BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci dengan rangkaiannya. Blok diagram sistem ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1 dan 3.2 TRANSDUSER PEMANCAR Blok OSILATOR Gambar 3.1 Blok Diagram Pemancar TRANSDUSER PEMANCAR Blok PENGUAT Blok ALARM Blok Blok BANDPASS FILTER PEMBENTUK PULSA Blok Blok PENGGERAK RELAY LOWPASS FILTER RC Blok PENGHILANG ALARM Gambar 3.2 Blok Diagram Penerima 22 23 Blok diagram dari pendeteksi gerakan pada alarm terdiri dari sepuluh bagian yaitu: 1. Blok Osilator Berfungsi untuk membangkitkan gelombang persegi. 2. Transducer Pemancar Berfungsi untuk memancarkan gelombang ultrasonic dengan tegangan sebesar 12 V dan frekuensi 40 kHz yang dihasilkan dari gelombang persegi osilator. 3. Transducer Penerima Berfungsi untuk menerima gelombang yang dihasilkan dari transducer pemancar. 4. Blok Penguat Berfungsi untuk memperkuat gelombang yang diterima oleh transducer penerima. 5. Blok Band Pass Filter Berfungsi untuk menyaring sinyal yang diterima oleh rangkaian penguat sinyal dan meredam frekuensi-frekuensi dibawah daerah pancung bawah (f1) dan frekuensi pancung atas (f2). 6. Blok Pembentuk Pulsa Berfungsi untuk merubah tegangan keluaran dari band pass filter menjadi sebuah pulsa. 7. Blok Low Pass Filter RC Berfungsi untuk menghilangkan noise yang terjadi dari rangkaian pmbentuk pembentuk pulsa sehingga gelombang pulsa tidak lagi mengandung noise yang berfrekuensi lebih tinggi dari frekuensi tapisnya. 8. Blok Penghilang Alarm Awal Berfungsi untuk menghilangkan alarm awal yang menggunakan switch sebagai saklar AB. 9. Blok Penggerak Relay Berfungsi untuk mengaktifkan rangkaian penggerak relay setelah diberi catu daya selama 15 detik. 24 10. Blok Alarm. Berfungsi untuk output dari rangkaian, berbunyi bila rangkaian relay sudah aktif. 3.1.1. Rangkaian Catu Daya Rangkaian catu daya yang digunakan menghasilkan tegangan catu sebesar 12 Volt. Rangkaian catu daya memperoleh catu atau sumber tegangan dari jala-jala listrik PLN. Tegangan tinggi 220 volt harus diturunkan terlebih dahulu melalui trafo 1 A, penurunan tegangan menjadi arus tinggi sekitar 15 V. Tegangan tinggi tersebut kemudian diserahkan oleh jembatan yaitu D10 sampai D13, sehingga menghasilkan tegangan arus searah sebesar 12 V. Pada setengah siklus positif dioda D11 dan D13 bekerja sehingga selama siklus ini memberi tegangan positif pada rangkaian supply. D11 220 V + D13 12 V 12 V C16 IN 40 0 2 C17 12 V D10 470 F D 12 100nF Gambar 3.3. Rangkaian Catu Daya Pengatur tegangan yaitu IC 2 LM7812 digunakan untuk memantapkan tegangan arus searah keluaran sebesar 12 volt, meskipun terdapat perubahan tegangan tegangan masukan. Rangkaian catu daya dapat dilihat pada gambar diatas, pemasangan kapasitor C16 sebesar 470 F pada rangkaian ini digunakan untuk mengurangi tegangan ripple yang mempunyai frekuensi rendah. Sedangkan pemasangan kapasitor C 17 sekitar 100nF digunakan untuk mengurangi tegangan yang mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dan memantapkan tegangan 12 volt. 25 3.1.2. Rangkaian Pemancar Rangkaian pemancar ini merupakan suatu osilator yang berfungsi untuk membangkitkan gelombang persegi, kemudian dipancarkan oleh transducer pemancar. Sebelum dipancarkan terlebih dahulu dilewatkan ke sebuah kristal sebesar 40 kHz yang berfungsi sebagai penyaring frekuensi yang diberikan yang diberikan osilator. Sehingga transducer pemancar dapat memancarkan gelombang ultrasonic dengan tegangan sebesar 12 V dan frekuensi 40 kHz. Gambar 3.4. Rangkaian Osilator 3.1.3. Rangkaian Penerima Rangkaian ini berfungsi sebagai penerima gelombang yang dihasilkan dari transducer pemancar. 3.1.3.1. Rangkaian Penguat Setelah gelombang ultrasonic yang dipancarkan oleh transducer pemancar kemudian diterima oleh transducer penerima, gelombang ultrasonic tersebut melewati rangkaian penguat yang berfungsi untuk memperkuat gelombang yang diterima oleh transducer penerima. 26 Gambar 3.5. dibawah ini memperlihatkan sebuah rangkaian penguat Keluaran transducer penerima + IC LM 824 V1 Vo R21 R2 2K2 220 K C11 10 nF Gambar 3.5. Rangkaian Penguat Berdasarkan rangkaian diatas besarnya penguat yang terjadi adalah sebesar : Vo Av = 20 log V1 Vo R21 = 1 V1 R2 = 1 + 220 k = 101 2,2 k Av (dB) = 20 log 101 = 40 dB Pemasangan kapasitor C11 pada rangkaian supaya hasil keluaran yang diperkuat tersebut terhindar dari noise yang tidak diinginkan. 27 3.1.3.2. Rangkaian Band Pass Filter Gambar 3.6. dibawah ini memperlihatkan sebuah band pass filter aktif. Vcc R8 100 K + C8 250 pF IC R10 100 K Keluaran Bandpass Filter 150 pF C8 Masukan dari penguat C9 10 M R18 R20 100 K pF Gambar 3.6. Rangkaian Band Pass Filter Rangkaian band pass filter ini adalah rangkaian band pass filter aktif karena menggunakan penguat operasional dan komponen-komponen R dan C. Sinyal-sinyal dengan frekuensi yang tercakup dalam pita frekuensi atau pass band dapat dilewatkan dalam rangkaian band pass filter ini dan diredam frekuensi-frekuensi dibawah daerah frekuensi pacung bawah (f1) dan frekuensi-frekuensi diatas frekuensi pacung atas (f2). Berdasarkan gambar 3.6. rangkaian band pass filter frekuensi pancung bawah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7 yaitu : f1 = 1 2 R18 C9 28 Frekuensi pancung atas (f2) berdasarkan rangkaian band pass filter diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari persamaan 2.7 yaitu : 1 f2 = Dengan R1 bernilai 1 k 2 (R20 + VR) C2 bernilai 150 pF, sedangkan VR diambil sebesar 129 k , maka diperoleh : 1 f2 = 2 (R20 + VR) C2 f2 = 8,161 kHz Band pass pada rangkaian ini melewatkan frekuensi diantara 0,159 kHz yang juga disebut daerah pass band. Sedangkan daerah yang mendapat penguatan maksimum mempunyai frekuensi tengah (f2) yaitu antara frekuensi pancung atas dan dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.8 yaitu : fc = f2 – f1 2 Maka diperoleh frekuensi tengah sebesar : fc = = 8,161 kHz 0,159 kHz 2 4,001 kHz 0,159 4,01 8,161, kHz 01 Gambar 3.7. Respon dari Band Pass Filter 29 3.1.3.3. Rangkaian Pembentuk Pulsa Setelah mendapat tegangan keluaran dari band pass filter, rangkaian ini berfungsi untuk mengubah tegangan keluaran tersebut menjadi sebuah pulsa. Penguat opersional pembentuk pulsa sebagai komparator digunakan dalam rangkaian pembentuk pulsa ini. R15 Masukan dari Bandpass Filter R14 + Keluaran rangkaian pembentuk pulsa - D3 C7 14 nF D4 R17 R16 Gambar 3.8. Rangkaian Pembentuk Pulsa Tegangan arus searah pada kaki tak membalik adalah sebesar : R16 x Vcc R 16 + R15 = = 1M 1M + 1,5 M 2 Volt X5V Tegangan arus searah ini terjadi karena tidak ada masukan trigger dari rangkaian band pass filter. Sedangkan pada kaki membalik terdapat tegangan arus searah sebesar : R17 x Vcc R 17 + R14 = 1,5 M 1,5 M + 1 M = 3 Volt X 5 Vcc 30 Dengan perhitungan ini jelas bahwa pada kaki membalik lebih besar dari pada tegangan pada kaki tak membalik. 3.1.3.4. Rangkaian Low Pass Filter Pemasangan low pass filter ini bertujuan untuk menghilangkan noise yang terjadi dari rangkaian pembentuk pulsa. Hasil keluaran dari rangkaian pembentuk pulsa dilewatkan ke rangkaian low pass filter sehingga gelombang pulsa tidak lagi mengandung noise yang berfrekuensi lebih tinggi dari frekuensi tapisnya. R23 + + Masukan (Pulsa) Keluaran Lowpass Filter C12 Gambar 3.9. Rangkaian Low Pass Filter RC Frekuensi keluaran dari rangkaian low pass filter ini dapat dihitung dengan rumus persamaan 2.6 yaitu : f = 1 RC Maka diperoleh frekuensi keluaran sebesar : f = = 1 R23 C12 1 x 10 k x 10nF = 1,591 kHz 31 Setelah melewati rangkaian low pass filter pulsa tersebut mempunyai frekuensi sebesar 1,591 kHz, yang kemudian dipergunakan untuk mengaktifkan rangkaian penggerak relay. 3.1.1.1. Rangkaian Penghilang Alarm Awal A I1 D7 R6 1K C14 S AB Switch 220 F TR1 CS 9014 10K Led Hijau 1K R7 D2 RB + 12 Vdc D1 IN 4148 R3 100 K C R4 B SCR C 230VV t2 R5 100 K 1K C3 1000 F -0V Gambar 3.10. Rangkaian Penghilang Alarm Awal Fungsi switch sebagai saklar yang menghubungkan AB jika tidak dihubungkan maka AB akan aktif beberapa saat kira-kira 15 detik. Pada mula diberi catu daya dan switch dihubungkan maka arus terbagi menjadi dua pada node A. Gambar 3.11. dibawah ini memperlihatkan pembagian arus pada rangkaian ini. R8 CS 9014 TR1 + 12 v dc D2 IN 4148 C 10 K SCR C 203 VV 100K R3 1K R4 R5 100 K C3 1000 F t2 -0v Gambar 3.11. Arus pada saat Kapasitor C3 belum penuh 32 Saat rangkaian mendapat catu daya, Arus I1, mengalir melewati R6, R 7, D2, dan R8 dan membuat TR1 On. Selama TR1 On rangkaian relay tidak aktif karena tidak mendapat atus dari dioda D7. Sedangkan arus I2 akan mengisi kapasitor C3 secara perlahan-lahan kira-kira 15 detik. Pada saat kapasitor C3 belum terisi penuh maka arus yang mengalir melewati resistor R3, R4, ke SCR sangat kecil sehingga SCR Off. Tegangan pada node B perlu diturunkan supaya tidak memberikan tegangan yang cukup pada SCR untuk On. Tegangan pada node B dapat diturunkan Setelah 15 detik maka kapasitor C3 sudah terisi penuh dengan demikian I2 akan mengalir ke SCR dengan melewati resistor R3 dan R4. Gambar 3.10 memperlihatkan arus I2 mengalir melewati SCR. 12 Vdc TR1 CS 9014 C t2 C3 R3 100 K Gambar 3.12. Arus pada saat kapasitor C3 sudah penuh Pada saat SCR dalam keadaan aktif atau On maka arus akan mengalir melewati SCR sampai ke ground sehingga transistor TR1 tidak mendapat arus dan tegangan pada node C menjadi nol Vc = 0V, transistor TR1 menjadi off maka rangkaian akan langsung aktif setelah diberi catu daya. 33 3.1.3.6. Rangkaian Penggerak Relay Setelah diberi catu daya selama 15 detik maka transistor TR1 menjadi off dan rangkaian menjadi aktif. Pulsa keluaran setelah melewati low pass filter dapat diteruskan ke rangkaian penggerak relay karena dioda D7 mendapat arus bias forward. Arus tersebut cukup untuk mengisi kapasitor C14 sehingga membuat transistor TR2 menjadi On. Besarnya arus yang mengalir menuju TR2 dan melewati resistor R26 seperti gambar 3.13, Jika transistor TR3 adalah On maka, rangkaian penggerak relay terhubung ke ground sehingga mengakibatkan rangkaian relay aktif dan buzeer berbunyi. + 12 v dc IN 4002 D8 R1 R26 t8 10 k TR2 CS 9013 Pulsa Pengegerak Relay C14 VB 22 F Gambar 3.13. Rangkaian Penggerak Relay 3.1.3.7. Rangkaian Alarm Rangkaian Alarm pada alat ini hanya terdiri dari sebuah buzzer 12 V yang akan berbunyi bila rangkaian relay adalah aktif. Rangkaian relay terhubung ke rangkaian alarm seperti gambar 3.14. dibawah ini : 34 Relay 12 Vdc + Buzzer 12 vdc 12 Vdc Gambar 3.14. Rangkaian Alarm Rangkaian alarm ini dapat diganti dengan alarm yang lain dan jika mendapat tegangan 12 V dari rangkaian relay maka alarm tersebut akan aktif atau menyala. Rangkaian alarm konvensional tidak dihubungkan ke rangkaian detektor gerak ini karena rangkaian alarm tersebut memerlukan pembahasan yang lebih rinci. 3.2. Cara Kerja Rangkaian Secara Keseluruhan Pendeteksi gerakan ini menggunakan gelombang ultrasonic untuk mendeteksi adanya suatu pergerakan yang terjadi. Gelombang ultrasonic tersebut dibangkitkan pada transducer pengirim yang diberi regangan bolak-balik dengan frekuensi sebesar 40 kHz dan mempunyai bentuk gelombang persegi oleh osilator. Gelombang persegi tersebut dengan frekuensi yang stabil sekitar 40 kHz karena dilewatkan ke sebuah kristal, yang kemudian dipancarkan oleh transducer pemancar secara periodik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi suatu gerakan karena gelombang ultrasonic yang dipancarkan transducer pemancar terjadi perubahan intensitas gelombang setelah diterima oleh transducer penerima. Hal ini terjadi karena gerakan tersebut menghalangi gelombang ultrasonic maka terjadi perubahan intensitas gelombang. 35 Gelombang yang berubah intensitas itu kemudian diperkuat oleh rangkaian penguat, kemudian diubah menjadi sebuah trigger pada rangkaian band pass filter. Setelah terbentuk trigger oleh band pass filter yang kemudian diubah menjadi pulsa oleh rangkaian pembentuk pulsa. Setelah pulsa yang terbentuk tersebut dilewatkan pada rangkaian low pass filter RC untuk menghindari noise yang berfrekuensi lebih tinggi daripada frekuensi tapisnya. Pulsa yang telah bebas dari noise dan mempunyai frekuensi yang lebih rendah tersebut akan digunakan sebagai pengaktif rangkaian relay. Pulsa tersebut berfungsi untuk mengubah keadaan switch rangkaian relay agar dapat menyalakan alarm yang hanya terdiri dari sebuah buzzer dengan tegangan arus searah 12 volt dan dapat ditambahkan alarm yang sudah ada yang memerlukan catu daya dengan tegangan arus searah 12 volt untuk menggantikan buzzer tersebut. Perlu diingat pada saat pertama kali alat ini dinyalakan, kemungkinan rangkaian akan bunyi disebabkan orang yang menyalakan alat ini berada dihadapannya. Hal ini terjadi karena perubahan intensitas gelombang ultrasonic pada transducer penerima yang seterusnya dapat mengaktifkan alarm. Untuk menghindari rangkaian ini langsung aktif, maka dibuat rangkaian penghilang alarm awal yang mempergunakan sifat-sifat dari transistor. Rangkaian penghilang alarm awal ini bekerja berdasarkan cara kerja transistor sebagai switch. Pada rangkaian ini terdapat sebuah switch yang berfungsi untuk mencegah alat ini langsung aktif. Jika switch tersebut On (A dan B terhubung), maka rangkaian tidak langsung aktif dan akan aktif kembali beberapa saat (kira-kira 15 detik). Dalam hal ini rangkaian penghilang alarm awal akan mencegah pulsa untuk mengaktifkan rangkaian relay dengan membuat transistor TR1 menjadi On. 36 37 3.3. Prosedur Pengujian Alat Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh alat ini dapat bekerja dengan baik dan dipengaruhi oleh VR, maka dilakukan pengujian dengan mengubah kedudukan resistor geser secara bertahap. Langkah – langkah pengujian jarak aktif adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan sumber tegangan tinggi 12 Volt dan alat tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan itu. 2. Alat ini dinyalakan dan saklar AB ditekan yaitu untuk menghindari alat ini langsung bekerja. Setelah kira-kira 15 detik alat ini akan bekerja langsung kembali 3. Kedudukan resistor geser (VR ) diubah pada posisi 400 k . 4. Obyek disini adalah manusia yang berjalan melewati transducer dengan jarak yang berbeda-beda seperti pada gambar 3.16. untuk mengetahui seberapa jauh alat ini dapat bekerja. 5. Jika alat ini mendeteksi adanya gerakan, diulang langkah pada no. 4 dengan kedudukan resistor geser yang berbeda-beda 6. Kemudian mencatat hasil yang didapat Gambar 3.16. pengamatan jarak aktif Pengujian daerah kerja ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh alat ini mendeteksi gerakan sehingga mengaktifkan rangkaian alarm. Langkah-langkah pengujian daerah kerja dari alat ini adalah sebagai berikut : 1. Mernyediakan sumber tegangan tinggi 12 volt dan alat ini dihubungkan ke 38 sumber tegangan tersebut. 2. Alat ini dinyalakan dan setelah 15 detik alat ini akan aktif kembali 3. Meletakan obyek pada jarak tertentu dan obyek tersebut bergerak tanpa menggeser jarak dari transducer. Jika alat ini mendeteksi adanya gerakan maka buzzer akan berbunyi 4. Diulang langkah No 3 untuk obyek dengan jarak berbeda-beda seperti terlihat pada gambar 3.17 5. Kemudian mencatat hasil yang diperoleh Gambar 3.17. Pengamatan daerah kerja 3.3.1 Pengamatan Pada Blok Rangkaian Tujuan dari pengamatan terhadap blok diagram adalah untuk mengetahui setiap keluaran dari mesing-masing blok rangkaian yang menggambarkan apakah alat ini dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Dan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan secara teoritis lalu dibandingkan dengan hasil yang didapat dalam pengujian. Pengamatan ini dilakukan pada bagian yang dianggap penting dan perlu yaitu blok transducer pemancar, blok transducer penerima, blok rangkaian penguat dan percobaan yang dilakukan. Alat-alat yang diperlukan untuk mendapatkan hasil pengamatan ini adalah sebagai berikut : 1. TAS 250 dual channel Oscilloscope 50 MHz. 2. Multimeter digital M8330D. 3. Probe dan kabel - kabel penghubung. 39 3.3.2. Pengamatan Pada Transcuder Pemancar Tujuan dari pengamatan pada transcuder pemancar adalah untuk memperlihatkan bentuk gelombang yang dibangkitkan oleh blok rangkaian osilator pada frekunsi sebesar 40 kHz. Langkah – langkah yang digunakan dalam mengamati transcuder pemancar adalah sebagai berikut : 1. Alat ini dihubungkan ke sumber tegangan tinggi 220 V 2. Alat dinyalakan dan saklar AB ditekan untuk menghidari alat lansung aktif. 3. Kabel-kabel dan probe dihuibungkan ke oscilloscope dan oscilloscope tersebut dinyalakan. 4. Setelah semua terpasang dan aktif maka dilakukan pengamatan pada kaki transducer pemancar 5. Probe diletakkan pada kaki trasducer pemancar maka akan timbul gelombang dan diatur tombol TIME/DIV dan VOLT/DIV sehingga didapat bentuk gelombang Sedangkan besarnya frerkuensi pada gelombang pulsa tersebut dapat dihitung dengan menggunakanTIME/DIV. Besarnya periode ( T ) adalah : T = 2,5 X 10µ S = 25µ S Maka besarnya frekuensi adalah : f = 1/T = 1/ 25µ S = 40 kHz Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui osilator membangkitkan gelombang persegi dengan tegangan sebesar 12 Volt dan frekuensinya adalah sebesar 40 40 Khz . Hal Ini sesuai dengan hasil pengamatan lanngsung pada alat pendeteksi gerakan ini. 3.3.3. Pengamatan Pada Transducer Penerima Tujuan dari pengamatan pada transducer penerima adalah untuk memperlihatkan bentuk gelombang setelah alat ini terderteksi karena adanya gerakan. Langkah-langkah pengamatan pada transducer penerima ini adalah sebagai berikut : 1. Langkah-langkah pada bagian 3.3.2. diulang yaitu langkah 1 sampai 3 2. Probe diletakkan pada kaki transducer dan berikan gerakan agar alat ini dalam keadaan terdeteksi. 3. Maka akan timbul bentuk gelombang pada saat terdeteksi dan diatur besarnya TIME/DIV dan VOLT/DIV sehingga mendapatkan hasil Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui pada saat terdeteksi transducer penerima menerima gelombang ultrasonic yang intesitasnya terganggu sehingga terjadi perubahan bentuk gelombang. Perubahan bentuk inilah yang kemudian diproses menjadi pulsa. 3.3.4. Pengamatan Pada Rangkaian Pulsa Tujuan dari pengamatan pada rangkaian pulsa adalah untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari pengamatan dengan hasil yang penguat yaitu membandingkan tegangan input yang dihasilkan oleh transducer penerima (Vi) dengan tegangan keluaran dari rangkaian penguat (Vo) Langkah-langkah pengamatan pada blok rangkaian penguatan adalah sebagai berikut; 1. Langkah pada bagian 3.3.2. diulang yaitu langkah 1 sampai 3 2. Probe diletakkan pada rangkaian penguat yaitu transducer penerima dan diberikan gerakan agar alat dalam keadaan terdeteksi sehingga mempunyai tegangan input 3. Setelah timbul gelombang penguatan maka diatur TIME/DIV dan VOLT/DIV 41 4. Kemudian dihitung besar penguatan yang terjadi itu, yaitu membandingkan tegangan input dengan tegangan output Dari hasil pengamatan pada blok rangkaian penguat besarnya tegangan input adalah : V in = 1,4 X 0,2 V = 0,28 Volt Sedangkan besarnya tegangan keluaran dari rangkaian penguat adalah sebesar V out = 2,2 X IV = 2,2 Volt Maka besarnya pengautan yang terjadi adalah: AV (Db) = 20 log = 20 log = 18 dB Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui dalam perhitungan pada rangkaian penguat besarnya penguatan yang terjadi adalah 40 dB, maka besarnya persen kesalahan adalah : 40 dB -18db X 100% 40 Db = 55% 3.3.5. Pengamatan Pulsa Penggerak Relay Tujuan dari pengamatan pada pulsa penggerak relay adalah untuk mengetahui bentuk pulsa penggerak relay tersebut. Pengamatan dilakukan setelah keluaran rangkaian lowpass filter yaitu pada dioda D7. Langkah-langkah pengamatan pada pulsa penggerak relay adalah sebagai berikut : 1. Alat dihubungkan ke sumber tegangan dan diaktifkan 2. Probe diletakkan pada katoda D7 da diberikan gerakan agar alat ini dalam keadaaan terganggu sehingga mempunyai pulsa untuk mengaktifkan relay 42 3. Setelah didapat pulsa penggerak relay maka atur TIME/DIV dan VOLT/DIV sehingga mendapatkan hasil Dari hasil analisa pengamatan dapat diketahui bentuk pulsa ini dipakai untuk membuat rangkaian penggerak relay aktif sehingga mampu membunyikan alarm. 3.3.6. Pengamatan Lebar Sudut Deteksi Tujuan dari pengamatan pada laser sudut deteksi adalah untuk mengetahui lebar sudut yang dapat dideteksi. Langkah-langkah pengamatan pada lebar sudut deteksi adalah sebagai berikut : 1. Alat dihubungkan ke sumber tegangan dan diaktifkan 2. Objek manusia berjalan mengelilingi pendeteksi dengan jarak tertentu 1 Meter dan membentuk lintasan setengah lingkaran mulai dari sudut 0° sampai 360° dari transducer seperti diperlihatkan pada gambar 3.18 1. Dicatat hasil pengamatan pada tabel 3.1 100 0 1400 160 800 600 1200 0 180 0 00 400 200 Lintasan orang berjalan Tranduscer Gambar 3.16 Pengamatan lebar sudut deteksi Hasil pengamatan lebar sudut deteksi dapat dilihat pada table 3.1 Hasil pengamatan lebar sudut deteksi. 43 Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Lebar Sudut Deteksi Tranducer Buzzer Kondisi Besaran Sudut Alarm Sensor 1 0º Diam Tidak Terdeteksi 2 20º Diam Tidak Terdeteksi 3 40º Diam Tidak Terdeteksi 4 60º Bunyi Terdeteksi 5 80º Bunyi Terdeteks 6 100º Bunyi Terdeteks 7 120º Bunyi Terdeteks 8 140º Diam Tidak Terdeteksi 9 160º Diam Tidak Terdeteksi 10 180º Diam Tidak Terdeteksi Dari hasil analisa pengamatan diatas didapat lebar sudut deteksi yaitu selama alarm berbunyi dan mempunyai lebar sudut deteksi dari 60º sampai 120º. 3.4. Pengujian Rangkaian Keseluruhan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jarak aktif dan tegangan minimum yang didapat ditanggapi alat terhadap gerakan yang memenuhi syarat-syarat pemicuan. Disini dapat dilihat apakah alat dapat bekerja sesuai dengan jarak aktif secara teori yaitu sebesar 0,5 meter. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 Pengujian alat keseluruhan dengan VR (470 k ) VR (max) 1 meter, VR (min) 10 Cm. 44 Tabel 3.2. Hasil Pengujian Alat Keseluruhan No Saklar AB Jarak Deteksi Alat Lebar Sudut Deteksi Alarm Sebagai Output 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Terhubung Terhubung Terhubung Terhubung Terhubung Terhubung Terhubung Terhubung Terhubung 5 Centimeter 10 Centimeter 20 Centimeter 30 Centimeter 40 Centimeter 50 Centimeter 60 Centimeter 70 Centimeter 80 Centimeter 0º 20º 40º 60º 80º 100º 120º 140º 160º Diam Diam Diam Bunyi Bunyi Bunyi Bunyi Diam Diam Dari hasil analisa pengamatan dapat dilihat bahwa alat hanya dapat mendeteksi gerakan sampai dengan jarak 1 meter dengan Vr (min) 470k, terdapat perbedaan cukup jauh dari jarak deteksi seharusnya. Karena lebar sudut deteksi relatif cukup besar maka alat ini cukup besar maka alat ini cukup efektif digunakan sebagai alat pengaman. 3.5 Kendala Rangkaian Rangkaian yang penulis buat masih terdapat kendala terutama pada sensor dimana tingkat kepekaan terhadap jarak selalu berubah – ubah. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pengaturan secara manual pada rangkaian input, karena sensor hanya bekerja pada objek yang bersifat padat. Selain itu pada rangkaian kendala juga terjadi Karena berubah – ubahnya postur tubuh manusia yang terditeksi oleh sensor, karena sensor memiliki kepekaan 45 untuk mendapatkan ukuran maksimal yang dapat dijangkau dari objek yang dapat menghalangi transmitter dan receiver yang dihasilkan sensor. Selain itu hembusan udara juga mempengaruhi kinerja dari alarm ini. 46