ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan JII terhadap NAB reksa dana Syariah. Penelitian ini menggunakan data Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan reksa dana syariah yang terdaftar di Bapepam, serta data inflasi yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia dan data bulanan JII dari Bursa Efek Indonesia. Uji statistik yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model analisis-statistik dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu regresi linier berganda, di mana total NAB reksa dana syariah sebagai variabel dependen dan inflasi serta JII sebagai variabel independen, dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confidence level) sebesar 95% atau taraf nyata (significant level) sebesar 5%. Dari hasil analisa regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel independen (inflasi dan indeks JII) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang) dengan nilai Fhitung>Ftabel (10,119>3,15), maka Ho ditolak dan Ha diterima dan kedua variabel independen (inflasi dan indeks JII) memiliki pengaruh terhadap varibel dependen (total NAB reksa dana syariah Dnareksa Syariah Berimbang) sebesar 26,2%, dan selebihnya 73,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sedangkan berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen adalah JII yaitu t hitung > t tabel (4,223>1,6449), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kata Kunci: Inflasi, JII, Nilai Aktiva Bersih, Reksadana Syariah. v KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, memberikan akal dan pikiran kepada manusia sehingga mampu berkarya dalam kehidupan sehari-hari. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya, dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua. Alhamdulillah, skripsi penulis yang berjudul “PENGARUH INFLASI DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA SYARIAH (Studi Pada Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management dari Tahun 2004-2008)” akhirnya dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak, penyusunan skripsi ini tidak akan mendekati kesempurnaan. Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH., Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan serta semangat selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai. vi 4. Bapak Dr. Ir. Iwan Pontjowinoto, SE, MM., dan Bapak Dr. JM. Muslimin, MA., Ph.D., sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan dalam memberikan masukan ataupun nasihat dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah. 6. Segenap Staf akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Orang Tua ku Tercinta Ibunda Hj. Satimah & Ayahanda H. Awan HT, Kakakkakakku Bang Ipul, Bang Hendra, Bang Dafi, Kak Putri serta adik-adikku Hafidz, Syauqi, Fairuz, Haikal, Nanda & Faza, Kakek H. Achpas & Nenek Hj. Syarifah, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kalian semua adalah motivator yang luar biasa. 8. Untuk D’Ranger: Elis yang selalu buat suasana ceria, Audry “kekuatan doa” memang yang utama Dry, Hani yang banyak memberi inspirasi , dan ika yang dengan semangatnya selalu bisa mengubah rasa pesimis menjadi keoptimisan yang luar biasa untuk ikut wisuda Oktober 2010, terimakasih untuk kalian berempat, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian berikan, kalian adalah sahabat, kakak motivator, inspirator, sekaligus guru bagiku, love u all galz..hope our friendship always get bless from Allah.amiiin. 9. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum, PS A,B, dan C khususnya Jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006 Kelas B (Dhika, Dhita ,Arie ,Arief , Asril, Azis, Bayu, Irul, Mayank, Didink, Egrie, Erry, Evi, Babeh, Fajar, Fanky, Fattah, Firza, Ning, Anya, Handri,Hilda, Husein, Dinal, Hasan, Bang Hason, Teh Yani, Baim, Hilmi, Giska, Ade, Ubay) terima kasih untuk kebersamaan dari awal hingga akhir perkuliahan dan untuk Kiki PS D’06, terimakasih pinjaman buku “Creating Value 32 Tahun Danareksa”nya. 10. Untuk teman-teman seperjuangan “Sidang Munaqasah 24 September 2010” buat Ika, Nisa, Vivi, Didink, Nink, Dita, Evi, Hilda,Mia, Mayang, Uwi, Nay, Murni, Eva, Uni, Hafid, Dede, Basir, Ucon, Rico, Zacky. Dan teman-teman yang lain..Faiz, Lia vii Syukria,Hany, Audry, Elis, Acan..Terimakasih untuk support dan doa kalian selama masa sulit setelah sidang. Akhirnya, kita wisuda bareng . 11. Untuk Muhammad Syarif, yang selalu memberikan perhatian dan semangat kepada penulis, khususnya selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih selalu ada untukku. Demikianlah, penulis bersyukur dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini atas bantuan pribadi-pribadi tersebut di atas. Untuk semua itu, penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan memberkahi hidup kita sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan ini. Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan manjadi investasi kekal di akhirat nanti.Amin. Jakarta, 23 Agustus 2010 M 13 Ramadhan 1431 H Penulis Aulia Rizky Amelia viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i ABSTRAK v KATA PENGANTAR vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembahasan dan Perumusan Masalah 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11 D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu) 12 E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 15 F. Hipotesis 21 G. Metodologi Penelitian 23 H. Sistematika Penulisan 39 BAB II KAJIAN TEORI A. Pasar Modal Syariah 42 B. Reksa Dana Syariah 1. Pengertian Reksa Dana Syariah i 45 2. Dasar Hukum Reksa Dana Syariah 46 3. Jenis-Jenis Reksa Dana 50 4. Kelebihan Reksa Dana 54 5. Resiko Investasi Reksa Dana 57 6. Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Rekda Dana Konvensional 59 7. Nilai Aktiva Bersih 59 8. Manajer Investasi 60 9. Bank Kustodian 61 C. Inflasi 1. Teori Inflasi 62 2. Penghitungan Inflasi 64 3. Jenis Inflasi 65 4. Dampak Inflasi 68 D. Jakarta Islamic Index (JII) BAB III 70 GAMBARAN UMUM PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT A. Sejarah Perkembangan PT Danareksa Investment Mangement 73 B. Visi, Misi dan Strategi PT Danareksa Investment Mangement 75 C. Struktur Organisasi PT Danareksa Investment Mangement 76 D. Produk-Produk PT Danareksa Investment Mangement 79 ii BAB IV ANALISA PENGARUH INFLASI DAN JII TERHADAP TOTAL NAB REKSA DANA SYARIAH (DANAREKSA SYARIAH BERIMBANG) A. Gambaran Umum Data 1. Data Inflasi 84 2. Data Jakarta Islamic Index (JII) 87 3. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) 89 B. Analisis Regresi Linear Berganda 91 C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 94 2. Uji Multikolinearitas 96 3. Uji Autokorelasi 97 4. Uji Heterokedasitas 99 D. Uji Hipotesis 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) 100 2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) 101 E. Analisis Korelasi 103 F. Koefisien Determinasi 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 106 B. Saran 107 iii DAFTAR PUSTAKA 109 LAMPIRAN 113 iv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Inflasi Nasional Tahun 1999-2008 5 Gambar 1.2 Perkembangan Total NAB Reksa Dana Di Indonesia 6 Tahun 2000-2008 Gambar 4.1 Kurva Pergerakan Inflasi Tahun 2004-2008 86 Gambar 4.2 Kurva Pergerakan JII Tahun 2004-2008 88 Gambar 4.3 Pergerakan Total NAB Reksa Dana Syariah Danareksa Syariah 90 Berimbang Tahun 2004-2008 Gambar 4.4 Uji Normalitas 95 Gambar 4.5 Uji Heterokedasitas 100 x DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Hasil Uji Asumsi Klasik 113 Lampiran 2 Hasil Uji F dan Uji t 115 Lampiran 3 Hasil UJi Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi 116 Lampiran 4 Tabel Nilai t 117 Lampiran 5 Tabel Nilai F 118 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional 59 Tabel 2.2 Kategori Barang dan Jasa untuk Penghitungan Inflasi 65 Tabel 2.3 Proses Penyaringan Emiten di JII 71 Tabel 3.1 Komposisi Alokasi Investasi Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang 82 Tabel 4.1 Inflasi 84 Tabel 4.2 Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index 87 Tabel 4.3 Total NAB Reksadana Syariah Danareksa Syariah Berimbang 89 Tabel 4.4 Fungsi Regresi 92 Tabel 4.5 Uji Kolmogorov-Smirnov 96 Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas 97 Tabel 4.7 Uji Autokorelasi 98 Tabel 4.8 Uji F (F-Test) 101 Tabel 4.9 Uji t (t-Test) 102 Tabel 4.10 Uji Koefisien Korelasi 103 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya memperluas basis keterlibatan masyarakat dalam sistem perekonomian bangsa Indonesia memberikan suatu konsekuensi logis atas dibutuhkannya pengembangan Pasar Modal kepada arah yang diharapkan oleh masyarakat sebagai stakeholder dari sistem Pasar Modal secara keseluruhan. Pasar modal yang merupakan salah satu mediasi dari investasi adalah tempat bertemunya antara penjual modal/dana dengan pembeli modal/dana untuk melakukan transaksi jual beli dengan diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara. Dalam pasar modal sama halnya perbankan, merupakan media yang mampu menjadi jembatan bagi pihak yang kelebihan dan membutuhkan modal. Di dalamnya terhubungkan begitu banyak pelaku ekonomi tanpa batas negara. 1 Selama 20 tahun terakhir pasar modal di Indonesia telah menunjukkan perkembangan pesat. Hal ini terlihat dari peningkatan permintaan atas instrumen-instrumen utama kegiatan pasar modal. Seperti, saham, obligasi, 1 Nadjib Mochammad, Investasi Syariah (Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik), Kreasi Wacana: Yogyakarta, 2008 1 valuta asing, dll. 2Dengan adanya instrumen-instrumen tersebut, maka bagi dunia usaha, pasar modal merupakan salah satu bentuk yang menarik melalui kemungkinan-kemungkinan penggalangan dana dan memberikan berbagai pilihan kepada para pemilik dana dalam berinvestasi. Jumlah dan pilihan ini semakin banyak mulai dari yang relatif tinggi risikonya sampai pada pilihan yang risikonya rendah. Berbeda dengan pasar modal konvensional, sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsip syariah.3Berkembangnya ekonomi syariah yang cukup pesat di Indonesia dalam prakteknya memunculkan berbagai macam instrumeninstrumen keuangan baru yang sesuai dengan tuntutan syariah, salah satunya adalah reksa dana syariah. Berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Indonesia, reksa dana diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk 2 Tedy Fardiansyah, Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi pada Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, eksadana, dan Derivatif (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002), h. 88-89 3 Iggi H. Achsien, “mengintip Peluang Instrument Keuangan Syariah”, artikel diakses pada 5 Februari 2010 dari www.tazkia.co.id/praktisi/reksadana/re0601.htm 2 menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek (saham, obligasi, valuta asing, deposito) oleh manajer investasi. Bagi investor yang berniat melakukan investasi melalui reksadana serta menginginkan perolehan keuntungan yang bisa dipertanggungjawabkan secara Islami, bisa beralih pada reksadana yang sering disebut dengan reksadana syariah atau Islamic Investment fund. Pada dasarnya, reksadana syariah sama dengan reksadana konvensional, yang bertujuan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan pada instrumen-instrumen pasar modal dan pasar uang. Hanya saja perbedaan yang paling menonjol antara reksa dana syariah dan reksa dana konvensional adalah dalam reksa dana syariah terdapat proses screening atau filterisasi atas intrumen investasi berdasarkan pedoman syariah dan proses cleansing untuk membersihkan pendapatan yang dianggapdiperoleh dari kegiatan yang haram menurut pedoman syariah. 4 Sampai akhir tahun 2005 jumlah reksa dana syariah telah berkembang menjadi sebanyak 16 buah dengan nilai emisi sebesar Rp. 2 triliun atau sekitar 2% dari seluruh emisi reksa dana yang beredar di pasar keuangan dengan NAB (Nilai Aktiva Bersih) sebesar Rp. 567,7 miliar. Di Indonesia, tercatat telah 4 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 173. 3 terjadi pertumbuhan yang konsisten sepanjang tahun 2004 hingga akhir 2007 yang meningkat dari 11 Reksa Dana menjadi 24 Reksa Dana diterbitkan dengan basis Syariah. Sedangkan dari sisi nilai dana kelolaan, telah tejadi kenaikan yang sangat signifikan dari hanya sekitar Rp. 650 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp. Sekitar 2,2 triliun di akhir tahun 2007. 5 Berbicara tentang investasi, tentu tidak ada satupun investasi yang bebas dari resiko. Demikian pula dengan reksa dana yang mempunyai hasil (return) dan resiko (risk) tertentu, yang tergantung dari kebijakan investasi yang dilakukan oleh manajer investasi dalam mengalokasikan investasinya atau melakukan diversifikasi investasi. Beberapa jenis resiko investasi yang mungkin terjadi, yang harus diperhitungkan manajer investasi dalam membuat keputusan investasi dikategorikan ke dalam 7 jenis resiko, yaitu: risiko berkurangnya nilai unit penyertaan, risiko likuiditas, risiko politik dan ekonomi, risiko pasar, risiko inflasi, risiko nilai tukar, dan risiko spesifik. Menengok kebelakang sejenak,yaitu peristiwa pada tahun 2005 dimana terjadi penurunan Kinerja Reksa dana yang ditandai dengan menurunnya Nilai 5 Fadlul, “saham berbasis syariah vs saham non syariah “. Artikel diakses pada 8 Februari 2010 dari http://fadlul.blog.friendster.com/2006/09/ 4 Aktiva Bersih (NAB sejak bulan Maret 2005). Penurunan ini seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia yang kurang mendukung. Kenaikan harga BBM sebesar 80% telah menyebabkan ekspektasi inflasi semakin meningkat dan mengakibatkan tingkat inflasi naik tajam, kenaikan harga BBM ini berdampak pada kenaikan harga biaya produksi dan ongkos biaya transportasi yang mengkibatkan kenaikan harga barang-barang. Akibatnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1, bahwa tingkat inflasi tahun 2005 mencapai 17,11% yang merupakan angka tertinggi setelah krisis tahun 1997-1998. Pada tahun 2008, inflasi kembali mengalami kenaikan signifikan (menyentuh angka 2 digit) yaitu mencapai angka 11,06% sebagai akibat dari guncangan krisis keuangan global. Gambar1.1 : Inflasi (yoy) Nasional Tahun 1999-2008 Inflasi Inflasi Tahun 1999-2008 Persentase 17.11 12.55 9.35 11.06 10.03 5.06 6.4 6.6 6.59 2.01 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber:Badan Pusat Statistik, data diolah. 5 Gambar 1.2: Perkembangan Total NAB Reksa Dana Di Indonesia Tahun 2000-2008 Sumber: Bapepam, data diolah. Gambar 1.2 menunjukkan bahwa tahun 2005 merupakan tahun terpuruknya industri reksa dana yang telah tumbuh pesat dalam dua tahun terakhir. Menurut Pusat Informasi Reksa Dana Bapepam, NAB bersih reksa dana merosot dari Rp.110 triliun diawal 2005 hingga tinggal menjadi Rp.28 triliun di akhir tahun. 6 Secara garis besar fluktuasi yang terjadi dipasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi pada variabel ekonomi makro. Kenaikan inflasi yang beriringan dengan merosotnya NAB reksa dana menjelaskan bahwa kenaikan inflasi yang berdampak pada naiknya harga bahan baku, pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap 6 Wahzary Wardaya, dkk., Creating Value 32 Tahun Danareksa, (Jakarta:PT Danareksa (Persero), 2008), h.135. 6 produk barang yang dihasikan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saham. Dengan demikian menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh para investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat (investor) untuk berinvestasi dipasar modal. Dengan demikian inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap investasi di pasar modal, atau bisa dikatakan inflasi menyebabkan terjadinya “kelesuan usaha”. 7 Selain memperhatikan pengaruh variabel ekonomi makro terhadap perkembangan kinerja reksa dana, saat ini yang sering digunakan untuk melihat kinerja reksadana adalah membandingkan kinerja reksadana tersebut dengan pembandingnya.Penentu pembanding portofolio sangat penting. Hal ini karena merupakan sebuah pijakan yang menyatakan bahwa sebuah portofolio baik atau tidak. Sebagai contoh, untuk reksadana saham (konvensional) selalu digunakan IHSG sebagai penbanding.8 7 Boediono, Ekonomi Moneter, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2005), h. 164. 8 Adler Haymans Manurung, Lima Bintang Untuk Agen Penjual Reksadana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 60-61 7 Sedangkan untuk menilai kinerja dari reksadana syariah, selain bisa berpatokan pada NAB (nilai aktiva bersih), juga diperlukan suatu acuan, seperti layaknya reksadana saham konvensional. Acuan yang diperlukan reksadana ini, sudah tentu haruslah berprinsip Islam. 9 Oleh karena itu, Pada tanggal 3 Juli tahun 2000 Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII). Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.10Dengan hadirnya indeks tersebut, para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah. Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2000, Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah di pasar modal sudah terjadi sejak tahun 1997 diawali dengan lahirnya 9 Tedy Fardiansyah, Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi pada Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, eksadana, dan Derivatif (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002), h. 91 10 Indonesia Stock Exchange (IDX), “Indeks Harga Saham”, Artikel diakses pada 26 Juli 2010 dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham. 8 reksadana syariah11. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment Management 12. Di Indonesia Reksa Dana yang berbasiskan agama, salah satunya adalah Danareksa Syariah Berimbang yang dikelola oleh Fund Manager dari PT. Danareksa Investment Management. Danareksa Syariah Berimbang adalah salah satu Reksa Dana yang termasuk kedalam jenis Reksa Dana campuran. Tolak ukur dari kinerja Danareksa Syariah Berimbang ini adalah Jakarta Islamic Index (JII) dan Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia karena Dana Reksa Syariah Berimbang ini mengalokasikan portofolionya 50% pada efek ekuitas dan 50% pada Efek Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Syariah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas berapa besar pengaruh inflasi dan seberapa kuat indeks Jakarta Islamic Index (JII) mempengaruhi penghasilan Nilai Aktiva Bersih suatu reksadana syariah, dalam hal ini adalah NAB Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. Pembahasan ini lebih lanjut akan dituangkan dalam sebuah penelitian dan karya tulis yang berjudul: ”PENGARUH INFLASI DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA 11 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada, 2007) h.55 12 Pasar Modal Syariah. Artikel diakses pada 7 Oktober 2009 dari www.idx.co.id 9 BERSIH (NAB) REKSADANA SYARIAH" (Studi Pada Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management dari Tahun 2004-2008). B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Ada beberapa indikator yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksa dana syariah, diantaranya Gross Domestic Product (GDP), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), nilai tukar rupiah, Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Jumlah unit pernyertaan reksa dana. Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas, maka pembahasannya hanya akan dibatasi pada dua indikator yang mempengaruhi NAB reksa dana yaitu inflasi dan JII. Alasan memilih inflasi sebagai variabel penelitian karena penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai dampak inflasi yang muncul akibat kenaikan biaya produksi menyebabkan ongkos produksi meningkat, peningkatan ongkos produksi akan berdampak pada menurunnya tingkat deviden (laba) yang diberikan kepada investor. Semakin kecilnya deviden menyebabkan investorpun menjadi kurang tertarik untuk berinvestasi (divestasi). Sedangkan untuk variabel JII, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh JII sebagai tolok ukur kinerja ekuitas syariah di pasar modal syariah, yang tentunya menjadi acuan investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi, terhadap total Nilai Aktiva Bersih pada danareksa syariah berimbang dari tahun 2004- 2008. Dengan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh inflasi dan indeks JII (Jakarta Islamic Index) jika dianalisa secara simultan terhadap total NAB (Nilai Aktiva Bersih) 10 reksa dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang periode 20042008? 2. Manakah antara inflasi dan indeks JII yang mempunyai pengaruh paling dominan dan signifikan terhadap Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah Berimbang periode 2004-2008? 3. Seberapa besar kontribusi variabel-variabel independen dapat menjelaskan variasi Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah berimbang periode 2004-2008? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan kajian tentang analisis pengaruh inflasi dan Jakarta Islamic Index terhadap total nilai aktiva bersih reksadana syariah, yaitu Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi dan indeks JII secara simultan terhadap Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah Berimbang. 2. Untuk mengetahui variabel independen yang paling berpengaruh dan signifikan terhadap variabel dependen dari penelitian ini. 11 3. Untuk mengetahui kontribusi variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi Total NAB Reksa Dana Syariah pada Danareksa Syariah berimbang. Sedangkan manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: a. Untuk investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi dan penyedia informasi sehingga mampu memberikan gambaran dalam melakukan investasi pada perusahaan reksa dana dan melakukan kegiatan muamalat di padar modal berdasarkan prinsip syariah. b. Untuk civitas academia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya mengenai pasar modal syariah di Indonesia. c. Untuk peneliti, penelitian ini menjadi salah satu sarana bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang selama ini peneliti dapat dari mengikuti perkuliahan di jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya di bidang pasar modal syariah. D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu) Penulisan ini dilakukan karena penulis termotivasi dan terinspirasi dengan bagaimana pengaruh inflasi dan indeks JII terhadap kinerja reksa dana 12 syariah dilihat dari Total NAB Reksa Dana Syariah tersebut . Selain itu penulis juga telah membaca skripsi terdahulu yang dilakukan oleh: 1. Penulis & Judul Skripsi Yoga Saltian, Perbandingan 2006 Resiko : “Analisis dan Tingkat Pengembalian Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional” Hasil dan Metode Dalam skripsi ini menjelaskan resiko apa Penelitian saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian reksadana syariah dan reksa dana konvensional yang kemudian dikomparasikan antara keduanya. Teknik analisa data menggunakan pada penelitian ini teknik kualitatif dan kuantitatif dan data yang digunakan adalah data sekunder. 2. Penulis & Judul Skripsi Ahmad Mujahid, 2007. “Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah terhadap Reksadana Konvensional (Studi kasus pada Jenis Reksadana Campuran)” 13 Hasil dan Metode Dalam Skripsi ini penulis membandingkan Penelitian antara kinerja reskadana syariah dan reksadana konvensional yang bersifat campuran. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah NAB per Unit, tolak ukur (benchmark) yaitu IHSG, JII, SWBI, dan SBI dimana data sekunder yang diambil adalah sekitar tahun 20042006. 3. Penulis & Judul Skripsi Faizal Hanaris Rivai, 2009. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, IHSG, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2006-2008” Hasil dan Penelitian Metode Dalam skripsi ini dianalisis pengaruh ringkat bagi hasil bank syariah , IHSG, tingkat inflasi dan jumlah uang beredar dalam arti luas secara parsial maupun simultan terhadap dana pihak ketiga pada jangka pendek dan jangka panjang. 14 Metode analisis yang digunakan yaitu analisis model dinamis error correction model atau ECM. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dipaparkan sekilas di atas. Karena dalam penelitian kali ini penulis akan membahas tentang pengaruh inflasi dan indeks JII terhadap total Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara inflasi dan indeks JII dengan total NAB pada Reksadana Syariah maka digunakan analisis regresi linear berganda dan analisi korelasi. E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori a. Pasar Modal Syariah Secara sederhana, pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain. 13 Instrument di pasar modal syariah sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsip syariah dimana kriteria saham 13 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 231. 15 syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Industri pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat dikatergorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah islam, seperti :a. Alkohol; b. Perjudian; c. Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi; d. Pornografi; e. Jasa keuangan yang bersifat konvensional; f. Asuransi yang bersifat konvensional14. b. Reksadana Syariah Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27, Reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio 14 Ngapon. “Pasar Modal Syariah (Bagian 1)”. Artikel diakses pada 12 Oktober 2009 dari asuransi-syariah.blogspot.com 16 efek oleh manajer investasiyang telah mendapat izindari Bapepam. 15 Sedangkan menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSNMUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi dengan pengguna investasi.16 Reksadana syariah merupakan sarana investasi campuran yang menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Ada beberapa jenis bentuk reksadana dan dari jenis reksadana tersebut dapat diketahui di mana reksadana melakukan investasi, karakteristik potensi keuntungan serta resiko yang akan terjadi. Ada empat jenis reksadana dalam peraturan Bapepam Yaitu, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Pasar Uang, dan Reksa Dana Saham. Namun dalam Reksadana Syariah hanya mengakui dua jenis reksadana, yaitu Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund) dan Reksadana Campuran (Discretionary Fund)17. 15 16 Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995. Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. 17 Muhammad Firdaus NN, dkk, Investasi Halal di Reksadana Syariah (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 42 17 Reksadana Pendapatan Tetap yaitu reksadana yang apabila dalam alokasi investasinya ditentukan bahwa sekurang-kurangnya 80% dari nilai aktivanya diinvestasikan dalam efek hutang dan sisanya dapat diinvestasikan (seluruhnya atau sebagian) dalam efek hutang. Karena dapat memiliki saham yang secara umum mempunyai risiko yang lebih tinggi. Reksadana ini sangat sesuai bagi pemodal yang tidak berkeberatan untuk menanggung risiko hilangnya sebagian kecil dari modal atau dana awal untuk mendapatkan kemungkinan memperoleh pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan hasil investasi di deposito. Reksadana Campuran adalah reksadana ini mempunyai kebebasan dalam menentukan alokasi asset sehingga dalam sewaktu-waktu mempunyai portofolio investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu merubah sehingga menjadi mayoritas obligasi. Dengan demikian, bila biaya pemakaian dana sedanga tinggi, maka pasar modal umumnya melesu dan harga saham cenderung menurun, sebaliknya, bila biaya pemakaian biaya dana sedang rendah maka pasar modal umumnya akan bergairah dan harga saham cenderung meningkat 18. c. Nilai Aktiva Bersih Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) tidak dapat dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini merupakan suatu tolak ukur 18 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 122 18 dalam memantau hasil portofolio suatu Reksa Dana. NAB adalah adalah nilai pasar yang wajar dari suatu Efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangi seluruh kewajibannya. NAB Reksa Dana akan diumumkan setiap Hari Bursa. Metode Penghitungan NAB Reksa Dana harus dilakukan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan dan persetujuan BAPEPAM & LK.19 NAB per unit penyertaan adalah jumlah NAB dibagi jumlah unit penyertaan yang beredar (outstanding)20. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: MVAt - LIABt NAVt = NSOt Dimana : NAV = Net Asset Value periode t t MVA = Market Value of Asset periode t t LIAB = Liabilities periode t t NSOt = Net Share Outstanding periode t 19 Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.5. 20 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 225. 19 d. Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. 21 Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus-menerus. Akibat dari deflasi adalah daya beli masyarakat bertambah besar sehingga pada tahap awalnya barang-barang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatan juga menurun. Jadi, apabila inflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sedangkan pendapatan tetap, itu berarti bahwa secara riil tingkat pendapatan juga mengalami penurunan sebesar 5% yang relative akan menurunkan daya beli masyarakat sebesar 5% juga (Iskandar Putong, 2000:181). f. JII Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari sahamsaham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.22 21 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h. 147. 22 Indonesia Stock Exchange (IDX), “Indeks Harga Saham”, Artikel diakses pada 26 Juli 2010 dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham. 20 2. Kerangka Konsep Gambar 1.3. Kerangka Konseptual Penelitian Kondisi Perekonomian Pasar Modal indikator tren pasar/benchmark /tolok ukur GDP Exchange Rate IHSG SWBI LQ-45 Inflasi (X1) indeks Syariah (JII) (X2) Analisis pengaruh dan lain-lain total NAB Reksadana Syariah (Y) F. Hipotesis Dalam buku Metode Penelitian Administrasi, Dr. Sugiyono mendefinisikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Sedangkan, Nasution dalam bukunya Metode Research (Penelitian Ilmiah) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan tentatif yang merupakan 21 dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. 23 Ada dua macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternative. Hipotesis nol adalah hipotesis yang akan diterima kecuali bahwa data yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternative akan diterima hanya jika data yang kita kumpulkan mendukungnya. 24 Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini: 1) Ho:b = 0; Variabel inflasi dan JII tidak berpengaruh secara simultan terhadap total NAB Reksa Dana Syariah. Ha:b ≠ 0; Variabel inflasi dan JII berpengaruh secara simultan terhadap total NAB Reksa Dana Syariah. 2) Ho:b = 0; Variabel inflasi dan JII tidak berpengaruh secara parsial terhadap total NAB Reksa Dana Syariah. Ha:b ≠ 0; Variabel inflasi dan JII berpengaruh secara parsial terhadap total NAB Reksa Dana Syariah. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% atau α = 0.05. 23 Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 39. 24 Ety Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h.104. 22 G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan hasilnya. Kemudian membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.25 2. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memilih Reksadana Syariah terbuka dengan jenis campuran yaitu Danareksa Syariah Berimbang mengalokasikan portofolionya 50% pada efek ekuitas dan 50% yang pada Efek Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Syariah. Danareksa Syariah Berimbang diterbitkan PT. Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasinya. 3. Periode Penelitian Periode penelitian ini dimulai dari periode Januari 2004 hingga periode Desember 2008. Alasan pemilihan periode penelitian karena dalam rentang waktu tersebut tercatat peningkatan angka inflasi yang cukup signifikan pada masa tersebut dari 6,4% pada tahun 2004 manjadi 17,11% pada tahun 2005 25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 12. 23 dikarenakan adanya peningkatan harga minyak bumi dunia, tingginya harga minyak bumi dunia ini membawa implikasi dikeluarkannya kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBm) di dalam negeri dan pengurangan subsidi pemerintah untuk harga BBM tersebut. Sedangkan sepanjang Tahun 2006 kondisi perekonomian indonesia mulai kondusif, diperlihatkan dengan penurunan angka inflasi yang cukup signifikan sebesar 6,6 %. Namun kemudian disusul kembali di tahun 2008 dimana kondisi makroekonomi Indonesia berada dalam tekanan krisis subprime mortgage yang masih terus berlanjut di AS bahkan ada kecendungan untuk semakin gawat yaitu dengan peningkatan angka inflasi sebesar 6,59% pada tahun 2007 menjadi 11,06%. 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah: Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. 26Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari data inflasi website Bank Sentral Republik Indonesia www.bi.go.id, data indeks JII dari www.idx.co.id dan data NAB reksa dana syariah (Danareksa Syariah Berimbang) yang berasal dari Bapepam. Serta laporan-laporan atau data-data yang merupakan hasil dari library research, dengan teknik studi dokumentasi 26 J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 10. 24 terhadap sumber-sumber buku yang dijadikan acuan dalam menelaah suatu penelitian. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumulan data, yaitu: a. Studi lapangan (Field Research) yaitu laporan data sekunder berupa data NAB, data inflasi, dan data JII yang diperoleh dari publikasi Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal), BI (Bank Indonesia), dan BEI (Bursa Efek Indonesia). b. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisa data dari literature yang ada, seperti buku-buku sumber, dokumen-dokumen bank, makalah, internet, jurnal-jurnal, jurnal serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan skripsi ini. 6. Teknik Analisa Data a. Analisis Regresi Linear Berganda Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression). Analisis regresi berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap 25 satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas.27 Namun, perlu diketahui bahwa analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang hanya dapat digunakan jika variabel dependen dan variabel independennya termasuk kedalam data metrik. Namun, dalam keadaan tertentu memungkinkan untuk memasukkan data nonmetrik sebagai variabel indepanden (dengan mengubah data nominal atau ordinal dengan variabel dummy; variabel yang berbentuk kualitatif, atribut ataupun ketegorikal yang pendeklarasiannya menggunakan nomor kode). Jadi, untuk menggunakan teknik analisa regresi berganda, maka: 1) data yang digunakan harus berupa data dengan skala interval atau rasio atau data nominal/ordinal yang ditransformasikan;2)Sebelum menggunakan teknik analisis regresi, peneliti harus dapat menentukan mana variabel yang dapat menjadi variabel dependen dan mana variabel yang akan menjadi variabel independen. 28 Regresi berganda sangat bermanfaat untuk mendeteksi beberapa variabel bebas yang berelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan kebijakan manajemen 27 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2006), h. 45. 28 Joseph F. Hair, dkk., Multivariate Data Analysis, A Global Perspektive, 7th Ed, (USA: Pearson Education, Inc., 2010), h. 162. 26 maupun telaah ilmiah semata. Analisis ini digunakan untuk berbagai situasi yang pada dasarnya terdiri dari tiga keadaan, yaitu: 29 1) Digunakan untuk situasi dimana diinginkan memprediksi variabel tidak bebas dalam hubungan dengan sejumlah variabel bebas. 2) Digunakan dalam mengendalikan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap veriabel tidak bebas yang telah ditetapkan. 3) Digunakan untuk studi casual theories. Hal ini untuk menentukan langsung variabel independen apakah secara tidak langsung berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Analisis ini disebut analisis path. Dibutuhkan beberapa asumsi untuk menggunakan regresi linear secara tepat, yaitu: 1) Terdapat hubungan yang linear. Oleh karena itu, terdapat hubungan garis lurus antara variabel terikat dan sekelompok veriabel bebas. 2) Variasi pada residu adalah sama baik untuk nilai Y besar maupun kecil. Dengan kata lain, (Y-Ŷ) tidak berhungan apakah Ŷ besar atau kecil. 3) Residu mengikuti pola distribusi probabilitas normal. Ingat bahwa residu adalah perbedaan antara nilai Y yang sebenarnya 29 Ibnu Subiyanto, Metode Penelitian Manajemen dan Akuntansi, (Yogyakarta: UKP UPP AMP YKPN, 2000), Ed.3, h. 205. 27 dengan nilai estimasinya, Ŷ. Jadi, suku (Y-Ŷ) dihitung dalam setiap pengamatan dalam kelompok data. Rata-rata residu harusnya bernilai 0. 4) Variabel-variabel bebasnya tidak boleh berkorelasi 5) Residunya bersifat saling bebas. Ini berarti pengamatan berturtutturut pada variabel bebas tidak boleh berkorelasi. Asumsi inis sering dilanggar ketika aspek waktu dilibatkan pada asaat mengamati sampel. 30 Untuk menguji pengaruh inflasi dan JII terhadap Total NAB Reksa Dana Syariah maka model regresi linier berganda yang akan digunakan adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 Dimana: Y = Variabel terikat (Total NAB Reksa Dana Syariah) a = Konstanta (harga Y bila X = 0) b1,b2 = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen. X1 = Variabel bebas ( inflasi) 30 Douglas. A Lind, dkk. (Penerjemah: Chriswan Sungkono), Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, ed 13, Buku 2, (Jakarta:Salemba Empat, 2007), h. 141. 28 X2 = Variabel bebas (JII) b. Uji Asumsi Klasik Setelah model regresi diperoleh, maka model tersebut harus diuji sudah termasuk BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) atau tidak. Jadi, dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak biasa, maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Data Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Maksud data terdistribusi secara normal adalah data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji normalitas bisa dilihat dengan menggunakan grafik normal PP Plots.31Suatu data akan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas yang diharapkan apakah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuiti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi 31 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2006), h. 147. 29 normalitas. Tetapi, jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 32 Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik dapat sebaliknya. Oleh karena itu, dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan dari uji K-S ini adalah jika Asymp. Sig lebih besar dari 0.05 (Asymp. Sig > 0.05), maka model regresi memenuhi asumsi normal. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas ini digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (bebas). Model regresi yang baik, tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika antara variabel bebas terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi, dapat dilihat dari beberapa hal, diantaranya: a) Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas. 32 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), h. 214. 30 b) Nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.33 3) Uji Autokorelasi Bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya (t-1).34Autokorelasi didefinisikan terjadinya korelasi antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika terjadi korelasi berarti ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mnegambil keputusan adalah: a) Angka D-W di bawah – 2, berarti ada autokorelasi positif. b) Angka D-W diantara – 2 sampai dengan + 2, bearti tidak terjadi autokorelasi. 33 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), h. 219. 34 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2006), h. 95. 31 c) Angka D-W + 2, bearti ada autokorelasi negatif. 35 Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikansinya), menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi. 36 4) Uji Heterokedasitas Uji heterokedasitas ini untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Residual adalah perbedaan antara nilai-nilai variabel terikat yang sebenarnya dengan nilai-nilai yang diperkirakan (Y-Ŷ).37 Jika varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap disebut homokedasitas. Dan jika varians berbeda disebut heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedasitas. Heterokedasitas adalah suatu keadaan dimana 35 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), h. 219. 36 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 2: Statistik Inferensif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Ed. Kedua, Cet. Kedua, h. 290. 37 Douglas. A Lind, dkk. (Penerjemah: Chriswan Sungkono), Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, ed 13, Buku 2, (Jakarta:Salemba Empat, 2007), h. 180. 32 varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel independen. 38 Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) and residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Dasar pengambilan keputusan: 39 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedasitas). 2) Jika tidak ada pola tertentu yang jelas serta titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas. 38 J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 273. 39 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2006), h. 69. 33 c. Uji Hipotesis 1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Uji F dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% = 0.05, menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya secara simultan (bersama-sama). Jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% = 0.05, menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel bebas tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara simultan (bersama-sama).40 2) Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t dipergunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Uji t dipergunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial (individual) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Penilaian uji t adalah sebagai berikut: 40 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), h.54. 34 a. Jika signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% = 0.05 , maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat secara parsial. b. Jika signifikansi lebih besar dari alpha yang digunakan yaitu pada α = 5% = 0.05 , maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Juga dipergunakan pada alpha 10% = 0.1 dimana batas ini masih diperbolehkan.41 d. Analisis Korelasi Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuat hubungan suatu variabel dengan variabel yang lain. Jadi tidak mempersoalkan apakan suatu variabel tertentu tergantung kepada variabel lain. Simbol dari besaran korelasi adalah r yang disebut koefisien korelasi sedangkan simbol parameternya ρ (dibaca rho). Nilai koefisien korelasi berkisar antara – 1 sampai + 1 yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut: 42 41 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), h.53. 42 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 104. 35 1) Jika nilai r > 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu makin besar nilai variabel X (independen) makin besar pula nilai variabel Y (dependen), atau makin kecil nilai variabel X (independen) maka makin kecil pula nilai variabel Y (dependen). 2) Jika nilai r < 0 artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu makin kecil nilai variabel X (independen) maka makin besar nilai variabel Y (dependen), atau makin besar nilai variabel X (independen) maka makin kecil nilai variabel Y (dependen). 3) Jika nilai r = 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X (independen) dengan variabel Y (dependen). 4) Jika nilai r = 1 atau r = - 1 telah terjadi hubungan linier sempurna yaitu berupa garis lurus, sedangkan untuk nilai r yang makin mengarah ke angka 0, maka garis makin tidak lurus. Untuk menghitung koefisien korelasi, rumus yang digunakan adalah rproduct moment, yaitu: r xy = n Σ XiYi – ΣX iΣYi √n ΣXi2 – (ΣXi)2 √nΣYi2 – (ΣYi)2 Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dipergunakan tabel interpretasi r-product moment. 36 Tabel 1.1 Tabel Interpretasi r-product moment43 Interval koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat Sumber: Ali Mauludi, 2006 e. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila nilai koefisien determinasi sama dengan 1 ( R2 = 1), artinya variasi Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.44 Dalam kenyataannya nilai koefisien determinasi dapat bernilai negatif walaupun dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati, jika dalam uji 43 Ali Mauludi, Statistika I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 107. 44 Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2006), h.20. 37 empiris terdapat koefisien determinasi bernilai negatif, maka koefisien determinasi dianggap bernilai 0. Adapun formulasi penghitungannya adalah sebagai berikut :45 R = r2 X 100% Keterangan: R=Koefisien Determinasi r= Koefisien Korelasi 7. Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Y(Variabel Dependen atau variabel terikat) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah total NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana syariah. Menurut Iggi H Achsien, Nilai aktiva bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Sedangkan NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio reksa dana setelah 45 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2006), h. 87. 38 dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. b. Variabel X (Variabel independen atau variabel bebas) Variabel independen adalah variabel yang dapat mepengaruhi perubahan variabel dependen. Variebel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Inflasi (X1) yaitu proses kenaikan harga-harga umum secara terusmenerus. 2) Jakarta Islamic Index (X2) yaitu kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah. 8. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007. dengan pengecualian, kutipan al-Qur’an dan Hadis ditulis satu spasi. Referensi al-Qur’an pada urutan pertama dalam daftar pustaka. H. Sistematika Penulisan Skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang secara keseluruhan kelima bab tersebut merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan 39 saling terkait. Dengan demikian sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut : BAB I : Merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub, yaitu Latar Belakang Masalah, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Kajian Kepustakaan, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Hipotesis, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan. BAB II : Menjelaskan tentang kajian pustaka, di mana pada bab ini dijelaskan mengenai pasar modal syariah, inflasi, dan semua yang berkaitan dengan Reksadana Syariah baik dari pengertian, jenis reksadana, kelebihan maupun dari segi risiko reksadana. Selain itu pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai apa itu manajer investasi dan bank kustodian. BAB III : Memberikan Penjelasan mengenai Sejarah Perkembangan PT. Danareksa Investment Management, Visi Misi dan Strategi PT. Danareksa Investment Management Struktur Organisasi PT. Danareksa Investment Management, Produk-produk PT. Danareksa Investment Management. BAB IV : Membahas tentang penelitian terhadap data-data yang telah dikumpulkan beserta penjelasannya, dalam bab ini juga dijelaskan 40 mengenai model-model penghitungan yang digunakan berikut penjelasannya. BAB V : Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan berupa jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya. Bab lima juga berisi saran yang sifatnya membangun sebagai solusi dari permasalahan yang telah dikemukakan. 41 BAB II KAJIAN TEORI A. Pasar Modal Syariah Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan market. Sementara untuk istilah modal sering digunakan istilah efek, securities dan stock. Pasar modal menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 Ayat (12) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan yang dimaksudkan dengan efek pada Pasal 1 ayat (5) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. 1 Secara umum, pasar modal diartikan sebagai suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal diperusahaan yang menurut mereka menguntungkan. 1 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 109. 42 Pasar Modal dikenal juga dengan nama bursa efek. Bursa efek menurut Pasal 1 ayat (4) UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Bursa efek di Indonesia dikenal dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES).2 Kemudian, tanggal 30 Oktober 2007 BES dan BEJ sudah dimerger dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga dengan demikian hanya ada satu pelaksana bursa efek di Indonesia, yaitu BEI. Sedangkan bagi pasar modal syariah, listing-nya dilakukan di Jakarta Islamic Index yang diluncurkan sejak 3 Juli 2000. Secara sederhana, pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang, seperti: riba, perjudian, spekulasi, dan lainlain. 3Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Adapun yang dimaksud dengan prisip-prinsip syariah adalah prinsip yang 2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 208. 3 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 231. 43 didasarkan oleh syariah ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI melalui fatwa.4 Instrument di pasar modal syariah sudah diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsip syariah dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Industri pasar modal khususnya pada instrumen saham dilakukan berdasarkan penilaian atas saham yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan, karena instrumen saham secara natural telah sesuai dengan prinsip syariah mengingat sifat saham dimaksud bersifat penyertaan. Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat dikatergorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada hal-hal yang dilarang dalam syariah islam, seperti : a. Alkohol b. Perjudian c. Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi d. Pornografi e. Jasa keuangan yang bersifat konvensional f. Asuransi yang bersifat konvensional5. 4 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Syariah di Bidang Pasar Modal, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ed. II, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), h. 272. 44 B. Reksadana Syariah 1. Pengertian Reksadana Syariah Kata Reksa Dana Berasal dari istilah Mutual Fund. Fund berarti dana dan mutual berarti saling menguntungkan. Di Indonesia kemudian dipilih kata “dana” dan “reksa”, kalau digabung menjadi danareksa. Tetapi kemudian dipilih Reksa Dana untuk menghindari kerancuan arti dengan perusahaan danareksa yang sudah memasyarakat sekarang ini. 6 Sedangkan, dilihat dari asal kosa katanya, Reksa Dana terdiri dari dua kosa kata, yaitu reksa yang berarti jaga atau pelihara dan kata dana yang berarti (kumpulan) uang. Dengan demikian Reksa Dana dapat diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara (bersama untuk suatu kepentingan). 7Sementara itu, menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27, Reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. 8 Sedangkan menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSNMUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut 5 Ngapon. “Pasar Modal Syariah (Bagian 1)”. Artikel diakses pada 12 Oktober 2009 dari asuransi-syariah.blogspot.com 6 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), h. 209. 7 Muhammad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 92. 8 Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995. 45 ketentuan dan prinsip syariah, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi dengan pengguna investasi. Dalam sumber lain disebutkan, bahwa reksa dana syariah atau islamic investment fund merupakan salah satu bentuk pengelolaan reksa dana yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan atau memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih yang dapat dipertanggungjawabkan secara religius, yang mana sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. 9 2. Dasar Hukum Reksa Dana Syariah10 a. Firman Allah SWT, antara lain: Artinya:“…dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” (QS. al-Baqarah [2]: 275). 9 Achsien, Iggi H., Investasi Syariah Di Pasar Modal; Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 83. 10 Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. 46 Artinya: “Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,…” (QS. al-Nisa’ [4]: 29). Artinya:“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu…” (QS. alMa’idah [5]: 1). Artinya: “…kamu tidak (boleh) menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” (QS. al-Baqarah [2]: 279). Artinya: “…Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari Tuhanmu …” (QS. al-Baqarah [2]: 198). b. Hadis Nabi SAW, antara lain: 47 ون َا ُّص لْل ُح َا اِئ َاَب ْل َا ْل ُح ْل ِئ ِئ َا ٌ ِئ َّال ُح ْل ًح َا َّال َا َا َا ًح أ ْلَاو أَا َا َّالل َا َا ًحم َاو ْل ُح ْل ِئ ُح َا عَاى ُحش ِئ )رو ه رتمذي عن ع ن وط ِئه ْلم ِئ َّال َاش ْلطًح َا َّال َا َا َا ًح أ ْلَاو أَا َا َّالل َا َا ًحم َا ُح ( عوف Artinya:“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari „Amr bin „Auf). )رو ه ن م ه عن عب دة ن ل مت وأمحد عن ن عب س َا َا َا َار َاو َا ِئ َا َار (وم ك عن حيي Artinya:“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain” (HR. Ibn Majah dari „Ubadah bin Shamit, Ahmad dari Ibn „Abbas, dan Malik dari Yahya). c. Kaidah Fiqh: أأَا ْل ُحل ِئ ْل ُح َاع َام َا ِئ ْل ِئإل َا َا ةُح َاَلْل يَا ُحد ّل َادِئْلي ٌل َاعَاى َاْلَت ِئْلْيِئ َاه Artinya:“Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya.” d. Peraturan Terkait 48 1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 2) PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di bidang Pasar Modal. 3) Keputusan Menteri Keuangan RI No. 646/KMK.010/1995 perihal Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana oleh Investor Asing. 4) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. 5) Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/III/2004 tentang Pasar Modal dan Penerapan Umum Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. 6) Peraturan Nomor IX.A.13 Tahun 2006 tentang Penerbitan Efek Syariah. 7) Peraturan Nomor IX.A.14 Tahun 2006 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah Di Pasar Modal. 8) Peraturan Nomor II.K.1 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. 9) Keputusan Bapepam Lam-KEP-325/BL/2007 tentang Daftar Efek Syariah. 3. Jenis-Jenis Reksadana 49 Reksa Dana dapat dibedakan dari beberapa sudut pandang, antara lain dari:(1)bentuk, (2) sifat, (3)portofolio Investasi, dan (4) Tujuan Investasi. 11 a. Dilihat dari bentuknya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi: 1) Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type). Dalam Reksa Dana bentuk ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. Reksa Dana bentuk perseroan dibedakan lagi berdasarkan sifatnya menjadi Reksa Dana Perseroan tertutup dan Reksa Dana Perseroan Terbuka. Bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT). b) Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara Direksi Perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk. c) Penyimpanan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan Bnak Kustodian. 11 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 211. 50 2) Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Contractual Type). Reksa Dana bentuk ini adalah kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP), di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mngelola portoifolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih popular dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan Reksa Dana berbentuk perseroan. bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif. b) Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak. c) Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank kustodian berdasarkan kontrak. b. Dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi: 1) Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang transaksi perdagangan unit penyertaan dilakukan dibursa saham karena pemegang unit penyertaan memiliki saham atau pemegang unit menjual ke bursa sehingga permintaan dan penawaran merupakan harga dari unit. Bila investor tidak ada yang membeli saham tersebut, maka investor tidak akan memperoleh dana 51 secepatnya. Di samping itu, jumalah unit saham yang akan diterbitkan oleh perusahaan sama jumlahnya dari waktu ke waktu terkecuali adanya tindakan perusahaan (coorporate action). 2)Reksa Dana terbuka yaitu Reksa Dana di mana pemegang unit menjual unitnya langsung kepada manajer investasi. Harga unit ditentukan oleh harga penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Oleh karenanya, investor tidak mngetahui harga jual atau beli dari unit penyertaan dan akan diketahui pada esok harinya. 12 c. Dilihat dari portofolio Investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi: 1) Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds). Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. 2) Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds). Reksa Dana jenis ini melakukan investasi psekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat utang. Reksa Dana jenis ini memiliki resiko yang lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang. tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. 12 Adler Haymans Manurung, Ke Mana Investasi?,kiat dan Panduan Investasi Keuangan, (Jakarta:Penerbit Buku Kompas, 2006), h. 50-51. 52 3) Reksa Dana Saham (Equity Funds). Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva dalam bentuk efek tang bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka resikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa Dana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. 4) Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds). Reksa Dana jenis ini melkaukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang. d. Dilihat dari tujuan investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi: 1) Growth Fund Reksa Dana yang menekankan pada upaya mengejar pertumbuhan nilai dana. Reksa Dana jenis ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham. 2) Income Fund Reksa Dana yang mengutamakan pendapatan konstan. Reksa Dana jenis ini mengalokasikan dananya pada surat utang atau obligasi. 3. Safety Fund 53 Reksa Dana yang lebih mengutamakan keamanan dari pada pertumbuhan. Reksa Dana jenis ini umumnya mengalokasikan dananya dipasar uang, seperti deposito berjangka, sertifikat deposito dan surant utang jangka pendek. 4. Kelebihan Reksadana Sebagai instrumen investasi, Reksa Dana mempunyai banyak kelebihan diantaranya: Terjangkau, tanpa dominasi. Reksa Dana memberi peluang kepada investor kecil akses untuk berinvestasi di pasar modal. Untuk itu, nilai minimum untuk bisa membuka rekening investasi di Reksa Dana juga dibuat sekecil mungkin agar terjangkau oleh masyarakat umum. Dengan uang sebesar Rp. 100.000 saja orang sudah bisa membuka rekening investasi di Reksa Dana. Memang, ada Reksa Dana yang mensyaratkan investasi awal sebesar Rp.500.000, Rp.1.000.000, dan Rp.5.000.000. Sangat likuid. Unit penyertaan Reksa Dana sangat likuid. Kapanpun anda mau menjual kembali unit penyertaan yang anda pegang, maka Reksa Dana wajib membelinya. Untuk Reksa Dana tertutup, likuiditas sahamnya sama dengan intrumen pasar modal lainnya, yakni tergantung pada ada atau tidaknya pembeli Reksa Dana tertutup tidak wajib membeli sahamnya dari investor. 54 Terdiversifikasi secara otomatis. Dengan jumlah dana yang besar, Reksa Dana bisa melakukan diversifikasi investasi, dengan membeli bermacam-macam surat berharga, sehingga resikonya menurun. Dalam berinvestasi, Reksa Dana boleh berinvestasi pada satu pihak maksimum sebesar 10% dari total dana yang dikelolanya. Ini berarti, setidaknya Reksa Dana minimum menyebar dananya di sedikitnya 10 tempat. Dikelola oleh profesional dan Murah. Banyak orang berinvestasi di Reksa Dana karena tidak memiliki waktu untuk memilih secara langsung sarana investasi yang tersedia di pasar modal, seperti sahan, obligasi dan turunannya. Memang, program investasi Reksa Dana disusun oleh para profesional, yang tugasnya seharihari adalah mengelola Reksa Dana. Selama mereka bekerja ada dukungan infrastruktur yang lebih baik. Mereka misalnya mendapat layanan dari analis invesatasi, yang akan mencari peluang investasi setiap hari. Dengan dukungan infrastruktur tersebut, maka para profesional bisa memperkecil resiko investasi. Artinya, dengan dana yang sangat terbatas, anda secara tidak langsung telah menikmati layanan para profesional di bidang pengelolaan dana. Kemudahan dalam alokasi aset. Big is powerful. Konsep ini berlaku di bidang investasi. Dengan memperoleh dana yang besar Reksa Dana bisa memperoleh kemudahan. Kalau bertransaksi saham, mereka bisa mendapat diskon. Bila menempatkan dana di bank bisa mamperoleh premium rate. Dengan asetnya yang 55 besar, Reksa Dana bisa membeli obligasi, yang tidak terjangkau banyak investor individu karena besarnya denominasi per satuan. Ada Fasilitas Pajak. Kalau berinvestasi di obligasi, maka Reksa Dana akan dibebaskan dari pajak atas kupon obligasi. Karena alasan ini maka banyak bank yang berlomba-lomba untuk berinvestasi di Reksa Dana. Sebab, kalau membeli langsung obligasi maka bank akan langsung dikenai pajak penghasilan sebesar 15%. Pajak atas hasil investasi lain dibayarkan langsung oleh Reksa Dana sehingga hasil investasi yang didapat investor dari pertumbuhan aset bukan lagi merupakan objek pajak. Lebih Aman, diatur Lebih Ketat. Peraturan yang berlaku dipasar modal akan berlaku bagi Reksa Dana. Selain itu, di industri Reksa Dana sendiri ada peraturannya. Keterbukaan. Bila pemodal menempatkan dananya di bank, ia tidak tahu dengan tepat kepada siapa dan berapa dana tersebut ditempatkan. Sebaliknya, pemodal Reksa Dana bisa mengetahui ke mana dananya diputar. Informasi ini disampaikan secara rutin kepada investor. Setidaknya setiap enam bulan sekali PMI menyediakan laporan keuangan dan kondisi portofolio efek Reksa Dana tersebut. Dengan mempelajari posisi nilai aktiva bersih dan portofolio efek tersebut para investor bisa mengetahui potensi resiko dan hasil. 13 13 Jaka E Cahyono, Cara Jitu Menjaring Untung dari Reksa Dana, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), h. 47-51 56 5. Resiko investasi Reksa Dana Ada beberapa risiko Invesatasi Reksa Dana yang kemudian akan berpengaruh terhadap return Reksa Dana yang dikelola oleh seorang manajer investasi, yaitu:14 a. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut. b. Risiko Likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi manajer investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer investasi akan mengalami kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. c. Risiko Politik dan Ekonomi Perubahan kebijakan ekonomi politik dapat mempengaruhi kinerja bursa dan perusahaan sekaligus. Dengan demikian, harga sekuritas akan terpengaruh yang kemudian mempengaruhi portofolio yang dimiliki reksa dana. d. Risiko Pasar Hal ini terjadi karena nilai sekuritas di pasar efek memang berfluktuasi sesuai dengan kondisi ekonomi secara umum. Terjadinya fluktuasi di pasar 14 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 180- 182. 57 efek akan berpengaruh langsung pada nilai bersih portofolio, terutama jika terjadi koreksi atau pergerakan negatif. e. Risiko Inflasi Terjadinya inflasi akan mengakibatkan menurunnya total real return investasi. Pendapatan yang diterima dari investasi dalam reksa dana bisa jadi tidak dapat menutup kehilangan karena menurunnya daya beli (loss of purchasing power). f. Risiko Nilai Tukar Resiko ini dapat terjadi jika terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio yang dimiliki. Pergerakan nilai tukar akan mempengaruhi nilai sekuritas yang termasuk foreign investment setelah dilakukan konversi dalam mata uang domestik. g. Risiko Spesifik Risiko ini adalah risiko dari setiap sekuritas yang dimiliki. Disamping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai risiko sendiri-sendiri. Setiap sekuritas dapat menurun nilainya jika kinerja perusahaannya sedang tidak bagus, atau juga adanya kemungkinan mengalami default, tidak dapat membayar kewajibannya. 58 6. Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional Antara Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana konvensional tentu saja menpunyai perbedaan-perbedaan mendasar yang bisa menjadi perbandingan bagi para investor dalam melakukan investasi.15 Tabel 2.1 Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional No Rekapitulasi ReksaDana Syariah Reksa Dana Konvensional 1 Tujuan dan Investasi Return tinggi dan sesuai Syariah Semata-mata return yang tinggi 2 Proses Investasi Melalui Proses Screening dan Cleansing Tanpa Proses Cleansing 3 Proses Valuasi Saham Dengan prinsip bagi hasil Menggunakan interest rate 4 Badan Pengawas Bapepam dan Dewan Pengawas Syariah Bapepam saja tanpa DPS 5 Tolok (benchmark) Jakarta Islamic Indeks Indeks yang ada di BEJ 6 Batasan Sekuritas Tidak membeli sekuritas Predetermined fixed income Tidak terbatas aturan Bapepam 7 Batasan Untuk Emiten Terbatas pada emiten yang sesuai Syariah Tidak ada pembatasan Prinsip Ukur Pembelian Screening kecuali dan dalam 15 Wahyu Handayani,”Mekanisme Pembagian Keuntungan pada Reksa Dana Konvensional dan Reksa Dana Syariah”,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 69. 59 7. Nilai Aktiva Bersih Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) tidak dapat dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini merupakan suatu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio suatu Reksa Dana. NAB adalah adalah nilai pasar yang wajar dari suatu Efek dan kekayaan lain dari reksa dana dikurangi seluruh kewajibannya. NAB Reksa Dana akan diumumkan setiap Hari Bursa. Metode Penghitungan NAB Reksa Dana harus dilakukan sesuai dengan Peraturan perundangundangan yang berlaku, kebijakan dan persetujuan BAPEPAM & LK. 16 NAB per unit penyertaan adalah jumlah NAB dibagi jumlah unit penyertaan yang beredar (outstanding)17. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: MVAt - LIABt NAVt = NSOt Dimana : NAV = Net Asset Value periode t t MVA = Market Value of Asset periode t t LIAB = Liabilities periode t t 16 Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.5. 17 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 225. 60 NSOt = Net Share Outstanding periode t 8. Manajer Investasi Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabahnya atau mengelola Portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. 18Pengelolaan Reksa Dana dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan izin dari bapepam sebagi manajer investasi. 9. Bank Kustodian Selain perusahaan manajemen investasi yang bergerak sebagai pengelola dana, maka pihak lain yang terlibat dalam pengelolaan suatu Reksa Dana adalah adalah bank kustodian. Bank kustodian mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga dan mengadministrasikan kekayaan baik dalam pencatatan maupun pembayaran/penjualan kembali suatu Reksa Dana berdasarkan kontrak yang dibuat bersama manajer investasi. Dalam Undang-undang Pasar Modal, disebutkan bahwa kekayaan Reksa Dana wajib disimpan pada bank kustodian sehingga pihak manajer investasi tidak memegang langsung kekayaan tersebut. Selain itu, bank kustodian dilarang terafiliasi 18 Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.6. 61 dengan manajer investasi dengan tujuan menghindari adanya benturan kepentingan dalam pengelolaan kekayaan Reksa Dana.19 C. Inflasi 1. Teori Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. 20 kecenderungan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat. Misalnya, harga barang-barang menjelang lebaran, natal dan tahun baru, cenderung naik. namun setelah perayaaan usai, masyarakat kembali hidup seperti semula, harga akan kembali ke kondisi semula. maka kenaikan harga seperti itu tidak dianggap sebagai inflasi. Berikut ini dikemukakan beberapa teori inflasi: a. Inflasi Inersia Yang dimaksud dengan inflasi inersia adalah kecenderungan bahwa setiap tahun (atau setiap periode) orang percaya akan terjadi inflasi. Inflasi inersia juga disebut inflasi harapan (expected inflation). diluar itu, sebenarnya ada unexpected inflation. Inflasi jenis ini bisa negatif dan positif. 19 Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekata Tanya Jawab, ( Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 217-218. 20 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h. 147. 62 b. Peningkatan Permintaan Ada juga beberapa pandangan yang mengetakan inflasi terjadi karena adanya peningkatan uang yang beredar. Bertambahnya jumlah uang menyebabkan turunnya suku bunga (selama tidak berada pada perangkap likuiditas). Akibat selanjutnya adalah peningkatan investasi. Permasalahannya adalah bila peningkatan investasi tidak diimbangi oleh peningkatan barang. Investasi dan efek penggandaannya menyebabkan pergeseran kurva permintaan bergeser ke kanan sehingga memotong kurva penawaran pada tingkat harga yang lebih tinggi. Selain karena peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga disebabkan oleh expected inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di tahun yang akan datang akan tinggi, masyarakat akan cenderung membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan barang, terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dari inflasi, misalnya emas dan properti. akibatnya, inflasi jadi melambung.21 21 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h. 149. 63 2. Penghitungan Inflasi Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai berikut: 22 Tingkat harga t – tingkat harga t-1 x 100 = Rate of Inflation Tingkat harga t-1 Idealnya, inflasi dihitung berdasarkan semua barang dan jasa. Tetapi karena masalah kepraktisan, penghitungan inflasi didasarkan atas sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Demikian juga idealnya inflasi dihitung berdasarkan semua barang dan diseluruh wilayah Indonesia. Juga karena alasan kepraktisan, inflasi dihitung berdasarkan sekelompok produk yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat dengan menggunakan 45 kota sebagai lokasi pemilihan. Pemilihan produk dan kota diharapkan bisa menggambarkan kenaikan harag keseluruhan produk yang ditransaksikan di Indonesia. Badan Pusat Statisik (BPS) sejak Januari 2004 menggunakan 45 kota (termasuk Gorontalo dan Pangkal Pinang) untuk mensurvei harga-harga. Total produk yang disurvei sebanyak 744 komoditas, dengan setiap kota bervariasi antara 283 sampai 399 komoditas. Keseluruhan 744 komoditas dikelompokkan ke dalam tujuh kategori seperti ditunjukkan dalam tabel berikut: 22 Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. ke-2, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.136. 64 Tabel 2.2 Kategori Barang dan Jasa untuk Penghitungan Inflasi Kategori 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, dan olah raga Tranportasi, komunikasi, dan jasa keuangan Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia,September 2005. 3. Jenis Inflasi Inflasi dapat digolongkan dengan beberapa cara. Cara pertama, inflasi dapat digolongkan menurut besarnya. Budiono (1989) mengelompokkan inflasi menjadi empat: a. Inflasi ringan (inflasi di bawah 10%), b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30%), c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100%), dan d. Hiperinflasi (di atas 100%). Samuelson dan Nordhaus (2005) mengkategorikan inflasi menjadi tiga: a. Low inflation, atau disebut juga inflasi satu dijit (single digit inflation), yaitu inflasi di bawah 10%. Inflasi ini masih dianggap normal . Dalam rentang inflasi ini, orang masih percaya pada uang dan mau memegang uang. 65 b. Galloping inflation, atau double-digit bahkan triple digit inflation, yang didefinisikannya antara 20% sampai 200% pertahun. Inflasi seperti ini terjadi karena pemerintahan yang lemah, perang, revolusi, atau kejadian lain yang menyebabkan barang tidak tersedia sementara uang berlimpah, sehingga orang tidak percaya pada uang. c. hyperinflation, yaitu inflasi di atas 200% per tahun. Dalam keadaan seperti ini, orang tidak percaya pada uang. Lebih baik membelanjakan uang dan menyimpan dalam bentuk barang daripada menyimpan uang, karena kebanyakan barang seperti emas , tanah, bangunan memiliki kenaikan harga yang setara (bahkan bisa lebih tinggi dari inflasi). Sebagai Contoh di Indonesia pada tahun 1966 inflasi mencapai 650%. 23 pengelompokan inflasi cara kedua adalah berdasarkan sumber inflasi, yang dapat dikategorikan menjadi dua: a. Inflasi karena tarikan permintaan ( demand pull inflation), yaitu kenaikan harga-harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak tersedia sehingga harga naik. b. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi karena biaya atau harga faktor produksi (seperti upah buruh) meningkat sehingga produsen harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa berlangsung terus. 23 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGarafindo Persada,2004), h.337. 66 pengelompokkan inflasi ketiga berdasarkan asal inflasi, yang dapat dikategorikan menjadi dua: a. Inflasi bersumber domestik (domestic inflation), yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri. misalnya, permintaan meningkat untuk barang, maka terjadi demand pull inflation yang bersumber dari dalam negeri, atau terjadi kenaikkan harga-harga faktor produksi dalam negeri sehingga terjadi cost push inflation yang bersumber dari dalam negeri. b. Inflasi bersumber luar negeri (foreign atau imported inflation) yaitu inflasi yang bersumber dari luar negeri. Misalnya terjadi lonjakan permintaan ekspor secara terus menerus, maka terjadi demand pull inflation yang bersumber dari luar negeri. atau terjadi kenaikan harga faktor produksi yang diimpor maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri, atau imported cost push inflation. pengelompokan inflasi cara keempat adalah berdasarkan harapan masyarakat, yang daapt dikategorikan menjadi dua: a. inflasi harapan (expected inflation), yaitu besar inflasi yang diharapkan atau diperkirakan akan terjadi. misalnya, bila inflasi dari tahun 2001 sampai 2006 konstan sebesar 6%, kemudian berapa perkiraan mengenai besarnya inflasi tahun 2007, maka tentunya perkiraan tersebut adalah sebesar 6%. itulah yang disebut dengna inflasi harapan. Dalam kenyataan, inflasi bergerak naik turun dari waktu ke waktu. 67 b. inflasi bukan harapan (unexpected inflation), yaitu inflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi. Misalnya perkiraan inflasi tahun 2007 sebesar 6%. Kemungkinan besar inflasi tahun 2007 menyimpang dari 6%. penyimpangan tersebut merupakan unexpected inflation. inflasi jenis ini bisa memberikan kejutan pada perilaku para pelaku ekonomi dan berdampak pada ekonomi secara mendasar.24 4. Dampak Inflasi Inflasi berdampak pada perekonomian. menurut Samuelson dan Nordhaus (2005), inflasi berdampak ke beberapa hal: redistribusi dan distorsi. a. redistribusi pendapatan dan kekayaan. inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, dan inilah yang dinamakan sebagai efek redistribusi dari inflasi (redistribution effect of inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota masyarakat, sebab redistribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lainnya jatuh.25 Salah satunya adalah redistribusi dari kreditur ke debitur. bayangkan jika anda memiliki uang sebanyak Rp20juta. anda sebagai kreditur meminjamkan uang tersebut ke rekan anda selama setahun dengan bunga 10%. si peminjam menginvestasikan uang tersebut untuk membeli 24 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h. 150-153. 25 Muana Nanga, Makroekonomi: Teori, masalah, dan kebijakan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h. 252. 68 sebidang tanah. pada saat meminjamkan, anda merasa senang karena expected inflation dalam setahun hanya 6%. kalau ini terjadi, kekayaan anda meningkat secara riil sekitar 4% ( mendekati sama dengan 10%-6%). Namun, ternyata inflasi yang terjadi mencapau 18%. anda secara riil menjadi lebih miskin sebesar kurang lebih 8 % ( 10%-18%). Namun, bagi debitur kekayaannya meningkat paling tidak sama dengan laju inflasi. b. Distorsi harga. menurut Samuelson dan Nordhaus (2005), pada inflasi rendah membuat pembeli dan penjual menyadari inflasi tersebut dan bisa membedakan perbedaan inflasi antar barang yang saling subtitusi (misalnya daging dengan telor). jadi, bila inflasi daging lebih tinggi, orang beralih ke telur. Namun, pada inflasi tinggi, orang tidak memahami perbedaan laju inflasi Karen aharga semua barang naik tinggi. c. Distorsi penggunaan uang. Setiap orang mengubah cara menggunakan uang. Karena inflasi menurunkan nilai riil uang, orang cenderung meminimalisasi jumlah uang yang dipegang. d. Distorsi pajak. semakin tinggi inflasi, semakin tinggi beban pajak secara riil. e. Budiono (1989) menyebutkan, inflasi juga terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuannya. keterbatasan kekeyaan yang dimiliki menyebabkan masyarakat menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. penggunaan kartu kredit untuk konsumsi merupakan upaya 69 belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan akan diterima dimasa datang. hal ini menyebabkan bertambahnya uang beredar, melebihi pendapatan yang bersangkutan, yang mendorong terjadinya inflasi. 26 D. Jakarta Islamic Index (JII) Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 27Kemunculan JII tidak dapat dilepaskan dari MOU antara Danareksa Investment Management (DIM) dengan BEJ, tentang Jakarta Islamic Index. Hal tersebut didasari oleh fakta bahwa sebagai pionir reksa dana syariah di Indonesia, Danareksa membutuhkan tolok ukur yang relevan dengan kinerja reksa dana tersebut. BEJ kemudian bekerja sama dengan DIM meluncurkan JII pada tanggal 3 Juli 2000. 28 26 Bramantyo Djohanputro, Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, (Jakarta: Penerbit PPM, 2006), h. 153-158. 27 Indonesia Stock Exchange (IDX), “Indeks Harga Saham”, Artikel diakses pada 26 Juli 2010 dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham. 28 Wahzary Wardaya, dkk., Creating Value 32 Tahun Danareksa, (Jakarta: PT Danareksa (Persero), 2008), h.121. 70 Disamping sebagai tolok ukur, indeks syariah diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan mengembangkan investasi dalam ekuitas secara syariah. 29Adapun seleksi untuk saham yang masuk dalam index JII antara lain : Tabel 2.3 Proses Penyaringan Emiten di JII SELEKSI SYARIAH Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Emiten bukan usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. Emiten tidak menjalankan usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. Emiten bukan usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral atau bersifat mudarat. SELEKSI KAPITALISASI Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan ( kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi terbesar). Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki resiko kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 82%. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. SELEKSI NILAI VOLUME TRANSAKSI Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regular berdasarkan satu tahu terakhir. PROSES EVALUASI EMITEN 29 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 130. 71 Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan januari dan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahna pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Sumber: Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 2009, h. 130. 72 BAB III GAMBARAN UMUM PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT A. Sejarah Perkembangan PT. Danareksa Investment Management PT Danareksa Investment Management (dahulu bernama PT Danareksa Fund Management), yang didirikan dengan Akta nomor 26 tanggal 1 Juli 1992 dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan nomor C2-7283.HT.01.01.TH.92 tanggal 3 September 1992 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia nomor 5391 tanggal 27 Oktober 1992, Tambahan Berita Negara nomor 86, akta mana telah mengalami perubahan berdasarkan Akta nomor 25 tanggal 26 Mei 1998 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan nomor: C2-27234.HT.01.04.TH.98 tanggal 3 Desember 1998, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia nomor 67 tanggal 20 Agustus 1999, Tambahan Berita Negara nomor 5098 dan terakhir mengalami perubahan kembali dengan akta nomor 54 tanggal 31 Agustus 2009 yang dibuat di hadapan Imas Fatimah SH, Notaris di Jakarta. Untuk menjalankan Management telah kegiatan usahanya, memperoleh 73 izin PT Danareksa sebagai Manajer Investment Investasi berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM nomor KEP-27/PM-MI/1992 tanggal 9 Oktober 1992.1 PT Danareksa Investment Management (DIM) adalah anak perusahaan dari PT Danareksa (persero). Hingga saat ini DIM adalah salah satu pengelola investasi yang memiliki dana kelolaan terbesar di Indonesia. Hal ini dicapai karena DIM memiliki manajer investasi yang profesional dan didukung oleh sistem dan teknologi yang lengkap. Semua itu didedikasikan untuk memberikan produk dan layanan berkualitas tinggi dalam bidang pengelolaan reksa dana, dana-dana kelolaan lainnya, dan jasa penasehat investasi. Lebih jauh lagi, tim asset management DIM didukung oleh analisis pendapatan tetap dan riset ekuitas yang tangguh dan juga sebagai pemikir ekonomi Indonesia yaitu Danareksa Research Institute (DRI). Keberadaan mereka menjamin bahwa fund manager selalu mendapatkan informasi penting seputar peristiwa-peristiwa pasar terkini dan berita ekonomi keseluruhan yang dapat mempengaruhi kinerja reksadana DIM.2 1 Danareksa Investment Management, Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang, (Jakarta: Danareksa Investment Management, 2010), h.11. 2 Danareksa Online,“Info Reksa Dana dari Danareksa” Artikel diakses pada 16 Juli 2010 dari http://www.danareksa.com. 74 B. Visi, Misi dan Strategi PT. Danareksa Investment Management Visi: Menjadi perusahaan penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia dan regional. Misi: Menciptakan nilai tambah bagi stakeholder melalui layanan keuangan, terutama di bidang pasar modal. Mendorong perkembangan dan edukasi mengenai pasar modal di Indonesia. Strategi: Menciptakan daya tarik bagi calon pegawai berkualitas yang berkomitmen pada kinerja profesional dengan cara menyediakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga mereka dapat mengembangkan potensi secara maksimal. Menyediakan kualitas layanan terbaik melalui produk yang inovatif, sistem keuangan yang hati-hati, serta sistem operasional yang responsif. Senantiasa menjunjung tinggi kepercayaan investor kepada Danareksa sebagai penjaga amanat. Memperoleh transaksi terkemuka dengan mengoptimalkan sinergi antar divisi / anak perusahaan Danareksa. Memperoleh dan mempertahankan klien dengan menerapkan strategi pemasaran yang inovatif dan didukung oleh jaringan distribusi yang efektif. 75 Mendukung program-program dan transaksi keuangan Pemerintah serta bertindak sebagai media investasi Negara Republik Indonesia.3 C. Struktur Organisasi PT. Danareksa Investment Management 1. Komite Investasi Komite Investasi bertugas mengawasi kegiatan Tim Pengelola Investasi dalam menjalankan kebijakan dan strategi investasi sehari-hari sesuai dengan tujuan investasi. Anggota Komite Investasi terdiri dari: a. Muhammad Hanif, Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, yang mengawali karirnya di bidang keuangan dengan bergabung dengan Bank Niaga, Jakarta sejak tahun 1989 untuk kemudian bergabung dengan PT Danareksa Investment Management sejak tahun 1996 sebagai Associate Director dan kemudian sebagai Direktur Utama PT Danareksa Investment Management. Saat ini yang bersangkutan menjabat sebagai Komisaris PT Danareksa Investment Management. Yang bersangkutan telah memiliki ijin sebagai Wakil Manajer Investasi dari BAPEPAM & LK No. Kep-13/ PM/IP/WMI/1999. b. John D. Item, CFA, MBA dari California State University dan Sarjana Ekonomi Universitas Indonesia, yang mengawali karirnya dibidang keuangan dengan bergabung dengan Citibank N.A, Jakarta sejak tahun 1990. Bergabung dengan PT Danareksa Investment 3 Danareksa , Laporan Tahunan “Embracing Change For a Better Future” (Jakarta: Danareksa, 2009), h.5. 76 Management sejak tahun 2000. Saat ini, yang bersangkutan menjabat sebagai Direktur Utama dan telah memiliki ijin sebagai Wakil Manajer Investasi dari BAPEPAM & LK dengan Keputusan No. 80/PM/IP/WMI/1997. c. Prihatmo Hari Mulyanto, Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor. Mengawali karir dengan bekerja di Lippo Group pada tahun 1992-1996. Karir di bidang pasar modal dimulai dengan dengan bergabung di PT Danareksa Investment Management, untuk menangani unit Product Management dan Retail Marketing sejak tahun 1996-2005. Mulai tahun 2005 sampai 2009 bekerja di PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas sebagai Vice President – Fund Management Unit, dan bersangkutan kembali selanjutnya bekerja di PT mulai Juli 2009 yang Danareksa Investment Management sebagai Direktur. Memiliki ijin dari Bapepam sebagai Wakil Manajer Investasi nomor KEP-103/PM/WMI/2004 dan ijin Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana nomor KEP- 464/PM/WAPERD/2003. 2. Tim Pengelola Investasi Tim Pengelola Investasi bertugas sebagai pelaksana harian atas kebijakan, strategi dan eksekusi investasi yang telah diformulasikan bersama dengan Komite Investasi. Anggota Tim Pengelola Investasi terdiri dari : 77 a. Ernawan R. Salimsyah, Master of Applied Finance dari University of Newcastle, Australia dan Sarjana Matematika dari ITB, mengawali karirnya di industri Pasar Modal dengan bekerja pada PJ Etheridge Pty Ltd (Certified Financial Planner and Agen for AMP Ltd), Newcastle, Australia dari tahun 1998-2002 dengan posisi terakhir sebagai Para Planner. Pada bulan Juli 2003 bergabung dengan PT Danareksa Investment Mangement dengan posisi terakhir sebagai Portfolio Manager. Yang bersangkutan telah memiliki ijin Wakil Manajer Investasi (Kep-117/PM/WMI/2003) dan WPPE (Kep- 54/PM/WPPE/2003) dari BAPEPAM & LK. b. Aldo Perkasa, Sarjana Ekonomi dari Universitas Pelita Harapan, mengawali karir sebagai Management Trainee di PT Danareksa (Persero) sejak tahun 2006 dan bergabung pada PT Danareksa Investment Management sejak bulan Juni 2007. Yang bersangkutan telah memiliki izin Wakil Manajer Investasi ( Kep-21/BL/WMI/2008) dari BAPEPAM. c. Celly Natalia Pertiwi, Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia, mengawali karir sebagai Management Trainee di PT Danareksa (Persero) sejak tahun 2007 dan bergabung pada PT Danareksa Investment Management sejak Januari 2008. Yang bersangkutan telah memiliki izin Wakil Manajer Investasi (Kep-01/BL/WMI/2010) dari BAPEPAM. 78 3. Komisaris dan Direksi PT Danareksa Investment Management Susunan anggota Komisaris dan Direksi PT Danareksa Investment Management adalah sebagai berikut: Direksi Direktur Utama : John D. Item Direktur : Prihatmo H. Mulyanto Komisaris Komisaris Utama : Muhammad Hanif Komisaris : Priyo Santoso Stephanus Turangan D. Produk-produk PT. Danareksa Investment Management Keunggulan dan inovasi produk berawal dari diluncurkan seri perdana dari ”Sertifikat Danareksa” pada tahun 1981 yang diikuti dengan dua belas seri lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1996 danareksa meluncurkan tiga Danareksa yaitu Danareksa Melati, Danareksa Mawar, dan danareksa Anggrek. Di tengah-tengah krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1999, Danareksa memperoleh mandat pengelolaan investasi syariah dari Islamic Development Bank yang berkantor pusat di Jeddah-Saudi Arabia dengan skema murabaha senilai USD 75 juta dengan tenor tiga tahun, serta skema mudaraba (discretionary fund) senilai USD 12,5 juta. Namun, kemudian karena 79 dana yang dikelola sangat kecil sehingga tidak efisien, maka pada tanggal 18 Februari 2003 Danareksa Syariah resmi dibubarkan. 4 Saat ini PT Danareksa Investment Management telah mengelola 33 (tiga puluh tiga) Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yaitu antara lain: Danareksa Mawar, Danareksa Mawar Agresif, Danareksa Anggrek Fleksibel, Danareksa Indeks Syariah, danareksa Syariah berimbang, Gebyar Dana Likuid, Danareksa Melati Premium Dollar, Danareksa Proteksi Melati Optima, dengan total dana kelolaan Reksa Dana sampai dengan 18 Januari 2010 sebesar Rp 6,9 triliun.5 Saat ini PT Danareksa Investment Management mengelola dua Reksa Dana Syariah yaitu: Danareksa Indeks Syariah dan Danareksa Syariah Berimbang. 1. Danareksa Indeks Syariah Merupakan Reksa Dana Syariah untuk investor agresif yang ingin berinvestasi pada pasar modal dengan berbasis Syariah Islam dengan portofolio investasi yang transparan. Danareksa Indeks Syariah bertujuan untuk memberi kesempatan investasi yang maksimal dalam jangka panjang kepada investor yang hendak mengikuti Syariah. Dana yang terkumpul akan diinvestasikan dalam portofolio sekuritas dengan 4 Adler Haymans Manurung, Panduan Lengkap; Reksa Dana Investasiku, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008), h.183. 5 Danareksa Investment Management, “Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang”, (Jakarta: Danareksa Investment Management,2010), h.11. 80 komposisi investasi minimum 80 persen pada saham dan 20 persen pada instrumen pasar uang. Keunggulan Danareksa Indeks Syariah:pengelolaan yang lebih transparan, karena manajer investasi hanya berinvestasi pada saham-saham yang termasuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) dengan komposisi dan bobot yang kurang lebih sama untuk mendapatkan hasil investasi sesuai pergerakan JII;penerapan prinsip syariah Islam pada proses pemilihan saham-saham dalam portofolio investasi; Berinvestasi sekaligus beramal karena reksa dana ini menyisihkan sebagian pendapatan setiap bulannya untuk infaq pendidikan pada kaum dhuafa.6 2. Danareksa Syariah Berimbang Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang adalah Reksa Dana terbuka berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (“KIK”) berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang dituangkan dalam Akta Nomor 31 tanggal 15 November 2000 dan Addendum Kontrak Investasi Kolektif Danareksa Syariah Berimbang No. 26 Tanggal 23 Juli 2002 yang dibuat dihadapan Notaris Benny Kristianto, S.H. di Jakarta, antara PT. Danareksa Investment Management sebagai Manajer Investasi dan ABN AMRO BANK sebagai Bank Kustodian 6 http://www.danareksa.com 81 yang kemudian digantikan oleh CITIBANK, N.A., Cabang Indonesia sebagai Bank Kustodian. Danareksa Syariah Berimbang merupakan reksa dana syariah yang bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak mengikuti Syariah Islam. Portofolio Danareksa Syariah Berimbang akan dikelola secara aktif guna mendapatkan peragaman (diversifikasi) yang menunjang tujuan investasi. Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang akan diinvestasikan dengan jangkauan alokasi aset sebagai berikut: Tabel 3. 1. Komposisi Alokasi Investasi Kekayaan Danareksa Syariah Berimbang JENIS Efek Ekuitas INSTRUMENT Efek Utang dan Pasar Jangkauan Komposisi 25-75% 50% Berimbang 50% 25-75% Sumber:Uang Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang 2010 Syariah Danareksa Syariah Berimbang tidak akan membeli Efek bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan yang jenis dan ruang lingkup kegiatan usahanya tidak sesuai dengan Syariah Islam. Adapun jenis kegiatan perusahaan yang bertentangan dengan Syariah Islam adalah : 82 a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi Konvensional; c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minimam yang tergolong haram; d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Bila terdapat pendapatan emiten yang berasal dari kegiatan yang tidak sesuai dengan Syariah Islam, maka investasi pada Efek tersebut dapat dimungkinkan, namun bagian dari hasil investasi (secara prorata) yang diperoleh harus dimurnikan dengan mengeluarkannya dari hasil investasi Danareksa Syariah Berimbang dalam bentuk shadaqah kepada pihak-pihak yang layak menerimanya. Ketentuan ini sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Dengan demikian pemotongan hasil investasi dalam bentuk shadaqah dapat mengurangi Nilai Aktiva Bersih. Penyaluran shadaqah akan dilaporkan dalam Laporan Keuangan dan akan diaudit oleh Akuntan Publik.7 7 Danareksa Investment Management, “Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang”, (Jakarta: Danareksa Investment Management,2010), h.13. 83 BAB IV ANALISA PENGARUH INFLASI DAN JII TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH A. Gambaran Umum Data 1. Data Inflasi Pada penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft Excel Windows 2007 dan SPSS 16 for Windows, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. Tabel 4.1 Inflasi (%) Periode 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 4.82 7.32 17.11 6.26 7.36 Februari 4.60 7.15 17.03 6.30 7.40 Maret 5.11 8.81 17.92 6.52 8.17 April 5.92 8.12 15.74 6.29 8.96 Mei 6.47 7.40 15.40 6.01 10.38 Juni 6.83 7.42 15.60 5.77 11.03 Juli 7.20 7.82 15.53 6.06 11.90 Agustus 6.67 8.33 15.15 6.51 11.85 September 6.27 9.06 14.90 6.95 12.14 Oktober 6.22 17.89 14.55 6.88 11.77 November 6.18 18.38 6.29 6.71 11.68 84 Desember 6.40 17.11 5.27 6.59 11.06 Ratarata/bulan 6.06 10.40 14.21 6.40 10.31 Sumber: Statistik Bank Indonesia Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, rata-rata tertinggi dari inflasi terjadi pada tahun 2006 senilai 14,21% dan mengalami nilai rata-rata terendah pada tahun 2004 senilai 6,06% selama periode penelitian. Laju inflasi mencapai nilai tertingginya pada bulan November 2005 yaitu sebesar 18,38% dan mencapai nilai terendahnya sebesar 4,82% pada bulan Februari 2004. 85 Gambar 4.1. Kurva Pergerakan Inflasi Tahun 2004-2008 Inflasi (%) Tahun 2004-2008 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Sep-08 Jan-08 May-08 Sep-07 May-07 Jan-07 Sep-06 Jan-06 May-06 Sep-05 May-05 Jan-05 Sep-04 Jan-04 May-04 Inflasi (%) Tahun 20042008 Sumber: Statistik Bank Indonesia, data diolah. Berdasarkan Gambar 4.1 di atas diketahui bahwa pergerakan laju inflasi selama periode penelitian mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dengan mencapai tingkat tertingginya di akhir tahun 2005 hingga awal tahun 2006 dan menurun tajam mulai akhir tahun 2006, namun kembali meningkat pada semester kedua tahun 2008 yakni pada bulan sepetember mencapai 12,14%. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perekonomian Indonesia selama periode penelitian sedang berada pada situasi yang sangat tidak menentu. 86 2. Data Jakarta Islamic Index (JII) Tabel 4.2 Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index Periode 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 126.355 174.187 215.357 296.958 476.969 Februari 131.038 171.834 218.216 294.062 508.944 Maret 123.602 169.334 233.821 315.245 448.484 April 130.482 161.002 260.193 344.963 428.093 Mei 121.325 178.201 237.238 345.580 441.664 Juni 123.329 187.884 233.272 356.853 430.291 Juli 126.869 198.242 239.201 388.630 387.806 Agustus 125.371 178.261 251.352 368.159 356.095 September 133.894 183.731 263.497 399.747 286.391 Oktober 141.253 181.422 268.992 463.055 193.283 November 162.948 188.836 295.479 484.964 195.691 Desember 164.029 199.749 311.821 493.014 216.189 Ratarata/bulan 134.207 181.056 252.369 379.269 364.158 Sumber: Jakarta Stock Exchange, data diolah. Jakarta islamic Index merupakan kumpulan index saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah. Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, rata-rata tertinggi dari JII terjadi pada tahun 2007 senilai 379,269 poin dan mengalami nilai rata-rata terendah pada tahun 87 2004 senilai 134,207 poin selama periode penelitian. Sedangkan nilai JII terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Februari tahun 2008 senilai 508,944 poin dan nilai terendah terjadi bulan Mei tahun 2004 senilai 121,325 poin. Gambar 4.2. Kurva Pergerakan JII Tahun 2004-2008 JII Tahun 2004-2008 600 500 400 300 JII Tahun 2004-2008 200 100 Aug-08 Mar-08 Oct-07 May-07 Dec-06 Jul-06 Feb-06 Sep-05 Apr-05 Nov-04 Jun-04 Jan-04 0 Sumber: Jakarta Stock Exchange, data diolah Jika dilihat berdasarkan Gambar 4.2 di atas, pergerakan JII terus mengalami kenaikan sejak awal periode penelitian dengan nilai tertinggi di awal bulan tahun 2008. Walaupun demikian nilai JII sempat mengalami penurunan yaitu pada beberapa bulan terakhir pada tahun 2008. Hal ini 88 dikarenakan keadaan perekonomian Indonesia yang sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi global pada tahun 2008. 3. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Tabel 4.3 Total NAB Reksa Dana Syariah Danareksa Syariah Berimbang (Rp. Juta) Periode 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 23501.9 101946.46 96422.59 122643.93 103198.74 Februari 18957.56 94339.94 99924.27 121934.28 113469.68 Maret 32707.22 100918.85 104099.3 127729.54 117389.30 April 39947.13 106184.98 109437.14 129578.83 100490.89 Mei 53976.11 107219.75 110364.34 131538.3 111927.62 Juni 56114.91 115239.17 104579.4 123956.8 109355.08 Juli 63085.04 119158.27 101850.47 104727.16 112162.10 Agustus 71301.42 126660.54 106724.94 107660.73 111792.74 September 74309.24 111079.95 107658.0 109598.94 51076.99 Oktober 81130.92 120021.31 109476.2 109849.22 39556.89 November 85668.63 119604.26 113780.06 84602.08 31755.79 Desember 94125.95 99992.48 118152.65 91137.04 32534.13 Ratarata/bulan 57902.17 110197.16 106872.45 113746.40 86225.83 Sumber: Bapepam, data diolah 89 Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Dari Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa rata-rata total NAB Danareksa Syariah Berimbang terendah berada pada periode awal penelitian yaitu pada tahun 2004 sebesar Rp.57902.17 juta dan mencapai rata-rata tertingginya pada tahun 2007 sebesar Rp.113746,40 juta. Sedangkan NAB tertinggi terjadi pada pada bulan Mei tahun 2007 sebesar Rp.131538.3 juta, sedangkan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Februari tahun 2004 sebesar Rp.18957.56 juta. Gambar 4.3. Pergerakan Total NAB reksa dana Syariah (Danareksa Syariah Berimbang) tahun 2004-2008 Sumber: Bapepam, data diolah 90 Berdasarkan Gambar 4.3 diatas dapat terlihat bahwa total NAB Danareksa Syariah Berimbang mempunyai trend yang terus meningkat selama periode penelitian, walaupun sempat mengalami penurunan pada akhir tahun 2005 dan kemerosotan yang sangat tajam di akhir tahun 2008 akibat krisis keuangan global. B. Analisis Regresi Linear Berganda Peneliti menggunakan regresi linear berganda untuk menganalisa variabel independen manakah yang memiliki hubungan dan pengaruh yang nyata terhadap variabel dependent, serta untuk menganalisa variabel independent manakah yang paling mempengaruhi terhadap variabel dependent. Penggunaan regresi linear berganda pada penelitian ini, dikarenakan terdapat lebih dari satu variabel bebas yakni inflasi (X1) dan JII (X2). Adapun persamaan dari regresi linear berganda ini adalah: Y = a + b1X1+b2X2 Keterangan: Y= Variabel terikat/ dependent yaitu pertumbuhan total NAB reksa dana syariah 91 a = Konstanta/ intercept X1 = Inflasi b1 = Koefisien regresi inflasi X2 = JII b2= Koefisien regresi JII Tabel 4.4. Fungsi Regresi a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 Standardized Coefficients B Std. Error (Constant) 48299.894 11758.558 Inflasi -1507.077 817.480 123.596 29.264 JII Beta Correlations T Sig. Zeroorder Partial Collinearity Statistics Part Tolerance 4.108 .000 -.210 -1.844 .070 -.176 -.237 -.210 .995 1.005 .482 4.223 .000 .467 .488 .481 .995 1.005 a. Dependent Variable: Total NAB Tabel coefficients digunakan untuk membuat model persamaan regresi linear berganda yang nantinya akan digunakan untuk melakukan estimasi apabila VIF variabel inflasi dan JII berubah. Dari tabel tersebut didapat persamaan: Y = 48.299,894 – 1.507,077 X1(inflasi) + 123,596 X2(JII) 92 Interpretasi: 1. Untuk Konstanta (a) Nilai konstanta adalah sebesar 48.299,894. Hal ini menyatakan bahwa, jika nilai inflasi (X1) dan JII (X2) mendekati atau sama dengan 0 (nol), maka total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang (Y) bernilai 48.299,894. Dengan interpretasi bahwa jika inflasi dan nilai indeks JII rendah, maka prediksi nilai investasi yang tercermin dalam total NAB adalah sebesar Rp. 48.299,894 juta. 2. Untuk Koefisien Variabel inflasi (X1) Nilai koefisien variabel inflasi (X1) adalah sebesar -1507,077. Hal ini menyatakan bahwa, jika inflasi naik satu satuan sedangkan nilai JII tetap, maka Y akan turun sebesar 1.507,077 kali. Dengan interpretasi bahwa setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan berdampak pada penurunan total NAB sebesar 1.507,077 kali. 3. Untuk Koefisien variabel JII (X2) Nilai koefisien variabel JII adalah sebesar 123,596. Hal ini menyatakan bahwa jika JII (X2) naik 1 satuan sedangkan nilai inflasi (X1) tetap, maka Y akan naik sebesar 123,596 kali. Dengan interpretasi bahwa setiap peningkatan 93 indeks JII sebesar 1 poin, akan berdampak pada peningkatan nilai total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang sebesar 123,596 kali. C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas.1 1 Dr. Husein Umar, S.E., MBA., M.M., Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.181. 94 Gambar 4.4. Uji Normalitas Sumber: Data diolah Pada data di atas, terlihat bahwa titik-titik pada normal P-Plot mendekati garis diagonal. Dengan demikian hal ini menyatakan bahwa regresi antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya memenuhi asumsi normalitas. Akan tetapi, karena uji normalitas dengan grafik cenderung dapat menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas dilengkapi dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan hasil sebagai berikut. 95 Tabel 4. 5 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 60 .0000000 2.52326468E4 .126 .071 -.126 .980 .292 a. Test distribution is Normal. Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.980 dan signifikan pada 0.292. Dikarenakan nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0.05 (0.292>0.05), maka model regresi memenuhi asumsi normal. Sekali lagi, hal ini konsisten dengan hasil uji sebelumnya. 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, Jika terjadi maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko ini salah satunya dilakukan dengan melihat nilai tolerance (TOL) dan variance Inflation Factor (VIF). Untuk mendeteksinya dengan cara melihat nilai tolerance dan Variance Inflation 96 Factor (VIF). Bahwa apabila nilai tolerance kurang dari angka 0.10 dan nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi masalah multikolinearitas. 2 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6. Uji Multikolinearitas a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 48299.894 11758.558 Inflasi -1507.077 817.480 123.596 29.264 JII Standardized Coefficients Beta Correlations t Sig. Zeroorder Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 4.108 .000 -.210 -1.844 .070 -.176 -.237 -.210 .995 1.005 .482 4.223 .000 .467 .488 .481 .995 1.005 a. Dependent Variable: Total NAB Berdasarkan hasil printout nilai tolerance yang dihasilkan 0.995 dan nilai VIF yang dihasilkan yaitu sebesar 1.0005 maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan 2 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: UNDIP, 2006), h. 95. 97 kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dikatakan ada autokorelasi. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mnegambil keputusan adalah: a) Angka D-W di bawah – 2, berarti ada autokorelasi positif. b) Angka D-W diantara – 2 sampai dengan + 2, bearti tidak terjadi autokorelasi. c) Angka D-W + 2, bearti ada autokorelasi negatif. 3 Tabel 4.7. Uji Autokorelasi Model Summary Mo del 1 R a .512 R Squa re Adjusted R Square .262 .236 Std. Error of the Estimate 25671.5 0837 b Change Statistics Durbin- R Square Change F Change .262 10.119 df1 df2 2 57 Sig. F Change .000 a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi b. Dependent Variable: Total NAB 3 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2000), h. 219. 98 Watson .188 Dari output di atas, dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 0.188, dengan demikian, hal ini menyatakan bahwa pada persamaan regresi ini tidak ada masalah autokorelasi karena nilai Durbin-Watson berada diantara -2 dan +2. 4. Uji Heterokedasitas Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedasitas. Sebaliknya jika varians berbeda disebut heterokedasitas. Heterokedasitas terjadi jika titik-titik pada scaterplotnya mempunyai pola teratur baik menyempit, melebar, maupun bergelombang. 99 Gambar 4.5. Uji Heterokedasitas Pada gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik pada scaterplot menyebar di atas maupun di bawah titik origin pada sumbu X dan Y yang berarti bahwa pada persamaan regresi ini terjadi homokedasitas dan tidak ada masalah heterokedasitas. D. Uji Hipotesis 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh yang nyata dari variabel bebas (X1 dan X2) secara simultan terhadap variabel tidak bebasnya (Y). 100 Tabel 4.8. Uji F (F-Test) b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 1.334E10 2 6.669E9 Residual 3.756E10 57 6.590E8 Total 5.090E10 59 F Sig. 10.119 a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi b. Dependent Variable: Total NAB Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai F tabel = 3,15 dan berdasarkan nilai F hitung pada tabel ANOVA di atas adalah 10,119, ini menunjukkan bahwa F hitung > F tabel (10,119>3,15). Hasil ini juga didukung dengan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai α= 0,05 (0,000< 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima atau secara statistik dapat dinyatakan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa analisis yang didapatkan menunjang hipotesa yaitu inflasi (X1) dan indeks JII (X2) signifikan memberikan pengaruh secara simultan terhadap total NAB reksa dana syariah (Y). 2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji pengaruh yang nyata dari variabel bebas yaitu inflasi (X1) dan JII (X2) secara parsial terhadap variabel tidak bebasnya yaitu total NAB reksa dana syariah (Y). Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel independent (inflasi dan JII) terhadap 101 a .000 variabel dependennya ( total NAB reksa dana syariah), maka dapat dilihat pada tabel Coefficients. Tabel 4.9. Uji t (t- Test) a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 48299.894 11758.558 Inflasi -1507.077 817.480 123.596 29.264 JII Standardized Coefficients Beta Correlations t Sig. Zeroorder Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 4.108 .000 -.210 -1.844 .070 -.176 -.237 -.210 .995 1.005 .482 4.223 .000 .467 .488 .481 .995 1.005 a. Dependent Variable: Total NAB a) Uji t untuk Inflasi (X1) Dari tabel diketahui bahwa nilai signifikan untuk X1 adalah 0,070, nilai t hitung sebesar -1,844 sementara nilai t tabel adalah 1,6449. Karena nilai t hitung < t tabel (-1,844<1.6449), dan nilai signifikan> α (0,070 > 0,05). Maka, hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak atau secara statistik menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel inflasi (X1) secara parsial terhadap variabel total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang. 102 b) Uji t untuk JII (X2) Dari tabel diketahui bahwa nilai signifikan untuk X2 adalah 0,000, nilai t hitung sebesar -4,223 sementara nilai t tabel adalah 1,6449 (4,223>1,6449), dan nilai signifikan < α (0,000 < 0,05). Maka, hal ini menyatakan bahwa secara statistik terdapat pengaruh antara variabel JII (X2) secara parsial terhadap variabel dependent yaitu total NAB reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang. E. Analisis Korelasi Tabel 4.10. Uji koefisien Korelasi Model Summary Mo del 1 R Squa re R a .512 .262 Adjusted R Square .236 Std. Error of the Estimate 25671.5 0837 b Change Statistics Durbin- R Square Change F Change .262 10.119 df1 df2 2 57 Sig. F Change Watson .000 .188 a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi b. Dependent Variable: Total NAB Korelasi atau R menunjukkan nilai hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai R yang terdapat pada tabel 4.11 adalah sebesar 0,512 atau 51,2%. Hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan/ korelasi sedang/cukup kuat dan positif antara variabel independent yaitu inflasi (X1) dan JII (X2) terhadap variabel dependennya yaitu total NAB reksa dana syariah (Y). 103 F. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi atau R square menunjukkan besarnya pengaruh yang nyata antara variabel independent yaitu inflasi (X1) dan JII (X2) terhadap variabel dependentnya yaitu pertumbuhan total NAB reksa dana syariah (Y). Nilai R Square yang terdapat pada tabel 4.11 di atas adalah sebesar 0.262 atau 26,2%. Hal ini menyatakan bahwa variabel independent yaitu inflasi (X1) dan JII (X2) secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent pertumbuhan total NAB reksa dana syariah (Y) sebesar 26,2%. Sisanya sebesar 73,8% (100% - 26,2% = 73,8%) dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis ini. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dianalisa, bahwa total dana kelolaan (total NAB) reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang yang mengalami kenaikan kinerja setiap tahunnya menunjukkan kinerjanya yang baik. Namun perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja reksa dana syariah, diantaranya JII yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah, hal ini dikarenakan saham-saham yang terdapat pada reksa dana syariah yang termasuk dalam jenis saham yang ada dalam daftar saham JII. Sehingga meningkat ataupun menurunnya JII turut pula memacu peningkatan serta penurunan dana kelolaan reksa dana syariah. 104 Pengaruh dari inflasi terhadap kinerja reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang (walaupun tidak dalam taraf signifikan) dapat terlihat ketika terjadi kenaikan harga barang pada saat inflasi, kenaikan harga tersebut tidak hanya terjadi pada barang-barang konsumsi tetapi juga pada barangbarang produksi, oleh karena itu biaya produksi akan meningkat yang berakibat pada semakin kecilnya deviden (laba) yang diberikan kepada para pemegang saham. Semakin kecilnya deviden manyebabkan menurunnya nilai NAB, hal ini menjadikan kurang berminatnya investor untuk berinvestasi (divestasi), sehingga mengurangi pula total dana kelolaan (total NAB) dari reksa dana syariah. Dalam menghadapi kondisi krisis, PT Danareksa Investment Management mampunyai strategi tersendiri. Manajemen Danareksa menggelar empat strategi, yaitu: (1) menggenjot aktivitas pengelolaan uang tunai untuk menjamin kelancaran cashflow, (2) menguatkan usaha manajemen resiko, salah satunya dengan mengalihkan portofolio di pasar modal ke pasar uang yang lebih bergairah, berharap dapat menutup kelesuan di pasar modal dengan pendapatan yang sedang melonjak di pasar uang. (3) mengurangi investasi portofolio untuk menekan dampak turunnya nilai aset dan (4) meningkatkan manajemen operasional untuk efisiensi dan pengurangan biaya.4 4 Wahzary Wardaya, dkk., Creating Value 32 Tahun Danareksa, (Jakarta: PT Danareksa (Persero), 2008), h.102. 105 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Inflasi dan indeks JII secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang setelah dilakukan uji F dengan tingkat signifikan 5%. Nilai Fhitung > Ftabel (10,119>3,15) maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Dari pengujian secara parsial dengan uji t, maka diketahui variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan total NAB reksa dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang dengan tingkat signifikan 5% adalah variabel indeks JII yaitu t hitung >t tabel (4,223>1,6449) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap total NAB reksa dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang. Nilai t hitung <t tabel (-1,844<-1.6449) maka Ho diterima dan Ha ditolak. 3. Setelah melakukan analisis pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa kontribusi inflasi dan indeks JII terhadap pertumbuhan total NAB reksa 106 dana syariah pada Danareksa Syariah Berimbang sebesar 26,2%, sedangkan sisanya sebesar 73,8% (100% - 26,2% = 73,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dinalisis dalam penelitian ini. B. Saran Sebagai peneliti penulis menyadari, bahwa dalam melakukan penelitian harus dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, maka penulis menyarankan: 1. Kepada manajer investasi, khususnya manajer investasi PT Danareksa Investment Management, sebaiknya terus memperhatikan variabel inflasi dan indeks JII dalam mengelola portofolio investasi, karena berdasarkan hasil penelitian variabel inflasi dan indeks JII secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap total NAB reksa dana syariah. 2. Kepada investor, khususnya yang berinvestasi pada reksa dana syariah Danareksa Syariah Berimbang, dapat menggunakan variabel indeks JII sebagai acuan dalam mengambil keputusan investasi. Karena berdasarkan hasil penelitian indeks JII secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah yang dapat dilihat dari total NAB reksa dana syariah tersebut. Namun, diharapkan investor juga tidak mengesampingkan variabel makro ekonomi (dalam hal ini inflasi) dalam hal mengambil keputusan investasi, karena walaupun secara statistik 107 (dalam uji signifikansi parsial atau uji t) tidak berpengaruh secara signifikan namun perlu diingat bahwa dari persamaan regresi yang didapat, nilai koefisien variabel inflasi adalah negatif yaitu sebesar -1507,077, yang berarti bahwa jika nilai variabel independen yang lain tetap, maka total NAB akan mengalami penurunan sebesar -1507,077 kali. 3. Kepada Peneliti selanjutnya, perlu diadakan penambahan atau penggantian variabel independen dengan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Nilai Aktiva bersih reksa dana syariah seperti Gross Domestic Product (GDP), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), nilai tukar rupiah, dan Jumlah unit pernyertaan reksa dana.serta menambah periode penelitian sehingga jumlah sampel yang ditelitipun akan bertambah, guna memperoleh hasil penelitian yang lebih signifikan. 108 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Hadits. Ahmad, Kamaruddin. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004. Arifin, Johar dan M. Fakhrudin. Kamus Istilah Pasar Modal. Jakarta: Elex Media Komputindo. 1999. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, cet. XIII. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006. Boediono. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. 2005. Chapra,Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi, (terj) oleh, Ikhwan Abidin. Jakarta: Gema Insani Press, 2000. Djohanputro,Bramantyo. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: Penerbit PPM. 2006. Danareksa Investment Management. Prospektus Pembaharuan Reksa Dana Danareksa Syariah Berimbang. Jakarta: Danareksa Investment Management. 2010. Danareksa. Laporan Tahunan “Embracing Change For a Better Future”. Jakarta: Danareksa. 2009. Danareksa Online.“Info Reksa Dana dari Danareksa”. Artikel diakses pada 16 Juli 2010 dari http://www.danareksa.com. Darmadji,Tjiptono&Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. 2006. E Cahyono, Jaka. Cara Jitu Menjaring Untung dari Reksa Dana. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2000. Fadlul. “saham berbasis syariah vs saham non syariah “. Artikel diakses pada 8 Februari 2010 dari http://fadlul.blog.friendster.com/2006/09/ 109 Fardiansyah, Tedy. Kiat dan Strategi Menjadi Investor Piawai: Kiat-kiat Investasi pada Deposito, Saham, Obligasi, Valas, Emas, Reksadana, dan Derivatif . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2002. Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Syariah di Bidang Pasar Modal, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Ed. II. Jakarta: PT Intermasa. 2003. Firdaus NN, Muhammad, dkk. Renaisan. 2005. Investasi Halal di Reksadana Syariah. Jakarta: Ghozali,Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: UNDIP. 2006. Hair, Joseph F. dkk., Multivariate Data Analysis, A Global Perspektive, 7th Ed.USA: Pearson Education, Inc. 2010. H. Achsien, Iggi. Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 2000. H. Achsien, Iggi. “mengintip Peluang Instrument Keuangan Syariah”. Artikel diakses pada 5 Februari 2010 dari www.tazkia.co.id/praktisi/reksadana/re0601.htm Handayani,Wahyu.”Mekanisme Pembagian Keuntungan pada Reksa Dana Konvensional dan Reksa Dana Syariah”.Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2005. Hartono. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2008. Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistik 2: Statistik Inferensif. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003. Indonesia Stock Exchange (IDX). “Indeks Harga Saham”. Artikel diakses pada 26 Juli 2010 dari http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/IndeksHargaSaham. Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islami. Ed. ke-2. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 2007. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo. 2008. 110 Lind, Douglas. A dkk. (Penerjemah: Chriswan Sungkono). Teknik-teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global, ed 13, Buku 2. Jakarta:Salemba Empat. 2007. Manaf, Syamsudin. Terjemahan Fiqih Sunnah. Bandung: Pustaka Al Maarif. 1995. Mannan, Abdul. Aspek Hukum dalam Panyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana. 2009. Manurung, Adler Haymans. Ke Mana Investasi?, Kiat dan Panduan Investasi Keuangan. Jakarta:Penerbit Buku Kompas. 2006. Manurung, Adler Haymans. Lima Bintang Untuk Agen Penjual Reksadana. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002. Manurung, Adler Haymans. Panduan Lengkap; Reksa Dana Investasiku. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 2008. Mauludi, Ali. Statistika I. Jakarta: PT. Prima Heza Lestari. 2006. Muhammad. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba Empat. 2002. Muhammad. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Yogyakarta: UII Press. 2000. Mochammad, Nadjib. Investasi Syariah (Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik). Yogyakarta:Kreasi Wacana. 2008. Nanga, Muana. Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2001. Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. 2006. Nugroho, Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan Menggunakan SPSS.Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2005. Ngapon. “Pasar Modal Syariah (Bagian 1)”. Artikel diakses pada 12 Oktober 2009 dari asuransi-syariah.blogspot.com Pasar Modal Syariah. Artikel diakses pada 7 Oktober 2009 dari www.idx.co.id 111 Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2007. Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2000. Sentanoe. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya Perss. 1995. Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana. 2009. Subiyanto, Ibnu. Metode Penelitian Manajemen dan Akuntansi. Yogyakarta: UKP UPP AMP YKPN. 2000. Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGarafindo Persada. 2004. Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2003. Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga. 2000. Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Ed. 1. Jakarta: Rajawali Pers. 2009. Usman, Hardius dan Nachrowi. Pendekatan Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. 2006. Wardaya, dkk., Wahzary. Creating Value 32 Tahun Danareksa. Jakarta:PT Danareksa (Persero). 2008. 112 Lampiran 1 HASIL UJI ASUMSI KLASIK OUTPUT UJI ASUMSI KLASIK 1. Normalitas 113 2. Multikolinearitas a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 48299.894 11758.558 Inflasi -1507.077 817.480 123.596 29.264 JII Standardized Coefficients Beta Correlations t Sig. Zeroorder Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 4.108 .000 -.210 -1.844 .070 -.176 -.237 -.210 .995 1.005 .482 4.223 .000 .467 .488 .481 .995 1.005 a. Dependent Variable: Total NAB 2. Autokorelasi a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 48299.894 11758.558 Inflasi -1507.077 817.480 123.596 29.264 JII Standardized Coefficients Beta Correlations t Sig. Zeroorder Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 4.108 .000 -.210 -1.844 .070 -.176 -.237 -.210 .995 1.005 .482 4.223 .000 .467 .488 .481 .995 1.005 a. Dependent Variable: Total NAB 3. Heterokedasitas 114 Lampiran 2 HASIL UJI F DAN UJI T OUTPUT UJI F (SIMULTAN) b ANOVA Sum of Model 1 Squares df Mean Square Regression 1.334E10 2 6.669E9 Residual 3.756E10 57 6.590E8 Total 5.090E10 59 F Sig. 10.119 .000a a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi b. Dependent Variable: Total NAB OUTPUT UJI T a Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 48299.894 11758.558 Inflasi -1507.077 817.480 123.596 29.264 JII Standardized Coefficients Beta Correlations t Sig. Zeroorder Partial Collinearity Statistics Part Tolerance VIF 4.108 .000 -.210 -1.844 .070 -.176 -.237 -.210 .995 1.005 .482 4.223 .000 .467 .488 .481 .995 1.005 a. Dependent Variable: Total NAB 115 Lampiran 3 HASIL UJI KOEFISIEN KORELASI DAN KOEFISIEN DETERMINASI OUTPUT KOEFISIEN KORELASI DAN KOEFISIEN DETERMINASI Model Summary Mo del 1 R Squa re R a .512 .262 Adjusted R Square .236 Std. Error of the Estimate 25671.5 0837 b Change Statistics Durbin- R Square Change F Change .262 10.119 df1 df2 2 57 Sig. F Change Watson .000 .188 a. Predictors: (Constant), JII, Inflasi b. Dependent Variable: Total NAB 116 PENGARUH INFLASI DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TERHADAP TOTAL NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA SYARIAH (Studi Pada Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management dari Tahun 2004-2008) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: AULIA RIZKY AMELIA NIM. 106046101601 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M