pengembangan pendidikan islam nonformal (studi atas peran

advertisement
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL
(STUDI ATAS PERAN PEMUDA DI DESA MEKARSARI)
Skripsi
DiajukanKepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam(S.Pd.I)
Oleh :
Wiwi Sawiyah Pebriyanti
NIM : 109011000230
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M
ABSTRAK
Nama : Wiwi Sawiyah Pebriyanti
Nim :109011000230
Judul : Pengembangan Pendidikan Islam Nonformal (Studi Atas Peran
Pemuda di Desa Mekarsari)
Peranan dalam pengembangan pendidikan Islam amatlah penting dalam
usaha mencetak peserta didik yang kamil (sempurna), baik itu kamil dalam
hubungannya dengan manusia, maupun hubungannya dengan Allah SWT, Sang
Khalik, maka dari itu para pemuda TPA Al-Hidayah memilih untuk mendirikan
pendidikan Islam nonformal yakni sebuah TPA yang bisa diikuti oleh anak dari
umur prasekolah sampai usia sekolah menengah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Pemuda TPA AlHidayah dalam mengembangkan pendidikan Islam Nonformal (TPA) dan
menggambarkan bentuk peranan yang dilakukan oleh para pemuda tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat
deskriptif, dengan menggambarkan sesuatu hal seperti keadaan, kondisi, situasi,
peristiwa, kegiatan yang dilakukan oleh Pemuda TPA Al-Hidayah dalam
kaitannya dengan pengembangan pendidikan Islam Nonformal.
Dalam penelitian ini, peranan pemuda yang diteliti adalah aktivitas
pemuda di bidang pendidikan seperti penyampaian materi berupa baca iqra, tajwid
dan materi umum yang diajarkan dalam TPA serta peran pemuda sebagai
penggerak dalam kegiatan yang telah dan akan dilakukan oleh para pemuda guna
mengembangkan pendidikan Islam nonformal tersebut. Proses analisa data,
berasal dari telaah data yang didapat dari wawancara, observasi dan dokumentasi
yang berada di lapangan penelitian, kemudian data dicatat, dipelajari dan
dideskripsikan sebagai suatu hasil kesimpulan.
Hasil penelitian yang dapat disimpulkan adalah dalam bidang pendidikan
pemuda telah berperan sebagai pengajar di TPA Al-Hidayah dan penggerak di
bidang sosial keagamaan seperti syiar ramadhan, syiar qurban dan syiar khitan.
Keuda bentuk peran ini juga telah disambut baik oleh warga sekitar dan menjadi
contoh kecil bagi para pemuda asli desa Mekarsari yang belum mengabdikan diri
untuk pendidikan baik formal, nonformal dan informal.
i
Pebriyanti
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Pemelihara
seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis
mampu menyelesaikan tugas skripsi ini.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan umat manusia,
Muhammad SAW, Rasulullah yang telah berhasil mengemban misi tugas-tugas
mulia.
Pada kesempatan kali ini, penulis berhasil meneliti tugas skripsi yang diberi
judul “PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM NONFORMAL (STUDI
ATAS PERAN PEMUDA DI DESA MEKARSARI)”.
Tugas skripsi ini dikerjakan dan diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Agama Islam (PAI) di UIN Syarif Hidayatullah. Penulis menyadari
bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar, karena belajar adalah
sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan FITK, yang telah membantu
dalam memudahkan penulis dalam menyelesaikan tugas proses
akademik.
2.
Dr. Abdul Majid Khon, MA dan Marhamah Shaleh, Lc, MA, Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. Kepada beliau
yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan proses tugas
akademik.
3.
Muhammad Zuhdi,M.Ed, Ph.D dosen pembimbing yang dengan sabar
selalu memberikan arahan kepada penulis dan tulus ikhlas meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan tugas skripsi ini.
4.
Drs. H. Masan AF, M.Pd,dosen akademik, yang selalu memberikan
ii
nasehat dan dorongan dalam membimbing proses akademik hingga
penulis mampu menyelesaikan seluruh tugas akademik.
5.
Ayahanda Nahrawi dan ibunda Ismawati, serta seluruh keluarga besar
penulis, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis, hingga
terselesaikan penulisan skripsi ini.
6.
Rachmad Dunggio, pendiri TPA Al-Hidayah, dengan keikhlasan dan
dukungan beliau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk mengadakan penelitian di TPA Al-Hidayah serta para pemuda dan
siswi-siswi TPA Al-Hidayah yang juga membantu dalam memberikan
informasi dan dukungan, penulis mampu menyelesaikan penelitian ini
dengan baik.
7.
Kepada para astatidz dan guru-guru di pesantren DaarutTafsirsertapara
Alumni pesantrenangkatan 2009
yang telah memberikan dukungan
kepada penulis hingga terselesaikan penelitian ini.
8.
Kepada para rekan seperjuangan mahasiswi PAI angkatan 2009
khususnya kelas F, yang selalu mendukung dan berbagi waktu bersama
guna berbagi nasihat dalam penyusunanskripsi.
9.
Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
prosesi skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya.
Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan
kebaikan bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah di
hadapan Allah SWT. Amiin.
Jakarta, 13Maret2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Permasalahan Penelitian................................................................ 10
1. IdentifikasiMasalah ................................................................. 10
2. Pembatasan Masalah ............................................................... 10
3. PerumusanMasalah ................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 10
1. Tujuan Penelitian....................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian..................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................... 12
A. Pendidikan Islam Nonformal dalam Pengembangan Masyarakat . 12
1. Pendidikan Nonformal .............................................................. 12
a. Pengertian dan Batasan Pendidikan Nonformal ................. 12
b. Pendidikan Islam Nonformal .............................................. 19
c. TPA sebagai Pendidikan Nonformal .................................. 21
2. Pengembangan Masyarakat melalui Pendidikan ...................... 23
a. Konsep Pengembangan Masyarakat ................................... 24
b. Konsep Pengembangan Masyarakat Islam ........................ 24
B. Peran Pemuda dalam Pengembangan Masyarakat ........................ 25
1. PengertianPemuda ................................................................... 25
2. PeranPemudadalamPendidikan ............................................... 27
C. HasilPenelitian yang Relevan ....................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 31
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 31
iv
B. Setting Penelitian .......................................................................... 32
C. TeknikPengumpulan Data ............................................................. 33
D. Telaah Analisis Data ..................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 37
A. Gambaran Umum TPA Al-Hidayah.............................................. 37
1. Sejarah Berdirinya ................................................................... 37
2. Keadaan Guru ......................................................................... 42
3. Siswa-siswi ............................................................................. 44
4. Sarana dan Prasarana............................................................... 46
5. Program-program TPA Al-Hidayah ........................................ 47
6. Kegiatan Belajar Mengajar ..................................................... 48
B. Peranan Pemuda ............................................................................ 49
1. Pemuda sebagai Pengajar ........................................................ 49
2. Pemuda di bidang sosial keagamaan ....................................... 57
C. Analisis Hasil temuan lapangan .................................................... 61
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 65
A. Kesimpulan ................................................................................... 65
B. Saran .............................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67
v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
: Daftar
Majlis
/
TPA
yang
di
KembangkanolehPemuda
Tabel 4.2
: Daftar Guru TPA Al-Hidayah
Tabel 4.3
: Daftar JumlahSiswi
Tabel 4.4
: Daftar SaranadanPrasarana
Tabel 4.5
: Daftar
JadwalKegiatandanWaktuPelaksanaan
TPA
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1
: WawancaradenganPendiri TPA Al-Hidayah
Lampiran 2
: KegiatanBelajarMengajar
Lampiran 3
: KegiatanPenunjang KBM
Lampiran 4
: KegiatanSyiarRamadhandanSyiarKurma
Lampiran 5
: KegiatanSyiarQurban
Lampiran 6
: KegiatanSyiarKhitan
Lampiran 7
: Para PemudadanPendukung TPA Al-Hidayah
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi dan informasi dalam era globalisasi
sedang membawa pengaruh perubahan yang signifikan dalam membentuk
watak dan kepribadian seseorang. Pengaruh yang baik atau positif tentu
membawa manfaat bagi kemaslahatan umat. Jika ada positif tentu ada
negatif, dan biasanya pengaruh negatif lebih cepat menular.
Salah satu sebab dari sekian banyaknya permasalahan dalam
pendidikan sudah terasa meresahkan para pendidik maupun orang tua.
Khususnya pendidik yang sudah di titipkan oleh orang tua bahkan seluruh
lapisan masyarakat
yang dituntut untuk dapat melahirkan manusia-
manusia yang tidak hanya mengusai teknologi tetapi juga menjadikan
manusia yang beriman dan berakhlak baik. Sebagaimana dirumuskan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 BAB II
Pasal 3 sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yan
demokratis serta bertanggung jawab.1
1
Abd Rozak dkk, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta:
FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hal.
65
1
2
Dari tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dipahami bahwa
iman dan taqwa dijadikan dasar pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Proses pendidikanpun di arahkan pada nilai-nilai
ajaran Islam serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya seluruh usaha pembangunan nasional mengalami
akibat krisis pendidikan, namun yang menjadi korban utama ialah
daerah pedesaan. Alasannya ialah tiga macam : Pertama, karena
daerah perkotaan yang lebih banyak menerima jatah dari sumber
daya yang serba langka. Kedua, ketidak-sesuaian di antara apa
yang dipelajari di sekolah dan apa yang sebenarnya perlu di
pelajari, lebih menyolok di daerah pedesaan. Ketiga, kebijaksanaan
dalam bidang pendidikan memandang pendidikan terutama sebagai
persekolahan formal, dan karena itu maka kebutuhan pengajaran
baik yang penting bagi kaum remaja maupun bagi penduduk
dewasa di luar sekolah, yang merupakan mayoritas dari penduduk
di daerah pedesaan di abaikan sama sekali.2
Bila kita teliti mulai dari masyarakat dan kebudayaan yang
sederhana, maka lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi :
(1) Keluarga atau rumah tangga atau orang tua, sebagaimana wujud
kehidupan sosial yang asasi; sebagai unit kehidupan bersama manusia
yang terkecil. Keluarga, adalah lembaga kehidupan yang asasi dan
alamiah, yang pasti secara alamiah dialami oleh kehidupan seorang
manusia.
(2) Masyarakat, yakni lingkungan sosial yang ada di sekitar keluarga itu :
kampung, desa, marga ataupun pulau.
Kedua
bentuk
lembaga
tersebut
kemudian
mengalami
perkembangan sesuai dengan kemajuan kebudayaan menusia. Kemudian
kita mengenal susunan atau struktur kelembagaan seperti yang ada di
dalam masyarakat dan kebudayaan modern dewasa ini. Pada akhirnya
masyarakat yang lebih maju mempunyai tata susunan kelembagaan yang
lebih rumit (kompleks). Karena masyarakat dan kebudayaan yang lebih
2
Philip H. Combs & Manzoor Ahmed, Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui
Pendidikan Non-formal, (Jakarta: CV Rajawali atas kerjasama YIIS, 1974), hal. 2
3
maju itu mengadakan pembagian tugas atau tanggungjawab fungsi-fungsi
kehidupan.
Melalui pembagian tugas atau tanggungjawab fungsi kehidupan,
“perkembangan dari suatu keluarga dan masyarakat telah tercipta
subsistem. Subsistem ini ialah lembaga pendidikan yang dikenal sebagai
sekolah ( TK, SD, SLTP, SLTA dan PT ) sebagai lembaga pendidikan
formal”. 3 Perbedaan dari formal, informal dan nonformal berada pada
penekanan kegiatan yang sistematik. Pada formal ada tingkatan yang di
mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Long Life education untuk
informal dan pelayanan pendidikan sesuai tujuan belajar pada nonformal.
Dengan demikian, pendekatan pendidikan berbasis masyarakat
adalah salah satu pendekatan yang menganggap masyarakat sebagai agen
sekaligus tujuan, melihat pendidikan sebagai proses dan menganggap
masyarakat sebagai fasilitator yang dapat menyebabkan perubahan
menjadi lebih baik. Dari sini dapat ditarik pemahaman bahwa pendidikan
dianggap berbasis masyarakat jika tanggung jawab perencanaan hingga
pelaksanaan berada di tangan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat
bekerja atas asumsi bahwa setiap masyarakat secara fitrah telah dibekali
potensi untuk mengatasi masalahnya sendiri. Baik masyarakat kota
ataupun desa, mereka telah memiliki potensi untuk mengatasi masalah
mereka sendiri berdasarkan sumber daya vang mereka miliki serta dengan
memobilisasi aksi bersama untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi. 4
Dalam UU sisdiknas no 20/2003 pasal 55 tentang pendidikan
berbasis masyarakat disebutkan sebagai berikut :
3
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), hal. 12-13
4
Suharsaputra, Uhar. Pendidikan nonformal. http://uharsputra. wordpress.com/ Diakses
tanggal 13 Oktober 2013 jam 01.42 wib.
4
1). Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat
pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2). Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan
pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3). Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, pemerintah, Pemerintah
Daerah atau sumber lain yang tidak dapat bertentangan dengan aturan
perundang-undangan yang berlaku.
4). Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan
teknis, subsidi dana, sumber daya lain secara adil dan merata dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
5). Ketentuan mengenai peran sert masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.5
Dari kutipan di atas nampak bahwa pendidikan berbasis
masyarakat dapat diselenggarakan dalam jalur formal maupun nonformal,
serta dasar dari pendidikan berbasis masyarakat adalah kebutuhan dan
kondisi masyarakat, serta masyarakat diberi kewenangan yang luas untuk
mengelolanya. Oleh karena itu dalam menyelenggarakannya perlu
memperhatikan tujuan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat
setempat.
Salah satu contoh di Desa Mekarsari yang di dalamnya terdapat
dari berbagai kalangan masyarakat. Di tahun 2005 para pemuda di Desa
ini mendirikan TPA di kampung tersebut. Mereka mendirikan TPA di
sebuah lingkungan yang pemuda disekitarnya kurang memperhatikan
pendidikan bahkan cenderung tidak peduli. Dengan adanya pendirian TPA
ini sangat membantu generasi awal untuk bersentuhan dengan nilai agama
5
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI
tentang Pendidikan, ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006 ), hal. 35-36
5
dan sosial yang lebih baik. Dengan berbagai perkembangan dan sistem di
TPA al-Hidayah yang setiap tahunnya meningkat. Di sayangkan di TPA
ini kurang tersistematis artinya tidak ada acuan-acuan untuk mengetahui
sampai mana para murid menerima maksud dan tujuan para pengajar di
TPA ini.
Pendidikan nonformal menyajikan problema yang menantang para
perencana pendidikan masa kini. Sifat keragaman aktivitas yang termasuk
dalam pendidikan nonformal merupakan persoalan sulit bagi yang
berkeinginan
untuk
menerapkan
prosedur-prosedur
perencanaan
pendidikan tradisional yang sistematis kebidang pendidikan nonformal.
Banyak aktivitas pendidikan nonformal dikembangkan oleh sektor
swasta. Organisasi sukarela swasta, badan-badan keagamaan dan
kelompok-kelompok masyarakat telah mensponsori sebagian besar
akstivitas-aktivitas pendidikan nonformal yang ada sekarang ini.
Seperti yang telah tertera dalam Undang-Undang No 20 tahun
2003 Pasal 26 Ayat 4, satuan pendidikan nonformal diperluas menjadi
enam yaitu:
1. Lembaga Kursus
2. Lembaga Pelatihan
3. Kelompok Belajar
4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
5. Majlis Taklim
6. Satuan Pendidikan Sejenis6
Dari enam perluasan satuan pendidikan di atas, penulis tertarik
dengan point enam yakni satuan pendidikan sejenis. Dalam satuan
pendidikan sejenis ini penulis memilih contoh Taman Pendidikan AlQuran (TPA) yang merupakan satuan pendidikan nonformal yang tumbuh
dan berkembang dari masyarakat. Sehubungan dengan kebutuhan
masyarakat tentang pengetahuan keagamaan (Islam).
6
Ishak Abdullah dan Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 52
6
Maka dalam Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,
majlis taklim berdiri sendiri menjadi satuan pendidikan nonformal.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam majlis taklim adalah kelompok
yasinan, kelompok pengajian, Taman Pendidikan Al-Qur’an, kitab kuning,
salafiah dan lain-lain.
“Setiap masyarakat mengembangkan proses sosialisasi agar
pemuda mengenal mores dan aturan masyarakat. Proses ini menggunakan
struktur yang bermacam-macam, dari belajar yang paling informal sebagai
bagian kehidupan sehari-hari sampai dengan acara-acara yang lebih
berstruktur, yang berkaitan dengan tansisi dari satu usia tertentu ke usia
lainnya.”7
Abdul Mu’ti menyatakan, pendidikan di Indonesia secara umum
memiliki tiga persoalan: financial, administrasi dan kultural. Persoalan
finansial merupakan persoalan yang akut. Dari waktu ke waktu jumlah
dana pemerintah yang dikucurkan untuk sektor pendidikan masih sangat
sedikit jika dibandingkan dengan dana pembangunan fisik/infrastruktur.
Persoalan ini berdampak kepada dua hal:
Pertama, masih banyak kelompok masyarakat yang tidak
mengenyam bangku pendidikan. Masih banyak masyarakat buta
huruf.Kedua, banyaknya lembaga pendidikan yang dikelola secara “apa
adanya” sehingga mengahasilkan lulusan yang “apa adanya pula”. Hal ini
berdampak pada minimnya kelompok masyarakat yang well education
sebagai modal utama membangun peradaban.8
Terlalu banyaknya kelompok masyarakat yang berpendidikan
rendah merupakan kendala dalam mewujudkan masyarakat yang
berperadaban. Beberapa hasi penelitian dalam bidang psikologi dan
sosiologi menunjukkan, mayoritas pelaku tindak kejahatan adalah mereka
7
M. Sardja Kadir, Perencanaan Pendidikan Non Formal, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),
hal. 30
8
Muhammad Budi Setiawan, Mozaik Gerakan Pemuda Kontemporer, ( Jakarta;
KEMENPORA RI, 2009) cet 1 Hal. 46
7
yang poorly education. Di sinilah mengapa, dari sudut pandang Islam,
kebodohan (jahiliyah) merupakan musuh utama sehingga salah satu misi
Islam adalah menciptakan masyarakat ilmiah: memiliki ilmu dan
mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, Pendidikan non-formal sebagai bagian dari
sistem pendidikan memilikitugas yang sama dengan pendidikan lainnya
(pendidikan formal) yakni memberikanpelayanan terbaik terhadap
masyarakat. Layanan alternatif yang diprogramkan diluar sistem
persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah atau
pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan. Sasaran pendidikan
non-formal yang semakin beragam, tidak hanya sekedar melayani
masyarakat miskin, masyarakat yang masih buta pendidikan dasar,
masyarakat yang mengalami drop out dan putus pendidikan formal,
masyarakat yang tidak terakses pendidikan formal seperti; suku terasing,
masyarakat daerah pedalaman, daerah perbatasan, dan masyarakat pulau
luar. Sebagaimana dikutip oleh Ruwiyanto dalam buku “Peranan
Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin”,
Coombs et al. menawarkan konsepsi pendidikan seumur hidup,
atau dinyatakan bahwa hidup itu adalah belajar. Mereka membagi
pendidikan dengan tiga jalur; pertama yang disebutnya pendidikan
formal (pendidikan melalui bentuk sekolah), jalur kedua yang
disebutnya pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah yang
masih terorganisasikan), dan ketiga yang disebutnya pendidikan
informal (pendidikan dalam masyarakat dan keluarga tanpa
pengorganisasian tertentu). Coombs et al. mendefinisikan
pendidikan nonformal sebagai suatu aktivitas pendidikan yang
diorganisasikan yang ada di luar sistem pendidikan formal yang
sudah mapan, berorientasi pada ciri-ciri warga belajar dalam
mencapai tujuan pendidikannya.9
Orientasi dari warga belajar terdapat proses belajar yang akan
menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi,
serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap,
9
Wahyudi Ruwiyanto, Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Masyarakat Miskin, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 1
8
penghargaan dan perasaan. Proses perubahan dalam belajar dapat terjadi
dengan sengaja atau tidak disengaja.
Dalam pendidikan nonformal ada dua penekanan dalam upaya
mencapai tujuan, yaitu perubahan tingkah laku dan perubahan
sosial. Perubahan tingkah laku ditujukan kepada individu-individu
anggota masyarakat, yaitu adanya perubahan setelah ada intervensi
pemberian pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap. Penekanan
yang kedua adalah perubahan sosial, yaitu perubahan struktur dan
peran-peran anggota masyarakat dalam menjalankan fungsi
sosialnya. Intervensi pendidikan ditujukan kepada individu dan
kelompok-kelompok masyarakat agar supaya terjadi gerakan yang
secara sengaja diciptakan agar timbul kesadaran untuk
memperjuangkan nasibnya dengan bekerja atau melakukan
tindakan-tindakan kolektif sebagai dampak hasil belajarnya untuk
melakukan perbaikan-perbaikan.10
Dalam mencari solusi penanggulangan pendidikan untuk para
pengangguran, diperlukan segolongan masyarakat dari jenisnya sendiri.
Sebagaimana diketahui bahwa mayoritas pengangguran adalah usia
pemuda atau individu yang secara fisik sedang mengalami pertumbuhan
jasmani dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional.
Pemuda harus memiliki kapasitas tertentu untuk masuk ke
kalangan kelompok profesional agar mampu bersaing pada tataran global.
Di sinilah peranan pendidikan terutama bidang keagamaan yang
merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan dan
pemuda menjadi titik strategis untuk tumpahnya perhatian dalam
pengembangan kegiatan pendidikan Islam nonformal. Sebagaimana firman
Allah SWT :
10
Saleh Marzuki, Pendidikan non formal Dimensi dalam keaksaraan Fungsional, Pelatihan
dan Andragogi, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 90-91
9
"Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman , yang melaksanakan shalat dan menunaikan
zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). “Dan barang siapa
menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai
penolongnya maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang
pasti menang."(Al-Maidah 55-56).
Menurut KEMENPORA “pemuda adalah penentu perjalanan
bangsa di masa yang akan datang. Pemuda mempunyai kelebihan dalam
berbagai hal, misalnya dalam hal pemikiran, semangat, logika, dan lain
sebagainya. Generasi muda adalah motor penggerak utama perubahan”.11
Pemuda merupakan individu yang secara fisik sedang mengalami
pertumbuhan baik dari segi jasmani maupun secara psikis yang
mempengarui perkembangan emosional. Pemuda harus memiliki kapasitas
tertentu untuk masuk ke kalangan kelompok professional agar mampu
bersaing pada tataran global.
Pada kasus pendidikanlah, peranan pemuda memang dibutuhkan
terutama bidang keagamaan yang merukan penolong utama bagi manusia
untuk menjalani kehidupan dan pemuda menjadi titik strategis untuk
tumpahnya perhatian dalam pengembangan kegiatan pendidikan Islam
nonformal.
Pendidikan non-formal memang bukan sesuatu yang semata-mata
baru, namun ia kurang sekali ditelaah secara sistematis. Mengingat betapa
pentingnya pendidikan bagi angkatan sekarang dan angkatan masa depan,
penelitian ini khusus menyorotkan perhatian pada corak pendidikan di luar
sistem persekolahan formal, yang diharapkan mengandung potensi besar
untuk menunjang keberlangsungan pengembangan pendidikan di pedesaan.
11
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dialog Pemuda dalam
Membangun Bangsa, (Jakarta: Kemenegpora, 2009), hal. 22
10
Karena itu penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut yang
kemudian penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi
dengan judul berikut:
“Pengembangan Pendidikan Islam Nonformal (Studi Atas
Peran Pemuda di Desa Mekarsari)”.
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Masalah
a. Masih tingginya anak usia sekolah yang kurang memahami alqur’an
b. Sedikitnya minat masyarakat desa terhadap pendidikan nonformal
c. Mayoritas kaum pemuda yang acuh akan pendidikan masyarakat
2. Pembatasan Masalah
a. Pendidikan Islam nonformal; TPA Al-Hidayah
b. Peranan pemuda dalam pendidikan
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas penulis mengambil masalah
untuk dirumuskan. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah
“Bagaimana Peran Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam
nonformal melalui Pembentukan TPA al-Hidayah di Desa Mekarsari?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama dari penelitian penulisan skripsi ini adalah
penulis ingin mengetahui peranan aktivitas pemuda di bidang
pendidikan seperti baca dan tulis al-qur’an serta pembiaan akhlak
seperti yang telah di ajarkan oleh kaum muslim terdahulu melalui
pengembangan pendidikan Islam nonformal berupa TPA (Taman
Pendidikan Al-Quran) di desa Mekarsari.
11
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru, dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan
pengetahuan mengenai pendidikan Islam nonformal.
b. Bagi Siswa, dapat mengetahui konsepsi pendidikan seumur hidup.
Tentang terbaginya tiga jalur pendidikan yakni; pendidikan formal,
pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
c. Agar hasil dari penelitian ini dapat menyadarkan masyarakat bahwa
pendidikan nonformal perlu ada sebagai pengganti, penambah dan
pelengkap dari pendidikan formal.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam Nonformal dalam Pengembangan Masyarakat
1. Pendidikan Nonformal
a. Pengertian dan Batasan Pendidikan Nonformal
Pengertian kata pendidikan dalam istilah bahasa Inggris, yakni
menunjukkan dengan menggunakan istilah education.Sedangkan dalam
bahasa Arab, kata pendidikan, sering digunakan pada beberapa istilah ,
antara lain yakni, al-Ta’lim (‫)التعلين‬, al-Tarbiyah )‫(التزتيح‬, al-Ta’dib )‫(التؤدية‬.
Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam
menunjuk pada pengertian pendidikan.1
Menurut buku “Higher Education for American Democracy” yang
dikutip oleh Tim Dosen FIP-IKIP Malang, dinyatakan sebagai berikut:
Education is an institution of civilized society, but the purposes of
education are not the same in all societies. An educational system
finds it’s the guiding principles and ultimate goals in the aims and
philosophy of the social order in which it functions.Pendidikan
adalah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab,
tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat.
Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan
1
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet. 1, h. 85-86
12
13
pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai-nilai), cita-cita
dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).2
Dari istilah-istilah pendidikan di atas terlihat bahwa pendidikan
memang sangat luas baik dari segi bahasa, definisi sampai kepada
pengelompokkan pendidikan tersebut.
Pendidikan formal sangat sering sekali terdengar oleh para siswa
maupun pendidik.Tetapi tidak sedikit juga yang mengetahui bahwa
pendidikan bukan hanya bisa di dapat dari lembaga pendidikan
formal.Kehadiran pendidikan tidak formal atau lebih sering disebut dengan
pendidikan nonformal juga telah mempengaruhi sistem pendidikan di
Indonesia.
Tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan nonformal ini tidak
hanya berproses 12 tahun belajar mungkin sepanjang kehidupannya.Agar
warga belajar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan nonformal juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.Karena, proses pembelajaran dalam pendidikan nonformal
dipusatkan pada berbagai lingkungan masyarakat, disesuaikan dengan
kehidupan peserta didik.
Berbagai macam istilah untuk pendidikan nonformal atau
pendidikan luar sekolah.Mulai dari long life education, permanent
education sampai continuing education.Dari beberapa istilah ini, penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya di selenggarakan disekolah
tetapi juga dapat berkembang di lingkungan luar sekolah.
2
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, op. cit.,, hal. 3-4
14
Dalam peraturan Pemerintahan Nomor 73 Tahun 1991 tentang
Pendidikan Luar Sekolah antara lain dijabarkan beberapa butir penting.
Pada bagian awal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik
dilembagakan maupun tidak.Ada tiga tujuan yang hendak dicapai oleh
pendidikan luar sekolah.Pertama, melayani warga belajar supaya dapat
tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna
meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.Kedua, membina warga
belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembanggkan diri, bekerja mencari nafkah atau
melanjutkan ketingkat dan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Ketiga,
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam
jalur pendidikan sekolah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 disebutkan
juga bahwa ada lima jenis pendidikan luar sekolah. Pertama, pendidikan
umum, yaitu pendidikan yang mengutamakan perluasan dan peningkatan
keterampilan dan sikap warga belajar dalam bidang tertentu.Kedua,
pendidikan keagamaan, merupakan pendidikan yang mempersiapkan
warga belajar untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.Ketiga,
pendidikan jabatan kerja, yaitu pendidikan yang berusaha meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan sikap warga belajar untuk memenuhi
persyaratan pekerjaan.Keempat, pendidikan kedinasan, yakni pendidikan
yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksaan tugas
kedinasan untuk pegawai suatu Departemen atau Lembaga Pemerintah
Non Departemen.Kelima, pendidikan kejuruan, adalah pendidikan yang
mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.3
3
Moh. Alifuddin, Kebijakan Pendidikan Nonformal, (Jakarta: MAGNAScript Publishing,
2011), hal.63
15
Soelaiman Joesoefmengatakan,“Pendidikan nonformal adalah
pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan pemerintah yang tetap dan ketat”.4
Pengertian di atas sangat singkat dan mudah dimengerti, terkait
masalah pendidikan nonformal khususnya di pedesaan.Yang tingkat
kesadarannya untuk sekolah masih kurang.Pendidikan nonformal ini
membawa semangat baru.
Seperti Soelaiman Joesoef, Sudjana juga menulis pengertian
pendidikan nonformal yang di kutip dari Coombs “Pendidikan nonformal
ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk
melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya”.5
Artinya, apapun yang dipelajari oleh orang-orang tersebut
hendaknya mampu membantu mereka memperbaiki kualitas hidupnya
secara nyata dan tidak dijanjikan dalam waktu yang lama.Dengan begitu
pendidikan nonformal harus berkemampuan sebagai usaha yang sengaja
untuk mengembangkan kemampuan anak, remaja dan orang dewasa
melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap agar mereka tumbuh dan
berkembang untuk mengatasi masalah dan kebutuhan hidupnya.
Pengertian pendidikan luar sekolah menurut Saleh Marzuki yang
dikutip oleh Sismanto adalah sebagai berikut: Pendidikan luar sekolah
adalah 1. Programnya jangka pendek. 2. Tidak dibatasi atas jenjangjenjang. 3. Usia didiknya tidak perlu sama/homogeny. 4. Sasaran didiknya
berorientasi jangka pendek dan praktis. 5. Diadakannya sebagai respon
kebutuhan mendesak. 6. Ijazah biasanya kurang memegang peran penting.
4
Soelaimman joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008), hal. 79
5
Sudjana, Pendidikan Luar sekolah; wawasan sejarah perkembangan falsafah dan teori
pendukung asas, (Bandung : Nusantara Press, 1991), hal. 20
16
7.
Dapat
diselenggarakan
pemerintah
diselenggarakan di dalam atau di luar kelas.
dan
swasta.
8.
Dapat
6
Dalam memahami konsep pendidikan nonformal, perlu melihat
kembali peran pendidikan dalam pembangunan karena pendidikan
nonformal bisa dikatakan juga pendidikan berbasis masyarakat yang
peduli dengan perubahan pembangunan local pada level komunitas dan
berdampak langsung pada pengembangan sumber daya manusia melali
pendidikan.
David R. Evans menyebutnya “anggur lama yang dimasukkan
kedalam botol baru” atau old wine in new bottles; artinya, ia bukan
barang baru. Konsep pendidikan non formal menurut evans, adalah
kegiatan pendidikan yang terorganisisakan di luar sistem
pendidikan formal. Beliau juga menempatkan pendidikan
nonformal sebagai bagian dari keseluruhan konsep terpadu dari
sistem pendidikan. Dalam konsep itu, beliau juga memberikan
penekanan pada ciri-ciri antara lain: sebenarnya sangat luas,
partisipatif, melibatkan kerja organisasi kemasyarakatan,
perkumpulan swasta, lebih mementingkan tindakan pada tingkat
lokal. Namun, pada saat yang sama, hal itu menimbulkan
kerancuan yang lebih kompleks antara perencanaan pendidikan non
formal dan sistem pendidikan pada umumnya yang
mempertimbangkan tujuan pembangunan nasional.7
Dari penjabaran tentang pendidikan nonformal diatas dapat
dimaknai bahwa pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang
dilaksanakan secara terorganisir dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan
pendidikan secara mandiri untuk melayani kebutuhan anggota masyarakat
di luar kegiatan pendidikan sekolah.
Model pendidikan berbasis masyarakat untuk konteks Indonesia
kini semakin diakui keberadaannya pasca pemberlakuan UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Keberadaan lembaga ini diatur
6
Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV Eraswasta,
1984), hal.3
7
Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Nonformal,( Malang: FIP UM, 2009), hal. 96
17
pada 26 ayat 1 s/d 7. Jalur yang digunakan nonformal, dengan bunyi pasal
sebagai berikut :
1). Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2). Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan
fungsional
serta
pengembangan
sikap
dan
kepribadian professional.
3). Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan
lain
yang
ditujukan
untuk
mengembangkan
kemampuan peserta didik.
4). Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis.
5). Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup
dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
6). Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
18
7). Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4),
ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.8
Untuk memahami konsep pendidikan nonformal, kita perlu melihat
kembali pada peran pendidikan dalam pembangunan karena pendidikan
nonformal sangat dekat dengan persoalan-persoalan pembangunan
masyarakat.Seperti perubahan masyarakat secara mikro atau local
development pada level komunitas, yang berdampak langsung pada
pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan.
Konsep
keilmuan
pendidikan
nonformal
pada
prinsipnya
menunjukkan sifat reflektif studi aktivitas kemanusiaan yang terjadi
didalamnya.Subjeknya, yaitu manusia pengamat dan objeknya yaitu
manusia yang bertindak, oleh karenanya komponen utama ini tidak dapat
dipisahkan satu dari yang lainnya.
Dengan demikian teori dan realitas dalam keilmuan “pendidikan
nonformal adalah suatu kesatuan yang satu sama lain saling mencampuri
(interfere). Maka keilmuan pendidikan luar sekolah adalah suatu kesatuan
disiplin ilmu (multireferential discipline) yang membangun sistem teori
yang bersifat khusus dengan memiliki ciri khas sebagai realita dari ilmu
pendidikan itu sendiri sebagai acuan utamanya bagi pengembangan
keilmuan pendidikan nonformal”.9
8
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan,( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006 ), hal. 18-19
9
Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal PKBM di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari
Komunikasi jepang), (Bandung: Alfa Beta, 2009), hal. 27
19
Perbedaan antara pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah
Pendidikan luar sekolah
Pendidikan sekolah
Derajat keketatan dan keseragaman Derajat keketatan dan keseragaman
yang lebih rendah
yang lebih tinggi
Bentuk dan isi program
yang Bentuk dan isi program
bervariasi
yang
seragam untuk satuan jenis dan
jenjang pendidikan
Pembiayaan
yang
dipikul
oleh Pembiayaan
pihak yang berbeda-beda
program
yang
atau
pengelolaan
pada
umumnya
berada di pihak pemerintah10
Dari pengkotakan perbedaan di atas adalah sebagian kecil dari
penggolongan dan sudut pandang antara pendidikan luar sekolah dan
pendidikan sekolah. Penggolongan umur
peserta didik
juga menjadi
perbedaan, dalam pendidikan luar sekolah umur peserta didik tidaklah
menjadi persyaratan ketat.
Karena pendidikan merupakan proses berkelanjutan (education is a
continuing process). Pendidikan dimulai dari bayi sampai dewasa bahkan
sampai mati, yang tentunya memerlukan berbagai metode dan sumbersumber belajar.11
b. Pendidikan Islam Nonformal
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 dijelaskan tentang
pendidikan nonformal, pasal 26 ayat 3: yang berbunyi, satuan pendidikan
nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
10
Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah wawa san sejarah perkembangan falsafah teori dan
pendukung asas, (Bandung: Nusantara Press, 1991), hal. 13
11
Saleh Marzuki, op. cit., hal. 137
20
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan
pendidikan sejenis.12
Pendidikan nonformal dalam Islam telah menampakkan bentuk
yang dilaksanakan dalam masyarakat.Bentuk pendidikan nonformal dalam
pendidikan Islam seperti yang disebut di atas telah berjalan dalam
masyarakat dan harus terus dikembangkan dan ditingkatkan pembinaan
dan penelenggaraanya, sehingga dapat membentuk karakter masyarkat
Islam yang di ridhoi Allah SWT.
Pendidikan nonformal dalam pendidikan Islam akan memberikan
kontribusi yang sangat berarti, karena menyiapkan peserta didik untuk
menguasai ilmu keislamam dan memiliki tingkat pengalaman yang baik
dan sempurna dalam kehidupan sehari-hari. Keinginan masyarakat Islam
dalam mengembangkan dan melaksanakan pendidikan keagamaan Islam
dapat dilihat banyaknya lembaga pendidikan Islam yang tumbuh, karena
terinspirasi dari al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW., untuk selalu
meningkatkan keimanan dan ilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam atau pendidikan Islam nonformal sangat mudah
dilaksanakan.Misalnya dalam bentuk lembaga kursus, kursus membaca
dan menafsirkan Al-Qur’an, bisa dalam bentuk pelatihan (pesantren kilat,
kelompok belajar) dan pusat kegiatan belajar masyarakat.
Dengan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa
pendidikan Islam non formal bukanlah jenis pendidikan Islam formal dan
bukan jenis pendidikan Islam informal, namun sistem pembelajarannya di
luar sekolah. Meskipun sistem pembelajarannya di luar sekolah, bukan
berarti tidak mengarah pada Tujuan Pendidikan Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan (SNP), akan tetapi tetap mengarah terhadap tujuan
pendidikan yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
12
Direktorat Pendidikan Islam, Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta:
Departemen Agama, 2008) hal. 19
21
c. TPA sebagai Pendidikan Nonformal
Uraian pendidikan nonformal dalam perspektif pendidikan
keagamaan Islam ditemukan dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan pada pasal
21 ayat 1 yang berbunyi “pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan
dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan Al Qur’an,
Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis”.13
Dari salah satu pendidikan diniyah nonformal terdapat pendidikan
Al-Qur’an yang menjadi kepala dari Taman Pendidikan Al-qur’an (TPA).
Seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2007 pada
pasal 24 ayat 1 s/d 6, ayat-ayat tersebut berbunyi sebagai berikut:
1) Pendidikan Al-qur’an bertujuan meningkatkan kemampuan
peserta
didik
membaca,
menulis,
memahami,
dan
mengamalkan kandungan Al-qur’an.
2) Pendidikan Al-qur’an terdiri dari Taman Kanak-kanak Alqur’an (TKQ), Taman Pendidikan Al-qur’an (TPQ), Ta’limul
Qur’an lil Aulad (TQA), dan bentuk lain yang sejenis.
3) Pendidikan Al-qur’an dapat dilaksanakan secara berjenjang dan
tidak berjenjang.
4) Penyelenggaraan pendidikan Al-qur’an dipusatkan di masjid,
mushalla, atau tempat lain yang memenuhi syarat.
5) Kurikulum pendidikan Al-qur’an adalah membaca, menulis
dan menghafal ayat-ayat Al-qur’an, tajwid, serta menghafal
doa-doa utama.
13
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008)
hal.23
22
6) Pendidik pada pendidikan Al-qur’an minimal lulusan diniyah
menengah atas atau yang sederajat, dapat membaca Al-qur’an
dengan tartil dan mengusai teknik pengajaran Al-qur’an.14
Taman Pendidikan Al-Qur’an bila dilihat dari struktur ayat-ayat
dalam Peratutan Pemerintah di atas, memang termasuk kepada pendidikan
luar sekolah atau satu lembaga pendidikan nonformal, yang senantiasa
menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu
pengetahuan agama untuk para peserta didiknya.
Di kalangan masyarakat di DKI Jakarta dijumpai banyak lembaga
Pendidikan Agama Luar Sekolah (PALS) dalam berbagai bentuknya.
Mulai dari Pengajian anak di rumah Ustadz, Pengajian anak semi
Madrasah Diniyah, Pengajian Anak Klasikal, Pengajian Keluarga di
rumah, Pengajian anak-anak di rumah, Pengajian Privat, Pesantren Kilat,
Pengajian Wisata, Perkemahan, dan Taman Baca.
Dari sepuluh bentuk PALS di Jakarta ada bentuk PALS yang
memang sudah di akui oleh masyarakat Islam, yakni Pengajian anak
klasikal yang di dalamnya terdiri dari; Pengajian umum untuk anak,
Pengajian Kelompok dan Taman Pendidikan Al-qur’an.
Taman pendidikan Al-qur’an adalah suatu bentuk PALS yang lebih
teratur, yang mungkin sudah mendekati bentuk formal, dengan penekanan
kepada pengajian Al-qur’an.15
Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No.3 Tahun2012 tentang
Pendidikan Keagamaan Islam dijabarkan kembali tentang Pendidikan Alqur’an, Pendidikan al-Qur’an adalah lembaga atau kelompok masyarakat
14
Ibid., hal.23
Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Pendidikan Agama Luar Sekolah, (Jakarta: Jaya Raya,
1991) hal. 8
15
23
yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan Islam yang bertujuan
untuk memberikan pengajaran bacaan, hafalan, dan pemahaman al-Qur’an.
Taman pendidikan al-Qur’an merupakan pengajian anak-anak
dalam bentuk baru dengan metode praktis di bidang pengajaran membaca
al-Qur’an yang di kelola secara professional.
Materi pendidikan luar sekolah disusun sedemikian rupa dengan
berusaha memenuhi aspirasi yang hidup dalam masyarakat. Seperti dalam
Peraturan Pemerintah No.55 tahun 2007 tentang Pendidikan Diniyah
Nonformal pasal 24 ayat 5; kurikulum pendidikan Al-qur’an adalah
membaca, menulis dan menghafal ayat-ayat Al-qur’an, tajwid, serta
menghafal doa-doa utama.
Taman Pendidikan Al-qur’an mempunyai pengaruh besar terhadap
pendidikan keagamaan anak dalam upaya memberikan pembekalan dasar
dan motivasi belajar anak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi guna meraih prestasi dan mewujudkan cita-cita, juga
harapan orang tua, agama dan bangsa.
2. Pengembangan Masyarakat melalui Pendidikan
Pendidikan berbasis masyarakat (community-based education)
merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk
memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran
seumur hidup.Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat
dipicu oleh arus besar modernisasi yang menghendaki teciptanya
demokratisasi dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di
bidang pendidikan.Mau tak mau pendidikan harus dikelola secara
desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi
masyarakat.
24
a.
Konsep Pengembangan Masyarakat
Pendidikan berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari
demokratisasi pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk
kepentingan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi sebuah
gerakan penyadaran masyarakat untuk
terus belajar sepanjang hayat
dalam mengatasi tantangan kehidupan yang berubah-ubah dan semakin
berat.
Secara konseptual, pendidikan berbasis masyarakat adalah model
penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat”.Pendidikan dari masyarakat
artinya pendidikan memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat.
Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat ditempatkan
sebagai subyek atau pelaku pendidikan, bukan objek pendidikan.Pada
konteks ini, masyarakat dituntut peran dan partisipasi aktifnya dalam
setiap
program
pendidikan.Adapun
pengertian
pendidikan
untuk
masyarakat artinya masyarakat diikut seratakan dalam semua program
yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka.16
Secara singkat dikatakan, masyarakat perlu diberdayakan, diberi
peluang dan kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiyayai,
mengelola dan menilai sendiri apa yang diperlukan secara spesifik di
dalam, untuk dan oleh masyarakat sendiri.
b. Konsep Pengembangan Masyarakat Islam
Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah melalui
proses yang panjang, yang di mulai dari terbentuknya pribadi. Pribadi
muslim sebagai hasil dari upaya para da’i.Pengembangan pola pengabdian
masyarakat melalui sistim pondok pesantren juga merupakan pedoman
kebijakan pemerintah seperti tercermin dalam pembangunan sekarang ini.
16
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarkat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) hal. 131
25
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal
sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia islam sebenarnya telah
berkembang lembaga-lembaga pendidikan islam yang bersifat nonformal.
Lembaga-lembaga ini berkembang bentuk-bentuk lembaga pendidikan
nonformal yang semakin luas. Di antara lembaga-lembaga pendidikan
islam yang bercorak nonformal tersebut adalah:
1) Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
2) Pendidikan rendah di istana
3) Toko-toko kitab
4) Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
5) Majelis atau saloon kesusatraan
6) Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi)
7) Rumah sakit
8) Perpustakaan
9) Masjid17
Dari daftar nama-nama lembaga pendidikan di atas merupakan
tempat ibadah.Sama halnya dalam sejarah Islam sejak zaman Nabi
Muhammad telah difungsikan rumah ibadah sebagai tempat pendidikan.
Rasul menjadikan Masjid Nabawi sebagai tempat berlangsungnya proses
pendidikan.
Dengan banyaknya tempat yang dijadikan sebagai sarana
pendidikan tentu saja akan terbentuk masyarakat muslim yang lebih kuat
dengan pribadi-pribadi muslim bahkan mubaligh. Sejak saat itulah mulai
berlangsungnya pendidikan nonformal.
B. Peran Pemuda dalam Pengembangan Masyarakat
1. Pengertian Pemuda
Dalam buku M. Manzoor Alam yang di kutip dari Mustafa Ar
Rafe’i, menggambarkan masa pemuda dengan mengatakan: “Pemuda
17
Zuhairini,dkk, Sejarah pendidikan islam,( Jakarta: Bumi Aksara), hal. 89-99
26
adalah kekuatan, karena matahari tidak bersinar dengan cemerlang di
senja hari seperti ia bersinar di pagi hari”. 18 Seperti kutipan di atas,
pemuda di ibaratkan sebagai sosok yang tangguh yang tidak mengenal
kematian atau kesuraman dalam hidup. Dalammasa mudanya sebuah
pohon akan menghasilkan buahnya yang melimpah dan setelah itu
semua pohon tidak memberikan apa-apa lagi kecuali kayu.
Nabi Muhammad SAW telah menghargai dan memberikan titik
tekan yang kuat pada makna dan nilai pemuda.Al-Qur’an menyatakan :
‫ضعْفًا‬
َ ‫ل هِي َتعْ ِذ قُىَ ٍج‬
َ ‫ج َع‬
َ َ‫ف قُىَ ًج ثُن‬
ٍ ‫ض ْع‬
َ ‫ل هِي َتعْ ِذ‬
َ ‫ج َع‬
َ ‫ف ثُ َن‬
ٍ ‫ض ْع‬
َ ‫خلَ َقكُن هِي‬
َ ‫هلل الَذِي‬
ُ ‫ا‬
)45( ‫ز‬
ُ ‫ق هَا َيشَآءُ وَهُ َى ا ْل َعلِي ُن الْقَذِي‬
ُ ‫خُل‬
ْ َ‫َوشَيْثَ ًح ي‬
“Allah-lah yang menciptakan kamu dari kadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,
kemudian Dia menjadikan (kamu) itu sesudah kuat itu lemah (kembali)
dan beruban.Dia menciptakan apa yang Dia dikehendaki dan DiaYang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Ar-Ruum:54)
Ayat ini menjelaskan tiga fase utama kehidupan manusia; masa
kanak-kanak, pemuda dan masa tua.Fase yang pertama dan yang
terakhir dari kehidupan seseorang ditandai dengan kelemahan,
ketergantungan dan keputusasaan.Nabi Muhammad SAW dikhabarkan
sering meminta perlindungan Allah, di tengah-tengah masalah lainnya,
untuk usia tua.
Pemuda Islam bukanlah suatu bagian yang terpisah dari
golongan Islam sebagai kelompok sosial dan politik dalam masyarakat,
pemuda Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari golongan
Islam atau ummat Islam sebagai kelompok kepentingan.Di dalam
perjalanan sejarah peranan yang dibawakan oleh pemuda Islam sebagai
18
M. Manzoor Alam, Peran Pemuda Muslim dalam Rekonstruksi Dunia Kontemporer, (Jakarta:
Media Da’wah, 1991), hal. 63
27
“ujung tombak” seringkali begitu menonjol sehingga merupakan alur
tersendiri dalam gelombang arus sejarah Islam.19
2. Peranan Pemuda dalam Pendidikan
Pemuda yang notabenenya sebagai pelopor harus memberikan
kontribusi yang konkret terhadap peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia.Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam mendobrak
setiap kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan yang tidak berpihak
pada rakyat kecil.
Pemuda harus bisa menjadi pressure groups terhadap
pemerintah. Advokasikan kepada pemerintah gagasan-gagasan yang
sekiranya dapat menjadikan pendidikan di Negara ini lebih
baik.Pemuda
merupakan
kekuatan,
kekuasaan,
vitalitas
dan
energik.Tidak dapat disangkal, masa pemuda secara universal, baik
fisik, mental, intelektual, moral, maupun potensialitasnya mencapai
tingkat perkembangan dan pemanfaatan yang optimum.Ia adalah masa
ketika fikiran menunjukkan kapasitas dan kapabilitas invensif dan
imaginatifnya dalam bentuk yang terbaik. Ia secara alerogis dilukiskan
dalam ayat-ayat al-Qur’an berikut ini :
ُ‫ى لِيَقُى َم الٌَاس‬
َ ‫ب وَالْوِيزَا‬
َ ‫خ َوأًَ َزلٌَْا َه َعهُنُ ا ْلكِتَا‬
ِ ‫سلٌََا تِالْثَيٌَِا‬
ُ ‫سلٌَْا ُر‬
َ ‫لَقَذْ َأ ْر‬
......ِ‫سطِ َوأًَ َزلٌَْا الْحَذِي َذ فِيهِ تَؤْسٌ شَذِي ٌذ َوهٌََافِعُ لِلٌَاس‬
ْ ‫تِالْ ِق‬
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan.Dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia….. “(QS.Al-Hadid: 25)
Pemuda
sebagai
generasi
penerus,
diharapkan
dapat
memainkan peranan kunci dalam pembangunan bangsa.Pemuda
19
Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1984), hal. xi
28
tercipta tidak untuk mendorong kedaulatan ke dalam bangsanya sendiri
tetapi harus dijadikan sarana untuk mengutamakan kepentingan rakyat
di atas kepentingan kelompok/golongan.
Dalam kondisi usia emas, pemuda memiliki kelebihan yang
dapat memainkan peran untukmenjadi pelopor karena semangat dan
kondisi yang sangat menunjang untuk berbuat yang lebih baik.
Menjadi pelopor perubahan dimasyarakat berarti mengedepankan
inisiatif.Inisiatif tidak harus muncul dari pemikiran sendiri, tetapi bisa
saja
merupakan
hasil
penyerapan
ketika
berinteraksi
dengan
lingkungan.
Cakupan masyarakat yang menjadi obyek peran ini juga tidak
harus besar. Bahkan akan lebih efektif, apabila perubahan dilakukan
secara bertahap dari tingkat keluarga, lingkungan tetangga, lingkungan
kerja dan baru kemudian meluas ke tingkat yang lebih tinggi.
Kepeloporan dalam perubahan dapat dilakukan dalam semua segi
kehidupan masyarakat.
Ada langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain,
membangun sekolah alternatif. Sekolah alternatif sebagai lembaga
alternatif untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, tetapi
berbeda dengan sekolah formal yang ada.Dan berdasarkan pengakuan
dari siswa-siswa yang masuk sekolah alternatif, mereka justru lebih
senang dan merasa sekolah alternatif lebih memberikan banyak
manfaat ketimbang sekolah formal.Dan biasanya sekolah-sekolah
alternatif ini didirikan latar belakangnya dari mahalnya biaya
pendidikan di Indonesia.
Pemuda diharapkan mampu membawa pola pikir dan cara hidup
positif dan pengaplikasiannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karena itulah, pemuda memiliki peran yang signifikan dalam hal ini.
Masyarakat Indonesia membutuhkan pihak yang memberi mereka
29
masukan, mendidik mereka tentang pola pikir dan cara hidup yang
lebih baik, dan tanpa lelah terus mensosialisasikan pola pikir dan cara
hidup yang lebih baik melalui berbagai media. Pemuda diharapkan
selalu dapat mentransfer kepada masyarakat lain tentang sesuatu yang
berpotensi menuju kehidupan yang lebih maju dan lebih baik.20
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Kajian hasil penelitian yang relevan ini, penulis melihat masalah
yang hampir serupa dengan masalah yang penulis teliti yakni peran
pemuda.Dalam skripsi berjudul “peranan majlis taklim Ikatan Pemuda
Ciganjur (IPC) dalam pembentukan akhlak generasi muda (Studi Kasus di
Rt 002/05 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan” yang di tulis oleh sodara
Uswatun Hasanah.
Pembahasan yang dijelaskan dalam penelitian terdahulu adalah
pendidikan nonformal berbentuk majlis taklim sedangkan penulis
mengangkat pendidikan nonformal berupa Taman Pendidikan Al-Quran
(TPA), persamaan terjadi pada pelaksana atau penggerak objek yakni
pemuda.
Posisi pemuda Ciganjur dalam penelitian sebelumnya sebagai
penggerak sekaligus sasaran peneliti, berkaitan dengan akhlak remaja dan
pemuda yang mengikuti pengajian pada majlis taklim tersebut.Sedangkan
pemuda di Desa mekarsari ini menjadi pengajar dan contoh untuk para
adik-adik atau siswa-siswi di TPA yang telah mereka bentuk.
Untuk hasil penelitian juga terdapat perbedaan masalah, pada
penelitian terdahulu peranan Majlis Taklim IPC adalah tempat yang
berfungsi sebagai wadah dalam membina dan mengembangkan kehidupan
beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada
Allah dan berakhlak mulia.21Masalah yang telah muncul untuk penelitian
20
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dialog Pemuda dalam
Membangun Bangsa, (Jakarta: Kemenegpora, 2009), hal. 25-26
21
Uswatun Hasanah, “peranan majlis taklim Ikatan Pemuda Ciganjur (IPC) dalam pembentukan
akhlak generasi muda (Studi Kasus di Rt 002/05 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan”, Skripsi pada
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta : 2005), hal. 63
30
sekarang adalah bagaimana peran pemuda dalam mengembangkan
pendidikan nonformal berupa Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pengembangan Pendidikan Islam Nonformal
(Studi Atas Peran Pemuda di Desa Mekarsari)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Wiwi Sawiyah Pebriyanti
NIM. 109011000230
Menyetujui,
Pembimbing
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Melihat dari keadaan diri dan sekitar wilayah Desa Mekarsari,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang peran pemuda yang
seharusnya tidak sedikit dalam pendidikan. Karena, pemuda merupakan
manusia yang produktif, kritis dan berpengaruh pada perputaran zaman ini.
Penulis telah melihat dan membaca tentang metode atau beberapa
penelitian. Metode yang bagus untuk meneliti suatu kelompok bahkan
seseorang adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus (peran
pemuda di Desa Mekarsari).
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
studi kasus. Metode penelitian deskriptif adalahsuatu penelitian yang
diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan
memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir
tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal, 3
31
32
yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang. 2
Seperti pengantar penulis di bab-bab sebelumnya pemuda pada
zaman ini mempunyai pengaruh yang kompeten untuk membangun suatu
pembaharuan bahkan menyangkut kehidupan politik. Bagaimana pemuda
mengatasi pembaharu atau yang mengaku pembaharu khususnya dalam
pendidikan agama? Kenapa pemuda tidak menjual masa produktifnya
untuk ikut berpolitik?. Memang pemuda seharusnya berperan disini
bahkan tahap keagaman yang semakin kontroversi.
Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa
yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada
fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata. Selain itu,
penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi-studi
kasus eksplanatori, eksploratoris dan dekriptif. Dalam penggunaannya,
peneliti studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek pendesainan
dan penyelenggaraannya agar lebih mampu menghadapi kritik-kritik
tradisional tertentu terhadap metode / tipe pilihannya.3
B. Setting penelitian
1. Letak penelitian
Penelitian studi kasus ini terletak di Kp. Tipar Rt. 005/010
Mekarsari Cimanggis Depok. Letak yang lebih detailnya yakni di
sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Hidayah. Jadwal
mengaji untuk anak perempuan dan laki-laki dipisah dengan ketentuan
seperti ini; Senin dan Sabtu (setelah Magrib) jadwal mengaji laki-laki.
2
3
1
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:CV pustaka setia, 2011) hal. 100
Robert K. Yin, Studi Kasus Design & Metode, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012) hal,
33
Sedangkan Kamis, Jum’at dan Sabtu (setelah Magrib) jadwal untuk
perempuan.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar, peneliti
melihat sudah cukup memenuhi kriteria untuk pelaksanaan belajar
mengajar. Di TPA al-Hidayah ada 2 tempat ruangan untuk kegiatan
belajar mengajar. Ada 2 papan tulis, 2 penghapus papan tulis, 3 spidol,
20 meja mengaji atau lekar dan 20 al-qur’an terjemah. Prasarana di
TPA ini ada beberapa buku bacaan untuk anak, 2 kipas angin, 2 kamar
mandi, dan beberapa alat-alat kebersihan.
3. Jumlah siswa dan guru secara keseluruhan
Siswa di TPA ini berjumlah 35 orang khusus untuk perempuan
dan 3 orang guru.
C. Teknik pengumpulan data
Data penelitian ini adalah kualitatif data berwujud kata-kata ataupun
jawaban yang dikumpulkan dalam beberapa cara, baik wawancara, maupun
hasil observasi ketika di lapangan. Data tersebut kemudian diproses melalui
pencatatan dan pengetikan yang mana data dianalisis tetap menggunakan katakata yang disusun ke dalam teks yang diperluas. Sumber data dalam penelitian
ini adalah subyek yang mana data dapat diperoleh.
Artinya dalam penelitian ini data diperoleh dari hasil pengamatan
sekitar dan responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan
melalui wawancara.
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni
sumber primer yakni dokumentasi dan sekunder yakni wawancara dan
observasi.
34
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu meliputi:
1. Observasi
Dalam observasi diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan
sebenarnya tanpa usaha sengaja untuk menambahkan maupun mengurangi
hasil pengamatan penelitian yang diperoleh di lapangan.4Observasi yaitu
pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan secara langsung.
Observasi merupakan langkah metode atau cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Observasi
dapat
dilakukan
dengan
partisipasi
ataupun
nonpartisipasi. Dalam observasi partisipasi (participatory observation)
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat
ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi
nonpartisipatif (nonparticipatory observasi) pengamat tidak ikut serta dalm
kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam
kegiatan.5
Disini penulis melakukan observasi partisipasi atau ikut serta
dalam kegiatan, agar individu bahkan kelompok yang diamati tidak tahu
bahwa mereka sedang diobservasi. Penulis telah melakukan observasi
selama 12 kali pertemuan, guna melihat perkembangan yang terjadi dalam
kegiatan belajar mengajar di TPA al-Hidayah.
2. Wawancara
Wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian yang
meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara
4
S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), cet. 10,
h. 106.
5
Sudaryono, Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), cet 1, h. 38
35
pewawancara dan responden.
6
Peneliti telah melakukan wawancara
terstruktur 1 kali dan wawancara tidak terstruktur beberapa kali.
Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan ketika peneliti melihat atau
setelah mengamati adanya perubahan, baik penambahan ataupun
pengurangan dalam kegiatan mengajar khususnya.
Dalam sesi wawancara ini observer bertemu dengan istri pendiri
yang tidak lain adalah pengajar siswi putri. Observer juga melibatkan
siswi-siswi untuk di wawancarai dan berdiskusi seputar pengajaran dan
peran pemuda TPA Al-hidayah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek peneltian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah
catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun
oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa,
dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar
diperoleh, ditemukan dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Dalam teknik ini observer melihat data atau dokumen berupa absen,
laporan program pemuda dan hasil dari jepretan-jepretan kegiatan yang
telah berlangsung.
D. Telaah Analisis Data.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mengsistesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dipihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai
berikut:
6
Consuelo G. Sevilla, Penerjemah Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta:
Universitas Indonesia Press 2006), hal.205
36
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar danmembuat indeksnya,
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.7
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola pikir deduktif
dan induktif. Sebagai contoh observer mendapat data melalui wawancara ,
data yang observer dapat dari wawancara dioleh menjadi data deskriptif
untuk mengembangkan dan hubungan baru dengan hasil temuan lapangan
lainnya yang di dapat dari observasi. Dengan demikian observer dapat
menarik kesimpulan dari data dan pengamatan yang dilakukan oleh
penulis selama kegiatan penelitian.
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (PT Remaja Rosda Karya: Bandung,
2009), hal.248
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum TPA Al-Hidayah
Keberadaan TPA yang bersifat sebagai lembaga pendidikan nonformal
jenis
keagamaan
berperan
penting
dalam
membantu
mempersiapkan,
mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan keagamaan yang telah
dimiliki peserta didik melalui program pendidikan formal.
Materi pelajaran TPA menitikberatkan pada pengajaran al-Qur‟an sesuai
dengan tujuannya, yaitu mencetak kader-kader muslim Qur‟ani yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT. Meskipun demikian ditunjang pula dengan materimateri seperti: Pengajaran Shalat, Hapalan ayat-ayat al-Qur‟an, Sejarah Islam,
Do‟a-do‟a harian, Tajwid, Agama Islam dan sejenisnya.
1. Sejarah Berdirinya TPA Al-Hidayah
Taman Pendidikan Al-Qur‟an Al-Hidayah didirikan pada tahun 2005 oleh
sekelompok pemuda dan pemudi yang peduli dengan pendidikan masyarakat
disekitarnya.Berdirinya TPA Al-Hidayah ini dilatarbelakangi oleh penyebaran
dakwah yang dilakukan oleh pemuda dan pemudi tersebut.TPA Al-Hidayah
Berlokasi di Kp. Tipar RT 05/10 Desa Mekarsari, Kecamatan Cimanggis, Kota
Depok.
37
38
Berdirinya TPA Al-Hidayah ini di dirikan oleh 3 pemuda yakni Rachmad
dunggio, Anggi dan Danu. Pada saat tahun 2005 salah satu penggerak TPA
tersebut mencari lokasi yang cocok untuk mendirikan TPA. Setelah mendapatkan
tempat yang cocok penggerak bertemu dengan orang yang mempunyai tempat
tersebut yaitu bapak Wandi sebagai ketua lapak di tempat tersebut.Penggerakpun
membicarakan maksud bertemu dan bapak Wandi pun menyetujui rencana
penggerak untuk mendirikan TPA di tempatnya.
Donatur yang siap untuk membiayai pembangunan TPA juga menyetujui
letak dan tempatnya. Setelah bermusyawarah antara penggerak, donator dan
penyedia tempat serta ketua RT maka siaplah di bangun TPA yang sekarang di
beri nama Al-Hidayah. Diberinya nama Al-Hidayah ini dengan alasan “agar para
pemuda di Kampung Tipar Mekarsari ini melihat petunjuk ibadah bukan hanya
sekedar mencari pekerjaan”.1Dari tahun ke tahun TPA Al-Hidayah ini mengalami
perkembangan dalam segi bangunan dan perlengkapan mengaji atau TPA AlHidayah.
Pada awalnya lantai mengaji hanya merupakan tanah yang dilapisi
karpet.Pada tahun 2007 lantai TPA di plester dan lebih ditinggikan dari lapak
sekitar. Meja mengaji atau lekar tahun 2005 hanya memiliki kurang dari 10 di
tahun 2007 ini ada lebih kurang 15 lekar. Di tahun ini juga dispenser dan kipas
angin di sediakan untuk kenyamanan belajar mengajar.
Perkembangan dan perubahan juga terjadi dalam formasi mengajar.Di
awal 2005 pengajar hanya ada 3 orang.Di tahun 2007 terdapat banyak pengajar
bahkan di bagi jadwal untuk para pengajar agar tidak terlalu banyak. Di tahun
2009 para pengajar mengalami penurunan jumlah karena sebagian pengajar sudah
mulai bekerja dan ada juga yang melanjutkan kuliah di luar kota.
Di tahun 2009 sampai 2012 siswa dan siswi mengaji dalam satu ruangan
dan pada hari yang sama. Karena, pada saat itu anak-anak yang mengaji masih
berusia TK dan SD serta pengajarnya juga hanya ada laki-laki.Di tengah tahun
1
Yusri. Ketua RT dalam sambutan Syiar Ramadhan
39
2012 masuk 2 pegajar perempuan yang salah satunya merupakan istri penggerak
TPA Al-Hidayah ini.Pada akhir tahun 2012 di buatlah 2 formasi kegiatan belajar
dan mengajar.Siswa dan siswi di pisah mulai dari jadwal mengaji dan pengajar.
Seperti yang telah di jelaskan lika-liku pengajar dan sistem, metode dan
kegiatan juga ikut berkembang.Metode belajar yang sebelumnya hanya ceramah
dan privat sekarang ditambah dengan mengenalkan media audio visual sebagai
bahan materi. Melakukan sorogan atau di kelompokkan sesuai usia dan materi.
Pemuda di TPA ini tidak hanya menyampaikan materi yang berhubungan
dengan teori.Pemuda di sini juga memberikan contoh langsung kepada siswasiswi dalam setiap peringatan hari besar Islam atau peristiwa penting dalam
Islam.contohnya; mengadakan Syiar Qurban, peristiwa ini sangat terkenal dari
zaman Nabi Ibrahim yang telah mendapat perintah dari Allah untuk mnyembelih
anaknya yakni Islmail. Karena keikhlasan Nabi Ibrahim mengqurbankan anaknya
maka digantilah oleh Allah menjadi seekor kambing.
Peristiwa di atas perlu diingatkan kepada anak-anak sejak dini untuk
menanamkan niat dalam hati agar bisa ikut berkurban nantinya.Pemuda di TPA
selain menyampaikan materi, mengajak anak kepada kebaikan dan menanamkan
niat baik sejak dini juga meringankan biaya pendidikan Islam nonformal ini.Para
pengajar atau pemuda tidak meminta bayaran atau mengkormesilkan lembaga
pendidikan Islam non-formal tersebut.Karena, menurut mereka ilmu itu tidak
diperjual belikan.
Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu
organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi, karena
perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar atau asal belajar.
Adapun visi TPA Al-Hidayah adalah “membentuk generasi Qur‟ani yang
beraqidah kuat, mampu membaca, menulis dan mengamalkan kandungan Alqur‟an, berakhlak karimah, cerdas dan mempunyai semangat belajar tinggi,
memiliki semangat untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mampu mengembangkan diri dalam rangka meghadapi masa depan dengan penuh
40
harapan.” 2 Sedangkan misi TPA Al-Hidayah adalah menjadi sarana pendidikan
nonformal yang melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Membina para murid dalam mengembangkan kemampuan membaca tulis alQur‟an, hafalan surat-surat pendek, hafalan bacaan shalat serta do‟a sehari-hari.
b. Melaksanakan pengajaran dan pendidikan kepada para siswi berdasarkan AlQur‟an dan Hadits.
c. Membina para murid agar senantiasa memegang teguh aqidah keislaman dalam
rangka peneguhan keyakinan dan pembentukan diri sebagai generasi muslimah
yang berakhlak karimah.
d. Membina para murid agar senantiasa bersemangat dalam menjalankan,
menegakkan dan kebenaran Islam.
e. Memberikan pelajaran secara tidak langsung kepada seluruh masyarakat untuk
senantiasa mendukung kegiatan pendidikan generasi yang akan datang.
Untuk lebih jelasnya penulis akan memberikan identitas dari TPA tersebut :
1) Nama TPA : Al-Hidayah
2) Alamat
: Kp. Tipar RT 05/10, Kelurahan Mekarsari Kecamatan
Cimanggis Kota Depok 16952
3) Tahun berdiri
: 2005
Melihat dari tahun berdirinya maka TPA Al-Hidayah ini telah cukup lama
berdiri kurang lebih sembilan tahun yang lalu.TPA juga telah mengalami sedikit
banyak perubahan, seperti yang telah di sebutkan di atas.Awalnya TPA Alhidayah hanya mempunyai satu bangunan untuk kegitan belajar mengajar, ditahun
2013
TPA
ini
memiliki
dua
bangunan
untuk
kegiatan
belajar
mengajar.Memisahkan jadwal mengaji siswa dan siswi.Menambahkan materi
untuk kegiatan belajar. Mengelompokkan peserta belajar menurut usia.
Mengenai struktur TPA salah seorang nara sumber menjelaskan, “bahwa
TPA ini tidak ada ketua yang ada hanya bendahara, karena TPA ini merupakan
2
Linailil Izzati. Wawancara Pribadi. Cimanggis, 13 November 2014
41
tempat ibadah bagi para pendiri dan penggerak TPA Al-Hidayah. Jadi, masalah
yang terdapat di TPA akan di tanggung bersama oleh para penggerak serta
donatur dan jika memang tidak bisa memutuskan sendiri, masalah tersebut bisa
dibawa dalam syura‟ atau musyawarah bersama TPA-TPA lainnya”.3
Adapun nama majlis atau TPA dan tempat-tempat yang juga di dalangi
oleh para pemuda yakni sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Majlis / TPA yang di Kembangkan oleh Pemuda
No
Nama Majlis / TPA
Lokasi
1.
Adz-Dzikir
Jatiwaringin Bekasi
2.
Al-Furqon
Jati Cempaka
3.
Al-Kautsar
Jati Cempaka
4.
Al-Munawar
Kodau
5.
Al-Istiqomah
Cileduk
6.
Al-Hidayah
Cimanggis Depok
7.
At-Taubah
Petemburan Jakarta Pusat
8.
An-Nur
Pondok Pinang Jakarta Pusat
9.
Al-Mukhtar
Slipi Jakarta Barat
10.
Darul Quran
Pondok Pinang Jakarta Selatan
11.
Ash-Shaaf
Nanggelang Bojong
Dari data di atas masih ada lagi beberapa majlis dan TPA yang juga telah
berdiri dan saling bekerja sama antara satu daerah dengan daerah lainnya. Majlis
dan TPA terdiri dari jadwal siwa laki-laki, siswi perempuan dan pengajian remaja
serta ibu-ibu yang bermateri tentang pembinaan. Maksud dari pembinaan disini
materi yang tercantum dalam Al-Qur‟an seperti Aqidah dan akhlak, fiqih ibadah
serta muamalah dan pelajaran dari perjalanan dakwah para nabi.
3
Linailil Izzati. Wawancara Pribadi. Cimanggis, 5 Februari 2015
42
2. Keadaan Guru
Guru yang mempunyai peran dan pengaruh bagi anak didik sebagai
pelaksana langsung dan orang yang bertanggung jawab terhadap tercapainya
tujuan pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dalam
bukunya bahwa “Guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar. Sebagai
pendidik selain memberikan pengetahuan guru juga mengarahkan tingkah laku
anak didik ke arah yang lebih baik, dan sebagai pengajar guru berkewajiban
menerjemahkan segala pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik sesuai
dengan perkembangannya”.
Kedua tugas tersebut merupakan faktor yang sangat penting untuk
menunjang
terlaksananya
program
pendidikan,
sehingga
untuk
dapat
melaksanakan tugas dengan baik, guru wajib memiliki disiplin waktu, disiplin
ilmu terutama ilmu keguruan untuk meningkatkan mutu. Sehubungan dengan
uraian diatas maka penulis akan mengemukakan keadaan guru-guru yang ada di
TPA Al-Hidayah 2013 sampai sekarang.
Menurut hasil pendataan observer para pengajar disini bukan lulusan dari
tarbiyah atau pendidikan. Meskipun demikian, pengajar disini
semangat dan
peduli terhadap anak-anak yang kurang minat belajar dan kurang berakhlak baik.
Para pengajar disini membawa masalah yang ada di TPA kepada majlis-majlis
atau syura yang juga mendirikan TPA.Untuk menemukan solusi serta tindak
lanjut.
Berikut data diri tentang pengajar atau pemuda yang membina anak-anak
di TPA Al-hidayah :
43
Tabel 4.2
Daftar Guru TPA Al-Hidayah
No.
1.
Nama
Rachmad Dunggio
Tempat,
Pendidikan
Tanggal Lahir
terakhir
Samarinda,
28
S1
Mei 1982
2.
Linailil Izzati
Jakarta,
Slamet Romadhon
27
SMA
Pemalang, 5 Juni
Nur Laila
Pemalang,
Pengajar
Siswi putri4
SMA
1987
4.
Pengajar
siswa putra
November 1989
3.
Jabatan
Pengajar
siswa putra
23
SMA
Agustus 1985
Pengajar
Siswi putri5
Menurut data para pengajar di atas merupakan golongan pemuda di saat
awal mulai bergabung untuk mengajar di TPA Al-Hidayah ini.Melihat dari
pendidikan para pengajar disini, kurang memenuhi persyaratan untuk mengajar
TPA. Sesuai yang terlihat observer ketika proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan yang tidak bervariasi setiap minggunya, kurang mengetahui lagu-lagu
Islami anak.
Menurut salah satu wali murid, “pengajar di sini sudah baik dalam
membimbing kelakuan anak kepada orang tua, hanya kurangnya kreasi yang
menyebabkan anak mudah lupa dengan yang sudah diajarkan”.6
Setelah memberi komentar tersebut bu mala selaku wali murid
menyumbangkan sedikit lagu-lagu anak yang beliau ketahui dari tempat
bimbingan baca dan tulis yang diikuti oleh anaknya.
4
Linaili izzati. Wawancara Pribadi. Cimanggis, 31 Desember 2014)
Nur laila. Wawancara Pribadi. Cimanggis, 31 Desember 2014
6
Bu Mala. Wawancara Pribadi. Cimanggis, 15 Januari 2015
5
44
Kegiatan mengajar yang sudah dilakukan satu tahun terakhir ini terlihat
lebih berkreasi dan tidak monoton.Karena, para pengajar sudah banyak
menambahkan metode untuk menyampaikan materi.Mulai dari shalawat, lagulagu anak dan menonton video anak islami untuk mengambil contoh dari tayangan
tersebut.
3. Siswa dan siswi
Sesuai dengan pembahasan yang bertujuan untuk mengembangkan
pendidikan tentu masalah ini lebih tertuju kepada anak-anak dan remaja yang
masih dalam usia belajar. Di TPA Al-hidayah ini anak-anak perempuan masih
dalam usia yang beragam mulai dari 3 tahun sampai 14 tahun. Penulis
mengalami kendala untuk mengobservasi siswa putra karena berbeda jadwal
dan jenis kelamin.
Penulis hanya akan mengeksplor sedikit yangterjadi dengan siswa putra,
karena sumber yang di dapat dari hasil wawancara dengan istri pengajar dan
salah satu siswa putra yang merupakan tetangga penulis. Dalam wawancara
penulis dengan siswa putra tentang apa pelajaran yang adik senangi?.Nara
sumber (Hafidz) mengatakan “saya menyukai materi pembinaan karena ketika
pelajaran berlangsung kak ebeng (pengajar) memutarkan kami film yang
berhubungan dengan materi”.7
Berbeda dengan siswa putra, penulis hanya bisa menyampaikan sepenggal
cerita.Keadaan di siswi putri banyak sekali kejadian-kejadian yang ditangkap
oleh penulis.Seperti, kejadian ketika memulai pelajaran; pelajaran berlangsung
sampai kegiatan pulang.Untuk siswi putri mendapat jadwal mengaji 3hari dalam
seminggu.
7
Hafidz. Wawancara Pribadi. Cimanggis, 10 Januari 2015
45
Tabel 4.3
Daftar Jumlah Siswa
Kelompok umur
Jumlah
3 sampai 6 Tahun
8 Orang
7 sampai 9 Tahun
15 Orang
10 sampai 14 Tahun
12 Orang
Jumlah Total
35Orang
Kondisi siswi yang memiliki perbedaan umur terlihat menyulitkan untuk
menyeragamkan materi.Namun jika dilihat dari latar belakang siswi yang
mayoritas berasal dari keluarga atau orang tua yang bekerja dan tergolong
dalam kelas ekonomi menengah kebawah.Beragam profesi yang dilakukan oleh
para wali murid, mulai dari berdagang, asisten rumah tangga sampai dengan
pemulung.
Dari 35 siswi di atas observer mencatat dari hasil wawancara kepada
siswa-siswi langsung tentang profesi orang tua mereka. Bahwa 22% melakukan
berdagang, 25% pemulung , 28% asisten rumah tangga dan 25% lain-lain.
profesi
asisten rumah tangga
25%
22%
pemulung
pedagang
28%
25%
lain-lain
46
Seperti yang terlihat dari diagram di atas bahwa mayoritas siswi berasal
dari keluarga kurang mampu. Walaupun siswa-siswi di sini berasal dari
keluarga kurang mampu, untuk nilai kedisiplinan dan kehadiran mereka bisa
diacungi jempol.Hampir setiap pertemuan TPA ini memiliki jumlah hadir siswi
normal antara 30 - 35 siswi.
Kehadiran siswi ini merupakan sebuah apresiasi mereka kepada pengajar
yang hampir setiap pembubaran siswi berpesan “jangan lupa shalat isya di
rumah dan besok ngaji lagi ya”.Kedisiplinan siswi juga terlihat ketika proses
mengaji berlangsung, jika waktu nya baca iqro secara perorangan siswi yang
lain menulis sambil menunggu giliran. Ketika materi pembinaan untuk yang
siswi besar, siswi yang kecil menulis dan tidak mengganggu.
4. Sarana dan prasarana
Dalam suatu lembaga pendidikan formal maupun nonformal pasti
memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan belajar
mengajar sarana dan pasarana yang mendukung keberhasilan dalam mencapai
tujuan pendidikan sangatlah diperlukan, disamping sebagai motivator juga
sebagai mediator bagi anak didik. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai
maka tujuan pendidikan tidak akan tercapai.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di TPA Al-Hidayah adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4
Daftar Sarana dan Prasarana
No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Kelas / Tempat mengaji
2
2
Papan Tulis
2
3
Penghapus papan tulis
2
4
Spidol
3
47
5
Meja Mengaji/ Lekar
15
6
Al-Qur‟an Terjemah
20
7
Kipas Angin
2
8
Kamar mandi
2
9
Sapu
2
10
Tempat Sampah
2
5. Program-program TPA Al-Hidayah
a. Pembagian sembako
Program sembako ini terlaksana setiap satu bulan sekali untuk para
pengajar di TPA.Sembako ini di berikan untuk mendukung ibadah dan
membangun mental agar lebih khusyu dalam memperjuangkan urusan
ibadah kepada Allah.
Sedangkan untuk para siswi satu tahun sekali yakni pada hari raya
Idul Fitri.Sembako ini berupa hadiah untuk anak-anak yang telah semangat
hadir untuk mengaji pada jadwal yang telah ditentukan.
b. Pendidikan
Mendidikan yang dimaksud dalam program TPA Al-hidayah adalah
memberikan pendidikan tambahan berupa materi dasar yang ada di
TPA.Sifat dan tujuan dari pendidikan yang di programkan yaitu belajar
mempersiapkan sedini mungkin generasi hamba-hamba Allah yang lebih
baik dari kita, dikarenakan bentuk pendidikan yang ada tidak menjamin
pemahaman bagi generasi didik bahwa mereka adalah hamba Allah.
c. Qurban
Qurban merupakan hari raya Islam yang salah satu tujuannya untuk
membagi kebahagiaan kepada orang-orang yang kurang mampu, para
dermawan menyisihkan harta untuk membeli hewan qurban untuk menjadi
amal di akhirat kelak. Hari raya qurban juga mengingatkan kisah nabi
48
Ibrahim dan nabi Ismail.Kisah ini hampir setiap mubaligh menyebut pada
kesempatan hari raya qurban.
Di TPA Al-Hidayah sudah menjadi kegiatan rutin melaksanakan
syiar qurban dan dilanjut dengan pemotongan hewan qurban. Hewan qurban
yang di dapat berasal dari para donatur dan hasil infaq dari anak-anak TPA
serta remaja dan ibu-ibu yang mengikuti pengajian.
d. Khitan
Syiar khitan yang biasa disebut oleh para pemuda TPA ini
merupakan kegiatan yang juga dilakukan 1 kali dalam setahun. Khitan atau
sunatan masal yang biasa disebut oleh warga sekitar TPA merupakan bagian
dari program TPA Al-Hidayah. Sunatan masal ini bisa terlaksana atas
dukungan yang diberikan oleh orang-orang atau warga yang bersangkutan.
Seperti tahun-tahun sebelumnya sunatan masal ini dilaksanakan
secara gabungan antara TPA-TPA yang juga di dalangi oleh para pemuda.
Untuk tahun 2014 ini TPA Al-Hidayah menjadi tuan rumah dalam
menyelenggarkan kegiatan sunatan masal ini. Peserta yang terdaftar dalam
sunatan masal ini merupakan warga sekitar TPA-TPA penyelenggara.
Sama halnya dengan Syiar Ramadhan dan Syiar qurban. Sebelum
melakukan pemanggilan anak-anak yang akan di khitan, penyelenggara atau
pemuda membuat susunan acara untuk syiar khitan. Dalam sambutan ketua
panitia menyebutkan tujuan diadakannya program sunatan masal ini “untuk
mendidik muslimin agar mengetahui makna sebenarnya dari khitan, yaitu
untuk membentuk generasi yang bersih disisi Allah”.8
6. Kegiatan belajar mengajar
Proses belajar mengajar yang baik tentu akan menghasilkan prestasi
yang baik pula. Pengajian TPA Al-Hidayah dimulai pada pukul 18.00 wib
(ba‟da maghrib) sampai dengan selesai. Adapun hari yang digunakan untuk
pengajian khusus Nisa (siswi perempuan) 3 hari antara lain, hari kamis, jum‟at
dan sabtu. Selain membaca iqra atau al-qur‟an, peserta didik juga diajarkan
8
Anggi. Sambutan Ketua Panitia. Cimanggis, 21 Desember 2014
49
beberapa pelajaran yang masih berkaitan dengan agama seperti Tajwid, do‟a
sehari-sehari, hafalan surat-surat pendek, dan pembinaan.
Pembinaan disini anak-anak diberikan materi yang sumbernya langsung
dari Al-qur‟an.Yakni; mengkaji terjemah dari surah-surah yang berkaitan pada
saat mengaji.Seperti, surah Luqman yang mengajarkan bagaimana mendidik
anak dengan indikasi tetap kepada Allah.Walaupun hadiah atau nasehat itu
keluar dari lisan seorang ayah tapi tetap saja sebenarnya yang memberi itu
adalah Allah.
Tabel 4.5
Jadwal kegiatan dan waktu pelaksanaan TPA
No
Nama kegiatan
Jadwal kegiatan dan waktu
pelaksanaan
1
Belajar membaca Iqro dan Tajwid
Kamis, pukul: 18.00 – 19.30
2
Pembinaan
Jum‟at, pukul: 18.00 – 19.30
3
Hafalan doa sehari-hari dan surat pendek
Sabtu, pukul: 18.00 – 19.30
B. Peranan Pemuda
Peranan pemuda dalam mengembangkan pendidikan Islam nonformal
di TPA Al-hidayah yakni dapat dilihat peranannya dalam dua bentuk, yakni
peran pemuda sebagai pengajar dan peran pemuda sebagai organiszer, dalam
kaitannya dengan pengembangan pendidikan Islam nonformal.
1) Pemuda sebagai pengajar
Dalam memperkembangkan pendidikan Islam nonformal pemuda
berperan sebagai pengajar.Pada masa kini, pendidikan sudah semakin maju dan
modern.Namun, dalam praktiknya belum benar-benar memenuhi amanat
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia. Demikian juga terlihat benar arahnya seperti
yang dituntut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, yaitu mengembangkan
50
potensi diri anak didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan dan keterampilan.
Sejak zaman pergerakan nasional Indonesia, peranan pemuda sangat
besar, dan dalam perjuangannya banyak memlalui pendidikan bangsa.Seperti
yang dilakukan oleh pejuang Budi Oetomo untuk Taman Siswa.Dalam
Islampun pemuda berperan aktif dalam bidang pendidkan.
Masalah yang menjadi pokok pembahasan pada bab ini adalah peran
pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal (TPA Al-Hidayah).
Adapun “peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki
seseorang yang berkedudukan dimasyarakat dan harus dilaksanakan”.9
Ada langkah konkret yang dapat dilakukan oleh para pemuda dalam
mengembangkan pendidikan yakni membangun sekolah alternatif.Sekolah
alternatif sebagai lembaga alternatif untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat, tetapi berbeda dengan sekolah formal yang ada.Pendidikan non
formal
merupakan
jawaban
dari
sekolah
alternative
tersebut.Banyak
pendidikan nonformal yang telah berdiri, mulai dari pendidikan gratis sammpai
lembaga kursus.Pemuda di TPA Al-Hidayah ini telah memilih pendidikan
Islam nonformal sebagai alternatif peran mereka dalam pendidikan.
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang
bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang
ditemukan dilapangan bersifat verbal, kalimat-kalimat, fenomena-fenomena
dan tidak berupa angka-angka. Namun sebelum memasuki pada pokok
pembahasan, terlebih dahulu penulis memaparkan temuan data yang diperoleh
dari hasil penelitian yang berkaitan dengan hal-hal yang telah diteliti pada
pelaksanaan peran pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal
(TPA Al-Hidayah), antara lain; materi pelajaran dan metode pengajaran,
pembinaan akhlak dan kegiatan di TPA.
9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), hal. 667
51
a. Materi Pelajaran
Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam TPA. Materi
TPA yang memuat ajaran Islam dengan segala keluasannya. Islam memuat
ajaran tentang hidup yang meliputi aspek kehidupan, maka pengajaranislam
1) Iqro
Iqro terdiri dari 6 jilid mulai dari tingkatan yang sederhana, tahap demi
tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.Seperti yang diketahui iqro
bisa untuk segala umur, BALITA atau TK sampai perguruan tinggi bahkan
MANULA.
Sistem pengajaran yang dipraktekkan di TPA Al-Hidayah ini bersifat
privat.Masing-masing siswi disimak satu persatu secara bergantian dan
hasil belajarnya dicatat pada kartu prestasi siswi.Siswi yang menunggu
giliran bisa melancarkan bacaan dan diberi tugas untuk menulis.
2) Tajwid
Keutamaan Tajwid adalah ilmu yang mulia, karena seorang muslim
dituntut untuk membaca Al-Qur‟an pada tiap harinya, minimal dlam shalat
sehari semalam. Demikian pula orang yang ahli dalam ilmu ini akan masuk
surge bersama para malaikat sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai
berikut;
Dari Aisyah radhiyallahu „anha berkata, teah bersabda Nabi shallallahu
„alaihi wa sallam,
‫علَيْهِ شَاّقٌ لَ ُه‬
َ َ‫ي يَقْزَؤُ ُه وَ يَتَ َتعْتَ ُع فِيْ ِه وَهُو‬
ْ ِ‫ن مَ َع الّسَ َفزَ ِة ا ْل ِكزَا ِم الْ َب َزرَ ِة وَالَذ‬
ِ ‫َا ْلمَا ِه ُز بِالْ ُقزْا‬
‫ن‬
ِ ‫جزَا‬
ْ َ‫ا‬
“Seorang yang pandai dalam Al-Quran akan bersama dengan para
malaikat yang mulia lagi taat, dan seorang yang membaca Al-Quran
dengan tersendat-sendat (terbata-bata) dan merasa keberatan maka
baginya dua pahala”. (H.R. Muslim)
Tujuan ilmu tajwid yang paling utama adalah lancarnya seseorang dalam
pengucapan lafal Al-Quran dengan ilmu yang telah
disampaikan oleh
ulama terdahulu. Di TPA ini pengajar menyampaikan materi tajwid dengan
52
bahan ajar iqro. Karena, siswi disini masih kaku dalam pelafalan bahasa
arab.
3) Pembinaan
Pembinaan akidah dan akhlak yang didasarkan pada ayat-ayat Al-qur‟an
beserta tafsirnya.Materi ini lebih khusus diberikan pada anak-anak yang
berusia 8-14 tahun. Tetapi, anak yang dibawah usia tersebut juga
diperkenankan untuk mengikuti materi tersebut.
Sebelum para pemuda memberi materi kepada anak-anak TPA, pemuda
disini mengikuti pengajian yang dilakukan secara bersama-sama dengan
ibu-ibu. Pengajar dalam materi pembinaan ini mengacu kepada ayat dan
terjemah Al-qur‟an.
Pada tanggal 5 Desember 2014, penulis melakukan observasi terhadap
sistem pengajaran yang dilakukan pemuda sebagai bentuk mentransfer ilmu
atas materi yang juga telah pemuda dapat dari pengajarnya.Kemudian di
ajarkan atau disampaikan kembali kepada siswa-siswiTPA Al-Hidayah.
Pada hari kamis ini, pemateri atau pemuda membahas surah Al-ankabut
ayat 61-63 yang berkisah tentang proses perjalan rosul yang hendak hijrah
ke kota Madinah. Pada ayat 61, orang mukmin masih ragu akan siapa yang
memerintahkan mereka untuk berhijrah dan bagaimana persiapan mereka
untuk berhijrah. Mereka khawatir akan kekurangan rezeki, sebenarnya
mereka pun telah yakin bahwa Allah yang akan memberi rezeki. Maka di
jawablah oleh Allah melalui ayat 62, “Allah melapangkan rezeki bagi
orang yang Dia kehendaki di anatara hamba-hamba-Nya dan Dia pula yang
membatasi baginya.Sungguh Allah maha mengetahui segala sesuatu.”
Pernyataan di atas juga diperkuat lagi dengan ayat selanjutnya yakni
ayat 63, artinya sebagai berikut; “Dan jika kamu bertanya kepada mereka,
“Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu
dihidupkannya bumi yang sudah mati?” pasti mereka menjawab,
“Allah.”Katakanlah, “Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka
tidak mengerti”.
53
Pemuda pun menjelaskan, ayat di atas ini sering kali terjadi sekarang
ini.Para mukmin mengkhawatirkan rezekinya berkurang bahkan tidak
mendapat rezeki jika mereka (orang mukmin) berpindah tempat.Maka
Allah mengingatkan untuk bersyukur karena air langit masih diturunkan,
tanah-tanah yang sudah kering bahkan mati dihidupkan kembali.
Setelah pengajaran pemuda dan anak-anak TPA melakukan shalat isya
berjamaah.Setelah itu anak-anak diperkenankan pulang.Setelah anak-anak
meninggalkan TPA, penulis bertanya tentang seputar pengajaran. Salah
satunya sebagai berikut;
Pengajaran yang diberikan oleh pemuda TPA ini mengambil langsung
dari ayat Al-Qur‟an, karena al-qur‟an adalah sumber utama bagi kehidupan
orang Islam.TPA yang identik umur masih dalam tahap perkembangan baik
fisik atau daya pikirnya menjadi sebuah tantangan dalam menyampaikan
materi yang langsung diturunkan oleh Allah.Maka dari itu pemuda
mengaitkan pembahasan dengan contoh kehidupan keseharian dan prilaku
siswi-siswi.Dengan begitu siswa-siswidisini lebih mengertidan tertarik
untuk mendengarkan.
Seperti deskripsi dari wawancara tidak terstruktur di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwa, pemuda disini telah menerapakan banyak pelajaran
khususnya untuk kehidua sehari-hari.Selain materi di atas yang
menceritakan hijrahnya Rosul, telah dibahas juga materi tentang perintah
shalat, puasa ramadhan, menyembelih hewan kurban.
Dalam wawancara penulis dengan istri pendiri yang juga selaku
pengajar di siswi putri mengatakan bahwa penyampaian dalam materi
pembinaan ini bukan sekedar siswi dapat membaca melainkan pemahaman
arti ayat-ayat Al-qur‟an secara perkata dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.10
4) Hafalan bacaan shalat
Hafalan bacaan shalat ini turut disampaikan kepada anak-anak
karena shalat dalam ajaran Islam mempunyai kedudukan yang sangat
10
Linailil Izzati. Wawancara. Cimanggis, 2 Oktober 2014
54
penting. Hal ini terlihat dari pernyataan yang terdapat dalam Al-qur‟an dan
Hadis, yaitu:
a) Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa.
b) Shalat merupakan ciri dari orang yang berbahagia.
c) Shalat mempunyai peranan untuk menjauhkan diri dari perbuatan jahat
dan munkar.
d) Shalat merupakan tiang agama.
e) Shalat merupakan kewajiban yang paling pertama diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW (Peristiwa Isra‟ Miraj). Setelah hafalan bacaan
shalat diharapkan murid bisa melaksanakannya walaupun belum
memenuhi syarat dan rukun-rukunnya.
5) Hafalan doa sehari-hari
Diharapkan dengan hafalan doa harian, anak akan terdorong untuk
bisa hidup dalam suasana Islami. Untuk itu doa-doa ini tidak hanya
dihafalkan tetapi langsung dipraktekkan dalam kehidupan nyata dibawah
bimbingan kakak pengajar dan orang tua. Doa-doa yang dimaksud antara
lain; Doa kebaikan dunia akhirat, doa untuk Ibu Bapak, doa hendak tidur
dan setelah tidur, doa makan dan setelah makan, doa masuk dan keluar
kamar mandi, doa setelah adzan dan doa setelah berwudhu. Dengan
menghafal doa-doa tersebut anak anak terbiasa hidup disiplin, setia,
hormat, cinta, damai, peka, baik hati dan tidak egois.
Menurut kakak pengajar TPA, yaitu Mbak Ella bahwa, “pembinaan
ini tidak akan berhasil jika orang tua tidak ikut membimbing dan
membantunya”.11untuk itu kepada orang tua agar selalu membimbing dan
mengawasi perilaku anak-anaknya dengan cara melatih serta membiasakan
anak untuk selalu membaca doa-doa tersebut dalm kegiatan sehari-hari.
b. Metode Pembelajaran
Dalam membina anak (murid) metode pembinaan yang
digunakan adalah secara klasikal dan juga perorangan (privat).Metode
11
Mbak Ella. Wawancara. Cimanggis, 1 Oktober 2014
55
klasikal
yaitu seorang pengajar membmbing anak berdasarkan
kelompok.Metode ini dilakukan pada waktu kegiatan belajar mengjar
khususnya dalam penyampaian materi pembinaan akidah dan akhlak, dan
juga dalam penyampaian Ilmu Tajwid.
Pada awal penyampaian, pengajar memberi materi berupa tulisan
dan anak-anak ikut mencatat. Setelah selesai mencatat, pengajar
menjelaskan apa yang dimaksud dari ayat tersebut dengan bahasa dan
ppenyampaian yang mudah dimengerti oleh anak. Dalam penyampaian
tajwidpun demikian anak di materi dan kadang kami belajar langsung
melalui Iqra agar anak langsung praktek dan merasakan langsung apa itu
tajwid.
Sedangkan
metode
bimbingan
perorangan
(privat)
yaitu
membimbing anak secara perorangan. Metode ini dilakukan dlam
penyampaian materi tambahan , yang merupakan waktu belajar membaca
al-qur‟an dan hafalan shalat serta hafalan doa sehar-hari. Dalam tahap
privat ini, masing-masing pengajar menangani beberapa anak untuk
diajarkan secara bergantian satu persatu dan hasilnya dicatat pada Kartu
Prestasi.Anak yang belum mendapat giliran membaca, supaya terlatih
juga dalam menulis Al-qur‟an maka anak diberi tugas untuk menulis Alqur‟an.
c. Pembinaan Akhlak
Dalam rangka pembiaan akhlak anak di TPA Al-hidayah, maka
TPA mempunyai cara-cara khusus untuk menanamkan sifat-sifat yang
terkandung dalam Al-qur‟an, antara lain sebagai berikut:
1) Membekali akal pikiran anak dengan ilmu pengetahuan
Salah satu pembinaan akhlak yang dilakukan di TPA Alhidayah adalah memberi nasihat sesuai dengan ayat Al-qur‟an dan
mengajak anak untuk mengamalkannya.Belajar sejarah Nabi, akhlak
dan perilaku.Menjawab segala pertanyaan anak dengan jawaban yang
sesuai dengan umurnya.
56
Dalam sebuah materi contohnya; cerita tentang Bilal bin
Rabah , bilal merupakan orang yang bergantung sama Allah. Dan ada
Wasyi, orang yang tidak mau bergantung sama Allah. Dengan segala
siksa yang diberikan majikan kepada Bilal, ia hanya menyebut nama
Allah (Ahad). Sedangkan Wasyi malah sebaliknya, mempertahankan
Quraisy dan berhalanya. Jadi kita yang ada di TPA Al-hidayah ini,
harus mengikuti sifat Bilal yang selalu mempertahankan Allah.
Penyampaian sejarah atau cerita-cerita sahabat yang ada di Alqur‟an ataupun tidak tertera di Al-qur‟an ini dilakukan, agar anak
mempunyai pengetahuan cukup tentang ajaran-ajaran agama Islam
yang berfungsi sebagai bekal amalan sehari-hari.
2) Mengupayakan anak bergaul dengan orang-orang baik
Dalam mengupayakan menanamkan akhlak baik sesuai dengan
perintah Allah dan ajaran agama Islam, anak sedapat mungkin bergaul
dengan orang-orang yang baik.Hal ini terkait dengan sifat anak yang
senang mencontoh lingkungan dan mudah dipengaruhi.
Dalam upaya ini pemuda disini mempergunakan kata-kata
yang baik walaupun ketika sedang menghadapi anak yang tidak tertib
dalam kehidupan sehari-hari.Memberi permisalan dengan cerita-cerita
nyata sebagai teladan yang baik bagi siswi.
3) Mendorong anak meninggalkan sifat pemalas
Terkait dengan sifat pemalas, beberapa anak mengiyakan
bahwa mereka terkadang malas untuk mengikuti pelajaran TPA.Rasa
malas ini biasanya timbul karena anak merasa lelah setelah
beraktivitas seharian.Alhamdulillah anak-anak yang megaji di TPA
Al-hidayah ini memlik semangat mengaji yang baik, terbukti setiap
pertemuan campuran pada hari kamis jumlah siswi yang datang tidak
pernah kurang dari 35 anak.
4) Membimbing anak merubah kebiasaan buruk
Dalam pembinaan akhlak, mengurangi dan menghilangkan
kebiasaan buruk merupakan sasaran penting dalam pembinaan.Jika
57
kebiasaan buruk anak tidak dicegah dan dihilangkan maka dapat
mempengaruhi anak yang lainnya.
Untuk merubah kebiasaan buruk itu diperlukan kemauan yang
keras dari anak, tekad membaja dan kesadaran yang mendalam.Untuk
itu semua, peran para pengajar selaku pemuda yang ingin
menyampaikan syariat-syariat Islam sangatlah perlu.
Cara TPA dalam membimbing anak agar dapat merubah
kebiasaan buruk dapat dilakukan lewat kajian ayat-ayat suci Al-qur‟an,
cerita keteladan Nabi untuk memperdalam kecintaannya kepada
Rasulallah dan para sahabatnya, dan juga berupa nasihat perorangan.
Serta, memberikan hadiah kepada anak-anak pada saat tertentu, seperti
hadiah atas hafalan surah pendek dan hafalan doa pendek.
2.
Pemuda di bidang sosial keagamaan
Hubungan pemuda Al-Hidayah dengan masyarakat, pada deskripsi data
di atas telah dijabarkan bahwa pemuda Al-Hidayah mendirikan TPA dengan
beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah merujuk kepada
visi TPA Al-Hidayah yakni membentuk generasi Qur‟ani yang beraqidah kuat,
mampu membaca menulis dan mengamalkan kandungan Al-Qur‟an.Untuk
melaksanakn dan mewujudkan visi tersebut tentu peran pemuda ini harus
didukung oleh warga sekitar atau masyarakat.
Untuk mengetahui hubungan pemuda dengan masyarakat atau warga
sekitar dapat dilihat dalam program yang telah dilaksanakan oleh para
pemuda di TPA ini.dalam kegiatan atau acara yang telah berlangsung penulis
telah mengikuti kegiatan tersebut dan melihat bagaimana berlangsungnya
acara serta peran-peran pemuda dan warga sekitar dalam acara tersebut.
Program kegiatan dari TPA Al-Hidayah ini tidak terlalu banyak setiap
tahunnya.Untuk perayaan hari besar Islam di TPA ini hanya beberapa saja
yang dilaksanakan di antaranya bulan Kurban, dan Ramadhan. Untuk bulan
muharram, maulid dan rajab belum pernah dilaksanakan kegiatan. Sedikitnya
58
dua kegiatan ini dan ditambah dengan acara sunatan masal menjadi event
penting baik untuk para pemuda, anak-anak TPA dan warga sekitar.
Nyatanya kegiatan-kegiatan ini setiap tahunnya bisa dihadiri oleh 150
orang bahkan bisa lebih.Orang-orang ini adalah sebagian wali murid dari
anak-anak TPA, tamu undangan untuk warga sekitar TPA serta undangan
untuk pemuda-pemuda TPA seperjuangan, serta ketua RT dan penyedia
tempat TPA Al-hidayah.
Adapun susunan acara yang lumrah dilaksanakan terdapat pembukaan,
pembacaan ayat suci Al-Qur‟an, sambutan-sambutan dan ceramah atau
Tausyiah yang disampaikan oleh ustadz undangan.Acara yang sedikit berbeda
terdapat pada kegiatan syiar kurma yang di adakan sebelum memasuki bulan
ramadhan.Disini anak-anak TPA menunjukkan kebolehan mereka yang telah
di dapat dari TPA setempat.Acara ini merupakan tolak ukur bagi anak serta
pemuda yang belum mengembangkan TPA dengan menunjukkan bakat anakanak TPA masing-masing.
Pada kegiatan-kegiatan TPA seperti yang telah dijabarkan di atas,
dengan datangnya para wali murid, tamu undangan seperti ketua RT dan
warga sekitar tentu memberikan kesan bahwa pemuda di TPA ini memiliki
hubungan yang baik, pesan yang baik dan pendatang yang baik. Terlihat juga
dari para warga sekitar yang datang, mayoritas adalah ibu-ibu dan bapakbapak.Pemuda penduduk asli desa mekarsari tidak terlihat.
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat juga peran masyarakat yang
dilihat dari peran orang tua. Orang tua yang lebih banyak bertemu dengan
peserta didik akan lebih banyak juga peran atau pengaruh terhadap anak.
Pemuda yang bertemu dengan anak-anak TPA seminggu tiga kali dalam
waktu satu jam setengah yang dikalkulasi menjadi kurang lebih lima jam
dalam seminggu akan memberikan pengaruh
sedikit.
perkembangan anak walau
59
Pengaruh perkembangan yang walau sedikit ini dimanfaatkan oleh para
pemuda untuk pendekatan dan penyampaian ilmu agama yang sedikit dan
waktu yang sedikit juga.Pengajaran iqro, menulis iqro dan hafalan doa-doa
harian pendek menjadi langkah awal dalam berbagi pengetahuan dengan
anak-anak TPA.Dengan pendidikan yang bebas biaya, diharapkan anak-anak
TPA dapat semangat mengaji dan mencari ilmu untuk bekal mereka kelak
ketika remaja dan dewasa.
TPA ini dibuka untuk anak-anak muslimin baik yang mampu atau
kurang mampu. Ketika penulis mewawancarai pendiri TPA Al-hidayah
tempat penulis observasi, dengan pertanyaan “Mengapa pendidikan di TPA
ini di gratiskan?”. “karena, ilmu tidak diperjual belikan” jawab pendiri TPA
Al-Hidayah.
Kegiatan lain yang diselenggarakan pemuda TPA dalam bentuk merekrut
siswa dan siswi adalah pada bulan suci Ramadhan dan Zulhijjah (Qurban Idul
Adha). Pada bulan Ramadhan kakak bekerjasama dengan lembaga pengelola
mengumpulkan dana untuk santunan yang akan diberikan kepada kaum
muslimin yang kurang bekal untuk beribadah. Dengan menjual kurma yang
juga mengajak anak TPA untuk membantu penjualan, penjualan kurma ini
nilai lebihnya adalah shodaqoh yang diarahkan kepada Baitul Maal untuk
mendukung pembagian sembako yang dibagikan pada akhir Ramadhan.
Kegiatan
syiar
ramadhan
dilakukan
sebelum
memasuki
Ramadhan.Kegiatan kali ini penulis mengikuti acara TPA yang diadakan di
daerah Kemanggisan Jakarta Barat yang dihadiri oleh TPA-TPA yang telah
penulis sebutkan diatas. Acara ini berlangsung cukup lama, maksud dari acara
ini tidak berbeda dari misi TPA yakni untuk beribadah kepada Allah. Disini
juga anak-anak TPA melakukan sedikit aksi dengan membacakan hafalanhafalan surat pendek, bernyanyi dalam bahasa arab.
Para pemuda menunjukkan hasil dari pengajaran yang diajarkan selama
ini kepada orang tua murid dan kepada para dermawan yang biasanya hanya
60
memberikan shadaqohnya. Disini para pemuda juga membuat laporan
kegiatan-kegiatan apa saja yang telah dilakukan dari setiap TPA yang mereka
dalangkan.
Tidak berbeda dengan bulan Ramadhan, bulan Qurban juga merupakan
perayaan hari besar umat Islam yang bertujuan untuk membantu, membagi
dan merasakan kemerdekaan penuh yang disimbolkan dengan Shalat Ied.Pada
bulan ini para dermawan yang kesehariannya bekerja di perusahaan besar,
toko-toko besar, pergi ke Negara Asing.Pada hari Ied qurban ini mereka
berkumpul dan menyaksikan hewan qurbannya di sembelih dan di bagikan
kepada kaum
muslimin
yang berhak dengan ikhlas
dan senyum
tulus.Kebahagian itu juga dirasakan oleh para penerima hewan qurban yang
jarang merasakan nikmat ikhlas dari para dermawan.
Pada bulan Haji lalu penulis ikut menyaksikan syiar kurban yang
diadakan setelah shalat ied dan sebelum pemotongan hewan. Pada acara
tersebut salah seorang yang memberi sambutan (pak RT) mengatakan: “saya
selaku kepala RT sangat mengucapkan terima kasih karena telah mau
mengabdikan pendidikan anak-anak muda ini di desa ini. Dan seperti yang
kita ketahui bahwa pemotongan hewan kurban diadakan pada setiap RT, akan
tetapi hanya disini yang berbeda. Para pemuda TPA Al-hidayah mengadakan
syiar atau penyebaran cerita tentang asal-usul kurban yang didalamnya
tersirat untuk mengingatkan semua ini semata-mata karena Allah, rezeki ini
dari Allah”.12
Pada tanggal 21 Desember 2014, pemuda melaksanakan kegiatan syiar
khitan yang bertempat di SDN Mekarari 03.Dalam acara syiar khitan ini
pemuda mulai menyiapkan peserta khitan sejak sebulan sebelum pelaksanaan
syiar khitan ini. Pelaksaan syiar khitan juga merupakan gabungan antara
pemuda Bojong, pemuda Jatiwaringin dan pemuda Mekarsari.
12
Pak Yusri (RT), observasi pada tanggal 5 oktober 2014
61
Sebanyak 35 anak yang telah dikhitan pada tanggal 21 Desember 2014
kemarin, 5 diantaranya adalah bayi yang berusia sekitar 1-2,5 tahun. 30
sisanya merupakan anak Sekolah Dasar yang juga datang dari daerah sekitar,
yakni Bojong, Cibubur, Jatiwaringin dan Mekarsari. Penulis melihat ada
sekitar 7 pemudi yang memegang lembaran daftar peserta khitan, pemudi ini
akan mencoret nama peserta yang telah di khitan dengan cermat. Untuk anakanak yang menunggu giliran bersama orang tuanya, pemuda disini
memutarkan film Upin dan Upin agar peserta yang menunggu tidak terlalu
tegang.
C. Analisis Hasil Temuan Lapangan
Pada bahasan ini observer akan membandingkan bagaimana keadaan
pemuda TPA Al-hidayah dalam pengajaran dan keterkaitan antara teori yang
sudah dibakukan. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya pemuda
merupakan sosok aktif dan energik yang mampu menggerakkan fisik, mental,
intelektual serta moral. Akan tetapi tidak sedikit juga pemuda yang membuat
resah atau menyulitkan makhluk sosial lainnya.
Pemuda TPA Al-hidayah merupakan contoh kecil dari pemuda energik
yang mampu membuat perubahan dalam pendidikan nonformal khususnya bagi
anak-anak yang memerlukan pengganti dari pendidikan formal dan umumnya
sebagai pelengkap dari pendidikan formal. Sebagaimana telah di sebutkan dalam
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 26 ayat 1
“pendidikan
nonformal
diselenggarakan
bagi
warga
masyarakata
yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah
atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.”13
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk membimbing seseorang
menjadi orang baik terutama pendidikan agama. Dengan pendidikan agama akan
13
Lihat h. 16 (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: DEPAG RI, 2006), hal. 18
62
membantu karakter akhlakul karimah bagi peserta didik sehingga mampu
membedakan mana pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Pemuda TPA
Al-hidayah dalam pengajaran ataumenyampaian materi telah memilih pendidikan
agama yakni dalam bentuk TPA yang siswi-siswinya lebih di dominasi oleh anakanak usia sekolah dasar. Pada usia sekolah dasar ini dalam psikologi
perkembangan disebut dengan masa kanak-kanak akhir.
Pada usia sekolah dasar ini anak cenderung mengikuti pendidikan baik
formal ataupun nonformal dengan harapan memperoleh dasar-dasar pengetahuan
dan keterampilan yang penting artinya untuk keberhasilan penyesuaian hidup di
masa dewasa nanti. Oleh sebab itu pemuda TPA Al-hidayah mencoba
memberikan pengalaman anak untuk memasuki pendidikan agama terlebih dahulu.
Dengan memberi pengajaran iqro, tajwid, hafalan bacaan sholat dan doa seharihari serta hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-qur‟an.
Pelaksanaan pendidikan agama yang diberikan bukan hanya sekedar
menjadikan manusia pintar dan trampil, akan tetapi jauh daripada itu adalah untuk
memilki moral dan berprilaku baik. Dengan moral dan prilaku baik yang dimliki
akan mampu mengarahkan minat untuk terus belajar mencari ilmu. Pendidikan
agama Islam nonformal (TPA) bertujuan pula membentuk individu yang bercorak
diri, derajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya untuk
mewujudkan tujuan ajaran Allah yang bersumber kepada Al-Qur‟an dan hadist.
Seperti yang telah tertulis di bab sebelumnya, pemuda yang notabenenya
sebagai pelopor harus memberikan langkah konkret terhadap kualitas peningkatan
pendidikan. Dalam hal ini pemuda TPA Al-Hidayah setiap tahunnya
melaksanakan kegiatan seperti syiar ramadhan, syiar qurban dan syiar
khitan.Ketiga kegiatan ini menjadi langkah para pemuda mengenalkan pendidikan
Islam nonformal yang telah di dalangi selama lebih dari Sembilan tahun ini.
Pada kegiatan-kegiatan tersebut pemuda TPA Al-hidayah beserta para
pemuda dari berbagai daerah yang juga telah mendirikan TPA di sekitar tempat
tinggalnya menjadi pagar di setiap acara untuk menunjukkan bahwa pemuda
63
masih merupakan golongan dari masyarakat dan ujung tombak dari gelombang
sejarah Islam.kegiatan yang diadakan oleh pemuda TPA ini menjadi acara yang
cukup di tunggu oleh warga sekitar. Umumnya ketika pemotongan qurban
susunan acara yang terjadi pada majlis-majlis langsung memotong hewan setelah
beberapa jam dari shalat ied tanpa ada penjabaran asal-usul pemotongan karena
biasanya telah dijelaskan pada khutbah ied adha.
Pemuda TPA Al-hidayah mempunyai susunan acara yang sedikit berbeda,
yakni mengadakan beberapa sambutan dari para tamu undangan serta memutar
video kegiatan qurban yang telah lalu untuk mengingatkan bahwa Allah yang
telah memberi rezeki untuk meratakan nikmat di hari qurban, bukan hanya orang
kaya atau mampu saja yang bisa menikmati daging akan tetapi para fakir miskin
serta dhuafa bisa memakan daging bersama keluarganya.
Sedikit
demi
sedikit
peran
pemuda
TPA
Al-hidayah
untuk
mengembangkan pendidikan Islam nonformal di Desa Mekarsari telah terlihat dan
dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar.Terlebih lagi sasaran pemuda adalah dari
warga kurang mampu membiyai pendidikan yang bersifat penambah atau
pelengkap ini.para warga menunjukkan rasa empati dengan memenuhi undangan
jika pemuda mengadakan acara-acara seperti yang telah disebut di atas, terutama
para ibu-ibu yang juga telah ikut mengaji pada setiap hari jum‟at.
Kelebihan yang telah diperlihatkan oleh pemuda TPA membuat para siswi
nyaman mengikuti pelajaran yang diberikan oleh para pemuda. Para wali murid
juga mempercayakan anak-anak mereka untuk dapat mengaji bersama di TPA
dengan harapan bahwa anak mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan terbiasa
sholat lima kali sehari. Jika ada kelebihan tentu ada kekurangan, sistem atau
susunan kurikulum yang belum rapih serta penerimaan atau masuk dan keluarnya
siswi belum terdata dan terproses secara rapih membuat pelaksanaan TPA terlihat
kurang baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dan menganalisis permasalahan–
permaslahan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, mengenai
pengembanggan pendidikan Islam nonformal (studi atas peran pemuda di Desa
Mekarsari), yakni : Pembentukan Taman Pendidika Al-Quran (TPA) memberi
dampak yang baik bagi para orang tua yang ingin memberi pendidikan
tambahan bahkan pengganti dari pendidikan formal untuk anak mereka.
Peran lain Pemuda TPA Al-hidayah untuk mengembangkan pendidikan
nonformal dengan menjadi pengajar di bidang membaca iqra dan hafalan
bacaan sholat serta doa sehari-hari telah berjalan lebih kurang sembilan tahun.
Pemuda disini telah mengajak anak-anak yang mulai dari berusia 3 sampai 14
tahun mengaji bersama, belajar dan mengenal ilmu Allah bersama-sama.
Memberikan cerita-cerita yang telah ada di Al-Qur’an dan bersamasama mengamalkannya juga menjadi pengajaran dari para pemuda TPA Alhidayah. Memberi pengarahan dengan lemah lembut apabila ada anak yang
64
65
berperilaku kurang sesuai dengan ajaran Islam. berusaha menyenangkan anakanak dengan memberi makanan sehat setiap satu minggu sekali, merupakan
bagian dari mendidik anak-anak TPA Al-Hidayah yang dilakukan oleh para
pemuda.
Selain itu, bentuk peranan pemuda mengadakan acara Syiar Ramadhan,
Syiar Kurma, Syiar Qurban dan Syiar Khitan untuk mengingatkan kepada
jamaah yang datang bahwa semua rezeki itu datang dari Allah. Pemuda juga
mengajak para jamaah yang mempunyai anak laki-laki atau perempuan yang
belum mengaji untuk mengaji di TPA Al-hidayah.
Dengan demikian, keberadaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) AlHidayah menjadi bukti dari peranan pemuda di Desa Mekarsari terutama di
bidang pendidikan, peringatan hari besar Islam serta akhlak atau prilaku sosial
yang seharusnya ditunaikan terhadap sesama manusia, maupun prilaku yang
wajib ditujukan kepada Allah SWT.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian dan kenyatan yang ada di lapangan, penulis atau
peneliti pada bagian ini memberikan sran-sran atau gagasan sebagai berikut:
Bagi TPA Al-Hidayah, pengembangan yang disertai dengan pembinaan
akhlak ini sudah baik, dalam pemberian materi dan pengajaran juga sudah baik.
Kemudian, dalam manajemen penyelanggaraan TPA seperti mengelola kurikulum,
penerimaan untuk peserta didik masih perlu perbaikan atau penguatan yang paten
sehingga anak yang sudah baligh nantinya bisa lebih terarah akan melanjut
ketingkat atau jenjang yang lebih jelas.
Bagi orang tua dan masyarakat, hendaknya terus meningkatkan dukungan
terhadap keberadaan TPA baik hubungan kekeluargaan maupun spiritual, seperti
selalu hadir jika TPA mengadakan kegiatan. Bagi anak, hendaknya selalu
mengingat dan menerapakan ajaran yang telah disampaikan kakak pengajar yang
tidak mengenal material dengan cara menjalankan hak dan kewajiban sesuai
dengan peraturan di TPA Al-Hidayah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ishak dan Suprayogi, Ugi, Penelitian Tindakan dalam Pendidikan
Nonformal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)
Alam, M. Manzoor, Peran Pemuda Muslim dalam Rekonstruksi Dunia
Kontemporer, (Jakarta: Media Da’wah, 1991)
Alifuddin, Moh., Kebijakan Pendidikan Nonformal, (Jakarta: MAGNA Script
Publishing, 2011)
Combs, Philip H. & Ahmed, Manzoor, Memerangi Kemiskinan di Pedesaan
Melalui Pendidikan Non-formal, (Jakarta: CV Rajawali atas kerjasama
YIIS, 1974)
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah
RI tentang Pendidikan, ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006 )
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Peraturan Pemerintah No.
55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan,
(Jakarta: Departemen Agama RI, 2008)
Direktorat Pendidikan Islam, Undang-Undang RI tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Departemen Agama, 2008)
Joesoef, Soelaimman, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2008)
Kadir, M. Sardja, Perencanaan Pendidikan Non Formal, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1982)
Kamil,
Mustofa, Pendidikan Nonformal PKBM di Indonesia (Sebuah
Pembelajaran dari Komunikasi jepang), (Bandung: Alfa Beta, 2009)
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dialog Pemuda
dalam Membangun Bangsa, (Jakarta: Kemenegpora, 2009)
Koordinasi Dakwah Islam, Pedoman Pendidikan Agama LuarSekolah, (Jakarta:
Jaya Raya, 1991)
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV pustaka setia, 2011)
Marzuki, Saleh, Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan fungsional,
pelatihan dan andragogi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010)
66
67
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (PT Remaja Rosda Karya:
Bandung, 2009),
Nasution, S., Metode Research Penelitian Ilmiah, ( Jakarta: PT BumiAksara, 2008)
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001)
Rozak, Abddkk, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan,
(Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010)
Ruwiyanto, Wahyudi, Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Masyarakat
Miskin, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994)
Saidi, Ridwan, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984,
(Jakarta: CV. Rajawali, 1984)
Setiawan, Muhammad Budi, Mozaik Gerakan Pemuda Kontemporer,( Jakarta;
KEMENPORA RI, 2009)
Sevilla, Consuelo G., Penerjemah Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian
(Jakarta: Universitas Indonesia Press 2006)
Sismanto, Pendidikan Luar Sekolah Upaya Mencerdaskan Bangsa, (Jakarta: CV
Eraswasta, 1984)
Sudaryono, Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013)
Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah; wawasan sejarah perkembangan falsafah dan
teori pendukung asas, (Bandung : Nusantara Press, 1991)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011)
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1981)
Uhar,
Suharsaputra,
Pendidikan
nonformal.
http://uharsputra.
wordpress.com/ Diakses tanggal 13 Oktober 2013 jam 01.42 wib.
Yin, Robert K., Studi Kasus Design &Metode (Jakarta: Rajawali, 2012)
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta: BumiAksara)
Lampiran 1
Wawancara dengan Pendiri TPA Al-Hidayah
Nama
: Rachmad Dunggio
Umur
: 33Tahun
Hari/tanggal
: Kamis, 5 November 2014
Tempat
: Rumah Nara Sumber
Pertanyaan : Kapan Berdirinya TPA AL-Hidayah?
Jawaban : 2005
Pertanyaan : Motivasi apa yang mendorong berdirinya TPA Al-Hidayah?
Jawaban : Ingin membentuk generasi sejak dini agar bisa memahami Ilmu AlQuran
Pertanyaan : Materi apa saja yang diberikan, khususnya mengenai pembinaan
keyakinan dan ketaqwaan?
Jawaban : Mengajaran Iqro, Tajwid, serta pemahaman ayat-ayat Al-Quran secara
perkata, secara arti. Agar anak paham tidak haya sebatas membaca saja
Pertanyaan : Bagaimana metode pengajaran melalui ayat-ayat Al-Quran agar
dapat membentuk pribadi muslimah?
Jawaban : Dengan cara mencoba membahas ayat-ayat Al-Quran secara arti atau
perkata bersama-sama dengan memberi contoh dalam diri, bagian mana yang bisa
di ambil hikmah dari ayat tersebut sehingga dapat di ambil pelajaran untuk
menghadapi kondisi lingkungan
Pertanyaan : Apa faktor yang menjadi kendala di TPA Al-Hidayah?
Jawaban : Sejauh ini belum ada kendala, everything is ok!
Pertanyaan : Adakah rencana mendaftarkan TPA Al-HIdayah kepada Lembaga
resmi?
Jawaban : Belum ada rencana untuk ke arah sana
Pertanyaan : Bagaimana pandangan pendiri selaku pemua, melihat para pemuda
yangmayoritas mengejar dunia dan cenderung acuh dengan pendidikan sekitar?
Jawaban : Sangat di sayangkan, karena pendidikan itu sangat penting. Apalagi
pendidikan agama it sangat perlu di tanamkan sejak dini, bahkan banyak yang
sudah dwasa belum bisa baca Al-Quran, banyak yang lupa dengan adanya Allah,
rosul dan kitabnya seolah cerita-cerita atau sejarah yang ada di dalam Al-Quran
hanya di jadikan dongeng, bukannya ilmu yang seharusnya di ambil dan di pakai
dalam menghadapi kondisi kehidupan.
Pertanyaan : Bagaimana mengajak para pemuda yang lebih cenderung kepada
material dunia?
Jawaban : Dengan terus mengadakan kegiatan TPA, pengajian remaja dan ibu-ibu,
serta terus mensyiarkan nama Allah.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 2 : Kegiatan Belajar Mengajar
Observasi Pembelajaran Iqro
Observasi Pembinaan melalui ayat Al-qur’an
Lampiran 3 : Kegiatan Penunjang Belajar Mengajar
Sholat Isya Berjamaah
Pemeriksaan Kuku Rutin Setiap Kamis Malam
Lampiran 4 : Kegiatan Syiar Ramadhan dan Kurma
Lampiran 5 : Kegiatan Syiar Qurban
Lampiran 6 : Kegiatan Syiar Khitan
Lampiran 7 : Para Pemuda dan Pendukung
Bu Mala (Wali Murid), Mba ella, dan K. Linailil Izzati (Pengajar)
Pak Yusri (Ketua RT 05/ 10)
k. Anngi sambutan dalam syiar
qurban
Download