Pengaruh Environmental Behavior Terhadap Green Purchasing

advertisement
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 214
PENGARUH ENVIRONMENTAL BEHAVIOR TERHADAP GREEN PURCHASING PADA
MASYARAKAT KOTA BANDUNG
INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL BEHAVIOR TOWARDS GREEN PURCHASING IN
BANDUNG SOCIETY
Adi Prima Putra1) dan Damayanti Octavia, SE., MM.2)
Prodi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom
1
[email protected] ,2 [email protected]
Abstrak
Indonesia merupakan salah satu negara yang kerap mengalami cuaca ekstrem sehingga cenderung memicu bencana hidrometeorologis
seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Penyebab sejumlah bencana di Indonesia, salah satunya disebabkan oleh pemanasan global yang
sumber utama terjadinya yaitu polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor. Sebagai salah satu kota besar yang memiliki kepadatan
oleh kendaraan bermotor, Kota Bandung telah melakukan berbagai pencegahan untuk mengurangi polusi udara. Kesadaran terhadap
lingkungan pada masyarakat juga diperlukan untuk mengurangi pemanasan global. Tindakan untuk mengurangi pemanasan global
dengan melakukan Green Purchasing, yaitu dengan mengkonsumsi atau memakai produk-produk ramah lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat apakah masyarakat di Kota Bandung ini juga turut mendukung Green Purchasing behavior atau tidak. Penelitian
ini menggunakan 10 variabel bebas yang dikutip dari beberapa jurnal yaitu environmental behavior yang terdiri dari environmental
attitude, consumers behavior towards eco labeling, perceived seriousness of environment problems, perceived environmental responsibility,
perceived effectiveness of environmental behavior, perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green
products, environmental concern, dan environmental knowledge. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
green purchasing behavior tersebut dengan menyebarkan kuesioner kepada 400 masyarakat di Bandung dengan menggunakan purposive
sampling. Metode analisis data menggunakan metode kuantitatif dan dianalisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian
ini adalah faktor environmental attitude, consumers behavior towards eco labeling, perceived seriousness of environment problems,
perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of environmental behavior, perceived self- image in environmental,
social influences, perceived quality of green products, environmental concern, dan environmental knowledge secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap green purchasing pada masyarakat di Kota Bandung sebesar 35,6%. Variabel perceived effectiveness of
environmental behavior, environmental concern, dan environmental knowledge secara parsial berpengaruh signifikan terhadap green
purchasing.
Kata kunci: Green Marketing, Green Consumer, Green Purchasing, Environmental Behavior.
Abtract
Indonesia is one of the countries which often experience extreme weather so tend to trigger disasters such as floods, hidrometeorologis
landslides, and drought. The cause of a number of disasters in Indonesia, one of which was caused by global warming is the main source
of the occurrence that is air pollution that comes from a motor vehicle. As one of the major cities that have a population density by motor
vehicles, the city of Bandung has conducted various prevention to reduce air pollution. Awareness of the environment in the community
also needed to reduce global warming. Action to reduce global warming by doing Green Purchasing, consuming or wearing eco -friendly
products. This study aimed to see if the community in Bandung is also contributing to Green Purchasing behavior or not. The study used
10 variable free quoted from several journals i.e. environmental behavior consisting of environmental attitude, the consumers behavior
towards eco labeling, the perceived seriousness of environment problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness
of environmental behavior, perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green products, environmental
concern, and environmental knowledge. This research will identify factors that influence the green purchasing behavior by spreading the
questionnaire to 400 communities in Bandung by using purposive sampling. Methods of data analysis using quantitative methods and
analyzed using multiple regression analysis. The results of this research are the environmental factor is attitude, the consumers behavior
towards eco labeling, the perceived seriousness of environment problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness
of environmental behavior, perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green products, environmental
concern, and environmental knowledge simultaneously positive and significant effect against the green purchasing at the commu nity in
Bandung of 35.6%. the variable perceived effectiveness of environmental behavior, environmental concern, and environmental
knowledge in partial effect significantly to green purchasing
Keyword: Green Marketing, Green Consumer, Green Purchasing, Environmental Behavior.
1
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 215
1. PENDAHULUAN
Perubahan iklim Bumi yang ekstrem akan berdampak pada seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Laporan
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengenai perubahan iklim dampak bencananya ini diamini oleh salah
satu peneliti di Indonesia. Kepala Bidang Pemodelan Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan),
Didi Satiadi, mengatakan Indonesia adalah salah satu negara yang juga kerap mengalami cuaca ekstrem. Hal ini disebabkan
karena letak geografis Indonesia sebagai negara maritim dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah Indonesia tersebut
membuatnya memiliki dinamika atmosfer yang mengakibatkan gelombang-gelombang atmosfer saling menguatkan dan
melemahkan sehingga berakhir pada kejadian ekstrem. Cuaca ekstrem di Indonesia ini cenderung memicu bencana
hidrometeorologi[1].
Hasil penelitian Bapedal (badan pengendalian dampak lingkungan) (1992) dibeberapa kota besar di Indonesia (Jakarta,
Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukkan bahwa kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber utama penyebab
terjadi pemanasan global yaitu polusi udara. Kondisi tersebut juga telah dialami oleh beberapa kota besar di negara lain,
namun telah ditangani secara serius sehingga tingkat pencemaran dapat dikurangi. Hal ini menunjukan bahwa masalah
lingkungan telah mendapatkan perhatian cukup serius dan telah didudukkan sebagai prioritas dalam pembangunan
transportasi perkotaan yang berkelanjutan[2]
Sebagai salah satu kota besar, aktivitas masyarakat Kota Bandung juga bermacam-macam. Kuantitas dari akitivitas
pergerakan yang dilakukan akan semakin banyak dan makin padatnya juga transportasi yang memadati kota Bandung.
Akibatnya, dari semakin banyaknya transportasi menyebabkan dampak polusi udara yang semakin memprihatinkan.
Pemerintah Kota Bandung serta masyarakat Kota Bandung membutuhkan solusi untuk mengurangi dampak pemanasan
global yang terjadi saat ini.[3]
Kesadaran untuk menjadi lebih “hijau” yang melanda konsumen di Kota Bandung telah menjadi gerakan masyarakat yang
nyata pengaruhnya. Penyebaran ide melalui media massa sangat efektif menyadarkan konsumen untuk ambil bagian dan
turut serta memberikan sumbangannya dalam menghentikan atau mengurangi laju degradasi kualitas lingkungan. Telah
terbentuk kesadaran global bahwa persoalan lingkungan merupakan persoalan bersama dan hanya bisa teratasi kalau setiap
individu secara aktif baik sendiri-sendiri atau pun melalui gerakan kolektif memberikan sumbangannya[4].
Gaya hidup yang peduli akan lingkungan hidup semestinya mendorong masyarakat untuk mengkonsumsi produk yang
ramah lingkungan. Gaya hidup tersebut juga mulai merambah masyarakat meski dalam lingkup terbatas. Secara umum,
sikap yang ditunjukkan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan tampak masih rendah[5].
2. DASAR TEORI DAN METODOLOGI
2.1 Dasar Teori
2.1.1
Green Marketing
Green Marketing adalah proses perencanaan dan pelaksanaan bauran pemasaran untuk memfasilitasi konsumsi,
produksi, distribusi, promosi, pengemasan, dan menggunakan kembali produk dengan cara yang peka dan responsif
terhadap perhatian lingkungan[6]. Selain itu, green marketing menurut American Marketing Association (AMA) dalam
Rakhsha adalah pemasaran produk yang menjadi aman lingkungan. Dengan menggabungkan pemasaran hijau di semua
kegiatan secara luas, termasuk memodifikasi produk, mengubah produksi menjadi proses, memodifikasi kemasan serta
memodifikasi iklan
2.1.2
Green Marketing Mix
Kotler dan Armstrong berpendapat bahwa, ”Bauran pemasaran (marketing mix) adalah “Marketing mix is the set
of controllable, tactical marketing tools that the firm blends to produce the responde it wants in the target market”[7].
Menurut Sumarmi dan Soeprihanto menjelaskan, Marketing mix adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang
merupakan inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Dengan kata lain marketing mix
adalah kumpulan dari variabel yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen[8].
2.1.3
Green Product
Produk ramah lingkungan adalah produk yang di desain dan/atau atribut(dan/atau produksi dan/atau strategi)
menggunakan bahan daur ulang (terbarukan /bebas racun /biodegrable) sumber daya dan dampak lingkungan yang
meningkatkan atau mengurangi kerusakan lingkungan beracun di seluruh siklus hidup[9]. Martin & Schouten mendefinisikan
Green Product sebagai berikut : “Green Product, generally meaning products that are less damaging to the environment or
human health than traditional equivalents, began emerge.”[10]
2
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 216
2.1.4
Environmental Behavior
Menurut Axelrod dan Lehman Environmental behavior adalah “action which contribute towards environmental
preservation and or conservation”. Action memiliki arti proses dalam melakukan sesuatu. Contribute memiliki arti
bergabung dengan yang lain untuk memberikan sesuatu (bantuan, uang, ide, dsb.) sehingga environmental behavior
merupakan suatu tindakan untuk berkontribusi terhadap kelestarian dan/atau konservasi lingkungan. Environmental
behavior adalah sebuah perilaku maupun tindakan yang berkontribusi dan memiliki dampak yang positif kepada pelestarian
lingkungan, sistem bumi dan sumber daya alam[11]
2.1.5
Green Consumer Behavior
Menurut Boztepe Green consumer didefinisikan sebagai orang yang mengadopsi perilaku ramah lingkungan atau
yang membeli produk green. Green consumer lebih dikontrol secara internal karena mereka percaya bahwa akan sangat
efektif dalam perlindungan lingkungan. Dengan demikian, mereka merasa bahwa pekerjaan perlindungan lingkungan tidak
harus diserahkan kepada bisnis, pemerintah, lingkungan dan ilmuwan saja tetapi mereka sebagai konsumen juga dapat
berperan[12].
2.1.6
Green Purchasing
Green purchasing adalah consumption of products that are benevolent/benefical to the environment, recyclable or
conservable, sensitive/responsive to ecological concerns. Consumption memiliki arti penggunaan makan atau sumber daya.
Benevolent memiliki arti berguna. Jadi, green purchasing behavior memiliki arti penggunaan produk yang brguna dan
bermanfaat untuk lingkungan, dapat didaur ulang atau dijaga, peka atau responsif terhadap ekologi. Purchasing Behavior
merupakan suatu perilaku yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan sosial dengan tujuan untuk meminimalkan
dampat yang ditimbulkan terhadap kedua faktor tersebut, dalam pembelian maupun penggunaan produk yang bermanfaat
bagi lingkungan, dapat didaur ulang dan peka terhadap lingkungan[13].
2.2
Kerangka pemikiran
Dalam merancang kerangka penelitian, peneliti mengembangkan beberapa indikator variabel dari beberapa jurnal
yang telah peneliti temukan. Sehingga peneliti mengembangkan beberapa variabel yang diambil dari jurnal penelitian
terdahulu yaitu sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka
pemikiran
3
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 217
2.3
Metodologi
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sample yang dilakukan menggunakan nonprobability sampling dengan metode
purposive sampling. Nonprobability sampling yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan
atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui[14].
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau penelitian tentang kondisi
politik di suatau daerah, maka sampel sumber datan adalah orang yang ahli politik[15]. Populasi pada penelitian ini adalah
Masyarakat di Kota Bandung..
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tiga metode utama yaitu kuesioner, observasi, dan studi kepustakaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui studi
kepustakaan yang merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mencari data yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas.
3.
PEMBAHASAN
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel dependen
dihubungkan dengan dua atau lebih variabel independen, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir suatu
variabel apabila hanya variabel lainnya diketahui. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil analisis regresi linier berganda
antara variabel bebas environmental behavior terhadap variabel tidak bebas green purchasing dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 1 PERSAMAAN REGRESI
LINIER BERGANDA
Dari data yang dihasilkan dari program SPSS 21, terdapat model regresi yang terikat oleh variable Y = 6,048 + 0,049X1 0,007X2 - 0,084X3 - 0,056X4 + 0,100X5+ 0,091X6 -0,074X7 - 0,035X8 - 0,179X9+ 0,834X10
Sub variabel atau dimensi environmental attitude menurut responden sudah baik. Hal ini berdasarkan nilai persentase
sebesar 79,5% yang termasuk kedalam kategori baik. Sub variabel atau dimensi consumers behavior towards eco labeling
menurut tanggapan responden sudah sangat baik. Hal ini berdasarkan nilai persentase sebesar 83,37% yang termasuk kedalam
kategori sangat baik. Sub variabel atau dimensi perceived seriousness of environment problems menurut tanggapan responden
sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan diperoleh persentase sebesar 81,16% yang termasuk kedalam kategori baik. Sub
variabel atau dimensi perceived environmental responsibility menurut responden sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan
diperoleh persentase sebesar 80,77% yang termasuk kedalam kategori baik. Sub variabel atau dimensi perceived effectiveness
of environmental behavior menurut responden sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan diperoleh persentase sebesar
81,48% yang termasuk kedalam kategori sangat baik. Sub variabel atau dimensi social influences, menurut tanggapan
responden sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan diperoleh persentase sebesar 82,5% yang termasuk kedalam
kategori sangat baik. Sub variabel atau dimensi perceived quality of green products menurut responden sudah sangat baik.
Hal ini ditunjukkan dengan diperoleh persentase sebesar 82,10% yang termasuk kedalam kategori sangat
4
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 218
baik. Sub variabel atau dimensi environmental concern, menurut tanggapan responden sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan
dengan diperoleh persentase sebesar 81,35% yang termasuk kedalam kategori baik. Sub variabel atau dimensi environmental
knowledge, menurut tanggapan responden sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan diperoleh persentase sebesar 78,77% yang
termasuk kedalam kategori baik.
Nilai statistik uji F terhadap variabel kepuasan konsumen dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2 nilai
statistic uji f
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 21,498. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel.
Dengan α=0,05, df1=9 dan df2=390, diketahui nilai Ftabel sebesar 2.23. Berdasarkan nilai pada tabel 2, diketahui nilai Fhitung
(21,498) > Ftabel (2,6049), sehingga sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, bahwa ada
pengaruh yang signifikan secara simultan dari environmental attitude, consumers behavior towards eco labeling, perceived
seriousness of environment problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of environmental
behavior, perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green products, environmental
concern, dan environmental knowledge.
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel environmental attitude, consumers behavior towards eco
labeling, perceived seriousness of environment problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of
environmental behavior, perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green products,
environmental concern, dan environmental knowledge secara parsial atau sendiri-sendiri terhadap variabel green
purchasing. Kriteria pengujian hipotesis kedua ini adalah terima Ho jika thitung < ttabel, menerima H1 jika thitung ≥ ttabel.
Tabel 3 nilai
statistic uji t
5
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 219
1.
Environmental attitude
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak ada
pengaruh yang signifikan antara environmental attidue terhadap green purchasing pada masyarakat kota Bandung.
2.
Consumers behavior towards eco labeling
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak ada
pengaruh yang signifikan antara Consumers behavior towards eco labeing terhadap green purchasing pada masyarakat
kota Bandung
3.
perceived seriousness of environmental problems
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak ada
pengaruh yang signifikan antara perceived seriousness of environmental problems terhadap green purchasing pada
masyarakat kota Bandung.
4.
perceived environmental responsibility
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak ada
pengaruh yang signifikan antara perceived environmental responsibility terhadap green purchasing pada masyarakat
kota Bandung
5.
perceived effectiveness of environmental behavior
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan antara perceived effectiveness of environmental behavior terhadap green purchasing pada
masyarakat kota Bandung.
6.
perceived self-image in environmental behavior
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara perceived self-image in environmental behavior terhadap green purchasing
pada masyarakat kota Bandung.
7.
Social influences
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara Social influences terhadap green purchasing pada masyarakat kota Bandung.
8.
perceived quality of green product
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara perceived quality of green product terhadap green purchasing pada masyarakat kota
Bandung.
9.
environmental concern
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial terdapat
pengaruh yang signifikan antara environmental concern terhadap green purchasing pada masyarakat kota Bandung.
10. environmental knowledge
Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya secara parsial terdapat
pengaruh yang sangat signifikan antara environmental knowledge terhadap green purchasing pada masyarakat kota
Bandung
3.1
Koefisien Determinasi
Tabel 4 koefisien korelasi
dan determinasi
6
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 220
hasil analisis korelasi antara kesepuluh variabel bebas dengan variabel terikat. Dari data yang disajikan pada tabel
4.18 terlihat bahwa nilai koefisien korelasi (R) yang bertanda positif. Nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukkan bahwa
hubungan yang terjadi antara environmental behavior dengan green purchasing adalah searah. Dimana semakin baik
environmental behavior, maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya green purchasing pada masyarakat kota Bandung.
nilai koefisien determinasi atau R-Square sebesar 0,356 atau 35,6%. Hal ini menunjukan environmental behavior
yang terdiri dari environmental attitude, consumers behavior towards eco labeling, perceived seriousness of environment
problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of environmental behavior, perceived self-image
in environmental, social influences, perceived quality of green products, environmental concern, dan environmental
knowledge memberikan kontribusi pengaruh terhadap green purchasing pada masyarakat kota Bandung sebesar 35,6%,
sedangkan sisanya sebesar 64,4% merupakan kontribusi dari faktor lain yang tidak diteliti.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, kesimpulannya
sebagai berikut:
1. Tanggapan responden mengenai Environmental Behavior di kota Bandung menurut masyarakat dinilai cukup baik,
ditujukkan dengan perolehan nilai persentase sebesar 81,13% yang berada pada kategori baik. Hal ini berarti menurut
responden, tanggapan masyarakat mengenai environmental behavior yang diukur menggunakan sepuluh dimensi
environmental behavior yang terdiri dari
environmental attitude, consumers behavior towards eco labeling,
perceived seriousness of environment problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of
environmental behavior, perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green products,
environmental concern, dan environmental knowledge telah ditanggapi dengan baik.
2. Tanggapan responden mengenai Green Purchasing di kota Bandung menurut masyarakat dinilai cukup baik,
ditujukkan dengan perolehan nilai persentase sebesar 79,23% yang berada pada kategori baik. Hal ini berarti menurut
responden, tanggapan masyarakat mengenai green purchasing telah ditanggapi dengan baik.
3. Environmental Behavior yang diukur menggunakan sepuluh dimensi yakni environmental attitude, consumers
behavior towards eco labeling, perceived seriousness of environment problems, perceived environmental
responsibility, perceived effectiveness of environmental behavior, perceived self-image in environmental, social
influences, perceived quality of green products, environmental concern, dan environmental knowledge memberikan
kontribusi pengaruh terhadap green purchasing pada masyarakat kota Bandung hanya sebesar 35,6% dan sisanya
sebesar 64,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
4.2 SARAN
4.2.1
Saran Bagi Praktisi (Pemerintah Kota Bandung)
Berdasarkan hasil pengolahan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, terdapat
beberapa saran kepada Pemerintah kota Bandung, sebagai berikut:
1. Tanggapan responden mengenai environmental behavior di kota Bandung yang diukur menggunakan sepuluh dimensi
yang mencakup environmental attitude, consumers behavior towards eco labeling, perceived seriousness of
environment problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of environmental behavior,
perceived self-image in environmental, social influences, perceived quality of green products, environmental
concern, dan environmental knowledge hanya dinilai baik oleh responden sehingga pemerintah kota Bandung perlu
lebih meningkatkan Environmental behavior atau perilaku terhadap lingkungan di kota Bandung.
2. Green purchasing di kota Bandung berdasarkan tanggapan responden dinilai baik, karena Kota Bandung telah sesuai
dengan apa yang diharapkan sehingga kota Bandung perlu mempertahankan dan meningkatkan perilaku green
purchasing mereka, dengan demikian masyarakat kota Bandung akan mulai menggunakan produk hijau untuk
menjaga lingkungan di kota Bandung.
7
ISSN : 2355-9357
e-Proceeding of Management : Vol.3, No.1 April 2016 | Page 221
3. Berdasarkan hasil dari penelitian ini didapat bahwa environmental behavior yang diukur menggunakan sepuluh
dimensi environmental attitude, consumers behavior towards eco labeling, perceived seriousness of environment
problems, perceived environmental responsibility, perceived effectiveness of environmental behavior, perceived selfimage in environmental, social influences, perceived quality of green products, environmental concern, dan
environmental knowledge memiliki pengaruh hanya sebesar 35,6% terhadap green purchasing, sehingga pemerintah
kota Bandung perlu membenahi perilaku terhadap lingkungan atau environmental behavior tersebut karena memiliki
pengaruh yang kurang signifikan terhadap green purchasing mereka.
4.2.2
Saran Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya. Saran yang dapat diberikan untuk peneliti yang akan
melanjutkan penelitian ini yaitu:
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan lainnya untuk melihat pengaruh environmental behavior terhadap green
purchasing dengan melibatkan lebih dari beberapa tindakan atau perilaku penyelamatan lingkungan dan wawasan
tentang lingkungan hijau sehingga dapat membuat perbandingan dan mendapatkan pandangan yang lebih luas.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengkhususkan respondennya kepada masyarakat yang kurang memperhatikan
lingkungan atau perusahaan-perusahaan yang membuang limbahnya, sehingga dapat tercapai perilaku hijau untuk
menjaga lingkungan agar tetap bersih.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Slamet, Franky. Dan Andrew. (2013). Pengaruh Environmental Behavior terhadap Green Purchasing Behavior pada
anak muda generasi C di Jakarta. Jurnal pada Procedding Seminar Nasional dan Call for papers SANCALL 2013.
[2] Cherian Jacob, dan Jacob Jolly. (2012). Green Marketing: A Study of Consumers’ Attitude towards Environment
Friendly Products. Canadian Center of Science and Education
[3] http://www.tempo.co/topik/masalah/2071/pemanasan-global (di unduh pada tanggal 09 November 2014).
[4] http://www.liputan6.com/tag/global-warming (di unduh pada tanggal 09 November 2014).
[5] http://www.bandung.go.id/index.php?fa=dilemtek.detail&id=22 (di unduh pada tanggal 09 November 2014).
[6] Dahlstorm, Robert. (2011). Green Marketing Management. Mason: Cencage Learning
Queensland Goverment, 2002. Green Marketing-The Competitive Advantage of Sustainability .
www..epa.qld.gov.au/sustainable_industries (26 Januari 2015).
[7] Ottman, Jacquelyn. A. (2011). The New Rules of Green Marketing: Strategies, Tools, and Inspiration for Sustainable
Branding. San Francisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.
[8] Ferry, Jaolis. (2011). Profil Green Consumers Indonesia: Identifikasi Segmen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Pembelian Green Products. Jurnal mitra ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, April 2011, 1839.
[9] Manongko, Allen A. Ch.(2011). Green Marketing Dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat
Membeli Produk Organik (Studi Pada Pelanggan Produk Organik di Kota Manado).www.scholar.google.com
Al lannuzzi. (2012). Greener Products: The making and marketing of Sustainable Brands. Boca Raton : CRC Press.
[10] Cher-Min Fong and Nai-Jen Chang, (2010). “Green Product Quality, Green Corporate Image, green Customer
Satisfaction, and Green Customer Loyalty”. African Journal of Business Management, 4(13), October, pp. 28362844.
[11] Axelrod, L. J. dan Lehman, D. R. 1993. “Res-ponding to environmental concern: what factors guide individual
action?”, Journal of Environmental Psychology, Vol 13, 149-159.
[12] Picauly, Donald dan Hermawan, Asep. (2013). Antecedents of Green Purchasing Behavior In Indonesia. The 4th
International Seminar and Conference (ISC) 2013 on Islamic Economics and Beyond, Jakarta, November 11th 12th, 2013.
[13] Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
[14] Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for Business Buku 2 Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
[15] Young, Raymond De. (2000). Expanding and Evaluating Motives for Environmentally Responsible Behavior. Journal
of Social Issues, Vol. 56, No. 3, 2000, pp. 509-52
8
Download