaadalah acting Kakek Hasyim dan Salman sebagai tokoh utama karena mampu membawa cerita menuju tujuan cerita yang diciptakan oleh pengarang. Mereka sangat baik menampilkan perannya, menggerakkan tubuh, ekspresi wajah yang sesuai, berdialog, menghayati perannya, kostum yang digunakan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan adegan. Rencana pembelajaran apresiasi drama di kelas XI SMA disesuaikan dengan SK: memahami pementasan drama dan KD: mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada pementasan drama meliputi: (1) guru menginformasikan tujuan pembelajaran; (2) guru mempersiapkan media pembelajaran; (3) guru menjelaskan materi unsur intrinsik drama dan nilai estetika secara umum; (4) guru membagi siswa satu kelas menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi permasalahan tentang unsur intrinsik dan nilai estetika yang terdapat dalam film; (5) guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan isi film dengan melibatkan siswa secara langsung setelah mereka mencermati dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai estetika dalam film Tanah Surga Katanya apresiasi Deddy Mizwar dan Gatot Brajamusti. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis nilai estetika dalam film Tanah Surga Katanya apresiasi Deddy Mizwar dan Gatot Brajamustidapat disimpulkan sebagai berikut: (1) unsur Intrinsik terdiri atas: tema, alur, tokoh dan pewatakan, latar, dialog, acting, dan amanat, (2) nilai estetika terdiri atas: keindahan moral, keindahan susila, keindahan akal, dan keindahan alami, dan (3) rencana pembelajaran apresiasi drama disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterapkan pada siswa kelas XI SMA. Metode pembelajaran penelitian ini menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas dengan tetap mengutamakan pada keaktifan, keinovatifan dan kekreatifan siswa, keefektifan pembelajaran dan pembelajaran yang menarik. Dari hasil penelitian tersebut, penulis memiliki beberapa saran, yaitu: (a) bagi guru, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia diharapkan mampu memilih metode yang tepat dan menarik sebagai aalternatif dalam pembelajaran drama khususnya dengan menggunakan media film; (b) bagi siswa, siswa mampu menemukan nilai-nilai positif dalam karya sastra yang bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; dan (c) Bagi Peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan bahwa penelitian ini masih dapat dikaji lebih dalam lagi dan akan lebih baik jika peneliti selanjutnya menguraikan lebih spesifik tentang nilai estetika yang terdapat dalam setiap unsur dalam film sehingga menimbulkan kemenarikan dalam menganalisis sebuah film. DAFTAR PUSTAKA Al-Ma’ruf, Ali Imron. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: CakraBooks. Dewojati, Cahyaningrum. 2012. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta: Javakarsa Media. Endraswara, Suwardi. 2003. Pengantar Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Sewon Press. Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Junus, Umar. 1989. Stilistik: Suatu Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Waluyo, Herman J. 2001. Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.