analisis balance scorecard sebagai alat pengukur kinerja perusahaan

advertisement
 ANALISIS BALANCE SCORECARD SEBAGAI
ALAT PENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
SORAYA HANUMA
NIM. C2C606118
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
: Soraya Hanuma
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C606118
Fakultas/Jurusan
: Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi
: Analisis Balance Scorecard Sebagai Alat
Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus
Pada PT Astra Honda Motor)
Dosen Pembimbing
: Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.
Semarang,
Desember 2010
Dosen Pembimbing,
(Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.)
NIP. 196902141994122001
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Penyusun
: Soraya Hanuma
Nomor Induk Mahasiswa
: C2C606118
Fakultas/Jurusan
: Ekonomi/Akuntansi
Judul Skripsi
:ANALISIS
BALANCE
SCORECARD
SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA
PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada PT Astra
Honda Motor)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 22 Desember 2010
Tim Penguji :
1. Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.
(...................................................)
2. Herry Laksito SE., M.Adv., Acc., Akt.
(...................................................)
3. Wahyu Meiranto SE., M.Si., Akt.
(...................................................)
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Soraya Hanuma, menyatakan
bahwa skripsi dengan judul: “Analisis Balance Scorecard Sebagai Alat Pengukur
Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT Astra Honda Motor)”, adalah hasil
tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam
skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain
tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa
saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Semarang, Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
(Soraya Hanuma)
NIM: C2C606118
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al Insyiroh : 6 – 8)
“Allah niscaya akan meninggikan derajat kedudukan orang-orang
yang beriman dan berilmu”.
(Qs. Al-Mujaadalah, ayat :11)
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Keluarga tercinta dan teman-teman
yang selalu memberi doa dan semangat
ABSTRACT
In the face of an increasingly complex business environment such as currently
requirred method of performance measurement that can assess the company’s
performance accurately and comprehensively. In this case the method can be used is
the Balance Scorecard. Balance Scorecard is a performance measurement tool that
combines measures of financial and non financial performance. Balance Scorecard
measures the performance from four perspective, namely learnig and growth
perspective, internal business process perspective, customer perspective, and financial
perspective.
The research was conducted by using data in 2005-2006 at PT Astra Honda
Motor to analyze the financial perspective, while for other perspectives analyzed
through calculation questionnaire. The population in this study is to customers and
employees of PT Astra Honda Motor, whereas samples taken each is 100 respondents
for the employees and the 100 respondents to the customer. Questionnaire have been
tested for validity and reliability. Indicator used in this study consisted of ROI, profit
margin, operating ratio, customer satisfaction, innovation, and employee satisfaction.
From the results of the analysis conducted, it is known that the performance of
PT Astra Honda Motor is pretty good overall. In the financial perspective indicators
ROI, profit margin, and operating ratio has shown considerable performance. For the
customer perspective showed a good performance in the presence of customer
satisfaction that is quite satisfactory. On the internal business perspective, companies
can already do agood innovation. And for learning and growth perspective shows the
level of employee satisfaction that is quite satisfactory. From the study’s data can be
concludeed that by using the Balance Scorecard to provide a more structured and
comprehensive.
Keywords: Balanced Scorecard, performance measurement
ABSTRAK
Dalam menghadapi lingkungan bisnis yang semakin kompleks seperti saat ini
dibutuhkan metode pengukuran kinerja yang dapat menilai kinerja perusahaan secara
akurat dan menyeluruh. Dalam hal ini metode yang dapat digunakan adalah Balance
Scorecard. Balance Scorecard adalah alat pengukur kinerja yang menggabungkan
ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Balance Scorecard mengukur kinerja
dari empat perspektif, yaitu perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif
proses bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif keuangan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data tahun 2005-2006 pada PT
Astra Honda Motor untuk menganalisis perspektif keuangan, sedangkan untuk
perspektif lainnya dilakukan analisis melalui perhitungan kuesioner. Populasi dalam
penelitian ini adalah pelanggan dan karyawan PT Astra Honda Motor, sedangkan
sample yang diambil masing-masing adalah 100 responden untuk karyawan dan 100
responden untuk pelanggan. Kuesioner tersebut telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Indicator yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ROI, profit
margin, operating ratio, kepuasan pelanggan, inovasi, dan kepuasan karyawan.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kinerja PT
Astra Honda Motor secara keseluruhan sudah cukup baik. Pada perspektif keuangan
dengan indicator ROI, profit margin, dan operating ratio sudah menunjukkan kinerja
yang cukup. Untuk perspektif pelanggan menunjukkan kinerja yang baik dengan
adanya kepuasan pelanggan yang cukup memuaskan. Pada perspektif bisnis internal,
perusahaan sudah dapat melakukan inovasi yang baik. Dan untuk perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan tingkat kepuasan karyawan yang cukup
memuaskan. Dari data penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
menggunakan Balance Scorecard dapat memberikan gambaran yang lebih terstruktur
dan menyeluruh.
Kata kunci: Balance Scorecard, pengukuran kinerja
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Balance Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi
Kasus Pada PT Astra Honda Motor)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan agar dapat mengikuti Sidang Sarjana Strata-1 Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Diponegoro.
Penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan bantuan mulai dari
saat mempersiapkan, menyusun hingga dapat menyelesaikan skripsi. Dalam
kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Dr. H. M.Chabachib, MSi., Akt. selaku Dekan Fakultas Ekonomi yang telah
berdedikasi bagi institusi.
2. Endang Kiswara, SE.,MSi., Akt. sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan
waktu,
tenaga,
dan
pikiran
dalam
membantu
penulis
menyelesaikan skripsi dengan berbagi arahan, ilmu dan saran-sarannya.
3. Prof. Drs. H. Mohammad Nasir, MSi., Akt., Ph.D Sebagai dosen wali yang
telah memberikan arahan selama menempuh perkuliahan.
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh
studi.
5. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Salman Alfarisi dan Ibu RR Asri
Pangastoeti, terima kasih banyak atas nasehat, pencerahan, kasih sayang, doa,
dan dukungannya selama ini.
6. Adikku tercinta, Reza Fahlevi Sam, yang telah memberikan semangat dan
bantuan kepada penulis.
7. Mama Ita dan semua keluarga yang ada di Jakarta, terima kasih atas doa dan
bantuannya selama ini.
8. Sobat-sobatku, Dinar, Dellia, Filia, Tifani, Fika, Tunjung, terima kasih atas
kerjasama kita selama ini dari awal kuliah hingga penulis menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini baik dalam suka
maupun duka perkuliahan. Terima kasih juga atas semangat, dukungan dan
motivasi dari kalian.
9. Teman-teman Akuntansi kelas B angkatan 2006 yang telah memberikan
kenangan terindah semasa kuliah.
10. Teman-teman Tim I KKN 2010 Desa Asinan Kecamatan Bawen yang telah
memberikan semangat serta dukungan kepada Penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan
doanya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca dan akan memberikan suatu sumbangsih bagi Universitas
Diponegoro.
Semarang, Desember 2010
Penulis
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Rating Scale................................................................
38
Tabel 4.1
Hasil Pengukuran Perspektif Keuangan......................
43
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Kepuasan Pelanggan....................
44
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Kepuasan Pelanggan................
45
Tabel 4.4
Tingkat Kepuasan Pelanggan......................................
48
Tabel 4.5
Hasil Pengukuran Perspektif Bisnis Internal..............
47
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Kepuasan Karyawan....................
48
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas...................................................
49
Tabel 4.8
Tingkat Kepuasan Karyawan......................................
49
Tabel 4.9
Skor Penilaian Balance Scorecard..............................
51
Tabel 4.10
Hasil Penilaian Kinerja Secara Keseluruhan..............
52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Perspektif Bisnis Internal............................................
22
Gambar 2.2
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran................
24
Gambar 2.3
Hubungan Sebab Akibat.............................................
25
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran....................................................
31
Gambar 4.1
Kurva Kinerja..............................................................
53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Perhitungan Perspektif Keuangan
Lampiran 2
Perhitungan Perspektif Bisnis Internal
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN...................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................
iv
ABSTRACT......................................................................................................
v
ABSTRAK......................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR....................................................................................
vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................
1
1.1
1.2
1.3
1
5
6
6
6
6
8
Latar Belakang Masalah.........................................................
Rumusan Masalah...................................................................
Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................
1.3.1 Tujuan Penelitian........................................................
1.3.2 Kegunaan Penelitian...................................................
1.4 Sistematika Penulisan.............................................................
BAB II TELAAH PUSTAKA......................................................................
2.1
Landasan Teori........................................................................
2.1.1 Pengertian Kinerja......................................................
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja...................
2.1.3 Karakteristik Sistem Pengukuran Kinerja...................
2.1.4 Balance Scorecard......................................................
2.1.5 Keunggulan Balance Scorecard.................................
2.1.6 Perspektif Balance Scorecard ....................................
2.1.6.1 Perspektif Keuangan......................................
8
8
9
10
10
13
16
16
2.1.6.2 Perspektif Pelanggan......................................
2.1.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal...................
2.1.6.4 Perspektif Perrtumbuhan dan Pembelajaran..
2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................
2.3 Kerangka Pemikiran...............................................................
BAB III METODE PENELITIAN................................................................
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
17
20
23
26
31
32
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................
Populasi dan Sampel...............................................................
Jenis dan Sumber Data............................................................
Metode Pengumpulan Data.....................................................
Metode Analisis Data..............................................................
3.5.1 Pengujian Instrumen Penelitian.....................................
32
34
35
35
36
37
3.5.2 Cara Pengukuran dalam Balance Scorecard..................
38
BAB IV HASIL DAN ANALISIS................................................................
40
4.1
4.2
Gambaran Umum Perusahaan................................................
Hasil Penelitian.......................................................................
4.2.1 Perspektif Keuangan...................................................
4.2.2 Perspektif Pelanggan...................................................
4.2.3 Perspektif Bisnis Internal............................................
4.2.4 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran................
4.3 Penilaian dengan Balance Scorecard ....................................
4.4 Kinerja Perusahaan Secara Keseluruhan................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................
40
44
44
44
48
49
52
52
55
5.1 Kesimpulan................................................................................
5.2 Keterbatasan Penelitian..............................................................
55
56
5.3 Saran..........................................................................................
57
Daftar Pustaka ................................................................................................
58
Lampiran-lampiran.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan
besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,
dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan konsumen dan perusahaan
dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan
terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki
persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan yang mempunyai keunggulan yang
mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan
produk yang bermutu, dan cost effective (Srimindarti, 2004).
Perubahan-perubahan tersebut mendorong perusahaan untuk mempersiapkan
diri agar bisa diterima di lingkungan global. Kunci persaingan dalam pasar global
adalah kualitas total yang mencakup penekanan-penekanan pada kualitas produk,
kualitas biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, dan
kepuasan-kepuasan lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus
menerus kepada pelanggan.
Dengan adanya persaingan global, perusahaan dihadapkan pada penentuan
strategi dalam pengelolaan usahanya. Penentuan strategi akan dijadikan sebagai
landasan dan kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran – sasaran kerja yang telah
ditentukan oleh manajemen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur
kinerja sehingga dapat diketahui sejauh mana strategi dan sasaran yang telah
ditentukan dapat tercapai. Penilaian kinerja memegang peranan penting dalam dunia
usaha, dikarenakan dengan dilakukanya penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas
dari penetapan suatu strategi dan penerapannya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian
kinerja dapat mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat dalam
perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa mendatang.
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting dalam
perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran
kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam
perusahaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang
layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan
sebagai alat untuk mengevaluasi periode yang lalu.
Selama ini yang umum digunakan dalam perusahaan adalah pengukuran
kinerja tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja.
Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada
keuntungan jangka pendek dan cenderung mengabaikan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang. Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada
sektor keuangan saja kurang mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak
(intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
Selain itu pengukuran kinerja dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak
mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak
mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan
Norton, 1996). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990
yaitu tentang ”Pengukuran Kinerja Organisasi Masa Depan”. Penelitian tersebut
berkaitan dengan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penelitian ini didorong oleh
kesadaran pada saat itu dimana ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua
perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan
ukuran komprehensif yang meliputi empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran, yang disebut dengan Balance Scorecard. Balance Scorecard
digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan
dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang.
Dari percobaan penggunaan Balance Scorecard pada tahun 1990-1992,
perusahaan-perusahaan yang ikut serta dalam penelitian tersebut menunjukkan
perlipatgandaan kinerja keuangan perusahaan. Keberhasilan ini disadari sebagai
akibat dari penggunaan ukuran kinerja Balance Scorecard
yang komprehensif.
Dengan menambahkan ukuran kinerja nonkeuangan, seperti kepuasan pelanggan,
produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis internal, dan pembelajaran dan
pertumbuhan, eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan melaksanakan usaha-usaha
yang merupakan pemacu sesungguhnya untuk mewujudkan kinerja keuangan.
(Mulyadi, 2001)
Balance Scorecard menggambarkan adanya keseimbangan antara tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang, antara ukuran keuangan dan nonkeuangan,
antara indicator lagging dan indicator leading. Balance Scorecard cukup
komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam keempat
perspektif
tersebut,
agar
keberhasilan
keuangan
yang
dihasilkan
bersifat
berkesinambungan.
PT Astra Honda Motor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
penjualan dan jasa. Dengan menggunakan konsep Balance Scorecard, diharapkan
dapat
membantu
perusahaan
memberikan
rerangka
komprehensif
untuk
menerjemahkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategik. Pengukuran kinerja dengan
Balance Scorecard tidak hanya menggunakan aspek keuangan saja, melainkan juga
aspek-aspek non keuangan guna mencapai keseimbangan pengukuran kinerja.
Sebagai perusahaan otomotif yang terus berkembang, PT Astra Honda Motor harus
mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya yang juga telah
berkembang pesat. Persaingan yang semakin ketat juga harus diimbangi dengan
manajemen yang baik agar perusahaan bisa bertahan.
Berdasarkan kelebihan yang dimiliki Balanced Scorecard, maka penulis
tertarik untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dengan menggunakan instrumeninstrumen yang terdapat di dalam Balanced Scorecard ke dalam skripsi yang berjudul
“ANALISIS BALANCE SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKUR KINERJA
PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT Astra Honda Motor)”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui apakah tujuan dan target perusahaan telah tercapai, maka
harus diketahui kinerja perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja perusahaan biasanya
menggunakan model akuntansi tradisional yang hanya meliputi aspek keuangan saja.
Saat ini terdapat alat ukur kinerja perusahaan yang menggunakan aspek keuangan dan
nonkeuangan yang dikenalkan oleh Kaplan dan Norton, yaitu Balance Scorecard.
Balance Scorecard menambahkan beberapa perspektif dalam mengukur kinerja
perusahaan. Sehingga terdapat empat perspektif dalam Balance Scorecard, yaitu
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana
kinerja PT Astra Honda Motor jika menggunakan konsep Balance Scorecard?
1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan jika dilihat dari konsep
Balance Scorecard pada PT Astra Honda Motor.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yang diharapkan peneliti untuk kedepannya adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis dan akademis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
acuan serta dapat digunakan untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan
pemahaman mengenai judul yang diteliti.
2. Manfaat praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan untuk kedepannya dan memberikan
gambaran tentang pentingnya Balance Scorecard sebagai solusi yang baik
untuk mengukur kinerja perusahaan.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan secara singkat mengenai isi skripsi, yang meliputi latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang diperoleh melalui tinjauan pustaka dari berbagai
literatur yang berkaitan dengan penelitian yang telah ditetapkan dan diperoleh melalui
penelitian terdahulu.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi deskripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan
secara operasional, yang meliputi populasi dan teknik pengambilan sample, jenis
data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yang relevan dengan masalah
yang diteliti, juga menguraikan tentang bagaimana penerapan Balance Scorecard
sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Pembahasan masalah dilakukan atas analisis
data-data yang dikumpulkan. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode
analisis yang ditetapkan berlandaskan pada teori-teori yang ada dan penelitian
terdahulu sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir sekaligus menjadi penutup dari skripsi ini.
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bersifat
membantu pihak manajemen perusahaan
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama
periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki
(Helfert, 1996 dalam Srimindarti, 2004). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah
istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan
atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja
adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam
rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian
atas aktivitas perencanaan dan pengendalian tersebut.
2.1.2 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku
yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan.
Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti
promosi, pemberhentian dan mutasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.1.3
Karakteristik Sistem Pengukuran Kinerja
Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan
oleh konsumen-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif paling tidak
harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut (Yuwono dkk, 2002):
a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri
sesuai perspektif pelanggan;
b. Evaluasi atas berbagai aktivitas, mengggunakan ukuran-ukuran kinerja yang
konsumen-validated;
c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan,
sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif;
d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali
masalah-masalah yang mempunyai kemungkinan untuk diperbaiki.
2.1.4
Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard merupakan alat
pengukur kinerja eksekutif yang memerlukan ukuran komprehensif dengan empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal,
dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sementara itu Anthony, Banker,
Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai: “a
measurement and management system that views a business unit’s performance from
four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and
growth.”
Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur
kinerja perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik
secara keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu,
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. Pendekatan Balance Scorecard dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan pokok, yaitu (Kaplan dan Norton, 1996):
1. Bagaimana penampilan perusahaan dimata para pemegang saham? (perspektif
keuangan)
2. Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif
pelanggan)
3. Apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif bisnis internal)
4. Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai
secara berkesinambungan? (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran)
Selain itu, Balanced Scorecard juga memberikan kerangka berpikir untuk
menjabarkan strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton
(1996) mengatakan bahwa perusahaan menggunakan focus pengukuran scorecard
untuk menghasilkan berbagai proses manajemen, meliputi :
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis
Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan
dalam ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan
tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan
datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan kemampuan
internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan
untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang.
Melalui Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan
dan nonkeuangan dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai
dan tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap
sebagai pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah rerangka berpikir dalam
pengembangan strategi.
2.1.5
Keunggulan Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard
memiliki
keunggulan
yang
menjadikan
sistem
manajemen strategik saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen
strategik dalam manajemen tradisional (Mulyadi,2001). Manajemen strategik
tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan
sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen
strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran
strategik dalam sistem manajemen strategic kontemporer dirumuskan secara koheren.
Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik
kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen
strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.
Menurut Mulyadi (2001), keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam
system perencanaan strategic adalah mampu menghasilkan rencana strategic yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Komprehensif
Balanced Scorecard menambahkan perspektif yang ada dalam perencanaan
strategic, dari yang sebelumnya hanya pada perspektif keuangan, meluas ke tiga
perspektif yang lain, yaitu : pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan.
Perluasan perspektif rencana strategic ke perspektif nonkeuangan
tersebut menghasilkan manfaat sebagai berikut:
a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang,
b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2. Koheren
Balanced Scorecard
mewajibkan personel untuk membangun hubungan
sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan
strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan
harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Dengan demikian, kekoherenan sasaran strategik yang dihasilkan dalam
sistem perencanaan strategik memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam
mencari inisiatif strategik yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
Sistem perencanaan strategic yang menghasilkan sasaran strategik yang koheren akan
menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan berjangka panjang, karena personel
dimotivasi untuk mencari inisiatif strategik yang mempunyai manfaat bagi
perwujudan sasaran strategik di perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal, pembelajaran dan pertumbuhan.
Kekoherenan sasaran strategic yang
menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan
untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.
3. Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Jadi perlu
diperlihatkan garis keseimbangan yang harus diusahakan dalam menetapkan sasaransasaran strategic di keempat perspektif.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh
sistem tersebut. Semua sasaran strategik ditentukan oleh ukurannya, baik untuk
sasaran strategik di perspektif keuangan maupun sasaran strategik di perspektif
nonkeuangan.
Dengan Balanced Scorecard, sasaran-sasaran strategik yang sulit diukur,
seperti sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan, ditentukan ukurannya
agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan.
Dengan demikian keterukuran
sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan tersebut menjanjikan perwujudan
berbagai sasaran strategik nonkeuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat
ganda dan berjangka panjang.
2.1.6
Perspektif Balanced Scorecard
2.1.6.1 Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan tetap digunakan dalam Balance Scorecard, karena
ukuran keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi
perusahaan memberikan perbaikan atau tidak bagi peningkatan keuntungan
perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara
khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai
pemegang saham.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001).
Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya
pun berbeda pula.
1. Growth (berkembang) adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana
perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi
pertumbuhan yang baik.
Di sini manajemen terikat dengan komitmen untuk
mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan
suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,
mengembangkan system, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan
mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan
dengan pelanggan.
2. Sustain (bertahan) adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan
investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.
Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada,
bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya
diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan
meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada
tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang
dilakukan. Tolak ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, profit
margin, dan operating ratio.
3. Harvest (panen) adalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar
memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi
investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali
pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan adalah
hal yang utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolak ukur, yaitu
memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
2.1.6.2 Perspektif Pelanggan
Filosofi manajemen terkini telah menunjukkan peningkatan pengakuan atas
pentingnya konsumen focus dan konsumen satisfaction. Perspektif ini merupakan
leading indicator.
Jadi, jika pelanggan tidak puas maka
produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
mereka akan mencari
Kinerja yang buruk dari
perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat ini
kinerja keuangan terlihat baik.
Oleh Kaplan dan Norton (2001) perspektif pelanggan dibagi menjadi dua
kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value
prepositions.
Customer
Core
Measurement
memiliki
beberapa
komponen
pengukuran, yaitu:
1. Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan bagian yang
dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi: jumlah
pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.
2. Customer Retention (retensi pelanggan); Mengukur tingkat di mana
perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.
3. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur tingkat di mana suatu
unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.
4. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan); Menaksir tingkat kepuasan
pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.
5. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan); mengukur keuntungan yang
diperoleh perusahaan dari penjualan produk/jasa kepada konsumen.
Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yang
terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut:
1. Product/service attributes
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. Pelanggan
memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada
yang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah.
Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas
produk yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan
berdasarkan hal tersebut.
2. Konsumen relationship
Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk
yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi oleh
responsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan
masalah waktu penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting
dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap penyelesaian
order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan
mereka.
3. Image and reputasi
Menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang
konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun image dan
reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang
dijanjikan.
2.1.6.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan
analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang
kritis yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini
memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan
apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif
ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi
perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam tiga
tahapan, yaitu:
1. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi
merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta
ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya
pada proses penciptaan nilat tambah bagi pelanggan. Dalam proses ini, unit bisnis
menggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk
dan jasa yang mereka butuhkan.
Proses inovasi dalam perusahaan biasanya
dilakukan oleh bagian marketing sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu
produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat
dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar).
Aktivitas marketing ini
merupakan aktivitas penting dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama
untuk jangka panjang.
2. Proses Operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa.
Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1) proses
pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan.
Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan pada
waktu, kualitas, dan biaya.
3. Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan
produk/jasa tersebut dilakukan.
Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini,
misalnya penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusak dan
yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat
mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi
harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya,
dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu,
perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan
diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.
Berikut adalah gambar perspektif proses bisnis internal:
Proses Inovasi
Kebutuhan
pelanggan
diidentifikasi
Proses Operasi
Kenali
Ciptakan
Pasar
Produk/
Bangun
Luncurkan
Produk/
Produk/
Jasa
Proses layanan purna jual
Layani
Pelanggan
Kebutuhan
Pelanggan
terpuaskan
Jasa
Gambar 2.1 Perspektif Proses Bisnis Internal
Sumber: Robert S. Kaplan and David P. Norton, 1996.
2.1.6.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan kinerja jangka panjang. Proses pembelajaran
dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan
prosedur organisasi. Yang termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai
dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi.
Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akan
menunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, system, dan
prosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang
diinginkan. Inilah alasan mengapa perusahaan harus melakukan investasi di ketiga
faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar
(learning organization).
Dalam perspektif ini, ada factor-faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kapabilitas pekerja
Dalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki pemikiran pegawai
terhadap organisasi, yaitu bagaimana para pegawai menyumbangkan segenap
kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu perencanaan dan upaya implementasi
reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat
dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Kapabilitas system informasi
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang
terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh
tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu
dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
3. Motivasi, kekuasaan dan keselarasan
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan
terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi
pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran
sangat penting bagi pegawai untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi
lingkungan sama-sama dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis
tetapi juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya
masing-masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang besar dan
pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk
mengambil keputusan. Selain itu, upaya tersebut juga harus dibarengi dengan
upaya penyesuaian yang terus menerus yang sejalan dengan tujuan organisasi.
Berikut adalah gambar perspektif pembelajaran dan pertumbuhan:
Hasil
Produktivitas pekerja
Retensi pekerja
Kepuasan pekerja
Kompetensi staf
Infrastruktur teknologi
Iklim untuk bertindak
Gambar 2.2 Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Sumber: Kaplan dan Norton (1996)
Dari keempat perspektif tersebut terdapat hubungan sebab akibat yang
merupakan penjabaran tujuan dan pengukuran dari masing-masing perspektif.
Hubungan berbagai sasaran strategic yang dihasilkan dalam perencanaan strategic
dengan kerangka Balanced Scorecard menjanjikan peningkatan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kinerja keuangan. Kemampuan ini sangat diperlukan
oleh perusahaan yang memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.
Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan tentang hubungan sebab akibat keempat
perspektif dalam Balance Scorecard:
Keuangan
ROI
Pelanggan
Loyalitas Pelanggan
Pengiriman tepat waktu
Proses bisnis internal
Peningkatan kualitas
Belajar dan tumbuh
Penurunan waktu produksi
Keahlian pekerja
Gambar 2.3 Hubungan Sebab Akibat
Sumber :Kaplan dan Norton (1996)
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian dengan menggunakan Balance Scorecard telah dilakukan
pada beberapa perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan. Penelitian terdahulu
menyebutkan bahwa pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep Balance
Scorecard lebih memberikan informasi yang akurat, karena tidak hanya mengukur
kinerja keuangan saja, tetapi juga mengukur kinerja nonkeuangan yang berkaitan
dengan unit-unit kerja perusahaan juga dapat terukur. Beberapa penelitian tersebut
antara lain:
1.
Yuanisa Dhira K. (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ”Evaluasi Terhadap
Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank Konvensional Dengan Perspektif
Balance Scorecard (Studi Kasus Pada Bank Jateng)” dengan hasil sebagai
berikut:
• Perspektif Keuangan
Pada UUS Bank Jateng, rasio NPF lebih kecil dibandingkan dengan NPL
Bank Jateng. Karena NPL pada Bank Jateng memiliki nilai lebih besar dari
UUS Bank Jateng. Sedangkan rasio BOPO pada Bank Jateng lebih kecil
dibandingkan dengan UUS Bank Jateng. Hal ini berarti bahwa BOPO pada
Bank Jateng lebih baik daripada BOPO UUS Bank Jateng. Selanjutnya, rasio
LDR pada Bank Jateng lebih rendah dibandingkan dengan FDR pada UUS
Bank Jateng.
• Perspektif pelanggan
Hasil survey kepuasan nasabah pada Bank Jateng lebih tinggi dibandingkan
dengan UUS Bank Jateng.
• Perspektif Bisnis Internal
Rasio AETR pada Bank Jateng menunjukkan angka lebih kecil dibandingkan
dengan UUS Bank Jateng. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit waktu
proses yang diperlukan, maka semakin kecil biaya yang harus dikeluarkan
untuk melakukan aktivitas tersebut sehingga kepuasan nasabah akan
meningkat karena dilayani dengan cepat dan keuntungan perusahaan akan
meningkat.
•
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Hasil survey kepuasan karyawan pada UUS Bank Jateng lebih tinggi dari
pada Bank Jateng.
2.
Meirdania Zudia (2010), melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Penilaian
Kinerja Organisasi Dengan Menggunakan Konsep Balance Scorecard Pada PT
Bank Jateng Semarang” mengemukakan hasil dari penelitiannya sebagai berikut:
• Perspektif Keuangan
ROA pada tahun 2007 sebesar 2,83% kemudian mengalami kenaikan pada
tahun 2008 sebesar 3,05% dan mengalami penurunan pada tahun 2009
menjadi 2,94%. Demikian pula dengan BOPO, pada tahun 2008 mengalami
penurunan sehingga menjadi 70,14% dan pada tahun 2009 naik menjadi
71,36%. Sedangkan rasio LDR pada Bank Jateng menunjukkan angka ideal,
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh BI.
• Perspektif Pelanggan
Untuk pangsa pasar, Bank Jateng terus meningkatkan kualitas produk dan
menekankan daya saing. Sedangkan untuk kepuasan nasabah menunjukkan
angka rata-rata, yaitu cukup puas. Untuk rasio profitabilitas pelanggan tahun
2008 mengalami kenaikan menjadi 30,08% dan pada tahun 2009 turun
menjadi 27,69%.
• Perspektif Bisnis Internal
Rasio NGR menunjukkan angka rata-rata sebesar 33,33%. Sedangkan rasio
AETR menunnjukkan angka rata-rata sebesar 6,43%.
• Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Dalam perspektif ini, produktivitas karyawan mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Begitu pula dengan pelatihan karyawan, setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Sedangkan kepuasan karyawan menunjukkan hasil
yang baik, yaitu dengan rata-rata sebesar 4,48.
3.
Yuniarsa Adi P. (2006), melakukan penelitian dengan judul ”Pengukuran Kinerja
Perusahaan Dengan Pendekatan Balance Scorecard (Studi Kasus pada PT
Waskita Karya (Persero))”, dengan hasil sebagai berikut:
• Perspektif Keuangan
Terdapat peningkatan ROI sebesar 1,15% (2002-2003) dan sebesar 0,4%
(2003-2004). Peningkatan profit margin sebesar 0,04% (2002-2003) dan
sebesar 0,25% (2003-2004). Rasio Operasi mengalami peningkatan sebesar
0,44% (2002-2003) dan mengalami penurunan sebesar 2,03% (2003-2004).
Sedangkan EVA mengalami kenaikan sebesar Rp 6.691.487.772,46 (20022003) dan Rp 11.959.743.108,7.
• Perspektif pelanggan
Peningkatan pangsa pasar pada tahun 2002-2003 sebesar 3,14% dan 1,5%
pada tahun 2003-2004. Akuisisi pelanggan mengalami kenaikan sebesar
16,23% (2002-2003) dan mengalami penurunan sebesar 9,09% (2003-2004).
Sedangkan kepuasan pelanggan mengalami kenaikan sebesar 4,55% (20022003) dan 0,9% (2003-2004). Profitabilitas pelanggan juga mengalami
kenaikan sebesar 1,46% (2002-2003) dan sebesar 5,23% (2003-2004).
• Perspektif Bisnis Internal
Tingkat inovasi tiap tahunnya adalah 0%, karena perusahaan selama jangka
waktu tersebut tidak menawarkan jasa baru. Sedangkan layanan purna jual
selama jangka waktu tersebut rata-rata per tahunnya hampir mendekati 100%.
• Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Tingkat retensi karyawan pada tahun 2002 sebesar 2,92%, pada tahun 2003
meningkat menjadi 3,31% dan pada tahun 2004 naik lagi menjadi 4,19%.
Sedangkan kemampuan sistem informasi menurun dari 22,28% (2002)
menjadi 21,36% (2003) dan mengalami penurunan lagi sehingga menjadi
20,85% (2004).
2.3 KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
digambarkan sebuah kerangka pemikiran yang dapat menjelaskan hubungan variabelvariabel yang diteliti pada gambar berikut:
Perspektif Keuangan
•
ROI
•
Profit Margin
•
Operating Ratio
Perspektif Pelanggan
•
Hasil analisis kinerja
perusahaan dengan
menggunakan konsep Balance
Scorecard
Tingkat kepuasan
pelanggan
Perspektif Bisnis
Internal
•
Inovasi
Perspektif Pertumbuhan
dan Pembelajaran
•
Tingkat kepuasan
karyawan
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Perspektif Keuangan, pengukurannya menggunakan ROI, Profit Margin,
Operating Ratio.
•
ROI (Return On Investment)
Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi atau yang biasa
disebut dengan ROI yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan laba bersih. ROI dapat dikatakan baik jika rata-rata
industrinya sebesar 9,8% (Keown, 2008).
EAT
ROI =
x 100%
(1)
Total aktiva
•
Profit Margin
Profit margin digunakan untuk melihat besar kecilnya laba usaha dalam
hubungannya dengan penjualan untuk mengetahui efisiensi perusahaan.
Profit margin dikatakan baik jika rata-rata nilainya adalah sebesar 8,3%
(Keown, 2008). Semakin tinggi nilai profit margin berarti semakin baik,
karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup
tinggi.
EAT
Profit margin =
x 100%
(2)
Penjualan
•
Operating Ratio
Merupakan biaya operasi dibagi dengan penjualan bersih, dan dinyatakan
dalam persen. Biaya operasi sendiri terdiri dari harga pokok penjualan
(HPP) ditambah dengan beban usaha. Semakin tinggi rasio operasi, berarti
menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan biaya yang dimiliki
dalam menghasilkan penjualan bersih.
HPP + Beban usaha
Operating ratio =
x 100%
(3)
Penjualan
2. Perspektif Pelanggan
Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan pelanggan
(customer satisfaction), dengan cara mengukur seberapa besar kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan perusahaan. Data diperoleh dari penyebaran
kuesioner kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor
rata-rata pada skala likert menunjukkan angka diatas 3.
3. Perspektif Bisnis Internal
Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu inovasi,
untuk mengetahui jumlah produk/jasa baru yang ditawarkan perusahaan
dibandingkan dengan produk/jasa yang sudah ada. Semakin tinggi nilai yang
dihasilkan, maka semakin baik inovasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Produk/jasa baru yang ditawarkan
Inovasi =
x 100%
(4)
Total produk/jasa yang sudah ada
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan karyawan
dengan cara mengukur seberapa besar kepuasan karyawan terhadap
perusahaan. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada karyawan.
Kepuasan karyawan dapat dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala
likert menunjukkan angka diatas 3.
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
Yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan otomotif, yaitu PT Astra
Honda Motor. Objek penelitian digunakan untuk mendukung teknik pengukuran
variable-variabel dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan
dan karyawan PT Astra Honda Motor, sedangkan sample yang diambil masingmasing adalah 100 responden untuk karyawan dan 100 responden untuk pelanggan.
3.3 JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari
sumbernya melalui kuesioner, yang ditujukan kepada karyawan sebanyak 100
responden dan pelanggan sebanyak 100 responden. Adapun diantaranya data
mengenai kepuasan karyawan dan kepuasan konsumen diketahui lewat
kuesioner.
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
melalui studi kepustakaan, yaitu literature dari buku maupun artikel. Data juga
diperoleh dari internet.
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Digunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, yaitu:
1. Kuesioner
Kuesioner disebar kepada karyawan dan pelanggan PT Astra Honda Motor
masing-masing sebanyak 100 lembar. Sedangkan perhitungan bobot penilaian
kuesioner karyawan dan pelanggan menggunakan skala Likert. Skala Likert ini
berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu.
2. Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur-literatur yang
relevan guna memperoleh gambaran teoritis mengenai konsep penilaian kinerja
Balanced Scorecard.
3.5 PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kuesioner yang nantinya dipergunakan
untuk mengukur kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan. Berdasarkan dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang benar-benar objektif (validitas).
Selain itu perlu diuji konsistensinya (reliabilitas). Validitas dan reliabilitas merupakan
dua syarat dalam menentukan kualitas alat ukur. Kualitas tersebut akan menentukan
baik atau tidaknya suatu penelitian. Pengujian instrumen penelitian dengan
menggunakan uji validitas dengan menghitung korelasi menggunakan teknik korelasi
pearson dengan tarif signifikan = 5% dan uji reliabilitas menggunakan Alpha dengan
nilai Croanbach’s Alpha > 60. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah teknik pemilihan sampel probabilitas, yaitu dengan pemilihan sampel acak
sederhana (simple random sampling), yang memberikan kesempatan yang sama dan
bersifat tidak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
Sedangkan untuk menghitung kuesioner karyawan dan kuesioner pelanggan
menggunakan Skala Likert. Skala Likert berhubungan dengan pertanyaan tentang
sikap seseorang terhadap sesuatu. Skala likert berisi lima tingkat jawaban dengan
pilihan berupa angka skala 1-5, yang artinya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005):
1 Sangat tidak puas
2 Tidak puas
3 Cukup puas
4 Puas
5 Sangat puas
3.5.1 Cara Pengukuran dalam Balanced Scorecard
Sasaran strategik yang dirumuskan untuk mencapai visi dan tujuan organisasi
melalui strategi yang telah dipilih perlu ditetapkan ukuran pencapaiannya. Ada dua
ukuran yang perlu ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran
strategik, yaitu: ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja. Ukuran hasil merupakan
ukuran yang menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian sasaran strategik,
sedangkan ukuran pemacu kinerja merupakan ukuran yang menyebabkan hasil yang
dicapai.
Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara
seimbang antara perspektif yang satu dengan perspektif yang lainnya dengan tolok
ukur masing-masing perspektif. Menurut Mulyadi (2001), kriteria keseimbangan
digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana sasaran strategik kita capai seimbang
di semua perspektif.
Skor dalam tabel kriteria keseimbangan adalah skor standar, jika kinerja
semua aspek dalam perusahaan adalah “baik”. Skor diberikan berdasarkan rating
scale berikut:
Tabel 3.2
Rating Scale
Skor
Nilai
-1
Kurang
0
Cukup
1
Baik
Sumber: Mulyadi, 2001
Download