TUGAS MAKALAH LIFE SUPPORT OLEH : 1. Ardi Darmawan (P2.31.38.4.12.005) 2. Bhimo Aryo Wicaksono (P2.31.38.4.12.006) 3. Darsito (P2.31.38.4.12.008) 4. Eva Nur Amalia (P2.31.38.4.12.011) 5. Fadli Asrori (P2.31.38.4.12.012) 6. Handrio Setiawan (P2.31.38.4.12.015) 7. Heru Wahyudi (P2.31.38.4.12.016) 8. Idha Nurkomalasari Putri (P2.31.38.4.12.018) 9. Ieko Utama (P2.31.38.4.12.019) 10. Juliper (P2.31.38.4.12.023) 11. Okwin Dwi Nugroho (P2.31.38.4.12.033) 12. Riechy Kusuma (P2.31.38.4.12.034) SARJANA TERAPAN TEKNIK ELEKTROMEDIK 13. Rohadi Nugroho (P2.31.38.4.12.035) POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II 14. Yopi Irawan (P2.31.38.4.12.041) KEMENTERIAN KESEHATAN RI 15. Yuli Astuti (P2.31.38.4.12.042) 2014 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi............................................................................................................i BAB I Infant Warmer.................................................................................1 BAB II Anasthesi Venstilator......................................................................3 BAB III Baby Incubator.............................................................................18 BAB IV Infuse Pump..................................................................................36 BAB V Continous Positive Airway Pressure (CPAP)...............................47 BAB VI Infuse Pump..................................................................................56 BAB VII Defibrillator..................................................................................64 BAB VIII Anesthesi Ventilator......................................................................72 BAB IX Anasthesi Venstilator....................................................................83 BAB X Hemodialisa................................................................................102 BAB XI Ventilator ....................................................................................109 BAB XII Incubator Transport....................................................................117 BAB XIII Bubble CPAP..............................................................................134 BAB XIV Hemodialisa................................................................................143 BAB XV Ventilator ....................................................................................148 i BAB I INFANT WARMER 1.1 Definisi Infant adalah bayi, sedangkan warmer adalah hangat. Alat kesehatan digunakan untuk menghangatkan bayi 1.2 Fungsi Digunakan untuk menghangatkan bayi setelah dilahirkan dengan suhu yang diinginkan 1.3 Prinsip Kerja Alat infant warmer adalah tempat tidur yang dilengkapi dengan pemanas / heater, dengan tempat tidur yang terbuka ini pasien atau bayi dapat dilakukan tindakan jika terjadi sesuatu. 1.4 Blok Diagram 1 1.5 Standar Operasional Prosedure 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.6 Sambungkan kabel power pada tegangan jala-jala Tekan tombol power Baringkan pasien pada bed / tempat tidur Pasang pasien sensorPilih mode yang akan digunakan Setting temperature yang akan digunakan Biarkan infant warmer bekerja sampai suhu pada bed stabil Standar Maintenance Prosedure 1. Bersihkan badan permukaan alat dari debu dan kotoran 2. Check Battery : Lapaskan kabel power dari kontak kemudian hidupkan alat 3. Check fungsi tombol-tombol 4. Ganti filter udara secara berkala 5. Isi serta ganti air humidifier secara berkala 6. Kencangkan semua baut 7. Lakukan kalibrasi alat minimal tiap 1 tahun 1x 8. Tekan tombol up dan ppastikan setting tombol maksimum tercapai 9. Tekan tombol down dan pastikan setting tombol minimum tercapai 10. Lepas probe skin sensor, pastikan alarm indicator menyala, dan display menunjukkan indicator error 11. Tekan tombol alarm silence BAB II ANASTHESI VENTILATOR 2 2.1 Definisi Anestesi (pembiusan, berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Mesin Anaesthesi adalah suatu alat yang berfungsi untuk mencapur oxigen dan salah satu obat bius, seperti halothan, enflurane, isoflurane, sevoflurane, desflurane, dan N₂O, kemudian campuran gas tersebut dikirimkan pada sistem pernafasan, lalu didapatkanlah hasil pembiusan. Penggunaan mesin anaesthesia ventilator untuk orang dewasa dan anak-anak (di atas berat badan 5kg) pada ruang operasi. Beberapa tipe anestesi adalah: a. Pembiusan total adalah suatu tindakan menghilangkan kesadaran total pasien sehingga tidak merasakan sakit ketika melakukan pembedahan. b. Pembiusan lokal adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pasien pada daerah tertentu yang diinginkan ketika melakukan pembedahan pada sebagian kecil daerah tubuh c. Pembiusan regional adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit pasien pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya ketika melakukan pembedahan. 3 . Tampilan Depan dari Mesin Anaesthesia Keterangan : 11a.Mengunci mekanisme untuk lengan putar 12. tekanan Pasien tes point untuk ventilator 13 . T1 test point untuk ventilator 1.Rak Monitor 2. Aksesori Rail (Modura) 3. Genggaman tangan 4. Backbar (cocok hingga 2 x alat penguap obat bius) 14. 15 / 22 mm Gas Common Outlet 5. Pipeline Gauge Tekanan Cadangan Gauge 15 . Circle penyerap ('sistem Q2' Tekanan Silinder (warna-coding, menurut ditampilkan) 16 . Ventilator kontrol & tampilan spesifikasi) layar 6. Push untuk O2 Flush 17 - Flow Control Valves 7. 'Cabut' atas meja tulis (layout, menurut spesifikasi) 8. Laci (2 standar-3 opsional) 18 . Bag-in-Botol perakitan 9. Kastor mengerem 19 . Flowmeters (rotameters) 20 . Lampu Overhead (lengan 10. Main Switch Kontrol Pneumatik fleksibel) 11 . Absorber / ventilator lengan putar 4 2.2 Blok diagram dan Prinsip Kerja Dasar Adapun diagram block Mesin Anaesthesia yaitu sebagai berikut : BLOCK DIAGRAM MESIN ANAESTHESIA SODA LIME N₂ REGULAT MIXE VAPORIZ OR R ER O₂ Anestesi Gas Scavenging Bellow Diagram Block Mesin Anaesthesia 1. Sistem Gas Mesin Anaesthesia Ventilator Sumber gas O₂ , N₂O, AIR dari penyediaan rumah sakit sekitar 280 kPa sampai dengan 600 kPa dipasok ke konektor pipa inlet (O₂), konektor pipa inlet (udara), Konektor pipa inlet (N₂O) sedangkan cadangan gas silinder bisa dipasang ke bagian belakang mesin. Silinder ukuran kecil dipasang untuk pindiindeks silinder-belenggu (ISO 32, ISO 47, BS 1319) atau untuk konektor silinder yang sesuai dengan DIN 477. Silinder ukuran besar berdiri di dasar belakang mesin anestesi, mereka dijamin oleh klem. Karena konektor inlet sekrup ulir ukurannya tertentu. 5 Gambar 3.5. Instalasi Sumber gas O₂ dan N₂O dari Pipa Rumah Sakit dan tabung cadangan gas O₂ dan N₂O . 2. Flowmeter dan regulator, berfungsi untuk mengatur besarnya aliran gas yang masuk pada pasien. Gambar 3.6. Flow Meter dan Regulator 6 3. Vaporizer, berfungsi untuk menguapkan obat bius yang dipakai dan mengatur berapa konsentrasi obat yang masuk kepada pasien. (a) Tanda-tanda kaca penglihatan di Fon diagram ini ditampilkan sebagai segitiga diisi untuk tingkat cair maksimum dan segitiga tingkat minimum kosong cair, sebagai berikut : Error! Hyperlink reference not valid. (b) B A Sevoflurane( kuning ), Vaporizer Enflurane ( orange ), Gambar 3.7. (a). Vaporizer Vaporizer Isoflurane ( ungu ), Vaporizer Halothane (merah). C (b). Selectetatec berpaut kompatibel model standar versi E F D G Keterangan Penting : A. Konektor Masuk B. Konektor Keluar C. Kontrol Kosentrasi D. Gagang Port Pengisi E. Knob Control katup pengisi F. Tingkat Indikator G. Port Pengisi 7 4. Bellow dan filter karbondioksida, bellow berfungsi untuk memompa dan mengatur jumlah gas yang masuk kedalam paru-paru pasien, dan filter karbondioksida berfungsi untuk memfilter kadar karbondioksida dari saluran pernafasan pasien. Below / Bag-in-Botol (dengan katup APL) 5. Circle sistem Absorber Anmedic, 'Jumbo 90' Circle Absorber Circle Sistem Anmedic Berhubungan Q2 dan Q-campuran Q2 Circle Absorber Penyerap untuk eliminasi CO2. Sistem ini dapat digunakan dengan: - Tinggi aliran (= sekitar volume menit pasien) - Rendah aliran (= 1,0-1,5 l / min.) atau - Minimal aliran (= 0,5 - 1,0 l / min.) gas segar untuk ventilasi pasien. Penyerap Lingkaran terdiri dari wadah untuk penyerap dan soda-kapur Blok Valve berisi diperlukan koneksi. Tabung berisi kira-kira 0,55-0,6 kg soda-kapur dan mungkin sekali pakai (Putih-ke-ungu) atau jenis isi ulang. Dalam kedua kasus, tabung itu cocok ke atas permukaan katup blok dengan kunci snap- 8 bertindak-cepat. Filter dalam tabung mencegah debu soda-kapur memasuki breathing gas stream. 6. Soda kapur adalah campuran bahan kimia , yang digunakan dalam bentuk granula dalam lingkungan yang tertutup, untuk menghilangkan karbon dioksida dari pernapasan gas untuk mencegah CO 2 retensi dan keracunan karbon dioksida . Hal ini dilakukan dengan memperlakukan kapur dengan konsentrasi natrium hidroksida larutan. Sementara pemberian anestesi umum, pasien kadaluarsa gas yang mengandung karbon dioksida, dilewatkan melalui mesin anestesi untuk bernapas sirkuit diisi kapur butiran soda. Kelas soda medical kapur telah menunjukkan pewarna yang berubah warna saat soda kapur kehilangan karbon dioksida yang menyerap kapasitas. Komponen utama dari soda kapur sebagai berikut : Calcium hydroxide , Ca(OH) 2 (about 75%), Kalsium hidroksida , Ca (OH) 2 (sekitar -75%). Water , H 2 O (about 20%), Air , H 2 O (sekitar 20%). Sodium hydroxide , NaOH (about 3%), and Natrium hidroksida , NaOH (sekitar 3%). Potassium hydroxide , KOH (about 1%). Kalium hidroksida , KOH (sekitar 1%). Gambar 3.10. Soda lime 7. Breathing System, 9 Sebuah sistem pernapasan didefinisikan sebagai suatu perakitan komponen yang menghubungkan jalan napas pasien ke mesin anestesi menciptakan suasana buatan, dari dan ke mana pasien bernafas. Gambar 3.11. Breating System Sistem pernapasan pasien dapat digunakan dengan Mesin Anaesthesia, dan harus sesuai dengan EN740 atau Medical Device Directive. Tabung pernapasan yang dilengkapi dengan sistem circle relevan. Ini adalah 1,5 Meter panjang dalam tipe non-konduktif, halus-bor autoclavable dilengkapi dengan manset silikon lunak gratis kebocoran pas. Akhir pasien memiliki tetap non-konduktif sepotong 'Y'. 8. Anestesi Gas Scavenging System (AGSS) Mesin anaesthesia ventilator dapat diberikan dengan Sistem AGS, terdiri dari sebuah tabung penerima dengan mudah dipasang pada rel aksesori sisi bawah di sisi kiri mesin. Receiver, yang mencakup udara-istirahat untuk memastikan bahwa suction dari sistem pembuangan rumah sakit tidak ditransfer kepada pasien, sesuai dengan EN737-2. (a) (b) 10 Gambar 3.12.(a). Penerima AGSS (b)Anaesthesia Gas Sistem Scavenging Selama penggunaan normal float merah akan terlihat di jendela plastik. Jika float jatuh ke bawah jendela, aliran telah turun di bawah 60 l / menit dan penerima beroperasi luarny spesifikasi. Pelabuhan inlet dari Receiver 30 mm tirus perempuan tersambung, melalui pipa bergelombang, dengan EVAC Konektor di bagian belakang mesin anestesi. Pelabuhan outlet penerima menghubungkan, melalui suatu perakitan selang, dengan sistem pembuangan rumah sakit. 9. Air Trap Deskripsi Air Trap Lubang dan menghubungkan ke Line sampling dalam pemantauan gas sisi-stream sistem. Perangkap Air melindungi monitor dari kelembaban, sekresi, bakteri kontaminasi dan debu. Kontainer Fluida dapat dikosongkan dan dibersihkan ketika diperlukan dan lengkap Air Trap dapat digunakan sampai satu bulan. Bagian nomor, Air Trap (Dewasa) 730954. Gambar 3.13. Water Trap 10. Ventilator, berfungsi sebagai alat bantu pernafasan pasien, ventilator ini mengatur volume gas yang masuk pada pasien, mengatur berapa kali didalam 1 menit pasien tersebut bernafas. Gambar 3.14. Display scan dan kontrol 11 Keterangan : 1. Tampilan - diukur tekanan udara versus 10. Kontrol Rotary - 'Jog Pilih' untuk waktu grafik mengubah nilai(dan tekan untuk 2. Tampilan - debit diukur terhadap waktu tombol input <enter>) 3. (a) Display - puncak diukur tekanan 11. Soft Key - untuk 'batas Tekanan' (mbar) pengaturan (b) Display - dataran tinggi O₂ diukur 12. Soft Key - untuk pengaturan 'PEEP' 13. Soft Key - untuk 'laju alir Inspirasi' (%), atau rerata tekanan (mbar) (c) Display - diukur berakhir Pasang pengaturan 14. Soft Key - untuk pengaturan 'I: E Surut Volume (ml) (d) Display - kadaluwarsa dihitung diukur rasio pengaturan' 15. Soft Key - untuk pengaturan 'Nafas menit volume (L) Tingkat' 4. Visual - prioritas tinggi alarm lampu 16. Soft Key - untuk pengaturan 'Inspirasi sinyal (Red) 5. Visual - Medium prioritas lampu sinyal Volume Tidal'(ml) dalam CMV. atau 'Target tekanan (mbar) alarm (kuning) 6. Visual - Audible 'Mute' lampu (kuning) dalam Mode PCV 17. Soft Key - untuk pengaturan 'Ventilasi 7. Hard Key - 'Audible Mute' 8. Hard Key - 'Otomatis / Standby' Manual Mode' 18. Indikator Baterai 9. Hard Key - 'Menu Seleksi' 19. Alarm pesan lapangan 2.3 mode Pengoperasian Mesin Anaesthesi Ventilator Prosedur Tetap Pengoperasian Anaesthesi Machine adalah bentuk dari standar yang berupa cara atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan pengoperasian Anaesthesi Machine, yang berdasarkan prasyarat dan urutan kerja yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada petunjuk pengoperasian dan petunjuk lain yang terkait, berupa : prasyarat, persiapan, pemanasan, pelaksanaan pengoperasian, pengemasan dan penyimpanan, agar alat dapat difungsikan dengan baik untuk memberikan pembiusan kepada pasien dengan mengalirkan gas anaesthesi untuk menunjang tindakan bedah. 12 Adapun langkah – langkah prosedur tetap pengoperasian mesin anaesthesia ventilator sebagai berikut : 1. Menempatkan alat pada ruang tindakan ! 2. Melepaskan penutup debu. Kunci roda penggerak trolley ! 3. Menyiapkan aksesori (Pasien tubing dan face mask) ! 4. Menyiapkan gas medis yang diperlukan : O2 dan N2O serta cairan anaesthesia! 5. Memeriksa supply gas dan periksa tekanan gas (antara 3,5 s/d 6 Bar)! 6. Memeriksa soda lime/durasobe, ganti bila warna telah berubah! 7. Memasang patient tubing / slang pada alat ! 8. Memeriksa semua sambungan gas dari tabung ke alat! 9. Melakukan pengetesan system safety! 10. Melakukan T1 Test setelah berhasil aman untuk dipakai alat siap untuk digunakan ke pasien dengan mengatur pemilihan pemakaian sesuai petunjuk dari spesialis! 11.Memperhatikan prosedur tetap pelayanan ! 12.Memberitahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan! 13. Mengatur dosis anaesthesi / pembiusan pada vaporizer! 14. Memasang pasien tubing dan face mask pada pasien! 15. Melakukan tindakan (pembiusan),. 16. Melakukan pengamatan operasional alat. Memperhatikan indicator/ monitor/ alarm dan 17. Setelah selesai. Mengembalikan posisi regulator pengatur supply gas/ Rotatometer ke posisi minimum 13 18. Memutuskan supply gas dengan cara mengunci ke posisi OFF dari tabung atau sumbernya 19. Melepaskan aksesori dari alat dan bersihkan 20. Membersihkan Alat 21. Memastikan peralatan Mesin Anaestesia Ventilator dalam kondisi baik dan siap difungsikan pada pemakaian berikutnya pasang penutup debu. 22. Menyimpan alat dan aksesoris ke tempat semula. 23. Mencatat beban kerja alat → dalam jumlah pasien. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada alarm atau tampilan informasi layar ventilator yang harus diperbaiki sebagai berikut dibawah ini : (1). Patient pressure high Sistem ini memicu alarm over pressure jika tekanan udara mencapai atau melebihi tekanan preset nilai, pada saat yang sama, sistem mulai fase berakhirnya dengan mematikan aliran gas mengemudi dan membuka katup berakhirnya dan mengurangi tekanan udara minimum disebut alarm prioritas tinggi. Sinyal itu akan aktif hanya selama kondisi alarm ada dan dapat diredam selama 120 detik. Pada waktu alarm visual berkedip selama kondisi alarm ada. Setelah mengeluarkan penyebab alarm, lampu indikator alarm terus menerus dan harus diatur ulang dengan menekan tombol alarm. Alarm prioritas tinggi berhenti segera sebagai fasa inspirasi telah selesai. Cara Kerja Mesin Anaesthesia Oksigen ( O₂ ), Nitrogen (N₂O) masuk kedalam mesin anesthesi dan diatur alirannya oleh regulator dan berapa besarnya aliran gas dapat dilihat dari flowmeter, dari flow meter tersebut Oksigen dan N₂O akan bercampur melewati vaporizer, didalam vaporizer ini oksigen akan membawa partikel-partikel obat bius Isofluren yang berada didalam vaporizer tersebut, Setelah melewati vaporizer 14 gas yang telah tercampur dengan partikel obat bius tadi akan masuk kedalam saluran pernafasan melalui masker atau endotracheal tube. Gambar 3.15. Cara Kerja Mesin Anaesthesi Mesin Oksigen ( O₂ ), Nitrogen (N₂O) masuk kedalam mesin anesthesi dan diatur alirannya oleh regulator dan berapa besarnya aliran gas dapat dilihat dari flowmeter, dari flow meter tersebut Oksigen dan N₂O akan bercampur melewati vaporizer, didalam vaporizer ini oksigen akan membawa partikel-partikel obat bius Isofluren yang berada didalam vaporizer tersebut, Setelah melewati vaporizer gas yang telah tercampur dengan partikel obat bius tadi akan masuk kedalam saluran pernafasan melalui masker atau endotracheal tube. Setelah masuk kedalam paru-paru pada saat pasien menghembuskan nafas maka gas tadi akan keluar, pada proses ini sebagian oksigen akan di filter kandungan karbondioksidanya dan setelah kandungan karbondioksida hilang oksigen tersebut bisa masuk lagi kedalam saluran pernafasan, siklus tersebut akan selalu berulang-ulang sampai pasien tertidur. Setelah pasien tertidur, maka gas N₂O dan obat bius tadi akan dihentikan. Jadi setelah pasien tertidur gas yang dialirkan hanya Oksigen yang berfungsi untuk menjaga sistem pernafasan pasien. Pemeliharaan Mesin Anaesthesia Ventilator 15 Prosedur tetap pemeliharaan adalah standar baku mengenai langkah – langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi Elektromedis dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan yang berdasarkan prasyarat dan urutan kerja yang harus diikuti. Prosedur tetap pemeliharaan ini ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atau pimpinan perusahaan (swasta) dan disusun berdasarkan service manual dan petunjuk lain yang terkait. Prosedur Tetap Pemeliharaan alat Mesin Anaesthesia Ventilator adalah bentuk standart mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi Elektromedis dalam melaksanakan pemeliharaan alat Mesin Anaesthesia Ventilator yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarkan pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja : pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek keselamatan kerja dan penyetelan/adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan alat baik atau alat tidak baik. Adapun rincian langkah – langkah prosedur pemeriksaan mesin anaesthesia ventilator sebagai berikut dibawah ini : 1. Menempatkan alat pada ruang tindakan ! 2. Melepaskan penutup debu! 3. Menyiapkan aksesoris (tubing pasien, cairan anaesthetic, test lung)! 4. Siapkan gas medis yang diperlukan : O₂, N₂O,dan Air dengan tekanan gas (antara 3,5 s/d 6 Bar) pastikan terhubung ke mesin anaesthesia ventilator! 5. Mengecek sistem aliran Oxigen, Air dan N₂O pada flow tube dengan membuka regulator sampai ukuran maksimal apakah ada atau tidak ada! 6. Lakukan pengecekan safety system, terdiri dari : a. Alarm Buzer dan indikasi penumatic, fungsinya untuk mengetahui apabila tekanan supply oksigen turun dari 3,5 Bar atau habis dan 16 - Caranya dengan melepas supply oksigen dan tunggu beberapa saat sampai alarm buzer berbunyi, apabila bunyi alarm maka sistem safety tersebut berfungsi dengan baik. b. N₂O Cutt Off Swicth berfungsi pada saat oksigen supply turun dari tekanan 3,5 Bar atau habis maka aliran N₂O ke pasien akan terputus secara otomatis. - Caranya mengurangi tekanan supply oksigen atau dilepas tekanan supply oksigen dibawah 3,5 bar , pada saat buzer berbunyi menandakan oksigen turun dibawah 3,5 bar atau habis maka aliran N2O yang ke pasien akan turun secara automatis. c. Hypoxic Guard berfungsi untuk ratio / perbandingan antara Oksigen dengan N2O harus 1 : 2 S/d 1:3 7. Mengecek Basal Flow, dalam posisi ini saklar kontrol memungkinkan O₂ untuk lolos ke rangkaian logika. Indikator pneumatik hijau seperti gambar dibawah : Aliran basal 300 ml O₂ ditampilkan di flowmeter ketika regulator diputar ke posisi 0. Gambar 4.1. Switch Kendali Utama Pneumatik Indikator Hijau Dan dalam posisi ini saklar kontrol memungkinkan O₂ untuk lolos ke rangkaian logika. Indikator pneumatik HIJAU: Aliran basal 300 ml O₂ ditampilkan di flowmeter ketika regulator diputar ke posisi 0. 17 Gambar 4.1.1. Switch Kendali Utama Pneumatik hijau 9. Melaksanakan T1 - Test 9. Oksigen Monitor (pas opsional) Monitor oksigen adalah pilihan pabrik dipasang di dalam ventilator. Pengguna akan diminta setiap 6 minggu untuk melakukan kalibrasi, tapi dapat dilakukan setiap saat. Proses ini berlangsung otomatis dan 180 detik , Hubungkan paru tes (atau tas reservoir) ke bagian-Y, dari menu utama modus 'layanan' pilih kemudian O₂ pilih menyesuaikan diri. Pesan-pesan berikut akan terjadi. "Set 5 Liter / menit O₂ gas" Ketika kalibrasi selesai pesan muncul "Kalibrasi O₂ berhasil" ini ditampilkan selama 5 detik kemudian mesin otomatis kembali ke menu. (mencapai 100 %), tetapi Ketika kalibrasi tidak mencapai yang diharapkan atau "Kalibrasi O₂ tidak berhasil" maka O₂ sensor rusak mungkin limit waktu telah habis maka harus diganti dengan yang baru. Adapun Pesan-pesan yang ditampilkan berikut dapat terjadi selama proses sebagai berikut dibawah ini : No. 1. Tampilan layar ventilator " .O2 Calibration failed. " 2. " Water trap not present " Tindak lanjut pemeriksaan Periksa koneksi dan tubing! Periksa sensor dan Periksa pompa! Periksa perangkap air! mengecek 18 koneksi! gantikan O₂ sensor jika perlu! 3. " Sensor is used up. Menggantikan O₂ sensor perumahan ventilator! di 4. "Sensor digunakan upa" Memeriksa Oksigen dihidupkan! 5. " Concentration too low. 6. " Concentration too high. dalam Memeriksa oksigen dihidupkan! Cara penyelesaian mengatasi permasalahan tersebut diatas sebagai berikut : - Mengembalikan ventilator untuk kondisi pengoperasian normal. - Melaksanakan Uji T1. - Jika T1 Test memuaskan, menonaktifkan ventilator, tutup gas mesin anestesi pasokan dan mengisolasi mesin anestesi dari catu daya listrik. 10. Pengecekan battery Pengecekan baterai dilakukan pada saat mesin anaesthesia ventilator telah mendapatkan sumber tegangan dari PLN dan peralatan tersebut dalam keadaan Swicth ON (hidup) Ventilator Mulai dengan pengaturan default standar, maka mencoba untuk mematikan atau memutuskan hubungan dengan sumber tegangan dari PLN tetapi mesin dalam posisi Swicth ON / hidup apakah peralatan tersebut masih hidup jika hidup maka pengecasan battery masih berfungsi, tetapi jika mati mungkin battery belum melakukan proses pengisian atau block rangkaian battery terjadi kerusakan sehingga tidak berfungsi maka perlu diperbaiki agar berfungsi kembali. Biasanya lamanya waktu ketika baterai yang terisi penuh akan berlangsung 30 menit. - Mengembalikan ventilator untuk kondisi pengoperasian normal. Melaksanakan Uji T1. - Jika T1 Test memuaskan; menonaktifkan ventilator, tutup gas mesin anestesi pasokan dan mengisolasi mesin anestesi dari catu daya listrik. 19 2.3 Pemeriksaan Kinerja Enam Bulan a. Peralatan yang diperlukan: Uji Flow / Pressure Analyser (Timeter RT 200 atau Respical atau alat lainnya Seperti Flux ), Multimeter (pengukuran tegangan sampai 20 volt), Doublelumen tubing set (lengkap dengan konektor Luer)- meter 22 mm tabung. b. Pengecekan Visual Periksa ventilator dan aksesoris yang terkait sebagai berikut: - Memeriksa tampilan layar casing untuk tanda-tanda kerusakan! - Memeriksa layar tampilan untuk kerusakan pada layar dan keypad! Keypad adalah rentan terhadap operasi dengan instrumen keras (misalnya pena) yang dapat menusuk anggota luar brane. - Memeriksa roda putar kontrol! ternyata bebas dan dapat ditekan ke dalam untuk pengoperasikan switch. - Memeriksa sekering apakah terpasang pasang dengan benar dan bahwa label peringatan yang utuh dan dapat dibaca! - Memeriksa kondisi semua aksesori, meskipun bellow merupakan bagian dari mesin anestesi, adalah masuk akal untuk memasukkannya dalam pemeriksaan ventilator)! Memeriksa bahwa bellow dalam kondisi baik dan bahwa ruang bellow tidak rusak dan benar dipasang ! - Menguji operasi mekanis katup pembatas tekanan Airway, memastikan bahwa hal itu dapat diatur melalui rentang penuh! - Memeriksa apakah semua pipa dalam kondisi baik dan tidak memiliki Kinks, luka atau kerusakan! - Memeriksa perakitan lingkaran penyerap untuk kerusakan! Memastikan bahwa komponen benar semua konektor yang rusak atau tidak! - Memeriksa apakah semua sensor disertakan dan adapter dalam kondisi baik dan bahwa mereka konektor tidak rusak! Peringatan Mode Kalibrasi sebagai berikut : - Hati-hati memeriksa kecil tekanan menanggung tubingjika untuk kerusakan! - Transduser ventilator dapatsensor diperbaiki rusak diakibatkan tekanan lebih dari 70 hPa. - Memeriksa pemantauan normal Trap Airmikroprosesor untuk Oksigenmelindungi (jika terpasang)! - Dalam penggunaan transduser dari tekanan yang berlebihan, ini aman penjaga dikeluarkan ketika sedang dalam - Memeriksa pengaturannamun kalibrasi! mode Calibration. - Tekanan maksimum yang dapat ditampilkan adalah 72 hPa tekanan lebih besar - dari ini dapat memasuki tetapi tidak akan ditampilkan. Sangat hati-hati harus diambil20 tidak melebihi tekanan 70 hPa sedangkan pada kompensasi Hardware sebagai realisasi Program. BAB III BABY INCUBATOR 3.1 Teori Dasar Bayi yang lahir dalam keadaan BBLR atau diakibatkan karena lahir dalam keadaan sakit memerlukan keadaan suhu lingkungan yang stabil sesuai dengan kebutuhan bayi dan di kontrol. Dengan alasan bahwa bayi dengan BBLR tidak langsung mampu menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Hal ini disebabkan karena bayi mengalami suatu periode atau masa peralihan dari 21 kehidupan intra uterine (dalam rahim) ke kehidupan extra uterine (luar rahim). Untuk menjaga suhu tubuh bayi agar sesuai dengan suhu dalam kandungan, maka diciptakanlah suatu alat yang dikenal dengan infant incubator dimana pada alat ini mampu mengantisipasi suatu keadaan peralihan suhu pada bayi tersebut. Infant incubator adalah sebuah wadah tertutup , memiliki bagian transparan yang kehangatan lingkungannya dapat diatur dengan cara memanaskan udara dengan suhu tertentu dengan dilengkapi kontrol suhu udara otomatis menggunakan sensor udara yang diatur. Kondisi panas akan diserap melalui perantara jaringan kulit kealiran darah. Gambar 3.1 Infant incubator Pada umumnya infant incubator mempunyai hand access port (lubang untuk memasukan tangan) yang dilengkapi dengan pintu untuk mengkondisikan bayi pada suhu ruangan. Dan perawat dapat menaikkan atau memindahkan kerudung plastik atau membuka suatu panel agar dapat lebih leluasa untuk memindahkan bayi. Beberapa unit dilengkapi dengan fan yang berfungsi menyebarkan panas udara keluar pada saat kerudung plastik tersebut dinaikkan. Proses pemanasan dan pelembaban udara terletak dibawah kasur, terpisah dengan ruang bayi yang didalamnya dilengkapi dengan fan untuk membantu proses penyebaran/sirkulasi udara melalui alat pemanas dan wadah tempat air untuk proses pelembaban udara. Kebanyakan unit mempunyai dua mode operasi yaitu pengaturan suhu udara dan pengatur suhu kulit (skin temperature). Perubahan tubuh bayi dapat diukur secara periodik melalui sebuah thermometer. Pengaturan suhu dapat dilakukan 22 pada control setting, yang mana temperaturnya rangenya dari 28 ºC – 37 ºC , skin temperature dari 34 ºC – 37 ºC. 3.2 Blok diagram infant incubator ALARM POWER SUPPL Y CONTR OL CIRCUI HEATER DISPLA Y FAN BLOWER TEMPERAT CONTROL HUMIDITY URE SKIN TEMPERATUR CONTROL Gambar 3.2 Blok diagram infant incubator OXYGE N Keterangan dan fungsi blok diagram : 1. Power supply berfungsi mensupply tegangan dan arus ke seluruh blok 2. rangkaian infant incubator. Rangkaian control circuit berfungsi untuk mengatur besar suhu yang 3. diinginkan baik pada chamber atau skin temperatur. Rangkian heater berfungsi sebagai rangkaian yang merubah tegangan menjadi 4. panas dimana di dalam rangkaian ini terdapat sebuah element. Rangkaian display berfungsi merubah data analog ke data digital berupa sevent segment. Pada display berupa tampilan informasi yang terdeteksi 5. 6. berupa suhu, skin suhu, humidty dan kadar oksigen di chamber. Fan blower berfungsi untuk meratakan penyebaran suhu. Rangkaian temperatur berfungsi mendeteksi panas yang dihasilkan oleh heater yang kemudian akan memberi informasi ke rangkaian display dan 7. rangkaian alarm. Rangkaian alarm berfungsi memberikan sinyal apabila terjadi sesuatu yang 8. 9. diluar setting. Rangkaian control humidty berfungsi mengontrol kelembaban pada chamber. Oxygen berfungsi mendeteksi kadar oksygen yang ada di dalam chamber. Prinsip kerja keseluruhan dari blok diagram infant incubator secara teknis adalah sebagai berikut : 23 Pada saat pesawat di hidupkan dengan menekan tombol ON maka blok power supply akan memberikan tegangan kepada rangkaian control circuit, alarm, heater, fan blower, dan sebagainya. Pada rangkaian kontrol terdapat relay yang merupakan kontak yang mengatur pemberian supply ke heater. Besarnya suhu panas yang dihasilkan oleh heater dikontrol oleh relay dan rangkaian temperatur suhu melalui rangkaian control circuit. Panas yang dihasilkan kemudian diratakan oleh fan blower keseluruh ruangan infant inkubator, sehingga ruangan mendapatkan suhu yang rata. Jika suhu setting inkubator belum tercapai sesuai yang diinginkan maka heater akan tetap bekerja. Sedangkan jika suhu di dalam sudah sesuai dengan setting maka heater akan berhenti bekerja. Dimana instruksi dari sensor suhu didalam chamber setelah mendapat deteksi bahwa suhu didalam chamber sudah sesuai akan memberikan signal ke rangkaian kontrol dan akan membuat relay tidak bekerja sehingga sumber daya ke heater akan berhenti kerja. Rangkaian alarm akan berkerja jika terjadi failur atau terjadi masalah pada unit maka akan mentriger rangkaian alarm untuk bekerja dan alarm akan bunyi. 3.3 Prinsip kerja infant incubator Sumber tegangan masuk kerangkaian power supply dan di searahkan oleh rangkaian penyearah dan disesuaikan tegangannya untuk mensupply ke rangkaian lain, heater membutuhkan supply tegangan yang berasal dari rangkaian power supply dan dihubungkan oleh sebuah relay. Kemudian temperatur disetting sesuai dengan kebutuhan, antara suhu yang dihasilkan sensor dan suhu yang diatur dimasukkan kerangkaian pembanding ( komparator ) saat suhu sensor berada dibawah suhu setting maka komparator akan menginformasikan sinyal kerangkaian driver untuk mengaktifkan relay, saat relay aktif dan heater akan terhubung dengan sumber tegangan maka heater akan bekerja dan menghasilkan panas. Dan saat suhu sensor sama dengan suhu setting maka komparator akan menginformasikan sinyal kerangkaian driver untuk menonaktifkan relay sehingga memutus arus supply untuk heater dan heater akan berhenti bekerja. Sensor suhu difungsikan untuk menjaga suhu batas sehingga saat suhu yang dihasilkan dari pembacaan komporator eror atau tidak merspon lagi maka suhu 24 akan terus naik sehingga ini akan membahayakan bagi bayi untuk itu diperlukan batas atas yang bisa dibilang sebagai pengaman. Sistem ini akan bekerja secara terus menerus sehingga akan menjaga suhu yang dikehendaki. 3.3.1 Jenis-jenis infant incubator 1. Infant incubator memiliki 2 (dua) macam, yaitu : Infant incubator statis yaitu infant incubator yang digunakan diruang perawatan bayi. Pada umumnya mengunakan catu daya listrik diruangan dan dilengkapi dengan tabung oksigen, seperti gambar 1.3. Gambar 3.3 Infant incubator statis 2. Infant incubator transport yaitu infant incubator yang digunakan untuk memindahkan bayi dari satu ruangan ke ruangan lainnya, dapat dimasukan ke ambulan dengan dilengkapi catu daya baterai dan tabung oksigen seperti gambar 1.4. 25 Gambar 1.4 Infant incubator transport Sedangkan berdasarkan jumlah dinding yang dimiliki oleh sebuah infant incubator dapat dibagi menjadi dua : 1. Infant incubator single wall yaitu inkubator dengan dinding tunggal (satu 2. dinding). Infant incubator double wall yaitu inkubator dengan dinding ganda (dua dinding). Pada infant incubator dengan single wall bisa menjadi infant incubator double wall jika ditambah dengan inner wall pada bagian dalam top wall infant incubator tersebut. Dengan tujuan membantu meminimalkan fluktuasi suhu ketika pintu infant incubator terbuka. Inner wall berfungsi juga sebagai tirai udara pasif yang membantu untuk mengurangi kehilangan panas konvektif ketika pintu infant incubator terbuka. 3.3.2 Perpindahan panas Panas adalah bentuk energi yang bergerak. Jika dua benda memiliki suhu yang berbeda atau dua bagian dari suatu benda memiliki suhu yang berbeda, maka panas akan mengalir dari benda ( bagian benda) yang bersuhu rendah. Ada beberapa prinsip perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Energi yang hilang atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dapat secara keempat prinsip tersebut. 26 3.3.2.1 Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas oleh tumbukan antar molekul yang bertetangga. Atau juga dapat diartikan proses perpindahan panas dari suatu obyek yang bersuhu lebih tinggi ke obyek yang bersuhu rendah dengan jalan kontak langsung. Misalnya jika kita memegang batang besi yang bagian ujungnya dipanaskan di api, maka panas akan segera terasa oleh tangan kita melalui konduksi. Proses perpindahan panas akan terus berlanjut selagi masih ada beda suhu antara bagian batang besi tersebut. 3.3.2.2 Konveksi Konveksi adalah aliran panas melalui fluida dari tempat yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah dengan gerakan atau aliran partikel-partikel fluida itu sendiri. Pada konveksi, kalor berpindah bersama-sama dengan perpindahan partikel zat. Beberapa contoh peristiwa konveksi adalah terjadinya angin laut dan angin darat. Pada siang hari suhu udara didarat lebih tinggi dari pada suhu permukaan laut sehingga terjadi aliran udara dari laut ke darat (angin laut). Sedangkan pada malam hari udara di darat suhunya lebih rendah dari pada suhu dipermukaan laut (angin darat). Contoh lain adalah sistem pemanas air dan ventilasi udara. 3.3.2.3 Radiasi Radiasi adalah proses perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik tersebut bergerak dengan kecepatan 186 mil/s atau 300 juta m/s, dan untuk bergerak tidak memerlukan medium perantara. Jika kita meletakan tangan disamping api maka tangan akan terasa panas. Panas merambatb melalui radiasi. Sumber energi radiasi yang utama adalah matahari. Pada lampu listrik, energi dipancarkan dari filament yang dipanaskan melewati tabung gas walaupun di dalam tabung tidak ada gas. Hal ini membuktikan perambatan panas melalui radiasi tidak membutuhkan perantara. 27 3.3.2.4 Evaporasi Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap. Manusia kehilangan sekitar 9.103 kalori/gram melalui penguapan paru-paru. Dengan aktifitas berat atau lingkungan panas, seseorang akan minum 4 liter/jam, ini merupakan suatu proses pertukaran energi thermal. Kehilangan panas secara evaporasi dapat terjadi apabila : 1. Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dengan udara ambien (lingkungan). 2. Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi dari keringat dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari tubuh, hal ini dapat terjadi apabila temperatur basah kering dibawah temperatur kulit. 3. Adanya gerakan angin. 4. Adanya kelembaban. 3.4 Aliran udara dalam ruang infant incubator Penyebaran udara panas ke dalam ruangan infant incubator adalah melalui ventilasi yang berada dibawah matras infant inkubator. Seperti yang terlihat pada gambar 1.5. Penyebaran panas yang akan digunakan untuk penghangat bayi dilakukan oleh fan yang telah di filter sebelum memasuki tempat penghangat bayi, yang diharapkan mendapatkan udara bersih untuk masuk ke dalam infant inkubator. Dan kedua-duanya, antara kelembaban dan temperatur dapat di jaga dengan baik keseimbangannya sehingga baik untuk pertumbuhan bayi. Gambar 1.5 Aliran udara dalam ruang infant incubator 28 3.5 Prosedur Tetap Pengoperasian Inkubator Perawatan Inkubator perawatan adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi prematur atau mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) dengan cara memberikan temperatur dan kelembaban yang stabil sesuai dengan kondisi dalam kandungan ibu. A. Prasyarat 1. SDM terlatih. 2. Catu daya sesuai kebutuhan alat. 3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian. 4. Alat laik pakai dan dalam keadaan bersih. 5. Aksesori alat lengkap dan baik. 6. Bahan operasional tersedia. B. Persiapan 1. Tempatkan alat pada ruang perawatan 2. Lepaskan penutup debu (dust cover) 3. Periksa pengatur kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen termasuk flow meter, kondisi filter dan skin sensor temperatur. 4. Siapkan dan pasang aksesories dengan baik dan benar 5. Siapkan bahan operasional 6. periksa hubungan alat dengan terminal pembumian. C. Pemanasan 1. Hubungkan alat dengan catu daya 2. Hidupkan alat dengan sumber gas oksigen. 3. Atur dan cek regulator temperatur, humidity, fan, alarm untuk mengetahui fungsi alat. 4. Hubungkan alat dengan sumber gas oksigen. 5. Lakukan pemanasan secukupnya. D. Pelaksanaan 1. Perhatikan protap pelayanan. 2. Isi aqua secukupnya. 3. Atur temperatur selektor secukupnya. 4. Atur aliran oksigen sesuai keperluan. 5. Pasang skin sensor temperatur apabila ada. 6. Lakukan pelayanan. 7. Lakukan pemantauan terhadap : 29 - Temperatur chamber. - Kelembaban - Oxygen flow meter E. Pengemasan / penyimpanan 1. tutup regulator pada tabung oksigen. 2. kembalikan posisi regulator ke posisi minimum. 3. matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF keposisi OFF 4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya. 5. Buang sisa air humidifier. 6. Bersihkan alat dan ganti alas bayi. 7. Pasang penutup debu (dust cover). 8. Simpan alat pada tempatnya. 9. Catat beban kerja alat -> dalam jumlah pasien 3.6 Prosedur Tetap Pemeliharaan Infant Inkubator Prosedur tetap pemeliharaan alat infant inkubator adalah bentuk standar mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan pemeliharaan alat infant inkubator, yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarakan pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja : pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan, pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek keselamatan kerja dan penyetelan / adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan alat baik atau alat tidak baik. Tujuan : 1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar. 2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat dapat tercapai. Petugas : Teknisi Elektromedis 30 Peralatan : 1. Alat Kerja : Tool set Mekanik Vacuum Cleaner Tracker 2. Alat ukur Multimeter (terkalibrasi) Leakage current meter Ground tester Timer Tachometer (terkalibrasi) (terkalibrasi) (terkalibrasi) (terkalibrasi) Prosedur : A. Prasyarat 1. SDM terlatih. 2. Peralatan kerja lengkap. 3. Dokumen teknis penyera, lengkap. 4. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu, tersedia. 5. Mekanisme kerja keras. B. Persiapan 1. siapkan surat perintah kerja (SPK). 2. Siapkan formulir laporan kerja. 3. Siapkan dokumen teknis penyerta : a. Service manual. b. Wiring diagram. 4. siapkan peralatan kerja a. tool set elektrik. b. Multimeter. c. Leakage current meter. d. Thermometer. 5. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu : a. contak cleaner. b. Cairan pembersih. c. Kain lap/ kertas tissue d. Kuas. e. Bacterial filter f. akuades g. baterai. h. Lampu indikator. i. Gas oksigen. 6. Pemberitahuan kepada pengguna. C. Pelaksanaa No. 1. 2. 3. 4. Kegiatan pemeliharaan Cek dan bersihkan seluruh bagian alat Cek tombol/switch, perbaiki bila perlu Cek dan bersihkan penampung akuades, isi bila perlu Cek filter bakteri, ganti bila perlu. 31 periode 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Cek main hole,ganti bila perlu. Cek fungsi selungkup alat,. Cek fungsi roda, perbaiki bila perlu. Cek sistem catu daya,perbaiki bila perlu. Cek fungsi thermometer, ganti bila perlu. Cek fungsi pengatur kelembaban, ganti bila perlu. Cek fungsi skin probe, bila punya lebih dari 1 inkubator, 13. 14. 15.. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22 lain. Cek tekanan maksimum dan minimum gas oksigen Cek fungsi alarm, perbaiki jika perlu Cek fungsi kipas, perbaiki jika perlu Cek kondisi baterai, ganti bila perlu. Cek seluruh fungsi indikator/disply indikator,meter, 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan 3 bulan Perhatikan probe agar tidak tertukar satu dengan yang pengukur tekanan,digital disply, perbaiki bila perlu. Cek temperatur kontrol,perbaiki bila perlu. Lakukan pengukuran arus bocor Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat Lakukan uji kineja alat 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 1 bulan 1 bulan 3 bulan D. Pencatatan 1. Isi kartu pemeliharaan alat. 2. Isi formulir laporan kerja 3. Pengguna alat menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan kembali kepada pengguna alat. E. Pengemasan alat kerja, dan dokumen teknis penyerta. 1. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan 2. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta. 3. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula. F. Pelaporan. 1. Laporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas. 3.7 Prosedur Tetap Pemantauan Fungsi Infant Inkubator A. Ruang lingkup pemantauan. Prosedur ini digunakan untuk pemantauan fungsi infant inkubator. 1. Uji kualitatif a. Pemeriksaan kondisi fisik alat beserta bagian bagiannya 32 b. Pemeriksaan fungsi komponen alat. 2. Uji kuantitatif a. Pengukuran catu daya. b. Pengkuran temperatur dan kelembaban ruang. c. Pengukuran aspek keselamatan d. Pengukuran kinerja. 3. Prasyarat a. SDM terlatih. b. Peralatan kerja lengkap. c. Peralatan ukur lengkap. d. Bahan operasional cukup. 4. Persiapan 1) Sipakan surat perintah kerja (SPK). 2) Siapkan formulir lembar kerja. 3) Siapkan formulir laporan kerja. 4) Siapkan preralatan kerja. a. Tool set. b. Multimeter. c. Leakage current meter. d. Thermometer. e. Hygrometer. 5) Pemberitahuan kepada pengguna alat. 5. Prosedur kerja 1) Lakukan pendataan alat, meliputi : a. Nama alat b. Merk c. Type / odel. d. Nomor seri 2) Lakukan pemantauan / pengukuran kondisi lingkungan, meliputi : a. Catu tegangan b. Temperatur ruanga c. Kelembaban ruang 3) Lakukan pemeriksaan kondisi fisik alat (secra visual), meliputi : a. Chasis /selungkup b. Kotak kontak c. Terminal pembumian d. Pengatur/ saklar. e. Pemutus arus / sikring f. Baterai g. Konektor h. Selang i. Aksesori j. Kebersihan alat 4) Lakukan pengukuran keselamatan kerja, meliputi : a. Arus bocor 5) Hidupkan alat, lakukan pengecekan terhadap : a. Heater b. Motor fan 33 c. Alarm d. Tanda tampilan e. Temperatur kontrol f. Keluhan pada alat 6) Tentukan kesimpulan pemantauan fungsi terdiri dari a. Alat layak difungsikan b. Alat tidak layak difungsikan 6. Pencatatan 1) Catat hasil pemnatauan fungsi, pada lembar kerja 2) Berikan saran tindak lanjut 3) Pengguna alat menandatangani lembar kerja pemantauan fungsi 7. Pengemasan alat kerja, alat ukur dan lembar kerja 8. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada pemberi tugas. 3.8 Tujuan Prosedur Tetap Perbaikan Infant Inkubator : Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar. 34 Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi Petugas Peralatan kembali : Teknisi Elektromedis : Alat Kerja : Tool set Elektronik Trecker Alat ukur : Multimeter Leakage current meter Ground tester Timer Tachometer (terkalibrasi) (terkalibrasi) (terkalibrasi) (terkalibrasi) (terkalibrasi) Prosedur : A. Persiapan 1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK ) 2. Siapkan formulir lembar kerja perbaikan. 3. Siapkan : a. 4. 5. 6. 7. Service Manual, diagram ( schematic / wiring) Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat. Siapkan alat kerja dan alat ukur Siapkan bahan perbaikan dan material bantu. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat. B. Pelaksanaan 1. Lakukan analisis kerusakan : - Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan. - Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan, bagian alat / komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan. ( perhatikan panduan analisis kerusakan, service manual dan diagram ). - lakukan identifikasi, bagian alat / komponen/ suku cadang yang rusak, lengkap dengan data teknis dan nomor catalog. 2. Siapkan suku cadang yang diperlukan 3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang ) 4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal 5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja. C. Pencatatan 1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK. 2. Kesimpulan hasil perbaikan - Alat baik. - Alat tidak baik 3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja perbaikan dan SPK, sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan. D. Pengemasan. 35 1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja. 2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta. 3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat 4. semula. Bersihkan alat Centrifuge dan lokasi perbaikan E. Laporan. 1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan kembali alat Centrifuge yang telah diperbaiki. 2. Laporkan hasil perbaikan alat kepada pemberi tugas. BAB IV INFUSE PUMP 4.1 Prinsip Kerja Infuse pump adalah alat yang digunakan untuk mengirim cairan dengan teliti melalui intravenous (IV) atau epidural route untuk tujuan pengobatan atau therapy yang seringdigunakan di rumahsakit. Secara umum, infuse pump digunakan ketika memerlukan dosis dengan akurasi yang tinggi atau aliran yang lebih besar dibandingkan dengan pengiriman cairan secara manual. Karena memerlukan keakurasian dalam pengiriman cairan, infuse pump telah terbukti bermanfaat dalam aplikasi seperti : continuous epidural anesthesia, pengiriman dari obat-obatan IV cardiovascular, chemotherapy dan autotransfusion, demikian pula untuk aplikasi pediatric dan untuk terapi dirumah. Blood infusion juga bisa dilakukan pada beberapa pompa walaupun beberapa pompa memerlukan persyaratan khusus untuk aplikasi ini tekanan maksimum memperbolehkan maksimum aliran settingnya (≥ 999 mL/hr). Infuse pump dapat men-supplay tekanan yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan infuse set secara manual yang dipengaruhi oleh gravitasi, sebagai 36 contoh, mengirim cairan kental melalui bacterial filter atau mengirim arterial infusions. Microinfusion pumps secara tipikal mempunyai control, display, dan infusion set yang mirip dengan infuse pump pada umumnya tetapi mempunyai setting aliran lebih rendah (0.1 – 99.9 mL/hr) dan ini biasanya digunakan pada area neonatal critical care, bersama-sama syringe pump dan sekarang banyakin fuse pump mempunyai setting aliran serendah microinfusion pumps. Infuse pump mendorong cairan masuk kedalam sistem sirkulasi pasien dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan cairan pasien. Nilai tekanan cairan dalam tubuh pasien : Pembuluh darah biasanya kurang dari 8 lbf / in ² ( 55 kPa ). Epidural dan subcutaneous biasanya kurang dari 18 lbf / in ² ( 125 kPa ). Ditinjau dari tipe pompanya, alat ini di bedakan menjadi 2 yaitu : Pompa volume besar (biasa disebut infusion pump ) yang mampu memompa nutrisi yang lebih banyak untuk kebutuhan pasien. Pompa volume besar menggunakan system pompa peristaltic, bentuknya menyerupai jari dan bekerja dengan menekan selang infuse secara berurutan. Gambar 2.1 Model pompa peristaltik dan sekrup Pompa volume kecil (biasa disebut syringe pump) yang biasanya digunakan untuk memasukan hormone (seperti insulin) atau obat (seperti opiates). Pompa volume kecil menggunakan system pompa yang bekerja seperti sekrup. Ketika diputar pompa akan mendorong maju ataupun mundur. System pengaman : 37 Baterry, pompa dapat beroperasi jika sumber listrik kealat diputus atau terputus dari alat. Anti-free-flow device, mencegah darah mengalir dari tubuh menuju pompa ketika pompa infus sedang set-up. Down preasure sensor, mendeteksi bila pembuluh darah pasien terhambat. Air in line detector, menggunakan gelombang ultrasound untuk mendeteksi adanya gelembung udara pada saat mendistribusikan cairan kedalam tubuh. Up preasure sensor, mendeteksi ketika kantong infuse atau syringe kosong (system pengaman yang umum digunakan). Gambar dibawah dapat dilihat bahwa sistem infus ke pasien masih ditekan dengan gaya gravitasi dan diatur dengan hitungan tetes per menit secara manual dengan pengatur. Gambar 2.2 Pengaturan tetesan infus secara manual Selain pengaturan secara manual, infuse pump juga ada yang menggunakan penghitungan tetes permenitnya menggunakan sistem elektronik seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.3 Contoh aplikasi pembacaan tetesan secara elektronik 38 Mesin peristaltic paling umum adalah linear peristaltic device, yang mana menggunakan fingerlike disk ke occlude IV tabung berturut-turut pada rippling dan bergeraksecarawavelike. Jenis kedua dari mesin pompa menggunakan kaset yang dihubungkan dengan syringelike yang lain atau pistonlike device dan tabung dari dua sisi. Pada syringe cassette, motor-driver memindahkan plunger ke dalam atau keluar cylinder. Didalam pergerakan pompa cairan keluar dari cassette ke arah pasien, sementara gerakan keluar menarik cairan segar dari solution container untuk mengisi ulang cassette. Pada beberapa cassette, klep mengarahkan aliran sepanjang jalur yang diinginkan sesuai dalam siklus plunger. Gambar 2.4 Aplikasi dengan menggunakan pengatur kaset Sebagian besar infuse pump memungkinkan pemakai untuk memilih dosis atau volume untuk di-infus-kan . Jika batas ini dicapai sebelum sumber cairan kosong, maka sebagian besar pompa akan alarm dan selanjutnya cairan infuse lajunya sangat rendah untuk mencegah jarum infusion clogging, aliran rendah ini disebut ”keep vein open” atau KVO rate. Pesawat infuse pump merupakan salah satu alat bantu kedokteran yang dirancang untuk mengontrol dan mengatur pemberian cairan, obat, atau nutrisi ke dalam sistem sirkulasi pasien. Menggunakan intravenously, subcutaneous,atrial atau epidural. Unsur terpenting pada pesawat infuse pump adalah sistem pengontrolan kecepatan tetesan cairan infus dengan menggunakan sistem mekanik pemompaan yang dikendalikan secara elektronik. 39 40 4.2 Blok Diagram Infuse Pump Terumo TE-112 Motor Lampu revolution M displa Reset/fai l Motor drive save circuit circuit circuit Display E²PROM Buzzer board CPU drive Clock y LCD displa Switch unit circuit IV Control set Air in line circuit selection detect board Detection Occlusion unit detect unit Detectio n unit circuit Door ci detecttci Drop Delivery sensor detect Alarm Nurse terminal circuit CPU rcuit Dip switch Power AC Power supply line +12V switch Power ON/OFF switch AC +5V 100~240V regulator power Charger Fuse circuit terminal 41 Battery Gambar 2.6 Blok diagram Infuse Pump TE-112 Dari gambar 2.6 blok diagram Infuse Pump Terumo TE-112 diatas ditunjukkan bahwa secara garis besar bagian itu terbagi menjadi : 1. Control circuit board, CPU unit berfungsi untuk: a. Reset b. E²PROM c. Contorl CPU d. Serial data komunikasi e. DIP switch f. Manufacture select slide switch 2. Display circuit board, CPU unit berfungsi untuk : a. Display CPU b. LCD display c. LED display d. TACT switch (power, start/stop, silence,purge,etc) e. Lamp display (start/silence, battery alarm, etc) f. Serial data komunikasi 3. I/O unit berfungsi untuk : a. Buzzer activated b. Motot activated c. Deteksi delivery d. Deteksi air-in-line e. Deteksi occlusion f. Deteksi temperatur g. Door detection h. Pengaman i. Nurse Control 4. Power supply unit berfungsi untuk : a. AC100~240 b. 12V switching regulator c. Battery d. Charge e. Voltage drop detection f. Normal/battery judgment 4.3 Protap Penggunaan Infuse Pump Prosedure tetap pengoperasian infusepump adalah bentuk dari standar yang berupa cara atau langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan pengoperasian infusion pump. Prosedur ini disusun berdasarkan pada 42 petunjuk pengoperasian persiapan, pemanasan, dan petunjuk lain yang terkait, berupa: prasyarat, pelaksanaan pengoperasian,pengemasan dan penyimpanan,agar alat dapat difungsikan dengan baik.Adapun prosedur pengoperasian infuse pump adalah sebagai berikut : 1. Menempatkan alat pada ruang tindakan. 2. Melepaskan penutup debu. 3. Memasang cairan infuse dan hubungan ke alat. 4. Pasang Infusion set. 5. Menghubungan alat dengan catu daya. 6. Menghidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON. 7. Mengecek fungsi alarm. 8. Melakukan pemanasan secukupnya. 9. Memperhatikan protap pelayanan. 10. Memberitahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan. 11. Mengalirkan cairan infuse ke infusion set. 12. Menentukan jumlah tetesan permenit. 13. Mengatur alarm pada posisi ON. 14. Melakukan tindakan. 15. Setelah tindakan selesai, lalu mematikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF. 16. Melepaskan hubungan alat dari catu daya. 17. Melepaskan infusion bag dan melepaskan slang-slang infuse. Lalu memastikan bahwa infuse pump dalam kondisi baik dan dapat difungsikan pada pemakaian berikutnya. 18. Memasang penutup debu. 19. Menyimpan infusepump ditempatnya. 20. Mencatat beban kerja →dalam jumlah pasien. 4.4 Pemeliharaan Infuse Pump TE-112 Menurut buku service manual Infuse Pump TE-112 hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan alat ini adalah : adalah sebagai berikut: 1. Inspeksi sebelum alat dipakai (dilakukan setiap waktu) : a. Check bodydan pole clamp. b. Check battery. c. Check power ( indikator battery nyala saat alat terhubung ke listrik). d. Check charge lamp ON saat AC power on. e. Check start/stop/silence switch. 43 2. Check operasional (setiap 2 bulan): a. Check tube clamp. b. Deteksi occlussion. c. Check flow rate. d. Check air-in-line sensor. e. Check drop sensor. f. Check battery(apakah bisa mendukung kerja alat minimal 3jam). 3. Inspeksi yang dilakukan setiap tahun : a. Check Electrical Safety test. b. Check : buzzer volume, computer interface, nursecall, check power on off, parameter setting, plunger/clutch ). c. Check Performance ( deteksi ukuran Syringe/spuit, alarm jika cairan habis/nerarly empty,occlusion, flow rate,waktu kerja battery ). d. Checkbody/cassing. 4. Life time sparepart: a. Battery : 1,5~2 tahun b. Pole clamp : 2~3 tahun c. Door unit : 2~3 tahun d. Front casing (panel etc.) : 1,5~2 tahun e. Motor unit : 2~3 tahun f. Drop sensor unit : 2~3 tahun 4.5 Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Sebagaimana ditetapkan pada Permenkes No. 363 / Menkes / Per / IV / 1998 alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun. Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria : 1) Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi. 2) Masa berlaku sertifikat pengujian atau kalibrasi telah habis. 3) Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya (performance) atau keamanannya (safety) tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku. 4) Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat masih berlaku. 5) Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku. 6) Jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak,sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya. 44 Tingkat teknologi, beban kerja dan umur sangat mempengaruhi kinerja alat kesehatan, baik untuk akurasi, ketelitian maupun keamanannya. Oleh karena itu selang waktu pengujian atau kalibrasi ulang peralatan kesehatan, dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas. Alat kesehatan dinyatakan lulus pengujian atau kalibrasi apabila : 1) Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang diabadikan pada alat kesehatan tersebut, tidak melebihi penyimpangan yang diijinkan. 2) Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilai ambang batasyang diijinkan. 4.6 Pengujian Alat Kesehatan Pengujian alat kesehatan merupakan keseluruhan tindakan meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan kerja dan spesifikasinya. Dengan pelaksanaan kegiatan pengujian, dapat dijamin peralatan kesehatan bersangkutan aman dan laik pakai dalam pelayanan kesehatan. Kegiatan pengujian dilakukan terhadap alat kesehatan yang tidak memiliki standar besaran yang terbaca yang berarti tidak terdapat nilai yang diabadikan pada alat kesehatan bersangkutan, sehingga pengujian dilaksanakan mengacu pada: 1) Nilai standar yang ditetapkan secara nasional maupun internasional, misalnya arus bocor, frekuensi kerja dan paparan radiasi. 2) Fungsi alat dalam pelayanan kesehatan, misalnyakuat cahaya, dayahisap, sterilitas, putaran, energi dan temperature. 3) Pengujian alat kesehatan dilaksanakan dengan kegiatan sebagai berikut: a) Pengukuran kondisi lingkungan. b) Pemeriksaan kondisi fisik dan fungsi komponen alat. c) Pengukuran keselamatan kerja. d) Pengukuran kinerja. 45 BAB V Continous Positive Airway Pressure (CPAP) 5.1 Definisi Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dirancang oleh Profesor Colin Sullivan dari University of Sydney pada tahun 1971. Alat Continous Positive Airway Pressure (CPAP) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membantu penunjang hidup pada bayi pada saat nafas spontan . Adapun tujuan penggunaanya untuk mempertahankan ventilasi pada paru – paru nafasannya, karena tingginya resistansi jalan nafas akibat regangan alveoli, yaitu pada keadaan dimana pertukaran oksigen terganggu dan pada saat alveoli akan mempertahankan jalan nafas, dengan mencegah paru – paru menguncup. Komponen inti untuk pengaturan besarnya persentasi kadar konsentrasi oksigen yang hendak diberikan ke pasien ditentukan oleh besaran parameter yang diatur pada mixer (Pencampur) dimana range mixer bervariasi antara 21 % sampai dengan 100 % oksigen yang diberikan. Besaran range parameter ini diatur dengan memperhatikan kebutuhan pasien. Idealnya penggunaan CPAP secara continous harus selalu memperhatikan beberapa komponen pendukung lainnya agar penggunaannya akan memaksimal kinerja dari alat itu sendiri. 5.2 Fungsi CPAP adalah memanfaatkan tekanan udara positif secara terus menerus fungsi utamanya adalah untuk memompa udara bertekanan kedalam paru–paru pasien, dan memastikan bahwa supply oksigen yang cukup mencapai paru–paru, ini telah menjadi pengobatan yang besar bagi penderita apnea tidur karena gangguan yang ditandai dengan episode sesaat tidak bernafas karena saluran udara runtuh atau terhambat. Aliran kuat udara mendukung dinding saluran udara, sehingga saluran udara tetap terbuka. CPAP neonatal digunakan untuk bayi prematur atau bayi lahir dengan kasus komplikasi, terutama pada sistem pernafasan. Selain memberikan oksigen yang cukup untuk bayi sehingga mendapatkan efek positif. 46 5.3 Blok Diagram CPAP Gambar 5.1 Blok Diagram CPAP System- Aktif 5.4 Prinsip Kerja Alat CPAP Gambar 5.2 CPAP Tampak Keseluruhan Adapun prinsip kerja Continous Positive Airway Pressure secara teknis sebagai berikut : 47 1. Oksigen dan udara tekan masuk ke inlet blender atau O2 mixer dengan tekanan1 : 1 antara 3 – 7 bar dengan bersamaan melalui pipa oksigen warna putih garis merah dan pipa udara tekan warna putih garis biru, agar tidak salah dalam pemasangan dan biasanya ada penulisan pada bagian inletnya, Jika perbandingan masukan inlet tidak sesuai dengan perbandingan 1 : 1 maka alaram akan berbunyi ini menandakan masukan gas inlet tidak sesuai. 2. Blender atau O2 mixer menerima inputan dua jenis udara dengan tekanan masuk yang sama, dua udara tersebut tercampur sehingga keluaran konsentrasi gas oksigen sesuai dengan kebutuhan dosis setingan pada blender / O2 mixer mulai dari 21%, 30%, 40 %, 50 %, 60 %, 70 %, 80 %, 90 % dan 100 %. 3. Konsentrasi gas oksigen yang dibutuhkan oleh pasien dilewati melalui circuit CPAP menuju heated humidifier untuk pasien non – invasive mulaisuhu 32 ºC (padapasien) dantoleransi - 2ºC (pada chamber) sehingga kabut kondensasi di dalam circuit menuju humidifier cukup. Apabila tidak ada kabut sama sekali makanaikkan suhu pada chamber, jika terlalu banyak diturunkan dengan pengaturan setingan parameter humidifier, ini justru aplikasi dokter. 4. Oksigen dari heated humidifier masukke CPAP generator dan dipasang pada pasien melalui masker agar oksigen tetap stabil. Pada circuit suhu dapat dipantau melalui sensor suhu antara ouput heated humidifier dengan input CPAP generator. 5. Setelah terpasang CPAP Generator, pasien bernafas spontan dengan menerapkan tekanan udara positif terus menerus membantu pembukaan paru-paru dan membantu pertukaran gas tingkatkan. 6. Aliran gas yang bertekanan antara 3-7 bar juga dapat dipantau pada manometer yang terpasang pada CPAP generator. 7. Semakin besar tekanan yang diatur pada flow meter maka semakin besar pula aliran udara yang diteruskan pada CPAP generator. 48 5.5 Standar Operasional Prosedur Alat CPAP Pra Pengoperasian 1. Persiapkan alat CPAP dan semua kelengkapann 2. Hubungkan semua kompenen pendukungnya dengan unit alat CPAP 3. Isikan aquades pada botol FEED ( botol kolep ) dengan cara membuka atas dan memperhatikan garis level minimum dan maksimum. Gambar 5.3 Botol PEEP Tempat Pengisian Aquabides 4. Isi aquabides untuk kedalam chamber humidifier melalui lubang atas dan perhatikan garis level minimum dan maksimum 5. Dan gantungkan aquabides untuk menhindari kekurangan aquabides pada humidifier ( saat terjadinya pemanasan pada chamber ) 49 Gambar 5.4 Chamber Humidifier di isikanAquabides 6. Sambungkan semua breating circuit secara benar dan tepat. 7. Jika menggunakan oksigen tabung pastikan gas oksigen penuh. 5.6 Pengoperasian CPAP Sechrist 1. Perhatikan SOP 2. Atur tekanan bar yang akan keluar dari tabung dengan cara memutar saklar regulator warna biru ( biasanya diberikan 50 bar) dan angka pemberiannya bisa diamati pada skala meter kedua skala meter pertama menunjukkan angka isi dalam tabung oksigen. Gambar 5.5 OksigenTabungdan Regulator 3. Hidupkan kompressor medical grid 50 4. Atur tekanan inlet oksigen dari tabung dan tekanan udara inlet kompressor 1 banding 1 dengan menarik keatas dan memutar kemudian tekan kembali untuk mengunci. Gambar 5.6 Regulator Pengatur Tekanan 5. Tekan tombol hudimifier untuk mengaktifkannya, hingga muncul tampilan digital pada layar, tunggu sesaat lalu pindahkan menu sesuai dengan pemakaian infasive ataun on-invasive, atur suhu yang diinginkan (AplikasiDokter) 6. Atur besaran parameter mixer untuk memberikan besaran persentase oksigen yang hendak diberikan ke pasien 21 % sampai dengan 100% ( aplikasi dokter ). 7. Atur jumlah besaran Lpm yang hendak diberikan ke pasien dengan cara memutar saklar regulator flow meter dan biasanya diberikan antara 1 – 3 Lpm tergantung diagnose ( aplikasi dokter ) Gambar 5.7 Pengaturan Besaran Kadar 02 dari 21% Sampai 100 % dan Pengaturan. Flow Meter 1 sampai 3 Lpm. 51 8. Atur besaran PEEP dengan cara menarik dan menekan gagang PEEP besaran skala parameter yang diberikan tergantung pada kasus atau biasanya 3 sampai 5 ( aplikasi dokter ) . Seperti gambar di bawah ini : Gambar 5.8 Pengaturan Besaran PEEP 9. Tes kebocoran sebelum alat disambungkan kepasien dengan menghubungkan antara ujung breating circuit inpirasi dan expirasi. Perhatikan: Keadaan normal tanpa bocorakan terjadi gelembung air pada botol PEEP. Jika tidak ada gelembung pastikan kembali semua breating circuit tersambung dengan benar. 10. Ukur besarnya kepala bayi dengan pita meter untuk menentukan besarnya topi yang digunakan. 11. Ukur jarak lubang hidung dan besarnya lubang hidung bayi dengan rol khusus menentukan nasal yang digunakan 12. Pasang topi, dan nasal pada bayi lalu ikatkan nasal. Kunci nasal dengan benar seperti pada gambar di bawah ini : 52 Gambar 5.9 Penggunan CPAP Terhadap Pasien 13. Catatan : breating circuit harus sama data antara pasien dengan botol PEEP 14. Pasang Spo2 pada ibu jari bayi jika tidak mungkin, pasang Spo2 pada ibu jari di kaki bayi dan perhatikan pembacaan saturasi kadar konsentrasi oksigen, Gambar 5.10 Alat Spo2 Merkmaximo Rad 5 tm 15. Lakukan tindakan parameter medis selanjutnya (aplikasi dokter) 16. Catat semua tindakan yang dilakukan 17. CATATAN KHUSUS TEKNISI : Jangan pernah merubah aplikasi medis (Tindakan ini hanya aplikasi dokter) 5.7 Standar Maintenance Prosedur Alat CPAP 1) SDM terlatih 2) Perhatikan Protap Pemeliharan 3) Lakukan pemeliharaan dan catat : No Tanggal BagianAlat UraianPemeliharaan 53 Waktu Petugas Ket 1 ........... 2 ........... Botol PEEP mixer GantiAquades 1 pasien. Operator Ya 1 minggu Operator Ya BPFK Ya 2 minggu Optr/teknisi Ya 1,5 tahun Teknisi Ya 1 tahun BPFK........ Ya 1 minggu Teknisi....... Ya 1 tahun BPFK......... Ya 2 minggu Teknisi....... Ya 2 minggu Teknisi....... Ya 6 bulan BPFK......... Ya 2 minggu Teknisi...... Ya 2 minggu Teknisi...... Ya 1 pasien Optr/teknisi.. Ya 1 pasien Optr/Cssd... Ya 10 bulan Teknisi....... Ya 10 bulan Teknisi...... Ya Filter gas udarabuangendapan air Kalibrasi 3 ........... Mixer 6 Bulan Filter udaraluar 4 ........... Mdk.kompressor Ganti filter dalam 5 ........... Mdk.kompressor kalibrasi 6 ........... Mdk.kompressor Saklar regulator 7 ........... Flow Meter kalibrasi 8 ........... Flow meter Up/down suhu 9 ........... Humidifier Saklarpemindahan 10 ........... Humidifier kalibrasi 11 ........... Humidifier Putaran regulator 12 ........... Regulator oksigen Cekdanperhatikan 13 ........... Heater breating Ganti 14 ........... Disable breating Sterilisasi 15 ............ Breating non dsble Ganti 16 ........... Selang inlet udara Ganti Selang inlet O2 BAB VI INFUSE PUMP 54 6.1 Pengertian dan fungsi Infuse pump merupakan suatu peralatan kedokteran dengan kategori life support & life saving yang berfungsi untuk memasukan cairan atau obat yang dibutuhkan oleh pasien dengan flow rate (ml/h) yang terkontrol, sebagai alat dengan kategori life support & life saving infuse pump sangat di butuhkan akurasi yang presisi dalam pemberian dan pengontrolan flow rate Infuse pump adalah pengembangan dari metode klasik dalam pemberiaan cairan atau obat dengan menggunakan metode grafitasi yang dinilai kurang akurat dan kurang aman, dengan metode pump control pemberian cairan akan lebih akurat karena flow rate dapat terkontrol dan semua indicator safety pasien terbaca pada alat. 6.2 Prinsip Kerja Pada dasarnya prinsip kerja dari infuse pump adalah pergerakan motor yang terkontrol oleh suatu system mikrokontroller motor tersebut akan menggerakan mekanik berupa peristaltic yang akan membuat pergerakan memijat administrator set yang digunakan dan mengeluarkan cairan yang akan di masukan untuk teraphy melalui intra vena kecepatan motor disesuaikan dengan pemilihan nilai flow rate (ml/h) jumlah cairan yang di kehendaki 55 56 6.3 Blok Diagram Pressure Clock Generator Sensor Power Supply Analog Digital Elektronik for Converter (ADC) LCD LCD Display Patient IV Set Air Bubble Sensor Keypad Mikrocontroller Buffer Driver Signal Conditioning Elektronik Gambar 2.3 Basic block diagram pesawat infuse pump Steper Motor Drop Sensor Mekanik Gear box Secara umum infuse pump dibagi kedalam beberapa blok yang terdiri dari blok elektrik, elektronika, dan mekanik. 1. Blok elektrik Terdiri dari power supply yang digunakan untuk sumber daya pada alat dari blok ini sumber pln 220VAC diubah menjadi power yang dibutuhkan ke masing-masing blok 2. Blok elektronika Terdiri dari : Clock generator, Berfungsi untuk menghasilkan pulsa, pulsa yang dihasilkan digunakan untuk semua bagian atau sistem agar bekerja secara sinkron. Analog Digital Converter (ADC) Merupakan blok yang digunakan untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital untuk kebutuhan dari mikrokontroller yang bekerja secara digital, blok ini dilalui oleh Clock Generator, Pressure Sensor, Air Bubble Sensor, dan Keypad. Keypad, Berfungsi untuk memberikan data input awal pada infuse pump umumnya yang di inputkan adalah flow rate, setting drop dan fitur-fitur lain yang terdapat pada infuse pump, dari keypad akan melalui blok ADC untuk merubah sinyal sesuai keperluaan mikrokontroller kemudian mikrokontroller akan mengeluarkan output ke rangkaian elektronik LCD dan menampilkannya pada display. Pressure Sensor, Blok sensor yang digunakan atau aktif bila terjadi tekanan balik yang melebihi batas tertentu dalam infuse pump, bekerja secara looping memberikan sinyal ke ADC kemudian ke Mikrokontroller apabila terjadi oklusi atau pemampatan ADC akan memberi instruksi ke mikrokontroller untuk menghentikan kerja motor dan memberikan alarm, alarm akan ditampilkan pada display, sensor yang digunakan untuk pressure sensor adalah strain gauge Air Bubble Sensor, Blok sensor yang digunakan atau aktif apabila terdeteksi udara melintas pada Administrator Set, sensor ini bekerja secara looping memberikan sinyal ke ADC kemudian ke mikrokontroller apabila terdeteksi Air Bubble atau Gelembung udara pada Administrator Set maka ADC akan memberi instruksi pada mikrokontroller untuk menghentikan kerja motor dan memberikan alarm, sensor yang digunakan untuk Air Bubble umumnya adalah sensor cahaya optocoupler Drop Sensor, Dalam infuse pump yang menggunakan metode drop metric, drop sensor berfungsi untuk membaca tetesan yang melintas pada drip chamber sesuai dengan instruksi awal flow rate setting drop sensor bekerja secara looping melalui signal conditioning elektronik dan mikrokontroller selain membaca tetesan drop sensor juga berfungsi untuk mendeteksi botol kosong dan flow error. Signal Conditioning Elektronik, Merupakan media perantara antara drop sensor dan mikrokontroller berupa rangkaian elektronika yang dapat membaca kondisi yang terjadi selama proses berjalan, bila ada sesuatu yang aneh terdeteksi pada drop sensor akan di terima oleh blok ini dan di teruskan ke mikrokontroller untuk menindaklanjuti apa yang seharusnya dilakukan. Mikrokontroller, Pusat dari semua komunikasi yang terjadi dalam suatu system infuse pump, semua informasi digital diproses melalui blok ini mulai dari alat di hidupkan sampai dengan alat dimatikan. Buffer, Blok rangkaian penyangga disebut penyangga karena sesuai fungsinya rangkaian buffer digunakan dengan tujuan input pada rangkaian tersebut akan sama dengan output dimaksudkan untuk menjaga output dari mikrokontroller yang menuju ke blok Drive tetap sama. Drive, Berupa rankaian elektronika yang digunakan untuk menggerakan stepper motor input Blok drive ini di dapat dari mikrokontroller yang sudah terprogram. Elektronik For LCD, Merupakan bagian elektronik dari LCD yang menerima input data dari mikrokontroller untuk kemudian di tampilkan pada LCD LCD Display, Blok ini menampilkan segala sesuatu yang terjadi pada infuse pump baik berupa setting, alarm ataupun reminder. 3. Blok Mekanik Stepper Motor, Blok yang terdiri dari motor penggerak yang akan menggerakan mekanik gear box, motor yang biasanya digunakan dalam infuse pump adalah jenis stepper karena memiliki torsi yang besar pada saat awal putaran, torsi besar ini digunakan untuk menggerakan mekanik gear box yang cukup berat. Mekanik Gear Box, Bagian mekanik yang berbahan plastik dan dipisahkan dalam beberapa skat, mekanik ini bekerja seperti finger atau jari yang apabila stepper motor berjalan maka mekanik akan berjalan memijat bagian-bagian Administrator Set sampai cairan/ obat dapat keluar sesuai dengan flow rate yang dikehendaki 6.4 Standar Operasional Prosedure 1) Hubungkan kabel power ke mesin dan Sumber listrik. 2) Lakukan priming pada set infuse, pastikan tidak ada udara di sepanjang selang. 3) Tekan tombol power ON, mesin akan melakukan “self checking”, semua tombol alarm akan menyala. Display akan terbaca JJJJ atau tttt. 4) Bila display terbaca JJJJ (posisi 1), berarti harus digunakan set infuse khusus pump TS*PA atau TS*PM, bila display terbaca tttt (posisi 2), berarti harus digunakan set infuse biasa TS*A atau TK*A. 5) Buka pintu pump, geser klem yang terletak dibawah lalu pasang set infuse dan pastikan posisi set infuse dalam posisi lurus, tutup kembali pintu infuse pump. 6) Pasang drip sensor pada ruangan penetesan chamber set infuse, diantara permukaan cairan dan drip nozzle. 7) Tekan tombol INFUSION SET “14”19”20”60”, sesuai dengan set infuse yang dikehendaki. Tekan tombol Puluhan naik Satuan naik Puluhan turun Satuan turun Note : Untuk set infuse “15”19”20/tetes/ml. Max kecepatan : 300 ml/jam atau 75 tetes/menit Untuk set infuse “60”tetes/ml. Max kecepatan :100 ml/jam atau 100 tetes/menit. 8) Isi nilai D. Limit dengan menekan tombol select lalu tekan tombol Puluhan naik Satuan naik Puluhan turun Satuan turun Jika tidak menginginkan nilai D.Limit, biarkan D. Limit ----, jangan pernah D.Limit terisi dengan angka 0. 9) Hubungkan set infuse dengan IV karakter, lalu buka rokem klem. 10) Tekan tombol START, lalu indikator operation akan menyala hijau. Berarti mesin mulai beroperasi. 11) Bila akan menghapus jumlah cairan yang sudah masuk ke patien tekan tombol STOP 2X, lalu tekan tombol Σml CLEAR. 12) Lampu “COMPLETION” akan menyala bila volume cairan yang masuk sudah mencapai D.Limit yang diinginkan. Mesin akan Stop, lampu indicator akan berwarna merah. 13) Untuk mengakhiri pemakaian infuse pump, tekan tombol STOP buka pintu pump, lepaskan set infuse dari mesin dan matikan mesin dengan menekan tombol POWER. 6.5 Pemeliharaan Rutin 1) Bacalah SOP dan lakukan step dengan benar. 2) Cabut stop kontak listrik bila alat tidak di pakai 3) Cek kondisi batre charge dengan melihat indikator batre. 4) Penggunaan batre hanya dalam keadaan mati listrik jadi jangan dihidupkan tanpa listrik bila listrik tidak mati. 5) Bersihkan cassing dari debu atau sisa cairan yang memungkinkan timbul pengerakan 6.6 Trouble shotting 1) Alat tidak dapat bekerja : cek supply listrik, cek fuse, cek main switch 2) Flow error : cek drip chamber jangan sampai terlalu penuh terisi cairan, cek kondisi pemilihan drop/ml yang digunakan sesuaikan dengan factor tetes administrator set yang digunakan 3) Empty : cek roller clamp administrator set bila tertutup maka buka full roller clamp, cek kondisi container 4) Air : cek administrator set ada udara yang terjebak didalam administrator set keluarkan. 5) Completion : reminder bahwa target volume yang di setting telah tercapai. 6) Occlution : cek kondisi roller clamp jangan sampai tertutup, cek kondisi administrator set kemungkinan tertekuk, cek kondisi intra vena pasien. BAB VII DEFIBRILLATOR 7.1 Definisi Defibrillator adalah alat yang digunakan untuk memberikan terapi energi listrik dengan dosis tertentu ke jantung pasien melalui electrode (pedal) yang ditempatkan di permukaan dinding dada pasien. Sedangkan tindakan pengobatan definitif untuk mengancam jantung aritmia-hidup, fibrilasi ventrikel dan takikardi ventrikel pulseless disebut defibrillasi. Ini merupakan depolarizes massa kritis dari otot jantung, mengakhiri aritmia, dan memungkinkan irama sinus normal untuk dibangun kembali dengan alat pacu jantung alami tubuh, di node sinoatrial jantung. Defibrilator bekerja dengan cara memancarkan arus listrik sebesar kurang lebih 6A dengan frekuensi sekitar 60 Hz untuk dapat menembus dada pasien sehingga dapat menjangkau otot-otot jantung yang selanjutnya akan distimulus oleh arus listrik yang dihasilkan defibrillator tadi. Setelah arus yang dialirkan melalui dada pasien, arus tersebutakan mengkoreksi atrial fibrilasi dengan kata lain arus dari defibrillator tersebutmenstimulus otot-otot jantung sehingga jantung akan berkontraksi dan dapat menormalkankembali aritmia jantung. Selama beberapa dekade, defibrillator telah menggunakan bentuk gelombang Monophasic. Dengan bentuk gelombang Monophasic, arus mengalir dalam satu arah, dari satu elektroda ke yang lain, menghentikan jantung sehingga memiliki kesempatan untuk memulai kembali sendiri. Dengan bentuk gelombang Biphasic, arus mengalir dalam satu arah pada tahap pertama shock dan kemudian membalikkan untuk tahap kedua. Pertama digunakan dalam komersial defibrillator implant, bentuk gelombang Biphasic sekarang "standar emas" untuk perangkat tersebut. Tersedia penelitian menunjukkan bahwa bentuk gelombang Biphasic lebih efektif dan menimbulkan lebih sedikit risiko cedera pada jantung daripada bentuk gelombang Monophasic, bahkan ketika tingkat energi kejut adalah sama. Inilah sebabnya mengapa produsen defibrillator eksternal sekarang menggunakan bentuk gelombang Biphasic di perangkat mereka. Meskipun penelitian terbaru menunjukkan defibrilasi biphasic lebih efektif daripada monophasic, Pedoman Internasional 2000 yang diterbitkan oleh negara American Heart Association (AHA): "Rekomendasi ini baru tidak berarti bahwa perawatan dengan menggunakan pedoman masa lalu (untuk perangkat monophasic) adalah baik aman atau tidak efektif. " Namun, bentuk gelombang Biphasic menjadi standar baru perawatan di defibrillator eksternal. Itu sebabnya sebagian besar organisasi memilih bentuk gelombang Biphasic saat membeli defibrillator eksternal baru hari ini. Di masa lalu hanya ada satu jenis defibrilasi transthoracic, yaitu standar dibasahi sinus gelombang kejut monophasic. Selama bertahun-tahun penelitian, teori impedansi dan waktu guncangan sudah menumpuk dalam praktek standar saat ini dari 25 £ tekanan (jika menggunakan pads) dengan tiga "kejutan ditumpuk". Kuncinya telah menjadi penggalangan berurutan energi dari 200J, untuk 300J, untuk maksimal 360J, kemudian setelah guncangan berikutnya di 360J. Sehubungan dengan energi ada banyak penelitian untuk mengevaluasi pengaruh dari beberapa energi tinggi guncangan pada otot jantung itu sendiri. Studi-studi telah menunjukkan bahwa awalnya ada perubahan segmen ST yang signifikan terkait dengan energi tinggi defibrilasi, yang dapat berlangsung sampai beberapa bulan (jika pasien bertahan). Bentuk gelombang terpotong biphasic eksponensial, di mana polaritas yang terbalik cara sebagian melalui nadi, telah digunakan dalam alat pacu jantung internal untuk lebih dari 10 tahun. Ada banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan beberapa hal berikut: Dengan sistem Biphasic ada yang lebih tinggi tingkat keberhasilan konversi kejutan awal dari VT (ventrikel takikardi) atau VF (ventrikel fibrilasi) dibandingkan monophasic (85,2% vs 97,6% monophasic biphasic ), The joule secara signifikan kurang (200J monophasic, 130 + 20J biphasic) yang akan mempengaruhi kebutuhan cadangan energi, Biphasic lebih efektif dalam membalikkan VF berkelanjutan. Defibrilasi biphasic menawarkan khasiat sama atau lebih baik pada energi rendah dari gelombang Monophasic tradisional defibrillator-dengan risiko lebih kecil pasca-shock komplikasi seperti disfungsi miokard dan luka bakar kulit. Mekanisme fisiologis yang mendasari tidak sepenuhnya dipahami, tapi jelas bahwa bentuk gelombang Biphasic menurunkan ambang defibrilasi listrik untuk sukses. Tidak seperti perangkat monophasic, defibrillator Biphasic menggunakan teknologi gelombang yang berbeda: baik biphasic terpotong eksponensial (BTE) gelombang atau gelombang Biphasic kotak. Beberapa penelitian pada hewan dan manusia telah menunjukkan bahwa bentuk gelombang menggunakan defibrillator Biphasic lebih efektif untuk menghentikan fibrilasi ventrikel (VF) dibandingkan mereka yang menggunakan bentuk gelombang Monophasic. Setidaknya empat defibrillator Biphasic berbeda umumnya tersedia. Bentuk gelombang Biphasic disampaikan oleh perangkat ini masing-masing memiliki karakteristik bentuk gelombang yang berbeda dan skema kompensasi impedansi dan yang paling penting, berbeda tingkat energi dianjurkan. Bentuk gelombang Biphasic optimal, tingkat energi dan urutan shock (energi meningkat dibandingkan dosis tetap) belum ditentukan. Studi klinis awal dengan dua perangkat biphasic tersedia menunjukkan kemanjuran yang lebih baik, dengan menggunakan tingkat energi yang lebih rendah, dibandingkan dengan defibrillator monophasic untuk penghentian VF dan kardioversi fibrilasi atrium (AF). 1-3 Salah satu perangkat tersebut menggunakan gelombang eksponensial biphasic dipotong dan memberikan kejutan dengan tingkat energi tetap sebesar 150 J (Philips Heartstream, Seattle, WA, USA). Yang lain menggunakan gelombang Biphasic kotak dan, ketika merawat VF, produsen merekomendasikan pengiriman shock dengan tingkat energi meningkat dari 120 J, 150 J, dan 200 J (Zoll Medical, Boston, MA, USA). Produsen lain defibrilator biphasic merekomendasikan tingkat energi meningkat dari 200 J, 300 J, dan 360 J (200 J, 200 J, 360 J diterima di Inggris) ketika merawat VF (Medtronic Physio-Control, Redmond, WA, AS) dan defibrillator eksternal otomatis (AED) dari produsen keempat memanfaatkan, rendah tinggi, urutan tinggi energi yang tidak ditentukan (Survivalink, Minneapolis, MN, USA). Ada beberapa bukti dari studi hewan yang energi ini biphasic lebih tinggi mungkin lebih efektif daripada energi yang lebih rendah jika impedansi transthoracic tinggi, 4,5 tetapi hal ini membutuhkan konfirmasi dalam studi klinis manusia. Maksud dari pernyataan bersama yang diterbitkan dalam Obat dan Kesehatan Badan Pengatur produk (MHRA) Alat Kesehatan Pemberitahuan 2003/0012 adalah untuk memperingatkan pengguna defibrilator untuk kemungkinan kebingungan yang disebabkan oleh fakta bahwa beberapa defibrillator Biphasic dirancang untuk memberikan kejutan dengan energi yang lebih rendah dari devices.6 monophasic Hal ini menyebabkan kebingungan bagi pengguna defibrillator manual dan semi-otomatis yang tidak sepenuhnya akrab dengan defibrilator tersedia bagi mereka, terutama ketika mereka ingin menyampaikan, 200J 200J, 360J urutan tetapi menemukan bahwa biphasic khusus mereka defibrilator akan memberikan energi hanya lebih rendah. Mereka yang mungkin harus menggunakan defibrillator harus menggunakan tingkat energi ditunjukkan dalam petunjuk pabrik yang relevan. Ini potensi kebingungan ini diperparah karena saat ini tidak ada "energi urutan standar" yang dapat diterapkan untuk semua defibrillator yang menggunakan bentuk gelombang biphasic; tingkat energi yang direkomendasikan oleh berbagai produsen berbeda. Oleh karena itu J 200, 200 J, 360 J urutan guncangan yang direkomendasikan oleh Dewan Resusitasi Eropa (ERC) dan Dewan Resusitasi (Inggris) untuk digunakan dengan defibrillator monophasic tidak tepat sebagai pendekatan umum untuk semua perangkat biphasic. Hal ini seharusnya tidak ditafsirkan bahwa tidak patut untuk menggunakan urutan meningkatnya guncangan dari 200 J dan di atas ketika ini dianjurkan oleh produsen defibrilator biphasic spesifik, asalkan ada bukti teknis dan klinis yang menunjukkan bahwa ini adalah baik aman dan efektif. Sampai data lebih lanjut tentang kemanjuran komparatif dari perangkat ini biphasic menjadi tersedia, Pernyataan tentang Bentuk gelombang Biphasic dibuat oleh Dewan Resusitasi (Inggris) pada bulan September 2002 tetap berlaku. Paragraf terakhir dari pernyataan ini dikutip di bawah ini: "Saat ini, produsen yang berbeda dari defibrillator menggunakan tingkat energi yang berbeda ini bentuk gelombang yang tepat digunakan dalam guncangan biphasic sangat bervariasi dengan model yang berbeda.. Tingkat energi digunakan dengan guncangan beruntun mungkin tetap konstan atau meningkat tergantung pada mesin. Beberapa parameter yang diprogram,dan dapat pra-dipilih oleh pengguna. Saat ini, ada data komparatif tidak memadai untuk dapat memutuskan yang merupakan tingkat energi yang paling efektif, urutan shock, atau gelombang Biphasic Karena itu tidak mungkin untuk membuat rekomendasi yang pasti.. Dewan menganggap bahwa semua defibrillator Biphasic yang tersedia saat ini memiliki tingkat energi yang dapat diterima. " 7.2 Fungsi Alat Digunakan resusitasi jantung pada saat jantung pasien mengalami fibrilasi, dengan memberi kan energi kejut listrik untuk mengaktifkan kembali aktivitas jantung. 7.3 Wave Spesifikasi Alat Form Operating Mode Energy Selection Max. Discharging Battery Charging Time Working Conditions Storing Conditions Weight Dimensions Class Mail Supply Voltage Direct Working From Main Page Accessories : : : : : : : : : : : : : Monophasic Synchronous/Asynchronous 5 - 360J 100+ 5 Hours 0/40 C ve %30-95Rh -20 / +55 C 8 Kg 403x152x324 mm II B AC230V/1A 50-60 Hz Optional Standart Power Cab 7.4 Blok Diagram Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa suplay tegangan yang mencatu rangkaian dari batery charge yang discharge oleh rangkaian charge yang khusus dibuat untuk pesawat ini. Setelah itu terdapat saklar charge untuk mengisi kapasitor. Tombol charge ini sebenarnya merupakan penghubung suplay tegangan dari battery ke rangkaian oscilator yang menghasilakan pulsa sinusoidal pengganti signal ac yang mensuplay transformator. Untuk membangkitkan signal tegangan tinggi, setelah out put dari transformator tegangan tersebut dimasukkan kerangkaian voltage multiplier dengan system cascade. Kemudian out put tegangan tinggi ini diisikan kekapasitor. Besar dosis yang diinginkan dapat dilihat pada meter patunjuk. Selama besar muatan belum tercapai saklar charge dapat terus ditekan. Sistem penembakan atau pembuangan muatan ke pasien dilakukan dengan menekan saklar pb yang mengaktifkan relay sehingga muatan akan tersalur melalui paddle elektroda. Apabila pengisian telah normal penembakkan tidak jadi dilakukan maka muatan dari kapasitor dibuang melalui R, dengan menekan tombol discharge sampai meter menunjukkan Nol. 7.5 Standar Operasional Prosedur 1. Nyalakan deflbrilator 2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol energi 3. Paddle diberi jeli secukupnya. 4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula. 5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala 6. lampu. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh: "Enerji siap " "Saya siap " "Tim lain siap" 7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira 10 kg). 8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua. BAB VIII ANESTHESI VENTILATOR 8.1 Definisi Ventilator digunakan secara ekstensif di ruang operasi dan di Intensive Care Unit (ICU). Semua mesin anesthesi modern dilengkapi dengan ventilator. Dari sejarahnya, ventilator di ruang operasi lebih sederhana dan lebih kecil dibandingkan yang di ICU. Perbedaannya menjadi semakin jauh berbeda karena perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan “ventilator model ICU” untuk pasien-pasien sakit kritis yang datang ke ruang operasi. Ventilator dari beberapa mesin anesthesi modern sudah sama canggihnya dengan ventilator ICU dan hampir memiliki kemampuan yang sama. Setelah mendiskusikan beberapa prinsip dasar ventilator, bagian ini akan mengulas penggunaan ventilator berhubungan dengan mesin anesthesi. Gambar 8.1 Mesin Anesthesi Ventilator Ventilator menghasilkan aliran gas dengan menciptakan perbedaan gradien tekanan antara jalan nafas proximal dan alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan dari pemberian tekanan negatif disekitar (dan didalam) dada (contoh: Iron lung), dimana ventilator modern menciptakan tekanan positif dan aliran gas pada jalan nafas atas. 8.2 Fase Dari Siklus Ventilasi Fungsi ventilator paling baik dijelaskan dalam 4 (empat) fase dari siklus ventilasi; inspirasi, transisi dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan transisi dari ekspirasi ke inspirasi. Meskipun terdapat beberapa klasifikasi skema, yang paling umum berdasarkan karakteristik fase inspirasi dan metode siklus dari inspirasi ke ekspirasi. Klasifikasi yang lain seperti sumber tenaga (contoh: Pneumatic-high pressure, pneumatic-Venturi, atau elektrik), desain (single-circuit system, doublecircuit system, rotary piston, linear piston), dan mekanisme kontrol (contoh: Elektronik timer dan mikroprosessor). Fase Inspirasi Selama inspirasi, ventilator menghasilkan volume tidal dengan memproduksi aliran gas melewati sebuah gradien tekanan. Mesin menghasilkan tekanan konstan (generator tekanan konstan) atau aliran gas konstan (generator aliran konstan) selama inspirasi tanpa memandang perubahan pada mekanika paru. Generator non-konstan menghasilkan tekanan atau aliran gas yang bervariasi selama siklus tetapi tetap konsisten dari nafas ke nafas. Sebagai contoh, ventilator yang menghasilkan pola aliran yang menyerupai setengah siklus dari gelombang sine (contoh Ventilator rotary piston), akan diklasifikasikan sebagai generator aliran non-konstan. Fase Transisi dari Inspirasi ke Ekspirasi Penghentian dari fase inspirasi dapat dimunculkan oleh batasan waktu yang sudah ditentukan (durasi tetap), tekanan inspirasi yang harus dicapai, atau tidal volume yang harus diberikan. Ventilator siklus-waktu dapat memberikan volume tidal dan tekanan puncak ekspirasi yang bervariasi tergantung dari compliance paru. Volume tidal disesuaikan dengan mengatur durasi dan derajat aliran inspirasi. Ventilator siklus-tekanan tidak akan berlanjut dari fase inspirasi ke fase ekspirasi sampai tekanan yang sudah diatur sebelumnya tercapai. Jika terdapat kebocoran sirkuit yang besar akan menurunkan tekanan puncak secara signifikan, sebuah ventilator siklus-tekanan akan tetap dalam fase inspirasi. Dilain sisi, kebocoran yang sedikit tidak akan menurunkan volume tidal, karena siklus akan terhambat hingga batasan tekanan dicapai. Ventilator siklus-volume akan memberikan volume yang ditentukan dengan waktu dan tekanan yang bervariasi. Dalam realitasnya, ventilator modern dapat mengatasi berbagai kekurangan ventilator klasik dengan memakai parameter siklus sekunder atau mekanisme pembatas yang lain. Contohnya ventilator siklus-waktu dan siklus-volume biasanya memakai alat pembatas-tekanan yang menghentikan inspirasi ketika batasan tekanan aman yang dapat disesuaikan telah tercapai. Hampir sama dengan itu, sebuah kontrol volume yang telah ditentukan membatasi kompresi bellow yang mengakibatkan ventilator siklus-waku dapat berfungsi seperti ventilator siklus-volume, tergantung dari kecepatan ventilator dan kecepatan aliran inspirasi. Fase Ekspirasi Fase ekspirasi dari ventilator biasanya menurunkan tekanan jalan nafas hingga level atmosfir atau volume yang ditentukan dari PEEP. Ekshalasi adalah pasif. aliran keluar dari paru ditentukan oleh hambatan jalan nafas dan compliance paru. PEEP biasanya dihasilkan dengan mengubah mekanisme katup pegas atau penekanan pneumatik dari katup ekshalasi. Fase Transisi dari Ekspirasi ke Inspirasi Transisi menuju fase inspirasi berikutnya dapat berdasarkan pada interval waktu yang telah ditentukan atau perubahan tekanan. Perilaku ventilator dalam fase ini bersama dengan tipe siklus dari inspirasi ke ekspirasi menentukan mode ventilator. Selama ventilasi kontrol, mode paling dasar dari semua ventilator, nafas berikutnya selalu terjadi setelah interval waktu yang telah ditentukan. Jadi volume tidal dan kecepatan aliran adalah tetap pada ventilasi volume kontrol, dimana tekanan puncak inspirasi adalah tetap pada ventilasi tekanan kontrol. Mode ventilasi kontrol tidak didesain untuk pernafasan spontan. Pada mode volume kontrol, ventilator menyesuaikan aliran gas dan waktu inspirasi berdasarkan kecepatan ventilasi dan Inspirasi : Ekspirasi (I:E) rasio yang telah ditetapkan. Pada volume tekanan-kontrol, waktu inspirasi juga berdasarkan kecepatan ventilator dan Inspirasi : Ekspirasi (I:E) rasio, tetapi aliran gas disesuaikan untuk menjaga tekanan inspirasi yang konstan. Kebalikannya, Intermitten Mandatory Ventilation (IMV) mengijinkan pasien untuk bernafas spontan antara nafas yang dikontrol. Synchronized Intermitten Mandatory Vantilation (SIMV) adalah penyempurnaan yang lebih lanjut untuk mencegah "fighting the ventilator" dan "breath stacking", kapanpun mungkin, ventilator akan mencoba untuk memberikan nafas mekanis mandatory dengan adanya penurunan tekanan jalan nafas yang terjadi ketika pasien akan memulai nafas spontan. Mesin anesthesi merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan proses anesthesi atau pembiusan pada pasien yang akan dilakukan operasi atau pembedahan. Mesin anesthesi sendiri secara umum terdiri dari ventilator yang dikombinasikan dengan vaporizer atau tempat untuk meletakan obat bius. Ventilator yang ada pada mesin anesthesi berfungsi untuk memberikan aliran udara yang nantinya dicampur dengan penguapan cairan dari vaporizer yang nantinya akan masuk ke pasien. Aliran udara yang sudah bercampur dengan zat obat bius ini disebut dengan fresh gas. Selain memberikan fresh gas, mesin anesthesi ini juga dapat mengontrol kondisi pasien yang sedang dilakukan pembiusan. Kondisi pasien yang dapat dikontrol oleh mesin anesthesi misalnya adalah tidal volume, frekuensi, waktu inspirasi dan waktu ekspirasi, dan jumlah konsentrasi obat bius yang diberikan ke pasien tersebut. 8.3 Blok Diagram Gambar 8.2 Blok Diagram Mesin Anestesi Gambar 2.8 merupakan gambar dari blok diagram mesin anesthesi secara umum. Mesin anesthesi terdiri dari beberapa blok bagian, seperti gas inlet blok, mixer, vaporizer, ventilator, dan valve. Fungsi dari masing-masing blok tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Gas Inlet Blok : pada blok ini konektor Air dan O2 dihubungkan, agar mesin ventilator mendapat supply Air dan O2 maka blok ini harus dihubungkan dengan sumber gas yang biasanya dari sistem gas medis central rumah sakit atau tabung gas medis. Selain itu didalam blok ini juga terdapat pressure sensor dimana apabila tekanan kurang / lebih maka akan alarm. Apabila tekanan berlebih maka pressure reducer akan otomatis membuang tekanan yang berlebih tersebut. Ada juga didalamnya non return valve, dimana valve ini berfungsi supaya gas yang masuk tidak kembali lagi keluar. 2. Mixer : Untuk mencampur antara Air dan O2 yang masuk dari gas inlet blok, dan diproses secara elektronik dan pneumatic. Keluaran dari mixer selanjutnya akan melewati vaporizer. 3. Vaporizer : Merupakan suatu wadah yang digunakan meletakan anesthesi agent atau obat bius yang digunakan untuk keperluan inhalasi pasien dalam proses pembiusan. Vaporizer memiliki bagian yang dapat disetting untuk menentukan nilai konsentrasi dari obat bius tersebut. 4. Ventilator : Merupakan bagian yang penting dari mesin anesthesi karena ventilator inilah yang mengontrol semua yang diberikan terhadap pasien. Parameter-parameter yang dapat dikontrol oleh ventilator dalam mesin anesthesi antara lain tidal volume, waktu inspirasi dan waktu ekspirasi, frekuensi, tekanan inspirasi, jumlah fresh gas yang diberikan terhadap pasien. 5. Valves : Didalam mesin anesthesi terdapat beberapa valve yang memiliki fungsi tersendiri. Inspiratory valve, expiratory valve, dan overpressure valve. 6. Absorber : Absorber atau yang disebut juga dengan filter CO2 merupakan filter yang menyaring CO2 dari pasien agar gas yang kembali ke mesin anesthesi diharapkan sudah dalam keadaan bersih. CO 2 yang dikeluarkan oleh pasien mengandung aneshtesi agent oleh karena itu perlu di filter oleh absorber yang didalamnya terdapat sodalime. 8.4 Mode Operasi Mesin anesthesi memiliki beberapa mode operasi yang digunakan untuk mengontrol kondisi pasien pada saat pembiusan. Mode tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain, mode yang paling standar dari suatu mesin anestesi adalah pressure mode, volume mode, dan manual. Secara umum mesin anesthesi memiliki 2 (dua) metode dalam hal pengiriman fresh gas terhadap pasien atau yang lebih lazim disebut adalah sistem ventilator dalam mesin anesthesi. Kedua sistem pengiriman fresh gas terhadap pasien ini yang pertama adalah dengan sistem bellows dan yang kedua adalah dengan menggunakan sistem piston. Dimana kedua sistem ini memiliki keunggulan serta kekurangan satu sama lain. Ketika ventilator digunakan pada mesin anesthesi, katup APL pada sistem lingkar harus dihilangkan fungsinya atau diisolasi dari sirkuit. Sebuah switch “bag/ventilator” menyelesaikan masalah ini. Ketika switch ke tipe “bag”, ventilator dikeluarkan dan ventilasi spontan/manual dapat dilakukan. Ketika diputar ke “ventilator’ kantong pernafasan dan APL dikeluarkan dari sirkuit pernafasan. Katup APL dapat secara otomatis dikeluarkan pada beberapa mesin baru ketika ventilator dihidupkan. Ventilator memiliki katup pressure-relief (pop- off) yang disebut katup buang, yang secara pneumatis akan tertutup selama inspirasi, jadi tekanan positif dapat dihasilkan. Selama ekshalasi, gas bertekanan akan diventilasikan keluar dan katup buang ventilator tidak lagi tertutup, bellow ventilator atau piston terisi selama ekspirasi dan katup buang terbuka ketika tekanan sistem lingkar meningkat. Perlengketan pada katup ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan jalan nafas yang abnormal selama ekshalasi. Monitoring Tekanan dan Volume Tekanan puncak inspirasi adalah tekanan sirkuit tertinggi yang terjadi selama siklus inspirasi, dan memberikan indikasi adanya komplians yang dinamis. Tekanan plateau adalah tekanan yang diukur selama jeda inspirasi (waktu ketika tidak ada aliran gas), dan mencerminkan compliance statik. Selama ventilasi normal pada pasien tanpa penyakit paru, tekanan puncak inspirasi sama dengan atau ahanya sedikit lebih tinggi dari tekanan plateau. Peningkatan pada tekanan puncak inspirasi dan tekanan plateau menggambarkan adanya peningkatan volume tidal atau penurunan compliance paru. Peningkatan tekanan puncak inspirasi tanpa perubahan tekanan plateau menunjukkan adanya hambatan jalan nafas atau kecepatan aliran gas. Jadi, bentuk dari gelombang tekanan sirkuit pernafasan dapat memberikan informasi penting mengenai jalan nafas. Banyak mesin anestesi menggambarkan secara grafik mengenai tekanan sirkuit pernafasan. Gambar 8.3 Grafik Sirkuit Pernafasan Ventilator Fresh Gas Coupling Penting untuk diperhatikan karena katup buang ventilator tertutup selama inspirasi, aliran gas segar dari common gas outlet mesin secara normal berkontribusi terhadap volume tidal yang diberikan pada pasien. Sebagai contoh, jika aliran gas segar 6L/menit, I:E rasio = 1:2, dan frekuensi respirasi 10 kali/menit, setiap tidal volume akan mengikut sertakan tambahan 200ml, sebagai tambahan pada output ventilator. Jadi, peningkatan aliran gas segar meningkatkan volume tidal, ventilasi semenit dan tekanan puncak inspirasi. Untuk menghindari masalah dengan ventilator-fresh gas flow coupling, tekanan jalan nafas dan volume tidal ekshalasi harus dimonitor secara ketat dan aliran gas segar berlebihan harus dihindari. Tekanan Positif Berlebihan Tekanan inspirasi tinggi (>30mmHg) yang intermiten atau menetap selama ventilasi tekanan positif meningkatkan resiko barotrauma paru (contoh Pneumotoraks) dan/atau kompromi hemodinamik selama anestesi. Tekanan tinggi yang berlebihan dapat terjadi karena penyetelan yang tidak benar dari ventilator, malfungsi ventilator, fresh gas flowcoupling, atau aktivasi dari flush oksigen selama fase inspirasi dari ventilator. Penggunaan flush oksigen selama siklus inspirasi dari ventilator harus dihindari karena katup buang ventilator akan tertutup dan katup APL dikeluarkan. Hembusan oksigen (600-1200 ml/s) dan tekanan sirkuit akan ditransfer ke paru pasien. Sebagai tambahan terhadap alaram tekanan tinggi, semua ventilator memiliki katup APL otomatis. Mekanisme pembatasan tekanan dapat sesederhana ketika treshold katup yang terbuka pada tekanan tertentu atau sensor elektronik yang akan menghentikan fase inspirasi ventilator dengan segera. Perbedaan Volume Tidal Perbedaan yang besar antara volume tidal yang diatur dan yang sebenarnya diterima pasien sering terjadi di ruangan operasi selama ventilasi volume kontrol. Penyebab termasuk compliance sirkuit pernafasan, kompresi gas, ventilator-fresh gas coupling, dan kebocoran di mesin anestesi, sirkuit pernafasan atau jalan nafas pasien. Compliace standar untuk sirkuit pernafasan dewasa sekitar 5 ml/cmH₂O. Jadi jika tekanan puncak inspirasi 20 cmH2O, sekitar 100ml dari volume tidal yang telah ditetapkan hilang ke sirkuit yang membesar. Untuk alasan ini, sirkuit poernafasan untuk pasien pediatrik didesain jauh lebih kaku, dengan komplians hingga 1,5-2,5 ml /cmH₂O . Kehilangan kompresi, normalnya sekitar 3%, dikarenakan karena kompresi gas didalam bellow ventilator tergantung dari volume sirkuit pernafasan. Jadi, jika volume tidal 500ml, sebesar 15ml dari gas tidal yang telah ditetapkan akan hilang. Sampling gas untuk kapnografi dan pengukuran gas anestetik menambah kehilangan dalam bentuk kebocoran gas kecuali gas sample dikembalikan ke sirkuit pernafasan, seperti yang terjadi di beberapa mesin. Deteksi yang akurat dari perbedaan volume tidal tergantung dimana spirometer diletakkan. Ventilator canggih mengukur volume tidal inspirasi dan ekspirasi. Penting untuk dicatat, kecuali jika spirometer diletakkan di Y-konektor di sirkuit pernafasan, kehilangan compliance dan kompresi tidak akan terlihat. Beberapa mekanisme telah dibuat untuk mesin anesthesi yang baru untuk menurunkan perbedaan volume tidal. Selama self-checkout elektronis yang awal, beberapa mesin mengukur compliance total dari sistem dan pengukuran ini digunakan untuk menyesuaikan pergerakan bellow dan piston; kebocoran juga diukur tapi biasanya tidak dikompensasi. Metode pengkompensasian atau modulasi dari volume berbeda tergantung model dan pabrik pembuatnya. Dalam sebuah desain (Datex-Ohmeda Aestiva/5), sensor aliran mengukur volume tidal yang diberikan pada katup inspirasi untuk beberapa nafas pertama dan menyesuaikan aliran volume gas berikutnya untuk (penyesuaian preemptive). Sebagai penggantinya, mesin yang menggunakan kontrol elektronik dari aliran gas dapat memisahkan aliran gas segar dari volume tidal dengan pemberian aliran gas segar selama ekshalasi (Datex-Ohmeda Aestiva/5). Terakhir, fase inspirasi dari aliran gas segar ventilator dapat dipisahkan melalui katup decoupling menuju kantong pernafasan, yang dikeluarkan dari sistem lingkar selama ventilasi (DatexOhmeda Aestiva/5). Selama ekshalasi katup decoupling terbuka, dan mengizinkan fas segar yang disimpan sementara di kantong pernafasan memasuki sirkuit pernafasan. 8.5 Pengaturan yang ada di ventilator 1. Volume Tidal ( VT ) Volume Tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernafas. 2. Minute Volume (Ve) Minute volume merupakan jumlah total udara yang masuk kedalam saluran pernafasan yang telah diatur liter permenit (LPM) nya. Besarnya minute volume merupakan hasil perhitungan dari volume tidal dan frekuensi pernapasan. 3. Inspirasi : Ekspirasi rasio ( I : E rasio) I:E rasio merupakan nilai normal fisiologi inspirasi dan ekspirasi. 4. Respiratory Rate ( RR ) Respiratory rate adalah jumlah pernafasan yang dilakukan ventilator dalam 1 (satu) menit. Pengaturan RR bergantung dari volume tidal, jenis kelainan paru pasien, dan target PaO2 (Tekanan parsial oksigen di dalam alveolus) yang akan dicapai. 5. Fraksi Inspirasi Oksigen ( FiO2 ) Fraksi inspirasi oksigen adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan ventilator ke pasien. Konsentrasinya 21 – 100 %. Pengaturan fraksi inspirasi oksigen pada awal pemasangan ventilator di rekomendasikan sebesar 100%. Untuk mengetahui kebutuhan fraksi inspirasi oksigen yang sebenarnya dilakukan pemeriksaan analisa gas darah (AGD). Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dilakukan perhitungan fraksi inspirasi oksigen yang tepat bagi pasien. Urgensi pemberian fraksi inspirasi oksigen secara tepat untuk menghindari efek negatif penggunaan O2 konsentrasi tinggi bagi pasien. Pemberian konsentrasi O2 100% terlalu lama dapat menyebabkan keracunan oksigen, karena dapat menyebabkan perubahan struktur membran alveolarcapapillary. Adapun nilai tolerasi penyimpangan pada FiO 2 sebesar 10%, yang mengacu pada ECRI no. 461-0595. 6. Positive End Expiratory Pressure ( PEEP ) PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O 2 oleh kapiler paru. BAB IX Anasthesi Ventilator 9.1 Pengertian dan Fungsi Gambar 3.1 ANASTESI VENTILATOR Ventilator digunakan secara ekstensif di ruang operasi (OK) dan di Intensive Care Unit (ICU). Semua mesin anestesi modern dilengkapi dengan ventilator. Dari sejarahnya, ventilator OK lebih sederhana dan lebih kecil dibantingkan yang di ICU. Perbedaannya menjadi makin tak jelas karena perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan “ventilator model ICU” untuk pasien-pasien sakit kritis yang datang ke OK. Ventilator dari beberapa mesin anestesi modern sudah sama canggihnya dengan ventilator ICU dan hampir memiliki kemampuan yang sama. Setelah mendiskusikan beberapa prinsip dasar ventilator, bagian ini akan mengulas penggunaan ventilator berhubungan dengan mesin anestesi. Ventilator menghasilkan aliran gas dengan menciptakan perbedaan gradien tekanan antara jalan nafas proximal dan alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan dari pemberian tekanan negatif disekitar ( dan didalam) dada (cth. Iron lung), dimana ventilator modern menciptakan tekanan positif dan aliran gas pada jalan nafas atas. Fungsi ventilator paling baik dijelaskan dalam empat fase dari siklus ventilasi; inspirasi, transisi dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan transisi dari ekspirasi ke inspirasi. Meskipun terdapat beberapa klasifikasi skema, yang paling umum berdasarkan karakteristik fase inspirasi dan metode siklus dari inspirasi ke ekspirasi. Klasifikasi yang lain seperti sumber tenaga (cth. Pneumatic-high pressure, pneumatic-Venturi, atau elektrik), desain (single-circuit system, doublecircuit system, rotary piston, linear piston), dan mekanisme kontrol (cth. Elektronik timer dan mikroprosessor). Gambar 3.2 Blok Diagram Anastesi Ventilator 9.2 Perlengkapan alat anestesi Ventilator Adanya koneksi conektor dari alat ke sentral gas yang ada di rumah sakit seperti oksigen, Air ,Suction dan nitrous oxide .tekanan gas harus sekitar 50 psi. Adanya oksigen beraliran tinggi yang menyediakan oksigen murni pada 30-75 liter / menit Adanya alat pengukur tekanan seperti, regulator dan water trap yang fungsinya untuk melindungi komponen-komponen mesin dan pasien dari gas tekanan tinggi (disebut sebagai 'barotrauma'). flow meter ( rotameters ) untuk oksigen, udara, dan nitrous oxide, yang digunakan oleh anaesthesiologist untuk memberikan campuran yang akurat gas medis untuk pasien. Flow meter biasanya pneumatik, tetapi dewasa ini menggunakan digital. Adanya vaporizer untuk penguapan obat. Adanya absorber sebagai penyaring gas berlebih yang tidak di butuhkan oleh tubuh pasien Adanya sebuah ventilator. Adanya sebuah katup untuk bag manual. Adanya monitor fisiologis, untuk memantau pasien seperti denyut jantung , EKG , tekanan darah invasif non dan saturasi oksigen. Breathing circuits yang fungsinya untuk pernapasn dan selang tersambung ke masker anestesi 9.2.1 Sistem pembuangan gas dari mesin ke luar ruangan. GAS SUPPLY Dapat diberikan oleh sistem distribusi sentral atau dengan tangki bertekanan (silinder). Gas medis mempunyai warna-kode. Tabung oksigen berwarna hijau ( Amerika Serikat).Tangki oksigen ada dalam berbagai ukuran. Koneksi yang tepat sangat penting untuk menghindari ]kebocoran. Tangki perakitan pada mesin anestesi mengandung berbagai pin yang posisinya khas untuk masing-masing gas. Ini berguna untuk perangkat keamanan untuk mencegah salah koneksi dari silinder yang salah ke mesin anestesi. Pin pada mesin harus sesuai dan cocok pas ke lubang di kepala silinder dengan menggunakan gasket plastik tunggal atau cincin. Tabung portabel dan stasioner menyimpan gas pada tekanan yang sangat tinggi (2.000 PSI), regulator diperlukan untuk mengurangi tekanan, yang merupakan tingkat yang dapat dengan mudah ditangani oleh penurunan lebih lanjut dalam tekanan flowmeter dicapai dengan mengatur tombol kontrol flowmeter untuk pengiriman yang aman gas kepada pasien. Tekanan pipa Tengah biasanya ditetapkan sekitar 50 PSI tekanan untuk pengiriman ke beberapa mesin anestesi. Ketika O2 dikonsumsi dengan penggunaan biasa, tekanan dalam tangki menurun secara linear. Regulator menyesuaikan secara otomatis etika tekanan di dalam silinder turun. 9.2.2 FLOWMETER Perangkat ini menggunakan katup jarum disesuaikan untuk memberikan aliran yang diinginkan dalam ml atau liter per menit ke sirkuit pasien. Flowmeters secara individual dikalibrasi untuk gas tertentu, misalnya, oksigen atau nitrous oxide. Penguap alat penguap anestesi Presisi menghasilkan konsentrasi gas anestesi yang akurat dari cairan yang mudah menguap. Dial atau tombol pada vaporizer bisa disesuaikan sehingga persentase yang tepat gas anestesi meninggalkan vaporizer dikenal. Perkembangan teknologi menginspirasi penggunaan flow meter secara elektronik. Pencampuran gas O2 dan N2O atau AIR dilakukan secara elektronik. Tingkat presisi tentunya merupakan kelebihan dari system elektronik. Flow meter elektronik memungkinkan untuk penggunaan LOW FLOW yaitu aliran yang sangat rendah ( mulai 200 ml ) Gambar 3.3 Flow Meter Anastesi Ventilator 9.2.3 VAPORIZER Obat anestesi (spt halothan, isoflurane, desflurane atau sevoflurane) harus diuapkan sebelum diberikan ke pasien. Vaporizer mempunyai knob yang dikalibrasikan untuk konsentrasi secara tepat untuk menambahkan anestetik volatril ke campuran aliran gas dari seluruh flowmeter, semua mesin anestesi harus mempunyai alat interlocking atau ekslusi untuk mencegah penggunaan lebih dari satu vaporizer secara bersamaan. Gambar 3.4 Vavorizer Anasstesi Ventilator 9.2.4 BREATHING CIRCUIT Breathing circuit digunakan untuk pengiriman gas anestesi kepada pasien. Tujuan dari Breathing circuit system adalah: A. Memberikan oksigen untuk pasien B. Menyampaikan anestesi kepada pasien C. Hapus karbon dioksida yang dihasilkan oleh pasien D. Menyediakan metode untuk membantu atau mengontrol ventilasi, Gambar 3.5 BREATHING CIRCUIT 9.3 Ventilator OK Ventilator digunakan secara ekstensif di ruang operasi (OK) dan di Intensive Care Unit (ICU). Semua mesin anestesi modern dilengkapi dengan ventilator. Dari sejarahnya, ventilator OK lebih sederhana dan lebih kecil dibantingkan yang di ICU. Perbedaannya menjadi makin tak jelas karena perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan “ventilator model ICU” untuk pasien-pasien sakit kritis yang datang ke OK. Ventilator dari beberapa mesin anestesi modern sudah sama canggihnya dengan ventilator ICU dan hampir memiliki kemampuan yang sama. Ventilator menghasilkan aliran gas dengan menciptakan perbedaan gradien tekanan antara jalan nafas proximal dan alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan dari pemberian tekanan negatif disekitar ( dan didalam) dada (cth. Iron lung), dimana ventilator modern menciptakan tekanan positif dan aliran gas pada jalan nafas atas. Fungsi ventilator paling baik dijelaskan dalam empat fase dari siklus ventilasi; inspirasi, transisi dari inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan transisi dari ekspirasi ke inspirasi. Meskipun terdapat beberapa klasifikasi skema, yang paling umum berdasarkan karakteristik fase inspirasi dan metode siklus dari inspirasi ke ekspirasi. Gambar 3.6 Grafik Ventilator 9.3.1 Monitoring Tekanan dan Volume Tekanan puncak inspirasi adalah tekanan sirkuit tertinggi yang terjadi selama siklus inspirasi, dan memberikan indikasi adanya komplians yang dinamis. Tekanan plateau adalah tekanan yang diukur selama jeda inspirasi (waktu ketika tidak ada aliran gas), dan mencerminkan komplians statik. Selama ventilasi normal pada pasien tanpa penyakit paru, tekanan puncak inspirasi sama dengan atau ahanya sedikit lebih tinggi dari tekanan plateau. Peningkatan pada tekanan puncak inspirasi dan tekanan plateau menggambarkan adanya peningkatan volume tidal atau penurunan komplians paru. Peningkatan tekanan puncak inspirasi tanpa perubahan tekanan plateau menunjukkan adanya hambatan jalan nafas atau kecepatan aliran gas. 9.3.2 Alarm Ventilator Alarm adalah bagian integral dari seluruh ventilator mesin anestesi modern. Kapanpun ventilator digunakan “alaram diskoneksi” harus teraktifasi secara pasif. Mesin anestesi seharusnya memiliki paling tidak tiga alarm diskonek; tekanan puncak inspirasi yang rendah, volume tidal ekshalasi yang rendah, dan Karbon dioksida ekshalasi yang rendah. Yang pertama selalu ada di ventilator, dimana yang dua lagi terdapat pada modul yang terpisah. Kebocoan kecil atau diskoneksi sirkuit pernafasan parsial mungkin terdeteksi dengan penurunan yang sedikit dari tekanan puncak inspirasi, volume ekshalasi, atau karbon dioksida akhir ekspirasi sebelum batas alaram tercapai. Alarm ventilator lainnya yang ada seperti tekanan puncak inspirasi yang tinggi, PEEP tinggi, tekanan tinggi jalan nafas yang menetap, tekanan negatif, dan tekanan suplai oksigen yang rendah. Hampir semua ventilator mesin anestesi modern juga memiliki spirometer dan analyzer oksigen yang mempunyai alaram tambahan. Gambar 3.7 Display Anastesi Ventilator 9.3.3 Anestesi Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Untuk menghindari rasa nyeri akibat suatu tindakan bedah, hampir seluruh tindakan operasi menggunakan anestesi atau obat bius. Anestesi berasal dari bahasa Yunani yang artinya “tanpa sensasi”. Secara singkat, anestesi berarti keadaan di mana sensasi nyeri dan sensasi-sensasi lainnya diblok, sehingga pasien tidak dapat merasakan sensasi-sensasi tersebut.Karena tindakan bedah umumnya adalah tindakan membuat suatu luka pada suatu bagian atau organ tubuh, maka tindakan bedah selalu akan menimbulkan rasa nyeri. Di sinilah obat anestesi/obat bius tersebut digunakan, yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri. Anestesi biasanya dilakukan oleh seorang dokter spesialis anastesi atau seorang ahli penata anestesi. Ada beberapa jenis anestesi, yaitu: 1. Anestesi umum (bius total), Pasien dengan anestesi total akan menjadi tidak sadarkan diri dan tidak dapat merasakan nyeri. Namun ia masih dapat mengatur pernapasannya sendiri dengan normal. 2. Sedasi dalam/analgesia, Obat-obat jenis ini merangsang depresi dan penurunan kesadaran pasien. Kita akan sulit menyadarkan pasien dengan keadaan ini, namun masih dapat dibantu dengan memberikan stimulasi berulang atau stimulasi nyeri kepada pasien. 3. Sedasi menengah, Obat sedasi ini menurunkan kesadaran pasien, namun ia masih akan dapat memberikan respons terhadap perintah verbal, baik dengan kemampuannya sendiri ataupun dengan stimulasi rangsang cahaya. 4. Sedasi minimal/anxiolysis, Pasien dengan anestesi ini masih dapat merespons perintah verbal dengan normal melalui konsentrasi yang tinggi. Obat-obatan anestesi yang umum dipakai pada pembiusan total adalah N2O, Halotan, Enfluran, Isofluran, Sevofluran, dan Desfluran. Obat anestesi umum yang ideal haruslah tidak mudah terbakar, tidak meledak, larut dalam lemak, larut dalam darah, tidak meracuni end-organ (jantung, hati, ginjal), efek samping minimal, tidak dimetabolisasi oleh tubuh, dan tidak mengiritasi pasien.Sayangnya, tidak ada obat anestesi umum yang memenuhi semua kriteria di atas. Ini berarti, obat bius/anestesi umum/total pasti memiliki efek samping. Efek samping tersebut di antaranya: Mengiritasi aliran udara, menyebabkan batuk dan spasme laring (golongan halogen). Menimbulkan stadium kataleptik yang menyebabkan pasien sulit tidur karena mata terus terbuka (Ketamin). Depresi napas. Depresi pada susunan saraf pusat. Aspirasi. Nyeri tenggorokan. Sakit kepala. Perasaan lelah dan bingung selama beberapa hari. Hal-hal tersebut di atas adalah sebagian dari efek samping pembiusan total. Efek samping tersebut bersifat sementara. Namun, ada pula komplikasi serius yang dapat terjadi. Untungnya, komplikasi tersebut sangat jarang, dengan perbandingan 4 komplikasi dalam jutaan pasien yang diberi obat anestesi. 9.3.4 Anestesi Agent Pada proses anestesi atau pembiusan diperlukan anestesi agent atau yang biasa disebut obat bius, anestesi agent ini terdiri dari beberapa jenis yang biasa ada dipasaran. Jenis-jenis ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing baik dari segi efek yang ditimbulkan sampai pada tingkat kedalaman anestesinya pada saat penggunaan. Jenis-jenis anestesi agent yang ada dipasaran antara lain: 1. Halothan/fluothan Tidak berwarna, mudah menguap Tidak mudah terbakar/meledak Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya Efek: Tidak merangsang traktus respiratorius Depresi nafas stadium analgetik Menghambat salivasi Nadi cepat, ekskresi airmata Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin) Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi Vasodilatasi pembuluh darah otak Sensitisasi jantung terhadap katekolamin Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis) Menghambat kontraksi otot rahim Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance Keuntungan : cepat tidur Tidak merangsang saluran napas Salivasi tidak banyak Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi) Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak Kerugian overdosis Perlu obat tambahan selama anestesi Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi aritmia jantung Sifat analgetik ringan Cukup mahal Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan 2. Nitrogen Oksida (N2O) Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak larut dalam darah. Efek: Analgesik sangat kuat setara morfin Hipnotik sangat lemah Tidak ada sifa relaksasi sama sekali Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya. 3. Eter - tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang - iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus - margin safety sangat luas - murah - analgesi sangat kuat - sedatif dan relaksasi baik - memenuhi trias anestesi - teknik sederhana 4. Enfluran isomer isofluran tidak mudah terbakar, namun berbau. Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada EEG). Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan. 5. Isofluran cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran 6. Sevofluran tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa. tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis Setiap penggunaan anestesi agent akan mengakibatkan efek pada pasien. Pencegahan efek samping anestesi yang terbaik adalah dengan penjelasan selengkap mungkin terhadap pasien mengenai efek samping dan risiko yang mungkin terjadi, pemeriksaan menyeluruh, dan pemberian obat anestesi yang tidak melebihi dosis. 9.4 Prosedur Tetap Pengoperasian A. Prasyarat : 1. SDM terlatih dan siap 2. Catu daya sesuai kebutuhan alat 3. Kotak kontak dilengkapi dengann hubungan pembumian 4. Alat laik pakai dan dalam keadaan bersih 5. Asesori alat lengkap dan baik 6. Bahan operasional tersedia B. Persiapan 1. Tempatkan alat pada ruang perawatan’ 2. Lepaskan penutup debu ( dust Cover ) 3. Pemanasan 4. Hubungkan alat dengan catu daya 5.Hidupkan alat dengan menekan / memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 6.Patikan sumber gas terhubung dgn baik 6. Lakukan Safety Test alat C. Pelaksanaan 1. Perhatikan Protap peleyanan 2. Hubungkan selang Udara ke obyek (pasien) dan pastikan bahwa pasien kabel sudah terhubung dengan baik dan benar pada pasien 3. setting parameter dan flow meter 3. Lakukan monitoring dan setting bila diperlukan pada disply D. Pengemasan / penyimpanan 1. Matikan alat dengan menekan / memutar tombol ON / OFF ke posisi OFF 2. Lepaskan hubungan alat dari catu daya 3. Lepaskan Selang Udara dan bersihkan 4. Pasang penutup debu (dust cover) 5. Simpan alat pada tempatnya 6. Catat beban kerja alat 9.5 dalam jumlah pasien per jam Prosedur Tetap Pemeliharaan Tujuan : 1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar. 2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat dapat tercapai. Petugas : Teknis Elektromedis Peralatan : 1. Alat Kerja : Tool set Mekanik Vacuum Cleaner 2. Alat ukur Multimeter Electrical Safety Analyzer (terkalibrasi) (terkalibrasi) Ground Tester (terkalibrasi) flow analyzer (terkalibrasi) Prosedur : A. Persiapan 1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK ) 2. Siapkan formulir lembar kerja dan kartu pemeliharaan alat. 3. Siapkan : a. Service Manual b. Protap pemeliharaan dan protap pengoperasian alat. 4. Siapkan alat kerja dan alat ukur 5. Siapkan bahan pemeliharaan dan material bantu. 6. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat. B. Pelaksanaan pemeliharaan. ( perhatikan Service Manual ). 1. Lakukan pembersihan seluruh bagian alat. 2. Lakukan pelumasan pada bagian-bagian yang bergerak 3. Lakukan pengencangan / tightening 4. Lakukan pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat. 5. Lakukan penggantian bahan pemeliharaan. 6. Lakukan pemeriksaan kinerja dan aspek keselamatan kerja. 7. Lakukan penyetelan / adjustment. 8. Kesimpulan hasil pemeliharaan. C. Pencatatan 1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja, kartu pemeliharaan dan SPK. 2. Simpulkan hasil pemeliharaan - Alat baik. - Alat tidak baik 3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja dan SPK, sebagai bukti pemeliharaan alat telah dilaksanakan. D. Pengemasan. 1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja. 2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta. 3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula. 4. Bersihkan alat Bedside Monitor dan lokasi pemeliharaan. E. Laporan. 1. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan kembali alat Bedside Monitor yang telah dipelihara. 2. Laporkan hasil pemeliharaan alat kepada pemberi tugas. 9.6 Prosedur Tetap Perbaikan Prosedur tetap Perbaikan alat Patient Monitor adalah bentuk standar mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan perbaikan alat Bedside Monitor, yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarakan pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, meliputi, analisa kerusakan, penyiapan suku cadang, perbaikan,, penyetelan / adjustment, kalibrasi internal uji kinerja, dan pengukuran aspek keselamatan kerja. Kesimpulan hasil perbaikan alat baik atau alat tidak baik. Tujuan : 1. Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar. 2. Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi kembali Peralatan: 1. Alat Kerja : Tool set Mekanik Trecker Vacuum Cleaner 2. Alat ukur : Multimeter (terkalibrasi) Electrical Safety Analyzer (terkalibrasi) flow analyzer (terkalibrasi) Osciloscope (terkalibrasi) Ground Tester (terkalibrasi) Prosedur : A. Persiapan 1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK ) 2. Siapkan formulir lembar kerja perbaikan. 3. Siapkan : c. Service Manual, diagram ( schematic / wiring) d. Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat. 4. Siapkan alat kerja dan alat ukur 5. Siapkan bahan perbaikan dan material bantu. 6. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat. B. Pelaksanaan 1. Lakukan analisis kerusakan : - Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan. - Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan, bagian alat /komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan. ( perhatikan panduan analisis kerusakan, service manual dan diagram ). - Lakukan identifikasi, bagian alat / komponen/ suku cadang yang rusak, lengkap dengan data teknis dan nomor catalog. 2. Siapkan suku cadang yang diperlukan 3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang ) 4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal 5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja. C. Pencatatan 1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK. 2. hasil perbaikan - Alat baik. Kesimpulkan - Alat tidak baik 3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja perbaikan dan SPK, sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan. D. Pengemasan. 1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja. 2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta. 3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula. 4. Bersihkan alat Ventilator Anastesi dan lokasi perbaikan E. Pelaporan. 1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan kembali alat anastesi ventilator yang telah diperbaiki. 2. Laporkan hasil perbaikan alat kepada pemberi tugas. 9.7 Pelaksanaan Pemeliharaan Preventif Anastesi Ventilator Di Ruang IBS Langkah – Langkah Pemeliharaan : 1. Mempersiapkan Lembar Kerja - Mengisi Identitas alat - Mengukur Catu Tegangan - Mengukur Temperatur ruang - Mengukur Kelembaban ruang 2. Pemeriksaan Fisik Alat Chasis Periksa apakah terdapat kerusakan, kotor, baut kendor, atau kelainan. Apabila perlu, diperbaiki Penyangga Periksa tiang penyangga atau dudukan apakah ada kerusakan atau tidak stabil. Bila perlu alat dipindahkan Kotak Kontak Periksa kotak kontak listrik yang digunakan alat, apakah terdapat kerusakan fisik dan fungsi, jika perlu diperbaiki Label Periksa label pabrik dari alat (berlaku untuk kontrak service) 3. Pemeliharaan Melakukan pembersihan pada alat 4. Lengkapi isian Lembar Kerja, apakah alat tersebut dalam kondisi baik atau tidak. 5. User harus dan wajib untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar anestesi dan mengetahui kegunan dan bahaya dari alat tersebut 6. Pastikan gas yang ada di sentral gas tempat tersebut selalu dalam posisi 2,5-6 bar untuk mesin anestesi dan cek secara berkala. 7. Cek selang dan port saluran gas O2 N2O dan Air yang berada dalam mesin tersebut secara rutin minimal 2 minggu sekali 8. Cek secara rutin koneksi antara Vaporizer dan flow meter 9. Cek konektor di absorber dan pastikan sodalem nya merupakan warna yang benar 10. Buka absorber secara rutin dan bersihkan dengan menggunakan tisu dan keringkan 11. Cek konektor corigatet tube yang ke absorber bersihkan 12. Periksa tingkat kebocoran setelah alat di buka dan di bersihkan,dan pasang kembali dan cek antar sambungan dengan menggunakan buih sabun pastikan tidak ada yang bocor,setelah selesai pengcekan bersihkan sabun dengan lap yang daya serapnya tinggi 13. Setelah selesai simpan mesin d tempat yang seharusnya. 14. Cek bellows,apakah sobek atau mika penutup bellows retak,pastikan dalam keadan siap di gunakan karna akan mempengaruhi system. 15. Pastikan O2 flush berfungsi walaupun system kelistrikan tidak berfungsi 16. Pastikan selang patien airway pressure port di semprot dengan udara tekan untuk menghindari penyumbatan yang d karnakan oleh uap nafas pasien 17. Bersihkan inspiratory dan expiratory port menggunakan tisu jangan semprot dengan udara tekan atau di tiup,karna akan menyebabkan kerusakan sensor 18. Cabut Circle system with CO2 Absorber dari unit buka dan bersihkan menggunakan tisu dan semprot menggunakan udara tekan sampai bersih ganti soda lime Dengan yang baru,pasang kembali dan oleskan lubricant supaya menghindari kebocoran. 19. Pastikan semua terconek dengan baik dan benar BAB X Hemodialisa 10.1 Devinisi Menurut Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. Sedangkan menurut Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997). Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh. Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006). 10.2 Fungsi Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialysis. Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanent atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Peritoneal dialysis mengeluarkan cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk dialysis yang lain. 10.3 Prinsip Kerja Prinsip kerja mesin hemodialisa secara umumnya adalah mempertemukan darah dan cairan dialisat yang diolah oleh mesin di dalam tabung yang disebut dialiser, sehingga terjadi proses yang tujuannya menyerupai ginjal. Proses kerja hemodialisa yang terjadi di dalam tabung dialiser, sebagai berikut: 1. Proses Difusi Proses difusi adalah suatu proses dimana terjadinya pertukaran zat-zat yang terdapat di dalam cairan hemodialisa yang diolah oleh mesin hemodialisa (HD) dengan cairan yang terdapat pada darah. Proses pertukaran cairan ini terjadi di dalam membrane semipermeable atau yang biasa disebut dialiser. 2. Proses Ultrafiltrasi Proses ultrafiltrasi adalah suatu proses perpindahan cairan dari satu kompartmen ke kompartmen lain dalam dialiser. Kompartmen tersebut adalah kompartmen darah dan kompartmen cairan dialisat. Dalam proses ini perpindahan yang diharapkan umumnya adalah perpindahan cairan dari kompartmen darah menuju kompartmen cairan dialisat. Hal ini dilakukan karena, selain di dalam darah pasien mengandung racun yang tidak dapat dibuang oleh ginjal, juga terdapat cairan tubuh berlebih yang juga tidak dapat dibuang oleh ginjal bersama racun tersebut. Air RO 10.4 Blok Diagram Berikut blok diagram umum mesin hemodialisa : Pengaturan Persiapan Pencampuran cairan cairan Dialisat suplai air ke dialiser PASIEN Pompa Dialiser darah Penarikan Air cairan pasien 1. Persiapan cairan Pada bagian ini air RO (Reverse Osmosis) yang masuk ke mesin diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan mesin pada saat beroperasi, kemudian dihangatkan, hingga mencapai suhu tertentu. Selain suhu, pada bagian ini juga air yang digunakan dipilih, sehingga gelembung-gelumbung udara yang terdapat pada air diusahakan seminimal mungkin. Kemudian air yang dibutuhkan disuplai ke bagian pencampuran cairan dialisat 2. Pencampuran cairan dialisat Pada bagian ini, dilakukan pencampuran cairan RO yang sudah diolah, dengan dua cairan, yaitu cairan Acid dan cairan Bicarbonat, sehingga takaran yang dihasilkan siap untuk proses difusi pada tabung dialiser. 3. Pengaturan suplai air ke dialiser Pada bagian ini dilakukan kontrol jumlah cairan dialisat yang boleh masuk ke tabung dialiser secara bertahap. Kecepatan yang umum yaitu 500 ml/menit (untuk pasien dewasa). 4. Dialiser Pada dialiser terjadi pertemuan cairan darah pasien dengan cairan dialisat yang telah diolah oleh mesin. Pada bagian inilah terjadi proses hemodialisis,yaitu proses difusi dan proses ultrafiltrasi. 5. Pompa Darah Pompa darah berfungsi untuk menarik darah dari pasien menuju dialiser dan kemudian mengembalikannya kembali kepada pasien. 6. Penarikan Cairan tubuh pasien Bagian ini merupakan bagian yang mendukung terjadinya proses ultrafiltrasi yang terjadi pada tabung dialiser. Baigian ini menggasilkan tekanan negatif sebagai prinsip penarikanya dengan menggukan “piston pump”. 10.5 Standart Operasional Prosedure Berikut prosedur pengoperasian salah satu merk mesin HD : 1. Langkah 1 a. Hidupkan mesin b. Pilih “Hemodialisys” menggunakan self test ataupun tidak c. Muncul layar baru “PREPARATION” - Pasangkan konsentrat - Mesin akan melakukan self test otomatis (tes heater, tes konduktiviti, suhu, darah bocor, dll.) d. Saat mesin melakukan self test, pasang blood line dan dialiser, kemudian isi dengan NaCl. e. Setelah selesai self test, akan muncul tulisan berikut : 2. Langkah 2 a. Pasangkan kopling dialisat ke dialiser, kemudian tekan “ENTER” b. Setelah ditekan, dialiser akan terisi cairan dialisat, dan akan muncul : 3. Langkah 3 a. Sekarang cek persiapan bloodline dan dialiser, sbb : b. Sekarang baru tekan “ENTER” c. Mesin akan melakukan test bagian selang darah secara otomatis d. Jika bloodline/ dialiser telah diset dengan benar dan dalam keadaan yang bagus, test ini akan terlampaui 4. Langkah 4 a. Set parameter-parameter dialisa, sbb : - Jumlah UF mis. 2000 ml - Waktu UF mis. 4 jam - Pompa Heparin mis. 5 ml/jam - Akhir Heparin mis. 00:30 - Suhu mis. 37ºC - Bicarbonate Conductivity mis. 3.0 mS/cm - Final Conductivity mis. 14.3 mS/cm b. Mesin akan mengatur dirinya untuk mencapai parameter-parameter yang diinginkan tersebut diatas c. Jika angka-angka tersebut telah terpenuhi, mesin akan melakukan rinsing dengan UF otomatis 5. Langkah 5 a. Untuk memulai hemodialisa, tekan tombol b. Mesin akan meminta konfirmasi, sbb : pada layar c. Jika data-data tersebut sama dengan yang diharapkan, tekan “ENTER” d. Mesin akan otomatis masuk ke mode “Hemodialisys” 10.6 Standart Maintenance Prosedure Berikut standar pemeliharaan mesin HD : Pada dasarnya prinsip kerja mesin HD adalah melakukan pengolahan cairan Acid dan Bicarbonat. Kedua cairan ini bersifat bereaksi jika dikonsentrasikan dan menimbulkan sisa-sisa endapan yang dapat menggangu kinerja dialysis berikutnya. Untuk itu perawatan yang umum dilakukan adalah melakukan tindakan disinfection setiap sebelum dan sesudah dindakan dialysis kepada pasien. Selain dari disinfection, juga dilakukan pemantauan nilai-nilai parameter setiap komponen dan sensor, untuk mengetahui kinerja setiap komponen tersebut. 10.7 Trouble Shooting Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah munculnya alarm “Bicarbonat Condition Limit”. Keadaan ini muncul ketika mesin menganggap tidak adanya cairan Bicarbonat yang dapat ditarik oleh mesin yaitu bagian “Bicarbonat Pump”. Hal ini kemungkinan memang cairan Bicarbonat yang ada di dalam jerigen kosong. Hal lain yang mungkin terjadi adalah selang penarikan cairan terdapat bagaian yang sobek, sehingga mengakibatkan Bicarbonat pump telalu banyak menarik udara. Hal lain yang mungkin juga terjadi adalah Bicarbonat Pump macet karena terjadi pengendapan pada piston pump body. Penanganannya dapat dengan cara membersihkan piston pump body dengan melarutkan kotoran dengan bantuan cairan disinfection. BAB XI VENTILATOR Gambar Alat Ventilator 11.1 Fungsi Alat Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. 11.2 Prinsip Dasar Ventilator Beberapa ventilator tekanan positif saat ini sudah dilengkapi sistim komputer dengan panel kontrol yang mudah dioperasikan (user-friendly). Untuk mengaktifkan beberapa mode, setting dan alarm, cukup dengan menekan tombol. Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator, menyediakan back up batere, namun batere tidak di disain untuk pemakaian jangka lama. Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life - support); sebab jika ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika ventilator stop dapat langsung dilakukan manual ventilasi. Ketika ventilator dihidupkan, ventilator akan melakukan self-test untuk memastikan apakah ventilator bekerja dengan baik. Tubing ventilator harus diganti setiap 24 jam dan biarkan ventilator melakukan self-test lagi. Filter bakteri dan water trap harus di periksa terhadap sumbatan, dan harus tetap kering. Namun perlu diingat bahwa penanbahan filter dapat meningkatkan dead space. 11.3 Prinsip Kerja Alat (Umum) Pneumatik/mekanik • Sumber gas : Oksigen dan compressed air • Katub inspirasi, katub ekspirasi, sirkuit ventilator Elektronik/ mikroprosesor • Sistem kontrol, panel kontrol, monitor dan alarm • Sistem untuk sinkronisasi ventilator-pasien 11.4 Mode-Mode Ventilator Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut: Bagan implementasi penggunaan ventilator 1. Mode Control Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation) 2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation / Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation. Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan. 3. CPAP : Continous Positive Air Pressure. • Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. • Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator. 11.5 Blok Diagram Ventilator Blok Diagram Ventilator Keterangan 1) PLN : Sebagai sumber catu daya untuk mengaktifkan masing- 2) 3) 4) 5) 6) masing : Tempat keluarnya sumber oksigen : Udara tekan yang dihasilkan compressor : Memberikan tegangan ke seluruh rangkaian : Tempat bercampurnya oksigen dan udara : Merupakan board utama pada ventilator yang berfungsi Oksigen Outlet Air Power Supply Mixer GDE 7) Humidifier 8) Patient 9) Flow Sensor 10) Compressor : : : : untuk mengatur pemberian gas. Untuk melembabkan udara sebelum masuk ke pasien Yang akan di pasang alat ventilator Tempat melihat berapa jumlah udara yang masuk Alat untuk menghasilkan udara tekan Cara Kerja Alat 1. Hubungkan Ventilator menjadi sumber daya AC yang sesuai dan hubungkan ke pasien. 2. Hidupkan power on. 3. Pilih new patient saat diminta. The safety valve open akan aktif. Menekan Pasien Terima. 4. Pilih patient size. Tekan accept size. Biarkan pengaturan pada default (standart). Alarm tidak diaktifkan. 5. Pastikan bahwa Leak Comp and Humidifier active non aktif. Lalu tekan Setup Accept. Sebelum ventilator ini digunakan, harus dilakukan system internal kalibrasi Extended Systems Test (EST) untuk mengetahui uji kebocoran arus, uji pemenuhan standar rangkaian dan uji kalibrasi O2 sensor 11.6 SOP Kalibrasi Alat ( Dilakukan mesin dalam keadaan tidak tersambung ke pasien) a. Setelah selesai Pemilihan New Pasien dan Resume Pasien,maka akan muncul EST di layar lalu pilih EST. Display EST system b. Tutup ujung Y –piece dengan ujung jari atau alat penyumbat karet untuk memastikan udara tidak ada yang bocor . play EST system c. Tunggu 90 sec maka akan muncul EST Succesfull EST succesfull d. Lepaskan hot wire flow sensor dari pasien sirkuit e. Tunggu sampai muncul zero sensor Complited muncul. Sambungkan kembali flow sensor ke Y-piece .pasien sirkuit. f. Jika flow sensor terjadi penyimpangan dalam pembacaan maka lakukanlah penggantian flowsensor baru. 11.7 SOP Perawatan Alat Alat 1. Apabila mesin tidak digunakan maka lepaskan dari sumber Outlet O2 dan udara tekan. 2. Apabila alat tidak dipakai maka dalam jangka waktu 2 minggu sekali harus dilakukan charge agar internal battrey tidak rusak. 3. Selalu menggunakan stabilizer dalam pemakaian ventilator. 4. Jangan menyimpan mesin ditempat yang suhu udaranya panas, atau terkena sinar matahari secara langsung. Flow sensor 1. 2. 3. Flow sensor dibersihkan Sekurang kurangnya 2 x seminggu. Flow sensor jangan sampai terbentur keras, ataupun jatuh Bersihkan dengan Gigazyme dan Gygasept Instru Oxygen Sensor Sebaiknya dari awal pemakaian oksigen jangan langsung di setting tinggi (90%) ,tetapi bertahap mulai 30%,kemudian naikkan 40% ,dst. Pada waktu selesai pemakaian Ventilator setting FiO2 dikembalikan pada konsentrasi 21% lalu matikan mesin. BAB XII INCUBATOR TRANSPORT 12.1 Teori Dasar Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari 9 bulan, jadi bayi ini belum dapat mengkontrol suhu tubuh mereka dengan lingkungan di luar rahim dan seringkali bayi prematur inipun mempunyai masalah dengan sistem pernapasan dan juga penyakit jantung. Suhu tubuh bayi prematur yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan luar ini akan hilang melalui evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi. Transport incubator adalah suatu peralatan biomedis yang menyediakan kehangatan, kelembaban, dan oksigen sekaligus di dalam sebuah ruangan yang dapat dikontrol sesuai dengan yang dibutuhkan bayi yang baru lahir dan dapat dibawa antar ruangan rumah sakit, maupun melalui ambulance. Gambar 1.1 Transport incubator Pada umumnya infant incubator mempunyai hand access port (lubang untuk memasukan tangan) yang dilengkapi dengan pintu untuk mengkondisikan bayi pada suhu ruangan. Dan perawat dapat menaikkan atau memindahkan kerudung plastik atau membuka suatu panel agar dapat lebih leluasa untuk memindahkan bayi. Beberapa unit dilengkapi dengan fan yang berfungsi menyebarkan panas udara keluar pada saat kerudung plastik tersebut dinaikkan. Proses pemanasan dan pelembaban udara terletak dibawah kasur, terpisah dengan ruang bayi yang didalamnya dilengkapi dengan fan untuk membantu proses penyebaran/sirkulasi udara melalui alat pemanas dan wadah tempat air untuk proses pelembaban udara. Kebanyakan unit mempunyai dua mode operasi yaitu pengaturan suhu udara dan pengatur suhu kulit (skin temperature). Perubahan tubuh bayi dapat diukur secara periodik melalui sebuah thermometer. Pengaturan suhu dapat dilakukan pada control setting, yang mana temperaturnya rangenya dari 28 ºC – 37 ºC , skin temperature dari 34 ºC – 37 ºC. 12.2 Blok Diagram infant incubator Gambar 2.1 Blok diagram infant incubator Keterangan dan fungsi blok diagram : 1. Power supply berfungsi mensupply tegangan dan arus ke seluruh blok rangkaian infant incubator. 2. Rangkaian front panel berfungsi untuk mengatur settingan yang diinginkan baik pada chamber atau skin temperatur serta sebagai display alat. 3. Filter berfungsi untuk menyaring udara yang akan diberikan kepada bayi agar steril dari kuman dan bakteri. 4. Fan berfungsi sebagai penyebar panas dari heater ke seluruh ruangan/chamber incubator. 5. Heater berfungsi sebagai penghasil panas yang nantinya akan ditiup oleh fan sehingga udara panas yang dihasilkan heater ini akan menyebar. 6. Rangkaian humidifier berfungsi sebagai pengatur kelembaban di dalam ruangan/chamber incubator. 7. CPU berfungsi sebagai pusat proses kegiatan pengaturan alat secara digital dan sebagai sumber input output atau I/O keseluruhan incubator. 8. Chamber merupakan ruangan dimana bayi yang akan diinkubasi dibaringkan. Prinsip kerja keseluruhan dari blok diagram infant incubator secara teknis adalah sebagai berikut : Pada saat pesawat di hidupkan dengan menekan tombol ON maka blok power supply akan memberikan tegangan kepada rangkaian control circuit, alarm, heater, fan blower, dan sebagainya. Pada rangkaian kontrol terdapat relay yang merupakan kontak yang mengatur pemberian supply ke heater. Besarnya suhu panas yang dihasilkan oleh heater dikontrol oleh relay dan rangkaian temperatur suhu melalui rangkaian control circuit. Panas yang dihasilkan kemudian diratakan oleh fan blower keseluruh ruangan infant inkubator, sehingga ruangan mendapatkan suhu yang rata. Jika suhu setting inkubator belum tercapai sesuai yang diinginkan maka heater akan tetap bekerja. Sedangkan jika suhu di dalam sudah sesuai dengan setting maka heater akan berhenti bekerja. Dimana instruksi dari sensor suhu didalam chamber setelah mendapat deteksi bahwa suhu didalam chamber sudah sesuai akan memberikan signal ke rangkaian CPU dan akan membuat relay tidak bekerja sehingga sumber daya ke heater akan berhenti kerja. Rangkaian alarm akan berkerja jika terjadi failur atau terjadi masalah pada unit maka akan mentriger rangkaian alarm untuk bekerja dan alarm akan bunyi. 12.2 Prinsip Kerja infant incubator Sumber tegangan masuk kerangkaian power supply dan di searahkan oleh rangkaian penyearah dan disesuaikan tegangannya untuk mensupply ke rangkaian lain, heater membutuhkan supply tegangan yang berasal dari rangkaian power supply dan dihubungkan oleh sebuah relay. Kemudian temperatur disetting sesuai dengan kebutuhan, antara suhu yang dihasilkan sensor dan suhu yang diatur dimasukkan kerangkaian pembanding ( komparator ) saat suhu sensor berada dibawah suhu setting maka komparator akan menginformasikan sinyal kerangkaian driver untuk mengaktifkan relay, saat relay aktif dan heater akan terhubung dengan sumber tegangan maka heater akan bekerja dan menghasilkan panas. Dan saat suhu sensor sama dengan suhu setting maka komparator akan menginformasikan sinyal kerangkaian driver untuk menonaktifkan relay sehingga memutus arus supply untuk heater dan heater akan berhenti bekerja. Sensor suhu difungsikan untuk menjaga suhu batas sehingga saat suhu yang dihasilkan dari pembacaan komporator eror atau tidak merspon lagi maka suhu akan terus naik sehingga ini akan membahayakan bagi bayi untuk itu diperlukan batas atas yang bisa dibilang sebagai pengaman. Sistem ini akan bekerja secara terus menerus sehingga akan menjaga suhu yang dikehendaki. 12.3 Perpindahan panas Panas adalah bentuk energi yang bergerak. Jika dua benda memiliki suhu yang berbeda atau dua bagian dari suatu benda memiliki suhu yang berbeda, maka panas akan mengalir dari benda ( bagian benda) yang bersuhu rendah. Ada beberapa prinsip perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Energi yang hilang atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit dapat secara keempat prinsip tersebut. 12.3.1 Konduksi Gambar 4.1 Konduksi Konduksi adalah perpindahan panas oleh tumbukan antar molekul yang bertetangga. Atau juga dapat diartikan proses perpindahan panas dari suatu obyek yang bersuhu lebih tinggi ke obyek yang bersuhu rendah dengan jalan kontak langsung. Misalnya jika kita memegang batang besi yang bagian ujungnya dipanaskan di api, maka panas akan segera terasa oleh tangan kita melalui konduksi. Proses perpindahan panas akan terus berlanjut selagi masih ada beda suhu antara bagian batang besi tersebut. 12.3.2 Konveksi Gambar 4.2 Konveksi Konveksi adalah aliran panas melalui fluida dari tempat yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah dengan gerakan atau aliran partikel-partikel fluida itu sendiri. Pada konveksi, kalor berpindah bersama-sama dengan perpindahan partikel zat. Beberapa contoh peristiwa konveksi adalah terjadinya angin laut dan angin darat. Pada siang hari suhu udara didarat lebih tinggi dari pada suhu permukaan laut sehingga terjadi aliran udara dari laut ke darat (angin laut). Sedangkan pada malam hari udara di darat suhunya lebih rendah dari pada suhu dipermukaan laut (angin darat). Contoh lain adalah sistem pemanas air dan ventilasi udara. 12.3.2.1 Radiasi Gambar 4.3 Radiasi Radiasi adalah proses perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik tersebut bergerak dengan kecepatan 186 mil/s atau 300 juta m/s, dan untuk bergerak tidak memerlukan medium perantara. Jika kita meletakan tangan disamping api maka tangan akan terasa panas. Panas merambatb melalui radiasi. Sumber energi radiasi yang utama adalah matahari. Pada lampu listrik, energi dipancarkan dari filament yang dipanaskan melewati tabung gas walaupun di dalam tabung tidak ada gas. Hal ini membuktikan perambatan panas melalui radiasi tidak membutuhkan perantara. 12.3.2.2 Evaporsi Gambar 4.4 Evaporasi Evaporasi adalah peralihan panas dari bentuk cairan menjadi uap. Manusia kehilangan sekitar 9.103 kalori/gram melalui penguapan paru-paru. Dengan aktifitas berat atau lingkungan panas, seseorang akan minum 4 liter/jam, ini merupakan suatu proses pertukaran energi thermal. Kehilangan panas secara evaporasi dapat terjadi apabila : 1. Perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dengan udara ambien (lingkungan). 2. Temperatur lingkungan rendah dari normal sehingga evaporasi dari keringat dapat terjadi dan dapat menghilangkan panas dari tubuh, hal ini dapat terjadi apabila temperatur basah kering dibawah temperatur kulit. 3. Adanya gerakan angin. 4. Adanya kelembaban. 12.4 Prosedur Tetap Pengoperasian Inkubator Perawatan Inkubator perawatan adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi prematur atau mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR) dengan cara memberikan temperatur dan kelembaban yang stabil sesuai dengan kondisi dalam kandungan ibu. A. Prasyarat 1. SDM terlatih. 2. Catu daya sesuai kebutuhan alat. 3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian. 4. Alat laik pakai dan dalam keadaan bersih. 5. Aksesori alat lengkap dan baik. 6. Bahan operasional tersedia. B. Persiapan 1. Tempatkan alat pada ruang perawatan 2. Lepaskan penutup debu (dust cover) 3. Periksa pengatur kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen termasuk flow meter, kondisi filter dan skin sensor temperatur. 4. Siapkan dan pasang aksesories dengan baik dan benar 5. Siapkan bahan operasional 6. periksa hubungan alat dengan terminal pembumian. C. Pemanasan 1. Hubungkan alat dengan catu daya 2. Hidupkan alat dengan sumber gas oksigen. 3. Atur dan cek regulator temperatur, humidity, fan, alarm untuk mengetahui fungsi alat. 4. Hubungkan alat dengan sumber gas oksigen. 5. Lakukan pemanasan secukupnya. D. Pelaksanaan 1. Perhatikan protap pelayanan. 2. Isi aqua secukupnya. 3. Atur temperatur selektor secukupnya. 4. Atur aliran oksigen sesuai keperluan. 5. Pasang skin sensor temperatur apabila ada. 6. Lakukan pelayanan. 7. Lakukan pemantauan terhadap : - Temperatur chamber. - Kelembaban - Oxygen flow meter E. Pengemasan / penyimpanan 1. tutup regulator pada tabung oksigen. 2. kembalikan posisi regulator ke posisi minimum. 3. matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF keposisi OFF 4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya. 5. Buang sisa air humidifier. 6. Bersihkan alat dan ganti alas bayi. 7. Pasang penutup debu (dust cover). 8. Simpan alat pada tempatnya. 9. Catat beban kerja alat -> dalam jumlah pasien 12.5 Prosedur Tetap Pemeliharaan Infant Inkubator Prosedur tetap pemeliharaan alat infant inkubator adalah bentuk standar mengenai langkah-langkah teknis yang harus diikuti oleh teknisi elektromedis dalam melaksanakan pemeliharaan alat infant inkubator, yang berdasarkan prasyarat dan prosedur yang harus dipenuhi. Prosedur ini disusun berdasarakan pada service manual dan petunjuk lain yang terkait, dengan urutan kerja : pembersihan, pelumasan, pengencangan, pengecekan, pengecekan fungsi dan kondisi bagian alat, penggantian bahan pemeliharaan, pemeriksaan kinerja, aspek keselamatan kerja dan penyetelan / adjustment. Kesimpulan hasil pemeliharaan alat baik atau alat tidak baik. Tujuan : 1. Agar pemeliharaan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar. 2. Alat selalu dalam kondisi siap dan laik pakai, sehingga usia teknis alat dapat tercapai. Petugas : Teknisi Elektromedis Peralatan : 1. Alat Kerja : Tool set Mekanik Vacuum Cleaner Tracker 2. Alat ukur Multimeter (terkalibrasi) Leakage current meter (terkalibrasi) Ground tester (terkalibrasi) Timer (terkalibrasi) Tachometer (terkalibrasi) Prosedur : A. Prasyarat 1. SDM terlatih. 2. Peralatan kerja lengkap. 3. Dokumen teknis penyera, lengkap. 4. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu, tersedia. 5. Mekanisme kerja keras. B. Persiapan 1. Siapkan surat perintah kerja (SPK). 2. Siapkan formulir laporan kerja. 3. Siapkan dokumen teknis penyerta : a. Service manual. b. Wiring diagram. 3. Siapkan peralatan kerja a. tool set elektrik. b. Multimeter. c. Leakage current meter. d. Thermometer. 4. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu : a. contak cleaner. b. Cairan pembersih. c. Kain lap/ kertas tissue d. Kuas. e. Bacterial filter f. akuades g. baterai. h. Lampu indikator. i. Gas oksigen. 5. Pemberitahuan kepada pengguna. C. Pelaksanaa No. 1. Kegiatan pemeliharaan Cek dan bersihkan seluruh bagian alat periode 3 bulan 2. Cek tombol/switch, perbaiki bila perlu 3 bulan 3. Cek dan bersihkan penampung akuades, isi bila perlu 3 bulan 4. Cek filter bakteri, ganti bila perlu. 3 bulan 5. Cek main hole,ganti bila perlu. 3 bulan 6. Cek fungsi selungkup alat,. 3 bulan 7. Cek fungsi roda, perbaiki bila perlu. 3 bulan 8. Cek sistem catu daya,perbaiki bila perlu. 3 bulan 9. Cek fungsi thermometer, ganti bila perlu. 3 bulan 10. Cek fungsi pengatur kelembaban, ganti bila perlu. 3 bulan 11. Cek fungsi skin probe, bila punya lebih dari 1 inkubator, 3 bulan 12. Perhatikan probe agar tidak tertukar satu dengan yang lain. 13. Cek tekanan maksimum dan minimum gas oksigen 6 bulan 14. Cek fungsi alarm, perbaiki jika perlu 6 bulan 15.. Cek fungsi kipas, perbaiki jika perlu 6 bulan 16. Cek kondisi baterai, ganti bila perlu. 6 bulan 17. Cek seluruh fungsi indikator/disply indikator,meter, 6 bulan 18. pengukur tekanan,digital disply, perbaiki bila perlu. 6 bulan 19. Cek temperatur kontrol,perbaiki bila perlu. 6 bulan 20. Lakukan pengukuran arus bocor 1 bulan 21. Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat 1 bulan 22 Lakukan uji kineja alat 3 bulan D. Pencatatan 1. Isi kartu pemeliharaan alat. 2. Isi formulir laporan kerja 3. Pengguna alat menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan kembali kepada pengguna alat. E. Pengemasan alat kerja, dan dokumen teknis penyerta. 1. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan 2. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta. 3. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula. F. Pelaporan. 1. Laporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas. 12.6 Prosedur Tetap Pemantauan Fungsi Infant Inkubator A. Ruang lingkup pemantauan. Prosedur ini digunakan untuk pemantauan fungsi infant inkubator. 1. Uji kualitatif a. Pemeriksaan kondisi fisik alat beserta bagian bagiannya b. Pemeriksaan fungsi komponen alat. 2. Uji kuantitatif a. Pengukuran catu daya. b. Pengkuran temperatur dan kelembaban ruang. c. Pengukuran aspek keselamatan d. Pengukuran kinerja. 3. Prasyarat a. SDM terlatih. b. Peralatan kerja lengkap. c. Peralatan ukur lengkap. d. Bahan operasional cukup. 4. Persiapan 1) Sipakan surat perintah kerja (SPK). 2) Siapkan formulir lembar kerja. 3) Siapkan formulir laporan kerja. 4) Siapkan preralatan kerja. a. Tool set. b. Multimeter. c. Leakage current meter. d. Thermometer. e. Hygrometer. 5) Pemberitahuan kepada pengguna alat. 5. Prosedur kerja 1) Lakukan pendataan alat, meliputi : a. Nama alat b. Merk c. Type / odel. d. Nomor seri 2) Lakukan pemantauan / pengukuran kondisi lingkungan, meliputi : a. Catu tegangan b. Temperatur ruanga c. Kelembaban ruang 3) Lakukan pemeriksaan kondisi fisik alat (secra visual), meliputi : a. Chasis /selungkup b. Kotak kontak c. Terminal pembumian d. Pengatur/ saklar. e. Pemutus arus / sikring f. Baterai g. Konektor h. Selang i. Aksesori j. Kebersihan alat 4) Lakukan pengukuran keselamatan kerja, meliputi : a. Arus bocor 5) Hidupkan alat, lakukan pengecekan terhadap : a. Heater b. Motor fan c. Alarm d. Tanda tampilan e. Temperatur kontrol f. Keluhan pada alat 6) Tentukan kesimpulan pemantauan fungsi terdiri dari a. Alat layak difungsikan b. Alat tidak layak difungsikan 6. Pencatatan 1) Catat hasil pemnatauan fungsi, pada lembar kerja 2) Berikan saran tindak lanjut 3) Pengguna alat menandatangani lembar kerja pemantauan fungsi 7. Pengemasan alat kerja, alat ukur dan lembar kerja 8. Laporkan hasil pemantauan fungsi kepada pemberi tugas. 12.7 Prosedur Tetap Perbaikan Infant Inkubator Tujuan : Agar perbaikan dapat dilakukan sesuai prosedur yang benar. Alat yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki dan berfungsi kembali Petugas : Teknisi Elektromedis Peralatan : Alat Kerja : Tool set Elektronik Trecker Alat ukur : Multimeter Prosedur (terkalibrasi) Leakage current meter (terkalibrasi) Ground tester (terkalibrasi) Timer (terkalibrasi) Tachometer (terkalibrasi) : A. Persiapan 1. Siapkan Surat Perintah Kerja (SPK ) 2. Siapkan kerja perbaikan. 3. Siapkan : formulir lembar a. Service Manual, diagram ( schematic / wiring) 4. Protap perbaikan dan protap pengoperasian alat. 5. Siapkan alat kerja dan alat ukur 6. Siapkan bahan perbaikan dan material bantu. Pemberitahuan kepada Unit Pelayanan pengguna alat. B. Pelaksanaan 1. Lakukan analisis kerusakan : - Tanyakan kepada pengguna alat, mengenai gejala kerusakan. - Lakukan trouble shooting, untuk mengetahui penyebab kerusakan, bagian alat / komponen / suku cadang yang mengalami kerusakan. ( perhatikan panduan analisis kerusakan, service manual dan diagram ). - lakukan identifikasi, bagian alat / komponen/ suku cadang yang rusak, lengkap dengan data teknis dan nomor catalog. 2. Siapkan suku cadang yang diperlukan 3. Lakukan langkah perbaikan ( dengan atau tanpa suku cadang ) 4. Lakukan penyetelan / adjustment, kalibrasi internal 5. Lakukan uji kinerja dan pengukuran aspek keselamatan kerja. C. Pencatatan 1. Lakukan pengisian formulir lembar kerja perbaikan dan SPK. 2. Kesimpulan hasil perbaikan - Alat baik - Alat tidak baik 3. Pengguna alat menandatangani formulir lembar kerja perbaikan dan SPK, sebagai bukti perbaikan alat telah dilaksanakan. D. Pengemasan. 1. Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan Lembar kerja. 2. Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta. 3. Kembalikan alat kerja, alat ukur dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula. 4. Bersihkan alat Centrifuge dan lokasi perbaikan E. Laporan. 1. Laporkan hasil perbaikan alat kepada Unit Pelayanan pengguna alat dan serahkan kembali alat Centrifuge yang telah diperbaiki. 2. Laporkan hasil perbaikan alat kepada pemberi tugas. BAB XIII Continous Positive Airway Pressure (CPAP) 13.1 Definisi Bubble CPAP ( Continuous Positive Airway Pressure) merupakan suatu alat yang mempertahankan tekanan positif pada saluran nafas bayi baru lahir selama pernafasan spontan, sehingga pertukaran oksigen serta CO2 di paru-paru bayi berjalan baik. Alat ini biasanya digunakan pada bayi-bayi yang mengalami gangguan pernafasan, seperti pada bayi premature dan bayi-bayi yang mengalami sesak nafas. Bubble CPAP adalah metode yang sederhana, aman dan biaya yang efektif untuk memberikan dukungan pernafasan untuk bayi prematur. Penggunaan gelembung CPAP dapat membatasi pengembangan displasia bronkopulmonalis (BPD) dan membantu untuk mendukung bayi tanpa komplikasi yang berhubungan dengan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik. Bubble CPAP bekerja dengan memberikan tekanan konstan untuk jalan napas bayi (melalui Prongs hidung) yang menurunkan kerja pernapasan, inproves ventilasi / perfusi pencocokan dan membantu "belat" membuka jalan napas. The "Bubble" di gelembung CPAP berasal dari metode yang digunakan untuk menghasilkan tekanan yang diberikan kepada bayi. Cukup, ekstremitas ekspirasi dari sirkuit pernafasan yang ditempatkan di bawah tekanan air dan menyediakan Menghasilkan Osilasi yang mungkin memiliki beberapa manfaat fisiologis paruparu dini. 13.2 Blok Diagram Bubble CPAP Keterangan: Sumber udara atau oksigen diberikan melalui flow meter. Melalui flow meter, udara atau oksigen diatur alirannya antara 4 – 8 L/min dialirkan ke humidifier. Di humidifier udara atau oksigen dilembabkan dengan suhu ± 37C. Udara atau oksigen yang lembab tadi dihirup oleh bayi melalui hidung (proses inhalasi) dan terjadilah proses pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam paru-paru bayi. Karbondioksida yang dikeluarkan oleh bayi melalui hidung diarahkan menuju water container (proses ekshalasi). 13.3 Cara Pengoperasian alat 1. Masukkan ruang humidifikasi Buang chamber jika segel tidak utuh waktu diterima - Geser ruang pada ke humudifier dasar - Lepaskan topi biru 2. Menghubungkan air bag Menggantung air bag, atur sumbatan air dan lonjakan kantong air. - Buka ventilasi pada lubang lonjakan - Periksa ruang humidifikasi untuk aliran air dari kantong. - Jika tidak ada air yang terlihat di ruang atau konsumsi air rendah, periksa tas yang dibubuhi dengan benar dan bahwa tabung sumbatan tidak tertekuk atau diblokir. Coba lembut meremas tas untuk Pastikan mempromosikan bahwa aliran air. ketinggian air setidaknya lebih tinggi dari tas ruang humidifikasi. Jika ragu-ragu gantilah chamber. Buang chamber jika garis permukaan air melebihi level air maksimum. 3. Mengisi gelembung CPAP Generator - Menggunakan saluran pengisi yang disediakan, mengisi CPAP generator dengan air steril sampai air mengalir ke dalam wadah meluap. - Mengatur probe sampai 10 cm H 2O CPAP, siap untuk tes kebocoran. Pastikan bahwa saluran mengisi tetap pada gelembung CPAP genset. Pastikan bahwa humidifer dan bubble CPAP Generator yang dipasang di bawah pasien. 4. Hubungkan tekanan manifold dan bubble CPAP sirkuit pernafasan - Hubungkan tabung berjenis oksigen dan aliran antara sumber tekanan. - Hubungkan manifold ke ruang tekanan - inlet pelabuhan. Hubungkan tabung pelabuhan biru inspirasi ke ruang yang tersisa. - Lepaskan topi biru dari tabung inspirasi dan menginstal probe suhu dan pemanas port adaptor kawat. Pastikan bahwa kawat pemanas (dalam tabung) yang merata di sepanjang sirkuit dan tidak berkumpul atau tertekuk. - Hubungkan siku tes untuk bagian inspirasi dan ekspirasi. 5. Uji kebocoran Periksa semua koneksi yang ketat sebelum digunakan. - Mengatur probe CPAP sampai 10 cm H2O dan laju aliran input ke 1 L / menit. - Amati generator menggelegak CPAP. terdengar Lembut, diterima, kebocoran dapat diterima berarti tidak ada menggelegak. - Jika tidak ada gelembung yang diamati , memeriksa seluruh sistem. Lepaskan tutup dari tekanan berjenis port yang menghubungkan benar sebelum setiap perangkat pemantauan. 6. Mengatur laju alir - Sesuaikan kecepatan aliran masukan debit untuk resep tersebut. - Rekomendasi laju aliran: 6 sampai 8 L / min - Diijinkan kisaran aliran: 4 sampai 10 L / menit 7. Mengatur tingkat CPAP - Nomor pada probe CPAP atas tutupnya menunjukkan cmH2O. tekanan sebagai CPAP contoh, di ilustrasi menunjukkan pengaturan CPAP dari 6 cmH2O. - Mengatur probe CPAP pada tingkat yang ditentukan cmH2O). (3 sampai 10 8. Hubungkan gelembung sirkuit CPAP untuk antarmuka bayi - Menghapus tes siku aliran dan menghubung-kan sirkuit ke antarmuka bayi menggunakan petunjuk yang disediakan dengan antarmuka. - BC161 terhubung ke F & P antar interface FlexiTrunk. - BC151 terhubung ke garpu binasal pendek (T-bar). 9. Mengatur humidifier tersebut Pastikan ada hadir aliran udara sebelum menyalakan humidifier. - Nyalakan humidifier. > Jika menggunakan MR850, pastikan itu adalah pada modus invasif (37C). > Jika menggunakan MR730, mengatur suhu sampai 40C, -3. - Lihat petunjuk pengguna MR850 atau MR730 untuk informasi lebih lanjut. 10. Pasang antarmuka untuk bayi - Menghubungkan antarmuka pada bayi dengan menggunakan petunjuk yang disediakan dengan antarmuka. Hal utama untuk menjaga nasal CPAP optimal Benar dalam mengatur dan menjaga sirkuit pengiriman low resistensi Aman melampirkan interface Menjamin kebocoran tekanan minimal Menjaga jalan nafas optimal Mencegah cedera septum hidung Memberikan perhatian cermat Mendorong perawat berkomitmen dan terampil Hal yang perlu diperhatikan adalah: Aliran oksigen antara 4-10 L / menit Kelembapan dijaga 37C Tabung bergelombang bebas dari air Tekanan air sebatas 5 cm 13.4 Cara pemeliharaan alat Bersihkan dan sterilkan permukaan humidifier beserta aksesorisnya dengan alcohol 70% Sterilkan breathing circuit beserta aksesorisnya dengan steam sterilisator (reusable breathing circuit) Sterilkan chamber humidifier dan water container dengan steam sterilisator (reusable chamber and water container). Daftar Referensi - Bubble CPAP System,neonatal REF 185042551 Rev A, 2003 Bubble CPAP System Set-up Guide, REF 185034215 Rev A, 2011 BAB XIV HAEMODIALISA 14.1 Definisi Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisa = pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh suatu membran atau selaput semi permeabel. Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialysis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permeabel ( Pardede, 1996 ). Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001). 14.2 Tujuan Haemodialisa Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan, pada hemodialisis aliran darah yang penuh dengan toksik dan limbah nitrogen dialihkan dari dalam tubuh ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh. 14.3 Prinsip Kerja Haemodialisa Prinsip mayor/proses hemodialisa 1. Akses Vaskuler : Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer seperti vascoth 2. Membran semi permeable : Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi. 3. Difusi : Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan. 4. Konveksi : Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut. 5. Ultrafiltrasi : Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane : a. Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane. b. Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah. c. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang menyebabkan membrane permeable terhadap air. 14.4 Standart Operasional Prosedure A. Persiapan sebelum hemodialisa 1) Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa. 2) Kran air dibuka. 3) Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk 4) 5) 6) 7) 8) 9) keluar atau saluran pembuangan. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak. Hidupkan mesin. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit. Matikan mesin hemodialisis. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis. 10) Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap). B. Menyiapkan sirkulasi darah. 1) Bukalah alat-alat dialisat dari setnya. 2) Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi ‘inset’ (tanda 3) 4) merah) diatas dan posisi ‘outset’ (tanda biru) dibawah. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung ‘inset’ dari dialiser. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung ‘outset’ adri dialiser 5) 6) 7) dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah. Set infuse ke botol NaCl 0,9%-500 cc. Hubungkan set infuse ke slang arteri. Bukalah klem NaCl 0,9%. Isi slang arteri sampai keujung selang lalu 8) klem. Memutarkan letak dialiser dengan posisi ‘inset’ dibawah dan ‘ouset’ 9) 10) 11) diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin. Buka klem dari infuse set ABL, UBL. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt, 12) 13) kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt. Isi buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk mengalirkan udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan 14) dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg). Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya ditampung pada 15) 16) gelas ukur. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru. Sambungkan ujung biru UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor. 17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dialiser baru 18) 15-20 menit, untuk dialiser reuse dengan aliran 200-250 ml/mnt. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana ‘inset’ diatas 19) dan ‘outset’ dibawah. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5- 10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien (soaking). C. Persiapan pasien. 1) Menimbang BB 2) Mengatur posisi pasien. 3) Observasi KU 4) Observasi TTV 5) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti dibawah ini: Dengan interval A-V Shunt/fistula simino Dengan eksternal A-V Shunt/schungula. Tanpa 1-2 (vena pulmonalis). 14.5 Perbaikan KERUSAKAN Tidak ada tekanan yang meningkat CEK apakah steker dari tabung udara conect perangkat hemodialisa dengan benar? apakah steker dari tabung udara lossened? EE mark menampilkan: tidak dapat mengukur E mark menampilkan: tidak dapat mengukur atau nilai BP terlalu tinggi / rendah leadage udara pada sabuk lengan? apakah lengan bergerak selama meningkatkan tekanan? apakah sabuk lengan dibungkus dengan baik? berbicara selama pengukuran? lengan pindah? apakah pakaian menindas lengan? PENYELESAIAN menghubungkan tabung udara dengan perangkat hemodialisa dengan benar masukkan steker dari tabung udara ke dalam konektor, akan yakin menghubungkan mereka dengan baik mengganti lengan belt baru setelah tekan tombol ON / OFF, tetap diam selama pengukuran membungkus sabuk lengan dengan benar tetap diam selama pengukuran melepas pakaian yang menindas lengan kemudian mengukur lagi BAB XV VENTILATOR 15.1 Definisi Gas Flow Analyzer ( Ventilator Analyzer ) adalah suatu alat uji atau alat ukur yang digunakan untuk mengukur output dari alat ventilator. Parameter dasarnya mencakup tekanan, flow dan volume. 15.2 Prinsip Kerja dan Blok Diagram Dari output Y pieces pada ventilator masuk ke input Ventilator analyzer, kemudian pada output Ventilator analyer diberikan test lung. Adapun paramter yang diukur adalah : 1. Respiratory Rate / RR Respiratory rate adalah jumlah pernafasan yang diberikan kepasien dalam satu menit. Pengaturan RR bergantung dari tidal volume , jenis kelainan paru pasien dan target PaO2 yang akan dicapai. Frekuensi nafas normal : - Newborn : 40 – 70 brpm - Infant : 30 – 60 brpm - Pediatric : 16 – 25 brpm - Adult : 12 – 20 brpm 2. Tidal Volume ( VT ) Tidal volume merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernafas. Pada pasien yang pernafasannya dibantu oleh alat ventilator maka volumenya tergantung dari berat badan pasien itu sendiri. VT = BB ( kg ) x Constanta (ml/kg ) Dimana : BB = Berat Badan Constanta = 6 – 8 ml/kg ( Anak ) ; 7 – 10 ml/kg ( Dewasa ) 3. Minute Volume ( MV ) Minute Volume merupaka banyaknya konsumsi gas permenit. MV = VT x RR 4. Fraksi Oksigen ( FiO2 ) Fraksi oksigen adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21 – 100 %. Pengaturan fraksi oksigen pada awal pemasangan ventilator di rekomendasikan sebesar 100 %. Untuk mengetahui kebutuhan fraksi oksigen yang sebenarnya dilakukan pemeriksaan analisa gas darah (AGD). Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dilakukan perhitungan fraksi oksigen yang tepat bagi pasien.Urgensi pemberian fraksi oksigen secara tepat untuk menghindari efek negative penggunaan O2 konsentrasi tinggi bagi pasien. Pemberian Konsentrasi O2 100% terlalu lama dapat menyebabkan keracunan oksigen karena dapat menyebabkan perubahab struktur membrane alveolar-capapillary. 5. Inspirasi : Ekspirasi Rasio ( I : E Ratio ) I:E ratio merupakan nilai perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi, biasanya diset 1 : 2 yang merupakan nilai fisiologis inspirasi dan ekspirasi. 6. PEEP ( Positive End Expiratory Pressure ) PEEP meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan PaO2 yang refrakter. Nilai PEEP berdasarkan analisa gas darah, toleransi dari PEEP, kebutuhan FiO2 dan respon kardiovaskular. 15.3 Spesifikasi Gas Flow Analyzer Merk Citrex Description KET Display 26 mm x 33 mm Tampilan Kurva Parameter Flow, Pressure, Volume, Temperature, Oxygen, Respirasi Interface RS 232, USB, Ethernet, CAN, Analog Output, TTL Suhu - Pengoperasian - Penyimpanan 15 °C – 40 °C -10 °C – 60 °C Kelembaban - Pengoperasian - Penyimpanan 10 % – 90 % 5 % - 95 % Ambient Pressure 500 mbar – 1150 mbar Power - AC Adapter - Battery 100 Vac – 240 Vac 5 Vdc Dimensi 16.5 x 10.8 x 6.4 cm Berat 0.4 Kg Flow - Flow Air dan N2 ±300 lpm Akurasi ±0.1 lpm ±300 lpm Akurasi ±0.1 lpm - O2 / Air - CO2 - Heliox ( 21% O2 / 79% He ) - N2O / O2 Pressure - High - Difference - In The Flow channel - Barometer 140 lpm Akurasi ±0.1 lpm ±300 lpm Akurasi ±0.3 lpm ±80 lpm Akurasi ±0.3 lpm 0 – 10 bar Akurasi ±1% 200 mbar Akurasi ±0.75% -50 mbar- 150 mbar Akurasi ±0.75% 500 – 1150 mbar Akurasi ±1% Oxygen Concentration 0 – 100 % Akurasi ±1% Type Gas Air, Air/O2, N2O/O2, Heliox ( 21% O2 ), He/O2, N2, CO2 Gas Standard ATP, ATPD, ATPS, AP21, STP, STPD, STPH, BTPS, BTPD, 0/1013, 20/981, 15/1013, 25/991, 20/1013 Parameter Respirasi - Breathing Rate ( BR/min ) - Time ( Ti, Te ) - Ratio ( I : E ) - Breathing Volume ( Vti, Vte ) - Volume per Minute ( Vi, Ve ) - PeakFlow - Pressure ( Ppeak, Pmean, PEEP, Pplateu ) 15.4 Standart Pengoperasian Alat 1 – 1000 bpm Akurasi ±1 bpm 0.05 – 60 s Akurasi ±0.02 s 1 : 300 – 300 : 1 Akurasi ±2.5% ± 10 liter Akurasi ±2% 0 – 300 lpm Akurasi ±2.5% ± 300 lpm Akurasi ± 0.1 lpm 0 – 150 mbar Akurasi ±0.75% Keterangan Gambar pada bagian depan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tombol ON / OFF ( Untuk menghidupkan dan mematikan fungsi alat) Mikro SD ( sebagai penyimpan data berupa memory Eksternal) Connect Menu nilai-nilai yang diukur pembacaan dalam bentuk grafik Layar Edit atau merubah, serta bisa untuk menyimpan data LED flow direction Keterangan Gambar pada bagian belakang : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kabel oksigen sensor USB Port Analog Output RS-232 Can Ethernet High flow Oxygen sensor High flow 10. High pressure 11. Differential pressure Catatan : Pengukuran harus dilakukan tanpa Filter. Gas diukur harus bebas minyak, lemak dan debu, Karena dapat mempengaruhi dari hasil pengukuran. 15.5 Cara Pemasangan Analyzer dengan DUT Jika Pemasangan Selang Ventilator pada input Analyzer maka akan terbaca nilai (+) Jika Pemasangan Selang Ventilator pada output Analyzer maka akan terbaca nilai (-) Jarak tabung dari filter untuk inlet pipa: minimum 1 meter Zero Calibration Untuk melakukan Zero Calibration tekan tombol X selama 5 detik Save Data Ke Mikro SD Untuk menyimpan data memory setelah melakukan pengukuran tekan tombol O ditahan selama 5 detik Δ Menunjukkan panel mengubah panel Ο Mengubah pengaturan menyimpanan data □ × Menampilkan Angka dan merubah Menampilkan Menu dan merubah Angka Menu Zero calibration Pemasangan O2 sensor Untuk pemasangan O2 sensor pada Citrex, hubungkan O2 sensor tersebut seperti pada gambar dibawah Perhataian !!!! Pada saat melakukan pengukuran, perhatikan selang corrugated dengan seksama, karena dapat mempengahuhi nilai pembacaan. 15.6 Standart Maintenance Peralatan 1) Penggantian O2 sensor setiap 2 tahun sekali 2) Pemisahan penggunaan filter untuk pengukuran flow yang kering atau flow yang basah