perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lingkungan Pergaulan a. Pengertian Lingkungan Pergaulan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan mempengaruhi perkembangan manusia, seperti : iklim, alam sekitar, situasi ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, manusia lain dan lain-lain. Menurut Zoer’aini (2003). Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme, Ngalim (2004), menyatakan lingkungan sosial adalah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial tersebut ada yang kita terima secara langsung dan tidak langsung. Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan individu lain (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001). Lingkungan pergaulan adalah tempat berkembanganya perilaku terhadap kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan berpengaruh pada perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan dan pergaulan yang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang commit6 to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7 untuk melanggar norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Yunita, 2009). b. Macam-macam Lingkungan Pergaulan Masa remaja memang masa yang penuh dengan bergaul. Remaja biasanya lebih suka dengan pergaulan yang bebas dengan teman sebaya, karena teman sebaya dapat dijadikan teman akrab dan teman curhat (curahan hati). Walaupun orang tua dapat dijadikan teman untuk bicara, tetapi remaja lebih suka bercerita dan bergaul dengan teman – temannya, sehingga para remaja harus lebih berhati – hati dalam memilih teman (Putera, 2008). Menurut Ahmadi dan Uhbiyati (2001) pergaulan dapat dibedakan dalam berbagai dasar : 1) Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu, maka pergaulan dapat dibedakan menjadi : a) Pergaulan anak dengan anak b) Pergaulan anak dengan orang dewasa c) Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa 2) Dipandang dari bidangnya, maka pergaulan dapat dibedakan a) Pergaulan yang bersifat ekonomis b) Pergaulan yang bersifat seni c) Pergaulan yang bersifat paedagogis 3) Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentangan-rentangan untuk membedakan meliputi : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8 a) Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis b) Pergaulan seni dan bukan seni c) Pergaulan paedagogis dan tidak paedagogis c. Aspek Lingkungan Pergaulan Aspek lingkungan pergaulan remaja menurut Hadi (2005) yaitu meliputi : 1) Lingkungan keluarga Dalam keadaan normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudaranya, atau mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Lingkungan keluarga merupakan miniatur dari masyarakat dan kehidupannya, sehingga pola keluarga akan member pandangan anak terhadap hidup di masyarakat. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan keluarga adalah status sosial ekonomi, suasana keluarga, pola asuh orang tua dan dukungan keluarga. 2) Lingkungan sekolah Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara terarah dan terprogram dengan baik. Pergaulan sekolah berarti segala kegiatan antara guru dengan siswa yang meliputi : kegiatan pembelajaran, interaksi sosial, serta komunikasi sosial antara warga sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pergaulan sekolah adalah lingkungan dimana guru dan siswa melakukan aktivitas belajar mengajar serta interaksi sosial dan komunikasi personal antar warga sekolah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9 3) Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berada di sekitar individu yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Remaja yang tinggal bersama orang tua maupun di kos - kosan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi remaja : a) Pola kehidupan masyarakat b) Teman bergaul c) Media massa 2. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10 b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari meliputi pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori dan kesimpulan. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, mendatakan dan lain sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11 disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian didasarkan pada kriteria tertentu. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12 c. Metode memperoleh pengetahuan atau method of knowing menurut Purnawan dalam Sulistina (2009) yaitu : 1) Tenacity, yang dimaksud dengan metode ini adalah cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan sangat meyakini sesuatu, meskipun bisa jadi apa yang diyakininya belum tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut umumnya terjadi. 2) Authority, yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan pada pihak yang dianggap kompeten. 3) Apriory, yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan menitikberatkan pada kemampuan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa mempertimbangkan informasi dari pihak luar. 4) Science, yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengontrolan variabel, sampai penyimpulan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini karena pada science telah dilakukan serangkaian uji coba sebelum akhirnya memperoleh pengetahuan berupa kesimpulan dimana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan pada ketiga metode sebelumnya. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Hana dalam Sulistina (2009) tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh : commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13 1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi. 2) Pengalaman Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. 3) Usia Semakin tua usia semakin bijaksana karena semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Orang yang sudah tua tidak dapat diajari kepandaian baru karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. 3. Kontrol Diri a. Pengertian Kontrol Diri Chaplin (2006) mengungkapkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Pengertian lain tentang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14 kontrol diri diungkapkan oleh Kartono (2000), yaitu kemampuan untuk mengatur sendiri tingkah laku yang dimiliki. Messina & Messina (dalam Gunarsa, 2009) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta seperangkat perilaku yang terfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi. Berk (dalam Gunarsa, 2009) menyatakan kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. b. Aspek-aspek Kontrol Diri Sejumlah pakar seperti Averill, Cohen, Evants, Stockolz, Krantz, Miller dan Thompson dalam Sarafino (1998), mengungkapkan tipe-tipe kontrol diri adalah: 1) Behavioral control Behavioral control atau kontrol perilaku berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil tindakan yang konkrit untuk mengurangi dampak stressor. Averill (1973) membagi behavioral control menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan dan kemampuan memodifikasi stimulus. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 15 2) Cognitive control Cognitive control atau kontrol kognitif merupakan kemampuan untuk menggunakan proses dan strategi yang telah dipikirkan untuk mengubah pengaruh stressor. Ini untuk memodifikasi pengaruh dari tekanantekanan. Startegi tersebut termasuk dalam hal yang berbeda atau fokus pada kesenangan. Cognitive control terdiri dari beberapa komponen yaitu menggunakan strategi untuk mengubah pengaruh stressor, mengubah pikiran negatif ke hal-hal positif dan menyenangkan, memperoleh informasi untuk mengantisipasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, menilai/ menafsirkan suatu keadaan/ peristiwa yang terjadi dari segi positif. 3) Decisional control Decisional control atau kontrol pengambilan keputusan merupakan kemampuan untuk memilih prosedur alternatif atau cara bertindak. Decisional control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. 4) Informational control Informational control atau kontrol informasi adalah waktu yang tepat untuk mengetahui lebih banyak tentang tekanan-tekanan, apa saja yang terjadi, mengapa dan apa konsekuensi selanjutnya. Informasi kontrol diri dapat mengurangi tekanan dengan meningkatkan kekuatan individu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 16 untuk memprediksi dan mempersiapkan atas apa yang akan terjadi dengan mengurangi ketakutan-ketakutan yang sering dimiliki. 5) Retrospective control Retrospective control bertujuan untuk meyakinkan tentang apa dan siapa yang mengakibatkan tekanan-tekanan setelah ini terjadi. Komponen dari retrospective control yaitu individu menyalahkan diri sendiri dan orang lain untuk mengurangi kekhawatiran, individu mengambil makna dari setiap kejadian. c. Fungsi Kontrol Diri Messina & Messina (dalam Gunarsa, 2009) menjelaskan fungsi kontrol diri sebagai berikut: 1) Membatasi perhatian individu kepada orang lain. Individu akan memebrikan perhatian pada kebutuhan pribadinya, tidak berfokus pada kebutuhan atau keinginan orang lain di sekitarnya. 2) Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya. Individu akan membatasi ruang aspirasi dirinya dan memberikan ruang aspirasi orang lain agar dapat terakomodasi secara bersama-sama. 3) Membatasi individu untuk mengendalikan tingkah laku negatif. Individu akan membatasi dirinya untuk menahan dorongan atau keinginan yang tidak sesuai dengan norma sosial. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 17 4) Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang. Individu akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai kebutuhan yang ingin dipenuhinya, sehingga individu dapat menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidupnya. d. Hambatan Kontrol Diri Kemampuan kontrol diri yang baik merupakan hal yang didambakan setiap orang. Individu yang memiliki kontrol diri yang baik, tentu dapat melakukan penyesuaian diri yang baik pula dimanapun dia berada. Namun, pada kenyataannya tidak semua orang dapat menggunakan kontrol diri secara konsisten (Gunarsa, 2009). 4. Rokok a. Pengertian Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di cacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Jaya, 2009). b. Kandungan Rokok Menurut Aulia (2010), kadar kandungan zat kimia yang terkadung di dalam rokok memiliki kadar yang berbeda. Bahkan untuk merk dan jenis antara suatu rokok dengan rokok lainnya pun memiliki kandungan yang berbeda- commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 18 beda. Kandungan yang paling dominan di dalam rokok adalah nikotin dan tar. Selain itu, di dalam sebatang rokok terdapat kandungan racun yang diantaranya: 1) Nikotin Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nikotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan pada perokok. 2) Tar Tar merupakan senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Tar biasanya berupa cairan coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan biasanya berakibat menempel pada paru-paru, sehingga membuat paru-paru perokok menjadi coklat, begitu juga halnya pada gigi dan kuku. Tar yang ada di dalam asap rokok menyebabkan paralise silia yang ada di dalam saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya. 3) Kandungan lain, seperti : gas CO, aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan pembuat kapur barus), arsenic (elemen metaloid, yang membentuk sejumlah komponen beracun), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastic PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrat (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 19 polonium-201 (bahan radioaktif), ammonia (bahan untuk pencuci lantai), DDT (digunakan untuk racun serangga), hydrogen cyanide (gas beracun), dan cadmium (digunakan untuk aki mobil). c. Bahaya Rokok bagi Kesehatan Merokok merupakan kebiasaan yang buruk. Rokok tidak hanya menyebabkan penyakit paru-paru atau kanker, namun juga penyakit kelamin rokok merupakan racun yang berbahaya bagi tubuh kita. Orang yang merokok akan mengalami nafas pendek dan batuk-batuk yang sangat mengganggu, mudah lelah, kemampuan indra penciuman dan pengecap rasa berkurang, penuaan pada kulit, kerusakan rambut, mata, dan gigi. Selain itu merokok juga dapat membuat kita menjadi kekurangan gizi, karena merokok membuat nafsu makan berkurang. Sehingga pertumbuhan kita terhambat dan kecerdasan sangat sulit berkembang. Dalam waktu lama, orang yang merokok dapat terkena penyakit kanker paru dan tenggorokkan, gangguan pernafasan, TBC, jantung, hipertensi, dan osteoporosis (Kuntari, 2009) Sukendro (2007) mengungkapkan berbagai macam anggota tubuh dapat terkena penyakit yang disebabkan oleh merokok. Berikut adalah bagian-bagian tubuh dan penyakit yang ditimbulkan akibat merokok: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 20 1) Mata Rokok dapat menyebabkan katarak dan menyebabkan kebutaan. Resiko perokok adalah tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. 2) Mulut, tenggorokan, pita suara, dan esophagus Rokok dapat menyebabkan kanker pada bagian tubuh mulut, tenggorokan, pusat suara, dan esophagus dan dapat menyebabkan penyakit gusi, pilek, dan kerongkongan kering. Lebih dari 90% penderita kanker mulut adalah perokok dan tingkat kematian penderita kanker mulut pada perokok lebih besar 20 sampai dengan 30 kali dibandingkan dengan penderita kanker mulut yang bukan perokok. 3) Gigi Pada perokok, resiko menderita periodontitis (gusi terbakar yang mengarah ke infeksi dan akan merusak jaringan halus dan tulang) sebesar 10 kali lebih tinggi. 4) Paru-paru Penyakit yang mungkin diderita oleh perokok pada fungsi tubuh paruparu adalah kanker paru-paru, pneumonia, bronkhitis, asma, dan batuk kronis. Kematian akibat kanker paru-paru yang disebabkan oleh rokok diperkirakan berkisar lebih dari 80%. Selain itu, studi di Finlandia, menunjukkan bahwa merokok pasif menyumbang timbulnya penyakit asma pada orang dewasa. Dan di Inggris, studi yang dilakukan oleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21 national Asma Campaign menunjukkan bahwa rokok memicu serangan asma pada 80% penderita. 5) Perut Penyakit akibat merokok yang menyerang perut adalah kanker perut dan lambung. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiko kanker perut berbanding lurus dengan jumlah dan lama merokok. 6) Ginjal Kanker ginjal dapat juga menyerang perokok dan kanker ini lebih sering ditemukan di antara perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. 7) Pankreas Tingkat kesembuhan kanker pankreas tidak lebih dari 4% pada penderita yang lebih dari lima tahun menderita kanker ini. 8) Kandung Kemih Kanker kandung kemih merupakan salah satu resiko yang dapat diderita oleh perokok. 9) Leher Rahim Kanker juga dapat menyerang di bagian leher rahim pada penderita perokok. 10) Kehamilan Pada ibu hamil, merokok dapat menyebabkan bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah dan keguguran. Menurut WHO, wanita merokok pada negara maju adalah 15%, pada negara berkembang adalah 8%. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 22 Sedangkan di Amerika Serikat, wanita perokok mencapai 15%-30% dan sebagian dari mereka adalah wanita hamil. 11) Tulang Merokok dapat menyebabkan tulang rapuh. 12) Darah Resiko terkena kanker darah (leukemia) pada perokok adalah 1,53 sedangkan pada mantan perokok adalah 1,39. 5. Perilaku Merokok a. Pengertian Perilaku merokok adalah perilaku kesenangan oral (mulut) dengan memasukkan bahan yang berasal dari dedaunan (tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya nikotin) dengan cara menghisap dan menghembuskannya sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan. Ada berbagai alasan yang membuat seseorang merokok. Rosemary (2011) mengatakan bahwa selain faktor adiktif dalam rokok, kebiasaan merokok di kalangan mahasiswa dipicu oleh kondisi lingkungan yang mayoritas adalah perokok. Kebiasaan merokok yang turun-menurun ditambah kurangnya pemahaman akan bahaya rokok bagi kesehatan menjustifikasi perilaku merokok mahasiswa. Lewin (Komalasari dan Helmi, 2008) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 23 b. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja menurut Aditama (Kurniasari dan Setyorini, 2008) adalah: 1) Faktor kepribadian (personal) Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. 2) Faktor sosio-kultural Pengaruh orang tua dan “peer group” / teman dan kelompoknya. Perilaku merokok akan lebih kuat pengaruhnya apabila orang tua juga merokok dan berbagai fakta mengungkapkan bahwa remaja yang merokok kemungkinan besar teman-temannya adalah perokok. 3) Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk merokok adalah iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kematangan, kedewasaan, popularitas, dan bahkan lambang kejantanan. Menyebabkan remaja menganggap kalau mereka merokok, maka mereka akan mendapatkan semua predikat tersebut. Smet (Lastitik, 2006) juga mengungkapkan faktor penyebab perilaku merokok pada individu, yaitu: 1) Lingkungan sosial commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 24 Lingkungan sosial mencakup keluarga, teman sebaya, saudara, media sosial. 2) Variabel demografi Variabel demografi mencakup umur dan jenis kelamin. 3) Budaya Budaya mencakup kebiasaan dalam budaya tertentu, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan. 4) Variabel politik Variabel politik berupa kampanye-kampanye, promosi kesehata untuk mengurangi perilaku merokok. c. Klasifikasi Perilaku Merokok Pengukuran tentang kebiasaan merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu kriteria yang dibuat berdasarkan anamnesis atau menggunakan kriteria yang telah ada. Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok. Menurut Sweeting (dalam Alamsyah, 2009) membagi perokok menjadi tiga kategori, yaitu: a. Bukan perokok (non smokers) adalah seorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali. b. Perokok eksperimen (experimental smokers) adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 25 c. Perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers) adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sitepoe (dalam Alamsyah, 2009) membagi perokok atas empat bagian, yaitu: a. Perokok ringan adalah seorang yang mengkonsumsi rokok antara 110 batang perhari. b. Perokok sedang adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari. c. Perokok berat adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari. Berdasarkan uraian di atas, maka kebiasaan dibagi menjadi perokok dan bukan perokok. Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang perhari selama sekurang-kurangnya 1 tahun. Jenis perokok dapat dibagi menjadi perokok ringan, perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang jika menghisap rokok 10-20 batang per hari dan perokok berat jika menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari, sedangkan bukan perokok adalah seseorang yang belum pernah mencoba rokok dan pernah mencoba tetapi tidak rutin merokok sebanyak 1 batang per hari selama 1 tahun. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 26 6. Remaja a. Pengertian Banyak ahli yang memberikan definisi/batasan tentang masa remaja. Muss menjelaskan bahwa remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata Latin (adolescere) yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual (Sarwono, 2007). Santrock mengartikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Walaupun remaja mempunyai ciri unik, yang terjadi pada masa remaja akan saling berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman pada masa anak-anak dan dewasa (Santrock, 2003). Masa awal remaja adalah waktu di mana konflik orang tua dengan remaja meningkat lebih dari konflik orang tua dengan anak. Peningkatan ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang melibatkan pendewasaan remaja dan pendewasaan orang tua, meliputi perubahan biologis, pubertas, perubahan kognitif termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berpusat pada kebebasan dan jati diri, dan harapan yang tak tercapai (Santrock, 2003). Ditinjau dari sudut batas usia tampak bahwa golongan remaja sebenarnya tergolong kalangan yang transisional. Hal ini berarti, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 27 keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara karena berada di antara usia anak-anak dengan usia dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya, mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena oleh anak-anak, usia remaja sudah dianggap dewasa sedangkan orang dewasa masih menganggap usia remaja sebagai anak kecil (Soekanto, 2010). Mappiare menguraikan masa remaja dimulai dari usia 13 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun yang dibagi dalam masa remaja awal usia 13 tahun sampai 17 tahun dan remaja akhir 17 tahun sampai 21 tahun (Mappiare, 2004). Soekanto memberikan batasan golongan remaja putri adalah para gadis berusia 13 tahun sampai 17 tahun, dan bagi remaja laki-laki berusia 14 tahun sampai 17 tahun (18). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kriteria remaja dilihat berdasarkan aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu awal. Berdasarkan permasalahan tersebut, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Kehamilan pada usia tersebut mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada usia di atasnya. WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 2007). Ketika memasuki usia remaja terjadi perubahan fisik, emosional, maupun seksual. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 28 Hormon seksual di dalam tubuh mulai berfungsi. Perubahan hormone tersebut ditandai dengan kematangan seksual, sehingga dorongan seksual yang timbul semakin meluap. Baik remaja putra maupun putri akan merasakan adanya suatu dorongan seksual. b. Ciri-ciri Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu (Soekanto, 2010): 1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 29 Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 4) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 30 tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. c. Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst antara lain (Gunarsa, 2009): 1) Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan akan memperoleh peranan sosial 2) menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif 3) Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 4) Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri 5) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 6) Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga 7) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup B. Penelitian yang Relevan 1. Dearden, dkk. (2007) dengan judul penelitian “Teens in trouble: cigarette use and risky behaviors among private, high school students in La Paz, Bolivia”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan prevalensi merokok pada siswa sekolah menengah atas dan faktor resiko yang menyertainya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 31 Metode penelitian menggunakan metode survey, sampel terdiri dari 394 lakilaki dan 182 wanita usia 13-18 tahun. 2. Aroma dan Suminar (2012) dengan judul penelitian ”Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja”. Tujuan penelitian ini adalah menguji secara empiris apakah terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan pada remaja. Subjek penelitian ini berjumlah 265 remaja dengan rentang usia 14-19 tahun yang bersekolah di SMK X Kediri. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment dengan bantuan program statistik SPSS versi 16 for windows.Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai korelasi antara variabel kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja sebesar 0,318 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja. 3. Daju, dkk (2012) dengan judul penelitian “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap tentang Bahaya Merokok dengan Tindakan Pencegahannya Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Yapim Manado”. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan potong lintang dengan jumlah responden penelitian sebanyak 179 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden penelitian. Data yang diperoleh diolah secara statistic dengan menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan 58,7% responden memiliki pengetahuan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 32 baik, 63,6% sikap responden dikategorikan baik dan 72,6% tindakan responden dikategorikan baik. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok dengan tindakan pencegahannya (p>0,05) dan tidak terdapat hubungan antara sikap tentang bahaya merokok dengan tindakan pencegahannya (p>0,05). 4. Pradhan, dkk. (2013) dengan judul penelitian “Tobacco Use and Associated Factors Among Adolescent Students in Dharan, Eastern Nepal: A CrossSectional Questionnaire Survey”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi prevalensi penggunaan tembakau di kalangan pelajar dewasa di Dharan Nepal dan faktor yang berhubungan. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah siswa berusia 14-15 tahun dan 16-19 tahun dari tingkat 9, 10, 11 dan 12 dipilih dengan teknik stratified random sampling. Alat ukur penelitian berupa kuesioner yang diadaptasi dari Global Youth Tobacco Survey. Hasil penelitian menunjukkan dari 1312 siswa, prevalensi yang pernah menggunakan produk tembakau adalah 19,7%. 51,9% mengkonsumsi tembakau di tempat umum. Analisis multivariate menunjukkan penggunaan tembakau berhubungan dengan semakin dewasanya usia, jenis kelamin laki-laki dan tipe sekolah. 5. Ruhban (2013) dengan judul penelitian “Kontrol Diri dan Intensitas Penggunaan Facebook pada Remaja”.Tujuan penelitian ini untuk menguji secara empiris hubungan kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja. Responden pada penelitian ini adalah remaja di kota Malang commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 33 dengan dengan jumlah subjek 349 orang dengan rentang usia 17-21 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kontrol diri dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja (r=0,158 dan p=0,003). C. Kerangka Berpikir Lingkungan Pergaulan: Pendidikan Usia a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan Sekolah Pengalaman Kontrol Diri Pengetahuan c. Lingkungan Masyarakat Faktor kepribadian: Sikap Faktor sosiokultural Budaya Variabel demografi Perilaku Merokok Variabel politik Keterangan: : diteliti : tidak diteliti commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 34 D. Hipotesis 1. Ada pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku merokok remaja lakilaki. Semakin baik lingkungan pergaulan, maka semakin turun perilaku merokok. 2. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku merokok remaja laki-laki. Semakin baik pengetahuan, maka semakin turun perilaku merokok. 3. Ada pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku merokok remaja lakilaki. Semakin baik kontrol diri, maka semakin turun perilaku merokok. 4. Ada pengaruh lingkungan pergaulan, pengetahuan dan kontrol diri terhadap perilaku merokok remaja laki-laki. Semakin baik lingkungan pergaulan, pengetahuan dan kontrol diri maka semakin turun perilaku merokok. commit to user