perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA DENGAN PENERAPAN KARAKTERISTIK FILM TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : SHABRINA D’LASTTRIE ANITA I 0207086 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA DENGAN PENERAPAN KARAKTERISTIK FILM TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh : SHABRINA D’LASTTRIE ANITA I 0207086 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id THANK YOU SO MUCH FOR Allah SWT berkat segala limpahan rahmat dan telah memberikanku kehidupan yang sangat menyenangkan J Ibu Luciana Gultom, thank you for being the greatest mother in the world J Servo Caesar Prayoga, Astri Kurniati Martiana, Noviana Aliya Putri, Bagus Jati Nugroho, thank you for all of your support, my siblings. Arka Jebran Nugroho, malaikat kecilku. Bima Pratama Putra, terima kasih banyak untuk selalu ada J Desi Dwi Christina, Wina Astarina, Diah Irhamna, Agam Djohar Affandi, Addina Amalia, terima kasih banyak untuk segala support yang kalian berikan dimasa suka dan duka. Harry Mulyanto, Rozan Zulfikar, Citra Talitha, Rudi Akhirudin, Arfizon Syahroni, Mas Dermawan Hadi Barnas, Wahyu Dwipo Sanjoyo, Rizky Antofagasta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan sepanjang masa Studio Tugas Akhir. Bapak Imam Subchan Barnas, Keluarga Besar Arsitektur 2007, Keluarga Besar Solo Berkebun, Keluarga AIESEC Expansion UNS, Keluarga Besar Studio Tugas Akhir 126 thank you to have introduce me into a new stories of life and especially for Pak Imam, thank you so much for all the support. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih banyak atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan semasa kuliah hingga masa Studio Tugas Akhir. “This is just an end for a new beginning..” commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA Dengan Penerapan Karakteristik Film PENYUSUN NIM JURUSAN TAHUN : SHABRINA D’LASTTRIE ANITA : I 0207086 : ARSITEKTUR : 2012 Surakarta, Juli 2012 Menyetujui, Pembimbing I Tugas Akhir Pembimbing II Tugas Akhir Ir. Ahmad Farkhan, MT. NIP. 19630802 199103 1 003 Avi Marlina, ST, MT. NIP. 19590725 199802 1 001 Mengesahkan, Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001 Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA Dengan Penerapan Karakteristik Film ABSTRAK Budaya indie sedang menjadi trend dikalangan anak muda sekarang ini. Mulai dari musik indie hingga film indie. Tak terkecuali di Indonesia, film independen atau yang biasa disebut film indie juga ikut meramaikan dunia perfilman baik dikalangan sineas film profesional maupun amatir, sineas senior maupun junior. Sebagai suatu wadah bagi aspirasi para komunitas film, fasilitas yang ada didalam Wadah Komunitas Film Independen mencakup fasilitas yang mendukung pengembangan film independen di Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya. Fasilitas yang ada meliputi fasilitas pendidikan, produksi, dan eksebisi film. Sasaran dari perancangan adalah para sineas perfilman, penikmat film, serta orang awam dan sasaran utama dalam perancangan ini adalah komunitas film independen di Jakarta pada khususnya serta Indonesia pada umumnya. Wadah yang nantinya akan menjadi media distribusi film independen. Kota Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia dan merupakan pusat dari segala kegiatan, menjadi objek yang cukup konsumtif terhadap budaya indie yang sedang terjadi. Festival film baik dalam skala nasional maupun internasional yang merupakan sebuah ajang apresiasi bagi film independen sering diadakan di Jakarta. Jakarta memiliki potensi yang cukup besar bagi perfilman Indonesia. Film memiliki banyak karakteristik yang bisa diterapkan dalam desain. Karakter film diwujudkan dalam perancangan arsitektural dan menjadi sebuah visualisasi desain. Wadah Komunitas Film Independen diharapkan dapat mendukung terciptanya iklim yang kondusif untuk merangsang para pengkarya film independen baik dari kalangan akademis maupun awam serta para penikmat film independen agar lebih kritis, inovatif dan komunikatif serta percaya diri dalam usahanya untuk memajukan dan mengembangkan khasanah perfilman Indonesia. Kata Kunci : Indie, Komunitas Film, Jakarta, Karakteristik Film commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id INDEPENDENT FILM COMMUNITY SPACE WITH FILM CHARACTERISTIC DESIGN IMPLEMENTATION IN JAKARTA ABSTRACT Indie culture has becoming a trends amongs the youth nowadays. Starts from indie musics to indie films. Including in Indonesia, an independent film or commonly known as indie film also enliven film industries for both a professional and an amateur filmmakers films, and also for a seniors and a juniors filmmakers. As a space of the aspirations of film communities, Independent Film Community Space consist of facilities which supports the independent film development in Indonesia in general and in Jakarta in common. Facilities which is including an educational , film productions and film exhibitions facilities. The design objectives is a filmmakers, a moviegoers, and also for common people as well and the main aim goes to the independent film communities in Jakarta in common and Indonesia in general. A space that will becoming a media for the distribution of independent films. Jakarta is the capital city of Indonesia and the center of many activities, becomes the object which quite consumptive for indie cultures that is happening. Film festivals which is an appreciation events for independent films was frequently held in Jakarta, both nationally and internationally range. Jakarta has a considerable potential for the development of Indonesian films. Films has a lot of characteristics which could be implemented into a design. Film characters realized in the architectural design and became a design visualization. Independent Film Community Space are expected to supports a conducive environment in order to stimulates independent filmmakers from both academic and common people as well as for moviegoers of an independent films in order to be more critical, innovative and communicative and confident in attempts to promote and developing the repertoire of Indonesian cinema. Keyword : Indie, Film Communities, Jakarta, Film Characteristic commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN di JAKARTA Dengan Penerapan Karakteristik Film 1.2 Esensi Judul 1. Sebagai sarana pewadahan kegiatan komunitas film independen. 2. Sebagai sarana pengembangan film independen. 1.3 Latar Belakang 1.3.1 Perkembangan Film Independen Indie label dewasa ini merupakan sebuah matra yang sangat populer di kalangan anak muda Indonesia. Menjadi indie seolah sebuah cara untuk selalu mengikuti gaya hidup yang sedang “ngepop”. Nyaris tidak ada bidang kebudayaan pop yang tidak lepas dari indie, sebut saja musik indie, majalah indie dan juga tidak ketinggalan film indie. Penemuan teknologi digital telah memberi ruang baru bagi budaya pop dalam bentuk film indie. Biaya produksi yang jauh lebih murah jika dibandingkan membuat film dengan seluloid membuat gairah indie kemudian merebak di kalangan anak muda untuk membuat film. Semenjak pemunculannya yang dianggap sangat fenomenal, film indie menjadi sebuah momentum bagi kaum muda sebagai sebuah ruang ekspresi yang membebaskan serta tidak dibelit dengan persoalan birokratis didalamnya sehingga kampus adalah bagian terbesar dari perjuangan pembangunan film indie di Indonesia. Film indie dianggap menjadi medium yang mewakili jatidiri kaum commit to user I-1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id muda; bebas serta bersemangat. Sebuah pergeseran wacana dari penonton, menjadi pembuat.1 Muncullah sebuah espektasi bahwa momentum tersebut dapat mengantarkan kembali kepada kebangkitan perfilman Indonesia. Lahirnya ratusan komunitas film di berbagai pelosok Indonesia menjadi salah satu parameternya. Kelompok-kelompok tersebut ramai berproduksi, gairah serta semangat yang mereka tunjukan menginspirasikan banyak kaum muda lainnya untuk kemudian turut ikut serta ambil bagian dalam fenomena ini. 1.3.2 Komunitas Film Independen di Jakarta Jakarta memiliki potensi yang besar di bidang perfilman. Di Jakarta berkembang komunitas-komunitas film yang sering berkumpul dan bertukar pikiran. Perkembangan komunitas film di Jakarta dimulai pada tahun 1950 dengan berdirinya kine klub bernama Liga Film Mahasiswa Universitas Indonesia (LFM-UI) di Kampus UI Salemba. Tahun 1960 berdiri Liga Film Mahasiswa ITB (LFM-ITB). Tahun 1969 lahir Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta yang kemudian dikenal sebagai Kine Klub Jakarta (KKJ). Beberapa kine klub lainnya juga bermunculan pada rentang masa itu. Lalu pada tahun 1990 berlangsung pertemuan perwakilan dari komunitaskomunitas pecinta film dari berbagai daerah di Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) Jakarta, di sana muncul kesepakatan membentuk organisasi bernama Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) sebagai induk organisasi kine klub di Indonesia. Festival film pun sering diadakan di Jakarta. Festival-festival tersebut diantaranya: a. Jakarta International Film Festival/JiFFest 1 commit to user Garin Nugroho dalam www.filmindonesia.or.id 11/05 I-2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Q Film Festival merupakan festival non kompetisi yang diselenggarakan oleh Q-munity sejak tahun 2002. Festival film ini bukan hanya pada lingkup lokal tetapi juga lingkup internasional. QFF merupakan festival film pertama di Indonesia yang mengangkat tema khusus gay, lesbian, dan AIDS. c. Hello;Fest Motion Art Festival yang diadakan oleh Hello;Motion sejak tahun 2004 mengkhususkan diri pada film pendek dan animasi. Untuk peningkatan kualitas para pembuat film di Jakarta, diselenggarakan pula workshop-workshop yang melibatkan pembicara para sineas lokal bahkan sineas mancanegara. Komunitas film di Indonesia sejauh ini merupakan wadah bagi kelompok penggiat film dalam tataran sebagai ruang ekspresi dan berkreasi melalui media film. Bisa juga sebagai ruang workshop atau pembelajaran untuk memasuki wilayah industri perfilman yang ada. Komunitas film ada ribuan jumlahnya, tersebar sejak dari Jakarta sampai di kota-kota kecamatan. Basis bagi komunitaskomunitas film independen ada dari sekolah-sekolah SMK, SMU, kampus perguruan tinggi, gelanggang remaja, pusat kesenian, sanggar-sanggar, hingga rumah-rumah yang sering menjadi tempat nongkrong. 1.3.3 Minimnya Media Pengembangan Film Independen Dalam sebuah artikel, Seno Gumira mengatakan bahwa film indie sebagai film alternatif disaksikan oleh penonton alternatif yang pada gilirannya penonton alternatif itulah yang akan melahirkan sineas alternatif. Dengan jumlah produksi film alternatif yang besar dalam setahun (dalam FFII SCTV pertama tahun 2002, terkumpul sekitar 740 karya, dan 800an karya di FFII kedua), tentunya kita bisa melihat dengan jelas bahwa kehadiran film-film alternatif ini bisa menjadi modal commit untuk to user menggodok visi serta misi I-3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengembangan perfilman Indonesia. KONFIDEN (Komunitas Film Independen Indonesia) di Jakarta, pernah menyelenggarakan FFVII (Festival Film Video Independen Indonesia). Festival ini menjadi semacam tempat transit besar bagi pengkarya film indie untuk meng-eksebisikan karya-karya mereka sekali dalam setahun serta ajang silaturahmi antar pengkarya film dari berbagai kota di Indonesia. Keberadaan komunitas film indie sebagai sesuatu yang nonmainstream adalah sebuah usaha untuk membuka kemungkinan eksplorasi dengan kebebasan yang mereka miliki. Banyak wacana yang bergulir darinya. Film bukan lagi sekedar. Sekedar membuat, sekedar mempertontonkan, sekedar mengkoleksi. Artinya, komunitas ini memiliki banyak peran dan salah satu peran yang cukup vital adalah peran melahirkan wacana itu sendiri menjadikan film sebagai wacana intelektual yang menyangkut kebebasan berekspresi serta eksplorasi. (a) (b) Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/filmindie Gambar 1.1 Gambar (a) dan (b) Film Indie Lokal commit to user I-4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sebuah bukti bahwa film alternatif mulai dipandang sebagai bisnis yang menguntungkan adalah pasar telah tercipta, tren telah bergulir, dan kapital berbicara. Pengambil alihan kekuasaan ruang oleh pemodal tampaknya bukan sesuatu yang menjadi persoalan bagi para pengkarya film indie ini. Menurut catatan, delapan puluh persen dari film Indonesia yang baru lahir diperuntukan bagi kaum muda, dan pasar ini harus dipelihara dengan baik. Yang menjadi permasalahan adalah, belum adanya ruang yang khusus memfasilitasi karya film indie ini, sehingga menjadikan kita sulit untuk menilai sudah seberapa jauh perkembangannya, apalagi menilai akan menjadi seperti apa kedepannya. Persoalan ruang adalah persoalan krusial. Dalam bentuk harfiahnya, tidak ada ruang yang memang secara khusus memfasilitasi kehadiran karyakarya film indie serta kembali memunculkan wacana dari pengembangan serta perkembangannya itu sendiri. 1.4 Permasalahan Bagaimana konsep perencanaan dan desain sebuah ruang bagi komunitas film independen yang dapat mendukung kegiatan komunitas film sehingga dapat mengembangkan potensi perfilman di Indonesia yang menampilkan karakter film dalam desain karakter ruang dan bentuk. 1.5 Tujuan dan Manfaat I.5.1 Tujuan 1. Merancang sarana bagi kegiatan komunitas film independen di Jakarta. 2. Untuk meningkatkan perkembangan film Indonesia, melalui penyediaan fasilitas yang memadai, baik dari segi fisik bangunan maupun non fisik bangunan. 3. Mengembangkan potensi perfilman Indonesia yang dimiliki oleh komunitas-komunitas film independen Jakarta khususnya dan nasional umumnya. commit to user I-5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Melestarikan dan mengapresiasikan film independen untuk kemudian memperkenalkan karya film independen baik dalam skala nasional maupun internasional. I.5.2 Manfaat 1. Sarana untuk menyatukan komunitas pecinta film indie Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya. 2. Sarana untuk mewadahi kegiatan komunitas film independen di Jakarta agar dapat menciptakan karya-karya terbaik perfilman nasional. 3. Mendukung terciptanya iklim yang kondusif untuk merangsang para pengkarya film independen baik dari kalangan akademis maupun awam serta para penikmat film independen agar lebih kritis, inovatif dan komunikatif serta percaya diri dalam usahanya untuk memajukan dan mengembangkan khasanah perfilman Indonesia. 1.6 Batasan Permasalahan Batasan permasalahan antara lain: 1. Perencanaan kawasan yang akan dilakukan lebih menekankan pada aspek rancang bangun daripada aspek non rancang bangun. 2. Fungsi primer yang dirancang adalah fasilitas khusus bagi komunitas film independen. 3. Sasaran utama dari perancangan ini adalah komunitas film independen di Jakarta. 1.7 Persoalan Membuat konsep perancangan dan perencanaan serta desain Wadah Komunitas Film Independen di Jakarta dengan Penerapan Karakteristik Film yang dapat menampung kegiatan dan mewujudkan aspirasi komunitas-komunitas filmcommit independen di Jakarta pada khususnya. to user I-6 perpustakaan.uns.ac.id 1.8 digilib.uns.ac.id Metode Pengumpulan Data Berikut ini adalah metode-metode yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi-informasi: · Studi Banding Dilakukan untuk mendapat gambaran tentang proyek. Melihat secara langsung proyek setipe dan kondisi lahan sebenarnya. Melakukan dokumentasi. · Studi Literatur Melalui buku-buku referensi, jurnal, maupun laporan tugas akhir yang setipe dengan proyek dan berkaitan dengan proyek. · Studi Internet Dengan browsing internet mencari informasi tambahan dari website-website terkait. · Wawancara Melakukan wawancara dengan orang-orang terkait seperti penikmat film,komunitas-komunitas film independen. 1.9 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang masalah, merumuskan masalah, menerapkan tujuan dan sasaran, mengungkapkan persoalan dan batasan permasalahan, serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Teori Mengemukakan tentang tinjauan film dan film indie di indonesia, mulai dari sejarah film di indonesia, komunitas film indie di Indonesia dan teori pendekatan desain. BAB III : Wadah Komunitas Film Independen yang Direncanakan commit to user I-7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Meninjau tentang kondisi geografis, penataan ruang kawasan, potensi Kota Jakarta terhadap perkembangan film independen hingga rencana Wadah Komunitas Film Independen. BAB IV : Analisa Pendekatan Perencanaan dan Perancangan Melakukan analisa perencanaan dan perancangan Wadah Komunitas Film Independen sebagai kawasan fasilitas bagi komunitas film independen dengan penerapan karakteristik film yang meliputi analisa lokasi, analisa site, analisa peruangan, dan analisa penampilan bangunan dan analisa tata ruang dalam dan luar bangunan, analisa struktur serta analisa sistem utilitas bangunannya. BAB V : Konsep Perencanaan dan Perancangan Membuat desain perancangan dan perencanaan Wadah Komunitas Film Independen di Jakarta dari analisa pembahasan sebelumnya. commit to user I-8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI Tinjauan teori merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai media seperti literature, internet, buku, majalah, dan juga wawancara langsung pada target user yaitu komunitas film, teori yang dibahas dalam bab ini meliputi data teori mengenai perfilman, film independen dan fenomenanya yang akan menjadi acuan dalam perencanaan Wadah Komunitas Film Independen ini. Pengambilan preseden dimaksudkan sebagai acuan dalam proses perencanaan dan perancangan. 2.1 Tinjauan Film 2.1.1 Pengertian Film Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perfilman Republik Indonesia tahun 1999, Film didefinisikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya. Undang-undang Perfilman Republik Indonesia tahun 1999 menentukan ada 3 (tiga) jenis film yang termasuk dalam film sebagai media komunikasi massa pandang dengar (audio visual). Pertama, film tersebut dibuat dengan bahan baku pita selulloid melalui proses kimia yang lazim disebut film. Kedua, film yang dibuat dengan bahan pita video atau piringan video melalui proses elektronik, yang lazim disebut rekaman video. Ketiga, film yang dibuat dengan bahan baku atau melalui proses lainnya sebagai hasil perkembangan teknologi, yang dikelompokan sebagai media commit to user komunikasi massa pandang dengar. II - 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Rudi Soedjarwo, Film berasal dari kata filmen, yang berarti lapisan tipis pada permukaan susu setelah dipanasi. Film merupakan cangkokan dari perkembangan teknologi fotografi dan rekaman suara. Juga komunal berbagai kesenian, baik seni rupa, teater, sastra, arsitektur, hingga musik. Singkatnya, film diartikan sebagai suatu genre seni bercerita berbasis audio-visual, atau cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. 2.1.2 Sejarah Perfilman Indonesia Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Nike Ardilla, Paramitha Rusady. Sumber : http://google.com/catatansiboy/ Gambar 2.1 Poster Film “Catatan Si Boy” Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang commit to user II - 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut.Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film Petualangan Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak. Riri Riza dan Mira Lesmana yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil.Setelah itu muncul film film lain yang lain dengan segmen yang berbeda-beda yang juga sukses secara komersil, misalnya film Jelangkung yang merupakan tonggak kancah perfilman yang merupakan film romance remaja. Sejak saat itu berbagai film dengan tema serupa yang dengan film Sherina (film oleh Joshua, Tina Toon), yang mirip dengan Jelangkung (Di Sini Ada Setan, Tusuk Jelangkung), dan juga romance remaja seperti Biarkan Bintang Menari, Eiffel I'm in Love. Ada juga beberapa film dengan tema yang agak berbeda seperti Arisan! oleh Nia Dinata. Tren film horor remaja yang juga bertengger di bioskop di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain itu masih ada film Ada Apa dengan Cinta? yang mengorbitkan sosok Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra. Selain film-film komersil itu juga ada banyak film film non komersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu commit to user II - 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun. Sumber : http://google.com/AADCmovie/ Gambar 2.2 Poster Film “Ada Apa Dengan Cinta” 2.1.3 Klasifikasi Film1 1. Berdasarkan Jenis Film a. Film Fiksi Film yang digolongkan sebagai film fiksi adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Film fiksi digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: 1) Film fiksi berdurasi panjang diatas 60 menit, selama ini dikenal sebagai film layar lebar/film panjang/bioskop. 2) Film fiksi berdurasi pendek dibawah 30 menit, selama ini diistilahkan dengan film pendek. 1 user Sumarno,Marselli, (1996), Dasar-dasarcommit ApresiasitoFilm, PT.Grasindo, Jakarta II - 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Film Non Fiksi Film yang menggunakan kenyataan/realita sebagai subyeknya. Film non fiksi terbagi atas dua kategori, yaitu : 1) Film faktual Menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana kamera sekedar merekam suatu kejadian. Sekarang, film faktual dikenal sebagai film berita (news-reel), yang menekankan pada sisi pemberitaan suatu kejadian aktual. 2) Film dokumenter Selain fakta, film dokumenter juga mengandung subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap atau opini terhadap peristiwa, sehingga persepsi tentang kenyataan akan sangat bergantung pada si pembuat film dokumenter tersebut. 2. Berdasarkan Cara Pembuatan Film a. Film Eksperimental Film eksperimental adalah film yang dibuat tanpa mengacu pada kaidah-kaidah pembuatan film yang lazim. Tujuannya adalah untuk mengadakan eksperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film. Umumnya dibuat oleh sineas yang kritis terhadap perubahan, tanpa mengutamakan sisi komersialisme, namun pada sisi kebebasan berkarya. b. Film Animasi Film animasi adalah film yang dibuat dengan memanfaatkan gambar maupun benda-benda mati yang lain, seperti boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi. commit to user II - 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Berdasarkan Tema Film2 a. Drama Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga penonton merasa seakan-akan berada didalam film tersebut. Tidak jarang penonton yang merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah. b. Komedi Tema film komedi intinya adalah mengetengahkan tontonan yang membuat penonton tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. c. Action Tema action mengetengahkan adegan-adegan perkelahian, pertempuran dengan senjata, atau kebut-kebutan kendaraan antara tokoh yang baik (protagonis) dengan tokoh yang jahat (antagonis), sehingga penonton ikut merasakan ketegangan, was-was, takut. d. Horor Film bertemakan horor selalu menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding karena perasaan takutnya. 2.1.4 Pelaku Perfilman A. Produser Produser adalah orang yang bertugas memimpin dan mengontrol fasilitas produksi serta orang-orang yang terlibat di dalam sebuah film agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi. B. Sutradara 2 commit user Katarsis, Bandung Baksin, Askurifai, (2003), Membuat Film Indie ItutoGampang, II - 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Orang yang bertanggung jawab penuh atas aspek kreatif, baik yang bersifat penafsiran maupun teknik, pada pembuatan sebuah film. C. Penulis Skenario Orang yang mengaplikasikan ide cerita ke dalam tulisan, dimana tulisan ini akan menjadi acuan bagi sutradara untuk membuat film. D. Penyunting/Editor Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli penataan gambar video dan audio. Editor bertugas menyusun hasil syuting hingga membentuk satu kesatuan cerita dan menciptakan waktu filmis. E. Penata Artistik dan Fotografi Penata artistik dapat dibedakan menjadi penata latar, gaya, dan rias. F. Pemeran Orang yang memerankan tokoh tertentu dalam suatu pertunjukkan di panggung, acara televisi, atau film. G. Publicity Manager Menjelang, selama, dan sesudah sebuah film selesai dikerjakan, para calon penonton harus dipersiapkan untuk menerima kehadiran film tersebut. Pekerjaan ini dipimpin oleh seorang yang tahu betul melakukan propaganda, dan sebutannya adalah publicity manager. 2.2 Tinjauan Film Independen 2.2.1 Pengertian Film Independen Menurut Salman Aristo (2002), Film Independen adalah film yang diproduksi dengan biaya relatif rendah, dan pilihan temanya di luar mainstream. Tema-tema HAM, perubahan sosial, isyu globalisasi, bahkan propaganda sekaligus. film independen adalah film yang melepaskan diri dari industri yang mapan. Di Indonesia, film indie commit to user II - 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sendiri bisa didefinisikan sebagai film yang tidak masuk bioskop,". Karena mengusung semangat indie tadi yang biasanya punya karakteristik "idealis" dan "low budget". 2.2.2 Sejarah Film Independen Istilah ‘film independen’ sendiri lahir di Amerika Serikat di pertengahan 1960. Ketika itu filmmaker-filmmaker muda berbakat seperti Steven Spielberg, George Lucas, John Cassavetes, Stanley Kubrick, Martin Scorsese jengah melihat keadaan industri Hollywood yang terlalu mapan dan eksklusif. Hollywood (bahkan hingga kini) menutup kemungkinan sutradara-sutradara muda untuk berkecimpung kerja dalam lingkaran mereka. Pemilihan sutradara, juga aktor, hanya berkisar pada orang-orang yang telah memiliki reputasi sebagai pembuat film handal (yang dapat mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi studio film dan pendana). Dari keinginan untuk mendobrak kemapanan gurita industri inilah lahir sebuah gerakan film yang mereka sebut ‘film independen’. Kelima sutradara tersebut kemudian merombak cara kerja perfilman di Amerika Serikat dan melahirkan karya-karya awal yang monumental. Namun, setelah mendapatkan reputasi, karya-karya mereka pun berubah menjadi lebih mapan, bahkan akhirnya menjadi bagian industri Hollywood itu sendiri. Dari kelima nama di atas, hanya John Cassavetes yang terus berkarir di jalur independen dan melahirkan karya-karya eksperimental yang hingga kini disebut sebagai masterpiece film independen seperti Shadows, A Woman Under the Influence, dan The Killing of A Chinese Bokie. Entah faktor kebetulan atau tidak, di antara kelima sutradara tersebut di atas, hanya Cassevetes yang tidak berlatar belakang pendidikan film. Entah karena rasa bersalah, atau sebagai penghormatan terhadap perjuangan mereka dahulu, Steven Spielberg dan George commit to user II - 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lucas (dua sutradara terkaya dunia) kini mendirikan studio-studio film untuk terus mendukung berkembangnya film-film independen Amerika Serikat. Tidak heran apabila di balik industri Hollywood yang besar itu, film-film ‘bawah radar’ Amerika Serikat pun secara statistik merajai sinema independen dunia. Hal ini tentunya dibantu dengan kuatnya jaringan distribusi film independen di negeri tersebut, juga maraknya penyelenggaraan festival film khusus independen (diprakarsai oleh salah satunya Sundance Film Festival di tahun 1978), dan kini ditambah dengan berkembangnya internet. Hampir segala selukbeluk tentang dunia film independen kini dapat dipelajari melalui internet, salah satunya adalah melalui situs www.workbookproject.com yang diprakarsai oleh Lance Weiller, mulai dari strategi pendanaan, pembuatan, produksi, paskaproduksi, promosi dan distribusi. Film-film independen mancanegara pun telah banyak yang dibuat khusus untuk konsumsi internet, bahkan di telepon genggam. Di satu sisi hal tersebut tentunya mereduksi makna sinema yang selama ini identik dengan bioskop sebagai tempat eksibisi utama, namun di lain sisi membuka cakrawala dunia gambar bergerak ke pasar yang lebih luas dengan akses yang mudah dan terjangkau. 2.2.3 Pelaku Film Independen 1. Departemen Produksi Departemen produksi adalah sebuah divisi kerja dalam proses pembuatan film yang bertugas mempersiapkan kebutuhan produksi dan mengaturnya sehingga produksi yang bisa dilaksanakan bisa berjalan on time dan on budget. Deperti layaknya dalam struktur sebuah perusahaan, posisi produser sama seperti seorang manajer perusahaan yang menjalankan mekanisme perusahaan. commit to user II - 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Departemen Penyutradaraan Salah satu departemen dalam produksi sebuah karya film yang memegang peranan penting adalah departemen penyutradaraan. Sebelum melakukan pengambilan gambar pada tahap produksi, orang pertama yang mengetahui rencana hasil jadi dari sebuah karya film adalah sutradara. Setelah membayangkan hasil jadi filmnya, sutradara menuangkan dalam storyboard. Mengarahkan acting adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam pembuatan film. Menggarap film berhubungan dengan cita rasa seni sentuhan dari sutradara. Hal itulah yang menarik selera penonton. 3. Departemen Kamera Departemen kamera dikepalai seorang Director of Photography (DOP) dan beranggotakan kameraman, chief lighting atau gaffer dan asistennya. Secara teknis kerja seorang DOP adalah menentukan dan mengupayakan kualitas terbaik dari gambar yang direkam. 4. Departemen Artistik Departemen yang bertugas memberikan ilustrasi visual ruang dan waktu adalah departemen artistik yang dipimpin oleh seorang Art Director atau Desain Produksi. Seorang desainer produksi memiliki tugas utama membantu sutradara untuk menentukan konsep film secara keseluruhan baik aspek visual, suasana dan hasil akhir sebuah karya film. 5. Departemen Editing Seorang editor berkuasa untuk mengemas atau membungkus materi pengambilan gambar untuk kemudian disusun kembali menjadi sebuah jalinan cerita yang memiliki nilai dramatisir dan estetis. Editor adalah orang terakhir dari seluruh pekerja produksi. Pekerjaannya mengkolaborasikan berbagai unsur kreatif sehingga bisa tomemberikan sentuhan seni pada hasil commit user II - 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id akhir film. Dalam departemen editing tersebut, seorang editor dibantu oleh beberapa asisten, termasuk sound engineer atau sound director. 2.2.4 Perbedaan Film Independen dengan Film Mainstream Perbedaan antara film mainstream dengan film indie dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Perbedaan antara film mainstream dengan film indie FILM INDIE FILM MAINSTREAM Ø Non Komersil Ø Komersil Ø Mengusung tema alternatif Ø Mengangkat tema yang populer Ø Dana produksi tidak terlalu besar dimasyarakat Ø Pendistribusian tanpa sponsor komersil Ø Adanya diskusi dan apresiasi film antara penonton dengan filmmaker karena bertujuan Ø Dana produksi yang cukup besar Ø Pendistribusian dengan sponsor Ø Tidak adanya diskusi dan apresiasi film antara penonton filmmaker Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 Perbedaan yang paling utama dari film independen dengan film mainstream terletak pada alur cerita dan masalah pendanaan. Film independen dengan tema alternatifnya dalam 4 tahun terakhir telah menyedot perhatian masyarakat Indonesia dapat dilihat dari grafik berikut: commit to user II - 11 dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8000 7000 6000 Horor 5000 Cinta 4000 Komedi 3000 Alternatif 2000 1000 0 2008 2009 2010 2011 Sumber:http:// www.filmindonesia.or.id, 2011 Gambar 2.3 Grafik Data Penonton Indonesia 2.2.5 Tahapan Produksi Film Independen Mekanisme produksi film indie disini diadaptasi dari penggarapan film layar berdurasi panjang: 1. Ide Cerita Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengolah ide cerita menjadi sebuah skenario dengan beberapa tahap yang biasa dilalui agar arahnya jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar, dan agar kerangka ceritanya terkunci. 2. Penulisan skenario draft awal Selanjutnya adalah mengolah kembali skenario draft awal yang telah disetujui produser untuk kemudian dikembangkan ataupun disusutkan guna mendapatkan draft final skenario. 3. Menyusun kru produksi Setelah konsep produksi dan perkiraan rencana kebutuhan disepakati, perlu kiranya merekrut kru produksi yang sesuai dengan bidang yang ada dilapangan. 4. Melengkapi formulir produksi Setelelah didapatkan kru, diadakan rapat produksi bersama untuk melengkapi formulir dan berbagai catatan produksi commit to user II - 12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id guna menghasilkan pedoman produksi secara lengkap sebagai petunjuk pelaksanaan di lapangan. 5. Casting pemeran Untuk memerankan tokoh yang digambarkan dalam skenario dibutuhkan casting pemeran. Ada beberapa pertimbanganyang harus diperhatikan dalam proses casting yakni, pembawaan naskah, acting, ataupun postur tubuh yang sesuai dengan tuntutan skenario dan sutradara. 6. Reading and rehearsal talents Pada tahap reading, talent dituntut bisa membawakan dialog dalam skenario dengan pas, meliputi dialek, pemahaman karakter yang dimainkan, mimik wajah, dll. Sementara dalam reharsal, talent harus menguasai blocking sesuai permintaan sutradara. 7. Menentukan lokasi syuting Pertimbangan dalam menentukan lokasi tidaklah mudah, karena lokasi harus terjangkau, tersedia sumber energi, baik listrik maupun logistik, terlebih lagi konsumsi, dan juga akomodasi yang memadai untuk setiap kru pelaksana produksi. 8. Briefing produksi Briefing produksi merupakan langkah bagi setiap kru yang tergabung dalam pelaksana produksi untuk beradaptasi. 9. Proses shooting 70 % dari proses produksi dihabiskan untuk tahap praproduksi. Pelaksanaan shooting hanya tinggal melakukan apa yang telah direncanakan secara matang pada tahap praproduksi. 10. Evaluasi kerja produksi Evaluasi kerja produksi dilakukan agar kesalahan dan kendala produksi pada hari tersebut tidak terulang kembali pada hari berikutnya. commit to user II - 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11. Editing Tahap terakhir adalah tahap editing. Hal yang dilakukan bukanlah sekedar memilih gambar dan menggabungkan saja, tetapi pemberian sentuhan seni juga perlu dilakukan, seperti memberi visual effect atau sound effect yang mendukung jalannya cerita. 2.3 Tinjauan Komunitas Film Independen 2.3.1 Pengertian Komunitas Istilah komunitas berasal dari bahasa latin communis yang artinya sama, kemudian menjadi kata benda communitas yang artinya kesamaan. Komunitas lazim dipergunakan untuk menyebut sebuah kelompok di mana anggotanya memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang sama atau berada dalam habitat yang sama. Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu: · Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota saling menolong satu sama lain. · Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu · Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan periodik · Influencer: Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota selanjutnya ikut terlibat 2.3.2 Komunitas Film Independen Komunitas film bisa diartikan sebagai kelompok orang atau organisasi yang memiliki kesamaan dalam hal kegiatan dan kepentingan di bidang film. Pemahaman yang sedang berlaku di masyarakat belakangan ini, komunitas film lebih diarahkan untuk kelompok-kelompok penggiat film, khususnya kelompok penggiat film di luar jalur industri, sedangkan yang berada di jalur industri commit to user II - 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lebih dikenal berada dalam wadah yang disebut organisasi, asosiasi, atau perusahaan. Sejarah komunitas film dimulai 1920-an dimulai Paris, Prancis, di mana Louis Delluc membentuk apa yang disebut Film Society merujuk pada pengertian Kumpulan Pecinta Film. Istilah film di beberapa negara Eropa menggunakan istilah Cine atau Kino (dari cinema), maka komunitas film kemudian disebut sebagai cine club yang di Indonesia menjadi Kine Klub. Inti gerakan ini adalah membangun masyarakat pecinta film yang kritis dan demokratis dengan memandang film sebagai karya seni. Dalam rentang waktu 5 tahun sejak dibentuk, cine club tumbuh selain di Prancis juga di Australia, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Skotlandia, dan Amerika Serikat. Di Indonesia kelahiran komunitas film dimulai tahun 1950 dengan berdirinya kine klub bernama Liga Film Mahasiswa Universitas Indonesia (LFM-UI) di Kampus UI Salemba. Tahun 1960 berdiri Liga Film Mahasiswa ITB (LFM-ITB). Tahun 1969 lahir Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta yang kemudian dikenal sebagai Kine Klub Jakarta (KKJ). Beberapa kine klub lainnya juga bermunculan pada rentang masa itu. Lalu pada tahun 1990 berlangsung pertemuan perwakilan dari komunitas-komunitas pecinta film dari berbagai daerah di Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) Jakarta, di sana muncul kesepakatan membentuk organisasi bernama Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI) sebagai induk organisasi kine klub di Indonesia. Sedangkan gerakan film independen, bisa dilacak pada era 1950-an di Eropa, khususnya di Jerman dan Prancis, melalui adanya film pendek (short film) dengan basisnya di Oberhausen (Jerman) dan oleh kelompok Jean Mitry (Prancis). Film pendek ini lebih sebagai film eksperimen, film workshop, atau film alternatif. commit to user II - 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada 1960 nama John Cassavettes mencuat sebagai pelopor film independen melalui karyanya berjudul Shadows (1962). Oleh pengamat perfilman, model berproduksi Cassavettes dinilai sebagai ekspresi pembrontakannya pada sistem industri perfilman yang ada. Karya yang dilahirkan pun mencerminkan pemberontakan itu, sehingga dianggap menumbuhkan semangat independen. Tetapi bukan berarti film independen adalah film nonindustri. Karena film Easy Rider pada akhirnya dipasarkan secara industrial, dibintangi artis terkenal Jane Fonda. Atau film Sex, Lies and Videotape (1989) karya Steven Soderbergh, yang setelah meraih penghargaan di Festival Cannes juga beredar dalam sistem industrial. (1969) karya Dennis Hopper, yang juga dianggap sebagai pelopor film independen. 2.4 Tinjauan Ruang Perfilman 2.4.1 Ruang Pertunjukan Film Yang dimaksud ruang apresiasi film adalah ruang yang dapat menampung kegiatan apresiasi film, yaitu kegiatan menikmati dan menghargai karya film yang diputar atau ditampilkan disuatu ruangan tertentu dimana akan menghasilkan suatu kegiatan evaluasi pribadi atau kelompok yang dalam hal ini komunitas film independen dan pecinta film. Fasilitas kegiatan apresiasi film yang terdapat pada Taman Komunitas Film independen secara pokok fisiknya berupa ruang display atau teater film, sebagai sarana presentasi film. Pada kajian teori akan dituliskan pustaka mengenai ruang display atau ruang teater film untuk memperoleh standar minimum kenyamanan dalm kegiatan apresiasi film. Menurut Neufert, 1990: 130 tentang gedung bioskop menyebutkan beberapa hal tentang teknik dan pengaturannya, dimana terdapat beberapa kemiripan dengan standar yang dimiliki commit to user II - 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id oleh gedung pertunjukan. Beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan; 1. Klasifikasi Bioskop Pada umumnya berdasarkan pada: Kapasitas daya tampung Ø Kapasitas kecil : < 200 tempat duduk Ø Kapasitas sedang : 200 – 400 tempat duduk Ø Kapasitas besar : > 400 tempat duduk 2. Persyaratan Kualitas Pandang Visual Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kualitas pandang visual yang nyaman diantaranya adalah: 1. Layar Proyeksi Layar proyeksi besar diatur dengan radius ke urutan kursi terakhir. Sisi layar proyeksi besar terletak pada minimal 60 cm di atas lantai. 2. Jarak Minimum Penonton Dengan Layar Jarak minimum penonton dengan layar maksimal 300 cm dari urutan kursi pertama ke tengah layar. Sumber : Data Arsitek Jilid 2 Gambar 2.4 Persyaratan Visual Gedung Pertunjukan 3. Kemiringan Lantai Kemiringan lantai dengan kecondongan min 10% atau melalui sebuah tangga maksimum dengan tinggi tangga maksimum 16 cm. 4. Lay out kursi penonton commit to user II - 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penataan layout kursi lebih ditujukan pada efisiensi ruang dan keamanan. Akan dibahas pada bagian persyaratan keamanan sinepleks. Sumber : Data Arsitek Jilid 2 Gambar 2.5 Jarak Kursi Antar Penonton 3. Persyaratan Akustik dan Sound System a. Ruang Bioskop Film adalah media audio-visual, maka suara atau audio haruslah mendapat porsi 50% dari film tersebut. Sejak ditetapkannya standar sound untuk film pada tahun 1930 oleh The Academy of Motion Picture Arts and Sciences, film seperti mendapat nafas baru. Para pembuat filmpun mulai memikirkan bagaimana instalasi suara pada bioskop. Mereka tidak hanya berkutat pada bagimana merekam suara pada filmnya, tetapi juga bagaimana suara pada film itu akan terdengar oleh penonton di dalam bioskop. Baik tidaknya akustik ruangan bioskop sangat mempengaruhi terdengarnya suara dari film. George Angspurger, seorang ahli akustik mengatakan bahwa dalam akustik terdapat unsur 3R yang harus diperhatikan: 1. Room Resonance (resonansi suara) 2. Early Reflections (refleksi) commit to user II - 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Reverberation Time (waktu dengung) Absorpsi merupakan hal terpenting dalam perancangan sebuah bioskop berbeda dengan gedung konser dimana suara harus dipantulkan sebanyak mungkin, di bioskop suara harus diserap sebanyak mungkin sedangkan pantulan suara harus diminimalisasi. Prinsip-prinsip perancangan kenyamanan akustik ruang bioskop antara lain: a) Perletakan speaker. Prinsip dasar perletakan speaker untuk menghasilkan aliran suara yang konsisten di semua tempat dalam bioskop kurang lebih seperti gambar dibawah ini. (b) (a) Sumber : Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan Gambar 2.6 Tampak Atas, (b) Tampak Samping Perletakan Speaker Speaker yang berada di belakang layar diletakkan mengarah kebagian ruangan yang terletak â…” kedalam ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di â…“ tinggi ruangan. Speaker surround terdekat minimal berjarak â…“ dari kedalaman ruang. Posisi speaker harus diarahkan ke arah yang berlawanan dari tempat speaker berasal sehingga speaker dapat menghasilkan minimum perbedaan kekuatan antara dinding dan kursi penonton sebesar -3 dB. commit to user II - 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber : Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan Gambar 2.7 Posisi Speaker b) Pemasangan kain tirai pada dinding. Penyerapan suara disiasati dengan pemasangan kain tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding bagian belakang. c) Langit-langit studio. Plafon atau langit-langit bioskop dibuat bertrap, menurut Doelle plafon bertrap mendistribusikan pantulan suara yang lebih merata ke seluruh ruangan serta meningkatkan intensitas bunyi. Sumber : Doelle, 51 Gambar 2.8 Plafond bertrap d) Furniture pendukung dalam ruang. Bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama. Rata-rata bioskop di Indonesia menggunakan bahan spons sebagai material, dan dilapisi kain beludru. commit to user II - 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Persyaratan Keamanan a. Pola Distribusi Penonton Keluar Penonton dapat langsung keluar bangunan dengan cepat (dalam waktu 5 menit seluruh penonton bisa terdistribusi keluar). Ø Distribusi langsung, penonton terdistribusi keluar melewati salah satu sisi atau kedua sisi bangunan. Ø Distribusi tidak langsung, memerlukan beberapa persyaratan tambahan diantaranya: lebar minimal koridor 2 meter, tidak boleh terdapat tangga (step), tetapi harus berbentuk ramp dengan kemiringan 1:20 sampai 1:10. b. Pintu Darurat (emergency) Merupakan titik penting untuk distribusi penonton keluar sehingga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Ø Tiap sisi keluar harus mempunyai minimum 2 pintu darurat. Ø Pintu harus terbuka ke arah luar, tidak boleh diunci selama pertunjukan. Ø Lebar minimal pintu yaitu 1 meter. Ø Terbuat dari bahan yang tahan api (fire proof). Ø Sistem penguncian dibuat sedemikian rupa agar dapat terbuka bila diberi tekanan kuat dari dalam. Ø Dapat menutup secara otomatis. c. Pola Lay Out Kursi Pola layout akan mempengaruhi kecepatan distribusi penonton untuk keluar pada waktu keadaan bahaya. Ada 3 macam pola layout kursi dengan persyaratan berbeda: Ø Stall, distribusi utama melalui satu jalan utama antar kelompok kursi dengan persyaratan maksimal 7 buah kursi (4,20 m). commit to user II - 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ø Gallery, distribusi utama melalui gang way yang terletak di bagian samping dari kelompok kursi, dengan persyaratan maksimal 14 buah kursi (8,40 m). Ø Gabungan Stall dan Gallery. Sumber : Theater design Gambar 2.9 Pola Layout Kursi Ø Tempat duduk dibuat untuk perorangan, ada sandaran belakang, tangan + kaki, tidak berhimpitan. Jarak dengan tempat duduk depannya 40 cm (berfungsi sebagai jalan pengunjung). Baris terdepan min 6 m dari layar, dengan sudut pandang < 35º, Tinggi tempat duduk dan lantai sebaiknya 30-48 cm . Tempat duduk dibuat empuk, mudah dibersihkan. d. Pemadam Kebakaran (Fire Protection) Penggunaan fire protection pada sebuah sinepleks, yaitu: Ø Automatic springkler, dapat bekerja secara otomatis dan cepat tanpa mengganggu distribusi keluar penonton. Ø Alarm system, karena pertunjukan di sinepleks bersifat insidentil maka pada waktu tidak ada pertunjukan dapat terkontrol dengan baik. Ø Smoke vestibule, biasa diletakkan dekat pintu darurat untuk mencegah masuknya asap pada koridor. Ø Fire hydrant dan portable extinguisher, sebagai pelengkap dari semua sarana sebelumnya. 2.4.2 Kegiatan Produksi Perfilman Kegiatan produksi commit perfilman to secara user garis besar meliputi kegiatan : II - 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A. Pengembangan: termasuk didalamnya tahap pengembangan cerita, penyediaan dana, praproduksi, peninjauan ulang naskah cerita, penentuan tim produksi, pembuatan jadwal shooting, persiapan biaya akhir, penentuan pemeran dan penentuan latihan. B. Produksi : terdiri atas tahap atau kegiatan shooting stage (lingkungan buatan), shooting lokasi, persiapan shoot di stage, sampai dengan akhirnya shooting filmnya. C. Pasca produksi: meliputi tahap awal, penentuan pemakaian shots, perakitan rough cut, pengisian musik dan efek suara, penggabungan suara, duplikasi suara gabungan/ answer print, hingga akhirnya ke tahap terakhir yaitu distribusi dan eksibisi, setelah sebelumnya masuk badan sensor. 2.4.3 Studio Film Antara studio film dan studio dalam jaringan pertelevisian terdapat beberapa kesamaan. Yang membedakan secara mendasar adalah hasil produksi studio film tidak disiarkan secara jaringan dengan bantuan gelombang siar/ pancar. Pada sub bab berikut ini dijelaskan beberapa hal mendasar tentang studio yang terambil dari De Chiara, Joseph, Time Saver Standart for Building Types, 3rd Edition, New York. 35 Secara umum kajian berbicara tentang studio televisi, namun pada tulisan berikut akan dijelaskan hanya yang dapat/ dipakai dalam perancangan sebuah studio film untuk layar lebar. 2.4.4 Sarana dan Prasarana Produksi Dalam Studio Film Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dan pasca produksi ini antara lain sebagai berikut: A. Prasarana produksi, antara lain sebagai berikut: 1. Gedung/ruang yang dilengkapi oleh penyejuk udara 2. Studio produksi dantostudio commit user rekaman suara (audio recording) II - 23 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Ruang visual editing 4. Ruang audio visual (untuk kepentingan produksi) 5. Ruang preview B. Sarana produksi, antara lain: 1. Kamera elektronik dan film sebagai kelengkapan 2. Peralatan lampu (audio) 3. Peralatan suara (sound system) 4. Alat editing film dan video 5. Proyektor untuk film dan playback fasilities untuk video 6. Komputer grafis 7. Video Digital Optic untuk efek khusus 8. Mobile Production Unit (unit mobil produksi), dll 2.4.5 Fasilitas Studio Menurut De Chiara, 1980, fasilitas-fasilitas yang perlu diperhatikan: 1. Studio Ruangan ini berfungsi untuk mewadahi aktifitas produksi (shooting). Ukuran studio bervariasi. Ukurannya berkisar mulai dari ukuran kantor biasa yaitu dengan kamera melalui jendela atau pintu terbuka, hingga studio-studio besar (100x100ft) yang umumnya digunakan untuk shooting indoor yang membutuhkan dekor. Alat-alat yang digunakan antara lain: a. Kamera-kamera b. Lampu untuk efek pengambilan gambar c. Sound system dan mixer 2. Fasilitas-fasilitas teknik (technical fasilities) Merupakan fasilitas pendukung yang terdiri dari peralatanperalatan teknis, antara lain: a. Maintenance Shop commit to user II - 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Merupakan bengkel elektronik dengan pertimbangan ruangan untuk suku cadang b. Ruang Peralatan Merupakan ruang yang digunakan untuk menampung peralatan elektronik tambahan yang pada saat pelaksanaan tidak diperlukan, seperti perlengkapan audio dan video, peralatan penyetelan, dll. Letak rack rooms harus berdekatan dengan maintenance shop. 3. Fasilitas pendukung studio (studio support fasilities) Ruang ini merupakan fasilitas pendukung studio, yang terdiri dari: a. Ruang latihan (rehearseal hall) b. Ruang lemari pakaian (wardrobe room) c. Ruang ganti pakaian (dressing room) d. Ruang ganti cepat (quick change room) Ruang ini letaknya berdekatan dengan studio untuk adegan-adegan yang membutuhkan pergantian kostum yang cepat. e. Ruang rias (make up room) f. Talent lounge for performer Ruang ini menghubungkan ruang ganti dengan studio, biasa disebut sebagai green room. g. Ruang serba guna h. Ready storage for scenery and props Ruang ini letaknya berdekatan dengan studio untuk memudahkan pekerjaan dalam mengganti dan mengambil peralatan dekor. i. Crew’s lounge Ruang ini letaknya berdekatan dengan studio j. Storage equipment commit to user II - 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Merupakan ruang tempat menyimpan peralatan kamera, mikrofon, dan lampu. Letaknya berdekatan dengan studio dan bila mungkin dengan maintenance shop. 4. Sound effect and special effect Letaknya tidak perlu berdekatan denagn studio. Pusat ruang sound effect ini dipakai dalam menambahkan efek suara dan efek gambar pada shots tertentu yang menjadi salah satu kegiatan editing. 5. Studio dubbing Berfungsi untuk memasukkan bahasa tertentu pada film-film dengan bahasa yang berbeda. Kebutuhan ruangnya meliputi: a. Ruang pengisian acara b. Ruang kontrol c. Ruang proyektor 6. Scenery Merupakan fasilitas yang berisi desain-desain (art studio dengan blueprint dan photostate), produksi (carpebter shops, paint shop, stage electrical shop), gudang dekorasi dan properti (prop), dan tempat pembuangan yang digunakan untuk membuang dekorasi yang tidak diperlukan lagi. 7. Ruang teknik film Merupakan fasilitas untuk pemrosesan, editing, dan penyimpanan film berfungsi sebagai sebuah laboratorium film. 8. Viewing (screening) rooms Merupakan ruang denagn proyektor 16 mm untuk menampilkan film yang digunakan untuk menarik para sponsor. Ruangan ini diletakkan berdekatan dengan sales dan eksekutif area termasuk rest room dan kantor. Viewing room juga dapat didesain menjadi satu dengan ruang konfrensi. commit to user II - 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sebagai bentuk ruang audio visual, meskipun untuk skala kecil sekalipun membutuhkan perhatian beberapa aspek. 9. Fasilitas untuk outside broadcasting (fasilities for outside remote program origination) Ini merupakan fasilitas stasiun televisi namun prinsip kerjanya juga dipakai dalam kegiatan produksi film komersil. Kegiatan produksi tidak selalu berlangsung didalam studio, akan tetapi terkadang dilakukan diluar studio seperti peliputan dijalan. Untuk produksi dan siaran langsung diluar studio, diperlukan fasilitas kendaraan yang harus selalu siap untuk kegiatan shooting. Ruang yang dibutuhkan berupa: a. Garasi dan tempat parkir Untuk kendaraan dengan dimensi lebih tinggi dari kendaraan biasa, serta mobil untuk lapangan biasa. b. Field shop Untuk pemeliharaan dan penyimpanan harus dekat dengan garasi 10. Echo chambers Efek echo atau revibrasi dapat dihasilkan dengan dua cara, yaitu alami (hight reverberant rooms) dan buatan. Untuk revibrasi alami dapat diperoleh dari alam sehingga cara ini dapat dilakukan dimana saja. 11. Ruang administrasi pengelola (offices) Dengan membebaskan hubungan langsung terhadap berbagai produksi, pengelolaan dapat terletak jauh dari studio, mungkin juga pada bangunan yang terpisah. Ruang perkantoran meliputi pengelolaan administrasi maupun kegiatan praproduksi yaitu pengelolaan ide atau konsep dan naskah untuk kegiatan praproduksi maupun produksi fil. 12. Building maintenance Karena mahalnya investasi untuk peralatan dan perlengkapan fasilitas perfilman, commit utilitas to user bangunan sangat diperhatikan II - 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam menunjang kegiatan produksi, misalnya kontinyuitas AC, tenaga listrik, dll. Hal ini menuntut alokasi tempat yang cukup untuk perawatan bangunan seperti cleaning, repair shop, dan gudang suku cadang. 13. Personal fasilities Merupakan ruang yang terdiri dari ruang-ruang pendukung, seperti ruang kesehatan, mushola, kantin,minimarket, dan ruang alin yang mendukung. 14. Pengembangan tapak (site development) a. Kebutuhan lahan parkir harus mempertimbangkan jumlah: 1) karyawan dan pengelola 2) pelaku perfilman 3) pengunjung/ masyarakat umum/ penonton 4) pihak sponsor b. fasilitas jalan bongkar muat barang sangat penting untuk dekorasi dan perlengkapan, seperti juru kamera dan peralatan elektronik lainnya. Pencapaian dibutuhkan dari fasilitas bongkar muat ke bengkel, area penyimpanan dan studio. 2.5 Tinjauan Pendidikan Perfilman Kawasan Taman Komunitas Film Independen ini juga berfungsi sebagai wadah pendidikan perfilman dengan tujuan untuk mengembangkan kondisi perfilman Indonesia. 2.5.1 Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, commit to user II - 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam proses kegiatan pendidikan terdapat aktivitas umum yang perlu diketahui yaitu seperti yang ditulis oleh Prof. Dr. S. Nasution, MA (2004) dalam buku “Dikdaktik Asas Mengajar” sebagai berikut: 1. Visual activities ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan menekankan pada indera penglihatan. 2. Oral Activities ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan melatih kemampuan berbicara. 3. Listening ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan melatih kepekaan pendengaran. 4. Writing ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan melatih kemampuan menulis 5. Drawing ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan melatih kemampuan menggambar 6. Motor ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan melatih dalam proses pengembangan sikap dan tingkah laku. 7. Emotional ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan melatih emosi dan perasaan. 2.5.2 Pendidikan Perfilman Pendidikan perfilman di Indonesia dinilai masih kurang. Selain pendidikan film yang informal terdapat juga pendidikan perfilman formal yang didapat di bangku kuliah. Contoh pendidikan baik formal maupun informal perfilman di Jakarta adalah sebagai berikut: 1) Institut Kesenian Jakarta 2) Puri Karnos 3) Indonesian commit Design to School user II - 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Hello;Motion Jakarta Sumber : http://www.google.com Gambar 2.10 Puri Karnos dan Institut Kesenian jakarta 2.5.3 Sasaran Pendidikan Perfilman Sasaran dari pendidikan perfilman adalah para sineas-sineas muda yang memang serius menggeluti dunia perfilman. Mira Lesmana, sutradara film memaparkan bahwa pendidikan film di Indonesia dianggap perlu karena kualitas film di Indonesia sekarang sedang menurun. Salah satu upaya untuk mengembalikan citra perfilman Indonesia adalah melatih sumber daya manusia menjadi seseorang yang profesional dalam dunia perfilman sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Sumber: http://www.purikarno.id Gambar 2.11 Sasaran dari pendidikan perfilman sendiri adalah para generasi muda yang berminat pada dunia perfilman commit to user 2.5.4 Kegiatan Pendidikan Perfilman II - 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kegiatan pendidikan film sangat tergantung pada minat dan talenta seseorang, salah satu hasil survey penulis pada sebuah lembaga pendidikan film non-formal di Jakarta terdapat berbagai macam kegiatan sebagai berikut: A. Film Producing Adalah pendidikan film pilihan bagi yang ingin berkarir sebagai Produser. Film producing mengajarkan bagaimana memilih ide cerita dan mengembangkan skenario yang baik, membuat perencanaan bisnis, menggalang dana, memilih sutradara, aktor, manajer produksi dan kru, menentukan jadwal produksi dan lokasi, serta menciptakan strategi promosi untuk pemasaran dan peredaran film. B. Editing dan Graphic Animation Pendidikan sebagai calon editor sebuah film serta pembuat animasi grafis pada sebuah film. C. Cinematography Pendidikan bagi calon cinematographer akan belajar tentang efek pencahayaan hingga belajar mengatur suasana dalam sebuah film. D. Scriptwriting Pendidikan bagi seorang calon penulis skenario. Kegiatan pendidikannya meliputi menciptakan karakter hingga pengembangan ide cerita. E. Directing Bagaimana cara untuk ‘mengarsiteki’ sebuah film adalah kegiatan dari directing. F. Audio Recording dan Mixing Menyunting dan menguasai teknik perekaman suara menjadi salah satu kegiatan audio recording dan mixing. commit to user II - 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2.6 Tinjauan Penerapan Karakteristik Film Didalam film terdapat beberapa karakteristik seperti, karakter kepalsuan dimana semua yang terjadi di dalam film sudah tertulis didalam skenario. Sebelum beranjak ke proses produksi, skenario film juga harus kokoh dalam ide penceritaan. Alur cerita dalam film terus bergerak dan memiliki alur dengan ritme naik dan turun (dinamis) untuk mencegah kemonotonan dalam cerita serta mengingkatkan antusiasme penonton dimana melibatkan komunikasi searah dalam film melalui emosi penonton. Komposisi juga memiliki peran yang sangat penting dalam film, sama halnya dalam fotografi framing menentukan para penonton dimana sisi yang harus dilihat (viewpoint). Film juga memiliki nilai kreatif dan edukatif karena film memiliki kegiatan apresiasi dan kegiatan pembinaan kreatifitas dan keterampilan. Diantara sifat apresiatif (rekreatif) dalam film adalah penghayatan, konsentrasi, dan pembayangan dengan cara diam-merenung, untuk merasakan suatu nilai. Diam diartikan sebagai bentuk yang statis, tidak banyak variasi, tidak banyak warna, sebuah kekokohan ataupun ketegaran, tidak bergerak dan tidak potensial untuk bergerak ataupun berwujud sebagai sebuah monumen. Statis dan kokoh bisa juga disebut sebagai sebuah kestabilan. Menurut Ching (2000), salah satu bentuk geometri yang mempunyai kestabilan adalah bujur sangkar. Bujur sangkar merupakan sesuatu yang murni dan orisinil, merupakan bentuk yang statis, netral dan tak mempunyai arah tertentu (Ching,2000). Selain sifat dan karakter di atas, fungsi rekreatif dalam film adalah kreatif dan dinamis. Dalam hal ini lebih diutamakan kebebasan berekspresi untuk mengungkapkan ide-ide atau perasaan seni ke dalam karya seni film. Salah satu bentuk yang menjadi pewujudan dari sifat aktif adalah bentuk melingkar. Penempatan unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran akan menimbulkan arah perputaran gerak yang kuat (Ching, 2000). Menurut Ashihara (1983), rancangan ruang luar sebagai bagian dari seluruh kesatuan rancangan ruang bangunan, dapat digunakan sebagai pendukung perwujudan suasana aktif dan dinamis. Disebutkan oleh Ashihara bahwa commitperubahan to user dan pergantian secara kontinyu II - 32 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam irama, tekstur dan tinggi permukaan lantai akan dapat membuat suasana menjadi lebih meriah dan hidup. Adapun menurut Laksmiwati (1989), unsur garis dalam suatu rancangan dapat berpengaruh dalam perwujudan suasana statis, diam dan tenang, melalui unsur garis lurus dan vertikal maupun horisontal. Sedangkan dalam fungsi edukatif, seni film mempunyai sifat kreatif dan tenang. Sehingga, menurut Ching (2000), bentukan yang dapat mewakili sifat-sifat tersebut adalah bentukan melingkar dan persegi. Menurut Laksmiwati (1989) unsur garis dan warna dapat mempengaruhi suasana aktif dan penuh gerak. Garis diagonal dan lengkung merupakan unsur pemberi kesan gerak dan mengekspresikan suasana riang. Sejauh apa dan bagaimana peran dan makna film yang bisa dibaca dan dipahami (atau bahkan memberikan cerapan dan gagasan) dalam proses berarsitektur secara keseluruhan. Posisi film sebagai realitas pertama dilihat sebagai ranah dimana kontribusi untuk arsitektur dalam artian kontribusi bangunan sinematografik - mulai dari plot dan skenario hingga gaya bersikap (diction) maupun cakupan, kompleksitas atau panorama – bisa diterapkan dalam proses berarsitektur. 2.7 Studi Kasus 2.7.1 Kineforum Jakarta (a) (b) Sumber : http://www.kineforum.com Gambar 2.12 (a) Logo Kineforum Jakarta, (b) Ruang Bioskop Kineforum Jakarta commit to user II - 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kineforum adalah bioskop pertama di Jakarta yang menawarkan ragam program meliputi film klasik Indonesia dan karya para pembuat film kontemporer. Program film yang ditayangkan bertujuan mengajak penonton merasakan jadi bagian dari sinema dunia – dulu dan sekarang. Ruang ini diadakan sebagai tanggapan terhadap ketiadaan bioskop non komersial di Jakarta dan kebutuhan pengadaan suatu ruang bagi pertukaran antar budaya melalui karya audio-visual. Bioskop ini terprogram, di mana setiap harinya berlangsung dua-tiga kali pemutaran dalam jam-jam yang sudah ditentukan. Sejauh ini, pemutaran film di Kineforum menggunakan proyektor 35mm dan 16mm untuk film analog dan menggunakan IMac dan Blue-Ray untuk pemutaran film digital. Kineforum menyediakan ruang presentasi bagi para pembuat film (dari dalam dan luar Indonesia) dan ruang apresiasi bagi publik pada kategori film-film khusus yang tidak berasal dari arus utama, di tengah kurangnya ruang alternatif. Kami juga menawarkan presentasi karya-karya para pembuat film dunia, film panjang maupun pendek – yang sulit diakses publik Jakarta selain melalui pembajakan. Di ruang ini juga diadakan diskusi dan pertemuan dengan pembuat film. Sejak 2006, kineforum didatangi kurang lebih 500 penonton pada program pemutaran tertentu dan sekitar 5.000 penonton selama acara festival. kineforum adalah ruang pemutaran yang tidak bertujuan utama mencari keuntungan finansial, dikelola oleh Dewan Kesenian Jakarta dan para relawan muda. Kegiatan di kineforum dijalankan melalui kerjasama Dewan Kesenian Jakarta dan Studio 21. Ruang ini diharapkan menjadi ruang eksibisi dan dialog bagi para pembuat film dan penonton Jakarta, terutama untuk karya-karya non-arus utama. Kineforum juga memberikan perhatian lebih terhadap perfilman Indonesia dengan commit mengadakan to userprogram tahunan ‘Sejarah adalah II - 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sekarang’ setiap Bulan Film Nasional yang jatuh pada bulan Maret, di mana film-film klasik maupun kontemporer Indonesia sebulan penuh diputar. Program ini diselenggarakan agar masyarakat mengenali karya-karya bangsa yang pernah ada dan sejarah panjang dalam dunia film Indonesia. Selain itu, Kineforum juga memiliki program First Timers, di mana para pembuat film muda mendapat tempat dan kesempatan untuk menampilkan karya film pertamanya, dengan harapan semakin banyak penggiat film muda yang berkarya. Sedangkan untuk film-film dunia, program ‘World Cinema Feature’ dan ‘World Documentary’ diadakan. Biasanya film-film dari belahan dunia manapun, Amerika, Perancis, Jerman, Jepang, Timur Tengah, sampai Malaysia, diputar dalam program ini, baik feature maupun dokumenter. Khusus untuk film klasik, ada pula program ‘Memory of The World’. Tidak hanya itu, untuk apresiasi tokoh-tokoh perfilman yang karyanya telah menginspirasi dunia maupun yang khusus di Indonesia, ada juga program Body of Works, di mana kineforum memutarkan karya-karya yang telah lahir dari satu tokoh ini. Misalnya kineforum telah memutarkan program Body of Works Djajakusuma atau Body of Works Ratana Pestonji, sosok Bapak Perfilman Thailand. Di luar kegiatan pemutaran film dan diskusi, Kineforum juga pernah menjalani beberapa program lain. Seperti penggalangan dana untuk biaya perawatan film di Sinematek Indonesia, kineforum mengadakan program ‘Menolak Hilang Ingatan’, di mana kineforum menjual beberapa merchandise yang perolehan penjualannya digunakan untuk membiayai perawatan film-film Indonesia di sana. Selain itu, kineforum juga pernah mengampanyekan ‘Publik untuk Ruang Publik’, di mana dukungan terhadap ruang publik sebagai ruang pertemuan, commit ruang to kreasi user dan rekreasi, atau apapun bagi II - 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id individu-individu di masyarakat sangatlah diperlukan. Maka dari itu, Kineforum sebagai salah satu ruang publik di Jakarta, mengajak publik sekaligus peminatnya untuk terus mendukung keberadaannya. Salah satu yang pernah dilakukan adalah menjual merchandise, mengadakan konser musik (bersama SORE, Kunokini, Tika & The Dissidents, Gribs, dll), dan lainnya. Sejauh ini, hasil donasi dari publik tadi telah dimanfaatkan untuk pembelian alat atau keperluan penting lainnya untuk mendukung operasional Kineforum. Kineforum juga telah dipercaya menjadi beberapa partner festival film seperti Jakarta International Film Festival (JIFFest), Europe on Screen, Festival Film Pendek Konfiden, dan juga beberapa kegiatan sosial. Di tahun 2011, Kineforum juga mengadakan training bagi para relawan muda yang menggerakan Kineforum setiap harinya. Hal ini guna menambah wawasan dan pengetahuan mereka terhadap penyelenggaraan pemutaran film, baik secara teknis maupun nonteknis. Tidak dapat dipungkiri, peran mereka sangat penting dalam berdirinya Kineforum sampai saat ini dan bahkan pada penyelenggaraan pemutaran film lainnya. commit to user II - 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id K. Bid. Pengembangan Komunitas DKJ Komite Film DKJ Manajer Kineforum Traffic Coord. Board of Programmer s Technical Coord. Publikasi & PR Admin DKJ Volunteer Coord. Publikasi DKJ Volunteers Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 Gambar 2.13 Struktur Kelembagaan Kineforum Kineforum merupakan bagian dari Program Komite Film Dewan Kesenian Jakarta. Sumber pendanaannya berasal dari APBD pemerintah dengan alokasi tertentu dan juga dari hasil fundraising yang dilakukan kineforum untuk biaya operasional. · Manajer Kineforum: berlangsungnya kegiatan Bertanggung di jawab Kineforum, atas melakukan pertanggungjawaban terhadap DKJ, mengoordinasikan bidangbidang di bawahnya, serta menjalin kerja sama yang baik terhadap partner kerja sama Kineforum dan atau pihak lainnya. · Board of Programmers: Bertanggung jawab untuk mengisi program regular pemutaran di Kineforum, termasuk mencari commit to user film dan lisensinya untuk diputar, menyusun jadual pemutaran. II - 37 perpustakaan.uns.ac.id · digilib.uns.ac.id Traffic Coordinator: Bertanggung jawab atas masuk/keluar dan pinjam/kembali film yang diputar di Kineforum. · Technical Coordinator: Bertanggung jawab atas alat pemutaran dan hal teknis lainnya untuk kelancaran pemutaran di Kineforum. · Publikasi & PR: Bertanggung jawab mensosialisasikan kegiatan pemutaran di Kineforum, menyiapkan materi publikasi, dan memperkenalkan ruang Kineforum kepada media dan publik seluas-luasnya. · Volunteer Coordinator: Bertanggung jawab mengatur jadual volunteer, mengakomodir kebutuhan serta masukan dari volunteer, membuka rekrutmen, memberikan brief pemutaran setiap bulannya kepada volunteer, dan memantau kegiatan operasional serta kinerja volunteer. · Volunteers: Bertanggung jawab atas kegiatan operasional Kineforum yakni pemutaran. Terbagi dari tiga posisi: Front desk, Door check, dan Projectionist. 2.7.2 Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Jakarta Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail adalah bangunan yang terdiri dari bangunan kantor, sebuah gedung bioskop,perpustakaan, gudang, dan sekolah sinematografi. Selain itu bangunan ini menjadi pusat seni dan budaya dengan standar internasional termasuk pertunjukan yang diselenggarakan oleh kedutaan besar asing, festival film, baik skala nasional maupun internasional. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat untuk para pembuat film untuk membuat dan mempresentasikan hasil kerja mereka. commit to user II - 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (a) (b) Sumber :http:// www.google.com Gambar 2.14 Beberapa Fasilitas Gedung PPHUI, (a) Gedung Pertunjukan, (b) Gudang Penyimpanan Film 2.7.3 Subtitle Subtitles terletak di basement Dharmawangsa Squere, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bioskop mini ini berupa ruangan berkapasitas di bawah 10 orang. Lengkap dengan kualitas audio & video sekelas bioskop. Koleksi film-filmnya meliputi film independen dalam dan luar negeri. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 Gambar 2.15 Mini Bioskop di Subtitle, Jakarta commit to user II - 39 perpustakaan.uns.ac.id 2.7.4 digilib.uns.ac.id ACMI Australia Sumber : http://www.acmi.au Gambar 2.16 Gedung ACMI Australia Berawal dari menjadi Pusat Perfilman Negara di Australia, ACMI (Australian Centre for the Moving Image) yang berlokasi di Melbourne, hingga tempat perfilman yang terintergrasi mulai dari wadah koleksi perfilman sampai wadah pendidikan dan wadah hiburan bagi para penikmat film. (a) (b) Sumber :http// www.acmi.au Gambar 2.17 (a) dan (b) Beberapa Ruang di ACMI Australia commit to user II - 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber : http//www.acmi.au Gambar 2.18 Struktur Organisasi ACMI commit to user II - 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA YANG DIRENCANAKAN . 3.1 Perspektif Jakarta Jakarta merupakan kota megapolitan dimana semua ras, budaya, adat dan tradisi yang berbeda-beda dapat ditemukan disetiap sudut kotanya. Sebagai ibu kota negara, Jakarta dipenuhi dengan segala fasilitas yang dibutuhkan penduduknya. Kota Jakarta yang dibagi dalam lima kotamadya. Yaitu Timur, Barat, Selatan, Utara, dan Pusat. Kota Jakarta berada di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa di bagian barat, dengan luas wilayah sebesar ± 650 km2 atau 65.000 Ha, termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta. Wilayah Jakarta terletak pada : 106°22’42” BT - 106°58’18” BT -5°19’12” LS - -6°23’54” LS (a) (b) Sumber : www.tatakotajakartaku.net Gambar 3.1 (a), (b) Peta Jakarta Wilayah Jakarta dilewati oleh ±10 sungai, baik alami maupun buatan yang sangat penting sumbangann ya bagi kehidupan dan penghidupan kota. Batas wilayah kota Jakarta adalah : commit to user III - 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ø Sebelah utara Ø Sebelah selatan : Kabupaten Bogor dan wilayah Depok. Ø Sebelah timur : Kabupaten dan kotamadya Bekasi. Ø Sebelah barat : Kabupaten dan Kotamadya Tangerang. : Laut Jawa. Pusat pemerintahan dan perekonomian ditempatkan di kota ini sehingga banyaknya peluang kerja lebih banyak dibanding kota lainnya. Karena sifatnya yang megapolitan, kota Jakarta lebih menerima perbedaan dalam berbagai aspek. Banyaknya segala jenis pekerjaan dan kegiatan menimbulkan banyaknya komunitas yang berbeda. Penentuan Jakarta sebagai lokasi site diambil dari banyak pertimbangan yang diperoleh dari berbagai sumber data yang berhubungan dengan user bangunan yaitu komunitas film independen yang ada di Jakarta. 3.2 Komunitas Film Independen di Jakarta Banyak komunitas perfilman indie di Jakarta yang masih berdiri sendirisendiri. Beberapa diantaranya yang sudah terdata adalah: Tabel 3.1 Komunitas Film Indie di Jakarta KOMUNITAS FILM 1. Boemboe 2. Forum Filmmaker Pelajar Jakarta 3. Forum Lenteng 4. Kineforum 5. Klub Kajian Film DKJ 6. Konfiden 7. Kultur Visual 8. Komka UIN Syarif Hidaytullah 9. Ruang Rupa 10. Bioskop Merdeka 11. Komunitas Film Jeruk Purut 12. Bioskop Merdeka 13. Kultur Visual 14. Sinema Kopi Hitam 15. JCM Kineklub UIN 16. Sinema Adikara Sumber : http://www.in-docs.org Komunitas film di Indonesia sejauh ini merupakan wadah bagi kelompok penggiat film dalam tataran sebagai ruang ekspresi dan berkreasi melalui media film. Bisa pula sebagai ruang workshop atau pembelajaran untuk commit to user memasuki wilayah industri perfilman yang ada. Komunitas film ada ribuan III - 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id jumlahnya, tersebar sejak dari Jakarta sampai di kota-kota di kecamatan. Akan tetapi banyak komunitas film di Indonesia mati atau bubar karena tidak ada yang peduli. Kurang memperoleh dukungan dan perhatian dari pemerintah. Komunitas film berperan penting karena menghidupkan sinema Indonesia. 3.2.1 Kegiatan Komunitas Film Independen Kegiatan perfilman indie di jakarta yang sering dilakukan adalah screening dan diskusi film-film indie indonesia dan internasional. Karena jalur distribusi yang resmi bagi publik umum (bioskop) belum bisa digunakan film pendek, sebab format pemutarannya berupa film 35 mm, hadir ‘bioskop alternatif’ yang digunakan untuk pemutaran film-film pendek seperti Kineforum di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Kegiatan lain dari komunitas film independen adalah mengikuti festival-festival film baik skala nasional maupun internasional serta temu komunitas. Berangkat dari semangat kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin antar komunitas maka temu komunitas menjadi sebuah agenda penting untuk menguatkan jejaring komunitas film dan menjadi sebuah media untuk berbagi wacana untuk kemajuan perkembangan film. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011 Gambar 3.2 Kegiatan Perfilman Indie di Jakarta commit to user III - 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Festival Film Independen di Indonesia yang secara rutin diadakan untuk menjadi sebuah barometer perkembangan film independen diantaranya adalah: A. Pesta Sinema Indonesia (PSI) – Purwokerto Acara yang dimotori oleh komunitas budaya Youth Power ini berlangsung setiap bulan Juni sejak tahun 2001. Acara ini menjadi salah satu kegiatan rutin komunitas ini. B. Festival Film Dokumenter (FFD) – Jogjakarta FFD berlangsung setiap bulan Desember sejak tahun 2002 dan mengkhususkan diri pada film dokumenter baik film dalam negeri maupun luar negeri. Festival yang diselenggarakan oleh Komunitas Film Dokumenter ini mempunyai program pemutaran, diskusi, klinik film dan workshop dokumenter. Selama penyelenggaraannya, Kompetisi FFD telah diikuti lebih dari 300 filmmaker dari seluruh Indonesia. Sumber:http://www.google.com Gambar 3.3 Festival Film Dokumenter (FFD) – Jogjakarta C. Q-Film Festival (QFF) – Jakarta Festival non-kompetisi ini diselenggarakan oleh Q-munity sejak tahun 2002. QFF dapat disebut sebagai festival film pertama di Indonesia dengan tema khusus Gay, Lesbian, commit to user III - 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan AIDS. Lingkup pemutaran filmnya juga mencakup skala nasional dan internasional. D. Hello;Fest – Jakarta Hello Fest Motion Art Festival yang diadakan oleh Hello;Motion sejak tahun 2004 mengkhususkan diri pada film pendek dan animasi. Hello;Motion merupakan sekolah animasi dan film dibilangan Jakarta Selatan. Festival ini rutin diadakan setiap tahunnya dan terbuka untuk umum. Sumber: http://www.hellomotion.id Gambar 3.4 Hello;Fest – Jakarta E. Boemboe Forum – Teater Utan Kayu – Jakarta Forum film pendek dari Boemboe ini mempresentasikan dan mendiskusikan hanya 6 hingga 8 film terpilih dari berbagai kota di Pulau Jawa dan akan dihadiri oleh pembuat film yang bersangkutan serta publik pencinta film pendek. Sumber: http://www.rumahsinema.com Gambar 3.5 Boemboe Forum – Teater Utan Kayu, Jakarta commit to user III - 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id F. Festival Film Animasi Indonesia – Jakarta Festival yang berskala internasional ini berlangsung setiap 2 tahun sekali dan diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. G. LA Lights Indie Movie Gelaran festival tahunan bagi para pembuat film muda ini telah diadakan sejak tahun 2007. Program ini dijadikan wadah bagi sineas muda untuk berani berkarya dengan semangat independen. LA Lights Indie Movie memilik tema yang berbeda disetiap tahunnya. Sumber: http://www.lalights.com Gambar 3.6 LA Lights Indie Movie H. Jiffest Festival film dengan skala lokal ini menjadi meeting point atau titik temu bagi para pelaku perfilman Indonesia sejak tahun 1999. Festival yang setiap tahun diadakan di Jakarta ini terbuka gratis untuk umum. Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2008 Gambar 3.7 Jiffest commit to user III - 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3.2.2 Potensi Jakarta Terhadap Perkembangan Film Independen di Indonesia Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan pusat segala kegiatan baik itu ekonomi, sosial dan budaya serta sarana dan prasarana yang sangat lengkap, sehingga merupakan pusat pertumbuhan dari segala akivitas termasuk perfilman. Dengan frekuensi kegiatan yang sangat tinggi memungkinkan juga bagi perkembangan perfilman dimana hampir seluruh film-film yang diproduksi atau yang masuk ke Indonesia melalui jalur pendistribusian Jakarta terlebih dahulu. Ditambah dengan banyaknya kegiatan-kegiatan seperti peluncuran produksi, temu bintang, festival-festival dan lain sebagainya yang berhubungan dengan perfilman dilaksanakan disini. Jakarta dengan kurang lebih 10 juta penduduknya merupakan masyarakat perkotaan yang serba modern dimana mereka dapat lebih bebas dan terbuka dalam berekspresi dan berkreasi juga dalam menanggapi hal-hal baru salah satunya perfilman, sehingga masyarakat ini sangat potensial dan terlihat jelas betapa dunia perfilman melekat erat pada masyarakat Jakarta dalam berbagai kalangan. Dengan segala perkembangan yang terjadi di era globalisasi ini, perfilman tidak hanya sebagai media rekreasi akan tetapi sebagai media pendidikan, bisnis, kebudayaan dan promosi melalui pesan-pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi Jakarta yang melingkupi berbagai bidang. Sumber: http://www.tatakotajakartaku.net commit to user Gambar 3.8 Gambaran DKI Jakarta III - 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Perkembangan perfilman indie di Jakarta relatif pesat, dapat dilihat dari jumlah peminat film-film indie yang bertambah setiap tahunnya serta filmmaker di Jakarta yang kian aktif mengadakan screening karya dan diskusi-diskusi dengan penonton. Belakang juga terdapat sebuah statement bahwa film mainstream di Indonesia sudah mulai membosankan dan penonton butuh film alternatif seperti film indie. Jakarta sebagai ibukota Indonesia memiliki peran penting dalam perkembangan film independen, sering diadakannya festival-festival film baik skala nasional maupun internasional di Jakarta menjadikan Jakarta berpotensi sebagai pusat perfilman di Indonesia. 3.3 Wadah Komunitas Film Independen 3.3.1 Fungsi Wadah Komunitas Film Independen dalam kaitannya sebagai bangunan adalah untuk mewadahi kegiatan komunitas-komunitas film independen di Jakarta agar dapat mengembangkan dunia perfilman Indonesia, yaitu dengan menjadikan Wadah Komunitas Film Independen sebagai wahana kreasi, edukasi, dan eksebisi. 3.3.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen adalah: 1) Merancang sarana bagi kegiatan komunitas film independen di Jakarta. 2) Untuk meningkatkan perkembangan film Indonesia, melalui penyediaan fasilitas yang memadai, baik dari segi fisik bangunan maupun non fisik bangunan. 3) Mengembangkan potensi perfilman Indonesia yang dimiliki oleh komunitas-komunitas film independen Jakarta khususnya dan nasional umumnya. commit to user III - 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) Melestarikan dan mengapresiasikan film independen untuk kemudian memperkenalkan karya film independen baik dalam skala nasional maupun internasional. Sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen ini adalah masyarakat Jakarta pada umumnya terutama para pecinta film independen. Diharapkan dengan hadirnya Wadah Komunitas Film Independen, masyarakat Jakarta bisa lebih mencintai film lokal dan komunitas-komunitas film memiliki sebuah wadah untuk menuangkan ide-ide mereka dengan fasilitas yang memadai, selain itu juga wadah ini diharapkan dapat memberikan cara alternatif dalam menonton film alternatif. 3.3.3 Manfaat dan Skala Pelayanan Manfaat dari Wadah Komunitas Film Independen di Jakarta adalah: 1) Sarana untuk menyatukan komunitas pecinta film indie Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya. 2) Sarana untuk mewadahi kegiatan dan mewujudkan aspirasi dari komunitas-komunitas film di Jakarta pada khususnya agar dapat menciptakan karya-karya terbaik perfilman nasional. 3) Mendukung terciptanya iklim yang kondusif untuk merangsang para pengkarya film independen baik dari kalangan akademis maupun awam serta para penikmat film independen agar lebih kritis, inovatif dan komunikatif serta percaya diri dalam usahanya untuk memajukan dan mengembangkan khasanah perfilman Indonesia. Skala pelayanan Wadah Komunitas Film Independen ini diharapkan meliputi daerah DKI Jakarta dan sekitarnya, commit to user III - 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3.3.4 Fasilitas Fasilitas yang ada pada Wadah Komunitas Film Independen adalah fasilitas yang dapat membantu pengembangan film independen di Indonesia. Adapun pengembangan film yang dimaksud adalah melalui fasilitas kreasi, edukasi, dan eksebisi. WADAH KREASI ASPIRASI DAN KEGIATAN KOMUNITAS FILM INDEPENDEN WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN WADAH EDUKASI WADAH EKSEBISI Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 3.9 Kerangka Fasilitas Wadah Komunitas Film Independen A. Fasilitas Kreasi Fasilitas kreasi ini merupakan sebuah fasilitas yang berfungsi sebagai fasilitas pendukung kegiatan komunitaskomunitas film untuk membuat kreasi film yang nantinya dapat menghasilkan kreasi karya-karya film yang terbaik. o Ruang komunitas film o Ruang produksi o Post production house o Ruang diskusi o Ruang screening B. Fasilitas Edukasi Fasilitas edukasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum yang tertarik pada dunia perfilman. Baik orang awam commit to user III - 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id maupun filmmaker yang memang sudah lama berkecimpung dibidangnya sendiri. o Kursus film o Perpustakaan o Ruang koleksi film o Ruang seminar C. Fasilitas Eksebisi Kegiatan eksebisi dilakukan untuk memperkenalkan karyakarya film independen yang telah dihasilkan di Taman Komunitas Film Independen kepada masyarakat luas maka dari itu perlu adanya fasilitas eksebisi yang mendukung kegiatan eksebisi dan diharapkan melalui fasilitas ini jalur pendistribusian film independen di Jakarta sudah lebih mudah. o Ruang workshop o Ruang pameran o Big screen studio o Mini studio o Ruang konfrensi o “Layar Tancap”/ teater terbuka 3.4 Kegiatan Wadah Komunitas Film Independen 3.4.1 Pelaku Kegiatan A. Komunitas Film Independen Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan film independen. Komunitas film yang akan diwadahi dipertimbangkan berdasarkan eksistensi dan pengaruh mereka terhadap film independen di Jakarta. B. Filmmaker Filmmaker adalah seseorang yang ber-apresiasi dengan menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya commit to user III - 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id orang-orang yang bisa menghasilkan karya film tetapi juga orangorang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film. C. Peserta Pendidikan Perfilman Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai wadah pengembangan film independen yang disertai dengan kegiatan pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa. D. Pengunjung Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat. E. Pengelola Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah Komunitas Film Independen dan bertanggung jawab pada jalannya kegiatan. 3.4.2 Jenis Kegiatan Kegiatan yang diwadahi pada Wadah Komunitas Film Independen ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi perfilman Indonesia, yaitu: A. Kegiatan Produksi Film (kreasi) Merupakan kegiatan-kegiatan komunitas film dalam membuat sebuah karya, mulai dari proses produksi hingga apresiasi film. B. Kegiatan Pendidikan Film (edukasi) Memberikan sebuah wadah kegiatan para pecinta film untuk mendapatkan edukasi dalam dunia perfilman. C. Kegiatan Eksebisi (eksebisi) Wadah untuk festival-festival perfilman baik skala nasional maupun internasional, kegiatan workshop perfilman hingga penayangan filmcommit independen dengan cara alternatif. to user III - 12 perpustakaan.uns.ac.id 3.5 digilib.uns.ac.id Hubungan Karakteristik Film dengan Rancangan Arsitektural Keterkaitan antara film dan arsitektur memiliki hubungan yang erat, namun diantara hubungan keduanya itu kurang terjadi simbiosis mutualisme. Selama ini arsitektur hanya dianggap sebagai backdrop (latar) dari film, padahal peran arsitektur sangat penting, sehingga yang menjadi masalah disini adalah bagaimana menjadikan arsitektur dapat merangkul film untuk mendapatkan hasil sebuah rancangan yang baik. 3.5.1 Film dan Arsitektur sebagai media Kelebihan film dan arsitektur yakni merupakan produk seni yang yang memiliki posisi dalam kebudayaan manusia. Kelebihan potensi tersebut telah membawa berbagai isu (realitas sosial, politik, ekonomi maupun budaya itu sendiri) untuk menjadikan film dan arsitektur sebagai sebuah media untuk ‘berkembang-biak’ melalui proses berkomunikasi. Peran arsitektur maupun film dalam mengubah wajah dunia cenderung senafas dan seirama. Karena itu sangatlah beralasan bila dilihat relasi-relasi yang terdapat pada keduanya, termasuk pemaknaan masing-masing diantaranya. Posisi film sendiri bagi arsitektur yaitu sebagai media inpirasional arsitektur maupun sebagi media komunikasi (termasuk propaganda) bagi arsitektur. Sehingga peran maupun pemaknaan film terhadap arsitektur menjadi penting dalam melihat dan mencermati visi arsitektur untuk keberlangsungan serta keberadaannya. Sumber:http://www.blogspot.com/zakaria/filmdanarsitektur/ Gambar 3.10 Poster Film yang menggabungkan Film dan commit to user Arsitektur, “August Rush III - 13 perpustakaan.uns.ac.id 3.5.2 digilib.uns.ac.id Film sebagai wilayah untuk inovasi model arsitektur Sejauh ini yang dimaksud oleh peran arsitektur dalam film, diartikan sebagai latar dekoratif dari berbagai adegan ataupun peran arsitektur sebagai wadah bagi individu maupun sebagai penguat latar waktu. Artinya arsitektur berperan dalam film sebagai penguat dari apa yang direpresentasikan oleh film sekaligus menguatkan penuturan film. Kondisi ini menempatkan arsitektur jauh ke masa depan maupun ke masa lalu, dan menempatkan arsitektur seiring dengan sejarah umum serta sejarah arsitektur sendiri. Tetapi apa yang sudah ada menjadikan pandangan mengenai sesuatu yang baru atau yang belum ada menjadi lebih menarik minat, apalagi bila kita mengkaitkannya dalam konteks mencermati perkembangan arsitektur selanjutnya. Hubungan Film dan Arsitektur sebagai media, terutama pada variabel film sebagai media inspirational bagi arsitektur menjadi prinsip dalam konsep perancangan dan perencanaan Wadah Komunitas Film Independen ini. 3.6 Penerapan Karakteristik Film dalam Wadah Komunitas Film Independen Seperti yang telah dijelaskan pada BAB II bahwa film memiliki karakter kepalsuan atau ilusi dimana cerita dan kejadian dalam film seluruhnya telah ditulis dalam skenario. Skenario dalam film juga harus kokoh dalam ide cerita sebelum dimulai proses produksi. Alur cerita dalam film terus bergerak dan memiliki alur dengan ritme naik dan turun (dinamis) dimana terdapat alur pengenalan cerita, klimaks, dan tahap penyelesaian cerita. Film juga melibatkan komunikasi searah melalui emosi penonton. Komposisi juga memiliki peran yang sangat penting dalam film, sama halnya dalam fotografi framing menentukan para penonton dimana sisi yang harus dilihat (viewpoint). Film juga memiliki nilai kreatif dan edukatif karena film memiliki kegiatan apresiasi dan kegiatan pembinaan kreatifitas dan keterampilan. commit to user III - 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTER FILM PENERAPAN ARSITEKTURAL Ilusi/kepalsuan ·Menggunakan secondary skin ·Definisi dinding dikaburkan (Andre Bazin) Kokoh dalam ide cerita ·Menggunakan struktur dan material yang mendukung Dinamis ·Penggunaan unsur-unsur lingkaran untuk elemen ruang dalam dan luar bangunan ·Analogi dinamis sebagai analisa pengolahan gubahan massa Komunikasi yang searah ·Menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan menarik orang untuk datang (bangunan sebagai frame) Kegiatan kreatif dan edukatif ·Penempatan unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran (DK Ching) ·Permainan lantai dapat mewujudkan suasana aktif (Ashihara) Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 3.11 Diagram penerapan karakteristik film dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan 3.7 Konsep Cara Menonton Film Alternatif. Pada Wadah Komunitas Film Independen terdapat cara untuk menonton film alternatif, yaitu dengan konsep teater terbuka atau di Jakarta sering disebut dengan sinema layar tancap atau free outdoor cinema yang tayang setiap malam weekend. Hal ini dimaksudkan untuk menarik masyarakat agar dapat lebih mengapresiasi film-film dengan tema alternatif dan menumbuhkan kecintaan akan film lokal. Fasilitas lain yang ada pada Taman Komunitas Film Independen ini adalah fasilitas bioskop (komersil) yang juga menayangkan karya-karya komunitas film independen. Fasilitas bioskop ini juga berfungsicommit sebagaitotempat user pemutaran festival-festival film III - 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan pameran perfilman untuk komunitas film independen Berikutnya ada mini studio (komersil) yang memiliki koleksi film independen Indonesia maupun luar negeri, pecinta film dapat memilih sendiri film yang akan ditonton. commit to user III - 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISA PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Analisa pendekatan konsep dasar perencanaan dan perancangan merupakan awal pemikiran yang dijadikan dasar tindakan dan langkah-langkah pada tahap konsep dasar perencanaan dan perancangan. Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa pendekatan kegiatan, peruangan, pengolahan site dan juga langkah-langkah desain yang dibagi menjadi analisis perencenaan dan perancangan. 4.1 Analisa Perencanaan 4.1.1 Analisa User Analisa user (pengguna) Wadah Komunitas Film Independen ini adalah: A. Komunitas Film Independen Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan film independen. Dalam kelompok ini seorang pecinta film independen tidak harus menghasilkan sebuah karya, tetapi kelompok ini dapat mengapresiasikan dirinya dalam bentuk lain, seperti: mengadakan diskusi film indie, jurnalisme, kritik film, hingga menyelenggarakan festival-festival film. Komunitas film independen yang sudah terdata dari taun 2011 yang ada di Jakarta adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Komunitas Film Independen KOMUNITAS FILM 1. Boemboe 2. Forum Filmmaker Pelajar Jakarta 3. Forum Lenteng 4. Kineforum 5. Klub Kajian Film DKJ 6. Konfiden 7. Kultur Visual 8. Komka UIN Syarif Hidaytullah 9. Ruang Rupa commit to user 10. Bioskop Merdeka IV - 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11. Komunitas Film Jeruk Purut 12. Bioskop Merdeka 13. Kultur Visual 14. Sinema Kopi Hitam 15. JCM Kineklub UIN 16. Sinema Adikara Sumber: http://www.in-docs.org B. Filmmaker Filmmaker adalah seseorang yang ber-apresiasi dengan menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya orang-orang yang bisa menghasilkan karya film tetapi juga orangorang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film. C. Peserta Pendidikan Perfilman Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai wadah pengembangan film independen yang disertai dengan kegiatan pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa. Pada kawasan Wadah Komunitas Film Independen menyediakan 6 program pendidikan perfilman yang dari masing-masing program memiliki 2 kelas dengan asumsi daya tampung +10 peserta didik dan 1 pengajar pada setiap kelas dengan pertimbangan optimalisasi suasana belajar mengajar agar kondusif. D. Pengunjung Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat. Kelompok ini juga dapat mengapresiasikan dirinya dalam wadah-wadah yang ada sehingga memungkinkan kelompok ini dapat menjadi bagian dari kelompok pecinta film independen yang lebih dari sekedar ingin tahu. E. Pengelola Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah Komunitas Film Independen commit to dan userbertanggung jawab pada jalannya IV - 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kegiatan termasuk didalamnya bertanggung jawab terhadap maintenance bangunan di dalam kawasan Wadah Komunitas Film Independen. Berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi: 1) Pengelola administrasi 2) Operasional 3) Maintenance 4) Staff pengajar 4.1.2 Analisa Kegiatan 1. Kelompok kegiatan produksi perfilman a) Pengembangan · Pengembangan cerita · Praproduksi · Pembuatan jadwal shooting · Penentuan pemeran dan penentuan latihan · Penyediaan dana · Diskusi b) Produksi · Shooting stage · Shooting lokasi c) Pasca produksi · Penentuan pemakaian shoots · Pengisian musik dan efek suara · Penggabungan suara · Distribusi dan eksebisi 2. Kelompok kegiatan pendidikan perfilman Bidang pendidikan yang diambil berdasarkan minat dan bakat peserta pendidikan film itu sendiri diantaranya: a) Belajar dan berlatih: commit to user IV - 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Terdapat 6 pilihan dalam menentukan pendidikan sesuai minat dan bakat dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan, yaitu: · Film Producing · Editing dan Graphic Animation · Cinematography · Scriptwriting · Directing · Audio Recording dan Mixing b) Mengikuti seminar perfilman Seminar-seminar perfilman yang diadakan dengan mengundan orang-orang yang ahli dan berkecimpung langsung pada dunia perfilman untuk menambah wawasan para peserta didik. c) Mempelajari film melalui studi literatur Menyediakan buku-buku dan referensi tentang dunia perfilman sebagai bahan pembelajaran dan sarana pengembangan wawasan terhadap dunia film. 3. Kelompok kegiatan eksebisi a) Pemutaran karya-karya film independen baik skala nasional maupun internasional. b) Pemutaran karya-karya film peserta pendidikan perfilman. c) Pameran dan workshop perfilman. d) Diskusi terbuka antara komunitas film, filmmaker, dan orang awam yang berminat ter hadap dunia perfilman. e) Konfrensi pers 4. Kelompok kegiatan komersil Kelompok kegiatan pemasukan ini bertujuan dana untuk untuk mendatangkan pemeliharaan kawasan Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. to user alat-alat perfilman a) Penyewaancommit dan penjualan IV - 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b) Aktivitas menonton film (bioskop, bioskop mini) c) Aktivitas cafe/ restaurant 5. Kelompok kegiatan pengelolaan a) Aktivitas administrasi1 · Manager aktivitasnya bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan. · Board of Programmers: aktivitasnya bertanggung jawab untuk mengisi program regular pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen, termasuk mencari film dan lisensinya untuk diputar, serta menyusun jadwal pemutaran. · Traffic Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas masuk/keluar dan pinjam/kembali film yang diputar. · Technical Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas alat pemutaran dan hal teknis lainnya untuk kelancaran pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen. · Publikasi & PR: aktivitasnya bertanggung jawab mensosialisasikan kegiatan pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen, menyiapkan materi publikasi, dan memperkenalkan ruang komunitas film independen kepada media dan publik seluas-luasnya. · Volunteer Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab mengatur jadwal volunteer, mengakomodir kebutuhan serta masukan dari volunteer, membuka rekrutmen, memberikan brief pemutaran setiap bulannya kepada volunteer, dan memantau kegiatan operasional serta kinerja volunteer. · 1 Volunteers: aktivitasnya bertanggung jawab kegiatan operasional commit to user Wadah Komunitas atas Film Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu angoota Kineforum Jakarta, 9/11/11 IV - 5 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Independen yakni pemutaran. Terbagi dari tiga posisi: Front desk, Door check, dan Projectionist. b) Aktivitas operasional · Mengawasi jalannya kegiatan. · Menyewakan dan menjual peralatan-peralatan film. · Melayani kebutuhan pengunjung. · Mengoperasikan alat-alat yang digunakan di fasilitas. · Melayani penjualan tiket. · Menginformasikan kegiatan yang berlangsung. c) Aktivitas pendidikan · · Administrasi pengelolaan akademis - Pengurusan Pendaftaran. - Pengurusan Pembayaran. - Birokrasi akademis. Akademis - Belajar Mengajar. - Mendidik dan Melatih. - Memberikan Konsultasi akademis. d) Aktivitas maintenance · Menjaga keamanan dan kebersihan. · Memelihara kondisi fasilitas yang disediakan. commit to user IV - 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.1.3 Analisa Pola Kegiatan Pola kegiatan berdasarkan jenis kegiatan: 1. Kegiatan produksi perfilman R.Produksi Aktivitas Pengembangan R.Casting R.Make Up dan Wardrobe R.Diskusi Shooting Indoor Datang R.Komunitas R. Studio Aktivitas Produksi R. peralatan Shooting Outdoor Aktivitas Pasca Produksi Audio Post House Post Production House R.Sound Mixing R.Editing R.Eksebisi Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.1 Pola Kegiatan Produksi Perfilman 2. Kegiatan pendidikan perfilman R.Teori Datang Pendaftaran R.Kelas R.Praktek R.Konsultasi Parkir R.Peralihan R.Tunggu Pulang R.Seminar R.Koleksi Film dan Perpustakaan R.Peralatan Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.2 Pola Kegiatan Pendidikan Perfilman commit to user IV - 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Kegiatan eksebisi Big screen studio Lihat-lihat pameran Datang Beli tiket Parkir R.Peralihan Pulang R.Tunggu Workshop film Diskusi film R.Konfrensi Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.3 Pola Kegiatan Eksebisi 4. Kegiatan komersil Aktivitas penyewaan dan penjualan alat-alat perfilman Datang Bioskop Parkir R.Peralihan Aktivitas menonton film Mini Bioskop Pulang Aktivitas cafe/restaurant Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.4 Pola Kegiatan Komersil 5. Kegiatan pengelola 1. Administrasi Datang Parkir Aktivitas administrasi Istirahat Pulang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.5 Pola Kegiatan Administrasi commit to user IV - 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Pendidikan Datang Parkir Aktivitas pendidikan Istirahat Pulang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.6 Pola Kegiatan Pendidikan 3. Maintenance Datang Parkir Aktivitas maintenance Istirahat Pulang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.7 Pola Kegiatan Mantenance 4.1.4 Analisa Kebutuhan Ruang Dasar pertimbangan 1) Pelaku kegiatan dalam ruangan. 2) Kegiatan yang terjadi. 3) Jenis, sifat, tuntutan kegiatan yang ditampung. commit to user IV - 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Kegiatan Produksi Perfilman Tabel 4.2 Kebutuhan Ruang Kegiatan Produksi Perfilman Kebutuhan Ruang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. R. Komunitas R. Produksi R. Casting R. Diskusi R. Shooting Indoor R. Make Up dan Wardrobe R. Studio R. Peralatan R. Post Production R. Eksebisi R. Audio Post House R. Sound Mixing R. Editing R. Teknik Film Sumber: Analisa Pribadi, 2012 2. Kegiatan Pendidikan Perfilman Tabel 4.3 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pendidikan Perfilman Kebutuhan Ruang 1. 2. 3. 4. 5. R. Pendaftaran R. Kelas R. Seminar R. Koleksi film dan Perpustakaan R. Peralatan Sumber: Analisa Pribadi, 2012 3. Kegiatan Eksebisi Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang Kegiatan Eksebisi Kebutuhan Ruang 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tiketing R. Pameran R. Konfrensi R. Studio R. Workshop Teater Terbuka Sumber:Analisa commit Pribadi, to user2012 IV - 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Kegiatan Komersil Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Kegiatan Komersil Kebutuhan Ruang 1. 2. 3. 4. 5. Cafetaria/Restaurant R. Penjualan alat-alat film R. Penyewaan alat-alat film Bioskop Mini Bioskop Sumber: Analisa Pribadi, 2012 5. Kegiatan Pengelola Tabel 4.6 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola Kebutuhan Ruang 1. R. Administrasi 2. R. Pengajar 3. R. Maintenance Sumber: Analisa Pribadi, 2012 4.1.5 Analisa Pendekatan Besaran Ruang Besaran ruang bertujuan untuk mendapatkan ruang gerak sesuai kebutuhan kegiatan yang diwadahi. Dasar pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang antara lain : 1) Kegiatan yang ada dalam fasilitas yang meliputi bentuk, pola dan cara kegiatan 2) Jumlah pelaku kegiatan 3) Besarnya flow gerak pelaku kegiatan Pada ruang-ruang yang telah memiliki standard, biasanya flow gerak telah diperhitungkan dalam standard tersebut. Namun pada ruang-ruang khusus diperhitungkan sendiri. Perincian prosentase gerak adalah sebagai berikut2; 2 · 5 – 10 % : Standard minimum · 20% : Kebutuhan keleluasaan sirkulasi commit to user Architects data, Ernerst Neufert IV - 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · 30% : Tuntutan kenyamanan fisik · 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis · 50 % : Tuntutan spesifik kegiatan · 70%-100% : Keterkaitan dengan banyak kegiatan Untuk memperkirakan kapasitas yang dapat diwadahi pada Wadah Komunitas Film Independen ini dihitung dari jumlah pengguna bangunan. Pengguna bangunan dibagi atas: A. Komunitas film independen Jumlah komunitas film indie saat ini sebanyak 16 komunitas yang sudah terdata di Jakarta. Diasumsikan jumlah anggota dalam 1 komunitas sebanyak 10 orang (merupakan orang-orang yang dianggap aktif dan mengetahui perkembangan film indie). Maka jumlah total pecinta film indie saat ini sebanyak 16 x 10 orang maka 160 orang yang aktif dan mengetahui perkembangan film indie. B. Filmmaker Diasumsikan filmmaker yang akan datang dalam sebuah festival perfilman maupun workshop perfilman termasuk pihak sponsor mencapai 300 orang C. Peserta pendidikan perfilman Pada Wadah Komunitas Film Independen ini terdapat 6 program kelas perfilman yang masing-masing kelas memiliki kapasitas 10 orang demi menunjang optimalisasi pembelajaran. Masing-masing kelas terbagi atas 2 sesi pengajaran yaitu sore dan malam. Jadi diasumsikan setiap sesi memiliki (10 x 6) 60 orang . D. Pengunjung Pengunjung disini adalah kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat commit to 250 userorang. bakat. Di asumsikan ada IV - 12 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id E. Pengelola Untuk bagian pengelola diasumsikan 9 orang pengelola kegiatan komunitas dan 9 orang bagian komersil dan 9 orang staff pendidikan film. 50 orang karyawan tetap dan 10 orang volunteers. Untuk bagian maintenance 10 orang. Staff pengajar 12 orang. Jadi total pengguna Wadah Komunitas Film Independen diasumsikan = 869 orang 1. Kegiatan Produksi Perfilman Tabel 4.7 Pendekatan Besaran Ruang Asumsi Kebutuhan Kapasitas Luas/orang m2 · R. Diskusi 5 komunal diskusi 160 Asumsi R. Studio Indoor Luas gerak efektif sirkulasi Kebutuhan Ruang 1. Total (m2) R. Komunitas 28 x 28 30 x 5 ruang = 150 784 Asumsi 100 6 orang 2 12 · Talent Lounge 20 orang 60 % 1,5 86,4 30 15 orang 2 30 3. · Crew Lounge (scenery dan property) · R. Peralatan R Studio Dubbing Asumsi Asumsi 12 96 Asumsi Asumsi 9 18 4. · R. Pengisian Suara · R. Kontrol · R. Proyektor R. Editing 2 6 4 6 2 6 100 % Asumsi 2 6 18 10 2. · R. Latihan (rehearsal hall) dan R. Casting · R. Wardrobe dan Make Up 5. R. Screening Lemari dan meja rias sirkulasi - 2 Editing table - Rewind table - Editing bins and barrels - Synchroniser - sirkulasi - Layar dan commit to user proyektor IV - 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id - sirkulasi 6. R. Teknik Film 7. 8. Garasi dan bongkar muat Lavatory 9. Mushola 100 % 10 Asumsi 30 2 mobil truk @ 4 orang Asumsi 20 Asumsi 30 Area wudhu pria dan wanita @ 5 orang 0,8 8 Area shalat 20 orang 0,8 16 2 lavatory pria dan wanita Total Luas 1487.4 Kegiatan Produksi Perfilman Sumber: Analisa Pribadi, 2012 2. Kegiatan Pendidikan Perfilman Tabel 4.8 Pendekatan Besaran Ruang Kegiatan Pendidikan Perfilman 1. Asumsi Kebutuhan Kapasitas R. Pendaftaran Meja kursi 4 orang 1,44 5,76 Komputer 4 buah 1,44 5,76 30 % 3,46 @ 15 orang 3 270 150 orang 0,8 120 Podium Asumsi 10 sirkulasi 40 % 52 3 20 Asumsi 8 @ 20 orang Asumsi 80 @ 4 orang Asumsi 30 @ 5 orang 0,8 8 Sirkulasi 2. R. Kelas dan Mini Studio 3. R. Seminar 4. R. Pengajar 5. R. Koleksi film dan Perpustakaan 6. R. Peralatan 7. Lavatory 6 ruang kelas, 1 Mini Studio Area peserta Meja 6 orang Rak Koleksi 3 setting alat 2 lavatory pria dan wanita Area wudhu pria dan wanita 8. Luas/orang Kebutuhan Ruang m2 Total (m2) Mushola Area shalat 20 orang commit to user 0,8 16 IV - 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Total Luas 628,98 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 3. Kegiatan Eksebisi Tabel 4.9 Pendekatan Besaran Ruang Kegiatan Eksebisi Kebutuhan Ruang 1. Tiketing Asumsi Kebutuhan Tiket box Sirkulasi Kapasitas Luas/orang 4 orang 2. R. Pameran Area peserta 3. R. Workshop 300 orang Podium sirkulasi 4. Teater Terbuka 5. Lavatory Total(m2) m2 @2 8 20% 1,6 Asumsi 100 0,8 240 Asumsi 20 40 % 104 Asumsi 100 2 lavatory pria dan wanita @ 4 orang Asumsi 30 Area wudhu pria dan wanita @ 5 orang 0,8 8 6. Mushola 0,8 Area shalat 20 orang 16 Total Luas 627,6 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 4. Kegiatan Komersil Tabel 4.10 Pendekatan Besaran Ruang Kegiatan Komersil Kebutuhan Ruang 1. Cafetaria/Restaurant · Dapur Asumsi Kebutuhan Kapasitas @ 10 stand makanan Luas/orang m2 Asumsi Total (m2) 24 24 x 10 = 240 commit to user IV - 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Area gerak · 160 Kursi Foodcourt 2. R. Penjualan alat-alat film dan R. Penyewaan alat-alat film Rg. Proyektor · Rg. Kontrol tata 54 1,2x0,8 72 Sirkulasi 75 30 % 76,2 Area display Asumsi Kasir 2 Meja kasir 100 5 2,5 100 % 105 1 m2/ orang 450 70% 315 Asumsi 20 Asumsi 20 Asumsi 20 Asumsi 20 Asumsi 60 400 orang 0,8 320 Area tunggu @ 4 orang Asumsi 10 2 Studio small @ 8 orang 1 36 1 144 1 300 60 orang sirkulasi suara · 0,6x0,6 150 4 ruang · 128 Meja sirkulasi 3. Bioskop 0,8 Rg. Kontrol tata cahaya · Rg.Kontrol penghawaan ruang · Rg.Penyimpanan film dan alat · Rg.Transisi/ foyer 4. Mini Bioskop 4 Studio medium 3 Studio large 2 lavatory pria dan 5. Lavatory wanita @12 orang @ 4 orang Asumsi Total Luas 30 4280.2 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 5. Kegiatan Pengelola Tabel 4.11 Pendekatan Besaran Ruang Kegiatan Pengelola Kebutuhan Ruang 1. R. Administrasi 2. R. Maintenance Asumsi Kebutuhan Kapasitas 25 orang Luas/orang m2 2 Total (m2) 50 commit to user IV - 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Pos keamanan 2 pos @ 2 orang 6 12 · Pos parkir 4 pos @ 1 orang 1 4 · Gudang cleaning servis · Rg.Mechanical electrical 8 Asumsi Asumsi 12 · Rg. Genset · Rg. Trafo Asumsi Asumsi 30 12 · Rg. Panel listrik · Rg. Mesin AC · Rg. Pompa air Asumsi Asumsi 12 48 Asumsi 30 Asumsi 6 2m2x450 40 % 20m2x10 20m2x120 40 % 900 760 200 240 192 · Rg. Kontrol 75% motor sirkulasi 25% mobil, 75% motor sirkulasi · Area Parkir 160 orang Total Luas 2516 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Tabel 4.12 Perhitungan Total Kebutuhan Luas Ruang Dan Luas Tapak Minimal Kelompok Ruang Kegiatan Produksi Film + Kebutuhan Rencana Luas Lantai Dasar Luas Lantai Jumlah Minimal (m²) (m²) Lantai 6565,2 3 2188,4 3144,98 2 1572,49 Kegiatan Komersil + Kegiatan Eksebisi Kegiatan Pendidikan Film + Kegiatan maintenance JUMLAH 9710.18 3760,89 Sumber:Analisa Pribadi, 2012 Pendekatan Rekapitulasi Besaran Ruang Jumlah Luas Bangunan commit to user 9470,18 m2 IV - 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jumlah Luas Area Parkir 2292 m2 Sirkulasi 20% luas Bangunan 20% x 9470,18 m2 = 1894, 036 m2 Sirkulasi 50% Area Parkir 50 % x 2292 m2= 1146 m2 Luas Total 14802,216m2 4.1.6 Analisa Pola Hubungan Ruang A. Pola Hubungan Makro AREA PENGELOLA AREA PENDIDIKAN AREA EKSEBISI AREA KOMERSIL AREA PRODUKSI Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.8 Pola Hubungan Makro B. Pola Hubungan Mikro 1) Area Produksi R.MAKE UP DAN WARDROBE R.SOUND MIXING RUANG STUDIO SHOOTING INDOOR AUDIO POST HOUSE RUANG PERALATAN RUANG PRODUKSI RUANG KOMUNITAS RUANG CAST RUANG DISKUSI Sumber: Analisa Pribadi, 2012 R.PASCA PRODUKSI EDITING ROOM RUANG SCREENING commit to user Gambar 4.9 Pola Hubungan Makro Area Produksi IV - 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Area Pendidikan RUANG PENDAFTARAN R. KOLEKSI FILM DAN PERPUSTAKAAN RUANG KELAS RUANG SEMINAR RUANG PERALATAN Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.10 Pola Hubungan Makro Area Pendidikan 3) Area Eksebisi TIKETING R KONFRENSI DAN WORKSHOP RUANG STUDIO TEATER TERBUKA RUANG PAMERAN Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.11 Pola Hubungan Makro Area Eksebisi 4) Area Komersil R PENJUALAN DAN PENYEWAAN ALATALAT FILM TIKETING BIOSKOP MINI BIOSKOP CAFETARIA/RES TAURANT Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.12 to Pola Hubungan Makro Area Komersil commit user IV - 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5) Area Pengelola RUANG ADMINISTRASI RUANG PENGAJAR RUANG MAINTENANCE Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.13 Pola Hubungan Makro Area Pengelola 4.1.7 Analisa Pendekatan Pemilihan Lokasi A. Kriteria pemilihan lokasi 1. Sebagai bangunan fasilitas bagi komunitas film independen, maka bangunan berada pada distrik fasilitas seni. 2. Wadah Komunitas Film Independen berada di area pengembangan fasilitas umum. 3. Berdasarkan sasaran dan tujuan bangunan, maka menuntut spot-spot yang sering dijadikan tempat berkumpulnya generasi muda di Jakarta. Untuk menentukan pemilihan lokasi Wadah Komunitas Film Independen dilakukan pemetaan secara superimpose (pemetaan dengan meletakkan titik-titik pada peta) guna melihat lokasi yang paling sesuai dengan kriteria-kriteria diatas. commit to user Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta , 2010 IV - 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 4.14 Batasan Site Kriteria 1 Berdasarkan pemetaan yang dilakukan pada peta Jakarta berdasarkan kriteria 1 yaitu berada pada fasilitas seni dan desain, daerah Cikini, Kemang, Tebet, Setu Babakan, dan Wadah Mini Indonesia Indah. Keterangan: Area potensi banjir [(WP-U) & (WP-TP)] Area pusat perdagangan, rawan kemacetan (WP-U) Area pengembangan fasilitas umum berjalan (WP-B) Area pemukiman penduduk, rawan banjir (WP-TL) Area pusat pemerintahan dan bisnis (WP-P) Area kawasan industri (WP-T) Jalur utama transportasi kota Sumber : Rencana Umum Tata Ruang Kota DKI Jakarta, Jakarta 2010 Gambar 4.15 Batasan Area DKI Jakarta berdasarkan RTRW DKI Jakarta commit to user IV - 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010 Gambar 4.16 Batasan Site Kriteria 2 Area pengembangan fasilitas umum terletak di wilayah Jakarta Selatan. Pemetaan selanjutnya pada titik-titik area pengembangan fasilitas umum di wilayah Jakarta Selatan yaitu Manggarai, Kebayoran lama, Blok M, Kemang, Pondok Indah, Fatmawati, Ragunan. Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010 Gambar 4.17 Batasan Site Kriteria 3 Area pengembangan fasilitas umum terletak di wilayah Jakarta Selatan. Pemetaan selanjutnya pada titik-titik area pengembangan fasilitas umum di wilayah Jakarta Selatan yaitu Manggarai, Kebayoran lama, Blok M, Kemang, Pondok Indah, Fatmawati, Ragunan. Kesimpulan Apabila peta-peta ditumpuk, maka titik yang terbanyak commit to user jatuh pada daerah Kemang, Kecamatan Mampang Prapatan, IV - 22 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jakarta Selatan. Daerah ini memenuhi kriteria lokasi Wadah Komunitas Film Independen Sumber: Analisis Pribadi, 2012 Gambar 4.18 Kesimpulan Pemilihan Lokasi Site B. Proses Pemilihan Site di Kemang. 1) Berada pada peruntukan lahan (Land-use) yang sesuai, yaitu pada peruntukan fasilitas umum Fungsi Komersial Fungsi Wisma Bangunan Umum Fungsi Perumahan Fungsi Wisma Wadah Fungsi Fasilitas Fungsi Pemerintahan Peruntukan lahan kawasan Kemang Sumber: Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta Gambar 4.19 Peruntukan Lahan Kawasan Kemang commit to user IV - 23 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Dilalui oleh jalur arteri sebagai akses utama memasuki kawasan Kemang, dan terdapat pedestrian Kawasan berpotensi sebagai site, dilalui oleh jalan utama yang berfungsi sebagai akses utama menuju kawasan Kemang, yaitu Jl. Kemang Raya. Sudah ada jalur pedestrian Sumber: RTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta Gambar 4.20 Jalur-jalur pedestrian yang sudah ada dan yang saat ini sedang dikembangkan 3) Dikelilingi oleh kegiatan pendukung (activity support) yang mampu mendorong adanya kegiatan publik commit to user IV - 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: RRTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta Gambar 4.21 Analisa Activity Support sebagai penunjang site perencanaan 4) Ketersediaan lahan dan kemungkinan pengembangannya Sumber: RRTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta Gambar 4.22 Ketersediaan lahan dan kemungkinan pengembangannya Maka atas dasar filtering di atas ditentukan tapak yang terpilih adalah lahan terbuka yang terletak pada jalan arteri utama Jl. Kemang Raya, yang merupakan bagian dari daerah simpul fasilitas umum terkemuka yang berhubungan dengan kegiatan seni dan pendukungnya. Sumber : Analisa Pribadi, 2012 commit to user Gambar 4.23 Penentuan Site Perencanaan IV - 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.13 Tabel intensitas ruang lokasi perencanaan NO DATA KETERANGAN 1. KDB 50% 2. KLB Maks 2,4 3. Jumlah Lantai Maksimal bertingkat 2- 4 Lantai 4. Jenis bangunan Bangunan Tunggal Sumber: LRK Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Perkiraan perhitungan intensitas area terbangun berdasarkan LRK diatas: Luas Site Perencanaan 16086,5 m2 - Luas lantai dasar yang boleh terbangun: KDB x Luas Lahan · 50% x 16086,5 m2 = 8043,25 m2 - Luas total lantai yang boleh terbangun: KLB x Luas Lahan · 20250 m2 = 38607,6 m2 · Tinggi lantai = 4 lantai. Luas total lantai 38607,6 m2 8043,25 m2 Sumber: Perhitungan Penulis Gambar 4.24 Gambar Perkiraan perhitungan intensitas area terbangun 4.2 Analisa Perancangan 4.2.1 Analisa Penerapan Karakter Film Pada Wadah Komunitas Film Independen Penerapan karakter film ini menjadi konsep dasar dalam perancangan dan perencanaan Wadah Komunitas Film Independen. Dalam hal to iniuser pencitraan visual diharapkan dapat commit IV - 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengekspresikan unsur-unsur dari karakteristik film sehingga mendapatkan, peran, kesan, serta bentuk bangunan Wadah Komunitas Film Independen sesuai dengan pencitraan guna bangunan Wadah Komunitas Film Independen itu sendiri, dengan kata lain dapat terkomunikasikan dengan baik. Dalam diagram berikut ini bisa dilihat hubungan antara karakter film dengan rancangan arsitektural. KARAKTER FILM PENERAPAN ARSITEKTURAL Ilusi/kepalsuan ·Menggunakan secondary skin ·Definisi dinding dikaburkan (Andre Bazin) Kokoh dalam ide cerita ·Menggunakan struktur dan material yang mendukung Dinamis ·Penggunaan unsur-unsur lingkaran untuk elemen ruang dalam dan luar bangunan ·Analogi dinamis sebagai analisa pengolahan gubahan massa Komunikasi yang searah ·Menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan menarik orang untuk datang (bangunan sebagai frame) Kegiatan kreatif dan edukatif ·Penempatan unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran (DK Ching) ·Permainan lantai dapat mewujudkan suasana aktif (Ashihara) Sumber :Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.25 Diagram hubungan karakter film dengan rancangan arsitektural commit to user IV - 27 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.26 Analogi Film yang Dinamis A. menggunakan material kaca atau secondary skin guna menyamarkan dinding sebagai perwujudan karakter kepalsuan dalam film. commit to user IV - 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.27 Contoh penerapan material kaca sebagai secondary skin Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.28 Penerapan karakter film pada bangunan B. Menerapkan permainan garis pada tampilan luar bangunan mencitrakan karakteristik film yang aktif serta kebebasan dalam berekspresi. Menerapkan permainan garis pada tampilan luar bangunan mencitrakan karakteristik film yang aktif serta kebebasan dalam berekspresi. Archipelago Arena karya URBANE dengan permainan garis pada tampak, mengesankan bangunan seolah aktif bergerak seperti karakter olahraga. Sumber: www.google.co.id/archipelago/senay an. Gambar 4.29 to Archipelago Arena karya URBANE commit user IV - 29 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Gubahan Massa. Desain direncanakan dengan 1 massa bangunan. Dimana terdapat pembagian zona pada sirkulasi dalam bangunan. b) Orientasi Bangunan. Berdasarkan dengan tujuan dan sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen orientasi bangunan akan menghadap kearah yang paling ramai, yaitu menghadap jalan utama dari site guna menangkap masa sebanyak mungkin. Serta karakter dari komunitas film independen yang cenderung terbuka pada orang lain. C. Penerapan Karakter Film Pada Ruang Dalam a) Layout ruang. Penataan ruang-ruang yang kegiatannya dianggap dapat bersinergi atau berkesinambungan dapat dijadikan dalam satu wadah/ruang yang multifungsi sesuai dengan perimeter pembentuk ruang semi formal. Dalam Wadah Komunitas Film Independen ini kegiatan yang dapat dijadikan dalam satu wadah yang berkesinambungan adalah ruang seminar, ruang workshop, dan ruang pameran film. Ruang seminar Ruang workshop Pada area selasarnya dapat menjadi ruang pameran film Sumber: www.archithings.com Gambar 4.30 Ruang Multifungsi b) Permainan bidang lantai. Disebutkan oleh Ashihara bahwa perubahan dan pergantian commit to user secara kontinyu dalam irama, tekstur dan tinggi permukaan IV - 30 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lantai akan dapat membuat suasana menjadi lebih meriah dan hidup dan sesuai untuk karakter aktif dalam film (rekreatif) serta membuat suasana tidak monoton. sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.31 Sketsa penerapan split level 4.2.2 Analisa Pendekatan Pengolahan Tapak SITE Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.32commit Eksisting Site (belum sesuai dengan skala to user sebenarnya) IV - 31 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.2.3 Analisa Pendekatan Pada Pencapaian dan Sirkulasi Tujuan dari analisa ini adalah untuk mendapatkan akses baik masuk maupun keluar pada tapak, serta jalan masuk utama (ME) maupun jalan masuk service (SE) sesuai dengan fungsi dan pemanfaatan kondisi sekitar. Dasar Pertimbangan 1) Kondisi, potensi dan pola sirkulasi jalan di sekitar site 2) Aspek aksesibilitas ke dalam dan keluar tapak bagi kendaraan dan pejalan kaki. 3) ME · Mudah dikenali dan dicapai pengunjung · Dekat dengan spot-spot tempat generasi muda. · Mudah dicapai dari jalan utama · Arah kedatangan dan keluar pengunjung dari jalan utama · Kelancaran lalu lintas tanpa ada gangguan dengan kegiatan sirkulasi · Aktivitas disekitar site 4) SE · Kegiatan yang terjadi tidak mengganggu pengunjung · Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola karyawan dan servis. Dalam pertimbangan pencapaian, menggunakan 2 alternatif, yaitu : commit to user IV - 32 perpustakaan.uns.ac.id KETERANGAN : ME SE digilib.uns.ac.id Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 1 Alternatif 2 · ME berada pada JL.Kemang Raya · ME berada pada JL.Kemang 1 yg yg merupakan jalan utama (15m) · ME berada pada peralihan 2 jalan juga merupakan jalan utama.(15m) utama dan jalan merupakan arus · ME berada pada jalan arus searah searah · SE berada pada JL Kemang 2 yg · SE berada pada JL Kemang 1 juga merupakan jalan utama (15m) merupakan jalan lingkungan (6m) · SE terletak pada jalan satu arah · SE terletak pada jalan satu arah Gambar 4.33 Perbandingan Dua Alternatif Site Penilaian proses pencapaian dapat terlihat dari tabel sebagai berikut : Tabel 4.14 Tabel Penilaian ME dan SE Kriteria Bobot Mudah dikenali dan dicapai pengunjung Dekat dengan spot-spot tempat generasi muda Arah kedatangan pengunjung dari jalan utama Kelancaran lalu lintas tanpa ada gangguan dengan kegiatan sirkulasi Kegiatan yang terjadi tidak menggangu kegiatan pengunjung Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola/karyawan dan servis 2 2 2 2 Alternatif 1 2 3 2 3 3 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 16 11 Keterangan Bobot 2 : Menentukan 1 : Kurang Menentukan Keterangan Nilai 3 : Sangat Baik 2 : Baik 1 : Kurang Baik commit to user IV - 33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.2.4 Analisa Pendekatan Pada View dan Orientasi Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan arah orientasi bangunan yang terbaik sehingga mendapatkan view yang menarik bagi orang-orang yang melintasi Wadah Komunitas Film Independen (view to site) sehingga dapat menarik masa untuk datang. Dasar pertimbangan: 1. Bangunan menghadap ke arah Main Entrance guna menarik massa dan sesuai dengan karakter dari komunitas film independen yang terbuka pada masyarakat luas. 2. View to site: bangunan nantinya dapat menjadi view yang bisa dilihat dari arah barat, selatan, dan dari arah utara saat terdapat kegiatan yang berlangsung didalamnya sehingga orang tertarik untuk melihat, menyaksikan serta ikut serta didalamnya. Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.34 Analisa Pendekatan Pada View dan Orientasi commit to user IV - 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kesimpulan ü View To Site SITE Dari arah Jl Kemang Raya menuju Jl. Kemang 1 memiliki sudut pandang perspektif (viewpoint) yang cukup luas bagi orang yang melintasi jalan. Tingkat keleluasan view ke site cukup besar. SITE Penekanan pengolahan massa agar dapat menarik perhatian harus terlihat mulai dari arah Jl Bangka menuju Jl Kemang Raya karena hampir keseluruhan site terlihat dari sisi ini. Area ini memiliki nilai ekspose tinggi. Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.35 Kesimpulan View To Site (1) commit to user IV - 35 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Arah pandang Massa yang akan menjadi titik ekspose pada posisi dimana massa dapat terlihat dari jalan utama Arah pandang Penekanan pengolahan tampilan bangunan pada perspektif arah pandang ke bangunan guna menarik perhatian masa Sumber: Analisis Penulis, 2012 Gambar 4.36 Kesimpulan View To Site (2) ü Orientasi Bangunan Orientasi bangunan menghadap ke Jl.Kemang Raya dimana Jl.kemang Raya merupakan jalan utama dan bangunan dapat diakses langsung dari jalan tersebut diharapkan juga dapat menarik masa sesuai dengan karakter komunitas film independen yang terbuka Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.37 Kesimpulan Orientasi Bangunan commit to user IV - 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.2.5 Analisa Noise Analisa tingkat kebisingan (noise) bertujuan untuk mengetahui efek kebisingan yang ditimbulkan dari area Wadah Komunitas Film Independen berhubungan dengan adanya teater terbuka yang direncanakan sebagai ajang promosi terbuka film independen untuk publik dan juga untuk menganalisa kebisingan dari luar site. Dasar pertimbangannya adalah: 1. Mempertimbangkan area disekitar site yang menuntut ketenangan seperti hotel, apartemen, dan restaurant. 2. Mempertimbangkan letak site yang berada pada jalan utama dengan lalu lintas yang cenderung padat menimbulkan polusi suara. Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.38 Analisis Kebisingan dari Luar Site Noise dari luar site: 1) Pada Jl.Kemang 2 dan batas barat site memiliki noise terendah. 2) Jl Kemang Raya memiliki noise tertinggi karena merupakan jalan utama. 3) Jl Kemang 1 memiliki noise yang cukup tinggi. commit to user IV - 37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teater terbuka ME Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.39 Analisis Kebisingan dari Dalam Site Noise dari dalam site: Area teater terbuka direncanakan berada didekat main entrance. Noise yang ditimbulkan dari teater terbuka kemungkinan berdampak pada bangunan hotel dan apartemen, restaurant Mc Donald yg terletak bersebelahan dengan site dan toko buku pada utara site. Respon: Memberi jarak antara area teater terbuka dan tepi jalan serta memberi vegetasi sebagai buffer suara. Memberi vegetasi di sekeliling area teater terbuka guna mereduksi suara yang dihasilkan Memberi jarak antara area teater dengan jalanan Sumber: Analisa Pribadi, 2012 commit user Analisis Kebisingan Gambar 4.40 to Respon IV - 38 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4.2.6 Zonifikasi Site AREA PENGELOLA AREA PENDIDIKAN AREA EKSEBISI AREA KOMERSIL AREA PRODUKSI Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.41 Hirearki ruang Keterangan Kegiatan Produksi (Zona Semi Publik) Zona Kreatif Kegiatan Pendidikan (Zona Semi Publik) Kegiatan Komersil (Zona Publik) dan kegiatan pengelola (Zona Privat) Zona Edukatif Zona Komersil dan penunjang 1. Zonifikasi Berdasarkan Pencapaian dan Sirkulasi Identifikasi zonifikasi berdasarkan kemudahan akses dianalisa melalui akses ME dan SE serta efisiensi kedua akses tersebut dalam menunjang kegiatan yang dilaksanakan dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. Berdasarkan akses ME maka zonifikasi kegiatan utama dan pendukung fasilitas dibagi menjadi: Sumber: Analisis Pribadi Gambar 4.42 Zonifikasi Berdasarkan Pencapaian dan Sirkulasi commit to user IV - 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Zonifikasi Berdasarkan View dan Orientasi Identifikasi zonifikasi berdasarkan view dan orientasi menentukan perletakkan bangunan agar memberikan view to site yang dapat menjadi daya tarik orang untuk datang berdasarkan sisi arah pandang yang paling luas. Pada zona sisi tersebut akan menjadi area ekspose untuk bangunan. Berdasarkan view dan orientasi maka zonifikasi dibagi menjadi: Area ekspose bangunan Arah pandang Memusatkan view to site pada pusat area kegiatan, yaitu kegiatan eksebisi/zona kreatif Arah pandang Arah pandang Arah pandang Area kreatif berada di jangkauan arah pandang dari kedua jalan utama Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.43 Zonifikasi Berdasarkan View dan Orientasi commit to user IV - 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Zonifikasi Berdasarkan Noise Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak berdasarkan analisa kebisingan (noise) dari dalam site terutama dari area teater terbuka/zona publik. Berdasarkan analisa noise maka didapatkan zonifikasi sebagai berikut: Area teater Daerah bebas bangunan dimanfaatkan sebagai sirkulasi dan area hijau Area fungsi bangunan Teater terbuka/layar tancap, termasuk dalam zona publik Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.44 Zonifikasi Berdasarkan Noise commit to user IV - 41 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Zonifikasi Akhir Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.45 Zonifikasi Akhir 4.2.7 Analisa Pendekatan Konsep Bangunan 1. Massa a) Penentuan Jumlah Massa Dasar pertimbangan: · Jumlah unit-unit fasilitas kegiatan · Hubungan/organisasi ruang, serta efisiensi pelaksanaan kegiatan dan sirkulasi · Pembagian zoning pada tapak Berdasarkan fungsi dan efisiensi kegiatan, maka hubungan ruang ditentukan sebagai berikut: AREA PENGELOLA AREA PENDIDIKAN AREA EKSEBISI AREA KOMERSIL AREA PRODUKSI Sumber: Analisa Pribadi, 2012 commit to user Gambar 4.46 Pola Hubungan Ruang Makro IV - 42 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Maka sebagai hasilnya desain direncanakan dengan massa tunggal. Sementara jumlah lantai ditentukan menurut peraturan KDB dan KLB yang berlaku pada lokasi perencanaan. Tabel 4.15 Tabel perhitungan ruang lokasi perencanaan No Data 1 Luas daerah terbangun 2 Jumlah lantai § § § § Data dan Peraturan KDB = 50% Luas tapak = 16086,5 m2 KLB = maks 2,4 Total luas ruang = 9710,18 m2 Perhitungan L = 50% x 16086,5 = 8043,25 m2 L = 2,4 x 9710,18 = 23304,43 m2 > 9710,18 m2 = 3-4 lantai sumber:RTRWK Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Menurut ketentuan intensitas ruang pada wilayah site perencanaan, maka ketinggian bangunan direncanakan berlantai banyak/bertingkat, maksimal 4 lantai. a. Penentuan Gubahan Massa Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan karakter film pada perencanaan bangunan (dalam hal ini dimetaforakan filosofi hubungan antara karakteristik film dan rancangan arsitektural) dan kemudian diterjemahkan kedalam bentuk. commit to user IV - 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KARAKTER FILM PENERAPAN ARSITEKTURAL Ilusi/kepalsuan ·Menggunakan secondary skin ·Definisi dinding dikaburkan (Andre Bazin) Kokoh dalam ide cerita ·Menggunakan struktur dan material yang mendukung Dinamis ·Penggunaan unsur-unsur lingkaran untuk elemen ruang dalam dan luar bangunan ·Analogi dinamis sebagai analisa pengolahan gubahan massa Komunikasi yang searah ·Menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan menarik orang untuk datang (bangunan sebagai frame) Kegiatan kreatif dan edukatif ·Penempatan unsur-unsur ruang menurut arah keliling lingkaran (DK Ching) ·Permainan lantai dapat mewujudkan suasana aktif (Ashihara) Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.47 Diagram hubungan antara karakteristik film dan rancangan arsitektural Konsep penerapan karakter film pada bangunan diwujudkan dengan mengolah masing-masing zona yaitu zona kreatif (area produksi dan area eksebisi), zona edukatif (area pendidikan), serta zona komersil dan penunjang. Pengolahan massa akan ditekankan pada zona kreatif dimana ada area eksebisi didalamnya yang merupakan area pusat kegiatan dan menjadi zona ekspose bangunan, commit to user IV - 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 4.48 Gubahan massa teater terbuka Gambar 4.48 Gubahan massa teater terbuka “framing” dalam film mengibaratkan bangunan sebagai media layar kaca Dinding “dikaburkan” dengan menggunakan material kaca Dengan framing pada bangunan viewpoint tampak jelas dan menjadikan komunikasi satu arah seperti karakter film Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.49 Konsep gubahan massa Wadah Komunitas Film Independen b) Pola Letak Tata Massa Bangunan Pada Tapak Dasar Pertimbangan: · Efisiensi pelaksanaan kegiatan dan pola sirkulasi pada tapak · Penempatan dan pengaturan massa bangunan pada tapak dengan menggunakan grid-grid sebagai alat commit to user bantu IV - 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.50 Pola Letak Tata Massa Bangunan Pada Tapak 2. Penataan Sirkulasi Ruang Penataan Layout ruang atau denah mempertimbangkan hubungan antar fungsi ruangan. Pada Wadah Komunitas Film Independen ini setiap fungsi dari dalam bangunan saling dihubungkan dengan plaza dan pedestrian agar tetap saling berhubungan. Untuk sirkulasi dalam bangunan, tiap zona dihubungkan dengan foyer. Gambar 4.51 Analisa sirkulasi dalam bangunan pada Wadah Komunitas Film Independen commit to user IV - 46 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.52 Analisa sirkulasi antar fungsi pada Wadah Komunitas Film Independen 3. Bahan Bangunan Pemilihan material ini terkait dengan karakter dari film yang memiliki unsur dinamis, kokoh dalam ide cerita (idealis), dan komunitas film independen yang hangat dan terbuka (informal). Pemilihan material seperti beton dan kaca menjadi opsi untuk material Wadah Komunitas Film Independen. 4. Konsep “Layar Tancap” pada Wadah Komunitas Film Independen Salah satu fasilitas yang ada pada Wadah Komunitas Film Independen adalah sinema di ruang terbuka, di Jakarta sering disebut commit dengan to “layar user tancap”. Sebagai salah satu cara IV - 47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk mengenalkan film independen ke masyarakat adalah dengan memberikan cara menonton alternatif dan spot layar tancap diharapkan dapat mengundang animo masyarakat untuk menonton film independen. Pada teater terbuka Wadah Komunitas Film Independen ini tidak memiliki layar permanen, teknologi open air cinema yang sedang menjadi tren di Amerika diadaptasi untuk teater terbuka ini. Layar yang bisa dipompa dan dilipat ini memungkinkan maintenance yang lebih mudah. Serta penggunaan wireless speaker yang ditempatkan di dekat bangku penonton di beberapa titik memungkinkan kenyamanan akustik bagi para penonton serta menambah estetika dengan bentuknya yang menyerupai batu. Sumber: http://www.openaircinema.au Gambar 4.53 Jenis layar yang akan digunakan pada area teeater terbuka 4.2.8 Analisa Struktur Bangunan Struktur bangunan Wadah Komunitas Film Independen akan disesuaikan dengan konsep bangunan dengan penerapan karakter film. Analisa pemilihan struktur yang sesuai dengan pendekatan konsep bangunan tersebut diantaranya: commit to user IV - 48 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Sub Struktur a) Sumuran Mendukung bangunan berlantai 3 keatas, dapat digunakan pada berbagai jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak membuang tanah galian. Gambar 4.54 Pondasi Sumuran b) Tiang Pancang Penggunaan pondasi tiang pancang merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk pembangunan gedung berlantai banyak seperti Apartment, Kondominium, Rent Office dan sebagainya. Berikut contoh pondasi tiang pancang. Gambar 4.55 Tiang Pancang commit to user IV - 49 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Super Struktur a) Rangka/Frame · Struktur rangka memadukan konstruksi antara kolom sebagai unsur vertikal yang berfungsi menyalurkan gaya beban menuju ke tanah, dan balok sebagai unsur horizontal yang memegang dan membagi gaya ke kolom. · Mudah diterapkan ke semua jenis bangunan. · Dapat di kombinasi dengan sistem lain. · Mudah dalam penampilan berbagai bentuk. · Mudah dalam pelaksanaan. b) Shear wall · Ketinggian bangunan relatif terbatas · Dapat dikembangkan menjadi sistem core wall · Mudah dalam pelaksanaan dan relatif ekonomis. · Memungkinkan bentuk-bentuk yang lebih atraktif. c) Upper Struktur Untuk struktur atap terdapat beberapa alternatif struktur, yaitu: · Struktur rangka baja Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas. · Struktur kabel Dapat menahan atap dengan bentangan besar. · Struktur beton bertulang Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap cukup luas. · Space frame Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas. · Struktur rangka kayu commit to user Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas IV - 50 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada area teater terbuka menggunakan kombinasi antara struktur kabel dan frame dengan penutup membran. Hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk yang berbeda atau sebagai point of interest pada bangunan Wadah Komunitas Film Independen Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.56 Aplikasi struktur space frame, struktur membran, dan struktur kabel pada area teater terbuka 4.2.9 Analisa Utilitas Bangunan 1. Sistem Air Bersih Kebutuhan air bersih dalam kawasan digunakan untuk : · Kolam buatan · Lavatory · Aktivitas servis serta pemeliharaan bangunan dan area hijau binaan commit to user IV - 51 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber air yang digunakan adalah Sumur dalam/deep well sebagai sumber utama dan air dari PDAM sebagai cadangan, dengan pertimbangan suplai air dapat disesuaikan terhadap kebutuhan. Jaringan distribusi menggunakan sistem Down Feed Distribution, dimana air tanah tidak terus-menerus dipompa ke atas (seperti pada Up Feed Distribution), tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan pada beberapa menara kemudian didistribusikan. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayaran terhadap luasan tapak. Sistem ini digambarkan sebagai berikut: Sumur pompa Pomp a PDAM Water treatment Water tank Distribusi seluruh tapak Pompa Ground Reservoir Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.57 Alur Sistem Air Bersih Diasumsikan jumlah pengunjung dan pengelola pada jam-jam sibuk adalah 1000 orang. Kebutuhan air diperkirakan hanya 10%, maka bila tiap orang membutuhkan 10 liter air, air bersih yang dibutuhkan yaitu 10 lt x 1000 = 10.000 lt = 10 m3 air. Maka kapasitas water tank yang dibutuhkan yaitu + 10 m3 = 2 m x 2 m x 2,5 m. 2. Sistem Drainase Jaringan drainase ini meliputi jaringan pembuangan air kotor dan air hujan. Sumber air kotor berasal dari WC, kantin, café, restoran dan kegiatan servis. Pembuangan air kotor dan air hujan disalurkan langsung menuju sumur resapan. commit to user IV - 52 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Air hujan Bak kontrol Kotoran cair Air kotor (limbah dari WC, pantry, dapur dan Bak pengolahan limbah Kotoran padat Septitank Sumur resapan Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.58 Alur Sistem Drainase Diasumsikan pembuangan air rata-rata: 25 lt / orang = 0,025 m3 / orang. Jumlah pemakai diperhitungkan kira-kira + 200 orang. Sehingga jumlah air kotor = 200 x 0,025 m3 = 5 m3. Dengan waktu pembusukan 3 hari, maka volume septitank = 3 x 5 m3 = 15 m3. Dimensi bak = 3 m x 5 m x 1m. 3. Sistem Jaringan Listrik Dua jenis sumber tenaga listrik yang dapat digunakan yaitu listrik PLN dan listrik dari generator. Kriterianya antara lain: 1. Efisiensi operasional / perawatan sangat dibutuhkan sehingga penting untuk dibuat struktur pembagian sehingga dapat tercapai kemudahan operasional dan perawatan 2. Atas dasar pertimbangan keamanan, banyak hal yang perlu diperhatikan seperti penempatan jaringan terpisah, penempatan jaringan pipa tanpa mengganggu konstruksi dan penempatan ruang yang rawan kebakaran terpisah dari ruang lain PLN Gardu distribusi Genset Meteran Automatical switch Transformator Sekering utama Distribusi Panel distribusi Panel cabang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 4.59 commit to Alur user Sistem Jaringan Listrik IV - 53 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Sistem Komunikasi a. Sistem komunikasi didalam tanpa akses keluar kompleks menggunakan intercom, PABX (Public Automatic Branch Machine) dan CTV Monitor (Close Circuit Television). b.Sistem komunikasi dari / keluar lokasi Wadah Komunitas Film Independen menggunakan layanan line telepon PT. Telkom. c. Keterjangkauan lokasi menggunakan komunikasi wireless dimaksudkan agar hubungan komunikasi dapat digunakan peralatan teknologi wireless. d.Jaringan LAN, terhubung dengan server yang terkoneksi ke internet. 5. Sistem Fire Protection Dasar pertimbangan: 1. Keamanan penghuni, bangunan dan isi bangunan, terutama karya film indie dan peralatan 2. Efisiensi dan kemudahan penggunaan, agar semua orang dapat melakukan tindakan pengamanan Sistem keamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan terdiri dari Sistem Alarm Kebakaran dan Sistem Pemadam Kebakaran, kedua jenis sistem ini ditempatkan secara merata di ruang-ruang dalam, seperti ruang bioskop, ruang studio, ruang pengelola dan ruang-ruang servis yang membutuhkan pengamanan terhadap bahaya api. a. Sistem Alarm Kebakaran terdiri atas: · Otomatis - Smoke Detector, alat sensor terhadap timbulnya asap yang berlebihan - Thermal Control, alat sensor terhadap panas/peningkatan kondisi suhu commit to user IV - 54 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Manual Menggunakan alat push bottom box, dengan cara menekan tombol yang ada pada setiap ruangan bila terjadi kebakaran. b. Sistem Pemadam Kebakaran terdiri atas: · Hydrant box, menggunakan jaringan pipa bertekanan tinggi yang disambungkan dengan selang. · Sprinkler gas, digunakan untuk menganggulangi kebakaran pada ruang-ruang yang memakai peralatan elektronik. · Fire extinguisher, merupakan tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Ditempatkan pada daerah-daerah strategis agar mudah dijangkau dan dikenali serta ruanganruangan yang memiliki resiko kebakaran tinggi. 6. Sistem Penghawaan Alami dan Buatan a. Pertimbangan Penghawaan Alami Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan alami diusahakan penggunaannya pada fasilitas Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. Penggunaan penghawaan alami yang utama dilakukan pada area servis, café, restoran, dan ruang studio pada saat tidak aktif. b. Pertimbangan Penghawaan Buatan Fasilitas yang membutuhkan penghawaan buatan adalah ruang biskop, ruang workshop, ruang diskusi, ruang seminar, perpustakaan, ruangproduksi dan pasca produksi, ruang pengelola, dan ruang kelas. Dalam kondisi ini tiap ruang tidak selalu digunakan bersama-sama, sehingga pengatur AC ditempatkan dalam commit to user IV - 55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tiap ruang dan dinyalakan sesuai keperluan sehingga menghemat biaya dan energi. 7. Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan a. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami ini dari samping dihasilkan melalui bukaan dinding, baik berupa bukaan biasa (dengan berbagai bentuk, ukuran, dan internal) maupun melalui bukaan menerus. Bukaan semacam ini memberi pencahayaan yang baik pada tengah ruang maupun pada dinding selebihnya ruang tersebut. Di samping itu bukaan ini memungkinkan pemandangan ke arah luar yang akan memberikan penyegaran pada pemakai. b. Pencahayaan Buatan Dewasa ini pencahayaan yang seragam cenderung ditinggalkan untuk memberi penekanan cahaya pada kualitas ruang tertentu, obyek, ataupun menambah kesan pada bagian yang diharapkan. Jenis penerangan yang digunakan: · Fluoresence Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi. Sehingga dipilih fluoresence jenis daylight atau white deluxe dengan berbagai kuat penerangan sesuai dengan kebutuhan, seperti hall dengan 200 lux · Lampu Pijar Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti lavatory, mini pantry dan ruang penjaga. · Special Lighting (Spotlight, Armatur Arcilite) Digunakan untuk memberi penerangan khusus pada commitpamer to userbaik indoor maupun outdoor, serta objek-objek IV - 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk menciptakan suasana khusus pada beberapa area yang dibutuhkan, seperti misalnya pada teater terbuka dan wadah. 8. Sistem Penangkal Petir Dengan melihat keunggulan atau kelebihan dari masing– masing sistem, maka untuk pengamanan bangunan dari bahaya petir pada Bangunan Wadah Komunitas Film Independen ini diterapkan system System Franklin Merupakan suatu tongkat logam beaka dengan puncak penghantar listrik yang baik dan dihubungkan dengan suatu plat atau pipa logam yang ditanam di dalam tanah. Tongkat itu diletakan di atas bangunan dan dibuat sepanjang mungkin. commit to user IV - 57 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perencanaan 5.1.1 Konsep User User dari Wadah Komunitas Film Independen ini 1. Komunitas Film Independen di Jakarta pada khususnya Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan film independen. 2. Filmmaker Filmmaker adalah seseorang yang ber-apresiasi dengan menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya orang-orang yang bisa menghasilkan karya film tetapi juga orang-orang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film. 3. Peserta Pendidikan Film Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai wadah pengembangan film independen yang disertai dengan kegiatan pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa. 4. Pengunjung Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat. 5. Pengelola Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah Komunitas Film Independen dan bertanggung jawab pada jalannya kegiatan termasuk didalamnya bertanggung jawab terhadap commit to user V- 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id maintenance bangunan di dalam kawasan Wadah Komunitas Film Independen. 5.1.2 Konsep Kegiatan 1. Kelompok kegiatan produksi perfilman a) Pengembangan · Pengembangan cerita · Praproduksi · Pembuatan jadwal shooting · Penentuan pemeran dan penentuan latihan · Penyediaan dana · Diskusi b) Produksi · Shooting stage · Shooting lokasi c) Pasca produksi · Penentuan pemakaian shoots · Pengisian musik dan efek suara · Penggabungan suara · Distribusi dan eksebisi 2. Kelompok kegiatan pendidikan perfilman Bidang pendidikan yang diambil berdasarkan minat dan bakat peserta pendidikan film itu sendiri diantaranya: a) Belajar dan berlatih: Terdapat 6 pilihan dalam menentukan pendidikan sesuai minat dan bakat dalam Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan, yaitu: · Film Producing · Editing dan Graphic Animation commit to user V- 2 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Cinematography · Scriptwriting · Directing · Audio Recording dan Mixing b) Mengikuti seminar perfilman Seminar-seminar perfilman yang diadakan dengan mengundan orang-orang yang ahli dan berkecimpung langsung pada dunia perfilman untuk menambah wawasan para peserta didik. c) Mempelajari film melalui studi literatur Menyediakan buku-buku dan referensi tentang dunia perfilman sebagai bahan pembelajaran dan sarana pengembangan wawasan terhadap dunia film. 3. Kelompok kegiatan eksebisi a) Pemutaran karya-karya film independen baik skala nasional maupun internasional. b) Pemutaran karya-karya film peserta pendidikan perfilman. c) Pameran dan workshop perfilman. d) Diskusi terbuka antara komunitas film, filmmaker, dan orang awam yang berminat ter hadap dunia perfilman. e) Konfrensi pers 4. Kelompok kegiatan komersil Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk mendatangkan pemasukan dana untuk pemeliharaan kawasan Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. a) Penyewaan dan penjualan alat-alat perfilman b) Aktivitas menonton film (bioskop, bioskop mini) c) Aktivitas cafe/ restaurant 5. Kelompok kegiatan pengelolaan a) Aktivitas administrasi commit to user V- 3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Manager aktivitasnya bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan. · Board of Programmers: aktivitasnya bertanggung jawab untuk mengisi program regular pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen, termasuk mencari film dan lisensinya untuk diputar, serta menyusun jadwal pemutaran. · Traffic Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas masuk/keluar dan pinjam/kembali film yang diputar. · Technical Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas alat pemutaran dan hal teknis lainnya untuk kelancaran pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen. · Publikasi & PR: aktivitasnya bertanggung jawab mensosialisasikan kegiatan pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen, menyiapkan materi publikasi, dan memperkenalkan ruang komunitas film independen kepada media dan publik seluas-luasnya. · Volunteer Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab mengatur jadwal volunteer, mengakomodir kebutuhan serta masukan dari volunteer, membuka rekrutmen, memberikan brief pemutaran setiap bulannya kepada volunteer, dan memantau kegiatan operasional serta kinerja volunteer. · Volunteers: aktivitasnya bertanggung jawab atas kegiatan operasional Wadah Komunitas Film Independen yakni pemutaran. Terbagi dari tiga posisi: Front desk, Door check, dan Projectionist. b) Aktivitas operasional · Mengawasi jalannya kegiatan. · Menyewakan dan menjual peralatan-peralatan film. · Melayani kebutuhan pengunjung. commit to user V- 4 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Mengoperasikan alat-alat yang digunakan di fasilitas. · Melayani penjualan tiket. · Menginformasikan kegiatan yang berlangsung. c) Aktivitas pendidikan · · Administrasi pengelolaan akademis - Pengurusan Pendaftaran. - Pengurusan Pembayaran. - Birokrasi akademis. Akademis - Belajar Mengajar. - Mendidik dan Melatih. - Memberikan Konsultasi akademis. d) Aktivitas maintenance · Menjaga keamanan dan kebersihan. · Memelihara kondisi fasilitas yang disediakan. commit to user V- 5 perpustakaan.uns.ac.id 5.1.3 digilib.uns.ac.id Konsep Pola Kegiatan Konsep kegiatan berdasarkan jenis kegiatan: 1. Kegiatan produksi perfilman R.Produksi Aktivitas Pengembangan R.Casting R.Make Up dan Wardrobe R.Diskusi Shooting Indoor Datang R.Komunitas R. Studio Aktivitas Produksi R. peralatan Shooting Outdoor Aktivitas Pasca Produksi Post Production House Audio Post House R.Sound Mixing R.Editing R.Eksebisi Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.1 Konsep Kegiatan Produksi Perfilman 2. Kegiatan pendidikan perfilman R.Teori Datang Pendaftaran R.Kelas R.Praktek R.Konsultasi Parkir R.Peralihan R.Tunggu Pulang R.Seminar R.Koleksi Film dan Perpustakaan R.Peralatan commit to user V- 6 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.2 Konsep Kegiatan Pendidikan Perfilman 3. Kegiatan eksebisi Big screen studio Datang Beli tiket Parkir R.Peralihan Pulang R.Tunggu Lihat-lihat pameran Workshop film Diskusi film R.Konfrensi Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.3 Konsep Kegiatan Eksebisi 4. Kegiatan komersil Aktivitas penyewaan dan penjualan alat-alat perfilman Datang Bioskop Parkir R.Peralihan Aktivitas menonton film Mini Bioskop Pulang Aktivitas cafe/restaurant Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.4 Konsep Kegiatan Komersil commit to user V- 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Kegiatan pengelola 1. Administrasi Datang Parkir Aktivitas administrasi Istirahat Pulang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.5 Konsep Kegiatan Administrasi 6. Pendidikan Datang Parkir Aktivitas pendidikan Istirahat Pulang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.6 Konsep Kegiatan Pendidikan 7. Maintenance Datang Parkir Aktivitas maintenance Istirahat Pulang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.7 Konsep Kegiatan Mantenance 5.1.4 Konsep Pendekatan Besaran Ruang commit to user V- 8 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Besaran ruang bertujuan untuk mendapatkan ruang gerak sesuai kebutuhan kegiatan yang diwadahi. Dasar pertimbangan dalam pendekatan besaran ruang antara lain : 1) Kegiatan yang ada dalam fasilitas yang meliputi bentuk, pola dan cara kegiatan 2) Jumlah pelaku kegiatan 3) Besarnya flow gerak pelaku kegiatan 1. Kegiatan Produksi Perfilman Tabel 5.1 Konsep Besaran Ruang Produksi Perfilman Kebutuhan Ruang 1. 2. Asumsi Kebutuhan Total (m2) · R. Diskusi 5 komunal diskusi 30 x 5 ruang = 150 R. Studio Indoor Luas gerak efektif 784 R. Komunitas sirkulasi · R. Latihan 100 (rehearsal hall) dan R. Casting · R. Wardrobe dan Make Up Lemari dan meja 12 rias sirkulasi 86,4 · Talent Lounge 30 · Crew Lounge 30 (scenery dan property) 3. · R. Peralatan 12 R Studio Dubbing 96 9 · R. Pengisian Suara 18 · R. Kontrol commit to user V- 9 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · R. Proyektor 4. R. Editing - 2 Editing table 4 - Rewind table 6 - Editing bins and barrels 5. R. Screening 2 - Synchroniser 6 - sirkulasi 18 - Layar dan 10 proyektor - sirkulasi 10 6. R. Teknik Film 30 7. Garasi dan bongkar 20 muat 8. Lavatory 2 lavatory pria dan 30 wanita 9. Mushola Area wudhu pria 8 dan wanita Area shalat Total Luas 16 1487.4 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 2. Kegiatan Pendidikan Perfilman Tabel 5.2 Konsep Besaran Ruang Pendidikan Perfilman 1. 2. Kebutuhan Ruang Asumsi Kebutuhan Total (m2) R. Pendaftaran Meja kursi 5,76 Komputer 5,76 Sirkulasi 3,46 R. Kelas dan Mini Studio 3. R. Seminar 6 ruang kelas, 1 Mini Studio 270 Area peserta 120 Podium 10 commit to user V - 10 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. R. Pengajar 5. R. Koleksi film dan Perpustakaan 6. R. Peralatan 7. Lavatory sirkulasi 52 Meja 20 Rak Koleksi 8 3 setting alat 2 lavatory pria dan wanita Area wudhu pria dan 80 30 8 wanita 8. Mushola Area shalat Total Luas 16 628,98 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 3. Kegiatan Eksebisi Tabel 5.3 Konsep Besaran Ruang Kegiatan Eksebisi Kebutuhan Ruang 1. Tiketing Asumsi Kebutuhan Tiket box 8 Sirkulasi 1,6 2. R. Pameran 3. R. Workshop 100 Area peserta 240 Podium 20 sirkulasi 104 4. Teater Terbuka 5. Lavatory Total( m2) 100 2 lavatory pria dan wanita 30 commit to user V - 11 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Area wudhu 8 pria dan 6. Mushola wanita Area shalat Total Luas 16 627,6 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 4. Kegiatan Komersil Tabel 5.4 Konsep Besaran Ruang Kegiatan Komersil Kebutuhan Ruang Asumsi Kebutuhan Total (m2) 1. Cafetaria/Restaurant · · 24 24 x 10 = 240 Dapur Foodcourt Area gerak 128 Kursi 54 Meja 72 Sirkulasi 76,2 Area display 2. R. Penjualan alat-alat 100 Kasir film dan R. Penyewaan 5 alat-alat film 3. Bioskop · Rg. Proyektor · Rg. Kontrol tata sirkulasi 105 4 ruang 450 sirkulasi 315 20 20 suara · Rg. Kontrol tata 20 cahaya · Rg.Kontrol penghawaan ruang · Rg.Penyimpanan 20 60 film dan alat commit to user V - 12 perpustakaan.uns.ac.id · digilib.uns.ac.id 320 Rg.Transisi/ foyer 4. Mini Bioskop Area tunggu 10 2 Studio small 36 4 Studio medium 144 3 Studio large 300 2 lavatory pria dan 5. Lavatory 30 wanita Total Luas 4280.2 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 5. Kegiatan Pengelola Tabel 5.5 Konsep Besaran Ruang Kegiatan Pengelola Kebutuhan Ruang Asumsi Kebutuhan 1. R. Administrasi 2. Total (m2) 50 R. Maintenance · Pos keamanan 2 pos 12 · Pos parkir 4 pos 4 · Gudang cleaning 8 servis · Rg.Mechanical 12 electrical · Rg. Genset 30 · Rg. Trafo 12 · Rg. Panel listrik 12 · Rg. Mesin AC 48 · Rg. Pompa air 30 · Rg. Kontrol 6 commit to user V - 13 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id · Area Parkir 75% motor 900 sirkulasi 760 25% mobil, 200 75% motor 240 sirkulasi 192 Total Luas 2516 Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Tabel 5.6 Perhitungan Total Kebutuhan Luas Ruang Dan Luas Tapak Minimal Kelompok Ruang Kegiatan Produksi Film + Kebutuhan Rencana Luas Lantai Dasar Luas Lantai Jumlah Minimal (m²) (m²) Lantai 6565,2 3 2188,4 3144,98 2 1572,49 Kegiatan Komersil + Kegiatan Eksebisi Kegiatan Pendidikan Film + Kegiatan maintenance JUMLAH 9710.18 3760,89 Sumber:Analisa Pribadi, 2012 5.1.5 Konsep Pendekatan Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi Wadah Komunitas Film Independen dilakukan dengan metode superimpose dan dengan memetakan kriteria – kriteria yang dibutuhkan. commit to user V - 14 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan pemetaan yang dilakukan didapatkan daerah Kemang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan merupakan lokasi yang memenuhi kriteria yang ada. Gambar 5.8 Lokasi eksisting site 5.2 Konsep Perancangan 5.2.1 Konsep Pendekatan Bangunan 1. Konsep Pendekatan Pengolahan Tapak Tapak yang ada berada pada Jalan Kemang Raya dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pusat perniagaan dan berada pada daerah simpul Kemang Raya. Gambar 5.9 Kondisi tapak terpilih commit to user V - 15 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 141,22 m 55,04m 143,02 m 87,47m 44,78 m Gambar 5.10 Luasan eksisting site Luas Site Perencanaan 16086,5 m2 dengan Koefisien Dasar Bangunan 50 %. Jumlah lantai yang boleh terbangun maksimal 4 lantai. 2. Konsep Pendekatan Pada Pencapaian dan Sirkulasi a. Sirkulasi Ruang Luar Konsep penentuan pencapaian dan sirkulasi pada site berdasarkan kriteria dan analisa yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya adalah, main entrance menuju bangunan Wadah Komunitas Film Independen berada pada sisi Jalan Kemang Raya karena merupakan akses jalan utama menuju daerah simpul kemang sedangkan side entrance berada pada Jalan Kemang 1 dengan mempertimbangkan kondisi jalanan yang cukup mendukung bagi kegiatan servis dan pengelolaan. commit to user V - 16 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KETERANGAN : ME SE Gambar 5.11 Sirkulasi ruang luar site b. Sirkulasi Ruang Dalam Penataan Layout ruang atau denah mempertimbangkan hubungan antar fungsi ruangan. Pada Wadah Komunitas Film Independen ini setiap fungsi dari dalam bangunan saling dihubungkan dengan plaza dan pedestrian agar tetap saling berhubungan. Untuk sirkulasi dalam bangunan, tiap zona dihubungkan dengan foyer. Area eksebisi edukasi Area kreasi (produksi) foyer service Gambar 5.12 Sirkulasi ruang dalam bangunan commit to user V - 17 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Konsep Pendekatan Pada View dan Orientasi Pengolahan bangunan di tekankan pada view to site dimana area ekspose bangunan diolah pada area jangkauan pandangan Massa yang akan menjadi titik ekspose pada posisi dimana massa dapat terlihat dari jalan utama Arah pandang Arah pandang Penekanan pengolahan tampilan bangunan pada perspektif arah pandang ke bangunan guna menarik perhatian masa Gambar 5.13 Jangkauan arah pandang menuju site Orientasi bangunan menghadap kearah jalan utama yaitu Jalan Kemang Raya sehingga bangunan dapat dengan mudah diakses. Gambar 5.14 Arah orientasi bangunan commit to user V - 18 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Konsep Pendekatan Pada Kebisingan Area teater terbuka yang direncanakan pada Wadah Komunitas Film Independen menimbulkan efek kebisingan pada area sekitar site. Untuk merespon hal tersebut maka diberi jarak antara area teater terbuka dan tepi jalan serta memberi vegetasi sebagai buffer suara. Gambar 5.15 Respon dari kebisingan yang dihasilkan dari area teater terbuka, member buffer tanaman untuk mereduksi kebisingan yang ditimbulkan 5. Konsep Zonifikasi Gambar 5.16 Zonifikasi akhir commit to user V - 19 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Zona publik terdiri dari area eksebisi dan area komersil, zona semi publik terdiri dari area pendidikan, dan zona privat terdiri dari area pengelola. 5.2.2 Konsep Penerapan Karakter Film Pada Wadah Komunitas Film Independen a. Dinamis Dinamis dalam film diwujudkan pada bentuk tatanan massa bangunan yang mengadaptasi dari analogi dinamis dalam film serta penataan fasade area ekspose bangunan dengan banyak unsur garis sehingga bangunan terlihat dinamis. Gambar 5.17 Penerapan karakter dinamis pada rancangan arsitektural Wadah Komunitas Film Independen commit to user V - 20 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Ilusi atau kepalsuan Menggunakan material kaca atau secondary skin guna menyamarkan dinding sebagai perwujudan karakter kepalsuan dalam film. Gambar 5.18 Penggunaan material kaca dan secondary skin pada Wadah Komunitas Film Independen c. Kokoh dalam ide cerita Menggunakan material yang kokoh seperti beton dan struktur membrane yang ditopang oleh truss frame dan ditarik dengan kabel pada area teater terbuka. Gambar 5.19 Aplikasi struktur membran, struktur kabel, dan truss frame pada area teater terbuka. commit to user V - 21 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Komunikasi yang searah Komunikasi searah dalam film diwujudkan dengan menganalogikan bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan membuat orang tertarik untuk datang. Gambar 5.20 Analogi komunikasi searah dalam film e. Kegiatan kreatif dan edukatif Kegiatan kreatif dan edukatif diwujudkan dengan penempatan unsurunsur lingkaran pada area teater terbuka dan penerapan split lantai serta mezzanine pada bangunan. a) b) Gambar 5.21 Unsur lingkaran pada teater terbuka (a) Perwujudan suasana kreatif dengan permainan ketinggian lantai (b) commit to user V - 22 perpustakaan.uns.ac.id 5.2.3 digilib.uns.ac.id Konsep Struktur Bangunan Struktur bangunan Wadah Komunitas Film Independen akan disesuaikan dengan kebutuhan konstruksi gedung bertingkat. Pada Wadah Komunitas Film Independen ini menggunakan struktur pondasi tiang pancang pada sub strukturnya Gambar 5.22 Aplikasi pondasi tiang pancang pada Wadah Komunitas Film Independen Pada area teater terbuka menggunakan kombinasi antara struktur kabel dan frame dengan penutup membran. Hal ini bertujuan untuk memberikan bentuk yang berbeda atau sebagai point of interest pada bangunan Wadah Komunitas Film Independen Gambar 5.23 Aplikasi struktur pada area teater terbuka commit to user V - 23 perpustakaan.uns.ac.id 5.2.4 digilib.uns.ac.id Konsep Utilitas 1. Sistem Air Bersih Sumber air yang digunakan adalah Sumur dalam/deep well sebagai sumber utama dan air dari PDAM sebagai cadangan. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayaran terhadap luasan tapak. Sistem ini digambarkan sebagai berikut: Sumur pompa Pomp a Water treatment PDAM Water tank Pompa Distribusi seluruh tapak Ground Reservoir Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.24 Alur Sistem Air Bersih. 2. Sistem Drainase Jaringan drainase ini meliputi jaringan pembuangan air kotor dan air hujan. Sumber air kotor berasal dari WC, kantin, café, restoran dan kegiatan servis. Pembuangan air kotor dan air hujan disalurkan langsung menuju sumur resapan. Air hujan Air kotor (limbah dari WC, pantry, dapur dan Bak kontrol Kotoran cair Kotoran padat Bak pengolahan limbah Septitank Sumur resapan Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.25 Alur Sistem Drainase commit to user V - 24 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Sistem Jaringan Listrik Dua jenis sumber tenaga listrik yang dapat digunakan yaitu listrik PLN dan listrik dari generator. Kriterianya antara lain: 1. Efisiensi operasional / perawatan sangat dibutuhkan sehingga penting untuk dibuat struktur pembagian sehingga dapat tercapai kemudahan operasional dan perawatan 2. Atas dasar pertimbangan keamanan, banyak hal yang perlu diperhatikan seperti penempatan jaringan terpisah, penempatan jaringan pipa tanpa mengganggu konstruksi dan penempatan ruang yang rawan kebakaran terpisah dari ruang lain PLN Gardu distribusi Genset Meteran Transformator Automatical switch Sekering utama Distribusi Panel distribusi Panel cabang Sumber: Analisa Pribadi, 2012 Gambar 5.26 Alur Sistem Jaringan Listrik 4. Sistem Komunikasi a. Sistem komunikasi didalam tanpa akses keluar kompleks menggunakan intercom, PABX (Public Automatic Branch Machine) dan CTV Monitor (Close Circuit Television). b.Sistem komunikasi dari / keluar lokasi Wadah Komunitas Film Independen menggunakan layanan line telepon PT. Telkom. c. Keterjangkauan lokasi menggunakan komunikasi wireless dimaksudkan agar hubungan komunikasi dapat digunakan peralatan teknologi wireless. d.Jaringan LAN, terhubung dengan server yang terkoneksi ke internet. commit to user V - 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Sistem Fire Protection Sistem keamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan terdiri dari Sistem Alarm Kebakaran dan Sistem Pemadam Kebakaran, kedua jenis sistem ini ditempatkan secara merata di ruang-ruang dalam, seperti ruang bioskop, ruang studio, ruang pengelola dan ruang-ruang servis yang membutuhkan pengamanan terhadap bahaya api. a. Sistem Alarm Kebakaran terdiri atas: · Otomatis - Smoke Detector, alat sensor terhadap timbulnya asap yang berlebihan - Thermal Control, alat sensor terhadap panas/peningkatan kondisi suhu · Manual Menggunakan alat push bottom box, dengan cara menekan tombol yang ada pada setiap ruangan bila terjadi kebakaran. b. Sistem Pemadam Kebakaran terdiri atas: · Hydrant box, menggunakan jaringan pipa bertekanan tinggi yang disambungkan dengan selang. · Sprinkler gas, digunakan untuk menganggulangi kebakaran pada ruang-ruang yang memakai peralatan elektronik. · Fire extinguisher, merupakan tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Ditempatkan pada daerah-daerah strategis agar mudah dijangkau dan dikenali serta ruangan-ruangan yang memiliki resiko kebakaran tinggi. 6. Sistem Penghawaan Alami dan Buatan a. Pertimbangan Penghawaan Alami Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan alami diusahakan penggunaannya pada fasilitas Wadah Komunitas Film Independen yang direncanakan. Penggunaan penghawaan alami commit to user V - 26 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang utama dilakukan pada area servis, café, restoran, dan ruang studio pada saat tidak aktif. b. Pertimbangan Penghawaan Buatan Fasilitas yang membutuhkan penghawaan buatan adalah ruang biskop, ruang workshop, ruang diskusi, ruang seminar, perpustakaan, ruangproduksi dan pasca produksi, ruang pengelola, dan ruang kelas. Dalam kondisi ini tiap ruang tidak selalu digunakan bersamasama, sehingga pengatur AC ditempatkan dalam tiap ruang dan dinyalakan sesuai keperluan sehingga menghemat biaya dan energi. 7. Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan a. Pencahayaan Alami Pencahayaan alami ini dari samping dihasilkan melalui bukaan dinding, baik berupa bukaan biasa (dengan berbagai bentuk, ukuran, dan internal) maupun melalui bukaan menerus. Bukaan semacam ini memberi pencahayaan yang baik pada tengah ruang maupun pada dinding selebihnya ruang tersebut. Di samping itu bukaan ini memungkinkan pemandangan ke arah luar yang akan memberikan penyegaran pada pemakai. b. Pencahayaan Buatan Dewasa ini pencahayaan yang seragam cenderung ditinggalkan untuk memberi penekanan cahaya pada kualitas ruang tertentu, obyek, ataupun menambah kesan pada bagian yang diharapkan. Jenis penerangan yang digunakan: · Fluoresence Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi. Sehingga dipilih fluoresence jenis daylight atau white deluxe dengan berbagai kuat penerangan sesuai dengan kebutuhan, seperti hall dengan 200 lux commit to user V - 27 perpustakaan.uns.ac.id · digilib.uns.ac.id Lampu Pijar Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti lavatory, mini pantry dan ruang penjaga. · Special Lighting (Spotlight, Armatur Arcilite) Digunakan untuk memberi penerangan khusus pada objek-objek pamer baik indoor maupun outdoor, serta untuk menciptakan suasana khusus pada beberapa area yang dibutuhkan, seperti misalnya pada teater terbuka. 8. Sistem Penangkal Petir Dengan melihat keunggulan atau kelebihan dari masing–masing sistem, maka untuk pengamanan bangunan dari bahaya petir pada Bangunan Wadah Komunitas Film Independen ini diterapkan system System Franklin Merupakan suatu tongkat logam beaka dengan puncak penghantar listrik yang baik dan dihubungkan dengan suatu plat atau pipa logam yang ditanam di dalam tanah. Tongkat itu diletakan di atas bangunan dan dibuat sepanjang mungkin. commit to user V - 28