BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Transistor sebagai Saklar
Selain bekerja sebagai penguat, transistor juga dapat bekerja sebagai saklar,
transistor memiliki tiga daerah yang dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini :
+ VCC
RC
RC
RB
RC
RB
V
VCC
V
Sakelar
tertutup
Q
tB
+ VBB
Sakelar
terbuka
VCe
Gambar 2.1 Rangkaian Transistor dan garis bebannya (Wasito,1995, h:12)
Jika sebuah transistor digunakan sebagai saklar, maka transistor tersebut
hanya dioperasikan pada salah satu dari dua kondisi yaitu kondisi saturasi (jenuh)
dimana transistor seperti saklar tertutup atau kondisi cut off (tersumbat) dimana
transistor sebagai yang terbuka. Sedangkan jika transistor bekerja pada on atau
off, maka transistor akan bekerja sebagai penguat yaitu jika Vbe transistor lebih
besar 0,5 volt dan lebih kecil dari 0,8 volt. (Wasito, 1995, h:12). Ketika transistor
berada dalam kondisi saturasi, maka:
1. Arus pada kolektor maksimum, Ic = Ic (sat).
2. Tegangan pada terminal kolektor emitter, Vce = 0 volt
3. Tegangan pada beban yang dihubungkan seri dengan terminal kolektor = Vce.
Sedangkan transistor dalam keadaan cut off, maka:
1. Tidak ada arus yang mengalir dikolektor Ic = 0 volt.
2. Tegangan pada terminal kolektor emitter dengan Vce, yaitu Vce = Vce.
3. Tegangan pada beban dihubungkan seri pada kaki kolektor adalah nol.
5
6
Dalam merancang rangkaian transistor sebagai saklar maka agar saklar dapat
menutup, harga lb > lb (sat) untuk menjamin dapat mencapai saturasi penuh.
(Wasito,1995,h:12).
2.2
Kristal
Kristal mempunyai sifat piezoelektrik yaitu bahwa bila suatu potensial listrik
dikenakan pada permukaan-permukaannya maka kristal tersebut secara fisik akan
berubah bentuk. Sebaliknya, bila kristal yang sama diubah bentuknya secara
mekanis oleh tekanan, suatu potensial listrik akan terjadi diantara permukaanpermukaannya. (Wasito,1995.h:14).
RS
XL
LS
CP
fS
fP
XC
CS
Gambar 2.2 Kristal Piezoelektrik
Kristal ini juga memperlihatkan gejala resonansi mekanis bila dipacu oleh
suatu potensial bolak-balik dengan frekuensi yang tepat. Frekuensi resonansi
mekanis itu ditentukan oleh ukuran besar dan bentuk dari contoh kristal yang
bersangkutan dan dapat diatur untuk mendapatkan beberapa tingkat frekuensi
yaitu kira-kira 20 KHz hingga 50 MHz, dengan ketelitian yang cukup baik. Dalam
bentuk kemasan piezoelektrik merupakan sepotong kristal yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga memberikan frekuensi mekanis yang dikehendaki
dengan elektroda-elektroda yang diisolasi dan dilekatkan pada permukaanpermukaan yang berhadapan, sehingga terbentuk suatu alat yang kapasitif.
(Wasito,1995,h:14).
7
Secara listrik, resonasi mekanis alat ini membuat kristalnya terlihat sebagai
suatu rangkaian resonasi seri dengan faktor Q yang tinggi sekali, dengan sebuah
kapasitor yang pararel dengannya. Kapasitor ini menyebabkan suatu resonansi
pararel kedua, yang terjadi pada suatu frekuensi dekat sekali dengan titik
resonansi mekanis. Reaktansi suatu kristal kuarsa (quartz) diperlihatkan dalam
gambar 2.2 untuk frekuensi-frekuensi rendah hingga resonansi mekanis seri,
kristal itu bersifat kapasitif.
Untuk frekuensi-frekuensi diantara resonansi seri dan titik-titik resonansi
pararel, reaktansi itu induktif, dan untuk frekuensi-frekuensi diatas resonansi
pararel, reaktansi tersebut kembali bersifat kapasitif. Pada resonansi pararel Xls
=Xes dan rekatansi adalah nol, sedangkan pada resonansi pararel Xls = (Xes seri
Xep) dan reaktansi adalah tak terhingga. Frekuensi-frekuensi resonansi kristal
adalah sangat tertentu dan sangat mantap (stable), asal saja suhu kerja dijaga
konstan, sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai resonansi Q yang tinggi
yang mengatur frekuensi kerja dari rangkaian osilator. (Wasito,1995,h:14).
2.3 Gelombang Ultrasonic
Gelombang ultrasonic adalah gelombang suara yang memiliki frekuensi
diatas batas pendengaran manusia. Gelombang ultrasonic memiliki frekuensi
diatas 20 kHz, umumnya dapat didengar oleh binatang-binatang yang memiliki
kepekaan terhadap gelombang ultrasonic seperti kelelawar. (Paul;,1983, H:70).
Pada aplikasi pengukuran jarak, gelombang ultrasonic masih digunakan
karena pertimbangan ekonomis dan praktis, memiliki efisiensi harga yang tinggi.
Namun demikian gelombang ultrasonic yang berada pada frekuensi yang lebih
rendah memiliki energi yang lebih rendah sehingga hanya mampu menjangkau
jarak yang tidak begitu jauh.
Dengan demikian untuk pemakaian pengukuran jarak pendek gelombang
ultrasonic lebih efisien dibandingkan dengan gelombang sinar lain. Hal lain yang
menentukan pemilihan ultrasonic adalah sebaran pancaran yang lebar.
Sifat gelombang ultrasonic yang lebih lebar sebaran pancarannya dapat
mengatasi dimana benda yang memantulkan tidak sama betuknya setiap saat.
8
Karena pada jarak tertentu tidak menyebabkan jarak secara akurat namun lebih
mendeteksi nilai rata-rata jarak yang dipancarkan oleh gelombang ultrasonic.
2.4
Transducer Ultrasonic
Transducer adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah suatu bentuk
energi ke bentuk energi yang lain. Dalam rangkaian listrik transducer mengubah
suatu besaran fisik non listrik seperti suhu, tekanan, bunyi dan sebagainya
menjadi besaran listrik. Transducer ultrasonic baik pengirim maupun penerima
menggunakan teknik piezoelektrik yaitu penggetaran membran menggunakan sifat
kapasitif dari suatu bahan. Dengan teknik piezoelektrik ini dapat dibuat ultrasonic
transducer yang kecil bentuknya dan memiliki kepekaan yang tinggi.
(Paul,1993,h:46).
Setiap transducer ultrasonic memiliki karakteristik frekuensi pengirim dan
penerima yang sama. Untuk itu setiap piranti yang menggunakan pengirim
ultrasonic harus memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi penerimanya.
Transducer ultrasonic dipilih dalam rangkaian alat ini karena merupakan
transducer aktif yaitu transducer yang dapat membangkitkan signal listrik sendiri
bila terjadi perubahan enegi dari luar. Kekurangannya dari transducer ultrasonic
adalah dalam kondisi statis tidak dapat terjadi perubahan sehingga tidak
menghasilkan sinyal listrik. (Paul,1993,h:46).
2.5 IC Pewaktu MC1455
IC Pewaktu MC1455 adalah merupakan IC kontrol yang stabil dapat
membangkitkan tundaan waktu atau guncangan/ osilasi yang akurat. Terminal
tambahan di sediakan untuk pemicu dan reset jika diperlukan. Pada mode tundaan
waktu, waktu dengan cermat dikontrol oleh satu eksternal resistor dan kapasitor.
Untuk operasi astabil sebagai osilasi, frekuensi dan daur aktif (duty cycle)
dikontrol dengan akurat menggunakan dua eksternal resistor dan satu kapasitor.
Sifat-sifat dari IC MC1455 adalah :
1. Pengganti dari IC Pewaktu NE555.
2. Pewaktu (timming) dari mikrodetik (µs) hingga jam.
9
3. Dapat beroperasi pada mode Astabel dan Monostabel.
4. Daur aktif (duty cycle) yang dapat diatur.
5. Kemantapan suhu 0.005 % per oC.
Gambar 2.3 Kemasan dan Konfigurasi pin-pin IC pewaktu MC1455
IC MC1455 mempunyai dua jenis case yaitu case 751 (D Suffix) dan case
626 (P1 Suffix) keduanya dikemas dalam kemasan plastik seperti terlihat pada
gambar 2.3
Pada gambar 2.4 terlihat diagram blok dari IC MC1455, merupakan
rangkaian ekuivalen dengan 20 transistor, 15 resistor, dan 2 dioda. Rangkaian
ekuivalen dalam diagram blok memberikan fungsi kontrol, penyulutan
(triggering), level sensing atau comparison discharge, dan power output.
Gambar 2.4 Diagram Blok Rangkaian Dalam IC MC 1455
10
Terminal-terminal (Pin-pin) IC MC1455 :
1. Pin 1 (Ground)
Pin ini merupakan potensial negatif dari IC MC1455, pin ini
umumnya dipasang pada saat dioperasikan dari tegangan supply positif.
2. Pin 2 (Trigger / Pemicu)
Pin ini merupakan input bagi lower comparator dan digunakan
untuk mengatur latch, bila berubah dapat menyebabkan output menjadi
tinggi. Pemicuan dikerjakan dengan memberikan level dari atas ke bawah
sebesar 1/3 Vcc.
3. Pin 3 (Output / Keluaran)
Output dari IC ini berasal dari high current totem-pole stage yang
dibuat dari lima buah transistor. Pin 3 bisa menjadi sumber arus atau
penerima arus. Sebuah beban supply ambang akan hidup bila output
rendah dan mati bila output tinggi. Sebuah beban ter-ground akan hidup
bila keluaran rendah
4. Pin 4 (Reset)
Pin ini digunakan untuk mereset latch dan mengembalikan output
pada keadaan low atau sama dengan potensial ground. Untuk mereset
keluarannya membutuhkan tegangan ambang sebesar 0,7 Volt dan arus
sebesar 0,1 mA. Bila tidak digunakan maka sebaiknya input reset (pin 4)
dihubungkan ke Vcc untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam
mereset.
5. Pin 5 (Control Voltage / Pengendali Tegangan)
Pin ini mengijinkan hubungan langsung ke 2/3 Vcc pembagi
tegangan, hal ini merupakan referensi untuk upper comparator. Pin 5
dapat tidak digunakan tapi disarankan untuk memasang 0,01 µF sebagai
bypass ke ground untuk menghilangkan ripple dari tegangan supply.
6. Pin 6 (Threshold / Ambang)
Pin ini merupakan salah satu input ke upper comparator dan
digunakan untuk mereset latch yang mengakibatkan keluaran menjadi
11
rendah. Mereset melalui pin ini dilakukan dengan memberikan tegangan
sebesar 2/3 Vcc.
7. Pin 7 (Discharge / Pengosongan)
Pin ini dihubungkan ke open kolektor transistor NPN. Sedangkan
kaki emitter terhubung ke ground sehingga saat transistor aktif maka pin 7
terhubung ke ground. Umumnya kapasitor dipasang di antara pin 7 dan
ground dan pengosongan akan terjadi pada saat transistor aktif. Saat
transistor tidak aktif, maka pin 7 bekerja sebagai hubungan terbuka dan
memungkinkan kapasitor mengisi muatannya. Kondisi transistor ini sama
dengan timming pada bagian output. Transistor aktif pada saat output low
dan tidak aktif pada saat output high. Pada aplikasi tertentu, output open
kolektor ini dapat digunakan sebagai pembantu terminal output.
8. Pin 8 (Vcc / Tegangan Sumber)
Pin ini merupakan terminal positif tegangan supply dari IC 1455.
Tegangan kerja dari IC ini berkisar antara 4.5 Volt sampai dengan 16 Volt.
Ini akan bekerja tanpa merubah perioda waktunya walaupun pada
tegangan yang berbeda.
2.6
Osilator
Osilator adalah suatu rangkaian elektronic yang dapat membangkitkan
gelombang atau sinyal dengan frekuensi dan amplitudo tertentu tanpa sinyal input.
Bentuk gelombang yang dihasilkan dapat berupa gelombang sinusoida,
gelombang persegi, gelombang segitiga, pulsa dan betuk gelombang yang lain.
(Paul,1993,h:87)
Prinsip dasar osilator adalah closed loop amplifier dengan feedback positif,
besarnya gain adalah sebesar :
12
Af =
A
...........................................................(2.1)
1 + AB
Dimana : Af = gain dengan feedback
A = open loop gain
B = factor feed Vf / Vo
Kondisi yang harus dipenuhi agar terjadi osilasi sesuai dengan kriteria Barkausan
adalah :
1. Closed loop gain harus sama dengan atau lebih besar dari satu (AB 1).
2. Pergesaran phasa pada feedback network dan amplifier harsu 0o atau 360o.
Berdasarkan benuk gelombang yang dihasilkan maka osilator dibedakan menjadi
dua macam yaitu :
1. Osilator Harmonis yaitu osilator yang menghasilkan keluaran berupa
gelombang sinusoida.
2. Osilator Relaksasi yaitu osilator yang menghasilkan gelombang bukan
sinusoida seperti gelombang persegi, gelombang gigi gergaji dan gelombang
segitiga.
Pada dasarnya osilator relaksasi merupakan rangkaian saklar yang disaklar
dari keadaan jenuh ke menyumbat dan sebaliknya oleh rangkaian RC dengan
frekuensi tertentu.
Osilator relaksasi untuk gelombang persegi umumnya dibangkitkan dengan
komponen gerbang-gerbang digital seperti gate NOT maupun NAND.
Pembangkit delombang persegi sederhana dapat dibuat dengan rangkaian RC
bersama dengan dua gerbang NOT (inverter). Rangkaian dari osilator ini
ditunjukkan oleh gambar 2.5.
D
R1
A
+
R2
N1
N2
B
C
C
Gambar 2.5 Pembangkit pulsa persegi
13
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Pada keadaan mula-mula tegangan titik A rendah, tegangan dititik B menjadi
tinggi dan tegangan pada titik C rendah, sedangkan arus yang mengalir dari
titik B ke titik A melalui R2 dan R1 diabaikan karena sangat kcil (R1 > R2).
Fungsi dari R1 sebagai kompensasi untuk menstabilkan sinyal keluaran,
dimana nilai R2 umumnya lebih kecil besar atau sama dengan 10 kali R2.
2. Pengisian kapasitor berlangsung hingga tegangan titik A mencapai 2/3 Vcc
(ViH Inverter CMOS dengan tegangan catu Vcc). Pada saat tegangan titik A
mencapai 2/3 Vcc tegangan titik B menjadi rendah, dan tegangan keluaran
titik C menjadi tinggi.
3. Kapasitor mendapat polaritas tegangan yang berlawanan, maka terjadi
pembuangan muatan kapasitor hingga tegangan titik A menjadi 1/3 Vcc,
tegangan titik B menjadi tinggi dan tegangan keluaran titik C menjadi rendah
kembali. Kapasitor C mulai diisi ulang.
4. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga pada keluaran gerbang N2
dihasilkan pulsa gelombang persegi. Frekuensi sinyal keluaran dapat
ditentukan dengan persamaan pengisian dan pembungan muatan rangkaian
RC. Waktu yang diperlukan kapasitor mengisi muatan sehingga tegangan
dititk A naik dari 0 menjadi 2/3 Vcc adalah :
2.7
Filter
Filter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk melewatkan sinyal-sinyal
yang diperlukan dan menahan sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki serta untuk
memperkecil pengaruh noise dan interferensi pada sinyal yang dikehendaki. (Paul,
1993,h:123).
Rangkaian filter dapat bersifat pasif maupun aktif menggunakan
operasional amplifier (op amp) dengan komponen resistor dan kapasitor.
Sedangkan filter pasif yaitu filter yang hanya tersusun dari resistor dan kapasitor,
atau resistor dan inductor maupun kombinasi ketiga komponen tersebut.
14
Filter aktif mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan filter pasif
seperti ukurannya yang lebih kecil, ringan dan murah serta memberikan banyak
keleluasaan dalam hal perancangannya. Adapun kekurangan filter aktif ini adalah
adanya kebutuhan akan catu daya dan kepekaan terhadap perubahan keadaan
sekitarnya seperti perubahan suhu.
2.7.1 Low Pass Filter RC (LPF)
Low Pass Filter adalah filter yang akan meloloskan frekuensi yang berada
dibawah frekuensi cut off (fc dan meredam frekuensi diatas fc. Frekuensi cut off
dari low pass filter RC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1
fc =
2 RC
.......................................................(2.2)
Rangkaian low pass filter RC dan karakteristiknya dapat dilihat pada gambar 2.6
berikut ini :
R
+
- 2dB
V1
-
C
Vo
fC
Gambar 2.6 Rangkaian dan karkteristik frekuensi dari LPF
Rangkaian low pass filter RC memiliki penguatan yang konstan hingga pada
frekuensi pole tertentu. Penguatan mulai menurun seiring dengan naiknya
frekuensi.
Pada saat penguatan menurun, rangkaian ini memiliki karakteristik sebagai
integrator. Pada gambar berikut ini memperlihatkan frekuensi responnya dan
kurva fasa naik.
15
Persamaan fungsi transfer untuk respon frekuensi low pass filter adalah :
Vo =
1/2
RC
Vi(1+2 RC)+jf ................................(2.3)
Fungsi transfer ini berbagai atas tiga bagian:
1. Bila f << 1/2
2. Bila f = 1/2
3. Bila f >> 1/2
RC, Vo/Vi = 1 atau 0 dB dan sudut phasa 0o
RC, Vo/Vi = 0,707 ∠-450 atau -3 dB
RC, Vo/= (1/2
RC) (1/1)∠-900, dimana
Penguatan menurun bersamaan dengan kenaikan frekuensi, pada bagian ini
low pass filter ini berindak sebagai integrator. (Paul,1993,h:132).
2.7.2. Rangkaian Band pass Filter (BFP)
Band Pass Filter adalah filter yang hanya melewatkan sinyal-sinyal yang
frekuensinya tercantum dalam pita frekuensi atau pass band tertentu. Frekuensi
dari sinyal yang berada dibawah pita frekuensi maupun diatas, tidak dapat
dilewatkan atau diredam oleh rangkaian band pass filter. Gambar 2.7 dibawah ini
memperlihatkan respon dari band pass filter.
Penguatan
(dB)
3 dB
f1
fd
f
kHz
Gambar 2.7 Grafik frekuensi respon dari BPF
Dilihat dari respon band pass mulai naik mencapai puncaknya kemudian
turun. Frekuensi tengah dinyatakan dengan fc yang mempunyai penguatan
16
maksimum. Ketika penguatan tegangan berkurang 3 dB dari penguatan tegangan
pada fc maka terdapat frekuensi pancung bawah f1 dan frekuensi diatas f2 disebut
pita frekuensi atau pass band yang akan melewatkan frekuensi yang tercakup
diantaranya. Sedangkan frekuensi berada dibawah frekuensi pancung bawah f1
dan diatas frekuensi pancung atas f2 akan direkam, daerah tersebut disebut
stopband. (Boyleslad,1992,h:145)
Parameter penting dalam suatu rangkaian band pass filter adalah lebar pita
atau bandwitdh ( f atau B), dan selektivitas (Q). Selektivitas didefinisikan sebagai
perbandingan antara frekuensi tengah fc terhadap lebar pita f yang dirumuskan
sebagai berikut:
Q =
fc
f
....................................................(2.4)
Dan lebar pita atau bandwitdh adalah lebar dari daerah pass band yaitu
selisih besar frekuensi pancung atas dengan frekuensi pancung bawah, yang
dirumuskan sebagai berikut:
f = f2 - f1
Q
....................................................(2.5)
Berdasarkan rumus diatas memberikan suatu ukuran lebar pita yang relatif
pada rangkaian band pass filter. Makin tinggi harga Q maka makin sempit lebar
pitanya karena itu filter ini menjadi semakin selektif. Band pass filter secara
sederhana dapat dibuat dengan menggunakan penguat operasional dan dua pasang
komponen RC seperti pada gambar 2.8 berikut ini :
17
R2
C2
C1
R1
+
Vin
Vout
Gambar 2.8 Rangkaian Band Pass Filter aktif
Kapasitor C1 dan resistor R2 akan membentuk sebuah high pass filter,
sedangkan kapasitor C2 dan R2 akan membentuk sebuah low pass filter. Band pass
filter pada umumnya terdiri dari sebuah low pass filter dan high pass filter jika
frekuensi sinyal input berada pada daerah pass band yaitu diantara kedua
frekuensi pancung f1 dan f2 maka sinyal akan diperkuat oleh penguat dan dapat
dilewatkan.
Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi dibawah frekuensi pancung
bawah, reaktansi kapasitor C1 akan membesar sehingga kapasitor menjadi open
(terbuka) dan tegangan keluaran menjadi nol.
Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi diatas frekuensi pancung atas f1
maka reaktansi kapasitor C1 mengecil sehingga kapasitor menjadi short
(terhubung singkat) dan terjadi penguatan tegangan.
Jika frekuensi masukan dibawah frekuensi pancung f2 maka frekuensi
kapasitor C2 membesar sehingga kapasitor menjadi terbuka dan terjadi penguatan
tegangan. Jika frekuensi masukan diatas frekuensi pancung atas f2 maka reaktansi
kapasitor C2 mengecil sehingga kapasitor terhubung singkat dan arus langsung
masukan R2 tanpa melalui penguatan sehingga tidak terjadi penguatan tegangan
pada keluaran.
18
Frekuensi pancung bawah yang terjadi berdasarkan gambar diatas adalah :
1
f1
=
2 R2C1
..............................................(2.6)
Frekuensi pancung atas yang terjadi adalah :
1
f1
=
2 R2C1
..............................................(2.7)
Sedangkan frekuensi tengahnya (fc) adalah :
f2 - f1
fc =
2
2.8
..............................................(2.8)
Operasional Amplifier (Op-Amp)
Penguat operasional atau op-amp adalah suatu rangkaian yang menerima
sebuah isyarat dan mengeluarkan sebentuk isyarat tak berubah yang lebih besar
dikeluarkannya. Terdapat dua jenis penguat operasional yaitu penguat tak
membalik
(non
inverting)
dan
penguat
membalik
(inverting).
(Robert,1994,h:124).
TAK MEMBALIK
V1
MEMBALIK
+
A
V out
V2
Gambar 2.9 Lambang operasional amplifier
Gambar 2.9 adalah simbol dari penguat operasional, A adalah penguat
tegangan (volt gain), Vi merupakan masukan tak membalik dan fasa tegangan
masukan sama dengan fasa tegangan keluaran, sedangkan V2 merupakan
19
masukan membalik dan fasa tegangan masukan berbeda 1800 dengan tegangan
keluaran.
Tegangan masukan diffrensialnya adalah:
Vin = V1-V2
...........................................................
(2.9)
Tegangan masukan diffrensial ada karena perbedaan tegangan antara
masukan tak membalik dengan masukan membalik. Selama penguat operasional
bekerja pada daerah pada daerah linier maka tegangan output dinyatakan dalam
persamaan:
Vout = A Vin …………………………(2.10)
Cara termudah untuk menggunakan suatu penguat operasional adalah loop
terbuka (tidak ada resistor umpan balik), seperti ditunjukkan dalam gambar 2.9.
Karena penguatan yang tinggi dari penguat operasional tegangan kesalahan yang
sedikit (secara tipikal dalam mikrovolt) menimbulkan ayunan (swing) output
maksimum. Misalnya, jika V1 lebih besar dari pada V2 maka tegangan kesalahan
adalah positif dan tegangan output menuju ke harga positif maksimumnya secara
tipikal 1 sampai 2V kurang dari tegangan catu. Dipihak lain jika V1 kurang dari
V2 maka tegangan output berayun keharga negatif maksimum. (Robert G.,
Operational Amplifier, 1994).
+VCC
Vout
+V
sat
V in
Vout
+VEE
a
-V
sat
b
Gambar 2.10.(a) Op-amp sebagai komparator, (b) Karakteristik komparator
20
Gambar 2.10.(b) memperlihatkan respon dari komparator. Tegangan kesalahan
Positif mendorong output ke + Vsat. Harga positif maksimum dari tegangan
output.
Tegangan kesalahan negatif menimbulkan tegangan output – Vsat. Jika
sebuah penguat operasional digunakan seperti ini, maka disebut komparator
karena semua yang dapat dilakukannya adalah membandingkan V1 dengan V2
yang menghasilkan output positif atau negatif jenuh tergantung pada V1 lebih
besar atau lebih kecil dari pada V2. (Robert G, 1994, h:125)
2.9
Regulator Tegangan (IC 7812T)
Integrated Circuit (IC) merupakan semikonduktor yang didalamnya dapat
memuat ratusan atau ribuan komponen dasar elektronik. Komponen-komponen
yang ada dalam IC membentuk suatu subsistem terintegrasi yang bekerja untuk
keperluan tertentu. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus sehingga pada
rangkaian IC tersebut memiliki rangkaian internal yang beragam.
Regulator tegangan ( IC 7812T) digunakan untuk menghasilkan tegangan
yang konstan sebesar 12 volt dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator
tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam
panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan. Pada gambar 2.11
merupakan bentuk fisik Regulator Tegangan (IC 7812T).
Regulator tegangan ditempatkan diantara dua buah resistor yang berguna sebagai
filter tegangan yang melewati regulator tegangan.
Gambar 2.11. Bentuk Fisik Regulator (IC 7812T)
21
Regulator tegangan ( IC 7812T) digunakan untuk menghasilkan tegangan
yang konstan sebesar 12 volt dengan arus maksimum 1,5 ampere. Regulator
tegangan dapat memiliki perlindungan terhadap sirkuit pendek serta peredam
panas yang melindungi IC dari panas yang berlebihan
Regulator tegangan ditempatkan diantara dua buah resistor yang berguna sebagai
filter tegangan yang melewati regulator tegangan.
Download