jurusan arsitektur fakultas teknik universitas sebelas maret surakarta

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA
DENGAN PENERAPAN KARAKTERISTIK FILM
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
SHABRINA D’LASTTRIE ANITA
I 0207086
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA
DENGAN PENERAPAN KARAKTERISTIK FILM
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
SHABRINA D’LASTTRIE ANITA
I 0207086
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THANK YOU SO MUCH FOR
Allah SWT berkat segala limpahan rahmat dan telah memberikanku kehidupan
yang sangat menyenangkan J
Ibu Luciana Gultom, thank you for being the greatest mother in the world J
Servo Caesar Prayoga, Astri Kurniati Martiana, Noviana Aliya Putri, Bagus
Jati Nugroho, thank you for all of your support, my siblings.
Arka Jebran Nugroho, malaikat kecilku.
Bima Pratama Putra, terima kasih banyak untuk selalu ada J
Desi Dwi Christina, Wina Astarina, Diah Irhamna, Agam Djohar Affandi,
Addina Amalia, terima kasih banyak untuk segala support yang kalian berikan
dimasa suka dan duka.
Harry Mulyanto, Rozan Zulfikar, Citra Talitha, Rudi Akhirudin, Arfizon
Syahroni, Mas Dermawan Hadi Barnas, Wahyu Dwipo Sanjoyo, Rizky
Antofagasta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan sepanjang masa
Studio Tugas Akhir.
Bapak Imam Subchan Barnas, Keluarga Besar Arsitektur 2007, Keluarga
Besar Solo Berkebun, Keluarga AIESEC Expansion UNS, Keluarga Besar
Studio Tugas Akhir 126 thank you to have introduce me into a new stories of life
and especially for Pak Imam, thank you so much for all the support.
Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan
terima kasih banyak atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan semasa
kuliah hingga masa Studio Tugas Akhir.
“This is just an end for a new beginning..”
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA
Dengan Penerapan Karakteristik Film
PENYUSUN
NIM
JURUSAN
TAHUN
: SHABRINA D’LASTTRIE ANITA
: I 0207086
: ARSITEKTUR
: 2012
Surakarta,
Juli 2012
Menyetujui,
Pembimbing I
Tugas Akhir
Pembimbing II
Tugas Akhir
Ir. Ahmad Farkhan, MT.
NIP. 19630802 199103 1 003
Avi Marlina, ST, MT.
NIP. 19590725 199802 1 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik UNS
Ketua Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik UNS
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT.
NIP. 19620610 199103 1 001
Kahar Sunoko, ST, MT.
NIP. 19690320 199503 1 002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA
Dengan Penerapan Karakteristik Film
ABSTRAK
Budaya indie sedang menjadi trend dikalangan anak muda sekarang ini. Mulai
dari musik indie hingga film indie. Tak terkecuali di Indonesia, film independen atau
yang biasa disebut film indie juga ikut meramaikan dunia perfilman baik dikalangan
sineas film profesional maupun amatir, sineas senior maupun junior. Sebagai suatu
wadah bagi aspirasi para komunitas film, fasilitas yang ada didalam Wadah Komunitas
Film Independen mencakup fasilitas yang mendukung pengembangan film independen
di Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya. Fasilitas yang ada meliputi
fasilitas pendidikan, produksi, dan eksebisi film. Sasaran dari perancangan adalah para
sineas perfilman, penikmat film, serta orang awam dan sasaran utama dalam
perancangan ini adalah komunitas film independen di Jakarta pada khususnya serta
Indonesia pada umumnya. Wadah yang nantinya akan menjadi media distribusi film
independen.
Kota Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia dan merupakan pusat dari segala
kegiatan, menjadi objek yang cukup konsumtif terhadap budaya indie yang sedang
terjadi. Festival film baik dalam skala nasional maupun internasional yang merupakan
sebuah ajang apresiasi bagi film independen sering diadakan di Jakarta. Jakarta memiliki
potensi yang cukup besar bagi perfilman Indonesia. Film memiliki banyak karakteristik
yang bisa diterapkan dalam desain. Karakter film diwujudkan dalam perancangan
arsitektural dan menjadi sebuah visualisasi desain. Wadah Komunitas Film Independen
diharapkan dapat mendukung terciptanya iklim yang kondusif untuk merangsang para
pengkarya film independen baik dari kalangan akademis maupun awam serta para
penikmat film independen agar lebih kritis, inovatif dan komunikatif serta percaya diri
dalam usahanya untuk memajukan dan mengembangkan khasanah perfilman Indonesia.
Kata Kunci : Indie, Komunitas Film, Jakarta, Karakteristik Film
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INDEPENDENT FILM COMMUNITY SPACE WITH FILM CHARACTERISTIC
DESIGN IMPLEMENTATION IN JAKARTA
ABSTRACT
Indie culture has becoming a trends amongs the youth nowadays. Starts from
indie musics to indie films. Including in Indonesia, an independent film or commonly
known as indie film also enliven film industries for both a professional and an amateur
filmmakers films, and also for a seniors and a juniors filmmakers. As a space of the
aspirations of film communities, Independent Film Community Space consist of
facilities which supports the independent film development in Indonesia in general and
in Jakarta in common. Facilities which is including an educational , film productions
and film exhibitions facilities. The design objectives is a filmmakers, a moviegoers, and
also for common people as well and the main aim goes to the independent film
communities in Jakarta in common and Indonesia in general. A space that will
becoming a media for the distribution of independent films.
Jakarta is the capital city of Indonesia and the center of many activities, becomes
the object which quite consumptive for indie cultures that is happening. Film festivals
which is an appreciation events for independent films was frequently held in Jakarta,
both nationally and internationally range. Jakarta has a considerable potential for the
development of Indonesian films. Films has a lot of characteristics which could be
implemented into a design. Film characters realized in the architectural design and
became a design visualization. Independent Film Community Space are expected to
supports a conducive environment in order to stimulates independent filmmakers from
both academic and common people as well as for moviegoers of an independent films in
order to be more critical, innovative and communicative and confident in attempts to
promote and developing the repertoire of Indonesian cinema.
Keyword : Indie, Film Communities, Jakarta, Film Characteristic
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Judul
WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN di JAKARTA
Dengan Penerapan Karakteristik Film
1.2
Esensi Judul
1. Sebagai sarana pewadahan kegiatan komunitas film independen.
2. Sebagai sarana pengembangan film independen.
1.3
Latar Belakang
1.3.1 Perkembangan Film Independen
Indie label dewasa ini merupakan sebuah matra yang sangat
populer di kalangan anak muda Indonesia. Menjadi indie seolah
sebuah cara untuk selalu mengikuti gaya hidup yang sedang
“ngepop”. Nyaris tidak ada bidang kebudayaan pop yang tidak
lepas dari indie, sebut saja musik indie, majalah indie dan juga
tidak ketinggalan film indie.
Penemuan teknologi digital telah memberi ruang baru bagi budaya
pop dalam bentuk film indie. Biaya produksi yang jauh lebih
murah jika dibandingkan membuat film dengan seluloid membuat
gairah indie kemudian merebak di kalangan anak muda untuk
membuat film.
Semenjak pemunculannya yang dianggap sangat fenomenal, film
indie menjadi sebuah momentum bagi kaum muda sebagai sebuah
ruang ekspresi yang membebaskan serta tidak dibelit dengan
persoalan birokratis didalamnya sehingga kampus adalah bagian
terbesar dari perjuangan pembangunan film indie di Indonesia.
Film indie dianggap menjadi medium yang mewakili jatidiri kaum
commit to user
I-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
muda; bebas serta bersemangat. Sebuah pergeseran wacana dari
penonton, menjadi pembuat.1
Muncullah sebuah espektasi bahwa momentum tersebut dapat
mengantarkan kembali kepada kebangkitan perfilman Indonesia.
Lahirnya ratusan komunitas film di berbagai pelosok Indonesia
menjadi salah satu parameternya. Kelompok-kelompok tersebut
ramai berproduksi, gairah serta semangat yang mereka tunjukan
menginspirasikan banyak kaum muda lainnya untuk kemudian
turut ikut serta ambil bagian dalam fenomena ini.
1.3.2 Komunitas Film Independen di Jakarta
Jakarta memiliki potensi yang besar di bidang perfilman. Di Jakarta
berkembang komunitas-komunitas film yang sering berkumpul dan
bertukar pikiran. Perkembangan komunitas film di Jakarta dimulai
pada tahun 1950 dengan berdirinya kine klub bernama Liga Film
Mahasiswa Universitas Indonesia (LFM-UI) di Kampus UI Salemba. Tahun 1960 berdiri Liga Film Mahasiswa ITB (LFM-ITB).
Tahun 1969 lahir Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta yang
kemudian dikenal sebagai Kine Klub Jakarta (KKJ). Beberapa kine
klub lainnya juga bermunculan pada rentang masa itu. Lalu pada
tahun 1990 berlangsung pertemuan perwakilan dari komunitaskomunitas pecinta film dari berbagai daerah di Pusat Kesenian
Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) Jakarta, di sana muncul
kesepakatan membentuk organisasi bernama Sekretariat Nasional
Kine Klub Indonesia (SENAKKI) sebagai induk organisasi kine
klub di Indonesia.
Festival film pun sering diadakan di Jakarta. Festival-festival
tersebut diantaranya:
a. Jakarta International Film Festival/JiFFest
1
commit to
user
Garin Nugroho dalam www.filmindonesia.or.id
11/05
I-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Q Film Festival merupakan festival non kompetisi yang
diselenggarakan oleh Q-munity sejak tahun 2002. Festival film
ini bukan hanya pada lingkup lokal tetapi juga lingkup
internasional. QFF merupakan festival film pertama di
Indonesia yang mengangkat tema khusus gay, lesbian, dan
AIDS.
c. Hello;Fest
Motion
Art
Festival
yang
diadakan
oleh
Hello;Motion sejak tahun 2004 mengkhususkan diri pada film
pendek dan animasi.
Untuk peningkatan kualitas para pembuat film di Jakarta,
diselenggarakan
pula
workshop-workshop
yang
melibatkan
pembicara para sineas lokal bahkan sineas mancanegara.
Komunitas film di Indonesia sejauh ini merupakan wadah bagi
kelompok penggiat film dalam tataran sebagai ruang ekspresi dan
berkreasi melalui media film. Bisa juga sebagai ruang workshop
atau pembelajaran untuk memasuki wilayah industri perfilman
yang ada. Komunitas film ada ribuan jumlahnya, tersebar sejak dari
Jakarta sampai di kota-kota kecamatan. Basis bagi komunitaskomunitas film independen ada dari sekolah-sekolah SMK, SMU,
kampus perguruan tinggi, gelanggang remaja, pusat kesenian,
sanggar-sanggar, hingga rumah-rumah yang sering menjadi tempat
nongkrong.
1.3.3 Minimnya Media Pengembangan Film Independen
Dalam sebuah artikel, Seno Gumira mengatakan bahwa film indie
sebagai film alternatif disaksikan oleh penonton alternatif yang
pada gilirannya penonton alternatif itulah yang akan melahirkan
sineas alternatif. Dengan jumlah produksi film alternatif yang besar
dalam setahun (dalam FFII SCTV pertama tahun 2002, terkumpul
sekitar 740 karya, dan 800an karya di FFII kedua), tentunya kita
bisa melihat dengan jelas bahwa kehadiran film-film alternatif ini
bisa
menjadi
modal
commit untuk
to user menggodok
visi
serta
misi
I-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengembangan perfilman Indonesia. KONFIDEN (Komunitas Film
Independen Indonesia) di Jakarta, pernah menyelenggarakan FFVII
(Festival Film Video Independen Indonesia). Festival ini menjadi
semacam tempat transit besar bagi pengkarya film indie untuk
meng-eksebisikan karya-karya mereka sekali dalam setahun serta
ajang silaturahmi antar pengkarya film dari berbagai kota di
Indonesia.
Keberadaan komunitas film indie sebagai sesuatu yang nonmainstream adalah sebuah usaha untuk membuka kemungkinan
eksplorasi dengan kebebasan yang mereka miliki. Banyak wacana
yang bergulir darinya. Film bukan lagi sekedar. Sekedar membuat,
sekedar
mempertontonkan,
sekedar
mengkoleksi.
Artinya,
komunitas ini memiliki banyak peran dan salah satu peran yang
cukup vital adalah peran melahirkan wacana itu sendiri menjadikan
film sebagai wacana intelektual yang menyangkut kebebasan
berekspresi serta eksplorasi.
(a)
(b)
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/filmindie
Gambar 1.1 Gambar (a) dan (b) Film Indie Lokal
commit to user
I-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebuah bukti bahwa film alternatif mulai dipandang sebagai bisnis
yang menguntungkan adalah pasar telah tercipta, tren telah
bergulir, dan kapital berbicara. Pengambil alihan kekuasaan ruang
oleh pemodal tampaknya bukan sesuatu yang menjadi persoalan
bagi para pengkarya film indie ini. Menurut catatan, delapan puluh
persen dari film Indonesia yang baru lahir diperuntukan bagi kaum
muda, dan pasar ini harus dipelihara dengan baik.
Yang menjadi permasalahan adalah, belum adanya ruang yang
khusus memfasilitasi karya film indie ini, sehingga menjadikan
kita sulit untuk menilai sudah seberapa jauh perkembangannya,
apalagi menilai akan menjadi seperti apa kedepannya. Persoalan
ruang adalah persoalan krusial. Dalam bentuk harfiahnya, tidak ada
ruang yang memang secara khusus memfasilitasi kehadiran karyakarya film indie serta kembali memunculkan wacana dari
pengembangan serta perkembangannya itu sendiri.
1.4
Permasalahan
Bagaimana konsep perencanaan dan desain sebuah ruang bagi komunitas
film independen yang dapat mendukung kegiatan komunitas film sehingga
dapat mengembangkan potensi perfilman di Indonesia yang menampilkan
karakter film dalam desain karakter ruang dan bentuk.
1.5
Tujuan dan Manfaat
I.5.1
Tujuan
1. Merancang sarana bagi kegiatan komunitas film independen di
Jakarta.
2. Untuk meningkatkan perkembangan film Indonesia, melalui
penyediaan fasilitas yang memadai, baik dari segi fisik
bangunan maupun non fisik bangunan.
3. Mengembangkan potensi perfilman Indonesia yang dimiliki
oleh komunitas-komunitas film independen Jakarta khususnya
dan nasional umumnya.
commit to user
I-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Melestarikan dan mengapresiasikan film independen untuk
kemudian memperkenalkan karya film independen baik dalam
skala nasional maupun internasional.
I.5.2
Manfaat
1. Sarana untuk menyatukan komunitas pecinta film indie
Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya.
2. Sarana untuk mewadahi kegiatan komunitas film independen di
Jakarta agar dapat menciptakan karya-karya terbaik perfilman
nasional.
3. Mendukung terciptanya iklim yang kondusif untuk merangsang
para pengkarya film independen baik dari kalangan akademis
maupun awam serta para penikmat film independen agar lebih
kritis, inovatif dan komunikatif serta percaya diri dalam
usahanya untuk memajukan dan mengembangkan khasanah
perfilman Indonesia.
1.6
Batasan Permasalahan
Batasan permasalahan antara lain:
1. Perencanaan kawasan yang akan dilakukan lebih menekankan pada
aspek rancang bangun daripada aspek non rancang bangun.
2. Fungsi primer yang dirancang adalah fasilitas khusus bagi komunitas
film independen.
3. Sasaran utama dari perancangan ini adalah komunitas film
independen di Jakarta.
1.7
Persoalan
Membuat konsep perancangan dan perencanaan serta desain Wadah
Komunitas Film Independen di Jakarta dengan Penerapan Karakteristik
Film yang dapat menampung kegiatan dan mewujudkan aspirasi
komunitas-komunitas filmcommit
independen
di Jakarta pada khususnya.
to user
I-6
perpustakaan.uns.ac.id
1.8
digilib.uns.ac.id
Metode Pengumpulan Data
Berikut ini adalah metode-metode yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi-informasi:
·
Studi Banding
Dilakukan untuk mendapat gambaran tentang proyek. Melihat
secara langsung proyek setipe dan kondisi lahan sebenarnya.
Melakukan dokumentasi.
·
Studi Literatur
Melalui buku-buku referensi, jurnal, maupun laporan tugas akhir
yang setipe dengan proyek dan berkaitan dengan proyek.
·
Studi Internet
Dengan browsing internet mencari informasi tambahan dari
website-website terkait.
·
Wawancara
Melakukan
wawancara
dengan
orang-orang terkait
seperti
penikmat film,komunitas-komunitas film independen.
1.9
Sistematika Penulisan
BAB I :
Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang masalah, merumuskan
masalah, menerapkan tujuan dan sasaran, mengungkapkan
persoalan dan batasan permasalahan, serta sistematika
penulisan.
BAB II :
Tinjauan Teori
Mengemukakan tentang tinjauan film dan film indie di
indonesia, mulai dari sejarah film di indonesia, komunitas film
indie di Indonesia dan teori pendekatan desain.
BAB III : Wadah Komunitas Film Independen yang Direncanakan
commit to user
I-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meninjau tentang kondisi geografis, penataan ruang kawasan,
potensi Kota Jakarta terhadap perkembangan film independen
hingga rencana Wadah Komunitas Film Independen.
BAB IV : Analisa Pendekatan Perencanaan dan Perancangan
Melakukan analisa perencanaan dan perancangan Wadah
Komunitas Film Independen sebagai kawasan fasilitas bagi
komunitas film independen dengan penerapan karakteristik
film yang meliputi analisa lokasi, analisa site, analisa
peruangan, dan analisa penampilan bangunan dan analisa tata
ruang dalam dan luar bangunan, analisa struktur serta analisa
sistem utilitas bangunannya.
BAB V : Konsep Perencanaan dan Perancangan
Membuat desain perancangan dan perencanaan Wadah
Komunitas
Film
Independen
di
Jakarta
dari
analisa
pembahasan sebelumnya.
commit to user
I-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tinjauan teori merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
media seperti literature, internet, buku, majalah, dan juga wawancara langsung
pada target user yaitu komunitas film, teori yang dibahas dalam bab ini meliputi
data teori mengenai perfilman, film independen dan fenomenanya yang akan
menjadi acuan dalam perencanaan Wadah Komunitas Film Independen ini.
Pengambilan preseden dimaksudkan sebagai acuan dalam proses perencanaan dan
perancangan.
2.1 Tinjauan Film
2.1.1
Pengertian Film
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perfilman
Republik Indonesia tahun 1999, Film didefinisikan sebagai karya
cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video,
dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses
elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang
dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi
mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.
Undang-undang Perfilman Republik Indonesia tahun 1999
menentukan ada 3 (tiga) jenis film yang termasuk dalam film
sebagai media komunikasi massa pandang dengar (audio visual).
Pertama, film tersebut dibuat dengan bahan baku pita selulloid
melalui proses kimia yang lazim disebut film. Kedua, film yang
dibuat dengan bahan pita video atau piringan video melalui proses
elektronik, yang lazim disebut rekaman video. Ketiga, film yang
dibuat dengan bahan baku atau melalui proses lainnya sebagai hasil
perkembangan teknologi, yang dikelompokan sebagai media
commit to user
komunikasi massa pandang dengar.
II - 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Rudi Soedjarwo, Film berasal dari kata filmen,
yang berarti lapisan tipis pada permukaan susu setelah dipanasi.
Film merupakan cangkokan dari perkembangan teknologi fotografi
dan rekaman suara. Juga komunal berbagai kesenian, baik seni
rupa, teater, sastra, arsitektur, hingga musik. Singkatnya, film
diartikan sebagai suatu genre seni bercerita berbasis audio-visual,
atau cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian
gambar bergerak.
2.1.2 Sejarah Perfilman Indonesia
Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan
sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika
film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Film-film yang
terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan
masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada
saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Nike Ardilla,
Paramitha Rusady.
Sumber : http://google.com/catatansiboy/
Gambar 2.1 Poster Film “Catatan Si Boy”
Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan
tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film
Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman
Indonesia semakin jeblok pada tahun 90-an yang membuat hampir
semua film Indonesia
berkutat
dalam tema-tema yang khusus orang
commit
to user
II - 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan
rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong
Kong telah merebut posisi tersebut.Hal tersebut berlangsung
sampai pada awal abad baru, muncul film Petualangan Sherina
yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat
Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang
diperuntukkan kepada anak-anak. Riri Riza dan Mira Lesmana
yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi
tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Antrian
panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan
film secara komersil.Setelah itu muncul film film lain yang lain
dengan segmen yang berbeda-beda yang juga sukses secara
komersil, misalnya film Jelangkung yang merupakan tonggak
kancah perfilman yang merupakan film romance remaja. Sejak saat
itu berbagai film dengan tema serupa yang dengan film Sherina
(film oleh Joshua, Tina Toon), yang mirip dengan Jelangkung (Di
Sini Ada Setan, Tusuk Jelangkung), dan juga romance remaja
seperti Biarkan Bintang Menari, Eiffel I'm in Love. Ada juga
beberapa film dengan tema yang agak berbeda seperti Arisan! oleh
Nia Dinata. Tren film horor remaja yang juga bertengger di
bioskop di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain itu
masih ada film Ada Apa dengan Cinta? yang mengorbitkan sosok
Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra.
Selain film-film komersil itu juga ada banyak film film non
komersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana
yang
berjudul
Pasir
Berbisik
yang
menampilkan
Dian
Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari
itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine Hakim seperti
Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak
jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya,
seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah
yang penuh kontroversi
karena
diangkat dari kisah nyata. Selain itu
commit
to user
II - 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2
yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia.
Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004
setelah vakum selama 12 tahun.
Sumber : http://google.com/AADCmovie/
Gambar 2.2 Poster Film “Ada Apa Dengan Cinta”
2.1.3 Klasifikasi Film1
1. Berdasarkan Jenis Film
a. Film Fiksi
Film yang digolongkan sebagai film fiksi adalah film yang
diproduksi
berdasarkan
cerita
yang
dikarang,
dan
dimainkan oleh aktor dan aktris.
Film fiksi digolongkan menjadi dua kategori, yaitu:
1) Film fiksi berdurasi panjang diatas 60 menit, selama ini
dikenal sebagai film layar lebar/film panjang/bioskop.
2) Film fiksi berdurasi pendek dibawah 30 menit, selama
ini diistilahkan dengan film pendek.
1
user
Sumarno,Marselli, (1996), Dasar-dasarcommit
ApresiasitoFilm,
PT.Grasindo, Jakarta
II - 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Film Non Fiksi
Film
yang
menggunakan
kenyataan/realita
sebagai
subyeknya. Film non fiksi terbagi atas dua kategori, yaitu :
1) Film faktual
Menampilkan fakta atau kenyataan yang ada, dimana
kamera sekedar merekam suatu kejadian. Sekarang,
film faktual dikenal sebagai film berita (news-reel),
yang menekankan pada sisi pemberitaan suatu
kejadian aktual.
2) Film dokumenter
Selain fakta, film dokumenter juga mengandung
subyektifitas pembuat yang diartikan sebagai sikap
atau opini terhadap peristiwa, sehingga persepsi
tentang kenyataan akan sangat bergantung pada si
pembuat film dokumenter tersebut.
2. Berdasarkan Cara Pembuatan Film
a. Film Eksperimental
Film eksperimental adalah film yang dibuat tanpa mengacu
pada kaidah-kaidah pembuatan film yang lazim. Tujuannya
adalah untuk mengadakan eksperimentasi dan mencari
cara-cara pengucapan baru lewat film. Umumnya dibuat
oleh sineas yang kritis terhadap perubahan, tanpa
mengutamakan sisi komersialisme, namun pada sisi
kebebasan berkarya.
b. Film Animasi
Film
animasi
adalah
film
yang
dibuat
dengan
memanfaatkan gambar maupun benda-benda mati yang
lain, seperti boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan
dengan teknik animasi.
commit to user
II - 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Berdasarkan Tema Film2
a. Drama
Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang
bertujuan mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang
dialami tokohnya, sehingga penonton merasa seakan-akan
berada didalam film tersebut. Tidak jarang penonton yang
merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah.
b. Komedi
Tema film
komedi intinya adalah
mengetengahkan
tontonan yang membuat penonton tersenyum, atau bahkan
tertawa terbahak-bahak.
c. Action
Tema action mengetengahkan adegan-adegan perkelahian,
pertempuran dengan senjata, atau kebut-kebutan kendaraan
antara tokoh yang baik (protagonis) dengan tokoh yang
jahat (antagonis), sehingga penonton ikut merasakan
ketegangan, was-was, takut.
d. Horor
Film bertemakan horor selalu menampilkan adegan-adegan
yang menyeramkan
sehingga membuat
penontonnya
merinding karena perasaan takutnya.
2.1.4 Pelaku Perfilman
A. Produser
Produser adalah
orang yang bertugas
memimpin
dan
mengontrol fasilitas produksi serta orang-orang yang terlibat di
dalam sebuah film agar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun
manajemen produksi.
B. Sutradara
2
commit
user Katarsis, Bandung
Baksin, Askurifai, (2003), Membuat Film
Indie ItutoGampang,
II - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orang yang bertanggung jawab penuh atas aspek kreatif, baik
yang bersifat penafsiran maupun teknik, pada pembuatan
sebuah film.
C. Penulis Skenario
Orang yang mengaplikasikan ide cerita ke dalam tulisan,
dimana tulisan ini akan menjadi acuan bagi sutradara untuk
membuat film.
D. Penyunting/Editor
Sebutan bagi seseorang yang berprofesi sebagai ahli penataan
gambar video dan audio. Editor bertugas menyusun hasil
syuting
hingga
membentuk
satu
kesatuan
cerita
dan
menciptakan waktu filmis.
E. Penata Artistik dan Fotografi
Penata artistik dapat dibedakan menjadi penata latar, gaya, dan
rias.
F. Pemeran
Orang yang memerankan
tokoh
tertentu dalam
suatu
pertunjukkan di panggung, acara televisi, atau film.
G. Publicity Manager
Menjelang, selama, dan sesudah sebuah film selesai dikerjakan,
para calon penonton harus dipersiapkan untuk menerima
kehadiran film tersebut. Pekerjaan ini dipimpin oleh seorang
yang tahu betul melakukan propaganda, dan sebutannya adalah
publicity manager.
2.2 Tinjauan Film Independen
2.2.1
Pengertian Film Independen
Menurut Salman Aristo (2002), Film Independen adalah film yang
diproduksi dengan biaya relatif rendah, dan pilihan temanya di luar
mainstream. Tema-tema HAM, perubahan sosial, isyu globalisasi,
bahkan propaganda sekaligus. film independen adalah film yang
melepaskan diri dari
industri
yang mapan. Di Indonesia, film indie
commit
to user
II - 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri bisa didefinisikan sebagai film yang tidak masuk bioskop,".
Karena mengusung semangat indie tadi yang biasanya punya
karakteristik "idealis" dan "low budget".
2.2.2 Sejarah Film Independen
Istilah ‘film independen’ sendiri lahir di Amerika Serikat
di pertengahan 1960. Ketika itu filmmaker-filmmaker muda
berbakat seperti Steven Spielberg, George Lucas, John Cassavetes,
Stanley Kubrick, Martin Scorsese jengah melihat keadaan industri
Hollywood yang terlalu mapan dan eksklusif. Hollywood (bahkan
hingga kini) menutup kemungkinan sutradara-sutradara muda
untuk berkecimpung kerja dalam lingkaran mereka. Pemilihan
sutradara, juga aktor, hanya berkisar pada orang-orang yang telah
memiliki reputasi sebagai pembuat film handal (yang dapat
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi studio film dan
pendana).
Dari keinginan untuk mendobrak kemapanan gurita industri
inilah lahir sebuah gerakan film yang mereka sebut ‘film
independen’. Kelima sutradara tersebut kemudian merombak cara
kerja perfilman di Amerika Serikat dan melahirkan karya-karya
awal yang monumental. Namun, setelah mendapatkan reputasi,
karya-karya mereka pun berubah menjadi lebih mapan, bahkan
akhirnya menjadi bagian industri Hollywood itu sendiri. Dari
kelima nama di atas, hanya John Cassavetes yang terus berkarir di
jalur independen dan melahirkan karya-karya eksperimental yang
hingga kini disebut sebagai masterpiece film independen seperti
Shadows, A Woman Under the Influence, dan The Killing of A
Chinese Bokie. Entah faktor kebetulan atau tidak, di antara kelima
sutradara tersebut di atas, hanya Cassevetes yang tidak berlatar
belakang pendidikan film.
Entah karena rasa bersalah, atau sebagai penghormatan
terhadap perjuangan
mereka
dahulu, Steven Spielberg dan George
commit
to user
II - 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lucas (dua sutradara terkaya dunia) kini mendirikan studio-studio
film untuk terus mendukung berkembangnya film-film independen
Amerika Serikat. Tidak heran apabila di balik industri Hollywood
yang besar itu, film-film ‘bawah radar’ Amerika Serikat pun secara
statistik merajai sinema independen dunia.
Hal ini tentunya dibantu dengan kuatnya jaringan distribusi
film
independen
di
negeri
tersebut,
juga
maraknya
penyelenggaraan festival film khusus independen (diprakarsai oleh
salah satunya Sundance Film Festival di tahun 1978), dan kini
ditambah dengan berkembangnya internet. Hampir segala selukbeluk tentang dunia film independen kini dapat dipelajari melalui
internet,
salah
satunya
adalah
melalui
situs
www.workbookproject.com yang diprakarsai oleh Lance Weiller,
mulai dari strategi pendanaan, pembuatan, produksi, paskaproduksi, promosi dan distribusi.
Film-film independen mancanegara pun telah banyak yang
dibuat khusus untuk konsumsi internet, bahkan di telepon
genggam. Di satu sisi hal tersebut tentunya mereduksi makna
sinema yang selama ini identik dengan bioskop sebagai tempat
eksibisi utama, namun di lain sisi membuka cakrawala dunia
gambar bergerak ke pasar yang lebih luas dengan akses yang
mudah dan terjangkau.
2.2.3 Pelaku Film Independen
1. Departemen Produksi
Departemen produksi adalah sebuah divisi kerja dalam proses
pembuatan film yang bertugas mempersiapkan kebutuhan
produksi dan mengaturnya sehingga produksi yang bisa
dilaksanakan bisa berjalan on time dan on budget. Deperti
layaknya dalam struktur sebuah perusahaan, posisi produser
sama seperti seorang manajer perusahaan yang menjalankan
mekanisme perusahaan.
commit to user
II - 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Departemen Penyutradaraan
Salah satu departemen dalam produksi sebuah karya film yang
memegang
peranan
penting
adalah
departemen
penyutradaraan. Sebelum melakukan pengambilan gambar
pada tahap produksi, orang pertama yang mengetahui rencana
hasil jadi dari sebuah karya film adalah sutradara. Setelah
membayangkan hasil jadi filmnya, sutradara menuangkan
dalam storyboard.
Mengarahkan acting adalah bagian yang tidak terpisahkan
dalam pembuatan film. Menggarap film berhubungan dengan
cita rasa seni sentuhan dari sutradara. Hal itulah yang menarik
selera penonton.
3. Departemen Kamera
Departemen
kamera
dikepalai
seorang
Director
of
Photography (DOP) dan beranggotakan kameraman, chief
lighting atau gaffer dan asistennya. Secara teknis kerja
seorang DOP adalah menentukan dan mengupayakan kualitas
terbaik dari gambar yang direkam.
4. Departemen Artistik
Departemen yang bertugas memberikan ilustrasi visual ruang
dan waktu adalah departemen artistik yang dipimpin oleh
seorang Art Director atau Desain Produksi. Seorang desainer
produksi memiliki tugas utama membantu sutradara untuk
menentukan konsep film secara keseluruhan baik aspek visual,
suasana dan hasil akhir sebuah karya film.
5. Departemen Editing
Seorang editor berkuasa untuk mengemas atau membungkus
materi pengambilan gambar untuk kemudian disusun kembali
menjadi sebuah jalinan cerita yang memiliki nilai dramatisir
dan estetis. Editor adalah orang terakhir dari seluruh pekerja
produksi. Pekerjaannya mengkolaborasikan berbagai unsur
kreatif sehingga
bisa tomemberikan
sentuhan seni pada hasil
commit
user
II - 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akhir film. Dalam departemen editing tersebut, seorang editor
dibantu oleh beberapa asisten, termasuk sound engineer atau
sound director.
2.2.4 Perbedaan Film Independen dengan Film Mainstream
Perbedaan antara film mainstream dengan film indie dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Perbedaan antara film mainstream dengan film indie
FILM INDIE
FILM MAINSTREAM
Ø Non Komersil
Ø Komersil
Ø Mengusung tema alternatif
Ø Mengangkat tema yang populer
Ø Dana produksi tidak terlalu besar
dimasyarakat
Ø Pendistribusian tanpa sponsor
komersil
Ø Adanya diskusi dan apresiasi film
antara penonton dengan filmmaker
karena
bertujuan
Ø Dana produksi yang cukup besar
Ø Pendistribusian dengan sponsor
Ø Tidak adanya diskusi dan apresiasi
film
antara
penonton
filmmaker
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Perbedaan yang paling utama dari film independen dengan film
mainstream terletak pada alur cerita dan masalah pendanaan. Film
independen dengan tema alternatifnya dalam 4 tahun terakhir telah
menyedot perhatian masyarakat Indonesia dapat dilihat dari grafik
berikut:
commit to user
II - 11
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8000
7000
6000
Horor
5000
Cinta
4000
Komedi
3000
Alternatif
2000
1000
0
2008
2009
2010
2011
Sumber:http:// www.filmindonesia.or.id, 2011
Gambar 2.3 Grafik Data Penonton Indonesia
2.2.5 Tahapan Produksi Film Independen
Mekanisme produksi film indie disini diadaptasi dari penggarapan
film layar berdurasi panjang:
1. Ide Cerita
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengolah ide cerita
menjadi sebuah skenario dengan beberapa tahap yang biasa
dilalui agar arahnya jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar,
dan agar kerangka ceritanya terkunci.
2. Penulisan skenario draft awal
Selanjutnya adalah mengolah kembali skenario draft awal
yang telah disetujui produser untuk kemudian dikembangkan
ataupun disusutkan guna mendapatkan draft final skenario.
3. Menyusun kru produksi
Setelah konsep produksi dan perkiraan rencana kebutuhan
disepakati, perlu kiranya merekrut kru produksi yang sesuai
dengan bidang yang ada dilapangan.
4. Melengkapi formulir produksi
Setelelah didapatkan kru, diadakan rapat produksi bersama
untuk melengkapi formulir dan berbagai catatan produksi
commit to user
II - 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
guna menghasilkan pedoman produksi secara lengkap sebagai
petunjuk pelaksanaan di lapangan.
5. Casting pemeran
Untuk memerankan tokoh yang digambarkan dalam skenario
dibutuhkan casting pemeran. Ada beberapa pertimbanganyang
harus diperhatikan dalam proses casting yakni, pembawaan
naskah, acting, ataupun postur tubuh yang sesuai dengan
tuntutan skenario dan sutradara.
6. Reading and rehearsal talents
Pada tahap reading, talent dituntut bisa membawakan dialog
dalam skenario dengan pas, meliputi dialek, pemahaman
karakter yang dimainkan, mimik wajah, dll. Sementara dalam
reharsal, talent harus menguasai blocking sesuai permintaan
sutradara.
7. Menentukan lokasi syuting
Pertimbangan dalam menentukan lokasi tidaklah mudah,
karena lokasi harus terjangkau, tersedia sumber energi, baik
listrik maupun logistik, terlebih lagi konsumsi, dan juga
akomodasi yang memadai untuk setiap kru pelaksana
produksi.
8. Briefing produksi
Briefing produksi merupakan langkah bagi setiap kru yang
tergabung dalam pelaksana produksi untuk beradaptasi.
9. Proses shooting
70 % dari proses produksi dihabiskan untuk tahap praproduksi.
Pelaksanaan shooting hanya tinggal melakukan apa yang telah
direncanakan secara matang pada tahap praproduksi.
10. Evaluasi kerja produksi
Evaluasi kerja produksi dilakukan agar kesalahan dan kendala
produksi pada hari tersebut tidak terulang kembali pada hari
berikutnya.
commit to user
II - 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Editing
Tahap terakhir adalah tahap editing. Hal yang dilakukan bukanlah
sekedar memilih gambar dan menggabungkan saja, tetapi
pemberian sentuhan seni juga perlu dilakukan, seperti memberi
visual effect atau sound effect yang mendukung jalannya cerita.
2.3 Tinjauan Komunitas Film Independen
2.3.1
Pengertian Komunitas
Istilah komunitas berasal dari bahasa latin communis yang artinya
sama, kemudian menjadi kata benda communitas yang artinya
kesamaan. Komunitas lazim dipergunakan untuk menyebut sebuah
kelompok di mana anggotanya memiliki ketertarikan terhadap
sesuatu yang sama atau berada dalam habitat yang sama.
Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group
beberapa orang yang berbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh
4 faktor, yaitu:
·
Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): Para anggota
saling menolong satu sama lain.
·
Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu
·
Ritual dan kebiasaan: Orang-orang datang secara teratur dan
periodik
·
Influencer: Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota
selanjutnya ikut terlibat
2.3.2
Komunitas Film Independen
Komunitas film bisa diartikan sebagai kelompok orang atau
organisasi yang memiliki kesamaan dalam hal kegiatan dan kepentingan di bidang film. Pemahaman yang sedang berlaku di
masyarakat belakangan ini, komunitas film lebih diarahkan untuk
kelompok-kelompok penggiat film, khususnya kelompok penggiat
film di luar jalur industri, sedangkan yang berada di jalur industri
commit to user
II - 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih dikenal berada dalam wadah yang disebut organisasi,
asosiasi, atau perusahaan.
Sejarah komunitas film dimulai 1920-an dimulai Paris,
Prancis, di mana Louis Delluc membentuk apa yang disebut Film
Society merujuk pada pengertian Kumpulan Pecinta Film. Istilah
film di beberapa negara Eropa menggunakan istilah Cine atau Kino
(dari cinema), maka komunitas film kemudian disebut sebagai cine
club yang di Indonesia menjadi Kine Klub. Inti gerakan ini adalah
membangun masyarakat pecinta film yang kritis dan demokratis
dengan memandang film sebagai karya seni. Dalam rentang waktu
5 tahun sejak dibentuk, cine club tumbuh selain di Prancis juga di
Australia, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Skotlandia, dan
Amerika Serikat.
Di Indonesia kelahiran komunitas film dimulai tahun 1950
dengan berdirinya kine klub bernama Liga Film Mahasiswa
Universitas Indonesia (LFM-UI) di Kampus UI Salemba. Tahun
1960 berdiri Liga Film Mahasiswa ITB (LFM-ITB). Tahun 1969
lahir Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta yang kemudian dikenal
sebagai Kine Klub Jakarta (KKJ). Beberapa kine klub lainnya juga
bermunculan pada rentang masa itu. Lalu pada tahun 1990
berlangsung pertemuan perwakilan dari komunitas-komunitas
pecinta film dari berbagai daerah di Pusat Kesenian Taman Ismail
Marzuki (PKJ-TIM) Jakarta, di sana muncul kesepakatan
membentuk organisasi bernama Sekretariat Nasional Kine Klub
Indonesia (SENAKKI) sebagai induk organisasi kine klub di
Indonesia.
Sedangkan gerakan film independen, bisa dilacak pada era
1950-an di Eropa, khususnya di Jerman dan Prancis, melalui
adanya film pendek (short film) dengan basisnya di Oberhausen
(Jerman) dan oleh kelompok Jean Mitry (Prancis). Film pendek ini
lebih sebagai film eksperimen, film workshop, atau film alternatif.
commit to user
II - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada 1960 nama John Cassavettes mencuat sebagai pelopor
film independen melalui karyanya berjudul Shadows (1962). Oleh
pengamat perfilman, model berproduksi
Cassavettes dinilai
sebagai ekspresi pembrontakannya pada sistem industri perfilman
yang
ada.
Karya
yang
dilahirkan
pun
mencerminkan
pemberontakan itu, sehingga dianggap menumbuhkan semangat
independen. Tetapi bukan berarti film independen adalah film nonindustri. Karena film Easy Rider pada akhirnya dipasarkan secara
industrial, dibintangi artis terkenal Jane Fonda. Atau film Sex,
Lies and Videotape (1989) karya Steven Soderbergh, yang setelah
meraih penghargaan di Festival Cannes juga beredar dalam sistem
industrial. (1969) karya Dennis Hopper, yang juga dianggap
sebagai pelopor film independen.
2.4 Tinjauan Ruang Perfilman
2.4.1
Ruang Pertunjukan Film
Yang dimaksud ruang apresiasi film adalah ruang yang
dapat menampung kegiatan apresiasi film, yaitu kegiatan
menikmati dan menghargai karya film yang diputar atau
ditampilkan disuatu ruangan tertentu dimana akan menghasilkan
suatu kegiatan evaluasi pribadi atau kelompok yang dalam hal ini
komunitas film independen dan pecinta film. Fasilitas kegiatan
apresiasi film yang terdapat pada Taman Komunitas Film
independen secara pokok fisiknya berupa ruang display atau teater
film, sebagai sarana presentasi film. Pada kajian teori akan
dituliskan pustaka mengenai ruang display atau ruang teater film
untuk memperoleh standar minimum kenyamanan dalm kegiatan
apresiasi film.
Menurut Neufert, 1990: 130 tentang gedung bioskop
menyebutkan beberapa hal tentang teknik dan pengaturannya,
dimana terdapat beberapa kemiripan dengan standar yang dimiliki
commit to user
II - 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh gedung pertunjukan. Beberapa hal dasar yang perlu
diperhatikan;
1. Klasifikasi Bioskop
Pada umumnya berdasarkan pada:
Kapasitas daya tampung
Ø Kapasitas kecil
: < 200 tempat duduk
Ø Kapasitas sedang
: 200 – 400 tempat duduk
Ø Kapasitas besar
: > 400 tempat duduk
2. Persyaratan Kualitas Pandang Visual
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kualitas
pandang visual yang nyaman diantaranya adalah:
1. Layar Proyeksi
Layar proyeksi besar diatur dengan radius ke urutan kursi
terakhir. Sisi layar proyeksi besar terletak pada minimal
60 cm di atas lantai.
2. Jarak Minimum Penonton Dengan Layar
Jarak minimum penonton dengan layar maksimal 300 cm
dari urutan kursi pertama ke tengah layar.
Sumber : Data Arsitek Jilid 2
Gambar 2.4 Persyaratan Visual Gedung Pertunjukan
3. Kemiringan Lantai
Kemiringan lantai dengan kecondongan min 10% atau
melalui sebuah tangga maksimum dengan tinggi tangga
maksimum 16 cm.
4. Lay out kursi penonton
commit to user
II - 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penataan layout kursi lebih ditujukan pada efisiensi ruang
dan keamanan. Akan dibahas pada bagian persyaratan
keamanan sinepleks.
Sumber : Data Arsitek Jilid 2
Gambar 2.5 Jarak Kursi Antar Penonton
3. Persyaratan Akustik dan Sound System
a. Ruang Bioskop
Film adalah media audio-visual, maka suara atau audio
haruslah mendapat porsi 50% dari film tersebut. Sejak
ditetapkannya standar sound untuk film pada tahun 1930
oleh The Academy of Motion Picture Arts and Sciences,
film seperti mendapat nafas baru. Para pembuat filmpun
mulai memikirkan bagaimana instalasi suara pada bioskop.
Mereka tidak hanya berkutat pada bagimana merekam
suara pada filmnya, tetapi juga bagaimana suara pada film
itu akan terdengar oleh penonton di dalam bioskop. Baik
tidaknya akustik ruangan bioskop sangat mempengaruhi
terdengarnya suara dari film.
George Angspurger, seorang ahli akustik mengatakan
bahwa dalam akustik terdapat unsur 3R yang harus
diperhatikan:
1. Room Resonance (resonansi suara)
2. Early Reflections (refleksi)
commit to user
II - 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Reverberation Time (waktu dengung)
Absorpsi merupakan hal terpenting dalam perancangan
sebuah bioskop berbeda dengan gedung konser dimana
suara harus dipantulkan sebanyak mungkin, di bioskop
suara harus diserap sebanyak mungkin sedangkan pantulan
suara harus diminimalisasi.
Prinsip-prinsip perancangan kenyamanan akustik ruang
bioskop antara lain:
a) Perletakan speaker.
Prinsip dasar perletakan speaker untuk menghasilkan
aliran suara yang konsisten di semua tempat dalam
bioskop kurang lebih seperti gambar dibawah ini.
(b)
(a)
Sumber : Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan
Gambar 2.6 Tampak Atas, (b) Tampak Samping Perletakan Speaker
Speaker yang berada di belakang layar diletakkan
mengarah kebagian ruangan yang terletak â…” kedalam
ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di â…“ tinggi
ruangan. Speaker surround terdekat minimal berjarak â…“
dari kedalaman ruang.
Posisi speaker harus diarahkan ke arah yang berlawanan
dari tempat speaker berasal sehingga speaker dapat
menghasilkan minimum perbedaan kekuatan antara
dinding dan kursi penonton sebesar -3 dB.
commit to user
II - 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan
Gambar 2.7 Posisi Speaker
b) Pemasangan kain tirai pada dinding.
Penyerapan suara disiasati dengan pemasangan kain
tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding
bagian belakang.
c) Langit-langit studio.
Plafon atau langit-langit bioskop dibuat bertrap,
menurut
Doelle
plafon
bertrap
mendistribusikan
pantulan suara yang lebih merata ke seluruh ruangan
serta meningkatkan intensitas bunyi.
Sumber : Doelle, 51
Gambar 2.8 Plafond bertrap
d) Furniture pendukung dalam ruang.
Bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak
menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton
nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau
diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara
sama. Rata-rata bioskop di Indonesia menggunakan
bahan spons sebagai material, dan dilapisi kain
beludru.
commit to user
II - 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Persyaratan Keamanan
a. Pola Distribusi Penonton Keluar
Penonton dapat langsung keluar bangunan dengan cepat
(dalam waktu 5 menit seluruh penonton bisa terdistribusi
keluar).
Ø Distribusi langsung, penonton terdistribusi keluar
melewati salah satu sisi atau kedua sisi bangunan.
Ø Distribusi
tidak
langsung,
memerlukan
beberapa
persyaratan tambahan diantaranya: lebar minimal
koridor 2 meter, tidak boleh terdapat tangga (step),
tetapi harus berbentuk ramp dengan kemiringan 1:20
sampai 1:10.
b. Pintu Darurat (emergency)
Merupakan titik penting untuk distribusi penonton keluar
sehingga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Ø Tiap sisi keluar harus mempunyai minimum 2 pintu
darurat.
Ø Pintu harus terbuka ke arah luar, tidak boleh diunci
selama pertunjukan.
Ø Lebar minimal pintu yaitu 1 meter.
Ø Terbuat dari bahan yang tahan api (fire proof).
Ø Sistem penguncian dibuat sedemikian rupa agar dapat
terbuka bila diberi tekanan kuat dari dalam.
Ø Dapat menutup secara otomatis.
c. Pola Lay Out Kursi
Pola layout akan mempengaruhi kecepatan distribusi
penonton untuk keluar pada waktu keadaan bahaya. Ada 3
macam pola layout kursi dengan persyaratan berbeda:
Ø Stall, distribusi utama melalui satu jalan utama antar
kelompok kursi dengan persyaratan maksimal 7 buah
kursi (4,20 m).
commit to user
II - 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ø Gallery, distribusi utama melalui gang way yang
terletak di bagian samping dari kelompok kursi, dengan
persyaratan maksimal 14 buah kursi (8,40 m).
Ø Gabungan Stall dan Gallery.
Sumber : Theater design
Gambar 2.9 Pola Layout Kursi
Ø Tempat duduk dibuat untuk perorangan, ada sandaran
belakang, tangan + kaki, tidak berhimpitan. Jarak
dengan tempat duduk depannya 40 cm (berfungsi
sebagai jalan pengunjung). Baris terdepan min 6 m dari
layar, dengan sudut pandang < 35º, Tinggi tempat
duduk dan lantai sebaiknya 30-48 cm . Tempat duduk
dibuat empuk, mudah dibersihkan.
d. Pemadam Kebakaran (Fire Protection)
Penggunaan fire protection pada sebuah sinepleks, yaitu:
Ø Automatic springkler, dapat bekerja secara otomatis dan
cepat tanpa mengganggu distribusi keluar penonton.
Ø Alarm system, karena pertunjukan di sinepleks bersifat
insidentil maka pada waktu tidak ada pertunjukan dapat
terkontrol dengan baik.
Ø Smoke vestibule, biasa diletakkan dekat pintu darurat
untuk mencegah masuknya asap pada koridor.
Ø Fire hydrant dan portable extinguisher, sebagai
pelengkap dari semua sarana sebelumnya.
2.4.2 Kegiatan Produksi Perfilman
Kegiatan produksi commit
perfilman
to secara
user garis besar meliputi kegiatan :
II - 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Pengembangan: termasuk didalamnya tahap pengembangan
cerita, penyediaan dana, praproduksi, peninjauan ulang naskah
cerita, penentuan tim produksi, pembuatan jadwal shooting,
persiapan biaya akhir, penentuan pemeran dan penentuan
latihan.
B. Produksi : terdiri atas tahap atau kegiatan shooting stage
(lingkungan buatan), shooting lokasi, persiapan shoot di stage,
sampai dengan akhirnya shooting filmnya.
C. Pasca produksi: meliputi tahap awal, penentuan pemakaian
shots, perakitan rough cut, pengisian musik dan efek suara,
penggabungan suara, duplikasi suara gabungan/ answer print,
hingga akhirnya ke tahap terakhir yaitu distribusi dan eksibisi,
setelah sebelumnya masuk badan sensor.
2.4.3 Studio Film
Antara studio film dan studio dalam jaringan pertelevisian
terdapat beberapa kesamaan. Yang membedakan secara mendasar
adalah hasil produksi studio film tidak disiarkan secara jaringan
dengan bantuan gelombang siar/ pancar. Pada sub bab berikut ini
dijelaskan beberapa hal mendasar tentang studio yang terambil dari
De Chiara, Joseph, Time Saver Standart for Building Types, 3rd
Edition, New York. 35
Secara umum kajian berbicara tentang studio televisi,
namun pada tulisan berikut akan dijelaskan hanya yang dapat/
dipakai dalam perancangan sebuah studio film untuk layar lebar.
2.4.4 Sarana dan Prasarana Produksi Dalam Studio Film
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan proses
produksi dan pasca produksi ini antara lain sebagai berikut:
A. Prasarana produksi, antara lain sebagai berikut:
1. Gedung/ruang yang dilengkapi oleh penyejuk udara
2. Studio produksi
dantostudio
commit
user rekaman suara (audio recording)
II - 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Ruang visual editing
4. Ruang audio visual (untuk kepentingan produksi)
5. Ruang preview
B. Sarana produksi, antara lain:
1. Kamera elektronik dan film sebagai kelengkapan
2. Peralatan lampu (audio)
3. Peralatan suara (sound system)
4. Alat editing film dan video
5. Proyektor untuk film dan playback fasilities untuk video
6. Komputer grafis
7. Video Digital Optic untuk efek khusus
8. Mobile Production Unit (unit mobil produksi), dll
2.4.5 Fasilitas Studio
Menurut
De
Chiara,
1980,
fasilitas-fasilitas
yang
perlu
diperhatikan:
1. Studio
Ruangan ini berfungsi untuk mewadahi aktifitas produksi
(shooting). Ukuran studio bervariasi. Ukurannya berkisar
mulai dari ukuran kantor biasa yaitu dengan kamera melalui
jendela atau pintu terbuka, hingga studio-studio besar
(100x100ft) yang umumnya digunakan untuk shooting indoor
yang membutuhkan dekor.
Alat-alat yang digunakan antara lain:
a. Kamera-kamera
b. Lampu untuk efek pengambilan gambar
c. Sound system dan mixer
2. Fasilitas-fasilitas teknik (technical fasilities)
Merupakan fasilitas pendukung yang terdiri dari peralatanperalatan teknis, antara lain:
a. Maintenance Shop
commit to user
II - 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Merupakan bengkel elektronik dengan pertimbangan
ruangan untuk suku cadang
b. Ruang Peralatan
Merupakan ruang yang digunakan untuk menampung
peralatan
elektronik
tambahan
yang
pada
saat
pelaksanaan tidak diperlukan, seperti perlengkapan
audio dan video, peralatan penyetelan, dll. Letak rack
rooms harus berdekatan dengan maintenance shop.
3. Fasilitas pendukung studio (studio support fasilities)
Ruang ini merupakan fasilitas pendukung studio, yang terdiri
dari:
a. Ruang latihan (rehearseal hall)
b. Ruang lemari pakaian (wardrobe room)
c. Ruang ganti pakaian (dressing room)
d. Ruang ganti cepat (quick change room)
Ruang ini letaknya berdekatan dengan studio untuk
adegan-adegan yang membutuhkan pergantian kostum
yang cepat.
e. Ruang rias (make up room)
f. Talent lounge for performer
Ruang ini menghubungkan ruang ganti dengan studio,
biasa disebut sebagai green room.
g. Ruang serba guna
h. Ready storage for scenery and props
Ruang ini letaknya berdekatan dengan studio untuk
memudahkan
pekerjaan
dalam
mengganti
dan
mengambil peralatan dekor.
i.
Crew’s lounge
Ruang ini letaknya berdekatan dengan studio
j. Storage equipment
commit to user
II - 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Merupakan ruang tempat menyimpan peralatan kamera,
mikrofon, dan lampu. Letaknya berdekatan dengan
studio dan bila mungkin dengan maintenance shop.
4. Sound effect and special effect
Letaknya tidak perlu berdekatan denagn studio. Pusat ruang
sound effect ini dipakai dalam menambahkan efek suara dan
efek gambar pada shots tertentu yang menjadi salah satu
kegiatan editing.
5. Studio dubbing
Berfungsi untuk memasukkan bahasa tertentu pada film-film
dengan bahasa yang berbeda. Kebutuhan ruangnya meliputi:
a. Ruang pengisian acara
b. Ruang kontrol
c. Ruang proyektor
6. Scenery
Merupakan fasilitas yang berisi desain-desain (art studio
dengan blueprint dan photostate), produksi (carpebter shops,
paint shop, stage electrical shop), gudang dekorasi dan
properti (prop), dan tempat pembuangan yang digunakan
untuk membuang dekorasi yang tidak diperlukan lagi.
7. Ruang teknik film
Merupakan
fasilitas
untuk
pemrosesan,
editing,
dan
penyimpanan film berfungsi sebagai sebuah laboratorium
film.
8. Viewing (screening) rooms
Merupakan
ruang
denagn
proyektor
16
mm
untuk
menampilkan film yang digunakan untuk menarik para
sponsor. Ruangan ini diletakkan berdekatan dengan sales dan
eksekutif area termasuk rest room dan kantor. Viewing room
juga dapat didesain menjadi satu dengan ruang konfrensi.
commit to user
II - 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai bentuk ruang audio visual, meskipun untuk skala
kecil sekalipun membutuhkan perhatian beberapa aspek.
9. Fasilitas untuk outside broadcasting (fasilities for outside
remote program origination)
Ini merupakan fasilitas stasiun televisi namun prinsip kerjanya
juga dipakai dalam kegiatan produksi film komersil.
Kegiatan produksi tidak selalu berlangsung didalam studio,
akan tetapi terkadang dilakukan diluar studio seperti peliputan
dijalan. Untuk produksi dan siaran langsung diluar studio,
diperlukan fasilitas kendaraan yang harus selalu siap untuk
kegiatan shooting. Ruang yang dibutuhkan berupa:
a. Garasi dan tempat parkir
Untuk kendaraan dengan dimensi lebih tinggi dari
kendaraan biasa, serta mobil untuk lapangan biasa.
b.
Field shop
Untuk pemeliharaan dan penyimpanan harus dekat
dengan garasi
10. Echo chambers
Efek echo atau revibrasi dapat dihasilkan dengan dua cara,
yaitu alami (hight reverberant rooms) dan buatan. Untuk
revibrasi alami dapat diperoleh dari alam sehingga cara ini
dapat dilakukan dimana saja.
11. Ruang administrasi pengelola (offices)
Dengan membebaskan hubungan langsung terhadap berbagai
produksi, pengelolaan dapat terletak jauh dari studio, mungkin
juga pada bangunan yang terpisah. Ruang perkantoran
meliputi
pengelolaan
administrasi
maupun
kegiatan
praproduksi yaitu pengelolaan ide atau konsep dan naskah
untuk kegiatan praproduksi maupun produksi fil.
12. Building maintenance
Karena mahalnya investasi untuk peralatan dan perlengkapan
fasilitas perfilman,
commit utilitas
to user bangunan sangat diperhatikan
II - 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam menunjang kegiatan produksi, misalnya kontinyuitas
AC, tenaga listrik, dll. Hal ini menuntut alokasi tempat yang
cukup untuk perawatan bangunan seperti cleaning, repair
shop, dan gudang suku cadang.
13. Personal fasilities
Merupakan ruang yang terdiri dari ruang-ruang pendukung,
seperti ruang kesehatan, mushola, kantin,minimarket, dan
ruang alin yang mendukung.
14. Pengembangan tapak (site development)
a. Kebutuhan lahan parkir harus mempertimbangkan
jumlah:
1) karyawan dan pengelola
2) pelaku perfilman
3) pengunjung/ masyarakat umum/ penonton
4) pihak sponsor
b. fasilitas jalan bongkar muat barang sangat penting
untuk dekorasi dan perlengkapan, seperti juru kamera
dan
peralatan
elektronik
lainnya.
Pencapaian
dibutuhkan dari fasilitas bongkar muat ke bengkel, area
penyimpanan dan studio.
2.5 Tinjauan Pendidikan Perfilman
Kawasan Taman Komunitas Film Independen ini juga berfungsi sebagai
wadah pendidikan perfilman dengan tujuan untuk mengembangkan kondisi
perfilman Indonesia.
2.5.1
Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
commit to user
II - 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Dalam proses kegiatan pendidikan terdapat aktivitas umum yang
perlu diketahui yaitu seperti yang ditulis oleh Prof. Dr. S.
Nasution, MA (2004) dalam buku “Dikdaktik Asas Mengajar”
sebagai berikut:
1. Visual activities ; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
menekankan pada indera penglihatan.
2. Oral Activities
; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
melatih kemampuan berbicara.
3. Listening
; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
melatih kepekaan pendengaran.
4. Writing
; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
melatih kemampuan menulis
5. Drawing
; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
melatih kemampuan menggambar
6. Motor
; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
melatih dalam proses pengembangan sikap
dan tingkah laku.
7. Emotional
; Kegiatan pembelajaran yang mengarah dan
melatih emosi dan perasaan.
2.5.2 Pendidikan Perfilman
Pendidikan perfilman di Indonesia dinilai masih kurang. Selain
pendidikan film yang informal terdapat juga pendidikan perfilman
formal yang didapat di bangku kuliah. Contoh pendidikan baik
formal maupun informal perfilman di Jakarta adalah sebagai
berikut:
1) Institut Kesenian Jakarta
2) Puri Karnos
3) Indonesian commit
Design to
School
user
II - 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Hello;Motion Jakarta
Sumber : http://www.google.com
Gambar 2.10 Puri Karnos dan Institut Kesenian jakarta
2.5.3 Sasaran Pendidikan Perfilman
Sasaran dari pendidikan perfilman adalah para sineas-sineas muda
yang memang serius menggeluti dunia perfilman. Mira Lesmana,
sutradara film memaparkan bahwa pendidikan film di Indonesia
dianggap perlu karena kualitas film di Indonesia sekarang sedang
menurun. Salah satu upaya untuk mengembalikan citra perfilman
Indonesia adalah melatih sumber daya manusia menjadi seseorang
yang
profesional
dalam
dunia
perfilman
sehingga
dapat
menghasilkan karya-karya yang berkualitas.
Sumber: http://www.purikarno.id
Gambar 2.11 Sasaran dari pendidikan perfilman sendiri adalah
para generasi muda yang berminat pada dunia perfilman
commit to user
2.5.4 Kegiatan Pendidikan Perfilman
II - 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan pendidikan film sangat tergantung pada minat dan talenta
seseorang, salah satu hasil survey penulis pada sebuah lembaga
pendidikan film non-formal di Jakarta terdapat berbagai macam
kegiatan sebagai berikut:
A. Film Producing
Adalah pendidikan film pilihan bagi yang ingin berkarir
sebagai Produser. Film producing mengajarkan bagaimana
memilih ide cerita dan mengembangkan skenario yang
baik, membuat perencanaan bisnis, menggalang dana,
memilih sutradara, aktor, manajer produksi dan kru,
menentukan jadwal produksi dan lokasi, serta menciptakan
strategi promosi untuk pemasaran dan peredaran film.
B. Editing dan Graphic Animation
Pendidikan sebagai calon editor sebuah film serta pembuat
animasi grafis pada sebuah film.
C. Cinematography
Pendidikan bagi calon cinematographer akan belajar
tentang efek pencahayaan hingga belajar mengatur suasana
dalam sebuah film.
D. Scriptwriting
Pendidikan bagi seorang calon penulis skenario. Kegiatan
pendidikannya meliputi menciptakan karakter hingga
pengembangan ide cerita.
E. Directing
Bagaimana cara untuk ‘mengarsiteki’ sebuah film adalah
kegiatan dari directing.
F. Audio Recording dan Mixing
Menyunting dan menguasai teknik perekaman suara
menjadi salah satu kegiatan audio recording dan mixing.
commit to user
II - 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.6 Tinjauan Penerapan Karakteristik Film
Didalam film terdapat beberapa karakteristik seperti, karakter
kepalsuan dimana semua yang terjadi di dalam film sudah tertulis didalam
skenario. Sebelum beranjak ke proses produksi, skenario film juga harus
kokoh dalam ide penceritaan. Alur cerita dalam film terus bergerak dan
memiliki alur dengan ritme naik dan turun (dinamis) untuk mencegah
kemonotonan dalam cerita serta mengingkatkan antusiasme penonton
dimana melibatkan komunikasi searah dalam film melalui emosi penonton.
Komposisi juga memiliki peran yang sangat penting dalam film, sama
halnya dalam fotografi framing menentukan para penonton dimana sisi
yang harus dilihat (viewpoint). Film juga memiliki nilai kreatif dan edukatif
karena film memiliki kegiatan apresiasi dan kegiatan pembinaan kreatifitas
dan keterampilan.
Diantara sifat apresiatif (rekreatif) dalam film adalah penghayatan,
konsentrasi, dan pembayangan dengan cara diam-merenung, untuk
merasakan suatu nilai. Diam diartikan sebagai bentuk yang statis, tidak
banyak variasi, tidak banyak warna, sebuah kekokohan ataupun ketegaran,
tidak bergerak dan tidak potensial untuk bergerak ataupun berwujud sebagai
sebuah monumen. Statis dan kokoh bisa juga disebut sebagai sebuah
kestabilan. Menurut Ching (2000), salah satu bentuk geometri yang
mempunyai kestabilan adalah bujur sangkar. Bujur sangkar merupakan
sesuatu yang murni dan orisinil, merupakan bentuk yang statis, netral dan
tak mempunyai arah tertentu (Ching,2000). Selain sifat dan karakter di atas,
fungsi rekreatif dalam film adalah kreatif dan dinamis. Dalam hal ini lebih
diutamakan kebebasan berekspresi untuk mengungkapkan ide-ide atau
perasaan seni ke dalam karya seni film. Salah satu bentuk yang menjadi
pewujudan dari sifat aktif adalah bentuk melingkar. Penempatan unsur-unsur
ruang menurut arah keliling lingkaran akan menimbulkan arah perputaran
gerak yang kuat (Ching, 2000). Menurut Ashihara (1983), rancangan ruang
luar sebagai bagian dari seluruh kesatuan rancangan ruang bangunan, dapat
digunakan sebagai pendukung perwujudan suasana aktif dan dinamis.
Disebutkan oleh Ashihara bahwa
commitperubahan
to user dan pergantian secara kontinyu
II - 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam irama, tekstur dan tinggi permukaan lantai akan dapat membuat
suasana menjadi lebih meriah dan hidup. Adapun menurut Laksmiwati
(1989), unsur garis dalam suatu rancangan dapat berpengaruh dalam
perwujudan suasana statis, diam dan tenang, melalui unsur garis lurus dan
vertikal maupun horisontal. Sedangkan dalam fungsi edukatif, seni film
mempunyai sifat kreatif dan tenang. Sehingga, menurut Ching (2000),
bentukan yang dapat mewakili sifat-sifat tersebut adalah bentukan melingkar
dan persegi. Menurut Laksmiwati (1989) unsur garis dan warna dapat
mempengaruhi suasana aktif dan penuh gerak. Garis diagonal dan lengkung
merupakan unsur pemberi kesan gerak dan mengekspresikan suasana riang.
Sejauh apa dan bagaimana peran dan makna film yang bisa dibaca dan
dipahami (atau bahkan memberikan cerapan dan gagasan) dalam proses
berarsitektur secara keseluruhan. Posisi film sebagai realitas pertama dilihat
sebagai ranah dimana kontribusi untuk arsitektur dalam artian kontribusi
bangunan sinematografik - mulai dari plot dan skenario hingga gaya
bersikap (diction) maupun cakupan, kompleksitas atau panorama – bisa
diterapkan dalam proses berarsitektur.
2.7 Studi Kasus
2.7.1 Kineforum Jakarta
(a)
(b)
Sumber : http://www.kineforum.com
Gambar 2.12 (a) Logo Kineforum Jakarta, (b) Ruang Bioskop
Kineforum Jakarta
commit to user
II - 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kineforum adalah bioskop pertama di Jakarta yang menawarkan
ragam program meliputi film klasik Indonesia dan karya para
pembuat film kontemporer. Program film yang ditayangkan
bertujuan mengajak penonton merasakan jadi bagian dari sinema
dunia – dulu dan sekarang.
Ruang ini diadakan sebagai tanggapan terhadap ketiadaan bioskop
non komersial di Jakarta dan kebutuhan pengadaan suatu ruang
bagi pertukaran antar budaya melalui karya audio-visual. Bioskop
ini terprogram, di mana setiap harinya berlangsung dua-tiga kali
pemutaran dalam jam-jam yang sudah ditentukan. Sejauh ini,
pemutaran film di Kineforum menggunakan proyektor 35mm dan
16mm untuk film analog dan menggunakan IMac dan Blue-Ray
untuk pemutaran film digital.
Kineforum menyediakan ruang presentasi bagi para pembuat film
(dari dalam dan luar Indonesia) dan ruang apresiasi bagi publik
pada kategori film-film khusus yang tidak berasal dari arus utama,
di tengah kurangnya ruang alternatif. Kami juga menawarkan
presentasi karya-karya para pembuat film dunia, film panjang
maupun pendek – yang sulit diakses publik Jakarta selain melalui
pembajakan. Di ruang ini juga diadakan diskusi dan pertemuan
dengan pembuat film. Sejak 2006, kineforum didatangi kurang
lebih 500 penonton pada program pemutaran tertentu dan sekitar
5.000 penonton selama acara festival.
kineforum adalah ruang pemutaran yang tidak bertujuan utama
mencari keuntungan finansial, dikelola oleh Dewan Kesenian
Jakarta dan para relawan muda. Kegiatan di kineforum dijalankan
melalui kerjasama Dewan Kesenian Jakarta dan Studio 21. Ruang
ini diharapkan menjadi ruang eksibisi dan dialog bagi para
pembuat film dan penonton Jakarta, terutama untuk karya-karya
non-arus utama.
Kineforum juga memberikan perhatian lebih terhadap perfilman
Indonesia dengan commit
mengadakan
to userprogram tahunan ‘Sejarah adalah
II - 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sekarang’ setiap Bulan Film Nasional yang jatuh pada bulan
Maret, di mana film-film klasik maupun kontemporer Indonesia
sebulan penuh diputar. Program ini diselenggarakan agar
masyarakat mengenali karya-karya bangsa yang pernah ada dan
sejarah panjang dalam dunia film Indonesia. Selain itu, Kineforum
juga memiliki program First Timers, di mana para pembuat film
muda mendapat tempat dan kesempatan untuk menampilkan karya
film pertamanya, dengan harapan semakin banyak penggiat film
muda yang berkarya.
Sedangkan untuk film-film dunia, program ‘World Cinema
Feature’ dan ‘World Documentary’ diadakan. Biasanya film-film
dari belahan dunia manapun, Amerika, Perancis, Jerman, Jepang,
Timur Tengah, sampai Malaysia, diputar dalam program ini, baik
feature maupun dokumenter. Khusus untuk film klasik, ada pula
program ‘Memory of The World’.
Tidak hanya itu, untuk apresiasi tokoh-tokoh perfilman yang
karyanya telah menginspirasi dunia maupun yang khusus di
Indonesia, ada juga program Body of Works, di mana kineforum
memutarkan karya-karya yang telah lahir dari satu tokoh ini.
Misalnya kineforum telah memutarkan program Body of Works
Djajakusuma atau Body of Works Ratana Pestonji, sosok Bapak
Perfilman Thailand.
Di luar kegiatan pemutaran film dan diskusi, Kineforum juga
pernah menjalani beberapa program lain. Seperti penggalangan
dana untuk biaya perawatan film di Sinematek Indonesia,
kineforum mengadakan program ‘Menolak Hilang Ingatan’, di
mana kineforum menjual beberapa merchandise yang perolehan
penjualannya digunakan untuk membiayai perawatan film-film
Indonesia di sana.
Selain itu, kineforum juga pernah mengampanyekan ‘Publik untuk
Ruang Publik’, di mana dukungan terhadap ruang publik sebagai
ruang pertemuan, commit
ruang to
kreasi
user dan rekreasi, atau apapun bagi
II - 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu-individu di masyarakat sangatlah diperlukan. Maka dari
itu, Kineforum sebagai salah satu ruang publik di Jakarta,
mengajak publik sekaligus peminatnya untuk terus mendukung
keberadaannya. Salah satu yang pernah dilakukan adalah menjual
merchandise, mengadakan
konser musik (bersama SORE,
Kunokini, Tika & The Dissidents, Gribs, dll), dan lainnya. Sejauh
ini, hasil donasi dari publik tadi telah dimanfaatkan untuk
pembelian alat atau keperluan penting lainnya untuk mendukung
operasional Kineforum.
Kineforum juga telah dipercaya menjadi beberapa partner festival
film seperti Jakarta International Film Festival (JIFFest), Europe
on Screen, Festival Film Pendek Konfiden, dan juga beberapa
kegiatan sosial.
Di tahun 2011, Kineforum juga mengadakan training bagi para
relawan muda yang menggerakan Kineforum setiap harinya. Hal
ini guna menambah wawasan dan pengetahuan mereka terhadap
penyelenggaraan pemutaran film, baik secara teknis maupun nonteknis. Tidak dapat dipungkiri, peran mereka sangat penting dalam
berdirinya Kineforum sampai saat
ini dan bahkan pada
penyelenggaraan pemutaran film lainnya.
commit to user
II - 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
K. Bid.
Pengembangan
Komunitas DKJ
Komite Film DKJ
Manajer Kineforum
Traffic
Coord.
Board of
Programmer
s
Technical
Coord.
Publikasi &
PR
Admin DKJ
Volunteer
Coord.
Publikasi DKJ
Volunteers
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 2.13 Struktur Kelembagaan Kineforum
Kineforum merupakan bagian dari Program Komite Film Dewan
Kesenian Jakarta. Sumber pendanaannya berasal dari APBD
pemerintah dengan alokasi tertentu dan juga dari hasil fundraising
yang dilakukan kineforum untuk biaya operasional.
·
Manajer
Kineforum:
berlangsungnya
kegiatan
Bertanggung
di
jawab
Kineforum,
atas
melakukan
pertanggungjawaban terhadap DKJ, mengoordinasikan bidangbidang di bawahnya, serta menjalin kerja sama yang baik
terhadap partner kerja sama Kineforum dan atau pihak lainnya.
·
Board of Programmers: Bertanggung jawab untuk mengisi
program regular pemutaran di Kineforum, termasuk mencari
commit to user
film dan lisensinya untuk diputar, menyusun jadual pemutaran.
II - 37
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Traffic Coordinator: Bertanggung jawab atas masuk/keluar
dan pinjam/kembali film yang diputar di Kineforum.
·
Technical
Coordinator:
Bertanggung
jawab
atas
alat
pemutaran dan hal teknis lainnya untuk kelancaran pemutaran
di Kineforum.
·
Publikasi & PR: Bertanggung jawab mensosialisasikan
kegiatan pemutaran di Kineforum, menyiapkan materi
publikasi, dan memperkenalkan ruang Kineforum kepada
media dan publik seluas-luasnya.
·
Volunteer Coordinator: Bertanggung jawab mengatur jadual
volunteer, mengakomodir kebutuhan serta masukan dari
volunteer, membuka rekrutmen, memberikan brief pemutaran
setiap bulannya kepada volunteer, dan memantau kegiatan
operasional serta kinerja volunteer.
·
Volunteers: Bertanggung jawab atas kegiatan operasional
Kineforum yakni pemutaran. Terbagi dari tiga posisi: Front
desk, Door check, dan Projectionist.
2.7.2 Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Jakarta
Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail adalah bangunan yang terdiri
dari bangunan kantor, sebuah gedung bioskop,perpustakaan,
gudang, dan sekolah sinematografi. Selain itu bangunan ini
menjadi pusat seni dan budaya dengan standar internasional
termasuk pertunjukan yang diselenggarakan oleh kedutaan besar
asing, festival film, baik skala nasional maupun internasional.
Selain itu juga berfungsi sebagai tempat untuk para pembuat film
untuk membuat dan mempresentasikan hasil kerja mereka.
commit to user
II - 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a)
(b)
Sumber :http:// www.google.com
Gambar 2.14 Beberapa Fasilitas Gedung PPHUI, (a) Gedung
Pertunjukan, (b) Gudang Penyimpanan Film
2.7.3 Subtitle
Subtitles terletak di basement Dharmawangsa Squere, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, bioskop mini
ini berupa ruangan
berkapasitas di bawah 10 orang. Lengkap dengan kualitas audio &
video sekelas bioskop. Koleksi film-filmnya meliputi film
independen dalam dan luar negeri.
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 2.15 Mini Bioskop di Subtitle, Jakarta
commit to user
II - 39
perpustakaan.uns.ac.id
2.7.4
digilib.uns.ac.id
ACMI Australia
Sumber : http://www.acmi.au
Gambar 2.16 Gedung ACMI Australia
Berawal dari menjadi Pusat Perfilman Negara di Australia, ACMI
(Australian Centre for the Moving Image) yang berlokasi di
Melbourne, hingga tempat perfilman yang terintergrasi mulai dari
wadah koleksi perfilman sampai wadah pendidikan dan wadah
hiburan bagi para penikmat film.
(a)
(b)
Sumber :http// www.acmi.au
Gambar 2.17 (a) dan (b) Beberapa Ruang di ACMI Australia
commit to user
II - 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : http//www.acmi.au
Gambar 2.18 Struktur Organisasi ACMI
commit to user
II - 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
WADAH KOMUNITAS FILM INDEPENDEN DI JAKARTA YANG
DIRENCANAKAN
.
3.1
Perspektif Jakarta
Jakarta merupakan kota megapolitan dimana semua ras, budaya,
adat dan tradisi yang berbeda-beda dapat ditemukan disetiap sudut
kotanya. Sebagai ibu kota negara, Jakarta dipenuhi dengan segala fasilitas
yang dibutuhkan penduduknya. Kota Jakarta yang dibagi dalam lima
kotamadya. Yaitu Timur, Barat, Selatan, Utara, dan Pusat.
Kota Jakarta berada di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa di
bagian barat, dengan luas wilayah sebesar ± 650 km2 atau 65.000 Ha,
termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta.
Wilayah Jakarta terletak pada :
106°22’42” BT - 106°58’18” BT
-5°19’12” LS - -6°23’54” LS
(a)
(b)
Sumber : www.tatakotajakartaku.net
Gambar 3.1 (a), (b) Peta Jakarta
Wilayah Jakarta dilewati oleh ±10 sungai, baik alami maupun buatan yang
sangat penting sumbangann ya bagi kehidupan dan penghidupan kota.
Batas wilayah kota Jakarta adalah :
commit to user
III - 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ø
Sebelah utara
Ø
Sebelah selatan : Kabupaten Bogor dan wilayah Depok.
Ø
Sebelah timur
: Kabupaten dan kotamadya Bekasi.
Ø
Sebelah barat
: Kabupaten dan Kotamadya Tangerang.
: Laut Jawa.
Pusat pemerintahan dan perekonomian ditempatkan di kota ini
sehingga banyaknya peluang kerja lebih banyak dibanding kota lainnya.
Karena
sifatnya yang megapolitan, kota Jakarta lebih menerima
perbedaan dalam berbagai aspek. Banyaknya segala jenis pekerjaan dan
kegiatan menimbulkan banyaknya komunitas yang berbeda. Penentuan
Jakarta sebagai lokasi site diambil dari banyak pertimbangan yang
diperoleh dari berbagai sumber data yang berhubungan dengan user
bangunan yaitu komunitas film independen yang ada di Jakarta.
3.2
Komunitas Film Independen di Jakarta
Banyak komunitas perfilman indie di Jakarta yang masih berdiri sendirisendiri. Beberapa diantaranya yang sudah terdata adalah:
Tabel 3.1 Komunitas Film Indie di Jakarta
KOMUNITAS FILM
1. Boemboe
2. Forum Filmmaker Pelajar Jakarta
3. Forum Lenteng
4. Kineforum
5. Klub Kajian Film DKJ
6. Konfiden
7. Kultur Visual
8. Komka UIN Syarif Hidaytullah
9. Ruang Rupa
10. Bioskop Merdeka
11. Komunitas Film Jeruk Purut
12. Bioskop Merdeka
13. Kultur Visual
14. Sinema Kopi Hitam
15. JCM Kineklub UIN
16. Sinema Adikara
Sumber : http://www.in-docs.org
Komunitas film di Indonesia sejauh ini merupakan wadah bagi kelompok
penggiat film dalam tataran sebagai ruang ekspresi dan berkreasi melalui
media film. Bisa pula sebagai ruang workshop atau pembelajaran untuk
commit to user
memasuki wilayah industri perfilman yang ada. Komunitas film ada ribuan
III - 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlahnya, tersebar sejak dari Jakarta sampai di kota-kota di kecamatan.
Akan tetapi banyak komunitas film di Indonesia mati atau bubar karena
tidak ada yang peduli. Kurang memperoleh dukungan dan perhatian dari
pemerintah. Komunitas film berperan penting karena menghidupkan
sinema Indonesia.
3.2.1 Kegiatan Komunitas Film Independen
Kegiatan perfilman indie di jakarta yang sering dilakukan adalah
screening dan diskusi film-film indie indonesia dan internasional.
Karena jalur distribusi yang resmi bagi publik umum (bioskop)
belum bisa digunakan film pendek, sebab format pemutarannya
berupa film 35 mm, hadir ‘bioskop alternatif’ yang digunakan
untuk pemutaran film-film pendek seperti Kineforum di Taman
Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Kegiatan lain dari komunitas film
independen adalah mengikuti festival-festival film baik skala
nasional maupun internasional serta temu komunitas. Berangkat
dari semangat kebersamaan dan persaudaraan yang telah terjalin
antar komunitas maka temu komunitas menjadi sebuah agenda
penting untuk menguatkan jejaring komunitas film dan menjadi
sebuah
media
untuk
berbagi
wacana
untuk
kemajuan
perkembangan film.
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.2 Kegiatan Perfilman Indie di Jakarta
commit to user
III - 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Festival Film Independen di Indonesia yang secara rutin diadakan
untuk menjadi sebuah barometer perkembangan film independen
diantaranya adalah:
A. Pesta Sinema Indonesia (PSI) – Purwokerto
Acara yang dimotori oleh komunitas budaya Youth Power
ini berlangsung setiap bulan Juni sejak tahun 2001. Acara
ini menjadi salah satu kegiatan rutin komunitas ini.
B. Festival Film Dokumenter (FFD) – Jogjakarta
FFD berlangsung setiap bulan Desember sejak tahun 2002
dan mengkhususkan diri pada film dokumenter baik film
dalam
negeri
maupun
luar
negeri.
Festival
yang
diselenggarakan oleh Komunitas Film Dokumenter ini
mempunyai program pemutaran, diskusi, klinik film dan
workshop
dokumenter.
Selama
penyelenggaraannya,
Kompetisi FFD telah diikuti lebih dari 300 filmmaker dari
seluruh Indonesia.
Sumber:http://www.google.com
Gambar 3.3 Festival Film Dokumenter (FFD) – Jogjakarta
C. Q-Film Festival (QFF) – Jakarta
Festival non-kompetisi ini diselenggarakan oleh Q-munity
sejak tahun 2002. QFF dapat disebut sebagai festival film
pertama di Indonesia dengan tema khusus Gay, Lesbian,
commit to user
III - 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan AIDS. Lingkup pemutaran filmnya juga mencakup
skala nasional dan internasional.
D. Hello;Fest – Jakarta
Hello Fest Motion Art Festival yang diadakan oleh
Hello;Motion sejak tahun 2004 mengkhususkan diri pada
film pendek dan animasi. Hello;Motion merupakan sekolah
animasi dan film dibilangan Jakarta Selatan. Festival ini
rutin diadakan setiap tahunnya dan terbuka untuk umum.
Sumber: http://www.hellomotion.id
Gambar 3.4 Hello;Fest – Jakarta
E. Boemboe Forum – Teater Utan Kayu – Jakarta
Forum film pendek dari Boemboe ini mempresentasikan
dan mendiskusikan hanya 6 hingga 8 film terpilih dari
berbagai kota di Pulau Jawa dan akan dihadiri oleh
pembuat film yang bersangkutan serta publik pencinta film
pendek.
Sumber: http://www.rumahsinema.com
Gambar 3.5 Boemboe Forum – Teater Utan Kayu, Jakarta
commit to user
III - 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Festival Film Animasi Indonesia – Jakarta
Festival yang berskala internasional ini berlangsung setiap
2 tahun sekali dan diselenggarakan di Taman Ismail
Marzuki, Jakarta Pusat.
G. LA Lights Indie Movie
Gelaran festival tahunan bagi para pembuat film muda ini
telah diadakan sejak tahun 2007. Program ini dijadikan
wadah bagi sineas muda untuk berani berkarya dengan
semangat independen. LA Lights Indie Movie memilik
tema yang berbeda disetiap tahunnya.
Sumber: http://www.lalights.com
Gambar 3.6 LA Lights Indie Movie
H. Jiffest
Festival film dengan skala lokal ini menjadi meeting point
atau titik temu bagi para pelaku perfilman Indonesia sejak
tahun 1999. Festival yang setiap tahun diadakan di Jakarta
ini terbuka gratis untuk umum.
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2008
Gambar 3.7 Jiffest
commit to user
III - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2.2 Potensi Jakarta Terhadap Perkembangan Film Independen di
Indonesia
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan pusat
segala kegiatan baik itu ekonomi, sosial dan budaya serta sarana
dan prasarana yang sangat lengkap, sehingga merupakan pusat
pertumbuhan dari segala akivitas termasuk perfilman. Dengan
frekuensi kegiatan yang sangat tinggi memungkinkan juga bagi
perkembangan perfilman dimana hampir seluruh film-film yang
diproduksi atau yang masuk ke Indonesia melalui jalur
pendistribusian
Jakarta
terlebih
dahulu.
Ditambah
dengan
banyaknya kegiatan-kegiatan seperti peluncuran produksi, temu
bintang, festival-festival dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan perfilman dilaksanakan disini. Jakarta dengan kurang lebih
10 juta penduduknya merupakan masyarakat perkotaan yang serba
modern dimana mereka dapat lebih bebas dan terbuka dalam
berekspresi dan berkreasi juga dalam menanggapi hal-hal baru
salah satunya perfilman, sehingga masyarakat ini sangat potensial
dan terlihat jelas betapa dunia perfilman melekat erat pada
masyarakat Jakarta dalam berbagai kalangan. Dengan segala
perkembangan yang terjadi di era globalisasi ini, perfilman tidak
hanya sebagai media rekreasi akan tetapi sebagai media
pendidikan, bisnis, kebudayaan dan promosi melalui pesan-pesan
yang disampaikan sesuai dengan kondisi Jakarta yang melingkupi
berbagai bidang.
Sumber: http://www.tatakotajakartaku.net
commit to user
Gambar 3.8 Gambaran DKI Jakarta
III - 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan perfilman indie di Jakarta relatif pesat, dapat
dilihat dari jumlah peminat film-film indie yang bertambah setiap
tahunnya serta filmmaker di Jakarta yang kian aktif mengadakan
screening karya dan diskusi-diskusi dengan penonton. Belakang
juga terdapat sebuah statement bahwa film mainstream di
Indonesia sudah mulai membosankan dan penonton butuh film
alternatif seperti film indie. Jakarta sebagai ibukota Indonesia
memiliki peran penting dalam perkembangan film independen,
sering diadakannya festival-festival film baik skala nasional
maupun internasional di Jakarta menjadikan Jakarta berpotensi
sebagai pusat perfilman di Indonesia.
3.3
Wadah Komunitas Film Independen
3.3.1 Fungsi
Wadah Komunitas Film Independen dalam kaitannya sebagai
bangunan adalah untuk mewadahi kegiatan komunitas-komunitas
film independen di Jakarta agar dapat mengembangkan dunia
perfilman Indonesia, yaitu dengan menjadikan Wadah Komunitas
Film Independen sebagai wahana kreasi, edukasi, dan eksebisi.
3.3.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen
adalah:
1) Merancang
sarana
bagi
kegiatan
komunitas
film
independen di Jakarta.
2) Untuk
meningkatkan
perkembangan
film
Indonesia,
melalui penyediaan fasilitas yang memadai, baik dari segi
fisik bangunan maupun non fisik bangunan.
3) Mengembangkan potensi perfilman Indonesia yang dimiliki
oleh
komunitas-komunitas
film
independen
Jakarta
khususnya dan nasional umumnya.
commit to user
III - 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Melestarikan dan mengapresiasikan film independen untuk
kemudian memperkenalkan karya film independen baik
dalam skala nasional maupun internasional.
Sasaran dari Wadah Komunitas Film Independen ini adalah
masyarakat Jakarta pada umumnya terutama para pecinta film
independen. Diharapkan dengan hadirnya Wadah Komunitas Film
Independen, masyarakat Jakarta bisa lebih mencintai film lokal dan
komunitas-komunitas
film
memiliki
sebuah
wadah
untuk
menuangkan ide-ide mereka dengan fasilitas yang memadai, selain
itu juga wadah ini diharapkan dapat memberikan cara alternatif
dalam menonton film alternatif.
3.3.3 Manfaat dan Skala Pelayanan
Manfaat dari Wadah Komunitas Film Independen di Jakarta
adalah:
1) Sarana untuk menyatukan komunitas pecinta film indie
Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya.
2) Sarana untuk mewadahi kegiatan dan mewujudkan aspirasi
dari komunitas-komunitas film di Jakarta pada khususnya
agar dapat menciptakan karya-karya terbaik perfilman
nasional.
3) Mendukung terciptanya iklim
yang kondusif untuk
merangsang para pengkarya film independen baik dari
kalangan akademis maupun awam serta para penikmat film
independen agar lebih kritis, inovatif dan komunikatif serta
percaya diri dalam usahanya untuk memajukan dan
mengembangkan khasanah perfilman Indonesia.
Skala pelayanan Wadah Komunitas Film Independen ini
diharapkan meliputi daerah DKI Jakarta dan sekitarnya,
commit to user
III - 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3.4 Fasilitas
Fasilitas yang ada pada Wadah Komunitas Film Independen adalah
fasilitas yang dapat membantu pengembangan film independen di
Indonesia. Adapun pengembangan film yang dimaksud adalah
melalui fasilitas kreasi, edukasi, dan eksebisi.
WADAH
KREASI
ASPIRASI DAN
KEGIATAN
KOMUNITAS FILM
INDEPENDEN
WADAH
KOMUNITAS FILM
INDEPENDEN
WADAH
EDUKASI
WADAH
EKSEBISI
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 3.9 Kerangka Fasilitas Wadah Komunitas Film
Independen
A. Fasilitas Kreasi
Fasilitas kreasi ini merupakan sebuah fasilitas yang
berfungsi sebagai fasilitas pendukung kegiatan komunitaskomunitas film untuk membuat kreasi film yang nantinya
dapat menghasilkan kreasi karya-karya film yang terbaik.
o Ruang komunitas film
o Ruang produksi
o Post production house
o Ruang diskusi
o Ruang screening
B. Fasilitas Edukasi
Fasilitas edukasi ini diperuntukkan bagi masyarakat umum
yang tertarik pada dunia perfilman. Baik orang awam
commit to user
III - 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun
filmmaker
yang
memang
sudah
lama
berkecimpung dibidangnya sendiri.
o Kursus film
o Perpustakaan
o Ruang koleksi film
o Ruang seminar
C. Fasilitas Eksebisi
Kegiatan eksebisi dilakukan untuk memperkenalkan karyakarya film independen yang telah dihasilkan di Taman
Komunitas Film Independen kepada masyarakat luas
maka dari itu perlu adanya fasilitas eksebisi yang
mendukung kegiatan eksebisi dan diharapkan melalui
fasilitas ini jalur pendistribusian film independen di Jakarta
sudah lebih mudah.
o Ruang workshop
o Ruang pameran
o Big screen studio
o Mini studio
o Ruang konfrensi
o “Layar Tancap”/ teater terbuka
3.4
Kegiatan Wadah Komunitas Film Independen
3.4.1 Pelaku Kegiatan
A. Komunitas Film Independen
Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film
independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan
film independen. Komunitas film yang akan diwadahi
dipertimbangkan berdasarkan eksistensi dan pengaruh mereka
terhadap film independen di Jakarta.
B. Filmmaker
Filmmaker
adalah
seseorang
yang
ber-apresiasi
dengan
menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya
commit to user
III - 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
orang-orang yang bisa menghasilkan karya film tetapi juga orangorang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film.
C. Peserta Pendidikan Perfilman
Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi
sebagai wadah pengembangan film independen yang disertai
dengan
kegiatan
pendidikan
non-formal,
maka peserta
pendidikan perfilman yang menjadi sasaran adalah anak-anak
SMA hingga mahasiswa.
D. Pengunjung
Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung,
ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen,
baik dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi
antar pengunjung ataupun pencarian minat bakat.
E. Pengelola
Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah
Komunitas Film Independen dan bertanggung jawab pada
jalannya kegiatan.
3.4.2 Jenis Kegiatan
Kegiatan yang diwadahi pada Wadah Komunitas Film Independen
ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi perfilman Indonesia, yaitu:
A. Kegiatan Produksi Film (kreasi)
Merupakan kegiatan-kegiatan komunitas film dalam membuat
sebuah karya, mulai dari proses produksi hingga apresiasi film.
B. Kegiatan Pendidikan Film (edukasi)
Memberikan sebuah wadah kegiatan para pecinta film untuk
mendapatkan edukasi dalam dunia perfilman.
C. Kegiatan Eksebisi (eksebisi)
Wadah untuk festival-festival perfilman baik skala nasional
maupun internasional, kegiatan workshop perfilman hingga
penayangan filmcommit
independen
dengan cara alternatif.
to user
III - 12
perpustakaan.uns.ac.id
3.5
digilib.uns.ac.id
Hubungan Karakteristik Film dengan Rancangan Arsitektural
Keterkaitan antara film dan arsitektur memiliki hubungan yang erat,
namun diantara hubungan keduanya itu kurang terjadi simbiosis
mutualisme. Selama ini arsitektur hanya dianggap sebagai backdrop (latar)
dari film, padahal peran arsitektur sangat penting, sehingga yang menjadi
masalah disini adalah bagaimana menjadikan arsitektur dapat merangkul
film untuk mendapatkan hasil sebuah rancangan yang baik.
3.5.1
Film dan Arsitektur sebagai media
Kelebihan film dan arsitektur yakni merupakan produk seni yang
yang memiliki posisi dalam kebudayaan manusia. Kelebihan
potensi tersebut telah membawa berbagai isu (realitas sosial,
politik, ekonomi maupun budaya itu sendiri) untuk menjadikan
film dan arsitektur sebagai sebuah media untuk ‘berkembang-biak’
melalui proses berkomunikasi. Peran arsitektur maupun film dalam
mengubah wajah dunia cenderung senafas dan seirama. Karena itu
sangatlah beralasan bila dilihat relasi-relasi yang terdapat pada
keduanya, termasuk pemaknaan masing-masing diantaranya. Posisi
film sendiri bagi arsitektur yaitu sebagai media inpirasional
arsitektur
maupun
sebagi
media
komunikasi
(termasuk
propaganda) bagi arsitektur. Sehingga peran maupun pemaknaan
film terhadap arsitektur menjadi penting dalam melihat dan
mencermati
visi
arsitektur
untuk
keberlangsungan
serta
keberadaannya.
Sumber:http://www.blogspot.com/zakaria/filmdanarsitektur/
Gambar 3.10 Poster Film yang menggabungkan Film dan
commit to user
Arsitektur, “August Rush
III - 13
perpustakaan.uns.ac.id
3.5.2
digilib.uns.ac.id
Film sebagai wilayah untuk inovasi model arsitektur
Sejauh ini yang dimaksud oleh peran arsitektur dalam film,
diartikan sebagai latar dekoratif dari berbagai adegan ataupun
peran arsitektur sebagai wadah bagi individu maupun sebagai
penguat latar waktu. Artinya arsitektur berperan dalam film
sebagai penguat dari apa yang direpresentasikan oleh film
sekaligus menguatkan penuturan film. Kondisi ini menempatkan
arsitektur jauh ke masa depan maupun ke masa lalu, dan
menempatkan arsitektur seiring dengan sejarah umum serta sejarah
arsitektur sendiri. Tetapi apa yang sudah ada menjadikan
pandangan mengenai sesuatu yang baru atau yang belum ada
menjadi lebih menarik minat, apalagi bila kita mengkaitkannya
dalam konteks mencermati perkembangan arsitektur selanjutnya.
Hubungan Film dan Arsitektur sebagai media, terutama
pada variabel film sebagai media inspirational bagi arsitektur
menjadi prinsip dalam konsep perancangan dan perencanaan
Wadah Komunitas Film Independen ini.
3.6
Penerapan Karakteristik Film dalam Wadah Komunitas Film
Independen
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB II bahwa film memiliki karakter
kepalsuan atau ilusi dimana cerita dan kejadian dalam film seluruhnya
telah ditulis dalam skenario. Skenario dalam film juga harus kokoh dalam
ide cerita sebelum dimulai proses produksi. Alur cerita dalam film terus
bergerak dan memiliki alur dengan ritme naik dan turun (dinamis) dimana
terdapat alur pengenalan cerita, klimaks, dan tahap penyelesaian cerita.
Film juga melibatkan komunikasi searah melalui emosi penonton.
Komposisi juga memiliki peran yang sangat penting dalam film, sama
halnya dalam fotografi framing menentukan para penonton dimana sisi
yang harus dilihat (viewpoint). Film juga memiliki nilai kreatif dan
edukatif karena film memiliki kegiatan apresiasi dan kegiatan pembinaan
kreatifitas dan keterampilan.
commit to user
III - 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KARAKTER FILM
PENERAPAN ARSITEKTURAL
Ilusi/kepalsuan
·Menggunakan secondary skin
·Definisi dinding dikaburkan (Andre
Bazin)
Kokoh dalam ide cerita
·Menggunakan struktur dan material
yang mendukung
Dinamis
·Penggunaan unsur-unsur lingkaran
untuk elemen ruang dalam dan luar
bangunan
·Analogi dinamis sebagai analisa
pengolahan gubahan massa
Komunikasi yang searah
·Menganalogikan bangunan sebagai
layar kaca dan yang melihat
bangunan itu sebagai penonton
dimana terlihat aktifitas didalam
bangunan dan menarik orang untuk
datang (bangunan sebagai frame)
Kegiatan kreatif dan
edukatif
·Penempatan unsur-unsur ruang
menurut arah keliling lingkaran
(DK Ching)
·Permainan
lantai
dapat
mewujudkan
suasana
aktif
(Ashihara)
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 3.11 Diagram penerapan karakteristik film dalam Wadah
Komunitas Film Independen yang direncanakan
3.7
Konsep Cara Menonton Film Alternatif.
Pada Wadah Komunitas Film Independen terdapat cara untuk menonton
film alternatif, yaitu dengan konsep teater terbuka atau di Jakarta sering
disebut dengan sinema layar tancap atau free outdoor cinema yang tayang
setiap malam weekend. Hal ini dimaksudkan untuk menarik masyarakat
agar dapat lebih mengapresiasi film-film dengan tema alternatif dan
menumbuhkan kecintaan akan film lokal. Fasilitas lain yang ada pada
Taman Komunitas Film Independen ini adalah fasilitas bioskop (komersil)
yang juga menayangkan karya-karya komunitas film independen. Fasilitas
bioskop ini juga berfungsicommit
sebagaitotempat
user pemutaran festival-festival film
III - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan pameran perfilman untuk komunitas film independen Berikutnya ada
mini studio (komersil) yang memiliki koleksi film independen Indonesia
maupun luar negeri, pecinta film dapat memilih sendiri film yang akan
ditonton.
commit to user
III - 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALISA PENDEKATAN
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Analisa pendekatan konsep dasar perencanaan dan perancangan merupakan awal
pemikiran yang dijadikan dasar tindakan dan langkah-langkah pada tahap konsep
dasar perencanaan dan perancangan.
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa pendekatan kegiatan, peruangan,
pengolahan site dan juga langkah-langkah desain yang dibagi menjadi analisis
perencenaan dan perancangan.
4.1
Analisa Perencanaan
4.1.1 Analisa User
Analisa user (pengguna) Wadah Komunitas Film Independen ini
adalah:
A. Komunitas Film Independen
Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film
independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan
film independen. Dalam kelompok ini seorang pecinta film
independen tidak harus menghasilkan sebuah karya, tetapi
kelompok ini dapat mengapresiasikan dirinya dalam bentuk
lain, seperti: mengadakan diskusi film indie, jurnalisme, kritik
film,
hingga
menyelenggarakan
festival-festival
film.
Komunitas film independen yang sudah terdata dari taun 2011
yang ada di Jakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Komunitas Film Independen
KOMUNITAS FILM
1. Boemboe
2. Forum Filmmaker Pelajar Jakarta
3. Forum Lenteng
4. Kineforum
5. Klub Kajian Film DKJ
6. Konfiden
7. Kultur Visual
8. Komka UIN Syarif Hidaytullah
9. Ruang Rupa
commit
to user
10. Bioskop
Merdeka
IV - 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Komunitas Film Jeruk Purut
12. Bioskop Merdeka
13. Kultur Visual
14. Sinema Kopi Hitam
15. JCM Kineklub UIN
16. Sinema Adikara
Sumber: http://www.in-docs.org
B. Filmmaker
Filmmaker
adalah
seseorang
yang
ber-apresiasi
dengan
menghasilkan karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya
orang-orang yang bisa menghasilkan karya film tetapi juga orangorang yang ingin belajar untuk menghasilkan sebuah film.
C. Peserta Pendidikan Perfilman
Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai
wadah pengembangan film independen yang disertai dengan
kegiatan pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman
yang menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa.
Pada kawasan Wadah Komunitas Film Independen menyediakan 6
program pendidikan perfilman yang dari masing-masing program
memiliki 2 kelas dengan asumsi daya tampung +10 peserta didik
dan 1 pengajar pada setiap kelas dengan pertimbangan optimalisasi
suasana belajar mengajar agar kondusif.
D. Pengunjung
Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin
mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik
dengan tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar
pengunjung ataupun pencarian minat bakat. Kelompok ini juga
dapat mengapresiasikan dirinya dalam wadah-wadah yang ada
sehingga memungkinkan kelompok ini dapat menjadi bagian dari
kelompok pecinta film independen yang lebih dari sekedar ingin
tahu.
E. Pengelola
Pengelola meliputi orang-orang yang mengoperasikan Wadah
Komunitas Film Independen
commit to dan
userbertanggung jawab pada jalannya
IV - 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan termasuk didalamnya bertanggung jawab terhadap
maintenance bangunan di dalam kawasan Wadah Komunitas Film
Independen. Berdasarkan aktivitasnya dibedakan menjadi:
1) Pengelola administrasi
2) Operasional
3) Maintenance
4) Staff pengajar
4.1.2 Analisa Kegiatan
1. Kelompok kegiatan produksi perfilman
a) Pengembangan
·
Pengembangan cerita
·
Praproduksi
·
Pembuatan jadwal shooting
·
Penentuan pemeran dan penentuan latihan
·
Penyediaan dana
·
Diskusi
b) Produksi
·
Shooting stage
·
Shooting lokasi
c) Pasca produksi
·
Penentuan pemakaian shoots
·
Pengisian musik dan efek suara
·
Penggabungan suara
·
Distribusi dan eksebisi
2. Kelompok kegiatan pendidikan perfilman
Bidang pendidikan yang diambil berdasarkan minat dan bakat
peserta pendidikan film itu sendiri diantaranya:
a) Belajar dan berlatih:
commit to user
IV - 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Terdapat 6 pilihan dalam menentukan pendidikan sesuai
minat dan bakat dalam Wadah Komunitas Film Independen
yang direncanakan, yaitu:
·
Film Producing
·
Editing dan Graphic Animation
·
Cinematography
·
Scriptwriting
·
Directing
·
Audio Recording dan Mixing
b) Mengikuti seminar perfilman
Seminar-seminar
perfilman
yang
diadakan
dengan
mengundan orang-orang yang ahli dan berkecimpung
langsung pada dunia perfilman untuk menambah wawasan
para peserta didik.
c) Mempelajari film melalui studi literatur
Menyediakan buku-buku dan referensi tentang dunia
perfilman
sebagai
bahan
pembelajaran
dan
sarana
pengembangan wawasan terhadap dunia film.
3. Kelompok kegiatan eksebisi
a) Pemutaran karya-karya film independen baik skala nasional
maupun internasional.
b) Pemutaran karya-karya film peserta pendidikan perfilman.
c) Pameran dan workshop perfilman.
d) Diskusi terbuka antara komunitas film, filmmaker, dan
orang awam yang berminat ter hadap dunia perfilman.
e) Konfrensi pers
4. Kelompok kegiatan komersil
Kelompok kegiatan
pemasukan
ini bertujuan
dana untuk
untuk mendatangkan
pemeliharaan
kawasan
Wadah
Komunitas Film Independen yang direncanakan.
to user alat-alat perfilman
a) Penyewaancommit
dan penjualan
IV - 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Aktivitas menonton film (bioskop, bioskop mini)
c) Aktivitas cafe/ restaurant
5. Kelompok kegiatan pengelolaan
a) Aktivitas administrasi1
·
Manager aktivitasnya bertanggung jawab terhadap
keseluruhan kegiatan.
·
Board of Programmers: aktivitasnya bertanggung
jawab untuk mengisi program regular pemutaran di
Wadah Komunitas Film Independen, termasuk mencari
film dan lisensinya untuk diputar, serta menyusun
jadwal pemutaran.
·
Traffic Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab
atas masuk/keluar dan pinjam/kembali film yang
diputar.
·
Technical
Coordinator:
aktivitasnya
bertanggung
jawab atas alat pemutaran dan hal teknis lainnya untuk
kelancaran pemutaran di Wadah Komunitas Film
Independen.
·
Publikasi & PR: aktivitasnya bertanggung jawab
mensosialisasikan
kegiatan
pemutaran
di
Wadah
Komunitas Film Independen, menyiapkan materi
publikasi, dan memperkenalkan ruang komunitas film
independen kepada media dan publik seluas-luasnya.
·
Volunteer
Coordinator:
aktivitasnya
bertanggung
jawab mengatur jadwal volunteer, mengakomodir
kebutuhan serta masukan dari volunteer, membuka
rekrutmen,
memberikan
brief
pemutaran
setiap
bulannya kepada volunteer, dan memantau kegiatan
operasional serta kinerja volunteer.
·
1
Volunteers: aktivitasnya bertanggung jawab
kegiatan operasional
commit to user
Wadah
Komunitas
atas
Film
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu angoota Kineforum Jakarta, 9/11/11
IV - 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Independen yakni pemutaran. Terbagi dari tiga posisi:
Front desk, Door check, dan Projectionist.
b) Aktivitas operasional
·
Mengawasi jalannya kegiatan.
·
Menyewakan dan menjual peralatan-peralatan film.
·
Melayani kebutuhan pengunjung.
·
Mengoperasikan alat-alat yang digunakan di fasilitas.
·
Melayani penjualan tiket.
·
Menginformasikan kegiatan yang berlangsung.
c) Aktivitas pendidikan
·
·
Administrasi pengelolaan akademis
-
Pengurusan Pendaftaran.
-
Pengurusan Pembayaran.
-
Birokrasi akademis.
Akademis
-
Belajar Mengajar.
-
Mendidik dan Melatih.
-
Memberikan Konsultasi akademis.
d) Aktivitas maintenance
·
Menjaga keamanan dan kebersihan.
·
Memelihara kondisi fasilitas yang disediakan.
commit to user
IV - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.3 Analisa Pola Kegiatan
Pola kegiatan berdasarkan jenis kegiatan:
1. Kegiatan produksi perfilman
R.Produksi
Aktivitas
Pengembangan
R.Casting
R.Make Up dan
Wardrobe
R.Diskusi
Shooting Indoor
Datang
R.Komunitas
R. Studio
Aktivitas Produksi
R. peralatan
Shooting Outdoor
Aktivitas Pasca
Produksi
Audio Post House
Post Production
House
R.Sound Mixing
R.Editing
R.Eksebisi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.1 Pola Kegiatan Produksi Perfilman
2. Kegiatan pendidikan perfilman
R.Teori
Datang
Pendaftaran
R.Kelas
R.Praktek
R.Konsultasi
Parkir
R.Peralihan
R.Tunggu
Pulang
R.Seminar
R.Koleksi Film dan
Perpustakaan
R.Peralatan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.2 Pola Kegiatan Pendidikan Perfilman
commit to user
IV - 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kegiatan eksebisi
Big screen
studio
Lihat-lihat
pameran
Datang
Beli tiket
Parkir
R.Peralihan
Pulang
R.Tunggu
Workshop film
Diskusi film
R.Konfrensi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.3 Pola Kegiatan Eksebisi
4. Kegiatan komersil
Aktivitas penyewaan dan
penjualan alat-alat perfilman
Datang
Bioskop
Parkir
R.Peralihan
Aktivitas menonton film
Mini Bioskop
Pulang
Aktivitas cafe/restaurant
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.4 Pola Kegiatan Komersil
5. Kegiatan pengelola
1. Administrasi
Datang
Parkir
Aktivitas administrasi
Istirahat
Pulang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.5 Pola Kegiatan Administrasi
commit to user
IV - 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pendidikan
Datang
Parkir
Aktivitas pendidikan
Istirahat
Pulang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.6 Pola Kegiatan Pendidikan
3. Maintenance
Datang
Parkir
Aktivitas
maintenance
Istirahat
Pulang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.7 Pola Kegiatan Mantenance
4.1.4 Analisa Kebutuhan Ruang
Dasar pertimbangan
1) Pelaku kegiatan dalam ruangan.
2) Kegiatan yang terjadi.
3) Jenis, sifat, tuntutan kegiatan yang ditampung.
commit to user
IV - 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kegiatan Produksi Perfilman
Tabel 4.2 Kebutuhan Ruang Kegiatan Produksi Perfilman
Kebutuhan Ruang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
R. Komunitas
R. Produksi
R. Casting
R. Diskusi
R. Shooting Indoor
R. Make Up dan Wardrobe
R. Studio
R. Peralatan
R. Post Production
R. Eksebisi
R. Audio Post House
R. Sound Mixing
R. Editing
R. Teknik Film
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
2. Kegiatan Pendidikan Perfilman
Tabel 4.3 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pendidikan Perfilman
Kebutuhan Ruang
1.
2.
3.
4.
5.
R. Pendaftaran
R. Kelas
R. Seminar
R. Koleksi film dan Perpustakaan
R. Peralatan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
3. Kegiatan Eksebisi
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang Kegiatan Eksebisi
Kebutuhan Ruang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tiketing
R. Pameran
R. Konfrensi
R. Studio
R. Workshop
Teater Terbuka
Sumber:Analisa
commit Pribadi,
to user2012
IV - 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kegiatan Komersil
Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Kegiatan Komersil
Kebutuhan Ruang
1.
2.
3.
4.
5.
Cafetaria/Restaurant
R. Penjualan alat-alat film
R. Penyewaan alat-alat film
Bioskop
Mini Bioskop
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
5. Kegiatan Pengelola
Tabel 4.6 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola
Kebutuhan Ruang
1. R. Administrasi
2. R. Pengajar
3. R. Maintenance
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
4.1.5 Analisa Pendekatan Besaran Ruang
Besaran ruang bertujuan untuk mendapatkan ruang gerak sesuai
kebutuhan kegiatan yang diwadahi. Dasar pertimbangan dalam
pendekatan besaran ruang antara lain :
1) Kegiatan yang ada dalam fasilitas yang meliputi bentuk,
pola dan cara kegiatan
2) Jumlah pelaku kegiatan
3) Besarnya flow gerak pelaku kegiatan
Pada ruang-ruang yang telah memiliki standard, biasanya flow
gerak telah diperhitungkan dalam standard tersebut. Namun pada
ruang-ruang khusus diperhitungkan sendiri. Perincian prosentase
gerak adalah sebagai berikut2;
2
·
5 – 10 %
: Standard minimum
·
20%
: Kebutuhan keleluasaan sirkulasi
commit to user
Architects data, Ernerst Neufert
IV - 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
30%
: Tuntutan kenyamanan fisik
·
40%
: Tuntutan kenyamanan psikologis
·
50 %
: Tuntutan spesifik kegiatan
·
70%-100%
: Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Untuk memperkirakan kapasitas yang dapat diwadahi pada Wadah
Komunitas Film Independen ini dihitung dari jumlah pengguna
bangunan. Pengguna bangunan dibagi atas:
A. Komunitas film independen
Jumlah komunitas film indie saat ini sebanyak 16 komunitas
yang sudah terdata di Jakarta. Diasumsikan jumlah anggota
dalam 1 komunitas sebanyak 10 orang (merupakan orang-orang
yang dianggap aktif dan mengetahui perkembangan film indie).
Maka jumlah total pecinta film indie saat ini sebanyak 16 x 10
orang
maka
160
orang
yang
aktif
dan
mengetahui
perkembangan film indie.
B. Filmmaker
Diasumsikan filmmaker yang akan datang dalam sebuah
festival perfilman maupun workshop perfilman termasuk pihak
sponsor mencapai 300 orang
C. Peserta pendidikan perfilman
Pada Wadah Komunitas Film Independen ini terdapat 6
program kelas perfilman yang masing-masing kelas memiliki
kapasitas 10 orang demi menunjang optimalisasi pembelajaran.
Masing-masing kelas terbagi atas 2 sesi pengajaran yaitu sore
dan malam. Jadi diasumsikan setiap sesi memiliki (10 x 6) 60
orang .
D. Pengunjung
Pengunjung disini adalah kelompok orang-orang yang sekedar
berkunjung, ingin mengenal atau ingin mengetahui tentang film
independen, baik dengan tujuan untuk mencari hiburan,
prestise, sosialisasi antar pengunjung ataupun pencarian minat
commit
to 250
userorang.
bakat. Di asumsikan
ada
IV - 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Pengelola
Untuk bagian pengelola diasumsikan 9 orang pengelola
kegiatan komunitas dan 9 orang bagian komersil dan 9 orang
staff pendidikan film. 50 orang karyawan tetap dan 10 orang
volunteers. Untuk bagian maintenance 10 orang. Staff pengajar
12 orang.
Jadi total pengguna Wadah Komunitas Film Independen
diasumsikan = 869 orang
1. Kegiatan Produksi Perfilman
Tabel 4.7 Pendekatan Besaran Ruang
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
Luas/orang
m2
· R. Diskusi
5 komunal diskusi
160
Asumsi
R. Studio Indoor
Luas gerak efektif
sirkulasi
Kebutuhan Ruang
1.
Total (m2)
R. Komunitas
28 x 28
30 x 5 ruang =
150
784
Asumsi
100
6 orang
2
12
· Talent Lounge
20 orang
60 %
1,5
86,4
30
15 orang
2
30
3.
· Crew Lounge
(scenery dan
property)
· R. Peralatan
R Studio Dubbing
Asumsi
Asumsi
12
96
Asumsi
Asumsi
9
18
4.
· R. Pengisian Suara
· R. Kontrol
· R. Proyektor
R. Editing
2
6
4
6
2
6
100 %
Asumsi
2
6
18
10
2.
· R. Latihan
(rehearsal hall) dan
R. Casting
· R. Wardrobe dan
Make Up
5.
R. Screening
Lemari dan meja
rias
sirkulasi
- 2 Editing table
- Rewind table
- Editing bins and
barrels
- Synchroniser
- sirkulasi
- Layar dan
commit to user
proyektor
IV - 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- sirkulasi
6.
R. Teknik Film
7.
8.
Garasi dan bongkar
muat
Lavatory
9.
Mushola
100 %
10
Asumsi
30
2 mobil
truk
@ 4 orang
Asumsi
20
Asumsi
30
Area wudhu pria
dan wanita
@ 5 orang
0,8
8
Area shalat
20 orang
0,8
16
2 lavatory pria dan
wanita
Total Luas
1487.4
Kegiatan Produksi Perfilman
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
2. Kegiatan Pendidikan Perfilman
Tabel 4.8 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Pendidikan Perfilman
1.
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
R. Pendaftaran
Meja kursi
4 orang
1,44
5,76
Komputer
4 buah
1,44
5,76
30 %
3,46
@ 15 orang
3
270
150 orang
0,8
120
Podium
Asumsi
10
sirkulasi
40 %
52
3
20
Asumsi
8
@ 20 orang
Asumsi
80
@ 4 orang
Asumsi
30
@ 5 orang
0,8
8
Sirkulasi
2.
R. Kelas dan Mini
Studio
3.
R. Seminar
4.
R. Pengajar
5.
R. Koleksi film
dan Perpustakaan
6.
R. Peralatan
7.
Lavatory
6 ruang kelas, 1 Mini
Studio
Area peserta
Meja
6 orang
Rak Koleksi
3 setting alat
2 lavatory pria dan
wanita
Area wudhu pria dan
wanita
8.
Luas/orang
Kebutuhan Ruang
m2
Total (m2)
Mushola
Area shalat
20 orang
commit to user
0,8
16
IV - 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Total Luas
628,98
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
3. Kegiatan Eksebisi
Tabel 4.9 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Eksebisi
Kebutuhan Ruang
1. Tiketing
Asumsi
Kebutuhan
Tiket box
Sirkulasi
Kapasitas
Luas/orang
4 orang
2. R. Pameran
Area peserta
3. R. Workshop
300 orang
Podium
sirkulasi
4. Teater Terbuka
5. Lavatory
Total(m2)
m2
@2
8
20%
1,6
Asumsi
100
0,8
240
Asumsi
20
40 %
104
Asumsi
100
2 lavatory pria
dan wanita
@ 4 orang
Asumsi
30
Area wudhu
pria dan
wanita
@ 5 orang
0,8
8
6. Mushola
0,8
Area shalat
20 orang
16
Total Luas
627,6
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
4. Kegiatan Komersil
Tabel 4.10 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Komersil
Kebutuhan Ruang
1. Cafetaria/Restaurant
·
Dapur
Asumsi Kebutuhan
Kapasitas
@ 10 stand
makanan
Luas/orang
m2
Asumsi
Total (m2)
24
24 x 10 = 240
commit to user
IV - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Area gerak
·
160
Kursi
Foodcourt
2. R. Penjualan alat-alat
film dan R. Penyewaan
alat-alat film
Rg. Proyektor
·
Rg. Kontrol tata
54
1,2x0,8
72
Sirkulasi
75
30 %
76,2
Area display
Asumsi
Kasir
2 Meja
kasir
100
5
2,5
100 %
105
1 m2/ orang
450
70%
315
Asumsi
20
Asumsi
20
Asumsi
20
Asumsi
20
Asumsi
60
400 orang
0,8
320
Area tunggu
@ 4 orang
Asumsi
10
2 Studio small
@ 8 orang
1
36
1
144
1
300
60 orang
sirkulasi
suara
·
0,6x0,6
150
4 ruang
·
128
Meja
sirkulasi
3. Bioskop
0,8
Rg. Kontrol tata
cahaya
·
Rg.Kontrol
penghawaan ruang
·
Rg.Penyimpanan
film dan alat
·
Rg.Transisi/ foyer
4. Mini Bioskop
4 Studio medium
3 Studio large
2 lavatory pria dan
5. Lavatory
wanita
@12 orang
@ 4 orang
Asumsi
Total Luas
30
4280.2
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
5. Kegiatan Pengelola
Tabel 4.11 Pendekatan Besaran Ruang
Kegiatan Pengelola
Kebutuhan Ruang
1. R. Administrasi
2. R. Maintenance
Asumsi
Kebutuhan
Kapasitas
25 orang
Luas/orang
m2
2
Total (m2)
50
commit to user
IV - 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Pos keamanan
2 pos
@ 2 orang
6
12
· Pos parkir
4 pos
@ 1 orang
1
4
· Gudang cleaning
servis
· Rg.Mechanical
electrical
8
Asumsi
Asumsi
12
· Rg. Genset
· Rg. Trafo
Asumsi
Asumsi
30
12
· Rg. Panel listrik
· Rg. Mesin AC
· Rg. Pompa air
Asumsi
Asumsi
12
48
Asumsi
30
Asumsi
6
2m2x450
40 %
20m2x10
20m2x120
40 %
900
760
200
240
192
· Rg. Kontrol
75% motor
sirkulasi
25% mobil,
75% motor
sirkulasi
· Area Parkir
160 orang
Total Luas
2516
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Tabel 4.12 Perhitungan Total Kebutuhan Luas Ruang
Dan Luas Tapak Minimal
Kelompok Ruang
Kegiatan Produksi Film +
Kebutuhan
Rencana
Luas Lantai Dasar
Luas Lantai
Jumlah
Minimal (m²)
(m²)
Lantai
6565,2
3
2188,4
3144,98
2
1572,49
Kegiatan Komersil +
Kegiatan Eksebisi
Kegiatan Pendidikan Film +
Kegiatan maintenance
JUMLAH
9710.18
3760,89
Sumber:Analisa Pribadi, 2012
Pendekatan Rekapitulasi Besaran Ruang
Jumlah Luas Bangunan
commit to user
9470,18 m2
IV - 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Luas Area Parkir
2292 m2
Sirkulasi 20% luas Bangunan
20% x 9470,18 m2 = 1894, 036 m2
Sirkulasi 50% Area Parkir
50 % x 2292 m2= 1146 m2
Luas Total
14802,216m2
4.1.6 Analisa Pola Hubungan Ruang
A. Pola Hubungan Makro
AREA
PENGELOLA
AREA
PENDIDIKAN
AREA
EKSEBISI
AREA
KOMERSIL
AREA
PRODUKSI
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.8 Pola Hubungan Makro
B. Pola Hubungan Mikro
1) Area Produksi
R.MAKE UP DAN
WARDROBE
R.SOUND
MIXING
RUANG
STUDIO
SHOOTING
INDOOR
AUDIO POST
HOUSE
RUANG PERALATAN
RUANG
PRODUKSI
RUANG
KOMUNITAS
RUANG CAST
RUANG
DISKUSI
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
R.PASCA
PRODUKSI
EDITING ROOM
RUANG
SCREENING
commit to user
Gambar 4.9 Pola Hubungan Makro Area Produksi
IV - 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Area Pendidikan
RUANG
PENDAFTARAN
R. KOLEKSI FILM
DAN
PERPUSTAKAAN
RUANG KELAS
RUANG
SEMINAR
RUANG
PERALATAN
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.10 Pola Hubungan Makro Area Pendidikan
3) Area Eksebisi
TIKETING
R KONFRENSI
DAN WORKSHOP
RUANG
STUDIO
TEATER
TERBUKA
RUANG
PAMERAN
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.11 Pola Hubungan Makro Area Eksebisi
4) Area Komersil
R PENJUALAN DAN
PENYEWAAN ALATALAT FILM
TIKETING
BIOSKOP
MINI
BIOSKOP
CAFETARIA/RES
TAURANT
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar
4.12 to
Pola
Hubungan Makro Area Komersil
commit
user
IV - 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Area Pengelola
RUANG
ADMINISTRASI
RUANG
PENGAJAR
RUANG
MAINTENANCE
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.13 Pola Hubungan Makro Area Pengelola
4.1.7 Analisa Pendekatan Pemilihan Lokasi
A. Kriteria pemilihan lokasi
1. Sebagai
bangunan
fasilitas
bagi
komunitas
film
independen, maka bangunan berada pada distrik fasilitas
seni.
2. Wadah Komunitas Film Independen berada di area
pengembangan fasilitas umum.
3. Berdasarkan sasaran dan tujuan bangunan, maka menuntut
spot-spot yang sering dijadikan tempat berkumpulnya
generasi muda di Jakarta.
Untuk menentukan pemilihan lokasi Wadah Komunitas
Film Independen dilakukan pemetaan secara superimpose
(pemetaan dengan meletakkan titik-titik pada peta) guna
melihat lokasi yang paling sesuai dengan kriteria-kriteria
diatas.
commit to user
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI
Jakarta , 2010
IV - 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.14 Batasan Site Kriteria 1
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan pada peta Jakarta
berdasarkan kriteria 1 yaitu berada pada fasilitas seni dan
desain, daerah Cikini, Kemang, Tebet, Setu Babakan, dan
Wadah Mini Indonesia Indah.
Keterangan:
Area potensi banjir [(WP-U) & (WP-TP)]
Area pusat perdagangan, rawan kemacetan (WP-U)
Area pengembangan fasilitas umum berjalan
(WP-B)
Area pemukiman penduduk, rawan banjir (WP-TL)
Area pusat pemerintahan dan bisnis (WP-P)
Area kawasan industri (WP-T)
Jalur utama transportasi kota
Sumber : Rencana Umum Tata Ruang Kota DKI Jakarta, Jakarta 2010
Gambar 4.15 Batasan Area DKI Jakarta berdasarkan RTRW
DKI Jakarta
commit to user
IV - 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010
Gambar 4.16 Batasan Site Kriteria 2
Area pengembangan fasilitas umum terletak di wilayah
Jakarta Selatan. Pemetaan selanjutnya pada titik-titik area
pengembangan fasilitas umum di wilayah Jakarta Selatan
yaitu Manggarai, Kebayoran lama, Blok M, Kemang,
Pondok Indah, Fatmawati, Ragunan.
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DKI Jakarta 2010
Gambar 4.17 Batasan Site Kriteria 3
Area pengembangan fasilitas umum terletak di wilayah
Jakarta Selatan. Pemetaan selanjutnya pada titik-titik area
pengembangan fasilitas umum di wilayah Jakarta Selatan
yaitu Manggarai, Kebayoran lama, Blok M, Kemang,
Pondok Indah, Fatmawati, Ragunan.
Kesimpulan
Apabila peta-peta ditumpuk, maka titik yang terbanyak
commit to user
jatuh pada daerah Kemang, Kecamatan Mampang Prapatan,
IV - 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jakarta Selatan. Daerah ini memenuhi kriteria lokasi Wadah
Komunitas Film Independen
Sumber: Analisis Pribadi, 2012
Gambar 4.18 Kesimpulan Pemilihan Lokasi Site
B. Proses Pemilihan Site di Kemang.
1) Berada pada peruntukan lahan (Land-use) yang sesuai,
yaitu pada peruntukan fasilitas umum
Fungsi Komersial
Fungsi Wisma Bangunan Umum
Fungsi Perumahan
Fungsi Wisma Wadah
Fungsi Fasilitas
Fungsi Pemerintahan
Peruntukan lahan kawasan Kemang
Sumber: Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan Tahun
2005, Pemerintah DKI Jakarta
Gambar 4.19 Peruntukan Lahan Kawasan Kemang
commit to user
IV - 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Dilalui oleh jalur arteri sebagai akses utama memasuki
kawasan Kemang, dan terdapat pedestrian
Kawasan berpotensi sebagai
site, dilalui oleh jalan utama
yang berfungsi sebagai akses
utama menuju kawasan
Kemang, yaitu Jl. Kemang
Raya. Sudah ada jalur
pedestrian
Sumber: RTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta
Gambar 4.20 Jalur-jalur pedestrian yang sudah ada dan yang saat
ini sedang dikembangkan
3) Dikelilingi oleh kegiatan pendukung (activity support) yang
mampu mendorong adanya kegiatan publik
commit to user
IV - 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: RRTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta
Gambar 4.21 Analisa Activity Support sebagai penunjang site
perencanaan
4) Ketersediaan lahan dan kemungkinan pengembangannya
Sumber: RRTRWK Jakarta Selatan Tahun 2005, Pemerintah DKI Jakarta
Gambar 4.22 Ketersediaan lahan dan kemungkinan
pengembangannya
Maka atas dasar filtering di atas ditentukan tapak yang terpilih
adalah lahan terbuka yang terletak pada jalan arteri utama Jl.
Kemang Raya, yang merupakan bagian dari daerah simpul
fasilitas umum terkemuka yang berhubungan dengan kegiatan
seni dan pendukungnya.
Sumber : Analisa Pribadi, 2012
commit to user
Gambar 4.23 Penentuan Site Perencanaan
IV - 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.13
Tabel intensitas ruang lokasi perencanaan
NO
DATA
KETERANGAN
1.
KDB
50%
2.
KLB
Maks 2,4
3.
Jumlah Lantai
Maksimal bertingkat 2- 4 Lantai
4.
Jenis bangunan
Bangunan Tunggal
Sumber: LRK Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Perkiraan perhitungan intensitas area terbangun berdasarkan
LRK diatas:
Luas Site Perencanaan 16086,5 m2
-
Luas lantai dasar yang boleh terbangun: KDB x Luas Lahan
· 50% x 16086,5 m2 = 8043,25 m2
-
Luas total lantai yang boleh terbangun: KLB x Luas Lahan
· 20250 m2 = 38607,6 m2
· Tinggi lantai = 4 lantai.
Luas total lantai 38607,6 m2
8043,25 m2
Sumber: Perhitungan Penulis
Gambar 4.24 Gambar Perkiraan perhitungan intensitas
area terbangun
4.2 Analisa Perancangan
4.2.1 Analisa Penerapan Karakter Film Pada Wadah Komunitas
Film Independen
Penerapan karakter film ini menjadi konsep dasar dalam
perancangan
dan
perencanaan
Wadah
Komunitas
Film
Independen. Dalam
hal to
iniuser
pencitraan visual diharapkan dapat
commit
IV - 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengekspresikan unsur-unsur dari karakteristik film sehingga
mendapatkan, peran, kesan, serta bentuk bangunan Wadah
Komunitas Film Independen sesuai dengan pencitraan guna
bangunan Wadah Komunitas Film Independen itu sendiri, dengan
kata lain dapat terkomunikasikan dengan baik. Dalam diagram
berikut ini bisa dilihat hubungan antara karakter film dengan
rancangan arsitektural.
KARAKTER FILM
PENERAPAN ARSITEKTURAL
Ilusi/kepalsuan
·Menggunakan secondary skin
·Definisi dinding dikaburkan (Andre
Bazin)
Kokoh dalam ide cerita
·Menggunakan struktur dan material
yang mendukung
Dinamis
·Penggunaan unsur-unsur lingkaran
untuk elemen ruang dalam dan luar
bangunan
·Analogi dinamis sebagai analisa
pengolahan gubahan massa
Komunikasi yang searah
·Menganalogikan bangunan sebagai
layar kaca dan yang melihat
bangunan itu sebagai penonton
dimana terlihat aktifitas didalam
bangunan dan menarik orang untuk
datang (bangunan sebagai frame)
Kegiatan kreatif dan
edukatif
·Penempatan
unsur-unsur
ruang
menurut arah keliling lingkaran (DK
Ching)
·Permainan lantai dapat mewujudkan
suasana aktif (Ashihara)
Sumber :Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.25 Diagram hubungan karakter film dengan rancangan
arsitektural
commit to user
IV - 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.26 Analogi Film yang Dinamis
A. menggunakan material kaca atau secondary skin guna
menyamarkan dinding sebagai perwujudan karakter kepalsuan
dalam film.
commit to user
IV - 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.27 Contoh penerapan material kaca sebagai
secondary skin
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.28 Penerapan karakter film pada bangunan
B. Menerapkan permainan garis pada tampilan luar bangunan
mencitrakan karakteristik film yang aktif serta kebebasan
dalam berekspresi.
Menerapkan permainan garis pada tampilan luar bangunan
mencitrakan karakteristik film yang aktif serta kebebasan
dalam berekspresi.
Archipelago Arena karya URBANE
dengan permainan garis pada tampak,
mengesankan bangunan seolah aktif
bergerak seperti karakter olahraga.
Sumber:
www.google.co.id/archipelago/senay
an.
Gambar
4.29 to
Archipelago
Arena karya URBANE
commit
user
IV - 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Gubahan Massa.
Desain direncanakan dengan 1 massa bangunan. Dimana
terdapat pembagian zona pada sirkulasi dalam bangunan.
b) Orientasi Bangunan.
Berdasarkan dengan tujuan dan sasaran dari Wadah
Komunitas Film Independen orientasi bangunan akan
menghadap kearah yang paling ramai, yaitu menghadap
jalan utama dari site guna menangkap masa sebanyak
mungkin. Serta karakter dari komunitas film independen
yang cenderung terbuka pada orang lain.
C. Penerapan Karakter Film Pada Ruang Dalam
a) Layout ruang.
Penataan
ruang-ruang
yang kegiatannya
dianggap
dapat
bersinergi atau berkesinambungan dapat dijadikan dalam satu
wadah/ruang
yang
multifungsi
sesuai
dengan
perimeter
pembentuk ruang semi formal.
Dalam Wadah Komunitas Film Independen ini kegiatan
yang
dapat
dijadikan
dalam
satu
wadah
yang
berkesinambungan adalah ruang seminar, ruang workshop,
dan ruang pameran film.
Ruang seminar
Ruang workshop
Pada area selasarnya dapat
menjadi ruang pameran film
Sumber: www.archithings.com
Gambar 4.30 Ruang Multifungsi
b) Permainan bidang lantai.
Disebutkan oleh Ashihara bahwa perubahan dan pergantian
commit
to user
secara kontinyu
dalam
irama, tekstur dan tinggi permukaan
IV - 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lantai akan dapat membuat suasana menjadi lebih meriah
dan hidup dan sesuai untuk karakter aktif dalam film
(rekreatif) serta membuat suasana tidak monoton.
sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.31 Sketsa penerapan split level
4.2.2 Analisa Pendekatan Pengolahan Tapak
SITE
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.32commit
Eksisting
Site (belum sesuai dengan skala
to user
sebenarnya)
IV - 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.3 Analisa Pendekatan Pada Pencapaian dan Sirkulasi
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mendapatkan akses baik
masuk maupun keluar pada tapak, serta jalan masuk utama (ME)
maupun jalan masuk service (SE) sesuai dengan fungsi dan
pemanfaatan kondisi sekitar.
Dasar Pertimbangan
1) Kondisi, potensi dan pola sirkulasi jalan di sekitar site
2) Aspek aksesibilitas ke dalam dan keluar tapak bagi
kendaraan dan pejalan kaki.
3) ME
· Mudah dikenali dan dicapai pengunjung
· Dekat dengan spot-spot tempat generasi muda.
· Mudah dicapai dari jalan utama
· Arah kedatangan dan keluar pengunjung dari jalan
utama
· Kelancaran lalu lintas tanpa ada gangguan dengan
kegiatan sirkulasi
· Aktivitas disekitar site
4) SE
·
Kegiatan yang terjadi tidak mengganggu pengunjung
·
Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola karyawan
dan servis.
Dalam pertimbangan pencapaian, menggunakan 2 alternatif, yaitu :
commit to user
IV - 32
perpustakaan.uns.ac.id
KETERANGAN :
ME
SE
digilib.uns.ac.id
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 1
Alternatif 2
· ME berada pada JL.Kemang Raya
· ME berada pada JL.Kemang 1 yg
yg merupakan jalan utama (15m)
· ME berada pada peralihan 2 jalan
juga merupakan jalan
utama.(15m)
utama dan jalan merupakan arus
· ME berada pada jalan arus searah
searah
· SE berada pada JL Kemang 2 yg
· SE berada pada JL Kemang 1 juga
merupakan jalan utama (15m)
merupakan jalan lingkungan (6m)
· SE terletak pada jalan satu arah
· SE terletak pada jalan satu arah
Gambar 4.33 Perbandingan Dua Alternatif Site
Penilaian proses pencapaian dapat terlihat dari tabel sebagai berikut :
Tabel 4.14 Tabel Penilaian ME dan SE
Kriteria
Bobot
Mudah dikenali dan dicapai pengunjung
Dekat dengan spot-spot tempat generasi muda
Arah kedatangan pengunjung dari jalan utama
Kelancaran lalu lintas tanpa ada gangguan dengan kegiatan
sirkulasi
Kegiatan yang terjadi tidak menggangu kegiatan pengunjung
Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola/karyawan dan
servis
2
2
2
2
Alternatif
1
2
3
2
3
3
3
2
2
1
2
2
3
2
2
1
16
11
Keterangan Bobot
2 : Menentukan
1 : Kurang Menentukan
Keterangan Nilai
3 : Sangat Baik
2 : Baik
1 : Kurang Baik
commit to user
IV - 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.4 Analisa Pendekatan Pada View dan Orientasi
Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan arah orientasi
bangunan yang terbaik sehingga mendapatkan view yang menarik
bagi orang-orang yang melintasi Wadah Komunitas Film
Independen (view to site) sehingga dapat menarik masa untuk
datang.
Dasar pertimbangan:
1. Bangunan menghadap ke arah Main Entrance guna menarik
massa dan sesuai dengan karakter dari komunitas film
independen yang terbuka pada masyarakat luas.
2. View to site: bangunan nantinya dapat menjadi view yang bisa
dilihat dari arah barat, selatan, dan dari arah utara saat terdapat
kegiatan yang berlangsung didalamnya sehingga orang tertarik
untuk melihat, menyaksikan serta ikut serta didalamnya.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.34 Analisa Pendekatan Pada View dan Orientasi
commit to user
IV - 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesimpulan
ü View To Site
SITE
Dari arah Jl Kemang Raya menuju Jl. Kemang 1 memiliki
sudut pandang perspektif (viewpoint) yang cukup luas bagi
orang yang melintasi jalan. Tingkat keleluasan view ke site
cukup besar.
SITE
Penekanan pengolahan massa agar dapat menarik perhatian
harus terlihat mulai dari arah Jl Bangka menuju Jl Kemang
Raya karena hampir keseluruhan site terlihat dari sisi ini. Area
ini memiliki nilai ekspose tinggi.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.35 Kesimpulan View To Site (1)
commit to user
IV - 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arah pandang
Massa yang akan menjadi titik
ekspose pada posisi dimana
massa dapat terlihat dari jalan
utama
Arah pandang
Penekanan pengolahan tampilan bangunan pada
perspektif arah pandang ke bangunan guna
menarik perhatian masa
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 4.36 Kesimpulan View To Site (2)
ü Orientasi Bangunan
Orientasi bangunan menghadap ke Jl.Kemang Raya dimana
Jl.kemang Raya merupakan jalan utama dan bangunan dapat
diakses langsung dari jalan tersebut diharapkan juga dapat
menarik masa sesuai dengan karakter komunitas film
independen yang terbuka
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.37 Kesimpulan Orientasi Bangunan
commit to user
IV - 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.5 Analisa Noise
Analisa tingkat kebisingan (noise) bertujuan untuk mengetahui
efek kebisingan yang ditimbulkan dari area Wadah Komunitas
Film Independen berhubungan dengan adanya teater terbuka yang
direncanakan sebagai ajang promosi terbuka film independen
untuk publik dan juga untuk menganalisa kebisingan dari luar site.
Dasar pertimbangannya adalah:
1. Mempertimbangkan area disekitar site yang menuntut
ketenangan seperti hotel, apartemen, dan restaurant.
2. Mempertimbangkan letak site yang berada pada jalan
utama
dengan
lalu
lintas
yang
cenderung
padat
menimbulkan polusi suara.
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.38 Analisis Kebisingan dari Luar Site
Noise dari luar site:
1) Pada Jl.Kemang 2 dan batas barat site memiliki noise terendah.
2) Jl Kemang Raya memiliki noise tertinggi karena merupakan
jalan utama.
3) Jl Kemang 1 memiliki noise yang cukup tinggi.
commit to user
IV - 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teater terbuka
ME
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.39 Analisis Kebisingan dari Dalam Site
Noise dari dalam site:
Area teater terbuka direncanakan berada didekat main entrance.
Noise yang ditimbulkan dari teater terbuka kemungkinan
berdampak pada bangunan hotel dan apartemen, restaurant Mc
Donald yg terletak bersebelahan dengan site dan toko buku pada
utara site.
Respon:
Memberi jarak antara area teater terbuka dan tepi jalan serta memberi
vegetasi sebagai buffer suara.
Memberi vegetasi di sekeliling area teater
terbuka guna mereduksi suara yang
dihasilkan
Memberi jarak antara area teater dengan
jalanan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
commit
user Analisis Kebisingan
Gambar
4.40 to
Respon
IV - 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.6 Zonifikasi Site
AREA
PENGELOLA
AREA
PENDIDIKAN
AREA
EKSEBISI
AREA
KOMERSIL
AREA
PRODUKSI
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.41 Hirearki ruang
Keterangan
Kegiatan Produksi (Zona Semi Publik)
Zona Kreatif
Kegiatan Pendidikan (Zona Semi Publik)
Kegiatan Komersil (Zona Publik) dan kegiatan
pengelola (Zona Privat)
Zona Edukatif
Zona Komersil
dan penunjang
1. Zonifikasi Berdasarkan Pencapaian dan Sirkulasi
Identifikasi zonifikasi berdasarkan kemudahan akses dianalisa
melalui akses ME dan SE serta efisiensi kedua akses tersebut
dalam menunjang kegiatan yang dilaksanakan dalam Wadah
Komunitas Film Independen yang direncanakan. Berdasarkan
akses ME maka zonifikasi kegiatan utama dan pendukung
fasilitas dibagi menjadi:
Sumber: Analisis Pribadi
Gambar 4.42 Zonifikasi Berdasarkan Pencapaian dan Sirkulasi
commit to user
IV - 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Zonifikasi Berdasarkan View dan Orientasi
Identifikasi
zonifikasi
berdasarkan
view
dan
orientasi
menentukan perletakkan bangunan agar memberikan view to
site yang dapat menjadi daya tarik orang untuk datang
berdasarkan sisi arah pandang yang paling luas. Pada zona sisi
tersebut
akan
menjadi area ekspose untuk bangunan.
Berdasarkan view dan orientasi maka zonifikasi dibagi
menjadi:
Area ekspose bangunan
Arah pandang
Memusatkan view to site pada pusat area
kegiatan, yaitu kegiatan eksebisi/zona
kreatif
Arah pandang
Arah pandang
Arah pandang
Area kreatif berada di jangkauan arah
pandang dari kedua jalan utama
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.43 Zonifikasi Berdasarkan View dan Orientasi
commit to user
IV - 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Zonifikasi Berdasarkan Noise
Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak
berdasarkan analisa kebisingan (noise) dari dalam site terutama
dari area teater terbuka/zona publik. Berdasarkan analisa noise
maka didapatkan zonifikasi sebagai berikut:
Area
teater
Daerah bebas bangunan
dimanfaatkan
sebagai
sirkulasi dan area hijau
Area fungsi bangunan
Teater terbuka/layar tancap,
termasuk dalam zona publik
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.44 Zonifikasi Berdasarkan Noise
commit to user
IV - 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Zonifikasi Akhir
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.45 Zonifikasi Akhir
4.2.7 Analisa Pendekatan Konsep Bangunan
1. Massa
a) Penentuan Jumlah Massa
Dasar pertimbangan:
·
Jumlah unit-unit fasilitas kegiatan
·
Hubungan/organisasi ruang, serta efisiensi pelaksanaan
kegiatan dan sirkulasi
·
Pembagian zoning pada tapak
Berdasarkan fungsi dan efisiensi kegiatan, maka hubungan
ruang ditentukan sebagai berikut:
AREA
PENGELOLA
AREA
PENDIDIKAN
AREA
EKSEBISI
AREA
KOMERSIL
AREA
PRODUKSI
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
commit
to user
Gambar
4.46 Pola
Hubungan Ruang Makro
IV - 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka sebagai hasilnya desain direncanakan dengan massa
tunggal. Sementara jumlah lantai ditentukan menurut
peraturan KDB dan KLB yang berlaku pada lokasi
perencanaan.
Tabel 4.15
Tabel perhitungan ruang lokasi perencanaan
No
Data
1 Luas
daerah
terbangun
2 Jumlah
lantai
§
§
§
§
Data dan Peraturan
KDB = 50%
Luas
tapak
=
16086,5 m2
KLB = maks 2,4
Total luas ruang =
9710,18 m2
Perhitungan
L = 50% x 16086,5 =
8043,25 m2
L = 2,4 x 9710,18 =
23304,43 m2
> 9710,18 m2 = 3-4
lantai
sumber:RTRWK Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Menurut ketentuan intensitas ruang pada wilayah site
perencanaan, maka ketinggian bangunan direncanakan
berlantai banyak/bertingkat, maksimal 4 lantai.
a. Penentuan Gubahan Massa
Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan
karakter film pada perencanaan bangunan (dalam hal ini
dimetaforakan filosofi hubungan antara karakteristik
film
dan
rancangan
arsitektural)
dan
kemudian
diterjemahkan kedalam bentuk.
commit to user
IV - 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KARAKTER FILM
PENERAPAN ARSITEKTURAL
Ilusi/kepalsuan
·Menggunakan secondary skin
·Definisi dinding dikaburkan (Andre
Bazin)
Kokoh dalam ide cerita
·Menggunakan struktur dan material
yang mendukung
Dinamis
·Penggunaan unsur-unsur lingkaran
untuk elemen ruang dalam dan luar
bangunan
·Analogi dinamis sebagai analisa
pengolahan gubahan massa
Komunikasi yang searah
·Menganalogikan bangunan sebagai
layar kaca dan yang melihat
bangunan itu sebagai penonton
dimana terlihat aktifitas didalam
bangunan dan menarik orang untuk
datang (bangunan sebagai frame)
Kegiatan kreatif dan
edukatif
·Penempatan unsur-unsur ruang
menurut arah keliling lingkaran
(DK Ching)
·Permainan
lantai
dapat
mewujudkan
suasana
aktif
(Ashihara)
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.47 Diagram hubungan antara karakteristik film dan
rancangan arsitektural
Konsep penerapan karakter film pada bangunan
diwujudkan dengan mengolah masing-masing zona
yaitu zona kreatif (area produksi dan area eksebisi),
zona edukatif (area pendidikan), serta zona komersil
dan penunjang. Pengolahan massa akan ditekankan
pada zona kreatif dimana ada area eksebisi didalamnya
yang merupakan area pusat kegiatan dan menjadi zona
ekspose bangunan,
commit to user
IV - 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.48
Gubahan massa teater terbuka
Gambar 4.48 Gubahan massa teater terbuka
“framing” dalam film
mengibaratkan bangunan
sebagai media layar kaca
Dinding “dikaburkan”
dengan menggunakan
material kaca
Dengan framing pada bangunan
viewpoint tampak jelas dan
menjadikan komunikasi satu arah
seperti karakter film
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.49 Konsep gubahan massa Wadah Komunitas Film
Independen
b) Pola Letak Tata Massa Bangunan Pada Tapak
Dasar Pertimbangan:
·
Efisiensi pelaksanaan kegiatan dan pola sirkulasi pada
tapak
·
Penempatan dan pengaturan massa bangunan pada
tapak dengan menggunakan grid-grid sebagai alat
commit to user
bantu
IV - 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.50 Pola Letak Tata Massa Bangunan Pada Tapak
2. Penataan Sirkulasi Ruang
Penataan Layout ruang atau denah mempertimbangkan
hubungan antar fungsi ruangan. Pada Wadah Komunitas Film
Independen ini setiap fungsi dari dalam bangunan saling
dihubungkan dengan plaza dan pedestrian agar tetap saling
berhubungan. Untuk sirkulasi dalam bangunan, tiap zona
dihubungkan dengan foyer.
Gambar 4.51 Analisa sirkulasi dalam bangunan
pada Wadah Komunitas Film Independen
commit to user
IV - 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.52 Analisa sirkulasi antar fungsi
pada Wadah Komunitas Film Independen
3. Bahan Bangunan
Pemilihan material ini terkait dengan karakter dari film yang
memiliki unsur dinamis, kokoh dalam ide cerita (idealis), dan
komunitas
film
independen yang hangat
dan
terbuka
(informal). Pemilihan material seperti beton dan kaca menjadi
opsi untuk material Wadah Komunitas Film Independen.
4. Konsep “Layar Tancap” pada Wadah Komunitas Film
Independen
Salah satu fasilitas yang ada pada Wadah Komunitas
Film Independen adalah sinema di ruang terbuka, di Jakarta
sering disebut commit
dengan to
“layar
user tancap”. Sebagai salah satu cara
IV - 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengenalkan film independen ke masyarakat adalah
dengan memberikan cara menonton alternatif dan spot layar
tancap diharapkan dapat mengundang animo masyarakat untuk
menonton film independen.
Pada teater terbuka Wadah Komunitas Film Independen
ini tidak memiliki layar permanen, teknologi open air cinema
yang sedang menjadi tren di Amerika diadaptasi untuk teater
terbuka ini. Layar yang bisa dipompa dan dilipat ini
memungkinkan
maintenance
yang
lebih
mudah.
Serta
penggunaan wireless speaker yang ditempatkan di dekat
bangku penonton di beberapa titik memungkinkan kenyamanan
akustik bagi para penonton serta menambah estetika dengan
bentuknya yang menyerupai batu.
Sumber: http://www.openaircinema.au
Gambar 4.53 Jenis layar yang akan digunakan pada area teeater
terbuka
4.2.8 Analisa Struktur Bangunan
Struktur bangunan Wadah Komunitas Film Independen akan
disesuaikan dengan konsep bangunan dengan penerapan karakter
film. Analisa pemilihan struktur yang sesuai dengan pendekatan
konsep bangunan tersebut diantaranya:
commit to user
IV - 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Sub Struktur
a) Sumuran
Mendukung bangunan berlantai 3 keatas, dapat digunakan
pada berbagai jenis tanah, dimensi yang besar dan banyak
membuang tanah galian.
Gambar 4.54 Pondasi Sumuran
b) Tiang Pancang
Penggunaan pondasi tiang pancang merupakan pondasi
yang banyak digunakan untuk pembangunan gedung
berlantai banyak seperti Apartment, Kondominium, Rent
Office dan sebagainya. Berikut contoh pondasi tiang
pancang.
Gambar 4.55 Tiang Pancang
commit to user
IV - 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Super Struktur
a) Rangka/Frame
·
Struktur rangka memadukan konstruksi antara kolom
sebagai unsur vertikal yang berfungsi menyalurkan
gaya beban menuju ke tanah, dan balok sebagai unsur
horizontal yang memegang dan membagi gaya ke
kolom.
·
Mudah diterapkan ke semua jenis bangunan.
·
Dapat di kombinasi dengan sistem lain.
·
Mudah dalam penampilan berbagai bentuk.
·
Mudah dalam pelaksanaan.
b) Shear wall
·
Ketinggian bangunan relatif terbatas
·
Dapat dikembangkan menjadi sistem core wall
·
Mudah dalam pelaksanaan dan relatif ekonomis.
·
Memungkinkan bentuk-bentuk yang lebih atraktif.
c) Upper Struktur
Untuk struktur atap terdapat beberapa alternatif struktur,
yaitu:
·
Struktur rangka baja
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk
atap lebih luas.
·
Struktur kabel
Dapat menahan atap dengan bentangan besar.
·
Struktur beton bertulang
Bentangan besar dan kemungkinan variasi bentuk atap
cukup luas.
·
Space frame
Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk
atap lebih luas.
·
Struktur rangka kayu
commit to user
Bentangan relatif kecil dan variasi bentuk terbatas
IV - 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada area teater terbuka menggunakan kombinasi antara
struktur kabel dan frame dengan penutup membran. Hal ini
bertujuan untuk memberikan bentuk yang berbeda atau
sebagai point of interest pada bangunan Wadah Komunitas
Film Independen
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.56 Aplikasi struktur space frame, struktur
membran, dan struktur kabel pada area teater terbuka
4.2.9 Analisa Utilitas Bangunan
1. Sistem Air Bersih
Kebutuhan air bersih dalam kawasan digunakan untuk :
· Kolam buatan
· Lavatory
· Aktivitas servis serta pemeliharaan bangunan dan area hijau
binaan
commit to user
IV - 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber air yang digunakan adalah Sumur dalam/deep well
sebagai sumber utama dan air dari PDAM sebagai cadangan,
dengan pertimbangan suplai air dapat disesuaikan terhadap
kebutuhan. Jaringan distribusi menggunakan sistem Down
Feed Distribution, dimana air tanah tidak terus-menerus
dipompa ke atas (seperti pada Up Feed Distribution), tetapi
ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan pada
beberapa menara kemudian didistribusikan. Keuntungan
menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan
jangkauan distribusi dengan membagi area pelayaran terhadap
luasan tapak. Sistem ini digambarkan sebagai berikut:
Sumur pompa
Pomp
a
PDAM
Water
treatment
Water
tank
Distribusi
seluruh
tapak
Pompa
Ground
Reservoir
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.57 Alur Sistem Air Bersih
Diasumsikan jumlah pengunjung dan pengelola pada jam-jam
sibuk adalah 1000 orang. Kebutuhan air diperkirakan hanya
10%, maka bila tiap orang membutuhkan 10 liter air, air bersih
yang dibutuhkan yaitu 10 lt x 1000 = 10.000 lt = 10 m3 air.
Maka kapasitas water tank yang dibutuhkan yaitu + 10 m3 = 2
m x 2 m x 2,5 m.
2. Sistem Drainase
Jaringan drainase ini meliputi jaringan pembuangan air kotor
dan air hujan. Sumber air kotor berasal dari WC, kantin, café,
restoran dan kegiatan servis. Pembuangan air kotor dan air
hujan disalurkan
langsung
menuju sumur resapan.
commit
to user
IV - 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Air hujan
Bak kontrol
Kotoran cair
Air kotor
(limbah dari WC,
pantry, dapur dan
Bak pengolahan
limbah
Kotoran padat
Septitank
Sumur resapan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 4.58 Alur Sistem Drainase
Diasumsikan pembuangan air rata-rata: 25 lt / orang =
0,025 m3 / orang. Jumlah pemakai diperhitungkan kira-kira
+ 200 orang. Sehingga jumlah air kotor = 200 x 0,025 m3 =
5 m3. Dengan waktu pembusukan 3 hari, maka volume
septitank = 3 x 5 m3 = 15 m3. Dimensi bak = 3 m x 5 m x
1m.
3. Sistem Jaringan Listrik
Dua jenis sumber tenaga listrik yang dapat digunakan yaitu
listrik PLN dan listrik dari generator. Kriterianya antara lain:
1. Efisiensi operasional / perawatan sangat dibutuhkan
sehingga penting untuk dibuat struktur pembagian sehingga
dapat tercapai kemudahan operasional dan perawatan
2. Atas dasar pertimbangan keamanan, banyak hal yang perlu
diperhatikan
seperti
penempatan
jaringan
terpisah,
penempatan jaringan pipa tanpa mengganggu konstruksi
dan penempatan ruang yang rawan kebakaran terpisah dari
ruang lain
PLN
Gardu
distribusi
Genset
Meteran
Automatical
switch
Transformator
Sekering
utama
Distribusi
Panel
distribusi
Panel
cabang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar
4.59
commit
to Alur
user Sistem Jaringan Listrik
IV - 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Sistem Komunikasi
a. Sistem komunikasi didalam tanpa akses keluar kompleks
menggunakan intercom, PABX (Public Automatic Branch
Machine) dan CTV Monitor (Close Circuit Television).
b.Sistem komunikasi dari / keluar lokasi Wadah Komunitas
Film Independen menggunakan layanan line telepon PT.
Telkom.
c. Keterjangkauan lokasi menggunakan komunikasi wireless
dimaksudkan agar hubungan komunikasi dapat digunakan
peralatan teknologi wireless.
d.Jaringan LAN, terhubung dengan server yang terkoneksi ke
internet.
5. Sistem Fire Protection
Dasar pertimbangan:
1. Keamanan penghuni, bangunan dan isi bangunan,
terutama karya film indie dan peralatan
2. Efisiensi dan kemudahan penggunaan, agar semua orang
dapat melakukan tindakan pengamanan
Sistem keamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan
terdiri dari Sistem Alarm Kebakaran dan Sistem Pemadam
Kebakaran, kedua jenis sistem ini ditempatkan secara merata di
ruang-ruang dalam, seperti ruang bioskop, ruang studio, ruang
pengelola
dan
ruang-ruang
servis
yang
membutuhkan
pengamanan terhadap bahaya api.
a. Sistem Alarm Kebakaran terdiri atas:
·
Otomatis
-
Smoke Detector, alat sensor terhadap timbulnya
asap yang berlebihan
-
Thermal
Control,
alat
sensor
terhadap
panas/peningkatan kondisi suhu
commit to user
IV - 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Manual
Menggunakan alat push bottom box, dengan cara
menekan tombol yang ada pada setiap ruangan bila
terjadi kebakaran.
b. Sistem Pemadam Kebakaran terdiri atas:
·
Hydrant box, menggunakan jaringan pipa bertekanan
tinggi yang disambungkan dengan selang.
·
Sprinkler
gas,
digunakan
untuk
menganggulangi
kebakaran pada ruang-ruang yang memakai peralatan
elektronik.
·
Fire extinguisher, merupakan tabung karbondioksida
portable untuk memadamkan api secara manual oleh
manusia. Ditempatkan pada daerah-daerah strategis
agar mudah dijangkau dan dikenali serta ruanganruangan yang memiliki resiko kebakaran tinggi.
6. Sistem Penghawaan Alami dan Buatan
a. Pertimbangan Penghawaan Alami
Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan
alami diusahakan penggunaannya pada fasilitas Wadah
Komunitas
Film
Independen
yang
direncanakan.
Penggunaan penghawaan alami yang utama dilakukan pada
area servis, café, restoran, dan ruang studio pada saat tidak
aktif.
b. Pertimbangan Penghawaan Buatan
Fasilitas yang membutuhkan penghawaan buatan adalah
ruang biskop, ruang workshop, ruang diskusi, ruang
seminar, perpustakaan, ruangproduksi dan pasca produksi,
ruang pengelola, dan ruang kelas.
Dalam kondisi ini tiap ruang tidak selalu digunakan
bersama-sama, sehingga pengatur AC ditempatkan dalam
commit to user
IV - 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tiap ruang dan dinyalakan sesuai keperluan sehingga
menghemat biaya dan energi.
7. Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami ini dari samping dihasilkan melalui
bukaan dinding, baik berupa bukaan biasa (dengan berbagai
bentuk, ukuran, dan internal) maupun melalui bukaan
menerus. Bukaan semacam ini memberi pencahayaan yang
baik pada tengah ruang maupun pada dinding selebihnya
ruang tersebut. Di samping itu bukaan ini memungkinkan
pemandangan ke arah luar yang
akan memberikan
penyegaran pada pemakai.
b. Pencahayaan Buatan
Dewasa
ini
pencahayaan
yang
seragam
cenderung
ditinggalkan untuk memberi penekanan cahaya pada
kualitas ruang tertentu, obyek, ataupun menambah kesan
pada bagian yang diharapkan.
Jenis penerangan yang digunakan:
·
Fluoresence
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat
penerangan tinggi. Sehingga dipilih fluoresence jenis
daylight atau white deluxe dengan berbagai kuat
penerangan sesuai dengan kebutuhan, seperti hall
dengan 200 lux
·
Lampu Pijar
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat
penerangan sedang, seperti lavatory, mini pantry dan
ruang penjaga.
·
Special Lighting (Spotlight, Armatur Arcilite)
Digunakan untuk memberi penerangan khusus pada
commitpamer
to userbaik indoor maupun outdoor, serta
objek-objek
IV - 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk menciptakan suasana khusus pada beberapa
area yang dibutuhkan, seperti misalnya pada teater
terbuka dan wadah.
8. Sistem Penangkal Petir
Dengan melihat keunggulan atau kelebihan dari masing–
masing sistem, maka untuk pengamanan bangunan dari bahaya
petir pada Bangunan Wadah Komunitas Film Independen ini
diterapkan system System Franklin
Merupakan suatu tongkat logam beaka dengan puncak
penghantar listrik yang baik dan dihubungkan dengan suatu
plat atau pipa logam yang ditanam di dalam tanah. Tongkat itu
diletakan di atas bangunan dan dibuat sepanjang mungkin.
commit to user
IV - 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
5.1
Konsep Perencanaan
5.1.1
Konsep User
User dari Wadah Komunitas Film Independen ini
1. Komunitas Film Independen di Jakarta pada khususnya
Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah pecinta film
independen yang benar-benar tertarik dengan perkembangan film
independen.
2. Filmmaker
Filmmaker adalah seseorang yang ber-apresiasi dengan menghasilkan
karya film. Dalam hal ini filmmaker bukan hanya orang-orang yang
bisa menghasilkan karya film tetapi juga orang-orang yang ingin belajar
untuk menghasilkan sebuah film.
3. Peserta Pendidikan Film
Karena Wadah Komunitas Film Independen juga berfungsi sebagai
wadah pengembangan film independen yang disertai dengan kegiatan
pendidikan non-formal, maka peserta pendidikan perfilman yang
menjadi sasaran adalah anak-anak SMA hingga mahasiswa.
4. Pengunjung
Merupakan kelompok orang-orang yang sekedar berkunjung, ingin
mengenal atau ingin mengetahui tentang film independen, baik dengan
tujuan untuk mencari hiburan, prestise, sosialisasi antar pengunjung
ataupun pencarian minat bakat.
5. Pengelola
Pengelola
meliputi
orang-orang
yang
mengoperasikan
Wadah
Komunitas Film Independen dan bertanggung jawab pada jalannya
kegiatan
termasuk
didalamnya
bertanggung
jawab
terhadap
commit to user
V- 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maintenance bangunan di dalam kawasan Wadah Komunitas Film
Independen.
5.1.2
Konsep Kegiatan
1. Kelompok kegiatan produksi perfilman
a) Pengembangan
·
Pengembangan cerita
·
Praproduksi
·
Pembuatan jadwal shooting
·
Penentuan pemeran dan penentuan latihan
·
Penyediaan dana
·
Diskusi
b) Produksi
·
Shooting stage
·
Shooting lokasi
c) Pasca produksi
·
Penentuan pemakaian shoots
·
Pengisian musik dan efek suara
·
Penggabungan suara
·
Distribusi dan eksebisi
2. Kelompok kegiatan pendidikan perfilman
Bidang pendidikan yang diambil berdasarkan minat dan bakat peserta
pendidikan film itu sendiri diantaranya:
a)
Belajar dan berlatih:
Terdapat 6 pilihan dalam menentukan pendidikan sesuai minat
dan bakat dalam Wadah Komunitas Film Independen yang
direncanakan, yaitu:
·
Film Producing
·
Editing dan Graphic Animation
commit to user
V- 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Cinematography
·
Scriptwriting
·
Directing
·
Audio Recording dan Mixing
b) Mengikuti seminar perfilman
Seminar-seminar perfilman yang diadakan dengan mengundan
orang-orang yang ahli dan berkecimpung langsung pada dunia
perfilman untuk menambah wawasan para peserta didik.
c) Mempelajari film melalui studi literatur
Menyediakan buku-buku dan referensi tentang dunia perfilman
sebagai bahan pembelajaran dan sarana pengembangan wawasan
terhadap dunia film.
3. Kelompok kegiatan eksebisi
a) Pemutaran karya-karya film independen baik skala nasional
maupun internasional.
b) Pemutaran karya-karya film peserta pendidikan perfilman.
c) Pameran dan workshop perfilman.
d) Diskusi terbuka antara komunitas film, filmmaker, dan orang awam
yang berminat ter hadap dunia perfilman.
e) Konfrensi pers
4. Kelompok kegiatan komersil
Kelompok kegiatan ini bertujuan untuk mendatangkan pemasukan dana
untuk pemeliharaan kawasan Wadah Komunitas Film Independen yang
direncanakan.
a) Penyewaan dan penjualan alat-alat perfilman
b) Aktivitas menonton film (bioskop, bioskop mini)
c) Aktivitas cafe/ restaurant
5. Kelompok kegiatan pengelolaan
a) Aktivitas administrasi
commit to user
V- 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Manager
aktivitasnya
bertanggung
jawab
terhadap
keseluruhan kegiatan.
·
Board of Programmers: aktivitasnya bertanggung jawab
untuk mengisi program regular pemutaran di Wadah
Komunitas Film Independen, termasuk mencari film dan
lisensinya untuk diputar, serta menyusun jadwal pemutaran.
·
Traffic Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas
masuk/keluar dan pinjam/kembali film yang diputar.
·
Technical Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab atas
alat pemutaran dan hal teknis lainnya untuk kelancaran
pemutaran di Wadah Komunitas Film Independen.
·
Publikasi
&
PR:
aktivitasnya
bertanggung
jawab
mensosialisasikan kegiatan pemutaran di Wadah Komunitas
Film
Independen,
menyiapkan
materi
publikasi,
dan
memperkenalkan ruang komunitas film independen kepada
media dan publik seluas-luasnya.
·
Volunteer Coordinator: aktivitasnya bertanggung jawab
mengatur jadwal volunteer, mengakomodir kebutuhan serta
masukan dari volunteer, membuka rekrutmen, memberikan
brief pemutaran setiap bulannya kepada volunteer, dan
memantau kegiatan operasional serta kinerja volunteer.
·
Volunteers: aktivitasnya bertanggung jawab atas kegiatan
operasional Wadah Komunitas Film Independen yakni
pemutaran. Terbagi dari tiga posisi: Front desk, Door check,
dan Projectionist.
b) Aktivitas operasional
·
Mengawasi jalannya kegiatan.
·
Menyewakan dan menjual peralatan-peralatan film.
·
Melayani kebutuhan pengunjung.
commit to user
V- 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
·
Mengoperasikan alat-alat yang digunakan di fasilitas.
·
Melayani penjualan tiket.
·
Menginformasikan kegiatan yang berlangsung.
c) Aktivitas pendidikan
·
·
Administrasi pengelolaan akademis
-
Pengurusan Pendaftaran.
-
Pengurusan Pembayaran.
-
Birokrasi akademis.
Akademis
-
Belajar Mengajar.
-
Mendidik dan Melatih.
-
Memberikan Konsultasi akademis.
d) Aktivitas maintenance
·
Menjaga keamanan dan kebersihan.
·
Memelihara kondisi fasilitas yang disediakan.
commit to user
V- 5
perpustakaan.uns.ac.id
5.1.3
digilib.uns.ac.id
Konsep Pola Kegiatan
Konsep kegiatan berdasarkan jenis kegiatan:
1. Kegiatan produksi perfilman
R.Produksi
Aktivitas
Pengembangan
R.Casting
R.Make Up dan
Wardrobe
R.Diskusi
Shooting Indoor
Datang
R.Komunitas
R. Studio
Aktivitas Produksi
R. peralatan
Shooting Outdoor
Aktivitas Pasca
Produksi
Post Production
House
Audio Post House
R.Sound Mixing
R.Editing
R.Eksebisi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.1 Konsep Kegiatan Produksi Perfilman
2. Kegiatan pendidikan perfilman
R.Teori
Datang
Pendaftaran
R.Kelas
R.Praktek
R.Konsultasi
Parkir
R.Peralihan
R.Tunggu
Pulang
R.Seminar
R.Koleksi Film dan
Perpustakaan
R.Peralatan
commit to user
V- 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.2 Konsep Kegiatan Pendidikan Perfilman
3. Kegiatan eksebisi
Big screen
studio
Datang
Beli tiket
Parkir
R.Peralihan
Pulang
R.Tunggu
Lihat-lihat
pameran
Workshop film
Diskusi film
R.Konfrensi
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.3 Konsep Kegiatan Eksebisi
4. Kegiatan komersil
Aktivitas penyewaan dan
penjualan alat-alat perfilman
Datang
Bioskop
Parkir
R.Peralihan
Aktivitas menonton film
Mini Bioskop
Pulang
Aktivitas cafe/restaurant
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.4 Konsep Kegiatan Komersil
commit to user
V- 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Kegiatan pengelola
1. Administrasi
Datang
Parkir
Aktivitas administrasi
Istirahat
Pulang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.5 Konsep Kegiatan Administrasi
6. Pendidikan
Datang
Parkir
Aktivitas pendidikan
Istirahat
Pulang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.6 Konsep Kegiatan Pendidikan
7. Maintenance
Datang
Parkir
Aktivitas
maintenance
Istirahat
Pulang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.7 Konsep Kegiatan Mantenance
5.1.4
Konsep Pendekatan Besaran Ruang
commit to user
V- 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Besaran ruang bertujuan untuk mendapatkan ruang gerak sesuai kebutuhan
kegiatan yang diwadahi. Dasar pertimbangan dalam pendekatan besaran
ruang antara lain :
1) Kegiatan yang ada dalam fasilitas yang meliputi bentuk, pola dan cara
kegiatan
2) Jumlah pelaku kegiatan
3) Besarnya flow gerak pelaku kegiatan
1. Kegiatan Produksi Perfilman
Tabel 5.1 Konsep Besaran Ruang Produksi Perfilman
Kebutuhan Ruang
1.
2.
Asumsi Kebutuhan
Total (m2)
· R. Diskusi
5 komunal diskusi
30 x 5 ruang = 150
R. Studio Indoor
Luas gerak efektif
784
R. Komunitas
sirkulasi
· R. Latihan
100
(rehearsal hall) dan
R. Casting
· R. Wardrobe dan
Make Up
Lemari dan meja
12
rias
sirkulasi
86,4
· Talent Lounge
30
· Crew Lounge
30
(scenery dan
property)
3.
· R. Peralatan
12
R Studio Dubbing
96
9
· R. Pengisian Suara
18
· R. Kontrol
commit to user
V- 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· R. Proyektor
4.
R. Editing
- 2 Editing table
4
- Rewind table
6
- Editing bins and
barrels
5.
R. Screening
2
- Synchroniser
6
- sirkulasi
18
- Layar dan
10
proyektor
- sirkulasi
10
6.
R. Teknik Film
30
7.
Garasi dan bongkar
20
muat
8.
Lavatory
2 lavatory pria dan
30
wanita
9.
Mushola
Area wudhu pria
8
dan wanita
Area shalat
Total Luas
16
1487.4
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
2. Kegiatan Pendidikan Perfilman
Tabel 5.2 Konsep Besaran Ruang Pendidikan Perfilman
1.
2.
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan
Total (m2)
R. Pendaftaran
Meja kursi
5,76
Komputer
5,76
Sirkulasi
3,46
R. Kelas dan Mini
Studio
3.
R. Seminar
6 ruang kelas, 1 Mini
Studio
270
Area peserta
120
Podium
10
commit to user
V - 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.
R. Pengajar
5.
R. Koleksi film
dan Perpustakaan
6.
R. Peralatan
7.
Lavatory
sirkulasi
52
Meja
20
Rak Koleksi
8
3 setting alat
2 lavatory pria dan
wanita
Area wudhu pria dan
80
30
8
wanita
8.
Mushola
Area shalat
Total Luas
16
628,98
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
3. Kegiatan Eksebisi
Tabel 5.3 Konsep Besaran Ruang
Kegiatan Eksebisi
Kebutuhan Ruang
1. Tiketing
Asumsi
Kebutuhan
Tiket box
8
Sirkulasi
1,6
2. R. Pameran
3. R. Workshop
100
Area peserta
240
Podium
20
sirkulasi
104
4. Teater Terbuka
5. Lavatory
Total( m2)
100
2 lavatory pria
dan wanita
30
commit to user
V - 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Area wudhu
8
pria dan
6. Mushola
wanita
Area shalat
Total Luas
16
627,6
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
4. Kegiatan Komersil
Tabel 5.4 Konsep Besaran Ruang
Kegiatan Komersil
Kebutuhan Ruang
Asumsi Kebutuhan
Total (m2)
1. Cafetaria/Restaurant
·
·
24
24 x 10 = 240
Dapur
Foodcourt
Area gerak
128
Kursi
54
Meja
72
Sirkulasi
76,2
Area display
2. R. Penjualan alat-alat
100
Kasir
film dan R. Penyewaan
5
alat-alat film
3. Bioskop
·
Rg. Proyektor
·
Rg. Kontrol tata
sirkulasi
105
4 ruang
450
sirkulasi
315
20
20
suara
·
Rg. Kontrol tata
20
cahaya
·
Rg.Kontrol
penghawaan ruang
·
Rg.Penyimpanan
20
60
film dan alat
commit to user
V - 12
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
320
Rg.Transisi/ foyer
4. Mini Bioskop
Area tunggu
10
2 Studio small
36
4 Studio medium
144
3 Studio large
300
2 lavatory pria dan
5. Lavatory
30
wanita
Total Luas
4280.2
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
5. Kegiatan Pengelola
Tabel 5.5 Konsep Besaran Ruang
Kegiatan Pengelola
Kebutuhan Ruang
Asumsi
Kebutuhan
1. R. Administrasi
2.
Total (m2)
50
R. Maintenance
· Pos keamanan
2 pos
12
· Pos parkir
4 pos
4
· Gudang cleaning
8
servis
· Rg.Mechanical
12
electrical
· Rg. Genset
30
· Rg. Trafo
12
· Rg. Panel listrik
12
· Rg. Mesin AC
48
· Rg. Pompa air
30
· Rg. Kontrol
6
commit to user
V - 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
· Area Parkir
75% motor
900
sirkulasi
760
25% mobil,
200
75% motor
240
sirkulasi
192
Total Luas
2516
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Tabel 5.6 Perhitungan Total Kebutuhan Luas Ruang
Dan Luas Tapak Minimal
Kelompok Ruang
Kegiatan Produksi Film +
Kebutuhan
Rencana
Luas Lantai Dasar
Luas Lantai
Jumlah
Minimal (m²)
(m²)
Lantai
6565,2
3
2188,4
3144,98
2
1572,49
Kegiatan Komersil +
Kegiatan Eksebisi
Kegiatan Pendidikan Film +
Kegiatan maintenance
JUMLAH
9710.18
3760,89
Sumber:Analisa Pribadi, 2012
5.1.5
Konsep Pendekatan Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi Wadah Komunitas Film Independen dilakukan dengan
metode superimpose dan dengan memetakan kriteria – kriteria yang
dibutuhkan.
commit to user
V - 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan didapatkan daerah Kemang,
Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan merupakan lokasi yang
memenuhi kriteria yang ada.
Gambar 5.8 Lokasi eksisting site
5.2
Konsep Perancangan
5.2.1
Konsep Pendekatan Bangunan
1. Konsep Pendekatan Pengolahan Tapak
Tapak yang ada berada pada Jalan Kemang Raya dan dikelilingi oleh
bangunan-bangunan pusat perniagaan dan berada pada daerah simpul
Kemang Raya.
Gambar 5.9 Kondisi tapak terpilih
commit to user
V - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141,22 m
55,04m
143,02 m
87,47m
44,78 m
Gambar 5.10 Luasan eksisting site
Luas Site Perencanaan 16086,5 m2 dengan Koefisien Dasar Bangunan
50 %. Jumlah lantai yang boleh terbangun maksimal 4 lantai.
2. Konsep Pendekatan Pada Pencapaian dan Sirkulasi
a. Sirkulasi Ruang Luar
Konsep penentuan pencapaian dan sirkulasi pada site berdasarkan
kriteria dan analisa yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya
adalah, main entrance menuju bangunan Wadah Komunitas Film
Independen berada pada sisi Jalan Kemang Raya karena merupakan
akses jalan utama menuju daerah simpul kemang sedangkan side
entrance berada pada Jalan Kemang 1 dengan mempertimbangkan
kondisi jalanan yang cukup mendukung bagi kegiatan servis dan
pengelolaan.
commit to user
V - 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KETERANGAN :
ME
SE
Gambar 5.11 Sirkulasi ruang luar site
b. Sirkulasi Ruang Dalam
Penataan Layout ruang atau denah mempertimbangkan hubungan
antar fungsi ruangan. Pada Wadah Komunitas Film Independen ini
setiap fungsi dari dalam bangunan saling dihubungkan dengan plaza
dan pedestrian agar tetap saling berhubungan.
Untuk sirkulasi dalam bangunan, tiap zona dihubungkan dengan
foyer.
Area eksebisi
edukasi
Area kreasi (produksi)
foyer
service
Gambar 5.12 Sirkulasi ruang dalam bangunan
commit to user
V - 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Konsep Pendekatan Pada View dan Orientasi
Pengolahan bangunan di tekankan pada view to site dimana area
ekspose bangunan diolah pada area jangkauan pandangan
Massa yang akan menjadi titik
ekspose pada posisi dimana
massa dapat terlihat dari jalan
utama
Arah pandang
Arah pandang
Penekanan pengolahan tampilan bangunan pada
perspektif arah pandang ke bangunan guna
menarik perhatian masa
Gambar 5.13 Jangkauan arah pandang menuju site
Orientasi bangunan menghadap kearah jalan utama yaitu Jalan Kemang
Raya sehingga bangunan dapat dengan mudah diakses.
Gambar 5.14 Arah orientasi bangunan
commit to user
V - 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Konsep Pendekatan Pada Kebisingan
Area teater terbuka yang direncanakan pada Wadah Komunitas Film
Independen menimbulkan efek kebisingan pada area sekitar site. Untuk
merespon hal tersebut maka diberi jarak antara area teater terbuka dan
tepi jalan serta memberi vegetasi sebagai buffer suara.
Gambar 5.15 Respon dari kebisingan yang dihasilkan dari area
teater terbuka, member buffer tanaman untuk mereduksi
kebisingan yang ditimbulkan
5. Konsep Zonifikasi
Gambar 5.16 Zonifikasi akhir
commit to user
V - 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zona publik terdiri dari area eksebisi dan area komersil, zona semi
publik terdiri dari area pendidikan, dan zona privat terdiri dari area
pengelola.
5.2.2
Konsep Penerapan Karakter Film Pada Wadah Komunitas Film
Independen
a. Dinamis
Dinamis dalam film diwujudkan pada bentuk tatanan massa bangunan
yang mengadaptasi dari analogi dinamis dalam film serta penataan
fasade area ekspose bangunan dengan banyak unsur garis sehingga
bangunan terlihat dinamis.
Gambar 5.17 Penerapan karakter dinamis pada rancangan
arsitektural Wadah Komunitas Film Independen
commit to user
V - 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Ilusi atau kepalsuan
Menggunakan material kaca atau secondary skin guna menyamarkan
dinding sebagai perwujudan karakter kepalsuan dalam film.
Gambar 5.18 Penggunaan material kaca dan secondary skin
pada Wadah Komunitas Film Independen
c. Kokoh dalam ide cerita
Menggunakan material yang kokoh seperti beton dan struktur
membrane yang ditopang oleh truss frame dan ditarik dengan kabel
pada area teater terbuka.
Gambar 5.19 Aplikasi struktur membran, struktur kabel, dan
truss frame pada area teater terbuka.
commit to user
V - 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Komunikasi yang searah
Komunikasi searah dalam film diwujudkan dengan menganalogikan
bangunan sebagai layar kaca dan yang melihat bangunan itu sebagai
penonton dimana terlihat aktifitas didalam bangunan dan membuat
orang tertarik untuk datang.
Gambar 5.20 Analogi komunikasi searah dalam film
e. Kegiatan kreatif dan edukatif
Kegiatan kreatif dan edukatif diwujudkan dengan penempatan unsurunsur lingkaran pada area teater terbuka dan penerapan split lantai serta
mezzanine pada bangunan.
a)
b)
Gambar 5.21 Unsur lingkaran pada teater terbuka (a)
Perwujudan suasana kreatif dengan permainan ketinggian lantai
(b)
commit to user
V - 22
perpustakaan.uns.ac.id
5.2.3
digilib.uns.ac.id
Konsep Struktur Bangunan
Struktur bangunan Wadah Komunitas Film Independen akan disesuaikan
dengan kebutuhan konstruksi gedung bertingkat. Pada Wadah Komunitas
Film Independen ini menggunakan struktur pondasi tiang pancang pada sub
strukturnya
Gambar 5.22 Aplikasi pondasi tiang pancang pada Wadah
Komunitas Film Independen
Pada area teater terbuka menggunakan kombinasi antara struktur
kabel dan frame dengan penutup membran. Hal ini bertujuan
untuk memberikan bentuk yang berbeda atau sebagai point of
interest pada bangunan Wadah Komunitas Film Independen
Gambar 5.23
Aplikasi struktur
pada area teater
terbuka
commit to user
V - 23
perpustakaan.uns.ac.id
5.2.4
digilib.uns.ac.id
Konsep Utilitas
1. Sistem Air Bersih
Sumber air yang digunakan adalah Sumur dalam/deep well sebagai
sumber utama dan air dari PDAM sebagai cadangan. Keuntungan
menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan
distribusi dengan membagi area pelayaran terhadap luasan tapak.
Sistem ini digambarkan sebagai berikut:
Sumur pompa
Pomp
a
Water
treatment
PDAM
Water
tank
Pompa
Distribusi
seluruh
tapak
Ground
Reservoir
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.24 Alur Sistem Air Bersih.
2. Sistem Drainase
Jaringan drainase ini meliputi jaringan pembuangan air kotor dan air
hujan. Sumber air kotor berasal dari WC, kantin, café, restoran dan
kegiatan servis. Pembuangan air kotor dan air hujan disalurkan
langsung menuju sumur resapan.
Air hujan
Air kotor
(limbah dari WC,
pantry, dapur dan
Bak kontrol
Kotoran cair
Kotoran padat
Bak pengolahan
limbah
Septitank
Sumur resapan
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.25 Alur Sistem Drainase
commit to user
V - 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Sistem Jaringan Listrik
Dua jenis sumber tenaga listrik yang dapat digunakan yaitu listrik PLN
dan listrik dari generator. Kriterianya antara lain:
1. Efisiensi operasional / perawatan sangat dibutuhkan sehingga
penting untuk dibuat struktur pembagian sehingga dapat tercapai
kemudahan operasional dan perawatan
2. Atas dasar pertimbangan keamanan, banyak hal yang perlu
diperhatikan seperti penempatan jaringan terpisah, penempatan
jaringan pipa tanpa mengganggu konstruksi dan penempatan
ruang yang rawan kebakaran terpisah dari ruang lain
PLN
Gardu
distribusi
Genset
Meteran
Transformator
Automatical
switch
Sekering
utama
Distribusi
Panel
distribusi
Panel
cabang
Sumber: Analisa Pribadi, 2012
Gambar 5.26 Alur Sistem Jaringan Listrik
4. Sistem Komunikasi
a. Sistem komunikasi didalam tanpa akses keluar kompleks
menggunakan intercom, PABX (Public Automatic Branch
Machine) dan CTV Monitor (Close Circuit Television).
b.Sistem komunikasi dari / keluar lokasi Wadah Komunitas Film
Independen menggunakan layanan line telepon PT. Telkom.
c. Keterjangkauan
lokasi
menggunakan
komunikasi
wireless
dimaksudkan agar hubungan komunikasi dapat digunakan
peralatan teknologi wireless.
d.Jaringan LAN, terhubung dengan server yang terkoneksi ke
internet.
commit to user
V - 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Sistem Fire Protection
Sistem keamanan terhadap bahaya kebakaran yang digunakan terdiri
dari Sistem Alarm Kebakaran dan Sistem Pemadam Kebakaran, kedua
jenis sistem ini ditempatkan secara merata di ruang-ruang dalam,
seperti ruang bioskop, ruang studio, ruang pengelola dan ruang-ruang
servis yang membutuhkan pengamanan terhadap bahaya api.
a. Sistem Alarm Kebakaran terdiri atas:
·
Otomatis
-
Smoke Detector, alat sensor terhadap timbulnya asap yang
berlebihan
-
Thermal Control, alat sensor terhadap panas/peningkatan
kondisi suhu
·
Manual
Menggunakan alat push bottom box, dengan cara menekan
tombol yang ada pada setiap ruangan bila terjadi kebakaran.
b. Sistem Pemadam Kebakaran terdiri atas:
·
Hydrant box, menggunakan jaringan pipa bertekanan tinggi
yang disambungkan dengan selang.
·
Sprinkler gas, digunakan untuk menganggulangi kebakaran
pada ruang-ruang yang memakai peralatan elektronik.
·
Fire extinguisher, merupakan tabung karbondioksida portable
untuk memadamkan api secara manual oleh manusia.
Ditempatkan pada daerah-daerah strategis agar
mudah
dijangkau dan dikenali serta ruangan-ruangan yang memiliki
resiko kebakaran tinggi.
6. Sistem Penghawaan Alami dan Buatan
a. Pertimbangan Penghawaan Alami
Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan alami
diusahakan penggunaannya pada fasilitas Wadah Komunitas Film
Independen yang direncanakan. Penggunaan penghawaan alami
commit to user
V - 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang utama dilakukan pada area servis, café, restoran, dan ruang
studio pada saat tidak aktif.
b. Pertimbangan Penghawaan Buatan
Fasilitas yang membutuhkan penghawaan buatan adalah ruang
biskop,
ruang
workshop,
ruang
diskusi,
ruang
seminar,
perpustakaan, ruangproduksi dan pasca produksi, ruang pengelola,
dan ruang kelas.
Dalam kondisi ini tiap ruang tidak selalu digunakan bersamasama, sehingga pengatur AC ditempatkan dalam tiap ruang dan
dinyalakan sesuai keperluan sehingga menghemat biaya dan
energi.
7. Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami ini dari samping dihasilkan melalui bukaan
dinding, baik berupa bukaan biasa (dengan berbagai bentuk, ukuran,
dan internal) maupun melalui bukaan menerus. Bukaan semacam ini
memberi pencahayaan yang baik pada tengah ruang maupun pada
dinding selebihnya ruang tersebut. Di samping itu bukaan ini
memungkinkan pemandangan ke arah luar yang akan memberikan
penyegaran pada pemakai.
b. Pencahayaan Buatan
Dewasa ini pencahayaan yang seragam cenderung ditinggalkan
untuk memberi penekanan cahaya pada kualitas ruang tertentu,
obyek, ataupun menambah kesan pada bagian yang diharapkan.
Jenis penerangan yang digunakan:
·
Fluoresence
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan
tinggi. Sehingga dipilih fluoresence jenis daylight atau white
deluxe dengan berbagai kuat penerangan sesuai dengan
kebutuhan, seperti hall dengan 200 lux
commit to user
V - 27
perpustakaan.uns.ac.id
·
digilib.uns.ac.id
Lampu Pijar
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan
sedang, seperti lavatory, mini pantry dan ruang penjaga.
·
Special Lighting (Spotlight, Armatur Arcilite)
Digunakan untuk memberi penerangan khusus pada objek-objek
pamer baik indoor maupun outdoor, serta untuk menciptakan
suasana khusus pada beberapa area yang dibutuhkan, seperti
misalnya pada teater terbuka.
8. Sistem Penangkal Petir
Dengan melihat keunggulan atau kelebihan dari masing–masing
sistem, maka untuk pengamanan bangunan dari bahaya petir pada
Bangunan Wadah Komunitas Film Independen ini diterapkan system
System Franklin
Merupakan suatu tongkat logam beaka dengan puncak penghantar
listrik yang baik dan dihubungkan dengan suatu plat atau pipa logam
yang ditanam di dalam tanah. Tongkat itu diletakan di atas bangunan
dan dibuat sepanjang mungkin.
commit to user
V - 28
Download